analisa tegangan sisa aluminium tipe 5083 pada hasil pengelasan ...
Transcript of analisa tegangan sisa aluminium tipe 5083 pada hasil pengelasan ...
ANALISA TEGANGAN SISA ALUMINIUM TIPE 5083 PADA HASIL PENGELASAN GMAW DENGAN PERLAKUAN PANAS
Bakhtiar (1), Murdjito(2), Gatot Dwi Winarto(3)
(1)Mahasiswa Teknik Kelautan (2),(3)Staf Pengajar Teknik Kelautan
ABSTRAK Aluminium 5083 banyak digunakan untuk pembuatan kapal kecil, seperti kapal patroli atau kapal perang.
Pengelasan Gas Metal Arc Welding (GMAW) merupakan las yang paling umum digunakan dalam struktur kapal.
Pada saat fabrikasi, pengelasan yang terjadi akan menimbulkan tegangan sisa (residual stress). Perlakuan panas
(annealing) dapat menurunkan nilai tegangan sisa hasil dari proses pengelasan sebelumnya. Perlakuan panas
dilakukan pada hasil pengelasan aluminium 5083 dengan dimensi 300 mm x 150 mm x 12 mm dengan proses
pengelasan GMAW. Variasi perlakuan panas dalam proses annealing ini dilakukan pada suhu 300 0C dan
holding time 1jam, 2jam, dan 3jam. Perubahan mikrostruktur diamati dilaboratorium sedangkan perhitungan
tegangan sisa menggunakan metode elemen hingga. Pada hasil akhir penelitian didapatkan penurunan nilai
tegangan sisa sebesar 54.86% pada perlakuan panas 300 oC dengan holding time tiga jam, 36.05% pada
perlakuan panas 300 oC dengan holding time dua jam, 17.87% pada perlakuan panas 300 oC dengan holding
time satu jam. Nilai terkecil pengujian tarik sebesar 275N/mm2 dan putus di daerah weld metal, dengan batas
minimal 261.25/mm2. Pengujian mikrostruktur mendapatkan ukuran butiran grain sebesar 7.283 ASTM.
Persentase kandungan struktur butiran Al 76.21% dan Mg5Al8 23.79% didaerah weld metal pada pada perlakuan
panas 300 oC dengan proses holding time tiga jam dan Ultimate Streses 262.84 Mpa.
Kata kunci : GMAW, Aluminium 5083, mikrostruktur, Perlakuan panas, Tegangan sisa.
1. PENDAHULUAN
Banyak kebutuhan akan armada kapal. Salah satu
tolak ukur dalam perkembangan kapal di Indonesia
dimulai dari skala kecil sampai dengan skala besar,
yang digunakan untuk pembangunan kapal baru
yang cukup banyak.
Proses pengelasan adalah hal yang umum
digunakan pada industry maritim. Pada struktur
bangunan laut (offshore structures), baik struktur
terpancang (fixed structure) maupun struktur
terapung (floating structure) dan struktur kapal
(ship structures) dalam setiap tahap pengerjaannya
selalu terdapat proses pengelasan. Pengelasan
merupakan proses penyambungan antara dua
bagian logam atau lebih dengan menggunakan
energi panas. Karena proses ini maka didaerah
sekitar lasan mengalami siklus termal cepat yang
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
metalurgi yang rumit, deformasi dan tegangan-
tegangan termal. Selama pengelasan, daerah di
bawah logam las akan mengalami pemuaian,
sedangkan daerah dibawahnya mencoba
menahannya. Bagian yang memuai itu akan
mengalami tegangan tekan sedangkan daerah
dibawahnya melawan dengan tegangan tarik.
Sebaliknya, selama proses pendinginan, daerah
dibawah logam las mengalami tegangan tarik dan
daerah d
Tegangan
Daerah l
lasan, da
(heat affe
terpengar
dari loga
dan kem
logam da
yang sela
termal pe
induk ada
suhu pen
perubaha
termal ad
daerah la
daerah te
las sang
Karena it
untuk m
tersebut.
pendingin
panas. D
bagaiman
terhadap
sisa dari
metode G
2. DASA
2.1. Alum
Aluminiu
dikenal s
ketahanan
beberapa
dari baja
sifatnya i
sebagai s
beban ata
dibawahnya m
n yang demik
asan terdiri d
aerah pengaru
fected zone) d
ruh proses la
am yang pada
mudian memb
asar yang ber
ama proses p
emanasan dan
alah bagian lo
ngelasan tida
an-perubahan
dalah proses p
asan. Lamany
emperatur tert
gat mempeng
tu banyak se
menentukan la
Salah satu ca
nan tersebut
Dalam tugas
nakah penga
perubahan s
hasil penge
GMAW
AR TEORI
minium.
um, logam yan
sebagai logam
n korosi tingg
cairan kimia
a atau temb
itu, paduan a
truktur suatu
au beratnya.
melawannya d
kian ini disebu
dari tiga bagi
uh panas ata
dan logam in
as. Logam las
a waktu peng
beku. Daerah
rsebelahan de
pengelasan m
n pendinginan
ogam dasar di
ak menyebab
struktur dan
emanasan dan
ya pendingina
tentu dari sua
garuhi kualit
kali usaha-us
amanya wak
ara untuk men
adalah den
s akhir ini
aruh dari pe
struktur mikro
elasan dengan
ng memiliki r
m yang ringan
gi terhadap uda
a. Massa jenis
baga. Karena
aluminium ban
konstruksi un
dengan tekana
ut tegangan si
ian yaitu loga
au daerah HA
nduk yang tid
s adalah bagi
gelasan menc
h HAZ adal
engan logam
engalami sikl
n cepat. Loga
mana panas d
bkan terjadin
n sifat. Sikl
n pendinginan
an dalam sua
atu siklus term
tas sambunga
saha pendekat
ktu pendingin
ngendalikan la
ngan perlaku
i akan dilih
erlakuan pan
o dan tegang
n menggunak
rumus kimia
n dan memil
ara , air, oli, d
snya sekitar 1
a keistimewa
nyak digunak
ntuk menguran
an.
sa.
am
AZ
dak
ian
cair
lah
las
lus
am
dan
nya
lus
n di
atu
mal
an.
tan
nan
aju
uan
hat
nas
gan
kan
Al
liki
dan
1/3
aan
kan
ngi
A
rin
te
ya
da
da
Pa
tig
kl
be
da
ca
ya
(3
(6
2.
N
in
di
ya
at
te
20
A
m
ga
sa
Aluminium dan
ngan yang m
erhadap koros
ang cukup ba
alam bidang k
an alat – alat p
aduan alumin
ga cara, yait
lasifikasi pa
erdasarkan p
apat dan tida
ara ketiga yan
aitu: Al mur
3xxx), Al-Si
6xxx), dan Al-
.2. Gas Metal
Nama lain dari
net gas (MIG
igunakan tida
ang terus-men
tmosphere me
ersebut,seperti
007). Gas pel
Argon, helium
memantapkan
as O2 antara
ampai 20% (W
Gbr. 1 Pe
n paduan alum
mempunyai k
si dan merup
aik. Logam i
kimia, listrik,
penyimpanan.
nium dapat
tu berdasarka
aduan cor
erlakuan pan
ak dapat dipe
ng berdaskan
rni (1xxx), A
(4xxx), Al-M
-Zn (7xxx).
l Arc Welding
i proses penge
G) dimana k
ak terbungku
nerus. Daerah
lalui gas yang
terlihat pada
lindung yang
atau campura
busur kadang
2 sampai 5
Wiryosumarto,
engelasan GM
minium termas
kekuatan ting
pakan konduk
ini dipakai se
bangunan, tr
diklasifikasik
an pembuatan
dan paduan
nas dengan k
erlaku – pana
unsur – unsu
Al-Cu (2xxx
Mg (5xxx),
g (GMAW)
elasan ini ada
kawat elektro
us dan sifat
h lasan terlin
g dihasilkan da
a gambar 2.4.
digunakan a
an dari keduan
g-kadang dita
% atau CO2
, 1996).
MAW atau M
suk logam
ggi, tahan
ktor listrik
ecara luas
ransportasi
kan dalam
n, dengan
n tempa,
klasifikasi
askan dan
ur paduan
x), Al-Mn
Al-Mg-Si
alah metal
oda yang
suplainya
ndung dari
ari alat las
(Genculu,
adalah gas
nya. Untuk
ambahkan
antara 5
MIG
2.3. Heat
Dalam pe
dan logam
Energi ya
berasal
tergantun
pengelasa
listrik ya
panas in
paramete
pengelasa
pengelasa
karena pr
akan tetap
Kualitas
panas yan
tegangan
antara ke
pengelesa
Persamaa
berikut;
H
2.4. Tega
Dalam p
menerima
proses b
distribusi
maka pad
termal.
berubah
pengemb
tegangan
pengelasa
yaitu : te
bebas dan
luar (Wi
sisa ini d
daerah C
t Input
engelasan, un
m pengisi dip
ang dihasilkan
dari bermac
ng pada pr
an busur listri
ang diubah m
ni sebenarn
r arus las, t
an. Paramete
an ikut memp
roses pemana
pi bergerak de
hasil pengela
ng berarti dip
dan kecepa
etiga paramet
an yang dik
an heat inpu
HI = Teg. La
Kec.
angan Sisa
proses peng
a panas peng
erjalan suhun
i suhu tidak m
da bagian yan
Sedangkan b
sehingga
angan. Hal
sisa. Tegang
an ini dapat d
egangan sisa p
n tegangan si
iryosumarto,
dapat dilihat
C mengemban
ntuk mencairk
perlukan ener
n dalam ope
cam-macam
roses pengel
ik, sumber ene
menjadi energ
nya hasil k
tegangan las,
er ketiga y
pengaruhi en
asannya tidak
engan kecepat
asan dipengar
pengaruhi jug
atan pengela
ter itu meng
kenal denga
ut dapat ditu
as x Arus Las
. Pengelasan
glesan, bagia
gelasan setem
nya berubah
merata. Karena
g dilas terjadi
bagian yang
terbentuk
inilah yang
gan sisa yang
dibagi dalam
pada bagian k
sa oleh adany
1996). Terja
dalam gamba
ng pada wak
kan logam ind
rgi yang cuku
erasi pengelas
sumber ya
lasannya. Pa
ergi berasal d
i panas. Ener
kolaborasi d
dan kecepat
yaitu kecepat
ergi pengelas
k diam ditemp
tan tertentu.
ruhi oleh ener
ga oleh arus l
san. Hubung
ghasilkan ener
an heat inp
uliskan sebag
an yang di
mpat dan selam
terus sehing
a panas terseb
i pengembang
g dingin tid
penghalang
g menimbulk
g terjadi kare
dua kelompo
konstruksi ya
ya halangan d
adinya tegang
ar 2.3. di ma
ktu pengelasa
duk
up.
san
ang
ada
dari
rgi
dari
tan
tan
san
pat
rgi
as,
gan
rgi
put.
gai
las
ma
gga
but,
gan
dak
gan
kan
ena
ok,
ang
dari
gan
ana
an.
Pe
se
pa
da
pa
se
el
pr
Pe
pa
di
2.
H
un
m
lo
pe
H
pe
se
pe
ha
da
pr
di
pr
se
m
engembangan
ehingga pada
ada daerah A
aerah A luasn
ada daerah C
edangkan pada
lastis. Pada w
roses pending
enyusutan ini
ada daerah C
iimbangi oleh
Gbr. 2 P
.5. Heat Trea
Heat treatmen
ntuk mengub
material. Aplik
ogam. Perlaku
embuatan ber
Heat treatme
endinginan un
eperti pengera
erlakuan pa
ardening, pre
an quenching.
roses di mana
ilakukan untu
roperti mater
ering terjadi
manufaktur lai
n pada C dit
daerah C terj
A terjadi tegan
nya jauh lebi
akan terjadi p
a daerah A te
waktu pengela
ginan di man
i ditahan oleh
C akan terjad
tegangan teka
Pembentukan
atment
nt adalah me
bah sifat fis
kasi yang pali
uan panas ju
rbagai materi
ent melibatk
ntuk mencapa
asan atau pelu
anas melipu
ecipitation str
. Heat treatme
a pemanasan
uk tujuan kh
rial, pemana
secara keb
in seperti pem
tahan oleh d
adi tegangan
ngan tarik. T
ih besar dari
perubahan ben
erjadi perubah
asan selesai,
na bagian C m
h daerah A, k
di tegangan t
an pada daera
n tegangan si
etode yang d
sik dan kim
ing umum ad
uga digunak
lainnya, sep
kan pemanas
ai hasil yang d
unakan materia
uti, annealin
rengthening, T
ent hanya berl
dan pendingi
husus untuk m
asan dan pe
etulan selam
mbentukan p
daerah A,
tekan dan
Tetapi bila
C, maka
ntuk tetap,
han bentuk
terjadilah
menyusut.
karena itu
tarik yang
ah A.
isa
digunakan
mia suatu
dalah pada
an dalam
perti kaca.
san atau
diinginkan
al. Teknik
ng, case
Tempering
laku untuk
inan yang
mengubah
endinginan
ma proses
panas atau
mengelas. Berikut ini adalah berbagai jenis teknik
perlakuan panas yang sering dilakukan:
1. Annealing
Anealling adalah suatu teknik yang digunakan
untuk tegangan dalam logam. Anealling biasanya
menghasilkan material yang lebih ulet dan lunak.
Ketika material yang diberi perlakuan annealing
didinginkan di dalam furnace, hal ini disebut
dengan annealing penuh. Apabila material yang
diberi perlakuan annealing didinginkan di udara
bebas, hal ini disebut normalizing heat treatment.
Selama annealing, butiran butiran yang kecil
terekristalisasi untuk membentuk butiran yang
berukuran lebih besar.
2. Case hardening
Case hardening adalah sebuah proses di mana
sebuah elemen paduan, paling sering karbon atau
nitrogen, berdifusi ke permukaan logam monolitik.
Hal ini akan menghasilkan interstitial solid solution
yang lebih keras daripada logam dasarnya, hal ini
akan meningkatkan ketahanan tanpa mengorbankan
ketangguhan.
3. Precipitation strenghtening
Beberapa logam diklasifikasikan sebagai logam
dengan pengerasan presipitasi. Ketika logam
dengan pengerasan presipitasi diberi perlakuan
quenching, semua elemen paduannya akan
terperangkap dalam campuran dan menghasilkan
logam yang lunak. Penuaan sebuah material
"solutionized" akan memungkinkan unsur-unsur
paduan untuk menyebar melalui mikrostruktur dan
membentuk partikel intermetalik. Partikel
intermetalik ini akan bernukleasi dan keluar dari
solusi dan bertindak sebagai fase penguat, sehingga
meningkatkan kekuatan paduan.
4. Quenching
Dalam pengkerasan dengan quenching, sebuah
logam (biasanya baja atau besi cor) harus
dipanaskan ke dalam fase austenitik dan kemudian
segera didinginkan. Tergantung pada paduan dan
pertimbangan lain, pendinginan dapat dilakukan
dengan udara paksa atau gas lain (seperti nitrogen),
minyak, polimer yang dilarutkan dalam air, atau air
garam. Setelah menjadi didinginkan dengan cepat,
sebagian dari austenit (tergantung pada komposisi
paduan) akan berubah menjadi martensit yang keras
getas. Kekerasan dari metal yang diquenching
tergantung pada komposisi kimia dan metode
pendinginan. Pendinginan baja tertentu apabila
terlalu cepat dapat mengakibatkan retak, dan itu
sebabnya baja kekuatan tinggi seperti AISI 4.140
harus didinginkan dalam minyak. Namun, logam
austenistik seperti stainless steel (304, 316), dan
tembaga, menghasilkan efek yang berlawanan
ketika diquenching, material tersebut harus
diannealing untuk menjadi tahan korosi.
2.6 Uji Tarik
Uji tarik adalah salah satu uji stress-strain mekanik
yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan bahan
terhadap gaya tarik. Pengujian tarik untuk
mengetahui berapa besar nilai kekuatannya dan
dimanakah letak putusnya suatu sambungan las.
Pembebanan tarik adalah pembebanan yang
diberikan pada benda dengan memberikan gaya
tarik pada arah yang berlawanan arah pada salah
satu ujung benda. Penarikan gaya terhadap beban
akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
(deformasi) bahan tersebut. Proses terjadinya
deformasi pada bahan uji adalah proses pergeseran
butiran kristal logam yang mengakibatkan
lemahnya gaya elektromagnetik setiap atom logam
hingga terlepas ikatan tersebut oleh penarikan gaya
maksimum. Pada pengujian tarik beban diberikan
secara kontinu dan pelan-pelan bertambah besar,
bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan
mengenai perpanjangan yang dialami benda uji dan
dihasilkan kurva tegangan-regangan.
Gbr. 3 Grafik Uji Tarik
2.7 Struktur Mikro Aluminium
Struktur mikro adalah bahan dalam orde kecil
(mikro). Adapun manfaat dari pengamatan struktur
mikro sendiri adalah:
1. Untuk mempelajari hubungan antara sifat-
sifat bahan dengan struktur dan cacat pada
bahan.
2. Untuk memperkirakan sifat bahan jika
hubungan tersebut sudah diketahui.
Ada beberapa alat yang digunakan untuk
mengamati struktur mikro ini, yaitu: mikroskop
cahaya, mikroskop elektron, mikroskop field-on,
mikroskop field emission, dan mikroskop sinar-X.
Hasil dari pengamatan struktur mikro ini akan
diperlihatkan berbagai fase untuk diidentifikasi.
Penyebaran dan bentuk fase dapat dipelajari dan
jika sifat-sifatnya diketahui dapat digunakan untuk
mengetahui informasi-informasi tentang sifat-sifat
spesimen. Namun pada saat ini akan dilakukan
pengamatan struktur mikro pada suatu specimen.
Pada pengamatan struktur mikro umumnya yang
diamati adalah ukuran butiran, bentuk butiran dan
larutan padat yang terbentuk, semakin halus dan
kecil bentuk butiran, kekuatan mekanis akan
bertambah baik. Larutan padat yang tersebar
merata, maka kekuatan tariknya akan bertambah
baik pula.
Gbr. 4 Struktur mikro AA5083
2.8. Metode Elemen Hingga
Metode elemen hingga adalah prosedur numerik
untuk memecahkan masalah mekanika kontinum.
Pada dasarnya elemen hingga merupakan bagian –
bagian kecil dari struktur yang aktual akan tetapi
dalam pembentukan elemen – elemen tersebut
harus memperhatikan nodal forces sehingga
didapatkan berbagai ragam deformasi elemen.
Keunggulan dari metode elemen hingga adalah
jaringan elemen – elemen yang terbentuk sangat
dekat dengan struktur aktual yang akan dikaji.
Disamping keunggulan metode elemen hingga juga
memiliki kelemahan yaitu hasil dari analisa yang
ada berupa numerik bukan suatu persamaan bentuk
tertutup yang dapat dipakai dalam memecahkan
berbagai kasus.
Penentuan tegangan dengan metode elemen hingga
didasarkan pada perhitungan regangan pada
komponen yang diperoleh dari hasil penggabungan
dari regangan tiap elemen. Untuk menyelesaikan
distribusi regangan dalam komponen digunakan
perumusan dan model matematik distribusi
regangan dengan menggunakan prinsip energi
potensial minimum pada elemen.
Untuk menghitung besarnya tegangan sisa yang
dihasilkan dalam proses pengelasan, dapat
menggunakan program ANSYS Multiphysic. Pada
program ini diawali dengan pembuatan model.
Setelah pemodelan selesai, maka tahap selanjutnya
adalah proses pembebanan. Jenis pembebanan yang
digunakan adalah beban thermal. Dari pembebanan
tersebut, nantinya akan didapatkan hasil berupa
distribusi panas, tegangan sisa.
3. PENGERJAAN
3.1. Pembuatan Spesimen
Spesimen yang digunakan adalah aluminium 5083
yang memiliki ketebalan 12 mm. Sedangkan jenis
bevel yang digunakan adalah single V groove.
Jumlah spesimen yang dibuat sebanyak empat
buah. Peralatan yang diperlukan untuk pembuatan
spesimen ini adalah gerinda, meja kerja, penjepit
benda kerja dan meteran.
3.2. Proses pengelasan GMAW
Pengelasan kali ini menggunakan las jenis GMAW
dengan gas pelindung yang digunakan adalah jenis
gas Argon dan menggunakan jenis elektroda
ER5356 diameter 1.2 mm. Parameter yang
digunakan V = 21 Volt, I = 127 A.
Gbr 5. Proses Pengelasan
Proses pengelasan diawali dengan pembuatan tack
weld pada ujung – ujung material sebagai
penyambung material agar tidak bergeser saat
dilakukan pengelasan full length seperti terlihat
pada gambar 3.3. Setelah pengelasan full length
selesai, dilakukan pengukuran suhu hasil lasan
Gbr 6. Pengukuran suhu
3.4. Perlakuan Panas
Setelah proses pengelasan spesimen akan
diperlakupanaskan pada suhu 300 oC dengan
holding time yang bervariasi, 1 jam, 2 jam, dan 3
jam. Setelah selesai dilakukan pendinginan sampai
suhu kamar.
Gbr 7. Oven
3.4. Uji metallographic
Pada tahap analisa metallographic, langkah yang
harus dilakukan adalah :
1. Cutting : pemotongan sampel spesimen
dengan ukuran 60 mm x 10 mm x 12 mm.
2. Grinding : meratakan dan menghaluskan
permukaan sampel dengan cara
menggosokkan pada kertas amplas.
3. Polishing : bertujuan untuk mendapatkan
permukaan sampel yang mengkilat seperti
cermin dengan cara menggosokkan pada
kain halus yang sebelumnya sudah ditaburi
polishing powder.
4. Etching : dengan cara mencelupkan pada
larutan kimia (1mL HF, 200mL H2O)
selama beberapa detik.
5. Melakukan pengamatan menggunakan
mikroskop electron dengan pembesaran
200x
3.5. Analisa tegangan sisa
Ada beberapa langkah untuk melakukan
analisa tegangan sisa pada program ANSYS, yaitu :
• Pembuatan model
• Memasukkan material properties (poisson
ratio, yield strenght, modulus Young,
densitas, thermal conductivity, dll)
• Meshing
• Pembebanan thermal (transient) yang
menghasilkan output thermal stress
• Output akhir yang diperoleh adalah
residual stress dan distorsion
Gambar 3.6. Pemodelan spesimen.
4. HASIL dan PEMBAHASAN
Dari percobaan yang sudah dilakukan, didapatkan
beberapa hasil pada tabel di bawah ini.
Uji Tarik:
Pemodelan ANSYS:
Berdasarkan pola distribusi tegangan total (von
missed stress) tersebut dapat diamati posisi titik
node) dan harga tegangan maksimum yang terjadi
tetap pada sambungan-Butt. Pola distribusi
tegangan menunjukkan harga tegangan sisa pada
daerah HAZ dan berangsur berkurang pada material
induk.
Struktur Mikro
Dari hasil uji mikro didapatkan ASTM Grain
sebesar 7.283. Percentase Al 76.21% dan Mg5Al8
23.79%.
5. DAFTAR PUSTAKA
Althouse, Andrew D., 1984, Modern Welding , 5th Edition, South Holland
Illinois, The Goodheart Willcox Company, Inc.
ANSYS 11 Documentation, ANSYS Theory Reference
Anam, 2008. “ Analisa Perilaku Tegangan Sisa Dan Sudut Distorsi Pada Sambungan Fillet Dengan Variasi Tebal Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga”. ITS
ASME. 2001. American Society of Mechanical Engineers Section IX. USA,
The American Society of Mechanical Engineers
ASTM, 2003, Annual book of ASTM standart vol 03.1 01, Philadhelphia,
ASTM publishing
Bandriyana, 2006. “Perhitungan Distribusi Tegangan Sisa dalam Pengelasan Sambungan–T Pada System Pemipaan”. Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2006.
Bradley, GR., James, MN. 2000. “Geometry and Microstructure of Metal Inert Gas and Friction Stir Welded Aluminium Alloy 5383-H321”.
Genculu, Semih. 2007. Structural Steel Welding. Dakota : PDH Center.
Hastuti, Farida Tri. 2010. “0analisa Pengaruh Pengelasan Fcaw Pada Sambungan Material Grade A Dengan Material Grade Dh 36”.
Perdana Putra, Yudhistira. 2005. “Analisa Tegangan Sisa dan Distorsi pada Penngelasan Fillet T-Joint denngan Metode Elemen Hingga”. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Material & Metalurgi. Fakultas Teknologi Industri. ITS. Surabaya.
Pilipenko, A. 2001. Computer simulation of
residual stress and distortion of thick
plates in multi-electrode submerged arc
welding_their mitigation techniques.
Thesis. Department of Machine Design
and Materials Technology Norwegian
University of Science and Technology
N-7491 Trondheim. Norway.
Suherman. “Ilmu Bahan I”. Diktat Jurusan Teknik Masin Fakultas Industri. ITS
Sunaryo, Hery. 2007. Teknik Pengelasan Kapal. Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Wiryosumarto, Harsono dan Toshie Okumura. 1994. Teknologi Pengelasan Logam. PT.Pradnya Paramita: Jakarta.