ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

103
ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI INDONESIA DI PASAR DUNIA NUR AMIN 105961113116 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

Page 1: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI

INDONESIA DI PASAR DUNIA

NUR AMIN

105961113116

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI

INDONESIA DI PASAR DUNIA

NUR AMIN

105961113116

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

ii

Page 4: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

iii

Page 5: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Determinan

Perdagangan Gula Rafinasi Indonesia di Pasar Dunia adalah benar merupakan

hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Juli 2020

Nur Amin

105961113116

Page 6: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

v

ABSTRAK

NUR AMIN.105961113116. Analisis Determinan Perdagangn Gula Rafinasi

Indonesia di Pasar Dunia. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan

ASRIYANTI SYARIF.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perkembangan net ekspor

komoditas gula rafinasi Indonesia, Determinan ekspor dan impor komoditas gula

rafinasi Indonesia, dan elastisitas ekspor dan impor komoditas gula rafinasi di

Indonesia.

Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat perkembangan net

ekspor komoditas gula rafinasi Indonesia adalah dengan melakukan analisis trend

linear terhadap data yang sudah terlebih dahulu ditabulasi. Determinan ekspor

dan impor komoditas gula rafinasi Indonesia dianalisis menggunakan model

regresi berganda. Semntara untuk menjawab elastisitasnya ekspor dan impor

menggunakan fungsi persamaan Cobb-Douglass.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa net ekspor gula rafinasi Indonesia

periode 1989-2017 mengalami defisit setiap tahunnya dengan jumlah yang

fluktiatif. Beberapa faktor yang mempengaruhi Ekspor Gula Rafinasi Indonesia

secara signifikan adalah harga ekspor Indonesia, produksi gula Indonesia, dan

nilai kurs. Faktor-faktor yang mempengaruhi impor gula rafinasi indonesia secara

signifikan terdiri dari harga impor gula rafinasi indonesia dan pendapatan per

kapita.

Kata Kunci: Gula Rafinasi, Ekspor, Impor.

Page 7: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang

diberikan kapada penulis sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir berupa

skripsi. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW

beserta keluarga, dan para sahabat yang telah berjuang memberikan pencerahan

diatas permukaan bumi, sehingga penulis dapat merasakan indahnya ilmu

pengetahuan.

Skripsi ini berjudul “Analisis Determinan Perdagangan Gula Rafinasi

Indonesia di Pasar Dunia”, merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi

syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Penulis paham serta menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan

terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karenanya

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka yang punya andil

dalam skripsi ini.

1. Kedua orang tua kami, Ayahanda Junaid dan Ibunda Rita, serta adikku tercinta

Nurhayani yang menjadi alasan terbesar penulis untuk terus berjuang

mengapai mimpi.

2. Bapak Ahmadiah, S.Pd, orang tua kami di Makassar yang sejak awal study

hingga penyusunan tugas akhir (skripsi) ini terus memberi support kepada

penulis.

3. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P. selaku dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 8: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

vii

4. Ibunda Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P. selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Ayahanda Dr. Mohammad Natsir, S.P,.M.P selaku pembimbing 1 dan Ibu

Asriyanti Syarif, S.P.,M.Si selaku pembimbing 2, ditengah keterbatasan akibat

pandemi covid-19 terus berupaya memberikan bimbingan maksimal hingga

penyusunan skripsi ini dapat kami tuntaskan.

6. Bapak Prof. Dr. Syafiuddin, M.Si selaku penguji 1 dan Ayahanda Ardi

Rumallang, S.P., M.M selaku penguji 2, yang telah banyak memberi masukan

kepada penulis demi perbaikan skripsi ini.

7. Ibunda Dr. Jumiati Lira.,S.P.,M.Si sebagai Penasehat Akademik (PA) penulis

yang banyak memberi petunjuk dan arahan selama proses study di Jurusan

Agribisnis, Universitas Mauhammadiyah Makassar.

8. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah mendidik dan membekali penulis

dengan ilmu yang semoga kelak bisa bermanfaat dengan baik.

9. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan “Laskar Hijau” Angkatan 2016

Jurusan Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar.

10. Para kakanda dan kawan-kawan seperjuangan dimana penulis pernah

ditempah dengan ilmu dan pengalaman, antara lain di Ikatan Keluarga

Mahasiswa Sinjai (IKMS), Lembaga Transformasi Intelektual Mahasiswa

(Eltim), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa

Agribisnis (HIMAGRI), Komunitas Taman Pustaka, dan Gerakan Mahasiswa

Nasional Indonesia (GMNI).

Page 9: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

viii

11. Kakanda Zulfikar Hafid, mentor yang membuka minset penulis akan banyak

hal, juga menjadi orang pertama yang menghadiahkan buka bacaan kepada

penulis.

12. Sahabatku Ahlun Basri Hasanuddin yang sudah bersedia menjadi teman

diskusi saat penyusunan skripsi ini.

Seluruh keluarga, kakanda, dan kawan seperjuangan yang sejak awal

membantu proses study penulis, dari awal kuliah hingga mampu menyelesaikan

skripsi yang sekarang ada di tangan pembaca.

Akhir kata penulis ucapakan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang terkait dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi karya

tulis yang bermanfaat dan mampu memberi kontribusi pemikiran dalam kajian

pergulaan Indonesia, khusunya di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar dan lebih umum kepada siapa saja yang

punya konsen maupun ketertarikan terhadap kajian industri pergulaan di

Indonesia.

“Resopa Temmangingngi Malomo Naletei Pammase Dewata”.

Makassar, Juli 2020

Nur Amin

Page 10: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ..................................................................... iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ............ iv

ABSTRAK ...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN ...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................6

1.4 Kegunaan Penelitian .....................................................................................6

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................7

2.1 Gula Rafinasi ................................................................................................7

2.2 Perdagangan Internasional..........................................................................11

2.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................................24

2.4 Penelitian Terdahulu Yang Relevan ...........................................................25

2.5 Hipotesis .....................................................................................................28

Page 11: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

x

III. METODE PENELITIAN ................................................................................29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................29

3.2 Jenis dan Sumber Data ..............................................................................29

3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................29

3.4 Teknik Analisis Data .................................................................................30

3.5 Defenisi Operasional .................................................................................36

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .......................................37

4.1 Letak Geografis .........................................................................................37

4.2 Kondisi Demografis ...................................................................................42

4.3 Keadaan Pertanian .....................................................................................57

4.4 Proyeksi Pergulaan Nasional .....................................................................51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................54

5.1 Perkembangan Net Ekspor Gula Rafinasi Indonesia .................................54

5.2 Determinan Ekspor dan Impor Komoditas Gula Rafinasi Indonesia ........56

5.3 Elastisitas Ekspor dan Impor Komoditas Gula Rafinasi di Indonesia .......63

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................64

6.1 Kesimpulan ................................................................................................64

6.2 Saran ..........................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 25

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 1988-2018 ............................. 43

3. Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin......... 44

4. Angka Partisipasi Sekolah 1994-2019 ............................................................ 45

5. Pendidikan Penduduk diatas 15 Tahun 1994-2019 ......................................... 46

6. Angka Buta Huruf Berdasarkan Usia Tahun 1994-2019 ................................ 47

7. Proyeksi Konsumsi dan Produksi Gula 2018-2045 ........................................ 53

8. Grafik Net Ekspor Gula Rafinasi Indonesia Tahun 1989-2017 ...................... 54

Page 13: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ......................................26

2. PDB sektor pertanian atas harga berlaku dan kontribusinya terhadap PDB

Indonesia, tahun 2010 – 2014 ..........................................................................50

3. PDB sektor pertanian atas harga konstan dan laju pertumbuhan, 2010-2014 .52

4. Hasil Estimasi Reggresion Determinan Ekspor Komoditas Gula Rafinasi

Indonesia Tahun 1988-2017 ............................................................................55

5. Hasil Estimasi Reggresion Determinan Impor Komoditas Gula Rafinasi

Indonesia Tahun 1988-2017 ............................................................................59

Page 14: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Identitas Perusahaan Produsen Gula Rafinasi di Indonesia ............................ 68

2. Penduduk Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 1988-2018 .............. 69

3. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Indonesia dalam Pendidikan

Formal 1994-2019 ........................................................................................... 70

4. Pendidikan Yang Ditamatkan Penduduk diatas 15 Tahun 1994-2019 ............ 71

5. Angka Buta Huruf Penduduk Indonesia Berdasarkan Usia 1994-2019 .......... 72

6. Proyeksi Konsumsi dan Produksi Gula 2018-2045 ........................................ 73

7. Hasil Tabulasi Nilai Impor Gula Rafinasi, Nilai Ekspor Gula Rafinasi, dan Net

Ekspor Gula Rafinasi Indonesia Tahun 1989-2017 ................................................... 74

8. Hasil Analisis Regresi Net Ekspor Gula Rafinasi Indonesia 1989-2017 ........ 75

9. Residual Output Analisis Net Ekspor Gula Rafinasi Indonesia 1989-2017 .............. 76

10. Rata-rata Determinan Ekspor Gula Rafinasi Indonesia Tahun 1989-2017 ................ 77

11. Hasil logaritma Natural (Ln) determinan ekspor gula rafinasi Indonesia ....... 78

12. Hasil analisis regresi determinan ekspor gula Indonesia di pasar dunia ......... 79

13. Garfik Residual Ekspor Gula Rafinasi Indonesai ...................................................... 81

14. Rata-rata Determinan Impor Gula Rafinasi Indonesia Tahun 1988-2017 ................. 82

15. Hasil logaritma Natural (Ln) Impor gula rafinasi Indonesia ..................................... 83

16. Hasil Analisis Regresi determinan impor gula rafinasi Indonesia .................. 84

17. Residuals Output Impor Gula Rafinasi Indonesia ........................................... 86

18. Surat Izin Penelitian ........................................................................................ 87

Page 15: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011), dapat

dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

cukup besar yaitu sekitar 15.3 persen pada tahun 2010 atau merupakan urutan

ketiga setelah sektor industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan restoran.

Akan tetapi, sekalipun sektor pertanian mempunyai kontribusi yang cukup besar

laju pertumbuhan sektor pertanian merupakan yang terendah dibandingkan sektor

lain, yaitu hanya 2.9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan pertanian

mengalami kelesuan karena perhatian dibidang pertanian mulai menurun. Sebagai

pondasi kehidupan sebuah negara, sektor pertanian dewasa ini tengah menghadapi

tantangan terberat yaitu era globalisasi. Salah satu ciri dari era globalisasi adalah

perdagangan bebas yang ditandai dengan semakin meningkatnya arus

perdagangan barang maupun jasa diantara negara-negara di dunia.

Globalisasi dan perdagangan bebas memberikan peluang terbukanya ruang

yang lebih besar untuk memperluas volume usaha pertanian. Menurut Departemen

Pertanian (2010), arus perdagangan dalam mekanisme pasar yang murni adalah

mengalir dari negara yang mempunyai comparative advantages ke negara yang

tidak mempunyai comparative advantages (trade creation). Tumbuhnya trade

creation diantara bangsa-bangsa akan meningkatkan kesejahteraan semua bangsa

di dunia. Hal inilah yang menjadi spirit dari lahirnya isu globalisasi dan

liberalisasi (Rahman, 2013).

Page 16: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

2

Industri berbasis perkebunan mempunyai kemampuan sebagai leading

sector dalam pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, dan juga mendorong

perbaikan distribusi pendapatan Salah satu industri hilir perkebunan tersebut

adalah industri gula (Marpaung, 2011). Menurut Susila (2008), industri ini efektif

dalam meningkatkan pendapatan tenaga kerja dan rumah tangga di wilayah

perdesaan. Gula menjadi salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu hektar pada periode tahun 2000-

2005, industri gula berbasis tebu menjadi salah satu sumber pendapatan bagi

sekitar 900 ribu petani. Total jumlah tenaga kerja yang terlibat diperkirakan

bahkan mencapai sekitar 1.3 juta orang (Departemen Pertanian, 2005).

Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum perundingan

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bersama beras, jagung dan kedelai.

Dengan pertimbangan utama untuk memperkuat ketahanan pangan dan kualitas

hidup di pedesaan, Indonesia berupaya meningkatkan produksi dalam negeri,

termasuk mencanangkan target swasembada gula, yang sampai sekarang belum

tercapai (Arifin, 2008).

Peran penting lainnya juga dapat dilihat dari sisi ketahanan dan keamanan

pangan, penyerapan investasi, serta luasnya keterkaitan dalam industri hilir,

seperti industri makanan, industri minuman, industri gula rafinasi, industri

farmasi, kertas, MSG, particle board, dan bio-energy. Khudori (2002)

mengatakan bahwa industri gula juga sangat terkait dengan sumberdaya lokal,

sehingga dapat dikembangkan high value commodity bagi pemberdayaan ekonomi

Page 17: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

3

rakyat. Oleh sebab itu keberadaan industri gula dapat menjadi aset ekonomi dan

sekaligus sebagai aset sosial (social capital) yang penting. Gula juga termasuk

salah satu kebutuhan pokok masyarakat, khususnya sebagai sumber kalori. Fakta

ini membawa konsekuensi bagi pemerintah untuk menjamin ketersediaan gula di

pasar domestik dengan tingkat harga yang terjangkau bagi seluruh kelompok

pendapatan masyarakat. Catatan sejarah menunjukkan bahwa industri gula telah

menjadi industri tertua dan unggulan sejak jaman kolonialisme.

Pada era sebelum Perang Dunia II tahun 1930-1940, pulau Jawa menjadi

salah satu penghasil gula terbesar di dunia, sekaligus sebagai pengekspor gula

terbesar kedua setelah Kuba. Puncak produksi dicapai pada tahun 1931 dengan

produksi sebesar 3 juta ton per tahun dan sekitar 2.40 juta ton di antaranya

diekspor. Sebanyak 179 pabrik gula beroperasi di wilayah Indonesia dengan

tingkat produktivitas pada saat itu mencapai 14.80 ton gula per hektar atau 130

ton tebu per hektar. Kemajuan yang mengesankan itu dicapai antara lain karena

adanya dukungan dalam memperoleh lahan yang subur, tenaga kerja murah,

prioritas irigasi, teknologi yang efektif, peraturan, dan undang-undang kolonial

(PSP-IPB dan AKANI, 2005). Jika dibandingkan dengan negara produsen gula

dunia lainnya, tingkat efisiensi industri gula Indonesia pada saat ini menempati

urutan ke 15 dari 60 negara produsen gula dunia (Marpaung, 2011).

Gula merupakan komoditas strategis bagi masyarakat Indonesia. Sebagai

bahan pemanis utama, penggunaan gula masih belum dapat digantikan dengan

sempurna oleh bahan pemanis lain. Secara umum penggunaan gula dibedakan

menjadi dua, yaitu gula untuk konsumsi dan gula untuk industri. Gula untuk

Page 18: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

4

konsumsi sering kita kenal dengan nama Gula Kristal Putih (GKP), sedangkan

gula untuk kebutuhan industri dikenal dengan nama gula rafinasi. Gula rafinasi

diolah dari bahan baku gula mentah (raw sugar) yang melalui tahapan proses

penyulingan, penyaringan, dan pembersihan lebih ketat dibandingkan dengan

GKP. Tingkat kemurnian yang dimiliki gula rafinasi juga lebih tinggi, butiran

kristal lebih halus, serta warna yang lebih putih. Atas pertimbangan kualitas

tersebut, industri makanan, minuman, maupun farmasi lebih memilih gula rafinasi

dibandingkan dengan GKP sebagai bahan baku industrinya (Fajrin, 2015).

Gula Rafinasi adalah gula hasil penyaringan atau pemurnian dari gula

kristal mentah (raw sugar). Karena sudah dilakukan pemurnian maka kadar

keputihan gula rafinasi (ICUMSA) 45. Ciri khas gula rafinasi, tampilannya cerah,

putih bersih, dan kristalnya lebih kecil lembut. Gula jenis ini umumnya dipakai

pada industri makanan, minuman, dan farmas (Agung, 2016).

Gula rafinasi merupakan salah satu jenis gula sukrosa yang diproduksi

melalui tahapan awal gula kristal mentah (raw sugar), meliputi proses pelarutan

kembali (remelting), klarifikasi, dekolorisasi, kristalisasi, fugalisasi, pengeringan,

dan pengemasan (Kompas, 2011).

Kebutuhan gula di Indonesia belum mampu dipenuhi oleh produksi gula

dalam negeri sehingga kecenderungan impor gula di Indonesia semakin

meningkat. Permasalahan yang terjadi dalam industri gula nasional tidak hanya on

farm tetapi juga off farm. Di sisi on farm masalah yang cukup menonjol adalah

rendahnya produktivitas gula disamping masalah ketersediaan lahan, sedangkan

Page 19: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

5

masalah off farm terutama berkaitan dengan rendahnya inefisiensi pabrik gula

(Kementerian Perindustrian, 2009).

Kebutuhan gula untuk industri, khususnya industri sedang dan besar

dicukupi oleh gula rafinasi impor dan gula rafinasi lokal. Saat ini, terdapat 11

Pabrik Gula Rafinasi (PGR) yang beroperasi di Indonesia. Kesebelas pabrik

tersebut memiliki kapasitas produksi yang berbeda-beda sehingga mampu

memenuhi sebagian kebutuhan gula bagi industri (Data perusahaan dapat dilihat

pada lampiran 1). Pabrik GKR yang berbahan baku raw sugar impor seluruhnya

dimiliki oleh swasta (Basalim, 2019). Namun, produksi gula rafinasi lokal belum

mampu mencukupi seluruh permintaan industri sehingga masih dibutuhkan gula

rafinasi impor (Fajrin, 2015).

Kondisi dan dinamika pergulaan yang ada sekarang ini, mendorong

penulis untuk melihat lebih jauh bagaimana perkembangan net ekspor gula

rafinasi Indonesia, determinan ekspor dan impor komoditas gula rafinasi

Indonesia, serta elastisitas ekspor dan impor komoditas gula rafinasi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan net ekspor komoditas gula rafinasi di Indonesia?

2. Bagaimana determinan ekspor dan impor komoditas gula rafinasi di

Indonesia?

3. Bagaimana elastisitas ekspor dan impor komoditas gula rafinasi di Indonesia?

Page 20: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penilitian ini untuk

menganalisis:

1. Perkembangan net ekspor komoditas gula rafinasi di Indonesia.

2. Determinan ekspor dan impor komoditas gula rafinasi di Indonesia.

3. Elastisitas ekspor dan impor komoditas gula rafinasi di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti yang berkaitan dengan topik

penelitian serta merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana

pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan

dengan ekspor dan impor gula rafinasi di Indonesia.

3. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi peneliti yang ingin

mengetahui tentang gula rafinasi.

Page 21: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gula Rafinasi

2.1.1 Defenisi Gula Rafinasi

Gula rafinasi (bahasa Inggris: refined sugar) atau gula kristal putih adalah

gula mentah yang telah mengalami proses pemurnian untuk menghilangkan

molase sehingga gula rafinasi berwarna lebih putih dibandingkan gula mentah

yang lebih berwarna kecokelatan. Gula mentah atau gula kristal mentah adalah

sukrosa yang dibuat dari tebu atau bit melalui proses defikasi yang tidak dapat

langsung dikonsumsi sebelum melalui proses pemurnian untuk menghasilkan gula

rafinasi atau gula kristal putih. Gula rafinasi banyak digunakan untuk kebutuhan

industri karena mutu gula rafinasi lebih tinggi (dengan ICUMSA di bawah 300)

dibanding gula mentah (dengan ICUMSA di atas 1.500). Tingkat kemurnian gula

yang berkaitan dengan warna gula, dinyatakan dengan standar bilangan ICUMSA

(International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis), bilangan

ICUMSA yang semakin kecil menunjukan tingkat kemurnian gula yang semakin

tinggi (Wikipedia, 2019).

Assosiasi gula rafinasi (AGRI) mendefenisikan gula rafinasi sebagai gula

super putih atau gula konsumsi yang berkualitas dengan tingkat kemurnian yang

tinggi, kadar abu dan yang sangat rendah serta memenuhi syarat keamanan

pangan sehingga sesuai untuk kebutuhan gula konsumsi industri makanan dan

minuman serta farmasi (maminfar) (Basalin, 2019).

Gula Rafinasi merupakan hasil olahan lebih lanjut dari gula mentah atau

raw sugar melalui proses defikasi yang tidak dapat langsung dikonsumsi manusia

Page 22: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

8

sebelum diproses lebih lanjut. Yang membedakan dalam proses produksi gula

rafinasi dan gula kristal putih yakni gula rafinasi memakai proses karbonasi,

sedangkan gula kristal putih memakai proses sulfitasi. Gula rafinasi memiliki

standar mutu khusus yakni mutu 1 (nilai ICUMSA <45) dan mutu 2 (nilai

ICUMSA 46-806). Gula jenis ini yang digunakan untuk industri makanan dan

minuman.

Tahap pertama proses pengolahan gula rafinasi adalah menghilangkan

lapisan molases pada kristal gula mentah. Pencucian dilakukan dalam mesin

sentrifugal. Lalu masuk tahap klarifikasi yang bertujuan membuang semua

kotoran. Untuk Indonesia, pembuangan kotoran menggunakan teknologi

karbonatasi. Tahapan selanjutnya meliputi fosflatasi, karbonatasi, filtrasi,

dekolorisasi, evaporasi, kristalisasi, sentrifugasi, pengeringan dan pendinginan,

serta pengemasan. Staf Ahli Asosiasi Gula Indonesia, Colosewoko, mengatakan,

tahun 2011 impor gula mentah sebagai bahan baku gula rafinasi yang disetujui

mencapai 2,42 juta ton. Selain mengimpor gula mentah untuk bahan baku gula

rafinasi, pemerintah juga mengimpor gula rafinasi langsung untuk memenuhi

kebutuhan gula industri.

Berbeda dengan gula rafinasi, GKP memiliki angka ICUMSA lebih tinggi.

Gula ini dapat dikonsumsi langsung sekalipun soal higienitas kalah dibandingkan

gula rafinasi. Di Indonesia, GKP mayoritas diproduksi pabrik gula BUMN dan

PG swasta (Kompas, 2011).

Rafinasi diambil dari kata refinery yang bermakna menyuling, menyaring,

membersihkan. Karena melalui tahapan proses ketat, tak aneh bila gula rafinasi

Page 23: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

9

memiliki tingkat kemurnian tinggi. Karena melalui proses pemurnian bertahap,

gula rafinasi memiliki kadar keputihan (ICUMSA) 45. Jauh di atas gula ekstra

spesial atau kelompok gula untuk makanan (food grade) dengan kadar ICUMSA

100 - 150.

Selain itu, kualitasnya juga jauh di atas gula kristal putih (GKP) dengan

kadar ICUMSA 200-300. Karena melalui proses pemurnian lebih ketat, warna

gula putih bersih dan lebih cerah. Butiran kristalnya lebih halus dan lembut. Tak

heran bila industri makanan, minuman, dan farmasi lebih menyukai gula rafinasi

meskipun diolah dari bahan baku raw sugar impor (Kompas, 2011).

2.1.2 Industri Gula Rafinasi Indonesia

Secara umum status daya saing pertanian dalam hal keunggulan komparatif

(DRCR) dan keunggulan kompetitif (PCR) menunjukkan bahwa situasinya cukup

memprihatinkan terutama untuk padi (beras), kedelai, dan tebu (gula). DRCR dan

PCR komoditas ini mendekati satu (0,80 untuk 1,00), dan bahkan dalam beberapa

kasus lebih besar dari satu (Daryanto, 2010 dalam Natsir, 2016).

Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

Indonesia sebagai komoditas khusus (special products) dalam forum perundingan

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), bersama beras, jagung dan kedelai.

Dengan pertimbangan utama untuk memperkuat ketahanan pangan dan kualitas

hidup di pedesaan, Indonesia berupaya meningkatkan produksi dalam negeri,

termasuk mencanangkan target swasembada gula, yang sampai sekarang belum

tercapai (Arifin, 2008).

Page 24: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

10

Pada 2002, target swasembada gula pernah dicanangkan untuk tercapai

pada 2007. Kemudian diundur menjadi tahun 2008, lalu mundur lagi menjadi

2009, walaupun dengan catatan swasembada hanya untuk gula konsumsi

masyarakat alias gula putih, dan bukan gula untuk industri. Apakah kelak, akan

diubah mundur lagi menjadi 2010 karena target produksi 2,80 juta tidak tercapai,

dan tingkat konsumsi langsung juga naik menjadi lebih tinggi dari 2,7 juta ton.

Fenomena serupa juga terjadi pada kedelai, dengan target swasembada yang terus

dimundurkan dari 2008, lalu 2010 sampai 2015 (Arifin, 2008).

Gula merupakan salah satu dari kebutuhan pangan utama yang menjadi

salah satu target program swasembada pangan. Dalam konteks pemberlakuan

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Indonesia akan memiliki kontribusi besar

dalam perdagangan gula di pasar ASEAN mengingat masih cukup tingginya

impor gula Indonesia, khususnya dari pasar ASEAN (Susilowati, 2013).

Bahkan impor gula Indonesia paling besar berasal dari Thailand.

Ketergantungan impor gula yang tinggi berimbas pada daya saing gula Indonesia

yang rendah di pasar ASEAN. Untuk mendorong peningkatan produksi gula agar

mampu berswasembada gula menuju era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,

diperlukan kebijakan yang komprehensif, terutama pada peningkatan kapasitas

produksi, kebijakan ekstensifikasi lahan, dan revitalisasi pabrik gula. Penguatan

kembali peran BULOG dalam menjaga stabilitas harga dipandang juga menjadi

alternatif kebijakan dan strategi pengembangan industri gula dalam menyongsong

pemberlakuan pasar tunggal ASEAN (Susilowati, 2013).

Page 25: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

11

Kebutuhan gula untuk industri, khususnya industri sedang dan besar

dicukupi oleh gula rafinasi impor dan gula rafinasi lokal. Saat ini, terdapat 11

Pabrik Gula Rafinasi (PGR) yang beroperasi di Indonesia. Kesebelas pabrik

tersebut memiliki kapasitas produksi yang berbeda-beda sehingga mampu

memenuhi sebagian kebutuhan gula bagi industri. Namun, produksi gula rafinasi

lokal belum mampu mencukupi seluruh permintaan industri sehingga masih

dibutuhkan gula rafinasi impor (Fajrin, 2015).

Menurut Badan Pusat Statistik, impor yang dilakukan oleh Indonesia

sebagian besar dalam bentuk bahan baku industri, yaitu berupa gula rafinasi

maupun bahan bakunya, yaitu berupa raw sugar. Impor gula rafinasi yang

dilakukan Indonesia disebabkan oleh karena tidak tercukupinya bahan baku pada

tingkat lokal, khususnya secara kualitas. Pada pelaksanan impor, gula rafinasi

(refined sugar) hasil industri yang dimiliki oleh importer gula kasar yang

bersumber bahan bakunya berupa Gula Kristal Mentah/Gula Kasar (raw sugar)

berasal dari impor hanya dapat diperjualbelikan atau didistribusikan kepada

industri dan dilarang diperdagangkan ke pasar di dalam negeri (Direktorat

Jenderal Perdagangan Luar Negeri, 2007 dalam Fajrin, 2015).

2.2 Perdagangan Internasional

2.2.1 Definisi Perdagangan Internasional

Perdagangan atau pertukaran dapat diartikan sebagai proses tukar menukar

yang di dasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-

masing pihak harus mempunyai kebebasan untuk menentukan untung rugi dari

pertukaran tersebut, dari sudut kepentingan masing-masing dan kemudian

Page 26: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

12

menentukan apakah ia mau melakukan pertukaran atau tidak (Boediono, 2000

dalam Putra 2016).

Pengertian perdagangan internasional secara sederhana menurut kamus

ekonomi yaitu perdagangan yang terjadi antara dua negara atau lebih.

Perdagangan luar negeri merupakan aspek penting bagi perekonomian suatu

negara. Perdagangan internasional menjadi semakin penting tidak hanya dalam

pembangunan negara yang berorientasi keluar akan tetapi juga dalam mencari

pasar di negara lain bagi hasil-hasil produksi di dalam negeri serta pengadaan

barang-barang modal guna mendukung perkembangan industri di dalam negeri

(Christianto, 2013).

Perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa maupun

faktor-faktor lain yang melewati perbatasan suatu negara, dan memberikan

dampak terhadap perekonomian domestik maupun global.

Perdagangan Internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara

subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik

mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud

adalah penduduk, yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor,

perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen

pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2001 dalam Putra

2016).

Menurut Feriyanto (2015), Perdagangan Internasional adalah kegiatan

perekonomian dan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara

Page 27: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

13

dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan Bersama. Penduduk yang

dimaksud dapat berupa:

1. Antara perorangan (individu dengan individu)

2. Antara individu dengan pemerintah suatu negara

3. Pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

Jika dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri,

maka perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan ini

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1. Pembeli dan penjual terpisa oleh batas-batas negara.

2. Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lain melalui

bermacam peraturan seperti pabean, yang bersumber dari pembatasan yang

dikeluarkan oleh masing-masing pemerintah.

3. Antara satu negara dengan negara lain terdapat perbedaan dalam Bahasa, mata

uang, taksiran, dan timbangan, hukum dalam perdagangan dan sebagainya.

Permasalahan perdagangan internasional diantaranya:

1. Pola perdagangan (ekspor-impor)

2. Harga dasar ekspor-impor

3. Manfaat perdagangan internasional

4. Pengaruh makro perdagangan internasional

5. Mekanisme neraca pembayaran

6. Politik perdagangan luar negeri

7. Persekutuan perdagangan dan modal luar negeri

8. Pengalihan teknologi.

Page 28: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

14

Menurut Feriyanto, A (2015) setiap negara yang melakukan perdagangan

dengan negara lain tentunya akan memperoleh manfaat bagi negara tersebut,

diantaranya:

1. Memperoleh barang yang tidak dapat di produksi di negeri sendiri

2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi

3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan

4. Tansfer teknologi modern

2.2.2 Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional mulai muncul sejak abad ke 17 dan 18

dimana pada saat itu dikenal sebagai era merkantilisme. Setelah itu muncul

pemikiran Adam Smith yang menyatakan bahwa perdagangan dua negara

didasarkan pada keunggulan absolut. Dimana kedua negara tersebut dapat

memperoleh keuntungan dengan cara setiap negara melakukan spesialisasi dalam

memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkan

komoditi lain yang mempunyai kerugian absolut sehingga setiap negara dapat

memperoleh keuntungan. Setelah teori Adam Smith lahirlah hukum keunggulan

komparatif David Ricardo. Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa

meskipun salah satu negara kurang efisien dibanding negara lain dalam

memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar dilakukannya perdagangan

yang menguntungkan dua negara (Salvatore, 1997). Hukum keunggulan

komparatif inilah yang menjadi dasar bagi suatu negara untuk saling menukarkan

komoditi melalui ekspor dan impor (Christianto, 2013).

Page 29: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

15

Adapun tiga mazhab besar yang dikenal dalam teori perdagangan

internasional, antara lain:

1. Teori Klasik Merkantilis

Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara bagi

suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak

mungkin ekspor sedikit mungkin mengurangi impor. Surplus ekspor yang

dihasilkanya selanjutnya akan dibentuk dalam aliran emas lantakan, atau logam

logam mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang

dimiliki oleh suatu negara maka semakin kaya dan kuatlah negara tersebut.

Dengan demikian, pemerintah harus menggunakan seluruh kekuatanya untuk

mendorong ekspor, dan mengurangi serta membatasi impor (khusunya impor

barang-barang mewah). Namun, oleh karena setiap negara tidak secara simultan

dapat menghasilkan surplus ekspor, juga karena jumlah emas dan perak adalah

tetap pada satu saat tertentu, maka sebuah Negara hanya dapat memperoleh

keuntungan dengan mengorbankan negara lain (Rizki, 2010).

Keinginan para merkantilis untuk mengakumulasi logam mulai ini

sebetulnya cukup rasional, jika mengingat bahwa tujuan utama kaum merkantilis

adalah untuk memperoleh sebanyak mungkin kekuasaan dan kekuatan negara.

Dengan memiliki banyak emas dan kekuasaan maka akan dapat mempertahankan

angkatan bersenjata yang lebih besar dan lebih baik sehingga dapat melakukan

konsolidasi kekuatan di negaranya: peningkatan angkatan bersenjata dan angkatan

laut juga memungkinkan sebuah negara untuk menaklukan lebih banyak koloni.

Selain itu, semakin banyak emas berarti semakin banyak uang dalam sirkulasi dan

Page 30: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

16

semakin besar aktivas bisnis. Selanjutnya, dengan mendorong ekspor dan

mengurangi impor, pemerintah akan dapat mendorong output dan kesempatan

kerja nasional (Rizki, 2010).

Kaum merkantilisme mencerminkan cita-cita dan idiologi kapital

komersial serta berpandangan tentang politik kemakmuran negara melebihi

kemakmuran perorangan. Adapun kepentingan negara dapat memperoleh

kemakmuran dengan berpangkal pada dua macam sumber yaitu:

1. Pemupukan logam mulia (emas) karena logam mulia dapat memperkuat posisi

suatu negara dengan pembangunan ekonomi.

2. Politik perdagangan ditujukan untuk menunjang kelebihan ekspor diatas nilai

impor sehingga neraca perdagangan surplus atau aktif (Feriyanto, A. 2015).

2. Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith berpendapat bahwa sumber tunggal pendapatan adalah

produksi hasil tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Dalam hal ini Adam

Smith sependapat dengan doktrin merkantilis yang menyatakan bahwa kekayaan

suatu negara dicapai dari surplus ekspor. Kekayaan akan bertambah sesuai dengan

skill, serta efesiensi dengan tenaga kerja yang digunakan dan sesuai dengan

persentase penduduk yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Smith suatu

negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa

menghasilkan barang dengan biaya secara mutlak lebih murah dari pada negara

lain, yaitu karena memiliki keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut.

Adapun keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupaka kemampuan suatu

negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa perunit dengan menggunakan

Page 31: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

17

sumber daya yang lebih sedikit dibanding kemampuan negara-negara lain

(Wiguna, 2011).

Teori Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/varaibel riil

bukan moneter sehingga dikenal dengan nama teori murni (pure theory)

perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa terori ini memusatkan

perhatianya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan

banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin

banyak tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak

tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor

Theory of value) (Boediono, 2000).

Adam smith menegemukakan bahwa negara akan akan Makmur apabila

mampu mengembangkan produksinya melalui perdagangan. Agar produksinya

meningkat perlu adanya pembagian kerja internasional dalam menghasilkan

barang (Feriyanto, 2015)

3. Teori Modern John Stuart Mill dan David Ricardo

Teori J.S.Mill menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan

kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative adevantage

terbesar dan mengimpor barang yang dimiliki comparative disadvantage (suatu

barang yang dapat di hasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang

kalau di hasilakan sendiri memakan ongkos yang besar).

David Ricardo (1772-1823) seorang tokoh aliran klasik menyatakan

bahwa nilai penukaran ada jikalau barang tersebut memiliki nilai kegunaan.

Dengan demikian sesuatu barang dapat ditukarkan bilamana barang tersebut dapat

Page 32: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

18

digunakan. Seseorang akan membuat sesuatu barang, karena barang itu memiliki

nilaiguna yang dibutuhkan oleh seorang. Selanjutnya David Ricardo juga

membuat perbedaan antara barang yang dapat dibuat dan atau diperbanyak sesuai

dengan kemauan orang, di lain pihak ada barang yang sifatnya terbatas ataupun

barang monopoli. Dalam hal ini untuk barang yang sifatnya terbatas tersebut

nilainya sangat subyektif dan relatif sesuai dengan kerelaan membayar dari para

calon pembeli. Sedangkan untuk barang yang dapat ditambah produksinya sesuai

dengan keinginan maka nilai penukaranya berdasarkan atas pengorbanan yang

diperlukan (Rizki, 2011). Sederhananya, teori yang dikemukakan David Ricardo

menjelaskan tentang keutungan komparatif yang diukur dalam ongkos nyata yang

mencerminkan ongkos tenaga kerja (Feriyanto, 2015)

Teori perdagangan internasional di ketengahkan oleh David Ricardo yang

memulai dengan anggapan bahwa lalu lintas pertukaran internsioanal hanya

berlaku antara dua negara yang diatara mereka tidak ada tembok pabean, serta

kedua Negara tersebut hanya beredar uang emas. Ricardo memanfaatkan hokum

pemasaran bersama-sama dengan terori kuantitas uang untuk mengembangkan

terori perdagangan internasional. Walaupun suatu negara memiliki keunggulan

absolut akan tetapi apabila dilakukan perdagangan tetap akan menguntungkan

bagi kedua negara yang melakukan perdagangan (Rizki, 2011).

Teori perdagangan telah mengubah dunia menuju globalisasi dengan lebih

cepat. Kalau dahulu negara yang memiliki keunggulan absolut enggan untuk

melakukan perdagangan, berkat law of comparative costs. Dari Ricardo,inggris

mulai kembali membuka perdagannya dengan negara lain. Pemikiran kaum klasik

Page 33: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

19

telah mendorong di adakanya perjanjian perdagangan bebas antara beberapa

negara. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi dynamic

comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif dapat

diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi faktor

keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi dan kerja keras

menjadi faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai tekonologi

akan semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini, sedangkan

negara yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam

persaingan internasional (Boediono, 2000).

Beberapa variabel yang akan digunakan dalam melihat perdagangan gula

rafinasi indonesia adalah sebagai berikut:

1. Ekspor

Ekspor dapat di artikan sebagai perdagangan barang/jasa ke negara lain

secara sah, dalam kata lain ekspor adalah hasil produksi dalam dalam bentuk

barang atau jasa suatu negara yang di jual/kirim untuk negara salah satu tujuan

ekspor itu itu sendiri dengan mengikuti peraturan-peraturan perdagangan

internasional (Radifan, 2014).

2. Impor

Impor adalah arus masuk dari sejumlah barang dan jasa ke dalam pasar

sebuah negara baik untuk keperluan konsumsi ataupun sebagai barang modal atau

bahan baku produksi dalam negeri. Semakin besar impor, disatu sisi baik karena

menyediakan kebutuhan rakyat negara itu akan produk atau jasa tersebut, namun

sisi lainnya bisa mematikan produk dan jasa sejenis dalam negeri, dan yang paling

Page 34: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

20

mendasar menguras devisa negara yang bersangkutan (Larassati, 2007 dalam

Christianto, 2013)

3. Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna

atau menciptakan barang baru untuk memenuhi kebutuhan. Produksi gula dapat

ditujukan pada seberapa banyak kemampuan produksi dalam negeri untuk

memenuhi permintaan pasar.

4. Konsumsi

Konsumsi adalah kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan

daya guna suatu benda untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.

Konsumsi gula berkaitan erat dengan permintaan gula, baik untuk konsumsi

rumah tangga maupun untuk kebutuhan industri.

5. Nilai Tukar (Kurs)

Nilai Tukar (Kurs) Nilai tukar atau kurs dapat di artikan yaitu harga/nilai

dari mata uang suatu negara yang di ukur dengan mata uang negara lain. Nilai

tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (Krugman &

Maurice, 2005 dalam Radifan, 2014).

Perundingan mengenai liberalisasi perdagangan dunia yang lebih terarah,

berimbang dan melibatkan banyak negara secara formal baru dimulai pada bulan

September 1986, setelah ditanda-tanganinya Deklarasi Punta del Este yang

selanjutnya dikenal dengan Putaran Uruguay. Perundingan multilateral untuk

menata perdagangan internasional ini berada dalam sistem GATT (General

Agreement on Tariffs and Trade), dengan tujuan untuk mencegah meningkatnya

Page 35: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

21

proteksionisme di negara-negara maju (Kartadjoemena, 1997). Meskipun

Indonesia telah melakukan reformasi ekonomi mulai bulan Juni 1983, tetapi

keikutsertaan di dalam GATT memberikan arti yang sangat penting, karena dapat

dijadikan landasan dalam melakukan liberalisasi perdagangan.

Dalam liberalisasi perdagangan di Sektor Pertanian, Putaran Uruguay telah

menghasilkan dokumen kompromi pada bulan Desember 1993. Menurut

Feridhanusetyawan (1998), hasil perundingan tersebut merupakan agenda yang

ambisius dalam reformasi perdagangan di Sektor Pertanian. Ada dua hal yang

disepakati, yaitu: (1) Melaksanakan liberalisasi perdagangan, dengan menerapkan

aturan permainan GATT di bidang pertanian; dan (2) Setiap negara menyusun

besaran tarif yang akan diterapkan, serta melakukan konversi terhadap hambatan

non-tarif ke dalam ekivalen tarif (Kartadjoemena, 1997 dalam

Feridhanusetyawan, 1998 dalam Malian, 2004).

Ada tiga aspek yang dihasilkan dari perundingan Putaran Uruguay di

bidang pertanian, yaitu: (1) Pengurangan hambatan akses pasar, berupa penurunan

tarif rata-rata 36 persen dan minimum 15 persen untuk setiap jenis tarif di

negaranegara maju selama enam tahun. Sedangkan di negara-negara berkembang,

hanya 24 persen selama 10 tahun. Disamping itu, setiap negara diwajibkan

memberikan akses minimum tiga persen dari konsumsi domestik untuk kuota

impor, dan naik menjadi lima persen pada tahun 1999; (2) Pengurangan subsidi

domestik, di mana negara-negara maju wajib mengurangi subsidi domestiknya

sebesar 20 persen tanpa batas waktu dan negara-negara berkembang sebesar 13,3

persen dalam 10 tahun. Sedangkan subsidi di bawah lima persen di negara-negara

Page 36: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

22

maju dan 10 persen di negara-negara berkembang dari total nilai produk pertanian

tidak dilarang. Disamping itu, subsidi yang diterapkan sejak tahun 1986 dihitung

sebagai kredit dalam komitmen; (3) Pengurangan subsidi ekspor, di mana

negaranegara maju dalam enam tahun harus menurunkan subsidi ekspornya

sebesar 36 persen, serta mencakup 24 persen dari seluruh kuantitas komoditas

ekspor yang di subsidi. Sedangkan untuk negara-negara berkembang pengurangan

itu sebesar 20 persen dari nilai pengeluaran subsidi, serta mencakup 16 persen

dari kuantitas komoditas ekspor yang di subsidi selama 10 tahun.

2.2.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perdagangan Internasional

Menurut Feriyanto, (2015) setiap negara dalam kehidupan di dunia ini

pasti akan melakukan interaksi dengan negara-negara lain disekitarnya. Biasanya

bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar negara atau yang

lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional. Beberapa alasan yang

menyebabkan terjadinya perdagangan internasional antara lain:

1. Revolusi Informasi dan Transportasi

Ditandai dengan berkembangnya era informasi teknologi, pemakaian

system berbasis computer serta kemajuan dalam bidang informasi, penggunaan

satelit serta digitalisasi pemrosesan data, berkembangnya peralatan komunikasi

serta banyak lagi.

2. Independensi Kebutuhan

Masing-masing negara memiliki keunggulan serta kelebihan di masing-

masing aspek, bisa ditinjau dari sumberdaya alam, manusia, serta teknologi.

Page 37: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

23

Kesemuanya itu akan berdampak pada ketergantungan antar negara yang satu

dengan yang lainnya.

3. Liberalisasi Ekonomi

Kebebasan dalam melakukan transaksi serta melakukan kerjasama

memiliki implikasi bahwa masing-masing negara akan mencari peluang dengan

berinteraksi melalui perdagangan antar negara.

4. Kebutuhan Devisa

Perdaganga internasional juga dipengaruhi oleh faktor kebutuhan akan

devisa suatu negara. Dalam memenuhi segala kebutuhan setiap negara harus

memiliki cadangan devisa yang digunakan untuk melakukan pemmbangunan,

salah satu sumber devisa adalah pemasukan dari perdagangan internasional.

5. Adanya Perbedaan selera

Dengan adanya perbedaan selera akan memungkinkan suatu negara

melakukan perdagangan. Misalnya negara X dan Y sama-sama menghasilkan

daging sapi dan daging ayam dengan jumlah yang hamper sama. Penduduk negara

X tidak menyukai daging sapi, sedangkan penduduk negara Y tidak menyukai

daging ayam maka dapat terjadi ekspor yang saling menguntungkan diantara

kedua negara tersebut, dengan cara negara X mengimpor daging ayam dan

mengekspor daging sapi, sebaliknya negara Y mengimpor daging sapi dan

mengekspor daging ayam.

Page 38: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

24

6. Adanya keanekaragaman kondisi produksi

Perdagangan diperlukan karena adanya keanekaragaman kondisi produksi

di setiap negara. Misalnya, negara X ysng memiliki iklim tropis bersosialisasi

dengan memproduksi pisang dan kopi untuk ditukarkan dengan barang dan jasa

dari negara lain.

7. Perbedaan kebudayaan dan gaya hidup

Perbedaan kebudayaan dan gaya hidup di masing-masing negara juga

dapat mendorong terjadinya perdagangan an

atar negara, misalnya barang-barang seni dan kerajinan yang dihasilkan

oleh suatu negara sangat diwarnai oleh kebudayaan dan gaya hidup masyarakat di

negara bersangkutan.

Menurut (Nopirin, 2010 dalam Radifan, 2014) Perdagangan internasional

pada umumnya sering timbul karena : (a) Adanya perbedaan harga barang di

berbagai negara. Perbedaan harga inilah yang menjadi pangkal timbulnya

perdagangan antar negara. Harga sangat ditentukan oleh biaya produksi yang

terdiri dari upah, modal, sewa tanah, biaya bahan mentah serta efisiensi dalam

proses produksi. Untuk menghasilkan suatu jenis barang tertentu, antara satu

negara dengan negara lain akan berbeda ongkos produksinya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Banyak faktor yang menentukan perdagangan suatu negara. Pada dasarnya

perdagangan suatu negara akan selalu berbeda dengan negara lain, sesuai dengan

kebutuhan dalam negerinya. Berdasarkan pernyataan tersebut secara garis besar

Page 39: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

25

kita dapat menjelaskan determinan yang mempengaruhi perdagangan gula rafinasi

di Indonesia. Kami gambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1: Kerangka Pemikiran

2.4 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak

Determinan Impor Gula

Rafinasi

Determinan Ekspor Gula

Rafinasi

Perdagangan Gula Rafinasi

Elastisitas

ekspor dan

impor gula

rafinasi

Net Ekspor

Gula

Rafinasi

Determinan

Perdagangan

Gula Rafinasi

Y= Volume Ekspor

X1= Harga Ekspor

Indonesia

X2= Harga Ekspor

Dunia

X3= Produksi Gula

Dalam Negeri

X4= Nilai Kurs

Y= Volume Impor

X1= Harga Impor

Gula

X2=Konsumsi Gula

Per Kapita

X3= Income per

Kapita

Page 40: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

26

menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul penulis. Namun,

penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya

bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu

berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Tabel 1: Penelitian Terdahulu Yang Relevan dengan Penlitian.

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Fajrin (2015) Permintaan Gula

Rafinasi Pada Industri

Makanan Minuman

Dan Farmasi Di

Indonesia

1. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan

gula rafinasi pada industri

makanan di Indonesia adalah

harga gula rafinasi, nilai tukar

rupiah, harga gula bit dan

tarif impor.

2. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan

gula rafinasi pada industri

minuman di Indonesia adalah

harga gula bit dan tarif impor.

3. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan

gula rafinasi pada industri

farmasi di Indonesia adalah

harga gula rafinasi, nilai tukar

rupiah, harga gula bit dan

tarif impor.

4. Faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan

gula rafinasi secara agregat

pada industri makanan,

minuman dan farmasi di

Indonesia adalah harga gula

rafinasi, nilai tukar rupiah,

harga gula bit dan tarif impor.

5. Ada korelasi positif antara

volume impor gula rafinasi

dengan harga gula pasir

(GKP) pada tingkat

konsumen di Indonesia.

6. Permintaan gula rafinasi secara agregat oleh industri

makanan, minuman dan

Page 41: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

27

farmasi di Indonesia memiliki

kecenderungan meningkat

setiap tahunnya. Hasil

peramalan menunjukkan

permintaan gula rafinasi akan

terus meningkat.

2 Hairani (2014) Analisis Trend Produksi

Dan Impor Gula Serta

Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Impor

Gula Indonesia

1) Trend produksi gula dan

impor gula di Indonesia

selama kurun waktu lima

tahun dari tahun 2012-2016

cenderung meningkat.

2) Faktor-faktor yang

mempengaruhi impor gula di

Indonesia berpengaruh secara

nyata terhadap impor gula di

Indonesia adalah impor tahun

sebelumnya, konsumsi gula,

dan harga gula internasional,

perubahan pendapatan

perkapita dan stok gula

domestik.

3) Elastisitas pada variabel

stok dalam negeri, impor

tahun sebelumnya, perubahan

pendapatan perkapita dan

konsumsi gula terhadap

impor gula di Indonesia

besifat inelastis. Sedangkan

nilai elastisitas harga gula

internasional terhadap impor

gula di Indonesia bersifat

elastis.

Page 42: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

28

3 Susilowati

(2013)

Posisi Perdagangan Dan

Daya Saing Gula

Indonesia Di Pasar

Asean

Daya saing gula Indonesia

baik untuk gula kristal putih

maupun gula rafinasi di pasar

ASEAN relatif lemah.

Indonesia mempunyai

keunggulan komparatif yang

lemah dibandingkan negara-

negara ASEAN yang lain.

Pangsa pasar gula kristal

putih maupun gula kristal

rafinasi Thailand merupakan

yang paling tinggi dari pada

pangsa pasar negara lain di

ASEAN.

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian maka diduga bahwa beberapa

faktor berpengaruh terhadap determinan perdagangan gula rafinasi Indonesia.

Karena belum teruji kebenarannya maka diambil suatu hipotesis. Adapun

hipotesis yang digunakan sebagai berikut :

a. Faktor – faktor yang mempengaruhi volume ekspor (harga gula Indonesia,

harga gula dunia, produksi gula nasional, dan nilai kurs) berpengaruh secara

simultan terhadap perdagangan gula rafinasi.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi volume impor (harga impor gula,

konsumsi gula per kapita, dan pendapatan per kapita) berpengaruh secara

simultan terhadap perdagangan gula rafinasi.

c. Terdapat salah satu atau lebih dari satu faktor yang berpengaruh secara parsial

terhadap ekspor dan impor gula rafinasi Indonesia.

Page 43: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan perdagangan gula rafinasi

Indonesia di dunia dalam kurung waktu 2 bulan, mulai dari bulan Mei hingga

Juni 2020.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa deret waktu (Time Series) dengan rentang waktu 30 tahun, terhitung dari

priode tahun 1988 hingga tahun 2017. Hasil-hasil penelitian terdahulu serta

jurnal-jurnal terkait juga digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif

yang merupakan data berupa angka yang diambil dari instansi atau lembaga

terkait seperti FAOSTAT (Food and Agriculture Organization), Badan Pusat

Statistk (BPS), dan Bank Indonesia (BI).

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

mengutip secara langsung data berupa time series yang diambil berdasarkan deret

waktu atau data beberapa tahun yang ada di FAOSTAT (Food and Agriculture

Organization), Badan Pusat Statistk (BPS), dan Bank Indonesia (BI).

Page 44: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

30

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Analisis Net Ekspor Komoditas Gula Rafinasi

Net ekspor atau ekspor bersih adalah selisi antara nilai ekspor dangan

impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada

impor. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi

dengan perekonomian lain (dunia). Net ekspor dapat dihitung dengan rumus: X-

M, dimana X= Ekspor dan M= Impor.

Setelah mengetahui nilai Net ekspor selanjutnya kita melakukan analisis

trend. Menurut Santoso (2018), trend adalah kecenderungan data dalam jangka

panjang, yang mempunyai arah akan meningkat, tetap, ataukah cenderung

menurun. Rata-rata perubahan tersebut bisa bertambah bisa berkurang. Jika rata-

rata perubahan bertambah disebut trend positif atau trend mempunyai

kecenderungan naik. Sebaliknya, jika rata–rata perubahan berkurang disebut trend

negatif atau trend yang mempunyai kecenderungan menurun. Rumus trend dapat

dituliskan Y=a+bt.

3.4.2 Analisis Determian Ekspor dan Impor Gula Rafinasi

Analisis yang digunakan untuk memperkirakan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap tingkat ekspor dan impor pada penelitian ini adalah model

regresi dimana kita menggunakan variabel independent dengan model persamaan

linear. Untuk pertama kita menggunakan regresi berganda dalam mengetahui apa

saja yang mempengaruhi faktor ekspor dan impor gula rafinasi Indonesia.

Persamaan Determinan Ekspor dan impor Gula Rafinasi Indonesia dalam uji

linear berganda sebagai berikut:

Page 45: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

31

Keterangan:

Y = Volume Ekspor Gula Rafinasi Indonesia

X1 = Harga ekspor gula rafinasi Indonesia

X2 = Harga ekspor gula rafinasi dunia

X3 = Produksi Gula Rafinasi Indonesia

X4 = Nilai Kurs terhadap USD

e =Kesalahan (error term)

a =Konstanta

b1,b2,b3,…..bn =Koefisien Variabel Independen/Koefisien Regresi

Keterangan:

Y = Volume Impor Gula Rafinasi Indonesia

X1 = Harga Impor gula rafinasi Indonesia

X2 = Konsumsi Gula Nasional per Kapita

X3 = Income per Kapita

e =Kesalahan (error term)

a =Konstanta

b1,b2,b3,…..bn =Koefisien Variabel Independen/Koefisien Regresi

Y=a+b.x atau Y= 𝒂𝒐+𝒃𝟏𝒙𝟏+𝒃𝟐𝒙𝟐+𝒃𝟑𝒙𝟑+ 𝒃𝟒𝒙𝟒 +e

Y=a+b.x atau Y= 𝒂𝒐+𝒃𝟏𝒙𝟏+𝒃𝟐𝒙𝟐+𝒃𝟑𝒙𝟑+e

Page 46: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

32

Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari

variable independent dengan variable dependen dalam penelitian yang dilakukan,

yaitu dengan cara:

a. Uji Serentak (Uji )

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

bersamasama terhadap variabel dependen. (Fajrin, 2015).

Pengujian F ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil

perhitungan dengan F tabel, maka kita menerima hipotesis alternatif yang

menyatakan bahwa semua variabel independent secara serentak dan signifikan

mempunyai mempunyai variabel dependen (Rahmat, 2019). Prosedur pengujian F

adalah sebagia berikut:

1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha)

2. Menghitung nilai F hitung dengan rumus:

3. Mencari nilai kritis (F tabel); df (k-1, n-k)

Dimana k= jumlah parameter termaksud intersep.

4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada

perbandingan F hitung dan F tabel.

Jika: F hitung >F tabel, maka Ho diolah dan Hi diterima

F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak.

𝑭𝒏= 𝑹𝟐:𝒌

𝟏−𝑹𝟐 : 𝒏+𝒌−𝟏

Page 47: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

33

b. Pengujian Parsial (Uji t)

Pengujian secara parsial menggunakan uji t yang merupakan uji t yang

pengaruh signifikan variabel independent terhadap variabel dependen secara

individual. Uji signifikan adalah prosedur dimanaa hasil sampel digunakan untuk

menentukan keputusan untuk menerima atau menolak Ho berdasarkan nilai uji

statistik yang diperoleh dari data.

Prosedur dari uji t adalah sebagai berikut (Agus, W dalam Rahmat. W.

2019):

1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha).

2. Menghitung t dengan rumus:

Keterangan:

bi = koefisien bebas ke – i

bi* = Nilai hipotesis dari nol

Sbi = simpangan baku dari variabel bebas ke i

3. Mencari nilai krisis t dari tabel t dengan df + n-k dan α yang tertentu

4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada

pertandingan t hitung dan t tabel (nilai kritis).

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak.

c. Uji Koefisien Determinan (

t= 𝒃𝒊−𝒃+

𝑺𝒃𝒊

Page 48: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

34

Koefisien determinasi atau R2 merupakan besaran yang paling lazim

digunakan untuk mengukur kebaikan atau kesesuaian garis regresi (goodness of

fit). R2 memberikan proporsi atau presentase variasi total dalam variabel tak

bebas Y yang dijelaskan oleh variabel yang menjelaskan (X) (Gujarati, 1999

dalam Fajrin, 2015). Penggunaan R2 pada regresi linier berganda memiliki

kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang ditambahkan,

sehingga penggunaan R2 diganti dengan adjusted R2. Estimator yang diguakan

diharapkan telah berdistribusi normal dan bebas dari permasalahan asumsi klasik

yang biasa terjadi pada analisis regresi linier berganda. Data yang telah lolos uji

asumsi klasik dikatakan telah memenuhi syarat OLS yaitu BLUE (Best Linier

Unbiassed Estimator) (Fajrin, 2015).

Nilai koefisien determinan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan

besar sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau

dengan kata lain koefisien determinasi menunjukkan variasi turunnya yang diberi

simbol mendekati angka 1, maka variabel independen makin mendekati

hubungan dengan variabel dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan

model tersebut dapat dibenarkan (Gujarati, 1997 dalam Rahmat. W. 2019).

3.4.3 Analisis Elstisitas Ekspor dan Impor

Analisis elastisitas dihitung dengan menggunakan persamaan Cobb

Douglass. Secara matematif fungsi produksi Cobb-Douglass dapat ditulis sebagai

berikut:

Page 49: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

35

Y=b0 DBe (Soekartawi, 2013 dalam Yusmiati. 2018).

Model fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model linear

logaritmatik, maka model fungsi untuk elastisitas ekspor adalah sebagai berikut:

= + + + + + e

Keterangan:

Ln VEG = Volume Ekspor

Ln HEGI = Harga ekspor gula Indonesia

Ln HEGD = Harga ekspor gula dunia

Ln PGI = Produksi Gula Indonesia

Kurs = Nilai Kurs

- = Koefisien regresi (nilai elastisitas)

=Kesalahan (disturbance term)

Adapun untuk persamaan model Cobb Douglass yang di transformasi

kedalam persamaan Impor dapat dituliskan sebagai berikut:

= + + + + e

Ln VI = Volume Impor

Ln HIG = Harga Impor Gula

Ln KGPG = Konsumsi Gula Per Kapita

Ln PDB = Pendapatan Per Kapita

- = Koefisien regresi (nilai elastisitas)

=Kesalahan (disturbance term)

Page 50: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

36

3.5 Defenisi Operasional

1. Gula rafinasi, gula mentah yang telah mengalami proses pemutihan yang

diperuntukkan untuk kebutuhan industri di Indonesia.

2. Perdagangan, kegiatan tukar-menukar barang antara produsen dan konsumen

di Indonesia.

3. Ekspor, kegiatan penjualan komoditas gula rafinasi Indonesia ke

mancanegara.

4. Impor, kegiatan pembelian komoditas gula rafinasi dari negara lain untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri di Indonesia.

5. Penawaran, sejumlah gula rafinasi yang ditawarkan pada berbagai tingkat

harga dalam priode tertentu di Indonesia.

6. Tebu, tanaman bahan baku gula di Indonesia.

7. Elastisitas, kecenderungan perubahan permintaan, penawaran akibat adanya

perubahan harga.

Page 51: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografis

4.1.1 Luas dan Letak Wilayah

Secara geografis Indonesia terletak diantara 2 daratan serta 2 samudra.

Letak Indonesia secara geografis ini tercantum sangat strategis serta kerap diucap

bagaikan posisi silang. Indonesia diapit oleh daratan Asia serta daratan Australia

dan diapit oleh Samudra Hindia serta Samudra Pasifik.

Pengaruh letak geografis Indonesia ini berakibat pada hawa laut yang

terdapat di Indonesia. Tidak hanya itu letak geografis ini sangat mempunyai

pengaruh pada keberadaan daerah Indonesia, baik dilihat dari kondisi raga serta

sosial ataupun ekonomi serta politik.

Indonesia merupakan negeri terbanyak di Asia Tenggara, dengan ukuran

dari timur ke barat panjangnya dekat 3. 200 mil (5.100 kilometer) serta dari utara

ke selatan 1.100 mil (1.800 kilometer). Indonesia berbagi perbatasan darat dengan

Malaysia di bagian utara Pulau Borneo, Papua Nugini di tengah Pulau Nugini,

serta Negeri Timor Leste di tengah Pulau Timor.

Semacam yang telah dipaparkan tadinya kalau Indonesia terletak diantara

2 daratan serta 2 samudra, ialah Daratan Asia (di sebelah utara- barat laut) serta

Daratan Australia (Sebelah selatan- tenggara), dan Samudra Hindia (di sebelah

selatan- barat energi) serta Samudra Pasifik (di sebelah timur- timur laut). Secara

astronomis Indonesia terletak pada posisi 6°LU- 11°LS serta 95°BT- 141°BT.

Page 52: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

38

Indonesia mempunyai dekat 17. 500 pulau, dimana lebih dari 7. 000 pulau

tidak berpenghuni. Nyaris 3 perempat luas daerah Indonesia diwakili oleh Pulau

Sumatra, Kalimantan, serta Papua, sebaliknya Sulawesi, Jawa, serta Maluku

mengikut dibelakangnya.

Pulau- pulau besar di Indonesia dicirikan oleh pegunungan vulkanik yang

berhutan rimbun, yang miring ke dasar ke dataran tepi laut yang ditutupi oleh

rawa aluvial tebal. Struktur raga Indonesia yang unik mencakup pertemuan 3

bagian utama kerak bumi, rantai gunung berapi, serta palung laut dalam.

Pulau Kalimantan serta busur kepulauan yang mencakup Sumatra, Jawa,

Bali, serta rantai Sunda Kecil di Sunda Shelf ( Paparan Sunda) ialah perpanjangan

dari massa daratan Asia. Paparan dibatasi di sebelah selatan serta barat oleh

palung laut dalam, semacam Palung Jawa dengan titik terendahnya 7.450 m di

dasar permukaan laut serta membentuk batasan kontinen (daratan).

New Guinea (Nugini) serta pulau- pulau yang bersebelahan, tercantum

pulau Halmahera, terletak di Sahul Shelf (Paparan Sahul), yang ialah

perpanjangan bagian barat laut dari massa daratan Australia. Sebelah timur laut

Paparan Sahul dibatasi oleh serangkaian palung samudera serta ke arah barat laut

pula oleh sebagian palung laut, rantai terumbu karang, serta serangkaian

punggungan dasar laut.

Berikutnya, unit ketiga kerak pembuat Indonesia merupakan perpanjangan

sabuk pegunungan yang membentuk Jepang serta Filipina. Perihal ini bisa

nampak dari pegunungan yang membentang antara Kalimantan serta Papua dan

Page 53: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

39

mencakup serangkaian gunung berapi serta pula palung laut dalam di dekat Pulau

Sulawesi serta Maluku.

Paparan Sunda di dekat Laut Jawa mempunyai relief yang relatif rendah,

berisi sebagian terumbu karang, serta bukan bertipe vulkanik. Sistem gunung yang

membentang di sejauh laut Tiongkok Selatan serta Sulawesi dari paparan ini

mencirikan tepi luar dari massa daratan Asia. Daerah ini ialah zona yang sangat

luas serta ialah salah satu zona vulkanik sangat aktif di dunia.

Sisi luar (sebelah selatan) rantai kepulauan Sumatra lewat Jawa serta

Sunda Kecil membentuk tepi depan daratan Asia Tenggara. Perihal ini diisyarati

oleh kedatangan gunung berapi aktif yang ke areah selatan serta barat dibatasi

oleh serangkaian palung laut dalam.

Di sisi sebelah dalam (utara) tersusun atas rangkaian pulau- pulau kecil,

gunung berapi, rawa, dataran rendah, serta Laut Jawa yang dangkal. Laut di sisi

utara ini tercipta pada akhir Era Pleistosen (dekat 12. 000 tahun yang kemudian),

serta ditemui pula fakta sisa daratan (semacam jembatan natural) yang

memfasilitasi migrasi tumbuhan serta hewan dari daratan Asia.

4.1.2 Kondisi Iklim

Penentuan cuaca di Indonesia jadi salah satu aspek keadaan geografis

Indonesia. Yang tercantum dalam jenis cuaca serta hawa ini meliputi curah hujan,

arah angin, tekanan hawa, temperatur hawa, serta kelembaban hawa.

Page 54: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

40

Unsur- unsur cuaca serta hawa merupakan bagian dari keadaan wujud

geografis. Letak Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa membuat daerah

Indonesia menemukan cahaya matahari yang lumayan sejauh tahun di bermacam

daerah.

Keadaan hawa Indonesia dipengaruhi oleh angin muson ialah angin yang

bertiup masing- masing 6 bulan sekali serta senantiasa berganti- ganti arah.

Terdapatnya pergantian arah angin muson ini berdampak keadaan hawa di

Indonesia dibagi jadi 2 masa tiap tahunnya ialah masa kemarau serta masa

penghujan. Daerah Indonesia yang diapit oleh 2 samudra membuat keadaan hawa

laut jadi lembab.

Udara ialah karakteristik khas berarti keadaan geografis Indonesia. Hawa

Indonesia sebagian besar didetetapkan oleh struktur pulau serta letaknya di garis

khatulistiwa. Aspek posisi di dekat khatulistiwa hendak menjamin temperatur

yang besar serta sifatnya yang menyeluruh. Tidak hanya itu, posisi indonesia yang

terletak diantara 2 daratan besar ialah Asia serta Australia menyebabkannya

terdampak oleh pola curah hujan musiman yang dibawa oleh angin masa.

Temperatur paling tinggi di terletak sejauh tepi laut, dimana temperatur

rata- rata tahunan berkisar 70 sampai 80°F. Di Indonesia, wilayah di atas

ketinggian 2. 000 kaki (600 m) hendak cenderung lebih sejuk, cuma Pegunungan

Maoke di Papua suhunya sangat dingin diisyarati dengan kedatangan salju. Di

Jakarta, pada dikala hari terik suhunya dapat menggapai nyaris 100°F (38°C),

sebaliknya pada sangat dingin dapat turun sampai dekat 65°F (18°C).

Page 55: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

41

Sebagian besar daerah Indonesia menerima curah hujan rimbun sejauh

tahun, dimana jumlah terbanyak terjalin dari Desember sampai Maret. Tetapi, dari

Jawa tengah ke arah timur mengarah Australia, masa kemarau mulai terasa malah

pada bulan Juni sampai Oktober.

Pulau- pulau Timor serta Sumba sepanjang berbulan- bulan menerima cuma

sedikit hujan. Jumlah curah hujan paling tinggi kerap terjalin di wilayah

pegunungan Sumatra, pegunungan Kalimantan, Sulawesi, serta Papua, dimana

curah hujan tahunan dapat menggapai lebih dari 120 inci (3.000 milimeter).

Jawa barat, Jawa tengah, sebagian daerah Sulawesi serta Maluku

mempunyai curah hujan rata- rata 80 inci (2. 000 milimeter) per tahun. Jawa

Timur, Bali, Sulawesi selatan serta tengah, memiliki curah hujan rata- rata antara

60 sampai 80 inci (1.500 serta 2.000 milimeter), sebaliknya Kepulauan Sunda

Kecil yang sangat dekat dengan Australia cuma memperoleh 40 sampai 60 inci

(1.000 sampai 1. 500 milimeter) per tahun.

Terbentuknya alterasi masa di Indonesia diakibatkan oleh drift angin

monsunal Asia serta konvergensi massa hawa tropis dari utara serta selatan garis

khatulistiwa di sejauh garis intertropis bertekanan rendah. Pola angin masa di

bagian tertentu dari kepulauan bergantung pada posisi baik itu di utara ataupun di

selatan khatulistiwa, keakraban dengan Australia ataupun daratan Asia, ataupun

pada posisi bagian depan Intertropis.

Sepanjang bulan Desember, Januari, serta Februari, angin masa barat dari

daratan Asia hendak bawa hujan rimbun ke Sumatra bagian selatan, Jawa, serta

Page 56: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

42

Kepulauan Sunda Kecil. Sebaliknya pada bulan Juni, Juli, serta Agustus, daerah-

daerah tersebut hendak dipengaruhi oleh masa timur, yang bawa hawa kering dari

Australia.

Dikala monsun timur sudah melintasi khatulistiwa ataupun jadi monsun

barat energi di belahan bumi utara, angin jadi lembab serta jadi sumber

terbentuknya hujan. Sumatera serta Kalimantan, yang terletak dekat dengan

khatulistiwa serta jauh dari Australia, pada biasanya tidak mempunyai masa

kemarau, walaupun curah hujan cenderung lebih rendah sepanjang bulan Juli serta

Agustus. Angin topan yang kokoh, cenderung tidak terjalin di Indonesia, namun

badai petir lumayan kerap terjalin di Indonesia.

4.2 Keadaan Demografis

Menurut KBBI, Demografis atau demografi adalah ilmu tentang susunan,

jumlah, dan perkembangan penduduk. Dengan begitu keadaan demografi dapat

jelaskan sebagai gambaran statistik mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut

sosial politik dan ilmu kependudukan.

4.2.1 Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin

Keakurataan data penduduk sangat penting digunakan untuk pengambilan

kebijakan pemerintah, utamanya dalam perencanaan program-program

pembangunan kemasyarakatan sehingga program bisa tepat sasaran. Variable

yang menentukan keakuratan jumlah penduduk, yaitu jumlah kelahiran, kematian,

kepindahan dan kedatangan.

Page 57: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

43

Gambar 2: Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin 1988-2018.

Secara umum dari data pada tabel 1, dapat kita lihat bahwa pada priode

1988-2018 populasi penduduk Indonesia terus meningkat. Laju pertumbuhan

penduduk berdasarkan jenis kelamin juga menunjukkan bahwa presentase jumlah

penduduk laki-laki dari tahun ke tahun cenderung lebih tinggi dibanding jumlah

penduduk perempuan. Pada tahun 1988 jumlah penduduk Indonesia sebanyak

174.975.163 dan pada tahun 2019 angkanya sudah mencapai 267.670.549. Praktis

setidaknya dalam kurung waktu 30 tahun terakhir lonjakan penduduk Indonesia

mencapai kurang lebih 92.695.386 jiwa.

4.2.2 Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin

penting untuk diketahui dalam rangka melihat besaran usia produktif dan tidak

produktif (belum produktif dan saudah tidak produktif). Situs databoks (2019),

misalnya memprediksi Indonesia akan mengalami masa bonus demografi hingga

0

50000000

100000000

150000000

200000000

250000000

300000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 1988-2018

Laki-Laki Perempuan Total

Page 58: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

44

2045. Di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan

penduduk tidak produkif.

Gambar 3: Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

(https://bogabagi.com/wp-content/uploads/2019/02/Jumlah-Penduduk-Indonesia-

2019.jpg).

Dari data terakhir yang kami kumpulkan penduduk, Indonesia berdasarkan

kelompok umur dan jenis kelamin dapat dibagi dalam 16 kategori, mulai dari

umur 0-4 tahun sampai kategori umur diatas 75 tahun.

Pada gambar diatas dapat kita lihat bahwa populasi penduduk Indonesia

sebahagian besar berada angka umur produktif yakni 0-39 Tahun. Sedangkan

pada umur 40-75 tahun angkanya terus menunjukka penurunan yang cukup

signifikan. Populasi terbanyak untuk jenis kelamin perempuan adalah umur 15-19

tahun sebanyak 10.954.200. Sementara untuk laki-laki 10-14 tahun dengan total

populasi sebanyak 11.290.300.

Page 59: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

45

4.2.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi manusia karena

dengan berpendidikan terciptalah manusia yang berkualitas, berintelektual dan

terhindar dari kebodohan. Salah satu ukuran melihat kesuksesan Pendidikan suatu

Negara adalah melihat seberapa besar angka partisipasi sekolah dari

masyarakatnya. Ukuran lain yang sering digunakan untuk melihat kualitas

pendidikan adalah tingkat Pendidikan masyarakat yang akan masuk ke dunia

kerja, dan besaran angka buta huruf dalam Negara tersebut bisa menjadi indikasi

jelas perwujudan belum maksimalnya pembangunan pada sektor Pendidikan di

Negara tersebut.

Gambar 4: Angka Partisipasi Sekolah 1994-2019.

Angka Partisipasi sekolah merupakan satu konsep untuk melihat proporsi

dari penduduk kelompok usia sekolah (tanpa memandang jenjang Pendidikan

yang ditempuh) terhadap kelompok usia yang bersesuaian. Nilai APS berkisar

antara 0-100. Makin tinggi APS berarti makain banyak anak usia sekolah yang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Angka Partisipasi Sekolah 1994-2019

APS 7-12 th APS 13-15 th APS 16-18 th APS 19-24 th

Page 60: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

46

bersekolah di suatu daerah. APS yang tinggi menunjukkan terbukanya peluang

yang lebih besar dalam mengakses Pendidikan secara umum.

Dari data yang ada pada gambar 4 kita dapat mengetahui bahwa angka

partisipasi sekolah umur 7-12 tahun relatif tinggi yakni diatas 90% setiap

tahunnya, namun terus mengalami penurunan pada golongan umur berikutnya.

Penurunan angka partisipasi sekolah mengindikasikan bahwa akses terhadap

sekolah masih terbatas pada lapisan masyarakat tertentu yang menyebabkan angka

putus sekolah masih cukup tinggi.

Gambar 5: Pendidikan Penduduk diatas 15 Tahun 1994-2019

Pendidikan penduduk diatas 15 tahun memberikan gambaran kepada kita

akan kesiapan usia produktif dari masyarakat yang akan masuk angkatan kerja.

Data pada gambar 5 menunjukkan adanya grafik peningkatan akses Pendidikan

kepaada masyarakat umur 15 tahun, itu tergambar dari tahun ke tahun penduduk

yang bisa sampai di jenjang SMA sederajat terus mengakami peningkatan dan

sebaliknya angka tidak sekolah semakin mengecil.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Pendidikan Penduduk diatas 15 Th (1994-2019)

Tidak/Belum Sekolah Tidak Tamat SD SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat

Page 61: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

47

Gambar 6: Angka Buta Huruf Berdasarkan Usia Tahun 1994-2019.

Angka buta huruf adalah proporsi penduduk pada angka usia tertentu yang

tidak dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Tingkat buta

huruf yang rendah menunjukkan adanya sebuah sistem Pendidikan yang efektif

dan atau program keaksaraan yang memungkinkan Sebagian besar penduduk

untuk memperoleh kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan

sehari-hari dan melanjutkan pembelajarannya.

Dari data yang ada pada gambar 6 menjelaskan bahwa angka buta huruf di

Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan pada seluruh kelompok usia,

ini menjelaskan bahwa akses penduduk terhadap Pendidikan baik formal maupun

non formal semakin baik.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Angka Buta Huruf Berdasar Usia (1994-2019)

Angka Buta Huruf 10 th + Angka Buta Huruf 15 th +

Angka Buta Huruf 15-44 th Angka Buta Huruf 45 th +

Page 62: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

48

4.3 Keadaan Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis

dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor

yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam

pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu

pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan

pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini

pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat

banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita

tergantung padanya.

Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum

dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan

petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di

Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada

beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia

mempunyai peranan penting, antara lain: Potensi Sumber Daya Alam yang besar

dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya

pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang

menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan

masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian

Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar

dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini

Page 63: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

49

mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang

memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.

Perkembangan PDB Indonesia selama tahun 2010 sampai tahun 2014

terlihat terjadi peningkatan, yang diikuti pula peningkatan PDB sektor pertanian.

PDB sektor pertanian luas (termasuk kehutanan dan perikanan) atas dasar harga

berlaku tahun 2010 sebesar 956,1 triliun rupiah meningkat menjadi 1.410,7 triliun

rupiah pada tahun 2014 (angka sangat sementara). Kondisi demikian juga terjadi

di sektor pertanian sempit, yaitu tahun 2010 sebesar 754,4 triliun rupiah menjadi

1.088,9 triliun rupiah di tahun 2014. Sementara di sektor industri pengolahan

yaitu tahun 2010 sebesar 1.512,8 triliun rupiah menjadi 2.215,8 triliun rupiah di

tahun 2014, begitu juga di sektor perdagangan tahun 2010 sebesar 923,9 triliun

rupiah menjadi 1.410,9 triliun rupiah pada tahun 2014. Kontribusi terbesar pada

tahun 2014 terjadi pada sektor industri pengolahan sebesar 21,02%, sementara

posisi kedua diduduki oleh sektor pertanian secara luas dan sector perdagangan

masing-masing sebesar 13,38%.

Page 64: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

50

Tabel 2: PDB sektor pertanian atas harga berlaku dan kontribusinya terhadap PDB

Indonesia, tahun 2010 – 2014.

Uraian PDB Atas Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Kontribusi thd PDB Indonesia (%)

2010 2011 2012 2013*) 2014**) 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

a. Tanaman Pangan 253,3 271,0 305,7 332,1 344,0 3,69 3,46 3,55 3,49 3,26

b. Tanaman Hortikultura 110,4 125,3 125,1 137,4 159,5 1,61 1,60 1,45 1,44 1,51

c. Tanaman Perkebunan 268,2 303,4 323,4 358,2 397,9 3,91 3,87 3,75 3,76 3,77

d. Peternakan 108,4 117,3 130,6 148,0 167,1 1,58 1,50 1,52 1,55 1,58

e. Jasa Pertanian dan Perburuhan 14,1 15,6 17,4 19,1 20,5 0,21 0,20 0,20 0,20 0,19

Sektor Pertanian (Secara

Sempit/Kementan)

754,4 832,5 902,1 994,8 1.088,9 10,99 10,63 10,47 10,44 10,33

Sektor Pertanian (Secara Luas) 956,1 1.058,2 1.152,3 1.275,0 1.410,7 13,93 13,51 13,37 13,39 13,38

Sektor Industri Pengolahan 1.512,8 1.704,3 1.848,2 1.998,7 2.215,8 22,04 21,76 21,45 20,98 21,02

Sektor Perdagangan 923,9 1.066,1 1.138,5 1.263,8 1.410,9 13,46 13,61 13,21 13,27 13,38

Sektor Lainnya 3.471,3 4.003,1 4.476,8 4.987,2 5.505,4 50,57 51,11 51,96 52,36 52,22

PDB Indonesia 6.864,1 7.831,7 8.615,7 9.524,7 10.542,7 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS dalam Pusdatin, 2020.

Keterangan : *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2010 sampai dengan tahun 2014

mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat berdasarkan PDB atas harga konstan

2010, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2011 sebesar 6,17%, sementara

pada tahun 2012 sampai tahun 2014 laju pertumbuhan ekonomi meningkat namun

melambat masing- masing sebesar 6,03%, 5,58% dan 5,02%.

Seiring dengan kondisi tersebut, laju pertumbuhan sektor pertanian secara

luas tahun 2011 meningkat sebesar 3,95%, kembali meningkat pada tahun 2012

sebesar 4,59%, dan di tahun 2013 sampai tahun 2014 sedikit melambat masing-

masing sebesar 4,20% dan 4,18%. Sementara pertanian sempit mencakup sektor

Page 65: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

51

tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan serta

sektor jasa pertanian dan perburuhan memiliki pertumbuhan yang fluktuatif, yaitu

tahun 2011 meningkat sebesar 3,47%, kemudian tahun 2012 meningkat sebesar

4,58%, tahun 2013 meningkat sebesar 3,85% dan tahun 2014 meningkat lebih

lambat menjadi sebesar 3,71%.

Laju pertumbuhan sektor industri pengolahan pada tahun 2011 mencapai

6,26%, kemudian pada tahun 2012 sampai tahun 2014 tumbuh melambat masing-

masing menjadi 5,62%, 4,49% dan 4,63%. Demikian juga di sektor perdagangan

tahun 2011 mencapai 9,66%, kemudian pada tahun 2012 sampai tahun 2014

tumbuh melambat masing-masing menjadi 5,40%, 4,71% dan 4,84%.

Jika dilihat dari PDB atas dasar harga konstan tahun 2010, PDB sektor

pertanian sempit (tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan,

peternakan dan Jasa pertanian dan perburuhan) tahun 2010 sampai dengan tahun

2014 masing-masing sebesar 754,4 triliun rupiah tahun 2010, pada tahun 2011

sebesar 780,6 triliun rupiah, tahun 2012 sebesar 816,3 triliun, tahun 2013 sebesar

847,8 triliun rupiah dan tahun 2014 meningkat hingga mampu menyumbangkan

PDB Indonesia sebesar 879,2 triliun rupiah, Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.

Page 66: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

52

Tabel 3. PDB sektor pertanian atas harga konstan dan laju pertumbuhan, tahun 2010-2014.

Uraian PDB Atas harga konstan (triliun rupiah) Laju Pertumbuhan (%)

2010 2011 2012 2013*) 2014**) 2011 2012 2013*) 2014**)

a. Tanaman Pangan 253,3 250,8 263,1 268,3 268,9 -1,00 4,90 1,97 0,24

b. Tanaman Hortikultura 110,4 120,1 117,4 118,2 123,2 8,77 -2,21 0,67 4,19

c. Tanaman Perkebunan 268,2 281,5 301,0 319,5 338,2 4,94 6,95 6,15 5,83

d. Peternakan 108,4 113,6 119,2 125,3 132,1 4,80 4,97 5,08 5,44

e. Jasa Pertanian dan Perburuhan 14,1 14,6 15,5 16,5 16,9 3,83 6,07 5,91 2,58

Sektor Pertanian (Secara Sempit/Kementan) 754,4 780,6 816,3 847,8 879,2 3,47 4,58 3,85 3,71

Sektor Pertanian (Secara Luas) 956,1 993,9 1.039,4 1.083,1 1.128,4 3,95 4,59 4,20 4,18

Sektor Industri Pengolahan 1.512,8 1.607,5 1.697,8 1.774,1 1.856,3 6,26 5,62 4,49 4,63

Sektor Perdagangan 923,92 1.013,2 1.067,9 1.118,2 1.172,4 9,66 5,40 4,71 4,84

Sektor Lain

Nya

3.471,3 3.673,1 3.921,9 4.182,7 4.411,0 5,81 6,77 6,65 5,46

PDB Indonesia 6.864,13 7.287,6 7.727,1 8.158,2 8.568,1 6,17 6,03 5,58 5,02

Sumber : BPS dalam Pusdatin, 2020.

Keterangan : *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

4.4 Proyeksi Pergulaan Indonesia

Industri berbasis perkebunan mempunyai kemampuan sebagai leading

sector dalam pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, dan juga mendorong

perbaikan distribusi pendapatan Salah satu industri hilir perkebunan tersebut

adalah industri gula (Marpaung, 2011).

Page 67: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

53

Gambar 7: Proyeksi Konsumsi dan Produksi Gula 2018-2045

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

1 2 3 4 5 6 7 8

Proyeksi Konsumsi dan Produksi Gula 2018-2045

Produksi (Ton) Konsumsi Konsumsi Konsumsi

Page 68: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Net Ekspor Gula Rafinasi Indonesia

Net exports (ekspor neto) atau ekspor bersih sama dengan nilai ekspor

dikurangi nilai impor. Ekspor mewakili pembelian orang asing untuk barang dan

jasa dalam negeri. Impor adalah pembelian produk dan layanan asing oleh

konsumen lokal. Juga dikenal sebagai neraca perdagangan.

Gambar 8: Grafik Net Ekspor Gula Rafinasi Indonesia Tahun 1989-2017.

Berdasarkan grafik net ekspor pada tahun 1989-2017 diatas terlihat bahwa

net ekspor gula rafinasi Indonesia mengalami pergerakan yang fluktuatif. Data net

ekspor gula rafinasi Indonesia juga menunjukkan bahwa industri gula Indonesia

pada priode 1989-2017 belum kuat, terbukti nilainya terus mengalami defisit.

Dalam rentang waktu yang diamati, defisit net ekspor sempat melemah pada

titik ke-6 dalam kurva yang menunjukkan tahun 1994 (Lihat di lampiran 2)

dimana angkanya sebesar -5,88 Juta US $. Sementara defisit tertinggi terjadi pada

y = -147,91 - 0,3958 t R² = 0,0007

-500

-450

-400

-350

-300

-250

-200

-150

-100

-50

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Net Ekspor

Page 69: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

55

titik 22 (Tahun 2010) dengan menembus angka -440,31 Juta US$ (Lihat di

lampiran 2), jika dikalikan dengan nilai kurs pada saat itu 8.991 (Lampiran 4)

maka angkanya mencapai Rp 3.958.827.210.000,00 (Tiga Triliyun Sembilan

Ratus Lima Puluh Delapan Miliyar Delapan Ratus Dua Puluh Tujuh Juta Dua

Ratus Sepuluh Ribu Rupiah), artinya tahun 2010 saja pemerintah harus

mensubsidi dana sebanyak itu untuk menutupi defisit perdagangan gula rafinasi.

Dari hasil analisis kita memperoleh persamaan trend Y=-147,91-0,3958 t

dan =0,0007. Y=-147,91-0,3958 t menjelaskan bahwa nilai rata-rata net ekspor

gula rafinasi selama 29 tahun sebesar -147,91 dan mengalami penurunan 0,3958

juta US$/Tahun. =0,0007 menjelaskan bahwa korelasi periode tahunan dengan

trend sebesar 0,07% yang artinya masih lemah .

Setelah dilakukan analisis trend, selanjutnya kita lakukan uji signifikansi

terhadap nilai net ekspor dengan uji regresi. Dari uji regresi kita peroleh angka

yang sama dari analisis trend yakni nilai R Square sebesar 0,0007 dan nilai

koefisien t=-0,3958. Sementara hasil uji t analisis regresi memperlihatkan nilai

probabilitas uji t sebesar 0,8881 (Lihat Lampiran 8) menjelaskan bahwa variabel

waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap net ekspor gula rafinasi.

Meskipun nilai koefisien t menunjukkan angka -0,3958 yang artinya trend

menunjukkan penurunan sebesar 0,3958 juta US$/tahun, namun pengaruhnya

tidak signifikan menjelaskan bahwa hasil uji yang kita lakukan bersifat statnan

atau trend relatif tidak berkembang.

Page 70: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

56

5.2 Determinan Ekspor dan Impor Komoditas Gula Rafinasi Indonesia

5.2.1 Determinan Ekspor Gula Rafinasi Indonesia

Determinan perdagangan gula rafinasi Indonesia di pasar dunia dapat kita

ketahui dengan melakukan analisis Multiple regression pada aplikasi Microsoft

excel 2016. Dari data hasil regresi yang ditampilkan kita dapat melihat hasil

signifikansi model yang terdiri dari uji simultan (Uji f), Uji parsial (Uji T), dan

lainnya, dan selanjutnya dapat kita lakukan interpretasi model regresi berganda.

Tabel 4. Hasil Estimasi Multiple Reggresion Determinan Ekspor Komoditas Gula

Rafinasi Indonesia Tahun 1988-2017.

Variabel Rata-

Rata Koefisien

Standard

Error

Probabi-

litas Nama Teori Empiris

Konstanta

(Ton/Tahun)

Intersep 978 -8,2616 4,3408 -1,9033 0,0691

Harga Ekspor

Indonesia (US

$/Ton)

X1 HEI** 1.021 -0,881 0,3427 -2,5711 0,0168

Harga Ekspor

Dunia (US

$/Ton)

X2 HED 430 1,1504 0,8495 1,3542 0,1883

Produksi Gula

Indonesia

(Ton/Thn)

X3 PGI* 2 -2,7144 1,3707 -1,9803 0,0592

Kurs (Rp/US $) X4 Kurs*** 7.758 1,7509 0,2093 8,365 0,0000

= 21,5269*** ***) : Signifikan (α=0,01/1%)

Prob. = 0,0000 **) : Signifikan (α=0,05/5%)

R2

= 0,7820 *) : Signifikan (α=0,1/10%)

ns : Non Signifikan

Model Regresi

VEG= + + + + + e

VEG = -8,2616 -0,8810HEI + 1,1504HED-2,7144PGI + +

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020.

Page 71: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

57

a. Uji F-Statistik (Simultan)

Uji F yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

(Independen) teradap variabel terikat (Dependen) secara bersama-sama

(Simultan). Pada penelitian ini, uji F-Statistik dilakukan dengan menggunakan

program Microsoft Excel 2016. Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 9 dapat

dilihat bawa nilai F Statistik sebesar 21,5269 dan nilai Probabilitas (F-Statistik)

sebesar 0,0000. Maka dapat dijelaskan bahwa variabel independen (Harga Ekspor

Indonesia, Harga Ekspor Dunia, Produksi Gula Indonesia, dan Nilai Kurs ) secara

bersama-sama mempengarui determinan ekspor gula rafinasi Indonesia secara

signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 99% (α = 0,01). Dengan hasil yang ada,

kita melihat bahwa beberapa parameter secara simultan (Bersama) berpengaruh

terhadap ekspor gula rafinasi sesuai dengan hipotesis yang kita telah duga

sebelumnya.

b. Koefisien Determinan (R2)

R2

adalah suatu ukuran kesesuaian model (model fit) atau sering juga

disebut Goodness Of Fit. Koefisisen determinan (R2) mencerminkan besarnya

pengaruh variabel bebas (independen variabel) dalam menjelaskan perubahan-

perubahan pada variabel terikat (dependen variabel) secara bersama-sama, dengan

tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubunga antara variabel dalam

model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien determinan adalah antara 0

hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut

dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan

Page 72: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

58

variabel terikat.

Berdasarkan hasil estimasi Reggresion dengan menggunakan program

Microsoft Excel 2016, pada tabel 9 diketahui bahwa koefisien determinan (R2)

sebesar 0,7820. Dari hasil estimasi dapat dijelaskan bahwa sebanyak 78,20%

variabel Y (Volume Ekspor) dapat dijelaskan oleh variasi variabel X (Harga

Ekspor Indonesia, Harga Ekspor Dunia, Produksi Gula Indonesia, dan Nilai Kurs),

sedangkan sisahnya sebesar 21,20% (100% - 78,20%) dipengaruhi oleh variabel

yang tidak diteliti.

c. Uji t-statistik

Uji t (Uji Parsial) atau dikenal juga dengan istilah pengujian hipotesis

individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara signifikan

masing-masing variabel independen (Harga ekspor gula rafinasi Indonesia, harga

ekspor gula rafinasi dunia, produksi gula rafinasi Indonesia, dan nilai kurs)

terhadapa variabel dependen (Volume Ekspor).

Pada tabel 9 hasil estimasi dapat dilihat bahwa ada tiga variabel

independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap determinan ekspor

komoditas gula rafinasi Indonesia. Ketiga variabel yang dimaksud adalah harga

ekspor Indonesia, produksi gula Indonesia, dan nilai kurs.

1. Harga Ekspor Indonesia (X1)

Tabel 9 terlihat bahwa nilai koefisien estimasi harga ekspor gula di Indonesia

sebesar -0,8810 dan nilai probabilitasnya sebesar 0.0168 (Lebih kecil dari taraf

nyata 0,05). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa harga Ekspor Gula Rafinasi

Indonesia berpengaruh negatif terhadap determinan ekspor gula rafinasi di

Page 73: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

59

Indonesia, atau dengan kata lain bahwa setiap peningkatan atau kenaikan Harga

Ekspor Gula Indonesia akan menurunkan Volume Ekpor Indonesia (Y), pada

tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

2. Produksi Gula Indonesia (X3)

Tabel 9 terlihat bahwa nilai koefisien estimasi untuk variabel produksi

gula di Indonesia sebesar -2,7144 dan nilai probabilitas nya sebesar 0.0592 (Lebih

kecil dari taraf nyata 0,1). Dengan demikian produksi gula Indonesia berpengaruh

negatif terhadap determinan ekspor gula Indonesia, atau dengan kata lain apabila

nilai produksi dula Indonesia meningkat maka Volume Ekpor Indonesia (Y) akan

menurun, pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1).

3. Nilai Kurs Indonesia (X4)

Tabel 9 terlihat bahwa nilai koefisien estimasi untuk variabel kurs sebesar

1,7509 dan nilai probabilitas nya sebesar 0.0000 (Lebih kecil dari tingkat

kesalahan 0,01). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa nilai kurs berpengaruh

positif terhadap determinan ekspor gula Indonesia pada tingkat kepercayaan 99%

(α = 0,01). Dari sini juga dapat dijelaskan bahwa setiap kenaikan nilai kurs akan

diikuti dengan kenaikan Volume Ekpor Gula Rafinasi Indonesia (Y).

d. Standard Error

Ada tiga variabel yang signifikan dalam dalam analisis regresi faktor-

faktor yang mempengaruhi determinan ekspor yakni harga ekspor Indonesia (X1),

produksi gula indonesia (X3), dan Kurs (X4). Dari ketiga faktor tersebut, variabel

dengan standard error paling rendah adalah variabel Kurs (X4) sebesar 0,2093,

Page 74: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

60

menjelaskan bahwa dari 3 variabel X yang berpengaruh signifikan, kurs adalah

variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap ekspor gula refinasi

Indonesia.

5.2.2 Determinan Impor Gula Rafinasi Indonesia

Tabel 5. Hasil Estimasi Multiple Reggresion Determinan Impor Komoditas Gula

Rafinasi Indonesia Tahun 1988-2017.

Variabel Rata-

Rata Koefisien

Standar

d Error

Probab-

ilitas Nama Teori Empiris

Konstanta (1000

Ton/Thn)

Intersep 417 0,6822 3,5587 0,1917 0,8495

Harga Impor

Gula (US

$/Ton)

X1 HIG* 412 1,3942 0,7373 1,8909 0,0698

Konsumsi Gula

Per Kapita

(Kg/Kap)

X2 KGPK 17 -0,0672 0,0566 -1,1871 0,2459

Pendapatan Per

Kapita (US

$/Kap)

X3 PPK*** 2.302 -0,0010*** 0,0002 -4,2886 0,0002

Uji F = 9,0948*** ***) : Signifikan (α=0,01/1%)

Probabilitas (Uji F) = 0,0003 **) : Signifikan (α=0,05/5%)

R2

= 0,5121 *) : Signifikan (α=0,1/10%)

ns : Non Signifikan

Model Regresi

= + + + + e

= 0,6822 + 1,3942HIG - 0,0672KGPK - 0,0010PPK +

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2020.

a. Uji F-Statistik (Simultan)

Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 10 dapat dilihat bawa nilai F

Statistik sebesar 9,0948 dan nilai Probabilitas (F-Statistik) sebesar 0,0003. Maka

dapat dijelaskan bahwa variabel independen (Harga impor gula, konsumsi gula

per kapita, dan pendapatan per kapita) secara bersama-sama mempengarui

Page 75: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

61

determinan impor gula rafinasi Indonesia secara signifikan pada taraf kepercayaan

sebesar 99% (α = 0,01). Dengan hasil ini, kita melihat bahwa variasi variabel X

secara simultan berpengaruh terhadap impor gula rafinasi sesuai dengan hipotesis

yang kita telah duga sebelumnya.

b. Koefisien Determinan (R2)

Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan program Microsoft Excel

2016, pada tabel 10 diketahui bahwa koefisien determinan (R2) sebesar 0,5121.

Dari hasil estimasi dapat dijelaskan bahwa sebanyak 51,21% variabel Y (Volume

Ekspor) dapat dijelaskan oleh variasi variabel X (Harga impor gula rafinasi

Indonesia, konsumsi gula per kapita, dan pendapatan per kapita), sedangkan

sisahnya sebesar 48,79% dipengaruhi oleh variabel diluar estimasi.

c. Uji t-statistik

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh signifikan variabel

independen (Harga impor gula rafinasi Indonesia, konsumsi gula per kapita, dan

pendapatan per kapita) terhadapa variabel dependen (Volume Impor).

Tabel 10 dapat dilihat bahwa ada dua variabel independen yang

berpengaruh secara signifikan terhadap determinan impor komoditas gula rafinasi

Indonesia. Kedua variabel yang dimaksud adalah harga impor gula rafinasi

Indonesia (X1) dan pendapatan per kapita (X3).

1. Harga Impor Gula Rafinasi Indonesia (X1)

Nilai koefisien estimasi untuk variabel harga impor gula rafinasi Indonesia

(X1) sebesar 1,3942 dan nilai probabilitasnya sebesar 0.0698 (Lebih kecil dari

Page 76: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

62

taraf nyata 0,1). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa harga Ekspor Gula

Rafinasi berpengaruh positif terhadap determinan impor gula rafinasi di Indonesia

pada tingkat kepercayaan 90% (α = 0,1). Dengan ini juga berarti bahwa, setiap

kenaikan Harga Impor Gula Rafinasi Indonesia akan diikuti dengan kenaikan

Volume Impor Indonesia (Y).

2. Pendapatan Per Kapita (X3)

Nilai koefisien estimasi untuk variabel Pendapatan Per Kapita (X3) sebesar

-0,0010 dan nilai probabilitasnya sebesar 0.0002 (Lebih kecil dari taraf nyata

0,01). Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa pendapatan per kapita

berpengaruh negatif terhadap determinan impor gula rafinasi di Indonesia pada

tingkat kepercayaan 99% (α = 0,01). Dengan ini juga dapat dijelaskan bahwa

setiap kenaikan Pendapatan Per Kapita akan mengakibatkan penurunan Volume

Impor Gula Rafinasi Indonesia (Y).

d. Standard Error

Ada dua variabel yang signifikan dalam dalam analisis regresi faktor-

faktor yang mempengaruhi determinan impor yakni Harga Impor Gula (X1) dan

Pendapatan Per Kapita (X3). Dari kedua faktor tersebut, pendapatan per kapita

(X3) memiliki standard error paling rendah, menjelaskan bahwa dari 2 variabel X

yang berpengaruh signifikan Pendapatan Per kapita (X3) adalah variabel yang

paling dominan dalam mempengaruhi impor gula rafinasi Indonesia.

Page 77: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

63

5.3 Elastisitas Ekspor dan Impor Komoditas Gula Rafinasi di Indonesia

Elastisitas merupakan perubahan persentase variabel dependen (Y) yang

ditimbulkan akibat adanya perubahan presentase variabel independent (X).

Elastisitas komoditas ekspor dan impor gula rafinasi indonesia di pasar dunia

dapat dilihat dari nilai koefisien regresi hasil estimasi. Berdasarkan nilainya,

elastisitas dapat dituliskan sebagai berikut:

Koefisien elastisitas X>1 (E>1)= Elastis

Koefisien elastisitas X<1 (E<1 )= Inelastis

Koefisien elastisitas X=1 (E=1)= Elastis Uniter

Untuk determinan ekspor gula rafinasi Indonesia, dari tabel 9 kita ketahui

bahwa berdasarkan probabilitasnya ada 3 varaibel independent (X) yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Dari ketiga variabel X

yang signifikan terdapat 2 variabel yang bersifat elastis yakni Produksi Gula

Indonesia (X3) dan Kurs (X4), sedangkan variabel inelastis adalah harga ekspor

Indonesia (X1).

Sedangkan untuk determinan impor gula rafinasi Indonesia, Tabel 10 kita

melihat bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh secara signifikan yakni

harga impor gula (X1) dan Pendapatan per kapita (X3). Harga impor gula (X1)

bersifat elastis terhadap variabel dependen (Y), sedangkan pendapatan per kapita

(X3) bersifat inelastis terhadap variabel dependen(Y).

Page 78: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ekspor gula rafinasi periode 1989-2017 mengalami fluktuasi setiap

tahunnya, dengan nilai terendah 8.000 US$ dan nilai tertingggi 2.572 US$.

Impor juga mengalami fluktuasi dengan nilai terendah 5.894.000 US$ dan

nilai tertinggi sebesar 440.633.000 US$. Net ekspor gula rafinasi mengalami

defisit setiap tahunnya dengan angka yang fluktuatif.

2. Variasi model regresi berpengaruh secara simultan terhadap ekspor gula

rafinasi. Harga ekspor Indonesia, produksi gula Indonesia, dan nilai kurs

berpengaruh secara parsial terhadap ekspor gula rafinasi Indonesia. Variasi

model regresi berpengaruh secara simultan terhadap impor gula rafinasi.

Harga impor gula rafinasi indonesia dan pendapatan per kapita berpengaruh

secara parsial terhadap impor gula rafinasi Indonesia.

3. Variabel produksi gula dan kurs Indonesia bersifat elastis terhadap ekspor

gula rafinasi Indonesia, sedangkan harga ekspor gula Indonesia bersifat

inelastis terhadap ekspor gula rafinasi Indonesia. Variabel Harga Impor Gula

bersifat elastis terhadap Impor gula rafinasi Indonesia, sedangkan pendapatan

per kapita bersifat inelastis.

Page 79: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

65

6.2 Saran

1. Gula rafinasi diperuntukkan sebagai bahan baku industri, maka dari itu perlu

ada pengawasan yang ketat dalam upaya distribusi, sehingga tidak masuk ke

pasar konsumsi rumah tangga yang akan mengakibatkan gejolah harga dan

ikut merugikan petani tebu.

2. Penggunaan gula rafinasi harus diminimalkan, sehingga mampu menekan

defisit perdagangan gula. Mengharuskan setiap pabrik swasta untuk memiliki

kebun tebu sendiri adalah sebuah keniscayaan.

3. Salah satu problem terbesar pergulaan adalah ketidakseragaman data

beberapa instansi. Asosiasi gula Indonesia (AGI) sebagai Lembaga yang

dibentuk untuk melakukan singkronisasi data pergulaan harus bekerja secara

efektif dan lepas dari kepentingan apapun juga. AGI harus mampu

memberikan suplay data yang betul-betul bisa menjadi rujukan dalam

pengambilan keputusan terkait perdagangan gula.

4. Peningkatan kapasitas petani tebu harus terus dilakukan agar mampu

meningkatkan pasokan bahan baku untuk industri pergulaan. Termaksud

memperbaiki tata niaga pergulaan sangat penting bagi petani untuk

memastikan tebu yang mereka sudah tanam akan mendapat pembeli ketika

panen nantinya.

5. Melakukan efisiensi pada pabrik gula khusunya yang dikelolah BUMN untuk

meningkatkan rendemen hasil pengolahan tebu menjadi gula. Harus ada

upaya serius melakukan investasi pada pabrik gula oleh pemerintah.

Page 80: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

DAFTAR PUSTAKA

Agung, D.H. 2016. Perbedaan Gula Rafinasi dan Gula Kristal Putih .

https://tirto.id/bwjh. Diakses 10 Maret 2020.

Arifin, B. 2008. Ekonomi Swasembada Gula Indonesia. Economic Review. No

211. Universitas Lampung. Lampung.

Basalim, U. 2019. Ekonomi Politik Gula. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Christianto, E. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Beras di

Indonesia. Jurnal JIBEKA Vol.7 No.2 Thn.2013. Universitas Ma Chung.

Malang.

Databoks. 2019. Berapa Jumlah Penduduk Usia Produktif Indonesia?.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/09/berapa-jumlah-

penduduk-usia-produktif-indonesia. Diakses 27 Juli 2020.

Fajrin, A. et al. 2015. Permintaan Gula Rafinasi Pada Industri Makanan Minuman

dan Farmasi di Indonesia. Agro Ekonomi Thn .2015. Vol. 26/No. 2.

Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Feriyanto, A. 2015. Perdagangan Internasional. Yogyakarta: PT.Pustaka Baru.

Hairani, I. H. 2014. Analisis Trend Produksi Dan Impor Gula Serta Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Impor Gula Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi

Pertanian. Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

Jember.

Kementerian Perindustrian. 2008. Peraturan Menteri Perindustrian Republik

Indonesia Nomo 44/M-IND/PER/4/2008 tentang Program Restrukturisasi

Mesin/Peralatan Pabrik Gula. Kementeriaan Perindustrian. Jakarta.

Kementeriaan Pertanian. 2010. Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian.

http://www.deptan.go.id/pusdatin/tampil.php?page=berita-&id-214.

Diakses tanggal 4 Maret 2020.

Khudori. 2002. Masa Depan Agroindustri Gula. Opini, Sinar Harapan. Jakarta.

Kompas.com. 2011. Rafinasi Vs Gula Kristal Pu tih.

https://ekonomi.kompas.com/read/. Diakses 9 Mei 2020.

Malian, A. H. 2014. Kebijakan Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian

Indonesia . Vol 2. No 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial

Ekonomi Pertanian. Bogor.

Page 81: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

67

Marpaung, Y. 2011. Perkembangan Industri Gula Indonesia Dan Urgensi

Swasembada Gula Nasional. Indonesian Journal of Agricultural

Economics (IJAE). Vol 2. No 1. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Natsir, M, Mardiyati S. 2016. Analysis of Competitiveness ASEAN Rice Trade in

The Era of ASEAN Economic Community. International Confrence on

Agribusiness Development for Human Welfare. Agribusiness

Departement Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

PSP-IPB dan AKANI, 2005. Studi Komprehensif Agribisnis Pergulaan Nasional.

Laporan Akhir. Asosiasi Kemitraan Pengusaha Gula Tani (AKANI) dan

Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pusat Statistik. 2011. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2011. Badan

Pusat Statistik. Jakarta.

Putra, T.P. 2016. Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs, PDB, Cadangan Devisa Dan

PMA Terhadap Nilai Impor di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Radifan, F. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil

Indonesia dalam Perdagangan Internasional. Economics Development

Analysis Journal Vol.3 No.2 Thn.1991. Jurusan Ekonomi Pembangunan,

Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Indonesia.

Rahman, R. Y. 2013. Prospek Perdagangan Gula Indonesia Dalam Implementasi

Kerangka Perjanjian Perdagangan Bebas Asean-China. Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Santoso, M, 2018. Mahir Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo

Salomo, M Ronny. 2007. Peranan Perdagangan Internasional Sebagai Salah Satu

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Dalam Jurnal perdagangan

Internasional, parallel session IIId : trade III ( growth & fdi). Fakultas

Ekonomi UI. Jakarta.

Susilowati, S.H. 2013. Posisi Perdagangan Dan Daya Saing Gula Indonesia Di

Pasar Asean. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Page 82: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 83: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

69

Lampiran 1: Identitas Perusahaan Produsen Gula Rafinasi di Indonesia.

No Nama Perusahaan Kapasitas Produksi

(000 ton/ Tahun)

Lokasi

Pabrik

Tahun

Produksi

1 PT. Angles Product 500 Cilegon 2003

2 PT. Jawamanis

Rafinasi Jaya 533,2 Cilegon 2003

3 PT. Sentra

Usahatama Jaya 540 Cilegon 2004

4

PT. Permata Dunia

Sukses Utama 396 Cilacap 2005

5 PT. Darmapala

Usaha Sukses 250 Cilegon 2005

6 PT. Sugar Labintan 225 Lampung 2008

7 PT. Duta Sugar

Internasional 300 Cilegon 2009

8 PT. Makassar Tenne 462 Makassar 2009

9 PT. Berkah Manis

Makmur 400 Cilegon 2013

10 PT. Andalan Purindo 313,5 Jakarta 2013

11

PT. Medan Sugar

Industri 326,7 Medan 2013

Total 4.264,4

Sumber: AGI, 2014 dalam Ekonomi Politik Gula, Basalim, 2019.

Page 84: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

70

Lampiran 2: Penduduk Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 1988-

2018.

Tahun Jenis Kelamin

Total Laki-Laki Perempuan

1988 87763163 87212000 174975163

1989 89460000 88748237 178208237

1990 91096365 90317033 181413398

1991 92662322 91929575 184591897

1992 94166214 93573572 187739786

1993 95625786 95225398 190851184

1994 97066954 96850504 193917458

1995 98509000 98424427 196933427

1996 99960472 99940759 199901231

1997 101417352 101409092 202826444

1998 102883961 102840636 205724597

1999 104362179 104252992 208615171

2000 105853827 105659995 211513822

2001 107361267 107066152 214427419

2002 108887177 108470613 217357790

2003 110433476 109875997 220309473

2004 112001701 111283965 223285666

2005 113592387 112697081 226289468

2006 115204868 114113394 229318262

2007 116837197 115537042 232374239

2008 118486533 116983222 235469755

2009 120149067 118471487 238620554

2010 121820505 120013721 241834226

2011 123499269 121616719 245115988

2012 125181058 123270656 248451714

2013 126855422 124949892 251805314

2014 128509365 126618711 255128076

2015 130132842 128250415 258383257

2016 131720864 129835522 261556386

2017 133272786 131378183 264650969

2018 134788497 132882052 267670549

Sumber: FAOSTAT, 2020.

Page 85: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

71

Lampiran 3: Angka Partisipasi Sekolah (APS) Penduduk Indonesia Dalam

Pendidikan Formal 1994-2019.

Tahun APS 7-12 th APS 13-15 th APS 16-18 th APS 19-24 th

1994 94,06 72,39 45,31 12,8

1995 93,94 73,2 44,65 11,53

1996 94,43 75,84 47,59 11,96

1997 95,37 77,51 48,64 1 1,64

1998 95,06 77,16 49,28 12,1

1999 95,34 79,04 51,14 12,7

2000 95,5 79,58 51,17 12,31

2001 95,61 79,35 49,18 11,81

2002 96,1 79,21 49,76 11,62

2003 96,42 81,01 50,97 11,71

2004 96,77 83,49 53,48 12,07

2005 97,14 84,02 53,86 12,23

2006 97,39 84,08 53,92 11,38

2007 97,6 84,26 54,61 12,2

2008 97,83 84,41 54,7 12,43

2009 97,95 85,43 55,05 12,66

2010 97,97 86,11 55,83 13,67

2011 97,53 87,79 57,69 14,47

2012 97,94 89,61 61,3 15,94

2013 98,34 90,62 63,64 20,04

2014 98,83 94,32 70,13 22,74

2015 98,57 94,25 70,26 22,77

2016 98,98 94,79 70,68 23,8

2017 99,08 94,98 71,2 24,67

2018 99,11 95,23 71,82 24,29

2019 99,17 95,43 71,92 23,28

Sumber: BPS, 2020.

Page 86: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

72

Lampiran 4: Pendidikan Yang Ditamatkan Penduduk Diatas 15 Tahun

Tahun 1994-2019.

Tahun Tidak/Belum

Sekolah

Tidak Tamat

SD SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat

1994 13,79 22,34 32,82 14,51 16,53

1995 14,47 23,04 31,71 14,17 16,61

1996 13,63 20,88 32,73 15,05 17,71

1997 11,93 19,49 33,11 16,43 19,04

1998 11,54 19,49 33,16 16,27 19,55

1999 11,23 18,71 32,57 16,97 20,51

2000 11 18,04 32,33 17,54 21,09

2001 11,65 17,53 33,03 17,07 20,71

2002 9,81 16,17 33,4 18,21 22,41

2003 9,62 15,74 33,22 19 22,41

2004 8,98 15,31 31,87 20,12 23,72

2005 8,85 15,23 32,07 19,48 24,37

2006 8,34 14,99 31 19,88 25,78

2007 8,59 14,42 30,43 19,83 26,73

2008 8,24 14,98 29,08 20,23 27,46

2009 7,5 14,86 29,31 19,85 28,49

2010 7,28 12,74 29,72 20,57 29,69

2011 6,73 15,08 28,48 20,21 29,5

2012 6,11 14,3 28,09 20,59 30,91

2013 5,77 14,13 28,18 20,51 31,41

2014 5,47 13,67 27,41 20,82 32,64

2015 5,9 12,62 27,79 21,44 32,25

2016 3,9 12,27 33,08 16,49 34,27

2017 4,62 12,39 28,03 21,71 33,25

2018 4,38 13,64 25,63 21,24 35,11

2019 3,96 12,66 25,13 22,31 35,95

Sumber: BPS, 2020.

Page 87: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

73

Lampiran 5: Angka Buta Huruf Penduduk Indonesia Berdasarkan Usia

Tahun 1994-2019.

Tahun Angka Buta Huruf

10 th +

Angka Buta

Huruf 15 th +

Angka Buta

Huruf 15-44 th

Angka Buta

Huruf 45 th +

1994 12,74 14,84 6,9 36,06

1995 13,74 15,95 7,45 37,8

1996 12,65 14,66 6,89 34,54

1997 10,93 12,59 5,54 31

1998 10,58 12,11 5,15 29,74

1999 10,21 11,63 4,63 28,83

2000 10,08 11,42 4,5 28,54

2001 10,73 12,11 4,78 30,31

2002 9,29 10,49 3,75 26,84

2003 9,07 10,21 3,88 25,43

2004 8,53 9,62 3,3 24,87

2005 8,09 9,09 3,09 22,83

2006 7,61 8,55 2,89 21,09

2007 7,26 8,13 2,96 18,94

2008 6,95 7,81 1,95 19,59

2009 6,59 7,42 1,8 18,68

2010 6,34 7,09 1,71 18,25

2011 6,8 7,56 2,31 18,15

2012 6,28 7,03 2,03 17,17

2013 5,46 6,08 1,61 15,15

2014 4,39 4,88 1,24 12,25

2015 4,27 4,78 1,1 11,89

2016 4,19 4,62 1 11,47

2017 4,08 4,5 0,94 11,08

2018 3,93 4,34 0,86 10,6

2019 3,7 4,1 0,76 9,92

Sumber: BPS, 2020.

Page 88: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

74

Tabel 6: Proyeksi Konsumsi dan Produksi Gula 2018-2045.

Tahun Produksi

(Ton)

Konsumsi

RT(GKP) Industri(GKR) Total

(RT+Industri)

2018 2948,94 2790,6 2979,96 5770,56

2019 3261,63 2825,51 3023,33 5848,84

2024 5597,54 3009,12 3247,31 6256,43

2025 6190,98 3047,67 3293,62 6341,29

2027 6874,78 3113,92 3400,58 6514,49

2029 8091,98 3181,6 3510,82 6692,42

2034 8790,48 3878,54 3281,53 7160,07

2045 8908,26 4322 3980,98 8302,98

Sumber: Kementan RI dalam Basalim, 2019.

Page 89: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

75

Lampiran 7: Hasil Tabulasi Nilai Impor, Nilai Ekspor, dan Net Ekspor Gula

Rafinasi Indonesia Tahun 1989-2017.

Tahun Nilai Ekspor

(1000 US $)

Nilai Impor

(1000 US $)

Net Ekspor

(Juta US $)

1989 26 107.724 -107,70

1990 133 110.740 -110,61

1991 51 84.092 -84,04

1992 67 98.943 -98,88

1993 39 44.372 -44,33

1994 17 5.894 -5,88

1995 8 99.915 -99,91

1996 226 175.390 -175,16

1997 479 194.846 -194,37

1998 603 314.330 -313,73

1999 1.621 391.316 -389,70

2000 316 112.968 -112,65

2001 829 61.197 -60,37

2002 415 78.568 -78,15

2003 464 141.947 -141,48

2004 1.825 169.300 -167,48

2005 450 349.910 -349,46

2006 794 279.146 -278,35

2007 299 410.184 -409,89

2008 346 242.993 -242,65

2009 343 53.982 -53,64

2010 320 440.633 -440,31

2011 837 156.383 -155,55

2012 1.342 75.995 -74,65

2013 1.166 53.066 -51,90

2014 1.499 46.735 -45,24

2015 1.738 29.538 -27,80

2016 2.453 95.831 -93,38

2017 2.572 56.765 -54,19

MIN 8 5.894 -440

MAX 2.572 440.633 -5,88

RATA-RATA 734 154.576 -154

Sumber: Faostat diolah, 2020.

Page 90: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

76

Lampiran 8: Hasil Analisis Regresi Net Ekspor Gula Rafinasi Indonesia

1989-2017.

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,0273

R Square 0,0007

Adjusted R

Square -0,0363

Standard Error 125,5227

Observations 29

ANOVA

df SS MS F

Significance

F

Regression 1 317,978597 317,9785966 0,020182

0,8881

Residual 27 425410,433 15755,94196

Total 28 425728,412

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value

Intercept -147,9056 47,8504 -3,0910 0,0046

t -0,3958 2,7860 -0,1421 0,8881

Page 91: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

77

Lampiran 9: Residual Output Analisis Net Ekspor Gula Rafinasi Indonesia

1989-2017.

Sumber: Faostat diolah, 2020.

-350

-300

-250

-200

-150

-100

-50

0

50

100

150

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

RESIDUAL OUTPUT

Predicted NEG Residuals

Page 92: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

78

Lampiran 10: Rata-rata Determinan Ekspor Gula Rafinasi Indonesia Tahun

1989-2017.

No Variabel

Satuan Rata-Rata Nama Teori Empiris

1 Volume Ekspor Y VE Ton/Tahun 978

2 Harga Ekspor Gula

Rafinasi Indonesia X1 HEI US $ 1.021

3

Harga Ekspor Gula

Rafinasi Dunia X2 HED US $ 430

4

Produksi Gula

Indonesia X3 PGI Ton/Tahun 2

5 Nilai Kurs X4 Kurs Rp/US $ 7.758

Sumber: Faostat diolah, 2020.

Bank Indonesia diolah, 2020.

Page 93: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

79

Lampiran 11: Hasil Logaritma Natural (Ln) Determinan Ekspor Gula

Rafinasi Indonesia.

Tahun

Volume

Ekspor

(Ton)

Harga Ekspor

Gula Rafinasi

Indonesia(US $)

Harga

Ekspor Gula

Rafinasi

Dunia(US $)

Produksi

Gula

Indonesia

(Juta

Ton/Tahun)

Nilai Kurs

(Rp/US $)

lnVE lnHEI lnHED lnPGI lnKURS

1989 3,09 7,07 6,03 0,65 7,49

1990 4,74 7,06 6,11 0,72 7,55

1991 4,82 6,02 5,98 0,75 7,60

1992 4,01 7,11 5,93 0,81 7,63

1993 3,61 6,96 5,86 0,84 7,65

1994 2,30 7,44 5,99 0,91 7,70

1995 3,18 5,81 6,12 0,90 7,74

1996 5,45 6,88 6,09 0,74 7,78

1997 6,57 6,51 5,96 0,74 8,44

1998 6,59 6,72 5,84 0,78 8,99

1999 7,73 6,57 5,65 0,39 8,87

2000 6,10 6,56 5,61 0,40 9,17

2001 6,81 6,82 5,67 0,52 9,25

2002 6,12 6,82 5,60 0,55 9,10

2003 6,09 6,96 5,67 0,56 9,04

2004 9,18 5,23 5,74 0,49 9,14

2005 6,39 6,63 5,85 0,72 9,19

2006 6,99 6,59 6,14 0,81 9,11

2007 5,64 6,97 6,09 0,84 9,15

2008 6,22 6,54 6,19 0,90 9,30

2009 5,46 7,29 6,24 0,98 9,15

2010 5,64 7,04 6,38 0,83 9,10

2011 6,28 7,36 6,62 0,80 9,11

2012 6,64 7,47 6,58 0,81 9,18

2013 6,54 7,43 6,43 0,95 9,41

2014 7,07 7,15 6,30 0,93 9,43

2015 7,60 6,77 6,09 0,90 9,53

2016 7,47 7,24 6,19 0,91 9,51

2017 7,68 7,08 6,24 0,92 9,51

Sumber: Faostat diolah, 2020.

Bank Indonesia diolah, 2020.

Page 94: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

80

Lampiran 12: Hasil Analisis Regresi Determinan Ekspor Gula Rafinasi

Indonesia di Pasar Dunia.

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,8843

R Square 0,7820

Adjusted R

Square 0,7457

Standard

Error 0,7893

Observation

s 29

ANOVA

df SS MS F Significance F

Regression 4 53,64692511 13,41173 21,5269

0,0000

Residual 24 14,95254306 0,623023

Total 28 68,59946817

Coefficients

Elastisitas

Standard

Error t Stat P-value

Intercept -8,2616 4,3408 -1,9033

0,0691

lnHEI -0,8810 0,3427 -2,5711

0,0168

lnHED 1,1504 0,8495 1,3542

0,1883

lnPGI -2,7144 1,3707 -1,9803

0,0592

lnKurs 1,7509 0,2093 8,3650

0,0000

Page 95: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

81

RESIDUAL

OUTPUT

Variabel Error

Observation

Predicted

lnVE Residuals

1 3,788687255 -0,697644802

2 3,815320471 0,920877977

3 4,574413886 0,24586768

4 3,462148815 0,54518437

5 3,485101933 0,125815979

6 3,084470712 -0,781885619

7 4,788592267 -1,610538436

8 4,282303132 1,16443424

9 5,640857071 0,92722084

10 6,14493143 0,443995047

11 6,904706983 0,821946682

12 7,370083627 -1,269764675

13 7,029714617 -0,217369523

14 6,628132811 -0,507835392

15 6,436069785 -0,34702491

16 8,397176987 0,787640428

17 6,768954679 -0,382075359

18 6,742703674 0,247552827

19 6,361199435 -0,719292364

20 6,956523992 -0,737923872

21 5,849660494 -0,394339379

22 6,558013697 -0,919659028

23 6,67140801 -0,391012171

24 6,589759033 0,047498998

25 6,476515697 0,058725574

26 6,659060058 0,41590314

27 7,021848781 0,573538498

28 6,645078308 0,82799078

29 6,853373533 0,82217247

Page 96: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

82

Lampiran 13: Garfik Residual Ekspor Gula Rafinasi Indonesai.

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Residuals Output Ekspor

Page 97: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

83

Lampiran 14: Rata-Rata Determinan Impor Gula Rafinasi Indonesia Tahun

1988-2017.

No Variabel

Satuan Rata-Rata Nama Teori Empiris

1 Volume Impor Y VI 1000

Ton/Tahun 417

2 Harga Impor Gula

Rafinasi Indonesia X1 HIG US $/Tahun 412

3

Konsumsi Gula Per

Kapita X2 KGPK Kg/Tahun 17

4

Pendapatan Per

Kapita X3 PPK US $/ Tahun 2.302

Sumber: Faostat, 2020.

BPS, 2020.

Page 98: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

84

Lampiran 15: Hasil Logaritma Natural (Ln) Impor Gula Rafinasi Indonesia.

Tahun

Volume Impor

(1.000 Ton)

Harga Impor Gula

Rafinasi Indonesia

(US $/Ton)

Konsumsi

Gula per

Kapita

(Kg/Tahun)

PDB berdasar

Harga Berlaku

(US $)

lnVI lnHIG lnKGPK lnPPK

1988 4,77 5,60 13,14 2723,87

1989 5,74 5,85 12,66 2768,21

1990 5,56 6,06 13,17 2753,64

1991 5,46 5,88 13,69 2762,10

1992 5,68 5,82 13,00 2793,06

1993 4,98 5,72 14,27 2859,45

1994 2,73 5,96 15,17 2902,62

1995 5,40 6,12 16,98 2948,36

1996 6,03 6,05 15,38 3033,12

1997 6,40 5,78 16,60 1603,98

1998 6,75 5,90 13,25 796,03

1999 7,36 5,52 13,85 894,29

2000 6,33 5,30 14,13 684,79

2001 5,55 5,47 14,39 668,60

2002 5,86 5,41 14,68 774,62

2003 6,39 5,48 14,99 957,68

2004 6,50 5,54 15,24 1110,24

2005 7,01 5,76 15,19 1226,83

2006 6,55 5,99 18,55 1613,77

2007 6,99 5,93 20,24 1807,90

2008 6,46 5,94 18,44 2309,19

2009 4,61 6,29 22,18 2502,41

2010 6,39 6,61 19,67 2953,97

2011 5,29 6,67 18,54 3341,46

2012 4,72 6,52 20,12 3430,51

2013 4,52 6,36 21,90 2947,95

2014 4,47 6,28 21,62 3321,80

2015 4,26 6,03 23,91 3237,80

2016 5,09 6,38 21,79 3530,40

2017 4,55 6,40 21,54 3789,94

Sumber: Faostat, 2020.

BPS, 2020.

Page 99: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

85

Lampiran 16: Hasil Analisis Regresi Determinan Impor Gula Rafinasi

Indonesia.

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics

Multiple R 0,7156

R Square 0,5121

Adjusted R

Square 0,4557

Standard

Error 0,7546

Observations 30,0000

ANOVA

df SS MS F

Significance

F

Regression 3 15,53705026 5,179017 9,0948 0,0003

Residual 26 14,80572032 0,569451

Total 29 30,34277058

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value

Intercept 0,682204609 3,5587381 0,191698 0,849468

HIG 1,394181007 0,73730617 1,890912 0,069829

KGPK

-

0,067234217 0,056637571 -1,1871 0,245923

PPK

-

0,000969209 0,000225997 -4,2886 0,00022

Page 100: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

86

RESIDUAL OUTPUT

Observation Predicted VI Residuals

1 4,962453248 -0,192590996

2 5,304714851 0,432134827

3 5,574202842 -0,017536956

4 5,281021006 0,17985729

5 5,212218449 0,472167116

6 4,920394077 0,063910931

7 5,153658497 -2,428489004

8 5,208960581 0,187934349

9 5,140287657 0,886746716

10 6,076089463 0,31942586

11 7,252443949 -0,499016532

12 6,575251342 0,785555311

13 6,460691334 -0,128131325

14 6,688611382 -1,133754374

15 6,484507349 -0,620967087

16 6,383122242 0,002476797

17 6,306142521 0,192749383

18 6,499451638 0,508204178

19 6,220856411 0,329730946

20 5,842798232 1,147114747

21 5,48568765 0,975341367

22 5,535689835 -0,929689993

23 5,710615527 0,67641193

24 5,501960269 -0,216039423

25 5,098452232 -0,382778777

26 5,222733269 -0,705880767

27 4,765719107 -0,294308912

28 4,345370498 -0,083395094

29 4,686828273 0,405909145

30 4,481384562 0,066908347

Page 101: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

87

Lampiran 17: Residuals Output Impor Gula Rafinasi Indonesia.

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Residuals Impor

Page 102: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

88

Lampiran 18: Surat Izin Penelitian.

Page 103: ANALISIS DETERMINAN PERDAGANGAN GULA RAFINASI …

89

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Sinjai pada tanggal 10 Desember 1997 dari

Ayah Junaid dan Ibu Rita. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMA Negeri 1 Bulupoddo

(Sekarang SMA Negeri 5 Sinjai). Penulis lulus masuk seleksi Program Studi

Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun 2016.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah magang di PT.PERTANI

Kabupaten Sidrap. Penulis merupakan penerima beasiswa Peningkatan Prestasi

Akademik (PPA) aspirasi anggota komisi VII DPR RI Tahun 2018.

Penulis juga aktif menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agribisnis

periode 2019-2020. Penulis juga pernah berproses di Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM). Tugas akhir dalam Pendidikan tinggi diselesaikan

dnegan menulis skripsi yang berjudul “Analisi Determinan Perdagangan Gula

Rafinasi Indonesia di Pasar Dunia”.