Renstra AMPL Banten

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Banten berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Sebagai Provinsi yang baru tentu memerlukan berbagai perangkat pembangunan. Salah satu perangkat penting yang telah dimiliki adalah dokumen Rencana Strategis Daerah Provinsi Banten Tahun 2002-2006. Akan tetapi pada dokumen Renstra Daerah Provinsi Banten pada Tahun 2002 - 2006 belum menyebut secara spesifik, tajam dan mendalam tentang sektor Air Minum dan penyehatan lingkungan (AMPL). Padahal persoalan AMPL di Provinsi Banten saat sekarang sudah sangat perlu dalam rangka mengantisipasi perubahan kondisi dan ketersediaan air baku ,baik untuk keperluan minum, cuci dan mandi agar air baku yang tersedia tidak tercemar maka perlu dilakukan pola penanganan pembangunan yang terarah yaitu melalui Renstra AMPL, begitu pula tentang penyehatan lingkungan dimana pada sebagian masyarakat Banten masih belum optimal dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS), hal ini terlihat dari presentasi jumlah penduduk yang memilki sarana MCK baru 25%. Sehingga prevalensi penyakit menularnya masih sangat tinggi yaitu banyak terjadi pada masyarakat seperti terjangkitnya penyakit diare, polio dan kulit. Melihat kondisi diatas Pemerintah Provinsi Banten menganggap perlu menyusun sebuah Rencana Strategis pembangunan AMPL khususnya yang Berbasis Masyarakat (BM) yaitu sebagai upaya perkuatan dokumen Renstra Daerah Provinsi Banten yang sudah ada, kegiatan penyusunan Renstra AMPL- BM merupakan kegiatan yang Tidak terpisahkan dari semangat kegiatan nasional dimana saat sekarang bangsa Indonesia sedang berpacu dengan waktu, untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi Milenium Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada tahun 2002. dimana salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh,

description

Rencana Strategis

Transcript of Renstra AMPL Banten

Page 1: Renstra AMPL Banten

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Provinsi Banten berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000.

Sebagai Provinsi yang baru tentu memerlukan berbagai perangkat

pembangunan. Salah satu perangkat penting yang telah dimiliki adalah

dokumen Rencana Strategis Daerah Provinsi Banten Tahun 2002-2006.

Akan tetapi pada dokumen Renstra Daerah Provinsi Banten pada Tahun 2002 -

2006 belum menyebut secara spesifik, tajam dan mendalam tentang sektor Air

Minum dan penyehatan lingkungan (AMPL). Padahal persoalan AMPL di

Provinsi Banten saat sekarang sudah sangat perlu dalam rangka mengantisipasi

perubahan kondisi dan ketersediaan air baku ,baik untuk keperluan minum,

cuci dan mandi agar air baku yang tersedia tidak tercemar maka perlu

dilakukan pola penanganan pembangunan yang terarah yaitu melalui Renstra

AMPL, begitu pula tentang penyehatan lingkungan dimana pada sebagian

masyarakat Banten masih belum optimal dalam penerapan Perilaku Hidup

Bersih dan sehat (PHBS), hal ini terlihat dari presentasi jumlah penduduk yang

memilki sarana MCK baru 25%. Sehingga prevalensi penyakit menularnya

masih sangat tinggi yaitu banyak terjadi pada masyarakat seperti terjangkitnya

penyakit diare, polio dan kulit.

Melihat kondisi diatas Pemerintah Provinsi Banten menganggap perlu

menyusun sebuah Rencana Strategis pembangunan AMPL khususnya yang

Berbasis Masyarakat (BM) yaitu sebagai upaya perkuatan dokumen Renstra

Daerah Provinsi Banten yang sudah ada, kegiatan penyusunan Renstra AMPL-

BM merupakan kegiatan yang Tidak terpisahkan dari semangat kegiatan

nasional dimana saat sekarang bangsa Indonesia sedang berpacu dengan waktu,

untuk mencapai target yang disepakati bersama yaitu meratifikasi Milenium

Development Goals (MDGs) yang dihasilkan pada Johanesburg Summit pada

tahun 2002. dimana salah satu kesepakatannya adalah mengurangi separuh,

Page 2: Renstra AMPL Banten

2

penduduk pada tahun 2015, yang tidak mendapatkan akses air minum yang

sehat serta penanganan sanitasi dasar.

Semangat lain yang memacu untuk melakukan penyusunan Renstra AMPL-

BM Provinsi Banten adalah ditetapkannya Provinsi Banten, sebagai salah satu

provinsi dari 7 (Tujuh) provinsi di Indonesia yang sedang di uji coba dalam

operasionalisasi Kebijakan Nasional Air Minum Penyehatan Lingkungan

berbasis masyarakat (AMPL-BM) yang di mulai sejak bulan juni Tahun 2004.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan Renstra AMPL-BM Provinsi Banten dimaksudkan agar

Pemerintah Daerah mempunyai kerangka acuan berpikir dan kerangka acuan

bertindak secara strategis dalam melaksanakan pembangunan di bidang Air

bersih atau AMPL, sedangkan tujuan dari keberadaan dokumen Renstra AMPL

adalah :

Sebagai alat pengambilan keputusan dalam pembangunan AMPL

Sebagai Pedoman pengorganisasian pelaksanaan pembangunan agar

sistematis dan terpadu

Sebagai alat ukur hasil pelaksanaan pembangunan AMPL

Sebagai alat monev pembangunan AMPL

Sebagai alat untuk melakukan sosial marketing

1.3 DASAR PENYUSUNAN DAN LANDASAN HUKUM

Penyusunan Renstra AMPL Berbasis Masyarakat Provinsi Banten di dasarkan

atas kebutuhan yang mendasar dan mandat sebagaimana hukum / peraturan /

kebijakan yang ada di tengah – tengah Masyarakat Banten, serta amanat

Undang – Undang RI

Page 3: Renstra AMPL Banten

3

NO SUMBER MANDAT SUBSTANSI MANDAT Hukum / Peraturan/ Kebijakan

1 Amandemen ke – 4 UUD 45 – Pasal 33 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat

2 UU No 23 Tahun 2000 Pembentukan Provinsi Banten 2 UU No 7 Tahun 2003 UU Sumber Daya Air 3 UU No 25 Tahun 2004 UU Perencanaan Pembangunan

Nasional 4 UU No 32 Tahun 2004 UU Pemerintahan Daerah 5 UU No 33 Tahun 2004 UU Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Daerah 6 Ratifikasi Milenium Development

Goals Mengurangi setengah dari jumlah Penduduk dunia pada Tahun 2015 yang tidak mempunyai Akses AMPL akan melayani secara layak.

7 Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat

Pijakan Pembangunan AMPL berbasis Masyarakat

8 Keputusan Gubernur Banten Pembentukan Pokja AMPL Provinsi Banten

9 Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 2 Tahun 2002 tentang Renstra Provinsi Banten Tahun 2002 – 2006 lembaran Daerah Provinsi Banten No. 3 Seri E

Renstra Provinsi Banten

10 Hasil lokakarya AMPL Berbasis Masyarakat Provinsi Banten

Pemahaman terhadap kebijakan nasional pelaksanaan AMPL Berbasis Masyarakat serta penyusuna rencana kerja AMPL

1.4 ARTI PENTING PERENCANAAN STRATEGIS

Pelaksanaan otonomi Daerah berimplikasi pada di berikannya kewenangan

yang luas kepada Pemerintah Daerah baik dalam urusan pemerintahan maupun

pengelolaan pembangunan.

Otonomi yang di dalamnya mengandung pendelegasian kewenangan dan

peluang untuk melakukan keleluasaan yang memadai serta distribusi sumber

daya (Resources) yang mencukupi dalam pelaksanaannya harus dapat

dukungan kelembagaan dan SDM yang memiliki kamampuan dan memadai.

Sebagai salah satu Dokumen Perencanaan, Renstra AMPL Berbasis

Masyarakat Provinsi Banten berisikan komponen – komponen inti dari

Page 4: Renstra AMPL Banten

4

manajemen strategis , visi, misi, dan strategi , tujuan dan sasaran, analisis

kondisi, potensi dan permasalahan serta isu –isu strategis, kebijakan program

yang terdiri dari strategi pelaksanaan program dan kegiatan. Serta rangkaian

pemikiran strategis yang akan diformulasikan.

Dalam melaksanakan mandat yang terkandung dalam rencana strategis AMPL

ini di peroleh dari masukan stakeholders yang di dalamnya adalah LSM,

Perguruan Tinggi, Tokoh Masyarakat, Aparatur Pemerintah, Kabupaten, Kota,

dan Provinsi untuk menuangkan visi, misi, strategi, tujuan, sasaran dan

kebijakan dalam pelaksanaan program maupun kegiatan.

1.5 ARTI PENTING AMPL

Air Minum Penyehatan Lingkungan (AMPL) adalah suatu kegiatan yang

strategi dalam rangka upaya merubah perilaku hidup sehat di masyarakat yang,

berbangsa dan beragama, sekaligus untuk menumbuh kembangkan tanggung

jawab pembangunan yang telah dilakukan khususnya di bidang Air Minum

Penyehatan Lingkungan (AMPL) agar tetap terpelihara dan berkelanjutan.

Pembangunan yang telah dilakukan pada masa lalu, telah di upayakan

keberhasilannya akan tetapi ternyata hasilnya jauh dari harapan, salah satunya

adalah peran serta masyarakat kurang dilibatkan sehingga berimplikasi hasil

pembangunan hanya menjadi MONUMEN CIPTA KARYA.

Paradigma baru mengharapkan peran serta masyarakat di mulai dari saat

merencanakan kebijakan (Renstra) merencanakan program, pelaksanaan

pembangunan, serta tindak lanjut pemeliharaan hasil-hasil pembangunan yang

di lakukan.

Untuk itu pemberdayaan masyarakat menjadi pijakan awal, untuk memulainya

pembangunan fisik sarana dan prasarana , setelah masyarakatnya mengerti dan

membutuhkan, maka disiapkan untuk dilibatkan / diperan sertakan sehingga

diharapkan akan timbul tangungjawab yang implikasinya adalah kesanggupan

untuk memelihara dan kedudukan pemerintah adalah membina mengawasi dan

membantu meyelesaikan persoalan.

Page 5: Renstra AMPL Banten

5

1.6 METODOLOGI PENYUSUNAN

Metode yang dipakai dalam penyusunan Renstra AMPL Berbasis Masyarakat

Provinsi Banten bertumpu pada Prinsip persitipatif melalui serangkaian

lokakarya observasi lapangan, yang di mulai dari Tahun 2004 serta diskusi

mendalam yang di fasilitasi oleh kelompok kerja AMPL Berbasis Masyarakat

Nasional.

Penyusunan Dokumen Renstra AMPL Provinsi Banten di susun sesuai dengan

Kharateristik Kapasitas kebijakan yang memiliki paradigma baru yakni

melibatkan Steak Holders banyak pelaku dari berbagai unsur dan kepentingan

dengan tetap berdasar kepada kemampuan riil Daerah, kesepakatan

Masyarakat, kepentingan Daerah, kepentingan pusat serta aturan dan

perundang – undangan yang berlaku.

Page 6: Renstra AMPL Banten

6

BAB II

VISI – MISI DAN NILAI-NILAI DASAR

2.1 VISI

Visi pembangunan Air Minum Penyehatan Lingkungan (AMPL) di Provinsi

Banten adalah :

”Terwujudnya Banten dengan Air dan Lingkungan Sehat yang

berkelanjutan tahun 2015”

Kalimat terwujudnya Banten dengan air dan lingkungan yang sehat

mengartikan harapan kondisi di masa depan dengan ketersediaan air yang

memadai dan memenuhi syarat serta lingkungan hidup di masyarakat yang

sehat dan sejahtera, adapun arti berkelanjutan pada tahun 2015 merupakan

komitmen daerah dalam rangka mendukung komitmen Pemerintah Indonesia

terhadap target yang disepakati di Johannesburg bahwa pada tahun 2015 secara

bersama-sama dapat mengurangi setengah dari proporsi penduduk yang tidak

memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar, sehingga diperlukan

pembangunan yang secara kontinyu dan sinergi untuk keperluan penyediaan air

minum dan sanitasi dasar.

Dengan demikian secara keseluruhan formulasi visi diatas secara eksplisit

menggambarkan keinginan kuat sekaligus kesertaan Masyarakat dan

Pemerintah Provinsi Banten untuk mengukir sejarah dengan mewujudkan

suatu kondisi pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat dengan ciri utama

sebagai berikut :

Pertama : Mengupayakan perubahan untuk dapat berperilaku hidup

bersih dan sehat.

Kedua : Harapan untuk dapat mewujudkan kondisi AMPL seperti diatas

perlu adanya dukungan beberapa faktor penting diantaranya

adalah dukungan politik dalam rangka pembangunan AMPL di

Page 7: Renstra AMPL Banten

7

Daerah yang di landaskan kepada 11 (sebelas) Pokok Kebijakan

Nasional AMPL – Berbasis Masyarakat yakni :

Air merupakan benda sosial dan benda ekonomi

Pilihan yang di informasikan sebagai dasar tanggapan

kebutuhan

Pembangunan berwawasan Lingkungan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Keberpihakan kepada rakyat miskin

Peran perempuan dalam pengambilan keputusan

Akuntabilitas proses pembangunan

Peran pemerintah sebagai fasilitator

Peran aktif masyarakat

Pelayanan optimal dan tepat sasaran

Penerapan prinsip pemulihan biaya

2.2 MISI

Untuk mencapai dan merealisasikan Visi program AMPL Berbasis Masyarakat

Provinsi Banten menjadi kondisi nyata diperlukan langkah–langkah sebagai

berikut :

1. Mengembangkan dan memelihara kebijakan pembangunan AMPL

2. Meningkatkan Cakupan Air Bersih

3. Meningkatkan cakupan penyehatan lingkungan

4. Mengembangkan peran masyarakat dalam peningkatan PHBS.

5. Mengembangkan sistem informasi pembangunan AMPL

2.3 NILAI-NILAI DASAR

Untuk mencapai Visi – Misi di atas di perlukan nilai-nilai yang harus dijadikan

pijakan dari seluruh pelaku AMPL Berbasis Masyarakat sebagai berikut :

1. Transparan ; merupakan nilai yang selalu dikedepankan oleh pelaku

AMPL sejak proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan

dan pengelolaan hasil pembangunan AMPL

Page 8: Renstra AMPL Banten

8

2. Partisipatif ; merupakan nilai sekaligus metode untuk melibatkan seluruh

elemen pembangunan dan kepentingan sehingga pelaksanaan pembangunan

dan pengelolaan AMPL inklusif dan berkelanjutan

3. Akuntabel ; merupakan nilai keterbukaan yang bertanggung jawab,

sehingga keseluruhan proses pembangunan AMPL dapat di pertanggung

jawabkan sampai kepada anak – cucu

4. Koordinatif ; merupakan nilai yang harus selalu tumbuh kembang dalam

keseharian pelaku AMPL, utamanya koordinasi antara kelembagaan

diinternal pemerintah atau kelembagaan yang ada di masyarakat dan swasta

5. Semangat Pengabdian dan Kebersamaan ; merupakan kata lain dari

bekerja dengan ikhlasuntuk kepentingan bersama dalam upaya hidup sehat

sejahtera dan nyaman.

6. Saling menghormati ; merupakan nilai yang mengakui eksistensi semua

pelaku AMPL tanpa memandang asal usul dan jabatan

7. Sinergis ; merupakan pola pembanguna yang menyatu saling mendukung

dalam rangka pembangunan AMPL, yang tiada henti

8. Semangat Pemberdayaan; merupakan nilai yang mendasar semua tindak

dan pikir dalam membangun AMPL - BM di masyarakat

9. Berpikir positif ; merupakan nilai yang mengedepankan sisi positif dalam

pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat, dengan berpikir positif akan

memperkecil kemungkinan timbulnya konflik kepentingan

2.4 TUJUAN DAN SASARAN

A. TUJUAN

Tujuan yang ingin di capai dari penetapan Misi di atas adalah untuk

mewujudkan kodisi berikut :

1. Tujuan Umum :

Mewujudkan keseluruhan Visi Program AMPL Berbasis Masyarakat

yang hendak di capai yaitu dalam kurun waktu sepuluh tahun kedepan

(tahun 2015)

Page 9: Renstra AMPL Banten

9

2. Tujuan khusus :

Menjaga dan melestarikan kondisi lingkungan dan sumber – sumber

mata air (air baku)

Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku Hidup

Bersih dan Sehat

B. SASARAN

Sasaran untuk meraih Visi – Misi dan Tujuan seperti terpaparkan di muka,

ditetapkan sasaran yang dibagi menjadi sasaran jangka panjang, menengah

dan pendek dengan target capaian sebagaimana tersebut di bawah ini :

1. Sasaran jangka panjang (tahun 2005 – 2015)

Sasaran jangka panjang di targetkan dalam kurun waktu sepuluh tahun

kedepan yakni tahun 2015.

Kondisi yang ingin di capai dalam kurun waktu tersebut adalah

terwujudnya masyarakat Banten yang mampu membangun mengelola

dan memelihara sarana dan prasarana air minum dan lingkungan yang

berkelanjutan, serta terwujudnya masyarakat yang dapat berperilaku

hidup bersih dan sehat.

2. Sasaran jangka Menengah (Tahun 2005 – 2010)

Sasaran Jangka menengah ditargetkan selama kurun lima tahun sejak

tahun 2005 pada tahun 2010 nanti sudah terwujud sasaran antara berupa

teranggarkannya pembangunan untuk AMPL Berbasis Masyarakat

secara rutin dalam APBD di Kabupaten/Kota dan Provinsi yang

didukung oleh kesadaran masyarakat dalam perencanaan pelaksanaan

pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan serta terselamatkannya

sumber air baku.

3. Sasaran jangka pendek (Tahun 2005 – 2007)

Sasaran jangka pendek di targetkan selama kurun waktu dua tahun sejak

tahun 2005. Selama kurun waktu ini diharapkan, tumbuh kesadaran

masyarakat dan aparatur tentang arti pentingnya pembangunan

penyediaan air minum dan sanitasi serta dapat terlaksananya

internalisasi kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat di daerah.

Page 10: Renstra AMPL Banten

10

BAB III

ANALISA KONDISI EKSTERNAL DAN INTERNAL

3.1 GAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN

1. Kondisi Geografis dan Kependudukan Provinsi Banten

Provinsi Banten mempunyai luas kurang lebih 8.800.83 km 2. Berdasarkan

UU No. 23 Tahun 2000 tentang pembentukan Provinsi Banten (Lembaran

Negara Tahun 2000 No. 182 tambahan lembaran Negara No. 4010). Batas

wilayah di tetapkan sebagai berikut :

Sebelah Utara, adalah laut Jawa

Sebelah Selatan, adalah Samudera Indonesia

Sebelah Timur, adalah Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat

Sebelah Barat, adalah Selat Sunda

Secara administratif Provinsi Banten terbagi kedalam 4 (empat) Kabupaten

dan 2 (dua) Kota yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak,

Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang dan Kota Cilegon, Kota

Tangerang. Adapun jumlah penduduk berdasarkan data BPS Tahun 2003

adalah 9.083.144 dengan kepadatan penduduk 1.032 jiwa / KM 2 dan laju

pertumbuhan rata – rata 3.2 % / tahun.

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota Luas Wilayah (km2) 2003 2004

Kabupaten 1. Pandeglang 2.746,90 1.082.012 1.100.911 2. Lebak 2.859,96 1.122.228 1.132.899 3. Tangerang 1.110,38 3.185.694 3.194.282 4. Serang 1.724,09 1.769.995 1.834.514 Kota 5. Tangerang 184,00 1.462.726 1.488.666 6. Cilegon 175,50 326.324 331.872 Banten 8.800,83 8.956.229 9.083.144 Sumber : Provinsi Banten Dalam Angka 2005

Page 11: Renstra AMPL Banten

11

Wilayah Banten berada pada batas astronomis 105o.1’.11’ - 106o.7’.12’ BT

dan 5o.7’.50’ - 7o.1’.1’ LS dan mempunyai posisi yang sangat strategis pada

lintasan perdagangan internasional dan nasional.

Temperatur di daerah pantai dan perbukitan antara 22 oC - 32 oC sedangkan

di pegunungan dengan ketinggian 400 – 1.350 m.dpal mencapai antara 18 oC - 29 oC. Sementara kelembaban udara antara 81%-91%.

Provinsi Banten memiliki jumlah penduduk sebanyak 9.083.144 jiwa pada

tahun 2004.

3.2 ANALISA POTENSI DAN PERMASALAHAN

Air minum penyehatan lingkungan merupakaan kebutuhan dasar yang perlu

mendapatkan perhatian pemerintah untuk masyarakatnya, melalui

WASPOLA kegiatan AMPL Berbasis Masyarakat kegiatannya perlu

ditindak lanjuti dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota. Kebijakan

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di prakarsai oleh BAPPENAS

dan di tandatangani 6 (enam) Departemen dari 5 (lima) Kementerian

Kabinet Indonesia bersatu.

AMPL merupakan kegiatan yang di arahkan untuk mencapai Millenium

Development Goals (MDG), dengan target pada tahun 2015 dapat

mengurangi separuh penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air

minum dan sanitasi. Hal tersebut merupakan komitmen bersama para

negara anggota PBB sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja yang

dideklarasikan di Millenium Summit di bulan September 1999 di New

York dan di tegaskan kembali pada bulan September 2002 di Johannesburg,

Afrika selatan, dimana keterkaitannya pada Goal ke 7 yaitu memastikan

keberlanjutan lingkungan hidup dengan 3 (tiga) sasaran yaitu :

Mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam

kebijakan dan program nasional dan memulihkan sumber daya

lingkungan yang sudah rusak

Page 12: Renstra AMPL Banten

12

Pada Tahun 2015 mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak

memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi lingkungan

Pada Tahun 2020 mencapai peningkatan yang berarti dalam hal

kehidupan paling tidak 100 juta penduduk pemukiman kumuh

3.3 KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN PROVINSI BANTEN

1. Kegiatan Kesertaan Kabupaten / Kota

Pada Tahun kedua 2003 – 2004 pelaksanaan di 7 (tujuh) provinsi,

terdiri dari 14 (empat belas) Kabupaten / Kota, salah satunya adalah

Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Pada Tahun ketiga 2004 – 2005 pelaksanaan di 9 (sembilan)

Provinsi, terdiri dari 16 Kabupaten / Kota. Provinsi Banten

memperoleh kepercayaan untuk program WASPOLA melalui

kebijakan AMPL Berbasis Masyarakat yaitu Kabupaten Pandeglang

dan Kota Tangerang serta Kabupaten Lebak dengan kegiatan tindak

lanjut AMPL Berbasis Masyarakat

Kegiatan tersebut pada umumnya masih berorientasi pada

pemberdayaan masyarakat dan aparatur pemerintah tingkat Provinsi dan

Kabupaten / Kota yaitu melalui TOT dan fasilitasi dalam rangka

pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi kebijakan AMPL

Berbasis Masyarakat yaitu Kabupaten Pandeglang dan Kota Tangerang.

Outcome yang di harapkan adalah tersusunnya kebijakan/ Renstra

AMPL Berbasis Masyarakat di daerah, di Provinsi Banten baru

Kabupaten Lebak, oleh karena itu Kabupaten / Kota lainnya juga

memiliki kewajiban untuk membentuk Tim Pokja AMPL.

2. Kegiatan Pokja AMPL Berbasis Masyarakat Tahun 2005

Pokja AMPL Berbasis Masyarakat Provinsi Banten didasarkan pada SK

Gubernur Nomor : 618 / kep.173-HUK / 2005 tanggal 2 mei 2005

tentang pembentukan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan

Lingkungan Provinsi Banten tahun 2005 – 2006 yang memprioritaskan

Page 13: Renstra AMPL Banten

13

program penyediaan air minum berbasis masyarakat dengan 14 kegiatan

utama (terlampir). Adapun kegiatan yang telah di laksanakan sampai

dengan bulan Desember tahun 2005 adalah 13 kegiatan dan masih

tersisa satu kegiatan yaitu “Dialog Publik”.

Kegiatan ini belum dapat dilaksanakan dengan pertimbangan lebih

mengutamakan penyelesaian Renstra AMPL Provinsi Banten.

3. Cakupan Air Bersih Provinsi Banten tahun 2004 dan 2005 serta

proyeksi tahun 2015

3. Cakupan Sanitasi Provinsi Banten tahun 2004 dan 2005 serta

proyeksi tahun 2015

53.67

34.831.7

48.545.2

62.5

43.71

51.7546.07 48.35

68.02

85.92 86.04

64.36

76.83

67.4 65.85

74.25 72.6

81.25

71.85

25

50

75

100

Kab.Pandeglang

Kab. Lebak Kab. Serang Kab.Tangerang

KotaTangerang

Kota Cilegon ProvinsiBanten

2004 2005 2015

36

26 27

6560

53

44.542.2

27.25

36.69

57.78

85.11

72.8

53.64

6863 63.5

82.5 8076.5

72.25

25

50

75

100

Kab.Pandeglang

Kab. Lebak Kab. Serang Kab.Tangerang

KotaTangerang

Kota Cilegon ProvinsiBanten

2004 2005 2015

Page 14: Renstra AMPL Banten

1

5. Jadwal Kegiatan Pokja AMPL Provinsi Banten Tahun 2005

PELAKU ( INSTANSI ) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

SK Pokja AMPL

Membuat surat minat ikut Program KebijakanAMPL dari Provinsi Banten, ditanda tangani Kepala Bapeda Provinsi BantenDiseminasi dengan mengundang kabupaten/ Direncanakan pada minggu Kota dalam rangka sosialisasi Progam AMPL ke 2 bln April 05sekaligus menjaring peminat Program untuk Bertujuan agar tidak terjadi tahun 2005 miskomunikasi sebab kegiatan

hanya bersifat Asisten Teknis(Technical Assistent ) dan kabupaten perlu menggangarkandana

Audiensi/ Roadshow kepada penentu Kunjugan ke 2 (dua) kebijakan di Provinsi dan kabupaten/Kota kabupaten /kota yang terpilih

TOT renstra AMPL daerah dan TOT MPA - Perkuatan Kelembagaan PokjaMPHAST pembangunan AMPL ProvinsiDialog publik isu strategis AMPL Dilaksanakan di Kabubapten /

Kota yang terpilihKajian permasalahan pembangunan AMPL di Inventarisasi data dan informasiProvinsi Banten pelaksanaan AMPL di Provinsi

Bantensumber-sumber data dapat diambil dari dinas PU, Dinkes, Distamben dan instansi yang terkait

Rapat - rapat rutin Dilaksanakan secara bergiliranoleh instansi yang termasuk dalam pokja Provinsi

Menghadiri rapat di tingkat pusat dan perte- Diikuti secara bergiliran olehmuan koordinasi nasional review Tim Pokjaperkembangan AMPLLokakarya, finalisasi program strategis AMPL Tim Pokja Kerja sama Provinsi dan Kab/Kotadaerah Kab/Kota & Tim yang terpilih

Pokja ProvinsiPendampingan Pokja Provinsi dalam fasilitas Pendampingan Pokja Provinsi jika pelaksanaan kegiatan (kebijakan AMPL ) Kab/kota mengadakan AMPL Kab/Kota seperti pelaksanaan lokakaryaUsulan dana APBD Perubahan TA.2005 BPM menyiapkan RASK/ DASK(ABT TA. 2005 ) ABT TA.2005 untuk operasional

pokja AMPL ProvinsiMonitoring dan evaluasi ( Monev ) kegiatanAMPL berbasis masyarakat di kab / kotaRencana untuk Tahun 2006

Catatan :1, Anggota Tim Pokja terdiri dari Bapeda, Bapedal, BPM, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas PU2, Tim Pokja yang ikut rapat koordinasi dan fasilitasi dilaksanakan secara bergilir.

Segera diurus ke Biro Hukum

Segera dibuat dan dikirimkan

Bapeda

1

2

3

Tim Pokja6

4

5

TIME SCHEDULERENCANA KERJA POKJA AMPL PROVINSI BANTEN TAHUN 2005

Bapeda

Bapedal

KETERANGANRENCANA KERJANO DesemberMaret April NopemberMei Juni Juli Agustus September Oktober

Dinkes

7

BPM

Tim Pokja

Tim Pokja

BPM & Dinkes

10

8

9

Januari Februari

14 Tim Pokja

Tim Pokja13

12

11

Dinkes

Tim Pokja

Page 15: Renstra AMPL Banten

1

3.4. ISU PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN

LINGKUNGAN

a. Kondisi Sarana Prasarana Air Minum Di Provinsi Banten

Masa lalu Masa sekarang Sos Bud :

Sumur dan pompa tangan yang ada di msyarakat sudah tidak berfungsi

Adanya pemahaman dari masyarakat bahwa tanpa adanya sarana & prasarana pendukung tidak bisa menikmati faslitas air

Masih adanya tanggapan masyarakat bahwa alam sekitar berikut isinya warisan nenek moyang, da penggunaannya tidak di batasi

Tidak tepat sasaran

Sos Bud : Adanya pemeliharaan dari masyarakat

pada sarana air bersih yang di miliki oleh setiap keluarga

Masyarakat belum tergerak memelhara sarana dan prasarana air bersih yang di bangun oleh pemerintah

Tersedianya upah bagi lembaga pengelola di tingkat masyarakat

Kehadiran perumahan BT mempengaruhi perilaku masyarakat baik prasarana dan sarana

Pengadaan dan pengelolaan saran da prasarana daerah pedesaan & squater

Dana : Dana tidak memadai Tidak adanya transparansi pendanaan Belum adanya konstribusi masyaarakat

dalam bentuk dana utuk pemeliharaan program

Dana : Belum adanya dana subsidi silang untuk

masyarakat yang miskin Masih kecilnya dana alokasi kegiatan

dalam program AMPL BM

Fisik : Kapasitas produksi unit pengelolaan air

(IPA) beum mencukupi kebutuhan masyarakat

Sarana dan prasarana yang telah terbangun tidak terpelihara dan perlu perbaikan

Masyarakat pedesaan yang sulit air perlu PDAM, akan tetapi jaringan PAM tidak ada

Masih menggunakan sumur gali yang kualitas airnya belum di ketahui layak konsumsi

Keterbatasan lahan untuk IPAL air minum di perkotaan

Kondisi sarana dan prasarana penyediaan air minum

Fisik : Pipa instalasi di tanam lebih dalam &

terlindung dari tekanan permukaan (jauh terhindar terlindas mobil)

Menggunakan sumur bor yang lokasinya tidak memperhitungkan sanitasi lingkungan

Kualitas air menurun karena tercemar limbah

Pengelolaan air minum lebih baik

Lingkungan : Di wilayah Kronjo dan beberapa desa

lainnya kesulitan air bersih, seandainya adapun terasa asin

DAS cisadane makin kecil dan dangkal, aparat PEMDA terkait segera bertindak

Ketersediaan air baku untuk air minum masih terjaga kualita dan kuantitinya

Bila musim hujan tiba, air minum kotor, bau dan terasa asin

Cakupan pelayanan air bersih dari pemerintah (PDAM) masih sangat kurang/ rendah terutama di daerah pedesaan

Air minum yang tidak memenuhi baku mutu air minum

Lingkungan : Tidak tersedianya air baku yang cukup Air baku untuk air minum sulit di

dapatkan akibat pencemaran lingkungan Kualitas air minum baik namun

pengelolaannya belum optimal

Page 16: Renstra AMPL Banten

2

Pencemaran dan sedimentasi pada daerah resapan air

Kualitas dan kuantitas air baku menurun, karena perusakan lingkungan

Fungsi tata guna lahan dan Daerah tangkapan air tidak terpola sehingga terkesan liar.

.Kelembagaan : Sudah adnya lembaga – lembaga atau pokja

pengelolaan air baku Pengelolaan air baku menjadi lebih baik Sering tejadi perebutan sumber air minu

pada kalangan masyarakat Distribusi air minum tidak merata antara

kawasan permukaan dan kawasan industri.

Kelembagaan : Belum optimalnya rencana kerja dewan air

dan pokja –pokja pengelolaan Air baku Pelayanan kurang memuaskan dan kualitas

air minum jelek Program tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat Birokrasi yang kaku dan top down UU dan yang tidak terarah Informasi yang tidak tepat sasaran Pengelolaan sumber air yang tidak jelas Konflik antar kepentingan sumber mata air

dengan masyarakat Isu pemekaran wilayah berpengaruh pada

asset daerah (serang timur dan serang Barat)

PERDA yang di susun oleh pemerintah tidak dapat di pahami oleh masyarakat

b. Kondisi Sarana Prasarana Penyehatan Lingkungan

Masa lalu Masa sekarang Dana :

Minimnya alokasi dana pembangunan untuk AMPL (Keiptakaryaan) jika di bandingkan dengan bidang pengairan (kebinamargaan)

Dana : Minimnya alokasi dana pembangunan

untuk AMPL (keciptakaryaan) jika di bandingkan dengan bidanmg pengairan (ke binamargaan)

Sos bud : Pengelolaan persampahan sebagian

besar di laksnakan leh masyarakat PHBS pada masyarakat masih rendah Masyarakat masih menggunakan

badan sungai untuk air sungai yang kotor untuk mencuci, memasak dan mandi

Budaya hidup sehat belum ada Kesadaran masyarakat untuk memiliki

sarana sanitasi masih rendah

Sos Bud : PHBS lebih di tingkatkan Sering di lakukan penyuluhan atau

sosialisasi masalah PL secara berkesinambungan

Tingkat kesehatan masyarakat desa lebih baik dari tahun –tahun sebelumnya

Saluran pembuangan limbah rumah tangga kurang pemeliharaan , sehingga limbah tidak mengalir dan menimbulkan genangan .

WC umum sudah di bangun, tapi kurang pemeliharaan (tidak di pergunakan lagi)

Tingkat kepedulian warga terhadap kesehatan lingkungan masih kurang

Pembuatan WC sudah ada di setiap keluarga (ada pemeliharaan)

Pemeliharaan sarana yang sudah terbangun kurang di perhatikan

Page 17: Renstra AMPL Banten

3

Budayakan kembali kebiasaan Gotong royong dalam rangka pemberdayaan masyarakat

Fisik : Drainage yang kurang mencukupi Sarana drainage yang kurang

memperhatikan kualitas (tidak sesuai bestek)

Masih banyak sarana yang belum di bangun (SPAL masih tanah, MCK, di kebun, di lading, jaringan air belum terbentuk

Kurangnya tempat pembuangan limbah rumah tangga yang jauh dari pemukiman

Tidak tersedianya TPS yang mencukupi

Bayak perumahan penduduk tidak diplesterisasi

Fisik : Adanya tempat sampah tersedia di setiap

rumah (bak sampah) Perlu adanya master plan drainage Sarana drainage di jadikan SPAL Penyediaan sarana air limbahdomestik

sudah ada namun perawatannya kurang memadai

Tersedianya TPS yang mencukupi Lahan untuk TPA sampah sulit untuk di

dapatkan Tidak menyatunya antara seluruh

drainage dengan SPAL Sarana pengelolaan air limbah domestik

sudah di operasikan, namun belum optimal.

Kelembagaan : Minimnya informasi tentang kesehatan

lingkungan Angkutan sampah DPUK lamban Penanganan sampah organic belum di

tangani oleh PEMdA secara baik

Kelembagaan : Pola pembangunan yang di bangun top

down Pengelolaan limbah masyarakat di kota

Tangerang sudah di tangan I oleh PDAM tetapi tidak di lanjutkan

Berkat IPTEK masyarakat lebih mengerti budaya PHBs

Adanya sebuah kebijakan dengan Visi & Misi yag sama

Lingkungan : Masih banyak wilayah yang kumuh

dan belum tertata Masih kurangnya jalan setapak jalan

lingkungan dan drainage saluran Belum adanya pemanfaatan limbah

domestik Tempat pembuangan akhir sampah

tidakmemperhatikan aspek lingkungan Penyediaan sarana sanitasi lingkungan

sesuai kebutuhn aktivitas rumah tangga Masih adanya droping sampah an

organik dari Provinsi lain melalui sungai Cisadane

Lingkungan : Koservasi di daerah hulu dan sungai Adanya bak – bak penampungan sampah

di setiap rumah Truk sampah dari dinas Kebersihan secara

reguler mengangkut sampah –sampahdari depan rumah –rumah ke TPA

Adanyaiuran bulanan yang di bebankan pada masyarakatuntuk penanganan sampah sampah tersebut.

3.5. ISU STRATEGIS

Isu strategis di rumuskan dari hasil analisis kondisi eksternal dan internal

dengan mempertimbangan hasil lokakarya pendalaman kebijakan dan serta

strategi pelaksanaan AMPL Berbasis Masyarakat di Provinsi Banten.

Formulasi rumusan isu strategis mempunyai hubungan erat atau berpengaruh

langsung terhadap pencapaian Visi – Misi yang telah di tetapkan ada lima

strategis yang berhasil di formulasikan yaitu :

Page 18: Renstra AMPL Banten

4

1. Data tentang AMPL belum tersedia secara baik

Data AMPL sebetulnya tersedia di masing –masing Dinas, Bidang,

Lembaga yang terkait dengan Air Minum penyehatan Lingkungan (AMPL)

hanya perlu di paduserasikan dan di sepakati menjadi satu data yang akurat

dan Valid sehingga pakan pembangunan AMPL ke depan dapat di mulai

dari data & informasi yang sama, valid dan akurat baik angka, lokasi,

maupun permasalahannya.

2. Makin berkembangnya penyakit berbasis lingkungan

Perkembangan wilayah Provinsi Banten terutama di bagian utara sebagai

akibat dari posisinya yang strategis telah berdampak pada padatnya

pemukiman tanpa disertai penyediaan sarana air dan sanitasi yang

memadai. Pada saat yang sama, eksplorasi sumberdaya alam di bagian

selatan yang merupakan daerah tangkapan hujan telah berjalan sedemikian

rupa sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem.

Kedua kondisi di atas menimbulkan berkembangnya penyakit-penyakit

berbasis lingkungan (water bourne disease) dan munculnya penyakit-

penyakit baru berbasis lingkungan seperti flu burung, chikungunya, polio

dan diare.

3. Cakupan Air Bersih dan Sanitasi Dasar masih rendah

Keterbatasan dana pemerintah dalam pembangunan sarana air bersih dan

sanitasi berdampak kepada rendahnya cakupan air bersih dan sanitasi dasar.

Data terakhir menunjukkan bahwa cakupan air bersih di Provinsi Banten

sebesar 64,36% sementara cakupan sanitasi dasar sebesar 53,64%.

4. Sarana Ampl tidak memadai

Kondisi sarana prasarana AMPL banyak yang rusak. Pembangunan yang di

lakukan pada masa lalu lebih mengedepankan fakta penyediaan sarana

prasarana kurang melibatkan masyarakat sehingga tanggung jawab akan

hasil pembangunan yang perlu pemeliharaan sering terabaikan sehinga

pada akhirnya hanya menjadi Monumen Cipta Karya (MCK) di samping

hal tersbut sering terjadi penentuan lokasi tidak di dasarkan pada kebutuhan

nyata sehingga banyak sarana prasarana yang di bangun menjadi kurang

bermanfaat dan tidak tepat sasaran yang pada akhirnya tidak di manfatkan

dan tidak di pelihara akhirnya rusak dan mubadzir.

Page 19: Renstra AMPL Banten

5

3.5 PERSEPSI DAERAH TERHADAP 11 POKOK KEBIJAKAN NASIONAL DAN 16 STRATEGI PELAKSANAAN

A. SEBELAS POKOK KEBIJAKAN NASIONAL

Pokok Kebijakan Definisi yang di pahami daerah

Tantangan pelaksanaan Yang perlu di lakukan daerah

1. Air sebagai benda sosial

air sebagai benda sosial jika air dapat dengan mudah didapat gratis

belum tumbuhnya persepsi masyarakat bahwa air sebagai benda sosial arus di jaga kelestariannya

ketiadaan dana dlam pengelolaan nya

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mendapatkan air bersih

Air sebagai benda

ekonomi

air sebagai benda ekonomi jika air di peroleh dengan membeli, karena mempunyai daya jual

air sebagai benda ekonomi ketersediaannya harus di upayakan melalui proses penyediaan & pengelolaan

aparat dan masyarakat apatis dalam mensosialisasikanbahwa air adlah sebagai benda ekonomi

sosialisasi dalam penggunaan air yang ekonomis sesuai dengan kebutuhan

2. Pilihan yang diinformasikan sebagai dasar pendekatan tanggap kebutuhan

Management partisipatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tepat guna dan tepat sasaran

Ego sektoral dan ego pribadi yang masih sering muncul

Belum terbisa dengan metode baru

Apatis dan bosan

Mengoptimalkan kembali kelompok yang ada di masyarakat untuk menggali dan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat

Membuat jadwal pertemuan reguler dalam kelompok tersebut (ada notulensi)

3. Pembangunan berwawasan lingkungan

Pembangunan sarana air bersih sanitasi lingkungan harus memperhatikan sanitasi di sekitar sumber air

Membangun sarana dan prasarana tanpa harus merusak

Pelestarian sumber daya air

Pembangunan yang ranah lingkungan

Penegakan hokum harus di tetapkan sesuai dengan aturan

Belum tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk belajar menyelamatkan hutan yang ada di sekitarnya

Pemerintah masih belum menjadikan prioritas program –program yang berwawasan lingkungan

Dana SDM yang belum memadai

Sosialisasi adanya peraturan dan pentingnya pelestarian hutan

Melakukan upaya –upaya pengendalian pencemaran lingkungan

Membuat program daur ulang dan IPAL terpadu yang di kelola oleh masyarakat bersama Pemda

PEMDA harus bertindak

tegaa terhadap pengusaha yang melanggar

4. Pendidikan perilaku hidup bersih & sehat

Hidup yang berazaskan sikap dan kondisi sehat sesuai dengan norma yang berlaku baik formal maupun non formal

Budaya malas hidup bersih dan sehat

Wawasan masyarakat masih rendah

Tingkat kehidupan lebih rendah

Sosialisasi formal dan informal tentang PHBS secara kesinambungan

Pelaksanaan harus terpadu dinkes, dinas pendidikan, Dina

Page 20: Renstra AMPL Banten

6

agama,toma dan toga secara rutin

Perlu di adakan lomba rumah & lingkungan yang bersih & sehat

5. Keberpihakan pada masyarakat miskin

Pelayanan yang berdasarkan pada tanggap kebutuhan masyarakat miskin secara berkesinambungan dan merata

Dana alokasi pemerintah untuk subsidi terhadap masyarakat miskin di lakukan secara nyata

Masyarakat miskin adalah yang paling banyak tidak menikmati sarana air bersih dan penyehatan lingkungan

Masih berpihak pada kepentingan penguasa dan tokoh yang mampu

Penyimpangan dana o;leh kelompokatau perorangan yang tidak bertanggung jawab, sehingga tepat sasaran.

Tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat miskin

Adanya subsidi bagi orang miskin pada AMPL

Membuat kesepakatan di tingkat desa dengan memprioritaskan pada masyarakat miskin

Program pendampingan untuk mengajak masyarakat peduli pada pemahaman tentang UU Lingk hidup

6. Peran perempuandalam pengambilan keputusan

Pengguna air yang laping dominan yang harus di berikan akses yang seluas –luasnya serta harus mendapatkan peran lebih dari yang ada sekarang

Perannya sebagai ibu rumah tangga yang merangkap menjadi kepala keluarga

Tingkat pendidikan perempuan di pedesaan masih rendah

Perempuan kurang percaya diri

SDM rendah Banyak kegiatan di

ruang lingkupnya sendiri Di anggap sebagai orang

kedua Kurang peduli pada

masalah yang di timbulkan akibat dari aktifitasnya sehari –hari

Masih kurangnya ruang dan kesempatan untuk mengaktualkan diri

Masih malu - malu

Di adakannya program 0progaram intesive tentang pemberdayaan perempuan (ditingkat RT, RW,kelurahan)

Adanya pembinaan yang berkelanjutan tentang progaram AMPLBM di lingkungan kelompok perempuan (pengajian, arisan, posyandu dll).

Peran perempuan harus di tingkatkan melalui penyuluhan –penyuluhan dan kaderisassi tanpa melepaskan fungsi utama sebagai ibu

7. Akuntabilitas proses

pembangunan

Proses pembangunan harus tepat sasaran tepat waktu dan tepat dalam pendanaan (transparan) serta melibatkan masy

Data perencanaan pembangunan yang tidak lengkap dan akurat

Perlu adanya data perencanaan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Pengawasan dalam proses input – output harus lebih di perketat dengan melibatkan akuntan publik

8. Peran pemerintah

sebagai fasilitator Menampung aspiras

warga sebanyak banyaknya dengsn tetap berprinsip pada azas kebersamaan. Pemerintah dan masyarakat adalah sejajar (sebagai mitra pembangunan)

Pemerintah sebagai

Paradigma pemerintah yang salah

Belum terbiasa dengan pola yang baru ini

Penyadaran bersama melalui pengarahan intensif (rapat rutin) yang sifatnya berjenjang

Page 21: Renstra AMPL Banten

7

mediator dan penampung aspirasi dari masyarkat dan realisasi pelaksanaan program di laksanakan oleh masyarakat –sesuai dengan kemampuannya

9. Peran aktif masyarakat

Masyarakat di libatkan dan bekerjasama dalam suatupembangunan melalaui pemberdayaan masyarakat

Masyarakat harus aktif dan di berikan porsi yang jelas, agar menanggapi atau ikut merasa memiliki / peduli atas hasil pembangunan tersebut

Tidak di libatkannya peran masyarakat dan tidak adanya komunikasi karena tingkat pendidikan masyarakat berbeda

Masih banyak yang beranggapan bahwa masyarakat masih bodoh, terbelakang dan hanya pasif menunggu

Pemerintah masih belum rela atau riskan jika program yang melaksanakan masyarakat

Perlu adnya gerakan peduli lingkungan yang di mulai dari tokoh agama pemuda dan masyarakat sekitar

Perlu kerjasama lintas sektoral

10. Pelayanan optimal dan tepat sasaran

Tidak membeda bedakan kelompok tertentu dalam pelayanan umum (sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada

Tingkat kepedulian masih rendah dari pemerintah

Tidak adnya data base kebutuhanmasyarakat

Tidak tersedianya SDM yang memadai dan tiada dukungan sarana dan prasarana

Adanya base line data program

Perlu adanya penanganan setiap permasalahan yang muncul ke permukaan

11. Penerapan prinsip pemulihan biaya

Mengoptimalkan swadaya dan potensi yang ada pada masyarakat

Memperhitungkan biaya yang harus di keluarkan

Adanya kesepakatan masyarakat dalam menaggung operasional dan pemeliharaan atas sarana yang telah terbangun (perhitungan biaya)

Kebutuhan terkadang tidak terkontrol untuk pengeluaran

Sifat saling memiliki sulit di wujudkan

Belum adanya kemampuan masyarakat untuk iuran dana

Masyarakat pasrah pada keadaan

Membangun kembali keswadayaan warga dan gotong royong

Adanya iuran reguler berdasarkan kemampuan masyarakat, dan besarnya iuran di tetapkan oleh masyarakat itu sendiri

A. ENAM BELAS STRATEGI PELAKSANAAN

STRATEGI PELAKSANAAN DEFINISI YANG

DIFAHAMI DAERAH

TANTANGAN

PELAKSANAAN

YANG PERLU

DILAKUKAN

DAERAH

Mengembangkan kerangka

peraturan untuk mendorong

partisipasi aktif masyarakat

dalam perencanaan,

Perlu payung hukum yang

jelas bagi AMPL Peraturan harus di

sesuaikan dengan kondisi

Kurangnya kesadaran

masyarakat Butuh waktu dan biaya

besar

Membuat perda tentang

peran serta masyarakat Melakukan pendekatan

berbasis sosiologi

Page 22: Renstra AMPL Banten

8

pelaksanaan &

pemeliharaan,serta

pengelolaan saranaprasarana

& saran AMPL

masyarakat Peran serta masyarakat

terlindungi secara hukum

Masyarakat provinsi

bangsel masyarakat yang

heterogen

Meningkatkan investasi untuk

pengembangan kapasitas

sumberdaya masyarakat

pengguna

Memepermudah investor

untuk datang Perlu peningkatan dana

bagi masyarakat sasaran Peningkatan kapasitas

masyarakat pengguna Solusi bagi masyarakat

golongan ekonomi lemah Modal penting tapi

kesadaran masyarakat jauh

lebih penting

Kurangnya kepedulian

pemerintah dan masyarakat Masyarakat menolak

investor

Peningkatan komunikasi

antara masyarakat,

swasta dan pemerintah Penyuluhan tentang

pentingnya investasi

Mendorong penerapan

pilihan-pilihan pembiayaan

untuk pembangunan &

pengelolaan prasarana &

sarana AMPL

Motifasi kpd masyarakat

agar melakukan pilihan

yang sesuai kemampuan Agar pilihan yang di ambil

ekonomis

Masyarakat cenderung

memilih tanpa

menghiraukan pembinaan Masyarakat yang kurang

peduli

Melakukan sosialisasi

penerapan pilihan2 Penyediaan brosur

tentang pilihan 2

pembiayaan

Menempatkan kelompok

pengguna dalam pengambilan

keputusan pada seluruh

tahapan pembangunan serta

pengelolaan prasarana dan

sarana AMPL

Pengguna terlibat aktif

dalam seluruh tahapan

pembangunan

Masyarakat yang kurang

peduli Pengetahuan masyarakat

yang rendah

Melakukan sosialisasi

melalui tokoh

masyarakat dan agama Membentuk tim

pembina dan

pengawasan

Meningkatkan kemampuan

masy di bidang teknik,

pembiayaan & kelembagaan

dlm pembangunan dan

pengelolaan prasarana &

sarana AMPL

Masyarakat mendapat

pelatihan peningkatan

kemampuan Upaya mendidik

masyarakat

Keterbatasan dana

pemerintah

Melaksankan pelatihan

–pelatihan peningkatan

kemampuan Menghidupkan balai –

balai latihan Menganggarkan pada

APBD

Menyusun NSPM sektor

AMPL sebagai upaya

memperbaiki kualitas

pelayanan pada thp

perencanaan, pelaksanaan,

operasi pemeliharaan &

pengelolaan

Pemerintah dan masyarakat

harus secara bersama

menyusun NSPM AMPL

SDM pemerintah yang

lemah

Melakukan pelatihan

penyusunan NSPM Pokja AMPL

bertanggung jawab

menyusun menyusun

NSPM AMPL

Mendorong konsolidasi

penelitian pengembangan dan

diseminasi pilihan teknologi

mendukung prinsip

pemberdayaan masy

Memadukan iptek dan

imtak

Kurangnya minat

pemerintah dan masyarakat Keterbatasan dana

Menganggarkan dalam

APBD

Page 23: Renstra AMPL Banten

9

Mengembangkan motivasi

masy melalui pendidikan

formal dan informal

Pengembangan motivasi

masyarakat sudah saatnya

di lakukan secara formal /

sekolah maupun informal

Sikap masyarakat yang

masa bodoh Kemauan pemerintah yang

setengah - setengah

Melakukan pelatihan

motivasi bagi

masyarakat

Meningkatkan pelestarian

dan pengelolaan lingkungan

khususnya sumber daya air

Pemda dan masyarakat

melakukan upaya optimal

pelestarian untuk menjaga

sumber daya air

Anggapan masyarakat

bahwa pelestarian dan

pengelolaan lingkungan

adalah urusan pemerintah

Membuat gerakan wajib

pendidikan dan latihan

tentang pengelolaan

lingkungan Membuat pertunjukan

dengan isu lingkungan Peningkatan SDM

pemerintah di bidang

lingkungan

Mempromosikan perubahan

pendekatan dlm pengelolaan

prasarana & saran Ampl dari

pendektan berdasarkan

administrasi menjadi

pendekatan sistem

Pemberian informsi bahwa

pembangunan AMPL

adalah kegiatan bersama

antara masyarakat, swasta

dan pemerintah

Pemahaman pemerintah

dan masyrakat tentang

pengertian pendekatan

administrasi dan sistem

Melakukan sosialisasi

tentang pendekatan

sistem

Meningkatkan kualitas

pengelolaan prasarana dan

sarana AMPL yg di lakukan

masy pengguna

Masyarakat terlibat aktif /

di depan dalam

peningkatan kualitas

pengelolaan prasarana dan

sarana AMPL

Keterbatasan dana dan

SDM

Menganggarkan dalam

APBN Melakukan pelatihan 2

Meningkatkan kepedulian

masyarakat pengguna

Sarana dan prasarana

AMPL adalah milik

bersama yang harus di

optimalkan penggunanya

Rendahnya kesadaran

masyarakat Pengetahuan masyarakat

yang terbatas

Mengadakan pelatihan Melakukan pembinaan

langsung kepada

masyarakat Pembentukan badan –

badan pengelola

Menerapkan upaya khusus

pada masy yang kurang

beruntung utk mencapai

kesetaraan pelayanan AMPL

Menerapkan subsidi silang

bagi masyarakat yang

kurang beruntung dalam

AMPL

Keterbatasan dana Menganggarkan dalam

APBN Memberikan subsidi

pembangunan

Mengembangkan pola monev

hasil pembangunan prasarana

dan sarana AMPL yg

berorientasi kepada

pencapaian tujuan dan

ketepatan sasaran

Monev yang mampu

mengkaji ulang keberadaan

AMPL di masyarakat

Keterbatasan SDM Pelatihan monev Pokja bertanggung

jawab mengembangkan

pola monev AMPL

Mengembangkan komponen

kegiatan monev (tingkat

Masy- kab/ kota –Provinsi &

pusat)

Koordinasi dan kesamaan

pandangan dari pusat

sampai daerah

Kurangnya keterpaduann

antara pusat dan daerah

Pokja bertanggung

jawab mengembangkan

komponen Pola monev

AMPL terutama antara

tingkat masyarakat

Page 24: Renstra AMPL Banten

10

dengan Pemda

Mengembangkan dan

menyebarluaskan indikator

kinerja pembangunan

prasarana dan sarana AMPL

Pemda dan masyarakat

harus membuat indikator

kinerja pembangunan

AMPL dan menerapkan

nya

Keterbatasan SDM dan

media yang ada

Menyusun Visi – Misi

agar indikator kinerja

dapat di susun Pemanfaatan media

yang ada

3.7. KONDISI AMPL BANTEN YANG DI HARAPKAN DI MASA YANG

AKAN DATANG

NO ASPEK KEBERLANJUTAN KONDISI AMPL YANG DI HARAPKAN

1 Pendanaan Tersedianya dana untuk pembangunan Sarana Air bersih di setiap kecamatan

Tersedianya dana untuk pembangunan pembangunan dan pengelolaan sampah di setiap wilayah pembangunan

Tersedianya subsidi air minum bagi warga Kota dan Desa yang rawan air Tersedianya bantuan pinjaman untuk pembangunan sarana Air bersih dan

sanitasi untuk masyarakat 2 Teknologi Adanya standarnisasi teknologi pengadaan air minum yang murah

Tersedianya pilihan teknologi pengolahan sampah yang tepat Guna Tersedianya teknologi perpipaan air minum sederhana Tersedianya pilihan TTG AMPL bagi masyarakat

3 Kelembagaan Adanya perda yang mengatur pembangunan AMPL Berbasis Masyarakat Adanya pengelolaan air bersih di musim kemarau bagi masyarakat Adanya petugas (PNS) yang mengurusi AMPL Berfungsi PDAM yang Optimal Terbentuknya Dinas kebersihan dan pnglolaan limbah Adanya Dinas yang memonitor kualitas air dan lingkungan Terbentuknya kelembagaan di masyarakat yang mengurusi AMPL di

kecamatan dan Desa Adanya rencana kerja AMPL Daerah yang konsisten

4 Lingkungan Tidak ada lagi penambang ilegal yang mencari sumber air yang merusak lingkungan

Adanya petugas khusus yang mengontrol kualitas air yang di konsumsi masyarakat

Reklamasi bekas tambang galian 5 Sosial Adanya penghargaan bagoi pengelola AMPL yang baik dan berhasil

Pemasyarakatan AMPL dari tingkat Kabupaten s.d RT Setiap Rumah sekolah dan sarana publik memiliki sarana AMPL PHBS sejak usia dini di seluruh sekolah Gerakan budaya hidup bersih perlu di wujudkan Adanya pelatihan rutin bagi masyarakat tentang AMPL Penyuluhan yang berkelanjutan tentang AMPL

Sumber : Laporan lokakarya rencana kerja dan penyusunan Visi – Misi AMPL Provinsi banten Oktober 2004

Page 25: Renstra AMPL Banten

11

3.8 ANALISA SWOT a. Analisa Kondisi Internal No Internal strategic factors Bobot Rating Skor

(3X4) Kesimpulan (prioritas)

1 2 3 4 5 6

Strenghths

1. Tingginya respons stakeholder dalam kegiatan Pokja

2. Dukungan dana yang cukup dari Pemda

3. Koordinasi yang baik dengan Pokjanas

4. Koordinasi yang baik dengan LSM

5. Dukungan aspek legal terhadap keberadaan Pokja AMPL

15

10

10

10

15

4 3 2 2 3

1,2

0,6

0,4

0,4

0,9

I

III

IV

V

II

Total Strengths 50 3,50

Weaknesses

1. Kurangnya komitmen dinas / instansi dalam implementasi program AMPL – BM.

2. Terlambatnya pencairan dana 3. Padatnya agenda kegiatan di

akhir tahun anggaran 4. Waktu fasilitasi yang terbatas. 5. Kurangnya intensitas

pendampingan Pokja Propinsi ke tingkat Kabupaten.

15

10

10

10

15

3 2 2 2 3

0,9

0,4

0,4

0,4

0,9

I

III

IV

V

II

Total Weaknesses 50 3,0 TOTAL 100

Page 26: Renstra AMPL Banten

12

3.9. ANALISIS KONDISI EKSTERNAL

No External Strategic Factors Bobot Rating Skor (3X4)

Kesimpulan (prioritas)

1 2 3 4 5 6

Opportunities

1. Permintaan untuk terus bekerjasama dengan WASPOLA

2. Kemitraan dengan LSM untuk implementasi program AMPL - BM

3. Kemitraan dengan PT untuk implementasi program AMPL – BM

20 15 15

2

4 4

0,8

1,2

1,2

III

II I

Total Opportunities 50 3,2

Threats

1. Umur WASPOLA yang tinggal 2 tahun lagi.

2. Keberadaan tahun anggaran daerah yang tidak memungkin persiapan masyarakat dilakukan secara lengkap

3. Terbatasnya waktu Pokja AMPL Propinsi untuk melakukan pendampingan ke kabupaten / kota.

4. Orientasi pada program fisik

10

10

20

10

2 3 3 3

0,4

0,6

1,2

0,6

IV

II I

III

Total Threats 50 2,8 TOTAL 100

Page 27: Renstra AMPL Banten

1

3.9. Matrik TOWS dan Strategi Utama

EFAS\IFAS

STRENGHTHS 1. Tingginya respons stakeholder dalam kegiatan

Pokja 2. Dukungan dana yang cukup dari Pemda 3. Koordinasi yang baik dengan Pokjanas 4. Koordinasi yang baik dengan LSM lokal 5. Dukungan aspek legal terhadap keberadaan Pokja

AMPL.

WEAKNESSES 1. Kurangnya komitmen Dinas / Instansi terkait dalam

implementasi AMPL-BM 2. Terlambatnya pencairan dana 3. Padatnya agenda kegiatan di akhir tahun anggaran 4. Waktu fasilitasi yang terbatas 5. Kurangnya intensitas pendampingan Pokja Propinsi

ke tingkat Kabupaten. OPPORTUNITIES

1. Permintaan untuk terus bekerja sama dengan WASPOLA

2. Kemitraan dengan LSM untuk implementasi program AMPL – BM

3. Kemitraan dengan PT untuk implementasi program AMPL – BM.

STRATEGY SO 6,7

1. Optimalisasi peran Pokja AMPL 2. Pelaksanaan strategi komunikasi dengan membuat

jaringan kerja

STRATEGY WO 6,2

1. Pengaturan strategi implementasi secara komprehensif

2. Adanya aturan penggunaan pendekatan AMPL-BM

THREATHS 1. Umur WASPOLA yang tinggal 2 tahun lagi 2. Keberadaan tahun anggaran daerah yang tidak

memungkin persiapan masyarakat dilakukan secara lengkap

3. Terbatasnya waktu Pokja AMPL Propinsi untuk melakukan pendampingan ke kabupaten / kota.

4. Orientasi pada program fisik

STRATEGY ST 6,3

1. Pembagian peran yang seimbang antara WASPOLA/Pokjanas dengan Pokja Daerah

STRATEGY WT 5,8

1. Konsistensi terhadap rencana kegiatan

Page 28: Renstra AMPL Banten

2

Page 29: Renstra AMPL Banten

1

BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN KEBIJAKAN

Visi misi yang terkandung dalam Renstra AMPL-BM merupakan suatu kondisi yang

akan hadir dimasa yang akan datang untuk itu diperlukan strategi pencapaian

berupa program strategis yang selanjutnya dijabarkan sebagai berikut:

4.1. MENGEMBANGKAN DAN MEMELIHARA KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN AMPL

4.1.1. Perkuatan Kapasitas Kelembagaan AMPL di daerah

a. Pengembangan SDM Pokja AMPL (Pelatihan, Magang, Studi

Banding)

b. Pengembangan Sarana Kerja Pokja AMPL

c. Pemasaran Program di tingkat Pengambil Kebijakan

(Roadshow,Dialog Publik, Lokakarya, Diseminasi, Studi Banding)

d. Pengembangan sumber-sumber pembiayaan program AMPL

4.1.2. Meningkatkan KIS (Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi)

Program AMPL

a. Design Program intervensi pembangunan AMPL

b. Koordinasi dan Asistensi Perencanaan Program Intervensi

Pembangunan AMPL

4.2. MENINGKATKAN CAKUPAN AIR BERSIH

4.2.1. Pengembangan sarana prasarana air bersih di daerah

a. Membuat contoh sistem pembangunan Air bersih dengan SIDKOP

(Survei, Investigasi, Desain, Konstruksi, Operasi, Pemeliharaan)

berbasis masyarakat

b. Pengembangan dan Pemeliharaan sarana air bersih di Wilayah

Prioritas

Page 30: Renstra AMPL Banten

2

4.3. MENINGKATKAN CAKUPAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

4.3.1. Pengembangan sarana prasarana penyehatan lingkungan di

daerah

a. Membuat contoh sistem pembangunan Penyehatan Lingkungan

dengan SIDKOP (Survei, Investigasi, Desain, Konstruksi, Operasi,

Pemeliharaan) berbasis masyarakat

b. Pengembangan dan Pemeliharaan sarana Penyehatan Lingkungan

di Wilayah Prioritas

4.4. MENGEMBANGKAN PERAN MASYARAKAT DALAM

PENINGKATAN PHBS.

4.4.1. Pengembangan SDM dan kelembagaan masyarakat tentang PHBS

a. Pelatihan TOT kader AMPL

b. Fasilitasi Program Aksi PHBS Kelompok Masyarakat di daerah

4.5. MENGEMBANGKAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN

AMPL

4.5.1. Penguatan MIS (Management Information System) AMPl di

daerah

a. Penyusunan Database AMPL

b. Promosi/ penyebarluasan informasi pembangunan AMPL melalui

media cetak dan elektronik

c. Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembangunan AMPL

d. Pemetaan Wilayah Prioritas Intervensi Pembangunan AMPL

Provinsi Banten

Page 31: Renstra AMPL Banten

3

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Renstra AMPL-BM Banten diamaksudkan sebagai aran dan pedoman umum

penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan AMPL-BM selama kurun

waktu sepuluh tahun kedepan

2. kurun waktu sepuluh tahun adalah merupakan batas waktu minimal yang

dapat dipergunakan untuk mewujudkan Visi AMPL-BM

3. Untuk dapat mewujudkan Visi AMPL-BM dibutuhkan rumusan Misi yang

terdiri dari beberapa beberapa kondisi parameter pencapaian target dan

sasaran yang telah ditetapkan

4. penetapan strategis pencapain yang terdiri dari pokok kebijakan program dan

kegiatan merupakan rangakaian langkah strategis untuk menyikapi isu

strategis yang melingkupi ranah menuju perwujudan Visi dan Misi yang pada

dasarnya adalah langkah awal menuju pelaksanaan kegiatan yang

sesungguhnya, karena beberapa hal yang ditetapkan sifatnya pokok dan

mendasar yang memerlukan penjabaran lebih lanjut

5. Antara Renstra AMPL-BM dengan Renstra Daerah Provinsi Banten terdapat

hubungan yang integral karena hal-hal yang diurai dalam Renstra AMPL-BM

merupakan penjabaran lebih lanjut dari Renstra Daerah Provinsi Banten

B. HARAPAN

1. Dokumen Renstra AMPL-BM Banten bukanlah sebuah kitab suci yang

tidak dapat berubah ataupun berubah sepanjang masa. Karena itu agar

substansi yang terkandung di dalamnya tetap dapat mengikuti tuntutan

perkembangan zaman diperlukan proses evaluasi secara berkelanjutan

2. Realisasi Renstra AMPL-BM Banten wajib didukung oleh segenap elemen

stakeholders yang ada.

3. Sebagai dokumen perencanaan yang dihasilkan secara poartisipatif melalui

serangkaian lokakarya dan diskusi mendalam sudah tentu dalam realisasinya juga

dilakukan pendekatan partisipatif juga, sehingga hasil yang diraih dapat optimal.