Aliran Substantivis

2
Aliran Substantivis: Menurut tulisan Firth dalam Koentjaraningrat (1990;175) Para penganut dari aliran substantivis mengemukakan bahwa banyak masyarakat sederhana dan masyarakat pedesaan di dunia tidak menempatkan sistem ekonomi pada satu kesatuan sendiri, melainkan terlebur dalam organisasi sosial, sistem kekerabatan dan sistem religi masyarakat tersebut. Aliran substantivis menganggap bahwa konsep-konsep dan teori ekonomi tidak dapat diterapkan pada perekonomian masyarakat pedesaan dan masyarakat tingkat sederhana. Para ahli dari aliran ini seperti H. J. Boeke (Belanda), Karl Polanyi (USA) mengangap bahwa sistem ekonomi komunislah yang paling tepat diaplikasikan pada masyarakat-masyarakat sederhana atau pedesaan di seluruh dunia. Aliran Formalis: menurut pandangan Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Sejarah Teori Antropologi II (1990;177) para penganut aliran formalis mendasarkan pemikirannya pada konsepsi fungsional struktural. Mereka berpendapat bahwa teori dan konsep-konsep ekonomi bersifat universal dan berlaku pada semua tingkatan masyarakat baik masyarakat sederhana, pedesaan, masyarakat industri ataupun perdagangan international. Segala kegiatan ekonomi yang bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal merupakan bagian dari aplikasi konsep dan teori ekonomi yang sah untuk dilakukan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun. Moral ekonomi: landasan moral yang menjiwai suatu kegiatan ekonomi, terdiri dari moral ekonomi negatif dan moral ekonomi positif Moral ekonomi negatif: seorang individu atau kelompok melakukan kegiatan ekononomi dangan tujuan memperoleh maksimalisasi laba, namun dengan cara- cara yang cenderung merugikan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Moral ekonomi positif: seorang individu atau kelompok yang melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan denga cara-cara yang tidak merugikan lingkungannya bahkan cenderung memperhatikan lingkungan sekiarnya Ekonomi moral: suatu pelaksanaan kegiataan ekonomi yang dilandasi oleh moral ekonomi positif. Pelaksana kegiatan ekonomi tidak merugikan lingkungan sekitarnya, dan berinisiatif ikut membangun serta memperhatikan lingkungan tersebut. Karl Polanyi membagi kegiatan distribusi dalam tiga bentuk, yaitu: 1. resiprositas 2. redistribusi 3. pertukaran pasar Aliran Substantivis By: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.

Transcript of Aliran Substantivis

Page 1: Aliran Substantivis

Aliran Substantivis: Menurut tulisan Firth dalam Koentjaraningrat (1990;175) Para penganut dari aliran substantivis mengemukakan bahwa banyak masyarakat sederhana dan masyarakat pedesaan di dunia tidak menempatkan sistem ekonomi pada satu kesatuan sendiri, melainkan terlebur dalam organisasi sosial, sistem kekerabatan dan sistem religi masyarakat tersebut. Aliran substantivis menganggap bahwa konsep-konsep dan teori ekonomi tidak dapat diterapkan pada perekonomian masyarakat pedesaan dan masyarakat tingkat sederhana. Para ahli dari aliran ini seperti H. J. Boeke (Belanda), Karl Polanyi (USA) mengangap bahwa sistem ekonomi komunislah yang paling tepat diaplikasikan pada masyarakat-masyarakat sederhana atau pedesaan di seluruh dunia.

Aliran Formalis: menurut pandangan Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Sejarah Teori Antropologi II (1990;177) para penganut aliran formalis mendasarkan pemikirannya pada konsepsi fungsional struktural. Mereka berpendapat bahwa teori dan konsep-konsep ekonomi bersifat universal dan berlaku pada semua tingkatan masyarakat baik masyarakat sederhana, pedesaan, masyarakat industri ataupun perdagangan international. Segala kegiatan ekonomi yang bertujuan mendapatkan keuntungan yang maksimal merupakan bagian dari aplikasi konsep dan teori ekonomi yang sah untuk dilakukan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun.

Moral ekonomi: landasan moral yang menjiwai suatu kegiatan ekonomi, terdiri dari moral ekonomi negatif dan moral ekonomi positif

Moral ekonomi negatif: seorang individu atau kelompok melakukan kegiatan ekononomi dangan tujuan memperoleh maksimalisasi laba, namun dengan cara-cara yang cenderung merugikan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Moral ekonomi positif: seorang individu atau kelompok yang melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan denga cara-cara yang tidak merugikan lingkungannya bahkan cenderung memperhatikan lingkungan sekiarnya

Ekonomi moral: suatu pelaksanaan kegiataan ekonomi yang dilandasi oleh moralekonomi positif. Pelaksana kegiatan ekonomi tidak merugikan lingkungan sekitarnya, dan berinisiatif ikut membangun serta memperhatikan lingkungan tersebut.

Karl Polanyi membagi kegiatan distribusi dalam tiga bentuk, yaitu: 1. resiprositas2. redistribusi3. pertukaran pasar

Aliran SubstantivisBy: Darundiyo Pandupitoyo, S. Sos.

Page 2: Aliran Substantivis

resiprositas dalam arti harfiah adalah timbal balik, dalam antropologi ekonomi kegiatan resiprositas berarti pertukaran barang dan jasa yang kira-kira sama nilainya antara dua pihak. resiprositas dibagi menjadi tiga bentuk. Yaitu:

Resiprositas umum:kegiatan tukar menukar barang dan jasa, dimana pemberi maupun penerima tidak menentukan secara spesifik nilai barang atau waktu penyerahannya: contoh kegiatan ekonomi yang bersifat altruis dimana hanya berorientasi pada kesehjahteraan orang banyak. Seperti yang terjadi di kalangan suku-suku psribumi Australia, saat mendapatkan hewan buruan, daging hewan tersebut dibagi-bagikan kepada keluarga terdekat, namu bagian yang tidak enak seperti limpa atau darah ditahan untuk pemburu.

Resiprositas berimbang kegiatan tukar menukar barang dan jasa dimana pemberi maupun penerima menentukan dengan pasti nilai barang yang terlibat dan waktu penyerahannya.

Resiprositas negatif:Kegiatan tukar menukar barang dan jasa dimana salah satu pihak ingin mengambil keuntungan dari pihak lain dengan cara apapun. Contoh: dalam budaya Indian Navajo menipu pada waktu barter dengan orang asing secara moral dapat diterima

Modal: setiap sumber daya yang tidak dihabiskan dalam proses produksi barang

Sistem ekonomi adalah sarana untuk memproduksi, mendistribusikan dan mengkonsumsi barang atau jasa.

Ekonomi: menurut Raymond Firth ekonomi adalah seluruh perilaku manusia dalam organisasi dan pranata yang mengatur penggunaan sumber-sumber terbatas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dalam suatu masyarakat tertentu.

Redistribusi: bentuk kegiatan ekoomi dimana barang-barang masuk dalam satu tempat pusat kemudian didistribusikan lagi. Contoh: pajak di Indonesia dan beberapa negara lain. Masyrakat diwajibkan membeyar pajak pada pemerintah, setelah uang hasil pajak terkumpul maka pemerintah akan membagikan lagi ke rakyat dalam bentu pembangunan fasilitas-fasilitas umum yang lebih memadai, atau contoh di Amerika Serikat dimana pajak yang terkumpul dipakai untuk mendanai perusahaan international asal Amerika yang hampir bangkrut.

Barter: adalah kegiatan tukar-menukar barang yang digolongkan oleh Haviland (1985) dalam salah satu bentuk resiprositas negatif, karena di dalamnya tidak ada bentuk resiprositas umum atau berimbang murni. Dalam barter terdapat penilaian relatif pada suatu barang yang akan dipertukarkan, dimana barang langka yang dihasilkan oleh suatu kelompok dipertukarkan dengan barang yang dihasilkan oleh kelompo lain.