Analisa Kelayakan Pem Sungai Jangkok Pada Kelurahan Ampenan

8
PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TERHADAP KAWASAN PERMUKIMAN SECARA BERKELANJUTAN KEC.AMPENAN KOTA MATARAM PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa awal pembangunan, berbagai kawasan di perkotaan mengalami pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat tersebut dalam beberapa kasus kurang terkendali, tidak sesuai dengan rencana tata ruang, tidak serasi dengan lingkungan dan tidak selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Permasalahan mulai muncul ketika lahan yang semakin terbatas menjadikan tepian sungai sebagai alternatif bagi kegiatan bermukim, khususnya bagi kaum urban berpenghasilan rendah. Keterbatasan akses untuk mendapatkan hunian yang layak telah memberikan ruang gerak untuk menyusup kepinggiran kota yang masih murah termasuk dalam ruang-ruang publik seperti kolom jalan tol, pinggiran rel dan tepian sungai. Mereka mendirikan hunian-hunian permanent maupun non permanen sebagai bentuk okupasi atas lahan- lahan di tepian sungai atau yang sering disebut stren kali atau bantaran sungai. Selama kurun waktu yang cukup lama, hunian fisik yang mendiami bantaran sungai umumnya terbangun secara sporadis. Kota Mataram merupakan salah satu kota yang memilki pembangunan yang cukup baik sesuai dengan kebijakan penataan

description

Proposal kolokium

Transcript of Analisa Kelayakan Pem Sungai Jangkok Pada Kelurahan Ampenan

PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TERHADAP KAWASAN PERMUKIMAN SECARA BERKELANJUTAN KEC.AMPENAN KOTA MATARAMPENDAHULUAN1.1 Latar belakangPada masa awal pembangunan, berbagai kawasan di perkotaan mengalami pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat tersebut dalam beberapa kasus kurang terkendali, tidak sesuai dengan rencana tata ruang, tidak serasi dengan lingkungan dan tidak selaras dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Permasalahan mulai muncul ketika lahan yang semakin terbatas menjadikan tepian sungai sebagai alternatif bagi kegiatan bermukim, khususnya bagi kaum urban berpenghasilan rendah. Keterbatasan akses untuk mendapatkan hunian yang layak telah memberikan ruang gerak untuk menyusup kepinggiran kota yang masih murah termasuk dalam ruang-ruang publik seperti kolom jalan tol, pinggiran rel dan tepian sungai. Mereka mendirikan hunian-hunian permanent maupun non permanen sebagai bentuk okupasi atas lahan-lahan di tepian sungai atau yang sering disebut stren kali atau bantaran sungai. Selama kurun waktu yang cukup lama, hunian fisik yang mendiami bantaran sungai umumnya terbangun secara sporadis.Kota Mataram merupakan salah satu kota yang memilki pembangunan yang cukup baik sesuai dengan kebijakan penataan ruang, setiap pembangunan yang di rencanakan guna untuk mengatasi permasalahan permasalahan yang ada dalam kawasan perkotaan. Potensi pembangunan Kota Mataram yakni dengan mengutamakan keselarasan pembangunan sesuai dengan fungsi dan peranan pembangunan. Selain dari adanya beberapa potensi kawasan yang di jabarkan di atas, pembangunan Kota Mataram memiliki beberapa permasalahan dalam pembangunan seperti kelayakan pembangunan permukiman pada daerah sempadan sungai jangkuk yang berada pada kecamatan Ampenan. Keberadaan pembangunan permukiman pada sempadan sungai yang tidak sesuai dengan kebijakan Undang undang no 38 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang mengatur masalah penetapan garis sempadan sungai dan pemberlakukan kawasan tepi sungai sebagai kawasan lindung setempat memberikan beberapa permasalahan pada kota Mataram antara lain terjadinya kekumuhan, hilangnya estetika Kota, tingkat kesehatan masyarakat yang semakin rendah dan perkembangan fisik Kota yang tidak baik. Kondisi yang demikian ditambah lagi dengan laju pertumbuhan penduduk perkotaan yang demikian pesatnya menyebabkan timbulnya berbagai masalah kebutuhan akan ruang dan penyediaan perumahan. Pemerintah dan masyarakat harus saling berperan dalam menata kawasan sempadan sungai agar tidak terjadinya kekumuhan di wilayah perkotaan, pemerataan dan kesejahteraan pembangunan yang tercantum dalam penataan ruang agar terciptanya kesejahteraan pembangunan dalam dunia masyarakat.Dalam menganalisa kelayakan pembangunan pada sempadan sungai jangkuk yang ada di kecamatan Ampenan perlu di lakukannya survey ke lapangan, pengumpulan data di instasi maupun dokumentasi serta melakukan analisa sehingga memungkinkan menghasilkan output terhadap kelayakan pembangunan pinggiran sungai jangkuk bagi ekonomi, social, politik dan budaya.

2.2 Rumusan masalah1) Bagaimanakah faktor - faktor terbentuknya permukiman sempadan sungai di Kecamatan Ampenan? 2) Bagaimana kelayakan pembangunan permukiman sempadan sungai?3) Bagaimana pemanfaatan daerah sempadan sungai terhadap kawasan permukiman secara berkelanjutan?

2.3 Tujuan 1) Untuk mengetahui faktor-faktor terbentuknya permukiman pada daerah sempadan sungai2) Untuk mengetahui kelayakan permukiman pada daerah sempadan sungai yang sesuai dengan kebijakan.3) Untuk mengetahui dampak dampak pembangunan permukiman pada daerah sempadan sungai terhadap pengembangan fisik kota4) Untuk mengetahui dan menentukan arahan pemanfaatan daerah sempadan sungai yang berkelanjutan, sehingga dapat meberikan estetika. 2.4 Sasaran1) Untuk melakukan identifikasi kawasan regional baik kawasan Kecamatan Ampenan secara umum maupun kawasan yang ada di sepanjang sempadan sungai2) Mengendalikan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan fungsi dan peranan Kota mataram terkait dengan peruntukan lahan terhadap kelayakan perkembangan permukiman pada daerah sempadan sungai2.5 Ruang lingkupRuang lingkup dalam pembahasan kolokium meliputi ruang lingku materi dan ruang lingkup lokasi. Untuk lebih jelasnya akan di paparkan sebagai berikut :2.5.1 Ruang lingkup materiLingkup Materi dalam Studi ini dititik beratkan pada data data yang dibutuhkan dalam menganalisis pengaruh kelayakan lahan permukiman. Adapun lingkup materi yang akan menjadi pokok pembahasan pada laporan kolokium ini, yaitu :1. Menjabarkan gambaran umum regional berupa gambaran umum kawasan Kota mataram dan gambaran umum Kecamatan Ampenan 2. Menjabarkan gambaran umum detail kawasan sempadan sungai dengan isi berupa tinjauan kebijakan terhadap pengembangan kawasan perkotaan, kondisi fisik dasar, kependudukan, perekonomian, pola land use, tata bangunan dan lingkungan, prasarana dan utilitas, identifikasi daerah rawan bencana, potensi dan permasalahan kawasan, serta issu strategis pembangunan kawasan Perkotaan;3. Memberikan analisa terhadap kebijakan pengembangan kawasan, struktur ruang kawasan, arah perkembangan kawasan, fungsi ruang kawasan, kelayakan lahan kawasan, peruntukkan blok kawasan, prasarana kawasan, system jaringan utilitas kawasan, kebutuhan fasilitas kawasan, intensitas pemanfaatan ruang kawasan, kawasan mitigasi bencana, dan peran serta masyarakat;4. Memberikan kesimpulan dari hasil analisa kelayakan permukiman sempadan sungai terhadap kelayakan pada permukiaman kecamatan Ampenan dan memberikan rekomendasi.

2.5.2 Ruang lingkup lokasiLokasi pemgambilan study di lakukan pada perkotaan Mataram kecamatan Ampenana dengan titik lokasi pada sempadan sungai jangkok.

2.6 Manfaat penelitian Bagi peneliti dan calon peneliti dapat menambah wawasan dan rekomendasi mengenai kajian permukiman sempadan sungai yang layak huni sesuai dengan kebijakan. Bagi Pemerintahan sebagai bahan masukan bagi dinas terkait dalam pengambilan kebijakan khususnya mengenai permukiman kumuh di sempadan sungan jangkok di Kec Ampenan Bagi masyarakat menjadi sumber informasi mengenai permukiman layak huni pada daerah sempadan sungai2.7 Penelitian terdahulu 2.7.1 Identifikasi pemanfaatan lahan permukiman sempadan sungai Sumber gunung Kota BatuPenelitian ini menghasilkan identifikasi pemanfaatan lahan di sempadan Sungai Sumbergunung Kota Batu bahwa lahan yang dimanfaatkan sebesar 51.57% sebagai lahan pertanian sebesar 27.16%, lahan pemukiman 14.94% dan lahan hutan produksi 9.48%, sedangkan lahan yang tidak dimanfaatkan sebesar 48.43% yang merupakan lahan hutan alam, lahan semak belukar dan lahan kosong.2.7.2 Rancangan dasar penataan kawasan permukiman di bantaran sungai brantas bagian tengah Kota Malang ( Studi kasus di ruas DAS brantas belakang taman wisata senaputra dan di kawasan spelendid ) di lakukan oleh Dwi priyantoro, Dian Disisnggih, Novitasari Susilo.Analisa Daerah Sempadan Sungai Brantas yang telah lama tumbuh permukiman masyarakat yang perkembanganya tidak dibarengi dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadahi. Akibatnya pola hunian masyarakat tumbuh secara tidak teratur dan dikawatirkan terjadi perubahan fungsi pemukiman serta sedimentasi yang parah sehingga dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor dalam beberapa tahun kedepan. Salah satu bentuk penanganan permasalahan tersebut adalah dengan melakukan penataan kembali kawasan permukiman.