Ampl Penyelamatan Das

8
NEWSLETTER AMPL AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN Edisi Agustus 2009 Agenda 01 Juli 2009 Rapat WASPOLA 3 Sekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta Rapat Redaksi Percik Yunior Sekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta 01 - 03 Juli 2009 Misi Evaluasi Program WES-UNICEF Nusa Tenggara Barat Pertemuan Mid Year Review RI - UNICEF Hotel Garden Permata, Bandung - Jawa Barat 03 Juli 2009 Rapat Jejaring AMPL Sekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta Rapat Pembahasan Manual Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Sekretariat TTPS, Menteng - Jakarta 06 Juli 2009 Lokakarya Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan Permukiman Hotel Grand Kemang - Jakarta Rapat Pokja Advokasi Sekretariat TTPS, Menteng - Jakarta 07 Juli 2009 Wrap Up Meeting WSLIC-CWSH Jakarta 09 Juli 2009 Lokakarya Konsolidasi Program Sanitasi Sekolah Jejaring AMPL Hotel Ibis Tamarin - Jakarta 10 Juli 2009 Rapat Koordinasi Pokja AMPL - UNICEF Jakarta 13 Juli 2009 Pertemuan Pokja Advokasi dan Kesehatan Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) Sekretariat TTPS, Menteng - Jakarta 21 Juli 2009 Presentasi dan Diskusi Hasil Studi Dampak Ekonomi dan Kesehatan Proyek SToPS/TSSM Sekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta Lokakarya Membangun Kapasitas Para Pihak Untuk Penyelamatan Daerah Aliran Sungai Hotel Novotel, Bogor - Jawa Barat 27 Juli 2009 Lokakarya Pengenalan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) Kabupaten Jayapura - Papua 03 Agustus 2009 Rapat Pokja AMPL - Plan Indonesia Sekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta Rapat Pelaksanaan Roadmap Pembangunan Sanitasi Perkotaan 2010-2014 Sekretariat TTPS, Menteng - Jakarta berlanjut ke halaman 2... AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN D aerah Aliran Sungai (DAS) sebagai ke- satuan ekosistem yang utuh dari hulu sampai hilir terdiri dari unsur-unsur utama manusia, flora, fauna, tanah, air dan udara, memiliki fungsi penting dalam mendukung pem- bangunan ekonomi yang berkelanjutan. Namun demikian kondisi DAS di Indonesia dewasa ini, semakin memprihatinkan yang ditandai dengan kejadian banjir, tanah longsor, erosi, sedimen- tasi, pencemaran air dan kekeringan yang meng- kibatkan penurunan fungsi sumber-sumber air, terganggunya perekonomian dan tata kehidupan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, pada tanggal 21 Juli 2009, Departemen Kehutanan dengan didukung oleh USAID Environmental Services Program (ESP) mengadakan Lokakarya “Mem- bangun Kapasitas Para Pihak untuk Penyelamat- an Daerah Aliran Sungai (DAS)” bertempat di Hotel Novotel, Bogor. Lokakarya ini dibuka oleh Menteri Kehutanan, MS Kaban dengan pembi- cara antara lain Pakar Lingkungan Hidup, Emil Salim, Direktur Kehutanan dan Sumber Daya Air Bappenas, Basah Hernowo, Director of Ter- restrial Environment Research Center University of Tsukuba-Jepang, Tadashi Tanaka serta Pakar Sumber Air dan Hidrologi dari Institut Pertanian Bogor, Hidayat Parwitan. Menteri Kehutanan MS Kaban mengatakan bahwa 60 DAS di Indonesia diidentifikasi menga- lami degradasi sejak tahun 2000 karena berbagai faktor seperti meluasnya lahan kritis, penebangan hutan dan perambahan kawasan lindung. Kon- disi DAS tersebut akan semakin parah jika terjadi pembangunan sarana-prasarana fasilitas umum, industri dan pemukiman dengan kepadatan yang tinggi di daerah perkotaan di hilir DAS. Ini menyebabkan terjadinya penyempitan palung sungai dan diiringi dengan meningkatnya pembuangan limbah ke sungai baik limbah indus- tri maupun limbah rumah tangga serta terjadinya pencemaran lingkungan dan tersumbatnya sistem drainase perkotaan. Jika terjadi demikian, hujan deras secara lokal di perkotaan saja seringkali menyebabkan banjir walaupun debit sungai dari daerah hulu tidak terjadi peningkatan. Akibat dari foto: Dini Lokakarya “Membangun Kapasitas Para Pihak untuk Penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS)”

description

das

Transcript of Ampl Penyelamatan Das

Page 1: Ampl Penyelamatan Das

Edisi Agustus 2009 NEWSLETTER AMPLAIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Edisi Agustus 2009

Agenda

01 Juli 2009Rapat WASPOLA 3Sekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

Rapat Redaksi Percik YuniorSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

01 - 03 Juli 2009Misi Evaluasi Program WES-UNICEFNusa Tenggara Barat

Pertemuan Mid Year Review RI - UNICEFHotel Garden Permata, Bandung - Jawa Barat

03 Juli 2009Rapat Jejaring AMPLSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

Rapat Pembahasan Manual Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK)Sekretariat TTPS, Menteng - Jakarta

06 Juli 2009Lokakarya Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan PermukimanHotel Grand Kemang - Jakarta

Rapat Pokja AdvokasiSekretariat TTPS, Menteng - Jakarta

07 Juli 2009Wrap Up Meeting WSLIC-CWSHJakarta

09 Juli 2009Lokakarya Konsolidasi Program Sanitasi Sekolah Jejaring AMPLHotel Ibis Tamarin - Jakarta

10 Juli 2009Rapat Koordinasi Pokja AMPL - UNICEFJakarta

13 Juli 2009Pertemuan Pokja Advokasi dan Kesehatan Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS)Sekretariat TTPS, Menteng - Jakarta

21 Juli 2009Presentasi dan Diskusi Hasil Studi Dampak Ekonomi dan Kesehatan Proyek SToPS/TSSMSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

Lokakarya Membangun Kapasitas Para Pihak Untuk Penyelamatan Daerah Aliran SungaiHotel Novotel, Bogor - Jawa Barat

27 Juli 2009Lokakarya Pengenalan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)Kabupaten Jayapura - Papua

03 Agustus 2009Rapat Pokja AMPL - Plan IndonesiaSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

Rapat Pelaksanaan Roadmap Pembangunan Sanitasi Perkotaan 2010-2014Sekretariat TTPS, Menteng - Jakarta

berlanjut ke halaman 2...

AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai ke-satuan ekosistem yang utuh dari hulu sampai hilir terdiri dari unsur-unsur

utama manusia, fl ora, fauna, tanah, air dan udara, memiliki fungsi penting dalam mendukung pem-bangunan ekonomi yang berkelanjutan. Namun demikian kondisi DAS di Indonesia dewasa ini, semakin memprihatinkan yang ditandai dengan kejadian banjir, tanah longsor, erosi, sedimen-tasi, pencemaran air dan kekeringan yang meng-kibatkan penurunan fungsi sumber-sumber air, terganggunya perekonomian dan tata kehidupan masyarakat.

Terkait dengan hal tersebut, pada tanggal 21 Juli 2009, Departemen Kehutanan dengan didukung oleh USAID Environmental Services Program (ESP) mengadakan Lokakarya “Mem-bangun Kapasitas Para Pihak untuk Penyelamat-an Daerah Aliran Sungai (DAS)” bertempat di Hotel Novotel, Bogor. Lokakarya ini dibuka oleh Menteri Kehutanan, MS Kaban dengan pembi-cara antara lain Pakar Lingkungan Hidup, Emil Salim, Direktur Kehutanan dan Sumber Daya

Air Bappenas, Basah Hernowo, Director of Ter-restrial Environment Research Center University of Tsukuba-Jepang, Tadashi Tanaka serta Pakar Sumber Air dan Hidrologi dari Institut Pertanian Bogor, Hidayat Parwitan.

Menteri Kehutanan MS Kaban mengatakan bahwa 60 DAS di Indonesia diidentifi kasi menga-lami degradasi sejak tahun 2000 karena berbagai faktor seperti meluasnya lahan kritis, penebangan hutan dan perambahan kawasan lindung. Kon-disi DAS tersebut akan semakin parah jika terjadi pembangunan sarana-prasarana fasilitas umum, industri dan pemukiman dengan kepadatan yang tinggi di daerah perkotaan di hilir DAS.

Ini menyebabkan terjadinya penyempitan palung sungai dan diiringi dengan meningkatnya pembuangan limbah ke sungai baik limbah indus-tri maupun limbah rumah tangga serta terjadinya pencemaran lingkungan dan tersumbatnya sistem drainase perkotaan. Jika terjadi demikian, hujan deras secara lokal di perkotaan saja seringkali menyebabkan banjir walaupun debit sungai dari daerah hulu tidak terjadi peningkatan. Akibat dari

foto: Dini

Lokakarya“Membangun Kapasitas Para Pihak untuk

Penyelamatan Daerah Aliran Sungai (DAS)”

Page 2: Ampl Penyelamatan Das

Edisi Agustus 2009

Agenda

04 Agustus 2009- Rapat Pokja AMPL - WES UNICEF- Rapat Pelaksanaan Pelatihan Fasilitator Pem-bangunan AMPL-BMSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

05 - 06 Agustus 2009Seminar Pengelolaan TPA Regional Terpadu MamminasataMakassar - Sulawesi Selatan

07 Agustus 2009Pertemuan Tim Evaluasi External WES-UNICEFGd. Wisma Bakrie 2 Lt.6 , Kuningan - Jakarta

12 Agustus 2009Rapat Tim Pengarah Proyek Sampah Mercy CorpsKantor Mercy Corps, Jakarta

Seminar Hak Atas AirHotel Ibis Arcadia - Jakarta

12 - 13 Agustus 2009Konsinyasi RPJM InfrastrukturAston Hotel - Jakarta

13 Agustus 2009Presentasi dan Diskusi Proposal Total Improved Sanitation Flores dari Yayasan Dian DesaRR 301 Bappenas - Jakarta

Presentasi Waste to Energy - ESPKantor ESP, Gd. Ratu Plaza - Jakarta

14 Agustus 2009Pembahasan Program WES-UNICEFSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

Pertemuan Calon Donor Sanitasi Sekolah (WES)Sekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

Rapat Jejaring AMPL - Pertemuan Pelaku Sanitasi SekolahSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

18 Agustus 2009Rapat PAMSIMAS TA.2009Sekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

Seminar Teknologi dan Pengolahan Limbah PadatR. Auditorium Basement Campus Center Timur ITB, Bandung - Jawa Barat

Rapat Penyusunan Konsep Proposal Program Sanitasi SekolahSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

18 - 22 Agustus 2009Pelatihan Fasilitator Pembangunan AMPL-BMSurabaya - Jawa Timur

20 Agustus 2009Rapat Tindak Lanjut Lokakarya Monev SToPS BABSSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

Pertemuan Sekretariat Bersama STBMSekretariat Pokja AMPL, Menteng - Jakarta

25 - 26 Agustus 2009Lokakarya Pengenalan STBM dan Kunjungan LapanganAmbon - Maluku

27 Agustus 2009Wrap Up Meeting Supervision Mission Program PAMSIMAS 2009Sekretariat TTPS, Menteng - Jakarta

Hal. 2

hal itu semua, maka daerah ini pun seperti men-jadi semakin rentan terhadap kejadian banjir dan longsor pada musim hujan.

Apabila kerusakan sumberdaya alam DAS tersebut dibiarkan terus serta tidak ada upaya penanganan yang komprehensif-integral dan sungguh-sungguh dari semua pihak yang terkait, maka bencana alam yang lebih besar dan ber-dampak lebih luas terhadap tata kehidupan dan perekonomian masyarakat, akan semakin sulit untuk ditangani.

Semangat pemerintah untuk penyelamatan DAS ini sangat tinggi antara lain dibuktikan de-ngan ditetapkannya kegiatan Pengelolaan DAS sebagai salah satu fokus prioritas (program) pada RPJM 2010-2014. Secara khusus, Departemen Kehutanan juga telah menetapkan 108 DAS pri-

oritas untuk ditangani dalam 5 (lima) tahun yang akan datang.

Dalam konferensi pers di hari yang sama, Emil Salim mengungkap-kan bahwa DAS tidak mengenal ba-tas-batas dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, pengelolaan DAS harus dilakukan secara terpadu. Direktur Kehutanan dan Sumber Daya Air Bappenas, Basah Hernowo, juga menambahkan bahwa pemanfaatan sumber daya air adalah bagian dari program nasional. Penataan ruang ka-wasan hulu dan hilir harus dilakukan

secara integratif antara kebijakan, strategi, dan program dengan memperhatikan keseimbangan kemampuan hulu sebagai sumber daya dan ka-wasan hilir sebagai pengguna.

Pengelolaan DAS secara integral dan si-nergis ini merupakan upaya yang efektif dan efi sien dalam mengatasi persoalan. Terlebih lagi mengingat, peran pengelolaan DAS dalam meng-hadapi isu lingkungan global menjadi sangat pen-ting karena pengelolaan DAS merupakan upaya adaptasi menghadapi perubahan iklim. Selain itu pengelolaan DAS juga merupakan upaya mitigasi perubahan iklim dan isu global lainnya seperti konservasi hutan dan vegetasi permanen lainnya, upaya rehabilitasi hutan dan lahan, penggunaan teknologi pertanian tepat guna dan ramah ling-kungan. DHA

Buruknya kondisi air minum dan sanitasi memberikan dampak buruk tidak hanya bagi orang dewasa, tetapi juga anak-anak.

Terlebih lagi, anak-anak justru menjadi kelompok yang paling rentan terkena dampak akibat bu-ruknya air minum dan sanitasi, padahal anak-anak merupakan aset yang berharga untuk meneruskan pembangunan. Oleh karena itu, perbaikan kondisi air minum, sanitasi serta perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak perlu menjadi sebuah prioritas.

Terkait dengan hal tersebut, diperlukan per-cepatan dalam pembangunan sanitasi khususnya di tingkat sekolah. Untuk itu, dengan fasilitasi Je-jaring AMPL, pada tanggal 14 Agustus 2009 di-adakan pertemuan yang dihadiri oleh para pelaku sanitasi sekolah di Sekretariat Pokja AMPL. Per-temuan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari ber-

bagai institusi, seperti Pokja AMPL, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Peker-jaan Umum, Sekretariat Tim Teknis Pembangun-an Sanitasi, WES UNICEF, Save The Children, dan CARE Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, dibahas menge-nai rencana menjadikan sekolah sebagai center of excellence, sebagai pusat perubahan bagi ko-munitas di sekitarnya. Hal ini terkait dengan ren-cana pembiayaan oleh Dubai Cares untuk pem-bangunan sanitasi sekolah di Indonesia melalui UNICEF, Save The Children dan CARE Indone-sia. Adanya rencana pembiayaan oleh donor ini, diharapkan dalam pengimplementasiannya dapat sejalan dengan kebijakan pemerintah serta turut melibatkan pihak terkait sampai ke tingkat seko-lah. DHA

Pertemuan Pelaku Sanitasi Sekolah

Para pembicara dalam Konferensi Pers yang di selenggarakanbersamaan dengan acara lokakarya foto: Dini

Page 3: Ampl Penyelamatan Das

Edisi Agustus 2009

Anjangkarya Pengelolaan Persampahan Regional di Jepang

Pada saat ini Pemerintah Indonesia melalui Ditjen Cipta Karya Departe-men Pekerjaan Umum bekerjasama

dengan pemerintah propinsi Sulawesi Sela-tan, kota Makassar, kabupaten Gowa, Ma-ros, dan Takalar sedang menyiapkan pem-bangunan Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Regional Mamminasata, di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. TPA Regional ini direncanakan akan melayani kota Makassar dan kabupaten Maros, Takalar dan Gowa. Direncanakan sumber pembiayaannya se-bagian besar berasal dari pinjaman Japan International Cooperation Agency (JICA). Salah satu isu yang mengemuka terkait de-ngan rencana tersebut adalah bentuk orga-nisasi pengelola TPA regional dan meka-nisme pengelolaannya.

Sebagai salah satu upaya mencari alter-natif bentuk organisasi pengelola tersebut, dilakukan anjangkarya ke Jepang. Pilihan kunjungan ke Jepang dengan mempertim-bangkan pengalaman Jepang dalam penge-lolaan sampah selama 30 tahun terakhir, dan saat ini pengelolaan sampah di Jepang ter-masuk yang paling maju di dunia. Kunjung-an dilaksanakan dari 12-18 Juli 2009, yang diikuti berbagai pihak, baik dari pemerin-tah pusat (Bappenas dan PU), pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

Berikut ini adalah beberapa ringkasan pembelajaran yang diperoleh selama kun-jungan tersebut.

Sejarah dan Kerangka Regulasi Pengelo-laan Sampah

Sejarah pengelolaan sampah di Jepang dapat diklasifi kasikan dalam 3 masa yaitu (i) sebelum 1970 yang lebih terfokus pada pembangunan tempat pembakaran dan pem-buangan sampah. Pada masa ini dilahirkan Undang-undang Kebersihan Publik (1954), UU Pengendalian Polusi Lingkungan (1967), UU Pengelolaan Sampah (1970); (ii) Dekade 1970-1990, yang mulai beralih pada upaya pengurangan sampah, yang didukung oleh lahirnya revisi UU Pengelolaan Sampah (1976) dan dibentuknya institusi lingkung-an; (iii) era setelah 1990, yang ditandai dengan keluarnya beberapa regulasi penting berupa revisi UU Pengelolaan Sampah, UU Daur Ulang Wadah dan Kemasan, UU Daur Ulang Sampah Elektronik, UU Daur Ulang Kendaraan, UU Daur Ulang Limbah Makan-

an, UU Pengadaan Barang dan Jasa Ramah Lingkungan, UU Pembentukan Masyarakat Berorientasi Daur Ulang dan dibentuknya Kementerian Lingkungan. Pada masa ini-lah diperkenalkan secara masif daur ulang (1990) dan pendekatan 3R (2000).

Terlihat bahwa dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk melengkapi regulasi yang dibutuhkan, termasuk pembentukan institusi penunjangnya. Hal yang patut dipuji adalah konsistensi dari upaya pemerintah da-lam menyiapkan institusi dan regulasinya.

Sistem Pengolahan Sampah

Secara garis besar, sumber sampah di Jepang dibedakan dalam dua kategori yaitu sampah domestik (rumah tangga) dan sampah non domestik (kantor/restoran). Sebenarnya terdapat kategori lain yaitu sampah industri, tetapi sampah jenis ini diperlakukan ter-pisah. Pengangkutan sampah domestik di-laksanakan oleh pemda sementara sampah non domestik oleh pemda dan/atau swasta. Sampah tersebut diproses berdasar jenisnya. Jika sampah dapat didaur ulang, dilakukan pemisahan dan hasilnya dikirim ke industri daur ulang. Sampah yang mudah terbakar

diproses melalui pembakaran kemudian abunya dikirim ke TPA, dan sampah tidak mudah terbakar dan sampah berukuran besar dipisahkan dan hasilnya dapat dibakar atau dikirim ke TPA.

Klasifi kasi sampah adalah (i) sampah daur ulang berupa kertas (koran, majalah, kardus); (ii) sampah yang mudah terbakar berupa barang plastik dan styrene, produk dari karet, kulit, tekstil, kertas tidak dapat didaur ulang, sampah basah, popok kertas, kayu/rumput; (iii) sampah yang tidak mu-dah terbakar berupa logam, kaca, keramik, alumunium, bola lampu, botol penyemprot, logam; (iv) sampah berukuran besar yang akan dikenai biaya pengolahan.

Proses pengumpulan sampah di tingkat masyarakat dilakukan secara komunal un-tuk setiap 15 kepala keluarga. Pemerintah kota memberi insentif kepada kelompok masyarakat. Sementara proses pengangkut-annya dilakukan berdasar jenis sampah. Terdapat pengaturan hari tertentu untuk jenis sampah tertentu. Misal hari senin untuk sampah kertas dan seterusnya.

Peran dan Tanggungjawab Pemangku Kepentingan

Peran pemerintah pusat terbatas hanya pada perumusan kebijakan dasar, penetapan kriteria, pengembangan teknologi, dan pe-ngumpulan informasi. Sementara, prefektur (propinsi) bertanggungjawab dalam mem-berikan izin pembangunan instalasi pengo-lahan sampah kepada perusahaan swasta yang telah mendapat lisensi dari pemerintah

Hal. 3

FAKTA SAMPAH JEPANG

• Timbulan sampah rata-rata 1,1 kg/kapita/hari

• 70 persen sampah diolah insinerator• Sampah industri 8 kali lebih banyak

dari sampah perkotaan

Sistem Pengelolaan Sampah di Jepang

Page 4: Ampl Penyelamatan Das

Edisi Agustus 2009Hal. 4

kota, dan bantuan teknis kepada kota. Pengelolaan sampah menjadi tang-

gungjawab kota/kabupaten, yang dapat di-serahkan penanganannya kepada swasta. Pe-merintah kota/kabupaten bertanggungjawab juga untuk menyusun rencana pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah dapat dilaku-kan sendiri oleh pemerintah, dikontrakkan atau diserahkan ke perusahaan. Perusahaan swasta yang bergerak di bidang pengolah-an sampah mendapat ijin dan pengawasan dari pemerintah kota/kabupaten. Pemerintah kota harus berkonsultasi dengan prefektur jika ingin membangun instalasi pengolahan sampah.

Masyarakat bertanggungjawab me-ngurangi timbulan sampah, memisahkan sampah, dan memanfaatkan produk daur ulang. Pihak swasta sebagai salah satu pro-dusen sampah bertanggungjawab melakukan pengolahan sampah mandiri, mengurangi timbulan sampah, dan bekerjasama dengan pemerintah.

Bentuk Kerjasama Regional Pengelolaan Sampah

Terdapat beragam bentuk kerjasama regional pengelolaan sampah, dengan cata-tan bahwa pemilahan, pengumpulan dan pengangkutan dilaksanakan masing-masing oleh kota, yaitu (i) pengolahan akhir sampah dilakukan oleh propinsi; (ii) kota secara bersama-sama melakukan proses pengolah-an akhir sampah dengan cara membentuk asosiasi kota; (iii) kota menyerahkan pengo-lahan akhirnya kepada kota lain atau bahkan propinsi; (iv) kota yang hanya menjadi loka-si pengolahan sampah kota-kota lain, semen-tara sampah lokal dikelola tersendiri.

Upaya Mengurangi Timbulan SampahDisamping upaya mengurangi timbulan

sampah melalui daur ulang, juga dilakukan upaya yang intensif untuk mengurangi peng-gunaan kantong belanja plastik. Untuk itu, per Nopember 2008 telah ditetapkan peng-hentian distribusi kantong belanja plastik secara gratis. Dianjurkan untuk membawa kantong belanja masing-masing.

Pakaian bekas yang masih dapat diper-gunakan dikumpulkan oleh perusahaan dan diberikan kepada orang miskin.

Upaya Pemanfaatan Hasil Pengolahan Sampah

Tidak hanya timbulan sampah yang be-lum diolah yang didaur ulang, tetapi juga hasil pembakaran insinerator yang berupa

abu juga dimanfaatkan seba-gai bahan baku batako, semen dan jalan.

Pendidikan LingkunganSebagai upaya mening-

katkan kepedulian masyara-kat, di beberapa kota dibangun pusat pendidikan lingkungan dan hubungan masyarakat yang biasanya diberi nama ’Eco-plaza’. Salah satu pusat pendidikan yang cukup dike-nal adalah Meguro Eco-Plaza yang berlokasi di kota Me-guro yang berpenduduk 250 ribu jiwa. Meguro Eco-Plaza dibentuk pada tahun 1995 oleh Meguro Ecolife Association.

Meguro Eco-Plaza mempunyai bebera-pa unit kegiatan yaitu (i) toko barang bekas; (ii) toko furnitur bekas dan komoditas ramah lingkungan; (iii) pengumpulan baju bekas; (iv) pusat informasi dan perpustakaan.

Biaya pendirian disediakan oleh pe-merintah kota sebagai kompensasi terhadap pembangunan insinerator. Masyarakat me-minta agar lokasi Eco-Plaza dibangun dekat insinerator sekaligus sebagai upaya mening-katkan pemahaman masyarakat sekitar in-sinerator.

Selanjutnya dengan berjalannya waktu, sumber pendanaan berasal dari berbagai sumber diantaranya subsidi pemerintah (40%), pendapatan dari penjualan toko ba-rang bekas dan kerjasama swasta (40%), dan iuran anggota (20%).

Salah satu kegiatan menarik adalah pe-ngumpulan minyak goreng bekas yang di-olah dan dijadikan bahan bakar, yang diberi-kan secara cuma-cuma kepada bus umum yang melayani penduduk. Bus umum terse-but merupakan hasil kerjasama perusahaan swasta dan masyarakat.

Pembelajarana. Pengelolaan sampah didukung oleh ke-

tersediaan perundangan yang lengkap dan terinci. Sebagai ilustrasi, undang-undang mulai dari yang umum tentang pengelolaan sampah sampai undang-undang tetang daur ulang untuk masing-masing klasifi kasi barang yang berbeda.

b. Pengelolaan sampah mempunyai target yang jelas. Misalnya Propinsi Saitama mempunyai target yang jelas tentang pengurangan timbulan sampah.

c. Proses pemilahan sudah sangat intensif,

terlihat dari klasifi kasi pemilahan yang sudah sangat rinci. Sebagai ilustrasi, botol saja dipilah lagi berdasar klasifi ka-si kaca putih, kaca coklat dan lainnya. Kemudian kaleng juga dipilah lagi men-jadi kaleng baja dan kaleng alumunium.

d. Proses daur ulang secara umum dapat mengurangi timbulan sampah sampai sekitar 25%, merupakan peningkatan 2 kali lipat dalam waktu 15 tahun. Se-mentara rata-rata volume sampah yang masuk ke TPA hanya sekitar 20% dari total timbulan sampah, yang menunjuk-kan pengurangan hampir 50% dari vo-lume 15 tahun lalu.

e. Keterlibatan swasta dalam pengelolaan sampah sudah sejak lama. Tobe Soji Co, Ltd. sebagai industri daur ulang plastik bahkan sudah beroperasi sejak 1893. Sementara bentuk keterlibatan swasta mulai dari pengangkutan, pemilahan, pengelolaan TPA, bahkan membangun dan mengelola insinerator. Keterlibatan tersebut didukung oleh regulasi yang jelas. Sebagai hasilnya, pengolahan sampah menjadi industri berskala besar.

f. Pengelolaan sampah melampaui batas administrasi. Banyak ditemui asosiasi kota yang dibentuk untuk mengelola sampah. Termasuk juga pemerintah propinsi yang mengelola TPA untuk melayani kota-kota. Bahkan industri daur ulang juga melayani lebih dari satu kota.

g. Produk daur ulang dipertahankan kuali-tasnya melalui pemberian sertifi kasi kepada industri daur ulang oleh Aso-siasi Daur Ulang Wadah dan Kemasan Jepang (Japan Containers and Packag-ing Recycling Association).

OM

Rencana pelebaran TPA Saitamafoto: JICA

Page 5: Ampl Penyelamatan Das

Edisi Agustus 2009 Hal. 5

Seminar Hak Atas Air

Pada tanggal 12 Agustus 2009 Direk-torat Jenderal Hak Asasi Manusia, Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Perancis mengadakan seminar sehari tentang “Hak Atas Air”. Seminar ini bertu-juan sebagai konsolidasi awal dalam per-siapan pelaksananaan pelatihan Hak Asasi Manusia yang bertemakan “Akses Menda-patkan Air Bersih” yang rencananya akan di laksanakan pada bulan Oktober 2009. Pelaksanaan seminar ini bertempat di Ho-tel Ibis Archadia yang diikuti oleh utusan dari beberapa departemen dan kementerian serta NGO yang bergerak dibidang penye-diaan air.

Seminar dibuka oleh Direktur Direk-torat Hak Asasi Manusia, mewakili Direktur Jenderal Hak Asasi Manusia, yang selanjut-nya sambutan dari Perwakilan Kedutaan Besar Perancis. Agenda dalam seminar sehari ini antara lain presentasi sekaligus tanya jawab yang dipaparkan oleh beberapa perwakilan, antara lain:1. Presentasi “ Hak Atas Air dalam pers-

pektif HAM” oleh perwakilan Direk-torat Jenderal Hak Asasi Manusia

2. Presentasi “ Hak Atas Air di Perancis” oleh perwakilan Kedutaan Besar Pe-rancis

3. Presentasi “Pelaksanaan Program Pe-merintah yang terkait dengan Hak Atas Air di Indonesia” oleh perwakilan dari Bappenas

4. Presentasi “Pemenuhan Hak Atas Air di Indonesia-Analisis Kritis atas Ke-bijakan Pemerintah” oleh perwakilan dari Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KOHRA).Setelah pelaksanaan presentasi dan ta-

nya jawab, acara dilanjutkan dengan disku-si tentang perspektif peserta terhadap “Hak Atas Air”, permasalahan hak atas air serta tindakan peserta pelatihan setelah menda-patkan pelatihan tentang Hak Asasi Manu-sia yang terkait dengan sumberdaya air, se-bagai salah satu persiapan materi pelatihan yang akan dilaksanakan.

Hasil dari pelaksanaan seminar sehari “Hak Atas Air” ada beberapa hal, antara lain:1. Pemahaman bersama tentang air ada-

lah kebutuhan pokok dan men-dasar bagi manusia, yang ke-beradaannya harus dilindungi serta penyediaannya harus merata dan adil.

2. Negara sebagai penguasa atas air, berkewajiban menghorma-ti, melindungi dan memenuhi kebutuhan air bagi setiap mahluk hidup, dengan indika-tor ketersediaan, kualitas dan keterjangkauan.

3. Undang-undang yang terkait dengan Hak Atas Air adalah UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pemerintah Indonesia telah meratifi kasi kovenan internasional melalui UU No 11 tahun 2005 tentang hak ekonomi, sosial, budaya, dalam pemenuhan hak atas air, 3 kovenan utama hak asasi ma-nusia terkait dengan hak atas air, antara lain:a. The International Covenant on

Economic, Social, and Culture Rights

b. The Convention on The Elimina-tion of All forms of Discrimination Against Woman

c. The Convention on The Rights of The Child.

Dari undang-undang yang terkait de-ngan sumberdaya air masih belum ada kebijakan yang didasarkan atas pemahaman air sebagai hak asasi manusia.

4. Beberapa strategi pemerintah dalam memenuhi kewajiban hak atas air bagi masyarakat antara lain dengana. Kebijakan nasional pembangun-

an air minum yang berbasis masyarakat. Dimana mayarakat diberikan kewenangan sebagai pengambil keputusan dan sebagai pengelola terkait pemenuhan kebu-tuhan terhadap air, sedangkan pe-merintah menyediakan dana awal sebagai pemicunya.

b. Kebijakan yang pro poor dengan menghilangkan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan air minum khususnya bagi penduduk miskin.

c. Mendorong sumberdaya pembia-

yaan alternatif dengan mengem-bangkan pembiayaan oleh masyarakat atau publik.

5. Minimnya sosialisasi mengenai undang-undang Hak Atas Air bagi masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah, meng-akibatkan perilaku pengelolaan air oleh masyarakat masih rendah, hal ini terkait juga kewajiban masyarakat terhadap pengelolaan air.

6. Tantangan dalam pemenuhan Hak Atas Air di Indonesia:a. Komersialisasi dan privatisasi air

mengakibatkan exploitasi sum-berdaya air, kegiatan privatisasi berlangsung di kota besar dengan tingkat pendapatan masyarakat yang relatif besar, sedangkan di perdesaan privatisasi air tidak di-laksanakan karena biaya investasi yang besar.

b. Konfl ik atas air di Indonesia, yang terjadi antara masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan in-stitusi layanan publik, juga antara sesama penyedia layanan publik, hal ini berdampak langsung ter-hadap pelaksanaan penyediaan layanan air.

Rencana tindak lanjut terkait dengan seminar sehari “Hak Atas Air”, adalah de-ngan melakukan pelatihan hak asasi manu-sia dengan tema “Akses Medapatkan Air Bersih” yang akan di selenggarakan oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manu-sia, yang akan diikuti oleh peserta seminar dan undangan lainnya. DED

Para peserta seminar tampak seriusmengikuti kegiatan foto: OM

Page 6: Ampl Penyelamatan Das

Edisi Agustus 2009Hal. 6

Lokakarya Pengenalan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

USAID melalui Envi-ronmental Services Program (ESP) be-

kerjasama dengan Pokja AMPL kota Jayapura melaksanakan lokakarya sehari pengenalan STBM kepada berbagai pe-mangku kepentingan di kota dan kabupaten Jayapura. Ke-giatan ini diselenggarakan pada 27 Juli 2009 dan dibuka secara resmi oleh walikota Jayapura, Drs. M. R. Kambu MSi.

Pada kesempatan tersebut walikota

menjelaskan bahwa keluaran lokakarya berupa identifi kasi isu terkait STBM, langkah mengatasinya dan pembagian peran diantara pemangku ke-pentingan. Materi penjelasan yang disampaikan dalam loka-karya menyangkut kebijakan sanitasi, strategi STBM, konsep dan pendekatan pilar STBM.

Turut hadir menjelaskan adalah perwakilan dari Direktorat Permu-kiman dan Perumahan Bappenas, Direktorat Penyehatan Lingkungan Depkes, Direktorat

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Departemen PU, WSP-EAP, dan SWS. Peserta mencapai sekitar 50 orang berasal dari instansi pemerintah, proyek terkait, LSM, termasuk media massa.

Thamrin Sagala (Asda III) menutup acara dengan resmi. Ditekankan perlunya kerja keras dan ikhtiar agar sanitasi bisa menjadi lebih baik. Pokja AMPL kota Ja-yapura merupakan salah satu pokja yang sangat aktif saat ini. Penyelenggaraan loka-karya disiapkan sepenuhnya oleh Pokja AMPL Jayapura. OM

Seminar Pengelolaan TPA Regional Terpadu Mamminasata, Makassar

Menindaklanjuti anjangkarya ke Jepang pada bulan Juli 2009, dilaksanakan seminar Pengelo-

laan TPA Regional Terpadu Mamminasata, sebagai ajang menyebarluaskan pembela-jaran dari anjangkarya ke Jepang. Seminar dilangsungkan di Makassar tanggal 5-6 Agustus 2009, dengan dihadiri sekitar 50 orang. Peserta berasal dari pemerintah pusat (Bappenas, Departemen PU, Depdagri, Dep-keu), pemerintah propinsi Sulawesi Selatan, kota Makassar, kabupaten Gowa, Maros dan Takalar. Berkesempatan hadir juga dari legislatif dan Bupati Kabupaten Takalar. Acara ini merupakan kerjasama JICA, Pe-merintah Sulawesi Selatan, dan Departemen Pekerjaan Umum.

Acara dibuka oleh Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Sulawesi

Selatan, Syarif Burhanuddin mewakili Gu-bernur. Ditekankan bahwa pengelolaan sampah merupakan salah satu prioritas pem-bangunan wilayah perkotaan Mamminasata (Makassar Maros Sungguminasa Takalar).

Sementara Kati A. membacakan sambutan Dirjen Cipta Karya Departemen PU, menekankan pentingnya pengelolaan sampah regional sebagai salah satu upaya penanganan sampah di daerah perkotaan metropolitan. Dikemukakan pula beberapa isu strategis persampahan diantaranya (i) timbulan sampah yang semakin besar, (ii) rendahnya kualitas pengelolaan sampah, (iii) keterbatasan lahan TPA, (iv) kendala biaya, (v) kualitas SDM, (vi) kesadaran masyarakat, dan (vii) lemahnya penegakan hukum. Dalam upaya menangani isu terse-but, disepakati beberapa kebijakan penting yang dituangkan dalam kebijakan nasional persampahan yaitu (i) pengurangan sampah dimulai dari sumbernya, (ii) mengedepan-kan peran dan partisipasi aktif masyarakat sebagai mitra, (iii) penguatan kapasitas kelembagaan, (iv) pemisahan fungsi regula-tor dan operator, (v) pengembangan kemi-traan dengan swasta, (vi) peningkatan pe-layanan, (vii) penerapan prinsip pemulihan biaya, (viii) penegakan hukum.

Terkait hasil anjangkarya yang diperoleh selama di Jepang, pembelajaran disampaikan masing-masing oleh JICA Study Team, Ka-subdin Perkotaan dan Perdesaan Distarkim

Sulsel, Kadis PU Takalar, Kadis Kebersihan Maros, Kadis PU Gowa, dan Kadis Keber-sihan Makassar. Beberapa pembelajaran di-antaranya (i) regulasi dan perundangan telah memadai; (ii) pengelolaan regional sudah dilakukan sejak lama, (iii) tingkat kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah telah tinggi, (iv) pengelolaan sampah merupakan bentuk pelayanan masyarakat dan bukan sumber pendapatan, (v) kemitraan dengan swasta menunjukkan kinerja bagus karena disupervisi oleh pemda, (vi) penegakan hu-kum dilaksanakan dengan konsisten, (vii) kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat dilaksanakan secara serius, berulang-ulang dan merupakan bagian dari program pemda.

Hari kedua difokuskan pada pembahasan sistem pengelolaan TPA regional Mamina-sata. Hasil kesepakatan akan disampaikan kepada Gubernur/walikota/bupati. OM

Tampak salah satu pemakalahsedang mempresentasikan makalahnya foto: OM

Peserta dalam seminar tersebutfoto: OM

Walikota Jayapura,Drs. M.R. Kambu, M.Si

foto: OM

Page 7: Ampl Penyelamatan Das

Edisi Agustus 2009 Hal. 7

Lokakarya Penyusunan RPJMN 2010-2014Bidang Perumahan dan Permukiman

Dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Me-nengah Nasional (RPJMN)

2010-2014 Bidang Perumahan dan Per-mukiman, Direktorat Permukiman dan Perumahan, Bappenas melakukan loka-karya antara Bappenas dan Kementerian/Lembaga terkait dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Pertemuan tanggal 6 Juli 2009 tersebut dilaksanakan untuk menyepakati Rancangan RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan Per-mukiman.

Tujuan umum dilaksanakannya loka-karya ini adalah untuk menyepakati ran-cangan awal RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan Permukiman. Adapun tu-juan khusus dari pelaksanaan lokakarya ini adalah : (1) Mensosialisasikan Ran-cangan Awal RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan Permukiman, dan (2) Memperoleh masukan untuk menyusun Rancangan RPJMN 2010-2014, baik isu dan permasalahan, indikator keberhasil-an, serta siapa saja para pelaku pemba-ngunan perumahan dan permukiman.

Lokakarya ini dihadiri oleh para pe-serta dari tataran Pemerintah Pusat, para pelaku pembangunan perumahan dan permukiman, antara lain adalah Bap-penas, Ditjen Cipta Karya-Departemen Pekerjaan Umum, Kementerian Negara Perumahan Rakyat; Kementerian Koordi-nator Perekonomian; Departemen Tena-ga Kerja dan Transmigrasi; Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata; Departemen Pertahanan; Departemen Dalam Negeri; Departemen Kesehatan; Kementerian Negara Pembangunan Daerah Terting-gal; Departemen Sosial; Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Lokakarya ini dilaksanakan dengan menggunakan metode partisipatif, di-mana seluruh peserta merupakan nara-sumber melalui pemberian tanggapan, masukan, klarifi kasi dan rekomendasi

terhadap rancangan awal RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan Permukim-an serta klarifi kasi terhadap apa yang te-lah dilakukan dan siapa saja para pelaku pembangunan perumahan dan permu-kiman 2004-2009.

Lokakarya dibuka oleh Direktur Pe-rumahan dan Permukiman-Bappenas, dimana dalam sambutannya dinyatakan bahwa lokakarya ini ditujukan untuk menyepakati isu, permasalahan, serta indikator keberhasilan yang akan dicapai 5 tahun ke depan. Diharapkan pula dari lokakarya ini dapat diidentifi kasi peran masing-masing pelaku pembangunan perumahan dan permukiman, sehingga para pelaku tersebut mengetahui apa yang dihadapi dan apa yang harus dilak-sanakan pada 5 tahun mendatang.

Pada sesi pemaparan Kerangka Pe-nyusunan RPJMN 2010-2014 oleh Sya-fril Basir, Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan-Bappenas, disampaikan bahwa penyusunan RPJMN dan Ren-stra Kementerian/Lembaga (K/L) harus terpadu, efektif, dan efi sien, sehingga tercipta akuntabilitas kinerja. Dalam rangka pengintegrasian antara RPJMN dan Renstra K/L telah dikeluarkan pan-duan penyusunan program dan kegiatan berupa Surat Edaran Bersama (SEB) antara Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Panduan ini akan di-luncurkan pada bulan Juli 2009, dimana panduan tersebut akan menjadi acuan dalam penyusunan Renstra K/L dan hasil penyusunan Renstra tersebut akan dijadi-kan masukan dalam penyusunan RPJMN 2010-2014, yang akan difi nalisasi pada Januari 2010.

Dalam sesi pemaparan Rancangan Awal RPJMN 2010-2014 oleh Hari Kris-tijo (Kasubdit Pengembangan Peruma-han) dan Oswar Mungkasa (Kasubdit Persampahan dan Drainase) dari Dit. Perumahan dan Permukiman-Bappenas, dipaparkan antara lain: (1) arahan pem-

bangunan perumahan dan permukiman sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, (2) hasil capaian pelaksanaan pemba-ngunan 2005-2009, dan (3) isu, per-masalahan, sasaran, serta indikator pem-bangunan perumahan dan permukiman yang akan dituangkan dalam Rancang-an RPJMN 2010-2014. Sesuai RPJPN 2005-2025, RPJMN 2005-2009 diarah-kan untuk meningkatkan kesadaran dan penegakan hukum, kesejahteraan rakyat, daya saing perekonomian, dan pemba-ngunan yang berkelanjutan. Sementara itu pencapaian hasil pembangunan peru-mahan dan permukiman 2004-2009 be-lum sepenuhnya mencerminkan capaian yang ada mengingat data yang tersedia cukup beragam dan belum disepakati baseline data yang akan dipakai.

Diskusi kelompok dilaksanakan un-tuk menyempurnakan rancangan awal RPJMN 2010-2014, khususnya rumus-an isu dan permasalahan serta indikator pencapaian pembangunan perumahan dan permukiman. Pada diskusi kelompok juga didapatkan masukan antara lain: (1) kesepakatan baseline data sebagai acuan lintas sektor dalam menentukan sasaran dan indikator keberhasilan pembangun-an; (2) peningkatan kapasitas peraturan perundang-undangan, penegakan hu-kum, dan peningkatan koordinasi; dan (3) perlunya defi nisi operasional indika-tor sehingga sasaran dapat terukur dan dapat mencerminkan sasaran yang di-sepakati.

Sebagai upaya tindak lanjut hasil lokakarya ini, Direktorat Perumahan dan Permukiman-Bappenas akan melakukan konsolidasi dengan mitra kerja utama pembangunan perumahan dan permu-kiman (Kemenegpera dan Ditjen Cipta Karya, Departemen PU); sinkronisasi ran-cangan RPJMN dengan direktorat teknis terkait di Bappenas; dan lokakarya dengan NGO, praktisi, dan ahli pembangunan pe-rumahan dan permukiman. NUR

Page 8: Ampl Penyelamatan Das

Edisi Agustus 2009

Pustaka dan Publikasi

Link

Buku:- Green Growth- Indonesian Domestic Solid Waste Statistics

Year 2008- International Directory of Utility Regulatory

Institutions- Statistik Perumahan dan Lingkungannya

1992 (1992 Housing and Environmental Statistics)

- Mengenal Ekosistem Perairan- Mengenal Ekosistem Hutan dan Ekosistem Agro

Catatan Lapangan:- Urban Sanitation in Indonesia: Planning for

Progress

CD/VCD/DVD:- VCD Aids, We Can Get It, We Can Prevent It - DVD Home- DVD Strategi Sanitasi Kota- DVD Talkshow Bagaimana Mengangkat

Isu Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Menjadi Prioritas Pembangunan di Daerah, Kendari, 26 Mei 2009

- DVD Dokumentasi Lokakarya Nasional Pengelolaan Data Air Minum dan Penye-hatan Lingkungan (AMPL), Sungai Liat, Ka-bupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, 2-5 Juni 2009

Laporan:- Vietnam Water Resources Sector Review:

Main Report- Rural Water Supply and Sanitation in Boli-

via: From Pilot Project to National Program

Majalah:- Majalah Percik Edisi Khusus Juni 2009- Majalah Air Minum Edisi 165 / Juni 2009- Forum NGO, Juli 2009

Makalah:- ASEAN Wastewater Treatment Market As-

sessment: Opportunities for U.S. Business-es (Business Focus Series)

- Water Conservation and Reallocation: Best Practice Cases in Improving Economic Ef-fi ciency and Environmental Quality

- Environmental Planning and Management and The Project Cycle (ADB Environmnet Paper No.1)

Newsletter:- Newsletter AMPL (Air Minum dan Penye-

hatan Lingkungan) Edisi Juli 2009- WES Newsletter Edisi 3/ Juli 2009

Panduan:- Water Supply and Sanitation Project Pre-

paration Handbook, Volume 1: Guidelines- World Resources: A Guide to the Global

Environment (The Urban Environment) 1996-1997

- How is Your MPA Doing? A Guidebook of Natural and Social Indicators for Evaluating Marine Protected Area Management Effec-tiveneess

- Pengolahan Sampah- Kebijakan, Strategi Pengelolaan Sampah

dan Metode Quick Count Data Sampah

Prosiding:- Seminar Strategies for a Sustainable Great-

er Jabotabek Jakarta, July 8-10, 1996

- Gerai AMPL http://www.geraiampl.com

- Mercy Corps Indonesia http://indonesia.mercycorps.org/

- Water, Engineering and Development Center (WEDC) http://wedc.lboro.ac.uk/

Alamat Sekretariat:Jl. RP Soeroso No.50

Menteng - Jakarta 10350Hubungi:

Telp/Fax: (6221) 31904113e-mail:

[email protected]

Kunjungi jugahttp://yunior.ampl.or.idhttp://daerah.ampl.or.id

http://gtps.ampl.or.idhttp://www.jejaring-ampl.org

Newsletter ini diterbitkan oleh: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL)

[ Redaksi: Oswar, Dini, Dyota, Dewi, Bowo, Willy, Meddy Design: Meddy ]

Untuk informasi lebih lengkap dapat langsung dilihat di http://www.ampl.or.id atau http://digilib-ampl.netAnda juga dapat bergabung dalam milis AMPL [[email protected]] untuk mendapatkan Newsletter Online tiap minggunya

Kami juga menerima tulisan berita yang terkait AMPL, kirimkan tulisan Anda ke [email protected] atau [email protected] yang terpilih akan di muat dalam newsletter cetak tiap bulannya.

DirgahayuRepublik

Indonesiake-64