Aliran-aliran Psikologi
Transcript of Aliran-aliran Psikologi
![Page 1: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
Memahami Berbagai Macam Aliran Dalam Psikologi
A. ALIRAN FUNGSIONALISME (FUNCTIONAL PSYCHOLOGY)
1. William James
William James dikenal sebagai tokoh pelopor psikologi di kawasan
Amerika Serikat dan alirannya di kenal dengan nama Fungsionalisme.
Sesuai dengan namanya, fungsionalisme mempelajari “fungsi” daripada
tingkah laku dan proses mental, tidak hanya mempelajari strukturnya.
Untuk mempelajari tingkah laku, kaum fungsionalis
mengembangkan metode eksperimen dimana tidak hanya metode
instropeksi yang dipakai, melainkan juga metode observasi tingkah laku
(observation of behaviour). Metode instropeksi masih dipakai, tetapi
dengan banyak kritik. Metode ini di anggap kurang baik karena sifatnya
yang subyektif sehingga sukar untuk di sistematikkan sebagai suatu yang
kuantitatif.
Lain daripada itu, instropeksi juga banyak dipengaruhi oleh
kemampuan atau daya khayal seseorang. Dengan demikian apa yang
dikemukakan sebagai hasil instropeksi tidak selamanya jernih atau murni
sebagaimana ketika pengalaman yang sesungguhnya berlangsung.
Metode observasi tingkah laku dikembangkan oleh aliran
fungsionalisme untuk mengatasi kelemahan-kelemahan metode
instropeksi. Metode ini terdiri dari dua macam yaitu:
a. Metode fisiologis adalah cara menganalisa gejala kejiwaan dengan
meneliti proses fisiologis yang terjadi dalam diri orang yang
bersangkutan.
b. Metode variasi kondisi yaitu suatu rangsangan di berikan beberapa
kali dalam situasi dan lingkungan yang berbeda.
Fungsionalisme tumbuh di Amerika Serikat, sesuai dengan
karakter orang Amerika yang serba praktis dan serba pragmatis. Mereka
1
![Page 2: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/2.jpg)
tidak cukup puas dengan mempersoalkan apa dan mengapa terjadi suatu
tingkah laku, tetapi mereka ingin mengetahui mengapa atau untuk apa
(fungsi) suatu tingkah laku itu terjadi.
2. Aliran Fungsionalisme Chicago
a. Tokoh utamanya adalah John Dewey
John Dewey (1859—1952) yang pada waktu itu menjadi
Guru Besar Filsafat di Universitas Chicago. Sebagai seorang
filsafat, pandangan-pandangan psikologinya banyak dipengaruhi
oleh filsafat.
Pandangan Filsafatnya dalah: “Manusia yang berpikir
selalu berpikir tentang perubahan”. Ia menentang pendapat bahwa
manusia sebaiknya pasif dan membiarkan segala sesuatu di
sekitarnya sebagaimana adanya. Perubahan adalah penting, karena
itu ia menjadi seorang pragmatis dan akhirnya menjadi
fungsionalis.
Dalam bidang pendidikan, John Dewey terkenal dengan
teorinya “Learning by doing”, yaitu belajar sambil melakukan
sesuatu.
b. Tokoh lainnya adalah James Rowland Angell (1869-1949)
James Rowland Angell merupakan murid dari William
James. Ia menjelaskan tentang tiga macam pandangannya terhadap
fungsionalisme:
1. Fungsionalisme adalh psikologi tentang “mental operation”
sebagai lawan daripada psikologi tentang elemen-elemen
mental.
2. Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan-kegunaan
dasar daripada kesadaran.
3. Fungsionalisme adalah psikofisik, yaitu psikologi tentang
keseluruhan organisme yang terdiri dari jiwa dan badan.
2
![Page 3: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/3.jpg)
3. Aliran Fungsionalisme Columbia
Ciri aliran fungsionalisme Columbia ini adalah kebebasannya
dalam mempelajari tingkah laku, yaitu mereka lebih bebas
mempelajari tingkah laku karena organisme di anggap sebagai suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara badan dan jiwanya.
Kebebasan kedua adalah bahwa psikologi tidak perlu terlalu bersifat
deskriptif karena yang penting hanya mengetahui apa fungsi daripada
suatu tingkah laku.
a. James Mc Keen Cattell (1860-1944)
Ia lebih tertarik untuk mempelajari gejala-gejala psikis
yang dapat langsung diamati tanpa memerlukan intropeksi,
misalnya perbedaan individual dalam kecepatan reaksi. Secara
sembunyi-sembunyi ia melakukan percobaan-percobaan di
Leizpig, dan pada tahun 1890 ia menemukan “mental testing”
yaitu test yang digunakan untuk mengukur kemampuan mental
seseorang.
b. Edward Lee Thomdike
Ia terkenal dengan percobaan-percobaannya dengan hewan.
Thesisnya berjudul “Animal Intelligence”. Dalam thesisnya ia
mengemukakan doktrinnya yang terkenal yaitu Hukum Efek
(The Law of Effect). Dalam doktrin itu ia mengatakan bahwa
hewan mempelajari sesuatu dengan prinsip mencoba dan salah.
4. Tokoh-tokoh Fungsionalisme di Amerika
a. Claparede
Ia terkenal dengan pendapatnya bahwa gejala-gejala psikis
secara primer harus di lihat dari kegunaannya untuk hidup. Dengan
ini, semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar, yaitu
apakh gunanya, ia juga banyak melakukan penyelidikan dan ia
3
![Page 4: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/4.jpg)
banyak tahu mengenai tehnik-tehnik pendidikan maupun
pengajaran.
b. Rubin
Penemuannya yang terkenal adalah tentang hubungan
antara bentuk dan latar belakangnya. Ia menyusun beberapa
gambar yang bermakna ganda. Tergantung dari cara kita melihat
gambar itu. Gambar di bawah ini merupakan salah satu contoh
gambar bermakna dua.
4
![Page 5: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/5.jpg)
B. ALIRAN STRUKTURALISME (STRUCTURALISM)
1. Wilhelm Wundt
Strukturalisme merupakan aliran yang pertama dalam psikologi,
karena ia pertama kali dikemukakan oleh Wilhelm Wundt (pendiri
psikologi) setelah ia melakukan eksperimen-eksperimennya di
laboratoriumnya di Leipzig. Menurut Wilhelm Wundt untuk
mempelajari gejala kejiwaan, kita harus mempelajari isi dan struktur
kejiwaan. Dalam hal ini Wilhelm Wundt menggunakan metode mawas
diri/instropeksi, yaitu orang di minta untuk menceritakan kembali
pengalaman-pengalamannya atau perasaan-perasaannya setelah ia
melakukan eksperimen. Karena metode intropeksinya ini,
struktualisme dapat juga di sebut sebagai psikologi intropeksi
(introspective psychology).
Sebagai tokoh yang pertama kali mempelajari psikologi sebagai
ilmu yang berdiri sendiri adalah wajar bila Wundt pada waktu itu ingin
mengetahui apakah sesungguhnya gejala kejiwaan itu? Dan bagaimana
strukturnya? Terdiri dari apa saja? Apakah elemen-elemen dari gejala
kejiwaan itu?
Dalam usahanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu,
Wundt sampai kepada struktualisme, karena ia percaya bahawa gejala-
gejala kejiwaan dapat dibagi-bagi ke dalam elemen-elemen dan
elemen-elemen mental itu dapat di bagi-bagi lagi ke dalam elemen-
elemen yang lebih kecil.
Wundt berpendapat bahwa obyek utama dalam psikologi adalah
kesadaran. Pengalaman-pengalaman kesadaran Wundt di bagi atas dua
bagian, yaitu penginderaan (sensation) dan perasaan (feeling).
Penginderaan ialah penangkapan terhadap rangsang-rangsang yang
datang dari luar dan dapat di analisa sampai elemen-elemen yang
terkecil. Wundt percaya bahwa elemen terkecil dari penginderaan
merupakan pula elemen terkecil dari pengalaman.
5
![Page 6: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/6.jpg)
Perasaan adalah sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, yang tidak
terlalu di pengaruhi dan tidak merupakan reaksi langsungterhadap
rangsang-erangsang dari luar.
Hal lain yang dikemukakan oleh Wundt adalah emosi dan
kehendak. Emosi di kemukakannya sebagai pengalaman yang
kompleks terdiri dari perasaan dan penginderaan tubuh. Sedangkan
kehendak ialah pola emosi yang di tandai dengan adanya perubahan
perasaan pada saat melakukan tindakan.
Suatu doktrin yang di kemukakan oleh Wundt adalah Prinsip
Sinthesis Kreatif (Principle of Creative Synthesis) atau di sebut hukum
Resultan Psikis (The Law of Phychic Resultant). Doktrin itu berbunyi:
“Setiap gejala psikis yang kompleks selalu mempunyai karakteristik
dari elemen-elemennya”.
2. Edward Bradford Titchener
Titchener merupakan orang Inggris yang mewakili pandangan-
pandangan psikologi Jerman (Wundt) Amerika Serikat. Titchener di
lain pihak, menjadi lebih eksperimentil dan sebaga murid Wunt, ia
menterjemahkan beberapa buku Wundt ke dalam bahasa inggris. Ia
mengembangkan Strukturalisme di Amerika Serikat dari universitas
itu.
Titchener tidak pernah melupakan bagian dari psikologi Amerika
yang lebih banyak di pengaruhi oleh Fungsionalisme karena ia tetap
mau mempertahankan studinya tentang jiwa sebagaimana ia
mempelajarinya dari Wundt. Ia tidak setuju dengan cara-cara sarjana
psikologi di Amerika mempelajari gejala kejiwaan yaitu dengan
melakukan eksperimen-eksperimen terhadap binatang atau anak-anak.
Pengertian eksperimen buat Titchener adalah eksperimen sebagaimana
dilakukan Wundt.
6
![Page 7: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/7.jpg)
C. ALIRAN PSIKOANALISA
Aliran ini lebih banyak menyelidiki tentang gejala ketidaksadaran.
Aliran ini dipelopori oleh seorang sarjana berbangsa Jerman yang sangat
terkenal, bernama Sigmund Freud (1856-1939).
1. Sigmund Freud
Freud berpendapat bahwa kehidupan manusia di kuasai oleh alam
ketidaksadarannya. Berbagai kelainan tingkah laku dapat disebabkan
karena faktor-faktor yang terdapat dalam alam ketidaksadaran ini.
Karena itu untuk mempelajari jiwa seseorang, kita harus menganalisa
jiwa seseorang tersebut sampai kita dapat melihat keadaan dalam alam
ketidaksadarannya yang terletak jauh di dalam jiwa orang tersebut,
tertutup oleh alam kesadaran.
Karena sifatnya yang menganalisa dan melihat jauh ke dalam jiwa
seseorang itu, maka psikologi Freud disebut dengan Psikoanalisa atau
juga dikenal dengan Psikologi Dalam.
Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Freud
dan teori-teori yang dikemukakan Freud, maka dalam psikoanalisa
dikenal adanya tiga aspek, yatiu Psikoanalisa sebagai teori
kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik
terapi.
a. Psikoanalisa sebagai teori kepribadian
Dalam usahanya untuk menjelaskan struktur kejiwaan
manusia, Freud mengumpamakan jiwa manusia itu dengan
sebuah gunung es di tengah laut. Makayang nampak dari
permukaan laut hanyalah bagian yang sangat kecil, yaitu
bagian puncaknya. Dalam jiwa seseorang maka yang nampak
dari luar hanya sebagian kecil saja, yaitu alam kesadaran.
Bagian yang terbesar dari jiwa seseorang tidak dapat dilihat
dari luar dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara
kesadaran dan ketidaksadaran terdapat suatu perbatasan yang
disebut prakesadaran.
7
![Page 8: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/8.jpg)
Freud juga mengatakan bahwa dalam diri seseorang
terdapat tiga sistem kepribadian yang di sebut Id atau Es, Ego
atau Ich, dan Super Ego atau Uber Ich.
1. Id atau Es
Id atau Es adalah sebuah reservoir atau wadah
dalam jiwa seseorang yang berisikan dorongan-
dorongan primitif yang di sebut primitive drives atau
inner forces. Dorongan-dorongan primitif ini
merupakan dorongan-dorongan yang menghendaki agar
segera dipenuhi atau dilaksanakan. Oleh karena adanya
dorongan-dorongan primitif ini maka Id selalu
mengikuti Pleasure Principle, yaitu bertugas secepatnya
melaksanakan dorongan primitif agar tercapai perasaan
senang, tanpa memperdulikan akibatnya.
2. Ego atau Ich
Ego bertugas melaksanakan dorongan-dorongan
dari Id. Dan ego harus menjaga benar bahwa
pelaksanaan dorongan-dorongan primitif ini ini tidak
bertentanagan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan
dari Super Ego.
3. Super Ego
Super Ego adalah sistem kepribadian yang ketiga
dalam diri seseorang yang berisi kata hati. Kata hati ini
berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai
nilai-nilai moral sehingga merupakan kontrol atau
sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari
Id.
b. Psikoanalisa sebagai tehnik evaluasi kepribadian
Dalam usaha untuk menilai atau mengevaluasi kepribadian
seseorang, psikoanalisa menggunakan tehnik menganalisa dan
8
![Page 9: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/9.jpg)
mengeluarkan faktor-faktor dalam alam bawah sadar
seseorang. Dalam hubungan ini psikoanalisa berpendapat
bahwa pengalaman-pengalaman masa lalu, sejak anak
dilahirkan, mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam
kepribadian individu yang bersangkutan masa kini, sekalipun
individu itu tidak menyadarinya.
c. Psikoanalisa sebagai tehnik terapi
Psikoanalisa dikenal juga sebagai tehnik terapi, yaitu tehnik
untu menyembuhkan penyakit-penyakit kejiwaan tertentu
(umumnya jenis neurose). Prinsip yang dipakai dalam tehnik
terapi menurut psikoanalisa adalah pertama-tama mencari
dahulu faktor-faktor yang menyebabkan neurose itu melalui
tehnik evaluasi kepribadian. Setelah itu, barulah diusahakan
untuk menghilangkan faktor-faktor itu dalam rangka untuk
menghilangkan gejala-gejala penyakit.
Tetapi tehnik terapi dengan psikoanalisa ini dianggap
kurang praktis karena bisa memakan waktu lama (sampai 2
atau 3 tahun) dan bisa memakan banyak biaya.
9
![Page 10: Aliran-aliran Psikologi](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9d3b550346d033acca83/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, Haidar Putra. 2004. Pendidikan Islam. Penerbit: Prenada Media. Jakarta.
Fadjar, Malik. 1999. Reorientasi Pendidikan Islam. Penerbit: Fajar Dunia.
Jakarta.
Muhaimin, dkk. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Penerbit: PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Priatna, Tedi. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Penerbit: Pustaka Bani
Quraisy. Jakarta.
Shofan, Moh. 2004. Pendidikan Berparadigma Profetik. Penerbit: IRCiSoD.
Jogjakarta.
SM, Ismail. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Penerbit: Pustaka Pelajar.
Semarang.
Heryahya, Andang. “Paradigma Pendidikan Islam”. Dalam
hhttp://www.yayasanmdf.org/home/index.php?
option=com_content&view=article&id=372:paradigma-pendidikan-
islam&catid=2:artikel&Itemid=6, diakses pada tanggal 01 Januari 2012.
10