ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak...

86
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MINYAK CENGKEH DI JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh : SALWA NUR FITRIA H0307023 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak...

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MINYAK CENGKEH

DI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh :

SALWA NUR FITRIA

H0307023

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MINYAK CENGKEH

DI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh :

SALWA NUR FITRIA

H0307023

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur ke hadirat Allah SWT atas

segala limpahan berkah dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga akhirnya

penelitian ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang

mengikuti Beliau sampai hari akhir nanti.

Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Volume Ekspor Minyak Cengkeh Di Jawa Tengah” ini disusun untuk memenuhi

sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi

ini. Ucapan terimakasih tersebut ingin Penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MS selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/

Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta, sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan saran,

masukan dan arahan kepada penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Minar Ferichani, MP selaku dosen pembimbing akademik dan

pembimbing utama skripsi yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan

masukan kepada penulis.

5. Ibu Umi Barokah, SP, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang

senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh

perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

7. Seluruh jajaran kepengurusan dan staf Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan

Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, atas izin penelitian yang telah

diberikan.

8. Seluruh jajaran kepengurusan dan staf Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah,

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Provinsi Jawa Tengah atas bantuannya dalam

menyediakan data-data serta informasi yang dibutuhkan penulis dalam penelitian

ini.

9. Kedua orangtua tercinta Bapak Muhamad Djazuli (Alm) dan Ibu Hartati, Mbah

Uti, kedua kakak Arief Rachman Hakim dan Muhammad Bisyri Musthofa, serta

adik tersayang Shofiatu Al-Mukarromah. Terimakasih atas segala bentuk

dukungan, motivasi, perhatian, kasih sayang, dan doa yang setiap saat

dipanjatkan untuk kesuksesan penulis.

10. Calon imam penulis, atas segala bentuk perhatian, doa, kasih sayang dan

dukungan sejak awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

11. Kedua tangan kanan penulis, Primadani Setyo Prakoso dan Nurul Fadlillah, atas

doa, pendampingan, dukungan dan motivasi yang luar biasa kepada penulis sejak

awal hingga terselesaikannya penelitian ini.

12. Sahabat-sahabat setia penulis, PONKS: Lala, Dhea, Ratna dan Mumun.

Terimakasih untuk jalinan persaudaraan, kebersamaan, dan tempat berbagi

segala bentuk pahit manis perjuangan di kampus selama ini.

13. Para pejuang analisis ekspor Jawa Tengah: Prima, Yosep, Bela dan Adia, yang

telah menjadi sarana diskusi dan berbagi solusi selama proses penyusunan

penelitian ekspor kita.

14. Teman-teman HIBITU - Himpunan Bisnis 2007: Joko, Dedy, Antony, Nasir,

Tyok, Diki, Rochmat, Adam, Maman, Nita Dwi, Istikomah, Helmi, Ferinika,

Nurana, Clara, Sabila, Wahyuni, Maria, Echa, Aliyah, Peppy, Kiky, Nita Yudita,

Sukma, dll. Terimakasih untuk segala pengalaman yang diberikan semasa kuliah

dan bantuannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

15. Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan

keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

rintangan.

16. Teman-teman BEM FP UNS Kabinet Pembaharuan dan Kabinet Revolusioner,

yang telah banyak mengajarkan idealisme, kebersamaan, dan penggalian potensi

diri.

17. Teman-teman FUSI FP UNS, yang telah banyak mengajarkan kejujuran, kerja

keras dan ukhuwah.

18. Para hamster penetralisir stres: sippi, popo, cemil, cemol, moci, onyit, coki,

unyil, 6 kawanan cendol dan 7 bayi mungil.

19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pengembangan diri dan

membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan, baik

dalam penyajian maupun pembahasan. Dengan segala kerendahan hati, penulis

berharap di balik kekurangan karya ini masih ada manfaat yang bisa diberikan baik

bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater, dan bagi pembaca.

Surakarta, Februari 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x RINGKASAN .................................................................................................... xi SUMMARY ....................................................................................................... xii I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 7 B. Landasan Teori ....................................................................................... 8

1. Tanaman Cengkeh ............................................................................. 8 2. Minyak Cengkeh ............................................................................... 9 3. Standar Mutu Minyak Cengkeh ........................................................ 10 4. Teori Perdagangan Internasional....................................................... 12 5. Ekspor ............................................................................................... 14 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor ....................................... 16 7. Estimasi Fungsi Ekspor ..................................................................... 18 8. Elastisitas Penawaran Ekspor ............................................................ 19

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ..................................................... 21 D. Hipotesis ................................................................................................. 23 E. Asumsi-asumsi ....................................................................................... 23 F. Pembatasan Masalah .............................................................................. 23 G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ........................ 23

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ........................................................................ 26 B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ..................................................... 26 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 26 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 27 E. Metode Analisis Data ............................................................................. 27

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ..................................................................................... 34 B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja ................................................. 38 C. Keadaan Perekonomian ....................................................................... 41 D. Keadaan Pertanian ............................................................................... 42 E. Keadaan Umum Sub Sektor Perkebunan ........................................... 45

V. HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum Minyak Cengkeh di Provinsi Jawa Tengah ................... 49 B. Volume Ekspor Minyak Cengkeh dan Variabel-variabel yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh di Provinsi Jawa Tengah..................................................................................................... 49

C. Hasil Analisis Data ................................................................................. 61

VI. PEMBAHASAN A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh

Jawa Tengah............................................................................................ 69 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 75 B. Saran........................................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Migas dan Nonmigas Indonesia

Tahun 1999-2003 (Juta US $) ..................................................... 1 Tabel 2. Komoditas Utama Ekspor Minyak Atsiri Indonesia dan Provinsi

Sentra Produksi ........................................................................... 3 Tabel 3. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tanaman Cengkeh

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1999-2003. .................................. 4 Tabel 4. Standar Nasional Indonesia Untuk Minyak Cengkeh (SNI 06-

2387-2006). ................................................................................. 12 Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan dan Jenis Pengairan di Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2009 .................................................................... 35 Tabel 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2005-2009 ......................................................................... 39 Tabel 8. Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009 39 Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2009 ...................................................................... 40 Tabel 10. Angkatan Kerja Dan Bukan Angkatan Kerja di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2005-2009. ........................................................... 40 Tabel 11. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Rakyat di

Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009 .............................................. 47 Tabel 12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Tahun 1987-2003 ........................................................................ 51 Tabel 13. Perkembangan Volume Produksi Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003 .......................................................... 53 Tabel 14. Perkembangan Harga Domestik Minyak Cengkeh Jawa Tengah,

Tahun 1987-2003 ....................................................................... 55 Tabel 15. Perkembangan Harga Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah,

Tahun 1987-2003 ........................................................................ 57 Tabel 16. Perkembangan Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat Terhadap

Rupiah, Tahun 1987-2003........................................................... 59 Tabel 17. Rekapitulasi Variabel-Variabel Penelitian .................................. 61 Tabel 18. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap

Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah ......................... 62 Tabel 19. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap

Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah ......................... 63 Tabel 20. Nilai Standar Koefisien Regresi Tiap Variabel Yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah 64 Tabel 21. Matriks Korelasi .......................................................................... 65 Tabel 22. Nilai Durbin-Watson ................................................................... 66 Tabel 23. Nilai Koefisien Elastisitas Variabel bebas yang Berpengaruh

Terhadap Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah ......... 67

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul ............................ Halaman Gambar 1. Diagram Kerangka Teori Pendekatan Masalah .......................... 22 Gambar 2. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003. ......................................................... 52 Gambar 3. Grafik Perkembangan Volume Produksi Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003 .......................................................... 54 Gambar 4. Grafik Perkembangan Harga Domestik Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003. ......................................................... 56 Gambar 5. Grafik Perkembangan Harga Ekspor Minyak Cengkeh Jawa

Tengah, Tahun 1987-2003. ......................................................... 58 Gambar 6. Grafik Perkembangan Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat

Terhadap Rupiah, Tahun 1987-2003. ......................................... 60 Gambar 7. Diagram Pencar (Scatter Plot) .................................................... 66 Gambar 8. Bagan Alur Pemasaran Minyak Atsiri ........................................ 70

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul Lampiran 1. Rekapitulasi Data Variabel Tak Bebas dan Variabel-variabel

Bebas Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah, 1987-2003

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Lampiran 3. Perhitungan Indeks Harga Konsumen Tahun Dasar 2002 Lampiran 4. Pendeflasian Harga Domestik Minyak Cengkeh, Harga

Ekspor Minyak Cengkeh, dan Nilai Tukar Dollar Terhadap Rupiah.

Lampiran 5. Perhitungan Nilai Standar Koefisien Regresi Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Lampiran 7. Gambar Peta Provinsi Jawa Tengah Lampiran 8. Gambar Minyak Cengkeh di Jawa Tengah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

Keterangan 1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan Nomor Induk Mahasiswa H0307023

2. Dosen Pembimbing Utama 3. Dosen Pembimbing Pendamping

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR MINYAK CENGKEH

DI JAWA TENGAH

Salwa Nur Fitria1

Dr.Ir.Minar Ferichani, M.P.2 Umi Barokah, S.P., M.P.3

ABSTRAK

Naskah publikasi ini disusun berdasarkan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah dan mengkaji tingkat elastisitas ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif analitis. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja di Provinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data sekunder time series 17 tahun (1987-2003). Analisis data yang digunakan adalah regresi nonlinier berganda. Hasil analisis menunjukkan model volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah adalah Y = 28,67 X1

0,985 X2-0,001 X3

0,171 X4-0.457, X5

0,035. Model ini memiliki nilai R2 sebesar 0,983 yang berarti 98,3% variasi variabel volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah dan volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya, dan 1,7% lainnya dijelaskan oleh variasi variabel diluar model. Hasil uji F diperoleh bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Hasil uji t menunjukkan variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, dan nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah secara individu berpengaruh terhadap volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah. Kurs Dolar AS terhadap Rupiah memiliki nilai koefisien regresi tertinggi. Elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, dan nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah. Kata kunci: Faktor-faktor, ekspor, minyak cengkeh, elastisitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem

perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat

penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional. Syarat pembangunan

ekonomi adalah kesejahteraan penduduk yang harus meningkat. Salah satu

ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

ekonomi (Hakim, 2002).

Perdagangan internasional khususnya ekspor diyakini merupakan

penggerak dalam pertumbuhan ekonomi. Ekspor merupakan kumpulan output

yang sangat dominan dalam perdagangan internasional. Tanpa adanya jalinan

kerjasama dengan negara lain, suatu negara akan kesulitan untuk memenuhi

kebutuhannya sendiri. Komoditas ekspor Indonesia terbagi atas komoditas

minyak dan gas (migas) dan komoditas non minyak dan gas (nonmigas).

Gambaran mengenai besarnya nilai ekspor migas dan nonmigas Indonesia

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Migas dan Nonmigas Indonesia Tahun 1999-2003 (Juta US$)

No Tahun Migas Nonmigas Laju Pertumbuhan (%)

Migas Nonmigas 1 1999 9792.2 38873.2 0,00 0,00 2 2000 14388.6 47757.4 46,94 22,85 3 2001 12636.3 43694.6 -12,18 -8,51 4 2002 12112.7 45046.1 -4,14 3,09 5 2003 13651.4 47406.8 12,70 5,24

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 1999-2003. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun nilai

ekspor migas dan nonmigas Indonesia cenderung mengalami peningkatan.

Peningkatan nilai ekspor migas tersebut diiringi dengan laju pertumbuhan yang

berfluktuatif. Lain halnya pada nilai ekspor nonmigas, sama-sama mengalami

kecenderungan yang meningkat namun laju pertumbuhan setiap tahunnya

cenderung lebih stabil dari laju pertumbuhan komoditas migas. Selain laju

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

2

pertumbuhan yang sangat berfluktuatif, perolehan devisa Indonesia dari ekspor

migas tiap tahunnya selalu lebih kecil dibandingkan dengan perolehan devisa

dari ekspor nonmigas. Kecilnya jumlah tersebut telah memacu sektor nonmigas

untuk berkembang, yang ditunjukkan dengan lebih besarnya perolehan devisa

pada sektor nonmigas.

Perkembangan ekspor nonmigas memiliki makna strategis bagi

perekonomian nasional. Makna strategis pengembangan ekspor nonmigas

bertolak dari kenyataan kondisi makro perekonomian Indonesia yang masih

selalu dibayang-bayangi oleh rentannya kinerja di sektor eksternal, khususnya

defisit transaksi neraca berjalan. Upaya meningkatkan ekspor nonmigas pun

sangat strategis dilihat dari penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut menjadikan

puluhan juta pekerja menggantungkan pendapatannya pada kegiatan ekspor.

Selain itu, ekspor nonmigas menghasilkan devisa yang dibutukan untuk

pembiayaan kegiatan pembangunan. Keberhasilan meningkatkan ekspor

nonmigas juga mencerminkan peningkatan daya saing nasional sekaligus

merupakan salah satu indikasi timbulnya dinamikan positif dalam

kewirausahana di tanah air (Basri, 1995).

Indonesia telah dikenal sebagai pusat rempah-rempah dunia. Salah satu

produknya adalah minyak atsiri, yang merupakan salah satu komoditas ekspor

nonmigas Indonesia. Di Indonesia terdapat 40 jenis minyak atsiri yang

diperdagangkan dunia, sekitar 11 jenis diantaranya telah diekspor ke pasar

dunia. Beberapa produk minyak atsiri Indonesia bahkan sangat dominan di

pasar dunia, misalnya minyak nilam, akar wangi, pala, dan cengkeh. Kegiatan

produksi minyak atsiri nasional melibatkan banyak pihak mulai dari petani

penghasil bahan baku, industri kecil dan menengah penyulingan, pedagang,

pengumpul sampai industri pengolahan lanjut dan eksportir (Dewan Atsiri

Indonesia, 2006).

Minyak atsiri yang dihasilkan di dalam negeri memang diproduksi

dengan tujuan ekspor sehingga boleh dikatakan bahwa jumlah yang diproduksi

identik dengan jumlah ekspor. Minyak atsiri yang di olah di Indonesia hanya di

tingkat hulu dengan cara tradisional. Justru industri yang memanfaatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

3

minyak atsiri ini banyak terdapat di luar negeri (Nazaruddin, 1993). Tabel

berikut merupakan gambaran mengenai jenis minyak atsiri yang menjadi

komoditas ekspor utama minyak atsiri Indonesia beserta provinsi sentra

produksinya:

Tabel 2. Komoditas Utama Ekspor Minyak Atsiri Indonesia dan Provinsi Sentra Produksi

No. Minyak Atsiri Sentra Produksi 1. Minyak Nilam (Patchouli Oil) NAD, Sumatera Utara, Lampung,

Bengkulu, Jawa Tengah 2. Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil) Jawa Barat 3. Minyak Pala (Nutmeg Oil) NAD, Sumatera Barat, Jawa Barat,

Sulawesi Utara, Maluku 4. Minyak Cengkeh (Cloves Oil) Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, DIY, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan

5. Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur

6. Minyak Kenanga (Cananga Oil) Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY

7. Minyak Kayu Putih (Cajuput Oil) Jawa Timur, Maluku, Papua 8. Minyak Cendana (Sandal Wood Oil) NTT 9. Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil) Sumatera Barat

10. Lawang Papua 11. Masoi Papua

Sumber: Sianipar, 2003.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Jawa Tengah merupakan salah

satu sentra produksi komoditas utama ekspor minyak atsiri Indonesia. Jawa

Tengah dan Jawa Barat memproduksi macam minyak atsiri paling banyak

diantara sentra produksi minyak atsiri lainnya. Jenis-jenis minyak atsiri yang

diproduksi dan diekspor oleh Provinsi Jawa Tengah berupa minyak nilam,

minyak cengkeh, minyak sereh wangi, dan minyak kenanga. Diantara empat

jenis minyak atsiri tersebut, minyak atsiri yang paling banyak diekspor oleh

provinsi Jawa Tengah adalah minyak cengkeh karena tanaman penghasil

minyak atsiri terbesar di Jawa Tengah adalah tanaman cengkeh.

Areal produksi tanaman cengkeh hampir tersebar di semua daerah di

Indonesia mulai dari NAD sampai Papua dengan luas areal terluas di Jawa dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

4

Sulawesi. Adapun luas areal lahan, produksi dan produktivitas tanaman

cengkeh di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tanaman Cengkeh Provinsi Jawa Tengah, Tahun 1999-2003.

Variabel Perkebunan Tahun Rata-

rata 1999 2000 2001 2002 2003

Luas PTPN IX 0 0 0 0 0 0

(Ha) PBS 1.488,76 1.126,12 1.466,78 1.369,78 1.328,92 1.356,07

Rakyat 49.842,97 47.709,17 46.982,67 45.553,00 45.553,00 47.128,16

Total 51.331,73 48.835,29 48.449,45 46.922,78 46.881,92 48.484,23

Produksi PTPN IX 0 0 0 0 0 0

(Ton) PBS 34,52 394,64 261,88 385,68 385,68 292,48

Rakyat 5.939,48 5.939,48 5.705,53 5.471,57 5.471,57 5.705,53

Total 5.974,00 6.334,12 5.967,41 5.857,25 5.857,25 5.998,01

Produkti-vitas

PTPN IX 0 0 0 0 0 0

(Ton/Ha) PBS 0,02 0,35 0,18 0,28 0,29 0,22

Rakyat 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12

Total 0,14 0,47 0,30 0,40 0,41 0,35

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah 1999-2003. Tabel 3 di atas menunjukkan luas lahan, produksi dan produktivitas

tanaman cengkeh yang berfluktuasi dari tahun ke tahun dengan kecenderungan

menurun. Fluktuasi produksi tanaman cengkeh diduga akan mempengaruhi

produksi minyak cengkeh, sehingga akan berpengaruh pada volume minyak

cengkeh yang diekspor. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga dapat

memicu terjadinya kegiatan ekspor. Selain itu, harga minyak cengkeh domestik

yang lebih rendah dari harga minyak cengkeh di pasar internasional juga

diduga juga dapat mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh di Jawa

Tengah.

B. Perumusan Masalah

Perdagangan minyak atsiri dunia sangat dipengaruhi oleh situasi

perekonomian internasional. Masalah utama yang dihadapi komoditas minyak

atsiri Indonesia di pasaran internasional adalah tidak stabilnya mutu maupun

supply. Hal ini terutama karena sebagian besar usaha produksi minyak atsiri

masih dilakukan secara sangat sederhana, baik dalam budidaya tanamannya

maupun pengolahan hasilnya. Efisiensi dan efektivitas usaha agribisnis minyak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

5

atsiri selama ini juga masih relatif rendah, sehingga turut mempengaruhi

kestabilan mutu maupun supply minyak atsiri. Indonesia sebagai negara

pengekspor minyak atsiri yang penting di dunia harus mengupayakan

pengembangan produksi, kualitas dan nilai tambah minyak atsiri serta produk

turunannya agar daya saingnya senantiasa menguat dan memberikan devisa

yang semakin besar (Dewan Atsiri Indonesia, 2006).

Volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tersebut adalah produksi

minyak cengkeh, harga minyak cengkeh domestik, harga ekspor minyak

cengkeh, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, dan volume ekpor minyak

cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya. Produksi minyak cengkeh Jawa

Tengah diduga berpengaruh karena bila produksi dalam negeri berkurang atau

terhenti, maka akan mengurangi volume ekspor yang dapat ditawarkan. Harga

ekspor dan harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah digunakan dalam

penelitian ini, karena dalam hukum penawaran, jika harga meningkat maka

akan meningkatkan jumlah penawaran. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar

Amerika Serikat merupakan faktor pendukung yang memungkinkan terjadinya

perdagangan Internasional dan diduga mempengaruhi volume ekspor minyak

cengkeh Jawa Tengah, karena melemahnya nilai tukar rupiah dapat memicu

para pelaku perdagangan internasional untuk meningkatkan jumlah produk

yang diekspor. Jumlah ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah pada tahun

sebelumnya juga diduga sebagai faktor yang mempengaruhi, karena naik

turunnya jumlah ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah pada saat ini dapat

diperkirakan oleh jumlah ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah pada tahun

sebelumnya.

Dari uraian di atas, diperoleh rumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga

domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa

Tengah, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, serta volume

ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya, mempengaruhi

volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

6

2. Bagaimana elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor

Minyak Cengkeh Jawa Tengah ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah faktor-faktor produksi minyak cengkeh Jawa Tengah,

harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak

cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat,

serta volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya,

mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah.

2. Mengetahui elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan Penulis terkait

dengan bahan yang dikaji. Disamping itu, penelitian ini dimaksudkan

sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat

kelengkapan dalam meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian UNS.

2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan

informasi dan pembanding bagi penelitian masalah yang sejenis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

I. Salwa Nur Fitria_H0307023TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian JT. Yuhono dan Shinta Suhirman (2006) tentang “Status

Pengusahaan Minyak Atsiri Dan Faktor-Faktor Teknologi Pascapanen yang

Menyebabkan Rendahnya Rendemen Minyak” menyebutkan bahwa, tanaman

atsiri umumnya diusahakan oleh petani dengan modal dan luasan

terbatas serta kebanyakan menggunakan alat penyuling yang sederhana,

sehingga mutu dan rendemen yang dihasilkan masih rendah. Pada umumnya,

petani masih menggunakan ketel penyuling yang terbuat dari bekas drum atau

plat besi, kecuali di Propinsi Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah ada

yang menggunakan alat penyulingan berteknologi cukup baik/maju (minyak

nilam dan kenanga). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya rendemen

dan mutu minyak antara lain adalah bahan konstruksi alat penyuling,

penyiapan/ penanganan bahan baku dan proses penyulingan.

Penelitian mengenai analisis ekspor komoditas pertanian pernah

dilakukan antara lain oleh Fauzi (2007) dalam tesisnya yang berjudul

“Analisis Volume Ekspor Komoditi Kakao Indonesia”. Jumlah sampel yang

diambil pada penelitian ini sebanyak 21 dari rentang waktu tahun 1985-2005.

Pengujian hipotesis sementara digunakan model analisis metode kuadrat

terkecil biasa (OLS/Ordinary Least Square Method) dan diuji asumsi klasik

untuk kelayakan uji regresi berganda. Sedangkan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap volume ekspor kakao

digunakan aplikasi model regresi berganda (log linier berganda).

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan nilai sebesar 0,972,

yang artinya sebesar 97,2% pengaruh variabel-variabel bebas terhadap volume

ekspor kakao Indonesia dijelaskan oleh model ini. Hasil uji F menunjukkan

bahwa nilai Fhitung > dari FTabel, yang artinya harga domestik, harga

internasional, produksi nasional, dan kurs rupiah-dolar AS secara bersama-

sama mempengaruhi volume ekspor kakao pada tingkat kepercayaan 95%

(α=0,05). Sedangkan dari uji t dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05)

7

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

diperoleh bahwa variabel yang secara individu berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor kakao adalah harga internasional dan jumlah produksi kakao

nasional.

Penelitian terdahulu memberikan beberapa sumbangan pemikiran

terhadap penelitian ini. Penelitian JT. Yuhono dan Shinta Suhirman (2006)

bermanfaat untuk mengetahui kendala-kendala yang sering terjadi dalam

produksi komoditas ekspor dalam penelitian ini, yaitu minyak atsiri.

Sedangkan penelitian ekspor yang telah dilakukan oleh Fauzi (2007) digunakan

sebagai acuan untuk menentukan model analisis dan variabel-variabel dominan

yang mempengaruhi ekspor.

B. Landasan Teori

1. Tanaman Cengkeh

Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan

persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang

berpengaruh terhadap tanaman cengkeh antara lain adalah iklim, tinggi

tempat dan jenis tanah.Curah hujan yang optimal untuk perkembangan

tanaman cengkeh adalah 1.500 - 2.500 mm/tahun atau 2.500 – 3.500

mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan. Intensitas penyinaran

61 – 60 % dan suhu udara 22 - 28 °C serta tidak ada angin kencang

sepanjang tahun.Tanaman cengkeh dapat ditanam dan masih berproduksi

pada ketinggian tempat 0 – 900 m di atas permukaan laut (dpl). Namun

demikian, makin tinggi tempat maka produksi bunga makin rendah tetapi

pertumbuhan makin subur. Ketinggian tempat yang optimal untuk

pembungaan tanaman cengkeh berkisar 200-600 m dpl.Tanah yang sesuai

adalah yang gembur, lapisan olah minimal 1,5 m dan kedalaman air tanah

lebih dari 3 m dari permukaan tanah serta tidak ada lapisan kedap air. Jenis

tanah yang cocok antara lain Andosol, Latosol, Regosol dan Podsolik

Merah. Selain jenis tanah, kemasaman tanah (pH) ikut berperan dalam hal

memacu pertumbuhan tanaman. Kemasaman tanah yang optimum berkisar

antara 5,5-6,5. Apabila pH tanah lebih rendah atau lebih tinggi maka

pertumbuhan tanaman cengkeh akan terganggu karena penyerapan unsur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

hara oleh akar menjadi terhambat.Untuk mengurangi resiko kegagalan dan

biaya tinggi dalam budidaya cengkeh, maka dianjurkan tanaman cengkeh

hanya dikembangkan pada daerah yang sangat sesuai dan sesuai saja.

Tanaman cengkeh yang berada diluar kriteria tersebut dianjurkan untuk

diganti dengan tanaman lain yang sesuai dan menguntungkan (Puslitbang

Perkebunan, 2010).

2. Minyak Cengkeh

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak

terbang merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile),

mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari

bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit

kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh

tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau

dibuat secara sintetis. Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor

agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk

mendapatkan devisa. Data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa

konsumsi minyak atisiri dan turunannya naik sekitar 10% dari tahun ke

tahun. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan kebutuhan

untuk industri food flavouring, industri komestik dan wewangian

(Polontalo, 2009).

Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar 200

spesies (Ketaren, 1985), 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Rusli

dan Hobir, 1990). Jenis minyak atsiri yang telah diproduksi dan beredar di

pasar dunia saat ini mencapai 70-80 macam, 15 macam diantaranya berasal

dari Indonesia (NAFED, 1993). Macam minyak atsiri yang berasal dari

Indonesia tersebut antara lain adalah minyak nilam, minyak akar wangi,

minyak pala, minyak cengkeh, minyak sereh wangi, minyak kenanga,

minyak kayu putih, minyak cendana, minyak kayu manis, lawang dan

masoi. Minyak atsiri digunakan dalam berbagai industri parfum, kosmetik,

makanan, minuman dan obat-obatan. Produk dari industri tersebut jenisnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

sangat banyak, tetapi kuantitas minyak atsiri bagi setiap produk relatif

sangat kecil.

Ada beberapa jenis minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman

cengkeh. Yang pertama adalah clove stem oil yang merupakan minyak

sulingan serbuk tangkai cengkeh. Yang Kedua adalah clove leaf oil, berupa

minyak atsiri dari penyulingan daun cengkeh. Sedangkan yang ketiga

adalah clove oil yang merupakan hasil penyulingan dari serbuk kuntum

cengkih kering. Berbagai macam minyak cengkeh tersebut banyak

digunakan sebagai bahan baku atau bahan tambahan dalam industri

farmasi, penyedap masakan, dan wewangian (Nazaruddin, 1993).

Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas karena semua bagian pohon

mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga.

Kandungan minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut

bervariasi jumlahnya namun kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada

bagian bunga (20%) sedangkan bagian gagang dan daun mengandung

sekitar 4–6 %. Cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkan

minyak cengkeh adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama

penyulingan sekitar 7–8 jam untuk daun basah dan 6-7 jam untuk

penyulingan daun kering. Penggunaan tekanan bertahap mulai dari 1 bar

sampai 2 bar dapat mempersingkat lama penyulingan menjadi 4–5 jam.

Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-

kuningan mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh.

Warnanya akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi

kontak dengan besi atau akibat penyimpanan (Dewan Atsiri Indonesia,

2009).

3. Standar Mutu Minyak Cengkeh

Standar merupakan dokumen yang sangat penting dalam

menentukan kualitas suatu bahan dengan persyaratan tertentu, yang

meliputi persyaratan spesifikasi, prosedur dan aturan yang bersifat dinamis,

sehingga perlu dikelola secara profesional dengan memperhatikan

kebutuhan pengguna serta perkembangan teknologinya. Bila tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

memenuhi aturan tersebut, maka dapat menimbulkan masalah sosial seperti

menurunkan persaingan akibat adanya hambatan dalam menembus pasar

serta tidak cukupnya proteksi terhadap pengguna dan perlindungan

lingkungan. Sebaliknya, apabila standar dirumuskan berdasarkan acuan ke

standar-standar nasional yang telah diakui serta ke standar internasional

yang merefleksikan persyaratan pasar dunia dan tidak sekedar pada kondisi

khusus untuk pasar dalam negeri, maka standar dapat membantu proses

perencanaan, mendukung pembuatan dan penjualan barang dan jasa dengan

lebih mudah baik di pasar domestik dan pasar bebas (Hernani dan Tri

Marwati, 2006).

Anonim (1975) Departemen Teknologi Hasil Pertanian Fayemeta

IPB menyatakan bahwa setiap jenis minyak atsiri mempunyai sifat khas

tersendiri dan sifat ini tergantung dari persenyawaan kimia yang

menyusunnya. Sifat-sifat khas dan mutu minyak dapat berubah mulai dari

minyak yang masih berada dalam bahan yang mengandung minyak, selama

proses ekstraksi penyimpanan dan pemasaran. Karena itu penilaian mutu

perlu dilakukan dengan cara menganalisa sifat fisika kimianya.

Tujuan dari menganalisa sifat fisika–kimia minyak atsiri adalah: 1)

mendeteksi pemalsuan, 2) mengevaluasi mutu dan kemurnian minyak, dan

3) mengidentifikasi jenis dan kegunaan minyak.

Penilaian mutu minyak atsiri dapat dilakukan dengan:

1. Pengujian mutu berdasarkan uji organoleptik

Pemeriksaan secara organoleptik biasanya dilakukan dengan cara

mencium bau (odor) dari minyak yang menguam di atas kertas kembang

(blotting paper). Cara pengujian ini dapat menentukan mutu dan

pemalsuan minyak secara kualitatif.

2. Pengujian mutu berdasarkan uji sifat fisika-kimia

Sifat fisik minyak atsiri merupakan suatu tetapan yang konstan pada

kondisi yang tetap, dan sifat fisik ini digunakan untuk mengetahui

kemurnian minyak. Analisa sifat kimia bertujuan untuk menentukan

mutu dan persentase jumlah persenyawaan kimia yang terdapat dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

minyak atsiri. Pada umumnya analisis sifat fisika-kimia yang dilakukan

adalah: a) Pemeriksaan pendahuluan, b) Berat jenis, c) putaran optik, d)

indeks refraksi, e) Kelarutan dalam etil alcohol pada berbagai

konsentrasi, f) Bilangan asam, g) Bilangan ester dan penyabunan, h)

Persentase alcohol, i) Kadar aldehida dan keton, j) Kadar fenol, k) Uji

logam, l) Kadar cineole, m) Uji pemalsuan, dan n) Analisis dengan paper

chrasstography. Berikut adalah Tabel mengenai standar mutu minyak

cengkeh Indonesia:

Tabel 4. Standar Nasional Indonesia Untuk Minyak Cengkeh (SNI 06-2387-2006).

Karakteristik Syarat Warna Bau Bobot jenis 20oC / 20oC Indeks bias (nD20) Kelarutan dalam etanol 70% Eugenol total Beta caryophillene

Kuning – coklat tua Khas minyak cengkeh 1,025 – 1,049 1,528 – 1,535 1:2 jernih Minimum 78%, v/v Maksimum 17%

Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2006. 4. Teori Perdagangan Internasional

Dalam “Modul Pengantar Ekspor Impor” (Anonim, 2008)

disebutkan bahwa perdagangan Internasional adalah perdagangan yang

dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas

dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dmaksud dapat berupa antar

perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah

suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

Perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks bila

dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negri. Kerumitan

ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:

1. Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan

2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara kenegara lainnya

melalui bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari

pembatasan yang dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

3. Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam

bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, hukum dalam perdagangan

dan sebagainya.

Menurut Sukirno (2008), manfaat perdagangan internasional adalah

sebagai berikut:

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di

setiap negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi,

iklim, tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya

perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan

yang tidak diproduksi sendiri.

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk

memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun

suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya

dengan yang diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik

apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan

Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat

produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi

kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk

mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat

menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan

produk tersebut keluar negeri.

4. Transfer teknologi modern

Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk

mempelajari teknik produksi yang lebih efesien dan cara-cara

manajemen yang lebih modern.

Perdagangan luar negeri terutama ekspor sangat penting peranannya

dalam perekonomian Indonesia. Devisa yang diperoleh dari ekspor

merupakan sumber pembiayaan pembangunan. Peningkatan penerimaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

devisa dari ekspor akan ikut meringankan beban neraca perdagangan yang

terdiri dari transaksi ekspor dan impor barang. Surplus ekspor menentukan

surplus neraca perdagangan (Halwani, 2002).

5. Ekspor

Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam

masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah

dan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing. Tujuan dilakukannya

ekspor antara lain:

1. Meningkatkan laba perusahaan melalui perluasan pasar serta untuk

memperoleh harga jual yang lebih baik (optimalisasi laba).

2. Membuka pasar baru di luar negeri sebagai perluasan pasar domestic

(membuka pasar ekspor).

3. Memanfaatkan kelebihan ekspor terpasang (idle capacity).

4. Membiasakan diri bersaing dalam pasar internasional sehingga terlatih

dalam persaingan yang ketat.

(Amir, 2004)

Suatu komoditi yang memiliki potensi untuk ekspor mempunyai ciri-ciri

antara lain:

1. Mempunyai surplus produksi dalam arti kata total produksi belum dapat

dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri.

2. Mempunyai keunggulan-keunggulan tertentu seperti langka, murah,

mutu, unik atau lainnya, bila disbandingkan dengan komoditi serupa

yang diproduksi di negara lain.

3. Komoditi sengaja diproduksi untuk tujuan ekspor (outward looking

industries) ataupun industri yang pindah lokasi (relocation industries).

4. Komoditi tersebut memperoleh izin pemerintah untuk di ekspor.

(Amir, 2004)

Menurut Polontalo (2009) dalam Minyak Atsiri Indonesia, Komoditi

minyak atsiri yang diperdagangkan di dalam negeri adalah minyak atsiri

dalam bentuk kasar (crude essential oil) yang hampir seluruhnya

diproduksi oleh petani minyak atsiri atau industri kecil penyulingan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

tersebar di wilayah sentra produksi tanaman minyak atsiri.

Eksportir/industri manufaktur sebagai pelaku akhir dalam mata rantai

perdagangan minyak atsiri di dalam negeri memperoleh minyak atisiri

melalui pedagang perantara. Di antara pedagang perantara adalah juga

“agen” atau perwakilan eksportir dan sebagian lain bersifat bebas.

Pedagang perantara membeli minyak atsiri dari pedagang pengumpul yang

berpangkal di daerah-daerah produsen. Pedagang pengumpul umumnya

memberikan modal atau uang muka kepada petani/penyuling sehingga

minyak yang dihasilkan oleh petani/penyuling harus dijual kepada

pengumpul tersebut dengan harga yang ditentukan oleh

pembeli/pengumpul berdasarkan mutu yang dinilai secara sepihak oleh

pembeli secara subyektif (organoleptik), tidak berdasarkan mutu atau kadar

atau kandungan senyawa esensial dalam produk minyak atsiri tersebut.

Artinya, minyak yang bermutu baik atau kurang baik dihargai sama. Inilah

yang menyebabkan penyuling melakukan pencampuran minyak atsiri

bermutu rendah dengan yang bermutu baik atau bahkan penyuling enggan

untuk memproduksi minyak yang bermutu baik.

Bahasan tentang perdagangan internasional tidak terlepas dari

kegiatan ekspor impor. Dalam melakukan kegiatan ekspor impor tersebut

perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku di bidang tersebut.

Dalam “Modul pengantar ekspor impor” (Anonim, 2008) disebutkan

bahwa ketentuan umum di bidang ekspor biasanya meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan proses pengiriman barang ke luar negri. Ketentuan

tersebut meliputi antara lain :

1. Ekspor

Perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar

wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuanyang berlaku.

2. Syarat-syarat Ekspor

b. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

c. Mendapat izin usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintah

Non-Departemen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

d. Memiliki izin ekspor berupa :

- APE (Angka Pengenal Ekspor) untuk Eksportir Umum berlaku

lima tahun.

- APES (Angka Pengenal Ekspor Sementara) berlaku dua tahun

- APET (Angka Pengenal Ekspor Terbatas) untuk PMA/PMDN

3. Eksportir

Pengusaha yang dapat melakukan ekspor, yang telah memiliki SIUP

atau izin usaha dari Departemen Teknis/LembagaPemerintah Non-

Departemen berdasarkan ketentuan yang berlaku.

4. Eksportir Terdaftar (ET)

Perusahaan yang telah mendapat pengakuan dari Menteri Perdagangan

untuk mengekspor barang tertentu sesuai ketentuan yang berlaku.

5. Barang Ekspor

Seluruh jenis barang yang terdaftar sebagai barang ekspor dan sesuai

dengan ketentuan perpajakan dan kepabeanan yang berlaku.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor

a. Produksi

Menurut Assoury (2008) pengertian produksi adalah kegiatan

mentranspormasikan masukan (input) menjadi keluaran (output),

tercakup semua aktifitas atau kegiatan menghasilkan barang dan jasa,

serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau usaha untuk

menghasilkan produksi tersebut.

Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari

berbagai segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi

proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses

transportasi dan proses penciptaan jasa-jasa adminstrasi (Ahyari,

2002).

Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara,

yaitu: (1) pengempaan (pressing), (2) ekstraksi menggunakan pelarut

(solvent extraction), dan (3) penyulingan (destillation). Penyulingan

merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan

baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan

untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh

dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan. Minyak

atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial

yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia untuk mendapatkan

devisa. Data statistik ekspor-impor dunia menunjukan bahwa

konsumsi minyak atisiri dan turunannya naik sekitar 10% dari tahun

ke tahun. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan

kebutuhan untuk industri food flavouring, industri komestik dan

wewangian (Polontalo, 2009).

b. Harga

Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa

yang dinyatakan dalam satuan moneter. Harga merupakan salah satu

penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan

seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dari

penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan

harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun,

namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang

dapat diperoleh organisasi perusahaan (Anonim, 2008).

Dalam melaksanakan penetapan harga, berdasarkan pendapat

Kotler (1996), maka produsen harus memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Kondisi pasar

Dalam hal ini produsen harus memperhatikan secara mendalam

kondisi pasar (monopoli atau persaingan bebas atau hal lainnya)

yang akan dimasuki,

2. Harga produk saingan

3. Elastisitas permintaan dan besaran permintaan

Elastisitas disini adalah mengetahui seberapa besar perubahan

permintaan yang disebabkan dengan permintaan harga. Disamping

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

itu pula sangat dibutuhkan respon dari para konsumen terhaedap

perubahan harga yang dikaitkan dengan penggunaan produk itu

sendiri.

c. Kurs Mata Uang Asing

Salah satu pokok perbedaan antara ekonomi internasional dengan

bidang-bidang ekonomi lainnya adalah bahwa setiap negara memiliki

mata uang sendiri-sendiri. Setiap mata uang biasanya dapat

dikonversikan satu sama lainnya, namun harga relatif suatu mata uang

bisa berubah setiap saat sehingga berdampak pula terhadap

perdagangan atranegara (Krugman dan Obstfeld, 1997).

Devisa berwujud valuta asing. Valuta asing diperlukan untuk

mengimpor barang-barang (barang konsumsi, bahan baku industri dan

sektor produksi lainnya), melunasi jasa pihak asing, membiayai kantor

kedutaan Indonesia di luar negeri, dan melunasi hutang luar negeri

(Amir, 1991).

Valuta asing (foreign exchange) adalah mata uang asing yang

diperlukan untuk melaksanakan transaksi internasional. Penawaran

dan permintaan valuta asing muncul bersama di pasar mata uang asing

dan menghasilkan tingkat pertukaran ekuilibrium (Mc Eachern, 2000).

7. Estimasi Fungsi Ekspor

Fungsi ekspor dapat diestimasikan melalui analisis regresi. Analisa

regresi merupakan salah satu uji statistika yang memiliki dua jenis pilihan

model yaitu linear dan non linear dalam parameternya. Model linear

memiliki dua sifat yaitu regresi sederhana dan regresi berganda dengan

kurva yang dihasilkan membentuk garis lurus, sedangkan untuk model non

linear dalam parameternya bersifat kuadratik dan kubik dengan kurva yang

dihasillkan membentuk garis lengkung. Regresi non linear model

kuadratik merupakan hubungan antara dua peubah yang terdiri dari

variabel dependen (Y) dan variabel independen (X) sehingga akan

diperoleh suatu kurva yang membentuk garis lengkung menaik (b2>0) atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

menurun (b2<0). Bentuk persamaan matematis model kuadratik secara

umum menurut Steel dan Torrie (1980) adalah :

(a). Polynomial : E(Y) = b0 + b1X + b2X2 ;

(b). Exponential : E(Y) = b0b1X

(c) . Logarithmic : Log E(Y) = b’0b’1X

Metode yang paling luas digunakan dalam analisis regresi adalah

metode kuadrat terkecil biasa (method of ordinary least square, OLS).

Metode tersebut dikemukakan oleh Carl Friedrich Gqauss, seorang ahli

matematika bangsa Jerman. Dengan asumsi-asumsi tertentu, metode OLS

mempunyai beberapa sifat statistik yang sangat menarik sehingga

membuatnya menjadi metode analisis regresi yang paling kuat dan popular

(Gujarati, 2002).

8. Elastisitas Penawaran

Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang

ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa

banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per periode

pada berbagai kemungkinan tingkat harga. Hukum penawaran menyatakan

bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya berhubungan secara langsung

dengan harganya, hal lain diasumsikan konstan. Jadi, semakin rendah

harganya, jumlah yang ditawarkan semakin sedikit; semakin tinggi

harganya, semakin tinggi juga jumlah yang ditawarkan (Mc Eachern,

2000).

Menurut Mankiw (2000) dalam bukunya Pengantar Ekonomi jilid 1,

hukum penawaran menyatakan bahwa kenaikan harga suatu barang akan

menaikkan kuantitas atau tingkat penawarannya. Elastisitas penawaran

terhadap harga mengukur seberapa banyak kuantitas penawaran atas suatu

barang berubah mengikuti perubahan harga tersebut. Penawaran suatu

barang dikatakan elastis jika perubahan harga menyebabkan perubahan

kuantitas penawaran yang cukup besar. Sebaliknya, penawaran dikatakan

tidak elastis apabila kuantitas penawaran itu sedikit saja berubah ketika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

harganya berubah. Secara matematis elastisitas penawaran terhadap harga

dirumuskan sebagai berikut:

Elastisitas penawaran terhadap harga = % perubahan kuantitas penawaran % perubahan harga

Desmizar dan Iskandar (2004) mengartikan elastisitas penawaran

sebagai suatu koefisien yang menjelaskan besarnya pengaruh perubahan

jumlah barang yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga. Jenis

elastisitas penawaran yaitu:

a. Inelastis sempurna

Nilai elastisitas penawarannya adalah nol (0).

b. Elastis unit

Nilai elastisitas penawarannya sama dengan 1

c. Elastisitas sempurna

Nilai elastisitas penawarannya nilainya tidak terbatas

d. Elastis

Penawaran elastis jika persentase perubahan dari jumlah yang

ditawarkan produsen melebihi persentase kenaikan atau penurunan

harga.

e. Inelastis

Penawaran inelastis jika jumlah yang ditawarkan produsen berubah

dengan persentase yang lebih kecil daripada persentase perubahan harga.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kegiatan ekspor merupakan kegiatan yang memegang peranan penting

bagi suatu negara. Ekspor dianggap penting karena merupakan salah satu

sumber pendapatan negara. Salah satu sektor yang mampu memberikan

sumbangan devisa bagi perekonomian Indonesia berasal dari sektor industri

pengolahan yang berupa industri penyulingan minyak atsiri.

Volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah diduga dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut diperkirakan adalah produksi

minyak cengkeh, harga minyak cengkeh domestik, harga ekspor minyak

cengkeh, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah, dan volume ekpor minyak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya. Menurut Kelana (1996), untuk

mengetahui besar kecilnya volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah

sebagai akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan

konsep elastisitas. Elastisitas diartikan sebagai besarnya perubahan relatif dari

suatu variabel yang dijelaskan (Y) yang disebabkan oleh perubahan relatif dari

suatu variabel penjelas (X).

Model regresi mencerminkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel

tak bebas. Untuk hubungan ekspor dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan persamaan model regresi non

linear berganda berbentuk kepangkatan. Metode analisis regresi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil biasa (OLS).

Metode tersebut menurut Gujarati (2002) menggunakan kriteria

meminimumkan jumlah kuadrat residual (kesalahan pengganggu) sehingga

menghasilkan penaksir yang dikenal sebagai penaksir kuadrat terkecil. Sifat

dari penaksir tersebut adalah linier dan efisien (tak bias dan mempunyai

varians minimum) atau BLUE (Best Liniar Unbiased Estimator). Analisis data

dilakukan dengan bantuan komputer dan program SPSS.

Pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas dianalisis

dengan menggunakan prinsip elastisitas. Elastisitas merupakan konsep

kuantitatif yang sangat penting untuk mengidentifikasi secara kuantitatif respon

sebuah variabel karena pengaruh variabel lainnya. Koefisien dari variabel

bebas merupakan nilai elastisitas masing-masing variabelnya (Sunaryo 2001).

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka teori pendekatan masalah

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

D. Hipotesis

1. Diduga produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak

cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai

tukar dolar AS terhadap rupiah, dan volume ekpor minyak cengkeh Jawa

Tengah tahun sebelumnya berpengaruh terhadap volume ekspor minyak

cengkeh di Jawa Tengah.

2. Diduga elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah

bersifat inelastis.

E. Asumsi-asumsi

Penelitian ini menggunakan asumsi bahwa variabel-variabel di luar model

dianggap konstan (ceteris paribus).

Elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah

Faktor-faktor yang berpengaruh: - Produksi minyak cengkeh di Jawa

Tengah - Harga domestik minyak cengkeh di

Jawa Tengah - Harga ekspor minyak cengkeh - Nilai tukar USD terhadap rupiah - Volume ekspor minyak cengkeh di

Jawa Tengah tahun sebelumnya

Produksi Minyak Cengkeh di Jawa Tengah

Konsumsi domestik

Konsumsi luar negeri

Volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

F. Pembatasan Masalah

1. Data volume dan nilai ekpor terbatas berdasarkan Pemberitahuan ekspor

Barang (PEB) yang kegiatan ekpornya dilakukan melalui pelabuhan di

seluruh wilayah Jawa Tengah.

2. Data yang dianalisis terbatas pada data sekunder berupa data time series

dalam rentang waktu 17 tahun (tahun 1987-2003).

3. Data yang diteliti terbatas untuk pasar luar negeri.

4. Jenis minyak cengkeh yang diteliti terbatas berasal dari daun cengkeh.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah yaitu kegiatan menjual minyak

cengkeh hasil produksi Provinsi Jawa Tengah ke luar negeri.

2. Volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah adalah jumlah minyak

cengkeh yang diekspor dari Jawa Tengah ke luar negeri per tahun,

dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

3. Produksi minyak cengkeh Jawa Tengah adalah jumlah minyak cengkeh

yang dihasilkan di wilayah Jawa Tengah per tahun, dinyatakan dalam

satuan kilogram (kg).

4. Harga Domestik minyak cengkeh adalah harga minyak cengkeh rata-rata

terdeflasi per tahun di Jawa Tengah, dinyatakan dalam satuan rupiah per

kilogram (Rp/kg). Pengertian harga domestik minyak cengkeh dalam

penelitian ini menggunakan konsep harga konstan (harga terdeflasi/riil).

Harga konstan (base year price) adalah nilai barang dan jasa yang dihitung

berdasarkan harga pada tahun dasar untuk menghilangkan pengaruh

inflasi. Rumus harga terdeflasi menurut Widodo (2001) sebagai berikut:

HKx = 100 . HBx IHKx

Keterangan:

HKx = Harga konstan pada tahun x (harga terdeflasi tahun x) (Rp/kg)

HBx = Harga berlaku (sebelum terdeflasi) pada tahun x (Rp/kg)

IHKx = Indeks harga konsumen pada tahun x

100 = Indeks harga konsumen pada tahun dasar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

IHK yang digunakan dalam penelitian ini merupakan IHK umum yang

berlaku di Jawa Tengah dengan tahun dasar 2002. Pemilihan tahun dasar

ini berdasar pada ketentuan pemilihan tahun dasar menurut Dajan (1976),

yaitu:

1) Sebagai tahun dasar, hendaknya dipilih tahun dimana keadaan

perekonomian relatif stabil. Pada tahun-tahun yang perekonomiannya

tidak stabil harga-harga akan berfluktuasi dengan hebat sedangkan

kebiasaan membeli para konsumen tidak menentu. Harga pada tahun

sedemikian ini tidak dapat dipakai sebagai dasar perbandingan.

2) Tahun dasar sebagai dasar perbandingan hendaknya jangan terlalu jauh

dari tahun-tahun yang akan diperbandingkan. Makin jauh tahun dasar

yang dipakai sebagai dasar perbandingan, makin kabur sifat

perbandingan tersebut.

5. Harga ekspor minyak cengkeh adalah harga rata-rata relatif minyak atsiri

yang diekspor per tahun, dihitung dengan membagi total nilai ekspor

minyak cengkeh dengan total volume ekspor minyak cengkeh pada tahun

yang sama. Total nilai ekspor minyak cengkeh adalah harga sampai di

pelabuhan ekspor (harga FOB) yang dinyatakan dalam satuan dolar AS per

kilogram (USD/kg). Harga tersebut lalu dideflasikan menjadi harga

konstan.

6. Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah adalah nilai kurs tengah rata-rata

Dolar AS terhadap rupiah per tahun yang berlaku di Bank Indonesia,

dinyatakan dalam satuan rupiah per dolar AS (Rp/USD).

7. Volume ekspor minyak cengkeh tahun sebelumnya adalah jumlah minyak

cengkeh yang dijual dari Jawa Tengah ke luar negeri pada tahun

sebelumnya, dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

8. Elastisitas penawaran ekspor minyak cengkeh adalah respon jumlah yang

ditawarkan (volume ekspor minyak cengkeh) terhadap perubahan variabel-

variabel yang mempengaruhi volume ekspornya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

1

I. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analitis, yaitu metode yang mempunyai ciri memusatkan diri pada

pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dimana data yang

dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis

(Surakhmad, 1994).

B. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive

sampling, yaitu penentuan lokasi yang ditetapkan secara sengaja berdasarkan

kriteria atau pertimbangan tertentu (Wirartha, 2006). Lokasi penelitian yang

dipilih adalah Provinsi Jawa Tengah, dengan pertimbangan bahwa Jawa

Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mendominasi

penanaman cengkeh di Indonesia. Data pendistribusian lahan cengkeh di

Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi Lahan Cengkeh Indonesia menurut Propinsi, Tahun 2007.

No Provinsi Luas (ha) % 1. Sulawesi Utara 74,844 16,5 2. Sulawesi Tengah 44,446 9,8 3. Sulawesi Selatan 41,084 9,1 4. Jawa Timur 41,004 9,1 5. Jawa Tengah 38,280 8,4 6. Maluku 35,740 7,9 7. Jawa Barat 32,318 7,1 8. Nanggroe Aceh Darusalam 22,166 4,9 9. Maluku Utara 17,240 3,8

10. Bali 15,617 3,4 11. Lainnya 90,553 20,0

Jumlah 453,292 100,0

Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia (Tree Crop Estate Statistic of Indonesia) 2007-2009: Cengkeh/Clove, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008.

Selain luas lahannya, Jawa Tengah merupakan provinsi yang

mengusahakan minyak cengkeh dan telah mengekspornya selama lebih dari 15

tahun secara kontinyu.

25

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

2

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data time series dalam rentang waktu 17 tahun (tahun 1987-2003).

Alasan pemilihan data penelitian di tahun 1987-2003 adalah karena

keterbatasan data yang tersedia di dinas terkait jenis komoditas yang diteliti.

Komoditas yang diteliti adalah minyak cengkeh, dan data terkait minyak

cengkeh hanya tersedia dari tahun 1987 hingga tahun 2003.

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, Dinas Perkebunan Jawa Tengah, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, dan Bank Indonesia Kantor

Semarang, serta instansi-instansi lain yang terkait dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pencatatan

Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data primer dan

sekunder, yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah

atau lembaga, serta untuk mencatat informasi dari narasumber yang tekait

dengan penelitian ini.

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan penjelasan atas data-data

sekunder yang dikumpulkan, serta keterangan-keterangan lain yang terkait

dengan penelitian ini. Pencatatan digunakan untuk mendapatkan data

sekunder, yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah

atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini, serta pencatatan atas data

yang diperoleh dari hasil wawancara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

3

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak

Cengkeh Jawa Tengah

Hubungan ekspor dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat

dinyatakan dengan persamaan model regresi non linear berganda berbentuk

kepangkatan, secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

Y = βo X1β1 X2

β2 X3β3 X4

β4 X5β5

Keterangan:

Y = volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah (kg)

X1 = produksi minyak cengkeh Jawa Tengah (kg)

X2 = harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah (Rp/kg)

X3 = harga ekspor minyak cengkeh Jawa tengah (FOB) (USD/kg)

X4 = nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah (Rp/USD)

X5 = volume ekspor minyak cengkeh tahun sebelumnya (kg)

bo = intersep

b1-b5 = nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel

Model regresi tersebut mencerminkan fungsi regresi populasi. Fungsi

tersebut dapat ditaksir atas dasar fungsi regresi sampel. Parameter βo, β1,

β2, β3, β4, β5 merupakan karakteristik dari suatu populasi. Estimasi

parameter tersebut dilakukan dengan metode OLS (Ordinary Least Squre

Method).

Menurut Supranto (2004) model regresi dalam metode OLS berdasar

pada asumsi klasik yang menghasilkan pemerkira linear terbaik tak bias

(BLUE = Best Linear Unbiased Estimator). Asumsi-asumsinya adalah:

1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu nol.

2. varian σ2 sama untuk semua kesalahan pengganggu (homoskedastis)

3. tidak ada otokorelasi antara kesalahan pengganggu

4. variabel bebas konstan dalam sampling yang terulang (repeated

sampling) dan bebas terhadap kesalahan pengganggu.

5. tidak ada kolinearitas ganda (multicollinearity) diantara variabel bebas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

4

6. kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol

dan varian σ2

Oleh karena itu, model tersebut ditransformasikan dalam OLS linear /

model regresi linear berganda dengan me log-naturalkan persamaan tersebut

menjadi:

ln Y = ln βo+ β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln X5

Setelah ditransformasikan, hasilnya dikembalikan kedalam persamaan

asal yaitu model regresi non linear berganda berbentuk perpangkatan.

Y = βo X1β1 X2

β2 X3β3 X4

β4 X5β5

Pengujian Model

a. Uji koefisien determinasi (R2)

Presentase variasi total ekspor minyak cengkeh (Y) yang dijelaskan

oleh variabel-variabel bebasnya (X) diukur dengan koefisien determinasi

(R2). Nilai R2 berkisar 0 - 1. Semakin besar R2 atau mendekati 1 maka

semakin besar proporsi variasi variabel tak bebasnya.

R2 = _ESS_ TSS

Keterangan:

ESS = Explained Sum of Squares (jumlah kuadrat regresi)

TSS = Total Sum of Squares (jumlah kuadrat total)

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh semua variabel

bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya dengan

tingkat kepercayaan 90% (α=10%). Secara matematis uji F dirumuskan

sebagai berikut:

F hitung = _R2 / (k – 1)_ (1-R2) / (n – 1)

Keterangan:

R2 = koefisien determinasi

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel

α = tingkat signifikasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

5

Dengan hipotesis:

Ho : βi = 0 (βi = β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0) atau koefisien regresi tidak

signifikan

Ha : βi ≠ 0 (βi/β1/β2/β3/β4/β5≠0) atau minimal salah satu bi bernilai

tidak nol atau koefisien regresi signifikan

Menurut Gujarati (2002), uji signifikansi merupakan pendekatan

alternatif, namun bersifat melengkapi dan merupakan pendekatan yang

lebih singkat dalam suatu pengujian hipotesis. Kriterianya adalah sebagai

berikut:

1) Suatu pengujian dikatakan signifikan secara statistik, apabila

probabilitas bahwa selisih yang diobservasi antara nilai sampel dan

nilai yang dihipotesiskan diakibatkan oleh suatu kebetulan tidaklah

besar (lebih kecil dari α).

2) Suatu pengujian dikatakan tidak signifikan secara statistik, apabila

probabilitas bahwa selisih yang diobservasi antara nilai sampel dan

nilai yang dihipotesiskan diakibatkan oleh suatu kebetulan itu besar

(lebih besar dari α).

c. Uji t

Untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu

berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dilakukan uji t dengan

tingkat kepercayaan 90% (α=10%). Secara matematis uji t dirumuskan

sebagai berikut

t hitung = ___βi____ Se (bi)

Keterangan:

bi = koefisien regresi variabel bebas ke-i

Se (βi) = standar error koefisien regresi variabel bebas ke-i

Hipotesis yang hendak diuji adalah

Ho : βi = 0 Ha : βi ≠ 0

Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Suatu pengujian dikatakan signifikan secara statistik, apabila

probabilitas bahwa selisih yang diobservasi antara nilai sampel dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

6

nilai yang dihipotesiskan diakibatkan oleh suatu kebetulan tidaklah

besar (lebih kecil dari α).

2) Suatu pengujian dikatakan tidak signifikan secara statistik, apabila

probabilitas bahwa selisih yang diobservasi antara nilai sampel dan

nilai yang dihipotesiskan diakibatkan oleh suatu kebetulan itu besar

(lebih besar dari α).

d. Standar koefisien regresi

Menurut Arief (1993), untuk menentukan variabel bebas yang

paling menentukan dalam mempengaruhi dependent variable dalam

suatu model regresi, maka digunakanlah koefisien beta (beta coefficient).

Koefisien beta juga disebut standardized regression coefficient atau

standar koefisien regresi. Nilai koefisien beta dirumuskan sebagai

berikut:

βi = β*

Keterangan:

βi : Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i

β* : Koefisien regresi variabel bebas ke-i

σy : Standar deviasi variabel tidak bebas

σi : Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai βi yang paling besar menunjukkan variabel bebas yang

bersangkutan adalah yang paling dominan dalam penentuan nilai variabel

tak bebas.

Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya

penyimpangan terhadap asumsi klasik. Sumodiningrat (1999) menyatakan

bahwa pelanggaran terhadap asumsi klasik menyebabkan terjadinya

multikolinearitas (kolinearitas ganda), heteroskedastisitas, dan otokorelasi.

Pelanggaran terhadap asumsi klasik berakibat pada ketidakbiasan pemerkira

koefisien regresi (unbiased), varian dan koefisien-koefisien OLS akan salah

(underestimate) dan peramalan (prediksi) menjadi tidak efisien (inefficient).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

7

a. Uji multikolinearitas

Multikolinearitas mengacu pada kondisi dimana terdapat korelasi

linear diantara variabel bebas sebuah model. Jika dalam suatu model

terjadi multikolinearitas, akan menyebabkan nilai R2 yang semakin tinggi

dan lebih banyak variabel bebas yang tidak signifikan daripada variabel

bebas yang signifikan atau bahkan tidak ada satupun.

Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dapat digunakan

pendekatan matriks korelasi, dengan melihat nilai matriks Pearson

correlation (PC). Apabila nilai PC < 0,8 berarti antar variabel bebas tidak

terjadi multikolinearitas. Bila terjadi angka korelasi > 0,8 maka kedua

variabel tersebut perlu dipertimbangkan apakah digunakan atau tidak

dalam model (Soekartawi, 1993).

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bermakna variabel disturbansi tidak lagi

mempunyai varian yang konstan untuk setiap observasi. Varian

disturbansi menjadi nonrandom atau berubah-ubah dengan berubahnya

nilai variabel bebas (Lains, 2003).

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini digunakan metode grafik

dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2006), kriteria

pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas dengan

menggunakan scatterplot adalah sebagai berikut:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

8

c. Uji otokorelasi

Otokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi di antara

anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam

rangkaian waktu (time series data) atau yang tersusun dalam rangkaian

ruang (data silang/cross-sectional data). Suatu jenis pengujian yang

umum digunakan untuk mengetahui ada tidaknya otokorelasi adalah

statistik d Durbin-Watson dengan kriteria:

1) 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi otokorelasi.

2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 yang artinya tidak dapat

disimpulkan.

3) DW < 1,21 atau DW > 2, 79 yang artinya terjadi otokorelasi.

(Sulaiman, 2002).

2. Analisis Elastisitas Penawaran Ekspor

Besar kecilnya perubahan ekspor sebagai akibat perubahan faktor-

faktor yang mempengaruhi dapat diketahui dengan konsep elastisitas. Pada

model double log, koefisien lereng (slope coefficient) βi merupakan

elastisitas Y terhadap X (Sumodiningrat, 1993). Besarnya elastisitas dapat

bervariasi antara nol sampai tak terhingga, bila:

1) Es = 0, penawaran bersifat inelastis sempurna, terjadi bila jumlah yang

ditawarkan tidak berubah dengan adanya perubahan harga.

2) 0 < Es < 1, penawaran bersifat inelastis yang terjadi bila jumlah yang

ditawarkan berubah dengan persentase lebih kecil dari perubahan harga.

3) Es = 1, penawaran bersifat elastis uniter, terjadi bila jumlah yang

ditawarkan berubah dengan persentase sama dengan perubahan harga.

4) 1 < Es < ~, penawaran bersifat elastis, terjadi bila jumlah yang

ditawarkan berubah dengan persentase lebih besar dari pada perubahan

harga.

5) Es = ~, penawaran bersifat elastis sempurna, sempurna atau tak

terhingga, terjadi bila penjual siap menjual dengan segala kemampuan

mereka pada beberapa tingkat harga dan tidak sama sekali walaupun

dengan harga yang sedikit lebih rendah.

(Lipsey et al, 1990).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

34

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak, Luas dan Batas Wilayah

Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi di Pulau Jawa, letaknya diapit

oleh dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letaknya antara

5°40' dan 8°30' Lintang Selatan dan antara 108°30' dan 111°30' Bujur Timur

(termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263

km dan dari Utara ke Selatan 226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa).

Batas-batas wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah:

a. Sebelah Utara : Laut Jawa

b. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

c. Sebelah Selatan : Daerah Istimewa Yogyakarta dan Samudra Hindia

d. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29

kabupaten dan 6 kota, 568 Kecamatan, 8.573 Kelurahan, dan 31.820 Desa.

Luas wilayah Jawa Tengah pada tahun 2009 tercatat sebesar 3,25 juta hektar

atau sekitar 25,04 % dari luas Pulau Jawa (1,70 % luas Indonesia). Daerah

yang terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas sebesar 212.883 hektar,

sedangkan daerah yang paling kecil adalah Kota Magelang dengan luas

wilayah 1.803 hektar.

2. Luas Penggunaan Lahan

Lahan di Jawa Tengah terdiri dari 991 ribu hektar (30,44 %) lahan

sawah dan 2,26 juta hektar (69,56 %) bukan lahan sawah. luas lahan sawah

yang berpengairan teknis adalah sebesar 383.262 hektar, sisanya

berpengairan setengah teknis, tadah hujan dan lain-lain. Berikutnya, lahan

kering dari bagian bukan lahan sawah sebagian besar dipakai untuk

tegal/kebun. Data mengenai penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah

dapat dilihat pada tabel berikut.

34

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

35

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan dan Jenis Pengairan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Penggunaan Lahan Luas (Hektar) Lahan Sawah

Pengairan teknis Pengairan setengah teknis Pengairan sederhana Pengairan desa Tadah hujan Pasang surut Lebak, polder, dan lain-lain

Subtotal

383.262 133.769 136.635 52.596 282.521 1.613 1.256

991.652 Bukan Lahan Sawah

Lahan kering: Bangunan/pekarangan Tegal/kebun Ladang/huma Padang rumput Sementara tidak diusahakan Hutan rakyat Hutan negara Perkebunan negara Lain-lain

Lahan lainnya: Rawa-rawa (yang tidak ditanami) Tambak Kolam/empang

Subtotal

503.923 730.370 13.413 1.184 1.628

103.402 578.107 69.345 204.284

9.035 39.810 8.259

2.262.760 Total 3.254.412

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2010

Secara umum, pemanfaatan lahan di Provinsi Jawa Tengah meliputi

991.652,00 Ha lahan sawah dengan persentase 30,44% dan 2.262.760,00 Ha

lahan bukan sawah dengan persentase 69,56%. Penggunaan lahan sawah

terbesar adalah sawah irigasi teknis dengan luas 383.262 Ha. Selain lahan

sawah pemanfaatan lahan yang lain ialah lahan bukan sawah yang terdiri dari

pekarangan/bangunan, tegal/kebun, ladang, kolam/empang, tanaman kayu-

kayuan dan perkebunan negara/swasta, hutan negara, dan lain-lain. Oleh

karena itu dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan di Provinsi Jawa

Tengah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, sehingga dapat diartikan

bahwa sebagian besar masyarakat Jawa Tengah masih menggantungkan

hidupnya pada sektor pertanian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

36

Penggunaan lahan bukan sawah yang cukup besar adalah pekarangan/

bangunan dengan luas 503.923 hektar. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

pertambahan jumlah penduduk dan pertambahan rumah tangga baru yang

hidup menetap di Provinsi Jawa Tengah. Dengan demikian tidak menutup

kemungkinan terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian sawah atau tegal

menjadi pekarangan/ bangunan sehingga akan menyebabkan penurunan

output di sektor pertanian. Oleh karena itu perlu adanya usaha dari

pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam meningkatkan output di sektor

pertanian terutama sektor tanaman bahan makanan guna memenuhi

kebutuhan pangan penduduk yang semakin lama semakin bertambah. Salah

satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan intensifikasi pertanian dan

pembatasan alih fungsi lahan pertanian yang diharapkan dapat menambah

dan mempertahankan output pertanian guna memenuhi ketersediaan pangan

penduduk.

3. Keadaan Topografi Wilayah

Keadaan topografi wilayah Jawa Tengah terdiri dari daerah pantai,

dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah perbukitan dengan pegunungan

yang landai sampai curam. Wilayah Jawa Tengah berdasarkan topografinya

dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu bagian utara dan selatan yang sebagian

besar terdiri atas dataran rendah dan pantai, serta bagian tengah yang terdiri

dari dataran tinggi.

Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa) 572

km) memiliki mata air di Pegunungan Sewu, sungai ini mengalir ke utara,

melintasi Kota Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara

di daerah Gresik (dekat Surabaya). Sungai-sungai yang bermuara di Laut

Jawa diantaranya adalah Kali Pemali, Kali Comal, dan Kali Bodri. Sedang

sungai-sungai yang bermuara di Samudra Hindia diantaranya adalah Serayu

dan Kali Progo.

Diantara waduk-waduk utama di Jawa Tengah adalah Waduk

Gajahmungkur, Waduk Kedungombo, Rawa Pening, Waduk Cacaban,

Waduk Malahayu dan Waduk Sempor. Terdapat 6 gunung berapi yang aktif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

37

di Jawa Tengah, yaitu Gunung Merapi (Boyolali), Gunung Slamet

(Pemalang), Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing (Temanggung,

Wonosobo), dan Gunung Dieng (Banjarnegara).

Wilayah dataran di Provinsi Jawa Tengah memiliki ketinggian yang

bervariasi, yakni dari ketinggian sekitar puluhan mdpl (meter di atas

permukaan laut) hingga ketinggian >1000 mdpl. Adapun penggolongan

wilayah di Jawa Tengah menurut ketinggian tempat dari permukaan laut

adalah sebagai berikut:

a. Ketinggian 0-100 mdpl, memanjang di sepanjang pantai utara dan selatan

wilayah Jawa Tengah seluas 53,33% dari luas Jawa Tengah.

b. Ketinggian 100-500 mdpl, memanjang di bagiantengah wilayah Jawa

Tengah seluas 27,4% dari luas Jawa Tengah.

c. Ketinggian 500-1000 mdpl dengan luas 14,7% dari luas Jawa Tengah.

d. Ketinggian >1000 mdpl dengan luas 4,6% dari luas Jawa Tengah.

Sedangkan klasifikasi wilayah Jawa Tengah berdasarkan derajat

kemiringan tanahnya adalah sebagai berikut:

a. Derajat kemiringan 0o-2o meliputi 41,3% wilayah Jawa Tengah.

b. Derajat kemiringan 2o-15o meliputi 27,7% wilayah Jawa Tengah.

c. Derajat kemiringan 15o-40o meliputi 21,1% wilayah Jawa Tengah.

Derajat kemiringan >40o meliputi 9,8% wilayah Jawa Tengah.

4. Keadaan Tanah

Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1969, jenis wilayah

Jawa Tengah didominasi oleh tanah latosol, alluvial, dan gromosol sehingga

hamparan tanah di provinsi ini tergolong tanah yang memiliki tingkat

kesuburan relative subur. Adapun beberapa jenis tanah yang terdapat di

Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

a. Tanah alluvial, meliputi 29% wilayah Jawa Tengah. Jenis tanah ini

terdapat di daerah pantai utara dan pantai selatan.

b. Tanah regosol, meliputi 20,5% wilayah Jawa Tengah. Tanah ini tersebar

di daerah perbukitan dan pegunungan kapur sepanjang Kabupaten

Grobogan sampai dengan Kabupaten Wonogiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

38

c. Tanah latosol, meliputi 19% wilayah Jawa Tengah. Tanah ini banyak

terdapat di daerah Kabupaten Brebes, Kabupaten Banyumas, dan daerah

Kedu sampai Lawu.

d. Tanah andosol sebesar 14% wilayah Jawa Tengah.

e. Tanah gromosol sebesar 13,5% wilayah Jawa Tengah. Jenis tanah ini

terdapat di daerah datar dan bergelombang seperti di daerah timur dan

tenggara.

f. Tanah litosol sebesar 9% wilayah Jawa Tengah.

g. Tanah mediterania merah kuning sebesar 14% wilayah Jawa Tengah.

Penyebarannya membujur dari Pegunungan Kedu hingga ke timur

Pegunungan Lawu.

h. Tanah hidromorf yang berada di sepanjang Kabupaten Kudus,

Kabupaten Rembang, hingga Kabupaten Blora.

i. Tanah podzolik kuning yang dapat dijumpai di daerah Kabupaten

Purwokerto dan Kabupaten Purworejo.

5. Keadaan Iklim

Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah yang memiliki iklim

tropis. Menurut Stasiun Klimatologi Klas I Semarang, suhu udara rata-rata di

Jawa Tengah tahun 2009 berkisar antara 24,5°C sampai dengan 28,2°C.

Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu

udara rata-rata relatif tinggi. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi,

dari 75% sampai dengan 83%. Curah hujan tertinggi dan hari hujan

terbanyak tercatat di Stasiun Meteorologi Cilacap yaitu sebesar 3.590 mm

dan 207 hari. Daerah dengan curah hujan rendah dan sering terjadi

kekeringan ketika musim kemarau berada di daerah Blora dan sekitarnya

serta di bagian Selatan Kabupaten Wonogiri.

B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja

1. Jumlah dan Komposisi Penduduk

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009,

jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32,86 juta jiwa atau sekitar

14% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah tersebut menempatkan Jawa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

39

Tengah sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk

terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Tabel 7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009

Tahun Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah Total (jiwa)

Rasio jenis kelamin

(sex ratio) 2005 16.368.724 16.540.126 32.908.850 98,96 2006 16.054.473 16.123.257 32.177.730 99,57 2007 16.064.122 16.316.157 32.380.279 98,46 2008 16.192.295 16.434.095 32.626.390 98,53 2009 16.123.190 16.741.373 32.864.563 96,31

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2010

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 mengalami

peningkatan sebanyak 238.173 jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih

besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Kondisi tersebut ditunjukkan

oleh rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 96,31.

Tabel 8. Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009

Tahun Luas Daerah (km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk per km2

2005 32.544,12 32.908.850 1.011,21 2006 32.544,12 32.177.730 988,74 2007 32.544,12 32.380.279 994,97 2008 32.544,12 32.626.390 1.002,53 2009 32.544,12 32.864.563 1.009,85

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2010

Penduduk Jawa Tengah belum menyebar secara merata di seluruh

wilayah Jawa Tengah. Umumnya penduduk banyak menumpuk di daerah

kota dibandingkan di daerah kabupaten. Secara rata-rata kepadatan penduduk

Jawa Tengah tercatat sebesar 1.010 jiwa/km2. Wilayah terpadat adalah Kota

Surakarta dengan tingkat kepadatan sekitar 12 ribu jiwa/km2, sedangkan

wilayah terjarang adalah Kabupaten Rembang dengan tingkat kepadatan

sebesar 570 jiwa/km2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

40

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) 0-14 8.784.425 15-64 21.598.118 ≥ 65 2.482.020 Total 32.864.563

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2010

Komposisi penduduk Jawa Tengah menurut kelompok umur pada

tahun 2009 didominasi oleh kelompok umus 15-64 tahun sebesar 21.598.118

jiwa. Penduduk usia 14 tahun ke bawah sebesar 8.784.425 jiwa. Sedangkan

penduduk usia di atas 65 tahun memiliki jumlah terkecil yaitu sebanyak

2.482.020 jiwa. Jika digambarkan, komposisi penduduk Jawa Tengah

menurut kelompok umur memiliki bentuk yang kecil di bagian atas

kemudian membesar di bagian tengah dan menyempit di bagian bawah. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Jawa Tengah adalah

penduduk usia produktif dan termasuk dalam angkatan kerja.

2. Ketenagakerjaan

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk usia kerja

didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas, dan

dibedakan sebagai Angkatan Kerja dan bukan Angkatan Kerja. Adapun

penduduk yang tergolong Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja di

Jawa Tengah pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Angkatan Kerja Dan Bukan Angkatan Kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009.

Tahun

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Jumlah

Bekerja Mencari Pekerjaan Sekolah

Mengurus Rumah Tangga

Lainnya

2005 15.655.303 978.952 4.408.095 4.133.181 2.147.948 27.323.479 2006 15.210.931 1.197.244 4.481.229 4.233.527 1.918.152 27.041.083 2007 16.304.058 1.360.219 1.899.719 4.156.073 1.458.103 25.178.172 2008 15.463.658 1.227.308 1.867.882 4.328.235 1.524.518 24.411.601 2009 15.835.382 1.252.267 1.879.303 4.271.035 1.431.538 24.669.525

Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, 2010

Berdasarkan tabel di atas, angkatan kerja di Jawa Tengah tahun 2009

mencapai 17,09 juta orang atau naik sebesar 2,38 % dibanding tahun

sebelumnya. Dengan angka ini, tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

41

Jawa Tengah tercatat sebesar 70,96 %. Sedangkan angka pengangguran

terbuka di Jawa Tengah relatif kecil, yaitu sebesar 7,32 %. Mata pencaharian

paling banyak adalah di sektor pertanian (37,04%), diikuti dengan

perdagangan (21,86%), industri (16,78%), jasa (11,60%), konstruksi

(6,49%), komunikasi (4,32%), keuangan (0,98%) dan paling kecil adalah di

sektor pertambangan dan galian, listrik, gas dan air (0,93%).

C. Keadaan Perekonomian

1. Struktur Perekonomian dan Pendapatan Perkapita

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2008 yang ditunjukkan

oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

harga konstan 2000, lebih lambat dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 4,71

% (2008 sebesar 5,46 %). Hal tersebut cukup beralasan mengingat kondisi

perekonomian pada tahun ini cukup bergejolak dengan adanya krisis moneter

yang melanda seluruh negara di dunia. Pertumbuhan riil sektoral tahun 2009

mengalami fluktuasi dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor jasa-jasa (7,85%), diikuti

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (7,78%), Pengangkutan dan

komunikasi (6,96%), bangunan (6,77%), Perdagangan , hotel dan restoran

(6,01%), listrik, gas, dan air bersih (5,55%), pertambangan dan penggalian

(5,49%), pertanian (4,38%) dan pertumbuhan terlambat adalah sektor

industri pengolahan (1,84%). Pada tahun 2009, Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga berlaku mencapai 11,9 juta rupiah,

naik 7,49 % dari tahun sebelumnya. Sementara untuk PDRB per kapita atas

dasar harga konstan 2000 mencapai 5,3 juta rupiah atau meningkat 3,95 %.

PDRB menurut komponen penggunaan terdiri dari konsumsi

rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal serta ekspor dan

impor barang dan jasa. PDRB dari sudut penggunaan yang terbesar adalah

untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga. Menurut harga berlaku tahun

2009, konsumsi rumahtangga mempunyai konstribusi 62,52 % dari total

PDRB Provinsi Jawa Tengah atau senilai 256.411,7 milyar rupiah.

Dibandingkan tahun sebelumnya nilai tersebut naik 10,55 %. Jika didasarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

42

harga konstan tahun 2000 nilainya mencapai 113.231,2 milyar rupiah, naik

sebesar 5,42 % dari tahun 2008. Penggunaan lain yang cukup besar dari

Produk Domestik Regional Bruto adalah untuk pembentukan modal tetap

bruto (PMTB). Menurut harga berlaku, tahun 2009 mencapai 75.945,2

milyar rupiah (meningkat sebesar 13,06 %), dan sebesar 31.865,3 milyar

rupiah atas dasar harga konstan 2000 (meningkat sebesar 5,62 %).

2. Ekspor Impor

Investasi yang ditanamkan di berbagai sektor ekonomi berhasil

meningkatkan produksi. Meningkatnya produksi akan lebih mendorong

ekspor. Nilai ekspor atas dasar harga berlaku yang dicapai Jawa Tengah pada

tahun 2009 sebesar 177.121,7 milyar rupiah, turun sebesar 1,92 % dari tahun

sebelumnya. Kegiatan ekspor ke luar negeri sebesar 19,08 % dari total nilai

ekspor. Sedangkan nilai ekspor atas dasar konstan 2000 hanya sebesar

81.697,4 milyar rupiah. Nilai impor barang dan jasa masih di bawah kegiatan

ekspor. Pada tahun 2009, nilai impor atas dasar harga berlaku mencapai

170.338,2 milyar rupiah, naik 5,51 % dari tahun sebelumnya. Namun untuk

nilai impor atas dasar harga konstan 2000 mengalami penurunan sebesar

0,64 % atau tercatat sebesar 78.131,4 milyar rupiah.

D. Keadaan Pertanian

1. Pertanian Tanaman Bahan Makanan

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi penyangga

pangan nasional, oleh karena itu produktivitas padi lebih diutamakan untuk

terus dipacu. Pada tahun 2009, produktivitas padi sekitar 55,56 kuintal per

hektar, meningkat 1,07 % dibanding produktivitas tahun sebelumnya. Begitu

pula dengan luas panen padi dan jumlah produksi padi yang juga mengalami

peningkatan masing-masing sebesar 3,96 % dan 5,07 %. Sebagian besar

produksi padi merupakan padi sawah, yaitu sekitar 97,71 %, sedangkan

sisanya merupakan padi ladang

Secara umum, luas panen, produktivitas per hektar dan produksi

tanaman palawija di Jawa Tengah tahun 2009 hampir semua mengalami

peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

43

produksi beberapa jenis sayuran (bawang merah, bawang putih, kentang,

kubis, cabe, tomat, wortel, kacang panjang, buncis, ketimun, dll) selama

tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi. Hampir semua produksi jenis sayuran

mengalami peningkatan produksi, kecuali bawang putih, wortel, bayam,

kubis, kacang merah dan lobak. Produksi beberapa jenis buah-buahan seperti

mangga, rambutan, duku, klengkeng, blimbing, durian, pisang, salak, jeruk,

nanas dan pepaya dalam periode tahun 2005–2009 juga fluktuatif.

2. Perkebunan

Produksi tanaman perkebunan merupakan salah satu sumber devisa

sector pertanian. Perkebunan terdiri dari perkebunan besar dan perkebunan

rakyat. Luas dan produksi tanaman perkebunan besar tahun 2009 pada

umumnya mengalami penurunan dibanding dengan luas tanaman dan

produksi tahun sebelumnya. Dilihat dari sisi luas, tanaman perkebunan

rakyat yang mempunyai area yang cukup luas pada tahun 2009 adalah

tanaman kelapa, tebu, kapok, kopi, cengkeh, tembakau dan jambu mete.

Sedangkan dilihat dari sisi produksi, tanaman kelapa, tebu, kapok, tembakau,

kopi dan nilam mempunyai produksi yang cukup besar.

3. Peternakan

Jenis ternak yang diusahakan di Jawa Tengah, adalah ternak besar,

yaitu sapi (potong/perah), kerbau dan kuda, sedangkan ternak kecil terdiri

dari kambing, domba dan babi. Disamping itu juga diusahakan aneka ternak,

termasuk unggas (ayam, itik dan burung puyuh) dan kelinci. Populasi ternak

besar pada tahun 2009 untuk sapi, kerbau dan kuda masing-masing tercatat

sebanyak 1.645.927 ekor, 105.506 ekor dan 14.264 ekor. Kabupaten Blora

merupakan kabupaten dengan jumlah ternak besar terbanyak di Jawa

Tengah. Pada tahun 2008, populasi kambing, domba dan babi yang

merupakan ternak kecil tercatat sebanyak 3.356,80 ribu ekor, 2.083,43 ribu

ekor dan 145,81 ribu ekor. Pada tahun 2009, populasi kambing, domba dan

babi yang merupakan ternak kecil tercatat sebanyak 3.499.848 ekor,

2.148.752 ekor dan 144.027 ekor. Dibandingkan tahun sebelumnya, populasi

ternak kecil dan unggas mengalami peningkatan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

44

Banyaknya ternak besar yang dipotong pada tahun 2009, untuk sapi

tercatat sebesar 255 ribu ekor (naik 25,87%), kerbau 14,5 ribu ekor (naik

10,54%) dan kuda 14 ekor (turun 12,5%). Untuk ternak kecil yang paling

banyak dipotong adalah kambing sebanyak 695 ribu ekor (naik 28,04%) dan

domba 394 ribu ekor (26,15%). Produksi telur (ayam ras, ayam kampung,

itik dan burung puyuh) tahun 2009 tercatat sebesar 249,80 ribu ton, atau

meningkat sebanyak 30,54% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk

produksi susu meningkat sebesar 2,05 %, sedangkan produksi kulit

mengalami penurunan sebesar 1,76 %.

4. Perikanan

Sub sektor perikanan, meliputi kegiatan usaha perikanan laut dan

perikanan darat. Perikanan darat terdiri dari usaha budidaya (tambak, sawah,

kolam, karamba) dan perairan umum (waduk, sungai, telaga dan rawa).

Produksi yang dihasilkan dari kegiatan perikanan tersebut pada tahun 2008

di Jawa Tengah mencapai 358 ribu ton dengan nilai 2.896,7 milyar rupiah.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi ikan meningkat 11,68 %

dan nilai produksinya meningkat 24,03 %. Produksi perikanan didominasi

oleh perikanan laut sebesar 198 ribu ton (55,42 % dari total produksi

perikanan) dengan nilai sebesar 1.105,92 milyar rupiah. Pada tahun 2009,

produksi usaha budidaya perikanan dan perikanan di perairan umum

mengalami peningkatan. Produksi usaha budidaya perikanan dan perikanan

di perairan umum tercatat masing-masing sebesar 142,08 ribu ton dan 17,66

ribu ton dengan nilai produksi mencapai 1.630,1 milyar dan 160,7 milyar

rupiah.

5. Kehutanan

Luas hutan yang tercatat pada PT. Perhutani (Persero) Unit I Jawa

Tengah 635.707,57 hektar atau 19,53 % dari total luas Jawa Tengah.

Menurut fungsinya, hutan tersebut terbagi dalam hutan produksi (86,71%),

hutan lindung (13,29%) dan suaka alam/hutan wisata. Pada tahun 2009,

produksi kayu jati (pertukangan) tercatat sebanyak 171 ribu meter kubik,

meningkat 4,91 % dibanding tahun 2008. Demikian pula dengan produksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

45

kayu rimba yang mengalami peningkatan sebesar 2,64 %, yaitu dari 72 ribu

kubik di tahun 2008 menjadi 74 ribu kubik di tahun 2009.

E. Keadaan Umum Subsektor Perkebunan

1. Pembangunan Subsektor Perkebunan

Pembangunan subsektor perkebunan di Jawa Tengah memiliki peran

yang strategis, ditinjau dari aspek ekonomi, sosial maupun ekologi. Untuk

itu, arah pembangunan perkebunan dalam jangka pendek adalah mendukung

terwujudnya pemulihan ekonomi nasional dan berjalannya ekonomi daerah.

Hal tersebut dilakukan dengan mengupayakan peningkatan ekspor dan

penyediaan bahan baku industri, penciptaan sebesar-besar lapangan kerja

produktif, tersedianya sarana dan prasarana pendukung, peningkatan kualitas

sumberdaya perkebunan, peningkatan mutu dan pelestarian lingkungan hidup

serta pengembangan diversifikasi usaha.

Program pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan

kesediaan pangan dalam jumlah dan mutu yang cukup dengan tingkat

distribusi dan harga yang terjangkau oleh masyarakat sepanjang waktu. Oleh

karena itu, maka prioritas pembangunan perkebunan disesuaikan dengan

program pertanian secara luas. Program tersebut tertuang dalam Program

Pemerintah Daerah Jawa Tengah maupun arah pembangunan Departemen

Pertanian Republik Indonesia yang meliputi atas tiga program, yaitu:

a. Peningkatan ketahanan pangan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesediaan pangan dalam

jumlah dan mutu yang cukup dengan tingkat distribusi dan harga yang

terjangkau oleh masyarakat sepanjang waktumelalui produksi,

produktivitas, pendapatan usaha tani, perbaikan distribusi serta kualitas

konsumsi serta kualitas gizi masyarakat.

b. Program pengembangan agribisnis

Program ini bertujuan untuk mengembangkan agrobisnis perkebunan

yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan nilai tambah dan daya

saing produk, mendayagunakan sumberdaya perkebunan di pedesaan dan

meningkatkan pendapatan petani pekebun.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

46

c. Program peningkatan kesejahteraan petani

Program ini berujuan untuk membangun sosial masyarakat petani,

kualitas sumberdaya manusia petani, dan peningkatan pendapatan petani

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan petani.

2. Luas dan Jenis Komoditas

Luas total areal Perkebunan Rakyat, PTP Nusantara IX, dan Perkebunan

Besar Swasta (PBS) pada tahun 2009 sebesar 577.403,87 hektar dengan

produksi sebesar 834.923,34 ton ditambah 974.654 butir kelapa kopyor.

Adapun rincian luas areal dan produksi komoditas perkebunan adalah

sebagai berikut:

a. Perkebunan Rakyat

Luas total areal perkebunan rakyat pada tahun 2009 sebesar

534.881,24 hektar atau 92,63% dari luas perkebunan di Jawa Tengah,

dengan produksi sebesar 796.336 ton ditambah 974.654 butir kelapa

kopyor. Komoditas yang diusahakan oleh perkebunan rakyat di Jawa

Tengah sebanyak 65 komoditas, 23 diantaranya merupakan komoditas

utama yang terdiri dari 17 tanaman tahunan dan 6 tanaman semusim.

Komoditas unggulan dari tanaman tahunan meliputi aren, cassiavera,

cengkeh, jambu mete, kakao, kapok, karet, kelapa dalam, kelapa deres,

kemukus, kopi (kopi arabika, kopi robusta), lada, pala, panili, teh, glagah

arjuna dan siwalan. Sedangkan dari tanaman semusim meliputi

komoditas kapas, tebu, tembakau rakyat, tembakau virginia, tembakau

asepan dan tembakau vorstenland.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

47

Tabel 11. Perkembangan Produksi Komoditas Perkebunan Rakyat di Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009

No Komoditas Produksi (Ton)

2005 2006 2007 2008 2009 1 Aren 4.223 4.017 3.510 3.487 3.764 2 Casiavera 841 817 545 494 492 3 Cengkeh 4.586 4.032 6.295 5.869 6.108 4 Glagah arjuna 1.424 1.406 1.415 1.412 1.347 5 Jambu mete 4.914 8.706 8.313 8.537 8.804 6 Kakao 1.236 1.157 1.113 1.083 1.231 7 Kapas 551 179 219 89 295 8 Kapok 40.971 39.130 39.403 39.570 38.585 9 Karet 459 544 550 732 795

10 Kelapa Dalam 240.666 231.846 230.910 230.426 231.241 11 Kelapa Deres 21.480 21.499 22.184 21.918 22.763 12 Kemukus 353 373 363 357 348 13 Kopi 12.364 12.396 13.659 13.704 14.410 14 Lada 625 955 956 923 966 15 Pala 24 23 35 35 43 16 Panili 71 73 57 69 89 17 T e h 4.655 4.400 5.009 5.579 5.512 18 Tebu 209.893 223.516 243.632 272.007 227.214 19 Temb. Asepan 1.282 909 2.198 3.311 4.542 20 Temb. Rakyat 23.230 17,109 26,832 21,598 26,110 21 Temb. Virginia 246 40 22 15 73 22 Temb. Vorstenland 799 682 625 406 484 23 Siwalan 545 545 545 545 540

Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Tengah, 2009

Tabel 11 menunjukkan bahwa selama tahun 2005-2009 produk

perkebunan rakyat yang memiliki produksi terbesar adalah komoditas

kelapa dalam. Besarnya produksi komoditas pala dari tahun ke tahun

selama tahun 2005-2009 semakin menurun. Penurunan produksi kelapa

dalam tersebut ada kaitannya dengan penurunan penggunaan lahan

perkebunan rakyat di Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan adanya proyek

pelebaran jalan, jaringan listrik baru, tanaman terserang hama dan

penyakit, alih fungsi dari tanaman perkebunan ke tanaman non

perkebunan dan alih fungsi lahan perkebunan menjadi perumahan.

b. Perkebunan Negara (PTPN IX)

Luas areal Perkebunan Negara di Jawa Tengah yang dikelola oleh

PTPN IX tahun 2009 adalah seluas 30.998 hektar atau sekitar 5,37% dari

luas perkebunan yang ada di Jawa Tengah. PTPN IX mengusahakan 7

macam komoditas, yaitu: karet, kopi, kapok, teh, pala, kakao dan kelapa.

Luas areal masing-masing tanaman yaitu: karet 26.442 ha, kopi 1.442 ha,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

48

kapok 450 ha, teh 1.433 ha, pala 217 ha, kakao 529 ha dan kelapa 485 ha.

Produksi masing-masing tanaman yaitu: karet 24.283 ton, kopi 1.233 ton,

kapok 130 ton, teh 1.961 ton, pala 8 ton, kakao 151 ton dan kelapa

1.442.862 butir.

c. Perkebunan Besar Swasta (PBS)

Areal Konsesi Perkebunan Besar Swasta (PBS) di Jawa Tengah tahun

2009 adalah seluas 11.524,63 hektar atau sekitar 5,37% dari luas

perkebunan yang ada di Jawa Tengah. PBS mengusahakan 7 macam

komoditas yaitu karet, kopi, kapok, teh, cengkeh, kakao dan kelapa. Luas

areal masing-masing komoditas yaitu: karet 5.208,72 ha, kopi 675,49 ha,

kapok 523,51 ha, teh 2.451,01 ha, cengkeh 1.121,81 ha, kakao 1.242,07

ha dan kelapa 302,02 ha. Adapun produksi masing-masing yang

dihasilkan adalah sebagai berikut: karet 4.420,39 ton, kopi 172,8 ton,

kapok 197,38 ton, teh 4.395,03 ton, cengkeh 402,16 ton, kakao 1.232,87

ton dan kelapa 1.934.136 butir.

3. Produk Domestik Regional Bruto

Pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

petani dan kelompok tani melalui peningkatan pendapatan yang merupakan

salah satu indikator guna mendekati tingkat pertumbuhan ekonomi secara

kuantitaif sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan. Salah satu data

statistik yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan adalah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB bidang perkebunan tahun 2005 hingga 2009 mengalami

pertumbuhan rata-rata sebesar 14,15 % per tahun. PDRB tersebut dihitung

atas dasar harga berlaku dengan tahun dasar 2002. PDRB subsektor

perkebunan pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing

sebesar: Rp 4.083.974,98; Rp 4.784.835,18; Rp 5.462.345,84; Rp

6.171.802,78; Rp 6.924.665,83.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

49

V. HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Minyak Cengkeh di Provinsi Jawa Tengah

Fakta bahwa minyak cengkeh tidak dapat digantikan dengan produk sintetik,

menjadikan komoditas ini selalu memiliki peluang di pasar internasional. Jawa

Tengah merupakan salah satu sentra produksi dan pengekspor minyak cengkeh

terbesar kedua setelah Sulawesi selatan. Minyak cengkeh yang diekspor ke pasar

luar negeri tersebut masih berupa minyak kasar (crude essential oil) yang belum

diproses lebih lanjut. Minyak cengkeh yang diekspor dikemas dengan

menggunakan drum aluminium, plat timah putih, atau drum besi. Tiap-tiap drum

berisi 50 Kg netto minyak, dan disisakan rongga sekitar 5-10% dari volume

drum. Selain itu ada minyak yang dikemas dalam botol dengan volume yang

lebih sedikit, biasanya netto hanya 1-5 Kg.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data volume ekspor

minyak cengkeh yang berfluktuasi selama kurun waktu 1987-2003. Fluktuasi

volume ekspor tersebut memiliki kecenderungan menurun dengan rata-rata

penurunan sebesar 9.771,76 Kg atau sebesar 1,10% per tahun. Dalam rentang

waktu 17 tahun tersebut, volume ekspor rata-rata minyak cengkeh Jawa Tengah

mencapai 80,801.94 Kg per tahun dengan nilai ekspor rata-rata per tahunnya

sebesar US$ 387,437.62. Naik turunnya volume ekspor minyak cengkeh di Jawa

Tengah dipengaruhi berbagai hal. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang

diduga berpengaruh terhadap besarnya volume ekspor tersebut adalah produksi

minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah,

harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Dolar AS, dan volume

ekspor minyak cengkeh tahun sebelumnya. Masing-masing variabel yang diduga

berpengaruh tersebut akan dibahas pada poin-poin di bawah.

B. Volume Ekspor Minyak Cengkeh di Jawa Tengah

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memproduksi

dan mengekspor minyak atsiri ke pasar dunia. Minyak atsiri yang diekspor ke

pasar luar negeri tersebut masih berupa minyak kasar (crude essential oil) yang

belum diproses lebih lanjut. Ekspor minyak dalam wujud kasar tersebut

49

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

50

diakibatkan adanya keterbatasan sumber daya manusia dalam mengolah minyak

cengkeh menjadi produk-produk turunannya. Adanya keterbatasan tersebut

menyebabkan minimnya jumlah industri pengolahan yang ada di wilayah

domestik. Di lain pihak, tingginya permintaan pasar luar negeri serta banyaknya

jumlah industri yang memanfaatkan minyak cengkeh di luar negeri

menyebabkan minyak cengkeh yang diproduksi di Jawa Tengah sebagian besar

ditujukan untuk pasar luar negeri, dengan pasar utamanya adalah Amerika

Serikat. Volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah berfluktuasi dari tahun

ke tahun, dengan laju pertumbuhan volume ekspor rata-rata sebesar -9.771,76

Kg atau -1,10% per tahun. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Perkembangan Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah Tahun 1987-2003.

Tahun Volume Ekspor

(kg) Laju Pertumbuhan

Kg % 1987 171.280,00 0 0 1988 16.000,00 -155.280,00 -90,66 1989 65.500,00 49.500,00 201,31 1990 73.100,00 7.600,00 9,6 1991 80.700,00 7.600,00 9,4 1992 35.027,00 -45.673,00 -69,6 1993 75.000,00 39.973,00 100,12 1994 283.400,00 208.400,00 202,37 1995 222.033,33 -61.366,67 -38,65 1996 160.666,67 -61.366,67 -47,64 1997 99.300,00 -61.366,67 -58,2 1998 37.012,00 -62.288,00 -87,73 1999 2.818,00 -34.194,00 -97,39 2000 16.900,00 14.082,00 41,72 2001 18.104,00 1.204,00 5,12 2002 11.632,00 -6.472,00 -39,75 2003 5.160,00 -6.472,00 -58,64 Total 1.373.633,00 -166.120,00 -18,62

Rata-rata 80.801,94 -9.771,76 -1,10

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003. Tabel 12 menunjukkan bahwa laju perkembangan ekspor minyak cengkeh

Jawa Tengah berfluktuasi dengan kecenderungan menurun dari tahun ke

tahunnya. Fluktuasi volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah berkaitan

dengan jumlah permintaan dari negara-negara pengimpor serta kualitas minyak

cengkeh yang dihasilkan. Volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 1994 yaitu

mencapai 283.400 Kg, sedangkan volume ekspor terendah terjadi pada tahun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

51

1999 yaitu hanya sebesar 2.818 Kg. Pada tahun 1994 terjadi peningkatan luas

tanaman dan produksi di perkebunan Jawa Tengah untuk semua jenis tanaman

termasuk tanaman cengkeh. Hal tersebut menjadikan berlimpahnya bahan baku

yang diperlukan untuk memproduksi minyak cengkeh, sehingga dengan

meningkatnya produksi minyak cengkeh tersebut meningkatkan pula volume

ekspornya. Sedangkan pada tahun 1999, terjadi penurunan luas tanaman cengkeh

secara besar-besaran di perkebunan Jawa Tengah akibat adanya konversi

tanaman cengkeh dengan tanaman perkebunan lain yang lebih menguntungkan.

Hal tersebut menjadikan berkurangnya bahan baku yang dibutuhkan untuk

memproduksi minyak cengkeh, sehingga dengan demikian menjadikan volume

ekspornya merosot tajam.

C. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh di

Provinsi Jawa Tengah

Variabel-variabel yang mempengaruhi volume ekspor minyak cengkeh

adalah volume produksi minyak cengkeh (X1), harga domestik minyak cengkeh

(X2), harga ekspor minyak cengkeh (X3), nilai tukar Amerika Serikat terhadap

Rupiah (X4), dan volume ekspor minyak cengkeh tahun sebelumnya (X5).

Berikut adalah hasil penelitian dari variabel-variabel yang diteliti:

1. Produksi Minyak cengkeh di Jawa Tengah (X1)

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

mengusahakan minyak cengkeh untuk tujuan ekspor. Beberapa Kabupaten di

Jawa Tengah yang mengusahakan minyak cengkeh adalah Kabupaten

Banyumas, Batang, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Temanggung,

Brebes, Purworejo, dan Kebumen.

Minyak cengkeh Jawa Tengah sebagian besar diusahakan di

tingkat hulu dengan cara yang masih tradisional dan kualitas minyak

yang dihasilkan bervariasi oleh satu sentra dengan sentra produksi

lainnya, tergantung dari teknik penyulingan yang digunakan. Teknik

penyulingan yang digunakan pada umumnya masih sederhana, yaitu

teknologi penyulingan uap-air (water-steam distillation) dengan

menggunakan ketel penyuling dari bahan yang bukan stainless steel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

52

Penggunaan teknologi dan ketel penyuling tersebut serta terbatasnya

penguasaan teknologi proses menyebabkan rendemen dan mutu minyak

cengkeh yang dihasilkan rendah, sehingga rata-rata produksi rendah dan

umumnya tidak dapat langsung diekspor. Perkembangan produksi minyak

cengkeh Jawa Tengah disajikan pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13. Perkembangan Volume Produksi Minyak Cengkeh Jawa Tengah, Tahun 1987-2003.

Tahun Volume Produksi

(kg) Laju Pertumbuhan

Kg % 1987 179.802,65 0 0 1988 16.558,00 -163.244,65 -90,79 1989 67.400,70 50.842,70 30,70 1990 73.995,34 6.594,64 9,78 1991 152.494,33 78.498,99 101,09 1992 36.365,24 -116.129,09 -79,15 1993 76.891,53 40.526,29 100,44 1994 284.595,30 207.703,77 230,13 1995 226.449,09 -58.146,21 -40,43 1996 175.899,57 -50.549,52 -46,32 1997 99.929,56 -75.970,01 -45,19 1998 78.100,87 -21.828,69 -27,84 1999 4.584,35 -73.516,52 -98,13 2000 21.408,66 16.824,31 36,99 2001 19.527,56 -1.881,10 -18,79 2002 12.106,58 -7.420,98 -38,67 2003 5.606,87 -6.499,71 -58,69 Total 1.531.716,20 -174.195,78 -34,87

Rata-rata 90.100,95 -10.246,81 -2,05

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003. Tabel 13 menunjukkan produksi minyak cengkeh Jawa Tengah yang

berfluktuasi dari tahun ke tahun. dengan laju pertumbuhan produksi rata-rata

sebesar -10.246,81 Kg atau -2,05% per tahun. Laju pertumbuhan tertinggi

terjadi pada tahun 1994 yaitu meningkat sebesar 207.703,77 Kg (230,13%)

dari tahun sebelumnya. Sedangkan laju terendah terjadi pada tahun 1988

yaitu menurun sebesar 163.244,65 Kg (-90.79%) dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, persentase volume ekspor

minyak cengkeh Jawa Tengah terhadap volume produksinya dapat dilihat

pada Tabel 14 berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

53

Tabel 14. Persentase Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah Terhadap Volume Produksi Minyak Cengkeh Jawa Tengah.

Tahun Vol. Produksi

(Kg) Vol. Ekspor

(Kg)

Persen ekspor terhadap

produksi (%) 1987 179,802.65 171,280.00 95.26 1988 16,558.00 16,000.00 96.63 1989 67,400.70 65,500.00 97.18 1990 73,995.34 73,100.00 98.79 1991 152,494.33 80,700.00 52.92 1992 36,365.24 35,027.00 96.32 1993 76,891.53 75,000.00 97.54 1994 284,595.30 283,400.00 99.58 1995 226,449.09 222,033.33 98.05 1996 175,899.57 160,666.67 91.34 1997 99,929.56 99,300.00 99.37 1998 78,100.87 37,012.00 47.39 1999 4,584.35 2,818.00 61.47 2000 21,408.66 16,900.00 78.94 2001 19,527.56 18,104.00 92.71 2002 12,106.58 11,632.00 96.08 2003 5,606.87 5,160.00 92.03 Total 1,531,716.20 1,373,633.00 1,491.60

Rata-rata 90,100.95 80,801.94 87.74

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003.

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa persentase rata-rata

volume ekspor minyak cengkeh terhadap volume produksinya adalah sebesar

87,74%, sesuai dengan pernyataan Nazaruddin (1993), bahwa sebagian besar

minyak atsiri yang diproduksi di dalam negeri memang ditujukan untuk

pasar ekspor.

2. Harga Domestik Minyak cengkeh di Jawa Tengah (X2)

Perkembangan harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah dalam

kurun waktu 1987-2003 berfluktuasi baik menurut harga berlaku maupun

harga konstan. Perkembangan harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah

disajikan pada Tabel 15 berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

54

Tabel 15. Perkembangan Harga Domestik Minyak cengkeh Jawa Tengah, Tahun 1987-2003.

Tahun IHK

Harga Berlaku

Harga Konstan

Laju Perkembangan (%)

2002 = 100 (Rp/Kg) (Rp/Kg) Berlaku Konstan 1987 18,63 1.778,00 4.176,06 0 0 1988 20,15 1.196,00 5.935,48 -32,73 42,13 1989 21,52 1.614,00 7.500,00 34,95 26,36 1990 24,13 2.032,00 8.421,05 25,90 12,28 1991 26,31 2.450,00 9.312,05 20,57 10,58 1992 28,84 3.228,00 11.192,79 31,76 20,20 1993 32,17 3.621,00 11.255,83 12,17 0,56 1994 35,19 18.122,00 51.497,58 400,47 357,52 1995 37,65 32.623,00 86.648,07 80,02 68,26 1996 40,83 47.124,00 115.415,14 44,45 33,20 1997 42,62 61.625,00 144.591,74 30,77 25,28 1998 47,26 41.541,50 87.899,92 -32,59 -39,21 1999 80,47 21.458,00 26.665,84 -48,35 -69,66 2000 81,54 22.108,00 27.113,07 3,03 1,68 2001 88,52 23.438,00 26.477,63 6,02 -2,34 2002 100,00 40.500,00 40.500,00 72,80 52,96 2003 112,36 29.850,00 26.566,39 -26,30 -34,40 Total 838,19 354.308,50 691.168,64 622,94 505,38

Rata-rata 49,31 20.841,68 40.656,98 36,64 29,73

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003. Tabel 15 menyajikan dua macam harga domestik minyak cengkeh

Jawa Tengah serta perkembangannya selama kurun waktu 1987-2003.

Macam harga domestik yang disajikan berupa harga berlaku dan harga

konstan. Harga berlaku adalah harga pada saat komoditas diperdagangkan,

sedangkan harga konstan adalah harga berlaku yang telah dideflasikan atau

disesuaikan berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). Harga domestik

minyak cengkeh yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga konstan

dengan pertimbangan untuk menghilangkan pengaruh inflasi selama rentang

waktu penelitian.

Tabel 15 juga menunjukkan perkembangan harga domestik yang

cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata peningkatan per

tahunnya sebesar Rp 20.841,68 (36.64% per tahun) untuk harga berlaku, dan

Rp 40.656,98 (29,73% per tahun) untuk harga konstan. Pada harga berlaku,

harga domestik minyak cengkeh tertinggi terjadi pada tahun 1997 yaitu Rp

61.625,00 per Kg, sedangkan harga terendah terjadi di tahun 1988 yaitu Rp

1.196,00 per Kg. Pada harga konstan, harga domestik minyak cengkeh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

55

tertinggi terjadi pada tahun 1997 yaitu Rp 144.591,74 per Kg, sedangkan

harga terendah terjadi di tahun 1987 yaitu Rp 4.176,06 per Kg.

3. Harga Ekspor Minyak Cengkeh di Jawa Tengah (X3)

Harga ekspor merupakan harga komoditas saat diperdagangkan di

pasar internasional. Dengan memperhatikan perkembangan harga ekspor

suatu komoditas yang diekspor, dapat diketahui seberapa besar potensi

komoditas tersebut dalam memberikan sumbangan terhadap perolehan

devisa negara. Perkembangan harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah

selama kurun waktu 1987-2003 dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.

Tabel 16. Perkembangan Harga Ekspor Minyak cengkeh Jawa Tengah, Tahun 1987-2003.

Tahun Volume Ekspor

Nilai FOB Harga Ekspor

(US$/Kg) Laju Perkembangan

(%) (Kg) (US$) Berlaku Konstan Berlaku Konstan

1987 171.280,00 309.245,00 1,81 9,69 0 0 1988 16.000,00 45.012,00 2,81 13,96 55,82 44,06 1989 65.500,00 155.177,00 2,37 11,01 -15,79 -21,15 1990 73.100,00 194.172,15 2,66 11,01 12,12 -0,01 1991 80.700,00 233.167,30 2,89 10,98 8,77 -0,24 1992 35.027,00 101.185,00 2,89 10,02 -0,02 -8,79 1993 75.000,00 810.000,00 10,80 33,57 273,86 235,16 1994 283.400,00 953.016,00 3,36 9,56 -68,86 -71,54 1995 222.033,33 773.918,00 3,49 9,26 3,65 -3,12 1996 160.666,67 594.820,00 3,70 9,07 6,21 -2,06 1997 99.300,00 415.722,00 4,19 9,82 13,08 8,33 1998 37.012,00 70.205,00 1,90 4,01 -54,69 -59,14 1999 2.818,00 9.822,00 3,49 4,33 83,75 7,92 2000 16.900,00 494.296,00 29,25 35,87 739,15 728,14 2001 18.104,00 940.111,00 51,93 58,66 77,54 63,54 2002 11.632,00 475.560,71 40,88 40,88 -21,27 -30,31 2003 5.160,00 11.010,42 2,13 1,90 -94,78 -95,35 Total 1.373.633,00 6.586.439,58 170,54 283,60 1.018,56 795,46

Rata-rata 80.801,94 387.437,62 10,03 16,68 59,92 46,79

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa harga ekspor minyak

cengkeh Jawa Tengah mengalami fluktuasi dengan harga rata-rata per tahun

sebesar US$ 10,03 untuk harga berlaku, dan US$ 16,68 untuk harga konstan.

Harga berlaku tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar US$ 51,93, dan

harga terendah terjadi pada tahun 1987 dengan harga sebesar US$ 1,81.

Sedangkan harga konstan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar US$

58,66, dan harga terendah terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar US$ 2,13.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

56

Pertumbuhan harga berlaku lebih cepat daripada harga konstan.

Kondisi tersebut terjadi karena harga berlaku merupakan harga yang masih

terpengaruh oleh inflasi maupun kondisi nilai tukar mata uang pada waktu

tertentu. Sedangkan harga konstan merupakan harga yang telah mengalami

penyesuaian dengan kondisi perekonomian pada tahun yang dianggap stabil

(terdeflasi), yaitu berdasaran Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar

tertentu (tahun 2002). Adanya pendeflasian tersebut menyebabkan kenaikan

harga berlaku terlihat cepat dibandingkan dengan harga yang sebenarnya.

4. Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat Terhadap Rupiah (X4)

Nilai tukar Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah adalah

harga satu satuan dolar AS diukur dengan mata uang rupiah. Dolar AS

merupakan mata uang asing yang berperan penting dalam kegiatan

perdagangan internasional. Perubahan kurs dolar AS terhadap rupiah dapat

menjadi pemicu naik turunnya ekspor produk pertanian, dalam hal ini

minyak cengkeh. Perkembangan nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah dapat

dilihat pada Tabel 17 berikut:

Tabel 17. Perkembangan Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat Terhadap Rupiah, Tahun 1987-2003.

Tahun Nilai Tukar Dolar AS Terhadap

Rupiah (Rp/US$) Laju Perkembangan

(%) Berlaku Konstan Berlaku Konstan

1987 1.650,00 8.856,68 0 0 1988 1.729,00 8.580,65 4,79 -3,12 1989 1.795,48 8.343,31 3,84 -2,77 1990 1.901,00 7.878,16 5,88 -5,58 1991 1.992,00 7.571,27 4,79 -3,90 1992 2.062,00 7.149,79 3,51 -5,57 1993 2.110,00 6.558,91 2,33 -8,26 1994 2.200,00 6.251,78 4,27 -4,68 1995 2.308,00 6.130,15 4,91 -1,95 1996 2.383,00 5.836,39 3,25 -4,79 1997 4.650,00 10.910,37 95,13 86,94 1998 8.025,00 16.980,53 72,58 55,64 1999 7.100,00 8.823,16 -11,53 -48,04 2000 9.595,00 11.767,23 35,14 33,37 2001 10.400,00 11.748,76 8,39 -0,16 2002 8.940,00 8.940,00 -14,04 -23,91 2003 8.465,00 7.533,82 -5,31 -15,73 Total 77.305,48 149.860,96 217,93 47,50

Rata-rata 4.547,38 8.815,35 12,82 2,79

Sumber : Bank Indonesia Kantor Semarang, 1987-2003.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

57

Tabel 17 menunjukkan perkembangan nilai tukar Dolar Amerika

Serikat terhadap Rupiah yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat

dari tahun ke tahun. Pada nilai berlaku, kurs tertinggi terjadi pada tahun 2001

yaitu sebesar Rp 10.400,00, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun

1987 yaitu sebesar Rp 1.650,00. Pada nilai konstan, kurs tertinggi terjadi

pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 11.767,23, sedangkan yang terendah

terjadi pada tahun 1996 yaitu sebesar Rp 5.836,39.

Harga berlaku mempunyai kecenderungan meningkat karena masih

dipengaruhi oleh inflasi. Peningkatan terbesar pada harga berlaku terjadi

pada tahun 1997 yaitu sebesar 95,13% dari nilai sebelumnya. Sedangkan laju

perubahan rata-ratanya sebesar 12,82% per tahun. Fluktuasi kurs yang terjadi

pada harga berlaku merupakan dampak dari adanya inflasi yang terjadi pada

tahun tersebut, perekonomian suatu negara, serta dipengaruhi oleh daya beli

masyarakat terhadap barang impor. Keadaan tersebut mempengaruhi tingkat

kurs Rupiah terutama terhadap Dolar Amerika Serikat.

Dari hasil penelitian terhadap variabel-variabel bebas dan tak bebas

yang telah disajikan pada bab ini, maka dapat disusun sebuah tabel baru yang

menyajikan variabel-variabel penelitian menjadi sebagai berikut:

Tabel 18. Rekapitulasi Variabel-Variabel Penelitian.

Tahun Volume ekspor (Kg)

Volume produksi

(Kg)

Harga domestik (Rp/Kg)

Harga ekspor

(US$/Kg) Kurs

Volume ekspor tahun sebelumnya

Y X1 X2 X3 X4 X5

1987 171.280,00 179.802,65 4.176,06 9,69 8.856,68 195.240,00 1988 16.000,00 16.558,00 5.935,48 13,96 8.580,65 171.280,00 1989 65.500,00 67.400,70 7.500,00 11,01 8.343,31 16.000,00 1990 73.100,00 73.995,34 8.421,05 11,01 7.878,16 65.500,00 1991 80.700,00 152.494,33 9.312,05 10,98 7.571,27 73.100,00 1992 35.027,00 36.365,24 11.192,79 10,02 7.149,79 80.700,00 1993 75.000,00 76891,53 11.255,83 33,57 6.558,91 35.027,00 1994 283.400,00 284.595,30 51.497,58 9,56 6.251,78 75.000,00 1995 222.033,33 226.449,09 86.648,07 9,26 6.130,15 283.400,00 1996 160.666,67 175.899,57 115.415,14 9,07 5.836,39 222.033,33 1997 99.300,00 99.929,56 144.591,74 9,82 10.910,37 160.666,67 1998 37.012,00 78.100,87 87.899,92 4,01 16.980,53 99.300,00 1999 2.818,00 4.584,35 26.665,84 4,33 8.823,16 37.012,00 2000 16.900,00 21.408,66 27.113,07 35,87 11.767,23 2.818,00 2001 18.104,00 19.527,56 26.477,63 58,66 11.748,76 16.900,00 2002 11.632,00 12.106,58 40.500,00 40,88 8.940,00 18.104,00 2003 5.160,00 5.606,87 26.566,39 6,46 7.533,82 11.632,00

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1987-2003.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

58

D. Hasil Analisis Data

Dengan menggunakan analisis regresi linier logaritma natural berganda

dengan bantuan program SPSS diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln Y = 3,356 + 0,985 ln X1 – 0,001 ln X2 + 0,171 ln X3 – 0,457 ln X4 +

0,035 ln X5

Bila dikembalikan kedalam bentuk aslinya, persamaan diatas dapat ditulis

kembali menjadi persamaan linier berbentuk kepangkatan sebagai berikut:

Y = 28,67 X10,985 X2

-0,001 X30,171 X4

-0.457, X50,035

1. Ketepatan Model

Ketepatan model ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi (R2). Dari

hasil analisis, diperoleh nilai R2 sebesar 0,983 dan nilai adjusted R2 sebesar

0,975. Nilai R2 yang mendekati 1 menunjukkan persamaan regresi tersebut

tepat untuk digunakan (goodness of fit). Berdasarkan nilai R2 yang diperoleh,

dapat diartikan bahwa seluruh variabel bebas yang digunakan dalam

penelitian, yaitu produksi minyak cengkeh Jawa Tengah (X1), harga domestik

minyak cengkeh Jawa Tengah (X2), harga ekspor minyak cengkeh Jawa

Tengah (X3), nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X4) dan

volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya (X5) secara

bersama-sama mampu menjelaskan variasi perubahan yang terjadi pada

variabel tidak bebasnya yaitu volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah

sebesar 98,3%. Sedangkan sisanya 1,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain

diluar model yang digunakan dalam penelitian.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan dari

variabel bebas (X1-X5) terhadap variabel tak bebas (Y), dengan kriteria jika

nilai signifikansinya lebih kecil dari α 10%, maka variabel-variabel bebas

yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel tidak bebasnya. Hasil analisis penelitian ini dengan uji

F dapat dilihat pada Tabel berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

59

Tabel 19. Analisis Varian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Model Jumlah Kuadrat

Derajat Kebebasan

Rata-rata Kuadrat

Fhitung FTabel Sig.

Regresi 27,574 5 5,515 125,667 3,62 0,000 Residu 0,483 11 0,044

Total 28,057 16

Sumber: Hasil analisis data sekunder

Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa dari hasil uji F diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel

bebas yang digunakan dalam penelitian, yaitu produksi minyak cengkeh Jawa

Tengah, harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak

cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah dan

volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya yaitu

volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 90%.

3. Uji t

Uji t adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Kriteria

yang digunakan adalah jika nilai signifikansi lebih kecil dari α 10%, maka

variabel bebas tersebut berpengaruh secara parsial terhadap variabel tidak

bebas. Hasil analisis dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 20. Analisis Pengaruh Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Variabel Koefisien Regresi t hitung Sig.

Produksi minyak cengkeh (X1) 0,985 18,762 0,000 Harga Domestik minyak cengkeh (X2) -0,001 -0,016 0,988 Harga Ekspor minyak cengkeh (X3) 0,171 2,024 0,068 Kurs Dolar AS terhadap Rupiah (X4) -0,457 -2,241 0,047 Volume ekspor tahun sebelumnya (X5) 0,035 0,586 0,570

Sumber : Hasil Analisis Data Sekunder Berdasarkan Tabel 20 diketahui variabel bebas yang mempunyai nilai

signifikansi kurang dari atau sama dengan nilai α 10% adalah variabel yang

secara individu berpengaruh terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

60

Tengah. Variabel yang secara individu berpengaruh terhadap volume ekspor

minyak cengkeh Jawa Tengah adalah variabel produksi minyak cengkeh Jawa

Tengah (X1), harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah (X3), dan nilai tukar

Dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X4). Sedangkan variabel-variabel

harga domestik minyak cengkeh Jawa Tengah (X2) dan volume ekspor minyak

cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya (X5) mempunyai nilai signifikansi

yang lebih besar dari nilai α 10%, sehingga dapat diartikan bahwa kedua

variabel tersebut secara individu tidak berpengaruh terhadap volume ekspor

minyak cengkeh Jawa Tengah.

4. Standar Koefisien Regresi

Variabel bebas yang paling berpengaruh diketahui dari perhitungan nilai

standar koefisien regresi atau beta coefficient. Perhitungan ini dilakukan untuk

variabel-variabel yang secara individual berpengaruh terhadap volume ekspor

minyak cengkeh Jawa Tengah. Hasil perhitungan sebagai berikut.

Tabel 21. Nilai Standar Koefisien Regresi Tiap Variabel Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah

Variabel Standar koefisien

Regresi Peringkat

Produksi minyak cengkeh (X1) 1,0172 2 Harga Ekspor minyak cengkeh (X3) 0,3159 3 Kurs Dolar AS terhadap Rupiah (X4) -2,1816 1

Sumber : Hasil analisis data sekunder

Tabel 21 diatas menunjukkan bahwa variabel yang memiliki nilai

standar koefisien regresi terbesar adalah variabel kurs Dolar AS terhadap

Rupiah dengan nilai standar koefisien regresi sebesar 2,1816 dengan arah

hubungan negatif. Hal ini berarti bahwa variabel kurs Dolar AS terhadap

Rupiah memberikan pengaruh yang terbesar dibandingkan dengan variabel

lain yang digunakan dalam model. Hubungan negatif menjelaskan bawa bila

terjadi kenaikan kurs Dolar AS terhadap Rupiah, maka volume ekspor minyak

cengkeh Jawa Tengah akan menurun, begitu juga sebaliknya.

5. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik

Model yang telah diperoleh harus diuji terlebih dahulu untuk

memastikan bahwa model tersebut sudah memenuhi syarat sebagai model

yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) atau belum. Pengujian model

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

61

Correlations

1.000 .984 .111 -.116 -.372 .587

.984 1.000 .135 -.187 -.294 .599

.111 .135 1.000 -.101 .132 .144

-.116 -.187 -.101 1.000 .157 -.482

-.372 -.294 .132 .157 1.000 -.292

.587 .599 .144 -.482 -.292 1.000

. .000 .335 .328 .071 .007

.000 . .302 .237 .126 .006

.335 .302 . .349 .307 .290

.328 .237 .349 . .273 .025

.071 .126 .307 .273 . .128

.007 .006 .290 .025 .128 .

17 17 17 17 17 17

17 17 17 17 17 17

17 17 17 17 17 17

17 17 17 17 17 17

17 17 17 17 17 17

17 17 17 17 17 17

LnY

LnX1

LnX2

LnX3

LnX4

LnX5

LnY

LnX1

LnX2

LnX3

LnX4

LnX5

LnY

LnX1

LnX2

LnX3

LnX4

LnX5

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

LnY LnX1 LnX2 LnX3 LnX4 LnX5

agar termasuk dalam BLUE dilakukan dengan uji multikolineritas,

autokorelasi dan heteroskedastisitas.

a. Multikolineritas

Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar variabel

bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi yang baik

seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh karena itu, untuk

mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai matrik

Pearson Correlation (PC < 0,8).

Tabel 22. Matriks Korelasi Sumber: Hasil analisis data sekunder

Berdasarkan Tabel 22 di atas, hasil dari analisis diperoleh nilai

matrik Pearson Correlation antar variabel bebas yang terbesar adalah

0,599, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan

tidak terjadi multikolinieritas.

b. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana dalam suatu

persamaan regresi terdapat hubungan atau korelasi antara kesalahan

penggangu. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui

dengan melihat nilai Durbin Watson (DW). Sedangkan kriteria pengujian

yang digunakan adalah:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

62

Model Summaryb

.991a .983 .975 .20948 2.265Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LnX5, LnX2, LnX4, LnX3, LnX1a.

Dependent Variable: LnYb.

-2 -1 0 1

Regression Standardized Residual

-2

-1

0

1

2

Regr

essio

n Stan

dard

ized P

redict

ed Va

lue

Dependent Variable: LnY

Scatterplot

1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 artinya tidak dapat

disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi.

Tabel 23. Nilai Durbin Watson

Sumber: Hasil analisis data sekunder

Berdasarkan Tabel 23, hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin

Watson yaitu sebesar 2,265 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut

berada di wilayah kriteria 1,65 < DW < 2,35.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan diagram pencar (scatterplot).

Gambar 7. Diagram Pencar (Scatter Plot)

Berdasarkan scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada

dalam diagram tidak membentuk suatu pola tertentu, menyebar secara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

63

acak dan tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Dengan kondisi yang demikian, berarti dapat disimpulkan bahwa di dalam

model yang digunakan tidak terjadi heterokedastisitas.

6. Elastisitas Ekspor Minyak Cengkeh di Jawa Tengah

Pengukuran elastisitas ekspor bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar perubahan yang terjadi pada volume ekspor minyak cengkeh Jawa

Tengah apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel bebas yang

mempengaruhinya. Dengan menggunakan model regresi log-ganda, maka

koefisien kemiringan (slope coefficient) atau koefisien regresi (b1) dari masing

masing variabel bebas merupakan ukuran elastisitas variabel tidak bebas

(volume ekspor minyak cengkeh) terhadap variabel bebas yang

mempengaruhinya. Koefisien regresi yang selanjutnya disebut koefisien

elastisitas dihitung hanya pada variabel bebas yang secara individu

berpengaruh nyata terhadap variabel volume ekspor minyak cengkeh. Adapun

koefisien elastisitas variabel tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 24. Nilai Koefisien Elastisitas Variabel bebas yang Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Minyak Cengkeh Jawa Tengah.

Variabel Koefisien Elastisitas Keterangan Produksi minyak cengkeh (X1) 0,985 Inelastis Harga Ekspor minyak cengkeh (X3) 0,171 Inelastis Kurs Dolar AS terhadap Rupiah (X4) -0,457 Inelastis

Sumber: Hasil analisis data sekunder Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa nilai koefisien elastisitas

dari variabel bebas produksi dan harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah

memiliki nilai elastisitas yang kurang dari satu (Es < 1) dengan arah hubungan

positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa penawaran ekspor minyak cengkeh

Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan yang terjadi pada produksi

dan harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Artinya, volume ekspor

minyak cengkeh Jawa Tengah akan mengalami perubahan ketika produksi dan

harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah berubah dengan presentase

perubahan jumlah volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah lebih kecil

daripada presentase perubahan kedua variabel bebas tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

64

Variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah memiliki nilai

elastisitas sebesar 0,985. Artinya apabila terjadi peningkatan produksi minyak

cengkeh sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor minyak cengkeh

sebesar 0,985% dalam kondisi normal, begitu pula sebaliknya. Variabel harga

ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah memiliki nilai elastisitas sebesar 0,171.

Artinya apabila terjadi peningkatan harga ekspor minyak cengkeh sebesar 1%

maka akan meningkatkan volume ekspor minyak cengkeh sebesar 0,171%

dalam kondisi normal dan begitu pula sebaliknya.

Nilai koefisien elastisitas variabel bebas kurs dolar AS terhadap Rupiah

memiliki nilai elastisitas yang kurang dari satu (Es < 1) dengan arah hubungan

negatif. Besarnya koefisien elastisitas variabel adalah sebesar -0,457 artinya

apabila terjadi peningkatan kurs dolar AS terhadap Rupiah sebesar 1% maka

akan menaikkan volume ekspor minyak cengkeh sebesar 0,457% dalam

kondisi normal dan begitu pula sebaliknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

65

VI. PEMBAHASAN

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa produksi minyak

cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, harga

domestik minyak cengkeh Jawa Tengah, nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah

dan volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun sebelumnya, secara

bersama-sama mampu menjelaskan perubaan yang terjadi pada volume ekspor

minyak cengkeh Jawa Tengah sebesar 98,3%. Variabel-variabel bebas tersebut

secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor minyak cengkeh

Jawa Tengah yang diketahui dari uji F, dimana nilai signifikansinya lebih kecil

dari α 10% (0,000 < 0,10).

Sedangkan melalui uji t, variabel yang secara individu berpengaruh terhadap

volume ekspor minyak cengkeh adalah variabel produksi minyak cengkeh Jawa

Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, dan Kurs Dolar AS tehadap

Rupiah. Lebih rincinya, variabel-variabel dalam penelitian dijelaskan sebagai

berikut:

1. Produksi Minyak Cengkeh di Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel produksi lebih

kecil dari α 10% (0,000 < 0,10). Hal ini berarti variabel produksi minyak

cengkeh Jawa Tengah berpengaruh secara individu terhadap volume ekspor

minyak cengkeh di Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 90%. Nilai

koefisien regresi dari variabel produksi yang juga merupakan koefisien

elastisitas menunjukkan nilai sebesar 0,985 dengan arah hubungan yang positif.

Artinya apabila terjadi peningkatan produksi minyak cengkeh sebesar 1%

maka akan meningkatkan volume ekspor minyak cengkeh sebesar 0,985%.

Dengan kata lain volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat

inelastis terhadap perubahan jumlah produksi minyak cengkeh Jawa Tengah.

Usaha minyak cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada

ketersediaan bahan baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku

melimpah dan sebaliknya pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai

bahan baku. Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh

65

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

66

adalah daun cengkeh kering. Bahan baku ini berasal dari dedaunan yang sudah

gugur, atau daun yang diperoleh setelah pemangkasan tajuk kemudian

dikeringkan. Apabila dedaunan tersebut diperoleh dari hasil pemangkasan,

maka pemangkasan dihentikan ketika tanaman cengkeh masuk pada masa

pembungaan. Pada umumnya, proses produksi minyak cengkeh dapat

dilakukan 5-6 bulan dalam satu tahun.

Daerah penyebaran usaha kecil yang bergerak pada industri minyak

cengkeh mengikuti sebaran daerah produksi masing-masing tanaman

penghasilnya. Secara umum, rantai aliran komoditas dan pelaku yang terlibat

dalam agroindustri minyak cengkeh tersebut relatif panjang. Pasar domestik

bahan dan produk minyak cengkeh bersifat oligopsoni, yaitu kondisi dimana

dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi

pembeli tunggal atas komoditas di pasaran. Kondisi yang demikian

menyebabkan posisi tawar penyuling relatif lemah dibandingkan pedagang

pengumpul yang sebagian besar sekaligus sebagai agen dari eksportir. Menurut

Polontalo (2009), rantai pemasaran komoditas minyak cengkeh dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 8. Bagan Alur Pemasaran Minyak cengkeh

Minyak cengkeh yang diproduksi di Jawa Tengah sebagian besar

dihasilkan oleh usaha kecil dengan teknologi proses dan peralatan penyulingan

yang masih sederhana, sehingga menghasilkan produk dengan rendemen dan

kualitas yang rendah. Rendemen dan kualitas minyak yang rendah

menyebabkan minyak cengkeh yang telah diproduksi tidak dapat langsung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

67

diekspor. Agar dapat diekspor, minyak cengkeh harus melewati tahap

pemurnian untuk dapat memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan pada

masing-masing jenis minyak cengkeh. Pelaku pemurnian biasanya adalah

pedagang pengumpul atau eksportir, dan tak jarang mereka mencampurkan

bahan-bahan lain sehingga menurunkan mutu dan hasil minyak yang jauh di

bawah standar mutu. Penurunan mutu ini menyebabkan minyak cengkeh asal

Jawa Tengah tidak mampu bersaing dengan negara-negara lain dan berakibat

pada turunnya volume ekspor Jawa Tengah di pasaran dunia.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata sebesar 87,74% produksi minyak

cengkeh Jawa Tengah ditujukan untuk pasar luar negeri. Dengan kenyataan

tersebut, volume ekspor sangat bergantung kepada volume produksinya.

Berkurang atau terhentinya volume produksi akan mempengaruhi volume

ekspor yang ditawarkan ke pasar internasional. Sehingga dengan demikian

menjadikan variabel produksi minyak cengkeh Jawa Tengah berpengaruh nyata

terhadap volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah.

2. Harga Domestik Minyak cengkeh di Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel harga domestik

adalah sebesar 0,988 lebih besar dari nilai α 10% (0,988 > 0,10). Artinya,

secara statistik harga domestik tidak berpengaruh secara individual terhadap

volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Harga minyak cengkeh di

tingkat domestik selalu lebih rendah dari harga ekspornya. Rata-rata harga

domestik berlaku minyak cengkeh hanya sebesar Rp 20.841,68 / Kg.

Sedangkan rata-rata harga ekspor berlaku minyak cengkeh mencapai US$

10,03 / Kg atau setara dengan Rp 81.351,10 / Kg. Rendahnya harga minyak

cengkeh di wilayah domestik menyebabkan para pelaku perdagangan lebih

memilih untuk mengekspor ke pasar internasional.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar produksi minyak cengkeh

Jawa Tengah ditujukan untuk pasar luar negeri karena keterbatasan teknologi

pengolahan minyak cengkeh menjadi produk-produk turunannya. Naik

turunnya harga minyak cengkeh di wilayah domestik tidak mempengaruhi

volume yang diekspor, karena sebagian besar produksi tetap akan diekspor ke

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

68

luar negeri untuk diproses lebih lanjut. Kondisi yang demikian menyebabkan

harga domestik minyak secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap

volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah.

3. Harga Ekspor Minyak cengkeh di Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel harga ekspor

lebih kecil dari α 10% (0,068 < 0,10). Artinya, secara statistik harga ekspor

minyak cengkeh berpengaruh secara individual terhadap volume ekspor

minyak cengkeh Jawa Tengah di tingkat signifikansi 90%. Nilai koefisien

regresi dari variabel harga ekspor menunjukkan nilai sebesar 0,171 dengan

arah hubungan yang positif. Artinya apabila terjadi peningkatan produksi

minyak cengkeh sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor minyak

cengkeh sebesar 0,171%. Dengan kata lain volume ekspor minyak cengkeh

Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan harga ekspor minyak

cengkeh Jawa Tengah.

Berdasarkan hasil penelitian, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah

selalu lebih besar daripada harga domestiknya. Rata-rata harga ekspor berlaku

minyak cengkeh adalah Rp 81.351,10 / Kg. Sedangkan rata-rata harga

domestik berlaku minyak cengkeh hanya sebesar Rp 20.841,68 / Kg. Kondisi

tersebut menyebabkan para pelaku perdagangan lebih memilih untuk

mengekspor minyak cengkeh ke pasar luar negeri, karena dengan demikian

mereka akan memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada yang mereka

jual di wilayah domestik. Hal itu sesuai dengan pernyataan Darmansyah (1986)

yang menyatakan bahwa harga internasional merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi penampilan ekspor, semakin tinggi selisih antar harga di pasar

internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang

akan diekspor menjadi bertambah banyak.

Meskipun harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah lebih tinggi dari

harga domestiknya, namun dipasar dunia harga ekspor minyak cengkeh di

pasar dunia relatif kecil. Nilai jual dari minyak cengkeh sangat ditentukan oleh

kualitas minyak dan kadar komponen utamanya. Minyak cengkeh di Indonesia

termasuk di Jawa Tengah sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

69

awam, sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu

yang ditetapkan. Kualitas atau mutu minyak cengkeh ditentukan oleh

karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan

asing yang tercampur di dalamnya. Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan

sendirinya akan merusak mutu minyak cengkeh yang bersangkutan. Bila tidak

memenuhi persyaratan mutu, maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih

murah. Sehingga dengan demikian menjadikan variabel harga ekspor sebagai

variabel yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor minyak cengkeh di

Jawa Tengah.

4. Kurs Dolar AS Terhadap Rupiah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel kurs Dolar AS

terhadap Rupiah lebih kecil dari α 10% (0,047 < 0,10). Artinya, secara statistik

kurs Dolar AS terhadap Rupiah berpengaruh secara individual terhadap volume

ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah di tingkat kepercayaan 90%. Nilai

koefisien regresi dari variabel kurs Dolar AS terhadap Rupiah menunjukkan

nilai sebesar 0,457 dengan arah hubungan yang negatif. Artinya apabila terjadi

peningkatan kurs Dolar AS terhadap Rupiah sebesar 1% maka akan

menurunkan volume ekspor minyak cengkeh sebesar 0,457%. Dengan kata

lain, volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap

perubahan kurs Dolar AS terhadap Rupiah minyak cengkeh Jawa Tengah.

Kondisi melemahnya kurs rupiah terhadap dolar justru sangat

menguntungkan bagi eksportir minyak cengkeh, namun tidak demikian dengan

para penyuling dan petani atsiri. Dengan melemahnya nilai tukar Rupiah

terhadap mata uang asing, para eksportir dapat menjual minyak cengkeh

dengan harga tinggi. Sedangkan para penyuling dan petani atsiri tidak dapat

menikmati keuntungan yang diperoleh dari melemahnya kurs rupiah terhadap

dolar secara proporsional akibat keterbatasan pasar dan akses informasi.

5. Volume Ekspor Minyak cengkeh Tahun sebelumnya di Jawa Tengah

Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel volume ekspor

minyak cengkeh tahun sebelumnya lebioh besar dari α 10% (0,570 > 0,10).

Artinya, secara statistik volume ekspor minyak cengkeh tahun sebelumnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

70

tidak berpengaruh secara individual terhadap volume ekspor minyak cengkeh

Jawa Tengah. Hal tersebut dapat terjadi karena eksportir tidak

mempertimbangkan volume ekspor pada tahun sebelumnya sebagai parameter

keberhasilan ekspor tahun berikutnya. Para eksportir lebih berfokus pada

kepastian negara tujuan yang berperan sebagai pelanggan dan permintaan

negara-negara importir minyak cengkeh lainnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

71

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

diperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga domestik minyak cengkeh

Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah, kurs dolar AS

terhadap rupiah dan volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah tahun

sebelumnya, secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume

ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah. Secara individu, faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap volume ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah adalah

produksi minyak cengkeh Jawa Tengah (X1), harga ekspor minyak

cengkeh Jawa Tengah (X3) dan kurs dolar AS terhadap rupiah (X4).

2. Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, kurs dolar AS terhadap rupiah

memberikan pengaruh paling besar terhadap volume ekspor minyak

cengkeh di Jawa Tengah yaitu sebesar -2,1816.

3. Volume ekspor minyak cengkeh di Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap

produksi minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh

Jawa Tengah dan kurs dolar AS terhadap rupiah. Artinya apabila produksi

minyak cengkeh Jawa Tengah, harga ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah

dan kurs dolar AS terhadap rupiah mengalami peningkatan, maka volume

ekspor minyak cengkeh Jawa Tengah di Jawa Tengah juga akan

meningkat. Nilai koefisien elastisitas masing-masing faktor adalah sebesar

0,985; 0,171; dan 0,457.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat

diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Kurs Dolar AS terhadap Rupiah dalam penelitian ini merupakan faktor

yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor minyak cengkeh di Jawa

Tengah. Faktor tersebut menjadi paling berpengaruh karena apabila kurs

71

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

72

Rupiah melemah, maka para eksportir akan sangat diuntungkan karena

dapat menjual minyak cengkeh dengan harga tinggi. Sedangkan para

penyuling dan petani atsiri tidak dapat menikmati keuntungan yang

diperoleh dari melemahnya kurs rupiah terhadap dolar secara proporsional.

Oleh karena itu sebaiknya dalam pengembangan industri minyak cengkeh,

Pemerintah perlu secara khusus mencakup jaminan harga yang memadai,

misalnya dengan regulasi pembatasan pelaku ekspor atau harga minimum

ekspor. Dengan demikian diharapakan kesejahteraan petani atsiri dan

penyuling juga dapat meningkat.

2. Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi pengekspor minyak cengkeh yang

penting di Indonesia, perlu mengupayakan pengembangan produksi,

kualitas dan nilai tambah minyak cengkeh serta produk turunannya.

Apabila kualitas minyak cengkeh telah meningkat, daya saingnya akan

menguat di pasar internasional sehingga harga ekspornya juga dapat

menjadi lebih tinggi. Dengan demikian diharapkan dari ekspor minyak

cengkeh ini dapat memberikan devisa yang semakin besar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

DAFTAR PUSTAKA

Amir M.S, 1991. Ekspor Impor Teori dan Penerapannya. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

________, 2004. Strategi Memasuki Pasar Ekspor. Penerbit PPM. Jakarta.

Arief, S. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. UI Press. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Jawa Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Semarang.

______________________. 2010. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Semarang.

Basri, F. 1995. Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI: Distorsi, Peluang dan Kendala. Erlangga. Jakarta.

Dajan, A. 1976. Pengantar Metode Statistik Jilid 1. LP3ES. Jakarta.

Departemen Teknologi Hasil Pertanian. 1975. Minyak Atsiri. Departemen Teknologi Hasil Pertanian Fayemeta IPB. Bogor.

Desmizar dan K. Iskandar. 2004. Matematika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.

Fauzi. 2007. Analisis Volume Ekspor Komoditi Kakao Indonesia. Tesis. Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gujarati, D.N. 2002. Ekonometrika Dasar. Judul asli: Basic Econometrics. Penerjemah: S.Zain. Erlangga. Jakarta.

Hakim, Abdul, 2002, Ekonomi Pembangunan, Edisi Pertama, Ekonisia, Jogjakarta.

Halwani, H. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Hernani dan Marwati, Tri. 2006. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. (Disampaikan pada Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2006, Solo pada tanggal 18-20 September 2006.

Kelana, Said. 1996. Teori Ekonomi Mikro. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta.

Kotler, Philip.1996. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Judul Asli: Marketing Management: Analysis Planning, Implementing and Control. Penerjemah: Hendra Teguh dan Ronny A. Rusli. Prenhallindo, Jakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

Krugman, Paul L dan Obstfeld, Maurice. 1997. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Edisi Kedua. Judul asli: International Economics: Theory and Policy. Penerjemah: Haris Munandar dan Faisal H. Basri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lains, A. 2003. Ekonometrika Teori dan Aplikasi Jilid 1. LP3ES. Jakarta.

Lipsey, R.G. Peter O. Steiner. Dan Douglas D. Purvis. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid I. Alih bahasa oleh Wasana dan Kirbrandoko. Erlangga. Jakarta.

Mankiw, Gregory. 2000. Pengantar Ekonomi jilid 1. Judul Asli: Principles of Economics. Penerjemah: Haris Munandar. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mc Eachern, W.A. 2000. Ekonomi Makro Pendekatan Kontemporer. Judul asli: Economic: A contemporary Introduction. Penerjemah: S. Triandaru. Salemba empat. Jakarta.

NAFED, 1993. Buyer’s Guide of Indonesia Essential Oils. Department of Coners, RI.

Nazaruddin. 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sianipar, Mindo . 2008. Reorientasi Kebijakan Dalam Pengembangan Industri Minyak Atsiri. Makalah disampaikan dalam Konferensi Nasional Minyak Atsiri 2008; Surabaya, 2-4 Desember 2008.

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian ; Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Steel, Robert G.D. and J.H. Torrie. 1980. Prinsip Dan Prosedur Statistik Edisi kedua. Judul asli: Principles and Procedures of Statistics (2nd edition). Penerjemah: Bambang S. Gramedia. Jakarta.

Sulaiman, W. 2002. Jalan Pintas Menguasai SPSS 10. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sumodiningrat, G. 1993. Ekonometrika Pengantar. BPFE UGM. Yogyakarta.

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat: Arti & Interpretasi. Rineka Cipta. Jakarta.

Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar: Metode dan Teknik. Tarsito. Bandung.

Widodo, S. T. 2001. Indikator Ekonomi Dasar Perhitungan Ekonomi Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Yuhono, JT. dan Suhirman, Sintha. Status Pengusahaan Minyak Atsiri Dan Faktor-Faktor Teknologi Pasca Panen Yang Menyebabkan Rendahnya Rendemen Minyak. Bul. Littro. Vol. XVII No. 2, 2006, 79 – 90. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

Sumber Dari Internet

Anonim. 2008. Perdagangan Internasional. http:// www.Organisasi.org. Diakses pada tanggal 21 Februari 2011.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG …/Analisis... · Teman-teman karate UKM INKAI UNS, yang telah banyak mengajarkan keberanian, kekuatan dan ketangguhan mental dalam menghadapi segala

______. 2008. Pengantar Ekspor Impor. http://www.scribd.com/doc/3115978/modul-exim-new1. Diakses pada tanggal 21 Februari 2011.

Dewan Atsiri Indonesia, 2006.Anggaran Dasar DAI. http://www.atsiri-indonesia.com. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2010.

Polontalo, Sahroel. 2009. Minyak Atsiri Indonesia. http://www.minyakatsiriindonesia.wordpress.com. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2010.

produksi

Sofyan Assoury. 2008. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ahyari, Agus. 2002. Manajemen Produksi, Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user