Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

17
120 ANALISA KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN KOTA BEKASI Oleh : Andi Sopandi Manpower planning is a systematic planning process is used as a basis and reference in formulating policies, strategies, and implementation of sustainable manpower development programs. Therefore, the required analysis of potential, input, process, output and employment in a comprehensive impact Keyword: Strategic Planning, Input, Process, Output and Employment Impact I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan diimplementasikan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja. Kedua peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa penting dan strategisnya kedudukan dari rencana tenaga kerja di daerah baik bersifat rencana tenaga kerja tahunan, jangka menengah maupun jangka pangjang. Hal demikian sejalan dengan semakin kompleksnya permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi khususnya di wilayah perkotaan. Permasalahan klasik yang sering muncul dalam ketenagakerjaan, yaitu masalah pemutusan hubungan kerja (PHK), upah minimum kota (UMK), sengketa ketenagakerjaan antara pengusaha dan pekerja. Masalah-masalah lainnya seperti keterbatasan lapangan kerja dan masih rendahnya latar belakang pendidikan dan keahlian para pencari kerja. Di lapangan sering kali terjadi kombinasi dari masalah-masalah tersebut di atas sehingga memerlukan strategi penanganan khusus. Sementara itu permasalahan utama ketenagakerjaan bagi pemerintah daerah adalah masalah pengangguran. Pengangguran sering kali muncul akibat adanya lapangan kerja yang sangat terbatas baik jenis maupun jumlahnya, sementara pencari kerja jumlahnya Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Transcript of Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

Page 1: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

120

ANALISA KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN KOTA BEKASI

Oleh :

Andi Sopandi

Manpower planning is a systematic planning process is used as a basis and reference in formulating policies, strategies, and implementation of sustainable manpower development programs. Therefore, the required analysis of potential, input, process, output and employment in a comprehensive impact

Keyword: Strategic Planning, Input, Process, Output and Employment Impact

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara

sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan

pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan dan diimplementasikan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 15 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan

Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja.

Kedua peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa penting dan

strategisnya kedudukan dari rencana tenaga kerja di daerah baik bersifat rencana tenaga kerja

tahunan, jangka menengah maupun jangka pangjang. Hal demikian sejalan dengan semakin

kompleksnya permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi khususnya di wilayah perkotaan.

Permasalahan klasik yang sering muncul dalam ketenagakerjaan, yaitu masalah

pemutusan hubungan kerja (PHK), upah minimum kota (UMK), sengketa ketenagakerjaan

antara pengusaha dan pekerja. Masalah-masalah lainnya seperti keterbatasan lapangan kerja

dan masih rendahnya latar belakang pendidikan dan keahlian para pencari kerja. Di lapangan

sering kali terjadi kombinasi dari masalah-masalah tersebut di atas sehingga memerlukan

strategi penanganan khusus.

Sementara itu permasalahan utama ketenagakerjaan bagi pemerintah daerah adalah

masalah pengangguran. Pengangguran sering kali muncul akibat adanya lapangan kerja

yang sangat terbatas baik jenis maupun jumlahnya, sementara pencari kerja jumlahnya

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 2: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

121

semakin bertambah banyak dari tahun ke tahun. Kondisi demikian akan mengakibatkan

terjadinya pengangguran. Di samping itu latar belakang pendidikan dan keahlian yang

dimiliki para pencari kerja kebanyakan masih berada di bawah standar kualitas keahlian yang

dibutuhkan oleh perusahaan sehingga perusahaan-perusahaan yang ada di daerah tersebut

tidak dapat menerima para pencari kerja seperti itu. Kondisi seperti ini juga dapat

mengakibatkan terjadinya pengangguran. Secara umum, pemicu utama pengangguran

sebenarnya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama PHK massal.

Di Kota Bekasi, pengangguran terbuka yang diindikasikan dengan indikator pencari

kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, pada tahun 2000 tercatat

sebanyak 31.488 orang sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 42.376 orang.

Sementara itu, pencari kerja yang ditempatkan/mendapat pekerjaan hanya sebanyak 2.048

orang (6,50%) pada tahun 2000 dan sebanyak 2.197 orang (5,16%) pada tahun 2008.

Tingginya angka pencari kerja yang tidak dapat terserap oleh lapangan pekerjaan yang

tersedia tersebut menunjukkan bahwa jumlah dan jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di

Kota Bekasi sangat terbatas ditambah lagi keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja

masih banyak yang berada di bawah standar kualifikasi keahlian yang dibutuhkan

perusahaan. Hal demikian dapat dilihat dari latar belakang pendidikan para pencari kerja

yang terdaftar sebagian besar berpendidikan tamat SD, SMP dan SMA/SMK, pada tahun

2000 yakni mencapai 90,59% sedangkan pencari kerja dengan latar belakang akademi dan

universitas hanya sebanyak 9,41%. Sementara itu pada tahun 2008 para pencari kerja dengan

latar belakang pendidikan tamat SD, SMP dan SMA/SMK masih sebesar 70,30%, sedangkan

pencari kerja dengan latar belakang akademi dan universitas sebanyak 29,70% .

Berdasarkan realitas di atas diperlukan strategi dan inovasi baru dalam perencanaan

tenaga kerja untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja baik melalui penambahan

lapangan kerja-lapangan kerja baru maupun lewat pendekatan peningkatan keahlian dan

ketrampilan para pencari kerja dengan melibatkan lembaga latihan ketrampilan (LPK) atau

balai latihan kerja (BLK). Untuk menjawab permasalahan tersebut maka Pemerintah Kota

Bekasi sangat berkepentingan untuk Menyusun Masterplan/Rencana Induk Ketenagakerjaan

yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam perencanaan tenaga kerja baik tahunan maupun

jangka menengah dan jangka panjang. Dengan adanya Masterplan/Rencana Induk tersebut

diharapkan arah kebijakan dan strategi pengurangan pengangguran melalui peningkatan

penyerapan tenaga kerja untuk meningkatkan daya beli masyarakat sebagai mana

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 3: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

122

diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bekasi

Tahun 2008-2013 bisa diwujudkan dengan baik.

2. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimanakah kondisi dan potensi ketenagakerjaan di Kota Bekasi?

2) Bagaimanakah permasalahan yang terjadi berkaitan dengan perencanaan ketenagakerjaan

Kota Bekasi?

3) Bagaimanakah strategi peningkatan ketenagakerjaan di Kota Bekasi?

3. Tujuan

Tujuan kajian ini adalah:

1) Mengidentifikasi kondisi dan potensi ketenagakerjaan di Kota Bekasi.

2) Menganalisis permasalahan yang terjadi berkaitan dengan perencanaan ketenagakerjaan

Kota Bekasi.

3) Merumuskan strategi peningkatan ketenagakerjaan di Kota Bekasi untuk memecahkan

permasalahan dan penyusunan strategi kebijakan ketenagakerjaan.

IIII.. MMEETTOODDOOLLOOGGII KKAAJJIIAANN

Kajian dalam rangka Penyusunan Masterplan Ketenagakerjaan ini bertujuan untuk

membuat perencaan ketenagakerjaan baik perihal penyediaan lapangan kerja untuk

mengurangi pengangguran, rencana penyerapan tenaga kerja, penyediaan tenaga kerja

maupun pendayagunaan tenaga kerja. Masterplan ketenagakerjaan ini juga merupakan bahan

masukkan bagi pengambilan kebijakan di bidang ketenagakerjaan. Untuk itu ruang lingkup

kajian meliputi seluruh aspek pembangunan ketenagakerjaan mulai dari potensi sumber daya

manusia tenaga kerja yang dimiliki Kota Bekasi, potensi ekonomi dan potensi kelembagaan

ketenagakerjaan yang telah ada, kebijakan Pemerintah Kota Bekasi yang telah diterapkan,

sampai dengan keterlibatan semua unsur pelaku utama pembangunan bidang

ketenagakerjaan.

Untuk itu langkah-langkah pendekatan dalam metode kajian yang akan diterapkan

yaitu: 1) Identifikasi dan klasifikasi data untuk kebutuhan kajian; 2) Pengumpulan data; dan

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 4: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

123

3) Analisis data. Selanjutnya data hasil analisis dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan

rancangan perencanaan tenaga kerja daerah atau masterplan ketenagakerjaan.

11.. IIddeennttiiffiikkaassii ddaann KKllaassiiffiikkaassii DDaattaa KKeebbuuttuuhhaann KKaajjiiaann

Kebutuhan data untuk keperluan kajian dalam rangka penyusunan masterplan

ketenagakerjaan dapat diidentifikasikan dan diklasifikasikan sebagaimana tabel berikut:

Tabel 1 Identifikasi dan Klasifikasi Kebutuhan Data

KEBUTUHAN DATA

A. Data Skunder 1. Sektor ekonomi unggulan/basis 2. Penduduk bekerja per sektor ekonomi 3. Jumlah penduduk, angkatan kerja dan pengangguran 4. Jumlah angkatan kerja dan pengangguran berdasarkan pendidikan yang

ditamatkan 5. Jumlah pencari kerja 6. Distribusi penduduk angkatan kerja 7. Jumlah penyelenggara pelatihan kerja 8. Jumlah pengusaha dan asosiasi pengusaha 9. Jumlah pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh 10. Peraturan daerah dan peraturan lainnya 11. Upah minimum kota (UMK) B. Data Primer 1. Kapasitas daya tampung BLK/LPK/PJTKI 2. Sarana prasarana BLK/LPK/PJTKI 3. Pola kerjasama antara BLK/LPK/PJTKI, pemerintah dan pengusaha 4. Peranan serikat pekerja/buruh dan asosiasi pengusaha 5. Penyelenggaraan pelatihan kerja 6. Penyelenggaraan pemagangan 7. Penyelenggaraan bursa kerja

22.. PPeenngguummppuullaann DDaattaa

Pengumpulan data untuk jenis data skunder dilaksanakan dengan cara kolekting

langsung dari instansi sumber datanya. Sedangkan untuk jenis data primer dikumpulkan

melalui pengisian kuesioner/wawancara dengan narasumber yang dipilih secara random

dengan sistim proporsional.

Teknik dan cara pengumpulan data per jenis data yang kebutuhan untuk kajian dalam

rangka Penyusunan Masterplan Ketenagakerjaan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 5: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

124

Tabel 2 Teknik dan Cara Pengumpulan Data

KEBUTUHAN DATA SUMBER DATA CARA PENGUMPULAN

Sektor ekonomi unggulan/basis Bappeda Kolekting Penduduk bekerja per sektor ekonomi BPS Kolekting Jumlah penduduk, angkatan kerja dan pengangguran BPS Kolekting Jumlah angkatan kerja dan pengangguran berdasarkan pendidikan yang ditamatkan

BPS Kolekting

Jumlah pencari kerja BPS Kolekting Distribusi penduduk angkatan kerja BPS Kolekting Jumlah penyelenggara pelatihan kerja Disnaker Kolekting Jumlah pengusaha dan asosiasi pengusaha Disnaker Kolekting Jumlah pekerja/buruh dan serikat pekerja/buruh Disnaker Kolekting Peraturan daerah dan peraturan lainnya Disnaker Kolekting Upah minimum kota (UMK) Disnaker Kolekting Kapasitas daya tampung BLK/LPK BLK/LPK Kuisioner/wawancara Sarana prasarana BLK/LPK BLK/LPK Kuisioner/ wawancara Pola kerjasama antara BLK/LPK, pemerintah dan pengusaha

BLK/LPK Kuisioner/ wawancara

Peranan serikat pekerja/buruh dan asosiasi pengusaha SP dan Apindo Kuisioner/ wawancara Penyelenggaraan pelatihan kerja Disnaker,

BLK/LPK Kuisioner/ wawancara

Penyelenggaraan pemagangan Disnaker Kuisioner/ wawancara Penyelenggaraan bursa kerja Disnaker Kuisioner/ wawancara Pengiriman tenaga kerja luar negeri PJTKI/PPTKIS Kuisioner/ wawancara

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan tolls analisis sebagai

berikut : 1) Analisis Sektor Ekonomi Basis; 2) Analisis Penyerapan Tenaga Kerja; 3) Analisis

elastisitas tenaga kerja; dan 4) Analisis Neraca Tenaga Kerja; serta 5) Analisis SWOT.

Kelima tools analisis tersebut merupakan alat analisis utama. Sedangkan alat analisis

pendukung yang akan digunakan adalah : 1) Angka partisipasi angkatan kerja; 2) Rasio

Ketergantungan; dan 3) Piramida penduduk.

III. HASIL PENELITIAN

1. Analisis Sektor Ekonomi Basis dan Tenaga Kerja Basis

Berdasarkan hasil analisis sector ekonomi basis di tingkat regional (ordo Jabodebek/

Jakarta Bogor Depok dan Bekasi), Kota Bekasi memiliki 9 (Sembilan) sector basis dengan

nilai LQ diatas 1 (satu) yaitu : industry, listrik, gas, air bersih, restoran, perdagangan, jasa

angkutan, pertanian dan jasa pemerintahan umum. Kesembilan sektor tersebut dapat dilihat

pada gambar berikut.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 6: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

125

Gambar 1

Sektor Ekonomi Basis

INDUSTRI (1,61)

LISTRIK (2,41)

GAS (8,50) AIR BERSIH (1,02)

PERDAGANGAN (1,51)

RESTORAN (1,71)

JASA ANGKUTAN (1,17)

PERTANIAN (1,42)

JASA PEMERINTAHAN

UMUM (1,23)

Sumber : Kajian Pengembangan Ekonomi Regional, 2008 (diolah).

Gambar di atas menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi di Kota Bekasi didominasi oleh

kesembilan sector di atas, masing-masing berkontribusi secara signifikan terhadap

pembentukan output ekonomi daerah (PDRB). Dari sisi ketenagakerjaan, hasil analisis

serapan tenaga kerja pada perusahan skala sedang (perusahan yang memiliki

karyawan/tenaga kerja sebanyak 25-99 orang) dan perusahaan skala besar (perusahaan yang

memiliki karyawan/tenaga kerja diatas 100 orang) menunjukkan bahwa perusahaan di bidang

industri menyerap tenaga kerja paling besar yaitu 68,71%, disusul perusahaan di bidang

perdagangan sebesar 13,84%, urutan selanjutnya adalah perusahaan di bidang jasa

perusahaan dan pelayanan kesehatan masing-masing menyerap tenaga kerja sebanyak

13,84% dan 6,03%. Sedangkan untuk perusahan-perusahan di bidang lainnya seperti

lembaga pendidikan, keuangan, pariwisata/hiburan, bangunan dan jasa-jasa lainnya hanya

mampu menyerap tenaga kerja di bawah 5%.

Gambar 2

Serapan Tenaga Kerja pada Perusahaan Skala Sedang dan Besar

5.39%

0.37%

13.84%

0.44%2.91%

68.71%

6.03%

0.64%0.19% 1.24%

0.25% PELAYANAN KESEHATAN

LEMBAGA PENDIDIKAN

PERDAGANGAN

HOTEL

KEUANGAN

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 7: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

126

2. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja (Serap TK) merupakan perbandingan antara selisih tenaga

kerja (∆TK) dari penyerapan tenaga kerja pada tahun t (TKt) dan penyerapan tenaga kerja

pada tahun t-1 (TKt-1) dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).

Analisis penyerapan tenaga kerja dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar

dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya seberapa banyak

tenaga kerja yang dapat terserap untuk setiap kenaikan 1% LPE (Laju Pertumbuhan

Ekonomi).

Tabel Daya Serap Tenaga Kerja Akibat Pertumbuhan Ekonomi

Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap peningkatan LPE 1% akan berpengaruh

terhadap penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha utama sebanyak 17.057 orang.

Lapangan usaha yang memiliki pengaruh paling besar terhadap perubahan peningkatan LPE

adalah lapangan usaha industry pengolahan dan perdagangan- rumah makan- jasa akomodasi

masing-masing menyerap tenaga kerja sebanyak 27.679 pekerja dan 7.080 pekerja.

3. Analisis Elastisitas Tenaga Kerja

Analisis elastisitas tenaga kerja sangat berguna untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh perubahan peningkatan output ekonomi daerah (LPE 1%) terhadap persentase daya

serap tenaga kerja.

LAPANGAN USAHA UTAMA

TENAGA KERJA (ORANG)

∆ TK (ORANG)

LPE (%)

SERAP TK PER 1%

LPE TAHUN 2007

TAHUN 2009

Pertanian 9,854 21,422 11,568 -0.54% (21,258 ) Industri Pengolahan 210,366 191,259 - 19,107 -0.69% 27,679 Perdagangan, Rumah Makan Dan Jasa Ako-Modasi

186,323 234,774 48,451 6.84% 7,080

Jasa Kemasyarakat-An, Sosial Dan Perorangan

233,457

241,705

8,248

7.81%

1,056

Lainnya (Pertambangan, Bangunan, Listrik, Gas, Air Minum, Angkutan)

200,647

221,962

21,315

10.51%

2,027

JUMLAH 840,647 911,122 70,475 4.13% 17,057

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 8: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

127

Tabel 3 Daya Serap Tenaga Kerja Akibat Pertumbuhan Ekonomi

Tahun 2007-2009

Tabel di atas menunjukkan bahwa elastisitas tenaga kerja di Kota Bekasi untuk tahun

2007-2009 sebesar 2,03%. Artinya setiap perubahan kenaikan output ekonomi daerah (LPE

1%) mengakibatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 2,03%. Penyerapan tenaga kerja sector

lapangan usaha industry pengolahan merupakan sektor lapangan usaha tertinggi dalam

penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sector-sektor lapangan usaha lainnya yaitu

13,16%. Sedangkan sector lapangan usaha pertanian berpengaruh negative sebanyak -

251,73%.

4. Analisis Rasio Ketergantungan

Rasio Ketergantungan (RK-Total) didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk

usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun

keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun). Sedangkan untuk Rasio

Ketergantungan Tua (RK-Tua) diperoleh dengan membagi total dari jumlah penduduk usia

belum produktif jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah

penduduk usia produktif (15-64 tahun). Dan untuk Rasio Ketergantungan Muda (RK-Muda)

dihasilkan dari membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun)

dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).

LAPANGAN USAHA UTAMA

TENAGA KERJA (ORANG) LPTK

(%) LPE (%) ELASTISITAS TAHUN

2007 TAHUN

2009 Pertanian 9,854 21,422 117.39% -0.54% -215.73% Industri Pengolahan 210,366 191,259 -9.08% -0.69% 13.16% Perdagangan, Rumah Makan Dan Jasa Ako-Modasi

186,323 234,774 26.00% 6.84% 3.80%

Jasa Kemasyarakat-An, Sosial Dan Perorangan

233,457 241,705 3.53% 7.81% 0.45%

Lainnya (Pertambangan, Bangunan, Listrik, Gas, Air Minum, Angkutan)

200,647 221,962 10.62% 10.51% 1.01%

JUMLAH 840,647 911,122 8.38% 4.13% 2.03%

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 9: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

128

Tabel 4 Rasio Ketergandungan Penduduk

URAIAN PENDUDUK (JIWA)

PERSENTASE (%)

RASIO KETERGANTUNGAN

(RK)

Anak-anak (0 - 14 th) 596.083 25,70 35,81

Dewasa (15 - 64 th) 1.664.498 71,76 -

Tua ( ≥ 65 th) 58.937 2,54 3,54

JUMLAH 2.319.518 100 39,35

5. Analisis Angka Partisipasi Angkatan Kerja

Analisis Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) ini bermanfaat untuk mengetahui bagian

dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan

produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu. Penghitungan

APAK dapat dilakukan dengan membandingkan antara jumlah penduduk yang termasuk

dalam angkatan kerja dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam usia kerja.

Tabel 5 Angka Partisipasi Angkatan Kerja

URAIAN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL (%)

Angkatan Kerja 700.192 358.340 1.058.532 62,10 Bekerja 611.560 299.562 911.122 86,07 Mencari Kerja 88.632 58.778 147.410 13,93 Bukan Angkatan Kerja 158.638 487.449 646.087 37,90 Sekolah 112.106 94.350 206.456 31,95 Mengurus Rumah Tangga

15.650 381.494 397.144 61,47

Lainnya 30.882 11.605 42.487 6,58 Jumlah 858.830 845.789 1.704.619 100,00

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (APAK) penduduk Kota Bekasi tahun 2009

mencapai 62,10%. Berdasarkan jenis kelamin, APAK laki-laki (81,53%) lebih tinggi, hampir

dua kali lipat daripada APAK perempuan (42,37%), karena laki-laki biasanya berperan

sebagai kepala rumah tangga yang memberi nafkah pada keluarga. Perkembangan APAK dari

tahun 2004-2009 menunjukkan bahwa penduduk angkatan kerja selalu lebih besar dari pada

penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja tahun 2004 sebesar 55,88% dan

meningkat menjadi 62,10% pada tahun 2009. Penjelasan secara rinci dapat dilihat pada tabel

di bawah ini.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 10: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

129

Tabel 6 Perkembangan Angka Partisipasi Angkatan Kerja Kota Bekasi

URAIAN

TAHUN 2004 TAHUN 2008 TAHUN 2009

JUMLAH (%) JUMLAH (%) JUMLAH (%)

Angkatan Kerja 755,374 55.88% 1,004,681 62.09% 1,058,532 62.10% Bekerja 651,090 86.19% 931,307 92.70% 911,122 86.07% Mencari Kerja 104,284 13.81% 73,374 7.30% 147,410 13.93% Bukan Angkatan Kerja

596,396 44.12% 613,533 37.91% 646,087 37.90%

Sekolah 122,702 20.57% 128,803 20.99% 206,456 31.95% Mengurus Rumah Tangga

319,944 53.65% 405,596 66.11% 397,144 61.47%

LAINNYA 153,750 25.78% 79,854 13.02% 42,487 6.58% JUMLAH 1,351,770 100.00% 1,618,214 100.00% 1,704,619 100.00%

6. Analisis Neraca Tenaga Kerja

Analisis neraca tenaga kerja dipergunakan untuk mengetahui keadaan tenaga kerja di

daerah. Dapat juga digunakan untuk merencanakan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja di

masa yang akan datang. Agar dapat menganalisis dan merencanakan persediaan dan

kebutuhan tenaga kerja dengan baik, maka diperlukan data-data pendukung sebagai berikut :

1) Proyeksi penduduk; 2) Proyeksi persediaan angkatan kerja; 3) Proyeksi penyerapan tenaga

kerja.

Dengan asumsi bahwa LPP 3,03% (sesuai dengan asumsi proyeksi penduduk dalam

dokumen RPJMD), maka dapat diproyeksikan kembali jumlah penduduk Kota Bekasi hingga

tahun 2015 sebagaimana tabel berikut.

Tabel 7 Proyeksi Penduduk Kota Bekasi Tahun 2010-2015

KECAMATAN LPP EKSISTING PROYEKSI

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 PONDOKGEDE 3.13% 231,389 238,631 246,101 253,804 261,748 269,940 278,389

JT.SAMPURNA 3.21% 86,936 89,727 92,607 95,580 98,648 101,814 105,082

JATIASIH 2.03% 183,461 187,185 190,985 194,862 198,818 202,854 206,972

BT.GEBANG 2.69% 102,563 105,322 108,155 111,064 114,052 117,120 120,271

BKS TIMUR 3.13% 266,277 274,611 283,207 292,071 301,213 310,641 320,364

RAWALUMBU 2.77% 229,326 235,678 242,207 248,916 255,811 262,897 270,179

BKS SELATAN 2.85% 175,231 180,225 185,361 190,644 196,078 201,666 207,413

BKS BARAT 2.76% 294,342 302,466 310,814 319,392 328,208 337,266 346,575

M.SATRIA 3.11% 169,097 174,356 179,778 185,369 191,134 197,079 203,208

BKS UTARA 3.01% 340,224 350,465 361,014 371,880 383,074 394,604 406,482

MUSTIKAJAYA 2.70% 140,051 143,832 147,716 151,704 155,800 160,007 164,327

PDK MELATI 3.10% 100,621 103,740 106,956 110,272 113,690 117,215 120,848

KOTA BEKASI 3,03% 2,319,518 2,386,239 2,454,901 2,525,559 2,598,273 2,673,103 2,750,110

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 11: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

130

Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja, yaitu penduduk yang

berusia di atas 15 tahun, baik penduduk yang bekerja ataupun yang menganggur/ mencari

pekerjaan. Proyeksi angkatan kerja tahun 2010-2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8 Proyeksi Angkatan Kerja Penduduk Kota Bekasi

Tahun 2010-2015 URAIAN EKSISTING PROYEKSI

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

ANGKATAN KERJA

1,00

4,68

1

1,05

8,53

2

1,44

3,24

8

1,48

4,77

6

1,52

7,51

1

1,57

1,49

0

1,61

6,74

9

1,66

3,32

5

BUKAN ANGKATAN

KERJA 613,

533

646,

087

942,

991

970,

125

998,

048

1,02

6,78

3

1,05

6,35

4

1,08

6,78

6

JUMLAH PENDUDUK

2,23

8,71

7

2,31

9,51

8

2,38

6,23

9

2,45

4,90

1

2,52

5,55

9

2,59

8,27

3

2,67

3,10

3

2,75

0,11

0

Penduduk angkatan kerja ini selanjutnya dijadikan sebagai data dasar potensi tenaga

kerja daerah/ketersediaan tenaga kerja daerah. Proyeksi LPE Kota Bekasi yang baru

menunjukkan bahwa pada tahun 2010 LPE diproyeksikan sebesar 5.09%, kemudian menjadi

5,12% pada tahun 2011 dan pada akhir 2015 menjadi 6,07%. Proyeksi LPE ini sangat

moderat sehingga kemungkinan ketercapaiannya sangat besar.

Proyeksi penyerapan tenaga kerja tahun 2010-2015 berdasarkan hasil perhitungan dan

analisis ketersediaan tenaga kerja dan proyeksi LPE serta elastisitas tenaga kerja dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 9 Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Penduduk Kota Bekasi

Tahun 2010-2015

TAHUN LPE (%) PENYERAPAN TENAGA KERJA (ORANG)

2010 5,09 999,296 2011 5,12 1,087,990 2012 5,25 1,178,935 2013 5,38 1,272,133 2014 5,65 1,370,008 2015 6,07 1,475,158

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 12: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

131

Perhitungan perbandingan antara persediaan tenaga kerja dan kebutuhan kenaga kerja

/penyerapan tenaga kerja disajikan dalam tabel necara angkatan kerja Kota Bekasi

sebagaiman berikut ini.

Tabel 10 Proyeksi Neraca Tenaga Kerja Kota Bekasi Tahun 2010-2015

TAHUN KETERSEDIAAN TENAGA KERJA

(ORANG)

KEBUTUHAN TENAGA KERJA

(ORANG)

PENGANGGURAN PERSENTASE

PENGANGGURAN (%)

2010 1,443,248 999,296 443,952 30.76% 2011 1,484,776 1,087,990 396,786 26.72% 2012 1,527,511 1,178,935 348,576 22.82% 2013 1,571,490 1,272,133 299,357 19.05% 2014 1,616,749 1,370,008 246,741 15.26% 2015 1,663,325 1,475,158 188,166 11.31%

7. Analisis SWOT

7.1 Identifikasi Faktor Kunci Keberhasilan (Key success Faktors/KSF)

Identifikasi KSF dilakukan dengan cara menyusun daftar KSF potensial yang

berhubungan dengan penyusunan masterplan ketenagakerjaan. KSF potensial diperoleh dari

hasil analisis kualitatif melalui observasi dan wawancara langsung dengan responden di

lapangan.

Hasil identifikasi KSF untuk acuan penyusunan masterplan ketenagakerjaan sebagai

berikut: 1) Rencana tenaga kerja 2) Upah minimum Kota (UMK) 3) Peraturan daerah dan peraturan lainnya. 4) Pertumbuhan ekonomi daerah (LPE) 5) Jumlah perusahaan besar dan menengah 6) Ketersediaan tenaga kerja 7) Kebutuhan tenaga kerja 8) Pengangguran 9) Pemutusan hubungan kerja 10) Penyelesaian sengketa buruh dan pengusaha 11) Fasilitasi tripatrit 12) Jumlah balai latihan kerja 13) Pertumbuhan perusahaan 14) Investasi 15) Kebijakan tata ruang untuk industry 16) Kompetisi minat usaha bagi pengusaha dengan

daerah lain 17) Kualitas tenaga kerja 18) Jumlah lembaga pendidikan SMK dan akademi

19) Alokasi anggaran APBD untuk ketenagakerjaan 20) Pasar bebas dan tenaga kerja global 21) PPTKIS 22) Apindo 23) Serikat buruh/pekerja 24) Informasi ketenagakerjaan 25) Pengawas ketenagakerjaan 26) Letak geografis wilayah 27) Infrastruktur kota 28) Sektor ekonomi basis 29) Kondisi social budaya 30) Keamanan dan ketertiban 31) Tenaga kerja luar daerah 32) Kebijakan 1 juta tenaga kerja di Jawa Barat 33) BLK Cevest 34) Terdapat banyak industry di sekitar Jabodetabek 35) UMK wilayah Jabodetabek 36) Kebijakan investasi di wilayah Jabodetabek

7.2 Identifikasi Situasi Internal dan Eksternal

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 13: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

132

Berdasarkan hasil identifikasi KSF, isu strategis utama yang berpengaruh terhadap

situasi internal acuan penyusunan masterplan ketenagakerjaan sebagai berikut :

Tabel 11 Key Success Factors Acuan

Penyusunan Masterplan Ketenagakerjaan

NO KEY SUCCESS FACTORS (KSF)

INTERNAL EKSTERNAL 1. Pertumbuhan ekonomi daerah (LPE) Pasar bebas dan tenaga kerja global 2. Ketersediaan tenaga kerja Tenaga kerja luar daerah 3. Pertumbuhan perusahaan PPTKIS 4. Alokasi anggaran APBD untuk

ketenagakerjaan Kebijakan 1 juta tena-ga kerja di Jawa Barat

5. Informasi ketenagakerjaan BLK Cevest 6. Pengangguran

Terdapat banyak industry di sekitar Jabodetabek

7. Peraturan daerah dan peraturan lainnya UMK wilayah Jabode-tabek 8. Pemutusan hubung-an kerja (PHK) Kebijakan investasi di wilayah Jabodetabek

7.2.1 Analisis Situasi Internal dan Eksternal

Analisis situasi internal dan eksternal (SWOT) merupakan analisis lanjutan dari hasil-

hasil analisis sebelumnya baik yang bersifat kualitatif maupun analisis kuantitatif untuk

penyusunan masterplan ketenagakerjaan. Hasil analisis SWOT disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 12

Hasil Analisis SWOT

SWOT ANALISIS LINGKUNGAN BOBOT RATING SKOR

INTERNAL

KEK

UA

TA

N (S

)

Ketersediaan tenaga kerja 0,30 4 1,20 Pertumbuhan perusahaan 0,40 4 1,60 Informasi ketenagakerjaan 0,15 3 0,45 Pemutusan hubung-an kerja (PHK) 0,15 2 0,30

TOTAL 1,00 3,55

KEL

EMA

HA

N (W

)

Pertumbuhan ekonomi daerah (LPE) 0,40 4 1,60 Alokasi anggaran APBD untuk ketenagakerjaan 0,35 4 1,40 Pengangguran 0,10 3 0,30 Peraturan daerah dan peraturan lainnya 0,15 3 0,45

TOTAL 1,00 3,75 EKSTERNAL

L U A N G (PPTKIS 0,30 4 1,20

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 14: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

133

SWOT ANALISIS LINGKUNGAN BOBOT RATING SKOR

Kebijakan 1 juta tena-ga kerja di Jawa Barat 0,10 2 0,20 BLK Cevest 0,20 3 0,60 Terdapat banyak industry di sekitar Jabodetabek

0,40 4 1,60

TOTAL 1,00 3,60

AN

CA

MA

N

(T)

Pasar bebas dan tenaga kerja global 0,30 4 1,20 Tenaga kerja luar daerah 0,20 3 0,60 UMK wilayah Jabode-tabek 0,20 2 0,40 Kebijakan investasi di wilayah Jabodetabek 0,30 2 0,60

TOTAL 1,00 2,80 Keterangan : a) Skala Bobot 0-1, skala 0 berarti pengaruh terhadap acuan/tjuan tidak ada pengaruhnya,

skala 1 berarti pengaruhnya terhadap acuan/tujuan sangat besar. b) Skala Rating 1-4, skala 1 berarti pengaruh terhadap acuan/tjuan tidak ada pengaruhnya,

skala 4 berarti pengaruhnya terhadap acuan/tujuan sangat besar. c) Skala Skor 1-4, skala 1 berarti pengaruh terhadap acuan/tjuan tidak ada pengaruhnya,

skala 4 berarti pengaruhnya terhadap acuan/tujuan sangat besar.

Setelah dilakukan analisis lanjutan, yakni dengan cara mengurangkan total skor

kelemahan (W) terhadap total skor kekuatan (S) dan mengurangkan total skor ancaman (T)

terhadap total skor peluang (O), maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Berdasarkan gambar di atas, hasil analisis SWOT berada di posisi kuadran IV yaitu

strategi conservative. Strategi conservative adalah strategi meminimalisir kelemahan (W) dan

mengoptimalkan peluang (O).

Berdasarkan hasil analisis diperoleh 14 (empatbelas) strategi yang dapat diterapkan

untuk perencanaan tenaga kerja dalam rangka penyusunan masterplan ketenagakerjaan.

Keempatbelas strategi tersebut sebagai berikut.

1. Pengiriman TKI berkualitas dari penduduk Kota Bekasi untuk meningkatkan LPE.

2. Peningkatan alokasi anggaran APBD untuk penempatan kerja.

3. Kerjasama Pemkot dengan PPTKIS.

4. Perda ketenagakerjaan.

5. Penyediaan lapangan kerja untuk meningkatkan LPE.

6. Peningkatan alokasi anggaran APBD untuk penyediaan lapangan kerja.

7. Penyediaan lapangan kerja.

8. Perda perbaikan iklim berinvestasi.

9. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM angkatan kerja untuk meningkatkan LPE.

10. Peningkatan alokasi anggaran APBD untuk pelatihan ketrampilan.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 15: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

134

11. Kerjasama Pemkot dengan BLK Cevest.

12. Peningkatan alokasi anggaran APBD untuk pelatihan ketrampilan.

13. Peningkatan kualitas SDM angkatan kerja. Dan

14. Perda perbaikan iklim berinvestasi.

15. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM angkatan kerja untuk meningkatkan LPE.

16. Perda ketenagakerjaan.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan hasil analisis di atas, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan,

sebagai berikut.

1) Kondisi wilayah, kondisi perekonomian, kondisi social budaya serta keamanan dan

ketertiban secara umum sangat kondusif bagi pengembangan ketenagakerjaan di Kota

Bekasi.

2) Jumlah penduduk pada tahun 2015 diprediksi mencapai 2.756.116 jiwa dengan LPP

sebesar 3,03%. Jumlah angkatan kerja 1.663.325 jiwa, penyerapan tenaga kerja

1.475.158 jiwa dan pengangguran 11,31%.

3) Pada tahun 2015 laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Bekasi diprediksi mencapai

6,07% dengan daya serap tenaga kerja 17.323 orang per kenaikan 1% LPE.

4) Sektor lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja adalah sector industry

pengolahan, kemudian sector perdagangan hotel restoran dan sector jasa-jasa.

5) Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2004-2005) perusahaan skala besar, menengah

dan kecil mengalami peningkatan jumlah yang cukup berarti (20,37%) dan mampu

menyerap tenaga kerja hingga 82.903 orang.

6) Kota Bekasi memiliki dua unit balai latihan kerja (BLK) milik pemerintah yaitu BLK

Cevest dan BLK Provinsi Jawa Barat serta 54 unit lembaga latihan swasta (LLS), 63 unit

PPTKIS dan 178 sekolah menengah kejuruan (SMK).

7) Kota Bekasi belum memiliki peraturan daerah yang mengatur tentang ketenagakerjaan.

8) Sektor ekonomi basis berdasarkan serapan tenaga kerja di Kota Bekasi terdiri dari

industry, perdagangan, restoran, layanan kesehatan, hotel, keuangan, lembaga

pendidikan, jasa perusahaan, dan keuangan.

9) Rasio ketergantungan penduduk 39,35% dan tingkat partisipasi angkatan kerja (APAK)

62,10%.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 16: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

135

10) Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi perencanaan tenaga kerja berada pada kuadran

IV (conservative) yaitu strategi untuk mengeliminir kelemahan (Weakness) dan

mengoptimalkan peluang (Opportunity).

11) Terdapat lima strategi perencanaan tenaga kerja dalam rangka penyusunan masterplan

ketenagakerjaan yaitu a) strategi peningkatan alokasi APBD untuk bidang

ketenagakerjaan, b)kerjasama Pemerintah Kota Bekasi dengan PPTKIS, BLK dan LLS,

c)penyusunan perda tenaga kerja, d)penyediaan lapangan kerja baru dan e)penyusunan

perda perbaikan iklim investasi.

12) Kebijakan yang telah dirumuskan untuk perencanaan tenaga kerja meliputi a)

Peningkatan alokasi anggaran APBD, b) Peningkatan kerjasama Pemkot Bekasi dengan

PPTKIS, BLK Cevest dan LLS, c) Pengaturan ketenagakerjaan, d) Peningkatan investasi

dan usaha mandiri, dan e) Pengaturan investasi.

13) Strategi dan kebijakan dalam perencanaan tenaga kerja pelaksanaannya

diimplementasikan ke dalam 15 program dan 15 kegiatan.

14) Untuk memudahkan implementasi pelaksanaan perencanaan tenaga kerja maka disusun

roadmap tahapan pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan ketenagakerjaan dalam

bentuk suatu tabel.

Daftar Pustaka Adi, Isbandi Rukminto. 2001. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas; Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: FE-UI. Craib, Ian. 1992. Teori-Teori Sosial Modern; Dari Parsons Sampai Habermas. Jakarta:

Rajawali Pers. Ediyono, Setijati H. 1999. Prinsip-Prinsip Lingkungan dalam Pembangunan yang

Berkelanjutan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ife, Jim. 1995. Community Development; Creating Community Alternatives-Vision, Analysis and Practic”. Australia: Longman.

Jhonson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia. Miles, Mathew B. dan A. Michael Huberman. 1992. Analisa Data Kualitatif. Jakarta: UI

Press. Rangkuti, Freddy. 1999. Analisis SWOT; Teknik Membedah Kasus. Jakarta: Gramedia Setiawan, Bonni. Peralihan ke Kapitalisme di Dunia Ketiga; Teori-Teori Radikal dari

Kalsik Sampai Kontempore”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 17: Analisa Kebijakan Ketenagakerjaan Kota Bekasi

136

Sheldon E.B and W.E. Moore. 1968. Indicator of Social Change Concepts and Measurements. New York: Russel Sage Foundation.

Sjahrir dan Brown. 1992. Indonesian Financial and Trade Policy Deregulation: Reform and Response, dalam Adrew J. MacIntyre and Kanishaka Jayasuriya (eds). The Dynamic of Economic Policy Reform in South-East Asia and South-West Pasific. Singapore: Oxford University Press.

Todaro, Michael P. 1993. “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”. Jakarta: Erlangga. Yustika, Ahmad Erani. 2000. “Industrialisasi Pinggiran”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yuwono S, Arief M, Simanjuntak PJ dan Sagir S. 1985. Produktifitas dan Tenaga Kerja

Indonesia. Jakarta: Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktifitas,

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)