ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN...

138
i ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI LOKAL DI INDONESIA SKRIPSI DINAR FRIHASTIKA SARI H34070067 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN...

Page 1: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

i

 

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI LOKAL DI INDONESIA

SKRIPSI

DINAR FRIHASTIKA SARI H34070067

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 2: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

ii

 

RINGKASAN

DINAR FRIHASTIKA SARI, Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Kedelai Lokal di Indonesia, skripsi.Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan LUKMAN MOHAMMAD BAGA).

Ketahanan pangan dapat dilakukan melalui diversifikasi konsumsi. Diversifikasi konsumsi tidak hanya dilakukan pada pangan yang mengandung karbohidrat saja tetapi juga dilakukan pada pangan yang mengandung protein. Kacang-kacangan mengandung protein nabati dan dapat digunakan sebagai pangan pengganti protein hewani. Jenis kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah kedelai. Tingginya permintaan kedelai di dalam negeri tidak diikuti dengan produksi kedelai lokal yang hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri, sehingga impor terus dilakukan. Derasnya impor kedelai dengan harga murah membuat pasar kedelai di dalam negeri didominasi oleh kedelai impor. Hal ini yang membuat petani kedelai lokal semakin terhimpit sehingga gairah petani untuk menanam kedelai semakin berkurang. Melihat hal tersebut dibutuhkan beragam upaya dan dukungan dari semua pihak untuk merespon kondisi kedelai lokal saat ini sehingga dayasaing kedelai lokal dapat ditingkatkan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menelaah sistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia, (2) menganalisis daya saing agribisnis kedelai lokal Indonesia, (3) merumuskan strategi pengembangan dan arsitektur strategik agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

Lingkup penelitian ini meliputi analisis agribisnis kedelai lokal secara nasional (makro). Waktu penelitian berlangsung dari bulan Januari hingga Mei 2011 mencakup ke dalam penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data dan informasi, pengolahan data hingga disimpulkannya hasil penelitian. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan wawancara khusus dengan Kasubid Pengembangan Kedelai, Kepala Seksi Pengembangan Kedelai Lokal, Kepala KOPTI kabupaten Bogor dan studi literatur dari berbagai sumber dan buku serta dengan browsing internet. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dayasaing adalah Porter’s Diamond Theory sedangkan untuk merumuskan strategi maka digunakan alat analisis SWOT dan arsitektur strategik.

Pada penelitian ini, diketahui kondisi agribisnis kedelai lokal di Indonesia mulai dari subsistem agribisnis hulu, on farm hingga subsistem agribisnis hilir dan pemasaran. Selain itu, berdasarkan Porter’s Diamond Analyse diperoleh keterkaitan antar komponen pada Porter’s Diamond system dimana komponen yang saling mendukung pada komponen utama lebih sedikit bila dibandingkan dengan komponen yang tidak saling mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa dayasaing kedelai lokal di Indonesia lemah. Namun komponen pendukung pada Porter’s Diamond system sangat mendukung komponen utama. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh sepuluh alternatif strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan agribisnis kedelai lokal di Indonesia: (1) Peningkatan produksi kedelai lokal, (2) Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3)

Page 3: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

iii

 

Penguatan Kelembagaan (4) Membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non bank (5) Mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai (6) Meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia, (7) Melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis kedelai lokal, (8) Melakukan bimbingan dan pembinaan petani kedelai lokal, (9) Pembatasan volume impor (10) Membentuk Lembaga Stabilitas Harga kedelai. Dari sepuluh strategi tersebut dihasilkan program-program untuk mencapai sasaran tersebut dengan menghadapi tantangan yang ada selama pelaksanaan program. Program-program tersebut dilakuakan secara bertahap dan rutin yang dipetakan ke dalam rancangan arsitektur strategi.

Page 4: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

iv

 

ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI LOKAL DI INDONESIA

DINAR FRIHASTIKA SARI H34070067

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 5: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

v

 

Judul Skripsi : Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis

Kedelai Lokal di Indonesia

Nama : Dinar Frihastika Sari

NIM : H34070067

Disetujui,

Pembimbing

Ir. Lukman Mohammad Baga, MA. Ec

NIP. 19640220 198903 1 001

Diketahui Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Page 6: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

vi

 

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Dayasaing dan Strategi Pengembangan Kedelai Lokal di Indonesia” adalah karya

sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Juni 2011

Dinar Frihastika Sari H34070067

Page 7: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

vii

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Maret 1989. Penulis adalah

anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Achmad Yaelani dan Siti

Nurul Sukriati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Angkasa I Bogor pada

tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di

SLTP 6 Bogor. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada

tahun 2007 di SMA Negeri 1 Bogor.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008, penulis

diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai

Mayor.

Page 8: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

viii

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Kedelai Lokal di

Indonesia”. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi

Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi sistem agribisnis dan

dayasaing kedelai lokal di Indonesia serta merumuskan alternatif strategi

pengembangannya yang kemudian dipetakan dalam sebuah rancangan arsitektur

strategik agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

Namun demikian penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam

penulisan skripsi karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun

diharapkan skripsi ini dapat menjadi masukkan dan bermanfaat bagi pihak-pihak

yang berkepentingan.

Bogor, Juni 2011

Dinar Frihastika Sari

Page 9: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

ix

 

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk

rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Ir. Lukman Mohammad Baga, MA. Ec selaku dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan, arahan dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Suharno M. Adv dan Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji

pada sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik

dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh

dosen serta staff pengajar Departemen Agribisnis yang selalu memberikan

saran dan masukkan kepada penulis.

4. Direktorat Jendral Tanaman Pangan Bapak Kasmin Nadaek selaku kasubid

kedelai dan perwakilan dewan kedelai, Direktorat Perbenihan Bapak Dhani

Permadi selaku kasi Aneka Kacang dan Umbi, Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) atas waktu, kesempatan dan informasi

yang diberikan kepada penulis.

5. Ayahanda Achmad Yaelani dan Ibunda Siti Nurul Sukriati atas kasih sayang

dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis, kakakku Dias Permata

Sari dan adikku Dita Triambari yang selalu memberikan motivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini serta Ryza Satria Pamenang yang selalu

memberikan kasih sayang, semangat dan doa terhadap penulis.

6. Teman-teman kesebelasan dan teman-teman Agribisnis 44 khususnya Venty

Fitriani Nurunisa dan Nuning Indriyashari atas semangat dan sharing selama

penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Juni 2011

Dinar Frihastika Sari

Page 10: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

x

 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

I PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 4 1.3. Tujuan .......................................................................................... 7 1.4. Manfaat ........................................................................................ 7 1.5. Ruang Lingkup ............................................................................. 7

II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9 2.1. Kondisi Kedelai di Indonesia ....................................................... 9 2.2. Sistem Agribisnis Kedelai ............................................................ 10 2.3. Dayasaing Kedelai Lokal di Indonesia ........................................ 11 2.4. Strategi Pengembangan dan Arsitektur Strategik Komoditi

di Indonesia................................................................................. . 13

III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................ 15 3.1. Kerangka Teoritis ......................................................................... 15

3.1.1. Pengertian Agribisnis ......................................................... 15 3.1.2. Konsep Dayasaing ............................................................. 16 3.1.3. Formulasi Strategi .............................................................. 18

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................ 19

IV METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 22 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 22 4.2. Data dan Instrumentasi................................................................. 22 4.3. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 22 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 23

4.4.1. Analisis Berlian Porter ...................................................... 25 4.4.2. Analisis SWOT .................................................................. 32 4.4.3. Arsitektur Strategik ........................................................... 33

V GAMBARAN UMUM KEDELAI DUNIA DAN NASIONAL 5.1. Kedelai Dunia .............................................................................. 34

5.1.1. Produksi Kedelai Dunia ..................................................... 34 5.1.2. Negara Penghasil Kedelai Dunia ....................................... 35 5.1.3. Eksportir Kedelai di Dunia ................................................ 36 5.1.4. Importir Kedelai ............................................................... 36 5.1.5. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kedelai di

Negara Penghasil Kedelai ................................................. 37 5.1.6. Tingkat Harga Kedelai Dunia ............................................ 38

5.2. Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia ........................................ 40 5.2.1. Subsistem Hulu .................................................................. 40 5.2.2. Subsistem Usahatani Kedelai ............................................ 42

Page 11: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

xi

 

5.2.3. Subsistem Hilir dan Pemasaran .......................................... 44 5.2.4. Subsistem Penunjang .......................................................... 47

5.3. Impor Kedelai Indonesia ............................................................... 49

VI DAYASAING AGRIBISNIS KEDELAI LOKAL DI INDONESIA 6.1. Analisis Komponen Porter’s Diamond System ........................... 52

6.1.1. Kondisi Faktor Sumberdaya ............................................... 52 6.1.2. Kondisi Permintaan............................................................ 64 6.1.3. Industri Terkait dan Industri Pendukung ............................ 67 6.1.4. Struktur, Persaingan dan Strategi Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia . ............................................................ 70 6.1.5. Peran Pemerintah ................................................................ 73 6.1.6. Kesempatan ........................................................................ 74

6.2. Keterkaitan Antar Komponen Utama Porter’s Diamond System.. 75 6.3. Keterkaitan antar Komponen Penunjang dengan komponen

Utama ............................................................................................ 78

VII STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN DAYASAING KEDELAI LOKAL DI INDONESIA 7.1. Analisis SWOT Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing

Agribisnis Kedelai Lokal .............................................................. 82 7.1.1. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan Gambaran Umum dan Komponen Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia ............ 82 7.1.2. Analisis Komponen SWOT ................................................ 84 7.1.3. Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT ....................... 95

7.2. Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia ....................... 103 7.2.1. Sasaran Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia .................. 103 7.2.2. Tantangan Agribisnis Kedelai Lokal .................................. 103 7.2.3. Program Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing

Agribisnis Kedelai Lokal ................................................... 103 7.2.4. Tahapan Arsitektur Strategik .............................................. 105

VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan ................................................................................... 108 8.2. Saran ............................................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 111

LAMPIRAN ................................................................................................. 115

Page 12: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

xii

 

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai ....... 5

2 Konsumsi dan Impor Kedelai di Indonesia (2000-2009) ..................... 6

3 Perkembangan Produksi dan Permintaan Kedelai Dunia (juta ton) Tahun 2006 – 2009 ............................................................................... 34

4 Jumlah Produksi Negara-Negara Penghasil Kedelai Terbesar di Dunia Tahun 2006/2007 – 2009/2010 (000) Ton ........................................... 35

5 Ekportir Utama Kedelai Dunia Tahun 2006/2007–2009/2010 (000) Ton ............................................................................................. 36

6 Importir Kedelai Dunia Tahun 2006/200 –2009/2010........................ 37

7 Perkembangan Volume Impor Kedelai Indonesia Berdasarkan Negara Asal Tahun 2000-2004 (dalam ton) ......................................... 51

8 Luas Tanam Kedelai Lokal 2007-2010 (hektar) .................................. 54

9 Keterkaitan Antar Komponen Utama ................................................... 75

10 Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama.. 78

11 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Sistem Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia ................................................ 83

12 Matriks SWOT Agribisnis Kedelai Lokal ........................................... 96

13 Program Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal ....................................................................................... 104

 

Page 13: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

xiii

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Lingkup Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis .......................... 16

2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 21

3 Sistem Agribisnis Kedelai Lokal .......................................................... 24

4 The Complete System of National Competitif Advantage .................... 31

5 Matriks SWOT ..................................................................................... 32

6 Rata-rata Produktivitas Kedelai Dunia Tahun 2003-2007 ................... 38

7 Harga Kedelai Dunia Bulanan (Januari Tahun 2000-Januari 2010) ... 39

8 Klasifikasi Produk Olahan Kedelai ...................................................... 45

9 Rantai Pemasaran Kedelai di Indonesia ............................................... 46

10 Grafik Perkembangan Volume Impor Kedelai Indonesia Tahun

1999-2008 .................................................................................. 50

11 Persentase Permintaan Kedelai Berdasarkan Penggunaannya ............. 65

12 Produksi dan Konsumsi Kedelai dari Tahun 1970-2009 ..................... 66

13 Keterkaitan Antar Komponen Porter’s Diamond System .................... 80

14 Arsitektur Strategik Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia ............... 107

 

 

 

 

Page 14: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

   

xiv

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Proyeksi Konsumsi Kedelai Tahun 2010-2014 .................................. 116

2 Analisa Usahatani Kedelai di Jawa dan Luar Jawa ............................ 117

3 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi ................... 118

4 Perkembangan Produk Olahan di Indonesia ....................................... 119

5 Perbedaan Kualitas Kedelai Lokal dan Kedelai Impor ...................... 122

6 Varietas Unggul yang Memiliki Potensi Produksi > 2 ton/ha ............ 123

7 Perbandingan Produktivitas Kedelai Tahun 2007 dan 2008 (setelah pelaksanaan SL-PTT) ............................................................ 124

 

 

Page 15: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

 

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia, karena itu

sangatlah penting untuk menjaga ketersediaannya. Hak untuk memperoleh pangan

merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27

UUD 1945. Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No.7/1996 tentang

pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti

dan peranan penting bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang

lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidakstabilan

ekonomi serta dapat mengakibatkan berbagai gejolak sosial dan politik (Abubakar

2008).

Ketahanan pangan merupakan kemampuan rumah tangga menyediakan

pangan bagi seluruh anggota rumah tangganya dalam jumlah, mutu, aman, merata

dan berkesinambungan. Kacang-kacangan termasuk ke dalam kelompok pangan

yang menduduki urutan ke lima dari sembilan kelompok pangan yang

dikonsumsi. Rumah tangga miskin yang mengkonsumsi umbi-umbian mencapai

42,5 persen dan kacang-kacangan 80,8 persen. Jadi hampir semua rumah tangga

miskin pedesaan menyertakan kelompok pangan kacang-kacang dalam pola

konsumsi pangannya. Oleh karena itu komoditas kacang-kacangan perlu

diperhitungkan dalam mewujudkan ketahanan pangan khususnya bagi rumah

tangga miskin pedesaan (Hanafie 2004).

Pemerintah bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan hidup

penduduknya. Dengan demikian tercapainya ketahanan pangan menjadi indikator

keberhasilan ekonomi dan pembangunan suatu negara. Bergesernya konsep

ketahanan pangan dari orientasi komoditas menjadi orientasi nutrisi (kecukupan

gizi) telah membuka peluang berkembangnya intervensi kebijakan pencapaian

ketahanan pangan melalui konsumsi pangan yang lebih beragam (diversifikasi

konsumsi).

Diversifikasi konsumsi pangan adalah penganekaragaman bahan pangan

yang dikonsumsi, mencakup bahan pangan sumber energi dan zat gizi lainnya

(Hanafie 2004). Ketahanan pangan tidak hanya diwujudkan melalui diversifikasi

pangan yang bersumber dari pangan yang mengandung karbohidrat saja tetapi

Page 16: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

2

 

juga diwujudkan melalui diversifikasi pangan dari sumber pangan yang

mengandung protein. Salah satu komoditi pangan alternatif sebagai sumber

protein non hewan adalah kedelai.

Kedelai (Glicine max) adalah tanaman semusim yang termasuk famili

Leguminosae, berasal dari Cina dan kemudian dikembangkan ke berbagai negara

seperti Amerika, Amerika Latin dan Asia. Kedelai dapat dibudidayakan di daerah

sub tropis dan tropis dengan teknis budidaya yang sederhana. Kandungan gizi

kedelai cukup tinggi, terutama proteinnya mencapai 34 persen sehingga sangat

diminati sebagai sumber protein nabati yang relatif murah dibandingkan dengan

protein hewani (Ditjentan 2004). Kedelai tidak hanya digunakan sebagai sumber

protein nabati, tetapi juga sebagai pangan fungsional untuk mencegah timbulnya

penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Zat isoflavon yang

ada pada kedelai ternyata berfungsi sebagai antioksidan. Tidak hanya itu, saat ini

kedelai banyak digunakan sebagai sumber energi alternatif (biofuel).

Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam

bentuk produk olahan, yaitu: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai dan berbagai

bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika 2007). Di Indonesia sendiri,

kedelai digunakan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan tahu dan tempe

yang telah menjadi menu sehari-hari masyarakat Indonesia. Hal tersebut

menjadikan kedelai sebagai salah satu komoditas penting di Indonesia.

Sifat multiguna yang terdapat pada kedelai menyebabkan tingginya

permintaan kedelai di dalam negeri. Selain itu, manfaat kedelai sebagai salah satu

sumber protein murah membuat kedelai semakin diminati. Seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk maka permintaan kedelai di dalam negeri pun

berpotensi untuk meningkat. Konsumsi kedelai diproyeksikan mengalami

pertumbuhan sebesar 1,38 persen pertahun. Proyeksi konsumsi kedelai pada tahun

2010-2014 dapat dilihat pada Lampiran 1. Selain itu, berkembangnya industri

peternakan, terutama unggas telah mendorong berkembangnya industri pakan

ternak, dimana bungkil kedelai banyak digunakan sebagai sumber protein dalam

komposisi pakan unggas (Tangendjaja et al 2003). Hal ini menunjukkan adanya

peluang pasar yang cukup besar bagi pengembangan kedelai di Indonesia.

Page 17: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

3

 

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral Tanaman Pangan

(2010), produksi kedelai lokal di Indonesia selama tahun 1992-2007 terus

menurun dengan rata-rata produksi sebesar 6,26 persen per tahun. Pada tahun

1992 produksi kedelai mencapai 1,8 juta ton dengan luas panen sebesar 1,6 juta

ha dan produktivitas sebesar 1,12 ton/ha. Hingga tahun 2007 produksi kedelai

lokal terus menurun. Produksi kedelai tahun 2007 hanya sebesar 592.534 ton

dengan luas panen 459.116 ha dan produktivitas 1,3 ton/ha. Namun Sejak tahun

2008-2009 produksi kedelai lokal mulai mengalami peningkatan dengan

persentase produksi masing-masing tahun sebesar 30,91 persen dan 24,59 persen.

Kenaikan ini antara lain didorong dengan membaiknya harga kedelai dunia dan

berbagai insentif yang dilakukan pemerintah untuk tercapainya swasembada

kedelai tahun 2014.

Pada tahun 2009, produksi kedelai lokal sebesar 966.469 ton (angka

ramalan III, BPS) sedangkan kebutuhan kedelai dalam negeri mencapai 2 juta ton.

Dalam hal ini kedelai lokal baru memenuhi 48 persen dari total kebutuhan kedelai

dalam negeri yang selebihnya dipenuhi oleh kedelai yang berasal dari impor.

Ketidakmampuan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan kedelai di

dalam negeri menyebabkan tingginya volume kedelai impor. Padahal untuk

melakukan impor dibutuhkan anggaran belanja yang tidak sedikit. Hal ini

tentunya tidak dapat dibiarkan begitu saja mengingat potensi untuk meningkatkan

produksi kedelai di dalam negeri dapat dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan

tersedianya lahan yang cukup luas dan sesuai untuk budidaya kedelai serta

terdapatnya teknologi spesifik lokasi dan sumberdaya manusia yang cukup

terampil dalam usahatani kedelai (Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2010).

Selain itu Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang

besar, dan terus berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai

menjadikan komoditas kedelai perlu mendapatkan prioritas untuk dikembangkan

di dalam negeri. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, pemerintah berupaya

untuk mewujudkan swasembada kedelai di Indonesia. Swasembada kedelai

merupakan suatu keadaan tercukupinya kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri

oleh produksi kedelai nasional.

Page 18: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

4

 

1.2. Perumusan Masalah

Pada tahun 1992 Indonesia mencapai puncak produksi tertinggi yaitu

sebesar 1,6 juta ton dan berhasil mencapai swasembada kedelai. Namun kondisi

tersebut tidak berlangsung lama, dari tahun ke tahun produksi dalam negeri terus

menurun. Hal ini terutama dipicu oleh perubahan kebijakan tataniaga kedelai,

yaitu dengan diberlakukannya pasar bebas yang mengakibatkan derasnya kedelai

impor dengan harga murah. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya minat petani

karena insentif yang diterima rendah (Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2010).

Bergesernya posisi Indonesia menjadi negara importir kedelai merupakan

permasalahan bagi agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Permintaan kedelai yang

tinggi di Indonesia tidak diimbangi dengan produksi kedelai yang cenderung

berkembang lambat. Hal ini terjadi karena produktivitas dan produksi kedelai

lokal masih rendah. Kondisi ini diperparah dengan semakin menurunnya luas

panen kedelai. Ariani (2005) menyatakan, tanpa perluasan areal tanam, upaya

peningkatan produksi kedelai sulit dilakukan karena laju peningkatan

produktivitas berjalan lambat, terlebih lagi bila harga sarana produksi tinggi dan

harga produk rendah1. Hal ini terlihat pada Tabel 2, luas panen terbesar terjadi

pada tahun 1995 yaitu sebesar 1,47 juta ha dan menurun drastis dengan area luas

panen terkecil pada tahun 2007 sebesar 459.116 ha. Penurunan areal tanam akan

diikuti dengan produksi kedelai yang ikut menurun. Hal ini berkaitan erat dengan

derasnya kedelai impor yang masuk ke Indonesia, karena untuk memenuhi

permintaan kedelai dalam negeri, maka dilakukan impor kedelai.

                                                            1  Ariani (2005) dalam Supandi (2008). Menggalang Partisipasi Petani untuk Meningkatkan

Produksi Kedelai Menuju Swasembada. http://www. pustaka. litbang. deptan. go. Id / publikasi / p3273085.pdf [diakses 27 Desember 2010]

 

Page 19: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

5

 

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai

Sumber: Pusat Data dan Informasi Pertanian (2010) [diolah]

Belum mampunya kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan kedelai di

dalam negeri menyebabkan pasokan kedelai di dalam negeri bergantung pada

impor kedelai. Padahal ketergantungan yang makin besar pada impor dapat

merugikan industri pengolahan kedelai terutama jika harga pangan dunia sangat

mahal akibat stok menurun. Hal ini terjadi karena harga yang berlaku pada

kedelai impor mengikuti harga yang berlaku pada harga kedelai internasional

(dunia).

Besarnya ketergantungan terhadap kedelai impor menyebabkan harga

kedelai dipasaran sulit untuk dikendalikan oleh instansi terkait sehingga harga

kedelai cenderung fluktuatif. Sesuai dengan penelitian Handayani (2007), yang

menjelaskan bahwa peningkatan harga riil pasar kedelai impor akan

meningkatkan harga riil kedelai domestik. Terlihat pada Tabel 2. Besarnya tingkat

ketergantungan terhadap impor kedelai sangat besar. Tingkat ketergantungan

impor kedelai pada tahun 2000 hingga 2009 selalu lebih dari 50 persen dari total

konsumsi kedelai di Indonesia. Dengan tingkat ketergantungan impor terbesar

pada tahun 2007 yaitu sebesar 70,4 persen.

Tahun Luas panen (ha)

Produktivitas (ton/ha)

Produksi (ton)

1995 1.476.284 1,13 1.679.092 1996 1.277.736 1,18 1.515.937 1997 1.118.140 1,21 1.356.108 1998 1.094.262 1,19 1.304.950 1999 1.151.079 1,20 1.382.848 2000 824.484 1,23 1.017.634 2001 678.848 1,21 826.932 2002 544.522 1,23 673.056 2003 526.796 1,27 671.600 2004 565.155 1,28 23.483 2005 621.541 1,30 808.353 2006 580.534 1,28 747.611 2007 459.116 1,29 592.534 2008 590.956 1,31 775.710 2009 722.791 1,34 974.512

Page 20: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

6

 

Tabel 2. Konsumsi dan Impor Kedelai di Indonesia Tahun 1999- 2008

Tahun Konsumsi (000 Ton)

Impor (000 Ton)

Tingkat Ketergantungan %

2000 2.295,2 1.277,2 55,6 2002 2.038,1 1.365,1 66,8 2004 1.841,3 1.117,8 60,7 2006 1.837,2 1.028,8 56,0 2007 2.004,1 1.411,6 70,4 2008 1.945,5 1.169,0 60,0 2009 1.974,7 1.052,4 53,3

Sumber: BPS 2009 [diolah]

Ketergantungan ini tentunya sangat merugikan Indonesia karena harga

dari kedelai impor sangat fluktuatif. Jika kondisi ini berlanjut tentunya

ketergantungan impor kedelai yang semakin tinggi juga akan menyebabkan

pemborosan devisa, karena devisa dapat digunakan untuk tujuan strategis pada

sektor pertanian lainnya seperti pengembangan industri pertanian yang dapat

menyerap tenaga kerja. Selain itu keberadaan kedelai impor murah yang kini

mendominasi pasar kedelai di Indonesia membuat kedelai lokal semakin tersaingi.

Kedelai lokal tidak hanya harus bersaing harga namun juga harus bersaing dari

segi kualitas dengan kedelai impor.

Berdasarkan hal-hal di atas, terihat kondisi persaingan kedelai lokal

dengan kedelai impor yang semakin ketat. Untuk itu diperlukan kajian yang

menghasilkan informasi mengenai gambaran umum agribisnis kedelai di

Indonesia, untuk kemudian dilakukan analisis dayasaing agribisnis kedelai lokal

di Indonesia.

Di satu sisi sulitnya memacu produksi membuat volume impor semakin

deras masuk, namun di sisi lain permintaan kedelai nasional selalu tinggi.

Mengingat potensi lahan di Indonesia cukup luas, jumlah penduduk yang cukup

besar dan berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai maka komoditas

kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan agar dapat menekan

ketergantungan terhadap impor. Upaya untuk menekan ketergantungan terhadap

impor kedelai tersebut dapat ditempuh melalui strategi pengembangan agribisnis

kedelai lokal di Indonesia. Strategi yang telah dibuat selanjutnya dituangkan ke

dalam rancangan arsitektur strategik agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Hal

tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi faktor intenal dan eksternal agribisnis

Page 21: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

7

 

kedelai serta kondisi pengembangan sistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menghasilkan strategi untuk

pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Menelaah sistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia

2) Menganalisis dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia

3) Merumuskan strategi pengembangan dan menyusun arsitektur strategik

agribisnis kedelai lokal di Indonesia

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi

berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:

1) Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam

menganalisis permasalahan secara ilmiah

2) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi bagi

penelitian selanjutnya terutama penelitian tentang komoditi kedelai.

3) Bagi masyarakat ataupun pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai rujukan serta sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenai

dayasaing serta pengembangan kedelai lokal di Indonesia

4) Bagi pengambil kebijakan, instansi serta lembaga terkait lainnya diharapkan

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terkait

dengan dayasaing kedelai lokal di Indonesia

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji komoditas kedelai sebagai komoditas strategis

yang memiliki banyak manfaat dan peluang untuk dikembangkan lebih lanjut.

Penelitian ini akan membahas mengenai sistem agribisnis, dayasaing serta strategi

pengembangan agribisnis kedelai lokal Indonesia dengan dua batasan lingkungan

yaitu lingkungan makro dan lingkungan mikro. Pada lingkungan makro,

subsistem yang dibahas dalam sistem agribisnis kedelai lokal dibatasi oleh sistem

agribisnis dan komponen pendukung pada Berlian Porter yang meliputi subsistem

Page 22: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

8

 

jasa penunjang dan lingkungan ekonomi global. Sedangkan pada lingkungan

mikro dibatasi oleh sistem agribisnis dan komponen utama pada berlian porter

yang meliputi subsistem hulu, budidaya (on farm) dan subsistem hilir, untuk lebih

jelasnya lihat Gambar 4 pada Bab Metode Penelitian (Bab IV).

Page 23: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

9

 

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Kedelai di Indonesia

Kedelai (Glyicne max), bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun

sejak abad ke XVI tanaman ini telah dibudidayakan di pulau Jawa yang dibawa

oleh imigran Cina sebagai bahan makanan. Kelanjutan usahatani di Indonesia

ditunjang dengan adanya pengolahan kedelai menjadi bahan makanan seperti

tempe, tahu, kecap dan tauco yang ternyata teknik pengolahannya tidak

ditemukan di negara tetangga yang pada zaman dulu berhubungan erat dengan

Indonesia seperti Thailand, India, Vietnam.

Awalnya, secara tradisional kedelai memang tidak pernah ditanam secara

luas sebagai tanaman inti seperti jagung atau ubikayu namun hanya sebagai

tanaman sisipan. Secara berangsur-angsur terjadi perubahan dari corak usahatani

tradisional ke corak usahatani komersial untuk memperoleh keuntungan

maksimal. Namun hingga saat ini usahatani dengan corak tradisional masih jelas

terlihat. Kenyataan ini yang mengakibatkan lambannya adopsi teknologi budidaya

kedelai oleh petani.

Dalam kelompok tanaman pangan kedelai merupakan komoditas

terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Lebih dari 90 persen kedelai Indonesia

digunakan sebagai bahan pangan, terutama pangan olahan, yaitu sekitar 88 persen

untuk tahu dan tempe, 10 persen untuk pangan olahan lainnya dan sekitar 2 persen

untuk benih (Sudaryanto, Swastika 2007). Manfaat kedelai yang beragam

merupakan keunggulan yang dimiliki oleh kedelai. Beberapa pangan olahan yang

dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia diantaranya berupa tahu,

tempe, kecap, susu kedelai, tauco dan sebagainya.

Meningkatnya konsumsi kedelai penduduk Indonesia seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk serta berkembangnya industri pangan olahan

yang berbahan baku kedelai tidak diimbangi dengan produksi dalam negeri yang

mencukupi sehingga impor kedelai terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maka produksi dalam

negeri harus ditingkatkan. Peningkatan produksi kedelai tidak lepas dari

penerapan teknik budidaya kedelai yang benar. Pada dasarnya untuk

membudidayakan kedelai dibutuhkan teknik budidaya serta faktor lingkungan

Page 24: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

10

 

yang mendukung. Komponen pada lingkungan seperti faktor iklim, kesuburan

fisik-kimia dan biologi tanah, gulma serta hama penyakit menjadi faktor penentu

keberhasilan usaha produksi kedelai. Berikut komponen lingkungan yang dapat

mendukung keberhasilan produksi kedelai:

1) Syarat Tumbuh

2) Benih

3) Penyiapan Lahan dan Penanaman

4) Pemeliharaan

5) Pemupukan

6) Pengairan

7) Penyiangan/Pemberantasan Gulma dan Penyakit

8) Panen

2.2. Sistem Agribisnis Kedelai

Penelitian yang membahas mengenai sistem agribisnis kedelai sudah

pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di Institut Pertanian Bogor

oleh Permata (2002) dalam penelitiannya mengenai Analisis Sistem Agribisnis

Kedelai yang dilakukan pada Desa Hegarmanah Kecamatan Sukaluyu Kabupaten

Cianjur Propinsi Jawa Barat. Menurut Permata (2002) belum ada keterkaitan yang

harmonis antar masing-masing subsistem agribisnis yang ada. Pada pengadaan

sarana produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan dan alat-alat pertanian di

lokasi penelitian telah tersedia dengan baik.

Menurut Permata (2002), hasil analisis usahatani kedelai yang dilakukan

pada lokasi penelitian menujukkan bahwa usahatani yang dilakukan petani

penyewa memiliki ratio R/C atas biaya tunai sebesar 1,08 dan ratio R/C atas biaya

total sebesar 0,86. Untuk petani pemilik penggarap hasil analisis menunjukkan

bahwa hasil ratio R/C atas biaya tunai sebesar 2,32 dan ratio R/C atas biaya total

sebesar 0,86.

Saluran pemasaran pada penelitian ini memiliki tujuh pola pemasaran.

Pola pemasaran yang dominan yaitu pola pemasaran kedelai dari petani ke

pedagang pengumpul kemudian diteruskan ke pedagang grosir. Sedangkan pada

analisis nilai tambah menunjukkan bahwa pengolahan kedelai pada ketiga pabrik

pengolah mampu memberikan nilai tambah yang tinggi dengan ratio nilai tambah

Page 25: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

11

 

sebesar 63,46 persen. Sedangkan pada hasil analisis keefektifan koperasi

menunjukkan bahwa KUD Margamukti kurang mampu memberikan pelayanan

efektif dalam mendukung sistem agribisnis kedelai.

2.3. Dayasaing Kedelai Lokal di Indonesia

Penelitian yang membahas mengenai analisis dayasaing komoditi kedelai

lokal di Indonesia sudah pernah dilakukan sebelumnya sebagai topik penelitian di

Institut Pertanian Bogor oleh Handayani (2007) dalam penelitiannya mengenai

Simulasi Kebijakan Dayasaing Kedelai Lokal pada Pasar Domestik. Menurut

Handayani, dayasaing kedelai lokal dipengaruhi oleh fungsi luas panen,

produktivitas, harga riil kedelai lokal, harga tingkat produsen, volume impor dan

harga riil impor.

Menurut handayani (2007), luas panen kedelai dipengaruhi secara nyata

oleh harga riil kedelai lokal, harga riil jagung sebagai kompetitor utama dan luas

panen tahun sebelumnya. Sedangkan produktivitas kedelai itu sendiri dipengaruhi

oleh curah hujan, harga riil jagung dan produktivitas tahun sebelumnya. Dilihat

dari harga, harga riil kedelai lokal dipengaruhi oleh harga riil kedelai tingkat

produsen, harga riil kedelai impor, volume impor kedelai, produktivitas dan harga

riil kedelai lokal sebelumnya. Sedangkan harga riil di tingkat produsen

dipengaruhi oleh produksi kedelai, volume impor kedelai, konsumsi kedelai,

dummy monopoli Bulog dan harga riil di tingkat produsen tahun sebelumnya.

Handayani (2007) menyimpulkan bahwa volume impor kedelai

dipengaruhi produksi dan konsumsi kedelai. Harga riil kedelai impor dipengaruhi

oleh harga riil kedelai internasional, nilai tukar rupiah terhadap dolar, tarif impor

kedelai dan harga riil kedelai impor tahun sebelumnya. Elastisitas harga terhadap

permintaan kedelai bernilai negatif, yang menunjukkan bahwa kenaikan harga

kedelai akan menurunkan jumlah kedelai yang diminta. Sebaliknya elastisitas

harga terhadap penawaran kedelai bernilai positif menunjukkan bahwa harga

kedelai akan merangsang petani untuk meningkatkan produksinya

Menurut Handayani (2007), kebijakan menaikkan harga kedelai tingkat

produsen (harga dasar) akan menguntungkan petani. Adanya kenaikan harga

dasar, membuat petani menerima harga lebih tinggi sehingga menggairahkan

petani untuk meningkatkan produksi sebagai akibat harga yang tinggi dan

Page 26: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

12

 

menurunkan volume impor. Kebijakan kenaikan harga dasar akan efektif apabila

diikuti peraturan pendukung dan terobosan teknologi, sehingga terjadi

peningkatan produksi sekaligus peningkatan kualitas kedelai. Naiknya harga riil

kedelai tingkat produsen dari harga riil kedelai impor, menunjukkan bahwa harga

riil kedelai tingkat produsen mengalami penurunan. Hal ini yang menyebabkan

petani kurang berminat untuk menanam kedelai sehingga berakibat pada

penurunan luas panen dan produksi kedelai sehingga volume impor mengalami

peningkatan. Selain itu, naiknya harga riil kedelai di tingkat produsen dari harga

riil kedelai impor menunjukkan adanya peningkatan luas panen, produksi kedelai

dan harga riil kedelai lokal dan menyebabkan volume impor mengalami

penurunan. Membengkaknya harga kedelai lokal, membuat minat petani untuk

menanam kedelai meningkat, sehingga luas panen dan produksi kedelai semakin

meningkat yang berakibat volume impor akan semakin menurun.

Handayani (2007) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa kedelai

lokal dapat memiliki dayasaing dengan kedelai impor jika dilakukan

peningkatkan kualitas biji kedelai melalui pengembangan benih kedelai varietas

unggul bermutu dan berbiji besar, sehingga produktivitas dapat ditingkatkan dan

kualitas biji dapat menyamai kedelai impor.

Penelitian mengenai dayasaing kedelai juga pernah dilakukan oleh

Gonzales (1993), yang dijelaskan dalam buku kumpulan penelitian

pengembangan kedelai yang diterbitkan Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian. Gonzales mengemukakan bahwa secara ekonomi usahatani kedelai di

Indonesia masih belum mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, baik

yang dilakukan secara tradisional maupun secara modern untuk ketiga rezim

pemasaran yaitu rumah tangga (IRT), subtitusi impor (IS), dan promosi ekspor

(EP). Kedelai tidak mempunyai keunggulan komparatif untuk ketiga rezim

pemasaran. Sedangkan padi dan jagung untuk promosi ekspor tidak memiliki

keunggulan komparatif namun jika diproduksi untuk perdagangan antar wilayah

dan subtitusi impor jagung dan padi memiliki keunggulan komparatif.

Menurut Gonzales (1993), kebijakan pemerintah yang dapat melindungi

harga kedelai domestik, pemberlakuan tarif impor dan pembatasan jumlah impor

penting dijalankan. Selain itu pengembangan kedelai perlu diarahkan pada

Page 27: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

13

 

peningkatan produksi, perbaikan kualitas dan dayaguna sebagai produk olahan

yang mampu bersaing dengan produk olahan dari bahan baku non kedelai. Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan dayasaing kedelai lokal di Indonesia.

2.4. Strategi Pengembangan dan Arsitektur Strategik Komoditi di Indonesia Penelitian mengenai strategi pengembangan komoditas pernah dilakukan

oleh Puspita (2009). Pada penelitiannya Puspita (2009) menganalisis dayasaing

dan strategi pengembangan agribisnis gandum lokal di Indonesia. Dimana

masing-masing subsistem yang terdapat pada agribisnis gandum lokal belum

saling mendukung dan terkait satu sama lain.

Puspita (2009) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa agribisnis gandum

lokal di Indonesia dayasaingnya masih lemah. Hal ini ditunjukkan dengan

banyaknya keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung pada

agribisnis gandum lokal di Indonesia. Pada penelitiannya Puspita (2009) telah

merumuskan beberapa strategi yang digunakan untuk mengembangkan dan

mengingkatkan dayasaing agribisnis gandum lokal. Puspita (2009) menjelaskan

bahwa beberapa strategi yang telah dibuat kemudian dipetakan kedalam

rancangan arsitektur strategik yang didalamnya terdapat program-program yang

dilakukan baik secara rutin maupun bertahap yang digunakan untuk mencapai

sasaran. Beberapa strategi yang dirumuskan diantaranya adalah:

1) Optimalisasi lahan gandum lokal

2) Membangun industri berbasis gandum lokal di pedesaan

3) Penguatan kelembagaan

4) Melakukan bimbingan, pembinaan dan pendampingan bagi petani

5) Membentuk kerjasama antara petani dengan industri makanan

6) Menciptakan sumber permodalan bagi petani

7) Mengatur ketersediaan benih

8) Menciptakan varietas gandum baru untuk dataran rendah dan medium

9) Melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis gandum lokal

10) Pembatasan volume impor

11) Menciptakan produk olahan gandum lokal berkualitas tinggi untuk

pasar tertentu

12) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal

Page 28: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

14

 

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa

kedelai lokal di Indonesia belum memiliki baik keunggulan komparatif maupun

keunggulan kompetitif sehingga dayasaing kedelai lokal di Indonesia masih

lemah. Namun, terdapat beberapa varietas unggulan kedelai lokal yang mutunya

lebih baik dari kedelai impor yang dapat digunakan untuk meningkatkan

dayasaing kedelai lokal di Indonesia. Selain itu terdapat berbagai macam faktor

yang mempengaruhi dayasaing kedelai di Indonesia seperti fungsi luas panen,

produktivitas, harga riil kedelai lokal, harga tingkat produsen, volume impor dan

harga riil impor.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah dalam

penelitian ini dilakukan analisis komponen-komponen penentu dayasaing suatu

komoditas serta keterkaitan antar komponen tersebut. Dengan menggunakan

Porter’s Diamond Theory. Selain itu, penelitian ini juga dilengkapi dengan

analisis pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia dengan menggunakan

analisis SWOT dan dipetakan dalam bentuk arsitektur strategi yang selanjutnya

analisis tersebut dapat digunakan sebagai informasi dalam membuat strategi

pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia untuk meningkatkan

dayasaing dalam upaya pencapaian swasembada kedelai di Indonesia.

Page 29: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

15

 

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Pengertian Agribisnis

Sistem agribisnis adalah cara baru melihat sektor pertanian (Saragih

2010). Sistem agribisnis (termasuk agroindustri) dalam konteks strategi

industrialisasi yang mengandalkan industri atau kegiatan-kegiatan yang

memanfaatkan atau menciptakan nilai tambah baru bagi produk-produk pertanian

primer serta industri atau kegiatan lain yang memproduksi bahan-bahan dan alat-

alat untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Menurut Saragih (2010) sektor agribisnis sebagai bentuk modern dari

pertanian primer, paling sedikit mencakup empat subsistem yakni: subsistem

agribisnis hulu (upstream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang

menghasilkan dan perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti industri

pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat dan mesin pertanian, dan lain-lain);

subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yang pada masa lalu kita sebut

dengan sektor pertanian primer, subsistem agribisnis hilir (downstream

agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer

menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak, siap untuk

disaji atau siap untuk dikonsumsi beserta kegiatan perdagangannya di pasar

domestik dan internasional; dan subsistem jasa layanan pendukung seperti

lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan dan layanan

informasi agribisnis, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah,

asuransi agribisnis dan lain-lain. Berikut lingkup pembangunan dan sistem usaha

agribisnis dijelaskan pada Gambar 1.

Page 30: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

16

 

Gambar 1. Lingkup Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis Sumber: Saragih (2010)

3.1.2. Konsep Dayasaing

Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi

berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan sebagai kemampuan

suatu produsen untuk memproduksi suatu produk dengan biaya yang cukup

rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional kegiatan

produksi tersebut menguntungkan (Simanjuntak 1992).

Dayasaing (competitiveness) sangat penting bagi keberhasilan atau

kegagalan suatu industri. Konsep dayasaing pada tingkat nasional adalah

produktivitas. Menurut Porter (1990) dayasaing adalah produktivitas yang

didefinisikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Kemampuan

untuk menghasilkan suatu standar kehidupan yang tinggi dan meningkat bagi para

warga tergantung pada produktivitas dimana tenaga kerja dan modal suatu negara

digunakan. Produktivitas adalah nilai output yang diproduksi oleh suatu unit

tenaga kerja atau modal. Produktivitas tergantung baik pada kualitas dan

penampilan produk (yang menentukan harga yang dapat mereka minta) maupun

Subsistem Agribisnis

Hulu

Subsistem Usahatani

Subsistem Pengolahan

Subsistem Pemasaran

Industri perbenihan/ Pembibitan tanaman Industri agrokimia Industri agrootomotif

Usaha tanaman pangan dan hortikultura Usaha perkebunan Usaha peternakan

Industri makanan Industri minumanIndustri pangan Industri barang serat alam Industri biofarma Industri agrowisata dan estetika

Distribusi Promosi Informasi pasar Kebijakan perdagangan Struktur pasar

Subsistem Jasa dan Penunjang

Perkreditan dan Asuransi Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Penyuluhan

Transportasi dan Pergudangan

Page 31: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

17

 

pada efisiensi dimana produk dihasilkan. Produktivitas adalah penentu utama dari

standar hidup negara yang berjangka panjang dan akar penyebab pendapatan per

kapita nasional. Produktivitas sumberdaya manusia menentukan upah karyawan,

produktivitas dimana modal digunakan dan return yang diperolehnya untuk para

pemegang sahamnya (Cho dan Moon 2003).

Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang

dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Peningkatan dayasaing dapat

dilakukan dengan mentransformasikan keunggulan komparatif menjadi

keunggulan kompetitif. Seperti halnya pembangunan agribisnis yang dilakukan

sebagai upaya untuk meningkatkan dayasaing, dimana suatu komoditi memiliki

dayasaing jika menghasilkan keuntungan yang maksimum.

Keunggulan kompetitif (competitive advantage) sendiri merupakan alat

yang digunakan untuk mengukur dayasaing suatu aktivitas berdasarkan pada

kondisi perekonomian aktual. Secara operasional, Simatupang (1995)

menyebutkan bahwa keunggulan kompetitif adalah kemampuan memasok barang

dan jasa pada waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar

domestik maupun pasar internasional, pada harga yang sama atau lebih rendah

dibandingkan yang ditawarkan oleh pesaing, seraya memperoleh laba paling tidak

sebesar ongkos penggunaan (opportunity cost) sumberdaya. Kondisi ini

menyebabkan keunggulan kompetitif tidak saja ditentukan oleh keunggulan

komparatif (menghasilkan barang lebih murah dibandingkan dengan pesaing),

tetapi juga ditentukan oleh kemampuan untuk memasok produk dengan atribut

(karakter) yang sesuai dengan keinginan konsumen.

Menurut Porter (1990), negara-negara cenderung berhasil dalam bersaing

pada industrinya disebabkan diamond nasionalnya yang saling mendukung.

Diamond tersebut mempuyai empat komponen yang saling terkait, yaitu: (1)

kondisi faktor, seperti tenaga kerja terampil atau infrastruktur yang bersaing

dalam suatu industri, (2) kondisi permintaan pasar untuk barang dan jasa industri,

(3) industri terkait dan industri pendukung secara internasional bersifat kompetitif

serta (4) strategi perusahaan, struktur dan persaingan (Cho dan Moon 2003).

Page 32: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

18

 

3.1.3. Formulasi Strategi

1) Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2005), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Setelah

diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, barulah dapat ditentukan

strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil

keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus untuk memperkecil atau

bahkan mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang

ada.

Kekuatan yang dimiliki perusahaan merupakan sisi positif perusahaan

yang dapat membimbing ke arah peluang yang lebih luas, sehingga dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan usaha. Sedangkan kelemahan yang dimiliki

perusahaan merupakan kekurangan yang dimiliki perusahaan dalam hal keahlian

dan sumberdaya perusahaan. Matriks SWOT membantu menyusun berbagai

alternatif strategi berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, peluang dan

ancaman melalui pengembangan empat tipe strategi, yaitu SO (Srenght-

Opportunities), WO (Weaknesses-Threats), ST (Strenght-Threats) dan WT

(Weaknesses- Threats).

2) Arsitektur Strategik

Pada awal tahun 1990an Gary Hamel dan C.K. Prahalad memperkenalkan

pendekatan arsitektur strategik yang bersifat bentangan atau stretch. Pendekatan

arsitektur strategik muncul sebagai respon dari pendekatan klasik yang dirasa

kurang mampu untuk mengakomodasi perubahan lingkungan yang tergolong

cepat, karena ketika menyusun pendekatan klasik membutuhkan asumsi-asumsi

yang sangat ketat. Arsitektur strategik diciptakan untuk lebih adaptif dan lebih

fleksibel di dalam menanggapi suatu perubahan, sehingga dengan

diaplikasikannya arsitektur strategik ini, organisasi akan dengan leluasanya

mengembangkan skenario yang diperkirakan akan memuluskan jalan menuju

tercapainya visi dan misi organisasi tersebut. Strategi dengan skenario yang

dirumuskan kemudian dipetakan ke dalam secara petak biru atau yang lazim

Page 33: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

19

 

disebut sebagai blue print strategi. Blue Print Strategy ini sepenuhnya disusun

guna mendukung tercapainya tujuan (visi) organisasi dalam waktu yang telah

ditentukan (Yoshida 2006).

Arsitektur strategik disusun dengan memperlihatkan unsur yang nantinya

unsur-unsur tersebut dipadukan untuk mendapatkan sebuah peta umum strategik

yang akan diimplementasikan untuk jangka waktu yang telah dirumuskan.

Beberapa unsur tersebut yaitu visi dan misi organisasi, analisis lingkungan

internal dan eksternal organisasi, mengetahui dan memahami tantangan organisasi

dan sasaran yang ingin dicapai. Analisis internal dan eksternal dalam analisis

strategik digunakan untuk memperoleh gambaran industri dimasa yang akan

datang sekaligus sebagai solusi dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis

yang semakin cepat.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Konsumsi kedelai di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Kedelai sebagai tanaman

pangan berkontribusi sebagai bahan baku berbagai pangan olahan yang memiliki

nilai gizi yang tinggi namun juga berkontribusi pada industri pakan ternak. Hal

inilah yang membuat permintaan kedelai terus meningkat. Di lain pihak

kebutuhan kedelai yang begitu besar sedangkan produksi kedelai lokal yang

belum mampu untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri mengharuskan

pemerintah untuk melakukan impor kedelai. Padahal besarnya impor kedelai yang

dilakukan akan mengurangi devisa yang cukup besar. Sedangkan tingginya impor

kedelai murah yang mendominasi pasar kedelai di dalam negeri membuat kedelai

lokal semakin tersaingi. Karena itu dibutuhkan adanya kemandirian pangan atau

swasembada kedelai untuk mengurangi volume impor kedelai.

Penjelasan di atas menggambarkan suatu kondisi yang berkaitan dengan

agribisnis kedelai di Indonesia. Indonesia perlu untuk meningkatkan

dayasaingnya terhadap kedelai impor. Untuk meningkatkan dayasaing tersebut,

maka diperlukan peran serta dari seluruh pelaku agribisnis dan dukungan

kebijakan pemerintah.

Page 34: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

20

 

Gambaran di atas menjadi dasar penelitian ini yaitu menganalisis kondisi

sistem agribisnis saat ini, kemudian melihat dayasaingnya serta merumuskan

strategi untuk pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Penelitian ini

dilakukan untuk pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia dengan

menggunakan komponen Berlian Porter, kemudian dilanjutkan dengan

identifikasi SWOT terhadap komponen-komponen tersebut. Hasil identifikasi

tersebut kemudian dirumuskan ke dalam suatu strategi pengembangan agribisnis

kedelai lokal di Indonesia dengan menggunakan matriks SWOT. Setelah

diperoleh strategi tersebut maka akan disusun ke dalam Rancangan Arsitektur

Strategik. Semua hal yang telah dijelaskan sebelumnya terangkum dalam

kerangka pemikiran operasional penelitian yang terdapat pada Gambar 2.

Page 35: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

21

 

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Enam Komponen Berlian Porter: 1. Kondisi Faktor

Sumberdaya 2. Kondisi Permintaan 3. Industri Terkait dan

Industri Pendukung 4. Struktur, Persaingan

dan Strategi Perusahaan

5. Peran Pemerintah 6. Peran Kesempatan

• Kedelai sebagai bahan baku utama industri pengolahan tempe dan tahu

• Tingginya permintaan kedelai dalam negeri

● Peluang pasar kedelai di dalam negeri

Sistem Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia

Analisis SWOT

Analisis Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal di

Indonesia

Strategi Pengembangan Agribisnis Kedelai Lokal di

Indonesia

Arsitektur Strategik

●Tingginya volume kedelai impor ●Dominansi kedelai impor di pasar

domestik ● Harga kedelai impor lebih murah

Page 36: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

22

 

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini membahas tentang kondisi sistem agribisnis kedelai lokal di

Indonesia, dayasaing kedelai lokal dengan menganalisis faktor internal dan faktor

eksternal agribisnis kedelai di Indonesia, serta strategi pengembangan yang dapat

dihasilkan untuk meningkatkan dayasaing kedelai lokal. Lingkup penelitian ini

meliputi analisis dayasaing dan strategi pengembangan kedelai lokal dengan skala

nasional (makro). Waktu penelitian berlangsung dari bulan Januari hingga Mei

2011 mencakup ke dalam penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data dan

informasi, pengolahan data hingga disimpulkannya hasil penelitian.

4.2. Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam dengan pihak-

pihak yang terkait dengan penelitian ini yaitu pemerintah pusat dan daerah,

KOPTI (Koperasi pengusaha Tahu Tempe Indonesia). Sedangkan data sekunder

diperoleh dari Dirjen Tanaman Pangan, Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang

Pertanian), Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP), Pusat Data

dan Informasi Pertanian, literatur-literatur penelitian terdahulu, buku dan internet.

Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan berupa daftar

pertanyaan/panduan wawancara yang telah disusun secara tertulis sesuai dengan

masalah, alat pencatat, review dokumen dan alat penyimpanan data elektronik.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan sendiri oleh peneliti dengan teknik

pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan wawancara khusus (Elite

Interviewing) dengan kelompok elite tertentu yaitu Kasubid Pengembangan

Kedelai, Kepala Seksi Pengembangan Kedelai Lokal, Kepala KOPTI dan studi

literatur dari berbagai sumber dan buku serta internet.

Page 37: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

23

 

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi

sistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Selain itu analisis deskriptif kualitatif

juga dilakukan dengan menggunakan Teori Berlian Porter untuk menganalisis

dayasaing agribisnis kedelai lokal, sedangkan metode analisis SWOT digunakan

untuk mengetahui strategi pengembangan untuk meningkatkan dayasaing

agribisnis kedelai lokal di Indonesia, kemudian strategi tersebut dipetakan ke

dalam Arsitektur Strategik.

Pada penelitian ini terdapat pihak internal dan pihak eksternal. Pihak

internal terdapat pada lingkungan mikro, sedangkan pihak eksternal berada pada

lingkungan makro. Pada penelitian ini yang menjadi pihak internal meliputi

subsistem hulu, petani kedelai lokal sebagai pelaku kegiatan usahatani (on farm),

subsistem hilir, faktor fisik dan infrastruktur. Sedangkan pada lingkungan makro

terdapat pihak eksternal yaitu subsistem jasa dan penunjang, Keberhasilan

lingkungan mikro pada agribisnis kedelai lokal di Indonesia didukung oleh

kondisi lingkungan makro dan kekuatan eksternal global yang ada.

Page 38: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

24

 

Keterangan : Faktor Internal : Lingkungan Mikro

Faktor Eksternal : Lingkungan Makro dan Lingkungan Global

Gambar 3. Sistem Agribisnis Kedelai Lokal

Kekuatan Ekonomi dan Sosial Politik Global/Internasional

Lingkungan Makro

Subsistem Penunjang : ‐ Kebijakan pemerintah ‐ Lembaga keuangan ‐ Lembaga penelitian ‐ Lembaga pendidikan ‐ Pemerintah ‐ Asosiasi perdagangan

Lingkungan Mikro

Subsistem On farm (petani kedelai lokal)

Subsistem Hilir Kedelai: • Pengolahan • Pemasaran

Subsistem Hulu Kedelai: Industri pupuk organik dan anorganik, benih, alat dan mesin pertanian, industri pestisida

Faktor Fisik dan Infrastuktur : ‐ Tanah, air,

udara, sinar matahari, hewan dan vegetasi, iklim

‐ Lingkungan buatan manusia

Page 39: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

25

 

4.4.1. Analisis Berlian Porter

Dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia dapat diketahui dengan

menggunakan Teori Berlian Porter. Analisis dilakukan dengan menggunakan tiap

komponen dari Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Komponen

tersebut meliputi:

a) Factor Condition (FC), yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu

industri seperti tenaga kerja dan infrastuktur.

b) Demand Condition (DS), yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa

dalam suatu negara.

c) Related and Supporting Industries (RSI), yaitu keadaan para penyalur dan

industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan.

d) Firm Strategy, Structure, and Rivalry (FSSR), yaitu strategi yang dianut

perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam

suatu industri domestik.

Keempat komponen di atas merupakan komponen utama pada Teori

Berlian Porter. Selain itu terdapat dua faktor pendukung Teori Berlian Porter yaitu

faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat komponen dan dua faktor

pendukung tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Dari hasil analisis

komponen penentu dayasaing, kita dapat menentukan komponen yang menjadi

keunggulan dan kelemahan dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Hasil

keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan

perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri.

Empat komponen Porter tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kondisi Faktor Sumberdaya

Posisi suatu bangsa berdasarkan sumberdaya yang dimiliki merupakan

faktor produksi yang diperlukan untuk bersaing dalam industri tertentu. Faktor

produksi digolongkan ke dalam lima kelompok:

a) Sumberdaya Fisik atau Alam

Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi dayasaing

nasional mencakup biaya, aksestabilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi),

ketersediaan air, mineral, dan energi sumberdaya pertanian, perkebunan,

kehutanan, perikanan (termasuk perairan laut lainnya), peternakan serta

Page 40: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

26

 

sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak

dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah

geografis, kondisi topografis dan lain-lain.

b) Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia yang mempengaruhi dayasaing industri nasional

terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan

keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah),

dan etika kerja (termasuk moral).

c) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar,

pengetahuan teknis dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan

dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber

pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan

pengembangan, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan dan sumber

pengetahuan dan teknologi lainnya.

d) Sumber Modal

Sumberdaya modal yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari

jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembiayaan (sumber

modal), aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan

perbankan, tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter,

fiskal serta peraturan moneter dan fiskal.

e) Sumberdaya Infrastruktur

Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri

dari ketersediaan, jenis, mutu dan biaya penggunaan infrastruktur yang

mempengaruhi persaingan. Termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos,

giro, pembayaran transfer dana, air bersih, energi listrik dan lain-lain.

2) Kondisi Pemintaan

Kondisi permintaan dalam negeri merupakan faktor penentu dayasaing

industri, terutama mutu permintaan domestik. Mutu permintaan domestik

merupakan sasaran pembelajaran perusahaan-perusahaan domestik untuk bersaing

di pasar global. Mutu permintaan (persiapan yang ketat) di dalam negeri

memberikan tantangan bagi setiap perusahaan untuk meningkatkan dayasaingnya

Page 41: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

27

 

sebagai tanggapan terhadap mutu persaingan di pasar domestik. Ada tiga faktor

kondisi permintaan yang mempengaruhi dayasaing industri nasional yaitu:

a) Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing

industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi:

i) Struktur segmen permintaan domestik sangat mempengaruhi

dayasaing nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih

mudah memperoleh dayasaing pada struktur segmen permintaan yang

lebih luas dibandingkan dengan struktur segmen yang sempit.

ii) Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan

tekanan kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu

dan memenuhi standar yang tinggi yang mencakup standar mutu

produk, product features dan pelayanan.

iii) Antisipasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri

merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan bersaing.

b) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat

persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh pembeli bebas, tingkat

pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru dan kejenuhan

permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan melakukan penetrasi lebih

awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan

keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat dilakukan jika

industri melakukannya dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman

modal dengan membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi dan

peningkatan produktivitas.

c) Internasionalisasi Pemintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong

dayasaing industri nasional, karena dapat membawa produk tersebut ke luar

negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering

mengunjungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya dayasaing

produk negeri yang dikunjungi tersebut.

Page 42: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

28

 

3) Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang telah memiliki

dayasaing global juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri

hulu yang memiliki dayasaing global akan memasok input bagi industri utama

dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan yang cepat,

pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri utama,

sehingga industri tersebut juga akan memiliki dayasaing global yang tinggi.

Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai bahan

bakunya. Apabila industri hilir memiliki dayasaing global maka industri hilir

tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh dayasaing global.

4) Struktur, Persaingan, Strategi Perusahaan

Struktur industri dan perusahaan juga menentukan dayasaing yang dimiliki

oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut. Struktur

industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk melakukan

perbaikan-perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan struktur

industri yang bersaing. Struktur perusahaan yang berada dalam industri sangat

berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola dan

dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun

internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan

dayasaing global industri yang bersangkutan.

a) Struktur Pasar

Istilah struktur pasar digunakan untuk menunjukan tipe pasar. Derajat

persaingan struktur pasar (degree of competition of market share) dipakai

untuk menunjukan sejauhmana perusahaan-perusahaan individual mempunyai

kekuatan untuk mempengaruhi harga atau ketentuan-ketentuan lain dari produk

yang dijual di pasar. Struktur pasar didefinisikan sebagai sifat-sifat organisasi

pasar yang mempengaruhi perilaku dan keragaan perusahaan. Jumlah penjual

dan keadaan produk (nature of the product) adalah dimensi-dimensi yang

penting dari struktur pasar. Adapula dimensi lainnya yaitu mudah atau sulitnya

memasuki industri (hambatan masuk pasar), kemampuan perusahaan

mempengaruhi permintaan melalui iklan dan lain-lain. Beberapa struktur pasar

yang ada antara lain pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar

Page 43: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

29

 

oligopoli, pasar monopsoni dan pasar oligopsoni. Biasanya struktur pasar yang

dihadapi suatu industri seperti monopoli dan oligopoli lebih ditentukan oleh

kekuatan perusahaan dalam menguasai pangsa pasar yang ada, dibandingkan

dengan jumlah perusahaan yang bergerak dalam suatu industri.

b) Persaingan

Tingkat persaingan dalam industri merupakan salah satu pendorong bagi

perusahaan-perusahaan yang berkompetisi untuk terus melakukan inovasi.

Keberadaan pesaing lokal yang handal dan kuat merupakan faktor penentu dan

sebagai motor penggerak untuk memberikan tekanan pada perusahaan lain

dalam meningkatkan dayasaingnya. Perusahaan-perusahaan yang telah teruji

pada persaingan ketat dalam industri nasional akan lebih mudah memenangkan

persaingan internasional dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang

belum memiliki dayasaing yang tingkat persaingannya rendah.

c) Strategi Perusahaan

Dalam menjalankan suatu usaha, baik usaha yang berskala besar maupun

perusahaan berskala kecil, dengan berjalannya waktu, pemilik atau manajer

dipastikan mempunyai keinginan untuk mengembangkan usahanya ke dalam

lingkup yang lebih besar. Untuk mengembangkan usaha, perlu strategi khusus

yang terangkum dalam suatu strategi pengembangan usaha. Dalam penyusunan

suatu strategi diperlukan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan

semua faktor yang berpengaruh terhadap organisasi atau perusahaan tersebut.

5) Peran Pemerintah

Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya

peningkatan dayasaing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu

dayasaing global. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam industri mampu

menciptakan dayasaing global secara langsung. Peran pemerintah merupakan

fasilitator bagi upaya untuk mendorong perusahaan-perusahaan dalam industri

agar senantiasa melakukan perbaikan dan meningkatkan dayasaingnya.

Pemerintah dapat mempengaruhi aksesibilitas pelaku-pelaku industri terhadap

berbagai sumberdaya melalui kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam,

tenaga kerja, pembentukan modal, sumberdaya ilmu pengetahuan dan teknologi

serta informasi.

Page 44: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

30

 

Pemerintah juga dapat mendorong peningkatan dayasaing melalui

penetapan standar produk nasional, standar upah tenaga kerja minimum, dan

berbagai kebijakan terkait lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi

permintaan domestik, baik secara langsung melalui kebijakan moneter dan fiskal

yang dikeluarkannya maupun secara langsung melalui perannya sebagai pembeli

produk dan jasa. Kebijakan penerapan bea keluar dan bea masuk, tarif pajak dan

lain-lainnya yang juga menunjukkan terdapat peran tidak langsung dari

pemerintah dalam meningkatkan dayasaing global. Pemerintah dapat

mempengaruhi tingkat dayasaing melalui kebijakan yang memperlemah faktor

penentu dayasaing industri, tetapi pemerintah tidak dapat secara langsung

menciptakan dayasaing global namun memfasilitasi lingkungan industri yang

mampu memperbaiki kondisi faktor penentu dayasaing, sehingga perusahaan-

perusahaan yang berada dalam industri mampu mendayagunakan faktor-faktor

penentu tersebut secara efektif dan efisien.

6) Peran Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali

perusahaan atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan dayasaing global industri

nasional. Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya dayasaing

industri global nasional adalah penemuan baru yang murni, biaya perusahaan

yang tidak berlanjut (misalnya terjadi perubahan harga minyak atau depresiasi

mata uang), meningkatkan permintaan produk industri yang bersangkutan lebih

tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh negara lain serta

berbagai faktor kesempatan lainnya.

Page 45: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

31

 

Keterangan : Garis ( ), menunjukan keterkaitan antara komponen utama yang saling mendukung Garis ( ), menunjukan keterkaitan antara komponen penunjang yang mendukung komponen utama.

Gambar 4. The Complete System of National Competitif Advantage Sumber: Porter (1990)

Persaingan, Struktur, dan Strategi perusahaan 1. Persaingan Domestik 2. Struktur dan Strategi

perusahaan

Peranan Kesempatan

Kondisi Permintaan Domestik 1. Komposisi

permintaan domestik

2. Besar dan pola pertumbuhan permintaan domestik

3. Internasionalisasi permintaan domestik

Kondisi Faktor Sumberdaya 1. Sumberdaya

alam 2. Sumberdaya

manusia 3. Sumberdaya

IPTEK 4. Sumberdaya

modal 5. Sumberdaya

infrastruktur

Industri Terkait dan Pendukung 1. Industri terkait 2. Industri

pendukung

Peranan Pemerintah

Page 46: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

32

 

4.4.2. Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal

kondisi agribisnis kedelai di Indonesia. Analisis SWOT dilakukan dengan

menggunakan matriks SWOT dan menghasilkan empat alternatif strategi yang

mampu menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Berikut ini merupakan matriks SWOT:

IFAS EFAS

Stengths (S) Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

Weaknesses (W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

Opportunity (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang

Threats (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Gambar 5. Matriks SWOT Sumber David (2004)

Tahap analisis dilakukan setelah mengumpulkan semua informasi yang

berpengaruh terhadap kelangsungan agribisnis kedelai lokal melalui proses

identifikasi terhadap peluang, ancaman, kelemahan dan kekuatan. Identifikasi

kekuatan dalam analisis keunggulan kompetitif ditunjukan dengan keadaan suatu

atribut yang mendukung. Sedangkan kelemahan ditunjukan dengan keadaan

atribut yang kurang mendukung. Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua

informasi tersebut dalam perumusan strategi dengan menggunakan model SWOT.

Page 47: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

33

 

Menurut David (2004), terdapat delapan tahapan dalam membentuk

matriks SWOT yaitu:

1. Tentukan faktor-faktor peluang eksternal organisasi atau perusahaan.

2. Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal organisasi atau perusahaan.

3. Tentukan faktor-faktor kekuatan internal kunci organisasi atau perusahaan.

4. Tentukan faktor-faktor kelemahan internal kunci organisasi atau

perusahaan.

5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

strategi S-O.

6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk

mendapatkan strategi W-O.

7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi S-T.

8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk

mendapatkan strategi W-O.

4.4.3. Arsitektur Strategik

Arsitektur strategik adalah suatu gambar rancangan arsitektur strategi yang

bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam kanvas

rencana organisasi untuk meraih visi dan misinya. Guna menyusun sebuah

arsitektur strategik yang lengkap perlu diperhatikan komponen inti dan komponen

pendamping. Komponen inti adalah komponen penting yang menjadi syarat

cukup untuk menyusun arsitektur strategik. Sedangkan komponen pendamping

merupakan turunan lanjutan dari komponen inti yaitu berupa kompetensi inti

organisasi dan strategic intent (Yoshida 2006).

Penggunaan arsitektur strategik dalam penyusunan strategi mampu

memberikan kemudahan karena strategi disajikan dalam bentuk gambar sehingga

mudah untuk dipahami. Proses berfikir kreatif yang menggabungkan seni dengan

hasil strategi yang diperoleh dari tahapan pengambilan keputusan diwujudkan

dalam gambar arsitektur strategik yang telah dibuat. Teknik penggambaran suatu

arsitektur strategi tidak memiliki aturan baku yang menggambarkan suatu susunan

strategi.

Page 48: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

34

 

V GAMBARAN UMUM KEDELAI DUNIA DAN NASIONAL

5.1. Kedelai Dunia

5.1.1. Produksi Kedelai Dunia

Volume produksi kedelai dunia selama empat tahun mulai dari tahun 2006

hingga tahun 2009 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 volume produksi

kedelai dunia mampu mencukupi permintaan kedelai dunia. Namun pada tahun

2007 dan 2008, dunia mengalami defisit kedelai sebesar 9 juta ton. Kondisi ini

berubah pada tahun 2009, dimana produksi kedelai dunia mengalami surplus

sebesar 16 juta ton, sehingga kebutuhan kedelai dunia dapat terpenuhi.

Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Permintaan Kedelai Dunia (juta ton) Periode Tahun 2006 – 2009

Tahun Produksi (juta ton)

Konsumsi (Juta ton)

Defisit (Juta ton)

2006 237 225 12

2007 221 230 -9

2008 211 220 -9

2009 250 234 16

Sumber: USDA (2010) [diolah]

Berdasarkan data di atas konsumsi kedelai dunia selama empat tahun

terakhir terus mengalami kenaikan. Tingginya permintaan kedelai ini terjadi

karena berbagai manfaat yang dapat diambil dari kedelai, baik untuk memenuhi

kebutuhan pangan maupun kebutuhan non pangan. Bagi kebutuhan pangan

sendiri, protein nabati yang terkandung dalam kedelai cukup besar dan baik untuk

kesehatan. Di beberapa negara seperti Indonesia kedelai dikonsumsi ke dalam

berbagai jenis panganan dan banyak dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati

yang relatif lebih murah bila dibandingkan dengan protein hewani yang ada pada

daging. Sedangkan pada sektor non pangan, kedelai banyak digunakan sebagai

sumber energi alternatif (biofuel). Beberapa keunggulan inilah yang membuat

permintaan kedelai dunia terus meningkat.

Page 49: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

35

 

5.1.2. Negara Penghasil Kedelai Dunia

Berdasarkan data statistik Amerika merupakan negara penghasil kedelai

terbesar di dunia. Hal ini ditunjukan dengan rata-rata jumlah produksi kedelai

Amerika selama empat tahun terakhir sebesar 83 juta ton atau sebesar 35,75

persen dari total produksi dunia. Negara lain yang juga merupakan negara utama

penghasil kedelai terbesar di dunia diantaranya Brazil dengan rata-rata produksi

sebesar 26,58 persen, Argentina sebesar 19,54 persen, Cina sebesar 6,35 persen

dan India sebesar 3,8 persen atau dengan rata-rata jumlah produksi masing-

masing negara sebesar 61,7 juta ton, 45,4 juta ton, 14,7 ton, 8,8 juta ton.

Di pasar internasional, selain sebagai produsen utama kedelai dunia,

Amerika juga menguasai 43,11 persen ekspor dunia dan dipandang sebagai

negara besar yang menguasai perdagangan kedelai dunia. Untuk itu setiap

perubahan penawaran kedelai Amerika dapat menentukan harga kedelai

internasional. Berbagai kebijakan terkait perdagangan kedelai di Amerika akan

mempengaruhi kondisi perdagangan internasional kedelai.

Tabel 4. Jumlah Produksi Negara-Negara Penghasil Kedelai Terbesar di Dunia Periode Tahun 2006/2007 – 2009/2010 (000) Ton

Negara Poduksi Rata-rata

Jumlah Poduksi 2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010

Amerika 87.001 72.859 80.749 91.417 83.006,50

Brazil 59.000 61.000 57.800 69.000 61.700,00

Argentina 48.800 46.200 32.000 54.500 45.375,00

Cina 15.074 13.400 15.540 14.980 14.748,50

India 7.690 9.470 9.100 9.000 8.815,00

Paraguay 5.856 6.900 4.000 7.200 5.989,00

Kanada 3.466 2.696 3.336 3.507 3.251,25

Lain-lain 9.346 7.875 9.427 10.618 9.316,50

Total 236.233 220.400 211.952 260.222 232.201,75

Sumber: USDA (2010)

Page 50: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

36

 

5.1.3. Eksportir Kedelai di Dunia

Berdasarkan data ekspor kedelai dunia, terlihat bahwa terdapat lima

negara yang mendominasi ekspor kedelai dunia. Negara dengan volume ekspor

terbesar adalah Amerika diikuti oleh Brazil, Argentina, Paraguay dan Kanada.

Pada tahun 2009/2010 kelima negara tersebut telah berkontribusi sebesar 97,25

persen terhadap ekspor kedelai dunia. Selama empat tahun terakhir kontribusi

terbesar diberikan oleh Amerika sebesar 43,11 persen dari total ekspor kedelai

dunia yang diikuti oleh Brazil sebesar 33,66 persen, Argentina sebesar 13,18

persen, Paraguay sebesar 5,03 dan Kanada sebesar 2,41 persen.

Tabel 5. Ekportir Utama Kedelai Dunia Periode Tahun 2006/2007–2009/2010 (000) ton

Negara Volume

2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010

Amerika 30.386 31.538 34.817 40.852

Brazil 23.485 25.364 29.987 28.578

Argentina 9.560 13.839 5.590 13.088

Paraguay 3.907 4.585 2.234 5.350

Kanada 1.683 1.753 2.017 2.247

Lain-lain 1.840 1.696 2.197 2.548

Total 70.861 78.775 76.842 92.663

Sumber: USDA (2010)

5.1.4. Importir Kedelai

Negara pengimpor kedelai terbesar di dunia adalah Cina yaitu sebesar

50,75 persen dari total keseluruhan impor kedelai dunia, diikuti oleh Uni Eropa

di posisi kedua sebesar 17,97 persen dan Jepang sebesar 4,79 persen. Sedangkan

Indonesia sendiri merupakan negara importir kedelai ke delapan dengan volume

impor pada tahun 2006/2007 hingga 2009/2010 sebesar 1,76 persen dari total

impor dunia. Posisi Indonesia sebagai negara kecil dengan tingkat impor sebesar

1,76 persen dari total impor dunia menyebabkan perubahan permintaan impor dari

Page 51: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

37

 

Indonesia, baik karena kebijakan maupun perubahan permintaan dalam negeri

tidak akan merubah harga kedelai dunia (Oktafiani 2010)2.

Tabel 6. Importir Kedelai Dunia Periode 2006/2007 – 2009/2010

Negara Volume

2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010

China 28.726 37.816 41.098 50.338

Uni Eropa 15.291 15.123 13.213 12.301

Mexico 3.844 3.614 3.327 3.523

Jepang 4.094 4.014 3.396 3.401

Taiwan 2.436 2.148 2.216 2.469

Thailand 1.532 1.753 1.510 1.660

Mesir 1.328 1.061 1.575 1.638

Indonesia 1.309 1.147 1.393 1.620

Korea Selatan 1.231 1.232 1.167 1.197

Rusia 34 442 837 1.037

Lain-lain 9.238 9.761 7.644 7.531

Total 69.063 78.111 77.376 86.715

Sumber: USDA (2010)

5.1.5. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Negara Penghasil Kedelai

Perkembangan luas panen kedelai di dunia sejak tahun 1970 hingga 2007

cenderung meningkat dengan pola kecenderungan yang hampir serupa. Rata-rata

pertumbuhan luas panen pada periode ini adalah sekitar 3,32 persen setiap

tahunnya, sementara produksi tumbuh sekitar 4,89 persen setiap tahun. Menurut

data FAO tahun 2000 tercatat luas panen kedelai di dunia adalah sebesar 94,9 juta

hektar sementara produksinya adalah sekitar 216 juta ton (Pusat Data Informasi

Pertanian 2008).

                                                            2 Rina Oktafiani. 2006. Impor Kedelai: Dampaknya terhadap stabilitas harga dan permintaan

kedelai dalam negeri. http: //www. google. co. id/ url? sa=t &source= web&cd= 7&ved= 0CDgQFjAG& url= http%.

Page 52: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

38

 

Berdasarkan luas panen, terdapat lima negara yang memiliki luas panen

kedelai terbesar di dunia. Jika dikomulatifkan kelima negara tersebut

menyumbang sebesar 89,9 persen terhadap luas panen dunia. Peringkat pertama

negara yang memiliki luas panen kedelai terbesar di dunia adalah Amerika

dengan kontribusi luas panen sebesar 32,53 persen, diikuti oleh Brazil dengan

kontribusi sebesar 23,10 persen, Argentina 15,7 persen, Cina 10,1 persen dan

India sebesar 8,46 persen. Jika ditinjau dari produksi kedelai dunia, kumulatif

produksi kelima negara tersebut sebesar 92,36 persen dan hampir 80 persen

produksi kedelai di dunia berasal dari tiga negara produsen kedelai yaitu Amerika

dengan kontribusi sebesar 37,51 persen, Brazil 25,10 persen dan Argentina 18,17

persen.

Bila dilihat dari keragaan produktivitas kedelai dunia terjadi fenomena

menarik, dimana negara-negara yang memiliki produktivitas tinggi justru tidak

dimiliki oleh negara-negara produsen utama kedelai dunia. Kelima negara yang

memiliki produktivitas tertinggi diantaranya Georgia, Turki, Mesir, Italia dan

Switzerland. Produktivitas kedelai dunia dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 6. Rata-rata Produktivitas Kedelai Dunia (Ton) Tahun 2003-2007 Sumber: Pusat Data Informasi Pertanian 2008

5.1.6. Tingkat Harga Kedelai Dunia

Harga kedelai dunia cenderung berfluktuasi, dimana ketersediaan kedelai

yang beredar di pasar internasional akan mempengaruhi harga kedelai dunia.

Berkurangnya ketersediaan kedelai dunia akan menyebabkan kenaikan harga

Page 53: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

39

 

kedelai. Sedangkan pada saat produksi oleh sejumlah negara penghasil kedelai

mengalami peningkatan maka harga akan turun. Perkembangan harga kedelai

dunia dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Harga Kedelai Dunia Bulanan (Januari Tahun 2000–Januari 2010)

Sumber: World Bank dalam USDA (2010)

Menurut World Bank (November 2009), harga kedelai tahun 2009 rata-

rata setiap tonnya sebesar $ 437, turun 16 persen dari tahun 2008. Puncak harga

kedelai dunia terjadi pada tahun 2008. Kenaikan harga ini terjadi karena respon

terhadap permintaan yang kuat pada persaingan tanaman yang digunakan sebagai

bahan baku biofuel. Saat ini harga kedelai mengalami kenaikan. Kenaikan harga

kedelai dunia juga berimbas pada kenaikan harga kedelai di dalam negeri karena

sebagian besar kebutuhan kedelai dalam negeri berasal dari kedelai impor yang

harganya tergantung pada harga kedelai internasional. Berdasarkan data

Bloomberg dalam USDA (2010), harga kedelai di Chicago Board of Trade

(CBOT) untuk pengiriman Mei 2011 akhir pekan lalu ada di level US$ 13,71 per

bushel. Padahal, pada pertengahan Maret lalu harga kedelai ini sebesar US$ 12,7

per bushel. Menipisnya stok kedelai dunia menjadi salah satu pemicu kenaikan

harga kedelai ini. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) seperti dikutip

Bloomberg menyatakan, kemungkinan luas areal tanam kedelai di AS pada tahun

ini akan berkurang sekitar satu persen ketimbang tahun lalu. Penurunan lahan

Page 54: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

40

 

kedelai ini disebabkan karena petani lebih banyak menanam jagung dan gandum

sehingga luas panen untuk kedua komoditas ini lebih besar3.

5.2. Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia

5.2.1. Subsistem hulu

Subsistem hulu merupakan bagian dari sistem agribisnis kedelai lokal

yang meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan dan

pendistribusian sarana produksi seperti benih, pupuk dan alat-alat pertanian yang

dapat mendukung terlaksananya usahatani kedelai. Kuantitas dan kualitas hasil

panen kedelai sangat ditentukan oleh tersedianya input usahatani khususnya

penggunaaan benih unggul dan pupuk.

Benih yang digunakan oleh petani kedelai lokal berasal dari perbanyakan

yang dilakukan oleh balai benih. Benih yang diperbanyak oleh balai benih

merupakan benih unggul bermutu yang kemudian melewati tahap sertifikasi

hingga sampai ke tangan produsen. Petani kedelai lokal umumnya jarang yang

menggunakan benih unggul bermutu dalam pertanaman kedelai. Sebagian besar

petani kedelai lokal menggunakan benih hasil panen musiman sebelumnya atau

dari hasil panen sendiri atau membeli benih ke pedagang hasil bumi yang

mendapat kedelai dari hasil panen di wilayah lain dari musim panen sebelumnya

(sistem jabalsim). Pedagang benih tersebut biasanya melakukan pembersihan dan

sortasi benih agar kenampakan biji menjadi lebih baik. Hal tersebut dilakukan

untuk memperoleh tambahan keuntungan karena harga benih dapat lebih tinggi

daripada harga biji maupun calon benih tanpa dilakukan pembersihan dan sortasi.

Penggunaan benih kedelai dengan cara-cara tersebut diperkirakan mencapai 90

persen, yang berarti penggunaan benih kedelai bermutu dan bersertifikat tidak

lebih dari 10 persen. Padahal penggunaan benih bermutu sangat besar

pengaruhnya terhadap produksi kedelai yang dihasilkan.

                                                            3 Anonim. 2011. Stok Kedelai Dunia Menipis Harga Kedelai Melambung. http: //industri. kontan.

co.id /v2/read/ Industri/ 64458/ Stok-kedelai-dunia-menipis-harga-kedelai-melambung [diakses 2 maret 2011]

 

Page 55: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

41

 

Berdasarkan penelitian Sejati et al (2009) di daerah Jawa Timur, Jawa

Barat dan Sulawesi Selatan, penggunaan benih unggul bermutu di tingkat petani

kedelai dengan memakai benih berlabel masih sangat terbatas. Hal tersebut

tercermin pada petani Non SL-PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu) yang umumnya menggunakan benih tanpa label baik dari hasil sendiri

maupun membeli dari kios penjual benih kedelai. Sedangkan pada kelompok SL-

PTT seluruhnya memakai benih berlabel dan kondisi tersebut terjadi karena

benihnya merupakan benih bantuan dari pemerintah. Pada umumnya yang

menjadi masalah dari perbenihan kedelai ini adalah stok yang terbatas atau tidak

tersediaannya benih yang diminta petani. Hal ini dikarenakan terbatasnya lahan

untuk perbanyakan benih yang diperbanyak oleh balai benih setempat.

Penggunaan pupuk bagi tanaman kedelai di berbagai wilayah bervariasi,

sesuai dengan spesifikasi lokasi. Pemerintah sendiri telah menggulirkan pupuk

bersubsidi bagi petani kedelai lokal. Beberapa masalah yang kerap kali dialami

petani kedelai adalah terbatasnya ketersediaan pupuk pabrik (anorganik) pada saat

dibutuhkan. Petani yang tergolong dalam kelompok tani membeli pupuk secara

kolektif bersama anggota lainnya dalam kelompok tani. Sebagian dari petani

melalui kelompok tani telah menyusun Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok

(RDKK) yang mencantumkan dengan jelas kebutuhan pupuk kelompok dan

wilayahnya. Namun pada kenyataannya, pupuk yang tersedia di tingkat usahatani

tidak sesuai dengan yang petani usulkan dalam RDKK. Berbagai alasan

diutarakan distributor pupuk dan pengecer di lapangan kepada petani karena tidak

dapat menyediakan pupuk yang dibutuhkan petani. Kelangkaan pupuk ini

terutama terjadi di Kabupaten Garut (Jawa Barat) dan Kabupaten Pasuruan (Jawa

Timur) sedangkan dikabupaten Soppeng (Sulawesi Selatan), petani merasa cukup

tersedia pupuk pabrik yang mereka butuhkan (Sejati et al 2009).

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Sejati et al (2009), semua

petani yang tergabung pada kelompok SLPTT menggunakan pupuk dalam

budidaya kedelai. Hal ini dikarenakan adanya program bantuan dari pemerintah

berupa bantuan pupuk. Sedangkan pada petani non SLPTT baru 60 persen yang

memakai pupuk kimia dan dari segi dosis pemakaian masih di bawah anjuran.

Bahkan untuk penggunaan pupuk organik hanya sebesar 20 persen. Padahal

Page 56: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

42

 

dewasa ini anjuran penggunaan pupuk organik sedang digalakkan sebagai

komponen pupuk bio hayati. Menurut petani, masih rendahnya pemakaian pupuk

organik yang bersifat bio hayati dikarenakan selain harganya relatif mahal,

penggunaan pupuk organik juga masih dalam taraf uji coba. Pemberian pupuk

kimia seperti urea, SP-36 dan NPK dilakukan dengan cara disebarkan, karena

dianggap lebih efisien dalam pemakaian tenaga kerja.

Tersedianya alat mesin pertanian sangat mempengaruhi hasil produksi

kedelai, dimana alsintan digunakan sebagai teknologi yang mampu membantu

pengembangan budidaya kedelai lokal. Begitu juga dengan tersediannya

amelioran yang mampu membantu kesuburan tanaman kedelai. Tersedianya input

yang baik akan berpengaruh pada hasil produksi kedelai.

Pada subsistem agribisnis kedelai lokal pelaku subsistem hulu untuk

pengadaan benih diantaranya pemerintah pusat, pemerintah daerah, balai benih

provinsi maupun kabupaten, BPSBTPH (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih

Tanaman pangan dan Hortikultura), swasta. Sedangkan pelaku untuk pengadaan

pupuk diantaranya, pemerintah pusat dan daerah, BUMN, swasta,

pedagang/pengecer pupuk dan alat mesin pertanian (alsintan).

5.2.2. Subsistem Usahatani Kedelai

Usahatani kedelai di Indonesia tidak diusahakan pada suatu wilayah

khusus yang diperuntukkan sebagai areal utama bagi pertanaman kedelai,

melainkan diusahakan sebagai tanaman tambahan dengan pola tanam tertentu

yang diusahakan dengan komoditas lain dalam penanamannya. Kedelai yang

merupakan tanaman cash crop dibudidayakan di lahan sawah dan lahan kering.

Sekitar 60 persen areal pertanaman kedelai terdapat di lahan sawah dan 40 persen

di lahan kering4. Pada lahan kering kedelai biasa digunakan sebagai tanaman

tambahan dimana padi sebagai tanaman utamanya. Begitu juga pada lahan kering

dimana jagung atau padi gogo ditempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi dari

kedelai. Hal ini sangatlah berbeda dengan usahatani kedelai di Amerika Serikat.

                                                            4 Simatupang, Marwoto, Swastika. 2005. Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di

Indonesia. http: // www. pdfking. net / PENGEMBANGAN-KEDELAI-DAN-KEBIJAKAN-PENELITIAN-DI-INDONESIA1-- PDF.html [diakses 12 februari 2011]

  

Page 57: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

43

 

Di Amerika Serikat sendiri kedelai diproduksi pada suatu wilayah yang tanah dan

iklimnya sangat sesuai atau sesuai untuk kedelai dan diperuntukkan untuk

pengembangan kedelai.

Pertanaman kedelai di Indonesia praktis seluruhnya merupakan milik

petani bukan milik swasta besar atau perkebunan. Karena sifatnya yang demikian,

maka pertanaman individu petani umumnya sempit dan sangat jarang yang

melebihi 1 ha. umumnya kurang dari 0,5 ha. Selain kepemilikan lahannya sempit,

usahatani kedelai di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Oleh karena itu

pertanaman kedelai tidak dijumpai dalam bentuk hamparan luas tetapi berupa

spot-spot dengan luasan puluhan hektar saja. Kondisi ini kurang menguntungkan

bagi pengembangan kedelai karena pembinaan sulit dilakukan (Subandi, Harsono

dan Kuntyastuti 2007).

Tanaman kedelai pada lahan sawah menunjukkan tingkat produktivitas

yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedelai yang ditanam pada lahan

kering, karena: (1) pada saat pertumbuhan tanaman kedelai, gangguan iklim

terutama kekeringan lebih besar pada lahan kering dibandingkan dengan lahan

sawah yang memperoleh air irigasi, (2) residu pemupukan tanaman padi di lahan

sawah akan membantu pertumbuhan tanaman kedelai menjadi lebih baik, (3) pada

lahan kering, terutama wilayah produksi di luar Jawa, sering dijumpai derajat

keasaman tanah dengan kandungan alumunium (Al) terlarut yang tinggi, dan (4)

tanaman kedelai pada lahan kering banyak mendapat gangguan gulma. Potensi

pengembangan kedelai di luar Jawa sebagian besar terdiri dari lahan kering. Pada

lahan kering pengelolaan tanaman kedelai mengalami keterbatasan persediaan

unsur hara. Namun keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan pemberian bahan

organik dari pupuk kandang (Rahmawati M, 1999).

Penentuan pola tanam kedelai didasarkan atas tipe lahan, curah hujan dan

musim. Di lahan sawah irigasi pada MK I (Maret-Juni), kedelai diusahakan dalam

pola padi - palawija - sayuran atau padi - palawija - palawija sedangkan pada MK

II (Juli-September) diusahakan dalam pola padi - padi - palawija. Penanaman

kedelai di lahan sawah tadah hujan dilakukan pada MH (Nopember-Februari)

dalam pola palawija - padi dan pada MK I (Maret-Juni) dalam pola padi -

palawija. Di lahan kering pada MH I (Nopember-Februari), kedelai ditanam

Page 58: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

44

 

dalam pola palawija - palawija dan pada MK I (Maret-Juni) dalam pola padi gogo

- palawija atau sayuran - palawija1 (Marwoto dan Hilman 2005).

Pengembangan usahatani kedelai dapat dilakukan melalui usaha

ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Pengembangan

usahatani, baik di sawah maupun di lahan kering dapat ditempuh melalui

perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan

hasil, sistem produksi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

5.2.3. Subsistem Hilir dan Pemasaran

Subsistem agribisnis hilir kedelai lokal meliputi kegiatan pasca panen,

kegiatan pengolahan hingga pemasaran. Berdasarkan data Ditjentan (2004),

kegiatan pascapanen kedelai dimulai setelah kedelai dipanen. Beberapa kegiatan

pasca panen yang dilakukan diantaranya pengeringan kedelai dan perontokan

kedelai. Sebagian besar petani melakukan pengeringan kedelai dengan cara

sederhana di pekarangan rumah. Petani yang melakukan pengeringan kedelai

dengan menggunakan alat pengering kedelai (drier) masih sangat terbatas. Begitu

juga dengan perontokan kedelai, sebagian besar petani melakukan perontokan

kedelai secara tradisional dengan menggunakan batang pemukul yang terbuat dari

kayu dan pelepah kelapa. Namun di beberapa daerah telah menggunakan Soybean

Tresher (mesin perontok kedelai).

Selain kegiatan pasca panen subsistem agribisnis hilir kedelai juga

mencakup kegiatan pengolahan kedelai. Kedelai dapat diolah menjadi berbagai

macam produk pangan, pakan ternak dan produk-produk untuk keperluan industri.

Pengolahan produk turunan kedelai dilakukan melalui pengolahan modern

maupun sederhana. Kedelai yang diolah secara modern dilakukan dengan

menggunakan mesin pengolah kedelai sedangkan pengolahan kedelai secara

tradisional dilakukan secara manual tanpa menggunakan mesin.

Pengolahan kedelai terbagi menjadi dua jenis yaitu pengolahan melalui

fermentasi maupun non fermentasi. Beberapa hasil olahan kedelai melalui

fermentasi diantaranya tempe, kecap, oncom, tauco sedangkan hasil olahan

kedelai non fermentasi diantaranya tahu, kembang tahu, tepung kedelai, susu

kedelai. Produk fermentasi hasil industri tradisional yang populer adalah tempe,

Page 59: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

45

 

kecap dan tauco, sedangkan tahu dan kembang tahu adalah produk non fermentasi

hasil industri tradisional.

Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai produk olahan kedelai

berupa tempe dan tahu. Sebanyak 57 persen kedelai dikonsumsi dalam bentuk

tempe, 38 persen dalam bentuk tahu dan sisanya dalam bentuk olahan lain. Pada

pengolahan kedelai sebagian besar kedelai berasal dari kedelai impor. Untuk

industri pengolahan kedelai sendiri sebagian besar berskala kecil dan rumah

tangga. Berikut dapat dilihat klasifikasi produk olahan kedelai pada Gambar 8.

Gambar 8. Klasifikasi Produk Olahan Kedelai

Sumber: Widowati (2007)

Pemasaran hasil menjadi tolak ukur terhadap tingkat penerimaan dari

kegiatan usahatani yang dijalankan. Dalam hal ini, kedudukan atau posisi tawar

petani cenderung masih lemah. Lemahnya posisi tawar petani antara lain

disebabkan karena kurangnya atau terbatasnya akses petani terhadap informasi

harga bagi produk yang akan dipasarkan. Selain itu dengan sifat pasar yang

cenderung oligopsoni, semakin melemahkan petani untuk bernegosiasi. Adanya

keterpaksaan dari petani untuk segera menjual produknya karena didorong atas

kebutuhan rumah tangga atau desakan untuk membayar hutang dan membiayai

kegiatan usahatani selanjutnya membuat posisi tawar petani semakin lemah. Oleh

karena itu, terciptanya harga kedelai yang wajar dalam rangka meningkatkan

• Tahu • Kembang

tahu

• Susu kedelai • Tepung kedelai • Daging tiruan • Minyak kedelai

• Tempe • Kecap • Tauco

• Soygurt • Keju kedelai

Kedelai

Non Fermentasi Fermentasi

Tradisional Tradisional Modern Modern

Page 60: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

46

 

pendapatan petani kedelai sekaligus peningkatan kesejahteraan rumah tangga

petani perlu mendapat perhatian dari pemerintah (Sejati et al 2009).

Adapun secara umum rantai pemasaran kedelai adalah seperti disajikan

pada Gambar 9.

Gambar 9. Rantai Pemasaran Kedelai di Indonesia Sumber: Sudaryanto dan Swastika (2007)

Kedelai di Indonesia mulai dari daerah sentra produksi hingga ke industri

pengolahan dipasarkan melalui pedagang pengumpul di tingkat desa, kecamatan,

kabupaten dan provinsi hingga bermuara ke konsumen akhir. Kedelai yang

beredar dipasaran ada yang berasal dari petani, adapula yang berasal dari kedelai

impor. Namun sebagian besar perdagangan kedelai di dalam negeri didominasi

oleh kedelai yang berasal dari impor. Kedelai lokal yang diproduksi oleh petani

dijual kepada pedagang pengumpul baik ditingkat desa, kecamatan maupun

ditingkat kabupaten. Kedelai yang telah berada di tingkat pedagang pengumpul

kemudian dijual ke pedagang grosir. Kedelai yang telah berada pada tingkat

grosir kemudian dijual baik ke pedagang pengecer maupun ke KOPTI dan

selanjutnya dijual kembali ke industri pengolah kedelai dan konsumen akhir.

Kedelai yang berasal dari impor umumnya dibeli oleh koperasi pengrajin tahu dan

tempe (KOPTI), selanjutnya dipasarkan ke pengrajin tahu dan tempe hingga

sampai ke konsumen.

Pedagang Pengumpul Desa

Pengolah

KOPTI

Importir

Grosir Pengecer

Konsumen akhir

Petani

Page 61: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

47

 

5.2.4. Subsistem Penunjang

Subsistem penunjang merupakan subsistem yang mendukung

pelaksanaan kegiatan dari keempat subsistem agribisnis kedelai lokal yang telah

dijelaskan pada bab sebelumnya. Beberapa lembaga yang menunjang agribisnis

kedelai lokal diantaranya:

1) Pemerintah

Pemerintah merupakan salah satu pihak yang ikut serta dalam menunjang

pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Beberapa peran serta

pemerintah bagi agribisnis kedelai lokal di Indonesia diwujudkan dalam berbagai

kegiatan, salah satunya adalah Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SL-PTT). Pada tanggal 7-10 Juni 2009 diselenggarakan Jambore SL-PTT di

Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah. Hal ini merupakan bukti komitmen

pemerintah untuk melanjutkan upaya peningkatan produksi menuju kemandirian

pangan. Tema dari Jambore Nasional ini adalah “Bersama Mewujudkan

Swasembada Pangan dan Membangun Kemandirian Pangan Nasional”. SL-PTT

ini berfokus pada kedelai dan tanaman pangan lainnya seperti padi dan jagung.

Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan diantaranya pengusaha agribisnis,

praktisi pertanian, penentu kebijakan, petani, dan kelompok tani dari berbagai

daerah di Indonesia yang telah melaksanakan program PTT padi, jagung dan

kedelai.

2) Perguruan Tinggi

Lembaga perguruan tinggi dapat mengambil peran dalam memberikan

kontribusi dalam menghasilkan informasi dan inovasi teknologi bagi

pengembangan agribisnis kedelai. Sebagai contoh Universitas Hasanuddin yang

memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian di kawasan timur

Indonesia. Beberapa kegiatan yang dilakukan Universitas Hasanuddin antara lain,

alih teknologi melalui sekolah lapang yang berbasis teknologi benih/sumber,

kemitraan dengan industri benih dan produksi pupuk cair organik (rumah

kompos) (Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2009).

3) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Badan Penelitian dan Pengembangan merupakan lembaga yang berperan

dalam penyediaan inovasi teknologi untuk membantu pengembangan agribisnis

Page 62: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

48

 

kedelai lokal di Indonesia. Dalam hal ini beberapa kegiatan yang telah dilakukan

antara lain:

(a) Simposium Tanaman Pangan

Puslitbangtan menyelenggarakan Simposium V Tanaman Pangan pada

tanggal 28-29 Agustus 2007 di Bogor, dengan tema “Inovasi Teknologi

Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan”. Salah satu hal yang dibahas dalam

simposium ini adalah pengembangan tanaman pangan melalui inovasi

teknologi dalam rangka peningkatan produksi kedelai menuju swasembada

pada tahun 2014.

(b) Gelar Teknologi Kacang-kacangan dan umbi-umbian

Pada 10 November 2007 di Malang, diselenggarakan “Gelar Teknologi

Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian” oleh Puslitbangtan dan Balitkabi.

Acara ini dimulai dengan temu lapang dimana pengunjung dapat melihat

sendiri dari dekat hamparan tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian yang

tumbuh dengan baik di kebun percobaan Kendalpayak yang menggambarkan

keunggulan teknologi. Teknologi yang digelar antara lain varietas unggul

kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar, teknologi

pengendalian hama dan penyakit kedelai yang ramah lingkungan. Selain itu

pengunjung diberi kesempatan untuk mencicipi produk pangan yang

dihasilkan dari kacang-kacangan dan umbi-umbian.

(4) Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan varietas

unggul kedelai yang dilakukan oleh BATAN adalah dengan melakukan induksi

mutasi dengan iradiasi sinar gamma yang dapat dimanfaatkan oleh petani dan

pengguna lainnya. Dengan demikian petani dapat memperoleh pilihan varietas

lain dengan sifat-sifat unggul tertentu selain varietas hasil penelitian

Puslitbangtan.

5) Lembaga Perbankan

a) Realisasi penyaluran KUR pada tanggal 30 Juni 2009 pada bank pelaksana

(Mandiri, Syariah Mandiri, BNI, Bukopin, BRI, BTN) sebesar 14,8 trilyun.

Dari total kredit tersebut sektor pertanian termasuk kedelai memperoleh

Page 63: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

49

 

sebesar 3,9 trilyun atau sebesar 26,6 persen dengan penerima kredit sebanyak

613.780 orang atau rata-rata sebesar Rp 6,45 juta per orang.

b) Data Kementrian Pertanian (2010), menunjukkan bahwa sampai bulan Juni

2009 sebanyak 7,8 trilyun dari plafon 8,1 trilyun KKP-E berhasil disalurkan

oleh Bank Umum maupun Bank Pembangunan Daerah. Hal ini merupakan

bentuk realisasi penyerapan kredit untuk pengembangan padi, jagung dan

kedelai5.

5.3. Impor Kedelai Indonesia

Menurut Swastika, Nuryanti, Sawit (2007), sampai dengan tahun 1974,

Indonesia pernah mengalami surplus kedelai. Namun sejak tahun 1975,

perdagangan kedelai Indonesia selalu dalam posisi defisit dimana volume impor

kedelai selalu jauh lebih besar dari volume kedelai yang diekspor Indonesia.

Masalah baru mulai muncul sejak krisis moneter tahun 1998, Indonesia

menandatangani LOI (Letter of Intent) IMF. Berdasarkan LOI (Letter of Intent)

IMF importir swasta bebas mendatangkan kedelai dari luar negeri. Hal ini

diperparah dengan adanya kebijakan yang diberikan pemerintah Amerika Serikat

yang memberikan fasilitas kredit tanpa bunga selama enam bulan kepada negara

yang mengimpor kedelai Amerika. Kredit yang diberikan Amerika kepada

Indonesia sebagai negara pengimpor kedelai Amerika membuat kedelai dalam

negeri berangsur-angsur tidak kompetitif dan tataniaga kedelai semakin dikuasai

importir. Terlebih lagi dengan diberlakukannya tarif impor kedelai sebesar nol

persen, sehingga kedelai impor semakin deras masuk. Hal ini tentu saja semakin

menguntungkan kedelai impor yang saat ini mendominasi pasar kedelai di dalam

negeri. Tingginya impor kedelai ini dikarenakan ketidakmampuan produksi dalam

negeri dalam memenuhi kebutuhan kedelai nasional. Semakin besar volume

impor kedelai yang dilakukan maka semakin besar pula devisa negara yang harus

dikeluarkan untuk melakukan impor kedelai.

Menurut Afifa (2006), kebijakan impor kedelai yang digunakan

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kedelai merupakan suatu hal yang sangat

                                                            5 Sayaka et al. 2010. Peningkatan 20 Persen Akses Petani Terhadap Berbagai Sumber

Pembiayaan Usahatani. http: //pse. litbang. deptan. go.id /ind/pdffiles/ MAKPROP_SYK. pdf [diakses 2 Maret 2011 ]

 

Page 64: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

50

 

menentukan gairah petani dalam melakukan budidaya kedelai. Harga kedelai

impor yang lebih murah daripada harga kedelai lokal membuat gairah petani

dalam melakukan budidaya kedelai menurun. Lebih rendahnya harga kedelai

impor disebabkan oleh kemampuan petani luar negeri (Amerika, Brazil,

Argentina, Cina dan lain-lain) dalam memproduksi kedelai dengan biaya rendah

ditambah lagi dengan tersedianya areal dalam skala luas dan penerapan teknologi

atau mekanisasi yang modern dalam usahatani kedelai mereka. Sedangkan petani

kedelai lokal hanya melaksanakan usahatani pada lahan-lahan yang sempit (0,25

s/d 1 hektar). Hal itu menyebabkan harga kedelai impor lebih murah, sehingga

petani kedelai lokal semakin terdesak.

Gambar 10. Grafik Perkembangan Volume Impor Kedelai Indonesia Tahun 1998-

2009 Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2010) [diolah]

Untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri yang besar, maka

pemerintah melakukan impor kedelai. Sejak tahun 1998 hingga tahun 2009

volume impor kedelai mengalami fluktuasi. Namun volume impor kedelai mulai

mengalami peningkatan yang drastis, dimana pada tahun 1998 volume impor

kedelai sebesar 0,34 juta ton dan meningkat drastis pada tahun 1999 sebesar 1,27

juta ton. Hal ini dikarenakan berlakunya perdagangan bebas bagi komoditas

kedelai sehingga kedelai impor bebas masuk ke dalam pasar kedelai dalam negeri.

Page 65: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

51

 

Indonesia merupakan negara pengimpor kedelai terbesar ke delapan di

dunia. Pada tahun 2006 volume impor kedelai sebesar 1,02 juta ton dan

meningkat pada tahun 2007 sebesar 1,41 juta ton. Pada tahun 2008 impor kedelai

sebesar 1,16 juta ton dan pada tahun 2009 sebesar 1,05 juta ton. Selama periode

2007 hingga 2009 volume impor kedelai mengalami penurunan. Hal ini terjadi

karena ketersedian kedelai dunia yang menurun serta produksi kedelai lokal

selama periode tersebut mengalami kenaikan. Berdasarkan data Direktorat Jendral

Tanaman Pangan (2010), kenaikan produksi kedelai lokal pada periode tersebut

masing-masing sebesar 0,59 juta ton pada tahun 2007, 0,77 juta ton pada tahun

2008 dan pada tahun 2009 produksi kedelai lokal sebesar 0,97 juta ton. Jika

kondisi ini terus berlanjut diharapkan dalam jangka panjang Indonesia akan

mampu memenuhi kebutuhan kedelai nasionalnya.

Tabel 7. Perkembangan Volume Impor Kedelai Indonesia Berdasarkan Negara Asal Tahun 2000-2004 (dalam ton).

Negara Asal 2000 2001 2002 2003 2004* Share (%) Unites States Argentina Malaysia Kanada Singapura Lainnya

539.368 92.066 31.322 46.333

4.631 563.967

399.472 0

93.429 10.503 14.207

618.808

1.121.963 77.187 76.382 47.617 37.546

4.558

1.122.900 10.276 17.983 18.393

549 22.616

549.759 92.805

5.255 353

38 3.770

66 5 4 2 1

22

Total 1.277.683 1.136.419 1.365.253 1.192.717 651.979 100 Keterangan: * = Data sampai bulan Juli 2004 Sumber: Subdit Pemasaran Internasional Tanaman Pangan, Tahun 2004 dalam Purnamasari

(2006) [diolah] Berdasarkan Tabel 7, terlihat negara utama yang mengekspor kedelai ke

Indonesia. Negara pemasok kedelai terbesar ke Indonesia adalah Amerika dengan

persentase sebesar 66 persen terhadap total volume impor Indonesia selama tahun

2000 hingga 2004. Diikuti oleh Argentina sebesar 5 persen dari total impor ke

Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2004.

Page 66: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

52

 

VI DAYASAING AGRIBISNIS KEDELAI LOKAL DI INDONESIA

6.1. Analisis Komponen Porter’s Diamond System

6.1.1. Kondisi faktor Sumberdaya Dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi

faktor sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu pengetahuan

alam dan teknologi, sumberdaya modal dan sumberdaya infrastuktur. Kelima

sumberdaya tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Sumberdaya Alam

a) Syarat, Kondisi dan Luas Lahan

Tanaman kedelai responsif terhadap faktor iklim karena berasal dari

daerah subtropis. Namun tanaman kedelai dapat tumbuh subur di daerah tropis

apabila berbagai persyaratan teknis penanaman dapat terpenuhi. Sumberdaya

lahan yang digunakan untuk menanam kedelai memenuhi beberapa kondisi,

antara lain kedelai tumbuh baik pada tempat terbuka dengan ketinggian 50-500

m pada tanah yang sedikit masam sampai mendekati netral, yaitu pada pH 5,5-

7,0 dan ph optimal 6,0-6,5. Tanah dengan tekstur agak berliat dan berdrainase

baik atau tanah lempung berpasir (sandy loam) yang kaya bahan organik, sangat

sesuai untuk tanaman kedelai. Kedelai merupakan tanaman yang memerlukan

penyinaran matahari secara penuh. Suhu yang sesuai dengan pertumbuhan

tanaman kedelai berkisar antara 22-27°C. Pada umumnya curah hujan yang

merata 100-150 milimeter per bulan pada dua bulan pertama sejak tanam

merupakan kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan kedelai (Sumarno,

Manshuri 2007).

Kriteria kesesuaian agroklimat untuk lahan kedelai cukup luas, karena

hampir pada seluruh lahan sawah di Indonesia dan sebagian besar lahan kering

dapat ditanami kedelai. Pengaturan tanam dan perhitungan umur tanaman yang

tepat sangat perlu untuk memperoleh hasil yang baik. Pada lahan kering yang

umumnya terdapat di Sumatera dan NTB dapat ditanami kedelai dengan

melakukan penyesuaian waktu tanam dengan curah hujan. Untuk lahan kering

bereaksi masam diperlukan tambahan perlakuan pengapuran (kalsit atau

dolomite). Sesuai dengan pola tanam yang ada disetiap daerah, kedelai ditanam

Page 67: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

53

 

hampir pada semua tipologi tanah, baik pada sawah irigasi teknis, setengah

teknis, lahan kering, lahan tadah hujan dan lahan pasang pasang surut (Ditjentan

2004).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2010), luas lahan

kedelai di Indonesia pada tahun 2009 adalah sebesar 722.931 ha. Dari tahun ke

tahun luas lahan kedelai cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 1992 luas

lahan kedelai mencapai 1,67 juta ha dan pada tahun 1999 lahan kedelai turun

menjadi 1,16 juta ha. Penurunan lahan kedelai secara drastis terjadi pada tahun

2000 dengan luas lahan sebesar 824.484 ha. Hal ini terjadi karena dampak dari

banyaknya impor kedelai pada tahun tersebut akibat insentif yang diberikan

Amerika berupa kredit tak berbunga terhadap negara pengimpor kedelai Amerika

termasuk Indonesia. Hal ini membuat kedelai impor semakin deras masuk dan

gairah petani untuk menanam kedelai lokal berkurang. Lahan kedelai tersebar di

seluruh Indonesia, dimana luas tanam terbesar selama empat tahun terakhir

terdapat di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, Aceh, Yogyakarta dan Jawa

Barat dengan luas masing-masing daerah sebesar 231.992 ha, 104.976 ha, 76.905

ha, 32.513 ha, 31.347 ha, 28.680. Sebaran lahan untuk komoditas kedelai di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 9.

Menurut Agus dalam Pusat Penelitian Tanaman Pangan (2007), daerah

yang berpotensi untuk ditanami kedelai terdapat di NAD, Sumatera Barat, Jambi,

Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan NTB. Hal ini didukung oleh penelitian

(Agus et al 2005) di dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

(2007) yang menyatakan bahwa lahan subur yang berpotensi tinggi dan sedang

untuk pengembangan kedelai terdapat di Pulau Jawa.

 

  

 

 

 

 

Page 68: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

54

 

Tabel 8. Luas Tanam Kedelai Lokal 2007-2010 (Hektar)

Provinsi Luas Area (ha) 2007 2008 2009 2010

Aceh 14.748,06 32.750,00 45.094,39 37.460,24 Sumatera Utara 3.745,69 9.593,90 11.493,53 7.800,83 Sumatera Barat 882,90 7.385,28 1.882,04 1.112,86 Riau 2.264,98 4.317,68 4.905,56 5.282,88 Kepulauan Riau - 2,00 2,00 6,00 Jambi 3.406,47 4.786,69 7.236,13 4.243,03 Sumatera Selatan 1.989,61 5.351,65 9.165,22 751,45 Kepulauan Bangka Belitung - 8,00 1,00 53,01 Bengkulu 1.880,52 2.487,65 5.603,16 2.655,27 Lampung 3.007,97 5.659,32 13.517,15 6.197,12 DKI Jakarta - - - - Jawa Barat 12.429,08 23.804,05 41.787,10 36.701,51 Banten 2.040,50 4.974,56 12.193,40 8.359,86 Jawa Tengah 84.101,71 111.637,76 110.091,77 114.072,82 DI Yogyakarta 27.620,47 32.526,02 31.665,09 33.576,82 Jawa Timur 199.546,32 216.795,15 264.724,29 246.902,55 Bali 5.753,25 6.346,49 9.376,56 4.825,37 Nusa Tenggara Barat 56.920,97 76.145,72 87.932,11 86.625,12 Nusa Tenggara Timur 1.528,89 2.325,23 2.010,53 1.758,65 Kalimantan Barat 693,17 1.332,76 1.757,73 2.541,67

Kalimantan Tengah 719,27 1.653,33 1.888,59 2.161,18 Kalimantan Selatan 1.805,43 3.260,46 3.346,12 3.153,15 Kalimantan Timur 1.521,21 2.142,98 1.877,60 1.679,36 Sulawesi utara 2.661,63 5.225,92 5.649,96 6.834,09 Gorontalo 4.004,22 1.873,32 4.727,97 2.883,90 Sulawesi Tengah 2.299,29 2.362,39 3.618,39 2.782,13 Sulawesi Selatan 12.030,44 19.048,40 25.799,38 23.632,69 Sulawesi barat 792,95 1.498,18 2.075,71 2.082,79 Sulawesi Tenggara 3.716,96 4.098,92 6.716,51 2.660,30 Maluku 1.227,20 1.293,87 1.307,12 988,30 Maluku Utara 965,93 1.046,68 542,88 787,32 Papua 3.600,36 3.657,48 3.624,66 3.764,28 Papua Barat 1.281,54 1.624,65 1.150,48 570,88 Total Luas Tanam 459.186,99 597.016,49 722.764,13 654.907,43

Ket: (-) Tidak Tanam Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2010) [diolah]

Page 69: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

55

 

b) Aksestabilitas Terhadap Input

Aksestabilitas terhadap input merupakan kemudahan bagi para petani

kedelai untuk memperoleh input-input pertanian seperti benih, pupuk, obat-

obatan dan mesin-mesin pertanian yang digunakan untuk mendukung usahatani

kedelai. Untuk tercapainya produktivitas usahatani kedelai yang tinggi maka

ketersediaan input pertanian tersebut sangat diperlukan.

i) Benih

Benih kedelai diproduksi dan diedarkan oleh pemerintah (Badan Usaha

Milik Negara/BBI/BBU) dan swasta. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah

dalam menetapkan otonomi daerah, saat ini kewenangan pengelolaan balai benih

telah diserahkan kepada masing-masing pemerintah daerah (Direktorat Jendral

Tanaman Pangan 2005).

Benih awalnya diperoleh dari pemulia benih yang berada di bawah

koordinasi Balitbang. Setelah itu benih diperbanyak oleh balai benih yang berada

ditingkat provinsi maupun kabupaten. Benih yang telah diperbanyak oleh balai

benih disalurkan kepada para penangkar atau produsen benih. Setelah benih

berada pada penangkar atau produsen benih, benih disalurkan langsung kepada

petani atau melalui distributor kepada petani. Selain melalui balai benih, benih

juga diperbanyak oleh pihak swasta maupun BUMN. Beberapa BUMN yang

melakukan perbanyakan benih diantaranya PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani.

Beberapa perusahaan benih yang sudah cukup besar tidak hanya memperoleh

benih dari balai benih namun beberapa perusahaan mengeluarkan benih-benih

sendiri. Benih yang berasal dari balai benih maupun yang berasal dari swasta atau

BUMN, melalui tahap sertifikasi benih hingga benih sampai ke tangan produsen.

Sertifikasi ini dilakukan oleh BPSBTPH (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih

Tanaman pangan dan Hortikultura)6.

Hingga saat ini petani kedelai umumnya memperoleh benih dari hasil

panen sendiri atau membeli hasil panen musim sebelumnya. Benih juga

didapatkan dengan membeli benih ke pedagang hasil bumi yang mendapatkan

kedelai dari musim panen sebelumnya baik antar kecamatan, kabupaten, maupun

                                                            6 Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Seksi Aneka Kacang dan Umbi Direktorat

Perbenihan Ir. Dhani Permadi, MM [28 Maret 2011] 

Page 70: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

56

 

provinsi, bahkan ada yang lintas pulau misalnya dari Pulau Jawa ke luar Pulau

Jawa. Untuk lebih menjamin penyediaan benih bermutu, penyediaan benih

dilakukan melalui sistem jalur benih antar lapang dan musim atau Jabalsim

(Harnowo, Hidajat, Suyamto 2007)

Penggunaan benih bermutu varietas unggul sangat terbatas, karena

persepsi petani terhadap manfaat penggunaan benih bermutu cukup bervariasi.

Sebagian petani sudah memahami manfaat penggunaan benih bermutu sehingga

mereka selalu menggunakannya, tetapi sebagian besar petani belum memahami

manfaatnya sehingga masih banyak yang menggunakan benih asalan. Benih

asalan yang digunakan petani berasal dari pertanaman sendiri, dibeli dari pasar

atau barter (tukar menukar dengan petani lain). Hal ini tidak menjamin mutu

kedelai tersebut (tidak melalui proses setifikasi benih). Pada beberapa daerah,

benih bermutu varietas unggul atau benih bersertifikasi sulit didapat petani,

sehingga petani menggunakan benih asalan (Ditjentan 2004).

ii) Pupuk

Pupuk merupakan sarana produksi yang relatif penting dalam menentukan

hasil produksi. Penggunaan pupuk di daerah-daerah bervariasi sesuai dengan

spesifikasi lokasi. Kemampuan permodalan petani sangat menentukan petani

dalam melaksanakan anjuran dosis pemupukan yang ideal. Sebagian besar petani

belum melakukan Teknologi Hemat Biaya PMMG (Pupuk Mikroba Multi Gure)

yaitu pemberian pupuk Bio Hayati (Rhizoplus, Bio P 2000, feather tea) karena

keterbatasan modal dan informasi. Namun pada beberapa daerah telah

melaksanakan Teknologi Hemat Biaya PMMG ini, karena medapatkan program

bantuan pemerintah (Ditjentan 2004).

Untuk memacu peningkatan produktivitas tanaman kedelai dalam

mewujudkan ketahanan pangan maka pemerintah telah menetapkan kebijakan

pupuk bersubsidi bagi petani kedelai lokal. Pupuk bersubsidi merupakan pupuk

yang diberikan pemerintah kepada petani dengan tujuan untuk membantu petani

dalam mengembangkan usahataninya. Seperti yang dilakukan oleh Dinas

Pertanian Sumatera Utara yang meminta produsen pupuk yang dipercayai

Page 71: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

57

 

pemerintah untuk menyalurkan pupuk bersubsidi yakni PT Petrokima Gresik dan

PT Pusri benar-benar menyalurkan pupuk sesuai ketentuan7.

Umumnya petani yang terkumpul dalam kelompok tani membeli pupuk

secara kolektif bersama dengan kelompok tani tersebut. Namun petani yang tidak

tergabung dalam kelompok tani membeli pupuk secara individu ke toko pengecer

pupuk. Namun meskipun begitu aksestabilitas petani untuk memperoleh pupuk

pada beberapa daerah sering mengalami masalah. Beberapa masalah yang kerap

kali dialami petani kedelai adalah terbatasnya ketersediaan pupuk pabrik

(anorganik) pada saat dibutuhkan. Meskipun sebelumnya terdapat petani yang

telah mengajukan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) secara

kolektif bersama kelompok tani namun pupuk yang diajukan sering tidak tersedia.

Sebagai contoh kelangkaan pupuk yang terjadi di daerah Garut, Jawa Barat dan

Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur sedangkan di kabupaten Soppeng, Sulawesi

Selatan, petani merasa cukup tersedia pupuk pabrik yang mereka butuhkan.

Selain itu hingga saat ini banyak petani kedelai yang beranggapan bahwa

penggunaan pupuk hanya akan menjadikan biaya produksi yang lebih besar pada

usahatani kedelai karena tidak sebanding dengan harga jual kedelai lokal yang

keuntungannya dinilai masih rendah. Untuk itu beberapa petani menanam kedelai

setelah padi agar mendapat sisa-sisa pupuk dari penanaman sebelumnya. Hal

inilah yang menyebabkan seringkali kedelai tidak diberi pupuk sebagaimana

mestinya karena pada dasarnya kedelai dapat tumbuh tanpa diberi pupuk.

Meskipun begitu penggunaan pupuk sangat penting bagi peningkatan

produktivitas kedelai8.

c) Biaya-biaya Terkait

Biaya-biaya yang diperlukan dalam usahatani kedelai lokal antara lain

biaya tenaga kerja yang terdiri dari biaya penyiapan lahan, biaya penanaman,

biaya pemupukan, biaya penyiangan, biaya penyemprotan, biaya panen, biaya,

pengeringan, biaya perontokan, dan biaya penyimpanan. Selain itu terdapat

biaya-biaya terkait sarana produksi diantaranya biaya benih terutama untuk

                                                            7 Serapan Pupuk Subsidi Masih Minim. 2011. http://www. medanbisnisdaily.com/ news/read/

2011 / 04/14/29145/ serapan_pupuk_subsidi_masih_minim/ [diakses 20 Maret 2011] 8 Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Sub Bidang Kedelai sekaligus perwakilan Dewan

Kedelai Ir. Kasmin Nadaek, MM [28 Maret 2011] 

Page 72: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

58

 

tanaman awal, biaya pupuk seperti urea dan NPK, biaya pestisida. Biaya lain-lain

seperti sewa lahan menjadi tambahan biaya dalam usahatani kedelai.

Berdasarkan analisis, usahatani budidaya kedelai memberikan keuntungan

secara finansial dari tingkat pendapatan yang mencapai Rp. 4,8 juta per hektar

permusim tanam di wilayah Jawa dan 4,4 juta per hektar per musim tanam

diwilayah luar Jawa. Bila dilihat pada analisis usahatani kedelai diperoleh nilai

R/C ratio untuk wilayah Jawa sebesar 2,01 sedangkan untuk wilayah luar Jawa

sebesar 2,12 Lampiran 2. Hal ini menunjukan bahwa usahatani kedelai lokal

cukup layak untuk diusahakan.

d) Produktivitas Lahan

Produktivitas lahan untuk tanaman kedelai diukur berdasarkan

kemampuan suatu lahan dalam menghasilkan kedelai tiap hektarnya. Berdasarkan

data Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2010), diketahui bahwa produktivitas

lahan kedelai mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007

produktivitas kedelai di Indonesia sebanyak 1,29 ton/ha. Selanjutnya pada tahun

2008 mengalami peningkatan produktivitas menjadi 1,3 ton/ha. Pada tahun 2009

menjadi 1,35 ton/ha dan pada tahun 2010 meningkat dengan angka sementara

sebesar 1,37 ton/ha. Produktivitas lahan kedelai pada setiap provinsi berbeda-

beda. Produktivitas terbesar selama beberapa tahun terakhir terjadi pada tahun

2007 pada provinsi Sulawesi Utara sebesar 1,72 ton/ha, sedangkan pada tahun

2010 sendiri produktivitas terbesar dicapai Provinsi Sumatra Barat dan Jawa

Tengah sebesar 1,65 ton/ha.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Pertanian

(2008), produktivitas kedelai Indonesia masih di bawah negara-negara Asia

lainnya seperti Cina, Jepang, Thailand dan Vietnam. Kedelai yang banyak

digunakan di Indonesia adalah kedelai putih yang bukan merupakan tanaman asli

daerah tropis. Hal ini mengakibatkan teknologi yang dikembangkan untuk

pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat

fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain kedelai hitam yang tidak bersifat fotosensitif

kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dalam segi adaptasi lebih

cocok bagi Indonesia. Kedelai hitam merupakan bahan baku utama kecap yang

dari sisi prospek pengembangannya juga cukup baik. Dengan teknik budidaya

Page 73: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

59

 

yang baik dan teknologi yang mendukung maka kedelai lokal mampu berproduksi

dengan baik. Banyak wilayah Indonesia yang dapat dijadikan sebagai lahan untuk

penanaman kedelai lokal. Luas panen, produktivitas dan jumlah produksi dapat

dilihat pada Lampiran 3.

2) Sumberdaya Manusia

Keberadaan sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor produksi

agribisnis kedelai lokal sangatlah penting. Sumberdaya manusia yang memadai

dan berkualitas akan membantu menghasilkan kedelai lokal yang baik dan mampu

menghasilkan sistem agribisnis kedelai lokal yang berdayasaing. Pada sistem

agribisnis kedelai mulai dari hulu hingga ke hilir, sumberdaya manusia yang

terkait didalamnya antara lain peneliti, petani, pedagang, Petugas Pemandu

Lapang (PPL) dan jabatan lainnya.

Peneliti merupakan pihak yang melakukan kegiatan penelitian terkait

tanaman kedelai yang dapat menunjang pengembangan agribisnis kedelai lokal di

Indonesia dan berada di bawah koordinasi lembaga penelitian. Sebagai contoh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kacang-kacangan dan Umbi-umbian yang

memberikan kontribusi berupa inovasi teknologi yang mampu meningkatkan

produksi kedelai serta berbagai penelitian lainnya yang dapat mendukung

pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

Petani merupakan subjek utama yang mengendalikan dan mengelola

berbagai proses usahatani dan terlibat langsung dalam proses produksi tanaman

kedelai. Jumlah petani kedelai saat ini lebih dari 75 persen berumur 45 tahun

dengan pendidikan terbanyak sekolah dasar. Untuk itu, diperlukan pembinaan

kemampuan petani dan kelompoknya agar partisipasi petani dalam proses

produksi kedelai lebih meningkat dan bersifat mandiri. Selain itu juga diperlukan

pengembangan kualitas kelompok tani agar terjadi kekompakan antar anggota

dalam kelompok dan peningkatan kerja sama antar kelompok yang lebih baik.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa adopsi teknologi produksi kedelai

oleh petani masih dihadapkan pada beberapa hambatan, antara lain persepsi petani

terhadap teknologi, kemampuan modal petani yang terbatas, skala usaha yang

sempit dan terpencar, risiko kegagalan panen yang besar dan kecilnya insentif

bagi petani. Petani kedelai lokal di Indonesia sebagian besar merupakan petani

Page 74: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

60

 

kecil, dengan luas areal tanam kurang dari 1 ha. Beberapa diantaranya tergabung

dalam sebuah kelompok tani (Adisarwanto 2010). Menurut Ditjentan (2004)

Terdapat kelompok tani yang terdiri dari tingkat pemula, lanjut dan madya.

Kelompok tani yang pernah disurvei pernah berprestasi sebagai juara kelompok

tani dibidang agribisnis kedelai salah satunya adalah kelompok petani Karya

Bakti Dusun Jatirejo, Desa Glagahagung yang merupakan salah satu desa di

Banyuwangi yang menjuarai lomba intesifikasi kedelai tingkat Provinsi tahun

2008. Selain itu kelompok tani Karya bakti berhasil menjadi perwakilan Provinsi

Jawa Timur pada Lomba Intensifikasi Kedelai Tingkat Nasional tahun 2008.

Pedagang atau pengumpul merupakan pihak yang menyalurkan kedelai

hingga sampai ke perantara lain maupun ke konsumen akhir. Berdasarkan data

yang diperoleh dari Ditjentan (2004), sebagian besar pedagang kedelai di

Indonesia lebih banyak menjual kedelai impor dibandingkan dengan kedelai lokal.

Pedagang pada umumnya mendapatkan kedelai lokal langsung dari petani. Masih

terbatasnya petani yang menjual secara berkelompok membuat posisi tawar petani

rendah sehingga harga jual kedelai lokal ditentukan oleh pedagang atau

pengumpul.

Pemandu lapang adalah pihak yang memberikan informasi-informasi yang

berkaitan dengan kegiatan usahatani di daerah provinsi dan kabupaten

pengembangan kedelai lokal. Berdasarkan data Ditjentan (2004), pada umumnya

tingkat pendidikan penyuluh adalah SLTA dengan masa kerja bervariasi antara

15-23 tahun dimana frekuensi kunjungan kelompok tani bevariasi, berkisar antara

1-2 kali perbulan. Dalam kunjungannya sebagian penyuluh menggunakan

kendaraan operasional dalam melaksanakan tugasnya.

3) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi pada agribisnis kedelai lokal,

mulai dari input, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, panen, pasca panen

merupakan hal penting untuk menunjang dayasaing agribisnis kedelai.

Sumberdaya ini mencakup ketersediaan pengetahuan pasar, pengetahuan ilmiah

dan inovasi teknologi dalam melakukan produksi yang dapat diperoleh melalui

lembaga penelitian, asosiasi pengusaha, perguruan tinggi dan teknologi lainnya.

Page 75: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

61

 

a) Lembaga Penelitian

Lembaga penelitian yang berperan sebagai sumber teknologi di bidang

agribisnis kedelai di Indonesia adalah Pusat Penelitian dan pengembangan

Tanaman pangan (Puslitbangtan) yang berlokasi di Bogor. Selain itu terdapat

lembaga Penelitian yang khusus meneliti tentang kacang-kacangan termasuk

kedelai yaitu Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Kacang-kacangan dan

Umbi-umbian yang berlokasi di Malang. Puslitbangtan berperan dalam

menghasilkan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi dan

pendapatan petani dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya alam.

Bersama-sama dengan Direktorat Jendal Tanaman Pangan dan Pemerintah

Daerah, Puslitbangtan di bawah koordinasi Badan Litbang Pertanian

mengembangkan berbagai inovasi teknologi seperti varietas unggul, budidaya,

pasca panen dan pengelolaan tanaman terpadu (PPT) terkait tanaman kedelai.

Penelitian dilaksanakan di laboratorium, rumah kaca, kebun percobaan dan lahan

petani. Kegiatan di lahan petani diselenggarakan melalui kerja sama dengan Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Dinas Pertanian setempat.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/OT.140/7/2005 pasal 175

ayat 1 menyatakan bahwa Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

(PSE-KP) sebagai unsur penunjang Departemen yang berada di bawah dan

betanggung jawab kepada Menteri Pertanian melalui Sekretaris Jendral. PSE-KP

merupakan lembaga yang berperan dalam menghasilkan informasi sosial ekonomi

dari pertanian termasuk kedelai.

b) Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (KOPTI)

Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) merupakan wadah

untuk menghimpun para pengusaha dan pengrajin tempe, tahu. KOPTI sendiri

tersebar di berbagai daerah bahkan di kota maupun kabupaten, sebagai contoh

KOPTI yang terdapat di kabupaten Bogor, KOPTI kota Bogor, KOPTI kota

Bandung dan KOPTI lainnya yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

KOPTI tersebut menghimpun pengusaha dan pengrajin tempe dan tahu pada

wilayahnya masing-masing dan memberikan kemudahan untuk distribusi kedelai

dan berbagai kebutuhan lainnya bagi anggota KOPTI.

Page 76: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

62

 

c) Dewan Kedelai Indonesia

Dewan Kedelai bertugas sebagai lembaga yang memberikan saran dan

pertimbangan kepada presiden dalam merumuskan kebijakan ke arah

pengembangan sistem dan usaha agribisnis kedelai yang efektif dan efisien.

Dewan kedelai sendiri baru didirikan pada tahun 2009. Adanya Dewan Kedelai

ini diharapkan mampu mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di

Indonesia sehingga dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia semakin

meningkat.

d) Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan mampu menghasilkan informasi-informasi yang

berkaitan dengan agribisnis kedelai melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

Lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi memberikan kontribusinya melalui

informasi-informasi berupa ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi

pengembangan agribisnis kedelai lokal. Seperti yang dilakukan oleh perguruan

tinggi Universitas Hasanuddin yang berkontribusi dalam pembangunan pertanian

kawasan Indonesia Timur. Kontribusi tersebut ditunjukkan diantaranya dengan

menghasilkan inovasi teknologi melalui beberapa kegiatan diantaranya alih

teknologi melalui Sekolah Lapang (SL) yang berbasis teknologi, teknologi

produksi benih/bibit sumber, kemitraan dengan industri benih dan produksi pupuk

cair organik (rumah kompos). Selain itu kontribusi lainnya dilakukan oleh

Fakultas Pertanian UGM yang bekerjasama dengan PT Unilever untuk

mengembangkan kedelai hitam lokal. Tim peneliti Fakultas Pertanian UGM

akhirnya menghasilkan varietas unggul dari seleksi tanaman asal Bantul,

Yogyakarta, yang dinamai Mallika9.

e) Sumberdaya IPTEK lainnya

Sumberdaya IPTEK lainnya dapat berasal dari berbagai media, seperti

jurnal-jurnal penelitian, surat kabar atau majalah agribisnis, media elektronik

berupa internet, dan media penyedia informasi lainnya. Keragaman dan

kelengkapan sumberdaya IPTEK diharapkan dapat mendukung agribisnis kedelai

lokal dalam menerapkan teknologi-teknologi yang tepat guna. Penerapan

                                                            9 Faiz Faza. Produksi Kedele Masih Memble. 2007. http: //www.agrina online.com /show_article.

php?rid =7&aid=1113 [diakses 28 April 2011]

Page 77: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

63

 

teknologi yang tepat guna dalam agribisnis kedelai diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas dan pengembangan kedelai lokal di Indonesia.

Sumberdaya IPTEK yang ada saat ini menjadi satu faktor yang mendukung

dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

4) Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal merupakan faktor penting dalam agribisnis kedelai

lokal yang digunakan petani untuk memulai atau mengembangkan usaha.

Permodalan bagi usahatani kedelai lokal berasal dari dua sumber yaitu modal

sendiri dan modal yang berasal dari pinjaman.

Peran pemerintah dalam permodalan sangat besar, untuk itu pemerintah

memberikan berbagai bantuan dalam perolehan modal seperti subsidi pupuk atau

BLP (Bantuan Langsung Pupuk), BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul),

KUR (Kredit Usaha Rakyat), KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi)10.

Hal ini tentunya dapat membantu para petani kedelai lokal yang memiliki

keterbatasan terhadap modal karena petani kedelai lokal umumnya merupakan

petani kecil. Meskipun pemerintah telah menyediakan KKP-E di bank dan

menganggarkan dana untuk subsidi bunga, hal ini tidak sepenuhnya berhasil. Pada

kenyataannya di lapangan para petani sulit mendapakan KKP-E. Melalui

Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), para petani mengajukan pinjaman ke bank

untuk mendapatkan KKP-E, namun pihak bank tetap meminta jaminan dari para

petani. Hal yang sama juga terjadi pada pencairan KUR yang bunganya sudah

diturunkan. Dalam hal ini pihak bank meminta petani untuk menyediakan jaminan

dan mendapatkan pendampingan serta bimbingan teknis dari Kementerian

Pertanian. Bagi petani yang tidak memiliki agunan tentu saja pinjaman melalui

KKP-E maupun KUR sulit untuk diperoleh. Hal inilah yang menyebabkan

sulitnya permodalan bagi para petani kedelai.

5) Sumberdaya Infrastruktur

Sumberdaya infrastruktur yang mendukung agribisnis kedelai lokal antara

lain transportasi/jalan, pasar, dan alat telekomunikasi. Pada usaha pertanian

kedelai, infrastruktur kedelai pada lahan sawah lebih baik bila dibandingkan pada

                                                            10   Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Sub Bidang Kedelai sekaligus perwakilan Dewan

Kedelai Ir. Kasmin Nadaek, MM [ 21 Maret 2011] 

Page 78: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

64

 

infrastruktur pada lahan kering. Sumberdaya infrastruktur pada tiap daerah

pengembangan kedelai berbeda-beda. Sebagai contoh pada penanaman kedelai

lokal di daerah Grobogan, Jawa Tengah yang sebagian lahannya berupa lahan

sawah dan dilengkapi dengan saluran irigasi yang mendukung. Ketersediaan

infrastruktur ini tentunya akan mempermudah petani dalam melakukan kegiatan

agribisnis kedelai lokal. Sedangkan pada daerah Sumatra Utara, sebagian usaha

pertanian termasuk kedelai masih mengandalkan tadah hujan dan infrastruktur

berupa irigasi masih kurang11. Selain itu semenjak bencana tsunami di Sumatra

utara dan Aceh banyak infrastruktur di daerah Aceh dan Sumatera Utara yang

telah rusak seperti jalan, pasar, telekomunikasi. Hal tersebut tentunya akan

mempengaruhi pengembangan kedelai di Sumut dan Aceh.

6.1.2. Kondisi Permintaan

Dalam upaya peningkatan dayasaing agribisnis kedelai lokal Indonesia

kondisi permintaan merupakan faktor penting untuk diperhitungkan. Kondisi

permintaan akan dijelaskan melalui tiga faktor yaitu komposisi permintaan

domestik, jumlah permintaan dan pola pertumbuhan, serta internasionalisasi

permintaan domestik.

1) Komposisi Permintaan Domestik

Komposisi permintaan domestik untuk komoditas kedelai diberikan

dalam bentuk bahan pangan dan non pangan. Sebagian besar permintaan kedelai

digunakan untuk pemakaian bahan makanan sebesar 78,73 persen sedangkan

untuk pemakaian bahan non pangan seperti pakan sebesar 0,36 persen, bibit

sebesar 1,43 persen, dan pemakaian untuk diolah menjadi manufaktur sebesar

14,47 persen. Sedangkan terdapat 5,01 persen kedelai yang tercecer.

                                                            11 Anonim. 2009. Infrastruktur Pengembangan Kedelai yang Rusak di Sumatera Utara. http:

//www.google.co.id/#hl=id&biw=1024&bih=382&q=infrastruktur+pengembangan+kedelai+yang+rusak+di+daerah+sentra+kedelai+di+sumatra+utara [diakses 25 Maret 2011]

Page 79: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

65

 

Gambar 11. Persentase Permintaan Kedelai Berdasarkan Penggunaannya Sumber: Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian 2009 [diolah]

2) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Berdasarkan data Ditjentan (2009) dalam Zakaria AK (2010), konsumsi

kedelai cenderung berfluktuasi tergantung ketersediaan dalam negeri. Pada tahun

1970 hingga tahun 1992 konsumsi kedelai mengalami peningkatan. Sejak tahun

1970 hingga tahun 2009 konsumsi kedelai cenderung meningkat. Dimana

konsumsi kedelai mengalami puncaknya pada tahun 1992 sebesar 2,56 juta ton.

Kebutuhan kedelai dalam negeri selalu mengalami defisit yang cenderung

meningkat yaitu dari 0,17 juta ton pada tahun 1976 menjadi 1,03 juta ton pada

tahun 2006. Puncak defisit terjadi pada tahun 2002, yaitu sebesar 1,37 juta ton dan

tahun 2007 sebesar 1,41 juta ton dan tahun 2008 sebesar 1,16 juta ton. Defisit

konsumsi ini menandakan bahwa produksi kedelai dalam negeri belum mampu

mencukupi banyaknya permintaan kedelai. Tingginya permintaan kedelai di

Indonesia disebabkan karena kedelai merupakan komoditi kebutuhan pokok

masyarakat Indonesia yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan

pakan ternak.

Page 80: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

66

 

Gambar 12. Produksi dan Konsumsi Kedelai dari tahun 1970-2009    Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2009) dalam Zakaria AK (2010)

3) Internasionalisasi Permintaan Domestik

Internasionalisasi permintaan domestik terjadi pada produk tempe yang

telah menjadi makanan sehari-hari bangsa Indonesia. Tempe yang mulanya hanya

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia kini dikonsumsi oleh negara-negara lain

seperti Amerika, Jepang dan beberapa negara Eropa. Tempe dikenal oleh

masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda. Pada tahun 1895, Prinsen

Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda) melakukan usaha yang

pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe

yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia. Pada

tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di

Jepang12.

Contoh lainnya yaitu warga negara Indonesia yang berasal dari Grobogan

yang pindah ke Jepang dan menjadi pengusaha tempe di Jepang. Ia

mempopulerkan tempe sebagai makanan asli Indonesia. Kini tempe banyak

dipromosikan melalui berbagai media di Jepang. Sebagai contoh buku yang

mengupas tentang tempe, diantaranya yang terkenal adalah The Book of Tempeh,

tulisan William Shurtleft dan Akiko Aoujaga. Buku besar ini lengkap dengan

                                                            12 Ali Warto. 2009. Esuk Dele Sore Tempe. http: //djomomangunkaryo.wordpress.Com /2009/10/

04 / esuk-dele-sore-tempe/ [diakses 15 April 2011]

Page 81: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

67

 

uraian dan ilustrasi menarik tentang pembuatan dan manfaat tempe dengan latar

belakang budaya Indonesia, terutama Jawa. Ada juga buku terbitan Asosiasi

Tempe di Jepang yang dikelola para profesor dan ahli gizi. Asosiasi ini

mengadakan penelitian dan setiap tahun mengadakan seminar tentang tempe.

Salah satu kajiannya adalah kandungan gizi tempe tak kalah dari daging sapi.

Berbagai restoran vegetarian di Jepang banyak menyajikan olahan tempe dengan

berbagai bentuk olahan Jepang, seperti misoshiru tempe tempura tempe dan

burger tempe13. Untuk burger tempe sendiri Jepang telah memberikan hak paten

pada pengolahannya. Meskipun begitu tempe tetap dikenal di dunia sebagai

makanan asli Indonesia. Para imigran yang berasal dari Indonesia ini

memperkenalkan produk dalam negeri berupa tempe ke mancanegara sehingga

tempe semakin dikenal dunia dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia.

6.1.3. Industri Terkait dan Industri Pendukung

Keberadaan industri terkait dan industri pendukung yang telah memiliki

dayasaing global juga akan mempengaruhi dayasaing industri utamanya. Industri

terkait merupakan industri yang berada dalam sistem komoditas secara vertikal.

Sedangkan industri pendukung merupakan industri yang memberikan kontribusi

tidak langsung dalam sistem komoditas secara vertikal.

1. Industri Terkait

a) Industri Pemasok Bahan Baku

Kemampuan industri pemasok bahan baku dalam menyediakan input

produksi seperti benih, pupuk dan alat serta mesin pertanian sangat

mempengaruhi perkembangan agribisnis kedelai lokal. Industri sarana produksi

khususnya industri perbenihan mempunyai peran yang strategis dalam agribisnis

kedelai. Ketersediaan benih sangat menentukan kelangsungan kegiatan budidaya

kedelai lokal. Penyediaan benih kedelai saat ini diproduksi oleh produsen benih,

seperti Balai Benih Provinsi, Balai Benih Kabupaten, Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP), perusahaan benih BUMN, swasta atau penangkar. Beberapa

perusahaan benih yang cukup besar yaitu PT Sang Hyang Seri, PT Pertani. Di

Indonesia industri perbenihan masih sulit berkembang, karena dibandingkan

                                                            13 Rustono. 2010. King of Tempe Jepang dari Grobogan http: //kradenangrobogan. wordpress.

Com/2010/ 07/20/rustono-king-of-tempe-jepang-dari-grobogan/ [diakses 15 April 2011]

Page 82: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

68

 

dengan benih padi dan jagung, harga benih kedelai relatif murah namun proses

produksinya lebih sulit. Selain itu banyak petani yang belum menyadari

pentingnya sertifikasi benih dalam pengadaan benih kedelai lokal. Hal inilah yang

menjadi salah satu penyebab sulit berkembangnya sistem penangkaran dan

industri benih kedelai. Hingga saat ini produksi benih kedelai yang digunakan

petani berlangsung melalui sistem Jalur Benih Antar Lapang dan Musim atau

lebih populer disebut Jabalsim. Produsen atau sumber benih adalah penangkar

berskala usaha kecil yang jumlahnya masih terbatas dan petani yang menanam

kedelai untuk tujuan konsumsi.

b) Industri Jasa Tataniaga

Industri jasa tataniaga merupakan lembaga-lembaga yang menjadi

perantara pemasaran. Pihak-pihak yang terlibat dalam industri pemasaran kedelai

lokal diantaranya petani, pengumpul, pedagang besar/grosir, KOPTI, pedagang

kecil/pengecer, konsumen. Pemasaran hasil kedelai oleh petani, pada umumnya

dijual secara langsung kepada pedagang. Petani yang menjual kedelai secara

berkelompok masih terbatas sehingga harga jual petani sangat ditentukan oleh

pedagang dan posisi tawar petani kedelai lokal masih lemah.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, kedelai di Indonesia

mulai dari daerah sentra produksi kedelai lokal hingga ke industri pengolahan

dipasarkan melalui pedagang pengumpul di tingkat desa, kecamatan, kabupaten

dan provinsi hingga sampai ke konsumen akhir. Kedelai yang diproduksi oleh

petani kemudian dijual kepada pedagang pengumpul baik di tingkat desa,

kecamatan maupun di tingkat kabupaten. Kedelai yang beredar dipasaran sebagian

besar kedelai berasal dari impor dan sisanya berasal dari kedelai lokal. Kedelai

yang telah berada di tingkat pedagang pengumpul kemudian dijual ke pedagang

grosir setelah itu dijual lagi baik ke pengecer maupun ke KOPTI dan selanjutnya

ke pengolah dan konsumen akhir. Sedangkan kedelai yang berasal dari impor

umumnya dibeli oleh koperasi pengrajin tahu dan tempe (KOPTI), selanjutnya

dipasarkan ke pengrajin tahu dan tempe hingga sampai ke konsumen.

Page 83: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

69

 

c) Industri Pengolahan

Pengolahan kedelai sangat penting dilakukan guna menciptakan nilai

tambah kedelai itu sendiri, meningkatkan permintaan dan meningkatkan daya

tahan kedelai. Berkembangnya industri pengolahan mampu menciptakan

diversifikasi konsumsi, membagi pendapatan dan meningkatkan devisa serta

mampu menyerap tenaga kerja.

Berbagai industri pengolahan kedelai yang paling banyak dilakukan adalah

industri pengolahan makanan berupa tempe dan tahu, selain itu terdapat juga

industri olahan lainnya seperti kosmetik dan obat-obatan. Karakter industri

pengolahan pangan dari kedelai di Indonesia yaitu sebagian besar berproduksi

dalam skala kecil atau rumah tangga dan semua proses pengolahannya diawali

dengan perendaman yang membutuhkan banyak air (Suryana et al 2005).

Menurut Sarwoto (2004), sekitar 57 persen kedelai di Indonesia

dikonsumsi dalam bentuk tempe, 38 persen dalam bentuk tahu, dan sisanya dalam

bentuk kecap, tauco, kembang tahu, dan lain-lain. Hal ini membuktikan sebagian

besar kedelai dipergunakan untuk industri pengolahan kedelai yaitu pembuatan

tempe dan tahu.

Industri pengolahan kedelai di Indonesia menggunakan kedelai sebagai

bahan bakunya baik yang berasal dari impor maupun kedelai lokal. Kandungan

protein kedelai lokal lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai impor, sehingga

jika diolah untuk tahu, maka rendemen lebih banyak dihasilkan dari kedelai lokal

dan memiliki cita rasa yang khas. Kedelai impor memiliki ukuran biji besar,

seragam dan kadar airnya rendah, sehingga lebih disukai industri tempe karena

volume bijinya yang mengembang lebih banyak dan bobot tempe yang diperoleh

lebih banyak. Untuk industri kecap, biji kedelai hitam lokal lebih disukai daripada

kedelai impor karena memiliki cita rasa khas dan kecap yang dihasilkan lebih

gurih (Handayani 2007).

Industri pengolahan kedelai tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia

dan sebagian besar berproduksi dalam skala industri kecil dan rumah tangga.

Untuk itulah besarnya permintaan kedelai dalam bentuk olahan membuat industri

pengolahan kedelai semakin berkembang. Dalam industri pengolahan kedelai,

permasalahan yang kerap kali dihadapi diantaranya sulitnya ketersediaan bahan

Page 84: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

70

 

baku lokal dalam segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Berikut ini dapat dilihat

banyaknya perusahaan serta penyebaran produk olahan kedelai di Indonesia pada

Lampiran 4.

2. Industri Pendukung

Industri pendukung dalam agribisnis kedelai diantaranya industri

perbankan sebagai lembaga yang mendukung permodalan petani kedelai. Dalam

hal ini bank memberikan dukungan permodalan dalam bentukan pinjaman kredit

usahatani kedelai. Selain itu terdapat industri lain yang mendukung agribisnis

kedelai lokal di Indonesia yaitu industri pengemasan. Industri pengemasan

mendukung kegiatan agribisnis kedelai melalui kemasan-kemasan yang

digunakan untuk mengemas olahan kedelai seperti susu kedelai, ataupun snack

yang berbahan dasar kedelai.

6.1.4. Struktur, Persaingan dan Strategi Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia Dayasaing antar unit-unit perusahaan yang terdapat dalam suatu industri

didukung oleh faktor persaingan yang ada pada industri tersebut. Persaingan

dalam suatu industri memberikan pengaruh terhadap bentuk struktur industri

tersebut dan setiap perusahaan menentukan strategi yang dapat dilakukan untuk

dapat bersaing dalam industri tersebut.

1) Struktur

Struktur pasar kedelai di Indonesia pada masa orde baru adalah pasar

monopoli yang dikendalikan BULOG. Namun pasar kedelai di Indonesia yang

tadinya dikendalikan oleh BULOG kini berubah menjadi perdagangan bebas

terhitung semenjak kabinet reformasi memimpin.

Saat ini, struktur pasar yang dihadapi oleh kedelai impor adalah struktur

pasar oligopoli. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk pasar dimana terdapat salah

satu atau beberapa penjual yang bertindak sebagai pemilik pangsa pasar terbesar.

Hal ini ditunjukan dengan adanya produsen-produsen kedelai impor (importir)

yang menguasai pasar kedelai dalam negeri. Dalam hal ini terdapat empat importir

besar yang menguasai pasar kedelai di Indonesia. Derasnya arus impor kedelai di

Indonesia serta struktur pasar oligopoli yang dikuasai oleh para importir kedelai

membuat produsen kedelai lokal semakin terhimpit dan sulit untuk memperoleh

Page 85: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

71

 

pasar yang menguntungkan karena pasar kedelai dalam negeri dikuasai oleh para

importir kedelai. Hal ini semakin mempersulit posisi kedelai lokal untuk

meningkatkan dayasaingnya.

Sedangkan untuk kedelai lokal sendiri struktur pasar yang terjadi adalah

oligopsoni. Pasar oligopsoni adalah kondisi pasar dimana terdapat beberapa

pembeli, dimana masing-masing pembeli memiliki peranan cukup besar untuk

mempengaruhi harga. Dalam hal ini kedudukan atau posisi petani tawar petani

sebagai penjual cenderung masih lemah dan tidak punya kekuatan untuk

bernegosiasi dengan para pedagang/pengumpul.

2) Persaingan

Saat ini kedelai lokal menghadapi persaingan dengan kedelai impor.

Kedelai yang beredar dipasaran sebagian besar didominasi oleh kedelai impor.

Kualitas kedelai impor dinilai lebih baik dari kedelai lokal khususnya bagi

pengusaha tempe. Meskipun telah tersedia benih-benih unggul yang dapat

menghasilkan kedelai lokal dengan kualitas baik namun pada kenyataannya

banyak petani kedelai lokal yang belum menggunakan benih unggulan tersebut.

Berbagai faktor seperti mahalnya benih unggul bermutu dan ketersediaan benih

unggul bermutu yang sulit didapat membuat petani tidak menggunakan benih

unggul bermutu. Hal inilah yang membuat kedelai lokal yang banyak beredar

dipasaran lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan kedelai impor karena

para petani kedelai lokal banyak yang menggunakan benih asalan. Selain itu

harga kedelai impor cenderung lebih murah bila dibandingkan dengan kedelai

lokal sehingga konsumen banyak menggunakan kedelai impor. Diberlakukannya

tarif impor kedelai sebesar nol persen membuat impor kedelai semakin sulit

dibendung. Terlebih lagi dengan adanya kredit lunak tanpa bunga selama enam

bulan yang diberikan Amerika kepada negara yang bersedia mengimpor kedelai

mereka. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor kedelai Amerika

yang mendapat bantuan kredit. Hal ini membuat kedelai impor semakin banyak

masuk ke dalam pasar kedelai dalam negeri sehingga kedelai lokal harus

menghadapi persaingan dengan kedelai impor.

Page 86: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

72

 

Selain bersaing dengan kedelai impor, persaingan lahan harus dihadapi

kedelai lokal dengan tanaman pangan lainnya seperti padi dan jagung. Jika pada

suatu kondisi menanam jagung dinilai lebih menguntungkan maka petani akan

beralih untuk menanam jagung. Lain halnya dengan padi yang penanamannya

dinilai lebih menjanjikan.

3) Strategi

Pengembangan kedelai lokal di Indonesia hingga saat ini terus

ditingkatkan. Tanaman kedelai lokal yang dihasilkan petani saat ini masih banyak

dijual dalam bentuk biji. Namun, ada beberapa produsen yang mencoba

meningkatkan nilai tambah kedelai dengan mengolah kedelai lokal menjadi

berbagai berbagai produk turunannya seperti tempe, tahu, kecap, oncom, tepung

kedelai dan berbagai olahan lainnya. Hal ini dimaksudkan agar keuntungan yang

diperoleh produsen semakin meningkat. Upaya peningkatan nilai tambah bagi

komoditas kedelai dilakukan oleh beberapa produsen seperti yang dilakukan oleh

produsen di Bojonegoro yang membuat tahu dengan bahan dasar kedelai lokal.

Contoh lain adalah produsen di Bogor, Bojonegoro dan Cirebon yang

menggunakan kedelai lokal untuk pembuatan kecap yang rasanya dinilai lebih

gurih jika menggunakan kedelai lokal.

Salah satu strategi yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

pengembangan kedelai lokal di Indonesia adalah dengan melakukan promosi.

Pada pelaksanaannya promosi dan publikasi dilakukan melalui berbagai pihak

seperti lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Seperti yang dilakukan oleh

Puslitbang dalam periode 2005-2009, dimana Puslitbang telah meluncurkan 75

publikasi hasil penelitian dalam bentuk jurnal ilmiah primer, buletin teknik,

prosiding seminar, buku, buku saku, berita (news), laporan tahunan penelitian,

lefleat, booklet dan CD. Publikasi tersebut didistribusikan ke berbagai institusi

antara lain Balai Pengkajan Teknologi Pertanian (BPTP), Dinas Pertanian,

Perguruan Tinggi dan Lembaga penyuluhan. Selain itu promosi dan publikasi juga

dilakukan dalam bentuk workshop, seminar, simposium dan pameran atau

ekspose.

Page 87: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

73

 

6.1.5. Peran Pemerintah

Peran pemerintah dalam pengembangan agribisnis kedelai lokal di

Indonesia sangat besar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya program-program serta

kebijakan-kebijakan baik secara langsung maupun secara tidak langsung berkaitan

dengan agribisnis kedelai di Indonesia yang dilakukan melalui Departemen

Pertanian, Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten serta berbagai pihak lainnya.

Upaya pemerintah untuk mengembangkan kedelai lokal di Indonesia dilakukan

mulai dari hulu hingga ke hilir dengan mengintegrasikan berbagai pihak dan

instansi terkait agar agribisnis kedelai lokal dapat berkembang.

Upaya pemerintah untuk mendukung pengembangan kedelai lokal

dilakukan dengan membuat kebijakan intensif pengembangan produksi kedelai

dengan mengacu pada Sasaran Strategis Departemen Pertanian 2010-2014, yaitu :

(1) Peningkatan produksi dan swasembada berkelanjutan; (2) Ketahanan pangan

dan gizi (3) Peningkatan nilai tambah, dayasaing dan ekspor; (4) Peningkatan

pendapatan petani. Intensif yang diterima petani terdiri atas dua komponen utama

yaitu subsidi sarana produksi (seperti pupuk, benih, kredit, dan mekanisasi

pertanian) dan perlindungan harga hasil produksi berupa tarif dan jaminan harga

(Sejati et al 2009).

Peran pemerintah lainnya diimplementasikan dalam bentuk dijalankannya

program SLPTT (Sekolah Lapang Pegelolaan Tanaman Terpadu) yang dibuat

pemerintah untuk mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di

Indonesia. SLPTT merupakan Sekolah Lapang bagi petani dalam menerapkan

teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut

spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk

menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Pada program ini

pemerintah menggulirkan berbagai bantuan untuk menunjang terlaksananya

program ini. Bantuan tersebut berupa bantuan kredit seperti KUR dan KKP-E,

BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul) dan BLP (Bantuan Langsung Pupuk)

bagi peserta program SL-PTT.

Page 88: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

74

 

6.1.6. Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali petani,

pemerintah dan pengusaha namun dapat meningkatkan dayasaing global industri

nasional. Sektor pertanian kini menghadapi tantangan baru dari persoalan krisis

energi global. Menjulangnya harga minyak global mendorong pencarian sumber

energi alternatif pengganti minyak bumi. Kenyataan bahwa minyak bumi sebagai

sumber energi yang berasal dari fosil dan banyak digunakan oleh manusia ini,

suatu saat akan habis. Hal ini membuat tren biofuel sebagai sumber energi

alternatif yang berasal dari tumbuhan, muncul ke permukaan.

Krisis energi (kenaikan BBM) merupakan kecenderungan jangka panjang

yang tidak dapat diabaikan karena kenaikan BBM merupakan sumberdaya yang

tidak dapat diperbaharui. Manakala harga BBM naik diatas $ 100/barel, negara

maju seperti Amerika Serikat dan UE sebagai negara produsen penting komoditas

pangan dunia mengubah kebijakannya. Amerika Serikat mensubsidi besar-besaran

untuk tanaman (jagung) sebagai bahan baku etanol. Akibatnya terjadilah peralihan

areal dari tanaman gandum dan kedelai menjadi areal tanaman jagung. Pada tahun

2008 misalnya, diperkirakan 30 persen produksi jagung di Amerika Serikat telah

beralih ke etanol, sebelumnya digunakan untuk pangan dan pakan. Padahal

Amerika Serikat menyumbang sekitar 37,51 persen produksi kedelai dunia, dan

sekitar 26 persen produksi gandum dunia. Uni Eropa juga mengalihkan sejumlah

pangan, terutama kanola dan kedelai untuk bahan baku biodiesel dan gandum

untuk etanol (Sawit 2003).

Adanya tren penggunaan biofuel sebagai sumber energi alternatif ini

merupakan faktor kesempatan karena jika sebagian besar negara produsen kedelai

mengkonversi lahan kedelainya menjadi lahan untuk jagung sebagai bahan

pembuatan etanol atau menggunakan kedelai sebagai bahan untuk pembuatan

biodiesel, maka produksi kedelai sebagai kebutuhan pangan akan semakin sedikit,

hal ini tentunya akan mengurangi pasokan kedelai dunia sebagai kebutuhan

pangan. Berkurangnya pasokan kedelai dunia akan membuat harga kedelai dunia

meningkat. Meningkatnya harga kedelai impor akan meningkatkan harga kedelai

lokal di pasar dalam negeri. Hal ini akan meningkatkan gairah petani untuk

menanam kedelai lokal karena harga kedelai tinggi di pasaran.

Page 89: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

75

 

6.2. Keterkaitan Antar Komponen Utama Porter’s Diamond System

Setelah kita menganalisis sistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia

dengan menggunakan Porter’s Diamond System maka akan terlihat keterkaitan

antara komponen utama dan komponen penunjang. Keterkaitan antar komponen

tersebut ada yang bersifat saling mendukung maupun tidak saling mendukung.

Keterkaitan antar komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Keterkaitan Antar Komponen Utama

No Komponen A Komponen B Keterkaitan

Antar Komponen

Keterangan

1. Persaingan, Struktur dan Strategi

Kondisi faktor Sumberdaya

Saling mendukung

• Hasil-hasil penelitian yang merupakan sumber daya IPTEK mendukung strategi promosi dan publikasi yang dilakukan untuk pengembangan kedelai lokal

• Strategi promosi seperti dibuatnya jurnal ilmiah, buletin buku, seminar, simposium yang banyak dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

2. Kondisi faktor Sumberdaya

Industri terkait dan industri pendukung

Tidak saling mendukung

• Kondisi faktor sumberdaya yang belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku industri

• Banyak industri terkait dan industri pendukung menggunakan kedelai impor

3. Kondisi Permintaan

Industri terkait dan industri pendukung

Saling mendukung

• Tingginya permintaan kedelai dalam bentuk olahan membuat berkembangnya industri pengolahan kedelai di dalam negeri

• Adanya promosi yang dilakukan industri terkait dan industri pendukung untuk meningkatkan permintaan produk mereka

4. Industri terkait dan industri pendukung

Persaingan, struktur dan strategi

Tidak saling mendukung

• Industri terkait dan industri pendukung mengimpor bahan baku dari negara lain sehingga kedelai lokal tersaingi

• Struktur pasar oligopoli membuat industri terkait dan pendukung kesulitan karena harga kedelai impor ditentukan oleh importir

5. Kondisi permintaan

Persaingan, struktur dan strategi

Tidak saling mendukung

• Tingginya permintaan kedelai membuat kedelai impor semakin deras masuk sehingga kedelai lokal tersaingi oleh kedelai impor

• Strategi yang diterapkan belum mampu membuat konsumsi kedelai lokal meningkat, karena tingginya permintaan sebagian besar didominasi oleh kedelai impor

6. Kondisi faktor sumberdaya

Kondisi faktor permintaan

Tidak saling mendukung

• Kondisi faktor sumberdaya belum mampu memenuhi kebutuhan domestik

• Kondisi permintaan sebagian besar bergantung pada kedelai impor

Page 90: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

76

 

Penjelasan dari Tabel 9 mengenai keterkaitan antar komponen utama pada

Porter’s Diamond System sebagai berikut:

1) Persaingan, struktur dan strategi dengan kondisi faktor sumberdaya

Keterkaitan yang saling mendukung terjadi pada komponen persaingan,

struktur, strategi dengan komponen faktor sumberdaya. Hal ini terlihat pada

strategi promosi yang banyak dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan

agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Sedangkan untuk faktor sumberdaya sendiri

seperti sumberdaya IPTEK telah banyak menghasilkan berbagai hasil penelitian

yang mampu mendukung kegiatan promosi dan publikasi. Berbagai penelitian

tersebut dihasilkan oleh lembaga penelitian maupun perguruan tinggi. Promosi

yang ada dapat berupa jurnal ilmiah, buletin buku, seminar, simposium dan lain-

lain dan digunakan untuk membantu pengembangan kedelai lokal di Indonesia.

2) Kondisi faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung

Keterkaitan yang tidak saling mendukung terdapat pada komponen kondisi

faktor sumberdaya dengan industri terkait dan industri pendukung. Hal ini

dikarenakan karena sumberdaya yang ada belum mampu memasok bahan baku

industri yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri terkait dan industri

pendukung. Sedangkan untuk industri terkait dan industri pendukung sendiri tidak

mendukung faktor sumberdaya karena sebagian besar industri terkait dan industri

pendukung membeli pasokan bahan baku kedelai dari luar negeri.

3) Kondisi permintaan dengan industri terkait dan industri pendukung

Keterkaitan yang saling mendukung terjadi pada kondisi permintaan

domestik dengan industri terkait dan industri pendukung. Hal ini dikarenakan

tingginya permintaan kedelai dalam bentuk olahan seperti tahu dan tempe

membuat berkembangnya industri pengolahan kedelai di dalam negeri.

Sedangkan untuk industri terkait dan industri pendukung sendiri mendukung

kondisi permintaan domestik. Hal ini terlihat dengan adanya promosi yang

dilakukan industri terkait dan industri pendukung untuk meningkatkan permintaan

produk mereka yang berbahan baku kedelai.

Page 91: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

77

 

4) Industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan, struktur dan strategi

Keterkaitan yang saling tidak mendukung lainnya juga terjadi pada

komponen industri terkait dan industri pendukung dengan persaingan, struktur

dan strategi. Hal ini terjadi karena industri terkait dan industri pendukung

mengimpor kedelai dari luar. Sehingga kedelai lokal tersaingi dengan adanya

kedelai impor. Selain itu struktur pasar kedelai impor yang oligopoli membuat

industri terkait dan industri pendukung mengalami kesulitan dalam

mempertahankan usahanya. Karena pasar kedelai didominasi oleh para importir

yang kerap kali mengendalikan harga kedelai impor. Terlihat jelas bahwa

keterkaitan antara komponen industri terkait dan industri pendukung dengan

komponen struktur pasar tidak saling mendukung.

5) Kondisi permintaan dengan persaingan, struktur dan strategi

Kondisi permintaan dengan persaingan, struktur dan strategi memiliki

keterkaitan yang tidak saling mendukung. Tingginya permintaan kedelai

membuat kedelai impor semakin deras masuk sehingga kedelai lokal tersaingi

oleh kedelai impor. Hal ini terjadi karena tingginya permintaan kedelai sebagian

besar ditujukan untuk pembuatan tempe dimana para pengusahanya sebagian

besar menggunakan kedelai impor sebagai bahan baku. Hal ini membuat kedelai

lokal tersaingi oleh kedelai impor. Selain itu, strategi yang ada belum

mendukung kondisi permintaan domestik. Strategi yang ada belum mampu

membuat konsumsi kedelai lokal meningkat, karena tingginya permintaan

sebagian besar ditujukan untuk kedelai impor.

6) Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi faktor permintaan

Kondisi faktor sumberdaya dengan kondisi faktor permintaan memiliki

keterkaitan yang tidak saling mendukung. Hal ini terlihat pada kondisi faktor

sumberdaya yang belum mampu memenuhi kebutuhan domestik. Kondisi

permintaan kedelai dalam negeri yang tinggi tidak mendukung faktor

sumberdaya. Karena permintaan kedelai sebagian besar ditujukan untuk kedelai

impor. Kondisi permintaan sebagian besar bergantung pada kedelai impor.

Page 92: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

78

 

6.3. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama

Selain keterkaitan antar komponen utama seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya. Terdapat pula keterkaitan antara komponen penunjang dengan

komponen utama. Keterkaitan antara komponen penunjang dengan komponen

utama akan dijelaskan pada Tabel 10.

Tabel 10. Keterkaitan Antar Komponen Penunjang dengan Komponen Utama

No Komponen Penunjang

Komponen Utama

Keterkaitan Antar

Komponen Keterangan

1. Peranan pemerintah

• Kondisi faktor sumberdaya

• Industri terkait dan industri pendukung

• Kondisi permintaan• Persaingan, struktur

dan strategi

Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung

• Pemerintah memberikan bantuan bagi kegiatan usahatani

• Penyediaan dan pendistribusian benih serta pemberlakuan tarif impor nol persen

• Dibuatnya program swasembada kedelai

• Dukungan terhadap program promosi dan publikasi

2. Peranan Kesempatan

• Kondisi faktor sumberdaya

• Industri terkait dan

industri pendukung • Kondisi permintaan

• Persaingan, struktur

dan strategi

Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung

• Peningkatan harga kedelai dunia karena peralihan lahan kedelai di negara produsen kedelai di dunia akan meningkatkan kinerja petani kedelai lokal agar dapat memperoleh kesempatan peningkatan harga.

• Pengalihan lahan kedelai pada negara-negara produsen kedelai dunia akan mengurangi ketersediaan kedelai dunia sehingga membuat industri terkait dan pendukung menggunakan kedelai dalam negeri

• Pengalihan lahan kedelai pada negara-negara produsen kedelai dunia akan mengurangi ketersediaan kedelai dunia hal ini akan meningkatkan permintaan domestik terhadap kedelai lokal

• Adanya kesempatan bagi kedelai lokal untuk merebut pasar kedelai karena ketersediaan kedelai impor yang semakin berkurang karena pengalihan lahan kedelai di Amerika

1) Peran pemerintah mendukung semua komponen utama

Pemerintah sangat berperan dalam mendukung setiap komponen

dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Dukungan pemerintah terhadap

kondisi faktor sumberdaya ditunjukkan dengan dibuatnya program pencapaian

swasembada kedelai melalui program SLPTT serta bantuan pembiayaan berupa

bantuan kredit yang disalurkan melalui lembaga perbankan untuk pengembangan

Page 93: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

79

 

agribisnis kedelai lokal. Selain itu pemerintah juga berperan sebagai pendukung

dan penyalur benih bagi petani. Pemerintah juga berperan bagi sektor industri

terkait dan industri pendukung. Pemberlakuan tarif nol persen bagi petani kedelai

lokal memang merugikan. Namun kondisi sebaliknya terjadi pada industri

pengolahan kedelai yang sebagian besar menggunakan kedelai impor. Berlakunya

tarif tersebut menguntungkan industri pengolahan kedelai karena pasokan kedelai

impor yang mereka butuhkan lebih murah. Pada kondisi permintaan, pemerintah

sendiri memberi dukungan yaitu dengan membuat program swasembada kedelai

2014. Diharapkan dengan dibuatnya program ini maka produksi kedelai lokal

dapat meningkat sehingga permintaan kedelai nasional dapat terpenuhi. Selain itu

pemerintah juga memberikan dukungan bagi komponen persaingan, struktur dan

strategi berupa dukungan bagi kegiatan promosi dan publikasi pengembangan

agribisnis kedelai lokal di Indonesia berupa buku, seminar dan lain-lain.

2) Peran kesempatan mendukung seluruh komponen utama

Dari hasil analisis komponen Porter’s Diamond dapat diketahui komponen

penunjang yaitu peranan kesempatan memiliki keterkaitan yang saling

mendukung dengan seluruh komponen utama. Peran kesempatan mendukung

komponen sumberdaya yaitu, peningkatan harga kedelai dunia karena peralihan

lahan kedelai di negara produsen kedelai di dunia akan meningkatkan kinerja

petani kedelai lokal agar dapat memperoleh kesempatan peningkatan harga.

Sedangkan untuk industri terkait dan industri pendukung peran kesempatan juga

mendukungnya. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengalihan lahan kedelai

pada negara-negara produsen kedelai dunia yang akan mengurangi ketersediaan

kedelai dunia. Hal ini merupakan kesempatan untuk membuat industri terkait dan

pendukung menggunakan kedelai dalam negeri. Selain itu peran kesempatan

mendukung kondisi permintaan. Adanya pengalihan lahan kedelai pada negara-

negara produsen kedelai dunia akan mengurangi ketersediaan kedelai dunia hal

ini akan meningkatkan permintaan domestik terhadap kedelai lokal. Peran

kesempatan juga mendukung kondisi persaingan, struktur dan strategi. Adanya

kesempatan bagi kedelai lokal untuk merebut pasar kedelai karena ketersediaan

kedelai impor yang semakin berkurang karena pengalihan lahan kedelai di

Amerika.

Page 94: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

80 

 

 

Keterangan : Garis menunjukkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung Garis menunjukkan keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung

Gambar 13. Keterkaitan Antar Komponen Porter’s Diamond System

Peranan Kesempatan: 1. Prospek pasar yang besar 2. Krisis Energi

Persaingan, Struktur, dan Strategi perusahaan 1. Persaingan dengan kedelai impor 2. Struktur pasar kedelai impor berbentuk

oligopoli dan struktur pasar kedelai lokal berbentuk oligopsoni

3. Strategi yang dilakukan berupa sosialisasi dan publikasi

Kondisi Permintaan Domestik 1. Komposisi permintaan domestik:

Bahan makanan, pakan, bibit, industri manufaktur, tercecer

2. Besar dan pola pertumbuhan permintaan domestik: Pola pertumbuhan permintaan fluktuatif namun permintaan tetap tinggi

Kondisi Faktor Sumberdaya 1. Sumberdaya alam 2. Sumberdaya manusia 3. Sumberdaya IPTEK 4. Sumberdaya modal 5. Sumberdaya infrastruktur

Industri Terkait dan Pendukung 1. Industri terkait:

Industri pemasok, dan industri jasa tataniaga

2. Industri pendukung: Industri pengolahan dan industri perbankan

Peranan Pemerintah: 1. Pembiayaan 2. Penyediaan benih 3. Upaya mewujudkan

swasembada kedelai 4. Strategi promosi

Page 95: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

81 

 

Berdasarkan analisis keterkaitan antar komponen, maka dapat disimpulkan

bahwa keterkaitan antar komponen-komponen utama belum berdayasaing, karena

hanya dua dari enam pasang komponen yang saling mendukung. Namun

dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia tersebut sangat didukung oleh

komponen pendukungnya. Pada komponen peranan pemerintah ternyata

kebijakan dan sikap yang diberikan pemerintah terhadap agribisnis kedelai lokal

di Indonesia telah mendukung seluruh komponen dalam agribisnis kedelai di

Indonesia. Begitu juga dengan komponen kesempatan yang memberikan

dukungan terhadap seluruh komponen dalam agribisnis kedelai di Indonesia. Hal

tersebut menunjukan adanya peranan pemerintah dan kesempatan akan mampu

meningkatkan posisi dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia apabila

seluruh stakeholder mengupayakan diri untuk dapat mengambil manfaat sebesar-

besarnya dari kesempatan-kesempatan tersebut.

 

Page 96: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

82

 

VII STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN DAYASAING AGRIBISNIS KEDELAI LOKAL DI INDONESIA

7.1 Analisis SWOT Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal

Setelah dilakukannya analisis terhadap sistem agribisnis kedelai lokal serta

dayasaing agribisnis kedelai lokal dengan menggunakan Sistem Berlian Porter

sebagai alat analisisnya, kita dapat mengetahui bagaimana sistem agribisnis dan

dayasaing kedelai lokal saat ini. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa agribisnis kedelai lokal belum terintegrasi dan berkembang

dengan baik. Selain itu, kondisi dayasaing kedelai lokal saat ini masih lemah. Hal

ini terlihat dari banyaknya komponen-komponen yang tidak saling mendukung.

Oleh karena itu, penting untuk merumuskan suatu strategi pengembangan

agribisnis kedelai lokal untuk meningkatkan dayasaing agribisnis kedelai lokal di

Indonesia.

Strategi pengembangan kedelai lokal di Indonesia disusun dengan

menggunakan alat analisis SWOT. SWOT digunakan untuk mengidentifikasi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki agribisnis kedelai lokal

yang diperoleh dari hasil analisis dayasaing kedelai lokal dengan menggunakan

Teori Berlian Porter pada bab sebelumnya.

7.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Berdasarkan Gambaran Umum dan Komponen Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia

Identifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang

diperoleh berdasarkan uraian dari gambaran umum agribisnis kedelai lokal di

Indonesia dan analisis dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia pada Bab

sebelumnya. Faktor kekuatan dan kelemahan diperoleh dari lingkungan internal

agribisnis kedelai lokal di Indonesia, dalam hal ini yang termasuk ke dalam

lingkungan internal adalah subsistem hulu, subsistem on farm, subsistem hilir

kedelai. Sementara faktor peluang dan ancaman diperoleh dari lingkungan

eksternal yang terdiri dari subsistem jasa penunjang serta lingkungan luar yang

berada di luar lingkup agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Penjelasan lebih

lanjut mengenai identifikasi faktor-faktor tersebut ditunjukan oleh Tabel 11.

Page 97: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

83

 

Tabel 11. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Sistem Agribisnis Kedelai di Indonesia

Komponen Identifikasi SWOT Keterangan

Agribisnis Kedelai di Indonesia Subsistem Hulu • Kekuatan

• Kekuatan • Kekuatan • Kelemahan

• Kedelai lokal (tropis) memiliki masa panen yang lebih pendek dari kedelai impor (Subtropis)

• Memiliki kedelai unggul lokal yang lebih berkualitas daripada kedelai impor

• Memiliki benih kedelai yang unggul dan bermutu • Rendahnya kualitas kedelai lokal yang beredar di dalam negeri

Subsistem Usahatani • Peluang • Adanya lahan potensial untuk penanaman kedelai di Indonesia Subsistem Penunjang • Peluang

• Peluang

• Peluang • Peluang • Peluang

• Adanya program SL-PTT • Adanya Kemitraan dengan dengan perusahaan swasta besar

untuk pengembangan kedelai lokal • Adanya dukungan kredit perbankan • Adanya dukungan D ewan Kedelai • Adanya balai benih

Komponen Dayasaing Agribisnis Kedelai di Indonesia A. Kondisi faktor Sumberdaya 1. Sumberdaya Alam • Syarat, Kondisi dan Luas

Lahan • Aksestabilitas Terhadap

Input - Benih - Pupuk • Biaya- biaya terkait • Produktivitas lahan 2. Sumberdaya Manusia 3. Sumberdaya IPTEK • Lembaga Penelitian • KOPTI • Dewan Kedelai • Lembaga Pendidikan • Sumber IPTEK Lainnya

4. Sumberdaya Modal 5. Sumberdaya Infrastruktur

Kelemahan Kelemahan Kelemahan Kekuatan Kekuatan Kelemahan Peluang Peluang Peluang Peluang Peluang Kelemahan Kelemahan

Lahan yang digunakan untuk menanam kedelai lokal semakin sedikit Banyaknya petani yang tidak menggunakan benih yang dianjurkan Banyak petani yang belum menggunakan pupuk sesuai anjuran Usahatani kedelai lokal cukup layak untuk diusahakan Produktivitas lahan kedelai lokal semakin meningkat Gairah petani untuk melakukan budidaya kedelai menurun Banyaknya penelitian pengembangan kedelai lokal yang sudah dilakukan dan diaplikasikan Memberi dukungan bagi agribisnis kedelai lokal Memberikan masukan kebijakan kepada presiden terkait pengembangan kedelai lokal Meningkatkan mutu SDM dan penghasil informasi yang dapat mendukung agribisnis kedelai lokal Penghasil informasi melalui media cetak, website dan lainnya yang dapat mendukung agribisnis kedelai lokal di Indonesia Ketidakmampuan petani kedelai lokal untuk mengakses permodalan Infrastruktur kurang memadai

B. Kondisi Permintaan 1. Kondisi Permintaan

Domestik 2. Intenasionalisasi Permintaan

Domestik

Peluang Peluang

Tingginya permintaan dalam negeri Adanya perluasan pasar baru untuk konsumsi tempe

C. Industri terkait dan Industri pendukung

1. Industri Terkait • Industri Pemasok Bahan

Baku • Industri Jasa Tataniaga • Industri pengolahan

2. Industri Pendukung

Kekuatan Kelemahan Kekuatan Kekuatan

Terus mengembangkan berbagai penemuan varietas unggulan kedelai lokal Industri tataniaga yang cenderung merugikan petani Banyaknya usaha pengolahan kedelai yang tersebar hampir di seluruh Indonesia Adanya industri perbankan dan industri pengemasan yang membantu pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia

D. Persaingan,Struktur dan Strategi

Ancaman Tingginya volume kedelai impor membuat persaingan antara kedelai lokal dan kedelai impor meningkat

E. Peran Pemerintah Peluang Ancaman

Pemerintah sangat mendukung agribisnis kedelai lokal dengan berbagai program dan kegiatan yang dilakukan Diberlakukannya kebijakan impor nol persen

F. Peran Kesempatan Peluang Harga kedelai dunia meningkat

Page 98: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

84

 

7.1.2 Analisis Komponen SWOT

Analisis komponen SWOT terdiri dari analisis kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang diperoleh dari analisis sistem agribisnis kedelai lokal

pada bab sebelumnya dengan menggunakan Sistem Berlian Porter. Berikut ini

akan dijelaskan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Selanjutnya kita dapat

merumuskan strategi untuk mengembangan dan meningkatkan dayasaing kedelai

lokal di Indonesia berdasarkan analisis tiap komponen SWOT yang telah

dilakukan.

1) Analisis Kekuatan

a) Usahatani kedelai lokal layak untuk diusahakan dan memberikan keuntungan secara finansial

Usahatani budidaya kedelai layak untuk diusahakan dan memberikan

keuntungan secara finansial, tercermin dengan nilai R/C rasio sebesar 2,01 yang

artinya untuk setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar satu rupiah maka

petani tersebut memperoleh penerimaan sebesar 2,01. Hal ini menunjukan

usahatani kedelai lokal layak untuk diusahakan karena nilai R/C rasionya lebih

dari satu. Keuntungan finansial dan kelayakan usahatani kedelai ini tentunya

menjadi kekuatan dalam pengembangan agribisnis kedelai lokal.

b) Kedelai lokal (tropis) memiliki masa panen yang lebih pendek dari kedelai impor (subtropis)

Tanaman kedelai di Indonesia umumnya telah berbunga pada umur 25-40

hari, pada saat tinggi tanaman baru mencapai 40-50 cm. Di wilayah subtropis,

yang memiliki panjang hari 14-16 jam pada musim semi musim panas, tanaman

kedelai baru berbunga setelah berumur 50-70 hari. Umur kedelai di Indonesia

sangat genjah, berkisar antara 75-95 hari, sedang umur kedelai di daerah subtropis

mencapai 150-160 hari. Hal ini menjadi kekuatan bagi pengembangan agribisnis

kedelai lokal di Indonesia karena dengan umur panen kedelai lokal yang lebih

pendek dibandingkan kedelai impor, diharapkan mampu menghasilkan kedelai

lokal yang lebih banyak dibandingkan dengan kedelai impor yang usia panennya

lebih panjang.

Page 99: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

85

 

c) Kualitas kedelai varietas unggul lokal lebih baik dari kedelai impor Menurut (Balitbang 2008), di Indonesia sebagian besar kedelai digunakan

untuk pembuatan tempe dan tahu. Bagi pengusaha tempe sendiri lebih menyukai

tempe berbiji besar. Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan kedelai berbiji

besar dengan bobot 14-17 gram/100 biji, mirip kedelai impor dengan bobot rata-

rata 16 gram/100 biji. Varietas unggul kedelai berbiji besar tersebut diantaranya

adalah Anjasmoro, Burangrang, Bromo, dan Argomulyo. Tempe yang dibuat

dengan menggunakan ketiga varietas unggul kedelai nasional ini baik bobot,

volume yang dimiliki sama dengan tempe yang dibuat dari kedelai impor, bahkan

kandungan proteinnya lebih tinggi.

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian telah

menghasilkan galur harapan kedelai berbiji hitam dengan kadar protein lebih

tinggi (43-44,6 persen bk) dan bobot biji besar (±14 g /100 biji). Kecap manis

yang diolah dari galur harapan kedelai berbiji hitam ini berkadar protein relatif

lebih tinggi dibanding kedelai berbiji kuning, sedangkan bobot, volume kecap

relatif sama. Sedangkan untuk kedelai varietas Argopuro dan Gumitir dengan

bobot biji masing-masing 15 gr dan 18 gr per 100 biji memiliki rendemen tempe

18 persen lebih tinggi dari kedelai impor. Badan Litbang Pertanian juga telah

menghasilkan 12 varietas unggul dan satu galur harapan kedelai dengan kadar

protein 40-44 persen bobot kering (bk), rendemen dan tekstur tahunya lebih baik

dibanding kedelai impor yang kadar proteinnya hanya 35-37 persen bk. Kadar

protein biji kedelai, terutama fraksi globulin, berkorelasi positif dengan bobot dan

tekstur tahu, sedangkan bobot atau ukuran biji kedelai relatif tidak mempengaruhi

mutu tahu. Beberapa hal diatas menjadikan kualitas kedelai lokal lebih baik

dibandingkan dengan kedelai impor. Hal ini menjadi kekuatan kedelai lokal untuk

bersaing dengan kedelai impor. Perbedaan kualitas kedelai lokal dan impor dapat

dilihat pada Lampiran 5. Selain itu kedelai lokal memiliki varietas unggul yang

mampu berproduksi lebih dari 2 ton/ha. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki

kedelai lokal untuk meningkatkan dayasaing dengan kedelai impor. Varietas

unggul yang memiliki potensi produksi > 2 ton/ha dapat dilihat pada Lampiran 6.

Page 100: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

86

 

d) Banyaknya industri pengolahan berbahan baku kedelai

Seiring dengan besarnya konsumsi kedelai maka industri pengolahan

berbahan baku kedelai juga semakin berkembang. Pada Lampiran 4, terlihat

banyaknya perusahaan pengolahan kedelai terutama untuk pengolahan tempe dan

tahu. Industri pengolahan kedelai ini tersebar hampir di seluruh wilayah di

Indonesia dan sebagian besar merupakan industri berskala kecil dan rumah

tangga. Banyaknya industri pengolahan kedelai di Indonesia merupakan peluang

pasar yang dapat dimanfaatkan bagi agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

2) Analisis Kelemahan

a) Lahan yang digunakan untuk penanaman kedelai semakin sedikit

Berdasarkan data Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2010, lahan bagi

penanaman kedelai cenderung menurun. Pada tahun 1999 lahan kedelai sebesar

1.16 juta ha. Penurunan secara drastis terjadi pada tahun 2000 luas lahan menjadi

sebesar 824.484 ha. Pada tahun 2009 lahan kedelai sebesar 722.931. Seperti yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya hal ini terjadi karena gairah petani kedelai

yang terus menurun karena sulitnya bersaing dengan kedelai impor sehingga

membuat petani beralih untuk menanam komoditi lainnya yang dinilai lebih

menguntungkan.

b) Banyaknya petani yang tidak menggunakan benih yang dianjurkan

Berdasarkan wawancara dengan Kasi Aneka Kacang dan Umbi Direktorat

Perbenihan, petani kedelai kerap kali kesulitan dalam memperoleh benih kedelai

yang diinginkan. Ketidaktersediaan benih yang diinginkan petani atau stok benih

yang terbatas menjadi alasan sulitnya perolehan benih bagi para petani. Dalam hal

ini seringkali benih kedelai yang tersedia dibalai benih tidak sesuai dengan jenis

benih kedelai yang diinginkan oleh beberapa petani karena adanya keragaman

penggunaan berbagai jenis benih kedelai lokal yang berbeda yang digunakan

petani. Selain itu, stok benih yang ada seringkali terbatas karena balai benih

membagi lahan untuk perbanyakan benih dengan tanaman pangan yang lain

sehingga perbanyakan benih kedelai oleh balai benih terbatas oleh lahan yang

tersedia di balai benih. Selain masalah ketersediaan, mahalnya harga benih

berkualitas menjadi alasan banyaknya petani kedelai yang belum menggunakan

benih berkualitas.

Page 101: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

87

 

c) Penggunaan pupuk yang belum sesuai anjuran

Penggunaan pupuk di daerah-daerah bervariasi, sesuai dengan spesifikasi

lokasi. Kemampuan permodalan petani sangat menentukan petani dalam

melaksanakan anjuran dosis pemupukan yang ideal. Pada kenyataannya, banyak

petani yang belum menggunakan pupuk yang sesuai anjuran. Hal ini karena

keterbatasan modal dan informasi pada petani serta harga pupuk yang dinilai

cukup mahal. Untuk itu beberapa petani menanam kedelai sesudah penanaman

padi. Hal ini dilakukan agar tanaman kedelai mendapatkan sisa-sisa pemupukan

dari pertanaman sebelumnya. Selain itu pada beberapa daerah kerap kali terjadi

kelangkaan pupuk, seperti yang terjadi di Kabupaten Garut dan Pasuruan. Hal ini

tentu saja menghambat petani dalam penggunaan pupuk.

d) Gairah petani untuk melakukan budidaya kedelai menurun

Berdasarkan data Direktorat Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian 2004,

gairah petani untuk melakukan budidaya kedelai menurun drastis sejak tahun

1992. Hal tersebut antara lain disebabkan karena bercocok tanam kedelai

dianggap tidak menguntungkan, dibandingkan apabila petani melakukan budidaya

tanaman lain. Selain itu masuknya kedelai impor dengan harga murah dimana bea

masuk impor sebesar nol persen membuat kedelai impor semakin deras masuk

sehingga kedelai lokal sulit bersaing karena pada umumnya kedelai impor lebih

murah bila dibandingkan dengan kedelai lokal. Kondisi inilah yang menyebabkan

minat petani untuk menanam kedelai semakin rendah banyak petani beralih

menanam komoditi lain seperti jagung, kacang tanah, kacang hijau dan lain-lain.

e) Ketidakmampuan petani kedelai lokal dalam mengakses permodalan

Hingga saat ini petani kedelai di Indonesia masih mengalami kesulitan

modal. Padahal permodalan petani sangat menentukan petani dalam menghasilkan

kedelai yang baik. Saat ini sumber permodalan petani untuk kegiatan usahatani

kedelai berasal dari permodalan sendiri dan dari pembiayaan pemerintah yang

digulirkan melalui program bantuan seperti bantuan Bantuan Langsung Benih

Unggul dan Bantuan Langsung Pupuk. Namun bantuan ini masih jauh dari

sempurna karena hingga saat ini masih banyak petani kedelai yang belum

mendapatkan bantuan. Sebenarnya pemerintah telah memberikan bantuan kredit

seperti KKPE. Namun pada prakteknya di lapangan para petani sulit mendapatkan

Page 102: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

88

 

KKP-E. Melalui Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), petani mengajukan

pinjaman ke bank untuk mendapatkan KKP-E, namun pihak bank tetap meminta

jaminan dari para petani. Hal yang sama juga terjadi pada pencairan KUR, yang

bunganya sudah diturunkan. Dalam hal ini pihak bank meminta petani untuk

menyediakan jaminan dan mendapatkan pendampingan serta bimbingan teknis

dari Kementerian Pertanian. Bagi petani yang tidak memiliki agunan tentu saja

pinjaman melalui KKP-E maupun KUR sulit untuk diperoleh. Sedangkan

sebagian besar petani kedelai merupakan petani kecil yang rata-rata kekurangan

modal dan tidak memiliki agunan. Hal inilah yang menjadi alasan sulitnya petani

kedelai lokal dalam mengakses pinjaman modal. Keterbatasan permodalan petani

ini tentunya menghambat pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

f) Rendahnya kualitas kedelai lokal yang beredar di dalam negeri Banyaknya petani kedelai lokal yang tidak menggunakan benih unggul

bermutu (benih asalan) dengan berbagai alasan baik karena kurangnya informasi

maupun keterbatasan modal membuat mutu kedelai lokal yang dihasilkan rendah.

Padahal penggunaan benih bermutu sangat menentukan kualitas kedelai yang

dihasilkan. Hal ini menjadi penyebab rendahnya kualitas kedelai lokal yang

beredar di dalam negeri.

g) Sistem tataniaga yang cenderung merugikan petani Tataniaga semakin merugikan petani ketika LoI (Letter of Intent) pada 24

Juni 1998 dalam butir 16 menyebutkan pemerintah harus membebaskan tataniaga

pangan termasuk kedelai dengan tarif bea masuk (BM) 0 persen, padahal

sebelumnya tarif BM impor 20 persen (1997). Sejak saat itu, Bulog dan swasta

mendapat peran sama dalam importasi dan pemasaran. Hal ini sangat merugikan

petani kedelai lokal karena tidak adanya Bulog sebagai lembaga penstabil harga

membuat harga kedelai yang beredar di dalam negeri menjadi tidak stabil. Selain

itu tanpa adanya lembaga yang membatasi, kedelai impor semakin deras masuk14.

                                                            14 Anonim. 2008. Peran Bulog harus Permanen. http: //els.bappenas.go.id/ upload/ kliping

/Peran%20bulog.pdf [diakses 15 April 2011]

Page 103: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

89

 

h) Petani yang tergabung dalam kelompok tani masih terbatas

Menurut Dirjen Tanaman Pangan (2004), masih terbatasnya petani yang

tergabung dalam kelompok tani membuat posisi tawar petani menjadi lemah.

Padahal keberadaan kelompok tani bagi petani kedelai sendiri sangat besar. Hal

ini ditunjukkan dengan masih terbatasnya petani yang menjual hasil panen secara

berkelompok sehingga harga jual sangat ditentukan oleh pedagang pengumpul.

3) Analisis Peluang

a) Adanya lahan potensial untuk penanaman kedelai di Indonesia

Menurut data Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian 2004,

Indonesia memiliki potensi lahan penanaman kedelai dengan kriteria kesesuaian

agroklimat yang cukup luas. Kedelai dapat ditanam hampir di seluruh lahan

sawah dan lahan kering yang ada di wilayah Indonesia. Pada lahan kering kedelai

dapat ditanam dengan melakukan penyesuaian waktu tanam dengan curah hujan.

Lahan kering ini umumnya terdapat di Sumatera, NTB.

Terdapat 12 provinsi yang diidentifikasi masih tersedia lahan yang dapat

diusahakan untuk usahatani kedelai seluas 12,9 juta ha. Di 12 provinsi (NAD,

Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, Sulsel, Sultra dan

NTB) terdapat 3,54 juta ha yang berpotensi tinggi 3 juta yang berpotensi sedang

dan 5,46 juta ha yang berpotensi rendah. Disebutkan bahwa dari 12 provinsi yang

telah dievaluasi, lahan yang berpotensi tinggi dan sedang untuk pengembangan

kedelai terdapat dipulau Jawa (Agus et al 2005) di dalam Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan (2007). Adanya lahan potensial yang dapat

ditanami kedelai menjadi kekuatan bagi pengembangan agribisnis kedelai lokal di

Indonesia.

b) Banyaknya penelitian pengembangan kedelai lokal yang sudah dilakukan dan diaplikasikan

Upaya pengembangan kedelai lokal di Indonesia didukung oleh berbagai

penelitian yang dilakukan baik oleh lembaga penelitian seperti Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian, Batan Tenaga Atom Nasional (BATAN) maupun

perguruan tinggi. Lembaga-lembaga tersebut mampu memberikan informasi yang

berguna untuk mengembangkan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Hingga saat

ini, Badan Penelitian Pertanian terus melakukan penelitian untuk menemukan

varietas kedelai unggul baru. Beberapa hasil penelitian yang ada diantaranya

Page 104: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

90

 

adalah telah dilepasnya 73 varietas unggul kedelai, dari jumlah tersebut 19

varietas unggul memiliki potensi produksinya antara 2,16 - 3,50 ton/ha.

Ditemukannya varietas benih unggul tersebut tentunya sangat membantu

pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia karena dapat meningkatkan

produksi kedelai lokal sehingga memberikan peluang bagi agribisnis kedelai lokal

di Indonesia agar semakin berkembang. Rincian varietas unggul dapat dilihat

pada Lampiran 6.

c) Adanya dukungan KOPTI

KOPTI sebagai wadah yang menghimpun para pengusaha tahu tempe di

Indonesia tidak hanya bertindak sebagai penyalur kedelai semata (tidak bersifat

komersil) melainkan bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya yaitu para

pengusaha tempe dan dan tahu yang tergabung dalam KOPTI.

Keberadaan KOPTI sendiri sebagai perwujudan dari koperasi, mampu

memberikan peluang untuk mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di

Indonesia. Karena KOPTI tidak hanya berperan sebagai penyalur yang membantu

tataniaga kedelai lokal sendiri, keberadaan KOPTI juga membantu dalam akses

permodalan bagi para anggotanya yaitu pengusaha tahu dan tempe. Diharapkan

dengan semakin eksisnya peran KOPTI maka agribisnis kedelai lokal akan

semakin berkembang.

d) Tingginya permintaan dalam negeri

Meskipun pertumbuhan permintaan kedelai di Indonesia berfluktuatif

namun permintaan untuk kedelai dalam negeri tetap tinggi. Tingginya permintaan

kedelai ini dapat dilihat dari besarnya defisit kedelai yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga dilakukan impor kedelai yang cukup

tinggi. Tingginya permintaan kedelai juga disebabkan karena berbagai manfaat

yang terdapat pada kedelai. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi berbagai makanan olahan

kedelai seperti tempe dan tahu yang merupakan makanan turun temurun

masyarakat Indonesia.

Page 105: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

91

 

e) Harga kedelai dunia akan meningkat

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh (Sejati et al 2009),

membaiknya harga kedelai dunia membuat harga kedelai impor meningkat.

Kondisi tersebut terjadi, karena adanya pencabutan terhadap subsidi harga kedelai

di USA dan Brazil. Selain itu adanya pengalihan lahan kedelai menjadi jagung

yang digunakan untuk pembuatan biofuel yang secara teknis digunakan sebagai

bahan bakar minyak alternatif. Dalam hal ini tentu saja akan mengurangi stok

kedelai dunia. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

kedelai Indonesia yang sebagian besar berasal dari impor. Dengan adanya kondisi

tersebut merupakan peluang untuk meningkatkan produksi kedelai lokal, sehingga

kedelai lokal mampu memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri yang sebagian

besar masih berasal dari impor.

f) Adanya program SL-PTT

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (SL-

PTT) merupakan sekolah lapang bagi petani. SL-PTT ini menerapkan berbagai

teknologi usahatani melalui input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi

sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang

peningkatan produksi secara berkelanjutan. Penerapan program SL-PTT kedelai,

mampu meningkatkan produktivitas usahatani kedelai yang mengikuti SL-PTT

ini. Produktivitas usahatani kedelai yang mengikuti SL-PTT dengan non SL-PTT

sangat berbeda. Produktivitas usahatani kedelai SL-PTT lebih tinggi bila

dibandingkan dengan non SL-PTT. Peningkatan produktivitas yang terjadi pada

beberapa sentra kedelai yang mengikuti SL-PTT ini dapat dilihat pada Lampiran

7. Hal ini menunjukkan bahwa adanya program SL-PTT ini menjadi peluang

dalam meningkatkan pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia.

g) Adanya dukungan kredit perbankan

Adanya dukungan kredit perbankan yang diberikan pemerintah untuk

mendukung kegiatan usahatani bagi petani kedelai lokal, diantaranya adalah

KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) yang disalurkan melalui Bank

Umum maupun Bank Pembangunan Daerah, KUR yang disalurkan melalui bank

Mandiri, Syariah Mandiri, BNI, Bukopin, BRI, BTN sebesar 14,8 milyar. Untuk

KUR sendiri, dari total kredit tersebut sektor pertanian termasuk kedelai

Page 106: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

92

 

memperoleh sebesar 3,9 milyar, (26,6 persen) dengan penerima kredit sebanyak

613.780 orang atau rata-rata sebesar Rp6,45 juta per orang. Adanya bantuan

pembiayaan yang disalurkan melaui perbankan ini dapat menjadi peluang untuk

mengatasi masalah permodalan bagi para petani kedelai.

h) Adanya dukungan Dewan Kedelai

Dewan Kedelai merupakan lembaga yang memberikan masukan kepada

pemerintah untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang berguna bagi

pengembangan agribisnis kedelai di Indonesia. Dewan Kedelai mampu

memberikan peluang untuk mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di

Indonesia dari hulu hingga ke hilir. Diharapkan dengan adanya Dewan Kedelai ini

masalah-masalah terkait kedelai nasional dapat teratasi serta dayasaing sistem

agribisnis kedelai di Indonesia semakin meningkat.

i) Adanya LKMS di Indonesia

Pertumbuhan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) di Indonesia

makin menunjukkan tren kemajuan yang signifikan. Dengan sasaran utama para

pelaku usaha mikro dan super mikro yang umumnya berada di pedesaan, LKMS

menjelma menjadi penggerak ekonomi rakyat kecil yang tangguh. Saat ini,

terdapat sekitar tiga juta nasabah mikro yang memperoleh pembiayaan dari

LKMS atau Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Aset yang dikelola LKMS/BMT pun

sudah menyentuh angka Rp 3 triliun, dengan 4.000 LKMS/BMT yang tersebar di

seluruh Indonesia. Meningkatnya aset BMT/LKMS membuktikan jika lembaga

tersebut mampu menunjukkan diri sebagai lembaga yang handal dalam

menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, dimana mayoritas anggota dan

nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro yang selama ini tidak

diperhitungkan oleh perbankan sebagai sumber dana15.

j) Adanya balai benih

Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam menetapkan otonomi

daerah, saat ini kewenangan pengelolaan balai benih telah diserahkan kepada

masing-masing pemerintah daerah (Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2005).

Balai benih berfungsi untuk menyediakan benih-benih yang dibutuhkan petani

                                                            15   Krisman Purwoko. 2010. BMT Indonesia Kelola Aset Rp 3 Triliun. http://bmt-link.co.id/bmt-

Indonesia-kelola-aset-rp-3-triliun/ [diakses 12 April 2011] 

Page 107: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

93

 

kedelai lokal. Balai benih sendiri terdapat di tingkat kecamatan, kabupaten

maupun provinsi. Benih yang telah diperbanyak oleh balai benih disalurkan

kepada para penangkar atau produsen benih. Setelah benih berada pada para

penangkar atau produsen benih, benih disalurkan kepada petani atau melalui

distributor kepada petani.

k) Adanya kemitraan dengan perusahaan swasta besar untuk mengembangkan kedelai lokal di Indonesia

Adanya kemitraan dengan perusahaan swasta besar. Dalam hal ini petani

kedelai lokal memiliki kewajiban untuk menyediakan pasokan kedelai lokal

dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan permintaan industri mitra. Di lain

sisi industri mitra memiliki kewajiban untuk menjamin pasar kedelai lokal yang

dihasilkan serta memberi pinjaman modal bagi para petani kedelai lokal. Selain

dari kedua pihak tersebut dukungan pemerintah untuk memfasilitasi kegiatan

kemitraan tersebut penting dilakukan seperti dukungan infrastruktur atau

menugaskan badan penelitian ataupun perguruan tinggi yang mampu memberikan

masukan teknologi yang dapat menunjang kegiatan produksi.

Salah satu bentuk kemitraan dengan perusahaan swasta besar dilakukan

oleh perusahaan Unilever. Semakin berkembangnya produk kecap bango

dipasaran membuat PT Unilever sebagai pemilik kecap Bango membangun petani

mitra untuk memenuhi kebutuhan pasokan kedelai hitam. Untuk menjamin

ketersediaan bahan baku, PT Unilever Indonesia berkomitmen mengembangkan

budidaya kedelai hitam di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya kerjasama

antara Unilever, Universitas Gajah Mada (UGM), dan petani di Yogyakarta.

Kerjasama dengan pola kemitraan itu telah berhasil menemukan varietas kedelai

hitam lokal bernama Kedelai Mallika. Saat ini benih Mallika telah dipergunakan

petani yang mengikuti kemitraan dengan Unilever. Sejak program dirintis pada

2001, telah 5.000 petani dan 126 kelompok tani terlibat dalam kemitraan. Mereka

tersebar di Bantul, Sleman, Nganjuk, Trenggalek, Madiun, Blitar, dan Jombang,

serta beberapa daerah di Jawa Tengah. Pada 2005 total lahan mencapai 416,459

ha. Tahun 2006 meningkat menjadi 650 ha, dan 2007 sudah mencapai 1.800 ha16.

Dalam hal ini Unilever memberikan bantuan saprodi dan menjadi pembeli dari

                                                            16 Yan Suhendar. 2007. Benih Kecap Segurih Rasanya. http: //www. agrina - online. Com /

show_article. Php ? rid = 7 & aid = 1115 [diakses 28 April 2011]

Page 108: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

94

 

kedelai hitam yang dikembangkan. Pembinaan dilakukan oleh petugas lapang dari

Fakultas Pertanian dan Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta seperti

yang dilakukan pada kabupaten Pacitan Jawa Timur. Apabila hal ini terus

berlanjut tentunya, akan menjadi peluang bagi petani kedelai lokal untuk

mengembangkan agribisnis kedelai lokal di Indonesia. Pengembangan kedelai

hitam yang dilakukan PT Unilever dan UGM Yogyakarta, diharapkan mampu

membangkitkan semangat petani, peneliti, dan pemerintah sekaligus industri

dalam mengentaskan kemiskinan dan kebodohan dan mencegah ketergantungan

impor kedelai dari negara lain.

4) Analisis Ancaman

a) Tingginya volume kedelai impor membuat persaingan antara kedelai lokal dan kedelai impor meningkat

Tingginya volume impor kedelai di Indonesia membuat semakin tingginya

persaingan antara kedelai lokal dan kedelai impor. Tingginya volume impor ini

ditunjukkan dengan volume impor yang semakin meningkat dan pada tahun 2010

volume impor sebesar 1,62 juta ton. Kedelai impor yang harganya lebih murah

dengan kualitas yang baik membuat kedelai lokal semakin tersaingi. Dominasi

kedelai impor pada pasar di dalam negeri akan membuat kedelai lokal semakin

terhimpit. Tidak hanya persaingan kualitas namun persaingan harga juga harus

dihadapi petani kedelai lokal dimana mereka harus menghadapi harga kedelai

impor yang umumnya selalu lebih rendah. Tingginya volume impor ini akan

berpengaruh terhadap gairah petani dalam menanam kedelai. Jika tidak segera

diperbaiki kondisi ini akan mengancam kelangsungan pengembangan kedelai

lokal di Indonesia.

b) Berlakunya kebijakan impor nol persen. Kebijakan tarif impor sebesar nol persen membuat impor kedelai semakin

deras. Adanya kebijakan impor ini membuat kedelai impor semakin mudah masuk

dan semakin melemahkan petani kedelai lokal. Posisi kedelai lokal di dalam

negeri sangat terhimpit dengan keberadaan kedelai impor. Meskipun secara

finansial usahatani kedelai lokal menguntungkan namun dengan adanya kebijakan

yang merugikan petani kedelai lokal maka petani kedelai lokal menjadi tidak

diuntungkan. Diberlakukannya tarif impor nol persen semakin memudahkan

Page 109: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

95

 

kedelai impor masuk ke dalam negeri. Hal ini membuat petani kedelai lokal

semakin merasa dirugikan.

7.1.3. Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT

Alat analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan

kedelai lokal di Indonesia. Perumusan strategi dilakukan dengan menganalisis

empat faktor pada SWOT seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

pada agribisnis kedelai lokal di Indonesia yang diperoleh berdasarkan analisis

pada komponen Berlian Porter. Keempat faktor yang telah dianalisis tersebut

kemudian dituangkan dalam sebuah matrik SWOT. Matriks SWOT tersebut

mempertemukan ke empat faktor yang ada agar dapat dirumuskan menjadi

strategi yang saling mendukung (Tabel 12).

Strategi S-O dirumuskan dengan menggunakan kekuatan dari agribisnis

kedelai lokal untuk memanfaatkan peluang yang ada, sedangkan strategi W-O

dirumuskan untuk memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan.

Strategi S-T dirumuskan dengan menggunakan kekuatan agribisnis kedelai lokal

untuk mengatasi ancaman, sedangkan strategi W-T dirumuskan dengan

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman dari lingkungan eksternal.

Page 110: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

96

 

Tabel 12. Matriks SWOT Agribisnis Kedelai Lokal Internal

Eksternal

Kekuatan (Strenght - S) 1. Usahatani kedelai lokal layak

untuk diusahakan dan memberikan keuntungan secara finansial

2. Kedelai lokal (tropis) memiliki masa panen yang lebih pendek dari kedelai impor (Subtropis)

3. Memiliki varietas kedelai unggul lokal yang lebih berkualitas daripada kedelai impor

4. Banyaknya industri pengolahan berbahan baku kedelai

Kelemahan (Weaknesses-W) 1. Lahan yang digunakan untuk

penanaman kedelai semakin sedikit

2. Banyaknya petani yang tidak menggunakan benih yang dianjurkan

3. Penggunaan pupuk yang belum sesuai anjuran

4. Gairah petani untuk melakukan budidaya kedelai menurun

5. Ketidakmampuan petani mengakses permodalan

6. Rendahnya kualitas kedelai lokal yang beredar di dalam negeri

7. Tataniaga petani yang cenderung merugikan petani kedelai lokal

8. Petani yang tergabung dalam kelompok tani masih terbatas

Peluang (Opportunities-O) 1. Adanya lahan potensial

untuk penanaman kedelai di Indonesia

2. Banyaknya penelitian pengembangan kedelai lokal

3. Adanya Kopti 4. Tingginya permintaan dalam

negeri 5. Harga kedelai dunia

meningkat 6. Adanya program SL-PTT 7. Adanya dukungan kredit

perbankan 8. Adanya dukungan dewan

kedelai 9. Adanya LKMS 10. Adanya balai benih 11. Adanya kemitraan dengan

perusahaan swasta besar untuk mengembangkan kedelai lokal di Indonesia

Strategi S-O 1. Peningkatan Produksi Kedelai

lokal (S1,S2,S3,O1, O4,O5,O6,O7, O8, O10, O11)

2. Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (S1, S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, O11)

3. Penguatan kelembagaan (S4,O3, O7, O8, O9, O10, O11)

Strategi W-O 1. Membentuk kerjasama dengan

lembaga permodalan non bank (W2, W3, W5, O9)

2. Mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai (W2,W3,W6, O8, O10)

3. Meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia (W1, W2, W3, W4, W5, W8, O4, O7)

4. Melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis kedelai lokal (W1,W2, W3, W4, W6, O1, O2,O3, O4, O5, O6, O8)

5. Melakukan bimbingan dan pembinaan petani kedelai lokal

(W2, W3,W4, W6, W8, O6, O8)

Ancaman (Threats-T) 1. Tingginya volume kedelai

impor membuat persaingan antara kedelai lokal dan kedelai impor meningkat

2. Berlakunya kebijakan impor kedelai nol persen.

Strategi S-T 1. Pembatasan volume impor

(S1,S2, S3, S4, T1, T2)

Strategi W-T 1. Membentuk Lembaga Stabilitas

Harga kedelai (W4,W7, T1,T2)

Page 111: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

97

 

1) Strategi S-O

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang ada pada

agribisnis kedelai lokal untuk meraih dan memanfaatkan peluang yang ada

dengan sebesar-besarnya. Strategi yang dapat dilakukan diantaranya:

a) Peningkatan Produksi kedelai lokal

Permintaan kedelai nasional selalu defisit dikarenakan produksi kedelai

lokal yang belum mampu memenuhi permintaan kedelai nasional. Hal ini

tentunya perlu ditindaklanjuti yaitu dengan melakukan upaya untuk meningkatkan

produksi kedelai lokal di Indonesia. Beberapa cara untuk meningkatkan produksi

kedelai lokal di Indonesia diantaranya dapat ditempuh melalui:

(1) Perluasan areal panen

Perluasan areal panen merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

produksi kedelai lokal. Perluasan areal panen dapat dilakukan melalui beberapa

cara diantaranya (Puslitbang Tanaman Pangan 2007).

(a) Perluasan areal tanam kedelai lokal dapat dilakukan pada lahan bukaan baru

atau lahan pasang surut yang sudah direklamasi. Untuk lahan bukaan baru

diperlukan rhizobium sedangkan pada lahan pasang surut diperlukan kapur

pertanian sebagai amelioran.

(b) Peningkatan indeks pertanaman dengan memasukkan kedelai pada MK II

untuk sawah irigasi dan MK 1 pada sawah tadah hujan, atau tumpang sari

dengan tanaman perkebunan yang belum menghasilkan di provinsi-provinsi

yang potensial dan sudah pernah berhasil dalam menanam kedelai.

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan daerah-daerah yang potensial untuk

penanam kedelai di Indonesia. Hal ini tentunya dapat dimanfaatkan untuk

perluasan areal panen kedelai tanam kedelai lokal. Diperluasnya areal tanam

maka areal panen juga akan bertambah sehingga produksi kedelai lokal dapat

meningkat.

(2) Peningkatan produktivitas

Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan memberdayagunakan

teknologi inovasi. Dalam hal ini salah satu teknologi yang berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan produktivitas adalah benih unggul bermutu. Dalam rangka

peningkatan produksi untuk mencapai swasembada kedelai, maka penggunaan

Page 112: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

98

 

benih unggul bermutu perlu ditingkatkan. Penggunaan benih unggul bermutu

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal.

Dalam hal ini pemerintah telah meluncurkan benih unggul bermutu kedelai lokal

yang memiliki potensi hasil di atas 2 ton/ha. Penggunaan benih unggul bermutu

dalam usahatani kedelai lokal akan meningkatkan produksi kedelai.

b) Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal

Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal penting untuk

dilakukan mengingat banyaknya industri pengolahan kedelai di Indonesia yang

menggunakan kedelai impor. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan industri

pengolahan kedelai seperti tempe, tahu dan kecap yang berbahan dasar kedelai

lokal. Selain itu perlunya menanamkan pemikiran kepada para pelaku industri

pengolahan kedelai di Indonesia bahwa mutu kedelai lokal tidak kalah dengan

kedelai impor. Sehingga para pengusaha tempe khususnya beralih menggunakan

kedelai lokal.

c) Penguatan Kelembagaan

Kebijakan dan program pemerintah yang ditujukan untuk pengembangan

kedelai lokal di Indonesia tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh semua

lembaga terkait. Untuk itu mencapai hal tersebut, maka dibutuhkan kerjasama

yang kuat dan saling terintegrasi antar lembaga terkait. Hubungan yang kuat antar

lembaga terkait diharapkan dapat terjadi antara pemerintah, stakeholder/swasta,

petani kedelai lokal, kelompok petani, lembaga penelitian, perguruan tinggi

penyuluh, lembaga keuangan dan lembaga pemasaran.

2) Strategi W-O

a) Membentuk kerjasama dengan lembaga keuangan non bank

Permodalan merupakan aspek yang sangat penting bagi usahatani kedelai.

Ironisnya banyak petani kedelai lokal di Indonesia yang masih mengalami

kesulitan dalam memperoleh aspek ini. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk

petani kedelai lokal yang masih kekurangan modal seperti diberikannya kredit

kepada petani kedelai lokal. Meskipun banyak bantuan kredit yang digulirkan

namun petani kita tetap saja sulit untuk mengakses kredit tersebut. Untuk itu perlu

dibentuknya kerjasama dengan lembaga keuangan non bank seperti LKMS

(Lembaga Mikro Syariah) yang mampu memberikan kredit kepada petani kedelai

Page 113: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

99

 

lokal yang sebagian besar merupakan petani kecil. Hingga kini telah terdapat

lembaga keuangan mikro syariah di Indonesia. Keberadaan lembaga ini dapat

diarahkan untuk membantu permodalan petani kedelai untuk mengembangkan

usahatani mereka. Dalam hal ini lembaga mikro tersebut memiliki jaringan sosial

yang kuat dan dapat didirikan dengan mengikuti aturan main koperasi, khususnya

koperasi simpan pinjam. Nasabah yang akan meminjam uang dalam hal ini petani

kedelai yang akan meminjam dana tidak harus mengikuti persyaratan teknis

perbankan sehingga pelayanannya lebih cepat dan memiliki jaminan sosial yang

kuat karena lembaga ini berada dekat dengan konsumen. Selain itu lembaga

tersebut memiliki kegiatan simpan-pinjam dengan prinsip bagi hasil/syariah yang

mengikuti aturan main koperasi sehingga permodalan simpan pinjam dapat

diberdayakan. Dengan adanya lembaga mikro agribisnis syariah ini maka akan

membantu para petani kedelai lokal selaku nasabah kecil yang tidak memiliki

akses ke bank.

b) Mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai Ketersediaan benih dan pupuk menjadi hal yang sangat penting bagi

usahatani kedelai. Masalah yang kerap terjadi adalah sering tidak tersedianya

benih kedelai yang diinginkan petani. Untuk itu perlu kebijakan pemerintah

terhadap masalah perbenihan yaitu berupa subsidi benih. Hal ini ditujukan agar

petani dapat menggunakan benih unggul dengan harga yang lebih terjangkau.

Harga benih unggul yang relatif mahal menjadi alasan petani kedelai untuk tidak

menggunakan benih unggul. Selain itu, sering tidak tersedianya benih yang

diinginkan petani juga menjadi masalah dalam perbenihan kedelai. Kurangnya

lahan yang dimiliki balai benih untuk perbanyakan kedelai dinilai menjadi alasan

terbatasnya ketersediaan benih. Untuk itu perlu diadakannya program untuk

memperluas lahan untuk perbanyakan benih kedelai pada balai-balai benih yang

ada baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten. Hal ini dilakukan agar

benih kedelai yang diinginkan petani kedelai selalu tersedia. Untuk pupuk sendiri

perlunya kerjasama yang dilakukan antara pemerintah dan para pengusaha pupuk

penting dilakukan. Selain itu memberdayakan kelompok tani untuk mengakses

pupuk akan mempermudah aksestabilitas pupuk untuk petani kedelai lokal di

Indonesia.

Page 114: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

100

 

c) Meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis kedelai di Indonesia

Pengembangan kelompok tani kedelai sangat perlu ditingkatkan

mengingat masih banyak petani kedelai di Indonesia yang belum tergabung dalam

kelompok tani. Hal ini menjadi salah satu alasan lemahnya posisi tawar petani

dalam tataniaga kedelai. Keberadaan kelompok tani sebagai lembaga yang

mampu membantu petani dalam meningkatkan dayasaing agribisnis kedelai lokal

sehingga petani kedelai memiliki posisi tawar yang lebih tinggi bila dibandingkan

bila petani tidak tergabung dalam kelompok tani. Untuk itu peningkatan peran

kelompok tani perlu digalakkan untuk mendukung pengembangan agribisnis

kedelai lokal di Indonesia.

d) Melakukan sosialisasi dan promosi agribisnis kedelai lokal di Indonesia

Menurunnya gairah petani dalam menanam kedelai mengharuskan

kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan kembali gairah petani untuk

menanam kedelai. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan berbagai sosialisasi

dan promosi kepada petani dan pihak terkait lainnya untuk menanamkan investasi

pada agribisnis kedelai. Sosialisasi yang dilakukan secara rutin oleh seluruh pihak

terkait diharapkan mampu mendukung pengembangan dan peningkatan dayasaing

kedelai lokal di Indonesia.

e) Melakukan bimbingan dan pembinaan petani kedelai lokal Pembinaan dan pendampingan bagi petani perlu dilakukan agar.

Pembinaan dilakukan oleh Dinas Pertanian setempat dan Petugas Pemandu

Lapang (PPL) kepada para petani. Dalam hal ini Dinas Pertanian dan PPL

membina dan memonitoring kegiatan agribisnis petani. Optimalisasi pembinaan

untuk meningkatkan produktivitas dilakukan agar para petani mampu melakukan

kegiatan agribisnis dengan lebih efisien dan menguntungkan. Hal ini dilakukan

melalui optimalisasi pemanfaatan infrastruktur dan alsintan, skim pembiayaan dan

melakukan pembinaan atau pengawalan kepada petani atau kelompok tani yang

sarana produksinya dicukupi secara swadaya agar usahataninya dapat berlangsung

dengan optimal. Pendampingan dilakukan oleh Dinas pertanian dan PPL untuk

memberikan pengarahan kepada para petani kedelai lokal dalam menerapkan

teknologi bertani kedelai.

Page 115: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

101

 

3) Strategi S-T

a) Pembatasan volume impor kedelai

Saat ini sebagian besar kebutuhan kedelai nasional berasal dari kedelai

impor. Derasnya impor yang masuk membuat petani kedelai lokal semakin

tersudut. Sulitnya kedelai lokal untuk bersaing dengan kedelai impor karena

berbagai kendala membuat usahatani kedelai lokal dinilai kurang menguntungkan

bagi petani sehingga banyak petani kedelai lokal menjadi tidak bergairah untuk

menanam kedelai. Perlunya membatasi jumlah impor kedelai ke Indonesia

penting dilakukan. Hal ini dilakukan agar petani kedelai lokal kembali termotivasi

untuk menanam kedelai lokal sehingga produksi kedelai nasional bisa semakin

bertambah. Pembatasan kedelai impor ini dilakukan antara lain dengan

memberlakukan tarif impor bagi kedelai luar negeri yang masuk ke Indonesia.

Dengan diberlakukannya tarif impor diharapkan volume impor yang masuk akan

semakin berkurang karena setiap kedelai impor yang masuk ke dalam negeri

dikenakan biaya impor dimana negara yang mengekspor kedelai ke Indonesia

harus membayar sejumlah tertentu sesuai dengan tarif yang ditetapkan dalam

setiap kedelai yang diekspor ke Indonesia.

Selain itu upaya pembatasan kedelai impor lainnya dilakukan dengan cara

melakukan impor kedelai hanya jika kebutuhan kedelai nasional mengalami

kekurangan. Selama hal tersebut dilakukan maka kedelai lokal sendiri berupaya

untuk terus meningkatkan produksi agar mampu memenuhi kebutuhan kedelai

nasionalnya dengan cara mengembangkan kemitraan dengan industri pengolahan

kedelai. Dalam hal ini petani kedelai lokal memiliki kewajiban untuk

menyediakan pasokan kedelai lokal dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan

permintaan industri mitra. Di lain sisi industri mitra memiliki kewajiban untuk

menjamin pasar kedelai lokal yang dihasilkan serta memberi pinjaman modal bagi

para petani kedelai lokal. Selain dari kedua pihak tersebut dukungan pemerintah

untuk memfasilitasi kegiatan kemitraan tersebut penting dilakukan seperti

dukungan infrastruktur atau menugaskan badan penelitian ataupun perguruan

tinggi yang mampu memberikan masukan teknologi yang dapat menunjang

kegiatan produksi. Kualitas kedelai merupakan salah satu faktor pertimbangan

konsumen dalam memilih kedelai untuk dikonsumsi. Kualitas kedelai impor yang

Page 116: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

102

 

dinilai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia lebih baik dari kedelai lokal

membuat kualitas kedelai lokal harus semakin ditingkatkan. Peningkatan kualitas

kedelai lokal dapat dilakukan dengan penggunaan benih unggul bermutu agar

kedelai yang dihasilkan baik. Kenyataan yang sering terjadi adalah banyaknya

petani yang masih menggunakan benih asalan sehingga kedelai yang dihasilkan

kurang baik. Untuk itu penggunaan benih unggul bermutu perlu diterapkan. Selain

itu penggunaan pupuk dan penerapan teknologi dalam produksi kedelai mampu

meningkatkan mutu kedelai lokal. Dalam hal ini peningkatan kualitas kedelai juga

dilakukan dengan terus dikembangkannya penelitian-penelitian terkait

pengembangan agribisnis kedelai lokal seperti penelitian penemuan varietas

unggul baru ataupun teknologi pendukung agribisnis kedelai lokal.

4) Strategi W-T

a) Pembentukan lembaga stabilitas harga kedelai

Sejak dicabutnya wewenang Bulog sebagai lembaga stabilitas kedelai

nasional, maka tataniaga kedelai berubah menjadi pasar bebas. Kedelai impor

yang harganya sangat fluktuatif semakin mudah masuk dan mendominasi pasar

perkedelaian dalam negeri. Untuk itu dibutuhkanlah sebuah badan penyeimbang

dan pelaksana impor kedelai, sebagai pengontrol harga. Keseimbangan dan

pelaksanaan impor kedelai dapat diarahkan pada KOPTI sebagai lembaga yang

menyalurkan kedelai. Pemberian hak prioritas kepada KOPTI sebagai importir

utama dalam perdagangan kedelai dalam negeri dapat membantu menghilangkan

pengaruh importir swasta yang bertujuan untuk mengeruk keuntungan sendiri

tanpa memperdulikan kepentingan para pelaku industri pengolahan. Importir

swasta dengan bebas menaikkan atau menurunkan harga kedelai sehingga para

pelaku industri yang menggunakan bahan baku kedelai impor merasa dirugikan.

Meskipun KOPTI berperan sebagai importir namun hal ini tidak akan merugikan

pihak industri pengolahan karena KOPTI bertujuan untuk mensejahterakan

anggotanya yaitu adalah para pengusaha tahu dan tempe. Peran KOPTI di dalam

negeri sangat diperlukan agar harga kedelai di dalam negeri lebih stabil karena

KOPTI akan memiliki kekuatan untuk menstabilkan harga kedelai di dalam

negeri. Bagi kedelai lokal sendiri, secara nyata KOPTI juga bisa langsung terjun

ke lapangan untuk membeli kedelai dari petani sehingga ada jaminan pasar dalam

Page 117: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

103

 

bentuk jaminan harga dan jaminan pembelian barang. Hal ini tentunya dapat

meningkatkan gairah petani untuk menanam kedelai lokal dan produksi akan

meningkat karena ada kepastian bagi petani dalam menjalankan usahataninya.

7.2 Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal

7.2.1. Sasaran Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia

Upaya pemerintah untuk mendukung pengembangan kedelai lokal

dilakukan dengan membuat kebijakan intensif pengembangan produksi kedelai

dengan mengacu pada Sasaran Strategis Departemen Pertanian 2010-2014, yaitu :

(1) Peningkatan produksi dan swasembada berkelanjutan

(2) Ketahanan pangan dan gizi

(3) Peningkatan nilai tambah, dayasaing dan ekspor

(4) Peningkatan pendapatan petani

Tercapainya swasembada kedelai di Indonesia bukanlah suatu hal yang

mudah dicapai. Untuk itu dibutuhkan berbagai langkah untuk mewujudkan

swasembada kedelai pada tahun 2014.

7.2.2. Tantangan Agribisnis Kedelai Lokal

Berdasarkan atas sasaran yang ingin dicapai oleh agribisnis kedelai lokal

di Indonesia yaitu tercapainya swasembada kedelai pada tahun 2014. agribisnis

kedelai lokal menghadapi beberapa tantangan diantaranya antara lain:

1) Lahan pengusahaan kedelai lokal yang semakin sempit karena kurangnya

minat petani untuk menanam kedelai lokal.

2) Tingginya volume impor kedelai

3) Kurangnya permodalan petani

4) Produksi kedelai lokal masih rendah

7.2.3. Program Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal

Program-program yang telah disusun untuk meningkatkan dayasaing

agribisnis kedelai lokal di Indonesia merupakan bentuk nyata dari strategi yang

telah dirumuskan berdasarkan hasil analisis SWOT. Program tersebut dapat

dilihat pada Tabel 13.

Page 118: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

104

 

Tabel 13. Program Pengembangan dan Peningkatan Dayasaing Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia

Strategi Program Penanggung Jawab

Peningkatan produksi kedelai lokal

• Perluasan areal tanam kedelai lokal baik pada pada lahan bukaan baru atau melalui pengkapuran pada lahan kering

• Peningkatan indeks pertanaman melalui sistem tumpang sari

• Peningkatan produktivitas

Petani, Balitbang Pertanian, Dinas Pertanian Daerah

Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal

• Sosialisasi penggunaan kedelai lokal untuk industri pengolahan kedelai

Pemerintah, KOPTI, kelompok tani, petani

Penguatan kelembagaan

• Membina kerjasama yang kuat dan integrasi antar lembaga terkait

• Optimalisasi setiap program yang ada di masing-masinglembaga terkait

Deptan, Badan Litbang Pertanian, Dinas Pertanian Daerah, KOPTI, Petani

Membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non bank

• Mengarahkan peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) untuk membantu permodalan petani kedelai lokal

Pemerintah, Stakeholder

Mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai

• Perluasan lahan pada balai benih untuk perbanyakan benih kedelai lokal serta pupuk

• Pembentukan kerjasama dengan para penangkar benih

Pemerintah, Balai benih, Swasta

Meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia

• Pemberdayaan petani kedelai lokal melalui kelompok tani

Petani

Melakukan Sosialisasi dan promosi Agribisnis kedelai lokal

• Melakukan promosi dan sosialisasi agribisnis kedelai lokal secara rutin kepada masyarakat luas baik melalui kegiatan langsung maupun hasil kegiatan melalui berbagai media

Pemerintah, stakeholder, Perguruan tinggi

Melakukan pembinaan dan pendampingan bagi petani

• Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani mulai dari penggunaan benih, pengolahan hingga pasca panen

Dinas pertanian daerah, PPL

Pembatasan impor

• Pemberlakuan kuota impor • Pengembangan kemitraan dengan pihak

swasta

Pemerintah, Perusahaan pengolahan kedelai

Membentuk Lembaga stabilitas harga kedelai

• Peningkatan peran KOPTI sebagai lembaga penyalur kedelai dan penjaga stabilitas harga kedelai

Pemerintah

Page 119: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

105

 

7.2.4. Tahapan Arsitektur Strategik

Setelah penulis menyusun strategi pengembangan dan peningkatan

dayasaing agribisnis kedelai lokal dengan menggunakan alat analisis SWOT

maka dibuatlah sebuah rancangan arsitektur strategi agribisnis kedelai lokal di

Indonesia yang direkomendasikan penulis untuk menjawab tantangan yang

dihadapi oleh agribisnis kedelai lokal. Rancangan ini merupakan peta strategi

(blue print) untuk mencapai sasaran agribisnis kedelai lokal yaitu swasembada

kedelai di Indonesia. Strategi yang telah dibuat kemudian melalui berbagai

tahapan hingga didapatkan hasil yang kemudian dipetakan kedalam sebuah

gambar berupa arsitektur strategi.

   Berdasarkan program yang dicanangkan oleh pemerintah sasaran

swasembada kedelai akan dicapai pada tahun 2014. Penulis telah menggambar

rancangan arsitektur strategik dengan menggunakan dua sumbu dimana sumbu

vertikal (sumbu x) merupakan rentang waktu yang dipersiapkan agribisnis kedelai

lokal. Sedangkan untuk sumbu horizontal (sumbu y) menggambarkan rentang

kegiatan yang ingin dicapai oleh agribisnis kedelai lokal. Penulis membuat

rancangan arsitektur strategik dengan tidak terpaku pada penentuan rentang

waktu, penulis menggunakan patokan periodisasi dan tidak menggunakan patokan

tahun dimana setelah selesai dilaksanakan program pada periode I, maka tanpa

menunggu patokan waktu yang telah ditentukan program pada periode II dapat

segera dilakukan. Pelaksanaan periode ini didasarkan pada tingkat kepentingan

program yang lebih mendesak untuk dilakukan. Semakin penting program

tersebut maka pelaksanaan programnya akan ditempatkan lebih dulu yaitu pada

periode I hingga periode selanjutnya. Diharapkan dengan dibuatnya rancangan

arsitektur strategik ini maka program swasembada kedelai segera tercapai. Di

dalam rancangan arsitektur strategi ini digambarkan berbagai tantangan yang

dihadapai agribisnis kedelai lokal dan serangkaian strategi yang dibuat untuk

mencapai sasaran agribisnis kedelai lokal yaitu swasembada kedelai. Perubahan

atau transformasi yang akan dilalui untuk mencapai sasaran ditandai dengan anak

panah yang mengarah ke kanan.

Page 120: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

106

 

Untuk mencapai sasaran agribisnis kedelai yaitu swasembada kedelai maka

dibutuhkan beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya:

a) Program yang dilaksanakan secara bertahap dintaranya:

1) Periode I, program yang dilaksanankan meliputi: pemberlakuan kuota

impor, peningkatan peran KOPTI sebagai lembaga penyalur kedelai dan

penjaga stabilitas harga kedelai

2) Periode II, program yang dilaksanakan meliputi: membentuk kerjasama

dengan lembaga permodalan non bank

3) Periode III,program yang dilaksanakan meliputi: perluasan lahan pada

balai benih untuk perbanyakan benih kedelai lokal serta pupuk,

pembentukan kerjasama dengan para penangkar benih 

4) Periode IV, program yang dilaksanakan meliputi: Pengembangan

kemitraan dengan pihak swasta, sosialisasi penggunaan kedelai lokal

untuk industri pengolahan kedelai 

b) Program yang dilakukan secara terus-menerus atau rutin diantaranya:

1) Perluasan areal tanam kedelai lokal

2) Peningkatan indeks pertanaman melalui sistem tumpang sari

3) Peningkatan produktivitas

4) Membina hubungan yang kuat dan saling terintergrasi antar lembaga

terkait

5) Optimalisasi setiap program yang ada di masing-masing lembaga terkait

6) Pemberdayaan petani kedelai melalui kelompok tani

7) Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani mulai dari

penggunaan benih, pengolahan hingga pasca panen

8) Melakukan promosi dan sosialisasi agribisnis kedelai lokal secara rutin

kepada masyarakat luas baik melalui kegiatan langsung maupun hasil

kegiatan melalui berbagai media

Page 121: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

107 

 

Sumbu Y (Rentang

Kegiatan)

Sumbu x (Rentang Periode)

Gambar 14: Arsitektur Strategik Agribisnis Kedelai Lokal di Indonesia

Sasaran : (1)Peningkatan produksi da

swasembada berkelanjutan

(2) Ketahanan pangan dan gizi

(3)Peningkatan nilai tambahdayasaing dan ekspor

(4)Peningkatan pendapatan petani

Kegiatan yang dilakukan terus-menerus: 1. Perluasan areal tanam kedelai lokal 2. Peningkatan indeks pertanaman melalui sistem tumpang sari 3. Peningkatan produktivitas 4. Membina hubungan yang kuat dan saling terintergrasi antar lembaga terkait 5. Optimalisasi setiap program yang ada di masing-masing lembaga terkait 6. Pemberdayaan petani kedelai melalui kelompok tani 7. Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada petani mulai dari penggunaan

benih, pengolahan hingga pasca panen 8. Melakukan promosi dan sosialisasi agribisnis kedelai lokal secara rutin kepada

masyarakat luas baik melalui kegiatan langsung maupun hasil kegiatan melalui berbagai media

Tantangan agribisnis kedelai lokal: 1.Lahan pengusahaan kedelai

lokal yang semakin sempit karena kurangnya minat petani untuk menanam kedelai lokal

2.Tingginya volume impor kedelai

3. Kurangnya permodalan petani

4.Produksi kedelai lokal masih rendah

Membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non bank 

Peningkatan peran KOPTI sebagai lembaga penyalur kedelai dan penjaga stabilitas harga kedelai  

Pemberlakuan kuota impor

Perluasan lahan pada balai benih untuk perbanyakan benih kedelai lokal pupuk

Pembentukan kerjasama dengan para penangkar benih 

Pengembangan kemitraan dengan pihak swasta

II IV III I

Sosialisasi penggunaan kedelai lokal untuk industri pengolahan kedelai

Page 122: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

108

 

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis dayasaing agrbisnis kedelai lokal di Indonesia diperoleh

gambaran kondisi kedelai lokal di Indonesia dari subsistem hulu, on farm,

subsistem hilir dan pemasaran sebagai berikut: 1) Subsistem hulu:

Penggunaan benih unggul bermutu dan pupuk yang sesuai anjuran masih

sangat jarang dilakukan petani karena berbagai alasan seperti kurangnya

modal petani kedelai lokal. 2) Subsistem On farm: Pertanaman kedelai di

Indonesia sebagian besar merupakan milik petani bukan milik swasta besar

atau perkebunan. Luas lahan sempit, umumnya < 1 ha. Usahatani kedelai

secara finansial memiliki keuntungan, namun faktor kebijakan sangat

mempengaruhi keuntungan dalam pengusahaan kedelai. 3) Subsistem hilir:

kegiatan pasca panen kedelai seperti pengeringan dan perontokan masih

dilakukan dengan cara yang sederhana/tradisional. Pengolahan kedelai di

Indonesia sebagian besar dalam bentuk pangan olahan seperti tahu, tempe,

kecap, oncom dan susu kedelai. 2) Pemasaran kedelai: kedelai dipasarkan

melalui berbagai pihak seperti petani, pedagang/ pengumpul, grosir dan

KOPTI. Posisi tawar petani kedelai lokal lemah. Kebutuhan kedelai dalam

negeri sebagian besar dipenuhi dari kedelai impor. Apabila produksi kedelai

nasional tidak dapat mengikuti peningkatan konsumsi maka Indonesia akan

semakin tergantung pada kedelai impor yang akan membahayakan ketahanan

pangan nasional.

2. Berdasarkan analisis keterkaitan antar komponen, maka dapat disimpulkan

bahwa keterkaitan antar komponen-komponen utama belum berdayasaing,

karena hanya dua dari enam pasang komponen yang saling mendukung yaitu:

persaingan, struktur dan strategi saling mendukung dengan faktor sumberdaya

dan kondisi faktor sumberdaya saling mendukung dengan Industri terkait dan

industri pendukung, sedangkan komponen utama lainnya saling tidak

mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa dayasaing agribisnis kedelai lokal

masih lemah. Meskipun komponen utama agribisnis kedelai lokal di Indonesia

Page 123: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

109

 

dayasaingnya lemah, namun dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia

tersebut sangat didukung oleh komponen pendukungnya. Pada komponen

peranan pemerintah ternyata kebijakan dan sikap yang diberikan pemerintah

terhadap agribisnis kedelai lokal di Indonesia telah mendukung seluruh

komponen dalam agribisnis kedelai di Indonesia. Begitu juga dengan

komponen kesempatan yang memberikan dukungan terhadap seluruh

komponen dalam agribisnis kedelai di Indonesia. Hal tersebut menunjukan

adanya peranan pemerintah dan kesempatan akan mampu meningkatkan

posisi dayasaing agribisnis kedelai lokal di Indonesia apabila seluruh

stakeholder mengupayakan diri untuk dapat mengambil manfaat sebesar-

besarnya dari kesempatan-kesempatan tersebut.

3. Alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT terdiri dari sepuluh

strategi, diantaranya: (1) Peningkatan produksi kedelai lokal, (2)

Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) Penguatan

Kelembagaan (4) Membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan non

bank (5) Mengatur ketersediaan benih dan pupuk pada sentra produksi kedelai

(6) Meningkatkan peran kelompok tani dalam mendukung pengembangan

agribisnis kedelai lokal di Indonesia, (7) Melakukan sosialisasi dan promosi

agribisnis kedelai lokal di Indonesia, (8) Melakukan bimbingan dan

pembinaan petani kedelai lokal di Indonesia, (9) Pembatasan volume impor

(10) Membentuk lembaga stabilitas harga kedelai. Rancangan arsitektur

strategik dibuat berdasarkan perumusan strategi pengembangan agribisnis

kedelai lokal di Indonesia. Program-progam yang dibuat ditujukan untuk

mencapai sasaran dengan menghadapi tantangan yang ada selama program

dilaksanakan.

Page 124: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

110

 

8.2. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan bagi pengembangan kedelai lokal di Indonesia diantaranya:

1. Dalam melakukan analisis gambaran sistem agribisnis kedelai Indonesia,

penulis belum mampu melakukan analisis secara mendalam pada setiap

subsistem yang dianalisis. Oleh karena itu diharapkan dalam penelitian

selanjutnya dilakukan penelitian secara khusus yang membahas masing-

masing subsistem agribisnis kedelai lokal di Indonesia sehingga dapat

diketahui potensi serta permasalahan yang belum mampu peneliti ungkap.

2. Untuk mendukung pengembangan agribisnis kedelai lokal di Indonesia

disarankan untuk meneliti tentang pengaruh kebijakan terhadap produksi

kedelai nasional.

3. Selain itu, bagi para peneliti juga disarankan untuk meneliti tentang peramalan

kedelai di Indonesia pada masa mendatang.

Page 125: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

111

 

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar M. 2008. Kebijakan Pangan, Peran Perum BULOG dan Kesejahteraan Petani. Dalam: Agnes Aulia Dwi. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Adisarwanto DT, Wudianto R. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Afifa. 2006. Analisis Permintaan Kedelai pada Industri Kecap di Indonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Agus, Mulyani, Hadian. 2005. Potensi Sumberdaya Lahan untuk Tanaman Kedelai, prospek dan Tantangannya. Dalam: Sumarno, Mansuri AG. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai di Indonesia. Dalam Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 16-17.

Amang, B.1996. Ekonomi kedelai di Indonesia. Dalam Handayani D. Simulasi Kebijakan Dayasaing Kedelai Lokal pada Pasar Domestik. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Badan Ketahanan Pangan. 2009. Neraca Bahan Makanan Indonesia 2007-2008. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Mutu kedelai Nasional Lebih Baik dari Kedelai Impor. http://www.litbang.deptan.go.id

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. 5 Tahun (2005-2009) Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor : Kementrian Pertanian

[BPS] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia .2009.http://www. bps.go.id/ tnmn_pgn.php?eng= 0. [diakses 03 Februari 2011]

Cho DS, Moon HC. 2003. Evolusi Teori Daya Saing. Di Dalam: Puspita. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

David FR. 2004. Konsep Manajemen Strategis. Jakarta: PT Indeks.

Deptan.2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Departemen Pertanian. 45p.

Dharmanti R. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha pada Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (PRIMKOPTI) Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2010. Luas Panen Kedelai Menurut Provinsi (hektar). 2007-2010. Jakarta: Sekretariat Direktorat Jendral Tanaman Pangan.

Page 126: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

112

 

Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2010. Road Map Peningkatan Produksi Kedelai Tahun 2010-2014. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Ditjentan. 2004. Profil Kedelai. Ed ke-1. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jakarta: Kementrian Pertanian.

Ditjentan. 2004. Profil Kedelai. Ed ke-2. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jakarta: Kementrian Pertanian.

Gonzales L A, F. Kasryno, N.D. Perez and M.W. Rosegrant. 1993. Economic incentives and comparative advantage in Indonesian. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 16-17.

Hanafie R. 2004. Tingkat Konsumsi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian sebagai Pendukung Ketahanan Pangan. Dalam: Makarim AK et al, editor. Kinerja Penelitian Mendukung Agribisnis Kacang-Kacangan dan Umbi-umbian. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hlm 592-602.

Handayani D. 2007. Simulasi Kebijakan Dayasaing Kedelai Lokal pada Pasar Domestik [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Harnowo D, Hidajat JR, Suyamto. 2007 Kebutuhan dan Teknologi Produksi Benih Kedelai. Di Dalam Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 383-415

Isnawati, Siti Fajar. 2009. Analisis strategi Bersaing Gula Rafinansi (Studi pada PT. Jawamanis Rafinansi, Cilegon, Banten)[skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Marwoto dan Y. Hilman. 2005. Teknologi kacang-kacangan dan umbi-umbian

mendukung ketahanan pangan. Kinerja Balitkabi 2003-2004. Balitkabi. 20 hlm.

Permata. 2002. Analisa Sistem Agribisnis Kedelai (Kasus di Desa Hegarmanah, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). http:// repository. ipb.ac.id/ bitstream/ handle/ 123456789/ 17473/ A02jpp. pdf? sequence=2

Porter ME. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: Free Press

Porter ME. 2006. The Competitive Advantage of Nations. Dalam: Puspita. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Purnamasari R. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Kedelai di Indonesia. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2008. Outlook komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Pertanian.

Page 127: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

113

 

Puspita Agnes. 2009. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Rachmawati M. 1999. Analisis Perdagangan Kedelai di Indonesia (Penerapan Model Armington) [skripsi]. Bogor: Fakultas ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.Puspita,

Rangkuti Freddy. 2005. Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis: reoriantasi konsep perencanaan strategis untuk menghadapi abad 21. Cetakan kedua belas. PT Gramedia pustaka utama. Jakarta.

Saragih B, 2010. Suara Agribisnis. Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih. Jakarta: PT Permata Wacana Lestari.

Sarwoto, 2004. Dalam Handayani D. Simulasi Kebijakan Dayasaing Kedelai Lokal pada Pasar Domestik. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sejati K, Kustiari R, Rivai RS, Zakaria AK, Nurasa T. 2009. Kebijakan Intensif Usahatani Kedelai untuk Mendorong Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani. Bogor: Pusat Analisa Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Subandi, Harsono A dan Kuntyastuti H 2007. Areal Pertanaman dan Sistem Produksi Kedelai di Indonesia. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2007. Hlm 104-129.

Sudaryanto T, Swastika DKS. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 1-27.

Sumarno, Mansuri AG. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai di Indonesia. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2007. Hlm 74-103.

Supandi, 2008. Menggalang Partisipasi Petani untuk Meningkatkan Produksi KedelaiMenujuSwasembada.http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3273085.pdf [27 November 2010].

Suryana et al. 2005. Prospek dan arah Pengembangan Kedelai. Dalam: Handayani. Simulasi Kebijakan Dayasaing Kedelai Lokal pada Pasar Domestik. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Swastika DKS, Nuryanti S, Sawit MH. 2007 Kedudukan Indonesia dalam Perdagangan Internasional Kedelai. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 28-44.

Page 128: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

114

 

Tangendjaja B, Yusdja Y, Ilham N. 2003. Analisis Ekonomi Permintaan Jagung untuk Pakan. Dalam: Karsyo et.al (Eds.). Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Litbang Pertanian. Dalam Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 1-27.

Widowati S. 2007. Teknologi Pengolahan Kedelai. Dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor. Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Hlm 491-521.

Yoshida DT, 2006. Arsitektur Strategik: Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. Jakarta: PT Media Elek Komputindo.

U.S. Department of Agriculture (USDA). 2010. World Soybean Production, Consumption, Area, and Yield. Dalam: http : //www. earth-policy. Org / data_center/C24.

Zakaria AK. 2010. Program Pengembangan Agribisnis Kedelai dalam Peningkatan Produksi dan Pendapatan Petani. http: //pustaka. litbang. deptan. go. id/ publikasi/ p3294104. pdf

Page 129: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

115

 

LAMPIRAN

Page 130: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

116

 

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai Tahun 2010-2014

No. Tahun Jumlah PendudukKonsumsi Perkapita (Kg)**)

Jumlah Konsumsi

1 2010 234.181 10,10 2,365 2 2011 236.954 10,10 2,393 3 2012 239.687 10,20 2,445 4 2013 242.376 10,20 2,472 5 2014 245.021 10,20 2,499

Pertumbuhan (%) 1,31 0,24 1,38 Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2010)

Page 131: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

117

 

Lampiran 2. Analisa Usahatani Kedelai di Jawa dan Luar Jawa

No Uraian Wilayah Jawa Wilayah Luar Jawa

Volume Satuan Biaya(Rp)

Jumlah Biaya (Rp) Volume Satuan Biaya

(Rp) Jumlah Biaya

(Rp) A. TENAGA KERJA

-Penyiapan lahan 10HOK 20.000 200.000 20.000 200.000 -Penanaman 15HOK 20.000 300.000 15 HOK 20.000 300.000 -Pemupukan 5 HOK 20.000 100.000 5 HOK 20.000 100.000 -Penyiangan 20HOK 20.000 400.000 20 HOK 20.000 400.000 -Penyemprotan 5 HOK 20.000 100.000 5 HOK 20.000 100.000 -Panen 10HOK 20.000 200.000 10 HOK 20.000 200.000 -Pengeringan 10HOK 20.000 200.000 10 HOK 20.000 200.000 -Perontokan 10HOK 20.000 200.000 10 HOK 20.000 200.000 -Penyimpanan 5 HOK 20.000 100.000 5 HOK 20.000 100.000 Jumlah A : 1.800.000 B. SARANAPRODUKSI

-Benih 40 Kg 12.000 480.000 40 Kg 12.000 480.000 -Urea 50 Kg 1.200 60.000 50 Kg 1.200 60.000 -NPK 100 Kg 1.750 175.000 100 Kg 1.750 175.000 -Pestisida 2 ltr 125.000 250.000 2 ltr 125.000 250.000 Jumlah B: 965.000 965.000 C. LAIN-LAIN

PENGELUARAN

- Sewa lahan 2.000.000 1.200.000 Jumlah C 2.000.000 1.200.000 Jumlah A+B+C: 4.765.000 3.965.000 1. Total biaya

produksi 4.765.000 3.965.000

2. Total Produksi 1.600Kg 9.600.000 1.400Kg 3.965.000 3. Harga jual 1.600Kg 6.000 4.835.000 1.400Kg 6.000 8.400.000 4. Pendapatan bersih

(3-1) 4.435.000

5. R/C (3/1) 2,01 2,12

Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2010)

Page 132: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

118

 

Lampiran 3. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai

Sumber: Pusat Data dan Informasi Pertanian (2010) [diolah]

Tahun Luas panen Produktivitas Produksi

ha Pertumbuhan (%) (t/ha) Pertumbuhan

(%) (000 t) Pertumbuhan (%)

1995 1.476,284 - 11,37 2,28 1.679,092 - 1996 1.277,736 -13,45 11,86 -1,65 1.515,937 -9,72 1997 1.118,140 -12,49 12,13 0,67 1.356,108 -10,54 1998 1.094,262 -2,16 11,93 2,75 1.304,950 -3.77 1999 1.151,079 5,19 12,01 -0,13 1.382,848 5,97 2000 824,484 -28,37 12,34 1,48 1.017,634 -26,41 2001 678,848 -17,66 12,18 3,16 826,932 -18,74 2002 544,522 19,79 12,36 0,39 673,056 -18,61 2003 526,796 -3,26 12,75 1,64 671,600 -0,27 2004 565,155 7,28 12,80 -0,99 23,483 7,73 2005 621,541 9.98 13,01 0,23 808,353 11,73 2006 580,534 -6,6 12,88 1,7 747,611 -7,51 2007 459,116 -20,91 12,91 2,67 592,534 -20,74 2008 590,956 29,34 13,13 2,28 775,710 30,91 2009 722,791 22,3 13,48 -1,65 974,512 25,56

Rata-rata : 1995-1999 - -4,58 - 0,78 - -3,61 2000-2004 - -2,04 - 1,14 - -11,26 2005-2009 - 6,82 - 1,05 - 7,99

Page 133: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

119

 

Lampiran 4. Perkembangan Produk Olahan Kedelai di Indonesia

No. Propinsi/Kabupaten Jumlah

Perusahaan (buah)

Produk

Tahu (kg)

Tempe (kg)

Keripik Tempe

(kg)

Kecap Manis(ltr)

1 NAD 2 2 Sumut Deli 4 16.650 54.180

Simalungun 10 Kd.Tebing Tinggi 2 Kd. Medan 4 417.857 158.824 12.789.648 Kd. P. Siantar 6 152.410 15.930 3 Jambi 1 4 Sumsel Muara Enim 1 563 Muba 1 45.000 5 Lampung Bdr Lampung 1 480 L. Tengah 22 1.999.725 84.680 6 DKI Jakbar 25 12.430.126 1.199.860 Jaktim 53 39.878.730 5.232.633 Jakpus 106 1.040.700 2.771.486 Jakut Jaksel 92 61.869.007 4.881.980 7 Jabar Bandung 1 Bekasi 2 Bogor 15 1.233.025 1.971.850 Cianjur 1 15.000 Cirebon 4 109.375 270.776 Garut 1 299.000 Karawang 16 13.457.921 587.050 18.360 Majalengka 3 368.250 Purwakerta 4 58.740 29.370 Serang 4 832.667 263.333 374.000 Sumedang 3 787.500 1.950 Tangerang 12 1.110.675 Kd Bandung 68 11.537.424 2.851.752 370.240 Kd Bekasi 23 4.758.400 726.317 43.200 Kd Bogor 2 480.000 Kd Cirebon 3 1.581.720 Kd Sukabumi 4 11.250 1.094.640 Kd Tangerang 10 2.603.123 1.341.109

Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2004)

Page 134: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

120

 

No. Propinsi/Kabupaten Jumlah

Perusahaan (buah)

Produk

Tahu (Kg)

Tempe (Kg)

Keripik Tempe (Kg)

Kecap Manis (ltr)

8 Jateng Banjarnegara 11 116.400 41.800 Banyumas 6 64.560 1.043.200 Blora 29 1.449.530 8.618 69.000 215.520 Boyolali 1 900.000 Cilacap 6 201.275 72.000 28.800 Demak 6 53.500 117.400 Jepara 1 17.400 Karanganyar 2 278.000 Kebumen 11 386.000 49.000 36.000 Klaten 7 118.530 50.000 Kudus 15 1.099.800 3.720.624 175.000 118.272 Pati 14 968.960 38.310 7.800 294.884 Purworejo 21 385.500 103.509 75.306 Rembang 3 50.000 216 Semarang 5 445.000 15.000 Sragen 1 7.000 Surakarta 2 120.000 Tegal 2 12.000 40.000 Temanggung 4 800.000 30.000 Wonogiri 8 204.000 21.000 81.000 Kd. Magelang 46 2.286.568 144.000 6.000 147.708 Kd. Surakarta 4 322.500 322.500 67.920 Kd. Tegal 1 94.000 9 DIY Kd Yogya 9 38.200.000 Bantul 3 126.000 72.000.000 G. Kidul 1 6.250.000 Kulon Progo 1 Sleman 2

Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2004)

Page 135: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

121

 

No Propinsi/Kabupaten Jumlah

Perusahaan (buah)

Produk

Tahu (Kg) Tempe (Kg)

Keripik Tempe (Kg)

Kecap Manis (ltr)

10 Jatim Madiun 1.050.000 Malang 10 781.152 180.150 151.200 Pasuruan 4 1.023.659 312.000 Probolinggo 9 5.881.527 115.200 166.140 Kd Surabaya 5 6.803.000 50.000.000 Banyuwangi 2 64.980 157.500 Blitar 7 90.988 Bojonegoro 15 16.432 12.156 27.000 Gresik 1 50.000 Jember 8 43.325.600 90.540 Jombang 32 239.560 565.408 48.000 Kediri 1 11.642 Lamongan 1 3.300 Lumajang 11 605.060 131.000 Magetan 30 938.100 1.505.280 Nganjuk 1 Ngawi 14 181.445 108 1.080.000 Pacitan 18 1.952.300 180.000 Ponorogo 5 711.893 27.360 546 Sammpang 1 4.380 Sidoarjo 32 4.143.412 565.149 1.350 168.000 Situbondo 1 23.000 Sumenep 1 10.505 Trenggalek 1 23.625 Tuban 4 87.225 119.340 Tulungagung 1 Kd Blitar 10 920.000 36.500 Kd Kediri 6 390.950 11 NTB Kd Mataram 8 205.335 14.950 1.250 36.800 Sumbawa 29 800.867 318.833 Dompu 6 145.000 2.500 Bima 1 20.000 12 NTT Ende 1 10.400 5.200

Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2004)

Page 136: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

122

 

Lampiran 5. Kualitas Tempe dari Varietas Unggul Kedelai Nasional dan Kedelai Impor

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008)

Uraian Burangrang Bromo Kedelai Impor Bobot 100 biji (g) 16,2 15,8 16,0 Kadar protein biji (% bk) 39,2 37,8 35,0

Kadar protein tempe • Bobot basah (%) • Bobot kering (%)

26,7 75,2

24,3 65,2

22,1 60,2

Rendemen (%) 152,5 148,4 138,4 Warna, aroma dan rasa tempe menurut responden

disukai disukai disukai

Page 137: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

123

 

Lampiran 6. Varietas Unggul Kedelai yang memiliki Potensi Produksi > 2 ton/ha

NAMA VARIETAS POTENSI HASIL (TON/HA)

UMUR (HARI)

1 Kipas Merah Bireun 3,50 85-90 2 Detam 1 3,45 84 3 Grobogan 3,40 76 4 Kaba 3,25 85 5 Sinabung 3,25 88 6 Anjasmoro 3,20 83-93 7 Argopuro 3,05 84 8 Argomulyo 3,10 80-82 9 Baluran 3,00 80 10 Detam 2 2,96 82 11 Gepak Kuning 2,86 73 12 Tanggamus 2,90 88 13 Burangrang 2,70 80-82 14 Merubetiri 2,50 95 15 Panderman 2,37 85 16 Malika 2,34 85-90 17 Ijen 2,30 83 18 Gepak Ijo 2,21 76 19 Mahameru 2,16 84-95

Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2010)

 

Page 138: ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN … · FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ... Pengembangan industri pengolahan berbasis kedelai lokal (3) ... Membentuk

124

 

Lampiran 7. Perbandingan Produktivitas Kedelai Tahun 2007 dan Tahun 2008 (setelah pelaksanaan SL-PTT)

No Provinsi Produktivitas (ku/ha)

Tahun 2007 NON SL-PTT*)

SL-PTT Tahun 2008**)

Peningkatan Absolut Persen

1 N Aceh D. 12,90 13,70 0,80 6,20 2 Sumut 11,60 13,14 1,54 13,27 3 Jambi 12,67 12,84 0,17 1,34 4 Sumsel 14,44 16,49 2,05 14,19 5 Lampung 11,29 12,30 1,01 8,94 6 Jabar 14,03 14,94 0,91 6,48 7 Jateng 14,65 17,61 2,96 20,20 8 D.I. Yogya 10,75 15,60 4,85 45,11 9 Jatim 12,63 16,04 3,41 26,99

10 Banten 12,84 12,96 0,12 0.93 11 NTB 12,02 12,90 0,88 7,32 12 Sulsel 15,77 16,19 0,42 2,66 Rata-rata 12,97 14,56 1,59 12,26

Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2010)