Analisa Semen Domba Garut

download Analisa Semen Domba Garut

of 4

Transcript of Analisa Semen Domba Garut

  • 8/6/2019 Analisa Semen Domba Garut

    1/4

    1

    KUALITAS SEMEN SEGAR PEJANTAN DOMBA GARUT DI PETERNAKANTERNAK DOMBA SEHAT, KAMPOENG TERNAK, BOGOR

    Oleh : Ajat Sudarjat

    PENDAHULUAN

    Latar BelakangSalah satu plasma nutfah asli Indonesia adalah domba garut. Sampai saat ini kelebihan domba

    garut sudah banyak disebutkan dalam berbagai pustaka. Kelebihan-kelebihan dari domba tersebutantara lain lebih cepat mencapai dewasa kelamin, dapat kawin dan beranak sepanjang tahun, mampuberadaptasi dengan baik dan tahan terhadap parasit dan penyakit serta menghasilkan anak yang lebihdari satu (prolifik) (Istiqomah, 2005). Dalam hal kemampuan reproduksi dari induk betina denganmanajemen yang baik, domba garut mampu bunting kembali kurang dari satu bulan pasca melahirkanatau dengan kata lain efisiensi reproduksinya sangat tinggi.

    Walaupun secara genetik domba garut memiliki prospek ekonomi yang tinggi, sangatdisayangkan sebagian besar sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional, sehingga manajemenpemeliharaannya belum berorientasi kepada pasar atau belum memperhitungkan untung rugi. Haltersebut disebabkan oleh rendahnya pengetahuan peternak yang notabene peternak kecil, yangmenjadikan beternak hanya sebagai usaha sambilan atau tabungan.

    Sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional tersebut pada akhirnya belum dapatmenghasilkan sumber-sumber bibit berkualitas, padahal kenyataan di lapangan menunjukkan bahwasaat ini semakin banyak peternak tradisional yang menjual ternak terbaiknya untuk memenuhikebutuhan sehari-hari. Implikasi dari itu semua adalah kita akan kehabisan bibit unggul dari dombagarut. Satu-satunya langkah penyelamatan adalah melakukan perbibitan.

    Untuk melakukan program perbibitan tentunya harus menyediakan sumber bibit yang baikmenurut standar ilmiah, sehingga keunggulannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah pula.Langkah pengujian secara ilmiah untuk mengetahui kualitas bibit pejantan adalah dengan memeriksakualitas semen segar pejantan yang akan digunakan sebagai bibit. Apabila pejantan tersebut telahmemenuhi standar kualitas maka dengan otomatis pejantan tersebut dinyatakan sebagai bibitpejantan.

    Selain untuk kebutuhan sendiri dan saat ini, maka pejantan bibit tersebut dapat juga digunakandimasa yang akan datang dan di tempat lain yang membutuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebutmaka semen dari pejantan harus diawetkan atau disimpan. Pejantan yang semennya akan diawetkanjuga harus memiliki kualitas semen sesuai standar.

    TujuanTujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kualitas semen segar pejantan di Ternak

    Domba Sehat, Kampoeng Ternak yang akan dijadikan calon bibit pejantan.

    BAHAN DAN METODE

    Tempat dan WaktuPemeriksaan ini dilakukan di Laboratorium Mini Veteriner, Ternak Domba Sehat, Kampoeng

    Ternak, Dompet Dhuafa Republika, Kampung Wangun Jaya Desa Pasir Buncir Kecamatan CaringinKabupaten Bogor. Pemeriksaan berlangsung pada tanggal 16 sampai dengan 27 Februari 2008.

    MateriMateri yang digunakan berupa 8 ekor domba garut jantan tipe tangkas berumur 2 sampai 10

    tahun, dengan berat badan antara 45 Kg sampai 65 Kg. Domba-domba tersebut dipelihara secaraintensif di dalam kandang individu, hanya dikeluarkan apabila akan digunakan untuk mengawini indukbetina atau untuk dimandikan. Pakan yang diberikan berupa rumput gajah tipe Hawai rata-ratasebanyak 10 Kg dan konsentrat sebanyak 0,5 Kg per ekor per hari. Kemudian ditambah dengan airminum secara ad libitum .

    Alat dan BahanPeralatan yang digunakan adalah timbangan digital dengan ketelitian 2 digit di belakang koma,

    tabung reaksi, rak tabung reaksi, termomoter, gelas ukur, gelas erlemeyer, pipet tetes, pembakar

    bunsen, vagina buatan dan perlengkapannya, mikroskop cahaya, gelas obyek, gelas penutup, danhaemositometer.

  • 8/6/2019 Analisa Semen Domba Garut

    2/4

    2

    Bahan yang digunakan berupa semen domba garut, NaCl fisiologis, eosin 0,2 %, eosin 2,0 %,kelly KY, kertas tissue, air dengan suhu 50 60 oC, dan alkohol.

    MetodeDomba dikelompokkan ke dalam dua kelompok berdasarkan umur. Kelompok pertama berumur

    2 3 tahun (umur produktif) dan kelompok kedua berumur 8 tahun ke atas (umur tua). Kelompokpertama merupakan anak atau keturunan dari kelompok kedua.

    Penampungan semen yang akan dievaluasi dilakukan hanya sekali, selanjutnya semen dievaluasisecara makroskopis untuk mengetahui, volume per ejakulat, warna, konsistensi, dan pH. Pemeriksaandilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui gerakan massa, motilitas, konsentrasi,daya hidup, dan abnormalitas.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    HasilHasil evaluasi kualitas semen segar secara makroskopis menunjukkan bahwa volume per

    ejakulat semen pejantan yang diperiksa adalah 1,31 0,16 ml, lebih tinggi dibandingkan dengan hasilyang diperoleh oleh Herdis (2005) sebesar 0,82 0,11 ml. Volume tersebut juga lebih tinggi daripadatemuan Cole and Cupps (1997) dan Bearden, Fuquay, and Willard (2004) masing-masing 1,00 ml. Hafezand Hafez (2000) menyatakan bahwa volume per ejakulat pada domba adalah antara 0,20 sampai

    dengan 1,20 ml. Jika dibandingkan dengan standar Kampoeng Ternak (minimal 0,80 ml), hasil tersebutmenunjukkan bahwa semua pejantan masuk standar.Untuk warna semen, konsistensi, dan pH, diperoleh hasil masing-masing secara berurutan

    adalah krem, kental dan 7,00 0,00. Secara umum hasil ini sesuai dengan standar Kampoeng Ternakdan temuan dari penelitian lainnya. Khusus pH berada pada kisaran 5,9 7,3, hampir sama dengantemuan Herdis (2005) sebesar 7,00 0,08.

    Pemeriksaan secara mikroskopis diperoleh hasil seperti tertera pada Tabel 1. Gerakan massasemen yang diperiksa semuanya berada pada kondisi positif 3 (+++), yang berarti gerakan cepatberpindah, awan tebal dan gelap, celah antara gumpalan awan satu dengan yang lainnya sedikit ataurapat (Tumbelaka, 2005). Motilitas spermatozoa sebesar 87,50 %, lebih baik jika dibandingkan denganinformasi yang diperoleh dari Herdis (2005), Hafez & Hafez (2000), Cole & Cupps (1977), dan Bearden,Fuquay & Willard (2004) yang menyatakan bahwa kisaran motilitas spermatozoa domba sebesar 60 80%. Hasil ini juga masih lebih tinggi daripada standar Kampoeng Ternak (minimal 75%). Menurut

    Toelihere (1979), motilitas atau daya gerak spermatozoa dijadikan patokan sederhana dalam penilaiankualitas semen untuk inseminasi buatan. Motilitas juga dapat menunjukkan kemampuan spermatozoauntuk mencapai saluran reproduksi betina. Dengan kualitas motilitas di atas dapat disimpulkan bahwakualitas semen hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk inseminasi buatan.

    Tabel 1. Kualitas semen segar pejantan di TDS

    Kriteria evaluasi HasilPemeriksaanKampoeng

    TernakHafez & Hafez

    (2000)Cole & Cupps

    (1977)Bearden, Fuquay &

    Willard (2004)Herdis(2005)

    Volume per

    ejakulat (ml)1,31 0,16 Minimal 0,80 0,20 1,20 1,00 1,00 0,82 0,11

    Warna Krem Krem - - - Krem

    Konsistensi Kental Kental - - - Kental

    pH 7,0 0,00 5,9 7,3 5,9 7,3 - 5,9 7,3 7,00 0,08

    Gerakan massa

    (skala 1-3)3,00 0,00 3,00 - - - 3,00 0,00

    Motilitas (%) 87,50 4,52 Minimal 75,00 60,00-80,00 75,00 75,00 74,17 2,04

    Konsentrasi (10 6

    spermatozoa/ml)4.315 843 Minimal 3.000 2.000-3.000 3.000 2.000 3.803 478

    Daya hidup (%) 94,58 2,26 Minimal 80,00 - - - 85,67 2,25

    Abnormalitas (%) 2,67 0,88 Maksimal 5,00 5,00-20,00 10,00 10,00 2,40 0,55

  • 8/6/2019 Analisa Semen Domba Garut

    3/4

    3

    Rataan konsentrasi spermatozoa hasil pemeriksaan adalah sebesar 4.315 843 jutaspermatozoa per ml. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan temuan Herdis (2005) sebesar 3.803 478 juta spermatozoa per ml dan temuan lainnya pada kisaran 2.000 3.000 juta spermatozoa per ml.Informasi ini memberikan gambaran bahwa konsentrasi spermatozoa per ml yang dihasilkan lebih tinggidari standar Kampoeng Ternak.

    Persentase daya hidup dan abnormalitas spermatozoa hasil pemeriksaan masing-masing 94,58 2,26 % dan 2,67 0,88 %. Keduanya memenuhi standar Kampoeng Ternak dan masih dalam kisaran

    normal. Temuan ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan temuan Herdis (2005) pada daya hidupsebesar 85,67 2,25 %. Namun pada abnormalitas sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan temuanyang sama. Nilai abnormalitas tersebut menunjukkan bahwa semen yang dihasilkan memiliki fertilitasyang tinggi karena menurut Hafez and Hafez (2000) semen domba yang fertil secara normal tidak bolehmemiliki spermatozoa abnormal lebih dari 15 %.

    Perbedaan hasil pemeriksaan dengan temuan lainnya terjadi karena perbedaan ternak yangdiperiksa, perlakuan terhadap ternak, dan waktu pemeriksaan. Menurut Herdis (2005), perbedaankualitas semen segar tergantung dari umur, ukuran tubuh, perubahan kesehatan reproduksi, danfrekuensi penampungan. Meskipun demikian secara keseluruhan, hasil pemeriksaan menunjukkanbahwa semen pejantan yang diperiksa memiliki kualitas yang baik dan memenuhi syarat sebagaipejantan yang akan digunakan di lingkungan Kampoeng Ternak. Selain itu, semen pejantan yangdiperiksa layak untuk disimpan baik dalam bentuk semen cair maupun semen beku.

    Untuk mengetahui perbedaan kualitas semen pada umur produktif dan umur tua, dilakukan

    pengelompokan domba menjadi kelompok produktif (kelompok I) dan kelompok umur tua (kelompok II).Tabel 2 menunjukkan bahwa volume per ejakulat kelompok I sebanyak 1,30 0,08 ml lebih rendah jikadibandingkan dengan kelompok II sebanyak 1,33 0,24 ml. Menurut Prasetyo (2008b), tingginya volumeper ejakulat semen pada umur tua kemungkinan disebabkan oleh tingginya pengeluaran cairan sekretayang berasal dari kelenjar kelamin pelengkap (kelenjar vesikularis, kelenjar prostat, dan kelenjarbulbourethralis).

    Untuk warna, konsistensi, pH, dan gerakan massa tidak ada perbedaan antara umur produktif dengan umur tua masing-masing krem, kental, pH 7,00 0,00 dan motilitasnya positif tiga.

    Tabel 2. Perbandingan kualitas semen umur produktif dan umur tua

    Kriteria evaluasi Kelompok I Kelompok II

    Volume per ejakulat (ml) 1,30 0,08 1,33 0,24Warna Krem Krem

    Konsistensi Kental Kental

    pH 7,00 0,00 7,00 0,00

    Gerakan massa (skala 1-3) 3,00 0,00 3,00 0,00

    Motilitas (%) 90,00 0,00 85,00 5,77

    Konsentrasi (10 6 spermatozoa/ml) 4.720 832 3.910 848

    Daya hidup (%) 92,93 2,32 96,24 1,37

    Abnormalitas (%) 2,54 1,52 2,80 0,21

    Pada kelompok umur produktif motilitasnya sebesar 90,00 0,00 %, sedangkan pada umur tuamotilitasnya lebih rendah, yaitu sebesar 85,00 5,77 %. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuanspermatozoa pejantan umur produktif lebih baik jika dibandingkan dengan umur tua untuk mencapaisaluran reproduksi betina. Dengan kata lain, pejantan umur produktif lebih baik daripada umur tua jikaakan digunakan dalam inseminasi buatan.

    Konsentrasi spermatozoa pada umur produktif lebih tinggi (4.720 832 x 10 6 sprematozoa/ml)dibandingkan dengan konsentrasi pada umur tua (3.910 848 x 10 6 sprematozoa/ml). Hal ini terjadikarena pada umur tua, aktivitas proses spermatogenesis sudah semakin menurun sehingggaspermatozoa yang dihasilkan akan menurun juga. Menurut Prasetyo (2008a), pada usia lanjut jumlah

    spermatogonia tipe A yang merupakan sumber spermatozoa akan menurun. Selain itu sel Sertoli yangmerupakan sumber nutrisi bagi spermazoa dan sel Leydig yang memproduksi testosteron juga akanmenurun jumlahnya seiring dengan bertambahnya umur.

  • 8/6/2019 Analisa Semen Domba Garut

    4/4

    4

    Persentase daya hidup dan abnormalitas kedua kelompok secara umum tidak ada perbedaanyang signifikan antara kelompok pejantan produktif dengan kelompok pejantan tua.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa semua pejantan yang diperiksa memilikikualitas yang baik dan semennya layak untuk diawetkan. Motilitas dan konsentrasi spermatozoa dombaumur produktif lebih tinggi dibandingkan dengan umur tua, sedangkan volume semennya berbandingterbalik.

    SaranKarena memiliki kualitas yang baik dan semennya layak untuk diawetkan maka semua pejantan

    yang diperiksa harus dijaga kelestariannya dan semennya segera diawetkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Bearden, H. J., J. W. Fuquay, and S. T. Willard. 2004. Applied Animal Reproduction 6 th Edition. New

    Jersey : Pearson Prentice Hall.

    Cole, H. H. and P. T. Cupps. 1997. Reproduction in Domestic Animals. New York : Academic Press Inc.

    Hafez, E. S. E. and B. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. Philadelphia : Lippicott Williams &Wilkins.

    Herdis. 2005. Optimalisasi jenis pengencer dan dosis gliserol pada proses pembekuan semen dombagarut ( Ovis aries ). Di dalam : Optimalisasi Inseminasi Buatan melalui Aplikasi TeknologiLaserpunktur pada Domba Garut ( Ovis aries ). Disertasi. Sekolah Pascasarjana InstitutPertanian Bogor. Bogor.

    Prasetyo, W. E. 2008a. Apakah usia tua mempengaruhi kulaitas sperma ?. Laboratory of Embriology,

    Department of Anatomy Physiology and Pharmacology, Faculty of Veterinery Medicine, BogorAgricultural University. http://genetika21.wordpress.com/2008/02/20/apakah-usia-tua-mempengaruhi-kualitas-sperma .

    Prasetyo, W. E. 2008b. Diskusi pribadi.

    Tumbelaka, L. I. T. A. 2005. Penuntun Praktikum Ilmu dan Teknologi Reproduksi Mahasiswa FakultasKedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Toelihere, M. R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.