[123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan...

download [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan Air Irigasi

of 105

Transcript of [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan...

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    1/105

    EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI UJUNG GURAP

    UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI

    PENGOLAHAN AIR IRIGASI

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan Sarjana Teknik Sipil

    Disusun Oleh:

    MUSTAPA ALIHASMI SIREGAR

    08 0404 033

    B I D A N G S T U D I T E K N I K S U M B E R D AYA A I R

    D E PA R T E M E N T E K N I K S I P I L

    F A K U L T A S T E K N I K

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    M E D A N

    2013

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    2/105

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    tugas akhir.

    Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik oleh

    penulis tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

    menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

    1. Bapak Ivan Indrawan, ST, selaku Dosen Pembimbing yang berperan penting

    sebagai orang tua bagi penulis yang telah berkenan meluangkan waktu,

    tenaga dan pikiran untuk membantu, membimbing dan mengarahkan penulis

    hingga selesainya tugas akhir ini.

    2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik

    Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

    3. Bapak Syahrizal ST,MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas

    Teknik Universitas Sumatera Utara.

    4. Bapak Dr. Ir. A. Perwira Mulia Tarigan, M.Sc, Ibu Emma Patricia, ST.M.Eng, selaku Dosen Pembanding/Penguji yang telah memberikan masukan

    dan kritikan yang membangun dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    5. Bapak Ir. Terunajaya, M.Sc, selaku koordinator tugas akhir sub jurusan

    sumber daya air, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera

    Utara, yang telah memberikan izin dalam mewujudkan skripsi ini.

    6. Kedua orang tua saya Rahmadi Siregar dan Weldiana Batubara yang telah

    memberikan bimbingan, dukungan, perhatian dan doanya selama ini sertaadik-adikku Elvi Yunitas Sari Siregar, Hendriani Novita Sari Siregar, Musno

    Saidi Siregar, Muhammad Nispu Siregar, dan Zaskia Suci Nalurita Siregar

    yang selalu memberikan semangat.

    7. Adinda Ayu Karmila yang telah memberikan motifasi, Do’a dan membantu

    penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

    8. Bapak/Ibu staf pengajar serta pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas

    Teknik Universitas Sumatera Utara.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    3/105

    9. Teman-teman seperjuangan stambuk 2008, rivay, saur, ican, johan, coy,

    rahmad, sutan, putra, andri, ivan, lindung, arta, rico, eric, nofandi, hafiz, dani,

    deni, panji, dewi, sandro, boy, agi, frengki, moy, abang dan kakak stambuk

    ’05, ’0 6, ’0 7, adik- adik stambuk ’0 9, ’10, ’11, adik-adik kos dian yulis

    wulandari, ayu pratiwi, citra gustianda, widia gustiasari dan semuanya yang

    tidak bisa disebutkan namanya satu persatu terima kasih atas bantuannya

    selama ini.

    Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya

    atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

    Penulis menyadari bahwa di dalam penelitian dan penulisan Tugas Akhir

    ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

    sehingga dapat menyempurnakan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat

    memberi manfaat bagi para pembaca.

    Medan, Juni 2013

    Hormat Saya

    Mustapa Alihasmi Siregar

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    4/105

    ABSTRAK

    Irigasi mempunyai peranan untuk meningkatkan produksi tanaman,dengan cara mengatur, menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Kebutuhan air

    bagi tanaman dipengaruhi oleh kehilangan air yang diakibatkan penurunankinerja jaringan irigasi. Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang baik agarkebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi.

    Kehilangan air yang terjadi pada saluran irigasi dapat mempengaruhiefisiensi kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman. Untuk meningkatkan

    produksi tanaman dapat juga dilakukan dengan cara mengoptimalkan lahan yangtersedia sehingga penggunaan lahan menjadi lebih efektif. Lokasi studi penelitian

    berada di daerah irigasi Ujung Gurap Kecamatan Batu Nadua, KabupatenTapanuli Selatan Padang Sidempuan.

    Menghitung besarnya kebutuhan air irigasi dilakukan denganmenggunakan metode F.J.Mock, dari analisis kebutuhan air irigasi didapat

    besarnya debit andalan DAS Batang Angkola sehingga diperoleh pola dan masatanam yang baik. Dari pengukuran debit tersebut diketahui efisiensi pada saluranirigasi. Sedangkan untuk menghitung efektifitas lahan dilakukan dengan caramembagi luas areal yang terairi dengan luas rancangan.

    Berdasarkan penelitian ini debit andalan adalah sebesar 19,39 m 3/det dankebutuhan air adalah sebesar 0,93 lt/dt/ha. Pola tanam yang harus digunakanadalah padi-padi-palawija dengan masa tanam awal November. Efisiensi pada

    jaringan sekunder sebesar 89,86 %, efisiensi ini perlu ditingkatkan agar mencapaiefisiensi yang ditetapkan dalam Kriteria perencanaan Irigasi yaitu untuk saluransekunder Efisiensinya 90 %. Dari hasil penelitian di dapat bahwa Irigasi UjungGurap saat ini kurang efektif. Ini terlihat dari awal rencana luas irigasi yangsebesar 1.396 ha dan yang dapat terairi hanya 890 ha, sehingga efektifitas padairigasi Ujung Gurap hanya sebesar 63,75 %.

    Kata kunci: Analisis Kebutuhan Air, debit andalan, Efisiensi, Efektifitas.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    5/105

    DAFTAR ISI

    Daftar Halaman

    KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

    ABSTRAK ........................................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

    DAFTAR NOTASI ........................................................................................... viii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

    1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 3

    1.3. Metode dan Tahapan Penelitian ..................................................... 4

    1.4. Pembatasan Masalah ...................................................................... 6

    1.5. Sistematika Penulisan ..................................................................... 8

    BAB II TIJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9

    2.1. Siklus Hidrologi ............................................................................. 9

    2.2. Daerah Aliran Sungai ..................................................................... 11

    2.3. Jaringan Irigasi ............................................................................... 13

    2.3.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi .................................................... 14

    2.3.1.1. Jaringan Sederhana .................................................. 14

    2.3.1.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis ................................... 16

    2.3.1.3. Jaringan Irigasi Teknis ............................................. 172.3.2. Petak Tersier .......................................................................... 18

    2.3.3. Petak Sekunder ...................................................................... 18

    2.3.4. Petak Primer .......................................................................... 19

    2.4. Bangunan Irigasi ............................................................................. 19

    2.4.1. Bangunan Utama ................................................................... 20

    2.4.1.1. Bendung ................................................................... 20

    2.4.1.2. Pengambilan Bebas .................................................. 21

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    6/105

    2.4.1.3. Pengambilan dari Waduk ......................................... 21

    2.4.1.4. Stasiun Pompa ......................................................... 21

    2.4.2. Bangunan Pembawa .............................................................. 22

    2.4.3. Bangunan Bagi dan Sadap ..................................................... 23

    2.4.4. Bangunan Pengatur dan Pengukur ........................................ 23

    2.4.5. Bangunan Drainase ............................................................... 24

    2.4.6. Bangunan Pelengkap ............................................................. 25

    2.5. Analisa Hidrologi ............................................................................ 25

    2.5.1. Curah Hujan Regional ........................................................... 25

    2.5.2. Kesetimbangan Air ................................................................ 29

    2.5.2.1. Metode Dr. F. J. Mock ............................................. 29

    2.5.3. Debit ...................................................................................... 34

    2.5.3.1. Debit Air .................................................................. 34

    2.5.3.2. Pengukuran Debit .................................................... 35

    2.5.3.3. Debit Andalan .......................................................... 41

    2.6. Analisa Kebutuhan Air untuk Irigasi .......................................... 41

    2.7. Kebutuhan Air Padi di Sawah .................................................... 43

    2.7.1. Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Lahan Padi ................ 432.7.2. Penggunaan Konsumtif .................................................... 44

    2.7.3. Perlokasi ........................................................................... 47

    2.7.4. Penggantian Lapisan Air .................................................. 47

    2.7.5. Curah Hujan Efektif ......................................................... 47

    2.7.6. Efisiensi Irigasi ................................................................. 48

    2.7.7. Efektifitas Irigasi .............................................................. 49

    2.7.8. Kebutuhan Air Sawah ....................................................... 49

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......... ......... ........ ........ ........ ......... .. 51

    3.1. Deskripsi Daerah Studi ............................................................... 51

    3.1.1. Kondisi Umum ................................................................. 51

    3.1.2. Lokasi Studi ...................................................................... 51

    3.1.3. Kondisi Klimatologi ......................................................... 53

    3.2. Data Teknis Lapangan ................................................................ 53

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    7/105

    3.2.1. Jaringan Irigasi Ujung Gurap ........................................... 53

    3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 54

    3.4. Metode Analisis dan Pengolahan Data ....................................... 55

    3.4.1. Analisis Hidrologi ............................................................ 55

    3.4.2. Mengukur Debit Aliran .................................................... 55

    3.4.3. Analisis Tingkat Efisiensi ................................................. 55

    3.4.4. Analisis Tingkat Efektifitas .............................................. 56

    BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ............. ........ ........ ......... ........ ..... 58

    4.1. Analisa Hidrologi ......................................................................... 58

    4.1.1. Perhitungan Curah Hujan Regional ................................... 58

    4.1.2. Curah Hujan Efektif ........................................................... 60

    4.1.3. Daerah Aliran Sungai Batang Angkola ............................. 63

    4.1.4. Evapotranspirasi ................................................................. 64

    4.1.5. Debit Andalan Batang Angkola dengan F.J.Mock ............ 65

    4.2. Analisa Kebutuhan Air ................................................................ 69

    4.2.1. Pola Tanam ........................................................................ 69

    4.2.2. Penyiapan Lahan dan Koefisien Tanaman ......................... 704.2.3. Pergantian Lapisan Air ...................................................... 71

    4.2.4. Curah Hujan Efektif Bulanan Tanaman Palawija .............. 72

    4.3. Kebutuhan Air di Ujung Gurap ................................................. 72

    4.4. Analisis Tingkat Efisiensi dan Efektifitas .................................... 78

    4.5. Perhitungan Efektifitas Saluran ................................................... 90

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............... ........ ......... ........ ........ ........ . 91

    5.1. Kesimpulan .................................................................................. 91

    5.2. Saran ............................................................................................ 92

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    8/105

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 1.1. Diagram Alir Metode Penelitian ................................................... 5

    Gambar 1.2. Peta Lokasi Pekerjaan D.I. Ujung Gurap ...................................... 7

    Gambar 2.1. Siklus Pendek ................................................................................ 10

    Gambar 2.2. Siklus Sedang ................................................................................ 10

    Gambar 2.3. Siklus Panjang ............................................................................... 11

    Gambar 2.4. Siklus Hidrologi Secara Lengkap .................................................. 11

    Gambar 2.5. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Sederhana ................................ 15

    Gambar 2.6. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Semi Teknis ............................. 16

    Gambar 2.7. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Teknis ...................................... 17

    Gambar 3.1.Peta Lokasi Irigasi Ujung Gurap ..................................................... 51

    Gambar 3.2. Alur Pengerjaan dan Pengolahan Data .......................................... 58

    Gambar 4.1. Daerah Aliran Sungai Batang Angkola .......................................... 64

    Gambar 4.2. Debit Andalan Metode F.J. Mock .................................................. 69

    Gambar 4.3. Skema Jaringan Irigasi Ujung Gurap ............................................. 78

    Gambar 4.3. Saluran BB1-BUG1 Inflow (Skala 1:50) ....................................... 79

    Gambar 4.4. Saluran BB1-BUG1 Outflow (Skala 1:50)..................................... 81Gambar 4.5. Saluran BUG2-BUG3 Inflow (Skala 1:50).....................................82

    Gambar 4.6. Saluran BUG2-BUG3 Outflow (Skala 1:50) ................................. 84

    Gambar 4.7. Saluran BUG4-BUG5 Inflow (Skala 1:50) .................................... 85

    Gambar 4.8. Saluran BUG4-BUG5 Outflow (Skala 1:50) ................................. 87

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    9/105

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi ............................................................... 14

    Tabel 2.2. Contoh Bangunan Pengukuran Debit ................................................ 24

    Tabel 2.3. Jenis-Jenis Alat Pengukuran Debit .................................................... 36

    Tabel 2.4. Harga Koefisien Keseragaman Manning ........................................... 41

    Tabel 2.5. Harga Koefisiensi Tanaman .............................................................. 47

    Tabel 4.1. Curah Hujan Regional DAS Batang Angkola ................................... 61

    Tabel 4.2. Rangking Curah Hujan Regional ...................................................... 63

    Tabel 4.3. Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Padi ........................................ 64

    Tabel 4.4. Rekapitulasi Perhitungan Evaporation Potensial (mm/hari) ............. 67

    Tabel 4.5. Perhitungan Debit Andalan Metode F. J. Mock ................................ 70

    Tabel 4.6. Pola Tanaman Untuk Masa Tanam Awal November ....................... 71

    Tabel 4.7. Penyiapan Lahan dan Koefisiensi Tanaman Awal November .......... 72

    Tabel 4.8. Pergantian Lapisan Air Masa Tanam Awal November .................... 73

    Tabel 4.9. Curah Hujan Efektif Bulanan Tanaman Palawija ............................. 73

    Tabel 4.10. Analisa Kebutuhan Air Irigasi Untuk Masa Tanam Awal

    November ........................................................................................ 77

    Tabel 4.11. Tingkat Efisiensi pada Setiap Saluran Jaringan Irigasi ................... 79

    Tabel 4.12. Efisiensi Saluran Sekunder Irigasi Ujung Gurap ............................ 88

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    10/105

    DAFTAR NOTASI

    Notasi Halaman

    A = Luas Daerah yang Dibatasi oleh Garis Isohyet ................................ 28

    An = luas basah eksploitasi normal (m 2) ................................................. 30

    BF = Aliran Dasar (m 3/dtk/km) .................................................................. 33

    d = 27 – (3/2) x n .................................................................................... 30

    Dro = Limpasan Langsung ........................................................................... 32

    Ea = evapotranspirasi aktual (mm) ............................................................ 30

    Ee = Evapotranspirasi terbatas(mm) ........................................................ 32

    Etc = penggunaan konsumtif (mm/hari) .................................................. 32

    Eto = evapotranspirasi potensial (mm) ........................................................ 30

    ET = Evapotranspirasi ................................................................................ 43

    Fr = bilangan Froude ............................................................................... 70

    G = Volume air tanah (mm) ................................................................... 70

    g = percepatan gravitasi (m/s 2) .............................................................. 70

    HE = Hujan Efektif .................................................................................... 43

    I = Garis Isohyet ..................................................................................... 28

    i = Faktor infiltrasi ................................................................................ 70

    I = Infiltrasi (mm) ................................................................................. 70

    in = Inflasi Bulan ke n (mm) ..................................................................... 32

    k = Faktor resesi air tanah ..................................................................... 34

    k s = koefisien kekasaran (m 1/3/det) ........................................................ 71

    KAI = Kebutuhan Air Irigasi ........................................................................ 43

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    11/105

    KA = Kehilangan Air .................................................................................. 43

    KK = Kebutuhan Khusus ............................................................................ 43

    KAT = Kontribusi Air Tanah ......................................................................... 43

    L = Penyimpanan volume air tanah awal terkoreksi .............................. 70

    m = Permukaan lahan terbuka (%) ......................................................... 32

    n = Jumlah Stasiun Pengamat ................................................................. 26

    NFR = kebutuhan air irigasi di sawah (lt/det/Ha) ...................................... 50

    PAI = Pemberian Air Irigasi ......................................................................... 43

    P = Curah Hujan Wilayah ....................................................................... 27

    Qn = Banyaknya Air yang Tersedia ........................................................... 33

    qt = Aliran Tanah ...................................................................................... 32

    qo = Aliran Tanah pada Awal Bulan ......................................................... 32

    Ron = Limpasan Priode n (m 3/dtk/km 2) ....................................................... 33

    R = Area Rainfall (mm) .......................................................................... 26

    R1 , R2 ,... = Poin Raun Fall Stasiun Ke-i ............................................................. 26

    R = Hujan Bulnan ..................................................................................... 30

    ΔS = Keseimbangan Air di Permukaan Tanah ........................................... 30

    Vn = Volume Simpanan ............................................................................ 32

    Vn-1 = volume simpanan air tanah periode n – 1 (m3

    ) .................................. 32

    WS = Water Surplus ................................................................................... 31

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    12/105

    ABSTRAK

    Irigasi mempunyai peranan untuk meningkatkan produksi tanaman,dengan cara mengatur, menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Kebutuhan air

    bagi tanaman dipengaruhi oleh kehilangan air yang diakibatkan penurunankinerja jaringan irigasi. Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang baik agarkebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi.

    Kehilangan air yang terjadi pada saluran irigasi dapat mempengaruhiefisiensi kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman. Untuk meningkatkan

    produksi tanaman dapat juga dilakukan dengan cara mengoptimalkan lahan yangtersedia sehingga penggunaan lahan menjadi lebih efektif. Lokasi studi penelitian

    berada di daerah irigasi Ujung Gurap Kecamatan Batu Nadua, KabupatenTapanuli Selatan Padang Sidempuan.

    Menghitung besarnya kebutuhan air irigasi dilakukan denganmenggunakan metode F.J.Mock, dari analisis kebutuhan air irigasi didapat

    besarnya debit andalan DAS Batang Angkola sehingga diperoleh pola dan masatanam yang baik. Dari pengukuran debit tersebut diketahui efisiensi pada saluranirigasi. Sedangkan untuk menghitung efektifitas lahan dilakukan dengan caramembagi luas areal yang terairi dengan luas rancangan.

    Berdasarkan penelitian ini debit andalan adalah sebesar 19,39 m 3/det dankebutuhan air adalah sebesar 0,93 lt/dt/ha. Pola tanam yang harus digunakanadalah padi-padi-palawija dengan masa tanam awal November. Efisiensi pada

    jaringan sekunder sebesar 89,86 %, efisiensi ini perlu ditingkatkan agar mencapaiefisiensi yang ditetapkan dalam Kriteria perencanaan Irigasi yaitu untuk saluransekunder Efisiensinya 90 %. Dari hasil penelitian di dapat bahwa Irigasi UjungGurap saat ini kurang efektif. Ini terlihat dari awal rencana luas irigasi yangsebesar 1.396 ha dan yang dapat terairi hanya 890 ha, sehingga efektifitas padairigasi Ujung Gurap hanya sebesar 63,75 %.

    Kata kunci: Analisis Kebutuhan Air, debit andalan, Efisiensi, Efektifitas.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    13/105

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Usaha untuk meningkatkan suatu produksi tanaman pangan khususnya

    padi, sebagai suatu komuditas di indonesia pada dasarnya dapat dilakukan melalui

    berbagai pendekatan antara lain ekstensifikasi, intensifikasi dan rehabilitasi.

    Menurut Saptana, dkk. (2001), Peningkatan produksi pangan dalam jangka waktu

    pendek dapat dilakukan secara intensifikasi dengan meningkatkan optimalisasi

    pemanfaatan sumberdaya yang ada, pada usaha tani padi sawah optimalisasi

    pemanfaatan sumberdaya dapat dilakukan antara lain melalui memanfaatan air

    irigasi secara efisien dan efektif.

    Kendala utama yang dihadapi untuk memacu pertumbuhan produksi

    pangan khususnya padi adalah turunnya produktivitas lahan. Hal ini diakibatkan

    oleh over intensifikasi pada lahan sawah terkait dengan intensitas tanam yang

    tinggi dengan dosis pemupukan yang cenderung melebihi kebutuhan optimal.

    Selain itu, banyak lahan yang mengalami kekurangan air akibat dari menurunnya

    kualitas dari suatu irigasi.

    Turunnya kualitas irigasi merupakan akibat dari menurunnya kinerja dari

    suatu irigasi. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan kinerja

    irigasi diantaranya terjadi karena alih fungsi lahan dari lahan sawah kebentuk

    penggunaan lain (pemukiman). Dengan demikian, kondisi jaringan irigasi banyak

    yang tidak dimanfaatkan atau dibiarkan rusak.

    Penurunan kinerja jaringan irigasi merupakan ancaman nyata terhadap

    kurangnya kebutuhan air untuk sawah. Dampak penurunan kinerja irigasi akan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    14/105

    mempengaruhi komitmen petani untuk tetap mempertahankan ekosistem sawah.

    Hal ini disebabkan oleh buruknya kinerja irigasi yang mengakibatkan lahan

    tersebut kurang kondusif untuk usaha tani khususnya padi.

    Rendahnya kualitas fisik jaringan irigasi dikarenakan adanya kerusakan

    prasarana terkait dengan terbatasnya sumberdaya untuk melakukan pemeliharaan

    dan perbaikan atau akibat terjadinya perubahan lingkungan terutama wilayah hulu

    sehingga jaringan irigasi rusak. Menurut Mao Zhi (1989) dalam Small dan

    Svendsen (Visi No.11 Ed) penilaian keadaan fisik irigasi dapat dilakukan dengan

    menilai sejauh mana bangunan-banguna irigasi dapat berfungsi sebagaimana yang

    diharapkan. Indikatornya adalah efektifitas prasaranan yang ditentukan oleh ratio

    perbandingan antara jumlah bangunan yang berfungsi dengan jumlah total

    bangunan irigasi yang ada pada daerah irigasi.

    Perubahan kebijakan pengolahan irigasi yang tengah dilakukan pemerintah

    pada saat ini mempunyai sasaran yang lebih jauh yaitu hanya sekedar perubahan

    kewenangan pengolahan, namun juga dicapainya tingkat layanan dengan

    kapasitas yang cukup tinggi pada tingkat jaringan irigasi primer, sekunder, tersier

    dan kuarter.

    Untuk mengetahui tingkat layanan dari suatu irigasi perlu diadakannya

    penilaian terhadap kinerja jaringan irigasi tersebut. Daerah irigasi ujung gurapkecamatan padang sidempuan Batu Nadua pemerintah kota Padang Sidempuan

    merupakan sumber utama dalam hal pengairan persawahan di batu nadua. Dalam

    hal ini petani yang memanfaatkan irigasi ujung gurap sebagai sumber air untuk

    memenuhi kebutuhan air di areal pertanian banyak yang mengalami kekurangan

    air, hal ini diduga kerena menurunnya kinerja jaringan irigasi yang ada.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    15/105

    1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Penelitian pada tugas akhir ini bertujuan untuk :

    1. Bagaimana sistem jaringan irigasi yang terdapat di daerah irigasi ujung gurap

    padang sidempuan.

    2. Mengetahui kebutuhan air irigasi yang terdapat pada irigasi ujung gurap

    3. Mengevaluasi debit andalan yang tersedia untuk irigasi

    4. Merencanakan pola dan masa tanam yang baik untuk masing-masing jenis

    tanaman di daerah irigasi.

    5. Untuk mengetahui efektifitas jumlah lahan yang tidak diairi pada daerah

    irigasi Ujung gurap.

    6. Mengevaluasi efisiensi yang terdapat pada irigasi ujung gurap padang

    sidempuan.

    Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk mengoptimalkan kinerja

    jaringan irigasi dan menjadi masukan bagi daerah lain untuk memperbaiki

    jaringan irigasi agar dapat bekerja optimal.selain daripada itu tugas akhir ini dapat

    meningkatkan wawasan bagi penulis bagaimana cara meningkatkan kinerja

    jaringan irigasi.

    1.3. Metode dan Tahapan Penelitian Tugas akhir ini disusun dengan tahapan sebagai berikut:

    1. Mengumpulkan beberapa literatur dari buku, makalah, jurnal dan catatan

    kuliah yang berkaitan dengan studi untuk studi pustaka.

    2. Mengumpulkan data primer berupa dokumentasi lokasi penelitian dan

    penghitungan debit air.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    16/105

    3. Mengumpulkan data sekunder berupa data curah hujan , skema jaringan

    irigasi dan skema bendungan. Data sekunder merupakan data dari instansi,

    lembaga masyarakat, dan pihak terkait yang berhubungan dengan

    pembahasan.

    4. Menganalisa data curah hujan dan klimatologi untuk menghitung debit

    andalan, mengatur pola tanam dan menghitung kebutuhan air dengan metode

    F.J. Mock.

    5. Menganalisa efisiensi dan efektifitas jaringan irigasi.

    6. Membuat kesimpulan dan saran. Secara garis besar metode dan tahapan

    penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    17/105

    Gambar 1.1 Diagram Alir Metode Penelitian

    Mulai

    Tinjauan Pustaka

    Pengumpulan Data

    Curah hujan Data Hidrolis Data Lokasi

    Efektifitas Jaringan

    Kebutuhan Air irigasi

    Efisiensi Jaringan Irigasi

    Debit Air

    Analisa Pola Tanam

    Kesimpulan dan saran

    Hasil

    Selesai

    Evapotraspirasi

    Klimatologi

    Debit Andalan Jenis Tanaman

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    18/105

    1.4. Pembatasan Masalah

    Pembatasan masalah yang diambil untuk mempermudah tugas akhir ini

    adalah :

    1. Perhitungan terhadap debit andalan dan kebutuhan air irigasi dalam mengairi

    tanaman hanya menggunakan metode F.J. Mock

    2. Analisisa efisiensi jaringan irigasi yang dilakukan hanya pada jaringan irigasi

    sekunder.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    19/105

    Gambar 1.2. Peta Lokasi Pekerjaan D.I. Ujung Gurap

    Gambar 1.2 merupakan peta lokasi studi. Ditinjau dari posisi geografis,

    lokasi studi daerah irigasi Ujung Gurap terletak pada posisi 1° 21 1 - 01° 27 1” LU

    dan 99° 15 1 – 99° 19 1 BT, di Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    20/105

    1.5. Sistematika Penulisan

    Adapun tahapan sistematika penulisan tugas akhir ini :

    Bab I. Pendahuluan

    Berisi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

    sistematika penulisan dari tugas akhir ini.

    Bab II. Tinjauan Pustaka

    Merupakan uraian tentang landasan teori tentang siklus hidrologi, intensitas

    curah hujan, evapotranspirasi, jaringan irigasi, analisa hidrologi, teori

    tentang efektifitas dan efisiensi jaringan irigasi.

    Bab III. Metodologi Penelitian

    Berisi uraian tentang persiapan penelitian mencakup tempat dan waktu,

    rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian dan diagram alir pengerjaan

    penelitian.

    Bab IV. Analisa dan Pembahasan

    Merupakan analisa dan pembahasan hasil penelitian yang meliputi analisis

    curah hujan, analisis debit andalan, kebutuhan air irigasi, efisiensi dan

    efektifitas kebutuhan air irigasi.

    Bab V. Kesimpulan dan Saran

    Merupakan kesimpulan dari butir –

    butir kesimpulan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan. Kesimpulan juga disertai dengan

    rekomendasi saran yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya atau untuk

    penerapan hasil penelitian di lapangan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    21/105

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Siklus Hidrologi

    Siklus hidrologi merupakan rangkaian proses berpindahnya air permukaan

    bumi dari suatu tempat ke tempat lainnya hingga kembali ke tempat asalnya.

    Air naik ke udara dari permukaan laut atau dari daratan melalui evaporasi. Air di

    atmosfer dalam bentuk uap air atau awan bergerak dalam massa yang besar di atas

    benua dan dipanaskan oleh radiasi tanah. Panas membuat uap air lebih naik lagi

    sehingga cukup tinggi dan dingin untuk terjadi kondensasi. Uap air berubah jadi

    embun dan seterusnya jadi hujan atau salju. Curahan (precipitation) turun ke

    bawah, ke daratan atau langsung ke laut. Air yang tiba di daratan kemudian

    mengalir di atas permukaan sebagai sungai, terus kembali ke laut.

    Sebagian dari air hujan yang turun dari awan menguap sebelum tiba di

    permukaan bumi, sebagian lagi jatuh di atas daun tumbuh-tumbuhan

    (intercception) dan menguap dari permukaan daun-daun. Air yang tiba di tanah

    dapat mengalir terus ke laut, namun ada juga yang meresap dulu ke dalam tanah

    (infiltration) dan sampai ke lapisan batuan sebagai air tanah. Sebagian dari air

    tanah dihisap oleh tumbuh-tumbuhan melalui daun-daunan lalu menguapkan

    airnya ke udara (transpiration). Air yang mengalir di atas permukaan menuju

    sungai kemungkinan tertahan di kolam, selokan, dan sebagainya ( surface

    detention ), ada juga yang sementara tersimpan di danau, tetapi kemudian

    menguap atau sebaliknya, sebagian air mengalir di atas permukaan tanah melalui

    parit, sungai, hingga menuju ke laut ( surface run off ), sebagian lagi infiltrasi ke

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    22/105

    dasar danau dan bergabung di dalam tanah sebagai air tanah yang pada akhirnya

    ke luar sebagai mata air. Siklus hidrologi dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu:

    1. Siklus Pendek : Air laut menguap kemudian melalui proses kondensasi

    berubah menjadi butir-butir air yang halus atau awan dan selanjutnya hujan

    langsung jatuh ke laut dan akan kembali berulang. Siklus pendek dapat dilihat

    pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1. Siklus Pendek

    2. Siklus Sedang : Air laut menguap lalu dibawa oleh angin menuju daratan dan

    melalui proses kondensasi berubah menjadi awan lalu jatuh sebagai hujan di

    daratan dan selanjutnya meresap ke dalam tanah lalu kembali ke laut melalui

    sungai-sungai atau saluran-saluran air. Siklus sedang dapat dilihat pada

    Gambar 2.2.

    Gambar 2.2. Siklus Sedang

    Universitas Sumatera Utara

    http://4.bp.blogspot.com/_UVxaEnfQqQE/S8M7TbAlqLI/AAAAAAAAAD4/R9X22TfEjrY/s1600/2.jpghttp://3.bp.blogspot.com/_UVxaEnfQqQE/S8M7Ac-03XI/AAAAAAAAADw/aPqGkPg6LXI/s1600/1.jpg

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    23/105

    3. Siklus Panjang : Air laut menguap, setelah menjadi awan melalui proses

    kondensasi, lalu terbawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan

    dan terjadilah hujan salju atau es di pegunungan-pegunungan yang tinggi.

    Bongkah-bongkah es mengendap di puncak gunung dan karena gaya beratnya

    meluncur ke tempat yang lebih rendah, mencair terbentuk gletser lalu

    mengalir melalui sungai-sungai kembali ke laut. Siklus panjang dapat dilihat

    pada Gambar 2.3.

    Gambar 2.3. Siklus Panjang

    Siklus hidrologi secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4. Siklus Hidrologi Secara Lengkap

    Universitas Sumatera Utara

    http://1.bp.blogspot.com/_UVxaEnfQqQE/S8M762dEUII/AAAAAAAAAEI/uikY7JXuwtQ/s1600/bp-watercycle2.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_UVxaEnfQqQE/S8M7jPEo8gI/AAAAAAAAAEA/TgbWgVnC56U/s1600/3.jpg

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    24/105

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    25/105

    ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih,

    serta pengolahan air limbah.

    Bentuk dae adaah aliran sungai terbagi atas tiga jenis, yaitu :

    1. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola bulu burung, di daerah aliran sungai

    ini selain terdapat sungai utama, tidak jauh dari sungai utama tersebut, di

    sebelah kirinya dan kanan terdapat pola-pola sungai kecil atau anak-anak

    sungai.

    2. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola radial atau melebar, di daerah aliran

    sungai ini pun terdapat sungai utama (besar dengan beberapa anak

    sungainya), hanya anak-anak sungainya melingkar dan akan bertemu pada

    satu titik daerah.

    3. Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola paralel atau sejajar, daerah aliran

    sungai ini memiliki 2 jalur daerah aliran, yang memang paralel, yang di

    bagian hilir keduanya bersatu membentuk sungai besar.

    2.3 Jaringan Irigasi

    Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang

    diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan,

    pembagian, pemberian dan penggunaannya.Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan

    tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran

    sekunder.Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang

    berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari

    suatu jarigan irigasi disebut dengan daerah irigasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    26/105

    2.3.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi

    Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,

    jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu :

    1. Jaringan irigasi sederhana.

    2. Jaringan irigasi semi teknis.

    3. Jaringan irigasi teknis.

    Klasifikasi Jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi

    Klasifikasi Jaringan IrigasiTeknis Semi Teknis Sederhana

    Bangunan Utama BangunanPermanen

    BangunanPermanen atau semi

    Permanen

    BangunanSementara

    Kemampuandalam mengukurdan mengaturdebit

    Baik Sedang Tidak mampumengatur/mengukur

    Jaringan saluran Saluran pemberi dan pembuangterpisah

    Saluran pemberi dan pembuang tidaksepenuhnya terpisah

    Saluran pemberi dan pembuang menjadisatu

    Petak tersier Dikembangkansepenuhnya

    Belumdikembangkandentitas bangunantersier jarang

    Belum ada jaringanterpisah yangdikembangkan

    Efisiensi secarakeseluruhan

    50-60% 40-50%

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    27/105

    mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah

    diorganisasikan karena menyangkutpemakai air dari latar belakang sosial yang

    sama namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain:

    1. Terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang.

    2. Air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih

    subur.

    3. Bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan

    lama.

    Ilustrasi jaringan irigasi sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.5.

    Gambar 2.5. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Sederhana

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    28/105

    2.3.1.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis

    Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen atau

    pun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah dilengkapi dengan

    bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa

    bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu

    mengatur dan mengukur. Karena belum mampu mengatur dan mengukur dengan

    baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit.

    Ilustrasi jaringan irigasi semi teknis sebagai bentuk pengembangan dari jaringan

    irigasi sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.6.

    Gambar 2.6. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Semi Teknis

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    29/105

    2.3.1.3. Jaringan Irigasi Teknis

    Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen.

    Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping

    itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan

    pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier.

    Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian,

    disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder,

    petak tersier, petak kuarter dan petak sawah sebagai satuan terkecil. Gambar 2.7.

    memberikan ilustrasi jaringan irigasi teknis sebagai pengembangan dari jaringan

    irigasi semi teknis.

    Gambar 2.7. Skematis Contoh Jaringan Irigasi Teknis

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    30/105

    2.3.2. Petak Tersier

    Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas

    kuranglebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan

    perneliharaan di petak tersier menjadi tanggung jawab para petani yang

    mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbing pemerintah. Petak

    tersier sebaiknya mempunyai batas--batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas

    desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi

    pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas

    petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman. Apabila

    kondisi topografi memungkinkan, petak tersier sebaiknya berbentuk bujur sangkar

    atau segi empat. Hal ini akan memudahkan dalam pengaturan tata letak dan

    pembagian air yang efisien.

    Petak tersier sebaiknya berbatasan langsung dengan saluran sekunder atau

    saluran primer. Sedapat mungkin dihindari petak tersier yang terletak tidak secara

    langsung di sepanjang jaringan saluran irigasi utama, karena akan memerlukan

    saluran muka tersier yang mebatasi petak-petak tersier lainnya.

    2.3.3. Petak Sekunder

    Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanyadilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari

    bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak

    sekunder pada urnumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran

    drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi

    topografi daerah yang bersangkutan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    31/105

    Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah

    di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang

    membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis

    tinggi yang mengairi lereng lereng medan yang lebih rendah.

    2.3.4. Petak Primer

    Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil

    langsung airdari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer

    yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang

    saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap

    air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi

    daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran

    primer.

    2.4. Bangunan irigasi

    Keberadaan bangunan ingasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan

    pengaturan air irigasi Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam

    praktek irigasi antara lain :

    1.

    Bangunan utama2. Bangunan pembawa

    3. Bangunan bagi dan sadap

    4. Bangunan pengatur muka air

    5. Bangunan pernbuangdan penguras

    6. Bangunan pelengkap.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    32/105

    2.4.1. Bangunan Utama

    Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air

    untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber

    airnya, bangunan utarna dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu:

    1. Bendung

    2. Pengambilan bebas

    3. Pengambilan dari waduk

    4. Stasiun pompa.

    2.4.1.1. Bendung

    Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang

    dibangun melintang dengan sungai yang sengaja dibuat dengan maksud untuk

    meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung mencapai

    elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap dan dialirkan

    secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya. Terdapat beberapa jenis

    bendung, diantaranya adalah:

    1. Bendung tetap (weir)

    2. Bendung gerak (barrage)

    3.

    Bendung karet (inflamble weir).Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak,

    peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan

    tanggul banjir.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    33/105

    2.4.1.2. Pengambilan Bebas

    Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai menyadap

    air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Perbedaan dengan

    bendung adalah pada bangunan pengambilan bebas tidak dilakukan pengaturan

    tinggi muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara, gravitasi muka air

    di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang dilayani.

    2.4.1.3. Pengambilan dari Waduk

    Salah satu fungsi waduk adalah menampung air pada saat terjadi

    kelebihan air dan mengalirkannya pada saat diperlukan. Dilihat dari kegunaannya,

    waduk dapat bersifat multi guna. Pada urnumnya waduk dibangun memiliki

    banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pernbangkit listrik, peredam banjir,

    pariwisata, dan perikanan. Apabila salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka

    pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi. Alokasi

    pernberian air sebagai fungsi luas daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik

    waduk.

    2.4.1.4. Stasiun Pompa

    Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, baik

    dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu karakteristik pengambilan irigasi

    dengan pompa adalah investasi awal yang tidak begitu besar namun biaya operasi

    dan eksploitasi yang sangat besar.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    34/105

    2.4.2. Bangunan Pembawa

    Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa/mengalirkan air dari

    surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer,

    saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan

    pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran

    primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya.

    Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang

    terletak pada petak sekunder tersebut. Berikut ini penjelasan berbagai saluran

    yang ada dalam suatu sistern irigasi yaitu:

    1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder

    dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada

    bangunan bagi yang terakhir.

    2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran

    primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder

    tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.

    3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran

    sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder

    tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier

    terkahir.4. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier

    menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas

    akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    35/105

    2.4.3. Bangunan Bagi dan Sadap

    Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer,

    sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran

    yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan bagi ini

    masing masing disebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap tersier

    mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier

    penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung

    menjadi satu rangkaian bangunan.Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada

    umumnya mempunyai 3 (tiga) bagian utama, yaitu:

    1. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan

    tinggi pelayanan yang direncanakan.

    2. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju

    saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-

    gorong.Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang

    masuk saluran dapat diatur.

    3. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk

    mengukur besarnya debit yang mengalir.

    2.4.4.

    Bangunan Pengatur dan Pengukur

    Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu

    dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran

    primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan

    sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka

    air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    36/105

    konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur

    dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang

    dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapat juga berfungsi sebagai bangunan

    pangatur. Beberapa contoh bangunan pengukur debit diberikan pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Contoh Bangunan Pengukur Debit

    Tipe Alat Ukur Mengukur Dengan Kemampuan MengaturAmbang Lebar Aliran atas TidakParshal Flume Aliran atas Tidak

    Cipoletti Aliran atas Tidak

    Romijn Aliran atas YaCrump de Gruyter Aliran bawah YaConstant Head Orifice Aliran bawah Ya

    Bangunan Sadap Pipa Sederhana Aliran bawah YaSumber :Standar Perencanaan Irigasi KP-01

    2.4.5. Bangunan Drainase

    Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak

    sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran

    pernbuang, sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan

    pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang

    kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran

    pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :

    1. Mengeringkan sawah.

    2. Mernbuang kelebihan air hujan.

    3. Membuang kelebihan air irigasi

    Saluran pembuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah

    atasnya atau dari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pembuang tersier

    menampung air buangan dari saluran pembuang kuarter. Saluran pembuang

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    37/105

    primer menampung dari saluran pembuang tersier dan membawanya untuk

    dialirkan kembali ke sungai.

    2.4.6. Bangunan Pelengkap

    Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap

    bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan

    pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi

    dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan

    umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul,

    jembatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta

    bangunan lainnya.

    2.5. Analisa Hidrologi

    2.5.1. Curah Hujan Regional

    Curah hujan wilayah yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai (DAS)

    sangat diperlukan untuk mengetahui mengenai informasi tentang pengaturan air

    irigasi, mengetahui neraca air dalam suatu lahan dan untuk mengetahui besarnya

    aliran permukaan (run off).

    Curah hujan regional di dapat melalui penakaran curah hujan yang terdapat pada setiap wilayah/daerah. Semakin banyak penakar dipasang di lapangan

    diharapkan dapat diketahui besarnya rata-rata CH yang menunjukkan besarnya

    CH yang terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui variasi CH di

    suatu titik pengamatan. Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daearah

    aliran yang bisa dilakukan, yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    38/105

    1. Metode Arithmetic Mean

    Metode ini adalah metode yang paling sederhana untuk menghitung hujan

    rerata pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam

    waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.

    Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah berada di dalam

    DAS, tetapi stasiun di luar DAS yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.

    Metode rerata aljabar memberikan hasil yang baik apabila

    a. Stasiun hujan tersebut tersebar secara merata di DAS

    b. Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS

    Persamaan rerata aljabar

    R = n1

    (R 1 + R 2 + ... + R n ) ...........................................................................2-1

    di mana:

    R = area rainfall (mm)

    n = jumlah stasiun pengamat R1 , R2 , ... , Rn = point rainfall stasiun ke-i (mm).

    2. Metode Thiessen

    Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang

    mewakili luasan disekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa

    hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan

    yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan

    apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Hitungan

    curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap

    stasiun. Pembentukan poligon Thiessen adalah sebagai berikut :

    a. Stasiun pencatat hujan digambarkan pada peta DAS yang ditinjau termasuk

    stasiun hujan diluar DAS yang berdekatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    39/105

    b. Stasiun-stasiun tersebut dihubungkan dengan garis lurus (garis terputus)

    sehingga membentuk segitiga-segitiga, yang sebaiknya mempunyai sisi

    dengan panjang yang kira-kira sama.

    c. Dibuat garis berat pada sisi-sisi segitiga.

    d. Garis-garis berat tersebut membentuk poligon yang mengelilingi tiap stasiun.

    Tiap stasiun mewakili luasan yang dibentuk oleh poligon. Untuk stasiun yang

    berada didekat batas DAS, garis batas DAS membentuk batas tertutup dari

    poligon.

    e. Luas tiap poligon di ukur dan kemudian dikalikan dengan kedalaman hujan di

    stasiun yang berada didalam poligon.

    f. Jumlah dari hitungan pada butir e untuk semua stasiun dibagi dengan luas

    daerah yang ditinjau menghasilkan hujan rerata daerah tersebut yang dalam

    bentuk matematik mempunyai bentuk berikut ini :

    P =1 1+ 2 2 + 3 3+ ⋯+

    1+ 2 3 ⋯ ...........................................................2-2

    di mana:

    P = curah hujan wilayahP1,P2,...Pn = hujan di stasiun 1,2,3...n

    A1,A2,...An = luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,3....n

    3. Metode Isohyet

    Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan

    yang sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di

    antara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rerata dari kedua

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    40/105

    garis isohyet tersebut. Pembuatan garis isohyet dilakukan dengan prosedur berikut

    ini :

    a. Lokasi stasiun hujan dan kedalaman hujan digambarkan pada peta daerah

    yang ditinjau.

    b. Dari kedua nilai kedalaman hujan di stasiun yang berdampingan dibuat

    interpolasi dengan pertambahan nilai yang ditetapkan.

    c. Dibuat kurva yang meenghubungkan titik-titik interpolasi yang mempunyai

    kedalaman hujan yang sama. Ketelitian tergantungpada pembuatan garis

    isohyet dan intervalnya.

    d. Diukur luas daerah antara dua isohyet yang berurutan dan kemudian

    dikalikan dengan nilai rata-rata dari nilai kedua garis isohyet.

    e. Jumlah dari hitungan pada butir d untuk seluruh garis isohyet dibagi dengan

    luas daerah yang ditinjau menghasilkan kedalaman hujan rerata daerah

    tersebut. Secara matematis hujan rerata tersebut dapat ditulis.

    P =1 + +⋯+

    1+ +⋯+ ....................................................2-3

    di mana :

    P = curah hujan wilayahI1,I2,...In = garis isohyet ke 1,2, dan 3A1,A2,...An = luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet ke

    1,2 dan 3.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    41/105

    2.5.2. Kesetimbangan Air

    2.5.2.1. Metode F.J. Mock

    Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock. Metode ini dikembangkan

    untuk menghitung debit bulanan rata-rata. Dengan metode ini, besarnya aliran dari

    data curah hujan, karakteristik hidrologi daerah pengaliran dan evapotranspirasi

    dapat dihitung. Pada dasarnya metode ini adalah hujan yang jatuh pada catchment

    area sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung

    menjadi aliran permukaan ( direct run off ) dan sebagian lagi akan masuk kedalam

    tanah (infiltrasi ), di mana infiltrasi pertama-tama akan menjenuhkan top soil,

    kemudian menjadi perkolasi membentuk air bawah tanah ( ground water ) yang

    nantinya akan keluar ke sungai sebagai aliran dasar (base flow ). Prinsip Metode

    F.J.Mock adalah :

    1. Memperhitungkan volume air yang masuk (hujan), keluar (infiltrasi,

    perkolasi, dan evapotranspirasi) dan yang disimpan dalam tanah (soil

    storage).

    2. Dalam sistem mengacu pada waterbalance, volume air total yang berada di

    bumi tetap, hanya sirkulasi dan distribusi yang bervariasi.

    Adapun ketentuan dari metode ini adalah sebagai berikut :

    1.

    Data meteorologiData meterologi yang digunakan mencakup :

    a. Data presipitasi dalam hal ini adalah curah hujan bulanan dan data curah

    hujan harian.

    b. Data klimatologi berupa data kecepatan angin, kelembapan udara,

    tempratur udara dan penyinaran matahari untuk menentukan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    42/105

    evapotranspirasi potensial (Eto) yang dihitung berdasarkan metode

    “Penman Modifikasi“

    2. Evapotranspirasi aktual ( Ea)

    Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air

    yang terbatas, dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi

    tumbuhan hijau ( exposed surface ) pada musim kemarau.

    Untuk menentukan harga evapotranspirasi aktual dapat dirumuskan sebagai

    berikut :

    E = Eto x ( d0

    ) x m ......................................................................................2-4

    E = Eto x (0 ) x (18-n)................................................................................2-5

    Ea = Eto – E .................................................................................................2-6

    di mana:

    Ea = evapotranspirasi aktual (mm)

    Eto = evapotranspirasi potensial (mm)

    d = 27 – (3/2) x n

    n = jumlah hari hujan dalam sebulan

    m = Perbandingan permukaan tanah tanah yang tidak tertutup

    dengan tumbuh-tumbuhan penahan hujan koefisien yang

    tergantung jenis areal dan musiman dalam %.

    3. Keseimbangan air dipermukaan tanah ( ΔS)

    a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    ΔS = R – Ea ..........................................................................................2- 7

    di mana:

    ΔS = keseimbangan air dipermukaan tanah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    43/105

    R = hujan bulanan

    Ea = evapotranspirasi aktual.

    Bila harga positif (R>Ea) maka air akan masuk ke dalam tanah bila

    kapasitas kelembapan tanah belum terpenuhi. Sebaliknya bila kondisi

    kelembapan tanah sudah tercapai maka akan terjadi limpasan permukaan

    (surface runoff).

    Bila harga tanah ΔS negatif (R>Ea), air hujan tidak dapat masuk

    kedalam tanah ( infiltrasi ) tetapi air tanah akan keluar dan tanah akan

    kekurangan air (defisit) .

    b. Perubahan kandungan air tanah ( soil storage ) tergantung dari harga ΔS.

    Bila ΔS negatif maka kapasitas kelembapan tanah akan kekurangan dan

    bila harga ΔS positif akan menambah kekurangan kapasitas kelembapan

    tanah bulan sebelumnya.

    c. Kapasitas kelembapan tanah ( soil moisture capacity ). Didalam

    memperkirakan kapasitas kelembapan tanah awal diperlukan pada saat

    dimulainya perhitungan dan besarnya tergantung dari kondisi porositas

    lapisan tanah atas dari daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250

    mm, yaitu kapasitas kandungan air didalam tanah per m 3. Semakin besar

    porositas tanah maka kelembapan tanah akan besar pula.

    d. Kelebihan Air ( water surplus )

    Water surplus adalah air hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan

    mengisi tampungan tanah ( soil stroge, ss)

    Water surplus ( Ws) diformulasikan dengan

    Ws = ( P – Ea ) + ss.................................................................................. 2-8

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    44/105

    Water surplus merupakan air limpasan permukaan ditambah air yang

    mengalami infiltrasi.

    e. Besarnya air lebih dapat mengikuti formula sbb :

    WS = ΔS - Tampungan tanah ................................................................ 2- 9

    di mana:

    WS = water surplusS = R-Ea

    tampungan tanah = perbedaan kelembapan tanah.

    4. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run off dan Ground Water storage ).

    a. Infiltrasi (i)

    Infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan

    daerah pengaliran. Daya infiltrasi ditentukan oleh permukaan lapisan atas

    dari tanah. Misalnya kerikil mempuyai daya infiltrasi yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan tanah liat yang kedap air. Untuk lahan yang terjal

    dimana air sangat cepat menipis diatas permukaan tanah sehingga air tidak

    dapat sempat berinfltrasi yang menyebabkan daya infiltrasi lebih kecil.

    Formula dari infiltrasi ini adalah sebagai berikut:

    i = Koefisien Infiltrasi x WS ..................................................................2-10

    di mana:

    i = infiltrasi (koefisien infiltrasi (i) = 0 s/d 1,0 )WS = kelebihan air.

    b. Penyimpanan air tanah (ground water storage) .

    Pada permulaan perhitungan yang telah ditentukan penyimpanan air awal

    yang besarnya tergantung dari kondisi geologi setempat dan waktu.

    Persamaan yang digunakan adalah:

    Vn = k. (V n-1) + ½ (1 + k ) i n ................................................................. 2-11

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    45/105

    di mana:

    Vn = volume simpanan ait tanah periode n ( m 3)

    Vn-1 = volume simpanan air tanah periode n – 1 (m 3)

    k = qt/qo = faktor resesi aliran air tanah (catchment

    are recession factor). Faktor resesi aliran tanah

    (k) berkisar antara 0 s/d 1,

    qt = aliran tanah pada waktu t (bulan ke t)

    qo = aliran tanah pada awal (bulan ke 0)

    in = Infiltrasi bulan ke n (mm).

    Untuk mendapatkan perubahan volume aliran air dalam tanah

    mengikuti persamaan :

    ΔVn = V n – V n-1 ...................................................................................2- 12

    c. Limpasan ( Run off )

    Air hujan atau presipitasi akan menempuh tiga jalur menuju kesungai.

    Satu bagian akan mengalir sebagai limpasan permukaan dan masuk

    kedalam tanah lalu mengalir ke kiri dan kananya membentuk aliran antara.

    Bagian ketiga akan berperkolasi jauh kedalam tanah hingga mencapai

    lapisan air tanah. Aliran permukaan tanah serta aliran antara sering

    digabungkan sebagai limpasan langsung ( direc runoff ) Untuk memperoleh

    limpasan, maka persamaan yang digunakan adalah :

    BF = I - ( Δ Vn ) ...... ...............................................................................2-13Dro = WS – I .........................................................................................2-14

    Ron = BF +Dro .....................................................................................2-15

    di mana:

    BF = aliran dasar (m 3/dtk/km)

    I = infltrasi (mm)

    ΔVn = perubahan volume aliran tanah (m3)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    46/105

    Dro = limpasan langsung (mm)

    WS = kelebihan air

    Ron = limpasan periode n (m 3/dtk/km 2).

    d. Banyaknya air yang tersedia dari sumbernya.

    Persamaan yang digunakan adalah:

    Qn = Ron x A..........................................................................................2-16

    di mana:

    Qn = banyaknya air yg tersedia dari sumbernya, periode n

    (m 3/dtk)

    A = luas daerah tangkapan (catchment area) km 2.

    2.5.3. Debit

    2.5.3.1. Debit air

    Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat

    dalam suatu tempat tiap satuan waktu. Aliran air dikatakan memiliki sifat ideal

    apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan berpindah tanpa mengalami

    gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki kecepatan yang tetap

    pada masing - masing titik saluran dan gerakannya beraturan akibat pengaruh

    gravitasi bumi.

    2.5.3.2. Pengukuran Debit

    Pada hakekatnya penyaluran air secara gravitasi dinyatakan layak apabila

    debit air memungkinkan. Pengukuran debit merupakan bagian yang sangat

    penting dalam merencanakan sebuah saluran.

    Setelah mengetahui debit air, maka kita dapat melakukan analisa lanjutan

    akan kebutuhan air per hari untuk jaringan irigasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    47/105

    Tabel 2.3 menjelaskan jenis-jenis alat pengukuran debit dan kemampuan

    mengaturnya.

    Tabel 2.3 Jenis dan Alat Pengukur Debit

    Tipe Alat Ukur Mengukur DenganKemampuan

    Mengatur

    Ambang Lebar Aliran atas Tidak

    Parshal Flume Aliran atas Tidak

    Cipoletti Aliran atas Tidak

    Romijn Aliran atas Ya

    Crump de Gruyter Aliran bawah Ya

    Constant Head Orifice Aliran bawah Ya

    Bangunan Sadap Pipa

    SederhanaAliran bawah Ya

    Sumber :Standar Perencanaan Irigasi KP-01

    1. Debit secara Langsung

    Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat

    pengukur yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi

    penyaluran melalui jaringan-jaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam

    hal ini berbagai alat pengukur yang telah biasa digunakan yaitu:

    a. Alat Ukur Pintu Romijn

    Alat ini ditemukan oleh seorang insinyur dari belanda pada tahun 1932

    bernama D.G Romijn. Selain berfungsi sebagai alat ukur juga sebagai

    pintu penyaluran air, ambang dari pintu romijn ini dapat dinaik-turunkan

    dengan perantara alat pengangkat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    48/105

    b. Sekat Ukur Thompson

    Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90 o, disebut sesuai

    dengan nama orang yang menggunakan pertama kali yaitu orang inggris

    bernama Y. Thomson. Sekat ukur ini digunakan untuk mengukur debit

    yang relatif kecil dan sering dipakai untuk mengukur air saluran tersier

    dan kwarter. Alat ukur ini dapat dibuat dalam bentuk yang dapat

    dipindah-pindahkan (potable).

    Alat ukur ini menggunakan rumus sebagai berikut :

    Q = 0,0186 ℎ .....................................................................................2-17

    Dimana :

    Q = debit air ( liter/detik)h = tinggi muka air ( centimeter)

    c. Alat Ukur Parshall Flume

    Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang

    artinya debit air diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang

    menyempit (tenggorokan) dengan bagian dasar yang direndahkan.

    d. Bangunan Ukur Cipoletti

    Alat ukur ini berbentuk trapesium dengan perbandingan sisi 1: 4 disebut

    sesuai dengan nama orang yang pertama kali menggunakannya, seorang

    insiyur italia yang bernama Cipoletti, dapat digunakan untuk mengukur

    debit air yang relatif besar.

    Pengukuran debit air dengan menggunakan sekat ukur Cipoletti ini dapat

    menggunakan rumus sebagai berikut :

    Q = 0,0186 b. h ...................................................................................2-18

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    49/105

    Dimana :

    Q = debit air ( liter/detik) b = lebar ambang ( centimeter )

    h = tinggi muka air ( centimeter )

    2. Pengukuran debit air secara tidak langsung

    a. Pelampung

    Pengukuran debit secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

    menggunakan Pelampung. Terdapat dua tipe pelampung yaitu:

    a) Pelampung permukaan.

    b) Pelampung tangkai..

    Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan.

    Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan

    seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin.

    Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak

    tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampung untuk jarak

    tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding

    lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata- rata yang

    diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan rata-rata

    didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang

    besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.

    Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya,

    pelampung tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat

    dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5

    detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat dimulai

    pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    50/105

    rata-rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan

    paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang

    ini dicari penampang melintang rata-ratanya, dengan jangka garis tengah lebar

    permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama-

    sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-rata didapat dengan

    menentukan titik – titik pertengahan garis – garis horizontal dan vertikal dari

    penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula – mula dibuat

    penampang melintang rata – rata antara penampang melintang rata – rata yang

    diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan

    rata – rata:

    Q = C . Vp Ap................................................................................................... 2-19

    di mana :

    Q = debit aliran,C = koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan,

    Vp = kecepatan rata – rata pelampung, danAp = luas aliran rata – rata.

    b. Pengukuran dengan Current Meter

    Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima

    detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit

    dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung menunjukkan

    kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu denganmemasukkan dalam rumus

    yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap propeller. Pada jenis yang

    menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan

    mengalihkan factor koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat

    bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    51/105

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    52/105

    tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan

    rata-rata nya.

    c. Menggunakan Persamaan Manning

    Rumus manning pada pengaliran disaluran terbuka dapat rumuskan dalam

    bentuk:

    V =1 R 2/3 I1/2 ............................................................................................2-21

    di mana :

    V = kecepatan aliran,n = koefisien kekasaran Manning,

    R = jari-jari hidrolik, dan

    I = kemiringan dasar saluran.

    Berdasarkan pengukuran yang sesungguhnya dan pengalaman dengan

    jenis saluran yang berbeda, harga-harga n berikut ini umumkan disarankan untuk

    saluran bertepi kukuh (Tabel 2.4)

    Tabel 2.4. Harga Koefisien Kekasaram Manning

    No Permukaan Harga n yangdisarankan

    1 Kaca, plastik, kuningan 0,0102 Kayu 0,011-0,0143 Besi tuang 0,0134 Plesteran semen 0,0115 Pipa pembuangan 0,013

    6 Beton 0,012-0,0177 Pasangan batu 0,017-0,0258 Batu Pecah 0,035-0,0409 Batu bata 0,014

    Sumber :Standar Perencanaan Irigasi KP-01

    2.5.3. Debit Andalan

    Debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi

    kebutuhan air dengan resiko yang telah diperhitungkan. Tujuan utama untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    53/105

    mencari debit andalan adalah untuk menentukan debit perencanaan yang

    diharapkan selalu tersedia di sungai sepanjang tahun. Dalam penelitian ini debit

    andalan merupakan debit yang memiliki probabilitas 80%. Debit dengan

    probabilitas 80% adalah debit yang memiliki kemungkinan terlampaui sebesar

    80% dari 100% kejadian. Jumlah kejadian yang dimaksud adalah jumlah data

    yang digunakan untuk menganalisis probabilitas tersebut. Jumlah data minimum

    yang diperlukan untuk analisis adalah lima tahun dan pada umumnya untuk

    memperoleh nilai yang baik data yang digunakan hendaknya berjumlah 10 tahun

    data.

    Dalam analisis ini, dikarenakan minimalnya data yang diperoleh maka

    dalam perhitungan debit andalan digunakan metode Dr. F.J.Mock (KP.01,1986).

    Sebagai data masukan digunakan dari curah hujan di daerah aliran sungai,

    evapotraspirasi, vegetasi dan karakteristik geologi daerah aliran yang terdapat di

    Batang Angkola.

    2.6 Analisa Kebutuhan Air untuk Irigasi

    Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang

    diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air

    tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman padasuatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air

    nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air

    yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan

    penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air

    dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1990):

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    54/105

    KAI = ET + KA + KK .......................................................................... 2-22

    dengan,

    KAI = Kebutuhan Air IrigasiET = Evapotranspirasi

    KA = Kehilangan air

    KK = Kebutuhan Khusus

    Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu pada

    suatu periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2

    mm per hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per

    hari maka. kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut

    KAI = 5 + 2 + 3

    KAI = 10 mm perhari

    Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. Yaitu

    pernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber

    lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran

    serta kontribusi air bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandang

    sebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.

    PAI = KAI - HE – KAT......................................................................... 2-23

    dengan,

    PAI = Pemberian air irigasiKAI = Kebutuhan air

    HE = Hujan efektif

    KAT = Kontribusi air tanah

    Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung

    sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    55/105

    dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per ha, maka

    air yang perlu diberikan adalah :

    PAI = 10 – 3 -1

    PAI = 6 mm per hari

    2.7 Kebutuhan Air Padi di Sawah

    Analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dipengaruhi oleh

    beberapa faktor berikut ini :

    1. Pengolahan lahan

    2. Penggunaan konsumtif

    3. Perkolasi

    4. Penggantian lapisan air

    5. Sumbangan. hujan efektif

    6. Efisiensi irigasi

    7. Efektifitas irigasi

    8. Kebutuhan air di sawah

    Kebutuhan air total di sawah merupakan jumlah faktor 1 sampai dengan 4,

    sedangkan kebutuhan netto air di sawah merupakan kebutuhan total dikurangi

    faktor hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dapat dinyatakan dalam satuanmm/hari ataupun lt/dt.

    2.7.1. Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Lahan Padi

    Pada Standar Perencanaan irigasi disebutkan bahwa kebutuhan air untuk

    penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    56/105

    suatu proyek irigasi. Ada 2 faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan

    air untuk penyiapan lahan ialah:

    1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan.

    2. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan.

    Metode yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan air irigasi

    selama penyiapan lahan salah satunya adalah metode yang dikembangkan oleh

    van de Goor dan Zijlstra (1968) . Metode ini didasarkan pada laju air konstan

    dalam l/dt selama penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :

    IR = M. e k /(e k – 1) .......................................................................................2-24

    M = Eo + P ................................................................................................. 2-25

    K = MT/S .................................................................................................. 2-26

    di mana:

    IR = kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah (mm/hari)

    M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah di jenuhkan (= Eo + P)

    Eo = evaporasi air terbuka (mm/hari) (= Eto x 1,10)

    P = perkolasi (mm/hari)

    T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)

    S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50

    mm, yakni 250 + 50 = 300 mm

    k = Konstanta

    2.7.2. Penggunaan Konsumtif

    Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati

    dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh

    jenis tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi

    merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/18/2019 [123doc.vn] Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Ujung Gurap Untuk Meningkatkan Efektifitas Dan Efisiensi Pengolahan…

    57/105

    evaporasi adalah proses perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air

    di atmosfir. Sedangkan transpirasi adalah proses fisiologis alamiah pada tanarnan,

    dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan

    kembali melalui pucuk daun. Nilai evapotranspirasi dapat diperoleh dengan

    pengukuran di lapangan atau dengan rumus-rumus empiris. Untuk keperluan

    perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto)

    yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk

    tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu koefisien tanaman.

    Etc = Kc x Eto ............................................................................................2- 27

    di mana:

    Kc = koefisien tanaman

    Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hari)

    Etc = Evapotranspirasi tanaman (mm/hari).

    Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman

    (tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan