ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

19
19 ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING KLEMENS WEDANAJI P. STIE TRISAKTI JAKARTA [email protected] PENDAHULUAN ndustri freight forwarding adalah industri yang tidak akan pernah mati, selama republik ini masih berdiri maka industri ini akan tetap hidup.” Kutipan bernada optimis di atas memang dapat dimengerti, mengingat kegiatan ekonomi negara yang bertujuan untuk menda- patkan devisa sangat berkaitan dengan kegi- atan ekspor dan impor yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan inti dari kegiatan bisnis industri freight forwarding itu sendiri. Kepastian kelangsungan hidup dari industri ini memang telah membuat banyak sekali pemain yang terjun dan terlibat didalam industri ini. Bahkan, didalam puncak masa krisis ekonomi ditahun 1998, industri freight forwarding terma- suk salah satu industri yang dapat bertahan dan mengeruk keuntungan. Sebuah perusahaan freight forwarding pada intinya melaksanakan fungsi yang bertu- juan untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui jalur transportasi darat, laut, dan udara. Dengan kata lain, freight forwarding bertanggung jawab mulai dari barang diterima ditempat pengirim sampai barang diserahkan ditempat penerima (consignee) dan akan mengatur pengangkutan mengunakan beberapa modal transportasi darat, laut, atau- pun udara. Brokerage atau makelar ekspor sangat identik dengan perusahaan freight forwarding hingga dekade 90-an. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam dekade tersebut per- tumbuhan perusahaan freight forwarding bagai- kan bunga yang mekar di musim semi. Gopal R, Vice President, Transportation & Logistics Practice Frost and Sullivan Asia Pasific mempre- diksi industri transportasi dan logistik Indonesia akan tumbuh rata-rata sebesar 14,7% pada 2011-2016 atau mencapai Rp. 2,442 triliun ditahun 2016. Frost & Sullivan juga mempre- diksi volume total kargo yang bergerak melalui laut Indonesia akan meningkat sebesar 5,8% mencapai 943,1 juta ton ditahun 2012 dibanding tahun lalu sebesar 891,5 juta ton. (http//swa.co.id) Seiring dengan potensi pasar yang sangat besar, pertumbuhan jumlah perusahaan freight forwarding juga mencatat perkembangan yang positif. Berdasarkan data Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (Gafeksi) tidak kurang terdapat 3.000 perusahaan freight forwarding berskala internasional dan lokal yang bernaung didalam induk organisasi ini, dan diperkirakan terdapat lebih dari 1000 per- usahaan freight forwarding yang berada di luar keanggotaan GAFEKSI yang terdapat di Indo- nesia dan menawarkan jasanya. Pertumbuhan yang cukup signifikan ini tidaklah mengherankan jika melihat data Statis- tik Perhubungan 2011 yang menggambarkan pertumbuhan muatan ekspor dari tahun 2006 hingga 2010 yang terus meningkat seperti nampak dalam tabel 1 di bawah ini. “I

Transcript of ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Page 1: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Media Bisnis September

19

ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

KLEMENS WEDANAJI P.

STIE TRISAKTI JAKARTA [email protected]

PENDAHULUAN

ndustri freight forwarding adalah industri yang tidak akan pernah mati, selama

republik ini masih berdiri maka industri ini akan tetap hidup.” Kutipan bernada optimis di atas memang dapat dimengerti, mengingat kegiatan ekonomi negara yang bertujuan untuk menda-patkan devisa sangat berkaitan dengan kegi-atan ekspor dan impor yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan inti dari kegiatan bisnis industri freight forwarding itu sendiri. Kepastian kelangsungan hidup dari industri ini memang telah membuat banyak sekali pemain yang terjun dan terlibat didalam industri ini. Bahkan, didalam puncak masa krisis ekonomi ditahun 1998, industri freight forwarding terma-suk salah satu industri yang dapat bertahan dan mengeruk keuntungan.

Sebuah perusahaan freight forwarding pada intinya melaksanakan fungsi yang bertu-juan untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui jalur transportasi darat, laut, dan udara. Dengan kata lain, freight forwarding bertanggung jawab mulai dari barang diterima ditempat pengirim sampai barang diserahkan ditempat penerima (consignee) dan akan mengatur pengangkutan mengunakan beberapa modal transportasi darat, laut, atau-pun udara.

Brokerage atau makelar ekspor sangat identik dengan perusahaan freight forwarding hingga dekade 90-an. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam dekade tersebut per-tumbuhan perusahaan freight forwarding bagai-kan bunga yang mekar di musim semi. Gopal R, Vice President, Transportation & Logistics Practice Frost and Sullivan Asia Pasific mempre-diksi industri transportasi dan logistik Indonesia akan tumbuh rata-rata sebesar 14,7% pada 2011-2016 atau mencapai Rp. 2,442 triliun ditahun 2016. Frost & Sullivan juga mempre-diksi volume total kargo yang bergerak melalui laut Indonesia akan meningkat sebesar 5,8% mencapai 943,1 juta ton ditahun 2012 dibanding tahun lalu sebesar 891,5 juta ton. (http//swa.co.id)

Seiring dengan potensi pasar yang sangat besar, pertumbuhan jumlah perusahaan freight forwarding juga mencatat perkembangan yang positif. Berdasarkan data Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia (Gafeksi) tidak kurang terdapat 3.000 perusahaan freight forwarding berskala internasional dan lokal yang bernaung didalam induk organisasi ini, dan diperkirakan terdapat lebih dari 1000 per-usahaan freight forwarding yang berada di luar keanggotaan GAFEKSI yang terdapat di Indo-nesia dan menawarkan jasanya.

Pertumbuhan yang cukup signifikan ini tidaklah mengherankan jika melihat data Statis-tik Perhubungan 2011 yang menggambarkan pertumbuhan muatan ekspor dari tahun 2006 hingga 2010 yang terus meningkat seperti nampak dalam tabel 1 di bawah ini.

“I

Page 2: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

2011 Klemens Wedanaji P.

20

Tabel 1 Arus Bongkar/Muat Barang Angkutan Luar Negeri di Empat Pelabuhan Utama 2006 – 2010

No. Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

1 Belawan

Muat/Loading Ton 4,505,600 4,730,880 5,203,968 5,158,945 5,101,153

Bongkar/Unloading 2,192,030 2,301,632 2,531,795 2,496,561 2,453,131

2 Tanjung Priok

Muat/Loading Ton 8,003,851 8,404,043 9,244,447 9,706,669 10,313,336

Bongkar/Unloading 72,825,832 72,948,124 80,242,536 186,673,906 496,172,497

3 Tanjung Perak

Muat/Loading Ton 679,074 680,163 973,690 815,982 855,395

Bongkar/Unloading 3,386,851 4,077,549 3,615,516 3,116,887 3,082,909

4 Makasar

Muat/Loading Ton 1,036,423 1,085,204 434,289 374,277 347,019

Bongkar/Unloading 690,222 724,735 800,580 813,533 1,112,110

Jumlah/Total

Muat/Loading Ton 14,224,948 14,900,290 15,856,394 16,055,873 16,616,903

Bongkar/Unloading Ton 79,094,935 80,052,040 87,190,427 193,100,887 502,820,647

Sumber: Statistik Perhubungan 2011

Faktor lain yang membuat daya tarik

dari industri ini adalah pertumbuhan arus peti kemas dari pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia. Pertumbuhan arus peti kemas meru-pakan daya tarik utama dari industri freight forwarding yang pada umumnya bergerak dalam jasa pengiriman barang melalui laut. Arus peti

kemas dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I saja pada tahun 2010 mencapai 2.158.333 teus meningkat 61% dari tahun 2009 yang sebesar 1.340.337 teus. Data statistik nampak pada tabel 2 yang menunjukkan arus peti kemas dari pelabuhan yang dikelola PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I-IV.

Page 3: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Media Bisnis September

21

Tabel 2 ARUS PETI KEMAS PELABUHAN YANG DIKELOLA PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA 2006 – 2010

No. Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

1 PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Teus 304,002 319,202 900,623 1,340,337 2,158,333

Box 237,703 249,585 735,134 1,118,810 1,848,712

2 PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Teus 3,920,049 4,116,045 4,527,650 4,754,031 5,051,156

Box 2,938,472 3,085,346 3,393,880 3,563,559 3,786,262

3 PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III Teus 833,573 1,691,783 1,798,785 1,878,799 2,104,849

Box 656,416 709,484 779,392 871,867 1,007,845

4 PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV Teus 544,058 571,261 1,031,450 1,185,024 1,280,388

Box 612,298 692,913 978,354 1,076,174 1,204,204

Jumlah/Total

Teus 5,601,682 6,698,291 8,258,508 9,158,191 10,594,726

Box 4,444,889 4,737,328 5,886,760 6,630,410 7,847,023

Sumber: Statistik Perhubungan 2011

Mudah didirikan, keuntungan yang menggiurkan, dan kepastian kelangsungan industri merupakan stimulus yang ampuh yang membuat banyak sekali perseorangan maupun korporasi yang mendirikan perusahaan freight forwarding. Dari data diatas tidaklah menghe-rankan jika para pelaku pasar didalam industri ini tetap optimis dan melirik untuk memasuki industri ini.

Benarkah tidak dapat mati? Pertumbuhan industri freight forwarding sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan industri manufaktur didalam negeri. Perusahaan manufaktur yang berbasis

ekspor, baik PMA ataupun lokal, berbahan baku lokal ataupun impor, merupakan customer utama dari sebuah perusahaan freight forwarding.

Jelas, bahwa pertumbuhan perusahaan manufaktur sangat dipengaruhi oleh comparative advantages yang dimiliki oleh suatu negara, dalam hal ini Indonesia terhadap negara lain. Oleh karena itu industri freight forwarding dapat saja mati atau paling tidak mencapai suatu re-sesi jika Indonesia tidak lagi dipandang memiliki keunggulan komparatif dibanding negara lain.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indo-nesia dibawah 7% ditambah resesi global yang

Page 4: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

2011 Klemens Wedanaji P.

22

menghantam Amerika dan Eropa, jelas meru-pakan ancaman kelangsungan industri ini. Disamping itu, kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik juga memukul dunia industri khu-susnya manufaktur berbasis ekspor. Meningkatnya ongkos produksi telah menyebabkan produksi barang Indonesia tidak dapat bersaing dipasar luar negeri. Akibatnya banyak perusahaan yang gulung tikar atau merelokasikan pabriknya ke negara lain.

Industri freight forwarding jelas merupa-kan salah satu industri yang secara langsung terpukul dengan menurunnya kapasitas ekspor akibat berkurangnya pangsa pasar ekspor Indo-nesia ini.

Di sisi lain industri freight forwarding juga mengalami perkembangan dan perubahan paradigma yang cukup signifikan yang dapat menimbulkan kendala dan tantangan didalam bertahan dan berkembang dalam industri ini. Paradigma yang berubah di awal tahun 2000 telah membuat perusahaan freight forwarding tidak lagi dapat bergantung hanya dengan menjadi makelar ekspor.

Pelanggan semakin menuntut freight forwarding untuk lebih menjadi konsultan dan dapat menyelesaikan semua permasalahan mulai dari dokumentasi, prosedur pengiriman, custom clearance, inland transportation, release at destination hingga pintu si penerima barang.

Permasalahan ini jelas memberikan tantangan baru bagi para pemain didalam industri freight forwarding. Capital Expenditure yang dikeluarkan oleh perusahaan freight forwarding menjadi cukup besar dan untuk dapat bertahan, kecukupan modal yang kuat merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh setiap perusahaan dalam industri.

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan 215 juta penduduk tidak dapat dipung-

kiri merupakan potensi pasar yang sangat menggiurkan sekaligus juga menjadi sasaran masuknya global forwarder di seluruh dunia. Globalisasi telah menjadikan pasar menjadi tanpa batas, dan hal ini telah mendorong peru-sahaan freight forwarding kelas dunia untuk mengakuisisi perusahaan lainnya dan mem-bentuk global forwarder.

Global forwarder telah membuat peta persaingan didalam industri ini semakin berat dan keras. Dapat dikatakan global forwarder yang memasuki pasar Indonesia memiliki kele-bihan dalam hal teknologi, permodalan, jaringan, maupun sistem. Siapkah kita menerima keda-tangan dan masuknya era global forwarder didalam industri freight forwarding ini?

Persaingan didalam industri freight forwarding menjadi semakin ketat dan perkem-bangan teknologi tidak ayal menyebabkan para pemain didalam industri harus dapat mengem-bangkan strategi yang tepat untuk mengatasi berbagai ancaman dan merebut peluang yang ada. Keadaan inilah yang menyebabkan banyak perusahaan freight forwarding yang gulung tikar setelah tahun 2000.

Untuk itulah dibutuhkan suatu proses analisis yang komprehensif, sistematis dan ter-integrasi antara seluruh komponen yang terlibat dalam industri sehingga gambaran detail ten-tang karakteristik industri beserta solusi dan langkah antisipatif dapat diidentifikasi dengan benar. Service dan Jasa Freight Forwarding

Secara detail service yang dapat dila-kukan dan ditawarkan oleh freight forwarding seperti dirangkum dalam gambar 1 di bawah ini berdasarkan Manual on Freight Forwarding 1st Edition 1990:

Page 5: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Media Bisnis September

23

Gambar 1 Services of Freight Forwarder

(Modul of Freight Forwarding 1st Edition 1990)

Analisis Industri Analisis industri dan persaingan meru-pakan analisis yang sistematis yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran sesungguhnya tentang fakta lingkungan usaha yang dihadapi perusahaan. Gambaran ini antara lain mencakup karakter kunci dari industri terkait, intensitas persaingan dalam industri, faktor-faktor yang merubah industri, posisi pasar, strategi perusa-haan pesaing, key success factor, serta prediksi mengenai profitabilitas industri dimasa datang. Alat analisis ini pada akhirnya akan memberikan suatu cara berfikir strategis terhadap industri yang dihadapi secara keseluruhan dan membe-rikan suatu gambaran yang terperinci mengenai potensi dan kemungkinan melakukan investasi didalam industri.

Analisis Five Forces Analisis Industri dan persaingan meru-

pakan upaya identifikasi terhadap sumber utama tekanan persaingan dan seberapa kuat tekanan tersebut. Hal ini menjadi suatu langkah yang penting yang harus dilakukan oleh se-orang pemimpin perusahaan mengingat tanpa pemahaman yang mendalam terhadap karakter persaingan, seorang pemimpin perusahaan tidak akan dapat menyusun strategi yang tepat didalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Porter, pola umum persaingan dalam pasar biasanya melibatkan lima kekuatan yang masing-masing saling menekan untuk memperoleh keuntungan maksimal. Kekuatan tersebut berasal dari: (1) Persaingan di antara sesama penjual dalam merebut dan memper-

Page 6: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

2011 Klemens Wedanaji P.

24

tahankan pasar, (2) Adanya tekanan barang subtitusi, (3) Adanya potensi tekanan masuknya pendatang baru, (4) Kekuatan tawar-menawar para supplier, (5) Kekuatan tawar-menawar pihak pembeli. Analisis lima kekuatan ini merupakan metode yang bermanfaat dalam mendiagnosis pola tekanan persaingan di pasar dan untuk menilai siapa diantara kekuatan tersebut yang dominan. Semakin kuat tekanan tersebut atau semakin seimbang dan merata kekuatan di antara masing-masing pihak maka semakin tipis keuntungan yang dapat diperoleh penjual. Sebaliknya, semakin lemah tekanan tersebut atau semakin tidak seimbang kekuatan diantara para pelaku bisnis tersebut maka akan ada pihak tertentu yang dapat meraih keuntungan lebih daripada normalnya. Ancaman Pendatang Baru Setiap industri selalu memiliki potensi atas masuknya pendatang baru. Masuknya pendatang baru didalam industri akan me-nambah kapasitas terpasang dalam pasar dan tambahan sumber daya yang potensial. Seba-liknya, pendatang baru juga dapat mendatang-kan ancaman bagi para pemain lama karena dapat mengurangi keuntungan dan merebut pelanggan maupun potensi pelanggan yang selama ini ada. Ancaman terhadap pendatang baru ini dapat dianalisa melalui pendekatan entry barrier yang dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut ini : (1) Skala ekonomi dalam industri forwarding tidak memberikan barrier to entry dalam skala yang cukup tinggi bagi ma-suknya pendatang baru. Hal ini disebabkan karena pendatang baru pada industri ini dapat masuk dengan skala yang kecil (biaya dan resiko). Sebagaimana telah dijelaskan bahwa industri forwarding merupakan industri jasa yang menitikberatkan kesuksesan kepada keterampilan dan pengetahuan forwardernya. Forwarder adalah architect of transport. Seja-tinya kegiatan forwarder adalah melakukan pengiriman barang dengan berbagai moda transportasi yang ada tanpa perlu memiliki

moda transportasi tersebut. Maka, berdasarkan aspek ini, skala ekonomi tidak memberikan barrier to entry yang cukup tinggi bagi masuk-nya pendatang baru sehingga ancaman pen-datang baru pada industri ini sangat tinggi. Namun demikian, dimasa yang akan datang, terutama setelah berlakunya Peraturan Dirjen Bea dan Cukai No P-15/BC/2006 dimana tidak ada lagi informasi yang dapat disembunyikan diantara pemasok (Shipping Line), Penjual (Forwarding) dan Pembeli (exportir/importir), maka perusahaan forwarding dituntut untuk dapat meningkatkan skala volumenya agar berhasil meningkatkan daya tawar terhadap pemasok untuk mendapatkan harga freight yang termurah dibanding pesaing lainnya. Hal ini jelas akan memberikan barrier to entry bagi perusahaan baru untuk masuk dalam industri dan memenangkan persaingan, mengingat mereka membutuhkan jumlah volume yang besar untuk dapat bersaing dengan perusa-haan yang sudah exist, (2) Dalam Gambar 1, telah dijabarkan berbagai service yang dapat dilakukan oleh perusahaan freight forwarding. Dari sisi diferensiasi produk, industri forwarding Indonesia belum dapat menciptakan barrier to entry yang cukup besar bagi masuknya penda-tang baru, hal ini dikarenakan differensiasi produk yang dilakukan oleh para pemain dalam industri nyaris tidak ada sehingga ancaman bagi masuknya pendatang baru sangat tinggi. Situasi ini terbentuk oleh karakteristik pelanggan yang notabene adalah para eksportir dan im-portir yang lebih menitkberatkan kepada harga yang murah didalam menentukan pemilihan forwarding sebagai mitra kerjanya. Dalam perkembangan terbaru, banyak investasi per-usahaan asing yang menuntut forwarding untuk dapat memenuhi kriteria forwarding internasional didalam prasyarat pemilihan mitra kerja mereka, hal ini disebabkan banyak dari perusahaan penanaman modal asing ini yang telah mene-rapkan standar mutu terpadu atau ISO sehingga forwarding mulai berkompentensi secara kua-litas dan memikirkan untuk membangun brand identity perusahaannya, (3) Kebutuhan kapital

Page 7: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Media Bisnis September

25

untuk mendirikan sebuah perusahaan freght forwarding terbilang cukup rendah. Berdasarkan KM 10 Tahun 1988 Tentang Jasa Pengurusan Transportasi, Bab II Persyaratan Usaha, dalam pasal 7 menyatakan bahwa perusahaan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) harus berbentuk perseroan terbatas dengan modal disetor sebesar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). Dengan demikian dari segi kebutuhan kapital, industri freight forwarding memiliki tingkat barrier to entry yang rendah terhadap masuknya pendatang baru sehingga ancaman terhadap masuknya pendatang baru menjadi sangat tinggi, (4) Biaya beralih dari industri freight forwarding sangat rendah. Hal ini sejalan dengan rendahnya loyalitas konsumen terhadap perusahaan forwarding yang dipilihnya. Kesadaran untuk membangun identitas merek didalam industri ini masih sangat rendah dan preferensi konsumen terhadap kualitas didalam pemilihan perusahaan forwarding sebagai mitra kerjanya juga menempati proporsi setelah harga yang murah. Akibatnya barrier to entry yang diciptakan dari aspek ini sangat rendah dan ancaman masuknya pendatang baru men-jadi sangat tinggi. Dalam perkembangannya kedepan, industri freight forwarding mulai me-nyadari bahwa salah satu kunci sukses dalam industri adalah mengikat pelanggan dengan expertise dan keunggulan produk dibandingkan dengan pesaing. Dengan demikian proses membangun brand identity dirasakan sangat perlu dan menonjolkan aspek kualitas diatas harga dipandang sebagai salah satu kunci sukses untuk bertahan dan memenangkan persaingan. Melalui keunggulan kualitas sebuah perusahaan freight forwarding akan dapat meningkatkan switching cost bagi para pelang-gannya, (5) Kebijakan pemerintah didalam memajukan dan mengembangkan industri forwarding Nasional dirasakan sangat kurang. Iskandar Zulkarnain salah seorang dari tokoh forwarder Nasional, dalam Tabloid Ocean week No. 96/IV Desember 2005 mengungkapkan bahwa pemerintah kurang peduli terhadap

eksistensi bisnis forwarding di Indonesia dikare-nakan Pemerintah sendiri yang tidak mengerti tentang bisnis forwarding itu sendiri. Akibatnya persaingan usaha dalam industri menjadi monopoli perusahaan forwarding asing dengan kapitalisasi yang cukup kuat. Sebagai contoh, berdasarkan KM 10/1988, pasal 9 menyatakan bahwa perusahaan jasa pengurusan trans-portasi (freight forwarding) asing yang akan beroperasi di Indonesia wajib menunjuk peru-sahaan jasa transportasi nasional sebagai agent. Namun pada kenyatannya peraturan ini hanyalah tinggal peraturan dimana perusahaan asing saat ini bebas menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia dan pemerintah dalam hal ini tidak memberikan proteksi bagi forwarding Nasional untuk berkembang. Dengan demikian dari aspek kebijakan pemerintah, tidak dapat memberikan proteksi bagi ancaman masuknya pendatang baru, entry barrier sangat rendah sehingga ancaman masuknya pendatang baru menjadi sangat tinggi. a. Learning and Experience Curve Effect. Besarnya beban operasional seringkali dipe-ngaruhi oleh pengalaman dan proses belajar yang diperlukan untuk berkecimpung didalam suatu bisnis. Lamanya proses belajar akan mempengaruhi besarnya biaya yang dibutuhkan. Dalam industri freight forwarding pengetahuan akan industri memegang peranan yang paling besar didalam penentuan keberhasilan. Meng-ingat industri ini merupakan industri jasa dan forwarding itu sendiri sekali lagi adalah seorang architect of transport yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dapat mela-kukan proses pengiriman barang secara efektif dan efisien maka keahlian dan expertise dari SDM yang dimiliki merupakan faktor utama kesuksesan. Berdasarkan KM 10/1988 sebuah perusahaan Freight Forwarding harus memiliki tenaga ahli di bidang freight forwarding yang memiliki ijazah freight forwarding setingkat sarjana muda. Mengacu kepada Keppres No. 18/2000, GAFEKSI memberlakukan syarat keahlian bagi anggotanya sebagai berikut ini.

Page 8: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

2011 Klemens Wedanaji P.

26

Tabel 3 Kompetensi Tenaga Ahli Bagi Freight Forwarding Anggota GAFEKSI

BIDANG KOMPETENSI TENAGA AHLI JUMLAH

Angkutan Multi Modal FIATA Diploma (Standar FIATA) Minimal salah

Basic Freight Forwarder (Standar satu sesuai

UNSCAP) bidang

Dangerous Goods (Standar IATA)

Basic Air cargo (Standar IATA)

Jasa Pengeakan, Basic Freight Forwarder (Standar Minimal salah

Ekspedisi, dan UNSCAP) satu sesuai

Kepengurusan Dangerous Goods (Standar IATA) bidang

Kepabeanan Basic Air cargo (Standar IATA)

Custom Specialist (PPJK)

Jasa Bongkar Muat Basic Freight Forwarder (Standar Minimal salah

Barang UNSCAP) satu sesuai

Dangerous Goods (Standar IATA) bidang

Basic Air cargo (Standar IATA)

Custom Specialist (PPJK)

Dengan standar klasifikasi di atas, GAFEKSI dengan rutin telah membuka kursus bagi para pelaku bisnis untuk dapat menjadi tenaga ahli di bidang transportasi. Dengan berbagai macam kursus yang diselenggarakan diatas, proses pembelajaran untuk mencapai kapasitas dan kapabilitas dengan para pemain lama dirasakan semakin cepat tercapai, bahkan kemungkinan besar melampaui keahlian dan pengalaman para pemain lama yang tidak melakukan proses pembelajaran seperti diatas. Dengan demikian,

barrier to entry bagi kurva pembelajaran yang sebelumnya dirasakan cukup tinggi menjadi rendah dan ancaman pendatang baru dilihat dari aspek ini berubah menjadi tinggi.

b. Akses Teknologi bagi pemain baru dirasakan dapat dengan mudah dilakukan untuk mencapai taraf yang setara dengan pemain lama. Reformasi Kepabeanan dengan sistem EDI misalnya, bagi pemain baru cukup dengan menjadi pelanggan/pengguna Jasa EDI Kepabeanan dapat menjalankan usaha yang sama dengan pemain lama. Teknologi infor-masi lainnya seperti internet untuk menunjang kecepatan informasi dan dokumentasi baik dengan pelanggan, vendor, maupun mitra di luar negeri juga dirasakan bukan menjadi penghalang bagi pendatang baru mengingat dari struktur biaya dan keahlian dapat dengan mudah diaplikasikan. Barrier to entry dari aspek ini dirasakan sangat kecil bagi pendatang baru sehingga ancaman bagi masuknya pendatang baru dirasakan sangat besar.

Page 9: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Tabel 4 Keatraktifan Industri, Faktor Ancaman Pendatang Baru

Faktor

Daya Tarik Industri

Sangat

Tidak Tidak Netral Atraktif Sangat

Atraktif Atraktif Atraktif

Skala ekonomi Rendah Tinggi

Differensiasi produk Rendah Tinggi

Kebutuhan kapital Tinggi Rendah

Biaya beralih pelanggan Rendah Tinggi

Regulasi pemerintah Kuat Lemah

Kurva pembelajaran Tinggi Rendah

Akses Teknologi Mudah Sulit

Keterangan : Kondisi saat ini

Proyeksi masa datang

Berdasarkan tujuh faktor ancaman pendatang baru diatas, dapat dilihat bahwa industri freight forwarding sangat rentan terhadap ancaman masuknya pendatang baru, namun demikian daya pikat industri ini dirasakan tetap tinggi mengingat prospek keuntungan dan pertumbuhan industri masih dirasakan menarik. Sehingga tidak heran, walaupun industri ini sangat rentan terhadap masuknya pendatang baru, banyak perusahaan baru yang mencoba masuk dan meraih kesuksesan. Seperti pepatah dalam pembukaan didepan bahwa dimana ada gula maka disitu akan banyak semut berdatangan. Ancaman Produk atau Jasa Substitusi Jasa pelayanan yang dapat ditawarkan oleh perusahaan freight forwarding saat ini re-latif tidak dapat tergantikan. Adapun ancaman yang datang lebih kepada faktor penyedia

layanan tersebut bukan kepada jenis layanan yang ditawarkan. Contohnya adalah perusa-haan pelayaran yang juga dapat menawarkan jasa pengiriman barang melalui laut kepada para eksportir, hal mana proses ini juga meru-pakan bagian dari jasa yang ditawarkan peru-sahaan freight forwarding. Berdasarkan KM 10/1988 Pasal 2 dinyatakan bahwa pemilik barang, yaitu peru-sahaan atau perorangan, dalam melakukan kegiatan pengurusan transportasi barang tidak diharuskan untuk menggunakan perusahaan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) dan dapat melaksanakan sendiri segala peng-urusan tersebut. Berdasarkan pasal tersebut seorang eksportir atau importir dapat melakukan sendiri proses pegiriman maupun penerimaan barangnya tanpa melalui forwarding. Namun

Page 10: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

2011 Klemens Wedanaji P.

28

demikian kita akan lebih jauh melihat besarnya tekanan tersebut dari faktor biaya pindah yang ditanggung pelanggan dan beberapa faktor terkait lainnya. a. Harga. Seorang eksportir yang mengurus sendiri pengiriman barangnya akan secara langsung menghubungi perusahaan pelayaran untuk melakukan negosiasi biaya freight dari pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan. Biaya dengan transaksi langsung ini umumnya akan lebih mahal daripada menggunakan forwarder. Biaya dengan melalui forwarder akan menjadi lebih murah karena forwarder umumnya me-miliki kekuatan tawar kepada perusahaan pelayaran dari rutinitas volume ekspor yang dimilikinya sehinga biaya yang diberikan oleh perusahaan pelayaran akan menjadi lebih murah. Dengan demikian jauh lebih efisien jka seorang eksportir menyerahkan barang yang akan dikirimnya kepada forwarder. Dengan sendirinya, berdasarkan aspek harga ancaman yang ditimbulkan dari produk substitusi menjadi rendah. b. Kualitas jasa subtitusi, yang diberikan oleh perusahaan pelayaran kepada eksportir maupun importir dapat menjadi lebih baik da-lam hal kecepatan pemberian delivery order, kepastian equipment, informasi schedule, tracking order, dan kepastian space di dalam kapal dibandingkan dengan perusahaan forwarding. Hal ini disebabkan karena perusahaan pela--yaran memiliki sendiri equipment seperti peti kemas dan kapal peti kemas itu sendiri. Namun demikian, semuanya ini hanya dapat dilakukan dalam koridor pelayanan port to port yang terbatas hanya kepada pemberian jasa freight. Dalam banyak hal forwarding umumnya memi-liki pengetahuan dan pengalaman yang lebih untuk menentukan pemilihan moda yang tepat, pemilihan perusahaan pelayaran, schedule, pengurusan dokumentasi kepabeanan yang diperlukan dalam aktifitas ekspor maupun impor, sehingga kualitas yang diberikan oleh forwarding relatif lebih baik dan efisien dari segi waktu, dan biaya daripada jika sebuah perusahaan mengurus sendiri proses ekspor dan impornya

ataupun jika perusahaan tersebut langsung berhubungan dengan perusahaan pelayaran selaku pemasok freight forwarding. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan ragam pelayanan yang dapat diberikan oleh seorang forwarder kepada eksportir maupun importir dibandingkan dengan apa yang dapat ditawarkan oleh per-usahaan pelayaran. Perusahaan pelayaran hanya terbatas kepada penawaran jasa freight, sedangkan seorang forwarder dapat menawar-kan lebih mulai dari pengepakan, pemilihan moda yang tepat, pengurusan dokumentasi, custom clearance hingga hal yang sama di negara tujuan. Oleh karena itu ancaman produk substitusi berdasarkan aspek ini juga dirasakan kecil. c. Dari segi biaya beralih pelanggan, indus-tri forwarding memiliki biaya beralih yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena umumnya harga yang diberikan oleh perusahaan pelayar-an kepada eksportir maupun importir langsung lebih tinggi daripada harga yang diberikan oleh freight forwarding. Freight forwarding umumnya akan menggabungkan jumlah volume ekspor dan importnya untuk meningkatkan daya tawar kepada perusahaan pelayaran sehingga men-dapatkan harga beli yang lebih murah. Berda-sarkan harga inilah margin yang dikenakan oleh perusahaan forwarding kepada eksportir dan importir umumnya lebih rendah daripada yang dikenakan oleh perusahaan pelayaran. Faktor lainnya adalah jika suatu perusahaan ingin melakukan pengurusannya ekspor, impor dan kepabeanan yang terkait sendiri, maka perusahaan itu harus mengeluarkan dana dan sumber daya yang cukup besar didalam men-dirikan sebuah departemen exim, misalnya. Hal ini pun masih ditambah dengan biaya aplikasi kepabeanan dan investasi SDM agar memiliki kapabilitas di bidang logistik, ekspor dan impor sehingga tingkat ancaman bagi industri forwarding cukup rendah. d. Berdasarkan aspek value, yaitu rasio harga dan performance atau benefit pengiriman ataupun penerimaan barang melalui jasa forwarding dirasakan relatif memiliki nilai lebih

Page 11: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Media Bisnis September

29

tinggi dibandingkan dengan melakukan sendiri dan berhubungan langsung dengan banyak vendor. Dari sisi efisiensi dan biaya, pengurusan melalui jasa forwarding memiliki kelebihan da-

lam hal kecepatan dan biaya yang lebih murah. Hal ini menjadikan ancaman dari produk sub-titusi menjadi rendah dan ancaman terhadap industri forwarding menjadi rendah.

Tabel 5 Keatraktifan Industri, Faktor Ancaman Jasa Subtitusi

Faktor

Daya Tarik Industri

Sangat

Tidak Tidak Netral Atraktif Sangat

Atraktif Atraktif Atraktif

Harga produk subtitusi Rendah Tinggi

Kualitas jasa subtitusi Rendah Tinggi

Biaya beralih pembeli Rendah Tinggi

Rasio harga dan benefit Rendah Tinggi

dimata konsumen

Keterangan : Kondisi saat ini

Proyeksi masa datang

Berdasarkan beberapa faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek ancaman terhadap produk subtitusi, industri freight forwarding memiliki tingkat keatraktifan yang cukup tinggi. Rivalitas di antara Kompetitor Industri Tingkat persaingan di antara sesama penjual didalam industri ditentukan oleh inter-aksi diantara beberapa faktor seperti tingkat pertumbuhan industri, jumlah pemain dalam industri, biaya beralih dan diferensiasi produk, serta kontribusi biaya tetap terhadap total biaya. a. Tingkat Pertumbuhan Industri. Pertumbuhan industri freight forwarding sangat berkaitan erat dengan peningkatan volume ekspor dan impor negara. Tingginya tingkat pertumbuhan industri dapat diindikasikan me-lalui beberapa indikator seperti pertumbuhan produksi peti kemas Nasional, pertumbuhan

ekspor dan impor Nasional, serta pertumbuhan jumlah anggota yang terdaftar resmi didalam organisasi GAFEKSI. Dalam Tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa arus peti kemas dan bong-kar muat produksi ekspor dan impor selalu mengalami peningkatan dalam lima tahun ter-akhir. Hal ini mengindikaskan bahwa industri freight forwarding masih memiliki masa depan yang cerah dan prospek untuk tetap tumbuh dan berkembang. Dengan pertumbuhan ini akan mendorong setiap pelaku pasar untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar dikare-nakan potensi industri yang besar dan tingkat pertumbuhan industri yang masih terjadi. Kea-daan ini tentu saja membuat persaingan di antara sesama penjual didalam industri men-jadi semakin kuat dan akan terus bertahan selama potensi dan pertumbuhan didalam industri masih terus terjadi.

Page 12: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

2011 Klemens Wedanaji P.

30

b. Jumlah Pemain dalam Industri. Sejalan dengan pertumbuhan industri diatas, jumlah pemain didalam industri yang terdaftar didalam organisasi resmi GAFEKSI mengalami pertum-buhan sebesar 12.97% per tahun. Jumlah ini masih harus ditambah dengan perusahaan freight forwarding yang tidak terdaftar yang jumlahnya mencapai ribuan di seluruh Indone-sia. Dengan jumlah yang terus bertambah, tentu saja rivalitas diantara sesama penjual menjadi semakin kuat karena potensi pasar yang ada akan diperebutkan dengan lebih banyak pemain didalam industri. c. Biaya beralih atau switching cost yang terjadi didalam industri freight forwarding dirasakan sangat rendah. Bagi seorang eks-portir ataupun importir biaya beralih dari satu forwarding ke forwarding lainnya dirasakan sangat mudah dilakukan, hal ini erat kaitannya dengan minimnya diferensiasi produk yang ditawarkan oleh para pelaku pasar didalam industri ini. Konsekuensinya tingkat persaingan didalam mendapatkan pelanggan menjadi sangat ketat. d. Struktur biaya tetap didalam industri yang didominasi oleh biaya freight (70%). Struktur biaya ini semakin meningkat dengan kenaikan biaya bahan bakar dan operasional baik itu kepabeanan, operator laut, darat dan udara. Di sisi lain sebagai akibat dari produk yang cenderung identik dan banyaknya pemain, masing–masing penjual tertekan untuk tidak menaikkan harga kepada eksportir maupun importir akibatnya margin keuntungan setiap pelaku pasar akan semain mengecil dan hanya dapat diminimalisasi dengan meningkatkan volume penjualan. Tak pelak rivalitas untuk

mendapatkan pelanggan baru dan memper-tahan pelanggan lama menjadi tipikal industri forwarding nasional yang ditandai dengan ting-ginya tingkat persaingan. e. Dengan tingkat investasi yang tidak ter-lalu tinggi, maka hambatan keluar didalam industri freight forwarding dirasakan sangat mudah. Namun, hal ini ternyata tidak dengan serta-merta menjadikan industri ini mudah untuk mendorong para pemainnya keluar dari dalam industri jika menghadapi persaingan yang sengit, sebaliknya walaupun memiliki kemudahan untuk keluar karena nilai investasi yang tidak terlalu besar, para pemain didalam industri ini banyak yang bertahan dan bersaing dengan keras mengingat keuntungan yang didapat dari industri ini sangat menggiurkan dibandingkan dengan modal kerja yang dike-luarkan. f. Potensi pasar forwarding nasional yang cukup besar. Potensi ini tidak saja menarik minat perusahaan forwarding asing untuk ber-operasi di Indonesia, melainkan juga bagi perusahaan pelayaran asing maupun nasional yang mendirikan perusahaan forwarding seba-gai salah satu bagian dari unit bisnis mereka. Hal ini jelas memberikan dampak terhadap tingkatan persaingan. Berdirinya perusahaan forwarding asing dan forwarding pelayaran dengan permodalan yang besar untuk mengu-asai pasar melalui strategi yang beresiko tinggi seperti pemberian harga freight yang di bawah harga pasar jelas menambah tingkat persaingan dalam industri.

Page 13: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Media Bisnis September

31

Tabel 6 Keatraktifan Industri, Faktor Rivalitas Pemain Dalam Industri

Faktor

Daya Tarik Industri

Sangat Tidak Tidak Netral Atraktif Sangat Atraktif Atraktif Atraktif

Pertumbuhan industri Rendah Tinggi Jumlah dan konsentrasi Tinggi Rendah pemain Tingkat diferensiasi Rendah Tinggi produk Kontribusi biaya tetap Tinggi Rendah terhadap biaya total Hambatan Keluar Tinggi Rendah Penggunaan strategi Tinggi Rendah beresiko tinggi

Keterangan : Kondisi saat ini Proyeksi masa datang

Dari berbagai uraian diatas nampak bahwa berdasarkan faktor rivalitas di antara pemain didalam industri, nampak bahwa industri freight forwarding memiliki tingkat atraktifitas yang rendah atau tidak atraktif. Hal ini ditandai de-ngan tingginya tingkat persaingan dan jumlah pemain didalam industri. Namun demikian kembali kepada konsep dasar dari persaingan itu sendiri bahwa selama pasar masih tumbuh dan keuntungan yang dapat diperoleh dari industri masih cukup menjanjikan, maka sekuat apapun rivalitas tidak akan mengurangi daya tarik industri yang bersangkutan.

Kekuatan Tawar Pemasok Kuat atau lemah posisi pemasok dalam industri sangatlah tergantung kepada kondisi industri yang bersangkutan. Kekuatan tawar dari pemasok dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek dominan seperti tingkat dominasi pema-sok, tersedianya produk subtitusi, signifikansi pelanggan, tingkat diferensiasi produk, dan kemampuan forward integration pemasok. a. Salah satu pemasok utama didalam industri freight forwarding adalah perusa-haan pelayaran. Dalam industri ini, biaya yang harus dikeluarkan oleh forwarder ataupun

customer untuk melakukan pengiriman barang, 70% diantaranya tersedot untuk membiayai biaya tambang atau freight. Perusahaan pela--yaran umumnya memiliki dominasi yang cukup tinggi terhadap perusahaan forwarding didalam penentuan harga freight. Untuk memperkuat posisi tawar terhadap forwarding dan menghin-dari persaingan yang tidak sehat diantara sesama perusahaan pelayaran umumnya mereka menawarkan jenis pelayanan dalam bentuk conference liner. Conference liner terdiri dari beberapa perusahaan pelayaran yang beroperasi pada suatu rute tertentu dengan perjanjian penetapan tarif harga yang sama dan schedule yang tetap. Sistem ini akan men-jaga harga penawaran dari masing-masing perusahaan pelayaran yang tergabung didalam-nya menjadi relatif mahal karena freight rate tidak lagi ditentukan oleh permintaan dan kebu-tuhan yang ada, akibatnya forwarding berada pada posisi yang dirugikan karena harus me-nanggung biaya freight yang mahal. Adapun untuk non conference liner dimana perusahaan pelayaran tidak menetapkan harga dan schedule yang sama, perusahaan forwarding tetap me-miliki daya tawar yang rendah terhadap mereka, hal ini disebabkan perusahaan non conference

Page 14: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

2011 Klemens Wedanaji P.

32

banyak yang menjalin konsorsium dengan sesama perusahaan lainnya atau melakukan kerjasama operasional di antara sesama per-usahaan pelayaran. Akibatnya perusahaan pelayaran tetap memiliki kekuatan tawar yang lebih besar dari perusahaan forwarding didalam melakukan penetapan harga freight. Berdasar-kan aspek dominasi pemasok, jelas terlihat bahwa pemasok memiliki kekuatan tawar yang cukup tinggi. b. Dari sisi produk substitusi, freight for-warder dapat mendapatkan harga freight yang relatif lebih murah. Harga ini dibandingkan dengan perusahaan pelayaran non conference yang tidak melakukan konsorsium ataupun NVOCC yaitu carrier yang beroperasi dengan schedule yang terjadwal tetapi tidak memiliki atau mengoperasikan kapal. Namun hal ini juga tidak dapat dipastikan sebagai jalan keluar terbaik mengingat banyak sekali rintangan yang ada di lapangan. Contohnya untuk rute pelayar-an yang sangat ramai, umumnya perusahaan pelayaran di negara tujuan dibantu dengan kebijakan pemerintah setempat telah mem-proteksi dengan keharusan konsorsium atau melalui penguasaan rute yang paling efisien sehingga untuk perusahaan non conference lainnya umumnya schedule yang dimiliki tidak seefisien perusahaan yang melakukan konsor-sium. Aspek inipun tetap menempatkan kekuatan tawar yang cukup tinggi dari pemasok. c. Dari segi signifikansi pelanggan, akibat lemahnya proteksi pemerintah terhadap industri freight forwarding, perusahaan pelayaran seba-gai pemasok utama dapat secara langsung berhubungan dan menawarkan harga freight kepada shipper atau eksportir. Hal ini yang umumnya tidak terjadi di negara lain dimana pemerintah setempat memproteksi industri forwarding nasionalnya sehingga forwarding merupakan pelanggan utama terhadap peru-sahaan pelayaran. Untuk kondisi Indonesia, perusahaan pelayaran akan berusaha untuk memotong jalur dengan forwarding dan ber-hubungan langsung dengan shipper atau eks-

portir, hal ini dikarenakan keuntungan mereka akan menjadi lebih besar ketimbang menjual kepada forwarding yang mengharuskan mereka untuk menjual lebih murah karena forwarding tersebut akan menjual atau menawarkan kem-bali kepada shipper atau eksportir. Sehingga secara keseluruhan kekuatan tawar pemasok lebih kuat. d. Dari sisi tingkat signifikansi produk yang disuplai oleh pemasok kepada industri, dalam hal ini biaya freight merupakan 70% dari total keseluruhan biaya yang diserap oleh freight forwarding dan merupakan salah satu sumber pendapatan utama dari industri freight forwarding. e. Dari sisi differensiasi produk, perusahaan pelayaran conference liner dan non conference liner yang melakukan konsorsium umumnya telah membangun biaya beralih yang cukup tinggi kepada para forwarding sebagai pelang-gannya. Umumnya perusahaan pelayaran jenis ini memiliki keunggulan didalam ketepatan schedule, kecepatan dokumentasi dan teknologi sehingga tidaklah mudah bagi forwarding untuk memilih perusahaan pelayaran lain walaupun harga freight yang ditawarkan lebih murah. Keadaan ini mengakibatkan kekuatan pemasok yang lebih kuat terhadap pelanggan. f. Dari sisi forward integration, sekali lagi industri forwarding nasional mengalami tan-tangan yang luar biasa sulit akibat tidak jelasnya aplikasi peraturan pemerintah di lapangan. Sesuai dengan KM 10/1988 perusahaan asing diharuskan untuk menunjuk agent perusahaan dalam negeri untuk dapat beroperasi di Indo-nesia. Pada kenyataannya perusahaan pelayaran asing dapat dengan mudah mendirikan per-usahan freight forwarding sehingga mereka dapat langsung berhubungan dengan shipper atau eksportir. Hal ini jelas mematikan industri forwarding nasional karena mereka umumnya memiliki insentif harga yang lebih murah dari induk semang mereka yang notabene adalah perusahaan pelayaran itu sendiri. Jelas keadaan ini membuat daya tawar pemasok menjadi lebih kuat terhadap pelanggan.

Page 15: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Media Bisnis September

33

Tabel 7 Keatraktifan Industri, Faktor Kekuatan Tawar Pemasok

Faktor

Daya Tarik Industri

Sangat

Tidak Tidak Netral Atraktif Sangat

Atraktif Atraktif Atraktif

Dominasi pemasok Tinggi Rendah

Ketersediaan produk Rendah Tinggi

subtitusi

Kontribusi industri terhadap Rendah Tinggi

pendapatan pemasok

Kontribusi pemasok terhadap Tinggi Rendah

biaya dan pendapatan industri

Differensiasi produk dan Tinggi Rendah

biaya beralih pemasok

Ancaman integrasi pemasok Tinggi Rendah

Keterangan : Kondisi saat ini

Proyeksi masa datang

Berdasarkan berbagai faktor diatas kekuatan tawar pemasok jelas berada pada tingkat yang cukup kuat. Lemahnya proteksi pemerintah terhadap industri forwarding nasional dan solid-nya kerjasama di antara perusahaan pelayaran yang disertai dengan proteksi dari masing-masing negara terhadap industri pelayaran na-sionalnya telah membuat daya tawar perusahaan forwarding Indonesia menjadi sangat lemah terhadap perusahaan pelayaran yang umumnya dikuasai oleh asing. Kekuatan Tawar Pembeli Kekuatan tawar pembeli didalam indus-tri freight forwarding yang umumnya terwakili oleh para eksportir dapat bergerak dari posisi lemah sampai kuat. Kekuatan tawar-menawar pembeli dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut ini. a. Posisi pembeli didalam indutri freight forwarding umumnya kuat jika jasa yang diinginkan untuk dilakukan oleh perusahaan forwarding tersebut hanya terbatas kepada freight. Hal ini disebabkan produk menjadi

standard dan tidak terdiferensiasi. Pembeli akan sangat mudah untuk menemukan produk jasa sejenis di pasaran dan dapat memban-dingkan harga antara forwarding yang satu dengan lainnya. Sebaliknya jika sebuah pembeli memiliki ketergantungan terhadap perusahaan forwarding mulai dari packing, pemilihan moda transportasi hingga barang tiba di pintu importir di luar negeri, umumnya pembeli tipe ini akan sulit untuk beralih pemasok, mengingat learning curve yang telah terbentuk telah menciptakan biaya beralih yang tinggi bagi pembeli tersebut. Sayangnya, industri forwarding nasional masih banyak yang menyandarkan usahanya kepada penjualan sektor jasa yang terbatas kepada freight sehingga tidak dapat menciptakan suatu ikatan yang kuat dengan pembeli karena biaya beralih yang kecil bagi pembeli. b. Posisi pembeli akan menjadi sangat kuat jika pembeli tersebut memiliki tingkat volume yang sangat besar. Sebagai contoh, sebuah perusahaan yang dapat melakukan 500 box kontainer ekspor per bulannya tentu saja

Page 16: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

2011 Klemens Wedanaji P.

34

memiliki kekuatan yang sangat kuat terhadap perusahaan forwarding didalam menentukan harga freight bahkan hingga sistem pembayaran. c. Kemungkinan forward integration bagi pembeli didalam indutri freight forwarding umumnya sangat kecil. Hal ini dikarenakan karakter bisnis yang sangat jauh berbeda an-tara para pemain didalam industri forwarding dengan tipikal industri dimana pembeli berada. d. Biaya beralih yang rendah jika pembeli hanya menuntut produk jasa yang ditawar-kan oleh forwarding hanya terbatas kepada freight. Pembeli tidak memerlukan biaya yang tinggi untuk beralih kepada suatu perusahaan forwarding lain dengan harga yang lebih murah. Namun demikian, seperti yang telah dijelaskan pada point a. diatas, jika pembeli sangat tergan-tung dengan perusahaan forwarding terhadap keseluruhan aspek maka kemungkinan untuk pindah menjadi sangat kecil.

e. Berdasarkan biaya yang dibebankan industri kepada pembeli, biaya transportasi umumnya menyedot 10-20% dari seluruh biaya produk yang dipasarkan. Hal ini meng-akibatkan pembeli dalam industri forwarding umumnya akan selalu melakukan perbandingan harga dengan produk sejenis yang ditawarkan oleh forwarding satu dan lainnya, sehingga hal ini akan sendirinya menciptakan suatu langkah antisipatif bagi pembeli untuk melakukan pem-belian secara efektif. Ketergantungan pembeli terhadap industri forwarding menjadi sangat tinggi. f. Terbukanya informasi dan data. Proses ekspor dan impor yang dilakukan secara perio-dik oleh pembeli dengan sendirinya memberikan suatu gambaran kepada pembeli mengenai jumlah pemasok dan harga pasar yang berlaku. Hal ini akan meningkatkan posisi tawar pembeli untuk dapat menekan harga hingga tingkat level yang sangat menguntungkan bagi pembeli.

Tabel 8 Keatraktifan Industri, Faktor Kekuatan Tawar Pembeli

Faktor

Daya Tarik Industri

Sangat

Tidak Tidak Netral Atraktif Sangat

Atraktif Atraktif Atraktif

Alternatif pilihan produk Tinggi Rendah Kontribusi pembeli terhadap Tinggi Rendah pendapatan penjual Ancaman integrasi pembeli Tinggi Rendah Biaya beralih bagi pembeli Rendah Tinggi Kontribusi industri terhadap Rendah Tinggi biaya dan pendapatan pembeli Ancaman integrasi pemasok Tinggi Rendah Ketersediaan informasi tentang Tinggi Rendah pemain industri

Keterangan : Kondisi saat ini Proyeksi masa datang

Page 17: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Berdasarkan faktor kekuatan tawar pembeli di atas nampak bahwa tingkat keatraktifan industri forwarding berada pada tingkatan kurang atau tidak atraktif. Hal ini diakibatkan karena produk yang ditawarkan umumnya tidak terdiferensiasi dan pembeli cukup memiliki informasi mengenai jumlah pemasok dan harga yang berlaku di pasaran. Namun demikian hal ini juga membuka mata dan peluang bagi perusahaan forwarding yang dapat menciptakan biaya peralihan yang cukup tinggi bagi pembelinya jika mereka mampu untuk menjadi architect of transport bagi setiap pembelinya dengan melakukan pengurusan transportasi secara total dan tidak tergantung semata-mata kepada penawaran produk freight. Kesimpulan Berdasarkan berbagai kajian tersebut, jelas bahwa faktor yang menjadi stimulus utama bagi industri freight forwarding adalah ukuran pasar dan tingkat profitabilitas dari industri itu sendiri.

Potensi pasar yang tergambar didalam pertumbuhan total kargo yang bergerak melalui laut Indonesia akan meningkat sebesar 5,8% mencapai 943,1 juta ton beserta rata-rata per-tumbuhan pasar 14,2% pertahun atau lebih dari Rp 1 triliun pertahunnya jelas menarik siapa saja untuk ikut masuk dan berkompetisi didalam industri. Kedua buah faktor tersebut di atas masih ditambah dengan lemahnya peraturan pemerintah terhadap industri forwarding, tingkat aplikasi teknologi terhadap industri yang ter-bilang relatif murah, dan rendahnya proses learning curve bagi industri ini terhadap pemain baru. Namun demikian, jika kita kembali kepada pertanyaan diawal, mungkinkah tidak dapat mati? Jawabanya adalah sangat mungkin terjadi. Hasil analisis five forces Porter secara keseluruhan menunjukan hasil yang cukup ber-tolak belakang dengan apa yang dapat dita-warkan oleh industri freight forwarding dari sisi kesinambungan usaha dan profitabilitas pasar.

Tabel 9 Daya Tarik Industri. Masa Kini dan Akan Datang

Faktor

Daya Tarik Industri

Sangat

Tidak Tidak Netral Atraktif Sangat

Atraktif Atraktif Atraktif

Ancaman Pendatang baru

Ancaman Jasa Subtitusi

Rivalitas Pemain dalam Industri

Ancaman Kekuatan Pemasok

Ancaman Kekuatan Pembeli

Keterangan : Kondisi saat ini

Proyeksi masa datang

Page 18: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa daya tarik industri freight forwarding berada pada kisaran tidak atraktif. Benang merah dari apa yang tercermin dalan tabel di atas adalah lemahnya peraturan peme-rintah terhadap industri freight forwarding. KM 10/1988, pasal 9 dengan jelas mengatakan bahwa perusahaan jasa pengu-rusan transportasi (freight forwarding) asing yang akan beroperasi di Indonesia wajib me-nunjuk perusahaan jasa transportasi nasional sebagai agent. Sebagai akibat tidak konsisten-

nya pemerintah dalam melaksanakan proses monitoring dan supervisi, pada kenyataannya peraturan ini tidak jalan. Akibatnya banyak sekali forwarding asing dengan tingkat kapitali-sasi yang besar dengan mudahnya masuk ke Indonesia dan memperebutkan pangsa pasar yang cukup besar tersebut. Hal ini menjadikan suatu konsekuensi bahwa hasil analisis faktor ancaman pendatang baru dan tingkat rivalitas dalam industri membawa kepada hasil yang tidak atraktif kepada industri freight forwarding. Faktor penghambat lainnya adalah peraturan pemerintah yang menyatakan modal disetor untuk perusahaan freight forwarding sebesar Rp 200.000.000,- dan keharusan ada-nya tenaga ahli di bidang freight forwarding bagi perusahaan forwarding, yang dalam prakteknyapun tidak jalan. Akibatnya jumlah perusahaan forwarding menjadi tidak terkontrol dan menjadikan over supply di pasar. Akibatnya jelas persaingan semakin ketat, margin keun-tungan semakin kecil, dan nilai tawar pembeli menjadi semakin kuat. Keadaan ini jelas ber-ujung kepada matinya beberapa perusahaan forwarding yang tidak memiliki kekuatan volume dan kapitalisasi yang memadai. Faktor yang terakhir adalah tidak ada-nya peraturan pemerintah yang mengatur hu-bungan antara perusahaan pelayaran sebagai pemasok jasa freight bagi perusahaan freight forwarding dengan perusahaan freight forwarding itu sendiri. Akibatnya yang terjadi sekarang ini adalah tumpang tindih kepentingan dan kedua-

duanya sama-sama memperebutkan pasar yang sama. Sekarang ini perusahaan pelayaran dapat langsung berhubungan dengan eksportir dan importir untuk menawarkan jasa freight, dan ketiadaan peraturan pemerintah menye-babkan perusahaan pelayaran ini dapat mena-warkan dengan harga yang lebih murah dari pada yang diberikan oleh perusahaan freight forwarding. Dampak yang terjadi adalah matinya bisnis freight forwarding akibat persaingan yang

tidak sehat. Di negara lain, Amerika dan Eropa contohnya, pemerintah melindungi industri forwarding dan menjaga agar perusahaan pela-yaran tidak dapat dengan mudah masuk secara langsung kepada eksportir dan importir. Dengan demikian industri forwarding akan tetap hidup karena forwarding merupakan pemasok utama perusahaan pelayaran. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, kita dapat melihat bahwa sejatinya kontribusi perusahaan freight forwarding kepada negara sangat besar dan diperkirakan dapat mencapai ratusan juta dollar AS. Untuk itulah kelangsungan dan pertumbuhan industri ini perlu lebih men-dapat perhatian dari pemerintah dalam bentuk pembangunan infrastruktur, penuntasan pera-turan kepabeanan, perpajakan, perhubungan, dan pengawasan menyeluruh terhadap aplikasi di lapangan. Peraturan dan perhatian pemerintah didalam mengatur hubungan antara forwarding lokal dan luar mutlak dilakukan untuk melin-dungi industri forwarding dalam negeri. Proteksi terhadap masuknya forwarding asing perlu dibuatkan skema peraturan yang tidak merugi-kan perusahaan forwarding lokal. Disamping berbagai jenis peraturan tersebut, pemerintah juga hendaknya berani untuk memangkas berbagai pungutan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi sehingga produk lokal menjadi kalah bersaing di pasar

Page 19: ANALISA INDUSTRI SEA FREIGHT FORWARDING

Media Bisnis September

37

luar negeri. Birokrasi perijinan usaha, perpajak-an, perburuhan, dan kepabeanan hendaknya dengan berani dipangkas dan dihilangkan sehingga menjadikan stimulus bagi masuknya

investasi, pemberdayaan ekonomi nasional dan kelangsungan bisnis forwarding di Indonesia.

REFERENSI Http://swa.co.id Manual on Freight Forwarding, United Nation. 1990. Reagan, Dominic. 2005. The Changing Face of Freight forwarding. Journal of the Institute of Logistics and

Transport, September 2005. Ronosentono, Idris. 1997. Pengetahuan Dasar Tatalaksana Freight forwarding. Jakarta: CV. Infomedika. Sasono, Djoko. 2003. Multimodal Transport Development in Indonesia. Expert Meeting on the Development of

Multimodal Transport and Logistics Service 24-26 September, Geneva. Selwitz, Robert. 1999. Is Bigger Better?. Journal Forwarding and Logistics, November 1999. Statistik Perhubungan. 2011. Thomson and Strickland. 1995. Strategic Management, 8th edition. USA: Richard Irwin, Ins. Thomson et al. 2005. Crafting and Executing Strategy: The quest for competitive analysis , 14th edition. USA:

Mcgraw Hill.