Analgetik Dan Sedasi Pada Pasien ICU

4
Analgetik dan Sedasi pada Pasien ICU Analgetik: - Penilaian nyeri harus rutin dilakukan pada pasien ICU (1B) - Dinilai dengan Behavioral Pain Scale (BPS) dan Critical Care Pain Observation (CPOT) (B) - Vital sign tidak dianjurkan sebagai indikator tunggal penilaian nyeri pasien di ICU (-2C) - Analgetik diberikan baik farmakologik dan non farmakologik (+1C) - Analgetik diberikan sebelum tindakan yang dapat mengakibatkan nyeri (+2C) - Opioid iv merupakan pilihan utama pada nyeri non neuropatik (+1C) - Semua analgetik opioid memiliki efektivitas yang sama (C) - Analgetik non opioid dapat digunakan untuk menurunkan kebutuhan analgetik opioid (+2C) - Untuk tatalaksana nyeri neuropatik dapat ditambahkan gabapentin atau karbamazepin (+1A) Sedasi: - Sedasi yang cukup meningkatkan clinical outcomes (B) - Sedasi ringan menurunkan stress pasien (B) - Kaitan antara dalamnya sedasi dengan stress masih belum jelas (C) - Lebih direkomendasikan sedasi ringan dibandingkan dalam, kecuali bila ada kontraindikasi (+1B) - Penilaian dalamnya sedasi menggunakan Richmond Agitation Sedation Scale (RASS) dan Sedation Agitation Scale (SAS) (B) - Penilaian sedasi tidak dianjurkan dengan penilaian fungsi otak (AEPS, BIS, NI, dll.) (-1B) - Penilaian fungsi otak boleh dilakukan pada pasien yang mendapat relaxan (+2B) - Lebih disarankan penggunaan sedasi non benzodiazepine (propofol atau dexmedetomidine) dibandingkan benzodiazepin (midazolam atau lorazepam) karena meningkatkan clinical outcomes (+2B). Sumber: Barr J, Fraser GL, Putillo K, et al. 2013. Clinical Practice Guidelines for The Management of Pain, Agitation and Delirium in Adults Patients in The Intensive Care Unit: Executive Summary. American Journals of Health-System Pharmacology. 70:53-8.

description

Rangkuman tentang analgetik dan sedasi pada pasien ICU

Transcript of Analgetik Dan Sedasi Pada Pasien ICU

Page 1: Analgetik Dan Sedasi Pada Pasien ICU

Analgetik dan Sedasi pada Pasien ICU

Analgetik:

- Penilaian nyeri harus rutin dilakukan pada pasien ICU (1B)

- Dinilai dengan Behavioral Pain Scale (BPS) dan Critical Care Pain Observation (CPOT) (B)

- Vital sign tidak dianjurkan sebagai indikator tunggal penilaian nyeri pasien di ICU (-2C)

- Analgetik diberikan baik farmakologik dan non farmakologik (+1C)

- Analgetik diberikan sebelum tindakan yang dapat mengakibatkan nyeri (+2C)

- Opioid iv merupakan pilihan utama pada nyeri non neuropatik (+1C)

- Semua analgetik opioid memiliki efektivitas yang sama (C)

- Analgetik non opioid dapat digunakan untuk menurunkan kebutuhan analgetik opioid (+2C)

- Untuk tatalaksana nyeri neuropatik dapat ditambahkan gabapentin atau karbamazepin (+1A)

Sedasi:

- Sedasi yang cukup meningkatkan clinical outcomes (B)

- Sedasi ringan menurunkan stress pasien (B)

- Kaitan antara dalamnya sedasi dengan stress masih belum jelas (C)

- Lebih direkomendasikan sedasi ringan dibandingkan dalam, kecuali bila ada kontraindikasi

(+1B)

- Penilaian dalamnya sedasi menggunakan Richmond Agitation Sedation Scale (RASS) dan

Sedation Agitation Scale (SAS) (B)

- Penilaian sedasi tidak dianjurkan dengan penilaian fungsi otak (AEPS, BIS, NI, dll.) (-1B)

- Penilaian fungsi otak boleh dilakukan pada pasien yang mendapat relaxan (+2B)

- Lebih disarankan penggunaan sedasi non benzodiazepine (propofol atau dexmedetomidine)

dibandingkan benzodiazepin (midazolam atau lorazepam) karena meningkatkan clinical

outcomes (+2B).

Sumber:

Barr J, Fraser GL, Putillo K, et al. 2013. Clinical Practice Guidelines for The Management of Pain, Agitation and Delirium in

Adults Patients in The Intensive Care Unit: Executive Summary. American Journals of Health-System Pharmacology. 70:53-8.

Page 2: Analgetik Dan Sedasi Pada Pasien ICU

Daily Sedation Hold

Indikasi:

Pasien dengan ventilasi mekanik dan mendapat sedasi

Kontraindikasi:

- Pasien yang mendapat penghambat neuromuskular

- Pasien dengan cedera kepala yang berisiko peningkatan tekanan intrakranial

- Pasien dengan kebutuhan FiO2 ≥ 60% atau PEEP ≥ 10 cmH2O atau dalam posisi prone

- Pasien yang masih belum clear ada atau tidak masalah pada spine

- Pasien dengan hemodinamik tidak stabil

- Pasien yang mendapat kemoterapi dengan keharusan imobilisasi

- Pasien dengan kebutuhan khusus

Prosedur:

- Hentikan sedasi

- Bila pasien agitasi, bolus sedasi dan jalankan sedasi setengah dosis dari maintenance awal

- Sedasi diberikan hingga didapatkan dosis maintenance yang optimal

Sumber:

De Beer T & Sherman R. 2013. Adult Critical Care Guidelines for Sedation and Analgesia in The Intubated Patient. Nottingham

University Hospital.

Page 3: Analgetik Dan Sedasi Pada Pasien ICU

Sumber:

De Beer T & Sherman R. 2013. Adult Critical Care Guidelines for Sedation and Analgesia in The Intubated Patient.

Nottingham University Hospital.

Page 4: Analgetik Dan Sedasi Pada Pasien ICU

-

Sumber:

Barr J, Fraser GL, Putillo K, et al. 2013. Clinical Practice Guidelines for The Management of Pain, Agitation and Delirium in Adults Patients in The Intensive Care Unit: Executive Summary. American Journals of Health-System Pharmacology. 70:53-8.

Gommers D & Bakker J. 2008. Medications for Analgesia and Sedation in The Intensive Care: an Overview. Critical Care.

Whitehouse T, Snelson C & Grounds M. 2014. Intensive Care Society Review of Best Practice for Analgesia and Sedation in The Critical Care. Sedation Committeeof The Intensive Care Society United Kingdom.

De Beer T & Sherman R. 2013. Adult Critical Care Guidelines for Sedation and Analgesia in The Intubated Patient. Nottingham University Hospital.

Analgetik

Farmakologi Non-farmakologi

- Heat

- Ice

- Massage

- Physical therapy

- Music Non-

Neuropatik

Neuropatik

Opioid: 1. Morphine

(1-12 mg/jam) 2. Fentanyl

(1-5 mcg/kg/jam)

Non-opioid: 1. Paracetamol 2. NSAID

1. Gabapentin (100-900 mg/hari)

2. Carbamazepin (200-1200 mg/hari)

3. Pregabalin (25-300 mg/hari)

Sedasi

Non Benzodiazepin: - Propofol

(0.3-4 mg/kg/jam)

- Dexmedetomidin

(0.2-0.7 mcg/kg/jam)

Benzodiazepin: - Midazolam

(0.01-0.05mg/kg/jam)

- Lorazepam

(0.25-0.5 mg tiap 2-4 jam)