ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit...

113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : LUQMAN HARUN ZULFIDAR F.0108082 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit...

Page 1: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA

SURAKARTA TAHUN 2011 DENGAN METODE

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

LUQMAN HARUN ZULFIDAR

F.0108082

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

MOTTO

“Apabila Shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan

carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu

Beruntung”

(QS. Al-Jumuah:10)

“Maka Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah:5-6)

“Barangsiapa bersungguh-sungguh maka Ia akan mendapatkannya“

(Man jadda wa jadda)

“Jika Engkau menginginkan sesuatu, Gapailah itu, Titik.”

(-The Pursuit of Happines-)

“Inginkanlah sesuatu hal Besar yang bisa disyukuri ketika telah mendapatkannya

dan visualisasikanlah keinginan tersebut agar menjadi suatu Kenyataan”

(Penulis)

Page 5: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini Penulis persembahkan untuk:

Kedua Orang tuaku, Ummi dan Abah yang dengan tulus&ikhlas telah

mendidik dan memberikan hal yang terbaik buat putranya

Kakakku Arif Fakhrudin Alqadri dan Adikku Aulia Rahman Wahyu Hidayat,

atas motivasinya selama ini

Penghuni Wisma Tsaqofi, tempat pertama menimba ilmu dan banyak belajar

dari para sesepuh yang sekarang sebagian basar telah berkeluarga

Penghuni Pesma Ar-Royyan, tempat yang nyaman untuk belajar indahnya

islam… & special untuk ust.imam dan pak dwi jazakumullah khair atas

bimbingannya selama ini

Seluruh rekan Organisasi (KEI, JN UKMI, BPPI, SIM, BEM FE, KOPMA),

banyak hal positif yang saya dapatkan dari kalian semua.

Teman seperjuangan EP’08, kalian semua Luar Biasa… Semoga di masa depan

kita dapat berkumpul dalam keadaan Successs, See u at the Top!

Penghuni Griya Sehat (GS) dan seluruh Keluarga Besar Para Pemilik Masa

Depan Gemilang (Nopal, bos Faik, pak Kholiq, bang Udin, bung Roni, mz

Reeza, mz Hasan, Insan, Anam,), mari kita rapatkan barisan untuk berbaris

menuju Kesuksesan yang hakiki…

Page 6: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil di Kota Surakarta Tahun 2011 Menggunakan Metode Data

Envelopment Analysis (DEA)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret jurusan Ekonomi

Pembangunan Program Strata-1 di Surakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. dukungan

serta perhatian yang telah diberikan memberikan semangat tersendiri untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

1. Dr. Wisnu Untoro, MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan segenap Pembantu Dekan serta jajaran di Fakultas Ekonomi yang telah

memberikan izin penelitian.

2. Drs. Supriyono, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Akhmad Daerobi, M.Si. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan serta motivasi bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen FE UNS khususnya Dosen Ekonomi Pembangunan (Bu Izza,

Pak Malik, Pak Suryanto, Pak Hery dll) yang membimbing dan mengajarkan ilmunya

kepada penulis.

5. Orang tuaku Abah Zaenal Arifin S,Ag dan Ummi tercinta Nurhayati Mustika S,Pd, Kakakku

Arif Fakhrudin Alqadri dan Adikku Aulia Rahman Wahyu Hidayat yang senantiasa

memberikan doa, dukungan serta motivasinya kepada penulis.

6. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2008. Terima kasih atas kerjasama,

dukungan dan bantuannya selama ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya sebagai balasan atas

segala budi baik yang telah dilakukan.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 8: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

ABSTRAKSI ................................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

MOTTO ............................................................................................................ v

LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Perumusan Masalah......................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian............................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) ....................................................... 8

B. Teori Efisiensi .................................................................................. 27

C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) .................... 46

D. Pengukuran Efisiensi dengan DEA ................................................ 47

E. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 52

F. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 54

G. Hipotesis......................................................................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 56

Page 9: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

B. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 56

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 56

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................. 57

E. Metode Analisis Data ..................................................................... 59

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian .......................................................... 66

B. Analisis Variabel Input Output ...................................................... 68

C. Analisis dan Pembahasan ............................................................... 72

D. Analisis Ketidakefisienan BMT ..................................................... 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 96

B. Saran ............................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi dan Prinsip/Produk BMT ……………………………………………… 21

Tabel 2.2 Produksi dengan Satu Input Variabel.................................................................... 37

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasar Agama di Kota Surakarta................................... 67

Tabel 4.2 Jumlah Modal, Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …….... …… 67

Tabel 4.3 Data Jumlah Variabel Input Modal....................................……………................ 68

Tabel 4.4 Data Jumlah Variabel Input Biaya Total....................................………............... 69

Tabel 4.5 Data Jumlah Variabel Input Jumlah Tenaga kerja...........................……............ 70

Tabel 4.6 Data Jumlah Variabel Output Pendapatan.....................................……................ 71

Tabel 4.7 Data Jumlah Variabel Output Pembiayaan..........................…………….............. 72

Tabel 4.8 Tingkat Efisiensi BMT.......................................................……………............... 73

Tabel 4.9 Kriteria Efisiensi BMT.......................................................……………............... 74

Tabel 4.10 Hasil Pengolahan Data BMT At-Taubah.........................……………............... 76

Tabel 4.11 Hasil Pengolahan Data BMT Pedagang Pasar Surakarta.....................................77

Tabel 4.12 Hasil Pengolahan Data BMT Mawaddah Aisyiyah.........................…................ 78

Tabel 4.13 Hasil Pengolahan Data BMT Raharjo...............................…………….............. 79

Tabel 4.14 Hasil Pengolahan Data BMT Rindang Rizky....................…………….............. 80

Tabel 4.15 Hasil Pengolahan Data BMT Sejahtera............................……………............... 81

Tabel 4.16 Hasil Pengolahan Data BMT Sejahtera Banjarsari............……………........... 82

Tabel 4.17 Hasil Pengolahan Data BMT Surya Buana........................……………............. 83

Tabel 4.18 Hasil Pengolahan Data BMT Wanita Melati Harapan.......…………….......... 84

Tabel 4.19 Uji One Sample T Test......................................................…………….............. 85

Tabel 4.20 Target Capaian Input dan Output BMT .....................................……................ 86

Tabel 4.21 Kriteria Efisiensi Variabel Input Modal...........................……………............... 88

Tabel 4.22 Kriteria Efisiensi Variabel Input Biaya...........................……………................ 89

Tabel 4.23 Kriteria Efisiensi Variabel Input Jumlah Tenaga Kerja ..……………............... 90

Tabel 4.24 Kriteria Efisiensi Variabel Output Pendapatan.................……………............... 91

Tabel 4.25 Kriteria Efisiensi Variabel Output Pembiayaan................……………...............92

Page 11: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Struktur Organisasi BMT.................................................................................. 13

Gambar 2.2. Fungsi Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal................ 34

Gambar 2.3. Kurva Total Product, Marginal Product, Average Product.............................. 39

Gambar 2.4. Kurva Produksi Sama........................................................................................42

Gambar 2.5. Kurva Biaya Sama............................................................................................ 43

Gambar 2.6. Kurva Memaksimumkan Produksi atau Meminimumkan biaya....................... 45

Page 12: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Variabel Input dan Output

Lampiran 2. Hasil Analisis DEA

Lampiran 3. Daftar Sample Penelitian BMT

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

Page 13: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

Page 14: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI

ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA

SURAKARTA TAHUN 2011 MENGGUNAKAN METODE

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

LUQMAN HARUN ZULFIDAR

F01080082

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta menganalisis tingkat efisiensi

BMT di Kota Surakarta. Efisiensi merupakan ukuran untuk menilai capaian

keberhasilan sebuah lembaga dalam mencapai tujuannya. Terdapat 9 BMT yang

menjadi sampel dalam penelitian ini.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sedangkan

alat analisis yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel

yang digunakan berupa variabel input dan variabel output. Variabel input terdiri dari

modal, biaya total dan jumlah tenaga kerja, sedangkan variabel output terdiri dari

total pendapatan dan pembiayaan.

Hasil dari analisis data menyebutkan bahwa tingkat efisensi BMT di Kota

Surakarta terdapat 4 BMT yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100%. BMT yang

baru mencapai tingkat efisiensi 90%-99,9% berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang baru

mencapai tingkat efisiensi 70%-89,9% tidak ada, untuk BMT yang baru mencapai

tingkat efisiensi 50%-69,9% berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang baru mencapai

tingkat efisiensi 40%-49,9% berjumlah 1 BMT, sedangkan untuk BMT yang tingkat

efisiensinya di bawah 40% tidak ada. Hasil analisis BMT secara keseluruhan

menyatakan bahwa BMT di Kota Surakarta belum memiliki efisiensi yang baik.

Saran bagi BMT yang belum mencapai tingkat efisiensi 100%, yaitu dapat

lebih mengoptimalkan alokasi input yang dimiliki dalam operasional agar mampu

menghasilkan output yang lebih optimal dengan mengacu pada benchmark masing-

masing. Selain itu BMT juga dapat melakukan perbaikan kebijakan untuk pencapaian

efisiensi. Bagi BMT yang sudah mencapai efisiensi 100% juga perlu meningkatkan

promosi guna menarik lebih minat masyarakat dan semakin mengenalkan BMT

kepada masyarakat luas.

Kata kunci: Efisiensi, BMT, One Sample T-Test, Data Envelopment Analysis

Page 15: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha skala mikro di Indonesia merupakan kegiatan usaha non-

formal yang sangat signifikan jumlahnya apabila dibandingkan dengan

usaha skala kecil, menengah, dan besar. Salah satu bentuk dari Lembaga

Keuangan Mikro (LKM) saat ini yang berkembang pesat di masyarakat

adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). BMT merupakan sebuah lembaga

yang tidak hanya berorientasi bisnis namun juga berorientasi pada nilai

sosial, dan juga merupakan lembaga keuangan syariah yang jumlahnya

paling banyak dibandingkan lembaga-lembaga keuangan mikro syariah

lainnya (Ridwan, 2004),

Dengan munculnya begitu banyak BMT di Indonesia ternyata

masih belum sepenuhnya didukung oleh faktor-faktor yang dapat

mendukung BMT untuk dapat terus berkembang dan berjalan dengan baik.

Menurut Santoso (2003) dan Heri Pratikto (2011) menyebutkan bahwa

fakta di lapangan menunjukkan banyak BMT yang gagal dan tenggelam

karena berbagai macam permasalahan. Hal inilah yang kemudian

mendorong perlu dilakukannya pengukuran efisiensi terhadap BMT dalam

meningkatkan efisiensi usahanya agar mampu tetap bersaing di tengah

situasi perekonomian global.

Page 16: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Heri Pratikno (2011) menjelaskan bahwa pengukuran terhadap

kinerja efisiensi suatu lembaga keuangan penting untuk dilakukan yang

berguna sebagai dasar perhitungan kesehatan dan pertumbuhan lembaga

keuangan tersebut. Ada dua komponen yang digunakan dalam pengukuran

kinerja efisiensi, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Efisiensi

teknis menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan output

semaksimal mungkin dari sejumlah input. Sedangkan efisiensi alokatif

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dengan

proporsi seoptimal mungkin pada tingkat harga input tertentu.

Menurut Suseno (2008), menyatakan bahwa efisiensi merupakan

akar permasalahan kesehatan dan sumber pertumbuhan perbankan.

Fenomena munculnya bank-bank besar dan merger perbankan juga

ditujukan untuk mendapatkan efisiensi. Hal ini juga dapat diterapkan pada

Lembaga Keuangan Mikro semisal BMT.

BMT adalah suatu lembaga keuangan mikro atau lembaga

keuangan syariah masyarakat atau bisa juga disebut sebagai lembaga

ekonomi masyarakat berbadan hukum koperasi yang beroperasi

berdasarkan prinsip syariah. Syariah didefinisikan sebagai ketetapan-

ketetapan yang telah diwajibkan Allah atas orang-orang mukallaf (yaitu

orang yang menurut syara’ sudah dikenai beban serta tanggungjawab

untuk mematuhi segala ketentuan hukum (syariah) yang datang dari Allah

SWT dan Rasul-Nya (Imam Fakhrurrazy dalam Ilmi, 2002).

Page 17: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Menurut data Kemenkop dan UKM tahun 2011, total Koperasi

Simpan Pinjam (KSP), dan Koperasi Kredit di Indonesia sebanyak 71.365

unit. Dari jumlah itu, sebanyak 2.508 unit merupakan Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS). Total aset KJKS ini mencapai Rp 13,23 triliun

dari total aset KSP secara keseluruhan Rp 18,72 triliun. Jumlahnya

bertumbuh setelah banyak BMT sudah memilih badan hukumnya

koperasi.

Ketua Umum BMT Center, Jularso, juga menyatakan sejak berdiri

pada tahun 2005 hingga sekarang, Lembaga Keuangan Mikro Syariah

(LKMS) atau juga dikenal Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) telah

menyalurkan pembiayaan kepada sekitar 3 juta nasabah mikro.

Pertumbuhan LKMS dari tahun ke tahun terus meningkat. Secara

kelembagaan sekarang sudah ada sekitar 4.000 BMT. Mereka mengelola

aset sekitar Rp 3 triliun rupiah. BMT itu umumnya berbadan hukum

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) (Kompas, Senin 18/10/2010).

Sabirin (2001) menjelaskan bahwa untuk memberdayakan

masyarakat golongan ekonomi lemah atau sektor usaha kecil adalah

dengan menyediakan sumber pembiayaan usaha yang terjangkau. Salah

satunya bisa melalui pembiayaan usaha kredit mikro. Lembaga Keuangan

Mikro ini (BMT) bersifat spesifik karena mempertemukan permintaan

dana penduduk miskin atas ketersediaan dana. Lain halnya jika dibanding

dengan lembaga keuangan formal perbankan misalnya, penduduk miskin

Page 18: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

sulit untuk mendapatkan akses karena kendala persyaratan formal yang

harus dipenuhi.

Banyaknya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang tersebar di

seluruh penjuru Indonesia ternyata masih belum memberikan sinyal

positif. Sebagai lembaga keuangan mikro yang mempunyai keberpihakan

terhadap masyarakat ekonomi lemah, banyak tantangan dan permasalahan

yang timbul dan dihadapi dalam proses perkembangan BMT, baik yang

bersifat internal maupun eksternal.

Selain kelemahan internal, BMT juga dihadapkan pada tantangan

yang lebih berat. BMT tidak dapat lagi mengandalkan modal

kepercayaannya pada sentimen masyarakat tentang isu-isu syariah, seperti

keharaman riba dan sistem bunga serta menjalankan sistem ekonomi

berdasarkan syariah Islam (Sadrah dkk, 2004).

Secara eksternal, Bank Syariah dan BPRS-BPRS dengan fasilitas

dan permodalannya yang kuat juga semakin mempersempit ruang gerak

BMT-BMT. Oleh karenanya BMT harus mampu meningkatkan efisiensi

usahanya agar mampu tetap bersaing di tengah situasi perekonomian

global.

Penelitian ini didasari oleh adanya research gap mengenai efisiensi

dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis yaitu penelitian

Muharram dan Purvitasari (2007) yang meneliti efisiensi perbankan

syariah pada tahun 2005 dengan menggunakan data kuartal pada tahun

2005, yang menggunakan jumlah simpanan dan biaya operasional lain

Page 19: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

sebagai variabel input dan menggunakan jumlah pembiayaan, aktiva

lancar, dan pendapatan operasional lain sebagai variabel output. Penelitian

ini menemukan bahwa Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi

selama tahun 2005. Bank Muamalat Indonesia (BMI) mengalami

inefisiensi pada kuartal I, III, IV, sedangkan kuartal II tahun 2005

mengalami efisiensi, sedangkan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI)

mengalami tingkat efisiensi pada kuartal I,III, IV tahun 2005 dan

mengalami inefisiensi pada kuartal II tahun 2005.

Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hamim S. A Mokhtar, dkk (2008) pada perbankan di Malaysia di mana

BUS mempunyai nilai efisiensi yang lebih besar daripada UUS, selain itu

perbedaan hasil penelitian juga tampak dari penelitian yang dilakukan

Aryanto Yudho (2007) yang menyatakan bahwa Bank Muamalat

Indonesia (BMI) mengalami efisiensi sepanjang periode 2005. Bank

Syariah Mandiri (BSM) mencapai tingkat efisiensi pada kuartal I dan II

periode 2005 sedangkan kuartal III dan IV periode 2005 mengalami

inefisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Bank Mega Syariah Indonesia

pada kuartal I dan II mengalami inefisiensi sedangkan kuartal III dan IV

periode 2005 efisien dalam kegiatan operasionalnya.

Adanya perbedaan hasil penelitian mengenai efisiensi perbankan

ini dijadikan acuan dalam penelitian ini karena pada dasarnya fungsi dari

Bank sama dengan fungsi dari BMT yaitu sebagai lembaga intermediasi.

Selain itu penelitian mengenai efisiensi BMT masih jarang dilakukan

Page 20: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

sehingga penelitian ini mengacu pada penelitian efisiensi perbankan.

Dengan adanya research gap ini maka perlu diadakan penelitian lebih

lanjut mengenai efisiensi tentang BMT.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka

penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul "ANALISIS

EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA SURAKARTA

TAHUN 2011 DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

(DEA).”

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan,dapat dirumuskan pokok

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efisiensi masing-masing BMT di Kota Surakarta tahun

2011?

2. Apakah BMT Kota Surakarta tahun 2011 secara keseluruhan sudah efisien?

3. Apakah masing-masing variabel dalam penelitian sudah efisien secara

keseluruhan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas bahwa tujuan dari

penelitian yang dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat efisiensi masing-masing BMT di Kota

Surakarta tahun 2011.

Page 21: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Untuk mengetahui efisiensi BMT di Kota Surakarta tahun 2011 secara

keseluruhan.

3. Untuk mengetahui skala efisiensi dari masing-masing variabel dalam

penelitian secara keseluruhan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi, antara lain:

1. Bagi penulis, dapat mengetahui aplikasi dari teori-teori yang diperoleh

dengan mengembangkan analisis efisiensi dengan metode DEA serta

menambah pengetahuan mengenai perkembangan Lembaga Keuangan

Mikro, khususnya BMT.

2. Bagi pihak BMT, dapat mengetahui masing kinerjanya dengan melihat

tingkat efisiensi yang dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan

serta kebijakan ke depan

3. Bagi kalangan akademisi, dapat sebagai salah satu sumber referensi bagi

kepentingan studi dan penelitian selanjutnya.

4. Bagi pemerintah, untuk dapat mengetahui perkembangan Lembaga

Keuangan Mikro khususnya BMT.

Page 22: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)

1. Sejarah dan Pengertian BMT

Keuangan mikro di Indonesia telah dimulai dengan didirikannya

Bank Kredit Rakyat dan Lumbung Desa. Kedua lembaga ini dibentuk

untuk membantu melepaskan petani, pegawai, dan buruh dari rentenir atau

lintah darat. Pada tahun 1929, Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan

Staatblad 1929 No. 37 tentang pendirian Badan Kredit Desa (BKD) yang

ditujukan untuk menangani kredit pedesaan di Jawa dan Bali. Pada tahun

1930 ditetapkan peraturan tentang Algemen Volkskrediet Bank (AVB)

yang kemudian menjadi cikal bakal dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan

Afdeelings Bank (AB) yang saat ini berkembang menjadi Bank Perkreditan

Rakyat (BPR).

Pada tahun 1970 Pemerintah mencanangkan program kredit

bimbingan massal atau intensifikasi massal yang melibatkan BRI melalui

BRI Unit Desa sebagai penyalur kredit mini dan midi. Namun karena

terjadi kemacetan, sejak tahun 1984 penyaluran kredit dan tabungan baru

yang bernama Kredit Umum dan Pedesaan (Kupedes) dan Simpanan

Pedesaan (Simpedes) yang bersifat komersial. Pada masa itu telah ada

beberapa lembaga keuangan mikro yang dibentuk oleh pemerintah daerah,

seperti Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP) di Jawa Barat, Badan

Page 23: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit Usaha Rakyat Kecil

(KURK) di Jawa Timur, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di Sumatera Barat

dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali (Usman dkk, 2004)

Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) termasuk ke dalam kelompok

LKM non formal dengan badan hukum koperasi. Sejarah berdirinya BMT

di Indonesia bermula oleh Aktivis Masjid Salman ITB Bandung yang

mendirikan Koperasi Jasa Keahlian Teknosa pada tahun 1980. Koperasi

inilah yang kemudian menjadi cikal bakal BMT yang berdiri pada tahun

1984 yang kemudian berkembang semakin pesat oleh dukungan badan

hukum usaha koperasi dan kesadaran masyarakat akan sistem tabungan

dan pinjaman yang terbebas dari adanya unsur bunga.

Menurut Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES), Baitul Maal

Wa Tamwil (BMT) atau padanan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu

adalah suatu lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan

menggunakan prinsip bagi hasil dalam rangka mengangkat derajat dan

martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin.

Pada dasarnya kegiatan Baitul Maal Wa Tamwil terdiri atas dua

lembaga yaitu:

1. Baitul Maal

Baitul Maal merupakan lembaga keuangan yang berorientasi sosial

keagamaan yang usaha utamanya menampung serta menyalurkan harta

Page 24: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

masyarakat berupa Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan

yang telah ditetapkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

2. Baitul Tamwil

Baitul Tamwil merupakan lembaga keuangan yang kegiatan

utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan

ataupun deposito dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat

dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah melalui

mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan.

Menurut Dewi (2007), kegiatan BMT meliputi:

1. Penghimpunan dana dari masyarakat/anggota dalam bentuk

simpanan pokok maupun sukarela

2. Pemberian pembiayaan kegiatan usaha ekonomi kepada masyarakat

3. Menerima titipan dan mengelola pemanfaatan Zakat, Infaq, dan

Shadaqah menurut ketentuan syariah

Kegiatan operasional BMT diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah

(DPS). Fungsi utama DPS yaitu sebagai penasehat, pemberi saran,

pemberi fatwa kepada pengurus dan pengelola mengenai hal-hal yang

terkait dengan syariah seperti penetapan produk (Ridwan, 2004). Dengan

demikian produk yang dikeluarkan oleh BMT harus mendapatkan

persetujuan dari DPS terlebih dahulu. Selain itu DPS berfungsi sebagai

mediator antara BMT dengan Dewan Syariah Nasional atau Dewan

Pengawas Syariah Propinsi.

Page 25: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Menurut AD/ART BMT pasal 15, BMT tunduk pada keputusan-

keputusan Dewan Pengawas Syariah PINBUK pusat, Dewan Pengurus

Syariah PINBUK propinsi, dan Dewan Pengawas Syariah PINBUK

kabupaten/kota serta Dewan Pengawas Syariah BMT. Dewan Pengawas

Syariah merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN),

karenanya fatwa DSN menjadi bagian dari pengawasan syariah oleh DPS.

Dengan demikian yang paling berwenang dalam merumuskan fatwa

mengenai sistem keuangan syariah adalah DSN. Sedangkan DPS hanya

berfungsi sebagai pelaksana atas fatwa tersebut (pinbukpress.com).

BMT secara hukum merupakan koperasi yang terdaftar di Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), secara status BMT adalah

lembaga dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat, kelompok simpan

pinjam yang berbentuk koperasi berbadan hukum. Untuk operasional

BMT berlandaskan segala bentuk usaha sesuai dengan syariah islam.

Kriteria yang harus dipenuhi BMT yaitu:

a) Menjauhkan diri dari unsur riba atau bunga.

b) Menjauhkan diri dari maysir (judi) dan gharar (tidak jelas).

c) Menerapkan sistem bagi hasil, jual beli, dan sewa.

2. Tujuan dan Sifat BMT

Tujuan didirikannya sebuah BMT adalah meningkatkan kualitas

usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan

Page 26: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

masyarakat pada umumnya serta mewujudkan kehidupan keluarga dan

masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai dan sejahtera. Anggota

BMT harus diberdayakan (empowering) agar mampu mandiri. Pemberian

pinjaman modal tersebut diharapkan dapat digunakan dengan baik oleh

nasabah untuk memajukan usahanya. BMT memiliki sifat bisnis dan

sosial. Sifat bisnis dimaksudkan agar pengelolaan BMT dapat dijalankan

secara professional, sehingga mencapai tingkat kinerja maksimal. Aspek

bisnis BMT menjadi kunci sukses dalam mengembangkan BMT dalam

bentuk hasil yang kompetitif kepada para deposannya serta mampu

meningkatkan kesejahteraan para pengelolanya sejajar dengan lembaga

lainnya. Sedangkan aspek sosial BMT berorientasi pada peningkatan

kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau dengan prinsip bisnis.

Page 27: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

3. Struktur Organisasi dan Manajemen BMT

Gambar 2.1 Struktur Organisasi BMT

Berikut adalah penjelasan tentang struktur organisasi dan

manajemen BMT :

(1) Rapat Umum Anggota (RUA)

Rapat Umum Anggota adalah Rapat Anggota Tahunan

yang diikuti oleh para pendiri dan anggota penuh BMT (anggota

Rapat Anggota

Tahunan (RAT)

PENGURUS

Ketua, Sekretaris,

Bendahara

Kasir / Pelayanan

Anggota

PINBUK/

ABSINDO/

PEMBINA

INSTANSI

TERKAIT

MANAGER

Umum

Penggalangan

Dana

Pembukuan Pembiayaan /

Marketing

Page 28: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

yang telah menyetor uang simpanan pokok dan simpanan

wajib). RUA mempunyai wewenang atau kekuasaan tertinggi di

dalam BMT yang berfungsi untuk:

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang

sifatnya umum dalam rangka pengembangan BMT sesuai

dengan AD dan ART.

b. Mengangkat Pengurus dan Dewan Syariah BMT setiap

periode dan juga dapat memberhentikan pengurus apabila

melanggar ketentuan-ketentuan BMT.

c. Menetapkan Rencana Kerja, Anggaran Pendapatan dan

Belanja BMT serta pengesahan laporan keuangan.

d. Melakukan pembagian Sisa Hasil Usaha.

(2) Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah (DPS) berwenang melakukan

pengawasan penerapan konsep syariah dalam operasional BMT

dan memberikan nasehat serta konsultasi dalam bidang syariah.

Adapun tugas dari DPS adalah :

a. Membuat pedoman syariah dari setiap produk

penghimpunan dana maupun produk pembiayaan BMT.

b. Mengawasi penerapan konsep syariah dalam seluruh

kegiatan operasional BMT.

c. Melakukan pembinaan ataupun konsultasi dalam bidang

syariah bagi pengurus, pengelola maupun anggota BMT.

Page 29: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(3) Pengurus

Kepengurusan BMT terdiri dari Ketua, Sekretaris dan

Bendahara. Fungsi dan tugas masing-masing jabatan adalah

sebagai berikut:

1. Ketua

Bertugas memimpin Rapat Umum Anggota dan

Rapat Pengurus; memimpin Rapat bulanan Pengurus

dengan Manajemen, menilai kinerja bulanan dan

kesehatan BMT. Melakukan pembinaan kepada

pengelola.Menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan

oleh anggota BMT sebagaimana tertuang dalam

AD/ART BMT, khususnya mengenai pencapaian tujuan.

2. Sekretaris

Bertugas membuat serta memelihara Berita Acara

yang asli dan lengkap dari Rapat Umum Anggota dan

Rapat Pengurus. Bertanggung jawab atas pemberitahuan

kepada Anggota sebelum rapat diadakan sesuai dengan

ketentuan AD/ART. Memberikan catatan-catatan

keuangan BMT hasil laporan dari pengelola serta

memberikan saran pada Ketua tentang berbagai situasi

dan perkembangan BMT.

Page 30: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

3. Bendahara

Bertugas bersama manajer operasional memegang

rekening bersama (counter sign) di Bank Syariah

terdekat. Selain itu juga bertanggung jawab

mengarahkan, mengevaluasi pengelolaan dana oleh

pengelola.

(4) Pembina Manajemen

Pembina Manajemen mempunyai tugas dan wewenang

melakukan pembinaan, pengawasan dan konsultasi dalam

bidang manajemen BMT, yaitu antara lain :

a. Pembinaan dan pengembangan sistem.

b. Memberikan evaluasi dan rekomendasi pelaksanaan sistem

apabila diperlukan.

(5) Manajer BMT

Manajer BMT memiliki kewenangan dan tugas antara lain :

a. Membuat rencana pemasaran, pembiayaan, operasional dan

keuangan secara periodik.

b. Membuat kebijakan khusus sesuai dengan kebijakan umum

yang digariskan oleh DPS.

c. Membuat laporan pembiayaan baru, perkembangan

pembiayaan, dana, rugi laba secara periodik kepada DPS.

(6) Penggalangan Dana

Page 31: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Bagian Penggalangan Dana memiliki wewenang dan

mempunyai tugas:

a. Melakukan kegiatan penggalangan tabungan anggota atau

masyarakat.

b. Menyusun rencana penggalangan tabungan.

c. Mendiskusikan strategi penggalangan dana bersama manajer

dan pengurus.

(7) Pembiayaan (Marketing)

Bagian Pembiayaan memiliki wewenang melaksanakan

kegiatan pemasaran dan pelayanan baik kepada calon nasabah

maupun kepada calon peminjam serta melakukan pembinaan

agar tidak terjadi kemacetan pengembalian pinjaman. Tugasnya

antara lain adalah :

a. Menyusun rencana pembiayaan.

b. Menerima permohonan pembiayaan.

c. Melakukan analisa pembiayaan.

d. Melakukan administrasi pembiayaan.

e. Membuat laporan perkembangan pembiayaan.

(8) Kasir / Pelayanan Anggota

Kasir memiliki wewenang melakukan pelayanan kepada

anggota terutama nasabah penabung serta bertindak sebagai

penerima uang dan juru bayar. Adapun tugasnya antara lain :

Page 32: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

a. Melayani dan membayar pengambilan tabungan.

b. Membuat buku kas harian.

c. Menangani pembukuan kartu tabungan.

(9) Pembukuan

Bagian pembukuan berwenang menangani administrasi

keuangan dan menghitung bagi hasil serta menyusun laporan

keuangan dan memiliki tugas antara lain :

a. Menangani administrasi keuangan.

b. Mengerjakan jurnal dan buku besar.

c. Melakukan perhitungan bagi hasil.

d. Menyusun laporan keuangan secara periodik.

4. Produk-produk BMT

BMT memiliki layanan produk-produk perbankan seperti bank

syariah pada umumnya yang pada prinsipnya tanpa mengandung unsur

bunga dengan menggunakan sistem syariah yaitu dengan bagi hasil, jual

beli, sewa atapun jasa.

Page 33: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Tabel 2.1 Fungsi dan Prinsip/Produk BMT

No. Fungsi Prinsip/Produk

1 Pengumpulan dana (fundrising) Titipan (wadiah)

Bagi hasil (mudharabah)

2 Penyaluran dan pengelolaan dana

(financing)

Bagi hasil, Jual beli, Sewa

3 Jasa Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn,

Qard

4 Sosial (tabarru’) Zakat, Infaq, Shadaqoh

Sumber : M. Syafii Antonio (2003)

a. Mekanisme Penghimpunan Dana BMT

Pelayanan dalam bentuk simpanan dengan syarat tertentu

dalam hal penyertaan dan penarikannya. Akad-akad tabungan dalam

BMT yaitu antara lain :

1. Akad Wadi’ah

Wadi’ah berarti titipan.Prinsip simpanan wadi’ah merupakan

akad penitipan barang atau uang kepada BMT. Akad Wadi’ah

ditinjau dari boleh tidaknya penerima titipan untuk

memanfaatkan titipan tersebut dibedakan kedalam dua macam,

yaitu:

Page 34: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

a. Wadiah al-Amanah

Yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan

tidak boleh memanfaatkan barang yang dititipkan kepadanya.

Atas pengembangan produk ini, BMT dapat mensyaratkan

adanya jasa (fee) kepada penitip (muwadi’) sebagai imbalan

atas pengamanan, pemeliharaan dan administrasinya

(Ridwan, 2004).

b. Wadiah ad Dhamanah

Yaitu akad yang menyatakan bahwa penerima titipan

boleh memanfaatkan barang yang dititipkan dengan syarat,

apabila pemilik sewaktu-waktu ingin mengambil barangnya

kembali, barang tersebut harus dalam keadaan seperti semula.

Atas akad ini deposan akan mendapatkan imbalan berupa

bonus, yang tentu saja besarnya sangat tergantung dengan

kebijakan manajemen BMT.

2. Akad Mudharabah

Mudharabah merupakan akad kerjasama modal dari

pemilik dana (shohibul maal) dengan pengelola dana

(mudhorib) atas dasar bagi hasil. Berbagai sumber dana tersebut

pada prinsipnya dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni; dana

pihak pertama (modal), dana pihak kedua (pinjaman pihak luar)

dan dana pihak ketiga (simpanan).

Page 35: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a. Dana Pihak Pertama (DP I)

Dana pihak pertama sangat diperlukan BMT terutama

pada saat pendirian. Dana ini dapat terus dikembangkan,

seiring denganperkembangan BMT. Sumber dana pihak

pertama terdiri dari:

1. Simpanan Pokok Khusus (Modal Penyertaan)

Simpanan Pokok Khusus yaitu simpanan modal

penyertaan, yang dapat dimiliki oleh individu maupun

lembaga dengan jumlah setiap penyimpan tidak harus

sama, dan jumlah dana tidak mempengaruhi suara dalam

rapat.

2. Simpanan Pokok

Simpanan pokok yang harus dibayar saat menjadi

anggota BMT. Besarnya simpanan pokok harus sama.

3. Simpanan Wajib

Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir

terus setiap waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada

kebutuhan permodalan dan anggotanya. Besarnya

simpanan wajib setiap anggota sama (Ridwan, 2004).

b. Dana Pihak ke II (DP II)

Dana ini bersumber dari pinjaman pihak luar. Dana

ini bersifat tidak terbatas. Dengan demikian, kemampuan

Page 36: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

BMT dalam menanamkan kepercayaan pada calon investor

akan sangat berpengaruh terhadap besarnya DP II.

c. Dana Pihak Ketiga (DP III)

Dana ini merupakan simpanan suka rela atau

tabungan dari paraanggota BMT. Jumlah dan sumber dana

ini sangat luas dan tidak terbatas. Dilihat dari cara

pengembaliannya sumber dana ini dapat dibagi menjadi

tabungan dan deposito.

b. Mekanisme Penyaluran Dana BMT

Kegiatan operasional yang juga penting dalam BMT adalah

kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan. Dalam kegiatan

penyaluran dananya, secara garis besar pembiayaan BMT dapat

dibedakan menurut tujuanpenggunaannya, yaitu:

1. Jual beli

Jual beli adalah akad antara penjual dan pembeli untuk

melakukan transaksi jual beli di mana objeknya adalah barang dan

harga. Penerapan akad jual beli ini dalam transaksi BMT tampak

dalam produk pembiayaan murabahah, salam, dan istishna.

Adapun pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Murabahah, yaitu jual beli barang sebesar harga pokok barang

ditambah margin keuntungan yang telah disepakati.

Page 37: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

b. Salam, yaitu jual beli barang melalui pemesanan dengan syarat-

syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara

penuh.

c. Istishna, yaitu jual beli barang dalam bentuk pemesanan

pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang

telah disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan.

2. Bagi hasil

Implementasi dari akad bagi hasil dalam transaksi Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) inilah yang lebih dikenal di masyarakat

karena memangfungsinya sebagai pengganti bunga (Suhendi,

2004). Dalam prakteknya BMT dapat menggunakan akad ini dalam

dua sisi sekaligus, yaitu sisi penghimpunan dana (funding) dan sisi

penyaluran dana (lending). Penerapan akad bagi hasil dalam

bentuk penghimpunan dana melalui produk simpanan, sedangkan

dalam penyaluran dana adalah pada produk pembiayaan

Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah. Adapun pengertian

dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak

atau lebih,pihak pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan

suatu modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu akad

atau perjanjian keuntungan (Karim, 2004).Bentuk kerjasama ini

Page 38: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

berupa modal 100% dari shahibul maal dengan keahlian dari

mudharib.

b. Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah merupakan bentuk kerjasama yang melibatkan

dua pihak atau lebih yang masing-masing pihak memberikan

kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko

akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan (Antonio, 2001).

Bentuk kontribusi pihak-pihak yang bekerja sama dapat berupa

dana, barang, perdagangan, kewiraswastaan, keterampilan,

kepemilikan, peralatan, dan intangible asset seperti nama baik

(good will) serta kepercayaan.

3. Sewa-Menyewa

Sewa menyewa yaitu perjanjian yang objeknya merupakan

manfaat atas suatu barang atau pelayanan, sehingga bagi pihak

yang menerima manfaat berkewajiban membayar uang sewa atau

upah (ujrah). BMT menggunakan akad ini dalam produk

penyaluran dana berupa pembiayaan ijarah dan pembiayaan ijarah

muntahia bit tamlik. Adapun pengertian dari jenis-jenis

pembiayaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Ijarah

Transaksi ijarah yaitu adanya perpindahan manfaat. Pada

dasarnya prinsip ini sama dengan prinsip jual beli, namun

Page 39: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Pada prinsip jual

beli objek transaksinya adalah barang sedangkan ijarah objek

transaksinya adalah jasa (Karim, 2004).

b. Ijarah Muntahia Bit Tamlik

Transaksi Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT) hampir sama

dengan transaksi ijarah, hanya saja transaksi ini memberikan

pilihan bagi penyewa untuk membeli barang yang disewa.

4. Prinsip Jasa

Pembiayaan ini disebut jasa karena pada prinsipnya dasar

akadnya adalah ta’awun atau tabarru’. Yakni akad yang tujuannya

tolong menolong dalam hal kebajikan (Ridwan, 2004). Adapun

pengertian dari jenis-jenis pembiayaan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Al Wakalah (Wakil)

Wakalah dapat berarti penyerahan, pendelegasian, maupun

pemberian mandat atau amanah. Dalam kontrak BMT, berarti

BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan

modalnya kepada nasabah.

b. Kafalah (Garansi)

Kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh penanggung

kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak

Page 40: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

yang ditanggung. Dalam praktiknya BMT dapat berperan

sebagai penjamin atas transaksi bisnis yang dijalankan oleh

anggotanya.

c. Al Hawalah (Pengalihan Piutang)

Al Hawalah berarti pengalihan hutang dari orang yang

berhutang kepada si penanggung.

d. Ar Rahn (Gadai)

Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik peminjam

sebagai jaminan atas pembiayaan yang diterimanya.

5. Pinjam-meminjam yang Bersifat Sosial

Dalam operasional BMT transaksi pinjam-meminjam dikenal

dengan nama pembiayaan qardh, yaitu pinjam-meminjam dana

tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan

pokok pinjaman sekaligus ataupun diangsur dalam jangka waktu

tertentu sesuai dengan kesepakatan.

Produk jasa merupakan produk yang saat ini banyak

dikembangkan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) termasuk

juga BMT (Suhendi, 2004). Adapun mengenai produk jasa

misalkan didasarkan pada akad wakalah.BMT dalam

menggunakan akad ini misalnya dalam perpanjangan SIM, KTP,

STNK dan sebagainya. Dengan demikian BMT akan mendapatkan

fee dari transaksi ini.

Page 41: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

B. Teori Efisiensi

Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai

perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masukan) atau jumlah

keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan. Menurut

Syafroedin (dalam Muharram dan Purvitasari, 2000). Suatu perusahaan

dapat dikatakan efisien apabila:

1. Menggunakan jumlah input yang lebih sedikit bila dibandingkan

dengan jumlah unit input yang digunakan oleh perusahaan lain

dengan menghasilkan output yang sama.

2. Menggunakan jumlah unit input yang sama dapat menghasilkan

jumlah output yang lebih besar.

Suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dikatakan efisien secara

teknis apabila menghasilkan output maksimal dengan sumber daya tertentu

atau memproduksi sejumlah tertentu output menggunakan sumber daya

yang minimal. Dalam efisiensi ekonomis, untuk proses produksi,

produsen menghadapi kendala besarnya harga input, sehingga harus dapat

memaksimalkan penggunaan input sesuai dengan anggaran yang tersedia

yang juga harus mempertimbangkan besarnya harga output. Produsen

dapat berproduksi dengan efisien jika :

…………….. (2.1)

Page 42: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dimana MP1 adalah produk marginal faktor produksi tenaga kerja

(L), MPk adalah produk marginal faktor produksi kapital, dan MPa adalah

produk marginal faktorA, sedangkan P1,Pk, dan Pa masing-masing adalah

harga sumber-sumber tersebut.(Wijaya dalam Rifki, 2010).

Menurut Endang Suhendar (dalam Suryani 2005), menyatakan

bahwa ada beberapa macam cara untuk mengukur atau membandingkan

tingkatan efisiensi antar perusahaaan yaitu (1) Efisiensi Teknis, dua

perusahaan mempunyai tingkatan efisiensi teknis yang berbeda jika pada

tingkat penggunaan input yang sama, output yang dihasilkan berbeda.

Efisiensi teknis mengukur keberhasilan suatu kegiatan ekonomi dalam

memproduksi output maksimal dari kombinasi input tertentu, pada

umumnya input yang dipergunakan dalam proses produksi biasa

digambarkan dengan menggunakan kurva isoquant, fungsi produksi

(production function), fungsi biaya (cost function), dan fungsi keuntungan

(profit function); (2) Efisiensi Alokatif (efisiensi harga), dua perusahaan

mempunyai kesanggupan yang berbeda dalam hal menyamakan nilai

produk marginal (marginal value product) dari input peubah terhadap

harga peluang sehingga gagal memaksimumkan harga. Efisiensi alokatif

mengukur keberhasilan perusahaan dalam mengalokasikan input untuk

mencapai keuntungan maksimum; (3) Efisiensi Ekonomi, dua perusahaan

mempunyai tingkat efisiensi yang berbeda walaupun keduanya beroperasi

pada kondisi pasar faktor produksi atau pasar produk yang sama namun

Page 43: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mungkin masing-masing mendapat perlakuan harga yang berbeda atau

dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomi merupakan gabungan dari

efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Selanjutnya akan dibahas mengenai

teori produksi.

1. Proses Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat

dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi modal, tenaga

kerja, teknologi, managerial skill (Soeharno, 2007).

Menurut Adiningsih (2003) yang dimaksud dengan produksi

adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai

barang bertambah.

2. Fungsi Produksi

Dalam ilmu ekonomi hubungan antara input dengan output

digambarkan dalam suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah

suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat output dan

tingkat penggunaan input (Adiningsih, 2003). Fungsi produksi tersebut

dapat ditulis sebagai berikut:

Q = f (L, K, X, E) ………………… (2.2)

Dimana:

Q = Output

Page 44: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

L, K, X, E = Input (tenaga kerja, modal, bahan baku, keahlian

keusahawan)

Hubungan antara input dan output cukup kompleks karena

beberapa input atau faktor produksi secara bersama-sama

mempengaruhi output (Wijaya, 1991). Analisis sementara dianggap

bahwa faktor-faktor produksi lain yang digunakan kecuali tenaga kerja

tetap konstan kuantitasnya, sehingga dapat diketahui secara lebih jelas

bagaimana pengaruh suatu faktor produksi terhadap kuantitas produksi.

Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

………………… (2.3)

Tanda bar menyatakan bahwa faktor-faktor produksi tersebut

konstan tak berubah sehingga secara lebih sederhana dapat dituliskan

sebagai berikut :

…………………. (2.4)

Artinya bahwa kuantitas yang diproduksi dipengaruhi oleh

banyaknya tenaga kerja yang digunakan saja, apabila salah satu faktor

produksi merupakan faktor yang dapat diubah (variable input) untuk

menghasilkan sejumlah output, sedangkan faktor produksi lain

dianggap tetap (fixed input) maka kegiatan produksi perusahaan

dikatakan berada dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, semua

faktor produksi merupakan faktor variabel yang dapat diubah (variable

input).

Page 45: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3. Hubungan Persamaan-Persamaan dalam Fungsi Produksi

Menurut W. Nicholson (1999), hubungan persamaan-persamaan

dalam fungsiproduksi meliputi:

a. Total Product (TP), adalah produksi total yang dihasilkan

oleh suatu proses produksi dan pada umumnya dilambangkan

dengan TP atau Q (Quantity).

b. Marginal Product(MP), adalah perubahan faktor produksi

yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu satuan

faktor produksi variabel. Apabila faktor produksi yang

berubah adalah tenaga kerja, Marginal Product nya disebut

Marginal Product of Labor (MPL). MPLmenunjukkan

perubahan Q yang dihasilkan dari setiap perubahan

pemakaian L. Apabila penyebab dari timbulnya Marginal

Product adalah perubahan modal, maka disebut Marginal

Product of Capital (MPC). Apabila ΔL adalah perubahan

tenaga kerja dan ΔQ adalah perubahan produksi total, MPL

dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut:

(2.5)

c. Average Product (AP), adalah besarnya rata-rata produksi

yangdihasilkan oleh setiap penggunaan faktor produksi

variabel. Apabila L menunjukkan tenaga kerja yang

digunakan, Average Product nya disebut Average Product of

Page 46: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Labor (APL). APL menunjukkan jumlah output yang

dihasilkan per tenaga kerja.

(2.6)

Ada tiga tahapan yang dapat diklasifikasikan dari produk marjinal

(W. Nicholson, 1999), yaitu:

a. Produk marjinal terus naik pada keadaan produk total yang

mengalami kenaikan (tahap I). Tahap ini disebut irrational region, di

mana pada saat APL naik hingga APL maksimum.

b. Produk marjinal mengalami penurunan pada saat keadaan produk

total yang terus naik (tahap II). Tahap II ini disebut rational region,

di mana pada saat APL maksimum hingga TPL maksimum. Pada saat

APL mencapai maksimum, tercapai kondisi efisiensi teknis. Dalam

konsep efisiensi teknis, kondisi ini merupakan suatu tingkat

pemakaian faktor produksi dikatakan lebih efisien dari tingkat

pemakaian yang lain apabila kondisi tersebut dapat memberikan APL

yang lebih besar.

c. Produk marjinal terus menurun sampai angka negatif bersamaan

dengan produk total yang juga turun (tahap III).Tahap III disebut

irrational region, di mana pada saat TPL maksimum hingga TPL

menurun.

Hubungan antara produk marjinal dan produk rata-rata (average product),

adalah apabila produk rata-rata yang merupakan perbandingan antara produk

Page 47: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

total dengan jumlah unit input yang digunakan. Adanya hubungan antara produk

marjinal dengan produk rata-rata dapat diperoleh melalui proses-proses, yaitu:

a. Apabila produk marjinal lebih besar dari produk rata-rata, posisi

produk rata-rata masih dalam keadaan naik.

b. Apabila produk marjinal telah mencapai maksimal, posisi produk

rata-rata masih dalam keadaan naik.

c. Apabila produk marjinal sama dengan produk rata-rata, produk rata-

rata mengalami keadaan maksimum. Dalam keadaan jangka panjang,

semua input bersifat variabel dan perusahaan dapat menentukan

jumlah input yang digunakan. Setiap tingkat produksi tertentu dapat

digunakan berbagai kombinasi input. Kondisi ini digambarkan

sebagai kurva isoquant.

d. Apabila produk marjinal lebih kecil dari produk rata-rata, produk

rata-rata mengalami penurunan. (Soekartawi, 1990)

Page 48: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Gambar 2.2

Fungsi Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marjinal

di mana:

TPL = jumlah produksi secara keseluruhan dengan penggunaan

tenaga kerja pada tingkat tertentu (Total Product of

Labor)

L = tenaga kerja yang digunakan (Labor)

L* = L1= tenaga kerja yang digunakan pada tahap I (irrational

region)

L** = L2 = tenaga kerja yang digunakan pada tahap II (rational

region)

Page 49: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

L*** = L3 = tenaga kerja yang digunakan pada tahap III

(irrational region)

MPL = Perubahan total produksi dari perubahan setiap

penggunaan tenaga kerja (Marginal Product of Labour)

APL = Rata-rata total produksi yang dihasilkan dengan setiap

penggunaan tenaga kerja (Average Product of Labour)

4. Macam-macam Fungsi Produksi

Fungsi produksi yang digunakan produsen dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu fungsi produksi jangka pendek dan fungsi produksi

jangka panjang. Fungsi produksi disebut sebagai fungsi produksi jangka

pendek apabila menggunakan input tetap (fixed input) dan input

variabel (variable input) dalam produksi. Fungsi produksi dikatakan

fungsi produksi jangka panjang apabila kedua input yang digunakan

adalah variable input. (Adiningsih, 2003)

a. Fungsi Produksi Jangka Pendek

Produksi dengan satu input tetap dan satu input variabel

disebut produksi jangka pendek. Teori produksi dengan satu

input variabel menggambarkan secara sederhana tentang

hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah

tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai

tingkat produksi barang tersebut. Dengan fungsi produksi seperti

Page 50: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

ini dapat diketahui hubungan antara Total Product (Q), Marginal

Product (MP), Average Product (AP).

Total Product (TP) adalah suatu jumlah produksi total yang

dihasilkan oleh suatu proses produksi, Total Product biasa

dilambangkan dengan TP atau Q. Marginal Product (MP)

merupakan perubahan jumlah produksi yang diakibatkan oleh

penambahan penggunaan satu input variabel. Produksi marginal

dari suatu input mengukur seberapa besar tambahan output yang

dihasilkan apabila suatu input variabel bertambah dengan satu

unit sedangkan input yang lainnya tetap. Adapun rumus yang

dapat digunakan apabila hanya ditambah faktor tenaga kerja,

sedangkan input yang lain tetap adalah :

…………………….. (2.7)

Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata

produksi yang dihasilkan oleh setiap penggunaan input variabel.

Jika L merupakan tenaga kerja yang digunakan, maka Average

Product nya disebut sebagai Average Product of Labour (APL)

di mana formulasinya adalah :

.................................. (2.8)

Untuk memperjelas hubungan antara TP, MP, dan AP dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Page 51: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 2.2 Produksi dengan satu input variabel

L Q=TP MPL APL

0 0 - -

1 5 5 5

2 18 13 9

3 30 12 10

4 40 10 10

5 45 5 9

6 48 3 8

7 49 1 7

8 49 0 6,1

9 45 -4 5

(Sumber: Sugiarto, 2002)

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diasumsikan bahwa

input tetap digunakan pada suatu tingkat tertentu. L merupakan

input variabel tenaga kerja. Q merupakan TP, berdasarkan tabel

menunjukkan bahwa penambahan input L maka Q juga

bertambah hingga L mencapai unit ke 8 dan setelah itu Q

mengalami penurunan, demikian juga dengan MP dan AP yang

mengalami pola kenaikan dan kemudian menurun pada L unit ke

5. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa penambahan L yang

semakin banyak akan menambah TP hingga pada tingkat

maksimum yang kemudian akan mengalami penurunan. Keadaan

inilah yang dinamakan dengan the law of diminishing return.

Berdasar hukum tesebut hubungan antara TP, AP dan MP

terbagi dalam tiga tahap, yaitu :

Page 52: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

1) Tahap pertama, di mana pertambahan total product

semakin cepat.

2) Tahap kedua, di mana pertambahan total product

semakin melambat.

3) Tahap ketiga, di mana pertambahan total product

semakin berkurang.

Gambar 2.3

Kurva Total Product, Marginal Product, Average Product

(Sumber: Sugiarto, 2002)

Gambar 2.3 di atas menunjukkan bahwa kurva TP pada

awalnya naik secara lambat kemudian mengalami kenaikan

dengan cepat (ditandai dengan kenaikan MPL dan APL) dan mulai

melambat setelah MP mencapai titik maksimum. Hal ini

Page 53: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

menunjukkan berlakunya hukum tambahan hasil yang menurun

(the law of diminishing return). MP mencapai titik maksimum

pada saat slope kurva TP adalah terbesar (titik A), sehingga titik

A disebut titik balik atau titik infleksi (inflection point). MP

selanjutnya mencapai titik nol pada saat TP mencapai titik

maksimum yang berarti jika tenaga kerja terus ditambah, maka

output total justru akan turun. Sementara itu AP akan mencapai

titik maksimum pada saat garis yang ditarik dari titik origin ke

kurva TP mempunyai slope terbesar (titik B), pada saat itu AP

sama dengan MP, setelah itu AP akan turun (Sugiarto, 2002).

Sesuai dengan gambar tersebut, maka fungsi produksi

dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

Tahap I

Terjadi pada saat kurva MP di atas kurva AP yang

meningkat. MP yang meningkat menunjukkan MC yang

menurun sehingga input terus ditambah, MP akan menghasilkan

MC atau tambahan biaya per unit yang semakin menurun, tidak

rasional jika produsen berproduksi saat kondisi ini. Tahap I akan

berakhir pada titik di mana MP memotong kurva AP di titik

maksimum.

Tahap II

Terjadi pada saat kurva MP menurun dan berada di bawah

kurva AP, namun masih lebih besar dari nol. Pada awal tahap ini,

Page 54: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

efisiensi input variabel mencapai titik puncak, sedangkan pada

akhir tahap ini, efisiensi input tetap mencapai puncaknya, yaitu

pada saat kurva TP mencapai titik maksimum.

Tahap III

Terjadi pada saat kurva MP negatif. Hal ini dikarenakan

rasio input variabel terhadap input terlalu besar sehingga TP

menurun.

b. Fungsi Produksi Jangka Panjang

Fungsi produksi jangka panjang adalah fungsi produksi

apabila semua input yang digunakan adalah input variabel.

Kedua jenis input ini dapat diubah jumlahnya dalam proses

produksi. Faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya,

misalnya tenaga kerja dan modal.

1) Kurva Produksi Sama (Isoquant)

Kurva Isoquant adalah suatu kurva yang menunjukkan

kombinasi penggunaan dua macam input yang menghasilkan

tingkat output yang sama (Adiningsih, 2003). Kurva Isoquant

juga menggambarkan gabungan antara tenaga kerja dan

modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi

tertentu.

Kurva Isoquant atau kurva produksi sama (isokuan) yaitu

kurva yang menunjukkan bahwa kombinasi berbeda dari

Page 55: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tenaga kerja dan barang modal (misalnya input yang

digunakan adalah tenaga kerja (L) dan barang modal (K),

memungkinkan proses produksi untuk menghasilkan jumlah

output tertentu. Isokuan yang lebih tinggi mencerminkan

jumlah output yang lebih besar dan Isokuan yang lebih

rendah mencerminkan jumlah output yang lebih kecil

(Dominick Salvatore, 1994)

Gambar 2.4 Kurva Produksi Sama

Karakteristik dari Kurva Isoquant adalah :

1. Semakin ke kanan (tinggi) semakin besar kuantitas

outputnya

2. Tidak saling berpotongan

3. Berslope negative

4. Cembung terhadap titik nol

Page 56: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

2) Kurva Garis Biaya Sama (Isocost)

Cara melakukan penghematan biaya produksi dalam

proses produksi dan sekaligus memaksimumkan keuntungan,

maka perusahaan harus meminimumkan biaya produksi.

Analisis mengenai cara meminimumkan biaya produksi

dilakukan dengan membuat garis biaya sama atau isocost

(Sukirno, 2005). Garis biaya sama (isocost) adalah suatu

garis yang menunjukkan kombinasi dua input yang dapat

digunakan untuk menghasilkan output dengan biaya yang

sama (Adiningsih, 2003)

Suatu kurva biaya sama (isocost) merupakan kombinasi

input berbeda (misal inputnya adalah tenaga kerja (L) dan

barang modal (K)), dapat dibeli oleh perusahaan dengan

pengeluaran total pada tingkat harga faktor produksi tertentu.

Kemiringan kurva ini ditentukan oleh –PL/PK, di mana PL

merupakan harga tenaga kerja dan PK menjelaskan harga

barang modal (Dominick Salvatore, 1994).

Kurva Isoquant dapat dilihat pada gambar sebagai

berikut :

Page 57: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Gambar 2.5 Kurva Biaya Sama

3) Keseimbangan Produsen

Seorang produsen yang berpikir rasional tentu akan

berproduksi pada kombinasi input dengan biaya yang

terendah. Kondisi ini dapat dicapai dengan dua pendekatan

(Adiningsih, 2003) :

1) Apabila dana yang dimiliki produsen terbatas, maka

kombinasi biaya minimum dapat dicapai jika dengan dana

tersebut dapat dihasilkan output yang sebesar-besarnya.

2) Apabila input yang akan dihasilkan tertentu, maka

kombinasi biaya minimum dapat dicapai jika dana yang

diperlukan untuk memproduksi output tersebut adalah

serendah-rendahnya.

Menurut Sadono Sukirno (1994) cara penggabungan

kurva produksi sama dengan kurva biaya sama dapat

dianalisis dengan dua kondisi yang berbeda, antara lain :

Page 58: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

a. Memaksimumkan produksi, di mana penggambaran

penentuan tingkat produksi yang paling maksimum

dengan tingkat biaya tertentu.

Gambar 2.6

Memaksimumkan Produksi atau Meminimumkan Biaya

b. Meminimumkan biaya, di mana penggambaran

pencapaian tingkat produksi dengan tingkat biaya

yang paling minimum.

Gambar 2.6 menjelaskan bahwa produksi yang akan

dimaksimumkan adalah apabila kurva produksi sama

bersinggungan dengan kurva biaya sama pada titik R. Hal ini

karena titik R merupakan tingkat produksi yang paling

maksimum pada kurva tersebut. Produksi yang

diminimumkan adalah apabila kurva produksi sama

bersinggungan dengan kurva biaya sama pada titik P yang

Page 59: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

merupakan tingkat biaya yang paling minimum dalam

produksi pada kurva tersebut (Sadono Sukirno, 1994).

C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)

Dalam mengukur efisiensi setiap Unit Kegiatan Ekonomi cara yang

paling sederhana adalah dengan menghitung rasio antara output UKE

tersebut dengan faktor produksi yang digunakan. Hal ini tidak akan

menjadi masalah apabila UKE tersebut hanya memproduksi satu jenis

output dan menggunakan satu macam faktor produksi. Namun

seringkali dalam prakteknya, setiap UKE tersebut menghasilkan

berbagai macam produk dengan berbagai jenis faktor produksi.

Dalam kasus output dan faktor produksi yang bervariasi, efisiensi

UKE dapat dihitung dengan mentransformasikannya menjadi output

dan faktor produksi tunggal. Transformasi ini dapat dilakukan dengan

menentukan pembobotan yang tepat. Penentuan pembobotan yang tepat

itulah yang menjadi inti masalah dalam pengukuran efisiensi.

Data Envelopment Analysis (DEA) dapat digunakan dalam

menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan memberi kesempatan

pada setiap UKE untuk menentukan pembobotannya masing-masing.

DEA juga menjamin bahwa pembobotan yang dipilih setiap UKE akan

menghasilkan ukuran efisiensi yang terbaik bagi UKE yang

bersangkutan. Pembobotan tersebut dibatasi agar jumlahnya tidak

melebihi nilai tertentu, misalnya 100 persen. Kinerja tersebut dapat

diterjemahkan sebagai berikut :

Page 60: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Angka rasio kinerja tersebut akan bervariasi antara 0 (nol) sampai

dengan 1 (satu), UKE yang efisien akan memiliki angka rasio 1 (satu)

atau 100 persen. Sedangkan angka rasio yang mendekati nol

menunjukkan efisiensi UKE yang semakin rendah. Ada dua kriteria

dalam sebuah UKE yang memiliki kinerja 100 persen. (1) apabila tidak

ada unit lain atau kombinasi UKE yang menggunakan jumlah input

yang sama. (2) jumlah output yang dihasilkan oleh UKE lain yang

berkinerja 100 persen. Dengan demikian peningkatan output UKE

tersebut hanya dapat dilakukan dengan jalan menambah penggunaan

input (Pusat Antar Universitas, 2010).

D. Pengukuran Efisiensi dengan DEA

Ditinjau dari Teori Ekonomi, ada dua pengertian efisiensi yaitu

efisiensi teknis dan efisiensi ekonomi (Ghafur, 2007). Efisiensi

ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang mempunyai jangkauan

lebih luas dibandingkan dengan efisiensi teknis yang bersudut pandang

mikro. Pengukuran efisiensi teknis cenderung terbatas pada hubungan

teknis dan operasional proses konversi input menjadi output. Akibatnya

usaha untuk meningkatkan efisiensi teknis hanya memerlukan

kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan pengendalian dan

alokasi sumber daya yang optimal.

Page 61: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) dikatakan efisien secara

teknis apabilamenghasilkan output maksimal dengan sumber daya

tertentu atau memproduksi sejumlah tertentu output menggunakan

sumber daya yang minimal. Dalam efisiensi ekonomis, untuk proses

produksi, produsen menghadapi kendala besarnya harga input, sehingga

harus dapat memaksimalkan penggunaan input sesuai dengan anggaran

yang tersedia yang juga harus mempertimbangkan besarnya harga

output. Produsen dapat berproduksi dengan efisien jika :

Dimana MP1 adalah produk marginal faktor produksi tenaga kerja

(L), MPk adalahproduk marginal faktor produksi kapital, dan MPa

adalah produk marginal faktor A, sedangkan P1, Pk, dan Pa masing-

masing adalah harga sumber-sumber tersebut. (Wijaya, 1991 dalam

Lendro Kurniawan, 2005).

Salah satu cara untuk mengukur efisiensi secara teknis adalah

menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Menurut Wimboh

dan Kurnia (dalam Susila dan Isa, 2007), DEA merupakan ukuran

efisiensi relative, baik antar organisasi yang berorientasi laba maupun

tidak, yang mengukur inefisiensi unit-unit usaha yang dibandingkan

dengan unit lain yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada.

Dalam analisis DEA dimungkinkan beberapa unit mempunyai tingkat

efisiensi 100% yang artinya bahwa unit tersebut merupakan unit yang

terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu.

Page 62: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Menurut Berger dan Mester, 1997 (dalam Afnan, 2009), ada tiga

pendekatan konsep dasar model efisiensi dalam sector financial yaitu

cost efficiency, standard profit efficiency, dan alternative profit

efficiency. Cost efficiency mengukur tingkat biaya suatu bank

dibandingkan dengan best practicedbank’s cost yang menghasilkan

output yang sama dengan kondisi yang sama. Standard profit efficiency

mengukur bagaimana bank menghasilkan keuntunganyang cenderung

maksimal dengan dengan tingkat khusus dari harga input danoutput.

Sedangkan alternative profit efficiency mengukur bagaimana

bankmendapatkan pendapatan maksimum dengan tingkat output

dibanding denganharga output.

Menurut Hadad, dkk (2003), konsep-konsep yang digunakan dalam

menjelaskan hubungan input-output dalam tingkah laku institusi

keuangan pada metode parametrik maupun non parametrik adalah, (1)

Pendekatan produksi (the production approach), (2) Pendekatan

intermediasi (the intermediation approach), dan (3) Pendekatan asset

(the asset approach). Pendekatan produksi melihat lembaga keuangan

sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan usahadalam

menghasilkan keuntungan berupa pinjaman kepada nasabah. Sedangkan

dalam pendekatan intermediasi, lembaga keuangan ditempatkan sebagai

unit kegiatan ekonomi yang melakukan transformasi bentuk dana yang

dihimpun ke dalam berbagai bentuk pinjaman. Menurut Muharram dan

Purvitasari (2007), pendekatan asset mencerminkan fungsi primer

Page 63: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sebuah lembaga keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman (loans).

Dalam pendekatan ini output benar-benar didefinisikan ke dalam bentuk

asset.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan intermediasi. Pendekatan ini digunakan karena

mempertimbangkan fungsi BMT sebagai financial intermediation yang

menghimpun dana lalumenyalurkannya dalam bentuk pembiayaan.

Meskipun tidak ada kesepakatan umum dalam pendekatan yang

digunakan serta dalam hal menentukan input-output, Berger dan

Humprey, 1997 (dalam Muharram dan Purvitasari, 2007) menyatakan

bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih tepat

untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan sebagai financial

intermediation.

Dengan demikian, pendekatan intermediasi yang digunakan dalam

penelitian ini mengasumsikan bahwa BMT bertujuan untuk

memaksimalkan output untuk mencapai efisiensi dalam fungsi

intermediasi. Dalam pendekatan intermediasi, BMT ditempatkan

sebagai unit kegiatan ekonomi yang melakukan transformasi berbagai

bentuk dana yang dihimpun sebagai input kedalam berbagai bentuk

pembiayaan sebagai output serta mempunyai peran penting sebagai

financial intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan

menyalurkannya ke deficit unit.

Page 64: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Model yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan model

orientasi output (output-oriented model). Karena dalam pendekatan

intermediasi, fungsi intermediasi lembaga keuangan dalam hal ini BMT

akan tercapai apabila BMT mampu menghimpun dan menyalurkan dana

dari surplus unit ke deficit unit secara optimal. Oleh karena itu model

yang digunakan dalam orientasi output adalah dengan maksimalisasi

output.

Pengukuran efisiensi dengan menggunakan metode DEA

membutuhkan adanya variabel input dan output. Menurut Purwantoro

(2004) identifikasi pengukuran perbandingan efisiensi kinerja

merupakan langkah pertama dan terpenting karena hasil evaluasi kinerja

nantinya akan sangat bergantung pada pemilihan variabel input output

yang dipakai. Dalam pendekatan intermediasi, variabel input

ditransformasikan menjadi berbagai bentuk output yang dihasilkan dari

input-input yang ada sebelumnya.

Page 65: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

E. Penelitian Terdahulu

Harjum Muharram dan Purvitasari (2007), penelitian ini

mengukur tentang “Analisis Perbandingan Efisiensi Perbankan Syariah Di

Indonesia Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis”

yang menggunakan simpanan dan beban operasional sebagai input dan

menggunakan pembiayaan, aktiva, dan pendapatan lain sebagai output.

Periode pengamatan pada tahun 2005 dengan 12 bank yang diteliti. Hasil

penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi antara

BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah BUMN

dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank

syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Bank BTN Syariah,

Niaga Syariah, dan Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100%

selama periode pengamatan. Sedangkan 9 bank lain mengalami fluktuasi

dalam pencapaian efisiensi.

Ihwan Susila (2007), penelitian ini mengukur tentang “Analisis

Efisiensi Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Sukoharjo Dengan

Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis” yang menggunakan

jumlah aktiva tetap, jumlah tabungan, jumlah pegawai menurut usia,

jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan, jumlah pegawai menurut

jenis kelamin, jumlah pegawai menurut pengalaman kerja/lama kerja,

pengeluaran Badan Kredit Desa dan jumlah modal sebagai variabel input,

sedangkan variabel output menggunakan jumlah kredit, jumlah aktiva

lancar, jumlah nasabah baik penabung maupun kreditur dan jumlah laba.

Page 66: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 169 BKD di

Kabupaten Sukoharjo yang tersebar ke dalam 167 desa/kelurahan,

berdasarkan tingkat kinerjanya secara umum diperoleh 73 Unit BKD

(43,20%) sudah efisiensi, sedangkan 96 BKD lainnya (56,80%) belum

efisien. Sedangkan berdasarkan kinerja keuangan BKD, diperoleh 21 BKD

(12,43%) yang sudah efisien, sedangkan 148 lainnya (87,57%) tidak

efisien.

Heri Pratikto dan Iis Sugianto (2011), penelitian ini mengukur

tentang “Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis

Global Berdasarkan Data Envelopment Analysis”. Variabel input yang

digunakan terdiri dari simpanan, aktiva tetap, dan biaya tenaga kerja.

Sedangkan variabel output yang digunakan terdiri dari pembiayaan dan

pendapatan operasional. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa pertumbuhan variabel input (simpanan, aktiva, biaya tenaga kerja)

dan output (pembiayaan dan pendapatan operasional) secara rata-rata, baik

sebelum dan sesudah krisis global, cenderung mengalami peningkatan.

Kinerja efisiensi perbankan syariah, baik sebelum maupun sesudah masa

krisis global, secara umum termasuk dalam kondisi efisien.

Page 67: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

F. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan operasional BMT meliputi Variabel Input yaitu modal,

biaya total dan jumlah tenaga kerja, sedangkan Variabel Output meliputi

pendapatan dan pembiayaan yang kemudian dilakukan analisis

menggunakan metode DEA untuk mengetahui apakah kegiatan

operasional dari BMT telah mencapai tingkat efisiensi 100%.

Kebutuhan

Operasional

BMT

Alat Analisis

DEA

Variabel input :

Modal

Biaya Total

Jumlah Tenaga

Kerja

Variabel output :

Pendapatan

Pembiayaan

EFISIENSI

Page 68: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

G. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan

jawaban terhadap masalah yang secara teoritis dianggap paling mungkin

dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Oktavilia, 2001). Berdasarkan

pertimbangan dari telaah pustaka dan kajian berbagai penelitian

sebelumnya, maka hipotesis sebagai dugaan sementara berkenaan dengan

perilaku variabel yang hendak diteliti adalah: Di duga secara keseluruhan

berdasar masing-masing variabel yang diteliti menunjukkan bahwa BMT

di Kota Surakarta pada tahun 2011 belum mencapai tingkat efisiensi 100

persen.

Page 69: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisa tentang

efisiensi dari Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) yang berada di Kota

Surakarta tahun 2011.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan

tahunan masing-masing BMT pada tahun 2011 dan data dari Dinas

Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Surakarta.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu metode yang

menghimpun informasi dan data melalui studi pustaka dan eksplorasi

literatur-literatur dari laporan keuangan yang dibuat oleh BMT yang

bersangkutan. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebesar 13

BMT. Dari seluruh populasi diambil sampel secara keseluruhan, namun

karena keterbatasan yang dimiliki maka penelitian ini tidak dapat

mengambil keseluruhan sampel dari populasi dikarenakan beberapa

populasi menolak dijadikan sampel dalam penelitian ini, maka jumlah

sampel dalam penelitian ini hanya sejumlah 9 BMT, yaitu BMT At-

Page 70: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Taubah, BMT Pedagang Pasar Surakarta, BMT Mawaddah Aisyiyah,

BMT Raharjo, BMT Rindang Rizky, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera

Banjarsari, BMT Surya Buana, BMT Wanita Melati Harapan.

4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Proses identifikasi dalam variabel input-output yang digunakan

dalam pengukuranperbandingan efisiensi merupakan langkah pertama dan

terpenting (Purwantoro, 2005). Sebagai pedoman dapat dikatakan bahwa

hubungan antara variabel input dan output harus didasarkan pada

exclusivity dan exhaustiveness. Artinya hanya variabel input yang dapat

mempengaruhi variabel output yang digunakan dalam pengukuran saja

yang dapat dipengaruhi. Pengukuran efisiensi dengan menggunakan

metode DEA dapat juga dilakukan dengan cara menentukan variabel-

variabel input dan output. Selanjutnya menentukan orientasi model,

apakah bertujuan untuk meminimalkan input atau memaksimalkan output.

Hubungan variabel input dengan output apakah bersifat Constant Return

to Scale (CRS) atau Variabel Return to Scale (VRS) merupakan aspek

yang penting dalam teknik DEA. Dalam penelitian ini menggunakan

variabel input dan output sebagai berikut:

A. Variabel Input

1. Modal

Modal adalah semua dana yang dihimpun dari anggota

yang berupa simpanan pokok khusus, simpanan pokok, simpanan

wajib, dan sisa hasil usaha. Modal juga dapat berasal dari pihak

Page 71: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

lain yang berupa penyertaan modal. Modal dinyatakan dalam

satuan rupiah.

2. Biaya total

Biaya merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

BMT untuk membiayai kegiatan operasional BMT. Biaya total

dinyatakan dalam satuan rupiah.

3. Jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja adalah jumlah semua karyawan yang

terlibat dalam lembaga tersebut. Jumlah tenaga kerja dinyatakan

dalam satuan orang.

B. Variabel Output

1. Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh laba yang diperoleh dari

kegiatan pembiayaan.Pendapatan dinyatakan dalam satuan rupiah.

2. Pembiayaan

Pembiayaan merupakan jumlah seluruh dana yang bisa

disalurkan BMT kelompok masyarakat dan yang membutuhkan

dana. BMT menyediakan berbagai macam aplikasi produk

pembiayaan dan penyaluran dana untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Pembiayaan dinyatakan dalam satuan rupiah.

Page 72: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

5. Metode Analisis Data

A. Data Envelopment Analysis (DEA)

Dalam menjawab permasalahan mengenai efisiensi maka

diperlukan suatu alat analisis DEA (Data Envelopment Analysis) yang

terdiri atas variable input dan output. DEA merupakan sebuah metode

optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknis suatu

Unit Kegiatan Ekonomi (UKE), dan membandingkan secara relative

terhadap UKE yang lain (Charnes et, al. 1978; Banker et, al. 1984

dalam Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari 2009).

Data Envelopment Analysis (DEA) adalah salah satu

pendekatan non-parametrik yang dikenal sebuah teknik pemrograman

matematika yang mengukur efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)

terhadap UKE lainnya. DEA pertama kali diperkenalkan oleh

Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978.

DEA adalah teknik pemrograman linear untuk memeriksa

bagaimana pengambilan keputusan unit tertentu (Decition Making

Unit) dalam mengelola sumberdaya (input) dengan jenis yang sama

sehingga menjadi hasil (output) dengan jenis yang sama pula, di mana

hubungan bentuk fungsi dari input ke output tidak diketahui (Erwinta

Siswandi, 2005).

Ahmad Syakir Kurnia (2004) juga menyebutkan bahwa

beberapa pendekatan biasa digunakan untuk mengukur efisiensi bank,

namun secara garis besar terdapat dua jenis pendekatan, yaitu

Page 73: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

parametrik dan non-parametrik. Pendekatan Stochastic Frontier

Approuch (SFA), Thick Frontier Approuch (TFA) dan Distribution

Free Approuch (DFA) merupakan pendekatan paremetrik, sedangkan

pendekatan yang termasuk non-parametrik adalah Data Envelopment

Approuch (DEA) dan Free Disposable Hull (FDH).

DEA adalah pendekatan non-parametrik yang berbasis

program linear (Linear Programming) dengan dibantu paket-paket

software efisiensi secara teknis, seperti Banxia Frontier Analysis

(BFA) dan Warwick for Data Envelopment Analysis (WDEA).

Penelitian ini menggunakan software WDEA. Pada intinya kedua

software tersebut akan mengarah pada hasil yang sama (Ahmad

Syakir Kurnia, 2004).

Pada dasarnya teknik analisis DEA didesain khusus untuk

mengukur efisiensi relative suatu UKE dalam kondisi input maupun

output yang banyak. Kondisi tersebut biasanya sulit disiasati secara

sempurna oleh teknik analisis pengukuran efisiensi lainnya (Nugroho,

1995 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati, 2004).

Efisiensi relative suatu UKE adalah efisiensi suatu UKE

dibanding dengan UKE lain dalam sampel yang menggunakan jenis

input dan output yang sama. DEA memformulasikan UKE sebagai

program linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model

tersebut ditransformasikan kedalam program linear dengan nilai bobot

dari input dan output (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009).

Page 74: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Efisiensi relatif UKE dalam DEA juga didefinisikan sebagai

rasio dari total output tertimbang dibagi total input tertimbang (total

weighted output/total weighted input). Inti dari DEA adalah

menentukan bobot (weighted) atau timbangan untuk setiap input dan

output UKE. Setiap UKE diasumsikan bebas menentukan bobot untuk

setiap variabel-variabel input maupun output yang ada, asalkan

mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan (Samsubar Saleh,

2000).

Adapun kedua kondisi yang disyaratkan yaitu, (Silkman,

1986; Nugroho, 1995 dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati, 2004):

a. Bobot tidak boleh negatif;

b. Bobot harus bersifat universal. Hal ini berarti setiap UKE

dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot

yang sama untuk mengevaluasi rasionya (total weighted

output/total weighted input) dan rasio tersebut tidak lebih dari

1 (total weighted output/total weighted input ≤ 1) (Harjum

Muharam dan Purvitasari, 2007).

DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memiliki bobot yang

memaksimumkan rasio efisiensinya (maximize total weighted

ouput/total weighted input) (Harjum Muharam dan Purvitasari, 2007).

Asumsi maksimisasi rasio efisiensi ini menjadikan penelitian DEA

menggunakan orientasi output dalam menghitung efisiensi teknis.

Page 75: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Orientasi lainnya adalah minimisasi input, namun kedua asumsi

tersebut akan diperoleh hasil yang sama (Adrian Sutawijaya dan Etty

Puji Lestari, 2009).

Setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda

untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda, sehingga setiap

UKE akan memilih seperangkat bobot yang mencermin

keanekaragaman tersebut (Harjum Muharam dan Purvitasari, 2007).

Silkman (1986); Nugroho (1995); dalam Huri M. D. dan Indah

Susilowati (2004) menyebutkan bahwa setiap UKE cenderung

memiliki pola penggunaan input minimum pada input yang memiliki

bobot tinggi atau polaproduksi output secara maksimum pada output

yang memiliki bobot tinggi untuk pencapaian tingkat efisiensi yang

maksimum. Bobot yang dipilih tersebut tidak semata-mata

menggambarkan suatu nilai ekonomis, tetapi lebih merupakan suatu

kuantitatif rencana untuk memaksimum kanefisiensi bersangkutan.

Kondisi ini dapat digambarkan apabila suatu UKE merupakan

perusahaan yang berorientasi pada keuntungan (profit maximizing

firm) dan setiap input-outputnya memiliki biaya per unit serta harga

jual per unit. Hal ini menjadikan perusahaan tersebut akan

menggunakan seminimal mungkin input yang biaya per unitnya

termahal atau berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang

harga jualnya tertinggi (Samsubar Saleh, 2000).

Page 76: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Suatu UKE dikatakan efisien secara relative apabila nilai

dualnya sama dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen), sebaliknya apabila

nilai dualnya kurang dari 1 maka UKE bersangkutan dianggap tidak

efisien secara relatif (Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri M.

D. dan Indah Susilowati, 2004)

Model yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan

oleh Miller dan Noulas (1996). Efisiensi teknis suatu lembaga

keuangan diukur dengan menghitung rasio antara input dan output.

DEA akan menghitung lembaga keuangan yang menggunakan input n

untuk menghasilkan output m yang berbeda. Sehingga alat analisisnya

dirumuskan menjadi sebagai berikut :

Dimana:

Hs: efisiensi teknis BMT s

Yis: jumlah output i yang diproduksi oleh BMT s

Xjs: jumlah input j yang diproduksi oleh BMT s

Ui: bobot output i yang dihasilkan oleh BMT s

Vj: bobot input j yang dihasilkan oleh BMT s dan dihitung dari 1 ke m

serta j dihitungdari 1 ke n

Metode DEA mempunyai beberapa keunggulan dan

kelemahan di antaranya (Purwantoro 2003 dalam Huri M. D. dan

Indah Susilowati 2004):

Page 77: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

a. Keunggulan DEA, meliputi:

(1). Dapat menangani banyak input dan output.

(2). Tidak membutuhkan asumsi hubungan antar variabel input

dan output.

(3). UKE yang dibandingkan secara langsung dengan UKE yang

sejenis.

(4). Input dan Output dapat memiliki satuan pengukuran yang

berbeda tanpa perlu melakukan perubahan satuan dari kedua

variabel tersebut.

b. Kelemahan DEA, meliputi:

(1). Bersifat sample specific (DEA berasumsi bahwa setiap input

atau output identik dengan unit lain dalam tipe yang sama).

(2). Merupakan extreme point technique.

(3). Kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal.

(4). Hanya untuk mengukur produktivitas relative dari UKE

bukan produktivitas absolut.

(5). Uji hipotesis secara statistika hasil DEA sulit dilakukan.

B. Teknik Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan uji One-Sample T Test untuk

menjawab hipotesis apakah lembaga keuangan mikro syariah di Surakarta

efisien atau tidak selama periode tahun penelitian. Data efisiensi yang

didapat dari pengujian menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

Page 78: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

kemudian diuji dengan uji One-Sample T Test. Kriteria menggunakan

pengujian dua sisi dan menggunakan apabila –thitung ttabel thitung,

maka Ho diterima dan apabila thitung ttabel atau thitung -t tabel maka Ho

ditolak.

Page 79: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Baitul maal waat Tamwil (BMT) yang menjadi obyek dalam

penelitian adalah BMT yang berada di Kota Surakarta. Wilayah

administratif Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, yaitu Kecamatan

Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan

Jebres, Kecamatan Banjarsari dan terdiri dari 51 kelurahan yang mencakup

592 RW dan 2.644 RT.

Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Surakarta jumlah

Koperasi di Kota Surakarta seluruhnya tahun 2011 yaitu sejumlah 558

Koperasi, hanya terdapat 13 BMT yang masih aktif. Apabila dikaitkan

dengan faktor agama atau kepercayaan yang dianut, jumlah BMT di Kota

Surakarta seharusnya dapat lebih banyak dari jumlah yang sekarang ada.

Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk Kota Surakarta yang memeluk

agama Islam merupakan yang terbesar dibanding dengan pemeluk agama

lain. Berikut adalah data komposisi Penduduk Surakarta menurut Agama

yang dianut.

Page 80: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Berdasar Agama di Kota Surakarta

No. Agama 2010

1 Islam 443.231

2 Katholik 67.734

3 Protestan 69.718

4 Budha 3.761

5 Hindu 1.595

Sumber: BPS Surakarta (Surakarta Dalam Angka, 2010)

Dari Tabel 4.1 jumlah penduduk tahun 2010 yang memeluk Agama

Islam di Surakarta adalah sebesar 443.231. Oleh sebab itu, seharusnya

dengan jumlah penduduk yang mayoritas beragama Islam, persentase

jumlah BMT di Surakarta dapat lebih besar dari jumlah koperasi yang ada

secara keseluruhan.Berikut disajikan data jumlah modal, jumlah tenaga

kerja, biaya, pendapatan dan pembiayaan BMT yang menjadi sampel dalam

penelitian ini.

Tabel 4.2

Jumlah Modal, Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan

NAMA BMT MODAL BIAYA TENAGA

KERJA

PENDAPATAN PEMBIAYAAN

At-Taubah 400.000.000 44.000.000 6 55.000.000 1.750.000.000

Pedagang Pasar Surakarta 42.006.605 42.399.095 3 12.536.605 261.378.867

Mawaddah Aisyiyah 81.330.000 16.000.000 4 35.000.000 140.700.000

Raharjo 25.000.000 98.371.800 4 204.170.700 1.399.471.900

Rindang Rizky 150.000.000 194.466.500 6 209.164.929 232.803.000

Sejahtera 15.000.000 30.000.000 2 72.536.796 300.000.000

Sejahtera Banjarsari 26.000.000 177.159.551 4 218.157.439 1.171.112.092

Surya Buana 15.000.000 60.000.000 4 82.000.000 245.000.000

Wanita Melati Harapan 406.360.947 152.986.894 4 208.436.370 1.105.764.950

Sumber: BMT Kota Surakarta (Laporan RAT 2011)

Page 81: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

B. Analisis Variabel Input Output

Perhitungan efisiensi BMT dengan alat analisis DEA pada penelitian ini

menggunakan tiga variabel input, yaitu: Modal, Biaya, dan Tenaga kerja.

Sedangkan variabel outputnya meliputi Pendapatan dn Pembiayaan.

Variabel input pertama, Modal adalah semua dana yang dihimpun dari

anggota berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan sisa hasi usaha. Modal juga

dapat berasal dari pihak lain berupa penyertaan modal. Modal dinyatakan dalam

satuan rupiah. Berikut disajikan data jumlah modal BMT dalam penelitian ini.

Tabel 4.3

Data Jumlah Variabel Input Modal

NAMA BMT MODAL

At-Taubah 400.000.000

Pedagang Pasar Surakarta 42.006.605

Mawaddah Aisyiyah 81.330.000

Raharjo 25.000.000

Rindang Rizky 150.000.000

Sejahtera 15.000.000

Sejahtera Banjarsari 26.000.000

Surya Buana 15.000.000

Wanita Melati Harapan 406.360.947

Sumber: Olah data

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah modal BMT dalam penelitian

ini, yang memiliki modal paling besar adalah BMT Wanita Melati Harapan yaitu

sebesar Rp. 406.360.947. Sedangkan BMT yang memiliki modal paling kecil

adalah BMT Sejahtera dan BMT Surya Buana yaitu sebesar Rp. 15.000.000.

Page 82: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Variabel kedua, Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

BMT untuk membiayai kegiatan operasional BMT. Biaya total dinyatakan dalam

satuan rupiah. Berikut disajikan data biaya total BMT dalam penelitian ini.

Tabel 4.4

Data Jumlah Variabel Input Biaya Total

NAMA BMT BIAYA

At-Taubah 44.000.000

Pedagang Pasar Surakarta 42.399.095

Mawaddah Aisyiyah 16.000.000

Raharjo 98.371.800

Rindang Rizky 194.466.500

Sejahtera 30.000.000

Sejahtera Banjarsari 177.159.551

Surya Buana 60.000.000

Wanita Melati Harapan 152.986.894

Sumber: Olah data

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah biaya total BMT dalam

penelitian ini, yang memiliki biaya total paling besar adalah BMT Rindang Rizky

yaitu sebesar Rp. 194.466.500. Sedangkan BMT yang memiliki biaya total paling

kecil adalah BMT Mawaddah Aisyiyah yaitu sebesar Rp.16.000.000.

Variabel ketiga, Jumlah Tenaga Kerja yaitu jumlah semua karyawan yang

terlibat dalam lembaga tersebut. Jumlah tenaga kerja dinyatakan dalam satuan

orang. Berikut merupakan data jumlah tenaga kerja BMT dalam penelitian ini.

Page 83: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel 4.5

Data Jumlah Variabel Input Jumlah Tenaga Kerja

Sumber: Olah data

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja BMT dalam

penelitian ini, yang memiliki jumlah tenaga kerja paling banyak adalah BMT At-

Taubah dan BMT Rindang Rizky yaitu sebanyak 6 orang. Sedangkan BMT yang

memiliki jumlah tenaga kerja paling sedikit adalah BMT Sejahtera yaitu sebanyak

2 orang.

Selanjutnya adalah variabel output, variabel yang pertama adalah

Pendapatan, yaitu seluruh laba yang diperoleh dari kegiatan pembiayaan.

Pendapatan dinyatakan dalam satuan rupiah. Berikut merupakan data Pendapatan

BMT dalam penelitian ini.

NAMA BMT TENAGA KERJA

At-Taubah 6

Pedagang Pasar Surakarta 3

Mawaddah Aisyiyah 4

Raharjo 4

Rindang Rizky 6

Sejahtera 2

Sejahtera Banjarsari 4

Surya Buana 4

Wanita Melati Harapan 4

Page 84: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 4.6

Data Jumlah Variabel Output Pendapatan

Sumber: Olah data

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan BMT dalam

penelitian ini, yang memiliki jumlah pendapatan paling besar adalah BMT

Sejahtera Banjarsari yaitu sebesar Rp. 218.157.439. Sedangkan BMT yang

memiliki jumlah pendapatan paling kecil adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta

yaitu sebesar Rp.12.536.605.

Variabel output yang kedua, Pembiayaan adalah jumlah seluruh dana yang

bisa disalurkan BMT kelompok masyarakat dan yang membutuhkan dana.

Pembiayaan dinyatakan dalam satuan rupiah. Berikut disajikan data jumlah

Pembiayaan BMT dalam penelitian ini.

NAMA BMT PENDAPATAN

At-Taubah 55.000.000

Pedagang Pasar Surakarta 12.536.605

Mawaddah Aisyiyah 35.000.000

Raharjo 204.170.700

Rindang Rizky 209.164.929

Sejahtera 72.536.796

Sejahtera Banjarsari 218.157.439

Surya Buana 82.000.000

Wanita Melati Harapan 208.436.370

Page 85: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 4.7

Data Jumlah Variabel Output Pembiayaan

Sumber: Olah data

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan BMT dalam

penelitian ini, yang memiliki jumlah pembiayaan paling besar adalah BMT At-

Taubah yaitu sebesar Rp. 1.750.000.000. Sedangkan BMT yang memiliki jumlah

pembiayaan paling kecil adalah BMT Mawaddah Aisyiyah yaitu sebesar

Rp.140.700.000.

C. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Data dengan Metode DEA

Berikut adalah pengolahan data seluruh BMT. Berdasarkan

penghitungan dengan metode DEA menggunakan software DEAWIN

dapat dilihat pada Tabel 4.8, dari 9 BMT tersebut, menunjukkan tidak

semua BMT telah mencapai tingkat efisiensi 100%. Dari hasil analisis dan

NAMA BMT PEMBIAYAAN

At-Taubah 1.750.000.000

Pedagang Pasar Surakarta 261.378.867

Mawaddah Aisyiyah 140.700.000

Raharjo 1.399.471.900

Rindang Rizky 232.803.000

Sejahtera 300.000.000

Sejahtera Banjarsari 1.171.112.092

Surya Buana 245.000.000

Wanita Melati Harapan 1.105.764.950

Page 86: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

pengolahan data variabel input dan output dengan DEA maka diperoleh

tingkat efisiensi BMT di Kota Surakarta sebagai berikut:

Tabel 4.8

Tingkat Efisiensi BMT

No NAMA BMT TINGKAT

EFISIENSI

BENCHMARK

1 At-Taubah 100% - -

2 Pedagang Pasar Surakarta 37,69% At-Taubah Raharjo

3 Mawaddah Aisyiyah 90,47% Sejahtera -

4 Raharjo 100% - -

5 Rindang Rizky 66,49% Raharjo Sejahtera Banjarsari

6 Sejahtera 100% - -

7 Sejahtera Banjarsari 100% - -

8 Surya Buana 66,90% Raharjo Sejahtera Banjarsari

9 Wanita Melati Harapan 97,46% Raharjo Sejahtera Banjarsari

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Setelah dilakukan pengolahan data diketahui bahwa jumlah BMT

yang sudah mencapai efisiensi 100% berjumlah 4 BMT, yaitu BMT At-

Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, dan BMT Sejahtera Banjarsari.

Diketahui pula jumlah BMT yang belum efisien terdapat 5 BMT, dengan

rincian yaitu BMT Pedagang Pasar Surakarta sebesar 37,69%, BMT

Mawaddah Aisyiyah sebesar 90,47%, BMT Rindang Rizky sebesar

66,49%, BMT Surya Buana sebesar 66,90% dan BMT Wanita Melati

Harapan sebesar 97,46%.

Page 87: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Tabel 4.9

Kriteria Efisiensi BMT

No FREKUENSI

EFISIENSI

KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Banjarsari

Sejahtera

2 90%-99,9% Sangat Baik Mawaddah Aisyiyah,

Wanita Melati Harapan

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik Rindang Rizky, Surya

Buana

5 40%-49,9% Kurang Baik Pedagang Pasar

Surakarta

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, penulis membuat kriteria efisiensi

untuk mempermudah penilaian BMT, yaitu hasil dari analisis

menyebutkan bahwa BMT yang sudah mencapai 100% dimasukkan dalam

kriteria Sempurna berjumlah 4 BMT, untuk BMT yang hanya mencapai

tingkat efisiensi 90%-99,9% dimasukkan dalam kriteria Sangat Baik

berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang hanya mencapai tingkat efisiensi

70%-89,9% dimasukkan dalam kriteria Baik tidak ada, untuk BMT yang

hanya mencapai tingkat efisiensi 50%-69,9% dimasukkan dalam kriteria

Cukup Baik berjumlah 2 BMT, untuk BMT yang hanya mencapai tingkat

efisiensi 40%-49,9% dimasukkan dalam kriteria Kurang Baik berjumlah 1

BMT. Sedangkan untuk BMT yang tingkat efisiensinya di bawah 40%

tidak ada.

Selanjutnya akan dibahas tentang evaluasi mengenai tingkat

efisiensi masing-masing BMT, dari hasil data yang diolah tersebut maka

Page 88: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

akan dapat mengetahui BMT manakah yang sudah mencapai efisiensi.

Sedangkan BMT yang belum efisien secara teknis atau inefisien

ditunjukkan dengan score efisiensi yang belum mencapai 100% dimana

penggunaan input untuk menghasilkan output belum maksimal. Hasil

pengolahan data ini juga menunjukkan target yang seharusnya dicapai.

Target ini terdiri dari 5 objek, yaitu :

i. Variable, merupakan nama-nama variabel input dan output yang

digunakan dalam analisis dan sebagai objek yang akan dievaluasi

tingkat efisiensinya.

ii. Actual, merupakan nilai dari variabel input dan output yang terjadi

secara riil dalam operasional perusahaan.

iii. Target, merupakan nilai yang seharusnya dicapai oleh variabel input dan

output untuk mencapai tingkat efisiensi maksimal.

iv. To Gain, merupakan presentase nilai yang masih bisa dimaksimalkan

oleh variabel input untuk mencapai produktivitas maksimal, sedangkan

untuk variabel output merupakan presentase nilai yang belum dicapai.

v. Achieved, bagi variabel input adalah presentase nilai yang sudah

dimanfaatkan, sedangkan untuk variabel output merupakan presentase

nilai yang sudah dicapai.

Berikut adalah hasil dari olah data, yaitu target yang seharusnya

dicapai BMT dan jumlah sumber daya yang efisien untuk mencapai target.

Page 89: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

1. BMT At-Taubah

Tabel 4.10

Hasil Pengolahan Data BMT At-Taubah

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

100%

400000000.0 400000000.0 0,0% 100,0%

BIAYA 44000000.0 44000000.0 0,0% 100,0%

TK 6.0 6.0 0,0% 100,0%

PENDAPATAN 55000000.0 55000000.0 0,0% 100,0%

PEMBIAYAAN 1750000000.0 1750000000.0 0,0% 100,0%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai aktual atau nilai

pencapaian sebenarnya oleh BMT At-Taubah sama dengan nilai target atau nilai

yang seharusnya dicapai oleh BMT At-Taubah. Pada kolom To Gain atau

persentase berapa persen nilai aktual yang harus ditambahkan atau dikurangkan

untuk mencapai target juga menunjukkan 0% yang berarti tidak ada nilai aktual

yang harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai target. Begitu juga

dengan kolom Achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%.

Artinya BMT At-Taubah telah mencapai target efisiensinya.

Page 90: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

2. BMT Pedagang Pasar Surakarta

Tabel 4.11

Hasil Pengolahan Data BMT Pedagang Pasar Surakarta

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

37,69%

42006605.0 15832854.8 62.3% 37.7%

BIAYA 42399095.0 15980789.5 62.3% 37.7%

TK 3.0 0.8 74.1% 25.9%

PENDAPATAN 12536605.0 32068478.1 155.8% 39.1%

PEMBIAYAAN 261378867.0 261378867.0 0.0% 100.0%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa BMT Pedagang Pasar

Surakarta belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT

Pedagang Pasar Surakarta untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama

adalah dengan mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-37,69% = 62,31% dan

mempertahankan tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan

mengacu pada efficient reference set-nya, yaitu BMT At-Taubah dan BMT

Raharjo (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan pula

bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT Pedagang Pasar Surakarta, modal

harus dikurangi 62,3% menjadi Rp. 15.832.854.8, biaya harus dikurangi 62,3%

menjadi Rp. 15.980.789.5, jumlah tenaga kerja harus dikurangi 74,1% menjadi 1

orang. Sedangkan untuk outputnya perlu meningkatkan pendapatan sebesar

155,8% menjadi Rp. 32.068.478.1.

Page 91: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

3. BMT Mawaddah Aisyiyah

Tabel 4.12

Hasil Pengolahan Data BMT Mawaddah Aisyiyah

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

90,47%

81330000.0 7237706.0 91.1% 8.9%

BIAYA 16000000.0 14475411.9 9.5% 90.5%

TK 4.0 1.0 75.9% 24.1%

PENDAPATAN 35000000.0 35000000.0 0.0% 100.0%

PEMBIAYAAN 140700000.0 144754119.0 2.9% 97.2%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa BMT Mawaddah Aisyiyah

belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Mawaddah

Aisyiyah untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah dengan

mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-90,47% = 9,53% dan mempertahankan

tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan mengacu pada efficient

reference set-nya, yaitu BMT Sejahtera (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari

Tabel di atas dapat disimpulkan pula bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT

Mawaddah Aisyiyah, modal harus dikurangi 91,1% menjadi Rp. 7.237.706.0,

biaya harus dikurangi 9,5% menjadi Rp. 14.475.411.9, jumlah tenaga kerja harus

dikurangi 75.9% menjadi 1 orang. Sedangkan untuk outputnya hanya perlu

meningkatkan pembiayaan sebesar 2.9% menjadi Rp. 144.754.119.0.

Page 92: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

4. BMT Raharjo

Tabel 4.13

Hasil Pengolahan Data BMT Raharjo

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

100%

25000000.0 25000000.0 0,0% 100,0%

BIAYA 98371800.0 98371800.0 0,0% 100,0%

TK 4.0 4.0 0,0% 100,0%

PENDAPATAN 204170700.0 204170700.0 0,0% 100,0%

PEMBIAYAAN 1399471900.0 1399471900.0 0,0% 100,0%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa nilai aktual atau nilai

pencapaian sebenarnya oleh BMT Raharjo sama dengan nilai target atau nilai

yang seharusnya dicapai oleh BMT Raharjo. Pada kolom To Gain atau persentase

berapa persen nilai aktual yang harus ditambahkan atau dikurangkan untuk

mencapai target juga menunjukkan 0% yang berarti tidak ada nilai aktual yang

harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai target. Begitu juga

dengan kolom Achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%.

Artinya BMT Raharjo telah mencapai target efisiensinya.

Page 93: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

5. BMT Rindang Rizky

Tabel 4.14

Hasil Pengolahan Data BMT Rindang Rizky

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

66,49%

150000000.0 25329420.7 83.1% 16.9%

BIAYA 194466500.0 129299761.5 33.5% 66.5%

TK 6.0 4.0 33.5% 66.5%

PENDAPATAN 209164929.0 209164929.0 0.0% 100.0%

PEMBIAYAAN 232803000.0 1305352394.9 460.7% 17.8%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa BMT Rindang Rizky

belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Rindang

Rizky untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah dengan

mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-66,49% = 33,51% dan

mempertahankan tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan

mengacu pada efficient reference set-nya, yaitu BMT Raharjo dan Sejahtera

Banjarsari (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan

pula bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT Rindang Rizky, modal harus

dikurangi 83,1% menjadi Rp. 25.329.420.7, biaya harus dikurangi 33,5% menjadi

Rp. 129.299.761.5, jumlah tenaga kerja harus dikurangi 33.5% menjadi 4 orang.

Sedangkan untuk outputnya perlu meningkatkan pembiayaan sebesar 460.7%

menjadi Rp. 1.305.352.394.9.

Page 94: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

6. BMT Sejahtera

Tabel 4.15

Hasil Pengolahan Data BMT Sejahtera

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

100%

15000000.0 15000000.0 0,0% 100,0%

BIAYA 30000000.0 30000000.0 0,0% 100,0%

TK 2.0 2.0 0,0% 100,0%

PENDAPATAN 72536796.0 72536796.0 0,0% 100,0%

PEMBIAYAAN 300000000.0 300000000.0 0,0% 100,0%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa nilai aktual atau nilai

pencapaian sebenarnya oleh BMT Sejahtera sama dengan nilai target atau nilai

yang seharusnya dicapai oleh BMT Sejahtera. Pada kolom To Gain atau

persentase berapa persen nilai aktual yang harus ditambahkan atau dikurangkan

untuk mencapai target juga menunjukkan 0% yang berarti tidak ada nilai aktual

yang harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai target. Begitu juga

dengan kolom Achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah 100%.

Artinya BMT Sejahtera telah mencapai target efisiensinya.

Page 95: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

7. BMT Sejahtera Banjarsari

Tabel 4.16

Hasil Pengolahan Data BMT Sejahtera Banjarsari

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

100%

26000000.0 26000000.0 0,0% 100,0%

BIAYA 177159551.0 177159551.0 0,0% 100,0%

TK 4.0 4.0 0,0% 100,0%

PENDAPATAN 218157439.0 218157439.0 0,0% 100,0%

PEMBIAYAAN 1171112092.0 1171112092.0 0,0% 100,0%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa nilai aktual atau nilai

pencapaian sebenarnya oleh BMT Sejahtera Banjarsari sama dengan nilai target

atau nilai yang seharusnya dicapai oleh BMT Sejahtera Banjarsari. Pada kolom To

Gain atau persentase berapa persen nilai aktual yang harus ditambahkan atau

dikurangkan untuk mencapai target juga menunjukkan 0% yang berarti tidak ada

nilai aktual yang harus ditambahkan ataupun dikurangkan untuk mencapai target.

Begitu juga dengan kolom Achieved atau pencapaian aktual terhadap target adalah

100%. Artinya BMT Sejahtera Banjarsari telah mencapai target efisiensinya.

Page 96: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

8. BMT Surya Buana

Tabel 4.17

Hasil Pengolahan Data BMT Surya Buana

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

66,90%

15000000.0 10034396.2 33.1% 66.9%

BIAYA 60000000.0 40137584.8 33.1% 66.9%

TK 4.0 1.6 59.9% 40.1%

PENDAPATAN 82000000.0 82000000.0 0.0% 100.0%

PEMBIAYAAN 245000000.0 559231737.4 128.3% 43.8%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa BMT Surya Buana

belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Surya

Buana untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah dengan

mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-66,90% = 33,1% dan mempertahankan

tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan mengacu pada efficient

reference set-nya, yaitu BMT Raharjo dan Sejahtera Banjarsari (dapat dilihat pada

lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan pula bahwa untuk

meningkatkan efisiensi BMT Surya Buana, modal harus dikurangi 33,1% menjadi

Rp. 10.034.396.2, biaya harus dikurangi 33,1% menjadi Rp. 40.137.584.8, jumlah

tenaga kerja harus dikurangi 59.9% menjadi 1 orang. Sedangkan untuk outputnya

perlu meningkatkan pembiayaan sebesar 128.3% menjadi Rp. 559.231.737.4.

Page 97: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

9. BMT Wanita Melati Harapan

Tabel 4.18

Hasil Pengolahan Data BMT Wanita Melati Harapan

Variabel Tingkat

Efisiensi

Actual Target To

Gain

Achieved

MODAL

97,46%

406360947.0 25040869.9 93.8% 6.2%

BIAYA 152986894.0 149102719.5 2.5% 97.5%

TK 4.0 3.9 2.5% 97.5%

PENDAPATAN 208436370.0 208436370.0 0.0% 100.0%

PEMBIAYAAN 1105764950.0 1209662446.5 9.4% 91.4%

Sumber: Hasil olah data (DEAWIN)

Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa BMT Wanita Melati Harapan

belummencapai tingkat efisiensi 100%. Beberapa alternatif bagi BMT Wanita

Melati Harapan untuk meningkatkan efisiensinya, alternatif pertama adalah

dengan mengurangi setiap inputnya sebesar 100%-97,46% = 2,54% dan

mempertahankan tingkat outputnya. Alternatif kedua adalah adalah dengan

mengacu pada efficient reference set-nya, yaitu BMT Raharjo dan Sejahtera

Banjarsari (dapat dilihat pada lampiran 2). Dari Tabel di atas dapat disimpulkan

pula bahwa untuk meningkatkan efisiensi BMT Wanita Melati Harapan, modal

harus dikurangi 93,8% menjadi Rp. 25.040.869.9, biaya harus dikurangi 2,5%

menjadi Rp. 149.102.719.5, jumlah tenaga kerja harus dikurangi 2.5% menjadi 3

orang. Sedangkan untuk outputnya hanya perlu meningkatkan pembiayaan

sebesar 9.4% menjadi Rp. 1.209.662.446.5.

Page 98: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini, digunakan uji One

Sample T Test dengan menggunakan bantuan software SPSS 17. Data

efisiensi hasil olahan DEA kemudian di uji One Sample T Test yang

kemudian didapat hasil uji yang ditunjukkan seperti pada tabel IV.18

berikut.

Tabel 4.19

Uji One Sample T Test

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error

Mean

EFISIENSI 9 84.3344 22.33174 7.44391

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper Lower Upper Lower Upper

EFISIENSI 11.329 8 .000 84.33444 67.1688 101.5001

Sumber: Hasil Olah Data (SPSS)

Dari Tabel 4.19, menunjukkan hasil t hitung (11, 329) > t tabel (8;0,025)

adalah 2,262, maka Ho diterima. Jadi dalam penelitian ini BMT di Kota

Surakarta secara keseluruhan belum memiliki tingkat skala efisiensi yang

baik.

Page 99: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

D. Analisis Ketidakefisienan BMT

Berikut akan dibahas tentang ketidakefisienan variabel yang terjadi pada BMT Kota Surakarta.

Tabel 4.20

Target Capaian Input dan Output BMT

No Nama BMT

Tingkat

Efisiensi

INPUT OUTPUT

MODAL BIAYA TK PENDAPATAN PEMBIAYAAN

To

Gain Achieved

To

Gain Achieved

To

Gain Achieved To Gain Achieved To Gain Achieved

1 Pedagang Pasar Surakarta 37,69% 62,3% 37,7% 62,3% 37,7% 74,1% 25,9% 155,8% 39,1% 0,0% 100%

2 Mawaddah Aisyiyah 90,47% 91,1% 8,9% 9,5% 90,5% 75,9% 24,1% 0,0% 100% 2,9% 97,2%

3 Rindang Rizky 66,49% 83,1% 16,9% 33,5% 66,5% 33,5% 66,5% 0,0% 100% 460,7% 17,8%

4 Surya Buana 66,9% 33,1% 66,9% 33,1% 66,9% 59,9% 40,1% 0,0% 100% 128,3% 43,8%

5 Wanita Melati Harapan 97,46% 93,8% 6,2% 2,5% 97,5% 2,5% 97,5% 0,0% 100% 9,4% 91,4%

Page 100: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Berdasarkan Tabel 4.20 dapat diketahui BMT yang belum efisien dengan

capaian yang sudah dicapai serta target yang harus dicapai oleh masing-masing BMT.

Tabel tersebut menunujukkan variabel dengan tingkat ketidakefisienan masing-

masing. Dari data yang ada terlihat yang paling membuat tidak efisien adalah pada

variabel inputnya, dari ke 5 BMT menunjukkan variabel inputnya paling rendah

capaiannya atau paling membuat tidak efisien. BMT Pedagang Pasar Surakarta yang

membuat paling tidak efisien terdapat pada variabel input tenaga kerja, BMT Surya

Buana yang membuat paling tidak efisien juga terdapat pada variabel input tenaga

kerja BMT Mawaddah Aisyiyah, BMT Rindang Rizky dan BMT Wanita Melati

Harapan yang membuat paling tidak efisien terdapat pada variabel inputmodal.

Berdasarkan Tabel 4.20 dapat pula diketahui dari setiap variabel , BMT

manakah yang variabelnya paling kecil capaiannya di antara BMT yang lain, yaitu

untuk variabel input modal adalah BMT Wanita Melati Harapan, untuk variabel input

biaya adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta, untuk variabel input tenaga kerja

adalah BMT Mawaddah Aisyiyah, sedangkan untuk variabel output pendapatan

adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta dan untuk variabel output pembiayaan adalah

BMT Rindang Rizky.

Selanjutnya agar memudahkan penilaian efisiensi setiap variabel seluruh

BMT, akan dibahas kriteria peringkat efisiensi seluruh BMT.

Page 101: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tabel 4.21

Kriteria Efisiensi Variabel Input Modal

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera

Banjarsari

2 90%-99,9% Sangat Baik -

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik Surya Buana

5 <50% Kurang Baik Wanita Melati

Harapan, Mawaddah

Aisyiyah, Rindang

Rizky, Pedagang Pasar

Surakarta

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.21, dapat diketahui bahwa BMT yang

mempunyai variabel input modal berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT

Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input modal

berkriteria cukup baik adalah BMT Surya Buana. Sedangkan untuk variabel input

modal berkriteria kurang baik adalah BMT Wanita Melati Harapan, BMT Mawaddah

Aisyiyah, BMT Rindang Rizky, BMT Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji

menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel input modal

menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 59,52%, sehingga secara keseluruhan

variabel modal pada BMT di Kota Surakarta belum memiliki tingkat skala efisien

yang baik.

Page 102: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 4.22

Kriteria Efisiensi Variabel Input Biaya

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera

Banjarsari

2 90%-99,9% Sangat Baik Wanita Melati

Harapan, Mawaddah

Aisyiyah

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik Rindang Rizky, Surya

Buana

5 <50% Kurang Baik Pedagang Pasar

Surakarta

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.22, dapat diketahui bahwa BMT yang

mempunyai variabel input biaya berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah, BMT

Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input biaya

berkriteria sangat baik adalah BMT Wanita Melati Harapan dan BMT Mawaddah

Aisyiyah. Untuk variabel input biaya berkriteria cukup baik adalah BMT Rindang

Rizky dan BMT Surya Buana. Sedangkan untuk variabel input biaya berkriteria

kurang baik adalah BMT Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji menggunakan

One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel input biaya menunjukkan rata-

rata tingkat efisiensi sebesar 84,34%, sehingga secara keseluruhan variabel biaya

pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.

Page 103: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Tabel 4.23

Kriteria Efisiensi Variabel Input Jumlah Tenaga Kerja

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera

Banjarsari

2 90%-99,9% Sangat Baik Wanita Melati

Harapan,

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik Rindang Rizky,

5 <50% Kurang Baik Pedagang Pasar

Surakarta, Mawaddah

Aisyiyah, Surya Buana

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.23, dapat diketahui bahwa BMT yang

mempunyai variabel input tenaga kerja berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah,

BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Untuk variabel input

tenaga kerja berkriteria sangat baik adalah BMT Wanita Melati Harapan. Untuk

variabel input tenaga kerja berkriteria cukup baik adalah BMT Rindang Rizky.

Sedangkan untuk variabel input tenaga kerja berkriteria kurang baik adalah BMT

Pedagang Pasar Surakarta, BMT Mawaddah Aisyiyah dan BMT Surya Buana.

Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil bahwa pada variabel

input tenaga kerja menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi sebesar 72,67%, sehingga

secara keseluruhan variabel tenaga kerja pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki

tingkat skala efisien yang baik.

Page 104: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Tabel 4.24

Kriteria Efisiensi Variabel Output Pendapatan

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera

Banjarsari, Mawaddah

Aisyiyah, Surya Buana,

Wanita Melati

Harapan, Rindang

Rizky

2 90%-99,9% Sangat Baik -

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik -

5 <50% Kurang Baik Pedagang Pasar

Surakarta

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.24, dapat diketahui bahwa BMT yang

mempunyai variabel output pendapatan berkriteria sempurna adalah BMT At-Taubah,

BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari, BMT Mawaddah

Aisyiyah, BMT Surya Buana, BMT Wanita Melati Harapan, BMT Rindang Rizky.

Sedangkan untuk variabel output pendapatan berkriteria kurang baik adalah BMT

Pedagang Pasar Surakarta. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat

hasil bahwa pada variabel output pendapatan menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi

sebesar 93,23%, sehingga secara keseluruhan variabel pendapatan pada BMT di Kota

Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang sangat baik.

Page 105: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 4.25

Kriteria Efisiensi Variabel Output Pembiayaan

No. FREKUENSI EFISIENSI KRITERIA BMT

1 100% Sempurna At-Taubah, Raharjo,

Sejahtera, Sejahtera

Banjarsari, Pedagang

Pasar Surakarta

2 90%-99,9% Sangat Baik Mawaddah Aisyiyah,

Wanita Melati Harapan

3 70%-89,9% Baik -

4 50%-69,9% Cukup Baik -

5 <50% Kurang Baik Surya Buana, Rindang

Rizky

6 <40 Buruk -

Sumber: Olah data

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.25, dapat diketahui bahwa BMT yang

mempunyai variabel output pembiayaan berkriteria sempurna adalah BMT At-

Taubah, BMT Raharjo, BMT Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari, BMT Pedagang

Pasar Surakarta. Untuk variabel output pembiayaan berkriteria sangat baik adalah

BMT Mawaddah Aisyiyah dan BMT Wanita Melati Harapan. Sedangkan untuk

variabel output pembiayaan berkriteria kurang baik adalah BMT Surya Buana dan

BMT Rindang Rizky. Berdasarkan uji menggunakan One Sample T Test didapat hasil

bahwa pada variabel output pembiayaan menunjukkan rata-rata tingkat efisiensi

sebesar 83,35%, sehingga secara keseluruhan variabel pembiayaan pada BMT di

Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.

Berikut akan dibahas secara garis besar tentang BMT yang belum mencapai

tingkat efisiensi 100%. Pertama, ketidakefisienan penggunaan input modal oleh

Page 106: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

BMT adalah jumlah modal yang masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini

menunjukkan perannya sebagai input yang tidak maksimal untuk mengahsilkan

output. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input

modal ke bagian input lain ataupun dialokasikan ke output yang ada, dapat dilakukan

dengan cara peningkatan jumlah pembiayaan atau penyaluran dana kepada

masyarakat. Hal ini berarti sisa modal yang ada dapat disalurkan kembali ke

masyarakat melalui pembiayaan.

Kedua, ketidakefisienan penggunaan input biaya oleh BMT adalah jumlah

biaya operasional yang masih lebih besar dibandingkan target yang dikeluarkan.

Solusi yang dapat ditempuh adalah dengan memperbaiki pengelolaan pengeluaran

yang menjadi kebutuhan BMT. Kelebihan penggunaan input biaya operasional tidak

perlu dialihkan ke input lainnya, namun pengelolaannya dapat diubah dengan

memperbesar pengalokasian porsi biaya yang dikeluarkan. Jumlah biaya operasional

yang tersisa bisa juga digunakan untuk porsi pelatihan karyawan untuk menambah

keterampilan maupun soft skill karyawan BMT tersebut, atau dapat juga dialihkan ke

penambahan promosi BMT kepada masyarakat agar terjadi peningkatan jumlah

nasabah yang menggunakan jasa dari BMT tersebut.

Ketiga, ketidakefisienan input jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga

kerja yang digunakan terlalu berlebih dari target yang seharusnya. Terdapat beberapa

kasus yang sering dijumpai pada BMT, di mana peningkatan jumlah tenaga kerja

yang tidak diimbangi dengan skill ataupun keterampilan yang memadai menyebakan

Page 107: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

BMT mengalami penurunan produktivitas (Adrian dan Etty, 2009). Kondisi tersebut

sesuai dengan teori the law of diminishing return, di mana penambahan tenaga kerja

akan menurunkan marjinal tenaga kerja (secara kuantitas). Alternatif solusinya adalah

dengan mengikutkansertakan karyawan pada pelatihan-pelatihan serta seminar

motivasi agar menunjang keterampilan dan kemampuan personal maupun secara tim,

sehingga diharapkan BMT akan mengalami penambahan produktivitas yang

dilakukan oleh karyawan.

Ketidakefisienan output terjadi pada variabel pendapatan dan pembiayaan.

Pertama, jumlah pendapatan operasional masih dapat dimaksimalkan potensinya.

Perbaikan ini dapat dilakukan dalam berbagai cara, salah satunya dengan peningkatan

jumlah pembiayaan (inovasi produk) dan dari biaya pelayanan jasa yang terkait, serta

perbaikan kualitas SDM guna peningkatan pendapatan operasional, karena hal ini

berkaitan dengan produktvitas tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu)

untuk menghasilkan output yang maksimal.

Kedua, jumlah pembiayaan masih lebih kecil dibandingkan target yang

ditentukan pada BMT-BMT yang mengalami inefisiensi. Hal ini salah satunya

disebabkan adanya prinsip kehati-hatian yang diberlakukan BMT tersebut. Solusinya

adalah dengan adanya prinsip kehati-hatian agar jumlah pembiayaan tidak terhambat,

serta perlu adanya sistem pengawasan yang lebih ketat (mencegah terjadinya moral

hazard), misalnya dengan adanya pendampingan atas usaha yang sedang berjalan,

sehingga output pembiayaan dapat lebih optimal. Selain itu dapat menambah variasi

Page 108: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

bentuk produk pembiayaan yang diinginkan masyarakat tanpa melanggar prinsip-

prinsip syariah yang ada.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ihwan Susila (2007)

yang menyebutkan bahwa untuk melakukan optimalisasi output Badan Kredit Desa

(BKD) dilakukan dengan mengatasi permasalahan yang ada, yakni masalah SDM,

keuangan, pemasaran, operasional, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut dapat

diatasi dengan peningkatan SDM, peningkatan modal, perbaikan pemasaran, dan

optimalisasi bidang operasional.

Berdasarkan nilai efisiensi relatif dengan metode Data Envelopment Analysis

(DEA) dengan menggunakan model orientasi maksimalisasi output menghasilkan

referensi BMT yang efisien untuk dijadikan acuan bagi BMT yang inefisien. BMT

yang dapat dijadikan referensi adalah BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT

Sejahtera dan BMT Sejahtera Banjarsari. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Heri

Pratikto (2011), yang mendukung bahwa penggunaan software DEA mampu

menunjukkan adanya benchmarking, yakni beberapa perbankan syariah yang efisien

menjadi acuan bagi sebagian bank syariah yang berada dalam kondisi inefisien. Bank

yang menjadi benchmarking secara berkelanjutan pada saat sebelum dan sesudah

krisis adalah Bank Syariah Mandiri dan Permata. Dari kondisi tersebut

mencerminkan bahwa ketika sebelum dan sesudah krisis global Bank Syariah

Mandiri dan Bank Permata memiliki nilai efisiensi yang optimal.

Page 109: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian

mengenai efisiensi BMT di Kota Surakarta pada tahun 2011, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari BMT di Kota Surakarta yang telah diteliti tidak semuanya mencapai

efisiensi 100%. Dari 9 BMT yang diteliti, terdapat 4 BMT yang sudah

mencapai efisiensi 100%, yaitu BMT At-Taubah, BMT Raharjo, BMT

Sejahtera, BMT Sejahtera Banjarsari. Diketahui pula jumlah BMT yang

belum mencapai efisiensi 100% atau dapat dikatakan belum efisien

terdapat 5 BMT, yaitu BMT Pedagang Pasar Surakarta sebesar 37,69%,

BMT Mawaddah Aisyiyah sebesar 90,47%, BMT Rindang Rizky sebesar

66,49%, BMT Surya Buana sebesar 66,90%, dan BMT Wanita Melati

Harapan sebesar 97,46%.

2. Sesuai hasil pengujian dengan menggunakan One Sample T Test dalam

menguji hipotesis, menunjukkan bahwa ternyata Ho diterima sedangkan

Ha ditolak, sehingga dalam penelitian ini secara keseluruhan BMT di Kota

Surakarta pada tahun 2011 belum memiliki tingkat skala efisien 100

persen.

Page 110: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

3. Berdasarkan analisis dari masing-masing variabel dalam penelitian didapat

hasil bahwa pada variabel input modal menunjukkan bahwa rata-rata

tingkat efisiensi sebesar 59,52%, sehingga secara keseluruhan variabel

modal pada BMT di Kota Surakarta belum memiliki tingkat skala efisien

yang baik. Pada variabel input biaya menunjukkan bahwa rata-rata tingkat

efisiensi sebesar 84,34%, sehingga secara keseluruhan variabel biaya pada

BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.

Pada variabel input tenaga kerja menunjukkan bahwa rata-rata tingkat

efisiensi sebesar 72,67%, sehingga secara keseluruhan variabel tenaga

kerja pada BMT di Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien

yang baik. Sedangkan pada variabel output pendapatan menunjukkan

bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar 93,23%, sehingga secara

keseluruhan variabel pendapatan pada BMT di Kota Surakarta sudah

memiliki tingkat skala efisien yang sangat baik. Pada variabel output

pembiayaan menunjukkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi sebesar

83,35%, sehingga secara keseluruhan variabel pembiayaan pada BMT di

Kota Surakarta sudah memiliki tingkat skala efisien yang baik.

Page 111: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

B. SARAN

Berdasarkan uraian dari kesimpulan hasil penelitian, maka disarankan

hal-hal sebagai berikut:

1. BMT-BMT yang belum efisien 100% dapat melakukan perbaikan

kebijakan untuk pencapaian efisiensi. Kebijakan yang dapat diupayakan

tersebut diantaranya:

a. Kebijakan yang dapat dilakukan oleh BMT-BMT berkaitan dengan

ketidakefisienan penggunaan input modal yaitu dengan cara

mengalokasikan kelebihan input modal kebagian input lain ataupun

dialokasikan ke output yang ada, yaitu dengan peningkatan jumlah

pembiayaan atau penyaluran dana (seperti pembiayaan jual beli, sewa,

bagi hasil dan lain sebagainya) kepada masyarakat. Hal ini berarti

menunjukkan bahwa sisa modal yang ada dapat disalurkan kembali ke

masyarakat melalui pembiayaan.

b. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan input

biaya operasional adalah kelebihan dari penggunaan input biaya

operasional tidak perlu dialihkan ke input lainnya, namun

pengelolaannya dapat diubah dengan memperbesar pengalokasian

porsi biaya yang dikeluarkan. Jumlah biaya operasional yang tersisa

bisa juga digunakan untuk porsi pelatihan karyawan untuk menambah

keterampilan maupun soft skill karyawan BMT tersebut, atau dapat

Page 112: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

juga dialihkan ke penambahan promosi BMT kepada masyarakat agar

terjadi peningkatan jumlah nasabah yang menggunakan jasa dari BMT

tersebut.

c. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan input

jumlah tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengikutkan sertakan

karyawan pada pelatihan-pelatihan agar menunjang keterampilan dan

kemampuan personal maupun secara tim, sehingga diharapkan BMT

akan mengalami penambahan produktivitas yang dilakukan oleh

karyawan.

d. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan penggunaan output

pendapatan dapat dilakukan dengan cara peningkatan jumlah

pembiayaan (melalui inovasi produk) dan dari biaya pelayanan jasa

yang terkait, serta perbaikan kualitas SDM guna peningkatan

pendapatan operasional, karena hal ini berkaitan dengan produktvitas

tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu) untuk dapat

menghasilkan output yang maksimal.

e. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan output yang terjadi

pada pembiayaan adalah dengan penerapan prinsip kehati-hatian yang

diberlakukan BMT tersebut. Dengan adanya prinsipkehati-hatian

tersebut tidak menjadikan jumlah pembiayaan terhambat, namun perlu

adanya sistem pengawasan yang lebih ketat (mencegah terjadinya

moral hazard), misalnya dengan adanya pendampingan atas usaha

Page 113: ANALISIS EFISIENSI BAITUL MAAL WA TAMWIL DI KOTA …/Analisis... · C. Pengukuran Efisiensi Unit Kegiatan Ekonomi ... Tenaga Kerja, Biaya, Pendapatan dan Pembiayaan …… ... karena

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

yang sedang berjalan, sehingga output pembiayaan dapat lebih

optimal. Selain itu juga dapat menambah variasi bentuk produk

pembiayaan yang diinginkan masyarakat tanpa melanggar prinsip-

prinsip syariah yang ada.

2. BMT yang telah efisien atau telah mencapai efisiensi 100% diharapkan

dapat memperbesar kapasitas, tingkat produktivitas dan memperluas

jangkaun BMT, yaitu dengan strategi pemasaran (marketing) dengan

promosi atau iklan lewat media massa maupun media cetak agar lebih

menarik minat masyarakat dan semakin mengenalkan konsep dari

Lembaga Keuangan Mikro yang berbasis syariah islam kepada masyarakat

luas.