an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

35
Perkembangan dan Dinamika Administrasi Negara di Indonesia: Pergulatan Wacana Administrasi “Negara” vis a vis Administrasi “Publik” Wayu Eko Yudiatmaja wayuguci.edublogs.org Mahasiswa Pascasarjana Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM Pendahuluan Sejak Woodrow Wilson “menggegerkan” publik Amerika Serikat melalui tulisannya yang berjudul The Study of Administration (1887) pada jurnal Political Science Quarterly, administrasi negara 1 mulai berkembang sampai ke antero dunia, termasuk ke Indonesia. Sejak dekade 1990an, administrasi negara telah berkembang pesat dibandingkan zamannya Wilson. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu administrasi negara begitu masif terjadi di negara asalnya Amerika Serikat dan negara-negara Anglo-Saxon lainnya seperti Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Sedangkan di negara-negara berkembang, dinamika administrasi negara tidak begitu intens karena masih kuatnya kontrol politik, birokrasi dan budaya. 1 Dalam tulisan ini penulis secara konsisten akan menggunakan konsep “administrasi negara” bukan ”administrasi publik” untuk sementara waktu sampai penulis bisa menerima logic thinking (epistimologi) administrasi publik sebagaimana yang menjadi mainstream ilmu administrasi negara di Indonesia dewasa ini. Perdebatan ilmu administrasi negara vis a vis ilmu administrasi publik akan diuraikan lebih jauh pada bagian berikutnya dari tulisan ini. 1

Transcript of an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

Page 1: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

Perkembangan dan Dinamika Administrasi Negara di Indonesia:Pergulatan Wacana Administrasi “Negara” vis a vis Administrasi “Publik”

Wayu Eko Yudiatmajawayuguci.edublogs.org

Mahasiswa Pascasarjana Manajemen dan Kebijakan Publik FISIPOL UGM

Pendahuluan

Sejak Woodrow Wilson “menggegerkan” publik Amerika Serikat melalui

tulisannya yang berjudul The Study of Administration (1887) pada jurnal Political

Science Quarterly, administrasi negara1 mulai berkembang sampai ke antero dunia,

termasuk ke Indonesia. Sejak dekade 1990an, administrasi negara telah berkembang

pesat dibandingkan zamannya Wilson. Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu

administrasi negara begitu masif terjadi di negara asalnya Amerika Serikat dan negara-

negara Anglo-Saxon lainnya seperti Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

Sedangkan di negara-negara berkembang, dinamika administrasi negara tidak begitu

intens karena masih kuatnya kontrol politik, birokrasi dan budaya.

Secara teori, konsep dan paradigma, administrasi negara mengalami

perkembangan yang cukup cepat. Banyak bermunculan teori-teori kontemporer di

dalam khasanah administrasi negara yang mengkritik dan memperkaya teori-teori klasik

seperti teori tentang organisasi dan birokrasi. Perkembangan itu adalah sesuatu yang

wajar mengingat administrasi negara merupakan bagian dari ilmu sosial yang memiliki

karakteristik yang dinamis, tidak seperti halnya ilmu-ilmu alam yang cenderung pasif

dan positivistik. Perkembangan ini patut diapresiasi karena hal ini menandakan

administrasi negara mampu eksis di tengah persoalan-persoalan masyarakat yang

semakin kompleks dan butuh solusi yang konkrit.

Perkembangan teori, konsep dan paradigma di dalam administrasi juga begitu

beragam (distinct) dan unik. Setiap cerdik-cendikia administrasi negara memiliki teori

dan konsep administrasi negara dengan argumentasi dan penafsiran yang berbeda satu

sama lain, sehingga dinamika pemikiran administrasi negara begitu terasa gezah-nya. Di

1 Dalam tulisan ini penulis secara konsisten akan menggunakan konsep “administrasi negara” bukan ”administrasi publik” untuk sementara waktu sampai penulis bisa menerima logic thinking (epistimologi) administrasi publik sebagaimana yang menjadi mainstream ilmu administrasi negara di Indonesia dewasa ini. Perdebatan ilmu administrasi negara vis a vis ilmu administrasi publik akan diuraikan lebih jauh pada bagian berikutnya dari tulisan ini.

1

Page 2: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

samping itu, kondisi dunia yang sudah semakin menglobal dimana semakin tidak

jelasnya batas-batas geografis negara berkat revolusi teknologi informasi, ikut

mempengaruhi perkembangan teori, konsep dan paradigma administrasi negara. Sedikit-

banyaknya teori, konsep dan paradigma administrasi negara telah terkooptasi dengan

ideologi globalisasi yang menginginkan setiap negara, menjadi satu kesatuan teritorial

secara non-fisik. Artinya, tidak ada lagi sekat-sekat atau batas negara yang terlalu jauh

untuk dijangkau karena semuanya dapat dijelajahi dalam waktu singkat dengan

memanfaatkan media teknologi informasi.

Dinamika ini membawa pengaruh besar dalam keilmuwan administrasi negara di

berbagai belahan dunia. Tidak saja di negara asalnya dan di negara maju lainnya, di

negara-negara sedang berkembang, terutama Indonesia wacana keilmuwan administrasi

negara berkembang dengan cepat dan begitu dinamis. Secara konseptual telah terjadi

perkembangan yang sangat signifikan dalam teori dan paradigma administrasi negara di

Indonesia. Perkembangan ini tentu saja dipelopori oleh kalangan akademisi kampus

yang menggeluti administrasi negara maupun masyarakat luas yang memiliki concern

terhadap administrasi negara. Fakta ini bisa dilacak dari dinamika keilmuwan yang

berkembang di berbagai perguruan tinggi negeri, swasta dan perguruan tinggi kedinasan

yang menyelenggarakan program administrasi negara.2 Setiap tempat yang

menyelenggarakan pendidikan administrasi negara memiliki horison tersendiri dan

berbeda satu sama lain. Dinamika ini lebih disebabkan karena interpretasi yang berbeda

tentang teori, konsep dan paradigma administrasi negara yang berkembang dalam

keilmuwan administrasi negara.

Tidak bisa dinafikan bahwa teori, konsep dan paradigma administrasi negara

yang berkembang di Indonesia diimpor dari luar. Teori tentang kebijakan publik, teori

manajemen publik dan teori governance adalah teori yang lahir di Barat, yang kemudian

diadopsi oleh kalangan akademisi dan praktisi administrasi negara di Indonesia. Sampai

saat ini, penulis belum menemukan satu pun tulisan atau pun buku tentang teori

administrasi negara yang ”asli” Indonesia. Kebanyakan, buku-buku tentang teori

administrasi negara yang ditulis oleh orang Indonesia dan beredar di Indonesia

merupakan buku-buku yang mencuplik teori-teori administrasi negara dari luar dengan

2 Penyelenggaraan studi administrasi negara di Indonesia tidak hanya menjadi monopoli universitas, tetapi juga diselenggarakan oleh pemerintah melalui pendidikan kedinasan seperti Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN).

2

Page 3: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

sedikit modifikasi (threatment) dan tambahan di sana-sini dengan kasus Indonesia.3

Fenomena ini jika dibiarkan berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat

mengakibatkan hilangnya kemandirian dan identitas administrasi negara Indonesia.

Keilmuwan administrasi negara di Indonesia berlangsung dalam kondisi yang

dinamis sudah terasa sejak terjadinya reformasi politik di Indonesia yang ditandai

dengan lengsernya Orde Baru tahun 1998 hingga saat ini., dialektika keilmuwan

administrasi terjadi begitu hangat. Masing-masing jurusan/departemen/program studi

yang menawarkan pendidikan administrasi negara di perguruan tinggi-perguruan tinggi

di Indonesia memiliki cakrawala keilmuwan yang berbeda satu sama lain. Labih jauh,

hal ini menimbulkan perspentif yang berbeda dalam memandang dan menjalankan

pendidikan administrasi negara. Dalam konteks kekinian, perkembangan dan dinamika

yang sangat menarik untuk disoroti adalah dialektika dan perdebatan tentang

administrasi ”negara” dan administrasi ”publik”. Sekilas, persoalan ini terkesan

sederhana karena hanya menyangkut masalah nama (label). Namun, lebih dari itu,

perkembangan dan dinamika ini memiliki akar filosofis dan historis yang panjang serta

layak untuk dianalisis karena berkaitan dengan identitas administrasi negara Indonesia

itu sendiri.

Tulisan ini pada intinya akan menyoroti perkembangan dan dinamika

administrasi negara di Indonesia, termasuk wacana keilmuwannya-dalam hal ini

dimotori oleh dunia kampus- yang dikembangkan oleh masing-masing perguruan tinggi

di Indonesia, pemikirannya dan utamanya pada pergulatan wacana administrasi

”negara” vis a vis administrasi publik. Sebelum masuk pada persoalan pokok, tulisan ini

sedikit akan mengulas hakikat (nature) administrasi negara, perkembangan

paradigmanya dan teorinya dalam rangka menemukan state of the art administrasi

negara. Sebagai bahan perbandingan tulisan ini juga akan melihat perkembangan

keilmuwan administrasi negara di Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Australia,

Singapura dan Malaysia sebagai upaya outward looking dan menemukenali dinamika

wacana keilmuwan administrasi negara di negara-negara maju yang karena pengaruh

globalisasi sering menjadi ”kiblat” administrasi negara bagi negara-negara berkembang,

termasuk Indonesia. Pada akhirnya tulisan ini akan ditutup dengan sebuah masukan bagi

3 Salah satu contohnya adalah buku teori administrasi publik yang ditulis oleh Harbani Pasalong. Lebih detailnya silahkan periksa Harbani Pasalong, Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung, 2007.

3

Page 4: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

perkembangan ilmu administrasi negara di Indonesia dalam rangka mencari identitas

administrasi negara ”Indonesia”.

Nature Administrasi Negara

Sebenarnya, jauh sebelum Wilson menulis tentang The Study of Administration,

administrasi negara itu sudah ada sejak abad ke-15. Namun, praktik administrasi Negara

sudah ada sejak dikenalnya Negara Kota di Athena jauh sebelum abad ke-15. Untuk

mengurus dan melaksanakan pemerintahan, tentu membutuhkan administrator publik

yang handal, administrator inilah yang sekarang dikenal dengan birokrasi.

Perbedaannya adalah permasalahan publik pada masa itu belum sekompleks sekarang

sehingga tugas dan fungsi administrasi negara belum terlalu menonjol.

Sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan terpisah dari ilmu politik,

administrasi negara baru menemukan jati dirinya sebagai sebuah ilmu pada abad ke-19,

yaitu ketika Wilson menulis The Study of Administration. Pada zamannya Wilson

administrasi dipamahi sebagai pelaksanaan tugas-tugas rutin pemerintah dan

mengimplementasikan kebijakan publik. Dengan demikian, administrasi harus

dipisahkan dengan politik. Pemikiran inilah yang mengilhami munculnya paradigma

dikotomi politik-administrasi. Lebih jauh, dalam tulisannya Wilson mengatakan bahwa,

Administration is the most obvious part of government; it is the executive, the operative, the most visible side of government, and is of course as old as government itself. It is government in action, and one might very naturally expect to find that government in action had arrested the attention and provoked the scrutiny of writers of politics very early in the history of systematic thought.

Dalam pengertiannya yang klasik, administrasi negara dipahami sebagai

implementasi kebijakan yang dibuat oleh pejabat publik, penggunaan kekuasaan untuk

memaksakan aturan untuk menjamin kebaikan publik dan relasi antara publik dan

birokrasi yang telah ditunjuk untuk melaksanakan kepentingan bersama.4 Administrasi

negara dibentuk untuk menyelenggarakan kepentingan publik dan melayani publik.

Pada prinsipnya, administrasi negara dibentuk untuk mengabdi kepada publik dan tidak

boleh memihak kepada salah satu kepentingan politik apapun, dengan alasan apapun.

Administrasi negara harus netral dan tidak partisan agar pelayanan kepada publik dapat

4 Gerald E. Caiden, Public Administration (Second Edition), Pacific Palisasdes, Palisades, California. 1982. halaman 12.

4

Page 5: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

dilakukan dengan adil tanpa membeda-bedakan satus sosial, jabatan dan preferensi

politik seseorang.

Lalu pada titik ini muncul pertanyaan, siapa publik itu? Publik adalah segala

sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat luas dan kepentingan orang banyak.

Publik bisa berarti negara berserta otoritas dan alat kelengkapannya, organisasi

masyarakat sipil, organisasi privat, organisasi pendidikan, organisasi keagamaan,

bahkan organisasi terkecil seperti RT sekalipun merupakan manifestasi dari publik. Jadi

adalah keliru apabila ada pendapat yang menyatakan bahwa publik itu hanyalah negara,

di luar negara bukanlah publik. Konsep publik itu sendiri tidak hanya menjadi monopoli

negara, tetapi lebih dari itu publik merupakan domain yang berhubungan dengan

kepentingan masyarakat secara luas.

Perkembangan Paradigma dan Teori Administrasi Negara

Paradigma merupakan cara pandang sekelompok akademisi tentang suatu

permasalahan atau fenomena sosial. Paradigma digunakan sebagai alat analisis untuk

memotret dan memecahkan masalah-masalah sosial. Paradigma mencapai statusnya

karena paradigma lebih berhasil memecahkan persoalan-persoalan yang gawat

dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya atau para kelompok praktisi.5 Konsep

paradigma sendiri sebenarnya berasal dari ilmu-ilmu alam yang kemudian diadopsi oleh

scientists ilmu sosial guna memecahkan masalah-masalah sosial yang semakin rumit.

Administrasi negara juga memiliki paradigma atau cara pandang yang dapat

dibagi berdasarkan konteks waktu kemunculannya. Henry membagi paradigma

administrasi negara atas lima paradigma secara diakronis. Menurut Henry paradigma

dalam administrasi negara terdiri atas:6

1. Dikotomi politik-administrasi (1900-1926)2. Prinsip-prinsip administrasi (1927-1937)3. Administrasi sebagai ilmu politik (1950-1970)4. Administrasi negara sebagai manajemen (1956-1970)5. Administrasi negara sebagai administrasi Negara (1970-?)

5 Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolution (Second Edition), University of Chicago Press, Chicago, 1970, halaman 23.6 Nicholas Henry, Public Administration and Public Affairs (Sixth Edition), Englewood Cliffs, New Jersey, 1995, halaman 22-24.

5

Page 6: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

Mencermati pendapat Henry dalam Public Administration and Public Affairs,

terlihat ada keterputusan ide pada paradigma kelima karena Henry hanya menyebutkan

bahwa paradigma kelima dimulai pada tahun 1970, tetapi tidak jelas berakhir sampai

kapan. Bahkan dalam revisi yang keenam kali terhadap bukunya itu, Henry belum

berani mengungkapkan apakah paradigma administrasi negara sebagai administrasi

negara masih relevan sampai saat ini. Padahal dinamika administrasi negara

berlangsung sangat cepat karena perkembangan zaman yang semakin bergejolak

(turbulence). Pertanyaan yang harus kita ajukan adalah, apakah administrasi negara

masih berada pada paradigma kelima? Apakah paradigma kelima masih relevan atau

tidak untuk situasi saat ini?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, tulisan Denhardt dan Denhardt, The New

Public Service: Serving, not Steering, yang ditulis pada tahun 2003, dapat dijadikan

sebagai rujukan. Denhardt dan Denhardt membagi paradigma administrasi negara

tersebut atas 3 paradigma yaitu, Old Public Administration (OPA), New Public

Management (NPM) dan New Public Service (NPS). Paradigma OPA tidak bisa

dilepaskan dari paradigma-paradigma klasik dalam administrasi negara yang

dikemukakan oleh Henry, sedangkan gagasan mengenai NPM dicover dari pemikiran-

pemikiran entrepreneurial governmentnya Osborne dan Gaebler.

Paradigma yang paling mutakhir dalam administrasi negara menurut Denhardt

dan Denhardt adalah NPS. Secara umum alur pikir NPS menentang paradigma-

paradigma sebelumnya (OPA dan NPM). Dasar teoritis paradigma NPS ini

dikembangkan dari teori tentang demokrasi, dengan lebih menghargai perbedaan,

partisipasi dan hak asasi warga negara. Dalam NPS konsep kepentingan publik

merupakan hasil dialog berbagai nilai yang ada di tengah masyarakat. Nilai-nilai seperti

keadilan, transparansi dan akuntabilitas merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi

dalam pelayanan publik. Paradigma NPS berpandangan bahwa responsivitas (tanggung

jawab) birokrasi lebih diarahkan kepada warga negara (citizen’s) bukan clients,

konstituen (constituent) dan bukan pula pelanggan (customer). Pemerintah dituntut

untuk memandang masyarakatnya sebagai warga negara yang membayar pajak. Dalam

suatu negara yang menganut paham demokrasi, sebenarnya warga negara tidak hanya

dipandang sebagai customer yang perlu dilayani dengan standar tertentu saja, tetapi

6

Page 7: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

lebih dari itu, mereka adalah pemilik (owner) pemerintah yang memberikan pelayanan

tersebut.7

Tabel 1. Pergeseran Paradigma Administrasi Negara

Aspek Old Public Administration New Public Management New Public Service

Dasar teoritis dan fondasi epistimologi

Teori politik Teori ekonomi Teori demokrasi

Konsep kepentingan publik

Kepentingan publik secara politis dijelaskan dan diekspresikan dalam aturan hukum

Kepentingan publik mewakili agregasi kepentingan individu

Kepentingan publik adalah hasil dialog berbagai nilai

Responsivitas birokrasi publik

Clients dan constituent Customer Citizen’s

Peran pemerintah Rowing Steering Serving

Akuntabilitas Hierarki administratif dengan jenjang yang tegas

Bekerja sesuai dengan kehendak pasar (keinginan pelanggan)

Multiaspek: akuntabilitas hukum, nilai-nilai, komunitas, norma politik, standar profesional

Struktur organisasi Birokratik yang ditandai dengan otoritas top-down

Desentralisasi organisasi dengan kontrol utama berada pada para agen

Struktur kolaboratif dengan kepemilikan yang berbagi secara internal dan eksternal

Asumsi terhadap motivasi pegawai dan administrator

Gaji dan keuntungan, proteksi Semangat entrepreneur Pelayanan publik dengan keinginan melayani masyarakat

Sumber: Denhardt dan Denhardt (2003: 28-29).

Perkembangan paradigma tersebut pada gilirannya memberikan pengaruh pada

perkembangan teori administrasi negara. Perkembangan teori administrasi negara dapat

dilacak dari aliran atau paradigma yang berkembang dalam ilmu administrasi negara.

Tjokrowinoto dengan sangat runtut mencatat tentang aliran (schools) yang berkembang

dalam ilmu administrasi negara yang mempengaruhi teori-teori administrasi negara.

Sharma misalnya melihat adanya aliran (schools) dalam ilmu administrai Negara, yaitu aliran proses administrasi, empiris, perilaku manusia, sistem social, mate-matika dan teori keputusan. Sedang Bailey mengidentifikasi sejumlah variasi teori dalam ilmu administrasi negara yaitu descriptif-explanatory, normatif, asumptif dan instrumental. Henry membagi berdasarkan tinjauan diakronik, yaitu (i) Paradigma 1: Dikotomi politik-administrasi (1900-1926), (ii) Paradigma 2: Prinsip-prinsip administrasi (1927-1937), (iii) Paradigma 3: Administrasi negara sebagai ilmu politik (1950-1970) (iv) Paradigma 4: administrasi negara sebagai manajemen, (v) Paradigma 5: Administrasi negara sebagai administrasi negara. Cendikiawan lain, Frederickson 1976 mendeskripsikan peta pemikiran yang disebutnya sebagai ”model” dalam ilmu administrasi negara yang mencakup: (i) model birokrasi

7 Erwan Agus Purwanto, “Pelayanan Publik Partisipatif ”, Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik, Editor: Agus Dwiyanto, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, halaman 187.

7

Page 8: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

klasik, (ii) model Neo-Birokrasi, (iii) model kelembagaan, (iv) model hubungan kemanusiaan dan (v) model administrasi negara baru. Sedangkan Bintoro Tjokroamidjojo menemukan alur pikir dalam ilmu administrasi negara yaitu: (i) alur pikir administrasi negara klasik, (ii) alur pikir manajemen dalam ilmu administrasi negara, (iii) alur pikir pendekatan behavioral, (iv) alur pikir ekologi administasi, dan (v) alur pikir administrasi pembangunan.8

Teori-teori administrasi negara tidak muncul dengan sendirinya, tetapi ia lahir

karena perkembangan dialektika paradigma, pemikiran dan aliran dalam administrasi

negara. Dari perkembangan paradigma dan aliran (schools) muncul banyak teori dalam

administrasi negara. Namun, dewasa ini hanya beberpa teori saja yang menjadi

mainstream dalam administrasi negara. Teori-teori tersebut adalah teori kebijakan

publik, teori manajemen publik dan teori governance.

Administrasi Negara dan Kebijakan Publik

Kebijakan publik sering didefinisikan sebagai apapun yang dipilih oleh

pemerintah untuk dikerjakan dan tidak dikerjakan.9 Dengan kata lain, “diam”-nya

pemerintah juga merupakan bagian dari kebijakan, yaitu tidak mengambil tindakan apa-

apa (status quo). Misalnya, jalan lintas Sumatera yang sudah rusak parah tetapi tidak

kunjung diperbaiki oleh pemerintah. Tindakan pemerintah yang tidak memperbaiki

jalan yang telah rusak tersebut merupakan bagian dari kebijakan pemerintah.

Pemerintah dapat tidak melakukan apa-apa karena beberapa faktor. Pertama, dari sudut

pandang pemerintah tidak mengambil kebijakan merupakan opsi yang paling efektif

untuk menyelesaikan suatu masalah, contoh minimnya tindakan konkrit pemerintah

dalam menyelesaikan masalah pembubaran Ahmadiyah. Kedua, anggaran yang memang

terbatas sehingga tidak memungkinkan bagi pemerintah untuk mengambil sebuah

kebijakan, misalnya kurangnya kebijakan pemerintah dalam memberikan insentif yang

wajar kepada guru besar di perguruan tinggi dengan alasan minimnya anggaran. Ketiga,

terkait dengan risiko politik yang akan diterima ketika pemerintah mengambil suatu

kebijakan, contohnya abstainnya pemerintah Indonesia dalam pengambilan suara di

PBB untuk menjatuhkan sanksi terhadap Iran yang dituduh membuat senjata nuklir,

pemerintah khawatir diembargo oleh Amerika Serikat jika mendukung Iran. Keempat,

pemerintah diam dan tidak mengambil suatu kebijakan karena desakan publik, contoh 8 Moeljarto Tjokrowinoto, “Perkembangan Mutakhir Ilmu Administrasi Negara”, Teori-teori Politik Dewasa Ini, Penyunting: Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti, Rajawali Pers, Jakarta, 1996, halaman 169-170. 9 Thomas R. Dye, Understanding Public Policy, Englewood Cliffs, New Jersey, 1975, halaman 1.

8

Page 9: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

kebijakan pembangunan gedung baru DPR yang terpaksa ditangguhkan karena desakan

dari berbagai kalangan.

Kebijakan publik disusun dengan metode yang ilmiah untuk memecahkan

masalah-masalah publik. Terdapat beberapa aktivitas dalam proses penyusunan

kebijakan publik. Menurut Dunn proses perumusan kebijakan terdiri atas beberapa

aktivitas sebagai berikut:10

1. Perumusan masalah: Pemerintah harus mampu mengidentifikasi

permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi oleh publik. Hasil

identifikasi tersebut dilanjutkan dengan merumuskan masalah-masalah

publik yang akan dipecahkan.

2. Peramalan: Melakukan forecasting terhadap dampak, manfaat, solvabilitas

dan menganalisis tingkat kesulitan implementasi suatu kebijakan yang akan

diambil.

3. Rekomendasi kebijakan: Memberikan alternatif kebijakan yang memiliki

manfaat paling tinggi dan merekomendasikannya kepada pengambil

kebijakan.

4. Pemantauan: Kegiatan memantau hasil dan dampak suatu kebijakan yang

telah diimplementasikan.

5. Evaluasi: Menilai kinerja kebijakan secara umum sesuai dengan standar

yang telah ditentukan.

Gambar 1. Proses Perumusan Kebijakan

10 William N. Dunn, Public Policy Analysis: An Introduction (Second Edition), Prentice Hall, New Jersey, 2004 halaman 15.

9

Perumusan Masalah

Penyusunan Agenda

Page 10: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

Sumber: Dunn (2004: 17)

Administrasi negara bertanggung-jawab memformulasikan kebijakan publik

yang excelent yang mampu menguntungkan publik secara luas. Kuatnya tuntutan agar

administrasi negara bisa menghasilkan kebijakan yang berkualitas telah mimicu

lahirnya kajian analisis kebijakan publik. Analisis kebijakan publik adalah disiplin ilmu

sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian multiple dalam konteks

argumentasi dan debat politik untuk menciptakan, secara kritis menilai dan

mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.11 Analisis kebijakan

adalah pekerjaan menghitung, menilai dan memilih alternatif kebijakan yang memiliki

manfaat bersih paling tinggi guna memecahkan masalah publik dengan seperangkat

kriteria dan metode tertentu.

Orang-orang yang bekerja merumuskan dan menganalisis kebijakan publik

seringkali disebut sebagai analis kebijakan. Pekerjaan sebagai analis kebijakan adalah

pekerjaan yang sulit sekaligus penting. Sulit karena para analis kebijakan harus mencari

dan menentukan identitas masalah kebijakan itu dengan hati-hati, baru kemudian dapat

merumuskan kebijakan dengan benar. Sebuah masalah harus didefinisikan,

distrukturisasi, diletakkan, dalam batas-batas tertentu dan diberi nama. Bagaimana

11 Ibid., halaman 84.

10

Peramalan

Rekomendasi

Pemantauan

Penilaian

Formulasi Kebijakan

Adopsi Kebijakan

Implementasi Kebijakan

Penilai Kebijakan

Page 11: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

proses ini terjadi merupakan hal krusial bagi penanganan suatu masalah tertentu melalui

kebijakan.12 Selanjutnya, agar bisa membuat kesimpulan tentang ’kebaikan’ suatu

kebijakan, seorang analis diharuskan melakukan penelitian dengan kualitas yang

memadai di sekitar masalah kebijakan yang dikajinya.13 Selain itu, analis kebijakan

seringkali berhadapan dengan logika kekuasaan, kepentingan kelompok dan pressure

dalam merumuskan alternatif kebijakan. Namun, demikian posisinya penting dan

terhormat karena dari tangannyalah lahir kebijakan-kebijakan yang cerdas dan solutif.

Terdapat sebutan yang beragam terhadap analis kebijakan pada organisasi pemerintah.

Kadang-kadang analis kebijakan disebut sebagai konsultan dan staf ahli.

Realitas empiris saat ini sering membuat kita miris karena kurangnya

pemahaman pemerintah terhadap arti penting analis kebijakan. Kasus hari ini yang kasat

mata adalah kita menemukan banyak anggota DPR dan DPRD yang belum dilengkapi

dengan staf ahli yang memadai sehingga mereka kesulitan dalam merancang kebijakan

publik yang ilmiah dan menguntungkan masyarakat. Di pemerintah daerah kondisinya

lebih memprihatinkan, dimana posisi atau jabatan sebagai staf ahli kepala daerah baik

provinsi, kabupaten maupun kota sebagai jabatan ”buangan” dan kurang pamor. Kepala

daerah cenderung menempatkan orang-orang yang sudah tidak produktif, nonjob dan

akan segera pensiun sebagai staf ahli. Akibatnya, kinerja staf ahli di daerah sering

dipertanyakan karena tidak menunjukkan kinerja yang berarti.

Keilmuwan Administrasi Negara di Beberapa Negara

Administrasi negara di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, Inggris,

Australia, Belanda dan Singapura telah menunjukkan perkembangan yang sangat cepat,

baik dari segi teoritis maupun praktis. Kebanyakan, teori-teori tentang kebijakan publik,

manajemen publik, governance, manajemen pembangunan berasal dari negara-negara

tersebut. Indonesia pada tahap ini masih sebatas follower dari teori-teori ”asing”

tersebut.

Tabel Pendidikan Master (Pascasarjana) Administrasi Negaradi Beberapa Negara14

12 Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Penerjemah: Tri Wibowo Budi Santoso, Prenada Media, Jakarta, 2006, halaman 90. 13 Samodra Wibawa, Kebijakan Publik: Teori dan Proses, Intermedia, Jakarta, 1994, halaman 52.

14 www.hks.harvard.edu/degrees/masters/mpp, www.spp.nus.edu.sg/Master_Public_Policy.aspx,

wws.princeton.edu/academics/, www.monash.edu.au/study/coursefinder/course/1065/, www.um.edu.my/?

11

Page 12: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

No Negara Perguruan Tinggi Sekolah/Departemen Program yang Ditawarkan1 Amerika

Serikat Harvard University

Princeton University

John F. Kennedy School of Government

Woodrow Wilson School of Public Affairs

Master of Public Administration (MPA)

Master of Public Policy (MPP) Ph.D Master in Public

Adminisration (MPA) Master in Public Policy (MPP) Ph.D in Public Affairs

2 Inggris York University Atkinson Faculty of Liberal and Professional Studies

Master of Public Policy, Administration and Law (MPPAL)

3 Belanda Leiden University

Erasmus Mundus University

-

-

Master of Science in Public Administration (M.Sc)

Master of Arts in Public Policy (MA)

4 Australia Australian National University

Monash University

Flinders University

-

-

-

Master of Public Policy (MPP) Master of Development

Administration (MDA) Master of Public Policy and

Management (MPPM) Master of Policy and

Administration (M.Pol.Admin) Ph.D

5 Singapura National University of Singapore

Lee Kuan Yew School of Public Policy

Master of Public Administration (MPA)

Master of Public Policy (MPP) Master of Public

Management (MPM) Ph.D

6 Malaysia Malaya University

University Sains Malaysia

Universiti Utara Malaysia

School of Bussines and Administration

-

College of Law, Government and International Studies

Master of Public Administration (MPA)

Master of Public Administration (MPA)

Ph.D Master of Public

management (MPM) Ph.D

Kemajuan tersebut dipelopori oleh perguruan tinggi-perguruan tinggi yang ada di

negara tersebut, terutama yang menyelenggarakan pendidikan administrasi negara, baik

di tingkat bacheloriat, Master dan Ph.D. Ilmuwan-ilmuwan administrasi negara dari

perguruan tinggi inilah yang melahirkan karya-karya dan gagasan-gagasan yang

diekspor ke negara-negara lain. Teori tentang analisis kebijakan publik yang dicetuskan

oleh William N. Dunn misalnya, merupakan teori yang lahir dari kampus Graduate

pfct=ips&modul=Programmes_Offered&pilihan=Faculties&subpilihan=Master_of_Public_Administration_(MPA), www.yorku.ca/pubadmin/graduate.html, www.en.mastersinleiden.nl/programmes/public-administration/en/introduction/ yang diakses tanggal 29 September 2010.

12

Page 13: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

School of Public and International Affairs (GSPIA) Pittsburgh University di Amerika

Serikat.

Sistem pendidikan administrasi negara di negara-negara maju juga telah

menunjukkan perkembangan yang signifikan sebagai upaya untuk merespon perubahan

zaman. Saat ini, jamak di jumpai program-program baru yang merupakan cabang-

cabang ilmu administrasi sebagai program studi tersendiri, seperti program Master of

Public Policy (MPP) di John F. Kennedy School of Government di Universitas Harvard

atau program studi Master of Public Management (MPM) di Lee Kuan Yew School of

Public Policy National University of Singapore dan program studi Master of Public

Management (MPM) di College of Law, Government and International Studies di

Universi Utara Malaysia. Namun, tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, nampaknya

di negara-negara maju belum memiliki standar yang sama dalam memberikan gelar

kepada alumni program master mereka. Di John F. Kennedy School of Government di

Universitas Harvard, lulusan pascasarjana public policy diberi gelar Master of Public

Policy (MPP), tetapi di Belanda lulusan pada jurusan yang dihadiahi gelar Master of

Arts (MA).

Dari segi penawaran mata kuliah pun, perguruan tinggi-perguruan tinggi di

negara-negara maju sudah mulai fokus pada kajian-kajian tertentu dan lebih fleksibel

dari perguruan tinggi di Indonesia. Mereka selalu kooperatif terhadap bidang kajian

tertentu yang menyangkut domain publik. Misalnya, mata kuliah Social Policy yang

ditawarkan di beberapa program pascasarjana administrasi negara di beberapa

perguruan tinggi di Australia menandakan bahwa mereka sangat concern terhadap isu-

isu dan kebijakan sosial yang berkembang saat ini. Sedangkan di Indonesia, mata kuliah

ini merupakan monopoli mereka yang di jurusan kesejahteraan sosial atau pembangunan

sosial dan kesejahteraan.

Tabel 2. Matakuliah Wajib dan Pilihan yang Ditawarkan di Program Master of Public Administration

Flinders University Australia

Kode Mata Kuliah SKS

Mata Kuliah Wajib

13

Page 14: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

POAD9010

Public Policy 6

POAD9038

Contemporary Issues in Public Policy 6

POAD9039

Public Management 6

POAD9127

Toolkit for Public Management 6

POAD9124

Governance and Public Policy 6

POAD9123

Ethics in Public Administration 6

POAD9126

Research Methods 6

POAD9000

Master of Public Administration Dissertation, or 18

POAD9100

Project in Public Administration 12

Mata Kuliah Pilihan

EDES9609

Strategic Planning and Management 6

EDES9625

Knowledge Management for Organisational Learning

6

HMAN8001

Housing Policy 6

HMAN8002

Housing Management 6

HMAN9001

Applied Issues in Housing Management 6

POAD8102

Management in Non-Government Organisations 6

POAD8201

Program Evaluation 6

POAD820 Risk Management Principles and Practice 6

14

Page 15: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

2

POAD9027

Economics and Public Policy 6

POAD9033

Urban Policy and Governance 6

POAD9041

Financial and Resource Management 6

POAD9109

Action Learning Project (Policy) 6

POAD9110

Project Management 6

POAD9113

Managing Human Resources in the Public Sector 6

POAD9114

Critical Systems Thinking and Practice 6

POAD9116

Regionalism, Decentralisation and Governance 6

POAD9120

Action Learning Project (Management) 6

POAD9121

Culture and Public Policy 6

POAD9122

Environmental Governance 6

POAD9125

Organisational Politics, Culture and Management 6

POAD9128

Development Administration 6

POADxxxx Interactive Design and Evaluation for Democracy and Sustainable Future

6

SOAD9054

Social Policy 6

SOCI9020 Applied Evaluation Methods 6 Sumber: www.flinders.edu.au/calendar/vol2/pg/pub.admin.M.htm yang diakses tanggal 29 September 2010

15

Page 16: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

Administrasi Negara di Indonesia: Krisis Identitas

Keilmuwan Administrasi Negara di Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada

perdebatan wacana administrasi “negara” versus administrasi “publik”. Banyak pihak

yang mendukung perubahan terminologi dari administrasi negara ke administrasi

publik, namun tidak sedikit pula yang menentangnya. Akibatnya, terdapat dua kutub

ekstrem dalam administrasi negara saat ini yakni mereka yang mempertahankan status

quo dan mereka yang menginginkan perubahan menjadi administrasi publik. Jauh

sebelum itu, sebenarnya telah terjadi perbedaan perspektif di kalangan teoritisi

administrasi negara Indonesia dalam menerjemahkan kata ”public” dalam kata public

administration. Ada yang menyamakan istilah publik ini dengan negara, masyarakat dan

pemerintah. Namun, banyak pula yang menganggap bahwa publik itu adalah publik

yang bermakna luas, tidak hanya pemerintah, tetapi juga swasta dan organisasi

masyarakat sipil.

Dampak dari perbedaan cara pandang tersebut telah menimbulkan dinamika

dalam penamaan jurusan dan pemberian gelar terhadap alumninya. Universitas

Indonesia misalnya lebih enjoy menggunakan nama Ilmu Administrasi dan gelar Sarjana

Ilmu Politik (S.IP), tetapi Universitas Gadjah Mada dan Universitas Padjajaran

menggunakan istilah administrasi negara15 dan alumninya diberikan gelar Sarjana Ilmu

Politik (S.IP). Sedangkan Universitas Brawijaya sejak lama telah menggunakan nama

administrasi publik dengan gelar akademik Sarjana Administrasi Publik (S.AP). Baru-

baru ini, Universitas Diponegoro dan Universitas Jenderal Soedirman yang sebelumnya

bernama administrasi negara, juga ikut-ikutan menggunakan nama administrasi publik.

Akibatnya, sering timbul kebingungan dikalangan calon mahasiswa dan mahasiswa

yang menempuh studi administrasi negara.

Menurut hemat penulis, perubahan nama tersebut tidak akan bermakna apa-apa

jika tidak terjadi transformasi di dalam institusi pendidikan administrasi negara di

15 Khusus untuk Universitas Gadjah Mada, terhitung sejak tahun 2010 Jurusan Administrasi Negara S1, S2 dan S3 telah berubah nama menjadi Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik sesuai dengan SK Rektor UGM No. 52/P/SK/HT/2010.

16

Page 17: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

Indonesia. Artinya, perubahan nama seharusnya diikuti dengan perubahan kurikulum,

sistem perkuliahan, metode pembelajaran dan mekanisme. Jika tidak terjadi perubahan

yang mendasar terhadap pendidikan administrasi negara secara utuh (komprehensif)

dari dalam perubahan yang diagung-agungkan tersebut hanyalah pekerjaan yang sia-sia.

Selain itu, perubahan yang dilakukan harus memiliki landasan berpikir yang logis,

rasional dan bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah (scientifically acceptable),

bukan hanya karena faktor pesanan dan ego sesaat.

Tabel 3. Daftar Top Rank Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Administrasi Negara di Indonesia

No Perguruan Tinggi Fakultas Jursan/Program Studi/Departemen

Jenjang (Strata)

1 Universitas Gadjah Mada

ISIPOL Manajemen dan Kebijakan Publik

S1, S2, S3

2 Universitas Indonesia ISIP Ilmu Administrasi S1, S2, S33 Universitas Brawijaya Ilmu Administrasi Administrasi Publik S1, S2, S34 Universitas Padjajaran ISIP Administrasi Negara S1, S2, S3

Dewasa ini mainstream yang sedang berkembang adalah kuatnya dukungan

terhadap administrasi publik dari pada administrasi negara. Ini terjadi karena agitasi

yang sangat kuat dari beberapa akademisi di perguruan tinggi ternama di Indonesia.

Universitas Brawiya dan Universitas Gadjah Mada termasuk dalam perguruan tinggi

yang proaktif dalam mengganti administrasi negara menjadi administrasi publik.

Universitas Brawijaya memang sudah sejak lama menggunakan konsep administrasi

publik daripada Universitas Gadjah Mada, tetapi Universitas Brawijaya tidak terlalu

bersemangat dalam mempromosikan administrasi publik. Hal ini dapat dibuktikan dari

tulisan dan pemikiran akademisi-akademisi administrasi publik Universitas Brawijaya.

Sebaliknya, akademisi di Universitas Gadjah Mada begitu gencar dalam

mempromosikan administrasi publik. Banyak literatur-literatur administrasi negara yang

ditulis oleh akademisi-akademisi dari Universitas Gadjah Mada menggunakan konsep

administrasi publik.16

Agus Dwiyanto bisa disebut sebagai pelopor perubahan administrasi negara

menjadi administrasi publik karena melalui tulisannya konsep administrasi publik,

16 Beberapa dari literatur yang mempromosikan administrasi publik tersebut dapat dilacak dari karyanya Yeremias T. Keban, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep Teori dan Isu, Gava Media, Yogyakarta, 2004, Warsito Utomo, Administrasi Publik Baru Indonesia: Perubahan Paradigma dari Administrasi Negara ke Administrasi Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006 dan Miftah Thoha, Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Kencana, Jakarta, 2008.

17

Page 18: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

terutama administrasi publik yang berorientasi governance, mendapatkan justifikasi

secara akademis. Pada intinya, Dwiyanto berpendapat bahwa administrasi publik perlu

menambah orientasinya menjadi ilmu yang tidak hanya mengkaji birokrasi,

pemerintahan, kebijakan, manajemen publik, tetapi juga concern terhadap masalah-

masalah publik. Artinya administrasi publik perlu dipahami sebagai ilmu yang dinamis

yang sangat responsif terhadap persoalan-persoalan yang tidak hanya berhubungan

dengan pemerintah, tetapi juga menyangkut civil society, mekanisme pasar dan sektor

privat asalkan mereka menyediakan kebutuhan publik dan bertindak untuk kepentingan

publik serta berorientasi kepada publik. Lebih detailnya, Dwiyanto menulis sebagai

berikut,

Di dalam studi governance, administrasi publik didefinisikan sebagai proses penggunaan kekuasaan administratif, politik dan ekonomi untuk menyelesaikan masalah-masalah publik. Kelembagaan administrasi publik tidak lagi terbatas pada lembaga-lembaga lainnya, seperti mekanisme pasar dan organisasi masyarakat sipil. Semua lembaga, baik pemerintah maupun nonpemerintah, menjadi subjek dari studi administrasi publik sejauh mereka beroperasi untuk merespons masalah dan kepentingan publik. Dengan kata lain, kriteria untuk membedakan apakah suatu institusi itu menjadi lokus dari ilmu administrasi publik tidak ditentukan oleh kepemilikan dan statusnya, apakah mereka pemerintah, pasar atau asosiasi sukarela, tetapi ditentukan oleh perilaku dan orientasinya. Jika institusi itu menyelenggarakan public goods dan beroperasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang menjadi bagian dari kepentingan publik, maka institusi itu seharusnya menjadi subjek dari studi administrasi publik....Dengan mendefinisikan ilmu administrasi publik sebagai studi tentang governance, maka ilmu administrasi publik menjadi sangat powerfull dalam menjelaskan masalah-masalah kontemporer dalam administrasi publik.17

Sebenarnya, apa yang dikatakan Dwiyanto di atas merupakan kelanjutan dari

apa yang pernah diungkapkan oleh Denhardt. Denhardt mengatakan bahwa agar

administrasi negara bisa eksis di dunia praktik maka administrasi negara harus memiliki

wawasan publicness (berorientasi publik) karena bidang administrasi negara berbeda

dengan sektor privat dan sektor nirlaba. Seorang administrator publik seharusnya efektif

dan responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan publik. Efektif dan reponsif tersebut

merupakan inti dari ajaran governance yang disampaikan oleh Dwiyanto di atas.

The features in turn all derive from the simple fact that the public or nonprofit manager is pursuing public purposes. In terms of the actions and experiences of the public administrator, therefore, we may say that it is the “publicness’ of the work of the public or nonprofit manager that distinguishes public administration from other similar activities. The view of the administrator’s

17 Agus Dwiyanto, “Reorientasi Ilmu Administrasi Publik: Dari Government ke Governance”. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada FISIPOL UGM, Yogyakarta, 2004, halaman 17-19.

18

Page 19: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

role suggests that, as a public or nonprofit manager, you must operate with one eye toward managerial effectiveness and the other toward the desires and demands of the public. It recognizes that you are likely to experience an inivitable tension between efficiency and responsiveness as you work in governmental or nongovernmental organizations, a tension that will be absolutely central to your work.18

Jika dikaji lebih jauh, akar konsep governance ini lahir di Barat. Konsep

governance berasumsi bahwa kekuatan negara tidak hanya terpusat pada satu kekuasaan

yaitu pemerintah, tetapi sudah mulai terdispersi kepada kekuasaan-kekuasaan lain di

luar pemerintah, yaitu civil society dan sektor swasta. Kedua sektor ini dapat ambil

bagian dalam tata pemerintahan dan kebijakan publik. Governance di sini diartikan

sebagai mekanisme, praktik dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya

serta memecahkan masalah-masalah publik. Dalam konsep governance, pemerintah

hanya menjadi salah satu aktor dan tidak selalu menjadi aktor paling menentukan.19

Artinya, masyarakat luas, sektor swasta serta sektor-sektor lain di luar pemerintah dapat

berperan serta dalam menentukan memecahkan masalah-masalah publik. Konsep

governance kemudian diadopsi oleh Bank Dunia (World Bank), United Nation

Development Program (UNDP), International Monetary Fund (IMF) dan lembaga-

lembaga donor lainnya menjadi good governance. Adapun prinsip-prinsip yang

terkandung dalam good governance meliputi; efisiensi, efektivitas, tranparansi,

akuntabilitas, keadilan, responsivitas dan responsibilitas. Bank Dunia begitu aktif

mengupayakan agar prinsip-prinsip ini dianut oleh negara-negara berkembang jika ingin

mendapatkan pinjaman dari mereka. Bahkan, good governance dijadikan standar dalam

memberikan bantuan kepada negara berkembang.

Pada titik ini, tidak ada yang salah memang karena good governance dapat

meningkatkan daya tanggap pemerintah dan partisipasi masyarakat, tetapi perlu diingat

bahwa pencangkokan ide governance ke dalam administrasi Negara tidak selamanya

akan berjalan dengan mulus karena perbedaan karakteristik pemerintahan, sosial dan

budaya diantara negara maju dan negara berkembang. Di samping itu, perlu diingat

bahwa proyek good governance Bank Dunia di beberapa negara terbukti gagal, seperti

di Sudan, Zimbabwe dan Ethiopia yang tetap saja miskin meskipun telah meminum

18 Robert B. Denhardt dan Janet V. Denhardt, Public Administration: An Action Orientation (Sixth Edition), Thomson Wadsworth, Belmont, California, 2009, halaman 8. 19 Hetifah Sj. Soemarto, Inovasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia (Edisi Kedua), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, halaman 1-2.

19

Page 20: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

“obat mujarab” good governance dari World Bank. Terlebih lagi, kita perlu mengkritisi

upaya Bank Dunia dan konco-konconya memperomosikan good governance sebagai

upaya penggembosan peran pemerintah guna upaya memuluskan proyek neo-

liberalisme dan neo-kolonialisme negara Barat terhadap negara-negara berkembang.

Oleh karena itu, kita harus merenungkan nasehat Putra di bawah ini.

Good governance berperan sebagai ideologi yang akan memuluskan ideologi yang akan membuka jalan rintisan bagi terbentangnya jalan yang lebih luas bagi masuknya neo-liberalisme ke dalam ruang kesadaran warga negara bangsa di seluruh dunia. Bagaikan pasukan komando yang bertugas sebagai pasukan perintis untuk membukan jalan bagi pasukan regular, konsep good governance merupakan suatu unit elit yang akan meruntuhkan basis paling inti dari pertahan kesadaran anti-liberalisme dan anti-neoliberalisme, yaitu konsep mengenai apa yang baik (good) dalam pengelolaan Negara-bangsa.20

Sesungguhnya nilai-nilai transparansi, keadilan, efektivitas dan efisiensi telah

sejak lama ada di bumi Indonesia. Masyarakat adat di Sumatera Barat, misalnya telah

sejak lama mempraktikkan prinsip-prinsip good governance yang dikiaskan dalam

bahasa Minangkabau dengan istilah; bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakaik

(bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat), basilang kayu di tungku mako

nasi kamasak (bersilang nasi di tungku sehingga nasi bisa masak), panghulu bubuek

salah bagalanggang mato urang banyak (jika penghulu/pimpinan berbuat salah maka

banyak orang yang akan melihat). Artinya, masyarakat Minangkabau dari dulu telah

menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, responsivitas dalam

format yang sederhana, tetapi belum pernah di institusionalisasikan. Masih banyak

praktik-praktik lain dibelahan bumi nusantara lainnya yang bisa diperkuat karena

Indonesia kaya akan nilai-nilai lokal (local wisdom) yang dapat diangkat kepermukaan

dan dijadikan basis untuk menyusun teori administrasi negara guna membentuk

kemandirian dan identitas sendiri. Dengan demikian, sudah saatnya kita merubah haluan

dari perspektif administrasi negara yang lebih berorientasi outward looking menjadi

inward looking.

Kesimpulan

Teori dan konsep administrasi negara telah berkembang dengan pesat. Dari segi

keilmuwan, wacana keilmuwan administrasi negara di beberapa negara maju dan di

Indonesia mengalami dinamika yang sangat intens. Namun, kita masih banyak

20 Fadillah Putra, Senjakala Good Governance, Averroes Press, Malang, 2009, halaman 51-52.

20

Page 21: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

mencaplok teori-teori dari luar untuk membentuk teori. Salah satu teori administrasi

negara yang menjadi mainstream adalah teori kebijakan publik. Teori kebijakan publik

mengajarkan cara merumuskan kebijakan publik yang baik dan benar. Dalam

merumuskan kebijakan publik, peran analisis kebijakan sangat vital dalam memilih

alternatif kebijakan yang memiliki manfaat yang paing tinggi. Sebagai upaya

membentuk kemandirian dan identitas administrasi negara di Indonesia sudah saatnya

akademisi administrasi negara menggali nilai-nilai lokal yang berkembang di Indonesia

guna merancang teori yang mencerminkan identitas kita sebagai bangsa.

Referensi

Denhardt, Robert B. dan Janet V. Denhardt. 2003. The New Public Service: Serving not Steering. Armonk, New York: M.E Sharpe.

Denhardt, Robert B. dan Janet V. Denhardt. 2009. Public Administration: An Action Orientation (Sixth Edition). Belmont, California: Thomson Wadsworth.

Dunn, William N. 2004. Public Policy Analysis: An Introduction (Second Edition). New Jersey: Prentice Hall.

Dwiyanto, Agus. 2004. “Reorientasi Ilmu Administrasi Publik: Dari Government ke Governance”. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada FISIPOL UGM, Yogyakarta.

Dye, Thomas R.. 1975. Understanding Public Policy. New Jersey: Englewood Cliffs.

Gerald E. Caiden. 1982. Public Administration (Second Edition). California: Pacific Palisasdes, Palisades.

Henry, Nicholas. 1995. Public Administration and Public Affairs (Sixth Edition). New Jersey: Englewood Cliffs.

Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep Teori dan Isu. Yogyakarta: Gava Media.

Kuhn, Thomas. 23. The Structure of Scientific Revolution (Second Edition). Chicago: University of Chicago Press.

Parsons, Wayne. 2006. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, Penerjemah: Tri Wibowo Budi Santoso. Jakarta: Prenada Media.

Pasalong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik., Bandung: Alfabeta.

21

Page 22: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

Purwanto, Erwan Agus. 2005. “Pelayanan Publik Partisipatif ”. Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan Publik. Editor: Agus Dwiyanto. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Putra, Fadillah. 2009. Senjakala Good Governance. Malang: Averroes Press.

Soemarto, Hetifah Sj. 2004. Inovasi dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia (Edisi Kedua). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Thoha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Kencana.

Tjokrowinoto, Moeljarto. 1996. “Perkembangan Mutakhir Ilmu Administrasi Negara”, Teori-teori Politik Dewasa Ini. Penyunting: Miriam Budiardjo dan Tri Nuke Pudjiastuti., Jakarta: Rajawali Pers.

Utomo, Warsito. 2006. Administrasi Publik Baru Indonesia: Perubahan Paradigma dari Administrasi Negara ke Administrasi Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Jakarta: Intermedia.

22

Page 23: an Dan Dinamika Administrasi Negara Di Indonesia 1

23