Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

31
ANALISA PETA KONTUR INTENSITAS KEBISINGAN DI DAERAH X DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SURFER 8 OLEH: MARTHA RIANNA 1103111982 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS RIAU

Transcript of Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

Page 1: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

ANALISA PETA KONTUR INTENSITAS KEBISINGAN DI DAERAH X DENGAN

MENGGUNAKAN SOFTWARE SURFER 8

OLEH:

MARTHA RIANNA

1103111982

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2013

Page 2: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berkat dan karuniaNYA yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah

yang berjudul: ” Analisa Peta Kontur Intensitas Kebisingan Di Daerah X Dengan

Menggunakan Software Surfer 8”. Penulisan makalah ini juga berkat bantuan dan bimbingan dari

bapak dosen pembimbing dan beberapa pihak lainnya. oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada:

Bapak Dr. M. Edisar, MT atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini

sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 11 Desember 2013

Penulis

Page 3: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Pengertian Suara 4

2.2 Pengertian dan Karakteristik Kebisingan 4

2.3 Pengukuran, Nilai Ambang dan Zona Kebisingan 4

2.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan 6

BAB III METODE PENGUKURAN 13

3.1 Alat dan Bahan 13

3.2 Cara Kerja 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17

4.1 Data 17

4.2 Data Diolah 17

4.3 Peta 17

BAB V PENUTUP 18

5.1 Analisa 18

5.2 Kesimpulan 18

DAFTAR PUSTAKA iii

Page 4: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industrialisasi merupakan motor penggerak bagi peningkatan kemakmuran dan menempati

posisi sentral dalam kehidupan masyarakat modern terutama di negara maju. Di negara

berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi

kebutuhan masyarakat (Kristanto P, 2002).

Adanya industrialisasi terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk, hal ini dapat dilihat

dengan pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat. Dengan adanya teknologi/mesin-mesin

yang semakin modern, meringankan dan mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya.

Namun di sisi lain, bila tidak dikelola dengan baik maka menimbulkan dampak yang

membahayakan manusia antara lain keselamatan jiwa, kecacatan, penurunan kualitas lingkungan,

penurunan derajat kesehatan dan kerugian ekonomi.

Keuntungan besar yang didapat dari kegiatan industri, apabila tidak dikelola dengan

memperhatikan keseimbangan lingkungan maka keuntungan sering kali lebih sedikit bila

dibandingkan biaya sosial yang dikeluarkan untuk mengatasi dampak negatif. Kerugian sosial ini

sebagian besar merupakan kerugian yang ditimbulkan pada lingkungan karena lingkungan sebagai

penopang kehidupan generasi sekarang dan generasi penerus. Bila lingkungan rusak, efek negatif

yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh generasi sekarang, tetapi juga dirasakan generasi

mendatang bahkan efek ke generasi mendatang bisa lebih besar dibandingkan yang dialami generasi

sekarang.

1

Page 5: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

Penggunaan mesin-mesin dalam proses industri akan menimbulkan kebisingan yang tidak

dapat dihindari, namun demikian dapat dikontrol dan dilakukan upaya pengendalian agar tidak

mempengaruhi kualitas hidup manusia.

Kebisingan menyebabkan terganggunya kesehatan tenaga kerja, dampak tersebut dapat

meluas sampai ke lingkungan sekitar perusahaan. Apabila banyak permukiman di sekitarnya, maka

dampak terhadap manusia akan bertambah luas. Polusi akibat kebisingan ini mempunyai

karakteristik khusus yaitu hanya dirasakan di sekitar industri (daerah penyebarannya lokal) dan

akibat yang ditimbulkan sering diabaikan oleh masyarakat.

Efek kebisingan lingkungan permukiman atau masyarakat pada kondisi tertentu tidak

menyebabkan penurunan pendengaran, namun lebih kepada gangguan percakapan dan gangguan

kenyamanan termasuk gangguan tidur terutama pada malam hari. Efek dari gangguan tidur ini dapat

mempengaruhi sistem kardiovaskular.

Peningkatan industrialisasi sampai ke daerah-daerah perkotaan mengakibatkan dampak

aktivitas industri makin meluas, termasuk kebisingan. Banyak terjadi keluhan kebisingan dari

masyarakat yang berdekatan dengan daerah industri. Salah satu industri yang berada di daerah

perkotaan yaitu PT. Tirta Investasma Klaten sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi air

minum kemasan. Dalam melakukan proses produksi perusahaan tersebut seperti halnya industri

lain, tidak lepas dari penggunaan mesin-mesin yang mempunyai potensi timbulnya kebisingan di

dalam lingkungan kerja dan memungkinkan dampak terhadap masyarakat sekitar perusahaan.

1.2. Permasalahan

Kebisingan yang berasal dari aktivitas perusahaan yang memproduksi air minum kemasan

dirasakan cukup mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar perusahaan.

2

Page 6: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengkaji dampak kebisingan yang berasal dari aktivitas perusahaan.

2. Mengetahui persepsi masyarakat sekitar perusahaan terhadap gangguan kebisingan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Ilmu Pengetahuan

Sebagai bahan referensi untuk mengatasi adanya keluhan masyarakat terhadap kebisingan

dari sumber statis dan sebagai pengetahuan bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebisingan

yang ditimbulkan akibat aktivitas suatu industri.

2. Peneliti

Menambah pengetahuan peneliti mengenai kebisingan lingkungan dan dampaknya terhadap

masyarakat.

3. Masyarakat

Mengetahui gambaran dan dampak kebisingan pada masyarakat sekitar perusahaan serta

persepsi masyarakat terhadap kebisingan akibat aktivitas perusahaan sehingga dapat digunakan

sebagai dasar usaha pengendalian atau pencegahan dampak oleh industri.

3

Page 7: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suara

Suara merupakan gangguan fisik dalam suatu medium (seperti gas, cairan atau padatan)

yang dapat dideteksi oleh telinga manusia. Medium perambatan suara harus mempunyai massa dan

bersifat elastis, sehingga gelombang suara tidak dapat merambat melalui ruang hampa (Harris,

1978). Respon telinga manusia terhadap tekanan suara memiliki jangkauan antara 2 x 10-5 Pa

sampai 200 Pa. Suara dengan frekuensi rendah dan tinggi kurang efektif diterima oleh telinga

manusia dibanding dengan frekuensi medium (antara 500 Hz) dan frekuensi tinggi (lebih dari 8000

Hz). Untuk mendapat angka yang menunjukkan aras tekanan suara dengan frekuansi yang luas,

tetapi masih diterima secara efektif telinga manusia dilakukan pembobotan. Pembobotan yang

sering dilakukan adalah pembobotan A dilakukan untuk frekuensi medium (Sasongko, Hadiyarto,

2000).

2.2 Pengertian dan Karakteristik Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang

dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia

(Sasongko dan Hadiyarto, 2000). Kebisingan sering dan paling mudah didefinisikan sebagai suara

yang tidak dikehendaki (Rau dan Wooten, 1978).

2.3 Pengukuran, Nilai Ambang dan Zona Kebisingan

Setelah mengetahui pengertian kebisingan serta jenis dan penyebab bising maka, untuk

mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level

Meter. Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.

4

Page 8: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

1. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau

beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang

disebabkan oleh suatu peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran

dari sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus

diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.

2. Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan,

karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area.

Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai

dengan pengukuran yang dibuat.

Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau

untuk kebisingan dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan

yang tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 – 90

dBA.

3. Pengukuran dengan Grid

Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi

yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh

5

Page 9: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak

yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk

memudahkan identitas.

2.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian

besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk

kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat

diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-

menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja

adalah sebagai berikut.

No. TINGKAT KEBISINGAN

(dBA)

PEMAPARAN

HARIAN

1. 85 8 jam

2. 88 4 jam

3. 91 2 jam

4. 94 1 jam

5. 97 30 menit

6. 100 15 menit

Zona Kebisingan

Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan

Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat

perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.

Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan

rekreasi.

6

Page 10: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar.

Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA,

terminal bis dan sejenisnya.

Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)

Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari

Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga (earmuff

dan earplug)

Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff

Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug

Sumber kebisingan

Bunyi yang menimbulkan bising disebabkan oleh sumber yang bergetar. Getaran sumber

suara mengganggu molekul-molekul udara di sekitar sehingga molekul-molekul ikut bergetar.

Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium

udara menurut pola rambatan longitudinal (Sasongko dan Hadiyarto, 2000)

Sumber kebisingan lingkungan menurut jenisnya berasal dari:

- Sumber bising alamiah, misalnya: angin kencang, air terjun, deru ombak.

- Sumber bising antropogenik, misal: lalu lintas darat, penerbangan, aktivitas

manusia (Hadi NA, 1998)

Sumber bising ada dua bentuk yaitu :

1. Sumber titik, berasal dari sumber suara yang berhenti. Penyebaran sumber bising ini berbentuk

bola-bola konsentris dengan sumber bising sebagai pusat dan menyebar dengan kecepatan suara 360

meter/detik.

2. Sumber garis, berasal dari sumber bising yang bergerak dan menyebar di udara dalam bentuk

silinder konsentris dengan kecepatan 360 meter/detik. berbentuk silinder yang memanjang. Sumber

7

Page 11: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

bising ini berasal dari kegiatan transportasi (Sasongko dan Hadiyarto, 2000)

Pada sumber titik, kebisingan dapat diprediksi dengan menggunakan model matematis

dengan persamaan sebagai berikut :

L2 = L1 – 20 log (r2/r1) dBA

dengan : L2= tingkat kebisingan pada jarak r2 dari sumber (dBA)

L1= tingkat kebisingan pada jarak r1 dari sumber (dBA) (Sasongko dan Hadiyarto, 2000).

Menurut Groothoff, kebisingan dapat dibedakan sebagai berikut :

- Kebisingan yang tetap (Steady State Noise) yaitu kebisingan dengan fluktuasi sedikit ( 8 dBA atau

dBC).

- Kebisingan intermiten (Intermittent Noise), yaitu kebisingan dengan fluktuasi lebih dari 8 dBA

atau dBC atau kebisingan yang terjadi secara berulang.

- Kebisingan impulsif (impulse Noise), yaitu kebisingan yang berasal dari suara pulse.

- Kebisingan dengan spektrum luas (Broad Band Noise), yaitu kebisingan tanpa komponen tonal

yang signifikan dan mempunyai distribusi frekuensi melalui fraksi signifikan dari jangkauan

pendengaran.

- Kebisingan dengan spektrum frekuensi sempit (Narrow Band Noise), yaitu kebisingan yang

konsentrasi energinya pada porsi kecil atau porsi pada spektrum yang dapat didengar.

Sumber utama kebisingan lingkungan berasal dari kebisingan tempat kerja,

kebisingan jalan raya dan kebisingan dari aktivitas rumah tangga (Gorai and

Pal, 2006).

Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran

baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari

kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan

kegiatan rumah tangga.

8

Page 12: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu

1. Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.

2. Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan

atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi,

piston, fan, bearing, dan lain-lain.

3. Pergerakan udara, gas dan cairan

Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses

kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom,

dan lain-lain.

Jenis dan Penyebab Kebisingan

Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut:

1. Bising yang kontinyu

Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising

kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini relatif tetap

dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas

angin, suara mesin tenun.

Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai

frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas.

9

Page 13: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

2. Bising terputus-putus

Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secar tidak

terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal

terbang, kereta api

3. Bising impulsif

Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat

dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan mercon, meriam.

4. Bising impulsif berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :

1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).

Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking noise)

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena teriakan atau isyarat tanda

bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)

Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan

merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

10

Page 14: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

Penyebab kebisingan

Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:

1. Frekuensi

Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik) dengan satuan Hz.

Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra

Sound sedangkan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara percakapan manusia

mempunyai rentang frekuensi 250 – 4.000 Hz. Umumnya suara percakapan manusia punya

frekuensi sekitar 1.000 Hz.

2. Intensitas suara

Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang

suara menuju arah perambatan dalam media.

3. Amplitudo

Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada arah tertentu.

4. Kecepatan suara

Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara per satuan waktu.

5. Panjang gelombang

Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu siklus.

6. Periode

Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan periode adalah detik.

7. Oktave band

Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat di dengar

dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak suara meliputi Frekuensi :

31,5 Hz – 63 Hz – 125 Hz – 250 Hz – 500 Hz – 1000 Hz – 2 kHz – 4 kHz – 8 kHz – 16 kHz.

8. Frekuensi bandwidth

Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di Indonesia.

11

Page 15: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

9. Pure tune

Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu jenis amplitudo dan satu

jenis frekuensi

10. Loudness

Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu satuannya Phon.

1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz

11. Kekuatan suara

Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan waktu.

12. Tekanan suara

Tekana suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan.

12

Page 16: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

BAB III

METODE PENGUKURAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan penelitian meliputi :

1. Alat pengukuran kebisingan, terdiri dari :

• Sound Level Meter dengan merk Lutron tipe/nomor seri: SL-4001/ P.891312. Ketelitian untuk

pembobotan A sebagai berikut:

31,5 Hz - ± 3dBA; 125 Hz - ± 1,5 dBA; 500 Hz - ± 1,5 dBA; 2 Hz - ± 2 dBA; 8 Hz - ± 5

dBA; 63 Hz - ± 2 dBA; 250 Hz - ± 1,5 dBA; 1KHz - ± 1,5 dBA; 4KHz - ± 3 dBA

• Sound Level Meter dengan merk Lutron tipe/nomor seri SL-4011/ B.45100. Pada suhu 23 ± 5 dB

ketelitian 1 KHz – 1,5 dBA.

• Sound Level merk Extech tipe/nomor seri: 407750/ 3026985 dengan ketelitian 1,5 dB/ 0,1 dB.

• Sound Level Meter merk Quest SoundPro SP DL-2-1/3 dengan ketelitian +/- 2,2 %.

2. GPS untuk menentukan koordinat dengan ketelitian 10 meter.

3. Kertas untuk mencatat hasil pengumpulan data di lapangan.

4. Pedoman wawancara untuk mengetahui persepsi masyarakat.

5. Software microsoft excel untuk penghitungan Leq

6. Software surfer 8 untuk menggambar peta kebisingan

7. Software SPSS 17

8. Alat untuk dokumentasi penelitian.

13

Page 17: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

Gambar Sound Level Meter

3.2 Cara Kerja

Berikut adalah cara kerja mengukur kebisingan di daerah X yaitu :

1. Metode Pengukuran Kebisingan

Metode pengukuran kebisingan lingkungan ambien sesuai dengan Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor:Kep-48/ MENLH/ 11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

dengan waktu pengukuran siang dan malam. Pengukuran pada siang hari selang waktu 06.00 -

22.00 dan aktivitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 - 06.00, dengan demikian 4

waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari 3 waktu pengukuran. Sedangkan

pengambilan sampel di dalam lokasi perusahaan (lingkungan kerja) menggunakan metode

pengukuran bising sesuai SNI 05-2962-1992.

Pengukuran di luar perusahaan dengan menggunakan metode pengukuran kebisingan siang-

malam meliputi:

- timur dengan jarak 160 meter, 180 meter, 200 m dan 210 meter dari sumber bising di mana

merupakan permukiman padat penduduk.

- barat daya dengan jarak 80 meter, 90 meter, 110 dan 130 meter dari sumber bising perusahaan

juga merupakan permukiman padat

- barat laut pada jarak 80 meter dan 140 meter dari sumber bising yang merupakan sawah

- timur laut pada jarak 210 dari sumber bising dimana terdapat hanya ada beberapa warung/toko

14

Page 18: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

yang sekaligus sebagai rumah tinggal.

- tenggara pada jarak 150 meter dari sumber bising dimana permukiman penduduk berdekatan

dengan sawah.

Pengukuran kebisingan lebih banyak pada permukiman dimana ada keluhan kebisingan

akibat aktivitas perusahaan, sedangkan sebagai pembanding diambil lokasi sawah sebelah kiri

perusahaan dan depan pabrik dimana hanya beberapa warung (toko). Pengukuran vegetasi yang

ditanam di perusahaan dilakukan dengan cara mengukur tingkat suara di depan dan di belakang

jenis vegetasi yang ada. Pengukuran dilakukan pada frekuensi 500 Hz sampai dengan 8 KHz.

2. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil pengukuran kebisingan dibuat model pemetaan dengan menggunakan sofware

Surfer 8 dan untuk memperjelas gambaran kebisingan pada lokasi pengambilan sampel, maka peta

hasil pengolahan software surfer 8 di tempatkan pada peta dari google earth dengan sebelumnya

menentukan titik maksimum dan minimun garis lintang maupun garis bujur peta yang akan

ditampilkan. Cara pembuatan peta/kontur kebisingan menggunakan surfer 8 adalah sebagai berikut :

- Membuka file New worksheet

- Memasukkan data garis lintang untuk x, garis bujur untuk y dan tingkat kebisingan untuk z

- Menyimpan dalam file dengan memilih Golden Software Data (*DAT)

- Membuat grid file dengan pilih file click open dengan tipe file (*DAT), click ganda file yang telah

terbuka, click OK maka terjadi proses grid dan terbentuk file (*GRD). Menutup grid report yang

tampil.

- Membuat kontur dengan pilih map, contour map, new contour map, memilih grid file (*GRD).

Pengaturan peta kontur dengan click ganda pada kontur,termasuk mengatur maksimum dan

minimum garis lintang dan garis bujur sehingga peta dapat diplotkan pada peta hasil cuplikan dari

google earth.

15

Page 19: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Pada halaman berikut dilampirkan hasil data pengamatan.

4.2 Data di olah

Setelah melakukan langkah kerja, telah didapat data kebisingan pada daerah X sebagai

berikut dan nanti akan dibuat peta kontur menggunakan software Surfer 8 . Hasil data yang telah

diolah dilampirkan pada halaman setalah data pengamatan.

4.3 Peta

Telah didapat gambar peta intensitas kebisingan di daerah X dengan menggunakan Software

Surfer 8. Peta kontur tersebut dapat dilihat pada halaman setelah bagian data diolah.

17

BAB IV

Page 20: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

PENUTUP

4.1 Analisa

Berdasarkan pengamatan dari pengolahan data dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan

tertinggi di daerah X yaitu 101,1 dB dengan letak ( x, y ) = ( 70, 120 ).

Hasil pengukuran lokasi bervariasi dan tingkat kebisingannya kurang dari 85 dB(A), maka

dibuat pengukuran setiap ruang kerja serta dicatat tingkat kebisingan minimum dan maksimumnya.

Hasil pengukuran kebisingan kurang dari 85 dB(A) digambarkan sebagai daerah yang aman

bagi tenaga kerja. Sedangkan hasil pengukuran kebisingan yang melebihi batas 85 dB(A) digunakan

sebagai petunjuk adanya tekanan bising dan menjadi daerah yang kurang aman bagi tenaga kerja,

sehingga harus dilakukan pengendalian lebih lanjut. Untuk tenaga kerja dengan pola kerja

bervariasi di tempat kerja yang berbeda-beda perlu ditetapkan intensitas bising dan lama tenaga

kerja terkena bising. Hal ini dapat diperoleh dari keterangan tenaga kerja dan pengamatan langsung.

4.2 Kesimpulan

Dari uraian pada bab sebelumnya, didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:

1. Nilai kebisingan tertinggi yang diterima pekerja selama satu hari kerja (Leq) sebesar 97

dB(A) dan nilai kebisingan terendah 80 dB(A). Intensitas kebisingan ini berada pada ruang pembuat

galon .

2. Menurut hasil pemetaan hampir seluruh area produksi mengalami kebisingan yang melebihi

baku mutu. Kecuali sebagian besar area kantor.

3. Alternatif pengendalian kebisingan menggunakan teknik isolasi sumber bising.

4. Pola penyebaran kebisingan dipengaruhi oleh spesifikasi dan kondisi dari mesin-mesin yang

bekerja, yaitu daya mesin, putaran poros, jenis transmisi, bagian mesin aus, sambungan elemen

mesin kurang sempurna, aliran steam turbin uap.

5. Pengendalian kebisingan dapat dilakukan secara teknis (kontrol engineering), modifikasi

lingkungan kerja, pengaturan pola kerja dan penggunaan alat pelindung telinga secara baik dan

benar bagi pekerja, serta pelaksanaan program penyuluhan terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja.

6. Dengan mengetahui data kebisingan maka data tersebut dapat dibuat menjadi peta kontur

kebisingan dengan menggunakan sofware Surfer 8 ataupun Surfer 11

18

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: Analisa Data Kebisingan Di Daerah x

Bruel, Kjaer. 1984. Instruction Manual Precision Integrating Sound Level Meter Type 2230.

Denmark.

Buchari. 2007. Kebisingan dan Hearing Conservation Program. USU Respository. [terhubung

berkala].

http://digilib.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf [10 Juli 2008].

Chanlett, ET. 1979. Environmental Protection. Edisi Kedua. USA: McGraw-Hill Book Company.

Fitriyani, D. 2003. Uji Kebisingan dan Getaran Mekanis Pada Traktor Tangan Yanmar Y5T-DX

dan Perkasa 85-DI Terhadap Operator. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian, IPB. Bogor.

Himpunan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 1984. Pedoman Keselamatan dan

Kesehatan Pekerja. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Jakarta.

Hutagalung, Michael. 2007. Pengendalian Kebisingan dalam Pabrik Kimia. [terhubung berkala].

http://www.majarikanayakan.com/2007/12/pengendalian-kebisingan-dalam-pabrik-kimia/

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta.

Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Guna Widya.

Surabaya.

Mc Cormick, E. J. And Mark S. Sanders. 1970. Human Factor in Engineering and Design. Tata Mc

Graw-Hill Book Co., New Delhi.

Menteri Tenaga Kerja. 1999. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja dalam Kebisingan di Tempat Kerja.

Edisi 1999/ 2000. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Jakarta.

Moriber, G. 1974. Environmental Science. Allyn and Bacon, Inc., Boston.

Ramadhani, Rohmatsyah. 2006. Analisis Beban Kerja Serta Kebisingan dan

Temperatur Pada Proses Pabrikasi Alat Berat PT Natra Raya. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.

Institut Pertanian Bogor.

iii