Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

10
EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI UJUNG GURAP UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGOLAHAN AIR IRIGASI Mustapa Alihasmi Siregar 1 , Ivan Indrawan 2 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1Kampus USU Medan Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1Kampus USU Medan ABSTRAK Irigasi mempunyai peranan untuk meningkatkan produksi tanaman, dengan cara mengatur dan menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh kehilangan air yang diakibatkan penurunan kinerja jaringan irigasi. Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang baik agar kebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi. Kebutuhan air irigasi pada penilitian ini dilakukan pengukuran dengan menggunakan metode F.J.Mock, dari analisis kebutuhan air irigasi didapat besarnya debit andalan DAS Batang Angkola sehingga diperoleh pola dan masa tanam yang baik. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh debit andalan sebesar 19,39 m 3 /det dan kebutuhan air adalah sebesar 0,93 lt/dt/ha. Pola tanam yang harus digunakan adalah padi- padi-palawija dengan masa tanam awal November. Efisiensi pada jaringan sekunder sebesar 89,86 %, efisiensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai efisiensi yang ditetapkan dalam Kriteria perencanaan efisiensi Irigasi yaitu 90 %. Dari hasil penelitian di dapat bahwa Irigasi Ujung Gurap saat ini kurang efektif. Ini terlihat dari awal rencana luas irigasi yang sebesar 1.396 ha dan yang dapat terairi hanya 890 ha, sehingga efektifitas pada irigasi Ujung Gurap hanya sebesar 63,75 %. ABSTRACT Irrigation has a role to increase crop production , by regulating and providing for the water needs of plants . Water requirements for crops affected by the loss of water due to irrigation network performance degradation . It required a good irrigation systems so that the water needs of plants can be met . Irrigation water demand in this research was measured by using the method F. J. Mock , from analysis of the irrigation water requirement obtained discharge magnitude mainstay Batang Angkola order to obtain a pattern and a good growing season . Based on the research there were a mainstay of 19.39 m3/sec discharge and water demand is at 0.93 l / dt / ha . Cropping patterns that should be used is rice - rice - crops by planting early November . Efficiency of the secondary network was 89.86 % , the efficiency needs to be improved in order to achieve efficiency criteria set out in the planning of irrigation efficiency is 90 % . From the results of that research can Ujung Gurap Irrigation is currently less effective . This is evident from the initial plan for extensive irrigation to 1,396 ha and 890 ha irrigated only , so the effectiveness of the irrigation tip Gurap of only 63.75 % Key Word : Efficiency, effectiveness, cropping patterns.

description

Irigasi

Transcript of Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

Page 1: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI UJUNG GURAP

UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI

PENGOLAHAN AIR IRIGASI

Mustapa Alihasmi Siregar1, Ivan Indrawan2

1Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1Kampus USU

Medan

Email: [email protected] 2Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan

No.1Kampus USU Medan

ABSTRAK

Irigasi mempunyai peranan untuk meningkatkan produksi tanaman, dengan cara

mengatur dan menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman

dipengaruhi oleh kehilangan air yang diakibatkan penurunan kinerja jaringan irigasi.

Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang baik agar kebutuhan air bagi tanaman dapat

terpenuhi. Kebutuhan air irigasi pada penilitian ini dilakukan pengukuran dengan

menggunakan metode F.J.Mock, dari analisis kebutuhan air irigasi didapat besarnya debit

andalan DAS Batang Angkola sehingga diperoleh pola dan masa tanam yang baik.

Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh debit andalan sebesar 19,39 m3/det dan

kebutuhan air adalah sebesar 0,93 lt/dt/ha. Pola tanam yang harus digunakan adalah padi-

padi-palawija dengan masa tanam awal November. Efisiensi pada jaringan sekunder

sebesar 89,86 %, efisiensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai efisiensi yang ditetapkan

dalam Kriteria perencanaan efisiensi Irigasi yaitu 90 %. Dari hasil penelitian di dapat

bahwa Irigasi Ujung Gurap saat ini kurang efektif. Ini terlihat dari awal rencana luas

irigasi yang sebesar 1.396 ha dan yang dapat terairi hanya 890 ha, sehingga efektifitas

pada irigasi Ujung Gurap hanya sebesar 63,75 %.

ABSTRACT

Irrigation has a role to increase crop production , by regulating and providing for the

water needs of plants . Water requirements for crops affected by the loss of water due to

irrigation network performance degradation . It required a good irrigation systems so that

the water needs of plants can be met . Irrigation water demand in this research was

measured by using the method F. J. Mock , from analysis of the irrigation water

requirement obtained discharge magnitude mainstay Batang Angkola order to obtain a

pattern and a good growing season . Based on the research there were a mainstay of 19.39

m3/sec discharge and water demand is at 0.93 l / dt / ha . Cropping patterns that should be

used is rice - rice - crops by planting early November . Efficiency of the secondary

network was 89.86 % , the efficiency needs to be improved in order to achieve efficiency

criteria set out in the planning of irrigation efficiency is 90 % . From the results of that

research can Ujung Gurap Irrigation is currently less effective . This is evident from the

initial plan for extensive irrigation to 1,396 ha and 890 ha irrigated only , so the

effectiveness of the irrigation tip Gurap of only 63.75 %

Key Word : Efficiency, effectiveness, cropping patterns.

Page 2: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

1. Pendahuluan

Daerah Irigasi Ujung Gurap terletak di Kecamatan Batu Nadua dilihat dari letak

geografis, maka D.I ujung Gurap terletak pada posisi 1º21’– 1º27’ LU dan 99º15’–99º19’

BT, dengan letak diatas permukaan laut 260-1100 meter. Kebutuhan air irigasi pada D.I.

Ujung Gurap dipenuhi oleh adanya bangunan Bendung Sungai Batang Ayumi. Daerah

irigasi ujung gurap ini termasuk daerah yang mayoritas penduduk sebagai petani.

Kendala utama yang dihadapi untuk memacu pertumbuhan produksi pangan

khususnya padi adalah turunnya produktivitas lahan. Hal ini diakibatkan oleh over

intensifikasi pada lahan sawah terkait dengan intensitas tanam yang tinggi dengan dosis

pemupukan yang cenderung melebihi kebutuhan optimal. Selain itu, banyak lahan yang

mengalami kekurangan air akibat penurunan kualitas irigasi. Turunnya kualitas irigasi

merupakan akibat dari menurunnya kinerja dari suatu irigasi. Banyak faktor yang

menyebabkan terjadinya penurunan kinerja irigasi diantaranya terjadi karena alih fungsi

lahan dari lahan sawah kebentuk penggunaan lain (pemukiman). Dengan demikian,

kondisi jaringan irigasi banyak yang tidak dimanfaatkan atau dibiarkan rusak.

Penurunan kinerja jaringan irigasi merupakan ancaman nyata terhadap kurangnya

kebutuhan air untuk sawah. Dampak penurunan kinerja irigasi akan mempengaruhi

komitmen petani untuk tetap mempertahankan ekosistem sawah. Hal ini disebabkan oleh

buruknya kinerja irigasi yang mengakibatkan lahan tersebut kurang kondusif untuk usaha

tani khususnya padi.

Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi merupakan rangkaian proses berpindahnya air permukaan bumi dari

suatu tempat ke tempat lainnya hingga kembali ke tempat asalnya. Air naik ke udara dari

permukaan laut atau dari daratan melalui evaporasi. Air di atmosfer dalam bentuk uap air

atau awan bergerak dalam massa yang besar di atas benua dan dipanaskan oleh radiasi

tanah. Panas membuat uap air lebih naik lagi sehingga cukup tinggi dan dingin untuk

terjadi kondensasi. Uap air berubah jadi embun dan seterusnya jadi hujan atau salju.

Curahan (precipitation) turun ke bawah, ke daratan atau langsung ke laut. Air yang tiba di

daratan kemudian mengalir di atas permukaan sebagai sungai, terus kembali ke laut.

Siklus hidrologi dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu: Siklus Pendek, Siklus Sedang,

Siklus Panjang.

Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan

dengan sungai dan anak – anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan

mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang

batas didarat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah

perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.

Curah Hujan Regional

Curah hujan wilayah yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai (DAS) sangat

diperlukan untuk mengetahui mengenai informasi tentang pengaturan air irigasi,

mengetahui neraca air dalam suatu lahan dan untuk mengetahui besarnya aliran

permukaan (run off). Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daerah aliran yang

bisa dilakukan, yaitu :

Page 3: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

1. Metode Arithmetic Mean

Metode ini adalah metode yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata

pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam waktu yang

bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.

R = n1

(R1 + R2 + ... + Rn ) (1)

di mana:

R = area rainfall (mm)

n = jumlah stasiun pengamat

R1 ,R2 , ..., Rn = point rainfall stasiun ke-i (mm).

2. Metode Thiessen

Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili

luasan disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama

dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu

stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan

di daerah yang ditinjau tidak merata.

P = 𝑝1 𝐴1+ 𝑝2 𝐴2 + 𝑝3 𝐴3+⋯+𝑝𝑛 𝐴𝑛

𝐴1+𝐴2+𝐴3+⋯+𝐴𝑛 (2)

di mana:

P = curah hujan wilayah

P1,P2,...Pn = hujan di stasiun 1,2,3...n

A1,A2,...An = luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,3....n

3. Metode Isohyet

Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang

sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua garis

isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua garis isohyet tersebut.

P = 𝐴1

𝐼1+𝐼2

2+𝐴2

𝐼2+𝐼3

2+⋯+𝐴𝑛

𝐼𝑛+𝐼𝑛+1

2

𝐴1+𝐴2+⋯+𝐴𝑛 (3)

di mana :

P = curah hujan wilayah

I1,I2,...In = garis isohyet ke 1,2, dan 3

A1,A2,...An = luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet ke

1,2 dan 3.

Kesetimbangan Air

Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock. Metode ini dikembangkan untuk

menghitung debit bulanan rata-rata. Dengan metode ini, besarnya aliran dari data curah

hujan, karakteristik hidrologi daerah pengaliran dan evapotranspirasi dapat dihitung. Pada

dasarnya metode ini adalah hujan yang jatuh pada catchment area sebagian akan hilang

sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi aliran permukaan (direct run

off) dan sebagian lagi akan masuk kedalam tanah (infiltrasi), di mana infiltrasi pertama-

tama akan menjenuhkan top soil, kemudian menjadi perkolasi membentuk air bawah

tanah (ground water) yang nantinya akan keluar ke sungai sebagai aliran dasar (base

flow).

Page 4: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

Curah Hujan Efektif

Tidak semua curah hujan yang jatuh diatas tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman

untuk pertumbuhannya, ada sebagian yang menguap dan mengalir sebagai limpasan

permukaan. Air hujan yang jatuh diatas permukaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Curah hujan nyata, yaitu sejumlah air yang jatuh pada periode tertentu

b. Curah hujan efektif, yaitu jumlah air hujan yang jatuh pada suatu daerah atau petak

sawah semasa pertumbuhan tanaman dan dapat dipakai untuk memenuhi

kebutuhannya.

Adapun curah hujan efektif untuk tanaman palawija menurut KP-01 dipengaruhi

oleh besarnya tingkat evapotranspirasi dan curah hujan daerah. Besaran curah hujan

efektif harian dihitung dengan analisis pendekatan rumus (KP-01, 1986) sebagai berikut:

a. Untuk padi, Re = 70% x R80

b. Untuk palawija, Re = 70% x R50

Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang

terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu

pengambilan (intake). Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada

umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan

pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air

yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang

diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder

dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang

saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.

Besarnya nilai efisiensi irigasi ini dipengaruhi oleh jumlah air yang hilang selama di

perjalanan. Efisiensi kehilangan air pada saluran primer, sekunder dan tersier berbeda-

beda pada daerah irigasi. Besarnya kehilangan air di tingkat saluran primer 80%,

sekunder 90% dan tersier 90%. Sehingga efisiensi irigasi total = 90% x 90% x 80% = 65

%.

Efektifitas Irigasi

Tingkat efektifitas jaringan irigasi terutama pada jaringan irigasi induk dan jaringan

irigasi sekunder.

Kebutuhan Air Sawah

Perkiraan banyaknya air untuk irigasi didasarkan pada faktor-faktor jenis tanaman,

jenis tanah, cara pemberiaan airnya, cara pengolahan tanah, banyak turun curah hujan,

waktu penanaman, iklim, pemeliharaan saluran dan bangunan bendung dan sebagainya.

NFR = Etc + P + WLR – Re (4)

di mana:

NFR = kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/Ha

Etc = penggunaan konsumtif (mm/hari)

WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)

P = perkolasi (mm/hari)

Re = curah hujan efektif

Kebutuhan air di pintu pengambilan dapat dirumuskan sebagai berikut :

DR = (NFR x A)/e (5)

Page 5: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

di mana:

NFR = kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/Ha)

DR = kebutuhan air di pintu pengambilan (lt/det/Ha)

A = luas areal irigasi rencana (ha)

e = efisiensi irigasi.

2. Metodologi Penelitian

Lokasi

Lokasi penelitian berada di wilayah Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidimpuan,

Kecamatan Batu Nadua pada saluran Irigasi Ujung Gurap.

Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas data primer yaitu survei

lapangan pada jaringan irigasi sekunder, data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka,

wawancara dari Dinas terkait seperti Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara,

UPT/Balai PSDA Batang Angkola dan melakukan wawancara kepada para petani di

daerah irigasi Ujung Gurap. Data - data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: peta

yang terdiri dari peta topografi dan peta daerah irigasi, skema jaringan irigasi sekunder

serta skema banguna irigasi, data curah hujan, dan laporan – laporan terdahulu yang dapat

memberikan data dan informasi mengenai desain awal Daerah Irigasi Ujung Gurap dan

riwayat perkembangannya.

Analisis Kebutuhan Irigasi

Kebutuhan air irigasi dianalisis berdasarkan kebutuhan air tanaman (di lahan) dan

kebutuhan air pada pengambilan (di bendung). Analisis kebutuhan air untuk tanaman di

lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, pengolahan lahan, penggunaan

konsumtif, perlokasi, penggantian lapisan air, dan sumbangan hujan.

Analisis Efektifitas Irigasi

Tingkat efektifitas jaringan irigasi sekunder diperoleh dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut:

IA = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑎𝑖𝑟𝑖

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑅𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 100% (6)

Analisis Efisiensi Irigasi

Tingkat efisiensiensi jaringan irigasi pada jaringan irigasi sekunder diperoleh

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

CE = 𝑫𝒆𝒃𝒊𝒕 𝑷𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒍−𝑫𝒆𝒃𝒊𝒕 𝑼𝒋𝒖𝒏𝒈

𝑫𝒆𝒃𝒊𝒕 𝑷𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒍x 100 % (7)

dimana :

Ec : Kehilangan Air

Debit Pangkal : Jumlah air yang masuk

Debit Ujung : Jumlah air yang Keluar

Page 6: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

3. Hasil Dan Pembahasan

Dari penelitian tersebut maka diperoleh:

Curah Hujan Regional

Perhitungan curah hujan regional dimaksudkan untuk menghitung rata rata curah

hujan yang terjadi di DAS Batang angkola, untuk mengetahui curah hujan maksimum dan

minimum yang terjadi pada daerah aliran sungai batang angkola setiap bulannya. Data

yang digunakan adalah dari stasiun penakaran yang berada di sekitar daerah irigasi Ujung

Gurap, yaitu St. Pintu Padang, St. Sayurmatinggi, St. Pengkolan, dan St. Siabu. Dari

keempat stasiun tersebut digunakan Metode rata-rata aljabar.

Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif adalah bagian dari curah hujan total yang digunakan oleh

tanaman selama masa pertumbuhan. Besarnya jumlah curah hujan efektif dipengaruhi

oleh cara pemberian air irigasi, laju pengurangan air genangan, kedalaman lapisan air

yang dipertahankan, jenis tanaman dan tingkat ketahanan tanaman terhadap kekurangan

air. Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif diambil 80 % kemungkinan curah

hujan terlewati. Curah hujan efektif untuk tanaman padi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Padi

Bulan – Ke

R80

Curah Hujan Efektif

Untuk Tanaman Padi

Januari 1 46,96 2,19

2 49,19 2,30

Pebruari 1 41,33 1,93

2 41,61 1,94

Maret 1 34,47 1,61

2 40,46 1,89

April 1 36,12 1,69

2 37,95 1,77

Mei 1 35,46 1,65

2 34,14 1,59

Juni 1 28,25 1,32

2 41,52 1,94

Juli 1 26,08 1,22

2 23,16 1,08

Agustus 1 24,50 1,14

2 49,09 2,29

September 1 36,30 1,69

2 44,30 2,07

Oktober 1 69,06 3,22

2 58,97 2,75

Nopember 1 61,16 2,85

2 46,88 2,19

Desember 1 34,54 1,61

2 55,61 2,59

Page 7: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

0

5

10

15

20

25

Jan…

Feb…

Mar…

Ap

ril

Me

i

Jun

i

Juli

Agu

Sep…

Okt…

Nov…

Des…

De

bit

Bu

lan

an m

3/s

Grafik Debit Andalan

GrafikDebitAndalan

Evapotranspirasi

Menghitung besarnya evapotranspirasi, dibutuhkan data-data klimatologi yang

meliputi : Temperatur udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari dan

Kecepatan angin. Rekapitulasi perhitungan evapotranspirasi potensial (mm/hari) dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rekapitulasi Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (mm/hari)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

3,38 3,34 3,19 3,09 3,33 3,32 3,04 2,91 2,94 2,93 2,83 2,74

Sumber: BMKG Pinang Sori

Debit Andalan Batang Angkola dengan F.J.Mock

Dalam menentukan besarnya ketersediaan air atau debit andalan pada DAS Batang

Angkola, digunakan Metode F.J.Mock. Data yang menjadi parameter dalam menentukan

debit andalan antara lain: Data jumlah harian hujan, data curah hujan bulanan rata rata,

data evapotranpirasi potensial. Debit andalan yang diperoleh dari perhitungan dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Debit Andalan Metode F.J. Mock

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa debit andalan maksimum berada pada

bulan Oktober yaitu 19,39 m3/det dan debit andalan minimum terjadi pada bulan Agustus

yaitu 11,47 m3/det.

Pola Tanam

Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, pengaturan pola tanam merupakan hal

yang perlu dipertimbangkan. Pengaturan pola tata tanam adalah kegiatan mengatur awal

masa tanam, jenis tanaman dan varietas tanaman dalam suatu tabel perhitungan. Varietas

pola tanam yang digunakan yaitu padi – padi – palawija. Fungsi utama dari pengaturan

pola tanam adalah untuk mendapatkan besaran kebutuhan air irigasi.

Pola tanam untuk masa tanam awal November , masa tanam tidak serentak berpriode

setengah bulanan dengan waktu bebas (Timelag) satu setengah bulanan namun, masa

penyiapan lahan harus sudah selesai dalam 45 hari yang di mulai pada awal bulan

Page 8: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

November. Selama jangka waktu penyiapan lahan (45 hari) air irigasi diberikan secara

terus menerus dan merata untuk seluruh areal, tidak dibedakan antara areal yang sudah

ditanami atau areal yang masih dalam tahap penyiapan.

Penyiapan Lahan dan Koefisien Tanaman

Masa prairigasi diperlukan guna menggarap lahan untuk ditanami dan untuk

menciptakan kondisi lembab yang memadai untuk persemaian yang baru tumbuh,

biasanya padi membutuhkan tanah dengan tingkat kejenuhan yang baik dan dalam

keadaan tanah yang lunak dan gembur. Pengolahan tanah ini dilakukan selama 1 bulan.

Pergantian Lapisan Air

Penggantian lapisan air dilakukan sebanyak 2 kali, masing masing setinggi 50 mm

(3,3 mm/hari ) selama sebulan dan dua bulan setelah penanaman bibit. Pergantian lapisan

air dilakukan untuk menggenangi lapisan tanah yang berfungsi sebagai cadangan air

untuk perkolasi dan evapotranspirasi tanaman. Tujuan lain dari adanya genangan tersebut,

yaitu untuk menekan laju pertumbuhan gulma.

Kebutuhan Air di DI Ujung Gurap

Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan

memperhatikan jumlah air yang di berikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air

tanah. perhitungan kebutuhan air pada masa tanam awal bulan November diperoleh air

maksimum 0,93 lt/dt/ha. Dari perhitungan didapat bahwa masa tanam yang baik

dilakukan adalah pada awal bulan november.

Analisis Tingkat Efisiensi Saluran Irigasi

Tingkat efisiensi jaringan irigasi terutama pada jaringan irigasi sekunder diperoleh

dengan cara menghitung kehilangan air yang terjadi pada saluran sekunder. Dalam

menghitung kehilangan air, yang pertama dilakukan adalah pengukuran debit saluran

dilapangan, sehingga dapat diketahui jumlah air yang masuk dan jumlah air yang keluar.

Skema jaringan irigasi ujung gurap Gambar 1.

Gambar 1. Skema Jaringan Irigasi Ujung Gurap

Pengukuran yang dilakukan dilapangan adalah dimensi saluran irigasi ujung

gurap yaitu, lebar saluran irigasi, tinggi saluran irigasi, dan tinggi permukaan air yang

Page 9: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

terdapat pada saluran irigasi ujung gurap. Efisienssi saluran irigasi sekunder dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Efisiensi Saluran Sekunder Irigasi Ujung Gurap

Saluran Debit Pangkal

(m3/dtk)

Debit Ujung

(m3/dtk)

KehilanganAir

(m3/dtk) Efisiensi

BB 1 – BUG 1 1,812 1,619 0,193 89,349

BUG 2 – BUG 3 1,584 1,424 0,16 89,899

BUG 4 – BUG 5 1,045 0,944 0,101 90,334

89,860

efisiensi penyaluran di saluran sekunder Ujung Gurap sebesar 89,86 %. Kehilangan

air di sepanjang saluran sekunder Ujung Gurap adalah sebesar 0,14 % dari efisiensi pada

saluran sekunder pada kondisi normal sebesar 90 %. Kehilangan pada saluran sekunder

Ujung Gurap ini masih tergolong efisiensi penyalurannya. Faktor yang mempengaruhi

kehilangan air pada saluran sekunder ini adalah evaporasi, rembesan dan karena saluran

yang dilapisi bahan kedap air sudah rusak. Kondisi saluran juga mempengaruhi

kehilangan air dimana semakin panjang saluran maka semakin besar pula kehilangan

airnya, begitu juga dengan lebar saluran. Di sekitar saluran sekunder juga ditemukan

tumbuh – tumbuhan , dan bahkan memasuki permukaan air pada saluran.

Analisis Tingkat Efektifitas Saluran

Efektifitas pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh perbandingan antara luas

areal terairi terhadap luas rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi perbandingan tersebut

semakin efektif pengelolaan jaringan irigasi. Tingkat efektifitas akan diukur dari nilai

Indek Luas Areal (IA), dengan rumusan berikut :

IA = Luas Areal Terairi

Luas Rancangan X 100 %

IA = 890

1396 x 100 % IA = 63,75 %.

Di lapangan diidentifikasi rasio atau perbandingan luas areal terairi terhadap rancangan

luas areal mencapai 63,75 %. Artinya dari seluruh target areal yang akan diairi terdapat

36,25 % yang tidak terairi, dengan kata lain lahan telah berubah fungsi menjadi

pemukiman dan kolam ikan.

4. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

a. Dari hasil perhitungan kebutuhan air pada pola tanam yang dimulai pada awal

November didapat kebutuhan air maksimum adalah sebesar 0,93 lt/dt/ha.

b. Dengan menggunakan metode F.J. Mock didapat nilai debit andalan maksimum pada

daerah aliran sungai ( DAS ) Batang Angkola adalah sebesar 19,39 m3/dt, terdapat

pada pertengahan Oktober.

Page 10: Analisis Dan Evaluasi Jaringan Irigasi

c. Dari tabel 4.12, efisiensi saluran sekunder di irigasi Ujung Gurap sebesar 89,860 %.

Kehilangan air sepanjang saluran sekunder sebesar 0,14 %. Dari efisiensi pada

keadaan normal di saluran sekunder sebesar 90 %.

d. Dari hasil perhitungan efektifitas sebesar 63,75 %, jumlah lahan yang tidak terairi

sekitar 36,25 %. Perubahan lahan irigasi menjadi pemukiman adalah menjadi salah

satu penyebab menurunnya tingkat efektifitas pada daerah Irigasi Ujung Gurap.

Saran

a. Petani diharapkan melakukan penanaman padi secara serentak, selain dapat

mengurangi hama, penanaman serentak ini juga dapat meningkatkan hasil panen.

b. Pada proses penyiapan lahan petani diharapkan menggunakan mesin untuk

menggarap lahan sawah, agar waktu penyiapan lahan semangkin singkat yakni

sekitar 1 bulan, dibandingkan dengan cara tradisional yang memakan waktu hampir

1,5 bulan.

c. Dari analisa yang diperoleh masa awal penanaman disarankan pada bulan November

untuk mendapatkan hasil yang optimum.

d. Pengerukan yang terjadi di saluran primer harus dihentikan, karna dapat merusak

saluran primer yang dapat berdampak pada berkurangnya pemenuhan kebutuhan air

yang diperlukan oleh tanaman di daerah irigasi Ujung Gurap.

e. Perlu diadakan perbaikan pada saluran irigasi ujung Gurap sehingga dapat

meningkatkan efisiensi dan efektifitas untuk mengoptimalkan produktifitas hasil

tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, indra. 2010. Penentuan Jenis Distribusi dan Uji Kesesuaian Semirnov Kolmogrov

Data Hujan Das Taratak Timbulun. Politeknik Negeri Padang.

Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP-01). Departemen

Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada: Bandung.

Direktorat Jenderal Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP-02). Departemen

Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada: Bandung.

Hadihardjaja, Joetata. 2005. Irigasi dan Bangunan Air. Gunadarma: Jakarta.

Hernawan, Bambang. 2003. Analisis Perhitungan Harga Air Irigasi di Daerah Irigasi

Kedungdowo Kramat Kabupaten Batang. Master Theses Civil Engineering RTS

627. 52. Digital Library ITS.

Kusnadi Kalsim, dedi, dkk. 2006. Perencanaan Irigasi Drainasi Interaktif Berbasis

Teknologi Informasi. Bogor : IPB.

Sosrodarsono, Suyono. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta : PT Pradnya

Paramita.

Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika II. Beta Offset: Yogyakarta.