Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan...

download Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility

of 82

description

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY(Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta)

Transcript of Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan...

  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL

    PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta)

    OLEH MUKTI ASIH

    H14103026

    DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

  • RINGKASAN

    MUKTI ASIH, Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta) (dibimbing oleh HENNY REINHARDT). PT. Telkom Divisi Regional (Divre) II Jakarta merupakan salah satu BUMN yang melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR). Salah satu program CSR yang dilakukan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta yaitu program kemitraan. Program kemitraan yang dilakukan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta adalah dengan memberikan kredit dana bergulir kepada pengusaha kecil. Hal ini dilakukan dalam rangka membantu permodalan bagi pengusaha kecil yang memerlukan modal. Diharapkan dengan adanya kredit dana bergulir, kredit tersebut dapat berputar dan dapat membantu pengusaha kecil lainnya yang memerlukan modal. Untuk itu, pengembalian kredit perlu diperhatikan. Namum, layaknya Bank dan lembaga keuangan lainnya yang memberikan kredit kepada pengusaha kecil, PT. Telkom Divre II Jakarta juga memiliki masalah dalam pengembalian kredit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tunggakan yang terdapat pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta triwulan satu 2006 sebesar 21,45 persen.

    Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta, publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), internet, buku, dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Unit analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah 66 pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta yang berada pada Datel Bogor. Pemilihan sampel tersebut dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan menggunakan metode acak sederhana. Data yang diperoleh diolah dengan Software SPSS 13 dan Eviews 4.1. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan statistik. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik pengusaha dan usaha yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta dengan pengembalian kredit, analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi silang (crosstabulations). Sedangkan analisis statistik dilakukan untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pengusaha kecil pada program kemitraan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta, analisis ini dilakukan dengan menggunakan model Binary (Probit). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta pada tahun 2002 sampai dengan triwulan satu 2006 telah menyalurkan kredit dana bergulir sebesar 33,633 milyar rupiah, dana tersebut disalurkan kepada 2.239 pengusaha kecil. Dari 66 pengusaha kecil yang diambil untuk dijadikan sampel, karakteristik pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta pada Daerah Telekomunikasi (Datel) Bogor paling banyak berusia 42-47 tahun, berpendidikan akhir SMA, memiliki jumlah

  • tanggungan keluarga sebanyak tiga orang, memiliki penghasilan bersih usaha 2-10 juta per bulan, dan memiliki pengalaman usaha selama dua tahun. Faktor yang berpengaruh nyata dalam pengembalian kredit pada program kemitraan CSR PT. Telkom Divre II Jakarta adalah jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih, dummy bencana (force major), dan dummy penghasilan lain di luar usaha. Saran yang diajukan kepada PT. Telkom Divre II Jakarta untuk lebih meningkatkan kemampuan mitra binaan dalam mengembalikan kredit yaitu dengan memberikan kredit pinjaman dengan tingkat suku bunga yang kecil. Selain itu, pihak PT. Telkom Divre II Jakarta sebaiknya memantau penghasilan bersih usaha melalui laporan keuangan yang dilaporkan setiap tiga bulan sekali.

  • ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL

    PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta)

    Oleh

    MUKTI ASIH H14103026

    Skripsi

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

    DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

  • INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

    DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi penelitian yang disusun oleh,

    Nama Mahasiswa : Mukti Asih

    Nomor Registrasi Pokok : H14103026

    Program Studi : Ilmu Ekonomi

    Judul :

    dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

    Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

    Bogor.

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing,

    Henny Reinhardt, S.P., M.Sc. NIP. 132 321 419

    Mengetahui,

    Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

    Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

    Tanggal Kelulusan :

    : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus: PT.Telkom Divre II Jakarta)

  • PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

    BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

    DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

    PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

    Bogor, Agustus 2007

    Mukti Asih H14103026

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia

    dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha

    Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus: PT.

    Telkom Divre II Jakarta). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas

    Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

    Pada kesempatan ini dengan rasa tulus dan hormat penulis mengucapkan

    terimakasih kepada Bapak, Ibu dan Kakak-kakak tercinta serta seluruh keluarga

    atas segala doa dan kasih sayangnya, Henny Reinhardt, S.P., M. Sc. selaku dosen

    pembimbing atas segala bantuan dan bimbingannya, Dr. Sri Mulatsih selaku

    dosen penguji dan Fifi Diana Tamrin, M. Si. selaku komisi pendidikan atas segala

    saran dan masukannya, seluruh staff Telkom CDC Divre II Jakarta atas bantuan

    dan masukan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

    Desy, Oppie, Dp, Prima, Tanti, dan Ponytailers (Yuliz, Santy, MAyu, MIntan,

    Po2n, Pu2t, Ana, dan Uut), dan Feri yang senantiasa membantu, menghibur dan

    memberikan motivasi kepada penulis sampai dengan skripsi ini dapat

    terselesaikan, Rekan-rekan departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40, Tyas, Nadia,

    Mega, Aci, Depi, Deson, yang senantiasa membantu penulis dalam bertukar

    pikiran selama proses pengerjaan skripsi sampai dengan skripsi ini selesai.

    Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

    kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang semata-mata

    ditujukan untuk memperbaiki berbagai kelemahan yang ada sangat penulis

    harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat.

    Bogor, Agustus 2007

    Mukti Asih

    H14103026

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis bernama Mukti Asih, lahir pada tanggal 10 Januari 1985 di Bekasi,

    Jawa Barat. Penulis merupakan anak kelima dari pasangan T. Pramono dan Parti.

    Jenjang pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Jatiwaringin II

    Bekasi. Lulus dari SD penulis melanjutkan ke tingkat SLTP di SLTPN 6 Bekasi

    pada tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis berhasil diterima di SMUN 5 Bekasi

    dan lulus pada tahun 2003.

    Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

    tinggi. Institut Pertanian Bogor menjadi tempat untuk menggali ilmu dan

    mengembangkan potensi yang dimiliki oleh penulis. Penulis berhasil masuk IPB

    melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu

    Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

    Departemen ini kemudian berganti nama menjadi Departemen Ilmu Ekonomi

    pada tahun 2004. Penulis menjalani masa perkuliahan dengan bergabung dalam

    beberapa organisasi diantaranya: HIPOTESA dan Rohis Ekbang Angkatan 40.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI.................................................................................................. ix

    DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

    I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

    1.2. Perumusan Masalah......................................................................... 3

    1.3. Tujuan Penelitian............................................................................. 5

    1.4. Manfaat Penelitian........................................................................... 6

    1.5. Ruang Lingkup ................................................................................ 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7

    2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) .......................................... 7

    2.2. Manfaat Kredit Bagi Usaha Kcil dan Menengah (UKM) ............... 12

    2.3. Usaha Kecil dan Menengah............................................................. 13

    2.4. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 14

    2.5. Kerangka Pemikiran........................................................................ 18

    III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 22

    3.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 22

    3.2. Metode Penelitian............................................................................ 22

    3.2.1. Analisis Deskriptif............................................................... 22

    3.2.2. Analisis Statistika ................................................................ 23

    3.3. Deskripsi Variabel dan Pengukurannya .......................................... 25

    3.3.1. Tingkat Pengembalian Kredit .............................................. 25

    3.3.2. Jumlah Pinjaman................................................................. 26

    3.3.3. Tingkat Suku Bunga............................................................ 26

    3.3.4. Penghasilan Bersih Usaha ................................................... 27

    3.3.5. Pengalaman Usaha .............................................................. 27

  • 3.3.6. Usia ...................................................................................... 28

    3.3.7. Jumlah Tnggungan Keuangan............................................. 28

    3.3.8. Tingkat Pendidikan ............................................................. 28

    3.3.9. Bencana (Force Major) ....................................................... 29

    3.3.10. Penhasilan Lain di Luar Usaha ............................................ 29

    IV. GAMBARAN UMUM............................................................................. 31

    4.1. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. ...................................................... 31

    4.2. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta .................................................................... 32

    4.3. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Telkom Divre II Jakarta........................................................... 33

    4.3.1 Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta................ 35

    4.3.1.1. Proses Penyaluran Kredit Dana Berguli pada Program Kemitraan PT. Telkom Divre II

    Jakarta..................................................................... 39

    4.3.1.2. Pengembalian Kredit .............................................. 41

    4.3.2 Program Bina Lingkungan PT. Telkom Divre II Jakarta.................................................................................. 43

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 45

    5.1. Analisis Karakteristik Pengusaha dan Usaha Mitra Binaan.. 45

    5.1.1. Usia .......................................................................... 46

    5.1.2. Tingkat Pendidikan.................................................... 48

    5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluaga ...................................... 49

    5.1.4. Penghasilan Bersih Usaha .......................................... 49

    5.1.5. Pengalaman Usaha .................................................... 51

    5.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit.................................................................................. 52

    IV. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 56

    6.1. Kesimpulan....................................................................................... 56

    6.2. Saran................................................................................................ 57

    DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 58

    LAMPIRAN.................................................................................................... 61

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    4.1. Jumlah Pinjaman Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta ...37

    4.2. Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan PT. Telkom Divre II

    Jakarta.....................................................................................................38

    4.3. Jumlah Pinjaman dan Tingkat Suku Bunga yang Diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta pada Program Kemitraan.........................38

    4.4. Dana Program Bina Lingkungan yang Disalurkan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta ......................................................................................43

    5.1. Analisis Crosstabulation Usia dan Pengembalian Kredit ....................48

    5.2. Analisis Crosstabulation Tingkat Pendidikan dan Pengembalian Jakarta..................................................................................................... 49

    5.3. Analisis Crosstabulation Jumlah Tanggungan Keluarga dan Pengembalian Kredit .............................................................................. 49

    5.4. Analisis Crosstabulation Penghasilan Bersih Usaha dan Pengembalian Kredit ..............................................................................49

    5.5. Analisis Crosstabulation Pengalaman Usaha dan Pengembalian Kredit......................................................................................................52

    5.6. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR).............................................................................53

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    1. Data Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan CSR (Corporate Social Responsibility) PT.Telkom Divre II Jakarta..............................61

    2. Hasil Case Prosesing Summary Karakteristik Pengusaha dan Usaha Mitra Binaan.........................................................................................63

    3. Hasil Analisis Binary (Probit)...................................................... ......66

    4. Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir Pada Program Kemitraan PT.Telkom Divre II Jakarta..............................................65

    5. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah, dan Besar terhadap PDB Tahun 2003-2006 (dalam persentase)................................................ 66

    6. Jumlah Unit Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2005-2006..............................................................................67

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 18 4.1. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta ...................................................................................... 32

    5.1. Usia Mitra Binaan Datel Bogor PT.Telkom Divre II Jakarta ................ 47

    5.2. Penghasilan Bersih Usaha Mitra Binaan Datel Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta ...................................................................................... 50

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dalam perekonomian Indonesia kelompok pelaku ekonomi terbesar

    merupakan ekonomi rakyat kecil. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

    merupakan salah satu bentuk pelaku ekonomi rakyat kecil. Perekonomian rakyat

    kecil diartikan sebagai pelaku ekonomi dengan pemilikan aset yang sedikit, skala

    usaha kecil dan tingkat pendidikan yang masih rendah, sehingga kurang memiliki

    akses dalam kegiatan ekonomi yang sedang berkembang. Keadaan ekonomi dan

    pemilikan aset yang terbatas ini menyebabkan sulitnya memperoleh akses

    terhadap sumberdaya modal sehingga tidak dapat berusaha pada bidang yang

    sesuai dan menguntungkan apalagi dalam keadaan pasar yang semakin kompetitif.

    Berdasarkan rantai ekonomi, modal akan menghasilkan pendapatan.

    Apabila pemilikan modal serta ketrampilan rendah, maka mengakibatkan

    rendahnya tingkat produktifitas, yang pada gilirannya menghasilkan tingkat

    pendapatan dan investasi yang rendah pula (Kasryno dan Colter, 1986).

    Sedangkan menurut Mubyarto dan Soetrisno (1986), permodalan adalah salah satu

    unsur essensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup

    masyarakat. Padahal sampai saat ini modal masih merupakan masalah yang

    dihadapi pengusaha kecil dalam mengembangkan usahanya. Terkait dengan hal

    ini, kredit merupakan alat bantu untuk menciptakan modal, sementara perolehan

    kredit yang dapat membantu mengatasi kekurangan modal masih sulit diperoleh.

    Kesulitan ini disebabkan oleh prosedur dan persyaratan administrasi seperti

  • keharusan adanya agunan berupa aktiva tetap (tanah,bangunan). Kelayakan usaha

    (laporan keuangan usaha, tingkat bunga yang tinggi, dan sebagainya).

    Kemampuan pengusaha kecil untuk menyediakan agunan yang memadai serta

    perencanaan usaha berikut analisis kelayakan usaha sangat rendah.

    Dalam rangka pembinaan dan pengembangan sektor UKM pemerintah

    Indonesia sebenarnya telah memberikan kemudahan kepada pengusaha kecil

    dalam rangka memperoleh bantuan kredit, salah satunya adalah kebijaksanaan

    yang mengharuskan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan menyisihkan

    keuntungannya untuk membantu permodalan bagi usaha kecil dan koperasi

    melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab

    sosial perusahaan. CSR adalah tanggung jawab moral suatu organisasi bisnis

    terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena pengaruh baik

    langsung maupun tidak langsung dari operasi perusahaan (Nursahid, 2006).

    Dukungan BUMN terhadap sektor usaha kecil terdapat pada Keputusan

    Menteri BUMN yaitu Kep-236/MBU/2003. Dalam Kep-236/MBU/2003

    penyelenggaraan derma sosial BUMN dilakukan melalui Program Kemitraan dan

    Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan merupakan praktik derma sosial

    BUMN yang memberi dukungan terhadap usaha kecil dan koperasi. Hal ini

    dilakukan dalam rangka menjadikan usaha kecil sebagai tulang punggung

    ekonomi pasca krisis.

    Krisis ekonomi telah menyebabkan terpuruknya perekonomian nasional

    khususnya usaha-usaha berskala besar. Namun, pada kondisi tersebut sektor usaha

    kecil mampu bertahan dan tetap eksis dalam menghadapi masa krisis. Sektor ini,

  • memberikan kontribusi yang cukup signifikan pada pembentukan Produk

    Domestik Bruto (PDB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 2006,

    kontribusi usaha kecil terhadap PDB rata-rata mencapai 38,80 persen. Pada tahun

    2005, jumlah usaha kecil sebesar 47 juta unit atau 99,78 persen dari keseluruhan

    unit usaha ekonomi yang ada, dengan penyerapan tenaga kerja 78,99 juta atau

    sekitar 91,38 persen dari seluruh tenaga kerja. Sedangkan hingga tahun 2006

    jumlah tersebut meningkat sebesar 3,86 persen menjadi 48,82 juta unit usaha,

    dengan penyerapan tenaga kerja 80,99 juta atau sekitar 91,20 persen dari seluruh

    tenaga kerja.

    Ekonomi rakyat umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal dan

    tidak tergantung pada impor. Hasil produksinya yang unik merupakan aset produk

    lokal yang dapat di ekspor. Hal ini tentu akan memberikan kontribusi yang positif

    bagi peningkatan PDB. Perekonomian Indonesia akan memiliki fundamental yang

    kuat jika ekonomi rakyat telah menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya

    saing dalam perekonomian nasional. Pemberdayaan usaha kecil dan koperasi

    merupakan pembangunan ekonomi rakyat yang harus menjadi prioritas utama

    dalam pembangunan ekonomi jangka panjang. Dengan demikian, pembangunan

    ekonomi rakyat diyakini dapat memperkuat fondasi perekonomian nasional.

    1.2. Perumusan Masalah

    PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) merupakan salah satu

    BUMN yang menjalankan program CSR. Program CSR yang dijalankan Telkom

    antara lain pemberian dana bergulir kepada usaha kecil, dan juga bantuan yang

  • bersifat hibah (Charity). Program CSR yang dijalankan oleh Telkom didasari oleh

    Keputusan Menteri BUMN Kep-236/MBU/2003. Dimana dalam rangka

    mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya

    pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha

    dan pemberdayaan masyarakat, diperlukan partisipasi BUMN untuk

    memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial

    masyarakat dan sekitarnya melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil

    dan program bina lingkungan.

    Keberhasilan Telkom dalam melaksanakan program CSR dapat dilihat dari

    penganugrahan berupa penghargaan CSR Award 2005 sebagai terbaik kedua

    untuk Bidang Usaha Jasa (service), yang diselenggarakan oleh Majalah SWA, PT.

    Surindo Utomo, Markplus & Co dan Corporate Form for Community

    Development (CFCD). Penganugrahan yang didapat oleh Telkom dalam

    menjalankan program CSR ini dikarenakan hingga triwulan III tahun 2005,

    Telkom telah menyalurkan dana kepada 21.793 Mitra Binaan di seluruh Indonesia

    dengan total anggaran sebesar Rp 298,05 milyar. Selama triwulan tiga tahun 2005

    Community Development Center (CDC) menyalurkan Rp 83,65 miliar untuk

    program kemitraan dan Rp 15,01 miliar untuk program bina lingkungan. Program

    kemitraan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan good corporate citizenship

    meliputi kemitraan bidang jasa (32,34%), perikanan (3,83%), peternakan (4,19%),

    pertanian (2,28%), perdagangan (35,01%), industri (18,93%), dan lain- lain (3%)

    (PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk., 2005)

  • Keberhasilan Telkom dalam menyalurkan dana kepada pengusaha kecil

    melalui program kemitraan, tidak akan berarti apabila kelancaran pengembalian

    kredit tidak diperhatikan. PT. Telkom Divre II Jakarta merupakan cabang dari PT.

    Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang melaksanakan program kemitraan berupa

    pemberian kredit dana bergulir kepada pengusaha kecil. Layaknya Bank dan

    lembaga keuangan lainnya yang memberikan pinjaman berupa kredit kepada

    pengusaha kecil, PT. Telkom Divre II Jakarta juga memiliki masalah dalam

    pengembalian kredit. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tunggakan yang terdapat

    pada program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta yaitu sebesar 21,45 persen

    dari total pinjaman yang disalurkan. Berdasarkan penjelasan di atas maka

    permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana karakteristik pengusaha dan usaha pada pengusaha kecil yang

    menjadi Mitra Binaan PT. Telkom Divre II Jakarta?

    2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit pada

    program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Mempelajari peranan PT. Telkom Divre II Jakarta sebagai BUMN yang

    membantu pemerintah di bidang ekonomi dengan memberikan kredit kepada

    pengusaha kecil melalui program kemitraan.

    2. Mengetahui karakteristik pengusaha dan usaha pada pengusaha kecil yang

    menjadi Mitra Binaan PT. Telkom Divre II Jakarta.

  • 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada

    program kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Telkom

    khususnya pada PT. Telkom Divre II Jakarta sebagai masukan dalam penyusunan

    kebijakan pengembangan program kemitraan yang merupakan salah satu program

    CSR Telkom, yang diberikan kepada pengusaha kecil. Selain itu penulis

    mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian

    selanjutnya, serta memberi manfaat berupa informasi dan masukan yang berguna

    bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

    1.5. Ruang Lingkup

    Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pengusaha kecil yang

    menjadi mitra binaan pada Daerah Telekomunikasi (Datel) Bogor yang

    merupakan salah satu Datel pada PT. Telkom Divre II Jakarta. Pemililhan Datel

    Bogor ini didasarkan pada masukan yang diperoleh oleh pegawai program

    kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta. Selain itu, pemilihan Datel Bogor ini

    didasarkan karena pada tahun 2005 Datel Bogor memiliki jumlah mitra binaan

    yang lebih besar dibandingkan dengan Datel lainnya yang berada pada PT.

    Telkom Divre II Jakarta. Sehingga, diharapkan pemilihan Datel Bogor ini dapat

    mewakili PT. Telkom Divre II Jakarta.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Corporate Social Responsibility (CSR)

    Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab moral suatu

    organisasi bisnis terhadap kelompok yang menjadi stakeholder-nya yang terkena

    pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dari operasi perusahaan

    (Nursahid, 2006). Menurut The World Business Council for Sustainable

    Development (WBCSD) in fox, et. al, 2002 dalam Nursahid, 2006, CSR adalah

    komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan,

    bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, dan masyarakat

    setempat (lokal) dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Sedangkan

    menurut Robbins dan Coulter (2004) tanggung jawab sosial perusahaan adalah

    kewajiban perusahaan bisnis yang dituntut oleh hukum dan pertimbangan

    ekonomi, untuk mengejar berbagai sasaran jangka panjang yang baik bagi

    masyarakat.

    Menurut Idris (2005), program CSR di Indonesia sekarang ini tidak hanya

    dijalankan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tetapi juga beberapa

    perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Sebagai institusi bisnis yang dapat

    menghasilkan laba diharapkan baik perusahaan negara maupun swasta dapat

    berfungsi sebagai instrumen pembangunan nasional, dengan melaksanakan

    program CSR yang dapat mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi

    kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan

    lapangan kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat. Dalam

  • prinsip CSR, penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholder

    perusahaan. Stakeholder perusahaan adalah seluruh pihak yang berkepentingan

    terhadap eksistensi perusahaan, termasuk didalamnya adalah karyawan,

    konsumen, pemasok, masyarakat, lingkungan sekitar, dan pemerintah sebagai

    regulator. Perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholder

    perusahaan dalam menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa

    bagi stakeholder perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang

    diciptakannya.

    Menurut Idris (2005), CSR yang dijalankan oleh suatu perusahaan

    seharusnya tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

    bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang hanya direfleksikan

    dalam kondisi keuangan atau finansialnya saja, melainkan tanggung jawab

    perusahaan harus berpijak pada triple bottom line, yaitu selain finansial juga sosial

    dan lingkungan, karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan

    tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan

    terjamin apabila, perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan

    hidup. Untuk itu program CSR yang dijalankan oleh perusahaan terdiri dari tujuh

    pilar, yaitu:

    1. Pendidikan (education) adalah kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas

    pendidikan baik skill, knowledge dan attitude bagi stakeholder.

    2. Kesehatan (health) adalah kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas

    kesehatan stakeholder.

  • 3. Kebudayaan dan keadaban (culture of civility) adalah kegiatan kepedulian

    untuk melestarikan dan membina budaya, seni, olah raga, agama, dan kegiatan

    kemasyarakatan lainnya dalam upaya mendukung perusahaan

    mengimplementasikan nilai-nilai Good Corporate Citizenship.

    4. Kemitraan (partnership) adalah kegiatan yang mempererat jalinan kemitraan

    dengan pihak ketiga baik di bidang produk maupun lainnya yang related

    maupun non-related dengan core bisnis perusahaan dan bertujuan untuk

    memberikan manfaat bagi semua pihak.

    5. Layanan umum (public service obligation) adalah kegiatan untuk

    meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang sarana dan prasarana

    umum.

    6. Lingkungan (environment) adalah kepedulian untuk meningkatkan kualitas

    lingkungan internal maupun eksternal perusahaan agar terjadi hubungan yang

    harmonis antara perusahaan dengan lingkungannya.

    7. Bantuan kemanusiaan dan bencana alam (disaster and rescue) adalah kegiatan

    untuk memberikan bantuan didalam penanggulangan bencana alam dan

    bencana kemanusiaan.

    Namun demikian tidak semua perusahaan menyadari bahwa program CSR

    ini memiliki dampak positif terhadap perusahaan. Hal ini terlihat setelah

    disahkannya Undang-undang Perseroan Terbatas (UU PT) pasal 74 ayat 1 sampai

    dengan 4 yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jumat 20 Juli

    2007. Adapun isi UU PT pasal 74 ayat 1 sampai dengan 4 menyatakan bahwa:

  • Pasal 74 ayat 1 menyatakan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan

    usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib

    melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan CSR.

    Pasal 74 ayat 2 berbunyi, tanggung jawab sosial dan lingkungan itu

    merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

    sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

    memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

    Pasal 74 ayat 3 menggariskan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan

    kewajiban sebagaimana pasal 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    Pasal 74 ayat 4 menyatakan ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung

    jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

    Kompas, 2007, menyatakan bahwa UU PT Pasal 74 ayat 1 sampai dengan

    4 memiliki multitafsir dan berpotensi tumpang tindih dengan aturan pada tingkat

    dibawahnya. Misalnya, peraturan tentang lingkungan hidup mengharuskan limbah

    dari kegiatan produksi dikelola oleh perusahaan sesuai dengan standar yang

    dimasukkan oleh pemerintah, belum jelas apakah masuk dalam bentuk CSR yang

    juga dimasukkan dalam UU PT atau ada bentuk lain. Multitafsir CSR dalam UU

    PT ini terjadi karena dalam UU PT ini tidak mendefinisikan CSR secara jelas,

    belum ada kesamaan persepsi mengenai CSR dikalangan pelaku usaha,

    pemerintah, dan DPR. Apalagi pengaturan CSR dalam UU PT disahkan oleh

    DPR tanpa proses partisipatif pelaku usaha. Untuk itu pemerintah dan pelaku

  • usaha perlu mengupayakan komunikasi lebih baik untuk menjembatani

    kesenjangan persepsi tentang CSR.

    Ketentuan lebih lanjut akan CSR ini juga akan diatur dalam Peraturan

    Pemerintah (PP), pengusaha di Indonesia mengharapkan PP yang mengatur CSR

    tidak membuat aturan yang menetapkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan

    perseroan untuk membiayai pelaksanaan CSR, karena hal tersebut sama saja

    dengan pajak tambahan. Selain itu, pengusaha Indonesia juga mengharapkan

    dengan ditetapkannya CSR dalam UU PT yang lebih lanjut akan diatur dalam PP,

    tidak akan merugikan iklim investasi Indonesia. Kewajiban untuk melakukan CSR

    dalam UU PT sebaiknya diimbangi dengan insentif berupa pengurangan pajak,

    karena tanpa insentif suatu perusahaan bisa menempuh berbagai cara agar

    kewajiban tersebut tidak dilaksanakan. Sebaliknya jika ada insentif sebagai

    imbalan, CSR akan dilaksanakan dengan baik dan benar (Kompas, 2007).

    Terlalu dini pengaturan CSR dimasukkan dalam UU PT, karena dengan

    dibuatnya aturan tersebut hanya akan menimbulkan formalitas dalam penerapan

    CSR dan hasilnya tidak maksimal. Praktik CSR seharusnya menjadi sikap moral

    dari suatu perusahaan untuk membantu perbaikan-perbaikan sosial, dimana sikap

    moral itu harus dilandasi pemahaman bahwa berbuat etis merupakan hal yang

    strategis dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Untuk itu, kewajiban

    untuk melakukan CSR dalam UU PT sebaiknya diimbangi dengan insentif berupa

    pengurangan pajak, karena tanpa insentif suatu perusahaan bisa menempuh

    berbagai cara agar kewajiban tersebut tidak dilaksanakan. Sebaliknya jika ada

  • insentif sebagai imbalan, CSR tentunya akan dilaksanakan dengan baik dan benar

    (Kompas, 2007).

    2.2. Manfaat Kredit Bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

    Modal merupakan masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha kecil

    dalam mengembangkan usahanya. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah

    barang atau uang serta produksi lain yang menghasilkan barang dan jasa. Modal

    bisa berasal dari sumber sendiri dan sumber luar. Modal yang berasal dari sumber

    luar, biasa disebut kredit yang bisa berupa uang dan bahan baku maupun input

    produksi. Kredit tidak sama dengan modal, melainkan alat untuk menciptakan

    modal (Soehoed, 1987).

    Kredit berasal dari bahasa latin Credere yang berarti kepercayaan. Oleh

    karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seorang yang

    memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan atau dengan

    kata lain orang yang mendapat bantuan kredit adalah mereka yang telah mendapat

    kepercayaan untuk membayar lunas pinjamannya dalam jangka waktu tertentu

    (Suyatno, et al 1999). Dalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur kredit yaitu:

    a Kepercayaan, suatu keyakinan dari pemberi kredit baik berupa uang, barang

    atau jasa yang diberikan dan akan benar-benar diterima kecuali di masa yang

    akan datang.

    b Waktu, yaitu masa yang membatasi antara saat pemberian kredit prestasi dan

    pengembaliannya akan diterima pada waktu tertentu.

  • c Prestasi atau objek kredit tidak hanya dalam bentuk uang, tetapi juga dalam

    bentuk barang dan jasa.

    d Tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu

    yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan

    diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan akan semakin besar

    resikonya karena adanya ketidakpastian di masa yang akan datang.

    Kuntjoro (1983), kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam

    memacu perkembangan usaha terutama dalam pembentukan modal (capital

    formation). Kredit juga sangat penting untuk meningkatkan likuiditas usaha

    walaupun dapat menimbulkan resiko apabila usaha tersebut gagal memberikan

    penerimaan yang lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.

    2.3. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

    Menurut Rudjito (2003) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia

    yang memiliki peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia, baik ditinjau

    dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Definisi

    UKM yang diberikan oleh beberapa lembaga, yaitu:

    1. UU No. 9 Tahun 1995.

    Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak

    Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan atau yang memiliki omzet paling

    banyak Rp. 1 milyar per tahun dan milik Warga Negara Indonesia.

  • 2. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999.

    Usaha menengah adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih besar

    dari Rp. 200 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 milyar, tidak termasuk

    tanah dan bangunan, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan cabang

    perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berfaliasi baik langsung maupun tidak

    langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang

    tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang berbadan hukum.

    3. Surat Edaran Bank Indonesia kepada semua Bank Umum di Indonesia No.3/9/BKr, Tanggal 17 Mei 2007

    Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak

    Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki omzet paling banyak

    Rp. 1 milyar per tahun, milik Warga Negara Indonesia, bukan merupakan anak

    perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berfaliasi baik

    langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar, berbentuk usaha

    perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan atau badan usaha yang

    berbadan hukum, termasuk koperasi.

    2.4. Penelitian terdahulu

    Sebagaimana sudah dikemukakan, bahwa masalah yang dihadapi oleh

    Bank dan Lembaga Keuangan lainnya adalah dalam hal pengembalian kredit yang

    dipinjamkan pada pengusaha kecil sebagai modal dalam menjalankan usahanya.

    Penelitian Kuntjoro (1983), mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi

    pembayaran kembali kredit Bimas Padi dengan melakukan studi kasus di

    Kabupaten Subang, Jawa Barat. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian

  • kredit diklasifikasikan menjadi empat faktor yaitu faktor pribadi petani yang

    meliputi umur, pendidikan, jumlah jiwa dalam keluarga dan pengalaman

    berusahatani; faktor situasi penunjang yang meliputi tagihan langsung dan status

    garapan; faktor situasi ekonomi yang meliputi luas sawah garapan; faktor kondisi

    finansial seperti besarnya rasio pinjaman dengan penerimaan, rasio penerimaan

    dengan pengeluaran. Kesimpulan yang diperoleh adalah faktor-faktor yang

    berpengaruh positif pada pengembalian kredit terdiri dari lama petani mengikuti

    program Bimas, adanya tagihan aktif dari petugas kredit, adanya tambahan

    penerimaan petani serta adanya status bagi hasil. Sedangkan faktor- faktor yang

    berpengaruh negatif adalah tingginya pengeluaran konsumsi keluarga dan makin

    besarnya jumlah kredit Bimas yang diperoleh.

    Penelitian Prasetyo (1996), mengidentifikasi faktor-faktor yang

    mempengaruhi pengembalian kredit pada usaha kecil dengan melakukan studi

    kasus pada nasabah BPR Batuceper, Tangerang. Faktor- faktor yang

    mempengaruhi pengembalian kredit dalam studinya yaitu, penghasilan bersih,

    pengalaman usaha, frekuensi pembinaan, agunan, suku bunga, umur, pendidikan

    dan jumlah tanggungan keluarga. Dari hasil studinya kesimpulan yang diperoleh

    adalah bahwa hampir semua variabel yang mempengaruhi pengembalian kredit

    berpengaruh positif terhadap pengembalian kredit, kecuali variabel jumlah

    tanggungan keluarga.

    Dalam studi Renggani (1998), mengidentifikasi faktor-faktor yang

    mempengaruhi pengembalian kredit dengan melakukan studi kasus pada BMT

    Ulil Albaab, Bogor. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit

  • dalam studinya yaitu jumlah pinjaman, jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran

    keluarga, biaya transportasi, borrowing cost, tingkat pendidikan formal, intensitas

    hubungan dengan pengurus, jangka waktu pengembalian kredit, dan juga variabel

    dummy berupa penggunaan kredit. Berdasarkan nilai koefisien regresi yang

    diperoleh diketahui bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap tingkat

    pengembalian kredit adalah jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran keluarga,

    borrowing cost, tingkat pendidikan dan jenis penggunaan kredit. Sedangkan

    variabel yang berpengaruh negatif adalah jumlah pinjaman, biaya transportasi,

    intensitas hubungan dengan pengurus, serta jangka waktu pengembalian kredit.

    Dalam penelitian Hidayati (2003), menganalisis perilaku pengusaha kecil

    dan menengah dalam menggunakan dan mengembalikan kredit dengan melakukan

    studi kasus pada pengusaha kecil menengah yang mengambil kredit umum

    pedesaan di BRI unit pasar Blok A Kebayoran Baru, Jakarta. Dalam studinya

    dijelaskan bahwa yang mempengaruhi penggunaan dan pengembalian kredit

    pengusaha kecil dilihat dari karakteristik pengusaha dan karakteristik usaha.

    Karakteristik pengusaha tersebut terdiri dari umur, pendidikan, sikap terhadap

    kredit, dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan karakteristik usaha terdiri dari

    pengalaman usaha, lama ambil kredit, skala usaha dan jenis usaha. Dari hasil

    studinya khususnya mengenai pola pengembalian kredit disimpulkan bahwa yang

    berpengaruh nyata dengan tingkat pengembalian kredit adalah faktor umur yang

    terdapat dalam karakteristik individu dan pengalaman mengambil kredit yang

    terdapat dalam karateristik usaha.

  • Dalam studi Priarnani (2005), menganalisis faktor- faktor yang

    mempengaruhi pola pengembalian kredit Pembinaan Peningkatan Pendapatan

    Petani-Nelayan Kecil (P4K) dengan melakukan studi kasus di Kabupaten Tuban,

    Jawa Timur. Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit dalam

    studinya yaitu, pengalaman usaha, pengalaman ketua Kelompok Petani Kecil

    (KPK), umur anggota KPK, frekuensi angsuran, frekuensi pembinaan, pendapatan

    kotor usaha bersama, keterlambatan realisasi kredit, jumlah tanggungan kredit,

    dan tingkat pendidikan ketua KPK. Sedangkan variabel dummy yang digunakan

    adalah tabungan sukarela KPK, jenis usaha bersama, bencana, pengalaman kredit,

    dan pendapatan sampingan. Dari hasil studinya disimpulkan bahwa faktor- faktor

    yang berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit P4K adalah pengalaman

    usaha, frekuensi pembinaan dan pengalaman kelompok mengambil kredit,

    frekuensi angsuran dan keterlambatan realisasi kredit.

    Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini

    menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit pada

    pengusaha kecil yang menjadi Mitra Binaan PT. Telkom Divre II Jakarta.

    Pemberian kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada

    pengusaha kecil melalui program kemitraan CSR, hal ini dilakukan oleh PT.

    Telkom Divre II Jakarta dalam rangka membantu permodalan pengusaha kecil

    dalam menjalankan usahanya. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi

    pengembalian kredit pengusaha kecil pada program kemitraan CSR PT. Telkom

    Divre II Jakarta yaitu jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih

  • usaha, pengalaman usaha, usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, dummy

    bencana (force major), dan dummy penghasilan di luar usaha.

    2.5. Kerangka Pemikiran

    Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

    CSR PT.Telkom Divre II

    Jakarta

    Penyaluran Kredit Dana Bergulir

    PKBL

    5 Asnaf (Sasaran program Bina Lingkungan )

    Pengusaha Kecil

    Program Kemitraan

    Program Bina Lingkungan

    Charity (Bantuan)

    Pengembalian Kredit

    Ket: Alur Penelitian

    Tidak dibahas

    Karakteristik

    Model Binary (Probit)

    Crosstabs Tidak Lancar: Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet

    Lancar: Lunas dan Lancar

  • Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

    program CSR yang dijalankan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom)

    sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kep-

    236/MBU/2003 dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi,

    partisipasi BUMN harus ditingkatkan untuk memberdayakan dan

    mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan

    melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Oleh karena itu,

    PKBL menjadi program CSR yang dijalankan oleh Telkom. PKBL ini dijalankan

    oleh Divre (Divisi Regional) yang terdapat pada PT. Telekomunikasi Indonesia

    Tbk.

    PT. Telkom Divre II Jakarta merupakan salah satu Divre PT.

    Telekomunikasi Indonesia Tbk. yang menjalankan PKBL. Program kemitraan

    merupakan salah satu program CSR PT. Telekomunikasi Indonesia. Dalam

    program kemitraan ini PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. memberikan modal

    berupa kredit kepada pengusaha kecil. Kredit yang diberikan kepada pengusaha

    kecil ini merupakan kredit dana bergulir. Kredit dana bergulir adalah salah satu

    program kredit yang ditunjukkan untuk kegiatan produktif. Dimana dana kredit

    tersebut digunakan untuk kegiatan usaha, sehingga peminjam (pengusaha kecil)

    dapat mengembalikan dana tersebut tepat pada waktunya.

    Tujuan dari program kemitraan ini berupa penyaluran kredit dana bergulir

    untuk membantu permodalan usaha khususnya pengusaha kecil yang memerlukan

    modal. Dengan kebijaksanaan ini jumlah dana yang disalurkan diharapkan terus

    berputar, sehingga terus bertambah dan dapat menjangkau pengusaha kecil

  • lainnya yang memerlukan modal untuk menjalankan usahanya. Untuk mencapai

    tujuan dari program kemitraan yang telah dijelaskan sebelumnya maka yang harus

    dilakukan adalah dengan memperhatikan pengembalian pengusaha kecil yang

    menadi Mitra Binaan. Keberhasilan kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divre

    II Jakarta kepada Mitra Binaan tidak akan berarti, apabila pengembalian kredit

    tersebut tidak berjalan dengan baik atau banyak terjadi penunggakan.

    Tingkat pengembalian kredit dalam program kemitraan CSR PT. Telkom

    Divre II Jakarta dapat dilihat berdasarkan klasifikasi angsuran yang terdapat pada

    PT. Telkom Divre II Jakarta. Klasifikasi angsuran yang terdapat pada PT.

    Telkkom Divre II Jakarta adalah lunas, lancar, kurang lancar, diragukan dan

    macet. Dalam penelitian ini tingkat pengembalian kredit dibedakan menjadi dua

    kriteria, yaitu pengembalian kredit lancar dan tidak lancar (menunggak).

    Pengembalian kredit yang lancar yaitu apabila kredit yang digunakan dapat

    dikembalikan tepat pada waktunya sebelum atau pada saat batas pengembalian

    yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah tingkat pengembalian kredit

    lunas. Sedangkan tingkat pengembalian kredit tidak lancar yaitu apabila kredit

    yang digunakan tidak dapat dikembalikan tepat pada waktunya setelah batas

    pengembalian yang telah ditetapkan.

    Dalam pengembalian kredit tidak lancar, pengembalian kredit ini di bagi

    menjadi tiga yaitu kurang lancar, diragukan, dan macet. Klasifikasi angsuran

    kurang lancar apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau

    bunga yang telah melampaui satu hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal

    jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui

  • bersama. Klasifikasi angsuran diragukan apabila terjadi keterlambatan

    pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari

    tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah

    disetujui bersama. Sedangkan klasifikasi angsuran macet apabila terjadi

    keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui

    360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan perjanjian

    yang telah disetuji bersama

    Program bina lingkungan merupakan program CSR yang bersifat hibah

    (Charity) yang diberikan oleh PT.Telkom Divre II Jakarta kepada masyarakat.

    Program Bina Lingkungan yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II mengacu

    pada 5 Asnaf (sasaran Program Bina Lingkungan) yaitu bantuan untuk bencana

    alam, bantuan untuk pelatihan dan pendidikan, bantuan untuk kesehatan

    masyarakat, bantuan untuk sarana umum, dan bantuan untuk sarana ibadah.

    Dalam penelitian ini Program Bina Lingkungan tidak dibahas secara mendalam

    (hanya dibahas dalam gambaran umum).

  • III. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

    sekunder diperoleh dari Telkom Community Develipment Center (CDC) Divre II

    Jakarta, publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), internet, buku, dan literatur lainnya

    yang relevan dengan penelitian ini. Unit analisa yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah 66 pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan pada program kemitraan

    PT. Telkom Divisi Regional (Divre) II Jakarta yang berada pada Daerah

    Telekomonikasi (Datel) Bogor. Pemilihan sampel tersebut dilakukan secara

    sengaja (purposive sampling) dengan menggunakan metode acak sederhana, dan

    atas dasar bahwa unit sampel berjumlah 30 atau lebih merupakan populasi normal

    (Walpole, 1982).

    3.2. Metode Penelitian

    3.2.1. Analisis Deskriptif

    Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik pengusaha

    dan usaha mitra binaan dengan pengembalian kredit yang terdapat pada PT.

    Telkom Divre II Jakarta. Analisis deskriptif ini menggunakan analisis

    crosstabulations pada software SPSS 13. Analisis crosstabulations digunakan

    untuk membandingkan antara karakteristik pengusaha kecil dan usaha yang

    menjadi mitra binaan pada Datel Bogor PT. Telkom Divre II Jakarta dengan

    pengembalian kredit.

  • 3.2.2. Analisis Statistik

    Analisis statistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

    mempengaruhi pengembalian kredit pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan

    pada program kemitraan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan

    menggunakan analisis model Binary (Probit) pada software E-views 4.1. Menurut

    Arief (1993), model Probit didasarkan atas asumsi bahwa variabel tidak bebas

    (dependent) yang diteliti mengikuti fungsi distribusi kumulatif yang berbentuk

    normal. Oleh karena didasarkan atas normal cumulative distribution function,

    maka model ini disebut juga sebagai model normit (normit model).

    Menurut Gujarati (1978), penggunaan model Probit yaitu untuk

    menjelaskan perilaku suatu variabel dependent yang dummy atau dichotomous.

    Dimana variabel dependent-nya bernilai 0 atau 1. Modelnya secara sederhana

    sebagai berikut:

    Yi = a + Xi + Ui (3.1)

    Yi bersifat dikotomi sebagai fungsi linear dari variabel yang menjelaskan Xi (Yi/

    Xi) merupakan harapan bersyarat dari Yi untuk Xi tertentu.

    Sedangkan menurut Koop (2003), model Probit digunakan ketika variabel

    dependent-nya berupa data kualitatif sebagai dummy yang bernilai 0 dan 1. Ketika

    individu membuat sebuah pilihan diantara dua pilihan, secara ekonomi akan

    dirumuskan dengan fungsi utilitas. Jika utilitas dari individu i dan Uji (Untuk J =

    0,1). Individu akan memilih 1 jika U1i > U0i dan sebaliknya jika pilihannya 0.

    Dengan demikian pilihan tergantung dari perbedaan utilitas. Model Probit

  • mengasumsikan perbedaan utilitas ini mengikuti regresi linear normal yang

    dinyatakan sebagai berikut:

    Yi* = Xi + ie (3.2)

    Ahli ekonomi tidak meninjau Yi* secara langsung, tetapi hanya pilihan yang

    sebenarnya dibuat oleh individu i.

    Menurut Maddala (1994) dalam prakteknya Yi* tidak dapat diobservasi.

    Sedangkan yang dapat kita observasi adalah variabel dummy Y yang didefinisikan

    sebagai berikut:

    Y = 1 jika Yi* > 0

    Y = 0 jika sebaliknya

    Prob (Yi = 1) = Prob (U i > - Xi)

    = 1 F (- Xi) (3.3)

    Nilai pengamatan dari Y dalam model Probit ini hanya dapat

    direalisasikan sebagai sebuah proses binomial dengan probabilitas seperti diatas.

    Oleh karena itu kemungkinan fungsinya adalah:

    L = ? yi = 0 F(- Xi) ? yi = 1 [ 1 - F(- Xi) ] (3.4)

    Model probit yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    Yi = a + 1X1i + 2X2i + 3X3i + 4X4i + 5X5i + 6X6i + 7X7i + 8 D1i + 9 D1i + ui (3.5)

    Keterangan:

    Yi = Tingkat pengembalian kredit 1 = Lancar 0 = Tidak lancar

    X1i = Jumlah pinjaman (rupiah) X2i = Tingkat suku bunga (persen) X3i = Penghasilan bersih usaha (rupiah) X4i = Pengalaman usaha (tahun)

  • X5i = Usia (tahun) X6i = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X7i = Pendidikan (tahun) SD = 6 tahun, SMP = 9 tahun, SMA = 12 tahun, D3 = 15 tahun, dan S1 = 18

    tahun. D1i= Dummy bencana (force major)

    1 = Terkena bencana 0 = Tidak terkena bencana

    D2i = Dummy penghasilan di luar usaha 1= Memiliki penghasilan di luar usaha 0= Tidak memiliki penghasilan di luar usaha

    i =Mitra binaan ke-i, ui = error, a = Intersep, dan 2 ...13 = Koefisien koefisien estimasi

    3.3. Deskripsi Variabel dan Pengukurannya

    Deskripsi variabel ini merupakan hipotesis yang digunakan dalam

    penelitian. Penetapan variabel bebas atau independent (Xi) yang mempengaruhi

    variabel dependent (Yi) ini mengaju pada studi literatur dari hasil penelitian

    Kuntjoro (1983), Prasetyo (1996), Renggani (1998), Hidayati (2003), dan

    Priarnani (2005). Namun, variabel yang dimasukkan dalam model disesuaikan

    dengan penelitian yang dilakukan, sehingga tidak semua variabel independent

    yang terdapat dalam penelitian terdahulu dimasukkan dalam model penelitian

    yang dilakukan. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah jumlah pinjaman, tingkat suku bunga, penghasilan bersih usaha,

    pengalaman usaha, usia, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, dummy

    bencana (force Major), dan dummy penghasilan di luar usaha.

    3.3.1. Tingkat pengembalian kredit

    Tingkat pengembalian kredit merupakan kemampuan mitra binaan dalam

    membayar kembali kreditnya. Tingkat pengembalian kredit yang telah

  • dikembalikan oleh mitra binaan dilihat dari pokok pinjaman kredit beserta

    bunganya serta waktu pengembalian kredit. Mitra binaan yang diambil adalah

    mitra binaan PT. Telkom Divre II Jakarta yang masih akses terhadap kredit.

    Tingkat pengembalian kredit dalam penelitian ini dilihat berdasarkan lancar dan

    tidak lancarnya pengembalian kredit yang dilakukan oleh mitra binaan. Dimana

    dalam penelitian ini nilai 1 untuk tingkat pengembalian kredit lancar dan nilai 0

    untuk tingkat pengembalian kredit tidak lancar.

    3.3.2. Jumlah Pinjaman

    Jumlah pinjaman merupakan besarnya kredit yang diberikan oleh PT.

    Telkom Divre II Jakarta kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan.

    Pinjaman beruapa kredit dana bergulir ini diberikan oleh PT. Telkom Divre II

    Jakarta pada program kemitraan CSR dilakukan dalam rangka membantu

    permodalan bagi pengusaha kecil. Besarnya jumlah pinjaman yang diberikan

    kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan maka akan meningkatkan

    produktifitas usaha yang dijalankannya. Dengan meningkatnya produktifitas mitra

    binaan akan meningkatkan pengembalian kredit. Dengan demikian jumlah

    pinjaman diduga berhubungan positif terhadap pengembalian kredit. Satuan yang

    digunakan untuk jumlah pinjaman adalah Rupiah.

    3.3.3. Tingkat Suku Bunga

    Tingkat suku bunga mempengaruhi pengembalian kredit, semakin besar

    tingkat suku bunga maka kemampuan pengembalian kredit semakin rendah.

  • Dengan demikian tingkat suku bunga diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat

    pengembalian. Satuan yang digunakan adalah persen.

    3.3.4. Penghasilan Bersih Usaha

    Penghasilan bersih usaha adalah penghasilan yang diperoleh mitra binaan

    dalam menjalankan usahanya setelah disisihkan dengan biaya-biaya lainnya.

    Semakin tinggi penghasilan bersih yang diterima maka semakin besar pula bagian

    yang dapat disisihkan setelah memenuhi segala keperluan keluarga atau rumah

    tangga. Dengan demikian, diduga semakin besar penghasilan bersih maka akan

    berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Satuan yang digunakan

    adalah Rupiah per bulan.

    3.3.5. Pengalaman Usaha

    Pengalaman usaha yang dimaksud adalah pengalaman mitra binaan dalam

    menjalankan usahanya. Semakin lama pengalaman usaha mitra binaan dalam

    menjalankan usahanya maka dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan

    dalam menjalankan usahanya. Keberhasilan ini pada akhirnya akan dapat

    meningkatkan tingkat pengembalian kreditnya. Dengan demikian pengalaman

    usaha diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit. Satuan

    yang digunakan adalah tahun.

  • 3.3.6. Usia

    Usia mempengaruhi keberanian mitra binaan dalam mengambil keputusan,

    dengan meningkatnya usia akan mempengaruhi kematangan dalam berpikir dan

    bertindak, sehingga dapat mengambil keputusan secara rasional. Dengan demikian

    meningkatnya usia mitra binaan, diduga berpengaruh positif terhadap tingkat

    pengembalian kredit. Satuan yang digunakan adalah tahun.

    3.3.7. Jumlah Tanggungan Keluarga

    Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah anggota

    keluarga yang menjadi tanggungan keluarga mitra binaan. Jumlah tanggungan

    keluarga akan mempengaruhi pengeluaran keluarga, karena berkaitan dengan

    pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan anggota keluarga. Semakin banyak

    jumlah tanggungan keluarga pengusaha akan semakin tinggi pengeluaran untuk

    keluarga. Sehingga hal ini diduga akan mengurangi bagian dari penghasilan yang

    dialokasikan untuk pembayaran kredit. Dengan demikian jumlah tanggungan

    keluarga diduga akan berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit.

    Jumlah tanggungan keluarga diukur berdasarkan jumlah anggota keluarga yang

    menjadi tanggungan pengusaha, satuan yang digunakan adalah orang.

    3.3.8. Tingkat Pendidikan

    Tingginya tingkat pendidikan pengusaha menjadi landasan atau dasar

    untuk memahami dan berpikir, hal ini akan mempengaruhi kemampuan dalam

    mengelola usahanya. Dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh

  • pengusaha maka akan semakin baik dalam mengelola usahanya. Dengan demikian

    tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian

    kredit. Satuan yang digunakan adalah tahun. Dimana untuk SD=6 tahun, SMP=9

    tahun, SMA=12 tahun,, D3=15 tahun, S1=16 tahun, S2=18 tahun dan S3=22

    tahun.

    3.3.9. Bencana (Force Major)

    Bencana (force major) adalah musibah yang menimpa mitra binaan yang

    mempengaruhi jalannya usaha, dan akan berpengaruh terhadap pendapatan yang

    diperoleh pengusaha. Penurunan yang diperoleh akibat adanya bencana yang

    menimpa mitra binaan akan mempengaruhi kelancaran dalam pengembalian

    kredit. Bencana yang dimaksud seperti kebakaran, kebanjiran, pencurian atau

    perampokan, sakit, kematian, dan lain- lain. Faktor bencana ini diduga

    berpengaruh negatif terhadap pengembalian kredit. Variabel dummy diukur dari

    ada atau tidaknya bencana yang menimpa mitra binaan, D1i akan bernilai 1 jika

    mitra binaan tertimpa bencana dan D1i akan bernilai 0 jika mitra binaan tidak

    tertimpa bencana.

    3.3.10. Penghasilan Lain di Luar Usaha

    Penghasilan lain di luar usaha merupakan penghasilan yang diperoleh

    mitra binaan diluar usaha yang dijalankan oleh mitra binaan. Penghasilan di luar

    usaha yang diperoleh mitra binaan dianggap dapat mempengaruhi tingkat

    pengembalian kredit karena semakin banyaknya sumber pendapatan yang

  • diperoleh mitra binaan maka akan semakin kecil kemungkinan untuk menunggak.

    Variabel ini diukur dari ada atau tidaknya pendapatan lain diluar usaha yang

    dijalankan oleh mitra binaan, D2i akan bernilai satu apabila mitra binaan memiliki

    pendapatan diluar usaha yang dijalankannya, dan D2i akan bernilai nol jika mitra

    binaan tidak memiliki pendapatan di luar usaha yang dijalankan.

  • IV. GAMBARAN UMUM

    4.1. Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.

    PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) adalah Badan Usaha Milik

    Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pelayanan atau penyedia jasa dan

    jaringan telekomunikasi yang di bentuk dan didirikan berdasarkan hukum

    Republik Indonesia. Telkom merupakan salah satu BUMN yang menjalankan

    program Corporate Social Responsibility (CSR). Telkom Corporate Social

    Responsibility adalah komitmen Telkom dalam mendukung pengembangan

    kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan sebagai bagian dari strategi bisnis

    perusahaan.

    Telkom sudah menjalankan program CSR sejak tahun 2000 yang benama

    Pembinaan Industri Kecil (PIK). Pada tahun 2001 program CSR yang dijalankan

    oleh Telkom berubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK), hal

    ini didasarkan atas SK MENKU No. 316 Tahun 2001. Program PIK dan PUKK

    yang dijalankan oleh Telkom ini dilakukan untuk membantu Usaha Kecil dan

    Menengah (UKM) atau industri kecil dan koperasi khususnya dalam memperoleh

    modal. Namun, pada tahun 2003 sampai dengan sekarang program CSR yang

    dijalankan oleh Telkom bernama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

    (PKBL). Hal ini, didasarkan pada Kepmen No. 236/MBU/2003 dimana dalam

    kegiatan CSR tidak hanya membantu permasalahan modal untuk usaha kecil

    tetapi juga harus memperhatikan lingkungan khususnya di daerah sekitar

    perusahaan.

  • Adapun visi Telkom Corporate Social Responsibility adalah sebagai

    pelopor implementasi Corporate Social Responsibility di ASIA. Sedangkan, misi

    Telkom Corporate Social Responsibility, yaitu berperan aktif dalam

    mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan teknologi infocom, meningkatkan

    kualitas hidup masyarakat, dan menjaga keseimbangan lingkungan.

    4.2. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center (CDC) Divre II Jakarta

    Assman (Assisten Manager) Program Kemitraan

    Senior General Manager Affair

    Manager Telkom Community

    Development Center Divre II

    Officer-2 Program Bina Lingkungan

    Assman (Assisten Manager)

    Program Bina Lingkungan

    Officer-2 Program Kemitraan

    Officer-3 Program Kemitraan

    Officer-2 Program Bina Lingkungan

    Officer-2 Sekretariat &

    Administrasi Umum

    Officer-2 Keuangan

    Assman (Assisten Manager)

    Pengelolaan Administrasi dan

    Keuangan

    Sumber: PT.Telkom Divre II Jakarta (2007). Gambar 4.1. Struktur Organisasi Telkom Community Development Center

    (CDC) Divre II Jakarta.

  • Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 program CSR yang

    dijalankan oleh Telkom masih bersifat side-job atau kelompok kerja yang

    dijalankan di Daerah Telekomunikasi (Datel) masing-masing. Sedangkan pada

    awal 2004 sampai dengan sekarang program CSR yang dijalankan oleh Telkom

    sudah menjadi unit kerja yang bernama Community Development Center (CDC)

    atau Comdev, secara organisasi program CSR yang dijalankan oleh Telkom

    merupakan suatu unit yang berada di perusahaannya, dimana sudah dijabat oleh

    Senior General Manager (SGM). Untuk di Divisi Regionalnya sendiri

    dikomandani oleh seorang manajer yang berada dibawah SGM Affair.

    Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa tugas Manajer Unit CDC

    Divisi regional (Divre) II adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan

    implementasi program kemitraan dan bina lingkungan, serta melaporkan kepada

    Kepala Divre II Jakarta dan Kepala Pusat Telkom CDC. Dimana dalam

    melaksanakan tugasnya Manajer Unit CDC Divre II dibantu oleh Assisten

    Manager (Assman) program kemitraan (Officer I Small Medium Enterprise),

    Assman program bina lingkungan (Officer I Community Responsibility), dan

    Assman pengelolaan administrasi & keuangan (Officer I Admintration &

    Financial).

    Dalam melaksanakan tugasnya Assman program kemitraan (Officer I

    Small Medium Enterprise) dibantu oleh Officer-2 program kemitraan, dan Officer-

    3 program kemitraan. Adapun tugas dari Assman Program Kemitraan adalah

    melapor kepada Manager unit Telkom CDC dan menerima laporan dari Officer-2

    dan Officer-3 program kemitraan; dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

  • program kemitraan mulai dari evaluasi proposal calon mitra binaan, membuat

    rekomendasi kepada Manager Unit atas proposal yang masuk, mengkoordinir

    penyiapan dan penyaluran dana program kemitraan, memantau dan membina

    mitra binaan dan melakukan pengawasan atas pengembalian dana program

    kemitraan seluruh mitra binaan di Divre II Jakarta, dan membuat laporan

    pelaksanaan program kemitraan.

    Assman program bina lingkungan (Officer I Community Responsibility)

    bertugas melapor kepada Manager Unit Telkom CDC dan menerima laporan dari

    officer-2 dan officer-3 program bina lingkungan; dan bertanggung jawab atas

    koordinasi pelaksanaan program bina lingkungan mulai dari evaluasi proposal

    bantuan bina lingkungan hingga persiapan dan pelaksanaannya.

    Assman pengelolaan administrasi dan keuangan bertugas melapor kepada

    Manager Unit Telkom CDC dan menerima laporan dari Officer-2 Sekretariat &

    Administrasi Umum, dan Officer-2 Keuangan; dan bertanggung jawab atas

    penyelenggaraan penyaluran (transfer) dana program kemitraan dan bina

    lingkungan serta menerima pengembalian dana program kemitraan, akuntansi

    operasi dan analisa keuangan serta penyajian data atau laporan keuangan yang

    akurat dan tepat waktu sebagai gambaran performansi keuangan program

    kemitraan dan bina lingkungan, guna pengambilan keputusan bagi manajemen.

    Tujuan pembentukan Telkom CDC ini adalah agar aktifitas pengelolaan

    program kemitraan dan bina lingkungan ini dapat berjalan secara sistematis,

    efektif, dan efisien di lingkungan Telkom melalui optimalisasi pembagian

    aktifitas, penetapan ukuran unit bisnis, serta pendelegasian kewenangan sehingga

  • dapat memberikan kualitas hubungan yang sinergik antara Telkom dengan

    pengusaha kecil, serta masyarakat sekitar perusahaan dalam rangka penerapan

    Good Corporate Citizenship, memberikan transparansi proses pengalokasian

    dananya serta memberikan multiplier effect yang bermanfaat bagi bisnis Telkom

    pada khususnya, dan industri telekomunikasi pada umumnya.

    4.3. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Telkom Divre II Jakarta

    Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dijalankan oleh

    Telkom dilakukan dalam rangka pelaksanaan Good Corporate Citizenship dimana

    perusahaan perlu ikut serta dalam mendorong pemberdayaan ekonomi rakyat dan

    meningkatkan kepedulian terhadap peningkatan kondisi sosial masyarakat

    terutama di sekitar wilayah operasi perusahaan. Hal ini dilakukan guna

    memposisikan perusahaan agar memiliki makna keberadaan perusahaan di

    masyarakat atau lingkungan yang pada gilirannya dapat meningkatkan citra

    perusahaan dengan menyisihkan laba perusahaan.

    4.3.1. Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta

    Program kemitraan adalah suatu program CSR Telkom yang bertujuan

    untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri

    melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Telkom. Dengan melaksanakan

    program kemitraan dengan usaha kecil ini diharapkan dapat mendorong kegiatan

    dan pertumbuhan ekonomi, dan juga terciptanya lapangan kerja serta kesempatan

    berusaha.

  • Program kemitraan ini diberikan kepada usaha kecil yang memenuhi

    syarat-syarat sebagai berikut yaitu, memiliki kekayaan bersih paling banyak 200

    juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil

    penjualan tahunan paling banyak satu milyar rupiah; milik warga negara

    Indonesia; berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki,

    dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tak langsung dengan usaha

    menengah atau usaha besar; berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak

    berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi;

    telah melakukan kegiatan usaha minimal satu tahun serta mempunyai potensi dan

    prospek usaha untuk dikembangkan. Dana program kemitraan ini bersumber dari

    penyisihan laba setelah pajak sebesar satu persen sampai dengan tiga persen; hasil

    bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana program kemitraan

    setelah diurangi beban operasional; dan jika ada dari pelimpahan dana program

    kemitraan dari BUMN lain.

    Dana program kemitraan yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta

    kepada pengusaha kecil diberikan dalam bentuk pinjaman yang digunakan untuk

    membiayai modal kerja atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan

    produksi dan penjualan. Pinjaman yang diberikan pada pengusaha kecil dan

    koperasi yang menjadi mitra binaan oleh Telkom dilakukan sejak tahun 2002

    sampai dengan sekarang. Jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre

    II Jakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilhat pada

    Tabel 4.1. Dimana sampai dengan tahun 2006 triwulan satu PT. Telkom Divre II

  • Jakarta telah menyalurkan kredit dana bergulir kepada pengusaha kecil sebesar

    33,633 milyar rupiah.

    Tabel 4.1. Jumlah Pinjaman Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta

    Jumlah Pinjaman (Juta Rupiah) Datel

    2002 2003 2004 2005 2006 (TW1) Jakarta Pusat 400 240 732 913 195 Jakarta Barat 290 620 714 1.192 210 Jakarta Selatan 465 671 1.405 2.100 565 Jakarta Timur 615 740 979 1.705 460 Jakarta Utara 206 570 786 1.533 425 Tangerang 1.715 1.316 2.419 1.215 200 Bogor 679 299 1.111 2.114 300 Bekasi 410 470 675 1.679 300 Jumlah 4.780 4.926 8.821 12.451 2.655

    Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2007).

    PT. Telkom Divre II Jakarta memiliki delapan Datel yaitu Jakarta Pusat,

    Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Tangerang, Bogor,

    dan Bekasi. Besarnya jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II

    Jakarta pada setiap Datel berbeda-beda, hal ini dikarenakan banyaknya jumlah

    pengusaha kecil yang berhasil menjadi mitra binaan pada Datel yang terdapat

    pada PT. Telkom Divre II Jakarta.

    Pada tahun 2002 sampai dengan triwulan satu 2006 jumlah pinjaman yang

    paling besar diberikan kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT.

    Telkom Divre II Jakarta yang terdapat pada Datel Tanggerang, kecuali pada tahun

    2005 jumlah pinjaman yang paling besar diberikan pada Datel Bogor. Besarnya

    jumlah pinjaman yang diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta kepada

    pengusaha kecil dan koperasi setiap tahunnya ditentukan oleh Rapat Umum

  • Pemegang Saham (RUPS) dan juga dilihat dari laba yang diperoleh oleh PT.

    Telekomunikasi Indonesia Tbk.

    Tabel 4.2. Jumlah Mitra Binaan Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta

    Jumlah Mitra Binaan (Orang) Datel

    2002 2003 2004 2005 2006 (TW1) Jakarta Pusat 7 16 31 77 5 Jakarta Barat 36 49 69 62 6 Jakarta Selatan 26 40 91 113 34 Jakarta Timur 49 60 66 98 15 Jakarta Utara 12 32 48 104 29 Tangerang 141 151 172 81 11 Bogor 42 41 61 127 9 Bekasi 23 29 40 114 22 Jumna 336 418 578 776 131

    Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2007).

    Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa pada tahun 2002 sampai dengan

    triwulan satu 2006, PT. Telkom Divre II Jakarta telah menyalurkan pinjaman

    kepada 2.239 pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan PT. Telkom Divre II

    Jakarta. Besarnya jumlah pengusaha kecil yang berhasil menjadi mitra binaan PT.

    Telkom Divre II Jakarta pada setiap Datel berbeda-beda. Perbedaan jumlah mitra

    binaan pada setiap Datel dikarenakan banyaknya pengusaha kecil yang

    mengajukan permohonan kredit pada setiap Datel berbeda-beda. Datel yang

    memiliki jumlah mitra binaan terbesar dikarenakan banyaknya jumlah pengusaha

    kecil yang mengajukan kredit pada PT. Telkom Divre II Jakarta yang terdapat

    pada Datel tersebut.

  • Tabel 4.3. Jumlah Pinjaman dan Tingkat Suku Bunga yang Diberikan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta pada Program Kemitraan Jumlah Pinjaman

    (Juta Rupiah) Tingkat Suku Bunga

    (Persen) s/d 10 6 > 10 30 8 > 30 50 10 > 50 12

    Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2003). Besarnya jumlah pinjaman yang diperoleh oleh pengusaha kecil dapat

    dilihat pada Tabel 4.3. Pada tahun 2003 sampai dengan sekarang PT. Telkom

    Divre II Jakarta memberikan pinjaman kepada pengusaha kecil yang menjadi

    mitra binaan dengan tingkat suku bunga tertentu. Tingkat bunga pinjaman yang

    dikenakan kepada mitra binaan bersifat regresif profesional, yaitu semakin besar

    jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat suku bunga yang dikenakan.

    4.3.1.1. Proses Penyaluran Kredit Dana Bergulir pada Program Kemitraan PT. Telkom Divre II Jakarta

    Proses penyaluran kredit dana bergulir pada program kemitraan ini dapat

    dilihat pada Lampiran 4. PT. Telkom Divre II Jakarta memiliki dua kriteria calon

    mitra binaan yang akan menjadi mitra binaan, yaitu calon mitra binaan aktif dan

    calon mitra binaan pasif. calon mitra binaan aktif adalah calon mitra binaan yang

    mendapatkan rekomendasi dari PT. Telkom Divre II Jakarta untuk memperoleh

    kredit sedangkan calon mitra binaan pasif adalah calon mitra binaan yang tidak

    mendapatkan rekomendasi dari PT. Telkom Divre II Jakarta. Baik calon mitra

    binaan aktif maupun pasif diharuskan membuat proposal permohonan mengenai

    kegiatan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan kredit dari PT. Telkom Divre

    II Jakarta.

  • Setelah proposal permohonan tersebut dibuat oleh calon mitra binaan,

    proposal permohonan tersebut diseleksi oleh unit Community Development Center

    (CDC). Tahap seleksi ini merupakan evaluasi awal yang dilakukan oleh unit CDC

    kepada calon mitra binaan. Apabila proposal permohonan tersebut memenuhi

    syarat maka unit CDC akan melakukan survei kepada calon mitra binaan. Survei

    yang dilakukan oleh unit CDC kepada calon mitra binaan aktif maupun pasif

    dengan melakukan wawancara, dan verifikasi data administrasi dan keuangan.

    Selain itu survei yang dilakukan oleh unit CDC juga dilakukan tanpa

    sepengetahuan calon mitra binaan itu sendiri, yaitu dengan mencari informasi

    kepada tetangga atau Ketua RT (Rukun Tetangga) maupun kepada instansi terkait

    lainnya mengenai calon mitra binaan. Apabila calon mitra binaan ini memenuhi

    syarat setelah dilakukannya survei oleh unit CDC, maka langkah yang dilakukan

    oleh unit CDC adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini dilakukan oleh unit CDC

    dengan melihat kebenaran identitas dan status usaha, menilai kelayakan usaha,

    melakukan analisa keuangan, dan menilai lebih lanjut mengenai 5 C yaitu,

    Character, Capability, Capacity, Condition of economy, dan Collateral.

    Setelah CMB berhasil memenuhi syarat yang dapat diketahui pada tahap

    survei maupun tahap seleksi, maka tahap selanjutnya yang dilakukan oleh unit

    CDC adalah usulan penetapan. Usulan penetapan ini dilakukan oleh unit CDC

    kepada Telkom CDC dengan melakukan pengajuan mengenai usulan CMB

    kepada Telkom CDC. Usulan penetapan ini oleh Telkom CDC dilihat dari jumlah

    pinjaman yang dipinjam oleh calon mitra binaan. Apabila anggaran tersebut

    tersedia, usulan tersebut diterima oleh Telkom CDC, maka penetapan pun

  • dilakukan kepada calon mitra binaan untuk menjadi mitra binaan. Namun, untuk

    calon mitra binaan yang tidak diterima usulan penetapannya karena verifikasi

    dananya tidak tersedia, maka usulan calon mitra binaan tersebut masuk ke dalam

    database daftar tunggu.

    Dengan ditetapkannya usulan penetapan karena tersedianya verifikasi

    dana, oleh Telkom CDC, kemudian usulan penetapan tersebut juga diserahkan

    oleh Direktur Sumber Daya Manusia (SDM). Penetapan atas usulan tersebut

    dilakukan oleh Direktur SDM. Apabila usulan penetapan tersebut disetujui oleh

    Direktur SDM maka pemberitahuan kepada calon mitra binaan dan

    penandatanganan kontrak diserahkan kepada Telkom CDC yang kemudian

    ditangani langsung oleh Divre (unit CDC). Penandatangan kontak yang

    merupakan persetujuan antara calon mitra binaan dengan unit CDC dilakukan

    dengan melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS). Adapun isi dalam PKS tersebut

    memuat mengenai nama dan alamat unit pengelola program kemitraan serta

    alamat mitra binaan, hak dan kewajiban masing-masing pihak yang melakukan

    perjanjian, jumlah pinjaman dan peruntukkannya dan syarat-syarat pinjaman

    (jangka waktu pinjaman, bunga pinjaman, jadwal angsuran, dan besarnya

    angsuran per bulan). Apabila PKS tesebut telah disetujui oleh kedua belah pihak

    maka proses transfer dana pun dilakukan kepada mitra binaan melalui Bank yang

    ditunjuk oleh unit CDC.

  • 4.3.1.2. Pengembalian kredit

    Besarnya pengembalian kredit ditentukan berdasarkan besarnya jumlah

    pinjaman yang dipinjam dan tingkat suku bunga yang dikenakan. PT. Telkom

    Divre II Jakarta menetapkan jangka waktu pembayaran yang dilakukan oleh mitra

    binaan dilakukan dengan cara mengansur setiap bulannya selama dua tahun, dan

    dibayar melaui Bank Mandiri yang ditunjuk oleh PT. Telkom Divre II Jakarta.

    Diharapkan dengan kebijakan tersebut pengusaha kecil tidak terlalu memberatkan

    pengusaha kecil untuk mengembalikan kredit yang dipinjam.

    Meskipun PT. Telkom Divre II Jakarta sudah memberikan kemudahan

    kepada pengusaha kecil dalam hal pembayaran kredit, namun masih ada

    pengusaha kecil yang menunggak dalam mengembalikan kredit. Langkah- langkah

    yang dilakukan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta pada pengusaha kecil yang

    menunggak adalah dengan melakukan:

    Reminding Call secara rutin, reminding call ini dilakukan tidak hanya kepada

    MB yang menunggak tetapi juga kepada MB yang dalam pembayarannya

    lancar untuk mengingatkan agar tidak telat dalam membayar angsuran.

    Reminding call dilakukan dengan menghubungi MB melalui pesawat telepon.

    Reminding letter, dilakukan apabila MB yang menunggak telah di telepon

    maksimal tiga kali tetapi belum ada realisasi untuk membayar angsuran.

    Kunjungan ke mitra binaan (Door to door), dilakukan apabila tahap

    reminding call tidak berhasil.

    Pelaksanaan Reschedulling atau penjadwalan ulang jangka waktu kredit yang

    harus dibayar. Tahap Reschedulling dilakukan kepada MB yang memiliki

  • tunggakan selama tiga bulan berturut-turut, melalui negosiasi dan disepakati

    melalui berita acara.

    Reconditioning (penyesuaian persyaratan), dilakukan kepada MB yang telah

    di Reschedulling tetapi tidak ada pembayaran selama tiga bulan berturut-turut.

    Pada tahap Reconditioning ini tunggakan bunga pinjaman dapat dikapitalisasi

    menjadi pokok pinjaman atau dihapuskan tunggakan beban bunganya dan

    beban selanjutnya.

    4.3.2. Program Bina Lingkungan PT. Telkom Divre II Jakarta

    Program Bina Lingkungan adalah program CSR Telkom dalam rangka

    pemberdayaan kondisi sosial masyarakat di wilayah usaha perusahaan melalui

    pemanfaatan dana dari bagian laba Telkom. Dana yang disalurkan oleh Telkom

    untuk program bina lingkungan adalah maksimal sebesar satu persen dari

    penyisihan laba setelah pajak dan hasil bunga deposito dan atau jasa dari dana

    program bina lingkungan, seperti program kemitraan besarnya dana pada program

    bina lingkungan ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

    Tabel 4.4. Dana Program Bina Lingkungan yang Disalurkan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta

    Dana Program Bina Lingkungan (Rupiah) ASNAF 2004 2005 2006

    BBA - 42.550.000 51.600.365 BPP 310.666.200 539.900.000 864.904.000 BKM 208.484.550 135.500.000 349.100.000 BSU 230.167.300 45.800.000 380.300.000 BSI 60.000.000 34.000.000 191.750.000 Jumlah 809.318.050 797.750.000 1.837.654.365

    Sumber: PT. Telkom Divre II Jakarta (2007).

  • Pada Tabel 4.4. dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2004 sampai dengan

    2006 PT. Telkom Divre II Jakarta telah menyalurkan dana untuk program bina

    lingkungan sebesar 3,444 milyar rupiah. Dana program bina lingkungan PT.

    Telkom Divre II Jakarta digunakan untuk tujuan yang dapat memberikan manfaat

    kepada masyarakat di wilayah usaha PT. Telkom Divre II Jakarta dalam bentuk

    Bantuan Korban Bencana Alam (BBA) sebesar 20 persen, Bantuan Pendidikan

    dan atau Pelatihan (BPP) sebesar 50 persen, Bantuan Kesehatan Masyarakat

    (BKM) sebesar 20 persen, Bantuan Pengembangan Sarana dan Prasana Umum

    (BSU) sebesar 5 persen, dan Bantuan Sarana Ibadah (BSI) sebesar 5 persen.

    Untuk itu Dana Program Bina Lingkungan terbesar setiap tahunnya yang

    disalurkan oleh PT. Telkom Divre II Jakarta adalah untuk kegiatan pendidikan

    dan atau pelatihan. Pemberian bantuan pada Program Bina Lingkungan ini

    dilakukan survei terlebih dahulu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di masing-

    masing Divisi atau Kandatel (Kantor Daerah Telekomunikasi).

  • V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Analisis Karakteristik Pengusaha dan Usaha Mitra Binaan

    Karakteristik mitra binaan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu usia

    tingkat pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga. Sedangkan untuk

    karakteristik usaha yang dijalankan oleh mitra binaan adalah penghasilan bersih

    dan pengalaman usaha. Karakteristik pengusaha dan usaha yang menjadi mitra

    binaan PT. Telkom Divre II Jakarta dijelaskan menggunakan analisis deskriptif

    melalui analisis crosstabulations dengan menggunakan software SPSS 13.

    Analisis crosstabulations ini menampilkan tabulasi silang antara pengembalian

    kredit dengan karakteristik pengusaha dan usaha mitra binaan pada (Daerah

    Telekomunikasi (Datel) Bogor, dimana dalam penelitian ini sampel yang

    digunakan untuk mewakili mitra binaan pada Datel Bogor sebanyak 66 pengusaha

    kecil.

    Kredit yang diberikan oleh PT. Telkom Divisi Regional (Divre) II Jakarta

    kepada pengusaha kecil yang menjadi mitra binaan adalah kredit berjangka waktu

    dua tahun, yang dapat diangsur setiap satu bulan sekali sehingga mitra binaan

    dapat mengangsur pinjaman tersebut sebanyak 24 kali. Klasifikasi angsuran yang

    terdapat pada PT.Telkom Divre II Jakarta adalah lunas, lancar, kurang lancar,

    diragukan, dan macet. Dimana klasifikasi angsuran lunas dan lancar apabila

    pembayaran anggaran pokok dan bunga tepat waktu. Klasifikasi angsuran kurang

    lancar apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga

    yang telah melampaui satu hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal jatuh

  • tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui

    bersama. Klasifikasi angsuran diragukan apabila terjadi keterlambatan

    pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 hari dari

    tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah

    disetujui bersama. Sedangkan klasifikasi angsuran macet apabila terjadi

    keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui

    360 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan perjanjian

    yang telah disetuji bersama.

    Dalam penelitian ini pengembalian kredit dibagi menjadi dua yaitu

    pengembalian kredit lancar dan tidak lancar. Unuk pengembalian kredit lancar

    terdiri dari klasifikasi angsuran lunas dan lancar, sedangkan pengembalian kredit

    tidak lancar terdiri dari klasifikasi angsuran kurang lancar, diragukan, dan macet.

    Berdasarkan hasil case prossesing summary menunjukkan bahwa dari 66 data

    tidak ada data yang hilang (missing), dengan ketepatan (valid) sebesar 100 persen

    (Lampiran 2).

    5.1.1. Usia

    Berdasarkan Gambar 5.1. usia yang menjadi mitra binaan PT. Telkom

    Divre II Jakarta pada Datel Bogor, paling muda berusia 24 tahun dan usia tertua

    58 tahun. Besarnya jumlah usia termuda dan tertua adalah sebesar 1,52 persen.

    Sedangkan dari 66 mitra binaan yang dijadikan sampel, jumlah mitra binaan yang

    berusia 45 tahun lebih tinggi dibandingka