ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA SENGKETA PADA … · 2019. 10. 16. · terbatas, kurangnya...
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA SENGKETA PADA … · 2019. 10. 16. · terbatas, kurangnya...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA SENGKETA PADA
PEMBIAYAAN LINE FACILITY
(Studi Kasus : Putusan Pengadilan Terkait Sengketa Line Facility)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
Aulia Karimatul Afifah
NIM :11150490000037
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1440 H/2019 M
iv
ABSTRAK
Aulia Karimatul Afifah. NIM 11150490000037. Analisis Faktor-Faktor
Terjadinya Sengketa Pada Pembiayaan Line Facility (Studi Kasus : Putusan
Pengadilan Terkait Sengketa Line Facility). Program Studi Hukum Ekonomi
Syariah (Muamalat), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/ 2019 M. +77 halaman.
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan penerapan hukum di beberapa
pengadilan Indonesia yang berkaitan dengan sengketa pembiayaan Line Facility
dan faktor-faktor penyebab terjadinya sengketa pada pembiyaan Line
Facility, yang mana pada pembiayaan Line Facility ini dapat menggunakan
beberapa akad syariah seperti akad Mudharabah, akad Murabahah, akad
Musyarakah, akad Ijarah, dan akad Istishna, sehingga praktiknya menggunakan
dasar hukum sesuai akad yang digunakan dengan tidak melupakan peraturan
lain yang berkaitan, seperti Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan, dan masih banyak lagi. Diketahui bahwa praktik pembiayaan Line
Facility pada keuangan syariah di Indonesia masih sangat jarang, tidak
sebanding dengan sengketa yang kemudian mulai bermuculan pada
lembaga peradilan, baik pengadilan agama, pengadilan negeri bahkan
pengadilan niaga. Adapun yang menjadi faktor utama terjadinya sengketa
seperti prosedur eksekusi lelang yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku,
pelaksanaan akad-akad syariah yang kurang sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan metode library research dengan pendekatan
yuridis normatif yakni melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-
undangan, putusan pengadilan, dan buku-buku yang berkaitan dengan judul
skripsi ini. Dalam penelitian hukum dapat menggunakan pendekatan yuridis
normatif, maka bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang telah
dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian dianalisis secara metode normatif
kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada level kajian akademik
secara praktik, peraturan saat ini yang mengatur tentang Line Facility
adalah Fatwa DSN MUI No.45/DSN-MUI/II/2005, dan fatwa-fatwa yang
berkaitan dengan akad yang digunakan seperti akad Murabahah, akad
Muadharabah, akad Musyarakah, akad Istishna, dan akad Ijarah, serta Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan dan Undang-undang
lainnya, sesuai dengan objek yang digunakan dalam pembiayaan Line Facility.
Dan analisis putusan pengadilan terkait sengketa pembiayaan Line Facility
terdapat enam faktor dominan yang menjadi penyebab timbulnya sengketa
pembiayaan Line Facility baik dari faktor internal kreditur maupun faktor
eksternal debitur.
Kata Kunci : Line Facility, Pembiayaan, Sengketa, Putusan Pengadilan
Pembimbing : Dr. Muh. Fudhail Rahman,M.A.
Daftar Pustaka : 1999 s.d. 2018
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, rasa syukur adalah kalimat pembuka dari barisan kata
pengantar yang hendak penulis uraikan. Segala puji, syukur dan sujud kehadirat
Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat, ampunan, serta keberkahan-Nya,
atas nikmat yang tak terhitung jumlahnya, dengan petunjuk dan bimbingan-
Nyalah sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat
beriring salam, semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda nabi besar kita,
Nabi Muhammad SAW, yang menjadi bingkai uswatun hasanah bagi seluruh
umat manusia di muka bumi ini hingga akhir zaman.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini mungkin tidak dapat
diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang
telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan ucapan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag.,
S.H., M.H, M.A.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A. dan Drs. Abdurrauf, L.C., M.A. Selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Muh.Fudhail Rahman, M.A., Selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan nasihat, motivasi, serta perbaikan-perbaikan selama
penyusunan skripsi ini, terimakasih banyak atas arahan, masukan dan
koreksi skripsinya yang bersifat membangun, semoga Allah SWT
senantiasa membalas semua kebaikan bapak.
4. Pimpinan Perpustakaan, Pengelola Perpustakaan, Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
vi
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi fasilitas untuk
mengadakan studi kepustakaan.
5. Untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda Drs.H. Syakhrani, dan Ibunda
Aryanti yang tidak henti-hentinya mendoakan dan membimbing penulis,
memberikan dukungan baik moril maupun materiil. Semoga seluruh
pengorbanan, ketulusan dan keikhlasan, serta cinta dan kasih sayang
mendapat ganjaran pahala di sisi Allah.
6. Kepada Sahabat-Sahabat Terdekat penulis selama menjalani perkuliahan
di ciputat, yang telah memberikan support dan semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan studi yang penulistempuh.
7. Teman-teman Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat) angkatan 2015, yang
telah sama-sama berjuang dan saling memberikan motivasi serta semangat
dalam menyelesaikan studi demi meraih cita-cita.
Akhirnya atas jasa, dukungan, semangat dan doa dari semua pihak baik
secara moril maupun materil, penulis berdoa semoga Allah memberikan kebaikan
pahala atas segala kebaikan yang telah diberikan. Aamiin.
Ciputat, 8 Juli 2019M
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
D. Kajian (Review) Sttudi Terdahulu .............................................. 8
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual ................................ 9
F. Metode Penelitian ....................................................................... 14
G. Sumber Data Penelitian .............................................................. 16
H. Teknis Pengumpulan Data ........................................................ 18
I. Teknis Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 18
J. Sistematika Penulisan ................................................................. 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 21
A. Pengertian Pembiayaan Line Facility ......................................... 21
1. PengertianPembiayaan ........................................................ 21
2. Pengertian Line Facility ...................................................... 24
3. Dasar Hukum Line Facility ................................................. 25
B. Akad-akad Line Facility ............................................................. 26
1. Murabahah........................................................................... 26
2. Istishna’ ............................................................................... 29
3. Mudharabah......................................................................... 32
viii
4. Musyarakah ......................................................................... 34
5. Ijarah ................................................................................... 36
C. Faktor Umum Terjadinya Sengketa Pada Perbankan ................. 36
1. Wanprestasi ......................................................................... 36
2. Kepailitan ............................................................................ 38
BAB III PUTUSAN PENGADILAN TERKAIT SENGKETA
PEMBIAYAAN LINE FACILITY ............................................... 40
A. Deskripsi Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung
Register PerkaraNomor : 08/Pdt.PLW/2014 PN BB ................. 40
1. Para Pihak ........................................................................... 40
2. DudukPerkara ..................................................................... 40
3. Amar Putusan ..................................................................... 43
4. Faktor Sengketa Pembiayaan Line Facility ........................ 44
B. Deskripsi Putusan Mahkamah Agung Register Perkara
Nomor : 354K/Pdt.Sus.Pailit/2014 ............................................. 45
1. Para Pihak .......................................................................... 45
2. DudukPerkara..................................................................... 45
3. Amar Putusan ..................................................................... 48
4. Faktor Sengketa Pembiayaan Line Facility ....................... 49
C. Deskripsi Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Register
Perkara Nomor : 79/PDT/2018/PT DKI..................................... 51
1. Para Pihak .......................................................................... 51
2. DudukPerkara..................................................................... 51
3. Amar Putusan ..................................................................... 52
4. Faktor Sengketa Pembiayaan Line Facility ....................... 53
BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
SENGKETA PEMBIAYAAN LINE FACILITY ......................... 56
A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sengketa
Pembiayaan Line Facility Berdasarkan Putusan Pengadilan ...... 56
ix
B. Analisis Pertimbangan Hakim Terkait Putusan Pengadilan
Line Facility ................................................................................ 66
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 71
A. Kesimpulan ................................................................................. 71
B. Saran ........................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi syariah selama hampir 3 (tiga) dasawarsa ini
mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dalam praktiknya, perkembangan
ekonomi syariah tidak hanya berkembang dalam bentuk lembaga perbankan
melainkan juga dalam bentuk lembaga-lembaga islam non bank, seperti unit-
unit usaha syariah yang berupa hotel syariah, property syariah, koperasi
syariah (BMT), bahkan merambah kesektor-sektor pariwisata. Hal ini tentunya
tidak luput dari perjuangan dan komitmen para ulama, masyarakat, dan para
pelaku usaha syariah serta dukungan Bank Indonesia untuk terus memajukan
ekonomi islam.
Dalam perkembangan bank syariah tentunya mendapat banyak tantangan.
Seperti kerangka dan perangkat pengaturan perbankan syariah yang belum
lengkap, yang mana di awal perkembangannya, kegiatan pengaturan dan
pengawasan perbankan syariah masih menggunakan kerangka pengaturan dan
pengawasan sistem perbankan konvensional, walaupun beberapa instrument
pengaturan telah mulai dikembangkan. Sebagai contoh : perizinan bagi
pendirian bank dan pembukaan kantor; instrument pasar keuangan antarbank;
perangkat penghubung dengan otoritas moneter (sertifikat wadhiah bank
Indonesia dan giro wajib minimum); dan sistem pembayaran unti usaha
syariah wajib memiliki rekening di Bank Indonesia. Kurang lengkapnya
instrumen pengaturan dan pengawasan dimaksud, akan mengakibatkan
perbankan syariah tidak dapat beroperasi secara optimal dan tidak sepenuhnya
sesuai dengan karakteristik perbankan syariah.
Kemudian tantangan berikutnya seperti cakupan pasar yang masih
terbatas, kurangnya pemahaman produk dan jasa perbankan syariah, institusi
pendukung yang belum lengkap dan efektif, serta skim pembiayaan bagi hasil
yang perlu ditingkatkan.1
1Ali Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet.1, h.81.
2
Adapun perkembangan bank syariah mulai terasa sejak dilakukan
amandemen terhadap UU No. 7/1992 menjadi UU No. 10/1998 yang
memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai
tindak lanjut UU tersebut, Bank Indonesia (BI) mulai memberikan
perhatianlebih serius terhadap pengembangan perbankan syariah, yaitu
membentuk satuan kerja khusus pada April 1999. Satuan kerja khusus ini
menangani penelitian dan pengembangan banksyariah (Tim Penelitian dan
Pengembangan Bank Syariah dibawah Direktorat Penelitian dan Pengaturan
Perbankan) yang menjadi cikalbakal bagi Biro Perbankan Syariah yang
dibentuk pada 31 Mei 2001, dan sekarang resmi menjadi Direktorat Perbankan
Syariah Bank Indonesia sejak Agustus 2003.2
Semakin banyakya jumlah bank syariah, struktur pasar syariah pun berubah
dari monopolimenjadi oligopoli, yang menyebabkansemakin tingginya tingkat
persaingan diantara bank syariah. Sehingga, agar mampu bersaing dengan bank
konvensional, bank inipun mengubah strateginya. Sampai dengan Desember
2003, pemain dalam industri perbankan syariah terdiri dari 2 bank umum
syariah (BUS) dan 8 unit usaha syariah (UUS) dari bank umum konvensional
(BUK) yang seluruhnya memiliki jaringan kantor berjumlah 119 KCS
(KantorCabang Syariah), serta 84 BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah).
Peningkatan jumlah pemain dalam industri perbankan syariah terlihat cukup
pesat bila dibandingkan keadaan akhir tahun 1998 yang hanya berjumlah 1
BUS dengan 8 KCS dan 78 BPRS.
Minat investor untuk membuka kantor bank syariah tidak hanya terbatas di
pulau Jawatetapi juga telah menyebar ke pulau lainnya, antara lain: Sumatera
(Banda Aceh,Medan,Padang, Palembang dan Pekanbaru), Kalimantan
(Balikpapan dan Banjarmasin),Sulawesi (Makasar), Madura (Pamekasan), dan
Irian Jaya (Jayapura).3 Ekonomi syariah berpotensi menggantikan posisi
ekonomi konvensional, namun dalam penerapannya banyak kendala dan
2Anis Mashdurohatun,“Tantangan Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Masa Depan
Indonesia di Era Globalisasi”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 11, (2011). h.79 3Anis Mashdurohatun,“Tantangan Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Masa Depan
Indonesia di Era Globalisasi”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 11, (2011). h.79
3
tantangan yang dihadapi antara lain masih diberlakukannya pajak ganda di
perbankan syariah, belum siapnya dukungan SDM ekonomi syariah, tidak ada
kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum, sehingga pemahaman, kesadaran
serta kepedulian masyarakat rendah, persepsi negatif sekelompok muslim dan
non-muslim yang takut mengaplikasikan hukum syariah secara kafah, belum
kuatnya dukungan parpol Islam untuk menerapkan ekonomi syariah,
meningkatnya apresiasi masyarakat dan memperluas pasar ekonomi syariah
belum diikuti dengan edukasi yang memadai. Sehingga menimbulkan banyak
konflik. Konflik yang ditimbulkan pun sangat beragam.4 Hal ini menunjukan
semakin banyaknya dibutuhkan penyelesaian sengketa-sengketa yang timbul.
Bila hal tersebut tidak dilakukan, maka akan terjadi penurunan tingkat
produktifitas dan dalam skala yang lebih besar akan merugikan kalangan
konsumen.
Salah satu akad pembiayaan yang paling sering bermasalah adalah akad
Murabahah. Karena akad inilah yang paling banyak digunakan disektor-sektor
keuangan syariah. Akad Murabahah juga merupakan bagian dari pembiayaan
Line Facility. Line facility merupakan fasilitas plafon pembiayaan bergulir
dalam jangka waktu tertentu dengan ketentuan yang disepakati dan mengikat
secara moral5. Tidak hanya akad Murabahah, pada pembiayaan Line Facility
juga bisa menggunakan akad Mudharabah dan akad Musyarakah, tergantung
dari kesepakatan para pihak.
Pada penerapan fasilitas pembiayaan Line Facility, Penulis memandang
bahwa masih diperlukan banyak perbaikan untuk menghindari terjadinya
sengketa-sengketa. Sejak tahun 2005 yang ditandai dengan dikeluarkannya
Fatwa DSN MUI No.45 mengenai Line Facility (At-Tashilat As-Saqfiyah)
sampai saat ini perkara yang putus di pengadilan, baik Pengadilan Agama
maupun Pengadilan Negeri telah mencapai 37 perkara6. Berikut ini adalah
4Muhammad,Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam,(Yogyakarta:BPEF,2004),h.6-7
5Fatwa DSN No.45/DSN-MUI/II/2005
6Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, “Amar Putusan Hakim Pengadilan
Negeri Bale Bandung”, Putusan diakses pada tanggal 4 April 2019 Pukul 12.50 WIB dari situs
https://www.google.com/url?client=internaludsse&cx=004086544163985272441:foabjjpxdue&q=
https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/
4
contoh beberapa Lembaga Keuangan Syariah yang menggunakan pembiayaan
dengan plafon Line Facility :
No. Lembaga
Keuangan
Akad Keterangan
1. Bank Muamalat Musyarakah Pembiayaan mobil,
motor, dan multiguna
2. Bank Syariah
Mandiri
- Istishna‟
- Mudharabah
- Pembiayaan Rumah
- Pembiayaan Modal
Kerja
3. Bank Bukopin
Syariah
- Mudharabah
- Musyarakah &
Murabahah
- Pembiayaan kerjasma
untuk koperasi
- Pembiayaan Modal
Kerja
4. Bank Permata Ijarah
5. Bank Jateng
Syariah
Murabahah Bil
Wakalah
Pembelian aset produktif
seperti rumah toko,
kantor, mesin yang akan
digunakan sebagai usaha
6. BPRS Al-Salam Mudharabah Kerjasama untuk
pembiayaan proyek7
Beberapa produk kasus Line Facility diantaranya menggunakan akad
Mudharabah, Murabahah, dan Musyarakah. Untuk kasus pembiayaan Line
Facility akad Mudharabah sendiri Penulis mengambil data contoh kasus yang
terjadi pada tahun 2014 di Bandung, yang mana para pihak yang bersengketa
tidak hanya melibatkan 2 (dua) pihak melainkan beberapa pihak. Adapun yang
menjadi pihak “Para Pelawan” yakni H. Iwan Abdurrahman,MBA dan NY. Ely
Ratnaayu Sondani, dan pihak “Terlawan” yakni PT. Bank Bukopin Syariah dan
7Wawancara dari Muhammad Farhan Staff Legal BPRS Al-Salam, Tanggal 20 Juni 2019, Pukul
19.30 WIB
5
Koperasi Al-Amin sebagai “Turut Terlawan 1” dan Erny Kencanawati, SH.MH
Notaris kota Bandung selaku “Turut Terlawan II”. Bahwasanya anatara Para
Pelawan dan Turut Terlawan I melakukan pengikatan kontrak Line Facility
dengan akad Mudharabah, yang mana Bank Bukopin selaku Shahibul Mal dan
Koperasi Al Amin selaku Mudharib (pengelola), dan Para Pelawan sebagai
penjamin. Adapun yang dijaminkan adalah tanah dan bangunan milik Para
Pelawan. Oleh karena Koperasi Al Amin sebagai Mudharib mengalami
wanprestasi, sehingga tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada Bank
Bukopin Syariah selaku Shahibul Mal (pemilik dana), sehingga Bank Bukopin
Syariah melakukan sita terhadap jaminan yang di jaminkan Para Pelawan.
Padahal para pelawan sendiri bersedia untuk membayar sisa tunggakan KKMS
Al-Amin,. Dan masih banyak lagi kasus pembiayaan Line Facility baik dengan
akad Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah yang tentunya disebabkan
banyak faktor.
Oleh karenanya, penulis merasa perlu menelitinya. Dengan harapan dapat
mengurangi terjadinya sengketa, baik di Pengadilan maupun diluar pengadilan.
Penulis tertarik untuk membahas tema tersebut dengan merumuskan judul
sebagai berikut :“Analisis Faktor-Faktor Terjadinya Sengketa Pada
Pembiayaan Line Facility (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Terkait
Sengketa Line Facility)”.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil 3 kasus dari Direktori Putusan
Mahkamah Agung, adapun kasus pembiayaan Line Facility yang pertama
yakni menggunakan akad mudharabah yang terjadi di Bandung dengan Nomor
Perkara 08/Pdt.PLW/2014 PN BB, kasus yang kedua Penulis ambil dari
Putusan Mahkamah Agung dengan Nomor Perkara 354/Pdt.Sus.Pailit/2014,
yang mana pada kasus ini pembiayaan Line Facility menggunakan akad
Musyarakah dan Murabahah. Sedangkan untuk kasus ketiga terjadi di
Pengadilan Tinggi dengan Nomor Perkara 79/PDT/2018/PT DKI
menggunakan akad Ijarah.
6
B. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian yang akan penulis ajukan dapat diidentifikasi
permasalahannya sebagai berikut :
a. Akad-akad apa saja yang sering terjadi sengketa pada pembiayaan Line
Facility ?
b. Apa faktor-faktor terjadinya sengketa pada pembiayaan Line Facility ?
c. Apa model alternatif penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan ?
d. Bagaimana analisis pertimbangan hakim terkait putusan pengadilan
Line Facility ?
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan luasnya penelitian ini dan untuk mempermudah
pembahasan masalah dalam penulisan skripsi ini, maka perlu dilakukan
pembatasan, penulis membatasi masalah yang akan dibahas sehingga
pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai yang diharapkan penulis,
maka penelitian hanya akan dibatasi pada titik pembahasan 3 (tiga)
kasus yang diambil dari Putusan Pengadilan Tingkat Pertama, Putusan
Pengadilan Tingkat Banding (Pengadilan Tinggi), dan Putusan Pengadilan
tingkat kasasi (Mahkamah Agung), sertafaktor-faktor apa saja yang
menjadi penyebab terjadinya sengketa pembiayaan Line Facility di
lembaga keuangan syariah dan penerapan hukum yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan sengketa tersebut.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka
penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan
dalam proposal skripsi ini, adapun pokok permasalahan tersebut adalah :
a. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sengketa pada
pembiayaan Line Facility sejak dikeluarkannya Fatwa DSN mengenai
Line Facility pada tahun 2005?
b. Bagaimana penerapan hukum pada tiga putusan pengadilan terkait
penyelesaian sengketa pembiayaan Line Facility?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah-masalah yang telah dijelaskan diatas,
maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menyelesaikan dan mencari
jawaban atas masalah-masalah tersebut dengan upaya sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
sengketa berdasarkan analisis putusan pengadilan.
b. Untuk mengetahui analisis pertimbangan hakim terkait pada putusan
pengadilan pembiayaan Line Facility.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian akan lebih bermanfaat apabila mempunyai data yang
akurat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca, oleh karena itu,
penulis merumuskan manfaat penelitian sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi ilmiah
dan teoritis terhadap perkembangan ilmu hukum ekonomi syariah.
Terkhusus dalam hal penyelesaian sengketa ekonomi syariah baik
yang telah diperkarakan di Pengadilan Agama maupun yang
masih dalam proses mediasi ataupun kasasi.
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
evaluasi serta sebagai bahan rujukan ilmiah dalam prosess belajar
mengajar di Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta, dan umumnya bagi seluruh
akademisi, sarjana hukum dan praktisi hukum lainnya di seluruh
Indonesia.
b. Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini secara praktis dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam penyelesaian sengketa ekonomi syariah, baik oleh
lembaga keuangan syariah dan masyarakat umum, penelitian ini juga
bermanfaat bagi para peminat hukum ekonomi syariah dan praktisi
8
bisnis syariah dalam menganalisis tentang alternatif penyelesaian
sengketa yang dapat ditempuh dalam sengketa ekonomi syariah.
c. Manfaat Akademis
Secara akademis, penelitian ini merupakan syarat untuk meraih
gelar Sarjana Hukum dalam Program Studi Muamalat (Hukum
Ekonomi Syariah)diUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
D. Studi Review Terdahulu
Dalam menjaga keaslian judul yang peneliti ajukan dalam proposal
skripsi ini perlu kiranya peneliti melampirkan juga beberapa rujukan untuk
menjadi bahan pertimbangan, antara lain :
1. Tesis Noor Hafizah Uhdiyati Program Megister Ekonomi Syariah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Tahun 2017,
yang berjudul “Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah (Studi
Kasus di Pengadilan Agama Kota Banjarmasin)” . Pada penelitian ini
membahas tentang pelaksanaan penyelesaian sengketa pembiayaan
bermasalah akad Murabahah pada PT. ALIF cabang Banjarmasin di
Pengadilan Agama Banjarmasin. Perbedaan dengan penelitian saya adalah
jika saya membahas apa yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya
sengketa pembiayaan plafon Line Facility, tidak hanya akad Murabahah,
tetapi juga akad Mudharabah dan akad Musyarakah.
2. Skripsi Ahmad Kholilul Rohman Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Tahun 2012, yang berjudul
“Tinjauan Yuridis Normatif Terhadap Sengketa Akad Mudharabah di
Pengadilan Agama Bantul (Studi Atas Putusan Nomor :
0463/PDT.G/2011/PA.BTL). Pada penelitian ini membahas tentang
bagaimana proses penyelesaian akad mudharabah dan pertimbangan hakim
dalam memutuskan perkara yang berkekuatan hukum tetap. Perbedaan
dengan penelitian saya adalah jika saya hanya membahas apa yang
menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya sengketa pembiayaan
9
plafonLine Facility, tidak hanya akad Mudharabah, tetapi juga akad
Murabahah dan akad Musyarakah.
3. Skripsi Dewi Sinta Wulandari, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung, Tahun 2016, yang berjudul “Analisis
SWOT Strategi Pemasaran Line Facility (At-Tashilat As-Saqafiyah) untuk
Usaha Mikro Kecil Menengah dan Untuk Peningkatan Kualitas Perumahan
di KSU Syariah Muhammadiyah Blitar. Pada penelitian ini membahas
tentang bagaimana strategi pemesaran pembiayaan Line Facility untuk
UMKM. Sedangkan pada penelitian saya membahas tentang apa saja yang
menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya sengketa pembiayaan Line
Facility.
4. Skripsi Fahmi Hanif, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN
Syarifhidayatullah, Tahun 2018, yang berjudul “Faktor-faktor Penyebab
Terjadinya Sengketa Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Wanprestasi Akad
Pembiayaan Murabahah”. Pada penelitian ini hanya membahas faktor-
faktor penyebab sengketa eksekusi jaminan pada akad Murabahah,
sedangkan pada penelitian saya menjabarkan lebih luas tentang faktor-
faktor terjadinya sengketa pembiayaan Line Facility yang menggunakan
akad Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah.
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual
1. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori efektivitas hukum,
Achmad Ali berpendapat bahwa ketika kita ingin mengetahui sejauh mana
efektivitas dari hukum, maka kita pertama-tama harus dapat mengukur
“sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati”. Lebih lanjut
Achmad ali pun mengemukakan bahwa pada umumnya faktor yang
banyak mempengaruhi efektifitas suatu perundang-undangan adalah
professional dan optimal pelaksanaan peran, wewenang dan fungsi dari
para penegak hukum, baik di dalam menjalankan tugas yang dibebankan
10
terhadap diri mereka maupun dalam menegakkan perundang-undangan
tersebut.8
Menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa efektif atau tidaknya
suatu penegakan hukum ditentukan oleh lima faktor, diantaranya yaitu9 :
a. Faktor hukumnya sendiri
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum berlaku atau
diterapkan
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada kasta manusia di dalam pergaulan hidup.
Dalam penelitian ini penulis mengambil faktor pertama sebagai
kerangka teori penelitian yaitu efektivitas hukum dalam penerapan
undang-undang tersebut, hukum dalam penelitian ini adalah Undang-
undang Kepailitan, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Fatwa DSN
MUI tentang Line Facility, Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, dari teori efektivitas hukum tersebut
akan penulis analisa dengan pertimbangan hukum yang merupakan salah
satu proses analisis (pengolahan) data hasil penelitian dengan
menggunakan dua metode pendekatan untuk dua sasaran, yaitu: Pertama,
menggunakan hukum pembuktian sebagai metode pendekatan untuk
menguji kebenaran fakta sehingga menjadi fakta hukum. Kedua,
menggunakan konsep hukum terapan sebagai metode pendekatan untuk
diterapkan atas fakta hukum yang terbukti guna menjawab petitum.10
Segala sumber hukum yang dijadikan dasar untuk memutus harus
dimuat dengan lengkap dan jelas, baik hukum tertulis maupun hukum
8 Achmad Ali, Menguak, Teori Hukum Dan Teori Peradilan, Vol.1 (Jakarta : Kencana, 2010)
h. 375 9Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada,2008), h.8 10
Mukti Arto, Pembaruan Hukum Islam Melalui Putusan Hakim, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015), h. 6
11
tidak tertulis. Menurut Abdul Manan, bahwa sumber hukum yang dapat
digunakan sebagai dasar hukum untuk menyelesaikan sengketa ekonomi
syariah ada dua, yaitu :11
1) Sumber Hukum Acara (Hukum Formil)
Hukum acara yang berlaku di Pengadilan Agama untuk mengadili
sengketa ekonomi syariah adalah Hukum Acara yang berlaku dan
dipergunakan pada lingkungan Peradilan Umum. Ketentuan ini sesuai
dengan ketentuan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989.
2) Sumber Hukum Materiil
Adapun bagi lingkungan pengadilan agama, sumber-sumber hukum
yang terpenting untuk dijadikan dasar dalam mengadili perkara- perkara
perbankan syariah setelah Al Qur‟an dan As Sunnah sebagai sumber
utama, antara lain adalah peraturan Perundang-undangan, fatwa-fatwa
Dewan Syari‟ah Nasional (DSN), aqad perjanjian (kontrak), fiqih dan
Ushul Fiqih, adat kebiasaan, dan yurisprudensi.
Pertimbangan hukum erat kaitannya dengan putusan. Karena
pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim dapat menentukan
bahwa putusan tersebut merupakan putusan yang bermutu dan berkualitas
atau tidak. Putusan merupakan kesimpulan akhir yang diambil oleh
Majelis Hakim yang diberi wewenang untuk itu dalam menyelesaikan atau
mengakhiri suatu sengketa antara pihak-pihak yang berperkara dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.12
11
Gala Perdana Putra Lubis, “Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-X/2012
Terhadap Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Di Indonesia”, Premise Law Jurnal,
(Sumatera Utara) Vol. 6, 2015, h.10. 12
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Penerbit Buku Kencana, 2006), h.
292
12
2. Kerangka Konseptual
Dalam pembahasan kerangka konseptual,akan diuraikan beberapa
teori-teori terkait beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam
penelitian ini, yaitu :
a. Kompilasi hukum ekonomi syariah atau biasa disingkat (KHES) ini
merupakan suatu peraturan yang dikeluarkan Mahkamah Agung
Repulik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 atas diskusi dan kajian para
pakar. Kompilasi hukum ekonomi syariah ini berisi 720 Pasal dengan
empat buku (bagian), yang mana buku I tentang subyek hukum dan
harta, buku II tentang akad, buku III tentang zakat dan hibah dan buku
IV tentang akuntansi syariah.13
b. Fatwa Dewan Syariah Majelis Ulama Indonesia Dewan yang dibentuk
oleh majelis ulama Indonesia yang bertugas dan memiliki kewenangan
untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam kegiatan usaha
bank yang meaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Terbentuknya Fatwa DSN-MUI terbentuk berdasarkan surat keputusan
(SK) dewan pimpinan MUI Nomor-Kep-754 Tahun 1999.
c. Sengketa Ekonomi Syariah adalah sesuatu yang menyebabkan
perbedaan pendapat. Dengan demikian sengketa ekonomi syariah
merupakan perbedaan pendapat dalam hal kegiatan ekonomi syariah.
Sehingga penyelesaian sengketa kedua belah pihak harus diselesaikan
berdasarkan kesapakatan dan penyelesaian tersebut tidak boleh
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
d. Wanprestasi adalah kelalaian debitur untuk memenuhi kewajibannya
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Untuk menentukan
kapan seseorang harus melakukan kewajibannya dapat dilihat dari isi
perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian biasanya diatur kapan
seseorang harusmelaksanakan kewajibannya, seperti menyerahkan
sesuatu barang atau melakukan sesuatu perbuatan. Apabila debitur
13
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku PT Refika
Aditama, Tahun 2011) h.90.
13
tidak melakukan apa yang diperjanjikannya, maka ia telah melakukan
wanprestasi. Seseorang dianggap alpa atau lalai atau ingkar janji atau
juga melanggar perjanjian apabila ia melakukan atau berbuat sesuatu
yang tidak boleh dilakukannya.14
e. Perjanjian Pokok dan Perjanjian accessoir banyak dijumpai pada
jaminan kebendaan seperti gadai, hipotik, fidusia dan masih
dimungkinkan ada jaminan, Sifat accesoir pada perjanjian tersebut
dapat ditafsirkan dari kata Ikutan. Jika dihubungkan dengan perjanjian
pokok, perjanjian accessoir atau ikutan ini mempunyai ciri-ciri bahwa
lahirnya atau adanya, berpindahnya dan hapusnya atau berakhirnya
mengikuti perjanjian pokok tertentu.15
Dikatakan begitu karena
pemberian jaminan kebendaan sebagai jaminan suatu hutang atau
kewajiban hukum yang dalam hal ini sebagai perjanjian pokok.
Sehingga perjanjian pokok dan accesoir mempunyai hubungan hukum.
f. Peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 1 angka 2 UU No.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan
yaitu peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
Peraturan Perundang-undangan.
g. Pengadilan Agama (biasa disingkat PA) adalah pengadilan tingkat
pertama yang melaksanakan kekuasaan kehakiman di lingkungan
Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota16
14
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Jakarta : Penerbit Buku Intermasa, Thn 2001), cet.
26, h.28 15
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002, hal. 196 16
Fahmi Hanif,Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Sengketa Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam
Wanprestasi Akad Pembiayaan Murabahah.Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarifhidayatullah Jakarta. 2018.
14
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
normatif. Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan
pendekatan yuridis normatif, dikatakan demikian karena dalam penelitian
ini digunakan cara-cara pendekatan terhadap masalah yang diteliti dengan
cara meninjau dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku pada
suatu waktu dan tempat tertentu sebagai produk dari suatu kekuasaan yang
berdaulat dan dengan meneliti bahan pustaka yang telah ada.17
Penelitian hukum normatif adalah metode penelitian dengan cara
meneliti bahan pustaka atau data sekunder saja.18
dikatakan demikian
karena dalam penelitian ini digunakan cara-cara pendekatan
terhadapMetode penelitian hukum normatif disebut juga sebagai penelitian
hukum doktrinal. Metode ini, hukum diposisikan sebagai apa yang tertulis
dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum
diposisikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku
manusia yang dianggap pantas, penelitian hukum normatif ini sepenuhnya
menggunakan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.19
2. Jenis Pendekatan Penelitian
Di dalam metode penelitian hukum terdapat beberapa jenis
pendekatan. Dengan pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan
informasi dari berbagai aspek dan isu yang sedang dicoba untuk dicari
jawaban permasalahannya. Macam-macam pendekatan-pendekatan yang
digunakan di dalam penelitian hukum adalah20
:
a. Pendekatan undang-undang (statute approach)
17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji.Penelitian Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 1. 18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji.Penelitian Hukum Normatif.. Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 18. 19
Amiruddin dan Zainal Asikin, “Pengantar Metode Penelitian Hukum”, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2006), h. 118 20
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009),
h. 93.
15
b. Pendekatan kasus (case approach)
c. Pendekatan historis (historical approach)
d. Pendekatan komparatif (comparative approach)
e. Pendekatan konseptual (conceptual approach)
Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini lebih
ditujukan untuk menggunakantiga jenis pendekatan, yaitu pendekatan
undang-undang (statute approach)21
, pendekatan konseptual (conceptual
approach) dan pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-
undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi
yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani,
pendekatan perundang-undangan digunakan untuk meneliti aturan-aturan
yang berkaitan dengan pengaturan pembiayaan Line Facility.
Pendekatan konseptual (conceptual approach) suatu pendekatan
yang digunakan untuk memperoleh kejelasan dan pembenaran ilmiah
berdasarkan konsep-konsep pengikatan jaminan hak tanggungan
berdasarkan hukum yang bersumber dari prinsip-prinsip hukum yang
sesuai, pendekatan konseptual (conceptual approach) beranjak dari
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam
ilmu hukum ekonomi syariah, untuk menemukan ide-ide yang melahirkan
konsep- konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu
hukum.
Pendekatan Kasus (case approach) dalam penelitian ini diterapkan
dalam mengamati telaah beberapa putusan-putusan dari pengadilan
mengenai kasus-kasus sengketa pembiayaan Line Facility dari berbagai
putusan pengadilan dalam akad pembiayaan mudharabah, murabahah,
musyarakah dan ijarah yang menjadi polemik dengan peraturan yang
sesuai dan perundang-undangan yang berlaku serta beberapa kasus yang
relevan dengan isu hukum yang telah dipecahkan oleh penelitian
sebelumnya.
21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media
Group, 2005).h. 136
16
G. Sumber Data Penelitian
Dalam metode penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka. Data
yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer atau data
dasar, sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya
dinamakan dengan data sekunder.22
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
bahan pustaka yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku
perpustakaan, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, artikel-artikel,
serta dokumen yang berkaitan dengan materi penelitian. Dari bahan hukum
sekunder tersebut mencakup tiga bagian, yaitu :
1. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif atau mempunyai otoritas, artinya sumber-sumber hukum yang
dibentuk oleh pihak yang berwenang. Bahan hukum primer terdiri dari
peraturan perundang-undangan, catatan resmi dalam pembuatan
perundang-undangan dan putusan pengadilan bahan hukum ini juga
mencakup ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.23
Bahan hukum primer yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah
b. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan
c. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
d. Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 3 Tahun 2006 tentang
Kewenangan Peradilan Agama.
22
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 12. 23
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 52.
17
e. Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung Register Perkara Nomor :
08/Pdt.PLW/2014/PN BB
f. Putusan Mahkamah Agung Register Perkara Nomor : 354 K/Pdt.Sus-
Pailit/ 2014
g. Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Register Perkara Nomor
79/PDT/2018/PT DKI
h. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 45/DSN-MUI/II/2005 Tentang
Line Facility
i. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah
j. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Jual Beli Istishna‟
k. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Mudharabah (Qiradh)
l. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Musyarakah.
m. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Pembiayaan Ijarah
n. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK/06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang.
o. Peraturan Bank Indonesia Nomor9/14/PBI/2007 Tentang Sistem
Informasi Debitur.
p. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Rektrurisasi
Pembiayaan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari
penelusuran buku-buku dan artikel-artikel yang berkaitan dengan
penelitian ini, yang memberikan penjelasan lebih lanjut dan mendalam
mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan
dalam penulisan penelitian ini adalah:buku-buku yang berkenaan dengan
Hukum Ekonomi Syariah, Hukum Perlindungan Konsumen, skripsi hukum
18
ekonomi syariah, skripsi hukum bisnis syariah, tesis hukum ekonomi
syariah, disertasi, jurnal, serta artikel ilmiah dan tulisan di internet untuk
memperkaya sumber data dalam penulisan penelitian ini.
3. Bahan non-hukum
Merupakan bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan
bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus
Hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ensiklopedia dan lain-lain.
H. Teknis Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
dilakukan dengan tekhnik studi pustaka, yaitu suatu cara pengumpulan data
dengan melakukan penelusuran dan menelaah bahan-bahan pustaka (literatur,
hasil penelitian, majalah ilmiah, buletin ilmiah, jurnal ilmiah dsb).
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam metode analisis data penelitian, Bahan hukum yang sudah
terkumpul akan dianalisis menggunakan beberapa metode, diantaranya yaitu :
1. Vertikal, melihat apakah suatu peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling bertentangan
antara satu dengan yang lain jika dilihat dari hirearki peraturan
perundang-undangan yang ada.24
2. Horizontal, apabila yang ditinjau adalah peraturan perundang-undangan
yang kedudukannya sederajat dan mengatur bidang yang sama.25
3. Metode Komparasi yaitu membandingkan teori yang satu dengan teori
yang lain dan hasil penelitian yang satu dengan hasil penelitian yang lain.
Penulis melakukan analisis komparasi yaitu membandingkan diantara
putusan-putusan pengadilan dan undang-undang dan peraturan-peraturan
24
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta. : Penerbit Buku Rajawali
Press,2010), h. 94. 25
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Penerbit Buku Rajawali
Press,2010), h. 96.
19
terkait yang dijadikan dasar pengaturan pembiyaan Line Facility dengan
putusan pengadilan dalam akad pembiayaan murabahah, mudharabah,
musyarakah, ijarah dan faktor-faktor penyebab sengketa Line Facility tersebut.
Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan pendekatan yuridis
normatif, maka bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan non
hukum yang telah dikumpulkan, dikaji dan diteliti untuk menganalisis data,
kemudian dianalisis secara normatif kualitatif, yaitu suatu cara menganalisa
yang menghasilkan logika penalaran kualitatif. Sehingga penelitian itu
ditampilkan penulis dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan permasalahan.
J. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan kemudahan dalam memahami penelitian serta
memberikan gambaran yang menyeluruh secara garis besar, sistematika
penulisan penelitian dibagi menjadi :
BAB I : PENDAHULUAN
Memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan
masalah, ruanglingkup masalah, tujuan penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : LINE FACILTY
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan isi
dari skripsi ini, seperti pengertian pembiayaan, pengertian Line
Facility, bagaimana bentuk-bentuk tranksaksi syariah, dasar
hukum Line Facility, akad-akad yang dapat digunakan untuk
pembiayaan Line Facilty, serta faktor-faktor utama sengketa yang
biasa terjadi pada lembaga keuangan.
BAB III : Putusan Pengadilan Terkait Sengketa pembiayaan Line
Facility
Dalam bab ini menerangkan tentang profil data penelitian yaitu
deskripsi putusan pengadilan terkait sengketapembiayaan Line
Facility dengan akad mudharabah, musyarakah, murabahah, dan
20
ijarah dalam deskripsi putusan ini menjelaskan tentang duduk
perkara, pertimbangan hakim, dan faktor sengketa Line Facility
dalam putusan. Bab ini dibagi menjadi tiga sub bab, yang pertama
yaitu deskripsi putusan Nomor : No.08/Pdt.PLW/2014/ PN BB.
Yang kedua yaitu deskripsi putusan Nomor : 354K/Pdt.Sus-
Pailit/2014. Yang ketiga deskripsi putusan Nomor
:79/PDT/2018/PT DKI.
BAB IV : Analisis Faktor-faktor Terjadinya Sengketa pada
Pembiayaan Line Facility.
Untuk mempertajam fokus penelitian ini, penyusun melanjutkan
pada bab keempat yang merupakan analisis terhadap faktor-faktor
penyebab timbulnya sengketa pembiayaan Line Facility dengan
akad mudharabah, musyarakah, murabahah, dan ijarah
berdasarkan putusan pengadilan di bab tiga, bab ini juga
menjelaskan tentang penerapan hukum pada tiga putusan tersebut.
BAB V : PENUTUP
21
BAB II
LINE FACILITY
A. Pengertian PembiayaanLine Facility
1. Pengertian Pembiayaan
Dalam kamus perbankan, konsep yang dimaksud biaya adalah
pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindarkan untuk
mendapatkan barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh
maslahat, pengeluaran untuk kegiatan, tujuan, atau waktu tertentu, seperti
ongkos pengiriman, pengepakan, dan penjualan dimaksudkan untuk
memperoleh penghasilan, dalam laporan laba rugi perusahaan, komponen
biaya merupakan pengurangan dari pendapatan, pengertian biaya berbeda
dengan beban, semua biaya adalah beban, tetapi tidak semua beban
adalah biaya.26
Pembiayaan dalam perbankan syariah merupakan aktivitas Bank
Syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain Bank
berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan
didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada
pengguna dana.27
Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa
dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar.
Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan,
sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan
pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang
telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.
Pada Undang-undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 Pasal 1
ayat 25 juga diterangkan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk musyarakahdan mudharabah.
Kedua akad ini juga merupakan produk-produk akad percampuran
26
Bank Indonesia, Kamus Perbankan, cet ke-1, 1999, h.30 27
Drs.Ismail, Perbankan Syariah¸(Jakarta : Kencana Pernada Media Group, 2011), h. 105-106
22
(ikhtilath), yaitu percampuran antara satu dengan yang lainnya.28
Musyarakah merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
usaha tertentu dimana masing-masing pihak saling memberikan
kontribusi dana dan atau keahlian (expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan29
. Sedangkan Mudharabah adalah kerjasama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama (shahibu maal) menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional
dari jumlah modal, yaitu oleh pemilik modal. Kerugian yang timbul
disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut30
.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik. Ijarah merupakan akad pengalihan
hak manfaat atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa,
tanpa diikuti dengan pengalihan kepemilikan (ownership) atas barang
itu sendiri31
. Sedangkan akad ijarah muntahiya bittamlikmerupakan
akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan32
.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, istishna.
Dalam PBI Murabahah diartikan sebagai jual beli barang sebesar
harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati33
.
Jual beli dengan akad Salam merupakan jual beli barang dengan
pemesanan dan disertai syarat-syarat tertentu dan pembayaran secara
28
Prof.Dr.H.Fathurrahman Djamil,Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi diLembaga
Keuangan Syariah,(Jakarta:Sinar Grafika,2013),h.165 29
Prof.Dr.Abdul Ghofur Anshori,Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di
Indonesia,(Tanggerang:Citra Media,2006),h. 68 30
Prof.Dr.H.Fathurrahman Djamil,Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi diLembaga
Keuangan Syariah,(Jakarta:Sinar Grafika,2013),h.173 31
Prof.Dr.H.Fathurrahman Djamil,Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi diLembaga
Keuangan Syariah,(Jakarta:Sinar Grafika,2013),h.151 32
Mila Sartika,Implementasi Ijarah dan IMBT pada Bank BRI Syaraih Cabang
Yogyakarta,Jurnal Economica,Volume VII,Edisi I, Mei 2016 33
Pasal 1 ayat (1) PBI No.7/46/PBI/2005
23
tunai.34
Sedangkan Jual beli Istishna‟ adalah jual beli barang dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati dengan pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatan35
.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh. Dalam
transaksi ini dikenal juga dengan akad Qardhul Hasan, yakni akad
utang piutang tanpa adanya tambahan (bunga) ketika pengembalian
dana, serta tanpa adanya imbalan, yang dijanjikan di awal akad.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Dari uraian diatas dapat dilihat lebih ringkas dengan bagan berikut:
34
Pasal 1 ayat (8) PBI No.7/46/PBI.2005 35
Pasal 1 ayat (8) PBI No.7/46/PBI.2005
24
2. Pengertian Line Facility
Line Facility adalah suatu bentuk fasilitas plafon pembiayaan yang
diberikan oleh LKS kepada nasabah tertentu dalam jangka waktu tertentu
yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Menurut Fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 45/DSN-MUI/II/2005
tentang Line Facility (At-Tashilat As-Saqfiyah). Menyatakan36
:
a. Bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi
kebutuhan masyarakat adalah Line Facility (at-tashilat), yaitu
fasilitas plafon pembiayaan dalam jangka waktu tertentu untuk
nasabah tertentu dengan ketentuan yang disepakati dan mengikat
secara moral.
b. Bahwa Lembaga Kuangan Syariah (LKS) perlu merespon kebutuhan
masyarakat tersebut dalam berbagai produknya.
c. Bahwa agar fasilitas tersebut dilaksanakan sesuai dengan Syariat
Islam, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa
untuk dijadikan pedoman.
Ciri khas dari pembiayaan Line Facility adalah adanya pembiayaan
yang diberikan bank/lembaga keuangan secara bertahap, sehingga
pembiayaannya tidak sekaligus diberikan kepada nasabah. Dana diberikan
secara bertahap sesuai dengan nilai objek jaminan yang dijaminkan oleh
nasabah, atau tidak lebih dari nilai dari objek yang dijaminkan. Contoh
pembiayaan Line Facility : Ahmad mengajukan pembiayaan Line Facility
dengan akad Musyarakah, dengan menjaminkan rumahnya
senilaiRp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), pada awal akad bank
hanya memberikan dana sebesar Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah). Dua bulan kemudian (berapapun waktu yang disepakati ketika
akad) bank memberikan tambahan senilai Rp.100.000.000,00 (seratus juta
rupiah), dan terus bertahap selama nasabah masih membutukan, dan dana
yang diberikan tidak lebih dari nilai objek yang dijaminkan, serta nasabah
36
Fatwa DSN MUI No.45/DSN-MUI/II/2005
25
memiliki itikad baik dalam memenuhi kewajibannya. Sehingga bank
memiliki trust (kepercayaan) kepada nasabah untuk memberikan dana
selanjutnya.
Contoh lain dari pembiayaaan Line Facilty ini biasa digunakan untuk
proyek/tender tertentu, yang juga bekerjasama dengan pemerintah. Misal :
PT. Wijaya Karya memenangkan tender untuk membangun jalan tol dalam
waktu 6 (enam) bulan, dan membutuhkan sejumlah dana. Sedangkan dana
dari Pemerintah baru akan cair ketika jalan tol tersebut sudah jadi.
Sehingga bank memberikan sejumlah dana untuk proyek tersebut dan
diberikan secara bertahap, ketika proyek tersebut selesai dan mendapatkan
upah dari pemerintah, barulah PT Wijaya Karya membayar kewajibannya
kepada Bank secara kontan beserta bagi hasilnya atau margin, sesuai
dengan akad yang digunakan dengan plafon pembiayaan Line Facility.
3. Dasar Hukum
Sebagaimana Firman Allah SWT. Pada QS. Al-Maidah (5) ayat 1 :
ها الذين آمنوا أوفوا بالعقود أحلت لكم بهيمة النعام إل ما يتلى يا أي
يحكم ما يريد يد وأنتم حرم إن الل عليكم غير محلي الص
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”
Hadist : Hadist Nabi riwayat Imam Al-Tirmizi dari „Amr bin „Auf
al-Muzani, Nabi Muhammad S.A.W bersabda :
م حلال أو أحل حراما لح جائز بين المسلمين إل صلحا حر الص
م حلا ل أو أحل حراماوالمسلمون على شروطهم إل شرطا حر
“Perjanjian boleh dilakukan diantara kaum muslimin kecuali
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka
26
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram.”37
4. Akad-Akad Pada Line Facility
a. Murabahah
Secara etimologi, dalam kamus al muhith murabahah berarti ar-
ribhu yang bermakna kelebihan dan tambahan (keuntungan), yang
berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah
keuntungan yang disepakati. Secara terminologi para ulama terdahulu
mendefinisikan murabahah dengan jual beli dengan modal ditambah
keuntungan yang diketahui. Sedangkan murabahah dalam peraturan
bank Indonesia diartikan dengan “jual beli barang sebesar harga pokok
barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati.”38
Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk
kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan
pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan
harga yang transparan. Atau singkatnya jual beli murabahah adalah
akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad
ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena
dalam murabahah ditentukan berapa required rate profit-nya
(keuntungan yang ingin diperoleh). Murabahah diatur dalam Fatwa
DSN MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000. Adapun yang menjadi dasar
hukum pembiayaan Murabahah terdapat dalam Al-Quran surat Al-
Baqarah ayat 275 :
....وأحل اللو الب يع وحرم الربا
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
Hadist mengenai Murabahah :
37
Fatwa DSN MUI No.45/DSN-MUI/II/2005 38
Pasal 1 ayat (1) PBI No.7/46/PBI/2005
27
فقة ربا وقال النب صلى الله عليو د لا بأس العشرة بأحد عشر ويأخذ للن عن مم لدك بالمعروف )صحيح البخاري(وسلم لند خذي ما يكفيك وو
”Dari Muhammad, tidak bahaya (menjual harga) sepuluh dengan
sebelas, dan dia mengambil untung sebagai nafkah. Dan bersabda
Nabi saw kepada Hindun:” Mengambillah engkau pada apa-apa yang
mencukupi bagimu dan anak mu dengan sesuatu yang baik.” (HR.
Bukhari, Kitab Al Buyu‟)
Pada awalnya, Murabahah tidak berhubungan dengan pembiayaan.
Lalu, para ahli dan ulama perbankan syariah memadukan konsep
Murabahah dengan beberapa konsep lain sehingga membentuk konsep
pembiayaan dengan akad Murabahah. Secara konsep terdapat
perbedaan yang jelasantara pembiayaan berbasis Murabahah yang
diterapkan oleh bank syariahdan kredit yang dijalankan oleh bank
konvensional. Beberapa hal tersebut diantaranya:
Bank Syariah
1. Menjual barang pada nasabah
2. Hutang nasabah sebesar harga jual tetap selama jangka waktu
Murabahah
3. Ada analisa supplier
4. Margin berdasarkan manfaat atau value added bisnis tersebut
Bank Konvensional
1. Memberi kredit (uang) pada nasabah
2. Hutang nasabah sebesar kredit dan bunga (berubah-ubah)
3. Tak ada analisa supplier
4. Bunga berdasarkan rate pasar yang berlaku
Mekanisme pembiayaan Murabahah mempunyai beberapa ciri
atau elemen dasar. Yang paling utama dan membedakan pembiayaan
Murabahah dengan kredit konvensional adalah adanya wujud barang
28
sebagai underlying asset of transaction dimana barang harus tetap
dalam tanggungan bank selama transaksi antara bank dan nasabah
belum selesai.39
Skema Murabahah
Keterangan :
a. Bank Syariah dan nasabah melakukan negoisasi enang rencana
transaksi jual beli yang akan dilaksanakan. Poin negoisasi meliputi
jenis barang yang akan dibeli, kualitas barang, dan harga jual.
b. Bank Syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah, dimana
bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dalam
akad jual beli ini, ditetapkan barang yang menjadi objek jual beli
yang telah dipilih oleh nasabah, dan harga jual barang.
39
https://www.ojk.go.id/id/BukuStandarProdukPerbankanSyariah Murabahah
29
c. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah dan
nasabah, maka bank syariah membeli barang dari supplier/penjual.
Pembelian yang dilakukan oleh bank syariah ini sesuai dengan
keinginan nasabah yang telah tertuang dalam akad.
d. Supplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah bank
syariah.
e. Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima dokumen
kepemilikan.
f. Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan
pembayaran.
g. Pembayaran yang lazim dilakukan oleh nasabah ialah dengan cara
angsuran.
b. Istishna’
Al-Istishna‟ merupakan akad kontrak jual beli barang antara dua
pihak berdasarkan pesanan dari pihak lain, dan barang pesanan akan
diproduksi sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dan
menjualnya dengan harga dan cara pembayaran yang disetujui terlebih
dahulu. Dalam kontrak istishna‟, pembuat barang menerima pesanan
dari pembeli. Pembayaran atas transaksi jual beli dengan akad istisna
dapat dilaksanakan dimuka, dengan cara angsuran , dan/atau
ditangguhkan sampai jangka waktu yang disepakati.40
Ketentuan tentang Pembayaran :
a. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang, barang, atau manfaat.
b. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
c. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
Ketentuan tentang Barang :
a. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
b. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
40
Drs. Ismail. Perbankan Syariah. (Jakarta : Prenada Media, 2011), Cet. ke-1,h. 146
30
c. Penyerahannya dilakukan kemudian.
d. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan.
e. Pembeli (mustashni‟) tidak boleh menjual barang sebelum
menerimanya.
f. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang yang sejenis
sesuai kesepakatan.
g. Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad.
Dasar hukum Istishna‟ berdasarkan petunjuk dalam Al-Qur‟an
pada surat al-Kahf (18) ayat 94, yang bercerita tentang Zulqarnain
ketika seseorang memesan kepadanya untuk dibuatkan banteng
(penghalang) antara mereka dengan orang-orang Ya‟juj dan Ma‟juj.
خرجا على قالوا يا ذا القرن ي إن يأجوج ومأجوج مفسدون ف الرض ف هل نعل لك ا ن هم سد ن نا وب ي أن تعل ب ي
Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj
itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka
dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya
kamu membuat dinding (penghalang) antara kami dan mereka"
Hadits tentang Istishna‟ : Nabi Muhammad SAW. pernah memesan
agar dibuatkan cincin dari perak.
عن أنس رضي الله عنو أن نب اللو صلى الله عليو و سلم كان أراد أن يكتب إل ة. العجم ف قيل لو إن العجم لا ي قب لون إلا كتابا عليو خات. فاصطنع خاتا من فض
قال كأن أنظر إل ب ياضو ف يده. رواه مسلم
“Diriwayatkan dari sahabat Anas radhiallahu „anhu, pada suatu hari
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam hendak menuliskan surat kepada
seorang raja non arab, lalu dikabarkan kepada beliau: Sesungguhnya
31
raja-raja non arab tidak sudi menerima surat yang tidak distempel,
maka beliaupun memesan agar ia dibautkan cincin stempel dari
bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tangan beliau.” (Riwayat Muslim)
Walaupun jual Istishna‟ memiliki banyak kesamaan dengan jual
beli salam, tetapi para ahli fiqh tetap membedakan antara keduanya
dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Barang yang dipesan (al-mabi‟) dalam jual beli salam bersifat al-
dain (sesuatu yang menjadi tanggungan/ dzimmah), sedangkan
objek istishna‟ bersifat al-ain (sesuatu yang bisa ditentukan atau
ditunjuk wujud bendanya, seperti istishna‟ alat-alat rumah tangga,
sepatu, bejana)
b. Dalam akad Salam harus dibatasi jangka waktunya, seperti
sebulan atau lebih dari itu. Ketentuan ini menurut Hanafiyah tidak
berlaku pada akad isnishna‟. Akan tetapi kedua murid Abu
Hanifah : Abu Yusuf dan Al-Syaibani berpendapat istishna‟ sah
baik ditentukan waktunya maupun tidak.
c. Akad Salam bersifat mengikat (lazim), tidak boleh dibatalkan
kecuali atas kesepakatan kedua belah pihak, sedang akad istishna‟
tidak bersifat mengikat. Demikian ini menurut Hanafiyah.
Sedangkan menurut jumhur ulama akad salam dan istishna‟ sama-
sama bersifat mengikat.
d. Ra‟su amal (harga pokok) dalam akad salam harus dibayarkan
secara kontan dalam majelis akad. Dalam istishna‟ harga pokok
cukup dibayarkan pada saat akad berupa uang muka, sebagian
dari harga seperti setengah atau sepertiganya, demikian pendapat
madzhab Hanabilah.41
41
Azharudin Lathif,Fiqih Muamalat.(Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005),h.116
32
Skema Istishna‟
c. Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerjasama anatara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shahib al-mal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam
panduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-mal dan keahlian
dari mudharib. Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil
shahib al-mal dalam manajemen proyek. Sebagai orang kepercayaan,
mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk
setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil
shahib al-mal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara
tertentu untuk menciptakan laba optimal.42
42
Adiwarman Karim,Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2014),h.103
33
Adapun menurut Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha
antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau bank syariah) yang
menyediakan seluruh modal dari pihak kedua („amil, mudharib, atau
nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi
keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam
akad, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank syariah
kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai,
atau menyalahi perjanjian.43
Dasar Hukum Mudharabah
Salah satu dasar hukum Mudharabah terdapat pada hadist Nabi S.A.W
yang berbunyi :
عن صالح بن صهيب قال : قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم : ثلث فيهن الب ركة عي للب يت لا للب يع . رواه ابن ماجو : قارضة, واخلط الب ر بالش
الب يع ال أجل والم
Dari Shalih Ibnu Syuhaib R.A., bahwa Rasulullah S.A.W bersabda :
“Ada tiga hal yang di dalamnya ada keberkahan, jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. HR.Ibnu
Majah.
Syarat-syarat Mudharabah :
a. Masing-masing pihak cakap hukum.
b. Modal (ra‟su al-mal) harus jelas jumlahnya. Bukan berupa barang
dagang, artinya harus berupa harga tukar (tsaman) dan penyerahan
harus tunai seluruhnya kepada pengusaha.
c. Sebelum adanya pembagian keuntungan milik bersama, presentase
keuntungan dan waktu pembagian harus disepakati bersama dan
dinyatakan dengan jelas.
43
Lihat Pasal 1 huruf C UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
34
d. Modal yang sudah diserahkan oleh pemodal akan dikelola
pengusaha dan mempunyai hak tanpa campur dari pihak pemodal.
e. Kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemodal. Pihak pekerja juga
mengalami kerugian meskipun bukan dari modal, tapi dari hasil
kerjanya.44
Rukun Mudharabah
a. Para Pihak (Baik yang memberi modal maupun yang mengelola
dana).
b. Obyek Mudharabah (modal dan kerja).
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab kabul).
d. Nisbah Keuntungan.45
d. Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah
atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para
pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka
miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan
dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan
seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak
berwujud.Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah
terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau
salah satu diantara itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari
satu pihak, sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua
pihak atau lebih.
Menurut Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Musyarakah yaitu akad kerja sama diantara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak
44Heri Sudarsono. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah,(Yogyakarta: Ekonisia, 2004)
h. 60. 45
Adiwarman Karim,Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2014),h.182
35
memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan
dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung
sesuai porsi dana masing-masing. Syirkah disyariatkan berdasarkan
kitab suci Al-Qur‟an dalam surah An-Nisa‟ (4) ayat 12 :
.....ف هم شركاء ف الث لث.....“Maka mereka berserikat dalam yang sepertiga”.
Hadist :
: عن ابي ىري رةرضي اللو عنو قال : قال رسول اللو صلى اللو عليو وسلم : "قال اللو ت عال
ريكي مال ين أحدها صاحبو،فاذا خان خرجت من ب ينهما" رواه أب وداود "اناثالث الش
“Dari Abu Hurairah R.A, ia berkata, Rasulullah S.A.W bersabda :
“Allah SWT. berfirman : “Saya adalah pihak ketiga dari dua orang
yang berserikat (bekerjasama) selama salah satunya tidak
mengkhianati kawannya, jika ia berkhianat maka Aku keluar dari
keduanya”. HR.Abu Dawud
Rukun Musyarakah :
Musyarakah disepakati oleh kalangan fuqaha akan kebolehannya
selagi memenuhi rukunnya, yaitu :
a. Pelaku akad yakni para mitra usaha
b. Objek akad, yakni modal atau mal, kerja atau dharabah dan
keuntungan atau ribh
c. Sedangkan terakhir yakni ijab dan qabul atau disebut Shighah.46
e. Ijarah
Al-Ijarahberasal dari kata al-ajru, yang berarti al-iwadhu
(ganti).Menurut pengertian syara, al-ijarah adalah suatu jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan jalan pengganti.Al-ijarah adalah
akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran
46
Dr.Mardani, Hukum Bisnis Syariah,(Jakarta : Prenamedia Group,2014),h.143
36
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri47
. Menurut Fatwa
Dewan Syariah Nasional No.9/DSN/MUI/IV/2000, Ijarah merupakan
akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian
dalam akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya
pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa48
.
Adapun landasan hukum akad ijarahyakni : QS surah Al-Baqarah ayat
233 :
وف .....وإن أردت أن تست رضعوا أولادكم فل جناح عليكم إذا سلمتم ما آت يتم بالمعر وات قوااللهواعلمواأناللهبمات عملون بصي
“.....Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
Hadist :
Hadist riwayat „Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa‟id
al-Khudri, Nabi S.A.W bersabda :
من استأجر أجياف ليعلمو اجره “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya”
B. Faktor Umum Terjadinya Sengketa Pada Perbankan
1. Wanprestasi
Wanprestasi atau dikenal denganistilah ingkar janji, yaitu kewajiban
dari debitur untuk memenuhi suatu prestasi, jika dalam melaksanakan
kewajiban bukan terpengaruh karena keadaan, maka debitur dianggap
47
Rifki Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Konsep dan Implementasi PSAK Syariah),
P3EI, Yogyakarta, 2008, h. 357 48
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam (Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah),Vol.01,
No.02, Juli 2015, h. 107
37
telah melakukan ingkar janji.Perkataan wanprestasi berasal dari bahasa
Belanda, yaitu berarti prestasi buruk. Pelanggaran hak-hak kontraktual
menimbulkan kewajiban ganti rugi berdasarkan wanprestasi sebagaimana
diatur dalam Pasal 1236 BW (untuk prestasi memberikan sesuatu) dan
Pasal 1239 BW (untuk prestasi berbuat sesuatu). Kemudian berkenaan
dengan wanprestasi dalam Pasal 1243 BW menyatakan bahwa penggantian
biaya, rugi, dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah
mulai diwajibkan apabila si berutang setelah dinyatakan lalai memenuhi
perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan
atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu
yang telah dilampauinya.
Menurut Setiawan, dalam praktik sering dijumpai ingkar janji dalam
hukum perdata, ada tiga bentuk ingkar janji :
a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali;
b. Terlambat memenuhi prestasi;
c. Memenuhi prestasi secara tidak baik;
Menurut M. Yahya Harahap secara umum wanprestasi yaitu,
“pelaksanaan kewajibanyang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan
tidak menurut selayaknya”.49
Seorang debitur yang dikatakan wanprestasi
apabila ia lalai dalam melaksanakan/memenuhi prestasinya, sehingga
“terlambat” dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan
suatu prestasi tidak menurut “sepatutnya atau selayaknya”. Adapun hak-
hak gugat yang dapat diajukan kreditur sebagai pihak yang di rugikan
debitur sebagai pihak yang mengalami wanprestasi adalah sebagai berikut:
1. Pemenuhan (nakoming)
2. Ganti rugi (vervangende vergoeding)
3. Pembubaran, pemutusan, atau pembatalan (ontbinding)
4. Pemenuhan ditambah ganti rugi pelengkap (nakoming en anvvullend
vergoeding)
49M.Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian,(Bandung : Alumni, 1986),h.60
38
5. Pembubaran ditambah ganti rugi pelengkap (ontbinding en
anvvullend)50
.
Adapun akibat-akibat dari wanprestasi oleh debitur diancam beberapa
sanksi atau hukuman, yang terbagi kedalam empat jenis, yakni :
Pertama : membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau
dinamakan ganti rugi;
Kedua : pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan
perjanjian;
Ketiga : peralihan risiko;
Keempat : membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan
didepan hakim.
2. Kepailitan
Kepailitan adalah ketidakmampuan untuk membayar dari seorang
debitur atas utang-utangnya yang telah jatuh tempo.Ketidakmampuan
tersebut harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk mengajukan,
baik yang dilakukan secara sukarela oleh debitur sendiri, maupun atas
permintaan pihak ketiga (diluar debitur), suatu permohonan pernyataan
pailit ke Pengadilan. Permohonan pernyataan pailit tersebut dapat diajukan
oleh51
:
a. debitur sendiri;
b. atas permintaan seorang atau lebih krediturnya;
c. kejaksaan untuk kepentingan umum;
d. dalam hal menyangkut debitur yang merupakan perusahaan efek,
permohonan pernyataan pailit dapat diajukan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal.
50
Dr.Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan.Jakarta : Prenamendia
Group. h.86 51
Ahmad Yani,Seni Hukum Bisnis Kepailitan ,(Jakarta : PT. RajaGrafindo Perasada,1999), h.12
39
Persyaratan Kepailitan
Permohonan pernyataan pailit dapat diajukan, jika persyaratan
kepailitan tersebut dibawah ini telah terpenuhi :
a. Debitur tersebut mempunyai dua atau lebih kreditur.
b. Debitur tersebut tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih.
Mereka yang dapat ditanyakan pailit :
a. Orang Perorangan.
b. Perserikatan-perserikatan dan perkumpulan-perkumpulan tidak
berbadan hukum lainnya.
c. Perseroan-perseroan, perkumpulan-perkumpulan, koperasi
maupun yayasan yang berbadan hukum.
d. Harta Peninggalan.
Adapun Kepailitan dalam Islam disebut juga dengan Taflis.Taflis
menurut bahasa berarti kebangkrutan atau kepailitan.Sementara itu
menurut istilah taflis ialah penetapan pada seseorang yang sudah tidak
mempunyai apa-apa lagi.52
52
Ahsin.W. Alhafidz,Kamus Fiqih,(Jakarta:Amzah,2013),h.214
40
BAB III
PUTUSAN PENGADILAN TERKAIT SENGKETA PEMBIAYAAN
LINE FACILITY
A. Deskripsi Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung Register Perkara
Nomor : 08/Pdt.PLW/2014/ PN BB.
1. Para Pihak :
a. H. Iwan Abdurrahman, MBA dan Ny. Ely Ratnayu Sondani sebagai
Para Pelawan
b. PT. Bank Bukopin Syariah sebagai Terlawan.
c. Koperasi Al-Amin sebagai Turut Terlawan I.
d. Erny Kencanawati, SH.MH Notaris Kota Bandung sebagai Turut
Terlawan II.
2. Duduk Perkara
a. Bahwa Para Pelawan adalah sebagai pemilik atas tanah dan bangunan
sebagaimana Sertifikat Hak Milik Nomor : 3884/Desa Cibeuying,
seluas 355 m2, kavling C.3-3-4/T.45 yang merupakan objek
permohonan eksekusi.
b. Bahwa selain sebagai pemilik atas objek permohonan eksekusi, Para
Pelawan sebagaimana yang tercantum dalam Akta-akta Al-mudharabah
yang dibuat dan ditandatangani oleh Pihak Terlawan (Bank) dan Turut
Terlawan I (Nasabah) dihadapan Turut Terlawan II, sebagaimana akta-
akta:
1. Akta Al-Mudharabah Nomor 40, pada tanggal 29 Juli 2008, fasilitas
Plafon line Facility sebesar Rp. 475.000.000, (empat ratus tujuh
puluh lima juta rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah
masing- masing sebesar 46.6% (Termohon/Bank),
53.4%(Pemohon/Mudharib);
2. Akta Al-Mudharabah Nomor 18, pada tanggal 27 Januari 2009,
fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 300.000.000, (tiga ratus juta
41
rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah masing-masing
sebesar 63% (Termohon/Bank), 37%(Pemohon/Mudharib);
3. Akta Al-Mudharabah Nomor 70, pada tanggal 17 September 2009;
fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 100.000.000, (seratus juta
rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah masing-masing
sebesar 63% (Termohon/Bank), 37%(Pemohon/Mudharib);
4. Akta Al-Mudharabah Nomor 13, pada tanggal 4 Pebruari 2010
fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 140.000.000, (seratus empat
puluh juta rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah
masing-masingsebesar 63% (Termohon/Bank),
37%(Pemohon/Mudharib);
5. Akta Al-Mudharabah Nomor 05, pada tanggal 06 September 2010;
fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 90.000.000, (Sembilan puluh
juta rupiah), jangka waktu 66 (enam puluh enam) bulan, Nisbah
masing- masing sebesar 56% (Termohon/Bank),
44%(Pemohon/Mudharib);
6. Akta Al-Mudharabah Nomor 38, pada tanggal 15 November 2010;
fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 150.000.000, (seratus lima
puluh juta rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah
masing-masing sebesar 56% (Termohon/Bank),
44%(Pemohon/Mudharib);
c. Bahwa Koperasi Keuangan Mikro Syariah Al-Amin sudah tidak
beroperasi sama sekali, dikarenakan terdapat masalah utama yakni
likuiditas. Dimana pada saat-saat tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri,
Turut Terlawan I harus membayar tabungan jauh diatas kemampuan
Turut Terlawan I, sehingga terpaksa Turut Terlawan I melakukan
pinjaman yang mahal, dilainpihak akibat Terlawan menerapkan system
bagi hasil efektif yang jumlahnya diawal sangat besar sedangkan Turut
Terlawan I menerapkan system flat kepada anggota, sehingga beban
dimuka yang besar mengakibatkan kerugian.
42
d. Bahwa atas permasalahan usaha yang terjadi pada Turut Terlawan I, Para
Pelawan pada tanggal 25 Juli 2012, telah mengirimkan surat kepada
Terlawan tentang "Permohonan dinyatakan lunas dengan pembayaran
pokok pembiayaan mudharabah KKMS Al-Amin" dimana inti surat
tersebutadalah:
1) Bahwa Para Pelawan sebagai pemilik objek permohonan sita,
bersedia untuk membayar sisa tunggakan KKMS Al-Amin (Turut
TerlawanI);
2) Bahwa Para Pelawan memohon kepada Terlawan untuk hanya
membayar hutang pokoknya saja sebesar Rp. 855.000.000 (delapan
ratus lima puluh lima juta rupiah), tanpa dibebani oleh margin/bagi
hasil, karena usaha KKMS Al-Amin (Turut Termohon I) sejak awal
tahun 2011 mengalami gangguandalam menjalankan usaha, yang
pada akhirnya mulai bulan April 2011 Koperasi Keuangan Mikro
Syariah Al-Amin sudah tidak beroperasi sama sekali;
3) Bahwa atas itikad tersebut, Para Pelawan telah membayar uang
muka sebesar Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) berupa cek
No. Au 208724 BCA, atas nama Yoris Tenza 7840699000.
e. Bahwa Terlawan menolak atas itikad Para Pelawan dan/atau Turut
Terlawan I untuk membayar sisa hutangnya yang hanya mau membayar
hutang pokok saja, dengan alasan bahwa usaha yang dijalankan oleh
Turut Terlawan I tidak berjalan lagi, telah membuktikan adanya
perselisihan antara Para Pelawan (Penjamin), Turut Terlawan I
(Nasabah) dengan Terlawan (Bank). Sehingga sebagaimana yang
tertera dalam Akad Mudharabah tentang Penyelesaian Perselisihan,
yang pada intinya apabila penyelesaian secara musyawarah untuk
mufakat tidak menghasilkan keputusan, maka para pihak mengikatkan
diri untuk menyelesaikannya melalui Badan Arbitrase Syariah
Nasional (BASYARNAS), atau melalui pengadilan yang ditunjuk
atau ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan ;
43
f. Bahwa selain alasan permohonan eksekusi atas objek eksekusi
sebagaimana Penetapan Ketua Pengadilan No. 33/Pdt.Eks/
Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013 di Pengadilan Negeri Bale
Bandung oleh Terlawan adalah "PREMATURE", pada tanggal 29
Agustus 2013 silam, MAHKAMAH KONSTITUSI telah
mengeluarkan Keputusan No. 93/PPU-X/2012, dimanaisi pokok
putusan tersebut adalah "Mengembalikan sengketa ekonomi Syariah ke
Pengadilan Agama (PA)".Dengan demikian Penetapan Ketua
Pengadilan No. 33/ Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013
di Pengadilan Negeri Bale Bandung adalah suatu bentuk perbuatan
"Melawan Hukum"yang kedepannya akan mengakibatkan benturan
hukum antara kewenangan Pengadilan Agama (PA) dengan Pengadilan
Umum. Sehingga seharusnya Pengadilan Negeri Bandung melepaskan
diri dari Permohonan Sita Eksekusi dari Terlawan, karena hal ini
merupakan kewenangan absolute dari PengadilanAgama.
g. Bahwa karena Perlawanan Para Pelawan ini didasarkan bukti- bukti
yang kuat dan sah maka kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berkenan menyatakan permohonan eksekusi atas
sebidang tanah dan bangunan yang terletak di atasnya Sertifikat Hak
Milik Nomor : 3884/ Desa Cibeunying, Seluas 355 m2 (tiga ratus lima
puluh lima meter persegi), Kavling C.3-3-4/T.45, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat, tidak dapatdilaksanakan;
3. Amar Putusan
a. Menyatakan Terlawan, Turut Terlawan I dan Turut Terlawan II
telahdipanggil dengan patut tidakhadir;
b. Mengabulkan perlawanan para Pelawan untuk sebagian
denganverstek;
c. Menyatakan pelawan adalah pelawan yangbenar;
d. Menyatakan bahwa Penetapan Eksekusi Nomor
33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013 dari Ketua
Pengadilan Negeri Bale Bandung atas sebidang tanah dan bangunan
44
yang terletak di atas Sertifikat Hak Milik Nomor : 3884/Desa
Cibeunying, Seluas 355 m2 (tiga ratus lima puluh lima meter persegi),
Kavling C.3-3-4/T.45, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tidak
mempunyai kekuatan hukummengikat;
1) Menghukum Terlawan untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp.806.000,00 (delapan ratus enam ribu rupiah);
2) Menolak perlawanan para Pelawan selain dan selebihnya;53
4. Faktor Terjadinya Sengketa :
a. Faktor Wanprestasi
Adanya wanprestasi yang menimpa nasabah merupakan penyebab
utama terjadinya sengketa ini, namun adanya wanprestasi ini dapat
diminimalisir dengan menggunakan beberapa cara. Sebagaimana
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang
Rektruturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
terhadap nasabah dalam Pasal 1 angka 7, rektrukturisasi pembiyaan
adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah
agar dapat menyelesaikan kewajibannya antara lain melalui :
1) Penjadwalan Kembali (rescheduling);
2) Persyaratan Kembali (reconditioning);
3) Penataan Kembali (restructuring);
4) Konversi Pembiayaan, penyertaan modal sementara;
b. Faktor Kurangnya Pengetahuan Mengenai Transaksi Syariah
Bahwa dalam perkara ini para pihak menggunakan akad
mudharabah dengan plafon pembiayaan Line Facililty yang mana jika
terjadi kerugian pada mudharib, yang tanpa disengaja, maka shahibul
mal lah yang menanggung kerugiannya. Tetapi, dalam perkara ini
bank selaku shahibul mal tidak mau menerima kerugian tersebut,
53
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, “Amar Putusan Hakim Pengadilan
Negeri Bale Bandung”, Putusan diakses pada tanggal 4 April 2019 Pukul 13.50 WIB dari situs
https://putusan.mahkamahagung.go.id
45
walau pihak penjamin bersedia membayar sisa tunggakan pokok,
tanpa margin/bagi hasil. Dikarenakan posisi mudharib disini
mengalami kerugian. Disini terlihat masih ada itikad dari pihak
penjamin untuk melunasi, dana yang telah diberikan Bank Bukopin
Syariah kepada Koperasi Al-Amin. Padahal sangat jelas hal ini telah
diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.7/46/PBI/2005
bahwa dalam hal kerugian Bank menanggung seluruh resiko kerugian
usaha yang dibiayai kecuali jika nasabah melakukan kecurangan, lalai,
atau menyalahi perjanjian yang mengakibatkan kerugian usaha. Juga
dalam Fatwa DSN MUI No.7/IV/2000 tentang Mudharabah, bahwa
"Penyedia dana menanggung semua akibat dari mudharabah kecuali
diakibatkan kesalahan disengaja, kelalaian atau pelanggaran”.
B. Deskripsi Putusan Mahkamah Agung No. 354K/Pdt.Sus.Pailit/2014
1. Para Pihak :
a. Pemohon Kasasi : Haji Mujiono Rahmat, bertempat tinggal di Wonogiri
Jawa Tengah yang dahulunya sebagai Termohon Pailit
b. Termohon Kasasi :PT. Bank Syariah Bukopin, berkedudukan di Jakarta
yang dahulu sebagai Pemohon Pailit.
2. Duduk Perkara :
a. Bahwa Termohon Pailit adalah perorangan yang dalam usahanya
memerlukan tambahan modal kerja.
b. Termohon telah tidak membayar kepada Pemohon suatu hutang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
c. Bahwa Pemohon Pailit memberikan pembiayaan dengan Akad Line
Facility Musyarakah Nomor 60 dan Akta Pengakuan Hutang Nomor 63,
tertanggal 16 Februari 2012 dengan plafond maksimal sebesar Rp
1.298.000.000,00 (satu miliar dua ratus sembilan puluh delapan juta
rupiah) yang digunakan untuk take over fasilitas pembiayaan di Bank
Syariah Mandiri Cabang Solo, dalam bentuk modal kerja dengan nisbah
46
bagi hasil yang diberikan oleh Bank sebesar 0,39% (Nisbah Bank) dan
99,61% (Nisbah Nasabah) dengan jangka waktu 12 bulan.
d. Bahwa Pemohon Pailit memberikan fasilitas pembiayaan dengan Akad
Line Facility Murabahah Nomor 61 dan Akta Pengakuan Hutang
Nomor 64, tertanggal 16 Februari 2012dengan plafond maksimal
Rp9.599.594.186,00 (sembilan milliar lima ratus sembilan puluh
sembilan juta lima ratus sembilan puluh empat ribu seratus delapan
puluh enam rupiah) yang akan digunakan untuk take over fasilitas
pembiayaan di PT. Bank Mutiara, Tbk penetapan margin maksimal
pembiayaan yang diberikan Bank adalah Rp2.187.597,00 (dua milliar
seratus delapan puluh tujuh juta lima ratus sembilan puluh tujuh ribu
lima ratus sembilan puluh tujuh rupiah) sehingga harga jual maksimal
sebesar Rp.11.787.191.783,00 (sebelas miliar tujuh ratus delapan puluh
tujuh juta seratus sembilan puluh satu ribu tujuh ratus delapan puluh
tiga rupiah), jangka waktu sampai dengan sisa jangka waktu dari Bank
Mutiara sejak tanggal pencairan.
e. Bahwa Pemohon Pailit memberikan pembiayaan dengan Akad Line
Facility Murabahah Nomor 62 dan Akta Pengakuan Hutang Nomor 65,
tertanggal 16 Februari 2012 dengan plafond maksimal
Rp5.000.000.000,00 (lima milliar rupiah) yang akan digunakan untuk
modal kerja dengan margin maksimal Rp1.139.421.914,00 (satu milliar
seratus tiga puluh sembilan juta empat ratus dua puluh satu ribu
sembilan ratus empat belas rupiah) dengan jangka waktu 40 bulan sejak
tanggal pencairan.
f. Bahwa dalam perjalanannya ketiga pembiayaan diatas telah
direstrukturisasi sebanyak 2 (dua) kali dan terakhir struktur fasilitas
pembiayaannya menjadi akad musyarakah, Termohon Pailit (Pemohon
Kasasi) tetap menunggak kewajiban setiap bulannya menyangkut
tunggakan bagi hasil pada bulan Oktober 2013, bulan November 2013,
bulan Desember 2013, dan bulan Januari 2014.
47
No Nomor
Pinjaman
Akad Nama
Debitur
Outsanding
Awal
Baki debet
per 31 Jan
14
Tungg
akan
Pokok
Tunggakan
Basil
Keterangan
1.
356000010
7
Mu
syara
kah
Mujiono
R.H
1.298.690.00
2,00
1.298.690.0
02,00
0
42.610.741
- Telah 2x
direstrukturisasi
atas pembiayaan
yang ada
(karena telah
macet)
2. 356000020
7
Mu
syara
kah
Mujiono
R.H
9.599.594.18
6,00
8.766.594.1
86
0 287.634.35
6
-Menunggak
bagi hasil sejak
Okt 2013, Nov
2013,Des 2013
(Des 2013
membayar
sebagian), Jan
2014
3. 356000030
7
Mu
syara
kah
Mujiono
R.H
5.0000.000.0
00,00
3.973.100.
799,00
0 129.177.35
6
Total Kewajiban hutang Termohon Pailit per 28 Januari 2014 =
Rp1.341.300.743,00 + Rp9.054.228.542 + Rp4.066.278.155,00 =
Rp14.461.807.440,00 (empat belas milliard empat ratus enam puluh
satu juta delapan ratus tujuh ribu empat ratus empat puluh rupiah).
g. Bahwa berdasarkan on the spot ke lapangan, usaha dari Termohon
kenyataan sudah tidak ada lagi (mati), sehingga sumber payment
pengembalian Termohon sudah tidak bisa di harapkan lagi,
begitupun Termohon sudah tidak ada itikad mau membayar
kewajibannya kepada Pemohon.
h. Bahwa Pemohon Pailit telah memberikan Surat Pernyataan untuk
mencapai win-win solution sebagai berikut :
1. Surat Peringatan I Nomor 037/DBAR/KCP-BKS/IV/2013 tanggal
2 April 2013;
2. Surat Peringatan II Nomor 122/DBAR/KCP-BKS/VII/2013
tanggal 5 Juli 2013;
3. Surat Peringatan III Nomor 226/SKA/BSB/VIII/2013 tanggal 2
Agustus 2013;
48
4. Surat Pemberitahuan Stock Opname Nomor 270
A/SKA/BSB/VIII/2013 tanggal 29 Agustus 2013 atas barang
dagangan yang dijaminkan
5. Somasi/Teguran, Surat Nomor 145/PJSR/IX/2013 tanggal 12
November 2013;
6. Somasi/Teguran Kedua/Terakhir, Surat Nomor
150/PJSR/IX/2013 tanggal 25 November 2013;
i. Bahwa Termohon memiliki Debitur lainnya perdata tanggal 31
Januari 2014 kepada :
1. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Solo, kurang lebih sebesar
Rp700.177.829,00 (tujuh ratus juta seratus tujuh puluh tujuh ribu
delapan ratus dua puluh sembilan rupiah);
2. PT. Bank Bukopin Cabang Solo, kurang lebih sebesar
Rp123.364.191,00 (seratus dua puluh tiga juta tiga ratus enam
puluh empat ribu seratus sembilan puluh satu rupiah)
j. Bahwa dari uraian tersebut telah terbukti bahwa hutang Termohon
Debitur telah jatuh tempo dan dapat ditagih, serta debitur
mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditur maka Termohon dapat
dinyatakan Pailit sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang. Sehingga Pemohon
mempunyai dasar dan alasan hukum yang kuat untuk mengajukan
permohonan kepailitan terhadap pemohon.
3. Amar Putusan Pengadilan
a. Berdasarkan Putusan Pengadilan tingkat pertama yakni Pengadilan
Niaga Semarang dengan Perkara Nomor 02/Pailit/2014 PN SMG,
bahwa Para Hakim mengabulkan Permohonan Pailit PT. Bank
Syariah Bukopin, dan menunjuk serta mengangkat Hakim
Pengawas untuk melakukan sita jaminan atas harta kekayaan
Termohon, baik harta kekayaan yang sudah ada maupun yang baru
akan ada dikemudian hari.
49
b. Bahwa keputusan kepailitan telah memenuhi syarat Pasal 2 Undang-
undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
c. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No.354K/Pdt.Sus.Pailit
/2014 menimbang bahwa Putusan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Semarang dalam perkara ini tidaklah
bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, sehingga
permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi Haji
Mujiono Rachmat tersebut harus ditolak.54
4. Faktor Terjadinya Sengketa
a. Faktor Kurang Menerapkan Prinsip Kehati-hatian Oleh Pihak Bank
Ketika akan memberikan suatu pembiayaan hampir setiap bank
akan melalukukan BI checking terhadap calon nasabahnya. BI
checking adalahsalah satu fasilitas yang diijinkan olehBank
Indonesia kepada bankuntuk melihat apakah calon
debiturnyatersebut bersih dan tidak masuk dalam pembiayaan
bermasalahataupun masuk dalam daftarblacklist.Maksud dan tujuan
dalam melakukan BIcheckinginiadalah untuk mengetahui sejauh
mana informasi-informasi terkinimengenai status pinjaman di bank
lain, kalau memang ada, di Bankmana saja, lalu bagaimana
riwayatpembayarannya apakah lancaratau tidak atau malah dalam
keadaan macet. Berkat SistemInformasi yang dikelola Bank
Indonesia itu, semuanya akan tersajidalam hitungan menit yang
dilakukan secara online.55
BIcheckingdiatur dalam Peraturan Bank
Indonesia Nomor9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi Debitur
(PBI) yangdalam prakteknya adalah dengan pengecekan data
calonnasabah melalui BI checkingdan penyampaian laporan
54
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, “Amar Putusan Hakim Mahkamah
Agung”, Putusan diakses pada tanggal 27 April 2019 Pukul 10.30 WIB dari situs
https://putusan.mahkamahagung.go.id
55Pulo Siregar,Bebaskan Utangmu,(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014),h. 27
50
debituroleh pelapor dalam hal iniadalah bank yang
pernahmemberikan pembiayaan kredit kepada Bank Indonesia
secaralengkap, akurat, terkini, utuh dan tepat waktu pada
setiapbulan untuk posisi akhir bulan. Pelaksanaan SistemInformasi
Debitur di setiap bank berlaku secara otomatistanpa melalui Surat
Keputusan Direktur Utama atau Direksidari bank yang
bersangkutan dan petunjuk pelaksanaan adapada PBI tersebut.Hasil
BIcheckingitulah yang nantinya menjadi salah satufaktor penentu
apakah pengajuan pembiayaan nasabah ataucalon nasabahnya
disetujui atau tidak. Pelaksanaan BI checkingini merupakan salah
satu unsur penerapan prinsip kehati-hatiandalam pengucuran
pembiayaan. Disini penulis melihat bahwa jika pihak Bank kurang
menerapkan prinsip kehati-hatian ini ketika akan memberikan
pembiayaan terhadap nasabah, padahal pihak Bank sendiri seperti
yang sudah dijelaskan diatas memiliki kewenangan untuk
melakukan BI checking, sehingga dapat mengetahui informasi-
informasi mengenai pinjaman nasabah di bank lain, dan bagaimana
riwayat pembayarannya, apakah lancar atau tidak. Dari sini pihak
Bank bisa menilai kepatutan nasabah untuk menerima pembiayaan.
b. Faktor Kepailitan
Kepalitan merupakan faktor utama terjadinya sengketa pada
perkara ini. Dalam perkara ini diketahui nasabah atau debitur
memiliki 3 (tiga) kreditur, dan tidak mampu untuk memenuhi
kewajibannya. Sehingga nasabah tersebut dapat dikatakan pailit dan
dapat disita bahkan dilelang barang-barang yang telah
dijaminkannya kepada para kreditur. Sebagaimana dijelaskan dalam
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pemabayaran Utang dalam Bab II Pasal 2
yakni "Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak
membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih, dinyatakan pailitdengan putusan Pengadilan,
51
baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu
atau lebih kreditornya".
C. Deskripsi Pengadilan Tinggi No. 79/PDT/2018/PT DKI
1. Para Pihak :
a. Drs. Cipto Sulistio sebagai Pembanding yang semula Penggugat
b. PT. Bank Permata sebagai Terbanding I yang semula Tergugat I
c. PT. Balai Lelang Pratama sebagai Terbanding II yang semula
Tergugat II
2. Duduk Perkara :
a. Bahwa penggugat telah menerima fasilitas pembiayaan dari Tergugat
I sesuai perjanjian Line Facility Pembiayaan Ijarah Nomor
PS/14/2359-A/N/SYR Tanggal 25 April 2014 sebesar Rp.
4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) dengan menjaminkan sebuah
rumah tinggal yang terletak di jalan Jatiwaringin Kompek AURI
No.7 Blok H Cipinang Melayu, Makasar Jakarta Timur, sesuai SHM
No.2969/Cipinang Melayu.
b. Bahwa penggugat memiliki itikad baik dengan melakukan kewajiban
pembayaran angsuran pokok sejak Mei 2014 sampai dengan Juni
2016 sebesar Rp. 1.666.666.667,- (satu milyar enam ratus enam
puluh enam juta enam ratus enam puluh enam ribu enam ratus enam
puluh tujuh rupiah) dan kewajiban pokokper bulan Juli 2016 sebesar
Rp. 2.333.333.333,- (dua milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga
ratus tiga puluh tiga ribu tiga ratus tiga puluh tiga rupiah), termasuk
juga Penggugat telah membayar kewajiban bunga setiap bulannya
kepada Tergugat I.
c. Bahwa memang Penggugat memang ada telat bayar angsuran yang
telah ditentukan dikarenakan kondisi cash flow usaha Penggugat
sedang mengalami kendala.
d. Bahwa pada tanggal 8 Januari 2017 Penggugat menerima surat dari
Tergugat II No. 69/BLP/2017 Perihal Pelaksanaan Kegiatan Pra
Lelang atas Jaminan Kredit Rumah tinggal yang dijaminkan oleh
52
Penggugat. Hal ini membuat Penggugat merasa kaget dan dilanggar
hak subyektifnya, dikarenakan sejak bulan Juli 2016 sampai
datangnya surat Pra Lelang tersebut, penggugat belum pernah
menerima surat Peringatan I, II, dan III dari Tergugat I berkaitan
dengan tunggakan kewajiban terhadap fasilitas pembiayaan yang
dimaksud.
Dalam Eksepsi
Bahwa gugatan Penggugat halaman 1 menyebutkan domisili
Tergugat I yakni berada diwilayah hukum Kotamadya Jakarta
Selatan, namun gugatan yang diajukan melalui Pengadilan Negeri
Jakarta Timur. Hal ini tidak sesuai dengan hukum acara perdata,
merujuk kepada ketentuan Pasal 118 HIR ayat (Actor Sequitur
Forum Rei), disebutkan :“Tuntutan (gugatan) perdata yang pada
tingkat pertama termasuk lingkup wewenang pengadilan negeri,
harus diajukan dengan surat permintaan (surat gugatan) yang
ditandatangani oleh Penggugat, atau wakilnya menurut pasal 123,
kepada Ketua Pengadilan Negeri ditempat diam si Tergugat
............................”
3. Amar Putusan :
a. Menerima permohonan banding dari Pembanding semula Penggugat.
b. Membatalkan Putusan Sela Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Nomor
62Pdt.G/2017/PN.Jkt.Tim., tanggal 3 Agustus 2017 dan Putusan
Akhir tanggal 28 September 2017, yang dimohonkan banding
tersebut.
Dalam Eksepsi
1) Menyatakan eksepsi kompetensi absolute dapat diterima.
2) Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara aquo.
Dalam Pokok Perkara
1) Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
53
c. Menghukum Pembanding semula Penggugat membayar biaya
perkara untuk kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding
sebesar Rp.150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah).56
4. Faktor Terjadinya Sengketa :
a. Wanprestasi
Ketidakmampuan debitur memenuhi kewajibannya terhadap kreditur
menjadi faktor utama terjadinya sengketa pada kasus ini. Pada bulan
pertama dan kedua debitur masih mampu untuk membayar
kewajibannya terhadap Bank Permata selaku kreditur. Akan tetapi
dibulan-bulan berikutnya debitur mengalami kendala dalam usaha
nya sehingga, tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap
kreditur.
b. Faktor Kesalahan Dalam Sistem Eksekusi.
Adanya kesalahan dalam mengeksekusi barang yang dijaminkan
nasabah, pihak bank tanpa memberikan Surat Peringatan I, Surat
Peringatan 2, dan Surat Peringatan 3, kepada nasabah tetapi langsung
memberikan Surat Pelakanaan Kegiatan Pra Lelang atas rumah
tinggal yang dijaminkan nasabah. Hal ini tentu membuat nasabah
merasa terkejut, dan dirugikan tentunya. Dalam proses lelang hak
tanggungan melalui KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang) setempat sangat erat kaitannya dengan pejabat penjual,
sesuai dengan Pasal 1 angka 19 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
27/PMK/06/2016. Penjual adalah orang, badan hukum atau badan
usaha atau instansi yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
atau perjanjian berwenang untuk menjual barang secara lelang.
Mengacu pada peraturan tersebut perlu diperhatikan dan dipenuhi
dokumen persyaratan lelang oleh kreditur dalam mengajukan
56
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, “Amar Putusan Hakim Pengadilan
Tinggi Jakarta”, Putusan diakses pada tanggal 29 April 2019 Pukul 9.40 WIB dari
situshttps://putusan.mahkamahagung.go.id
54
permohonan penetapan tanggal lelang kepada KPKNL, setempat
harus diajukan secara tertulis dengan melampirkan dokumen umum
dan dokumen khusus57
.
Dalam Dokumen Umum dan Khusus terdapat berbagai syarat antara
lain:
a. Dokumen umum, terdiri dari :
1) Surat Keterangan Hutang (Pembiayaan)
2) Surat Penetapan Harga Limit dan Setoran Jaminan
3) Surat Pernyataan Bank
4) Surat Penunjukan Pejabat Penjual
5) Surat Pemberitahuan Rekening Penampungan Hasil Lelang
6) Coppy Laporan Penilaian Agunan yang masih berlaku
7) Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) dari Kantor
Pertanahan setempat.
b. Dokumen Khusus, terdiri dari :
1) Copy Perjanjian Kredit (Pembiayaan) dan Addendumnya (jika
ada)
2) Copy bukti kepeilikan agunan
3) Copy dokumen pengikatan agunan
4) Copy Surat Peringatan I,II,dan III
5) Copy NJOP (jika ada)
Pada dokumen khusus, copy Surat Peringatan dari kreditur
kepada debitur secara jelas dan wajib untuk dilampirkan, hal ini
bertujuan selain untuk dokumen perlengkapan lelang yaitu sebagai
alat bukti bahwa kreditur telah melakukan upaya-upaya penagihan
secara tertuis. Sehingga dapat dikatakan Surat Peringatan
mempunyai arti penting dan memiliki hubungan terhadap perjanjian
kredit (pembiayaan), karena dari Surat Peringatan tersebut kreditur
secara tidak langsung melakukan pembuktian bahwa debitur dapat
57
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta : Sinar Grafika,2016),Cet.I,h.124
55
dikatakan ikrar janji karena tidak mengindahkan Surat Peringatan
dari kreditur58
.
c. Faktor Kesalahan Dalam Mengajukan Perkara Pengadilan.
Pada perkara ini para pihak menyelesaikan perkarannya di
Peradilan Umum, sekalipun pada tingkat Pengadilan Tinggi,
seharusnya pada tingkat Pengadilan Tinggi Agama. Pada tingkat
pengadilan pertama pun melalui Pengadilan Negeri bukan
Pengadilan Agama. Padahal sengketa yang terjadi antara para pihak
merupakan sengketa ekonomi syariah. Dalam Undang-undang
Nomor 03 Tahun 2006 sendiri sudah jelas dipaparkan, bahwa
perkara ekonomi syariah merupakan kewenangan Pengadilan
Agama. Begitu pula dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi
No.93/PPU-X/2012 yang pada pokoknya mengebalikan menyatakan
mengembalikan sengketa ekonomi syariah ke Pengadilan Agama.
58
Ni Made Shinta Teja Paramitha,Eksistensi Surat Peringatan Kreditur Kepada Debitur
Terkait Kredit Macet dan Eksekusi Hak Tanggungan melalui Lelang,Jurnal Hukum
Projustitia,Vol.24, (2018)
56
BAB IV
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA SENGKETA
PEMBIAYAAN LINE FACILITY
A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sengketa Pembiayaan
Line Facility Berdasarkan Putusan Pengadilan
Adapun penyebab terjadinya sengeketa pada pembiayaan dapat
dipengaruhi beberapa faktor, bisa dari pihak bank, nasabah, pihak internal,
dan pihak eksternal.59
Faktor eksternal dalam pembiayaan bermasalah
seperti bencana alam, sehingga tidak perlu memerlukan analisis/penelitian
lebih lanjut, yang perlu diteliti adalah faktor internal, sehingga ketika kita
mengetahui faktor-faktor terjadinya sengketa pada pembiayaan bermasalah
khususnya pembiayaan Line Facility ini diharapkan dapat meminimalisir
terjadinya sengketa.
Adapun beberapa faktor yang telah diteliti oleh penulis sesuai
dengan teori efektivitas penegakan hukum yang digunakan dalam
penelitian ini terdapat dua faktor utama, yakni sebagai berikut :
1. Faktor Penegak Hukum
Penegak hukum yang penulis maksud disini adalah orang-orang yang
memiliki kedudukan (status) dan peranan (role) penting dalam
menegakan suatu hukum, seperti pihak Bank/Lembaga Keuangan, pihak
Pengadilan dan balai lelang atau KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara). Adapun faktor-faktor terjadinya sengketa yang disebabkan
para penegak hukum adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pelanggaran Prosedur Sistem Eksekusi Terhadap Objek
Benda Jaminan Ijarah dengan plafon pembiayaan Line Facility.
Pada putusan Pengadilan Tinggi Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
dipaparkan bahwa salah satu faktor utama terjadinya sengketa adalah
59
Dewi Nurul Mustari, Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan Syariah,(Yogyakarta
: Pratama Publishing, 2012) ,h.117-121
57
pihak bank yang melakukan eksekusi terhadap barang jaminan tidak
sesuai dengan prosedur. Yang mana pihak bank tidak memberikan
surat peringatan I, II, dan III kepada nasabah, melainkan langsung
mengirim surat Pra Lelang atas rumah milik nasabah yang dijadikan
objek jaminan, adalah hal yang wajar jika nasabah mengalami
keterlambatan dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar
pembiayaan yang telah diberikan oleh Bank Permata, selama
nasabah masih memiliki itikad baik untuk membayar. PBI sendiri
telah mengeluarkan peraturan Nomor 10/18/PBI/2008 tentang
Rektrurisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
terhadap nasabah, dalam Pasal 1 angka 7, “Rektrurisasi pembiayaan
adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah
agar dapat menyelesaikan kewajibannya antara lain melalui :
Penjadwalan kembali (rescheduling), Persyaratan kembali
(reconditioning), Penataan kembali (restructuring), konversi
pembiayaan, penyertaan modal sementara.” walaupun peraturan ini
tidaklah wajib, akan tetapi alangkah lebih baiknya Bank Permata
menerapkan salah satu peraturan ini untuk meminimalisir terjadinya
risiko, yang nantinya tidak hanya merugikan satu pihak melainkan
kedua belah pihak. Diketahui bahwa pihak nasabah menjadikan
rumah tinggalnya sebagai jaminan fasilitas pembiayaan tersebut,
sehingga nasabah merasa terancam kehilangan rumah tinggalnya,
dengan adanya surat Pra Lelang yang diberikan oleh PT. Balai
Lelang Pratama.
Lelang sendiri adalah penjualan barang yang terbuka untuk
umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang
semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi,
yang didahului dengan Pengumuman Lelang60
.Jenis-Jenis Lelang :
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis Lelang, yaitu sebagai berikut:
60
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang (Permenkeu 27/2016)
58
1) Lelang Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan atau
penetapan pengadilan, dokumen-dokumen yang dipersamakan
dengan itu, dan/atau melaksanakan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.61
2) Lelang Non Eksekusi Wajib adalah lelang untuk melaksanakan penjualan
barang yang oleh peraturan perundang-undangan diharuskan dijual secara
lelang.62
3) Lelang Non Eksekusi Sukarela adalah lelang atas barang milik
swasta,perseorangan atau badan hukum/ badan usaha yang dilelang secara
sukarela.63
Berdasarkan perkara diatas, menurut penulis lelang yang akan
dilakukan merupakan jenis lelang eksekusi atas Hak Tanggungan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 Undang-undang Nomor 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
Berkaitan Dengan Tanah (UU Hak Tanggungan). Metode Lelang
Eksekusi berdasarkan UU Hak Tanggungan ialah melalui Parate
Eksekusi,64
dimana Parate Eksekusi tersebut dilaksanakan berdasarkan
titel eksekutorial yang terdapat dalam Sertifikat Hak Tanggungan
menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
Dalam proses lelang hak tanggungan melalui KPKNL (Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) setempat sangat erat
kaitannya dengan pejabat pejual, sesuai dengan Pasal 1 angka 19
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK/06/2016. Penjual adalah
orang, badan hukum atau badan usaha atau instansi yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau perjanjian berwenang untuk
menjual barang secara lelang. Mengacu pada peraturan tersebut perlu
diperhatikan dan dipenuhi dokumen persyaratan lelang oleh kreditur
61
Pasal 1 angka 4 Permenkeu 27/2016 62
Pasal 1 angka 5 Permenkeu 27/2016 63
Pasal 1 angka 6 Permenkeu 27/2016 64
Pasal 20 ayat (1) huruf a dan b UU Hak Tanggungan
59
dalam mengajukan permohonan penetapan tanggal lelang kepada
KPKNL, setempat harus diajukan secara tertulis dengan melampirkan
dokumen umum dan dokumen khusus65
.
Dalam Dokumen Umum dan Khusus terdapat berbagai syarat antara
lain :
a. Dokumen umum, terdiri dari :
1) Surat Keterangan Hutang (Pembiayaan)
2) Surat Penetapan Harga Limit dan Setoran Jaminan
3) Surat Pernyataan Bank
4) Surat Penunjukan Pejabat Penjual
5) Surat Pemberitahuan Rekening Penampungan Hasil Lelang
6) Coppy Laporan Penilaian Agunan yang masih berlaku
7) Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) dari Kantor
Pertanahan setempat.
b. Dokumen Khusus, terdiri dari :
1) Copy Perjanjian Kredit (Pembiayaan) dan Addendumnya (jika
ada)
2) Copy bukti kepeilikan agunan
3) Copy dokumen pengikatan agunan
4) Copy Surat Peringatan I, II dan III
5) Copy NJOP (jika ada)
Pada dokumen khusus, copy Surat Peringatan dari kreditur kepada
debitur secara jelas dan wajib untuk dilampirkan, hal ini bertujuan selain
untuk dokumen perlengkapan lelang yaitu sebagai alat bukti bahwa
kreditur telah melakukan upaya-upaya penagihan secara tertulis.
Sehingga dapat dikatakan Surat Peringatan mempunyai arti penting dan
memiliki hubungan terhadap perjanjian kredit (pembiayaan), karena dari
Surat Peringatan tersebut kreditur secara tidak langsung melakukan
65
Rachmadi Usman, Hukum Lelang, (Jakarta : Sinar Grafika,2016),Cet.I,h.124
60
pembuktian bahwa debitur dapat dikatakan ikrar janji karena tidak
mengindahkan Surat Peringatan dari kreditur.66
b. Faktor Kurang Menerapkan Prinsip Kehati-hatian Oleh Pihak
Bank
Ketika akan memberikan suatu pembiayaan hampir setiap bank
akan melalukukan BI checking terhadap calon nasabahnya. BI
checking adalahsalah satu fasilitas yang diijinkan olehBank
Indonesia kepada bankuntuk melihat apakah calon
debiturnyatersebut bersih dan tidak masuk dalam pembiayaan
bermasalahataupun masuk dalam daftarblacklist.Maksud dan tujuan
dalam melakukan BIcheckinginiadalah untuk mengetahui sejauh
mana informasi-informasi terkinimengenai status pinjaman di bank
lain, kalau memang ada, di Bankmana saja, lalu bagaimana
riwayatpembayarannya apakah lancaratau tidak atau malah dalam
keadaan macet. Berkat SistemInformasi yang dikelola Bank
Indonesia itu, semuanya akan tersajidalam hitungan menit yang
dilakukan secara online.67
BIcheckingdiatur dalam Peraturan Bank Indonesia
Nomor9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi Debitur (PBI)
yangdalam prakteknya adalah dengan pengecekan data calonnasabah
melalui BI checkingdan penyampaian laporan debituroleh pelapor
dalam hal iniadalah bank yang pernahmemberikan pembiayaan
kredit kepada Bank Indonesia secaralengkap, akurat, terkini, utuh
dan tepat waktu pada setiapbulan untuk posisi akhir bulan.
Pelaksanaan SistemInformasi Debitur di setiap bank berlaku secara
otomatistanpa melalui Surat Keputusan Direktur Utama atau
Direksidari bank yang bersangkutan dan petunjuk pelaksanaan
adapada PBI tersebut.Hasil BIcheckingitulah yang nantinya menjadi
66
Ni Made Shinta Teja Paramitha,Eksistensi Surat Peringatan Kreditur Kepada Debitur
Terkait Kredit Macet dan Eksekusi Hak Tanggungan melalui Lelang,Jurnal Hukum
Projustitia,Vol.24, (2018) 67
Pulo Siregar,Bebaskan Utangmu,(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014),h. 27
61
salah satufaktor penentu apakah pengajuan pembiayaan nasabah
ataucalon nasabahnya disetujui atau tidak. Pelaksanaan BI
checkingini merupakan salah satu unsur penerapan prinsip kehati-
hatiandalam pengucuran pembiayaan. Disini penulis melihat bahwa
jika pihak Bank kurang menerapkan prinsip kehati-hatian ini ketika
akan memberikan pembiayaan terhadap nasabah, padahal pihak
Bank sendiri seperti yang sudah dijelaskan diatas memiliki
kewenangan untuk melakukan BI checking, sehingga dapat
mengetahui informasi-informasi mengenai pinjaman nasabah di bank
lain, dan bagaimana riwayat pembayarannya, apakah lancar atau
tidak. Dari sini pihak Bank bisa menilai kepatutan nasabah untuk
menerima pembiayaan.
c. Faktor Kurangnya Pengetahuan Mengenai Transaksi Syariah
Kurangnya pengetahuan secara detail mengenai tranksaksi
syariah baik dari pihak bank, maupun pihak nasabah merupakan
kesalahan yang sangat fatal. Karena para pihak tidak memahami
betul apa yang menjadi hak dan kewajibannya, sehingga jika salah
satu pihak tidak menjalankan kewajibannya tentunya pihak lain
merasa dirugikan karena tidak mendapatkan apa yang menjadi
haknya. Seperti pada putusan No.08/Pdt.PLW/2014/PN BB, yang
mana mudharib mengalami kerugian dalam usahanya, tetapi Bank
selaku shohibul mal tidak peduli kerugian tersebut, dan menuntut
ganti rugi, dengan cara melelang barang yang dijaminkan. Padahal
sudah jelas dalam Fatwa DSN No.07/IV/2000 point 6 bahwasanya
“LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat
dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian”.
Jika dilihat dari 3 (tiga) putusan ini, bagi penulis yang benar-
benar melakukan transaksi syariah sesuai dengan akad Line Facility,
hanyalah Putusan Mahkamah Agung Nomor 354K/Pdt.Sus-
Pailit/2014, karena pada prinsipnya pembiayaan Line Facility
62
diberikan bank haruslah secara bertahap, dalam artian tidak
sekaligus. Sebagaimana Fatwa DSN No. 45/DSN-MUI/II/2005
tentang Line Facility (At-Tasilat As-Saqfiyah), “Line Facility adalah
suatu bentuk fasilitas plafon pembiayaan bergulir dalam jangka
waktu tertentu yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah”.
Pembiayaan bergulir yang dimaksud disini merupakan pembiayaan
yang diberikan secara bertahap. Oleh karenanya, jika pembiayaan ini
diberikan sekaligus/tidak secara bertahap, maka pembiayaan tersebut
tidak bisa dikatakan sebagai pembiayaan Line Facility.
2. Faktor Masyarakat
Masyarakat juga dapat menjadi salah satu faktor utama terjadinya
sengketa, dan merupakan salah satu faktor hukum tersebut dapat
ditegakkan dengan baik atau tidak, dari tiga putusan yang penulis ambil
ada beberapa faktor yang berasal dari masyarakat yang menyebabkan
terjadinya sengketa, diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor Kesalahan Dalam Mengajukan Perkara Pengadilan.
Bahwa putusan-putusan yang dibahas pada penelitian ini
merupakan perkara ekonomi syariah, sehingga untuk penyelesaian
melalui jalur litigasi sendiri haruslah melalui Pengadilan Agama,
karena perkara Ekonomi Syariah merupakan wewenang untuk
Pengadilan Agama dalam memutus perkaranya. Dan hal ini sudah
sangat jelas diatur dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2006 Pasal 49
yang menyatakan, “Pengadilan Agama bertugas dan berwenang,
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang :
1) Perkawinan;
2) Waris;
3) Wasiat;
4) Hibah;
5) Wakaf;
6) Zakat;
63
7) Infaq;
8) Shadaqah; dan
9) Ekonomi Syariah68
.
Ekonomi syariah sendiri cakupannya sangat luas, sebagaimana
pula dimaksud dalam UU No.3 Tahun 2006 Pasal 49 bahwa yang
dimaksud dengan “ekonomi syariah” adalah perbuatan atau kegiatan
usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari‟ah, meliputi69
:
1. Bank Syari‟ah;
2. Asuransi Syariah;
3. Reasuransi Syari‟ah;
4. Reksadana Syari‟ah;
5. Obligasi Syari‟ah;
6. Sekuritas Syari‟ah;
7. Pembiayaan Syari‟ah;
8. Pegadaian Syari‟ah;
9. Dana Pensiun Syari‟ah;
10. Bisnis Syari‟ah; dan
11. Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah.
Dari ketentuan diatas Bank Syari‟ah merupakan salah satu
cabang atau bagian dari kegiatan ekonomi syariah yang menjadi
kewenangan Peradilan Agama untuk menyelesaikan perkaranya, jika
terjadi sengketa antara para pihaknya.70
Tetapi dua putusan yang
dibahas pada penelitian ini, menyelesaikan perkaranya bukanlah di
Pengadilan Agama melainkan di Pengadilan Negeri. Sehingga
putusan yang diputuskan seharusnya memiliki kekuatan hukum yang
tidak mengikat. Adapun dasar hukum lainnya adalah Keputusan MK
68
Edi Hudata, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah,(Yogyakarta : UII Press Yogyakarta,
2015),Cet.1,h.29 69
Edi Hudata, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah,(Yogyakarta : UII Press Yogyakarta,
2015),Cet.1,h.29-30 70
Edi Hudata, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah,(Yogyakarta : UII Press Yogyakarta,
2015),Cet.1,h.30
64
No.93/PPU-X/2012, yang pada pokoknya menyatakan
mengembalikan sengketa ekonomi syariah ke Pengadilan Agama.
b. Faktor Terjadinya Wanprestasi.
Adanya wanprestasi merupakan kejadian yang paling sering
terjadi pada pembiayaan bermasalah. Ketidakmampuan debitur
untuk memuhi kewajibannya terhadap pihak kreditur, membuat
pihak bank selaku kreditur kehilangan hak-haknya sehingga
menuntut pihak debitur untuk melakukan ganti rugi, dengan
melelang barang-barang yang dijaminkan. Adapun wujud dari tidak
memenuhi perikatan (wanprestasi) itu ada 3 (tiga) macam, yaitu :71
a. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan.
b. Debitur terlambat memenuhi perikatan.
c. Debitur melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak
boleh dilakukan.
d. Debitur melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan.
Untuk putusan No.79/PDT/2018/ PT DKI sendiri, debitur
dikatagorikan sebagai debitur yang terlambat memenuhi
perikatannya. Sehingga upaya-upaya untuk menganggulangi
terjadinya risiko masihlah sangat ringan. Tetapi disini yang membuat
permasalahan semakin melebar adalah, pihak kreditur yang
menyalahi prosedur eksekusi lelang, tanpa memberi SP I, SP II, dan
SP III kepada phak debitur. Dan langsung memberikan surat
pelaksanaan lelang. Padahal pihak debitur masih mampu untuk
memenuhi kewajibannya, walaupun terlambat. Adapun untuk
putusan No.08/Pdt.PLW/2014/PN BB debitur dikatagorikan sebagai
debitur yang sama sekali tidak memenuhi perikatan, namun
untungnya ada pihak penjamin yang mau melakukan ganti rugi
terhadap pihak debitur. Sehingga perkara tersebut, sudah dapat
diselesaikan pada peradilan tingkat pertama.
71
Mariam Darus Badrulzaman,Kompilasi Hukum Perikatan,(Bandung : PT.Citra Adtya
Bakti,2011),h.18
65
c. Faktor Terjadinya Kepailitan.
Dalam UUK dan PKPU ditentukan syarat-syarat untuk dapat
dinyatakan debitur pailit oleh Pengadilan Niaga yang berwenang72
.
Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, jika ia tidak
melunasi satu yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dan
setidaknya memiliki dua atau lebih kreditur. Permintaan pailit
tersebut dapat diajukan oleh debitur itu sendiri atau pihak lain yang
berwenang sebagaimana dalam undang-undang tersebut
mengaturnya. Untuk putusan Mahkamah Agung 354 K/Pdt.Sus-
Pailit/2014, pada perkara tersebut debitur memiliki 3 (tiga) kreditur,
yang mana utang tersebut telah jatuh tempo, dan telah melakukan
upaya restructuring (penjadwalan kembali), namun debitur tetap
tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Sehingga debitur tersebut
dapat dinyatakan pailit, dan barang-barang yang dijaminkan dapat
dilelang oleh kurator, atas ketetapan putusan Pengadilan Niaga
setempat.
B. Analisis Pertimbangan Putusan Hakim pada Tiga Putusan Pengadilan
Terkait Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Line Facility
Putusan yang di putuskan oleh Majelis Hakim sangatlah berdampak bagi
para pihak yang bersengketa. Adanya putusan yang ditetapkan oleh para
Majelis Hakim diharapkan dapat menyelesaikan perkara yang ada. “Putusan
yang baik adalah putusan yang argumentatif, rasional, sistematis, dan tidak
bertentangan dengan common sense (nurani)”,tegas M.Yahya Harahap.
Penegasan pakar hukum perdata tersebut selaras dengan maksud pasal 5, 50
dan 53 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman. Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar
72
Ishak, Upaya Hukum Debitor Terhadap Putusan Pailit, Kanun Jurnal Ilmu
Hukum,(April,2015),h.193
66
putusan, harus memuat pula pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili.73
Putusan yang tidak memuat dasar alasan yang jelas dan rinci dapat
dikatagorikan sebagai putusan yang kurang pertimbangan atau onvoldoende
gemotiveerd. Alasan-alasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan bertitik
tolak dari ketentuan74
:
- Pasal-pasal tertentu peraturan perundang-undangan,
- Hukum kebiasaan,
- Yurisprudensi,
- Doktrin Hukum.
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 23 UU No.14 Tahun 1970, sebagaimana diubah
dengan UU No.35 Tahun 1999 sekarang dalam Pasal 25 ayat (1) UU No.4
Tahun 2004, yang menegaskan bahwa segala putusan Pengadilan harus
memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan dan mencantukan pasal-pasal
peraturan perundang-undangan tertentu yang bersangkutan dengan perkara
yang diputus atau berdasarkan hukum tak tertetulis maupun yurisprudensi atau
doktrin hukum. Untuk memenuhi kewajiban itu, dalam Pasal 28 ayat (1) UU
No.4 Tahun 2004 memerintahkan hakim dalam kedudukannya sebagai penegak
hukum dan keadilan, wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum yang hidup dalam masyarakat.75
1. Analisis Pertimbangan Hakimpada Putusan No.08/Pdt.PLW/2014/ PN BB.
Dalam putusan pengadilan, terdapat 3 (tiga) kemungkinan yang dapat
terjadi pada putusan akhirnya, yakni :
a. Amar yang menerima seluruh petitum penggugat,
b. Amar yang menerima sebagian petitum penggugat,
c. Amar yang menolak seluruh petitum penggugat.
73
DR.Ahmad Mujahidin,Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan
Mahkamah Syar‟iyah Indonesia,(Jakarta: IKAHI,2008),Cet.1,h.338 74
M.Yahya Harahap,Hukum Acara Perdata,(Jakarta : Sinar Grafika,2005),Cet.1,h.797 75
M.Yahya Harahap,Hukum Acara Perdata,(Jakarta : Sinar Grafika,2005),Cet.1,h.798
67
Pada perkara ini putusan yang ditetapkan oleh Majelis Hakim adalah
mengabulkan sebagian gugatan penggugat dengan verstek (tanpa
kehadiran Tergugat). Adapun persoalan verstek telah diatur dalam Pasal
125 HIR /149 RBg, dan Pasal 78 Rv.76
Pasal 125 ayat (1) berbunyi :“Jika
tergugat tidak datang pada hari perkara itu diperiksa, atau tidak pula
menyuruh orang lain menghadap mewakilinya, meskipun ia dipanggil
dengan patut maka gugatan itu diterima dengan tidak hadir (verstek),
kecuali kalau nyata kepada Pengadilan bahwa pendakwaan itu melawan
hak atau tidak beralasan”77
.
Putusan Verstek yang mengabulkan gugatan penggugat harus
memenuhi syarat-syarat berikut ini78
:
a. Tergugat atau para penggugat tidak datang pada hari sidang yang telah
ditentukan.
b. Ia atau mereka tidak mengirimkan wakil atau kuasanya yang sah
untuk menghadap dan tidak tertanyata pula bahwa ketidakhadirannya
itu karena sesuatu alasan yang sah.
c. Ia atau mereka telah dipanggil dengan resmi dan patut.
d. Petitum tidak melawan hak.
e. Petitum beralasan.
Pada perkara ini, putusan telah memenuhi syarat-syarat diatas,
sehingga putusan hakim yang menyatakan mengabulkan guagatan
sebagian dengan verstek sudah sesuai dengan peraturan undang-undang
dan ketentuan yang mengaturnya. Akan tetapi, penulis menilai bahwa
gugatan ini cacat formil karena gugatan ini merupakan perkara ekonomi
syariah, sehingga haruslah diselesaikan di Pengadilan Agama sesuai
kewenangannya, sebagaimana UU No.3 Tahun 2006 Pasal 49 dan
Keputusan MK No.93/PPU-X/2012, yang pada pokoknya menyatakan
mengembalikan sengketa ekonomi syariah ke Pengadilan Agama.
Pengadilan Negeri Bale Bandung seharusnya menyatakan dalam putusan
76
M.Yahya Harahap,Hukum Acara Perdata,(Jakarta : Sinar Grafika,2005),Cet.1,h.397 77
Soesilo,RIB/HIR dengan Penjelasan, (Bogor : Politeia,1985),h.83 78
Pasal 125 ayat (1) HIR
68
akhirnya dengan pernyataan “Menyatakan Tidak Berwenang Mengadili”
atau “Gugatan Tidak Dapat Diterima” sebagaimana Pasal 123 ayat (1)
HIR jo. SEMA No.4 Tahun 199679
, gugatan yang tidak memiliki dasar
hukum, gugatan eror in persona, dalam bentuk diskualifikasi atau plurium
litis consortium, mengandung cacat obscuur libel atau melanggar yuridiksi
(kompetensi) absolut atau relatif dengan jelas harus mencantumkan dalam
amar putusannya80
: Menyatakan Guagatan Tidak Dapat Diterima. jika
cacat formilnya mengenai yuridiksi atau kompetensi, amar putusan dapat
berbunyi :
(1) Menyatakan Tidak Berwenang Mengadili, atau
(2) Gugatan Tidak Dapat Diterima.
Menurut Gustav Rad Brucht Putusan Hakim yang ideal mengandung 3
(tiga) unsur, yakni mengadung asas keadilan, kepastian hukum, serta
kemanfaatan hukum. Menurut penulis walaupun putusan ini cacat secara
formil, namun para hakim sudahlah adil dalam memutus perkaranya, dapat
dilihat bahwa para hakim membatalkan penetapan eksekusi Nomor
33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB tersebut, karena alasan penggugat yang
masuk akal dan dapat diterima. Diketahui bahwa penggugat selaku
penjamin dari Koperasi Al-Amin sebagai mudharib yang mengalami
wanprestasi, sehingga tidak dapat memenuhi prestasinya, meski begitu
penggugat selaku pemilik barang yang dijaminkan, bertanggung jawab
penuh atas kerugian tersebut. Sehingga putusan hakim yang membatalkan
eksekusi tersebut sudahlah benar dan adil.
Adapun kepastian hukum dan kemanfaatan hukum pada perkara ini
sudah terpenuhi, mengingat para pihak sudah saling memenuhi hak dan
kewajibannya, sehingga tidak adalagi pihak yang dirugikan.
79
M.Yahya Harahap,Hukum Acara Perdata,(Jakarta : Sinar Grafika,2005),Cet.1,h.811 80
M.Yahya Harahap,Hukum Acara Perdata,(Jakarta : Sinar Grafika,2005),Cet.1,h.811
69
2. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Mahkamah Agung Nomor
354K/Pdt.Sus-Pailit/2014
Adapun penerapan hukum pada perkara ini sudahlah sesuai,
mengingat penggugat yang diberikan dana oleh pihak bank tidak dapat
memenuihi kewajibannya, dikarenakan pailit. Padahal pihak bank sendiri
sudah memberikan beberapa keringanan, seperti adanya restructuring
(penjadwalan kembali), agar memudahkan pihak penggugat selaku
nasabah untuk memenuhi kewajibannya terhadap pihak bank. Sehingga
putusan Mahkamah Agung Nomor 354K/Pdt.Sus-Pailit/2014 yang pada
pokoknya memperkuat putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Semarang Nomor 02/Pailit/2014/PN.Niaga.Smg, yang mana dalam
putusannya menetapkan Haji Mujiono Rachmat sebagai orang yang pailit,
dan adanya keputusan pailit tersebut telah memenuhi syarat Pasal 2
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Hutang.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa idealnya putusan Hakim
haruslah mengandung asas-asas berikut :
a. Asas Keadilan : pada perkara ini, keadilan dirasa lebih memihak
kepada pihak bank selaku lembaga keuangan. Karena akad yang
digunakan para pihak adalah akad musyarakah (kerjasama), yang
mana jika terjadi kerugian maka haruslah ditanggung bersama. Tetapi
kenyataannya tidak seperti itu, pihak bank tidak mau menanggung
kerugian tersebut. Padahal dalam Fatwa DSN sendiri sudah sangat
jelas dipaparkan “kerugian harus dibagi diantara para mitra secara
proporsional menurut saham masing-masing dalam modal”81
. Para
Hakim memutuskan perkara ini lebih berdasar pada peraturan undang-
undang, bukan kepada Fatwa DSN MUI ataupun KHES (Kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah).
b. Asas Kemanfaatan Hukum : Sebagai pelaksana hukum dan para
penegak hukum dalam memutuskan suatu perkara haruslah
81
Fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000
70
memberikan manfaat bagi masyarakatnya. Asas kemanfaatan
termasuk dalam aliran utilisme yakni aliran yang meletakan
kemanfaatan sebagai tujuan utama suatu hukum. Tidak berbeda jauh
dengan asas keadilan, kemanfaatan hukum pada perkara ini lebih
berpihak kepada pihak bank selaku pihak Termohon Kasasi, karena
para hakim memutuskan perkara ini lebih berdasarkan pada undang-
undang, bukan Fatwa DSN MUI ataupun KHES.
c. Asas Kepastian Hukum : Adanya kepastian hukum merupakan
harapan bagi pencari keadilan. Dengan adanya kepastian hukum
masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut
hukumnya. Pada perkara ini majelis hakim telah memberikan
kepastian hukum kepada para pihak, yaitu dengan memailitkan pihak
Pemohon Kasasi yang dahulunya adalah nasabah/mitra bagi bank
tersebut.
3. Anlisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
Penerapan hukum pada perkara ini sudahlah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Mengingat perkara ini merupakan
perkara syariah, tetapi penggugat, menggugat perkara ini di Pengadilan
Negeri sebagaimana Pasal 49 Nomor 3 Tahun 2006 dan Keputusan MK
No.93/PPU-X/2012 yang pada pokoknya mengembalikan sengketa
Ekonomi Syariah ke Pengadilan Agama, sehingga dapat dikatakan bahwa
perkara ini merupakan perkara yang cacat formil, yang mana sudah
sepatutnya pada akhir putusan ini menyatakan Tidak Dapat Diterima atau
Tidak Berwenang Mengadili. Sebagaimana Pasal 123 ayat (1) HIR jo.
SEMA No.4 Tahun 1996, “gugatan yang tidak memiliki dasar hukum,
gugatan eror in persona, dalam bentuk diskualifikasi atau plurium litis
consortium, mengandung cacat obscuur libel atau melanggar yuridiksi
(kompetensi) absolut atau relatif dengan jelas harus mencantumkan dalam
amar putusannya : Menyatakan Guagatan Tidak Dapat Diterima”.
71
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis dapat memberikan
kesimpulan dan saran dalam penelitian ini, sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisis penulis melalui tiga putusan pengadilan terkait
sengketa pembiayaan Line Facility dengan akad Mudharabah,
Musyarakah, Murabahah, dan Ijarah,terdapat dua faktor utama yakni
faktor dari penegak hukum dan faktor dari masyarakat itu sendiri. Adapun
faktor yang disebabkan oleh para penegak hukum adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pelanggaran Prosedur Sistem Eksekusi Terhadap Objek
Benda Jaminan Ijarah Plafon Pembiyaan Line Facility.
b. Faktor Kurang Merapkan Prinsip Kehati-hatian oleh Pihak Bank.
c. Faktor Kurangnya Pengetahuan Mengenai Transaksi Syariah.
Dan faktor yang berasal dari masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Faktor Kesalahan dalam mengajukan perkara pengadilan.
b. Faktor Terjadinya Wanprestasi.
c. Faktor Terjadinya Kepailitan.
Adapun beberapa faktor terjadinya sengketa berdasarkan masing-masing
putusan adalah sebagai berikut :
a. Putusan No.08/Pdt.PLW/2014 PN BB : faktor terjadinya wanprestasi
dan faktor kurang pengetahuan mengenai transaksi syariah.
b. Putusan No.354K/Pdt.Sus.Pailit/2014 : faktor kurang menerapkan
prinsip kehati-hatian oleh pihak Bank dan faktor terjadinya
kepailitan.
c. Putusan No.79/PDT/2018/ PT DKI : faktor terjadinya wanprestasi,
faktor kesalahan dalam sistem eksekusi, dan faktor kesalahan dalam
mengajukan perkara pengadilan.
72
2. Analisis Pertimbangan Hakim pada Tiga Putusan Pengadilan Terkait
Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Line Facility. (1) Menurut peneliti
untuk putusan nomor No.08/Pdt.PLW/2014/ PN BB kurang sesuai dengan
peraturan yang ada, dikarenakan perkara ini merupakan perkara ekonomi
syariah yang seharusnya diselesaikan di Pengadilan Agama, sebagaimana
UU No.3 Tahun 2006 Pasal 49 dan Keputusan MK No.93/PPU-X/2012,
yang pada pokoknya menyatakan mengembalikan sengketa ekonomi
syariah ke Pengadilan Agama. (2) Analisis Pertimbangan Hakim Putusan
Mahkamah Agung Nomor 354K/Pdt.Sus-Pailit/2014 menurut peneliti
sudahlah sesuai dengan peraturan yang ada, karena kreditur memiliki
lebih dari dua debitur, yang mana kreditur sendiri tidak mampu untuk
memenuhi kewajibannya sehingga dapat dinyatakan orang yang pailit,
sebagaimana Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang. (3) Analisis
Pertimbangan Hakim Putusan Nomor 79/PDT/2018/PT DKI, menurut
peneliti sudah sesuai dengan peraturan yang ada, karena perkara ini
merupakan perkara ekonomi syariah, jadi sudah sepatutnya para hakim
menyatakan bahwa perkara ini tidak dapat diterima/cacat formil.
B. Saran
Sebuah model piranti hukum untuk menentukan langkah kedepan demi
kemajuan dan perkembangan hukum ekonomi syariah harus diupayakan
adanya regulasi khusus yang mengatur ketentuan khusus mengenai konsep
pembiayaan Line Facility, Line Facility sendiri hanya di atur secara umum
dalam Fatwa DSN MUI, dan belum ada peraturan lain seperti peraturan dari
BI,OJK, bahkan Kemenkeu yang mengaturnya.
Kemudian, untuk mengatasi permasalahan faktor faktor terjadinya
sengketa pembiayaan Line Facility, berdasarkan analisis putusan pengadilan
terkait sengketa pembiayaan Line Facility yang terjadi selama ini, maka
setiap pihak baik debitur dan kreditur seharusnya telah mengetahui hak dan
kewajiban masing-masing, dan para pihak harus secara itikad baik
73
berdasarkan prinsip-prinsip syariah melaksanakan segala ketentuan yang
sudah disepakati bersama dalam kontrak perjanjian Line Facility. Dalam hal
pelaksanaannya, pihak kreditur dan debitur harus samasama menjalankan
ketentuan undang-undang yang berlaku. Lembaga keuangan syariah harus
menjelaskan kepada konsumen tentang akibat hukum ketika para pihak
melakukan wanprestasi atau ingkar janji. Oleh sebab itu, pengetahuan hukum
mengenai baikhak tanggungan, fidusia dan wawasan terkait akad murabahah,
mudharabah, musyarakah, ijarah, istishna dengan plafon pembiayaan Line
Facility berdasarkan fatwa DSN MUI, KHES harus lebih di tingkatkan agar
tidak akan terjadi perselisihan antara kreditur dan debitur di kemudian hari.
74
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum,Jakarta: Rajawali Pers, 2006.
Anshori, Abdul Ghofur Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia,
Tanggerang: Citra Media,2006.
Ali, Achmad.Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan, Jakarta : Kencana,
2010.
Arto, Mukti. Pembaruan Hukum Islam Melalui Putusan Hakim,Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015.
Badrulzaman, Mariam Darus.Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : PT.Citra
Adtya Bakti,2011.
Bank Indonesia, Kamus Perbankan, cet ke-1, 1999.
Djamil,Fathurrahman.Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di
Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Harahap, Yahya.Hukum Acara Perdata, Jakarta : Sinar Grafika,2005.
Harahap, Yahya.Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni. 1986.
Hudata, Edi. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah, Yogyakarta : UII Press
Yogyakarta, 2015.
Ismail.Perbankan Syariah¸Jakarta : Kencana Pernada Media Group, 2011.
Karim, Adiwarman.Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2014.
Latif, Azharudin. Fiqih Muamalat, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005.
Manan,Abdul.Penerapan Hukum Acara Perdata, Jakarta: Kencana, 2006.
Mardani. Hukum Bisnis Syariah, Jakarta : Prenamedia Group, 2014.
Mardani. Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, (Jakarta :PT Refika Aditama,
2011.
Marzuki, Peter Mahmud.Penelitian Hukum,Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2009.
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam,Yogyakarta: BPEF, 2004.
75
Mujahidin, Ahmad.Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan
Mahkamah Syar‟iyah Indonesia, Jakarta: IKAHI,2008.
Mustari, Dewi Nurul.Penyelesaian Sengketa Dalam Praktik Perbankan
Syariah,Yogyakarta : Pratama Publishing, 2012.
Satrio,J.Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2002.
Siregar, Pulo. Bebaskan Utangmu,Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.
Soekanto,Soerjono .Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2011.
Soekanto, Soerjono. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008.
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermasa, 2001.
Sudarsono,Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari‟ah, Yogyakarta: Ekonisia,
2004.
Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum,Jakarta. : Rajawali
Press,2010.
Usman, Rachmadi.Hukum Lelang, Jakarta : Sinar Grafika,2016.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 3 Tahun 2006 tentang
Kewenangan Peradilan Agama.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 27/PMK/06/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang.
Peraturan Bank Indonesia Nomor9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi
Debitur.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Rektrurisasi
Pembiayaan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
76
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 45/DSN-MUI/II/2005 Tentang Line
Facility
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli
Istishna‟
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 07/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Mudharabah (Qiradh)
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Musyarakah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Pembiayaan Ijarah
Putusan Pengadilan Negeri Bale Bandung Register Perkara Nomor :
08/Pdt.PLW/2014/PN BB
Putusan Mahkamah Agung Register Perkara Nomor : 354 K/Pdt.Sus-Pailit/ 2014
Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Register Perkara Nomor 79/PDT/2018/PT
DKI
Jurnal
Mashdurohatun, Anis.Tantangan Ekonomi Syariah Dalam Menghadapi Masa
Depan Indonesia di Era Globalisasi,Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 11,
(2011). h.79
Sartika, Mila. Implementasi Ijarah dan IMBT pada Bank BRI Syaraih Cabang
Yogyakarta,Jurnal Economica,Volume VII,Edisi I, Mei 2016
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam (Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan
Syariah),Vol.01, No.02, Juli 2015, h. 107
Website
https://www.ojk.go.id/id/BukuStandarProdukPerbankanSyariah Murabahah
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A NNomor: 08/Pdt.PLW/2014/PN BB
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
Pengadilan Negeri Bale Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara gugatan dalam peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagaimana tersebut di bawah ini dalam perkara Perlawanan antara:H. IWAN ABDURRAHMAN,MBA dan NY. ELY RATNAYU SONDANI.Kesemuanya beralamat Komplek Griya Bukit Mas H C3, No. 3-4 RT. 05 RW 20
Kelurahan Cibeuying, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Dalam hal ini diwakil oleh Kuasanya H. QADHAR FAISAL RUSKANDA, SH, ASEP SAEPUDIN, SH, M. ADHI HAKIM, SH, IKUN SHARYADI, SH, YUDI KOSASIH, SH, M. ADHI YUDHA, SH, Kesemuanya Advokat yang tergabung dalam Kantor Hukum H. QADHAR FAISAL RUSKANDA, SH & PARTNERS yang beralamat Kantor di Jalan Cihampelas no. 149 Bandung, berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 28/SKQFR/XI/2013 tertanggal 8 November 2013, untuk selanjutnya disebut sebagai PARA PELAWAN;
MELAWAN1. PT. Bank Bukopin Syariah, Jl. R.E. Martadinata ( Riau ) No. 142 Bandung,
selanjutnya disebut sebagai TERLAWAN ; 2. KOPERASI AL- AMIN, yang beralamat di Bumi Panyileukan Q.1 Nomor 5,
Kelurahan Cipadung Kidul, Kecamatan Panyileukan, Bandung, untuk selanjutnya disebut sebagai TURUT TERLAWAN .I ;
3. ERNY KENCANAWATI, SH.MH Notaris Kota Bandung, Jl. Ir. H. Juanda No. 185 Bandung, untuk selanjutnya disebut sebagai TURUT TERLAWAN II ;
Pengadikan Negeri tersebut;Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara;Setelah memperhatikan bukti surat;Menimbang, bahwa para Pelawan dalam surat Perlawanannya tertanggal
09 Januari 2014 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bale Bandung dibawah register No. 08/Pdt.PLW/2014/PN BB telah mengemukakan sebagai berikut:
1
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
1. Bahwa, Para Pelawan adalah sebagai pemilik atas tanah dan bangunan sebagaimana Sertifikat Hak Milik Nomor: 3884/Desa Cibeunying, Seluas 355 m2 (tiga ratus lima puluh lima meter persegi), Kavling C.3-3-4/T.45, Kabupaten Bandung, Jawa Barat ( Vide : Bukti P-1), yang selanjutnya disebut objek permohonan eksekusi;
2. Bahwa selain sebagai pemilik atas objek permohonan eksekusi, Para Pelawan sebagaimana yang tercantum dalam Akta-akta Al-mudharabah yang dibuat dan ditandatangani oleh Pihak Terlawan (Bank) dan Turut Terlawan I (Nasabah) dihadapan Turut Terlawan II, sebagaimana Akta-akta :
a. Akta Al-Mudharabah Nomor 40, pada tanggal 29 Juli 2008, fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 475.000.000, (empat ratus tujuh puluh lima juta rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah masing-masing sebesar 46.6% (Termohon/Bank), 53.4% (Pemohon/Mudharib);
b. Akta Al-Mudharabah Nomor 18, pada tanggal 27 Januari 2009, fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 300.000.000, (tiga ratus juta rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah masing-masing sebesar 63% (Termohon/Bank), 37% (Pemohon/Mudharib);
c. Akta Al-Mudharabah Nomor 70, pada tanggal 17 September 2009; fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 100.000.000, (seratus juta rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah masing-masing sebesar 63% (Termohon/Bank), 37% (Pemohon/Mudharib);
d. Akta Al-Mudharabah Nomor 13, pada tanggal 4 Pebruari 2010 fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 140.000.000, (seratus empat puluh juta rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah masing-masing sebesar 63% (Termohon/Bank), 37% (Pemohon/Mudharib);
e. Akta Al-Mudharabah Nomor 05, pada tanggal 06 September 2010; fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 90.000.000, (Sembilan puluh juta rupiah), jangka waktu 66 (enam puluh enam) bulan, Nisbah masing-masing sebesar 56% (Termohon/Bank), 44% (Pemohon/Mudharib);
f. Akta Al-Mudharabah Nomor 38, pada tanggal 15 November 2010; fasilitas Plafon line Facility sebesar Rp. 150.000.000, (seratus lima puluh juta rupiah), jangka waktu 60 (enam puluh) bulan, Nisbah masing-masing sebesar 56% (Termohon/Bank), 44% (Pemohon/Mudharib);
Adalah sebagai "PIHAK KETIGA" atau "PENJAMIN" ( Vide : Bukti P-2.1, P-2.2, P-2.3, P-2.4, P-2.5 dan P-2.6)
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3. Bahwa Akad Mudharabah merupakan suatu bentuk kerjasama antara Bank sebagai Shahibul Maal yang menyediakan dana untuk tujuan menjalankan usaha dengan dasar pembagian pendapatan sebagai hasil menjalankan usaha. Akad Mudharabah ini bersifat kontraktual yang dapat menciptakan atau menimbulkan kewajiban bersama untuk melakukan : Pengendalian Usaha Bersama (join controf), Pengendalian Bersama Operasi (jointly controlled operation), dan Pengendalian Bersama Aset (jointly contmlled asset.
4. Bahwa sepengetahuan Para Pelawan atas usaha Turut Terlawan I, sejak awal tahun 2011 mengalami gangguan dalam menjalankan usaha, yang pada akhirnya mulai bulan April 2011
Koperasi Keuangan Mikro Syariah Al-Amin sudah tidak beroperasi sama sekali. Dimana penyebab kegagalan usaha Turut Terlawan I tersebut hampir seperti dialami oleh kebanyakan koperasi yang melakukan kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat yaitu masalah likuiditas, dimana pada saat-saat tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri, Turut Terlawan I harus membayar tabungan jauh diatas kemampuan Turut Terlawan I, sehingga terpaksa Turut Terlawan I melakukan pinjaman yang mahal, dilain pihak akibat Terlawan menerapkan system bagi hasil efektif yang jumlahnya diawal sangat besar sedangkan Turut Terlawan I menerapkan system flat kepada anggota, sehingga beban dimuka yang besar mengakibatkan kerugian. Bagi hasil yang ditagih dan harus Turut Terlawan I bayar kepada Terlawan atas dasar posisi saldo pembiayaan bukan berdasarkan pendapatan riil yang Turut Terlawan I peroleh dari usaha Turut Terlawan I.
5. Bahwa atas permasalahan usaha yang terjadi pada Turut Terlawan I, Para Pelawan pada tanggal 25 Juli 2012, telah mengirimkan surat kepada Terlawan tentang "Permohonan dinyatakan lunas dengan pembayaran pokok pembiayaan mudharabah KKMS Al-Amin" ( Vide: Bukti P-3) dimana inti surat tersebut adalah:
• Bahwa Para Pelawan sebagai pemilik objek permohonan sita, bersedia untuk membayar sisa tunggakan KKMS Al-Amin (Turut Terlawan I);• Bahwa Para Pelawan memohon kepada Terlawan untuk hanya membayar hutang pokoknya saja sebesar Rp. 855.000.000 (delapan ratus lima puluh lima juta rupiah), tanpa dibebani oleh margin/bagi hasil, karena usaha KKMS Al-Amin (Turut Termohon I) sejak awal tahun 2011 mengalami gangguan dalam
3
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
menjalankan usaha, yang pada akhirnya mulai bulan April 2011 Koperasi Keuangan Mikro Syariah Al-Amin sudah tidak beroperasi sama sekali;• Bahwa atas itikad tersebut, Para Pelawan telah membayar uang muka sebesar Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) berupa cek No. Au 208724 BCA, atas nama Yoris Tenza 7840699000 ( Vide: Bukti P-4).
6. Bahwa walaupun dengan alasan sebagaimana poin 5 diatas, dan Para Pelawan telah membayar uang muka sebesar Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah), pada tanggal 30 Juli 2012 Terlawan telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada Para Pelawan ( Vide : Bukti P-5), dimana inti pemberitahuan tersebut adalah penolakan Terlawan atas permohonan Para Pelawan untuk membayar sisa hutang Turut Termohon I dengan hanya hutang pokok saja.
7. Bahwa selain itu sepengetahuan Para Pelawan, Turut Terlawan I telah memintakan kepada Terlawan masalah hutangnya tersebut, termasuk didalamnya permohonan Turut Terlawan I kepada Terlawan untuk membayar hutang pokoknya saja, dengan alasan usahanya Turut Terlawan I sudah tidak berjalan lagi. Tetapi tetap saja Terlawan menolak atas itikad dan/atau usaha yang telah diajukan oleh Turut Terlawan I ;
8. Bahwa sebagaimana dalam kesepakatan/AKta telah tercantumKan Kalimat : "Nasabah dengan ini memberikan kuasa kepada Bank untuk menjual/mengeksekusi jaminan melalui cara dibawah tangan atau penetapan Pengadilan Negeri, apabila Nasabah tidak melakukan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan para pihak'"
Masih dalam kesepakatan/Akta tentang "Hak dan Kewajiban Para Pihak" telah tercantumkan kalimat :
• Nasabah bertanggungjawab penuh terhadap seluruh kerugian usaha, yang dilakukan menyimpang dari ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan atau disepakati.
• Apabila ternyata Nasabah menyimpang dan terjadi penyelewengan atas akad ini, maka Bank berhak untuk mengambil alih pengelolaan usaha, asset keuangan dan asset lainnya untuk diperhitungkan sebagai pembayaran kewajiban Nasabah.
Bahwa selain itu dalam kesepakatan/Akta telah tercantumkan kalimat : Nasabah dan Bank berjanji dan dengan ini saling mengikatkan diri satu terhadap yang lain, bahwa pihak Bank hanya akan menanggung segala kerugian secara proporsional, maksimum sebesar modal yang disediakan oleh Bank yang diberikan kepada Nasabah.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idSelain yang terdapat dalam kesepakatan/Akta Mudharabah, dalam peraturan lain telah mengatur:
HALPERATURAN BI No. 7/46/PBI/2005
FATWA DSN - MUI NO. 07/1V/2000
Keuntungan Pembagian keuntungan dilakukan dengan metode bagi untung dan rugi {profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing). Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha dari mudharib sesuai dengan laporan hasil usaha dari usaha mudharib
Harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya satu pihak saja.
Kerugian Bank menanggung seluruh resiko kerugian usaha yang dibiayai kecuali jika nasabah melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian yang mengakibatkan kerugian usaha.
Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, kecuali diakibatkan kesalahan
disengaja, kelalaian atau pelanggaran.
9. Bahwa sebagaimana dalam salah satu Klausul Akta Al-Mudharabah tentang Penyelesaian Perselisihan, yang pada intinya apabila penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan, maka para pihak mengikatkan diri untuk menyelesaikannya melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS), atau melalui pengadilan yang ditunjuk atau ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan.10.----------------------------------------------------------------------------------------------- Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sudah sangat beralasan apabila permohonan eksekusi atas objek eksekusi sebagaimana Penetapan Ketua Pengadilan No. 33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013 di Pengadilan Negeri Bale Bandung oleh Terlawan adalah "PREMATURE" dengan alasan dan dasar hukum sebagai berikut:
1. Bahwa Perjanjian Kredit yang terjadi antara Terlawan (Bank) dengan Turut Terlawan (Nasabah) dan Para Pelawan (Penjamin) yang dibuat dan ditandatangani adalah berupa "Akad Mudharabah" ;
2. Bahwa Terlawan sebelum mengajukan permohonan eksekusi atas objek eksekusi milik Para Pelawan, belum pernah melakukan upaya berupa :
5
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
mengambil alih pengelolaan usaha, asset keuangan dan asset lainnya milik Turut Terlawan I sebagaimana amanat dalam Akad Mudharabah;
3. Bahwa Terlawan belum membuktikan alasan Turut Terlawan I atas usahanya sehingga pada bulan April 2011 tidak beroperasi lagi. Karena hal tersebut akan menentukan langkah atau ketentuan yang harus dilakukan/ditaati oleh Para Pihak, yang diantaranya :
a. Jika nasabah ( Turut Terlawan I ) melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian yang mengakibatkan kerugian usaha, maka nasabah ( Turut Terlawan I ) menanggung seluruh resiko kerugian usaha.
b. Dan sebaliknya, Pihak Bank (Terlawan) akan menanggung seluruh resiko kerugian usaha yang dibiayai, bila Nasabah ( Turut Terlawan I ) telah terbukti dalam menjalankan usahanya telah menyimpang dari core bisnis yang telah disepakati antara pihak Bank (Terlawan) dengan Nasabah ( Turut Terlawan I ), hal tersebut tercantum pula dalam poin Akad Mudharabah yang menyatakan "bahwa pihak Bank hanya akan menanggung segala kerugian secara proporsional, maksimum sebesar modal yang disediakan oleh Bank yang diberikan kepada Nasabah"
4. Bahwa penolakan Terlawan atas itikad Para Pelawan dan/atau Turut Terlawan I untuk membayar sisa hutangnya yang hanya mau membayar hutang pokok saja, dengan alasan bahwa usaha yang dijalankan oleh Turut Terlawan I tidak berjalan lagi, telah membuktikan adanya perselisihan antara Para Pelawan (Penjamin), Turut Terlawan I (Nasabah) dengan Terlawan (Bank). Sehingga sebagaimana yang tertera dalam Akad Mudharabah tentang Penyelesaian Perselisihan, yang pada intinya apabila penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan, maka para pihak mengikatkan diri untuk menyelesaikannya melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS), atau melalui pengadilan yang ditunjuk atau ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan ;
11. Bahwa selain alasan permohonan eksekusi atas objek eksekusi sebagaimana Penetapan Ketua Pengadilan No. 33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013 di Pengadilan Negeri Bale Bandung oleh Terlawan adalah "PREMATURE", pada tanggal 29 Agustus 2013 silam, MAHKAMAH KONSTITUSI telah mengeluarkan Keputusan No. 93/PPU-X/2012, dimana isi
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
pokok putusan tersebut adalah "Mengembalikan sengketa ekonomi Syariah ke Pengadilan Agama (PA)" (Vide : Bukti P-6). Dengan demikian Penetapan Ketua Pengadilan No. 33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013 di Pengadilan Negeri Bale Bandung adalah suatu bentuk perbuatan "Melawan Hukum" yang kedepannya akan mengakibatkan benturan hukum antara kewenangan Pengadilan Agama (PA) dengan Pengadilan Umum. Sehingga seharusnya Pengadilan Negeri Bandung melepaskan diri dari Permohonan Sita Eksekusi dari Terlawan, karena hal ini merupakan kewenangan absolute dari Pengadilan Agama.
12. Bahwa karena Perlawanan Para Pelawan ini didasarkan bukti-bukti yang kuat dan sah maka kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan menyatakan permohonan eksekusi atas sebidang tanah dan bangunan yang terletak di atasnya Sertifikat Hak Milik Nomor : 3884/Desa Cibeunying, Seluas 355 m2 (tiga ratus lima puluh lima meter persegi), Kavling C.3-3-4/T.45, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tidak dapat dilaksanakan;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dengan ini Para Pelawan mohon kepada Yth. Ketua Pengadilan Negeri Bale Bandung, agar berkenan memanggil para pihak untuk menghadap di persidangan pada hari yang ditentukan dan setelah memeriksa dan mengadili kemudian menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut ;
1. Menerima dan mengabulkan perlawanan Para Pelawan untuk seluruhnya;
2. Menolak permohonan eksekusi atas perintah Ketua Pengadilan Negeri Bale Bandung atas sebidang tanah dan bangunan yang terletak di atasnya Sertifikat Hak Milik Nomor : 3884/Desa Cibeunying, Seluas 355 m2 (tiga ratus lima puluh lima meter persegi), Kavling C.3-3-4/T.45, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, sebagaimana Penetapan No. 33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013;
3. Menyatakan permohonan eksekusi Termohon atas objek eksekusi adalah prématuré dan tidak berdasar hukum;
4. Menentukan biaya perkara yang timbul menurut hukum
7
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Apabila Majelis yang memeriksa perkara ini mempunyai pendapat lain, mohon keadilan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan untuk Para Pelawan datang menghadap Kuasanya H. QADHAR FAISAL RUSKANDA, SH, , sedangkan Terlawan dan Turut Terlawan I serta Turut Terlawan II tidak datang menghadap ke persidangan dan tidak menyuruh orang lain untuk datang menghadap sebagai Kuasanya yang sah, meskipun telah dipanggil secara sah dan patut menurut ketentuan Undang-undang yang berlaku sesuai dengan Surat Panggilan (Relaas) tanggal 04 Februari, 2014, tanggal 20 Februari 2014, tanggal 05, 06 Maret 2013, yang dilakukan oleh Rachmat Jumara, Jurusita Pengganti, Pengadilan Negeri Bandung ;
Menimbang, bahwa karena Terlawan dan Turut Terlawan I serta Turut Terlawan II tidak pernah dapat menghadap di persidangan, maka pemeriksaan terhadap perkara ini dilanjutkan dengan tanpa kehadirannya pihak Terlawan dan Turut Terlawan I serta Turut Terlawan II ;
Menimbang, bahwa dengan demikian maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Terlawan dan Tutut Terlawan I serta Turut Terlawan II telah tidak menggunakan haknya untuk membela kepentingan hukumnya;
Menimbang, bahwa kemudian persidangan dilanjutkan dengan membacakan surat Perlawanan Para Pelawan yang isinya tetap dipertahankan Para Pelawan;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil Perlawanannya, pelawan atas keinginannya sendiri telah mengajukan bukti surat sebagai berikut:
1. Fotocopy Surat Panggilan Teguran Nomor : 33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB, tanggal 11 Oktober 2013 (P-1);
2. Foto copy Akta Al-Mudharabah Nomor 18, pada tanggal 27 Januari 2009, ( P – 1-1 ) ;
Foto copy Akta Al-Mudharabah Nomor 70, pada tanggal 17 September 2009, ( P – 1-2 ) ;Foto copy Akta Al-Mudharabah Nomor 05, pada tanggal 06 September 2010, ( P – 1-3 ) ;Foto copy Akta Al-Mudharabah Nomor 38, pada tanggal 15 Nopember 2010, ( P – 1-3 ) ;3. Fotocopy Surat kepada Terlawan tentang “ Permohonan dinyatakan lunas
dengan pembayaran pokok pembiayaan mudharabah KKMS Al-Amin (P – 2 );
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id4. Fotocopy tanda terima dari Terlawan atas Pembayaran Para Pelawan
berupa cek No. Au 208724 BCA, atas nama Yoris Tenza 7840699000 Rp. 300.000.000,- ( tiga ratus juta rupiah ) (P – 3 );
5. Fotocopy Surat pemberitahuan dari Terlawan, tanggal 30 Juli 2012 kepada Para Terlawan (P – 4 );
6. Fotocopy Penggalan Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor : 93/PUU-X/2012 (P – 5 ) ;Menimbang, bahwa masing-masing bukti surat tersebut diatas telah
dibubuhi meterai cukup sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (3) UU No. 13 tahun 1985 tentang Bea Materai, dan dipersidangan telah diteliti dan dicocokkan kebenarannya dengan surat aslinya dan ternyata cocok, kecuali bukti P 1– 1 s/d P 1 – 4, dan P – 3, tidak dapat diperlihatkan surat aslinya;
Menimbang, bahwa untuk singkatnya, maka segala hal ihwal yang terjadi dalam persidangan serta telah tertulis lengkap dalam berita acara persidangan pemeriksaan perkara ini haruslah dianggap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini;
Menimbang, bahwa selanjutnya Kuasa Para Pelawan akhirnya mohon Putusan;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari perlawanan pelawan adalah sebagaimana tersebut diatas;
Menimbang, bahwa dalam surat perlawanannya para pelawan mendalilkan sebagai pemilik atas tanah dan bangunan sebagaimana Sertifikat Hak Milik Nomor: 3884/Desa Cibeunying, Seluas 355 m2 (tiga ratus lima puluh lima meter persegi), Kavling C.3-3-4/T.45, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dan disamping itu mempunyai 6 (enam) akta Al- Mudharabah yang merupakan suatu bentuk kerja sama antara Bank sebagai Shahibul Maal yang menyediakan dana untuk tujuan menjalankan usaha dengan dasar pembagian pendapatan sebagai hasil menjalankan usaha. Tetapi dalam usahanya Turut Terlawan I mengalami masalah terutama pada saat Hari Raya Idul Fitri Turut Terlawan I harus membayar tabungan yang jauh melebihi kemampuan Turut Terlawan I, dan untuk itu Turut Terlawan I meminjam dana yang mahal, sehingga pada tanggal 25 Juli 2012 Turut Terlawan I mengirim surat kepada Terlawan agar Turut Terlawan I, dianggap lunas dengan membayar hutang pokok saja sebesar Rp. 855.000.000,- (delapan ratus lima puluh lima jutarupiah) dan untuk itikad baik
9
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Turut Terlawan I telah melakukan pembayaran sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) berupa cek No. Au 208724 BCA atas nama Yoris Tenza, bahwa atas usaha Turut Terlawan I tersebut Terlawan melakukan penolakan;
Menimbang bahwa perlu diingat kalau dalam salah satu klausula Akta Al – Mudharabah terdapat ketentuan yang mengatur apabila terjadi perselisihan maka akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) atau melalui Pengadilan yang ditunjuk atau ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan, dan berdasarkan uraian diatas telah menunjukan kalau antara Turut Terlawan I dengan Terlawan telah terjadi perselisihan dan setelah musyawarah untuk mufakat dilakukan dan tidak menemui titik temu maka seyogyanyalah harus dilakukan langkah pertama dulu yaitu diselesaikan melalui BASYARNAS dan seandainya tidak berhasil baru ditindak lanjuti dengan upaya hukum lain, sehingga penetapan Ketua Pengadilan No.33/PDT.Eks.Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013 adalah premature karena pada tanggal 29 Agustus 2013 MAHKAMAH KONSTITUSI telah mengeluarkan Keputusan No. 93/PPU-X/2012 yang pada pokoknya menyatakan mengembalikan sengketa ekonomi syariah ke Pengadilan Agama;
Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil-dalilnya perlawanannya pelawan dengan keinginannya sendiri telah mengajukan bukti yang diberi tanda P.1 s/d P. 5; Menimbang, bahwa terhadap Perlawanan pelawan tersebut, pihak Terlawan, Turut Terlawan I dan Turut Terlawan II telah dipanggil dengan patut, akan tetapi ternyata tidak pernah datang menghadap ke persidangan atau menyuruh wakilnya yang sah untuk menghadap di persidangan; Menimbang, bahwa oleh karena jangka waktu dan formalitas menurut hukum telah diindahkan dengan sepatutnya, maka terhadap pihak Terlawan, Turut Terlawan I dan Turut Terlawan II yang tidak pernah datang menghadap kepersidangan tersebut, haruslah dinyatakan tidak hadir dan perlawanan akan diputus dengan verstek sebagaimana akan dipertimbangkan di bawah ini;
Menimbang bahwa terlepas dari uraian diatas, ternyata Pelawan dalam perlawanannya secara tersirat mendalilkan adanya wewenang absolut dalam sengketa perbankan Syariah, tentang Pengadilan Negeri tidak berwenang dalam memeriksa sengketa perbankan Syariah, karena telah ada Keputusan dari Mahkamah Konstitusi No. 93/PPU-X/2012 tanggal 29 Agustus 2013 yang menyatakan kalau perkara syariah harus ditangani oleh Pengadilan Agama dan sudah seyogyanya sengketa perbakan Syariah harus diselesaikan melalui BASYARNAS terlebih dahulu sesuai dengan klausula yang terdapat dalam salinan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Akta Al Mudharabah No. 18 tanggal 27 Januari 2009 yang menyatakan apabila penyelesaian secara mufakat tidak menghasilkan keputusan yang disepakati kedua belah pihak maka penyelesaian masalah akan diserahkan kepada BASYARNAS;
Menimbang, bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 93/PUU-X/2012 tanggal 29 Agustus 2013 yang bersifat final dan mengikat (binding), dimana penyelesaian sengketa Perbankan Syariah merupakan kewenangan Pengadilan Agama, sehingga Pengadilan Negeri in casu Pengadilan Negeri Bale Bandung tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan sengketa Perbankan Syariah;
Menimbang, bahwa karena Pengadilan Negeri Bale Bandung tidak mempunyai kewenangan untuk menyelesaikan sengketa Perbankan Syariah termasuk eksekusinya, maka Penetapan Eksekusi dari Ketua Pengadilan Pengadilan Negeri Bale Bandung No. 33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB tanggal 02 Oktober 2013 atas sebidang tanah dan bangunan yang terletak diatas di atasnya Sertifikat Hak Milik Nomor : 3884/Desa Cibeunying, Seluas 355 m2 (tiga ratus lima puluh lima meter persegi), Kavling C.3-3-4/T.45, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang didasarkan pada Akta Al- mudharabah tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sehingga petitum angka 2 dan 3 dari perlawanan para Pelawan sudah sepatutnya dikabulkan dengan perbaikan redaksi sebagaimana disebutkan dalam amar putusan ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas, maka perlawanan para Pelawan adalah beralasan dan tidak bertentangan dengan hukum sehingga dapat dikabulkan untuk sebagian dan menolak selain dan selebihnya;
Menimbang, bahwa karena perlawanan para Pelawan dikabulkan sebagian, sesuai pasal 181 ayat (3) HIR oleh karenanya biaya yang timbul dalam perkara ini harus dibebankan kepada Terlawan yang besarnya akan ditentukan dalam amar putusan ini;
Meningat ketentuan pasal 125 HIR, serta peraturan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I1. Menyatakan Terlawan, Turut Terlawan I dan Turut Terlawan II telah
dipanggil dengan patut tidak hadir;2. Mengabulkan perlawanan para Pelawan untuk sebagian dengan verstek;3. Menyatakan pelawan adalah pelawan yang benar;
11
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id4. Menyatakan bahwa Penetapan Eksekusi Nomor 33/Pdt.Eks/Sht/2013/PN.BB
tanggal 02 Oktober 2013 dari Ketua Pengadilan Negeri Bale Bandung atas sebidang tanah dan bangunan yang terletak di atas Sertifikat Hak Milik Nomor : 3884/Desa Cibeunying, Seluas 355 m2 (tiga ratus lima puluh lima meter persegi), Kavling C.3-3-4/T.45, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;
1. Menghukum Terlawan untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.806.000,00 (delapan ratus enam ribu rupiah);
2. Menolak perlawanan para Pelawan selain dan selebihnya;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kl.I Bale Bandung, pada hari Kamis tanggal 10 April 2014, oleh kami, CATUR IRIANTORO, SH,.M.Hum sebagai Hakim Ketua Sidang, RATMOHO, SH.MH dan SYARIP, SH.MH. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut pada hari itu juga diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Kami Hakim Ketua Sidang didampingi oleh Hakim-
hakim Anggota tersebut di atas dibantu ENANG SUPARMAN, SH sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Negeri tersebut dengan dihadiri oleh Kuasa para Pelawan dan tanpa dihadiri oleh Terlawan, Turut Terlawan I serta Turut Terlawan II;
HAKIM-HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA MAJELIS,
ttd ttd
RATMOHO, SH. MH. CATUR IRIANTORO, SH., Mhum.
ttd
SYARIP, SH.MH. PANITERA PENGGANTI,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
ttd
ENANG SUPARMAN SH.
Perincian Biaya :1. Biaya Pendaftaran Gugatan : Rp. 30.000,-2. Biaya Proses : Rp. 50.000,-3. Biaya Redaksi : Rp. 5.000,-4. Biaya Materai : Rp. 6.000,-5. Biaya Panggilan Sidang : Rp. 715.000,-
J u m l a h Rp. 806.000,- ( delapan ratus enam ribu rupiah ).
13
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A N
Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata khusus permohonan pernyataan pailit pada tingkat
kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara:
HAJI MUJIONO RACHMAT, bertempat tinggal di Ngrejopuro RT.
01/003 Jalan Raya Slogohimo, Wonogiri, Jawa Tengah, dalam hal
ini memberi kuasa kepada Muh. Kurniawan BW, S.Ag., S.H., M.H.,
dan kawan, Para Advokat, beralamat di Jalan Adi, Nomor 8,
Kepatihan Wetan, Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 24 April 2014, sebagai
Pemohon Kasasi dahulu Termohon Pailit;
t e r h a d a p
PT. BANK SYARIAH BUKOPIN, berkedudukan di Jalan Salemba
Raya, Nomor 55, Jakarta, diwakili Direktur Utama Riyanto, dalam
hal ini memberi kuasa kepada Purwoko J. Soemantri, S.H.,
M.Hum., dan kawan-kawan, Para Advokat, beralamat di Gedung
Manggala Wanabakti, Blok IV, Lantai 5, Wing A, Ruang 502 A,
Jalan Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 9 Mei 2014, sebagai Termohon Kasasi
dahulu Pemohon Pailit;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
Termohon Kasasi dahulu sebagai Pemohon Pailit telah mengajukan
permohonan pernyataan pailit di depan persidangan Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Semarang, pada pokoknya sebagai berikut:
A. Identitas Pemohon:
1. Bahwa Pemohon adalah Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan
Terbatas, yang bergerak dalam bidang Perbankan dengan prinsip usaha
syariah dengan produk usaha antara lain: simpanan tabungan syariah,
penyaluran fasilitas pembiayaan kepada masyarakat dalam bentuk
Hal. 1 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
syariah, khususnya kepada lembaga-lembaga atau badan-badan usaha
di Indonesia dan perorangan;
B. Identitas Termohon:
2. Bahwa Termohon adalah orang perorangan yang dalam usahanya
memerlukan tambahan modal kerja;
C. Termohon telah tidak membayar kepada Pemohon suatu hutang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih:
3. Bahwa sehubungan dengan bidang usaha Termohon tersebut di atas,
maka antara Pemohon dengan Termohon yang dalam tindakan
hukumnya telah mendapat persetujuan dari Isterinya: Ny. Hajjah Yudianti,
telah terjadi adanya hubungan hukum dalam rangka pemberian fasilitas
pembiayaan dari Pemohon kepada Termohon, sebagai berikut:
1. Berdasarkan Akta Akad Line Facility Musyarakah Nomor 60 dan Akta
Pengakuan Hutang Nomor 63, tertanggal 16 Februari 2012, yang
dibuat dihadapan Notaris Shallman, S.E., S.H., M.M., M.Kn., Notaris
di Surakarta, Pemohon setuju memberikan pinjaman kepada
Debitur/Termohon plafond maksimal sebesar Rp1.298.000.000,00
(satu miliar dua ratus sembilan puluh delapan juta rupiah) yang
akan digunakan untuk take over fasilitas pembiayaan di Bank
Syariah Mandiri Cabang Solo, dalam bentuk fasilitas modal kerja,
Nisbah bagi hasil yang diberikan oleh Bank sebesar 0.39 % (Nisbah
Bank) dan 99.61 % (Nisbah Nasabah), dengan jangka waktu
berlaku 12 bulan sejak tanggal pencairan, dimana untuk menjamin
tertibnya pembayaran kembali/pelunasan hutang dan/atau margin
Termohon pada waktu yang telah disepakati, maka Termohon
menyerahkan jaminan:
1. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 177,
terletak di Desa Jeruk, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan,
seluas ± 180 M2, Gambar Situasi Nomor 891, tanggal 22-12-1986,
terdaftar atas nama Sri Yudianti;
2. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 849,
terletak di Desa Slogohimo, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten
Wonogiri, seluas ± 310 M2, Gambar Situasi Nomor 9094/1993,
tanggal 21-07-1993, terdaftar atas nama H. Rachmat Mujiono;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
3. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 2013,
terletak di Desa/Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 310 M2, Surat Ukur Nomor
00056/2000, tanggal 30-08-2000, terdaftar atas nama Sri Yudianti;
4. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1024,
terletak di Desa/Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 725 M2, Gambar Situasi Nomor
16749/1991, tanggal 09-12-1991, terdaftar atas nama H. Rachmat
Mujiono;
5. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 3336,
terletak di Desa/Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 247 M2, Surat Ukur Nomor
00072/2008, tanggal 23-06-2006, terdaftar atas nama Hj. Sri Yudianti;
6. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 3197,
terletak di Desa/Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 397 M2, Surat Ukur Nomor
00086/2006, tanggal 09-11-2006, terdaftar atas nama Sri Yudianti;
7. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 2146,
terletak di Desa/Kelurahan Wuryorejo, Kecamatan Wonogiri,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 1.731 M2, Surat Ukur Nomor
00077/2003, tanggal 29-01-2003, terdaftar atas nama Sri Yudianti;
8. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1874,
terletak di Desa/Kelurahan Purwosari, Kecamatan Wonogiri,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 1.001 M2, Surat Ukur Nomor
00086/2004, tanggal 08-03-2004, terdaftar atas nama Sri Yudianti;
9. Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1486,
terletak di Desa/Kelurahan Slogohimo, Kecamatan Slogohimo,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 1.447 M2, Surat Ukur Nomor 00020/
Slogohimo/2006, tanggal 07-11-2006, terdaftar atas nama Sri
Yudianti;
10.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1191,
terletak di Desa/Kelurahan Slogohimo, Kecamatan Slogohimo,
Hal. 3 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 139 M2, Surat Ukur Nomor
00067/2003, tanggal 11-06-2003, terdaftar atas nama Ny. Sri Yudianti;
11.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1461,
terletak di Desa/Kelurahan Waru, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten
Wonogiri, seluas ± 119 M2, Surat Ukur Nomor 00219/7507/1998,
tanggal 10-09-1998, terdaftar atas nama Haji Rachmat Mujiono, Wrs;
12.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 222,
terletak di Desa/Kelurahan Tunggur, Kecamatan Slogohimo,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 900 M2, Gambar Situasi Nomor
11025/1991, tanggal 03-08-1991, terdaftar atas nama Drs.Rachmat
Mujiono;
13.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1247,
terletak di Desa/Kelurahan Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 720 M2, Gambar Situasi Nomor
2089/1989, tanggal 28-01-1989, terdaftar atas nama Sri Yudianti;
14.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1256,
terletak di Desa/Kelurahan Bulusari, Kecamatan Slogohimo,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 145 M2, Surat Ukur Nomor
00032/2001, tanggal 14-11-2001, terdaftar atas nama Haji Rachmat
Mujiono;
15.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 2439,
terletak di Desa/Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Jatisono,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 330 M2, Surat Ukur Nomor
00343/8717/1998, tanggal 24-11-1998, terdaftar atas nama Hajjah Sri
Yudianti;
16.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 162,
terletak di Desa/Kelurahan Slogohimo, Kecamatan Slogohimo,
Kabupaten Wonogiri, seluas ± 285 M2, Gambar Situasi Nomor
8537/1987, tanggal 17-09-1987, terdaftar atas nama Hajjah Sri
Yudianti;
17.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 1237,
terletak di Desa/Kelurahan Soco, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Wonogiri, seluas ± 790 M2, Gambar Situasi Nomor 6225/1993,
tanggal 25-05-1993, terdaftar atas nama Haji Rachmat Mujiono;
18.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 2541,
terletak di Desa/Kelurahan Ngresep, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali, seluas ± 240 M2, Gambar Ukur Nomor 00034/
Ngesrep/2003, tanggal 17-09-2003, terdaftar atas nama Sri Yudianti;
19.Sebidang tanah dan bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 854,
terletak di Desa/Kelurahan Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten
Sukoharjo, seluas ± 446 M2, Surat Ukur Nomor 6570/1982, tanggal
29-07-1982, terdaftar atas nama Sri Yudianti;
20.Persediaan barang dagangan milik Nasabah minimal sebesar
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), menunjuk Akta Perubahan
Jaminan Fiducia Nomor 80 tanggal 16 Oktober 2012, dibuat
dihadapan Notaris H. Teddy Anwar, SH. SpN, Notaris di Jakarta;
21.Jaminan Fiducia persediaan barang dagangan senilai
Rp3.558.618.000,00 (tiga miliar lima ratus lima puluh delapan juta
enam ratus delapan belas ribu rupiah), Akta Nomor 49 tanggal 14
Agustus 2012, dibuat dihadapan Notaris H. Teddy Anwar, S.H. SpN,
Notaris di Jakarta;
1. Selanjutnya berdasarkan Akta Akad Line Facility Murabahah Nomor 61
dan Akta Pengakuan Hutang Nomor 64, tertanggal 16 Februari
2012, yang dibuat dihadapan Notaris Shallman, S.E. S.H. M.M.
M.Kn. Notaris di Surakarta, Pemohon setuju menyediakan plafond
maksimal Rp9.599.594.186,00 (sembilan miliar lima ratus sembilan
puluh sembilan juta lima ratus sembilan puluh empat ribu seratus
delapan puluh enam rupiah) yang akan digunakan untuk take over
fasilitas pembiayaan di PT. Bank Mutiara, Tbk. penetapan margin
maksimal pembiayaan yang diberikan Bank adalah
Rp2.187.597.597,00 (dua miliar seratus delapan puluh tujuh juta
lima ratus sembilan puluh tujuh ribu lima ratus sembilan puluh tujuh
rupiah), sehingga harga jual maksimal sebesar
Rp11.787.191.783,00 (sebelas miliar tujuh ratus delapan puluh tujuh
juta seratus sembilan puluh satu ribu tujuh ratus delapan puluh tiga
rupiah), jangka waktu sampai dengan sisa jangka waktu dari Bank
Hal. 5 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Mutiara sejak tanggal pencairan, dengan jaminan sama dengan
Akta Akad Line Facility Musyarakah Nomor 60;
2. Kemudian berdasarkan Akta Akad Line Facility Murabahah Nomor 62
dan Akta Pengakuan Hutang Nomor 65, tertanggal 16 Februari
2012, yang dibuat dihadapan Notaris Shallman, S.E. S.H. M.M.
M.Kn. Notaris di Surakarta, Pemohon setuju menyediakan plafond
maksimal sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) yang
akan digunakan untuk modal kerja, margin maksimal yang diberikan
Pemohon adalah sebesar Rp1.139.421.914,00 (satu miliar seratus
tiga puluh sembilan juta empat ratus dua puluh satu ribu sembilan
ratus empat belas rupiah), sehingga harga jual maksimal sebesar
Rp6.139.421.914,00 (enam miliar seratus tiga puluh sembilan juta
empat ratus dua puluh satu ribu sembilan ratus empat belas rupiah),
dengan jangka waktu 40 bulan sejak tanggal pencairan, dengan
jaminan sama dengan Akta Akad Line facility Musyarakah Nomor
60;
4. Bahwa selanjutnya berdasarkan Addendum Akad Line Facility
Musyarakah Akta Nomor 14 tanggal 5 Maret 2013 dibuat dihadapan
Notaris Shallman,S.E. S.H. M.M. M.Kn. Akad Pembiayaan Line Facility
Nomor 60 fasilitas pembiayaan untuk take over fasilitas di Bank Syariah
Mandiri Cabang Solo dalam bentuk Line Facility Musyarakah Non
Revolving sampai dengan plafond maksimal sebesar
Rp1.289.690.002,00 (satu miliar dua ratus delapan puluh sembilan juta
enam ratus sembilan puluh ribu dua rupiah) telah di restrukturisasi
menyangkut perubahan jangka waktu pembiayaan dan jadwal
pembayaran kembali kewajiban angsuran (repayment schedule), akad ini
berlaku untuk jangka waktu selama 60 (enam puluh) bulan sejak tanggal
pencairan atau sampai dengan tanggal 17-12-2017;
Bahwa selanjutnya berdasarkan Addendum Akad Line Facility Murabahah
Akta Nomor 15 tanggal 5 Maret 2013 dibuat dihadapan Notaris
Shallman,S.E.,S.H., M.M., M,Kn. Akad Pembiayaan Line Facility Nomor 61
fasilitas pembiayaan untuk take over fasilitas di Bank Mutiara, Tbk. dalam
bentuk Line Facility Murabahah Non Revolving sampai dengan plafond
maksimal sebesar Rp9.599.594.186,00 (sembilan miliar lima ratus sembilan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
puluh sembilan juta lima ratus sembilan puluh empat ribu seratus delapan
puluh enam rupiah ) telah di restrukturisasi menyangkut perubahan jangka
waktu pembiayaan dan jadwal pembayaran kembali kewajiban angsuran
(repayment schedule), akad ini berlaku untuk jangka waktu selama 96
(sembilan puluh enam) bulan sejak tanggal pencairan atau sampai dengan
tanggal 17-02-2020;
Bahwa selanjutnya berdasarkan Addendum Akad Line Facility Murabahah
Akta Nomor 16 tanggal 5 Maret 2013 dibuat dihadapan Notaris
Shallman,S.E. S.H., M,M., M.Kn. Akad Pembiayaan Line Facility Nomor 62
fasilitas pembiayaan untuk pembelian persediaan barang dalam bentuk
Line Facility Murabahah Non Revolving sampai dengan plafond maksimal
sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) telah di restrukturisasi
menyangkut perubahan jangka waktu pembiayaan dan jadwal pembayaran
kembali kewajiban angsuran (repayment schedule), akad ini berlaku untuk
jangka waktu selama 96 (sembilan puluh enam) bulan sejak tanggal
pencairan atau sampai dengan tanggal 17-02-2020;
5. Bahwa kemudian berdasarkan Addendum Akad Pembiayaan
Musyarakah tanggal 5 Maret 2013 Nomor 001/DSP-LG/ADD/MSYKH/
BSB/KCP-BKS/III/2013 yang dibuat dibawah tangan dan bermaterai
cukup, telah menyetujui kembali Akad Pembiayaan Line Facility Nomor
60 fasilitas pembiayaan untuk take over fasilitas di Bank Syariah Mandiri
dalam bentuk Line Facility Musyarakah Non Revolving, menyangkut
perubahan beberapa ketentuan dan Persyaratan Perubahan Jangka
Waktu Pembiayaan dan Jadwal Pembayaran Kembali Angsuran
(repayment schedule), berlangsung untuk jangka waktu selama 60 bulan
sejak tanggal pencairan atau sampai dengan tanggal 17-12-2017;
Bahwa kemudian berdasarkan Addendum Akad Pembiayaan Murabahah
Nomor 002/DSP-LG/ADD/MSYKH/BSB/KCP-BKS/III/2013 tanggal 5 Maret
2013 yang dibuat dibawah tangan dan bermaterai cukup, telah menyetujui
kembali Akad Pembiayaan Line Facility Nomor 61 fasilitas pembiayaan
untuk take over fasilitas di Bank Mutiara, Tbk. dalam bentuk Line Facility
Murabahah Non Revolving, meyangkut perubahan beberapa ketentuan dan
persyaratan perubahan jangka waktu pembiayaan dan jadwal pembayaran
kembali angsuran (repayment schedule), pembiayan Murabahah ini berlaku
Hal. 7 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
untuk jangka waktu selama 96 bulan sejak tanggal pencairan atau sampai
dengan tanggal 17-02-2020;
Bahwa kemudian berdasarkan Addendum Akad Pembiayaan Murabahah
Nomor 003/DSP-LG/ADD/MRBH/BSB/KCP-BKS/III/2013 tanggal 5 Maret
2013 dibuat dibawah tangan dan bermaterai cukup, telah menyetujui kembali
Akad Pembiayaan Line Facility Nomor 62 fasilitas pembiayaan untuk modal
kerja: pembelian barang berupa elektronik, bahan atau material bangunan
dan sepeda dalam bentuk Line Facility Murabahah Non Revolving,
menyangkut perubahan beberapa ketentuan dan persyaratan perubahan
jangka waktu pembiayaan dan jadwal pembayaran kembali angsuran
(repayment schedule), untuk jangka waktu selama 96 bulan sejak tanggal
pencairan atau sampai dengan tanggal 17-02-2020;
6. Bahwa selanjutnya berdasarkan Akta Addendum II Akad Line Facility
Musyarakah Nomor 201 tanggal 22 Juli 2013, Notaris
Shallman,S.E.,S.H.,M.M., M.Kn, atas Akad Pembiayaan Line Facility
untuk take over fasilitas pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Cabang
Solo dalam bentuk Line Facility Musyarakah telah disetujui lagi di
restrukturisasi menyangkut perubahan struktur fasilitas pembiayaan
menjadi fasilitas pembiayaan Al-Musyarakah sebagai modal/penyertaan
sampai sejumlah Rp1.289.690.002,00 (satu miliar dua ratus delapan
puluh sembilan juta enam ratus sembilan puluh ribu dua rupiah)
berlangsung untuk jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan
terhitung sejak tanggal akad addendum restrukturisasi pembiayaan, atau
sampai dengan tanggal 22-07-2017, dimana untuk menjamin tertibnya
pembayaran kembali/pelunasan hutang dan/atau margin Termohon pada
waktu yang telah disepakati, maka Termohon menyerahkan jaminan lagi
antara lain berupa:
1. Sebidang tanah berikut segala sesuatu yang berada diatasnya Sertifikat
Hak Milik Nomor 1602/Sendang, terletak di Kelurahan Sendang,
Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, seluas 1.454 M2, Surat Ukur
Nomor 00011/Sendang/2006, tanggal 07-09-2006, terdaftar atas nama
Hj. Sri Yudianti;
2. Sebidang tanah berikut segala sesuatu yang berada diatasnya Sertifikat
Hak Milik Nomor 349/Slogohimo, terletak di Desa Slogohimo, Kabupaten
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Wonogiri, Provinsi Jawa tengah, seluas 588 M2, Gambar Situasi Nomor
1258/1985 terdaftar atas nama Hj. Sri Yudianti;
3. Personal Guarantee atas nama Yudianti;
Bahwa selanjutnya berdasarkan Akta Addendum II Akad Line Facility
Musyarakah Nomor 202 tanggal 22 Juli 2013, Notaris
Shallman,S.E.,S.H.,M.M., M.Kn, atas Akad Pembiayaan Line Facility untuk
take over fasilitas pembiayaan di Bank Mutiara, Tbk. dalam bentuk Line
Facility Murabahah telah disetujui lagi di restrukturisasi menyangkut
perubahan struktur fasilitas pembiayaan menjadi fasilitas pembiayaan Al-
Musyarakah sebagai modal/penyertaan sampai sejumlah
Rp8.766.594.186,00 (delapan miliar tujuh ratus enam puluh enam juta lima
ratus sembilan puluh empat ribu seratus delapan puluh enam rupiah)
berlangsung untuk jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terhitung
sejak tanggal Akad Addendum restrukturisasi pembiayaan, atau sampai
dengan tanggal 22-07-2017;
Bahwa selanjutnya berdasarkan Akta Addendum II Akad Line Facility
Musyarakah Nomor 203 tanggal 22 Juli 2013, Notaris
Shallman,S.E.,S.H.,M.M., M.Kn, atas Akad Pembiayaan untuk modal kerja
(pembelian persediaan barang berupa barang elektronik, bahan atau
material bangunan dan sepeda motor) dalam bentuk Line Facility
Murabahah, telah disetujui lagi di restrukturisasi menyangkut perubahan
struktur fasilitas pembiayaan menjadi fasilitas pembiayaan Al-Musyarakah
sebagai modal/penyertaan sampai sejumlah Rp3.937.100.799,00 (tiga miliar
sembilan ratus tiga puluh tujuh juta seratus ribu tujuh ratus sembilan puluh
sembilan rupiah) berlangsung untuk jangka waktu 48 (empat puluh delapan)
bulan terhitung sejak tanggal akad addendum restrukturisasi pembiayaan,
atau sampai dengan tanggal 22-07-2017;
Selanjutnya bertalian dengan hutang Haji Mujiono Rachmat, Ny. Hajjah
Yudianti isterinya telah pula menyatakan dirinya sebagai penjamin atau
penanggung secara personal garansi sesuai Akta Personal Garansi Nomor
206 tanggal 22 Juli 2013 yang dibuat dihadapan Notaris
Shallman,S.E.,S.H.,M.M., M.Kn;
7. Bahwa dalam perjalanannya meskipun telah di restrukturisasi sebanyak
2 (dua) kali dan terakhir struktur fasilitas pembiayaannya menjadi akad
Hal. 9 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
musyarakah, Termohon tetap menunggak kewajiban setiap bulannya
menyangkut tunggakan bagi hasil pada bulan Oktober 2013, bulan
November 2013, bulan Desember 2013, bulan Januari 2014, posisinya
per 31 Januari 2014sebagai berikut:
NO NomorPinjaman
Akad Nama Debitur
Outstanding Awal
Baki debet per 31 Jan 14
Tunggakan Keterangan
Pokok
Basil
1 3560000107
Musyarakah
Mujiono R.H
1.298.690.002,00
1.298.690.002,00
0 42.610.741 • Telah
2x
direstr
ukturis
asi
atas
pembi
ayaan
yang
ada
( kare
na
telah
macet
).
•
Menu
nggak
bagi
hasil
sejak
Oktob
er
2013,
Nove
mber
2013,
Dese
mber
2013 (
Dese
mber
2013
2 3560000207
Musyarakah
Mujiono R.H
9.599.594.186,00
8.766.594.186,00
0 287.634.356
33560000307
Musyarakah
Mujiono R.H
5.000.000.000,00
3.937.100.799,00
0 129.177.356
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
memb
ayar
sebagi
an),
Janua
ri
2014.
Karenanya Total kewajiban hutang Termohon per 31 Januari 2014:
Nomor Pinjaman : 3560000107 :
Baki debet per 31 Januari 2014 = Rp 1.298.690.002,00
Tunggakan Bagi Hasil = Rp 42.610.741,00
----------------------------- +
Rp 1.341.300.743,00
Nomor Pinjaman : 3560000207 :
Baki debet per 31Januari 2014 = Rp 8.766.594.186,00
Tunggakan Bagi Hasil = Rp 287.634.356,00
---------------------------- +
Rp 9.054.228.542,00
Nomor Pinjaman : 3560000307 :
Baki debet per 31 Januari 2014 = Rp 3.937.100.799,00
Tunggakan Bagi Hasil = Rp 129.177.356,00
---------------------------- +
Rp 4.066.278.155,00
Total kewajiban hutang Termohon per 28 Januari 2014 =
Rp1.341.300.743,00 + Rp 9.054.228.542,00 + Rp 4.066.278.155,00 =
Rp14.461.807.440,00 (empat belas miliar empat ratus enam puluh satu
juta delapan ratus tujuh ribu empat ratus empat puluh rupiah);
8. Bahwa terhadap fasilitas pembiayaan kepada Termohon: Debitur telah
dilakukan restrukturisasi sebanyak 2 (dua) kali karena telah macet
menyangkut angsuran tunggakan pokok dan margin/bagi hasil dan
meskipun telah dilakukan restrukturisasi sebanyak 2 (dua) kali dan
terakhir telah di restrukturisasi menjadi fasilitas pembiayaan akad
Musyarakah, dimana baki debet/outstandingdibayar pada saat jatuh
tempo (balon payment) dan tunggakan angsuran pokok menjadi zero (0)
Hal. 11 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
dan ternyata dalam perjalanannya Termohon masih saja menunggak
kewajibannya menyangkut bagi hasil dan sudah 4 (empat) bulan tidak
membayar bagi hasil, sehingga meskipun fasilitas kredit yang ada belum
jatuh tempo, akan tetapi karena fasilitas pembiayaan kepada Termohon:
Debitur, komponen hutang yang ada tidak hanya menyangkut pokok/
outstanding/baki debet yang harus dibayar, akan tetapi menyangkut
angsuran pokok, margin/bagi hasil yang harus dibayar dan bagi hasil
dimaksud kenyataannya telah tertunggakselama 4 (empat) bulan, maka
secara hukum nyata dan terbukti telah adanya utang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih;
Selanjutnya menunjuk Pasal 8 huruf a, b Akad Line Musyarakah Nomor
60, Pasal 8 Akad Line Facility Murabahah Nomor 61, Pasal 8 Akad Line
Facility Murabahah Nomor 62, yang pada pokoknya isinya sebagai berikut:
“Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 5 akad ini, Bank berhak untuk
menuntut/menagih seluruh pembayaran Harga Jual yang harus dibayar
lunas oleh nasabah kepada bank berdasarkan akad ini untuk dibayar dengan
seketika dan sekaligus lunas. Cukup sebagai bukti sehingga tidak diperlukan
lagi adanya surat pemberitahuan, surat teguran, atau surat lainnya, apabila
terjadi salah satu hal atau peristiwa di bawah ini:
a. Nasabah lalai untuk melaksanakan kewajiban pembayaran/
pelunasan tepat pada waktu yang diperjanjikan sesuai dengan
tanggal jatuh tempo dalam akad ini;
b. Nasabah tidak membayar kewajiban tiap bulan selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut dan/atau tidak memenuhi salah satu kewajiban
yang telah disepakati dan diberitahukan oleh bank;
c. ……………………………;
d. ……………………………;
e. ……………………………;
f. ……………………………;
g. ……………………………;
h. ……………………………;
i. ……………………………;
j. ….………………………..;
k. ……………………………;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
l. ……………………………;
m. ……………………………;
n. ……………………………;
o. ......................................;
Pasal 9 Akta Pengakuan Hutang Nomor 63 tanggal 16 Februari 2012, Pasal
9 Akta Pengakuan Hutang Nomor 64 tanggal 16 Februari 2012, Pasal 9 Akta
Pengakuan Hutang Nomor 65 tanggal 16 Februari 2012, yang pada
pokoknya isinya sebagai beikut:
“ Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 1 ayat 2, jika terjadi salah satu
hal yang tersebut dibawah ini, maka bank berhak untuk seketika tanpa
somasi lagi mengakhiri pengakuan hutang ini dan menuntut pembayaran
dengan seketika dan sekali lunas dari jumlah uang yang terhutang oleh
Debitur pada bank, baik karena hutang pokok, bunga-bunga, provisi dan
biaya-biaya lainnya yang terhutang berdasarkan perjanjian ini berikut dengan
perubahan, penambahan, dan perpanjangan serta perjanjian-perjanjian
lainnya yang telah dan/atau akan dibuat tanpa suatu peringatan dengan
surat jurus sita atau surat lain berupa itu tidak diperlukan lagi “:
1. ……………………………..;
2. Bilamana angsuran hutang pokok, bunga atau lain-lain yang terhutang
berdasarkan Pengakuan Hutang ini yang dikeluarkan menurut ketentuan
dalam Pasal 3 di atas ini, tidak dibayar lunas pada waktu dan dengan
cara sebagaimana ditentukan dalam Pengakuan Hutang ini dalam hal
mana lewatnya waktu saja merupakan bukti yang sah dan cukup bahwa
Debitur telah melalaikan kewajibannya;
3. …………………………….;
4. …………………………….;
5. Apabila semata-mata menurut pertimbangan bank keadaan keuangan
Debitur, bonafiditasnya dan solvabilitasnya mundur sedemikian rupa
sehingga Debitur tidak dapat membayar hutangnya lagi;
6. …………………………….;
7. …………………………….;
8. …………………………….;
9. …………………………….;
10.…………………………….;
Hal. 13 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
9. Bahwa selanjutnya berdasarkan on the spot ke lapangan, usaha dari
Termohon kenyataan sudah tidak ada lagi (mati), sehingga sumber
payment pengembalian fasilitas pembiayaan Termohon sudah tidak bisa
diharapkan lagi, begitupun Termohon sudah tidak ada itikad mau
membayar kewajibannya kepada Pemohon;
10.Bahwa dengan demikian berdasarkan uraian diatas utang yang ada
sehubungan fasilitas pembiayaan secara hukum telah jatuh waktu dan
ditagih. Untuk itu Pemohon telah melakukan pendekatan-pendekatan
untuk mencari win-win solution penyelesaian pembiayaan bermasalah ini
dan juga telah menyampaikan Surat Peringatan antara lain sebagai
berikut:
a. Surat Peringatan I Nomor 037/DBAR/KCP-BKS/IV/2013 tanggal 2
April 2013;
b. Surat Peringatan II Nomor 122/DBAR/KCP-BKS/VII/2013 tanggal
5 Juli 2013 ;
c. Surat Peringatan III Nomor 226/SKA/BSB/VIII/2013 tanggal 2
Agustus 2013;
d. Surat Pemberitahuan Stock Opname Nomor 270 A/SKA/BSB/
VIII/2013 tanggal 29 Agustus 2013 atas barang dagangan yang
dijaminkan;
e. Somasi /Teguran, Surat Nomor 145/PJSR/XI/2013 tanggal 12
November 2013;
f. Somasi/Teguran Kedua/Terakhir, Surat Nomor150/PJSR/XI/2013
tanggal 25 November 2013;
11.Bahwa berdasarkan uraian di atas jelas terbukti secara sederhana bahwa
Termohon mempunyai utang kepada Pemohon yang telah jatuh waktu
dan dapat ditagih;
12.Bahwa kewajiban-kewajiban Utang Termohon kepada Pemohon
sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 1 angka 6 Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan
sebagai berikut:
“Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik
secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontijen,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi
oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk
mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitor “;
D. Termohon memiliki kreditur lainnya:
13.Bahwa selain itu Termohon: Debitur ternyata mempunyai hutang pula
per data tanggal 31 Januari 2014 kepada:
a. PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Solo, beralamat di Jalan Brigjen
Slamet Riyadi 390, Purwosari, Laweyan Kota/Provinsi: Solo, Kode
pos: 57142, kurang lebih sebesar Rp700.177.829,00 (tujuh ratus
juta seratus tujuh puluh tujuh ribu delapan ratus dua puluh
sembilan rupiah);
b. PT. Bank Bukopin Cabang Solo, beralamat di Jalan Jendral
Sudirman Nomor 10, Solo 57111 Jawa Tengah, kurang lebih
sebesar Rp123.364.191,00 (seratus dua puluh tiga juta tiga ratus
enam puluh empat ribu seratus sembilan puluh satu rupiah);
Sebagai Kreditur Lain;
14.Bahwa dari uraian tersebut di atas telah terbukti bahwa hutang
Termohon: Debitur telah jatuh tempo dan dapat ditagih serta Termohon:
Debitur mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditur;
15.Bahwa karena telah terbukti bahwa Termohon: Debitur mempunyai lebih
dari satu kreditur dan terbukti pula bahwa Termohon: Debitur mempunyai
sedikitnya 1 hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, maka
Termohon mempunyai dasar dan alasan hukum untuk dinyatakan Pailit,
seperti dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang;
Sebaliknya Pemohon mempunyai dasar dan alasan hukum yang kuat
untuk mengajukan permohonan kepailitan terhadap Termohon;
E. Penunjukan dan pengangkatan hakim pengawas dan kurator:
16.Bahwa sehubungan dengan Permohonan Pailit a quo, maka Pemohon
kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Semarang berkenan menunjuk dan mengangkat Hakim Pengawas dari
Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang, menunjuk dan
mengangkat:
Hal. 15 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Firhot Patra Sinaga, S.H., Kurator dan Pengurus yang
terdaftar di Departemen Hukum dan HAM RI Nomor
AHU.AH.04.03-03 tanggal 14 Januari 2013, berkantor di
BOSS & PARTNERS Law Firm, Gedung Arva Lantai 4
Ruang 402 Jalan Cikini Raya Nomor 60, Jakarta Pusat;
• Dita Yudanugraha, S.H., M.Hum. Kurator dan Pengurus
yang terdaftar di Departemen Hukum dan HAM RI Nomor
AHU.AH.04.03-116 tanggal 17 September 2012,
berkantor di Kantor Yudanugraha & Partners Law Offices,
Melia Residence X-17 Nomor 12, Citra Raya – Tangerang
15710;berkenan diangkat sebagai Kurator dalam proses
kepailitan;
17.Bahwa untuk melindungi hak dan kepentingan Pemohon dan guna
mencegah Termohon melakukan tindakan atas kekayaaan yang dapat
merugikan hak dan kepentingan Pemohon dalam rangka mendapatkan
pembayaran penuh atas semua hutang Termohon, Pemohon mohon
agar sebelum menjatuhkan putusan atas permohonan pernyataan pailit
ini, Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang
meletakkan sita jaminan atas harta kekayaan Termohon baik harta
kekayaaan yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian
hari;
Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon Pailit dengan ini mohon
agar Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang
berkenan memberikan putusan sebagai berikut:
1. Mengabulkan Permohonan Pailit Pemohonuntuk seluruhnya;
2. Menyatakan Termohon: Haji Mujiono Rachmat, pailit dengan segala
akibat hukumnya;
3. Menunjuk Hakim Pengawas pada Pengadilan Niaga Semarang untuk
melaksanakan tugasnya sesuai Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Hutang;
4. Menunjuk dan mengangkat:
• Firhot Patra Sinaga, S.H., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di
Departemen Hukum dan HAM RI Nomor AHU.AH.04.03-03 tanggal 14
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Januari 2013, berkantor di BOSS & PARTNERS Law Firm, Gedung Arva
Lantai 4 Ruang 402 Jalan Cikini Raya Nomor 60, Jakarta Pusat;
• Dita Yudanugraha, S.H., M.Hum., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di
Departemen Hukum dan HAM RI Nomor AHU.AH.04.03-116 tanggal 17
September 2012, berkantor di Kantor Yudanugraha & Partners Law Offices,
Melia Residence X-17 Nomor 12, Citra Raya – Tangerang 15710; sebagai
Kurator dalam dalam proses kepailitan ini;
5. Menghukum Termohonuntuk membayar biaya perkara menurut hukum.
Atau
Jika Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang
berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);
Bahwa, terhadap permohonan pernyataan pailit tersebut Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang telah memberikan putusan Nomor 02/
Pailit/2014/PN.Niaga.Smg tanggal 17 April 2014, yang amarnya sebagai berikut:
I. Mengabulkan Permohonan Pailit Pemohon untuk seluruhnya;
II. Menyatakan Termohon Haji Mujiono Rachmat, dalam keadaan pailit
dengan segala akibat hukumnya;
III. Mengangkat:
• Firhot Patra Sinaga, S.H., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di
Departemen Hukum dan HAM RI Nomor AHU.AH.04.03-03 tanggal 14
Januari 2013, berkantor di BOSS & PARTNERS Law Firm , Gedung Arva
Lantai 4 Ruang 402 Jalan Cikini Raya Nomor 60, Jakarta Pusat;
• Dita Yudanugraha, S.H., M.hum., Kurator dan Pengurus yang terdaftar di
Departemen Hukum dan HAM RI Nomor AHU.AH.04.03-116 tanggal 17
September 2012, berkantor di Kantor Yudanugraha & Partners Law
Offices, Melia Residence X-17 Nomor 12, Citra Raya – Tangerang 15710;
sebagai Kurator dalam dalam proses kepailitan ini;
IV. Mengangkat Sdr. H. DWIARSO BUDI SANTIARTO, S.H.,M.Hum sebagai
Hakim Pengawas dalam kepailitan ini;
V. Menghukum Termohon Pailit untuk membayar biaya perkara yang timbul
yang ditaksir sebesar Rp2.061.000,00 (dua juta enam puluh satu ribu
rupiah);
Menimbang, bahwa sesudah Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Semarang tersebut diucapkan dengan dihadiri oleh Kuasa Pemohon dan
Hal. 17 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Kuasa Termohon pada tanggal 17 April 2014 terhadap putusan tersebut
Termohon Pailit melalui kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 24
April 2014 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 25 April 2014
sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 02/Pailit/2014/
PN.Niaga.SMG., Jo. Nomor 06//Pailit/K/2014/PN.Niaga.Smg., yang dibuat oleh
Panitera Pengadilan Negeri/Niaga Semarang, permohonan tersebut disertai
dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga
Semarang pada tanggal 25 April 2014;
Bahwa memori kasasi tersebut telah disampaikan kepada Termohon
Pailit pada tanggal 8 Mei 2014 kemudian Termohon Pailit mengajukan kontra
memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga
Semarang pada tanggal 14 Mei 2014;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta keberatan-
keberatannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama,
diajukan dalam jangka waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-
undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat
diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:
1. Bahwa Pemohon Kasasi menolak Putusan Kepailitan Perkara Nomor 02 /
Pailit/2014 PN.SMG, dan pada dasarnya tetap berpegang teguh atas
tanggapan Termohon semula (sekarang Pemohon Kasasi);
2. Bahwa Majelis Hakim telah salah dalam menerapkan hukumnya sehubungan
dengan Akta Akad Line Facility Musyarakah Nomor 60 dan Akta Pengakuan
Hutang Nomor 63, tertanggal 16 Februari 2012 dalam Perkara Nomor 02/
Pailit/2014 PN.SMG dengan Akta Akad Line Facility Nomor 45 dan Akta
Pengakuan Hutang Nomor 46 tanggal 14 Agustus 2012 dalam Perkara
Nomor 03 / Pailit/2014 PN.SMG memiliki atau terdapat 21 (dua puluh satu)
kesamaan jaminan. Sedangkan antara Akta Addendum II Akad Line Facility
Musyarakah Nomor 201 tanggal 22 Juli 2013 dalam Perkara Nomor 02 /
Pailit/2014 PN.SMG dengan Akta Akad Line Facility Nomor 45 dan Akta
Pengakuan Hutang Nomor 46 tanggal 14 Agustus 2012 dalam Perkara
Nomor 03 / Pailit/2014 PN.SMG juga memiliki atau terdapat 2 (dua)
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
kesamaan jaminan. (Pemohon Kasasi mempunyai ikatan perkawinan
dengan Termohon Perkara Nomor 03 / Pailit/2014 PN.SMG);
Sehingga kesamaan jaminan tersebut menjadi Kabur (obscuur libel) dan
Rancu (Ambigu);
3. Bahwa sudah jelas akad yang digunakan Pemohon dengan Termohon
Kasasi adalah akad musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing-masing pihak memberikan konstribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Kerugian atas akad musyarakah harus dibagi di antara para
mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal. Dan
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah. (vide: Fatwa DSN Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000);
4. Bahwa akad yang dipergunakan oleh Pemohon dengan Termohon Kasasi
adalah akad musyarakah, yang seharusnya keuntungan dan kerugian
Pemohon dan Termohon Kasasi menjadi tanggung jawab bersama sesuai
modal yang ditanamkan. Namun yang terjadi Termohon Kasasi hanya mau
keuntungannya saja dan tidak mau menanggung kerugian bersama dengan
mempersengketakan dan mempailitkan di Pengadilan Niaga yang
seharusnya diselesaikan melalui Arbitrase Syariah;
5. Bahwa pertimbangan-pertimbangan Judex Facti yang dengan tegas dibantah
kebenarannya oleh Pemohon Kasasi karena merupakan pertimbangan yang
keliru karena tidak didasarkan pada fakta-fakta yang benar diantaranya;
a. Pertimbangan Judex Facti dalam menentukan dua atau lebih Kreditur
sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat 1 Undang Undang Nomor 37
Tahun 2004 tidak didasarkan pada prosedur hukum yang berlaku
karena tidak ada Akta notariil akad kredit dari PT. Bank Syariah
Mandiri Cabang Solo dan PT. Bank Bukopin Cabang Solo namun
hanya didasarkan pada Bank Cheking;
b. Tidak adanya Saksi-Saksi dari PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Solo
dan PT. Bank Bukopin Cabang Solo (Kreditur Sparatis) yang menjadi
kunci pokok dalam Pembuktian Perkara A quo;
Hal. 19 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
6. Bahwa atas dasar tersebut diatas, terbukti bahwa Judex Facti telah salah
dalam menerapkan hukum atau melanggar hukum yang berlaku karena
memberikan pertimbangan hukum yang tidak didasarkan pada fakta-fakta
hukum yang sebenarnya;
Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah
Agung berpendapat:
Bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah
meneliti secara saksama memori kasasi tanggal 24 April 2014 dan kontra
memori tanggal 14 Mei 2014 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti
dalam hal ini Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang tidak salah
menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:
Bahw, keputusan pailit telah memenuhi syarat Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaraan Utang;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang Nomor 02/
Pailit/2014/PN.Niaga.Smg tanggal 17 April 2014, dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, sehingga permohonan
kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi HAJI MUJIONO RACHMAT,
tersebut harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi ditolak, Pemohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya perkara
dalam tingkat kasasi ini;
Memperhatikan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Undang-Undang
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan Perubahan Kedua dengan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan;
M E N G A D I L I
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi HAJI MUJIONO
RACHMAT, tersebut;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menghukum Pemohon Kasasi/Termohon Pailit untuk membayar biaya
perkara dalam tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta
rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
pada Mahkamah Agung pada hari Jum’at tanggal 28 November 2014 oleh
H.MAHDI SOROINDA NASUTION, SH., MHum., Hakim Agung yang ditetapkan
oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, I GUSTI AGUNG
SUMANANTHA, SH., MH., dan Dr. ABDURRAHMAN, SH., MH., Hakim-Hakim
Agung, masing-masing sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh
Anggota-Anggota tersebut dan NAWANGSARI, SH., MH., Panitera Pengganti
tanpa dihadiri oleh para Pihak.
Anggota-Anggota, K e t u a,
Ttd/ H.MAHDI SOROINDA NASUTION, SH., MHum.
Ttd/ I GUSTI AGUNG SUMANANTHA, SH., MH.
Ttd/ Dr. ABDURRAHMAN, SH., MH.
Panitera Pengganti,
Biaya-biaya: Ttd/ NAWANGSARI, SH., MH.
1. Meterai : Rp 6.000,002. Redaksi : Rp 5.000,003. Administrasi Kasasi: Rp4.989.000,00 +Jumlah : Rp5.000.000,00
Untuk Salinan Mahkamah Agung R.I.
a.n. Panitera Panitera Muda Perdata Khusus
Rahmi Mulyati, SH.MH
Hal. 21 dari 22 hal Put. Nomor 354 K/Pdt.Sus-Pailit/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
NIP : 19591207 1985 12 2 002
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 1 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
P U T U S A N
Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PENGADILAN TINGGI DKI JAKARTA yang memeriksa dan mengadili
perkara perdata dalam peradilan tingkat banding telah menjatuhkan putusan
seperti tersebut di bawah ini dalam perkara antara :
Drs. CIPTO SULISTIO, bertempat tinggal di Jalan Jatiwaringin Nomor 9
Pangkalan Jati, Jakarta Timur, dalam hal ini diwakili oleh kuasa
kepada DENY WAHYUDI, S.H., beralamat di Jalan Taruna
Jaya Nomor 16, Cibubur, Jakarta Timur 13720, berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tanggal 2 Oktober 2017, selanjutnya disebut
sebagai PEMBANDING semula PENGGUGAT;
MELAWAN
1. PT. BANK PERMATA TBK, berkedudukan di Jakarta Selatan,
berkantor di Gedung WTC II Jalan Jenderal Sudirman Kav 29 –
31, Jakarta Selatan 12920, dalam hal ini diwakili oleh kuasanya 1.
DONNY RUSTRIYANDI DASUKI, S.H., M.H., 2. M. YUSUF ADIDANA,
S.H., M.H., 3. ANDIKA DIMAS RAMANDA, S.H., 4. PURWO
SUSANTO, S.H., 5. DEVIS DERSI ANUGRAH, S.H., M.H.,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 217/2017, tanggal 16
Nopember 2017, selanjutnya disebut TERBANDING I semula
TERGUGAT I ;
2. PT. BALAI LELANG PRATAMA, berkedudukan dan berkantor di
Gedung MTH Square, Lantai 2. Unit 0220, Jalan MT. Haryono, Kav.
10, Jakarta Timur, selanjutnya disebut TERBANDING II semula
TERGUGAT II;
Pengadilan Tinggi tersebut ;
Telah membaca :
1. Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor 79/PDT/2018/
PT DKI., tanggal 06 Februari 2018 tentang Penunjukan Majelis Hakim
untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam tingkat banding ; -------
2. Berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan dengan perkara ini ; -
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 2 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
TENTANG DUDUKNYA PERKARA ;
Membaca, surat gugatan Penggugat tanggal 13 Februari 2017, yang
telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tanggal 13
Februari 2017 telah mengajukan gugatan yang pada pokoknya sebagai berikut :
1. Bahwa Penggugat telah menerima fasilitas kredit dari Tergugat I, sesuai
Perjanjian Line Facility Pembiayaan Ijarah Nomor. PS/14/2359-A/N/SYR
dan sesuai Term Sheet Pembiayaan Syariah No.151/SMESYR-Reg2/IV/14,
Tanggal 25 April 2014 sebesar Rp. 4.000.000.000,- (empat milyar rupiah);
2. Bahwa atas fasilitas kredit tersebut dalam butir 1 di atas, Penggugat telah
menjaminkan (tujuan fasilitas) sebuah rumah tinggal yang terletak di jalan
Jatiwaringin Komplek AURI No.7 Blok H Cipinang Melayu, Makasar Jakarta
Timur, sesuai SHM No. 2969/Cipinang Melayu;
3. Bahwa jangka waktu fasilitas kredit yang diberikan oleh Tergugat I kepada
Penggugat, sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Line Facility Ijarah
Nomor. PS/14/2359-A/N/SYR dan sesuai Term Sheet Pembiayaan Syariah
No.151/SMESYR-Reg2/IV/14, Tanggal 25 April 2014, adalah selama 60
(enam puluh) bulan ;
4. Bahwa untuk fasilitas kredit yang diberikan oleh Tergugat I tersebut dalam
butir 1 di atas, Penggugat memiliki itikad baik dengan melakukan kewajiban
pembayaran angsuran pokok sejak Mei 2014 sampai dengan Juni 2016
sebesar Rp. 1.666,666,667,- (satu milyar enam ratus enam puluh enam juta
enam ratus enam puluh enam ribu enam ratus enam puluh tujuh rupiah),
dan kewajiban pokok per bulan Juli 2016 sebesar Rp. 2.333,333,333,- (dua
milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus tiga puluh tiga ribu tiga ratus
tiga puluh tiga rupiah). Termasuk juga Penggugat telah membayar
kewajiban bunga setiap bulanya kepada Tergugat I;
5. Bahwa Penggugat memang ada telat bayar angsuran yang telah ditentukan,
dikarenakan kondisi cash flow usaha Penggugat sedang mengalami
kendala. Tetapi Penggugat terus berupaya untuk memenuhi kewajibannya
dalam membayar angsuran kredit yang telah ditentukan kepada Tergugat I;
6. Bahwa ketika Penggugat sedang berupaya untuk membayar angsuran
kredit yang tertunggak kepada Tergugat I, tiba-tiba Penggugat menerima
surat dari Tergugat II No. 69/BLP/I/2017, Tanggal 18 Januari 2017 Perihal
Pelaksanaan Kegiatan Pra Lelang atas jaminan kredit rumah tinggal yang
terletak di Jalan Jatiwaringin Komplek AURI Kav. No.7 Blok H, Kelurahan
Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar Jakarta Timur;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 3 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
7. Bahwa Penggugat merasa kaget dan dilanggar hak subyektifnya dengan
adanya surat dari Tergugat II tersebut dalam butir 6 di atas, dikarenakan
sejak bulan Juni 2016 sampai dengan sekarang Penggugat belum pernah
menerima surat peringatan I, II dan III dari Tergugat I berkaitan dengan
tunggakan kewajiban terhadap fasilitas kredit dimaksud. Akan tetapi kenapa
tiba-tiba Tergugat I melalui Tergugat II mengirim surat kepada Penggugat
perihal Pelaksanaan Kegiatan Pra Lelang atas rumah tinggal Penggugat,
sebagaimana tersebut dalam butir 6 di atas;
8. Bahwa atas surat Tergugat II tersebut dalam butir 6 dan 7 di atas,
Penggugat merasa terancam akan kehilangan rumah tinggal yang menjadi
jaminan fasilitas kredit dimaksud, padahal Penggugat masih sanggup
dan/atau tetap berupaya untuk membayar kewajiban sebagaimana surat
Penggugat tanggal 08 Februari 2017 yang ditujukan kepada Tergugat II dan
ditembuskan juga ke Tergugat I yang pada pokoknya tetap berkomitmen
menyelesaikan seluruh tunggakan pinjaman dimaksud kepada Tergugat I;
9. Bahwa karena Penggugat merasa terancam akan kehilangan rumah tinggal
yang menjadi jaminan kredit tersebut dalam butir 2 di atas, akibatnya juga
Penggugat akan mengalami kerugian besar baik materiil maupun inmateriil.
Dengan demikian tindakan Tergugat I melalui Tergugat II yang akan
melakukan pra lelang terhadap jaminan kredit berupa rumah tinggal yang
terletak di Jalan Raya Jatiwaringin Komplek AURI No. 7 Blok H Cipinang
Melayu, Makasar Jakarta Timur adalah perbuatan yang melawan hukum
(PMH), melanggar Pasal 1365 KUHPerdata;
10. Bahwa dalam Pasal 1365 KUHPerdata disebutkan bahwa “Tiap perbuatan
melanggar hukum, orang yang membawa kerugian kepada lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.” Atas penjabaran Pasal 1365 KUHPerdata tersebut maka
Tergugat I terbukti telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum (PMH)
terhadap Hak Penggugat.
11. Bahwa bilamana Pelaksanaan Pra Lelang tetap dilaksanakan oleh Tergugat
II yang mewakili Tergugat I terhadap jaminan kredit berupa rumah tinggal
yang terletak di Jalan Raya Jatiwaringin Komplek AURI No. 7 Blok H
Cipinang Melayu, Makasar Jakarta Timur maka hal tersebut dapat
berdampak pada Trust (kepercayaan) rekan bisnis dan/atau Bank Pemberi
Fasilitas Kredit lainnya terhadap Penggugat dimana Penggugat selalu
bersentuhan dengan pihak perbankan dalam usahanya.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 4 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
12. Bahwa kerugian yang akan dialami Penggugat baik kerugian materiil
maupun inmateriil, dengan adanya pelaksanaan Pra Lelang yang akan
dilakukan oleh Tergugat I melalui Tergugat II adalah sebagai berikut :
12.1. Kerugian materiil hilangnya asset Penggugat (yang
dijaminkan/agunkan) yang kalau dinilai sebesar Rp. 15.000.000.000,-
(lima belas milyar rupiah);
12.2. kerugian inmateriil, Penggugat merasa sudah tidak dipercaya lagi
oleh instansi perbankan sehingga mengakibatkan seluruh Bank
pemberi kredit, meminta fasilitas kreditnya untuk segera di lunasi.
Maka jika dinilai kerugian inmateriil tersebut adalah sebesar Rp
50.000.000.000, - (lima puluh milyar rupiah);
13. Bahwa Penggugat mengajukan gugatan ini tanpa maksud untuk
menghindar dari kewajiban tunggakan angsuran yang telah disepakati
kepada Tergugat I melainkan Penggugat merasa tidak diberikan
kesempatan oleh Tergugat I untuk memenuhi kewajiban atas Fasilitas Kredit
yang telah diberikan. Padahal Penggugat sudah melakukan pembayaran
tersebut dalam butir 4 di atas dan Penggugat tetap berkomitmen untuk
melaksanakan kewajiban tersebut sebagaimana disebutkan dalam butir 8
diatas. Kecuali kalau Penggugat sama sekali tidak membayar;
14. Bahwa agar gugatan Penggugat tidak illosoir (sia-sia), maka Penggugat
mengajukan Permohonan Sita Jaminan (CB) terhadap Kantor Tergugat I
yang terletak di Gedung WTC II Jalan Jend.Sudirman Kav. 29-31 Jakarta
12920;
15. Bahwa gugatan Penggugat ini adalah berdasarkan bukti-bukti yang jelas
dan/atau otentik, untuk itu sepatutnyalah gugatan Penggugat dikabulkan
untuk seluruhnya;
Berdasarkan hal-hal dan alasan hukum di atas, Penggugat memohon dengan
hormat kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Timur c.q. Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan memutuskan :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum (PMH);
3. Menghukum Tergugat I untuk memberikan perpanjangan waktu bayar
angsuran kredit/pelunasan kredit kepada Penggugat, sampai waktu yang
ditentukan oleh undang-undang dan/atau sampai putusan ini telah
berkekuatan hukum tetap;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 5 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
4. Menghukum Tergugat I dan Tergugat secara tanggung renteng untuk
membayar kerugian Penggugat, baik kerugian materiil maupun Kerugian
inmateeriil yang masing-masing ;
a. Kerugian Materiil sebesar Rp.15.000.000.000,- (lima belas milyar
rupiah);
b. Kerugian Inmateriil sebesar Rp.50.000.000.000,- (lima puluh milyar
rupiah).
5. Sita Jaminan (CB) yang diajukan oleh Penggugat terhadap kantor Tergugat
I adalah sah dan berharga;
6. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk membayar biaya yang timbul
dalam perkara ini;
Membaca surat jawaban Tergugat I tertanggal 05 Juli 2017 yang pada
pokoknya sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
KOMPETENSI ABSOLUT
Bahwa yang menjadi dasar dalam gugatan Penggugat adalah mengenai adanya
Perbuatan Melawan Hukum sehubungan dengan dilakukannya Pra Lelang atas
jaminan Penggugat, yang berupa Tanah dan Bangunan yang dibuktikan dengan
kepemilikan yaitu Sertifikat Hak Milik Nomor.2969/Cipinang Melayu yang
terletak di Jalan Jatiwaringin Komplek AURI Kav. No.7 Blok H, Kelurahan
Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.
Bahwa sesuai Akad Pembiayaan Syariah Nomor:PS/14/2359-B/N/SYR
tertanggal 05 Mei 2014 pasal 24 dijelaskan mengenai Hukum yang berlaku dan
Penyelesaian Perselisihan antar Penggugat dengan Tergugat I, yakni dalam
butir 24.3, yang berbunyi :
" maka mengenai akad dan semua akibatnya serta pelaksanaannya para pihak
memilih tempat kediaman hukum yang tetap dan tidak berubah di Kantor
Pengadilan Agama Jakarta Timur di Jakarta "
Bahwa sesuai pasal 1338 Kitab Undang - Undang Hukum Acara Perdata,
disebutkan :
" Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya "
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak
berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara a quo.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 6 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
KOMPETENSI RELATIF
Bahwa gugatan Penggugat halaman 1 menyebutkan domisili Tergugat I
yakni berada diwilayah hukum Kotamadya Jakarta Selatan, namun gugatan
diajukan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Hal ini tidak sesuai
dengan hukum acara perdata, merujuk kepada ketentuan Pasal 118 HIR
ayat I (Actor Sequitur Forum Rei), disebutkan :
" Tuntutan (gugatan) perdata yang pada tingkat pertama termasuk lingkup
wewenang pengadilan negeri, harus diajukan dengan surat permintaan
(surat gugatan) yang ditandatangani oleh Penggugat, atau wakilnya
menurut pasal 123, kepada Ketua Pengadilan Negeri di tempat diam si
Tergugat........................................................"
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Tergugat I mohon Majelis Hakim
yang memeriksa dan memutus perkara a quo setidak-tidaknya menyatakan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak berwenang untuk memutus dan
memeriksa perkara aquo atau menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat
diterima.
DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa dalil-dalil yang telah dikemukakan oleh Tergugat I dalam
Eksepsi mohon dianggap pula termasuk dalam Pokok Perkara dimana
satu sama lain merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan;
2. Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil yang
dikemukakan Penggugat dalam gugatannya kecuali yang diakui secara
jelas dan tegas oleh Tergugat I;
3. Bahwa Penggugat adalah Debitur dari Tergugat I yang telah menerima
fasilitas Pinjaman sebagaimana Akad Pembiayaan dengan Nnmor :
PS/14/2359-B/N/SYR, tertanggal 05 Mei 2014 (selanjutnya disebut
dengan "Perjanjian").
4. Bahwa untuk memberikan jaminan atas terlaksananya pengembalian
fasilitas kredit yang telah diperoleh Penggugat berdasarkan Akad
Pembiayaan tersebut, Penggugat telah memberikan jaminan Hak
Tanggungan kepada Tergugat, yaitu :
• Sebidang Tanah dan Bangunan yang dibuktikan berdasarkan
Sertifikat Hak Milik Nomor 2969/Cipinang Melayu, yang terletak di
Jalan Jatiwaringin Komplek AURI No.7 Blok H, Kelurahan Cipinang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 7 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur;
• Seluruh bidang tanah diatas beserta dengan segala sesuatu
turutan-turutannya yang terdapat diatas bidang tanah tersebut,
melekat, tertanam, yang menurut peraturan perundang-undangan
dianggap sebagai barang tetap, telah dilekatkan dengan Sertifikat
Hak Tanggungan Peringkat Pertama No.2787/2014 tanggal 30-05-
2014.
5. Bahwa karena Penggugat tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana mestinya, sehingga berdasarkan Pasal 20 Ayat 20.1
Huruf a Perjanjian, mengenai cidera janji dan akibatnya, disebutkan:
" NASABAH lalai melaksanakan suatu kewajiban atau melanggar
suatu ketentuan yang termaktub dalam akad, terutama (namun tidak
terbatas) bilamana NASABAH tidak atau lalai membayar penuh dan
lunas pada waktunya kepada BANK, nilai sewa dan Iain-lain jumlah
uang yang sudah wajib dibayar lunas (sudah jatuh tempo) ".
Maka Tergugat I demi menyelamatkan kredit yang telah diberikan
kepada Penggugat, Tergugat I melakukan Penjualan melalui lelang atas
jaminan Penggugat.
6. Bahwa dalam ayat 20.5 Huruf a dan b, disebutkan :
a. Dalam jangka waktu 5 (lima) Hari Kerja setelah diakhirinya Akad
berdasarkan Pasal 20.2 diatas, Bank akan meminta NASABAH
untuk memenuhi janjinya berdasarkan Pernyataan Kesanggupan
untuk Membeli Nomor:PS/14/2359-E/N/SYR tertanggal 05- 05-2014
yang telah dibuat dan ditandatangani oleh NASABAH;
b. Dalam hal NASABAH gagal memenuhi janjinya berdasarkan
Pernyataan Kesanggupan untuk membeli dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam pasal 20.5.a diatas, dan BANK tidak
mengajukan gugatan melalui Pengadilan Agama, BANK dapat
menjual Obyek Sewa kepada NASABAH atau pihak ketiga lainnya
yang disetujui oleh BANK untuk menutup kerugian BANK akibat
Nilai Sewa yang telah terhutang oleh NASABAH. Dalam hal ini
pengalihan hak kepemilikan akan dilakukan kepada NASABAH,
namun NASABAH tidak/belum memenuhi persyaratan sesuai
perundang-undangan yang berlaku untuk memiliki Obyek Sewa
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 8 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
tersebut, maka NASABAH bersedia dan setuju untuk melakukan
proses penyesuaian atas status bukti kepemilikan hak atas Obyek
Sewa tersebut dengan biaya sepenuhnya ditanggung oleh
NASABAH.
7. Bahwa sesuai dalil gugatan Penggugat Poin 6 sampai dengan 9,
adalah tidak benar, sebagaimana poin 4 diatas Tergugat I merujuk
berdasarkan Akta Pernyataan Kesanggupan untuk Membeli
Nomor:PS/14/2359-E/N/SYR tertanggal 05-05-2014 yang ditanda
tangani oleh Penggugat, dan mengacu kepada Point 4.b diatas
Penggugat tidak dapat memenuhi kewajibannya. Atas hal tersebut demi
penyelamatan kredit yang telah diberikan oleh Tergugat I kepada
Penggugat, maka Tergugat I melalui perantara Tergugat II melakukan
Penjualan melalui lelang untuk menutupi kewajiban Penggugat
terhadap Tergugat I .
8. Bahwa dalil Penggugat dalam poin 14 Gugatannya tentang Sita
Jaminan adalah dalil yang keliru karena selain seluruh dalil-dalil
Penggugat telah terpatahkan, permohonan Sita Jaminan tersebut tidak
memenuhi persyaratan sebagimana diatur dalam ketentuan Pasal 227
ayat (1) HIR, yaitu harus adanya sangka yang beralasan bahwa si
Tergugat sebelum putusan dijalankan atau dilaksanakan mencari akal
akan menggelapkan atau melarikan barang-barangnya. Oleh
karenanya permohonan Sita Jaminan haruslah ditolak;
9. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, sudah selayaknya Majelis
Hakim menolak seluruh dalil dan Permohonan dalam gugatan
Penggugat.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka
dengan ini kami mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat, agar
berkenan kiranya memeriksa perkara ini dan selanjutnya memutuskan,
dengan putusan sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
- Menerima dan mengabulkan Eksepsi Tergugat I
- Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak berwenang untuk
memeriksa dan memutus perkara a quo. Atau
- Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 9 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
Dalam Pokok Perkara:
- Menolak Seluruh Gugatan Penggugat.
- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dari
perkara a quo.
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, Tergugat I mohon agar Majelis
Hakim menjatuhkan putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Membaca, putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor
62/Pdt.G/2017/PN Jkt.Tim, tanggal 28 September 2017 yang telah menjatuhkan
putusan yang amarnya sebagai berikut :
MENGADILI
DALAM EKSEPSI
Menolak Eksepsi Tergugat I
DALAM POKOK PERKARA
1. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima ;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
881.000,- (delapan ratus delapan puluh satu ribu rupiah) ;
Membaca berturut-turut :
1. Relaas pemberitahuan isi putusan tanggal 28 September 2017 yang dibuat
oleh Dwi Widiyarti, S.H. Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Jakarta
Timur tanggal 01 November 2017, menerangkan bahwa telah diberitahukan
dan diserahkan relaas tentang isi putusan pengadilan kepada Tergugat II ;
2. Risalah pernyataan permohonan banding tanggal 10 Oktober 2017 yang
dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Penggugat melalui
kuasanya Deny Wahyudi, S.H., menerangkan bahwa pada tanggal 10
Oktober 2017, telah mengajukan permohonan banding terhadap putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur, tanggal 28 September 2017, Nomor :
62/Pdt.G/2017/PN Jkt.Timur tersebut ;
3. Relaas pemberitahuan pernyataan permohonan banding tanggal 18 Oktober
2017 yang dibuat oleh Jurusita/Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan guna memenuhi permintaan dari Pengadilan Negeri Jakarta
Timur sesuai dengan suratnya tertanggal 16 Oktober 2017, Nomor :
W10.U5/6800/HT.04.10/X/2017 menerangkan bahwa pada tanggal 10
Oktober 2017, kepada pihak lawannya telah diberitahukan adanya
permohonan banding tersebut;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 10 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
4. Relaas pemberitahuan pernyataan permohonan banding tanggal 20
Oktober 2017 yang dibuat oleh Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri
Jakarta Timur, menerangkan bahwa pada tanggal 10 Oktober 2017,
kepada pihak lawannya telah diberitahukan adanya permohonan banding
tersebut ;
5. Memori banding tanggal 09 November 2017, yang diajukan oleh Denny
Wahyudi, S.H. kuasa hukum Penggugat, diterima di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur, tanggal 09 November 2017, telah
diserahkan salinan resminya kepada pihak lawannya pada tanggal 10
November 2017 dan tanggal 16 November 2017 ;
6. Kontra memori banding tanggal 24 November 2017, yang diajukan oleh
Tergugat I, diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Timur,
tanggal 29 November 2017, telah diserahkan salinan resminya kepada
pihak lawannya pada tanggal 29 November 2017 ;
7. Risalah pemberitahuan memeriksa berkas perkara yang dibuat oleh
Jurusita/Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri Jakarta Timur, yang
menerangkan bahwa masing-masing pihak, pada tanggal 01 Oktober
2017, tanggal 10 Oktober 2017 dan tanggal 27 Oktober 2017, telah diberi
kesempatan untuk mempelajari berkas perkara tersebut ;
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur, yang
diajukan banding tersebut dijatuhkan pada tanggal 28 September 2017, dengan
dihadiri Kuasa Penggugat dan Kuasa Tergugat I tanpa dihadiri Tergugat II,
selanjutnya Kuasa Penggugat mengajukan permohonan banding pada tanggal
10 Oktober 2017, dengan demikian permohonan banding dari Pembanding
semula Penggugat, telah diajukan dalam tenggang waktu banding selama 14
hari, sesuai dengan tata cara serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
oleh Undang-Undang karena itu permohonan banding tersebut secara formal
dapat diterima ;
Menimbang, bahwa Pembanding semula Penggugat di dalam Memori
Bandingnya mengemukakan keberatan dengan putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Timur, yang menyatakan Penggugat tidak mengindahkan peringatan
dari Tergugat I sebanyak 3 (tiga) kali, dan keberatan dengan pertimbangan
judex facti tingkat pertama, yang menyatakan bahwa Tergugat II belum
melaksanakan lelang sebagaimana yang dimintakan oleh Tergugat I, maka
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 11 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
Tergugat I dan Tergugat II belum dapat dinyatakan melakukan perbuatan
melawan hukum;
Bahwa selanjutnya Pembanding semula Penggugat keberatan dengan
pertimbangan Judex Facti Tingkat Pertama, yang tidak mempertimbangkan
bukti Pembanding (bukti P-3 dan P-8), tidak mengindahkan pedoman Peraturan
Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan
bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah terhadap nasabah, dalam Pasal 1
angka 7, restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam
rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya antara lain
melalui : 1. Penjadwalan kembali (rescheduling);
2. Persyaratan kembali (reconditioning);
3. Penataan kembali (restructuring);
4. Konversi pembiayaan, penyertaan modal sementara;
Bukti ini secara yuridis membuktikan bahwa Pembanding masih memiliki hak
untuk mendapat kesempatan dilakukannya restrukturisasi pembayaran atas
kewajibannya kepada para Terbanding, mohon Majelis Hakim Pengadilan Tinggi
Jakarta berkenan menyatakan para Terbanding melakukan perbuatan melawan
hukum dan menghukum para Terbanding membayar biaya perkara;
--------- Menimbang, bahwa Terbanding I semula Tergugat I di dalam Kontra
Memori bandingnya menyatakan pada pokoknya bahwa Terbanding I semula
Tergugat I tetap berketetapan bahwa pertimbangan dan amar putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 62/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Tim., tanggal 28
September 2017 sudah tepat dan benar;
Bahwa, dalil Pembanding/Penggugat menyatakan para Terbanding tidak
menjalankan azas kehati-hatian adalah tidak beralasan, karena dalam Akad
Pembiayaan Nomor PS/14/2359-B/N/SYR, tanggal 05 Mei 2014, tegas diatur
mengenai cidera janji dan akibatnya, tindakan Pembanding/Penggugat hanya
merupakan upaya agar menunda eksekusi yang akan dilakukan oleh para
Tergugat;
Bahwa, dalil Pembanding/Penggugat mengenai Terbanding/Tergugat I
tidak menjalankan azas kehati-hatian dan tidak mengindahkan Pedoman
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008, adalah dalil yang keliru
karena Peraturan Bank Indonesia tersebut tidak dimaksudkan untuk mewajibkan
Bank menempuh langkah restrukturisasi terhadap penyelesaian kredit
bermasalah, tetapi peraturan tersebut hanya berisi langkah-langkah apabila
Bank memberikan restrukturisasi kredit, dengan demikian tidak kewajiban bagi
Terbanding/Tergugat I untuk melakukan restrukturisasi Pembanding/Penggugat,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 12 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
sesuai prinsip kehati-hatian, serta berdasarkan fakta yang ada, sejak Juli 2016
hingga saat ini proses banding berjalan, Pembanding/Penggugat tidak
melaksanakan kewajibannya kepada Terbanding/Tergugat I, karenanya mohon
Majelis Hakim Tingkat Banding menolak permohonan banding
Pembanding/Penggugat;
--------- Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding setelah memeriksa
dan mempelajari serta meneliti berkas perkara Putusan Sela Pengadilan Negeri
Jakarta Timur, Nomor 62/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Tim., tanggal 3 Agustus 2017, dan
Putusan Akhir tanggal 28 September 2017, baik dalil-dalil Penggugat, jawaban
Tergugat, alat-alat bukti yang diajukan oleh Penggugat/Pembanding dan
Tergugat/Terbanding di depan persidangan serta pertimbangan hukum
pendapat dan kesimpulan dalam putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur
tersebut, dihubungkan dengan memori-banding dan kontra memori banding,
selanjutnya Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
Menimbang, bahwa Tergugat I, dalam jawabannya tanggal 5 Juli 2017
telah mengajukan eksepsi kompetensi absolute, yang pada pokoknya
menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak berwenang mengadili ,
bahwa gugatan Penggugat adalah mengenai adanya perbuatan melawan
hukum atas dilakukannya pra lelang atas jaminan Penggugat berupa tanah dan
bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor 2969/Cipinang Melayu, yang terletak di
Jalan Jatiwaringin Komplek AURI Kav. Nomor 7, Blok H, Kelurahan Cipinang
Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, berdasarkan Akad Pembiayaan
Syariah Nomor PS/14/2359-B/N/SYR, tanggal 05 Mei 2014, Pasal 24, dijelaskan
bahwa hukum yang berlaku dan penyelesaian perselisihan antara Penggugat
dan Tergugat I, para pihak memilih tempat kediaman hukum yang tetap dan
tidak berubah di Kantor Pengadilan Agama Jakarta Timur di Jakarta;
Menimbang, bahwa selain itu Tergugat I juga mengajukan eksepsi
kompetensi relatif, yang menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak
berwenang mengadili perkara aquo karena Penggugat menyatakan domisili
Tergugat I berada di wilayah hukum Kotamadya Jakarta Selatan namun
gugatan diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, hal ini tidak sesuai
dengan hukum acara perdata Pasal 118 HIR ayat (1) (actor sequitur forum rei);
Menimbang, bahwa atas eksepsi kompetensi absolute dan kompetensi
relatif tersebut di atas Majelis Hakim Tingkat Pertama telah menjatuhkan
Putusan Sela tanggal 3 Agustus 2017, yang menyatakan menolak alasan
eksepsi tersebut dengan pertimbangan pada pokoknya bahwa Penggugat telah
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 13 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
menerima fasilitas kredit dari PT. Bank Permata, tbk (Tergugat I), bukan dari
Bank Syariah, dan salah satu Tergugat yaitu Tergugat II berdomisili di wilayah
hukum Kotamadya Jakarta Timur, yaitu di Gedung MTH Square Lt.2, Unit 0220,
Jalan MT Haryono, Nomor 10 Jakarta Timur, sehingga Pengadilan Negeri
Jakarta Timur berwenang memeriksa perkara ini;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding tidak sependapat
dengan pertimbangan dan putusan sela Majelis Hakim Tingkat Pertama di atas,
dan Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa Pengadilan Negeri
Jakarta Timur tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara aquo karena
hubungan Penggugat dan Tergugat I berdasarkan Term Sheet Pembiayaan
Syariah, Nomor 151/SMESYR-Reg2/IV/14/25 April 2014, bukti P-1, dan
Perjanjian Line Fasility Pembiayaan Ijarah Nomor PS/14/2359-A/N/SYR, tanggal
5 Mei 2014 bukti P-2, dengan jumlah fasilitas pembiayaan dari Tergugat I
sebesar Rp4.000.000.000,- (empat milyar rupiah), ternyata Tergugat I dalam
perjanjian dengan Penggugat adalah PT Bank Permata Tbk, sebagai Unit
Usaha Syariah, yang OC Manager SME Syariahnya adalah R.Beni Hidayat dan
Head of Area SME Syariahnya M.Syaeful Huda, sebagaimana bukti P1;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1 dan P2 di atas terbukti
bahwa perjanjian antara Tergugat I dan Penggugat atau antara Bank dan
Nasabah adalah perjanjian dalam bidang ekonomi syariah, karena perkara
tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip hukum syariah, yaitu Tergugat I dan
Penggugat sepakat bahwa pelaksanaan perjanjian pembiayaan berdasarkan
prinsip-prinsip syariah sebagaimana ditetapkan dalam Al Quran, Al Sunnah dan
fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia, yang
pelaksanaannya berdasarkan ketentuan-ketentuan Bank Indonesia,
sebagaimana tersebut dalam Pasal 2 Perjanjian Line Fasility Pembiayaan Ijarah
Nomor PS/14/2359-A/N/SYR, tanggal 5 Mei 2014, bukti P-2a= bukti TI-1;
Menimbang, bahwa Perjanjian Line Fasility Pembiayaan Ijarah di atas,
diatur pula pengadilan yang berwenang mengadili jika terjadi perselisihan, yaitu
Pasal 18.11, huruf c, bahwa apabila musyawarah sebagaimana dimaksud
dalam huruf b, “… jika musyawarah tidak menghasilkan kata sepakat mengenai
penyelesaian perselisihan maka mengenai perjanjian pembiayaan dan semua
akibatnya serta pelaksanaannya para pihak memilih tempat kediaman hukum
yang tetap dan tidak berubah di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Agama
Jakarta Selatan di Jakarta”;
Menimbang, bahwa sesuai pula dengan Pasal 49 huruf i, Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 14 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
1989 tentang Peradilan Agama, mengatur Pengadilan Agama bertugas dan
berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang, a. perkawinan, b. waris, c.
wasiat, d. hibah, e. wakaf, f. zakat, g. infaq, h. shadaqah dan i. ekonomi
syari’ah, dengan demikian untuk perkara ekonomi syariah menjadi kewenangan
absolut dari Pengadilan Agama, dalam perkara aquo adalah Pengadilan Agama
Jakarta Selatan;
Menimbang, bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Majelis
Hakim Tingkat Banding berpendapat bahwa alasan-alasan eksepsi kompetensi
absolute dari Tergugat I bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak
berwenang memeriksa dan mengadili perkara aquo beralasan dan menyatakan
eksepsi Tergugat I tentang kompetensi absolute dapat diterima;
Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi kompetensi absolute dapat
diterima maka eksepsi kompetensi relatif tidak beralasan dan harus dinyatakan
tidak dapat diterima;
DALAM POKOK PERKARA
--------- Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang
dimintakan banding sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi kompetensi absolute dapat
diterima, maka gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima;
Menimbang, bahwa mengenai memori banding dari Pembanding semula
Penggugat dan kontra memori banding sudah mengenai pokok perkara maka
memori banding dan kontra memori banding tidak perlu dipertimbangkan lagi;
--------- Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka
Putusan Sela Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Nomor
62/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Tim., tanggal 3 Agustus 2017 dan Putusan Akhir tanggal
28 September 2017, yang dimohonkan banding tersebut, tidak dapat
dipertahankan dalam tingkat banding, oleh karenanya harus dibatalkan dan
mengadili sendiri sebagaimana tersebut dalam amar putusan di bawah ini;
--------- Menimbang, bahwa oleh karena Pembanding semula Penggugat tetap
sebagai pihak yang kalah, maka biaya yang timbul dalam perkara ini akan
dibebankan kepada Pembanding semula Penggugat untuk kedua tingkat
peradilan, yang besarnya sebagaimana tersebut dalam amar putusan ini;
Memperhatikan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan
Agama, Perma Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 15 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Undang-
Undang RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-
Undang RI Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan Umum, Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan Untuk Jawa dan Madura,
Pasal-pasal KUHPerdata, Ketentuan-Ketentuan HIR dan peraturan perundang-
undangan lainnya berhubungan ;
M E N G A D I L I
I. Menerima permohonan banding dari Pembanding semula Penggugat ;
II. Membatalkan Putusan Sela Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Nomor
62/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Tim., tanggal 3 Agustus 2017 dan Putusan Akhir
tanggal 28 September 2017, yang dimohonkan banding tersebut ;
MENGADILI SENDIRI
DALAM EKSEPSI
1. Menyatakan eksepsi kompetensi absolute dapat diterima;
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak berwenang
memeriksa, mengadili dan memutus perkara aquo;
DALAM POKOK PERKARA
1. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
III. Menghukum Pembanding semula Penggugat membayar biaya perkara
untuk kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar Rp.
150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) ;
Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada hari : Selasa, tanggal 03 April 2018 oleh
Kami : IMAM SUNGUDI, S.H., Hakim Tinggi pada Pengadilan Tinggi DKI
Jakarta selaku Ketua Majelis, Hj. ELNAWISAH, S.H., M.H., dan SRI ANDINI,
S.H., M.H., masing-masing Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi DKI Jakarta selaku
Hakim Anggota, yang berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Jakarta
Nomor 79/PEN/PDT/2018/PT DKI., tanggal 06 Februari 2018 ditunjuk sebagai
Majelis Hakim untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini dalam
tingkat banding, putusan mana diucapkan oleh Hakim Ketua Majelis tersebut
pada hari : Selasa, tanggal 10 April 2018 dalam sidang terbuka untuk umum
dengan didampingi oleh para Hakim Anggota dan dihadiri : HADI SUKMA, S.H.,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 16 dari 16 hal Put Nomor 79/PDT/2018/PT DKI
M.H., Panitera Pengganti Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, tanpa dihadiri oleh
kedua belah pihak yang berperkara atau kuasa hukumnya.
Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis,
1. Hj. ELNAWISAH, S.H., M.H. IMAM SUNGUDI, S.H.
2. SRI ANDINI, S.H., M.H.
Panitera Pengganti,
HADI SUKMA, S.H., M.H.
Perincian biaya banding :
1. M e t e r a i …………… : Rp. 6.000,-
2. R e d a k s i ………….. : Rp. 5.000,-
3. Pemberkasan ………… : Rp.139.000,-
Jumlah ……………………. : Rp.150.000,-
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL
NO. 45/DSN-MUI/II/2005
Tentang
LINE FACILITY (AT-TASHILAT AS-SAQFIYAH)
بسم االله الرحمن الرحيم
Dewan Syari’ah Nasional setelah,
Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah line facility (at-tashilat as-saqfiyah), yaitu fasilitas plafon pembiayaan bergulir dalam jangka waktu tertentu dengan ketentuan yang disepakati dan mengikat secara moral;
b. bahwa lembaga keuangan syari’ah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya;
c. bahwa agar fasilitas tersebut dilaksanakan sesuai dengan Syari’ah Islam, Dewan Syari’ah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa mengenai hal tersebut untuk dijadikan pedoman.
Mengingat : 1. Firman Allah SWT, QS. al-Ma’idah [5]:1:
… ياأيها الذين آمنوا أوفوا بالعقود
“Hai orang yang beriman! Penuhilah aqad-aqad itu…”.
2. Firman Allah SWT, QS. al-Isra’ [17]: 34:
…كان م دهد، إن العها بالعفوأولا وئوس
…”Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabannya”.
3. Firman Allah SWT, QS. al-Baqarah [2]: 275:
…وأحل االله البيع وحرم الربا…
...”dan Allah telah menghalalkan jual beli dan meng-haramkan riba…”.
4. Firman Allah SWT, QS. al-Baqarah [2]: 275:
طهبختالذي ي قوما يون إلا كمقوما لا يبأكلون الري نالذي
45 Line Facility 2
Dewan Syariah Nasional MUI
حل الشيطان من المس، ذلك بأنهم قالوا إنما البيع مثل الربا، وأالله البيع وحرم الربا، فمن جاءه موعظة من ربه فانتهى فله ما سلف، وأمره إلى الله، ومن عاد فأولئك أصحاب النار هم فيها
خالدون
“Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
5. Hadits Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:
صلحا حرم حلالا أو أحل الصلح جائز بين المسلمين إلا حراما والمسلمون على شروطهم إلا شرطا حرم حلالا أو أحل
.حراما
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
6. Hadits Nabi riwayat Imam Ibnu Majah, al-Daraquthni, dan yang lain, dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:
ارلاضرو ررلاض .
“Tidak boleh membahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang lain.”
7. Hadits Nabi Riwayat Bukhari & Muslim dari Abu Hurairah:
آيات المنافق ثلاث، إذا حدث كذب، وإذا وعد أخلف، وإذا )رواه مسلم(ن خان اؤتم
45 Line Facility 3
Dewan Syariah Nasional MUI
“Tanda orang munafik ada tiga; jika berkata, ia dusta; apabila berjanji, ia ingkari; dan apabila diberi amanat, ia khianat.” (HR. Muslim)
8. Kaidah Fiqh:
a. لل ددة إلا أن ياحلات الإبامعل في الماالأصمهريحلى تل عي
"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
b. رسييالت لبجقة تشالم
"Kesulitan dapat menarik kemudahan.”
c. زلة الضنزل منت ة قداجةالحرور
"Keperluan dapat menduduki posisi darurat.”
d. عرف كالثابت بالشربالع الثابت
"Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara’ (selama tidak bertentangan dengan syari’at.”
Memperhatikan : 1. Keputusan Majma’ Al-Fiqh Al Islami Organisasi Konferensi Islam (OKI), Nomor: 40 & 41 tahun 1988 tentang al-wafa’ bi al-wa’d wa al-murabahah li al-amir bi al-syira’.
2. Hasil workshop BPH DSN, 9-10 Dzulqa’dah 1425/21-22 Desember 2004.
3. Surat Direksi Bank Syariah Mandiri No. 6/55/DIR tertanggal 21 September 2004 perihal permohonan fatrwa.
4. Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari Kamis, 08 Muharram 1426 H. / 17 Februari 2005.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG LINE FACILITY
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan:
a. Line Facility adalah suatu bentuk fasilitas plafon pembiayaan bergulir dalam jangka waktu tertentu yang dijalankan berdasarkan prinsip syari’ah.
b. Wa’d (الوعد) adalah kesepakatan atau janji dari satu pihak
(LKS) kepada pihak lain (nasabah) untuk melaksanakan sesuatu yang dituangkan ke dalam suatu dokumen Memorandum of Understanding.
d. Akad adalah transaksi atau perjanjian syar’i yang menimbulkan hak dan kewajiban serta merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Line Facility.
45 Line Facility 4
Dewan Syariah Nasional MUI
Kedua : Ketentuan Akad
1. Line facility boleh dilakukan berdasarkan wa’d dan dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan tertentu sesuai prinsip syariah.
2 Akad yang digunakan dalam pembiayaan tersebut di atas dapat berbentuk akad Murabahah, Istishna’, Mudharabah, Musyarakah dan Ijarah.
3. Penetapan margin, nisbah bagi hasil dan/atau fee yang diminta oleh LKS harus mengacu kepada ketentuan-ketentuan masing-masing akad dan ditetapkan pada saat akad tersebut dibuat.
4. LKS hanya boleh mengambil margin, bagi hasil dan/atau fee atas akad-akad yang direalisasikan dari Line Facility.
5. Fatwa DSN nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah,, Fatwa DSN nomor: 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Istishna’, Fatwa DSN nomor: 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), Fatwa DSN nomor: 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah, Fatwa DSN nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah berlaku pula dalam pelaksanaan akad-akad Pembiayaan yang mengikuti Line Facility.
Ketiga : Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 08 Muharram 1426 H 21 Februari 2005 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
K.H.M.A. Sahal Mahfudh Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin