Analisa Data Kebisingan Di Daerah x
-
Upload
martharianna -
Category
Documents
-
view
163 -
download
1
Transcript of Analisa Data Kebisingan Di Daerah x
ANALISA PETA KONTUR INTENSITAS KEBISINGAN DI DAERAH X DENGAN
MENGGUNAKAN SOFTWARE SURFER 8
OLEH:
MARTHA RIANNA
1103111982
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan karuniaNYA yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
yang berjudul: ” Analisa Peta Kontur Intensitas Kebisingan Di Daerah X Dengan
Menggunakan Software Surfer 8”. Penulisan makalah ini juga berkat bantuan dan bimbingan dari
bapak dosen pembimbing dan beberapa pihak lainnya. oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada:
Bapak Dr. M. Edisar, MT atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pekanbaru, 11 Desember 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Pengertian Suara 4
2.2 Pengertian dan Karakteristik Kebisingan 4
2.3 Pengukuran, Nilai Ambang dan Zona Kebisingan 4
2.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan 6
BAB III METODE PENGUKURAN 13
3.1 Alat dan Bahan 13
3.2 Cara Kerja 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17
4.1 Data 17
4.2 Data Diolah 17
4.3 Peta 17
BAB V PENUTUP 18
5.1 Analisa 18
5.2 Kesimpulan 18
DAFTAR PUSTAKA iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industrialisasi merupakan motor penggerak bagi peningkatan kemakmuran dan menempati
posisi sentral dalam kehidupan masyarakat modern terutama di negara maju. Di negara
berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi
kebutuhan masyarakat (Kristanto P, 2002).
Adanya industrialisasi terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk, hal ini dapat dilihat
dengan pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat. Dengan adanya teknologi/mesin-mesin
yang semakin modern, meringankan dan mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Namun di sisi lain, bila tidak dikelola dengan baik maka menimbulkan dampak yang
membahayakan manusia antara lain keselamatan jiwa, kecacatan, penurunan kualitas lingkungan,
penurunan derajat kesehatan dan kerugian ekonomi.
Keuntungan besar yang didapat dari kegiatan industri, apabila tidak dikelola dengan
memperhatikan keseimbangan lingkungan maka keuntungan sering kali lebih sedikit bila
dibandingkan biaya sosial yang dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif. Kerugian sosial ini
sebagian besar merupakan kerugian yang ditimbulkan pada lingkungan karena lingkungan sebagai
penopang kehidupan generasi sekarang dan generasi penerus. Bila lingkungan rusak, efek negatif
yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh generasi sekarang, tetapi juga dirasakan generasi
mendatang bahkan efek ke generasi mendatang bisa lebih besar dibandingkan yang dialami generasi
sekarang.
1
Penggunaan mesin-mesin dalam proses industri akan menimbulkan kebisingan yang tidak
dapat dihindari, namun demikian dapat dikontrol dan dilakukan upaya pengendalian agar tidak
mempengaruhi kualitas hidup manusia.
Kebisingan menyebabkan terganggunya kesehatan tenaga kerja, dampak tersebut dapat
meluas sampai ke lingkungan sekitar perusahaan. Apabila banyak permukiman di sekitarnya, maka
dampak terhadap manusia akan bertambah luas. Polusi akibat kebisingan ini mempunyai
karakteristik khusus yaitu hanya dirasakan di sekitar industri (daerah penyebarannya lokal) dan
akibat yang ditimbulkan sering diabaikan oleh masyarakat.
Efek kebisingan lingkungan permukiman atau masyarakat pada kondisi tertentu tidak
menyebabkan penurunan pendengaran, namun lebih kepada gangguan percakapan dan gangguan
kenyamanan termasuk gangguan tidur terutama pada malam hari. Efek dari gangguan tidur ini dapat
mempengaruhi sistem kardiovaskular.
Peningkatan industrialisasi sampai ke daerah-daerah perkotaan mengakibatkan dampak
aktivitas industri makin meluas, termasuk kebisingan. Banyak terjadi keluhan kebisingan dari
masyarakat yang berdekatan dengan daerah industri. Salah satu industri yang berada di daerah
perkotaan yaitu PT. Tirta Investasma Klaten sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi air
minum kemasan. Dalam melakukan proses produksi perusahaan tersebut seperti halnya industri
lain, tidak lepas dari penggunaan mesin-mesin yang mempunyai potensi timbulnya kebisingan di
dalam lingkungan kerja dan memungkinkan dampak terhadap masyarakat sekitar perusahaan.
1.2. Permasalahan
Kebisingan yang berasal dari aktivitas perusahaan yang memproduksi air minum kemasan
dirasakan cukup mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar perusahaan.
2
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengkaji dampak kebisingan yang berasal dari aktivitas perusahaan.
2. Mengetahui persepsi masyarakat sekitar perusahaan terhadap gangguan kebisingan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan referensi untuk mengatasi adanya keluhan masyarakat terhadap kebisingan
dari sumber statis dan sebagai pengetahuan bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebisingan
yang ditimbulkan akibat aktivitas suatu industri.
2. Peneliti
Menambah pengetahuan peneliti mengenai kebisingan lingkungan dan dampaknya terhadap
masyarakat.
3. Masyarakat
Mengetahui gambaran dan dampak kebisingan pada masyarakat sekitar perusahaan serta
persepsi masyarakat terhadap kebisingan akibat aktivitas perusahaan sehingga dapat digunakan
sebagai dasar usaha pengendalian atau pencegahan dampak oleh industri.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Suara
Suara merupakan gangguan fisik dalam suatu medium (seperti gas, cairan atau padatan)
yang dapat dideteksi oleh telinga manusia. Medium perambatan suara harus mempunyai massa dan
bersifat elastis, sehingga gelombang suara tidak dapat merambat melalui ruang hampa (Harris,
1978). Respon telinga manusia terhadap tekanan suara memiliki jangkauan antara 2 x 10-5 Pa
sampai 200 Pa. Suara dengan frekuensi rendah dan tinggi kurang efektif diterima oleh telinga
manusia dibanding dengan frekuensi medium (antara 500 Hz) dan frekuensi tinggi (lebih dari 8000
Hz). Untuk mendapat angka yang menunjukkan aras tekanan suara dengan frekuansi yang luas,
tetapi masih diterima secara efektif telinga manusia dilakukan pembobotan. Pembobotan yang
sering dilakukan adalah pembobotan A dilakukan untuk frekuensi medium (Sasongko, Hadiyarto,
2000).
2.2 Pengertian dan Karakteristik Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang
dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia
(Sasongko dan Hadiyarto, 2000). Kebisingan sering dan paling mudah didefinisikan sebagai suara
yang tidak dikehendaki (Rau dan Wooten, 1978).
2.3 Pengukuran, Nilai Ambang dan Zona Kebisingan
Setelah mengetahui pengertian kebisingan serta jenis dan penyebab bising maka, untuk
mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level
Meter. Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.
4
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau
beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang
disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran
dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus
diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan,
karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area.
Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai
dengan pengukuran yang dibuat.
Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau
untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan
yang tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 – 90
dBA.
3. Pengukuran dengan Grid
Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi
yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh
5
lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak
yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk
memudahkan identitas.
2.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian
besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk
kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-
menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja
adalah sebagai berikut.
No. TINGKAT KEBISINGAN
(dBA)
PEMAPARAN
HARIAN
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit
Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan
Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat
perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.
Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan
rekreasi.
6
Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar.
Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA,
terminal bis dan sejenisnya.
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)
Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari
Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff
dan earplug)
Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff
Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug
Sumber kebisingan
Bunyi yang menimbulkan bising disebabkan oleh sumber yang bergetar. Getaran sumber
suara mengganggu molekul-molekul udara di sekitar sehingga molekul-molekul ikut bergetar.
Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium
udara menurut pola rambatan longitudinal (Sasongko dan Hadiyarto, 2000)
Sumber kebisingan lingkungan menurut jenisnya berasal dari:
- Sumber bising alamiah, misalnya: angin kencang, air terjun, deru ombak.
- Sumber bising antropogenik, misal: lalu lintas darat, penerbangan, aktivitas
manusia (Hadi NA, 1998)
Sumber bising ada dua bentuk yaitu :
1. Sumber titik, berasal dari sumber suara yang berhenti. Penyebaran sumber bising ini berbentuk
bola-bola konsentris dengan sumber bising sebagai pusat dan menyebar dengan kecepatan suara 360
meter/detik.
2. Sumber garis, berasal dari sumber bising yang bergerak dan menyebar di udara dalam bentuk
silinder konsentris dengan kecepatan 360 meter/detik. berbentuk silinder yang memanjang. Sumber
7
bising ini berasal dari kegiatan transportasi (Sasongko dan Hadiyarto, 2000)
Pada sumber titik, kebisingan dapat diprediksi dengan menggunakan model matematis
dengan persamaan sebagai berikut :
L2 = L1 – 20 log (r2/r1) dBA
dengan : L2= tingkat kebisingan pada jarak r2 dari sumber (dBA)
L1= tingkat kebisingan pada jarak r1 dari sumber (dBA) (Sasongko dan Hadiyarto, 2000).
Menurut Groothoff, kebisingan dapat dibedakan sebagai berikut :
- Kebisingan yang tetap (Steady State Noise) yaitu kebisingan dengan fluktuasi sedikit ( 8 dBA atau
dBC).
- Kebisingan intermiten (Intermittent Noise), yaitu kebisingan dengan fluktuasi lebih dari 8 dBA
atau dBC atau kebisingan yang terjadi secara berulang.
- Kebisingan impulsif (impulse Noise), yaitu kebisingan yang berasal dari suara pulse.
- Kebisingan dengan spektrum luas (Broad Band Noise), yaitu kebisingan tanpa komponen tonal
yang signifikan dan mempunyai distribusi frekuensi melalui fraksi signifikan dari jangkauan
pendengaran.
- Kebisingan dengan spektrum frekuensi sempit (Narrow Band Noise), yaitu kebisingan yang
konsentrasi energinya pada porsi kecil atau porsi pada spektrum yang dapat didengar.
Sumber utama kebisingan lingkungan berasal dari kebisingan tempat kerja,
kebisingan jalan raya dan kebisingan dari aktivitas rumah tangga (Gorai and
Pal, 2006).
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran
baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari
kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga.
8
Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu
1. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan
atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi,
piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses
kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom,
dan lain-lain.
Jenis dan Penyebab Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Bising yang kontinyu
Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising
kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini relatif tetap
dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas
angin, suara mesin tenun.
Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai
frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
9
2. Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secar tidak
terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal
terbang, kereta api
3. Bising impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat
dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam.
4. Bising impulsif berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).
Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise)
Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda
bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)
Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan
merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
10
Penyebab kebisingan
Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik) dengan satuan Hz.
Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra
Sound sedangkan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan manusia
mempunyai rentang frekuensi 250 – 4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya
frekuensi sekitar 1.000 Hz.
2. Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang
suara menuju arah perambatan dalam media.
3. Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada arah tertentu.
4. Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara per satuan waktu.
5. Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu siklus.
6. Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan periode adalah detik.
7. Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat di dengar
dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak suara meliputi Frekuensi :
31,5 Hz – 63 Hz – 125 Hz – 250 Hz – 500 Hz – 1000 Hz – 2 kHz – 4 kHz – 8 kHz – 16 kHz.
8. Frekuensi bandwidth
Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di Indonesia.
11
9. Pure tune
Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu jenis amplitudo dan satu
jenis frekuensi
10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu satuannya Phon.
1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz
11. Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan waktu.
12. Tekanan suara
Tekana suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan.
12
BAB III
METODE PENGUKURAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan penelitian meliputi :
1. Alat pengukuran kebisingan, terdiri dari :
• Sound Level Meter dengan merk Lutron tipe/nomor seri: SL-4001/ P.891312. Ketelitian untuk
pembobotan A sebagai berikut:
31,5 Hz - ± 3dBA; 125 Hz - ± 1,5 dBA; 500 Hz - ± 1,5 dBA; 2 Hz - ± 2 dBA; 8 Hz - ± 5
dBA; 63 Hz - ± 2 dBA; 250 Hz - ± 1,5 dBA; 1KHz - ± 1,5 dBA; 4KHz - ± 3 dBA
• Sound Level Meter dengan merk Lutron tipe/nomor seri SL-4011/ B.45100. Pada suhu 23 ± 5 dB
ketelitian 1 KHz – 1,5 dBA.
• Sound Level merk Extech tipe/nomor seri: 407750/ 3026985 dengan ketelitian 1,5 dB/ 0,1 dB.
• Sound Level Meter merk Quest SoundPro SP DL-2-1/3 dengan ketelitian +/- 2,2 %.
2. GPS untuk menentukan koordinat dengan ketelitian 10 meter.
3. Kertas untuk mencatat hasil pengumpulan data di lapangan.
4. Pedoman wawancara untuk mengetahui persepsi masyarakat.
5. Software microsoft excel untuk penghitungan Leq
6. Software surfer 8 untuk menggambar peta kebisingan
7. Software SPSS 17
8. Alat untuk dokumentasi penelitian.
13
Gambar Sound Level Meter
3.2 Cara Kerja
Berikut adalah cara kerja mengukur kebisingan di daerah X yaitu :
1. Metode Pengukuran Kebisingan
Metode pengukuran kebisingan lingkungan ambien sesuai dengan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor:Kep-48/ MENLH/ 11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
dengan waktu pengukuran siang dan malam. Pengukuran pada siang hari selang waktu 06.00 -
22.00 dan aktivitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 - 06.00, dengan demikian 4
waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari 3 waktu pengukuran. Sedangkan
pengambilan sampel di dalam lokasi perusahaan (lingkungan kerja) menggunakan metode
pengukuran bising sesuai SNI 05-2962-1992.
Pengukuran di luar perusahaan dengan menggunakan metode pengukuran kebisingan siang-
malam meliputi:
- timur dengan jarak 160 meter, 180 meter, 200 m dan 210 meter dari sumber bising di mana
merupakan permukiman padat penduduk.
- barat daya dengan jarak 80 meter, 90 meter, 110 dan 130 meter dari sumber bising perusahaan
juga merupakan permukiman padat
- barat laut pada jarak 80 meter dan 140 meter dari sumber bising yang merupakan sawah
- timur laut pada jarak 210 dari sumber bising dimana terdapat hanya ada beberapa warung/toko
14
yang sekaligus sebagai rumah tinggal.
- tenggara pada jarak 150 meter dari sumber bising dimana permukiman penduduk berdekatan
dengan sawah.
Pengukuran kebisingan lebih banyak pada permukiman dimana ada keluhan kebisingan
akibat aktivitas perusahaan, sedangkan sebagai pembanding diambil lokasi sawah sebelah kiri
perusahaan dan depan pabrik dimana hanya beberapa warung (toko). Pengukuran vegetasi yang
ditanam di perusahaan dilakukan dengan cara mengukur tingkat suara di depan dan di belakang
jenis vegetasi yang ada. Pengukuran dilakukan pada frekuensi 500 Hz sampai dengan 8 KHz.
2. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data hasil pengukuran kebisingan dibuat model pemetaan dengan menggunakan sofware
Surfer 8 dan untuk memperjelas gambaran kebisingan pada lokasi pengambilan sampel, maka peta
hasil pengolahan software surfer 8 di tempatkan pada peta dari google earth dengan sebelumnya
menentukan titik maksimum dan minimun garis lintang maupun garis bujur peta yang akan
ditampilkan. Cara pembuatan peta/kontur kebisingan menggunakan surfer 8 adalah sebagai berikut :
- Membuka file New worksheet
- Memasukkan data garis lintang untuk x, garis bujur untuk y dan tingkat kebisingan untuk z
- Menyimpan dalam file dengan memilih Golden Software Data (*DAT)
- Membuat grid file dengan pilih file click open dengan tipe file (*DAT), click ganda file yang telah
terbuka, click OK maka terjadi proses grid dan terbentuk file (*GRD). Menutup grid report yang
tampil.
- Membuat kontur dengan pilih map, contour map, new contour map, memilih grid file (*GRD).
Pengaturan peta kontur dengan click ganda pada kontur,termasuk mengatur maksimum dan
minimum garis lintang dan garis bujur sehingga peta dapat diplotkan pada peta hasil cuplikan dari
google earth.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Pada halaman berikut dilampirkan hasil data pengamatan.
4.2 Data di olah
Setelah melakukan langkah kerja, telah didapat data kebisingan pada daerah X sebagai
berikut dan nanti akan dibuat peta kontur menggunakan software Surfer 8 . Hasil data yang telah
diolah dilampirkan pada halaman setalah data pengamatan.
4.3 Peta
Telah didapat gambar peta intensitas kebisingan di daerah X dengan menggunakan Software
Surfer 8. Peta kontur tersebut dapat dilihat pada halaman setelah bagian data diolah.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Analisa
Berdasarkan pengamatan dari pengolahan data dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan
tertinggi di daerah X yaitu 101,1 dB dengan letak ( x, y ) = ( 70, 120 ).
Hasil pengukuran lokasi bervariasi dan tingkat kebisingannya kurang dari 85 dB(A), maka
dibuat pengukuran setiap ruang kerja serta dicatat tingkat kebisingan minimum dan maksimumnya.
Hasil pengukuran kebisingan kurang dari 85 dB(A) digambarkan sebagai daerah yang aman
bagi tenaga kerja. Sedangkan hasil pengukuran kebisingan yang melebihi batas 85 dB(A) digunakan
sebagai petunjuk adanya tekanan bising dan menjadi daerah yang kurang aman bagi tenaga kerja,
sehingga harus dilakukan pengendalian lebih lanjut. Untuk tenaga kerja dengan pola kerja
bervariasi di tempat kerja yang berbeda-beda perlu ditetapkan intensitas bising dan lama tenaga
kerja terkena bising. Hal ini dapat diperoleh dari keterangan tenaga kerja dan pengamatan langsung.
4.2 Kesimpulan
Dari uraian pada bab sebelumnya, didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Nilai kebisingan tertinggi yang diterima pekerja selama satu hari kerja (Leq) sebesar 97
dB(A) dan nilai kebisingan terendah 80 dB(A). Intensitas kebisingan ini berada pada ruang pembuat
galon .
2. Menurut hasil pemetaan hampir seluruh area produksi mengalami kebisingan yang melebihi
baku mutu. Kecuali sebagian besar area kantor.
3. Alternatif pengendalian kebisingan menggunakan teknik isolasi sumber bising.
4. Pola penyebaran kebisingan dipengaruhi oleh spesifikasi dan kondisi dari mesin-mesin yang
bekerja, yaitu daya mesin, putaran poros, jenis transmisi, bagian mesin aus, sambungan elemen
mesin kurang sempurna, aliran steam turbin uap.
5. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan secara teknis (kontrol engineering), modifikasi
lingkungan kerja, pengaturan pola kerja dan penggunaan alat pelindung telinga secara baik dan
benar bagi pekerja, serta pelaksanaan program penyuluhan terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.
6. Dengan mengetahui data kebisingan maka data tersebut dapat dibuat menjadi peta kontur
kebisingan dengan menggunakan sofware Surfer 8 ataupun Surfer 11
18
DAFTAR PUSTAKA
Bruel, Kjaer. 1984. Instruction Manual Precision Integrating Sound Level Meter Type 2230.
Denmark.
Buchari. 2007. Kebisingan dan Hearing Conservation Program. USU Respository. [terhubung
berkala].
http://digilib.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf [10 Juli 2008].
Chanlett, ET. 1979. Environmental Protection. Edisi Kedua. USA: McGraw-Hill Book Company.
Fitriyani, D. 2003. Uji Kebisingan dan Getaran Mekanis Pada Traktor Tangan Yanmar Y5T-DX
dan Perkasa 85-DI Terhadap Operator. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, IPB. Bogor.
Himpunan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 1984. Pedoman Keselamatan dan
Kesehatan Pekerja. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Jakarta.
Hutagalung, Michael. 2007. Pengendalian Kebisingan dalam Pabrik Kimia. [terhubung berkala].
http://www.majarikanayakan.com/2007/12/pengendalian-kebisingan-dalam-pabrik-kimia/
Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Guna Widya.
Surabaya.
Mc Cormick, E. J. And Mark S. Sanders. 1970. Human Factor in Engineering and Design. Tata Mc
Graw-Hill Book Co., New Delhi.
Menteri Tenaga Kerja. 1999. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja dalam Kebisingan di Tempat Kerja.
Edisi 1999/ 2000. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Jakarta.
Moriber, G. 1974. Environmental Science. Allyn and Bacon, Inc., Boston.
Ramadhani, Rohmatsyah. 2006. Analisis Beban Kerja Serta Kebisingan dan
Temperatur Pada Proses Pabrikasi Alat Berat PT Natra Raya. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.
iii