Lupakan Resolusi Tahun Baru

1
SURAT & OPINI 19 Kontan Sabtu, 20 Desember 2014 Tajuk Pokoknya Berkarya I ndustri kreatif ibarat sungai da- lam: terlihat tenang, tapi mengha- nyutkan. Para pelakunya cende- rung"pendiam", tak menuntut ini itu, alih-alih merengek minta insentif dan mengeluhkan buruknya infra- struktur. Pokoknya, prinsip mereka adalah kerja, kerja, dan kerja. Tapi, kalau kita bicara hasil dan perannya, kita akan bilang, wow, luar biasa. Mari Pangestu, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kabinet sebelum ini, pernah memaparkan bahwa tahun ini omzet ekonomi kreatif kita mencapai Rp 700 triliun. Selain itu, sektor ini juga telah menyumbang devisa lebih dari US$ 7 miliar. Sementara, tenaga kerja yang diserap oleh para pelaku di in- dustri kreatif mencapai 12% dari to- tal angkatan kerja di Tanah Air. Alhasil, dengan melihat potensi yang besar itu, kekuatan industri ini sangat mungkin dikembangkan se- bagai backbone ekonomi negara. Lagi pula, kita memiliki modal besar untuk mengembangkannya. Lihat saja, Indonesia memiliki populasi besar, mencapai 250 juta orang. Nah, penduduk adalah basis utama industri kreatif. Pun murah pengembangan industri ini, teruta- ma kalau dilihat dari kalkulasi finan- sial. Sebab, pengembangan industri ini lebih banyak bertumpu pada skill, kreativitas, dan otak manusia- nya. Itu pula modal Indonesia yang cukup berharga untuk bisa berkom- petisi di muka pasar bebas. Alhasil, tak salah lagi, sudah seha- rusnya industri kreatif lebih diper- hatikan dan dikembangkan. Sebab, sekali lagi, potensinya di masa men- datang memang amat besar. Persoalannya, pemerintah baru belum menunjukkan gelagat untuk memperhatikan pengembangan sektor ini. Contoh paling kecil ada- lah Badan Ekonomi Kreatif belum terbentuk, kendati kabinet baru su- dah berjalan hampir 100 hari . Sejauh ini juga belum terlihat se- perti apa arah pengembangan indus- tri kreatif Indonesia ke depan, sete- lah pengembangan sektor ini akhir- nya disapih dari Kementerian Pariwisata. Entah bagaimana pula dukungan pemerintah terhadap sek- tor ekonomi yang digeluti jutaan usaha kecil menengah itu ke depan dalam menghadapi persaingan pa- sar bebas ASEAN. Boleh jadi, Presiden Jokowi pu- nya pemikiran lain. Atau, mungkin beliau lupa, atau bahkan melihat in- dustri kreatif bukan potensi penting dalam ekonomi Indonesia, jika di- bandingkan sektor-sektor ekonomi lain. Toh, para pelakunya sudah terbiasa menjadi "pendiam" dan tak pernah mengeluh. Pokoknya kerja, kerja dan kerja. Barly Haliem Noe Opini Perilaku investasi seseorang mencerminkan kesabarannya di jangka depan. Nofie Iman, Kandidat Doktor London School of Economics & Political Science Pilihan Liburan Murah Benny Rachmadi Surat Solusi Ampuh dari Konversi ke si Biru R entetan penolakan dan sikap protes terhadap kenaikan bahan bakar minyak perlahan memudar. Rakyat sepertinya sudah bisa menerima keputusan peme- rintah ini meskipun dengan berat hati. Selang beberapa saat, mun- cullah kebijakan pemerintah untuk mengatasi kondisi ini. Solusi pemerintah yang diga- dang-gadang solusi terbaik dan cerdas itu ialah program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG). Sepakat rasanya untuk membebaskan Indonesia dari subsidi BBM di tahun 2015 dan perlu ada terobosan program dengan memberikan kepada rakyat energi alterna- tif, selain BBM bersubsidi. Tanpa energi alternatif, program bebas subsidi terse- but akan sia-sia dan tidak akan berjalan, disamping itu ketergantungan masyarakat kepada BBM tetap berkelan- jutan, meski harganya cukup tinggi. Energi alternatif itu adalah penggunaan BBG un- tuk menggantikan BBM. Program konversi BBG oleh pemerintah harus serius dija- lankan jika pemerintah dan negara tidak mau terjerat oleh krisis energi masa depan. Be- lum lagi, harga bahan bakar minyak yang tidak stabil bah- kan bisa naik melampaui ke- mampuan rakyat kita untuk mengkonsumsinya. Berdasarkan info yang dida- pat lewat website www.esdm. go.id, potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia sampai ta- hun 2008 mencapai 170 tril- lions of standard cubic feet (tscf) dan produksi per tahun mencapai 2,87 tscf. Dengan komposisi ini, Indonesia me- miliki reserve to production (R/P) selama 59 tahun. Arti- nya, program konversi BBM ke BBG memberikan solusi terbaik bagi masyarakat seka- ligus memaksimalkan potensi kekayaan SDA negeri ini. Dalam setiap kebijakan ten- tunya mengalami kendala. Saat ini, ada dua kendala yang dihadapi pemerintah. Perta- ma, kesiapan infrastruktur yang belum memadai, mulai dari keberadaan stasiun peng- isian bahan bakar gas (SPBG) yang belum merata dan sulit- nya pembebasan lahan. Ke- dua, permasalahan pengada- an konverter kit pada kenda- raan bermotor. Padahal, kunci keberhasilan program ini ter- letak pada konverter kit. Semoga saja apapun yang diusahakan pemerintah itu bisa memuluskan program konversi gas ini dan bisa di- nikmati banyak masyarakat sebagai solusi cerdas untuk bangsa. Piccesius Yunki Pradana, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat Dukung Efisiensi Anggaran Birokrasi S urat edaran Menteri Pen- dayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebulan lalu tentang Pembatasan Kegiatan Perte- muan/ Rapat di Luar Kantor merupakan terobosan bagus untuk menjalankan efisiensi anggaran di kementerian, lembaga, dan pemerintah dae- rah. Ini langkah bagus untuk memaksimalkan anggaran untuk hal yang lebih produk- tif. Meski sebagian lembaga dan pemerintah daerah terke- san menolak surat edaran tersebut, saya kira gerakan efisiensi di tingkat birokrasi akan tetap berjalan maju. Se- bab, dengan pemimpin ter- tinggi konsisten terhadap ke- bijakan ini, rakyat akan meng- awal dan mengawasi pelaksanaannya di tingkat le- bih bawah. Alhasil, para pe- mimpin daerah dan pejabat lain juga harus berpikir ulang untuk nekat dan memaksakan kehendak untuk memanfaat- kan hotel dan tempat di luar kantor untuk rapat. Saya pikir, ini merupakan gerakan yang harus didukung, bukan hanya bagi jajaran biro- krasi, tetapi juga perusahaan swasta, termasuk badan usa- ha milik negara yang biasanya juga mengambil manfaat dari anggaran rapat. Rochadi Wibawa, Cipayung, Jakarta Timur Lupakan Resolusi Tahun Baru T ak usah repot-repot membuat reso- lusi tahun baru. Hampir pasti Anda akan melewatkannya, menjadikan resolusi yang susah payah Anda buat de- ngan penuh semangat menjadi sekadar daftar panjang yang sia-sia. Sejak zaman Adam Smith (1723-1790) dan Jeremy Bentham (1748-1832), eko- nom mainstream telah melihat konsu- men sebagai pengambil keputusan yang rasional didorong oleh pengejaran tanpa henti akan kepentingan pribadinya. Na- mun pandangan tradisional ini telah di- patahkan oleh sejumlah bukti empiris dari para behavioural economist yang menemukan adanya anomali dalam peri- laku manusia. Berbagai riset menunjuk- kan bahwa manusia ternyata tidak rasio- nal seperti halnya konsep homo economicus yang diajukan oleh ekonom mainstream. Ketika seseorang dihadapkan pada pilihan antara hadiah Rp 1 juta hari ini atau hadiah Rp 1,1 juta besok, misalnya, sebagian besar orang akan memilih opsi pertama. Tapi, ketika dihadapkan pada pilihan hadiah Rp 1 juta 30 hari yang akan datang atau Rp 1,1 juta 31 hari yang akan datang, se- bagian besar orang justru memi- lih opsi kedua. Kedua opsi terse- but sama-sama menawarkan tambahan Rp 100.000 di keesokan harinya, namun perilaku tersebut menggambarkan inkonsistensi pilihan seseorang dalam kurun waktu tertentu yang tidak dapat dijelaskan oleh teori neoklasik. Fenomena di atas disebut hy- perbolic discounting, atau kecen- derungan seseorang untuk memi- lih imbalan yang lebih kecil dan lebih cepat ketimbang imbalan yang lebih besar namun lebih lama. Ekonom Paul Samuelson pertama kali mencetuskan istilah tersebut di tahun 1937. Ia menyebutkan bahwa nilai utilitas akan makin terdis- konto seiring berjalannya waktu sesuai dengan bentuk fungsi hiperbola. Pada dasarnya, hyperbolic discounting men- jelaskan mengapa seseorang bertindak impulsif dalam jangka pendek tetapi me- nunjukkan adanya kesabaran dalam peri- laku jangka panjang. Tentu saja gagasan ini tidak konsisten dengan teori ekonomi tradisional yang mengasumsikan seseorang mendiskon- tokan imbalan di masa depan berdasar persentase yang tetap. Sebagai contoh, bila tingkat diskonto 10%, seharusnya perilaku konsumen akan indifferen keti- ka dihadapkan antara pilihan Rp 100 juta hari ini dan Rp 110 juta tahun depan. Fenomena hyperbolic discounting juga sering dikaitkan dengan beragam perilaku manusia yang telah sering diob- servasi seperti kebiasaan menunda (pro- crastination), kecanduan (addiction), atau masalah dengan kehendak dan akal diri (willpower). Bulan Desember sema- cam ini, misalnya, orang-orang mulai si- buk menyusun resolusi tahun baru yang menjanjikan. Masalahnya adalah sekali- pun kita tahu bahwa imbalan akan hidup sehat dan diet teratur akan lebih besar manfaatnya dalam jangka panjang, sepi- ring gorengan yang lezat di depan mata saat ini terasa lebih menjanjikan. Cermin perilaku investasi Fokus untuk mendapatkan kesenang- an sesaat dari melahap sepiring gorengan membuat orang mendiskon imbalan di masa depan secara obral-obralan. Yang menarik, kita sadar bahwa gorengan me- rugikan kesehatan, namun kenikmatan sesaat (instant gratification) terasa jauh lebih besar daripada kesehatan dan umur panjang (future benefits). Penelitian tentang neurologi menemu- kan adanya dua bagian dalam otak manu- sia yang berbeda ketika memproses pi- lihan saat ini dan pilihan di masa depan. Pilihan untuk menunda kesenangan se- saat sebagian besar diproses oleh frontal system yang terkait dengan reasoning dan problem solving. Sementara itu, pi- lihan untuk melakukan hal-hal impulsif dan menyenangkan sesaat diproses oleh lymbic system, yang secara umum terhu- bung dengan perasaan kita akan rasa sa- kit dan rasa senang. Sejumlah temuan empiris menunjuk- kan bahwa orang-orang menggunakan hyperbolic discounting untuk mengaku- mulasi tagihan kartu kredit yang tinggi ketimbang mengalokasikan dananya un- tuk tabungan pensiun mereka di masa depan. Kepuasan dari membeli barang saat ini (kendati dibayar dengan utang) jauh lebih besar daripada kesenangan atas pensiun di masa depan. Imbalan di masa depan dipandang kurang menarik mendorong mereka untuk mendiskonto habis-habisan. Mereka memilih alternatif investasi yang lebih menarik dan membe- rikan imbalan yang lebih cepat. Terkait dengan investasi, hyperbolic discounting menunjukkan bahwa perila- ku investasi seseorang mencerminkan kesabarannya di jangka depan dan keti- daksabarannya di dalam jangka pendek. Pasar saham menggambarkan hyperbolic discounting ini dengan sangat baik. Da- lam jangka pendek, saham dan indeks umumnya bergerak sangat volatile tapi dalam jangka panjang mereka akan cenderung bergerak stabil. Apa yang dapat kita pelajari dari fenomena ini? Pertama, sadarilah bahwa preferensi jangka panjang kita mungkin tidak akan selalu se- jalan kecuali kita memiliki komit- men yang kuat untuk mengikat tu- juan tersebut. Kendati demikian, dalam perjalanannya kelak, Anda akan selalu menemukan beragam godaan untuk mengambil tindakan yang memberikan imbalan kese- nangan sesaat. Ada baiknya Anda menentukan batasan yang mampu Anda raih dengan keyakinan diri sendiri dan manfaatkan lingkungan sekitar untuk membantu Anda me- wujudkan resolusi itu. Kedua, ada baiknya Anda mem- buat resolusi sesaat sebelum Anda akan mengerjakannya dan jangan pernah menunda. Sesuatu yang jauh akan terlihat kecil dari titik Anda berdiri. Bawa tujuan Anda mendekat untuk melihat seberapa besar mereka sesungguhnya. Beberapa saran lain misalnya, buat satu atau dua resolusi saja yang sangat spesifik. Jabarkan menjadi kebiasaan kecil yang mudah diterapkan dalam ke- seharian. Jangan membuat tujuan yang besar. Ada baiknya Anda memberi trig- ger dengan cara mengomunikasikannya kepada orang dalam lingkungan sosial Anda atau memberi imbalan lebih besar bila komitmen itu tercapai. Bila Anda menyadari tantangan ini dan mampu ber- sikukuh terhadap preferensi dan pilihan Anda di masa depan, seperti kata Richard Thaler dan Cass Sunstein (2008), you may find yourself healtier, wealthier, and happier. Nofie Iman, Kandidat doktor dari London School of Economics and Political Science, Inggris Kirim SMS Anda 081808 566826 SMS Pak Basuki dan Pak Jarot. tolong blusukan ke Jl. Thamrin-Sudirman. Uji coba larangan lintas motor ternyata tidak berpengaruh, malahan bikin macet jalanan alternatif. Sementara kemacetan padat merayap tetap aja terjadi. Yang memenuhi ruang jalan itu mobil, kok yang dilarang motor. Win-win solution, demi keadilan bagi wong cilik, beri pemotor satu jalur khusus dan segera terapkan ERP atau Sistem no ganjil-genap yang dulu pernah diujicobakan. Hp 08787563xxxx Penyanderaan di dalam kelas di Gresik menun- jukkan bahwa sekolah lalai mengusik rasa aman bagi peserta didik. Seharusnya pintu gerbang saat jam pelajaran ditutup. Hp 08783214xxxx Pemda DKI ada-ada saja, melarang kebebasan warganya berkendara. Tidak ada penambahan jalan, malah jalan yang sudah ada orang tidak boleh lewat. Hp 08122707xxxx Isi iklan menjadi tanggung jawab pemasang iklan, KONTAN tidak bertanggung jawab atas materi iklan. Penerbit: PT Grahanusa Mediatama Surat Izin: Surat Keputusan Menpen Nomor 307/ SIUPP/B.1/1996, tanggal 19 Maret 1996. Direktur: Lukas Widjaja, Ardian Taufik Gesuri Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Ardian Taufik Gesuri Dewan Redaksi: Ardian Taufik Gesuri, Mesti Sinaga, Hasbi Maulana, Hendrika Yunapritta, Djumyati Partawidjaja, Titis Nurdiana, Bagus Marsudi, Ahmad Febrian, Markus Sumartomdjon, R. Cipta Wahyana, Barly Haliem Noe, Asih Kirana Wardani, Johana Ani Kristanti, Umar Idris, Harris Hadinata, Thomas Hadiwinata, Yuwono Triatmodjo, Khomarul Hidayat, Syamsul Ashar, Yura Syahrul, Edy Can, SS Kurniawan, Havid Vebri, Wahyu Tri Rahmawati, Uji Agung S. Asnil Bambani Amri, Lamgiat Siringoringo, Sanny Cicilia, Barratut Taqiyyah, Sandy Baskoro, Ruisa Khoiriyah, Avanty Nurdiana, Adi Wikanto, Dupla Kartini, Ignatius Andri Indradie, Rizki Caturini, Fransiska Firlana S., Anastasia Lilin, Roy Franedya Hutabarat, Amal Ihsan Hadian, Azis Husaini, Dessy Rosalina Pasaribu, Anna Suci Perwitasari, Fitri Nur Arifenie, Yudho Winarto, Dikky Setiawan, Herlina Kartika D., Hendra Gunawan, A. Herry Prasetyo, Amailia Putri Hasniawati, Tedy Gumilar, Sofyan Nur Hidayat, Christine Novita, Fahriyadi, Ragil Nugroho, Mona Debora Tobing, Veri Nurhansyah T, Nina Dwiantika, Asep Munazat Zatnika K, Wahyu Satriani Ari Wulan, Dea Chadiza Syafina, Petrus Dabu, Noverius Laoli, Adisti Dini Indreswari, Handoyo, Narita Indrastiti, Revi Yohana, Muhammad Yazid, Dadan M. Ramdan, Tendi Mahadi, Marantina Napitu, Merlinda Riska, Melati Amaya Dori, Dina Farisah, Agus Triyono, Ignatia M. Sri Sayekti, Dityasa Hanin F., Tri Sulistiowati, Surtan Pantas H.S., Agung Jatmiko, Cindy Silviana Sukma, Agustinus Beo Da Coasta, Diemas Kresna Duta, Margareta Engge Kharismawati, Maria Elga Ratri Ayudi, Noor Muhammad Falih, Oginawa Ramadhan Prayogo, Adinda Ade Mustami, Raden Roro Putri W., Annisa Anindita Wibawa, Issa Almawadi, Adhitya Himawan, Francisca Bertha Vistika Putri, Mimi Silvia, Wuwun Nafsiah, Benediktus Krisna Y., Ranimay Syarah, Pratama Guitarra Sekretariat Redaksi: Kun Sulistyowati, Dedi Sukamto Manager Produksi & Pengarah Rancang Grafis: Indra Surya Rancang Grafis: Candra Kusmana, Hendrik ST Oloan Tambunan, Steve G.A., Pj. Praksa, Thomas Luhur M. Redaktur Foto: Hendra Suhara Fotografer: Achmad Fauzie, Carolus Agus Waluyo, Wicaksono Daniel Prabowo, Cheppy A. Muchlis, Muradi, Baihaki, Fransiskus Parulian Penyelaras Warna: Pandji Indra, Alri Kemas N. Riset dan Dokumentasi Foto: Melly Anne Firdianti, Antun Suhana, Nasrudi Kaisuku Redaksi Bahasa: Tri Adi Sarwoko, Catur Ari Wibowo Perpustakaan dan Pemelihara Data: Deni Riaddy, Deti Riswiani, Priyanto, Nugroho, Iklan: Adjeng Adella Praja, B. Erna Haryati, Sesilia Artanto, Aris Akhmadi, M. Iqbal, Rahgutomo Unggul P., Risang Wahyu P., Indah Sulistyorini M., Irwin Arief, Gita Suraiya K, Farrel Dewantara, Atika Dana P., Nurul Maulidya L., Fitria Noer A., Wandi Manullang Corporate Circulation: Eko Suranto Marketing Communication: Thomas Y. Widyanto, Tutur Wibowo, Renggo Kutut Kujantoko, Gusmaiwan Lubis, Lucky Alan KontanAcademy: Margaretha Matasak, Guido S. Radityo, Ngadirin Alamat Redaksi: Gedung KONTAN, Jalan Kebayoran Lama No. 1119 Jakarta 12210 Iklan: Gedung KOMPAS GRAMEDIA, Jalan Palmerah Selatan No. 22-28 unit II Lt. 2, Jakarta Selatan 10270 Sirkulasi: Gedung KOMPAS, Jalan Gajah mada No.109-110A Jakarta 11140 Telepon: Redaksi (021) 535 7636, 532 8134, Iklan (021) 536 79909, 548 3008 Faksimile: Redaksi: (021) 535 7633, Iklan: (021) 5369 9080, Sirkulasi (021) 260 0972 E-mail: [email protected], Web site: www.kontan.co.id, Dicetak oleh: Percetakan PT Gramedia Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan Harian Kontan 2013: Reguler, BW (minimum 40 mmk), 35,000,-/mmk, FC (minimum 600 mmk) 55,500,-/mmk. Advertorial Pariwara; BW (minimum 810 mmk) 38,000,-/mmk, FC (minimum 810 mmk) 58,000,-/mmk, Laporan Keuangan, Prospektus/RUPS/Neraca, BW 19,500,-/mmk, FC 32,500,-/mmk. Seremonia; per kavling 90 x 115 mmk, BW 2,500,000,- /1 kali terbit, FC 5,000,000,-/1 kali terbit. Karir/Seminar/Workshop/Dukacita; BW (minimum 200 mmk) 18,500,-/mmk, FC (minimum 600 mmk) 31,000,-/mmk. Sponsor halaman 1; FC 111,000,-/mmk. ponsor diluar halaman 1; FC 83,250,-/mmk. Sponsor diluar halaman; 1 BW 52,500,-/mmk. Paket sponsor Navigasi halaman 1; FC 80 mm x 20 mm (26x terbit) 66,500,000,-/paket. Banner halaman 1; 7 x 50 mmk FC 38,850,000,-/1 kali terbit, 7 x 70 mmk FC 54,390,000,-/1 kali terbit. Klasiva; Island Ad BW (min. 450 mmk/maks. 1.890 mmk) 56,000,-/mmk, Island Ad FC (min. 810 mmk/maks 1.890 mmk) 58,000,-/mmk. Iklan Kolom; 1 Kolom BW (min. 20mm/maks. 150mm) 24,000,-/mmk. Iklan Baris; (min. 96 karakter) 400,-/karakter. PAKET A: 26 x terbit; 1 x 50 mmk BW 6,600,000,-, 1 x 100 mmk BW 11,000,000,-, 2 x 50 mmk BW, 1,000,000,-, 2 x 100 mmk BW 23,100,000,-. PAKET B: 26 x terbit; 1 x 50 mmk BW 4,100,000,-, 1 x 100 mmk BW 6,800,000,-, 2 x 50 mmk BW 6,800,000,-, 2 x 100 mmk BW, 14,000,000,. Catatan: *Minimum ukuran iklan reguler FC 600/mmk, *Tarif iklan reguler belum termasuk diskon Agensi dan PPN 10%, berlaku mulai 1 Januari 2013, *Tarif iklan laporan keuangan belum termasuk diskon Agensi dan PPN 10%, berlaku mulai 1 April 2013, harga dalam IDR. WARTAWAN ”KONTAN” SELALU DIBEKALI TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER

Transcript of Lupakan Resolusi Tahun Baru

Page 1: Lupakan Resolusi Tahun Baru

SURAT & OPINI 19Kontan Sabtu, 20 Desember 2014

Tajuk

Pokoknya Berkarya

Industri kreatif ibarat sungai da-lam: terlihat tenang, tapi mengha-nyutkan. Para pelakunya cende-

rung"pendiam", tak menuntut ini itu, alih-alih merengek minta insentif dan mengeluhkan buruknya infra-struktur. Pokoknya, prinsip mereka adalah kerja, kerja, dan kerja.

Tapi, kalau kita bicara hasil dan perannya, kita akan bilang, wow, luar biasa. Mari Pangestu, mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif kabinet sebelum ini, pernah memaparkan bahwa tahun ini omzet ekonomi kreatif kita mencapai Rp 700 triliun.

Selain itu, sektor ini juga telah menyumbang devisa lebih dari US$ 7 miliar. Sementara, tenaga kerja yang diserap oleh para pelaku di in-dustri kreatif mencapai 12% dari to-tal angkatan kerja di Tanah Air.

Alhasil, dengan melihat potensi yang besar itu, kekuatan industri ini sangat mungkin dikembangkan se-bagai backbone ekonomi negara. Lagi pula, kita memiliki modal besar untuk mengembangkannya.

Lihat saja, Indonesia memiliki populasi besar, mencapai 250 juta orang. Nah, penduduk adalah basis utama industri kreatif. Pun murah pengembangan industri ini, teruta-ma kalau dilihat dari kalkulasi fi nan-sial. Sebab, pengembangan industri

ini lebih banyak bertumpu pada skill, kreativitas, dan otak manusia-nya. Itu pula modal Indonesia yang cukup berharga untuk bisa berkom-petisi di muka pasar bebas.

Alhasil, tak salah lagi, sudah seha-rusnya industri kreatif lebih diper-hatikan dan dikembangkan. Sebab, sekali lagi, potensinya di masa men-datang memang amat besar.

Persoalannya, pemerintah baru belum menunjukkan gelagat untuk memperhatikan pengembangan sektor ini. Contoh paling kecil ada-lah Badan Ekonomi Kreatif belum terbentuk, kendati kabinet baru su-dah berjalan hampir 100 hari .

Sejauh ini juga belum terlihat se-perti apa arah pengembangan indus-tri kreatif Indonesia ke depan, sete-lah pengembangan sektor ini akhir-nya disapih dari Kementerian Pariwisata. Entah bagaimana pula dukungan pemerintah terhadap sek-tor ekonomi yang digeluti jutaan usaha kecil menengah itu ke depan dalam menghadapi persaingan pa-sar bebas ASEAN.

Boleh jadi, Presiden Jokowi pu-nya pemikiran lain. Atau, mungkin beliau lupa, atau bahkan melihat in-dustri kreatif bukan potensi penting dalam ekonomi Indonesia, jika di-bandingkan sektor-sektor ekonomi lain. Toh, para pelakunya sudah terbiasa menjadi "pendiam" dan tak pernah mengeluh. Pokoknya kerja, kerja dan kerja. ■

Barly Haliem Noe

Opini

Perilaku investasi seseorang mencerminkan kesabarannya di jangka depan.Nofi e Iman, Kandidat Doktor London School of Economics & Political Science

Pilihan Liburan Murah

Benny Rachmadi

Surat

Solusi Ampuh dari Konversi ke si Biru

Rentetan penolakan dan sikap protes terhadap kenaikan bahan bakar

minyak perlahan memudar. Rakyat sepertinya sudah bisa menerima keputusan peme-rintah ini meskipun dengan berat hati.

Selang beberapa saat, mun-cullah kebijakan pemerintah untuk mengatasi kondisi ini. Solusi pemerintah yang diga-dang-gadang solusi terbaik dan cerdas itu ialah program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG). Sepakat rasanya untuk membebaskan Indonesia dari subsidi BBM di tahun 2015 dan perlu ada terobosan program dengan memberikan kepada rakyat energi alterna-tif, selain BBM bersubsidi.

Tanpa energi alternatif, program bebas subsidi terse-but akan sia-sia dan tidak akan berjalan, disamping itu ketergantungan masyarakat kepada BBM tetap berkelan-jutan, meski harganya cukup tinggi. Energi alternatif itu adalah penggunaan BBG un-tuk menggantikan BBM.

Program konversi BBG oleh pemerintah harus serius dija-lankan jika pemerintah dan negara tidak mau terjerat oleh krisis energi masa depan. Be-lum lagi, harga bahan bakar minyak yang tidak stabil bah-kan bisa naik melampaui ke-mampuan rakyat kita untuk mengkonsumsinya.

Berdasarkan info yang dida-pat lewat website www.esdm.go.id, potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia sampai ta-hun 2008 mencapai 170 tril-lions of standard cubic feet (tscf) dan produksi per tahun mencapai 2,87 tscf. Dengan komposisi ini, Indonesia me-miliki reserve to production (R/P) selama 59 tahun. Arti-nya, program konversi BBM ke BBG memberikan solusi terbaik bagi masyarakat seka-ligus memaksimalkan potensi kekayaan SDA negeri ini.

Dalam setiap kebijakan ten-tunya mengalami kendala. Saat ini, ada dua kendala yang dihadapi pemerintah. Perta-

ma, kesiapan infrastruktur yang belum memadai, mulai dari keberadaan stasiun peng-isian bahan bakar gas (SPBG) yang belum merata dan sulit-nya pembebasan lahan. Ke-dua, permasalahan pengada-an konverter kit pada kenda-raan bermotor. Padahal, kunci keberhasilan program ini ter-letak pada konverter kit.

Semoga saja apapun yang diusahakan pemerintah itu bisa memuluskan program konversi gas ini dan bisa di-nikmati banyak masyarakat sebagai solusi cerdas untuk bangsa.

Piccesius Yunki Pradana, Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat

Dukung Efisiensi Anggaran Birokrasi

Surat edaran Menteri Pen-dayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi sebulan lalu tentang Pembatasan Kegiatan Perte-muan/ Rapat di Luar Kantor merupakan terobosan bagus untuk menjalankan efisiensi anggaran di kementerian, lembaga, dan pemerintah dae-rah. Ini langkah bagus untuk memaksimalkan anggaran untuk hal yang lebih produk-tif.

Meski sebagian lembaga dan pemerintah daerah terke-san menolak surat edaran tersebut, saya kira gerakan efi siensi di tingkat birokrasi akan tetap berjalan maju. Se-bab, dengan pemimpin ter-tinggi konsisten terhadap ke-bijakan ini, rakyat akan meng-a w a l d a n m e n g a w a s i pelaksanaannya di tingkat le-bih bawah. Alhasil, para pe-mimpin daerah dan pejabat lain juga harus berpikir ulang untuk nekat dan memaksakan kehendak untuk memanfaat-kan hotel dan tempat di luar kantor untuk rapat.

Saya pikir, ini merupakan gerakan yang harus didukung, bukan hanya bagi jajaran biro-krasi, tetapi juga perusahaan swasta, termasuk badan usa-ha milik negara yang biasanya juga mengambil manfaat dari anggaran rapat.

Rochadi Wibawa, Cipayung, Jakarta Timur

Lupakan Resolusi Tahun Baru

Tak usah repot-repot membuat reso-lusi tahun baru. Hampir pasti Anda akan melewatkannya, menjadikan

resolusi yang susah payah Anda buat de-ngan penuh semangat menjadi sekadar daftar panjang yang sia-sia.

Sejak zaman Adam Smith (1723-1790) dan Jeremy Bentham (1748-1832), eko-nom mainstream telah melihat konsu-men sebagai pengambil keputusan yang rasional didorong oleh pengejaran tanpa henti akan kepentingan pribadinya. Na-mun pandangan tradisional ini telah di-patahkan oleh sejumlah bukti empiris dari para behavioural economist yang menemukan adanya anomali dalam peri-laku manusia. Berbagai riset menunjuk-kan bahwa manusia ternyata tidak rasio-nal seperti halnya konsep homo economicus yang diajukan oleh ekonom mainstream.

Ketika seseorang dihadapkan pada pilihan antara hadiah Rp 1 juta hari ini atau hadiah Rp 1,1 juta besok, misalnya, sebagian besar orang akan memilih opsi pertama. Tapi, ketika dihadapkan pada pilihan hadiah Rp 1 juta 30 hari yang akan datang atau Rp 1,1 juta 31 hari yang akan datang, se-bagian besar orang justru memi-lih opsi kedua. Kedua opsi terse-but sama-sama menawarkan tambahan Rp 100.000 di keesokan harinya, namun perilaku tersebut menggambarkan inkonsistensi pilihan seseorang dalam kurun waktu tertentu yang tidak dapat dijelaskan oleh teori neoklasik.

Fenomena di atas disebut hy-perbolic discounting, atau kecen-derungan seseorang untuk memi-lih imbalan yang lebih kecil dan lebih cepat ketimbang imbalan yang lebih besar namun lebih lama. Ekonom Paul Samuelson pertama kali mencetuskan istilah tersebut di tahun 1937. Ia menyebutkan bahwa nilai utilitas akan makin terdis-konto seiring berjalannya waktu sesuai dengan bentuk fungsi hiperbola. Pada dasarnya, hyperbolic discounting men-jelaskan mengapa seseorang bertindak impulsif dalam jangka pendek tetapi me-nunjukkan adanya kesabaran dalam peri-laku jangka panjang.

Tentu saja gagasan ini tidak konsisten dengan teori ekonomi tradisional yang mengasumsikan seseorang mendiskon-tokan imbalan di masa depan berdasar persentase yang tetap. Sebagai contoh, bila tingkat diskonto 10%, seharusnya perilaku konsumen akan indifferen keti-

ka dihadapkan antara pilihan Rp 100 juta hari ini dan Rp 110 juta tahun depan.

Fenomena hyperbolic discounting juga sering dikaitkan dengan beragam perilaku manusia yang telah sering diob-servasi seperti kebiasaan menunda (pro-crastination), kecanduan (addiction), atau masalah dengan kehendak dan akal diri (willpower). Bulan Desember sema-cam ini, misalnya, orang-orang mulai si-buk menyusun resolusi tahun baru yang menjanjikan. Masalahnya adalah sekali-pun kita tahu bahwa imbalan akan hidup sehat dan diet teratur akan lebih besar manfaatnya dalam jangka panjang, sepi-ring gorengan yang lezat di depan mata saat ini terasa lebih menjanjikan.

Cermin perilaku investasiFokus untuk mendapatkan kesenang-

an sesaat dari melahap sepiring gorengan membuat orang mendiskon imbalan di masa depan secara obral-obralan. Yang menarik, kita sadar bahwa gorengan me-

rugikan kesehatan, namun kenikmatan sesaat (instant gratifi cation) terasa jauh lebih besar daripada kesehatan dan umur panjang (future benefi ts).

Penelitian tentang neurologi menemu-kan adanya dua bagian dalam otak manu-sia yang berbeda ketika memproses pi-lihan saat ini dan pilihan di masa depan. Pilihan untuk menunda kesenangan se-saat sebagian besar diproses oleh frontal system yang terkait dengan reasoning dan problem solving. Sementara itu, pi-lihan untuk melakukan hal-hal impulsif dan menyenangkan sesaat diproses oleh lymbic system, yang secara umum terhu-bung dengan perasaan kita akan rasa sa-

kit dan rasa senang.Sejumlah temuan empiris menunjuk-

kan bahwa orang-orang menggunakan hyperbolic discounting untuk mengaku-mulasi tagihan kartu kredit yang tinggi ketimbang mengalokasikan dananya un-tuk tabungan pensiun mereka di masa depan. Kepuasan dari membeli barang saat ini (kendati dibayar dengan utang) jauh lebih besar daripada kesenangan atas pensiun di masa depan. Imbalan di masa depan dipandang kurang menarik mendorong mereka untuk mendiskonto habis-habisan. Mereka memilih alternatif investasi yang lebih menarik dan membe-rikan imbalan yang lebih cepat.

Terkait dengan investasi, hyperbolic discounting menunjukkan bahwa perila-ku investasi seseorang mencerminkan kesabarannya di jangka depan dan keti-daksabarannya di dalam jangka pendek. Pasar saham menggambarkan hyperbolic discounting ini dengan sangat baik. Da-lam jangka pendek, saham dan indeks umumnya bergerak sangat volatile tapi

dalam jangka panjang mereka akan cenderung bergerak stabil.

Apa yang dapat kita pelajari dari fenomena ini? Pertama, sadarilah bahwa preferensi jangka panjang kita mungkin tidak akan selalu se-jalan kecuali kita memiliki komit-men yang kuat untuk mengikat tu-juan tersebut. Kendati demikian, dalam perjalanannya kelak, Anda akan selalu menemukan beragam godaan untuk mengambil tindakan yang memberikan imbalan kese-nangan sesaat. Ada baiknya Anda menentukan batasan yang mampu Anda raih dengan keyakinan diri sendiri dan manfaatkan lingkungan sekitar untuk membantu Anda me-wujudkan resolusi itu.

Kedua, ada baiknya Anda mem-buat resolusi sesaat sebelum Anda akan mengerjakannya dan jangan pernah menunda. Sesuatu yang jauh akan terlihat kecil dari titik Anda berdiri. Bawa tujuan Anda mendekat untuk melihat seberapa besar mereka sesungguhnya.

Beberapa saran lain misalnya, buat satu atau dua resolusi saja yang sangat spesifik. Jabarkan menjadi kebiasaan kecil yang mudah diterapkan dalam ke-seharian. Jangan membuat tujuan yang besar. Ada baiknya Anda memberi trig-ger dengan cara mengomunikasikannya kepada orang dalam lingkungan sosial Anda atau memberi imbalan lebih besar bila komitmen itu tercapai. Bila Anda menyadari tantangan ini dan mampu ber-sikukuh terhadap preferensi dan pilihan Anda di masa depan, seperti kata Richard Thaler dan Cass Sunstein (2008), you may fi nd yourself healtier, wealthier, and happier. ■

Nofi e Iman,Kandidat doktor dari London School of Economics and Political Science, Inggris

Kirim SMS Anda 081808 566826

SMS Pak Basuki dan Pak Jarot. tolong blusukan ke Jl. Thamrin-Sudirman. Uji coba larangan lintas motor ternyata tidak berpengaruh, malahan bikin macet jalanan alternatif. Sementara kemacetan padat merayap tetap aja terjadi. Yang memenuhi ruang jalan itu mobil, kok yang dilarang motor. Win-win solution, demi keadilan bagi wong cilik, beri pemotor satu jalur khusus dan segera terapkan ERP atau Sistem no ganjil-genap yang dulu pernah diujicobakan.

Hp 08787563xxxx

Penyanderaan di dalam kelas di Gresik menun-jukkan bahwa sekolah lalai mengusik rasa aman bagi peserta didik. Seharusnya pintu gerbang saat jam pelajaran ditutup.

Hp 08783214xxxx

Pemda DKI ada-ada saja, melarang kebebasan warganya berkendara. Tidak ada penambahan jalan, malah jalan yang sudah ada orang tidak boleh lewat.

Hp 08122707xxxx

Isi iklan menjadi tanggung jawab pemasang iklan,

KONTAN tidak bertanggung jawab atas materi iklan.

Penerbit: PT Grahanusa Mediatama Surat Izin: Surat Keputusan Menpen Nomor 307/ SIUPP/B.1/1996, tanggal 19 Maret 1996. Direktur: Lukas Widjaja, Ardian Taufik Gesuri Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Ardian Taufik Gesuri Dewan Redaksi: Ardian Taufik Gesuri, Mesti Sinaga, Hasbi Maulana, Hendrika Yunapritta, Djumyati Partawidjaja, Titis Nurdiana, Bagus Marsudi, Ahmad Febrian, Markus Sumartomdjon, R. Cipta Wahyana, Barly Haliem Noe, Asih Kirana Wardani, Johana Ani Kristanti, Umar Idris, Harris Hadinata, Thomas Hadiwinata, Yuwono Triatmodjo, Khomarul Hidayat, Syamsul Ashar, Yura Syahrul, Edy Can, SS Kurniawan, Havid Vebri, Wahyu Tri Rahmawati, Uji Agung S. Asnil Bambani Amri, Lamgiat Siringoringo, Sanny Cicilia, Barratut Taqiyyah, Sandy Baskoro, Ruisa Khoiriyah, Avanty Nurdiana, Adi Wikanto, Dupla Kartini, Ignatius Andri Indradie, Rizki Caturini, Fransiska Firlana S., Anastasia Lilin, Roy Franedya Hutabarat, Amal Ihsan Hadian, Azis Husaini, Dessy Rosalina Pasaribu, Anna Suci Perwitasari, Fitri Nur Arifenie, Yudho Winarto, Dikky Setiawan, Herlina Kartika D., Hendra Gunawan, A. Herry Prasetyo, Amailia Putri Hasniawati, Tedy Gumilar, Sofyan Nur Hidayat, Christine Novita, Fahriyadi, Ragil Nugroho, Mona Debora Tobing, Veri Nurhansyah T, Nina Dwiantika, Asep Munazat Zatnika K, Wahyu Satriani Ari Wulan, Dea Chadiza Syafina, Petrus Dabu, Noverius Laoli, Adisti Dini Indreswari, Handoyo, Narita Indrastiti, Revi Yohana, Muhammad Yazid, Dadan M. Ramdan, Tendi Mahadi, Marantina Napitu, Merlinda Riska, Melati Amaya Dori, Dina Farisah, Agus Triyono, Ignatia M. Sri Sayekti, Dityasa Hanin F., Tri Sulistiowati, Surtan Pantas H.S., Agung Jatmiko, Cindy Silviana Sukma, Agustinus Beo Da Coasta, Diemas Kresna Duta, Margareta Engge Kharismawati, Maria Elga Ratri Ayudi, Noor Muhammad Falih, Oginawa Ramadhan Prayogo, Adinda Ade Mustami, Raden Roro Putri W., Annisa Anindita Wibawa, Issa Almawadi, Adhitya Himawan, Francisca Bertha Vistika Putri, Mimi Silvia, Wuwun Nafsiah, Benediktus Krisna Y., Ranimay Syarah, Pratama Guitarra Sekretariat Redaksi: Kun Sulistyowati, Dedi Sukamto Manager Produksi & Pengarah Rancang Grafis: Indra Surya Rancang Grafis: Candra Kusmana, Hendrik ST Oloan Tambunan, Steve G.A., Pj. Praksa, Thomas Luhur M. Redaktur Foto: Hendra Suhara Fotografer: Achmad Fauzie, Carolus Agus Waluyo, Wicaksono Daniel Prabowo, Cheppy A. Muchlis, Muradi, Baihaki, Fransiskus Parulian Penyelaras Warna: Pandji Indra, Alri Kemas N. Riset dan Dokumentasi Foto: Melly Anne Firdianti, Antun Suhana, Nasrudi Kaisuku Redaksi Bahasa: Tri Adi Sarwoko, Catur Ari Wibowo Perpustakaan dan Pemelihara Data: Deni Riaddy, Deti Riswiani, Priyanto, Nugroho, Iklan: Adjeng Adella Praja, B. Erna Haryati, Sesilia Artanto, Aris Akhmadi, M. Iqbal, Rahgutomo Unggul P., Risang Wahyu P., Indah Sulistyorini M., Irwin Arief, Gita Suraiya K, Farrel Dewantara, Atika Dana P., Nurul Maulidya L., Fitria Noer A., Wandi Manullang Corporate Circulation: Eko Suranto Marketing Communication: Thomas Y. Widyanto, Tutur Wibowo, Renggo Kutut Kujantoko, Gusmaiwan Lubis, Lucky Alan KontanAcademy: Margaretha Matasak, Guido S. Radityo, Ngadirin Alamat Redaksi: Gedung KONTAN, Jalan Kebayoran Lama No. 1119 Jakarta 12210 Iklan: Gedung KOMPAS GRAMEDIA, Jalan Palmerah Selatan No. 22-28 unit II Lt. 2, Jakarta Selatan 10270 Sirkulasi: Gedung KOMPAS, Jalan Gajah mada No.109-110A Jakarta 11140 Telepon: Redaksi (021) 535 7636, 532 8134, Iklan (021) 536 79909, 548 3008 Faksimile: Redaksi: (021) 535 7633, Iklan: (021) 5369 9080, Sirkulasi (021) 260 0972 E-mail: [email protected], Web site: www.kontan.co.id, Dicetak oleh: Percetakan PT Gramedia Isi di luar tanggung jawab percetakan. Tarif Iklan Harian Kontan 2013: Reguler, BW (minimum 40 mmk), 35,000,-/mmk, FC (minimum 600 mmk) 55,500,-/mmk. Advertorial Pariwara; BW (minimum 810 mmk) 38,000,-/mmk, FC (minimum 810 mmk) 58,000,-/mmk, Laporan Keuangan, Prospektus/RUPS/Neraca, BW 19,500,-/mmk, FC 32,500,-/mmk. Seremonia; per kavling 90 x 115 mmk, BW 2,500,000,-/1 kali terbit, FC 5,000,000,-/1 kali terbit. Karir/Seminar/Workshop/Dukacita; BW (minimum 200 mmk) 18,500,-/mmk, FC (minimum 600 mmk) 31,000,-/mmk. Sponsor halaman 1; FC 111,000,-/mmk. ponsor diluar halaman 1; FC 83,250,-/mmk. Sponsor diluar halaman; 1 BW 52,500,-/mmk. Paket sponsor Navigasi halaman 1; FC 80 mm x 20 mm (26x terbit) 66,500,000,-/paket. Banner halaman 1; 7 x 50 mmk FC 38,850,000,-/1 kali terbit, 7 x 70 mmk FC 54,390,000,-/1 kali terbit. Klasiva; Island Ad BW (min. 450 mmk/maks. 1.890 mmk) 56,000,-/mmk, Island Ad FC (min. 810 mmk/maks 1.890 mmk) 58,000,-/mmk. Iklan Kolom; 1 Kolom BW (min. 20mm/maks. 150mm) 24,000,-/mmk. Iklan Baris; (min. 96 karakter) 400,-/karakter. PAKET A: 26 x terbit; 1 x 50 mmk BW 6,600,000,-, 1 x 100 mmk BW 11,000,000,-, 2 x 50 mmk BW, 1,000,000,-, 2 x 100 mmk BW 23,100,000,-. PAKET B: 26 x terbit; 1 x 50 mmk BW 4,100,000,-, 1 x 100 mmk BW 6,800,000,-, 2 x 50 mmk BW 6,800,000,-, 2 x 100 mmk BW, 14,000,000,. Catatan: *Minimum ukuran iklan reguler FC 600/mmk, *Tarif iklan reguler belum termasuk diskon Agensi dan PPN 10%, berlaku mulai 1 Januari 2013, *Tarif iklan laporan keuangan belum termasuk diskon Agensi dan PPN 10%, berlaku mulai 1 April 2013, harga dalam IDR.

WARTAWAN ”KONTAN” SELALU DIBEKALI TANDA PENGENAL, DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA APA PUN DARI NARA SUMBER