ANALISIS BISNIS MODEL DENGAN PENDEKATAN BUSINESS...
Transcript of ANALISIS BISNIS MODEL DENGAN PENDEKATAN BUSINESS...
ANALISIS BISNIS MODEL DENGAN PENDEKATAN BUSINESS
MODEL CANVAS TERHADAP BAITUL MAAL WAT TAMWIL MASJID
AL AZHAR JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
Rahmi Hayyu
NIM: 11150860000052
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2019 M
i
ANALISIS BISNIS MODEL DENGAN PENDEKATAN BUSINESS
MODEL CANVAS TERHADAP BAITUL MAAL WAT TAMWIL MASJID
AL AZHAR JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Rahmi Hayyu
NIM: 11150860000052
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Muhammad Said., M.A Ady Cahyadi, SE., M.Si
NIP. 197105242000031003 NIDN. 2015038202
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 11 April 2019 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa :
1. Nama : Rahmi Hayyu
2. NIM : 11150860000052
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Bisnis Model Dengan Pendekatan Business
Model Canvas Terhadap Baitul Maal Wat Tamwil Masjid
Al Azhar Jakarta Selatan
Setelah melihat dan mempertimbangkan kemampuan yang bersangkutan
selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 April 2019
1. Dr. Sofyan Rizal., M. Si ( ________________ )
NIP. 19760430201101002 Penguji I
2. RR Tini Anggraeni, M. Si ( ________________ )
NIDN. 2010088001 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Jumat 17 Oktober 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Rahmi Hayyu
2. NIM : 11150860000052
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
5. Judul Skripsi : Analisis Bisnis Model Dengan Pendekatan Business
Model Canvas Terhadap Baitul Maal Wat Tamwil Masjid
Al Azhar Jakarta Selatan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Oktober 2019
1. Dr. Erika Amelia, SE., M.Si ( ________________ )
NIP. 197711092009122000 Ketua
2. Prof. Dr. Muhamad Said ( ________________ )
NIP. 1971052420000310 Sekretaris
3. Prof. Dr. Muhamad Said ( ________________ )
NIP. 1971052420000310 Pembimbing I
4. Ady Cahyadi, SE., MSi ( ________________ )
NIDN. 2015038202 Pembimbing II
5. Dr. Desmadi Saharuddin, MA ( ________________ )
NIP. 197207112005011007 Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan dibawah ini
Nama : Rahmi Hayyu
NIM : 11150860000052
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 17 Oktober 2019
Yang Menyatakan
Rahmi Hayyu
NIM. 11150860000052
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Rahmi Hayyu
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Batusangkar, 08 Juni 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Sudah Menikah
Tinggi/Berat : 165cm/50 kg
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sukun, Solange Recidence RT 03 RW 006,
Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangeang
Selatan, Banten
No. HP : 082392477291
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
2001- 2002 : TK Aisyiah Batusangkar
2002- 2008 : SDN 01 Mandahiling Pagaruyung
2008- 2011 : SMPN 1 Batusangkar
2011- 2014 : SMAN 1 Batusangkar
vi
2015- sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
2012-2013 : OSIS SMA Negeri 1 Batusangkar Bidang Kewirausahaan
2012-2013 : Sekretaris Umum FSI SMA Negeri 1 Batusangkar
2012-2014 : Bendahara Umum ASSALAM SUMBAR
2015-2016 : Anggota Divisi PSDM Komda FEB
UIN Jakarta
2015-2016 : Ketua Angkatan LDK Komda FEB UIN Jakarta
2015-2016 : Koordinator Akhwat PSDM Komda FEB UIN Jakarta
2015-2016 : Anggota Divisi PPM LiSEnSi UIN Jakarta
2016-2017 : Koordinator PPM LiSEnSi UIN Jakarta
2016-2017 : Anggota Divisi LTQ LDK UIN Jakarta
2017-sekarang : Pengurus Pusat Indonesia Murojaah
2018-sekarang : Wakil Ketua Umum Entrepreneur Learning Center FEB
UIN Jakarta
Seminar dan Workshop
1. Public Speaking “Speak Up! Stand Up, Close Up!”. South Tangerang
2015
2. Pelatihan Design Graphic Photoshop dan CorelDraw, South Tangerang
2015
3. Seminar “Anti Corruption Clearing House”, Auditorium UIN Jakarta
South Tangerang 2015
vii
4. Seminar Nasional “Halal Business and Sustainable Development”. South
Tangerang, 2016
5. 11th
International Conference Journal of Monetary Economics and
Banking. Bank Indonesia, 2017
6. Sekolah pasar Modal Syariah “Invest Your Future Sharia Capital Market”
South Tangrang 2017
7. Internasional Seminar “Small Entreprise for Big Indonesia”, South
Tangerang, 2018
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Junaidi
Tempat, Tanggal Lahir : Rambai, 10 April 1964
Ibu : Zulhema
Tempat, Tanggal Lahir : Padang Pariaman, 25 September 1967
Alamat : Jalan Soekarno Hatta No.7, desa Simpang,
kecamatan Pariaman Selatan,Kota Pariaman,
Provinsi Sumatera Barat
Anak ke dari : 3 dari 4 bersaudara
viii
ABSTRACT
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) is a community economic institution that aims to
develop productive businesses and investments based on sharia principles and
cooperative principles. This institution is demanded to continue developing to
advance the Indonesian economy by alleviating poverty. This study aims to
determine the description of the Al Azhar Mosque BMT business model when
viewed from aspects of the business model canvas and know the business model in
the framework of developing an appropriate strategy and is recommended to be
applied to the Al Azhar Mosque BMT as well as knowing the supporting factors
and BMT inhibiting factors Al Azhar Mosque in its application on the business
model canvas. In formulating a strategy, researchers must use the business model
canvas which consists of nine blocks, namely, customer relationships, key
partners, value prepositions, customer segments, channels, revenue streams, key
recources, key activities and cost structures. This study uses a qualitative method
with analysis using a business model canvas in which each building block is also
analyzed using SWOT. Data collection techniques using interview and
documentation observation methods. The results of this study indicate that the Al
Azhar BMT basically has implemented a business model canvas and alternative
strategies with the business model canvas model can be effectively and efficiently
in determining the strategy on the Al Azhar Mosque BMT.
Keywords: Business Model Canvas, Business Strategy, SWOT
ix
ABSTRAK
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga ekonomi masyarakat yang
bertujuan untuk mengembangakan usaha-usaha produktif dan investasi
berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi. Lembaga ini dituntut untuk terus
bekembang untuk memajukan perekonomian Indonesia dengan mengentaskan
kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran model bisnis
BMT Masjid Al Azhar jika ditinjau dari aspek-aspek business model canvas dan
mengetahui model bisnis dalam rangka pengembangan strategi yang sesuai dan
disarankan untuk diterapkan pada BMT Masjid Al Azhar serta mengetahui faktor
pendukung dan faktor penghambat BMT Masjid Al Azhar dalam penerapannya
pada business model canvas. Dalam merumuskan strategi, peneliti harus
menggunakan business model canvas yang terdiri dari sembilan blok yaitu, yaitu
customer relationships (hubungan pelanggan), key partners (kemitraan utama),
value preposition (proporsi nilai), customer segments (segmen pelanggan),
channels (saluran), revenue streams (arus pendapatan), key recources (sumber
daya utama), key activities (aktivitas kunci) dan cost structure (struktur biaya).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisa menggunakan
business model canvas dan juga menggunakan SWOT. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa BMT Masjid Al Azhar pada dasarnya telah menerapkan
business model canvas dan alternative strategi dengan model business model
canvas dilihat dari kekuatan (strengths) yang telah dianalisis dengan SWOT.
Kata kunci: Business Model Canvas, Strategi Bisnis, SWOT
x
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subahanahu wata‟ala,
atas nikmat Islam, iman dan kesehatan dariNya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shalallahu „alaihi wasallam.
Skripsi dengan judul “Analisis Bisnis Model Dengan Pendekatan Business
Model Canvas Terhadap Baitul Maal Wat Tamwil Masjid Al Azhar Jakarta
Selatan” ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan program Sarjana
Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap semoga penelitian ini
bisa memberikan manfaat kepada semua pihak dan dapat memperluas wawasan
serta pengetahuan kepada semua pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Amilin., S.E. Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang berharga selama
perkuliahan.
2. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan
Ibu Dwi Nur‟aini Ihsan, MM selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.
3. Bapak Ady Cahyadi, SE., M.Si selaku pembimbing akademik juga
pembimbing skripi penulis yang senantiasa memberikan motivasi dan arahan
sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Muhammad Said, selaku dosen pembimbing skripsi penulis,
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan serta
memberikan ilmu yang bermanfaat serta motivasi kepada penulis selama
penyelesaian skripsi ini. Semoga kebaikan Beliau senantiasa dibalas oleh
Allah di dunia dan akhirat.
xi
5. Kepada Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas
untuk mengadakan studi perpustakaan.
6. Kepada seluruh jajaran dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang berguna dan berharga bagi penulis, serta seluruh
jajaran staf dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis selama perkuliahan. Semoga Allah memberikan pahala dan
kebaikan kepada Bapak dan Ibu sekalian.
7. Kepada Ibunda Zulhema dan Ayanda Junaidi tersayang karena Allah yang
selalu berada di barisan paling depan dalam hal pengertian dan kasih sayang
yang tiada tara terhadap penulis. Serta kepada Kakak-kakakku tercinta Bang
Idho, Bang Ayet dan Dedek Tatak sayang Arika Hayyu yang terus mendukung
dan memberikan energi positif kepada penulis di setiap perjalanan hidup
menuju-Nya.
8. Kepada Suami tercinta Farabi Madyan Awwali yang selalu mengingatkan
penulis untuk semangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan membantu
penulis dalam penelitiannya. Semoga Allah mudahkan segala urusan dan
dibalas dengan segala kebaikan oleh-Nya.
9. Kepada Keluarga Besar Lingkar Studi Ekonomi Islam (LiSEnSi) telah
memberikan banyak ilmu, pengalaman serta inspirasi. Semoga perjuangan dan
kebaikan kalian dibalas dengan keberkahan dan kesuksesan hidup oleh Allah
Swt.
10. Kepada Amanah Takaful Indonesia yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk berada di lingkungan teman-teman yang inspiratif juga
atas ilmu yang diberikan dalam pembinaan setiap pekan. Sukses selalu untuk
LAZ Amanah Takaful Indoensia. Generasi Muda Cerdas dan Bertaqwa.
11. Kepada teman-teman penulis dari jurusan Ekonomi Syariah angkatan 2015
yang selalu memberikan pembelajaran dan semangat untuk penulis dalam
untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
12. Kepada sahabatku Dede Yati, Indri Dwi Lestari dan Tias Agustiawati yang
selalu setia menemani perjuangan penulis untuk menjadi pribadi yang lebih
xii
baik serta saling menjadi pendengar yang responsif dan pengertian untuk
bercerita tentang hal apapun, termasuk dalam drama penyelesaian skripsi
penulis.
13. Kepada temanku, Irfan Ilmi yang secara langsung dan tidak langsung telah
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah balas dengan
kebaikan dunia hingga syurga-Nya insya Allah.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan ataupun pengalaman yang penulis miliki. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dalam segala bentuk dari
berbagai pihak.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Jakarta, 17 Oktober 2019
Rahmi Hayyu
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................. ........................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................... .............................................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
1. Pengertian Strategi ................................................................... 10
2. Rencana-Rencana Manajemen Strategi.................................... 10
3. Manfaat Manajemen Strategi ................................................... 11
4. Pengertian Bisnis Islam ............................................................ 13
B. Business Model Canvas ....................................................................... 15
1. Customer segments ................................................................... 16
2. Value Prepositions.................................................................... 21
3. Channels ................................................................................... 26
4. Customer Relationships ............................................................ 28
5. Revenue Streams ....................................................................... 31
6. Key Resources .......................................................................... 36
7. Key Activities ............................................................................ 37
8. Key Partnerships ...................................................................... 39
9. Cost Structures ......................................................................... 41
C. ANALISIS SWOT .............................................................................. 43
D. Matriks IFAS dan EFAS ...................................................................... 48
E. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 51
F. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 58
xv
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .............................................. 59
C. Sumber Data ......................................................................................... 59
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 61
E. Proses Penelitian .................................................................................. 63
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BMT Masjid Al Azhar ........................................... 67
1. Sejarah Berdiri BMT Masjid Al Azhar .................................... 67
2. Kondisi Lingkungan BMT Masjid Al Azhar ........................... 69
3. Visi dan Misi ............................................................................ 70
4. Struktur Organisasi .................................................................. 71
5. Produk-Produk Yang Dikeluarkan ........................................... 71
6. Prosedur Menjadi Anggota BMT Masjid Al Azhar ................. 75
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian......................................................... 77
1. Customer Segments .................................................................. 77
2. Value Prepositions.................................................................... 82
3. Channels ................................................................................... 86
4. Customer Relationships ............................................................ 88
5. Revenue Streams ....................................................................... 90
6. Key Resources .......................................................................... 94
7. Key Activities ............................................................................ 96
8. Key Partnerships ...................................................................... 97
9. Cost Structures ......................................................................... 98
xvi
C. SWOT
1. Faktor-Faktor Internal BMT Masjid Al Azhar ......................... 103
2. Faktor-Faktor Eksternal BMT Masjid Al Azhar ...................... 110
3. Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI) ........................................ 114
4. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) .............................................. 116
5. Faktor-Faktor Pendukung BMT Masjid Al Azhar ................... 118
6. Faktor-Faktor Penghambat BMT Masjid Al Azhar.................. 121
7. Strategi Pengembangan Bisnis BMT Masjid Al Azhar ............ 122
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 133
B. Saran ..................................................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 140
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 144
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1.1 Perkembangan UMKM dan Usaha Nasional di Indonesia ....... 1
Tabel. 2.1 Mekanisme Harga ..................................................................... 32
Tabel. 2.2 Matriks SWOT .......................................................................... 46
Tabel. 2.3 Tabel IFAS ................................................................................ 48
Tabel. 2.4 Tabel EFAS ............................................................................... 50
Tabel. 2.5 Penelitian Terdahulu ................................................................. 51
Tabel. 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................... 57
Tabel. 3.2 Data Informan .......................................................................... 59
Tabel. 4.1 Data Usaha UKM Jakarta Selatan ............................................. 68
Tabel. 4.2 Customer Segments BMT Masjid Al Azhar ............................. 77
Tabel. 4.3 Jenis Usaha Dagang .................................................................. 78
Tabel. 4.4 Domisili Customer Segments BMT Masjid Al Azhar .............. 79
Tabel. 4.5 Value Prepositions BMT Masjid Al Azhar............................... 81
Tabel. 4.6 Produk BMT Masjid Al Azhar.................................................. 82
Tabel 4.7 Persyaratan Pengajuan ............................................................... 84
Tabel. 4.8 Daftar Nama Layanan Antar Jemput ........................................ 84
Tabel. 4.9 Channels BMT Masjid Al Azhar .............................................. 86
xviii
Tabel. 4.10 Customer Relationships BMT Masjid Al Azhar ..................... 89
Tabel. 4.11 Revenue Streams BMT Masjid Al Azhar ................................ 90
Tabel. 4.12 Key Resources BMT Masjid Al Azhar ................................... 93
Tabel. 4.13 Key Activities BMT Masjid Al Azhar ..................................... 95
Tabel. 4.14 Cost Structures BMT Masjid Al Azhar .................................. 97
Tabel. 4.15 Analisis SWOT BMT Masjid Al Azhar .................................. 99
Tabel. 4.16 Tabel IFAS ............................................................................. 109
Tabel. 4.17 Tabel EFAS ............................................................................ 112
Tabel. 4.18 Pembobotan Faktor Internal ................................................... 113
Tabel. 4.19 Hasil Evaluasi Faktor Internal ................................................ 113
Tabel. 4.20 Pembobotan Faktor Eksternal ................................................ 115
Tabel. 4.21 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal .............................................. 116
Tabel. 4.22 Hasil Matriks SWOT ............................................................. 122
Tabel. 4.23 Diagram Matriks Analisis SWOT .......................................... 12
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1.1 Sembilan Blok Bisnis Kanvas .............................................. 6
Gambar. 2.1 The Business Moel Canvas ................................................... 16
Gambar. 2.2 Diagram Analisis SWOT ...................................................... 45
Gambar. 2.3 Kerangka Pemikiran .............................................................. 55
Gambar. 4.1 Struktur Organisasi BMT Masjid Al Azhar ......................... 70
Gambar. 4.2 Prosedur Menjadi Nasabah BMT .......................................... 74
Gambar. 4.3 Value Prepositions dan Customer Segments ........................ 80
Gamber. 4.4 Revenue Streams BMT Masjid Al Azhar .............................. 93
Gambar. 4.5 Business Model Canvas BMT Masjid Al Azhar ................... 98
Gambar. 4.6 Peta SWOT ............................................................................ 125
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Wawancara ............................................................................ 145
Lampiran 2 Dokumentasi .......................................................................... 152
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dimulai pada akhir 1997
hingga akhir tahun 1998, mengakibatkan guncangan yang cukup dahsyat
pada perekonomian Indonesia yang berdampak pada terganggunya
stabilitas bangsa secara mikro dan makro. Pada saat itu pelaku Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat terhindar dan mengatasi krisis
tersebut. Data Badan Pusat Statistik merilis keaadaan tersebut pasca
krisis ekonomi jumlah UMKM tidak berkurang, justru meningkat
pertumbuhannya, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga
kerja sampai tahun 2012. Pada tahun itu jumlah pengusaha di Indonesia
sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, UMKM sebanyak
56.534.592 unit atau sebesar 99,99%. Sisanya sekitar 0,01% atau sebesar
4.968 unit adalah Usaha berskala besar. Tabel 1.1 berikut dapat menjadi
gambaran bagaimana peningkatan UMKM di Indonesia.
Tabel 1.1
Perkembangan UMKM dan Usaha Besar Nasional di
Indonesia tahun 2016-2017
Keterangan 2016 2017 Perkembangan
2016-2017
Usaha Mikro (UMi) 60.863.578 62.106.900 1.243.332
Usaha Kecil (UK) 731.047 757.090 26.043
Usaha Menengah (UM) 56.551 58.627 2.075
Usaha Besar 5.370 5.460 90
2
Sumber: Kementrian Koperasi dan UMKM
Berdasarkan tabel 1.1 pada periode 2016 diatas, usaha besar
mencapai 5.370 unit, kemudian di periode selanjutnya sebesar 5.460 unit,
naik sekitar 1,67%. Pada sektor UMKM, usaha menengah pada tahun
2016 sebanyak 56.551 unit, meningkat pada tahun 2017 yaitu 58.627 unit
atau naik 3,67%. Ada pertumbuhan sebesar 3,56% pada usaha kecil yaitu
sebesar 731.047 pada tahun 2016 menjadi 757.090 pada tahun 2017. Pada
usaha mikro juga mengalami peningkatan, pada tahun 2016 sebesar
60.863.578 unit, kemudian pada tahun 2017 sebesar 62.106.900 unit. Ada
pertumbuhan sebesar 2,04%. Fenomena ini menjelaskan bahwa UMKM
merupakan usaha produktif untuk perkembangan ekonomi secara mikro
dan makro di Indonesia. Salah satu sektor yang terpengaruh dari
pertumbuhan UMKM adalah sektor jasa perbankan dan hadirnya Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia. (Suci, 2017)
Lembaga Keuangan Mikro (selanjutnya disebut LKM) mempunyai
peran yang sangat penting untuk mendukung program pemerintah dalam
rangka mengentaskan kemiskinan. LKM pada dasarnya dibentuk
berdasarkan semangat yang terdapat dalam Pasal 27 ayat (2) serta Pasal 3
ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945. LKM adalah lembaga yang memberikan
jasa keuangan bagi pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan
rendah, baik formal, semi formal, dan informal. Dengan kata lain, LKM
merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan
bagi pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah
3
yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan formal yang telah berorientasi
pasar untuk tujuan bisnis. LKM memiliki produk yang relatif lengkap dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Ada beberapa jenis LKM. Salah satunya adalah Baitul Mal Wat
Tamwil (selanjutnya disebut BMT) yang merupakan LKM dengan prinsip
syariah. Definisi BMT menurut PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil) dalam peraturan dasar yakni “Baitul Maal Wat Tamwil adalah
suatu lembaga ekonomi rakyat kecil, yang berupaya mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kegiatan
ekonomi pengusaha kecil bawah dan menengah berdasarkan prinsip-
prinsip islam”. (Dewi, 2017)
BMT melaksanakan dua jenis kegiatan, yaitu sebagai Baitul Maal
dan Baitut Tamwil. Sebagai Baitul Maal, BMT menerima titipan zakat,
infaq, dan shadaqah serta menyalurkan sesuai dengan peraturan dan
amanahnya, dapat dikatakan bahwa Baitul Maal BMT berperan dan
memiliki fungsi sosial. Sedangkan sebagai Baitut Tamwil, BMT
merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki fungsi yang hampir
sama dengan lembaga keuangan makro, yaitu melakukan upaya
penghimpunan dan penyaluran dana. Bisa dikatakan bahwa selain bersifat
sosial, BMT juga profit oriented, yaitu melakukan aktifitas bisnis.
(Murdiana , 2016).
Menurut Hartatik (2017), suatu organisasi yang menyediakan
barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan
4
merupakan pengertian dari bisnis. Kegiatan bisnis yang dilakukan oleh
BMT adalah dengan menghimpun dan menyalurkan dana kepada
masyarakat sebagaimana bank atau lembaga keuangan lainnya. BMT
berdiri dengan gagasan fleksibilitas dalam menjangkau masyarakat
kalangan bawah yaitu ekonomi rakyat kecil karena kebanyakan dari
mereka pedagang kecil yang tidak bisa memanfaatkan fasilitas kredit dari
bank konvensional untuk mengembangkan usaha, hal ini disebabkan oleh
prosedur bank konvensional yang sulit serta kelemahan yang dimiliki oleh
pedagang kecil dan pengusaha kecil dalam manajemen pemasaran dan
jaminan yang merupakan faktor-faktor penting bagi penilaian bank.
(Ginting, 2016).
Pengembangan sektor bisnis pada BMT membutuhkan suatu
strategi pengembangan yang kokoh dan perlu melibatkan elemen-elemen
besar sampai terkecil yang bisa meningkatkan usaha bisnis pada BMT,
khususnya pada BMT Masjid Al Azhar Jakarta Selatan.
BMT Masjid Al Azhar memperlihatkan peningkatannya yang
dapat dilihat dari jumlah nasabah sementara ini mencapai 7.700 nasabah
pada tahun 2019 dan secara akumulasi masyarakat disini yang sudah
menggunakan pinjaman BMT Masjid Al Azhar sebanyak 65%, akan tetapi
terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi lembaga ini baik dari
eksternal dan internal usaha. Permasalahan dari internal seperti
pengolahan keuangan, pembukuan cash-flow, investasi, pengelolaan
produk yang lebih inovatif, kekurangan modal, dan masih sangat minim
5
dari tingkat SDM-nya sehingga program yang direncanakan masih kurang
maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan suatu analisis bisnis dan
menemukan rancangan strategi dalam pengembangan BMT Masjid Al
Azhar ini.
Saat ini telah banyak ditemukannya model bisnis, dan model bisnis
menjadi konsep yang menonjol diantara konsep-konsep manajemen
lainnya. Populernya model bisnis dikarenakan banyak organisasi yang
tumbuh pesat dikarenakan dapat menciptakan model bisnis yang cocok
bagi suatu usaha. Untuk mengetahui strategi dalam pengembangan usaha
haruslah kita mengetahui tentang model bisnis yang digunakan. Menurut
Alexander dan Pigneur (2012), model bisnis merupakan gambaran dasar
pemikiran tentang bagaimana organisasi, menciptakan, memberikan dan
menangkap nilai yang berkaitan dengan aktivitas organisasi. Dalam hal
ini adalah BMT Masjid Al Azhar. Salah satu konsep bisnis yang sederhana
adalah model yang dikembangkan oleh Osterwalder dan Pigneur yang
dinamakan business model canvas atau biasa disingkat dengan BMC.
Ada Sembilan blok bangunan dasar business model canvas yang
memperlihatkan cara berfikir tentang bagaimana cara perusahaan yang
lebih menghasilkan. Adapun 9 blok tersebut adalah segmen pelanggan
(customer segments), proposisi nilai (value prepositions), saluran
(channels), hubungan pelanggan (customer relationships), arus pendapatan
(revenue streams), sumber daya utama (key resources), aktifitas kunci (key
activities), kemitraan utama (key partnerships), dan struktur biaya (cost
6
structures). Setelah itu dibagi lagi menjadi dua sisi, sisi kiri sebagai logika
dan sisi kanan sebagai kreatifitas.
Gambar 1.1
Sembilan Blok Bisnis Kanvas
Sumber: PPM (2012)
Penggunaan business model canvas dapat memberikan gambaran
mengenai model bisnis perusahaan dan hubungan yang terjadi antar-blok
dengan cara yang lebih atraktif. Business model canvas juga membantu
perusahaan untuk mengenali apa yang menjadi value prepositions
perusahaan, serta bagaimana membangun dan menjalankan key activities
dan key resources dalam menciptakan value prepositions dan
mendapatkan revenue streams, memahami bagaimana produk dan jasa
7
yang ditawarkan perusahaan dapat dikomunikasikan dengan baik kepada
anggota BMT Masjid Al Azhar.
Peneliti menggunakan business model canvas sebagai salah satu
alat untuk membantu BMT Masjid Al Azhar melihat bagaimana model
bisnis yang sedang dijalani saat ini atau inovasi model bisnis yang akan
dijalani. Melalui business model canvas, BMT Masjid Al Azhar akan
melihat bisnis secara garis besar namun setiap elemen yang terkait dengan
bisnis akan terlihat lengkap dan rinci. Dengan demikian, BMT Masjid Al
Azhar bisa melihat gambaran utuh yang dapat membantu menjawab
pertanyaan seputar bisnis. Evaluasi terhadap masing-masing elemen akan
memudahkan analisis terhadap apa yang dirasa kurang tepat, dan pada
akhirnya BMT Masjid Al Azhar dapat mengambil langkah untuk
mencapai tujuan bisnis.
Business model canvas akan membantu BMT Masjid Al Azhar
dalam melihat bisnis secara umum yang kemudian dapat menyusun
strategi untuk membuat BMT Masjid Al Azhar terlihat berbeda dari BMT
lainnya. BMC memudahkan BMT Masjid Al Azhar untuk melihat
hubungan antara masing-masing elemen dalam bisnisnya sehingga dapat
menciptakan value bagi masabah dan BMT Masjid Al Azhar.
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti sangat tertarik
melakukan penelitian mengenai “ANALISIS BISNIS MODEL
DENGAN PENDEKATAN BUSINESS MODEL CANVAS
8
TERHADAP BAITUL MAAL WAT TAMWIL MASJID AL AZHAR
JAKARTA SELATAN”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran model bisnis BMT Masjid Al Azhar saat ini jika
ditinjau dengan pendekatan business model canvas?
2. Apa faktor-faktor pendukung BMT Masjid Al Azhar dalam penerapan
business model canvas?
3. Apa faktor-faktor penghambat BMT Masjid Al Azhar dalam
penerapan business model canvas?
4. Bagaimana perancangan model bisnis sebagai bentuk strategi
pengembangan bisnis yang sesuai dan disarankan untuk diterapkan di
BMT Masjid Al Azhar dengan analisis SWOT?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui metode business model canvas dalam bisnis BMT
Masjid Al Azhar.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung BMT Masjid Al Azhar dalam
penerapan business model canvas
3. Untuk mengetahui faktor penghambat BMT Masjid Al Azhar dalam
penerapan business model canvas.
4. Untuk mengetahui strategi pengembangan bisnis yang sesuai dan
disarankan untuk diterapkan di BMT Masjid Al Azhar dengan analisis
SWOT.
9
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek teoritis, memberikan sumbangan penelitian dan memperluas
wawasan bagi kajian ekonomi syariah sebagai penerapan teori-teori
yang didapatkan peneliti selama perkuliahan. Hasil dari penelitian ini
dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan
menambah wawasan mengenai business model canvas.
2. Aspek praktis, memberikan sumbangan kepada pelaku bisnis, lembaga
keuangan mikro ataupun perusahaan mengenai pemahaman tentang
business model canvas yang memberikan dampak pada peningkatan
usaha bisnis dan daya saing.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Strategi
1. Pengertian Strategi
Menurut Hari (1996), strategi sebenarnya berasal dari bahasa
Yunani “Stategos”, diambil dari kata stratos yang berarti militer dan
“Ag” yang berarti memimpin. Jadi startegi dalam konteks awalnya
diartikan sebegai general ship yang artinya sesuatu yang dikerjakan
oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh
dan memenangkan perang.
2. Rencana-Rencana Manajemen Strategi
Menurut Maulana (1998), rencana-rencana manajemen strategi
yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan, terdiri
dari sembilan tugas penting, yaitu:
a. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang
keberadaan (purpose), filosofi (philosophy), dan tujuan (goal).
b. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi-
kondisi dan kapabilitasnya.
c. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing
masyarakat faktor-faktor kontekstual umum.
d. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumber daya
perusahaan dengan lingkungan ekstern.
11
e. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan
mengevaluasi setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.
f. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum
yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.
g. Mengembangkan sasaran tahunan dan startegi jangka pendek yang
sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang
dipilih.
h. Mengimplementasikan pilihan strategi dengan cara
mengalokasikan sumber daya anggaran yang menekankan pada
kesesuaian antara tugas, SDM, struktur, teknologi, dan sistem
imbalan.
i. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan yang akan datang.
3. Manfaat Manajemen Strategi
Dengan menggunakan rancangan manajemen strategi, para
manajer di semua tingkat dalam perusahaan berinteraksi dalam
perencanaan dan implementasinya, akibatnya konsekuensi
keperilakuan dari manajemen strategi serupa dengan konsekuensi dari
pengambilan keputusan partisipatif. Karenanya penilaian yang akurat
mengenai dampak formulasi strategi terhadap kinerja organisasi
menuntut tidak saja kriteria evaluasi keuangan melainkan juga kriteria
evaluasi non keuangan ukuran yang menyangkut dampak
keperilakuan, memang mendorong konsekuensi keperilakuan yang
12
positif juga yang memungkinkan perusahaan mencapai tujuan-tujuan
keuangannya. Tetapi terlepas dari profitability rencana strategi,
beberapa efek dari manajemen strategi meningkatkan kesejahteraan
perusahaan, yaitu:
a. Kegiatan perumusan (formulasi) strategi memperkuat kemampuan
perusahaan mencegah masalah. Manajer yang mendorong
bawahannya untuk menaruh perhatian pada perencanaan dibantu
dalam melaksanakan tanggung jawab pemantauan dan peramalan
oleh bawahannya yang menyadari perlunya perencanaan strategi.
b. Keputusan strategi yang didasarkan pada kelompok mungkin sekali
dihasilkan dari alternative terbaik yang selalu ada. Proses
manajemen strategi menghasilkan lebih beragam dan karena
peramalan yang didasarkan pada bermacam-macam spesialisasi
anggota kelompok meningkatkan kemampuan menyaring pilihan.
c. Keterlibatan karyawan dalam perumusan strategi meningkatkan
pemahaman mereka akan adanya produktivitas imbalan setiap
rencana strategi, dan dengan demikian mempertinggi motivasi
mereka.
d. Senjang dan tumpang tindih diantara individu dan kelompok
berkurang karena partisipasi dalam perumusan strategi
memperjelas adanya perbedaan peran masing-masing.
e. Penolakan terhadap perubahan berkurang. Para peserta dalam
perumusan strategi mungkin tidak lebih senang dengan keputusan
13
mereka sendiri ketimbang jika keputusan diambil secara otoriter,
kesadaran mereka yang lebih besar akan parameter-parameter yang
membatasi pilihan membuat mau menerima keputusan ini.
(Maulana, 1988).
4. Pengertian Bisnis Islam
Kata bisnis atau tijaroh di masyarakat lebih popular dengan kata
jual beli, di dalam bahasa arab secara etimologis berasal dari kata al
bay’u dan al syiraa yang berarti mengambil sesuatu dan memberikan
sesuatu, sedang secara terminologis para fuqaha memberikan definisi
jual beli dalam banyak pengertian yang mengacu pada satu kesimpulan
bahwa jual beli adalah,”Menukar suatu benda seimbang dengan harta
benda yang lain yang keduanya boleh (ditashharrufkan) dikendalikan
dengan ijab qabul menurut cara yang dihalalkan oleh syara’”. Term
ini memberikan pengertian jual beli dalam arti ekonomi, yaitu adanya
pertukaran komoditas dengan nilai kompensasi tertentu.
Bila melihat kepada Al-Quran, jual beli atau perdagangan
mancakup pengertian yang eskatologis. Kata jual beli bukan hanya
digunakan untuk menunjukkan aktivitas bisnis pertukaran barang atau
produk tertentu. Jual beli dapat berarti “keyakinan, ketaatan, berinfaq
dan jihad fii sabilillah, (QS. ash Shaff [61]: (10-12), al-Baqarah [2]:
254, at-Taubah [5]: 111). (Jusmaliani, 2008).
Menurut Anoraga (1997), bisnis mengandung arti suatu dagang,
usaha komersil di dunia perdagangan dibidang usaha. Menurut Skinner
14
sebagaimana dikutip oleh Panji Anoraga, mengatakan bisnis adalah
pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau
memberi manfaat.
Dalam pengertian yang lebih luas, bisnis diartikan sebagai semua
aktifitas produksi perdagangan barang dan jasa. Bisnis merupakan
sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, distribusi,
transportasi, komunikasi, usaha jasa pemerintah yang bergerak dalam
bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen.
Istilah bisnis pada umumnya ditekankan pada 3 hal yaitu: usaha
perorangan misalnya industri rumah tangga, usaha perusahaan besar
seperti CV, PT, maupun badan hukum koperasi dan usaha dalam
bidang struktur ekonomi suatu negara. (Alma, 1994).
Menurut Subandi (2000), bisnis islam adalah serangkaian aktivitas
bisnis (produksi, distribusi, maupun konsumsi) dalam berbagai
bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang
dan jasa) termasuk keuntungannya, tetapi dibatasi dalam cara
perolehan dan pendayagunaan hartanya. Bisnis islami juga dapat
diartikan sebagai upaya pengembangan modal untuk kebutuhan hidup
yang dilakukan dengan mengindahkan etika islam. Selain menetapkan
etika, islam juga mendorong umat manusia untuk mengembangkan
bisnis.
Dalam islam, bisnis merupakan salah satu dari sekian jalan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Artinya Allah subhanahuata‟ala telah
15
memberikan arahan bagi hamba-Nya untuk melakukan bisnis. Dalam
islam sendiri terdapat aturan-aturan etika dalam melakukan bisnis. Kita
sudah diberikan contoh ril oleh Rasulullah sallallahu „alaihi wassalam.
B. Business Model Canvas
Bisnis model menjelaskan mengenai dasar pemikiran bagaimana
sebuah bisnis diciptakan, diberikan, dan ditangkap nilainya.
Osterwalder dan Pigneur (2012), membuat sebuah pendekatan
model kanvas yaitu “nine building blocks” yang memudahkan bagi para
pebisnis untuk membangun dan mengembangkan bisnis mereka. Nine
building blocks terdiri dari: value prepositions, customer segments,
customer relationships, channels, key recources, key activities, key
partnerships, cost structures, dan revenue streams.
Menurut Osterwalder dan Pigneur, ide inovasi dalam bisnis model
dapat datang dari mana saja. Osterwalder dan Pigneur membedakan
inovasi model bisnis menjadi lima bagian yaitu: resource-driven, offer-
driven, customer-driven, finance-driven, dan multiple-epicenter.
Resource-driven adalah inovasi yang berasal dari infrastruktur yang ada
dalam sebuah organisasi atau memperluas dalam kemitraan atau
memperluas dalam kemitraan atau mengubah sebuah model bisnis. Offer-
driven adalah inovasi yang dibuat menciptakan nilai proporsi baru yang
dapat memberikan dampak kepada building blocks bisnis model lain.
Customer-driven adalah inovasi yang didasarkan pada kebutuhan
pelanggan, memfasilitasi akses, atau meningkatkan kenyamanan. Finance-
16
driven adalah inovasi yang memberikan aliran penghasilan baru,
mekanisme penetapan harga, atau mengurangi struktur biaya yang dapat
mempengaruhi pada building blocks lainnya. Multiple-epicenter adalah
inovasi yang didorong oleh banyak faktor yang dapat memberikan dampak
signifikan terhadap beberapa building blocks lainnya.
Gambar 2.1
The Business Model Canvas
Sumber: PPM Manajemen, 2012
1. Customer Segments
Pasar terdiri dari berbagai macam pembeli yang membeli suatu
produk sesuai keinginan, sumber daya, lokasi, dan kebiasaan membeli.
Karena masing-masing memiliki kebutuhan dan keinginan yang unik,
masing-masing pembeli merupakan pasar potensial tersendiri. Oleh
sebab itu penjual idealnya mendesain program pemasarannya
17
tersendiri bagi masing-masing segmen pasar tersebut, namun tidak
semua kumpulan pelanggan dapat disebut sebagai segmen pasar.
Suatu kelompok pelanggan dapat disebut sebagai segmen pasar
apabila:
a. Memerlukan pelayanan (value prepositions) yang tersendiri karena
permasalahan dan kebutuhan secara khusus.
b. Dicapai dan dilayani dengan saluran distribusi (channels) yang
berbeda.
c. Perlu pendekatan (customer relationships) yang berbeda.
d. Memberikan profitabilitas yang bebeda.
e. Mempunyai kemampuan bayar yang berbeda sesuai dengan
presepsi terhadap nilai yang mereka terima.
Secara umum, segmen pasar tediri dari kelompok pelanggan yang
memiliki seperangkat keinginan yang sama (Kotler, 2005). Pelanggan
adalah jantung dari setiap model bisnis. Tanpa adanya pelanggan,
tidak ada satupun perusahaan yang dapat bertahan dalam jangka
waktu yang lama. Dalam rangka memenuhi kepuasan pelanggan,
perusahaan mengelompokkan pelanggan-pelanggan ke beberapa
segmen yang berbeda berdasarkan kesamaan kebutuhan, kesamaan
perilaku dan lain-lain. Model bisnis dapat diterapkan dalam berbagai
perusahaan baik kecil maupun besar. Berikut macam-macam tipe
dalam segmentasi pasar antara lain:
18
a. Pasar Terbuka (Mass Market)
Model bisnis yang segmentasi pasarnya merupakan mass
market atau pasar terbuka tidak mengelompokkan pelanggan
dalam berbagai kelompok atau segmen khusus. Di sini, perusahaan
beranggapan bahwa semua orang adalah pelanggan. Value
preposition (nilai tambah yang diberikan kepada para pelanggan),
channels (saluran untuk berhubungan dengan para pelanggan), dan
customer relationships (tipe hubungan yang ingin dijalin dengan
para pelanggan) hanya berfokus pada masyarakat umum yang
memiliki kebutuhan dan masalah yang hampir sama. Tipe model
bisnis ini dapat ditemukan pada pelanggan alat elektronik.
b. Ceruk Pasar (Niche Market)
Model bisnis yang segmentasi pasarnya merupakan niche
market atau pasar khusus (ceruk) menargetkan kepada segmen
pasar tertentu yang spesifik yang biasanya jumlahnya kecil dan
belum terlayani dengan baik. Value prepositions (nilai tambah
yang diberikan kepada para pelanggan), channels (saluran untuk
berhubungan dengan para pelanggan), dan customer relationships
(tipe hubungan yang ingin dijalin dengan para pelanggan)
semuanya ditujukan pada kebutuhan khusus dari niche market.
Model bisnis ini umum ditemukan pada hubungan bisnis antara
supplier-buyer, misalnya pabrik perakitan mobil membutuhkan
bahan-bahannya dari pabrik automobil utama.
19
Pemasar biasanya mengidentifikasi ceruk pasar dengan
membagi-bagi sebuah segmen menjadi beberapa sub-segmen atau
dengan mendefinisikan sebuah kelompok yang mencari gabungan
manfaat khusus yang berbeda dengan yang dicari oleh kelompok
lain. Contohnya, segmen perokok berat mencakup mereka yang
berusaha untuk berhenti merokok dan mereka yang tidak peduli.
Ceruk pasar yang menarik memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) pelanggan di pasar tersebut memiliki kumpulan
kebutuhan yang benar-benar berbeda.
2) Mereka bersedia membayar harga tambahan kepada
perusahaan yang paling memuaskan kebutuhan mereka.
3) Ceruk itu tidak mungkin menarik pesaing lain.
4) Perusahaan pengisi ceruk mendapatkan penghematan
tertentu melalui spesialisasi.
5) Ceruk memiliki ukuran, laba, serta potensi pertumbuhan
yang memadai.
c. Pasar Tersegmentasi (Segmented)
Model bisnis yang segmentasi pasarnya merupakan
segmented mengelompokkan pelanggan dalam berbagai segmen
yang memiliki kebutuhannya maupun masalah yang berbeda.
Value prepositions (nilai tambah yang diberikan kepada para
pelanggan), channels (saluran untuk berhubungan dengan para
20
pelanggan), dan customer relationships (tipe hubungan yang ingin
dijalin dengan para pelanggan) disesuaikan dengan segmen
pasarnya.
Segmentasi pasar merupakan pengelompokan individu
(pelanggan) menjadi beberapa kelompok (segmen) dimana
individu yang berada dalam satu segmen memiliki ciri-ciri atau
perilaku yang relatif sama (homogen) dibandingkan individu pada
kelompok lain (Kotler, 2003).
Ada beberapa pendekatan yang digunakan untuk
melakukan segmentasi pasar, yaitu demografi, geografi, dan
psikografi. Pendekatan demografi meliputi usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan. Pendekatan geografi
cenderung membagi pelanggan berdasarkan wilayah tempat
tinggal, sedangkan pendekatan psikografi meliputi gaya hidup,
sikap-sikap, dan minat pelanggan (Airlangga, 2011).
d. Diversifikasi pasar (Diversified)
Model bisnis yang segmentasi pasarnya merupakan
diversified mengelompokkan pelanggan dalam berbagai segmen
yang tidak berkaitan dalam hal permasalahan dan kebutuhannya.
Kedua atau lebih segmen pelanggan ini tampaknya memiliki
kebutuhan yang sama, akan tetapi beda karakteristiknya. Dengan
adanya diversifikasi pasar, volume pasar juga akan semakin luas.
21
Bahkan, mungkin dapat menciptakan pasar-pasar baru. Misalnya,
pada tahun 2006, Amazon.com memutuskan untuk diversifikasi
bisnis ritel yang selama ini digelutinya dengan cara menjual jasa
layanan “cloud computing” yaitu jasa layanan yang bergerak
dibidang penyimpanan online dan server. Hal ini menyebabkan
Amazon.com harus memulai bisnisnya dengan segmentasi pasar
yang berbeda yang memiliki nilai tambah yang sangat berbeda
pula.
e. Multipasar (Multi-sided Platform)
Beberapa organisasi melayani dua atau lebih pelanggan
yang memiliki hubungan satu sama lain atau saling berkaitan
(multiside market). Misalnya, perusahaan yang bergerak di bisnis
surat kabar membutuhkan pembaca yang banyak untuk menarik
perhatian pengiklan. Disisi lain, perusahaan juga membutuhkan
pengiklanan untuk membiayai produksi dan distribusi. Kedua
segmen ini dibutuhkan untuk membuat model bisnis perusahaan
ini.
2. Value Prepositions
Value Prepositions (nilai tambah yang diberikan kepada
para pelanggan) terdiri dari produk dan jasa yang dapat menambah
nilai tambah kepada segmentasi yang spesifik. Bagi pelanggan, value
prepositions terwujud dalam bentuk pemecahan masalah yang
dihadapi atau terpenuhinya kebutuhan. Value prepositions merupakan
22
alasan kenapa pelanggan sering mengalihkan perhatian dari satu
perusahaan ke perusahaan lain. Value prepositions dapat mengatasi
kebutuhan pelanggan. Dalam hal ini, value prepositions adalah
keuntungan yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Beberapa
value prepositions bersifat inovatif yang menawarkan hal yang benar-
benar baru. Lainnya juga dapat mirip dengan penawaran pasar
umumnya, namun ditambahkan dengan atribut-atribut lainnya.
Dalam model bisnis kanvas, elemen value prepositions
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hampir semua elemen-elemen
lain. Elemen yang terkait langsung adalah customer segments. Hal
yang bisa dipahami, karena setiap segmen memiliki kebutuhan dan
persoalan yang unik. Desain value prepositions dapat dilakukan
dengan inovasi nilai (value creation) dan penurunan biaya. Inovasi
nilai akan membuat pelanggan bersedia membayar lebih tinggi dan
akan meningkatkan revenue streams. Selain value creation,
perusahaan juga dapat mengurangi atau menghilangkan value
prepositions yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau kurang penting
untuk pelanggan sehingga dapat menurunkan biaya (PPM Manajemen,
2012).
Value prepositions membuat nilai tambah untuk segmen
pasar melalui pencampuran elemen-elemen yang sesuai dengan
kebutuhan segmen pasar. Nilai tambah dapat bersifat kuantitatif
(misalnya: harga, kecepatan pelayanan) dan kualitatif (misalnya:
23
desain, pengalaman pelanggan). Berikut beberapa elemen yang
berkontribusi pada pembentukan nilai tambah:
a. Kebaruan (Newness)
Proposisi nilai kebaruan adalah proposisi nilai yang
sebelumnya tidak pernah ditawarkan oleh perusahaan maupun
karena tidak ada penawaran seperti itu. Hal ini sering terjadi pada
produk teknologi, misalnya telepon selular.
b. Kinerja (Performance)
Meningkatkan kualitas produk ataupun kinerja dalam
pelayanan merupakan cara yang umum untuk membuat nilai
tambah. Namun kinerja yang telah ditingkatkan memiliki
keterbatasan, misalnya pertumbuhan komputer cepat terus
membutuhkan data penyimpanan yang besar dan grafik yang
semakin bagus sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan lagi.
c. Kustomisasi (Customization)
Kustomisasi adalah produk atau jasa yang disesuaikan
dengan kebutuhan individual pelanggan. Sekarang dikembangkan
konsep mass customization yaitu bentuk penyesuaian kebutuhan
individu tetapi bisa diproduksi secara masal. Dewasa ini, produk-
produk mass customization dan co-creation menjadi semakin
penting.
24
d. Penyelesaian Pekerjaan
Nilai tambah ini dapat dibuat dengan cara membantu
pelanggan dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan. Misalnya,
perusahaan periklanan ini, maka pelanggan dapat lebih
berkonsentrasi dalam menjalankan strategi promosi.
e. Desain (Design)
Nilai tambah desain adalah atribut yang penting namun
sulit untuk diukur. Sebuah produk dapat tampak mewah karena
mendesain yang bagus. Dalam indrustri fashion dan elektronik,
desain adalah value prepositions yang sangat penting.
f. Merek/Status (Brand/Status)
Pelanggan dapat menemukan nilai tambah dalam merek
dari suatu produk ataupun jasa. Nilai tambah merek ini dianggap
dapat meningkatkan status sosial ekonomi pelanggan yang
memakai produknya. Misalnya, pelanggan jam rolex akan merasa
bangga ketika memakai jam tangan tersebut.
g. Harga (Price)
Ketika perusahaan menawarkan produk yang mirip dengan
produk yang telah ada di pasar dan lebih murah dibandingkan
produk lain tersebut adalah cara umum untuk memenangkan
segmen pasar yang sensistif terhadap harga.
25
h. Pengurangan Biaya (Cost Reduction)
Perusahaan dapat memberikan nilai kepada pelanggan
berupa pengurangan biaya dari aktivitas yang dilakukan oleh
pelanggan. Misalnya, salesforce.com yang menjual aplikasi hosting
relationship management. Hal ini dapat menguntungkan pelanggan
karena pelanggan terbatas dari biaya membeli, menginstal, dan
mengelola perangkat lunak itu sendiri.
i. Pengurangan Resiko (Risk Reduction)
Perusahaan dapat memnberikan nilai kepada pelanggan
dengan cara mengurangi resiko yang dihadapi pelanggan. Misalnya
adalah garansi produk atau jasa dari sebuah perusahaan untuk
melayani keluhan pelanggan akibat produk atau jasa tersebut rusak
atau tidak dapat digunakan.
j. Akses (Accsesibility)
Cara lain untuk memberikan nilai tambah dengan cara
membuat produk atau jasa yang dapat dijangkau oleh pelanggan
dimana pelanggan sebelumnya tidak dapat menjangkau produk
atau jasa tersebut. Hal ini merupakan hasil dari inovasi model
bisnis, teknologi baru, maupun gabungan dari keduanya.
k. Kenyamanan/Kemudahan Penggunaan (Convenience/Usability)
Perusahaan juga dapat menciptakan nilai tambah dengan
cara membuat produk yang lebih nyaman dan mudah untuk
digunakan pelanggan adalah pembentukan nilai tambah yang
26
sangat penting. Misalnya perusahaan iPod dan iTunes yaitu Apple
menawarkan kenyamanan pelanggan untuk mencari, membeli,
mendownload, dan mendengarkan musik digital.
3. Channels
Channels adalah saluran untuk berhubungan dengan pelanggan.
Komunikasi, distribusi, dan jaringan penjual atau sales merupakan
salah satu usaha perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan.
Channels memainkan peranan penting dalam pengalaman pelanggan.
Ada beberapa fungsi dari channels antara lain:
a. Meningkatkan kesadaran kepada pelanggan atas produk dan jasa
yang ditawarkan oleh perusahaan.
b. Membantu pelanggan dalam mengevaluasi proposisi nilai dari
perusahaan.
c. Memungkinkan bagi pelanggan dalam membeli produk atau jasa
yang lebih spesifik.
d. Memberikan proposisi nilai peusahaan kepada pelanggan.
e. Memberikan layanan pendukung pasca pembelian kepada
pelanggan.
Menemukan channels yang tepat dalam memuaskan kebutuhan
pelanggan adalah bagian krusial dalam memberikan value prepositions
bagi perusahaan. Organisasi dapat memilih menyentuh pelanggannya
melalui own media yang dimiliki perusahaan sendiri, partner media,
atau perpaduan antara keduanya. Partner channels membuat margin
27
yang diterima perusahaan rendah, namun perusahaan dapat
mengembangkan dan menggunakan keunggulan dari partner. Owned
channels membuat margin yang diterima perusahaan tinggi, tapi juga
boros dalam pembiayaan. Cara peling tepat adalah menggabungkan
dan menyeimbangkan keduanya untuk membuat pelanggan puas dan
memaksimalkan keuntungan.
Osterwalder dan Pigneur (2010) membagi channels dalam 5
(lima) fase yaitu awareness, evaluation, purchase, delivery, dan
aftersales.
a. Pada fase awareness, channels berbagi fungsi untuk
mengenalkan perusahaan kepada pelanggan.
b. Selanjutnya fase evaluation atau fase penjajagan adalah
fase untuk saling menilai antara perusahaan dengan
pelanggan.
c. Fase selanjutnya adalah fase purchase yaitu fase pembelian
dimana perusahaan dan pelanggan melakukan proses
transaksi jual beli produk.
d. Setelah proses transaksi, maka channels masuk pada fase
delivery yang merupakan pembuktian value prepositions.
Pelanggan berhak mendapatkan “janji” yang ditawarkan,
dan di lain pihak, perusahaan berkewajiban memenuhi
“janji” yang ditawarkan dalam value prepositions dan
berhak mendapatkan penghargaan.
28
e. Selanjutnya fase terakhir adalah fase aftersales atau fase
purnajual yang sering kali dilupakan atau tidak diperhatikan
oleh perusahaan.
Fase purnajual adalah fase penentu apakah pelanggan
melakukan transaksi ulang dengan perusahaan atau pelanggan sudah
cukup beli sekali saja melakukan transaksi. Kemudahan pelanggan
dalam menyampaikan saran maupun keluhan merupakan saat yang
menentukan keberlangsungan hubungan kejasama jangka panjang.
4. Customer Relationships
Customer relationships adalah tipe hubungan yang ingin dijalin
dengan para pelanggan dari segmen pasar yang spesifik. Perusahaan
seharusnya memikirkan tipe hubungan yang akan dijalin dengan para
pelanggan dari berbagai segmen. Customer relationships dapat
dibentuk dari berbagai motivasi, antara lain:
a. Customer acquisition
b. Customer retention
c. Boosting sales (upselling)
Tugas seorang pemasar (marketer) dalam dua kelompok besar,
yakni akuisisi pelanggan (customer acquisition) dan retensi pelanggan
(customer retention). Dalam kelompok pertama (akuisisi pelanggan),
tugas pemasar adalah terus menerus mencari pelanggan baru, baik dari
pelanggan kompetitor maupun mengubah yang sebelumnya bukan
29
pelanggan siapapun menjadi pelanggan mereka yang kelola. Adapun
dalam kelompok kedua (retensi pelanggan), tugas pemasar berupaya
terus menerus mempertahankan pelanggan yang sudah menggunakan
mereknya agar tidak pindah ke merek kompetitor. Sedangkan boosting
sales yaitu mendorong pelanggan yang sudah ada untuk belanja lebih
banyak bagi perusahaan. (Wind, 2002).
Berdasarkan model bisnis, customer relationships sangat
mempengaruhi perasaan pelanggan. Ada beberapa kategori dari
customer relationships yang dapat dipadukan dengan customer
segments, antara lain:
a. Personal Assistence
Pola hubungan ini didapatkan berdasarkan interaksi antar
individu. Pelanggan dapat berkomunikasi dengan wakil dari
perusahaan secara langsung selama proses pembelian ataupun
pasca pembelian. Hal ini sering dilakukan melalui call center,
email, maupun media sosial lainnya.
b. Dedicated Personal Assistence
Hubungan ini mirip dengan personal assistance namun
lebih mendalam dan intensif. Disini perusahaan memberi perlakuan
istimewa kepada pelanggan sebagai pribadi khusus. Biasanya
perusahaan menunjuk seorang wakil untuk melayani pelanggan
tertentu.
30
c. Self Service
Dalam tipe hubungan ini, perusahaan tidak melakukan
interaksi langsung atau personal terhadap pelanggan. Perusahaan
menyediakan hal-hal yang penting untuk membantu pelanggan
memenuhi kebutuhannya.
Dalam perusahaan retail, self service mengacu pada format
toko yang sering dikenal pada hari ini. Pelanggan bisa menelusuri
pilihannya di waktu luang mereka, memilih keranjang belanja
mereka sendiri, dan menyelesaikan proses belanja dengan
membayar pada cash register di bagian depan toko. (Neuman,
2006).
d. Automated Service
Dalam tipe hubungan ini, perusahaan tidak melakukan
interaksi langsung terhadap para pelanggan, namun menyediakan
hal-hal penting yang diproses secara otomatis. Ini merupakan jenis
hubungan personal assistance dengan self service. Misalnya,
profil pribadi secara online memberikan akses ke layanan yang
disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Automated service ini
dapat mengenali nasabah individu dan karakteristik pelanggan
tersebut sehingga dapat menawarkan produk yang sesuai dengan
pelanggan.
31
e. Communities
Umumnya perusahaan sering menggunakan komunitas
untuk lebih mendekatkan dengan pelanggan dan memfasilitasi
pelanggan yang menjadi anggota komunitas. Perusahaan sering
membuat komunitas secara online sehingga dapat bertukar pikiran
dan saling berbagi satu sama lain.
f. Co-creation
Kebanyakan perusahaan kembali pada hubungan
perusahaan-perusahaan secara tradisional untuk memberikan nilai
tambah. Dalam jenis hubungan ini, perusahaan melibatkan
pelanggan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan itu sendiri.
Misalnya, toko buku online mengundang pelanggan untuk menulis
resensi dan menciptakan nilai bagi pelanggan lainnya.
5. Revenue Streams
Revenue Streams adalah pendapatan yang diterima perusahaan dari
masing-masing segmen pasar atau dengan kata lain revenue streams
adalah pemasukan yang biasanya diukur dalam bentuk uang yang
diterima perusahaan dari pelanggannya. Jika kepuasan pelanggan
adalah jantung dari sebuah model bisnis, maka revenue streams adalah
pembuluh arterinya. Revenue streams bukan mempresentasikan
keuntungan yang didapat, karena secara umum diketahui bahwa
keuntungan merupakan pendapatan bersih setelah dikurangi biaya-
biaya usaha (PPM Manajemen, 2012).
32
Perusahaan harus sering memikirkan nilai tambah apakah yang
dapat digunakan sehingga pelanggan mau untuk membayarnya.
Apabila pertanyaan ini dapat dijawab, maka perusahaan dapat satu atau
lebih dari revenue streams yang di dapat dari masing-masing segmen
pasar. Masing-masing revenue streams memiliki mekanisme harga
yang berbeda satu sama lain, misalnya harga tetap, bargaining,
auctioning, market dependent, volume dependent, dan yield
management. Macam-macam mekanisme harga dapat dilihat pada
tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Mekanisme Harga
Harga Tetap
Harga ditetapkan sesuai variabel
tetap.
Harga Dinamis
Harga berubah-ubah sesuai
dengan kondisi pasar.
Daftar Harga: Harga tetap untuk
produk individual, jasa, ataupun
nilai tambah yang lain.
Negosiasi: Harga dinegosiasikan
antara dua atau lebih pihak dan
berdasarkan kekuatan negosiasi.
Berdasarkan Atribut Produk:
Harga ditetapkan berdasarkan
kualitas dari nilai tambah yang
diberikan pada produk.
Yield Management: Hasil
disesuaikan dengan stok
peyimpanan dan waktu produksi.
Yield management menuntun
pengambil keputusan bagaimana
cara mengalokasikan unit dari
kapasitas yang terbatas kepada
permintaan yang ada dalam rangka
untuk memaksimalkan profit atau
pendapatan. (Kimes, 1994)
Berdasarkan Segmen Pasar:
Harga berdasarkan tipe dan
karakteristik segmen pasar.
Real Time Market: Harga
disesuaikan dengan kekuatan
permintaan dan penawaran.
Berdasarkan Volume: Harga Auction: Harga disesuaikan
33
berdasarkan pada jumlah produk
yang dihasikan berdasarkan
fungsi perhitungan tertentu.
dengan penawaran yang
kompetitif.
Sumber: Osterwalder dan Pigneur (2010)
Model bisnis dapat dibentuk dari 2 (dua) macam revenue streams:
a. Pendapatan didapatkan dari satu kali transaksi.
b. Pendapatan yang didapatkan berulang kali yang dihasilkan dari
pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan value
prepositions kepada pelanggan ataupun tidak menyediakan
dukungan pasca pembelian.
Ada beberapa cara untuk mendapatkan revenue streams yaitu:
a. Penjualan Aset (Asset Sale)
Pemahaman yang umum dari asset sale didapatkan dari
penjualan produk perusahaan yang berupa barang atau jasa.
Memperoleh pendapatan dari penjualan aset sudah menjadi praktik
bisnis yang lazim.
b. Biaya Pemakaian (Usage Fee)
Revenue streams ini didapatkan dari penggunaan jasa
pelayanan. Apabila jasa pelayanan yang digunakan semakin
banyak maka pelanggan akan membayar lebih mahal. Perusahaan-
perusahaan dalam berbagai industri jasa akan mengutamakan aliran
pendapatan ini.
34
c. Biaya Langganan (Subcription Fees)
Revenue streams ini didapatkan dengan cara menyediakan
pelayanan untuk pembelian berkelanjutan dalam suatu periode
tertentu. Misalnya, suatu perusahaan memberikan member card
kepada pelanggan yang loyal sehingga pelanggan dapat menikmati
fasilitas lebih dari perusahaan.
d. Sewa (lending/Renting/Leasing)
Revenue streams ini didapatkan dari memperbolehkan
seseorang untuk mendapatkan hak ekslusif menggunakan aset
perusahaan dalam periode waktu tertentu. Kaidah dasar dari aliran
pendapatan ini adalah harta tetap (fixed asset) yang berwujud
secara fisik yang dimiliki oleh perusahaan, dan dapat dimanfaatkan
oleh pelanggannya sebagai kompensasi pembayaran sewa. Dalam
hal ini, pemberian pinjaman memiliki keuntungan yaitu dapat
memperoleh pendapatan berulang kali. Peminjam atau penyewa
juga memiliki keuntungan yaitu dapat menikmati suatu produk
maupun jasa dalam waktu tertentu tanpa harus memiliki produk itu
sepenuhnya.
e. Lisensi (Licencing)
Revenue streams ini didapatkan dari pemberian pelanggan
suatu izin untuk menggunakan hak kekayaan intelektual yang
dilindungi secara hukum dengan imbalan biaya lisensi. Lisensi
memperbolehkan pemegang lisensi untuk mendapatkan pendapatan
35
tanpa harus membuat produk atau mengkomersialkan jasa. Lisensi
umumnya digunakan pada industri media.
f. Biaya jasa Perantara (Brokerage Fees)
Revenue streams ini didapatkan dari hasil pelayanan
intermediasi antara dua atau lebih pihak. Aliran pendapatan ini
umumnya diperoleh dari perusahaan maupun perorangan yang
menerapkan model bisnis keagenan. Penyedia kartu kredit,
misalnya, memperoleh pendapatan dengan mengambil presentase
dari setiap nilai transaksi yang dilaksanakan antara pelanggan
dengan pedagang. Contoh lainnya adalah agen real estate yang
mendapatkan komisi setiap kali berhasil mencocokkan pembeli dan
penjual dalam transaksi.
g. Iklan (Advertising)
Revenue Streams ini didapatkan dari biaya yang
dikeluarkan untuk periklanan produk, jasa, ataupun brand. Pada
umumnya, industri media dan event organizer memiliki
keuntungan yang besar pada periklanan.
h. Donasi (Donation)
Aliran pendapatan donasi ini tercipta dari penerimaan
sejumlah uang ataupun produk berwujud yang dapat dinilai dengan
satuan uang dari individu ataupun organisasi yang dikenal dengan
sebutan “donor”, menggantikan terminologi umum yang disebut
dengan pelanggan. Perbedaan antara donor dan pelanggan terletak
36
pada manfaat yang akan diterima. Tidak ada produk yang akan
diterima oleh donor. Namun donor akan menerima manfaat yaitu
pemenuhan misi organisasinya dalam hal tanggung jawab sosial.
6. Key Resources
Key resources adalah sumber daya utama yang dibutuhkan oleh
perusahaan supaya model bisnis dapat berjalan. Sumber daya utama ini
membuat sebuah perusahaan dapat membentuk dan menawarkan value
prepositions, mendapatkan pasar, mengawasi hubungan dengan
segmen-segmen pasar, dan mendapatkan penghasilan. Key resources,
dibentuk berdasarkan tipe model bisnis. Key resources dapat pula
berupa benda fisik, finansial, intelektual, maupun manusia. Key
resources dapat dimiliki oleh perusahaan maupun bekerjasama dengan
key partners. Key resources dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Fasilitas (Phisical)
Dalam kategori ini termasuk aset-aset fisik misalnya
fasilitas pabrik, bangunan, mesin dan peralatan, sistem, sistem
penjualan, dan jaringan distribusi.
b. Intelektual (Intellectual)
Sumber data intelektual meliputi brands, pengetahuan,
paten dan hak cipta, partnership, dan database pelanggan yang
merupakan komponen yang penting dalam membuat model bisnis
yang kuat. Sumberdaya intelektual sangat sulit untuk dibangun
37
namun saat telah berhasil dibangun dapat memberikan nilai tambah
yang sangat bagus.
c. Manusia (Human)
Setiap bisnis memerlukan sumber daya manusia, namun
manusia adalah aset yang sangat penting dalam model bisnis.
d. Finansial (Financial)
Beberapa model bisnis membutuhkan sumberdaya finansial
dan atau jaminan finansial, misalnya uang tunai, kredit, kebutuhan-
kebutuhan lain untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya
perusahaan.
e. Teknologi (Technologi)
Pada perusahaan yang high-tech, teknologi menjadi
sumberdaya utama yang sangat menentukan. Pada perusahaan
telekomunikasi, penguasaan teknologi terbaru menjadi penentu
untuk mewujudkan value prepositions yang dijanjikan kepada
pelanggan.
f. Saluran Distribusi (Channel)
Saluran distribusi kini juga menjadi sumberdaya yang
penting. Bagi perusahaan consumer good, saluran distribusi untuk
produk mereka menjadi sangat penting.
7. Key Activities
Key activities adalah kegiatan-kegiatan utama apa saja yang perlu
dilakukan oleh organisasi ataupun perusahaan agar dapat memberikan
38
nilai tambah dengan baik. Setiap model bisnis memiliki aktivitas-
aktivitas utama. Hal ini adalah aksi yang paling penting supaya
perusahaan dapat mengoperasikan perusahaannya dengan sukses.
Seperti pada key resources, key activities juga diperlukan untuk
membuat dan menawarkan pada pelanggan value prepositions,
mendapatkan pasar, dan menghasilkan pendapatan. Selain itu, key
activities dibuat berdasarkan model bisnis. Key activities dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Operasi Produksi (Production)
Aktivitas ini bertujuan untuk mendesain, membuat,
mengantarkan produk dalam jumlah tertentu dan atau kualitas
baik. Aktivitas produksi mendominasi dalam model bisnis dalam
pabrik pembuatan barang. Aktivitas-aktivitas utama pada
organisasi jenis produksi meliputi pengadaan bahan yang
diperlukan dari pemasok, pengolahan dalam proses produksi, serta
penyaluran produk jadi atau jasa kepada pelanggan.
b. Operasi jasa (Problem Solving)
Aktivitas ini bertujuan untuk mengatasi masalah dan
memberikan solusi baru atas masalah pelanggan secara individu.
Aktivitas penyelesaian masalah khususnya merupakan jenis
kegiatan operasi bagi konsultan, rumah sakit, dan organisasi-
organisasi pelayanan lain.
39
c. Platform dan Jaringan (Platform/Network)
Aktivitas-aktivitas utama pada organisasi bisnis yang
berbasis platform dan jaringan adalah perancangan, pembangunan,
dan pengembangan hardware dan software, termasuk jaringan
internet dan website. Aktivitas-aktivitasnya meliputi penyediaan
pelayanan yang dibutuhkan oleh para pelanggan dan pengguna,
termasuk proses penyampaiannya dan penjagaan hubungan dengan
para pelanggan.
8. Key Partnerships
Key partnerships adalah mitra utama dalam bisnis, misalnya
supplier, sehingga model bisnis dapat berjalan. Perusahaan menjalin
kerjasama untuk beberapa alasan dan jalinan kerjasama menjadi
landasan dari beberapa model bisnis. Perusahaan membuat aliansi
untuk mengoptimasi model bisnisnya, mengurangi resiko, atau
memperoleh sumberdaya. Ada 4 (empat) jenis key partnerships, yaitu:
a. Aliansi strategis antara perusahaan bukan pesaing.
b. Coopetition: kemitraan strategis antar pesaing.
c. Usaha patungan untuk membuat bisnis baru.
d. Hubungan pembeli-pemasok sehingga dapat menjamin pasokan
yang didapatkan adalah pasokan yang baik.
Hal ini dapat bermanfaat untuk membedakan ketiga motivasi untuk
menjalin kemitraan, yaitu:
40
a. Optimasi dan skala ekonomi
Bentuk paling dasar dari kemitraan atau hubungan pembeli
dan pemasok dirancang untuk mengoptimalkan alokasi sumber
daya dan kegiatan. Perusahaan tidak mungkin melakukan setiap
kegiatannya sendirian. Optimasi dan kemitraan skala ekonomi
biasanya dibentuk untuk mengurangi biaya, melakukan
outsourcing atau berbagi infrastruktur.
b. Pengurangan resiko dan ketidakpastian
Kemitraan dapat membantu dalam mengurangi risiko dalam
lingkungan yang kompetitif yang ditandai dengan ketidakpastian.
Hal ini tidak bisa dilakukan oleh perusahaan pesaing untuk
membentuk aliansi strategis di satu daerah sementara bersaing juga
di tempat lain.
c. Perolehan sumberdaya dan kegiatan tertentu
Hanya sedikit perusahaan yang memiliki semua sumber
daya atau melakukan semua kegiatan yang dijelaskan oleh model
bisnis mereka. Sebaliknya, mereka meningkatkan kemampuan
mereka dengan mengandalkan perusahaan lain untuk memberikan
sumber daya tertentu atau melakukan kegiatan tertentu. Kemitraan
tersebut dapat termotivasi oleh kebutuhan untuk memperoleh
pengetahuan, lisensi, atau akses ke pelanggan.
41
9. Cost Stuctures
Cost structures adalah komponen-komponen biaya yang digunakan
supaya organisasi atau perusahaan bisa berjalan sesuai dengan model
bisnisnya. Membuat dan meningkatkan nilai tambah, berhubungan
dengan pelanggan, dan mendapatkan penghasilan semuanya termasuk
dalam komponen biaya dapat dihitung setelah perusahaan mengetahui
key resources, key activities, dan key partnerships.
Sebenarnya, biaya dapat diminimalisasi dalam setiap model bisnis.
Ada dua macam model bisnis cost structures yaitu berdasarkan biaya
dan berdasarkan nilai tambah:
a. Cost-driven, yaitu bisnis model yang berfokus pada penekanan
biaya serendah mungkin. Pendekatan ini bertujuan untuk
mempertahankan struktur biaya agar lebih ramping, menggunakan
proposisi nilai dengan harga rendah.
b. Value-driven yaitu perusahaan yang tidak terlalu mementingkan
biaya yang akan muncul dalam mendesain sebuah bisnis model,
dan lebih fokus pada penciptaan nilai.
Cost structure memiliki karakter sebagai berikut:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya tetap sama meskipun volume
barang atau jasa yang dihasilkan naik atau turun. Contohnya adalah
gaji, sewa, dan fasilitas manufaktur secara fisik. Beberapa bisnis
42
seperti perusahaan manufaktur dicirikan oleh tingginya proporsi
biaya tetap. Menurut Hernanto (1989), biaya tetap adalah biaya
yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi,
misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan
pertanian, dan bunga pinjaman.
b. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi secara
proporsional dengan volume barang dan jasa yang dihasilkan.
Beberapa bisnis seperti perusahaan manufaktur dicirikan oleh
tingginya proporsi biaya variabel. Menurut Hernanto (1998), biaya
variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah
produksi.
c. Skala Ekonomi (Econimies of Scale)
Skala ekonomi adalah keuntungan biaya karena outputnya
bertambah. Perusahaan yang lebih besar misalnya mendapatkan
keuntungan dengan cara menurunkan tingkat pembelian masal. Hal
ini dan faktor-faktor lainnya menyebabkan biaya rata-rata per unit
turun pada saat kenaikan output.
d. Economies of Scope
Economies of scope yaitu struktur biaya yang
mengandalkan economies of scale memanfaatkan volume aktivitas
43
untuk menurunkan biaya. Keunggulan biaya yang lebih murah saat
operasi perusahaan menjadi lebih besar dengan memperluas area
industri mereka baik di dalam maupun di luar negeri.
C. ANALISIS SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi tempat usaha. Analisis ini dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (oportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats). Menurut Rangkuti (2006), analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk menemukan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (oportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
ancaman (threats). Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat di dalam suatu
organisasi termasuk satuan bisnis tertentu sedangkan peluang dan ancaman
merupakan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi perusahaan atau satuan
bisnis tertentu.
Menurut David (2006), semua organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Kekuatan/kelemahan internal,
digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi
yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan
strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan
mengatasi kelemahan.
44
Menurut Tunggal analisis SWOT merupakan identifikasi yang
sistematis dari faktor-faktor dan strategis yang menggambarkan pedoman
terkait. Dalam pengertian analisis SWOT tersebut dapat kita lihat beberapa
faktor dari strength yaitu dari segi lingkungan. Karena ruang lingkup suatu
bisnis dapat mempengaruhi akan kekuatan dari bisnis tersebut.
Lingkungan adalah salah satu faktor untuk menunjang keberhasilan
perusahaan dalam persaingan. Untuk menentukan tujuan, sasaran, dan
strategi-strategi yang akan diambil, diperlukan suatu analisa mendalam
serta menyeluruh mengenai lingkungan dimana perusahaan berada.
Lingkungan tersebut dibagi dua yaitu:
1. Lingkungan eksternal (lingkungan luar perusahaan)
2. Lingkungan internal (lingkungan dalam perusahaan)
Faktor eksternal adalah suatu kekuatan yang berada di luar
perusahaan dimana perusahaan tidak memiliki pengaruh sama sekali
terhadapnya sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan
ini akan mempengaruhi kinerja semua perusahaan. Unit bisnis harus
mengamati kekuatan lingkungan makro yang utama dan faktor lingkungan
mikro yang signifikan yang mempengaruhi kemampuannya dalam
menghasilkan laba.
Unit bisnis harus menetapkan sistem intelijen pemasaran untuk
menelusuri trend dan perkembangan penting serta semua peluang dan
ancaman yang berhubungan dengannya. Pemasaran yang baik adalah seni
menemukan, mengembangkan dan menghasilkan laba dari peluang-
45
peluang ini. Peluang pesar menurut Kotler yaitu suatu bidang kebutuhan
pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.
Berikut ini terdapat diagram analisis SWOT yang menjelaskan tentang
bagaimana kombinasi strategi yang tepat dalam faktor internal dan faktor
eksternal dalam kegiatan usaha.
Gambar. 2.2
Diagram Analisis SWOT
Sumber: www.galinesia.com
Kuadran 1: ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented
strategy).
Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari strategi internal. Strategi yang harus
46
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3: Perusahaan menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi
dilain pihak, perusahaan juga menghadapi beberapa kendala atau
kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan
question mark pada BCG matrik. Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4: ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan
internal. Salah satu metode atau alat analisis yang digunakan untuk
menyusun deskripsi tentang faktor-faktor strategi organisasi adalah
SWOT matrix. Matrix ini dinilai mampu menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh organisasi
harus disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi.
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan organisasi, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi.
Salah satu modal yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi
perusahaan adalah matriks SWOT.
47
Tabel 2.2
Matriks SWOT
Strengths (S)
Tentukan 5-10
Faktor-Faktor
Kekuatan Internal
Weakness (W)
Tentukan 5-10
Faktor-Faktor
Kelemahan Internal
Opportunities (O)
Tentukan 5-10
Faktor-Faktor
Peluang Eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
Threats (T) Tentukan
5-10 Faktor-Faktor
Ancaman Eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan
kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
(Rangkuti, 2009)
Ket:
1. EFAS = Eksternal Strategic Factor Analysis
2. IFAS = Internal Strategic Factor Analysis
3. Strategi SO memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
4. Strategi ST menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
5. Strategi WO diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada
dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
48
6. Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
D. Matriks IFAS dan EFAS
Pada fase ini, kita telah membahas bagaimana BMT Masjid Al
Azhar menilai situasinya dan juga telah meninjau strategi perusahaan yang
tersedia. Tugas selanjutnya adalah melakukan identifikasi atau alternatif
yang dapat menggunakan kesempatan dan peluang atau menghindari
ancaman dan mengatasi kelemahan
Rangkuti (2006), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara
sistematis untuk meneruskan strategi pelayanan. Analisis ini dapat
memaksimalkan peluang dan secara bersamaan dapat meminimalkan
kekurangan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal dan faktor internal.
a. Matriks Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
Matriks IFAS digunakan untuk mengetahui seberapa peranan dari
faktor-faktor internal yang terdapat pada perusahaan. Matriks IFAS
menggambarkan kondisi internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan
dan kelemahan yang dihitung berdasarkan rating dan bobot. Berikut
ini adalah bentuk IFAS:
Tabel 2.3
Tabel IFAS
Faktor-faktor
strategi
internal
Bobot Rating Nilai
skor
49
Strength (S)
1.
2.
Dst
Subtotal
Weakness (W)
1.
2.
Dst
Total 1,00
Sumber: Rangkuti (2006)
Matriks evaluasi fakor internal dikembangkan dalam lima
langkah yaitu:
a) Mendaftar faktor-faktor internal, memasukkan 1 sampai 20
faktor internal, termasuk kekuatan dan kelemahan.
b) Tiap faktor diberi bobot sekitar 0,0 (tidak penting) sampai
dengan 1,0 (sangat penting). Faktor yang dianggap penting
diberi bobot yang tertinggi dan jumlah semua bobot sama
dengan 1,0 .
c) Memberi peringkat 1 sampai 4. Dengan kekuatan harus
mendapat peringkat 3 dan 4, serta kelemahan mendapat
peringkat 1 dan 2.
d) Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya.
e) Jumlahkan skor rata-rata tiap variabel.
b. Matriks Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS)
Matriks EFAS digunakan untuk mengetahui seberapa besar
peranan dari faktor-faktor eksternal yang terdapat pada perusahaan.
50
Matriks EFAS menggambarkan kondisi eksternal perusahaan yang
terdiri dari peluang dan ancaman yang dihitung berdasarkan bobot dan
rating. Berikut ini adalah bentuk matriks EFAS:
Tabel 2.4
Tabel EFAS
Faktor-faktor
strategi
eksternal
Bobot Rating Nilai
skor
Threats (T)
1.
2.
Dst
Subtotal
Opportunities
(O)
1.
2.
Dst
Total 1,00
Sumber: Rangkuti (2006)
Matriks evaluasi faktor eksternal dikembangkan dalam lima
langkah yaitu:
a) Mendaftarkan faktor-faktor eksternal, memasukkan 1 sampai
20 faktor eksternal, termasuk peluang dan ancaman.
b) Tiap faktor diberi bobot sekitar 0,0 (tidak penting) sampai
dengan 1,0 (sangat penting). Bobot ditentukan dengan
membandingkan pesaing yang sukses dan tidak sukses.
Biasanya peluang mendapat bobot lebih tinggi dibandingkan
dengan ancaman. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
51
c) Memberi tingkat 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal yang
didasarkan atas keefektifan strategi pemasaran.
d) Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya.
e) Jumlahkan skor rata-rata tiap variabel.
E. Penelitian Terdahulu
Untuk menunjang keabsahan data dan mempermudah peneliti
dalam melakukan penelitian ini ada beberapa penelitian terdahulu yang
menjadi referensi, sesuai dengan fungsi dari penelitian terdahulu yang bisa
menjadi acuan yang baik dan relefan. Pada tabel 2.5 adalah ringkasan dari
penelitian terdahulu.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Dewobroto (2013), mengenai
permasalahan business model canvas untuk mengembangkan pelabuhan
dari sistem konvensional ke full terminal operator peti kemas PT. Pelindo
IV (Persero). Pada penelitian ini membahas tentang perumusan bisnis
model business model canvas, dilakukan analisa cost structures atau
proyeksi finansial untuk menentukan segmen dan target konsumen.
Penelitian ini dibagi menjadi dua sub kajian, yaitu kajian pertama untuk
mengetahui skema garis besar strategi perusahaan dengan memetakan
bisnis dari sisi finansial yang akan menganalisa revenue streams
(pendapatan) dan cost structures (biaya) pada business model canvas.
Hasil penelitian ini adalah jangka waktu automobile salon untuk mencapai
payback period adalah tiga tahun.
52
Penelitian yang dilakukan oleh Aldianto (2013), dalam
penelitiannya membahas tentang analisa problem dalam perusahaan
dengan menggunakan 7 Cs Compass Model Analysis yang dikombinasikan
IFAS, EFAS dan Fisbhone Diagram. Pada analisa ini lebih difokuskan
kedalam brand image dan difersifikasi produk. Dimana solusi akhir adalah
implementasi perubahan brand, menciptakan special product dan share
knowledge produk dengan menggunakan business model canvas.
Tjitradi (2015), dalam penelitiannya membahas tentang merancang
model bisnis berdasarkan kerangka business model canvas. Hasil
penelitian dari identifikasi business model canvas ini menunjukkan
gambaran mengenai elemen customer segments yang termasuk kedalam
tipe segmented, berasal dari kalangan menengah ke atas. Value
prepositions diketahui sulis cake memberikan kualitas dan perfomance
yang baik yang dikenal sebagai home industry. Pada elemen channels
diketahui bahwa sulis cake hanya menerapkan satu saluran distribusi
dengan sistem promosi word of mouth, terdapat tindakan aftersales dan
jasa pengantaran. Elemen customer relationships pada sulis cake sesuai
dengan personal assistance, menerima masukan kritik dan saran,
pemberian parsel atau kue bagi pelanggan yang loyal. Sedangkan elemen
key resources diketahui bahwa sumber daya sulis cake adalah bahan baku.
Pada elemen key activities, aktivitas yang dijalankan perusahaan adalah
aktivitas produksi dan pengantaran pemesanan. Dalam elemen key
partnerships diketahui suilis cake memiliki banyak pemasok dan tidak
53
memiliki pemasok tetap untuk menjalankan bisnisnya. Sedangkan elemen
revenue streams diketahui bahwa pendapatan sulis cake bersumber dari
satu arus pendapatan dengan sistem pembayaran tunai dan transfer. Yang
terkahir adalah elemen cost structures-nya termasuk kedalam value driven
dengan biaya pengeluaran yang terbagi atas fixed cost dan variable cost.
Bela dan Ratih (2016), dalam penelitiannya membahas mengenai
evaluasi dan perancangan business model canvas yang digabung dengan
analisa SWOT. Hasil penelitian ini adalah dapat diketahui sembilan
elemen model bisnis baru yang dapat dikembangkan lagi oleh restoran
Yung Ho.
Dian Purnamasari dan Achmad Firdaus (2017), dalam
penelitiannya membahas mengenai strategi penghimpunan zakat dengan
pendekatan business model canvas. Hasil dari penelitian ini adalah
ditemukannya strategi sembilan elemen business model canvas.
Adapun beberapa penelitian terdahulu berkenaan dengan
penerapan buiseness model canvas dirangkum dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.5
Penelitian Terdahulu
No PENELITI JUDUL
PENELITIAN
METODE HASIL
PENELITIAN
1. Dian
Purnamasa
ri dan
Achmad
Firdaus,
(2017)
Analisis
Strategi
Penghimpunan
Zakat Dengan
Pendekatan
Business
Model Canvas
BMC Strategi
penghimpunan
zakat dengan
BMC dapat
dijabarkan di
sembilan blok
54
2. Bela dan
Ratih,
(2016)
Analisis
Model Bisnis
Pada Restoran
Yung Ho
Dengan
Menggunakan
Business
Model Canvas
SWOT dan
BMC
Ditemukan 9
elemen BMC
yang kemudian
dianalisa dengan
SWOT untuk
membuat New
Business Model
Canvas
3. Tjitradi
(2015)
Perancangan
Model Bisnis
Berdasarkan
Business
Model Canvas
BMC Didapatkan
gambaran tentang
segmen
konsumen dan
rancangan model
bisnis baru
4. Aldianto
(2013)
Box For Living
Business
Strategy 7 Cs
Model
Business
Canvas
7 Cs dan BMC Didapatkan
gambaran tentang
segmen
konsumen dan
rancangan model
bisnis baru
5. Dewobrot
o, (2013)
Penggunaan
Business
Model Canvas
Sebagai Dasar
Untuk
Menciptakan
Alternatif
Strategi Bisnis
Dan
Kelayakan
Usaha
BMC Didapatkan
strategi baru dan
model bisnis baru
dari bisnis salon
mobil dari
perusahaan 21
DUA SATU
MOTOR
Sumber: Data diolah 2019
Dari beberapa penelitian diatas terdapat persamaan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan business
model canvas. Dimana keseluruhan penelitian adalah mengembangkan
55
bisnis model baru. Analisa yang dilakukan adalah analisa yang
menggabungkan beberapa metode seperti analisa SWOT.
Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada
penelitian terdahulu hanya menggabungkan antara analisa business model
canvas dan SWOT untuk mengevaluasi keadaan perusahaan tanpa ada
tahapan selanjutnya. Sedangkan pada penelitian ini juga menggunakan
SWOT, IFAS dan EFAS untuk menentukan faktor pendukung dan faktor
penghambat serta alternatif strategi BMT Masjid Al Azhar dalam
pengembangan bisnisnya.
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimulai dengan menggali informasi perusahaan
melalui tahapan wawancara dengan pihak internal perusahaan dan
mengimplementasikan wawancara tersebut kedalam sembilan blok yang
ada pada business model canvas. Konsep business model canvas akan
mengevaluasi penerapan usaha yang berjalan saat ini dengan 9 blok
bangunan yang akan memberikan gambaran kondisi usaha secara
keseluruhan terhadap keadaan BMT Masjid Al Azhar selama ini. Sembilan
blok business model canvas sendiri memiliki gambaran sebagai berikut:
1. Customer segments merupakan sebuah konsep yang bersentuhan
langsung menangani pelanggan.
2. Value prepositions yaitu konsep blok yang menggunakan proposisi
nilai untuk memecahkan masalah pelanggan dan memuaskan
kebutuhan pelanggan.
56
3. Channels yaitu usaha yang menghubungkan pelanggan melalui
komunikasi, distibusi dan saluran penjualan.
4. Customer relationships yaitu hubungan yang dilakukan oleh
pengusaha dengan pelanggan melalui segmentasi pelanggan.
5. Revenue streams yaitu blok yang menggambarkan arus pendapatan
yang dihasilkan dari proposisi nilai.
6. Key Resources yaitu blok yang menggambarkan tentang semua elemen
yang digunakan.
7. Key Activities yaitu blok yang menggambarkan sejumlah aktivitas
penting.
8. Key Partnerships yaitu blok yang menggambarkan tentang kegiatan
penting di luar dari sumberdaya yang ada.
9. Cost structures yaitu blok yang menggambarkan elemen pendukung
struktur biaya.
Setelah mengetahui penerapan business model canvas yang terjadi
selama ini maka dilakukan analisis dengan analisis SWOT yang bertujuan
untuk memetakan apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang ada pada BMT Masjid Al Azhar. Manfaat dari
pemetaan ini yaitu untuk mendapatkan rumusan strategi bisnis untuk
kedepannya. Setelah melakukan analisis SWOT maka akan diketahui
alternatif strategi usaha pada BMT Masjid Al Azhar. Selain itu juga
diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat BMT Masjid Al Azhar
57
dalam penerapan business model canvas. Berdasarkan uraian tersebut
maka kerangka pemikiran dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:
Gambar. 2.3
Kerangka Pemikiran
Analisis Bisnis Model Dengan Pendekatan Business Model Canvas Terhadap Baitul
Maal Wat Tamwil Masjid Al Azhar Jakarta Selatan
Sembilan Blok Business Model Canvas
Key Partners
Custom
er
Relatio
nships
Key
Activi
ties Customer
Segments
Value
Prepositions
Key
Resou
rces
Chann
els
Analisis SWOT
Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat
Cost Structures Revenue Streams
IFAS & EFAS
Alternatif Srategi Usaha
Kesimpulan dan Saran
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk mengetahui dan serta memahami tentang penerapan
business model canvas pada BMT Masjid Al Azhar peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia
sekitarnya.
Menurut Sugiyono (2012), penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada sebuah filsafat yang meyakini bahwa
satu-satunya pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada
pengalaman aktual-fisika (filsafat positivisme), digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen),
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan data
dilakukan secara purposive, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain. Oleh sebab itu peneliti akan
memberikan hasil dari penelitian ini untuk mendeskripsikan/
mengkontruksikan wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek
59
penelitian sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
analisis strategi pada BMT Masjid Al Azhar.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kota Jakarta Selatan di jl. Mujair 1 RT.
003/09 No 24A Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 Telp: (021) 780
2650.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Survey Lokasi Maret 2018
Wawancara Manager Jum‟at, 19 Juli 2019
Wawancara
Administrasi Umum
Jum‟at, 11 Oktober
2019
Sumber: Data diolah peneliti
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan
penelitiannya terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang
sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti.
C. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh dan
untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi sumber data, ada tiga
jenis sumber data yaitu:
1) Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya
mengenai variabel yang diteliti.
60
2) Paper (kertas), adalah tempat peneliti membaca dan
mempelajari segala yang berhubungan dengan penelitian,
seperti arsip, angka, gambar, dokumen-dokumen, simbol-
simbol, dan lain sebagainya.
3) Place (tempat), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan yang
berhubungan dengen penelitian. (Arikunto, 2006).
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara,
selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain lain. Untuk
mendapatkan data dan informasi maka informan dalam penelitian
ini ditentukan secara purposive atau sengaja dimana informan telah
ditetapkan sebelumnya. Informan merupakan orang-orang yang
terlibat atau mengalami proses pelaksanaan dan perumusan
program dilokasi penelitian. (Moleong, 2005).
Adapun data yang digunakan peneliti dalam skripsi
menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Dalam penelitian ini peneliti akan meminta data langsung
kepada BMT Masjid Al Azhar.
61
Tabel 3.2
Data Informan
No Nama Keterangan
1 Bp. Syamsul
Bahri
Manager BMT
Masjid Al Azhar
2 Ibu Risna
Megayanti
Administrasi
Umum
Sumber: Data diolah peneliti
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung, yaitu melalui
media perantara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
penelitian kepustakaan. Data ini diperoleh dengan membaca
teori-teori yang terdapat pada:
1) Buku ekonomi umum atau ekonomi islam
2) Buku model bisnis
3) Jurnal
4) Sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan business
model canvas
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013), sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen-dokumen dan lain-lain. Teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
62
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 metode di dalam
pengumpulan data yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data,
dimana pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan
dengan subjek penelitian atau responden. Wawancara adalah proses
percakapan dengan maksud untuk mengkontruksikan mengenai orang,
kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang
dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan kepada orang lain yang diwawancarai
(interviewer). (Purhantara, 2010).
Wawancara dilakukan peneliti terhadap pihak-pihak yang
berwenang yakni kepada Bapak Syamsul Bahri Sebagai Manager di
BMT Masjid Al Azhar dan Ibu Risna Megayanti sebagai Administrasi
Umum BMT Masjid Al Azhar, wawancara penulis tentang strategi
yang sedang digunakan dan alternatif strategi dengan menggunakan
business model canvas.
2. Observasi
Teknik observasi adalah pengamatan dari peneliti terhadap objek
penelitiannya. Kita dapat mengumpulkan data ketika peristiwa terjadi
dan dapat datang lebih dekat untuk meliputi seluruh peristiwa. Metode
observasi dapat menghasilkan data yang lebih rinci mengenai perilaku
(subjek), benda, atau kejadian (objek) dari pada metode wawancara.
63
Untuk mencari informasi dan pengumpulan data yang diperlukan,
peneliti melakukan observasi BMT Masjid Al Azhar.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013), dokumentasi adalah sebuah catatan
yang menggambarkan tentang peristiwa yang pernah terjadi. Dokumen
bisa berupa tulisan, gambar, karya-karya monumental seseorang. Hasil
penelitian dari wawancara dan observasi akan lebih dapat dipercaya
jika didukung oleh dokumen-dokumen yang lengkap seperti gambar,
catatan dan lain sebagainya. Dokumentasi mengumpulkan data laporan
yang didapat dari pihak yang bersangkutan yang berkaitan dengan
penelitian.
E. Proses Penelitian
Proses pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Proses memasuki lokasi penelitian
Sebelum peneliti melakukan penelitian yang pertama peneliti akan
meminta izin kepada BMT Masjid Al Azhar dan menjelaskan maksud
dan tujuan untuk mengadakan penelitian, ditunjang dengan adanya
lampiran surat izin formal penelitian dari Wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya setelah pihak BMT Masjid Al
Azhar menyetujui penilitian dilakukan, maka akan disepakati waktu
dan tempat dilaksanakannya penelitian dan wawancara.
64
2. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along)
Ketika sudah memasuki kegiatan penelitian, peneliti akan
memberikan hubungan yang positif terhadap informan, menerima
apapun yang menjadi dasar kegiatan usaha serta peneliti akan mencari
informasi lengkap yang didukung dengan penunjang informasi berupa
fenomena-fenomena yang terjadi belakangan ini berkaitan dengan
yang diteliti oleh peneliti. Oleh sebab itu peneliti harus dengan cermat
menyikapi semua informasi yang didapat.
3. Pengumpulan data (logging data)
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data yang
telah ditetapkan berdasarkan fokus penelitian. Metode pengumpulan
data yang digunakan dalam pengumpulan data adalah melalui hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi yang didapatkan dari BMT
Masjid Al Azhar.
4. Editing
Editing adalah proses meneliti kembali data-data yang telah di
dapat dari informan (Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004). Dalam hal
ini adalah dengan meneliti kembali data-data yang telah didapat dari
informan dalam penelitian model bisnis yang dianalisis pada BMT
Masjid Al Azhar. Tujuannya adalah untuk melihat apakah data sudah
lengkap dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti serta dapat
melihat kekurangan dan kesalahan dari data tersebut.
65
5. Klasifikasi
Pengklasifikasian data adalah proses yang dilakukan setelah
melakukan editing. Pengklasifikasian dilakukan berdasarkan kategori,
salah satunya berdasakan 9 (sembilan) blok business model canvas.
Pengklasifikasian berdasarkan kategori ini bertujuan agar
memudahkan dalam pengelolaan data dan mudah di pahami oleh para
pembaca.
6. Verifikasi
Verifikasi data yaitu pembuktian kebenaran data untuk menjamin
keaslian data. Dilakukan dengan cara menemui informan dan
melihatkan hasil wawancara apakah telah sesuai dengan yang
diinformasikan.
Dalam hal ini peneliti menemui informan yaitu Manager BMT
Masjid Al Azhar yang bernama Bp. Syamsul Bahri dan Ibu Risna
Megayanti yang bekerja sebagai administrasi umum untuk pembuktian
hasil wawancara yang telah dicatat peneliti sesuai dengan fakta.
7. Analisis
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Berdasarkan inti dari penyusunan diatas maka dalam
melaksanakan penganalisisan penyusunan penelitian ini, peneliti
menggunakan metode analisis yang bersifat kualitatif deskriptif.
66
8. Penarikan Kesimpulan
Verifikasi yaitu penarikan kesimpulan dalam penelitian. Dalam
penelitian ini penulis akan menarik kesimpulan dari informasi yang
telah didapatkan dan dianalisa pada tahap sebelumnya.
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Baitul Maal Wat Tamwil Masjid Al Azhar Jakarta
Selatan
1. Sejarah Berdiri BMT Masjid Al Azhar
KS-BMT Masjid Al Azhar berdiri pada tanggal 26 Agustus 1995
M / 29 Rabiul Awal 1416 yang diresmikan oleh Bapak Aries Mufti,
SE, SH dan Bapak Camat Pasar Minggu yang dalam hal ini diwakili
oleh Bapak Drs. H. Moch. Syarief Hasan (Wakil Camat Pasar
Minggu).
Adapun pendiri dan penggagas berdirinya KS-BMT Masjid Al
Azhar adalah dari pengurus dan Pembina Masjid Al Azhar Pasar
Minggu yaitu Bapak H. Moh. Ali Moe‟is, Bapak Dr. KH. Mas‟ud
Saiful Alam dan Bapak Arifin yang disupervisi oleh praktisi BMI yaitu
Bapak H. Aries Muftie, SE. SH dan Bapak Wiroso serta mendapat
dukungan dari seluruh jama‟ah pengajian Majelis Ta‟lim Al Azhar
Pasar Minggu.
Pada awal operasinya (September 1995) KS-BMT Masjid Al
Azhar hanya memiliki aset sebesar Rp. 34.284.950,- dengan modal
dasar pendirian sebesar Rp. 19.965.000,- yang merupakan setoran
modal awal dari pemegang saham perdana, yaitu:
a. Bp. H. Moh. Ali Moe‟is Rp. 12.965.000,-
68
b. Bp. Arifin QQ-Kas Masjid Al Azhar Rp. 3.500.000,-
c. Bp. A. Aziz Lutfi Rp. 3.500.000,-
Pada saat itu KS-BMT Masjid Al Azhar sebelum memiliki Badan
Hukum yang resmi, hanya berbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) dibawah binaan PINBUK yaitu sebuah LPSM yang dibentuk
oleh BMI, MUI dan ICMI yang mana lembaga ini ditunjuk untuk
membina dan mengawasi BMT-BMT di Indonesia. Hal ini
berdasarkan hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI) dengan
PINBUK yang tertuang dalam MOU No. 003/MOU/PHBK-
PINBUK/VIII/95 tertanggal 27 September 1995 dan didukung dalam
Program Gerakan BMT Nasional yang direncanakan oleh Presiden
Republik Indonesia pada saat itu (Bapak Soeharto) tanggal 7
Desember 1995.
Dengan demikian KS-BMT Masjid Al Azhar beropersi atas dasar
izin operasi yang diberikan oleh lembaga tersebut diatas pada awal
tahun 1996, dengan sertifikat operasi No. 0903004/PINBUK/IV/96
yang diperpanjang setiap 6 (enam) bulan sekali.
Pada miladnya yang ke-4 tepatnya bulan September 1999
Manajemen KS-BMT Masjid Al Azhar, dari bentuk KSM_PHBK
menjadi ber-Badan Hukum Koperasi Syariah dengan Nomor:
357/BH/KDK.9.4/IX/1999, dengan sedikit perubahan nama yang
terdaftar dalam lembaran Negara Republik Indonesia melalui Dekdop
69
dan PKM menjadi “BMT MASJID AL AZHAR”. Hal tersebut sudah
mendapat persetujuan dari Musyawarah Anggota Tahunan (Pemegang
Saham) KS-BMT Masjid Al Azhar pada tanggal 18 Juli 1999 yang
tertuang dalam Notulen Rapat Nomor: 03/NR-RTAT/VII/99 tertanggal
20 Juli 1999.
2. Kondisi Lingkungan BMT Masjid Al Azhar
Penelitian ini dilakukan di BMT Masjid Al Azhar yang berada
di Kota Jakarta Selatan tepatnya pada jl. Mujair 1 RT. 003/09 No 24A
Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Lokasi ini sangat strategis karena
merupakan sentralisasi roda perekonomian yang berdekatan dengan
para UKM di Jakarta Selatan dan juga dekat sekali dengan pasar-pasar
tradisional. Berikut di bawah ini adalah nama, lokasi dan usaha yang
digeluti para UKM Jakarta Selatan:
Tabel 4.1
Data Usaha UKM Jakarta Selatan
No Nama Alamat Usaha
1. Nunung
Sumiati
Jl. Masjid Al-Makmur Rt
17/07 no 6 Pejaten
Warung
Sembako
2. Rojali Jl. Jati padang Rt 05/08
Pasar Minggu
Warteg
3. Kuraisin Jl. Lebak Rt 07/08 Pejaten
Timur
Warung
Nasi
4. Samsuir Gg. H. Zakaria Rt 02/03
Lenteng Agung
Catering
5. Puji Kuat Tanah Kusir V Rt 012/11
Kebayoran Lama
Dagang
70
(pecel ayam)
Berdasarkan tabel di atas bahwa dari beberapa lokasi, ternyata
para pengusaha UKM Jakarta Selatan lebih banyak berasal dari Pejaten
Pasar Minggu dibandingkan dengan para UKM lainnya. Hal ini dapat
saja didukung dengan keberadaan UKM Jakarta Selatan yang dekat
sekali untuk mengakses ke BMT Masjid Al Azhar yang keberadaan
lokasinya di Pasar Minggu Jakarta Selatan.
3. Visi dan Misi
Visi
Menjadi BMT yang Profesional, Modern, Terdepan dan Terpercaya.
Misi
a. Membangun dan memberdayakan ekonomi umat.
b. Meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat.
c. Menumbuhkembangkan prinsip ekonomi syariah.
d. Profesionalisme dalam melayani dan berorientasi pada ekonomi
mikro.
e. Mencari keridhoan Allah SWT.
4. Struktur Organisasi
Tujuan dari adanya struktur organisasi adalah agar pekerjaan dapat
diatur dan disampaikan kepada karyawan perusahaan, sehingga dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Struktur organisasi setiap
71
perusahaan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan BMT Masjid Al
Azhar. Berikut struktur organisasi BMT Masjid Al Azhar:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
BMT Masjid Al Azhar
Sumber: Data diolah oleh peneliti
5. Produk-produk yang dikeluarkan
BMT adalah suatu lembaga yang dimana kegiatan usahanya adalah
menyimpan atau menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali kepada masyarakat. Oleh karena itu BMT Masjid Al Azhar
Jakarta Selatan dalam menghimpun dana dari masyarakat maupun dari
pihak lain dalam bentuk simpanan yang melalui produk-produk
penghimpunan dananya seperti:
RAT
Pengawas Pengawas
Manager
Kabag
Keuangan
Spv.
Pembiayaan
Kabag
Operasional
Adm &
Kesekretariat
annn
Teller PU Administra
si
Pembiayaa
Staff
Penagihan
72
a. Simpanan Amanah
Adalah simpanan yang dikelola dengan penuh amanah dan
bagi hasil yang penuh berkah lagi menguntungkan. Simpanan ini
dapat diambil setiap saat dengan setoran awal minimal Rp.
10.000,-.
b. Simpanan Pendidikan
Adalah simpanan yang diperuntukkan untuk perencanaan
pendidikan bagi buah hati tersayang dimana penarikannya hanya
dapat dilakukan pada tiap tahun ajaran baru. Membiasakan anak-
anak untuk belajar hidup hemat dan merancang masa depannya
yang lebih cerah dengan cara gemar menabung.
c. Simpanan Hari Raya
Adalah produk simpanan yang dipersiapkan untuk
keperluan menyambut dua hari raya baik Hari Raya Idul Fitri
maupun Hari Raya Idul Adha, agar meraih kekhusyukan dalam
menjalankan ibadah.
d. Simpanan Walimah
Adalah produk ini dikhususkan bagi pemuda, pemudi dan
atau para orang tua untuk mempersiapkan kebutuhan dana
pernikahan bagi putra-putrinya kelak.
73
e. Simpanan Haji & Umroh
Adalah simpanan yang terencana dengan matang sebagai
usaha bagi hamba-Nya yang taat untuk dapat pergi ke Baitullah,
dengan setoran awal sebesar Rp. 500.000,-.
f. Simpanan Berjangka Mudharabah
Adalah simpanan investasi syariah dengan jangka waktu
1,3,6 dan 12 bulan dimana nisbah bagi hasil yang ditawarkan
sangat menguntungkan. Setoran awal minimal Rp. 500.000,-.
BMT Masjid Al Azhar Jakarta Selatan selain menghimpun
dana dari masyarakat, juga menyalurkan dana melalui produk-
produk pembiayaan seperti:
1) Al-Murabahah (pembiayaan dengan sistem jual beli)
Dalam skim ini, BMT berperan sebagai penjual
barang, sementara calon nasabah sebagai pembeli.
Karena jual beli tidak dilakukan secara tunai (lunas)
pada saat transaksi, maka besarnya margin keuntungan
BMT disesuaikan dengan jangka waktu pembayaran
(secara angsuran) sampai lunas, dan sesuai dengan
kesepakatan antara calon nasabah dengan BMT.
Tingkat margin murabahah tidak berubah sepanjang
jangka waktu, walaupun suku bunga berubah.
2) Al-Mudharabah (kerjasama usaha/ modal dimana 100%
modalnya dari BMT Masjid Al Azhar)
74
BMT menyalurkan seluruh (100%) dana sebagai
modal untuk membiayai suatu usaha atau proyek.
Sedangkan share atau kontribusi nasabah berupa
keahlian, skill, keterampilan, dan manajemen.
Keuntungan dari usaha/proyek dibagi berdasarkan
nisbah yang telah diepakati pada awal akad BMT akan
menerima bagi hasil dari nasabah pada setiap periode
yang telah disepakati. Sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama bukan akibat
kelalaian di pengelola. Tetapi seandainya kerugian
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
pengelola, maka si pengelola bertanggung jawab atas
kerugian.
3) Al-Musyarokah (kerjasama modal kerja)
Yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan
bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
4) Al-Ijarah / Ijarah Multi Jasa (sewa)
Adalah akad pemindahan hak
pengguna/pemanfaatan atas barang atau jasa melalui
pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
75
kepemilikan (ownership/ milkiah) atas barang itu
sendiri.
5) Al-Qordhul Hasan (Pembiayaan Kebajikan)
Pembiayaan ini sering disebut dengan istilah
pembiayaan kebajikan. Istilah ini muncul dikarenakan
dana yang digunakan untuk jenis pembiayaan ini bukan
berasal dari dana produktif, melainkan diambil dari
dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Alokasi
pembiayaan ini adalah untuk keperluan sosial baik
secara individu maupun kelompok. Dalam pembiayaan
ini adalah dalam rangka mewujudkan tanggung jawab
sosial. Dari pembiayaan ini BMT tidak mengenakan
tambahan keuntungan sama sekali, kalaupun pihak
nasabah akan menambahkan dari perputaran usahanya,
maka dana tersebut hanya akan menambah jumlah dana
zakat, infaq dan shadaqoh.
6. Prosedur Menjadi Nasabah BMT Masjid Al Azhar
Gambar 4.2
Prosedur Menjadi Nasabah
Sumber: Wawancara pribadi
Gambar di atas menjelaskan bahwa untuk terdaftar sebagai
nasabah di BMT Masjid Al Azhar Jakarta Selatan ada beberapa
Anggota Mengisi
Formulir Komite Survei Akad
76
tahapan. Langkah awal anggota/calon mengisi formulir pembiayaan
dan disertai dengan syarat-syarat yang ditentukan oleh BMT Masjid Al
Azhar Jakarta Selatan yang harus dipenuhi. Setelah itu, langkah
selanjutnya adalah pihak BMT Masjid Al Azhar Jakarta Selatan datang
ke lokasi atau melakukan survey ke tempat usaha anggota/calon
debitur untuk melihat jenis-jenis usaha yang sedang digeluti. Dengan
demikian dari laporan yang diterima oleh BMT yang melakukan
survey ke lokasi maka berkas tersebut diserahkan kepada komite untuk
dilakukan pengecekan, apakah berkas dan syarat-syarat anggota/calon
debitur tersebut sudah memenuhi kriteria yang diinginkan ataukah
belum. Jika komite menyetujui, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan akad sesuai kesepakatan yang di inginkan kedua belah
pihak. Apabila tidak disetujui oleh komite maka pengajuan
permohonan belum bisa sampai seluruh persyaratan dari BMT
terpenuhi.
Adapun persyaratan yang diterapkan di BMT Masjid Al Azhar
Jakarta Selatan dalam memberikan pembiayaan kepada para UKM
Jakarta Selatan, yaitu:
a. Menyerahkan foto copy KTP/SIM, KK, surat nikah, surat
domisili, PBB, rekening listrik/telepon dan identitas lain.
b. Mengisi formulir permohonan pembiayaan
c. Menyerahkan jaminan berupa BPKB motor/mobil, surat tanah,
surat kios, dll.
77
B. Analisis Bisnis Model BMT Masjid Al Azhar dengan Pendekatan
Business Model Canvas
Setelah melakukan observasi dan wawancara diperoleh analisis
sembilan elemen BMC sebagai berikut:
1. Customer Segments
Customer Segments adalah kelompok orang atau organisasi yang
dituju oleh perusahaan untuk dilayani. (PPM Manajemen, 2012).
Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur menyebutkan ragam
customer segments sebagai berikut:
a. Pasar terbuka
b. Ceruk pasar
c. Pasar tersegmentasi
d. Diversifikasi pasar
e. Multipasar
Dari kelima jenis customer segments diatas, BMT Masjid Al Azhar
terdapat pada pasar tersegmentasi. Dimana perusahaan diarahkan untuk
melayani pelanggan yang diklasifikasi lagi berdasarkan kebutuhan dan
permasalahan mereka. Setelah melakukan observasi dan wawancara,
peneliti menemukan customer segments dari BMT Masjid Al Azhar
sebagai berikut:
78
Tabel 4.2
Customer Segments BMT Masjid Al Azhar
No Pekerjaan Produk Umur Pemasukan Jumlah
1 Pedagang Pembiayaan
dan
tabungan
25-40
th
3-5 Juta 60%
2 Pegawai/karyawan Pembiayaan
dan
tabungan
30-50
th
3-5 Juta 20%
3 Mahasiswa Pembiyaan
dan
tabungan
19-23
th
3-5 juta
(orang tua)
10%
4 Anak sekolah Tabungan 7-14
tahun
3-5 juta
(orang tua)
10%
Sumber: wawancara pribadi
Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa yang menjadi customer
segments dari BMT Masjid Al Azhar terdiri dari pedagang, pegawai,
mahasiswa, dan anak sekolah. BMT Masjid Al Azhar mengelompokkan
pedagang, pegawai/karyawan, mahasiswa dan anak sekolah sebagai
nasabah berdasarkan penghasilan dan jumlah simpanannya. Kelompok-
kelompok nasabah diatas sebetulnya sama, yaitu para nasabah BMT
Masjid Al Azhar, tetapi mempunyai permasalahan dan kebutuhan yang
berbeda. Nasabah kelompok pedagang mempunyai kebutuhan untuk
usahanya agar berkembang dan mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya. Nasabah kelompok pegawai/karyawan mempunyai kebutuhan
untuk kemudahan mendapatkan pembiayaan dengan mudah. Nasabah
kelompok mahasiswa mempunyai kebutuhan untuk membiayai kuliahnya.
79
Sementara anak sekolah mempunyai kebutuhan untuk menabung uang
sebanyak-banyaknya.
Dari tabel diatas diketahui bahwa pedagang memiliki kuantitas
yang paling banyak yaitu pada angka 60%, sedangkan pegawai dan
mahasiswa tidak terlalu signifikan dengan angka masing-masing adalah
20% untuk pegawai, 10% untuk kalangan mahasiswa dan 10% untuk anak
sekolah. Adapun usaha perdagangan yang banyak digeluti oleh customer
segments BMT Masjid Al Azhar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Jenis Usaha Dagang
No Jenis Usaha Dagang
1 Berdagang pakaian
2 Berdagang klontong
3 Berdagang makanan ringan
Sumber: Wawancara pribadi
Segmentasi yang efektif memungkinkan BMT Masjid Al Azhar
mengalokasikan dananya untuk segmen pelanggan yang sesuai dengan
value prepositions yang ditawarkan oleh BMT Masjid Al Azhar, yaitu
dengan kelompok yang melakukan aktivitas perdagangan untuk
menambah modal usaha mereka seperti yang tercantum pada tabel diatas.
80
Bapak Syamsul sebagai Manager BMT Masjid Al Azhar pada saat
wawancara menyatakan bahwa:
“Kalo untuk segmen pasar karena BMT ini adalah simpan pinjam
maka sebenarnya seluruh segmen masuk hanya saja kebanyakan yang
dijalankan oleh BMT ataupun keterikatan yang kuat dengan BMT
segmennya adalah mikro dan menengah.”
“Kalo kita range rata-rata usia sekitar umur 25 tahun sampai 50
tahunan. Ini adalah usia yang dominan atau yang sering berinteraksi
dengan BMT. Mahasiswa boleh ikut, anak sekolahpun ada“.
Segmentasi jika dilihat dari kelompok geografi dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.4
Domisili Customer Segments BMT Masjid Al Azhar
No Domisili Customer Segments
1 Jakarta Selatan
2 Depok
Sumber: wawancara pribadi
Ibu Mega yang bekerja dibidang Administrasi Umum BMT Masjid
Al Azhar pada saat wawancara menyatakan bahwa:
“ Untuk saat ini yang menjadi customer segments BMT Masjid Al
Azhar berasal dari Jakarta Selatan dan Depok saja”.
81
Dari jawaban wawancara diatas dapat diketahui bahwa segmen
pasar utama dari BMT Masjid Al Azhar berada dilokasi Jakarta Selatan
dan Depok.
Dari data diatas maka diketahui segmentasi pelanggan pada BMT
Masjid Al Azhar dipilih berdasarkan kelompok perilaku, kelompok
profesi, kelompok umur, dan kelompok penghasilan seperti yang
tercantum pada tabel 4.2, pada tabel 4.3, dan pada tabel 4.4 juga dapat
digambarkan dalam business model canvas sebagai berikut:
Gambar 4.3
Value Prepositions dan Customer Segments
BMT Masjid Al Azhar
Sumber: Diolah oleh peneliti
82
2. Value Prepositions
Setelah BMT Masjid Al Azhar mengetahui customer segments
yang dibidik, maka elemen kedua dalam business model canvas adalah
value prepositions. Value prepositions mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh hampir semua elemen-elemen lain. Elemen yang terkait langsung
dengan value prepositions adalah customer segments.
Value prepositions adalah nilai (atau manfaat) yang ditawarkan
oleh BMT Masjid Al Azhar kepada pelanggan. Manfaat ini terwujud
dalam bentuk sekumpulan produk atau jasa yang ditawarkan BMT Masjid
Al Azhar kepada pelanggan. Bagi pelanggan, value prepositions terwujud
dalam bentuk pemecahan masalah yang dihadapi atau terpenuhinya
kebutuhan. Value prepositions-lah yang menjadi alasan mengapa
pelanggan memilih produk/jasa yang ditawarkan oleh BMT Masjid Al
Azhar dan bukan produk/jasa perusahaan lain. Berikut value prepositions
yang disampaikan BMT Masjid Al Azhar kepada pelanggan:
Tabel 4.5
Value Prepositions BMT Masjid Al Azhar
No Value Prepositions
1 Azas kekeluargaan
2 Produk yang beragam
3 Kemudahan persyaratan
4 Layanan antar jemput
Sumber: Wawancara pribadi
83
a. Azas Kekeluargaan
Azas kekeluargaan adalah value yang selalu diutamakan oleh
BMT Masjid Al Azhar yaitu dengan memberikan pelayanan yang
ramah, sopan dan bersifat diskusi. Saat customer segments
mendapatkan kendala dalam pembiayaan maka pihak BMT tidak
semena-mena melakukan tindakan mengambil jaminan yang diberikan
saat mendaftar, namun dengan berdiskusi dengan customer segments
yang bersangkutan sehingga menemukan solusi yang tepat bagi
pelanggan dan BMT Masjid Al Azhar.
Bapak Syamsul sebagai Manager BMT Masjid Al Azhar pada
saat wawancara menyatakan bahwa:
“Pertama kita azasnya kekeluargaan. Ini yang kita utamakan.
Karena persaingan BMT ini adalah perbankan atau lembaga besar
yang lainnya. Nah kalo BMT kan tidak mempunyai resources yang
sebesar perbankan dan multifinance. Maka azas mempertahankan
pelanggan adalah azas kekeluargaan tadi”.
b. Produk yang beragam
Adapun produk yang ditawarkan oleh BMT Masjid Al Azhar
kepada customer segments tercantum dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Produk BMT Masjid Al Azhar
Produk
Pembiayaan
Produk
Simpanan
Produk Simpanan
Berjangka
Produk Jasa
Pembayaran
84
- Al-Murabahah
- Al-Mudharabah
- Al-Musyarokah
- Al-Ijarah
- Al-Qordhul
Hasan
-
Simpanan
Amanah
- Simpanan
pendidikan
- Simpanan hari
raya
- Simpanan
walimah
- Simpanan Haji
dan Umroh
- Pajak
kendaraan
- Tagihan
listrik,
PDAM
- Kartu kredit
- Internet
- TV
- Pembelian
gopay &
grabpay
- Isi ulang
pulsa
- Transfer ke
Bank
-
Sumber: Dokumen BMT
Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur menyebutkan bahwa
paling tidak ada sebelas bentuk value prepositions. Meskipun
demikian, kita dapat menggolongkannya menjadi dua kelompok besar,
yaitu kualitatif dan kuantitif. Value prepositions kuantitaif pada BMT
Masjid Al Azhar adalah produk beragam yang diberikan BMT Masjid
Al Azhar seperti yang tertera pada tabel diatas. Sedangkan value
prepositions kualitatif BMT Masjid Al Azhar adalah rasa nyaman
yang diberikan kepada pelanggan.
c. Kemudahan persyaratan
BMT Masjid Al Azhar dapat menciptakan nilai untuk pelanggan
dengan cara memberikan kemudahan persyaratan yang diberikan.
Berikut kemudahan persyaratan yang diberikan BMT Masjid Al Azhar
kepada pelanggannya.
85
Tabel 4.7
Persyaratan Pengajuan
No Persyaratan
1 Fotocopy KTP suami/ istri/
penjamin
2 Fotocopy Kartu Keluarga
3 Fotocopy Surat Nikah (bagi yang
sudah menikah)
4 Fotocopy Rekening Listrik
5 Fotocopy Berkas Jaminan (BPKB/
Sertifikat)
6 Fotocopy Slip Gaji/ Rek.
Tabungan 3 bulan terakhir
7 Mengisi formulir pembiayaan
Sumber: Dokumen BMT
d. Layanan antar jemput
Cara lain yang dilakukan BMT Masjid Al Azhar dalam memberi
nilai untuk pelanggan adalah memberikan layanan antar jemput
kepada pelanggan yang tidak bisa mendatangi kantor BMT Masjid Al
Azhar setiap harinya.
Layanan antar jemput dilakukan oleh SDM yang bekerja di BMT
Masjid Al Azhar. Berikut adalah namanya:
Tabel 4.8
Daftar Nama Layanan Antar Jemput
No Nama Kolektor Kendaraan
1 Bp. Danang Andi
Yusuf
Motor
86
2 Bp. Ahmad Fardian Motor
Sumber: Wawancara pribadi
Bapak Danang dan Bapak Ahmad melakukan layanan antar
jemput kepada pelanggan setiap hari dengan menggunakan motor
pribadi yang dimiliki. BMT Masjid Al Azhar memberikan sewa atas
kendaraan yang digunakan untuk menjalankan layanan antar jemput
ini.
3. Channels
Channels merupakan elemen ketiga dari business model canvas.
Ketika BMT Masjid Al Azhar sudah mengetahui pelanggan yang disasar,
sudah memberikan nilai dari produk atau jasa kepada pelanggan, maka
channels adalah wadah untuk berkomunikasi dan menjangkau pelanggan
untuk menyampaikan value prepositions yang ditawarkan.
Untuk berkomunikasi dan menyampaikan value prepositions, BMT
Masjid Al Azhar memiliki banyak pilhan. BMT Masjid Al Azhar bisa
menggunakan cara langsung dan cara tidak langsung. BMT Masjid Al
Azhar juga dapat menggunakan cara tradisional maupun cara modern
dengan memanfaatkan teknologi. Cara langsung adalah BMT Masjid Al
Azhar menggunakan channels-nya sendiri, sedangkan cara tidak langsung
BMT menggunakan channels mitra.
Setelah melakukan observasi dan wawancara dapat diketahui
bahwa BMT Masjid Al Azhar menggunakan cara langsung dalam
mendistribusikan value prepositions kepada pelanggan yaitu dengan
87
penjualan sindiri, memiliki kantor sendiri dan mendistribusikan sendiri.
Selain menggunakan cara langsung, BMT Masjid Al Azhar juga
menggunakan cara tidak langsung yaitu dengan word of mouth dari
pelanggan yang sudah berlangganan.
Cara tradisional juga dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar yaitu
dengan menyebar brosur, membuat banner, dan membagikan kalender
BMT Masjid Al Azhar kepada pelanggan. Cara ini bersifat satu arah
karena pelanggan hanya menerima pesan yang disampaikan oleh BMT
Masjid Al Azhar tanpa tau info detail dari produk yang ditawarkan.
BMT Masjid Al Azhar juga menggunakan channels modern
dengan memanfaatkan teknologi yaitu internet. Dengan internet BMT
Masjid Al Azhar dapat menyampaikan value prepositions produk di
jaringan media sosial yang dimiliki. Namun saat ini BMT Masjid Al Azhar
belum maksimal dalam memanfaatkan channels modern karena belum
fokus untuk mengembangkan produk pada media sosial. Adapun channels
pada BMT Masjid Al Azhar dapat dirangkum pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
Channels BMT Masjid Al Azhar
No Channels
1 Membagikan brosur
2 Survei
3 Aplikasi android
4 Kantor
5 Media sosial berupa
facebook, instagram,
88
Sumber: Wawancara pribadi
Bapak Syamsul sebagai Manager BMT Masjid Al Azhar pada saat
wawancara menyatakan bahwa:
“iya, punya. Namun sekarang aplikasinya dalam tahap implementasi dan
belum launching. Kita sudah membuat aplikasi android namun belum di
launching karena kita bertahap”.
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa aplikasi android
yang difungsikan sebagai cahnnels oleh BMT Masjid Al Azhar belum
dapat digunakan karena masih ada kendala dalam pembuatan aplikasi dan
penyesuaian dari sistem yang ada saat ini yaitu offline ke sistem online
yang cukup menantang.
4. Customer Relationships
Terdapat beragam cara BMT Masjid Al Azhar untuk menjalin
hubungan dengan pelanggannya. Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur
menyebutnya ada enam kategori customer relationships, yaitu:
a. Personal assistance
b. Dedicated personal assistance
c. Self-service
d. Automated service
e. Comunities
f. Co-creation
web dan twitter.
6 Kalender
7 Word of mouth
89
Setelah melakukan observasi dan wawancara, peneliti menemukan
customer relationships BMT Masjid Al Azhar ada pada kategori personal
assistance. Dalam hubungan personal assistance, pola hubungan
didasarkan pada interaksi manusia, artinya pelanggan dapat secara
langsung berkomunikasi dengan petugas BMT Masjid Al Azhar.
Komunikasi ini tidak mengharuskan pelanggan untuk bertatap muka,
namun BMT Masjid Al Azhar juga dapat berkomuikasi dengan
pelanggannya melalui telepon.
Selain menggunakan kategori personal assistance, BMT Masjid Al
Azhar juga menggunakan kategori dedicated personal assistance. BMT
Masjid Al Azhar memberikan perlakuan istimewa kepada pelanggan
sebagai pribadi khusus. BMT Masjid Al Azhar menunjuk seorang wakil
untuk melayani pelanggan yang ada. Biasanya perlakuan ini dikhususkan
bagi pelanggan BMT yang saldonya menetap minimal 50 juta dan
mengendap selama 6 bulan.
Customer relationships BMT Masjid Al Azhar juga dengan
memberikan bingkisan kepada pelanggan. Ini merupakan salah satu cara
BMT Masjid Al Azhar dalam mempertahankan pelanggan. Biasanya
dilaksanakan sekali setahun yaitu pada hari Raya Idul Fitri. Bingkisan
yang diberikan berupa peralatan dapur seperti panci atau gelas. Dari
penjelasan diatas maka customer relationships BMT Masjid Al Azhar
dapat dirangkum dalam tabel berikut ini:
90
Tabel 4.10
Customer Relationships BMT Masjid Al Azhar
No Customer Relationships
1 Personal assistance
2 Dedicated personal assistance
3 Memberi bingkisan
Sumber: Wawancara pribadi
Bapak Syamsul sebagai Manager BMT Masjid Al Azhar pada saat
wawancara menyatakan bahwa:
“Kita biasanya ada silaturrahmi dalam bentuk bingkisan, kita biasanya
memberikan paket parcel saat lebaran kepada pelanggan sebagai salah satu
bentuk menjaga hubungan dan membentuk kepercayaan dengan
pelanggan”.
Hal-hal yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar untuk
mempertahankan pelanggan adalah dengan melakukan beberapa program
diantaranya menjalin silaturahmi dengan memberikan bingkisan saat hari
Raya Idul Fitri, personal assistance dan dedicated personal assistance.
5. Revenue Streams
Revenue streams atau aliran pendapatan adalah pemasukan yang
biasanya diukur dalam bentuk uang diterima perusahaan dari
pelanggannya. Setelah melakukan observasi dan wawancara, peneliti
menemukan revenue streams dari BMT Masjid Al Azhar adalah sebagai
berikut:
91
Tabel 4.11
Revenue Streams BMT Masjid Al Azhar
No Produk Profit
1 Mudharabah 10%
2 Musyarakah 10%
3 Murabahah 50%
4 Ijaroh multi jasa 10%
5 Jasa pembayaran 10%
6 Property 10%
Sumber: Wawancara pribadi
Pentingnya revenue streams bagi BMT Masjid Al Azhar tidak
diragukan lagi karena BMT Masjid Al Azhar tidak bisa hidup jika tidak
memiliki pendapatan. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa revenue
streams BMT Masjid Al Azhar paling dominan adalah dari produk
murabahah yaitu sebanyak 50%. Pendapatan pada produk lainnya tidak
terlalu signifikan namun sangat mempengaruhi jalannya operasional BMT
Masjid Al Azhar.
Aliran pendapatan yang didapatkan oleh BMT Masjid Al Azhar
selain dari produk yang ditawarkan juga didapatkan dari aset yang dimiliki
oleh BMT Masjid Al Azhar. Kaidah dasar dari pendapatan ini adalah
adanya harta tetap (fixed asset) yang tentunya berwujud fisik yang dimiliki
oleh BMT Masjid Al Azhar. Dalam hal ini BMT mempunyai aset berupa
property yang disewakan kepada pelanggan. Sehingga aset ini dapat
92
dimanfaatkan oleh BMT Masjid Al Azhar sebagai kompensasi
pembayaran sewa.
Biaya jasa perantara merupakan suatu aliran pendapatan yang juga
diperoleh oleh BMT Masjid Al Azhar. Aliran pendapatan ini tercipta
pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan, dimana BMT Masjid Al
Azhar melakukan penjualan jasa kepada perusahaan perantara atas jasanya
mewujudkan transaksi penjualan yang memberikan pendapatan bagi BMT
Masjid Al Azhar dan perusahaan yang bersangkutan. Dalam
pengoperasian ini BMT Masjid Al Azhar melayani jasa pembayaran
sebagai berikut:
a. Pajak kendaraan, STNK, BBN, Mutasi, dll
b. Tagihan listrik, PDAM, telkom, handphone, asuransi
c. Kartu kredit. Cicilan BFI, FIF, KreditPlus, KTA CIMB, HSBC,
Mandiri Finance.
d. Internet Biznet, First Media, Indihome.
e. Tiket Pesawat
f. TV; Indovision, VivaPlus, Centrin, Top, Oke
g. Pembelian Gopay dan GrabPay
h. Isi ulang pulsa handphone, token listrik, pulsa hp, pulsa internet
i. Transfer ke Bank (online, RTGS, kliring)
j. Zakat, infaq, shodaqoh, wakaf.
Pelanggan BMT Masjid Al Azhar sering melakukan pembayaran di
kantor BMT Masjid Al Azhar karena ingin kemudahan. Saat melakukan
93
pembiayaan atau menabung, biasanya pelanggan langsung melakukan
keperluan lain seperti transfer ke Bank, membayar listrik dan lain
sebagainya. Dari pelayanan jasa pembayaran yang diberikan kepada
pelanggan maka BMT Masjid Al Azhar mendapatkan pendapatan.
Ibu Mega sebagai Administrasi Umum BMT Masjid Al Azhar
pada saat wawancara menyatakan bahwa:
“Pelanggan tidak mau antri di Bank, jadi biar sekalian di satu
tempat karena disini pelanggan tidak antri”.
Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa layanan jasa
pembayaran memudahkan pelanggan untuk memenuhi kebutuhannya dan
BMT mendapatkan pendapatan.
Elemen yang terkait langsung dengan revenue streams BMT
Masjid Al Azhar adalah customer segments, customer relationships dan
channels. Saat BMT Masjid Al Azhar sudah tau siapa customer segments,
value yang diberikan dan channels yang mendukung agar value
prepositions sampai kepada customer segments maka BMT Masjid Al
Azhar akan mendapatkan revenue streams. Hal ini dapat digambarkan
melalui business model canvas sebagai berikut:
94
Gambar 4.4
Revenue Streams BMT Masjid Al Azhar
Sumber: diolah peneliti
6. Key Resources
BMT Masjid Al Azhar dalam menjalankan perusahaannya
membutuhkan key resources. Saat ini key resources yang ada pada BMT
Masjid Al Azhar berupa SDM, fasilitas, dan teknologi yang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.12
Tabel Key Resources BMT Masjid Al Azhar
Key Resources BMT Masjid Al Azhar
N
o
SDM Fasilitas
Nama Jabatan Nama Jumlah
1 Bp. Syamsul Manager Kantor 2
2 Ibu Iim Hilmiah Kabag keuangan Telephone 8
3 Ibu Enda h Eviana
Kabag
operasional Mobil 1
4 Bp. Dwi Cahyono
Supervisor
pembiayaan Motor 2
95
5 Ibu Liza Nofianti Teller Komputer 10
6 Ibu Irma Martia
Administrasi
Pembiayaan Proyektor 1
7
Ibu Risna
Megayanti
Administrasi
umum Infokus 1
8 Bp. Iwan Supriatno Surveyor Internet 1
9 Bp. Danang Andi Y Kolektor TV 1
10 Bp. Ahmad Fardian Kolektor IT sistem 1
11 Bp. Ferdiansyah OB
Sumber: Wawancara pribadi
Key Resources adalah sumber daya yang memungkinkan BMT
Masjid Al Azhar menjalankan key activities untuk menawarkan value
prepositions menjangkau pasar, menjaga hubungan dengan segmen
pelanggan, sehingga mendapatkan revenue streams. Dari data diatas dapat
diketahui bahwa BMT Masjid Al Azhar memiliki sumber daya manusia
berjumlah sebelas orang dengan tugas dan wewenang masing-masing.
BMT Masjid Al Azhar selain menggunakan kantor pusat untuk
menjalankan operasional, perusahaan juga memiliki kantor cabang yang
berada di komp. Ruko Tirtayasa Permai, Sudimara Pinang, Tangerang.
Fasilitas lainnya yang dimiliki oleh BMT Masjid Al Azhar adalah sebagai
penunjang aktivitas utama seperti telephone yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan pelanggan, mobil yang digunakan untuk
operasional perusahaan, motor untuk melakukan aktivitas pengumpulan
tabungan, komputer untuk memudahkan penyimpanan data dan aktivitas
utama pendaftaran, infokus dan proyektor yang dimanfaatkan untuk
memudahkan SDM saat rapat mingguan, internet untuk menunjang
promosi dan berjalannya sistem pada BMT Masjid Al Azhar dan juga TV
96
yang diletakkan pada ruangan utama saat customer segments memasuki
kantor.
7. Key Activities
BMT Masjid Al Azhar memiliki beragam aktivitas dalam
menjalankan perusahaannya. Hal yang dilakukan BMT Masjid Al Azhar
dalam hal aktivitas utama adalah kegiatan untuk menghasilkan value
prepositions, menyalurkan value prepositions kepada pelanggan, menjalin
hubungan dengan pelanggan dan kegiatan untuk menangani aliran
pendapatan. Aktivitas tersebut harus dilakukan secara optimal untuk
menghasilkan kinerja BMT Masjid Al Azhar yang maksimal. Adapun
aktivitas utama yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.13
Key Activities BMT Masjid Al Azhar
No Aktivitas Utama
1 Pelayanan
2 Aktivitas pemasaran
3 Survei
4 Menerima Nasabah
5 Penagihan
Sumber: Wawancara pribadi
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa key activities pada
pelayanan adalah untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi
pelanggan, untuk memberikan solusi-solusi bagi mereka. Aktivitas-
97
aktivitas penyelesaian masalah khususnya merupakan jenis kegiatan yang
dilakukan oleh para kolektor BMT Masjid Al Azhar saat bertemu dengan
pelanggan.
Aktivitas pemasaran yang dilakukan BMT Masjid Al Azhar berupa
penyebaran brosur yang dilakukan oleh kolektor, selain itu pelanggan yang
datang ke kantor juga berkesempatan mendapatkan brosur BMT Masjid Al
Azhar. Survei dilakukan setelah pelanggan telah mengisi formulir
pendaftaran dan memenuhi semua berkas. Jika sudah terpenuhi seluruh
persyaratan, maka tim surveyor akan menuju rumah pelanggan dan
melakukan wawancara.
8. Key Partnerships
Key partnerships menjadi elemen yang sangat penting, karena
BMT Masjid Al Azhar tidak dapat berjalan tanpa bekerja sama dengan
pihak lain. Dalam hal ini BMT Masjid Al Azhar bekerjasama dengan
beberapa instansi diantaranya:
a. Bank Permata Syariah
b. Bank Syariah Mandiri
c. Asuransi Asyqi
d. Sekolah Nur Alfikri Depok
BMT Masjid Al Azhar bekerja sama dengan pihak Bank dalam
rangka untuk melakukan deposito, selain itu juga untuk edisi pembayaran.
Pelanggan yang melakukan pembiayaan dan kerjasama dengan BMT akan
di asuransikan ketika pelanggan meninggal dunia.
98
9. Cost Structures
Semua bisnis yang beroperasi di bawah suatu model bisnis pasti
membutuhkan biaya, tak terkecuali BMT Masjid Al Azhar. Menciptakan
dan memberikan nilai (value prepositions dan channels) kepada
pelanggan, menjaga hubungan baik dengan pelanggan (customer
relationship), upaya memperoleh pendapatan (revenue stream),
menjalankan aktivitas bisnis (key activities), mendapatkan dan mengelola
sumber daya (key resources) serta bekerja sama dengan mitra (key
partners) semua membutuhkan biaya. Struktur biaya akan lebih mudah
dirancang apabila semua elemen tersebut sudah didesain.
Dalam hal ini, biaya yang muncul dalam mengelola BMT Masjid
Al Azhar mencakup biaya tetap dan biaya variabel, sebagai berikut:
Tabel 4.14
Cost Structures BMT Masjid Al Azhar
No Biaya Tetap Biaya Variabel
1 Sewa kantor Listrik
2 Gaji karyawan Air
3 Transport Kolektor Brosur, formulir, buku
4 Internet Telvon
5 Pajak Fee pemotongan gaji
Sumber: Wawancara pribadi
Biaya tetap meliputi biaya sewa kantor, pembayaran gaji
karyawan, langganan internet, transport kolektor, dan biaya pajak.
99
Sedangkan biaya variabel BMT Masjid Al Azhar seperti biaya percetakan
brosur, buku catatan tabungan, formulir dan lain sebagainya.
Identifikati terhadap sembilan blok BMC Baitul Maal Wat Tamwil
setelah dilakukan wawancara adalah sebagai berikut:
Gambar 4.5
Business Model Canvas BMT Masjid Al Azhar
Sumber: Diolah peneliti
10. SWOT
Penilaian terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
BMT Masjid Al Azhar terkait strategi bisnis dilakukan wawancara kepada
Manager BMT Masjid Al Azhar dan Administrasi Umum BMT Masjid Al
Azhar. Pertanyaan yang diajukan mengacu kepada sembilan blok dasar
100
business model canvas. Dari hasil penelitian tersebut diketahui analisis
SWOT sebagai berikut:
Tabel 4. 15
Tabel Analisis SWOT BMT Masjid Al Azhar
No Aspek Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1 Custom
er
Segmen
ts
Jumlah
pelanggan
yang banyak
Tidak secara
spesifik
memisahkan
kebutuhan
segments
Pangsa pasar
yang besar
Banyaknya
lembaga
keuangan
2 Value
Preposi
tions
Fokus pada
pelayanan
Kurang
tajam dan
eksplisit
untuk
segmen
tertentu
Segmen tertentu
mempunyai
kebutuhan khas
Lebih
menariknya
pelayanan
lembaga lain
3 Channe
ls
Survei untuk
meningkatkan
layanan
Tidak
spesifik
dialamatkan
ke segmen
pelanggan
Berkembangnya
media
komunikasi
Pesaing lebih
cepat
meningkatkan
kemampuan
mengelola
channels
4 Custom
er
Relatio
nships
Memiliki
pelayanan
antar jemput
yang
memudahkan
pelanggan
Kajian tidak
terlalu
diminati
Masih banyak
potensi calon
pelanggan yang
belum
teredukasi
Pesaing
menawarkan
program yang
lebih menarik
5 Revenu
e
Streams
Bagi hasil dan
jasa
pembayaran
Hanya
didapat
ketika
dijemput
Eksistensi BMT
memungkinkan
recuirring
income
Sumber
recuirring
income
kurang
diminati
6 Key
Resourc
es
Dipercaya
mengelola
dana
Kurang
pemanfaatan
lintas unit
usaha
konsultasi
dan
Teknologi
informasi
memungkinkan
untuk
pengembangan
Peluang
untuk bekerja
di perusahaan
lain dapat
mengurangi
jumlah
101
kurangnya
jumlah
instruktur
bersertifikasi
BMT instruktur
7 Key
Activiti
es
Promosi dan
penagihan
Kurang
tersebarnya
informasi
terkait
produk
Perkembangan
teknologi
memberi
peluang untuk
meningkatkan
efektivitas
pembiayaan
Pesaing
sudah maju
lebih jauh
8 Key
Partner
s
Nama BMT
baik sehingga
dipercaya
oleh banyak
individu dan
instansi
Terbatasnya
key partners
yang
memiliki
nilai-nilai
sama dengan
BMT
Kemudahan
bekerjasama
karena saling
menguntungkan
Perusahaan
lain
menawarkan
kerjasama
yang lebih
menarik
9 Cost
Structur
es
Biaya tetap
dan biaya
variabel
Biaya
operasional
semakin
meningkat
Pemanfaatan
teknologi agar
lebih rapih
Biaya SDM
akan terus
meningkat
Sumber: Data diolah peneliti
Dalam pemilihan customer segments ternyata dengan tidak
dibaginya customer segments secara spesifik berakibat pada kurang
tajamnya value prepositions yang ditawarkan. Akibatnya perlu dilakukan
penajaman value prepositions. Dalam channels kekuatan BMT Masjid Al
Azhar adalah dengan adanya survei untuk meningkatkan layanan dan
kepercayaan pelanggan, namun demikian dengan tidak spesifiknya definisi
customer segments maka penekanan value prepositions pada segmen
tertentu masih belum dapat dilakukan.
102
Dalam membina hubungan dengan pelanggan, hadiah spesial yang
digunakan untuk berkomunikasi dan menjalin kedekatan dengan
pelanggan masih dirasa kurang. Dalam revenue streams, sumber
pendapatan utama memang cukup memadai, namun demikian semua harus
dijemput sehingga belum ada jaminan kontinuitas aliran pendapatan.
Salah satu kekuatan BMT Masjid Al Azhar adalah dipercaya oleh
masyarakat untuk mengelola dana. Selain itu, instruktur penuh dengan
keramahan dan kesopanan juga suatu kekuatan BMT Masjid Al Azhar
dalam sumber daya kunci. Namun demikian, dirasakan BMT Masjid Al
Azhar perlu meningkatkan pengetahuan dan skill yang dimiliki agar
perusahaan semakin berkembang.
Kekuatan BMT Masjid Al Azhar adalah tingginya layanan pribadi
kepada pelanggan. Aspek layanan ini sangat diperhatikan selain layanan
yang menyenangkan. Namun demikian, pesatnya perkembangan
manajemen perusahaan lain harus menjadi peluang bagi BMT untuk
mengikuti dan menginovasikan layanannya.
Kekuatan BMT Masjid Al Azhar adalah nama baik BMT sebagai
lembaga keuangan yang berbasis syariah, sehingga cukup banyak individu
dan instansi yang bekerjasama dengan BMT Masjid Al Azhar.
Penilaian terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
BMT Masjid Al Azhar terkait strategi bisnis diatas terdapat beberapa
faktor internal dan eksternal BMT Masjid Al Azhar yang dijabarkan dalam
103
empat unsur analisis SWOT. Beberapa faktor internal dan eksternal (IFAS
& EFAS) yang diidentifikasi adalah:
A. Faktor-Faktor Internal BMT Masjid Al Azhar
Analisis lingkungan internal terdiri dari kekuatan dan
kelemahan dari BMT Masjid Al Azhar. Berikut faktor-faktor kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki BMT Masjid Al Azhar Jakarta Selatan.
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan dapat digunakan perusahaan agar terus mampu
untuk bersaing dalam sebuah usaha. BMT Masjid Al Azhar
memiliki beberapa poin kekuatan yang menjadikannya tetap
mampu bersaing. Kekuatan yang dimiliki BMT Masjid Al Azhar
yaitu:
a. Lokasi yang strategis
Lokasi yang strategis merupakan salah satu kekuatan dari
BMT Masjid Al Azhar Jakarta Selatan. Lokasi ini sangat
strategis karena merupakan sentralisasi roda perekonomian
yang berdekatan dengan para UKM di Jakarta Selatan dan juga
dekat sekali dengan pasar tradisional.
Dalam business model canvas, channels adalah wadah
untuk menyampaikan value prepositions kepada customer
segments yang dituju. Agar dapat berfungsi secara optimal,
channels perlu didesain dengan mempertimbangkan aspek
efektivitas dan efisiensi. Maka keberadaan BMT Masjid Al
104
Azhar yang dekat dengan UKM dan pasar tradisional sangat
membantu, karena perusahaan mendapatkan hasil yang
maksimal dengan usaha yang minimal. BMT Masjid Al Azhar
cukup mudah dalam menyampaikan apa yang menjadi „janji‟
dan pelanggan cukup mendapatkan janji tersebut.
Channels perlu direncanakan dengan mempertimbangkan
kemampuan internal perusahaan dan juga perilaku pelanggan.
Pelanggan tidak selalu membutuhkan suatu teknologi dalam
memenuhi kebutuhannya. Banyak pelanggan yang masih
nyaman dengan menggunakan channels tradisional seperti
adanya tempat bertemu langsung.
b. Layanan konsultasi untuk pelanggan
Layanan konsultasi bagi pelanggan yang memiliki masalah
dalam melaksanakan bisnis bisa langsung berkonsultasi dengan
BMT Masjid Al Azhar. Layanan konsultasi ini menjadi value
yang ditawarkan oleh BMT Masjid Al Azhar untuk
mempertahankan pelanggan.
Ada berbagai cara bagi perusahaan untuk menjalin
hubungan dengan pelanggannya (customer relationships).
Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur menyebutnya ada
enam kategori customer relationships, yaitu: personal
assistance, dedicated personal assistance, self-service,
automated service, communities, dan co-creation. Dalam kasus
105
ini, BMT Masjid Al Azhar menggunakan kategori personal
assistance karena pelanggan dapat secara langsung
berkomunikasi dengan petugas. Selian itu juga terdapat pada
kategori dedicated personal assistance.
c. Program khusus
BMT menawarkan value berupa memberikan bingkisan
pada hari Raya Idul Fitri kepada pelanggan. Adanya pemberian
adalah sebagai bentuk kepedulian BMT Masjid Al Azhar dalam
mempertahankan pelanggan (customer relationships).
Dengan memberikan bingkisan ini, maka pelanggan merasa
diperhatikan dan akan terjalin silaturrahmi antara BMT Masjid
Al Azhar dengan pelanggan.
Keunikan, sekaligus keunggulan BMT Masjid Al Azhar
dalam menjaga hubungan dengan pelanggan adalah pada upaya
penjualan yang lebih besar. Karena segmen pelanggan yang
dibidik adalah UMKM yang membutuhkan dana suntikan
untuk bisnis mereka. Upaya yang dapat dilakukan adalah untuk
mendorong para pelanggan melakukan kunjungan sesering
mungkin ke BMT Masjid Al Azhar.
106
d. Kajian
Salah satu value yang diberikan BMT Masjid Al Azhar
adalah kajian yang diadakan khushus pelanggan. Meskipun
tidak terlalu sering, namun pertemuan kajian ini menjalin
silaturrahmi antar pelanggan dan menambah wawasan mereka.
e. Kemudahan Persyaratan
Dalam memuaskan konsumennya, BMT Masjid Al Azhar
memberikan kemudahan untuk pelanggannya. Diantara
persyaratan untuk melakukan pembiayaan di BMT Masjid Al
Azhar adalah:
1) Menyerahkan foto copy KTP/SIM, KK, surat nikah, surat
domisili, PBB, rekening listrik/telepon dan identitas lain.
2) Mengisi formulir permohonan pembiayaan
3) Menyerahkan jaminan berupa BPKB motor/mobil, surat
tanah, surat kios, dll.
f. Layanan antar jemput
Layanan antar jemput memudahkan pelanggan untuk
melakukan pembiayaan dan menabung. Ini menjadi layanan
istimewa yang diberikan oleh BMT Masjid Al Azhar kepada
pelanggannya.
g. Pelayanan cepat
Pelanggan memutuskan untuk menggunakan jasa
pembayaran dan pembiayaan di BMT Masjid Al Azhar karena
107
pelayanan yang cepat dan tidak antri lama. Ini menjadi
kekuatan BMT Al Azhar dalam menjalankan bisnisnya.
h. Azas kekeluargaan
Semua pelanggan merasa nyaman ketika berkunjung ke
kantor BMT Masjid Al Azhar walaupun hanya menggunakan
baju tidur. Ini membuktikan bahwa azas kekeluargaan yang
ditonjolkan oleh BMT Masjid Al Azhar mampu
mempertahankan pelanggan.
2. Kelemahan (weakness)
Selain memiliki kekuatan yang dapat digunakan untuk tetap
mempertahankan pelanggan dan meningkatkan kinerja perusahaan,
BMT Masjid Al Azhar juga memiliki beberapa kelemahan dalam
menjalankan perusahannya. Kelemahan yang dimiliki oleh BMT
Masjid Al Azhar sebagai berikut:
a. Kurang dalam memaksimalkan pemasaran
Promosi yang kurang maksimal merupakan salah satu
kelemahan BMT Masjid Al Azhar dalam memasarkan
produknya. Saat ini BMT Masjid Al Azhar belum secara
konsisten dalam melakukan promosi. Selain itu alat pendukung
untuk melakukan promosi masih terbilang kurang maksimal,
seperti brosur yang kurang menarik, dan kegiatan yang kurang
terlihat di media sosial.
108
Kurangnya promosi pada BMT Masjid Al azhar akan
mempengaruhi terhadap pengenalan produk yang tidak banyak
dikenal oleh orang banyak. Dalam menawarkan value kepada
pelanggan, promosi akan memunculkan kesadaran kepada
pelanggan terhadap produk yang ditawarkan oleh BMT Masjid
Al Azhar sampai terjadinya purchase hingga akhirnya berada
pada fase after sales.
b. Kurangnya permodalan dan terbatasnya akses pembiayaan
Permodalan merupakan faktor utama untuk
mengembangkan sebuah unit usaha. Pada umumnya usaha
kecil dan menengah merupakan perusahaan perorangan atau
perusahaan yang bersifat tertutup yang mengandalkan modal
dari sang pemilik yang modalnya sangat terbatas. Dalam
menjalankan aktivitasnya, ketidakcocokan pembiayaan dengan
dana kadang memicu likuiditas BMT Masjid Al Azhar.
c. Kurangnya SDM yang kompeten
Dalam meningkatkan kualitas sebuah perusahaan
diperlukan sumberdaya manusia yang berkompeten dibidang
masing-masing. Pemilihan sumberdaya manusia ini penting
untuk diperhatikan. Namun pada BMT Masjid Al Azhar saat
ini kurang dalam sumber dayanya. Berdasarkan penjelasan dari
Manajer BMT Masjid Al Azhar menyatakan bahwa banyak
109
orang yang belum tertarik untuk menjadi bagian dari BMT Al
Azhar karena infrastruktur yang kurang memadai.
d. Kredit Macet
Kendala BMT Masjid Al Azhar lainnya adalah terkait
nasabah/pelanggan. Banyak pelanggan yang mengalami
kendala dalam membayar cicilan. Potensi pembiayaan
bermasalah ini bukan karena pelanggan tidak mau membayar
cicilan namun kemampuan dalam menghadapi persoalan yang
belum bisa diselesaikan oleh pelanggan sehingga menunda
pembayaran.
Revenue streams yang didapatkan oleh BMT Masjid Al
Azhar salah satunya adalah melalui pembiayaan. Revenue
streams merupakan pembuluh nadi dari sebuah perusahaan,
maka penting bagi BMT Masjid Al Azhar untuk meningkatkan
value preposition. Dengan memberikan value yang membuat
pelanggan melakukan pembayaran maka pembayaran inilah
yang menghasilkan revenue streams.
e. Etos kerja rendah
Hal ini berkaitan dengan kualitas SDM, dimana etos
kerja personal melemah dan kurang rangsangan, untuk
meningkatkan etos kerja karyawan dapat dilakukan dengan
memberikan reward pada setiap bulan supaya karyawan
semangat dalam bekerja.
110
Tabel 4.16
Tabel IFAS
Kekuatan (strengths) Kelemahan (weakness)
a. Lokasi Strategis
b. Layanan konsultasi untuk
pelanggan
c. Program khusus & kajian
rutin
d. Kemudahan persyaratan
e. Layanan antar jemput
f. Pelayanan cepat
g. Azas kekeluargaan
a. Kurang dalam
memaksimalkan
pemasaran
b. Kurangnya permodalan
dan akses pembiayaan
c. Kurangnya SDM yang
kompeten
d. Kredit macet
e. Etos kerja rendah
Sumber: Data diolah peneliti
B. Faktor-faktor eksternal BMT Masjid Al Azhar
1. Peluang (Opportunities)
Lingkungan luar perusahaan harus diketahui agar hal-hal
yang mendukung strategi pemasaran dapat diterapkan. Peluang
merupakan salah satu aspek yang mencakup lingkungan yang dapat
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan atau
memajukan perusahaan. Adapun peluang yang dimiliki oleh BMT
Masjid Al Azhar adalah:
a. Pangsa pasar yang luas
Tidak dapat dipungkiri saat ini bahwa banyak pebisnis
yang memerlukan bantuan dana untuk mengembangkan bisnis
mereka. Tidak hanya yang memiliki perusahaan besar, namun
kalangan UMKM juga sangat membutuhkan support dari
lembaga keuangan.
111
Tidak hanya itu, BMT Masjid Al Azhar juga
mempunyai beberapa produk yang sangat membantu kalangan
menengah kebawah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan melihat letak BMT Masjid Al Azhar yang berada dekat
pasar tradisional dan perkampungan adalah sebuah peluang
untuk mengenalkan produk yang dimiliki oleh BMT Al Azhar.
b. Memaksimalkan pemasaran
Promosi yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar
yang saat ini masih kurang, untuk itu perlu ditingkatkan agar
target perusahaan dapat tercapai. Pemasaran harus lebih efektif
agar lebih banyak konsumen yang menjadi nasabah di BMT
Masjid Al Azhar.
c. Perkembangan ekonomi
BMT bergerak dalam sektor usaha mikro bertujuan
untuk memberdayakan usaha kecil menengah kebawah,
memberikan kemudahan dalam memberi pendanaan,
persyaratannya mudah dan prosesnya cepat. Hal inilah yang
menjadikan peluang para pengusaha kecil untuk
mengembangkan perekonomiannya.
d. Dipercaya mengelola dana
BMT berlandaskan pada syariah islam yaitu dengan
menerapkan sistem bagi hasil, seiring dengan perkembangan
112
BMT masyarakat mulai mengenal BMT dan mempercayakan
dananya untuk disimpan di BMT.
e. Pelatihan BMT
Dalam misi memberdayakan masyarakat menengah
kebawah, pemberdayaan yang dilakukan berupa pendidikan
dan pelatihan kemandirian, modal usaha dan pendampingan
usaha anggota BMT.
f. Potensi pasar
Produk-produk dari UKM berpotensi memasuki pasar
regional maupun internasional, karena terbatasnya informasi
dan tidak memiliki jalur terhadap pasar tersebut pada akhirnya
hanya pada pasar domestik.
2. Ancaman (threats)
Hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah dari
lingkungan eksternal perusahaan yaitu ancaman yang dihadapi
BMT Masjid Al Azhar. Ancaman tersebut dapat berasal dari apa
saja termasuk kegiatan yang dijalankan perusahaan pesaing.
Ancaman yang dihadapi oleh BMT Masjid Al Azhar adalah:
a. Gencarnya promosi dari kompetitor
Saat ini terdapat banyak BMT yang tersebar di seluruh
Indonesia, tidak terkecuali di Jakarta Selatan. Gencarnya
promosi yang dilakukan oleh BMT lain harus membuat BMT
113
Masjid Al Azhar meningkatkan promosi agar lebih kompetitif
dalam menjalankan usahanya.
b. Pihak Bank melirik sektor usaha mikro
Usaha UMKM sangat berperan dalam pemberdayaan
masyarakat. Dengan kemampuan UMKM membantu
perekonomian Indonesia adalah sebuah keniscayaan bagi
pemerintah dan lembaga keuangan dalam hal ini Bank untuk
melirik sektor usaha rakyat ini.
c. Pemahaman nasabah yang kurang mengenai konsep syariah
Di tengah kondisi masyarakat yang belum sepenuhnya
paham tentang BMT dan konsep syari‟ah membuat BMT
Masjid Al Azhar sedikit tertantang. Anggapan lembaga syariah
tidak jauh berbeda dengan konvensional serta SDM mengalami
kesulitan dalam memberikan pemahaman akan kehadiran dan
fungsi BMT beserta akad syariah yang menjadi dasar
kesepakatan.
Tabel 4.17
Tabel EFAS
Peluang
(Opportunities)
Ancaman
(Threats)
b. Pangsa pasar yang luas
c. Memaksimalkan pemasaran
d. Perkembangan ekonomi
e. Dipercaya mengelola dana
f. Pelatihan BMT
g. Potensi pasar
a. Gencarnya promosi dari
kompetitor
b. Pihak Bank melirik sektor
usaha mikro
c. Kurangnya pemahaman
nasabah terkait konsep
syariah
114
3. Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Berdasarkan peringkat (rating) dan bobot yang diberikan
terhadap evaluasi faktor internal menghasilkan sebagai berikut:
Tabel 4.18
Pembobotan Faktor Internal
No
Faktor Internal
1 2 3 Kekuatan (strength)
1 Lokasi yang strategis
2
Adanya layanan konsultasi
untuk pelanggan
3 Adanya program khusus
4 Adanya kajian rutin
5 Kemudahan persyaratan
6 Layanan antar jemput
7 Pelayanan cepat
8 Azas kekeluargaan
Kelemahan (weakness)
1
Kurang dalam memaksimalkan
pemasaran
2
Kurangnya permodalan dan
akses pembiayaan
3 Kurangnya SDM yang kompeten
4 Kredit macet
5 Etos kerja rendah
Keterangan:
1 = Kurang Penting
2 = Penting
3 = Sangat Penting
Tabel 4.19
Hasil Evaluasi Faktor Internal
Kek
u
ata
n
(Str
e
ngth
)
No
Faktor
Internal Bobot Rating Skor
115
1
Lokasi yang
strategis 0,0882 4 0,3529
2
Layanan
konsultasi
untuk
pelanggan 0,0882 3 0,2647
3
Program
khusus 0,0588 3 0,1764
4
Adanya kajian
rutin 0,0588 3 0,1764
5
Kemudahan
persyaratan 0,0882 4 0,3529
6
Layanan antar
jemput 0,0882 4 0,3529
7
Pelayanan
cepat 0,0882 4 0,3529
8
Azas
kekeluargaan 0,0588 3 0,1764
Kel
emah
an
(w
eakn
ess)
Sub Total 0,6176
2,2058
1
Kurang dalam
memaksimalka
n pemasaran 0,0882 1 0,0882
2
Kurangnya
permodalan
dan akses
pembiayaan 0,0882 2 0,1764
3
Kurangnya
SDM yang
kompeten 0,0588 2 0,11764
4 Kredit macet 0,0882 1 0,0882
5
Etos kerja
rendah 0,0588 2 0,1176
Sub total 0,3823 0,5882
TOTAL 1
2,7941
Dari perhitungan hasil evaluasi faktor internal kekuatan (S)
dan kelemahan (W) maka diperoleh nilai: Kekuatan (S) +
Kelemahan (W) = 2,7941
Keterangan:
116
Rating untuk masing-masing faktor diberikan skala nilai
dari angka 4 (empat) hingga 1 (satu), yang menunjukkan pengaruh
terhadap kondisi yang bersangkutan. Untuk pemberian rating
terhadap faktor kekuatan bersifat positif (kekuatan paling besar
diberi rating +4 sedangkan paling terkecil diberi rating +1). Untuk
pemberian rating terhadap faktor kelemahan kebalikan dari
kekuatannya yaitu ketika kelemahan sangat besar diberi rating +1
dan yang terkecil diberi rating +4.
Dari tabel diatas diketahui bahwa faktor yang paling
dominan dalam faktor IFAS terhadap aspek kekuatan adalah
kemudahan persyaratan, lokasi yang strategis dan adanya layanan
kosultasi bagi pelanggan dengan skor masing-masing adalah 0,4.
Dengan kata lain ketiga faktor ini merupakan kekuatan bagi BMT
Masjid Al Azhar dalam menjalankan bisnisnya.
4. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Berdasarkan peringkat (rating) dan bobot yang diberikan
terhadap evaluasi faktor eksternal menghasilkan sebagai berikut:
Tabel 4.20
Pembobotan Faktor Eksternal
No
Faktor Eksternal
1 2 3 Peluang (opportunities)
1 Pangsa pasar yang luas
2 Memaksimalkan pemasaran
3 Pertumbuhan ekonomi
4 Dipercaya mengelola dana
5 Pelatihan BMT
6 Potensi pasar
117
Ancaman (threats)
1
Gencarnya promosi dari
kompetitor
2
Pihak Bank melirik sektor usaha
mikro
3
Kurangnya pemahaman nasabah
terkait pemahaman syariah
Keterangan:
1 = Kurang Penting
2 = Penting
3 = Sangat Penting
Tabel 4.21
Hasil Evaluasi Faktor Eksternal
Pel
uan
g (
op
port
un
ity
) No Faktor Eksernal Bobot
Ratin
g Skor
1
Pangsa pasar yang
luas 0,13 4 0,52
2
Memaksimalkan
pemasaran 0,13 4 0,52
3 Pertumbuhan ekonomi 0,08 3 0,26
4
Dipercaya mengelola
dana 0,13 3 0,39
5 Pelatihan BMT 0,08 3 0,26
6 Potensi pasar 0,08 3 0,26
Sub Total 0,65 2,22
An
cam
an
(th
reats
)
1
Gencarnya promosi
dari kompetitor 0,13 1 0,13
2
Pihak Bank melirik
sektor mikro 0,13 2 0,26
3
Kurangnya
pemahaman nasabah
terkait pemahaman
syariah 0,08 2 0,17
Sub total 0,35 0,56
TOTAL 1 2,78
118
Dari perhitungan hasil evaluasi faktor esksternal peluang
(O) dan ancaman (T) maka diperoleh nilai: peluang (O) + ancaman
(T) = 2,22 + 0,56 = 2,78
Keterangan:
Rating untuk masing-masing faktor diberikan skala nilai
dari angka 4 (empat) hingga 1 (satu), yang menunjukkan pengaruh
terhadap kondisi yang bersangkutan. Untuk pemberian rating
terhadap faktor peluang bersifat positif (kekuatan paling besar
diberi rating +4 sedangkan paling terkecil diberi rating +1). Untuk
pemberian rating terhadap faktor ancaman kebalikan dari
peluangnya yaitu ketika ancaman sangat besar diberi rating +1 dan
yang terkecil diberi rating +4.
Dari tabel diatas diketahui bahwa faktor yang paling
dominan dalam faktor EFAS terhadap aspek peluang adalah pangsa
pasar yang luas dan memaksimalkan pemasaran dengan skor
masing-masing adalah 0,52. Dengan kata lain kedua faktor ini
merupakan peluang bagi BMT Masjid Al Azhar dalam
menjalankan bisnisnya.
5. Faktor-Faktor Pendukung BMT Masjid Al Azhar dalam
penerapan BMC
Faktor pendukung BMT Masjid Al Azhar dalam penerapan
business model canvas dapat dilihat dari kekuatan dan peluang.
119
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil kekuatan
dan peluang berupa skor berikut:
1. Kekuatan (S) : 2,2085
2. Peluang (O) : 2,2173
Kekuatan mempunyai nilai skor 2,2085 menunjukkan bahwa:
1. Lokasi yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh target
pasar atau customer segments dalam menyalurkan value
prepositions sehingga manfaat yang ditawarkan BMT Masjid
Al Azhar dapat dengan mudah dijangkau.
2. Adanya layanan konsultasi untuk pelanggan yang bermasalah
merupakan sebuah value prepositions yang ditawarkan oleh
BMT Masjid Al Azhar sehingga customer segments merasakan
kualitas berupa perasaan senang.
3. BMT Masjid Al Azhar mengadakan program khusus dengan
memberikan bingkisan setiap Hari Raya Idul Fitri adalah salah
satu cara yang dilakukan oleh BMT Masjid Al Azhar kepada
customer segments sehingga bisa menjaga hubungan baik
dengan pelanggan (customer relationships).
4. Kajian khusus customer segments yang tujuannya adalah untuk
menambah wawasan serta meningkatkan silaturrahmi antar
pelanggan dan antara BMT Masjid Al Azhar dengan
pelanggan.
120
5. Kemudahan persyaratan yang diberikan BMT Masjid Al Azhar
dalam menciptakan value prepositions menjadi daya tarik
tersendiri bagi customer segments untuk memilih berlangganan
dengan BMT Masjid Al Azhar.
6. Layanan antar jemput dengan kesibukan customer segments
dalam menjalankan usahanya merupakan value prepositions
yang sangat membantu pelanggan untuk bekerja lebih
produktif dan efisien.
7. Pelayanan cepat merupakan value prepositions lainnya yang
diberikan BMT Masjid Al Azhar dalam mengembangkan
usaha dan memberikan kepuasan kepada pelanggan.
8. Azas kekeluargaan adalah salah satu prinsip yang dipegang
oleh BMT Masjid Al Azhar sehingga customer segments tidak
malu dan tidak canggung untuk berkonsultasi dengan BMT
Masjid Al Azhar demi tercapainya tujuan bersama.
Faktor-faktor peluang mempunyai skor 2,2173 menunjukkan
bahwa:
1. Terdapat pangsa pasar yang luas
2. BMT Masjid Al Azhar berpeluang memaksimalkan pemasaran
sehingga apa yang menjadi tujuan dari BMT Masjid Al Azhar
dapat tercapai.
121
3. Pertumbuhan ekonomi menjadi peluang bagi BMT Masjid Al
Azhar dalam memaksimalkan permodalan dan akses
pembiayaan.
4. Pelatihan BMT yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan akan berdampak pada tumbuhnya BMT Masjid Al
Azhar.
5. Potensi pasar jika dilakukan dengan baik dan memanfaatkan
teknologi yang berkembang akan menjadi peluang yang akan
menguntungkan BMT Masjid Al Azhar baik tingkat nasional
maupun internasional.
G. Faktor-Faktor Penghambat BMT Masjid Al Azhar dalam penerapan
BMC
Faktor penghambat BMT Masjid Al Azhar dalam penerapan business
model canvas dapat dilihat dari kelemahan dan ancaman. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil kelemahan dan ancaman
berupa skor berikut:
1. Kelemahan (W) : 0,5882
2. Ancaman (T) : 0,5652
Faktor-faktor kelemahan mempunyai nilai 0,5882 menunjukkan
bahwa:
122
1. Kurang dalam memaksimalkan pemasaran sehingga masih ada
masyarakat yang belum mengetahui produk yang ada pada BMT
Masjid Al Azhar.
2. Kurangnya permodalan dan akses pembiayaan menjadi tantangan
tersendiri buat BMT Masjid Al Azhar dalam mempertahankan
perusahaan agar terus berjalan dengan baik.
3. Kurangnya SDM yang memiliki kemampuan dibidang tertentu
sehingga perkembangan BMT Masjid Al Azhar tidak begitu
terlihat.
4. Kredit macet customer segments kepada perusahaan jika tidak
diberikan solusi maka akan tejadi permasalahan pada BMT Masjid
Al Azhar.
5. Etos kerja SDM rendah.
Sedangkan faktor-faktor ancaman mempunyai skor 0,5652
menunjukkan bahwa:
1. Gencarnya promosi yang dilakukan kompetitor membuat customer
segments akan menuju pada lembaga keuangan lainnya.
2. Pihak Bank yang sudah memiliki kesadaran pentingnya melirik
sektor mikro saat ini adalah tantangan tersendiri bagi BMT Masjid
Al Azhar.
3. Kurangnya pemahaman dari nasabah terkait konsep syariah.
123
H. Strategi pengembangan bisnis BMT Masjid Al Azhar
Setelah menyusun tabel evaluasi faktor internal (EFI) dan evaluasi
faktor eksternal (EFE) maka tahap selanjutnya dapat diketahui strategi
BMT Masjid Al Azhar dalam perkembangan perusahaan yang dapat
dilihat dari tabel matriks SWOT dengan rumusan berdasarkan hasil
evaluasi faktor internal (EFI) dan evaluasi faktor eksternal (EFE) sebagai
berikut:
Tabel 4.22
Hasil Matriks SWOT
EFI
EFE
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Peluang (O) Stratgei SO
SO = 2,2058 + 2,2173
SO = 4,4232
Strategi WO
WO = 0,5882 +
2,2173
WO = 2,8056
Ancaman (T) Strategi ST
ST = 2,2058 + 0,5652
ST = 2,7110
Strategi WT
WT = 0,5882 +
0,5652
WT = 1,1534
Sumber: Data diolah peneliti
Dari hitungan matriks diatas, dapat dilihat strategi yang harus
dipakai oleh BMT Masjid Al Azhar dalam mengembangkan usahanya.
Dalam hal ini hasil tertinggi yang diraih adalah SO dengan nilai 4,4232.
Artinya BMT Masjid Al Azhar harus memnfaatkan kekuatan (S) internal
124
dan mengambil peluang (O) agar tujuan yang dicapai perusahaan tercapai
dan perusahaan berkembang dari masa ke masa.
Tabel 4.23
Tabel Diagram Matriks Analisis SWOT BMT Masjid Al Azhar
IFAS
EFAS
Kekuatan (Strengths)
1. Lokasi yang strategis
2. Layanan konsultasi
untuk pelanggan
3. Program khusus
4. Kajian rutin
5. Kemudahan
persyaratan
6. Layanan antar jemput
7. Pelayanan cepat
8. Azas kekeluargaan
Kelemahan (Weakness)
1. Kurang dalam
memaksimalkan
pemasaran
2. Kurangnya
permodalan dan akses
pembiayaan
3. Kurangnya SDM
yang kompeten
4. Kredit macet
5. Etos kerja rendah
6.
Peluang (Opportunities)
1. Pangsa pasar yang
luas
2. Memaksimalkan
pemasaran
3. Pertumbuhan
ekonomi
4. Dipercaya mengelola
dana
5. Pelatihan BMT
6. Potensi pasar
Strategi 1
SO
1. Meningkatkan
fasilitas layanan
konsultasi sebagai
value prepositions
agar hubungan
dengan pelanggan
terjaga (customer
relationships)
2. Program khusus bisa
menjadi
penyemangat tertentu
bagi customer
segments agar terjalin
silaturahmi yang
berdampak pada
kesetiaan (customer
relationships)
3. Kajian rutin
mendorong customer
segments untuk
mengembangkan
wawasannya.
4. Kemudahan
Strategi 2
WO
1. Maksimalkan
pemasaran dengan
memanfaatkan
teknologi
2. Maksimalkan
jalannya perusahaan
untuk mendapatkan
portofolio yang baik
untuk mendapatkan
permodalan.
3. Memberikan training
dan pelatihan di
bidang masing-
masing pada SDM
4. Memberikan value
prepositions yang
lebih banyak agar
customer segments
semangat membayar
dan melakukan
pembiayaan
5. Miliki SOP dan key
125
persyaratan
merupakan faktor
pendorong customer
segments untuk
berlangganan.
5. Layanan antar jemput
merupakan fasilitas
yang sangat
menguntungkan
customer segments
ketika sibuk
menjalani bisnisnya.
6. Pelayanan cepat
dijadikan alasan
mengapa customer
segments memilih
berlangganan dengan
BMT daripada
lembaga lain.
7. Azas kekeluargaan
adalah faktor penting
yang dijaga
perusahaan dalam
melayani pelanggan.
activities yang jelas
pada setiap divisi
yang ada.
Ancaman (Threats)
1. Gencarnya promosi
dari kompetitor
2. Pihak Bank melirik
sektor mikro
3. Kurangnya
pemahaman
nasabah terkait
konsep syariah
Strategi 3
ST
1. Berikan value
preposition yang
lebih dan tambahkan
customer segments
yang pas kepada
pelanggan.
2. Berikan pemahaman
dengan penawaran
dan cara yang baik
Strategi 4
WT
1. Memberikan
margin yang
kompetitif
2. Tambah value
sehingga
mendapatkan
kepercayaan dari
investor.
3. Menambah
wawasan dengan
komunikasi yang
sering.
Sumber: Data diolah peneliti
126
Gambar 4. 6
Peta SWOT
Opportunity (O)
Kuadran III (-,+) Ubah Strategi
Key Resources, Key Activities.
1. Maksimalkan pemasaran dengan
memanfaatkan teknologi
2. Maksimalkan jalannya perusahaan
untuk mendapatkan portofolio
yang baik untuk mendapatkan
permodalan.
3. Memberikan training dan pelatihan
di bidang masing-masing pada
SDM
4. Memberikan value prepositions
yang lebih banyak agar customer
segments semangat membayar dan
melakukan pembiayaan
5. Miliki SOP dan key activities yang
jelas pada setiap divisi yang ada.
Weakness (W)
Kuadran I (+,+) Progresif
Value Preposotions, Customer
Relationships,
1. Meningkatkan fasilitas layanan
konsultasi, program khusus, kajian
rutin, layanan antar jemput,
kemudahan persyaratan, menjaga
azas kekeluargaan dan pelayanan
yang cepat sebagai value
prepositions yang ditawarkan BMT
Masjid Al Azhar agar hubungan
dengan pelanggan terjaga (customer
relationships)
Strengths (S)
Kuadran IV (-,-) Strategi Bertahan
Channels, Key Partners, Cost
Structures
1. Memberikan margin yang
kompetitif
2. Tambah value sehingga
mendapatkan kepercayaan dari
investor.
3. Menambah wawasan dengan
komunikasi yang sering.
Kuadran II (+,-) Diversifikasi
Strategi
Customer Segments, Revenue Streams
1. Berikan value preposition yang
lebih dan tambahkan customer
segments yang pas kepada
pelanggan.
2. Berikan pemahaman dengan
penawaran dan cara yang baik
Threats (T)
Sumber: Data diolah peneliti
127
Dengan hasil ini maka dapat diketahui empat strategi yang
terangkum dalam matriks SWOT yang dapat dijadikan pertimbangan
perusahaan untuk diterapkan. Strategi tersebut adalah strengths
opportunities (SO), strengths threats (ST), weakness opportunities (WO),
weakness threaths (WT). Berdasarkan keterangan tabel matrik SWOT
diatas diketahui strategis yang tepat untuk dilaksanakan oleh BMT Masjid
Al Azhar adalah sebagai berikut:
1. Strategi strengths opportunities (SO)
Sesuai yang dikemukakan rangkuti (2006), Strategi SO
merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk memanfaatkan dan merebut peluang sebesar-
besarnya. Dalam hal ini BMT Masjid Al Azhar berusaha menggunakan
kekuatan yang dimilikinya untuk memanfaatkan peluangnya. Berikut
ini rekomendasi strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk
diterapkan oleh BMT Masjid Al Azhar yaitu mengintensifkan promosi
pada pasar, meningkatkan fasilitas layanan konsultasi, program khusus,
kajian rutin, layanan antar jemput, kemudahan persyaratan, menjaga
azas kekeluargaan dan pelayanan yang cepat sebagai value prepositions
yang ditawarkan BMT Masjid Al Azhar agar hubungan dengan
pelanggan terjaga (customer relationships)
2. Strategi strength threat (ST)
Rangkuti (2006) menyatakan bahwa strategi dalam
menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
128
ancaman. Dalam hal ini BMT Masjid Al Azhar berusaha memanfaatkan
kekuatan untuk mengatasi ancaman. Berikut rekomendasi strategi yang
dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan oleh BMT Masjid Al
Azhar yaitu dengan memberikan value prepositions yang lebih dan
tambahkan customer segments yang pas kepada pelanggan serta
memberikan pemahaman dengan penawaran dan cara yang baik.
3. Strategi weakness opportunity (WO)
Rangkuti (2006) menyatakan bahwa strategi ini diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada. BMT Masjid Al Azhar harus memanfaatkan
peluang untuk menutupi kelemahan yang dimiliki. Berikut ini
rekomendasi strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk
diterapkan oleh BMT Masjid Al Azhar, yaitu memaksimalkan
pemasaran dengan memanfaatkan teknologi, memaksimalkan jalannya
perusahaan untuk mendapatkan portofolio yang baik untuk
mendapatkan permodalan, memberikan training dan pelatihan di bidang
masing-masing pada SDM, memberikan value prepositions yang lebih
banyak agar customer segments semangat membayar dan melakukan
pembiayaan serta miliki SOP dan key activities yang jelas pada setiap
divisi yang ada.
4. Strategi weakness threat (WT)
Rangkuti (2006) menyatakan bahwa strategi ini berdasarkan
kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan
129
kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi yang dapat
digunakan BMT Masjid Al Azhar adalah dengan memberikan margin
yang kompetitif namun tetap menguntungkan perusahaan, menambah
value sehingga mendapatkan kepercayaan dari investor. Menambah
wawasan dengan komunikasi yang sering.
I. Pembahasan
BMT Masjid Al Azhar secara tidak langsung sudah menerapkan
konsep business model canvas dalam melaksanakan bisnisnya ditandakan
dengan adanya sembilan blok business model canvas yaitu customer
relationships (hubungan pelanggan), key Partners (kemitraan utama),
value prepositions (proporsi nilai), customer segments (segmen
pelanggan), channels (saluran), revenue streams (arus pendapatan), key
recources (sumber daya utama), key activities (aktivitas kunci) dan cost
structures (struktur biaya).
Hal ini menguatkan kembali pada penelitian yang terdahulu yang
berjudul “Analisis Strategi Penghimpunan Zakat Dengan Pendekatan
Business Model Canvas” yang menyatakan bahwa strategi penghimpunan
zakat dengan BMC dapat dijabarkan di sembilan blok yaitu pada customer
relationships (hubungan pelanggan), key partners (kemitraan utama),
value prepositions (proporsi nilai), customer segments (segmen
pelanggan), channels (saluran), revenue streams (Arus Pendapatan), key
recources (sumber daya utama), key activities (aktivitas kunci) dan cost
structures (struktur biaya).
130
Faktor-faktor pendukung BMT Masjid Al Azhar dalam penerapan
business model canvas dapat dilihat dari kekuatan dan peluang. Dengan
masing-masing skor 2,2085 untuk kekuatan dan 2,2173 untuk peluang.
Pada BAZNAS memiliki masing-masing skor yaitu 1,80 dan 1,9
menunjukkan bahwa BAZNAS memiliki kekuatan yang relatif lebih
unggul dibandingkan kelemahan yang skornya adalah 0,75. Sedangkan
peluang yang dihadapi besar daripada ancaman yaitu dengan skor 0,8.
Adapun kekuatan yang menjadi faktor pendukung yang dimiliki
oleh BAZNAS adalah tingkat perpindahan muzakki ke OPZ yang lain
rendah yang merupakan kekuatan dari sisi customer segments. Bahkan
terlihat jumlah muzakki yang terus bertambah dan muzakki lama pun
banyak membayarkan zakat dengan jumlah nominal yang relative
bertambah. Selain itu kepuasan muzakki terhadap layanan BAZNAS
tinggi. Dimana ini merupakan kekuatan dari value preposition yang
dibuktikan dengan rendahnya keluhan yang disampaikan oleh muzakki.
Kekuatan channels yang dimiliki BAZNAS adalah dalam bentuk upaya
silaturrahmi dengan muzakki melalui media online. Hal lain yang menjadi
kelebihan adalah dari segi revenue streams bahwa dana yang masuk pada
BAZNAS adalah dana amanah.
Sedangkan kelemahannya adalah konter zakat yang masih terbatas.
Ini dapat dilihat dari sisi channels dimana muzakki merasa kesulitan
membayar zakat di konter terdekat. Pada customer relationships yaitu
hubungan dengan muzakki hanya sebatas antar dan jemput. BAZNAS
131
belum dapat memaksimalkan kerjasama dengan instansi dan lembaga
pemerintah. Kurangnya pengetahuan tentang fiqh zakat dan manajemen
zakat yang dimiliki oleh tenaga amil.
Dari penelitian ini juga ditemukan strategi penghimpunan zakat,
diantaranya adalah: peningkatan kerjasama dengan berbagai instansi
termasuk instansi pemerintah; menambah frekuensi sosialisasi melalui
pelaksanaan seminar dan workshop zakat; memberikan beasiswa kepada
mahasiswa di program studi zakat; menjaring muzakki dari kalangan
petani; menambah lokasi konter zakat di beberapa lokasi strategis;
mengembangkan sistem ICT dalam pengelolaan zakat; serta
mengoptimalkan pemfungsian NPWZ. (Dian dan Firdaus, 2017).
Temuan penelitian ini memperkuat hasil penelitian Dian dan
Firdaus namun terdapat perbedaan yang terletak pada faktor pendukung
dan faktor penghambat, dimana peneliti menambahkan faktor pendukung
dan faktor penghambat pada BMT Masjid Al Azhar dalam menerapkan
business model canvas, selain juga melakukan analisis SWOT, IFAS dan
EFAS.
Hasil dari penelitian lain yang berjudul “Penerapan Business Model
Canvas Untuk Menciptakan alternatif Strategi Bisnis Dalam
Pengembangan Usaha Kegiatan Mikro Kecil dan Menengah” studi kasus
pada UMKM home industry tempe di Kota Bandar Lampung ditemukan
bahwa perusahaan juga menggunakan business model canvas dalam
132
aktivitas usaha yang dijalankan. Dari hasil penelitian ini juga ditemukan
alternatif strategi bisnis yang tepat untuk dijalankan oleh home industry
tempe agar mampu mengembangkan usahanya berdasarkan analisis
SWOT yaitu SO. Strategi SO merupakan alternatif strategi yang paling
tepat karena mendorong strategi yang agresif untuk mengembangkan
usaha dan strategi SO mampu memanfaatkan seluruh kekuatan yang ada
dalam usaha home industry tempe untuk merebut dan memanfaatkan
peluang yang ada. Berikut beberapa rumusan SO yaitu mencari segmen
pelanggan baru yang potensial, membuka cabang, meningkatkan proses
distribusi, meningkatkan akses permodalan, meningkatkan teknologi
produksi tempe, dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada konsumen.
(Prasetyo, 2015)
Penelitian di atas menggunakan analisis SWOT saja tanpa
menggunakan IFAS dan EFAS. Pada penelitian yang dilakukan peneliti
selain menggunakan SWOT juga mengunakan IFAS dan EFAS dalam
menentukan faktor pendukung dan faktor penghambat BMT Masjid Al
Azhar dalam analisis business model canvas.
133
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari yang telah dilakukan
terhadap analisis bisnis model dengan pendekatan business model canvas
terhadap Baitul Maal Wat Tamwil Masjid Al Azhar Jakarta Selatan
menunjukkan bahwa hasil penelitian yang telah dijelaskan dan diuji pada
bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. BMT Masjid Al Azhar secara tidak langsung sudah menerapkan
konsep business model canvas dalam melaksanakan bisnisnya ditandai
dengan adanya sembilan blok business mdel canvas yaitu:
a. Customer Segments BMT Masjid Al Azhar adalah UMKM,
karyawan/pegawai, mahasiswa dan anak sekolah yang ingin
menabung. Dimana persentase paling terbanyak terdapat pada
segmen UMKM.
b. Value Prepositions BMT Masjid Al Azhar adalah azas
kekeluargaan, produk yang beragam, kemudahan persyaratan yang
diberikan dan layanan antar jemput.
c. Channels BMT Masjid Al Azhar adalah kantor, media sosial
(facebok, instagram, web, twitter), brosur, kalender, word of mouth.
Saat ini tools yang mengantarkan value kepada pelanggan adalah
kantor yang dimiliki oleh BMT Masjid Al Azhar.
134
d. Customer Relationships BMT Masjid Al Azhar adalah personal
assistance, dedicated personal assistance, dan memberikan
bingkisan yang dilakukan setahun sekali.
e. Revenue Streams BMT Masjid Al Azhar adalah dari produk
pembiayaan, jasa pembayaran dan property.
f. Key Resources BMT Masjid Al Azhar terdiri dari SDM, internet, IT
sistem dan fasilitas pendukung.
g. Key Activities BMT Masjid Al Azhar adalah melakukan pelayanan
kepada pelanggan, melakukan aktivitas pemasaran, survei,
menerima nasabah dan melakukan penagihan kepada pelanggan.
h. Key Partners BMT Masjid Al Azhar adalah perbankan (Bank
Syariah Permata, Bank Syariah Mandiri), Asuransi Asyqi dan
Sekolah Nur Alfikri Depok.
i. Cost Structures BMT Masjid Al Azhar terdiri dari fixed cost dan
variable cost. Biaya tetap terdiri dari sewa kantor, gaji karyawan,
transport kolektor, dan pajak. Sedangkan biaya variabel terdiri dari
pembayaran air, listirk, telvon, fee pemotongan gaji, biaya cetak
brosur, formulir dan buku tabungan.
2. Faktor-faktor pendukung BMT Masjid Al Azhar BMT dalam
penerapan business model canvas dapat dilihat dari kekuatan dan
peluang. Dengan masing-masing skor 2,2085 untuk kekuatan dan
2,2173 untuk peluang. Adapun kekuatan yang dimiliki oleh BMT
Masjid Al Azhar adalah lokasi yang strategis, layanan konsultasi
135
untuk pelanggan, program khusus, kajian rutin, kemudahan
persyaratan, layanan antar jemput, pelayanan cepat, dan azas
kekeluargaan. Sedangkan peluang yang dimiliki oleh BMT Masjid Al
Azhar adalah pangsa pasar yang luas, memaksimalkan pemasaran,
perkembangan ekonomi, dipercaya mengelola dana, pelatihan BMT,
dan potensi pasar.
3. Faktor-faktor penghambat BMT Masjid Al Azhar dalam penerapan
business model canvas dapat dilihat dari kelemahan dan ancaman.
Dengan masing-masing skor 0,5882 untuk kelemahan dan 0,5652
untuk ancaman. Adapun kelemahan yang dimiliki oleh BMT Masjid
Al Azhar adalah kurang maksimalnya pemasaran, kurang permodalan
dan akses pembiayaan, SDM yang kurang kompeten dibidangnya,
kredit macet dan etos kerja rendah. Sedangkan ancaman yang dimiliki
oleh BMT Masjid Al Azhar adalah gencarnya promosi dari kompetitor,
pihak Bank melirik sektor usaha mikro, dan kurangnya pemahaman
nasabah terkait konsep syariah.
4. Strategi yang dapat digunakan oleh BMT Masjid Al Azhar
berdasarkan matriks SWOT yaitu:
a. Strategi SO
yaitu mengintensifkan promosi pada pasar, meningkatkan
fasilitas layanan konsultasi, program khusus, kajian rutin, layanan
antar jemput, kemudahan persyaratan, menjaga azas kekeluargaan
dan pelayanan yang cepat sebagai value prepositions yang
136
ditawarkan BMT Masjid Al Azhar agar hubungan dengan
pelanggan terjaga (customer relationships).
b. Strategi ST
yaitu dengan memberikan value preposition yang lebih dan
tambahkan customer segments yang pas kepada pelanggan serta
memberikan pemahaman dengan penawaran dan cara yang baik.
c. Strategi WO
Yaitu memaksimalkan pemasaran dengan memanfaatkan
teknologi, memaksimalkan jalannya perusahaan untuk
mendapatkan portofolio yang baik untuk mendapatkan permodalan,
memberikan training dan pelatihan di bidang masing-masing pada
SDM, memberikan value prepositions yang lebih banyak agar
customer segments semangat membayar dan melakukan
pembiayaan serta miliki SOP dan key activities yang jelas pada
setiap divisi yang ada.
d. Strategi WT
Yaitu dengan memberikan margin yang kompetitif namun
tetap menguntungkan perusahaan, menambah value sehingga
mendapatkan kepercayaan dari investor. Menambah wawasan
dengan komunikasi yang sering.
137
B. Saran
Berdasakan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis
hendak menyampaikan saran yang diharapkan dapat membantu dan
bermanfaat, diantaranya:
1. BMT Masjid Al Azhar harus meningkatkan berbagai aspek dari
Sembilan blok business model canvas, diantaranya:
a. Customer segments yang lebih dipertajam. Sehingga benar-
benar terbidik pelanggan yang tepat.
b. Value prepositions pada BMT masjid Al Azhar lebih
ditingkatkan. Seperti pemberian promo atau hadiah saat
mendaftar di hari tertentu. Bebas biaya administrasi dengan
pembiayaan tertentu. Sehingga customer segments yang
dibidik pada awalnya tidak ingin melakukan pembiayaan
menjadi ingin dan berlangganan.
c. Channels BMT Masjid Al Azhar harus memanfaatkan
media sosial dengan maksimal, agar segala produk dengan
value yang ditawarkan dapat sampai kepada masyarakat
yang lebih luas. Mendesain katalog produk agar lebih
menarik. Percetakan brosur yang lebih berwarna dan
menarik untuk dilihat.
d. Customer relationships pada BMT Masjid Al Azhar mampu
bersaing dengan perusahaan lain sehingga dapat menjaga
pelanggan setia dan mampu mendapatkan pelanggan baru.
138
Dengan memanfaatkan media sosial untuk mendapatkan
pelanggan baru, dan meningkatkan layanan kepada
pelanggan lama.
e. Revenue streams BMT Masjid Al Azhar bisa datang tanpa
melakukan penjemputan. Ini bisa dilakukan dengan
menambah value pada elemen lain. Misalnya pada value
prepositions yaitu memberikan gift kepada pelanggan yang
melakukan pembiayaan ke kantor dalam periode tertentu.
Namun terkait gift ini harus diperhitungkan dengan baik
agar perusahaan tetap untung.
f. Key Resources yang terkait dengan SDM diberikan
pelatihan khusus misalnya terkait marketing. Sehingga
pemasaran dapat dilakukan lebih maksimal oleh perusahaan
sehingga tujuan dari BMT Masjid Al Azhar dapat tercapai.
g. Key activites ditingkatkan pada elemen channels.
h. Key Partners pada BMT Masjid Al Azhar menawarkan
kerjasama yang lebih menarik, sehingga lebih
menguntungkan antar perusahaan dan kerjasama yang
berkelanjutan.
i. Cost strutures pada BMT Masjid dapat efisien dengan
memanfaatkan teknologi supaya lebih rapih.
2. Faktor-faktor pendukung BMT Masjid Al Azhar BMT dalam
penerapan business model canvas dapat dilihat dari kekuatan dan
139
peluang. Kekuatan yang sudah ada pada BMT Masjid Al Azhar
ditingkatkan pelayanannya dan menjadikan peluang sebagai
momentum perubahan perusahaan.
3. Faktor-faktor penghambat BMT Masjid Al Azhar dalam penerapan
business model canvas dapat dijadikan peluang ke arah perbaikan
dengan menerapkan saran pada poin satu.
4. BMT Masjid Al Azhar diharapkan melakukan eksekusi dari
strategi perusahaan dengan memanfaatkan kelebihan dan peluang
yang dimiliki perusahaan. Yaitu dengan mengintensifkan promo
pada pasar, memperluas pemasaran dengan media sosial, menjaga
kualitas produk yang ditawarkan, menggunakan media promosi
yang menarik minat konsumen, menawarkan margin yang
kompetitif namun tidak merugikan perusahaan.
140
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alexander Osterwalder and Yves Pigneur. 2010. Business Model Generation.
Jakarta: Kompas Gramedia
Alma, Buchari (1994) Ajaran Islam dalam Bisnis. Bandung: Alfabeta
Anoraga, Panji. 1997. Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik.
Jakarta: Rineka Cipta
David, Fred R. 2006. Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat
Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya
Jusmaliani. 2008. Bisnis Berbasis Syariah. Jakarta: Bumi Aksara
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Indeks
Langely. 1998. The Roles of Formal Strategic Planning, Long Rang Planning,
terj. Agus maulana, Manajemen Strategi Jilid 1. Tangerang: Binarupa
Aksara
Moleong. 2005. Metodologi Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakrya
Neuman. 2006. Methode kualitatif. Jakarta: Obor
Osterwalder, Alexander. 2004 “The Business Model Ontology – A Proposition In
A Design Science Approach. Disertasi, University of Lausanne,
Switzerland
141
Pearce II, John A., dan Robinson, Richard B. terj. Agus Maulana, Ir, M.S.M.
1998. Manajemen Strategi Jilid 1. Tangerang: Binarupa Aksara
Purhantara. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitaif Untuk Bisnis. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Purnomo, Setiawan Hari. 1996. Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Rangkuti, Freddy. 2006. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan
Pelanggan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT Gramedia
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Integrated Marketing Communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan Kombinasi.
Bandung: Alfabeta
142
Subandi, Bambang. 2000. Business Sebagai Strategi Islam. Surabaya: Paramedia
Jurnal
Elfa Murdiana (2016). “Menggagas Payung Hukum Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT) Sebagai Koperasi Syariah Dalam Bingkai IUS Constituendum”.
Jurnal Penelitian, Vol. 10, hal. 279
Hartatik dan Teguh Baroto (2017). “Strategi Pengembangan Bisnis Dengan
Metode Business Model Canvas”. Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, hal. 113
Isma Ilmi Hayati Ginting (2014). “Analisis Strategi Pengembangan BMT di Kota
Medan” Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 2, hal. 673
Nourma Dewi (2017). “Regulasi Keberadaan baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Dalam Sistem Perekonomian di Indonesia”. Jurnal Hukum, Vol. 11. Hal.
96
Yuli Rahmini Suci (2017). “Perkembangan UMKM di Indonesia”. Jurnal Ilmiah
Cano Ekonomos, Vol. 6 No. 1, hal. 51
Website
Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Januari 2019, Laporan diakses tanggal 20
Mei 2019, dari www.bps.or.id
Business Model Canvas, Laporan diakses tanggal 25 Mei 2019, dari
143
www.galinesia.com
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Bapak Syamsul Bahri, Jakarta Selatan, Jum‟at,
18 Juli 2019
Wawancara pribadi dengan Ibu Risna Megayanti, Jakarta Selatan, Jum‟at 11
Oktober 2019
144
LAMPIRAN-LAMPIRAN
145
Lampiran 1: Wawancara
1. Customer Segment
a. Siapakah segmen pasar BMT?
“Kalo untuk segmen pasar karena BMT ini adalah simpan pinjam
maka sebenarnya seluruh segmen masuk hanya saja kebanyakan yang
dijalankan oleh BMT ataupun keterikatan yang kuat dengan BMT
segmennya adalah mikro kecil dan menengah”.
b. Adakah batasan usia bagi pelanggan?
“Kalo kita range rata-rata usia sekitar umur 25 tahun sampai 50
tahunan. Ini adalah usia yang dominan atau yang sering berinteraksi
dengan BMT. Mahasiswa boleh ikut bahkan anak-anakpun juga ada”
c. Apakah anggota/UKM dikelompokkan dari daerah-daerah
tertentu?
“Sebenarnya bebas, hanya saja keterbatasan kemampuan BMT yang
membatasi lingkup kerjanya. Kalo untuk BMT Al Azhar range-nya
mungkin sekitaran pasar minggu. Yang paling jauh itu mungkin
antara Lebak Bulus, Mampang, Depok. Karena kemampuan kita yang
terbatas.”
d. Antara laki-laki dan permpuan mana customer segments yang paling
banyak menjadi pelanggan di BMT Masjid Al Azhar ini?
“Perempuan 70%, 30% nya laki-laki”
e. Apa latar belakang dari customer segments?
“Yang paling banyak adalah yang berdagang. Ada yang suaminya
kerja, istrinya usaha. Ada juga karyawan, mahasiswa juga anak
sekolah kalo ingin menabung”.
146
f. Dalam pemilihan customer segments biasanya rentang gaji berapa bu?
“hmm. Rata-rata 3 – 5 juta sih”
g. Berapa jumlah customer segments yang aktif saat ini?
“Total semua lebih dari 800 orang”.
2. Value Prepositions
a. Keunggulan apa yang BMT berikan kepada pelanggan dan apa
yang membuat pelanggan untuk bertahan?
“Pertama kita azasnya kekeluargaan. Ini yang kita utamakan. Karena
persaingan BMT ini adalah perbankan atau lembaga besar yang
lainnya. Nah kalo BMT kan tidak mempunyai resources yang sebesar
perbankan dan multifinance. Maka azas mempertahankan pelanggan
adalah azas kekeluargaan tadi. Yang lainnya adalah mempercepat
layanan kita.”
b. Apa yang membedakan BMT masjid Al Azhar dengan lembaga
lain dari segi produk atau jasa yang ditawarkan?
“Kalo untuk produk sama ya, jadi tidak ada yang signifikan benar-
benar berbeda ga ada”.
c. Apa alasan nasabah untuk menjadi anggota dari BMT?
“Pelayanan dan prosesnya cepat. Baik dia mau melakukan proses
menyimpan atau penarikan atau berinteraksi untuk pembiayaan maka
kita berikan layanan cepat”.
d. Apakah ada layanan khusus bagi pelanggan tertentu? Layanan apa
dan kriteria pelanggannya seperti apa?
147
“Tidak ada, umum saja”.
e. Strategi apa yang harus dilakukan BMT dalam menarik minat
masyarakat untuk bergabung?
“Yang pertama adalah layanan. Yang kedua adalah dari sisi sosial
atau kepedualiannya. Seperti charity-nya BMT. Karna dari sisi yang
lainnya kita tidak mampu untuk bersaing dengan yang besar. Pertama
kita membuka mata masyarakat aja bahwa keuntungan yang kita
dapat kita salurkan lagi ke orang-orang yang membutuhkan atau
kepada orang-orang yang tidak mampu. Dari situ mereka merasa lebih
baik berinteraksi dengan BMT karena toh akhirnya saudara-saudara
mereka yang tidak mampu yang terbantu. Kalo yang besar-besar kan
tidak, mereka tidak lihat dari sisi ini, kalo kita sosialnya juga kita
utamakan.”
3. Channels
a. Bagaimana BMT mempromosikan produknya?
“Pertama kita mengadakan sosialisasi ke pengajian-pengajian, baik di
masjid kita maupun kita membantu beberapa event-event di masjid-
masjid lain. Di materi tersebut kita selingi dengan pengetahuan
tentang BMT. Dan kita juga bekerjasama dengan tokoh-tokoh
masyarakat yang memang punya kapasitas untuk menyampaikan ilmu
agama maka kita akan sampaikan juga. Pengajian yang dilakukan di
masjid kita rutin, seminggu sekali. Namun di tempat-tempat lain tidak
rutin tergantung event-event yang dilakukan. Jika di daerah tersebut
belum pernah di adakan kajian dan kita bisa masuk, maka kita juga
support.”
148
b. Bagaimana strategi BMT dalam memasarkan produk agar
diketahui masyarakat?
“Sama dengan penjelasan sebelumnya”
c. Apakah BMT membuka konter khusus untuk mempromosikan
produk?
“Belum ada. Rencana kedepan paling dalam 2 tahun terakhir ini
ekonominya sedang kurang baik, saat ini kita memperkuat anggota
dulu, jadi kita tidak melakukan ekspansi keluar, kita hanya
memperkuat usaha-usaha anggota, otomatis juga memperbaiki kinerja
kita di dalam”.
d. Apakah BMT mempunyai aplikasi khusus pelanggan?
“Iya, punya. Namun sekarang aplikasinya dalam tahap implementasi
dan belum launching. Kita sudah membuat aplikasi android namun
belum di launching, dan insyaaAllah akan di launching tahun ini.
Karena kita bertahap, pertama kita perbaiki internal insyaaAllah kita
targetkan di awal agustus 2019 ini selesai setelah internal dan
keuangan sudah terintegrasi baru kita masuk ke collection. Setelah itu
baru masuk ke seluruh anggota. Mungkin pada bulan September
paling lambat atau akhir tahun insyaaAllah kita sudah launching ke
anggota. Aplikasinya by android.
e. Apakah BMT membuat iklan online atau media lain untuk
menawarkan poduk?
“Iya. Dengan mencetak brosur dan media online seperti
facebook dan website”.
149
f. Apakah perusahaan memiliki karyawan sebagai marketing?
“Ada, staff yang dilapangan. Jadi marketing ini kita mix, dia keluar itu
untuk mengambil angsuran. Terus juga memarketingkan, jadi dia
bawa brosur. Jadi sebenarnya mereka di target, yaitu untuk yang baru
ada nilai nilai tertentu yang harus mereka capai di setiap bulan.”
4. Customer Relationships
a. Apakah ada program khusus untuk menjaga hubungan antara
BMT dengan pelanggan? Apa saja?
“Kita biasanya ada silaturrahmi dalam bentuk bingkisan, kita
biasanya memberikan paket parcel saat lebaran kepada pelanggan
sebagai salah satu bentuk menjaga hubungan dan membentuk
kepercayaan dengan pelanggan. Dulu kita pernah adakan pengajian
khusus anggota, kita kumpul dan sharing untuk silaturrahmi dan di
situ kita berikan ilmu baik tentang ke BMT-an maupun cara
mengelola bisnis. Kita juga ada penawaran-penawaran kerjasama
dan ini biasanya kita sampaikan di forum pengajian itu”.
b. Apakah ada layanan istimewa bagi pelanggan yang setia?
“Ada 2 yaitu yang rutin melakukan pinjaman maka kita kasih
spesial margin, lebih kita kecilkan dan tidak seperti yang lain. Ini
untuk yang rutinitas minjam, misalnya 10 kali”.
c. Apakah BMT memiliki data lengkap pelanggan?
“Punya”.
d. Apakah data tersebut selalu diperbaharui?
“Diperbaharui ketika mereka melakukan transaksi karena
dilakukan by system”.
150
5. Key Activities
a. Apakah aktivitas utama yang dilakukan BMT?
“Mejalankan bisnis inti yaitu simpan pinjam, yang kedua
memberdayakan masyarakat umum secara luas”.
b. Bagaimana upaya BMT untuk meningkatkan sumberdaya
karyawan?
“Pertama kita ada rutin melakukan pelatihan, kemudian ada brieving
mingguan, ada juga peningkatan jenjang karir seperti uji kompetensi
dari LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi). Seperti teller, dia di sertifikasi
kemampuannya”.
6. Key Partnerships
a. Siapa saja pihak yang menjadi mitra BMT?
“Sekolah Dasar, perbankan, asuransi dan beberapa perusahaan lain
misal yang bergerak dibidang komputer atau dibidang jasa juga ada.
Melakukan pengadaan barang, seperti peremajaan kursi, pendaanaan,
seperti pemodalan dan penempatan dana, juga pelatihan.”
b. Seberapa manfaat yang diterima BMT dari kerja sama dengan
mitra?
“Meningkatkan produktivias dari usaha, karena saling memenuhi
kebutuhan”.
7. Cost Structures
a. Apa saja yang menjadi biaya dari BMT?
“Gaji dan operasional seperti listrik, telvon, sewa tempat dan bayar
pajak setiap bulan”.
151
b. Berapa % biaya yang digunakan untuk gaji karyawan, listrik, air,
dan operasional lainnya?
“Pendapatan kita akan dibagikan dulu ke penabung. Total
keseluruhan mungkin sekitar 60% digunakan untuk operasinal”.
c. Berapa besar dana yang diterima BMT pada tiap tahunnya?
“Rata-rata perputaran perbulan minimal 500 juta”.
8. Revenue Streams
a. Dari mana saja sumber pendapatan yang di dapatkan oleh BMT?
“Dari core bisnis yaitu pembiayaan ke anggota, kemudian fee atas
transaksi yang dilakukan anggota seperti bayar listrik, telvon, dan
pendapatan lain-lain seperti penjualan aset”.
b. Berapa aset BMT Al Azhar saat ini?
“14 miliyar”.
9. Key Resources
a. Apakah aset yang dimiliki BMT dalam bentuk wujud fisik? Apa
saja?
“Kendaraan seperti mobil, motor, gedung, peralatan penunjang yang
ada di kantor”.
b. Apa saja sumber daya utama BMT?
“Peralatan, karyawan”.
152
LAMPIRAN 2: DOKUMENTASI
153
154
155