Alkohol dan Fenol (Ismayanii)
-
Upload
ismayani-arifin -
Category
Documents
-
view
1.149 -
download
29
Transcript of Alkohol dan Fenol (Ismayanii)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI
PERCOBAAN IV
ALKOHOL DAN FENOL
OLEH:
NAMA : ISMAYANI
STAMBUK : F1F1 10 074
KELOMPOK : III
ASISTEN PEMBIMBING : AGUNG WIBAWA MAHATVA Y.
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
ALKOHOL DAN FENOL
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari bebrapa sifat kimia dan sifat fisika dari alkohol dan fenol.
2. Membedakan antara alkohol primer, sekunder, dan tersier.
B. LANDASAN TEORI
Alkohol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus –OH,
dalam tatanama bersistem. Nama alkohol berakhiran –ol. Contohnya metanol,
etanol, alkohol dapat dibedakan menjadi tiga yaitu alkohol primer, sekunder, dan
tersier. Pada alkohol primer memiliki dua atom hidrogen pada atom karbon
pembawa gugus –OH. Alkohol sekunder memiliki suatu atom hidrogen (H) pada
karbon (C). Ciri lain dari alkohol adalah reaksinya dengan asam menghasilkan
ester dan dehidrasi menghasilkan alkena atau eter. Alkohol yang mempunyai dua
gugus –OH dalam molekulnya disebut dial (alkohol dihidrat) dan untuk alkohol
yang memiliki tiga gugus –OH dinamakan triol (Dainith, 1990).
Alkohol mempunyai ikatan yang mirip air dan terdiri dari molekul polar.
Karena alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul-molekulnya,
maka titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter,
yang bobot molekulnya sebanding. Alkohol berbobot rendah larut dalam air,
kelarutan ini disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air (Fessenden,
1986).
Alkohol dapat dianggap hidrolisis dari alkana, maupun sebagai turunan
dari air H-OH. Sebagai turunan dari alkana maupun air, sifat alkohol dapat
menyerupai sifat air karena kesamaan gugus fugsi keduanya. Alkohol rantai
rendah (C1-C5) mempunyai sifat yang menyerupai sifat air karena gugus hidroksil
(-OH) mengambil bagian yang lebih besar dalam molekulnya, sedangkan alkohol
yang lebih tinggi dari (C6 ke atas) terutama mempunyai sifat alkana, hanya
sedikit larut dalam air, tetapi mudah larut dalam pelarut organik. Sifat lain dari
alkohol dapat di tentukan oleh letak gugus hidroksil pada atom C, yang dikenal
sebagai alkohol primer R-OH, alkohol sekunder R2CH-OH dan alkohol tersier
R3C-OH (Sahidin dkk, 2011).
Berdasarkan perbedaan letak terikatnya gugus –OH pada atom C.
Alkohol dibedakan menjadi tiga, yaitu alkohol primer, alkohol sekunder dan
alkohol tersier. Alkohol primer yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C primer
(atom C yang mengikat 1 atom C yang lain secara langsung). Alkohol sekunder
yaitu jika gugus –OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat
secara langsung dua atom C yang lain). Alkohol tersier yaitu jika gugus –OH
terikat pada atom C tersier (atom C yang engikat secara langsung tia buah atom C
yang lain. Secara fisik akan sulit membedakan antara alkohol primer, sekunder
dan tersier. Karena bau dan warna ketiganya dapat dikatakan sama (Ghalib,
2010).
Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan sehari-hari
karena dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun
pelarut. Dalam laboratorium dan industri, alkohol digunakan sebagai pelarut dan
reagensia (Suminar, 1990). Turunan alkohol terutama digunakan untuk: (Anwar,
2008)
1. Antiseptik pada pembedahan dan pada kulit, misalnya etanol dan isopropyl
alkohol.
2. Pengawet, contohnya benzyl alkohol, fenitil alkohol dan klorbutano.
3. Mensterilkan udara dalam bentuk aerosol, contohnya etilen glikol, propilen
glikol dan trimetilen glikol.
Fenol merupakan asam yang lebih kuat dari pada alkohol atau air. Fenol
dengan pKa=10 dengan kekuatan asam kira-kira ditengah antara etanol dan asam
asetat. Ion fenoksida merupakan basa yang lebih lemah dibandingkan OH, oleh
karena itu,fenoksida dapat diolah dengan seuatu fenol dan NaOH dalam
air.reaktifitas ini sangat berbeda dengan reaktifitas alkohol. Fenol bersifat lebih
asam dibandingkan alkohol karena anion yang dihasilkan oleh resonansi,dengan
muatan negatifnya disebar (delokalisasi) oleh cincin aromatik (Fessenden,
1986).
Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang berasal dari buangan
industri yang berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Dalam konsentrasi
tertentu senyawa ini dapat memberikan efek yang buruk terhadap manusia,
antara lain berupa kerusakan hati dan ginjal, penurunan tekanan darah,
pelemahan detak jantung, hingga kematian. Senyawa ini dapat dikatakan aman
bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara 0,5 – 1,0 mg/l sesuai dengan
KEP No. 51/MENLH/ 10/1995 dan ambang batas fenol dalam air baku air
minum adalah 0,002 mg/l seperti dinyatakan oleh BAPEDAL (Slamet, 2005).
Fenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa
tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya (Pambayun, 2007). Fenol
dan senyawa turunannya adalah senyawa yang digunakan secara luas sebagai
bahan baku dalam dunia industri kimia seperti dalam industri farmasi, industri
perminyakan dan petrokimia, industri kulit dan industri cat. Dalam konsentrasi
tertentu masuknya fenol dan turunannya dapat menyebabkan efek karsinogenik
pada binatang dan manusia (Fatimah, 2003).
C. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
Tabung Reaksi
Gelas Ukur 5 mL
Pipet Tetes
Tissue
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
Air
Fenol
Heksana
Etanol
Fenol
Butanol
Metanol
ZnCl2
Alkohol primer
Alkohol sekunder
Alkohol tersier
FeCl3
Dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 pipet.Ditambahkan 1 pipet fenol Dikocok dan diamati kelarutannya pada tiap-tiap tabung
n-heksan
Tidak Larut
D. PROSEDUR KERJA
1. Kelarutan alkohol dalam air dan n-heksana
2. Uji sifat beberapa macam alkohol (dengan pereaksi Lukas, ZnCl2)
- Dimasukkan kedalam 5 tabung reaksi yang berbeda masing-masing 1 pipet.
- Ditambahkan 1 pipet heksana dalam tabung 1 - Ditambahkan 1 pipet metanol dalam tabung 2 - Ditambahkan 1 pipet etanol dalam tabung 3 - Ditambahkan 1 pipet butanol dalam tabung 4- Ditambahkan 1 pipet fenol dalam tabung 5- Dikocok dan diamati kelarutannya pada tiap-tiap tabung
Air (H2O)
Tabung 1 : Tidak larutTabung 2 : LarutTabung 3 : Tidak larut Tabung 4 : Tidak larutTabung 5 : Larut
- Dimasukkan kedalam 4 tabung reaksi yang berbeda masing-masing 1 pipet.
- Ditambahkan 1 pipet alcohol primer dalam tabung 1 - Ditambahkan 1 pipet alcohol sekunder dalam tabung 2 - Ditambahkan 1 pipet alcohol primer dalam tabung 3 - Dikocok dan diamati kelarutannya pada tiap-tiap tabung
ZnCl2
Tabung 1 : Sedikit gelembungTabung 2 : Agak banyak gelembungTabung 3 : Sangat banyak gelembung
3. Reaksi alcohol dngan fenol dalam FeCl3
E. HASIL PENGAMATAN
a. Data pengamatan
1. Kelarutan alkohol dalam air dan n-heksan
N
O PERLAKUAN PENGAMATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Air + Heksana
Air + Metanol
Air + Etanol
Air + Butanol
Air + Fenol
Fenol + heksana
Tidak Larut (Terbentuk dua lapisan)
Larut (Suhu naik/panas)
Larut
Tidak larut (Terbentuk dua lapisan)
Larut (suhu turun / dingin)
Tidak larut (Terbentuk dua lapisan)
2. Uji sifat beberapa macam alkohol (dengan pereaksi Lukas, ZnCl2)
NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1.
2.
3.
ZnCl2 + Alkohol primer
ZnCl2 + Alkohol sekunder
ZnCl2 + Alkohol tersier
Sedikit gelembung (Lama bereaksi)
Agak banyak gelembung (agak cepat bereaksi)
Banyak gelembung (cepat bereaksi)
- Dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi yang berbeda masing-masing 1 pipet.
- Ditambahkan 1 pipet fenol dalam tabung 1 - Ditambahkan 1 pipet metanol dalam tabung 2 - Dikocok dan diamati kelarutannya pada tiap-tiap tabung
FeCl3
Tabung 1 : Berubah warnaTabung 2 : Tidak terjadi perubahan
3. Reaksi alkohol dengan fenol (reaksi dengan FeCl3)
NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1.
2.
FeCl3 + Fenol
FeCl3 + Metanol
Berbah warna (hitam)
Tidak terjadi perubahan warna
F. PEMBAHASAN
Hidrokarbon berlaku sebagai dasar pengelompokan senyawa organik.
Suatu senyawaan non hidrokarbon di anggap sebagai derivat (turunan
hidrokarbon yang mana mengandung rantai karbon atau cincin atom-atom karbon
yang sama. Yang akan dibahas terbatas pada derivat sederhana yang diperoleh
dari menggantikan satum dua atau tiga atom hidrogen dalam molekul
hidrokarbon, dengan atom oksigen atau gugus hidroksil. Adanya atom-atom atau
gugus-gugus atom menentukan sebagian besar sifat fisika dan kimia molekul itu.
Atom ataupun gugus atom yang paling menentukan sifat suatu zat dirujuk
sebagai gugus fungsional. Beberapa derivat oksigen dalam mana atom hidrogen
telah digantikan dengan suatu gugus fungdsional seperti alkohol dan fenol.
Alkohol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus –OH,
dalam tatanama bersistem. Nama alkohol berakhiran –ol. Contohnya metanol,
etanol, alkohol dapat dibedakan menjadi tiga yaitu alkohol primer, sekunder, dan
tersier. Pada alkohol primer memiliki dua atom hidrogen pada atom karbon
pembawa gugus –OH (mengandung CH2OH). Alkohol sekunder memiliki suatu
atom hidrogen (H) pada karbon (C). Untuk alkohol tersier ia tidak memiliki atom
hidrogen (H) pada atom karbon.
Fenol merupakan asam yang lebih kuat dari pada alkohol atau air. Fenol
dengan pKa=10 dengan kekuatan asam kira-kira ditengah antara etanol dan asam
asetat. Ion fenoksida merupakan basa yang lebih lemah dibandingkan OH, oleh
karena itu,fenoksida dapat diolah dengan seuatu fenol dan NaOH dalam
air.reaktifitas ini sangat berbeda dengan reaktifitas alkohol. Fenol bersifat lebih
asam dibandingkan alkohol karena anion yang dihasilkan oleh resonansi,dengan
muatan negatifnya disebar (delokalisasi) oleh cincin aromatik.
Pada percobaan ini kita melakukan serangkaian perlakuan untuk
menampakan perbedaan yang jelas antara alkohol dan fenol. Perlakuan ini
meliputi beberapa uji seperti uji kelarutan dan uji reaksi dari alkohol dan fenol itu
sendiri. Selain itu kita juga akan melakukan serangkaian perlakuan untuk
menguji beberapa jenis dari alkohol sehingga nampak perbedaan sifat dari setiap
jenis alkohol. Pengujian dilakukan dengan metode uji kualitatif yang akan
menunjukkan hasil dengan adanya perubahan akan terbentuk endapan, larut atau
tidak, warna larutan, terbentuknya gelembung ataupun warna endapan,
Pada percobaan pertama, dilakukan untuk menguji sifat kelarutan dari
alkohol dan fenol untuk masing-masing zat, seperti metanol, etanol, butanol, dan
fenol terhadap pelarut air dan n-heksana. Pada pelarut air, metanol dan etanol
dapat larut. Sedangkan butanol menunjukkan terbentuknya dua lapisan yang
artinya air dan butanol tidak dapat saling melarutkan. Sedangkan fenol dalam air
larut, namun ini sama sekali berbeda dengan teori yang seharusnya fenol tidak
dapat larut dengan air. Ha tersebut disebabkan sebagian kecil alkohol larut dalam
air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul air. Namun ketika ukuran gugus alkil bertambah besar , kelarutannya
dalam air akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang
dapat mengganggu pembentukan ikatan hidrogen antara gugus hidroksi dengan
air. Jika gangguan ini cukup besar, akibatnya molekul – molekul air akan
menolak molekul – molekul alkohol untuk menstabilkan kembali ikatan hidrogen
antarmolekul air. Jika gugus non polar seperti gugus alkil) terikat pada cincin
aromatik, kelarutan fenol dalam air akan berkurang. Hal ini yang dianggap
menjadi alasan mengapa gugus non polar disebut gugus hidrofob. Selain
dipengaruhi gugus hidroksi, kelarutan alkohol dalam air juga dipengaruhi oleh
jumlah atom C-nya. Menurut literatur, pada umumnya alkohol yang mempunyai
jumlah atom C 1-3 akan larut sempurna dalam air, jumlah atom C 4-5 akan
sedikit larut dalam air, dan jumlah atom C >6 akan tidak larut dalam air.
Terdapat tiga kelompok utama alkohol yaitu alkohol primer, sekunder,
dan tersier yang ditentukan oleh letak gugus hidroksil pada atom C. Perbedaan
masing-masing kelompok alkohol ini dapat ditunjukan dengan beberapa pereaksi
seperti uji Lucas dan anhidrat. Pada percobaan ini, kita menggunakan pereaksi
Lucas (ZnCl2) untuk menunjukan perbedaan reaksi yang terjadi untuk masing-
masing jenis alkohol. Pereaksi lukas digunakan untuk mengetahui kecepatan
reaksi alkohol primer, sekunder dan tersier terhadapnya. Percobaan yang
dilakukan menunjukkan alkohol tersier paling cepat bereaksi dengan pereaksi
lukas dengan melihat paling banyaknya gelembung yang dihasilkan
dibandingkan ddengan alkohol sekunder dan primer, kemudian alkohol sekunder
menghasilkan gelembung tidak lebih banyak dibandingkan alkohol tersier,
namun lebih banyak dari alkohol primer sehingga dapat dikatakan bahwa alkohol
sekunder lambat bereaksi sedangkan untuk alkohol primer yang paling sedikit
menhasilkan gelembung sama sakali tidak bereaksi. Alkohol tersier merupakan
alkohol yang gugus hidroksil (-OH)nya terikat pada atom C tersier. Karena
adanya atom C tersier ini, maka ikatan antara atom C tersier dengan gugus –OH
mudah putus, hal ini disebabkan oleh lemahnya ikatan tersebut. Atom C tersier
yang 3 dari salah satu elektron valensi yang dimilikinya mengikat 3 atom C lain
harus berikatan lagi dengan gugus –OH pada valensi yang belum berikatan.
Gugus –OH yang bersifat polar ini tentu akan mendorong atom C lain yang
terikat pada atom C tersier. Kondisi ini menyebabkan lemahnya ikatan antara
atom C tersier dengan gugus –OH. Sehingga ketika diberi pereaksi lukas reaksi
berlangsung cepat, sebab ikatan-ikatannya mudah diputuskan.
Terakhir adalah pengamatan dengan menggunakan pereaksi FeCl3.
Pada pengamatan antara metanol dan pereaksi FeCl3 tidak terjadi reaksi.
Sedangkan untuk fenol, ketika direaksikan dengan FeCl3 terbentuk larutan yang
berwarna kehitaman yang merupakan akibat bergantinya gugus–OH pada fenol
dengan ion Cl yang kemudian membentuk senyawa kloro benzene dan besi (III)
hidroksida.
G. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain:
1. Sifat kimia dari alkohol adalah dapat bereaksi dengan logam membentuk
senyawa alkoksida dan membentuk hidrogen bebas. Sedangkan fenol dapat
bereaksi dengan logam membentuk fenoksida. Sedangkan untuk sifat fisik
alkohol rantai pendek dapat larut dalam pelarut polar. Sedangkan fenol tidak
dapat (sukar) larut dalam pelarut polar karena fenol adalah senyawa
nonpolar.
2. Perbedaan dari alkohol primer, sekunder, dan tersier dapat dilihat dari
struktur dan reaksinya. Alkohol primer (R-OH), alkohol sekunder (R2CH-
OH) dan alkohol tersier (R3CH-OH). Saat ditambahkan pereaksi Lukas,
alkohol primer bereaksi paling lambat diantara alkohol sekunder dan tersier.
Sedangkan reaksi tercepat terjadi pada alkohol tersier. Semakin banyak
gugus pendorong elektronnya (-R) maka semakin cepat reaksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. 2008. “Aktifitas Alkohol 80%, Povidone-Iodine 10% dan Kasa Kering Steril Dalam Pencegahan Infeksi Dalam Perawatan Tali Pusar Pasca Pemotongan, Serta Lama Lepasnya Tali Pusat Di Ruang Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr Zainoel Abidin Banda Aceh”. Jurnal Dinamika, Vol 6(2). FK UNSYIAH: Banda Aceh.
Dainith, Jhon. 1990. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga: Jakarta.
Fatimah, I. 2003. “Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan Spektrofotometri Derivatif”. Jurnal Logika. Vol 9(10). Universitas Islam Indonesia: Jakarta.
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik, Jilid 1 Edisi Ketiga. Erlangga: Jakarta.
Ghalib, A K. 2010. Buku Pintar Kimia. Powerbooks: Jakarta.
Pambayun, R., et al. 2007. “Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria Gambir Roxb)”. Majalah Farmasi Indonesia, Vol. 18 (3). Universitas Sriwijaya: Palembang.
Sahidin, dkk. 2011. Penuntun kimia organik farmasi. Universitas Haluoleo: Kendari.
Slamet, R. Arbianti, dan Daryanto. 2005. “Pengolahan Limbah Organik (Fenol) dan Logam Berat (Cr6+ Atau Pt4+) Secara Simultan dengan Fotokatalis Tio2, Zno-Tio2, dan Cds-Tio2”. Makara Teknologi, Vol. 9 (2). UI: Depok.
Suminar, Hart.1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga: Jakarta.