ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN...

190
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN DAN INTERVENSI CRYOTHERAPY UNTUK MENURUNKAN NYERI KANULASI PASIEN HEMODIALISIS DI RSUP FATMAWATI JAKARTA KARYA ILMIAH AKHIR RITA DWI HARTANTI NPM. 1106043192 PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2014 Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Transcript of ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN...

Page 1: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

i

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY

PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN DAN

INTERVENSI CRYOTHERAPY UNTUK MENURUNKAN

NYERI KANULASI PASIEN HEMODIALISIS

DI RSUP FATMAWATI JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR

RITA DWI HARTANTI

NPM. 1106043192

PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2014

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 2: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 3: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 4: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 5: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Ilmiah Akhir dengan judul “Analisis Aplikasi Teori Model Adaptasi Roy pada

Pasien Gangguan Sistem Perkemihan dan Intervensi Cryotherapy untuk

Menurunkan Nyeri Kanulasi Pasien Hemodialisis di RSUP Fatmawati Jakarta “.

Karya Ilmiah Akhir ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners

Spesialis Keperawatan Medikal Bedah di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

Penulis menyadari Karya Ilmiah Akhir ini dapat penulis susun dengan baik berkat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini,

penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, selaku Dekan Fakultas Ilmu keperawatan

Universitas Indonesia.

2. Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., PhD, selaku supervisor utama yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan dengan

penuh kesabaran selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

3. Lestari Sukmarini, S.Kp, M.N, selaku sekretaris Program Pasca Sarjana

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dan selaku supervisor

yang juga telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga memberikan

bimbingan dengan penuh kesabaran selama penyusunan Karya Ilmiah Akhir.

4. Seluruh jajaran Direktur beserta staf RSUP Fatmawati, Ka. Instalasi Gedung

Rawat Inap dan Gedung Bougenville, Kepala Ruang penyakit dalam dan

kepala ruang bedah beserta staf, atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk melaksanakan praktek residensi spesialis Keperawatan Medikal

Bedah.

5. Seluruh dosen pengajar Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia, Khususnya Spesialis Keperawatan Medikal Bedah

v

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 6: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

vi

yang telah membantu selama proses pembelajaran serta penyusunan Karya

Tulis Ilmiah.

6. Bapak dan Ibu serta ananda tercinta Muhammad Aqeela Farizky yang banyak

memberikan semangat, dukungan dan do’a hingga penulis dapat melanjutkan

pendidikan Program Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

7. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Program Ners Spesialis Keperawatan

Medikal Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, atas

inpirasi, kerja sama dan dukungan motivasi, serta pihak lain yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu yang membantu penulis dalam menyelesaikan

Karya Tulis Ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan

yang telah diberikan.

Depok, Juli 2014

Rita Dwi Hartanti

vi

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 7: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

vii

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

Karya Ilmiah Akhir, Juli 2014

Analisis aplikasi Teori Model Adaptasi Roy pada pasien gangguan sistem

perkemihan dan intervensi cryotherapy untuk menurunkan nyeri kanulasi pasien

hemodialisis di RSUP Fatmawati Jakarta.

xii + 127 hal + 1 skema + 2 diagram + 1 lampiran

Abstrak

Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien dengan gangguan

perkemihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap

perubahan perilaku fisik dan psikologis yang disebabkan oleh berbagai stimulus

fokal, residual dan konstektual. Masalah keperawatan yang umumnya terjadi

pada pasien dengan gangguan perkemihan diantaranya kelebihan volume cairan,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleran aktifitas,

gangguan pola tidur, cemas, koping tidak efektif. Implementasi keperawatan

untuk mengatasi masalah tersebut meliputi pelaksanaan intervensi keperawatan

yang terdiri dari berbagai aktivitas regulator dan kognator. Dalam penerapan teori

adaptasi Roy menunjukkan pelaksanaan praktek keperawatan berbasis

pembuktian dengan Cryotherapy, efektif untuk mengurangi nyeri kanulasi pada

pasien hemodialsis dan penerapan pemberian booklet manajemen hemodialisis

menunjukkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang manajemen

hemodialisis.

Kata kunci : gangguan sistem perkemihan, model adaptasi Roy, Cryotherapy,

booklet edukasi manjemen hemodialisis.

Daftar pustaka : 34 (1997 -2012)

vii

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 8: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

viii

MEDICAL SURGICAL NURSE SPECIALIST

FACULTY OF NURSING SCIENCE

UNIVERSITY OF INDONESIA

Final Scientific Work, July 2014

The analysis of Roy Adaptation Model Theory application in patients with urinary

system disorders and interventional cryotherapy to reduce cannulation pain in

hemodialysis patients in Fatmawati Jakarta.

Abstract

Application Roy Adaptation Theory in nursing care of patients with urinary

disorders aims to improve the ability of adaptation to the physical and

psychological behavior changes induced by various stimuli focal, contextual and

residual. Nursing problems that commonly occur in patients with urinary

disorders including fluid volume overload, imbalance nutrition less than body

requirements, activity intolerance, impaired sleep patterns, anxiety, coping

ineffective. Implementation of nursing include the implementation of nursing

intervention that consisted of various of kognator and regulators activities. The

application of Roy's adaptation theory suggests the implementation of evidence-

based nursing practice with Cryotherapy than effective for reducing pain

cannulation in hemodialysis patients and application of educational booklets

mangement of hemodialysis has been shown to increase knowledge about the

management of patients on hemodialysis.

Keywords: Urinary disorders, Roy adaptation model, Cryotherapy, educational

booklets mangement of hemodialysis.

Bibliography: 34 (1997 -2012)

viii

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 9: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................... ii

HALAMAN PESETUJUAN .................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

DAFTAR SKEMA................................................................................ x

DAFTAR TABEL .............................................................................. xi

DAFTAR DIAGRAM........................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan................. ..................................................... 4

1.3 Sistematika Penulisan ............................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 7

2.1 Penyakit Ginjal Tahap Akhir ...................................................... 7

2.2 Teori Adaptasi Roy .................................................................... 13

2.3 Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Asuhan Keperawatan Pasien

dengan Penyakit Ginjal tahap Akhir............................................ 23

BAB 3 PROSES RESIDENSI ............................................................... 36

3.1 Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Asuhan Keperawatan Pasien

dengan Gangguan Sistem Perkemihan........................................ 36

3.2 Evidence Base Practice Cryotherapy ........................................... 89

3.3 Kegiatan Inovasi ........................................................................ 96

BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................... 104

4.1 Analisis Penerapan Teori Adaptasi Roy....................................... 104

4.2 Pembahasan Penerapan Evidence Base Cryotherapy .................... 117

4.3 Pembahasan Penerapan Inovasi ................................................. 122

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan .................................................................................. 126

5.2 Saran ........................................................................................ 127

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 10: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

x

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Model Konseptual Roy “Manusia Sebagai Sistem Adaptasi” ............ 14

x

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 11: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi ............................... 47

Tabel 3.2 Catatan Perkembangan ........................................................................ 54

xi

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 12: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Distribusi Skala Nyeri Penusukan AV Fistula Pre dan Post

Intervensi pada kelompok Perlakuan .................................................. 96

Diagram 3.2 Distribusi Skala Nyeri Penusukan AV Fistula Pre dan Post

Intervensi pada kelompok Kontrol ...................................... 97

xii

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 13: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan bio-

psiko-sosial-spiritual yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang ditujukan

kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit merupakan

disiplin profesional yang menerapkan pengetahuan dan kemampuan berfikir kritis

dalam menghadapi setiap situasi pasien melalui pemberian asuhan keperawatan

berdasarkan pada ilmu dan kiat praktik keperawatan. Peningkatan mutu dan

kualitas pelayanan keperawatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

derajat kesehatan seseorang baik individu, kelompok dan masyarakat secara bio-

psiko-sosial-spiritual (Perry dan Potter, 2009). Salah satu upaya peningkatan mutu

dan kualitas pelayanan keperawatan adalah dengan meningkatkan jenjang

pendidikan berkelanjutan bagi perawat seperti praktik klinik residensi spesialis

keperawatan. Praktik klinik residensi spesialis keperawatan medikal bedah

peminatan sistem perkemihan merupakan salah satu strategi peningkatan kualitas

pelayanan keperawatan dengan memperdalam kemampuan berfikir kritis,

menganalisis dan peningkatan ketrampilan klinik terkait dengan berbagai masalah

keperawatan yang dihadapi oleh klien dalam sistem perkemihan serta

meningkatkan peranan perawat dalam tatanan pelayanan keperawatan dalam

sistem perkemihan baik kepada individu, kelompok dan masyarakat.

Laporan praktik ini merupakan laporan praktik klinik residensi spesialis

keperawatan medikal bedah peminatan sistem perkemihan yang dilaksanakan di

RSUP Fatmawati Jakarta selama dua semester. Ruangan yang digunakan untuk

praktik klinik tersebut adalah ruang perawatan penyakit dalam lantai V selatan

gedung teratai, ruang perawatan bedah perkemihan lantai IV Selatan dan IV Utara

gedung teratai, IGD, Poli klinik Bedah perkemihan dan unit hemodialisis Instalasi

1

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 14: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

2

Pelayanan dan Pemeriksaan khusus (IP2K) gedung Bougenvile. Selama menjalani

praktik klinik residensi sistem perkemihan ini praktikan menerapkan peran dan

fungsinya sebagai perawat spesialis dengan menerapkan teori keperawatan dalam

melakukan asuhan keperawatan dengan kompetensi yang dicapai selama praktik

klinik residensi berupa kemampuan melaksanakan asuhan keperawatan kepada

pasien dengan gangguan sistem perkemihan, melaksanakan tindakan keperawatan

mandiri dengan basis pembuktian ilmiah (evidence based nursing practice), dan

berperan sebagai edukator/pendidik bagi perawat di ruangan/pasien/keluarga serta

melakukan program inovasi pemberian booklet manejemen hemodialisis dalam

upaya memberikan pengembangan intervensi keperawatan berdasarkan hasil riset

keperawatan.

Selama praktik residensi berlangsung praktikan melaksanakan peran perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan melakukan pemberian asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Pemberian asuhan

keperawatan praktikan lakukan dengan menerapkan teori model Adaptasi Roy.

Teori Adaptasi Roy dapat digunakan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan karena pada pasien gangguan sistem perkemihan dapat menimbulkan

dampak perawatan yang panjang dan membutuhkan penatalaksanaan yang

panjang untuk mempertahankan kesehatan tubuh, seperti pada pasien dengan

penyakit ginjal tahap akhir yang membutuhkan terapi pengganti ginjal sebagai

terapi berkelanjutan untuk mengganti fungsi ginjal yang telah rusak, pasien

dengan striktur uretra atau BPH memerlukan pemasangan kateter yang

berkepanjangan sampai gejala teratasi, dan sebagainya. Pasien dengan gangguan

sistem perkemihan juga memerlukan penerimaan terhadap kondisi sakitnya serta

beradaptasi terhadap berbagai perubahan terhadap kondisi penyakit dan gaya

hidupnya selama sakit.

Teori Adaptasi Roy diharapkan mampu meningkatkan kemampuan adaptasi

pasien dengan gangguan sistem perkemihan dengan meningkatkan kemampuan

beradaptasi terhadap perubahan perilaku fisik maupun psikologis yang disebabkan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 15: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

3

oleh berbagai stimulus dengan merubah perilaku yang tidak adaptif menjadi

perilaku adaptif kembali. Teori adaptasi Roy memandang bahwa manusia sebagai

makhluk yang holistik yang berinteraksi secara konstan dengan perubahan

lingkungan. Dalam penerapan teori adaptasi Roy diharapkan perawat dapat

berperan sebagai profesi yang memberikan asuhan keperawatan yang berfokus

pada proses hidup manusia, dimana perawat merupakan teladan dalam

meningkatkan kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

secara keseluruhan. Dalam teori Roy perawat juga berperan sebagai untuk

mengembangkan kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan serta mengkaji perilaku dan stimulus yang mempengaruhi adaptasi

tersebut (Roy & Andrew, 1999 dalam Phillip, 2006).

Penerapan teori keperawatan Adaptasi Roy dilakukan pada setiap kasus gangguan

sistem perkemihan yang praktikan temukan selama praktik residensi yaitu

sebanyak 34 kasus dengan kasus terbanyak adalah pasien dengan penyakit ginjal

tahap akhir (PGTA) dengan penatalaksaan tindakan hemodialisis yang salah

satunya menjadi kasus kelolaan utama praktikan. Kasus penyakit ginjal tahap

akhir ini praktikan ambil karena pada kasus yang praktikan temukan sebagai

kelolaan utama didapatkan bahwa pasien memiliki usia yang masih muda, dengan

riwayat mengkonsumsi minuman berenergi, dan pasien memerlukan bantuan

untuk melakukan adaptasi terhadap berbagai penatalaksanaan pengobatan dan

perawatan yang memerlukan tindak lanjut jangka panjang. Kasus lain yang

menjadi kasus kelolaan praktikan antara lain : pasien gagal ginjal kronik dengan

penatalaksanaan peritoneal dialisis, benigna prostat hiperplasia (BPH), batu

saluran kemih dengan hidronefrosis, Batu Cetak Pielum, Vesicolithiasis, trauma

bladder dan Gross hematuri.

Dalam pemberian asuhan keperawatan praktikan juga menerapkan evidence based

practice (EBP) pada intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien berupa

penerapan Cryotherapy Untuk Mengurangi Nyeri Saat Penusukan Arterivenous

(AV) Fistula Pada Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir dengan Hemodialisis. Hal

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 16: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

4

ini dilakukan berdasarkan fenomena yang praktikan temukan saat melakukan

praktik di ruang hemodialisis bahwa 80% pasien mengeluhkan nyeri saat

dilakukan penusukan akses vaskuler saat tindakan hemodialisis meskipun pasien

tergolong pasien yang sudah lebih dari 6 bulan melakukan hemodialisis.

Penggunaan cryoterapy bersifat lokal sehingga tidak berpengaruh besar terhadap

sistem hemodinamika tubuh, sehingga penggunaan cryotherapy bermanfaat untuk

mengurangi nyeri yang dapat juga bersifat terlokalisasi (Nadler dan Kruse, 2004).

Selain sebagai pemberi asuhan keperawatan praktikan sebagai calon perawat

spesialis juga berperan sebagai inovator atau agen pembaharu. Untuk

meningkatkan peran perawat spesialis sebagai inovator atau agen pembaharu,

praktikan juga melaksanakan inovasi sesuai dengan kebutuhan pasien dan ruangan

yang digunakan sebagai lahan praktik. Kegiatan inovasi yang praktikan berikan

bersama kelompok adalah dengan membuat dan menyusun pedoman manajemen

pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis melalui pembuatan media

booklet manajemen pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis

sebagai sarana edukasi kepada pasien dengan PGTA karena memberikan edukasi

merupakan salah satu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

Inovasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

khususnya dalam pemberian asuhan dan upaya meningkatkan kualitas hidup

pasien PGTA dengan hemodialisis.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penulisan laporan analisa praktik residensi

ini praktikan akan memaparkan analisa kegiatan praktik residensi dalam

menjalankan peran sebagai perawat spesialis yang meliputi pemberi asuhan

keperawatan yang didalamnya terdapat peran sebagai peneliti, kolaborator,

pendidik, advokator dan inovator yang berbasis pembuktian ilmiah dan

melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan untuk

mencapai derajat kesehatan pasien yang optimal.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 17: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

5

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai pengalaman praktek residensi

dan menganalisis penerapan model konsep dan teori Adaptasi Roy dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan di RSUP Fatmawati Jakarta.

1.2.2 Tujuan Khusus

Melakukan analisis hasil kegiatan praktek residensi keperawatan medikal bedah

meliputi:

a. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada pasien gangguan

sistem perkemihan dengan pendekatan Teori Adaptasi Roy di RSUP

Fatmawati Jakarta.

b. Peran perawat sebagai researcher dalam penerapan praktek berdasarkan

pembuktian (evidence based nursing practice) dalam menerapkan hasil

penelitian pada area keperawatan pada pasien gangguan sistem perkemihan di

RSUP Fatmawati.

c. Peran perawat sebagai inovator dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan sistem perkemihan di RSUP Fatmawati.

d. Peran perawat sebagai educator dengan memberikan pendidikan kesehatan

guna meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dan pelaksaan program

terapi pada pasien, keluarga serta sebagai sumber informasi bagi sumber daya

manusia dalam Keperawatan (Teman Sejawat Perawat) di RSUP Fatmawati

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam karya ilmiah akhir ini terdiri dari lima bab yang

berisi berbagai pokok bahasan. Bab satu pendahuluan, mencakup latar belakang,

tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua tinjauan teori, terdiri dari

tinjauan teori kasus kelolaan utama yaitu penyakit ginjal terminal tahap akhir

(PGTA), konsep teori yang diterapkan pada pemberian asuhan keperawatan yaitu

teori Adaptasi Roy dan aplikasi penerapan teori adaptasi Roy pada kasus pasien

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 18: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

6

dengan penyakit ginjal tahap akhir. Bab tiga, mencakup laporan dan analisis kasus

kelolaan utama, laporan pelaksanaa evidence based nursing dan laporan

pelaksanaan program inovasi. Bab empat, berisi pembahasan yang meliputi

pembahasan mengenai penerapan teori adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan

pasien dengan gangguan sistem perkemihan dan penjelasan terkait penerapan

evidence based nursing serta inovasi yang dilaksanakan selama pratikan

menjalani praktik residensi. Bab lima mencakup penutup yang berisi simpulan

dan saran selama proses residensi guna perbaikan praktik residensi keperawatan

medikal medah terutama pada peminatan sistem perkemihan.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 19: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan landasan teori mengenai Gangguan pada Sistem Perkemihan

dengan penyakit ginjal tahap akhir, teori Adaptasi Roy dan penerapan teori

adaptasi Roy pada asuhan keperawatan pasien dengan penyakit gagal ginjal

kronik.

2.1 Penyakit Ginjal Tahap Akhir

2.1.1 Pengertian

Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) adalah penurunan secara progresif dari

fungsi ginjal yang bersifat irreversibel sehingga tubuh mengalami kegagalan

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit

yang dapat mengakibatkan uremia atau azotemia (retensi urea dan zat nitrogen

lain di dalam darah) (Williams & Hopper, 2007; Smeltzer & Bare, 2008; Black &

Hawk, 2009). Menurut Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO)

tahun 2012 mendefinisikan PGTA adalah kerusakan ginjal yang berupa

abnormalitas struktural atau fungsional ginjal yang terjadi minimal 3 bulan atau

lebih yang dapat terjadi dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus

(LGF) < 15 ml/menit yang berakibat pada terganggunya kesehatan (Suhardjono,

2013).

2.1.2 Etiologi

Etiologi atau penyebab penyakit gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh

kelainan sistemik seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi, infeksi traktus

urinarius, glomerulonephritis, pyelonephritis, obstruksi traktus urinarius,

congestive hearth failure (CHF), multiple myeloma, amyloidosis, renal

tuberculosis, sarcoidosis, hiperkalsemia dan hipokalemia kronik serta kelainan

herediter seperti penyakit ginjal polikistik, renovascular disease, lupus nephritis

atau agen toksik. Lingkungan dan agen berbahaya juga dapat menyebabkan

penyakit gagal ginjal sepertinya adanya keterlibatan dari cadmium, merkuri dan

7

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 20: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

8

chromium (Williams & Hopper, 2007; Smeltzer & Bare, 2008; Black & Hawk,

2009; Timby & Smith, 2010; Robinson & Burghardt, 2012).

National Kidney Foundation (2004) dan United States Renal Data System (2004)

menyebutkan penyebab tersering dari gagal ginjal kronik meliputi diabetes

(34,6%), hipertensi (22,9%), glumerolunephiritis (15,6 %), penyakit ginjal kistik

(4,3%), kelainan urologi lainnya (1,9%) dan penyebab lain yang tidak diketahui

(20,1%) (Chitokas, Noreen & Gunderman et al, 2005). Sedangkan penyebab gagal

ginjal kronik berdasarkan survey dari Indonesia Renal Registry (IRR) tahun 2009

menyebutkan bahwa penyebab tersering penyakit ginjal terminal di Indonesia

meliputi hipertensi (29%), penyakit ginjal diabetes (23%), obstruksi dan

pielonefritis (21%), glumerulonefritis kronik (17%), ginjal polikistik dan nefropati

(9%), dan penyebab yang tidak diketahui (1%).

2.1.3 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik atau tanda gejala klinik pada pasien dengan PGTA terjadi

sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Keparahan tanda dan gejala penyakit

gagal ginjal kronik tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi

lain yang mendasari dan usia pasien. Manifestasi klinik dari gagal ginjal kronik

meliputi : kelainan kardiovaskuler, meliputi hipertensi, gagal jantung kongestif,

edema paru dan perikarditis; kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan

anemia; kelainan saluran cerna, meliputi mual, muntah, cegukan, stomatitis

uremia, mukosa kering, lesi ulserasi luas; kelainan neuromuskular, meliputi

perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot dan

kejang; kelainan integumen, meliputi rasa gatal (pruritus) dan adanya butiran

uremik (Smeltzer dan Bare, 2008)

Menurut data dari USRDS 2002 dalam Chitokas, Noreen & Gunderman et al,

2005 menyatakan 22,9 % dari 86.739 pasien dengan gagal ginjal kronik memiliki

riwayat hipertensi yang akan mengalami left ventricular hypertrophy (LVH) dan

congestive heart failure (CHF), kelainan pada kulit berupa pruritus, kulit kering,

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 21: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

9

echymosis dan purpura, yang diakibatkan tingginya kadar kalsium dan akibat

adanya uremia. Pada sistem pencernaan akan mengakibatkan anoreksia, mual, dan

muntah yang terjadi karena adanya akumulasi urea dalam darah yang

menyebabkan asidosis metabolisme dan peningkatan kadar amonia dalam darah,

pada sistem muskuloskeletal berupa nyeri tulang, mudah fraktur, kram otot, rasa

kesemutan dan seperti terbakar terutama di daerah kaki, drop foot, kelemahan otot

dan hipotrofi otot, sedangkan pada sistem metabolik tubuh mengakibatkan

gangguan keseimbangan elektrolit dan asidosis metabolik (Chitokas, Noreen &

Gunderman et al, 2005; Ignativius & Workman, 2006; Williams & Hopper, 2007;

Smeltzer & Bare, 2008; Johnson, 2010; Timby & Smith, 2010).

2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi tahapan pada penyakit PGTA digunakan untuk mengkategorikan

keparahan kondisi PGTA. Klasifikasi tahapan pada PGTA menurut National

Kidney Foundation (NKF) didefinisikan berdasarkan penurunan laju filtrasi

glumerulus (LGF) yaitu : stadium 1, Kerusakan minimal pada ginjal dengan laju

filtrasi glumerulus yang normal atau meningkat, dengan fungsi ginjal masih

normal tetapi terjadi abnormalitas patologi dan komposisi darah dan urin dengan

laju filtrasi glumerulus > 90 ml/min/1.73m2; stadium 2, ketika kerusakan ginjal

dengan laju filtrasi glumerulus menurun ringan, dengan fungsi ginjal menurun

ringan dan ditemukan abnormalitas komposisi dari darah dan urin dengan laju

filtrasi glumerulus 60-89 ml/min/1.73m2; stadium 3, jika kerusakan ginjal dengan

laju filtrasi glumerulus menurun sedang dengan laju filtrasi glumerulus 30-59

l/min/1.73m2; stadium 4, jika kerusakan ginjal dengan laju filtrasi glumerulus

menurun berat dan sudah terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat dan dilakukan

persiapan terapi pengganti ginjal dengan laju filtrasi glumerulus 15-

29ml/min/1.73m2; stadium 5, jika gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti

ginjal secra permanen (dialisis atau transplantasi) dengan laju filtrasi glumerulus <

15 ml/min/1.73m2.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 22: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

10

2.1.5 Patofisiologi

Proses patofisiologi kerusakan ginjal diawali ketika fungsi ginjal menurun, yang

mengakibatkan berkurangnya laju filtrasi glumerulus. Penurunan fungsi ginjal

yang kurang dari 25 % normal, manifestasi klinik penyakit ginjal tahap akhir

masih minimal karena nefron yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang

rusak. Nefron yang sehat yang masih tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi,

reabsobsi, dan sekresinya serta mengalami hipertropi, sehingga seiring

progresifitas penyakit maka semakin banyak nefron yang bertambah rusak. Ketika

lebih dari 75 % massa nefron mengalami kerusakan, maka kecepatan filtrasi dan

beban zat toksik terlarut semakin tinggi dan berakibat terhadap peningkatan beban

kerja ginjal. Peningkatan beban kerja ginjal akan mengakibatkan keseimbangan

glomerulus dan tubulus ginjal (keseimbangan antara peningkatan filtrasi dan

peningkatan reabsorbsi oleh tubulus) tidak dapat lagi dipertahankan, yang

berakibat langsung ginjal mengalami penurunan fungsi untuk mempertahankan

metabolisme tubuh sehingga produk akhir sisa metabolisme dan protein yang

secara normal dikeluarkan ginjal menumpuk dan berakibat terhadap gangguan

keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit serta penurunan fungsi dalam

metabolisme protein yang berdampak pada penimbunan ureum di dalam darah

(uremia). Uremia dapat mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh dimana semakin

tinggi kadar uremia maka semakin berat gejala yang ditimbulkannya (Price,

2006).

Berbagai kelainan fungsi tubuh yang terjadi akibat sindrom uremik meliputi

gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan

metabolisme (asam basa dan nitrogen), kelainan kardiovaskuler, endokrin,

muskuloskeletal, dan sistem saraf. Semakin banyak akumulasi ureum dalam darah

maka kelainan yang terjadi pada berbagai sistem tubuh juga semakin berat. Go,

Chertow & Fan (2004) dalam penelitiannya tentang penyebab komplikasi dan

kematian pada pasien gagal ginjal kronik menyebutkan bahwa pasien yang

mengalami gagal ginjal beresiko 3,5 kali lipat untuk meninggal dengan

komplikasi kelainan jantung dibandingan dengan orang yang tidak mengalami

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 23: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

11

gagal ginjal ( Price, S.A, 2006; Smeltzer & Bare, 2008; Black & Hawk, 2009;

Timby & Smith, 2010).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal tahap

akhir meliputi : pemeriksaan laboratorium, yang meliputi : pemeriksaan

penurunan fungsi ginjal (ureum, kreatinin dan asam urat serum); pemeriksaan

identifikasi etiologi gagal ginjal (analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia

darah, elektrolit, imunodiagnosis); pemeriksaan identifikasi perjalanan penyakit

(progresifitas penurunan fungsi ginjal, pemeriksaan hemopoesis, elektrolit,

endokrin terhadap nilai PTH dan T3,T4); pemeriksaan radiologi (foto polos

abdomen, USG, nefrotogram, pielografi retrograde, pielografi antegrade) (Buku

Ilmu Penyakit Dalam, 2006)

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penyakit ginjal tahap akhir bertujuan untuk

mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin, yang meliputi :

1. Penatalaksanaan konservatif, meliputi pengaturan diet, cairan dan garam,

memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan

hipertensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan

mengatasi komplikasi.

2. Penatalaksanaan pengganti diantaranya dialisis (hemodialisis, peritoneal

dialysis dan transplantasi ginjal).

a. Hemodialisis

Hemodialisis adalah proses terapi pengganti ginjal dengan menggunakan

selaput membran semipermiabel (dialiser) yang berfungsi sebagai

pengganti nefron di dalam mesin hemodialisa sehingga dapat

mengeluarkan produk sisa metabolisme protein dan mengoreksi

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien penyakit ginjal

terminal. Hemodialisis melibatkan penggunaan ginjal buatan untuk

membuang produk limbah dan kelebihan air antara kompartemen darah

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 24: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

12

dengan kompartemen dialisat melalui membran semipermeabel pada

pasien dengan gagal ginjal stadium terminal (end stage renal disease)

yang membutuhkan terapi jangka panjang atau permanen (Williams &

Hopper, 2007; Smeltzer & Bare, 2008; Black & Hawk, 2009; Timby &

Smith, 2010).

b. Peritoneal Dialisis

Peritoneal dialisis merupakan terapi pengganti ginjal dengan

menggunakan rongga peritoneum sebagai selaput membran

semipermiabel (dialiser) yang berfungsi sebagai pengganti nefron

sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme protein dan zat

racun serta mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

pada pasien penyakit ginjal terminal.

c. Transplantasi ginjal

Transpalasi ginjal merupakan pilihan terakhir bagi penderita penyakit

ginjal tahap akhir. Transplantasi dengan menanamkan ginjal dari donor

hidup manusia keresipien yang mengalami gagal ginjal tahap akhir.

3. Terapi Simptomatik

a. Koreksi hiperkalemi

Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat

menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat

adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan

darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila

terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi

intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.

b. Koreksi anemia

Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb.

Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misal

pada adanya insufisiensi koroner.

c. Koreksi asidosis metabolik

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 25: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

13

Asidosis metabolik harus dikoreksi karena dapat meningkatkan serum

kalium (hiperkalemia). Koreksi asidosis metabolik dilakukan dengan

memberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus

segera diberikan intravena bila PH ≤ 7,35 atau serum bicarbonat ≤ 20

mEq/L.

d. Pengendalian hipertensi

Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.

Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-

hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium.

2.2 Teori Adaptasi Roy

Sister Calista Roy lahir pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California,

seorang profesor keperawatan dari Saint Josept of Corondelet, mulai

mengembangkan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964-1966 dan baru

dioperasionalkan pada tahun 1968. Roy mengembangkan ilmu dan filosofisnya

melalui tiga pendekatan teori sistem. Roy mengkombinasikan dengan teori

adaptasi Harry Helson (1964) untuk membangun pengertian konsepnya. Dalam

teori Helson (1964) respon adaptif merupakan fungsi dari stimulus yang diterima

dan level adaptasi. Stimulus merupakan faktor yang menimbulkan respon yang

mungkin muncul dari lingkungan internal dan eksternal. Sistem diartikan Helson

sebagai seperangkat bagian yang saling berhubungan satu dengan bagian lain,

dimana masing-masing bagian saling memiliki ketergantungan. Sistem

mempunyai input, output, kontrol, proses dan umpan balik. Pendekatan kedua

yang dikembangkan Roy berasal dari Teori Melson. Melson menyatakan perilaku

manusia adalah hasil adaptasi dari lingkungan dan kekuatan organisme. Perilaku

adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi, yang dapat

berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual,

dimana adaptasi dipandang sebagai suatu proses adanya respon positif terhadap

perubahan lingkungan. Respon tersebut merupakan refleksi keadaan organisme

terhadap stimulus. Selain konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi konsep

humanisme dalam model konseptualnya yang berasal dari konsep Abraham

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 26: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

14

Maslow. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan

terhadap kemampuan koping individu sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatannya.

Roy mengidentifikasikan empat hal utama dari teori sistem umum dan teori

adaptation-level. Empat hal utama dari teori sistem yang teridentifikasi tersebut

adalah : 1) ada satu kesatuan (holism); 2) ada proses kontrol yang saling

tergantung (interdependence control processes); 3) ada umpan balik informasi

(information feedback), dan 4) adanya kompleksitas dari sistem kehidupan

(complexity of living systems). Hal utama dari teori adaptation-level yang

teridentifikasi pada model adaptasi Roy adalah bahwa 1) perilaku (behavior)

merupakan kemampuan beradaptasi; 2) adaptasi dipandang sebagai fungsi

stimulasi dan tingkat adaptasi; 3) individu memiliki tingkat adaptasi yang

dinamis; serta 4) adanya proses merespon yang bersifat positif dan aktif dari

manusia (Roy & Andrews, 1999 dalam Alligood & Tomey, 2006).

Teori Roy yang dikenal dengan model adaptasi Roy merupakan teori model

keperawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan

kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif serta mampu

merubah perilaku yang inefektif. Roy menjelaskan bahwa manusia sebagai

makhluk holistik yang berinteraksi secara konstan dengan perubahan lingkungan

sebagai sistem adaptif sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol,

output, dan proses umpan balik.

Skema 2.1 model konseptual Roy ’’Manusia Sebagai Sistem Adaptasi’’

Sumber : Tomey dan Alligood. 2006.

Masukan Proses kontrol Efektor Keluaran

Feed back

Tingkat

adaptasi

(stimulus fokal,

konstektual

dan residual

Mekanisme

koping

(Regulator

Kognator)

Fungsi

fisiologis

Konsep diri Fungsi peran

interdependensi

Respons

adaptif dan

inefektif

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 27: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

15

Konsep Roy memiliki 4 konsep sentral yang meliputi : manusia, lingkungan,

kesehatan, dan keperawatan. Empat elemen tersebut saling mempengaruhi satu

sama lain karena merupakan suatu sistem, yaitu :

2.2.1. Manusia

Sistem sebagai manusia termasuk manusia sebagai individu atau dalam kelompok,

keluarga, organisasi, komunitas dan masyarakat secara keseluruhan. Sistem

manusia mempunyai kapasitas pikiran dan perasaan yang berakar pada kesadaran

dan pengertian dimana mereka menyesuaikan diri secara efektif terhadap

perubahan lingkungan dan efek dari lingkungan. Roy mendefinisikan manusia

merupakan fokus utama dalam keperawatan, penerima asuhan keperawatan,

sesuatu yang hidup menyeluruh (komplek), sistem adaptif dengan proses internal

(kognator dan regulator) yang aplikasinya dibagi dalam empat komponen adaptasi

(fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi). Roy mengemukakan

bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif yang meliputi : (Roy & Andrew,

1999 dalam tomey & Alligood, 2010)

1. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan sosial yang berinteraksi

dengan lingkungan secara terus menerus.

2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-

perubahan biopsikososial. Manusia sebagai sistem adaptif, dapat

digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai masukan

(input), kontrol, keluaran (output) dan proses umpan balik (feedback).

a. Input

Menurut Roy input adalah sebagai stimulus yang merupakan kesatuan

informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat

menimbulkan respon. Selain itu sebagai suatu sistem yang dapat

menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari lingkungan dalam

individu itu sendiri, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus

fokal, kontekstual, dan stimulus residual.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 28: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

16

Stimulus fokal merupakan stimulus internal maupun eksternal yang secara

langsung dapat menyebabkan ketidakseimbangan atau keadaan sakit yang

dialami saat ini. Misalnya: penyakit ginjal kronik yang menyebabkan

pasien mengalami kelebihan volume cairan.

Stimulus kontekstual merupakan semua rangasangan yang lain yang

datang dalam situasi yang memberikan efek dari stimulus fokal. Dengan

kata lain, stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor

pencetus)/ keadaan tidak sehat. Keaadaan ini tidak terlihat langsung pada

saat ini. Misalnya ketidakpatuhan pelaksanaan terapi hemodialisis pada

pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir.

Stimulus residual adalah faktor internal maupun eksternal manusia dengan

efek pada situasi saat ini yang tidak jelas. Merupakan keyakinan dan

pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak

sehat atau disebut dengan faktor predisposisi sehingga terjadi kondisi

fokal. Misalnya persepsi klien tentang penyakit, gaya hidup, peran dan

fungsi.

b. Kontrol

Menurut Roy proses kontrol seseorang adalah bentuk mekanisme koping

yang digunakan untuk melakukan kontrol yang terdiri dari subsistem

regulator dan kognator. Subsistem regulator mempunyai komponen :

input-proses, dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.

Transmitter regulator system adalah kimia, neural atau endokrin.

Terjadinya refleks otonom merupakan output perilaku yang dihasilkan

dari regulator sistem, banyak sistem fisiologis yang dapat dinilai sebagai

perilaku subsistem regulator.

Subsistem kognator merupakan stimulus yang berupa ekternal maupun

internal. Output perilaku dari subsistem regulator dapat menjadi stimulus

Respon

adaptif dan

inefektif

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 29: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

17

umpan balik untuk subsistem kognator. Proses kontrol subsistem kognator

berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian,

dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses

internal dalam memilih perhatian, mencatat dan mengingat.

c. Output

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur atau

secara subjektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari

luar. Perilaku ini merupakan umpan balik dari sistem. Roy

mengidentifikasi output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon

yang mal adaptif. Respon adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang

yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang mampu memenuhi

tujuan hidup, berupa kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi, dan

menjadi manusia yang berkualitas. Sedangkan respon yang mal adaptif

merupakan perilaku yang tidak mendukung tujuan seseorang.

d. Efektor

Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi

dengan menetapkan sistem efektor, yang memiliki empat mode adaptasi

yang meliputi : 1) fungsi fisiologis, 2) konsep diri, 3) penampilan peran, 4)

interdependensi. Fungsi fisiologis yang berhubungan dengan struktur

tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar

fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas dan

bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk mengatur sembilan kebutuhan

fisiologis tersebut, yaitu oksigenasi, cairan dan elektrolit, nutrisi, eliminasi,

aktivitas dan istirahat, fungsi sistem endokrin, integritas kulit,

sensori/indra dan fungsi neurologis.

Konsep diri, berupa seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu

dalam satu waktu tertentu, berupa persepsi dan partisipasi terhadap reaksi

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 30: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

18

orang lain dan tingkah laku langsung. Konsep diri menurut Roy terdiri dari

dua komponen yaitu the physical self dan the personal self. The physical

self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan

sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Sedangkan The personal self,

berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral – etik, spiritual dan

perasaan cemas diri orang tersebut.

Penampilan peran, yaitu penampilan fungsi peran yang berhubungan

dengan tugas individu dilingkungan sosial/ mode fungsi peran yang

mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya

dengan orang lain. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat

memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.

Interdependensi, adalah hubungan individu dengan orang lain dan sebagai

support sistem. Fokus interdependensi adalah interaksi untuk saling

memberi dan menerima cinta dan kasih sayang, perhatian dan saling

menghargai. Model fungsi interdependensi juga melihat keseimbangan

antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk

dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi

dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif

untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari

keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.

3. Untuk mencapai suatu homeostasis atau terintegrasi, seseorang harus

beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi.

4. Kemampuan beradaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang

lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia

mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun

negatif. Adaptasi merupakan proses dan hasil dari pikiran dan perasaan

seseorang, sebagai individu atau kelompok, menggunakan kesadaran dan

memilih dalam interaksi manusia dan lingkungan. Adaptasi merupakan hasil

stimulus dari tiga klasifikasi yaitu : stimulus fokal, kontekstual dan residual.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 31: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

19

2.2.2. Lingkungan.

Roy menyatakan bahwa lingkungan merupakan semua kondisi, keadaan dan

pengaruh sekitarnya yang mempengaruhi perkembangan serta perilaku manusia

sebagai individu atau kelompok, dengan suatu pertimbangan khusus dari

mutualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam yang mencakup stimulus

fokal, kontekstual dan residual. Lingkungan merupakan masukan (input) bagi

manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai stimulus

internal dan eksternal. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi seseorang dan

dapat dikategorikan dalam stimulus fokal, kontekstual dan residual Roy &

Andrew, 1999; Tomey & Alligood, 2010).

2.2.3 Kesehatan

Kesehatan dipandang sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh

dan integrasi secara keseluruhan. Sehat merupakan cermin dari adaptasi, yang

merupakan interaksi manusia dengan lingkungan. Definsi kesehatan menurut Roy

lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi baik. Sehat

bukan berarti tidak terhindarkan dari kematian, penyakit, ketidakbahagiaan dan

stress akan tetapi merupakan kemampuan untuk mengatasi masalah tersebut

dengan baik ( Andrew &Roy, 1991; Tomey & Alligood, 2010).

Proses adaptasi termasuk fungsi holistik (bio-psiko-sosio-spiritual) untuk

mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses

adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan dua bagian proses.

Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan

internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon. Perubahan-perubahan

tersebut adalah stresor-stresor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh faktor-faktor

kontekstual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang

biasanya disebut stress, bagian kedua dari stress adalah mekanisme koping yang

merangsang menghasilkan respon adaptif dan inefektif. Melalui adaptasi energi

individu dibebaskan dari upaya-upaya koping yang tidak efektif dan dapat

digunakan untuk meningkatkan integritas, penyembuhan dan meningkatkan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 32: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

20

kesehatan. Integritas menunjukkan hal-hal yang masuk akal yang mengarah pada

kesempurnaan atau keutuhan ( Andrew &Roy, 1991; Tomey & Alligood, 2010).

2.2.4. Keperawatan.

Roy (1983) secara spesifik menggambarkan keperawatan sebagai ilmu dan

praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan

untuk mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan dianggap sebagai

ilmu dan praktik meningkatkan adaptasi agar individu dan kelompok dapat

berfungsi secara holistik melalui apklikasi proses keperawatan untuk

mempengaruhi kesehatan secara positif. Model adaptasi keperawatan

menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek

keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan yang terdiri dari tujuan

keperawatan dan aktivitas keperawatan.

Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptif individu dengan

lingkungan dengan menggunakan empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,

konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan

integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup

dan kematian dengan damai.

Proses keperawatan terkait model adaptasi Roy dapat diterapkan dalam lima

langkah, yaitu : (Roy & Andrews, 1999 dalam Alligood & Tomey, 2006)

1. Pengkajian yang terdiri dari dua tahap yaitu :

a. Pengkajian perilaku (behavior)

Perilaku didefinisikan sebagai aksi dan reaksi manusia dalam keadaan

tertentu. Pengkajian perilaku (behavior) merupakan langkah pertama

proses keperawatan menurut model adaptasi Roy. Pengkajian perilaku

bertujuan untuk mengumpulkan data dan menganalisis apakah perilaku

pasien adaptif atau maladaptif. Hasil dari pengkajian perilaku merupakan

respon perilaku adaptif maupun perilaku inefektif. Apabila ditemukan

sesuatu yang tidak sesuai dengan kondisi normal maka hal ini

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 33: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

21

mengindikasikan adanya kesulitan adaptasi. Keadaan itu dapat disebabkan

oleh tidak efektifnya aktifitas regulator dan kognator. Data perilaku

meliputi empat mode adaptif, yaitu : 1) fisiologis, yang terdiri dari

pengkajian kebutuhan oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,

proteksi, sensori/ pengindraan, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis,

fungsi endokrin; 2) konsep diri, meliputi fisik diri dan pribadi; 3) fungsi

peran, meliputi proses transisi peran, perilaku peran, integrasi peran, pola

penguasaan peran, dan proses koping; 4) Interdependen, meliputi pola

memberi dan menerima, dan strategi koping perpisahan dan kesendirian.

b. Pengkajian stimulus

Pengkajian stimulus didefinisikan sebagai kondisi yang memprovokasi

sebuah respon. Stimulus dapat bersifat internal dan eksternal yang

mencakup semua kondisi, keadaan yang mempengaruhi perkembangan dan

perilaku seseorang. Stimulus umum yang mempengaruhi adaptasi antara

lain budaya (status sosial ekonomi, etnis, dan sistem keyakinan), keluarga

(struktur dan tugas perkembangan keluarga), tahap perkembangan (faktor

usia, jenis, tugas, keturunan, dan genetik), integritas mode adaptif

(fisiologis yang mencakup patologi penyakit, fisik (sumber daya), identitas

diri, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi), level adaptasi,

efektivitas kognator (persepsi, pengetahuan, ketrampilan), pertimbangan

lingkungan (perubahan lingkungan internal atau eksternal, pengelolaan

medis, menggunakan obat-obat, alkohol, tembakau). Pengkajian stimulus

diarahkan pada stimulus fokal, kontekstual, dan residual (Roy & Andrews,

1999 dalam Alligood & Tomey, 2006).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan hasil proses pendapat dalam penyampaian

pernyataan status adaptasi seseorang. Penetapan diagnosa keperawatan dibuat

dengan cara menghubungkan antara perilaku (behavior) dengan stimulus. Ada

tiga hal yang mendukung penetapan diagnosa keperawatan yaitu: a) suatu

pernyataan dari perilaku dengan stimulus yang sangat mempengaruhi, b) suatu

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 34: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

22

ringkasan tentang perilaku dengan stimulus yang relevan, c) penamaan/pemberian

label yang meringkaskan pola perilaku ketika lebih dari satu mode dipengaruhi

oleh stimulus yang sama.

3. Penetapan tujuan keperawatan.

Tujuan adalah pembentukan pernyataan yang jelas dari outcome perilaku dalam

asuhan keperawatan yang dicatat sebagai indikasi perilaku dari perkembangan

adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan

meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan umum dari

intervensi keperawatan yaitu mempertahankan dan meningkatkan perilaku adaptif

dan merubah perilaku inefektif. Tujuan jangka panjang menggambarkan

perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah dan tersedianya

energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan

jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah pengaturan terhadap

stimulus fokal dan kontektual serta keadaan perilaku pasien itu indikasi koping

dari sub sistim regulator dan kognator.

4. Intervensi dan implementasi

Intervensi merupakan proses seleksi dari pendekatan keperawatan untuk

meningkatkan adaptasi dengan merubah stimuli atau penguatan dari proses

adaptif. Tujuan intervensi keperawatan adalah mempertahankan dan

mempertinggi perilaku adaptif serta merubah perilaku tidak efektif menjadi

perilaku adaptif. Fokus intervensi adalah mengarah pada suatu stimulus yang

mempengaruhi suatu perilaku. Langkah dalam menyusun intervensi keperawatan

meliputi penetapan atas empat hal yaitu : a) apa pendekatan alternatif yang akan

dilakukan, b) apa konsekuensi yang akan terjadi, c) apakah mungkin tujuan

tercapai oleh alternatif tersebut, d) nilai alternatif itu diterima atau tidak.

Intervensi keperawatan ini dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain

(pasien, keluarga, dan tim kesehatan) (Roy & Andrews, 1999 dalam Alligood &

Tomey, 2006)

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 35: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

23

Implementasi keperawatan merupakan uraian yang lebih rinci dari intervensi

keperawatan yang telah terpilih. Perawat harus menentukan dan memulai langkah-

langkah yang akan merubah stimulus dengan tepat. Implementasi keperawatan

dilaksanakan terus menerus sesuai dengan perkembangan pasien. Implementasi

dapat berubah-ubah dalam cara, teknik, dan pendekatan yang tergantung pada

perubahan tingkat adaptasi pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian keefektifan dari intervensi keperawatan dalam

hubungannya dengan perilaku dari sistem manusia yang menjadi refleksi dari

tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk dapat menetapkan

suatu intervensi keperawatan efektif atau tidak maka perawat harus melakukan

pengkajian perilaku berkaitan dengan manejemen stimulus pada intervensi

keperawatan tersebut (Roy & Andrews, 1999 dalam Alligood & Tomey, 2006).

2.3 Penerapan Teori Adaptasi Roy pada Asuhan keperawatan Pasien dengan

Penyakit Ginjal tahap Akhir

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien penyakit ginjal tahap akhir

(PGTA) dilakukan secara holistik dengan menggunakan pendekatan Teori

Adaptasi Roy. Model Adaptasi Roy memungkinkan untuk diterapkan pada

pasien dengan PGTA karena pasien membutuhkan adaptasi terhadap berbagai

stimulus yang mempengaruhi proses perjalanan penyakit dan penatalaksanaan

untuk mempertahankan kesehatan yang maksimal dengan adanya kerusakan

fungsi ginjal pada pasien PGTA, untuk itu peran perawat spesialis sangat

dibutuhkan dalam menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan

pendekatan Model Adaptasi Roy.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 36: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

24

2.3.1 Pengkajian Perilaku dan Stimulus

1. Mode Adaptasi Fisiologis

Menurut Roy dan Andrews (1999) dalam Philips (2010) Mode adaptasi fisiologi

merupakan proses tubuh manusia terhadap kerja fisik, respon interaksi dengan

lingkungan baik internal maupun eksternal. Ada dua kelompok besar pada mode

fisiologi yaitu lima kebutuhan dasar pada integritas fisiologi yang terdiri dari

oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, dan empat aktivitas fisiologis

yang membantu aktivitas regulator dan mengintegrasikan fungsi fisiologis yang

terdiri dari sensasi, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis, dan fungsi endokrin.

a. Oksigenasi dan sirkulasi

Pada oksigenasi menurut Roy koping yang diharapkan adalah terjaganya

proses oksigenasi secara tepat seperti ventilasi, pertukaran gas dan transportas

gas (Philips, 2010). Pada pasien dengan PGTA terjadi perubahan fungsi ginjal

akibat destruksi nefron secara progresif sehingga terjadi penurunan laju

filtrasi glomerulus yang mengakibatkan retensi cairan diseluruh tubuh

termasuk jaringan paru yang dapat mengganggu proses ventilasi. Transportasi

oksigen pada PGTA dapat terjadi akibat penurunan jumlah sel darah merah

akibat terganggunya produksi eritropoitien (Price, 2005). Pengkajian perilaku

keperawatan masalah oksigenasi dan sirkulasi meliputi : pola napas, frekuensi

napas, suara napas, tanda sianosis, warna membran mukosa, tekanan darah,

nasi, bunyi jantung, capillary refill time (CRT), dan analisa gas darah.

Pengkajian terhadap stimulus fokal, konstektual dan residual difokuskan pada

kondisi yang memepengaruhi perilaku maladaptif.

b. Nutrisi

Menurut Roy, koping mekanisme yang diharapkan pada nutrisi adalah

mempertahankan fungsi tubuh, meningkatkan pertumbuhan, dan mengganti

jaringan yang rusak dengan cara ingesti dan asimilasi makanan. Pengkajian

perilaku pola nutrisi pasien PGTA meliputi berat badan, tinggi badan, indeks

masa tubuh (IMT), kebiasaan makan, keluhan tidak nafsu makan, adanya

mual dan muntah, kesulitan menelan, kebersihan gigi dan mulut, riwayat

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 37: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

25

alergi, menu diet yang dijalani. Pasien PGTA sering mengeluhkan kondisi

tidak nafsu makan, mual dan muntah yang dapat terjadi akibat peningkatan

kadar ureum darah. Pasien PGTA juga sering mengalami edema akibat

pembatasan cairan yang tidak adekuat sehingga diperlukan data tentang berat

badan secara aktual agar kebutuhan pemenuhan energi dan kalori dapat

diketahui secara tepat. Pengkajian stimulus yang perlu dikaji meliputi

Stimulus fokal yang menjadi penyebab terjadinya kondisi maladaptif

dimungkinkan karena komplikasi penyakit yang memperberat kondisi serta

kebiasaan dan pola makan pasien yang tidak sesuai anjuran, stimulus

kontekstual peningkatan nilai ureum darah sehingga mempengaruhi sistem

pencernaan. Stimulus residual berupa pengaturan terhadap kepatuhan diit dan

makanan yang harus dihindari dan dibatasi oleh .

c. Eliminasi

Mekanisme koping menurut Roy pada eliminasi adalah terjadinya proses

pembuangan dari saluran cerna dan ginjal dengan pengkajian perilaku

eliminasi adalah buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Pasien

dengan PGTA mengalami penurunan terhadap jumlah urin yang disebabkan

karena penurunan fungsi ginjal yang berakibat terhadap penurunan laju

filtrasi glomerulus sehingga terjadi retensi cairan didalam tubuh dan

penurunan terhadap fungsi ekskresi ginjal. Pengkajian perilaku meliputi

frekuensi dan jumlah urin, warna urin, keluhan saat BAK, nilai clearance

creatinin (CCT), nilai laboratorium urinalisa. Stimulus fokal yang menjadi

penyebab gangguan eliminasi adalah penurunan fungsi glomerulus, stimulus

kontekstual berupa overload cairan, stimulus residual mendapatkan terapi

diuretik.

d. Aktivitas dan Istirahat

Mekanisme koping yang diharapkan dari pengkajian aktivitas dan istirahat

adalah mempertahankan keseimbangan antara aktivitas fisik dan istirahat.

Pengkajian perilaku terkait aktivitas dan istirahat meliputi keluhan lemas dan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 38: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

26

lelah, kemampuan melakukan aktivitas fisik, perawatan diri dan mobilisasi

diri, kuantitas dan kualitas tidur, gangguan tidur. Stimulus fokal yang menjadi

penyebab adalah respon fisiologis penyakit, stimulus kontekstual adalah

koping tidak efektif dan stimulus residual adalah kurang pengetahuan.

e. Proteksi

Menurut Roy & Andrews 1999 dalam Philips (2010), mekanisme koping

yang diharapkan adalah mempertahankan tubuh melawan infeksi, trauma,

dan perubahan temperatur. Pengkajian perilaku pada proteksi meliputi

kondisi kulit pasien, adanya luka atau tidak dan karakteristik luka, drainase

luka, riwayat alergi dan infeksi. Pasien dengan PGTA sering mengeluhkan

gatal dan kulit bersisik serta menghitam yang diakibatkan peningkatan urum

dalam darah (Ureumia). Pengkajian stimulus fokal disebabkan karena

penurunan fungsi glomerulus, stimulus kontekstual adalah koping tidak

efektif dan stimulus residual adalah kurang pengetahuan.

f. Sensori

Sensasi merupakan bagian dari proses fisiologis yang membantu aktivitas

regulator dan mengintegrasikan fungsi fisiologis. Hal ini berkaitan dengan

sistem pendengaran, sistem penglihatan, dan sistem somatosensoris.

Mekanisme koping yang diharapkan adalah memungkinkan individu untuk

berinteraksi dengan lingkungan. Pengkajian perilaku dan stimulus pada

pengkajian sensori pasien dengan PGTA adalah pengkajian terhadap keluhan

sistem penginderaan yang meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman,

pengecapan dan perabaan.

g. Cairan dan Elektrolit

Mekanisme koping yang diharapkan Roy adalah dapat mempertahakan

keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa yang dapat memperbaiki

Keadaan seluler dan ekstraseluler serta fungsi sistemik. Pengkaian perilaku

terkait cairan dan elektolit pada pasien PGTA meliputi keseimbangan cairan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 39: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

27

tubuh selama 24 jam, adanya tanda edema, asites, tanda adanya edema paru,

peningkatan vena jugularis, peningkatan frekuensi napas, pengkajian

laboratorium terkait pemeriksaan kimia darah dan kadar elektrolit. Pengkajian

stimulus fokal disebabkan karena penurunan fungsi glomerulus, stimulus

kontekstual adalah peningkatan nilai ureum dan kreatinin dan stimulus

residual adalah kurang pengetahuan.

h. Fungsi neurologis

Mekanisme koping yang terjadi menurut Roy sebagai akibat adanya

koordinasi dan kontrol pergerakan tubuh, tingkat kesadaran, dan proses

kognitif emosional. Pengkajian perilaku dan stimulus pada fungsi neurologis

meliputi tingkat kesadaran, adanya aktivitas kejang, respon motorik, orinetasi

dan respon kognitif emosional pasien

i. Fungsi endokrin

Fungsi endokrin mengintegrasikan dan mengkoordinasikan fungsi tubuh

sehingga metabolisme tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pengkajian

perilaku dan stimulus terkait dengan fungsi endokrin meliputi adanya riwayat

menderita penyakit DM, pembesaran kelanjar serta pemeriksaan kadarkadar

glukosa darah.

2. Mode Adaptasi Konsep diri

Pengkajian mode konsep diri terdiri dari 1) Body sensation, perlu dikaji perasaan

Pasien PGTA terkait perubahan fungsi tubuh secara fisik akibat berbagai

perkembangan proses penyakit dan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis

dan peritoneal dialisis yang membutuhkan waktu sepanjang hidup (Smeltzer &

Bare, 2008); 2) Body Image, perubahan body image pada pasien PGTA

disebabkan karena pemasangan akses vaskuler doble lumen atau cimino yang

mengalami dilatasi setelah pemakaian yang lama yang dapat menimbulkan

berbagai kondisi psikologis seperti merasa tertekan dan merasa hidupnya tidak

berharga akibat pengobatan yang terjadi seumur hidup 3) Self consistency,

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 40: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

28

manajemen pasien PGTA dengan terapi pengganti ginjal mengakibatkan pula

perubahan gaya hidup yang harus dijalani. Penting sekali mengkaji bagaimana

perasaan klien saat terdiagnosis PGTA dan bagaimana kesiapan pasien menjalani

terapi pengganti ginjal 4) Moral-spiritual-ethical-self, mengkaji kemampuan klien

memandang diri secara positif, pola hubungan pasien dengan orang-orang

terdekat dan dukungan sosial. Dukungan dari orang terdekat tidak saja terkait

dukungan emosional tapi juga dukungan secara financial. Selain itu perlu dikaji

kemampuan spiritual mereka baik menyangkut kepercayaan dan kekuatan.

3. Mode Adaptasi Fungsi Peran

Kebutuhan dasar dalam mode fungsi peran yang adaptif adalah integritas

dalam hubungan sosial. Mode fungsi peran berhubungan dengan pola

interaksi sosial seseorang dalam berhubungan dengan orang lain yang

berfokus pada bagaimana seseorang menempatkan dirinya dalam hubungan

bermasyarakat. Menurut Capernito (2005) dalam Harkreader (2007) performa

peran adalah terpenuhinya peran seseorang dan tanggung jawabnya didalam

kehidupan yang meliputi tindakan, pikiran, serta perasaan yang berhubungan

dengan peran tersebut. Perubahan peran pada pasien dengan PGTA dapat

terjadi diakibatkan karena kondisi penyakit yang membutuhkan terapi

pengganti ginjal yang harus berlangsung seumur hidup sehingga

mengakibatkan perubahan fisik dan mental yang mempengaruhi peran-peran

mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pengkajian fungsi peran dilakukan

dengan melakukan anamnesa dan mengeksplore perasaan pasien terkait

perubahan peran yang dialami dan dampak perubahan fungsi peran itu

sendiri.

4. Mode Saling Ketergantungan (Interdependence)

Mode saling ketergantungan berfokus pada interaksi untuk saling memberi

dan menerima cinta/kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Pasien

dengan PGTA dapat mengalami kecemasan, rasa tidak berdaya,

ketergantungan dengan orang lain terutama anggota keluarga. Bentuk

pengkajian mode saling ketergantungan meliputi bentuk perhatian dari

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 41: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

29

keluarga dan orang terdekat, bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain,

interaksi saling memberi dan menerima cinta dan kasih sayang, perhatian dan

saling menghargai.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang diperoleh dari suatu

perumusan interpretasi data terhadap status adaptasi seseorang yang dihubungkan

antara perilaku dengan beberapa stimulus yang berkaitan. Diagnosa keperawatan

yang dapat muncul pada pasien penyakit ginjal tahap akhir menurut diagnosa

keperawatan dari Nanda (2010) dan diangkat berdasarkan empat mode adaptasi

diantaranya adalah :

1. Mode fisiologis

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan mode fisiologis

meliputi : a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi akibat penurunan fungsi ginjal, b) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,

c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara masukan

dan kebutuhan oksigen akibat anemia dan kelelahan, d) Resiko penurunan

perfusi jaringan (perifer, kardiopulmonal, renal) berhubungan dengan penurunan

oksigen jaringan akibat anemia, e) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan peningkatan ureum, kelembaban kulit kurang

2. Mode konsep diri

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan mode konsep diri

meliputi cemas berhubungan dengan krisis situasi terkait dengan proses penyakit,

pengobatan dan perawatan yang akan dijalani

3. Mode fungsi peran

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan mode fungsi peran

meliputi perubahan peran berhubungan dengan penyakit kronis dan hospitalisasi;

tidak dapat menjalankan peran dengan baik.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 42: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

30

4. Mode interdependensi

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan mode interdependensi

meliputi mekanisme koping tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi akibat

penyakit kronis dan pengobatan yang lama dan kompleks; kurang pengetahuan

tentang koping yang efektif.

2.3.3 Tujuan keperawatan

Tujuan keperawatan pada pemberian asuhan keperawatan merupakan perilaku

yang diharapakan dapat tercapai dari pemberian asuhan keperawatan, yang terdiri

dari 3 kesatuan, yaitu : a) perilaku yang diobservasi, b) perubahan yang

diharapkan, dan c) waktu yang disusun untuk mencapai tujuan. Tujuan

keperawatan menurut Roy pada pasien penyakit ginjal tahap akhir tercapai ketika

pasien mampu beradaptasi secara adaptif terhadap berbagai stimulus pada model

adaptasi fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

2.3.4 Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan direncanakan dalam asuhan keperawatan bertujuan

merubah stimulus fokal, kontekstual dan residual untuk meningkatkan

kemampuan mekanisme koping dan adaptasi pasien pada tatanan yang adaptif,

sehingga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat. Intervensi

keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir

berpedoman pada Nursing Intervension Classification (NIC) dan Nursing

Outcome Classification (NOC) (Dochterman & Bulechek, 2007), dengan

menggunakan pendekatan Teori Adaptasi Roy adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan volume cairan

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan

kelebihan cairan, meliputi : a) monitoring cairan, b) manajemen

cairan/elektrolit, c) rencana penatalaksanaan terapi pengganti ginjal.

Aktivitas regulator pada intervensi keperawatan pada masalah keperawatan

kelebihan cairan meliputi : a) kaji status cairan (timbang badan tiap hari,

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 43: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

31

keseimbangan masukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan edema,

distensi vena jugularis, tekanan darah, denyut nadi dan irama nadi); b) catat

pemasukan dan pengeluaran cairan secara akurat; c) batasi pemasukan cairan;

d) monitor perubahan berat badan sebelum dan sesudah pelaksanaan dialysis;

e) kolaborasi dengan medis dalam pemberian diuretik; f) identifikasi sumber

potensial cairan (medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan,

makanan); g) monitor nilai laboratorium (nilai serum dan elektrolit urin, kadar

elektrolit darah).

Aktivitas cognator meliputi : Edukasi tentang pentingnya pembatasan cairan

dan caranya; edukasi tentang pencatatan cairan; edukasi tentang kelebihan

cairan, penyebab dan bahayanya; edukasi tentang pentingnya menjaga diet;

edukasi tentang manajemen rasa haus dan cara pengaturan intake cairan

2. Gangguan perfusi jaringan

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan

gangguan perfusi jaringan, meliputi : a) Circulatory care (perawatan

sirkulasi), b) Peripheral sensation management (manajemen sensasi perifer)

Aktivitas regulator pada intervensi gangguan perfusi jaringan meliputi :

a) Pemantauan tanda-tanda vital; b) monitor intake dan output cairan;

c) pengaturan posisi semi foller; d) monitoring kecepatan, irama dan

kedalaman pernafasan; e) auskultasi bunyi jantung dan suara paru;

f) monitoring adanya diritmia; g) monitoring adanya kelelahan, tahkipnea,

orthopnea; h) perawatan sirkulasi: observasi warna, kelembaban kulit,

evaluasi edema, CRT; i) batasi aktivitas; j) anjurkan ROM aktif atau pasien

selama bed rest; k) terapi oksigen 2 – 4 lt/ menit; l) pantau dan interpretasi

nilai laboratorium; m) kolaborasi manajemen pengobatan

Aktivitas cognator meliputi : Edukasi tentang penurunan perfusi jaringan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 44: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

32

3. Intoleransi aktivitas

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan

intoleransi aktivitas, meliputi : a) Manajemen energy; b) Terapi aktivitas

Aktivitas regulator pada intervensi masalah keperawatan intoleransi aktivitas

meliputi : a) Awasi TD, nadi, pernafasan, selama & sesudah aktivitas; b)

Catat respon terhadap aktivitas; c) kaji faktor yang menimbulkan keletihan:

anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk sampah; d)

kaji faktor yang menimbulkan depresi; e) monitor intake nutrisi yang adekuat;

f) berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat cukup; g) monitor

respon oksigenasi pasien terhadap perawatan diri atau aktivitas keperawatan;

h) tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang dapat

ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi; i) bantu pasien memilih aktivitas yang

sesuai dengan kemampuan fisik; j) anjurkan pasien untuk menghentikan

aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, nafas pendek, lelah atau pusing; k)

anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis; l) kolaborasi pemberian oksigen

dan transfusi bila perlu

Aktivitas Cognator pada intervensi masalah keperawatan intoleransi aktivitas

meliputi: a) Jelaskan penyebab keletihan; b) edukasi teknik untuk menghemat

energy; c) edukasi alternative perawatan diri sesuai dengan keterbatasan

4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, meliputi :

a) Manajemen mual, b) Manajemen nutrisi, dan c) Monitoring nutrisi

Aktivitas regulator direncanakan pada masalah keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi meliputi : a) Monitoring intake / pemasukan nutrisi

dan kalori; b) Pantau adanya tanda/gejala hiperglikemia (trias poli,

kelemahan, sakit kepala, hipotensi, penurunan kesadaran); c) anjurkan makan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 45: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

33

sedikit tapi sering; d) tentukan program diit dan pola makan pasien;

e) observasi keluhan mual atau muntah; f) anjurkan untuk sering melakukan

perawatan mulut; g) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (Nilai

laboratorium : BUN, albumin serum, transferin, natrium & kalium; h) Batasi

kalium, natrium & pemasukan fosfat sesuai indikasi; i) Berikan diit tinggi

kalori, rendah garam, rendah/sedang protein.

Intervensi terhadap aktivitas cognator direncanakan pada masalah

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi meliputi : a) Edukasi tentang

pentingnya nutrisi dan mematuhi diet; b) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dubutuhkan.

5. (Resiko) kerusakan integritas kulit

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan

kerusakan integritas kulit, meliputi : a) manajemen gatal, b) Perawatan kaki

dan c) Perawatan luka

Intervensi aktivitas regulator yang direncanakan pada masalah keperawatan

kerusakan integritas kulit meliputi : a) Inspeksi kulit terhadap perubahan

warna, turgor, vascular; Inspeksi area tergantung terhadap edema;

b) Pertahankan linen kering, bebas keriput; c) Anjurkan pasien untuk

merubah posisi dengan sering; d) kaji keluhan gatal; e) Lakukan kompres

lembab & dingin untuk memberikan kenyamanan pada area pruritus;

f) Kolaborasi pemberian therapy sesuai kebutuhan.

Intervensi aktivitas Cognator yang direncanakan pada masalah keperawatan

kerusakan integritas kulit meliputi : a) Jelaskan tentang pengaruh penyakit,

rasa gatal dan efek samping bila dilakukan garukan.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 46: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

34

6. Cemas

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan cemas,

meliputi a) Anxiety reduction dan b) Relaxation Therapy

Intervensi aktivitas regulator yang direncanakan pada masalah keperawatan

cemas meliputi : a) Mengobservasi tanda verbal dan non verbal kecemasan

klien dan lakukan pendekatan dengan tenang dan meyakinkan; b) Dorong

pengungkapan secara verbal tentang perasaan, persepsi dan kecemasan;

c) Kontrol stimulasi yang dapat menimbulkan stress bila diperlukan sesuai

kebutuhan klien; d) Dukung penggunaan mekanisme koping yang tepat

misalnya berdoa; e) Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit; f) Motivasi

untuk mengungkapkan perasaan; g) Libatkan keluarga untuk memberikan

dukungan moril; h) Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan kecemasan; i) Kontrol stimulant, yang sesuai dengan

kebutuhan pasien; j) Dukung mekanisme pertahanan yang layak; k) Dampingi

pasien untuk menjelasan gambaran yang realistis terhadap peristiwa yang

akan terjadi; l) Tunjukkan pada pasien penggunaan tehnik relaksasi; m) Kaji

kemampuan pasien untuk mengambil keputusan; n) Kolaborasi dengan tim

medis untuk pemberian obat menurunkan kecemasan

Intervensi aktivitas cognator yang direncanakan pada masalah keperawatan

cemas tmeliputi : a) Edukasi proses penyakit dan regimen terapi; b) Edukasi

metode mengurangi kecemasan

7. Perubahan penampilan peran

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan

perubahan penampilan peran, meliputi a) Peningkatan peran dan b) Dukungan

keluarga

Intervensi aktivitas regulator yang direncanakan pada masalah keperawatan

perubahan penampilan peran meliputi : a) Bantu pasien mengidentifikasi

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 47: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

35

berbagai peran yang masih dapat dioptimalkan; b) Bantu pasien

mengidentifikasi perannya dalam keluarga; c) Bantu pasien mengidentifikasi

transisi peran; d) Bantu pasien dalam mengidentifikasi kegagalan peran;

e) Bantu psien dalam mengidentivikasi perubahan peran akibat sakit atau

ketidakmampuan; f) Bantu pasien mengidentifikasi perilaku yg dibutuhkan

untuk peran baru; g) Fasilitasi komunikasi antara pasien dan keluarga atau

antara anggota keluarga; h) Bantu pasien dan keluarga dalam

mengidentifikasi dan mengatasi konflik

Intervensi aktifitas cognator yang direncanakan pada masalah keperawatan

perubahan penampilan peran meliputi : a) Diskusikan perubahan peran yang

terjadi; b) Diskusikan koping yang positif dalam menghadapi perubahan

peran; c) Diskusikan dengan keluarga tentang perubahan peran pasien;

d) Anjurkan kelurga untuk terus memberikan dukungan kepada pasien.

8. Koping tidak efektif

Intervensi keperawatan yang direncanakan pada masalah keperawatan koping

tidak efektif, meliputi : a) Dukungan spiritual, b) Lakukan komunikasi

terapeutik dan c) Peningkatan koping

Intervensi aktivitas regulator yang direncanakan pada masalah keperawatan

koping tidak efektif, meliputi : a) Nilai pengertian pasien terhadap proses

penyakit; b) Dukung pasien akan harapan yang realistik sebagai cara terkait

dengan perasaan tak berdaya; c) Bantu pasien dalam pengembangan penilaian

objektif; d) Sediakan bagi pasien pilihan yang realistik mengenai aspek-aspek

perawatan yang pasti; e) Evaluasi kemampuan pasien membuat keputusan;

f) Coba untuk mengerti perspektif pasien terhadap situasi yang penuh stress;

g) Jangan dukung keputusan yang dibuat pasien bila pasien dalam keadaan

stress; h) Dukung penggunaan sumber-sumber spiritual, jika diinginkan;

i) Dukung pasien menggunakan mekanisme pertahanan yang tepat; j) Bantu

pasien mengembangkan jalan keluar yang konstruktif untuk marah dan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 48: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

36

permusuhan; k) Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain;

l) Dukung pasien mengidentifikasi nilai-nilai hidup yang spesifik;

Perkenalkan pasien pada seseorang atau kelompok yang mempunyai

pengalaman sama dan berhasil menjalani; m) Bantu pasien menilai sumber-

sumber yang ada untuk menemukan tujuan; n) Nilai keinginan pasien

terhadap dukungan social; o) Bantu pasien untuk mengidentifikasi support

sistem yang ada.

Intervensi aktivitas cognator yang direncanakan pada masalah keperawatan

koping tidak efektif, meliputi : Konseling; Edukasi manajemen stress;

Berikan pembelajaran individual

2.3.5 Evaluasi

Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi merupakan

penetapan keefektifan dari intervensi keperawatan. Evaluasi yang dilakukan

adalah membandingkan respon perilaku yang dihasilkan setelah dilakukan

intervensi keperawatan dengan perilaku yang dirumuskan pada rumusan tujuan

inetervensi keperawatan yang direncanakan.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 49: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

37

BAB 3

PROSES RESIDENSI

Pada bab 3 ini akan menguraikan dan menggambarkan tentang pelaksanaan proses

residensi yang terdiri dari penerapan asuhan keperawatan pada satu kasus kelolaan

utama pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) dan analisis asuhan

keperawatan dari kasus kelolaan lainnya pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan selama penulis melakukan pratik residensi dengan menggunakan

pendekatan teori adaptasi Roy. Pada bab ini jugan menjabarkan tentang

pelaksanaan penerapan salah satu intervensi yang dipilih berdasarkan bukti ilmiah

Evidence Based Practice Cryotherapy Untuk Mengurangi Nyeri Saat Penusukan

Arterivenous Fistula Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis.

Selain itu juga menjelaskan program inovasi yang praktikan lakukan dalam

praktik residensi berupa manajemen pada pasien penyakit ginjal tahap akhir

dengan hemodialisis.

3.1 Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Pemberian Asuhan Keperawatan

Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan

3.1.1 Penerapan Teori Adaptasi Roy Pada Kasus Kelolaan Utama pada

Pasien dengan Penyakit Ginjal Tahap Akhir

1. Gambaran kasus kelolaan utama

Pasien bernama Nn. LM, umur 28 tahun, status belum menikah, agama islam,

pendidikan terakhir tamat akademik, pekerjaan pegawai swasta, alamat Ciputat

Tangerang Selatan. Pasien dirawat di RSUP Fatmawati sejak tanggal 18 april

2014 dengan keluhan utama sesak napas yang memberat sejak 10 hari sebelum

masuk rumah sakit disertai mual dan memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah

sakit. Pada saat pengkajian tanggal 21 april 2014 keluhan pasien adalah sesak

napas terutama ketika tidur, nyeri dada seperti tertindih, kaki bengkak, nyeri di

area perut bagian atas, tidak nafsu makan dan mual disertai muntah. Nyeri di area

perut atas dirasakan terus menerus, dengan skala nyeri berada pada rentang 5-6

36

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 50: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

38

saat nyeri lepas dan nyeri meningkat saat ditekan dengan skala nyeri berada pada

rentang 7-8.

Pasien 2 minggu sebelumnya pernah dirawat selama 2 hari di RS UIN dengan

keluhan yang sama yaitu sesak napas dan bengkak seluruh tubuh. Pasien sudah

mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit ginjal dan hipertensi sejak 8 bulan

yang lalu sebelum masuk rumah sakit saat di rawat di RS UIN dan sudah

dianjurkan untuk melakukan cuci darah, tetapi pasien masih belum setuju untuk

dilakukan tindakan cuci darah tersebut dan pasien hanya mengkonsumsi obat

yang diberikan yaitu amlodipin 1 x 10 mg dan captopril 1 x 25 mg. Pasien tidak

memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dan tidak memiliki riwayat alergi

terhadap obat dan makanan. Pasien memiliki riwayat mengkonsumsi minuman

berenergi selama 2 tahun sebelum sakit untuk menjaga stamina saat bekerja, dan

kebiasaan tersebut berhenti sejak dinyatakan sakit ginjal.

2. Proses Asuhan keperawatan Berdasarkan Teori Adaptasi Roy

Asuhan keperawatan dilakukan secara holistik dan komprehensif yang dimulai

dari melakukan pengkajian sampai dengan melakukan evaluasi dari asuhan

keperawatan yang diberikan dengan menggunakan pendekatan teori adaptasi Roy.

a. Pengkajian Perilaku dan Stimulus

1) Mode Adaptasi Fisiologis

a) Oksigenasi dan sirkulasi

i. Pengkajian Perilaku

Oksigenasi :

pasien mengeluhkan sesak napas yang memberat jika digunakan untuk

tidur terlentang.

Pemeriksaan fisik :

RR 32 x/menit, teratur, tidak ada sekret pada jalan napas, terpasang

oksigen simple mask 6 L/menit, bunyi nafas vesikuler +/+, ronkhi +/+,

tidak terdapat penggunaan otot bantu pernapasan (tidak ada

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 51: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

39

penggunaan napas cuping hidung dan tidak ada restraksi dinding dada

ke dalam), vokal fremitus dada kanan dan kiri sama

Pertukaran gas : hasil pemeriksaan Lab AGD (19/04/2014) PH :

7,260; PCO2 : 31,6; PO2 : 66,2; BP : 752; HCO3 : 13,9; O2 saturasi :

90,5; BE -11,9; Total CO2 : 14,8.

Foto thorak tanggal 19 april 2014 : kardiomegali dengan tanda

bendungan paru dan suspek pleura bilateral.

Sirkulasi :

TD 150/100 mmHg, HR 92 x/menit, nadi kuat dan teratur, akral

hangat, JVP 5±2 cm H2O, tidak ada riwayat sinkop dan pusing, tidak

terdapat diaforesis, ekstremitas atas hangat tetapi ektremitas bawah

dingin, pengisian CRT < 3 detik. Bunyi jantung S1 dan S2 normal,

tidak terdapat gallop dan murmur, konjungtiva tidak anemis. Terjadi

perubahan tanda vital saat perubahan posisi, yaitu saat perubahan

posisi dari tidur terlentang menjadi duduk dengan tanda vital saat tidur

terlentang TD 150/100 mmHg, HR 92 x/menit, RR 32 x/menit,

setelah digunakan untuk duduk TD 150/100 mmHg, HR 94 x/menit,

RR 28 x/menit.

ii. Pengkajian Stimulus

Stimulus fokal : penurunan complain paru, stimulus konstektual :

edema paruakibat kelebhan volume cairan, stimulus residual : pasien

mengalami cemas dengan perkembangan penyakitnya.

b) Nutrisi

i. Pengkajian Perilaku

Sejak sakit pasien mengeluh tidak nafsu makan karena merasa mual.

Pasien makan hanya 1-2 sendok makan sekali makan dengan

frekuensi makan 2 x/hari saat dirumah (± 300 Kkal/Hari dari diet yang

dianjurkan 1700Kkal/Hari) . Saat pengkajian pasien mengatakan mual

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 52: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

40

dan muntah. Muntah sudah 3 kali sejak bangun tidur jam 05.00 WIB

(jumlah muntah ± 200 cc sekali muntah berisi sisa makanan dan air).

Sejak dirawat 2 hari yang lalu pasien makan hanya 1 sendok makan

nasi saja tanpa lauk dan sayur dengan frekuensi makan 2 x/hari. BB

sebelum sakit (1 bulan yang lalu) 65 kg dan BB saat ini 60 kg (turun 5

kg dalam 1 bulan atau 8,5 %), TB 155 cm, IMT : 24. Pemeriksaan

fisik diperoleh data konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, mukosa

mulut kering, bising usus 10 x/menit.

Pemeriksaan biokimia (19/04/2014) : Hb: 9,8 g/dl , Ht: 30 %, GDS :

110 gr/dl

ii. Pengkajian Stimulus

Stimulus Fokal : mual, muntah dan tidak nafsu makan

Stimulus Kontekstual : kadar Ureum darah pasien 338 mg/dl

Stimulus Residual : kurang pengetahuan

c) Eliminasi

i. Pengkajian Perilaku

Eliminasi BAB : pasien mengatakan saat dirumah BAB 1 kali/hari tidak

ada keluhan. Saat pengkajian pasien mengatakan BAB normal 1 x/hari,

feses berwarna kuning, konsistensi lunak, tidak terdapat kesulitan dan

tidak nyeri saat BAB, BAB dikamar mandi dibantu oleh keluarga.

Eliminasi BAK : pasien mengatakan saat dirumah masih bisa BAK

secara spontan, tidak ada keluhan nyeri namun merasakan jumlah air

kencingnya berkurang dari sebelum sakit ginjal. Saat pengkajian

didapatkan data pasien tidak terpasang kateter, BAK Spontan, frekuensi

5-6 x sehari semalam, tidak terdapat nyeri pada kandung kemih, warna

kuning jernih. Jumlah urin : 800 cc/24 jam. Pasien mendapatkan terapi

injeksi intravena lasix 3 x 40 mg. Nilai CCT hitung (dengan nilai

cretinin 19/04/2014) : 3,3 ml/menit. Hasil urinalisa (22/04/2014) :

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 53: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

41

protein urin +3, berat jenis 1,020, warna kuning jernih, nitrit (+), PH

Urin 7 Darah (HB) +1, Eritrosit 2-3, Bakteri (+)

ii. Pengkajian stimulus

Fokal : overload cairan

Kontekstual : penurunan fungsi glomerulus dengan CCT Hitung 3,3

ml/menit

Residual : Terapi diuretik

d) Aktivitas dan istirahat

i. Pengkajian Perilaku

Aktivitas : saat pengkajian pasien masih terlihat lemah dan terlihat

sesak napas, perawatan diri dan mobilisasi dilakukan dengan bantuan

keluarga dan perawat, aktivitas BAB dan BAK dilakukan di kamar

mandi dengan bantuan perawat atau keluarga. Pasien mengatakan

masih merasakan sesak napas dan lemas, sesak bertambah jika tidur

terlentang serta setelah berjalan dari kamar mandi, tetapi pasien tidak

mau BAK dan BAB di atas tempat tidur sehingga untuk BAK dan

BAB tetap di kamar mandi dengan bantuan keluarga atau perawat.

Penilaian resiko jatuh dengan nilai Morse : 45 (Resiko Sedang).

Istirahat : pasien mengatakan semalam tidak bisa tidur dan sering

terbangun jika tidur karena merasakan sesak dan nyeri di area perut

atas. Pasien mengatakan sering memikirkan kondisi penyakitnya dan

memikirkan pemasangan catheter double lumen (CDL) dan tindakan

hemodialisis yang harus ia jalani seumur hidup. Wajah pasien terlihat

letih, tidak tampak lingkar hitam disekitar mata.

ii. Pengkajian Stimulus

Fokal : Respon fisiologis penyakit

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 54: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

42

Kontekstual : koping tidak efektif

Residual : Kurang pengetahuan

e) Proteksi

i. Pengkajian Perilaku

Orientasi baik, tidak ada letargi. Kulit kering, terdapat edema pada

ekstremitas bawah dengan derajat pitting edema derajat 1. Pasien

mengeluhkan nyeri di area perut atas, nyeri dirasakan terus menerus

dengan skala nyeri lepas berada pada rentang 5-6 dan nyeri meningkat

saat ditekan dengan skala nyeri berada pada rentang 7-8. Pasien

tampak meringis kesakitan saat abdomen atas ditekan perlahan.

ii. Pengkajian Stimulus

Fokal : kerusakan fungsi glomerulus

Kontekstual : edema

Residual : Kurang pengetahuan tentang manajemen cairan dan

manajemen nyeri

f) Sensori

i. Pengkajian Perilaku

Pemeriksaan sensori penglihatan : mata simetris, reaksi cahaya

langsung dan tidak langsung (+), refleks kornea (+), ketajaman

penglihatan tidak mengalami penurunan, tidak ada diplopia.

Pemeriksaan sensori pendengaran : telinga simetris, alat bantu dengar

(-), pendengaran pasien masih normal, pemeriksaan sensori perabaan :

kulit kering, sentuhan kulit (+), indra peraba normal..

ii. Pengkajian Stimulus

Tidak ditemukan masalah maladaptif pada pengkajian perilaku

sehingga tidak ditemukan stimulus fokal, kontekstual dan residual.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 55: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

43

g) Cairan dan elektrolit

i. Pengkajian Perilaku

Tekanan darah : 150/ 100 mmHg, nadi : 90 x/menit, jugularis vena

pressure (JVP) : 5 +2 cmH2O, membran mukosa bibir lembab, turgor

kulit baik, tidak mengalami diaforesis, Terdapat muntah sudah 3 kali

sejak bangun tidur jam 05.00 WIB (jumlah muntah ± 200 cc sekali

muntah berisi sisa makanan dan air), mendapat terapi pembatasan

cairan 600 cc/hari dan lasix 3 x 40 mg perhari. Terdapat edema pada

ekstremitas bawah dan ascites dengan lingkar perut 98 cm. Intake

cairan : minum : 1500 cc/hari. Output : urin (800 cc/hari) + IWL 500

cc/24 jam. Balance cairan : + 200 cc. Nilai laboratorium (19/04/2014)

Natrium : 136 mEq/L, klorida 101 mEq/L, Kalium 4,73 mEq/L, ureum

338mg/dl, creatinin : 23,8 mg/dl.

ii. Pengkajian Stimulus

Fokal : Penurunan fungsi ginjal

Kontekstual : Riwayat Pasien duka minum minuman berkarbonasi

dan minuman penambah energi selam 2 tahun

Residual : Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan tidak

memahami pentingnya pembatasan cairan pada pasien

penyakit ginjal tahap akhir

h) Fungsi Neurologi

i. Pengkajian perilaku

Penampilan umum lemah, tingkat kesadaran composmentis (GCS 15),

status mental baik, fungsi intelektual baik, tidak terjadi gangguan pada

nervus kranialis, reflek fisiologis (+), reflek patologi (-), sensorik baik,

otonom baik, pasien dapat berkomunikasi dengan baik, tidak terdapat

tanda defisit fungsi neurologis. Pasien dapat berorientasi terhadap

tempat, orang dan waktu.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 56: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

44

ii. Pengkajian Stimulus

Tidak ditemukan masalah maladaptif pada pengkajian perilaku

sehingga tidak ditemukan stimulus fokal, kontekstual dan residual.

i) Fungsi Endokrin

i. Pengkajian Perilaku

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak memiliki riwayat

DM, ascites dengan lingkar perut 98 cm, GDS : 110 mg/dl.

ii. Pengkajian Stimulus

Tidak ditemukan masalah maladaptif pada pengkajian perilaku

sehingga tidak ditemukan stimulus fokal, kontekstual dan residual.

j) Fungsi Reproduksi

i. Pengkajian Perilaku

Pasien belum menikah dan selama ini tinggal bersama saudaranya.

Fungsi menstruasi normal sebulan sekali.

ii. Pengkajian Stimulus

Tidak ditemukan masalah maladaptif pada pengkajian perilaku

sehingga tidak ditemukan stimulus fokal, kontekstual dan residual.

2) Mode Adaptasi Konsep Diri

a. Pengkajian Perilaku

i. Sensasi Diri : Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas. Pasien

mengatakan takut melakukan hemodialisa dan takut dilakukan

pemasangan catheter doubel lumen (CDL), pasien juga takut dengan

kondisi penyakitnya jika makin memburuk. Pasien pasrah mengikuti

saran dokter dan perawat agar bisa sembuh

ii. Ideal diri dan Body Image : Pasien mengatakan tidak malu dengan

kondisi sakitnya dan menerima kondisinya dengan pasrah. pasien

mengatakan takut mau menjalani cuci darah dan takut mau dipasang

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 57: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

45

catheter doubel lumen (CDL). Pasien mengatakan hanya sedih dan

takut karena harus cuci darah terus.

iii. Self Consistency : Pasien selama sakit tetap semangat mencari

pengobatan dan menuruti nasihat dokter dan perawat karena ingin

cepat sembuh dan dapat melakukan aktivitas lagi tanpa rasa sakit.

iv. Moral-etik-spiritual : Pasien selama sakit tidak melakukan kegiatan

ibadah sholat.

b. Pengkajian Stimulus

Fokal : respon diri terhadap penerimaan kondisi sakit dan hospitalisasi

Kontekstual : Rencana pemasangan CDL dan tindakan Hemodialisa

Residual : Kurang pengetahuan terhadap tindakan Pemasangan CDL

dan Hemodialisis

3) Mode Fungsi Peran

a. Pengkajian Perilaku

Pasien belum menikah dan sejak sakit sudah tidak bekerja dan

kebutuhannya ditanggung oleh saudara saudaranya. Pasien ingin segera

sembuh dan dapat beraktivitas seperti sebelum sakit dapat bekerja dan

melakukan kegiatan bersosialisasi dengan teman dan tetangganya.

b. Pengkajian Stimulus

Fokal : respon diri terhadap penerimaan kondisi sakit dan

hospitalisasi

Kontekstual : tidak dapat bekerja dan bersosialisasi

Residual : Kurang pengetahuan terhadap tindakan perawatan dan

terapi pengganti ginjal.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 58: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

46

4) Mode Adaptasi Interdependen

a. Pengkajian Perilaku

1) Receptive Behaviour : Pasien sudah menerima penyakit tetapi masih

takut untuk dipasang CDL dan takut untuk menjalani tindakan

hemodialisis seumur hidup. Pasien mendapat dukungan dari saudara

dan keluarganya, sehingga memberikan semangat kepada pasien

untuk melakukan pengobatan dan semangat untuk segera sembuh.

2) Contributor Behaviour : Pasien Kooperatif, hubungan dengan

keluarga dan tetangga baik, menyayangi keluarganya. Keluarganya

selalu mensupport pasien, dan terlibat secara aktif dalam perawatan.

b. Pengkajian Stimulus

Fokal : respon diri terhadap penerimaan kondisi sakit dan

hospitalisasi

Kontekstual : rencana pemasangan CDL dan tindakan Hemodialisis

Residual : kurang pengetahuan terhadap tindakan Pemasangan

CDL dan Hemodialisis

b. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul pada Nn.

LM adalah sebagai berikut :

1. Mode adaptasi fisiologi

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme

regulasi akibat penurunan fungsi ginjal; kurang pengetahuan tentang

manajemen cairan dan diit.

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen

jaringan akibat menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen (anemia);

kelemahan/ keletihan umum; tidak adekuat intake nutrisi.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia; penurunan masukan oral; mual

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan akan kondisi penyakit

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 59: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

47

2. Mode adaptasi konsep diri

a. Cemas berhubungan dengan perubahan gaya hidup; kompleksitas

pengobatan dan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan.

3. Mode adaptasi fungsi interdependensi

a. Koping tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi akibat penyakit

kronis dan pengobatan yang lama dan kompleks; kurang pengetahuan

tentang koping yang efektif.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 60: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

47

c. Intervensi keperawatan

Tabel 3.1

Rencana Asuhan Keperawatan dan Implementasi pada Nn. LM

Pengkajian Perilaku Pengkajian

Stimulus

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi (NIC) & Implementasi

Respon inefektif pada mode

adaptasi fisik : Kelebihan

volume cairan

Data Subjektif :

Pasien mengeluh sesak napas

yang memberat terutama jika

tidur terlentang

Data Objektif :

TD : 150/100 mmHg,

nadi : 90 x/menit,

RR : 32 x/ menit

Intake oral cairan ± 1500

cc/hari. Terdapat edema

pada ekstremitas bawah

ascites dengan lingkar perut

98 cm.

Intake cairan : minum : 1500

Stimulus fokal :

GGK

Penurunan

filtrasi

glomerulus

Stimulus Fokal :

Penurunan

fungsi ginjal

Stimulus

Kontekstual :

riwayat minum

minuman

berkarbonasi

dan penambah

Kelebihan volume

cairan berhubungan

dengan gangguan

mekanisme regulasi

akibat penurunan

fungsi ginjal; kurang

pengetahuan tentang

manajemen cairan dan

diit

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x

24 jam terjadi perbaikan

kelebihan volume cairan

ditandai:

1. Tekanan darah stabil

2. Edema berkurang atau

tidak ada

3. Ascites berkurang atau

tidak ada

4. Tidak ada peningkatan

JVP

5. Pasien patuh terhadap

pembatasan cairan

6. Intake dan out put cairan

tubuh seimbang

1. Monitoring cairan

2. Manajemen cairan

3. Rencana terapi pengganti ginjal

Aktivitas regulator :

1. Kaji status cairan

a. Timbang berat badan harian

b. Ukur keseimbangan masukan dan

haluaran cairan tubuh

c. Turgor kulit dan edema

d. Distensi vena leher

e. Tekanan darah, denyut nadi dan

irama nadi.

2. Catat pemasukan dan pengeluaran

akurat

3. Batasi masukan cairan

4. Monitoring perubahan BB sebelum dan

sesudah tindakan hemodialisis

5. Monitoring nilai serum dan elektrolit

6. Identifikasi sumber potensial cairan.

a. Jumlah medikasi dan cairan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 61: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

48

cc/hari. Output : urin (800

cc/hari) + IWL 500 cc/24

jam. Balance cairan : + 200

cc.

Pemeriksaan laboratorium

(21/04/2014) ureum : 338

mg/dl; creatinin 23,8 mg/dl,

fosfor 5,7 mg/dl, natrium

136 mmol/l, kalium 4,37

mmol/l, clorida 101 mmol/l,

GDS : 110 mg/dl. CCT Hitung : 4,76 ml/menit

energi ± 2 tahun

Stimulus

residual: Kurang

pengetahuan

tentang kondisi

penyakit dan

tidak memahami

pentingnya

pembatasan

cairan pada

pasien penyakit

ginjal tahap

akhir

untuk pengobatan

b. Makanan

7. Kolaborasi medikasi (Lasix 3 x 40 mg)

8. Kolaborasi pelaksanaan hemodialisis

Aktivitas cognator :

a. Edukasi tentang penting pembatasan

cairan dan caranya

b. Ajarkan pasien/klg untuk

mengumpulkan/ mencatat urine 24 jam.

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga

kelebihan cairan, penyebab dan

bahayanya.

d. Edukasi cara mengurangi rasa haus, spt

minum air dingin, mengulum batu es

dan mengunyah permen karet.

e. Self efficacy tentang restriksi cairan

Respon inefektif pada

model adaptasi fisik:

Perubahan nutrisi

Data Subjektif :

Pasien mengeluh mual dan

muntah sudah 3 kali sejak

bangun tidur jan 05.00 WIB

jumlah ± 200 cc berisi

makanan dan air

Stimulus fokal :

penumpukan

toksin (ureum

338 mg/dl)

rasa mual-mual

dan tidak nafsu

makan

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan anoreksia,

penurunan masukan

oral, mual sekunder

terhadap uremia

Setelah perawatan 7x24

jam perawatan, masukan

nutrisi adekuat ditandai

dengan :

1. Tidak ada anoreksia

2. Tidak ada mual-mual

3. Tidak ada muntah

4. Berat badan ideal

5. Tonus otot meningkat

6. Intake nutrisi

1. Manajemen mual

2. Monitoring nutrisi

3. Manajemen nutrisi

Aktivitas Regulator :

1. Monitoring intake / pemasukan nutrisi

dan kalori

2. Kaji/catat pemasukan diet

3. Perhatikan keluhan mual/muntah

4. Anjurkan makan sedikit tapi sering

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 62: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

49

Pasien mengungkapkan tidak

nafsu makan, makan hanya

habis 1-2 sendok makan saja

Pasien mengungkapkan tidak

tahu tentang diet makanan

pada pasien penyakit ginjal

tahap akhir

Data Objektif :

Diet Ginjal 1700 kkal/hari

Pasien tampak lemah

Hasil laboratorium : Hb 9,8

g/dl, Ht 30 g/dl,

Kadar ureum : 338 mg/dl

GDS : 110 mg/dl

Stimulus mual

muntah dan

tidak nafsu

makan

Stimulus

residual: kurang

Pengetahuan

mengenai diet

pada pasien

penyakit ginjal

tahap akhir

meningkat

7. Ureum menurun

5. Anjurkan untuk sering melakukan

perawatan mulut

6.

Kolaborasi :

1. Nilai laboratorium : albumin serum,

transferin, natrium & kalium

2. Berikan diit Diet Ginjal 1700 kkal/hari

Aktivitas Cognator :

1. Libatkan pasien dan keluarga dalam

perencanaan makanan.

2. Jelaskan rasional pembatasan diet &

hubungannya dengan penyakit ginjal &

peningkatan urea & kadar kreatinin.

3. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

jumlah kalori dan jenis nutrisi yang

dibutuhkan

Respon inefektif pada

mode adaptasi fisik:

Intoleransi aktivitas

Data Subjektif :

Pasien mengungkapkan

badannya lemas sekali

Data Objektif :

Stimulus fokal :

kelemahan,

anemia Hb : 9,8

mg/dl

Stimulus

kontekstual :

intake nutrisi

kurang adekuat,

Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan:

a. Menurunnya suplai

oksigen jaringan

akibat anemia

b. kelemahan/

keletihan umum

Setelah perawatan 4 x24

jam, diharapkan pasien

dapat menunjukkan

kemampuan untuk

melakukan aktifitas tanpa

mengeluh adanya

kelainan. Ditandai dengan

:

1. Pasien berpartisipasi

dalam aktivitas yang

1. Manajemen energy

2. Terapi aktivitas

Aktivitas Regulator

1. Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan : Anemia,

Ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, Retensi produk sampah,

Depresi

2. Monitor intake nutrisi yang adekuat.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 63: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

50

Pasien tampak lemah

Haemoglobin : 9,8 gr/dl.

Konjungtiva anemis

restriksi cairan.

Stimulus

residual: kurang

pengetahuan

dapat ditoleransi.

2. Pasien melaporkan

peningkatan rasa

sejahtera/nyaman

3. Pasien melakukan

istirahat & aktivitas

secara bergantian

4. Tidak terjadi

perubahan TTV

selama atau setelah

aktivitas

5. Haemoglobin 10 gr/dl

3. Awasi TD, nadi, pernafasan, selama &

sesudah aktivitas. Catat respon

terhadap aktivitas.

4. Monitor respon oksigenisasi pasien

terhadap perawatan diri atau aktifitas

keperawatan.

5. Berikan aktivitas alternatif dengan

periode istirahat yang cukup.

6. Tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang dapat

ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.

7. Anjurkan pasien untuk menghentikan

aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,

nafas pendek, kelemahan atau pusing.

8. Anjurkan untuk beristirahat setelah

dialisis.

Aktivitas Cognator :

1. Jelaskan kepada pasien penyebab

kelatihan

2. Ajarkan pasien teknik penghematan

energy, misal mandi dengan duduk,

duduk untuk melakukan tugas-tugas.

3. Ajarkan alternative perawatan diri

sesuai keterbatasan

Respon inefektif pada

mode fungsi fisiologis:

Gangguan pola tidur .

Stimulu

s fokal:

Cemas,

Gangguan pola tidur

berhubungan dengan

Setelah dilakukan

perawatan 3 x 24 jam,

kebutuhan tidur terpenuhi,

1. Sleep Enhancement

2. Anxiety reduction

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 64: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

51

Data subyektif:

Pasien mengatakan malam

susah tidur, tidur malam 2-

3 jam.

Sebelum sakit pasien tidur

6-8 jam / hari

Pasien mengatakan tidur

malam sering terbangun.

Pasien kepikiran dan cemas

memikirkan penyakitnya

dan rencana harus dipasang

CDL dan cuci darah

seumur hidup

Data objektif:

Pasien terlihat kusut

Pasien terlihat mengantuk

Tidak tampak lingkar hitam

disekitar mata

penyakit

kronis

Stimulu

s

kontekst

ual:

Koping

tidak

efektif

Stimulu

s

residual:

kurang

pengeta

huan

respon kecemasan ditandai dengan :

1. Jumlah jam istirahat

tidur bertambah

2. Pasien lebih segar

3. Pasien melakukan

teknik untuk

meningkatkan jumlah

jam tidur .

Aktifitas Regulator:

1. Monitor pola tidur & jumlah jam tidur

pasien

2. Bantu pasien mengidentifikasi factor-

faktor yang mungkin menyebabkan

kurang tidur seperti, ketakutan,

keemasan.

3. Anjurkan pasien untuk mengurangi

tidur siang

4. Ajarkan/anjurkan relaksasi otot atau

teknik relaksasi lainnya

Aktifitas Cognator:

1. Jelaskan pentingnya tidur bagi proses

penyembuhan

2. Diskusikan dengan pasien & keluarga

pentingnya kenyamanan, teknik

meningkatkan tidur yang dapat

memfasilitasi tidur yang optimal.

Respon inefektif pada

mode konsep diri:

cemas

Stimulus fokal :

CKD, penyakit

kronis

Cemas berhubungan

dengan kurang

pengetahuan tentang

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24

jam, Cemas berkurang

1. Anxiety reduction

2. Relaxation therapy

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 65: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

52

Data Subjektif :

Pasien mengatakan belum

siap jika harus cuci darah

seumur hidup, karena akan

merepotkan keluarga

Pasien juga mengatakan

cemas dengan rencana

pemasangan double lumen

Pasien juga menanyakan

apakah cuci darah harus

dilakukan selamanya

Data Objektif :

Pasien tampak cemas, dengan

skala cemas pada skala 4-5

Pasien terlihat banyak

melamun

Stimulus

kontekstual :

Pasien sebagai

kepala keluarga

Stimulus

residual :

pengetahuan psn

kurang

kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan.

atau hilang, ditandai

dengan :

1. Pasien mampu

beradaptasi dalam

menghadapi penyakit

yang dialaminya.

2. Pasien memahami

penyakit dan

pentingnya pengobatan

3. Pasien berpartisipasi

dalam program

pengobatan.

4. Pasien mengukapkan

kesiapannya menjalani

pemasangan double

lumen dan tindakan

cuci darah seumur

hidup.

Aktivitas Regulator:

a. Jalin kepercayaan dengan komunikasi

terbuka dengan pasien

b. Berikan kesempatan kepada pasien

untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaanya mengenai kecemasan.

c. Kaji ketakutan dan kecemasan pasien

d. Kaji mekanisme koping yang biasa

digunakan pasien dalam mengurangi

kecemasan

e. Dukung mekanisme koping yang

tepat yang telah digunakan : berdoa.

f. Evaluasi perubahan makna bagi

pasien dan anggota keluarga atau

pasangannya.

g. Motivasi pasien untuk membagi

perasaannya keluarganya.

h. Ajarkan teknik relaksasi, seperti tarik

nafas dalam, meditasi, dsb.

i. Libatkan keluarga untuk memberikan

dukungan moril.

Aktivitas Cognator :

a. Berikan pendidikan kesehatan

mengenai pengertian, penyebab,

tanda dan gejala CKD serta terapi

pengganti ginjal (tindakan

hemodialisa).

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 66: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

53

Respon inefektif pada

mode interdependensi :

koping tidak efektif

berhubungan dengan

penyakit kronis dan

pengobatan yang lama;

kurang pengetahuan

tentang koping yang

efektif

Data:

Pasien mengatakan masih

belum percaya jika ia

menderita gagal ginjal dan

harus menjalani cuci darah

seumur hidup.

Pasien masih sering

kepikiran dan merasa sedih,

namun pasien masih mau

menjalani prosedur

pengobatan dan perawatan

yang dilakukan terhadapnya.

Stimulus fokal:

penyakit kronis

menyebabkan

stress dan

ketergantungan

akan terapi;

Stimulus

kontekstual:

kelemahan fisik.

Stimulus

residual : kurang

pengetahuan.

Koping tidak efektif

berhubungan dengan

krisis situasi akibat

penyakit kronis;

kurang pengetahuan

tentang koping yang

efektif.

Setelah dilakukan

perawatan 3x24 jam,

koping kriteria hasil :

1. Pasien mengatakan

memahami penyakit

yang dialaminya.

2. Pasien mengatakan

kemauannya untuk

menggunakan sumber-

sumber yang ada dalam

meningkatkan

kopingnya yang efektif.

3. Pasien mampu

menggunakan support

system yang ada di

rumah sakit.

4. Pasien dapat

menggunakan teknik

relaksasi saat

mengalami stres

1. Dukungan spiritual

2. Komunikasi therapeutik

3. Peningkatan koping

4. Konseling

Aktifitas Regulator:

1. Bantu pasien dalam pengembangan

penilaian obyektif.

2. Dukung pasien akan harapan yang

realistik.

3. Dukung pasien dalam penggunaan

mekanisme pertahan yang tepat

4. Bantu pasien mengidenstifikasi support

system yang ada.

5. Bantu pasien mengidentifikasi

kemampuan dalam mengatasi stress

6. Eksplorasi koping yang biasa

digunakan, dukung koping yang

positif.

7. Identifikasi harapan pasien.

8. Berikan pujian atas koping positif.

9. Perkenalakan pasien pada seseorang

atau kelompok yang mempunyai

pengalaman sama dan berhasil

menjalaninya.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 67: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

54

Aktifitas cognator:

1. Berikan pendidkan dalam manejemen

stres.

2. Diskusikan dengan pasien tentang

koping yang efektif

3. Diskusikan peran keluarga dlm

merubah perilaku dan membantu

pasien dlm beradaptasi &

meningkatkan koping efektif dalam

kehidupan.

4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga

tentang penyakit dan penatalak

sanaannya agar pasien dapat

mengambil keputusan dengan tepat.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 68: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

55

d. Catatan Perkembangan

Tabel 3.2

Catatan Perkembangan perawatan Nn. LM dengan diagnosa medis Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA)

1. Diagnosa Keperawatan : Kelebihan Volume Cairan

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

09/09/2013

Subjective:

Pasien mengeluh sesak napas

terutama jika tidur terlentang

Objective:

Derajat Pitting edema pada

ekstremitas bawah +1

Ascites +, LP 98 cm

BC : + 100 cc

Subjective:

Pasien mengeluh sesak napas

terutama jika tidur terlentang

Objective:

Derajat Pitting edema pada

ekstremitas bawah +1

Ascites +, LP 98 cm

BC : + 200 cc

Subjective:

Pasien masih mengeluh sesak

napas dan semalam saat tidur

pasien sering terbangun karena

dada terasa begah dan sesak

Pasien mengungkapkan masih

susah untuk membatasi minum

tetapi mencoba tetap sesuai

anjuran

Objective:

Subjective:

Pasien mengatakan sudah lebih

baik meskipun masih sesak

napas

Pasien mengungkapkan masih

susah untuk membatasi minum

Objective:

Pitting edema pada

ekstremitas bawah +2

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 69: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

56

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

09/09/2013

CCT 4,76 cc/mnt

Analisa:

Kelebihan volume cairan dan

elektrolit Respon pasien belum

adaptif

Intervensi:

1. Manajemen cairan

2. Monitoring cairan

3. Rencana terapi pengganti

ginjal

Aktivitas regulator :

1. Kaji status cairan

2. Timbang badan harian

CCT 4,76 cc/mnt

Analisa:

Kelebihan volume cairan dan

elektrolit Respon pasien belum

adaptif

Intervensi:

1. Manajemen cairan

2. Monitoring cairan

3. Rencana terapi pengganti ginjal

Aktivitas regulator :

1. Kaji status cairan

2. Timbang badan harian

3. Keseimbangan masukan dan

Sudah tidak terdapat edema

pada ekstremitas

Ascites +, LP 94 cm

CCT 4,76 cc/mnt

Analisa:

Kelebihan volume cairan dan

elektrolit Respon pasien belum

adaptif

Intervensi:

1. Manajemen cairan

2. Monitoring cairan

3. Rencana terapi pengganti ginjal

Ascites +, LP 96 cm

CCT 4,76 cc/mnt

Analisa:

Kelebihan volume cairan dan

elektrolit Respon pasien belum

adaptif

Intervensi:

1. Manajemen cairan

2. Monitoring cairan

3. Rencana terapi pengganti ginjal

Aktivitas regulator :

1. Kaji status cairan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 70: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

57

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

09/09/2013

3. Keseimbangan masukan dan

haluaran cairan

4. Turgor kulit dan edema

5. Distensi vena leher

6. Tekanan darah, denyut nadi

dan irama nadi.

7. Catat pemasukan dan

pengeluaran akurat

8. Batasi masukan cairan

9. Kolaborasi pemberian

diuretic & persiapan

tindakan hemodialisa

10. Monitoring perubahan BB

sebelum dan sesudah

tindakan hemodialisis

11. Monitoring nilai serum dan

haluaran cairan

4. Turgor kulit dan edema

5. Distensi vena leher

6. Tekanan darah, denyut nadi dan

irama nadi.

7. Catat pemasukan dan

pengeluaran akurat

8. Batasi masukan cairan

9. Kolaborasi pemberian diuretic &

persiapan tindakan hemodialisa

10. Monitoring perubahan BB

sebelum dan sesudah tindakan

hemodialisis

11. Monitoring nilai serum dan

elektrolit dan restriksi cairan

12. Identifikasi sumber potensial

Aktivitas regulator :

1. Kaji status cairan

2. Timbang badan harian

3. Keseimbangan masukan dan

haluaran cairan

4. Turgor kulit dan edema

5. Distensi vena leher

6. Tekanan darah, denyut nadi dan

irama nadi.

7. Catat pemasukan dan

pengeluaran akurat

8. Batasi masukan cairan

9. Kolaborasi pemberian diuretic

& persiapan tindakan

hemodialisa

2. Timbang badan harian

3. Keseimbangan masukan dan

haluaran cairan

4. Turgor kulit dan edema

5. Distensi vena leher

6. Tekanan darah, denyut nadi dan

irama nadi.

7. Catat pemasukan dan

pengeluaran akurat

8. Batasi masukan cairan

9. Kolaborasi pemberian diuretic

& persiapan tindakan

hemodialisa

10. Monitoring perubahan BB

sebelum dan sesudah tindakan

hemodialisis

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 71: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

58

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

09/09/2013

elektrolit dan restriksi cairan

12. Identifikasi sumber potensial

cairan

13. Kolaborasi medikasi (Lasix

3 x 40 mg)

Aktivitas cognator :

1. Edukasi tentang penting

pembatasan cairan dan

caranya

2. Ajarkan pasien/klg untuk

mengumpulkan/ mencatat

urine 24 jam.

3. Jelaskan pada pasien dan

keluarga kelebihan cairan,

penyebab dan bahayanya.

4. Edukasi cara mengurangi

rasa haus, spt minum air

cairan

13. Kolaborasi medikasi (Lasix 3 x

40 mg)

Aktivitas cognator :

1. Edukasi tentang penting

pembatasan cairan dan caranya

2. Ajarkan pasien/klg untuk

mengumpulkan/ mencatat urine

24 jam.

3. Jelaskan pada pasien dan

keluarga kelebihan cairan,

penyebab dan bahayanya.

4. Edukasi cara mengurangi rasa

haus, spt minum air dingin,

mengatur alokasi jumlah

minum/hari dan mengunyah

permen karet.

10. Monitoring perubahan BB

sebelum dan sesudah tindakan

hemodialisis

11. Monitoring nilai serum dan

elektrolit dan restriksi cairan

12. Identifikasi sumber potensial

cairan

13. Kolaborasi medikasi (Lasix 3 x

40 mg)

Aktivitas cognator :

1. Edukasi tentang penting

pembatasan cairan dan

caranya

2. Ajarkan pasien/klg untuk

mengumpulkan/ mencatat

urine 24 jam.

11. Monitoring nilai serum dan

elektrolit dan restriksi cairan

12. Identifikasi sumber potensial

cairan

13. Kolaborasi medikasi (Lasix 3 x

40 mg)

Aktivitas cognator :

1. Edukasi tentang penting

pembatasan cairan dan caranya

2. Ajarkan pasien/klg untuk

mengumpulkan/ mencatat

urine 24 jam.

3. Jelaskan pada pasien dan

keluarga kelebihan cairan,

penyebab dan bahayanya.

4. Edukasi cara mengurangi rasa

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 72: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

59

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

09/09/2013

dingin, mengatur alokasi

jumlah minum/hari dan

mengunyah permen karet.

5. Self efficacy tentang

restriksi cairan

Evaluasi:

1. Pasien mengatakan masih

sesak napas dan makin sesak

jika digunakan untuk banyak

bergerak

2. Tidur masih menggunakan

dua bantal

3. Terpasang oksigen simple

mask 6 l/menit

4. Derajat Pitting edema

ekstremitas bawah +1

5. Self efficacy tentang restriksi

cairan

Evaluasi:

1. Pasien mengatakan masih sesak

napas dan makin sesak jika

digunakan untuk banyak bergerak

2. Tidur masih menggunakan dua

bantal

3. Terpasang oksigen simple mask

6 l/menit

4. Derajat Pitting edema ekstremitas

bawah +1

5. TD : 150/100 mmHg, HR : 96

x/menit, RR : 22 x/ menit

6. Intake oral cairan ± 1000cc/24

jam, output/24 jam: 400cc+500

3. Jelaskan pada pasien dan

keluarga kelebihan cairan,

penyebab dan bahayanya.

4. Edukasi cara mengurangi rasa

haus, spt minum air dingin,

mengatur alokasi jumlah

minum/hari dan mengunyah

permen karet.

5. Self efficacy tentang restriksi

cairan

Evaluasi:

1. Pasien mengatakan masih sesak

napas dan makin sesak jika

digunakan untuk banyak

bergerak

2. Tidur masih menggunakan dua

haus, spt minum air dingin,

mengatur alokasi jumlah

minum/hari dan mengunyah

permen karet.

5. Self efficacy tentang restriksi

cairan

Evaluasi:

Pasien mengatakan masih sesak

napas dan makin sesak jika

digunakan untuk banyak

bergerak

Tidur masih menggunakan dua

bantal

Pasien mengatakan sudah mulai

mencoba menggunyah permen

karet saat haus

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 73: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

60

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

09/09/2013

5. TD : 150/1000 mmHg, HR :

96 x/menit, RR : 22 x/ menit

6. Intake oral cairan ±

1000cc/24 jam, output/24

jam: 400cc+500 (IWL)

BC: +100cc/ 24 jam

Kimia Darah (19/04/2014);

Ureum : 338 mg/dl (<

50)

Creatinin : 23,8 mg/dl

(0,5 – 1,5)

GDS 110 g/dl (70-200)

(IWL) BC: +100cc/ 24 jam

Kimia Darah (19/04/2014);

Ureum : 338 mg/dl (< 50)

Creatinin : 23,8 mg/dl (0,5 –

1,5)

GDS 110 g/dl (70-200)

bantal

3. Pasien mengatakan sudah

mencoba menggunakan terapi

permen karet untuk mengurangi

haus

4. Terpasang oksigen 3 l/menit

5. Pitting edema ekstremitas

bawah +3

6. TD : 140/100 mmHg, HR : 96

x/menit, RR : 24 x/ menit

7. Intake oral cairan ± 1200cc/24

jam, output/24 jam: 400cc+500

(IWL) BC: +300cc/ 24 jam

Pasien sudah mulai tidak

menggunakan oksigen

Pitting edema ekstremitas

bawah +3

TD : 140/90 mmHg, HR : 96

x/menit, RR : 22 x/ menit

Intake oral cairan ± 1200cc/24

jam, output/24 jam: 400cc+500

(IWL) BC: +300cc/ 24 jam

Asupan yang bebas dapat

menyebabkan beban sirkulasi

menjadi berlebihan, dan edema,

Asupan yang bebas dapat

menyebabkan beban sirkulasi

menjadi berlebihan, dan edema,

Asupan yang bebas dapat

menyebabkan beban sirkulasi

menjadi berlebihan, dan edema,

Asupan yang bebas dapat

menyebabkan beban sirkulasi

menjadi berlebihan, dan edema,

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 74: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

61

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

09/09/2013

sedangkan asupan yang terlalu

rendah mengakibatkan

dehidrasi, hipotensi, dan

gangguan fungsi ginjal.

sedangkan asupan yang terlalu

rendah mengakibatkan dehidrasi,

hipotensi, dan gangguan fungsi

ginjal.

sedangkan asupan yang terlalu

rendah mengakibatkan dehidrasi,

hipotensi, dan gangguan fungsi

ginjal

sedangkan asupan yang terlalu

rendah mengakibatkan dehidrasi,

hipotensi, dan gangguan fungsi

ginjal

2. Diagnosa keperawatan : Intoleransi Aktivitas

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Data Subjektif :

Pasien mengungkapkan

badannya lemas sekali

Data Objektif :

Pasien tampak lemah

Haemoglobin : 9,8 gr/dl.

Konjungtiva anemis

Data Subjektif :

Pasien mengungkapkan lemas

dan cepat capek

Sesak jika beraktivitas berat

Data Objektif :

Pasien tampak lemah

Haemoglobin : 8.3gr/dl.

Data Subjektif :

Pasien mengungkapkan lemas dan

cepat capek

Sesak jika beraktivitas berat

Data Objektif :

Pasien tampak lemah

Haemoglobin : 8.3gr/dl.

Data Subjektif :

Pasien mengungkapkan lemas

dan cepat capek

Sesak jika beraktivitas berat

Data Objektif :

Pasien tampak lemah

Haemoglobin : 8.3gr/dl.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 75: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

62

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Intervensi :

1. Manajemen energy

2. Terapi aktivitas

Aktivitas Regulator

a. Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan : Anemia,

Ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, Retensi produk

sampah, Depresi

b. Monitor intake nutrisi yang

adekuat.

c. Awasi TD, nadi, pernafasan,

selama & sesudah aktivitas.

Catat respon terhadap

Konjungtiva anemis

Intervensi :

1. Manajemen energy

2. Terapi aktivitas

Aktivitas Regulator

a. Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan : Anemia,

Ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, Retensi produk

sampah, Depresi

b. Monitor intake nutrisi yang

Konjungtiva anemis

Intervensi :

1. Manajemen energy

2. Terapi aktivitas

Aktivitas Regulator

a. Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan : Anemia,

Ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, Retensi produk

sampah, Depresi

b. Monitor intake nutrisi yang

adekuat.

Konjungtiva anemis

TTV setelah berjalan dari

km.mandi :TD : 140/100

mmHg, HR : 96 x/menit, RR :

26 x/ menit

Intervensi :

1. Manajemen energy

2. Terapi aktivitas

Aktivitas Regulator

a. Kaji faktor yang menimbulkan

keletihan : Anemia,

Ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, Retensi produk

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 76: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

63

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

aktivitas.

d. Monitor respon oksigenisasi

pasien terhadap perawatan diri

atau aktifitas keperawatan.

e. Berikan aktivitas alternatif

dengan periode istirahat yang

cukup.

f. Tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika

keletihan terjadi.

g. Anjurkan pasien untuk

menghentikan aktivitas bila

palpitasi, nyeri dada, nafas

pendek, kelemahan atau

pusing.

h. Anjurkan untuk beristirahat

setelah dialysis.

adekuat.

c. Awasi TD, nadi, pernafasan,

selama & sesudah aktivitas.

Catat respon terhadap aktivitas.

d. Monitor respon oksigenisasi

pasien terhadap perawatan diri

atau aktifitas keperawatan.

e. Berikan aktivitas alternatif

dengan periode istirahat yang

cukup.

f. Tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika

keletihan terjadi.

g. Anjurkan pasien untuk

menghentikan aktivitas bila

palpitasi, nyeri dada, nafas

pendek, kelemahan atau pusing.

c. Awasi TD, nadi, pernafasan,

selama & sesudah aktivitas. Catat

respon terhadap aktivitas.

d. Monitor respon oksigenisasi

pasien terhadap perawatan diri

atau aktifitas keperawatan.

e. Berikan aktivitas alternatif

dengan periode istirahat yang

cukup.

f. Tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika

keletihan terjadi.

g. Anjurkan pasien untuk

menghentikan aktivitas bila

palpitasi, nyeri dada, nafas

pendek, kelemahan atau pusing.

h. Anjurkan untuk beristirahat

sampah, Depresi

b. Monitor intake nutrisi yang

adekuat.

c. Awasi TD, nadi, pernafasan,

selama & sesudah aktivitas.

Catat respon terhadap

aktivitas.

d. Monitor respon oksigenisasi

pasien terhadap perawatan diri

atau aktifitas keperawatan.

e. Berikan aktivitas alternatif

dengan periode istirahat yang

cukup.

f. Tingkatkan kemandirian dalam

aktivitas perawatan diri yang

dapat ditoleransi, bantu jika

keletihan terjadi.

g. Anjurkan pasien untuk

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 77: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

64

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

i. Kolaborasi medikasi (asam

folat 1x1, B12 3x1, amlodipin

1 x 10 mg, allupurinol 1 x 200

mg)

Aktivitas Cognator :

a. Jelaskan kepada pasien

penyebab kelatihan

b. Ajarkan pasien teknik

penghematan energy, misal

mandi dengan duduk, duduk

untuk melakukan tugas-tugas.

c. Ajarkan alternative perawatan

diri sesuai keterbatasan

Evaluasi :

1. Pasien mengatakan tubuhnya

h. Anjurkan untuk beristirahat

setelah dialysis.

i. Kolaborasi medikasi (asam folat

1x1, B12 3x1, amlodipin 1 x 10

mg, allupurinol 1 x 200 mg)

Aktivitas Cognator :

a. Jelaskan kepada pasien

penyebab kelatihan

b. Ajarkan pasien teknik

penghematan energi, misal

mandi dengan duduk, duduk

untuk melakukan tugas-tugas.

c. Ajarkan alternative perawatan

diri sesuai keterbatasan

setelah dialysis.

i. Kolaborasi medikasi (asam folat

1x1, B12 3x1, amlodipin 1 x 10

mg, allupurinol 1 x 200 mg)

Aktivitas Cognator :

a. Jelaskan kepada pasien penyebab

kelatihan

b. Ajarkan pasien teknik

penghematan energy, misal mandi

dengan duduk, duduk untuk

melakukan tugas-tugas.

c. Ajarkan alternative perawatan diri

sesuai keterbatasan

Evaluasi :

menghentikan aktivitas bila

palpitasi, nyeri dada, nafas

pendek, kelemahan atau

pusing.

h. Anjurkan untuk beristirahat

setelah dialysis.

i. Kolaborasi medikasi (asam

folat 1x1, B12 3x1, amlodipin

1 x 10 mg, allupurinol 1 x 200

mg)

Aktivitas Cognator :

a. Jelaskan kepada pasien

penyebab kelatihan

b. Ajarkan pasien teknik

penghematan energy, misal

mandi dengan duduk, duduk

untuk melakukan tugas-tugas.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 78: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

65

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

masih lemas

2. Pasien mengatakan belum

kuat berjalan ke kamar

mandi sendiri

3. Pasien mengatakan semua

aktivitas dibantu oleh

keluarga dan dilakukan

diatas tempat tidur

Evaluasi :

1. Pasien mengatakan tubuhnya

masih lemas

2. Pasien mengatakan belum kuat

berjalan ke kamar mandi

sendiri

3. Pasien mengatakan semua

aktivitas dibantu oleh keluarga

dan dilaku

1. Pasien mengatakan tubuhnya

masih lemas

2. Pasien mengatakan belum kuat

berjalan ke kamar mandi sendiri

3. Pasien mengatakan semua

aktivitas dibantu oleh keluarga

dan dilaku

c. Ajarkan alternative perawatan

diri sesuai keterbatasan

Evaluasi :

1. Pasien mengatakan tubuhnya

masih lemas

2. Pasien mengatakan belum

kuat berjalan ke kamar

mandi sendiri

3. Pasien mengatakan semua

aktivitas dibantu oleh

keluarga

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 79: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

66

3. Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Data Subjektif :

Pasien mengeluh mual

dan muntah dengan isi

makanan dan minuman (±

200cc), muntah sudah 3

kali sejak bangun tidur

Pasien mengungkapkan

nafsu makan kurang dan

makan hanya 1 sendok

saja itu pun dipaksakan

Pasien mengungkapkan

tidak tahu tentang diet

pada pasien gagal ginjal

Data Objektif :

Data Subjektif :

Pasien mengeluh masih

merasakan mual dan

muntah dengan isi makanan

dan minuman baru 1 kali

sejak bangun tidur (±

200cc)

Pasien mengungkapkan

nafsu makan kurang dan

makan hanya 1 sendok saja

itu pun dipaksakan

Pasien mengungkapkan

tidak tahu tentang diet pada

pasien gagal ginjal

Data Subjektif :

Pasien mengeluh mual (+),

muntah (-)

Pasien mengungkapkan

nafsu makan kurang dan

hanya mengahabiskan ¼

porsi

Pasien mengatakan hanya

makan makanan yang

disajikan dari rumah sakit

Data Objektif :

Porsi yang diberikan hanya habis ¼

porsi dari Diet Ginjal 1700 kkal/hari

Data Subjektif :

Pasien mengeluh mual

(+), muntah (-)

Pasien mengungkapkan

nafsu makan kurang dan

hanya mengahabiskan ¼ -

porsi

Pasien mengatakan hanya

makan makanan yang

disajikan dari rumah sakit

Data Objektif :

Porsi yang diberikan hanya habis

¼ porsi dari Diet Ginjal 1700

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 80: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

67

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Porsi yang diberikan hanya habis

1 sendok makan dari Diet Ginjal

1700 kkal/hari

Pasien tampak lemah

Analisa:

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Respon pasien belum adaptif

Intervensi:

1. Manajemen mual

2. Manajemen nutrisi

Data Objektif :

Porsi yang diberikan hanya habis ¼

porsi dari Diet Ginjal 1700

kkal/hari

Pasien tampak lemah

Analisa:

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Respon pasien belum adaptif

Intervensi:

1. Manajemen mual

2. Manajemen nutrisi

Pasien tampak lemah

Analisa:

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Respon pasien belum adaptif

Intervensi:

1. Manajemen mual

2. Manajemen nutrisi

3. Monitoring nutrisi

Aktivitas Regulator :

kkal/hari

Pasien tampak lemah

Analisa:

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Respon pasien belum adaptif

Intervensi:

1. Manajemen mual

2. Manajemen nutrisi

3. Monitoring nutrisi

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 81: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

68

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

3. Monitoring nutrisi

Aktivitas Regulator :

1. Monitoring intake /

pemasukan nutrisi dan kalori

2. Kaji/catat pemasukan diet

3. Perhatikan keluhan

mual/muntah

4. Anjurkan makan sedikit tapi

sering

5. Anjurkan untuk sering

melakukan perawatan mulut

Kolaborasi :

1. Nilai laboratorium : albumin

3. Monitoring nutrisi

Aktivitas Regulator :

1. Monitoring intake / pemasukan

nutrisi dan kalori

2. Pantau tanda dan gejala

hiperglikemi (tria poli,

kelemahan, sakit kepala,

hipotensi, penurunan kesadaran

3. Kaji/catat pemasukan diet

4. Perhatikan keluhan

mual/muntah

5. Anjurkan makan sedikit tapi

sering

6. Anjurkan untuk sering

melakukan perawatan mulut

1. Monitoring intake / pemasukan

nutrisi dan kalori

2. Pantau tanda dan gejala

hiperglikemi (tria poli,

kelemahan, sakit kepala,

hipotensi, penurunan kesadaran

3. Kaji/catat pemasukan diet

4. Perhatikan keluhan mual/muntah

5. Anjurkan makan sedikit tapi

sering

6. Anjurkan untuk sering melakukan

perawatan mulut

Kolaborasi :

1. Nilai laboratorium : albumin

serum, transferin, natrium &

Aktivitas Regulator :

1. Monitoring intake /

pemasukan nutrisi dan kalori

2. Pantau tanda dan gejala

hiperglikemi (tria poli,

kelemahan, sakit kepala,

hipotensi, penurunan

kesadaran

3. Kaji/catat pemasukan diet

4. Perhatikan keluhan

mual/muntah

5. Anjurkan makan sedikit tapi

sering

6. Anjurkan untuk sering

melakukan perawatan mulut

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 82: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

69

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

serum, transferin, natrium &

kalium

2. Diit sesuai anjuran Diet

Ginjal 1700 kkal/hari

Aktivitas Cognator :

1. Libatkan pasien dan keluarga

dalam perencanaan makanan.

2. Jelaskan rasional pembatasan

diet & hubungannya dengan

penyakit ginjal & peningkatan

urea & kadar kreatinin.

3. Kolaborasi dengan ahli gizi

tentang jumlah kalori dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan

Kolaborasi :

1. Nilai laboratorium : albumin

serum, transferin, natrium &

kalium

2. Diit sesuai anjuran Diet Ginjal

1500 kkal/hari

Aktivitas Cognator :

1. Libatkan pasien dan keluarga

dalam perencanaan makanan.

2. Jelaskan rasional pembatasan

diet & hubungannya dengan

penyakit ginjal & peningkatan

urea & kadar kreatinin.

3. Kolaborasi dengan ahli gizi

kalium

2. Diit sesuai anjuran Diet Ginjal

1700 kkal/hari

Aktivitas Cognator :

1. Libatkan pasien dan keluarga

2. dalam perencanaan makanan.

3. Jelaskan rasional pembatasan diet

& hubungannya dengan penyakit

ginjal & peningkatan urea &

kadar kreatinin.

4. Kolaborasi dengan ahli gizi

tentang jumlah kalori dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan

Kolaborasi :

1. Nilai laboratorium : albumin

serum, transferin, natrium &

kalium

2. Diit sesuai anjuran Diet

Ginjal 1700 kkal/hari

Aktivitas Cognator :

1. Libatkan pasien dan keluarga

dalam perencanaan makanan.

2. Jelaskan rasional pembatasan

diet & hubungannya dengan

penyakit ginjal & peningkatan

urea & kadar kreatinin.

3. Kolaborasi dengan ahli gizi

tentang jumlah kalori dan jenis

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 83: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

70

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Evaluasi:

1. Pasien mengatakan badannya

lemes

2. Pasien mengatakan masih

merasakan mual dan tidak

nafsu makan

3. Pasien mengatakan makan

habis 1 sendok makan saja

4. Hasil laboratorium : Hb 9,8

g/dl, Ht 30 g/dl, Kadar ureum :

338 mg/dl

5. Pasien mengatakan masih

belum tau tentang diet untuk

penyakit ginjal

tentang jumlah kalori dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan

Evaluasi:

1. Pasien mengatakan badannya

lemes

2. Pasien mengatakan masih

merasakan mual dan tidak nafsu

makan

3. Pasien mengatakan makan habis

1 sendok makan saja

4. Hasil laboratorium : Hb 9,8

g/dl, Ht 30 g/dl, Kadar ureum :

338 mg/dl

5. Pasien mengatakan masih

belum tau tentang diet untuk

Evaluasi:

4. Pasien mengatakan badannya

lemes

5. Pasien mengatakan masih

merasakan mual dan tidak nafsu

makan

6. Pasien mengatakan makan habis

¼ porsi saja

7. Pasien mengatakan masih

menjadi tahu tentang diet untuk

penyakit ginjal

nutrisi yang dibutuhkan

Evaluasi:

1. Pasien mengatakan badannya

lemes

2. Pasien mengatakan masih

merasakan mual dan tidak

nafsu makan

3. Pasien mengatakan makan

habis 1/4 porsi saja

4. Pasien mengatakan menjadi

belum tahu tentang diet untuk

penyakit ginjal

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 84: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

71

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

penyakit ginjal

Analisa /Progress Report

Ps mengalami lemas dapat

diakibatkan karena status asupan

yang tidak adekuat dan mual.

Faktor tingginya ureum dalam

darah dapat menyebabkan juga

kondisi mual sehingga perut terasa

begah. Kadar ureum yang

berlebihan air liur akan diubah

oleh bakteri di mulut menjadi

amonia sehingga napas berbau

amonia. Monitor hasil

pemeriksaan darah (Hb, albumin,

eritrosit) memberikan informasi

Analisa /Progress Report

Ps mengalami lemas dapat

diakibatkan karena status asupan

yang tidak adekuat dan mual.

Faktor tingginya ureum dalam

darah dapat menyebabkan juga

kondisi mual sehingga perut terasa

begah. Kadar ureum yang

berlebihan air liur akan diubah oleh

bakteri di mulut menjadi amonia

sehingga napas berbau amonia.

Protein dalam makanan harus

diatur. Diet dengan rendah protein

yang mengandung asam amino

esensial, sangat dianjurkan untuk

Analisa /Progress Report

Ps mengalami lemas dapat

diakibatkan karena status asupan

yang tidak adekuat dan mual. Faktor

tingginya ureum dalam darah dapat

menyebabkan juga kondisi mual

sehingga perut terasa begah. Kadar

ureum yang berlebihan air liur akan

diubah oleh bakteri di mulut menjadi

amonia sehingga napas berbau

amonia. Protein dalam makanan

harus diatur. Diet dengan rendah

protein yang mengandung asam

amino esensial, sangat dianjurkan

untuk pasien dengan penyakit ginjal

Analisa /Progress Report

Ps mengalami lemas dapat

diakibatkan karena status asupan

yang tidak adekuat dan mual.

Faktor tingginya ureum dalam

darah dapat menyebabkan juga

kondisi mual sehingga perut terasa

begah. Kadar ureum yang

berlebihan air liur akan diubah

oleh bakteri di mulut menjadi

amonia sehingga napas berbau

amonia. Protein dalam makanan

harus diatur. Diet dengan rendah

protein yang mengandung asam

amino esensial, sangat dianjurkan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 85: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

72

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

tentang status nutrisi pasien. pasien dengan penyakit ginjal

terminal untuk mengurangi jumlah

dialisis.

terminal untuk mengurangi jumlah

dialisis.

untuk pasien dengan penyakit

ginjal terminal untuk mengurangi

jumlah dialisis.

4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kecemasan dengan perkembangan dan kondisi penyakit

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Data Subjektif :

pasien mengatakan semalam

tidak bisa tidur dan sering

terbangun jika tidur karena

merasakan sesak dan nyeri di

area perut atas. Pasien

Data Subjektif :

pasien mengatakan semalam

masih belum bisa tidur pulas dan

sering terbangun jika tidur

karena merasakan sesak dan

merasa beda dengan di rumah.

Data Subjektif :

pasien mengatakan semalam tidak

bisa tidur dan sering terbangun

jika tidur karena merasakan sesak

dan nyeri di area perut atas.

Pasien mengatakan sering

Data Subjektif :

pasien mengatakan semalam

tidak bisa tidur dan sering

terbangun jika tidur karena

merasakan sesak dan nyeri di

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 86: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

73

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

mengatakan sering memikirkan

kondisi penyakitnya dan

memikirkan pemasangan

catheter double lumen (CDL)

dan tindakan hemodialisis yang

harus ia jalani seumur hidup.

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat letih,

tidak tampak lingkar hitam

disekitar mata.

Pasien tampak lemah

Analisa:

Kesulitan untuk mulai tidur dapat

Pasien mengatakan sering

memikirkan kondisi penyakitnya

dan memikirkan pemasangan

catheter double lumen (CDL)

dan tindakan hemodialisis yang

harus ia jalani seumur hidup.

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat letih, tidak

tampak lingkar hitam disekitar

mata.

Pasien tampak lemah

Analisa:

Kesulitan untuk mulai tidur dapat

memikirkan kondisi penyakitnya

dengan tindakan hemodialisis

yang harus ia jalani seumur hidup.

Data Objektif :

Pasien lebih segar dari kemarin

Analisa:

Kesulitan untuk mulai tidur dapat

terjadi akibat melebarnya persepsi

diri akibat kecemasan yang dialami

pasien dengan kondisi penyakit yang

dialaminya

Intervensi:

area perut atas.

Data Objektif :

Wajah pasien tampak lebih

segar dari kemarin

Analisa:

Kesulitan untuk mulai tidur dapat

terjadi akibat melebarnya persepsi

diri akibat kecemasan yang

dialami pasien dengan kondisi

penyakit yang dialaminya

Intervensi:

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 87: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

74

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

terjadi akibat melebarnya persepsi

diri akibat kecemasan yang

dialami pasien dengan kondisi

penyakit yang dialaminya

Intervensi:

1. Sleep Enhancement

2. Anxiety reduction

Aktifitas Regulator:

1. Monitor pola tidur & jumlah

jam tidur pasien

2. Bantu pasien

mengidentifikasi factor-

faktor yang mungkin

menyebabkan kurang tidur

terjadi akibat melebarnya persepsi

diri akibat kecemasan yang dialami

pasien dengan kondisi penyakit

yang dialaminya

Intervensi:

1. Sleep Enhancement

2. Anxiety reduction

Aktifitas Regulator:

1. Monitor pola tidur & jumlah

jam tidur pasien

2. Bantu pasien mengidentifikasi

factor-faktor yang mungkin

menyebabkan kurang tidur

seperti, ketakutan, keemasan.

1. Sleep Enhancement

2. Anxiety reduction

Aktifitas Regulator:

1. Monitor pola tidur & jumlah

jam tidur pasien

2. Bantu pasien mengidentifikasi

factor-faktor yang mungkin

menyebabkan kurang tidur

seperti, ketakutan, keemasan.

3. Anjurkan pasien untuk

mengurangi tidur siang

4. Ajarkan/anjurkan relaksasi otot

atau teknik relaksasi lainnya

1. Sleep Enhancement

2. Anxiety reduction

Aktifitas Regulator:

5. Monitor pola tidur & jumlah

jam tidur pasien

6. Bantu pasien

mengidentifikasi factor-

faktor yang mungkin

menyebabkan kurang tidur

seperti, ketakutan, keemasan.

7. Anjurkan pasien untuk

mengurangi tidur siang

8. Ajarkan/anjurkan relaksasi

otot atau teknik relaksasi

lainnya

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 88: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

75

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

seperti, ketakutan, keemasan.

3. Anjurkan pasien untuk

mengurangi tidur siang

4. Ajarkan/anjurkan relaksasi

otot atau teknik relaksasi

lainnya

Aktifitas Cognator:

1. Jelaskan pentingnya tidur

bagi proses penyembuhan

2. Diskusikan dengan pasien &

keluarga pentingnya

kenyamanan, teknik

meningkatkan tidur yang

dapat memfasilitasi tidur

yang optimal.

Evaluasi:

3. Anjurkan pasien untuk

mengurangi tidur siang

4. Ajarkan/anjurkan relaksasi

otot atau teknik relaksasi

lainnya

Aktifitas Cognator:

1. Jelaskan pentingnya tidur bagi

proses penyembuhan

2. Diskusikan dengan pasien &

keluarga pentingnya

kenyamanan, teknik

meningkatkan tidur yang dapat

memfasilitasi tidur yang

optimal.

Evaluasi:

Aktifitas Cognator:

1. Jelaskan pentingnya tidur bagi

proses penyembuhan

2. Diskusikan dengan pasien &

keluarga pentingnya

kenyamanan, teknik

meningkatkan tidur yang dapat

memfasilitasi tidur yang

optimal.

Evaluasi:

1. Pasien mengatakan badannya

lebih segar

2. Pasien mengatakan masih

kepikiran dengan penyakitnya

dan ingin segera sembuh, tetapi

pasien menrasa tidurnya lebih

Aktifitas Cognator:

1. Jelaskan pentingnya tidur

bagi proses penyembuhan

2. Diskusikan dengan pasien &

keluarga pentingnya

kenyamanan, teknik

meningkatkan tidur yang

dapat memfasilitasi tidur

yang optimal.

Evaluasi:

1. Pasien mengatakan badannya

lemes

2. Pasien mengatakan masih

kepikiran dengan penyakitnya

dan ingin segera sembuh,

pasien menrasa tidurnya lebih

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 89: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

76

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

1. Pasien mengatakan badannya

lemes

2. Pasien mengatakan masih

kepikiran dengan penyakitnya

dan ingin segera sembuh

1. Pasien mengatakan badannya

lemes

2. Pasien mengatakan masih

kepikiran dengan penyakitnya

dan ingin segera sembuh

nyenyak dari hari kemarin

nyenyak dari hari kemarin

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 90: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

77

5. Diagnosa Keperawatan : cemas berhubungan dengan kompleksitas pengobatan dan kurang pengetahuan tentang kondisi ,

prognosis dan kebutuhan pengobatan

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Data Subjektif :

Pasien mengatakan cemas dan

takut melakukan hemodialisa dan

takut dilakukan pemasangan

catheter doubel lumen (CDL),

pasien juga takut dengan kondisi

penyakitnya jika makin

memburuk. Pasien pasrah

mengikuti saran dokter dan

perawat agar bisa sembuh

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat tegang

Pasien tampak lemah

Data Subjektif :

Pasien mengatakan masih merasa

cemas dan takut melakukan

hemodialisa dan takut dilakukan

pemasangan catheter doubel lumen

(CDL), pasien juga takut dengan

kondisi penyakitnya jika makin

memburuk. Pasien pasrah

mengikuti saran dokter dan perawat

agar bisa sembuh

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat tegang

Pasien tampak lemah

Data Subjektif :

Pasien mengatakan sudah mulai

memahami pengobatan dan

perawatan yang diberikan kepadanya

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat tegang

Pasien tampak lemah

Intervensi:

1. Anxiety reduction

Data Subjektif :

Pasien mengatakan lebih tenang

dari kemarin

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat tegang

Pasien tampak lemah

Intervensi:

1. Anxiety reduction

2. Relaxation therapy

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 91: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

78

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Intervensi:

1. Anxiety reduction

2. Relaxation therapy

Aktivitas Regulator:

1. Jalin kepercayaan dengan

komunikasi terbuka dengan

pasien

2. Berikan kesempatan kepada

pasien untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaanya

mengenai kecemasan.

3. Kaji ketakutan dan kecemasan

pasien

4. Kaji mekanisme koping yang

Intervensi:

1. Anxiety reduction

2. Relaxation therapy

Aktivitas Regulator:

1. Jalin kepercayaan dengan

komunikasi terbuka dengan

pasien

2. Berikan kesempatan kepada

pasien untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaanya

mengenai kecemasan.

3. Kaji ketakutan dan kecemasan

pasien

4. Kaji mekanisme koping yang

2. Relaxation therapy

Aktivitas Regulator:

1. Jalin kepercayaan dengan

komunikasi terbuka dengan

pasien

2. Berikan kesempatan kepada

pasien untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaanya mengenai

kecemasan.

3. Kaji ketakutan dan kecemasan

pasien

4. Kaji mekanisme koping yang

biasa digunakan pasien dalam

mengurangi kecemasan

5. Dukung mekanisme koping yang

tepat yang telah digunakan :

Aktivitas Regulator:

1. Jalin kepercayaan dengan

komunikasi terbuka dengan

pasien

2. Berikan kesempatan kepada

pasien untuk mengungkapkan

pikiran dan perasaanya

mengenai kecemasan.

3. Kaji ketakutan dan kecemasan

pasien

4. Kaji mekanisme koping yang

biasa digunakan pasien dalam

mengurangi kecemasan

5. Dukung mekanisme koping

yang tepat yang telah

digunakan : berdoa.

6. Evaluasi perubahan makna

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 92: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

79

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

biasa digunakan pasien dalam

mengurangi kecemasan

5. Dukung mekanisme koping

yang tepat yang telah

digunakan : berdoa.

6. Evaluasi perubahan makna

bagi pasien dan anggota

keluarga atau pasangannya.

7. Motivasi pasien untuk

membagi perasaannya

keluarganya.

8. Ajarkan teknik relaksasi,

seperti tarik nafas dalam,

meditasi, dsb.

9. Libatkan keluarga untuk

memberikan dukungan moril.

biasa digunakan pasien dalam

mengurangi kecemasan

5. Dukung mekanisme koping

yang tepat yang telah

digunakan : berdoa.

6. Evaluasi perubahan makna bagi

pasien dan anggota keluarga

atau pasangannya.

7. Motivasi pasien untuk membagi

perasaannya keluarganya.

8. Ajarkan teknik relaksasi, seperti

tarik nafas dalam, meditasi, dsb.

9. Libatkan keluarga untuk

memberikan dukungan moril.

Aktivitas Cognator :

Berikan pendidikan kesehatan

berdoa.

6. Evaluasi perubahan makna bagi

pasien dan anggota keluarga atau

pasangannya.

7. Motivasi pasien untuk membagi

perasaannya keluarganya.

8. Ajarkan teknik relaksasi, seperti

tarik nafas dalam, meditasi, dsb.

9. Libatkan keluarga untuk

memberikan dukungan moril.

Aktivitas Cognator :

Berikan pendidikan kesehatan

mengenai pengertian, penyebab,

tanda dan gejala CKD serta therapi

pengganti ginjal (tindakan

hemodialisa).

bagi pasien dan anggota

keluarga atau pasangannya.

7. Motivasi pasien untuk

membagi perasaannya

keluarganya.

8. Ajarkan teknik relaksasi,

seperti tarik nafas dalam,

meditasi, dsb.

9. Libatkan keluarga untuk

memberikan dukungan moril.

Aktivitas Cognator :

Berikan pendidikan kesehatan

mengenai pengertian, penyebab,

tanda dan gejala CKD serta

therapi pengganti ginjal (tindakan

hemodialisa).

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 93: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

80

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Aktivitas Cognator :

Berikan pendidikan kesehatan

mengenai pengertian, penyebab,

tanda dan gejala CKD serta

therapi pengganti ginjal (tindakan

hemodialisa).

Evaluasi:

Hubungan saling percaya antara

praktikan dan pasien terbina,

pasien mau sedikit terbuka

manceritakan masalah tentang

kecemasan dan ketakutannya

menjalani prosedur terapi

perawatan dan pengobatan

mengenai pengertian, penyebab,

tanda dan gejala CKD serta therapi

pengganti ginjal (tindakan

hemodialisa).

Evaluasi:

Pasien sudah mengetahui tentang

prosedur dan persiapan pada

pemasangan CDL dan sudah

diberikan inisiasi hemodialisis

Evaluasi:

Hubungan saling percaya antara

praktikan dan pasien terbina, pasien

mengatakan lebih tenang meskipun

masih merasa kuatir dengan tindakan

hemodialisis

Evaluasi:

Hubungan saling percaya antara

praktikan dan pasien terbina,

pasien mengatakan lebih tenang

meskipun masih merasa kuatir

dengan tindakan hemodialisis

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 94: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

81

6. Diagnosa Keperawatan : Koping tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi akibat penyakit kronis dan pengobatan yang

lama dan komplek, kurang pengetahuan tentang koping yang efektif

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Data Subjektif :

Pasien sudah menerima

penyakit tetapi masih takut

untuk dipasang CDL dan takut

untuk menjalani tindakan

hemodialisis seumur hidup.

Pasien mendapat dukungan dari

Data Subjektif :

Pasien sudah menerima penyakit

tetapi masih takut untuk

dipasang CDL dan takut untuk

menjalani tindakan hemodialisis

seumur hidup. Pasien mendapat

dukungan dari saudara dan

Data Subjektif :

Pasien mengatakan sudah mulai

memahami pengobatan dan

perawatan yang diberikan kepadanya.

Pasien mengatakan rasa takutnya

tentang hemodialisis sedikit

berkurang

Data Subjektif :

Pasien mengatakan sudah mulai

memahami pengobatan dan

perawatan yang diberikan

kepadanya. Pasien mengatakan

rasa takutnya tentang hemodialisis

sedikit berkurang. Dan pasien

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 95: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

82

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

saudara dan keluarganya,

sehingga memberikan

semangat kepada pasien untuk

melakukan pengobatan dan

semangat untuk segera sembuh

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat tegang

Pasien tampak lemah

Intervensi:

1. Dukungan spiritual

2. Komunikasi therapeutik

3. Peningkatan koping

4. Konseling

keluarganya, sehingga

memberikan semangat kepada

pasien untuk melakukan

pengobatan dan semangat untuk

segera sembuh

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat tegang

Pasien tampak lemah

Intervensi:

1. Dukungan spiritual

2. Komunikasi therapeutik

3. Peningkatan koping

4. Konseling

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat lebih tenang

Pasien tampak lemah

Intervensi:

1. Dukungan spiritual

2. Komunikasi therapeutik

3. Peningkatan koping

4. Konseling

Aktifitas Regulator:

1. Bantu pasien dalam

pengembangan penilaian obyektif.

2. Dukung pasien akan harapan yang

realistik.

3. Dukung pasien dalam penggunaan

ingin cepat sembuh.

Data Objektif :

Wajah pasien terlihat tenang

Pasien tampak lemah

Intervensi:

1. Dukungan spiritual

2. Komunikasi therapeutik

3. Peningkatan koping

4. Konseling

Aktifitas Regulator:

1. Bantu pasien dalam

pengembangan penilaian

obyektif.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 96: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

83

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Aktifitas Regulator:

1. Bantu pasien dalam

pengembangan penilaian

obyektif.

2. Dukung pasien akan harapan

yang realistik.

3. Dukung pasien dalam

penggunaan mekanisme

pertahan yang tepat

4. Bantu pasien mengidenstifikasi

support system yang ada.

5. Bantu pasien mengidentifikasi

kemampuan dalam mengatasi

stress

6. Eksplorasi koping yang biasa

digunakan, dukung koping

yang positif.

7. Identifikasi harapan pasien.

8. Berikan pujian atas koping

positif.

9. Perkenalakan pasien pada

seseorang atau kelompok yang

Aktifitas Regulator:

1. Bantu pasien dalam

pengembangan penilaian

obyektif.

2. Dukung pasien akan harapan

yang realistik.

3. Dukung pasien dalam

penggunaan mekanisme pertahan

yang tepat

4. Bantu pasien mengidenstifikasi

support system yang ada.

5. Bantu pasien mengidentifikasi

kemampuan dalam mengatasi

stress

6. Eksplorasi koping yang biasa

digunakan, dukung koping yang

positif.

7. Identifikasi harapan pasien.

8. Berikan pujian atas koping

positif.

9. Perkenalakan pasien pada

seseorang atau kelompok yang

mekanisme pertahan yang tepat

4. Bantu pasien mengidenstifikasi

support system yang ada.

5. Bantu pasien mengidentifikasi

kemampuan dalam mengatasi

stress

6. Eksplorasi koping yang biasa

digunakan, dukung koping yang

positif.

7. Identifikasi harapan pasien.

8. Berikan pujian atas koping positif.

9. Perkenalakan pasien pada

seseorang atau kelompok yang

mempunyai pengalaman sama dan

berhasil menjalaninya.

Aktifitas cognator:

1. Berikan pendidkan dalam

manejemen stres.

2. Diskusikan dengan pasien tentang

koping yang efektif

3. Diskusikan peran keluarga dlm

2. Dukung pasien akan harapan

yang realistik.

3. Dukung pasien dalam

penggunaan mekanisme

pertahan yang tepat

4. Bantu pasien mengidenstifikasi

support system yang ada.

5. Bantu pasien mengidentifikasi

kemampuan dalam mengatasi

stress

6. Eksplorasi koping yang biasa

digunakan, dukung koping

yang positif.

7. Identifikasi harapan pasien.

8. Berikan pujian atas koping

positif.

9. Perkenalakan pasien pada

seseorang atau kelompok yang

mempunyai pengalaman sama

dan berhasil menjalaninya.

Aktifitas cognator:

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 97: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

84

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

mempunyai pengalaman sama

dan berhasil menjalaninya.

Aktifitas cognator:

1. Berikan pendidkan dalam

manejemen stres.

2. Diskusikan dengan pasien

tentang koping yang efektif

3. Diskusikan peran keluarga dlm

merubah perilaku dan

membantu pasien dlm

beradaptasi & meningkatkan

koping efektif dalam

kehidupan.

4. Jelaskan kepada pasien dan

keluarga tentang penyakit dan

penatalak sanaannya agar

pasien dapat mengambil

keputusan dengan tepat.

Evaluasi:

mempunyai pengalaman sama

dan berhasil menjalaninya.

Aktifitas cognator:

1. Berikan pendidkan dalam

manejemen stres.

2. Diskusikan dengan pasien

tentang koping yang efektif

3. Diskusikan peran keluarga dlm

merubah perilaku dan membantu

pasien dlm beradaptasi &

meningkatkan koping efektif

dalam kehidupan.

4. Jelaskan kepada pasien dan

keluarga tentang penyakit dan

penatalak sanaannya agar pasien

dapat mengambil keputusan

dengan tepat.

Evaluasi:

Pasien masih merasa takut dan

merubah perilaku dan membantu

pasien dlm beradaptasi &

meningkatkan koping efektif

dalam kehidupan.

4. Jelaskan kepada pasien dan

keluarga tentang penyakit dan

penatalak sanaannya agar pasien

dapat mengambil keputusan

dengan tepat.

Evaluasi:

Hubungan saling percaya antara

praktikan dan pasien terbina, pasien

mengatakan lebih tenang meskipun

masih merasa kuatir dengan tindakan

hemodialisis

1. Berikan pendidkan dalam

manejemen stres.

2. Diskusikan dengan pasien

tentang koping yang efektif

3. Diskusikan peran keluarga dlm

merubah perilaku dan

membantu pasien dlm

beradaptasi & meningkatkan

koping efektif dalam

kehidupan.

4. Jelaskan kepada pasien dan

keluarga tentang penyakit dan

penatalak sanaannya agar

pasien dapat mengambil

keputusan dengan tepat.

Evaluasi:

Hubungan saling percaya antara

praktikan dan pasien terbina,

pasien mengatakan lebih tenang

meskipun masih merasa kuatir

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 98: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

85

HARI KE 1

21/04/2014

HARI KE 2

22/04/2014

HARI KE 3

23/04/2014

HARI KE 4

24/04/2014

Hubungan saling percaya antara

praktikan dan pasien terbina,

pasien mau sedikit terbuka

manceritakan masalah tentang

kecemasan dan ketakutannya

menjalani prosedur terapi

perawatan dan pengobatan

kuatir dengan tindakan hemodialisis

yang dijalaninya.

dengan tindakan hemodialisis.

Pasien juga mengatakan ingin

segera sembuh.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 99: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

74

3. Analisis Kasus Utama Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Ginjal Tahap

Akhir Berdasarkan Teori Adaptasi Roy

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada Nn. LM

dengan penyakit ginjal tahap akhir dengan menggunakan teori model adaptasi

Roy. Pembahasan meliputi masalah maladaptif yang ditemukan pada pengkajian 4

mode adaptasi yaitu mode fisiologis, mode konsep diri, mode fungsi peran dan

mode interdependensi. Pembahasan yang akan diuraikan adalah menganalisi

masalah keperawatan yang muncul berdasarkan pengkajian, justifikasi intervensi

yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dilakukan dengan menggunakan

teori dan konsep yang mendasari fenomena yang terjadi serta penelitian lain yang

mendukung intervensi sebagai bukti ilmiah.

Diagnosa atau masalah keperawatan yang muncul pada kasus Nn. LM dengan

penyakit ginjal tahap akhir meliputi :

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

akibat penurunan fungsi, kurang pengetahuan tentang manajemen cairan dan

diit.

Kelebihan volume cairan merupakan suatu keadaan peningkatan retensi cairan

isotonik yang berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, kelebihan

asupan cairan dan kelebihan asupan natrium (Herdman, NANDA 2012-2014).

Kelebihan volume cairan pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir dapat

terjadi sebagai akibat penurunan fungsi glomerulus yang terjadi secara progresif

mengakibatkan peningkatan kadar ureum dan creatinin yang berakibat lanjut

terhadap berkurangnya kemampuan ginjal untuk melakukan fungsi ekskresi cairan

(urin) dari dalam tubuh, sehingga terjadi retensi cairan, garam dan produk sisa

metabolisme di dalam ginjal dan terjadi penumpukan air didalam tubuh (Smeltzer

dan Bare, 2001; Black & Hawks, 2005). Kelebihan cairan didalam tubuh ditandai

dengan kondisi berat badan yang meningkat secara tiba-tiba, peningkatan tekanan

darah, edema pada ekstremitas dan sekitar mata, ascites, kesulitan bernapas karena

edema paru serta dapat mengakibatkan gagal jantung jika kondisi berlangsung

lama (Landley, Aspinall, Gardiener & Garthwaite, 2011).

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 100: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

75

Berdasarkan pengkajian perilaku tentang kebutuhan cairan pada Nn. LM

didapatkan data bahwa pasien mengalami sesak napas, tekanan darah : 150/ 100

mmHg, nadi : 90 x/menit, jugularis vena pressure (JVP) : 5 +2 cmH2O, membran

mukosa bibir kering, turgor kulit baik, tidak mengalami diaforesis, Terdapat

muntah sudah 3 kali sejak bangun tidur jam 05.00 WIB (jumlah muntah ± 200 cc

sekali muntah berisi sisa makanan dan air), mendapat terapi pembatasan cairan

600 cc/hari dan lasix 3 x 40 mg perhari. Terdapat edema pada ekstremitas bawah

dan ascites dengan lingkar perut 98 cm. Intake cairan : minum : 1500 cc/hari.

Output : urin (800 cc/hari) + IWL 500 cc/24 jam. Balance cairan : + 200 cc. Nilai

laboratorium (19/04/2014) natrium : 136 mEq/L, klorida 101 mEq/L, kalium 4,73

mEq/L, ureum 338mg/dl, creatinin : 23,8 mg/dl. Pasien memiliki riwayat

mengkonsumsi minuman berenergi selama 2 tahun sebelum sakit untuk menjaga

stamina saat bekerja, dan kebiasaan tersebut berhenti sejak dinyatakan sakit ginjal.

Dari data tersebut terlihat bahwa pasien mengalami masalah keperawatan

kelebihan volume cairan dan elektrolit.

Kelebihan volume cairan yang terjadi pada Nn. LM terjadi akibat karena

kerusakan nefron ginjal yang dapat disebabkan karena kebiasaan pasien

mengkonsumsi minuman berenergi dalam jangka waktu yang lama sehingga zat

kimia yang terdapat dalam minuman berenergi tersebut menjadi toksik dan

merusak struktur dan fungsi ginjal. Kerusakan nefron ginjal yang terjadi secara

progresif menyebabkan penurunan atau hilangnya fungsi ginjal yang berakibat

terhadap penurunan laju filtrasi glomerulus dan menurunnya clearance creatinin

(bersihan kreatinin) yang berakibat lanjut terhadap hilangnya fungsi sekresi dan

ekskresi ginjal. Ginjal tidak mampu mengeluarkan kelebihan air di dalam tubuh

dan terjadi retensi cairan tubuh yang berakibat lanjut terhadap kelebihan volume

cairan tubuh (Chitokas, Gunderman dan Oman, 2006). Kondisi yang berlanjut

pada Nn. LM merupakan progesifitas dari penyakit ginjal tahap akhir dimana

terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus ginjal yang dapat mencapai hingga < 15

ml per menit. Kondisi penurunan laju filtrasi glomerulus ini juga menyebabkan

hilangnya kemampuan ginjal sebagai fungsi ekskresi dan menyaring darah

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 101: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

76

sehingga jumlah urin yang dikeluarkan juga akan mengalami penurunan (Oliguri)

mencapai hingga < 500 cc/24 jam dan jika kondisi berlanjut dapat menyebabkan

anuria sehingga berakibat terhadap retensi cairan didalam tubuh (Price, 2006).

Kelebihan cairan didalam tubuh pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir dapat

mengakibatkan beban jantung menjadi meningkat dan berat, sehingga dapat

menjadi komplikasi pada sistem kardiovaskular yang mengakibatkan curah

jantung mengalami penurunan. Kondisi lanjut dari penurunan curah jantung jika

berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan komplikasi Cronic Hearth

Failure (CHF), sehingga pasien megeluhkan cepat lelah dan sesak napas terutama

jika beraktivitas berat. Pada pasien Nn. LM juga mengeluhkan pasien cepat lelah

dan lemas, serta sesak semakin berat terutama setelah beraktivitas. Hal ini

menunjukkan perburukan terhadap fungsi jantung (CHF) yang dialaminya.

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Nn. LM untuk mengatasi masalah

keperawatan kelebihan volume cairan meliputi : monitoring cairan dan elektrolit,

manajemen cairan serta pemberian terapi pengganti ginjal dengan hemodialisis

dengan melakukan aktivitas kognator dan aktivitas regulator untuk meningkatkan

adaptasi pasien terhadap berbagai stimulus yang mempengaruhi kondisi sakitnya

hingga tercapai kondisi yang adaptif.

Pemantauan atau monitoring status cairan sebagai aktivitas regulator dalam

mengatasi kelebihan volume cairan dan elektrolit pada pasien dengan penyakit

ginjal terminal digunakan sebagai parameter untuk mengetahui kondisi pasien dan

mencegah perburukan penyakit ginjal tahap akhir yang diderita pasien serta untuk

menentukan status cairan dan kebutuhan pasien penyakit ginjal tahap akhir.

Pemantauan atau monitoring terhadap status cairan dan elektrolit meliputi :

menimbang berat badan harian, mengkaji keseimbangan cairan tubuh dan

halauaran urin, mengkaji edema dan distensi vena leher, perubahan tekanan darah

dan nadi, perubahan bunyi jantung dan suara napas serta peningkatan kesulitan

untuk bernapas (Smeltzer dan Bare, 2006).

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 102: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

77

Manajemen cairan dan elektrolit berupa pembatasan jumlah cairan yang masuk

dan perhitungan keseimbangan cairan berfungsi untuk mempertahankan fungsi

ginjal, mencegah edema dan kompllikasi kardiovaskuler. Keseimbangan cairan

tubuh diperoleh dengan membuat keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk

dengan jumlah cairan yang keluar baik melalui urin dan insesible water loss

(IWL), dengan jumlah air yang keluar melalui IWL 500-800 ml, maka jumlah

cairan tubuh yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah jumlah cairan yang keluar

(Urin) ditambah dengan 500 – 800 cairan tubuh yang hilang dalam IWL (Ilmu

Penyakit dalam, 2006). I

Pada pasien Nn. LM sebelum diberikan intervensi, pasien belum mengetahui jika

jumlah cairan yang masuk kedalam tubuhnya harus dibatasi. Dalam sehari pasien

minum sesuai dengan keinginanya terutama jika rasa haus meningkat maka

jumlah cairan yang diminum juga lebih banyak. Jumlah cairan yang diminum

pasien dalam sehari ± 1500-2000 ml/hari. Setelah diberikan implementasi berupa

pembatasan cairan pada hari perawatan ke-3 pasien sudah mampu membatasi

masukan cairan dan minum yaitu pasien minum sebanyak 600-800 ml/hari. Pasien

tampak kooperatif dengan program pembatasan cairan. Implementasi lain yang

dilakukan dalam manajemen cairan dan elektrolit meliputi, monitoring nilai serum

(Ureum dan Cretainin) dan elektrolit (Natrium, kalium dan clorida) dengan

pemeriksaan laboratorium, kolaborasi pemberian diuretik (injeksi lasik 3 x 40

mg), kolaborasi penatalaksanaan terapi hemodialisis.

Aktivitas kognator yang dilakukan untuk mengatasi masalah kelebihan cairan

meliputi : pemberian edukasi tentang cairan tubuh dan pembatasan cairan,

mengajarkan pasien untuk mencatat halauran urin dan mengukur keseimbangan

cairan secara mandiri, dan edukasi cara mengurangi haus (dengan menggunakan

air dingin, mengulum batu es, dan mengunyah permen karet). Haus merupakan

respon alamaiah dari pembatasan cairan yang dilakukan oleh pasien akibat

menurunnya rangsang dan stimulasi terhadap kelenjar glandula saliva sehingga

sekresi saliva berkurang. Mengulum batu es dan mengunyah permen karet akan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 103: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

78

meningkatkan rangsang glandula saliva secara mekanis sehingga dapat

merangsang sekresi saliva. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Casper,

Brand, Veerman, et al (2005) menyatakan bahwa bahwa mengunyah permen karet

dapat meningkatkan pengeluaran saliva dan mengurangi rasa haus pada pasien

penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis. Penelitian ini menunjukkan

bahwa dengan mengunyah permen karet ketika rasa haus muncul dapat

menurunkan level haus pasien penyakit ginjal dan meningkatkan sekresi dari

kelenjar saliva sehingga menjaga mulut dari kekeringan dan mengakibatkan berat

badan selama dua sesi hemodialisis lebih stabil.

Aktivitas regulator lainnya yang dilakukan pada pasien Nn. LM adalah

penatalaksanaan terapi pengganti ginjal yaitu terapi hemodialisis. Hemodialisis

adalah terapi pengganti ginjal yang metabolisme bertujuan untuk mengeluarkan

sampah metabolisme tubuh dan mengeluarkan kelebihan cairan dan elektrolit

tubuh melalui membran semipermeabel yang disambungkan dengan mesin dialisis

(Sukandar, 2006). Tindakan hemodialisis yang diprogramkan kepada pasien Nn.

LM dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu dengan akses vaskuler double

lumen. Pasien kooperatif selama pelaksanaan hemodialisis dan kondisi fisik dan

hemodinamika pasien stabil saat hemodialisis stabil.

Evaluasi akhir pasien setelah dilakukan implementasi pada hari ke-14 dengan

pendekatan teori adaptasi Roy menunjukkan perilaku adaptif dimana masalah

keperawatan kelebihan cairan teratasi yang ditandai dengan tekanan darah 130/90

mmHg,Nadi 78 x/menit, pernapasan 20 x/menit, pasien sudah tidak tampak sesak,

edema pada ekstremitas tidak ada, tidak ada peningkatan vena jugularis, pasien

mampu mengontrol jumlah cairan yang masuk sebanyak 600-800 cc/24 jam,

balance cairan seimbang dan pasien dapat melakukan pengukuran dan perhitungan

balance cairan secara mandiri. Pasien juga menyatakan bahwa akan menaati

program terapi hemodialisis yang diprogramkan 2 kali dalam seminggu.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 104: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

79

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan masukan oral

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan sebagai

asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh

(NANDA, 2012-2014). Faktor resiko yang berhubungan dengan masalah ini

dalam NANDA 2012-2014 adalah faktor biologis dan ketidakmampuan dalam

mengabsorbsi nutrien. Faktor resiko yang berhubungan dalam NANDA 2012-

2014 berdasarkan pengkajian Roy adalah stimulus yang mempengaruhi terjadinya

perubahan perilaku, pada data terlihat bahwa stimulus yang mempengaruhi

adalah penurunan transportasi nutrisi pada tingkat sel yang diakibatan oleh intake

nutrisi yang tidak adekuat. Intake nutrisi yang tidak adekuat pada pasien penyakit

ginjal terminal dapat terjadi karena kadar uremia yang tinggi sehingga berakibat

secara fisiologis peningkatan asam lambung, mual dan reflek muntah pada sistem

pencernaan.

Pengkajian perilaku dalam mode fisiologis nutrisi pada pasien Nn. LM didapatkan

data pasien mengeluh tidak nafsu makan karena merasa mual. Pasien makan

hanya 1-2 sendok makan sekali makan dengan frekuensi makan 2 x/hari saat

dirumah (± 300 Kkal/Hari dari diet yang dianjurkan 1700Kkal/Hari). Saat

pengkajian pasien mengatakan mual dan muntah. Muntah sudah 3 kali sejak

bangun tidur jam 05.00 WIB (jumlah muntah ± 200 cc sekali muntah berisi sisa

makanan dan air). Sejak dirawat 2 hari yang lalu pasien makan hanya 1 sendok

makan nasi saja tanpa lauk dan sayur dengan frekuensi makan 2 x/hari. BB

sebelum sakit (1 bulan yang lalu) 65 kg dan BB saat ini 60 kg (turun 5 kg dalam 1

bulan), TB 155 cm, IMT : 24. Pemeriksaan fisik diperoleh data konjungtiva

anemis, sklera tidak ikterik, mukosa mulut kering, bising usus 10 x/menit.

Pemeriksaan biokimia (19/04/2014) : Hb: 9,8 g/dl , Ht: 30 %, GDS : 110 gr/dl

Dari data diatas terlihat bahwa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh merupakan masalah yang harus segera diatasi, karena kondisi ini akan

memberi dampak pada kondisi metabolik dan proses penyembuhan penyakit.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 105: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

80

Pasien penyakit ginjal tahap akhir juga menyebabkan keseimbangan nutrisi yang

berat akibat masukan yang tidak adekuat (mual dan muntah), gangguan

pemakaian glukosa dan sintesis protein, serta peningkatan katabolisme jaringan.

Asupan nutrisi yang kurang juga memberi dampak secara langsung terhadap

penurunan Hb dan albumin. Masalah nutrisi pada pasien penyakit ginjal terminal

juga dapat terjadi akibat kerusakan ginjal yang menyebabkan filtrasi glomerulus

protein plasma meningkat sehingga terjadi kebocoran pada filtrat glomerulus yang

menyebabkan proteinuria (protein plasma dan albumin keluar bersama urin).

Pembatasan asupan protein pada pasien penyakit ginjal tahap akhir juga dapat

memperburuk kekurangan nuptrisi (Price, 2006 dan ilmu penyakit dalam, 2006).

Nutrisi dan diet menjadi bagian penatalaksanaan yang penting pada pasien dengan

penyakit ginjal terminal terutama diet protein dan fosfat karena keduanya berasal

dari sumber makanan yang sama. Intervensi diet pada pasien penyakit ginjal

tahap akhir mencakup pengaturan yang cermat terhadap protein, asupan cairan

tubuh, asupan natrium dan pembatasan kalium (Smeltzer dan Bare, 2006).

Pembatasan asupan protein pada pasien dengan penyakit ginjal terminal akan

mengurangi sindrom uremia, asupan protein yang berlebih akan mengakibatkan

perubahan hemodinamika ginjal berupa peningkatan aliran darah dan tekanan

intraglomerulus yang dapat meningkatkan progresifitas perburukan ginjal ( ilmu

Penyakit Dalam, 2006).

Pada Nn. LM, ketidakseimbangan nutrisi terjadi karena kondisi peningkatan

uremia yang menimbulkan berbagai gejala seperti tidak nafsu makan, mual dan

muntah (Ilmu penyakit Dalam, 2006). Uremia pada pasien dengan penyakit ginjal

terminal dapat terjadi akibat penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh

berbagai penyebab penyakit. Peningkatan uremia akan meningkatkan gejala

keracunan uremik yang diperberat dengan berbagai keadaan seperti penurunan

atau terganggunya produksi hormon seperti hormon eritropoietien, renin dan

dihydrovitamin D3 serta kelainan metaolik lain yang menyertai (Chitokas,

Gunderman dan Oman, 2006).

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 106: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

81

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Nn. LM untuk mengatasi masalah

keperawatan perubahan nutrisi meliputi : manajemen mual, monitoring nutrisi dan

manajemen nutrisi dengan melakukan aktivitas kognator dan aktivitas regulator

untuk meningkatkan adaptasi pasien terhadap berbagai stimulus yang

mempengaruhi kondisi sakitnya hingga tercapai kondisi yang adaptif. Aktivitas

regulator dan cognator yang dilakukan meliputi : manajemen mual

(Menganjurkan makan sedikit tapi sering, makan dalam kondisi hangat, sering

melakukan perawatan gigi dan mulut); Manajemen nutrisi (Libatkan pasien dan

keluarga dalam perencanaan makanan, makan sesuai dengan diet yang dianjurkan,

Jelaskan rasional pembatasan diet & hubungannya dengan penyakit ginjal dan

peningkatan urea & kadar kreatinin; kolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah

kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan yaitu dengan memberikan diit Diet Ginjal

1700 kkal/hari,); Monitoring nutrisi (jumlah asupan makanan, mengkaji adanya

keluhan mual dan muntah, frekuensi makan, jenis makanan, pola makan, masukan

diet, pemasukan nutrisi dan kalori).

Hasil evaluasi akhir pada Nn. LM pada hari ke-6 didapatkan sebagian perilaku

adaptif, yang ditandai dengan pasien mengatakan badannya lemes, masih

merasakan mual dan tidak nafsu makan, makan habis 1/4 porsi saja. Hasil

evaluasi pada hari perawatan ke-14 menunjukkan perilaku terhadap adaptasi

kebutuhan perilaku adaptif yang ditandai dengan pasien lebih toleransi terhadap

kebutuhan makan dan menu makanan, pasien mulai menghabiskan ¾-1 porsi dari

menu yang disajikan oleh rumah sakit, pasien juga mengetahui menu atau

makanan yang harus dibatasi dan makanan yang harus dihindari untuk

dikonsumsi.

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan menurunnya suplai oksigen jaringan

akibat menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen (anemia), kelemahan

umum dan tidak adekuatnya intake nutrisi.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 107: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

82

Intoleransi aktivitas adalah suatu kondisi dimana seseorang yang tidak cukup

mempunyai energi baik secara fisiologis atau psikologis untuk bertaan atau

memenuhi kebutuhan atau aktivitas sehari-hari. Batasan karakteristik dari definisi

intoleransi aktivitas meliputi ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan

pergerakan tenaga, melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal, denyut

jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap aktivitas dan

adanya perubahan terhadap rekaman EKG selama aktivitas. Faktor yang

berhubungan dengan intoleransi aktivitas diantaranya : tirah baring (imobilisasi),

nyeri kronis, kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (Wilkinson, 2007).

Pengkajian perilaku dalam mode fisiologis aktivitas pada pasien Nn. LM

didapatkan data saat pengkajian pasien masih terlihat lemah dan terlihat sesak

napas, perawatan diri dan mobilisasi dilakukan dengan bantuan keluarga dan

perawat, aktivitas BAB dan BAK dilakukan di kamar mandi dengan bantuan

perawat atau keluarga. Pasien mengatakan masih merasakan sesak napas dan

lemas dan bertambah sesak dan lemas terutama setelah berjalan dari kamar

mandi, tetapi pasien tidak mau BAK dan BAB di atas tempat tidur dan

menghendaki BAK dan BAB di kamar mandi. Penilaian resiko jatuh dengan nilai

Morse : 45 (Resiko Sedang). Berdasarkan data tersebut maka dapat dirumuskan

masalah keperawatan yang dialami pasien Nn. LM adalah intoleransi aktivitas.

Faktor yang mempengaruhi intoleransi aktivitas pada pasien dengan penyakit

ginjal terminal dapat disebabkan oleh menurunnya kapasitas pengangkutan

oksigen (anemia), kelemahan umum dan tidak adekuatnya intake nutrisi. Anemia

pada penyakit ginjal terminal dapat terjadi sebagai akibat dari produksi dari

hormon eritropoietien yang dihasilkan ginjal mengalami penurunan sehingga

ginjal gagal untuk menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi eritrosit.

Faktor lain yang menyebabkan anemia pada penyakit ginjal terminal diantara

memendeknya usia eritrosit, intake nutrisi tidak adekuat dan resiko perdarahan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 108: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

83

terutama pada saluran gastrointestinal akibat status uremik yang tinggi pada

pasien penyakit ginjal terminal (Smeltzer dan Bare, 2006).

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Nn. LM untuk mengatasi masalah

keperawatan intoleransi aktivitas meliputi : manajemen energi dan terapi aktivitas

dengan melakukan aktivitas kognator dan aktivitas regulator untuk meningkatkan

adaptasi pasien terhadap berbagai stimulus yang mempengaruhi kondisi sakitnya

hingga tercapai kondisi yang adaptif. Aktivitas regulator yang dilakukan praktikan

utnuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas, meliputi : mengkaji faktor yang

menimbulkan keletihan (anemia, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

dan depresi), memonitor intake nutrisi, mengawasi tanda vital sebelum dan

sesudah aktivitas, memantau respon oksigenasi pasien terhadap aktivitas,

meningkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri sesuai kemampuan dan

menganjurkan pasien beristirahat setelah dialisis. Sedangkan aktivitas kognator

yang dilakukan meliputi : menjelaskan kepada pasien penyebab keletihan,

mengajarkan kepada pasien teknik penghematan energi (melakukan BAK dan

BAB diatas tempat tidur dengan bantuan keluarga atau perawat serta melakukan

aktivitas sesuai kemampuan).

Hasil evaluasi akhir pada Nn. LM pada hari ke-11 didapatkan sebagian perilaku

adaptif, yang ditandai dengan pasien mengatakan badannya lebih segar dan

baikan, terutama setelah cuci darah, wajah tampak lebih segar tidak pucat. Hasil

evaluasi pada hari perawatan ke-14 menunjukkan perilaku terhadap adaptasi

kebutuhan perilaku adaptif yang ditandai dengan pasien lebih toleransi terhadap

aktivitas, pasien sudah mampu melakukan perawatan diri dan eliminasi BAB dan

BAK secara mandiri tanpa keluhan kelemahan dan keletihan, wajah lebih segar,

tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas stabil serta tidak ada keluhan sesak

napas.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 109: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

84

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon kecemasan terhadap

penyakit dan kebutuhan pengobatan

Gangguan pola tidur merupakan gangguan terhadap jumlah dan kuantitas tidur

(penghentian kesadaran secara alami dan periodik yang dibatasi waktu terhadap

jumlah dan kualitas tidur. Batasan karakeristikpada gangguan pola tidur dapat

berupa batasan karakteristik secara subjektif dan objektif. Batasan secara

subjektif, meliputi : bangun lebih awal, ketidakpuasan tidur, keluhan verbal

tentang kesulitan untuk tidur dan tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan

baik. Batasan secara objektif, meliputi : penurunan proporsi untuk tidur dalam

fase Rapid Eye Movement (REM), penurunan proporsi tidur tahap 3 dan 4,

peningkatan proporsi tidur tahap 1 dan imsomnia pada saat tidur. Faktor yang

berhubungan dengan gangguan pola tidur meliputi : ansietas, agen biokimia, dan

perlambatan atau kemajuan fase tidur (Wilkinson, 2007).

Pengkajian perilaku dalam mode fisiologis istirahat tidur pada pasien Nn. LM

didapatkan data saat pengkajian pasien mengatakan semalam tidak bisa tidur dan

sering terbangun jika tidur karena merasakan sesak dan nyeri di area perut atas.

Pasien juga kepikiran dengan penyakitnya yang makin burk dan harus dipasang

catheter double lumen (CDL) dan cuci darah terus menerus. Wajah pasien terlihat

letih, tidak tampak lingkar hitam disekitar mata. Berdasarkan hasil oengkajian

tersebut maka dapat dirumuskan masalah keperawatan yang muncul adalah

gangguan pola tidur.

Tidur merupakan proses bioligis yang bersiklus yang bergantian dengan periode

yang lebih lama dari kondisi terjaga (bangun). Tidur melibatkan suatu urutan

keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf

pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf periferal, endokrin,

kardiovaskuler, pernapasan dan muskular. Kontrol dan pengaturan tidur

tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi

secara intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan

terjaga. Secara normal pada orang dewasa pola tidur rutin dimulai dengan periode

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 110: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

85

sebelum tidur dan selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap

berkembang secara teratur. Periode sebelum tidur, secara normal berakhir 10 -30

menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur akan

berlangsung satu jam atau lebih (Perry & Potter, 2005).

Pasien dengan penyakit ginjal terminal sering mengalami keluhan terhadap

gangguan tidur termasuk insomnia, permulaan tidur yang tertunda dan henti napas

atau sesak napas saat tidur. Sulitnya untuk memulai tidur dan mempertahankan

tidur pada malam hari dapat mengakibatkan penurunan kewaspadaan dan

konsentrasi dan menguras energi sehingga berdampak terhadap kulaitas hidup

pasien dengan penyakit ginjal terminal (Afshar, Emany, Saremi, Shavandi and

Sanavi, 2011). Pasien juga dapat mengalami gangguan pola tidur akibat dari efek

hospitalisasi. Rumah sakit, fasilitas perawatan dan tindakan keperawatan dapat

menyebabkan gangguan dalam tidur atau mencegah pasien tertidur dalam waktu

biasanya. Kondisi lingkungan yang asing dapat juga mempengaruhi kemampuan

adaptas seseorang berhubungan dengan kebiasaan tidur. Jika siklus tidur-bangun

seseorang berubah secra bermakna maka akan menghasilkan kulaitas tidur yang

buruk. Gejala umum yang dapat muncul pada pasien dengan gangguan pola dan

kualitas tidur diantaranya kecemasan, mudah tersinggung dan gangguan penilaian

serta gangguan konsentrasi (Perry & Potter, 2005).

Pada pasien Nn. LM dengan masalah gangguan pola tidur rmemerlukan intervensi

yang tepat untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Intervensi keperawatan

yang diberikan kepada Nn. LM untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan

pola tidur meliputi : sleep enhancement dengan melakukan aktivitas regulator dan

aktivitas kognator untuk meningkatkan adaptasi pasien terhadap berbagai stimulus

yang mempengaruhi kondisi sakitnya hingga tercapai kondisi yang adaptif.

Aktivitas regulator yang dilakukan meliputi : monitor pola tidur dan jumlah jam

tidur pasien serta kualitas tidur pasien, membantu faktor yang menjadi penyebab

kesulitan tidur, menganjurkan pasien untuk mengurangi tidur pada siang hari.

Sedangkan aktivitas kognator yang diberikan kepada pasien Nn. LM meliputi :

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 111: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

86

menjelaskan pentingnya dan manfaat tidur bagi proses penyembuhan,

mendiskusikan dengan pasien dan keluarga pentingnya kenyamanan dan teknik

meningkatkan kemudahan untuk tidur. Kebiasaan tidur dan pola tidur yang

adekuat bermanfaat terhadap perkembangan kesehatan dan bermanfaat untuk

memelihara fungsi jantung (Perry & Potter, 2005).

Hasil evaluasi akhir pada Nn. LM pada hari ke-7 didapatkan sebagian perilaku

adaptif, yang ditandai dengan pasien mengatakan lebih mudah tertidur dan sudah

mampu beradaptasi dengan ruanga perawatan, pasien terkadang masih terbangun

saat malam hari, sesak napas kadang masih ada meski saat tidur. Hasil evaluasi

pada hari perawatan ke-14 menunjukkan perilaku terhadap adaptasi kebutuhan

perilaku adaptif yang ditandai dengan pasien lebih toleransi terhadap lingkuangan

di ruang perawatan, keluhan sesak napas saat tidur sudah tidak ada, pasien

mengatakan sudah tidak sering terbangun saat malam hari, kecuali jika haus dan

ingin BAK.

e. Cemas berhubungan dengan penyakit kronis, pengobatan yang lama dan

kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

Cemas merupakan suatu perasaan ketidaknyamanan berupa keresahan yang tidak

mudah yang disertai dengan respon autnomis dimana individu tidak mengetahui

sumbernya secara spesifik yang dapat disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.

Batasan karakteristik yang menjadi asalah keperawatan cemas meliputi : gelisah,

imsomnia dan mengekspresikan keluhan akibat perubahan kejadian dalam hidup

(Wilkinson, 2007). Masalah keperawatan cemas dapat muncul pada Nn. LM

berdasarkan data pada pengkajian perilaku dan stimulus mode adaptasi konsep

diri ditemukan data bahwa pasien mengatakan takut mau menjalani cuci darah

(hemodialisis) dan takut mau dipasang catheter doubel lumen (CDL), pasien juga

takut dengan kondisi penyakitnya jika makin memburuk. Pasien terlihat cemas

saat mengungkapkan perasaannya.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 112: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

87

Kondisi sakit dan perkembangan penyakit yang dialami seseorang dapat

menimbulkan reaksi yang berbeda-beda. Reaksi emosi dan perilaku individu

bergantung pada asal penyakit, sikap klien dalam menghadapi penyakit, reaksi

orang lain dan orang yang berharga terhadap kondisi sakit yang dialaminya.

Penyakit dengan jangka waktu pendek dan tidak mengancam kehidupan akan

sedikit menimbulkan perubahan perilaku dalam fungsi pasien dan keluarga.

Sedangkan penyakit berat dan mengancam kehidupan dapat menimbulkan

perubahan emosi berupa kecemasan, syok, penolakan dan menarik diri. Penyakit

ginjal tahap akhir merupakan penyakit dengan perkembangan perburukan yang

progresif jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Penyakit ginjal tahap akhir

juga memerlukan terapi pengganti ginjal yang berkelanjutan dan berlangsung

seumur hidup. Kondisi inilah yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan

fungsi keluarga serta menimbulkan kecemasan dan ketakutan pada pasien dan

keluarga (Perry & Potter, 2006).

Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Nn. LM untuk mengatasi masalah

keperawatan cemas meliputi anxiety reduction dan relaxation therapy. Intervensi

keperawatan diberikan dengan melakukan aktivitas regulator dan aktivitas

kognator untuk meningkatkan adaptasi pasien terhadap berbagai stimulus yang

mempengaruhi kondisi sakitnya hingga tercapai kondisi yang adaptif. Aktivitas

regulator yang dilakukan meliputi : menjalin komunikasi dan hubungan saling

percaya dengan pasien dna keluarga, memberikan kesempatan kepada pasien

untuk mengungkapakan kecemasannya, mengkaji ketakutan dan kecemasan

pasien, mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan pasien untuk

mengurangi cemas, evaluasi perkembangan dan perubahan makna bagi pasien dan

keluarga, mengajarkan teknik relaksasi (tarik napas dalam, meditasi dan berdoa)

dan melibatkan keluarga untuk memberikan dukungan moril. Aktivitas kognator

yang dilakukan untuk mengatasi masalah cemas, meliputi : memberikan

pendidikan kesehatan tentang penyakit dan kemungkinan terapi yang harus

dijalani serta komplikasi dan kemungkinan perburukan dari penyakit.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 113: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

88

Hasil evaluasi akhir pada Nn. LM pada hari ke-7 didapatkan pasien mampu

mengatasi cemasnya dan menjadi adaptif, yang ditandai dengan pasien

mengatakan menjadi lebih paham dengan perkembangan penyakit dan kondisinya,

pasien menyatakan bersedia menjalani pengobatan dan perawatan yang dianjurkan

seperti pembatasan cairan, pemasangan CDL dan penatalaksanaan Hemodialisis

yang berlangsung seumur hidup. Pasien juga mengungkapkan tidak kuatir lagi

dengan penyakitnya karena semua keluarga mendukung dan memberikan motivasi

untuk segera sembuh.

f. Koping tidak efektif berhubungan dengan penyakit kronik, pengobatan yang

lama dan komplek serta kurang pengetahuan tentang koping yang efektif.

Koping tidak efektif merupakan ketidakmampuan dalam membuat penilaian yang

tepat terhadap stesor yang, ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang

tersedia dan ketidakmampuan bertindak secara adekuat terhadap respon atau

stimulus yang terjadi. Batasan karakteristik masalah keperawatan koping tidak

efektif meliputi : perubahan dalam pola berkomunikasi, ketidakmampuan dalam

mengatasi masalah dan meminta bantuan secara verbal, ketidakmampuan

memenuhi pran yang diharapkan dan penurunan dalam dukungan sosial

(Wilkinson, 2007). Pada pengkajian perilaku dan stimulus mode adaptasi konsep

diri ditemukan data bahwa pasien masih takut untuk dipasang CDL dan takut

untuk menjalani tindakan hemodialisis seumur hidup. Berdasarkan data tersebut

maka dapat dirumuskan masalah keperawtan yang muncul yaitu koping tidak

efektif berhubungan dengan penyakit kronik, pengobatan yang lama dan komplek

serta kurang pengetahuan tentang koping yang efektif.

Koping yang tidak efektif dapat menimbulkan respon yang negatif terhadap

mekanisme pertahanan tubuh, yang berakibat terhadap kemampuan adaptasi

seseorang terhadap berbagai perubahan situasi akibat penyakit kronis dan

pengobatan dan perawatan yang lama (Perry & Potter, 2006). Intervensi

keperawatan yang praktikan dan perawat ruangan lakukan untuk meningkatkan

mekanisme koping pasien Nn. LM meliputi memberikan dukungan spiritual,

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 114: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

89

melakukan komunikasi terapeutik, meningkatkan mekanisme koping dan

melakukan konseling tentang penyakit dan penatalaksanaan pengobatan dan

perawatan yang harus dijalani. Pemberian intervensi juga diberikan dengan

melakukan aktivitas regulator dan aktivitas kognator untuk meningkatkan adaptasi

pasien terhadap berbagai stimulus yang mempengaruhi kondisi sakitnya hingga

tercapai kondisi yang adaptif. Aktivitas regulator yang diberikan meliputi :

membantu pasien dalam menilai penyakit secara objektif, membantu pasien

menggunakan dan memanfaatkan support sistem yang tepat (keluarga dan teman

terdekat), mengidentifikasi harapan pasien dan memberikan pujian positif atas

koping yang positif.

Aktivitas kognator meliputi : memberikan pendidikan kesehatan tentang

manajemen stres, mendiskusikan dengan pasien tentang koping yang efektif dan

support sistem yang ada dan menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang

penyakit dan penatalaksanaan pengobatan dan perawatan agar pasien mampu

mengambil keputusan yang tepat tentang perawatan dan pengobatan. Hasil

evaluasi akhir pada Nn. LM pada hari ke-11 didapatkan pasien mampu

beradaptasi terhadap regimen pengobatan dan perawatan dan mampu

meningkatkan mekanisme koping menyatakan bersedia menjalani pengobatan dan

perawatan yang dianjurkan seperti pembatasan cairan, pemasangan CDL dan

penatalaksanaan Hemodialisis yang berlangsung seumur hidup. Pasien juga

mengungkapkan tidak takut lagi dengan prosedur pemasangan CDL dan terapi

hemodialisis.

3.2 Evidence Base Practice Cryotherapy Untuk Mengurangi Nyeri Kanulasi

Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis

Pada sub bab ini menguraikan pengalaman praktikan selama menjalani praktik

residensi di RSUP Fatmawati dalam menjalankan peran perawat spesialis dalam

melakukan praktik mandiri berbasis bukti tentang Cryotherapy (Kompres es)

dalam mengurangi nyeri saat penusukan arteriovenous fistula pada pasien PGTA

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 115: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

90

dengan hemodialisis di Unit hemodialisis IP2K (Bougenvile) RSUP Fatmawati

Jakarta.

Hemodialisis merupakan salah satu terapi penatalaksanaan pengganti ginjal pada

pasien dengan penyakit ginjal tahap. Dalam tindakan hemodialisis pasien

memerlukan pemasangan akses vaskuler yang berfungsi untuk mengalirkan darah

dari tubuh pasien ke mesin hemodialisis atau sebaliknya. Akses vaskuler

merupakan tindakan pungsi atau penusukan pada pembuluh darah vena dan arteri

yang bertujuan untuk mempermudah akses hemodialisis dalam meningkatkan

aliran darah vena ke dalam mesin hemodialisis (Dias, Neto & Coasta, 2008).

Terdapat tiga jenis akses yang digunakan untuk akses vaskular saat dilakukan

hemodialisis, yaitu Arteriovenous fistula (AVF), arteriovenous graft (AVG) dan

central venous cateter (CVC) (Votroubek & tobacco, 2010). Salah satu masalah

keperawatan yang dapat timbul dan sering dikeluhkan oleh pasien dengan

hemodialisis dari proses penusukan akses vaskuler adalah nyeri. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Hassan, Darwish, El-Samman dan Fadel (2012)

menyatakan bahwa nyeri yang disebabkan oleh kanulasi atau penusukan

arterivenous fistula merupakan salah satu kasus yang menjadi perhatian pada

pasien penyakit ginjal tahap akhir yang mendapatkan terapi hemodialisis baik

pada pasien anak dan dewasa.

Dari hasil pengamatan praktikan saat praktik residensi 1-2 di Ruang Hemodialisa

RSUP Fatmawati melihat bahwa masalah keperawatan nyeri merupakan masalah

utama yang sering dikeluhkan oleh pasien saat proses penusukan akses vaskuler

yang digunakan sebagai akses terapi Hemodialisis. Di RSUP Fatmawati 90%

pasien yang mendapatkan terapi hemodialisis terpasang akses vaskuler berupa

cimino. Dan 80% menyatakan bahwa saat penusukan jarum pada akses vaskuler

pasien mengalami nyeri. Kualitas nyeri yang dirasakan pasien adalah nyeri sedang

hingga berat dengan rentang skala nyeri 5-8 dengan sifat nyeri adalah nyeri tajam,

yang berlangsung saat penusukan akses vaskuler. Dengan gejala objektif pasien

tampak meiringis kesakitan atau memegang tempat tidur pada saat penusukan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 116: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

91

jarum akses vaskuler berlangsung. Hal yang sudah dilakukan oleh perawat ruang

hemodialisis untuk mengurangi nyeri saat penusukan akses vaskuler adalah

meminta pasien untuk menarik napas dalam saat penusukan akses vaskuler

berlangsung.

Nyeri merupakan salah satu masalah keperawatan, dimana secara umum nyeri

adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat, menurut

International Association for Study of Pain (IASP) nyeri adalah pengalaman

perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual

maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Peran

perawat untuk mengatasi masalah nyeri pada pasien adalah dengan memberikan

asuhan keperawatan yang cepat dan tepat sehingga pasien dapat merasakan nyeri

yang minimal. Salah satu asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi

nyeri yaitu dengan memberikan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi.

Salah satu terapi non farmakologi yang dapat diterapkan oleh perawat

hemodialisis adalah dengan memberikan cryotherapy (Asmaa et al, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut di atas praktikan kemudian mengimplementasikan

intervensi keperawatan yang berbasis bukti tentang penggunaan cryotherapy

untuk mengurangi nyeri kanulasi pada pasien gagal ginjal kronik dengan

hemodialisis di Unit Hemodialisis Gedung IP2K (Bougenvil) RSUP Fatmawati

Jakarta.

3.2.1 PICO (Problem / Population / Patient, Interventiton, Comparative,

Outcome)

1. Problem /Population/Patient:

Pada klien penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis, sebagian

besar mengalami nyeri pada saat penusukan jarum pada akses vaskuler terutama

pada akses arteriovena fistula (AV Fistula). Berdasarkan pengamatan praktikan

saat praktik residensi KMB 1-2 nyeri pada saat penusukan jarum akses vaskuler

AV Fistula pada pasien penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis

masuk dalam kategori nyeri sedang hingga berat, dimana pasien biasanya

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 117: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

92

mengeluhkan nyeri, menyeringai kesakitan dan berpegangan pada pinggiran

tempat tidur untuk menahan nyeri.

2. Intervention

Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi nyeri saat penusukan akses vaskuler

pada pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis adalah dengan

melakukan teknik cryotherapy pada tempat penusukan akses vaskuler.

3. Comparison Intervention

Intervensi pembanding yang praktikan berikan pada kelompok kontrol adalah

penggunaan manajemen distraksi nyeri menarik napas dalam saat dilakukan

kanulasi akses vaskuler AV Fistula pada kelompok kontrol.

4. Outcome

Dengan penerapan manajemen nyeri dengan cryotherapy, diharapkan pasien

penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis mengalami penurunan terhadap

kualitas dan rasa nyeri saat penusukan jarum akses vaskuler AV Fistula dilakukan.

3.2.2 Hasil Telaah Jurnal (Critical Review)

Penelusuran Evidence Based Practice (EBP) melalui Google Scholar dan

Proquest dengan kata kunci yang digunakan adalah akses vasculer, pain relief

and hemodialysis. Hasil penelusuran tersebut ditemukan beberapa artikel terkait

maupun jurnal yang terkait dengan penggunaan Cryotherapy (kompres es)

untuk mengurangi nyeri pada penusukan akses vaskuler arteriovenofistula pada

pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis dan selanjutnya dilakukan telaah

terhadap jurnal yang mendukung, yang meliputi :

1. The impact of cryotherapy on pain intensity at puncture sites of arteriovenous

fistula among childrend undergoing hemodialysis (Hassan, Darwish, Samman

dan Fadel, 2012)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan

Cryotherapy untuk mengurangi nyeri yang dirasakan secara subjektif pada

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 118: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

93

pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis. Literatur yang

digunakan dalam jurnal ini mulai tahun 1988 sampai dengan tahun 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain quasy

eksperiment dengan pre-post test dimana responden dibagi menjadi

kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kriteria inklusi dalam penelitian

ini adalah usia 8-18 tahun, menjalani hemodialisis dengan akses vaskuler AV

Fistula, tidak mengalami peradangan atau infeksi kulit di sekitar tempat

penusukan AV Fistula. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah penilaian hasil isian kuesioner tentang karakteristik responden dan

pengukuran skala nyeri penusukan akses vaskuler. Uji Statistik yang

digunakan adalah chi squared dan paired t-test. Dari hasil penelitian terhadap

40 responden pada kelompok kontrol (hari 1) dan kelompok intervensi (hari

ke-2) memiliki perbedaan yang signifikan dengan nilai X2

= 24. Dari hasil

penelitian ini dapat disimpulkan Cryotherapy efektif digunakan untuk

mengurangi intensitas nyeri pada saat penusukan jarum akses vaskuler pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

2. Effect Of Cryotherapy on arteriovenous fistula puncture related pain in

hemodialysis patient (Sabitha, Khaka, Mahajan, Gupta, Agarwal dan Yadav,

2008)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan

Cryotherapy untuk mengurangi nyeri yang dirasakan secara subjektif pada

pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis. Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen dengan 2 kelompok yang dipilih secara

acak untuk kelompok kontrol dan intervensi. Teknik penentuan sampel

penelitian ini menggunakan Non probability sampling dengan metode tabel

sampel acak. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang

terpasang akses vaskular arteri vena fistula / cimino, usia lebih sama dengan

16 tahun, secara mental dan fisik mampu berpartisipasi dan menyelesaikan

studi penelitian. Metode dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan

data adalah penilaian hasil isian kuesioner dan lembar observasi terhadap

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 119: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

94

tanda objektif terhadap nyeri. Dari hasil penelitian ini terhadap 30 responden

pada kelompok eksperimen dengan p value 0,001 sedangkan pada kelompok

kontrol diperoleh p value 0,23. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan

yang signifikan terhadap efektivitas cryotherapy dapat mengurangi nyeri pada

saat penusukan jarum akses vaskuler pada pasien gagal ginjal kronik dengan

hemodialisis.

3.2.3 Aplikasi Praktek Keperawatan Berdasarkan Pembuktian

Pelaksanaan evidence based practice (EBP) mengacu pada penelitian yang

dilakukan oleh Hassan, Darwish, Samman dan Fadel, 2012; dan Sabitha, Khaka,

Mahajan, Gupta, Agarwal dan Yadav, 2008. Praktikan melaksanakan EBP

cryotherapy untuk mengurangi nyeri penusukan akses vaskuler arteriovenafistula

pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di ruang Hemodialisis

Gedung IP2K (Bougenvile) RSUP Fatmawati Jakarta. Pelaksanaan EBP diawali

dengan Pelaksanaan EBP diawali dengan prosedur perizinan pada pihak yang

terkait yaitu komite keperawatan, kepala instalasi gedung IP2K dan penanggung

jawab ruangan Hemodialisis RSUP Fatmawati dengan mengajukan proposal

EBP. Selanjutnya dilakukan sosialisasi dihadapan komite keperawatan, kepala

instalasi gedung teratai, kepala ruangan, wakil kepala ruangan dan perawat

primer serta perawat pelaksana di unit Hemodialisis.

Penerapan EBP ini mulai dilakukan pada April 2014 dengan melibatkan perawat

dan sesama mahasiswa residensi. EBP diawali dengan mengidentifikasi

pasien yang memenuhi kriteria inklusi dengan melihat status rekam medik

pasien dan observasi langsung ke pasien. Adapun kriteria inklusi adalah

pasien gagal ginjal dengan hemodialisis yang terpasang Akses Vaskuler

arteriovenafistula/cimino, usia pasien lebih sama dengan 16 tahun, secara mental

dan fisik mampu berpartisipasi dan menyelesaikan penerapan EBP. Selanjutnya

menjelaskan pada pasien tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pelaksanaan EBP

dengan memberikan format informed consent.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 120: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

95

Prosedur EBP cryotherapy untuk mengurangi nyeri saat penusukan AV fistula

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis adalah (Hassan,

Darwish, El-Saman, dan Fadel, 2012) :

1. Pasien diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi data demografi dan data

medis.

2. Praktikan memberikan alas di bawah ekstremitas yang akan dilakukan

Cryotherapy (Kompres Es) untuk mencegah basah pada laken tempat tidur

3. Praktikan memberikan baby oil (satu atau dua tetes) pada area penusukan

akses vaskuler fistula yang akan dilakukan Cryotherapy (Kompres Es)

4. kemudian lakukan Cryotherapy (Kompres Es) dengan gerakan memutar

perlahan secara sirkular dengan menggunakan batu ice di atas tempat

penusukan akses vaskuler. Gerakan sirkular yang dilakukan adalah sejauh 2-3

cm.

5. Prosedur cryotherapy dimulai 10 menit sebelum penusukan AV fistula dan

dilanjutkan sampai penusukan selesai dilakukan (sekitar 2 menit).

6. Setelah selesai penusukan praktikan melakukan observasi respon objektif

pasien terhadap nyeri seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, ungkapan verbal,

respon fisiologi (tanda-tanda vital) dan perilaku interpersonal.

7. Kemudian pasien juga diminta untuk menyebutkan skala nyeri yang dirasakan

(skala 1-10) saat penusukan Akses AV Fistula.

Pasien yang terlibat dalam pelaksanaan EBP ini adalah sebanyak 20 pasien yang

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu sebagai kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. 10 pasien sebagai kelompok intervensi yaitu dilakukan Cryotherapy,

sedangkan 10 pasien sebagai kelompok kontrol yaitu tidak dilakukan

Cryotherapy. Pelaksanaan EBP Cryotherapy dilaksanakan sekali sewaktu dan

langsung dilakukan evaluasi terhadap skala nyeri yang dirasakan oleh pasien.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 121: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

96

3.2.4 Hasil Penerapan Evidence Base Practice Cryotherapy Untuk

Mengurangi Nyeri Saat Penusukan Arterivenous Fistula Pada Pasien

Penyakit Ginjal Tahap Akhir dengan Hemodialisis

Hasil penerapan Evidence Base Practice Cryotherapy Untuk Mengurangi Nyeri

Saat Penusukan AV Fistula Pada Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir dengan

Hemodialisis disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Diagram 3.1

Distribusi skala nyeri kanulasi Pre dan Post Intervensi

pemberian cryotheraphy pada Kelompok yang diberikan tindakan Cryotherapy

di Unit Hemodialisis IP2K RSUP Fatmawati Jakarta

Pada diagram 3.1 menunjukkan bahwa setelah pemberian Cryotherapy

menunjukkan bahwa skala nyeri penususkan AV Fistula mengalami penurunan.

Pada diagram diatas menunjukkan pada kelompok intervensi sebelum dilakukan

Cryotherapy menunjukkan tidak ada pasien yang mengalami nyeri ringan dan

60% pasien mengalami nyeri berat. Sementara setelah dilakukan intervensi

Cryotherapi skala nyeri pasien menunjukkan 30 % pasien mengalami nyeri ringan

dan hanya 10% pasien yang mengalami nyeri berat.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

NyeriRingan

NyeriSedang

Nyeri Berat

Pre Cryotherapy

Post Cryotherapy

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 122: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

97

Diagram 3.2

Distribusi skala nyeri kanulasi Pre dan Post Intervensi

pemberian cryotheraphy pada kelompok yang tidak diberikan Cryotherapy

di Unit Hemodialisis IP2K RSUP Fatmawati Jakarta

Pada diagram 3.2 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol yang tidak

mendapatkan Cryotherapy menunjukkan tidak terjadi penurunan kualitas nyeri

berdasarkan skala VAS. Jumlah pasien yang mengalami nyeri berat maupun nyeri

sedang masih dalam jumlah yang sama, yaitu 50 % pasien mengeluhkan nyeri

sedang dan 50% pasien juga mengeluhkan nyeri berat.

3.3 Kegiatan Inovasi Booklet Manajemen Hemodialisis pada Pasien Penyakit

Ginjal Tahap Akhir

Selama praktik residensi, praktikan dalam perannya sebagai perawat spesialis juga

menjalankan fungsinya sebagai leader/ pemimpin dan agen pembaharu dengan

melakukan inovasi dalam pemgembangan intervensi keperawatan. Kegiatan

inovasi dilakukan di instalasi Bougenville ruang hemodialisis RSUP Fatmawati

Jakarta. Kegiatan inovasi yang dilakukan adalah memberikan edukasi berupa

booklet kepada pasien PGTA yang rutin menjalani hemodialisis di unit

hemodialisis.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Nyeri Ringan NyeriSedang

Nyeri Berat

Pre Cryotherapy

Post Cryotherapy

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 123: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

98

3.3.1 Analisa Situasi

Awal pendiriannya pada tahun 1954 RSUP Fatmawati Jakarta mengkhususkan

sebagai rumah sakit untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Namun seiring

perkembangannya saat ini RSUP Fatmawati merupakan Rumah Sakit pendidikan

tipe A yang menjadi rumah sakit pusat rujukan terutama untuk wilayah Jakarta

Selatan. RSUP Fatmawati memiliki tugas pokok menyelenggarakan dan

melaksanakan fungsi perumahsakitan di Indonesia dibawah naungan kementrian

Kesehatan. RSUP Fatmawati juga menjadi pusat rujukan untuk pasien penyakit

ginjal terminal tahap akhir yang memerlukan penatalaksanaan Hemodialisis.

Sebagai rumah sakit rujukan RSUP Fatmawati melaksanakan peran dan fungsinya

melalui upaya pelayanan kesehatan promotif, kuratif, preventif dan rehabilitativ

secara terpadu.

\

RSUP Fatmawati sebagai sarana pelayanan publik selalu berusaha meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan yang terbukti pada bulan Desember tahun 2013 lalu

RSUP Fatmawati lulus standar Joint Commition International (JCI). RSUP

Fatmawati dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan sebagai

RS rujukan untuk terapi hemodialisis juga berusaha meningkatkan pelayanan bagi

pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan meningkatkan ketersedian sarana dan

prasarana serta meningkatkan sumber daya manusia keperawatannya dengan

memberikan atau mengirimkan perawatnya untuk mengikuti pelatihan terkait

dengan kebutuhan dalam pengembangan unit hemodialisis.

Unit hemodialisa merupakan sarana pelayanan penunjang yang berada di bawah

instalasi rawat jalan Bougenville. Saat ini mesin hemodialisis yang tersedia di unit

hemodialisis sebanyak 20 buah mesin hemodialisis yang terdiri dari 10 buah

mesin Fresineus dan 10 buah mesin Nipro. Dua buah mesin hemodialisis di ruang

HCU Lantai V Selatan dan satu mesin hemodialisis di Ruang ICU RSUP

Fatmawati Jakarta. Perawat di ruang hemodialisis berjumlah 20 orang dengan

tingkat pendidikan rata-rata S1 Keperawatan dan D3 keperawatan yang sudah

memiliki sertifikasi pelatihan pelaksanaan hemodialisis. Pelayanan hemodialisis

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 124: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

99

pada pasien dilakukan rutin setiap hari sesuai jam kerja dari hari senin sampai

sabtu. Pelayanan hemodilisis terdiri dari 2 shift yaitu pagi dari jam 7.00 – 13.00

dan siang jam 11.00 – 20.00 WIB. Durasi waktu yang diberikan pada proses

hemodialisis adalah 4 jam setiap kali hemodialisis. Pada setiap shiftnya petugas

yang melaksanakan kegiatan hemodialisis berjumlah 7 – 8 orang termasuk kepala

ruang dan dokter yang bertanggung jawab pada pelaksanaan hemodialisis

tersebut. Bila ada kegiatan hemodialisis cito maka perawat yang melakukannya

adalah perawat yang terjadwal sesuai dengan hari pelaksanaan namun diutamakan

perawat yang bertugas shift sore.

Jumlah pasien yang menjalani hemodialisis di unit hemodialisis RSUP Fatmawati

setiap harinya sekitar 37-38 pasien. Berdasarkan observasi praktikan selama

praktek residensi 1, 2 dan 3 kami tidak melihat adanya pemberian pendidikan

kesehatan berupa tulisan (leaflet, booklet) kepada pasien yang menjalani

hemodialisis rutin maupun keluarga. Berdasarkan wawancara praktikan dengan

kepala instalasi Bougenville dan kepala ruang hemodialisis, sebelumnya mereka

pernah memberikan leaflet pendidikan kesehatan kepada pasien yang sumber

informasinya juga berasal dari mahasiswa residensi yang berpraktek di ruangan

hemodialisis tersebut. Namun dalam pelaksanaan selanjutnya mengalami

hambatan karena panjangnya birokrasi dan biaya pengadaan yang tinggi terhadap

media tersebut, sehingga informasi tentang manajemen hemodialisis diberikan

secara langsung kepada pasien atau keluarga yang menanyakan kepada perawat.,

dan terkadang informasi diberikan oleh sesama pasien dengan saling bertukar

informasi yang mereka ketahui dari media lain.

Berdasarkan hasil observasi tersebut maka parktikan bersama kelompok memiliki

inisiatif untuk membuat booklet tentang manajemen hemodialisis sebagai media

dan sarana informasi tentang manajemen hemodialisis yang diperlukan untuk

pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis yang menjalani terapi

hemodialisis di RSUP Fatmawati Jakarta. Booklet yang kami berikan informasi

tentang manajemen hemodialisis.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 125: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

100

Kegiatan inovasi pemberian booklet praktikan dan kelompok lakukan pada

minggu terakhir bulan april 2014 dan evaluasi dilakukan di awal minggu bulan

mei 2014. Booklet manajemen hemodialisis diberikan kepada pasien yang

menjalani terapi hemodialisis sebanyak 60 booklet. Booklet manajemen

hemodialisis yang kani buat dan berikan kepada pasien berisi tentang 1) pengantar

ginjal beserta fungsinya, 2) pengobatan PGTA, 3) apa yang harus dilakukan

selama menjalani hemodialisis diantaranya mengontrol gula darah, menjaga

tekanan darah dalam batas normalnya penderita PGTA, mengontrol kolesterol,

mengikuti aturan diet ginjal, membatasi pemasukan cairan, cara mensiasati rasa

haus dan melakukan olah raga teratur, 4) cara mengatasi rasa gatal (pruritus).

Booklet yang kami berikan juga kami sertakan lembar pencatatan harian status

cairan (berat badan harian pasien, tekanan darah) dan nilai laboratorium

(hemoglobin, ureum dan Cretainin) pasien selama pasien menjalani hemodialisis.

Selama ini berdasarkan hasil wawancara dan observasi praktikan beserta

kelompok kepada pasien, pencatatan data pasien berupa berat badan sebelum dan

sesudah hemodialisis, tanda vital pasien (tekanan darah, nadi dan frekuensi

napas), dan hasil pengukuran laboratorium sebelum dan sesudah hemodialisis

hanya ditulis pada rekam medik pasien saja, sehingga pasien kadang lupa dan

tidak dapat mengontrol secara mandiri. Dengan pencapaian evaluasi yang

diharapkan oleh praktikan dan kelompok adalah berupa evaluasi terhadap perawat

(peran serta perawat dalam pemberian edukasi melalui booklet) dan evaluasi

terhadap pasien (pengetahuan pasien dan pasien membawa booklet untuk

melakukan pencatatan harian selama menjalani hemodialisis).

3.3.2 Kegiatan Inovasi

Kegiatan dalam inovasi pemberian booklet meliputi berbagai tahap, diantaranya :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini praktikan melakukan wawancara baik pada pasien, perawat

pelaksana dan perawat primer serta kepala ruangan, melakukan observasi

kegiatan-kegiatan di unit hemodialisa untuk memperoleh fenomena/gambaran

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 126: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

101

masalah klinik yang muncul terkait program inovasi yang akan dilakukan.

Praktikan melakukan identifikasi dan mengadakan pendekatan untuk

mendiskusikan fenomena yang ditemukan dan rencana inovasi yang dapat

dilakukan di ruangan dengan kepada kepala ruangan, perawat primer, dan

clinical instructur (CI). Persiapan selanjutnya adalah pembuatan proposal

yang dikonsultasikan kepembimbing akademik dan selanjutnya persiapan

pembuatan booklet serta sosialisasi.

Booklet yang dibuat berisikan tentang manajemen pasien hemodiaisis yaitu

mengenai pembatasan cairan, diet makanan, olah raga teratur,

penatalaksanaan gatal pada pasien penyakit ginjal terminal serta dilengkapi

dengan lembar pencatatan keseimbangan cairan yang harus dijaga pada

pasien penyakit ginjal terminal. Dalam pembuatan booklet setiap mahasiswa

residensi kelompok perkemihan bertanggungjawab pada materi yang telah

diberikan. Praktikan sendiri bertanggungjawab dalam pembuatan materi

diet dan nutrisi pada pasien penyakit ginjal terminal. Dalam membuat materi

yang menjadi tanggungjawab praktikan dilakukan dengan mencari sumber

yang up to date dengan melakukan penelusuran baik di media internet dan

buku. Setelah diperoleh sumber materi maka praktikan mengkonsultasikan

terlebih dahulu dengan pembimbing akademik.

2. Desiminasi Awal Program Inovasi

Program desiminasi awal dimulai dengan pembuatan proposal kegiatan

program inovasi dan media yang digunakan. berupa booklet yang diperlukan

untuk pelaksanaan program inovasi mengenai manajemen hemodialisis pada

pasien penyakit ginjal terminal. Proposal kegiatan dikonsultasikan kepada

pembimbing klinik dan pembimbing akademik, yang kemudian

disosialisasikan kepada kepala ruang dan staf perawat dan dokter penanggung

jawab di unit hemodialisis IP2K Gedung Bougenvile RSUP Fatmawati.

Langkah selanjutnya adalah mempresentasikan proposal inovasi yang

dilakukan pada tanggal 27 Maret 2013. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 127: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

102

komite keperawatan, kabid keperawatan, kepala Instalasi, supervisor

instalasi, kepala ruangan, wakil kepala ruangan dan perawat primer,

pembimbing klinik dan pembimbing akademik.

3. Tahap Pelaksanaan

Pada pelaksanaan edukasi dengan media booklet ini awalnya praktikan

melakukan identifikasi pasien hemodialisis yang sesuai dengan kriteria,

kemudian praktikan membuat kontrak terlebih dahulu dengan menjelaskan

pada pasien tujuan dan prosedur penerapan edukasi. Selanjutnya praktikan

memberikan edukasi dengan menjelaskan isi yang terdapat di dalam booklet

manajemen hemodialisis. Edukasi diberikan secara bertahap pada masing-

masing pasien dan keluarga sesuai dengan kemampuan dan kesiapan pasien.

Edukasi diberikan saat pasien menjalani sesi hemodialisis dengan pemberian

edukasi selama 15 - 30 menit pada masing-masing. Evaluasi pasien

dilakukan pada minggu kemudian setelah pemberian materi dan booklet

manajemen hemodialisis tersebut.

3.3.3 Tahap Evaluasi

Evaluasi kegiatan dilakukan setelah 1 minggu pelaksanaan inovasi. Evaluasi yang

dilakukan meliputi :

1. Evaluasi Proses

Proses pelaksanaan kegiatan inovasi ini yang diawali dengan pembuatan

proposal, sosalisasi dan tahap pelaksanaan berjalan dengan baik dan

memperoleh dukungan yang penuh dari pihak ruangan dan manajemen RS

maupun fungsional. Pasien juga merasa terbantu dengan adanya booklet,

karena pasien menjadi lebih tahu dan dapat memantau perkembangan

kesehatannya dan memantau pembatasan cairan yang dibutuhkan pasien.

Pihak manajemen RS sangat mengharapkan bahwa booklet ini dapat diadakan

di RSUP Fatmawati untuk memfasilitasi dan meningkatkan edukasi pasien

tentang manajemen hemodialsis pasien penyakit ginjal tahap akhir.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 128: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

103

Dalam evaluasi proses ini juga dilakukan evaluasi terhadap peran serta

perawat yang ada diruang hemodialisis dalam pelaksanaan pemberian edukasi

menggunakan booklet ini. Menurut perawat hemodialisis metode edukasi

dengan pemberian booklet lebih efektif karena menimbulkan minat dan

keinginana pasien untuk membaca booklet dan meningkatkan motivasi pasien

untuk mengikuti saran yang disampaikan didalam isi booklet. Perawat di

ruang hemodialisis juga menilai bahwa pelaksanaan edukasi dengan metode

pemberian booklet akan meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga

tentang manajemen pasien hemodialisis.

2. Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil dilakukan pada 20 pasien hemodialisis yang mendapatkan

edukasi dengan pemberian booklet manajemen hemodialisis. Evaluasi yang

dilakukan adalah menilai pengetahuan pasien tentang manajemen

hemodialisis seperti yang sudah dituliskan di dalam booklet dan

mengevaluasi apakah pasien membawa kembali booklet setiap melakukan

hemodialisis serta melakukan pencatatan terhadap kenaikan berat badan,

tanda vital dan nilai pemeriksaan laboratorium. Evaluasi mengenai

pengetahuan yang dilakukan meliputi tentang hal apa saja yang harus pasien

hemodialisis lakukan selama menjalani hemodialisis. Evaluasi tentang

pengetahuan dan pemahaman pasien didapatkan bahwa dari 20 pasien yang

dilakukan evaluasi, terdapat sebanyak 50 % pasien sudah memahami dan

mampu menjelaskan kembali manajemen pasien hemodialisis sesuai dengan

isi booklet yang diberikan. Dan evaluasi terhadap pencatatan, dari 20 pasien

terdapat sebanyak 90 % pasien membawa kembali booklet dan mengisi data

tentag dirinya saat menjalani hemodialisis.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 129: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

104

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam sub bab ini memaparkan tentang analisis hasil penerapan Teori Adaptasi

Roy dalam pemberian asuhan keperawatan dengan gangguan sistem perkemihan

yang berbagai klasifikasi atau kategori kasus, menjelaskan tentang penerapan

evidence base practice cryotherapy untuk mengurangi nyeri saat penusukan

arterivenous fistula pada pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis

dan menjelaskan tentang pelaksanaan inovasi pemberian booklet manajemen

hemodialisis pada pasien penyakit ginjal tahap akhir.

4.1 Analisis Penerapan Teori Adaptasi Roy

Dalam pemberian dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang praktikan lakukan

dalam praktik residensi spesialis peminatan sistem perkemihan ini praktikan

menggunakan pendekatan teori keperawatan Adaptasi Roy. Teori keperawatn

adaptasi Roy praktikan gunakan dalam pemberian asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan sisitem perkemihan karena dalam teori adaptasi Roy

menjelaskan dan menguraikan bagaimana individu mampu meningkatkan

kemampuan adaptasinya terhadap berbagai perubahan perilaku dan psikologis

untuk meningkatkan kesehatannya. Dalam teori adaptasi Roy merubah perilaku

yang tidak adaptif menjadi perilaku yang adaptif terhadap perkembangan kondisi

sakit yang dapat terjadi karena penyakit kronis dan penatalaksanaan perawatan

dan pengobatan yang lama seperti pada berbagai kasus pada pasien dengan

gangguan sistem perkemihan (Roy & Andrew, 1999 dalam Phillip, 2006).

Selama praktik residensi yang praktikan selesaikan dari tanggal 9 september 2013

sampai tanggal 9 mei 2014 di RSUP Fatmawati jakarta, praktikan memaparkan

asuhan keperawatan yang menjadi kasus kelolaan utama dengan penyakit ginjal

tahap akhir. Selain kasus kelolaan utama, praktikan juga melakukan dan

memaparkan laporan kasus kelolaan yang menjadi resum asuhan keperawatan

pada 34 kasus lainnya dengan gangguan sistem perkemihan. Kasus yang menjadi

104

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 130: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

105

kelolaan praktikan selama praktik residensi sebagian besar adalah kasus dengan

penyakit ginjal yaitu 20 kasus, selanjutnya adalah kasus dengan kegawatan pada

sistem perkemihan : 3 kasus, kasus obstruksi : 7 kasus, kasus dengan keganasan

sistem perkemihan : 3 kasus dan kasus dengan trauma sistem perkemihan : 1

kasus.

4.1.1 Mode Adaptasi Fisiologis

Dalam mode adaptasi fenomena masalah yang ditemukan berbeda pada masing-

masing kasus. Intervensi keperawatan yang diberikan juga disesuaikan dengan

masalah yang muncul pada masing-masing kasus. Kasus yang praktikan temukan

selama praktik residensi, praktikan klasifikasikan menjadi beberpa kasus,

diantaranya :

1. Kasus Penyakit Ginjal

Kasus renal disease yang praktikan temukan dan kelola selama praktik residensi

spersialis terdapat 20 kasus dengan penyakit ginjal tahap akhir. Beberapa

fenomena yang praktikan temukan selama pengelolaan kasus renal disease dengan

penyakit ginjal tahap akhir memiliki kesamaan diantaranya adanya keluhan sesak

napas yang semakin memberat dengan suara napas ronkhi (+), cepat merasa lelah,

adanya keluhan edema terutama edema pada kedua ekstremitas dan adanya

ascites, adanya peningkatan tekanan vena jugularis yang menandakan adanya

masalah kelebihan volume cairan pada pasien, keluhan mual, tidak nafsu makan,

pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan nilai ureum dan creatinin.

Masalah keperawatan yang menjadi masalah keperawatan juga memiliki

kesamaan yaitu kelebihan volume cairan dan elektrolit, intoleransi aktivitas dan

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko penurunan curah jantung

dan gangguan integritas kulit. Dari semua masalah keperawtan yangmuncul

tersebut, masalah keperawatan utama yang terdapat pada pasien dengan penyakit

ginjal tahap akhir adalah kelebihan volume cairan dan elektrolit, intoleransi

aktivitas dan perubahan nutrisi.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 131: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

106

Berbagai masalah keperawatan yang muncul diakibatkan oleh kerusakan nefron

ginjal lebih dari 75 % sehingga mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus

dan mengakibatkan terjadinya retensi cairan dan elektrolit didalam tubuh dan

terjadi kelebihan volume cairan dan elektrolit dan meningkatnya akumulasi

uremia di dalam tubuh (Price, 2006; Smeltzer and Bare, 2006). Asuhan

keperawatan yang diberikan kepada pasien denganpenyakit ginjal tahap akhir

bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul dan

mengadaptasikan pasien terhadap perubahan yang muncul baik secara fisik

maupun psikologis berdasarkan teori adaptasi Roy.

Intervensi keperawatan yang diberikan untuk mengatasi masalah keperawatan

tersebut meliputi berbagai aktivitas regulator dan kognator yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan adaptasi pasien dalam mengatasi masalah keperawatan

yang muncul. Intervensi yang diberikan meliputi : monitor cairan, manajemen

cairan, manajemen mual, manajemen nutrisi dan manajemen terapi pengganti

ginjal. Manajemen terapi pengganti ginjal yang dilakukan kepada pasien saat

praktikan memberikan asuhan keperawatan sebagian besar yaitu 19 kasus

menggunakan hemodialisis dan hanya satu kasus menggunakan peritoneal dialisis.

Pada kasus renal disease dengan penyakit ginjal tahap akhir, penerapan teori Roy

sangat tepat karena pada pasien penyakit ginjal tahap akhir memerlukan berbagai

adaptasi dan penerimaan terhadap perkembangan penyakit dan terhadap

penatalaksanaan perawatan dan pengobatan yang lama termasuk terapi pengganti

ginjal yang membutuhkan penanganan seumur hidup. Bentuk adaptasi pada pasien

dengan penyakit ginjal tahap akhir diantaranya adalah kemampuan beradaptasi

terhadap masalah perburukan penyakit ginjal tahap akhir, adaptasi terhadap

pembatasan cairan dan adaptasi terhadap terapi pengganti ginjal seperti

hemodialisis dan peritoneal dialisis. Kemampuan adaptasi yang baik dan

kepatuhan terhadap berbagai regimen penatalaksanaan pengobatan dan perawatan

pasien akan menurunkan mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup pasien

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 132: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

107

penyakit ginjal tahap akhir (Smeltzer dan Bare, 2008 dan Cleary & Drennan,

2005).

2. Kasus Kegawatan Sistem Perkemihan

Kasus kegawatan sistem perkemihan juga merupakan kasu kegawatan yang

memerlukan penanganan yang tepat dan cepat, untuk mencegah perburukan dan

komplikasi dari penyakit. Kasus kegawatan sistem perkemihan yang praktikan

berikan asuhan keperawtaan terdapat tiga kasus dengan kegawatan pada penyakit

ginjal tahap akhir. Kegawatan pada penyakit ginjal tahap akhir yang sering

praktikan temukan adalah gangguan pada pernapasan yang berupa sesak napas

berat akibat adanya kelebihan volume cairan dan elektrolit. Pasien penyakit ginjal

tahap akhir datang ke ruang instalasi gawat darurat dikarenakan adanya keluhan

sesak napas yang memberat, adanya riwayat edema ekstremitas, ascites dan

edema seluruh tubuh yang tidak membaik dengan obat-obatan yang diminum serta

adanya keluhan badan semakin lemas. Masalah keperawatan yang sering muncul

adalah kelebihan volume cairan dan elektrolit dan gangguan pola napas tidak

efektif.

Intervensi kegawatan pada pasien penyakit ginjal tahap akhir terhadap keluhan

pernapasan pasien adalah pemberian terapi oksigenasi untuk meningkatkan status

oksigenasi dan ventilasi serta perfusi pasien dan meningkatkan kenyamanan

pasien, kemudian ditindaklanjuti dengan kolaborasi pemberian lasix (diuretik)

sebagai terapi diuresis dan tindakan hemodialisis cito sebagai penatalaksanaan

awal dari kelebihan voleme cairan pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir.

Menurut analisis praktikan penerapan teori keperawatan adaptasi Roy pada kasus

kegawat daruratan akut tidak dapat diterapkan secara langsung, yang disebabkan

pasien biasanya datang dalam kondisi kegawatdaruratan berupa sesak napas yang

berat yang disertai dengan edema derajat 3 pada ekstremitas dan ascites, bahkan

terkadang pasien sudah datang dalam kondisi penurunan kesadaran sehingga

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 133: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

108

memerlukan penatalaksanaan yang segera untuk mengatasi gejala yang

mengganggu ataupun gejala yang mengancam nyawa.

Intervensi keperawatan sesuai teori adaptasi Roy baru dapat dilaksanakan saat

tanda vital pasien sudah stabil dan saat dalam pemantauan di ruang IGD asuhan

keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan adaptasi pasien

terhadap kelanjutan intervensi yang diberikan untuk mengatasi situasi kegawatan

tersebut. Intervensi keperawatan yang diberikan untuk mengatasi masalah

keperawatan tersebut meliputi aktivitas regulator dan kognator yang terdiri dari :

monitoring status cairan pasien, manajemen cairan pasien dan penatalaksanaan

terapi hemodialisis cito.

3. Kasus Obstruksi Sistem Perkemihan

Obstruksi sistem perkemihan merupakan suatu kondisi kelainan atau gangguan

sistem perkemihan yang disebabkan oleh adanya sumbatan. Kasus obstruksi

sistem perkemihan yang akan praktikan paparkan dan menjadi kelolaan praktikan

selama praktik residensi adalah obstruksi akibat batu ginjal dengan 2 pasien

obstruksi batu ureter, 1 pasien batu pielum, 2 pasien dengan BPH dan 2 pasien

dengan hidronefrosis. Berdasarkan pengkajian perilaku dan stimulus

menunjukkan bahwa pasien memiliki perilaku inefektif pada mode fisiologis.

Pada pasien dengan batu ginjal dan batu ureter pengkajian terhadap mode

fisiologis ditunjukkan dengan pasien mengeluhkan nyeri di daerah pinggang yang

menjalar ke paha pada pasien dan nyeri yang bersifat terus menerus. Masalah

keperawatan yang dirumuskan pada pasien dengan kasus batu ureter, batu ginjal

dan hidronefrosis diantaranya adalah nyeri akut, perubahan pola eliminasi dan

resiko infeksi. Pada pasien BPH perilaku inefektif pada mode fisiologis meliputi

nyeri di daerah vesika urinaria, ketidakmampuan dalam mengosongkan kandung

kemih, kencing menetes dan kencing lebih sering dan tidak lampias. Sedangkan

masalah utama yang dapat muncul pada pasien dengan BPH diantaranya retensi

urin, nyeri akut yang berhubungan dengan kontraksi dan distensi vesika urinaria

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 134: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

109

atau tindakan pembedahan atau operasi Trans Uretral Resection Prostate (TURP).

Tujuan umum penatalaksanaan terhadap gangguan obstruksi meliputi

mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, menangani infeksi yang

terjadi, mengatasi nyeri dan mempertahankan serta melindungi fungsi renal

(Smeltzer dan Bare, 2008).

Nyeri yang terjadi pada pasien batu ureter atau batu ginjal berbeda penyebabnya

dengan nyeri yang terjadi pada pasien BPH. Nyeri sendiri merupakan suatu

pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan yang dihubungkan

dengan kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial. Nyeri merupakan

hasil stimulasi reseptor sensorik yang meghasilkan reaksi ketidaknyamanan,

distress atau menderita. Nyeri juga didefinisikan sebagai rasa tidak nyaman

dengan awitan yang tiba-taba atau perlahan dari intensitas ringan hingga berat

yang dapat diantisipasi sebelumnya dengan durasi kurang dari enam bulan (Perry

& Potter, 2006 dan Wilkinson, 2007). Nyeri pada pasien dengan batu ureter dan

batu ginjal dapat terjadi akibat proses peradangan adanya benda asing (batu) pada

saluran kemih yang dapat mengakibatkan meningkatnya sekresi mediator kimia

dari proses peradangan tersebut (Prostaglandin, kinin, histamin) yang

menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah dan menimbulkan keluhan nyeri.

Nyeri pada batu ginjal dapat bervariasi dari nyeri ringan hingga nyeri berat

(kolik), dimana kondisi nyeri dipengaruhi oleh letak batu dalam saluran

perkemihan. Batu yang terletak di ureter lebih bersifat nyeri berat (kolik) dan

tajam (Price, 2006 dan Smeltzer dan Bare, 2008).

Pada pasien BPH pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra

prostatika dan menghambat aliran urin, yang berakibat lanjut peningkatan tekanan

intravesikel sehingga buli-buli berkonstraksi lebih kuat untuk mendorong urin

keluar. Tekanan intravesikel juga akan menimbulkan aliran balik urin dari buli ke

ureter (refluks vesikoureter) dan berakibat juga banyak urin yang tertahan didalam

vesika urinaria akan mengakibatkan terjadinya distensi kandung kemih, sehingga

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 135: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

110

menambah keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien dengan BPH (Purnomo,

2011).

Untuk mengatasi nyeri yang terjadi pada obstruksi sistem perkemihan intervensi

spesifik yang dilakukan adalah dengan melakukan aktivitas regulator dan

cognator yang meliputi: pemantauan tanda vital, mengkaji penyebab nyeri dan

karakteristik nyeri yang dirasakan, manajemen nyeri, manajemen lingkungan dan

pemberian edukasi tentang penyakit serta kolaborasi pemberian analgetik

(ultracet, asam mefenamat). Intervensi keperawatan untuk manajemen nyeri

meliputi latihan relaksasi seperti nafas dalam, guided imagery, terapi distraksi dan

relaksasi otot progresif. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata pasien dapat

menunjukkan perilaku adaptif pada hari ke-4 sampai hari ke-7 perawatan, yang

ditunjukkan dengan pasien dapat mengontrol nyeri dan mampu melakukan

manajemen nyeri.

Untuk mengatasi masalah retensi urin pada pasien obstruksi juga dilakukan

intervensi keperawatan melalui adaptasi terhadap aktivitas regulator dan cognator

yang meliputi melakukan perawatan retensi urin, kateterisasi urinari, perawatan

kateter urin dan irigasi kandung kemih. Pada pasien BPH sebelum kateter dilepas

pasien juga dilakukan bladder training dan juga diajarkan keagel exercise untuk

menghindari kejadian inkontinensia urin akibat pemakaian kateter yang lama.

Hasil evaluasi didapatkan rata-rata pasien BPH menunjukkan perilaku adaptif

eliminasi urin pada hari ke-7 post operasi TURP dan pasien dianjurkan untuk

pulang setelah hari perawatan ke-7.

Penggunaan teori adaptasi Roy dapat digunakan untuk memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan obstruksi sistem perkemihan. Teori

adaptasi Roy dapat meningkatkan kemampuan adaptasi pasien karena pada pasien

dengan gangguan osbtruksi juga memerlukan peningkatan keefektifan adaptasi

terhadap perubahan fisik, perubahan psikologs dan perawatan atau

penatalaksanaan medis seperti pemasangan kateter yang lama pada pasien dengan

BPH.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 136: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

111

4. Kasus Keganasan Sistem Perkemihan

Pasien kasus keganasan sistem perkemihan yang praktikan kelola terdapat 2

kasus, yaitu kasus dengan kanker prostat yang pasien kelola di poli rawat jalan

saat pasien melakukan kontrol dan kasus dengan tumor buli yang praktikan

berikan asuhan keperawatan di ruang bedah lantai IV utara. Pengkajian perilaku

yang ditunjukkan pada mode fisiologis adalah adanya retensi urin, pasien

mengalami hematuria dengan perdarahan masif, adanya bekuan darah pada urin

dan adnya keluhan nyeri yang dirasakan pasien dengan karakteristik nyeri berat

dan terasa panas. Berdasarkan data hasil pengkajian tersebut maka diagnosa

keperawatan yang dapat dirumuskan adalah perubahan pola eliminasi urin (retensi

urin) berhubungan dengan adanya obstruksi mekanik saluran perkemihan (tumor

buli); nyeri akut berhubungan dengan tindakan reseksi tumor bladder dan

perdarahan masif serta resiko syok hipovolemik berhubungan dengan adanya

perdarahan masif.

Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan yang muncul pada kasus keganasan sistem perkemihan meliputi

manajemen nyeri (teknik relaksasi menggunakan relaksasi napas dalam, guide

imagery, distraksi, kolaborasi analgetik), manajemen eliminasi urin (mengkaji

kepatenan eliminasi dan jumlah urin, kepatenan drainase urin), pemasangan

kateter urin, mempertahankan kepatenan kateter, memonitor intake dan output

cairan, memonitor tanda dan gejala retensi urin dan kolaborasi dalam irigasi

kandung kemih, dan monitor perdarahan. Hasil evaluasi menunjukkan pasien

menunjukkan respon yang adaptif, terhadap program perawatan dan rencana

program pengobatan kemoterapi dan dapat menunjukkan perilaku adaptif dengan

mengikuti prosedur yang direncanakan.

Pada kasus kanker prostat yang pasien kelola di poli rawat jalan asuhan

keperawatan berdasarkan teori adaptasi Roy tidak dapat diterapkan dengan

maksimal, karena singkatnya waktu kunjungan pasien dan singkatnya kesempatan

pasien untuk mendapatkan perawatan dari praktikan. Intervensi yang diberikan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 137: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

112

meliputi manajemen nyeri (teknik relaksasi menggunakan relaksasi napas dalam,

guide imagery, distraksi, kolaborasi analgetik).

Hasil evaluasi menunjukkan pasien menunjukkan respon yang adaptif, terhadap

program perawatan dan rencana program biopsi, pasien dapat menunjukkan

perilaku adaptif dengan mengikuti prosedur yang direncanakan, tetapi pasien

belum mampu beradaptasi terhadap kemungkinan perubahan fisik dan psikologi

setelah dilakukan biopsi dan pasien masih mengungkapkan cemas dengan

prosedur biopsi yang akan dijalani.

5. Kasus Trauma Sistem Perkemihan

Pasien kasus keganasan sistem perkemihan yang praktikan kelola terdapat 1kasus,

yaitu trauma uretra. Traumam uretra yang terjadi pada pasien tersebut adalah

akibat benturan keras yang mengenai uretra yang menyebabkan uretra terputus.

Berdasarkan pengkajian perilaku yang ditunjukkan pada mode fisiologis diperoleh

data pasien BAK darah pada awal kejadian dan 8 jam kemudian tidak bisa BAK

secara spontan serta vesika urinaria teraba penuh, nyeri dengan kualitas berat

seperti perih dan teriris dengan skala nyeri 7-8. Berdasarkan data hasil pengkajian

tersebut maka diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan adalah nyeri akut

berhubungan dengan terputusnya inkontinuitas jaringan dan perubahan pola

eliminasi urin (retensi urin) berhubungan dengan terputusnya saluran kemih.

Untuk mengatasi nyeri yang terjadi pada obstruksi sistem perkemihan intervensi

spesifik yang dilakukan adalah dengan melakukan aktivitas regulator dan

cognator yang meliputi: mengkaji penyebab nyeri, karakteristik nyeri yang

dirasakan, pemantauan tanda vital dan manajemen nyeri, manajemen lingkungan

dan kolaborasi pemberian analgetik (ultracet, asam mefenamat). Intervensi

keperawatan untuk manajemen nyeri meliputi latihan relaksasi seperti nafas

dalam, guided imagery, terapi distraksi dan relaksasi otot progresif. Hasil evaluasi

menunjukkan pasien dapat menunjukkan perilaku adaptif pada hari ke-3 sampai

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 138: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

113

hari ke-7 perawatan, yang ditunjukkan dengan pasien dapat mengontrol nyeri dan

mampu melakukan manajemen nyeri.

Untuk mengatasi masalah perubahan pola eliminasi urin (retensi urin)

berhubungan dengan terputusnya saluran kemih juga dilakukan intervensi

keperawatan melalui adaptasi terhadap aktivitas regulator dan cognator yang

meliputi melakukan pemasangan kateter sistotomi, perawatan kateter sistotomi,

serta edukasi tentang manfaat pemasangan sistotomi dan perawatannya. Pasien

juga diajarkan dan dilatih utnuk mampu beradaptasi terhadap alternatif

penatalaksanaan untuk mengatasi masalah perubahan pola eliminas dengan

pemasngan sistotomi. Hasil evaluasi menunjukkan pasien dapat menunjukkan

perilaku adaptif pada hari ke-5 sampai hari ke-7 perawatan, yang ditunjukkan

dengan menerima pemasangan sistotomi dengan lapang dada dan mampu

melakukan perawatan sistotomi secara mandiri.

4.1.2 Mode Adaptasi Konsep Diri

Konsep diri merupakan pengetahuan individu tentang diri dan citra diri secara

subjektif dan merupakan percampuran komplek dari perasaan, sikap dan persepsi

bawah sadar maupun sadar (Kozier, Berman & Snyder, 2008; Perry & Potter,

2005). Dari ke-34 kasus kelolaan praktikan, pengkajian mode adaptasi konsep diri

sebagian besar menunjukkan perilaku inefektif didapatkan data pasien mengalami

kecemasan dengan perkembangan penyakitnya dan rencana pengobatan yang akan

dijalani. Dimana pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani

terapi hemodialisis untuk pertama kalinya mengeluhkan kecemasan terhadap

tindakan dan ketakutan pasien akan prosedur pemasangan CDL yang digunakan

sebagai akses vaskuler terapi hemodialisis. Berdasarkan pengkajian praktikan

pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir dan pasien dengan keganasan memiliki

tingkat kecemasan paling tinggi terutama pada pasien yang baru mengetahui

diagnosa penyakitnya pertama kali dan mendapatkan tindakan pemasangan CDL

dan terapi hemodialisis untuk pertama kali. Sedangkan pasien dengan keganasan

mereka menyatakan kecemasan akibat perkembangan penyakit dan adanya

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 139: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

114

kemungkinan untuk sembuh. Peringkat tingkat kecemasan yang selanjutnya

adalah kecemasan yang dialami pasien dengan obstruksi sitem perkemihan. Pasien

dengan obstruksi mengungkapkan cemas dengan tindakan operasi karena ini

adalah pengalaman pertamanya.

Kecemasan adalah suatu keresahan, perasaan tidak nyaman dan perasaan kwatir

yang tidak mudah yang disertai respon autonomis dengan sumber penyebab yang

tidak spesifik atau tidak diketahui individu dan merupakan antisipasi terhadap

bahaya atau ancaman. Batasan karakteristik pengangkatan diagnosa cemas

meliputi : keterbatasan produktivitas, mengekspresikan keluhan karena perubahan

pada kejadian kehidupan, gelisah, perasaan tidak adekuat, peningkatan

kekhawatiran dan berfokus pada diri sendiri (Wilkinson, 2007). Menurut Kaplan

dan Sadock (1997 dalam Lutfa 2008) tingkat kecemasan seorang pasien

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya 1) faktor Intrinsik yaitu usia pasien,

pengalaman pasien menjalani pengobatan, konsep diri dan peran serta 2) faktor

ekstrinsik, yang meliputi : kondisi medis (diagnosa penyakit), tingkat pendidikan,

akses informasi dan proses adaptasi, tingkat sosial ekonomi dan komunikasi

terapeutik.

Berdasarkan data yang praktikan dapatkan dari hasil pengkajian maka dapat

dirumuskan masalah keperawatan utama pada mode adaptasi konsep diri dari

semua kasus kelolaan umumnya adalah cemas berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis & kebutuhan pengobatan serta

krisis situasi. Intervensi yang praktikan lakukan untuk meningkatkan respon

adapatasi dan mekanisme koping pasien pada mode adaptasi konsep diri adalah

manajemen anxietas (kecemasan) dan terapi relaksasi dengan aktivitas regulator

dan cognator sebagai berikut pada mode konsep diri ini umumnya meliputi

membina hubungan saling percaya, mengkaji ketakutan dan kecemasan pasien,

tingkatkan dukungan mekanisme koping yang tepat, ajarkan teknik relaksasi

(relaksasi napas dalam, meditasi, guide imagery) memberikan edukasi tentang

proses penyakit dan kebutuhan pengobatan.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 140: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

115

Hasil evaluasi menunjukkan pada pasien renal disease akibat penyakit ginjal

tahap akhir dan sindrom nefrotik adaptasi terhadap konsep diri dengan masalah

keperawatan kecemasa terjadi antara hari ke-8 sampai hari ke-12 perawatan,

ketika pasien sudah 2-3 kali mendapatkan terapi hemodialisis. Pasien obstruksi

adaptasi terhadap respon kecemasan terjadi pada hari ke-7 sampai hari ke-10

perawatan, sedangkan pada pasien neoplasma adaptasi terhadap respon terjadi

pada pada hari ke-7 sampai hari ke-10 perawatan. Perbedaan pencapaian ini

kemungkinan disebabkan oleh karena pada pasien renal disease dan neoplasma

umumnya pasien mengalami perburukan terhadap kondisi kesehatan.

4.1.3 Mode Adaptasi Fungsi Peran

Pada pengkajian mode adaptasi fungsi peran pasien selama sakit dari kasus

kelolaan utama dengan penyakit ginjal tahap akhir dan 33 kasus pasien yang

dijadikan resume, sebagian pasien mengalami perilaku inefektif. Gangguan pada

sistem perkemihan seperti penyakit ginjal tahap akhir dan keganasan sistem

perkemihan mengakibatkan pasien mengalami berbagai ketidakmampuan,

sehingga membuat pasien harus menjalani perawatan yang lebih lama

dibandingkan pasien lainnya. Pengobatan dan perawatan yang lama pada pasien

penyakit ginjal tahap akhir dan keganasan sistem perkemihan terkadang membuat

pasien harus kehilangan pekerjaannya, karena kondisi kesehatan yang tidak

memungkinkan pasien untuk bekerja dengan optimal. Kondisi ini membuat pasien

mengalami gangguan dalam menjalankan perannya, baik peran sebagai kepala

keluarga, pencari nafkah ataupun yang lainnya.

Intervensi keperawatan yang praktikan lakukan untuk meningkatkan mode

adaptasi fungsi peran adalah dengan meningkatkan mekanisme koping regulator

dan cognator pasien, yang meliputi : membantu pasien mengidentifikasi berbagai

peran dalam hidupnya, membantu pasien mengidentifikasi ketidakmampuan

peran, membantu pasien mengidentifikasi peran baru sesuai kemampuan pasien,

membantu pasien mengidentifikasi strategi positif untuk menjalani peran baru,

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 141: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

116

dan sebagainya. Hasil evaluasi menunjukkan perilaku adaptif rata-rata dicapai

pasien pada hari ke-7 sampai hari ke-12 perawatan, yang ditandai dengan

kepasrahan pasien dengan kondisinya dan menerima keadaannya dan bersemangat

untuk sembuh.

4.1.4 Mode Adaptasi Interdependensi

Pada pengkajian mode adaptasi interdependensi pasien selama sakit dari kasus

kelolaan utama dengan penyakit ginjal tahap akhir dan 33 kasus pasien yang

dijadikan resume dengan berbagai gangguan pada sistem perkemihan, sebagian

pasien mengalami perilaku inefektif. Gangguan pada sistem perkemihan seperti

penyakit ginjal tahap akhir dan keganasan sistem perkemihan dapat

mengakibatkan kondisi yang tidak stabil, dan memerlukan perawatan dan

pengobatan yang lama untuk mempertahankan kondisinya sehingga membuat

pasien merasa lebih cemas. Pengobatan dan perawatan yang lama pada pasien

penyakit ginjal tahap akhir dan keganasan sistem perkemihan, adanya tindakan

prosedur operasi pada pasien BPH dan batu pielum atau batu ureter terkadang

membuat pasien lebih cemas yang disebabkan kurang pengetahuan pasien tentang

prosedur perawatan dan pengobatan. Kondisi ini membuat pasien mengalami

mekanisme koping yang tidak efektif.

Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk meningkatkan mekanisme koping

regulator dan cognator pada mode interdependensi adalah dengan melakukan

dukungan spiritual, komunikasi terapeutik, family support, dan coping

enhancement. Hasil evaluasi pada pasien kelolaan utama dan resume secara

keseluruhan menunjukkan adanya perubahan perilaku pada pasien menjadi lebih

efektif. Pasien menunjukkan kesiapan dalam menjalani perawatan dan pengobatan

serta kooperatif selama perawatan berlangsung. Perawat perlu meningkatkan

motivasi pasien untuk sembuh dan motivasi menjalani perawatan dan

pengobatannya dengan baik untuk mendukung kesehatan dan keberhasilan

perawatan dan pengobatan.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 142: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

117

Penerapan Teori Model Adaptasi Roy terhadap kasus kelolaan utama dan 33

kasus kelolaan resume dapat disimpulkan bahwa pemberian asuhan keperawatan

dengan pendekatan Teori Adaptasi Roy dapat memberikan asuhan keperawatan

secara holistik, karena teori ini memperhatikan seluruh aspek baik fisik,

psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Namun penerapan pendekatan teori

Adaptasi Roy pada kondisi kegawatdaruratan membutuhkan cara yang berbeda.

Pada kondisi kegawatdaruratan pendekatan teori adaptasi digunakan pada saat

kondisi kegawatdaruratan pasien teratasi dan kondisi pasien dalam pemantauan

atau pemulihan. Pada kondisi kegawatdaruratan penanganan pertama dilakukan

untuk mengatasi kegawatdaruratan yang mengancam nyawa dan mencegah

kecacatan serta perburukan kondisi penyakit.

Selama menjalankan praktik residensi, praktikan tidak menemukan kendala yang

berarti dalam penerapan Teori Adaptasi Roy pada asuhan keperawatan pasien

dengan berbagai gangguan pada sistem perkemihan. Secara ilmiah pasien

merupakan makluk yang beradaptasi dan proses adaptasi sendiri merupakan

bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan manusia. Intervensi

keperawatan yang praktikan berikan yaitu dengan menggabungkan intervensi

dalam Teori Adaptasi Roy dengan Nursing Intervention Criteria (NIC) dan

Nursing Outcome Criteria (NOC). Intervensi keperawatan seperti yang terdapat

NIC dan NOC terdiri dari aktivitas-aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan

aktivitas regulator dan cognator dalam Teori Adaptasi Roy sehingga tidak

memerlukan modifikasi yang luas dan Nursing Intervention Criteria (NIC) dan

Nursing Outcome Criteria (NOC) dapat diterapkan secra efektif sesuai dengan

pendekatan Teori Adaptasi Roy.

4.2 Pembahasan Penerapan Evidence Base Practice Cryotherapy Untuk

Mengurangi Nyeri Saat Penusukan Arterivenous Fistula Pada Pasien

Penyakit Ginjal Tahap Akhir dengan Hemodialisis

Nyeri merupakan salah satu masalah keperawatan yang muncul pada saat

penusukan akses vaskuler Arteriovena Fistula Pada pasien dengan hemodialisis.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 143: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

118

Nyeri penusukan ini termasuk dalam kategori nyeri akut. Nyeri akut merupakan

suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul

akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial dengan awitan yang tiba-tiba

atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan

berlangsung < 6 bulan (Herdman, 2012).

Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan

berhubungan dengan kerusakan jaringan, dan merupakan komponen sensori,

komponen diskriminatori serta respon yang mengantarkan ataupun reaksi yang

ditimbulkan oleh berbagai stimulus (Perry & Potter, 2006 dan Sherwood, 2012).

Patofisiologi nyeri terjadi karena adanya respon dari trauma atau stimulus yang

diberikan kepada jaringan sehingga mengakibatkan teraktivasinya nosiseptor

(reseptor sel-sel syaraf). Nosiseptor ini menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke

sumsum tulang belakang dan otak untuk mempersepsikan nyeri. Stimulus pada

jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat kimia yang terdiri dari

prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi P dan enzim proteolitik.

Zat kimia ini yangakan mensintesisasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke

otak untuk mempersepsikan nyeri ( Nadler dan Kruse, 2004).

Rangsangan nyeri penusukan AVF merupakan salah satu jenis nyeri cepat karena

stimulus nyeri dirasakan oleh pasien dalam waktu 0,1 detik setelah diberikan

stimulus. Nyeri penusukan AVF digambarkan sebagai salah satu nyeri tusuk.

Rangsangan nyeri yang dirasakan oleh pasien saat penusukan akan diantarkan ke

system saraf pusat oleh ujung saraf bebas yang tersebar diseluruh permukaan

superfisial kulit dan juga di jaringan. Meskipun semua reseptor nyeri merupakan

ujung serabut saraf bebas dalam menjalankan sinyal rasa nyeri ke sisitem saraf

pusat, ujung-ujung serabut saraf ini menggunakan dua jaras yang terpisah

berdasarkan tipe nyeri yang diterima oleh pasien. Sinyal nyeri tajam yang cepat

dirangsang oleh stimuli mekanik atau suhu, sinyal ini dijalarkan melalui saraf

perifer ke medula spinalis oleh serabut-serabut kecil tipe A pada kecepatan

perjalanan sampai 30 m/detik. Sebaliknya, tipe rasa nyeri lambat khususnya

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 144: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

119

dirangsang oleh stimuli nyeri tipe kimiawi tetapi juga oleh stimuli mekanik dan

suhu yang menetap, nyeri lambat kronik ini dijalarkan oleh serabut tipe C dengan

kecepatan perjalanan antara 0,5 sampai 2 m/detik (Perry & Potter, 2005 dan

Sherwood, 2012).

Peran perawat untuk mengatasi masalah nyeri pada pasien adalah dengan

memberikan asuhan keperawatan yang cepat dan tepat sehingga pasien dapat

merasakan nyeri yang minimal. Salah satu asuhan keperawatan yang dilakukan

untuk mengatasi nyeri yaitu dengan memberikan terapi farmakologi dan terapi

non farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat diterapkan oleh

perawat hemodialisis untuk mengatasi nyeri saat penusukan akses vaskuler adalah

dengan memberikan cryotherapy (Asmaa et al, 2012).

Cryotherapy merupakan salah satu terapi non farmakologis dengan menggunakan

terapi suhu dingin lokal untuk mengurangi rasa sakit. Penggunaan Cryotherapy

bertujuan untuk menstimulasi serabut-serabut syaraf dengan menstransmisikan

sensasi tidak nyeri dengan memblok atau menghambat transmisi impuls nyeri

(Sabitha et al, 2008). Kelebihan dari Cryotherapy untuk diterapkan pada pasien

yang menjalani hemodialisis adalah mudah untuk diaplikasikan, aman untuk

digunakan dan pasien dapat berlatih untuk menerapkan cryotherapy secara

mandiri (Smyth, 2009).

Cryotherapy adalah intervensi teraupetik yang dapat dilakukan pada tubuh yang

dapat mengakibatkan penurunan suhu jaringan. Efek dari cryoterapi dapat

menurunkan aliran darah ke jaringan akibat dari adanya vasokonstriksi pembuluh

darah, menurunkan metabolisme jaringan, menurunkan penggunaan oksigen,

peradangan dan spasme otot sehingga mengakibatkan berkurangnya pelepasan

mediator kimia penyebab nyeri seperti kalium, prostaglandin, histamin yang dapat

mengakibatkan berkurangnya rasa nyeri. Penggunaan cryoterapi bersifat lokal

sehingga tidak berpengaruh besar terhadap sistem hemodinamika tubuh, sehingga

penggunaan cryotherapi bermanfaat untuk mengurangi nyeri yang dapat juga

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 145: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

120

bersifat terlokalisasi (Nadler dan Kruse, 2004). Tetapi pada penusukan AV

Fistulat penggunaan cryotherapy tidak menimbulkan efek vasikonstriksi

pembuluh darah, karena pada AV Fistula pembuluh darah atau akses vaskuler

yang digubakan sudah mengalami dilatasi pembuluh darah dan memiliki aliran

darah vena dan arteri yang besar sehingga vasokonstriksi tidak terjadi.

Teknik cryoterapy yang diberikan pada pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan

hemodialisis, dengan menggunakan kompres batu es besar yang dikompreskan

pada area tempat penusukan akses vaskuler arteriovena fistula secara langsung

selama 10-15 menit sebelum penusukan berlangsung. Penelitian yang dilakukan

oleh Nadler dan Kruse (2004) menyatakan bahwa kompres es secara langsung

pada akses vaskuler AV Fistula lebih efektif menurunkan nyeri dibandingkan

dengan kompres menggunakan ice cube (kantong es). Penilaian kualitas nyeri

penusukan AV Fistula dilakukan sesaat setelah penusukan berlangsung, dimana

pada kelompok intervensi sebelum penusukan AV Fistula dilakukan cryotherapy

dengan kompres batu es selama 10-15 menit. Penilaian kualitas nyeri dilakukan

dengan menggunakan skala Visual Analog Scale (VAS) untuk nyeri dan dengan

mengobservasi wajah pasien terhadap nyeri sebagai tanda gejala secara objektif

dengan menggunakan Wong baker Faces Pain rating Scale.

Efek dan manfaat Cryotherapy yang diberikan pada pasien Hemodialisis saat

penusukan AV Fistula juga mengaktifkan gerbang kendali nyeri sehingga nyeri

menjadi teralihkan (teori Gerbang kendali nyeri/Teori Gate Control). Teori

gerbang kendali nyeri ini merupakan proses dimana terjadi interaksi antara

stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi tidak

nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat

(Taylor, 2005). Sel-sel inhibitor dalam kornu dorsalis medula spinalis

mengandung eukafalin yang menghambat transmisi nyeri dan terjadi interkoneksi

antara sistem neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden

berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls

dipancarkan ke korteks serebri. Interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis yang

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 146: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

121

ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan transmisi informasi yang

menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dari jaras ascenden (Taylor, 2005;

Smeltzer dan Bare, 2008).

Bersadarkan journal of American Science 2012, dengan judul jurnal the impact of

cryotherapy on pain intensity at puncture sites of arteriovenous fistula among

childrend undergoing hemodialysis. Mengatakan bahwa pemberian cryotherapy

efektif untuk menurunkan intensitas nyeri yang terjadi pada pasien anak-anak

yang diberikan penusukan arteriovenous fistula (Asmaa et al, 2012). Jurnal

penelitian terkait yang berjudul effect of cryotheraphy on arteriovenous fistula

puncture-related pain in hemodialysis patiens. Didapatkan hasil bahwa

cryotheraphy berpengaruh secara signifikan (p 0.001) untuk menurunkan skala

nyeri objective dan subjektif pada pasien yang menjalani penusukan AVF saat

dilakukan hemodialisa (Sabitha et al, 2008).

4.3 Pembahasan Penerapan Kegiatan Inovasi Booklet Manajemen

Hemodialisis pada Pasien Penyakit Ginjal Tahap Akhir

4.3.1 Analisa Penerapan Inovasi

Analisa penerapan inovasi tentang pemberian informasi mengenai manajemen

hemodialisis pasien penyakit ginjal tahap akhir melalui pemberian booklet yang

diberikan oleh kelompok selama praktik residensi dilakukan dengan

menggunakan analisa SWOT untuk mengetahui sejauh mana penerapan program

inovasi berjalan dengan baik. Analisa SWOT yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut :

1. Strenghth (Kekuatan)

Kekuatan meliputi :

a. RSUP fatmawati menjadi sentral rujukan tindakan hemodialisis pasien

dengan penyakit ginjal terminal disekitar Jakarta, Bogor, Tanggerang dan

Depok

b. RSUP Fatmawati mempunyai program-program pengembangan kualitas

pelayanan asuhan keperawatan seperti penerapan intervensi keperawatan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 147: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

122

berbasis evidence based practice (EBP) yang saat ini dalam proses

pengembangan

c. Instalasi Hemodialisis memiliki 21 orang perawat dengan tingkat

pendididkan D3 keperawatan dan S1 keperawatan

d. Semua sumberdaya perawat sudah mengikuti dan mendapatkan sertifikat

pelatihan hemodialisis; memiliki tim kerja yang kompak yang sudah

dibagi menjadi tim dan sudah terdapat perawat penanggung jawab

sebagai Primary Nurse (PN)

e. Rata-rata tingkat pendidikan pasien sudah memiliki tingkat pendidikan

menengah dan tinggi.

2. Wieakness (Kelemahan)

Kelemahan meliputi :

a. Instalasi hemodialisis belum memiliki SOP edukasi manajemen

hemodialisis, instalasi hemodialisis belum memiliki tim edukasi tentang

manajemen dan permasalahan hemodialisis

b. Pemberian edukasi dan informasi kepada pasien hemodialisis diberikan

secara langsung ketika pasien bertanya dan belum terstruktur

c. Kurangnya pemanfaatan edukasi kelompok oleh pasien dan keluarga, di

unit hemodialisis belum terdapat fasilitas (Media) yang mendukung

edukasi tentang hemodialisis.

3. Oportunity (Kesempatan)

Kesempatannya meliputi :

a. Di unit hemodialisa terdapat ruang edukasi yang dapat digunakan sebagai

tempat untuk konsultasi keluarga pasien.

b. Pasien dan keluarga kooperatif dengan semua pemeriksaan dan tindakan

keperawatan yang dilakukan selama proses hemodialisis

c. Ruangan hemodialisa kondusif dan nyaman dengan 20 mesin

hemodialisis yang digunakan

d. Dialiser yang digunakan single use (sekali pakai) sehingga kualitas hidup

pasien lebih meningkat dan mencegah resiko infeksi nosokomial.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 148: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

123

e. Adanya dukungan baik dari ruangan dan penentu kebijakan untuk

melakukan perubahan, sebagai upaya peningkatan kualitas asuhan

keperawatan.

4. Threat (Ancaman)

Ancamannya meliputi

a. Tuntutan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Badan

Penyelenggara jaminan sosial (BPJS) 2014

b. Beban biaya yang harus ditanggung RS dalam pengadaan booklet

c. Tingginya daftar antrian pasien untuk mendapatkan terapi hemodialisis

d. Tuntutan Rumah sakit tetap melaksanakan JCI

4.3.2 Pembahasan Hasil Penerapan Inovasi

Berdasarkan fenomena yang praktikan temui di instalasi Hemodialisis RSUP

Fatmawati Jakarta bahwa kepatuhan pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan

hemodialisis tentang penatalaksanaan manajemen hemodialisis sangat rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Lee & Mollasiotis (2002) mengungkapkan hampir

sebagian besar pasien tidak mematuhi pengaturan makan atau diit, asupan cairan,

gaya hidup dan program pengobatan. Ketidakpatuhan terhadap manajemen

hemodialisis dapat menjadi salah satu hambatan tercapainya kondisi yang optimal

dan dapat menurunkan kualitas hidup psien dengan penyakit ginjal tahap akhir.

Manajemen hemodialisis yang diperlukan pada pasien penyakit ginjal tahap akhir

terdiri dari manajemen cairan dengan menjaga keseimbangan dan mengontrol

haus, manajemen diit dengan makan makanan sesuai anjuran dan latihan fisik

serta program pengobatan. Ketidakpatuhan manajemen hemodialisis pada pasien

PGTA dapat disebabkan karena ketidaktahuan yang disebabkan kurangnya

informasi yang diterima pasien. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan edukasi

untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan memberikan motivasi serta

semangat pasien meningkatkan kepatuhan terhadap manajemen hemodialisis.

Edukasi yang diberikan oleh perawat juga dapat meningkatkan kemandirian untuk

mematuhi manajemen hemodialisis sehingga kualitas hidup pasien meningkat

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 149: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

124

yang ditandai pasien dapat mengendalikan gaya hidup yang sehat dan termotivasi

untuk menjadi mitra perawat serta mematuhi regimen terapeutik (Tsay & Hung,

2004). Edukasi yang diberikan oleh praktikan dan kelompok melalui pemberian

booklet manajemen hemodialisis.

Pelaksanaan inovasi manajemen hemodialisis dengan menggunakan booklet ini

dilakukan dengan menyampaikan materi dan cara melakukan pencatatan secara

langsung kepada pasien dan keluarganya selama 15-30 menit. Dan evaluasi

terhadap pengetahuan dan kemampuan pasien melakukan pencatatan dilakukan 1

minggu setelah pemberian booklet. Dari hasil evaluasi didapatkan bahwa evaluasi

tentang pengetahuan dan pemahaman pasien didapatkan bahwa dari 20 pasien

yang dilakukan evaluasi, terdapat sebanyak 50% pasien sudah memahami dan

mampu menjelaskan kembali manajemen pasien hemodialisis sesuai dengan isi

booklet yang diberikan. Evaluasi terhadap pencatatan, dari 20 pasien terdapat

sebanyak 90% pasien membawa kembali booklet dan mengisi data tentag dirinya

saat menjalani hemodialisis.

Berdasarkan hasil evaluasi dari eduaksi dengan pemberian booklet yang dilakukan

oleh praktikan bersama kelompok menunjukkan bahwa tujuan pemberian edukasi

tercapai dengan maksimal. Tujuan edukasi keperawatan seperti yang disampaikan

Setiawati (2008) adalah untuk mmempertahankan status kesehatan, mencegah

timbulnya penyakit dan masalah kesehatan serta membantu memaksimalkan peran

dan fungsi pasien selama sakit serta mengatasi masalah kesehatan pasien.

Dari hasil evaluasi tersebut juga dapat disimpulkan pula rata-rata pasien

mengalami peningkatan pengetahuan. Dimana sebelum pemberian materi dan

booklet rata-rata pasien berada pada kondisi tidak bisa melakukan manajemen

hemodialisis dan merubah kebiasaan sedangkan pada saat evaluasi rata-rata pasien

mampu melaksanakan perubahan dan termotivasi untuk melakukan perubahan.

Dibuktikan dengan pasien menyatakan mengikuti aturan diit sesuai anjuran dan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 150: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

125

mampu membatasi mimun seta kenaikan berat badan diantara waktu hemodialisis

berkisar 1-2 kg.

Berdasarkan hasil penerapan manajemen hemodialisis dengan menggunakan

media booklet terbukti efektif dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan

dan motivasi pasien untuk mematuhi dan menerapkan manajemen hemodialisis.

Lingerfelt & Thornton (2011) menyatakan setelah diberikan edukasi pasien

penyakit ginjal tahap akhir menunjukkan peningkatan terhadap pengetahuan

dengan nilai p value 0.000. Inovasi yang dilakukan kelompok dengan edukasi

manajemen hemodialisis dengan pemberian booklet sangat bermanfaat bagi

pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis dalam mendapatkan

informasi dan meningkatkan pengetahuan dalam melaksanakan manajemen

hemodialisis secara mandiri. Booklet yang kelompok buat dapat digunakan oleh

semua pasien yang menjalani hemodialisis karena memuat materi tentang

manajemen hemodialisis yang menggunakan bahas yang mudah dipahami. Selain

itu bookleyt ini juga dapat digunakan sebagai catatan untuk memantau kondisi

pasien dan keseimbangan cairan tubuh ketika melaksanakan terapi hemodialisis

karena di dalam booklet ini juga disediakan kolom pencatatan hasil pemeriksaan

tekanan darah, berat badan baik sebelulm maupun setelah hemodialisis, dan hasil

pemeriksaan laboratorium terkait hemoglobin, ureun dan kreatinin.

Untuk mengembangkan dan menjadikan booklet ini sebagai media dalam

memberikan edukasi tentang manajemen hemodialisis diperlukan komitmen dari

berbagai pihak yang terkait dalam hal ini adalah pemegang kebijakan (komite

keperawtan, kepala instansi IP2K gedung Bougenvile dan manajer keperawatan

IP2K gedung Bougenvile serta kepala ruang unit hemodialisis IP2K gedung

Bougenvile) untuk memperbanyak dan menjadikan media edukasi pada pasien

penyakit ginjal tahap akhir dengan hemodialisis baik yang dirawat maupun yang

menjalani rawat jalan.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 151: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

126

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan simpulan dan saran analisis pengalaman praktik residensi

spesialis keperawatan dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai pemberi

asuhan keperawatan, berdasarkan degan aplikasi penerapan asuhan keperawatan

dengan pendekatan Teori Adaptasi Roy pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan, penerapan intervensi keperawatan berdasarkan pembuktian ilmiah

(evidence based nursing) dan pelaksanaan program inovasi keperawatan.

5.1 Simpulan

5.1.1 Penerapan Teori Adaptasi Roy dalam Pemberian Asuhan Keperawatan

Teori Adaptasi Roy dapat diterapkan pada asuhan keperawatan pasien dengan

gangguan sistem perkemihan, karena pada gangguan sistem perkemihan memiliki

prognosa penyakit dengan awitan yang panjang dan penatalaksanaan keperawatan

dan pengobatan yang komplek dan dapat berlangsung seumur hidup. Pada

gangguan sistem perkemihan memerlukan berbagai adaptasi terhadap semua

aspek kebutuhan dari pasien, yaitu meliputi pemenuhan kebutuhan fisik, konsep

diri, peran dan fungsi interdependensi. Dengan penerapan Teori Adaptasi Roy ini

diharapkan pasien mampu beradaptasi dengan prognosa penyakitnya, perawatan

dan pengobatan yang komplek dan membut,hkan penanganan yang lama seperti

pelaksanaan dialisis yang harus dijalan pasien seumur hidup.

5.1.2 Pada praktek keperawatan berdasarkan pembuktian ilmiah

Berdasarkan perlaksanaan intervensi dan praktek keperawatan berdasarkan

pembuktian ilmiah didapatkan bahwa menerapan EBN Cryotherapy penusukan

akses vaskuler arteriovena fistula di Unit Hemodialisa IP2K RSUP Fatmawati

dapat mengurangi nyeri pasien saat dilakukan penusukan akses vaskuler

arteriovena fistula hingga 50 %. Pasien menyatakan rasa sakit saat penusukan

lebih berkurang dan pasien merasakan lebih nyaman.

126

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 152: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

127

5.1.3 Pelaksanaan kegiatan inovasi merupakan pengembangan metode intervensi

atau sarana prasarana (dapat berupa modifikasi metode yang sudah ada atau

menciptakan metode baru) dalam pemberian asuhan dan praktek keperawatan

yang disusun berdasarkan fenomena yang ditemukan pada lahan praktek yang

disesuaikan dengan kebutuhan ruangan, yang dikembangkan melalui proses

journal reading dan study literature. Proyek inovasi yang dilakukan praktikan

adalah pemberian booklet manajemen hemodialisis kepada pasien penyakit ginjal

tahap akhir yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa IP2K RSUP

Fatmawati.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan ketika menjadi praktikan dalam praktik residensi

keperawatan medikal bedah meliputi :

5.2.1 Teori Adaptasi Roy hendaknya dapat diterapkan dan dikembangan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan pada seluruh kasus.

5.2.2 Diharapkan dalam penerapan intervensi keperawatan mandiri dilaksanakan

berdasarkan pembuktian ilmiah dengan mengaplikasikan EBN sebagai salah satu

acuan dalam pelaksanaan intervensi keperawatan yang berguna dalam

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

5.2.3 Diharapkan penerapan program inovasi yang sudah diterapkan dan

dilakukan analisis dapat terus dipergunakan sebagai media untuk meningkakan

pengetahuan pasien tentang manajemen hemodialisis dan dapat dijadikan

pedoman untuk pengembangan dan meningkatkan asuhan keperawatan yang

diberikan kepada pasien, khususnya pasien penyakit ginjal teminal yang

mendapatkan terapi hemodialisis.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 153: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

128

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing theory : Utilization and

application (4rd

edition). St. Louis: Elsevier.

Barnett, T., Yoong L., Pinikahana J. & Yen S.T. (2008). Fluid compliance among

patients having haemodialysis: can an educational programme make a

difference?. Journal Advabced Nursing. Vol. 61(3)

Black, J.M & Hawks, J.H. (2009). Medical surgical nursing clinical management

for positive outcome (8th ed). St. Louis : Elsevier.

Casper, Brand, Veerman, Korevar, Benz , Bezemer, et al. (2005). Chewing gum

and a saliva subtitute alleviate thirst and xerostomia in patients on

hemodialysis. Nephrology Dialysis Transplantation 20 : 578-584.

Chitokas, Noreen, Gunderman, Annette, Oman, &Terina. (2006). Uremic

syndrome and end stage renal disease : physical manifestations and

beyond. Journal or the American Academy of Nurse Pratitioners, 2006

(18), proquest nursing & allied health source : 195

Dias, T.S., Neto, M.M, &Da Costa, C. J.A,. ( 2008). Arteriovenous fistula

puncture : an essessntial factor for hemodialysis efficiency.Informa Health

Care Renal Failure, 2008. 30: 870-876. Diperoleh dari

http://www.proquest.com

Go, A.S, Chertow, G. M, & Fan, D. (2004). Chronic kidney disease and the risks

of death, cardiovasculer, events, and hospitalization. The new england

journal of medicine, 351 (13), 1296-1308.

KDOQI. (2006). Updates Clinical Practice Guidelines and Recommendations for

Hemodialysis Adequacy 2006, Peritoneal Dialysis Adequacy 2006 and

Vascular Access 2006. USA: National Kidney Foundation, Inc.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2008). Fundamental of Nursing:

concepts, process, and practice. California: Prentice Hall.

Lindley, E., Aspinall, L., Gardinier, C., & Garthwaite. (2011). Management of

Fluid Status. Diunduh di www.intechopen.com

Hassan, Darwish, Samman & Fadel. (2012). The impact of cryotherapy on pain

intensity at puncture sites of arteriovenous fistula among children undergoing

hemodialysis. Journal of American science. 2012; 8 (12).

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 154: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

129

Herdman. (2012). Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014.

Jakarta : EGC.

Ignativius, D.D & Workman, L.M. (2006). Medical surgical mursing critical

thingking for collaboration care (5th). St Louis Elsevier

Johnson, J.Y. (2010). Hand book brunner & suddarth’s text book of medical

surgical nursing (11th ed). Wolter kluwer health : Lippincott williams &

wilkins

Nadler dan Kruse. (2004). The Physiologic basis and clinical applications of

Cryotherapy and Thermotherapy for the pain practitioner. Journal of pain

Physician, (2004) : 395-399, ISSN 1533-3159

Perhimpunan nefrologia Indonesia (pernefri). (2003). Konsensus dialisis. Naskah

tidak dipublikasikan

Perry, A.P. & Potter, A.G. (2005). Fundamentals of Nursing. (7th

Edition). Alih

bahasa : Andrina Ferderika. Jakarta : Salemba medika

Potter, A.P. & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing. (8th Edition).

Australia: Elsevier Inc .

Phillips,K.D. (2006). Sister Calista Roy : Adaptation Model Dalam Tomey , A.N,

Alligood, M.R (editor), Nursing Theorist and their work. St. Louis

Missouri : Mosby

Price, S.,A., & Wilson, L.,M. (2007). Fisiologi Proses-Proses Penyakit. Alih

bahasa oleh Peter Anugrah. Jakarta: EGC.

Purnomo, B.B. (2011). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV Sagung Seto.

Robinson, J & Burghardt , J.C. (2012). Lippincott’s review for medical nursing

certification (5th ed). Philladelphia : Lippincott williams & wilkins

Roy, C. & Andrew, H. (1999). The Roy Adaptation Model. New Jersey: Prentice

Hall.

Sabitha et al. (2008). Effect of cryotherapy on erteriovenous fistula puncture-

related pain in hemodialysis patient. Indian journal of vephrology.

Volume 18. Issue 4.

Setiawati. (2008). Proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Jakarta :

Salemba Medika

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 155: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

130

Sherwood, L. (2012). Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Alih Bahasa oleh

Pendit, B. Jakarta: EGC

Smeltzer & Bare. (2008). Textbook of medical surgical nursing (11th ed).

Philladelphia : Lippincott williams & wilkins.

Smyth, J. (2009). Cryotherapy or cold theraphy. Available. At: http:/www.

Articlesbase.com/health. Accesses at : 11/05/2013.

Suhardjono. (2013). Penyakit ginjal kronik, dampak dan penanganannya. Seminar

nasional perhimpunan nefrologi Indonesia : naskah tidak dipublikasikan.

Starkey. (2004). Therapeutic Modalities. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins.

Taylor, L.C. & Le Mone, P.( 2005). Fundamental of Nursing: The Art and

Science of Nursing Care. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Timby, B.K & Smith, N.E. (2010). Introductory medical-surgical nursing (10th

ed) : Wolters kluwer health : lippincott williams & wilkins

Torrace C & Serginson E. (1997). Surgical Nursing. Bridgend, midglamorgan:

WBC book Manufactures Ltd.

Tsay, S.L. & Lee, Y.H. (2005). Effect of an Adaptation Training Programme for

Patients with End Stage Renal Disease. Journal of Advanced Nursing.

Votroubek &Tobacco, RN. (2010). Pediatric Home Care for Nurses: A Family-

Centered Approach. _:Jones& Bartlett Learning.

Williams, L.S & Hopper, P.D. (2007). Understanding medical surgical nursing

(3th ed) : FA Davis company.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 156: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 131 -

Universitas Indonesia

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

DENGAN PENDEKATAN TEORI ADAPTASI ROY

NO. Identitas Pasien Keluhan Utama Pengkajian Aspek Spesifik teori Model

KASUS KEGAWATAN

1. Tn. RH (47 th) laki-

laki, agama islam,

status menikah, suku

jawa, pendidikan

tamat perguruan

tinggi, pekerjaan

swasta.

Diagnosa medis : CKD stage V

dengan overload. Keluhan utama :

sesak napas sejak 3 bulan sebelum

masuk rumah sakit (SMRS) dan

badan makin lama makin bengkak,

edema sejak 1 bulan SMRS. Pasien

mengetahui menderita penyakit ginjal

sejak 3 bulan yang lalu. Pasien sulit

tidur karena sesak dan tidur dengan

posisi duduk. Batuk (-), pilek (-).

Nafsu makan menurun karena mual,

tidak ada muntah, pasien belum

membatasi minum dan dalam sehari

kira-kira minum 1000-1500 ml air.

Pasien dalam 5 hari ini sulit untuk

BAK karena kemaluan bengkah,

jumlah urin mulai menurun. Pasien

memiliki riwayat penyakit DM dan

Hipertensi sejak 3 tahun yang lalu.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

180/90 mmHg, nadi : 90 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 36,50C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (+), whezzing (-), CRT > 3

detik dan tampak pucat, JVP 5+2 cmH2O, edema

anasarka, derajat pitting edema : derajat 3,

kemaluan edema (skrotum dan penis edema),

ascites dengan lingkar perut 132 cm. Pemeriksaan

laboratorium : hemoglobin : 4,9 mg/dl, , ureum

310 mg/dl, creatinin 13,3 mg/dl, GDS : 143

mg/dl. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) :

pH : 7,049; PCO2 : 31,2; PO2 46,1; BP 750;

HCO3 : 8,4; O2 saturasi 64; BE -21; total CO2

9,4. Elektrolit : natrium : 128 mmol/l, kalium :

6,07 mmol/l; clorida 112 mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

hipertensi dan DM, residual : ketidakpatuhan

terhadap restriksi cairan.

Masalah keperawatan yang muncul:

kelebihan volume cairan, gangguan pola

napas, ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan, ketidakpatuhan

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management, coping

enhancement, teaching individual and

family.

Evaluasi : setelah 2 hari perawatan diruang

IGD pasien masih sesak napas dengan

Frekuensi napas : 28 x/menit, TD : 160/90

mmHg, nadi : 92 x/menit. Jumlah output

urin dalam 24 jam : 800 cc (dengan

pemasangan kateter dan lasik drip 6 x 40

mg/24 jam). Masih terdapat mual dan tidak

ada muntah. Nafsu makan masih kurang

makan hanya habis 3 sendok makan

dengan frekuensi makan 3 kali sehari. Pada

Lampiran 1

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 157: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 132 -

Universitas Indonesia

hari kedua pasien dipindahkan ke ruang

perawatan High Care unit (HCU) lantai 5

selatan

2. Tn. AK (59 th), laki

laki, agama islam,

status : menikah,

suku jawa,

pendidikan terakhir :

tamat SMP,

pekerjaan : tidak

bekerja.

Diagnosa medis : CKD stage V on

HD Overload, CHF Keluhan utama :

Sesak dan Nyeri dada. Pasien sesak

memberat 6 hari SMRS dan sudah

dibawa ke IGD RSUP Fatmawati 6

hari yang lalu tetapi pulang paksa.

Kemudian di rumah kambuh kembali

dan 3 hari yang lalu disertai Nyeri

dada dengan intensitas nyeri hilang

timbul, skala nyeri dada 4-5

meningkat jika digunakan untuk

aktivitas dan berkurang dengan napas

dalam dan istirahat tidur. Batuk (+),

pasien sulit tidur dan sering

terbangun saat nyeri dada meningkat.

Pasien mengetahui sakit ginjal sejak

1 tahun yang lalu dan mengatakan

sulit untuk membetasi minum

meskipun sudah berusaha untuk

minum sedikit sesuai anjuran. Jumlah

minum dalam sehari ± 1200 cc/ 24

jam. Pasien HD rutin 2 x/minggu.

Jumlah urin dalam sehari ± 700 - 800

cc/24 jam. Pasien memiliki riwayat

CHF dan DM tipe 2 sejak ± 9 tahun

yang lalu dan berobat tidak rutin.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

170/80 mmHg, nadi : 114 x/menit, frekuensi

napas : 28 x/menit, suhu : 36,50C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (+), whezzing (+) saat

ekspirasi, CRT < 3 detik, JVP 5+2 cmH2O,

edema pada kedua ekstremitas bawah dengan

derajat pitting edema derajat 3, tidak ada ascites.

Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin : 7,2

mg/dl, , ureum 220 mg/dl, creatinin 12,5 mg/dl,

GDS : 59 mg/dl. Pemeriksaan analisa gas darah

(AGD) : pH : 7,376; PCO2 : 19,2; PO2 138,3; BP

751; HCO3 : 8,4; O2 saturasi 11; BE 98,8; total

CO2 11,6. Elektrolit : natrium : 136 mmol/l,

kalium : 4,45 mmol/l; clorida 109 mmol/l. CK

107 U/L, CKMB 28 U/L

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan DM, residual : ketidakpatuhan terhadap

restriksi cairan.

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Nyeri akut, ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan,

ketidakpatuhan

Intervensi : pain management, fluid

management, fluid monitoring, nutritiin

management, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 2 hari perawatan diruang

IGD pasien masih sesak napas dengan

Frekuensi napas : 24 x/menit, TD : 160/80

mmHg, nadi : 102 x/menit. Jumlah output

urin dalam 24 jam : 800 cc (dengan

pemasangan kateter dan lasik drip 2 x 40

mg/24 jam). Nyeri dada berkurang dengan

skala nyeri 3-4, sifat masih hilang timbul..

Pada hari kedua pasien dipindahkan ke

ruang perawatan lantai 5 Utara.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 158: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 133 -

Universitas Indonesia

3. Tn. MA (61 tahun),

laki-laki, agama

islam, suku : sunda,

pendidikan : tamat

SMP, tidak bekerja

Diagnosa medis : CKD stage V on

HD Overload, Hipertensi Urgency,

ACS NStemi Keluhan utama : Sesak

berat sejak 1 hari SMRS dengan

Nyeri dada dengan intensitas nyeri

hilang timbul (kadang-kadang), skala

nyeri dada 3-4 meningkat jika

digunakan untuk aktivitas dan

berkurang dengan napas dalam dan

istirahat tidur. Pasien mengetahui

sakit ginjal sejak 10 tahun yang lalu

dan mengatakan sulit untuk

membatasi minum meskipun sudah

berusaha untuk minum sedikit sesuai

anjuran. Jumlah minum dalam sehari

± 1200 cc/ 24 jam. Pasien HD rutin 2

x/minggu. Jumlah urin dalam sehari

± 700 - 800 cc/24 jam. Pasien

memiliki riwayat CHF dan DM tipe 2

sejak ± 10 tahun yang lalu dan

berobat rutin. Obat yang diminum

ISDN, Lasik, Ascardia dan Captopril

25 mg.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

200/100 mmHg, nadi : 110 x/menit, frekuensi

napas : 32 x/menit, suhu : 36,50C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (+), whezzing (+) saat

ekspirasi, CRT > 3 detik, tampak pucat, akral

dingin, JVP 5+0 cmH2O, edema pada ekstremitas

bawah dengan derajat pitting edema pada derajat

2, tidak ada ascites. Pemeriksaan laboratorium :

hemoglobin : 9,1 mg/dl, , ureum 161 mg/dl,

creatinin 11 mg/dl, GDS : 254 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) : pH :

7,166; PCO2 : 32; PO2 : 65,6; BP 749; HCO3 :

11,3; O2 saturasi 87,6; BE -16; total CO2 12,3.

Elektrolit : natrium : 136 mmol/l, kalium : 4,24

mmol/l; clorida 105 mmol/l. CK 256 U/L, CKMB

42 U/L

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan DM, residual : ketidakpatuhan terhadap

restriksi cairan

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Nyeri akut, ketidakpatuhan

Intervensi : pain management, fluid

management, fluid monitoring, nutrition

management, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 2 hari perawatan diruang

IGD pasien masih sesak napas dengan

Frekuensi napas : 24 x/menit, TD : 210/100

mmHg, nadi : 102 x/menit. Jumlah output

urin dalam 24 jam : 800 cc (dengan

pemasangan kateter dan lasik drip 5 mg/

jam). Nyeri dada berkurang dengan skala

nyeri 2-3, sifat masih hilang timbul.. Pada

hari kedua pasien dipindahkan ke ruang

perawatan lantai 5 Utara.

RENAL DISEASE

4. Ny. AA, 82 tahun,

perempuan, islam,

janda, suku sunda,

pendidikan : tamat

SD, tidak bekerja

Diagnosa Medis : CKD Stage V,

CHF, DM Tipe 2 keluhan utama :

sesak napas berat sejak 2 minggu

yang lalu SMRS, 4 hari SMRS sudah

pernah dirawat di RS Bekasi selama

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

160/80 mmHg, nadi : 95 x/menit, frekuensi napas

: 40 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : pain management, fluid

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 159: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 134 -

Universitas Indonesia

3 hari dan pulang paksa kemudian

saat perjalanan pulang sesak

meningkat sehingga dibawa ke RSUP

Fatmawati.

Saat pengkajian pasien mengeluh

sesak napas dan badan lemas. Pasien

juga mengatakan sudah pasrah

dengan penyakitnya dan tidak mau

dilakukan cuci darah karena takut

dan tidak mau merepotkan anak-

anaknya

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, edema pada ekstremitas bawah dengan

derajat pitting edema pada derajat 2, ascites

dengan lingkar perut 136 cm. Anjuran diet DM

Ginjal 1500 Kkal/Hari, dengan restriksi cairan

600-800 cc/hari

Pemeriksaan laboratorium (19/09/2013) :

hemoglobin : 10,7 mg/dl, , ureum 135 mg/dl,

creatinin 11,3 mg/dl, GDS : 123 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(19/09/2013) : pH : 7,295; PCO2 : 21,8; PO2 :

107,3; BP 753; HCO3 : 10,4; O2 saturasi 97,5;

BE -13,8; total CO2 11. Elektrolit : natrium : 136

mmol/l, kalium : 4,24 mmol/l; clorida 105

mmol/l.

Pemeriksaan Foto Thorak (19/09/2013) :

kardiomegali dengan aorta kalsifikasi & elongasi

disertai tanda bedungan paru.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan DM, residual : ketidakpatuhan terhadap

restriksi cairan

management, fluid monitoring, nutrition

management, manajemen energi, coping

enhancement, teaching individual and

family.

Evaluasi : setelah 5 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang Frekuensi

napas : 22 x/menit, TD : 160/80 mmHg,

nadi : 88 x/menit. Jumlah output urin

tampung dalam 24 jam : 800 cc (dengan

lasik drip 40 mg/ 24 jam. pasien tetap tidak

menghendaki untuk dilakukan cuci darah.

Dan pasien menginginkan pulang meski

belum diijinkan. Pasien pulang pada hari

ke-6 atas permintaan sendiri.hasil evaluasi

diperoleh perilaku pada model fisiologis

cairan dan elektrolit adaptif setelah 6 hari

perawatan, sedangkan perilaku pada mode

konsep diri, fungsi peran dan

interdependensi belum adaptif.

5. Tn. AS, 55 th laki-

laki, agama islam

status menikah, suku

sunda, pendidikan :

Diagnosa Medis : CKD Stage V,

CHF NYHA Clas III-IV keluhan

utama : sesak napas berat dan nyeri

pinggang sejak 2 minggu yang lalu

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : pasien

tampak sesak berat dan demam, TD : 140/80

mmHg, nadi : 102 x/menit, frekuensi napas : 28

x/menit, suhu : 38,50C. Pasien demam dan

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, hipertermi, nyeri, cemas

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 160: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 135 -

Universitas Indonesia

tamat SLTA,

pekerjaan : Swasta

Masuk RS : 7

september 2013

Pengkajian : 11

september 2013

SMRS, sesak berkurang jika duduk

dan sesak mengganggu aktivitas

fisik, pasien sering terbangun malam

hari karena merasa sesak yang berat

da langsung terbangun untuk duduk

akibat sesak. Pasien memiliki riwayat

sakit DM sejak 2010 dan pernah

dirawat karena hipoglikemia. Pasien

juga memiliki riwayat hipertensi

tidak terkontrol sejak 10 tahun.

Pasien juga merupakan perokok berat

sejak remaja ± 2 bungkus/hari dan

sudah berhenti mulai sakit ini.

Pasien baru terpasang CDL 2 hari

yang lalu dan sudah menjalani HD

sebanyak 2 x.

menggigil sejak malam ketika dipasang CDL,

CDL terdapat rembesan darah segar, dan terdapat

nyeri pada pemasangan CDL terasa seperti teriris,

senut senut dengan skala nyeri pada skala 5,

kesadaran composmentis konjungtiva anemis,

sklera tidak iketrik. Pasien tampak sesak napas

berat, suara napas vesikuler, Ronchi (+),

whezzing (-), bunyi jantung S1-II reguler.

Murmur (-), gallop (-), CRT < 3 detik, tampak

pucat, akral dingin, JVP 5+2 cmH2O, edema

pada ekstremitas bawah dengan derajat pitting

edema pada derajat 3.. Anjuran diet Ginjal 1900

Kkal/Hari rendah garam, dengan restriksi cairan

800 cc/hari.

Jumlah urin tampung (24 jam tgl 12/09/2013) :

800 cc

Pemeriksaan laboratorium (07/09/2013) :

hemoglobin : 5,2 mg/dl, Ht : 16%, ureum 334

mg/dl, creatinin 18,9 mg/dl, GDS : 149 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(07/09/2013) : pH : 7,211; PCO2 : 16,5; PO2 :

135,73; BP 751; HCO3 : 6,5; O2 saturasi 98,2;

BE -18,8; total CO2 7,0 mmol/L. Elektrolit :

natrium : 142 mmol/l, kalium : 4,56 mmol/l;

clorida 90 mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF, residual : ketidakpatuhan terhadap restriksi

cairan

Intervensi : pain management, fluid

management, fluid monitoring, nutrition

management, manajemen energi, coping

enhancement, teaching individual and

family.

Evaluasi : setelah 5 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, nyeri di

daerah insisi CDL sudah tidak terasa, dan

darah sudah tidak merembes, Frekuensi

napas : 22 x/menit, TD : 160/80 mmHg,

nadi : 88 x/menit. Suhu : 370C, Jumlah

output urin tampung dalam 24 jam : 800-

1000 cc (dengan lasik 3 x 40 mg/ 24 jam

injeksi intravena). Pada hari ke-8

perawatan kondisi pasien makin membaik,

sesak napas berkurang RR : 22 x/menit,

tidak terdapat demam dengan suhu :

36,50C. Hasil evaluasi diperoleh perilaku

pada model fisiologis cairan dan elektrolit

adaptif setelah hari ke 10 dan perilaku pada

mode konsep diri adaptif setelah hari ke-12

perawatan, pasien mangungkapkan sudah

siap untuk menjalani perawatan

penyakitnya dengan menggunakan terapi

hemodialisis seumur hidup.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 161: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 136 -

Universitas Indonesia

6. Ny.SS, 57 th,

perempuan, islam,

status : menikah,

suku : betawi,

pendidikan : tamat

akademik, pekerjaan

: PNS

Masuk RS :

5/09/2013

Pengkajian :

19/09/2013

Diagnosa Medis : CKD Stage V on

HD rutin, CHF kelas II-III keluhan

utama : sesak napas berat terutama

saat tiduran, dan mengeluh perut

buncit asites tidak kempes sudah 2

bulan. Kenaikan berat badan 5 kg.

Pasien memiliki riwayat CKD sejak 2

tahun yang lalu, dengan program HD

rutin. Tetapi pasien sulit untuk

mengontrol minum dan masih sering

minum air es

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

140/80 mmHg, nadi : 98 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, edema pada ekstremitas bawah dengan

derajat pitting edema pada derajat 2, ascites

dengan lingkar perut 136 cm. Anjuran diet Ginjal

1600 Kkal/Hari, dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari

Pemeriksaan laboratorium (19/09/2013) :

hemoglobin : 8,2 mg/dl, Ht : 25 mg/dl , ureum 86

mg/dl, creatinin 4,3 mg/dl, GDS : 123 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(19/09/2013) : pH : 7,295; PCO2 : 21,8; PO2 :

107,3; BP 753; HCO3 : 10,4; O2 saturasi 97,5;

BE -13,8; total CO2 11. Elektrolit : natrium : 130

mmol/l, kalium : 5,09 mmol/l; clorida 105

mmol/l. Kalsium : 7,99 mg/dl, magnesium : 2,20

mg/dl.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan DM, residual : ketidakpatuhan terhadap

restriksi cairan

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 5 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, tidak

terdapat edema pada ekstremitas bawah.

Lingkar perut 130 masih terdapat ascites.

Frekuensi napas : 22 x/menit, TD : 160/80

mmHg, nadi : 88 x/menit. Jumlah output

urin tampung dalam 24 jam : 800 cc

(dengan lasik drip 40 mg/24 jam. pasien

mendapatkan 3 kali terapi hemodialisis dan

hari ke 13 dianjurkan untuk pulang dan

melanjutkan terapi hemodialisis. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada model

fisiologis cairan dan elektrolit adaptif

setelah hari ke 11, meskipun pasien masih

memerlukan pengawasan dari keluarga

untuk mampu mengontrol minum dan

perilaku pada mode konsep diri adaptif

setelah hari ke-12.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 162: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 137 -

Universitas Indonesia

7. Ny. S, 58 tahun,

perempuan agama

islam, status :

menikah suku : jawa,

pendidikan: tamat

SMA, pekerjaan :

ibu Rumah Tangga

Masuk RS :

20/09/2013

Pengkajian :

20/09/2013

Diagnosa Medis : CKD Stage V on

HD rutin, keluhan utama : sesak

napas berat terutama saat tiduran dan

berkurang dengan duduk. Pasien

memiliki riwayat CKD sejak 4 tahun

yang lalu, dengan program HD rutin.

Tetapi pasien sulit untuk mengontrol

minum dan masih sering minum air

es

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

150/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, edema pada ekstremitas bawah dengan

derajat pitting edema pada derajat 2, ascites

dengan lingkar perut 140 cm. Anjuran diet Ginjal

1700 Kkal/Hari, dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari

Pemeriksaan laboratorium (20/09/2013) :

hemoglobin : 8,7 mg/dl, Ht : 23 mg/dl , ureum 98

mg/dl, creatinin 7,8 mg/dl, GDS : 123 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(20/09/2013) : pH : 7,115; PCO2 : 22,8; PO2 :

107,3; BP 753; HCO3 : 10,4; O2 saturasi 97,5;

BE -13,8; total CO2 11. Elektrolit : natrium : 130

mmol/l, kalium : 5,09 mmol/l; clorida 105

mmol/l. Kalsium : 7,99 mg/dl, magnesium : 2,20

mg/dl.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan DM, residual : ketidakpatuhan terhadap

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 5 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, tidak

terdapat edema pada ekstremitas bawah.

Lingkar perut 130 masih terdapat ascites.

Frekuensi napas : 22 x/menit, TD : 160/80

mmHg, nadi : 88 x/menit. Jumlah output

urin tampung dalam 24 jam : 800 cc

(dengan lasik drip 40 mg/ 24 jam. pasien

mendapatkan 3 kali terapi hemodialisis dan

dianjurkan untuk pulang pada hari ke 14

dan melanjutkan terapi hemodialisis. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada model

fisiologis cairan dan elektrolit adaptif

setelah hari ke 12, pasien menunjukkan

perilaku mulai adaptif, pasien dapat

mengatur dan membatasi cairan walaupun

terkadang masih minum lebih dari

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 163: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 138 -

Universitas Indonesia

restriksi cairan

ketentuan, namun IDWG tidak lebih dari 2

kg diantara HD. Perilaku pada mode

konsep diri adaptif setelah hari ke-14

perawatan.

8. Tn. RS, 17 th, laki-

laki, islam, status:

belum menikah,

suku betawi,

pendidikan : Tamat

SMP, Pekerjaan :

Pelajar

Masuk RS :

22/09/2013

Pengkajian :

23/09/2013

Diagnosa Medis : Sindrom nefrotik,

keluhan utama : Bengkak di wajah,

perut dan kaki.

Pasien mengatakan bengkak-bengkak

sejak 3 bulan SMRS dan disertai

BAK berbusa. Pasien sering

terbangun pada malam hari karena

BAK. Pasien juga mengatakan sesak

napas, napas bertambah jika berjalan

dan lebih baik jika duduk. Tidak

terdapat nyeri dada. Pasien sering

menderita mual dan muntah jika

makan sejak perut membesar.

Pasien memiliki riwayat sakit ISPA,

dan memiliki kebiasaan merokok 1

bungkus /hari dan kebiasaan minum

kopi.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

150/100 mmHg, nadi : 90 x/menit, frekuensi

napas : 24 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara

napas vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT <

3 detik, JVP 5+2 cmH2O, edema pada

ekstremitas bawah dengan derajat pitting edema

pada derajat 2, ascites dengan lingkar perut 100

cm, shifting dulness (+), edema pada wajah, dan

ekstremitas bawah dengan derajat edema 2. Urin

tampung : 3500 cc dengan input : 600 cc.

Pasien mendapatkan restriksi cairan : 600 cc/ 24

jam. BB : 60 Kg.

Pemeriksaan laboratorium (22/09/2013) : Protein

Urin Kualitatif : 1,681 EU/dl urinalisa : Protein

urin : +3; Urinalisa Darah : +3, Urinalisa Eritrosit

10-15/LPB, urinalisa bakteri : Positif (+),

pemeriksaan fungsi hati : SGOT : 24 U/L, SGPT :

11 U/L, Protein Total : 3 g/dl, Albumin : 1,4 g/dl,

Globulin : 1,6 g/dl. . Elektrolit : natrium : 139

mmol/l, kalium : 3,43 mmol/l; clorida 114

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 12 hari perawatan di

ruang penyakit dalam lantai 5 selatan

pasien sudah tidak sesak napas, tidak

terdapat edema. Lingkar perut 85, tidak

terdapat ascites. Frekuensi napas : 22

x/menit, TD : 160/80 mmHg, nadi : 88

x/menit. BB : 47 Kg. Hasil evaluasi

diperoleh perilaku pada model fisiologis

cairan dan elektrolit adaptif setelah hari ke

12 dan perilaku pada mode konsep diri

adaptif setelah hari ke-14 perawatan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 164: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 139 -

Universitas Indonesia

mmol/l. Fungsi ginjal : Nilai ureum : 88 mg/dl,

creatinin : 1,1 mg/dl.

Pemeriksaan USG Abdomen (23/0902013) :

tampak cairan bebas intraabdomen perihepatik,

morison pouch dan rongga pelvis tampak efusi

pleura bilateral. Ukuran dan bentuk ginjal normal,

dinding tidak menebal, dan tidak ada slaudge

(batu). Kesan : renal Parenchymal disease

bilateral, ascites dengan efusi pleura bilateral,

slight abdominally enchostructur hepar.

Stimulus fokal : penurunan fungsi glomerulus,

konstektual : sindrom nefrotik, residual : kurang

pengetahuan tentang penyakit.

9. Olid, 38 th, laki-laki,

islam, status :

menikah, pendidikan

: tamat SMA;

pekerjaan : Swasta

Masuk RS :

21/09/2013

Pengkajian :

23/09/2013

Diagnosa Medis : CKD Stage V on

HD rutin, efusi pleura dekstra.

keluhan utama : sesak napas berat

sejak 2 hari SMRS terutama saat

tiduran dan berkurang dengan duduk.

Pasien memiliki riwayat CKD sejak

11 bulan yang lalu, dengan program

HD rutin. Tetapi pasien sulit untuk

mengontrol minum dan masih sering

minum air es. Pasien memiliki

riwayat merokok sejak remaja 2

bungkus sehari dan sering minum

minuman berenergi dan makan mie

instan. Pasien jarang minum air

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

130/80 mmHg, nadi : 92 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat. JVP 5+2 cmH2O, edema (-),

ascites (-), terpasang O2 3L/menit. Anjuran diet

Ginjal 1700 Kkal/Hari dengan protein 1 gr/kgBB,

dengan restriksi cairan 600-800 cc/hari

Pemeriksaan laboratorium (21/09/2013) :

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 5 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, . Frekuensi

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 165: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 140 -

Universitas Indonesia

putih. hemoglobin : 10,5 mg/dl, Ht : 23 mg/dl , ureum

83 mg/dl, creatinin 4,88 mg/dl, GDS : 87 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(20/09/2013) : pH : 7,427; PCO2 17,8; PO2 :

142,6 BP 753; HCO3 : 11,5 O2 saturasi 98,9; BE

-9,9; total CO2 12. Elektrolit : natrium : 138

mmol/l, kalium : 3,85 mmol/l; clorida 95 mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan DM, residual : ketidakpatuhan terhadap

restriksi cairan.

napas : 18 x/menit, TD : 130/80 mmHg,

nadi : 88 x/menit. Jumlah output urin

tampung dalam 24 jam : 800 cc.. pasien

mendapatkan 2 kali terapi hemodialisis dan

dianjurkan untuk pulang dan melanjutkan

terapi hemodialisis dari rumah. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada model

fisiologis cairan dan elektrolit adaptif

setelah hari ke 10, pasien menunjukkan

dapat mengontrol minum meski dengan

sedikit pengawasan dengan IDWG 2 kg

dan perilaku pada mode konsep diri adaptif

setelah hari ke-12 perawatan

10. Ny. SM, 51 tahun,

perempuan agama

islam, status :

menikah suku : jawa,

pendidikan: tamat

SMA, pekerjaan :

ibu Rumah Tangga

Masuk RS :

2/10/2013

Pengkajian :

2/10/2013

Diagnosa Medis : CKD Stage V on

HD rutin, keluhan utama : sesak

napas terutama saat tiduran dan

berkurang dengan duduk. Pasien

memiliki riwayat CKD sejak 6 bulan

yang lalu, dan diprogramkan untuk

mendapat terapi hemdoialisis

sehingga dirujuk ke RS Fatmawati.

Pasien mengatakan sulit untuk

mengontrol minum dan masih sering

minum air es. Pasien memeiliki

riwayat Hipertensi sejak 12 tahun

Yang lalu. Tidak ada DM, Asma dan

sakit jantung

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

150/90 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 24 x/menit, suhu : 370C. Terpasang O2 3LPM.

Kesadaran composmentis konjungtiva anemis,

sklera tidak iketrik. Pasien tampak sesak napas,

suara napas vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-),

CRT < 3 detik, tampak pucat, akral dingin, JVP

5+2 cmH2O, edema pada ekstremitas bawah

dengan derajat pitting edema pada derajat 2, tidak

ada ascites. Anjuran diet Ginjal 1500 Kkal/Hari,

rendah garan < 2 gr/KgBB/hari Protein 40

gr/KgBB/Hari. dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari.

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutritiin management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 7 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, tidak

terdapat edema pada ekstremitas bawah.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 166: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 141 -

Universitas Indonesia

Pemeriksaan laboratorium (03/10/2013) :

hemoglobin : 10,3 mg/dl, Ht : 29,9 mg/dl , ureum

344 mg/dl, creatinin 26,44 mg/dl, GDS : 87

mg/dl. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(03/10/2013) : pH : 7,237; PCO2 : 7,237; PO2 :

110,3; BP 753; HCO3 : 8,3; O2 saturasi 97,5; BE

-16,4; total CO2 8,9. Elektrolit : natrium : 126

mmol/l, kalium : 7,1 mmol/l; clorida 101 mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

Hipertensi, residual : ketidakpatuhan terhadap

restriksi cairan.

Frekuensi napas : 22 x/menit, TD : 160/80

mmHg, nadi : 88 x/menit. Jumlah output

urin tampung dalam 24 jam : 800 cc.

pasien mendapatkan 1 kali terapi

hemodialisis dan dianjurkan untuk pulang

dan melanjutkan terapi hemodialisis. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada model

fisiologis cairan dan elektrolit adaptif

setelah hari ke 10, pasien menunjukkan

dapat mengontrol minum meski dengan

sedikit pengawasan dengan IDWG 1 kg

dan perilaku pada mode konsep diri adaptif

setelah hari ke-12 perawatan

11. Tn. WS, 59 tahun,

laki-laki, islam,

status : menikah,

suku : betawi,

pegawai swasta,

tamat SLTA

Masuk RS :

04/10/2013

Pengkajian :

04/10/2013

Diagnosa Medis : CKD Stage V,

keluhan utama : pasien mengeluh

sesak napas dan badan terasa lemas.

Pasien sudah 1 minggu merasa cepat

lelah dan susah untuk BAK. Pasien

menderita CKD dan hipertensi

pernah dirawat tahun 2012 dan

terakhir HD maret 2012, setelah itu

pasien tidak HD lagi hanya kontrol

ke poli jika ada keluhan.. pasien

merasa jumlah BAK berkurang sejal

2 minggu SMRS.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

150/90 mmHg, nadi : 86 x/menit, frekuensi napas

: 24 x/menit, suhu : 370C. Terpasang O2 3LPM.

Kesadaran composmentis konjungtiva anemis,

sklera tidak iketrik. Pasien tampak sesak napas,

suara napas vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-),

CRT < 3 detik, tampak pucat, akral dingin, JVP

5+2 cmH2O, edema pada ekstremitas bawah

dengan derajat pitting edema pada derajat 2, tidak

ada ascites, akral dingin. Anjuran diet Ginjal

1700 Kkal/Hari, rendah garan < 2 gr/KgBB/hari

Protein 40 gr/KgBB/Hari lemak 30

gr/KgBB/Hari. dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 7 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, edema pada

ekstremitas bawah dengan derajat pitting

edema 2 Frekuensi napas : 22 x/menit, TD

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 167: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 142 -

Universitas Indonesia

Pemeriksaan laboratorium (07/10/2013) :

hemoglobin : 6,2 mg/dl, Ht : 20 mg/dl , ureum

208 mg/dl, creatinin 33,7 mg/dl, GDS : 87 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(07/10/2013) : pH : 7,327; PCO2 : 31,8; PO2 :

111,5; BP 753; HCO3 : 16,3; O2 saturasi 97,5;

BE -8,4; total CO2 17,3. Elektrolit : natrium : 135

mmol/l, kalium : 5,53 mmol/l; clorida 104

mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

Hipertensi , residual : ketidakpatuhan terhadap

regimen pengobatan.

: 150/80 mmHg, nadi : 92 x/menit. Jumlah

output urin tampung dalam 24 jam : 600

cc. pasien mendapatkan 2 kali terapi

hemodialisis dan dianjurkan untuk pulang

pada hari ke 10 perawatan dan melanjutkan

terapi hemodialisis. Hasil evaluasi

diperoleh perilaku pada model fisiologis

cairan dan elektrolit adaptif setelah hari ke

10, dan perilaku pada mode konsep diri

adaptif setelah hari ke-10 perawatan

12. Ny. SA, 34 tahun,

perempuan, islam,

menikah, suku

sunda, pendidikan :

tamat SMA,

Pekerjaan : Ibu

Rumah Tangga

Masuk RS :

8/10/2013

Pengkajian :

10/10/2013

Diagnosa Medis : CKD Stage V,

Anemia, keluhan utama : pasien

mengeluh sesak napas dan batuk

sejak 1 minggu SMRS, sesak dirasa

makin lama makin berat. Pasien

mengalami mual dan muntah sudah 5

x sejak pagi dengan Output cair.

Tidak nafsu makan dan badan terasa

lemas. Pasien memiliki riwayat

minum jamu 1 teko dalam sehari

selama 2 tahun. Riwayat sakit kuning

saat kecil dan terdapat struma pada

leher kanan dan kiri yang ikut

bergerak jika menelan.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

140/90 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Terpasang O2 3 LPM.

Kesadaran composmentis konjungtiva anemis,

sklera tidak iketrik. Pasien tampak sesak napas,

suara napas vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-),

CRT < 3 detik, tampak pucat, akral dingin, JVP

5+2 cmH2O, edema pada ekstremitas atas dan

bawah dengan derajat pitting edema pada derajat

2, tidak ada ascites, akral dingin. Anjuran diet

Ginjal 1500 Kkal/Hari, restriksi protein 0,6

gr/kgBB/Hari, rendah garam < 2 gr/KgBB/hari,

Protein 40 gr/KgBB/Hari, lemak 30

gr/KgBB/Hari. dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari. Pasien mendapat transfusi PRC 500 ml.

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 7 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, edema pada

ekstremitas bawah dengan derajat pitting

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 168: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 143 -

Universitas Indonesia

TB : 150 cm, BB : 39 Kg

Pemeriksaan laboratorium (08/10/2013) :

hemoglobin : 4,3 mg/dl, Ht : 14 mg/dl , ureum

298 mg/dl, creatinin 12,6 mg/dl, GDS : 87 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(09/10/2013) : pH : 7,175; PCO2 : 12,2; PO2 :

145,5; BP 752; HCO3 : 4,4; O2 saturasi 98,5; BE

–21,4; total CO2 4,8 Elektrolit : natrium : 126

mmol/l, kalium : 4,75 mmol/l; clorida 96 mmol/l.

Fungsi hati : Protein total : 5,5 g/dl, albumin :

3,00 g/dl, globulin : 2,5 g/dl; bilirubin total : 0,20

mg/dl; bilirubin direk : 0,10 mg/dl; bilirubin

indirek : 0,10 mg/dl.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

Hipertensi, Residual : ketidakpatuhan terhadap

regimen pengobatan.

edema 2 Frekuensi napas : 22 x/menit, TD

: 150/80 mmHg, nadi : 92 x/menit.

Pasien mendapat koreksi bicnat 200 meQ

dan transfusi PRC 500 cc.

Laboratorium Analisa Gas Darah

(14/10/2013) : pH : 7,211; PCO2 : 23,2;

PO2 : 107,5; BP 752; HCO3 : 9,1; O2

saturasi 97; BE –16,8; total CO2 9,8

Jumlah output urin tampung dalam 24 jam

: 600 cc. pasien mendapatkan 2 kali terapi

hemodialisis dan dianjurkan untuk pulang

dan melanjutkan terapi hemodialisis.

13. Ny. MG, 38 tahun,

perempuan, katholik,

status : menikah,

suku : batak ,

pendidikan : tamat

SMA, tidak bekerja

Masuk RS :

10/10/2013

Diagnosa Medis : CKD Stage V on

HD rutin, Anemia, CHF kelas II-III

keluhan utama : sesak napas berat

terutama saat tiduran, berkurang

dengan istirahat, dan mengeluh kaki

dan tangannya bengkak. Pasien juga

mengeluh cepat lelah dan badan sakit

semua. Pasien dinyatakan sakit ginjal

kronik sejak 1 tahun yang lalu dan

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

140/90 mmHg, nadi : 98 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, edema pada ekstremitas atas dan bawah

dengan derajat pitting edema pada derajat 2.

Masalah keperawatan yang muncul:

Kelebihan volume cairan, Intoleransi

Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 169: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 144 -

Universitas Indonesia

Pengkajian :

10/10/2013

dianjurkan untuk cuci darah. Pasien

memiliki riwayat Hipertensi

Anjuran diet Ginjal 1800 Kkal/Hari, dengan

restriksi cairan 600-800 cc/hari

Pemeriksaan laboratorium (11/10/2013) :

hemoglobin : 8,2 mg/dl, Ht : 24 mg/dl , ureum

353 mg/dl, creatinin 19,2 mg/dl, GDS : 203

mg/dl. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(11/10/2013) : pH : 7,189; PCO2 : 7,8; PO2 :

173,4; BP 753; HCO3 : 2,9; O2 saturasi 98,8; BE

-22,2; total CO2 3,1. Elektrolit : natrium : 131

mmol/l, kalium : 154 mmol/l; clorida 92 mmol/l.

CK : 837U/L, CKMB : 85 U/L, Troponin T : < 50

ng/L.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF, residual : ketidakpatuhan terhadap restriksi

cairan.

Evaluasi : setelah 7 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, edema

ekstremitas atas sudah tidak ada, edema

ekstremitas bawah dengan derajat pitting

edema derajat 1, Frekuensi napas : 22

x/menit, TD : 150/80 mmHg, nadi : 92

x/menit. Jumlah output urin tampung

dalam 24 jam : 800 cc (dengan lasik 3 x 40

mg/24 jam, intravena). pasien

mendapatkan 2 kali terapi hemodialisis dan

dianjurkan untuk pulang dan melanjutkan

terapi hemodialisis. Hasil evaluasi

diperoleh perilaku pada model fisiologis

cairan dan elektrolit adaptif setelah hari ke

10, pasien menunjukkan dapat mengontrol

minum meski dengan sedikit pengawasan

dengan IDWG tidak lebih 2 kg dan

perilaku pada mode konsep diri adaptif

setelah hari ke-12 perawatan.

14. Ny. S, 65 tahun,

perempuan, islam,

status : janda, suku :

jaka, tidak bekerja.

Masuk RS :

Diagnosa Medis : CKD Stage V dan

Anemia, keluhan utama : sesak napas

berat terutama saat tiduran dan

berkurang dengan duduk. Pasien

memiliki riwayat CKD sejak 4 tahun

yang lalu, dan hipertensi 10 tahun

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

150/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 24 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutritiin management,

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 170: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 145 -

Universitas Indonesia

17/10/2013

Pengkajian :

17/10/2013

yang lalu dengan pengobatan tidak

rutin. Pasien dianjurkan untuk

menjalani terapi hemodialisa. Pasien

merasa semakin lemas dan tidak

nafsu makan, lemas, pusing, mual

dan makan hanya habis 1 sendok.

Frekuensi dan jumlah air kencing

berkurang ± 600-800 cc/24 jam.

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, edema pada ekstremitas bawah dengan

derajat pitting edema pada derajat 2, tidak

terdapat ascites. Anjuran diet Ginjal 1700

Kkal/Hari, dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari. Resiko jatuh (Morse) : 45 (tidak beresiko)

Pemeriksaan laboratorium (20/10/2013) :

hemoglobin : 5,8 mg/dl, Ht : 22 mg/dl , ureum

272 mg/dl, creatinin 17,7 mg/dl, GDS : 86 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(20/09/2013) : pH : 7,218; PCO2 : 16,3; PO2 :

125; BP 750; HCO3 : 6,5 ; O2 saturasi 97,9 ; BE

-13,8; total CO2 11. Elektrolit : natrium : 140

mmol/l, kalium : 5,28 mmol/l; clorida 112

mmol/l.

Pemeriksaan USG (23/09/2013) :

Nefritis bilateral.

Pemeriksaan darah tepi (18/10/2013) : anemia

normositik normokrom

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

Anemia, residual : ketidakpatuhan terhadap terapi

pengobatan

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 7 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, tidak

terdapat edema pada ekstremitas bawah.

Frekuensi napas : 22 x/menit, TD : 160/80

mmHg, nadi : 88 x/menit. Jumlah output

urin tampung dalam 24 jam : 800 cc

(dengan lasik drip 40 mg/ 24 jam. pasien

mendapatkan 4 kali terapi hemodialisis dan

dianjurkan untuk pulang pada hari ke 14

dan melanjutkan terapi hemodialisis. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada model

fisiologis cairan dan elektrolit adaptif

setelah hari ke 14, pasien menunjukkan

dapat mengontrol minum meski dengan

sedikit pengawasan dengan IDWG 2 kg

diantara penatalaksanaan HD dan perilaku

pada mode konsep diri adaptif setelah hari

ke-14 perawatan

15. Ny. SR, 73 tahun,

perempuan, Tamat

SMA , Status :

Diagnosa Medis : CKD Stage V on

HD rutin, CHF kelas II-III keluhan

utama : sesak napas berat terutama

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

160/90 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

Masalah keperawatan yang muncul:

Kelebihan volume cairan, Intoleransi

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 171: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 146 -

Universitas Indonesia

Menikah, suku :

jawa , tidak bekerja.

Masuk RS :

04/01/2014

Pengkajian :

04/01/2014

saat tiduran, berkurang dengan

istirahat, dan mengeluh kaki dan

tangannya bengkak. Pasien juga

mengeluh cepat lelah dan badan sakit

semua. Pasien dinyatakan sakit ginjal

kronik sejak 1 tahun yang lalu dan

rutin cuci darah 2x/minggu. Keluarga

mengatakan pasien masih sulit untuk

mengurangi minum. Pasien memiliki

riwayat Hipertensi sejak 10 tahun

yang lalu.

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, edema pada bawah dengan derajat

pitting edema pada derajat 2. Anjuran diet Ginjal

1700 Kkal/Hari, dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari

Pemeriksaan laboratorium (04/01/2014) :

hemoglobin : 8,2 mg/dl, Ht : 24 mg/dl , ureum

288 mg/dl, creatinin 16,8 mg/dl, GDS : 203

mg/dl. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(04/01/2014) : pH : 7,367; PCO2 : 33,3; PO2 :

147,2; BP 753; HCO3 : 18,7; O2 saturasi 98,8;

BE –5,6; total CO2 : 19,7. Elektrolit : natrium :

131 mmol/l, kalium : 154 mmol/l; clorida 92

mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF, residual : ketidakpatuhan terhadap restriksi

cairan

Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 14 hari perawatan di

ruang penyakit dalam lantai 5 selatan

pasien sesak napas sudah berkurang,

edema ekstremitas atas sudah tidak ada,

edema ekstremitas bawah dengan derajat

pitting edema derajat 1, Frekuensi napas :

22 x/menit, TD : 150/80 mmHg, nadi : 92

x/menit. Jumlah output urin tampung

dalam 24 jam : 800 cc (dengan lasik 3 x 40

mg/24 jam, intravena). pasien

mendapatkan 2 kali terapi hemodialisis dan

dianjurkan untuk pulang pada hari ke-12

dan melanjutkan terapi hemodialisis. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada model

fisiologis cairan dan elektrolit adaptif

setelah hari ke 10, pasien menunjukkan

dapat mengontrol minum meski dengan

sedikit pengawasan dengan IDWG 1 kg

dan perilaku pada mode konsep diri adaptif

setelah hari ke-12 perawatan.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 172: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 147 -

Universitas Indonesia

16. Tn. DS, 33 tahun,

laki-laki, islam,

status : menikah,

suku : jawa, SMA,

tidak bekerja.

Masuk RS :

09/02/2014

Pengkajian :

12/02/2014

Diagnosa Medis : CKD Stage V

Overload, Efusi Pleura keluhan

utama : pasien mengalami penurunan

kesadaran, tingkat kesadaran

delirium. Berdasarkan wawancara

dengan keluarga didapatkan bahwa

sejak 2 bulan SMRS pasien

mengeluh sesak napas yang semain

berat disertai nyeri dada kadang

kadang, nyeri seerti ditusuk tusk

berdasarkan keterangan keluarga dan

berkurang dengan istirahat. Keluarga

juga mengatakan perut tampak

buncit. Pasien menderita gagal ginjal

kronik dan memiliki riwayat

hipertensi sejak 3 tahun yang lalu.

Pasien sudah ½ tahun tidak menjalani

HD lagi. Pasien datang ke IGD RS

Fatmawati dalam keadaan tidak

sadar.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

140/90 mmHg, nadi : 102 x/menit, frekuensi

napas : 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

delirium konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik.

Pasien tampak sesak napas (terpasang O2 Nasal

canule 3 LPM), suara napas vesikuler, Ronchi (-),

whezzing (+), CRT > 3 detik, tampak pucat, akral

dingin, JVP 5+2 cmH2O, tidak terdapat edema

pada ekstremitas. Terdapat ascites dengan lingkar

perut 105 cm. Anjuran diet Ginjal 1700

Kkal/Hari, dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari.

Pemeriksaan Rontgen Thorak (13/02/2014) :

kardiomegali dengan awal bendungan paru,

pneumonia dengan efusi pleura kanan.

Pemeriksaan laboratorium (12/02/2014) :

hemoglobin : 8,0 mg/dl, Ht : 24 mg/dl , ureum

135 mg/dl, creatinin 6,2 mg/dl, GDS : 81 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(13/02/2014) : pH : 7,371; PCO2 : 33,3; PO2 :

143,9; BP 751; HCO3 : 18,8; O2 saturasi 98,8;

BE –5,4; total CO2 : 19,7. Elektrolit : natrium :

134 mmol/l, kalium : 4,32 mmol/l; clorida 103

mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF, residual : ketidakpatuhan terhadap restriksi

cairan dan terapi penatalaksanaan dengan

Masalah keperawatan yang muncul:

Kelebihan volume cairan, nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, Intoleransi Aktivitas,

cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 8 hari perawatan di ruang

HCU lantai 5 selatan pasien masih sesak

napas, masih terdapat ascites dengan

lingkar perut 95 cm, Frekuensi napas : 24

x/menit, TD : 150/80 mmHg, nadi : 98

x/menit. Jumlah output urin tampung

dalam 24 jam : 800 cc (dengan lasik 3 x 40

mg/24 jam, intravena).

Pasien dilakukan pungsi ascites

(14/02/2014) : pungsi ascites 3 x 25 ml

cairan dialirkan sebanyak 1300 ml, dengan

analisa cairan ascites : warna kuning agak

keruh dengan jumlah sel secara

mikroskopis 1,000/UL.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 173: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 148 -

Universitas Indonesia

Hemodialisis Pada hari perawatan ke 9 pasien

mengalami penurunan kesadaran, koma,

TD : 80/60 mmHg dan makin drop

hemodinamika tubuh tidak stabil. Pasien

tidak mampu beradaptasi secara fisik dan

psikologi terhadap stimulus fokal,

konstektual dan residual. Pasien meninggal

pada hari perawatan ke 9.

17. Tn. H, 59 tahun,

laki-laki, islam, suku

: sunda, tamat

akademi, PNS

Masuk RS :

19/02/2014

Pengkajian :

24/02/2014

Diagnosa Medis : CKD Stage V On

HD, Syok Hipovolemik. keluhan

utama : pasien mengalami penurunan

kesadaran, tingkat kesadaran

delirium dan tampak sesak, dengan

RR : 28 x/menit (terpasang nasal

canul 3 LPM). Berdasarkan

wawancara dengan keluarga

didapatkan data pasien sudah

mengeluh badannya makin lama

makin lemas sejak 1 minggu SMRS,

tidak nafsu makan dan mual tetapi

tidak pernah muntah. Pasien juga

mengalami demam ± 1 bulan, demam

naik turun. Pasien menderita gagal

ginjal kronik sejak 5 tahun dengan

HD rutin di RS OMNI, pasien

memiliki riwayat hipertensi sejak 10

tahun yang lalu.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

130/90 mmHg, nadi : 98 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran delirium

konjungtiva anemis, sklera tidak iketrik. Pasien

tampak sesak napas (terpasang O2 Nasal canule 3

LPM), suara napas vesikuler, Ronchi (-),

whezzing (-), CRT > 3 detik, tampak pucat, akral

dingin, bibir kering, JVP 5+2 cmH2O, terdapat

edema pada ekstremitas bawah dengan pitting

edema derajat. Anjuran diet Ginjal 1700

Kkal/Hari Protein 1,2 gr/KgBB/Hari, dengan

restriksi cairan 600-800 cc/hari. TB : 178 cm, BB

: 67 Kg.

Pada tanggal 27/02/2014 pasien mengalami

gelisah bicara merancau kesadaran deliirium. RR

: 30 x/menit (dengan O2 simple mask 6 LPM),

TD : 120/60 mmHg, N : 108 x/menit. Nilai

Ureum :229 gr/dl; creatinin : 11,9 gr/dl. Produksi

urin 24 jam : 10 cc, dengan BC (24 jam ) : + 495

Masalah keperawatan yang muncul:

Kelebihan volume cairan, nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, perfusi jaringan

serebra, Intoleransi Aktivitas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 10 hari perawatan di

ruang HCU lantai 5 selatan pasien masih

sesak napas, Frekuensi napas : 28 x/menit,

TD : 110/60 mmHg, nadi : 98 x/menit.

Jumlah output urin tampung dalam 24 jam

: 10 cc (dengan lasik 3 x 40 mg/24 jam,

intravena). BC (24 jam ) : + 455 cc.

Pada hari perawatan ke 12 pasien

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 174: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 149 -

Universitas Indonesia

cc. Sudah tidak ada edema pada ekstremitas

bawah

Pemeriksaan Rontgen Thorak (19/02/2014) :

perselubungan paru (+) di lobus paru kanan,

infiltrat (+) di kedua lapang paru.

Pemeriksaan laboratorium (21/02/2014) :

hemoglobin : 12,2 mg/dl, Ht : 37 mg/dl , ureum

118 mg/dl, creatinin 5,7 mg/dl, GDS : 77 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(21/02/2014) : pH : 7,435; PCO2 : 36,9; PO2 :

65,9; BP 755; HCO3 : 24,2; O2 saturasi 93,7; BE

0,3; total CO2 : 25,4. Elektrolit : natrium : 142

mmol/l, kalium : 5,92 mmol/l; clorida 96 mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :syok

hipovolemik, residual : ketidakpatuhan terhadap

restriksi cairan

mengalami penurunan kesadaran, koma,

hemodinamika tubuh tidak stabil. Pasien

tidak mampu beradaptasi secara fisik dan

psikologi terhadap stimulus fokal,

konstektua dan residual. Pasien meninggal

pada hari perawatan ke 12.

18. Ny. DP, 64 tahun,

perempuan, islam,

suku sunda, status

menikah , tidak

bekerja.

Masuk RS :

02/03/2014

Pengkajian :

03/03/2014

Diagnosa Medis : CKD Stage V dan

CHF, keluhan utama : sesak napas

berat terutama saat tiduran dan

berkurang dengan duduk. Sesak

napas disertai nyeri dada yang hilang

timbul, nyeri seperti ditusuk-tusuk.

Pasien dinyatakan mengalami

penyakit gagal ginjal sejak 4 tahun

yang lalu. Pasien memiliki riwayat

penyakit hipertensi dan DM sejak 10

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

150/90 mmHg, nadi : 96 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, tidak terdapat edema. Anjuran diet

Ginjal 1700 Kkal/Hari, pasien makan ½ porsi dari

diet yang disediakan (850 Kkal/hari). Pasien

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 175: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 150 -

Universitas Indonesia

tahun yang lalu. mendapatkan restriksi cairan 600 cc/hari. Resiko

jatuh (Morse) : 45 (tidak beresiko). Balance

cairan : + 200 cc/24 jam.

Pemeriksaan laboratorium (05/03/2014) :

hemoglobin : 7,2 mg/dl, Ht : 22 mg/dl , ureum

143 mg/dl, creatinin 10,0 mg/dl, GDS : 86 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(03/03/20143) : pH : 7,350; PCO2 : 39,5; PO2 :

57,6; BP 753; HCO3 : 21,3 ; O2 saturasi 88,8 ;

BE -3,9; total CO2 22,5. Elektrolit : natrium : 137

mmol/l, kalium : 4,95 mmol/l; clorida 106

mmol/l.

Pemeriksaan darah tepi (04/03/2013) : anemia

normositik normokrom dengan leukopenia

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan Anemia, residual : ketidakpatuhan

terhadap terapi pengobatan

Evaluasi : setelah 7 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, tidak

terdapat edema pada ekstremitas bawah.

Frekuensi napas : 24 x/menit, TD : 160/80

mmHg, nadi : 88 x/menit. Jumlah output

urin tampung dalam 24 jam : 800 cc

(dengan injeksi lasik 40 mg/ 24 jam. pasien

mendapatkan 4 kali terapi hemodialisis dan

dianjurkan untuk pulang pada hari ke 12

dan melanjutkan terapi hemodialisis. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada model

fisiologis cairan dan elektrolit adaptif

setelah hari ke 12, pasien menunjukkan

dapat mengontrol minum meski dengan

sedikit pengawasan dengan IDWG 2 kg

diantara penatalaksanaan HD dan perilaku

pada mode konsep diri adaptif setelah hari

ke-12 perawatan

19. Ny. EM, 58 tahun,

perempuan, kristen,

status : menikah,

tamat SMP,

pekerjaan : IRT

Masuk RS :

06/03/2014

Pengkajian :

07/03/2014

Diagnosa Medis : CKD Stage V

overload, DM dan CHF, keluhan

utama : sesak napas berat terutama

saat tiduran dan berkurang dengan

duduk. Sesak napas disertai nyeri

dada yang hilang timbul, nyeri

seperti ditusuk-tusuk. Pasien tidak

bisa tidur terlentang. Untuk

melakukan aktivitas pasien dibantu

oleh keluarga. Pasien dinyatakan

mengalami penyakit gagal ginjal

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

160/100 mmHg, nadi : 96 x/menit, frekuensi

napas : 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, pasien mengalami edema anasarka

dengan derajat pitting edema derajat 4. Anjuran

diet Ginjal 1700 Kkal/Hari. Pasien mendapatkan

restriksi cairan 600 cc/hari. Resiko jatuh (Morse)

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 176: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 151 -

Universitas Indonesia

sejak 1 tahun yang lalu. Pasien

memiliki riwayat penyakit hipertensi

dan DM sejak 25 tahun yang lalu.

Pasien mendapatkan lantus 1 x 10 IU.

Pasien pernah dirawat 1 bulan yang

lalu dengan penyakit yang sama.

: 25 (resiko sedang). Balance cairan : - 150 cc/24

jam.

Pemeriksaan laboratorium (05/03/2014) :

hemoglobin : 7,5 mg/dl, Ht : 24 mg/dl , ureum

123 mg/dl, creatinin 7,8 mg/dl, GDS : 86 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(05/03/20143) : pH : 7,247; PCO2 : 55,8; PO2 :

195; ,5 BP 753; HCO3 : 23,8 ; O2 saturasi 99,1 ;

BE -4,3; total CO2 25,5. Elektrolit : natrium : 141

mmol/l, kalium : 4,73 mmol/l; clorida 110

mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan Anemia, residual : ketidakpatuhan

terhadap terapi pengobatan

Evaluasi : setelah 7 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, edema

anasarka dengan pitting edema derajat 3.

Frekuensi napas : 24 x/menit, TD : 160/80

mmHg, nadi : 88 x/menit. Jumlah output

urin tampung dalam 24 jam : 800 cc

(dengan injeksi lasik 40 mg/ 24 jam. Pasien

juga belum dapat mengontrol jumlah

minum sesuai anjuran. Pasien mengatakan

tidak mau dilakukan terapi hemodialisis

karena merasa belum siap dan tidak mau

merepotkan keluarga. Pasien pasrah

dengan keadaan kesehatannya dan minta

dipulangkan saja. Pasien pulang pada hari

ke-7 atas permintaan sendiri.hasil evaluasi

diperoleh perilaku pada model fisiologis

cairan dan elektrolit adaptif setelah 7 hari

perawatan, sedangkan perilaku pada mode

konsep diri, fungsi peran dan

interdependensi belum adaptif.

20. Ny. IK, 48 tahun,

perempuan, islam,

Tamat SMA,

Menikah, tidak

bekerja

Masuk RS :

Diagnosa medis : CKD stage V on

HD Overload, Hipertensi Urgency.

Keluhan utama : Sesak berat sejak 1

hari SMRS dengan Nyeri dada

dengan intensitas nyeri hilang timbul

(kadang-kadang), skala nyeri dada 3-

4 meningkat jika digunakan untuk

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

160/90 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 28 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (+), whezzing (-) saat ekspirasi,

CRT > 3 detik, tampak pucat, akral dingin, JVP

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Nyeri akut, ketidakpatuhan

Intervensi : pain management, fluid

management, fluid monitoring, nutrition

management, coping enhancement,

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 177: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 152 -

Universitas Indonesia

21/03/2014

Pengkajian :

24/03/2014

aktivitas dan berkurang dengan napas

dalam dan istirahat tidur. Pasien

mengetahui sakit ginjal sejak 2 tahun

yang lalu dan mengatakan sulit untuk

membatasi minum meskipun sudah

berusaha untuk minum sedikit sesuai

anjuran. Jumlah minum dalam sehari

± 1200 cc/ 24 jam. Pasien HD rutin 2

x/minggu. Jumlah urin dalam sehari

± 700 - 800 cc/24 jam. Pasien

memiliki riwayat CHF dan DM tipe 2

sejak ± 10 tahun yang lalu dan

berobat rutin. Obat yang diminum

ISDN, Lasik, Ascardia dan Captopril

25 mg.

5+2 cmH2O, edema pada ekstremitas bawah

dengan derajat pitting edema pada derajat 2,

tidak ada ascites. Pemeriksaan laboratorium

(21/03/2014) : hemoglobin : 10,5 mg/dl, Ht : 33

mg/dl, ureum 295 mg/dl, creatinin 9,5 mg/dl,

GDS : 254 mg/dl. Pemeriksaan analisa gas darah

(AGD) : pH : 7,420; PCO2 : 41,8; PO2 : 48,7; BP

751; HCO3 : 26,5; O2 saturasi 85,1; BE 1,8; total

CO2 27,8. Elektrolit : natrium : 136 mmol/l,

kalium : 4,24 mmol/l; clorida 105 mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

CHF dan DM, residual : ketidakpatuhan terhadap

restriksi cairan

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 7 hari perawatan diruang

penyakit dalam lantai V selatan pasien

masih sesak napas dengan Frekuensi napas

: 24 x/menit, TD : 210/100 mmHg, nadi :

102 x/menit. Jumlah output urin dalam 24

jam : 800 cc (dengan injeksi lasik 2 x 40

mg). Nyeri dada berkurang dengan skala

nyeri 2-3, sifat masih hilang timbul.

Pasien mendapatkan 4 kali terapi

hemodialisis dan dianjurkan untuk pulang

pada hari ke 12 dan melanjutkan terapi

hemodialisis. Hasil evaluasi diperoleh

perilaku pada model fisiologis cairan dan

elektrolit adaptif setelah hari ke 12, pasien

menunjukkan dapat mengontrol minum

meski dengan sedikit pengawasan dengan

IDWG 2 kg diantara penatalaksanaan HD

dan perilaku pada mode konsep diri adaptif

setelah hari ke-12 perawatan

21. Ny. YR, 64 tahun, Diagnosa Medis : CKD Stage V dan Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD : Masalah keperawatan yang muncul:

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 178: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 153 -

Universitas Indonesia

perempuan, islam,

tamat SMA,

menikah, tidak

bekerja

Masuk RS :

22/03/2014

Pengkajian :

24/03/2014

Anemia, keluhan utama : sesak napas

berat terutama saat tiduran dan

berkurang dengan duduk. Pasien

memiliki riwayat CKD sejak 2 tahun

yang lalu, dan hipertensi 10 tahun

yang lalu dengan pengobatan tidak

rutin. Pasien dianjurkan untuk

menjalani terapi hemodialisa. Pasien

merasa semakin lemas dan tidak

nafsu makan, lemas, pusing, mual

dan makan hanya habis 1 sendok.

Frekuensi dan jumlah air kencing

berkurang ± 600 cc/24 jam.

140/80 mmHg, nadi : 82 x/menit, frekuensi napas

: 24 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, edema pada ekstremitas bawah dengan

derajat pitting edema pada derajat 2, tidak

terdapat ascites. Anjuran diet Ginjal 1700

Kkal/Hari, dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari. Resiko jatuh (Morse) : 45 (tidak beresiko)

Pemeriksaan laboratorium (22/02/2014) :

hemoglobin : 8,6 mg/dl, Ht : 26 mg/dl , ureum

102 mg/dl, creatinin 5,7 mg/dl, GDS : 158 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(22/02/2014) : pH : 7,128; PCO2 : 15,3; PO2 :

123; BP 745; HCO3 : 6,5 ; O2 saturasi 97,9 ; BE

-13,8; total CO2 11. Elektrolit : natrium : 138

mmol/l, kalium : 5,28 mmol/l; clorida 110

mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

Anemia, residual : ketidakpatuhan terhadap terapi

pengobatan

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutritiin management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 8 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, tidak

terdapat edema pada ekstremitas bawah.

Frekuensi napas : 20 x/menit, TD : 150/80

mmHg, nadi : 90 x/menit. Jumlah output

urin tampung dalam 24 jam : 800 cc

(dengan lasik drip 40 mg/ 24 jam. pasien

mendapatkan 4 kali terapi hemodialisis dan

dianjurkan untuk pulang pada hari ke 12

dan melanjutkan terapi hemodialisis. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada model

fisiologis cairan dan elektrolit adaptif

setelah hari ke 12, pasien menunjukkan

dapat mengontrol minum meski dengan

sedikit pengawasan dengan IDWG 1,5 kg

diantara penatalaksanaan HD dan perilaku

pada mode konsep diri adaptif setelah hari

ke-12 perawatan

22. Ny. UM, 52 tahun, Diagnosa Medis : CKD Stage V DM Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD : Masalah keperawatan yang muncul:

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 179: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 154 -

Universitas Indonesia

perempuan, islam,

Status : Menikah,

Tamat SMP, tidak

bekerja

tipe 2 dan Hipertensi, keluhan utama

: sesak napas berat 3 hari SMRS,

sesak bertambah jika digunakan

untuk aktivitas dan berkurang dengan

duduk. Pasien memiliki riwayat CKD

sejak 2 tahun yang lalu, dan

dianjurkan untuk melakukan HD

tetapi belum siap. Pasien juga

memiliki riwayat penyakit DM dan

hipertensi 7 tahun yang lalu dengan

pengobatan tidak rutin. pasien juga

memiliki riwayat penyakit TB Paru

dengan pengobatan 6 bulan. Pasien

mengatakan masih sulit untuk

membatasi minum sesuai anjuran

apalagi saat udara terasa panas.

Frekuensi dan jumlah air kencing

berkurang ± 600- 800 cc/24 jam.

190/90 mmHg, nadi : 82 x/menit, frekuensi napas

: 24 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak sesak napas, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin, JVP 5+2

cmH2O, edema pada ekstremitas bawah dengan

derajat pitting edema pada derajat 3, tidak

terdapat ascites. Anjuran diet Ginjal 1700

Kkal/Hari, dengan restriksi cairan 600-800

cc/hari. Resiko jatuh (Morse) : 45 (tidak beresiko)

Pemeriksaan laboratorium (22/02/2014) :

hemoglobin : 8,6 mg/dl, Ht : 26 mg/dl , ureum

102 mg/dl, creatinin 5,7 mg/dl, GDS : 158 mg/dl.

Pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

(22/02/2014) : pH : 7,128; PCO2 : 15,3; PO2 :

123; BP 745; HCO3 : 6,5 ; O2 saturasi 97,9 ; BE

-13,8; total CO2 11. Elektrolit : natrium : 138

mmol/l, kalium : 5,28 mmol/l; clorida 110

mmol/l.

Stimulus fokal : CKD overload, konstektual :

Anemia, residual : ketidakpatuhan terhadap terapi

pengobatan

gangguan pola napas, kelebihan volume

cairan, Intoleransi Aktivitas, cemas

Intervensi : fluid management, fluid

monitoring, nutrition management,

manajemen energi, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah 8 hari perawatan di ruang

penyakit dalam lantai 5 selatan pasien

sesak napas sudah berkurang, edema

ekstremitas bawah dengan derajat edema

pada derajat 1. Frekuensi napas : 22

x/menit, TD : 160/90 mmHg, nadi : 90

x/menit. Jumlah output urin tampung

dalam 24 jam : 800 cc (dengan lasik drip

40 mg/ 24 jam. pasien mendapatkan 4 kali

terapi hemodialisis dan dianjurkan untuk

pulang pada hari ke 12 dan melanjutkan

terapi hemodialisis. Hasil evaluasi

diperoleh perilaku pada model fisiologis

cairan dan elektrolit adaptif setelah hari ke

12, pasien menunjukkan dapat mengontrol

minum meski dengan sedikit pengawasan

dengan IDWG 1,5 kg diantara

penatalaksanaan HD dan perilaku pada

mode konsep diri adaptif setelah hari ke-12

perawatan

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 180: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 155 -

Universitas Indonesia

23. Ny. AD, 51 tahun,

perempuan,islam,

status : janda, tamat

SMA, tidak bekerja.

Masuk RS :

2/10/2013

Pengkajian :

7/10/2013

Diagnosa Medis : batu Pielum kiri,

batu cetak multipel pole inferior.

Keluhan utama : nyeri pada luka

insisi operasi di perut kuadran II,

nyeri seperti teriris dengan skala

nyeri 6-7, nyeri bersifat terus

menerus dan bertambah jika

digunakan untuk bergerak. Pasien

semalam tdak bisa tidur karena

merasakan nyeri.

Pasien mengeluh nyeri hilang timbul

sejak bulan mei 2013 dan

diperiksakan ke RS Fatmawati dan

didiagnosa batu ginjal sehingga

direncanakan operasi di bulan

oktober.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

150/90 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 20 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak kesakitan dan menyatakan

sakit di daerah perut kiri atas di kuadran II

dengan luka operasi post op extended

pyelolitotomi dan pemasangan DJ Stent hari 1

dengan kualitas nyeri seperti teriris, skala 6-7,

nyeri dirasakan terus menerus, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, tampak pucat, akral dingin. Terpasang

kateter dengan warna urin kuning dengan sedikit

keruh.

Balutan luka operasi kering, tidak ada rembesan

pada balutan, terpasang drain dengan produksi

darah segar Pasien juga mengeluhkan tidak bisa

tidur sejak semalam karena merasakan sakit yang

sangat.

Pemeriksaan laboratorium (04/10/2013) :

hemoglobin : 9,1 mg/dl, Ht : 28 mg/dl, lekosit :

18,7 ribu mg/dl, ureum 17 mg/dl, creatinin 0,7

mg/dl, GDS : 76 mg/dl. Elektrolit : natrium : 142

mmol/l, kalium : 4,21 mmol/l; clorida 110

mmol/l.

Stimulus fokal : batu ginjal , konstektual :

tindakan operasi, residual : mekanisme koping

tidak efektif

Masalah keperawatan yang muncul: nyeri,

ganghuan pola tidur, cemas

Intervensi : monitor tanda vital dan

hemodinamika tubuh, pain management,

sleep management, manajemen perawatan

luka, manajemen energi, coping

enhancement, teaching individual and

family.

Evaluasi : setelah 3 hari perawatan di ruang

bedah lantai 4 selatan, nyeri pasien

berkurang pada skala 3-4,nyeri seperti

teriris dengan nyeri hilang timbul. Drain

luka di aff dan tidak ada rembesan. Balutan

luka kering, jahitan luka kering tidak ada

pus. Hasil evaluasi diperoleh perilaku pada

mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran

dan interdependensi menunjukkan perilaku

yang adaptif.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 181: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 156 -

Universitas Indonesia

24. Tn. A, 55 tahun,

laki-laki, status :

menikah, tamat SD,

swasta

Pengkajian di poli

Bedah urologi :

13/10/2013

Diagnosa Medis : batu ureter

bilateral.

Keluhan utama : pasien mengeluh

nyeri dan pegal di kedua pinggang.

Nyeri berlangsung terus menerus,

terasa seperti senut –senut dan

terkadang perih, nyeri dirasakan pada

skala 4-5, dan nyeri dirasa sangat

menganggu aktivitas

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

140/90 mmHg, nadi : 82 x/menit, frekuensi napas

: 18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Pasien tampak menahan sakit,

suara napas vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-),

CRT < 3 detik, akral hangat. Pasien direncanakan

untuk dilakukan tindakan operasi pemasangan DJ

STent

Pemeriksaan USG (09/10/2013) : hidronefrosis

bilateral dapat disebabkan batu ureter.

Pemeriksaan laboratorium (12/10/2013) : waktu

protrombin : 11,4 (11,8-14,4 detik), INR : 0,8,

APTT : 25,3 (25,9-39,5 detik). Penanda tumor

(PSA) : 2,77 (<4,0 ng/ml)

Stimulus fokal : batu ureter , konstektual :

tindakan operasi, residual : mekanisme koping

tidak efektif

Masalah keperawatan yang muncul: nyeri

dan cemas terapi pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital dan pain

management, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah intervensi 1 x 30 menit,

yang praktikan berikan pasien mengatakan

mampu mengontrol nyeri dan mampu

melaksanakan manajemen nyeri yang telah

diajarkan. Pasien juga mengatakan siap

untuk menjalani perawatan dan pengobatan

yang akan datang serta operasi pemasangan

DJ Stent. Hasil evaluasi diperoleh perilaku

pada mode fisiologis, konsep diri, fungsi

peran dan interdependensi menunjukkan

perilaku yang adaptif.

25. Tn. SS, 59 tahun,

laki-laki, status :

menikah, suku :

melayu, pekerjaan :

wiraswasta, tamat

SMA.

Diagnosa Medis : batu ureter distal

kanan.

Keluhan utama : pasien mengeluh

nyeri dan pegal di kedua pinggang.

Nyeri berlangsung hilang timbul,

terasa seperti berdenyut dan

terkadang perih, nyeri dirasakan pada

skala 4-5, dan nyeri dirasa sangat

menganggu aktivitas

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

100/60 mmHg, nadi : 80 x/menit, frekuensi napas

: 18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Pasien tampak menahan sakit,

suara napas vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-),

CRT < 3 detik, akral hangat. Pada tanggal

25/03/2014 pasien menjalani operasi

ureterolitotomi dekstra dan pasang DJ stent. Pada

post operasi hari 1 pasien mengeluhkan nyeri di

perut kanan kuadran III, nyeri seperti berdenyut,

Masalah keperawatan yang muncul: nyeri

dan cemas terapi pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital dan pain

management, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah intervensi hari ke 2

perawatan, pasien mengatakan mampu

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 182: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 157 -

Universitas Indonesia

dengan skala nyeri 5-6. Pasien tampak meringis

kesakitan. Balutan luka kering, terpasang drain

dengan produksi drain darah, dengan volume ± 5

ml.

Pemeriksaan laboratorium (12/03/2014) : Hb :

14,7 mg/dl, Ht : 42 %, APTT : 26,1 (25,9-39,5

detik), Ko APTT : 31,5, PT : 12,4 INR: 0,90

Stimulus fokal : batu ureter , konstektual :

tindakan operasi, residual : mekanisme koping

tidak efektif

mengontrol nyeri dan mampu

melaksanakan manajemen nyeri yang telah

diajarkan. Hasil evaluasi diperoleh perilaku

pada mode fisiologis, konsep diri, fungsi

peran dan interdependensi menunjukkan

perilaku yang adaptif.

26. Tn. S, 64 tahun, laki-

laki, suku : betawi,

Tamat SMA, PNS

Pemeriksaan Poli :

12/11/2013

Pasien merupakan pasien yang

berobat ke poli bedah urologi.

Diagnosa Keperawatan : Kanker

Prostat

Keluhan utama : pasien mengeluhkan

kemaluannya (penisnya) membesar

dan tidak sembuh sembuh. Pasien

mengatakan BAK sering tidak tuntas

dan panas, pasien sering kencing di

malam hari 3x/malam.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

130/80 mmHg, nadi : 88x/menit, frekuensi napas

: 18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Suara napas vesikuler, Ronchi (-),

whezzing (-), CRT < 3 detik, akral hangat.

Pasien mendapatkan penatalaksanaan Pro

Kemoterapi. Pasien tampak cemas dan tidak tahu

tentang prosedur kemoterapi.

Pemeriksaan PSA (22/02/2013) :

PSA : 41 ng/ml (<3,0), PAP : 37,81 ng/ml (0-5

ng/ml) dan FPSA : 36,88 (<0,7).

Masalah keperawatan yang muncul: nyeri

dan cemas terapi pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital dan pain

management, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah intervensi 1 x 30 menit,

yang praktikan berikan pasien mengatakan

mampu mengontrol nyeri dan mampu

melaksanakan manajemen nyeri yang telah

diajarkan. Pasien juga mengatakan siap

untuk menjalani perawatan dan pengobatan

yang akan datang. Hasil evaluasi diperoleh

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 183: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 158 -

Universitas Indonesia

Pemeriksaan Biopsi (09/12/2012) :

Adenokarsinoma prostat, berdiferensisi sedang

(pT2C) gleason score : 4+3, derajat anaplasia inti

: 2

Stimulus fokal : keganasan prostat, konstektual :

tindakan kemoterapi, residual : mekanisme

koping tidak efektif

perilaku pada mode fisiologis, konsep diri,

fungsi peran dan interdependensi

menunjukkan perilaku yang adaptif.

27. Tn. MD, 58 tahun,

islam, tamat

perguruan tinggi,

Kawin, Swasta

Masuk RS :

27/03/2014

Pengkajian :

27/03/2014

Diagnosa Medis : gross hematuri

dengan Tumor Buli.

Keluhan utama : pasien mengatakan

nyeri di daerah vesica urinaria dan

supra pubis, nyeri dengan skala 6-7

dengan kualitas panas dan terbakar.

Pasien juga mengeluhkan kencing

berdarah sejak 1 bulan yang lalu,

pasien datang ke poli dan diberikan

obat serta direncanakan operasi 2

bulan kemudian, namun 2 minggu

SMRS pasien mengalami kencing

berdarah, sehingga pasien datang ke

IGD untuk dirawat, dan kemudian

pasien mendapatkan perawatan di

ruang bedah lantai IV selatan.

Pasien dengan riwayat kanker buli,

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

120/100 mmHg, nadi : 120 x/menit, frekuensi

napas : 22 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Pasien tampak menahan sakit,

suara napas vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-),

CRT < 3 detik, akral hangat. BAK keluar darah

masif.

Pasien dilakukan irigasi kandung kemih

menggunakan Nacl 0,9 % selama 7 hari, dengan

perdarahan makin lama makin berkurang.

Pemeriksaan laboratorium (27/03/2014) : Hb :

10,4 mg/dl, Ht : 32 %, VER : 81,2, HER : 26,4 :

RDW : 14,6 SGOT : 88 SGPT : 63, ureum : 109,

creatinin 3,7, APTT : 26,1 (25,9-39,5 detik), Ko

APTT : 31,5, Ko PT : 13 INR: 0,96

Masalah keperawatan yang muncul: nyeri,

resiko defisit Volume cairan dan elektrolit

dan cemas terapi pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital dan

monitor tanda syoh hipovolemik, monitor

balance cairan, pain management, coping

enhancement, teaching individual and

family.

Evaluasi : setelah intervensi hari ke 10

perawatan, pasien mengatakan mampu

mengontrol nyeri dan mampu

melaksanakan manajemen nyeri yang telah

diajarkan, perdarahan terkontrol urin

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 184: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 159 -

Universitas Indonesia

dan sudah dijadwalkan sejak 22 april

2014.

Stimulus fokal : Kanker Buli , konstektual :

Perdarahan masif, residual : mekanisme koping

tidak efektif

berwarna jernih orange kemerahan. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada mode

fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan

interdependensi menunjukkan perilaku

yang adaptif.

28. Ny. NS, 49 tahun,

islam, suku sunda,

Tamat SMA,

Menikah, Tidak

Bekerja

Mausk RS :

21/11/2013

Pengkajian :

22/11/2013

Diagnosa : Tumor Ginjal kanan

Keluhan utama : pasien mengeluh

lemas, nyeri di pinggang ± 3 bulan

SMRS, dan benjolan di pinggang

kanan (ginjal teraba membesar) ± 3

minggu SMRS. Pasien memiliki

riwayat abses retroperitoneal,

hidronefrosis, dan nefrolithiasis

ginjal kanan. Pasien juga memiliki

riwayat penyakit ginjal sejak tahun

2003.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

120/80 mmHg, nadi : 100 x/menit, frekuensi

napas : 18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva anemis, sklera tidak

iketrik. Pasien tampak menahan sakit, suara napas

vesikuler, Ronchi (-), whezzing (-), CRT < 3

detik, akral dingin. BAK Spontan jumlah urin ±

900 cc/hari, ADL Dibantu oleh keluarga dan

perawat.

Pemeriksaan laboratorium (21/11/2013) : Hb : 8,5

mg/dl, Ht : 29 %, VER : 71,2, HER : 20,7 :

RDW : 21,2 SGOT : 27 Stimulus fokal : Tumor

Ginjal , konstektual : , residual : mekanisme

koping tidak efektif

Masalah keperawatan yang muncul: nyeri,

intoleransi aktivitas, cemas akan terapi

pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital, pain

management, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah intervensi hari ke 14

perawatan, pasien mengatakan mampu

mengontrol nyeri dan mampu

melaksanakan manajemen nyeri yang telah

diajarkan, tetapi mengatakan badannya

masih lemas. Hasil evaluasi diperoleh

perilaku pada mode fisiologis, konsep diri,

fungsi peran dan interdependensi

menunjukkan perilaku yang adaptif.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 185: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 160 -

Universitas Indonesia

29. Tn. SP, 70 tahun,

islam, Tamat SMA,

Pensiunan PNS.

Pengkajian Poli :

08/11/2013

Diagnosa Medis : BPH

Keluhan utama : pasien mengeluh

tidak bisa BAK sejak 6 bulan SMRS.

Pasien mengatakan sulit berkemih

dan berkemih tidak tuntas dan

pancaran berkemih lemah. Pasien

terakhir ganti kateter sejak 1 bulan

yang lalu.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

130/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Suara napas vesikuler, Ronchi (-),

whezzing (-), CRT < 3 detik, akral hangat.

Terpasang kateter sudah 1 bulan belum di ganti

jumlah urin ± 1200-1500 cc/hari, kondisi kateter

kotor, terdapat krusta atau kerak di ujung selang

kateter dengan uretra dan di dalam selang

kantong urin.

Pemeriksaan USG (08/07/2013) :

Kesan : multipel cyst di pole tengah ginjal kiri,

BPH.

Prostat membesar permukaan reguler. Tidak ada

batu. Volume buli maksimum 60 cc, volume post

vid : 9,7 cc

Ukuran prostat : 3,3 x 4,6 x 3,8 cm (± vol 28 cc)

Stimulus fokal : BPH , konstektual : penuaan ,

residual : mekanisme koping tidak efektif

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan eliminasi urin : inkontinensia

urin, cemas akan terapi pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital, , coping

enhancement, teaching individual and

family.

Evaluasi : setelah intervensi 1 x 30 menit,

kateter bersih, kantong urin bersih dan

masih kosong. Pasien mengatakan

menjadi tahu tentang cara melakukan

perawatan kateter.

Hasil evaluasi diperoleh perilaku pada

mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran

dan interdependensi menunjukkan perilaku

yang adaptif.

30. Tn. MS, 77 tahun,

laki-laki, islam,

tamat SD, menikah,

pedagang.

Masuk RS :

17/03/2014

Diagnosa Medis : BPH

Keluhan utama : pasien mengeluh

tidak bisa BAK sejak 6 bulan SMRS.

Pasien mengatakan sulit memulai

untuk berkemih dan pancaran

berkemih lemah. Pasien mengatakan

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

120/70 mmHg, nadi : 80 x/menit, frekuensi napas

: 18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Suara napas vesikuler, Ronchi (-),

whezzing (-), CRT < 3 detik, akral hangat.

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan eliminasi urin : inkontinensia

urin, cemas akan tindakan operasi

Intervensi : monitor tanda vital, perawatan

kateter, coping enhancement, teaching

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 186: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 161 -

Universitas Indonesia

Pengkajian :

18/03/2014

BAK sering tiba tiba terputus dan

kemudian lancar lagi dan BAK.

Terasa tidak puas. BAK ± 8 x/hari,

keluar sedikit-sedikit, sering BAK

Malam hari, BAK tidak bisa ditahan

sampai akhirnya 6 bl yang lalu pasien

tidak bisa BAK sama sekali. Tidak

ada nyeri saat BAK, tidak ada BAK

Berdarah. Pasien terpasang kateter

sejak 6 bulan yang lalu dan diganti

setiap 1 bulan sekali. Pasien dirawat

karena direncanakan untuk dilakukan

operasi TURP.

Kateter diganti 1 minggu yang lalu, jumlah urin ±

1200-1500 cc/hari, kondisi kateter bersih, urin

kuning jernih.

Pada hari perawatan ke-2 pasien mendapatkan

terapi operasi TURP. Kondisi pasien baik.

Dilakukan irigasi lambung dengan perdarahan

makin lama makin berkurang.

Pemeriksaan PSA (09/08/2013) : 16,40 ng/ml

Pemeriksaan USG (16/10/2013) :

Kesan : CKD Bilateral grade I, multipel kista

ginjal bilateral, BPH (Estimasi vol. 200 cc).

Ukuran Prostat : 8,07 x 6,70 x 7,45 dengan

estimasi vol. 200 cc. Tampak kalsifikasi, SOL (-).

Pemeriksaan Laboratorium Pre Operasi (

05/03/2014) Hb : 12,2 mg/dl, Ht : 39%, lekosit :

5,4 ribu/ul, trombosit 191 ribu/ul, eritrosit : 4,36

juta/ul. Masa perdarahan : 1,5 menit, masa

pembekuan 4,0 menit, SGOT : 14 u/L, SGPT : 7

u/L, ureum : 32 gr/dl, creatinin : 0,9 gr/dl,

natrium : 142 mmol/L, kalium : 3,9 mmol/l dan

clorida : 112 mmol/L. APTT : 32,9 detik, Ko

APTT : 34,2 detik, PT : 13,4 detik, Ko PT : 13,7

detik, INR : 0,97 detik.

Pemeriksaan Post Operasi : (19/03/2014)

Hb : 11,4 mg/dl, Ht : 36 %, Lekosit : 7,8 ribu/ul,

trombosit : 191 ribu/ul, eritrosit 3,99 juta/ul,

Natrium139 mmol/L, kalium : 4,12 mmol/l dan

individual and family.

Evaluasi : setelah intervensi hari perawatan

ke 3 setelah operasi, perdarahan kandung

mulai berkurang, warna urin dan output

irigasi berwarna kuning orange, kateter

bersih.

Pada hari ke 13 post operasi pasien sudah

tidak terpasang kateter, pasien dapat BAK

Spontan sebnayk 6 -8 kali perhari lancar

dan tanpa keluhan. Pasien pulang pada hari

ke 14 perawatan post operasi. Hasil

evaluasi diperoleh perilaku pada mode

fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan

interdependensi menunjukkan perilaku

yang adaptif.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 187: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 162 -

Universitas Indonesia

clorida : 109 mmol/L.

Stimulus fokal : BPH , konstektual : penuaan ,

residual : mekanisme koping tidak efektif

31. Tn. SA, 48 tahun,

laki-laki, Tamat

SMA, Menikah,

Wiraswasta

Pengkajian Poli :

11/11/2014

Diagnosa Medis : Hidronefrosis

kanan

Keluhan utama : pasien mengeluh

sakit pinggang sejak 1 bulan yang

lalu dan badan makin lama makin

lemas.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

90/70 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas :

18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Suara napas vesikuler, Ronchi (-),

whezzing (-), CRT < 3 detik, akral hangat. Teraba

massa yang kenyal di perut kuadran III pada

pemeriksaan palpasi abdomen.

Pemeriksaan USG (09/09/2013) :

Kesan : hidronefrosis ginjal kanan dengan

internal echo dalam pelvikalis yang melebar

(kemungkinan debris/pus), pelviokaliektasis

ringan ginjal kiri, kista ginjal kiri, vesicolitiasis ±

4,6 cm x 1,6 cm serta batu pada vesicolithiasis

junction kanan ± 1 cm, endapan debris/pus dalam

buli.

USG (11/09/2013) : batu buli 4,9 cm,

hidronefrosis kanan grade 4.

Prostat membesar permukaan reguler. Tidak ada

batu. Volume buli maksimum 60 cc, volume post

vid : 9,7 cc

Ukuran prostat : 3,3 x 4,6 x 3,8 cm (± vol 28 cc)

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan eliminasi urin : nyeri, , cemas

akan terapi pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital, pain

management , coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : setelah intervensi 1 x 30 menit,

kateter bersih, kantong urin bersih dan

masih kosong. Pasien mengatakan

menjadi tahu tentang cara melakukan

perawatan kateter.

Hasil evaluasi diperoleh perilaku pada

mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran

dan interdependensi menunjukkan perilaku

yang adaptif.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 188: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 163 -

Universitas Indonesia

Stimulus fokal : Hidronefrosis , stimulus

konstektual : Infeksi, stimulus residual :

mekanisme koping tidak efektif

32. Tn. SS, 68 tahun,

laki-laki, islam,

tamat SMA, Swasta

Masuk RS :

19/03/2014

Pengkajian RS :

20/03/2014

Diagnosa Medis : Hidronefrosis

kanan

Keluhan utama : sejak 3 bulan

SMRS, pasien merasa saat kencing

kadang berhenti tapi bisa mengalir

lagi, tidak ada nyeri. Kemudian

pasien dipasang DJ stent sudah 3

bulan dan direncanakan dilakukan

pelepasan DJ Stent dan Pro

sistoskopi, sehingga pasien dirawat di

RS. Pasien memiliki riwayat batu

ureter proksimal sinistra.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

130/80 mmHg, nadi : 88 x/menit, frekuensi napas

: 18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Suara napas vesikuler, Ronchi (-),

whezzing (-), CRT < 3 detik, akral hangat.

Pasien dilakukan pelepasan DJ stent dan

Sistoskopi pada hari ke-3 perawatan.

Pemeriksaan Radiologi (04/04/2014) :

Kesan : terpasang DJ Stent dengan ujung

proksimal setinggi para vertebra L1 kiri proyeksi

ginjal kiri dan ujung distal di rongga pelvis pada

proyeksi buli. Tidak tampak batu radiopak

sepanjang traktus urinarius.

Pemeriksaan laboratorium ( 18/02/2014)

Hb : 12,1 mg/dl, Ht : 38%, lekosit : 3,5 ribu/ul,

trombosit 169 ribu/ul, eritrosit : 4,17 juta/ul.

SGOT : 17 u/L, SGPT : 21 u/L, ureum : 28 gr/dl,

creatinin :1,1 gr/dl, natrium : 142 mmol/L, kalium

: 3,9 mmol/l dan clorida : 110 mmol/L.

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan eliminasi urin : nyeri, , cemas

akan terapi pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital, pain

management, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : pasien mengatakan setelah

operasi hari ke-2 atau perawatan hari ke-5

pasien merasa lebih baik dan mengatakan

cemas berkurang

Hasil evaluasi diperoleh perilaku pada

mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran

dan interdependensi menunjukkan perilaku

yang adaptif.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 189: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 164 -

Universitas Indonesia

Stimulus fokal : Hidronefrosis , stimulus

konstektual : Pelepasan DJ Stent, stimulus

residual : mekanisme koping tidak efektif

33. Tn. DS, 60 tahun,

laki-laki, islam.

Tamat SMP, swasta.

Masuk RS :

15/03/2014

Pengkajian RS :

16/03/2014

Diagnosa Medis : Gross hematuri

akibat Trauma Uretra

Keluhan utama : pasien mengatakan

tidak bisa BAK sejak 2 hari SMRS,

dan kemaluan berdarah.

Pasien memiliki riwayat jatuh

terpeleset dan kemaluan terbentur

bak mobil pic up kemudian berdarah

(pasien terpasang Sistostomi pada

tanggal 14/03/2014), pada awalnya

berdarah dan kemudian setelah itu

pasien tidak bisa BAK.

Hasil pengkajian fisik didapatkan data : TD :

120/80 mmHg, nadi : 80 x/menit, frekuensi napas

: 18 x/menit, suhu : 370C. Kesadaran

composmentis konjungtiva tidak anemis, sklera

tidak iketrik. Suara napas vesikuler, Ronchi (-),

whezzing (-), CRT < 3 detik, akral hangat.

Pasien terpasang sistostomi sejak 2 hari dari

tanggal pengkajian , kandung kemih tidak teraba

penuh.

Pemeriksaan genitalia elsterna : tampak keluar

dari orifisium uretra, tidak tampak inflamasi,

buah pelir memar, bengkak dan terasa nyeri

diarea sekitarnya dengan nyeri skala 4-5.

Pemeriksaan Ureterosistografi 21/03/2014) :

Kesan : ruptur uretra post bulbori

Pemeriksaan laboratorium ( 21/03/2014)

Hb : 12,6 mg/dl, Ht : 36%, , trombosit 7,2 ribu/ul,

eritrosit : 3,96 juta/ul. SGOT : 31 u/L, SGPT : 23

u/L, ureum : 47 gr/dl, creatinin : 0,8 gr/dl,

Masalah keperawatan yang muncul:

gangguan eliminasi urin, nyeri, , cemas

akan terapi pengobatan

Intervensi : monitor tanda vital, pain

management, coping enhancement,

teaching individual and family.

Evaluasi : pasien mengatakan perawatan

hari ke-5 pasien merasa lebih baik dan

mengatakan cemas berkurang, tetapi ingin

segera dilakukan operasi supaya bisa BAK

normal lagi. Pasien sudah dapat melakukan

perawatan kateter secara mandiri.

Hasil evaluasi diperoleh perilaku pada

mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran

dan interdependensi menunjukkan perilaku

yang adaptif.

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014

Page 190: ANALISIS APLIKASI TEORI MODEL ADAPTASI ROY PADA PASIEN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-5/20391246-SP-Rita... · Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam asuhan keperawatan pasien

- 165 -

Universitas Indonesia

natrium : 135 mmol/L, kalium : 3,45 mmol/l dan

clorida : 97 mmol/L.

Stimulus fokal : trauma uretra, stimulus

konstektual : gangguan eliminasi urin, stimulus

residual : mekanisme koping tidak efektif

Analisis aplikasi…., Rita Dwi Hartanti, FIK UI, 2014