Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

7

Click here to load reader

Transcript of Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

Page 1: Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

1

ANALISIS EKONOMI SECARA SEDERHANA/PARSIAL PENERAPAN PHT PADA TANAMAN BRASSICA

(PENGGUNAAN ANALISIS ANGGARAN UNTUK MENGKAJI KELAYAKAN FINANSIAL TEKNOLOGI BARU)1

Witono Adiyoga

Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Perahu 517 Lembang, Bandung - 40391

I. Pendahuluan

Pengalaman menunjukkan bahwa keputusan untuk menetapkan kelayakan teknologi

baru sebagai alternatif dari cara budidaya yang telah biasa dilakukan petani, ternyata tidak

semata-mata bersifat teknis. Keputusan untuk menerapkan teknologi baru merupakan luaran

dari suatu proses holistik yang pada dasarnya mencerminkan berbagai ekspektasi petani

terhadap usahataninya (Duffy, 1998). Secara intuitif, pendekatan pengambilan keputusan

seperti ini telah dipahami benar oleh petani, karena merupakan hal yang sehari-hari dihadapi

dalam menjalankan profesinya. Oleh karena itu, keterlibatan petani seringkali menjadi

persyaratan yang sangat penting untuk menjamin efektivitas evaluasi kelayakan teknologi

baru. Melalui keterlibatan petani, beberapa hal yang dapat diperoleh diantaranya adalah: (a)

pemahaman langsung menyangkut prioritas petani, (b) informasi berkenaan dengan cara

petani menentukan pilihan dari berbagai alternatif teknologi yang tersedia, tanpa harus

menyusun model untuk melakukan simulasi pengambilan keputusan petani, dan (c)

pemahaman mengenai persepsi serta respon petani terhadap teknologi yang diperbaiki,

sebagai bahan masukan untuk menyusun gagasan-gagasan baru penelitian (Ashby, 1990).

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa analisis teknis dan ekonomis/finansial ternyata

juga masih belum lengkap untuk mengkaji kelayakan suatu teknologi baru. Kedua analisis

tersebut harus terintegrasi dengan berbagai pendekatan lain yang dapat memberikan

pemahaman sepenuhnya menyangkut kriteria petani dalam mengadopsi atau menolak

teknologi baru. Dengan demikian, perlu dicatat bahwa analisis anggaran hanya merupakan

salah satu pendekatan pengkajian, sehingga informasi yang dihasilkannya harus diinterpretasi

secara hati-hati.

Secara umum, tidak dapat dipungkiri bahwa PHT merupakan pendekatan terbaik

untuk mengurangi penggunaan, ketergantungan dan risiko pestisida, melalui promosi adopsi

atau penerapan sistem PHT berbasis biologis. Dalam jangka panjang, pengendalian

organisme pengganggu tanaman melalui ketersediaan informasi dan upaya biologis akan lebih

cost-effective dibandingkan dengan penggunaan material kimiawi (Benbrook, 1999). Namun

demikian, perlu pula disadari bahwa perkembangan PHT secara umum di lapangan berjalan

relatif lambat. Mengapa petani gagal mengadopsi praktek-praktek PHT yang telah teruji

keberhasilannya di tingkat penelitian? Apakah PHT dapat dikategorikan sebagai teknologi baru

yang layak diadopsi menurut pandangan produsen, konsumen atau masyarakat secara luas?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya tidak semata-mata terpusat pada organisme

pengganggu tanaman dan metode pengendaliannya, tetapi lebih diarahkan kepada petani dan

masyarakat (Swinton and Day, 2000). Apa dan bagaimana memotivasi perilaku manusia, serta

bagaimana cara mengukur nilai sosial dari produk dan jasa/pelayanan PHT? Jawaban dari

1 Makalah disampaikan sebagai materi pelatihan dalam Lokakarya TOT - PHT Brassica, Balai Penelitian Tanaman

Sayuran, Lembang, 8 - 10 Agustus 2001.

Page 2: Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

2

pertanyaan ini akan sangat penting untuk membantu keberhasilan memotivasi keputusan-

keputusan individu berkenaan dengan adopsi PHT, serta untuk mengevaluasi program PHT

secara keseluruhan. Dalam konteks mikro, analisis finansial/anggaran kajian kelayakan

komponen teknologi PHT dapat menghasilkan informasi/indikator pendukung untuk menjawab

pertanyaan yang bersifat substantif di atas.

II. Analisis Anggaran Usahatani

Dalam menjalankan usahanya, petani (manajer) selalu dihadapkan pada proses

pengambilan keputusan untuk menentukan apakah suatu alternatif teknologi konsisten dengan

sasaran dan tujuan usahatani. Teknik dan proses untuk mengembangkan dan menganalisis

ber-bagai alternatif teknologi yang tersedia, dikenal sebagai analisis anggaran (budgeting

analysis). Analisis anggaran merupakan salah satu alat manajemen yang dapat memberikan

informasi ke-pada manajer untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan bersifat multi-dimensi

(Jobes, 1999). Perta-nyaan tersebut diantaranya menyangkut kombinasi input menjadi output,

alokasi sumberdaya untuk memproduksi berbagai alternatif produk, dan pemilihan kombinasi

produk yang berbeda.

Dalam proses manjemen usahatani, terdapat tiga jenis anggaran yang dapat

digunakan sebagai alat analisis. Setiap jenis anggaran memberikan informasi yang berbeda-

beda kepada manajer sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengabilan keputusan.

Ketiga jenis anggaran tersebut adalah:

• anggaran parsial (partial budget)

• anggaran perusahaan (enterprise budget)

• anggaran lengkap/keseluruhan (complete/whole-farm budget)

Anggaran parsial (partial budget) adalah alat analisis yang biasa digunakan untuk

menghitung biaya dan pendapatan akibat adanya perubahan-perubahan yang relatif kecil

dalam suatu usahatani. Analisis anggaran parsial seringkali disebut juga sebagai analisis

marjinal karena hanya memperhitungkan pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh adanya

suatu perubahan kecil dalam usahatani. Alat analisis ini sangat berguna, terutama bagi petani

kecil, dalam melakukan modifikasi-modifikasi sederhana alokasi sumberdaya yang dapat

meningkatkan keuntungan.

Anggaran perusahaan (enterprise budget) adalah alat analisis yang digunakan

untuk menghitung biaya dan pendapatan usahatani komoditas secara individual/spesifik. Alat

analisis ini memperhitungkan biaya tetap dan biaya tidak tetap, sehingga dapat memberikan

informasi mengenai estimasi lengkap keuntungan suatu usahatani yang spesifik dan

membandingkannya dengan usahatani sejenis lainnya, serta perkiraan titik impasnya.

Anggaran lengkap/keseluruhan (complete/whole-farm budget) adalah alat analisis

yang dapat digunakan untuk merancang perencanaan usahatani secara keseluruhan (farming

system - di dalamnya termasuk peternakan, perikanan atau cabang usaha lain yang

merupakan komponen-komponen usahatani). Alat analisis ini juga digunakan untuk

mengkalkulasi biaya dan pendapatan akibat adanya perubahan besar dalam usahatani yang

sangat berpengaruh terhadap komponen-komponen pengeluaran dan pemasukan. III. Analisis Anggaran Parsial

Analisis anggaran parsial menitik-beratkan perhatian pada perubahan-perubahan

dalam pengeluaran dan penerimaan yang diakibatkan oleh adanya perubahan teknik budidaya

atau manajerial usahatani (Dalsted and Gutierrez, 2001; Eckersley, 1998; Horton, 1982).

Page 3: Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

3

Perubahan tersebut dapat berupa perluasan usaha, pergantian komoditas, perbaikan kultur

teknis, atau penyewaan vs pembelian alat/mesin pertanian. Konsep anggaran parsial

sebenarnya cukup sederhana karena penggunaannya lebih diarahkan untuk menganalisis

perubahan yang relatif kecil.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan analisis anggaran parsial

adalah:

1. Mengidentifikasi secara teliti perubahan yang terjadi atau diusulkan untuk menghindarkan

kesalahan analisis karena pencatatan yang tidak tepat dan tidak lengkap. Pada tahapan

ini, perhatian utama diarahkan untuk menga-mati perubahan-perubahan fisik atau teknis

2. Menyusun perincian perubahan pengeluaran dan perubahan penerimaan usahatani. Pada

tahapan ini, perhatian utama diarahkan untuk mengamati perubahan-perubahan finansial

atau ekonomis

3. Meringkas informasi yang diperoleh pada langkah kedua dan mendokumen-tasikannya

dalam bentuk tabel. Dari tabel tersebut akan diperoleh informasi menyangkut besarnya

keuntungan atau kerugian yang diakibatkan oleh perubahan yang terjadi

4. Mencatat perubahan-perubahan lain yang tidak dapat dikuantitatifkan dan

melampirkannya dalam laporan akhir untuk membantu ketepatan pengambil-an keputusan

Tabel 1 Analisis anggaran parsial

Kerugian

Keuntungan

Rp. Rp.

• Penambahan pengeluaran:

………………………………

………………………………

………………………………

………………………………

………………………………

……………

……………

……………

……………

……………

• Penambahan penerimaan:

………………………………

………………………………

………………………………

………………………………

………………………………

……………

……………

……………

……………

……………

Sub total

……………

Sub total

……………

• Pengurangan penerimaan:

………………………………

………………………………

………………………………

………………………………

………………………………

……………

……………

……………

……………

……………

• Pengurangan pengeluaran:

………………………………

………………………………

………………………………

………………………………

………………………………

……………

……………

……………

……………

……………

Sub total

……………

Sub total

……………

Total kerugian (A)

……………

Total keuntungan (B)

……………

Perkiraan perubahan (B - A) = Rp. …………………

Page 4: Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

4

Pendekatan serupa juga dapat dilakukan dengan mengestimasi beberapa besaran

sebagai berikut:

Pendapatan bersih (PB) diperoleh dari pengurangan antara pendapatan kotor (PK) dengan

biaya total (BT).

PB = PK - BT

Pendapatan kotor (PK) diperoleh dari perkalian antara hasil produksi dengan harga satuan

produk.

Biaya total (BT) merupakan penjumlahan dari biaya variabel (BV) dan biaya tetap (BF)

BT = BV + BF

Biaya variabel (BV) merupakan biaya yang berubah karena adanya alternatif teknologi baru

Biaya tetap (BF) merupakan biaya yang tidak berubah walaupun alternatif teknologi baru

digunakan

Kombinasi dari dua persamaan terdahulu akan menghasilkan formula:

PB = PK - (BV + BF)

Perubahan pendapatan bersih (∆PB) merupakan selisih antara perubahan pendapatan kotor

(∆PK) dengan perubahan biaya variabel (∆BV) dan perubahan biaya tetap (∆BF)

∆PB = ∆PK - (∆BV + ∆BF)

Biaya tetap per definisi dianggap sama untuk teknologi yang berlaku maupun alternatif

teknologi yang dikaji kelayakannya:

∆BF = 0

Dengan demikian, persamaan perubahan pendapatan bersih dapat lebih dise-derhanakan

menjadi:

∆PB = ∆PK - ∆BV

Tingkat pengembalian (R) merupakan indikator yang berguna untuk mengkaji kelayakan

finansial teknologi baru. Besaran ini mengukur peningkatan pendapatan bersih (∆PB) yang

ditimbulkan oleh penambahan setiap unit pengeluaran (∆BV).

R = ∆PB / ∆BV

Dalam hal ini, R mengukur pengembalian bersih dari tambahan investasi yang ditanamkan

untuk menerapkan alternatif teknologi baru. Jika biaya untuk teknologi baru lebih rendah

dibandingkan dengan biaya teknologi yang berlaku, maka penghitungan R tidak perlu

dilakukan.

Page 5: Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

5

Kriteria yang dapat digunakan berkenaan dengan penggunaan analisis anggaran

parsial untuk mengkaji kelayakan teknologi baru:

• Jika pendapatan bersih tidak berubah atau menurun, maka alternatif teknologi

baru ditolak kelayakannya karena tidak lebih menguntung-kan dibandingkan

dengan teknologi yang sekarang berlaku

• Jika pendapatan bersih meningkat biaya variabel tidak berubah atau menurun,

maka alternatif teknologi baru diterima kelayakannya karena lebih menguntungkan

dibandingkan dengan teknologi yang sekarang berlaku

• Jika pendapatan bersih maupun biaya variabel meningkat, maka tingkat

pengembalian R (rasio antara perubahan pendapatan bersih dengan perubahan

biaya variabel) harus dihitung. Semakin tinggi pe-ningkatan pendapatan bersih

dan semakin tinggi tingkat pengembalian R, maka tingkat kelayakan finansial dari

alternatif teknologi baru juga semakin tinggi. Alternatif teknologi baru hanya

dapat diterima, jika tingkat pengembalian R lebih besar daripada satu.

Tabel 2 Analisis anggaran parsial penggunaan bibit unggul (hipotetis)

Indikator Bibit petani Bibit unggul Perubahan

PK 1 000 2 000 ∆PK 1 000

BV 165 330 ∆BV 165

∆PB 835

R 5.1

Analisis anggaran parsial juga dapat digunakan untuk mengkaji kelayakan finansial

berbagai alternatif teknologi (lebih dari satu) secara simultan. Contoh di bawah ini

menunjukkan tahapan analisis yang ditempuh untuk mengkaji kelayakan finansial beberapa

alternatif penggunaan S. litura NPV pada cabai.

Tabel 3 Analisis anggaran parsial penggunaan SpluNPV pada cabai

Perlakuan

Biaya total yang tidak berubah

Biaya total yang berubah

Biaya total Pendapatan kotor Pendapatan bersih

1 12 484,375 7,89 12 492,265 16 250 3757,735

2 12 484, 375 13 522,48 26 016,855 19 950 - 6 066,855

3 12 484,375 54 128,47 66 612,845 30 300 -36 312,845

4 12 484,375 0,64 12 485,015 10 050 - 2 435,015

5 12 484, 375 4,52 12 488,895 20 900 8 411,105

6 12 484,375 18,11 12 502,485 24 150 11 647,515

7 12 484,375 1 710,00 14 194,375 22 550 8 355,625

8 12 484, 375 1 881,00 14 365,375 19 100 4 734,625

9 12 484,375 0 12 484,375 8 800 - 3 684,375

Page 6: Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

6

Tabel analisis anggaran parsial menunjukkan bahwa ada empat perlakuan yang

memperoleh pendapatan bersih bernilai negatif (perlakuan 2,3,4 dan 9). Dengan demikian,

keempat perlakuan tersebut tidak lagi disertakan pada analisis berikutnya.

Dalam analisis dominan, perlakuan yang pendapatan bersihnya positif disusun berurut

mulai dari perlakuan yang biaya totalnya terkecil sampai terbesar. Jika pada urutan ini terdapat

suatu perlakuan yang pendapatan bersihnya lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lain

yang biaya totalnya lebih rendah, maka perlakuan tersebut dianggap terdominasi.

Tabel 4 Analisis dominan antar perlakuan

Perlakuan Biaya total Pendapatan bersih Terdominasi

5 12 488,895 8 411,105 Tidak

1 12 492,265 3757,735 Terdominasi

6 12 502,485 11 647,515 Tidak

7 14 194,375 8 355,625 Terdominasi

8 14 365,375 4 734,625 Terdominasi

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan yang terdominasi adalah perlakuan 1, 7 dan 8. Ketiga

perlakuan ini memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya, tetapi

menghasilkan pendapatan bersih yang lebih kecil. Berdasarkan alasan tersebut, perlakuan 1,

7 dan 8 tidak lagi disertakan dalam analisis berikutnya.

Tabel 5 Analisis marjinal perlakuan SpluNPV

Perlakuan

Biaya total

yang berubah

Biaya marjinal Pendapatan

bersih

Pendapatan

bersih

marjinal

B/C ratio Tingkat

pengembalian

marjinal

5 12 488, 895 8 411,105 67,35%

13,59 3 236,41 23 815%

6 12 502,485 11 647,515 93,16%

Analisis marjinal menunjukkan bahwa perlakuan 5 dan 6, secara berturut-turut merupakan

perlakuan kedua dan pertama terbaik, ditinjau dari sisi finansial, dibandingkan dengan

perlakuan-perlakuan lainnya. B/C ratio untuk perlakuan 5 dan 6, masing-masing adalah

67,35% dan 93,16%. Tingkat pengembalian marjinal merupakan rasio antara pendapatan

bersih marjinal dengan biaya marjinal yang dinyatakan dalam satuan persen. Tabel 3

menunjukkan bahwa tingkat pengembalian marjinal untuk melakukan perubahan dari

perlakuan 5 ke perlakuan 6 adalah 23 815%. Hal ini berarti, untuk setiap Rp, 1,00 yang

diinvestasikan ke perlakuan 6, investor akan mendapatkan kembali Rp. 1,00 yang

diinvestasikannya, serta tambahan sebesar Rp. 23 815,00. Mengacu pada indikator B/C ratio

dan tingkat pengembalian marjinal, maka dapat dinyatakan bahwa perlakuan 6 merupakan

perlakuan yang secara finansial paling menguntungkan.

Page 7: Analisis Ekonomi Secara Sederhana-parsial Penerapan PHT Pada Tanaman Brassica

7

Daftar Pustaka

Ashby, J. A. 1990. Evaluating technology with farmers: A handbook. CIAT Publication No.

187. Centro Internacional de Agricultura Tropical, Cali, Columbia.

Benbrook, C. M. 1999. Performance criteria for measuring IPM results. Paper presented at the

Meeting of IPM in Oregon: Achievements and future directions, Oregon, April 6-7,

1999.

Dalsted, N. L. and P. H. Gutierrez. 2001. Partial budgeting. Farm Mangement No. 3.760.

Cooperative Extension, Colorado State University, USA.

Duffy, M. 1998. Assessing new technology. Integrated Crop Management. Department of

Entomology, Iowa State University, USA.

Eckersley, P. 1998. Partial budgets for farm management. Farmnote No. 24/98. Agriculture

Western Australia.

Horton, D. 1982. Partial budget analysis for on-farm potato research. Technical Information

Bulletin 16. International Potato Center, Lima, Peru.

Jobes, R. 1999. Budgets: Their use in farm management. Extension Facts #F-139. Oklahoma

State University, USA.

Swinton, S. M. and E. Day. 2000. Economics in the design, assessment, adoption, and policy

analysis of IPM. Staff Paper #00-02. Department of Agricultural Economics, Michigan

State University, USA.