ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS :...

134
ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : KONFLIK LAHAN ANTARA PAUD ISLAM MANDIRI DENGAN PEMBANGUNAN RPTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos) Oleh : Nadia Chairunisa Rachma 1112111000002 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS :...

Page 1: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN

STUDI KASUS : KONFLIK LAHAN ANTARA PAUD

ISLAM MANDIRI DENGAN PEMBANGUNAN RPTRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh :

Nadia Chairunisa Rachma

1112111000002

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan
Page 3: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan
Page 4: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan
Page 5: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

iv

ABSTRAK

Penelitian skripsi ini menganalisa mengenai konflik tanah yang terjadi di

Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Tujuan skripsi ini

adalah untuk menganalisa penyebab terjadinya konflik lahan yang terjadi antara

sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

penjelasan apa saja resolusi-resolusi yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam

menyelesaikan konflik. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan

memanfaatkan instrumen wawancara dan dokumentasi sebagai teknik

pengumpulan data. Teori yang digunakan adalah teori resolusi konflik. Teori

resolusi konflik digunakan karena mampu menjelaskan cara penyelesaian konflik

yang terjadi antara PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA di

Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

Hasil dari analisa penelitian ini menemukan bahwa munculnya konflik

akibat adanya ketidaksetujuan pembangunan RPTRA di atas lahan Gedung

Interaksi Masyarakat (GIM) mengingat sudah tidak ada lagi lahan kosong.

Adapun resolusi yang dilakukan adalah dengan cara bernegosiasi guna untuk

mencapai kesepakatan bersama. Adapun hasil dari penyelesaian masalah dengan

negosiasi pada pembangunan RPTRA bermuara pada win-win solution.

Kata kunci : Konflik lahan, Resolusi konflik, Ruang Publik Taman Ramah Anak

(RPTRA), PAUD, Jakarta Pusat.

Page 6: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdullilahirabbil ‘alamin puji syukur kehadirat Allah SWT penulis

panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas segala berkat dari kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam juga tidak lupa penulis haturkan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, serta para

pengikutnya-Nya hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi

pada Program Studi Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam

penyusunannya, penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah

semata hasil dari perjuangan penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu

terwujud berkat dukungan, bantuan, bimbingan, arahan, dan do’a dari berbagai

pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan banyak terima

kasih yang mendalam untuk kesempatan, waktu dan pikiran yang diluangkan oleh

pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yaitu krpada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi.

3. Husnul Khitam, M. Si, yang membantu penulis dalam pembuatan proposal

skripsi dan menentukan dosen pembimbing.

Page 7: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

vi

4. Bapak Mohammad Hasan Ansori, Ph. D selaku dosen pembimbing yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan

memberikan motivasi, serta kesabaran kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah

mengamalkan ilmu pengetahuan dan berbagi pengalaman kepada penulis

selaku mahasiswa.

6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda saya Heru Wahyudin, SE dan Ibunda

saya Sofia Nasution yang tiada hentinya selalu menyayangi, mendo’akan,

dan mendukung penulis baik moril maupun materil.

7. Teman-teman seangkatan dan kakak kelas FISIP UIN Jakarta yang telah

menjadi teman yang baik dan selalu membantu khususnya; M. Lutfi S. Sos

dan M. Sutisna S. Sos.

8. Kepada keluarga cemara yang selalu mendukung dan memberi semangat;

Neneng Nasyithoh S.Sos, Ulya Syarifah S. Sos, M. Kurniawan S. Sos.

9. Sahabat-sahabat yang selalu mensupport dan saling memotivasi Munjizah

Wutsqo dan Yulvie Sabriani.

10. Kepada sahabat terbaik, Hanindita yang selalu mendukung, membantu,

mendengarkan keluh kesah, dan sangat sabar dalam memberi arahan,

saran, juga waktu hingga skripsi ini telah terselesaikan.

11. Kepada Nasution Family yang selalu memberikan keceriaan,

pembelajaran, selalu setia menunggu dengan kesabaran, dan selalu

mendo’akan.

Page 8: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

vii

12. Terima kasih kepada Abang Sayyid yang telah meminjamkan laptopnya.

Terima kasih kepada Poppy Rismaya telah memberikan keponakan

kembar yang lucu. Terima kasih kepada Zayn dan Zehan selaku

keponakan yang selalu memberikan kecerian dan kepada adikku tersayang

Rafli Al-Fayyad yang ikut serta memberikan semangat dan do’a.

13. Terima kasih kepada seluruh narasumber yang telah meluangkan waktu

untuk di wawancarai dan terima kasih kepada semua yang telah terlibat

dalam pembuatan skripsi ini yang penulis tidak bisa sebutkan namanya

satu-persatu.

Semoga segala kebaikan yang kalian berikan akan memberikan manfaat

dan keberkahan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran bagi penulis dalam memperbaiki ke arah yang lebih baik untuk

pengerjaan penulisan ilmiah di kemudian hari.

Jakarta, 9 Oktober 2017

Penulis

Page 9: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. v

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ....................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 7

E. Kerangka Teoritis ......................................................................................... 18

1. Analisis Konflik ..................................................................................... 18

2. Sebab-Sebab Konflik ............................................................................. 20

3. Resolusi Konflik .................................................................................... 21

4. Tahapan Resolusi Konflik ...................................................................... 22

5. Hasil Resolusi Konflik ........................................................................... 25

F. Metodologi Penelitian .................................................................................. 26

1. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 26

2. Subjek Penelitian .................................................................................... 21

3. Lokasi Penelitian .................................................................................... 22

4. Jenis Data ............................................................................................... 24

5. Teknik Pengumpulan Data..................................................... ................ 29

6. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data................................ ................ 30

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum PAUD Islam Mandiri ..................................................... 32

1. Sejarah Berdirinya PAUD Islam Mandiri .............................................. 32

2. Letak Geografis PAUD Islam Mandiri .................................................. 35

3. Profil PAUD Islam Mandiri ................................................................... 36

4. Program Kegiatan PAUD Islam Mandiri ............................................... 37

B. Gambaran Umum RPTRA ........................................................................... 38

1. Sejarah Berdirinya RPTRA .................................................................... 38

2. Letak Geografis ...................................................................................... 41

3. Profil RPTRA ......................................................................................... 41

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Konflik Lahan Antara PAUD Islam Mandiri dengan

RPTRA ......................................................................................................... 45

Page 10: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

ix

B. Penyebab Konflik Pada Pembangunan RPTRA .......................................... 47

1. Kepemilikan Lahan ................................................................................ 48

2. Perebutan Kegiatan................................................................ ................ 55

C. Resolusi Konflik Pada Pembangunan RPTRA............................ ................ 61

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 67

B. Saran ............................................................................................................. 70

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 71

Lampiran-Lampiran ...................................................................................................................

Page 11: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

x

DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1. Insiden Dan Dampak Kekerasan Akibat Konflik

Lahan Di 13 Provinsi SNPK (2005 – Agustus 2013) ....................................... 3

Tabel II.A.6. Program PAUD Islam Mandiri 2016 – 2017 .................................................. 37

Page 12: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini berkenaan dengan konflik lahan yang terjadi di Kelurahan

Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Secara spesifik,

skripsi ini menggambarkan penyebab terjadinya konflik yang terjadi antara

pemilik PAUD dengan pembangunan RPTRA yang dibuat atas perintah

dari Bapak Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta dan resolusi-resolusi apa

saja yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam proses penyelesaian

konflik tersebut.

Konflik adalah bagian dari komponen masyarakat yang selalu ada dan

tidak akan pernah hilang. Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari

yang namanya konflik. Baik konflik keluarga, kelompok, masyarakat,

bahkan negara di tingkat nasional maupun internasional. Konflik juga

memiliki makna krusial, karena salah satu unsurnya adalah masyarakat,

yang didalamnya terkait individu itu sendiri (Coleman, 2008: 701)

Tidak selamanya konflik memiliki dampak negatif, akan tetapi konflik

juga memiliki dampak positif dari setiap permasalahan yang sedang terjadi

antara kedua belahpihak yang sedang bertengkar. Seperti teori konflik

yang dikembangkan oleh Lewis Coser, bagi Lewis Coser konflik yang

terjadi di masyarakat tidak semata-mata menunjukkan hal negatif saja,

tetapi dapat pula menimbulkan dampak positif. Coser bermaksud

Page 13: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

2

menunjukkan bahwa konflik tidak harus merusak atau bersifat

disfungsional bagi sistem yang bersangkutan. Konflik juga bisa

menimbulkan konsekuensi positif. Dengan demikian, konflik bisa bersifat

menguntungkan bagi sistem yang bersangkutan.

Masyarakat yang berkonflik dengan masyarakat lain, dapat

memperbaiki kepaduan akan integrasi (Ritze dan Goodman, 2011: 159).

Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan,

penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial (Polaman, 2004: 107). Oleh

sebab itu konflik sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat mulai

dari konflik vertikal (pemerintah dengan masyarakat) dan konflik

horizontal seperti konflik antar suku, kelompok masyarakat dan

sebagainya.

Salah satu konflik yang marak terjadi di masyarakat adalah mengenai

konflik lahan. Misalnya persoalan yang menyangkut prioritas untuk dapat

ditetapkan sebagai pemilik yang sah atas tanah yang berstatus milik, atau

tanah yang belum ada pemilik. Kekeliruan dan kesalahan pemberian hak

yang disebabkan penerapan peraturan yang kurang benar dan sengketa

yang mengandung unsur sosial praktis atau yang bersifat strategis (Murad,

1991: 23).

Berdasarkan data yang didapat dari kajian perdamaian dan kebijakan

The Habibie Center mengenai konflik lahan antarwarga menjadi fokus

utama sebagai fenomena yang memperlihatkan bagaimana terhalangnya

Page 14: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

3

individu atau kelompok dalam mengakses lahan. Berdasarkan data Sistem

Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) sepanjang tahun 2005-2013

konflik mengenai lahan antarwarga cenderung meningkat. Tercacat 13

provinsi yang mengalami kekerasan akibat konflik lahan diantaranya

Maluku, NTT, Lampung, NTB, Papua, Aceh, Jabotabek, Kalimantan

Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Kalimantan

Timur, Maluku Utara.

Tabel I.A.1. Insiden dan Dampak Kekerasan Akibat Konflik Lahan di 13

Provinsi Pantauan SNPK (2005-Agustus 2013)

Provinsi Insiden

Dampak

Tewas Cedera Bangunan

Rusak

Maluku 194 39 365 348

NTT 179 63 221 143

Lampung 115 25 122 125

NTB 110 10 118 147

Papua 104 4 95 51

Aceh 91 12 54 13

Jabotabek 87 14 284 268

Kalimantan

Barat 66 4 32 28

Kalimantan

Tengah 63 15 57 8

Sulawesi

Tengah 38 9 42 42

Papua

Barat 24 2 20 16

Kalimantan

Timur 17 3 7 8

Maluku

Utara 12 0 2 8

Total 1.100 200 1.419 1.205

Sumber: The Habibie Center, 2013:8

Page 15: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

4

Tanah merupakan salah satu sumberdaya yang berfungsi sangat

penting bagi kehidupan manusia. Namun dalam perkembangannya tanah

menjadi semakin penting karena keberadaannya yang terbatas untuk

menampung berbagai aktivitas manusia yang terus berkembang sehingga

berpotensi menimbulkan konflik kepentingan mengenai penggunaan dan

penguasaannya (Wahid, 2008: 1-4).

Terkait dengan masalah konflik lahan, salah satu kasus yang

ditemukan oleh peneliti adalah mengenai lahan tanah yang akan dibangun

RPTRA (Ruang Publik Taman Ramah Anak) di daerah Pulo Gundul,

Keluarahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat menuai

konflik akibat pembanguan tersebut harus menyingkirkan sekolah PAUD

Islam Mandiri yang sudah berdiri sejak bulan September tahun 1998.

Warga sangat senang dan antusias dengan keberadaan PAUD Islam

mandiri karena warga sekitar mampu menyekolahkan anaknya dengan

pembayaran SPP yang murah dan terjangkau. Namun, perkembangan dan

pertumbuhan telah memicu kebutuhan ruang terbuka publik. Wacana dari

Gubernur DKI yang akan membuat taman-taman ditengah perkampungan

warga yang dikenal dengan sebutan RPTRA berdasarkan peraturan

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 196 Tahun

2015 tentang pedoman pengelolan RPTRA yang memiliki fungsi untuk

menyediakan ruang terbuka untuk memenuhi kebutuhan hak anak.

Page 16: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

5

Ketertarikan penulis untuk mengangkat masalah konflik lahan di

Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat didorong

oleh beberapa faktor yang Pertama, banyak perubahan yang dirasakan

para siswa dan guru setelah relokasi, karena tidak sesuainya lokasi dengan

kebutuhan PAUD. Kedua, permasalahan yang terjadi seperti infrastruktur

yang bermasalah dan suasana lokasi yang secara sosiologis tidak

mendukung untuk kegiatan belajar mengajar di PAUD. Ketiga, hubungan

sosial yang terjadi antar pihak yang berkonflik. Penulis juga memberikan

perhatian kepada strategi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam

menyelesaikan konflik atas lahan yang digunakan. Maka penulis tertarik

untuk meneliti mengenai resolusi konflik yang terjadi. Dengan demikian

penulis memberi judul skripsi ini mengenai “Analisis dan Resolusi

Konflik Lahan (Studi Kasus: Konflik Lahan antara PAUD Islam Mandiri

dengan Pembangunan RPTRA di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan

Johar Baru, Jakarta Pusat)”

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari pernyataan diatas, maka peneliti merumuskan

beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Mengapa terjadi konflik lahan antara PAUD Islam Mandiri dengan

Pembangunan RPTRA di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar

Baru, Jakarta Pusat?

Page 17: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

6

2. Bagaimana bentuk resolusi yang dilakukan antara PAUD Islam

Mandiri dengan Pembangunan RPTRA Jakarta dalam pembangunan

RPTRA?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka penulis mempunyai

tujuan penelitian, diantaranya:

a. Untuk menjelaskan penyebab terjadinya konflik di Keluarahan

Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru

b. Memberikan penjelasan mengenai strategi penyelesaian konflik

yang terjadi di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru,

Jakarta Pusat.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang

mengkaji tentang sosiologi konflik mengenai Analisis dan

Resolusi Konflik Lahan (Studi kasus: Konflik Lahan antara

PAUD Islam Mandiri dengan Pembangunan RPTRA).

b. Manfaat Praktis

1) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

kepada khalayak umum tentang perencanaan dan implementasi

kebijakan pembangunan RPTRA dari Pemerintah yang

berimplikasi terhadap Lembaga PAUD Islam Mandiri dan

Page 18: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

7

warga disekitar Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar

Baru, Jakarta Pusat.

2) Penelitian ini juga diharapkan mampu dan memberikan solusi

atas persoalan yang terjadi akibat konflik lahan yang terjadi

antara PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA

D. Tinjauan Pustaka

Sebagaimana fokus penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk

skripsi ini adalah persoalan mengenai bagaimana strategi bentuk

penyelesaian konflik kepentingan antara RPTRA dengan Lembaga PAUD.

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian, dibutuhkan perbandingan

dengan penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian:

The Habibie Center (2013) meneliti “Peta Kekerasan di Indonesia

(Mei-Agustus 2013) dan Konflik Lahan Antarwarga di Provinsi Nusa

Tenggara Timur”. Dalam penelitian ini menjelaskan mengenai berbagai

macam tren konflik lahan dan kekerasan yang terjadi di Indonesia. Teori

yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori konflik

dan metodologi yang digunakan adalah metodologi kuantitatif dan

kualitatif.

Dari hasil penelitian ini pada periode Mei-Agustus 2013 dijelaskan

bahwa terdapat 13 provinsi yang mengalami kekerasan serta membahas

isu konflik lahan antarwarga. Konflik lahan menjadi fokus utama dan

memperlihatkan bagaimana terhalangnya individu atau kelompok dalam

Page 19: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

8

mengakses lahan periode 2005 sampai dengan Agustus 2013. Berdasarkan

data SNPK, konflik lahan antarwarga menunjukkan kecenderungan

meningkat dan tercatat sebanyak 338 insiden kekerasan terkait konflik

lahan antarwarga yang mengakibatkan 92 orang tewas, 628 orang cedera

dan 614 bangunan rusak. Dari 13 provinsi, NTT yang mengalami konflik

lahan yang mematikan dan menyebar hampir di seluruh kabupaten/kota.

Mohammad Hasan Ansori (2012) “Dari Resistensi ke Birokrasi:

Wajah Baru Konflik Aceh Setelah Perjanjian Damai Helsinki”. Penelitian

ini bertujuan untuk mencari tahu penyebab terjadinya konflik di Aceh

pasca perjanjian damai Helsinki untuk mengakhiri kurang lebih 32 tahun

konflik bersenjata di Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan

metodologi kualitatif dengan menggunakan teori konflik.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa konflik terjadi akibat

Pertama, terdapatnya konflik antara para mantan elit GAM untuk

mendapatkan posisi politik yang strategis untuk kepentingan pribadi (self-

interest) telah menjadi pemicu konflik bahkan terjadi antagonisme diantara

para mantan elit GAM. Kedua, konflik antara mantan anggotan GAM

bawahan (Rank-and-Fire Remember) dengan Mantan Elit GAM) karena

reward dan benefit yang diperoleh hanya menguntungkan para mantan elit

GAM yang mengakibatkan kebencian oleh kalangan GAM bawah dan

merasa tidak mendapatkan keadilan. Ketiga, Konflik antara mayoritas

Suku Aceh dengan suku-suku minoritas Aceh. Konflik ini terjadi karena

Page 20: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

9

adanya stratifikasi etnis di Aceh yang dimana salah satu etnis di Aceh

lebih diperlakukan secara istimewa dan diprioritaskan dibandingkan

dengan etnis yang lainnya. Keempat, konflik antara penentang dan

pendukung pelaksanaan Syariah Islam, dimana pola konflik ini terjadi

akibat adanya perbedaan sikap dan pandangan mengenai penetapan Syariat

Islam di Provinsi Aceh.

Mathijs Van Leeuwen, Land Use Policy “Crisis or continuity?

Framing land disputes and local conflict resolution in Burundi (2010).

Artikel ini membahas tentang pemahaman sengketa tanah yang terjadi di

Burundi. Konflik terjadi akibat adanya kepemilikan hak atas tanah antar 2

etnis dan menyebabkan masalah politik yang sangat serius. Peperangan

yang terjadi membuat sebagian besar warga mengungsi di tempat yang

aman hingga keadaan menjadi stabil. Ketika keadaan mulai membaik,

orang-orang pengungsian mulai untuk di pulang kan secara sukarela.

Sekitar 90 % masalah yang terjadi pada saat pengusi kembali adalah

terkait mengenai kepemilikan hak atas tanah mereka yang selama ini

mereka tinggal untuk mengungsi. Tanah yang dulu mereka miliki telah

diduduki oleh orang lain. Perselisihan tersebut mengakibatkan semakin

banyaknya masalah yang terjadi. Permasalahan mengenai sengketa tanah

yang terjadi mendesak organisasi-organisasi internasional maupun lokal

untuk segera menyelesaikan konflik. Pada tahun 2005 organisasi non

pemerintah internasional memulai sebuah program untuk memperkuat

Page 21: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

10

intstitusi lokal dalam menangani sengketa tanah di Burundi yang terjadi

saat itu.

Novri Susan, Oki Hajiansyah Wahab (2014) The Cause of Protracted

Land Conflict in Indonesia’s “Democracy: The Case of Land Conflict in

Register 45, Mesuji Lampung Province, Indonesia : Penelitian ini

menggunakan metodologi kualitatif. Konflik tanah yang terjadi di Mesuji,

Lampung Provinsi, Indonesia disebabkan karena adanya dinamika konflik

kekerasan antar para pelaku, negara, sektor swasta dan masyarakat sipil.

Kepemilikan hak atas tanah menimbulkan masalah yang terjadi antara

pemilik tanah dan penduduk setempat yang sama-sama ingin memiliki

tanah tersebut. Tidak tegasnya campur tangan Badan Pertahanan Nasional

membuat penduduk merasa kecewa. Dengan demikian, masyarakat

setempat merespon manajemen konflik negara melalui perlawanan

kekerasan. Adanya strategi konflik yang bersifat kontroversial, seperti

kekerasan dan penindasan membuat kendala besar dalam mengubah

konflik tanah menuju pemecahan masalah berdasarkan nilai-nilai

demokrasi.

Rosmitasari, Reni, Rina Martini, dan Puji Astuti (2013) dalam judul

“Peran Pemerintah Daerah dalam Penyelesaian Sengketa Tanah pada

Lahan Pasific Mall Kota Tegal” bertujuan untuk mengetahui proses

penyelesaian sengketa hak atas tanah yang dijadikan Pasific Mall oleh

Page 22: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

11

pemerintah melalui pengadilan. Metode yang digunakan adalah metode

kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab terjadinya

konflik akibat adanya sertifikat Hak Pengelolaan Tanah (HPL) milik

Pemerintah Daerah Tegal seluas 16.250 M atas nama Pemerintah Kota

Tegal yang telah dialihkan menjadi sertifikat hak milik nomor M. 613, M.

667, dan M. 704. Hasil dari penyelesaian permasalahan ini menghasilkan

bukti bahwa hak atas tanah yang diterbitkan sertifikat hak pengelolaan atas

nama Pemerintah Kota Tegal oleh kantor pertanahan Kota Tegal dan tidak

adanya keputusan menteri dalam negeri yang mengacu pemberian hak

pengelolaan dalam proses penerbitan sertifikat tersebut, sehingga majelis

hakim Pengadilan Negeri Tegal mendeteksi adanya upaya kebohongan dan

rekayasa dari pejabat kantor pertanahan dalam menerbitkan sertifikat hak

pengelolaan tersebut. oleh karena itu, sertifikat tanah dibatalkan dan

meminta kepada pejabat kantor pertanahan untuk mengembalikan hak atas

tanah tersebut ke pemilik tanah.

Selain itu, konflik juga berkaitan dengan sengketa tanah yaitu adanya

perjanjian kontrak yang menyebutkan bahwa pihak kedua (Pemkot) dapat

menggunakan sertifikat HGB Nomor 596 Kelurahan Pekauman dan

sertifikat hak milik nomor M. 613, M. 667, dan M. 704 Kelurahan

Pekauman pada bank dengan persetujuan pihak pertama dan ternyata

Page 23: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

12

merupakan lahan sengketa yang masih belum diketahui pemilik yang

sebenarnya atas tanah tersebut.

Sulistyati, Tri Widyastuti, Budiman Achmad, dan Suyarno dalam

judul “ANALISIS KONFLIK LAHAN EKS KPWN DI DESA TEJA,

KECAMATAN RAJAGALUH, KABUPATEN MAJALENGKA,

PROVINSI JAWA BARAT’ menjelaskan bahwa akan ada rencana alih

fungsi lahan eks HGU yang menyebabkan masyarakat penggarap lahan

HGU terancam kehilangan lahan garapannya, sehingga koordinator

penggarap HGU PT. Teja Mukti Utama selaku wakil masyarakat Desa

Teja pada tahun 2000 menyampaikan permohonan kepada ketua DPRD

Majalengka agar tetap diperbolehkan menggarap lahan eks HGU tersebut.

Konflik lahan eks KPWN ini merupakan konflik vertikal yang terjadi

antara Kementerian Kehutanan dengan masyarakat penggarap lahan eks

KPWN dan merupakan konflik terbuka karena adanya perbedaan

kepentingan antara masyarakat terhadap pemerintah diekspresikan secara

jelas oleh masyarakat melalui okupasi lahan. Okupasi lahan eks KPWN

bersumber dari okupasi lahan oleh masyarakat yang disebabkan oleh

pengalihan penguasaan lahan, terbatasnya sosialisasi, kelambanan proses

pengurusan lahan, dan pembiaran lahan dalam waktu lama.

Konflik melibatkan beberapa aktor yang memiliki kepentingan

terhadap lahan eks KPWN di Desa Teja, yaitu KPWN, PT. Teja Mukti

Utama, Kementerian Kehutanan yang meliputi Ditjen Planologi

Page 24: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

13

Kehutanan, Badan Litbang Kehutanan, dan Balai Diklat Kehutanan

Kadipaten, Pemerintah Desa Teja, Koordinator penggarap HGU PT. Teja

Mukti Utama, Masyarakat penggarap, serta Badan Pertahanan Nasional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya konflik, aktor yang

terlibat dalam konflik, serta menganalisis konflik lahan eks KPWN dengan

menggunakan metodologi kualitatif.

Marlijanto, Sonny Djoko (2010) meneliti tentang “Konsinyasi Ganti

Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Studi

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Jalan TOL Semarang-Solo

Di Kabupaten Semarang)”. Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat

perbedaan dalam hal konsep penerapan konsinyasi yang mengindikasikan

bahwa Perpres ini lebih memihak kepada investor asing daripada nasib

masyarakat yang tanahnya harus diambil untuk pembangunan yang

seringkali mengatasnamakan kepentingan umum.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme

konsinyasi ganti rugi atas tanah yang digunakan untuk Pembangunan

Proyek jalan TOL Semarang – Solo di Kabupaten Semarang dan

hambatan-hambatan yang timbul dalam mekanisme ganti rugi atas tanah

yang digunakan untuk Pembangunan Proyek jalan TOL Semarang – Solo

di Kabupaten Semarang serta proses pengadaan tanah untuk kepentingan

umum dalam rangka Pembangunan Proyek jalan TOL Semarang – Solo di

Page 25: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

14

Kabupaten Semarang serta pengaruhnya terhadap pemilik hak atas tanah

yang terkena proyek

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Pertama, mekanisme

konsinyasi ganti rugi atas tanah yang digunakan untuk Pembangunan

Proyek Jalan TOL Semarang – Solo di Kabupaten Semarang disebabkan

tidak adanya titik temu, sehingga proses di pengadilan yang dapat

menyelesaikan konflik tersebut. Kedua, hambatan-hambatan yang timbul

dalam mekanisme konsinyasi ganti rugi atas tanah yang digunakan untuk

Pembangunan Proyek Jalan TOL Semarang – Solo di Kabupaten

Semarang adalah ketidaksepakatan tentang besaran ganti kerugian karena

keterbatasan dana dari Pemerintah. Ketiga, proses pelaksanaan pengadaan

tanah untuk Pembangunan Proyek Jalan TOL Semarang – Solo ini sesuai

dengan Peraturan Kepala BPN nomor 3 tahun 2007. Pemegang hak atas

tanah menganggap bahwa ganti rugi yang ditawarkan kepada mereka tidak

sesuai dengan harga pasar setempat (umum). Adapun pengaruh yang

ditimbulkan terhadap pemilik hak atas tanah yang terena pembangunan

jalan tol Semarang – Solo ini diantaranya sebagai berikut : a) Turunnya

harga tanah; b) Menghambat pertumbuhan ekonomi; dan c) Hilangnya

rasa nyaman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

analisis deskriptif dan menggunakan teori yuridis empiris sebagai

kerangka teoritis.

Page 26: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

15

Steven R. Henderson (2005) dalam “Managing land-use conflict

around urban centres: Australia poultry farmer attitudes towards

relocation” berfokus pada isu relokasi pertanian. Pemerintah mengusulkan

agar petani unggas segera pindah dan mencari lahan baru untuk membuat

peternakan unggas yang baru. Hal ini karena Pemerintah memberikan

dukungan legislatif untuk mendorong pengembangan bisnis di bidang

properti untuk menegosiasikan pembebasan tanah dengan peternak

unggas. Munculnya konflik akibat pemerintah tidak mampu mengelola

keluhan bagaimana intensitas konflik yang terjadi.

Putranto dan Affandi, Universitas Negeri Surabaya Jurusan Sosiologi

(2013) dalam mengkaji isu relokasi pedagang kaki lima di Sentra PKL

Taman Prestasi Kota Surabaya dalam hubungannya dengan peranan

paguyuban pedagang kaki lima dalam menghadapi penertiban Pemerintah

Kota Surabaya. Penelitian yang mengandalkan sejumlah kerangka teoritis

yang meliputi teori katup penyelamat yang diperkenalkan oleh Lewis

Coser, teori ruang publik milik Jurgen Hebermas. Adapun metode

penelitian yang diterapkannya adalah kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Pengukuhan kerangka teori beserta metode dan pendekatan

yang digunakannya untuk memberikan penjelasan peran paguyuban dalam

resolusi konflik yang mereka hadapi.

Kesimpulan dari hasil laporan penelitiannya menjelaskan terdapat tiga

peran penting yang dilakukan oleh paguyuban PKL, yaitu sebagai katup

Page 27: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

16

penyelamat saat terjadi relokasi, sebagai mediator penyelesaian konflik-

konflik internal PKL, dan sebagai ruang publik seperti misalnya

musyawarah mufakat dan pemanfaatan media massa untuk mengawasi

kebijakan pemerintah.

Muchamad Ismail, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Jurusan Sosiologi (2011) dalam mengkaji peta konflik akibat bencana

lumpur Sidoarjo antara warga masyarakat lokal dengan PT. Lapindo

Brantas. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif berhasil memberikan

penjelasan dalam kesimpulan yang ditumbuhkannya bahwa konflik dipicu

oleh pemahaman dan kepentingan yang berbeda dari masing-masing pihak

yang bertikai. Dimana warga korban lumpur Sidoarjo menuntut

tanggungjawab PT Lapindo Brantas mengenai ganti-rugi dan pemukiman

kembali.

Berkat kerangka teoritis yang diadopsi dari Simon Fisher mengenai

resolusi konflik, temuan penelitiannya menyampaikan bahwa resolusi

konflik yang ditempuh melalui tiga model penanganan, yaitu arbitrasi,

mediasi, dan negosiasi.

Untuk model penanganan yang disebutkan pertama, LSM menjadi

pihak ketiga untuk mengawal gugatan warga korban yang ditujukan

kepada perusahaan, sementara hasil putusan dimenangkan oleh pihak

perusahaan. Pada model mediasi yaitu melibatkan Emha Ainun Najib

Page 28: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

17

sebagai mediator dimana dalam pada model ini warga diberikan

kesempatan untuk memantau dan menindak lanjuti hasil pertemuan

pemerintah di Istana Presiden Puri Cikeas Bogor. Hasil dari model mediasi

ini warga korban diuntungkan untuk memahami kembali konsep

pembayaran ganti-rugi. Untuk model penanganan konflik yang terakhir

disebutkan yaitu negosiasi, pada model ini pihak persuahaan mencari

problem solving. Upaya ini dilakukan guna menghasilkan keputusan yang

saling menguntungkan dari masing masing pihak yang bertikai dan

menghasilkan konsep pembayaran cash and resettlemen.

Ali Imron, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi dalam penelitian

yang berjudul Konflik Tanah (Studi atas Konflik dalam Perumahan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jalarta). Bertujuan untuk

mengetahui penyebab konflik yang terjadi antara UIN Jakarta dengan

penghuni perumahan dosen UIN Jakarta dengan menggunakan teori

resolusi konflik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa munculnya konflik

akibat adanya ketidaksetujuan dari penghuni perumah dosen UIN atas

surat yang diberikan oleh UIN Jakarta untuk mengosongkan perumahan

dosen UIN. Ada 3 penyebab terjadinya konflik: 1) Perbedaan nominal

ganti rugi, 2) Status tanah. 3) Status rumah. Untuk menyelesaikan

Page 29: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

18

permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

resolusi konflik, yakni 1) Negosiasi, 2) Mediasi, 3) Legal.

Dari literatur atau penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya,

terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan

peneliti yang akan dilakukan oleh penulis. Persamaannya adalah terdapat

konflik yang terjadi mengenai permasalahan konflik lahan. Sedangkan

perbedaannya adalah konflik lahan yang akan di diteliti oleh penulis

menggunakan teori resolusi konflik dan lokasi peneliti dilakukan di

Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

E. Kerangka Teoritis

1. Analisis Konflik

Konflik adalah merupakan gejala sosial yang berarti benturan

kepentingan, keinginan, pendapatan, dan nilai-nilai yang paling

penting melibatkan dua orang atau lebih (Usman Kolip dan Setiadi,

2011: 347). Analisis konflik adalah sebuah proses terstruktur untuk

pemahaman yang lebih baik mengenai terjadinya konflik, termasuk

latar belakangnya, sejarah, kelompok utama yang terlibat termasuk

ideologi, agenda dan motivasinya, pemicu konflik dan faktor potensial

untuk perdamaian. Orang yang memiliki kepekaan terhadap konflik

memiliki analisis konflik yang baik mengenai konteks dari

permasalahan dan memahami bagaimana dampak dari solusi atau

intervensi yang dilakukan pada konflik tersebut (Panduan Mediasi unik

Page 30: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

19

Praktisi Perdamaian di Ambon disusun oleh Center for Humanitarian

Dialogue The Habibie Center Institut Tifa Damai Maluku, 2016: 12).

Pohon konflik adalah sebuah analisa yang dapat membantu

menganalisa sebuah perselisihan serta memaparkan sebab dan akibat

dari perselisihan yang terjadi. Hal ini akan membuka pandangan yang

lebih luas akan adanya masalah-masalah lain berkaitan dengan pokok

permasalahan yang diakui oleh para pihak sebagai sumber

perselisihan. Akar dari perselisihan sangat penting dan hal tersebut

dapat ditemukan dan karenanya parah pihak yang dapat menemukan

solusi bersama.

Ada beberapa hal penting dalam mengenali jenis konflik, yakni

harus mencari terlebih dahulu apa penyebab utama dari konflik dan

akibat dari konflik yang terjadi, pihak-pihak yang terlibat dan pada

level mana konflik tersebut terjadi.

Adapun alat-alat untuk melakukan analisis konflik yang baik yaitu

dengan melihat urutan-urutan dari kejadian yang berkaitan dengan isu-

isu yang menjadi konflik permasalahan. Karena sering sekali pihak

mendapatkan urutan waktu yang berbeda, baik dari segi kejadian

maupun dari segi penjelasan dari kejadian tersebut. Berikut langkah-

langkah dari analisis konflik dengan menggunakan urutan kejadian

adalah sebagai berikut:

Page 31: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

20

a. Para pihak dapat diminta membuat daftar kejadian beserta waktu

yang berkaitan dengan isu utama dari perselisihan yang terjadi

antara mereka.

b. Pada kertas plano, mediator membuat garis lurus ditengah. Garis

ini digunakan untuk menuliskan waktu dari kejadian-kejadian yang

diidentifikasi oleh para pihak.

c. Mediator menempelkan satu persatu kejadian tersebut sesuai

dengan urutan waktu kejadian.

d. Berdasarkan urutan tersebu, para pihak diajak mengidentifikasi hal-

hal yang penting dan perlu didiskusikan lebih lanjut.

2. Sebab-sebab Konflik

Dalam buku Elly M Setiadi dan Usman Kolip tahun 2011,

menjelaskan bahwa terdapat beberapa pendapat mengenai akar

penyebab dari timbulnya konflik diantaranya:

a. Perbedaan antar Individu

Perbedaan pendapat, tujuan dan keinginan yang

dipertentangkan. Di dalam realitas sosial individu memiliki

karakter yang berbeda, dari perbedaan tersebutlah yang

memengaruhi timbulnya konflik.

b. Benturan antar Kepentingan

Terdapatnya kepentingan antar kelompok politik yang ingin

memperluas jaringan atau wilayahnya untuk mengembangkan

kepentingannya dalam bidang politik. Kepentingan politik yang

Page 32: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

21

sering terjadi sering kali menimbulkan konflik yang terjadi di

masyarakat.

c. Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang terjadi bisa menimbulkan konflik

yang ditandai dengan gejala tatanan perilaku lama sudah tidak

digunakan lagi sebagai pedoman, sedangkan tatanan perilaku yang

baru masih simpang siur sehingga orang banyak kehilangan arah

dan pedoman perilaku.

d. Perbedaan yang terjadi akibat kebudayaan mengakibatkan adanya

perasaan in group dan out group yang biasanya diikuti oleh sikap

etnosentrisme kelompok. Sikap yang menunjukkan bahwa

kelompoknya lebih baik dari kelompok lain.

3. Resolusi Konflik

Resolusi konflik Fisher (Suhardono, 2015:5) adalah usaha

menangani sebab-sebab terjadinya konflik dan membangun hubungan

yang baru yang bisa bertahan lama diantara kelompok-kelompok yang

berseteru. Menurut Weitzman & Weitzman (Suhardon, 2015:4)

resolusi konflik adalah sebuah upaya untuk menyelesaikan

permasalahan secara bersama.

Jadi kesimpulannya, resolusi konflik adalah sebuah upaya untuk

menyelesaikan suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh individu

dengan individu lainnya. Dalam hal ini, resolusi konflik juga memiliki

Page 33: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

22

cara-cara yang demokratis dalam menyelesaikan sebuah permasalahan,

baik secara musyawarah atau melalui jalur hukum. Dalam pendekatan

resolusi konflik telah banyak dijelaskan oleh tokoh, sehingga hal

tersebut menjadi umum ketika melihat konflik dengan menggunakan

pendekatan resolusi konflik. Moore dalam The Study on Mining

Licence Overlaps mengatakan bahwa pendekatan resolusi konflik

terbagi menjadi empat yaitu, negosiasi, mediasi, albitrasi, dan

pendekatan legal (Ansori, Rotinsulu, dan Haryadi, 2013).

4. Tahapan Resolusi Konflik

a. Negosiasi

Negosiasi adalah salah satu upaya untuk menyelesaikan

konflik. Negosiasi dilakukan oleh pihak yang berkonflik untuk

menyampaikan keinginan dari pihak yang berkonflik yang pada

akhirnya akan menemukan suatu keputusan yang disepakati secara

bersama oleh pihak yang terkait dalam sebuah konflik. Tujuan dari

negosiasi adalah untuk mencapai kesepakatan bersama yang

diterima kedua belah pihak. Negosiasi dilakukan secara langsung

antara dua pihak atau lebih tanpa memerlukan pihak lain untuk

menengahi perselisihan tersebut. Seringkali para pihak dalam

negosiasi mempunyai kepentingan yang berbeda

Dalam melakukan negosiasi terdapat tiga variable yang

memungkinkan terjadinya keberhasilan dalam bernegosiasi.

Pertama, kedua belah pihak harus bersedia untuk mencari sebuah

Page 34: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

23

solusi dalam menyelesaikan konflik. Kedua, pihak-pihak harus

memiliki sumberdaya manusia, keuangan, dan administrasi untuk

mencari resolusi. Ketiga, kedua belah pihak harus memiliki

pemahaman yang tinggi mengenai permasalahan yang terjadi dan

kedua belah pihak harus memiliki kemauan untuk mencari solusi

dan memiliki sumberdaya yang memadai juga pemahaman

bersama (kontekstual dan teknis) agar mencapai resolusi bersama.

Namun apabila sebaliknya, jika kedua belah pihak tidak ada rasa

keinginan bersama untuk menyelesaikan sebuah permasalahan.

Dimana kedua belah pihak memiliki keinginan rendah untuk

memahami sebuah konflik, maka akan ditangguhkan kepada pihak

ketiga (Barron, dkk, 2004: 30).

b. Mediasi

Mediasi adalah sebuah upaya yang dilakukan untuk

menyelesaikan permasalahan dengan mengajak pihak ketiga

(netral) ketika cara negosiasi tidak berhasil dalam menyelesaikan

sebuah permasalahan. Pihak ketiga ini berfungsi sebagai mediator

antara pihak yang sedang mengalami konflik. Dimana pihak ketiga

selain berfungsi sebagai mediator yang bersifat netral, juga

berfungsi sebagai pihak yang bisa menjembatani antara pihak yang

bertikai untuk mencari dan memecahkan solusi sesuai keinginan

pihak yang bertikai (Barron, dkk, 2004: 31).

Page 35: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

24

Dalam melakukan mediasi terdapat beberapa kriteria

penting, yakni, 1) mediasi harus dilakukan secara sukarela, 2)

pihak harus sepakat dalam memilih mediator, 3) mediator ada

untuk memfasilitasi diskusi antara pihak yang bertikai dan

menyediakan pihak untuk bertemu dan memimpin diskusi bukan

untuk memberi solusi atau mendikte sebuah perjanjian.

c. Albitrasi

Upaya yang dilakukan dengan dua pihak atau lebih dengan

mempertemukan pihak yang berkonflik dan di bantu oleh pihak

ketiga yang disebut pihak albiter. Fungsi dari pihak ketiga adalah

untuk menjembatani keinginan kedua belah pihak dan pihak albiter

yang memberikan persetujuan dengan menilai kekurangan dan

kelebihan dari para pihak yang berkonflik. Hasil dari keputusan

pada pihak ketiga mengikat secara hukum (Moore dalam Ansori,

Rotinsulu, dan Haryadi, 2013).

d. Legal

Pendekatan melalui cara legal adalah tahapan terakhir

ketika negosiasi, mediasi, dan albitrasi sudah tidak lagi dapat

menyelesaikan konflik yang terjadi. Dalam penyelesaian konflik

dengan cara legal, pihak ketiga adalah lembaga pengadilan. Pihak

ketiga adalah hakim yang akan memutuskan berdasarkan

kekurangan dan kelebihan dari pihak yang berkonflik dan

keputusan hakim ini mengikat secara hukum. Dengan demikian,

Page 36: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

25

penyelesaian menggunakan pendekatan secara legal akan mencapai

hasil pada win-lose solution(Moore dalam Ansori, Rotinsulu, dan

Haryadi, 2013).

5. Hasil Resolusi Konflik

Dari cara menghadapi dan menyelesaikan maka hasil konflik sosial

dapat diklarifikasikan sebagai beikut (Elly M Setiadi & Usman, 2011:

378-379):

a. Konflik Menang VS Menang

Konflik akan berakhir menang vs menang apabila kedua belah

pihak telah bersedia menerima keputusan bersama dalam mencapai

sebuah solusi yang sama-sama saling menguntungkan.

b. Konflik Kalah VS Menang

Konflik akan berakhir pada kalah vs menang apabila salah satu

pihak yang bertikai mencapai keinginannya dengan mengorbankan

keinginan pihak lain.

c. Konflik Kalah VS Kalah

Dimana kedua belah pihak tidak ada yang memenangkan konflik

tersebut dan mengorbankan tujuannya atau berakhir pada

keputusan yang buntu.

Page 37: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

26

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Seperti yang diketahui definisi kualitatif

menurut Creswell berpendapat bahwa, Penelitian kualitatif adalah

suatu proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk

memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan

menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan,

melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta

dilakukan dalam setting ilmiah tanpa adanya intervensi apapun dari

peneliti (Herdiansyah, 2012:8)

Sedangkan menurut Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian seperti tindakan, perilaku, persepsi, motivasi,

dan lain-lain. Secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata, bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2009:6)

Dengan demikian peneliti menggunakan metode kualitatif karena

terdapat beberapa kesamaan dari yang telah dikemukakan oleh para

tokoh yaitu dengan lebih memfokuskan kepada interpretasi terhadap

fenomena sosial yang meliput tindakan, perilaku, persepsi, dan lain-

lain. Oleh kerana itu peneliti akan mendapatkan gambaran informasi

Page 38: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

27

atau data secara mendalam dan menyeluruh mengenai penyebab

terjadinya konflik lahan.

2. Subjek Penelitian

Informan yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah pihak

pengurus GIM, PAUD Islam Mandiri, Pengurus RPTRA, dan Camat

Johar Baru. Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan

teknik Purposive. Purposive adalah teknik penentuan berdasarkan

pertimbangan tertentu. Teknik ini bertujuan untuk mendapatkan kasus-

kasus yang memiliki berbagai informasi yang dapat memberikan

pemahaman penuh mengenai berbagai aspek dari fenomena yang

diteliti (Sulistyaningsih, 2012: 74), dan digunakan apabila anggota

yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya (Usman,

2008: 45).

Dalam menentukan purposive, peneliti hanya menggunakan satu

kriteria yaitu informan yang terlibat dalam konflik lahan di Kelurahan

Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Berikut adalah

informan yang dianggap dapat memberikan informasi dan keterangan

yang akan diteliti. Informan yang dimaksud adalah terdiri dari:

a. Kepala Sekolah dan Guru (4 orang).

b. Koordinator RPTRA (1 orang).

c. Pengurus RPTRA Kelurahan Tanah Tinggi (1 oradng).

d. RW 013 Pulo Gundul (1 orang).

e. Warga sekitar (2 orang).

Page 39: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

28

f. Camat Kelurahan Tanah Tinggi(1 orang)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RW 013, Kelurahan Tanah Tinggi,

Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Sedangkan waktu yang

diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai pada Bulan

November 2016 sampai dengan Bulan Maret 2017.

4. Jenis Data

Penelitian dilakukan dengan memanfaatkan data primer dan data

sekunder. Menurut Suyanto (2007:55) data primer merupakan data

yang didapat langsung dari objek yang akan diteliti. Data diperoleh

dari hasil wawancara dengan subjek penelitian yaitu mengenai konflik

lahan yan terjadi di Keluarahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru,

Jakarta Pusat dengan melakukan tanya jawab. Sedangkan data

sekunder, merupakan data penelitian yang diperoleh dari jurnal-jurnal

etak maupun jurnal-jurnal elektronik, karya-karya ilmiah seperti

skripsi atau tesis dan buku-buku yang berkaitan dengan konflik lahan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara (interview) merupakan pertemuan dua orang yang

bertujuan untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehinga dapat dibentuk makna dalam suatu topik yang akan diteliti.

Dalam hal ini penelti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

tentang partisipan dalam meinterprestasikan situasi dan fenomena yang

terjadi (Sugiyono, 209:231-232). Adapun wawancara menurut

Page 40: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

29

Moleong (2005:135) ialah usaha untuk mengumpulkan informasi

dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab

secara lisan pula. Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) dan yang diwawancara (interviewer).

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara semistruktur (Semistructure Interview) yang tergolong

dalan in-dept-interview, yang bertujuan untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana informan tidak hanya

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti saja, melainkan

diminta pendapat dan ide-idenya. Wawancara ini bersifat bebas dari

wawancara terstruktur( Sugiyono. 2009:223).

Peneliti menggunakan wawancara semistruktur dengan membuat

pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan yang tidak mengikat.

Hal ini supaya tiak memungkinkan terjadinya variasi-variasi penyajian

pertanyaan sesuai selera berdasarkan situasi yang ada. Daftar

pertanyaan yang dibuat agar bisa menjadi pengontrol yang relevan dan

agar tidak menyimpang atau keluar dari topik permasalahan yang ingin

diteliti. Langkah selanjutnya setelah melakukan proses wawancara

adalah membuat transkip wawancara.

6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul, selanjutnya akan dianalisis. Analisis data

adalah merupakan sebuah proses sistematis pencairan dan pengaturan

Page 41: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

30

transkripsi wawancara, laporan lapangan, dan materi-materi lain yang

telah dikumpulkan untuk meningkatkan informasi dan pemahan diri

sendiri mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan

menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain. Dalam

analisis data, penelitian menggunakan model analisis Mills dan

Hubermas yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan

kesimpulan (Sugiyono, 2014:91):

a. Reduksi Data

Data berisi tentang proses penggabungan dan penyelarasan

segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan

yang akan dianalisis (Herdiansyah, 2012: 180)

b. Penyajian Data

Data yang disajikan berbentuk naratif agar mempermudah

untuk memahami apa yang terjadi (Sugiyono, 2014:95). Dalam

hal ini setelah data primer dan sekunder dipilah maka kemudian

data tersebut peneliti sajikan dalam bentuk teks atau paragraf

yang bersifat naratif.

c. Kesimpulan

Terdapat 3 tahapan kesimpulan Pertama, menguraikan

subkategori tema dan tabel kategorisasi dan pengkodean disertai

dengan quote verbatim wawancaranya. Kedua, menjelaskan hasil

temuan penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian

berdasarkan aspek/komponen/faktor/ dimensi dari central

Page 42: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

31

phenomenon penelitian Ketiga, membuat kesimpulan dari temuan

tersebut dengan memberi penjelasan dari jawaban pertanyaan

penelitian (Herdiansyah, 2012: 179-181)

Page 43: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

32

BAB II

GAMBARAN UMUM PAUD ISLAM MANDIRI DAN RPTRA

A. Gambaran Umum PAUD Islam Mandiri

1. Sejarah Berdirinya PAUD Islam Mandiri

Anak usia dini adalah masa manusia memiliki keunikan yang

diperhatikan oleh orang dewasa, anak usia dini unik dalam potensi

yang dimiliki dan pelayanannya perlu sungguh-sungguh agar setiap

potensi dapat menjadi landasan dalam menapaki tahap perkembangan

berikutnya (Suryana, 2013: 7).

Tirtarahaja dalam Suryana (2013) menyatakan bahwa setiap anak

memiliki dorongan untuk mandiri yang sangat kuat, meskipun di sisi

lain pada anak terdapat rasa tidak berdaya, sehingga memerlukan pihak

lain (pendidikan) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk

memberikan perlindungan dan bimbingan.

Oleh karena itu dibangun sekolah PAUD Islam Mandiri di

daerah Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

Dengan tujuan untuk meningkatkan dan mensejahterakan pendidikan

pada anak usia dini dan juga mengajarkan nilai-nilai yang diajarkan

dalam Islam. Seperti beribadah, membaca Al-Qur’an, nilai-nilai sosial

positif lainnya. (Wawancara dengan ES, Tanah Tinggi, 10 Oktober

2016).

PAUD Islam Mandiri sangat konsisten sebagai pelaksana dan

salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah dalam

Page 44: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

33

Pendidikan Dasar (Dikdas). PAUD Islam Mandiri bekerjasama dengan

pemerintah dan juga masyarakat sekitar dengan tujuan untuk

membantu anak mendapatkan pendidikan sejak usia dini dan menuju

ke gerbang pendidikan tingkat selanjutnya.

Saya menyadari betapa pentingnya pendidikan anak usia dini.

Khususnya yang berada di wilayah kami RW 013, yang

mayoritas masyarakatnya memiliki status sosial ekonomi yang

rendah dan tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Penghasilan

masyarakat disini juga dibawah rata-rata UMR DKI Jakarta.

Dengan demikian Ibu Erti Sumoni membuka PAUD diwilayah

RW 013, untuk memberikan pendidikan non formal pada anak-

anak Usia Dini diwilayah RW 013 dan sekitarnya. agar terbebas

dan kebodohan menjadi anak yang cerdas, Ceria, Taqwa kepada

Allah Subhanahu Wa Ta’ ala (Wawancara dengan RW 013,

Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

Berawal dari PKL Mahasiswa IKIP Rawamangun Jakarta dengan

Dosen Pembimbing Bapak Diding dan Ibu Yurdik pada tahun 1998 di

wilayah Kelurahan Tanah Tinggi tepatnya di Pos RW 10 selama

sebulan. Anak IKIP Jakarta (sekarang UNJ) mengajarkan berbagai

macam bahasa dan juga mengajarkan bagaimana berbahasa yang baik

dan santun kepada anak-anak di lingkungan sekitar. Karena lingkungan

di RW 13 ini sangat memperihatinkan akibat pendidikan yang rendah.

Setiap pembelajaran dimulai, anak-anak dikumpulkan di pos RW 010

Tanah Tinggi (Wawancara dengan ES, Tanah Tinggi, 10 Oktober

2016).

Pada akhir PKL pihak IKIP yang diwakili oleh Bapak Diding

dan Ibu Yurdik menunjuk Ibu Erti Sumoni selaku perwakilan dari

PKK Unit RW 013 untuk melanjutkan Pembinaan/ Pengajaran pada

Page 45: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

34

Anak Usia Dini. Ibu Erti Sumoni mendapatkan pembinaan dan

pelatihan dari IKIP Rawamangun Jakarta untuk melanjutkan sekolah

yang didirkan oleh mahasiswa KKN.

Waktu itu, pada pekan ke-2 ketika saya sedang mengantarkan

anak saya sebagai peserta didik, para mahasiswa tidak hadir

karena satu hal lain. Saya melihat anak-anak sudah berkumpul

dan saya berinisiatif untuk mengajar sebagai guru pengganti.

Ketika saya sedang mengajar, dosen pembimbing mahasiswa

dari IKIP Rawamangun Jakarta melihat dan tertarik dengan cara

mengajar saya. Kemudian saya ditunjuk untuk meneruskan

“sekolah dadakan” yang dibuat oleh IKIP Rawamangun Jakarta

setelah para peserta KKN menyelesaikan tugasnya (Wawancara

dengan ES, Tanah Tinggi, 10 Oktober 2016).

Pada tahun 2000, terdapat adanya peraturan dari DEPDIKNAS,

yaitu Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) yang akan berubah menjadi

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk pendidikan bagi anak yang

kurang mampu. Kemudian TK Mandiri mengubah namanya menjadi

PAUD Islam Mandiri dengan biaya SPP dan sebagainya hanya Rp.

2.500,-/bulan yang sebelumnya Rp. 100,-/hari.

PAUD Islam Mandiri pindah domisili pada tahun 2005 dan

pemindahan tempat ini mendapatkan bantuan dana dari DEPDIKNAS

sebesar Rp. 25.000.000,- yang dipergunakan untuk membeli alat-alat

peraga dan operasional dalam kegiatan belajar mengajar. Pada tahun

2007 PAUD Islam Mandiri mendapatkan Bantuan Operasional PAUD

(BOP) dari DEPDIKNAS sebesar Rp. 5.000.000,- dan begitu

seterusnya sampai tahun 2015, guna untuk menaikkan kecukupan gizi

Page 46: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

35

pada anak tahun-tahun tersebut. (Mendapatkan data dari RW 13, Tanah

Tinggi, 10 Oktober 2016).

2. Letak Geografis PAUD Islam Mandiri

Letak geografis PAUD Islam Mandiri terletak di Jalan Kramat

Pulo Gundul RW 013 No. 232, Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan

Johar Baru, Jakarta Pusat, kode pos 10540 dengan nomor telpon (021)

36465104 dengan luas fasilitas gedung 95m2 dan tidak bertingkat.

PAUD Islam Mandiri, kurang lebih sudah hampir 3 kali

mengalami pemindahan tempat bangunan di setiap tahunnya. Berikut

penjelasannya:

a. Tahun 1998

Pada tahun 1998 PAUD Islam Mandiri terletak di RT 005

RW 013 dan menggunakan bangunan Pos RW 013 yang hanya

berukuran 4x3m.

b. Tahun 2005

Pada tahun 2005 PAUD Islam Mandiri pindah domisili dan

memanfaatkan bantaran kali Sentiong dengan luas bangunan lebih

luas dari sebelumnya kurang lebih sekitar 8x3m.

c. Tahun 2013

Pada tahun 2013 PAUD Islam Mandiri berpindah tempat

untuk yang ke-3 kalinya. Pemindahan tempat ke-3 ini berlokasi di

Gedung Interaktif Masyarakat (GIM) dengan luas tanah lebih dari

450m2.

d. Tahun 2015

Pada tahun 2015 PAUD Islam Mandiri berpindah tempat.

Kini PAUD Islam Mandiri dibangun diatas tanah dengan luas

Page 47: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

36

kurang lebih dari 95m2. Dimana bangunan ini dahulu milik Dinas

Kebersihan.

Page 48: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

37

3. Profile PAUD Islam Mandiri

PAUD Islam Mandiri ini memiliki visi untuk mencerdaskan

anak bangsa dan memiliki misi untuk membentuk anak usia dini yang

cerdas dan berakhlak mulia. Tujuan dari terbentuknya PAUD Islam

Mandiri adalah:

a. Membimbing anak usia dini agar dapat tumbuh dan berkembang

secara optimal dan sesuai dengan tumbuh kembang dan potensi

pada anak.

b. Menjadi anak usia dini yang mempunyai wawasan yang luas,

kreatif dan imajinatif.

c. Membantu program pemerintah untuk mengatasi kebodohan

pada masyarakat yang kurang mampu.

Berdirinya PAUD Islam Mandiri ini juga mengikuti peraturan

dasar hukum yang dibuat oleh pemerintah. Dasar hukum yang terkait

mengenai pendidikan pada anak, yakni:

a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Susdiknas

b. UU No. 23 Tahun 202 tentang perlindungan pada anak

c. UU No. 4 Tahun 1974 tentang kesejahteraan anak

Waktu pembelajaran PAUD Islam Mandiri dilakukan pada hari

senin s/d jum’at pada pukul 07.30 s/d 13.00 WIB. Pembagian jam

belajar ini dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama,

kelompok A yang melakukan pembelajaran pada puku 07.30-10.00

Page 49: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

38

WIB. Sedangkan kelompok kedua, kelompok B yang melakukan

pembelajaran pada pukul 10.00-12.30 WIB. PAUD Islam Mandiri

hanya terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 1 bendahara, 4 guru, dan semua

beragama Islam. Berikut struktur organisasi PAUD Islam Mandiri:

4. Program Kegiatan PAUD Islam Mandiri

Seperti sekolah pada umumnya, sekolah PAUD Islam Mandiri

juga memiliki gambaran kegiatan belajar selama satu semester.

Berikut adalah gambaran program PAUD Islam Mandiri tahun ajaran

2016-2017:

Tabel II.A.6 Program PAUD Islam Mandiri 2016 - 2017

NO BULAN KEGIATAN JADWAL

1 Juli Perkenalan/Sosialiasi siswa

baru

Minggu ke II &

III

2 Agustus Lomba, karnaval, dan Halal

Bihalal

Minggu ke I & II

3 September KBM -

4 Oktober Persiapan lomba PORSENI Minggu ke I

5 November PORSENI di Ancol Minggu ke I

6 Desember Pembagian Rapot Minggu ke III

7 Januari Manasik Haji Minggu ke IV

8 Februari Berkunjung ke pemadam

kebakaran Johar Baru

Minggu ke II

9 Maret Praktek membuat kue dan telur

asin

Minggu ke III

10 April Persiapan lomba Hari Anak

Nasional

Minggu ke I

11 Mei Pelepasan PAUD Se-

Kecamatan Johar Baru

Minggu ke II

Page 50: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

39

Sumber: Dokumen kegiatan belajar mengajar PAUD Islam Mandiri

Page 51: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

40

B. Gambaran Umum Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)

1. Sejarah Berdirinya RPTRA

Pembangunan Kota Layak Anak (KLA) menjadi program

Pemprov DKI Jakarta dalam rencana pembangunan jangka menengah

daerah pada tahun 2013-2017. Salah satu wujud dari Kota Layak Anak

melalui pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)

di sejumlah wilayah DKI Jakarta (Fazri, Sri, Siti, 2017: 19)

Pembangunan RPTRA juga diakibatkan banyak permasalahan

sosial yang disebabkan penataan wilayah yang belum relevan,

sehingga menghasilkan masalah-masalah turunan seperti kurang

berkembangnya anak dalam interaksi sosial yang berdampak pada

kualitas hidup di Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta memberikan

kebijakan dengan memutuskan pembuatan suatu ruang publik terpadu

di sejumlah wilayah DKI Jakarta (Fazri, Sri, dan Siti, 2017: 19).

Salah satu upaya Pemerintah DKI Jakarta untuk melindungi hak-

hak perempuan dan anak-anak adalah dengan membuat RPTRA yang

dibuat di setiap kecamatan di seluruh DKI Jakarta. Permulaan gagasan

ini muncul, saat ada pertemuan PKK yang menginginkan adanya

tempat pemberdayaan perempuan dan anak yang sifatnya multifungsi.

Akhirnya tersepakati dengan sebutan RPTRA (Ruang Publik Terpadu

Ramah Anak) (Fazri, Sri, dan Siti, 2017: 2).

Pemerintah provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2015 melaksanakan

program pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah anak (RPTRA)

Page 52: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

41

sebagai salah satu bentuk dari pusat komunitas yang ada di DKI

Jakarta (Rienna, 2006 : 3). Pembangunan RPTRA juga dibangun di

Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

Pembangunan ini sengaja dibangun di sekitar pemukiman warga

dengan tujuan agar rakyat kecil bisa merasakan manfaat dari

dibangunnya RPTRA bagi anak-anak dan lingkungan sekitarnya.

RPTRA ini digunakan secara umum, siapapun boleh bermain di

RPTRA dan berhak menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh

Pemprov DKI Jakarta. Pembangunan RPTRA di Kelurahan Tanah

Tinggi di bangun sekitar tahun 2015 (Wawancara dengan D, Tanah

Tinggi, 9 Januari 2017).

Oleh karena itu, melihat fakta kondisi yang ada maka perlu

dibangun suatu area yang khas sebagai simbol eksistensi DKI Jakarta

kota metropolitan, namun berkultur lingkungan dan ramah anak yaitu

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) (Fazri, Sri, dan Siti,

2017: 20).

Pembangunan RPTRA ini di sosialisasikan pada bulan

September tahun 2015. Beberapa bulan kemudian, sekitar bulan

Desember pembangunan RPTRA mulai dilaksanakan.

(Wawancara dengan RW 013, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

Berdasarkan PP Gubernur DKI Jakarta No. 349 Tahun 2015

tentang tim pelaksana pembangunan dan pemeliharaan RPTRA:

a. Menyusun rencana kerja dengan memperhatikan target dan

pencapaian yang akan dikerjakan dalam waktu 1 tahun;

Page 53: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

42

b. Membangun dan memelihara RPTRA di DKI Jakarta dengan

target pencapaian 1 (satu) kelurahan 1 (satu) RPTRA yang dapat

difungsikan sebagai Community Center bagi masyarakat

c. Melakukan persiapan, perencaaan dan pelaksanaan yang

terintegrasi dan saling bersinergi antara SKPD/UKPD untuk

melakukan upaya-upaya mewujudkan Jakarta sebagai Kota

Layak Anak (KLA) di 5 (lima) wilayah kota administrasi dan 1

(satu) kabupaten administrasi Kepulauan Seribu.

d. Menjalin kemitraan dengan para pemangku kepentingan antara

lain lembaga pemerhati anak, dunia usaha (mitra CSR) dan

akademisi demi terwujudnya Jakarta sebagai KLA

e. Memberikan masukan/saran/pertimbangan/rekomendasi kepada

Gubernur dan Wakil Gubernur mengenai pelaksanaan kegiatan

pembangunan dan pemelihara RPTRA

Mereka yang terpilih menjadi anggota kepengurusan RPTRA

bertanggung jawab atas keamanan fasilitas yang telah diberikan.

Selain itu, pengurus RPTRA juga wajib menjalankan program-

program tujuan dibuatnya RPTRA untuk kalangan bawah. Agar fungsi

dan tujuan dari dibuatnya RPTRA bisa dirasakan oleh masyarakat

kalangan bawah. (Wawancara dengan RW 13, Tanah Tinggi, 9 Januari

2017)

Page 54: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

43

2. Letak Geografis RPTRA Pulo Gundul

Letak geografis Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)

terletak di Jalan Keramat Pulo Gundul K. 106 RW/RT 013/005

Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

Dengan luas tanah 1.183M2. Sertifikat hak milik No. 1236 tanggal 12-

11-2003. (Sumber: Dokumentasi)

3. Profile RPTRA

Di RPTRA kawasan Pulo Gundul ini akan dibangun sejumlah

sarana untuk kebutuhan masyarakat. Pembangunan RPTRA

mendapatkan dana dari CSR. RW pindah kesini akhir bulan Maret.

Yang mengurus RPTRA adalah lurah dan 6 anggota RPTRA yang di

rekrut oleh Pemprov DKI Jakarta. Yang pertama ada Syahadat dan

yang kedua ada Ari. Bukan RW yang mengurus RPTRA.

Kepengurusan ini adalah program dari PKK provinsi (Wawancara

dengan RW 13, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

Fasilitas yang telah diberikan oleh RPTRA seperti perpustakaan,

taman untuk anak-anak bermain seperti perosotan, ayunan, jungkat-

jungkit, amphiteather, kolam gizi, bank sampah dan di RPTRA Pulo

Gundul juga terdapat ruang laktasi untuk ibu menyusui (Sumber:

Dokumentasi). Pembangunan RPTRA di Pulo Gundul ini diharapkan

mampu memberikan banyak pembelajaran dan juga manfaat pada

masyarakat Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta

Pusat.

Page 55: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

44

Selain itu di RPTRA juga memiliki beberapa kegiatan lainnya.

Sebagai fasilitas untuk pengembangan kesejahteraan, rekreasi, budaya,

pribadi dari anggota masyarakat di sekitar wilayah (Smith dalam

Rienna, 2006 : 3).

Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan di RPTRA Pulo

Gundul, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta

Pusat yaitu :

a. Kegiatan pemilahan di Bank Sampah RPTRA oleh relawan anak-

anak yang berada di RPTRA Pulo Gundul.

b. Kegiatan wisata anak-anak RPTRA Pulo Gundul ke Balaikota

Provinsi DKI Jakarta.

c. Kegiatan olahraga seperti futsal, taekwondo, basket, dan lain-lain.

d. Tempat berkumpulnya kegiatan ibu-ibu PKK.

Di kegiatan RPTRA Pulo Gundul memiliki kegiatan yang paling

padat untuk daerah Jakarta Pusat. Kegiatannya seperti latihan

menari, ada futsal, ada perpustakan. Yang bakunya itu futsal,

perpustakaan, terus seminggu sekali ada latihan menari, ada juga

bela diri seperti taekwondo. Untuk masing-masing setiap kegiatan

memiliki tenaga sosial dari sekelurahan Tanah Tinggi.

(Wawancara dengan RW 013, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

Di RPTRA ini terdapat pengurus dan pengelola. Pengurus

RPTRA ada Pak Lurah beserta staff lurah (Wawancara dengan Pak

Hary koordinator RPTRA, Tanah Tinggi, 28 Februari 2017).

Sedangkan yang mengelola RPTRA adalah warga yang telah terpilih

sesuai syarat yang telah ditentukan dari pemerintah. Syarat yang saya

Page 56: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

45

kemarin itu SKCK, surat kesehatan dan lamaran dan ijazah terakhir

dan harus wilayah yang ada di RPTRAnya, jadi bukan wilayah lain.

RPTRA memiliki 6 orang pengelola untuk membersihkan sarana dan

prasana juga fasilitas yang ada disini. Jadi kita ini berenam dibagi, ada

humas, sarana dan prasana, PKK, sekertaris, dan kordinator.

(Wawancara dengan Pak Hary koordinator RPTRA, Tanah Tinggi, 28

Februari 2017).

Jadi kalo koordinator itu yang.. apa ya ? mempertanggung

jawabkan kebersihan, jadi dia mengatur semua teman-temannya

lima-limanya ini dari segi jadwal-jadwal dan mengatur kegiatan

yang ada disini begitu. Jadi.. apa ya ? sebenarnya lebih berat sih

jadi kordinator itu tapi di kita kelurahan Tanah Tinggi itu per 4

bulan sekali rolling kordinatornya. Jadi ganti, jadi semua enam-

enamnya ini bisa dapet kebagian jadi kordinator. (Wawancara

dengan Pak Hary koordinator RPTRA, Tanah Tinggi, 28

Februari 2017).

RPTRA tidak hanya sekedar memberikan fasilitas untuk

bermain. Tetapi RPTRA memiliki berbagai macam kegiatan untuk

warga dan anak-anak di Kelurahan Tanah Tinggi mulai dari senam

jantung sehat lansia, terus membaca untuk anak-anak, terus bimbel,

futsal dan kerajinan-kerajinan. (Wawancara dengan Pak Hary

koordinator RPTRA, Tanah Tinggi, 28 Februari 2017). Setiap

kegiatan yang dilakukan memiliki instruktur untuk membantu

menjalankan kegiatan tersebut.

...Sukarelawan. Tapi kalo untuk mendatangkan kita belum.

Paling dari pengelolanya sendiri punya inisiatif gitu. Jadi kaya

anak-anak disini kan banyak anak-anak yang putus sekolah, jadi

kita yang ngajar-ngajar bimbel begitu terus kerajinan-kerajinan

tangan gitu jadi maksudnya biarpun dia gak sekolah tapi jangan

terlalu apa ya.. bisa dibohongi kedepannya gitu kan istilahnya

Page 57: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

46

bisa membaca, menghitung, terus juga kerajinan-kerajinan

tangan jadi kerajinan-kerajinan tangan ini yang nantinya dibuat

oleh anak-anak ini yang dijual gitu. (Wawancara dengan Pak

Hary koordinator RPTRA, Tanah Tinggi, 28 Februari 2017).

Ada, jadi kalo bimbel itu setiap hari selasa sampai jumat, kalo

senam jantung sehat selasa dan sabtu, futsal sabtu sama minggu.

(Wawancara dengan Pak Hary koordinator RPTRA, Tanah

Tinggi, 28 Februari 2017).

Fungsi dan tujuan utama dibangunnya RPTRA adalah untuk

meningkatkan pendidikan anak di usia dini dan juga memberikan

ruang bagi masyarakat kecil untuk mendapatkan pelatihan dari

kegiatan sosial yang dilakukan oleh Ibu PKK Pemprov DKI Jakarta di

RPTRA. Adanya pelatihan yang diberikan oleh ibu PKK pemprov

DKI Jakarta dapat membantu ekonomi keluarga, seperti membuat

kerajinan tangan yang bagus dan bisa dijual.

Page 58: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

45

BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Konflik Lahan antara PAUD Islam Mandiri dengan RPTRA

Konflik berawal dari mulai disosialisasikannya pembangunan

RPTRA. Kemudian tetap terjadilah pembangunan RPTRA tersebut

(Wawancara dengan ES, Tanah Tinggi, 10 Oktober 2016). Konflik

semakin menjadi pada saat pembangunan RPTRA menggunakan lahan

yang memang milik pemerintah, tetapi secara resmi lahan tersebut sudah

mendapatkan izin untuk menjadi pusat kegiatan RW, Ibu PKK, PAUD,

dan lain-lain (Wawancara dengan D, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

Pro dan kontra dari pembangunan RPTRA itu..ya..awal

permasalahannyakan itu awalnya punya RW, kantor RW. Yang

disebut Gedung Interaksi Masyarakat (GIM) saya ajukan tahun 2011

dalam Nusa Rembang tahun 2011, dibangun tahun 2012 dan

diselesaikan lagi tahun 2013. Disitu ada 2 tahun anggaran, 2 tahun

anggaran pemrpov DKI perumahan. Jadi diselesaikan tahun 2013

RW 13 menempati awal tahun 2014. Pindah dari sana RW 13 awal

tahun 2016, pindah mendapat gendung pengganti ya ini, Taman

Andepol. Gedung ini untuk kegiatan RW dan PKK, perangkat sosial

masyarakat. (Wawancara dengan RW 013, Tanah Tinggi, 9 Januari

2017)

RPTRA dibuat oleh CSR yaitu PT. Blibli.com. jadi Pemprov DKI

memiliki 2 CSR, yaitu PT Sumarecon Agung sama PT. Blibli.com.

Jadi di Tanah Tinggi memiliki 2 RPTRA. Yaitu RPTRA Rumah

Susun dikerjakan oleh PT. Sumarecon Agung dan yang di Kramat

Pulo Gundul RW 13 dikerjakan oleh PT. Blibli.com. (Wawancara

dengan RW 013, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017)

Selanjutnya RW 013 menambahkan

Page 59: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

46

Ini..sebenarnya..RW 13 memiliki program pelayanan satu atap, baik

itu RT, RW, PKK, Posyandu, Posbindu, karang taruna, bahkan

lembaga-lembaga yang dibawah RW yaitu pelayanan satu atap yaitu

dulu itu di Gedung Interaksi Masyarakat (GIM) namanya dan diakhir

tahun 2015 PKK Provinsi DKI Jakarta mempunyai program RPTRA

salah satunya adalah GIM RW 13 yang salah satunya adalah diminta

untuk dijadikannya RPTRA terus team social mappingnya dari UI,

penyandang dananya blibli.com. Namun alot terhadap RW 13 karena

dia tidak menyatakan akan diganti disini dan kami disuruh kembali

pelayanannya dirumah masing-masing. Saya, selaku RW

mempertahankan tidak mau. Karena itu kronologisnya adalah milik

RW, yang berhak menempat disana adalah RW. Melalui pengajuan

Nusa Rembang tahun 2011. Namun Pemprov DKI tetap ngotot, dan

akhirnya kami RW melakukan beberapa kali pertemuan dengan

lurah dan camat, terakhir dengan walikota, sekitar sebanyak tiga kali

bertemu dengan kami dan kami tetap tidak mau pindah dari sana

kalau tidak ada gedung pengganti. (Wawancara dengan RW 013,

Tanag Tinggi, 9 Januari 2017)

Berdasarkan ungkapan dari Bapak RW 13 bahwa konflik terjadi

karena tidak mau dipindahkannya kantor RW. Kendati, kantor RW telah

memiliki izin untuk melakukan kegiatan RW di tempat tersebut. Selain itu,

pusat semua kegiatan mulai dari RW, RT, PKK, PAUD semua berpusat

disitu karena di lahan tersebut sudah memiliki tempat yang strategis untuk

melakukan semua kegiatan. RW 13 tidak mau apabila kantor RW

dipindahkan.

Apalagi setelah mengetahui bahwa kantor RW tidak mendapatkan

lahan pengganti dan semua kegiatan yang dilakukan di RW harus

dilakukan di rumah masing-masing. Sehingga membuat kegiatan RW tidak

efektif dan membuat warga yang ingin mengurus sesuatu hal yang

berhubungan dengan RW dan RT harus terpisah yang biasanya pada hari

itu bisa selesai, karena RW dan RT memiliki kantor satu atap (Wawancara

dengan D, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

Page 60: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

47

Adapun pembangunan RPTRA juga menyebabkan keberadaan

PAUD terancam tidak ada. Setiap RW memiliki masing-masing satu

PAUD. PAUD Islam Mandiri sangat diminati oleh warga Keluarahan

Tanah Tinggi dibandingkan dengan PAUD yang lain, PAUD Islam

Mandiri memiliki murid paling banyak. Metode pembelajaran yang

diberikan sangat menarik dan membuat murid merasa senang dalam

belajar. Masyarakat semakin banyak yang ingin menyekolahkan anaknya

di PAUD Islam Mandiri. (Wawancara dengan ES, Tanah Tinggi, 10

Oktober 2016).

Alasan lain selain karena metode pembelajarannya yang bagus dan

menarik, masyarakat sekitar ingin anaknya mendapatkan pendidikan sejak

usia dini. Mengetahui bahwa lingkungan di Kelurahan Tanah Tinggi

kurang baik untuk tumbuh kembang anak di masa yang akan mendatang.

Mengetahui bahwa PAUD akan dipindahkan, tetapi belum tahu kemana

PAUD akan dipindahkan membuat guru PAUD Islam Mandiri merasa

cemas dan khawatir (Wawancara dengan ES, Tanah Tinggi, 10 Oktober

2016).

B. Penyebab Konflik pada Pembangunan RPTRA

Ortomar J Bartos dan Paul Wehr (Syawaludin, 2004: 3) memberikan

penjelasan mengenai situasi konflik, menurutnya konflik adalah situasi

dimana sebuah pertentangan terjadi diantara dua pihak atau lebih dalam

mencapai suatu tujuan, yaitu kepentingan. Pada konteks konflik

pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang terjadi di

Page 61: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

48

Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, konflik

antara pengurus Gedung Interaksi Masyarakat (GIM) dengan pihak

perpanjangan tangan Pemrov DKI Jakarta sebagai pelaksana pengadaan

RPTRA, berdasarkan hasil temuan terdapat dua penyebab terjadinya

konflik: kepemilikan lahan dan perebutan kegiatan.

1. Kepemilikan Lahan

Terjadinya konflik disaat realisasi pembangunan Ruang Publik

Terpadu Ramah Anak (RPTRA) tidak terlepas dari keberadaan Gedung

Interaksi Masyarakat (GIM) di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan

Johar Baru, Jakarta Pusat. Pasalnya, pengadaan RPTRA di wilayah

tersebut direalisasikan dengan memanfaatkan lahan bangunan GIM.

Sebagaimana keterangan yang diberikan informan, “...pemda DKI ini kan

terbatas asetnya, nah pada saat itu yang ada adalah GIM...aset-aset itu

sesuai dengan PerGub (Peraturan Gubernur) No. 10 itu akan dijadikan

RPTRA...” (Wawancara dengan Edi, Jakarta Pusat, 24 Februari 2017).

“...Diakhir tahun 2015 PKKP Provinsi DKI Jakarta memiliki program

RPTRA salah satunya adalah GIM (yang berada di lingkungan) RW

013 yang diminta untuk dijadikan RPTRA...” (Wawancara dengan

Didi, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

“Saya kurang tahu banyak sih ya. Cuman kan memang tanah itu dulu,

yang dibangun RPTRA sekarang punya pemda dan PAUD dulu

berada disana. Cuman karena adanya program RPTRA dari

pemerintah yang mengharuskan membangun dibeberapa tempat,

akhirnya kepilihlah disini (GIM)...” (Wawancara dengan Yati, Tanah

Tinggi, 28 Februari 2017).

Dari ketiga penjelasan informan diatas, salah satu informan memberikan

keterangan bahwa Gedung Interaksi Masyarakat (GIM) adalah milik

Pemprov DKI Jakarta.

Page 62: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

49

Pada mulanya Gedung Interaksi Masyarakat digunakan untuk

menunjang Program Penanganan Konflik dan Pemberdayaan

Masyarakat.

“...Johar Baru ini kan yang memang dari dulu sampai sekarang itu

kan daerah yang rawan ya, rawan tawuran, rawan sosial, rawan

kriminal, rawan semuanyalah gitu loh. Nah ada Ingub No. 10 tahun

2016 deh kalo enggak salah terkait dengan masalah penanganan

konflik dan pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Johar Baru.

Nah salah satu bagian yang saat itu menjadi prioritas adalah

perlunya tempat-tempat yang bisa dijadikan sarana mediasi, sarana

untuk sosialisasi, sarana untuk berkumpulnya masyarakat...”

(Wawancara dengan Edi, Jakarta Pusat, 24 Februari 2017)

Keterangan yang disampaikan Edi selaku Camat Johar Baru, Jakarta

Pusat, menandaskan signifikansi GIM sebagai media sosialisasi warga

adalah meminimalisir perilaku menyimpang dan kriminalitas yang

kerapkali terjadi di daerah tersebut. Kendati, kegiatan-kegiatan sosialisasi

warga tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga mengalami

ketidakberfungsian yang berujung pada tidak terurusnya bangunan GIM.

Ketika kondisi GIM terlihat seperti bangunan tidak terpakai atau kosong,

GIM dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab

untuk melakukan perilaku-perilaku yang dimungkinkan bisa saja

melangkahi norma umum bahkan bisa menjurus kepada pelanggaran

hukum. Pernyataan tersebut sebagaimana yang diyakini oleh Edi,

“...Ketika terlantar ini mungkin dikuasai oleh oknum-okunum tidak

bertanggung jawab...Gedung itu seperti tidak terurus dan suka

disalahgunakan” (Jakarta Pusat, 24 Februari 2017).

Page 63: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

50

Melihat kondisi GIM terlantar seperti halnya bangunan kosong,

Ketua Rukun Warga (RW) 013 merasa perihatin. Keperihatinannya

tersebut menginisiasinya untuk mencoba membangunkan kembali GIM

sebagai sarana sosialisasi warga dalam upaya menekan perilaku

menyimpang di wilayah tersebut. Inisiatif Ketua RW 013 untuk

mengembalikan GIM pada fungsi dan tujuan awalnya tersebut terlihat

dalam keterangan informan:

“...Nah pada saat itu Pak Didi sebagai RW 013 melihat kondisi

seperti itu beliau ibaratnya punya tanggung jawab moral-lah untuk

membuat suasana di RW 013 notabenenya tawurannya enggak

berhenti-berhenti tuh, akhirnya diambil alihlah oleh Pak Didi

beserta RT-RT nyalah dengan berbagai macam cara, katanya sih

sempat adu debat, adu argumentasilah terkait masalah itu...”

(Wawancara dengan Edi, Jakarta Pusat, 24 Februari 2017).

“...Selaku RW 013 Bapak Didi meminta kepada Kelurahan untuk

mengelola gedung tersebut sesuai fungsinya. Kemudian disetujui

oleh Pak Lurah dan Akhirnya semua kegiatan seperti Ibu-Ibu PKK,

RW, RT, rapat warga, semua bertumpu di GIM. Sehingga kalau

ada perlu mau bertemu dengan Pak RW atau Pak RT tidak perlu ke

rumanya satu-satu. Hanya daatang ke GIM saja, jadi tidak repot”

(Wawancara dengan Nana, Tanah Tinggi, 28 Februari 2017).

Berdasarkan keterangan dari kedua informan diatas bahwasanya inisiatif

Ketua RW 013 dalam mengembalikan fungsi GIM dihadapkan pada

suatu kesulitan, yaitu mendapatkan izin dari Kelurahan Tanah Tinggi.

Namun, pada akhirnya upaya tersebut membuahkan hasil, Ketua RW 013

mendapat persetujuan dari Kelurahan Tanah Tinggi untuk menggunakan

dan mengelola GIM untuk kepentingan masyarakat. Sebagaimana dalam

keterangan diatas oleh Nana selaku warga setempat, dengan persetujuan

izin pengelolaan GIM kemudian hal itu membuka ruang bagi perangkat

fungsi warga lingkungan RW 013 untuk memusatkan kegiatannya.

Page 64: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

51

Lebih lanjut, perangkat fungsi warga yang dimaksudkan adalah

pengurus Rukun Tetangga (RT) lingkungan RW 013, Pembina

Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Posyandu, Pospindu.

Hal ini dimaksudkan agar perangkat fungsi warga terjalin menjadi sistem

kerja satu atap. Adapun sistem kerja satu atap ini bisa menguntungkan

warga dalam hal waktu disaat warga mengurusi administrasi

kependudukan. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Didi selaku RW 013

sebagai pelopor pengembalian fungsi GIM:

Jadi sebenarnya RW 013 memiliki program pelayanan satu atap,

baik itu RT, RW, Posyandu, Pospindu, Karang Taruna, bahkan

Lembaga-Lembaga yang dibawah RW itu pelayanannya satu atap

yaitu di Gedung Interaksi Masyarakat, GIM namanya...” (Tanah

Tinggi, 9 Januari 2017).

Pengelolaan dan pemanfaatan GIM oleh perangkat fungsi warga

lingkungan RW 013 kemudian memunculkan kegiatan belajar-mengajar,

yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD Islam Mandiri) dan Taman

Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Pernyataan ini sebagaimana dijelaskan

oleh informan, “kalo yang saya tau sih ya, PAUD Islam Mandiri tadinya

mereka gunain bangunan ini nih, bangunan yang udah jadi RPTRA...”

(Wawancara dengan Adit, Tanah Tinggi, 28 Februari 2017);

“...Tapi kondisi real-nya kan (tahun) 2000, saya enggak tau persis

ya. Sebelumnya kan Pos RW (013) itu katanya ada dibangun di

pinggir kali, kemudian menempati GIM itu yang notabene-nya

GIM itu Gedung Interaksi Masyarakat juga. Nah karena disitu ada

Pos RW (013), kemudian juga disitu ada PAUD-nya juga, terus

tempat pengajian juga tempat TPA juga...” (Wawancara dengan

Edi, Jakarta Pusat, 24 Februari 2017).

GIM yang sudah dipergunakan dibawah kendali lingkungan warga

RW 013, kemudian Pemprov DKI Jakarta bermaksud mengambil

Page 65: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

52

kembali asetnya itu untuk mendukung pengadaan RPTRA. Hal ini

menunjukkan bahwa perlu adanya pengosongan GIM dari aktivitas

pelayanan warga dan kegiatan rutin lainnya. Pernyataan demikian terlihat

dalam keterangan informan, “RPTRA ini secara otomatis mengancam

dari eksistensi RW 013 serta PAUD (Islam Mandiri) itu sendiri...”

(Wawancara dengan Arif, Jakarta Pusat, 16 Februari 2017)

Bagaimanapun juga, pengadaan RPTRA menggunakan lahan GIM,

dari pandangan Lurah Tanah Tinggi maupun Camat Johar Baru dinilai

efisien.

“Jadi RPTRA ini merupakan leading sector jadi bukan berarti

pembangunan RPTRA ini kesannya seperti dipaksakan atau

apa...Kalau misalkan ada lokasi lain yang memang yang bisa

dijadikan RPTRA di tempat lain, saya akan pilih, masalahnya

dimana? Tidak ada lokasi lain...” (wawancara dengan Arif, Jakarta

Pusat, 16 Februari 2017);

“...Cari lahan disana sulit, sebetulnya Pemda DKI sangat

menginginkan adanya lahan-lahan disana yang bisa kita lakukan

untuk dibebaskan untuk bisa dibangun PKBM, bisa dibangun

PAUD, bisa dibangun tempat pelatihan, khusus untuk Johar Baru.

Tapi ternyata-kan enggak ada di Johar Baru itu. Kalaupun dijual

paling Cuma 100-200 (meter) enggak ada yang luas gitu, enggak

ada yang lega...Dengan keterbatasan ini mau tidak mau yang kita

ambil adalah lahan-lahan yang memang sudah dikuasai dan

dibangun oleh Pemda (DKI Jakarta), nanti akan dikembangkan

lagi...Akhirnya karena memang tidak ada lahan lagi untuk

dijadikan RPTRA, GIM itulah yang kita prioritaskan untuk

dijadikan RPTRA, dengan kondisi di dalamnya ada pos RW ya, ada

PAUD, tempat mengaji dan lain sebagainya.jadi RPTRA...”

(Wawancara dengan Edi, Jakarta Pusat, 24 Februari 2017).

Memilih GIM sebagai lokasi pengadaan RPTRA dinilai efisien

dikarenakan di daerah Johar Baru sulit untuk mendapatkan lahan (melalui

pembebasan lahan warga) dengan besaran luas yang memenuhi kriteria.

Keterbatasan lahan untuk mendirikan RPTRA di daerah Johar Baru, turut

Page 66: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

53

pula diakui oleh Nana selaku warga setempat dalam pernyataannya,

“...kenapa harus memaksakan membangun RPTRA disini Sudah tau

disini tidak memiliki lahan, tetapi tetap dipaksakan untuk pembangunan

RPTRA...” (Tanah Tinggi, 28 Februari, 2017). Untuk mendukung dan

mempercepat pengadaan RPTRA, karenanya Pemprov DKI Jakarta

melirik kembali aset material (lahan GIM) yang ada di Johar Baru untuk

dijadikan RPTRA.

Desakan pengosongan GIM memberikan pertanda kepada

perangkat fungsi warga RW 013 untuk kembali ke rumah masing-masing

pengurus dalam memberikan pelayanan kepada warga. Hal ini

dikarenakan belum ada kepastian jaminan gedung pengganti dari

Pemprov DKI Jakarta. Pengertian tersebut sebagaimana yang

diungkapkan oleh Didi selaku Ketua RW 013, “...namun alot terhadap

RW 013 karena dia tidak menyatakan akan diganti disini (lokasi lain) dan

kami disuruh kembali pelayanannya di rumah masing-masing...” (Tanah

Tinggi, 9 Januari 2017).

Apabila aktivitas pelayanan warga dikembalikan di rumah masing-

masing pengurus perangkat fungsi warga, namun bagaimana dengan

kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung di GIM. Pertanyaan

demikian disampaikan oleh Kepala Sekolah PAUD Islam Mandiri, “ya

saya marah dong, soalnya nanti PAUD Islam Mandiri ini mau

dikemanain? mau dipindahkan dimana?...mereka enggak bisa kasih

solusi...” (Wawancara dengan Erti, Tanah Tinggi, 10 Oktober 2016).

Page 67: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

54

Situasi dimana belum ada kepastian jaminan gedung pengganti, PAUD

Islam Mandiri diyakini tidak akan ada lagi. Keyakinan tersebut

diungkapkan oleh Didi selaku Ketua RW 013, “enggak ada, karena

mungkin PAUD itu akan disinyalir bakal bubar” (Tanah Tinggi, 9 Januari

2017).

Dengan segala kemungkinan yang tidak menguntungkan akan

terjadi, Kepala Sekolah PAUD Islam Mandiri dan Ketua RW 013 tetap

bersikukuh menggunakan bangunan GIM apabila gedung pengganti

belum disediakan. Penolakan terhadap pengalihan fungsi GIM menjadi

RPTRA terlihat dalam pernyataan, “...pembangunan ini sih dapat

tentangan dari Pak RW dan Bu Moni selaku kepala sekolah PAUD Islam

Mandiri karena jika RPTRA tetap dibangun, PAUD Islam Mandiri mau

kemana? terancam bubar...” (Wawancara dengan Yati, Tanah Tinggi, 28

Januari 2017);

“...Dan saya selaku RW-nya mempertahankan tidak mau, karena

kronologisnya itu adalah milik RW yang berhak menempati sana

adalah RW gitu melalui pengajuan pada tahun 2011, namun

Pemprov DKI tetap ngotot...Dan kami tidak mau pindah dari sana

kalau tidak ada gedung pengganti... Ngga ada, makanya saya

selaku RW nya tetap ngotot saya minta gedung ganti karena

kamipun melaksanakan program pemerintah. Program pemerintah,

RW itu lebih, legitimasinya lebih kuat daripada RPTRA...”

(Wawancara dengan Didi, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

Pernyataan Didi selaku Ketua RW 013 diatas memberikan alasan

untuk tetap menempati GIM adalah GIM diakuinya milik warga

lingkungan RW 013 jika dilihat dari inisiasinya dalam mengoperasikan

kembali GIM di saat gedung tersebut dalam kondisi tidak terurus.

Page 68: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

55

Lebih dari itu bagi Ketua RW 013, sejauh GIM dipergunakan untuk

kepentingan masyarakat sudah bisa dikatakan sejalan dengan program

pemerintah. Kesesuaian antara aktivitas pelayanan warga dan kegiatan

rutin lainnya dengan Program Pemerintah, turut pula diakui oleh nana

selaku warga setempat:

“Sebenarnya memang tidak memiliki hak. Mau menuntut juga

lahan tersebut milik Pemda DKI Jakarta. Cuman yang membuat

Pak Didi tidak setuju itu karena Pak Didi mengajukan permohonan

izin untuk memakai GIM sebagai kegiatan RW dan RT juga yang

lainnya. Kegiatan ini juga sebagian kegiatan kecil yang memang

sebenernya membantu Pemerintah. Pak RW 013 hanya ingin

menjalan tugas dengan baik karena ini juga bagian dari sistem

Pemerintah. Seperti PAUD yang tujuannya mencerdaskan anak

bangsa” (Tanah Tinggi, 28 Februari 2017).

Karenanya, Ketua RW 013 terus mendesak Lurah Tanah Tinggi

dan Camat Johar Baru supaya diberikan gedung pengganti apabila

RPTRA dilokasikan di lahan GIM. Adanya permintaan gedung pengganti

diakui pula oleh Adit selaku warga setempat:

“...permasalahan antara pihak PAUD dan pemerintah yang punya

agenda buat bikin RPTRA. Yang saya tau sih ya cuma, kalo ga

salah masalah bangunan atau lahannya itu yang gak ada. Karena

disini sangat susah mencari lahan kosong. Kebanyakan pemukiman

disini. Ya cuman saya sih kurang begitu paham tapi kalo ga salah

waktu itu pihak PAUD meminta ganti rugi atau meminta

penggantian lahan...” (Tanah Tinggi, 28 Februari 2017).

Dari penjelasan yang telah terurai dari para informan sampai

dengan ini bisa dikatakan bahwa salah satu penyebab konflik pada

pembangunan RPTRA dikarenakan kedua belah pihak mengakui hak atas

penggunaan GIM, sehingga masing-masing memiliki alasan sendiri atas

kepemilikan lahan gedung tersebut. Di satu sisi, meskipun pihak fungsi

warga lingkungan RW 013 menyadari bahwa GIM merupakan milik

Page 69: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

56

Pemprov DKI Jakarta, sah secara hukum, akan tetapi keberhakannya

menggunakan GIM berdasarkan sejarah dan aktivitas pelayanan warga

dan kegiatan rutin lain diakuinya sebagai menjalankan program

pemerintah. Di sisi lain, pilihan GIM sebagai lokasi RPTRA didasarkan

pada keterbatasan lahan warga untuk dilakukan pembebasan, karenanya

GIM yang merupakan aset Pemprov DKI Jakarta menjadi pilihan

alternatif. Situasi seperti pengakuan keberhakan penggunaan GIM dari

kedua pihak tergambar dalam penjelasan Coser dalam Wirawan (2012)

bahwa penyebab konflik dikarenakan perselisihan perebutan sumber-

sumber kekayaan yang persediaannya tidak mencukupi, seperti lahan (h.

83).

2. Perebutan Kegiatan

Gedung Interaksi Masyarakat (GIM) yang telah dimanfaatkan dan

dikelola oleh perangkat fungsi warga lingkungan RW 013 kemudian

dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa Pemprov DKI Jakarta akan

membangun RPTRA di atas lahan GIM. Ketua RW 013 menyayangkan

jika kegiatan belajar-mengajar PAUD Islam Mandiri yang sudah

berlangsung di GIM harus tergantikan dengan RPTRA. RPTRA dalam

pandangannya hanya sebatas menyediakan ruang bermain anak-anak,

sementara PAUD memberikan edukasi kepada anak-anak. PAUD Islam

Mandiri yang sudah berkembang sejauh ini merupakan perwujudan dari

Program Pemerintah mengenai Pendidikan Anak Usia Dini. Penegasan

Page 70: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

57

peduli terhadap pendidikan anak tersebut tertuang dalam keterangan

informan sebagai berikut:

“Membangun RPTRA? ya menurut PKK Provinsi DKI bahwa di

setiap wilayah diharuskan memiliki ruang terpadu ramah anak, itu

disebut RPTRA. Jadi disitu fungsinya adalah untuk taman bermin

anak-anak. Untuk Ibu dan anak yang bermain disitu dan ada tempat

menyusui kalau menurut Pemerintah sih, ternyata tempatnya

kayaknya enggak ada, belum ada ya...saya bicara seperti itu, saya

bicara seperti itu kami melaksanakan program-program

Pemerintah. RW yaitu perpanjangan tangan dari Pemerintah, dari

mulai Indonesia baru merdeka sampai sekarang bahkan kami

mengikuti program Pemerintah seperti dari PDK yaitu DIKDAS

yaitu program pendidikan usia dini, anak usia dini, PAUD...”

(Wawancara dengan Didi, Tanah Tinggi, 9 Januari 2017).

Menjadikan Kota Jakarta sebagai Kota Layak Anak (KLA) melalui

pengadaan RPTRA dengan mengorbankan kegiatan belajar anak itu

sendiri mendapat sambutan yang memperihatinkan. Tanggapan demikian

dilatarbelakangi oleh keraguan akan adanya permainan keuntungan

materi dari oknum yang tidak bertanggung jawab dari pengadaan

RPTRA. PAUD Islam Mandiri telah mendapat kepercayaan dari

masyarakat setempat dikarenakan metode pembelajaran yang dinilai

bagus untuk diterapkan kepada anak-anak. Keyakinan ini sebagaimana

ditegaskan Nana selaku warga setempat:

“PAUD ini sebenarnya banyak diminati oleh masyarakat setempat.

Karena memang metode pembelajarannya yang bagus...Pemerintah

sengaja membangun RPTRA karena ingin mendapatkan uang.

Sudah jadi hal yang lumrah seperti itu. walaupun dengan alasan

ingin membuat KLA (Kota Layak Anak) tapi malah

mengesampingkan pendidikan untuk anak, seharusnya tidak seperti

itu...” (Tanah Tinggi, 28 Februari 2017).

Dengan anggapan bahwa RPTRA kurang memberikan jaminan

edukasi kepada anak-anak, karena Wilayah Johar Baru, Jakarta Pusat

Page 71: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

58

diakui kurang kondusif sehingga keberadaan RPTRA bisa berpotensi

disalahgunakan sebagai sarana perilaku-perilaku yang melangkahi norma

umum. Dengan perkataan lain, pengadaan RPTRA di Kelurahan Tanah

Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, dalam prosesnya kurang memikirkan

masa depan anak-anak dengan pendidikan. Anggapan bahwa pengadaan

RPTRA kurang sesuai dengan situasi lingkungan sosial Johar Baru,

Jakarta Pusat, terlihat dalam keterangan Erti selaku Kepala Sekolah

PAUD Islam Mandiri:

“...Lagian juga penjaga RPTRAnya kaya kurang bisa untuk

menjaga. Masa jadi kaya ada yang tidur-tiduran disitu, jadi tempat

gosip ibu-ibu, bahkan saya pernah lihat ada yang pacaran. Saya

mah jadi taku kalau nanti RPTRA malah digunakan untuk hal yang

tidak-tidak sama remaja disini. Ya bisa dilihat kan disini, kadang

aja banyak banget bekas-bekas kondom dimana-mana. Saya kan

jadi kasihan sama anak-anak disini kalau masa depannya sampai

rusak begitu.” (Tanah Tinggi, 10 Oktober 2016)

Sejauh perkembangan PAUD Islam Mandiri atas kemandirian dan

konsistensi dalam menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar di GIM

mendapat pengakuan dari Lurah Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.

Sebagaimana pernyataan Arif selaku Lurah Tanah Tinggi, Jakarta Pusat:

Oh iya, PAUD disitu menurut informasi yang saya dapatkan

merupakan rintisan ya, rintisan dari PAUD-PAUD yang umumnya

itu ada sekarang, jadi dulu sampai adanya PAUD itu cikal bakalnya

dari PAUD yang ada di RW 013 itu. Jadi saya sangat

mengapresiasi dan juga perkembangannya itu growing-nya itu

bagus gitu, jadi mereka bisa mandiri dan bisa konsisten begitu

untuk melaksanakan pendidikan PAUD itu” (Jakarta Pusat, 16

Februari 2017).

Meskipun demikian, pemanfaatan GIM dibawah kendali

lingkungan RW 013 memiliki kesan hanya dinikmati warga RW 013. Hal

ini ditunjukkan oleh perangkat fungsi warga RW 013 yang memusatkan

Page 72: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

59

segala aktivitas pelayanan warga dan kegiatan rutin lainnya di GIM.

Berbeda apabila GIM digantikan dengan RPTRA, sarana dan prasarana

yang disediakan di ruang terbuka anak ini nantinya bisa dimanfaatkan

warga Tanah Tinggi secara menyeluruh dan masyarakat pada umumnya.

Aspek prioritas dari keberadaan RPTRA dimunculkan dalam penjelasan

informan:

“...Secara objektif saya melihat memang RPTRA ini punya banyak

manfaat dan supaya banyak nilai yang nilainya ini bukan Cuma

PAUD saja atau bahkan bukan RW 13 saja yang bisa menikmati,

tapi seluruh warga Tanah Tinggi pada umumnya itu bisa menikmati

bahkan memanfaatkan RPTRA ini secara lebih luas lagi gituh, jadi

kalau misalkan kita boleh hitung-hitung aspek priority ya menurut

saya RPTRA itu lebih prioritas untuk ada di situ...Kalau secara

objektif saya juga harus melihat manfaatnya ini kepada siapa.

Kalau misalkan disini saya tidak membela satu atau dua pihak,

tetapi saya lebih memilih priority, jadi prioritasnya itu kalo

RPTRA ini kan lebih luas masyarakat yang bisa menggunakan

manfaat ini seperti ini...” (Wawancara dengan Arif, Jakarta Pusat,

16 Februari 2017).

Lebih dari aspek prioritas RPTRA, pengadaan RPTRA bukan

hanya dimaksudkan dalam rangka menyediakan ruang-ruang bermain

untuk anak-anak. Berbagai kegiatan akan disediakan yang memiliki

output dalam mengasa kemampuan dan keterampilan anaka-anak, seperti

bimbingan belajar, taman baca anak, olahraga, sampai kepada kegiatan

kerajinan tangan. Bahkan kegiatan rutin tersebut tersedia bagi remaja dan

mereka yang terhitung dewasa. Gambaran mengenai RPTRA terkait

kegiatan produktif yang disediakan sebagaimana yang dijelaskan

informan, “dari senam jantung sehat lansia, terus membaca untuk anak-

Page 73: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

60

anak, terus bimbel, futsal, dan kerajinan-kerajinan” (Wawancara dengan

Hari, Tanah Tinggi, 28 Februari 2017);

“Tujuan dibangun RPTRA itukan untuk salah satunya kan untuk

mewujudkan kota layak anak, ya kan? terus fungsi lainnya itu ya

untuk sebagai wadah-wadah tempat berkumpulnya masyarakat dan

berkegiatan serta beaktifitas lainnya secara positif gitu ya. Dan juga

di RPTRA ini kan juga bukan cuma sekedar taman saja tapi disitu

kita ada pengelola terus kita juga ada kegiatan rutin maupun tidak

rutin yang bisa kita tampung disitu dan karena ini menjadi leading

sector Gubernur, maka RPTRA ini segala kegiatannya itu pasti

akan mendapatkan perhatian lebih gitu” (Wawancara dengan Arif,

Jakarta Pusat, 16 Februari 2017);

“...RPTRA itu kan dipergunakan untuk pertama pemberdayaan

untuk anak-anak. Disana anak-anak ada semacam, bukan pelatihan,

tapi ada semacam keterampilan dan lain sebagainya. Kemudian

juga untuk remajanya juga ada kegiatan untuk meningkatkan

keterampilan memasak dan lain sebagainya, ada lengkap semua

disana. Nah sekarang sih mungkin ya, ya bukan mungkin sih, ya

sekarang sih sudah sangat positif banget tanggepan masyarakat.

Awalnya memang agak berat karena tidak tahu RPTRA tuh seperti

itu (apa)” (Wawancara dengan Edi, Jakarta Pusat, 24 Februari

2017).

Dari penjelasan sejumlah informan yang telah terurai, masing-

masing pihak memiliki pendapat sendiri mengunggulkan kegiatannya

masing-masing dan saling menyudutkan kegiatan pihak lain. Sebagai

perpanjangan tangan Pemprov DKI Jakarta, yaitu Lurah dan Camat,

memberikan keyakinan bahwa RPTRA memiliki kegunaan dalam

memberikan pembelajaran kepada anak-anak dan bisa diakses oleh

masyarakat luas ketimbang GIM hanya dimanfaatkan satu lingkungan

Rukun Warga (RW).

Sementara, anggapan pihak lainnya menyatakan bahwa pengadaan

RPTRA hanya memberikan ruang bermain bagi anak-anak dengan

fasilitas yang disediakan, sehingga masa depan anak-anak yang berada di

Page 74: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

61

lingkungan sosial yang bernotabene tidak bersahabat dimungkinkan akan

berperilaku ke arah menyimpang dikarenakan kurang mendapat edukasi.

Perbedaan pendapat dalam rangka mengunggulkan kegiatan masing-

masing ini lebih kepada menyentuh persoalan nilai. Menurut Elly M

Setiadi dan Usman Kolip (2011) nilai adalah segala sesuatu yang

dianggap baik, layak, patut, pantas, yang mana keberadaanya diinginkan

sekaligus dijadikan tujuan bersama dalam kehidupan sehari-hari (h.119).

Perebutan kegiatan yang didukung dengan pendapat masing-

masing pihak merupakan satu penyebab konflik lain pada pembangunan

RPTRA di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta

Pusat. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Coser bahwa konflik

bukan hanya situasi dimana perselisihan berkaitan dengan perebutan

sumber-sumber kekayaan yang persediannya terbatas, melainkan juga

berkenaan dengan nilai-nilai (h.83).

C. Resolusi Konflik pada Pembangunan RPTRA

Perselisihan yang terjadi disaat realisasi pembangunan RPTRA antara

perangkat fungsi warga RW 013 (dalam hal ini adalah Ketua RW 013) dan

Kepala Sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pihak perpanjangan tangan

Pemprov DKI Jakarta (dalam hal ini adalah Lurah Tanah Tinggi dan Camat

Johar Baru, Jakarta Pusat), sesungguhnya menuntut adanya penyelesaian

perselisihan. Menurut Camat Johar Baru, Jakarta Pusat, realisasi RPTRA di

lahan Gedung Interaksi Masyarakat (GIM) bisa terlaksana apabila

diusahakan pencarian kesepahaman bersama di masing-masing pihak.

Page 75: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

62

Adanya kesepahaman bersama diyakini Camat Johar Baru, bisa

membuat perangkat fungsi warga lingkungan RW 013 dalam menerima

intruksi pengosongan aktivitas dan kegiatan di GIM. Meskipun GIM adalah

aset Pemprov DKI Jakarta, penyelesaian perselisihan yang dilakukan pihak

Pemprov DKI Jakarta tetap mengedepankan cara-cara yang baik tanpa ada

pihak lain yang merasa dirugikan. Usaha penyelesaian perselisihan ini

sebagaimana yang diutarakan oleh informan selaku Camat Johar Baru,

Jakarta Pusat, “...keluar itu dalam artian perlu ada semacam kesepahaman

bersama. Kalo kita berbicara masalah aset, itu aset pemda...Saya enggak

mau program ini walaupun tujuannya baik tapi kalau dengan cara yang

kurang baik akhirnya ditafsirkan tidak baik...” (Wawancara dengan Edi,

Jakarta Pusat, 24 Februari 2017)

Dalam menjalankan fungsinya, Lurah Tanah Tinggi mengunjungi

Ketua RW 013 dengan maksud memberikan penjelasan mengenai peranan

RPTRA dalam suasana kekeluargaan. Sebagaimana keterangan Arif selaku

Lurah Tanah Tinggi, Jakarta Pusat:

“...penyelesaian untuk proses itu, jadi yang saya lakukan itu

pendekatan personal ya. Jadi kalau kata pepatah “tak kenal maka tak

sayang”...Jadi mungkin pribadi saya yang menganggap beliau itu

dalam hal ini Pak RW (013) bukan sebagai bawahan, tetapi sebagai

mitra kerja bahkan diluar itu kita sudah seperti saudara ya...intinya

adalah bagaimana supaya awalnya itu memberikan pemahaman

kepada RW (013) beserta Jajaran PAUD tentang keberadaan RPTRA

itu sendiri. Bukan berarti setelah tempat ini jadi RPTRA terus nanti

mereka tidak bisa pakai. Jadi gitu, justru disini melindungi daripada

martabat Pak RW (013) yang terkesan “gedung tidak ada yang boleh

masuk selain RW 013” (Jakarta Pusat, 16 Februari 2017).

Page 76: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

63

Keterangan Arif diatas menggarisbawahi bahwa kunjungannya ke Ketua

RW 013 bukan hanya memberikan penjelasan terkait keberadaan RPTRA.

Melainkan juga memberikan pengertian bahwa dengan pengalihan fungsi

lahan GIM menjadi RPTRA, hal ini dimaksudkan agar kewibawaan Ketua

RW 013 tidak dinilai menjadi seperti seorang yang egois oleh lingkungan

RW lain yang berada dalam Kelurahan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.

Pasalnya, selama pengelolaan GIM dibawah kendali lingkungan RW 013,

GIM tidak bisa dimanfaatkan oleh warga lingkungan RW lain.

Pendekatan Lurah ke Ketua RW 013 dalam upaya menyelesaikan

perselisihan belum menemui titik terang. Hal ini ditunjukkan pada sikap

Ketua RW 013 yang tidak ingin meninggalkan aktivitas pelayanan dan

kegiatan rutin lainnya dari GIM. Penolakan pengosongan GIM oleh Ketua

RW 013 seperti dalam keterangannya, “...mungkin ada sekitar tiga kali

pertemuan dengan kami. Dan kami tetap tidak mau pindah dari sana kalau

tidak ada gedung pengganti...” (Wawancara dengan Didi, Tanah Tinggi, 28

Februari 2017). Pada kesempatan lain, Lurah kembali menemui Ketua RW

013 dengan melibatkan Camat Johar Baru, Jakarta Pusat. Kunjungan kali ini

bukan lagi memberikan penjelasan dan pengertian terkait RPTRA,

melainkan mendengarkan permintaan yang diajukan oleh Ketua RW 013.

Perjumpaan Lurah dan Camat dengan Ketua RW 013 diperlihatkan dalam

keterangan informan Edi selaku Camat Johar Baru, Jakarta Pusat, “...ke

rumahnya akhirnya ada beberapa...bukan prasyarat ya, tapi keinginan yang

Page 77: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

64

memang harus saya penuhi mewakili Pemerintah...” (Jakarta Pusat, 24

Februari 2017).

Permintaan Ketua RW 013 bagi Camat merupakan upaya untuk tetap

mempertahankan keberadaan kegiatan belajar-mengajar (PAUD Islam

Mandiri dan TPA) sekaligus perangkat fungsi warga RW 013 yang

beroperasi dalam sistem satu atap. Oleh karenanya, Ketua RW 013

mengajukan keinginannya agar diberikan gedung pengganti. Dalam

tanggapan atas keinginan Ketua RW 013, Camat memberi penawaran terkait

pemindahan kegiatan belajar-mengajar dan perangkat fungsi RW 013 yang

berlokasi dekat dengan RPTRA (sebelum GIM menjadi RPTRA).

Penawaran relokasi masih berupa lahan tidur, lahan pengganti tersebut

memiliki besaran luas yang terbilang lebih kecil dibandingkan lahan GIM.

Penawaran Camat kepada Ketua RW 013 untuk merelokasikan aktivitas

pelayanan warga dan kegiatan rutin lain ke lokasi baru terlihat dalam

keterangannya, sebagai berikut:

“...Yang pertama Pos RW (013) harus ada. Kemudian juga PAUD

tetap berjalan, kemudian juga pengajian juga tetap berjalan, kegiatan-

kegiatan kemaasyarakatan yang ada di RW 013 itu tetap berjalan.

Akhirnya, karena disitu ada lokasi RPTRA itu kan ada dua lokasi, satu

yang kecil (dan) satu yang besar. Yang besar kita jadikan RPTRA

muri, nah yang kecilnya itu dengan permintaan tadi kita sampaikan ke

kantornya pada saat itu CSR, bukan Pemda...” (Wawancara dengan

Edi, Jakarta Pusat, 24 Februari 2017).

Meskipun lokasi baru memiliki lahan kecil, hal demikian menurut

Lurah sudah menjadi solusi terbaik dikarenakan segala sarana dan prasarana

yang diperlukan (terutama dalam kegiatan belajar-mengajar PAUD Islam

Mandiri) sudah dipersiapkan. Mengingat lokasi yang akan dijadikan gedung

Page 78: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

65

pengganti masih berupa lahan tidur, Lurah mempersilahkan PAUD Islam

Mandiri agar melanjutkan kegiatan belajar-mengajar untuk sementara waktu

di Aula Kelurahan sampai dengan pembangunan gedung baru terselesaikan.

Dengan adanya kejelasan terkait pemindahan kegiatan-belajar dan perangkat

fungsi warga RW 013 di gedung baru, Kepala Sekolah PAUD Islam

Mandiri kemudian menyatakan sikap sepakat dengan penawaran yang

diberikan. Sehingga perangkat fungsi warga RW 013 dan PAUD Islam

Mandiri bersedia untuk mengosongkan GIM. Penjelasan tersebut bisa dilihat

dari keterangan infoman, sebagai berikut, “...mereka berjanji akan

membangun PAUD (lahan) pengganti dengan luas tanah kurang lebih 60

meter, lahan itu juga milik dinas kebersihan dan pertamanan...makanya saya

terima...” (Wawancara dengan Erti, Tanah Tinggi, 10 Oktober 2016);

“Selain relokasi, tidak ada alternatif lain lagi ya. Ya alternatif lainnya

alternatif yang saat ini sudah kita jalani itu sudah alternatif terbaik

ya...Jadi PAUD itu dialihkan ke lokasi baru. Tapi saya juga sadari

bahwa sah-nya saya sepakat, show must go on, pendidikan anak ini

tidak boleh berhenti jadi saya menginisiasi sementra PAUD ini

gedung sementaranya sedang dibangun. Saya memberikan tempat di

Aula kantor Kelurahan yang ini memang lokasinya lebih dekat dan

lebih representatif buat warga setempat khususnya para peserta didik

PAUD itu sendiri...Jadi saya menyediakan tempat di Aula bawah

kantor Kelurahan Tanah Tinggi, memberikan tempat untuk mereka

walaupun tidak sebesar dan selapang tempat mereka sebelumya

namun so far bisa memanfaatkan itu dengan sebaik mungkin”

(Wawancara dengan Arif, Jakarta Pusat, 2017).

Dari pemaparan para informan sejauh ini bisa dikatakan bahwa

penyelesaian perselisihan pada pembanguan RPTRA dilakukan kedua belah

pihak hanya dengan negoisasi. Dalam prosesnya, pihak Pemprov DKI

Jakarta (dalam hal ini adalah Lurah dan Camat Johar Baru, Jakarta Pusat)

Page 79: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

66

melakukan pendekatan persuasif dan mendengarkan keinginan daripada

perangkat fungsi warga RW 013 (dalam hal ini adalah Ketua Rw 013).

Kesediaan mengosongkan GIM dari aktivitas pelayanan warga RW 13 dan

kegiatan rutin lainnya didahului dengan kesepakatan bahwa pihak Pemprov

DKI bersedia memberikan gedung pengganti. Sebagaimana dalam

pengertian Baron et al (2004) bahwa negoisasi merupakan upaya mencari

solusi berdasarkan kesepakatan bersama lewat penyampaian keinginan dari

pihak yang berkonflik (h.30).

Penyelesaian masalah yang dilakukan hanya dengan menggunakan

tahapan negosiasi saja sehingga tahapan seperti mediasi, albitrasi dan legal

tidak diperlukan dalam penyelesaian masalah. Kendati, dalam penyelesaian

masalah melalui negosiasi saja sudah cukup untuk menemukan sebuah

solusi atas permasalahan yang terjadi antara PAUD Islam Mandiri dengan

pembangunan RPTRA.

Lebih lanjut, pihak perangkat fungsi warga RW 013 bisa melanjutkan

aktivitas pelayanan warga dan kegiatan belajar mengajar di gedung baru.

Kemudian, pengadaan RPTRA bisa dilakukan oleh pihak Pemprov dengan

menggunakan lahan bangunan GIM. Hal ini menandakan penyelesaian

perselisihan pada pembangunan RPTRA yang dilewatkan melalui negoisasi

bermuara pada win-win solution. Secara definisi win-win solution

merupakan bentuk outcome yang dimana keputusan akhir tidak terdapat

pihak yang merasa dirugikan dikarenakan masing-masing mendapat

keuntungan dari keputusan tersebut (Ansori, Rotinsulu dan Haryadi, 2013).

Page 80: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

67

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa

proses terjadinya konflik lahan di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan

Johar Baru, Jakarta Pusat tidak terlepas dari program pemerintah DKI

Jakarta terkait pentingnya ruang publik. Keinginan pemerintah untuk tetap

menjalankan program dan membangun RPTRA di Kelurahan Tanah

Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat telah menuai konflik.

Adapun terdapat dua penyebab terjadinya konflik:

Pertama, kepemilikan lahan dimana kedua belah pihak mengakui hak

atas penggunaan Gedung Interaksi Masyarakat (GIM). Kendati, adanya

perintah dari Pemprov DKI Jakarta kepada pengurus GIM untuk segera

mengosongkan bangunan GIM karena akan dibangun RPTRA di

Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat dengan

alasan sudah tidak ada lahan kosong di Daerah .

Gedung Interaksi Masyarakat (GIM) merupakan aset milik Pemprov

DKI Jakarta yang sebelumnya digunakan oleh RW 13 untuk melakukan

segala kegiatan rutin yang diakuinya sebagai menjalankan program

pemerintah. Di sisi lain, pilihan GIM sebagai lokasi RPTRA didasarkan

pada keterbatasan lahan warga untuk dilakukan pembebasan. Oleh karena

itu, GIM yang merupakan aset Pemprov DKI Jakarta menjadi pilihan

alternatif.

Page 81: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

68

Akibat pembangunan RPTRA yang menggunakan lahan GIM, menuai

penolakan dari pengurus GIM. Penolakan yang terjadi menuai konflik

kepentingan dimana kedua belah pihak ingin menggunakan lahan GIM

untuk kepentingan masing-masing. Hal ini terjadi dikarenakan perselisihan

perebutan sumber-sumber kekayaan yang persediannya tidak mencukupi,

seperti lahan.

Kedua, perebutan kegiatan yang terjadi di lahan Gedung Interaksi

Masyarakat di daerah yang sebelumnya di manfaatkan dan dikelola oleh

perangkat fungsi warga lingkungan RW 13 yang kemudian akan

dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa Pemprov DKI Jakarta akan

membangun RPTRA di atas lahan GIM.

PAUD Islam Mandiri sangat menyayangkan apabila kegiatan belajar-

mengajar yang selama ini dilakukan harus tergantikan dengan RPTRA.

RPTRA dalam pandangannya hanya menyediakan fasilitas bermain

terhadap anak-anak, sementara kegiatan PAUD Islam Mandiri

memberikan edukasi kepada anak-anak sejak usia dini.

Di sisi lain, kegiatan RPTRA tidak hanya memfasilitasi tempat

bermain untuk anak, tetapi juga memiliki banyak manfaat untuk

masyarakat sekitar dan tidak melupakan pentingnya pemberian edukasi

kepada anak-anak di , Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru,

Jakarta Pusat.

PAUD Islam Mandiri dengan RPTRA masing-masing saling

mengunggulkan kegiatan yang lebih menyentuh kepada persoalan nilai.

Page 82: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

69

Perebutan kegiatan yang didukung dengan pendapat masing-masing pihak

merupakan satu penyebab konflik lain yang terjadi pada pembangunan

RPTA di , Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.

Adapun resolusi yang dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan

agar bisa terlaksana pembangunan RPTRA dengan mencari kesepahaman

bersama di masing-masing pihak. Penyelesaian perselisihan yang

dilakukan pihak Pemprov DKI Jakarta tetap mengedapankan cara-cara

yang baik tanpa ada pihak lain yang merasa dirugikan.

Proses yang dilakukan dalam upaya menyelesaikan permasalahan

dengan cara melakukan pertemuan. Pertemuan yang dilakukan untuk

memberikan penjelasan mengenai peranan RPTRA dan penjelasan terkait

keberadaan RPTRA di , Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru,

Jakarta Pusat dengan suasana kekeluargaan.

Pada pertemuan berikutnya untuk menyelesaikan perselisihan bukan

lagi membicarakan persoalaan peranan dan keberadaan RPTRA,

melainkan mendengarkan permintaan-permintaan apa saja yang diinginkan

agar pembangunan RPTRA bisa terlaksana tanpa merugikan pihak lain.

Keinginan yang diajukan adalah sebuah lahan pengganti agar kegiatan

program satu atap tetap terlaksana dan kegiatan belajar-mengajar PAUD

Islam Mandiri tetap bisa dilakukan. Namun, penawaran relokasi yang

dilakukan masih berupa lahan tidur (belum adanya bangunan) dan akan

dibangun menjadi gedung pengganti.

Page 83: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

70

Penyelesaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang berkonflik

dengan cara melakukan negosiasi dan melakukan pendekatan secara

persuasif dengan mendengarkan keinginan daripada perangkat fungsi

warga RW 13 untuk kesediannya mengosongkan bangunan GIM dari

segala aktivitas pelayanan warga dengan kesepakatan bahwa pihak

Pemprov DKI Jakarta bersedia memberikan gedung pengganti.

Hasil dari penyelesaian perselisihan dengan cara negosiasi pada

pembangunan RPTRA bermuara pada win-win solution. Secara definisi

win-win solution merupakan outcome yang dimana keputusan akhir tidak

terdapat pihak yang merasa dirugikan karena masing-masing pihak

mendapatkan keuntungan dari keputusan tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini mengkaji tentang sosiologi

konflik yang selanjutnya mencari sebuah penyelesaian permasalahan atas

konflik yang terjadi. Peneliti menyarankan, bagi penelitian selanjutnya

lebih memfokuskan terhadap tahapan-tahapan penyelesaian permasalahan

dan hasil dari resolusi konflik. Kendati, tahapan-tahapan dalam

menyelesaikan permasalahan memiliki peran penting untuk menemukan

suatu keputusan dari permasalahan yang terjadi.

Page 84: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

71

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, Mohammad Hasan. Rotinsulu dan Haryadi. 2013. The Study on

Mining Licence Overlaps. Canada: The presidents Delivery Unit

for Development and Oversight (UKP4) and The Departement of

Foreign Affairs Trade and Development Canada.

Ansori, Mohammad Hasan. 2012. Dari Resistensi Ke Birokrasi : Wajah

Baru Konflik Aceh Setelah Perjanjian Damai Helsinki. Lembaga

Penelitian (Lemlit) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Barron, Patrick, dan Madden David. 2004. Violence and Conflict

Resolution In Non-Conflict Regions: The Case of Lampung,

Indonesia. Jakarta : World Bank.

--------. Smith, Claire Q dan Woolcock, Michael. 2004. Understanding

Local Level Conflict in Developing Countries: Theory, Evidence

and Implications from Indonesia. Washington, DC: World Bank

Coleman, James c. 2008. Dasar-dasar Teori Sosial. Bandung: Nusa Media

Henderson, R Steven. 2005. Managing land-use conflict around urban

centres: Australian poultry farmer attitudes toward relocation.

Departemen of Geography, The University of Reading, Reading

RG6 6AB, UK. 25 (2005) 97-119.

Page 85: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

72

Imron, Ali. 2016. Konflik Tanah (Studi Atas Konflik Tanah Dalam

Perumahan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).

Skripsi Sosiologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ismail, Muchamad. 2011. Pemetaan dan Resolusi Konflik (Studi Tentang

Korban Lumpur Lapindo Sidoarjo). Jurnal Sosiologi Islam. Vol. 1

(1) : 71-94.

Kajian Perdamaian dan Kebijakan The Habibie Center. 2013. Peta

Kekerasan di Indonesia (Mei-Agustus 2013) dan Konflik Lahan

Antarwarga di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi.

Bandung: PT. Remaja Rosada Karya.

Murad, Rusnadi. 1991. Penyelesaian Sengketa Hukum Hak atas Tanah.

Bandung: Alumni.

Panduan Mediasi untuk Praktisi Perdamaian di Ambon. Center for

Humanitarian Dialogue The Habibie Center Institut Tifa Damai

Maluku.

Polama, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Putranto, Dony, dkk. 2013. Peran Paguyuban Dalam Resolusi Konflik

(Studi Kasus Relokasi Pedagang Kaki Lima di Sentra PKL Taman

Prestasi). Paradigma. Vol. 1 (3) : 1-8.

Page 86: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

73

Ritzer, dan Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Setiadi, Elly M & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman

Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan

Pemecahannya. Jakarta. Kencana.

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan 3. Bandung:

Alfabeta.

------. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

------. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sulistyaningsih. 2012. Metodologi Penelitian Kebidanan: Kualitatif –

Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susan, Novri dan Oki Hajiansyah Wahab. 2014. The Cause of Protracted

Land Conflict in Indonesia’s Democracy: The Case of Land

Conflict in Register 45, Mesuji Lampung Province, Indonesia.

Vol. 2 No. 1 (2014) 39-45.

Suyanto, Bagong. 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Suryana, Dadan. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini (Teori dan Praktik

Pembelajaran). Padang: UNP Press.

Usman, Husaini. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Van, Mathijs Leeuwen. 2010. Crisis or Continuity? Framing Land

Disputes and Local Conflict Resolution in Burundi. 27 (2010)

753-762.

Page 87: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

74

Wirawan, 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial,

Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial). Jakarta. Kencana

Sumber Internet

Fazri, Wira Rosyidin, Sri Giyanti, dan Siti Dahlia. 2017. Analisis Spasial

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) “PUSPITA”

Sebagai Urbn Resilience Di Kelurahan Pesanggrahan Jakarta

Selatan. Jurnal Geografi Edukasi dan Lingkungan, Vol. 1 No. 1

Juli 2017: 19-26. Diunduh pada tanggal 29 Oktober 2017.

(http://www.journal.uhamka.ac.id/index.php/jgel/article/downloa

d/453/253)

Marlijanto, Sonny Djoko. 2010. Konsinyasi Ganti Rugi Dalam Pengadaan

Tanah Untuk Kepentingan Umum (Studi Pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan Proyek Jalan TOL Semarang – Solo Di Kabupaten

Semarang). Tesis Universitas Dipenogoro. Diunduh pada tanggal

28 Oktober 2017.

(http://eprints.undip.ac.id/24376/1/SONNY_DJOKO_MARLIJAN

TO.pdf)

Nisak, Choirun Aulina. 2013. Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini.

PEDAGOGIA Vol. 2 No. 1 Februari 2013: halaman 36-49.

Diunduh pada tanggal 30 Oktober 2017.

(http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/download/45/5

1)

Page 88: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

75

Surayuda, Riena J. 2016. Pusat Komunitas dan Kontestasi Memori

Kolektif: Studi Kasus Ruang Publik Terpadu Ramah Anak

(RPTRA) Kenanga di Cideng, Jakarta Pusat. “MASYARAKAT:

Jurnal Sosiologi Vol 21 (2) : 233-261. Diunduh pada tanggal 21

Mei 2017.

(http://www.ijil.ui.ac.id/index.php/mjs/article/view/5097/pdf)

Suhardono, Wisnu. 2015. Konflik dan Resolusi. Jurnal Sosial dan Budaya

Syar’i Vol. II No. 1 Juni 2015. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Diunduh pada tanggal 26 September 2016.

(http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/2236/165

7)

Sulistyati, Tri Widyaningsih, Budiman Achmad, dan Suyarno. 2014.

Analisis Konflik Lahan Eks KPWN Di Desa Teja, Kecamatan

Rajagaluh, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Jurnal

Penelitian Agroforestry Vol. 2 No. 2, Desember 2014 (hal 57-66).

Balai Penelitian Teknologi Agroforestry. Diunduh pada tanggal

29 Oktober 2017.

(http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPAG/

article/view/2092/1719)

Page 89: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

76

Syawaludin, Mohammad. Memaknai Konflik Dalam Perspektif Sosiologi

Melalui Pendekatan Konflik Fungsional. Universitas Islam

Negeri Raden Fatah Palembang. Diunduh pada tanggal 26

September 2016.

(http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/downlo

ad/136/121)

Page 90: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xi

LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN I

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 1

Informan : Pak Hary

Lokasi : Tanah Tinggi

Status : Koordinator RPTRA

Tanggal : 28 Februari 2017

No. Dialog

1. P

:

I

:

Bapak namanya siapa ?

Hary

2. P

:

I

:

Bapak disini jabatannya sebagai apa ?

Kordinator

3. P

:

I

:

Kordinator ? disini ada berapa kepengurusan ?

Ada 6 kepengurusan. Jadi.. pengelola.. pengelola sama pengurus,

kalo pengurus itu dari pak lurah, pak lurah dan staf-stafnya.

4. P

:

I

:

Kalo pengelolanya ada ?

Ada 6

5. P

:

I

:

Oh jadi pengurus sama pengelola beda ya ?

Beda

6. P

:

I

:

Terus pengelola itu kegiatannya apa saja pak ?

Pengelola itu satu membersihkan sarana dan prasarana disini dan

memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang ada disini

7. P

:

Bisa di ceritakan lebih secara detail tentang pengelolaan itu seperti

apa saja ? selain tadi ini kan kebersihan mungkin ada bagian-

bagian apalagi begitu ?

P = Peneliti

I = Informan

Page 91: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xii

I

:

Jadi kita ini berenam dibagi, ada humas, sarana dan prasana, PKK,

sekertaris, dan kordinator

8. P

:

I

:

Itu bisa dijelaskan ga pak ?

Jadi kalo kordinator itu yang.. apa ya ? mempertanggung jawabkan

kebersihan, jadi dia mengatur semua teman-temannya lima-

limanya ini dari segi jadwal-jadwal dan mengatur kegiatan yang

ada disini begitu. Jadi.. apa ya ? sebenarnya lebih berat sih jadi

kordinator itu tapi di kita kelurahan Tanah Tinggi itu per 4 bulan

sekali rolling kordinatornya

9. P

:

I

:

Jadi ganti-gantian ?

Jadi ganti, jadi semua enam-enamnya ini bisa dapet kebagian jadi

kordinator

10. P

:

I

:

Oh seperti itu..

Iya..

11. P

:

I

:

Kan ada syarat untuk menjadi pengurus RPTRA ini kan ya ? itu

syaratnya apa saja ?

Pengelola ?

12. P

:

I

:

Iya pegelola..

Syarat yang saya kemarin itu SKCK, seurat kesehatan dan lamaran

dan ijazah terakhir dan harus wilayah yang ada di RPTRAnya, jadi

bukan wilayah lain

13. P

:

I

:

Kan sebagai pengelola disini mendapat gaji juga atau ?

Gaji, menerima gaji

14. P

:

I

:

Gajinya itu UMR ?

Iya UMR

15. P

:

I

:

Terus pembangunan RPTRA ini ada sedikit pro dan kontra nya ga

sih ?

Kalo pro dan kontra kayanya saya kurang paham, karena pas

waktu saya disini juga sudah jadi RPTRAnya, jadi untuk pro dan

kontranya saya kurang paham

16. P

:

I

:

Memang bapak dari RW mana ?

RW 12

17. P

:

Kegiatan apa saja sih yang dilakukan disini ?

Dari senam jantung sehat lansia, terus membaca untuk anak-anak,

Page 92: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xiii

I

:

terus bimbel, futsal dan kerajinan-kerajinan

18. P

:

I

:

Itu ada misalkan senam jantung sehat itu ada instrukturnya begitu

?

Iya, ada instrukturnya

19. P

:

I

:

Itu kalo seperti itu mendatangkan atau ada sukarelawan ?

Sukarelawan, iya sukarelawan

20. P

:

I

:

Oh seperti itu, ngga ada yang mendatangkan dari misalkan ada

kegiatan ini ini dari RPTRAnya sendiri..

Tidak, sukarelawan. Tapi kalo untuk mendatangkan kita.. belum.

Paling dari pengelolanya sendiri punya inisiatif gitu. Jadi kaya

anak-anak disini kan banyak anak-anak yang putus sekolah, jadi

kita yang ngajar-ngajar bimbel begitu terus kerajinan-kerajinan

tangan gitu jadi maksudnya biarpun dia gak sekolah tapi jangan

terlalu apa ya.. bisa dibohongi kedepannya gitu kan istilahnya bisa

membaca, menghitung, terus juga kerajinan-kerajinan tangan jadi

kerajinan-kerajinan tangan ini yang nantinya dibuat oleh anak-

anak ini yang dijual gitu

21. P

:

I

:

Setiap kegiatan ini memiliki jadwal-jadwalnya gitu ?

Ada, jadi kalo bimbel itu setiap hari selasa sampai jumat, kalo

senam jantung sehat selasa dan sabtu, futsal sabtu sama minggu

22. P

:

I

:

RPTRA ini bukanya dari jam berapa sampai jam berapa ?

Dari jam 7 pagi sampai jam 10 malam

23. P

:

I

:

Itu ada shift-shiftan atau bagaimana ?

Ada shift-shiftnya tapi dibuka dari PPSUnya jam 5. Jam 5 subuh

kita sudah buka

24. P

:

I

:

PPSU itu apa ?

PPSU itu petugas sarana dan prasarana, yang pasukan orange itu

25. P

:

I

:

Oh seperti itu. Merasakan dampak positifnya sekali ga sih dengan

dibangunnya RPTRA ini ?

Sangat-sangat nampak dampak positifnya. Jadi banyak orang-

orang sekitar sini terus sekitar kelurahan sekarang sudah tertular

apa, sekecamatan ini dia awalnya anak-anaknya kan banyak main

di pinggir jalan terus juga di pinggir rel-rel kereta, dengan adanya

RPTRA anak-anak itu bermain disini. Jadi sarana apa ya, mungkin

interaktif ya.. yang tadinya antara satu orang satu orang ini satu

RW ga kenal jadi saling kenal saling berbaur yakan.. terus ya dari

Page 93: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xiv

situ satu, kedua yang lansia. Dengan adanya senam jantung sehat,

yang lansia itu pada senang. Jadi awalnya mungkin hanya nonton

yakan, mungkin dia tertarik, terus juga suka ya disini kan ada area-

area jogging track ya, suka ngiterin jalan-jalan gitu. Sekarang

dengan adanya RPTRA yang senam jantung sehat tadinya kan

sewilayah sekitar RPTRA, sekarang sudah kecamatan dan Johar

26. P

:

I

:

Pokoknya tanah tinggi ya ?

Iya, sudah sekitar kelurahan dan kecamatan Johar

27. P

:

I

:

Mensosialisasikan RPTRA ini mungkin awalnya hanya sekitar sini

saja ya, itu seperti apa ?

Iya awalnya sekitar sini ya.. banyak ada yang mendukung ada

yang tidak. Tapi dengan awalnya kita kan buka full

28. P

:

I

:

Maksudnya full ?

Maksudnya full itu tidak ada tutupnya gitu. Jadi kita ga ada jam

tutupnya. Tapi dengan berjalannya waktu banyak orang tua juga

yang apa ya.. punya masukkan, akhirnya kita ini, jadi awalnya kan

kita mau itu magrib itu kita ga tutup, sudah gitu tutup jam 10 ya

kita tutup jam 10, jadi banyak warga sekitar sini orang tua-orang

tua gitu ya.. ngasih masukkan. Kalo menjelang magrib tutup gitu.

Terus juga banyak anak-anak yang juga belajar, jadi kita tutup

sampai jam 8 atau jam 9 malam

30. P

:

I

:

Dulu awalnya berarti sampai malam ya ?

Sampai malam

31. P

:

I

:

Kalau sekarang kan sekitar jam 5 tutup

Setengah 6, setengah 6 kita tutup nanti jam setengah 7 kita buka

lagi

32. P

:

I

:

Oh begitu, cuma untuk jeda magrib saja ya terus baru tutup lagi

jam 8 atau jam 9. Itu awalnya mereka tidak setuju karena kenapa ?

Ya mungkin itu, anak-anak masih banyak yang main gitu kan, mau

main bola mau main apa.. nyanyi gitu kan, ngumpul, berisik

mungkin ya, mungkin depankan juga polsek, disamping ini kan

masih rumah-rumah ya, mungkin keberisikkan seperti itu

33. P

:

I

:

Oh rame banget ya ?

Rame, rame banget. Terus juga disini kan ada menari sim-sim,

menari betawi dari anak-anak disekitar sini

34. P

:

I

:

Bapak sendiri tadi dari RW mana ?

RW 12

Page 94: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xv

35. P

:

I

:

Tapi bapak tahu ga sih kalo dulunya ini PAUD atau tidak ?

Dulunya ini iya ada PAUDnya

36. P

:

I

:

Terus bapak punya pendapat ga mengenai PAUD yang baru itu

menurut bapak pelajarannya efektif atau tidak ?

Efektif, sangat bagus karena dia PAUD ini sering apa ya..

berkunjung ke sini. Iya jadi dari.. saya tahu jadi dari ujian-

ujiannya, anaknya gitu kan, saya tahu ikut membantu kan, jadi

kalo lagi ujian.. terus berapa bulan dia sudah sekolah jadi ada ini

nya gitu, jadi saya bagus. Jadi saya sangat apa ya.. sangat

mengapresiasi karena PAUDnya ini bagus

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 2

Informan : Pak Arif

Lokasi : Jakarta Pusat

Status : Lurah

Tanggal : 16 Februari 2017

No. Dialog

1. P

:

I

:

Mau tanya tentang saat ada PAUD disitu bapak sangat mengapresiasi

sekali ga dengan adanya PAUD disitu ?

Oh iya, PAUD disitu.. menurut informasi yang saya dapat kan

merupakan rintisan ya, rintisan dari PAUD-PAUD yang umumnya itu

ada sekarang, jadi dulu sampai adanya PAUD itu ya cikal bakalnya

dari PAUD yang ada di RW 13 itu. Jadi saya sangat mengapresiasi

dan juga perkembangannya itu growingnya itu bagus gitu, jadi

mereka bisa mandiri dan bisa konsisten begitu untuk melaksanakan

pendidikan PAUD itu

2. P

:

I

:

Jadi PAUD disitu dulu hanya satu-satunya saja ya ?

Iya, jadi itu PAUD yang pertama di Tanah Tinggi bahkan mungkin

itu di Johar Baru ya atau mungkin Jakarta Pusat mungkin baru itu

doang

3. P

:

I

:

Menurut bapak perlu ga RPTRA itu dibangun disitu ? di RW 13 itu

Jadi RPTRA ini merupakan leading sector jadi bukan berarti

pembangunan RPTRA ini kesannya seperti dipaksakan atau apa,

ngga.. tetapi secara objektif saya melihat memang RPTRA ini punya

P = Peneliti

I = Informan

Page 95: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xvi

banyak manfaat dan punya banyak nilai yang nilainya ini bukan

cuma PAUD saja atau bahkan bukan RW 13 saja yang bisa

menikmati, tapi seluruh warga Tanah Tinggi pada umumnya itu bisa

menikmati bahkan memanfaatkan RPTRA ini secara lebih luas lagi

gitu, jadi kalo misalkan kita boleh hitung-hitung aspek priority yaa..

menurut saya RPTRA itu lebih prioritas untuk ada disitu

4. P

:

I

:

Jadi tujuan dan alasannya itu juga untuk membantu warga disekitar

situ atau bagaimana ?

Tujuan dibangun RPTRA itu kan untuk salah satunya kan untuk

mewujudkan kota layak anak ya kan, terus fungsi lainnya itu ya

untuk sebagai wadah-wadah tempat berkumpulnya masyarakat dan

berkegiatan serta beraktifitas lainnya secara positif gitu ya. Dan juga

di RPTRA ini kan juga bukan cuma sekedar taman saja tapi disitu

kita ada pengelola terus kita juga ada kegiatan-kegiatan rutin maupun

tidak rutin yang bisa kita tampung disitu dan karena ini menjadi

leading sectornya gubernur, maka RPTRA ini segala kegiatannya itu

pasti akan mendapat perhatian lebih gitu

5. P

:

I

:

Kegiatannya apa saja pak misalnya ?

Banyak, kegiatan-kegiatan yang ada di RPTRA. Sesuai dengan

namanya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, otomatis kegiatan

yang di prioritaskan disitu lebih kepada anak, contohnya kaya

misalkan yang rutin dilaksanakan itu posyandu rutin masih di

RPTRA, terus juga ada kegiatan mendongeng, terus ada kegiatan

lomba-lomba, terus ada playground juga disitu yang lebih safe disitu

kita pakai rubber floor terus juga permainan yang memang

6. P

:

I

:

Pengelolanya itu siapa saja ?

Pengelola RPTRA itu ada 6 orang. Itu dari masyarakat setempat yang

direkrut oleh pemprov DKI dalam hal ini dulu namanya itu

BPMPKB, Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan

Keluarga Berencana kalo sekarang itu namanya PPAPP. Jadi mereka

yang sebagai leading sector dari berdirinya RPTRA di DKI Jakarta

mereka yang menyeleksi ini kita yang mengusulkan. Iya jadi

masyarakat mendaftar kepada kami di kelurahan kita kompilasi dan

kita kirimkan nama-namanya, itu dari BPMPKB yang menyeleksi

gitu

7. P

:

I

:

Oh itu nama-namanya jadi dari masyarakat semua ?

Iya, seluruhnya masyarakat setempat yang ada di Tanah Tinggi

8. P

:

I

:

RPTRA itu sejak kapan di sosialisasikannya di RW 13 ?

Kalo RPTRA sendiri sebetulnya sebelum saya bertugas sendiri sudah

sempat untuk di sosialisasikan awal ya, saya bertugas disitu kan sejak

Agustus 2015, sebelumnya itu sudah ada informasi dan sudah ada

sosialisasi namun saya belum tahu seperti apa sosialisai tentang

RPTRAnya itu. Jadi pembangunan RPTRA itu kalo saya perkirakan

sekitar awal-awal 2015 lah ya untuk mulai sosialisasinya

Page 96: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xvii

9. P

:

I

:

Itu baru sosialisasi ya ?

Iya, namun pas jaman saya lebih pertajam lagi sosialisasinya, karena

disini saya sadari bahwa sah nya keberadaan RPTRA ini secara

otomatis mengancam dari eksistensi RW 13 serta PAUD itu sendiri,

jadi saya melakukan apa namanya.. pendalaman lagi untuk sosialisasi

bahkan pendekatan serta memberikan pemahaman tentang daripada

RPTRA ini seperti itu

10. P

:

I

:

Jadi terjadinya konflik awalnya itu seperti apa antara PAUD dengan

RPTRA itu ?

Sebenarnya kalo dibilang konflik secara langsung ngga juga ya,

cuman ini karena conflict of interest saja ya. Jadi di satu sisi,

masyarakat dalam hal ini di RW 13 baik PAUD maupun sekretariat

RW yang notabene sudah memiliki kepentingan di dalam obyek

disitu, dalam hal ini berkonflik kepentingan dengan pemprov DKI

untuk melaksanakan program RPTRA. Kalo secara obyektif saya

juga harus melihat manfaatnya ini kepada siapa. Kalo misalkan disini

saya tidak membela satu atau dua pihak tapi saya lebih melihat

priority, jadi prioritynya itu kalo RPTRA ini kan lebih luas

masyarakat yang bisa menggunakan manfaat ini seperti itu tapi tidak

juga saya dalam hal ini kami pemprov DKI terus mengabaikan begitu

saja daripada kepentingan RW 13 oleh sebab itu dalam setiap

kesempatan rapat di setiap tingkatan mulai dari tingkat kelurahan,

kecamatan, kota sampai provinsi saya sangat konsis untuk

memperjuangkan hak dari RW 13 yang kami pemprov DKI saat ini

ambi

11. P

:

I

:

Saat RPTRA itu mau dibangun, PAUD itu kan agak tersingkirkan,

menurut bapak bagaimana ? maksudnya kan pendidikan itu penting

dan waktu itu belum diberi solusi untuk lahan pengganti itu

bagaimana ?

Jadi saat pembangunan RPTRA berlangsung solusi sudah langsung

ada, artinya waktu itu saya alhamdulillah dengan dukungan juga dari

pimpinan saya dalam hal ini walikota maupun camat

merekomendasikan untuk lokasi yang saat ini eksis ditempati, itu

dulunya taman. Saat itu direkomendasikan juga oleh pak wali dan

bahkan CSR dalam hal ini Blibli.com juga bersedia untuk

membangun disitu, jadi PAUD itu dialihkan ke lokasi baru. Tapi saya

juga sadari bahwa sah nya saya sepakat, show must go on, pendidikan

anak ini tidak boleh berhenti jadi saya menginisiasi sementara PAUD

ini gedung sementaranya sedang dibangun saya memberikan tempat

di aula kantor kelurahan yang ini memang lokasinya lebih dekat dan

lebih representatif buat warga setempat khususnya para peserta didik

PAUD itu sendiri, PAUD Insan Mandiri. Jadi saya menyediakan

tempat di aula bawah kantor kelurahan Tanah Tinggi memberikan

tempat untuk mereka walaupun tidak sebesar dan selapang tempat

mereka sebelumnya namun so far mereka bisa memanfaatkan itu

dengan sebaik mungkin

Page 97: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xviii

12. P

:

I

:

Tapi sekarang kan sudah dapet lahan penggantian yang kecil gitu

kan, itu menurut bapak sebenernya relevan ga si untuk kegiatan

belajar mengajar disitu, terus kenapa juga RPTRA nya harus

dikawasan situ juga ?

Kalo misalkan ada lokasi lain yang memang bisa di jadikan RPTRA

di tempat lain, saya akan pilih. Masalahnya dimana ? tidak ada lokasi

lain dan bahkan seharusnya kita juga sebagai muslim tidak boleh

khufur nikmat. Liat deh di Tanah Tinggi, PAUD mana yang punya

tempat sebagus RW 13 ? Tidak ada

13. P

:

I

:

Itu pembangunan PAUDnya itu di danai dari CSR ?

Dari CSR

14. P

:

I

:

Jadi pihak RPTRnya ini hanya ngasih dana bangunan saja ?

Ngga, program RPTRA ini dibangun oleh CSR. CSR saat itu di

Jakarta Pusat ada 12 lokasi RPTRA yang dibangun dengan CSR. Jadi

salah satunya adalah di Pulo Gundul, di kelurahan Tanah Tinggi.

Karena di Pulo Gundul itu eksisting sudah berdiri bangunan, maka

diminta kepada CSR untuk membangun di lokasi lain, dalam hal ini

sebagai relokasi daripada kegiatan masyarakat yang sebelumnya

sudah lebih dulu eksis ada disitu

15. P

:

I

:

Kan bapak sebagai pihak mediasi antara PAUD dengan RPTRAnya

itu, ada ngga keinginan-keinginan dari PAUD untuk istilahnya

sebagai solusinya itu selain relokasi ?

Selain relokasi, tidak ada alternatif lain ya. Ya alternatif lainnya saya

rasa alternatif yang saat ini sudah kita jalani itu sudah alternatif

terbaik ya. Sekali lagi, saya kalo berkaca pada diri saya sendiri

sebagai muslim saya harus mensyukuri. Kita mungkin dapet tempat

yang lebih besar, sekarang kita dapet tempat yang lebih kecil, tapi

kita juga harus relevan gitu dapet tempat yang lebih kecil. Kita

ngeliat disekitar kita, ada ga sih PAUD yang lebih beruntung dari kita

? dapet ac, dapet tempat, playground serta fasilitas lainnya

16. P

:

I

:

Untuk semua fasilitasnya itu dari CSR ? bukan dari dana RW 13 ?

Kalau penyempurnaan pasti, mereka secara swadaya. Tapi kalau

secara prinsip, secara apa namanya.. bangunan, itu semua sudah

komplit

17. P

:

I

:

Oh kalo misalkan fasilitas mainannya itu dari CSR ?

Iya, semua dari CSR

18. P

:

I

:

Saat pembangunan RPTRA itu selain yang pihak PAUD yang kurang

merasa senang, ada masyarakat yang merasa keberatan juga ga pak ?

Justru masyarakat yang lain dari RW 13 itu sangat mendambakan

adanya RPTRA, bahkan saya juga sempat meredam dari konflik

“jangan egois dong RW 13, memang itu tempat punya RW 13 doang

?. Harusnya kalian beruntung, keluar dari (00.1144) sekarang masuk

Page 98: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xix

di tempat yang baru, di bangunin, tinggal masuk. Kita RW sebelah

RW 9, RW 12, jauh lebih tidak beruntung. Bahkan RW 10 sendiri

juga yang terdekat disitu, juga merasa iri jika boleh iri, tapi apa bisa

dibuat ?”. Nah untuk sebab itu, RPTRA ini merupakan suatu sarana

yang netral buat siapapun untuk menikmati fasilitas yang dibangun

oleh pemerintah daerah

19. P

:

I

:

Terus yang terlibat dalam pihak mediasi itu selain bapak siapa saja ?

Camat dan Walikota beserta jajaran otomatis ya, karena kan kita

menjalankan fungsi ya, saya bertindak bukan sebagai pribadi tapi

sebagai fungsi. Kalo saya di kelurahan itu saya punya perangkat,

begitu juga dengan camat dan walikota

20. P

:

I

:

Kalo dari pihak RPTRAnya itu ada tim-timnya gitu ga untuk

menyelesaikan permasalahan ini ?

Pihak RPTRA itu siapa ya yang dimaksudnya ? jadi gini, RPTRA itu

adalah kita. RPTRA itu bagian dari pemprov DKI Jakarta. Jadi kalo

dibilang RPTRA dan pemerintah itu beda ya ngga, kita adalah

RPTRA

21. P

:

I

:

Oh terus yang saya pernah wawancara di RW 13 itu kan katanya

selain bapak, camat, ada dari sekelompok mahasiswa UI itu ?

Oh jadi ada.. dalam proses pembangunan RPTRA itu ada namanya

social mapping untuk menganalisis kondisi sosial yang ada di

wilayah sekitaran RPTRA serta memberikan masukkan terhadap

kegiatan apa yang ingin ada di RPTRA. Jadi sebenarnya ini

merupakan pihak ketiga yang tidak ada kaitannya dalam

pembangunan secara langsung. Jadi mereka hanya melakukan social

mapping setelah itu terbangun, mereka sudah tidak ada lagi untuk

perannya seperti apa jadi mereka hanya mengawal di awal saja

22. P

:

I

:

Oh hanya untuk mensosialisasikan pembentukan RPTRAnya saja ?

Iya hanya untuk mensosialisasikan

23. P

:

I

:

Proses mediasinya itu seperti apa ya pak ?

Proses mediasi dari penyelesaian untuk proses itu, jadi yang saya

lakukan itu pendekatan personal ya. Jadi kalo kata pepatah “tak kenal

maka tak sayang” saya rasa itu sangat benar ya. Jadi hal pertama

yang saya lakukan saat saya menjabat sebagai lurah di Tanah Tinggi

adalah saya berkenalan dan orang pertama yang saya kenal adalah

Pak Didi. Karena saya tanya sama anggota saya “kantor kita ini

masuk RW berapa ?”, “RW 13 pak”. Jadi mungkin pribadi saya yang

menganggap beliau itu dalam hal ini pak RW bukan sebagai

bawahan, tetapi sebagi mitra kerja, bahkan diluar itu kita sudah

seperti saudara ya, ya alhamdulillah proses mediasinya itu buat saya

dengan pak Didi itu kita pribadi tidak ada masalah apa-apa, namun

disini karena conflict of interest ya akhirnya toh kita menemukan

jalan keluarnya juga yang terbaik walaupun tidak bisa menyenangkan

Page 99: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xx

semua pihak tapi paling tidak ini sudah jalan terbaik gitu, dan

alhamdulilah sampai sekarang juga tidak ada permasalah-

permasalahan lagi, dan juga semua pihak sudah bisa menerima

dengan kondisi yang ada saat ini, itu merupkan suatu keberhasilan

pribadilah buat saya. Kalo prosesnya itu sendiri sebenarnya panjang

ya, dimulai dari Agustus terus kita juga pernah beberapa kali rapat,

terus juga secara personal juga saya selalu berkomunikasi dan

kordinasi dengan pak RW, kemudian juga saya lapor dengan

pimpinan saya dalam hal ini pak camat dan walikota, intinya adalah

bagaimana supaya awalnya itu memberikan pemahaman kepada RW

beserta jajaran PAUD tentang keberadaan RPTRA itu sendiri, bukan

berarti setelah tempat ini nanti jadi RPTRA, terus nanti mereka tidak

bisa pakai. Jadi gitu, justru disini kami melindungi daripada martabat

pak RW yang terkesan “gedung tidak ada yang boleh masuk selain

RW 13”. Bahkan saya juga menjelaskan bahwa sahnya masyarakat

yang lain ini mendambakan tempat seperti ini, dan terbuktilah di

RPTRA seperti apa kunjungannya. Kita di Petojo Selatan juga ada

RPTRA, animo dari masyarakatnya tidak sebegitu besar yang di

Tanah Tinggi, karena kita disini ya tahu sendirilah, beda banget ya

kondisi strata sosialnya seperti apa. Jadi untuk saya, keberadaan

RPTRA itu sangat penting ada di sana. Jadi maka dari itu, segala

upaya yang saya lakukan itu bukan karena saya takut terhadap

perintah pimpinan bukan juga karena saya tidak menghargai dari

keberadaan PAUD dan RW 13, tapi justru saya melihat disini ada

scoop nilai manfaat lebih besar yang bisa diraih oleh masyarakat

kalau misalkan ini bisa terwujud

25. P

:

I

:

Oh gitu, untuk yang kepengurusannya itu kan ada enam orang ya itu

masing-masing mereka mengurus apa saja ?

Kalo untuk pembagian tugasnya mungkin secara rinci saya ngga bisa

menjelaskan ya, mungkin dari pengelola RPTRA sendiri yang bisa

menjelaskan mereka tugasnya apa. Yang jelas pengelola RPTRA ini

merupakan bagian dari pengurus RPTRA tingkat kelurahan, kalo

dasar regulasinya itu, dasar hukumnya itu ada di Pergub 196 tahun

2015 tentang pengelolaan RPTRA yang saat ini terakhir sudah

diperbarui menjadi Pergub 49 tahun 2016 tentang pengelolaan

RPTRA di provinsi DKI Jakarta. Pengelola RPTRA itu kalo boleh

saya bahasakan adalah pegawai kontrak yang melakukan kontrak

dengan pemprov DKI Jakarta yang bertugas untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini yang menggunakan

fasilitas RPTRA. Mereka melakukan kontrak dengan pemprov DKI

Jakarta, kalo tahun ini di 2017 kontrak dengan lurah sebelumnya itu

kontrak dengan BPMPKB. Mereka juga kerja dengan shift dan juga 6

hari dalam 1 minggu, 8 jam dalam sehari standart pegawai kontrak

dan mereka diambil dari masyarakat setempat yang mengikuti

mekanisme seleksi sesuasi arahan dari BPMPKB, seperti itu. Jadi

kalo balik lagi ke pertanyaan tugasnya apa, tugasnya mereka pada

Page 100: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxi

intinya adalah memberikan pelayanan yang maksimal kepada

pengunjung RPTRA

26. P

:

I

:

Yang pengurus itu kantornya di RPTRA itu atau ada kantornya lagi ?

Di RPTRA

27. P

:

I

:

Jadi mereka juga di gaji juga ya ?

Iya mereka di gaji dengan nilai nominal sebesar UMP

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 3

Informan : Pak Edi Suryaman

Lokasi : Jakarta Pusat

Status : Camat

Tanggal : 24 Februari 2017

No. Dialog

1. P

:

I

:

Bisa tolong bapak ceritakan mengenai permasalahan PAUD dan

pembangun RPTRA di Tanah Tinggi?

Kalo masalah PAUD itu kan tidak berdiri sendiri, awalnya Johar

Baru ini kan yang memang dari dulu sampai sekarang itu kan

daerah yang rawan ya, rawan tawuran, rawan sosial, rawan

kriminal, rawan semuanya lah gitu loh. Nah ada Ingub nomor 10

tahun 2016 deh kalo ngga salah terkait dengan masalah penganan

konflik dan pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Johar Baru.

Nah salah satu bagian yang saat itu menjadi prioritas adalah

perlunya tempat-tempat yang bisa dijadikan sarana mediasi, sarana

untuk sosialisasi, sarana untuk berkumpulnya masyarakat. Nah

tetapi disisi lain Pemda DKI ini kan terbatas asetnya, nah pada saat

itu yang ada adalah GIM (Gedung Interaksi Masyarakat). Nah

kaitannya dengan itu GIM ini awalnya juga merupakan aset Pemda

yang tujuannya juga sama, dijadikan tempat untuk berkumpulnya

masyarakat begitu sosialisasi masyarakat, gedung interaksi

masyarkat. GIM itu di Johar Baru itu kalo ngga salah di Tanah

Tinggi, khususnya di Tanah Tinggi. Itu ada RW 7, RW 8, RW 13,

ada 3 ada 3. Nah cuma pada saat pembangunan GIM ini saya ngga

P = Peneliti

I = Informan

Page 101: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxii

tahu persis tahun berapa, ini agak terlantar. Ketika terlantar ini

mungkin dikuasi oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

Nah pada saat itu Pak Didi sebagai RW 13, melihat kondisi seperti

itu beliau ibaratnya punya tanggun jawab moral lah untuk

membuat suasana di RW 13 notabene nya kan tawurannya ngga

berhenti-berhenti tu, akhirnya diambil alih lah oleh Pak Didi

beserta RT-RT nya lah dengan berbagai macam cara, katanya sih

sempat adu debat, adu argumentasi lah terkait masalah itu. Oleh

karena itu tahun 2016 aset-aset itu sesuai dengan ingub nomor 10

itu akan dijadikan RPTRA, RPTRA itu Ruang Publik Terpadu

Ramah Anak di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru,

Jakarta Pusat. Dengan keterbatasan ini mau tidak mau yang kita

ambil adalah lahan-lahan yang memang sudah dikuasai dan

dibangun oleh pemda, nanti akan dikembangkan lagi jadi RPTRA.

Tapi kondisi real nya kan 2000 saya ngga tahu persis ya,

sebelumnya kan pos RW itu katanya ada dibangun di pinggir kali,

kemudian menempati GIM itu, yang notabene nya GIM kan itu

Gedung Interaksi Masyarakat juga. Nah karena disitu ada pos RW,

kemudian juga disitu ada PAUDnya juga, terus tempat pengajian

juga tempat TPA juga. Akhirnya karena memang tidak ada lahan

lagi untuk dijadikan RPTRA, GIM itulah yang kita prioritaskan

untuk dijadikan RPTRA, dengan kondisi di dalamnya ada pos RW

ya, ada PAUD, tempat mengaji dan lain sebagainya. Nah proses itu

memang ngga serta merta begitu saja keluar dari situ. Keluar itu

dalam artian perlu ada semacam kesepahaman bersama. Kalo kita

berbicara masalah aset, itu aset pemda. Walaupun itu dikuasai oleh

pak RW. Bukan dikuasai, tapi dimanfaatkan oleh pak RW. Tapi

pak RW juga mungkin berpendapat bahwa, kalopun pemda mau

menguasai ini, dia harus tahu dong kronologisnya seperti apa pada

saat awal. Kita memperolehnya ini berat loh, gitu. Jadi masing-

masing ada punya argumenlah. Ya itu kalo pendekatan secara

sosiologis yang saya sampaikan. Pada saat itu, karena memang di

Tanah Tinggi itu GIM kalo ngga salah harus ada 2 lokasi. 1 di RW

14 di Rusun Tanah Tinggi, 1 lagi di Pulo Gundul RW 13. Pertama

mungkin yang saya sampaikan pada saat itu adalah mengundang

warga keseluruhan bukan hanya di RW 13 saja, tapi sekelurahan,

saya undang untuk apa namanya.. untuk bisa mendapati informasi

bahwa di Tanah Tinggi itu akan ada RPTRA. Saya undang ada 3

kali ya, disini akan dibangun RPTRA. Nah kita masih belum ada

kejelasan tu dimana RPTRAnya. Baru disosialisasikan saja tapi ke

semua warga, termasuk di dalamnya Pak Didi dan RW 14 gitu.

Kemudian setelah kita mendapatkan fokus bahwa lokasinya di RW

13 dan RW 14. Nah baru kita khusus sosialisasikannya hanya di

RW 13 saja. Di RW 14 sendiri yang ngadaiinnya, di RW 13 juga

saya sendiri. Di RW 13 yang ngadain di kelurahan pernah, terus

kemudian di pos RW nya juga pernah, bukan di pos RW ya tapi di

Page 102: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxiii

GIM itu. 2 kali lah saya disitu ya. Kemudian di luar pendekatan

sosialisasi seperti itu, saya juga secara pribadi mendekati pak RW.

Karena bagaimanapun saya ngga mau program ini walaupun

tujuannya baik tapi kalo dengan cara yang kurang baik akhirnya di

tafsirkan tidak baik gitu loh. Saya baik baik dengan ke pak RW,

termasuk juga saya di dalamnya mendatangi kantornya, karena Pak

Didi itu kan ngerti masalah konstruksi, beliau kan di kontraktor

kerjanya. Nah pada saat itu kita datangi ke Pak Didi disana kita ke

kantornya bahwa pembangunan ini semata-mata untuk masyarakat

kemudian akhirnya setelah kita berkali-kali bertemu di pos RW,

saya datang ke kantornya, ke rumahnya, akhirnya ya ada beberapa..

bukan prasyarat ya, tapi keinginan yang memang harus saya penuhi

mewakili pemerintah. Yang pertama pos RW harus ada. Kemudian

juga PAUD tetap berjalan, kemudian juga pengajian juga tetap

berjalan, kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada di RW 13 itu

tetap berjalan. Akhirnya karena disitu ada lokasi RPTRA itu kan

ada 2 lokasi, 1 yang kecil 1 yang besar. Yang besar kita jadikan

RPTRA murni, nah yang kecilnya itu dengan permintaan tadi kita

sampaikan ke kontraktornya pada saat itu CSR, bukan pemda.

Akhirnya dibangunlah, pos RW juga dibangun, PAUD juga

dibangun, kemudian disana juga bisa dipergunakan untuk tempat

bermain anak-anak, kemudian anak-anak juga bisa bermain di

tempat RPTRA. Yang memang pada awalnya sulit diterima tetapi

setelah mendapat itu malah sebetulnya lebih nyaman disitu karena

pertama punya lahan sendiri, kemudian juga tidak direcoki oleh

bermain anak-anak karena bermain anak-anak kan secara umum

ada di RPTRA gitu. Kalo pertentangan konflik banyak banget

sebetulnya, banyak yan ga terima. Tapi kalo untuk diketahui bahwa

tidak ada satupun RPTRA yang di dalamnya ada pos RW di

bangun lagi pos RW. Tidak ada satupun RPTRA yang tadinya ada

PAUD atau ada TK atau ada apapun di bangun lagi madrasah atau

tempat apa.. satu-satunya yang ada tu di RW 13 itu gitu

2. P

:

I

:

Jadi tadi itu untuk menyelesaikan konfliknya itu upaya selain

memberikan lahan pengganti itu apa saja ?

Kita berikan lahan pengganti tapi di dalamnya juga kita berikan

tempat bermain anak-anak, tempat bermain anak-anak yang

tadinya ada di sana kita pindahkan ke sana terus kemudian kita

rapihkan lokasinya buku-buku juga kita berikan dari perpustakaan

kalo ngga salah membantu memberikan buku-buku kalo ngga salah

terus, apa lagi saya juga ngga tahu persis ya. Yang pasti disitu

disamping memang kita memberikan itu ada memang beberapa

yang kita berikan dan RPTRA pun memang bisa dipergunakan

sebetulnya untuk anak-anak bermain PAUD ini

3. P

:

Terus memang awalnya selain pihak dari lembaga PAUD dan pak

RW sendiri, warga sebetulnya menyetujui ga ada nya

pembangunan RPTRA, kan sudah seperti itu wali murid juga

Page 103: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxiv

I

:

bahwa lahannya juga tidak sebesar sebelumnya kan, itu bagaimana

?

Iya awalnya kan masih ketidak tahuan, wajar kalo masih

ketidaktahuan terus kemudian akhirnya banyak yang memunculkan

“ah apa itu RPTRA ? bisa dijamin ga RPTRA disini aman ?”

karena memang disitu lokasi-lokasi yang memang tahu sendiri kan

ya di RW 13 dengan RW 10, RW 13 dengan RW 9 itu kan sering

ada.. tapi setelah dibangun itu ya saat ini masyarakat merasakan

manfaatnya sudah sangat jauh berbeda. Disana RPTRA itu kan

dipergunakan untuk pertama pemberdayaan untuk anak-anak.

Disana anak-anak ada semacam bukan pelatihan ya, tapi ada

semacam keterampilan dan lain sebagainya kemudian juga untuk

remajanya juga ada kegiatan, untuk ibu-ibu yang memang tidak

bekerja ini juga ada kegiatan untuk menigkatkan keterampilan

dalam rangka menigkatkan taraf hidup baik itu keterampilan

memasak dan lain sebagainya ada lengkap semua disana. Nah

sekarang sih mungkin ya, ya bukan mungkin sih ya sekarang sih

sudah sangat positif banget tanggapan masyarakat. Awalnya

memang agak berat karena tidak tahu bahwa RPTRA tu seperti itu

4. P

:

I

:

Sosialisasinya seperti apa saja yang maksudnya tentang apa itu

RPTRA ?

Oh iya, ya pada saat itu bukan hanya saya, dari tingkat kota

menyampaikan, walaupun saya yang menyampaikan kepada

masyarakat yang lain, tetap saya sampaikan juga hal-hal yang

terkait dengan masalah RPTRA. Bahwa RPTRA itu di dalamnya

akan ada PKK itu menampung produk-produk yang berhubungan

dengan hasil dari kerajinan masyarakatlah, kemudian disana juga

ada ruang perpustakaan, kemudian juga disana ada ruang laktasi

bagi ibu menyusui ketika mungkin bermain disitu ataupun nganter

anaknya disitu kemudian ingin nyusu nah itu ada ruang laktasinya

kemudian disitu ada juga ruang perpustakaan, disana perpustakaan

bukan hanya untuk anak-anak tetapi buat remaja, ibu-ibu bapak-

bapak juga ada. Terus kemudian diatasnya juga kan ada ruang yang

memang dipergunakan untuk masyarakat juga kaya pengajian dan

terus kaya apa namanya.. pengajian arisan dan dibawah juga kan

ada untuk jogging track kemudian juga disana ada tempat refleksi,

lengkap disana itu. Saya sampaikan semuanya termasuk di

dalamnya bahwa RPTRA ini nanti akan ada pengelolanya,

pengelolanya itu nanti dari masyarakat sekitar situ, tetapi karena ini

ada pengelolanya maka nanti akan dibatasi gitu loh, dibatasi

jamnya. Kalau tidak dibatasi jamnya dalam tanda kutip ya, akan

banyak orang yang aneh-aneh masuk ke dalam sana

5. P

:

I

:

Itu jamnya dari jam berapa sampai jam berapa ?

Dari jam 7 sampai jam 10 malam

Page 104: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxv

Page 105: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxvi

6. P

:

I

:

Mengenai kepengurusannya itu bagaimana ?

Kalau untuk pengelolanya sebetulnya pemerintah dalam hal ini

PMT ya kalau jaman dulu ya, kalau sekarang sih PPAPP, itu yang

mengatur berapa orang pengelola. Pengelola itu 6 orang, kemudian

dia itu bekerja pertama itu mengawasi, memonitor, terus kemudian

juga memberikan.. karena mereka ini sudah dilatih, jadi kan

mereka ini terampil gitu loh orang-orang pengelola ini. Mereka

juga bisa memberikan cerita memberikan masukkan memberikan

apapun yang terkait dengan masyarakat disekitar situ gitu loh. Jadi

mereka kerjanya kalau ngga salah di shift deh, shift dari pagi

sampai siang 3 orang, dari siang sampai malam 3 orang

7. P

:

I

:

Itu setiap hari ?

Setiap hari 6 orang

8. P

:

I

:

Sampai hari minggu ya ?

Sampai hari minggu non-stop ngga ada hari liburnya disitu

9. P

:

I

:

Itu nanti kan ada kepengurusannya seperti itu, kepengurusannya

dipilihnya itu bagaimana ?

Kalau pengelola ini memang kita informasikan melalui masyarakat

website ya, melalui internet bahwa untuk kepengelolaan ini

diprioritaskan untuk warga masyarakat sekitar situ. Tetapi kan di

batasi 6 orang, jadi kalaupun seperti banyak masyarakat yang

masuk sekitar situ tetapi kan tidak bisa banyak yang masuk, hanya

6 orang. Itupun mungkin dengan prasyarat yang memang yang tahu

persis itu memang yang menseleksi itu bukan kita, PMP waktu itu.

Jadi PMP lah yang menseleksi sampai mendapatkan 6 orang itu,

mereka mendapatkan gaji UMR, mendapatkan fasilitas Busway

gratis, terus mendapatkan KJS dan lain sebagainya. Dan

kebanyakan masyarakat situ deh

10. P

:

I

:

Tapi itu RPTRA nya untuk umum kan ?

RPTRA itu sebetulnya kalaupun sepertinya ada disekitar situ, tapi

ada untuk seluruh warga kelurahan Tanah Tinggi, tetapi idealnya 1

RPTRA 1 RW. Cuma karena ngga ada lahan, itu bisa dipergunakan

untuk kelurahan yang lain

11. P

:

I

:

Oh gitu jadi 1 RW itu 1 RPTRA ?

Harusnya, idealnya. Cuma asetnya kan ngga ada, lahannya ngga

ada jadi akhirnya itu bisa dipergunakan untuk seluruh masyarakat

sekitar kelurahan Tanah Tinggi gitu

12. P

:

I

Terus saya pernah wawancara sebelumnya dengan Pak Didi

katanya ada social mapping yang didatangkan dari UI, itu social

mapping dari UI itu dia seperti apa ?

Kalau dulu CSR masih menggunakan sistem social mapping dari

UI ya, waktu itu yang mimpin bu siapa ya.. dia mendata kemudian

Page 106: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxvii

: juga dia memetakan kebutuhan apa yang memang harus di penuhi

di RPTRA itu kemudian juga termasuk di dalamnya untuk

namanya apa yang pantas disitu, itu kan Pulo Gundul ya ? itu

berdasarkan hasil musyawarah nama itu terus kemudian juga

kegiatan apa saja yang lebih banyak harus dilakukan disitu

kemudian pelibatannya siapa saja yang dilibatkan nah dari FGD ini

lah yang melakukan pemetaan terhadap apa yang harus dilakukan

dalam rangka pembangunan RPTRA yang ada di Pulo Gundul itu

13. P

:

I

:

Oh jadi terus kalo misalkan kegiatan yang ada di RPTRA itu, itu

kegiatan yang ada disitu orang yang memang ngurusin RPTRAnya

itu atau ada orang lagi yang untuk misalkan kaya latihan menari

taekwondo nah itu mendatangkan orang atau ?

Mendatangkan

14. P

:

I

:

Itu secara sukarelawan atau bagaimana ?

Bukan, jadi kalau untuk mendatangkan ini kan ada beberapa

kegiatan yang terkait dengan proses pelatihan itu jadi semua SKPD

semua dinas yang ada di walikota itu ikut andil. Contoh pariwisata,

pelatihan menari ini dari pariwisata nanti yang akan menghadirkan

guru tari nya ke sana, tinggal masyarakat menyiapkan orang-orang

yang nanti akan di didiknya. Terus kemudian dari taekwondo itu

dari olah raga, dinas olah raga. Mendatangkan pelatihnya tinggal

warganya yang ke sana. Terus kemudian dari tenaga kerja,

mendatangkan pelatihan tata boga, menjahit dan lain sebagainya.

Nah dari itu, dari sudin yang terkait. Tapi bagi masyarakat yang

memang punya kemampuan lebih, baik itu seni maupun olah raga,

yang memang perlu untuk diberikan pelatihan masyarakat tapi

ngga punya tempat, nah RPTRA juga bisa di pakai

15. P

:

I

:

Terus jadi pas itu akhirnya bagaimana RW 13 menyetujui itu

karena sudah mendapatkan lahan atau dia minta ganti rugi yang

lain selain lahan gitu ?

Awalnya iya, awalnya minta ganti rugi ya itu. Awalnya minta

dibangunkan pos RW, kemudian juga minta diakomodir lagi TK

nya, iya kan kita bangunkan disana, kita bangunkan itupun hasil

dari negosiasi sebetulnya memang ya harus kita ikuti

16. P

:

I

:

Sebenernya pendidikan itu juga penting kan ya, tadinya bagaimana

bapak menyelesaikan mencari solusinya bagaimana maksudnya

jadi kaya awalnya kan itu PAUD, pendidikan juga pentingkan

apalagi disitu ruang lingkupnya itu seperti itu, terus mengetahui

bahwa PAUD nya itu akan dipindah bapak tanggapannya seperti

apa ? karena kan waktu itu juga mencari lahannya agak bingung

kali ya karena kekurangan lahan juga gitu

Awalnya ya bukan hanya pak RW, bu RW, bu RW kan yang ketua

yayasannya kan bu RW. Iya kita sih bukannya agak, tapi

bagaimana.. sebenernya kalau tempat sih sudah ada, kita sudah

Page 107: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxviii

siapkan disana gitu. Cuma kan karena sambil membangun ini kan

perlu.. sambil membangun ini kan mereka juga belajar gitu loh,

bagaimana cara mereka tetap belajar tetapi ini tetap dibangun.

Akhirnya solusinya kan di kelurahan, di kelurahan bisa

dipergunakan untuk kegiatan PAUD, untuk kegiatan belajar

mengaji juga bisa dipergunakan di kelurahan sebelum yang

dibangun itu selesai akhirnya. Tapi setelah selesai nanti pindah ke

sana semua akhirnya gitu. Di kelurahan sementara. Ya ini yang kita

khawatirkan justru bukan tempatnya, kalau tempat sudah ada,

mereka kan minta supaya tetap diadakan, PAUD itu tetap diadakan,

pos RW tetap diadakan. Kan kita adakan. Nah ke khawatiran kita

justru ketika ini membangun.. ini kan vacum gitu loh, yang belajar

kan vacum dia, ngga belajar. Bagaimana caranya ? akhirnya

diambil solusi ke kelurahan belajarnya sementara waktu. Sampai

pembangunan itu selesai

17. P

:

I

:

Terus menurut bapak lokasi di PAUD yang sekarang itu efektif ga

sih, relevan ngga sih untuk kegiatan belajar mengajar sementara

kan katanya muridnya tu kan banyak sekali?

Kalau saya sih melihatnya begini ya.. apapun kegiatan pendidikan

yang ada disekitar situ, sangat dibutuhkan. Masalah efektif tidak

efektif kalau saya lihat memang itukan perlu ada sesuatu yang

memang menjadi idealnya kalau yang namanya sekolah kaya

PAUD itu kan perlu tempat bermain yang luas, perlu praktek anak-

anak yang luas tempat wudhu dan lain sebagainya. Nah dalam

kondisi disini yang kondisinya seperti itu mau tidak mau akhirnya

kita maksimalkan yang sudah ada. Kalau efektifnya saya lihat saat

ini cukup efektif, cuma memang luasannya yang memang belum

maksimal gitu. Cuma cari lahan disana sulit, sebetulnya pemda

DKI sangat menginginkan adanya lahan-lahan disana yang bisa

kita lakukan untuk dibebaskan untuk bisa dibangun PKBM, bisa

dibangun PAUD, bisa dibangun tempat pelatihan khusus untuk

Johar Baru ya. Tapi ternyata kan ngga ada di Johar Baru itu.

Kalaupun dijual paling cuma 100-200 ngga ada yang luas gitu,

ngga ada yang lega

18. P

:

I

:

Dari PAUDnya sendiri ada ngga ganti rugi yang belum

terlaksanakan atau memang semua sudah terlaksanakan ?

Kalo sepengetahuan saya.. ada yang memang ini.. saya ngga tahu

dari pihak sana ada yang ini ? ada ngga ada informasi ngga bahwa

ada yang belum direalisasikan ?

19. P

:

Kalo saya sih kurang tahu dia sebenernya sudah mengajukan atau

belum cuman keinginan dari PAUDnya itu pas saya wawancara dia

kepengen PAUD nya itu diresmikan jadi mempunyai surat izin,

karena PAUD itu berdiri karena dari ada yang KKN disitu dari

UNJ. PAUD itu kan awalnya berdiri karena adanya KKN UNJ.

Jadi karena UNJ sudah waktu masa KKNnya habis, ada dosen UNJ

yang melihat cara mengajarnya Bu Mony katanya bagus terus dan

Page 108: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxix

I

:

memang warga pada banyak yang seneng dengan adanya

pendidikan disitu makanya pas saya wawancara keinginan apa

yang dimaukan itu katanya ingin PAUDnya itu diresmikan jadi

memiliki surat izin untuk berdirinya PAUD itu

Kalau untuk perizinan, kalau untuk diresmikan sepengetahuan saya

ketika RPTRA diresmikan otomatis itu juga diresmikan karena

itukan bagian dari RPTRA juga sebetulnya. Tapi kalau untuk surat,

saya ngga tahu persis ya. Karena surat itukan terkait dengan sudin

pendidikan bukan saya, kalau saya waktu itu kapasitasnya sebagi

camat. Dan setelah itu ngga ada lagi yang ke saya gitu, ngga ada.

Karena setelah itu saya ngga lama setelah itu pindah deh saya kalau

ngga salah saya. Itu bulan apa ya ? saya tu inget bulan Juli atau

bulan apa kalau ngga salah. Kalau masalah itu mungkin sudah kita

sampaikan cuman mungkin kewenganannya ada pada sudin

pendidikan untuk mengeluarkan apakah itu surat izin dan lain

sebagainya memang bukan di saya. Bukan di camat memang di

pendidikan waktu itu

20. P

:

I

:

Jadi yang melakukan mediasi cuman bapak dengan pak lurah nya

ya ?

Saya, pak lurah, dari tingkat kota juga mediasi juga ikut pak

walikota terus kemudian.. ya kalau pak RW sudah jelas ya, pak

RW, PKK kemudian dari pihak sekolah semua ikut disana. Saya

ngga mau pamong itu kan ngemong, ngemong itu ya harus ya

pendekatannya harus pendekatan sosiologis, bukan pendekatan

yang sifatnya arogan gitu, ngga. Ketika saya diberikan tugas untuk

bagaimana itu bisa dibangun disitu sedangkan disitu ada pos RW,

nah itu tantangan buat saya. Tantangannya apa ? bagaimana cara

saya untuk melakukan pendekatan sehingga pak RW bisa keluar

dengan cara yang terhormat dengan cara yang ikhlas sehingga

antara kegiatan saya dalam hal ini pemda dengan kegiatan pak RW

bisa seiring sejalan ya walaupun awalnya memang agak berat, tapi

ya lama-lama berkat ya warga semua ya pak RW juga gitu dan

akhirnya bisa kita dua-duanya bisa kita bangun yang satu bisa kita

laksanakan RPTRA itu

21. P

:

I

:

Terus kan tadi kalau RPTRA itu ada yang pengurusnya,

pengurusnya itu ada yang mengontrol ngga dari pemdanya ?

Ada, pengurus ini sebetulnya ini bukan domain saya. Kalau saya tu

hanya mengantarkan bagaimana itu bisa dibangun oleh RPTRA.

Kalau RPTRA nya sendiri pada saat itu yang bangun baik itu

pengelola maupun pembangunannya ada di PMP, Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan. Kalau saya tu hanya sebatas pada

mengantarkan “nih lokasi sudah steril silahkan bangun”

22. P

:

I

Kalau yang pembangunan PAUDnya itu dapet biayanya dari ?

CSR. Yang mengawasi itu dari pemda itu. Dari CSR, dari swasta.

Kalau ngga salah siapa swastanya disitu ya ?

Page 109: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxx

:

23. P

:

I

:

Itu Blibli.com

Ah Blibli.com. Saya juga sudah mulai lupa-lupa juga

24. P

:

I

:

Itu proses terjadinya gitu berapa lama pak ?

Terjadinya ?

Page 110: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxi

25. P

:

I

:

Konflik yang sedang terjadi pada saat itu berapa lama?

Oh lama juga ya, lama juga ya ada berbulan-bulan itu kayanya.

Ada mungkin 2 bulan 3 bulan ada kali itu. Saya sih ngga tahu

persis ya beberapa kali kita lakukan sosialisasi saja itu sudah

hampir 2 bulan itu. Terus kemudian pendekatan ke pak RW nya

hampir sebulan setengahnya itu

26. P

:

I

:

Ada halangan ngga melakukan pendekatan mensosialisasikan

RPTRA ?

Iya halangannya itu karena masyarakat masih belum mengerti

100% seperti apa RPTRA ini. Dianggapnya banyak pekerjaan

pemda, program-program pemda setelah dibangun begitu saja

selesai ngga ada tindak lanjutnya dan begitu-begitu sajalah gitu

loh. Ngga diisi, ngga diawasi tidak dimonitor. Berbeda dengan

RPTRA sekarang, karena sekarang kan dimonitor, diawasi. Iya itu

termasuk pengelolanya juga diawasi oleh PMP. Ini 2 tahun sekali,

informasi dari PMP 2 tahun sekali akan diseleksi lagi apakah dia

masih mendapatkan tempat disitu atau ngga

27. P

:

I

:

Untuk pengurus itu ?

Iya

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 4

Informan : Om Didi

Lokasi : Tanah Tinggi

Status : RW 013

Tanggal : 9 Januari 2017

No. Dialog

1. P :

I

:

Yang menyebabkan RPTRA ini menuai pro dan kontra itu gara-gara

apa sih ?

Pro dan kontranya ya.. permasalahannya itu awalnya kan punya RW,

kantor RW yang disebut Gedung Interaksi Masyarakat, itu saya

ajukan tahun 2011. tahun 2011 dibangun tahun 2012 dan diselesaikan

lagi tahun 2013 disitu ada 2 tahun anggaran Pemprov DKI Sudin

Perumahan. Jadi diselesaikan tahun 2013, RW 13 menempati awal

tahun 2014. Kemudian pindah dari sana RW 13 awal tahun 2016,

pindah diberikan pengganti ya itu ini, gedung ini. Di taman Taman

P = Peneliti

I = Informan

Page 111: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxii

Andepol ini namanya

2. P :

I

:

Jadi yang gedung ini sebetulnya cuman untuk RW saja ?

Yang ini untuk kegiatan RW dan PKK. Perangkat sosial masyarakat

yang ada di RW 13

3. P :

I

:

Terus kan PAUDnya itu kan dipindahin kan akhirnya ke sini itu

bagaimana ?

CSR yang ini yang mengganti bukan pemprov. Jadi RPTRA itu

dibuat oleh CSR. Itu PT Blibli.com. Jadi pemprov DKI memiliki 2

CSR yaitu PT. Summarecon Agung sama Blibli.com. Jadi di Tanah

Tinggi ada 2 RPTRA, yaitu RPTRA rumah susun dikerjakan oleh PT.

Summarecon Agung, yang di Keramat Pulo Gundul RW 13

dikerjakan oleh Blibli.com

4. P :

I

:

Itu akhirnya menyebabkan terjadinya konflik gitu ya soalnya kan dari

tadinya harusnya PAUDnya kan di sebelah sana terus dipindahin ke

sini

Jadi sebenarnya RW 13 memiliki program pelayanan satu atap baik

itu RT, RW, PKK, posyandu, pospindu, karang taruna, bahkan

lembaga-lembaga yang dibawa RW itu pelayanannya satu atap yaitu

di gedung interaksi masyarakat, GIM namanya. Dan diakhir tahun

2015 PKKP provinsi DKI Jakarta memiliki program RPTRA salah

satunya adalah GIM RW 13 yang diminta untuk dijadikan RPTRA

terus tim social mapping dari UI penyandang dananya Blibli.com,

namun alot terhadap RW 13 karena dia tidak menyatakan akan

diganti disini dan kami disuruh kembali pelayanannya di rumah

masing-masing. Dan saya selaku RW nya mempertahankan tidak

mau, karena kronologisnya itu adalah milik RW yang berhak

menempati sana adalah RW gitu. Melalui pengajuan pada tahun 2011

namun pemprov DKI tetap ngotot dan akhirnya kami RW beberapa

kali mengadakan pertemuan dengan lurah, camat dan terakhir dengan

walikota. Walikota mungkin ada sekitar 3 kali pertemuan dengan

kami. Dan kami tetap tidak mau pindah dari sana kalau tidak ada

gedung pengganti. Ternyata dibikinkan di Taman Andepol dengan

luas 93 meter persegi. Luas lahannya sekitar 270 meter persegi

5. P :

I

:

Alasannya pemerintah membangun disini karena apa memang ?

Membangun RPTRA ? ya menurut PKK provinsi DKI bahwa

disetiap wilayah diharuskan memiliki ruang terpadu ramah anak, itu

disebut RPTRA. Jadi disitu fungsinya adalah untuk taman bermain

anak-anak. Untuk ibu dan anak yang bermain disitu dan ada tempat

menyusui kalau menurut pemerintah sih, ternyata tempatnya kayanya

ngga ada, belum ada ya

6. P :

I

:

Katanya juga dibangun lapangan basket, dan yang basket itu juga

belum ya ?

Ngga bukan lapangan basket, futsal. Sebenernya futsal itu dari jaman

RW 13 itu sudah mengajukan pada tahun 2012 kalau yang ditaro

lapanga futsal, mini futsal sebenernya futsal tidak mencukup. Itu

Page 112: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxiii

sudah diajukan oleh RW 13, namun juga tidak dibangun oleh

pemprov mungkin tidak disetujui tapi ternyata diambil alih oleh

RPTRA

7. P :

I

:

Oh seperti itu, waktu membangun RPTRA ini kesepakatan-

kesepakatan apa saja yang dibuat antara PAUD dengan.. ?

Ngga ada, makanya saya selaku RW nya tetap ngotot saya minta

gedung ganti karena kamipun melaksanakan program pemerintah.

Program pemerintah RW itu lebih, legitimasinya lebih kuat daripada

RPTRA. Kenapa ? RT RW diseluruh Indonesia ada tapi RPTRA

tidak ada diseluruh Indonesia. Kalau RPTRA hanya program PKK

provinsi DKI Jakarta yaitu Ibu Veronica selaku istri gubernur. Tapi

RW adalah lembaga yang notabene nya adalah lembaga pemerintah

lembaga masyarakat yang diresmikan atau disetujui oleh pemerintah

dari jaman belanda itu

8. P :

I

:

Jadi ngga ada kesepakatan-kesepakatan gitu ya pas waktu

pembangunan ?

Makanya agak ngulur sampai hampir 3 bulan pelaksanaannya disini

9. P :

I

:

Oh seperti itu

Itu negosiasi dengan RW antara pemerintah

10. P :

I

:

Jadi cuman negosiasi saja ngga ada pihak mediasinya gitu ?

Mediasinya ada CSR, dan social mapping dari UI sama sosialisasi ini

sama CSR yang penyandang dana dari Blibli.com itu

11. P :

I

:

Cuma 3 kali pertemuan itu ya ?

Kalau UI beberapa kali namun mentah karena bekal sosialisasinya UI

itu dangkal sekali, wawasannya kurang mengenai RPTRA maupun

terhadap sosial lingkungannya

12. P :

I

:

Biasa kan kalau ada mediasi gitu ada negosiasi ada yang

kesepakatan-kesepakatan gitu juga ngga dibuat akhirnya ?

Seharusnya begitu, namun karena arogansinya Ahok mungkin ya

arogansinya pemprov DKI sehingga tidak membuat suatu

kesepakatan-kesepakatan

13. P :

I

:

Sama sekali ngga ada ?

Ngga ada

14. P :

I

:

Jadi dirugiin banget ya ?

Misal saya RW ngga ngotot ya ngga dapet gedung ini

15. P :

I

:

Ngga dapet ? ngga ada gedung pengganti ?

Ngga ada, karena mungkin PAUD itu kan disinyalir bakal bubar

16. P :

I

:

Sudah gitu cuma ada satu disini ya ?

Iya RW 13 cuman 1 di Tanah Tinggi lebih dari 14 PAUD namun

muridnya terbanyak disini. Ada sekitar 120 murid. Kalau ditempat

lain belasan lah mungkin 20 palingan

Page 113: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxiv

17. P :

I

:

Itu waktu yang proses mediasinya itu prosesnya bagaimana saja ?

Oh sangat alot, karena ya itu, mereka yang memberikan sosialisasi itu

social mapping dari UI nya mereka yang tidak memiliki wawasan

RPTRA tidak memiliki wawasan tentang lingkungan seperti di Tanah

Tinggi ini gitu, mestinya mereka cari bekal dulu gitu loh untuk mau

ketemu saya. Mungkin kalau RW nya bukan saya mungkin tidak alot.

Tapi buat saya itu ya kalau secara untung dan ruginya untuk

lingkungan, dirugikan. Tapi kalau secara struktural pemerintahan

mau tidak mau harus ikut program pemerintah

18. P :

I

:

Selain pihak PAUD ada yang merasa dirugikan lagi ngga sih akibat

PAUDnya pindah ke sini ?

Ya ketua RT, RT RT merasa dirugikan. Karena dulu RT berkantor

bersama dengan RW. Setiap pelayanan dimulai dari jam 8 malam

sampai larut malam itu kami bersama-sama dengan RT 1 atap

sehingga mempermudah warga bagi masyarakat ketika mengurus

surat-surat sekali jalan seles

19. P :

I

:

Terus sekarang akhirnya RT nya ?

Kembali ke rumah masing-masing. Dan mereka yang mengurus surat

warga gitu, pertama ke rumah RT dulu, dari rumah RT baru pos RW

sini. Jadi sangat dirugikan oleh masyarakat, waktu ya

20. P :

I

:

Jadi ngga bisa sekali ketemu RT RW ya

Iya dulu sekali jalan selesai

21. P :

I

:

Terus sekarang sebetulnya warga disini setuju ngga dengan

pembangunan RPTRA ini ?

Ya ada yang setuju dan ada yang tidak. Kalau dulu mayoritas tidak

setuju kalau diambil alih sama RPTRA ketika awal-awal mau ada

RPTRA. Karena seolah-olah pemerintah menyabotasi hak

masyarakat itu yang.. sebagai pemanfaatnya adalah lembaga

masyarakat yang ada di RW 13 yang notabenenya adalah demi

kepentingan masyarakat RW 13. Namun sekarangkan gedung itu

untuk kepentingan masyarakat umum bukan RW 13 saja

22. P :

I

:

Kalau dalam penyelesaian konflik itu RW 13 itu ada timnya ngga

atau PAUDnya gitu, untuk penyelesaian konfliknya ini ?

Untuk itu.. ngga. RT RT nya itu pun ngga mau, mereka

mempercayakan kepada saya RW nya. Sampai beberapa kali

pertemuan dengan lurah, camat sama walikota bahkan lurah sama

camat itu sudah berapa kali datang ke kantor saya, ketika siang hari

saya dipanggil camat untuk menghadap ke kantor saya tidak mau.

Dan saya panggil camat nya yang saya suruh datang ke kantor saya 3

kali. Lurah sama camat datang ke kantor saya untuk membicarakan

itu dan di luar kantor saya.. berkali-kali sampai tak terhitung lah saya

tidak menghitung pertemuan saya dengan lurah dan camat yang jelas

pertemuan saya dengan walikota ketika awal walikota datang ke sini

Page 114: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxv

satu kali, kedua kalinya ketika stuck pembicaraan saya dengan lurah

dan camat saya minta walikotanya berhadapan dengan saya, saya

diundang dengan walikota saya ngga mau, saya tidak punya

kepentingan dan suruh walikotanya datang ke sini alhamdulillah

walikotanya datang ke sini

23. P :

I

:

Itu maksudnya tahu kan ya kalau RPTRA nya mau di bangun di atas

lahan PAUD itu ?

Bukan lahan PAUD, lahannya punya pemprov juga cuman

notabenenya gedung itu adalah RW yang mengajakukan ketika

sebelum di bangun (00.12.22) tahun 2011 kami mengajukan gedung

interaksi masyarakat dan disetujui oleh pemprov DKI yaitu dibangun

oleh sudin perumahan dan pemanfaatnya adalah RW yang

mengajukan beserta lembaga di bawah RW

24. P :

I

:

Itu apa ngga kepikiran misalkan, kan RPTRA nya jadi dia ngga

ngasih kesepakatan maksudnya ngga kurang ngasih solusi bagaimana

PAUD nanti akan dibangun memang dia ngga memikirkan kaya

padahal pendidikan itu penting gitu loh

Ngga cuma menjanjikan.. saya bicara seperti itu, saya bicara seperti

itu kami melaksanakan program-program pemerintah. RW yaitu

kepanjangan tangan dari pemerintah, dari mulai Indonesia baru

merdeka sampai sekarang bahkan kami mengikuti program

pemerintah seperti dari PDK yaitu Dikdas yaitu program pendidikan

usia dini, anak usia dini, PAUD. Dan kami memiliki siswa PAUD

terbanyak sekelurahan Tanah Tinggi. Kemungkinan terbanyak se-

DKI. Kami membina PAUD dari sebelum ada program dari Dikdas,

program dari Dikdas itu ada sekitar kurang lebih sepuluh tahun lah

kebelakang. Tapi kami sudah memiliki yang namanya PAUD ini dulu

bukan PAUD, namanya TK sosial. Sudah jalan 19 tahun. Jadi 9 tahun

minus sebelum program dari PDK dari Dikdas, kami sudah memiliki

sejenis dengan PAUD ini. Dengan apa.. bayar ala kadarnya. Artinya

pengajar-pengajar di PAUD atau sebelum PAUD, itu tenaga-tenaga

sosial. Termasuk yaitu Ibu Mony, sebagai pendirinya dan saya selaku

pengurus RW jaman waktu itu saya sekretaris RW, ya sama-sama

penggerak di lingkungan akhirnya bikin.. karena melihat anak-anak

yang tidak bersekolah yang seharusnya dia masuk TK ternyata ketika

kami tanya kenapa tidak masuk TK alasannya tentang finansial

tentang ekonomi akhirnya kami bersama dengan PKK, membuat TK

pada saat dulu TK namanya. TK Islam Mandiri tahun.. ya 19 tahun

yang lalu lah. Dengan sarana pos RW ukuran 3x4, belum dipotong

ada meja segala macem disitu dan ada meja RW 2, sehingga ruangan

praktis ruangan untuk belajar anak itu sangat sempit sekali dan ketika

3 tahun kemudian kami membangun di pinggir kali, ukuran 2,5x8

dan disitu yang sudah lama, yang agak lama disitu. Sampai disaat

disana juga sampai memiliki murid dengan ruangan yang sangat kecil

dan sangat di pinggir jalan sangat bahaya ketika anak begitu keluar

kelas gitu, itu saat itu bisa sampai 60 anak sedangkan di tempat lain

Page 115: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxvi

belum ada yang namanya PAUD, belum ada yang namanya TK

gratis. Kami sudah bikin. Namun mungkin pemerintah pemprov DKI

tidak melihat ke sana. Semua pemprov DKI menjalankan program

menurut aturan yang mereka tanpa melihat situasi dan kondisi di

lingkungan seperti yang ada di di Tanah Tinggi ini

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 5

Informan : Bu Iik

Lokasi : PAUD Islam Mandiri

Status : Guru

Tanggal : 28 Februari 2017

No. Dialog

1. P

:

I

:

Ibu namanya siapa?

Ibu Iis Sri Rahayu

2. P

:

I

:

Ibu tau gak dulu PAUD islam Mandiri ini seperti apa?

Oh..dulu mah kecil, udah kecil sempit lagi. Dulukan disana, deket

apa..pinggir kali sana. Eee...kecil banget..eee udah kecil, sekarang

mah udah Alhamdulillah. Saya kan disini sudah 10 tahun.

3. P

:

I

:

Kepengurusan struktur sekolah disini itu seperti apa?

Disini ada kepala sekolah, bendahara, guru. Oh..itu HIMPAUDI.

HIMPAUDI kan jadikan kalau kita yang ada acara maksudnya kan

kalau itu yang pertemuan gitu sebulan sekali kita ikut gabung gitu

sama HIMPAUDI. Gabung gitu..kan kalau misalkan ada acara

HIMPAUDI misalkan ngadain acara manasik haji, terus porseni,

sama terakhir pelepasan. Kitaya harus ikut. Gabung ke dia dan itu

wajib. Kemarin kan kita februari tuh tanggal kemarin abis dari

manasik haji ke ini ke Bekasi, kita kan harus ikut. Bergabung sama

dia.

4. P

:

I

:

terus perkembangan PAUD hingga saat ini, dari dulu sampai

sekarang seperti apa?

Wooh, Alhamdulillah. Alhamdulillah lah, udah banyak

perkembangan. Malah banyak murid-murid dulu yang sekarang

sudah SMP. Kalau ketemu dijalan suka lupa gitu namanya siapa

dan dia masih inget. Ibu, gitu, salim gitu. Oh ibu masih di PAUD

Islam Mandiri? Iyah masih, saya jawab. Oh perkembangannya

P = Peneliti

I = Informan

Page 116: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxvii

udah Alhamdulillah sekarang mah.

5. P

:

I

:

Apa saja kegiatan yang dilakukan di PAUD Isla Mandiri?

Ya biasakan, kita baris-berbaris, terus kalau setiap senin, eh selasa

sama jumat kita wajib shalat berjamaah 2 rakaat. Eeee.. itu,

pokoknya setiap selasa sama jumat. Terus kita juga ajarin beramal.

Nanti kalau sebelum shalat kita beramal dulu.

6. P

:

I

:

Kurikulum apa yang digunakan?

Kita pakai..apa ya kemarin.. uumm yang apasih, saya lupa

kurikulumnya. Kita ini..ee seminggu sekali kan kita suka ada ganti

tema gitu. Nihkan sekrang temanya lagi air, api, dan udara. Nah ini

air, api, dan udara 2 minggu. Nah jumat besok terakhir nih. Naah

ntar, nanti Bu Moni ngomong lagi nanti kita mau temanya apanih,

gitu. Tar Bu Moni yang kasih temanya, nantikita yang beritahu

anak-anak.

7. P

:

I

:

Apakah murid mendapatkan buku untuk belajar?

Gak, kita gak pake gitu-gituan.

8. P

:

I

:

Terus pendapat Ibu mengenai PAUD ini seperti apa selama

mengajar? Kan PAUD ini sebelumnya juga sudah pernah pindah

beberapa kali.

Saya cuman 2 kali merasakan kepindahan PAUD.

9. P

:

I

:

Bagaimana pendapat ibu dengan pindahnya PAUD, maksudnya

sebelumnya PAUD memiliki lahan yang luas, kemudian

dipindahkan dengan tempat yang lebih kecil, itu pendapat ibu

seperti apa?

Tapi Alhamdullilah ah ya, udah ada ditempatin disini. Kalau disana

kan maksudnya ditempatkan terbuka, kalau disinikan dibuatkan

ruangan kelas gtu. Kalau sekarag sih ruangannya enak, ber-AC.

Jadi maksudnya juga anak-anak tertiblah. Kalau siangan kan

kelompok bermain disini sama kelompok B1. Kalau pagi

kelompok A sama kelompok B2

10. P

:

I

:

Jadi dalam satu ruangan kelas, terdapat dua kelompok?

Iyah, ganti-gantian

11. P

:

I

:

Apakah dengan ruangan yang kecil seperti ini pembelajarannya

jadi lebih efektif?

Yaa..sebetulnya pelajarannya kasian anak-anak. Gak pake bangku,

gak pake meja. Harusnyakan pake bangku dan meja gitu. Jadi ya

kasian anak-anak harus kaya bungkuk gitu belajarnya.

12. P

:

I

Memang sebelumnya menggunakan bangku dan meja saat belajar?

Nggak juga. Emang istilahnya kita juga gak ada yang

nyumbanglah. Harusnya yakan ada yang nyumbanglah. Kan kita

Page 117: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxviii

: kan kemarin udah mau ngambil BOP, tapi sama Bu Moni sendiri

katanya gak usah. Katanya banyak mudorotnya dan kurang baik di

kita. Yaudah akhirnya kita gak nerima dan yaudah akhirnya kita

gini aja. Apa adanya aja udahlah.

13. P

:

I

:

Apakah Ibu lebih setuju PAUD yang sekarang atau yang dulu?

Ya sebenarnya saya lebih senang dengan PAUD yang sekarang.

Karena memiliki kelas, meliki ruanganlah. Kalau dulu kan terbuka

gitu, jadi kasian anak-anak kalau misalkan lagi hujan, terus angin

kenceng buku pada kena angin gitu. Jadi Alhamdulillah lah

sekarang. Cuman ya gitu, terlalu kecil aja PAUDnya.

14. P

:

I

:

Apakah Ibu Iik mengetahui konflik yang terjadi antara PAUD dan

RPTRA?

Iya, sayang mengetahuinya.

Page 118: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xxxix

15. P

:

I

:

Lalu bagaimana pendapatan Ibu mengenai konflik ini?

Saya sih tau ada konflik aja. Cuman saya gak ikut campur. Biar

saja Bu Moni dan Pak RW yang mengatur dan mengurus

semuanya.

16. P

:

I

:

Selama konflik berlangsung, apakah ibu mengetahui upaya apa saja

untuk ganti rugi?

Iya, yang saya tau pada saat RPTRA dibangun di atas lahan yang

tadinya tempat PAUD, guru-guru bingung mau mengajar dimana.

Akhirnya, kita dikasih tempat mengajar di kelurahan. Ya Allah

mana panas, ugh lama juga deh ngajar disitu. Kalau gak salah

sampai 3 bulan, sampai pembangunan PAUD selesai. Pas udah jadi

PAUDnya, Bu Moni kecewa. Kan padahal mintanya ditingkat, tapi

ternyata malah begini. Yaudah kita kecewa, kita kecewa, karena

gak sesuai sama yang kita minta.

17. P

:

I

:

Selain itu, apalagi yang tidak sesuai dengan yang diinginkan untuk

ganti rugi?

Yaaa..dia sih janji katanya mau ditingkatkan, tapi ya apa..buktinya

sampai sekarang masih gini-gini aja. Gak ditingkatin. Cuman janji

doang.

18. P

:

I

:

Fasilitas yang ada disini diberi apa beli sendiri?

Sebagian ada yang diberi, sebagian ada yang beli snediri. Sebagian

ada dari BOP. Cuman terkadang BOP turunnya lama, akhirnya kita

minjem duit dulu sama orang untuk membeli keperluan PAUD.

18. P

:

I

:

Bearti pihak RPTRA tidak memberikan sumbangan berupa

fasilitas?

Tidak, pihak RPTRA hanya meberikan ganti rugi bangunan saja.

19. P

:

I

:

Apakah pihak PAUD tidak meminta fasilitas untuk ganti rugi?

Iyah, tadinya Bu Moni minta fasilitasnya lebih. Tapi, ternyata kita

nerimanya udah begini aja. yaudah jadinya gini aja. kita minta usul

begini begitu gak di kasih, gak ada responnya. Cuman sekedar janji

aja.

20. P

:

I

:

Dengan adanya kabar bahwa akan di bangun RPTRA disini,

apakah ibu merasakan sosialisasi mengenai RPTRA yang diberikan

oleh Pak Lurah?

Tidak, saya tidak merasakan sosialisasi mengenai RPTRA.

P

:

I

:

Lalu apakah ibu mengetahui apa itu RPTRA? Dan kenapa harus

dibangun disini?

Iya katanya ini tempatnya luas, inikan tadinya taman. Dari taman

ah udah deh disini aja di bangun PAUDnya. Jadi PAUDnya

dipindahin deh kesini. Terus pas RPTRA mau dibangun kan di

pindahin tuh PAUDnya. Saya dikasih gambaran gitu sama Bu

Page 119: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xl

Moni. Gambarannya sih bagus, menurut saya bagus. Terus Bu

Moni bilang, “Alhamdulillah PAUDnya mau dipindahkan. Terus

katanya tingkat.” Eh ternya, loh kok begini? Kecil. Barang-barang

yang dari PAUD sebelumnya jadi..ya kita bingung mau ditaro

manakan. Akhirnya ya ditumpuk-tumpuk aja udah. Abis mau

ditaro mana lagi. Ya jadi keliatan kumuh, sumpek, cuman ya mau

gimana lagi.

21. P

:

I

:

Lalu bagaimana dengan murid-murid disni?

Yaa..gimana ya. Tadinya tuh muridnya banyak. Terus sekarang

malah tambah berkurang-kurang. Mungkin berkurang karena

tempatnya juga kali ya. Karena tempat sekarang kecil. Padahal dari

seluruh PAUD yang ada di Tanah Tinggi, tempat bermain yang ini

ya disini. Dari 120an skrng jadi 108 apa, apa berapa gitu.

Pokoknya jadi berkurang lah muridnya.

22. P

:

I

:

Lalu bagaimana dengan pembe;ajaran di dalam kelas? Maksud

saya, kan dalam satu ruang terdapat 2 kelompok, kelompok A dan

B. Lalu hanya dibatasi dengan sekat semacam kayu, apakah tidak

terganggu?

Yaa..gimana yaa. Udah terbiasa juga sih kaya begini belajarnya.

23. P

:

I

:

Awalnya dulu bagaimana dengan pembelajaran yang hanya disekat

ini?

Yaa awalnya agak keganggu juga yah. Terus kadang harus teriak-

teriak juga mengajarnya. Atau kayak misalnya kelompok B lagi

berdoa, kelompok A ikut-ikutan atau berisik gitu. Yaa gitu-gitu

ajalah. Yaaa tapi sekarang mah udah biasa sih.

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 6

Informan : Bapak Nana Ekaryana

Lokasi : Tanah Tinggi

Status : Warga

Tanggal : 28 Februari 2017

No. Dialog

1. P

:

I

Bapak namanya siapa?

Saya namanya Bapak Nana

P = Peneliti

I = Informan

Page 120: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xli

:

2. P

:

I

:

Bapak sudah berapa lama tinggal disini

Sudah lumayan cukup lama. Sejak saya kecil. Saya kan lahir disini.

3. P

:

I

:

Bearti bapak tau dong awal terbentuknya PAUD ini?

Saya tau. Awalnya ada anak yang sedang melakukan kegiatan

KKN disini. Lalu mereka membuat program pendidikan untuk

anak usia dini.

4. P

:

I

:

Apakah bapak mengetahui tentang permasalahan yang terjadi

antara PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA?

Saya tahu, tapi saya tidak tahu begitu banyak. Karena terlepas dari

itu, bukan urusan saya. Yang saya tahu PAUD Islam Mandiri

menuntut ganti rugi lahan agar PAUD tetap adanya.

5. P

:

I

:

Lalu mengenai lahan tersebut, memangnya lahan tersebut milik

siapa?

Jadi gini, pada awal Tahun 2009 wilayah RW 013 Kelurahan

Tanah Tinggi Kecamatan Johar Baru, kedatangan tamu seorang

Anggota Dewan DPRD DKI Ketua Komisi C Bpk. H. M.

Firmansyah. Kunjungan tersebut dalam rangka acara dengar

pendapat dengan warga. Acara malam itu berlangsung cukup akrab

bertempat di rumah kediaman Bpk. Hasanudin Ketua RW 013.

Selesai sesi acara Bpk. Hasanudin mengutarakan maksud untuk

menjual rumah berikut tanah miliknya seluas lk. 1.189 M2 kepada

Bpk. H.M. Firmansyah. Namun secara halus dan berkelakar Bpk.

H.M. Firmansyah menolaknya dengan alasan bahwa ia tidak

memiliki uang untuk membeli rumah dan tanah tersebut. Namun

malam itu ia berjanji akan membantunya, dengan cara akan

mengajukan usul kepada Pemda DKI agar membeli tanah milik

Bpk. Hasanudin, asal harga tanahnya sesuai dengan NJOP. Dimana

nantinya Pemda DKI membeli tanah tersebut untuk digunakan

sebagai Lahan Terbuka Hijau. Untuk menyenangkan hati warga

dan Bpk. Hasanudin sebagai ketua RW.013 Kelurahan Tanah

Tinggi, maka Ketua Komisi C bidang Anggaran Bpk.

H.M.Firmansyah mewujudkan janjinya dengan harapan agar nanti

pada PEMILU ia mendapat suara terbanyak di wilayah RW 013

Kelurahan Tanah Tinggi. Pemilu Legislatip DKI yang berlangsung

pada tanggal 9 April 2009 Hasilnya cukup memuaskan bagi

perolehan suara Bpk. H.M.Firmansyah khususnya di wilayah RW

013 Kelurahan Tanah Tinggi. Maka sesuai janjinya ia berusaha

keras agar pembelian rumah dan tanah milik Bpk. Hasanudin oleh

Pemda DKI terlaksana.

6. P

:

I

Lalu apakah Bpk. H. M. Firmansyah terpilih sebagai RW 013?

Ternyata beliau tidak terpilih. Yang terpilih menjadi RW 013

malah Bpk. Didi. Tapi tanah tersebut sudah dibeli oleh Pemda DKI

Page 121: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xlii

: Jakarta.

7. P

:

I

:

Lalu bagaimana dengan Bpk. Hasanudin?

Bapak Hasanudin balik ke kampungnya.

8. P

:

I

:

Berarti lahan tersebut sudah sah menjadi milik Pemda DKI Jakarta

dong ya?

Iyah, lahan tersebut memang sebenarnya sah milik Pemda DKI

Jakarta. Pada saat sudah dibangun GIM (Gedung Interaksi

Masyarakat), gedung itu seperti tidak terurus dan suka

disalahgunakan. Oleh karena itu, selaku RW 013 Bpk. Didi

meminta kepada kelurahan untuk mengelolah gedung tersebut

sesuai fungsinya. Kemudian disetujui oleh pak lurah dan akhirnya

semua kegiatan seperti ibu-ibu pkk, RW, RT, rapat warga, semua

bertumpu di GIM. Sehingga kalau ada perlu mau bertemu dengan

pak RW atau pak RT tidak perlu kerumahnya satu-satu. Hanya

datang ke GIM saja, jadi tidak repot.

9. P

:

I

:

bearti memang tidak ada hak untuk menggunakan lahan yang

sekarang dibangun RPTRA ya?

Sebenarnya memang tidak memiliki hak. Mau menuntut juga lahan

tersebut milik Pemda DKI Jakarta. Cuman yang membuat Pak Didi

tidak setuju itu karena Pak Didi mengajukan permohonan izin

untuk memakai GIM sebagai kegiatan RW dan RT juga yang

lainnya. Kegiatan ini juga sebagian kegiatan kecil yang memang

sebenarnya membantu pemerintah. Pak RW 013 hanya ingin

menjalan tugas dengan baik karena ini juga bagian dari sistem

pemerintah. Seperti PAUD yang tujuannya mencerdaskan anak

bangsa.

10. P

:

I

:

Lalu bagaimana tanggapan bapak mengenai PAUD Islam Mandiri

dan RPTRA ini?

PAUD ini sebenarnya banyak dimintai oleh masyarakat setempat.

Karena memang metode pembelajarannya yang bagus.

11. P

:

I

:

lalu bagaimana pendapat bapak mengenai RPTRA?

Menurut saya, kenapa harus memaksakan membangun RPTRA

disini. Sudah tahu disini tidak memiliki lahan, tetapi tetap dipaksa

untuk pembangunan RPTRA. Saya merasa ini hanya permainan

politik saja. Jadi pemerintah sengaja membangun RPTRA karena

ingin mendapatkan uang. Sudah jadi hal yang lumrah seperti itu.

Walaupun dengan alasan ingin membuat KLA tapi malah

mengesampingkan pendidikan untuk anak, seharusnya tidak seperti

itu. Selain itu juga terdengan wacana bahwa akan dibangun

apartemen disekitar sini.

TRANSKRIP WAWANCARA

Page 122: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xliii

Transkrip Wawancara 7

Informan : Ibu Elin

Lokasi : Tanah Tinggi

Status : Guru

Tanggal : 28 Februari 2017

No. Dialog

1. P

:

I

:

Apakah Ibu mengetahui terbentuknya PAUD Islam Mandiri?

Waktu itu sekitar tahun 1999. Itu didirikan sama Ibu Moni. Waktu

itu belum menajdi PAUD. Waktu itu anak-anak yang gak mampu,

kemudian di kelolah oleh Ibu Moni dengan bayaran Rp. 500,-

perhari kalau gak salah. Terus akhirnya lama-lama pas ada PAUD

tahun berapa saya lupa, yaudah jadi PAUD.

2. P

:

I

:

Bagaimana struktur organisasi disini?

Kepala sekolah, sekertaris, bendahara, dan guru.

3. P

:

I

:

Kalau Ibu sebagai apa?

Saya sebagai bendahara

4. P

:

I

:

Bagaiman perkembangan PAUD dari dulu hingga sekarang?

Alhamdulillah meningkat ya. Dari kita gak punya apa-apa,

sekarang Alhamdulillah sudah mempunyai gedung, gedung sendiri.

Fasilitas permainanpun ada.

5. P

:

I

:

Bagaimana pendapat ibu mengenai kondisi PAUD yang sekarang?

Ya fasilitasnya jadi berkurang lah. Dalam hal kelas, waktu kemarin

banyak kelas. Maksudnya luas gitu, kalau sekarang kan kelasnya

kecil dan untuk anak-anak brlajar kurang apa yaa..seperti kurang

leluasa, kurang efektiflah.

6. P

:

I

:

Memang sebelumnya ada berapa kelas?

Hanya ada 1 kelas. Shift pagi dan siang. Cuman kan dulu kelasnya

luas. Kalau sekarang kecil. Jadi kelompok A harus dibagi 2 dan

kelompok B juga. Karena sekarang kalau 1 kelas tidak muat,

kelasnya sekarang kecil. Ruangannya juga hanya di sekat saja. Jadi

ya gtiu deh belajarnya.

7. P

:

I

:

Apakah Ibu setuju dengan pembangunan RPTRA disni?

Yaaa setuju gak setujulah. Setujunya anak-anak sekarang kalau

belajar jadi sempit. Karena bangunan yang terlalu kecil.

P = Peneliti

I = Informan

Page 123: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xliv

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 8

Informan : Ibu Erti Sumoni

Lokasi : PAUD Islam Madiri

Status : Kepala Sekolah

Tanggal : 10 Oktober 2016

No. Dialog

1. P

:

I

:

Sebelum melakukan wawancara, nama Ibu siapa? Dan jabatan ibu

disini sebagai apa?

Nama saya Erti Sumoni. Saya disini jabatannya sebagai kepala

sekolah.

2. P

:

I

:

Ibu bisa tolong jelaskan bagaimana terbentuknya PAUD Islam

Mandiri?

Berawal dari PKL Mahasiswa IKIP Rawamangun Jakarta dengan

Dosen Pembimbing Bapak Diding dan Ibu Yurdik pada tahun 1998

di wilayah Kelurahan Tanah Tinggi tepatnya di Pos RW. 010

selama sebulan. Anak IKIP Jakarta (sekarang UNJ) mengajarkan

berbagai macam bahasa dan juga mengajarkan bagaimana

berbahasa yang baik dan santun kepada anak-anak di lingkungan

sekitar. Karena lingkungan di RW 13 ini sangat memperihatinkan

akibat pendidikan yang rendah. Setiap pembelajaran dimulai, anak-

anak dikumpulkan di pos RW 010 Tanah Tinggi.

3. P

:

I

:

Lalu, bagaimana bisa ibu ditunjuk sebagai kepala sekolah PAUD

Islam Mandiri?

Waktu itu, pada pekan ke-2 ketika saya sedang mengantarkan anak

saya sebagai peserta didik, para mahasiswa tidak hadir karena satu

hal lain. Saya melihat anak-anak sudah berkumpul dan saya

berinisiatif untuk mengajar sebagai guru pengganti. Ketika saya

sedang mengajar, dosen pembimbing mahasiswa dari IKIP

Rawamangun Jakarta melihat dan tertarik dengan cara mengajar

saya. Kemudian saya ditunjuk untuk meneruskan “sekolah

dadakan” yang dibuat oleh IKIP Rawamangun Jakarta setelah para

peserta KKN menyelesaikan tugasnya. Tapi ya waktu itu ini masih

sekolah dadakan, belum menjadi PAUD. Saya hanya meneruskan

apa yang telah mahasiswa IKIP jalankan selama KKN disini.

4. P Ketika ibu terpilih menjadi kepala sekolah, apakah ada proses atau

P = Peneliti

I = Informan

Page 124: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xlv

:

I

:

tahapan yang dilewati?

Tentu ada. ketika saya terpilih menjadi kepala sekolah, saya

mendapatkan pelatihan tenaga pendidikan daru IKIP Jakarta.

Setelah 7 bulan berlalu, sekolah tersebut barulah muncul wacana

untuk mematenkan “sekolah dadakan” menjadi tempat pendidikan

formal. Jadi waktu itu tanggal berapa saya lupa, pokoknya bulan

september tahun 1998 diresmikan menjadi TK Mandiri yang

berdomisili di RW 013 Kelurahan Tanah Tinggi. Pada saat acara

persemian PAUD mandiri, pihak IKIP Jakarta dan lurah setempat

ikut hadir dalam memeriahkan acara peresmian.

5. P

:

I

:

Tujuan dari PAUD Islam Mandiri bertahan hingga sekarang itu

apa? Maksudnya, PAUD ini awalnya sekolah dadakan. Apa alasan

ibu mempertahankannya?

Awalnya ini memang ini sekolah dadakan dan setiap RW harus

memiliki minimal 1 PAUD untuk anak-anak bisa bersekolah.

Dengan tujuan untuk meningkatkan dan mensejahterkan

pendidikan pada anak usia dini. Juga mengajarkan nilai-nilai yang

diajarkan dalam Islam. Seperti beribadah, membaca Al-Qur’an,

nilai-nilai sosial positif lainnya. Karena lingkungan disini sangat

kurang bagus. Jadi saya ingin agar anak memiliki bekal agama dan

bisa menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

6. P

:

I

:

Apakah masyarakat disekitar sini sangat antusias dengan

keberadaan PAUD Islam Mandiri?

Tentu. Sejak pertama kali dibuka saja muridnya sudah mencapai

40. Setahun kemudian muridnya bertambah dan hampir mencapai

80 murid. Sehingga saya harus mencari tenaga pengajar untuk

membantu saya. Pada saat itu juga untuk keberlangsungan PAUD

Islam Mandiri ini saya berkeliling ke rumah-rumah warga untuk

mencari donasi atau bantuan berupa buku-buku dan alat tulis

bekas. Kemudian juga dari IKIP Jakarta memberikan bantuan

berupa berbagai macam alat permainan seperti hoolahop, puzzle,

dan banyak deh Alhamdulillah.

7. P

:

I

:

Bgaimana pendapat ibu ketika akan didirikannya RPTRA di Tanah

Tinggi ini?

Ya Alhamdulillah, jadi kan ruang bermain untuk anak-anak

semakin banyak. Yang saya tau juga RPTRA itu tujuannya baik

yah. Untuk anak-anak gitu.

8. P

:

I

:

Lalu, setelah ibu mengetahui bahwa RPTRA akan dibangun di atas

lahan PAUD itu bagaimana?

Yaa.. saya marah dong. Soalnya nanti PAUD Islam Mandiri ini

mau dikemanain. Mau di pindahkan kemana. Karena waktu itu

awalnya juga mereka gak bisa kasih solusi.

9. P

:

I

:

Alasan RPTRA dibangun di RW 13 karena apa?

Alasannya katanya karena disini susah untuk mencari lahan kosong

atau lahan untuk dijual di wilayah Jakarta Pusat, terlebih di

kawasan Johar Baru.

Page 125: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xlvi

10. P

:

I

:

Lalu kenapa akhirnya PAUD Islam Mandiri ini bisa pindah?

Memang solusi apa yang diberikan oleh pihak RPTRA?

Awalnya kami enggan untuk pindah, karena memang tidak ada

lahan pengganti. Tapi pada saat itu, setelah melakukan konsultasi

dan diskusi dengan Pak Lurah, Pak Camat, bahkan Walikota

setempat, mereka berjanji akan membangun PAUD pengganti

dengan luas tanah kurang lebih 60 meter. Lahan itu juga milik

dinas kebersihan dan pertamanan. Letaknya gak jauh dari PAUD

yang dulu. Makanya saya terima dan saya juga mengajukan

keinginan saya.

11. P

:

I

:

Lalu apakah ibu puas dengan bangunan PAUD yang baru ini?

Apakah perjanjian yang dibuat dan disepakati bersama sudah

terealisasikan?

Sejujurnya saya kecewa, kecewa banget. Soalnya waktu itu saya

kan minta untuk ditingkatkan bangunannya. Karena lahan yang

sekarang ini lebih kecil dari yang dulu. Jumlah murid PAUD Islam

Mandiri sangat banyak. Akhirnya harus dibagi menjadi 4

kelompok. 2 kelompok A dan 2 kelompok B. Dulu kan memang

hanya meiliki satu ruang, tapi karena besar tidak perlu membagi

kelompok A atau B menjadi dua kelompok. Sekarang karena ruang

kelasnya kecil makanya dibagi menjadi kelompok. Jadi kita ada

jam pagi dan jam siang. Dalam satu kelas terdapat dua kelompok;

kelompok A dan B dan hanya dibatasi sekat kayu saja.

12. P

:

I

:

Apakah pembelajaran seperti itu tetap efektif?

Ya abis mau bagaimana lagi. Sebenarnya juga memang tidak

efektif. Cuman kalau udah kaya gini kan harus bisa mencari solusi

yang terbaik gimana. Bagaimana pembelajaran PAUD Islam

Mandiri tetap berlanjut. Jadi yaudahlah kita jalanin aja.

13. P

:

I

:

Kenapa tidak mencoba untuk melakukan pembelajaran di RPTRA

sesekali?

Dilarang. Di RPTRA itu gak boleh di pake untuk kegiatan bealajar.

Padahal fasilitasnya bagus. Terus waktu itu ada anak murid saya

pas istirahat mau main kesana. Tapi anak-anak dilingkungan sini

kaya jagoan semua. Murid saya kaya gak dibolehin main di situ.

Jadi kalau lagi istirahat kelas terus ada siswa yang mau main ke

RPTRA saya larang. Pelit banget kan. Lagian juga penjaga

RPTRAnya kaya kurang bisa untuk menjaga. Masa jadi kaya ada

yang tidur-tiduran disitu, jadi tempat gosip ibu-ibu, bahkan saya

pernah lihat ada yang pacaran. Saya mah jadi taku kalau nanti

RPTRA malah digunakan untuk hal yang tidak-tidak sama remaja

disini. Ya bisa dilihat kan disini, kadang aja banyak banget bekas-

bekas kondom dimana-mana. Saya kan jadi kasihan sama anak-

anak disini kalau masa depannya sampai rusak begitu.

14. P

:

Selain memberikan bangunan pengganti, apakah pihak RPTRA

juga memberikan fasilitas-fasilitas, seperti permainan atau yang

lainnya mungkin?

Page 126: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xlvii

I

:

Tidak sama sekali. Ini saja, AC dikelas itu dari uang saya sendiri.

Soalnya kalau gak dipasang AC kasihan anak-anak belajarnya

kegerahan. Tadinya pake kipas angin, cuman tetap gerah. Model

bangunannya itu kaya ruang tertutup. Gak ada ventilasi udara.

Terus mainan-mainan yang ada diluar itu juga punya kita.

Maksudnya kita gak beli lagi, karena itu dari PAUD yang dulu.

Kita mah gak dikasih mainan gitu. Udah gitu karena bangunan

yang kecil, gak semua permainan yang kita punya kita keluarin.

Ada sebagian disimpen aja, ditumpuk-tumpuk gitu. Didalem kelas

juga tuh, kita tumpuk-tumpuk aja. Abis kita bingung mau taro

dimana lagi soalnya emang udah gakmuat. Emang sempit

lahannya.

15. P

:

I

:

Kenapa ibu tidak mencoba untuk menuntut kembali agar bangunan

PAUD Islam Mandiri ini bisa ditingkatkan?

Waktu itu saya sudah bilang, coba tolong untuk ditingkatkan.

Karena lahan ini terlalu kecil. Akibatnya banyak barang yang

ditumpuk-tumpuk dan akhirnya terlihat seperti kumuh. Tapi

yaudah, gak direspon gitu sampai sekarang. Akhirnya yaudah, kita

pasrah aja, kita ikhlas. Abis mau gimana lagi. Yang penting anak-

anak masih bisa belajar di PAUD Islam Mandiri.

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 9

Informan : Bapak Adit

Lokasi : Tanah Tinggi

Status : Warga

Tanggal : 28 Februari 2017

No. Dialog

1. P

:

I

:

Apa yang bapak ketahui mengenai RPTRA di Pulo Gundul?

Ngga banyak sih yang saya tau dari RPTRA di Pulo Gundul ini.

Tapi yang saya tau RPTRA di Pulo Gundul ini diresmikan tahun

2016 sama Pak Ahok. Dibuat untuk menampung kegiatan

masyarakat seperti untuk berolah raga, taman bermain anak, taman

belajar anak dan juga tempat untuk berinteraksi masyarakat sih

yang saya tau. Rata-rata sih kegiatan yang untuk meningkatkan

interaksi bagi masyarakat disekitar RPTRA ini dan juga untuk

menampung kegiatan-kegiatan yang bersifat mendidik untuk anak-

anak. Disini kalau sore suka ada anak-anak yang main bola, sama

P = Peneliti

I = Informan

Page 127: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xlviii

ibu-ibu juga sekitar sini sering duduk-duduk jagain anaknya main

disini sambil ngobrol-ngobrol sama ibu-ibu yang lainnya juga. Ya

biasanya setiap harinya gitu sih di sini, selalu ramai.

2. P

:

I

:

Apa yang bapak ketahui mengenai PAUD Islam Mandiri?

Kalo yang saya tau sih ya, PAUD Islam Mandiri tadinya mereka

gunain bangunan ini ni, bangunan yang udah dijadiin RPTRA ini.

Nah pas ada program dari pemerintah yang untuk pembangunan

RPTRA ini, PAUD itu pindah ke yang tempatnya sekarang ini.

Dulu sih awal mulanya saya kurang tau ya gimana terbentuknya

PAUD Islam Mandirinya itu bagaimana, cuma yang saya tau tu

PAUD itu murid-muridnya tu banyak gitu. Banyak gitu anak-anak

yang belajar di PAUD itu. Awalnya sih kalo ngga salah waktu baru

dibentuk PAUDnya itu emang kayanya ngga terlalu banyak

muridnya. Tapi makin ke sininya kayanya makin banyak anak-

anak sekitar sini yang ikut belajar dan jadi murid di PAUD ini.

3. P

:

I

:

Bagaimana menurut bapak setelah melihat kondisi PAUD yang

sekarang?

Ya kalo menurut saya sih, se yang saya lihat ya, ya terlihatnya sih

emang ruangan untuk belajarnya jadi lebih kecil lah ya. Sama

lahan untuk bermainnya juga sedikit lebih berkurang daripada dulu

sih. Kalo dulu kan emang lahan bermainnya luas tuh anak-anak

bisa lari-larian kesana kemari tuh, nah kalo sekarang sih

keliatannya lebih kecil aja sih. Tempat bermainnya sih ada emang

tetep, tapi ya anak-anak kalo lari-larian jadi agak sempit gitu

karena adanya mainan-mainannya itu. Tapi ya baguslah masih ada

mainannya itu soalnya anak-anak juga kan pasti suka mainan-

mainan itu jadi ya lumayanlah buat anak-anak main.

4. P

:

I

:

Menurut bapak, apakah efektif belajar di PAUD seperti itu?

Ya kalo untuk efektif atau ngga nya sih ya tergantung dari cara

pembelajaran dan pengajarannya ya kalo menurut saya. Karena kan

kalo pun emang tempat ngga memadai, dan fasilitasnya juga

kurang tapi dengan cara pengajaran dan pembelajaran yang tepat

ya pasti tetep efektif ya kan kegiatan belajar itu. Tapi sih ya

kembali lagi mungkin ke pengajar dan murid-muridnya, mungkin

dulu juga sudah nyaman di bangunan yang lama dengan fasilitas-

fasilitas yang seperti dulu dan juga ruang kelas yang memang

mungkin lebih besar kan bisa bikin semangat murid-murid dan

pengajar lebih lagi gitu loh. Nah terus harus di pindah ke tempat

yang ya ngga bisa di bilang jelek juga sih ya karena memang

sebenernya ya kalo menurut saya cukuplah gitu tapi memang

sedikit berkurang luas kelasnya dan tempat bermainnya, mungkin

itu bisa mempengaruhi semangat anak dan pengajarnya juga

mungkin. Mungkin nanti konsentrasi anak-anaknya bisa buyar

karena ruangannya yang lebih kecil, mungkin juga nanti anak-

anaknya ngerasa beda gitu sama suasana ruangannya ngga kaya

ruangan belajara mereka dulu gitu. Ya kalo secara saya pribadi sih

Page 128: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

xlix

ya ngeliatnya emang kayanya untuk kegiatan belajar itu lebih

bagus kegiatan belajar di lingkungan yang luas gitu, yang punya

ruang kelas dan tempat bermain yang lega. Karena kan ini anak-

anak ya yang belajar, nah anak-anak seusia-usia segitu tu lagi

paling aktif-aktifnya banget kan. Energi mereka lagi besar-

besarnya gitu, lagi semangat-semangatnya gitu untuk belajar.

Mereka butuh ruang untuk bergerak, untuk melampiaskan energi

mereka dan juga untuk mengekspresikan diri mereka gitu di saat-

saat seusianya. Jadi ya kalo emang bisa dapetin lingkungan belajar

yang bisa mendukung secara penuh diri mereka yang sedang

bersemangat-semangatnya dalam belajar dan bermain, ya pasti baik

untuk perkembangan diri mereka masing-masing. Mereka punya

kegiatan yang positif untuk menyalurkan energi mereka, mereka

punya semangat yang bagus untuk belajar, nantinya pasti bagus

juga untuk mereka di masa depan gitu loh

5. P

:

I

:

Apakah bapak mengetahui mengenai konflik antara RPTRA dan

PAUD ? kalau iya, bagaimana pendapat bapak dan tolong

diceritakan.

Oh itu yaa, kalo untuk konflik yang antara RPTRA dan PAUD sih

saya cuma tau ngga terlalu banyak ya, soalnya saya juga kurang

terlalu ngikutin sih untuk yang permasalahan antara pihak PAUD

dan pemerintah yang punya agenda buat bikin RPTRA. Yang saya

tau sih ya cuma, kalo ga salah masalah bangunan atau lahannya itu

yang gak ada. Karena disini sangat susah mencari lahan kosong.

Kebanyakan pemukiman disini. Ya cuman saya sih kurang begitu

paham tapi kalo ga salah waktu itu pihak PAUD meminta ganti

rugi atau meminta penggantian lahan untuk kegiatan belajara

mengajar mereka dengan tempat yang lebih layak lagi daripada

yang sekarang ini. Sekalian mumpung kali ya mendapat bangunan

baru terus dari pemerintah daerah lagi. Ya yang saya tau sih kurang

lebihnya sih ya kaya gitu, cuma ya saya kurang paham tu gimana

prosesnya atau kelanjutannya gimana yang sekarang ini. Tiba-tiba

PAUDnya udah jadi walau kata pak RW gak sesuai sama

kesepakatan.

TRANSKRIP WAWANCARA

Transkrip Wawancara 9

Informan : Ibu Yati

Lokasi : Tanah Tinggi

Status : Guru

Tanggal : 28 Februari 2017

P = Peneliti

I = Informan

Page 129: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

l

No. Dialog

1. P

:

I

:

Apa yang ibu ketahui tentang RPTRA?

RPTRA itu semacam taman bermain untuk anak-anak. Pemerintah

membuat RPTRA karena untuk membantu anak-anak yang tidak

mampu sekolah. Bagus sih disini dibangun RPTRA. Jadi, ada

tempat untuk bermain bagi anak-anak.

2. P

:

I

:

Apa yang ibu ketahui mengenai PAUD Islam Mandiri?

Kalau PAUD Islam mandiri sih, kebetulan saya Guru disini ya.

PAUD Islam Mandiri ini dibangun oleh Ibu Moni. Dengan tujuan

membentuk karakter sejak usia dini. Apalagi disini terdapat

pelajaran agama. Jadi bagus ya, untuk anak mengenal agamanya

sejak usia dini

Page 130: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

li

3. P

:

I

:

Apa Ibu mengetahui konflik saat terjadinya pemindahan PAUD

dan pembangunan RPTRA?

Saya kurang tahu banyak sih ya. Cuman kan memang tanah itu

dulu, yang dibangun RPTRA sekarang punya pemda dan Paud dulu

berada disana. Cuman karena adanya program RPTRA dari

pemerintah yang mengharuskan membangun dibeberapa tempat,

akhirnya kepilihlah disini. Pembangunan ini sih dapat tentangan

dari Pak RW dan Bu Moni selaku kepala sekolah PAUD Islam

Mandiri. Karena, jika RPTRA tetap dibangun, PAUD Islam

Mandiri mau kemana? Terancam bubar. Akhirnya Bu Moni minta

ganti rugi berupa bangunan untuk kegiatan PAUD tetap berjalan.

Cuman kesepakatannya apa saja, saya kurang tahu. Yang jelas Bu

Moni ingin ada ganti rugi bangunan layak.

4. P

:

I

:

Bagaimana menurut ibu mengenai bangunan PAUD yang

sekarang?

Jujur setelah jadi saya kaget ya. PAUDnya memang jadi lebih

bagus dan rapih. Terdapat tembok juga. Gak kaya dulu, dulu itu

tidak ada temboknya karena belajar macam kaya teras lah yah.

Tapi ada atapnya. Cuman kalau dulu itu lebih luas untuk mengajar

dan lebih enak karena gak kepanasan atau gerah. Karena terbuka

jadi banyak angin. Kalau bangunan yang sekarang, kecil. Udah gitu

gak ada ventilasinya. Jadi kayak gerah. Karena kebanyakan murid.

Di PAUD ini muridnya lumayan banyak. Warga sekitar banyak

yang menyekolahkan anaknya disini. Sampai akhirnya Bu Moni

nambah AC sama kipas angin biar anak-anak belajarnya nyaman.

5. P

:

I

:

Menurut ibu, sebagai pengajar apakah efektif belajar dengan

kondisi ruang kelas yang seperti ini?

Kalau ditanya efektif atau tidak, menurut saya sih tidak ya. Karena

ruangan ini begitu kecil. Ditambah dalam jam yang sama dalam

satu ruang harus terdapat dua kelas dan hanya dibatasi semacam

papan. Jadi kalau saya lagi mengajar atau kelas sebelah mengaja

kedengeran. Murid-murid sih kadang senang karena belajar

bersamaan. Cuman terkadang ada juga yang mengeluh dan pada

bilang berisik. Cuman ya mau gimana lagi. Saya bilang sama Bu

Moni juga katanya mau gimana lagi. Emang dapet bangunan

penggantinya seperti ini. Saya sebagai guru harus bisa tetap

memberikan pengertian kepada anak-anak agar tetap semangat

belajar dalam kondisi apapun. Bahkan sebelum bangunan ini jadi,

tadinya kita belajar diruangan yang panas terus berdebu sambil

nunggu bangunan PAUD jadi dan anak-anak tetap semangat. Ya,

saya salut sama semangat mereka yang mau belajar.

Page 131: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

lii

LAMPIRAN II

STRUKTUR ORGANISASI

ERTI SUMONI

KEPALA SEKOLAH

ELIN SULNIAR

BENDAHARA

SUYATI

GURU

Sri

GURU

JULEHA

GURU

SYIFA

GURU

BANTU

KEL. A KEL. A KEL. B

PAUD ISLAM MANDIRI

Page 132: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

liii

LAMPIRAN III

PROFIL DATA GURU PAUD ISLAM MANDIRI

Data Pendidik Guru Erti Sumoni

D

ata

Pendi

dik

Guru

Sri

Rahayu

NO NAMA SEKOAH KOTA TAHUN LULUS

Pendidikan Formal

1. SDN Kramat 09 Pagi Jakarta 1979 Berijazah

2. SMPN 2 Jakarta 1982 Berijazah

3. SMAN 30 Jakarta 1985 Berijazah

4. PGTKI Yayasan Bunyan Jakarta 2007 Beijazah

NO NAMA SEKOLAH KOTA TAHUN LULUS

Pendidikan Formal

1. SDN Pasar Baru 01 Pagi Jakarta 1976 Berijazah

2. SMPN 93 Jakarta 1980 Berijazah

3. Paket C PKBM Budaya Jakarta 2009 Berijazah

Page 133: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

liv

Data Pendidikan Guru Elin Sulniar

NO NAMA SEKOAH KOTA TAHUN LULUS

Pendidikan Formal

1. SDN 20 Jakarta 1984 Berijazah

2. SMP 25 PGRI Jakarta 1987 Berijazah

3. SMAN KSAYATRIA Jakarta 1990 Berijazah

NO NAMA SEKOAH KOTA TAHUN LULUS

Pendidikan Formal

1. SDN 02 PETANG Jakarta 1979 Berijazah

Page 134: ANALISIS DAN RESOLUSI KONFLIK LAHAN STUDI KASUS : …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · sekolah PAUD Islam Mandiri dengan pembangunan RPTRA, serta memberikan

lv

D

ata

Pendidikan Guru Juleha

D

ata

Pendid

ikan

Guru

Syifa

2. SMP YASPI Jakarta 1986 Berijazah

3. SMA Jakarta 1988 Berijazah

NO NAMA SEKOLAH KOTA TAHUN LULUS

Pendidikan Formal

1. SDN 13 Jakarta 2009 Berijazah

2. MTs Jakarta 2012 Berijazah

3. SMA Jakarta 2015 Berijazah