Analisis Efisiensi Sektoral Provinsi Jawa Tengah dengan...

15
Analisis Efisiensi Sektoral Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan Data Envelopment Analyisis (DEA) ( periode tahun 2000-2012 ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh: NURLAELA ADILA (B300 100 069) EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Transcript of Analisis Efisiensi Sektoral Provinsi Jawa Tengah dengan...

Analisis Efisiensi Sektoral Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan Data

Envelopment Analyisis (DEA)

( periode tahun 2000-2012 )

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi

Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh:

NURLAELA ADILA

(B300 100 069)

EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator yang digunakan daerah untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah sangat dipengaruhi peran dari tiap sektor dalam menunjang perekonomian daerahnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan mengetahui perbandingan efisiensi tiap sektor dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerahnya dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Pengukuran efisiensi teknik yang menggunakan input dan output ini diharpakan dapat mengukur sektor mana saja di Jawa Tengah yang merupakan sektor yang paling efisien dalam kontribusinya.

Suatu sektor dikatakan memiliki kinerja yang efisien jika memiliki skor efisiensi 1 atau 100% dan dikatakan semakin tidak efisien jika mendekati 0. Objek penelitian ini adalah 9 sektor lapangan usaha dengan periode penelitian tahun 2000-2012. Input yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga kerja dan jumlah investasi per sektornya, sedangkan variabel outputnya adalah PDRB. Hasil analisis dengan menggunakan DEA menunjukkan bahwa hanya ada 1 sektor yang kinerjanya sudah efisien yaitu sektor Listrik Air dan Gas (LAG). Akhir dari penelitian ini adalah saran bagi pemerintah untuk melakukan kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi sektoral.

Kata Kunci : Sektoral, efisiensi, Data Envelopment Analysis (DEA)

A. PENDAHULUAN

Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan perekonomian suatu negara

dalam jangka panjang. Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi mengukur

prestasi dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke

periode selanjutnya.Pertumbuhan ekonomi daerah dihitung dari

ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB). Laju pertumbuhan PDRB suatu

daerah sangat dipengaruhi peran dari tiap sektor dalam menunjang

perekonomian daerahnya. Oleh sebab itu perlu dihitung seberapa efisien

kontribusi suatu sektor dalam pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Dengan

latar belakang diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan

menjelaskan secara spesifik efisiensi sektoral di Propinsi Jawa Tengah

dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA).

B. LANDASAN TEORI

1. Teori Efisiensi Ekonomi dan Produksi

a. Konsep Pengukuran Efisiensi

Dua konsep yang biasa digunakan untuk karakteristik suatu

kinerja pemanfaatan sumber daya adalah produktivitas dan efisiensi.

Keduanya merupakan ukuran dari suatu kinerja unit ekonomi, dimana

produktivitas adalah ukuran deskriptif sedangkan efisiensi adalah

ukuran yang bersifat normatif. Produktivitas didefinisikan sebagai

kemampuan/proses dalam menghasilkan sesuatu (output), sedangkan

efisiensi didefinisikan sebagai kemampuan/proses untuk

menghasilkan sesuatu (output) dengan baik, suatu proses dapat

dikatakan efisien jika dapat menghasilkan sesuatu dengan baik.

Secara umum ada dua komponen pengukuran efisiensi. Pertama,

Technical Efficiency atau efisiensi teknis. Efisiensi ini mencoba

mengukur tingkat penggunaan dari sarana ekonomi/sejumlah input

untuk menghasilkan sejumlah output tertentu. Kedua, Allocative

Efficiency atau efisiensi alokatif, yaitu mengukur sejauh mana

kombinasi optimal dari ragam input yang digunakan dalam proses

produksi pada tingkat harga relatif.

b. Efisiensi Produksi

Dalam suatu ekonomi, ada sejumlah barang yang siap

dialokasikan. Tujuan yang hendak dicapai adalah bagaimana

mengalokasikan barang-barang yang ada dengan cara yang paling

efisien. Kondisi-kondisi syarat pertama untuk suatu alokasi yang

efisien adalah bahwa barang-barang harus didistribusikan sedemikian

rupa sehingga tingkat pertukaran teknis (marginal rate of

subtitution=MRS) antara dua barang sama bagi semua orang.

Efisiensi produksi di gambarkan dalam kotak Edgeworth.

Penggunaan input yang efisien terjadi apabila isokuan untuk kedua

barang tersebut bersinggungan. Suatu rangkaian isokuan produksi

memperlihatkan tingkat output yang diproduksi dengan berbagai jenis

kombinasi input.

c. Menyelaraskan kegiatan ekonomi secara efisien

Perekonomian pasar yang ideal adalah sebuah perekonomian

yang di dalamnya semua barang dan jasa secara sukarela

dipertukarkan dengan uang pada harga-harga pasar. Di dalam pasar

yang ideal ini terdapat berbagai macam kegiatan ekonomi yang

memeras manfaat maksimum dari sumberdaya-sumberdaya yang

tersedia. Pemerintah mempunyai 3 fungsi ekonomi yang paling utama

dalam sebuah ekonomi pasar, yaitu efisiensi, keadilan, dan

perkembangan stabilitas dan pertumbuhan makoekonomi. Inti dari

ilmu ekonomi adalah mengakui realitas kelangkaan, lalu memikirkan

cara megorganisir masyarakat dalam suatu cara yang menghasilkan

pemanfaatan sumber daya yang paling efisien.

d. Teori Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan prosuksi (input)

dan produksi (output). Dalam fungsi produksi, maka fungsi produksi

Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi yang ingin

memperlihatkan pengaruh input yang digunakan dengan output yang

diinginkan. Asumsi dari fungsi produksi Cobb Douglas adalah

pengembalian skala konstan, artinya jika modaldan tenaga kerja

meningkat dalam proporsi yangsama, maka output meningkat pula

dengan proporsi yang sama.

C. METODE PENELITIAN

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang berupa data time series periode tahun 2000-2011. Metode pengumpulan

data ini berupa dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh

dari berbagai media cetak maupun elektronik serta dari instansi terkait yaitu

Badan Pusat Statistik (BPS). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah DEA (Data Envelopment Analysis) dengan menggunakan

pendekatan output oriented, dan menggunakan pendekatan CRS ( Constant

Return to Scale). Data yang digunakan adalah variabel Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) sebagai variabel output dan variabel Investasi

sektoral serta tenaga kerja sektoral sebagai variabel input.

Rumus Rasio antara input dan output sebagai berikut:

�� =∑ ��.�������

∑ ��.�������

(i)

Dimana:

Hs : efisiensi per sektor lapangan usaha

m : output sektoral yang diamati

n : input sektoral yang diamati

yis : jumlah ouputi yang digunakan per sektor lapangan usaha

xis : jumlah input j yang digunakan per sektor lapangan usaha

ui : bobot output i yang dihasilkan per sektor lapangan usaha

vj : bobot input j yang diberikan per sektor lapangan usaha

Rasio efisiensi (hs) diatas kemudian dimaksimalkan dengan kendala

sebagai berikut:

�� =∑ ��.�������

∑ ��.�������

< 1 (ii)

Suatu DMU atau suatu sektor lapangan usaha dikatakan efisien atau

tidak jika nilai TE pada tiap DMU berkisar antara 0 sampai dengan 1. Suatu

DMU memiliki kemampuan paling baik jika nilai efisiensi relatif sebesar 1

atau 100%, sedangkan DMU lain yang nilainya dibawah 100% dikatakan

kemampuannya masih dibawah DMU yang telah efisien (inefisien).

D. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi, tingkat efisiensi 9 sektor lapangan

usaha di Propinsi Jawa tengah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tahun Pertanian tambang Industri LAG Kontruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa

2000 0,148 0,424 0,436 1,000 0,245 0,270 0,238 1,000 0,179

2001 0,286 1,000 0,381 1,000 0,189 0,655 0,252 1,000 0,420

2002 0,298 1,000 0,407 1,000 0,566 0,478 0,688 1,000 0,194

2003 0.349 0,030 0,329 1,000 0,831 0,691 1,000 0,201 0,780

2004 0,333 0,260 0,467 1,000 0,257 0,527 1,000 1,000 0,700

2005 1,000 1,000 1,000 1,000 0,510 0,547 0,738 1,000 0,325

2006 0,169 0,391 0,555 1,000 0,245 0,291 0,427 1,000 0,263

2007 0,887 0,507 1,000 1,000 0,422 0,485 0,388 1,000 1,000

2008 0,170 0,202 0,568 1,000 0,278 0,292 0,392 1,000 0,268

2009 0,145 0,100 0,472 1,000 0,253 0,241 0,373 1,000 0,228

2010 0,814 0,332 0,439 1,000 0,731 0,538 1,000 1,000 1,000

2011 1,000 1,000 1,000 1,000 0,599 0,632 0,974 1,000 0,890

2012 0,291 0,894 0,777 1,000 0,391 0,463 0,851 1,000 0,387

Sumber: Hasil olah data DEA

Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa hanya 1 sektor saja yang

mempunyai skor efisien (TE=1) selama periode tahun 2000-2012. Suatu

DMU dikatakan efisien jika technical efficiency (TE) bernilai 1. Sektor yang

kinerjanya dikatakan efisien tersebut adalah sektor Listrik, Air, dan Gas.

Satu sektor dikatakan mendekati efisien yaitu sektor Keuangan.

Dikatakan mendekati efisien karena sektor tersebut mengalami inefisiensi

hanya 1 tahun saja yaitu pada tahun 2003 dengan nilai TE sebesar 0,201. Dan

7 sektor lainnya yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri, kontruksi,

perdagangan, komunikasi, dan sektor jasa belum bisa dikatakan efisien

maupun mendekati efisien. Hal tersebut dikarenakan ketujuh sektor tersebut

masih banyak yang nilai efisiensinya kurang dari 1.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil analisis yang sudah dibahas pada bab sebelumnya,

maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil perhitungan DEA, dari kesembilan sektor yang menjadi

objek penelitian hanya ada 1 sektor yang masuk dalam kategori efisien.

Sektor tersebut adalah sektor Listrik, Air, dan Gas (LAG). Hal itu terlihat

dari nilai atau skor Technical Efficiency (TE) selama 12 tahun yang sudah

mencapai nilai 1 atau 100%. Delapan sektor lain yaitu sektor pertanian,

sektor pertambangan, industri, kontruksi, perdagangan, komunikasi,

keuangan dan jasa selama periode tahun 2000-2012 masih belum efisien.

Hal tersebut dikarenakan skor efisien yang belum mencapai 100%. Akan

tetapi ada 1 sektor yang bisa dikatakan mendekati efisien yaitu sektor

keuangan. Sektor tersebut dikatakan mendekati efisien karena dalam 12

tahun penelitian hanya 1 tahun saja yang mengalami inefisiensi, yaitu pada

tahun 2003.

2. Sektor yang mengalami inefisiensi paling tinggi adalah sektor kontruksi

dan sektor perdagangan, karena selama 12 tahun mengalami inefisiensi

yaitu pada periode penelitian tahun 2000-2012. Sedangkan sektor pertanian

dan sektor jasa menyusul dengan inefisiensi 10 tahun selama periode tahun

2000-2012. Kemudian disusul sektor industri dan komunikasi yang

mengalami inefisiensi 9 tahun selama periode tahun 2000-2012. Dan

kemudiaan baru disusul oleh sektor pertambangan yang mengalami

inefisiensi 8 tahun selama periode penelitian.

3. Pada sisi input, ketidakefisienan kedelapan sektor tersebut berasal dari

variabel tenaga kerja. Tetapi ketidakefisienan pada variabel tenaga kerja ini

hanya ditemui pada sektor pertambangan saja. Sedang yang lain disebabkan

oleh variabel outputnya yaitu variabel Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB).

4. Ketidakefisienan kedelapan sektor disebabkan variabel output yang tidak

efisien, yaitu pada variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Hampir semua sektor mengalami inefisiensi disebabkan oleh variabel

outputnya.

F. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Sektor yang mengalami inefisiensi dapat melakukan perbaikan kebijakan

makro. Kebijakan makro tersebut dilakukan untuk mencapai efisiensi

tekniknya. Adapun kebijakan yang dapat dilakukan antara lain kebijakan

yang berkaitan dengan ketidak efisienan masing-masing sektor, yaitu:

a. Pada sektor pertanian, kebijakan yang harus dilakukan adalah dengan

melakukan pembinaan kepada para petani yang diarahkan untuk

menjadi petani yang kreatif, inovatif, mandiri, dan mampu

memanfaatkan teknologi serta sumber daya lokal sehingga produk

pertanian yang dihasilkan lebih berdaya saing tinggi

b. Pada sektor pertambangan, potensi pertambangan di daerah Jawa

Tengah belum dapat digali dan dimanfaatkan secara optimal. Barang

tambang, di beberapa daerah hingga sekarang belum banyak yang

dieksplorasi karena berbagai kendala, misalnya dana dan kualitas SDM

yang ada. Selain dengan penanaman investasi yang tepat, perlu juga

memperbaiki kualitas SDM yang ada di sektor pertambangan ini.

c. Pada sektor industri dan sektor perdagangan, kebijakan yang harus

dilakukan agar sektor ini menjadi efisien adalah kebijakan yang

diarahkan pada pembenahan kualitas produk lokal agar tidak kalah

saing dengan produk-produk industri asing. Peningkatan kualitas kedua

sektor ini dengan pemanfatan teknologi, optimalisasi pendayagunaan

sumberdaya wilayah yang dimiliki Jawa Tengah, serta program

peningkatan dan pengembangan ekspor

d. Pada sektor kontruksi, guna mengimplementasikan investasi

infrastruktur yang dilakukan pada sektor kontruksi diperlukan berbagai

jenis sumber daya yang mendukung, di antaranya tenaga kerja

konstruksi yang kompeten dan profesional. Pelatihan terhadap tenaga

kerja di sektor kontruksi ini dapat mendorong output sektor

kontruksi/bangunan.

e. Pada sektor komunikasi, guna meningkatkan output sektor komunikasi

adalah dengan menguatkan daya saing sektor telekomunikasi melalui

peningkatan kapasitas dan pemerataan infrastruktur telekomunikasi.

Dengan kata lain harus ada pembenahan kualitas dan infrastruktur

sektor telekomunikasi sehingga dapat mendorong output sektor

telekomunikasi di Jawa Tengah.

f. Pada sektor keuangan, diperlukan upaya-upaya dari pemerintah melalui

kebijakan-kebijakan dalam rangka mengembalikan kepercayaan

masyarakat terhadap sektor keuangan yaitu dengan dilakukannya

penyehatan sektor perbankan dengan memperkuat fungsi pengawasan

perbankan serta pelaksanaan prinsip kehati-hatian dalam upaya

perbaikan kondisi internal perbankan.

g. Pada sektor jasa, harus meningkatkan kualitas sehingga dapat memacu

peningkatan output sektor jasa.

G. DAFTAR PUSTAKA

Aliman & Budi,PA. 2001. “Kausalitas Antara Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.16, No. 2. Yogyakarta: BPFE UGM.

Andhika, Berry. 2012. http://berryandhika.blogspot.com/2012/03/pengertian-tenaga-kerja-dan-kategorinya.html. diakses tanggal 20 Oktober 2013

Arsyad, Loncolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah Edisi 1. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Atmawardhana, Angga. 2006. Analisis Efisiensi Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional setelah Pemberlakuan UU NO.10 tahun 1998 tentang Perbankan dengan Pendekatan DEA. Yogyakarta: Univ Islam Indonesia

Bank Indonesia. 2010. Analisis Tingkat Efisiensi Sektoral dan Siklus Bisnis Kalmantan Tengah. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Tengah Triwuln IV-2010.

Bank Indonesia. 2012. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.14 No. 3. Terakreditasi SK: 66b/DIKTI/Kep/2011. ISSN 1440-8046

Bayu, W dan Atmanti, H. 2006. Analisis Pengembangan Wilayahdan Sektor Potensial guna Mendorong Pembangunan diKota Salatiga. Jurnal Dinamika Pembangunan Vol.3 No.2 hal 101-118

Coelli, TJ. 1996. A Guide to DEAP Version 2.1 : A Data Envelopment Analysis (Computer) Program. Centre for Efficiency and Productivity Analysis (CEPA) Working Papers Vol.8 No.96.Australia: University of New England. ISBN 86389 4969

Dimas & Woyanti, N. 2009. Efisiensi Sektor Pertanian dan Analisisnya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol.16 No.1. ISSN: 1412-3126

Dimas, 2009. Penyerapan Tenaga Kerja diDKI Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vo. 16 NO.7. ISSN: 1412-3126

Dimas, Gadang. 2010. Analisis Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Jawa Tengah. Jurnal Imliah Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Drs. Abdul Karib, MS. 2012. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 3, September 2012 ISSN : 2086 – 5031

Ggufron, Muhammad. 2008. Analisis Pembangunan Wilayah Berbsis Sektor Unggulan kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Bogor Agricultural University.

Hadinata, I dan Mnurung, AH. 2000. Jurnal Penerapan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Reksa Dana Saham.

Irawan,Drs &Suparmoko, M. 2008. Ekonomi Pembangunan edisi keenam. Yogyakarta. BPFE Yogykarta

Junaidi, singgih. 2006. Efisiensi industri di kota Semarang.

Karib, Abdul. 2012. Analisis Pengaruh Produksi, Investasi, dan Unit Usaha terhadap Penyerapan TenagaKerjapadaSektorIndustridiSumateraBarat. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vo.3 No. 3 ISSN. 2086-5031

, Abdul. 2012. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.3 No.3 September 2008.

Komaryatin, Nurul. 2006. Analisis Efisiensi Teknis Industri BPR di Eks.Karisidenan Pati. Tesis S2 Pasca Sarjana Uniiversitas Diponegoro

Kuncoro, Mudrajad, 2006. Ekonomika Pembangunan:Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi keempat. Ygyakarta. UPP STIM YKPN

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-Dasar Ekonomika Pembangunan edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Mankiw, Gregory N. 2003. Teori makro ekonomi edisi keempat. Jakrta. Erlangga

Merini, Dian. 2013. Analisis Efisiensi Pengeluaran Pemerintah Sektor Publik di Kawasan Asia Tenggara: Aplikasi Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Ilmiah Univ Brwijaya.

Mila, S. A. 2006. AnalisisTenaga kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 12 No. 2, (page 243-263). Yogyakarta: BPFE UGM.

Miller,SM dan Noulas,AG. 1996. The Technica lEfficiency of Larga Bank Production. Journal of Banking and Finance

Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi kedua. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. ISBN 979-421-85-3

Nugrahanil, TS & Tarioko, DH. 2011. Perbedan Pertumbuhan Ekonomi, Investasi Domestik, dn Ekspor antara Sebelum dan Sesudah Krisis. Jurnal Vol.8. Yogyakarta: Akmenika UPY

Pertiwi, Lala Dina. 2002. Efisiensi Sektor di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.12 No.2 Hal 123-139.

Pindyck. 2009. Mikroekonomi Edisi 6 Jilid 2. Jakarta : PT.Indeks

Samuelson, 203. Ilmu Mikroekonomi Edisi 17. Jakarta : Media Global Edukasi

Sjafrizal, 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Jakarta: PT.Raja Grafindo-Persada

Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi modern. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Sunarto. 2010. Evaluasi Kinerja Kantor-Kantor Pelayanan Pajak Pratama diPulau Jawa: Penerapan Data Envelopment Analysis (DEA). Tesis MPKP FE UI

Sunarto. 2010. Evalusi Kinerja, 2010. Universitas Indonesia

Suparmoko. 1992. Ekonomi Pembangunan edisi 6. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Sutanto, Himawan Arif. 2009. file:///H:/BI/dila/data-envelopment-analysis-dea.html. Diakses 20 September 2013

Syaukani et.al. 2002. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Jakarta: Pustaka Pelajar

Todaro, Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1 edisi 9. Jakarta: Erlangga.

, Michael P. 2011. Pembangunan Ekonomi. Jilid 1 edisi 9. Jakarta: Erlangga.

Wahyu, Tri R. 2006. Analisis Efisiensi Industri di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Pembangunan vol.3 No.2/Desember 2006:132-144

Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Solo_Raya. diakses 24 September 2013

Wulansari, Retno. 2010.Efisiensi Relatif Operasional Puskesmas dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Ekonomi Universitas Indonesia