Rkp Pht Kel.melon

29
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melon merupakan komoditas hortikultura penting Indonesia. Minat petani untuk membudidayakan tanaman ini cukup tinggi. Berdasarkan data statistik Departemen Pertanian tahun 2007, produksi buah melon nasional mencapai 37 141 ton pada tahun 2002, 70 560 ton pada tahun 2003, 47 664 ton pada tahun 2004, 58 440 ton pada tahun 2005, dan 55 370 ton pada tahun 2006. Disamping diminati oleh masyarakat domestik, melon juga digemari konsumen luar negeri. Data ekspor menunjukkan buah melon sebagai salah satu penyumbang devisa negara yang cukup besar. Volume ekspor Indonesia mencapai 145 323 ton dengan nilai US $ 24 744 pada tahun 2006 dengan daerah tujuan ekspor Jepang, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, dan Prancis (Departemen Pertanian, 2007). Budidaya buah melon membutuhkan ketekunan dan kedisiplinan tinggi. Budidaya melon membutuhkan input yang cukup tinggi. Selain harus didukung lingkungan yang optimum dan benih yang bermutu, kebutuhan hara serta perlindungan dari serangan hama dan penyakit menjadi kebutuhan utama tanaman melon. Hingga saat ini, belum seluruh daerah dapat memproduksi buah ini dengan baik. Beberapa daerah yang menyuplai sebagian

Transcript of Rkp Pht Kel.melon

Page 1: Rkp Pht Kel.melon

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melon merupakan komoditas hortikultura penting Indonesia. Minat

petani untuk membudidayakan tanaman ini cukup tinggi. Berdasarkan data

statistik Departemen Pertanian tahun 2007, produksi buah melon nasional

mencapai 37 141 ton pada tahun 2002, 70 560 ton pada tahun 2003, 47 664 ton

pada tahun 2004, 58 440 ton pada tahun 2005, dan 55 370 ton pada tahun 2006.

Disamping diminati oleh masyarakat domestik, melon juga digemari konsumen

luar negeri. Data ekspor menunjukkan buah melon sebagai salah satu

penyumbang devisa negara yang cukup besar. Volume ekspor Indonesia

mencapai 145 323 ton dengan nilai US $ 24 744 pada tahun 2006 dengan

daerah tujuan ekspor Jepang, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Brunei

Darussalam, Timor Leste, dan Prancis (Departemen Pertanian, 2007).

Budidaya buah melon membutuhkan ketekunan dan kedisiplinan

tinggi. Budidaya melon membutuhkan input yang cukup tinggi. Selain harus

didukung lingkungan yang optimum dan benih yang bermutu, kebutuhan hara

serta perlindungan dari serangan hama dan penyakit menjadi kebutuhan utama

tanaman melon. Hingga saat ini, belum seluruh daerah dapat memproduksi

buah ini dengan baik. Beberapa daerah yang menyuplai sebagian besar

kebutuhan melon domestik dan ekspor masih terpusat di daerah tertentu,

terutama Jawa.

Luas pertanaman melon di Indonesia pada tahun 2003-2006 adalah 3

329 ha, 2 287 ha, 2 234 ha dan 3 189 ha (Departemen Pertanian, 2007).

Meskipun luas lahan produksi melon dari tahun ke tahun cenderung menurun,

kebutuhan melon akan selalu meningkat seiring bertambahnya jumlah

penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu usaha untuk

meningkatkan produktivitas sangat penting. Produktivitas melon nasional saat

ini berkisar ± 8,45 ton/ha dan ± 16,12 ton/ha untuk daerah penanaman di Pulau

Jawa.

Page 2: Rkp Pht Kel.melon

B. Tujuan Praktikum

Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) bertujuan untuk :

1. Memberikan pengalaman lapang kepada mahasiswa dalam

mengembangkan kemampuan teknik pengumpulan informasi, khususnya

wawancara dan observasi tentang kondisi lingkungan lahan, keberadaan

OPT, cara budidaya tanaman, pertumbuhan dan perkembangan tanaman,

serta kondisi sosial ekonomi petani

2. Melatih mahasiswa bekerja dalam kelompok

3. Melatih mahasiswa presentasi

C. Lokasi Praktikum

Lokasi praktikum Pengelolaan Hama Terpadu ini dilaksanakan di

lahan buah melon besar milik Bapak Sarwanto. Lahan buah melon tersebut

bertempat di Komplek perumahan Gedongan Indah, Colomadu, Kabupaten

Karanganyar Jawa Tengah. Luas lahan buah melon 4000 m2.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Syarat Tumbuh

Tanaman melon membutuhkan syarat-syarat khusus untuk dapat

tumbuh dengan baik dan relatif lebih sulit dibudidayakan dibandingkan

tanaman dari famili Cucurbitaceae lainnya. Tanaman melon tumbuh baik

pada curah hujan 2000-3000 mm/th, suhu berkisar antara 30-35ºC, intensitas

cahaya matahari tinggi, dan kelembaban udara 70-80 % atau minimal 60 %

(Setiadi dan Parimin, 2002). Acquaah (2004) menambahkan bahwa melon

tumbuh baik saat masa pertumbuahn pada suhu diatas 30ºC dan terbebas

dari embun yang membeku. Produksi melon membutuhkan kelembaban

yang tinggi, walaupun saat pematangan buah tanah harus relatif agak kering.

Pengeloloaan tanah yang baik sangat lah penting untuk pertanian.

Tanah yang sangat berbutir-butir mempunyai aerasi yang baik dan

mempunyai daya pegang air yang cukup tinggi karena kenaikan ukuran

ruang pori-pori tanah. Pori-pori tanah ditempati oleh air dan udara dengan

perbandingan yang berbeda-beda. Bahan organik dapat bertindak sebagai

Page 3: Rkp Pht Kel.melon

busa yang menyerap sejumlah besar air dibanding beratnya, bahan organik

juga merupakan sumber unsur mineral yang menjadi tersedia bila telah

terurai. Bahan organik tersebut dapat berada pada lapisan atas yang disebut

humus dan kemudian tercuci ke dalam tanah (Harjadi 2002).

Tanaman melon membutuhkan tanah yang subur, berdrainase baik,

dan terbebas dari nematoda atau penyakit soilborneyang lain. Tipe tanah liat

berpasir memberikan hasil positif pada produksi tanaman melon (Harjadi,

1989). Ashari (1995) menambahkan tanaman melon tumbuh baik pada

daerah dengan ketinggian 300–1 000 m dpl, jenis tanah berlempung. Daerah

beriklim kering tidak disenangi oleh tanaman melon. Akar tanaman melon

hanya mampu menjangkau kedalaman 15-20 cm dan menyebar 6 dalam

radius 30-40 cm. Jika lahan kering atau kedalaman air diatas 50 cm, maka

lahan dapat diairi (Setiadi 2002). Melon membutuhkan air yang cukup

tinggi saat fase pertumbuahn hingga pembesaran buah, namun setelah

memasuki fase pematangan buah, melon harus sedikit mendapat air. Oleh

karena itu melon cocok ditanam di akhir musim hujan.

B. Teknik Persemaian

Tanah tempat persemaian yang hendak digunakan untuk menyusun

polybag empat penyemaian benih hendaknya ditinggikan sekitar 30 - 40 cm

dari tanah sekitarnya agar air tidak menggenangi terutama di musim

penghujan. Bedengan dapat dibuat berbentuk empat persegi panjang dekat

dengan ukuran panjang 4 - 6 m, lebar 100 - 110 cm dan pada bagian tepi

diberi penyekat dari belahan bambu agar posisi bibit pada polybag dapat

berdiri tegak. Benih yangtelah berkecambah segera dipindahkan ke kantong

polybag yang sudah siap sebelumnya (Sunaryono 2000).

Benih yang sudah berkecambah harus segera dibibitkan atau

disemai dalam media pembibitan. Penyemaian benih dapat menggunakan

kantong plastik bening atau polybag berukuran 7x10 cm. Media semai

yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang yang

sudah matang dengan perbandingan 2:1. Penanaman dilakukan dengan

Page 4: Rkp Pht Kel.melon

cara membuat lubang sedalam 2 cm, lalu benih dimasukkan ke dalam

lubang, kemudian benih ditutup dengan tanah (Sobir 2010).

C. Pengolahan Tanah

Pembersihan lahan areal penanaman melon terutama dilakukan

terhadap rumput-rumput liar atau gulma yang dapat meningkatkan

kelembapan areal kebun. Pembersihan juga dilakukan terhadap tanaman

keras lainnya yang dapat menggangu tanaman melon, terutama yang bisa

menghambat sinar matahari.Lahan yang sudah selesai dibersihkan bisa

langsung dibajak atau dicangkul dengan kedalaman sekitar 30-40 cm.Tanah

yang sudah dicangkul sebaiknya didiamkan terkena sinar matahari selama

kurang lebih 2 minggu supaya terjadi pertukaran udara dan bibit penyakit

atau hama yang berada di dalam tanah hilang. Setelah dua minggu tanah

terjemur, pembuatan bedengan dapat langsung dibuat. Tujuan pembuatan

bedengan agar tanaman melon tidak tergenang air pada musim hujan.

Bedengan untuk penanaman pada musim hujan harus dibuat lebar karena

pada musim hujan sinar matahari tidak optimal sehingga kondisi kebun akan

menjadi lembab. Jarak antar bedeng yang ideal sebaiknya 75-100 cm

dengan lajur bedengan menghadap ke arah utara selatan. Tinggi bedengan

minimal 50 cm dan lebar 110-120 cm. Panjang bedengan diusahakan tidak

terlalu panjang (rata-rata 10-12 m atau tergantung pada kondisi lahan) untuk

mempermudah perawatan dan pembuangan air (Wiryanta 2002).

D. Syarat Pindah Tanam dan Penanaman

Pembukaan penutup permukaan media semai dilakukan apabila

benih sudah berkecambah, baru kemudian benih disungkup menggunakan

plastik transparan. Pembukaan sungkup dimulai pada jam 07.00 - 09.00, dan

dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus

dibuka secara penuh untuk penguatan tanaman. Bibit melon dapat dipindah

tanamkan dari persemaian ke kebun pada umur 12 - 14 hari setelah semai

benih, yakni telah berdaun 2 - 3 helai. Waktu tanam yang paling ideal

adalah pagi atau sore hari, agar bibit tidak layu akibat pengaruh terik

matahari dan suhu udara tinggi (Siswanto 2010).

Page 5: Rkp Pht Kel.melon

Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan alat khusus

berdiameter + 8 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang ditimbulkan

dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa dengan cepat. Sekaligus

jarak lubang disesuaikan jarak tanam yaitu 70 x 60 atau 80 x 60 cm. Setelah

bibit di persemaian berdaun 2 – 3 lembar, (umur + 15 hari) bibit siap

ditanam. Untuk memudahkan penanaman, maka saluran antar bedengan

diairi dahulu. Bibit dikeluarkan dari polybag dengan disilet jangan sampai

akarnya rusak, diletakkan pada lubang yang telah ditugal, penanaman

dilakukan dengan posisi + 2 cm lebih dalam dari leher akar semula

(Bapelluh Karanganyar 2013)

Penggunaan turus bambu/ajir sebagai alat perambatan tanaman

melon, merupakan cirri utama dalam budidayanya. Sistem ini memang

harus dilakukan untuk menghemat luas lahan dan menghindarkan buah dari

kontak langsung dengan permukaan tanah. Dengan demikian, diharapkan

kualitas buah dapat terjamin dan produksi tanaman dapat meningkat.

Tanaman melon dapat tumbuh dan berproduksi pada musim kemarau

maupun hujan. Namun, paling ideal bila ditanam pada musim kemarau,

karena memungkinkan produksi lebih tinggi dengan rasa buah yang lebih

manis. Jika hasil panen optimal, maka dapat memberikan keuntungan

bersih sebesar 100-200% dari total biaya produksi, hanya dalam waktu 65-

70 hari setelah pindah tanam (Samadi 2007).

Persemaian melon memerlukan tanah atau media semai dengan

suhu 23.9-35.0 oC, untuk menunjang perkecambahan benih harus tertutup

media semai dengan ketebalan 0.5-1.5 inch. Melon merupakan tanaman

yang benihnya dapat ditanam langsung pada bedeng yang telah disediakan

(Acquaah, 2005).

E. Perawatan

Penyiangan pada tanaman melon dapat dilakukan melalui beberapa

cara. Salah satu cara penyiangan tanaman melon dapat dilakukan secara

manual, yaitu mencabut gulma yang tumbuh di dalam polibag. Penyiangan

Page 6: Rkp Pht Kel.melon

dilakukan sesuai dengan pertumbuhan gulma. Seringkali gulma-gulma yang

tumbuh tidak dibersihkan secara keseluruhan karena dapat dimanfaatkan

sebagai inang musuh alami hama ataupun predator (Tjahjadi 2006).

Perawatan tanaman melon lebih intensif. Melon membutuhkan hara

lebih banyak yang disebabkan umur melon yang cukup panjang. Bedengan

yang ditinggikan dan mulsa biasa digunakan untuk meminimumkan kontak

langsung buah dengan air (Subakti 2001). Menurut Rukmana (2004) suplai

nitrogen, fosfor dan kaliumharus rutin dilakukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan melon.

Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk

pertumbuhannya, tetapi tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika

hari tidak terjadi hujan. Pengairan dilakukan pada sore atau malam hari.

Tanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman sampai pada saat

tanaman akan dipanen. Saat menyiram perlu diperhatikan agar air siraman

tidak membasahi daun atau terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah

supaya tanaman tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan air.

Jamur akan dengan mudah hinggap pada daun apabila daun melon basah

terkena air. Penyiraman dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari.

Penyiraman dilakukan dengan memberikan air dalam jumlah yang sama (±

220 ml) pada setiap tanaman (Samadi 2004).

Penyulaman, penyiangan dan pengairan pada tanaman melon

dilakukan bila diperlukan. Pemupukan pada umur 5 HST dilakukan dengan

memberikan urea dalam bentuk larutan dengan kosentrasi 3 kg/300liter air.

Pupuk ZA + NPK pada saat 17 HST dan ketika tanaman berusaha 50 HST

digunakan 2 kg ZA dan 1 kg NPK konsentrasi 3-4kg/200 liter air. Pupuk

daun diberikan pada tanaman saat berusia 7 HST dengan interval 7-15 hari

sekali dengan konsentrasi larutan 1-2 cc/1 liter air. Perlakuan khusus

tanaman melon adalah pemangkasan tunas dan seleksi buah. Pemangkasan

dilakukan pada tunas-tunas baru yaitu tunas 1-8, sedangkan untuk buah

melon dapat dilakukan seleksi dan menyisakan 2-3 buah (Setiadi 1999).

Page 7: Rkp Pht Kel.melon

Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah

ditanam, tanaman berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan

buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses

pematangan). Pemberian pupuk dilakukan dengan menyebarkan secara

merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15

cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak

perakaran tanaman dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam

tanah. Untuk memudahkan dalam pemupukan, dapat dibuat data mengenai

rangkaian pemupukan sejak awal.

1. Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar =10–20 ton/ha.

2. Urea: pupuk dasar = 440 kg/ha; pupuk susulan I = 330 kg/ha; pupuk

susulan II =220 kg/ha; pupuk susulan III = 440 kg/ha.

3. TSP: pupuk dasar = 1.200 kg/ha; pupuk susulan I =220 kg/ha; pupuk

susulan II =550 kg/ha.

4. KCl: pupuk dasar = 330-440 kg/ha; pupuk susulan II =160 kg/ha.

Pupuk dasar merupakan pemupukan pada pengolahan tanah

(sebelum tanam). Pupuk susulan diberikan ketika tanaman sudah mulai

tumbuh, yaitu (a) pupuk susulan I : umur ± 20 hari; (b) pupuk susulan II :

umur + 40 hari dan (c) pupuk susulan III : umur + 60 hari (Lingga 2006).

Pupuk urea dan KCl diberikan secara bertahap, yaitu urea empat

kali dan KCl tiga kali. Sebagai pupuk dasar digunakan 10 g urea dan 20 g

KCl. Pemupukan kedua dilakukan pada 7 HST sebanyak 5 g urea.

Pemupukan ketiga dilaksanakan pada 14 HST sebanyak 5 g urea dan 10 g

KCl. Pemupukan keempat diberikan pada 21 HST sebanyak 5 g urea dan 10

g KCl (Hakim2006).

D. Syarat Panen dan Kriteria Panen

Waktu panen tergantung dari lamanya tanaman terkena sinar

matahari, semakin lama tanaman dikenai sinar matahari maka semakin cepat

waktu panennya. Demikian pula lamanya musim penghujan, dapat

memperlambat waktu panen. Dan kekurangan unsur hara juga akan

memperlambat waktu panen tiba. Pada umumnya waktu panen rata-rata

Page 8: Rkp Pht Kel.melon

setelah berumur 2,5 bulan sampai 3 bulan sesudah disemai. Panenan

berikutnya dapat dilakukan 1 - 2 minggu tergantung dari kesehatan dan

kesuburan tanaman.Cara penetuan waktu panen antara lain sebagai berikut

panen dilakukan pada buah yang tingkat kemasakanya sudah mencapai

antara 80 -90%, kecuali panen saat muda untuk produk cabe merah tentu

dilakukan pada saat kemasakan antara 50-60 % dan dilakukan pada pagi

hari setelah embunnya mengering (Anonim 2008).

E. Penyimpanan dan Pasca Panen

Penyimpanan melon dengan tujuan menjaga kesegaran buah dalam

waktu yang lama dapat dilakukan dengan penyimpanan didalam cool

storage bersuhu 7 – 9 derajat Celcius. Penyimpanan sementara sebelum

dipasarkan, sebaiknya di tempat (ruang) yang teduh dan cukup lembab, serta

sirkulasi udara baik. Bila fasilitas penyimpanan memungkinkan, dapat

dilakukan dalam ruang dingin (cold storage) yang suhunya rendah antara 2 -

15 derajat Celcius dan kelembabannya tinggi sekitar 90% - 95% agar tetap

segar selama + 20 hari. Pada kegiatan pasca panen Melon yang disimpan

dengan suhu sekitar 4oC dengan kelembaban (RH) 95% sampai dengan 98%

dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada kondisi penyimpanan dengan

temperatur 10oC melon merah masih dalam keadaan baik sampai dengan 16

hari (Benny 2010).

Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua)

minggu setelah tanam bibit tidak menunjukkan pertumbuhan normal.

Tanaman dicabut beserta akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman

baru. Hal ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar tanaman muda ini

dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan barunya. Penyulaman dan

penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari, karena kemungkinan

dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang perlu disulam.

Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru harus

disiram air (Dedeh 2009).

Pengendalian hama kutu aphids (Aphis gossypii Glover) pada

tanaman melon dilakukan dengan cara membersihkan gulma supaya tidak

Page 9: Rkp Pht Kel.melon

menjadi inang hama. Tanaman yang terserang hama parah harus disemprot

secara serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate)

dengan konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter. Tanaman melon terkadang juga

terserang penyakit Layu bakteri dan penyakit busuk pangkal batang (gummy

stem light). Pengendalian penyakit layu bakteri yaitu dengan mensterilisasi

lahan sebelum ditanami dengan Basamid G dengan dosis 40 g/m2 kemudian

sebelum ditanam benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin

(oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin

sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter. Setelah atau saat berumur 20

HST dapat disemprot dengan bakterisida Agrimyciin tadi. Pengendalian

penyakit busuk pangkal batang (gummy stem light) dengan cara

menggunakan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal

batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena

penyiangan, kemudian daun-daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu

disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan

konsentrasi 1–2 ml/liter, dan pangkal batang yang terserang dioles dengan

larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter

(Sobir, Willy B.S, dan Endang Gunawan 2009).

III. METODE PENGAMATAN

A. Pendeskripsian Lahan

1. Pengukuran luas lahan

Pengukuran luas lahan dilakukan dengan melakukan metode

survey dan wawancara kepada petani di daerah Colomadu,

Karanganyar. Didapatkan data luas lahan budidaya tanaman melon

sebesar 4000 m2 dengan panjang lahan 200 meter dan lebar lahan 20

meter dan dibatasi oleh lahan padi petani lain.

2. Perhitungan Jumlah tanaman

Perhitungan jumlah tanaman dilakukan dengan metode survey

ke lahan dan melakukan pengamatan di lahan. Lahan dengan luas 4000

m2 mempunyai populasi untuk tanaman melon sebanyak 1000 tanaman,

Page 10: Rkp Pht Kel.melon

dengan jarak tanam setiap tanaman 2m x 3m.dengan jumlah bedengan

di lahan ada 24 bedengan dengan masing-masing bedengan ditanami 30

tanaman melon.

3. Denah lahan

Denah lahan melon petani berada di daerah Colomadu,

Karanganyar. Sebelah barat lahan dibatasi oleh saluran irigasi dan jalan

desa, sementara sebelah utara, timur dan selatan dibatasi oleh lahan

tanaman padi petani lain.

LAHAN CABAI

LAHAN PADI

LAHAN PADI

JALA

N

U

B. Penentuan Sample

1. Cara Sengambilan Sample

Pengambilan sampel yang dilakukan yaitu dengan cara random

dari keseluruhan populasi tanaman melon. Dimana cara random ini

dipadukan dengan pola “Z”.

2. Jumlah dan Letak Sample

Laha

n Mel

onLaha

n Mel

on

Page 11: Rkp Pht Kel.melon

Jumlah sampel adalah 60 sampel dari tottal keseluruhan 1000

tanaman. Karena menggunakan pola Z maka sampel tersebar pada sisi

utara dan sisi selatan serta diagonal tengah yang menghubungkan kedua

sisi. Disisi utara berjumlah 6 sampel, bagian diagonal 6 sampel dan sisi

selatan terdapat 7 sampel.

3. Denah sample

C. Cara mendapatkan Informasi

Pada praktikum Perlindungan Hama Terpadu kami menggunakan

metode observasi dan wawancara secara langsung. Pengumpulan data

dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah

cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan

alat standar lain untuk keperluan tersebut. Wawancara adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab,

sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si

penjawab atau responden secara langsung. Yaitu berupa kondisi

pertanaman, OPT, Teknik budidaya dan analisis produksi.

Page 12: Rkp Pht Kel.melon

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk melihat beberapa perkembangan penyakit, beberapa tanaman

yang menunjukan gejala embun bulu dan layu fusarium diamati setiap 7

hari. perhitungan intensitas dan persentase serangan penyakit dilakukan

pada saat pola jarring pada kulit buah sudah terbentuk, yaitu pada saat

serangan kedua pathogen tersebut mencapai tingkat tertinggi.

Intensitas serangan pathogen embun bulu dihitung dengan rumus

townsend dan Heubergeur sebagai berikut: I =

Keterangan : I = Intensitas serangan

n = Jumlah serangan pada setiap kategori serangan

v = harga numeric kategori serangan

z = harga numeric kategori serangan tertinggi

N = Jumlah tanaman yang diamati

Berikut indeks kategori serangan:

Harga Numerik % Luas yang terserang (x) Kategori serangan

0 0 Tidak ada

1 0 < x < 25 Ringan

2 25 < x < 50 Sedang

3 50 < x <70 Berat

4 70 < x < 100 Sangat BeratAdapun penyakit yang terdapat pada tanaman melon tanaman yang

kami amati meliputi layu fusarium, embun tepung, pangkal busuk batang,

embun bulu, busuk buah dengan gejala dan cirri-ciri sebagai berikut:

a) Embun tepung

Patogen penyebab Cendawan Oidium sp atau Erysiphe cichoracearum

Bagian yang Daun dan batang muda

Page 13: Rkp Pht Kel.melon

diserang

Ciri dan gejala Daun dan batang muda dilapisi semacam tepung berwarna

putih

Buah yang terserang berukuran kecil dan rasanya tidak manis

Pengendalian Memuat sirkulasi udara lancer dan mengurangi kelembaban di

sekitar tanaman

Monitoring secara rutin terhadap tanaman sehingga dapat

siketahui gejala awal serangan

Penyemprotan fungisida Calixi 750 EC atau Afugan 300 EC

konsentrasi 1 ml/l, dilakukan 5-7 hari sekali pada musim hujan

dan 10-14 hari sekali pada musim kemarau

b) Embun bulu

Patogen penyebab Cendawan Pseudoperonospora cubensis

Bagian yang

diserang

Daun

Ciri dan gejala Terlihat bulu-bulu halus berwarna abu-abu di bagian bawah

bercak

Timbulnya bercak-bercak kuning pada daun, lalu berubah

menjadi coklat kemerahan

Buah berbentk abnormal, berukuran kecil, rasa hambar dan

aromanya tidak ada

Pengendalian Memotong daun-daun yang terserang cendawan ini dan

memusnahkan/membakarnya jauh dari area penanaman

Penyemprotan fungisida sistemik Previcur N dengan

konsentrasi 2-3 ml/l atau berbahan aktif simoksanil atau

mancozeb, dilakkan 7-10 hari sekali

Menghindari pengairan berlebih, melancarkan sirkulasi udara,

dan melakukan pengendalian gulma di lahan

Page 14: Rkp Pht Kel.melon

c) Antraknosa

Patogen penyebab Cendawan Colletrichum sp

Bagian yang

diserang

Daun, batang muda, bunga dan buah

Ciri dan gejala Timbul bercak-bercak berwarna cokelat kelabu sampai

kehitaman yang kemudan menyatu pada bagian tanaman

seperti daun, batang muda, bunga atau buah

Cendawan dapat membentuk spora berwarna merah jambu

pada bercak cokelat yang terbentuk

Pengendalian Perendaman benih dengan fungisida berbahan aktif

azoksisitrobin 250 g/l, propineb 70% atau Derasol 500 SC

selama 4 jam

Pemangkasan bagian tanaman yang terserang kemudian

memusnahkannya jauh dari area pertanaman

Pengaturan jarak tanam yang tepat sehingga kondisi tanaman

tidak lembab dan mendapatka sinar matahari cukup

Penyemprotan fungisida dilakukan bila serangan cukup berat,

mengunakan pestisida sistemik, dilakukan 7-14 hari sekali

Penymprotan fungisida Derasol 60 WP dicampur dengan

Dithane/Vondozeb/Mancozeb 1:5 konsentrasi 2,5 g/l

( Margianansari, dkk. 2012 )

d) Layu fusarium

Patogen penyebab Cendawan Fusarium oxysporum

Bagian yang

diserang

Akar atau batang

Ciri dan gejala Sulur pada tanaman yang terserang menjadi kuning atau layu,

kemudian seluruh tanaman layu dan kelamaan mati

Page 15: Rkp Pht Kel.melon

Pada batang terdapat goresan dan mempunyai massa spora

cendawan berwarna merah jambu, batang busuk kecoklatan

Pengendalian Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman selain melon

Pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah

Menghindari pemupukan urea atau ZA berlebihan

Perendaman benih dengan fungisida Derasol 500 SC dengan

konsentrasi 1 ml/l

Penyemprotan fungisida Derasol 500 SC dengan konsentrasi

1,5ml/l dan dosis 250 ml/tanaman, setiap 14 hari sekali sejak

satu bulan setelah tanam atau sejak muncul bunga

e) Layu bakteri

Patogen penyebab Bakteri Erwinia tracheiphila

Bagian yang

diserang

Akar

Ciri dan gejala Daun layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau,

akhirnya tanaman layu keseluruhan

Bila pangkal batang dipotong melintang, akan mengeluarkan

lender putih kental dan lengket

Pengendalian Perendaman benih dengan bakterisida Agrimicyn atau Agrept

konsentrasi 1,2 g/l dan penyemprotan pada 20 HST

Pengaturan drainase, terutama pada musim hujan, jangan

sampai ada air ang menggenang di daerah perakaran

Sterilisasi media dengan Basamid G dosis 40 g/m2

( Suryaminarsih, 2008 )

f) Busuk pangkal batang

Patogen penyebab Mycosphaerella melonis

Page 16: Rkp Pht Kel.melon

Bagian yang

diserang

Pangkal batang

Ciri dan gejala Awalnya pangkal batang seperti tercelup minyak, lalu keluar

lendir berwarna merah-cokelat

Tanaman layu dan mati, daun yang terserang mongering dan

berbunyi kresek-kresek jika diterpa angin, dan seperti krupuk

jika diremas

Pengendalian Mencegah kelembaban dan luka pada perakaran/pangkal

batang

Sterilisasi lahan dengan Basamid G dosis 40 g/m2

Pangkal batang dioles dengan fungisida Calixin 750 EC

konsentrasi 5 ml/l

Daun yang terserang dirompes dan tanaman disemprot dengan

fungisida Derosal 500 SC konsentrasi 1-2 ml/l

( Kranz, J., H. Schmutterer and W. Koch, 1977)

g) Busuk buah

Patogen penyebab Cendawan Phytophtora nicotianae, P. capsici, Pythium sp

Bagian yang

diserang

Batang, daun dan buah

Ciri dan gejala Bercak coklat kebasahan yang memanjang, daun seperti

tersiram air panas kemudian meluas

Bercak kebasahan pada buah yang berubah menjadi cokelat

kehitaman dan lunak, makin lama bercak berkerut dan

mengendap, bagian buah yang busuk terselimuti cendawan

putih

Page 17: Rkp Pht Kel.melon

Pengendalian Mengurangi kelembaban di seitar tanaman dengan memangkas

daun atau cabang yang berlebihan

Rotasi tanaman dengan bukan sefamili

Mencabut dan membakar tanaman yang terserang]

Penyemprotan fungisida sistemik Previcur N konsentrasi 2-3

ml/l, diselingi fungisida kontak Vondozeb, Trineb, dan

Sandofan MZ konsentrasi 2,5 g/l

( NS, A. Y., & Susila, A. D. ,2010)

h) Bercak daun bersudut

Patogen penyebab Bakteri Pseudomonas lachrymans

Bagian yang

diserang

Daun

Ciri dan gejala Terdapat bercak putih pada daun, kemudian beruah menjadi

cokelat kelabu, mongering dan berlubang

Bercak berbatasan dengan tulang daun sehingga seolah

bersudut

Pengendalian Merendam benih dengan bakterisida Agrimycin atau Agrept

dengan konsentrasi 1,2 g/l, penyemprotan bakterisida yang

sama pada 20 HST diselingi fungisida dengan konsentrasi 2 g/l

Mengindari penyiraman daun dengan air irigasi

Melakukan pergiliran tanaman yang bukan sefamili

(Meilin, A., 1995)

Page 18: Rkp Pht Kel.melon

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil pengamatan tanaman melon di

desa Colomadu, Karanganyar:

a. Pada musim tanam 1 MST penanaman dan pemeliharaan sangat rutin.

b. Pengairan dilakukan pada masa vegetative tanaman.

c. Setiap lubang ditanami 2-3 bibit melon.

d. Penanaman dilakukan pada saat akhir musim kemarau dan masuk musim

penghujan.

e. Penyakit yang terdapat pada tanaman melon tanaman meliputi layu fusarium,

embun tepung, pangkal busuk batang, embun bulu, busuk buah

f. Pada lahan bedeng ke 4 terjadi banjir sehingga banyak tanaman yang mati dan

buah busuk.

Adapun saran yang diberikan pada lahan pengamatan yaitu perlu adanya

perawatan meliputi penyiangan dan pengendalian OPT secara rutin. sehingga

tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang baik.

Page 19: Rkp Pht Kel.melon

DAFTAR PUSTAKA

 Acquaah, G. 2005. Horticulture : Principles and Practices 3th Edition. Prentice hall. New Jersey. 822 p.

Bapelluh Karanganyar 2013. Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Melon. http://epetani.deptan.go.id/budidaya/petunjuk-teknis-budidaya-tanaman-melon-7919. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2013

Gonggo M, Bambang; Bandi Hermawan, dan Dwi Anggraeni 2005. Pengaruh Jenis Tanaman Penutup Dan Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisika Tanah Pada Lahan Alang – Alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 7 No. 1. 2005. Hlm. 44 - 50

Kranz, J., H. Schmutterer and W. Koch. 1977. Diseases,Pest and Weeds in Tropical Crops. New York : Chichester

Margianansari, dkk. 2012. Bertanam Melon Eksklusif dalam pot. Bogor : Tim Mekarsari

NS, A. Y., & Susila, A. D. 2010. Pengaruh Jumlah Buah Per Tanaman dan Pangkas Pucuk (Toping) terhadap Kualitas Buah pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik. Bogor Agricultural University. Hal. 18 - 20.

Nuryanto, Hery. 2007.Budi Daya Melon. Jakarta : Ganeca Exact

Samadi 2007. Melon, Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.

Siswanto. 2010. Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon. UPN Veteran Jawa Timur. Surabaya. 90 hal.

Sobir dan F.D. Siregar. 2010. Budidaya melon unggul. Jakarta : Penebar Swadaya

Sobir, Willy dan Endang, Gunawan. 2009. Buku Praktis Budidaya Melon. Balai Pustaka. Jakarta.

Suryaminarsih. 2008.Kajian Pemberian Stretomyces Spp Terhadap Perkembangan Gejala Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Melon (Cucumis Melo L.). Jurnal Pengendalian Hayati. Universitas Jember.volume.1.number. 1. pages: 49--51

Wulandari, S. R. (2000). Pengaruh Tiga Macam Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit pada Pertumbuhan dan Produksi Melon (Curcumis melo L.). Bogor: Bogor Agricultural University. Hal. 20.