ANALISA BUDAYA WAJIB PAJAK, MORALITAS WAJIB PAJAK, …
Transcript of ANALISA BUDAYA WAJIB PAJAK, MORALITAS WAJIB PAJAK, …
ANALISA BUDAYA WAJIB PAJAK, MORALITAS WAJIB
PAJAK, DAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI
(Studi Kasus Pada Karyawan / Wajib Pajak Yang Bekerja Di PT Soraya
Interindo)
SKRIPSI
Oleh:
DENNIS ABEDNEGO SETIADI
20160100161
JURUSAN AKUNTANSI
KONSENTRASI AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERPAJAKAN
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
ANALISA BUDAYA WAJIB PAJAK, MORALITAS WAJIB
PAJAK, DAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI
(Studi Kasus Pada Karyawan / Wajib Pajak Yang Bekerja Di PT Soraya
Interindo)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis
Universitas Buddhi Dharma Tangerang
Jenjang Pendidikan Strata 1
Oleh:
DENNIS ABEDNEGO SETIADI
20160100161
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA TANGERANG
2020
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA
TANGERANG
LEMBAR PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Dennis Abednego Setiadi
NIM : 20160100161
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan dan Perpajakan
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Bisnis
Judul Skripsi : Analisa Budaya Wajib Pajak, Moralitas Wajib Pajak, dan
Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada
Karyawan / Wajib Pajak Yang Bekerja Di PT Soraya
Interindo).
Usulan Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam pembuatan
Skripsi.
Tangerang, 28 September 2019
Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing, Ketua Jurusan,
Farid Addy Sumantri, S.E., M.M., M.Si., Ak. Susanto Wibowo, S.E., M.Akt. NIDN : 0421046601 NIDN : 0401016810
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA
TANGERANG
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Judul Skripsi : Analisa Budaya Wajib Pajak, Moralitas Wajib
Pajak, dan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi Kasus Pada Karyawan / Wajib
Pajak Yang Bekerja di PT. Soraya Interindo).
Disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Dennis Abednego Setiadi
NIM : 20160100161
Konsentrasi : Akuntasi Keuangan dan Perpajakan
Jurusan : Akuntasi
Fakultas : Bisnis
Skripsi ini kami setujui untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Universitas
Buddhi Dharma sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Akuntansi (S.Ak).
Tangerang, 20 Desember 2019
Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing, Ketua Jurusan,
Farid Addy Sumantri, S.E., M.M., M.Si., Ak. Susanto Wibowo, S.E., M.Akt
NIDN : 0421046601 NIDN : 0401016810
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA
TANGERANG
REKOMENDASI KELAYAKAN MENGIKUTI SIDANG SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Farid Addy Sumantri, S.E., M.M., M.Si., Ak.
Kedudukan : Pembimbing
Menyatakan bahwa,
Nama Mahasiswa : Dennis Abednego Setiadi
NIM : 20160100161
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan dan Perpajakan
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Bisnis
Judul Skripsi : Analisa Budaya Wajib Pajak, Moralitas Wajib Pajak, dan
Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada
Karyawan / Wajib Pajak Yang Bekerja Di PT Soraya
Interindo).
Telah layak untuk mengikuti Sidang Skripsi.
Tangerang, 20 Desember 2019
Menyetujui, Mengetahui,
Pembimbing, Ketua Jurusan,
Farid Addy Sumantri, S.E., M.M., M.Si., Ak. Susanto Wibowo, S.E., M.Akt. NIDN : 0421046601 NIDN : 0401016810
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA
TANGERANG
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Dennis Abednego Setiadi
NIM : 20160100161
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan dan Perpajakan
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Bisnis
Judul Skripsi : Analisa Budaya Wajib Pajak, Moralitas Wajib
Pajak, dan Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Kasus Pada Karyawan / Wajib Pajak Yang
Bekerja Di PT Soraya Interindo).
Telah dipertahankan dan dinyatakan LULUS pada Yudisium dalam Predikat
“SANGAT MEMUASKAN” oleh Tim Penguji pada hari Selasa, tanggal 21
Januari 2020.
Nama Penguji Tanda Tangan
Ketua Penguji : Andy, S.E., M.M.
NIDN : 0427068101 ____________
Penguji I : Peng Wi, S.E.,M.Akt.
NIDN : 0406077607 ____________
Penguji II : Sutandi, S.E., M.Akt.
NIDN : 0424067806 ____________
Dekan Fakultas Bisnis,
Rr. Dian Anggraeni, S.E.,M.Si.
NIDN : 0427047303
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Karya tulis skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik Sarjana di Universitas Buddhi Dharma ataupun
di Universitas lain.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan original penelitian saya sendiri
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Dalam karya tulis tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis dengan
jelas dan dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dan
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Karya tulis skripsi ini tidak terdapat (kebohongan) pemalsuan, seperti : buku,
artikel, jurnal, data sekunder, data responden, data kuesioner, pengolahan data,
dan pemalsuan tanda tangan dosen atau Ketua Program Studi atau Ketua
Bidang Akademik atau Rektor Universitas Buddhi Dharma yang dibuktikan
dengan keasliannya.
5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh karena karya tulis saya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di Universitas Buddhi Dharma.
Tangerang, 20 Desember 2019
Yang membuat pernyataan,
Dennis Abednego Setiadi
NIM : 20160100161
UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA
TANGERANG
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Dibuat oleh,
NIM : 20160100161
Nama : Dennis Abednego Setiadi
Jenjang Studi : Strata 1 (S1)
Jurusan : Akuntansi
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan dan Perpajakan
Dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin pihak Universitas Buddhi
Dharma, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right)
atas karya ilmiah kami yang berjudul: “Analisis Budaya Wajib Pajak, Moralitas
Wajib Pajak, dan Sistem Aministrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada Karyawan / Wajib
Pajak Yang Bekerja di PT. Soraya Interindo)”, beserta perangkat yang
diperlukan (apabila ada).
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini pihak Universitas Buddhi
Dharma berhak menyimpan, mengalih media atau formatkan, mengelola dalam
pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan atau
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/ pencipta karya ilmiah tersebut.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan Universitas
Buddhi Dharma, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak
Cipta dalam karya ilmiah saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya.
Tangerang, 20 Desember 2019
Penulis,
Dennis Abednego Setiadi
i
ANALISA BUDAYA WAJIB PAJAK, MORALITAS WAJIB PAJAK, DAN
SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK
(Studi Kasus Pada Karyawan / Wajib Pajak Yang Bekerja di PT. Soraya
Interindo)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budaya wajib pajak,
moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern terhadap
kepatuhan wajib pajak. Variabel independen yang digunakan adalah budaya wajib
pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern.
Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kepatuhan wajib pajak.
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT Soraya
Interindo. Penentuan sampel penelitian ini menggunakan metode slovin dan
memperoleh sampel sebanyak 60 orang atau wajib pajak. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling; simple random
sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
linier berganda dan diolah dengan menggunakan program SPSS versi 24.
Berdasarkan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel budaya wajib
pajak secara parsial tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan
moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern secara parsial
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, dan budaya wajib pajak, moralitas
wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern secara simultan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Kata kunci : Kepatuhan Wajib Pajak, Budaya Wajib Pajak, Moralitas Wajib
Pajak, Sistem Administrasi Perpajakan Modern.
ii
ANALYSIS OF TAXPAYER CULTURE, TAXPAYER MORALITY, AND THE
MODERN TAX ADMINISTRATION SYSTEM ON TAXPAYER
COMPLIANCE
(Case study of employees or taxpayers who work at PT Soraya Interindo)
ABSTRACT
This study aims to examine the influence of taxpayer culture, taxpayer
morality, and the modern tax administration system on taxpayer compliance. The
independent variables used are taxpayer culture, taxpayer morality, and modern
tax administration system. While the dependent variable used is taxpayer
compliance.
The population in this study are employees who work at PT Soraya
Interindo. Determination of the sample of this study used the Slovin method and
obtained a sample of 60 people or taxpayers. The sampling technique used in this
study is probability sampling; simple random sampling. Data analysis technique
used in this study is multiple linear regression and processed using SPSS version
24.
Based on the results of the study indicate that the taxpayer cultural
variables partially do not affect the compliance of taxpayers, while the morality of
taxpayers, and modern tax administration systems partially affect the compliance
of taxpayers, and the culture of taxpayers, taxpayer morality, and modern tax
administration systems simultaneously affect the taxpayer compliance.
Keywords: Taxpayer Compliance, Taxpayer Culture, Taxpayer Morality, Modern
Tax Administration System.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini disusun dengan
judul “Analisa Budaya Wajib Pajak, Moralitas Wajib Pajak, dan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi Kasus Pada Karyawan / Wajib Pajak Yang Bekerja di PT.
Soraya Interindo)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Serjana Akuntansi di Universitas Buddhi Dharma Tangerang.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak sedikit halangan dan
rintangan yang dilalui selama proses penelitian. Namun berkat doa, dan dukungan
skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan lancar berkat bantuan dari berbagai pihak
secara langsung maupun tidak langsung. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang senantiasa membantu penyusunan
skripsi ini, diantaranya :
1. Bapak Dr. Sofian Sugioko, M.M., CPMA., selaku Rektor Universitas Buddhi
Dharma.
2. Ibu Rr. Dian Anggraeni, S.E.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Bisnis Universitas
Buddhi Dharma.
3. Bapak Susanto Wibowo, S.E., M.Ak, selaku Ketua Jurusan Akuntansi (S1)
Fakultas Bisnis Universitas Buddhi Dharma.
iv
4. Farid Addy Sumantri, S.E., M.M., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang
telah banyak membantu memberikan bimbingan, arahan, materi, nasehat, waktu
serta semangat demi terwujudnya skripsi ini dengan tepat waktu.
5. Seluruh dosen pengajar Universitas Buddhi Dharma yang telah memberikan
ilmu pengetahuan serta materi yang sangat berguna bagi penulis selama masa
kuliah.
6. Mama, Papa, serta kakak, dan adik-adikku yang selalu setia mendukung dan
mendampingi penulis dengan doa, nasehat, semangat, dan waktu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Selvi Oktanovia, Aldo Paniadi, Adi Surya Kencana, Candika Monalisa, Derian
Leo Naldo, Liana, Natasha, Friyanka Viryatama selaku sahabat seperjuangan
kuliah dengan penulis setia memberikan saran, nasehat, dorongan, semangat
serta kebersamaannya dalam menyelesaikan dan mengerjakan skripsi ini.
8. Kakak kelas dan adik kelas atau senior yang telah membantu memberikan saran,
nasehat, semangat serta dukungan untuk saya dalam menyusun skripsi ini.
9. Teman – teman SMk saya yang memberi saran, dukungan, dan semangat dalam
bentuk olahraga bowling atau apapun dalam proses menyusun skripsi ini.
10. Kepada semua teman-teman penulis dan pihak lain yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih karena telah banyak memberikan bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan dan pengetahuan yang dimiliki penulis, untuk itu penulis sangat
menghargai kritik dan saran-saran yang bersifat membangun agar skripsi ini
menjadi lebih baik dan dapat menyempurnakan. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat menjadi skripsi yang bermanfaat bagi semua pihak serta
bisa dikembangkan oleh peneliti selanjutnya, dan akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Tangerang, 20 Desember 2019
Dennis Abednego Setiadi
20160100161
vi
DAFTAR ISI
JUDUL LUAR
JUDUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN USULAN SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
REKOMENDASI KELAYAKAN MENGIKUTI SIDANG SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 11
C. Rumusan Masalah ................................................................................... 11
D. Tujuan penelitian ..................................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13
vii
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 16
A. Gambaran Umum Teori ........................................................................... 16
1. Teori Artibusi ...................................................................................... 16
2. Theory of Planned Behavior ................................................................ 17
3. Pengertian Pajak .................................................................................. 17
4. Fungsi Pajak ........................................................................................ 19
5. Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................................ 21
6. Budaya Wajib Pajak............................................................................. 24
7. Moralitas Wajib Pajak.......................................................................... 28
8. Sistem Administrasi Perpajakan Modern .............................................. 31
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 39
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 45
D. Hipotesis ................................................................................................. 45
1. Pengaruh Budaya Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. ....... 46
2. Pengaruh Moralitas Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. .... 47
3. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. ............................................................................................... 48
4. Pengaruh Budaya Wajib Pajak, Moralitas Wajib Pajak, dan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. .......... 49
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 51
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 51
B. Objek Penelitian ...................................................................................... 51
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 52
D. Populasi dan Sampel ............................................................................... 52
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 55
viii
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian ........................................................ 55
1. Variabel Dependen .............................................................................. 56
2. Variabel Independen ............................................................................ 56
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 57
1. Statistik Deskriptif ............................................................................... 58
2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ..................................................... 59
3. Uji Asumsi Klasik................................................................................ 60
4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 66
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................... 66
B. Analisis Hasil Penelitian .......................................................................... 68
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 68
2. Uji Validitas ........................................................................................ 71
3. Uji Reliabilitas ..................................................................................... 72
4. Uji Asumsi Klasik................................................................................ 74
C. Pengujian Hipotesis ................................................................................. 81
1. Uji Koefisien Derterminasi (R²) ........................................................... 81
2. Uji Regensi Linier Berganda ................................................................ 82
3. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ................................................ 84
4. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f).................................... 86
D. Pembahasan ............................................................................................ 87
1. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ................................................ 87
2. Pembahasan Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ............................. 90
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 92
A. Kesimpulan ............................................................................................. 92
ix
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 94
C. Saran ....................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran ……………………..…………………………45
Gambar III. 1 Rumus Solvin …………………………………..…………………54
Gambar IV. 1 Hasil Uji Normalitas P-Plot …………………….…….…………..76
Gambar IV. 2 Hasil Uji Normal Grafik Histogram ………….….……….……….77
Gambar IV. 3 hasil Uji Heteroskedastisitas ………………………...…………….80
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Penelitian Terdahulu ....…………………………...…………………40
Tabel III. 1 Operasional Variabel ...…………………………….………………56
Tabel IV. 1 Penyebaran Kuesioner …....………………………………………...67
Tabel IV. 2 Data Demografi Responden Penelitian Berdasarkan Usia .....……..69
Tabel IV. 3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ………………………..……………..71
Tabel IV. 4 Hasil Uji Validitas ………………………....……..…………….….73
Tabel IV. 5 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………………75
Tabel IV. 6 Hasil Uji Normalitas …………………………..…………………..78
Tabel IV. 7 Hasil Uji Multikolinearitas ……………………..………………….80
Tabel IV. 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………………………………..….81
Tabel IV. 9 Hasil Uji Regensi Linear Berganda ………………………………..82
Tabel IV. 10 Hasil Uji T ……….....…………………………………………..….84
Tabel IV. 11 Hasil Uji F …………………….………………………………..…..86
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Hasil Kuesioner
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas
Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor
internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor
internal adalah pajak. Dalam Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007
mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Seiring bertambahnya penduduk di negara ini, Jumlah wajib pajak dari
tahun ke tahun terus bertambah. Tetapi tidak diimbangi dengan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak, hal ini jelas merugikan negara. Persepsi
masyarakat bahwa pajak sebagai pungutan wajib bukan sebagai peran serta
masyarakat dalam memajukan negara menjadi salah satu penyebab rendahnya
kepatuhan wajib pajak, karena mereka merasa belum melihat manfaat yang
nyata bagi negara dan masyarakat.
Direktorat Jenderal Pajak juga mengatakan bahwa tingkat kepatuhan
membayar pajak masyarakat Indonesia masih sangat rendah dibandingkan
dengan negara-negara tetangga lainnya. Dikatakan wajib pajak yang patuh
bukanlah wajib pajak yang membayar dengan nominal besar, melainkan wajib
2
pajak yang memahami dan mematuhi hak dan kewajiban dalam bidang
perpajakan dan sudah memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Supriyati dan Nur
(2008) dalam Santoso (2013).
Dijelaskan oleh Fuadi dan Yenni (2013) dalam Rahmawaty (2014)
kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor yaitu faktor
internal dan faktor ekternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
diri wajib pajak sendiri dan berhubungan dengan karakterisktik atau moral
individu yang menjadi pemicu dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.
Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
luar diri wajib pajak, seperti situasi, budaya, dan lingkungan di sekitar wajib
pajak.
Reformasi penggunaan sistem pemungutan pajak dari official assessment
menjadi self assessment memberikan peran aktif wajib pajak untuk melakukan
perhitungan pajak terutang, menyetorkan, dan melaporkan SPT secara mandiri.
Sistem ini lebih ditekankan kepada kerelaan wajib pajak untuk mematuhi
kewajiban perpajakannya. Untuk menunjang dari self assessment
system tersebut Direktorat Jenderal Pajak membuat suatu sistem pendukung
yang diharapkan dapat memudahkan wajib pajak dalam membayar dan
melaporkan kewajiban pajaknya yaitu adanya e-filling, e-SPT, e-NPWP, e-
regristration, drop box dan e-banking. Agar self assessment system berjalan
secara efektif, keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum merupakan hal
yang penting. Penegakan hukum ini berupa pemeriksaan atau penyidikan dan
penagihan pajak.
3
Menurut Santi (2012) self assessment system dalam praktiknya sulit
dijalankan sesuai harapan, bahkan sering disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya WP yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran WP yang
rendah, atau kombinasi dari keduanya, sehingga membuat WP enggan untuk
melaksanakan kewajiban membayar pajak. Pemungutan pajak di suatu Negara
dianggap sukses apabila terdapat enam kondisi pendukung, salah satunya
adalah tingkat kepatuhan dan disiplin nasional yang tinggi Gunadi (1997)
dalam Effendi (2014). Tingkat kepatuhan dan disiplin yang tinggi akan
menghasilkan penerimaan pajak yang optimal, sehingga dapat digunakan
dalam pembiayaan negara.
Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan
tulang punggung self assessment system, dimana wajib pajak bertanggung
jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dan kemudian secara
akurat dan tepat waktu membayar serta melaporkan pajaknya tersebut.
Indikator kepatuhan pajak antara lain : kepatuhan formal, kepatuhan material.
kepatuhan formal adalah jenis kepatuhan dimana wajib pajak sebatas
memenuhi ketentuan pajak. kepatuhan material lebih dalam cakupannya yaitu
pemenuhan secara substantif isi dan jiwa ketentuan perpajakan.
Kepatuhan wajib pajak memiliki pengertian yaitu suatu iklim kepatuhan
dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi
dimana:
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
4
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya (Zain,2008)
Pajak adalah sumber pendanaan yang berkesinambungan untuk
pembangunan, Pajak juga merupakan penghubung antara negara dengan warga
negaranya, sedangkan penerimaan pajak merupakan urat nadi bagi kontrak
sosial pemerintah dengan masyarakatnya, dimana kontrak sosial merupakan
pilihan sosial atau pilihan kolektif atas ketentuan pemenuhan barang dan jasa
publik bagi masyarakat sebagai imbal balik dari pembayaran pajak yang
dilakukan (Ayee, 2008). Unsur-unsur pokok dari definisi di atas, yaitu : iuran
atau pungutan, dipungut berdasarkan Undang-undang, pajak dapat dipaksakan,
tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi, dan untuk membiayai
pengeluaran umum Pemerintah (Nurmantu, 2003).
Budaya pajak diinvestigasi diantara pembayar pajak dan kantor pajak.
Dalam pandangan mereka, permasalahan yang terjadi antara “melakukan
tuntunan atas kompensasi dalam hubungannya dengan pelanggaran pekerjaan
oleh aparat pajak: dan “untuk memberikan kontribusi terhadap budaya pajak
melalui perselisihan pajak”. sehingga dalam hal ini, budaya pajak ditandai oleh
hubungan antara aparat pajak dengan Wajib Pajak serta pola perilaku yang
timbul akibat hubungan tersebut (Ilyas dan Burton, 2007). Ada 3 hal yang
mempengaruhi budaya pajak antara lain : hubungan antara aparatur pajak dan
wajib pajak, peraturan perpajakan, budaya nasional.
5
Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan (2017) memberikan hasil
bahwa budaya secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Hal
tersebut memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat budaya seorang Wajib
Pajak, maka tidak selalu mempengaruhi tinggi atau rendahnya kepatuhan dari
pajak Wajib Pajak tersebut. Namun, Khaerunnisa dan Wiratno (2014)
memberikan hasil bahwa ada pengaruh antara budaya pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Mintarto
dkk, (2015) dengan judul Pengaruh Karakteristik Individu Budaya dan
Lingkungan Sosial Terhadap Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
(Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pramata
Malang Utara). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel budaya
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Moralitas pajak dapat didefinisikan sebagi motivasi instrinsik untuk
membayar pajak yang timbul dari kewajiban moral atau keyakinan untuk
berkontribusi kepada negara dengan membayar pajak (Torgler, 2003).
Moralitas pajak tidak mengukur perilaku individu, namun lebih kepada sikap
dan pendirian individu. Hal ini dapat dilihat sebagai kewajiban moral untuk
membayar pajak, keyakinan untuk berkontribusi kepada masyarakat dengan
membayar pajak. Indikator moralitas pajak antara lain : tingkat partisipasi
warga, tingkat kepercayaan, tingkat otonomi daerah atau desentralisasi, faktor
demografis, kondisi ekonomi, kebanggaan nasional, faktor pencegah dan
sistem perpajakan. Budaya pajak dalam konsep klasik dimana budaya pajak
6
dari suatu negara sangat berhubungan erat dengan kepribadian yang
ditunjukkan oleh evolusi dari suatu sistem perpajakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Indra (2013) yang membandingkan
pengaruh moralitas wajib pajak, sistem perpajakan, dan risiko audit pada wajib
pajak badan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil dari penelitian tersebut
adalah moralitas wajib pajak, sistem perpajakan, dan risiko audit berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
Penelitian yang dilakukan oleh Kautsar dkk., (2009) tentang pengaruh
sikap dan moralitas wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak pada industri
perbankan di Surabaya. Hasil penelitian tersebut adalah moral wajib pajak dan
sikap wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak. Berbeda dengan hasil penelitian Muthia (2013) yang
menunjukkan bahwa moral dan budaya berpengaruh positif terhadap
kepatuhan pajak.
Program reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dengan adanya
penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus
antara lain struktur organisasi yang dirancang berdasarkan fungsi, tidak lagi
dengan seksi –seksi berdasarkan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi setiap
wajib pajak melalui pembentukan account representative dan complaint center
untuk menampung keberatan wajib pajak (Rahayu dan Lingga, 2009). Menurut
Rahayu dan Lingga (2009), sistem administrasi perpajakan modern juga
mengikuti kemajuan teknologi dan pelayanan yang berbasi e-system seperti e-
SPT, e-Filing, e-Payment, dan e-Registration yang diharapkan dapat
7
meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif yang ditujuang dengan
penerapan kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang mengatur perilaku
pegawai dalam melaksanakan tugas dan pelaksanaan good governance.
Dengan adanya sistem administrasi perpajakan modern ini maka akan
memudahkan masyarakat dalam pelaporan perpajakan. Ada beberapa hal yang
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak antara lain : Yang pertama, dengan
adanya sistem yang sudah dikembangkan, masyarakat tidak perlu khawatir
akan adanya kesalahan dalam penginputan angka yang akan dilaporkan, karena
data yang ada semuanya sudah saling berhubungan maka dengan begitu tidak
akan adanya kesalahan dalam pelaporan. Yang kedua, masyarakat tidak perlu
khawatir akan terjadinya keterlambatan pelaporan pajak, karena sudah bisa
dilakukan secara online. Dengan adanya sistem secara online maka masyarakat
dapat melakukan pelaporan pajak dimana pun mereka berada tanpa perlu
datang ke kantor pajak. Yang ketiga, masyarakat tidak perlu khawatir akan
terkena sanksi perpajakan karena terlambat dalam pelaporan pajaknya, karena
sudah dapat dilakukan pembayaran secara online. Dengan sistem administrasi
perpajakan modern ini maka akan meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan
masyarakat dalam kewajibannya membayar pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Indra (2013) yang membandingkan
pengaruh moralitas wajib pajak, sistem perpajakan, dan risiko audit pada wajib
pajak badan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil dari penelitian tersebut
adalah moralitas wajib pajak, sistem perpajakan, dan risiko audit berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak badan.
8
Penelitian yang dilakukan oleh Dhyka (2017) yang menyatakan bahwa
modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Arifah, dkk (2017) yang menyatakan bahwa modernisasi sistem
administrasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Aprilina (2013) dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan secara parsial sistem administrasi perpajakan
modern pada kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Palupi (2010) dalam penelitiannya
membuktikan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan yang
berdimensi restrukturisasi organisasi, proses bisnis dan teknologi informasi,
dan penyempurnaan Sumber Daya Manusia (SDM) berpengaruh signifikan
pada kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Empat. Hasil
tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Irawan (2014), yang
memeroleh hasil bahwa secara parsial tidak ada pengaruh sistem administrasi
perpajakan modern pada kepatuhan wajib pajak di KPP Madya Palembang.
Hasil yang berbeda juga diperoleh dari penelitian Darmayasa (2016), yang
membuktikan bahwa proses bisnis dan teknologi informasi serta komunikasi
dalam modernisasi sistem administrasi perpajakan tidak berpengaruh
signifikan pada kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Badung Utara.
Penelitian mengenai kepatuhan pajak sebelumnya yang dilakukan oleh
Widodo (2010) menggunakan variabel moralitas pajak, dan budaya pajak
sebagai variabel penelitian tersebut maka penulis tertarik untuk membuat
9
modifikasi penelitian tersebut, bentuk modifikasi yang dibuat oleh penulis
yaitu dari segi variabel dependen dan Independen. Variabel independen yang
dipergunakan adalah moralitas pajak dan budaya pajak, untuk variabel
dependen menggunakan kepatuhan wajib pajak, namun kemudian penulis
menambahkan variabel independen lain yaitu sistem admistrasi perpajakan
modern , hal itu dilakukan karena berdasarkan penelitian bahwa sistem
admistrasi perpajakan modern merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
kepatuhan pajak (Sofyan,2005).
Yang membedakan antara penelitian ini dengan sebelumnya selain dari
penambahan variabel independen yaitu responden yang digunakan. Dalam
penelitian Widodo respondennya dipilih melalui metodologi acak sistematis
yang tersebar dibeberapa kota yang ada di Indonesia, sedangkan untuk
penelitian ini penulis menggunakan responden dengan ruang lingkup yang
lebih kecil yaitu kayawan/ wajib pajak oang pribadi pada PT Soraya Interindo
yang berada di kota Tangerang. Selain itu yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumya penelitian ini tidak menggunakan variabel sanksi,
risiko audit, kesadaraan wajib pajak, pelayanaan fiskus dan sikap wajib pajak.
Dari semua penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa para peneliti
menggunakan variabel yang berbeda-beda dalam mengukur tingkat kepatuhan
pajak. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk memodifikasi dan
menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak secara
bersamaan Peneliti ingin mecari bukti empiris apakah budaya wajib pajak,
10
moral wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Berdasarkan uraian dan alasan tersebut, penulis bermaksud meneliti
masalah ini dengan judul "ANALISA BUDAYA WAJIB PAJAK,
MORALITAS WAJIB PAJAK DAN SISTEM ADMISISTRASI
PERPAJAKAN MODERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI (Studi kasus pada karyawan / wajib pajak orang
pribadi pada PT Soraya Interindo)”.
11
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah wajib pajak dari tahun ke tahun terus bertambah, tetapi tidak
diimbangi dengan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
2. Perbedaan pandangan antara aperatur pajak dengan wajib pajak terhadap
permasalan yang ada.
3. Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
4. self assessment system dalam praktiknya sulit dijalankan sesuai harapan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang penelitian yang telah disampaikan
sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang ditemui adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh moralitas pajak terhadap kepatuhan pajak?
2. Bagaimana pengaruh budaya pajak terhadap kepatuhan pajak?
3. Bagaimana pengaruh sistem administrasi perpajakan modern terhadap
kepatuhan pajak?
4. Bagaimana pengaruh moralitas, budaya, dan sistem administrasi
perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak?
12
D. Tujuan penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana budaya wajib pajak mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak
2. Untuk mengetahui bagaimana moralitas wajib pajak mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem administasi perpajakan modern
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
4. Untuk mengetahui apakah kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh budaya
wajib pajak, moralitas wajib pajak dan sistem administrasi perpajakan
modern.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian adalah kegunaan hasil penelitian nanti, baik bagi
kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu pengetahuan.
Oleh sebab itu, dalam manfaat penelitian ini harus diuraikan secara terperinci
manfaat atau apa gunanya hasil penelitian nanti. Dari segi ilmu, data atau
informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut akan mempunyai kontribusi
apa bagi pengembangan ilmu pengetahuan (Kresna, 2017).
1. Kegunaan Praktis
Bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan, sebagai tambahan informasi
mengenai pengaruh moral pajak, budaya pajak, dan sistem administrasi
13
perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak dan agar penelitian
yang dilakukan dapat bermanfaat.
2. Kegunaan Akademis
a) Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan
untuk menambah ilmu dan juga memperoleh gambaran langsung
tentang pengaruh moral pajak, budaya pajak, dan sistem administrasi
perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak.
b) Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan tambahan
dan memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti lain dalam
kajian yang sama sekaligus sebagai referensi di dalam penulisan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk dapat menjelaskan dengan lebih baik mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yang digunakan dalam penulisan ini
dibagi menjadi lima bab, dimana antara bab yang satu dengan bab yang lain
saling berkaitan erat. Sistematika penulisan dari masing-masing bab adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini dibagi menjadi enam sub bab yang terdiri dari latar
belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,
14
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini dibagi menjadi empat sub bab yang terdiri dari
gambaran umum teori yang digunakan sebagai dasar
pembahasan teori-teori budaya wajib pajak, moralitas wajib
pajak, sistem administrasi perpajakan modern, serta kepatuhan
wajib pajak pada hasil penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran, dan perumusan hipotesa.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini dibagi menjadi delapan sub bab yang menguraikan
secara jelas tentang jenis penelitian, objek penelitian, jenis dan
sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,
operasional variabel penelitian dan teknik analisis data yang
akan diteliti oleh penulis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab empat akan membahas deskripsi data hasil penelitian
variable independen dan dependen, analisis hasil penelitian,
pengujian hipotesis, dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tiga sub bab yang menjelaskan kesimpulan,
implikasi dan saran, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan
15
dari masing-masing fokus penelitian dan saran-saran yang
bersifat konstruktif yang bisa menjadi acuan dan pertimbangan.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gambaran Umum Teori
1. Teori Artibusi
Teori atribusi menempatkan seseorang sebagai psikologi amatir yang
mencoba memahami penyebab terjadinya sesuatu, sehingga teori ini
berusaha menemukan apa yang bisa menyebabkan apa atau apa yang
mendorong siapa untuk melakukan apa (menurut Sarwono dalam
Ramadhan, 2017).
Alasan pemilihan teori ini karena kesadaran seorang wajib pajak untuk
mendaftar dan mematuhi sistem perpajakan dipengaruhi oleh persepsi dan
pemahaman wajib pajak dalam membuat keputusan dan penilaian terhadap
pajak itu sendiri. Pemahaman serta persepsi individu dalam membuat
keputusan dan penilaian mengenai suatu hal sangat dipengaruhi oleh
kondisi internal dan eksternal dari individu itu sendiri. Jadi dapat
disimpulkan bahwa teori atribusi sangat relevan untuk menerangkan
moralitas yang mempengaruhi secara internal dan budaya pajak yang
mempengaruhi secara eksternal seorang wajib pajak dalam mematuhi
sistem perpajakan yang ada.
17
2. Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior (TPB) menyatakan bahwa munculnya
perilaku seorang individu dapat ditimbulkan karena adanya niat untuk
berperilaku atau melakukan sesuatu. Theory of planned behavior adalah
teori hasil penyempurnaan dari reason action theory dan dikembangkan
oleh Ajzen. Theory of planned behaviour beranggapan bahwa faktor-
faktor motivasi yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dapat dilihat
dengan intensi.
Alasan pemilihan teori ini karena dalam melakukan suatu perilaku yaitu
mematuhi pajak, seorang wajib pajak akan dipengaruhi oleh beberapa hal,
seperti keyakinan Wajib Pajak dari hasil perilakunya tersebut. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perilaku kepatuhan seorang wajib pajak dapat
diuraikan dengan teori ini untuk menjelaskan variabel-variabel yang
mempengaruhinya, yaitu moralitas, dan budaya pajak dari seorang wajib
pajak.
3. Pengertian Pajak
Berdasarkan Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi
“ Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang
Pemerintah tidak sewenang-wenang dalam melakukan pemungutan
pajak, karena harus tunduk dengan peraturan perundang-undangan
yang pada waktu penyusunan telah melalui persetujuan rakyat
melalui wakil-wakilnya (Dewan Perwakilan Rakyat)”.
18
Pajak adalah pungutan wajib atau iuran wajib oleh negara kepada
rakyatnya yang dipergunakan dalam kepentingan pemerintah baik daerah
maupun pusat dan untuk mensejahterakan masyarakat umum serta manfaat
dari pembayaran pajaknya tidak diberikan secara langsung, karena pajak
digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan individu
atau pribadi.
Menurut Mardiasmo (2016, p. 3) dalam buku Perpajakan-Edisi Terbaru
2016 definisi pajak adalah:
“Iuran kepada kas Negara bedasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.”
Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat diuraikan beberapa ciri
pajak sebagai berikut :
a. Merupakan iuran rakyat kepada Pemerintah (Pusat/daerah).
b. Dipungut berdasarkan peraturan (undang-undang).
c. Tidak dapat ditunjukan kontra prestasi secara langsung(imbalan
secara langsung).
d. Dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
19
4. Fungsi Pajak
Dalam proses pembangunan negara untuk mensejahterakan rakyat
maka sangat diperlukan kontribusi rakyat Indonesia dalam membayar
pajak. Fungsi pajak menurut (Resmi, 2014;3) terdapat dua fingsi pajak,
yaitu:
a. Fungsi Budgetair
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran
pajak rutin maupun pembangunan. Fungsi anggaran ini bisa disebut
sebagai fungsi terpenting bagi negara disebut juga dengan fungsi fiskal,
yakni suatu fungsi yang dimana hasil atau dana pajak menjadi salah satu
sumber dana kas atau keuangan negara. Dimana dana pajak yang masuk
ke dalam kas negara diatur dan disesuaikan dengan dasar hukum pajak
yang berlaku. Fungsi ini menunjukkan bahwasannya pajak merupakan
aspek penting terutama bagi pembiayaan dan pemasukan negara karena
bisa dibilang pajak merupakan sumber dana terbesar pemasukan
negara.
b. Fungsi Regulated (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat ukur
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi
pengatur adalah:
20
1. Pajak yang dikenakan terhadap barang-barang mewah;
2. Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan;
3. Tarif pajak ekspor sebesar 0%;
4. Pajak penghasilan dikenakan atas penyeraha barang hasil industri
tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri baja, dan lain-
lain;
5. Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi;
6. Pemberlakuan tax holiday.
c. Fungsi Stabilitas
Pajak bisa menjadi alat stabilitas ekonomi dalam berbagai kondisi
yang dianggap mengancam keberlangsungan jalannya perekonomian
negara. Dengan kehadiran pajak pemerintah memiliki banyak opsi
dalam membuat dan menerapkan sebuah kebijakan. Ada beberapa
contoh yang menunjukkan bahwasannya pajak bisa dijadikan sebagai
alat stabilitas ekonomi. Sebagian barang-barang impor dikenakan pajak
tinggi oleh pemerintah dengan tujuan produksi dalam negeri mampu
bersaing di pasaran. Tidak hanya itu dalam upayanya menjaga nilai
tukar rupiah dan menjaganya dari peluang terkena defisit yang terlalu
melebar, pemerintah bisa mengenakan PPnBM terhadap produk-
produk mewah impor. Dengan begitu jumlah impor barang mewah
yang memiliki kontribusi beasar terhadap nera perdagangan akan
meredam dan berkurang dengan sendirinya.
21
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang diterima oleh pemerintah baik pusat maupun daerah,
pajak tersebut dapat digunakan untuk redistribusi pendapatan
masyarakat. Mengapa pajak bisa dibilang sebagai alat untuk redistribusi
pendapatan bagi masyarakat. hal ini dikarenakan dana dari pajak akan
digunakan oleh pemerintah untuk pembangunan fasilitas umum atau
kepentingan umum. Bisa juga digunakan untuk membuka lapangan
pekerjaan dimana para pengangguran bisa memanfaatkan hal ini
sehingga pendapatan masyarakat dengan otomatis akan merata dengan
adanya lapangan pekerjaan. Jadi pada dasarnya fungsi pajak sebagai
redistribusi ppendapatan merupakan salah satu bentuk pengembalian
dana pajak yang sudah dibayarkan untuk memfasilitasi masyarakat.
5. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Rahayu
(2013,138) didefinisikan sebagai berikut:
“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan.
Sehingga dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa
Kepatuhan Perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta
melaksanakan ketentuan perpajakan”.
Kepatuhan Pajak menurut Nurmantu dalam Rahayu (2013,138) adalah
sebagai berikut:
“Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
22
melaksanakan hak perpajakannya”.
Pandiangan (2014,245) mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat
didefinisikan sebagai berikut:
“Kepatuhan wajib pajak (WP) melaksanakan kewajiban perpajakan
merupakan salah satu ukuran kinerja WP di bawah pengawasan
Direktorat Jenderal Pajka (DJP). Artinya, tinggi rendahnya
kepatuhan WP akan menjadi dasar pertimbangan DJP dalam
melakukan pembinaan, pengawasan, pengelolaan, dan tindak lanjut
terhadap WP. Misalnya, apakah akan dilakukan himbauan atau
konseling atau penelitian atau pemeriksaan dan lainnya seperti
penyidikan terhadap WP.”
Berdasarkan definisi yang telah di kemukakan maka peneliti
meyimpulkan bahwa pada prinsipnya kepatuhan perpajakan adalah suatu
keadaan dimana wajib pajak taat dan patuh dalam melaksanakan
kewajiban dan hak perpajakannya sesuai dengan aturan perpajakan yang
berlaku.
Menurut Widodo Dalam Fella (2014) terdapat dua macam kepatuhan
pajak, yaitu:
a. Kepatuhan Formal
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya sesuai
dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak secara formal dapat mendaftarkan diri
aspek:
1) Kesadaran wajib pajak untuk mendaftarkan diri.
2) Ketetapan waktu wajib pajak dalam menyampaikan SPT tahunan.
3) Ketapatan waktu dalam membayar pajak.
23
4) Pelaporan wajib pajak melakukan pembayaran dengan tepat waktu.
b. Kepatuhan material
Suatu kedaan dimana wajib pajak secara substantive (hakekat)
memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan
jiwa undang-undang perpajakan. kepatuhan material dapat juga
meliputi kepatuahn formal. Jadi wajib pajak yang memenuhi kepatuhan
material dalam mengisi SPT PPh, adalah wajib pajak yang mengisi
dengan jujur, baik dan benasr atas SPT tersebut sehingga sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang perpajakan dan penyampaian ke KPP
sebelum batas waktu.
Kriteria kepatuhan wajib pajak menurut Simanjutak dan Muklis
(2012,103) antara lain dapat dilihat dari:
1) Aspek ketapatan waktu, sebagai indikator kepatuhan adalah
presentase pelaporan SPT yang disampaikan tepat waktu sesuai
ketentuan yang berlaku.
2) Aspek income atau penghasilan WP, sebagai indikator kepatuhan
adalah kesediaan membayar kewajiban angsuran Pajak Penghasilan
(PPh) sesuai ketentuan yang berlaku.
3) Aspek law enforcement (pengenaan sanksi), sebagai indikator
kepatuhan adalah pembayaran tunggakan pajak yang ditetapkan
berdasarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) sebelum jatuh tempo.
24
4) Dalam perkembangannya indikator kepatuhan ini juga dapat dilihat
dari aspek lainnya, misalnya aspek pembayaran dan aspek kewajiban
pembukuan
6. Budaya Wajib Pajak
Indonesia dikenal sebagai negara yang berbudaya. Kondisi geografis
Indonesia menguntungkan negara khatulistiwa ini dengan menjadikannya
kaya akan ragam budaya, bahasa, pakaian tradisional, tarian, dan adat
istiadat.
Menurut Widodo dalam Fella (2014), budaya adalah :
“Budaya yang saat ini tertanam dalam kehidupan masyarakat
Indonesia turut mempengaruhi terhadap pola kehidupan dan
keputusannya dalam pemungutan pajak”.
Masih menurut Widodo dalam Fella (2014), definisi budaya adalah :
“Sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu
bersifat abstrak”.
Menurut Kiyosaki dalam Fella (2014) menyatakan bahwa :
“Pajak adalah budaya modern. Masalah timbul ketika pajak jadi
merugikan dan dikelola dengan salah”.
25
Menurut Pandey dalam Fella (2014) definisi Budaya Pajak adalah :
“Seperangkat interaksi baik meliputi Wajib Pajak, pemerintah,
budaya nasional, maupun perangkat aturan perpajakannya. Wajib
pajak umumnya merasa bahwa pajak adalah sebuah beban (burden),
dan insentif dari kontribusi pembayaran pajak yang dilakukan tidak
dapat langsung dinikmati, di mana tanggungjawab pemerintah untuk
memberikan pemenuhan barang dan jasa publik yang berkualitas
juga masih diragukan”.
Sedangkan definisi Budaya Pajak menurut Widodo dalam Luqman
(2017), adalah:
“Budaya Pajak merupakan keseluruhan interaksi formal dan
informal dalam suatu institusi yang menghubungkan sistem pajak
nasional dengan , yang secara historis tertanam dalam budaya
nasional, termasuk ketergantungan dan ikatan yang disebabkan oleh
interaksi mereka yang terus menerus”.
Widodo dalam Fella (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa
indikator yang mempengaruhi Budaya pajak yaitu peraturan perpajakan,
hubungan antara aparatur pajak dengan wajib pajak, dan budaya nasional.
Indikator tersebut diindikasikan dari garis batasan yang melingkupi
budaya pajak, yaitu :
a. Peraturan perpajakan
Jika para pembuat kebijakan di bidang perpajakan membuat
kebijakan yang terlalu kompleks atau sering berubah-ubah, wajib pajak
mungkin tidak memiliki gambaran yang pasti atas pengaruh peraturan
pajak tersebut terhadap investasi dan usaha yang mereka jalankan.
Peraturan pajak yang kondusif akan mendukung terciptanya budaya
pajak yang positif pula. Berkaitan dengan peraturan pajak yang
26
kondusif, hal-hal yang memberi karakteristik bagaimana seharusnya
peraturan perpajakan dicirikan agar memiliki pengaruh positif adalah
dengan:
1) Ketentuan pajak harus dipublikasikan dan disosialisasikan
Hampir semua Wajib Pajak menghendaki bahwa semua
peraturan-peraturan yang mengatur sistem perpajakan dapat
disusun dan dipublikasikan dengan baik. Setiap wajib Pajak
berhak memperoleh informasi terkini mengenai peraturan
perpajakan.
2) Ketentuan pajak menjunjung aspek kepastian hukum Pentingnya
asas kepastian hukum dalam sistem perpajakan nasional
disebabkan hubungan antara hak dan kewajiban dalam pajak.
Negara berhak mengenakan pajak dan kewajiban Wajib Pajak
untuk membayarnya. Sebaliknya hak Wajib Pajak adalah
memperoleh perlindungan hukum atau keadilan, dan kewajiban
negara untuk memberikan jaminan keadilan kepada Wajib Pajak.
3) Menjunjung aspek proporsionalitas Prinsip proporsionalitas
secara luas menginginkan bahwa pemerintah perlu menggunakan
cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan kebijakannya.
4) Ketentuan pajak harus mudah dimengerti Wajib Pajak
berkepentingan untuk dapat mengerti ketentuan pajak yang
berlaku, terutama yang memberikan konsekuensi hukum terhadap
kewajiban pajaknya, sekalipun hal tersebut melalui bantuan
27
konsultan profesional agar dapat menjalankan kewajibannya
dengan baik.
5) Ketentuan pajak tidak boleh saling bertentangan Jika terdapat dua
atau lebih peraturan yang saling bertentangan satu sama lainnya,
maka hali itu akan berdampak bagi ketidakpastian hukum bagi
Wajib Pajak yang dikenai peraturanperturan tersebut.
b. Hubungan antara aparatur pajak dan Wajib Pajak
Aparatur pajak merupakan aparat pajak yang langsung berhadapan
dengan Wajib Pajak, untuk itu mereka diharapkan memiliki sikap yang
simpatik, pelayanan yang ramah, mudah dihubungi, dan bekerja dengan
jujur. Hubungan antara Wajib Pajak dengan aparatur pajak dapat berupa
hubungan yang bersifat administratif dalam artian berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawab aparatur pajak terhadap Wajib Pajaknya
maupun hubungan yang bersifat informal.
c. Budaya nasional
Sebagai negara yang kaya akan ragam budaya menjadikan
masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-
nilai gotong-royong, tenggang rasa serta memiliki semangat
kekeluargaan. Berkaitan dengan pemungutan pajak, aspek mendasar
yang menjadi indikator dari budaya nasional yang memilki
kecenderungan terhadap budaya pajak antara lain permasalahan disiplin
bangsa yaitu kesediaan wajib pajak untuk memenuhi ketentuan
pepajakan. Selain disiplin bangsa, yang perlu mendapat perhatian bagi
28
pengembangan budaya pajak adalah kesadaran dan komitmen baik dari
aparatur pajak maupun wajib pajak.
7. Moralitas Wajib Pajak
Menurut Cahyonowati dalam Fella (2014) Moral pajak merupakan
determinan kunci yang dapat menjelaskan mengapa orang jujur dalam
masalah perpajakan.
Menurut Torgler & Schneider, yang dikutip oleh Cahyonowati dalam
Fella (2014) :
“Moral pajak (tax morale) dapat didefinisikan sebagai motivasi
intrinsik untuk mematuhi dan membayar pajak sehingga
berkontribusi secara sukarela pada penyediaan barang-barang
publik”.
Sedangkan menurut Torgler yang dikutip oleh Widodo dalam Fella
(2014) :
“Moral pajak dapat didefinisikan sebagai motivasi yang muncul
dalam diri individu untuk membayar pajak. Motivasi ini dapat
muncul dari kewajiban moral atau keyakinan untuk berkontribusi
kepada negara dengan membayar pajak, atau merupakan kemauan
individu untuk membayar pajak”.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa moral
pajak merupakan motivasi dari dalam diri individu atau wajib pajak untuk
membayar kewajiban perpajakannya secara sukarela.
Dalam tulisannya, Alm dan Vazquez dalam Fella (2014) menyatakan
bahwa :
“Moral pajak individu dipengaruhi secara langsungoleh persepsi
Wajib Pajak akan adanya pemenuhan barang dan jasa publik oleh
29
negara. Lebih lanjut, semakin tinggi kemungkinan terjadinya
pelanggaran fiskal, dalam artian terdapat ekonomi biaya tinggi untuk
melakukan kewajiban perpajakan, maka akan semakin rendah
motivasi intrinsik individu untuk membayar pajak”.
Menurut Widodo dalam Fella (2014) :
“Kepatuhan pajak dipelajari dengan melihat bagaimana seorang
individu membuat keputusan antara pilihan untuk melakukan
kewajibannnya dalam melaksanakan pajak atau justru melakukan
penghindaran pajak. Satu aspek dalam kepatuhan pajak adalah sikap
moral individu sebagai Wajib Pajak dengan negaranya. Hubungan
ini akan mendorong wacana tentang pentingnya norma dasar dan
moral”.
Rahayu dalam Fella (2014), menyatakan bahwa :
“Moral masyarakat akan mempengaruhi pengumpulan pajak oleh
fiskus. Dengan integritas tinggi tentunya pemenuhan kewajiban
perpajakan akan lebih baik. Kepatuhan wajib pajak akan lebih akan
lebih baik jika moral penduduk baik. Keinginan untuk meloloskan
diri dari pajak baik ilegal maupun legalakan lebih termotivasi
dengan kondisi moral masyarakat yang rendah. Moral masyarakat
yang buruk akan menghambat pemungutan pajak, ketidakpatuhan
akan mendominir kewajiban perpajakan wajib pajak”.
Menurut Cahyonowati dalam Fella (2014) moral pajak dibentuk oleh
beberapa indikator yang terdiri dari :
a. Kebanggaan Nasional
Membayar pajak merupakan salah satu wujud kecintaan warga
negara terhadap negaranya. Jika dalam hati setiap warga negara
sudah tertanam rasa kebanggaan sebagai warga negara, mereka akan
terdorong untuk ikut membangun dan memperbaiki negaranya,
dengan begitu mereka akan termotivasi untuk membayar pajak.
30
b. Kepercayaan Pada Pemerintah
Jika negara bertindak dalam jalur yang dapat dipercaya, maka
para Wajib Pajak akan lebih bersedia untuk lebih memiliki
kepatuhan terhadap pajak. Jika masyarakat sudah percaya bahwa
kinerja pemerintah secara umum sudah baik, maka dengan
sendirinya akan termotivasi untuk membayar pajak. Jika individu
mempersepsikan bahwa negara bisa dipercaya, maka tingkat
kepercayaan wajib pajak dapat meningkat. Demikian juga terhadap
tingkat kepatuhan terhadap peraturan perpajakan. Oleh karena itu,
hubungan baik antara wajib pajak dan negara harus senantiasa
dipelihara dengan tindakantindakan positif.
c. Kondisi ekonomi
Pajak menjadi sektor yang paling dominan, secara teoritis pajak
memiliki fungsi anggaran dan pengaturan. Diluar fungsi anggaran
(budgetair) pajak memiliki fungsi pengaturan (regulerend) yang
sangat membantu pemerintah untuk kestabilan ekonomi dan sosial
serta mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekaligus
mempersempit kesenjangan nasional, karena itu pajak menjadi
sangat berperan dalam perekonomian.
d. Sistem Perpajakan
Sistem perpajakan yang saat ini berkembang di Indonesia masih
dirasakan belum efektif. Di indonesia telah dilakukan reformasi
perpajakan yang pertama kali diluncurkan tahun 1983. Reformasi ini
31
dilakukan dengan melakukan perombakan mendasar dalam sistem
perpajakan di Indonesia yaitu digantikan sistem official assessment
menjadi self assesssment. Agar sistem dapat berjalan secara efektif
diperlukan peraturan yang jelas, tegas tidak ambigu, sederhana serta
mudah dilakasanakan. Penyebaran dan sosialisasi
perundangundangan yang ada perlu dilakukan kepada semua pihak
supaya mengetahui dan melaksanakannya.
e. Sanksi Administrasi dan Pemeriksaan Pajak
Adanya sanksi administrasi dan pemeriksaan pajak akan
membuat wajib pajak melihat bahwa mekanisme kontrol yang
dibangun oleh fiskus mampu menghukum wajib pajak yang tidak
taat. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang
melakukan penghindaran terhadap pajak. Hambatan-hambatan
tersebut dapat berasaldari internal maupun eksternal Wajib Pajak.
Dari sisi internal individu lebih didasarkan kepada kesadaran untuk
melaksanakan kewajiban membayar pajak sedangkan dari eksternal
Wajib Pajak dapat dikarenakan oleh struktur ekonomi,
perkembangan moral atau tingkat intelektual penduduk, atau dapat
disebabkan oleh teknik pemungutan itu sendiri.
8. Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Menurut Sari (2013:14) semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) telah meluncurkan program perubahan (change program) atau
32
reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat disebut
Modernisasi. Modernisasi perpajakan pada dasarnya merupakan
perwujudan atau bagian dari reformasi perpajakan. Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan ialah adanya perubahan sistem administrasi
dalam perpajakan yang akan membawa dampak pada pelayanan yang
diterima oleh wajib pajak. Menurut Rahayu dan Lingga (2009), program
reformasi administrasi perpajakan diwujudkan dalam penerapan sistem
administrasi perpajakan modern yang memiliki ciri khusus antara lain
struktur organisasi yang dirancang berdasarkan fungsi, tidak lagi menurut
seksi-seksi berdasarkan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi setiap wajib
pajak melalui pembentukan Account Representative dan Compliant Center
untuk menampung keberatan Wajib Pajak. Sistem administrasi perpajakan
modern juga mengikuti kemajuan teknologi dengan pelayanan yang
berbasis e-system seperti e-Filing, e-Payment, dan e-Registration yang
diharapkan meningkatkan mekanisme kontrol yang lebih efektif yang
ditunjang dengan penerapan Kode Etik Pegawai.
Menurut Sari (2013:14),
“Modernisasi perpajakan ini dapat diartikan sebagai penggunaan
sarana dan prasarana perpajakan yang baru dengan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.”
33
Menurut Pandiangan dan Sari (2013), modernisasi administrasi
perpajakan yang dilakukan pada dasarnya meliputi:
a. Restrukturisasi organisasi.
b. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi
komunikasi dan informasi.
c. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia.
Adapun inti dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good
governance, yaitu penerapan perpajakan yang transparan dan akuntabel,
dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal. Strategi
yang ditempuh adalah pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif
kepada para Wajib Pajak. Jika program modernisasi ini ditelaah secara
mendalam, termasuk perubahan-perubahan yang telah, sedang dan akan
dilakukan, maka dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan
sutu terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dan
revolusioner.
Menurut Sari (2013:14-17), untuk mewujudkan modernisasi sistem
administrasi perpajakan, maka program reformasi administrasi perpajakan
perlu dirancang dan dilaksanakan secara menyeluruh dan komprehensif.
Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi bidang-bidang berikut:
a. Struktur Organisasi
Struktur berbasis fungsi diterapkan pada KPP dengan sistem
administrasi modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi
34
pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap Wajib Pajak
secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko.
b. Proses Bisnis dan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Proses bisnis merupakan pilar penting program modernisasi DJP,
yang diarahkan pada penerpan full automation dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang
sifatnya klerikal. Diharapkan dengan full automation, akan tercipta
suatu prosesbisnis yang efisien dan efektif karena administrasi menjadi
cepat, mudah, akurat, paperless, sehingga dapat meningkatkan
pelayanan tarhadap Wajib Pajak baik dari segi kualitas maupun waktu.
Proses bisnis dirancang dengan sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi kontak langsung pegawai DJP dengan Wajib Pajak untuk
meminimalisir kemungkinanan terjadinya KKN. Disamping itu, fungsi
pengawasan internal akan lebih efektif dengan adanya built-in control
system, karena siapapun dapat mengawasi bergulirnya proses
administrasi melalui sistem yang ada. Perbaikan proses bisnis
dilkaukan antara lain dengan penerapan e-system dengan dibukannya
fasilitas e-filing (pengiriman SPT secara online melalui internet), e-SPT
(penyerahan SPT dalam media digital), e-payment (fasilitas
pembayaran online untuk PBB), dan e-registration (pendaftaran NPWP
secara online melalui internet). Semua fasilitas tersebut diciptakan guna
memudahkan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
35
c. Manajemen Sumber Daya Manusia
Fokus program reformasi ini adalah perbaikan sistem dan
manajemen SDM, dan direncanakan perubahan yang dilakukan sifatnya
lebih menyeluruh. Hal ini perlu dan mendesak untuk dilakuakan, karena
disadari bahwa elemen yang terpenting dalam suatu sistem organisasi
adalah manusianya. Secanggih apapun struktur, sistem, teknologi
informasi, metode dan alur kerja suatu organisasi, semua ini tidak dapat
berjalan dengan optimal tanpa didukung dengan SDM yang capeble dan
berintegritas. Harus disadari bahwa yang perlu dan harus diperbaiki
sebenarnya adalah sistem dan manajemen SDM, bukan semata-mata
merasionalisasi pegawai, karena sistem yang baik dan terbuka
dipercaya akan bisa menghasilkan SDM yang berkualitas.
d. Pelaksanaan good governance
Suatu organisasi berikut sistemnya akan berjalan dengan baik
manakala terdapat rambu-rambu yang jelas untuk membantu
pelaksanaan tugas dan pekerjaannya, serta yang lebih penting
konsistensi implementasi ramburambu tersebut. Dalam praktek
berorganisasi, good governance biasanya dikaitkan dengan mekanisme
pengawasan internal yang bertujuan untuk meminimalkan terjadinya
penyimpangan ataupun penyelewengan dalam organisasi, baik itu
dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik disengaja maupun
tidak.
36
Adapun fasilitas pelayanan perpajakan yang tersedia, dan siap
dimanfaatkan oleh masyarakat atau Wajib Pajak seirama dengan
modernisasi adalah sebagai berikut:
a. Tempat Pelayanan Terpadu (TPT)
Untuk meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, dibentuk
suatu tempat pelayanan terpadu disetiap KPP, seperti penerimaan
dokumen atau laporan perpajakan (SPT, SSP, dsb) yang diserahkan
langsung oleh Wajib Pajak sehingga tidak harus ke masing-masing
seksi.
b. Account Representative
Pegawai DJP yang diberikan wewenang khusus untuk
memberikan pelayanan dan mengawasi Wajib Pajak secara
langsung.
c. Help Desk
Pandiangan (2008:29) dalam Sari (2013) menuturkan bahwa
“Help Desk merupakan salah satu fasilitas pelayanan perpajakan
yang tersedia untuk wajib pajak yang tempatnya di lobby gedung
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Tempat Pelayanan Terpadu
(TPT). Petugas yang ditempatkan di help desk adalah pegawai yang
dianggap cakap dan berpengetahuan tentang perpajakan, dan
mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik. Petugas di help
desk harus melayani masyarakat sesuai dengan hari dan jam kerja
kantor.” Dengan adanya help desk diharapkan mampu
37
menghilangkan kebingungan dan kesulitan yang kadang-kadang
dialami masyarakat bila berhubungan dengan suatu kantor pajak
termasuk instansi pemerintah, fasilitas help desk dengan teknologi
tax knowladge, menyangkut:
1) Peraturan pajak yang komprehensif dan terkini
2) Dikompilasi suatu standar Q&A, flowchart, dan penjelasan
singkat.
3) Tersedia dalam komputer, sehingga mudah diakses.
4) Diharapkan mampu untuk menjawab berbagai permasalahan
mengenai pajak.
d. Complaint Center
Berfungsi untuk menampung keluhan-keluhan Wajib Pajak yang
terdaftar.
e. Call Center
Fungsi call utama yang ditangani call center menyangkut
pelayanan (konfirmasi, prosedur, pelaporan, material perpajakan,
dan lainnya).
f. Media
Informasi Pajak Dengan adanya media informasi, Wajib Pajak
dapat mengakses segala sesuatu hal yang berhubungan dengan pajak
yang dibutuhkan secara gratis.
38
g. Website
Untuk mempermudah akses informasi perpajakan kepada
masyarakat, terlebih lagi dengan iklim yang mengglobal, maka
dibuat website perpajakan yang dikelola DJP, yaitu
www.pajak.go.id.
h. E-system
Pemanfaatan dan penerapan e-system dimaksudkan agar semua
proses kerja dan pelayanan perpajakan berjalan dengan baik, lancar,
cepat, dan akurat.
Menurut Sari (2013:19), adapun tujuan modernisasi perpajakan adalah,
untuk menjawab latar belakang dilakukannya modernisasi perpajakan,
yaitu:
1. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak yang tinggi
2. Tercapainya tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan
yang tinggi
3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.
Adanya modernisasi administrasi perpajakan ini diharapkan mampu
meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak (tax
compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam
mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat
Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran
pajak terutang, serta kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Isu
kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan
39
menimbulkan upaya menghindarkan pajak, seperti tax evasion dan tax
avoidance, yang mengakibatkan berkurangnya penyetoran dana pajak ke
kas negara. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh
kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax
enforcement.
B. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian terdahulu mengenai kepatuhan wajib pajak, banyak
peneliti yang telah melakukan penelitian tentang kepatuhan wajib pajak
sebagai variable dependen. Banyak jenis variabel independen seperti perilaku,
moral, tingkat pendidika, pengetahuan, dan lain – lain yang di uji dengan
variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu peneliti akan
menuliskan hasil penelitian terdahulu yang menggunakan kepatuhan wajib
pajak sebagai variabel dependennya.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rudy, dan Mintarto (2015),
dengan judul penelitian Pengaruh Karakteristik Individu, Budaya dan
Lingkungan Sosial Terhadap Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
(Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pramata
Malang Utara). Hasil penelitian menunjukan variabel Budaya berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Khaerunnisa dan Wiratno (2014), dengan judul penelitian Pengaruh
Moralitas Pajak, Budaya Pajak, dan Good Governance terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
40
moralitas pajak, budaya pajak, dan good governance terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Indra (2013), dengan judul penelitian Pengaruh Moralitas Wajib Pajak,
Sistem Perpajakan, dan Risiko Audit Pada Wajib pajak Badan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil dari penelitian tersebut adalah moralitas wajib
pajak, sistem perpajakan, dan risiko audit berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak badan.
Aprilina dan Pusposari (2016), dengan judul peelitian Pengaruh Penerapan
Sistem Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Hasil Penelitian Menunjukan Bahwa
Terdapat Pengaruh Positif dan Signifikan Secara Parsial Antara Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Luqman (2017), dengan judul penelitian Pengaruh Kesadaran, Moralitas,
dan Budaya Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak (Studi Pada UKM Siola Kota
Surabaya). Hasil penelitian menunjukan bahwa kesadaran pajak secara parsial
berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Sedangkan moralitas dan
budaya pajak secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan pajak.
Dhyka (2017), dengan judul penelitian Pengaruh Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi
Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara). Hasil penelitian
yang menguji pengaruh modernisasi sitem administrasi perpajakan berupa e-
41
billing terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh e-billing terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
Tabel II.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Rudy, dan
Mintarto
(2015)
Pengaruh
Karakteristik
Individu, Budaya
dan Lingkungan
Sosial Terhadap
Kepatuhan
Pemenuhan
Kewajiban
Perpajakan (Studi
Pada Wajib Pajak
Orang Pribadi di
Kantor Pelayanan
Pajak Pramata
Malang Utara).
Variabel
Indepeden :
Karakteristik
Individu,
Budaya, dan
Lingkungan
Sosial
Variabel
Dependen :
Kepatuhan
Pemenuhan
Kewajiban
Perpajakan
Hasil penelitian
menunjukan
variabel Budaya
berpengaruh
terhadap kepatuhan
wajib pajak.
2. Khaerunnisa
dan Wiratno
(2014)
Pengaruh
Moralitas Pajak,
Budaya Pajak,
Variabel
Independen :
Moralitas
Hasil pengujian
hipotesis
menunjukkan
42
dan Good
Governance
terhadap
Kepatuhan Wajib
Pajak
Pajak, Budaya
Pajak, dan
Good
Governance
Variabel
Dependen :
Kepatuhan
Wajib Pajak
bahwa terdapat
pengaruh moralitas
pajak, budaya
pajak, dan good
governance
terhadap kepatuhan
wajib pajak
3. Indra Aditya
Pamungkas
(2013)
Pengaruh
Moralitas Wajib
Pajak, Sistem
Perpajakan, dan
Risiko Audit Pada
Wajib pajak
Badan Terhadap
Kepatuhan Wajib
Pajak
Variabel
Independen :
Moralitas
Wajib Pajak,
Sistem
Perpajakan,
dan Risiko
Audit
Variabel
Dependen :
Kepatuhan
Wajib Pajak.
Hasil dari
penelitian tersebut
adalah moralitas
wajib pajak, sistem
perpajakan, dan
risiko audit
berpengaruh positif
terhadap kepatuhan
wajib pajak badan.
43
4. Ria Aprilina
dan Devi
Pusposari
(2016)
Pengaruh
Penerapan Sistem
Modernisasi
Administrasi
Perpajakan
Terhadap
Kepatuhan Wajib
Pajak (Studi
Empiris pada
Wajib Pajak
Orang Pribadi di
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis
Universitas
Brawijaya
Malang
Variabel
Independen :
Sistem
Administrasi
Perpajakan
Modern
Variabel
Dependen :
Kepatuhan
Wajib Pajak
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
terdapat pengaruh
positif dan
signifikan secara
parsial antara
sistem administrasi
perpajakan modern
terhadap kepatuhan
wajib pajak orang
pribadi di Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis Universitas
Brawijaya Malang.
5. Luqman
Yusuf
Ramadhan
(2017)
Pengaruh
Kesadaran,
Moralitas, dan
Budaya Pajak
Terhadap
Kepatuhan Pajak
(Studi Pada UKM
Variabel
Independen :
Kesadaran,
Moralitas ,dan
Budaya Pajak
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
kesadaran pajak
secara parsial
berpengaruh positif
terhadap kepatuhan
pajak. Sedangkan
44
Siola Kota
Surabaya)
Variabel
Dependen :
Kepatuhan
Pajak
moralitas dan
budaya pajak
secara parsial tidak
mempengaruhi
kepatuhan pajak.
6. Dhyka
Adzani
(2017)
Pengaruh
Modernisasi
Sistem
Administrasi
Perpajakan
Terhadap
Tingkat
Kepatuhan Wajib
Pajak
(Studi Kasus Pada
Kantor Pelayanan
Pajak Pratama
Makassar Utara)
Variabel
Independen :
Modernisasi
Sistem
Administrasi
Perpajakan
Variabel
Dependen :
Tingkat
Kepatuhan
Wajib Pajak
Hasil penelitian
yang menguji
pengaruh
modernisasi sitem
administrasi
perpajakan berupa
e-billing terhadap
tingkat kepatuhan
wajib pajak, maka
dapat ditarik
kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh
e-billing terhadap
tingkat kepatuhan
wajib pajak
Sumber : Hasil Penelitian Terdahulu
45
H1
H2
H3
H4
C. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan digambarkan mengenai pengaruh budaya wajib
pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Berikut adalah kerangka pemikiran
dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar II.1
Kerangka pemikiran
Sumber : Penelitian Terdahulu
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan belum terbukti
kebenarannya, sehingga diperlukan penelitian untuk membuktikan apakah
Budaya Wajib Pajak
(x1)
Moralitas Wajib Pajak
(x2)
Sistem Administrasi
Perpajakan Modern
(x3)
Kepatuhan Wajib Pajak
(y)
46
hipotesis yang disampaikan benar atau tidak. Hipotesis yang akan diuji dalam
penelitian ini mengenai analisa Budaya Wjib Pajak, Moralitas wajib Pajak, dan
Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pribadi
1. Pengaruh Budaya Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Budaya pajak dibangun karena adanya interaksi baik formal maupun
informal dalam suatu institusi yang menghubungkan system perpajakan
nasional dengan praktik hubungan antara aparatur pajak. Berdasarkan hal
tersebut, hubungan antara aparatur pajak dengan wajib pajak merupakan
salah satu indikator dari budaya pajak. Aparatur pajak diharapkan
memiliki sifat jujur, simpatik, dan mudah untuk dihubungi karena aparatur
pajak langsung berhubungan dengan wajib pajak dalam hal pelayanan
perpajakan (Widodo, 2010:58-59).
Penelitian yang dilakukan oleh Luqman (2017) memberikan hasil
bahwa budaya secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan pajak.
Sedangkan menurut Khaerunnisa dan Wiratno (2014), Mintarto dkk,
(2015), Rudy dan Mintarto (2015), menyatakan bahwa Budaya wajib
pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
Berdasarkan teori-teori dan penelitian sebelumnya tersebut maka
dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Budaya wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak.
47
2. Pengaruh Moralitas Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak.
Moralitas pajak merupakan motivasi yang muncul dari dalam diri
individu untuk membayar pajak (Widodo, 2010:9). Moralitas pajak dapat
dibentuk melalui partisipasi warga negara, kepercayaan, kebanggaan, dan
sistem perpajakan. Jika dalam diri wajib pajak sudah tertanam rasa bangga
sebagai warga negara, maka mereka akan termotivasi untuk membayar
pajak dan terdorong untuk ikut memikirkan keadaan bangsanya. Wajib
pajak taat membayar pajak karena didorong oleh adanya sikap peduli
dengan kondisi keuangan negara dan partisipasi warga negara yang tinggi
diikuti dengan terbukanya pola fikir untuk memajukan negaranya
(Widodo, 2010:24-27).
Penelitian yang dilakukan oleh Luqman (2017) menyatakan bahwa
moralitas secara parsial tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Sedangkan
menurut Indra (2013), Khaerunnisa dan Wiratno (2014), dan Muthia
(2014), menyatakan bahwa Moralitas berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Berdasarkan teori-teori dan penelitian sebelumnya tersebut maka dapat
disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Moralitas wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak.
48
3. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak.
Menurut Sari (2013:14) semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) telah meluncurkan program perubahan (change program) atau
reformasi administrasi perpajakan yang secara singkat disebut
Modernisasi. Modernisasi perpajakan pada dasarnya merupakan
perwujudan atau bagian dari reformasi perpajakan. Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan ialah adanya perubahan sistem administrasi
dalam perpajakan yang akan membawa dampak pada pelayanan yang
diterima oleh wajib pajak
Jika administrasi perpajakan tidak dilakukan dengan efektif akan
menimbulkan efek-efek atau dampak sampingan, dan merugikan terhadap
optimalisasi penerimaan pajak. Beberapa dampak itu di antaranya belum
dapat teridentifikasinya Wajib Pajak secara menyeluruh akibat adanya
kecenderungan Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri, serta beberapa
bentuk penyelewengan lainnya. Jika hal semacam ini tidak segera diatasi,
maka juga akan mengancam konsistensi penerimaan pajak. Peningkatan
penerimaan pajak melalui peningkatan kepatuhan Wajib Pajak dapat
dicapai dengan melakukan pembenahan dengan memberikan pelayanan
yang baik pada Wajib Pajak tersebut. Perbaikan pelayanan lewat program
perubahan, penegakan hukum, dan pelaksanaan kode etik yang lebih baik
harus diprioritaskan agar administrasi perpajakan dapat berjalan secara
49
efektif dan efisien, serta tercipta tingkat kepatuhan wajib pajak yang
tinggi.
Menurut Arifah, dkk (2017), menyatakan bahwa modernisasi sistem
administrasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. Sedangkan menurut Dhyka (2017), Aprilina dan Pusposari (2016),
Khaerunnisa dan Wiratno (2014) menyatakan bahwa Sistem Administrasi
Perpajakan Modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdasarkan teori-teori dan penelitian sebelumnya tersebut maka dapat
disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
4. Pengaruh Budaya Wajib Pajak, Moralitas Wajib Pajak, dan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak.
Budaya pajak dibangun karena adanya interaksi baik formal maupun
informal dalam suatu institusi yang menghubungkan system perpajakan
nasional dengan praktik hubungan antara aparatur pajak. Tidak hanya dari
sisi budaya, aspek moral juga sangat penting untuk meningkatkan
kepatuhan masyarakat dalam melaporkan atau membayar pajaknya.
menurut Torgler yang dikutip oleh Widodo (2010:9) “Moral pajak dapat
didefinisikan sebagai motivasi yang muncul dalam diri individu untuk
membayar pajak. Motivasi ini dapat muncul dari kewajiban moral atau
50
keyakinan untuk berkontribusi kepada negara dengan membayar pajak,
atau merupakan kemauan individu untuk membayar pajak”.
Selain itu Modernisasi perpajakan pada dasarnya merupakan
perwujudan atau bagian dari reformasi perpajakan. Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan ialah adanya perubahan sistem administrasi
dalam perpajakan yang akan membawa dampak pada pelayanan yang
diterima oleh wajib pajak. Hal ini dapat meningkatkan kepatuhan wajib
pajak karena dengan adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan
ini masyarakat dapat lebih mudah dalam melakukan pelaporan maupun
pembayaran dalam pelaksanaan pemeneuhan pajaknya.
Maka dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan hipotesis sebagai
berikut :
H4 : Budaya wajib pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem
administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena menggunakan data
yang berupa angka-angka yang diukur dalam skala numerik dan mementingkan
adanya variable - variable sebagai objek penelitian.
Menurut Sugiyono (2017,8) metode penelitian kuantitatif adalah "Metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan."
Pada penelitian ini penulis meneliti pengaruh budaya wajib pajak,
moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern terhadap
kepatuhan wajib pajak pada wajib pajak yang bekerja di PT Soraya Interindo.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah objek yang akan diteliti dan dianalisis dengan
mendapatkan data untuk tujuan tertentu tentang suatu hal yang objektif, valid
dan reliable tentang suatu hal yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. Dalam
melakukan penelitian, setiap peneliti harus mempelajari objek yang akan
52
diteliti dan menentukan langkah-langkah penelitian agar penelitian yang
dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Penelitian ini memperoleh data dari kusioner yang akan disebarkan kepada
responden yang dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang bekerja di PT
Soraya Interindo. Karyawan yang bekerja di PT Soraya Interindo ini juga yang
kemudian akan menjadi objek peneltian kali ini dengan tujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran kewajiban
perpajakan pada wajib pajak yang bekerja di PT Soraya Interindo.
C. Jenis dan Sumber Data
Data – data dalam penelitian ini diperoleh dari kuisioner yang
disebarkan kepada karyawan yang bekerja di PT Soraya Interindo. Tempat
pengambilan data penelitian ini dipilih berdasarkan karakteristik penelitian
untuk memperoleh data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Waktu pengambilan data dimulai dari bulan Oktober 2019 sampai dengan
selesainya penelitian ini.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generilasasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sudaryono,
53
2011). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT
Soraya Interindo.
2. Sample
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu, sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(Sugiyono,2011).
Jumlah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang
bekerja di perusahaan PT. Soraya Interindo yang berjumlah 145 karyawan.
Dalam penelitian ini penulis mempersempit populasi yaitu jumlah seluruh
karyawan sebanyak 145 karyawan dengan menghitung ukuran sampel
yang dilakukan dengan menggunakan teknik Slovin menurut Sugiyono
(2011,87). Adapun penelitian ini menggunakan rumus Slovin karena
dalam penarikan sampel, jumlahnya harus representative agar hasil
penelitian dapat digeneralisasikan dan perhitungannya pun tidak
memerlukan tabel jumlah sampel, namun dapat dilakukan dengan rumus
dan perhitungan sederhana.
Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut :
54
Gambar III.1
Rumus Solvin
Keterangan :
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa ditolerir; e = 0,1
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara
10-20 % dari populasi penelitian.
Dari rumus di atas maka dapat diketahui jumlah sampel yang diteliti
yakni sebagai berikut :
n =
145
1+145 (0.10)²
n = 59.2 → 60
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sampel yang akan diteliti sebanyak 60
responden.
55
Sampel yang diambil berdasarkan teknik probability sampilng; simple
random sampling, dimana peneliti memberikan peluang yang sama bagi
setiap anggota pupulasi (karyawan) untuk dipilih menjadi sampel yang
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu sendiri.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penetilian lapangan untuk
mengumpulkan data-data. Penelitian ini menggunakan satu jenis data, yaitu
data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada subjek
sebagai sarana informasi yang dicari yang pada penelitian ini diperoleh melalui
penyebaran kuisoner kepada wajib pajak / karyawan yang bekerja di PT Soraya
Interindo. Serangkaian pertanyaan diajukan kepada para wajib pajak/ karyawan
PT Soraya Iterindo untuk menerima jawaban mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kesadaran kewajiban perpajakan.
F. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
56
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variable dependen pada penelitian
ini adalah kepatuhan wajib pajak.
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang sering disebut sebagai
variabel stimulus atau variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau karena
timbulnya variabel dependen (terikat). Yang termasuk variabel
independen dalam penelitian ini sebagai berikut : X1 : Budaya Wajib
Pajak; X2 : Moralitas Wajib Pajak; X3 : Sistem Administrasi Perpajakan
Modern
Selanjutnya, setelah definisi dari masing-masing variabel diketahui,
makan akan ditentukan indikator-indikator yang akan diukur dan dijabarkan
menjadi butir-butir pernyataan. Untuk mempermudah penyusunan instrument,
maka digunakan kisi-kisi instrument sebagai berikut.
Tabel 3.1
Opersional Variabel
No Variabel Indikator Skala
1. Kepatuhan Wajib
Pajak
a. Wajib Pajak selalu mengisi
formulir pajak dengan tepat dan
jelas
Ordinal
57
b. Wajib Pajak selalu menghitung
pajak dengan jumlah yang benar
c. Wajib Pajak harus membayar dan
melaporkan pajak tepat waktu
2. Budaya Wajib
Pajak
a. Hubungan antara wajib pajak
dengan aparatur pajak
b. Lingkungan sosial
c. Budaya nasional
Ordinal
3. Moralitas Wajib
Pajak
a. Partisipasi warga Negara
b. Kepercayaan
c. Kebanggan
Ordinal
4. Sistem
Administrasi
Perpajakan
Modern
a. Struktur organisasi
b. Proses bisnis dan teknologi
informasi dan komunikasi
c. Manajemen sumber daya manusia
d. Pelaksanaan good governance
Ordinal
Sumber : Chahyonowati (2013), Widodo (2010), Rahayu (2010), Ayu (2017)
G. Teknik Analisis Data
Pengukuran variabel yang akan diteliti menggunakan instrument
penelitian sedangkan metode yang digunakan dalam pengolahan data pada
penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Instrumen penelitian adalah
pertanyaan ataupun pernyataan beserta kategori jawaban-jawabannya.
Pembobotan kuisoner setiap variabel menggunakan skala likert yang diberi
skor 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) yang bertujuan untuk mengukur
kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap objek. Skala likert adalah
skala yang digunakan untuk megukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang.
58
Skala ini memiliki gradasi dari positif sampai dengan negative. Setelah itu,
hasil kuisoner yang terkumpul akan langsung diolah menggunakan aplikasi
SPSS. Seluruh pertanyaan dan hasil jawaban akan diuji coba terlebih dahulu
untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitasnya.
1. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif, adalah statistik yang memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemenangan
distribusi). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah
informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami (Ghozali, 2016:19) .
Menurut Sugiyono (2017:141), Statistik Deskriptif adalah statistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.jika
penelitian dilakukan menggunakan sampel, maka analisanya dapat
menggunakan statistik deskriptif. Penyajian data yang dilakukan oleh
penulis juga menggunakan tata cara penggunaan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar sehingga dapat lebih mempermudah pembaca dalam
memahami isi dari penelitian ini.
59
2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Menurut Imam Ghozali (2011,52), Uji Validitas digunakan untuk
mengetahui valid tidak suatu kuisioner, suatu kuisioner dinyatakan
valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Pengujian dilakukan secara
statistic, yaitu dapat dilakukan secara manual maupun dengan bantuan
dukungan computer yaitu SPSS.
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah pengujian yang membahas tentang masalah
konsisten yaitu konsisten dalam stabilitas suatu skor dalam suatu
instrument pengukur, sedangkan validitas membahas tentang ketepatan
sehingga validitas dan reliabilitas itu berbeda. Pada penelitian ini
pengukuran reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha.
Sedangkan menurut Dwi Priyatno (2014,64):
1) Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,7 maka pertanyaan-pertanyaan
yang digunakan untuk mengukur variabel etrsebut adalah “tidak
reliabel”.
2) Jika nilai I > 0,7 maka pertanyaan-pertanyaan yang digunakan
untuk mengukur variabel tersebut adalah “reliabel”.
60
3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik merupakan suatu uji kualitas data yang
dilakukan sebelum dilakukan pengujian regresi linier berganda. Uji asumsi
klasik bertujuan untuk menguji dan mengetahui kelayakan model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi kedua variabel yang ada, yaitu variabel bebas dan terikat
mempunyai distribusi data yang normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini uji statistik yang digunakan
adalah One-Sample Kulmogorov-Smirnov (K-S). Uji ini dilakukan
untuk mendekati apakah residual terdistribusi normal atau tidak. Uji
One-Sample Kulmogorov-Smirnov (K-S) dilakukan dengan
membuat hipotesis sebagai berikut :
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Tingkat kepercayaan dalam uji Kulmogorov-Smirnov (K-S)
adalah 0,05 atau dasar pengembalian keputusan normal atau
tidaknya data yang akan diolah adalah sebagai berikut :
61
1. Jika nilai signifikan dari uji K-S > 0,05 maka data residual
berdistribusi normal.
2. Jika nilai signifikan dari uji K-S < 0,05 maka data residual
tidak berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2013) uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi kolerasi diantara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang
nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol”.
Uji multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh
variabel lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan
adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance
≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10. Dasar pengambilan
keputusan tersebut adalah sebagai berikut :
62
1. Jika nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF dibawah 10,
maka tidak terjadi masalah multikolonieritas.
2. Jika nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF diatas 10,
maka terjadi masalah multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variansi dan
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dalam mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatter plot dan uji korelasi Spearman”rho. Model regresi dengan
scatter plot yang tidak terjadi heteroskedastisitas harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
63
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik - titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Sedangkan, pada uji korelasi Spearman’s rho, pengujian
dilakukan dengan uji 2 sisi pada tingkat signifikansi 0,05. Apabila
korelasi antara variabel independen dengan residual didapat
signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak ada masalah
heteroskedastisitas.
4. Uji Hipotesis
a. Koefisien determinasi (R²)
Koefisien regresi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu Ghozali (2012). Jika
dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted
R² dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R²= 1, maka
adjusted R²=R²= 1, sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R² = (1
– k)/(n-k). Jika k > 1, maka adjusted R² akan bernilai positif (Gujarati
dalam Ghozali, 2012).
b. Uji Analisis Regensi Linier Berganda
Menurut Priyatno (2014) analisis regresi linear dilakukan untuk
mengetahui pengaruh secara linier antara variabel independen dengan
64
variabel dependen, serta untuk memprediksi suatu nilai variabel
dependen berdasarkan nilai variabel dependen. Dalam penelitian ini,
teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear
berganda yang menganalisis hubungan satu variabel dependen dan tiga
variabel independen. Berikut adalah model regresi dalam penelitian ini:
KWP = α + β1BWP + β2 MWP+ β3SAPM + ε
KWP= Kepatuhan wajib pajak
α = Konstanta
β1-3 = Koefisien Regresi
BWP = Budaya Wajib Pajak
MWP = Moralitas Wajib Pajak
SAPM = Sistem Administrasi Perpajakan Modern
ε = Error
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji t atau uji koefisien regresi secara parsial digunakan untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara parsial
berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen
(Priyatno, 2014). Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan t
hitung dengan t tabel dengan menggunakan bantuan program SPSS
dengan tingkat signifikansi 0,05 (5%).
65
Pengujian hipotesis penelitian didasarkan pada kriteria pengambilan
keputusan, sebagai berikut :
1) Jika nilai sig. < 0,05, maka Ho diterima, berarti variabel
independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen.
2) Jika nilai sig. > 0,05, maka Ho ditolak, berarti variabel
independen secara parsial tidak mempengaruhi variabel
dependen.
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel terikat, (Ghozali, 2012). Untuk menguji
hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut :
1) Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi
Apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha
ditolak, dan apabila probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho
ditolak dan Ha diterima, (Ghozali, 2012).
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang bekerja di
PT Soraya Interindo yang terdapat di Kota Tangerang. Sampel yang digunakan
adalah wajib pajak yang bekerja di PT Soraya Interindo, untuk mengukur
budaya wajib pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan
modern terhadap kepatuhan wajib pajak yang bekerja di
PT Soraya Interindo.
Penyebaran kuesioner dilakukan kepada para karyawan yang bekerja di PT
Soraya Interindo. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 60 kuesioner
yang disebar. Semua responden tersebut telah mengisi kuesioner dengan
lengkap dan telah memenuhi kriteria untuk menjadi sampel dalam penelitian
dan selanjutnya jawaban kuesioer tersebut dapat dianalisis lebih lanjut dalam
penelitian kali ini. Berikut adalah keterangan tabel dalam penyebaran
kuesioner.
67
Tabel IV.1
Penyebaran Kuesioner
Keterangan Jumlah Presentase
Kuesioner yang disebar 60 100 %
Kuesioner yang dikembalikan 60 100 %
Kuesioner yang dapat diolah 60 100 %
Sumber: Data Primer yang diolah (2019)
Tabel dibawah ini menjelaskan mengenai pembagian responden
berdasarkan pembagian umur. Pembagian responden berdasarkan umur
terbagi menjadi empat, yaitu 18 sampai 27 tahun, 28 sampai 37 tahun,
sampai 48 tahun, dan lebih dari 49 tahun. Deskripsi berdasarkan usia akan
dijelaskan dalam tabel IV.2.
Tabel IV.2
Data Demografi Responden Penelitian Berdasarkan Usia
Keterangan (Usia) Jumlah Presentase
18-27 tahun 30 50 %
28-37 tahun 15 25 %
38-47 tahun 8 13.3 %
≥ 48 tahun 7 11,7 %
Total 50 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2019)
68
Dari tabel IV.2 diperoleh informasi bahwa mayoritas responden sebanyak
50 % atau 30 responden berusia 18 sampai 27 tahun, kemudian responden
berusia 28-37 tahun sebanyak 25 % atau 15 responden, responden berusia 38
sampai 47 tahun sebanyak 13.3 % atau 8 responden dan responden berusia ≥
48 tahun sebanyak 11.7 % atau 7 responden.
B. Analisis Hasil Penelitian
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kelayakan suatu kuesioner dan
jawaban yang diperoleh dari responden sehingga dapat mengetahui tingkat
kevalidan data hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden, berikut adalah
hasil yang didapat.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah budaya wajib
pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern
terhadap kepatuhan wajib pajak yang akan diuji secara statistic deskriptif
seperti yang disajikan pada tabel IV.3.
69
Tabel IV.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
BWP 60 15 25 21,38 ,333 2,578
MWP 60 14 25 20,00 ,324 2,511
SAPM 60 15 25 21,78 ,291 2,256
KWP 60 15 25 20,97 ,286 2,217
Valid N (listwise) 60
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Dari uji statistik deskriptif dapat diketahui perhitungan nilai minimum,
maksimum, mean dan standar deviasi. Nilai minumum menunjukkan nilai
terendah dari data yang diteliti dalam suatu periode tertentu sedangkan
nilai maksimum menunjukkan nilai tertinggi dari data yang diteliti. Mean
menunjukkan nilai rata-rata dari data-data yang diteliti dalam suatu
periode tertentu. Sedangkan standar deviasi merupakan sebaran data yang
digunakan dalam penelitian pada periode tertentu.
Berdasarkan pada tabel IV.3, menunjukkan deskriptif statistik bahwa
kolom N adalah jumlah data yang valid dan digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 60 sampel data, sesuai dengan jumlah observasi yang terdapat
dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil diatas, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Budaya Wajib Pajak / BWP memiliki nilai terendah 15, nilai tertinggi
25, nilai rata-rata sebesar 20 dan standar deviasi sebesar 2,578. Nilai rata-
70
rata dan standar deviasi budaya wajib pajak ini menunjukkan terdapat
penyebaran data yang baik karena nilai rata-ratanya lebih besar dari pada
standar devisinya. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar rata-rata
sampel wajib pajak yang diteliti memiliki budaya pajak yang baik dalam
hal melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Moralitas Wajib Pajak / MWP memiliki nilai terendah 14, nilai tertinggi
25 nilai rata-rata sebesar 22,38 dan standar deviasi sebesar 2.511. Nilai
rata-rata dan standar deviasi moralitas wajib pajak ini menunjukkan
terdapat penyebaran data yang baik karena nilai rata-ratanya lebih besar
dari pada standar devisinya. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
rata-rata sampel wajib pajak yang diteliti memiliki moralitas yang baik
dalam hal melaksanakan kepatuhan dan kewajiban perpajakannya.
Sistem Administrasi Perpajakan Modern / SAPM memiliki nilai
terendah 15, nilai tertinggi 25, nilai rata-rata sebesar 21.78 dan standar
deviasi sebesar 2.256. Nilai rata-rata dan standar deviasi sistem
administrasi perpajakan modern ini menunjukkan terdapat penyebaran
data yang baik karena nilai rata-ratanya lebih besar dari pada standar
devisinya. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar rata-rata sampel
wajib pajak yang diteliti memiliki pemahaman atas sistem administrasi
perpajakan modern yang baik dan melaksanakan kepatuhan pelaporan
perpajakannya.
Kepatuhan Wajib Pajak/ KWP memiliki nilai terendah 15, nilai
tertinggi 25, nilai rata-rata sebesar 20.97 dan standar deviasi sebesar 2.217.
71
Nilai rata-rata dan standar deviasi kepatuhan wajib pajak ini menunjukkan
terdapat penyebaran data yang baik karena nilai rata-ratanya lebih besar
dari pada standar devisinya. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar
rata-rata sampel wajib pajak yang diteliti memiliki kepatuhan wajib pajak
yang baik dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.
2. Uji Validitas
Berdasarkan hasil pengujian validitas (terdapat pada lampiran) dari
keempat variabel penelitian ini, yaitu Budaya Wajib Pajak (X1), Moralitas
Wajib Pajak (X2), Sistem Administrasi Perpajakan Modern (X3) dan
Kepatuhan Wajib Pajak (Y), maka didapatkan hasil uji validitas yang
ditampilkan dalam tabel IV.4 .
Tabel IV.4
Hasil Uji Validitas
Variabel Item r hitung r tabel Kesimpulan
Budaya Wajib Pajak
(X1)
Pertanyaan 1 0,754 0,3301 Valid
Pertanyaan 2 0,722 0,3301 Valid
Pertanyaan 3 0,805 0,3301 Valid
Pertanyaan 4 0,714 0,3301 Valid
Pertanyaan 5 0,753 0,3301 Valid
Moralitas Wajib
Pajak (X2)
Pertanyaan 1 0,683 0,3301 Valid
Pertanyaan 2 0,727 0,3301 Valid
Pertanyaan 3 0,678 0,3301 Valid
Pertanyaan 4 0,660 0,3301 Valid
Pertanyaan 5 0,593 0,3301 Valid
Sistem Administrasi
Perpajakan Modern
(X3)
Pertanyaan 1 0,364 0,3301 Valid
Pertanyaan 2 0,611 0,3301 Valid
Pertanyaan 3 0,615 0,3301 Valid
72
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019).
Tabel IV.4 menunjukan variabel budaya wajib pajak, moralitas wajib
pajak, sistem administrasi perpajakan modern, dan kepatuhan wajib pajak
menujukkan bahwa nilai koefisien korelasi yang dimana nilai r hitung di
semua pertanyaan memiliki nilai yang lebih besar dari nilai r tabel yaitu
0,3301. Hal ini menunjukan secara statistik bahwa keseluruhan item
pertanyaan variabel yang ada pada setiap kuesioner dalam penelitian
dinyatakanan valid dan layak digunakan di dalam penelitian.
3. Uji Reliabilitas
Menurut R Jaelani (2014) Reliabilitas kurang dari 0,60 adalah kurang
baik, sedangkan 0,70 dapat diterima,dan di atas 0,80 adalah baik. Uji
reliabilitas ini berguna untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya dan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,
apakah alat ukur yang digunakan dapat tetap konsisten jika pengukuran
tersebut diulang. Dalam uji reliabilitas ini menggunakan Cronbach’s
Alpha Coeffiecient. Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang dapat dilihat
pada tabel IV.5 .
Pertanyaan 4 0,663 0,3301 Valid
Pertanyaan 5 0,608 0,3301 Valid
Kepatuhan Wajib
Pajak (Y)
Pertanyaan 1 0,707 0,3301 Valid
Pertanyaan 2 0,707 0,3301 Valid
Pertanyaan 3 0,704 0,3301 Valid
Pertanyaan 4 0,510 0,3301 Valid
Pertanyaan 5 0,728 0,3301 Valid
73
Tabel IV.5
Hasil Uji Reliabilitas
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019).
Berdasarkan hasil pengolahan data uji reliabilitas pada table IV.5
diketahui bahwa nilai Cronbach’s Alpha rata – rata berada diatas 0,70
(baik) maka dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan dalam kuisioner
mengenai budaya wajib pajak, moralitas wajib pajak, sistem administrasi
perpajakan modern, dan kepatuhan wajib pajak dapat dikatakan reliable
atau handal
Variabel Item Cronbach’s
Alpha
Nilai
Standar Kesimpulan
Budaya Wajib
Pajak (X1)
Pertanyaan 1 0.869 0,7 Reliabel
Pertanyaan 2 0,873 0,7 Reliabel
Pertanyaan 3 0,858 0,7 Reliabel
Pertanyaan 4 0,876 0,7 Reliabel
Pertanyaan 5 0,871 0,7 Reliabel
Moralitas
Wajib Pajak
(X2)
Pertanyaan 1 0,816 0,7 Reliabel
Pertanyaan 2 0,802 0,7 Reliabel
Pertanyaan 3 0,811 0,7 Reliabel
Pertanyaan 4 0,818 0,7 Reliabel
Pertanyaan 5 0,837 0,7 Reliabel
Sistem
Administrasi
Perpajakan
Modern (X3)
Pertanyaan 1 0,810 0,7 Reliabel
Pertanyaan 2 0,741 0,7 Reliabel
Pertanyaan 3 0,738 0,7 Reliabel
Pertanyaan 4 0,721 0,7 Reliabel
Pertanyaan 5 0,740 0,7 Reliabel
Kepatuhan
Wajib Pajak (Y)
Pertanyaan 1 0,814 0,7 Reliabel
Pertanyaan 2 0,814 0,7 Reliabel
Pertanyaan 3 0,814 0,7 Reliabel
Pertanyaan 4 0,866 0,7 Reliabel
Pertanyaan 5 0,809 0,7 Reliabel
74
4. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini digunakan pada saat awal dalam menguji
hipotesis yang akan digunakan terhadap data-data yang didapat melalui
kuisioner. Pengujian asumsi klasik ini akan menghasilkan nilai parameter
yang lebih sah atau terpercaya bila pengujian ini terpenuhi. Dengan
terpenuhi asumsi-asumsi klasik yang ada, maka suatu variabel layak
digunakan untuk tujuan memprediksi variabel lainnya. Uji asumsi klasik
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen dan variabel independen dalam model regresi tersebut telat
terdistribusi secara normal (Ghozali,2014). Yang dimaksud dengan
model regresi yang baik yaitu mempunyai distribusi data normal
atau mendekati normal. Dalam menguji normalitas data, pada
penelitian ini menggunakan metode uji statistik non-parametrik
Kolmogorov Smirnov. Apabila nilai probabilitas (Kolmogorov
Smirnov) < taraf signifikasi 5% (0,05), maka distribusi data
dikatakan tidak normal. Sedangkan apabila nilai probabilitas
(Kolmouji normalitasgorov Smirnov)> taraf signifikasi 5% (0,05),
maka distribusi data dikatakan normal. Berikut hasil uji normalitas
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
75
Tabel IV.6
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 1,87486805
Most Extreme Differences Absolute ,084
Positive ,084
Negative -,065
Test Statistic ,084
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Dari hasil uji normalitas menggunakan Kolomogorov-smirnov
pada tabel IV.6, diketahui bahwa nilai Asymp. Sig.(2-tailed) adalah
sebesar 0,200 yang artinya lebih besar dari pada taraf nyata yang
telah ditentukan (α) yaitu 0,05. Hal ini menunjukan bahwa data yang
digunakan terdistribusi normal. Dengan demikian, data-data yang
diperoleh dari perusahaan sampel layak untuk digunakan dalam
penelitian ini.
Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar
IV.1 berikut ini:
76
Gambar IV.1
Hasil Uji Normal P-Plot
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Gambar IV.1 merupakan hasil uji normalitas dengan metode
grafik, yaitu metode Normal Probebility Plot (P-Plot) yang dapat
diketahui bahwa data menyebar disekitar garis diagonal melintang
dan mengikuti arah garis diagonal atau tidak terpencar jauh dari garis
lurus. Dengan demikian, maka model regresi pada penelitian ini
memiliki distribusi data normal.
77
Gambar IV.2
Hasil Uji Normal Grafik Histogram
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Terlihat pada grafik histrogram (Gambar IV.2) dapat diketahui
bahwa data mengikuti naik turunnya grafik dengan demikian, maka
model regresi penelitian ini terdistribusi secara normal, maka model
regresi layak untuk digunakan.
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah fenomena statistik yang sering ditemui
dimana dua atau lebih variabel independen dalam model regresi
berganda sangat berkolerasi. Bertujuan untuk menguji apakah dalam
78
suatu model regresi tersebut terjadi korelasi yang tinggi atau tidak
antara variabel independen (Sekaran dan Bougie 2013,352).
Uji multikolinearitas menurut Sekaran dan Bougie (2013,319):
“multicollinearity is an often encountered statistical
phenomenon in which two or more independent variables in a
multiple regression model or highly correlated”.
Berikut hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Table IV.7
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Tabel IV.7 menunjukkan bahwa nilai tolarance menunjukkan
bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai kurang
dari 0,1. Pada budaya wajib pajak mendapatkan hasil 0,540,
moralitas wajib pajak 0,772 dan sistem administrasi perpajakan
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) 7,504 2,879 2,607 ,012
BWP -,009 ,132 -,010 -,066 ,948 ,540 1,850
MWP ,289 ,114 ,328 2,548 ,014 ,772 1,296
SAPM ,361 ,136 ,367 2,649 ,010 ,665 1,503
a. Dependent Variable: SUMY
79
modern mendapatkan hasil 0,665, sedangkan pada tabel VIF
mendapatkan hasil bahwa tidak ada variabel yang melebihi angka
10. Untuk budaya wajib pajak mendapatkan hasil 1.850, moralitas
wajib pajak mendapatkan hasil 1.296 dan sistem administrasi
perpajakan modern mendapatkan hasil 1.503 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetauhui apakah
terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain dalam model regresi (Ghozali,2013). Model
regresi yang baik adalah jika varian dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain berbeda (heteroskedastisitas).
Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila pola pada
grafik ditunjukan dengan titik-titik menyebar secara acak (tanpa pola
yang jelas) serta tersebar diatas maupun dibawah angka 0 pada
sumbuh Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi. Selain menggunakan grafik
scatterplots, berikut hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada
tabel berikut :
80
Gambar IV.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Dalam gambar IV.3 dapat dilihat dari hasil pengujian diketahui
bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbuh Y, jadi dapat
disimpukan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam
model regresi.
81
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Koefisien Derterminasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen terbatas.
Tabel IV.8
Hasil Uji Koefisien Derterminasi (R²)
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Dapat disimpulkan nilai R square yang mendekati 0 berarti
kemampuan variabel independen (budaya wajib pajak, moralitas wajib
pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern) dalam menjelaskan
variabel dependen (kepatuhan wajib pajak) sangat terbatas. Nilai yang
mendekati 0 berarti variabel-variabel independen belum mampu
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi dari variabel dependen.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,534a ,285 ,246 1,924
a. Predictors: (Constant), SUMX3, SUMX2, SUMX1
b. Dependent Variable: SUMY
82
2. Uji Regensi Linier Berganda
Analisis data dengan menggunakan pengujian regresi linier berganda
untuk menjawab analisis perbandingan budaya wajib pajak, moralitas
wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak yang bekerja di PT Soraya Interindo. Tabel
dibawah ini merupakan hasil analisis mengenai koefisien model regresi:
Tabel IV.9
Hasil Uji Regensi Linier Berganda
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Dari tabel IV.9 diatas dapat dibentuk persamaan regresi linear
berganda untuk penelitian ini, yaitu :
KWP = 7,504 - 0,009BWP+ 0,289MWP+ 0,361SAPM+ ε
Persamaan regresi diatas, dapat diinterprestasikan sebagai berikut :
a. Nilai koefisien untuk konstanta sebesar 7,504, artinya apabila
variabel independen yaitu budaya wajib pajak, moralitas wajib
pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern dianggap konstan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
(Constant) 7,504 2,879
BWP -,009 ,132
MWP ,289 ,114
SAPM ,361 ,136
a. Dependent Variable: SUMY
83
(bernilai 0), maka variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak
orang pribadi sebesar nilai konstanta yaitu 7,504.
b. Nilai koefisien untuk budaya wajib pajak sebesar -0,009 artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan budaya wajib pajak
mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka kepatuhan wajib pajak
akan mengalami penurunan sebesar 0,009, sehingga sisanya sebesar
0,991 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dan dijadikan
variabel dalam penelitian ini.
c. Nilai koefisien untuk moralitas wajib pajak sebesar 0,289 artinya
jika variabel independen lain nilainya tetap dan moralitas wajib
pajak mengalami kenaikan sebesar 1 satuan, maka kepatuhan wajib
pajak akan mengalami kenaikan sebesar 0,289, sehingga sisanya
sebesar 0,711 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dan
dijadikan variabel dalam penelitian ini.
d. Nilai koefisien untuk sistem administrasi perpajakan modern sebesar
0,361 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan sistem
administrasi perpajakan modern mengalami kenaikan sebesar satu-
satuan, maka kepatuhan wajib pajak akan mengalami kenaikan
sebesar 0,361, sehingga sisanya sebesar 0,639 dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti dan dijadikan variabel dalam penelitian
ini.
84
3. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen (budaya
wajib pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi perpajakan
modern) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (kepatuhan wajib pajak). Dimana derajat signifikan yang
digunakan adalah 0,05.
Apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen. Dan apabila nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat pengaruh signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil
pengolahan data, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel IV.10
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7,504 2,879 2,607 ,012
BWP -,009 ,132 -,010 -,066 ,948
MWP ,289 ,114 ,328 2,548 ,014
SAPM ,361 ,136 ,367 2,649 ,010
a. Dependent Variable: SUMY
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui kesimpulan hipotesis
sebagai berikut :
85
a. Pengaruh budaya wajib pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak
Berdasarkan hasil uji hipotesa signifikansi parsial (uji t) pada
tabel IV.10 pengujian variabel budaya wajib pajak (BWP) memiliki
tingkat signifikan 0,948 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
budaya wajib pajaak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. berdasarkan hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian
ini (H1) tidak terbukti.
b. Moralitas wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
Berdasarkan hasil uji hipotesa signifikansi parsial (uji t) pada
tabel IV.10 pengujian variabel moralitas wajib pajak (MWP)
memiliki tingkat signifikan 0,014 > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa moralitas wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak. Sehingga hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini
(H2) diterima.
c. Sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan
wajib pajak
Berdasarkan hasil uji hipotesa signifikansi parsial (uji t) pada
tabel IV.10 pengujian variabel sistem administrasi perpajakan
modern (SAPM) memiliki tingkat signifikan 0,010 < 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern
86
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian
hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini (H3) diterima.
4. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik f)
Dalam penelitian ini hasil uji signifikansi simultan dapat dilihat pada
tabel IV.11 dibawah ini:
Tabel IV.11
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji f)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 82,541 3 27,514 7,429 ,000b
Residual 207,393 56 3,703
Total 289,933 59
a. Dependent Variable: SUMY
b. Predictors: (Constant), SUMX3, SUMX2, SUMX1
Sumber : Data Primer yg diolah menggunakan SPSS 24.00 (2019)
Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai f hitung sebesar 7,429
sedangkan tingkat signifikasi 0,000. Karena tingkat signifikasi lebih kecil
dari 0,05 maka H 4 diterima, sehingga budaya wajib pajak, moralitas wajib
pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel kepatuhan wajib pajak pada
karyawan atau wajib pajak yang bekerja di PT Soraya Interindo.
87
D. Pembahasan
Dari hasil penelitian data yang diolah SPSS 24 dapat diketahui
pembahasan mengenai uji hipotesis t dan f, sebagai berikut :
1. Pembahasan Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
a. Pengaruh Budaya Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
Dari hasil pengujian yang disajikan pada tabel IV.10, didapatkan
variabel budaya wajib pajak menunjukkan nilai signifikan sebesar
0,948 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 tidak
dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel budaya wajib
pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada
karyawan atau wajib pajak yang bekerja di PT Soraya Interindo.
Hasil ini tentu berlawanan dengan hipotesa penulis yang menyatakan
bahwa budaya wajib pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi budaya
wajib pajak maka semakin tinggi juga tingkat kepatuhannya dan
sebaliknya semakin rendah budaya wajib pajak maka semakin rendah
juga tingkat kepatuhan perpajakannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhan (2017) yang memberikan hasil bahwa budaya secara parsial
tidak mempengaruhi kepatuhan pajak. Akan tetapi hasil penelitian ini
88
tidak sejalan dengan penelitian Khaerunnisa dan Wiratno (2014) yang
memberikan hasil bahwa ada pengaruh antara budaya pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.
b. Pengaruh Moralitas Wajib Pajak Terhadap Kepatuahan Wajib
Pajak
Dari hasil pengujian yang disajikan pada tabel IV.10, didapatkan
variabel moralitas wajib pajak yang menunjukkan nilai signifikan 0,014
lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel moralitas wajib pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pada karyawan atau wajib
pajak yang bekerja di PT Soraya Interindo.
Menurut Rahayu (2010,145), moral penduduk yang baik akan
menyebabkan kepatuhan wajib pajak yang baik. Apabila kondisi
moral masyarakat rendah, maka akan muncul motivasi untuk
meloloskan diri dari kewajiban perpajakan dengan cara baik legal
maupun illegal.
Moralitas wajib pajak merupakan kondisi dimana wajib pajak mau
atau rela dan patuh untuk melakukan kewajiban perpajakannya. Selain
itu moralitas wajib pajak juga dapat diimplentasikan dengan cara
menekankan kepercayaan kepada masyarakat bahwa uang pajak yang
digunakan secara tepat yaitu untuk pembangunan infrastruktur negara.
89
Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indra (2013) yang menyatakan bahwa moralitas wajib pajak
berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak. Akan tetapi hasil dari
peneltian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kautsar
dkk., (2009) yang menunjukan hasil moral wajib pajak tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
c. Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak
Dari hasil pengujian yang disajikan pada tabel IV.10, didapatkan
variabel sistem administrasi perpajakan modern menunjukkan nilai
signifikan 0,010 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H3 dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel sistem
administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak pada karyawan atau wajib pajak yang bekerja di PT Soraya
Interindo.
Dengan adanya sistem administrasi perpajakan modern ini maka
akan memudahkan masyarakat dalam pendaftaran, pelaporan dan
pembayaran perpajakannya. Wajib pajak juga dimudahkan dengan
adanya efin yang dapat mengakses surat setoran elektronik yang
merupakan layanan pajak online dimana berfungsi membuat kode
Billing sejumlah 15 digit untuk proses pembayaran pajak. Selain itu
juga dengan adanya layanan online ini wajib pajak dapat melaporkan
dan membayarkan kewajiban perpajakannya dimanapun serta
90
kapanpun, tentu saja ini sangat memudahkan wajib pajak dalam
melaporkan dan membayarkan kewajibannya dalam perpajakan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indra (2013) dan Dhyka (2017) yang menyatakan bahwa sistem
administrasi perpajakan modern memiliki pengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak. Akan tetapi hasil dari peneltian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2014), yang memeroleh hasil
bahwa secara parsial tidak ada pengaruh sistem administrasi perpajakan
modern pada kepatuhan wajib pajak.
2. Pembahasan Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji f)
Dari hasil uji signifikansi simultan (uji f) pada tabel IV.11 diatas
didapatkan nilai f hitung sebesar 7,429 sedangkan tingkat signifikasi
0,000. Karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima,
sehingga budaya wajib pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem
administrasi perpajakan modern bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel kepatuhan wajib pajak pada karyawan atau wajib pajak
yang bekerja di PT Soraya Interindo.
Budaya pajak dibangun karena adanya interaksi baik formal maupun
informal dalam suatu institusi yang menghubungkan system perpajakan
nasional dengan praktik hubungan antara aparatur pajak. Tidak hanya dari
sisi budaya, aspek moral juga sangat penting untuk meningkatkan
kepatuhan masyarakat dalam melaporkan atau membayar pajaknya. Selain
91
itu modernisasi perpajakan pada dasarnya merupakan perwujudan atau
bagian dari reformasi perpajakan. Modernisasi sistem administrasi
perpajakan ialah adanya perubahan sistem administrasi dalam perpajakan
yang akan membawa dampak pada pelayanan yang diterima oleh wajib
pajak. Hal ini dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak karena dengan
adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan ini masyarakat dapat
lebih mudah dalam melakukan pelaporan maupun pembayaran dalam
pelaksanaan pemeneuhan pajaknya. Berdasarkan teori-teori di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa variabel budaya wajib pajak, moralitas wajib
pajak, dan sistem administrasi perpajakan modern secara bersama-sama
(simultan) memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh budaya wajib pajak, mralitas wajib pajak,
dan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak
pada karyawan / wajib pajak yang bekerja di PT Soraya Interindo. Penelitian
ini menggunakan 4 variabel yaitu budaya wajib pajak, mralitas wajib pajak,
dan sistem administrasi perpajakan modern sebagai variabel independen,
sedangkan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel dependen. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda dan menggunakan program SPSS
versi 24. Data sampel yang digunakan sebanyak 60 wajib pajak yang bekerja
di PT Soraya Interindo.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dijelaskan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini, bahwa
variabel budaya wajib pajak yang diproksikan dengan BWP
menunjukkan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05 (yaitu sebesar
0,948). Hal ini berarti variabel budaya wajib pajak tidak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis
pertama (H1) dalam penelitian ini tidak dapat diterima.
93
2. Berdasarkan hasil uji hipotesis kedua (H2) dalam penelitian ini, bahwa
variabel moralitas wajib pajak yang diproksikan dengan MWP
menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (yaitu sebesar 0,014).
Hal ini berarti variabel moralitas wajib pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak dan dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua
(H2) diterima.
3. Berdasarkan hasil uji hipotesis ketiga (H3) dalam penelitian ini, bahwa
variabel sistem administrasi perpajakan modern yang diproksikan
dengan SAPM menunjukkan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05
(yaitu sebesar 0,010). Hal ini berarti sistem administrasi perpajakan
modern berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dan dapat
disimpulkan bahwa hipotesis ketiga (H3) dapat diterima.
4. Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (Uji F) dalam penelitian ini,
bahwa terdapat nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 (yaitu sebesar
0,000) yang artinya budaya wajib pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem
administrasi perpajakan modern secara simultan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
keempat (H4) dapat diterima.
94
B. Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya melakukan penelitian disatu perusahaan.
2. Populasi yang digunakan dalam perusahaan ini hanya sebanyak 60 sampel
wajib pajak/ karyawan yang bekerja di PT Soraya Interindo.
3. Penelitian ini hanya menggunakan 3 (tiga) variabel independen, yaitu :
budaya wajib pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi
perpajakan modern.
4. Sedikitnya jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini karena
keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga peneliti.
C. Saran
Dikarenakan adanya keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini,
maka peneliti memberikan beberapa saran, diantaranya sebagai berikut :
1. Akademis
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa budaya wajib pajak tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan moralist wajib
pajak dan sistem administrasi perpajakan modern berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan terhadap permasalahan yang berhubungan dengan pengaruh
budaya wajib pajak, moralitas wajib pajak, dan sistem administrasi
perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak. Selain itu dengan
95
adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak, oleh
karena itu, disarankan agar dilakukan peneltian lanjutan mengenai
kepatuhan wajib pajak.
2. Bagi Regulator
Untuk pemerintah hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan
dalam mengevaluasi dan memperbaiki mengenai peraturan perpajakan di
Indonesia, sehingga wajib pajak tidak dapat memanfaatkan celah-celah
yang ada untuk melakukan penghindaran pajak. Selain itu sebaiknya
pemerintah memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa uang yg
dibayarkan oleh wajib pajak digunakan sebagaimana mestinya, dan
sebaiknya pemerintah memebrikan beberapa seminar kepada masyarkat
tentang budaya wajib pajak yag harus dibagun sejak dini agar masyarakat
mulai menjadikan budaya dimana pendaftaran, pelaporan, dan
pembayaran pajak adalah hal yang harus dilakukan sebagai masyarakat
yang baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutannya
a. Peneliti selanjutnya disarankan melakukan perluasan ruang lingkup
penelitian dengan melakukan penelitian yang mengunakan metode
yang berbeda, seperti wawancara langsung kepada wajib pajak untuk
mendapatkan hasil atau data yang diperlukan.
b. Sebaiknya mengunakan variabel independen yang berbeda untuk
menguji kepatuhan wajib pajak. Rekomendasi penelitian selanjutnya
96
perlu menambahkan saksi denda karena dengan sanksi denda yang
telah ditegaskan dalam peraturan perpajakan diharapkan tingkat
kemuan membayar pajak lebih meningkat selain itu variabel yang dapat
digunakan seperti tingkat pendidikan wajib pajak, kesadaran wajib
pajak, dan jumlah penghasilan wajib pajak.
c. Perlu memperluas wilayah lain agar dapat digeneralisasi, dan semoga
peneliti selanjutnya bisa memberikan gambaran yang lebih riil terhadap
kepatuhan wajib pajak.
DAFTAR PUSTAKA
ADZANI, D. (2017). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Makassar Utara).
Aprilina. 2013. Pengaruh Penerapan Sistem Modernisasi Administrasi Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris pada WPOP di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
FEB.
Arifah, dkk. 2017. “Pengaruh Administrasi Sistem Administrasi Perpajakan,
Kualitas Pelayanan, Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Perpajakan, dan
Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada
Kantor Pelayanan pajak Pratama Demak Selama periode (2012-2016)”. Jurnal
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pandanaran Semarang Vol 3. No 3
(2017).
Astana, W. S., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2017). Pengaruh Penerapan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada
Kepatuhan Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 818-846.ISSN: 2302-8556.
Darmayasa, I.G., dkk.(2016). “Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, Volume 14, Nomor 01 (hlm. 226- 252).
Hidayat, Widi dan Nugroho, A.A. 2010. Studi Empiris Theory of Planned Behavior
dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib
Pajak Orang Pribadi. JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 12, NO.
2, NOVEMBER (h: 82-93).
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21. Edisi 7. Semarang: BP Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Hardiningsih, Pancawati dan Yulianawati, Nila. 2011. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak. Jurnal Dinamika Keuangan dan
Perbankan Vol. 3, No. 1. Nopember. Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas
Stikubank.
Indra Aditya Pamungkas. 2013. Pengaruh Moralitas Wajib Pajak, Sistem
Perpajakan, dan Risiko Audit Pada Wajib pajak Badan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Khaerunnisa, Indar dan Adi Wiratno. 2014. Pengaruh Moralitas Pajak, Budaya
Pajak dan Good Governance Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Riset
Akuntansi dan Perpajakan (JRAP), Jakarta: Indonesia.
Mintarto, A., & Rudy, P. (2015). Pengaruh Karakteristik Individu Budaya Dan
Lingkungan Sosial Terhadap Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
(Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Malang Utara). Jurnal Mahasiswa Perpajakan, 5(1).
Muthia, Fella Ardhi. 2014. Pengaruh Moral Pajak Dan Budaya Pajak Terhadap
Kepatuhan Pajak: Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung
Karees. Universitas Komputer Indonesia.
Pranata, Aditya. 2014. “Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kualitas Pelayanan dan
Kewajiban Moral pada Kepatuhan Wajib Pajak”. Skripsi Sarjana Jurusan
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali.
Rahayu, Sri .2009.” Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei atas Wajib Pajak Badan pada KPP
Pratama Bandung ”X”).” Jurnal Akuntansi Vol.1 No.2 November 2009:119-
138.
Ramadhan, Luqman Yusuf. 2017. Pengaruh Kesadaran, Moralitas dan Budaya
Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak (Studi Pada UKM Siola Kota Surabaya).
Universitas Negeri Surabaya, Surabaya: Indonesia.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT Refika Aditama.
Widodo, Widi, 2010. Moralitas, Budaya, dan Kepatuhan Pajak. Bandung: Alfabeta.
www.pajak.go.id.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dennis Abednego Setiadi
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 28 Oktober 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kp. Ranca Serdang, RT/RW 012/003, Kel/Desa
Ranca Iyuh, Kec. Panongan, Kabupaten
Tangerang.
Nomor Handphone : 0821-6133-1611
Alamat Email : [email protected]
IPK Terakhir : 3,01
Riwayat Pendidikan
Sekolah Dasar : SD Santo Yosep
Sekolah Menengah Pertama : SMP Strada Tigaraksa
Sekolah Menengah kejuruan : SMK Atisa Dipamkara
Riwayat Pekerjaan
2017 – Sekarang : PT. Soraya Interindo
LAMPIRAN
1. Kueisioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Kami menjamin rahasia pribadi anda, semua data semata - mata hanya untuk kepentingan
ilmiah
A. Identitas Pribadi (Responeden)
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendapatan Pertahun : ≤ 54.000.000 ≥ 54.000.000
*Untuk pendapatan pertahun tidak wajib diisi.
B. Tata Cara Pengisian
Pilihlah salah satu alternatif jawaban untuk setiap pernyataan berdasarkan
pendapat anda dengan membubuhkan tanda ( √ ) atau ( X ). Setiap
pertanyaan terdiri dari 5 pilihan jawaban.
SS = Sangat setuju
S = Setuju
R = Ragu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
C. Kepatuhan Wajib Pajak
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Saya selalu mengisi SPT (Surat Pemberitahuan)
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2
Saya selalu melaporkan SPT (surat
pemberitahuan) yang telah diisi dengan tepat
waktu.
3 Saya selalu menghitung pajak penghasilan yang
terutang dengan benar dan apa adanya.
4 Saya selalu membayar pajak penghasilan yang
terutang dengan tepat waktu.
5
Saya selalu membayar kekurangan pajak
penghasilan yang ada sebelum dilakukan
pemeriksaan.
Sumber : Peneltian terdahulu
D. Budaya Wajib Pajak
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Saya akan tetap membayar pajak walaupun
masyarakat disekitar saya tidak bayar pajak.
2
Masyarakat sekitar mendukung saya
untuk mendaftarkan diri menjadi
wajib pajak.
3 Masyarakat sekitar mendukung saya untuk
membayar pajak tepat waktu
4 Masyarakat sekitar saya telah melaporkan pajak
dengan benar
5 Membayar pajak dijadikan salah satu budaya
nasional yang melekat di masyarakat
Sumber : Peneltian terdahulu
E. Moralitas Wajib Pajak
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 Membayar pajak merupakan tindakan yang
benar
2 Saya memiliki perasaan bersalah jika
tidak membayar pajak.
3 Sebagai WNI yang baik saya melakukan
kewajiban perpajakan
4 Saya membayar pajak dengan sukarela
5
Saya percaya bahwa dana yang saya keluarkan
untuk wajib pajak digunakan sebagaimana
mestinya
Sumber : Peneltian terdahulu
F. Sistem Administrasi Perpajakan Modern
No Pertanyaan SS S R TS STS
1 TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) sudah
menggunakan sistem komputer
2 Fasilitas e-System dapat dimanfaatkan untuk e-
Registration, e-SPT, e-Filling, e-Payment
3
e-System perpajakan membantu pelayanan
perpajakan berjalan dengan baik, lancar, cepat
dan akurat
4 Pengisian dan penggunaan formulir perpajakan
mudah dilakukan
5 Pembayaran pajak melalui e-Banking lebih
mudah dan aman
Sumber : Peneltian terdahulu
2. Hasil Kuesioner
Budaya Wajib Pajak (X1)
A B C D E sum x1
4 4 4 5 4 21
4 4 3 3 4 18
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
5 3 4 4 4 20
4 4 3 4 4 19
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
3 3 3 3 3 15
4 4 4 4 4 20
4 4 3 4 4 19
5 5 4 4 5 23
4 3 3 4 4 18
4 5 5 5 4 23
4 4 4 4 4 20
4 4 4 3 4 19
4 4 3 3 4 18
4 3 3 4 4 18
5 5 5 5 5 25
5 5 5 4 4 23
4 4 3 3 4 18
4 3 3 4 4 18
4 4 3 4 4 19
5 5 4 4 4 22
4 4 3 4 4 19
4 4 4 4 4 20
4 4 4 3 5 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 3 4 19
4 4 3 3 4 18
5 4 4 4 4 21
5 4 5 5 4 23
4 4 5 4 5 22
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
4 4 5 4 4 21
5 5 4 5 4 23
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 4 4 4 4 21
5 4 5 5 5 24
4 4 4 5 4 21
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
5 4 5 4 4 22
5 5 5 5 5 25
4 4 5 5 5 23
5 4 5 5 5 24
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
5 5 5 4 5 24
5 5 4 4 4 22
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
Moralitas Wajib Pajak (X2)
A B C D E sum x2
4 4 4 4 4 20
4 4 4 2 3 17
4 4 4 3 4 19
4 4 4 3 4 19
4 3 3 3 3 16
4 3 3 4 4 18
4 4 4 3 3 18
4 4 4 3 3 18
4 4 4 3 4 19
4 4 4 4 4 20
4 4 4 3 4 19
4 4 4 3 4 19
4 4 3 3 4 18
4 4 4 3 4 19
5 5 4 4 4 22
4 4 4 4 4 20
3 3 2 2 4 14
4 4 3 3 3 17
4 4 3 3 4 18
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
4 4 3 3 4 18
4 4 3 3 4 18
4 4 4 4 3 19
4 4 4 4 5 21
4 4 4 3 3 18
4 4 3 4 4 19
4 4 3 3 4 18
4 4 4 3 3 18
4 4 4 3 3 18
4 4 4 3 3 18
4 3 3 2 3 15
4 4 4 3 3 18
5 5 4 4 5 23
5 5 5 4 4 23
5 5 5 5 5 25
4 4 5 4 5 22
4 4 4 4 4 20
5 5 4 4 5 23
5 4 4 5 4 22
5 5 5 4 4 23
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
4 4 4 5 4 21
5 5 5 4 5 24
4 4 4 3 5 20
4 4 4 4 5 21
5 5 3 3 3 19
4 4 3 3 4 18
5 5 5 4 5 24
5 5 5 4 5 24
5 5 4 4 5 23
3 3 4 4 4 18
5 4 4 3 4 20
4 5 4 4 5 22
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
5 4 4 4 5 22
5 5 5 4 5 24
4 4 4 4 5 21
Sistem Administrasi Perpajakan Modern (X3)
A B C D E sum x3
4 4 4 5 5 22
4 4 4 4 4 20
5 4 4 4 4 21
4 5 5 5 4 23
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
5 5 5 4 4 23
4 5 5 5 5 24
3 3 3 3 3 15
4 5 5 5 5 24
4 4 4 4 4 20
5 4 4 4 4 21
4 4 4 4 4 20
4 4 5 5 5 23
4 4 4 4 4 20
4 4 4 3 3 18
4 5 5 5 5 24
4 4 4 4 4 20
5 4 5 5 5 24
5 4 5 5 5 24
4 4 5 3 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 3 3 4 18
5 4 4 4 4 21
4 3 4 3 3 17
4 4 4 4 4 20
4 4 5 3 3 19
4 4 4 4 4 20
4 5 5 5 5 24
4 5 5 5 4 23
4 5 5 4 4 22
5 5 5 5 5 25
5 5 5 4 4 23
4 5 5 4 5 23
4 5 5 4 5 23
5 4 4 4 4 21
5 5 5 5 5 25
4 5 4 5 5 23
5 4 4 4 5 22
5 5 5 4 4 23
5 4 4 4 4 21
5 4 3 4 3 19
5 4 5 5 4 23
4 4 4 3 5 20
5 5 4 4 5 23
5 5 5 5 5 25
5 4 4 4 4 21
5 3 5 5 4 22
5 5 5 5 5 25
4 4 4 5 5 22
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
4 5 3 3 5 20
5 5 4 4 5 23
5 5 5 5 4 24
5 5 5 5 5 25
4 4 4 5 4 21
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
A B C D E sum y
4 4 4 4 4 20
4 4 5 4 4 21
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
4 4 5 5 5 23
4 5 5 4 4 22
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
3 3 3 3 3 15
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 3 4 3 4 18
4 4 4 4 4 20
5 5 4 4 4 22
3 2 3 5 3 16
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
4 4 3 4 4 19
4 4 3 4 3 18
4 4 4 4 4 20
4 4 3 4 3 18
4 4 4 4 5 21
3 4 4 3 4 18
4 4 4 4 4 20
4 4 3 5 4 20
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
5 4 4 5 4 22
4 4 5 5 5 23
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 5 5 4 22
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
5 5 5 4 4 23
5 5 5 5 5 25
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
4 4 5 5 4 22
3 4 4 5 5 21
4 4 4 4 4 20
5 5 5 4 4 23
5 4 4 5 5 23
4 4 4 5 4 21
4 4 4 5 5 22
5 4 4 5 4 22
5 4 4 5 5 23
4 4 4 3 4 19
4 4 4 4 4 20
4 4 4 5 4 21
4 4 4 4 4 20
5 5 5 5 5 25
3. Hasil Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X1A 16,97 4,643 ,754 ,869
X1B 17,13 4,456 ,722 ,873
X1C 17,20 3,756 ,805 ,858
X1D 17,17 4,243 ,714 ,876
X1E 17,07 4,741 ,753 ,871
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X2A 15,75 4,564 ,683 ,816
X2B 15,83 4,311 ,727 ,802
X2C 16,07 4,063 ,678 ,811
X2D 16,42 3,908 ,660 ,818
X2E 15,93 4,097 ,593 ,837
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X3A 17,37 4,033 ,364 ,810
X3B 17,42 3,434 ,611 ,741
X3C 17,38 3,325 ,615 ,738
X3D 17,52 3,034 ,663 ,721
X3E 17,45 3,303 ,608 ,740
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Y1 16,78 3,257 ,707 ,814
Y2 16,83 3,260 ,707 ,814
Y3 16,80 3,112 ,704 ,814
Y4 16,67 3,446 ,510 ,866
Y5 16,78 3,223 ,728 ,809
4. Hasil Uji Reliabilitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X1A 16,97 4,643 ,754 ,582 ,869
X1B 17,13 4,456 ,722 ,555 ,873
X1C 17,20 3,756 ,805 ,656 ,858
X1D 17,17 4,243 ,714 ,537 ,876
X1E 17,07 4,741 ,753 ,572 ,871
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X2A 15,75 4,564 ,683 ,664 ,816
X2B 15,83 4,311 ,727 ,711 ,802
X2C 16,07 4,063 ,678 ,501 ,811
X2D 16,42 3,908 ,660 ,485 ,818
X2E 15,93 4,097 ,593 ,400 ,837
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X3A 17,37 4,033 ,364 ,143 ,810
X3B 17,42 3,434 ,611 ,457 ,741
X3C 17,38 3,325 ,615 ,450 ,738
X3D 17,52 3,034 ,663 ,502 ,721
X3E 17,45 3,303 ,608 ,480 ,740
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Y1 16,78 3,257 ,707 ,612 ,814
Y2 16,83 3,260 ,707 ,677 ,814
Y3 16,80 3,112 ,704 ,575 ,814
Y4 16,67 3,446 ,510 ,401 ,866
Y5 16,78 3,223 ,728 ,567 ,809