Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Rkp Pht Kel.melon
-
Upload
pramusita-yoga-daniswara -
Category
Documents
-
view
61 -
download
0
Transcript of Rkp Pht Kel.melon
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melon merupakan komoditas hortikultura penting Indonesia. Minat
petani untuk membudidayakan tanaman ini cukup tinggi. Berdasarkan data
statistik Departemen Pertanian tahun 2007, produksi buah melon nasional
mencapai 37 141 ton pada tahun 2002, 70 560 ton pada tahun 2003, 47 664 ton
pada tahun 2004, 58 440 ton pada tahun 2005, dan 55 370 ton pada tahun 2006.
Disamping diminati oleh masyarakat domestik, melon juga digemari konsumen
luar negeri. Data ekspor menunjukkan buah melon sebagai salah satu
penyumbang devisa negara yang cukup besar. Volume ekspor Indonesia
mencapai 145 323 ton dengan nilai US $ 24 744 pada tahun 2006 dengan
daerah tujuan ekspor Jepang, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam, Timor Leste, dan Prancis (Departemen Pertanian, 2007).
Budidaya buah melon membutuhkan ketekunan dan kedisiplinan
tinggi. Budidaya melon membutuhkan input yang cukup tinggi. Selain harus
didukung lingkungan yang optimum dan benih yang bermutu, kebutuhan hara
serta perlindungan dari serangan hama dan penyakit menjadi kebutuhan utama
tanaman melon. Hingga saat ini, belum seluruh daerah dapat memproduksi
buah ini dengan baik. Beberapa daerah yang menyuplai sebagian besar
kebutuhan melon domestik dan ekspor masih terpusat di daerah tertentu,
terutama Jawa.
Luas pertanaman melon di Indonesia pada tahun 2003-2006 adalah 3
329 ha, 2 287 ha, 2 234 ha dan 3 189 ha (Departemen Pertanian, 2007).
Meskipun luas lahan produksi melon dari tahun ke tahun cenderung menurun,
kebutuhan melon akan selalu meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu usaha untuk
meningkatkan produktivitas sangat penting. Produktivitas melon nasional saat
ini berkisar ± 8,45 ton/ha dan ± 16,12 ton/ha untuk daerah penanaman di Pulau
Jawa.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) bertujuan untuk :
1. Memberikan pengalaman lapang kepada mahasiswa dalam
mengembangkan kemampuan teknik pengumpulan informasi, khususnya
wawancara dan observasi tentang kondisi lingkungan lahan, keberadaan
OPT, cara budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
serta kondisi sosial ekonomi petani
2. Melatih mahasiswa bekerja dalam kelompok
3. Melatih mahasiswa presentasi
C. Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum Pengelolaan Hama Terpadu ini dilaksanakan di
lahan buah melon besar milik Bapak Sarwanto. Lahan buah melon tersebut
bertempat di Komplek perumahan Gedongan Indah, Colomadu, Kabupaten
Karanganyar Jawa Tengah. Luas lahan buah melon 4000 m2.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Syarat Tumbuh
Tanaman melon membutuhkan syarat-syarat khusus untuk dapat
tumbuh dengan baik dan relatif lebih sulit dibudidayakan dibandingkan
tanaman dari famili Cucurbitaceae lainnya. Tanaman melon tumbuh baik
pada curah hujan 2000-3000 mm/th, suhu berkisar antara 30-35ºC, intensitas
cahaya matahari tinggi, dan kelembaban udara 70-80 % atau minimal 60 %
(Setiadi dan Parimin, 2002). Acquaah (2004) menambahkan bahwa melon
tumbuh baik saat masa pertumbuahn pada suhu diatas 30ºC dan terbebas
dari embun yang membeku. Produksi melon membutuhkan kelembaban
yang tinggi, walaupun saat pematangan buah tanah harus relatif agak kering.
Pengeloloaan tanah yang baik sangat lah penting untuk pertanian.
Tanah yang sangat berbutir-butir mempunyai aerasi yang baik dan
mempunyai daya pegang air yang cukup tinggi karena kenaikan ukuran
ruang pori-pori tanah. Pori-pori tanah ditempati oleh air dan udara dengan
perbandingan yang berbeda-beda. Bahan organik dapat bertindak sebagai
busa yang menyerap sejumlah besar air dibanding beratnya, bahan organik
juga merupakan sumber unsur mineral yang menjadi tersedia bila telah
terurai. Bahan organik tersebut dapat berada pada lapisan atas yang disebut
humus dan kemudian tercuci ke dalam tanah (Harjadi 2002).
Tanaman melon membutuhkan tanah yang subur, berdrainase baik,
dan terbebas dari nematoda atau penyakit soilborneyang lain. Tipe tanah liat
berpasir memberikan hasil positif pada produksi tanaman melon (Harjadi,
1989). Ashari (1995) menambahkan tanaman melon tumbuh baik pada
daerah dengan ketinggian 300–1 000 m dpl, jenis tanah berlempung. Daerah
beriklim kering tidak disenangi oleh tanaman melon. Akar tanaman melon
hanya mampu menjangkau kedalaman 15-20 cm dan menyebar 6 dalam
radius 30-40 cm. Jika lahan kering atau kedalaman air diatas 50 cm, maka
lahan dapat diairi (Setiadi 2002). Melon membutuhkan air yang cukup
tinggi saat fase pertumbuahn hingga pembesaran buah, namun setelah
memasuki fase pematangan buah, melon harus sedikit mendapat air. Oleh
karena itu melon cocok ditanam di akhir musim hujan.
B. Teknik Persemaian
Tanah tempat persemaian yang hendak digunakan untuk menyusun
polybag empat penyemaian benih hendaknya ditinggikan sekitar 30 - 40 cm
dari tanah sekitarnya agar air tidak menggenangi terutama di musim
penghujan. Bedengan dapat dibuat berbentuk empat persegi panjang dekat
dengan ukuran panjang 4 - 6 m, lebar 100 - 110 cm dan pada bagian tepi
diberi penyekat dari belahan bambu agar posisi bibit pada polybag dapat
berdiri tegak. Benih yangtelah berkecambah segera dipindahkan ke kantong
polybag yang sudah siap sebelumnya (Sunaryono 2000).
Benih yang sudah berkecambah harus segera dibibitkan atau
disemai dalam media pembibitan. Penyemaian benih dapat menggunakan
kantong plastik bening atau polybag berukuran 7x10 cm. Media semai
yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang yang
sudah matang dengan perbandingan 2:1. Penanaman dilakukan dengan
cara membuat lubang sedalam 2 cm, lalu benih dimasukkan ke dalam
lubang, kemudian benih ditutup dengan tanah (Sobir 2010).
C. Pengolahan Tanah
Pembersihan lahan areal penanaman melon terutama dilakukan
terhadap rumput-rumput liar atau gulma yang dapat meningkatkan
kelembapan areal kebun. Pembersihan juga dilakukan terhadap tanaman
keras lainnya yang dapat menggangu tanaman melon, terutama yang bisa
menghambat sinar matahari.Lahan yang sudah selesai dibersihkan bisa
langsung dibajak atau dicangkul dengan kedalaman sekitar 30-40 cm.Tanah
yang sudah dicangkul sebaiknya didiamkan terkena sinar matahari selama
kurang lebih 2 minggu supaya terjadi pertukaran udara dan bibit penyakit
atau hama yang berada di dalam tanah hilang. Setelah dua minggu tanah
terjemur, pembuatan bedengan dapat langsung dibuat. Tujuan pembuatan
bedengan agar tanaman melon tidak tergenang air pada musim hujan.
Bedengan untuk penanaman pada musim hujan harus dibuat lebar karena
pada musim hujan sinar matahari tidak optimal sehingga kondisi kebun akan
menjadi lembab. Jarak antar bedeng yang ideal sebaiknya 75-100 cm
dengan lajur bedengan menghadap ke arah utara selatan. Tinggi bedengan
minimal 50 cm dan lebar 110-120 cm. Panjang bedengan diusahakan tidak
terlalu panjang (rata-rata 10-12 m atau tergantung pada kondisi lahan) untuk
mempermudah perawatan dan pembuangan air (Wiryanta 2002).
D. Syarat Pindah Tanam dan Penanaman
Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila
benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan
plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai pada jam 07.00 - 09.00, dan
dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus
dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Bibit melon dapat dipindah
tanamkan dari persemaian ke kebun pada umur 12 - 14 hari setelah semai
benih, yakni telah berdaun 2 - 3 helai. Waktu tanam yang paling ideal
adalah pagi atau sore hari, agar bibit tidak layu akibat pengaruh terik
matahari dan suhu udara tinggi (Siswanto 2010).
Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan alat khusus
berdiameter + 8 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan
dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa dengan cepat. Sekaligus
jarak lubang disesuaikan jarak tanam yaitu 70 x 60 atau 80 x 60 cm. Setelah
bibit di persemaian berdaun 2 – 3 lembar, (umur + 15 hari) bibit siap
ditanam. Untuk memudahkan penanaman, maka saluran antar bedengan
diairi dahulu. Bibit dikeluarkan dari polybag dengan disilet jangan sampai
akarnya rusak, diletakkan pada lubang yang telah ditugal, penanaman
dilakukan dengan posisi + 2 cm lebih dalam dari leher akar semula
(Bapelluh Karanganyar 2013)
Penggunaan turus bambu/ajir sebagai alat perambatan tanaman
melon, merupakan cirri utama dalam budidayanya. Sistem ini memang
harus dilakukan untuk menghemat luas lahan dan menghindarkan buah dari
kontak langsung dengan permukaan tanah. Dengan demikian, diharapkan
kualitas buah dapat terjamin dan produksi tanaman dapat meningkat.
Tanaman melon dapat tumbuh dan berproduksi pada musim kemarau
maupun hujan. Namun, paling ideal bila ditanam pada musim kemarau,
karena memungkinkan produksi lebih tinggi dengan rasa buah yang lebih
manis. Jika hasil panen optimal, maka dapat memberikan keuntungan
bersih sebesar 100-200% dari total biaya produksi, hanya dalam waktu 65-
70 hari setelah pindah tanam (Samadi 2007).
Persemaian melon memerlukan tanah atau media semai dengan
suhu 23.9-35.0 oC, untuk menunjang perkecambahan benih harus tertutup
media semai dengan ketebalan 0.5-1.5 inch. Melon merupakan tanaman
yang benihnya dapat ditanam langsung pada bedeng yang telah disediakan
(Acquaah, 2005).
E. Perawatan
Penyiangan pada tanaman melon dapat dilakukan melalui beberapa
cara. Salah satu cara penyiangan tanaman melon dapat dilakukan secara
manual, yaitu mencabut gulma yang tumbuh di dalam polibag. Penyiangan
dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma. Seringkali gulma-gulma yang
tumbuh tidak dibersihkan secara keseluruhan karena dapat dimanfaatkan
sebagai inang musuh alami hama ataupun predator (Tjahjadi 2006).
Perawatan tanaman melon lebih intensif. Melon membutuhkan hara
lebih banyak yang disebabkan umur melon yang cukup panjang. Bedengan
yang ditinggikan dan mulsa biasa digunakan untuk meminimumkan kontak
langsung buah dengan air (Subakti 2001). Menurut Rukmana (2004) suplai
nitrogen, fosfor dan kaliumharus rutin dilakukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan melon.
Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk
pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika
hari tidak terjadi hujan. Pengairan dilakukan pada sore atau malam hari.
Tanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman sampai pada saat
tanaman akan dipanen. Saat menyiram perlu diperhatikan agar air siraman
tidak membasahi daun atau terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah
supaya tanaman tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan air.
Jamur akan dengan mudah hinggap pada daun apabila daun melon basah
terkena air. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari.
Penyiraman dilakukan dengan memberikan air dalam jumlah yang sama (±
220 ml) pada setiap tanaman (Samadi 2004).
Penyulaman, penyiangan dan pengairan pada tanaman melon
dilakukan bila diperlukan. Pemupukan pada umur 5 HST dilakukan dengan
memberikan urea dalam bentuk larutan dengan kosentrasi 3 kg/300liter air.
Pupuk ZA + NPK pada saat 17 HST dan ketika tanaman berusaha 50 HST
digunakan 2 kg ZA dan 1 kg NPK konsentrasi 3-4kg/200 liter air. Pupuk
daun diberikan pada tanaman saat berusia 7 HST dengan interval 7-15 hari
sekali dengan konsentrasi larutan 1-2 cc/1 liter air. Perlakuan khusus
tanaman melon adalah pemangkasan tunas dan seleksi buah. Pemangkasan
dilakukan pada tunas-tunas baru yaitu tunas 1-8, sedangkan untuk buah
melon dapat dilakukan seleksi dan menyisakan 2-3 buah (Setiadi 1999).
Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah
ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan
buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses
pematangan). Pemberian pupuk dilakukan dengan menyebarkan secara
merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15
cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak
perakaran tanaman dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam
tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dapat dibuat data mengenai
rangkaian pemupukan sejak awal.
1. Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar =10–20 ton/ha.
2. Urea: pupuk dasar = 440 kg/ha; pupuk susulan I = 330 kg/ha; pupuk
susulan II =220 kg/ha; pupuk susulan III = 440 kg/ha.
3. TSP: pupuk dasar = 1.200 kg/ha; pupuk susulan I =220 kg/ha; pupuk
susulan II =550 kg/ha.
4. KCl: pupuk dasar = 330-440 kg/ha; pupuk susulan II =160 kg/ha.
Pupuk dasar merupakan pemupukan pada pengolahan tanah
(sebelum tanam). Pupuk susulan diberikan ketika tanaman sudah mulai
tumbuh, yaitu (a) pupuk susulan I : umur ± 20 hari; (b) pupuk susulan II :
umur + 40 hari dan (c) pupuk susulan III : umur + 60 hari (Lingga 2006).
Pupuk urea dan KCl diberikan secara bertahap, yaitu urea empat
kali dan KCl tiga kali. Sebagai pupuk dasar digunakan 10 g urea dan 20 g
KCl. Pemupukan kedua dilakukan pada 7 HST sebanyak 5 g urea.
Pemupukan ketiga dilaksanakan pada 14 HST sebanyak 5 g urea dan 10 g
KCl. Pemupukan keempat diberikan pada 21 HST sebanyak 5 g urea dan 10
g KCl (Hakim2006).
D. Syarat Panen dan Kriteria Panen
Waktu panen tergantung dari lamanya tanaman terkena sinar
matahari, semakin lama tanaman dikenai sinar matahari maka semakin cepat
waktu panennya. Demikian pula lamanya musim penghujan, dapat
memperlambat waktu panen. Dan kekurangan unsur hara juga akan
memperlambat waktu panen tiba. Pada umumnya waktu panen rata-rata
setelah berumur 2,5 bulan sampai 3 bulan sesudah disemai. Panenan
berikutnya dapat dilakukan 1 - 2 minggu tergantung dari kesehatan dan
kesuburan tanaman.Cara penetuan waktu panen antara lain sebagai berikut
panen dilakukan pada buah yang tingkat kemasakanya sudah mencapai
antara 80 -90%, kecuali panen saat muda untuk produk cabe merah tentu
dilakukan pada saat kemasakan antara 50-60 % dan dilakukan pada pagi
hari setelah embunnya mengering (Anonim 2008).
E. Penyimpanan dan Pasca Panen
Penyimpanan melon dengan tujuan menjaga kesegaran buah dalam
waktu yang lama dapat dilakukan dengan penyimpanan didalam cool
storage bersuhu 7 – 9 derajat Celcius. Penyimpanan sementara sebelum
dipasarkan, sebaiknya di tempat (ruang) yang teduh dan cukup lembab, serta
sirkulasi udara baik. Bila fasilitas penyimpanan memungkinkan, dapat
dilakukan dalam ruang dingin (cold storage) yang suhunya rendah antara 2 -
15 derajat Celcius dan kelembabannya tinggi sekitar 90% - 95% agar tetap
segar selama + 20 hari. Pada kegiatan pasca panen Melon yang disimpan
dengan suhu sekitar 4oC dengan kelembaban (RH) 95% sampai dengan 98%
dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada kondisi penyimpanan dengan
temperatur 10oC melon merah masih dalam keadaan baik sampai dengan 16
hari (Benny 2010).
Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua)
minggu setelah tanam bibit tidak menunjukkan pertumbuhan normal.
Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman
baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman muda ini
dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penyulaman dan
penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, karena kemungkinan
dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang perlu disulam.
Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus
disiram air (Dedeh 2009).
Pengendalian hama kutu aphids (Aphis gossypii Glover) pada
tanaman melon dilakukan dengan cara membersihkan gulma supaya tidak
menjadi inang hama. Tanaman yang terserang hama parah harus disemprot
secara serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate)
dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter. Tanaman melon terkadang juga
terserang penyakit Layu bakteri dan penyakit busuk pangkal batang (gummy
stem light). Pengendalian penyakit layu bakteri yaitu dengan mensterilisasi
lahan sebelum ditanami dengan Basamid G dengan dosis 40 g/m2 kemudian
sebelum ditanam benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin
(oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin
sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter. Setelah atau saat berumur 20
HST dapat disemprot dengan bakterisida Agrimyciin tadi. Pengendalian
penyakit busuk pangkal batang (gummy stem light) dengan cara
menggunakan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal
batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena
penyiangan, kemudian daun-daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu
disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan
konsentrasi 1–2 ml/liter, dan pangkal batang yang terserang dioles dengan
larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter
(Sobir, Willy B.S, dan Endang Gunawan 2009).
III. METODE PENGAMATAN
A. Pendeskripsian Lahan
1. Pengukuran luas lahan
Pengukuran luas lahan dilakukan dengan melakukan metode
survey dan wawancara kepada petani di daerah Colomadu,
Karanganyar. Didapatkan data luas lahan budidaya tanaman melon
sebesar 4000 m2 dengan panjang lahan 200 meter dan lebar lahan 20
meter dan dibatasi oleh lahan padi petani lain.
2. Perhitungan Jumlah tanaman
Perhitungan jumlah tanaman dilakukan dengan metode survey
ke lahan dan melakukan pengamatan di lahan. Lahan dengan luas 4000
m2 mempunyai populasi untuk tanaman melon sebanyak 1000 tanaman,
dengan jarak tanam setiap tanaman 2m x 3m.dengan jumlah bedengan
di lahan ada 24 bedengan dengan masing-masing bedengan ditanami 30
tanaman melon.
3. Denah lahan
Denah lahan melon petani berada di daerah Colomadu,
Karanganyar. Sebelah barat lahan dibatasi oleh saluran irigasi dan jalan
desa, sementara sebelah utara, timur dan selatan dibatasi oleh lahan
tanaman padi petani lain.
LAHAN CABAI
LAHAN PADI
LAHAN PADI
JALA
N
U
B. Penentuan Sample
1. Cara Sengambilan Sample
Pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan cara random
dari keseluruhan populasi tanaman melon. Dimana cara random ini
dipadukan dengan pola “Z”.
2. Jumlah dan Letak Sample
Laha
n Mel
onLaha
n Mel
on
Jumlah sampel adalah 60 sampel dari tottal keseluruhan 1000
tanaman. Karena menggunakan pola Z maka sampel tersebar pada sisi
utara dan sisi selatan serta diagonal tengah yang menghubungkan kedua
sisi. Disisi utara berjumlah 6 sampel, bagian diagonal 6 sampel dan sisi
selatan terdapat 7 sampel.
3. Denah sample
C. Cara mendapatkan Informasi
Pada praktikum Perlindungan Hama Terpadu kami menggunakan
metode observasi dan wawancara secara langsung. Pengumpulan data
dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah
cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan
alat standar lain untuk keperluan tersebut. Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab,
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden secara langsung. Yaitu berupa kondisi
pertanaman, OPT, Teknik budidaya dan analisis produksi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melihat beberapa perkembangan penyakit, beberapa tanaman
yang menunjukan gejala embun bulu dan layu fusarium diamati setiap 7
hari. perhitungan intensitas dan persentase serangan penyakit dilakukan
pada saat pola jarring pada kulit buah sudah terbentuk, yaitu pada saat
serangan kedua pathogen tersebut mencapai tingkat tertinggi.
Intensitas serangan pathogen embun bulu dihitung dengan rumus
townsend dan Heubergeur sebagai berikut: I =
Keterangan : I = Intensitas serangan
n = Jumlah serangan pada setiap kategori serangan
v = harga numeric kategori serangan
z = harga numeric kategori serangan tertinggi
N = Jumlah tanaman yang diamati
Berikut indeks kategori serangan:
Harga Numerik % Luas yang terserang (x) Kategori serangan
0 0 Tidak ada
1 0 < x < 25 Ringan
2 25 < x < 50 Sedang
3 50 < x <70 Berat
4 70 < x < 100 Sangat BeratAdapun penyakit yang terdapat pada tanaman melon tanaman yang
kami amati meliputi layu fusarium, embun tepung, pangkal busuk batang,
embun bulu, busuk buah dengan gejala dan cirri-ciri sebagai berikut:
a) Embun tepung
Patogen penyebab Cendawan Oidium sp atau Erysiphe cichoracearum
Bagian yang Daun dan batang muda
diserang
Ciri dan gejala Daun dan batang muda dilapisi semacam tepung berwarna
putih
Buah yang terserang berukuran kecil dan rasanya tidak manis
Pengendalian Memuat sirkulasi udara lancer dan mengurangi kelembaban di
sekitar tanaman
Monitoring secara rutin terhadap tanaman sehingga dapat
siketahui gejala awal serangan
Penyemprotan fungisida Calixi 750 EC atau Afugan 300 EC
konsentrasi 1 ml/l, dilakukan 5-7 hari sekali pada musim hujan
dan 10-14 hari sekali pada musim kemarau
b) Embun bulu
Patogen penyebab Cendawan Pseudoperonospora cubensis
Bagian yang
diserang
Daun
Ciri dan gejala Terlihat bulu-bulu halus berwarna abu-abu di bagian bawah
bercak
Timbulnya bercak-bercak kuning pada daun, lalu berubah
menjadi coklat kemerahan
Buah berbentk abnormal, berukuran kecil, rasa hambar dan
aromanya tidak ada
Pengendalian Memotong daun-daun yang terserang cendawan ini dan
memusnahkan/membakarnya jauh dari area penanaman
Penyemprotan fungisida sistemik Previcur N dengan
konsentrasi 2-3 ml/l atau berbahan aktif simoksanil atau
mancozeb, dilakkan 7-10 hari sekali
Menghindari pengairan berlebih, melancarkan sirkulasi udara,
dan melakukan pengendalian gulma di lahan
c) Antraknosa
Patogen penyebab Cendawan Colletrichum sp
Bagian yang
diserang
Daun, batang muda, bunga dan buah
Ciri dan gejala Timbul bercak-bercak berwarna cokelat kelabu sampai
kehitaman yang kemudan menyatu pada bagian tanaman
seperti daun, batang muda, bunga atau buah
Cendawan dapat membentuk spora berwarna merah jambu
pada bercak cokelat yang terbentuk
Pengendalian Perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif
azoksisitrobin 250 g/l, propineb 70% atau Derasol 500 SC
selama 4 jam
Pemangkasan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya jauh dari area pertanaman
Pengaturan jarak tanam yang tepat sehingga kondisi tanaman
tidak lembab dan mendapatka sinar matahari cukup
Penyemprotan fungisida dilakukan bila serangan cukup berat,
mengunakan pestisida sistemik, dilakukan 7-14 hari sekali
Penymprotan fungisida Derasol 60 WP dicampur dengan
Dithane/Vondozeb/Mancozeb 1:5 konsentrasi 2,5 g/l
( Margianansari, dkk. 2012 )
d) Layu fusarium
Patogen penyebab Cendawan Fusarium oxysporum
Bagian yang
diserang
Akar atau batang
Ciri dan gejala Sulur pada tanaman yang terserang menjadi kuning atau layu,
kemudian seluruh tanaman layu dan kelamaan mati
Pada batang terdapat goresan dan mempunyai massa spora
cendawan berwarna merah jambu, batang busuk kecoklatan
Pengendalian Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman selain melon
Pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah
Menghindari pemupukan urea atau ZA berlebihan
Perendaman benih dengan fungisida Derasol 500 SC dengan
konsentrasi 1 ml/l
Penyemprotan fungisida Derasol 500 SC dengan konsentrasi
1,5ml/l dan dosis 250 ml/tanaman, setiap 14 hari sekali sejak
satu bulan setelah tanam atau sejak muncul bunga
e) Layu bakteri
Patogen penyebab Bakteri Erwinia tracheiphila
Bagian yang
diserang
Akar
Ciri dan gejala Daun layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau,
akhirnya tanaman layu keseluruhan
Bila pangkal batang dipotong melintang, akan mengeluarkan
lender putih kental dan lengket
Pengendalian Perendaman benih dengan bakterisida Agrimicyn atau Agrept
konsentrasi 1,2 g/l dan penyemprotan pada 20 HST
Pengaturan drainase, terutama pada musim hujan, jangan
sampai ada air ang menggenang di daerah perakaran
Sterilisasi media dengan Basamid G dosis 40 g/m2
( Suryaminarsih, 2008 )
f) Busuk pangkal batang
Patogen penyebab Mycosphaerella melonis
Bagian yang
diserang
Pangkal batang
Ciri dan gejala Awalnya pangkal batang seperti tercelup minyak, lalu keluar
lendir berwarna merah-cokelat
Tanaman layu dan mati, daun yang terserang mongering dan
berbunyi kresek-kresek jika diterpa angin, dan seperti krupuk
jika diremas
Pengendalian Mencegah kelembaban dan luka pada perakaran/pangkal
batang
Sterilisasi lahan dengan Basamid G dosis 40 g/m2
Pangkal batang dioles dengan fungisida Calixin 750 EC
konsentrasi 5 ml/l
Daun yang terserang dirompes dan tanaman disemprot dengan
fungisida Derosal 500 SC konsentrasi 1-2 ml/l
( Kranz, J., H. Schmutterer and W. Koch, 1977)
g) Busuk buah
Patogen penyebab Cendawan Phytophtora nicotianae, P. capsici, Pythium sp
Bagian yang
diserang
Batang, daun dan buah
Ciri dan gejala Bercak coklat kebasahan yang memanjang, daun seperti
tersiram air panas kemudian meluas
Bercak kebasahan pada buah yang berubah menjadi cokelat
kehitaman dan lunak, makin lama bercak berkerut dan
mengendap, bagian buah yang busuk terselimuti cendawan
putih
Pengendalian Mengurangi kelembaban di seitar tanaman dengan memangkas
daun atau cabang yang berlebihan
Rotasi tanaman dengan bukan sefamili
Mencabut dan membakar tanaman yang terserang]
Penyemprotan fungisida sistemik Previcur N konsentrasi 2-3
ml/l, diselingi fungisida kontak Vondozeb, Trineb, dan
Sandofan MZ konsentrasi 2,5 g/l
( NS, A. Y., & Susila, A. D. ,2010)
h) Bercak daun bersudut
Patogen penyebab Bakteri Pseudomonas lachrymans
Bagian yang
diserang
Daun
Ciri dan gejala Terdapat bercak putih pada daun, kemudian beruah menjadi
cokelat kelabu, mongering dan berlubang
Bercak berbatasan dengan tulang daun sehingga seolah
bersudut
Pengendalian Merendam benih dengan bakterisida Agrimycin atau Agrept
dengan konsentrasi 1,2 g/l, penyemprotan bakterisida yang
sama pada 20 HST diselingi fungisida dengan konsentrasi 2 g/l
Mengindari penyiraman daun dengan air irigasi
Melakukan pergiliran tanaman yang bukan sefamili
(Meilin, A., 1995)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil pengamatan tanaman melon di
desa Colomadu, Karanganyar:
a. Pada musim tanam 1 MST penanaman dan pemeliharaan sangat rutin.
b. Pengairan dilakukan pada masa vegetative tanaman.
c. Setiap lubang ditanami 2-3 bibit melon.
d. Penanaman dilakukan pada saat akhir musim kemarau dan masuk musim
penghujan.
e. Penyakit yang terdapat pada tanaman melon tanaman meliputi layu fusarium,
embun tepung, pangkal busuk batang, embun bulu, busuk buah
f. Pada lahan bedeng ke 4 terjadi banjir sehingga banyak tanaman yang mati dan
buah busuk.
Adapun saran yang diberikan pada lahan pengamatan yaitu perlu adanya
perawatan meliputi penyiangan dan pengendalian OPT secara rutin. sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 2005. Horticulture : Principles and Practices 3th Edition. Prentice hall. New Jersey. 822 p.
Bapelluh Karanganyar 2013. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Melon. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/petunjuk-teknis-budidaya-tanaman-melon-7919. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013
Gonggo M, Bambang; Bandi Hermawan, dan Dwi Anggraeni 2005. Pengaruh Jenis Tanaman Penutup Dan Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisika Tanah Pada Lahan Alang – Alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 7 No. 1. 2005. Hlm. 44 - 50
Kranz, J., H. Schmutterer and W. Koch. 1977. Diseases,Pest and Weeds in Tropical Crops. New York : Chichester
Margianansari, dkk. 2012. Bertanam Melon Eksklusif dalam pot. Bogor : Tim Mekarsari
NS, A. Y., & Susila, A. D. 2010. Pengaruh Jumlah Buah Per Tanaman dan Pangkas Pucuk (Toping) terhadap Kualitas Buah pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik. Bogor Agricultural University. Hal. 18 - 20.
Nuryanto, Hery. 2007.Budi Daya Melon. Jakarta : Ganeca Exact
Samadi 2007. Melon, Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Siswanto. 2010. Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon. UPN Veteran Jawa Timur. Surabaya. 90 hal.
Sobir dan F.D. Siregar. 2010. Budidaya melon unggul. Jakarta : Penebar Swadaya
Sobir, Willy dan Endang, Gunawan. 2009. Buku Praktis Budidaya Melon. Balai Pustaka. Jakarta.
Suryaminarsih. 2008.Kajian Pemberian Stretomyces Spp Terhadap Perkembangan Gejala Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Melon (Cucumis Melo L.). Jurnal Pengendalian Hayati. Universitas Jember.volume.1.number. 1. pages: 49--51
Wulandari, S. R. (2000). Pengaruh Tiga Macam Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit pada Pertumbuhan dan Produksi Melon (Curcumis melo L.). Bogor: Bogor Agricultural University. Hal. 20.