Analisis Bahan Baku
-
Upload
fitri-fiansa -
Category
Documents
-
view
40 -
download
0
Transcript of Analisis Bahan Baku
2.1. Analisis Bahan Baku
Produk L-Bio merupakan produk sediaan probiotik. Bahan baku dalam pembuatan
sediaan probiotik terdiri dari maltodekstrin sebagai bahan pengikat, tepung beras sebagai bahan
pengisi, serta tujuh strain bakteri probiotik sebagai zat aktif. Maltodekstrin dengan harga Rp.
7.000 per kilogram, dibeli dari PT.Triputera Sukses Makmur dengan lokasi Pabrik di
Tanggerang. Bahan tepung beras dengan harga Rp. 8.000 per kilogram dibeli dari PT.Tepung
Beras Tiga Roda di Jawa Tengah. Untuk starter bakteri probiotik dipenuhi dari CHR Hansen,
Denmark melalui PT Fajar Taurus, Jakarta.
Selain bahan baku sediaan, dalam proses produksi juga dilakukan tahap fermentasi
sehingga membutuhkan bahan baku fermentasi. Faktor utama yang mempengaruhi pemilihan
media bahan baku adalah sebagai berikut
1. Harganya murah, dengan kualitas yang konsisten serta ketersediaan yang banyak.
2. Kemudahan penanganan dalam bentuk padat atau cair, baik selama transportasi dan
penyimpanan penyimpanan.
3. Memberikan hasil yang maksimal (biomassa/gram substrat) yang dipergunakan.
4. Memberikan konsentrasi yang besar dan maksimal untuk produk.
5. Memberikan kecepatan maksimal dalam pembentukan produk.
6. Memberikan hasil minimal untuk produk yang tidak dikehendaki
Berdasarkan kriteria tersebut maka dipilihlah media fermentasi. Media yang digunakan dalam
fermentasi yaitu susu skim, ekstrak khamir, glukosa dan MRSB (media de man Rogosa Sharpe
broth) (Oxoid Ltd., Basingstoke, Hampshire, England). MRSB digunakan sebagai media
penyegaran kultur atau pembuatan kultur starter bakteri probiotik. Susu skim, ekstrak khamir dan
glukosa digunakan sebagai media kultivasi skala besar. Susu skim tersebut dapat diperoleh dari
dapat diperoleh dari PD Anugerah Tanggerang.
Yg analisis pasar ganti atasnya yg ini vi
4.1.2 Analisis Pasar
Dalam keadaan normal, telah terdapat probiotik di dalam tubuh kita salah satunya di
dalam saluran pencernaan. Akan tetapi jumlah bakteri probiotik tersebut dapat menurun
karena gaya hidup yang tidak sehat yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat
seperti goreng-gorengan, fast food, makanan yang mengandung pengawet dan pewarna;
pola makan yang tidak teratur; stress; konsumsi antibiotika; infeksi bakteri maupun virus;
kemoterapi, radiasi; merokok dan sebagainya. Jika bakteri probiotik normal di usus menurun
maka jumlah bakteri patogen bertambah banyak sehingga dapat memicu gangguan kesehatan
pencernaan, seperti diare. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan probiotik dari luar untuk
menjaga keseimbangan dalam pencernaan. Konsumsi probiotik biasanya diaplikasikan pada
pembuatan produk pangan olahan seperti keju cottage, susu sapi, jus, susu fermntasi, kefir,
yoghurt, dadih yogurt, minuman penyegar, es krim, yakult, permen dan yogurt beku (Senok,
2009; Granato et al., 2010). Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan POM tentang
Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional menyatakan bahwa dosis suplemen
probiotik minimum yang dianjurkan adalah 106 – 109 CFU/hari. Hal ini bertujuan untuk
mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada saat berada dalam jalur
pencernaan (Shah, 2007)
Di pasar global, produk probiotik sebagai ingridien, suplemen, dan makanan
mencapai angka penjualan sebesar 14,9 milyar USD pada tahun 2007 dan 16 milyar USD
tahun 2008, serta diestimasikan mencapai 19,6 milyar USD pada tahun 2013 nanti. Probiotik
genus Lactobacillus merupakan genus yang paling banyak digunakan yaitu mewakili 61,9 %
penjualan di tahun 2007. Probiotik pada produk pangan sebagian besar diaplikasikan pada
produk dairy, di antaranya yogurt, kefir, minuman susu asam, keju, butter, cream, maupun
mayonaise. Namun demikian, hasil komersial research yang dilakukan oleh Foodprocessing
(2009) menyatakan bahwa tingkat kesadaran maupun keinginan konsumen terhadap jenis
produk probiotik yang bervariasi meningkat secara signifikan sejak 5 lima tahun terakhir ini
(Granato, dkk 2010). Hal ini mendorong secara kuat bagi industri untuk menginovasi
maupun mengembangkan kategori jenis produk probiotik yang lebih luas, salah satunya
dengan inovasi produk probiotik berbasis non-dairy. Di pasar global, kategori produk
probiotik non-dairy ini tergolong masih baru, namun mulai banyak diminati dan menjadi
trend produk bagi para vegetarian maupun penderita lactose-intolerant. Sehingga inovasi
produk probiotik yang tidak berbasis susu (non-dairy) merupakan tantangan besar bagi
industri.
Berikut daftar beberapa produk probiotik yang tersedia di pasaran :
1. Minuman kesehatan ‘Yakult’ dengan kandungan probiotik Lactobacillus casei.
2. Minuman kesehatan ‘Vitacharm’ dengan kandungan kandungan multi probiotik
3. Coklat hitam ‘attune’ dengan kandungan probiotik
4. Sereal ‘live active’ dengan kandungan probiotik dan sinbiotik