ANALISA DATA VIBRASI UNTUK MENGIDENTIFIKASI KONDISI …
Embed Size (px)
Transcript of ANALISA DATA VIBRASI UNTUK MENGIDENTIFIKASI KONDISI …

ANALISA DATA VIBRASI UNTUK MENGIDENTIFIKASI KONDISI
DAN SYMPTOM PADA KOMPRESOR TURBIN GAS SIEMENS V 94.2
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS DAN UAP
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
GARY LIADI
(150401086)
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScannerUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScannerUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScannerUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScannerUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScannerUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScannerUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScannerUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Scanned by CamScannerUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta
kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisa
Data Vibrasi Untuk Mengidentifikasi Kondisi dan Symtom Pada Kompresor Turbin
Gas Pembangkit Listrik Tenaga Uap”.
Tujuan penulisan skripsi ini untuk memenuhi sebahagian syarat memperoleh
gelar Sarjana Teknik (S.T) bagi mahasiswa program S-1 di program studi Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang
telah memberikan bantuan moril maupun materil baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai, terutama kepada
yang saya hormati:
1. Bapak Dr. Ir. M. Sabri, MT.,IPM selaku Ketua Departemen Teknik Mesin
Universitas Sumatera Utara.
2. Terang U. H. S. Ginting Manik, S.T, M.T. selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dr.-Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku dosen pembimbing saya yang
telah membimbing saya dengan baik.
4. Bapak /Ibu dosen dan staff di lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, khususnya Program Studi Teknik Mesin yang telah banyak
membantu penulis untuk.
5. Teman-teman angkatan 2015 yang sudah membantu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ii
Teristimewa kepada Orang Tua penulis Ir. Lie Sioe Loeng dan Sani Husiana
yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan pengorbanannya baik dari segi
moril, materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan terutama dalam bidang
teknik.
Medan, 30 September 2019
Penulis,
Gary Liadi
NIM : 150401086
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

iii
ABSTRAK
Seiring perkembangan zaman , jumlah penduduk semakin bertambah yang
berarti semakin bertambah pula kebutuhan akan energi listrik. Salah satu solusi
untuk permasalahan tersebut yaitu dengan membangun pembangkit listrik sebagai
penyedia energi listrik skala besar. Dalam perusahaan penyedia energi berskala
negara ini, pemeliharaan sangat dibutuhkan untuk menjamin kualitas produksi
dari perusahan tersebut. Pemeliharaan berperan penting dalam kegiatan produksi
dari suatu perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi,
volume produksi, serta agar output yang diproduksi diterima konsumen dengan
baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi serta gejala kerusakan
yang ada pada salah satu turbin uap yang ada pada suatu pembangkit listrik tenaga
gas dan uap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengolah data vibrasi dengan Fast Fourier Transform yang kemudian dianalisa.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa dalam time
domain dapat dilihat bahwa vibrasi tertinggi pada titik ukur 2 terletak pada arah
horizontal sedangkan vibrasi tertinggi pada titik ukur 3 terdapat pada arah aksial.
Pada frequency domain, dapat dilihat adanya fenomena gejala unbalance serta
misalignment pada poros turbin titik 2 dan 3. Dari hasil perhitungan didapat juga
bahwa hasil dari compliance (-2,57764 x 10-9), mobility (1,66058 x 10-6) dan
inertance (0,000562006).
Kata kunci : Vibrasi , symptom , Fast Fourier Transform
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

iv
ABSTRACT
Along with the times, the population is increasing which means there is
also an increasing need for electrical energy. One solution to this problem is to
build a power plant as a large-scale provider of electrical energy. In this state-
wide energy supply company, maintenance is needed to guarantee the production
quality of the company. Maintenance plays an important role in the production
activities of a company that concerns the smoothness or congestion of production,
production volume, and so that the output produced is well received by
consumers. This study aims to determine the conditions and symptoms of damage
that exists in one of the steam turbines in a gas and steam power plant. The
method used in this research is to process vibration data with Fast Fourier
Transform which is then analyzed. Based on the data analysis, it can be concluded
that in the time domain it can be seen that the highest vibration at measuring point
2 is located in the horizontal direction while the highest vibration at measuring
point 3 is in the axial direction. In the frequency domain, it can be seen the
phenomenon of unbalance symptoms and misalignment on the turbine shaft point
2 and 3. From the calculation results also obtained that the results of compliance
(-2,57764 x 10-9), mobility (1,66058 x 10-6) and inertance (0,000562006).
Keywords : Vibration , Symtoms , Fast Fourier Transform
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 2
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Kompresor ........................................................................................... 4
2.2 Tipe-tipe Kompresor ........................................................................... 4
2.2.1 Kompresor Perpindahan Positif .................................................... 4
2.2.1.1 Kompresor Piston ............................................................. 5
2.2.1.2 Kompresor Putar .............................................................. 8
2.2.2 Kompresor Dinamik ................................................................ 15
2.3 Pemeliharaan Kompresor .................................................................... 19
2.3.1 Pelumasan Kompresor .......................................................... 19
2.3.2 Pemeriksaan Periodik Pada Kompressor .............................. 21
2.3.3 Troubleshooting pada Kompresor ......................................... 22
2.4 Teori Vibrasi ....................................................................................... 25
2.5 Time Domain dan Frequency Domain ................................................ 33
2.6 Fungsi Respons Frekuensi .................................................................. 36
2.7 Fast Fourier Transform (FFT) ............................................................ 39
2.8 Identifikasi Masalah dengan Spektrum FFT ....................................... 41
2.8.1 Misalignment ........................................................................... 41
2.8.2 Unbalance ............................................................................... 44
2.8.3 Mechanical looseness................................................................. 48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

vi
2.8.4 Bent Shaft ................................................................................... 49
2.8.5 Bearing Deffect .......................................................................... 50
2.8.6 Blade dan Baling-Baling ............................................................ 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 52
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 52
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 52
3.2.1 Alat .......................................................................................... 52
3.2.2 Bahan ...................................................................................... 52
3.3 Prosesdur Penelitian ......................................................................... 53
3.4 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 56
4.1 Data Vibrasi Mainshaft Kompresor ................................................. 56
4.2 Time Domain ................................................................................... 58
4.3 Frequency Domain ........................................................................... 59
4.3.1 Analisa Frequency Domain Arah Horizontal ......................... 64
4.3.2 Analisa Frequency Domain Arah Vertikal ............................. 67
4.3.3 Analisa Frequency Domain Arah Aksial ................................... 70
4.4 Evaluasi Nilai Komputasi Fast Fourier Transform pada
Microsoft Excel secara Manual ........................................................... 72
4.5 Perhitungan Compliance, Mobility dan Inertance .............................. 74
4.5.1 Hasil Compliance ....................................................................... 74
4.5.2 Hasil Mobility ............................................................................. 76
4.5.3 Hasil Inertance ........................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 79
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 79
5.2 Saran ................................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Kompresor Dinamik .......................... 19
Tabel 2.2 Pelumasan Pada Kompresor ....................................................... 20
Tabel 2.3 Troubleshooting pada Kompresor ................................................. 22
Tabel 4.1 Data Vibrasi Poros Titik Ukur Kompresor ................................... 57
Tabel 4.2 Pengolahan Data FFT Titik 2 dan 3 Horizontal ............................ 64
Tabel 4.3 Pengolahan Data FFT Titik 2 dan 3 Vertikal ................................ 67
Tabel 4.4 Pengolahan Data FFT Titik 2 dan 3 Aksial ................................... 70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe-tipe kompresor ........................................................................ 4
Gambar 2.2 Kompresor Piston Kerja Tunggal ................................................. 6
Gambar 2.3 Kompresor Piston Kerja Ganda ...................................................... 7
Gambar 2.4 Kompresor Diafragma ..................................................................... 8
Gambar 2.5 Kompresor Screw ............................................................................ 9
Gambar 2.6 Kompresor Scroll .......................................................................... 11
Gambar 2.7 Kompresor Baling-baling .............................................................. 12
Gambar 2.8 Kompresor Cincin air .................................................................... 13
Gambar 2.9 Kompresor Lobe............................................................................ 14
Gambar 2.10 Prinsip Kerja Kompresor Lobe ..................................................... 14
Gambar 2.11 Kompresor Sentrifugal .................................................................. 16
Gambar 2.12 Kompresor Aksial ......................................................................... 17
Gambar 2.13 Free vibration ............................................................................. 26
Gambar 2.14 Damped vibration .......................................................................... 26
Gambar 2.15 Natural Frequency ........................................................................ 27
Gambar 2.16 Putaran Kritis ................................................................................ 28
Gambar 2.17 Sliding Contact Bearing dan Roller Contact Bearing .................. 29
Gambar 2.18 Radial Bearing ............................................................................... 29
Gambar 2.19 Thrust Bearing ............................................................................... 30
Gambar 2.20 Ball Bearing................................................................................... 31
Gambar 2.21 Osiloskop ...................................................................................... 33
Gambar 2.22 Time Domain dan Frequency Domain .......................................... 34
Gambar 2.23 6 Bentuk Umum FRF ................................................................... 36
Gambar 2.24 Grafik Compliance ........................................................................ 37
Gambar 2.25 Grafik Inertance ............................................................................ 38
Gambar 2.26 Grafik Mobility .............................................................................. 38
Gambar 2.27 Spektrum FFT ............................................................................... 40
Gambar 2.28 Angular Misalignment ................................................................... 42
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ix
Gambar 2.29 Parallel Misalignment ................................................................... 42
Gambar 2.30 Spektrum Misalignment ................................................................ 43
Gambar 2.31 Static Unbalance ........................................................................... 45
Gambar 2.32 Couple Unbalance ......................................................................... 45
Gambar 2.33 Spektrum Unbalance ..................................................................... 47
Gambar 2.34 Spektrum Mechanical Looseness .................................................. 49
Gambar 2.35 Cincin luar bearing yang mengelupas ........................................... 50
Gambar 3.1 Laptop dan Vibration Analyzer ................................................. 52
Gambar 3.2 Ilustrasi Titik Turbin yang Dianalisa ............................................ 53
Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 54
Gambar 4.1 Titik Ukur Vibrasi Turbin ............................................................. 56
Gambar 4.2 Turbin Siemens V.94.2 ................................................................. 56
Gambar 4.3 Time Domain Titik 2 ..................................................................... 58
Gambar 4.4 Time Domain Titik 3 ..................................................................... 58
Gambar 4.5 Langkah 1 Pengolahan Data Frequency Domain.......................... 59
Gambar 4.6 Langkah 2 Pengolahan Data Frequency Domain.......................... 59
Gambar 4.7 Langkah 3 Pengolahan Data Frequency Domain.......................... 60
Gambar 4.8 Langkah 4 Pengolahan Data Frequency Domain.......................... 60
Gambar 4.9 Langkah 5 Pengolahan Data Frequency Domain.......................... 61
Gambar 4.10 Langkah 6 Pengolahan Data Frequency Domain.......................... 62
Gambar 4.11 Langkah 7 Pengolahan Data Frequency Domain.......................... 63
Gambar 4.12 Langkah 8 Pengolahan Data Frequency Domain.......................... 63
Gambar 4.13 Frequency Domain Horizontal Titik 2 dan 3 ................................ 65
Gambar 4.14 Frequency Domain Horizontal Titik 2 dan 3 Bagian Pertama ...... 65
Gambar 4.15 Frequency Domain Horizontal Titik 2 dan 3 Bagian Kedua ........ 66
Gambar 4.16 Frequency Domain Horizontal Titik 2 dan 3 Bagian Ketiga ........ 66
Gambar 4.17 Frequency Domain Vertikal Titik 2 dan 3 .................................... 68
Gambar 4.18 Frequency Domain Vertikal Titik 2 dan 3 Bagian Pertama .......... 68
Gambar 4.19 Frequency Domain Vertikal Titik 2 dan 3 Bagian Kedua ............ 69
Gambar 4.20 Frequency Domain Vertikal Titik 2 dan 3 Bagian Ketiga ............ 69
Gambar 4.21 Frequency Domain Aksial Titik 2 dan 3 ....................................... 71
Gambar 4.22 Frequency Domain Aksial Titik 2 dan 3 Bagian Pertama ............ 71
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

x
Gambar 4.23 Frequency Domain Aksial Titik 2 dan 3 Bagian Kedua ............... 72
Gambar 4.24 Diagram Butterfly ......................................................................... 73
Gambar 4.25 Grafik Fungsi Compliance ............................................................ 76
Gambar 4.26 Grafik Fungsi Mobility .................................................................. 77
Gambar 4.27 Grafik Fungsi Inertance ................................................................ 78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeliharaan memiliki peran penting dalam kegiatan produksi dari suatu
perusahaan yang menyangkut kelancaran atau kemacetan produksi, volume
produksi, serta agar output yang diproduksi diterima konsumen dengan baik.
Pemeliharaan juga diperlukan agar tidak terdapat sumber daya kerja yang
menganggur karena kerusakan (downtime) pada mesin sewaktu proses produksi
sehingga dapat meminimalkan biaya kehilangan produksi atau bila mungkin biaya
tersebut dapat dihilangkan.
Pemeliharaan yang baik akan mengakibatkan kinerja perusahaan
meningkat, kebutuhan konsumen dapat terpenuhi baik dalam segi waktu maupun
kualitas, serta nilai investasi yang dialokasikan untuk peralatan dan mesin dapat
diminimalkan. Selain itu pemeliharaan yang baik juga dapat meningkatkan
kualitas produk yang dihasilkan dan mengurangi waste yang berarti mengurangi
ongkos produksi.
Dalam perusahaan pembangkit listrik, umumnya digunakan turbin,
generator, kompresor, dan combustion chamber sebagai komponen pembangkit
listriknya. Main Shaft yang menggabungkan komponen ini harus benar-benar
dalam kondisi kerja yang baik dan aman karena komponen turbin, kompresor, dan
generator tersusun secara sejajar pada 1 poros utama ini. Jika poros utama terdapat
gangguan atau kerusakan maka akan sangat merugikan perusahaan karena akan
mengakibatkan melambatnya produksi dari perusahaan..
Dalam penelitian ini, bagian utama yang dianalisa adalah main shaft atau
poros utama pada titik khusus kompresor untuk diketahui keadaan dan juga
gejala-gejala kerusakan yang ada pada kompresor.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain :
1. Menganalisa dan memproyeksikan data vibrasi dengan metode Fast
Fourier Transform.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2
2. Mengidentifikasi symtom yang ada pada bagian poros utama titik
kompresor.
3. Nilai dari mobility, compliance dan inertance pada poros utama titik
kompresor.
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahsan penelitian ini terarah , maka batasan masalah dari
penelitian ini adalah :
1. Meninterpretasikan data vibrasi ke dalam bentuk time domain dan
frequency domain dengan menggunakan software Microsoft Excel.
2. Melihat adanya gejala awal masalah pada main shaft titik kompresor
dengan arah pengukuran horizontal, vertikal, dan aksial.
3. Nilai dari mobility, compliance dan inertance dari main shaft titik
kompresor.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dari sisi akademis, untuk memberikan sumbangan data yang diperlukan
untuk penelitian selanjutnya.
2. Untuk mengetahui apakah adanya masalah pada main shaft titik ukur
kompresor dan apa gejala atau masalah yang ada.
3. Dapat mengetahui mobility, compliance dan inertance dari main shaft.
1.5 Sistematika Penulisan
Agar penyusunan skripsi ini sistematis dan terstruktur, maka skripsi ini
terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama yaitu pendahuluan yang
berisikan dasar dan alasan pentingnya permasalahan ini untuk dikaji agar dapat
menjawab permasalahan yang ada, tujuan yang akan diperoleh, batasan masalah
yang ada, manfaat dari penelitian dan juga sistematika penulisan skripsi ini.
Kemudian dilanjutkan ke bagian kedua yaitu tinjauan pustaka yang berisikan
teori-teori dan referensi dari penulis seebelumnya yang digunakan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Bagian ketiga yaitu metodologi penelitian yang
berisikan urutan dan metode, serta alat dan bahan yang digunakan guna
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3
menyelesaikan penelitian ini agar sistematis.Lalu dilanjutkan ke bagian keempat
yaitu hasil dan pembahasan dimana berisikan hasil dari analisa data beserta
pembahasan lebih lanjut mengenai data yang telah dianalisa. Kemudian bagian
kelima berisikan kesimpulan dari penelitian ini dan juga saran yang mendukung
untuk penelitian selanjutnya. Bagian selanjutnya yaitu daftar pustaka dan diakhiri
dengan lampiran.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompresor
Kompresor merupakan suatu alat mekanik yang berfungsi untuk
meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. Adapun
tujuan dari peningkatkan tekanan adalah untuk menghasilkan kebutuhan tekanan
dalam suatu sistem proses yang lebih besar (dapat berupa sistem fisika maupun
kimia seperti pengaplikasian kompresor pada turbin di pembangkit listrik).
[http://artikel-teknologi.com/macam-macam-kompresor-gas/]
Gambar 2.1 Tipe-tipe kompresor
2.2 Tipe-tipe Kompresor
Secara umum kompresor dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompresor
perpindahan positif dan kompresor dinamis.
2.2.1 Kompresor Perpindahan Positif
Pada kompresor perpindahan positif tekanan gas atau udara dapat
bertambah dengan cara mengurangi volume gas yang dihisap masuk ke dalam
silinder. Adanya gaya yang diberikan penyekat pada gas atau udara akan
mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan yang akan memaksa gas atau udara
tersebut keluar melalui katup buang. Jika suatu gas / udara di dalam sebuah
ruangan tertutup diperkecil volumenya, maka gas / udara tersebut akan mengalami
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5
kompresi. Kompressor yang menggunakan prinsip ini merupakan kompressor
jenis perpindahan positif.
Kompresor perpindahan positif dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
kompresor piston (reciprocating compressor) dan kompresor putar (rotary).
2.2.1.1 Kompresor Piston
Kompresor piston merupakan salah satu jenis kompresor yang telah
digunakan untuk aplikasi yang sangat luas.Kecepatan alir masuknya dapat
mencapai 100 hingga 10000 cfm (cubic feet per meter). Kompresor ini terdiri dari
serangkaian penggerak mekanis seperti dalam rangkaian mekanis motor bakar.
Terdapat kesamaan komponen-komponen utama antara kompresor torak dengan
motor bakar diantaranya piston, batang penggerak, silinder piston, crank shaft,
dan sebagainya. Prinsip kerja kompresor ini adalah sesuai dengan prinsip kerja
motor bakar, dimana pada saat piston ditarik volume akan membesar, tekanan
akan menurun. Pada saat tekanan menurun gas yang memiliki tekanan lebih tinggi
akan memasuki ruangan melalui katup isap. Pada saat piston bergerak menekan,
maka volume akan mengecil sehingga tekanan akan membesar. Dengan tekanan
yang lebih besar dari tekanan diluar, maka udara akan bergerak dari ruangan
menuju keluar melalui katup tekan. Kompresor jenis ini dilengkapi dua jenis
katup yaitu katup isap dan katup tekan.Katup isap berfungsi sebagai saluran
masuk gas sebelum gas dikompresi. Setelah gas dikompresi, gas tersebut akan
dialirkan ke katup tekan. Katup ini hanya berlaku satu arah.Karena itu katup tekan
juga berfungsi untuk mencegah gas mengalir kembali ke kompresor.
Kompresor piston tidak dapat melayani putaran tinggi, karena kompresor
ini dapat menghasilkan gaya inersia akibat gerak bolak-baliknya. Sehingga
dengan putaran yang sangat tinggi akan mengakibatkan gaya inersia yang sangat
tinggi, hal ini akan menimbulkan getaran yang tinggi dan dapat memicu
kerusakan komponen-komponen mekanis.
Kompresor yang kompresinya hanya pada satu sisi disebut single acting
compressor.Kompresor yang terdiri dari dua sisi kompresi disebut double acting
compressor.Susunan yang terdiri dari satu atau banyak silinder dan dihubungkan
secara paralel disebut single stage compressor.Sebaliknya, kalau disusun seri dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6
biasanya dihubungkan dengan cooler disebut multistage compressor.
a. Kompresor Piston Kerja Tunggal
Kompresor piston kerja tunggal adalah kompresor yang memanfaatkan
perpindahan piston.Kompresor piston kerja tunggal ini hanya mempunyai satu
silinder, dengan gerakan torak yang bolak balik di dalam.
Kompresor jenis ini menggunakan piston yang didorong oleh poros engkol
(crankshaft) untuk memampatkan udara/ gas. Udara akan masuk ke silinder
kompresi ketika piston bergerak pada posisi awal dan udara akan keluar saat
piston/torak bergerak pada posisi akhir/depan.
[https://www.indotara.co.id/reciproacting-compressor-kompresor-piston-&id=118.html]
Gambar 2.2 Kompresor Piston Kerja Tunggal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

7
b. Kompresor Piston Kerja Ganda
Kompresor piston kerja ganda beroperasi sama persis dengan kerja tunggal,
yang membedakan adalah pada kompresor kerja ganda, silinder kompresi
memiliki port inlet dan outlet pada kedua sisinya. Sehingga meningkatkan kinerja
kompresor dan menghasilkan udara bertekanan yang lebih tinggi dari pada kerja
tunggal.
[https://www.indotara.co.id/reciproacting-compressor-kompresor-piston-&id=118.html]
Gambar 2.3 Kompresor Piston Kerja Ganda
c. Kompresor Diafragma (Diafragm Compressor)
Kompresor diafragma ini termasuk ke dalam jenis kompresor piston
Penempatan piston dipisahkan dengan ruangan penyedotan oleh sebuah diafragma.
Udara pada proses ini tidak akan masuk dan berhubungan langsung
dengan bagian-bagian yang bergerak bolak-balik. Oleh karena itu udara selalu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8
dijaga dan bebas dari oli.Kompresor jenis ini banyak digunakan dalam industri
bahan makanan, industri farmasi dan kmia.
Prinsip kerja dari kompresor ini ialah dengan cara mengatur katup
masukan udara dan diisap oleh torak yang gerakannya naik turun sesuai dengan
bentuk katup.
[https://sanfordlegenda.blogspot.com/2013/11/Diaphragm-Pumps-Pompa-diafragma.html]
Gambar 2.4 Kompresor Diafragma
2.2.1.2 Kompresor Putar
Kompresor putar dapat menghasilkan tekanan yang sangat tinggi.Pada
kompresor putar getaran yang dihasilkan relatif kecil dibandingkan dengan
kompresor torak.Hal ini disebabkan sudu-sudu pada kompresor putar, yang
merupakan elemen bolak-balik, mempunyai masa yang jauh lebih kecil daripada
torak.Selain itu kompresor putar tidak memerlukan katup, sedangkan fluktuasi
alirannya sangat kecil dibandingkan dengan kompresor torak.
Kompresor putar terbagi 5 jenis yaitu kompresor sekrup, kompresor scroll,
kompresor baling-baling, kompresor cincin air, dan kompresor lobe.
a. Kompresor Sekrup
Kompresor putar ini memiliki sepasang rotor berbentuk sekrup. Pasangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9
ini berputar serempak dalam arah yang berlawanan dan saling mengait seperti
roda gigi.Putaran serempak ini dapat berlangsung karena kaitan gigi-gigi rotor itu
sendiri atau dengan perantaraan sepasang roda gigi penyerempak putaran.Karena
gesekan antar rotor sangat kecil, kompresor ini mempunyai performansi yang baik
untuk umur kerja yang panjang. Perbedaan tekanan maksimum yang diizinkan
pada kompresor ini ditentukan oleh defleksi lentur rotor dan besarnya biasanya
adalah 30 kg/cm2 (2900 kPa)..
[http://artikel-teknologi.com/kompresor-screw-rotary/]
Gambar 2.5 Kompresor Screw
Adapun keunggulan kompresor sekrup antara lain :
i. Tidak begitu bergantung pada massa molekul gas
ii. Sangat toleran terhadap polimerisasi dibandingkan kompresor lain (kecuali
kompresorliquid ring )
iii. Dapat menerima lebih banyak cairan dan partikel kecil (kecuali
kompresorliquid ring )
iv. Lebih kecil dan lebih murah dibanding kompresorsentrifugal dengan
kapasitas yang sama
v. Efisiensi lebih tinggi dan lebih sedikit perlu perawatandaripada kompresor
vi. liquid ring
vii. Dapat memberikan tekanan lebih dari jenis mesin positive
displacement rotari lainnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10
Adapun kekurangan dari kompresor sekrup yaitu :
i. Sensitif terhadap temperatur keluaran yang dapatmempengaruhiclearance
(operability & availability) gunakan injeksi cairan
ii. Kinerja dipengaruhi oleh korosi dan erosi rotor danrumahnya
sehinggaclearance membesar dan terjadiinternalrecycleataugas slip effect
gunakan jenis injeksi cairan atauoli
iii. Tingkat kebisingan tinggi - perlu peredam suara (silencer)
iv. Perlu peredam pulsasi
v. Bahan rotor dan rumah lebih dibatasi
vi. Biaya perawatan lebih tinggi dan lama perbaikan lebih lama
vii. Fleksibilias pengaturan aliran lebih sulit daripada kompresorsentrifugal
dan torak
b. Kompresor Scroll
Prinsip dasar kompresi kompresor scroll adalah interaksi antara fixed
scroll (scroll yang tidak bergerak) dengan orbiting scroll (scroll yang bergerak).
Kedua scroll ini saling bersinggungan identik satu sama lain tetapi berbeda sudut
180 derajat. Orbit dari scroll yang bergerak akan mengikuti path/jalur yang
dibentuk oleh scroll yang tidak bergerak. Keduanya bersinggungan berdasarkan
gaya sentrifugal. Ruang kompresi terbentuk dari mulai bagian luar sampai ke
bagian dalam dimana volume ruang kompresi semakin diperkecil, akibatnya
tekanan menjadi naik dan pada akhir kompresi, refrigeran keluar dari bagian
tengah kedua scroll tersebut.
Refrigeran gas bertemperatur rendah dan bertekanan rendah masuk dari
bagian suction ke ruang kompresor. Refrigeran ini kemudian bersinggungan dgn
motor kompresor yang temperaturnya lebih tinggi sehingga terjadi aliran kalor
dari motor ke refrigeran (gas refrigeran juga berfungsi untuk mendinginkan motor
kompresor). Refrigeran ini kemudian masuk ke intake kompresor untuk memulai
proses kompresi. Refrigeran yang terperangkap di ruang scroll kemudian
dikompresikan untuk kemudian dikeluarkan dari bagian tengah scroll.
Pada saat proses kompresi, tekanan dan temperatur refrigeran berangsur-
angsur naik karena volume ruang kompresi semakin diperkecil.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11
[http://citrapelanginusantara.blogspot.com/2011/04/scroll-compressor_22.html]
Gambar 2.6 Kompresor Scroll
Refrigeran yang sudah bertekanan dan bertemperatur tinggi ini kemudian
keluar dari kompresor melalui pipa discharge.Di bagian discharge terdapat valve
disc yang berfungsi untuk mencegah tekanan balik dari discharge/condenser pada
saat kompresor mati.valve disc berfungsi seperti check valve/katup satu arah.
Diantara ruang discharge dan suction terdapat pressure relief valve yang
berfungsi untuk membuang tekanan dari bagian discharge ke bagian suction jika
terjadi tekanan yang berlebihan.
Pelumas yang berada dibagian bawah berdasarkan gaya centrifugal naik ke
bagian atas untuk melumasi bagian-bagian yang bergerak melalui saluran yang
ada dibagian shaft compressor.
c. Kompresor baling – baling (Vane Compressor)
Kompresor jenis ini ditunjukkan pada gambar. Kompresor terdiri darirotor
drum dipasang secara eksentrik dalam casing silinder. Rotor adalah dilengkapi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12
dengan baling-baling di slot.Baling-baling atau bilah ini terbuat daribahan non-
logam biasanya serat atau karbon.Baling-baling dapat meluncur masuk dan keluar
slot.Volume antara dua baling-baling terus berubah karena gerakan eksentrik dari
rotor.Rotasi dari rotor menyebabkan ruang dibuat antara baling-baling, rotor dan
selubung. Ruang terhubung kepipa hisap agar udara masuk ke dalam ruang yang
dibuat dan diisi.
Karena rotasi baling-baling, udara dikirim ke penerima , dalam tipe
kompresor ini kenaikan tekanan total sebagian disebabkan oleh internal kompresi
antara baling-baling dan sebagian karena aliran udara kembali dari penerima.
[https://www.slideshare.net/AMRESHKUMARCHOUDHARY/industrial compressor]
Gambar 2.7 Kompresor Baling-baling
d. Kompresor cincin air (Liquid Ring Compressor)
Kompresor cincin cair termasuk dalam kompresor perpindahan
positif.Untuk elemen pengompresan, bukan piston metalik, melainkan
menggunakan cairan yang disentrifugasi dalam casing dengan bentuk tertentu.
Cairan tersebut dapat berupa air, asam sulfat, minyak mentah, bensin, atau cairan
lain apa pun yang tidak bereaksi dengan gas yang harus dikompresi. Fitur khusus
ini memungkinkan untuk mengurangi keausan bagian logam secara teoritis
menjadi nol dan oleh karena itu menjaga efisiensi kompresor untuk waktu yang
sangat lama.Bahkan, bagian yang hanya dipakai adalah segel mekanis dan
bantalan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13
[https://www.thecompressedairblog.com/how-it-works-liquid-ring-pump]
Gambar 2.8 Kompresor Cincin Air
Dalam kompresor cincin cair, casing diisi dengan cairan yang disebut "seal
liquid" hingga ke garis tengah rotor. Gas proses memasuki kompresor melalui
distributor berbentuk kerucutnya yang dipasang pada tutup depan kompresor.
Selama kompresor start, cairan ini akan disentrifugasi oleh putaran impeller di
sepanjang dinding bagian dalam casing yang memiliki bentuk eksentrisitas ganda.
Distributor berbentuk kerucut memiliki dua port isap dan dua port debit, masing-
masing berlawanan satu sama lain. Dalam kuartal pertama, gas dihisap ke kedua
ruang isap selubung.Dalam kuartal kedua , gas pertama dikompresi dan kemudian
didorong keluar melalui port twodischarge. Selama kuartal ketiga dan keempat
putaran siklus diulang.
Dengan cara ini untuk setiap putaran penuh dari impeller, gas dihisap,
dikompresi dan dikeluarkan dua kali. Adanya gaya radial bersasaldari kompresi
gas, sehingga sangat seimbang. Sistem kontrol unit dirancang oleh pabrikan dan
memungkinkan operasi kompresor yang andal dan aman.Utilitas, pembilasan
segel, dan sistem perbaikan didefinisikan pada tahap desain unit kompresi cincin
cair.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14
e. Kompresor Lobe (Root Blower Compressor)
[http://mightymech-rocks.blogspot.com/2009/06/rotary-lobe-type-air-compressor.html]
Gambar 2.9 Kompresor Lobe
Root blower compressor (lobe) atau sering disebut kompresor blowerroot
(root blower compressor),dalam bentuk yang paling sederhana,terdiri dari dua roto
r dengan lobe (sudu) yang berputar dan mempunyai saluran masuk dan buang.
Cara kerja kompresor ini mirip dengan cara kerja pompa roda gigi. Terdapat
berbagaidesain dari roda, namun umumnya kompresor mempunyai dua atau tiga
lobe. Namun prinsip kerjanya sama, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
[http://mightymech-rocks.blogspot.com/2009/06/rotary-lobe-type-air-compressor.html]
Gambar 2.10 Prinsip Kerja Kompresor Lobe
Lobe di desain sedemikian sehingga kedap udara (rapat) pada titik
singgung dengan rumahnya. Ketika rotor berputar, udara pada tekanan atmosfir
terperangkap pada ruang yang terbentuk antara lobe dan rumahnya. gerakan berpu
tar dari lobe akan membuang udara yang terperangkap ke receiver (penampung
udara). Sehingga semakin banyak udara yang masuk ke receiver maka makin naik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15
tekanannya, yang pada akhirnya tekanan tinggi akan dihasilkan oleh
receiver penarik untuk diketahui bahwa ketika lobe berputar dan saluran keluar
terbuka, udara (bertekanan tinggi) dari receiver mengalir kembali ke ruang
kompresor dan tercampur dengan udara yang terperangkap . Aliran balik
berlanjut sampai tekanan di ruang lobe sama dengan tekanan direceiver.
2.2.2 Kompresor Dinamik
Kompresor dinamik bekerja dengan cara memindahkan energi pada sudu
dengan dasar pembelokan aliran sehingga energi kinetik dalam kompresor akan
bertambah seiring bertambahnya kecepatan alirannya. Proses ini berlangsung
pada bagian yang bergerak yang disebut impeler.
Setelah melewati impeler, gas tersebut akan dilewatkan pada rumah
kompresor yang berbentuk volut. Bentuk rumah kompresor ini akan menurunkan
kecepatan aliran gas atau dengan kata lain mengubah energi kinetik menjadi
energi tekanan.
Berdasarkan arah alirannya, kompresor dinamik dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kompresor sentrifugal (Radial flow compressor)
b. Kompresor axial (Axial flow compressor)
a. Kompresor Sentrifugal
Kompresor sentrifugal merupakan peralatan yang digunakan untuk
memberikan energi kepada fluida gas, sehingga gas dapat mengalir dari suatu
tempat ke tempat lain. Penambahan energi ini bisa terjadi karena adanya konversi
energi mekanik ke dalam energi tekanan. Konpresor sentrifugal termasuk ke
dalam kompresor dinamis, dimana kompresor ini memiliki prinsip kerja yaitu
mengkonversikan energi kecepatan gas yang dibangkitkan oleh aksi yang
dilakukan impeller yang berputar dari energi mekanik unit penggerak menjadi
energi tekanan di dalam diffuser. Kompresor sentrifugal ini digerakkan oleh turbin
daya yang merupakan bagian turbin gas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

16
[https://payrish.wordpress.com/2012/03/01/1-prinsip-kerj-2/]
Gambar 2.11 Kompresor Sentrifugal
Karakteristik kompresor sentrifugal secara umum adalah sebagai berikut:
1. Memiliki masukan aksial dan keluaran radial.
2. Mampu menciptakan head yang lebih besar dibandingkan kompresor
aksial.
3. Aplikasi aliran rendah dan rasio tekanan yang tinggi.
4. Kapasitas tersedia dari kecil hingga besar.
5. Tekanan discharge dipengaruhi density gas.
6. Kerugian gesek lebih besar dibandingkan kompresor aksial.
Kompresor sentrifugal terdiri dari komponen statis dan
dinamis.Komponen-komponen tersebut terdiri dari beberapa bagian yang
fungsinya saling berhubungan.
Komponen statis disebut stator dan komponen dinamis disebut juga rotor.
b. Kompresor aksial
Kompresor aksial adalah kompresor yang berputar dinamis yang menggunakan
serangkaian kipas airfoil untuk semakin menekan aliran fluida. Aliran udara yang
masuk akan mengalir keluar dengan cepat tanpa perlu dilemparkan ke samping
seperti yang dilakukan kompresor sentrifugal. Kompresor aksial secara luas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17
digunakan dalam turbin gas udara seperti mesin jet, mesin kapal kecepatan tinggi,
dan pembangkit listrik.
[http://tagoleki.com/komponen-komponen-turbin-gas/]
Gambar 2.12 Kompresor Aksial
Berdasarkan Siklus Brayton, kompresor aksial pada sistem turbin gas
berfungsi untuk memampatkan udara sehingga ekspansi udara pada saat keluar
dari combustion chamber, terjadi secara maksimal. Udara atmosfer masuk ke sisi
inlet kompresor setelah melewati filter udara. Pada sisi outlet kompresor, udara
telah berada pada rasio tekanan tertentu dan siap untuk masuk ke ruang bakar.
Kompresor aksial sering dipakai untuk aplikasi High Flowrates but Lower
Pressure ; sedangkan kompresor sentrifugal untuk aplikasi High Compression
Ratio with Lower Flowrates. Untuk Very High Compression Ratio, dipakai
Reciprocating Compressor.
Komponen utama pada bagian ini adalah aksial flow compressor,
berfungsi untuk mengkompresikan udara yang berasal dari inlet air section hingga
bertekanan tinggi sehingga pada saat terjadi pembakaran dapat menghasilkan gas
panas berkecepatan tinggi yang dapat menimbulkan daya output turbin yang besar.
Aksial flow compressor terdiri dari dua bagian yaitu:
1. Compressor Rotor Assembly. Merupakan bagian dari kompresor aksial
yang berputar pada porosnya. Rotor ini memiliki 17 tingkat sudu yang
mengompresikan aliran udara secara aksial dari 1 atm menjadi 17 kalinya
sehingga diperoleh udara yang bertekanan tinggi. Bagian ini tersusun dari
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

18
wheels, stubshaft, tie bolt dan sudu-sudu yang disusun kosentris di
sekeliling sumbu rotor.
2. Compressor Stator. Merupakan bagian dari casing gas turbin yang terdiri
dari:
a. Inlet Casing, merupakan bagian dari casing yang mengarahkan
udara masuk ke inlet bellmouth dan selanjutnya masuk ke inlet
guide vane.
b. Forward Compressor Casing, bagian casing yang di dalamnya
terdapat empat stage kompresor blade.
c. Aft Casing, bagian casing yang di dalamnya terdapat compressor
blade tingkat 5-10.
d. Discharge Casing, merupakan bagian casing yang berfungsi
sebagai tempat keluarnya udara yang telah dikompresi.
Kompresor sentrifugal dan axial menjadi dua tipe kompresor yang
diaplikasikan pada sistem turbin gas. Kompresor sentrifugal lebih banyak
digunakan pada sistem turbin gas yang berukuran kecil seperti mesin turbojet,
karena kemampuannya yang hanya mampu menghasilkan rasio kompresi hingga
3,5:1. Sedangkan kompresor axial lebih banyak digunakan pada turbin gas
berukuran besar. Hal tersebut dikarenakan satu stage sudu kompresor aksial
memiliki rasio kompresi 1,1:1 hingga 1,4:1. Dan jika menggunakan
sistem multistage sudu, rasio kompresi dapat mencapai hingga 40:1.
Satu stage kompresor aksial tersusun atas dua bagian yakni rotor dan
stator. Sudu rotor berbentuk aerofoil (semacam sayap pesawat) berfungsi untuk
mengakselerasi udara sehingga kecepatannya meningkat. Sedangkan sudu stator
berbentuk difuser, yang berfungsi untuk mengkonversi kecepatan udara tersebut
menjadi tekanan. Sehingga prinsip kerja kompresor aksial pada turbin gas ini
adalah dengan mengakselerasi kecepatan udara, diikuti dengan pengkonversian
kecepatan udara tersebut menjadi tekanan oleh difuser. Pada sisi akhir stator
terdapat difuser yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan udara serta
mengontrol kecepatannya sebelum masuk ke area combustion chamber.
Kompresor aksialsering dipakai untuk aplikasi High Flowrates but Lower
Pressure ; sedangkan kompresor sentrifugal untuk aplikasi High Compression
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19
Ratio with Lower Flowrates. Untuk Very High Compression Ratio, dipakai
Reciprocating Compressor.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan kompresor
sentrifugal dan aksial dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Keuntungan dan Kerugian Kompresor Dinamik
2.3 Pemeliharaan Kompresor
2.3.1 Pelumasan Kompresor
Kompresor biasanya membutuhkan oli untuk pelumasan pada bearing dan
pendinginan bearing.Oli disediakan oleh sistem pelumasan yang ada di dalam
kompresor.
Komponen dalam sistem pelumasan harus mencakup:
a. Reservoir atau tangki minyak
b. Pompa atau pompa oli pelumas
c. Filter oli
d. Pendingin oli
e. Perpipaan dan instrumentasi terkait
Sistem pelumasan di bagian ujung hilir filter harus terbuat dari stainless
steel (Sistem pelumasan dibangun sepenuhnya dari stainless steel untuk
menghilangkan banyak potensi masalah kontaminasi yang disebabkan oleh korosi
pada komponen non-stainless steel)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

20
Minyak pelumas diperlukan untuk fluid film bearing, rolling elemnt
journal, dan thrust bearing.Minyak pelumas disuplai dari reservoir oleh pompa
minyak pelumas. Pompa dapat digerakkan oleh poros kompresor atau dengan
sendirinya.
Faktor utama yang terlibat dalam pemilihan pelumas kompresor meliputi:
a. Jenis, ukuran dan kecepatan kompresor
b. Gas dikompresi
c. Jumlah tahap / stages
d. Tekanan dan suhu di setiap stages
e. Lingkungan
d. Jenis sistem pelumasan
Adapun bagian kompresor yang diberikan pelumas dan pemilihan
pelumasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pelumasan Pada Kompresor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21
2.3.2 Pemeriksaan Periodik Pada Kompressor
Adapun pemeriksaan secara periodik pada kompresor secara umum antara
lain:
Setiap 8 Jam (atau Setiap Hari)
a. Pertahankan level pelumas antara level tinggi dan rendah pada bayonet
gauge. (Perubahan warna dapat menunjukkan adanya cairan kental).Jika
pelumas terkontaminasi, buang dan ganti.
b. Kuras tangki penerima untuk mengeluarkan kotoran di sistem distribusi.
c. Lakukan inspeksi visual pada kompresor secara menyeluruh dan pastikan
penjaga keamanan ada di tempat.
d. Periksa apakah ada kebisingan atau getaran yang tidak biasa.
e. Periksa tekanan pelumas pada tekanan yang dilumasi. Pertahankan 18
hingga 20 psig saat kompresor bekerja padatekanan dan suhu
operasional.Kompresortekanan tinggi harus mempertahankan 22 hingga 25
psig tekanan pelumas.
f. Periksa kebocoran pelumas.
Setiap 3 Bulan :
a. Periksa tekanan diferensial filter pelumas. Ganti elemen filter seperlunya
b. Periksa sistem ventilasi tangki pelumas
c. Periksa operasi sistem kontrol kapasitas
d. Periksa perangkap dan saringan saluran pembuangan otomatis. Bersihkan
dan atau ganti seperlunya
Setiap 6 bulan :
a. Periksa filter saluran masuk udara dan ganti elemen yang perlu diganti
b. Ambil sampel oli untuk dianalisis. Ganti pelumas seperlunya
Setiap 1 tahun :
a. Periksa intercooler dan pelumas pendingin .Bersihkan dan / atau ganti
seperlunya.
b. Periksa motor penggerak utama untuk baut pemasangan yang longgar,
usang atau aus kabel listrik, dan kotoran. Ikuti rekomendasi dari pabrik
yang memproduksi, termasuk pelumasan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

22
c. Periksa gearbox untuk pemasangan baut yang longgar, getaran, dan
kebisingan yang tidak biasa atau keausan.
d. Periksa lubang masuk impeller dan difusser untuk tanda-tanda keausan,
gesekan atau retak.
e. Periksa control panel untukpengoperasian yang lengkap dan benar.
f. Periksa semua katup kontrol untuk pengoperasian yang benar.
g. Periksa semua perangkat keselamatan untuk pengaturan dan pengoperasian
yang benar.
h. Periksa valve; ganti bagian yang aus.
2.3.3 Troubleshooting pada Kompresor
Adapun masalah-masalah yang sering terjadi pada kompresor turbin
beserta penyebabnya antara lain:
Tabel 2.3 Troubleshooting pada Kompresor
Masalah Kemungkinan Penyebab
Low discharge pressure Filter saluran masuk udara atau
saluran hisap terbatas
Kebocoran pada sistem udara pabrik di
fitting,connection, tools, dan lainnya
Sakelar tekanan salah atau buruk
Cincin piston aus atau piston longgar
Pressure gauge buruk
Permintaan melebihi kapasitas, ukuran
atau kapsitas kompresor tidak tepat
Valve kompresor longgar atau bocor
di valve gasket
Katup atau cincin piston tidak
terpasang.
Kebocoran pada safety valve
Adanya air pada crankcase Kompresor tidak berjalan cukup lama
untuk menjadi panas dan uap air
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23
masuk melalui media udara pada saat
dikompresi
Kompresor mungkin terlalu besar
untuk aplikasi
Kepala silinder bocor
Tekanan sistem bocor melalui valve
Valvedan silinder berkarat
Kompresor beroperasi terlalu jarang
Tidak diproses dengan benar untuk
penyimpanan
Adanya uap air yang keluar pada saat
dikompresi
Keausan pada sabuk yang berlebihan Pulley tidak sejajar.
Sabuk terlalu longgar atau terlalu
kencang
Sabuk keluar dari jalur
Alur katrol rusak atau kasar
Getaran berlebihan Kecepatan kompresor salah
Valve kompresor tidak berfungsi
dengan benar
Pulley longgar
Motor atau engine tidak seimbang
Kompresor, motor atau mesin tidak
diamankan dengan erat, atau
diperketat dalam satu ikatan
Tekanan pelepasan berlebihan
Beban kompresorberlebihan
Kapasitas penyimpanan udara terlalu
kecil
Kebocoran sistem yang berlebihan
Kecepatan kompresor salah
Tekanan air receiver
berlebihan
Pengukur tekanan udara tidak akurat
Kebocoran dalam sistem perpipaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

24
unloader
Katup kompresor buruk
Pilot unloader atau pressure switch
disetel dengan tidak benar
Kompresor overheat Valve kompresor rusak
Pengaturan tekanan terlalu tinggi
Intercooler yang tersumbat, secara
internal atau eksternal
Ventilasi yang tidak memadai atau
sirkulasi ulang udara panas
Pelumasan tidak memadai
Gagal memulai operasi Tidak ada daya masuk
Sekering sirkuit putus atau pemutus
sirkuit terputus
Tegangan rendah
Sakelar start salah
Masalah listrik
Sakelar tekanan salah disesuaikan atau
tidak bisa dioperasikan
Kawat longgar atau rusak
Motor kompresor buruk
Temperatur udara keluar tinggi
Rakitan katup kompresor buruk
Tekanan pelepasan udara terlalu tinggi
Ventilasi yang tidak memadai atau
sirkulasi udara panas
Permukaan pendingin kompresor atau
intercooler sangat kotor
Temperatur sekitar terlalu tinggi
Dinding silinder yang terlalu aus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

25
2.4 Teori Vibrasi
Setiap mesin pasti bergetar saat beroperasi ,tidak peduli seberapa presisi
mesin dipasang, mesin dan semua struktur yang terpasang akan mengalami
beberapa gerakan yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh berbagai gaya.
Gaya ini biasanya terkait dengan pergerakan berbagai bagian di dalam mesin. Jika
gerakan terkait vibrasi ini menjadi terlalu kuat, kerusakan pada mesin akan
terjadi.Getaran dapat disebabkan oleh berbagai kondisi termasuk poros bengkok,
unbalance dalam bagian berputar, roda gigi aus atau bengkok, bantalan rusak,
kopling atau bantalan yang tidak selaras, gaya elektromagnetik, dll.
Secara umum, ada 3 jenis vibrasi atau getaran yaitu getaran yaitu
a. Getaran bebas (free vibration)
b. Getaran paksa (forced vibration)
c. Getaran teredam (damped vibration)
Getaran bebas (free vibration) atau getaran alami , ketika tidak ada gaya
eksternal yang bekerja pada tubuh, dan setelah diberikan perpindahan awal, maka
tubuh dikatakan berada di bawah getaran bebas atau getaran alami. Frekuensi
getaran bebas disebut frekuensi bebas atau alami (natural frequency). Getaran
bebas dibagi menjadi 3 lagi yaitu
i. Getaran longitudinal ; ketika poros atau piringan bergerak sejajar terhadap
axis poros, maka getaran tersebut dikenal sebagai getaran longitudinal.
Dalam hal ini, poros memanjang dan memendek secara bergantian dan
dengan demikian tegangan tarik dan gaya tekan diinduksi secara
bergantian pada poros.
ii. Getaran transversal ; ketika poros atau cakram bergerak kira-kira tegak
lurus terhadap poros, maka getaran tersebut dikenal sebagai getaran
transversal. Dalam hal ini, poros lurus dan dibengkokkan secara bergantian
dan tegangan lentur diinduksi pada poros.
iii. Getaran torsional ; ketika poros atau cakram bergerak dalam lingkaran axis
poros, maka getaran tersebut merupakan getaran torsional. Dalam hal ini,
poros diputar dan diputar secara bergantian dan tegangan geser torsional
diinduksi dalam poros.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

26
[http://www.smartway2study.com/p/longitudinal-and-transverse-vibrations.html]
Gambar 2.13 Free Vibration
Getaran paksa (forced vibration) terjadi ketika tubuh bergetar di bawah
pengaruh gaya luar. Gaya luar yang diterapkan pada tubuh adalah gaya
pengganggu yang terjadi secara periodik yang diciptakan oleh ketidakseimbangan.
Getarannya memiliki frekuensi yang sama dengan gaya yang diberikan.
Getaran teredam (damped vibration) ketika adanya pengurangan
amplitudo pada setiap siklus getaran, maka gerakan tersebut dikatakan getaran
teredam. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sejumlah energi yang dimiliki oleh
sistem getar selalu hilang untuk mengatasi hambatan gesekan terhadap gerakan.
[https://www.efunda.com/formulae/vibrations/sdof_free_damped.cfm]
Gambar 2.14 Damped Vibration
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

27
Dalam konstruksi permesinan banyak sekali kita temukan komponen-
komponen yang berputar dan mekanisme yang menyebabkan momen–momen
disekitar batang atau poros. Poros dalam hal ini mempunyai peranan penting
terutama sebagai media penambah gaya yang menghasilkan usaha (kerja).Suatu
poros yang berputar pada kenyataannya tidak berada pada keadaan yang lurus,
melainkan berputar dengan posisi melengkung. Pada suatu putaran tertentu
lengkungan poros tersebut mencapai harga maksimum. Putaran yang
menyebabkan lengkungan poros mencapai harga maksimum tersebut dinamkan
dengan putaran kritis. Dan keadaan tersebut diatas dinamakn efek Whirling Shaft.
Apabila pada suatu poros yang didukung diantara dua bantalan dipasang
disk maka poros tersebut akan mengalami defleksi statis. Defleksi tersebut
disebabkan oleh berat disk (jika massa poros diabaikan). Defleksi akan bertambah
besar akibat gaya sentrifugal pada saat poros berputar.
Putaran kritis adalah dimana (amplitude) vibrasi pada mesin naik/tinggi
disebabkan frekuensi pribadi rotor sama dengan kecepatan putar (speed) rotor
tersebut sehingga terjadi resonansi. Adapun frekuensi natural atau frekuensi alami
adalah frekuensi osilasi yang cenderung dimiliki suatu sistem saat sistem tersebut
dibiarkan bergetar tanpa peredam (damping).
[https://www.miniphysics.com/natural-frequency.html]
Gambar 2.15 Natural Frequency
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

28
Instalasi pada suatu mesin biasanya terdiri dari rangka, pipa, duct, dan
sebagainya, dimana komponen-komponen tersebut mempunyai frekuensi alami
(natural frequency), yang didesain besarnya tidak boleh ada yang sama dengan
putaran mesin. Jika salah satu atau beberapa komponen yang ada pada mesin itu
mempunyai frekuensi diri yang sama besar dengan putaran mesin, maka vibrasi
akan menjadi tinggi atau disebut dengan resonansi.
Putaran kritis poros merupakan putaran yang dapat mengakibatkan
terjadinya defleksi maksimum pada poros. Hal ini mengakibatkan poros berputar
sambil bergetar dengan amplitudo yang besar. Gejala ini disebut whirling shaft.
Terjadinya whirling shaft pada permesinan dapat mengakibatkan:
a. Timbulnya getaran yang berlebihan, getaran ini kemudian diinduksikan ke
komponen mesin lainnya dan sekelilingnya.
b. Kerusakan mekanik. Hal ini disebabkan oleh tegangan bending yang besar
pada poros, gesekan antara poros dan rumah, dan beban yang diterima
bearing menjadi berlebih.
c. Memperpendek umur (komponen) mesin
[https://laskarteknik.co.id/cara-menentukan-putaran-kritis-pada-poros/]
Gambar 2.16 Putaran Kritis
Untuk mengurangi beban yang berlebihan serta vibrasi, pada kedua ujung
kompressor terdapat bearing untuk menopang beban tersebut Secara umum ada
dua macam jenis bearing seperti pada gambar yaitu sliding contact bearing dan
roller contact bearing. Sliding contact bearing lebih sering disebut sebagai journal
bearing. Roller contact bearing dibagi lagi menjadi dua yaitu ball bearing dan
roller bearing.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

29
[https://www.quora.com/What-is-a-sliding-contact-bearing]
Gambar 2.17 Sliding Contact Bearing dan Roller Contact Bearing
Pada kompressor, umumnya digunakan bearing jenis journal bearing.
Journal bearing sendiri biasa digunakan untuk kompressor tipe besar dan
berkecepatan tinggi seperti kompressor aksial. Journal bearing berdasarkan
kemampuan menerima pembebanan juga dibagi menjadi dua yaitu:
1. Radial bearing: Bearing jenis ini mampu menahan gaya pada arah radial yaitu
tegak lurus dari pergerakan elemen yang berputar.
[https://www.skf.com/group/products/bearings-units- housings /principles
/general-bearing-knowledge/bearing-basics/index.html]
Gambar 2.18 Radial Bearing
2. Thrust bearing : Bearing jenis ini mampu menahan gaya searah sumbu putar
poros. Thrust bearing sangat umum digunakan pada kompresor terutama
kompressor aksial dikarenakan kompressor aksial memiliki beban dorongan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30
yang relatif tinggi dibanding kompressor lain. Bergantung pada desainnya,
thrust bearing dapat mendukung beban aksial murni pada satu atau kedua arah
dan beberapa thrust bearing juga dapat menahan beban radial. Thrust bearing
tidak dapat menahan kecepatan setinggi radial bearing yang berukuran sama.
[https://books.google.co.id/books?id=tLxpL65v0lYC&printsec=frontcover&hl=id
#v=onepage&q&f=false]
Gambar 2.19 Thrust Bearing
Pada sistem kompressor, seringkali dalam sistem tersebut digunakan air
bearing agar lebih efisien. Karena selain mensuplai udara ke turbin, sebagian
udara yang dihasilkan kompreosr juga akan diberikan kepada air bearing.. Saat
poros berputar meningkatkan kecepatan, molekul udara menempel pada poros dan
akhirnya ditarik ke bawah untuk membentuk bantalan udara pendukung. Bantalan
ini memisahkan poros dan komponen sekitarnya dan memungkinkan poros
berputar bebas.
Dalam screw compreesor, dua rotor berputar berlawanan arah di dalam
casing kompresor. Di sisi hisap, gas ditarik ke dalam rongga yang diproduksi
antara dinding perumahan dan dua rotor. Saat rotor berputar, rongga berkurang
dalam ukuran, menekan gas dan kemudian melepaskannya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

31
[https://www.quora.com/What-is-a-rolling-contact-bearing]
Gambar 2.20 Ball Bearing
Fungsi rolling bearing dalam screw compreesor adalah untuk
menyediakan posisi radial dan aksial yang akurat dari rotor kompresor dan untuk
mendukung beban rotor dengan tepat.
Pengukuran vibrasi mesin yang berhasil membutuhkan persiapan yang
tepat sebelum dianalisa. Ketika keputusan untuk menganalisa getaran dibuat, tiga
pilihan pengukuran tersedia: (1) perpindahan, (2) kecepatan, dan (3) percepatan.
Ketiga tipe pengukuran ini menekankan bagian spektrum yang berbeda. Untuk
memahami kekhasan ini, perlu mempertimbangkan karakteristik yang berbeda
dari masing-masing jenis. Dengan asumsi getaran harmonik sederhana.
Perpindahan, x, adalah :
Diferensiasi berurutan memberikan presamaan untuk kecepatan (ẋ) dan
percepatan (ẍ):
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

32
Untuk menentukan respons transien akibat torsi eksitasi, yang bekerja
pada satu rotor dalam sistem, seperti rotor generator dalam sistem turbo turbo,
akan lebih mudah untuk mengurangi model sistem kontinu yang dipertimbangkan
sebelumnya menjadi sistem diskrit setara dengan jumlah yang lebih sedikit. rotor.
untuk mendapatkan model tersebut, momen massa inersia dari massa yang
terpasang dan elemen poros dirangkum antara dua titik modal dan disatukan di
lokasi yang dipilih sesuai dengan perkiraan pusat gravitasi. perkiraan kekakuan,
kj, dari poros antara lokasi massa ini kemudian dievaluasi, yang disempurnakan
untuk mendapatkan model diskrit yang setara secara dinamis dari sistem kontinu
seperti dijelaskan di bawah ini. Untuk sistem diskrit, persamaan gerak dalam
matriks dari adalah:
[M]{ɸ} + [K] {ɸ} = 0 2.3.1
[K]- p2 [M]=0 2.3.2
Kita dapat menentukan frekuensi alami dan bentuk mode dari sistem
diskrit dengan momen massa inersia, mj, dan perkiraan kekakuan. Kami akan
menyatakannya sebagai pi * dengan bentuk mode yang sesuai; Dalam mode getar,
energi potensial dari sistem diskrit adalah (N-jumlah rotor dalam sistem diskrit)
Vi =.∑𝟏
𝟐
𝑵−𝟏𝒋=𝟏 kj (ɸj - ɸj+1)2
ij 2.3.3
Energi kinetik yang diperoleh adalah ,
Ti =.∑𝟏
𝟐
𝑵𝒋=𝟏 mj (ɸj
2 - ɸj2)pi
2 2.3.4
dalam keadaan normal energi kinetik akan sama dengan energi potensial sehingga
,
.∑ 𝒌𝒋𝑵−𝟏𝒋=𝟏 (ɸj - ɸj+1)i
2 = pi2∑ 𝒎𝒋 𝑵
𝒋=𝟏 (ɸj2)i ; i= 2,3,…,N 2.3.5
Dalam sistem persamaan di atas, kami mengganti vektor bentuk pi dan mj
dan mode aproksimat yang tepat untuk mengevaluasi kekakuan yang
dimodifikasi. Dengan kekakuan yang dimodifikasi ini, kami kembali ke
persamaan (2.3.2) dan ulangi prosesnya sampai kami mendapatkan akurasi yang
diinginkan untuk kekakuan tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

33
2.5 Time Domain dan Frequency Domain
Time domain mengacu pada analisis fungsi matematika , sinyal fisik atau
deret data (dalam hal ini vibrasi) , sehubungan dengan waktu . Dalam domain
waktu, nilai sinyal atau fungsi diketahui untuk semua bilangan real , untuk kasus
waktu kontinu , atau pada berbagai contoh terpisah seperti dalam kasus waktu
diskrit . Osiloskop adalah alat yang biasa digunakan untuk memvisualisasikan
sinyal dunia nyata dalam domain waktu.
[https://naendiahda.wordpress.com/2017/03/01/osiloskop/]
Gambar 2.21 Osiloskop
Dalam elektronik, sistem kontrol, dan statistik, domain frekuensi mengacu
pada analisis fungsi atau sinyal matematika sehubungan dengan frekuensi, bukan
waktu. Sederhananya, grafik domain-waktu menunjukkan bagaimana suatu sinyal
berubah dari waktu ke waktu, sedangkan grafik domain frekuensi menunjukkan
seberapa banyak sinyal terletak di dalam setiap pita frekuensi yang diberikan pada
rentang frekuensi. Representasi frekuensi-domain juga dapat mencakup informasi
tentang pergeseran fase yang harus diterapkan pada masing-masing sinusoida agar
dapat menggabungkan kembali komponen frekuensi terhadap domain waktu.
Fungsi atau sinyal yang diberikan dapat dikonversi antara waktu dan
domain frekuensi dengan sepasang operator matematika yang disebut
transformasi, contohnya adalah transformasi Fourier , yang mengubah fungsi
waktu menjadi jumlah atau integral dari gelombang sinus frekuensi yang berbeda,
masing-masing mewakili komponen frekuensi. Spektrum komponen frekuensi
adalah representasi domain frekuensi dari sinyal. Transformasi Fourier terbalik
mengubah fungsi domain-frekuensi kembali ke fungsi waktu. Sedangkan
penganalisaan spektrum dapat dibuktikan dengan teori-teori tentang sepktrum
yang ada.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

34
Salah satu alasan utama untuk menggunakan representasi domain
frekuensi dari suatu masalah adalah untuk menyederhanakan analisis matematika.
Untuk sistem matematika yang diatur oleh persamaan diferensial linier, ini
merupakan metode yang sangat penting dengan banyak aplikasi dunia nyata,
seperti mengubah deskripsi sistem dari domain waktu ke domain frekuensi
,mengubah persamaan diferensial menjadi persamaan aljabar, yang jauh lebih
mudah untuk diselesaikan.
[https://www.researchgate.net/figure/The-time-domain-and-frequency-domain-representation-of-
8s-epochs-of-newborn-EEG-seizure_fig2_43202504]
Gambar 2.22 Time Domain dan Frequency Domain
Dalam menggunakan Transformasi Laplace, Z-, atau Fourier, sinyal
digambarkan oleh fungsi frekuensi yang kompleks : komponen sinyal pada
frekuensi tertentu diberikan oleh bilangan kompleks . Modulus bilangan adalah
amplitudo komponen itu, dan argumennya adalah fase relatif dari gelombang.
Misalnya, dengan menggunakan transformasi Fourier, gelombang suara , seperti
ucapan manusia, dapat dipecah menjadi nada komponen dari frekuensi yang
berbeda, masing-masing diwakili oleh gelombang sinus dari amplitudo dan fase
yang berbeda. Respons suatu sistem, sebagai fungsi frekuensi, juga dapat
digambarkan dengan fungsi yang kompleks.
Meskipun domain frekuensi dibicarakan dalam bentuk tunggal, ada
sejumlah transformasi matematis berbeda yang digunakan untuk menganalisis
fungsi domain waktu dan disebut sebagai metode "domain frekuensi". Berikut
adalah transformasi yang paling umum yang digunakan, dan di sinyal jenis apa
mereka digunakan:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35
a. Seri Fourier - sinyal berulang, sistem berosilasi .
b. Transformasi Fourier - sinyal tidak berulang, transien.
c. Transformasi Laplace - sirkuit elektronik dan sistem kontrol .
d. Transformasi Z - sinyal waktu diskrit , pemrosesan sinyal digital .
e. Transformasi wavelet - analisis gambar, kompresi data .
Secara umum, dapat dikatakan domain dapat ditransformasi dengan
transformasi apa pun. Transformasi di atas dapat diartikan sebagai menangkap
beberapa bentuk frekuensi, dan karenanya domain transformasi disebut sebagai
domain frekuensi.
Gagasan Fourier adalah memodelkan sumber panas ini sebagai superposisi
(atau kombinasi linear)gelombang sinus dan kosinus sederhana, dan menuliskan
pemecahannya sebagai superposisi solusi eigen terkait. Superposisi kombinasi
linear ini disebut sebagai deret Fourier. Sedangkan Transformasi Fourier
merupakan transformasi integral yang menyatakan kembali sebuah fungsi dalam
fungsi sinusoidal, yaitu sebuah fungsi sinusoidal penjumlahan atau integral
dikalikan oleh beberapa koefisien (amplitudo).
Aplikasi dari deret fourier sangat beragam diberbagai bidang yaitu
matmatika,fisika, analisis vibrasi, optik, teknik elektro, akustik,pengolahan citra
dll.salah satu aplikasi dari deret fourier yaitu untuk mengubah sinyal dari domain
waktu ke frekuensi atau sebaliknya. Maksudnya diubah ke domain frekuensi
adalah jadi kita bisa melihat suatu sinyal itu memiliki frekuensi berapa hertz.
Sinyal dikonversi dari atau ruang domain waktu ke domain frekuensi
biasanya melalui Transformasi Forier . Disini Transformasi Fourier akan
mengubah sinyal informasi ke komponen magnitudo serta fase frekuensi masing-
masing. Sering dijumpai transformasi Fourier dikonversi ke spektrum daya, yang
besarnya masing-masing komponen frekuensi kuadrat. Hal yang paling sering
dijumpai adalah analisis sinyal dalam domain frekuensi adalah analisis sifat
sinyal. Spektrum untuk menentukan frekuensi yang hadir dalam sinyal input dan
yang hilang. Selain informasi frekuensi, tahap informasi sering dibutuhkan. Ini
dapat diperoleh dari transformasi Fourier.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36
2.6 Fungsi Respons Frekuensi
Fungsi Respon Frekuensi (FRF) memberikan informasi tentang frekuensi
alami, redaman, dan bentuk mode struktur.Seringkali, FRF ditampilkan dengan
satuan akselerasi (g) di atas satuan gaya (N) yang menghasilkan unit akselerasi g /
N.
Namun, ada format alternatif yang dapat digunakan untuk menampilkan
FRF (Gambar 2.19). Format alternatif ini dibuat dengan melakukan operasi
matematika di FRF:
Integrasi dan diferensiasi : Akselerasi dapat diubah menjadi kecepatan atau
perpindahan
Inversi: FRF dapat dibalik, jadi input lebih dari output, bukan output lebih dari
input
[https://community.sw.siemens.com/s/article/dynamic-stiffness-compliance-mobility-and-more]
Gambar 2.23 6 Bentuk Umum FRF
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37
Compliance merupakan ukuran berapa banyak struktur bergerak
(perpindahan, x) untuk satuan input gaya (F). Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.20
[https://community.sw.siemens.com/s/article/dynamic-stiffness-compliance-mobility-and-more]
Gambar 2.24 Grafik Compliance
Untuk sistem SDOF dan sistem dengan mode yang teredam ringan,
berjarak dengan baik, asimtot yang mendahului dan menggantikan frekuensi alami
kembali signifikan. Garis sebelum frekuensi alami dikenal sebagai "garis
kekakuan". Ketika ditampilkan dalam istilah compliance, garis kekakuan kira-kira
rata dan sama dengan nilai kekakuan invers dari sistem.
Kekakuan, atau ketahanan terhadap deformasi dari gaya input, sangat
penting dalam dinamika struktural dan topik terkait kebisingan dan getaran.
Getaran dapat dianggap sebagai rasio gaya yang bekerja pada struktur dengan
kekakuannya.
Inertance atau yang sering disebut dengan innertance merupakan
perbandingan antara percepatan dan gaya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

38
Grafik umum Inertance dapat dilihat pada table di bawah ini :
[https://community.sw.siemens.com/s/article/dynamic-stiffness-compliance-mobility-and-more]
Gambar 2.25 Grafik Inertance
Mobility adalah salah satu parameter dari fungsi Frequency Response
Function (FRF). Grafik umum. asymtote yang mendahului frekuensi alami
meningkat secara linear seiring dengan frekuensi dan berbanding terbalik dengan
nilai kekakuan. Kemiringan dari asymptote yang menggantikan frekuensi alami
berkurang dengan frekuensi dan berbanding terbalik dengan massa. Mobility
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
[https://community.sw.siemens.com/s/article/dynamic-stiffness-compliance-mobility-and-more]
Gambar 2.26 Grafik Mobility
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

39
2.7 Fast Fourier Transform (FFT)
Fast Fourier Transform (FFT) yang ditemukan tahun 1965 merupakan
pengembangan dari Fourier Transform (FT).Penemu FT adalah J. Fourier pada
tahun 1822. FT membagi sebuah sinyal menjadi frekuensi yang berbeda-beda
dalam fungsi eksponensial yang kompleks.Definisi Fast Fourier Transform (FFT)
adalah metode yang sangat efisien untuk menghitung koefisien dari Fourier diskrit
ke suatu finite sekuen dari data yang komplek. Karena substansi waktu yang
tersimpan lebih daripada metoda konvensional, Fast Fourier Transform
merupakan aplikasi temuan yang penting didalam sejumlah bidang yang berbeda
seperti analisis spectrum, speech and optical signal processing, design filter
digital.
Algoritma FFT berdasarkan atas prinsip pokok dekomposisi perhitungan
discrete fourier transform dari suatu sekuen sepanjang N kedalam transformasi
diskrit Fourier secara berturut-turut lebih kecil. Cara prinsip ini diterapkan
memimpin ke arah suatu variasi dari algortima yang berbeda, di mana semuanya
memperbandingkan peningkatan kecepatan perhitungan. Fast Fourier Transform,
adalah suatu algoritma untuk menghitung transformasi fourier diskrit dengan
cepat dan efisien. Karena banyak sinyal-sinyal dalam sistem komunikasi yang
bersifat kontinyu, sehingga untuk kasus sinyal kontinyu kita gunakan transformasi
fourier.
Fourier Analisis merupakan proses matematika yang digunakan untuk
memecahkan masalah bentuk gelombang kompleks dengan menguraikan
gelombang itu menjadi komponen sinusoidanya melalui proses transformasi
gelombang fungsi waktu menjadi fungsi frekuensi. Metode yang banyak
digunakan untuk proses transformasi ini adalah Fast Fourier Transform (FFT).
Manfaat FFT antara lain untuk mengetahui frekuensi dominan dan
harmoniknya dari data runtun waktu. Awalnya analisis ini digunakan terbatas
pada pengolahan isyarat suara dan gambar. Belakangan analisis ini juga
digunakan pada proses Data Mining (proses ekstraksi data menjadi informasi)
seperti analisis pergerakan saham, penjualan, cuaca, proses produksi, vibrasi dan
sebagaimya. Analisis FFT ini terdapat di dalam software-software pengolah data
seperti SAS, StatSoft, Minitab dan juga di Ms Excel.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40
Spektrum getaran FFT merupakan metode yang sangat berguna untuk
analisis getaran mesin. Jika ada masalah mesin, spektrum FFT memberikan
informasi untuk membantu menentukan sumber dan penyebab masalah dan,
dengan tren, berapa lama hingga masalahnya menjadi kritis.
Spektrum FFT memungkinkan untuk menganalisis amplitudo getaran pada
berbagai frekuensi komponen pada spektrum FFT. Dengan cara ini, dapat
mengidentifikasi dan melacak getaran yang terjadi pada frekuensi tertentu. Karena
masalah mesin tertentu menghasilkan getaran pada frekuensi tertentu, maka
informasi ini dapat digunakan untuk mendiagnosis penyebab getaran berlebihan
yang ada.
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.27 Spektrum FFT
Ada beberapa langkah yang harus diikuti sebagai pedoman untuk
membantu mencapai pemantauan getaran yang sukses. Berikut ini adalah langkah-
langkah secara umum:
a. Kumpulkan informasi yang berguna - Lihat, dengarkan dan rasakan mesin
untuk memeriksa resonansi. Identifikasi pengukuran apa yang diperlukan
(poin dan 1jenis titik). Lakukan pengujian tambahan jika data lebih lanjut
diperlukan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

41
b. Menganalisis data spektral - Mengevaluasi nilai keseluruhan dan frekuensi
spesifik yang sesuai dengan anomali mesin. Bandingkan nilai keseluruhan
dalam arah yang berbeda dan pengukuran saat ini dengan data historis.
c. Pemantauan multi-parameter - Gunakan teknik tambahan untuk
menyimpulkan jenis kesalahan. (Alat analisis seperti pengukuran fase, arus
analisis, selubung akselerasi, analisis oli, dan termografi dapat digunakan.)
d. Lakukan Root Cause Analysis (RCA) - Untuk mengidentifikasi penyebab
sebenarnya dari masalah dan mencegahnya terjadi lagi.
Saat melakukan program getaran, informasi pendahuluan tertentu
diperlukan untuk melakukan analisis.Identifikasi komponen, kecepatan lari,
lingkungan operasi dan jenis pengukuran harus ditentukan pada awalnya untuk
menilai sistem overalls.
Sebelum spektrum dapat dianalisis, komponen yang menyebabkan getaran
di dalam mesin harus diidentifikasi. Misalnya, Anda seharusnya akrab dengan
komponen-komponen kunci ini:
a. Jika mesin terhubung ke kipas atau pompa, penting untuk mengetahui
jumlah bilah kipas atau impeler
b. Jika ada bantalan, ketahui nomor identifikasi bantalan atau penandaannya
c. Jika mesin berisi, atau digabungkan, ke gearbox, ketahui jumlah gigi dan
kecepatan poros
d. Jika mesin digerakkan dengan sabuk, ketahuilah panjang sabuk.
2.8 Identifikasi Masalah dengan Spektrum FFT
Dari pola grafik Fast Fourier Transform, dapat diidentifikas adanya
masalah atau problem yang terjadi pada suatu komponen mesin.Spektrum FFT
dapat dianalisa dengan mengetahui pola pada masing-masing symtom yang ada.
2.8.1 Misalignment
Misalignment terjadi ketika poros, sambungan dan bearing tidak
disejajarkan dengan benar di sepanjang garis tengahnya. Ada dua jenis
misalignment yaitu angular misalignment, parallel misalignment, atau kombinasi
keduanya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

42
a. Angular Misalignment
Angular Misalignment terjadi ketika dua poros dihubungkan pada kopling
dengan cara yang menginduksi gaya lentur pada poros.
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.28 Angular Misalignment
b. Parallel Misalignment
Parallel Misalignment terjadi ketika garis tengah poros tersusun sejajar
tetapi tidak teratur atau offset.
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.29 Parallel Misalignment
Penyebab umum misalignment adalah:
a. Ekspansi termal: Ekspansi atau pertumbuhan komponen karena pemanasan
dan pendinginan suatu komponen.
b. Penyelarasan dingin: Sebagian besar mesin diselaraskan dingin dan panas
saat beroperasi. Pertumbuhan termal menyebabkan mereka tumbuh tidak
selaras.
c. Penyelarasan komponen selama kopling tidak tercapai dengan benar. Oleh
karena itu, misalignment dimasukkan ke dalam sistem selama instalasi.
d. Penyelarasan yang tidak tepat karena kekuatan yang diberikan dari pipa
dan anggota pendukung.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

43
e. Misalignment karena fondasi yang tidak rata, bergeser pada pondasi atau
penyelesaian.
Misalignment biasanya menyebabkan bearing membawa beban yang lebih
tinggi dari spesifikasi desainnya, yang dapat menyebabkan kegagalan pada
bearing karena fatik dimanamerupakan hasil dari tekanan yang diterapkan
langsung di bawah permukaan pembebanan.
Efek misalignment pada kopling adalah dalam bentuk kerusakan pada
kopling atau panas berlebihan akibat gesekan.
Diagnosis Teknik analisis yang paling efektif biasanya menggunakan nilai
getaran keseluruhan dan pengukuran fase yang membantu membedakannya
berbagai jenis misalignment atau ketidakseimbangan.Praktik umum ketika
menganalisis misalignment adalah untuk melihat rasio antara 1x (tidak seimbang)
dan 2x (misalignment), dan membandingkan nilai-nilai.Ketika menganalisis
spektrum FTT di mana misalignmentis ditunjukkan, amplitudo 1x lebih tinggi dari
normal dibagi dengan 2x amplitudo terjadi. Indikasi amplitudo dapat bervariasi
dari 30% dari amplitudo 1x hingga 100 hingga 200% dari amplitudo 1x.
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.30 Spektrum Misalignment
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

44
Spektrum FFT menunjukkan ketidakselarasan yang parah (puncak kedua
dalam spektrum pada ~ 8 500 RPM (141 Hz) menunjukkan ketidakselarasan yang
parah, karenahampir dua kali lipat dari kecepatan lari; puncak yang ditandai
dengan marker adalah kecepatan lari (4 237,5 RPM (71Hz)).
Pada misalignment yang parah, spektrum dapat berisi multipleharmonics
dari 2x hingga 10x kecepatan lari. Jika getaran amplitudo dalambidang horizontal
ditingkatkan dua kali tiga atau tiga, perubahan posisi tidak sejajar lagi.
Jika ada amplitudo 2x tinggi secara abnormal dibagi dengan amplitudo 1x,
dan sistem mengandung kopling atau sabuk, mungkin ada misalignment.
Jika amplitudo radial 2x abnormal tinggi, dan sistem mengandung kopling
atau sabuk, mungkin ada misalignment.
Jika 1x amplitudo aksial tinggi tidak normal, dan sistem mengandung
kopling atau sabuk, mungkin ada misalignment.
2.8.2 Unbalance
Indikasi umum lain dari kesehatan mesin yang buruk adalah adanya
symtom atau gejala unbalance pada sistem. Unbalance dapat menyebabkan
adanya gaya atau beban berlebihan yang dapat mempengaruhi mesin.
Unbalance terjadi ketika garis tengah massa poros tidak bertepatan dengan
garis tengah geometrisnya. Secara umum, ada tiga jenis unbalance :
a. Static unbalance
b. Couple unbalance
c. Dynamic unbalance
a. Static Unbalance
Dalam static unbalance, hanya satu gaya yang terlibat. Seperti pada rotor
yang berputar sampai titik berat terletak pada jam 6. Keadaan static unbalance
dapat dilihat ketika dalam keadaan rest atau diam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

45
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.31 Static Unbalance
b. Couple Unbalance
Tidak seperti static unbalance, couple unbalance tidak dapat diukur atau
dilihat dalam keadaan rest atau diam. Dalam couple unbalance, terdapat dua gaya
atau beban ,masing-masing 180 ° terhadap satu sama lain, yang menyebabkan
rotor tampak seimbang saat keadaan istirahat. Namun, ketika rotor berputar, gaya
atau beban yang ada menggerakkan rotor secara berlawanan arah di masing-
masing ujung poros. Hal ini menyebabkan rotor goyah, yang menghasilkan
gerakan yang keluar dari jalur pada kedua ujung poros.
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.32 Couple Unbalance
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

46
c. Dynamic unbalance
Pada kenyataannya, sebagian besar ketidakseimbangan atau unbalance
adalah dinamis.Dynamic unbalance adalah kombinasi static unbalance dan couple
unbalance. Pada mesin atau sistem yang lebih kompleks, dengan lebih dari satu
kopling atau beberapa area pada rotor dimana ketidakseimbangan dapat terjadi,
ketidakseimbangan pasangan biasanya lebih menonjol dalam sistem.
Unbalance secara umum dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Beberapa
faktor tersebut adalah:
a. Produksi dari komponen mesin yang tidak bagus
b. Penumpukan puing pada rotor, baling-baling atau sirip
c. Penambahan fitting poros tanpa prosedur counter balancing yang tepat
d. Aus pada baling-baling / sirip
Adapun karakteristik utama getaran yang disebabkan oleh unbalance yaitu
sebagai berikut:
a. Getaran frekuensi tunggal yang amplitudonya sama untuk semua arah
radial
b. Sinusoidal, terjadi pada frekuensi sekali per revolusi
c. Spektrum umumnya tidak mengandung harmonik 1x dari running speed
kecuali jika unbalance nya parah
d. Amplitudo meningkat sesuai dengan kecepatan
Sama seperti misalignment, ketidakseimbangan biasanya menyebabkan
bearing menerima beban dinamis yang lebih tinggi daripada spesifikasi desain
mereka, yang menyebabkannya bearing untuk gagal karena fatigue.
Fatigue, dalam suatu bearing, adalah hasil dari tegangan yang diterapkan
tepat di bawah permukaan pembawa beban dan dapat dilihat dari retakan pada
permukaan logam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

47
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.33 Spektrum Unbalance
Getaran yang disebabkan oleh unbalance murni adalah bentuk gelombang
sinusoidal sekali revolusi. Pada spektrum FFT, tampak lebih tinggi dari 1x
amplitude normal.Meskipun pada kasus lain dapat menghasilkan 1x amplitudo
tinggi , mereka biasanya juga menghasilkan harmonik. Secara umum, jika sinyal
memiliki harmonikdi atas sekali per revolusi, maka bukan gejala dari
ketidakseimbangan.
Namun, harmonik dapat terjadi karena ketidakseimbangan meningkat atau
ketika nilai kekerasan dari penahan atau support horizontal dan verticalberbeda
dengan jumlah yang besar.Semakin banyak gaya yang tidak seimbang, artinya ada
beban yang semakin banyak pada bantalan di dekatnya. Jika beban yang
ditentukan bantalan terlampaui, kerusakan dapat terjadidan lifetime dari bearing
dapat berkurang secara drastis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

48
2.8.3 Mechanical Looseness
Adanya rangkaian panjang harmonik dari frekuensi berotasi atau1/2 dari
frekuensi berotasi harmnik pada amplitudo tinggi yang tidak normal umumnya
menjadi ciridari adanya gejala kelonggaran mekanis, atau ketidaksesuaian antara
bagian-bagian komponen.
Harmonik yang terjadi ini mungkin acak dan tidak terorganisir. Misalnya,
kelonggaran dapat menampilkan adanya puncak harmonic pada 2x, 3x, 4x, 5x, 6x,
dll., Atau pada 3x, 3,5x,4x, 5.5x, 6x, dll.
Kemungkinan penyebab keausan / kelonggaran adalah:
a. Mesin terlepas dari pemasangannya
b. Support dari mesin retak atau patah
c. Komponen mesin lepas
d. Bearing menimbulkan cacat, yang menyebabkan elemen bearing aus
Jika adanya loosenessdalam suatu komponen, ada kemungkinan bagian
tersebut akan terlepas dan menyebabkan kerusakan sekunder.
Kelonggaran dapat ditunjukkan dalam berbagai amplitudo, baik getaran
keseluruhan maupun amplitudo frekuensi individu. Kelonggaran sebaiknya
didiagnosismenggunakan spektrum dan fase FFT.
Gambar menunjukkan contoh tanda-tanda getaran yang terkait dengan
komponen atau sistem.Biasanya, looseness diidentifikasi dengan amplitudo high
running speed secara tidak normallalu diikuti dengan amplitudo kelipatan atau1/2
kelipatan.Puncak harmonik dapat menurun dalam amplitudo karena frekuensinya
meningkat (kecuali pada2x, yang bila diukur dalam posisi vertikal, bisa lebih
tinggi dalam amplitudo).
Jika terdapat serangkaian spektrum dengan jumlah tiga atau lebih ataupun
adanya kelipatan spektrum running speed normal (kisaran 2x hingga 10x), dan
besarannya lebih besar dari 20% dari 1x, mungkin ada kelonggaran mekanis.
Jika mesin terhubung dengan ketat (tidak ada kopling atau sabuk), dan ada
spectrum radial 2x tingginya, mungkin ada kelonggaran mekanis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

49
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.34 Spektrum Mechanical Looseness
2.8.4 Bent Shaft
Dengan keseluruhan analisis spectrum dan getaran, masalah bent shaft
biasanya memancarkan tanda getaran yang tampaknya identik dengan masalah
misalignment. Oleh karrena itu pengukuran pada spektrum diperlukan untuk
membedakan keduanya.
Ada beberapa penyebab yang dapat menyebabkan bent shaft :
a. Poros dengan rasio panjang-ke-lebar yang tinggi dapat, pada kondisi rest
dapat menyebabkan terjadinya bent shaft
b. Penanganan yang tidak benar selama perakitan atau transportasi
c. Torsi tinggi
Seperti halnya pada unbalance, bent shaft biasanya menyebabkan bearing
membawa beban dinamis yang lebih tinggi daripada spesifikasi desainnya, yang
menyebabkanbearing untuk rusak atau gagal.
Sebuah poros bengkok biasanya menghasilkan spektra yang memiliki
karakteristik tipe misalignment.Lebih tinggi dari normal 1x dibagi dengan 2x
amplitudo terjadi. Amplitudo tinggi dapat bervariasi dari 30% dari amplitudo 1x
hingga 100 - 200% dari amplitudo 1x.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

50
2.8.5 Bearing Deffect
Biasanya, beberapa komponen mesin lain atau masalah pelumasan
menyebabkan bearing deffect. Ketika bearing deffect terdeteksi, maka harus dicari
akar penyebab masalah lainnya seperti misalignment. Kemudian jadwalkan
perbaikan bearing yang rusak dan yang menyebabkan bearing deffect.
Bearing defect dapat disebabkan oleh:
1. Pelumasan yang tidak efektif
2. Pelumasan terkontaminasi
3. Beban lebih berat dari yang diantisipasi
4. Penanganan atau pemasangan yang tidak tepat
5. Usia pakai(kelelahan di bawah permukaan)
6. Poros atau housing tidak cocok
7. Brinelling palsu karena sumber getaran eksternal sementara mesin masih
8. Lintasan arus melalui bantalan
Seringkali, kelelahan bantalan menghasilkan tegangan geser yang muncul
secara siklikal langsung di bawah permukaan pembawa beban. Setelah itu,
tekanan ini menyebabkan retakan yang secara bertahap meluas ke permukaan.
Saat elemen bergulir melewati celah-celah ini, pecahan pecah. Ini dikenalsebagai
spalling atau flaking. Spalling semakin meningkat dan akhirnya membuat
bantalan tidak dapat digunakan. Tipe Kerusakan bantalan ini adalah proses yang
relatif lama dan membuat kehadirannya dikenal dengan meningkatkan kebisingan
dan getaran.
[https://www.skf.com/binary/tcm:12-113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf]
Gambar 2.35 Cincin luar bearing yang mengelupas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

51
Tipe lain dari kegagalan bantalan dimulai oleh permukaan yang tertekan.
Permukaan yang tertekan menyebabkan retakan terbentuk di permukaan dan
tumbuh ke dalam material. Permukaan permukaan biasanya disebabkan oleh
beban berlebih atau pelumasan yang tidak tepat. Dalam kasus kedua, bantalan
yang rusak menghasilkan sinyal kebisingan dan getaran, yang jika terdeteksi,
memberi pengguna waktu yang cukup untuk memperbaiki penyebab masalah
bantalan atau mengganti bantalan sebelum selesai.
2.8.6 Blade dan Baling-Baling
Tidak seperti beberapa jenis kondisi getaran mesin lainnya, getaran yang
dihasilkan oleh aliran (flow-induced vibration) dapat sangat tergantung pada
kondisi pengoperasian. Dengan kata lain, tergantung pada pekerjaan mesin, atau
beban yang diinduksi, mesin dapat menunjukkan berbagai kondisi. Kondisi
getaran yang disebabkan oleh aliran adalah sebagai berikut:
a. Gaya hidrolik atau aerodinamis
b. Kavitasi atau kelaparan
c. Resirkulasi
d. Turbulensi
e. Lonjakan atau tersedak
Pompa, blower, turbin, dll., Secara inheren menghasilkan gaya hidraulik
atau aerodinamik saat impeler mereka memberikan kerja ke dalam fluida yang
mereka tangani. Dalam kondisi normal, gaya seperti itu ditangani dengan mudah.
Masalah muncul ketika gaya ini menimbulkan frekuensi resonansi dan
menyebabkan masalah seperti kavitasi atau getaran yang terlalu tinggi. Sinyal
yang paling umum dihasilkan terkait dengangaya hidrolik atau aerodinamis adalah
Blade Pass Frequency (BPF).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kajian komputasi dilakukan di Pusat Riset Vibration and Noise Control,
Departemen Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Pada penelitian ini, alat yang digunakan untuk menganalisa dan
memproyeksikan data adalah laptop dan juga perangkat lunak Microsoft Excel
2013 yang diperbaharui. Vibration Analyzer juga digunakan dalam pengumpulan
data vibrasi dan kemudian diunduh ke laptop.
Gambar 3.1 Laptop dan Vibration Analyzer
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini merupakan data vibrasi main
shaft dari turbin uap SIEMENS V 94.2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

53
Gambar 3.2 Ilustrasi Titik Turbin yang Dianalisa
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini diawali proses pengambilan data vibrasi dengan alat ukur
dan analisi getaran yaitu vibration analyzer yang dapat memberikan informasi
dari setiap karakteristik getaran. Alat ukur dan analisis data dapat mengumpulkan
dan menyimpan hanya dengan jumlah data yang terbatas. Oleh karena itu, data
harus di unduh ke computer untuk dibandingkan dan melihat trend. Vibrasi pada
arah horizontal,vertikal dan aksial dapat dilihat dengan acuannya pada titik tengah
kompresor dan dilihat ke arah mana vibrasi tersebut bergerak yang dilihat pada
perangkat lunak tersebut. Kemudian penelitian dilanjutkan dengan
memproyeksikan data vibrasi main shaft turbin SIEMENS V94.2 titik kompresor
ke dalam bentuk domain waktu dan juga domain frekuensi dimana pada domain
frekuensi dalam bentuk Fast Fourier Transform. Domain frekuensi terbagi
menjadi 3 spektrum yaitu spektrum FFT horizontal, vertikal, dan aksial.
Data yang telah diproyeksikan menjadi spektrum Fast Fourier Transform
akan dianalisa symtom atau gejala masalah yang ada pada masing-masing arah
(horizontal, vertikal, aksial). Setelahnya akan dihitung mobility, compliance dan
intertance dari poros utama titik kompresor.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

54
3.4 Diagram Alir Penelitian
Adapun diagram alir penelitian adalah sebagai berikut :
Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

55
Pada awal tahap penelitian ini dimulai dengan studi literatur terlebih
dahulu dari buku, jurnal serta referensi dari internet. Kemudian dilanjut dengan
pengumpulan data yang diambil dari pembangkit listrik tenaga uap. Setelah semua
data didapatkan maka dibuat grafik time domain berdasarkan data yang tersedia,
serta mengkonversikan data ke frekuensi domain menggunakan metode fast
fourier transform (FFT). Lalu dilanjut dengan membuat grafik frekuensi domain.
Melalui grafik tersebut maka dapat dianalisa symtom yang terjadi pada poros
kompresor serta membuat grafik regresi sinyal untuk memperkuat proses
menganalisa symtom. Hasil dari regresi yang didapatkan maka dapat dicari
inertance, compliance serta mobility dari poros utama turbin tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Vibrasi Mainshaft Kompresor
Pada turbin SIEMENS V.94.2 terdapat total 4 titik ukur dimulai dari titik
ukur pada poros turbin (1 dan 2), titik ukur pada poros kompresor (2 dan 3) , dan
titik ukur pada poros generator (3 dan 4) .
Dalam analisa data poros kompresor , data pada titik 2 dan 3 ditinjau
karena merupakan poros penghubung pada kedua ujung kompresor .Peninjauan
data dilakukan untuk mendapatkan grafik time domain dan juga frequency domain
dengan menggunakan Fast Fourier Transform.
Gambar 4.1 Titik Ukur Vibrasi Turbin
Adapun data yang ditinjau berupa data vibrasi dalam mm/sec . Data
vibrasi yang ditinjau memiliki 3 arah ukur yang bervariasi yaitu dalam arah
horizontal , arah vertikal , dan juga arah aksial.
Gambar 4.2 Turbin Siemens V.94.2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

57
Tabel 4.1 Data Vibrasi Poros Titik Ukur Kompresor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

58
4.2 Time Domain
Berikut merupakan time domain dari mainshaft pada titik 2 dan titik 3:
Gambar 4.3 Time Domain Titik 2
Pada time domain dapat dilihat bahwa vibrasi tertinggi pada titik ukur 2
terletak pada arah horizontal sedangkan vibrasi tertinggi pada titik ukur 3 terdapat
pada arah aksial.
Gambar 4.4 Time Domain Titik 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

59
4.3 Frequency Domain
Data yang telah didapatkan harus dikonversikan ke dalam bentuk
frequency domain dengan metode FFT menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan sebelumnya dapat dirangkai dalam
sebuah bentuk grafik dan kemudian dari grafik tersebut dapat dianalisis lebih
lanjut segala symptom vibrasi yang terjadi.
Adapun langkah beserta penjelasan penggunaan aplikasi Microsoft Excel
dalam menghasilkan frequency domain adalah sebagai berikut.
1. Pada bagian menu bar klik “data”
Gambar 4.5 Langkah 1 Pengolahan Data Frequency Domain
2. Kemudian pilih Data Analysis
Gambar 4.6 Langkah 2 Pengolahan Data Frequency Domain
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

60
3. Setelah itu, akan muncul sebuah toolbox, klik pada bagian “Fourier
Analysis”.
Gambar 4.7 Langkah 3 Pengolahan Data Frequency Domain
4. Setelah itu akan muncul Tool box Fourier Transform sebagai berikut
Gambar 4.8 Langkah 4 Pengolahan Data Frequency Domain
5. Untuk mengubah data kedalam bentuk frequency domain dengan FFT,
data yang diizinkan untuk diinput haruslah sebanyak dari kuadrat angka 2
misalnya, 2, 4, 8, 14, 32, dsb. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diambil
data sebanyak 32 data. Untuk penginputan data, klik pada bagian Input
Range. Kemudian seleksi data yang ingin dikonversikan.
6. Kemudian klik pada Output Range, kemudian klik pada kolom dimana
Anda ingin hasil data tersebut dikeluarkan. Setelah itu klik OK.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

61
7. Data yang terbentuk akan berupa sekumpulan angka seperti pada gambar
berikut ini.
Gambar 4.9 Langkah 5 Pengolahan Data Frequency Domain
8. Data FFT yang didapatkan ini masih harus diubah kedalam bentuk
frequency domain dengan perintah “IMABS( ). Oleh karena itu, buatlah
kolom baru disebelah kolom “freq”.
9. Pada kolom dibagian bawah “freq domain” masukkan perintah IMABS().
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

62
Gambar 4.10 Langkah 6 Pengolahan Data Frequency Domain
10. Kemudian klik OK dan drag pointer kebawah untuk mendapatkan hasil
keseluruhan data.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

63
Gambar 4.11 Langkah 7 Pengolahan Data Frequency Domain
11. Data inilah yang akan diubah kedalam bentuk grafik dengan cara blok
semua data pada kolom “freq domain” dan kemudian pilih bagian insert,
lalu scatter, grafik yang muncul akan dalam bentuk pada gambar dibawah.
Gambar 4.12 Langkah 8 Pengolahan Data Frequency Domain
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

64
Dengan menggunakan Fast Fourier Transform (FFT) , time domain dapat
diubah menjadi ke dalam bentuk frequency domain dan dapat dilihat symtom atau
gejala yang ada pada titik pengujian dengan menganalisa specktrum yang ada.
Terdapat 3 arah frequency domain yang dianalisa yaitu arah horizontal,
arah vertikal, dan arah aksial.
4.3.1 Analisa Frequency Domain Arah Horizontal
Dari data vibrasi Horizontal pada titik 2 dan titik 3, dilakukan Fourier
Analysis pada perangkat lunak Microsoft Excel.
Tabel 4.2 Pengolahan Data FFT Titik 2 dan 3 Horizontal
Titik 2 Titik 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

65
Dari pengolahan data FFT diatas maka didapat grafik spectrum vibrasi
poros kompresor titik 2 dan 3 pada arah horizontal.
Gambar 4.13 Frequency Domain Horizontal Titik 2 dan 3
Untuk dapat dicermati lebih lanjut, maka grafik spectrum diatas dibagi
menjadi 3 zona yang berbeda.
Gambar 4.14 Frequency Domain Horizontal Titik 2 dan 3 Bagian Pertama
Pada grafik spectrum diatas dapat dilihat adanya symptom unbalance pada
grafik horizontal titik 2 dan juga symptom unbalance yang mengarah kepada
misalignment pada grafik horizontal titik 3.
1 2 3
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

66
Pada grafik horizontal titik 2 dapat dilihat adanya first harmonic pada
frekuensi 0,4 sedangkan pada grafik horizontal titik 3 tidak ada first harmonic.
Gambar 4.15 Frequency Domain Horizontal Titik 2 dan 3 Bagian Kedua
Pada grafik potongan ke 2 ini dapat dilihat adanya getaran agak tinggi dari
turbin (titik 2 ) dan juga getaran tersebut dapat dikatakan hampir periodic,
sedangkan pada grafik merah (titik 3), terlihat adanya getaran vibrasi yang tidak
beraturan dari generator, jika kondisi generator bagus, biasanya vibrasi yang
dihasilkan lebih beraturan. Akan tetapi vibrasi yang dihasilkan pada titik 3 masih
dalam kondisi yang tidak kritis atau layak beroperasi.
Gambar 4.16 Frequency Domain Horizontal Titik 2 dan 3 Bagian Ketiga
Pada potongan ketiga grafik horizontal ini dapat dilihat adanya symptom
atau gejala arus balik atau reverse power dari generator. Reverse power
merupakan aliran daya listrik dengan arah yang berlawanan dari seharusnya pada
2
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

67
generator yang bermasalah. Daya listrik yang datang dari arah yang berlawanan
menyebabkan generator yang menerima menghasilkan vibrasi yang lebih tinggi.
4.3.2 Analisa Frequency Domain Arah Vertikal
Tabel 4.3 Pengolahan Data FFT Titik 2 dan 3 Vertikal
Titik 2 Titik 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

68
Dari pengolahan data FFT diatas maka didapat grafik spectrum vibrasi
poros kompresor titik 2 dan 3 pada arah vertical.
Gambar 4.17 Frequency Domain Vertikal Titik 2 dan 3
Gambar 4.18 Frequency Domain Vertikal Titik 2 dan 3 Bagian Pertama
Pada grafik spectrum diatas dapat dilihat adanya symptom unbalance pada
grafik horizontal titik 2 dan juga symptom unbalance yang mengarah kepada
misalignment pada grafik horizontal titik 3.
1 2 3
1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

69
Gambar 4.19 Frequency Domain Vertikal Titik 2 dan 3 Bagian Kedua
Dalam grafik sebelumnya dapat dilihat adanya symptom atau gejala
looseness pada grafik vertical titik 2 dan juga adanya symtom bearing defect pada
grafik vertical titik 3 dengan peak spectrum pada frekuensi 2 dan juga 8.
Gambar 4.20 Frequency Domain Vertikal Titik 2 dan 3 Bagian Ketiga
2
3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

70
Pada grafik diatas dapat dilihat adanya kenaikan spectrum vibrasi pada
kedua titik. Kedua titik vertikal cenderung mempunyai tren naik dan dapat
dikatakan spektrum selanjutnya mempunyai kemungkinan naik lagi.
4.3.3 Analisa Frequency Domain Arah Aksial
Tabel 4.4 Pengolahan Data FFT Titik 2 dan 3 Vertikal
Titik 2 Titik 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

71
Dari pengolahan data FFT diatas maka didapat grafik spectrum vibrasi
poros kompresor titik 2 dan 3 pada arah aksial.
Gambar 4.21 Frequency Domain Aksial Titik 2 dan 3
Gambar 4.22 Frequency Domain Aksial Titik 2 dan 3 Bagian Pertama
Pada grafik spectrum diatas dapat dilihat adanya symptom unbalance pada
grafik horizontal titik 2 dan juga symptom unbalance yang mengarah kepada
misalignment pada grafik horizontal titik 3.
1
1 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

72
Gambar 4.23 Frequency Domain Aksial Titik 2 dan 3 Bagian Kedua
Dalam grafik bagian 2 dapat dilihat adanya symptom atau gejala looseness
pada grafik vertical titik 3 sedangkan untuk spektrum titik 2 masih normal.
4.4 Evaluasi Nilai Komputasi Fast Fourier Transform pada Microsoft
Excel secara Manual
Untuk dapat menvalidasi perhitungan FFT dari data vibrasi, maka
dilakukan perhitungan FFT secara teoritis dan secara komputasi. Adapun evaluasi
perhitungan FFT yang dilakukan adalah sampel 4 data Horizontal Titik 2
X(1) = 5
X(2) = 5.4
X(3)= 5.5
X(4)= 5.6
2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

73
-0.5
-0.2
10.5
-0.5
11
0.2j
21.5
-0.5+0.2i
-0.5
-0.5+0.2i
𝑾𝟒𝟎 = 𝟏
𝑾𝟒𝟎 = −𝒊
X(1) = 5
X(3) = 5.5
X(2)= 5.4
X(4)= 5.6
Adapun langkah-langkah perhitungan manualnya adalah sebagai berikut :
1. Buat diagram butterfly untuk input data sebesar 4
Gambar 4.24 Diagram Butterfly
-1
-1
-1
-1
5
5.6
5.5
5.4
10.5
11
1
2
Faktor Pengali
3
4
5
6
7
8
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

74
2. Titik pertama dari setiap garis merupakan input data vibrasi horizontal
3. Untuk mendapatkan titik 1 sebesar 10.5, ambil titik pertama dari garis
pertama yaitu 5 ditambahkan dengan titik pertama garis kedua sebesar 5.5
4. Untuk memperoleh nilai dari titik kedua sebesar -0.5, ambillah titik
pertama dari garis kedua yang sebesar 5.5 dikalikan dengan faktor pengali
dan dijumlahkan pada titik pertama garis pertama sebesar 5
5. Hal yang serupa juga dilakukan pada titik 3 dan titik 4
6. Titik 5 sebesar 10.5 dan titik 6 sebesar 11 merupakan hasil yang
diteruskan dari titik sebelumnya
7. Untuk mendapatkan titik 7 sebesar 21.5 adalah dengan menambahkan titik
ke 5 sebesar 10.5 dan titik ke 6 sebesar 11
8. Untuk mendapatkan titik 8 sebesar -0.5 dilakukan perkalian titik 6 sebesar
11 dengan faktor pengali dan kemudian dijumlahkan dengan titik 5 sebesar
10.5
Dengan hasil akhir FFT yang didapat secara manual adalah {21.5 ; -0.5+0.2i ; -0.5
-0.5+0.2i}.
Dan dapat disesuaikan dengan hasil FFT secara komputasi yaitu :
5 21,5 5,4 -0,5+0,199999999999999i
5,5 -0,5 5,6 -0,5-0,199999999999999i
4.5 Perhitungan Compliance , Mobility dan Inertance
Setelah melakukan analisa fenomena pada poros kompresor, maka
selanjutnya dilakukan analisa perhitungan terhadap compliance, mobility dan
inertance daripada poros kompresor.
4.5.1 Hasil Compliance
Dari fungsi awal domain waktu yang merupakan Acos ωt, dapat
didapatkan fungsi awal simpangan dengan mengintegralkan fungsi awal Acos ωt .
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

75
Sehingga fungsi awal dari simpangan (displacement) merupakan :
X= 𝐴
ω sin ωt .............. (4.1)
Dimana :
A = Amplitudo
ω = Kecepatan sudut (312.74 rad/s)
t = Waktu (s)
Setelah didapatkan fungsi simpangan, dihitung amplitudo yang dipakai.
Adapun amplitudo dihitung dari amplitudo time domain. Dalam arah horizontal
amplitudo yang dipakai adalah 6,42 , amplitudo pada arah vertical 10,48 dan
amplitudo pada arah aksial 13,84, sedangkan 𝜔 = 312.74 rad/s. Maka fungsi dari
ketiga arah tersebut akan diregressi menjadi 1 fungsi. Metode regressi yang
dipakai adalah metode bagi dua.
Dalam melakukan regressi trigonometri tahap awal yang yang dilakukan
adalah X = 𝑋ℎ+𝑋𝑣
2 , dimana 𝑋ℎ = simpangan pada arah horizontal dan 𝑋𝑣 =
simpangan pada arah vertikal. Maka X regressi adalah :
X regresi = 𝑋+𝑋𝑎
2 , dimana 𝑋𝑎 = simpangan pada arah aksial.
Setelah didapatkan regressi dari fungsi ketiga arah tersebut, maka
selanjutnya akan dicari compliance dari rumus :
Compliance = 𝑋 𝑟𝑒𝑔𝑟𝑒𝑠𝑠𝑖
𝑔𝑎𝑦𝑎
Dari fungsi awal simpangan (displacement) dibuat grafik berdasarkan
fungsi tersebut secara horizontal, vertical, dan aksial. Dan dari ketiga fungsi
tersebut dapat digabung menjadi 1 fungsi regresi yang digunakan untuk
menghitung compliance dari poros turbin titik 3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

76
Gambar 4.25 Grafik Fungsi Compliance
Dari grafik regresi, maka didapatlah fungsi regresi simpangan yaitu :
4,99
ω sin ωt ................................................... (4.2)
Danm kemudian dapat dihitung simpangan regresi dengan hasil : -0,01174
Dari hasil simpangan regresi, dapat dihitung Compliance dengan
menggunakan rumus :
Compliance = Displacement / Force......... (4.3)
Dengan demikian maka didapat harga dari compliance sebesar -2,57764 x
10-9
4.5.2 Hasil Mobility
Dari fungsi awal kecepatan (velocity), yang merupakan Acosωt ,
dibentuklah grafik berdasarkan fungsi tersebut secara horizontal, vertikal, dan
aksial. Dan dari ketiga fungsi tersebut dapat digabung menjadi 1 fungsi regresi
yang digunakan untuk menghitung mobility dari poros turbin titik 3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

77
Gambar 4.26 Grafik Fungsi Mobility
Dari grafik regresi, maka didapatlah fungsi regresi kecepatan yaitu :
11,143 cos ωt................................ (4.4)
Maka didapatlah kecepatan regresi dengan hasil : 7,563805812
Dari hasil kecepatan regresi, dapat dihitung Mobility dengan menggunakan
rumus ():
Mobility = Velocity / Force.............. (4.5)
Dengan demikian maka didapat harga dari mobility sebesar 1,66058 x 10-6
4.5.3 Hasil Inertance
Dari fungsi awal percepatan (acceleration), yang merupakan Aω sin ωt ,
dibentuklah grafik fungsi tersebut secara horizontal, vertikal, dan aksial. Dan dari
ketiga fungsi tersebut dapat digabung menjadi 1 fungsi regresi yang digunakan
untuk menghitung Inertance dari poros turbin titik 3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

78
Gambar 4.27 Grafik Fungsi Inertance
Dari grafik regresi, maka didapatlah fungsi regresi percepatan yaitu :
- 11,14 ω sin ωt............................... (4.6)
Maka didapatlah percepatan regresi dengan hasil : 2559,884678
Dari hasil percepatan regresi, dapat dihitung inertance dengan
menggunakan rumus :
Inertance = Acceleration / Force......... (4.7)
Dengan demikian maka didapat harga dari inertance sebesar 0,000562006
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pada time domain dapat dilihat bahwa vibrasi tertinggi pada titik ukur 2
terletak pada arah horizontal sedangkan vibrasi tertinggi pada titik ukur 3
terdapat pada arah aksial.
2. Pada frequency domain, dapat dilihat adanya fenomena gejala unbalance serta
misalignment pada poros turbin titik 2 dan 3.
3. Adapun hasil dari compliance -2,57764 x 10-9, mobility 1,66058 x 10-6 dan
inertance 0,000562006.
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian yang lebih bagus kedepannya adalah sebagai
berikut:
1. Disarankan ada penelitian lebih lanjut mengenai frequency domain horizontal
titik 3 yang menunjukkan adanya kenaikan spectrum.
2. Disarankan adanya kajian lanjutan pada compliance, mobility, serta inertance
pada poros kompresor secara simulasi dan teoritis.
3. Sebaiknya ada dilakukan simulasi lebih lanjut dengan menggunakan ANSYS
pada poros titik ukur kompresor, turbin dan generator
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

80
DAFTAR PUSTAKA
Mais, Jason “Spectrum Analysis” (Online) https://www.skf.com/binary/tcm:12-
113997/CM5118%20EN%20Spectrum%20Analysis.pdf (diakses 28 Juni 2019)
Klingenberg, Larry “Frequency Domain Using Excel” (Online)
http://www.stem2.org/je/Excel_FFT_Instructions.pdf (diakses 2 Juli 2019)
Brown, N. Royce “Compressor : Selection and Sizing. Second Edition” 1986
Kerr, Douglas A “The Fourier Analysis Tool in Microsoft Excel” (Online)
http://dougkerr.net/Pumpkin/articles/Excel_Fourier.pdf (diakses 2 Juli 2019)
Aref, Mohamad “Fast Fourier Transformation of Vibration Signals using Microsoft
EXCEL”(Online)https://math.arizona.edu/~atpmena/conference/proceedings/M
ohammed_Aref.doc (diakses 8 Juli 2019)
Choudhary, Amresh “Industrial Compressor” (Online)
https://www.slideshare.net/AMRESHKUMARCHOUDHARY/industrial-
compressor?qid=a56334a5-326e-4964-b729-710c8153fe0e&v=&b=&from_
(diakses 8 Juli 2019)
Arfalk, Eric “Compressor Selection Basics: Positive Displacement versus Dynamic
Compressio” (Online) https://www.thecompressedairblog.com/compressor-
selection-basics-positive-displacement-versus-dynamic-compression (diakses
18 Juli 2019)
“Air Compressor Types and Controls” (Online) https://www.nrcan.gc.ca/
energy/products/reference/14970 (diakses 19 Juli 2019)
Kranthi , “Rotary Lobe type Air Compressor” (Online) http://mightymech-
rocks.blogspot.com/2009/06/rotary-lobe-type-air-compressor.html (diakses 19
Juli 2019)
“Axial Compressor” (Online) https://en.wikipedia.org/wiki/Axial_compressor
(diakses 21 Juli 2019)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA