ANALISA PENGENDALIAN MUTU MINUMAN RUMPUT …iltekuim.org/jurnal/jurnal/9. A. Haslindah.pdf ·...
Click here to load reader
Transcript of ANALISA PENGENDALIAN MUTU MINUMAN RUMPUT …iltekuim.org/jurnal/jurnal/9. A. Haslindah.pdf ·...
ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 2013
1090
ANALISA PENGENDALIAN MUTU MINUMAN RUMPUT LAUT DENGAN
MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL PADA
PT. JASUDA DI KABUPATEN TAKALAR
A.Haslindah Dosen Prodi Teknik Industri, Fak. Teknik Universitas Islam Makassar
email: [email protected]
ABSTRAK
Statistical Quality Control (pengendalian kualitas statistik) adalah teknik yang digunakan untuk mengendalikan dan
mengelolah proses baik manufaktur maupun jasa melalui penggunaan statistik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab kerusakan yang terjadi pada minuman rumput laut serta untuk mengetahui solusi kerusakan
minuman rumput laut tersebut. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana pengendalian kualitas
menggunakan alat bantu statistik yang bermanfaat untuk mengendalikan tingkat kecacatan produk (misdruk) yang
terjadi pada PT. Jasuda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya produk minuman rumput laut
yang memiliki endapan dan bergelembung yaitu disebabkan oleh manusia/tenaga kerja, metode kerja dan mesin/alat
yang digunakan masih sederhana. Namun disini yang paling dominan penyebab kecacatan yaitu operator /manusia yang
kurang teliti dan peralatan yang kurang dirawat ataupun dibersihkan. Adapun solusi yaitu mangadakan program
pelatihan bagi pekerja baik yang lama maupun yang baru secara berkala, dan Memberikan pengarahan dan peringatan
kepada pekerja apabila melakukan kesalahan. Dan untuk peralatan perlunya perawatan dan pemebersihan baik sebelum
mau telah digunakan.
Kata kunci : Statistical Quality Control,misdruk, kualitas.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat
semakin ketat meskipun berada dalam kondisi
perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal
tersebut memberikan dampak terhadap persaingan
bisnis yang semakin tinggi dan tajam, baik di pasar
domestik maupun di pasar internasional. Setiap usaha
dalam persaingan tinggi dituntut untuk selalu
berkompetisi dengan perusahaan lain di dalam industri
yang sejenis. Salah satu cara agar bisa memenangkan
kompetisi atau paling tidak dapat bertahan di dalam
kompetisi tersebut adalah dengan memberikan
perhatian penuh terhadap kualitas produk yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga bisa mengungguli
produk yang dihasilkan oleh pesaing.
PT. Jasuda merupakan perusahaan yang mengolah
rumput laut menjadi berbagai produk rumput laut salah
satunya minuman rumput laut. Minuman rumput ini
memiliki kandungan iodium dan seratnnya cukup
tinggi. Produksi minuman rumput laut sebagai bahan
makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek
pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam
lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua
berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta
kemurnian produk.
Minuman rumput laut ini berbentuk gelas atau cup
sehingga dalam hal ini kualitas produk akan nampak
jelas setelah produk tersebut telah dikemas, hal ini
dapat diketahui dengan melakukan perbandingan
antara produk yang sudah jadi dengan standar produk.
Setiap kali produksi, menggunakan rumput laut
sebanyak 100 Kg, yang dapat menghasilkan 160.000
Gelas dimana isi produk Minuman rumput laut adalah
200 ml/gelas. Adapun standar normal kerusakan
minuman rumput laut pada PT. Jasuda yaitu :
bergelembung dan berubah warna. Rata-rata minuman
rumput laut yang bergelembung sekitar 200 gelas dan
minuman rumput laut yang memiliki endapan adalah
sekitar kurang lebih 300 gelas.
Berdasarkan data-data tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas rumput laut dan cara
penanggulangannya agar mutu rumput laut yang
dihasilkan dapat memenuhi standar yang ditetapkan.
Mengacu pada uraian tersebut di atas maka dapat
diketahui bahwa masalah pengendalian mutu terhadap
kualitas produk yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan merupakan suatu hal yang penting dan
membutuhkan kajian yang lebih mendalam, oleh
karena itu peneliti menganggap penelitian dibidang
pengendalian mutu ini sangat penting dalam
mendukung perusahaan untuk memiliki daya saing
dengan produk perusahaan yang lain. Dalam hal ini
ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 2013
1091
penelitian tentang penerapan Statistical Quality
Control (SQC).
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengetahui penyebab kerusakan pada
minuman rumput laut
2. Bagaimana mengetahui solusi kerusakan pada
minuman rumput laut
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab kerusakan pada
minuman rumput laut.
2. Untuk megetahui solusi kerusakan pada minuman
rumput laut.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana
pengendalian kualitas menggunakan alat bantu
statistik dapat bermanfaat untuk mengendalikan
tingkat kecacatan produk (misdruk) yang terjadi
pada PT. Jasuda.
2. Memberikan manfaat bagi pihak manajemen PT.
Jasuda sebagai bahan masukan yang berguna
terutama dalam menentukan strategi pengendalian
kualitas yang dilakukan oleh perusahaan di masa
yang akan datang sebagai upaya peningkatan
kualitas produksi.
3. Memberikan arahan dan tambahan referensi bagi
kalangan akademisi untuk keperluan studi dan
penelitian selanjutnya mengenai topik
permasalahan yang sama.
METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan dengan
lokasi penelitian di PT. Jasuda Kabupaten Takalar.
2.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan
dengan cara :
1. Wawancara
Dalam hal ini peneliti mencari data atau informasi
dengan cara mewawancarai pimpinan PT. Jasuda
dan beberapa karyawan.
2. Studi Pustaka
Yaitu informasi dicari melalui beberapa buku
referensi maupun melalui internet.
3. Pengamatan Langsung
Yaitu dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung pada saat proses produksi dan mencatat
data-data yang di dapatkan.
2.3. Metode Penelitian
Pengolahan data yang dilakukan adalah dengan
menggunakan metode pengendalian kualitas statistic.
Data yang digunakan adalah data atribut data variabel
yaitu data berdasarkan karakteristik yang diukur secara
sebenarnya. Data yang diambil adalah minuman yang
bergelembung dan memilliki endapan didalam
Minuman Rumput Laut. Data variable yang diperoleh
dari perusahaan diolah sebagai berikut :
1) Diagram Pareto
Diagram Pareto digunakan untuk mencari sumber
kesalahan, masalah – masalah atau kerusakan
produk dan untuk membantu memfokuskan diri
pada usaha pemecahannya. Berdasarkan data yang
diteliti tentang jenis produk rusak dapat ditentukan
ranking kategori, kemudian dihitung kumulatif
persentase dan digambarkan dalam diagram
Pareto.
2) Diagram Sebab Akibat (Fishbone Chart)
Diagram Ishikawa bertujuan untuk membantu
mengidentifikasi lokasi yang mungkin dari
terjadinya masalah – masalah mutu dan lokasi
pemeriksaan. Diagram ini mempresentasikan
hubungan antara sebab dan akibat yang terdiri dari
garis – garis dan simbol. Akibat (karateristik
kualitas) diletakkan di kanan, sedangkan sebab
diletakkan di sebelah kiri.
3) Membuat peta kontrol p.
Setelah ditentukan jumlah produk rusak maka
langkah selanjutnya adalah memplotkan data
atribut kedalam peta kontrol p.
4) Aplikasi peta control p
Batas pengendali pada peta control diaplikasikan
pada proses selanjutnya.
2.4. Flow Chart
ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 2013
1092
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Penelitian
Analisa dan pembahasan merupakan media
komunikasi dalam menjembatani penarikan
kesimpulan, agar kesimpulan yang diperoleh nantinya
mudah dimengerti dan dapat menghilangkan terjadinya
salah penafsiran dari penyajian penelitian yang
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada. Dalam penelitian ini analisa dan pembahasan hasil
pengolahan merupakan suatu dasar dalam melakukan
dugaan – dugaan terhadap suatu kejadian penyebab
ketidaknormalan pada proses produksi dan tindakan
yang sebaiknya dilakukan guna melakukan perbaikan
dalam proses produksi Analisa dilakukan dengan
menganalisa hasil Statistical Quality Control yaitu
hasil perhitungan peta pengendalian kualitas dan
menganalisa factor yang mempengaruhi kualitas
dengan menggunakan pengendalian kualitas diagram
sebab akibat (fish Bone).
3.1.1 Analisa Diagram Pareto
Berdasarkan pengamatan pada diagram pareto,
maka total cacat untuk endapan = 643 gelas dan
bergelembung = 358 gelas. Dengan melihat kondisi
berdasarkan jenis cacat maka presentase yang tertinggi
untuk jenis cacat :
- Jenis cacat endapan = 39,73%
- Jenis cacat bergelembun = 60,27%
Berdasarkan hasil data tersebut diatas, persentase
cacat tertinggi terjadi pada jenis cacat endapan.
3.1.2 Analisa Diagram Sebab Akibat
Diagram sebab akibat merupakan diagram yang
terdiri dari garis – garis dan simbol – simbol yang
mempresentasikan hubungan antara sebab akibat yang
digunakan untuk menentukan apakah terdapat akibat
yang jelek dan mengambil tindakan untuk
memperbaiki penyebabnya dan juga untuk
mengidentifikasi dan menganalisis suatu proses atau
situasi dan menemukan kemungkinan penyebab suatu
masalah yang terjadi.
Berdasarkan analisa diagram Pareto maka evaluasi
yang dapat diberikan untuk mengetahui penyebab
terjadinya kerusakan proses produksi dikarenakan
adanya item – item berikut:
a. Diagram Sebab Akibat Cacat Timbul Gelembung
Berdasarkan terjadinya cacat timbul gelembung
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1) Faktor Operator
Ketelitian dan kehati – hatian agar memperoleh
hasil yang maksimal tergantung pada faktor
manusia sebagai operator. Ketidak telitian
operator pada saat melakukan pengukuran
panas pada alat pemanas dan blower angin,
selain itu kelelahan dan kejenuhan akibat
proses yang berlangsung terus menerus akan
mengurangi kinerja dari operator.
2) Faktor Peralatan
Adanya pemanasan air rumput laut dalam
tabung yang kurang merata yang disebabkan
kompor pemanas kotor atau mati pada saat
membutuhkan pemanasan air rumput laut,disini
operator harus mengamati suhu yang
diperlukan, apabila kurang panas kompor
pemanas dibesarkan, dan apabila membutuhkan
pendinginan maka blower angin yang
dinyaakan. Kegiatan ini dilakukan di saat air
rumput laut mulai dialirkan ke tabung
penampungan melalui pipa kapiler.
3) Faktor Proses
Ukuran pemanasan air rumput laut harus tetap
stabil, pemanasan yang tidak merata akan
mengakibatkan warna air rumput laut akan ikut
berubah menjadi agak gelap dan apabila
dilakukan pengepresan atau pengisian pada
gelas kemasan dan pengepresan label gelas
maka akan timbul gelembung – gelembung
udara kecil berwarna putih pada tepi atau
pinggir gelas bagian dalam.
4) Faktor Material
Pada waktu pemanasan air rumput laut terlalu
panas atau kurang panas sehingga
menimbulkan gelembung – gelembung putih
atau pengembunan pada gelas kemasan
b. Diagram Sebab Akibat Cacat memiliki Endapan
Berdasarkan terjadinya memiliki endapan
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1) Faktor Operator
Ketelitian dan kehati – hatian agar
memperoleh hasil yang maksimal tergantung
pada faktor manusia sebagai operator. Kurang
terampil dan ketidak telitian operator dalam
proses pengepresan dan pengontrolan panas
dari air rumput laut yang kurang merata
menyebabkan terjadinya memiliki endapan
dari air rumput laut tersebut. Selain itu
kelelahan akibat kondisi suhu panas dan suara
mesin produksi dapat menyebabakan
konsentrasi operator turun.
2) Faktor Material
Proses pengepresan pada label minuman
rumput laut pada PT Jasuda dilakukan secara
semi otomatis, adanya warna pada air rumput
laut yan sudah jadi dan siap untuk proses
pengisian dan dilanjutkan pada pengepresan
label minuman rumput laut disebabkan oleh
dua hal yang biasanya sering terjadi dan
kurang mendapat perhatian serius dari
operator, dua hal tersebut adalah kurang teliti
atau kontrol pada kompor pemanasan dan
blower pendingin pada tabung penampungan
air rumput laut yang sudah jadi dan siap pada
proses pengisian pada gelas kemasan , kedua
terkontaminasinya air rumput laut dengan
kotoran dari dalam pipa kapiler dan tabung
penampungan akhir dari air rumput laut
tersebut.
3) Faktor Peralatan
Adanya keterlambatan pengisian bahan bakar
pada kompor pemansan oleh operator akibat
ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 2013
1093
kurang konsentrasinya operator dan kompor
pemanasan dan blower yang kotor, dan
pembersihan pipa kapiler dan tabung
penampungan akhir rumput laut secara
berkala.
4) Faktor Lingkungan
Faktor ini disebabkan karena udara panas
disekitar lingkungan kerja sehingga
mengakibatkan kesalahan operator dan
menyebabkan konsentrasi operator menurun.
Selain itu kondisi bising dari mesin – mesin
yang bekerja dan faktor mengobrol
menyebabkan ketelitian operator menurun.
Udara panas, pengap dan kondisi bising yang
dirasakan operator dapat menyebabkan
operator merasa cepat lelah dan kurang
nyaman.
3.1.3 Analisa Dengan Control Chart (P)
Dari hasil pengamatan, untuk jumlah cacat dan
persentase cacat dalam satu bulan dari keseluruhan
data yang digunakan (N = 1249 bungkus) yang terdiri
dari 180.000 bungkus, diperoleh jumlah rata-rata
persentase kecacatannya 0,69% dari jumlah yang
diamati. Dari hasil pengamatan juga diperoleh rata-rata
proporsi kecacatan P = 0,0069 dengan UCL P =
0,00747 dan LCL P = 0,0063. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam peta control P pada grafik produk
minuman rumput laut berada dilur batas control, hal ini
menunjukkan produksi berlangsung tidak menurut
spesifikasi yang telah ditentukan. Bila hal ini berjalan
normal maka pengendalian secara statistical dapat
digunakan karena dapat menekan penyimpangan
sebesar 0,69%.
Jika batas control dapat dipertahankan dan
begitupun batas control yang telah direfisi, maka
produk yang dihasilkan mengalami penyimpangan
dapat digunakan atau memantau proses produksi
berikutnya. Untuk mengatasi ini maka faktor-faktor
yang harus diperhatikan adalah ketelitian para pekerja
harus tetap diperhatikan serta dianjurkan untuk
menggunakan alat yang lebih modern.
Sedangkan dari hasil perhitungan kapabilitas
proses dari produksi diperoleh :
Minuman rumput laut yang cacat ( ) = 0, 69%
Minuman rumput laut yang baik = 1 – P (cacat)
= 100% - 0, 69%
= 99,31%
3.2 Pembahasan
3.2.1 Diagram Pareto
Pada analisis Diagram Pareto dapat dilihat bahwa
memiliki endapan dan bergelembung memiliki data
tertinggi dan data terendah dalam diagram ini dapat
terlihat bahwa endapan dan Bergelembung merupakan
data tertinggi yang berada diluar batas normal.
3.2.2 Peta Kendali P
a. Pembahasan Peta Kendali P Memiliki endapan
Pada peta control X dan R terdapat data out of
control sehingga perlu dilakukan revisi. Setelah
revisi seluruh data memiliki endapan sudah berada
didalam batas control sehingga tidak perlu
dilakukan revisi lagi. Hal ini dipengaruhi karena
data yang digunakan selalu berubah-ubah dan
tidak tersebar normal sehingga tidak dapat
dikendalikan dan menyebabkan data banyak yang
melewati batas kontrolnnya.
b. Pembahasan Peta Kendali P Bergelembung
Pada peta control R tidak terdapat data yang out of
control, sedangkan pada diagram X terdapat 2
sampel sehingga dilakukan revisi sebanyak 1 kali.
Setelah revisi seluruh data bergelembung sudah
berada didalam batas control sehingga tidak perlu
dilakukan revisi lagi. Hal ini dipengaruhi karena
data yang digunakan selalu berubah-ubah dan
tidak tersebar normal sehingga tidak dapat
dikendalikan dan menyebabkan data banyak yang
melewati batas Controlnnya.
4.5.3 Pembahasan Kemampuan Proses
a. Memiliki endapan
untuk Memiliki endapan kemampuan kinerja
proses sangat rendah. Hal ini mengakibatkan
banyak data yang berada diluar batas normal yang
ditetakan oleh perusahaan. Untuk menanggulangi
hal ini perusahaan harus meningkatkan
pengendalian dan control terhadap proses yang
berlangsung mulai dari pasca panen sampai
dengan proses produksi.
b. Bergelembung
untuk Bergelembungkemampuan kinerja proses
sangat rendah. Hal ini mengakibatkan banyak data
yang berada diluar batas normal yang ditetakan
oleh perusahaan. Untuk menanggulangi hal ini
perusahaan harus meningkatkan pengendalian dan
control terhadap proses dan pekerja untuk lebih
memenuhi standar operasi yang telah ditetapkan.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian, diperoleh data jenis cacat
pada produk minuman rumput laut yaitu minuman
rumput laut memiliki endapan dan bergelembung.
Setelah dilakukan pengamatan maka di dapatkan data
yaitu setiap kali melakukan proses produksi, PT Jasuda
memproduksi 6000 gelas dimana sebanyak 209 gelas
bergelembung dan 384 memiliki endapan. Dari hasil
pengamatan, untuk jumlah cacat dan persentase cacat
dalam satu bulan dari keseluruhan data yang digunakan
(N = 1249 bungkus) yang terdiri dari 180.000 bungkus,
diperoleh jumlah rata-rata persentase kecacatannya
0,69% dari jumlah yang diamati. Dari hasil
pengamatan juga diperoleh rata-rata proporsi kecacatan
P = 0,0069 dengan UCL P = 0,00747 dan LCL P =
0,0063. Hal ini menunjukkan bahwa dalam peta
control P pada grafik produk minuman rumput laut
berada dilur batas control, hal ini menunjukkan
produksi berlangsung tidak menurut spesifikasi yang
telah ditentukan. Bila hal ini berjalan normal maka
pengendalian secara statistical dapat digunakan karena
dapat menekan penyimpangan sebesar 0,69%.
ILTEK,Volume 8, Nomor 15, April 2013
1094
Jika batas control dapat dipertahankan dan
begitupun batas control yang telah direfisi, maka
produk yang dihasilkan mengalami penyimpangan
dapat digunakan atau memantau proses produksi
berikutnya. Untuk mengatasi ini maka faktor-faktor
yang harus diperhatikan adalah ketelitian para pekerja
harus tetap diperhatikan serta dianjurkan untuk
menggunakan alat yang lebih modern.
4.2 Saran
Untuk memperbaiki kualitas produk, diberikan
saran sebagai berikut :
1. Perbaikan yang dilakukan perusahaan sebaiknya
terfokus pada faktor penyebab utama terjadinya
penyimpangan mutu yaitu factor bahan baku,
metode kerja dan mesin.
2. Pihak perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan
pemilihan bahan baku yang masuk ,
mengelompokkan bahan baku yang sejenis dan
segera mengolahnya.
3. Membuat urutan prioritas dalam melaksanakan
pengendalian kualitas yang terencana dengan
memperhatikan faktor-faktor penyebab kesalaan
dalam produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri Sofjan. 1999. Manajemen Produksi dan
Operasi Edisi Resivi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia: Jakarta
Asyari Agus. 1983. Pengendalian Produksi.
Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Dinas perikanan dan Kelautan Kab.
Takalar.2010.”Produksi Rumput laut”.
Douglas C. Mont Gomery, 1990, pengantar
pengendalian Kualitas Statistik, Penerbit Gadjah
Mada University Press, yogyakarta.
Febrianto, Nanang. 2006. Analisa Perancangan
Pengendalian Kualitas Statistik Pada Kelompok
Tani Wanita “Brosem” Batu malang. Universitas
Muhammadiyah Malang: Malang
Ilham, Rezkiwati D. 2005. Usulan Perbaikan Kualitas
Produk Kain Strech Dengan Menggunakan
Metode Statistical Quality Control (SQC) Pada
PT. Himalaya Tunas Texindo Bandung.
Universitas Muslim Indonesia: Makassar
Harinaldi. 2005. Prinsip-prinsip Statistika Untuk
Teknik dan sains.Erlangga.Jakarta
Husaini Usman, R Purnomo. 2006. Pengantar Statistik
edisi kedua. Penerbit Bumi Aksara.Jakarta
Ishikawa Kaon. 1988. Teknik Penuntun Pengendalian
Mutu. Mediyatama Perkasa: Jakarta
Kume Hitosi. 1989. Metode Statistik Peningkatan
Mutu. Mediayatama Sarana Perkasa: Jakarta
Rismayanti. 2011. Penerapan Metode Statistical
Quality Control Dalam Menghasilkan Produk
Minyak Kelapa Sawit Sesuai Dengan Standar Di
Pt.Varita Majutama Kabupaten Teluk Bintuni.
Universitas Muslim Indonesia: Makassar
Sucahyo Febrianto. 2004. Tugas Akhir Identifikasi
Kualitas Keramik Di Sentra Industri Kecil Dinoyo
Dan Betek Dengan Metode Pengendalian
Kualitas, Universitas Muhammadiyah Malang:
Malang
Vincent Gaspers. 1998. Statistical Process Control
Manajemen Bisnis Total. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Waiulung Natsir M. 2009. Analisis Pengendalian
Kualitas Untuk Meningkatkan Mutu Produk
Plywood Pada PT. Wainibe Wood Industri (WWI)
Di Kota Namlea. Universitas Muslim Indonesia:
Makassar