ampas kelapa

6
Jurnal Matematika dan Sains Vol. 8 No. 2, Juni 2003, hal 51 – 56 Konsumsi Oksigen, Kadar Hb Darah, Dan Pertumbuhan Ikan Mas, Cyprinus carpio, Diberi Pakan Campuran Ampas Kelapa  Darmadi Goenarso 1)  , Suripto, dan K.I. Susanthi 1)  Laboratorium Fisiologi - Departemen Biologi FMIPA - Institut Teknologi Bandung  Jl.Ganesa 10 Bandung, 40132 [email protected] Diterima tanggal 5 Meret 2002, disetujui untuk dipublikasikan 29 April 2003  Abstrak Telah dilakukan percobaan di laboratorium terhadap ikan mas (Cyprinus carpio ) yang diberi pakan campuran ampas kelapa. Ikan mas yang berumur 4-5 bulan (n=50, berat = 24,46-25,78 g), dipelihara di setiap akuarium (50x30x30 cm) yang berisi satu ekor ikan. Ampas kelapa dicampurkan pada pakan ikan yang diperdagangkan. Campuran pakan yang diberikan sebagai perlakuan dibuat lima konsentrasi (b/b) yaitu: 30% (P 30 ), 40% (P 40 ), 50% (P 50 ), dan 60% (P 60 ). Terhadap ikan kontrol hanya diberi pakan yang diperdagangkan. Percobaan dilakukan selama 10 minggu dengan lima kali ulangan. Pakan diberikan dua kali sehari sebanyak 10% berat badan. Pengukuran konsumsi oksigen dan penimbangan berat badan dilakukan seminggu sekali setelah sebelumnya ikan dipuasakan selama 24 jam. Kadar hemoglobin (Hb) ikan diukur pada saat awal dan akhir percobaan. Uji statistik menggunakan Analisis Variansi (ANAVA). Hasil percobaan menunjukkan laju konsumsi oksigen pada ikan  perlakuan tidak berbeda dengan ikan kontrol. Kecepatan pertumbuhan nisbi ikan menurun secara nyata, masing- masing pada P 30  , P 40  , P 50  , dan P 60 rata-rata sebesar 0,042%, 0,041%, 0,031%, 0,018%, sedangkan pada ikan kontrol sebesar 0,104%. Kadar Hb ikan sesudah perlakuan (rata-rata = 7,89 mg/dl) tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kadar Hb ikan saat awal (rata-rata 7,91 mg/dl). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa campuran pakan ikan dengan ampas kelapa dapat digunakan sebagai pakan ikan, namun  perbaikan pada komposisi nutrisi pakan masih perlu dilakukan untuk meningkatkan laju tumbuh ikan.  Kata kunci: ikan mas, ampas kelapa, kadar Hb, konsumsi oksigen.  Abstract  A laboratory experiment on carp (Cyprinus carpio ) given a shredded coconut mixed diet has been conducted. Carp aged 4 – 5 months (n = 50; weight = 24,46-25,78 g), were kept individually in each aquarium (50x30x30 cm). The waste shredded coconut was mixed with commercial fish feed. Five concentrations (w/w) of mixed diet were given as treatment, i.e.: 30% (P 30 ), 40% (P 40 ), 50% (P 50 ), and 60% (P 60 ). Controlled fish was only given commercial feed. The experiment was done within 10 weeks with five replicates. Fish were fed twice daily as much as 10% of body weight. Measurements on oxygen consumption rate and body weight were done weekly. The fish were kept from food  for 24 hours prior to measurements. The hemoglobin concentration was measured at the beginning and at the end of the experiment only. ANOVA was used for statistical tests. Results showed that the oxygen consumption rate of the treated fish was not different from the controlled fish. Relative growth rate decreased significantly. The average growth rate of fish treated with P 30  , P 40  , P 50  , P 60  , were respectively 0.042%, 0.041%, 0.031% and 0.018%. Growth rate of controlled fish was 0.104%. There was n o difference on the hemoglobin concentration measured at the end of the experiment (7.89 mg/dl) compared to the value at the start (7.91 mg/dl) of the experiment. It can be concluded that waste shredded coconut mixed diet might be used as fish feed. However, some improvements should be done on the composition of nutrition in the diet to increase the fish growth rate.  Keywords: carp, waste shredded coconut, Hb concentration, oxygen consumption. 1. Pendahuluan Untuk memenuhi kebutuhan akan protein bagi pemenuhan kebutuhan gizi bagi masyarakat, ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang ideal. Namun, harga pakan masih merupakan hambatan yang cukup berarti dalam keberlangsungan proses budidaya. Untuk menyiasati mahalnya harga pakan, timbul kebutuhan terhadap bahan pakan yang lebih murah tetapi memiliki nilai nutrisi yang diperlukan ikan. Protein merupakan bagian pakan ikan yang termahal dan terpenting. Umumnya pakan yang mengandung nutrisi dasar protein hewani akan mahal 1) . Karenanya perlu dicari alternatif lain agar ikan secara langsung atau tidak langsung memperoleh nutrisi yang sesuai dan mencukupi kebutuhannya untuk tumbuh dan berbiak. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memanfaatkan komponen nabati sebagai pengganti komponen hewani. Ampas kelapa sebagai salah satu sumber 51

Transcript of ampas kelapa

Page 1: ampas kelapa

5/14/2018 ampas kelapa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ampas-kelapa 1/6

 

Jurnal Matematika dan SainsVol. 8 No. 2, Juni 2003, hal 51 – 56

Konsumsi Oksigen, Kadar Hb Darah, Dan Pertumbuhan Ikan Mas,

Cyprinus carpio, Diberi Pakan Campuran Ampas Kelapa

 Darmadi Goenarso1) , Suripto, dan K.I. Susanthi

1) Laboratorium Fisiologi - Departemen BiologiFMIPA - Institut Teknologi Bandung

 Jl.Ganesa 10 Bandung, 40132

[email protected]  

Diterima tanggal 5 Meret 2002, disetujui untuk dipublikasikan 29 April 2003

 Abstrak

Telah dilakukan percobaan di laboratorium terhadap ikan mas (Cyprinus carpio

 

) yang diberi pakan campuran

ampas kelapa. Ikan mas yang berumur 4-5 bulan (n=50, berat = 24,46-25,78 g), dipelihara di setiap akuarium

(50x30x30 cm) yang berisi satu ekor ikan. Ampas kelapa dicampurkan pada pakan ikan yang diperdagangkan.

Campuran pakan yang diberikan sebagai perlakuan dibuat lima konsentrasi (b/b) yaitu: 30% (P30), 40% (P40), 50%(P50), dan 60% (P60). Terhadap ikan kontrol hanya diberi pakan yang diperdagangkan. Percobaan dilakukan

selama 10 minggu dengan lima kali ulangan. Pakan diberikan dua kali sehari sebanyak 10% berat badan.

Pengukuran konsumsi oksigen dan penimbangan berat badan dilakukan seminggu sekali setelah sebelumnya ikan

dipuasakan selama 24 jam. Kadar hemoglobin (Hb) ikan diukur pada saat awal dan akhir percobaan. Uji statistik 

menggunakan Analisis Variansi (ANAVA). Hasil percobaan menunjukkan laju konsumsi oksigen pada ikan

 perlakuan tidak berbeda dengan ikan kontrol. Kecepatan pertumbuhan nisbi ikan menurun secara nyata, masing-

masing pada P30 , P40 , P50  , dan P60 rata-rata sebesar 0,042%, 0,041%, 0,031%, 0,018%, sedangkan pada ikan

kontrol sebesar 0,104%. Kadar Hb ikan sesudah perlakuan (rata-rata = 7,89 mg/dl) tidak berbeda nyata

dibandingkan dengan kadar Hb ikan saat awal (rata-rata 7,91 mg/dl). Berdasarkan hasil tersebut dapat 

disimpulkan bahwa campuran pakan ikan dengan ampas kelapa dapat digunakan sebagai pakan ikan, namun

 perbaikan pada komposisi nutrisi pakan masih perlu dilakukan untuk meningkatkan laju tumbuh ikan.

 Kata kunci: ikan mas, ampas kelapa, kadar Hb, konsumsi oksigen.

 Abstract

 A laboratory experiment on carp (Cyprinus carpio

 

) given a shredded coconut mixed diet has been conducted. Carp

aged 4 – 5 months (n = 50; weight = 24,46-25,78 g), were kept individually in each aquarium (50x30x30 cm). The

waste shredded coconut was mixed with commercial fish feed. Five concentrations (w/w) of mixed diet were given as

treatment, i.e.: 30% (P30), 40% (P40), 50% (P50), and 60% (P60). Controlled fish was only given commercial feed.

The experiment was done within 10 weeks with five replicates. Fish were fed twice daily as much as 10% of body

weight. Measurements on oxygen consumption rate and body weight were done weekly. The fish were kept from food 

 for 24 hours prior to measurements. The hemoglobin concentration was measured at the beginning and at the end of 

the experiment only. ANOVA was used for statistical tests. Results showed that the oxygen consumption rate of the

treated fish was not different from the controlled fish. Relative growth rate decreased significantly. The average

growth rate of fish treated with P30 , P40 , P50 , P60 , were respectively 0.042%, 0.041%, 0.031% and 0.018%. Growthrate of controlled fish was 0.104%. There was n o difference on the hemoglobin concentration measured at the end 

of the experiment (7.89 mg/dl) compared to the value at the start (7.91 mg/dl) of the experiment. It can be concluded 

that waste shredded coconut mixed diet might be used as fish feed. However, some improvements should be done on

the composition of nutrition in the diet to increase the fish growth rate.

 Keywords: carp, waste shredded coconut, Hb concentration, oxygen consumption.

1. Pendahuluan

Untuk memenuhi kebutuhan akan protein bagipemenuhan kebutuhan gizi bagi masyarakat, ikan

merupakan salah satu sumber protein hewani yang

ideal. Namun, harga pakan masih merupakan

hambatan yang cukup berarti dalam keberlangsunganproses budidaya. Untuk menyiasati mahalnya harga

pakan, timbul kebutuhan terhadap bahan pakan yanglebih murah tetapi memiliki nilai nutrisi yang

diperlukan ikan. Protein merupakan bagian pakan

ikan yang termahal dan terpenting. Umumnya pakanyang mengandung nutrisi dasar protein hewani akan

mahal1). Karenanya perlu dicari alternatif lain agar

ikan secara langsung atau tidak langsung

memperoleh nutrisi yang sesuai dan mencukupi

kebutuhannya untuk tumbuh dan berbiak. Berbagaiusaha telah dilakukan untuk memanfaatkankomponen nabati sebagai pengganti komponen

hewani. Ampas kelapa sebagai salah satu sumber

51

Page 2: ampas kelapa

5/14/2018 ampas kelapa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ampas-kelapa 2/6

 

JMS Vol. 8 No. 2, Juni 2003 52

nabati yang berpotensi sebagai pakan ternak, perlu

dicoba sebagai campuran pada pakan ikan.

Penggunaan ampas kelapa sebagai salah satu

komponen dalam pakan ikan diharapkan dapat

menurunkan jumlah kandungan pakan yang mahal.

Ampas kelapa bukan merupakan sumber nabatidengan kandungan protein yang tinggi. Namun

melalui proses metabolisme dapat terjadi pengubahan

lemak atau karbohidrat menjadi protein selama kedua

komponen tersebut belum habis terpakai untuk 

aktivitas lain di dalam tubuh 2). Pemanfaatan ampas

kelapa juga merupakan usaha untuk memanfaatkan

bahan yang tidak terpakai lagi bagi konsumsi

manusia. Ampas kelapa biasanya tidak diperjual-

belikan, dapat diperoleh cukup banyak dari tempat-

tempat penghasil makanan manusia yang

menggunakan bahan dasar kelapa. Hipotesis yang

diajukan kemudian adalah bahan terbuang dari

industri makanan manusia khususnya ampas kelapadapat digunakan sebagai komponen pakan ikan.

Percobaan ini bertujuan pula untuk mengukur

aktivitas faal dan pertumbuhan ikan mas yang diberi

pakan campuran ampas kelapa.

2. Cara Kerja

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ikan mas (Cyprinus carpio Linne.) yang

berumur 4 - 5 bulan dengan berat 24,46-25,78 g. Ikan

dibeli dari Balai Benih Ikan (BBI) Majalaya, Kec.

Ciparay. Ikan mas dipelihara dalam akuarium,

berukuran 50x30x30 cm, berisi air 32 liter, melewati

masa karantina selama 7 hari dan masa aklimatisasi

selama 2 minggu. Pakan yang diberikan selama masa

karantina dan masa aklimatisasi ikan adalah pelet

yang diperoleh dari penjual pakan ternak dan ikan;

diberikan dua kali sehari sebanyak 10% berat badan

ikan. Setelah melewati masa aklimatisasi, dilakukan

seleksi ikan yaitu proses pemilihan ikan yang hendak 

dijadikan hewan uji. Pemilihan didasarkan atas berat

badan (25 ± 1g) dan pengamatan kondisi fisik ikan

yaitu sisik lengkap dan gerakannya lincah.

Selanjutnya, ikan ditempatkan sebanyak satu ekor

pada setiap akuarium. Pengamatan percobaan

dilakukan selama 10 minggu.

Perlakuan yang diberikan berupa variasi pakan

dengan lima macam komposisi campuran ampas

kelapa dalam pakan (Tabel 1).

Tabel 1. Perbandingan berat campuran bahan alam

pakan

Jenis

Pakan

Pelet

komersial

Ampas

kelapa

Kanji

P0 100 0 0

P30 60 30 10

P40 50 40 10

P50 40 50 10

P60 30 60 10

Bahan yang digunakan untuk pembuatan

pakan adalah pelet ikan produksi Charun Pokphand

(pelet awal), ampas kelapa dari rumah makan, kanji,

dan air. Pelet yang akan digunakan dihaluskan

dengan “blender”. Ampas kelapa sebelum

dihaluskan, dikeringkan terlebih dahulu selama 4-5

hari di udara terbuka. Pakan dibuat dengan cara

mencampurkan pelet awal (telah halus), dicampurdengan ampas kelapa, dan kanji menurut

perbandingan berat tertentu. Selanjutnya air ditambah

secukupnya agar mudah membentuk pelet baru.

Pengujian kimia pakan dilakukan terhadap

kandungan protein, karbohidrat, lemak, kadar air,

serat dan abu (Tabel 2).  Pemberian pakan selama

perlakuan dilakukan dua kali sehari pada pagi dan

siang hari, dengan jumlah berat sekitar 10% dari

berat badan ikan.

Tabel 2. Kandungan di dalam pakan percobaan ikan

Hasil (%)Kandungandidalam pakan P0 P30 P40 P50 P60

Protein 26,09 17,19 15,04 12,97 10,86

Karbohidrat 30,27 22,39 20,77 19,15 17,54

Lemak 3,44 12,66 15,83 19 22,17

Kadar air 11,94 11,95 11,93 11,91 11,89

Serat 1,67 4,5 5,07 5,63 6,19

Abu 10,52 6,62 5,65 4,67 3,7

Parameter yang diukur pada setiap perlakuanmeliputi berat badan, laju konsumsi oksigen dan

kadar hemoglobin ikan uji. Pengukuran konsumsi

oksigen ikan dilakukan dengan cara menempatkan

ikan uji dalam air mengalir3). Sehari sebelum

dilakukan pengukuran konsumsi oksigen, ikan

dipuasakan selama 24 jam. Pengukuran konsentrasioksigen terlarut dilakukan dengan cara titrasi

Winkler. Konsumsi oksigen (mg/j/g) dihitung dengan

menggunakan rumus berikut3) :

A (mg/j/g) = [d DO (mg/l) x Q (l/j) ] / g (1)

Keterangan:

A = penggunaan oksigen dalam satuan mg dalam

waktu satu jam oleh satu gram ikan (mg/j/g)

d DO = selisih kadar oksigen terlarut dalam air

sebelum dan sesudah melewati botol berisi

ikan

Q = debit sirkulasi air, diukur pada kelimpahan

air yang masuk pada botol cadangan dalamwaktu tertentu

g = gram berat badan ikan yang diuji

Pengukuran berat badan ikan mas dilakukan

sekali setiap minggu menggunakan timbangan digital

dengan ketelitian 0,01 g. Pengukuran berat badan

dilakukan dengan cara menimbang ikan dalam bejana

berisi air yang sebelumnya telah diketahui beratnya.

Berat ikan merupakan selisih antara berat bejana

setelah ikan dimasukkan dan berat bejana sebelum

ikan dimasukkan. Kecepatan pertumbuhan nisbi

dirumuskan sebagai persentase pertumbuhan pada

tiap interval waktu. Nilai kecepatan pertumbuhannisbi didapat dari perhitungan dengan menggunakan

rumus berikut4)

Page 3: ampas kelapa

5/14/2018 ampas kelapa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ampas-kelapa 3/6

 

53 JMS Vol. 8 No. 2, Juni 2003

G = (log e W2 – log e W1) 100 / (t2 – t1) (2)

Keterangan:

G = % per satuan waktu

W2 = berat ikan pada akhir interval

W1 = berat ikan pada awal interval

(t2 – t1) = interval waktu

Pengambilan darah dimulai dengan membius

ikan dengan cara menusuk bagian anterior kepala

ikan dengan jarum jara. Selanjutnya, bagian ekor ikan

dipotong dan darah yang mengalir dihisap dengan

pipa kapiler yang telah mengandung heparin sebagai

senyawa anti-beku. Kadar hemoglobin diukur denganmenggunakan metoda Sahli5) .

Data yang didapat dianalisis dengan uji

statistik analisis variansi pada tingkat kepercayaan

95% yang dilanjutkan dengan uji Duncan untuk 

mengetahui perbedaan nyata, berat badan rata-rata

mingguan, kecepatan pertumbuhan nisbi rata-rata danlaju konsumsi oksigen rata-rata mingguan.

Pengukuran kadar Hb hanya dilakukan terhadap ikan

uji pada awal dan akhir percobaan.

3. Hasil

Grafik berat badan ikan terhadap waktu

menunjukkan kecenderungan yang meningkat untuk 

semua perlakuan selama 10 minggu (Gambar 1).

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

   B  e  r  a   t   b  a   d  a  n   (  g   )

ToT1T2T3T4T5T6T7T8T9T10

P0P30

P40P50

P60

Waktu (Minggu)

  P e r  l a  k u

 a n   P a  k a

 n

P0

P30

P40

P50

P60

Gambar 1. Berat rata-rata ikan mas (g) pada setiap

minggu

Hal ini menunjukkan bahwa berat badan ikan selalu

bertambah baik untuk ikan yang diberi pakan kontrol

maupun ikan yang diberi pakan bercampur ampas

kelapa. Pada akhir pengamatan, berat badan tertinggi

dicapai oleh ikan dengan perlakuan P0 yaitu sebesar

65,942 ± 7,600 g, diikuti oleh P30 (37,904 ± 4,549 g),

P40 (37,140 ± 5,902 g), P50 (34,294 ± 4,394 g) dan

terendah adalah P60 (29,984 ± 3,376 g). Uji statistik 

analisis variansi dengan beda nyata terkecil/LSD

pada tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan

dengan uji Duncan menunjukkan adanya perbedaan

yang nyata antara ikan kontrol (P0) dengan ikan yang

diberi pakan bercampur ampas kelapa (P30, P40, P50 

dan P60). Ikan mas yang diberi pakan kontrol

memiliki berat badan lebih tinggi dan berbeda nyatadengan ikan yang diberi pakan bercampur ampas

kelapa.

Pada data kecepatan pertumbuhan nisbi rata-

rata yang digambarkan dalam bentuk diagram balok 

(Gambar 2) terlihat bahwa ikan dengan perlakuan P0 

(kontrol) memiliki kecepatan pertumbuhan nisbi rata-

rata tertinggi, kemudian diikuti ikan dengan

perlakuan P30, P40, P50, dan P60. Uji statistik kecepatan tumbuh rata-rata ini menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata antara kontrol (P0) dengan

perlakuan pakan yang dicampur ampas kelapa. Ikan

yang mendapat perlakuan P0 (kontrol)  memiliki

kecepatan pertumbuhan nisbi tertinggi.

10.4

4.2 4.13.1

1.8

0

2

4

6

8

10

12

   L  a   j  u   t  u

  m   b  u   h  n   i  s   b   i   (   %   )

P0 P30 P40 P50 P60

Perlakuan Pakan

Gambar 2. Laju pertumbuhan spesifik ikan selama

percobaan

Kecepatan pertumbuhan nisbi antara ikan P30, P40,

dan P50 tidak berbeda nyata, demikian pula antara P50 

dan P60. Perlakuan P60 menunjukkan kecepatan

pertumbuhan nisbi yang lebih rendah dan berbedanyata dengan P0 , P30 dan P40. Meskipun secara

statistik kecepatan pertumbuhan nisbi pada P60 tidak 

berbeda nyata dengan P50, namun dapat dilihat bahwa

ikan mas yang diberi pakan P60 memiliki kecepatan

pertumbuhan nisbi paling lambat.Pengukuran konsumsi oksigen untuk 

menentukan laju konsumsi oksigen ikan

menunjukkan bahwa aktivitas ini cenderung menurun

pada P0 (kontrol), P30, P50, dan P60; sedangkan pada

P40 laju konsumsi oksigen cenderung meningkat

(Gambar 3).

0.00

0.10

0.20

0.30

0.40

0.50

   K  o  n  s  u  m  s   i  o   k  s   i  g  e  n   (  m  g   /   j   /  g   b   b

To

T2

T4

T6

T8

T10 P0 P30 P40 P50 P60

W  a k t  u  (  m i  n g g u  ) 

Perlakuan pakan

P0

P30

P40

P50

P60

Gambar 3. Laju konsumsi oksigen rata-rata ikan mas

pada setiap minggu

Berdasarkan perhitungan secara statistik secara

umum tidak terdapat perbedaan yang nyata pada laju

Page 4: ampas kelapa

5/14/2018 ampas kelapa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ampas-kelapa 4/6

 

JMS Vol. 8 No. 2, Juni 2003 54

konsumsi oksigen ikan selama 10 minggu

pengamatan.

Kadar Hb yang diukur pada ikan pada awal

dan akhir percobaan dalam masing-masing perlakuan

tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata

kecuali untuk perlakuan P30, nyata lebih tinggidibandingkan dengan kadar Hb ikan perlakuan

lainnya. Kadar Hb ikan terendah, terukur pada P60,

namun secara statistik tidak berbeda nyata dengan

lainnya, kecuali dengan ikan yang mendapat

perlakuan P30 (Tabel 3).

Tabel 3. Kadar Hb (g/dl) rata-rata sebelum dan

sesudah perlakuan

4. Pembahasan

Hasil pengukuran berat badan menunjukkan,

bahwa berat badan ikan perlakuan (P30, P40, P50 dan

P60) berbeda nyata bila dibandingkan dengan kontrol

(P0) sejak minggu ke-1 hingga minggu ke-10.

Meskipun berat seluruh ikan masih menunjukkan

peningkatan, namun kecepatan pertumbuhan nisbi

ikan semakin menurun sejalan dengan bertambahnya

ampas kelapa dalam pakan. Enerji yang terkandung

pada pakan yang berbeda-beda mengakibatkan laju

pertumbuhan yang bervariasi pula6). Dalam

percobaan pakan ini, pakan yang diberikan masih

memenuhi kebutuhan enerji dasar karena masih

menunjukkan peningkatan berat badan. Namun,

dengan penambahan kadar ampas kelapa pada pakan,

tampaknya enerji yang diperlukan semakin kurang;

laju pertumbuhan semakin rendah. Jumlah energi

kimia yang terkandung dalam pakan berkaitan

dengan komposisi penyusun pakan terutama

karbohidrat, lemak, dan protein. Berdasarkan

komposisi pakan perlakuan, semakin banyak ampas

kelapa yang ditambahkan, semakin berkurang

kandungan protein dan semakin bertambah

kandungan lemak bila dibandingkan dengan pakan

kontrol. Meskipun kadar protein pakan campuran

dengan kelapa menjadi rendah tetapi melalui proses

metabolisme, lemak yang terserap dapat diubah

menjadi karbohidrat atau protein2). Persyaratannya

adalah lemak dalam campuran pakan ini harus

merupakan lemak yang mudah dicerna dan diserapsistem pencernaan ikan.

Komposisi lemak berpengaruh terhadap

proses pencernaan; asam lemak tak jenuh akan lebih

cepat dicerna daripada asam lemak jenuh8). Bila

kandungan lemak yang berasal dari ampas kelapa

memiliki asam lemak jenuh yang tinggi maka

dibutuhkan energi pemecahan lemak yang lebih

besar, sehingga energi untuk pertumbuhannya

berkurang. Pada percobaan ini tidak dilakukanpenentuan macam atau jenis dan kadar lemak yang

terkandung pada ampas kelapa. Bagaimanapun

kandungan lemak total pada pakan akan

memperlambat proses pencernaan dan waktu kosong

saluran pencernaan ikan. Dengan adanya faktor

tersebut, diduga ikan yang diberi pakan campuran

dengan ampas kelapa mengkonsumsi pakan lebih

sedikit dan lebih lama dibandingkan dengan ikan

kontrol. Namun, telah dilaporkan bahwa ikan tetap

memerlukan lemak pakan dalam bentuk asam lemak 

tak jenuh. Umumnya asam lemak tak jenuh dengan n-

3 dan n-6 merupakan nutrisi yang diperlukan ikan air

tawar9).

Perlakuan

Pakan

Hb sebelum

perlakuan

Hb sesudah

perlakuan Beda nyata

P0 8,04 ± 0,99 7,84 ± 0,47 0,747

P30 7,73 ± 0,89 9,1 ± 0,45 0,046 *

P40 7,92 ± 0,68 8,15 ± 0,47 0,616

P50 7,50 ± 0,66 7,67 ± 1,19 0,807

P60 8,34 ± 0,55 6,66 ± 1,57 0,077

Keterangan: * = beda nyata

Menurut penelitian yang pernah dilakukan,

pakan dengan kadar lemak 7,5% dan kadar protein

38% akan memberikan pertumbuhan optimum untuk 

ikan mas dengan berat awal 13 gram, sedangkan

untuk pakan dengan kadar lemak lebih dari 7,5% (10;

12,5; 15%) dengan kadar protein yang sama

menunjukkan pertambahan berat badan ikan yang

lebih rendah 7). Komposisi pakan yang diberikan pada

penelitian ini menunjukkan bahwa kadar lemak 

pakan yang dicampur ampas kelapa seluruhnya lebih

besar dari 7,5% sehingga sesuai dengan penelitianterdahulu7) yaitu pertambahan berat badan ikan

semakin rendah sejalan dengan makin tingginyakadar lemak yang berasal dari ampas kelapa.

Kandungan nutrisi pada pakan kontrol yang

memiliki kandungan protein paling tinggi (26,09 %)

diperkirakan merupakan salah satu faktor yangmenyebabkan pertumbuhannya paling cepat

dibandingkan dengan perlakuan lain (protein > 20%).

Dilaporkan bahwa protein merupakan komponen

utama yang diperlukan dalam membentuk sel-sel atau

  jaringan pada masa pertumbuhan, sehingga bila

kebutuhan protein tercukupi maka pertumbuhan yang

ditunjukkan dengan kenaikan berat badan akan

berjalan lebih cepat10). Berdasarkan penelitian pada

ikan nila (Oreochromis niloticus L.), pertumbuhan

ikan semakin cepat sejalan dengan meningkatnya

kandungan protein pakan yang diberikan yaitu 25%,

30%, 35%, 40%, dan 45% 11). Telah dilaporkan pula

bahwa cacing tanah yang dicampurkan pada pakan,

sebanyak 10 %, telah dapat meningkatkan berat

badan ikan Gurame yang berumur 6 bulan12).

Perlakuan pakan dengan ampas kelapa

menyebabkan meningkatnya kandungan serat seiring

bertambahnya pencampuran ampas kelapa. Makanan

yang berserat akan menyebabkan bertambahnya

energi yang dibutuhkan dalam proses pencernaan6).

Diperkirakan pada ikan dengan perlakuan P30

, P40

, P50

 

dan P60, energi yang seharusnya dapat digunakan

untuk menambah jaringan tubuh, dikeluarkan untuk 

proses mencerna pakan yang berserat. Hal ini terlihat

Page 5: ampas kelapa

5/14/2018 ampas kelapa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ampas-kelapa 5/6

 

55 JMS Vol. 8 No. 2, Juni 2003

pada ikan yang diberi pakan P60 yang mengandung

serat dalam jumlah terbanyak (6,19 %) dibandingkan

dengan perlakuan lainnya memiliki berat badan akhir

yang terendah. Dilaporkan bahwa serat tidak 

memiliki nilai nutrisi; kandungan serat yang tinggi

pada pakan ikan dapat menurunkan laju tumbuh13).Serat yang terkandung dalam pakan bercampur

ampas kelapa secara tidak langsung akan

meningkatkan kadar selulosa dalam pakan. Penelitian

yang dilakukan pada "catfish" ( Heteropneustes

 fossilis (Bloch)) yang diberi pakan dengan sumber

karbohidrat berbeda menunjukkan bahwa "catfish"

dapat memanfaatkan disakarida dan monosakarida

lebih baik daripada selulosa14). Hal ini dilihat dari

rendahnya pertumbuhan dan efisiensi konversi pada

"catfish" yang diberi pakan dengan selulosa sebagai

sumber karbohidratnya. Selain itu, telah dilaporkan

pula bahwa efisiensi daya cerna ikan mas cenderung

menurun sejalan dengan meningkatnya campuranampas kelapa dalam pakan, meskipun hal ini tidak 

terlihat berbeda nyata menurut uji statistik 15).

Menurunnya efisiensi daya cerna menunjukkan

bahwa jumlah pakan yang dapat diabsorbsi oleh ikan

semakin berkurang sejalan dengan meningkatnya

kandungan ampas kelapa dalam pakan.

Laju metabolisme dapat diekspresikan dalam

bentuk konsumsi oksigen per gram berat badan per

  jam, atau biasa disebut sebagai laju metabolisme

spesifik-massa16). Pengukuran konsumsi oksigen

merupakan cara yang disarankan untuk mengukurlaju metabolisme pada ikan13). Aktivitas metabolisme

hewan tidak dapat dipisahkan dari makanan yangdikonsumsi yang berperan sebagai sumber energi.

Pada percobaan ini ikan diberi pakan dengan variasi

berdasarkan perbandingan campuran antara ampas

kelapa dengan pelet ikan komersial; antar perlakuanpakan terdapat perbedaan kandungan nutrisi sebagai

penyusun utama pakan tersebut yaitu karbohidrat,

protein, dan lemak. Dengan demikian setiap

campuran pakan memiliki kandungan energi yang

berbeda. Bila dibandingkan antara perlakuan dengan

kontrol, campuran ampas kelapa dalam pakan tidak 

menyebabkan perbedaan yang nyata pada laju

konsumsi oksigen. Berdasarkan hal tersebut berarti

ampas kelapa yang dicampurkan ke dalam pakan

tidak mempengaruhi laju metabolisme ikan.

Sedangkan laju metabolisme hewan akan menurun

atau lebih rendah bila pakan yang diberikan tidak 

memenuhi kebutuhan dasar atau dikatakan hewan

dalam “partial starvation” 2). Pada percobaan ini, laju

konsumsi oksigen tidak berbeda antara ikan yang

diberi pakan yang dicampur ampas kelapa dengan

ikan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang

dicampur ampas kelapa tidak menyebabkan keadaan

"partial starvation" pada ikan uji. Sebaliknya, laju

konsumsi oksigen yang meningkat dapat diakibatkan

oleh peningkatan aktivitas fisik. Peningkatan

aktivitas dapat timbul diantaranya karena suhu air

yang meningkat3). Pengukuran laju konsumsi oksigen

pada percobaan ini dilakukan pada suhu tetap.

Meskipun pada P40 terlihat kecenderungan

peningkatan laju konsumsi oksigen namun hal ini

tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya

termasuk kontrol sehingga dapat dikatakan pada P40 

tidak terjadi keluaran energi berlebih untuk 

memenuhi kebutuhan energi dalam kondisi standar.Kadar Hb pada waktu sebelum dan sesudah

perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

secara statistik untuk semua perlakuan kecuali pada

P30. Pada P30 terukur kadar Hb yang nyata lebih

tinggi; kadar Hb yang tinggi pada ikan yang

mendapat perlakuan P30 belum dapat diketahui

penyebabnya. Pada percobaan ini pengukuran kadar

Hb hanya dilakukan pada awal dan akhir percobaan,

sehingga jumlah data tampaknya masih belum

mencukupi untuk pengolahan secara stastistik.

5. Kesimpulan dan Saran

1.  Ampas kelapa dapat digunakan sebagaicampuran pakan, namun karena kandungan

proteinnya sangat rendah, tidak dapat

dikompensasi dengan tingginya kandungan

lemak pada pakan hingga laju pertumbuhan pada

ikan menurun.

2.  Campuran ampas kelapa pada pakan ikan tidak 

mengubah laju konsumsi oksigen ikan tetapi

menurunkan kecepatan pertumbuhan nisbi secara

nyata.

3.  Jenis asam lemak yang terkandung pada ampas

kelapa perlu diteliti lebih rinci, karena daya

cerna ikan terhadap lemak berbeda-beda

bergantung pada jenis lemaknya.

4.  Kadar Hb darah tidak berubah namun ikan yang

mendapat perlakuan P30 terukur memiliki kadar

Hb lebih tinggi; penyebabnya belum diketahui.

5.  Agar dapat meningkatkan laju tumbuh ikan,

pakan dengan campuran ampas kelapa harus

ditentukan lagi keseimbangan kandungan

nutrisinya (Protein-Lemak-Karbohidrat dan nilai

kalori).

Daftar Pustaka

1.  Watanabe, T., “Improved feed formulation and

feeding techniques. Improving Management of 

Aquaculture in Asia.   Asian Productivity

Oganization, Tokyo. 40 – 58, (1998).2.  Withers, P.C., “Comparative Animal

Physiology”. Saunders College Publishing.

Tokyo, Ch. 18 (1992).

3.  Goenarso, D., “The Effect of Water Temperature

on the Respiration Rate of  Cyprtinus carpio L.”

Proc. ITB, 17, 1, (1984).4.  Wootton, R.J. “Ecology of Teleost Fishes.

Chapman & Hall, New Delhi, India. 115–158,

(1990).

5.  Wintrobe, M.M., Lee,G.R., Goggs, D.R., Bithell,

T.C., Athens, J.W., and Foerster,  J . Clinical Hematology. 7th ed. Lea & Febiger. Tokyo. 114 –

116, (1974).

Page 6: ampas kelapa

5/14/2018 ampas kelapa - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ampas-kelapa 6/6

 

JMS Vol. 8 No. 2, Juni 2003 56

6.  Ranjhan, S.K., “Animal Nutrition and Feeding

Practices“. Vikas Publishing House PVT LTD.

India (1993).

7.  Suhenda, N., dan Djajadiredja, R., “Pengaruh

Makanan Buatan Dengan Kadar Lemak Berbeda

Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinuscarpio Linn)”,  Bull. Pen. Perikanan  I : 3. 437,

(1981).

8.  Lagler, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R., & May

Passino, D.R. “Ichthyology”  2nded. John Wiley

& Sons. USA, 129 – 170, (1977).

9.  Meinelt, T., Schulz, C., Wirth, M., Kurzinger,

H., and Steinberg, C., “Dietary fatty acid

composition influences the fertilization rate of 

zebrafish (  Danio rerio Hamilton-Buchanan)”,  J.

 Appl. Ichthyol. 15, 19 – 23, (1999).

10.  Burou, D.P., and Cho, C.Y. “An Introduction to

Nutrition and Feeding of Fish”, Fish Nutrition

Research Laboratory, University of Guelph,Canada, 1 – 31, (2001).

11.  Al Hafedh, Y.S. “Effects of Dietary Protein on

Growth and Body Composition of Nile Tilapia , 

Oreochromis niloticus L”. Aquaculture Research 

30 : 5, 385-393, (1999).

12.  Goenarso, D., Siswanthi and Madusari, S.,

“Dried Earthworm Diet as Growth Enhancer of 

Osphronemus gouramy”,   Abstract # 388,

Conference of World Aquaculture 2002. Beijing,

China. (2002).

13.  Lovell, T. “Nutrition and Feeding of Fish”. VanNostrand Reinhold. USA. Ch. 3 & 4, (1989).

14.  Erfanullah & A.K. Jafri. Growth, Feed

Conversion, Body Composition and Nutrient

Retention Efficiencies in Fingerling Catfish ,

  Heteropneustes fossilis (Bloch), Fed Different

Sources of Dietary Carbohydrate. “Aquaculture

Research, 30: 1, 43-49, (1999).

http://www.blackwell.synergy.com/journals 

15.  Goenarso, D. dan Gunawan, G.G., “Pengaruh

Pencampuran Ampas Kelapa Pada Pakan

Terhadap Laju Pertumbuhan ikan mas, Cyprinus

carpio L.”, Seminar PBI–XVII, Univ. Andalas.

Padang,(2002).16.  Randall, D., Burggren, W., French, K., Fernald,

R,. “Eckert Animal Physiology Mechanisms and

Adaptations”, W.H. Freeman and Company.

New York. 4th Ed. 665 – 675, (1997).