Alhamdulillah Perjalanan Ke Sangiran Akhirnya Terjadi Juga

9
Alhamdulillah perjalanan ke Sangiran akhirnya terjadi juga. Setelah beberapa kali tertunda, salah satu resolusi saya di 2015 ini akhirnya tercapai. (Yeay 1st achievement in 2015!!) Saya rela berangkat ke Solo di waktu yang sangat sempit karena museum ini memiliki review yang sangat bagus dari dalam maupun luar negeri. Teman-teman bisa cek di trip advisor kalau tidak percaya. Museum ini sudah diratifikasi oleh unesco. Jadi jangan sampai teman-teman melewati kekayaan bangsa yang satu ini. Saya sendiri sangat puas setelah main-main ke sini. Menurut blog-blog backpacker yang saya baca, perjalanan ke sana bisa menggunakan bis dan dilanjutkan dengan menggunakan ojek, tetapi berhubung kemarin saya cuma punya waktu maksimal 10 jam — termasuk perjalanan — dan ingin bisa menyambangi semua museum yang ada di kawasan arkeologis Sangiran (totalnya ada 5 museum) maka akhirnya saya carter mobil. Harga carter mobil dari terminal Solobalapan ke Museum Induk Sangiran adalah 125ribu sekali jalan. Jadi kalau bolak balik harganya 250ribu. Ini yang ditawarkan sih, mungkin bisa ditawar, tapi karena saya bukan hagler yang mumpuni maka saya ambil saja harga segitu. Waktu itu bapaknya tanya, “mau berapa lama mas di museum? 1 jam?”, saya jawab, “minimal 2 jam pak, bapak tunggu saya ya, saya tambahin 50ribu deh”. Akhirnya pak supir yang sedang bekerja itupun setuju. Cekring, 300ribu siap dikeluarkan. Perjalanan ke Sangiran dari Solobalapan tidak jauh, kalau di peta hanya sekitar 10-15 km. Jalan menuju kesana pun tidak macet, hanya ramai lancar dan bisa ditempuh dalam 30 menit (mungkin bisa lebih jika menggunakan bis). Saya berangkat dari stasiun pukul 0630 dan kalau tidak berhenti untuk sarapan dulu mungkin jam 0700 sudah sampai. Ada yang bilang nasi liwet pas dimakan untuk sarapan, tapi menurut bapaknya justru yang enak buat sarapan adalah soto

description

cerita perjalanan ke museum sangiran

Transcript of Alhamdulillah Perjalanan Ke Sangiran Akhirnya Terjadi Juga

Alhamdulillah perjalanan ke Sangiran akhirnya terjadi juga. Setelah beberapa kali tertunda, salah satu resolusi saya di 2015 ini akhirnya tercapai. (Yeay 1st achievement in 2015!!)Saya rela berangkat ke Solo di waktu yang sangat sempit karena museum ini memiliki review yang sangat bagus dari dalam maupun luar negeri. Teman-teman bisa cek di trip advisor kalau tidak percaya. Museum ini sudah diratifikasi oleh unesco. Jadi jangan sampai teman-teman melewati kekayaan bangsa yang satu ini. Saya sendiri sangat puas setelah main-main ke sini.

Menurut blog-blog backpacker yang saya baca, perjalanan ke sana bisa menggunakan bis dan dilanjutkan dengan menggunakan ojek, tetapi berhubung kemarin saya cuma punya waktu maksimal 10 jam termasuk perjalanan dan ingin bisa menyambangi semua museum yang ada di kawasan arkeologis Sangiran (totalnya ada 5 museum) maka akhirnya saya carter mobil.Harga carter mobil dari terminal Solobalapan ke Museum Induk Sangiran adalah 125ribu sekali jalan. Jadi kalau bolak balik harganya 250ribu. Ini yang ditawarkan sih, mungkin bisa ditawar, tapi karena saya bukan hagler yang mumpuni maka saya ambil saja harga segitu. Waktu itu bapaknya tanya, mau berapa lama mas di museum? 1 jam?, saya jawab, minimal 2 jam pak, bapak tunggu saya ya, saya tambahin 50ribu deh. Akhirnya pak supir yang sedang bekerja itupun setuju. Cekring, 300ribu siap dikeluarkan.Perjalanan ke Sangiran dari Solobalapan tidak jauh, kalau di peta hanya sekitar 10-15 km. Jalan menuju kesana pun tidak macet, hanya ramai lancar dan bisa ditempuh dalam 30 menit (mungkin bisa lebih jika menggunakan bis). Saya berangkat dari stasiun pukul 0630 dan kalau tidak berhenti untuk sarapan dulu mungkin jam 0700 sudah sampai.Ada yang bilang nasi liwet pas dimakan untuk sarapan, tapi menurut bapaknya justru yang enak buat sarapan adalah soto seger. Karena memang segar dan ringan. Jadi setelah makan soto ini mungkin matahari terasa bersinar lebih cerah.Tempat terkenal untuk makan soto seger ini ternyata tutup, di pintu depannya tertulis: libur 4 hari dalam seminggu, buka hanya jumat-minggu. Luar biasa sekali jam kerjanya, sungguh klenyes-klenyesAkhirnya saya bilang, yaudah pak, kita maju aja nanti lihat di pinggir jalan ada apa, dan bapak supir setuju.Di tengah perjalanan akhirnya kami berhenti di kios soto. Soto di Solo ini memang cocok untuk sarapan karena porsinya tidak besar, kuahnya bening, dan ada cukup protein dan karbohidrat di dalamnya. Proteinnya berasal dari ayam suir yang rasanya manis. Ini yang berbeda dengan soto-soto di tempat lain.

Setelah selesai sarapan kamipun melanjutkan perjalanan.Jika menggunakan angkutan umum atau bis, teman-teman bisa minta berhenti di pertigaan kalijambe dan nanti akan langsung disambut dengan gapura selamat datang di kawasan Sangiran. Dari situ ada banyak ojek menuju ke museum. Harganya sekarang saya tidak tahu karena saya tidak pakai.Setelah melalui gapura kita akan melalui jalan yang tidak lebar, hanya cukup untuk 2 kendaraan roda empat berjalan 2 arah, tetapi kita pasti akan menyadari kalau kita memasuki area yang sangat subur. Di kanan kiri tumbuh pohon-pohonan yang sangat rimbun diselingi sawah-sawah yang lebat dan hijau. Pertanda kalau memang di daerah ini sangat menarik untuk banyak flora dan fauna hidup dan berkembang biak.

Selain pepohonan, saya juga melihat banyak toko suvenir di kanan dan kiri jalan. Mudah-mudahan mereka tidak menjual fosil yang ditemukan karena di Sangiran ini fosilnya kaya sekali. Bahkan berkontribusi terhadap 50% penemuan fosil homo erectus di seluruh dunia.

Perjalanan dari pertigaan Kalijambe hingga ke museum induk dengan menggunakan mobil hanya membutuhkan waktu 5 menit. Kemudian kita akan disambut pintu masuk yang berbentuk seperti 2 gading yang saling menyatu. Museum buka sejak pukul 0800 pagi sementara saya tiba pukul 0730, jadi saya harus menunggu dulu 30 menit untuk bisa masuk museum.

Saya menghabiskan 30 menit saya dengan berkeliling di area parkir sambil menikmati keheningan Sangiran. Sungguh nikmat ber-spacing out di sini.Setelah membayar tiket masuk sebesar 5000 rupiah saja (dan biaya parkir mobil 5000 rupiah juga), pak satpam yang sangat ramah mempersilakan saya untuk mengisi buku tamu. Rombongan mas? Dari mana?, kata pak satpam. Nggak mas, saya sendiri, dari Jakarta, jawab saya. Wah kalau kesini enaknya minimal berdua mas sama pacar, lanjut pak satpam. Untuk pernyataan yang ini saya balasnya dengan senyum saja. Hehehe..

Museum Induk di Sangiran ini berada di lereng bukit dan terdiri dari 3 ruang utama yang dihubungkan oleh lorong spiral yang menanjak. Kita akan memulai menikmati museum dari ruangan paling rendah dan berakhir di ruang paling puncak. Sebelum masuk ke ruang pertama, saya disambut oleh burung merak yang sangat cantik.

Ruang pertama berjudul Kekayaan Sangiran.

Ruang ini saya ibaratkan bagai bab pendahuluan dalam sebuah buku. Ketika masuk kita akan diajarkan berbagai macam teori evolusi dan migrasi manusia sebagai dasar untuk menikmati wahana selanjutnya, akan diajak mempertanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Semua lewat panel-panel touch screen interaktif yang menarik yang amat jarang ditemui di museum-museum lain di Indonesia. Saya kaget dengan kualitas bangunan dan display yang sangat baik karena awalnya saya khawatir museum ini seperti museum lain di Indonesia. So jangan khawatir teman, museum ini kualitasnya memang nomer 1.

Kita diajarkan tentang arkeologi dasar. Bagaimana menentukan usia fosil, bagaimana cara membedakan tiap lapisan tanah, apa saja yang mungkin ditemukan di tiap lapisan tanah tersebut.

Setelah puas dengan semua ilmu dasarnya maka selanjutnya kita bisa melihat fosil-fosil yang ditemukan di Sangiran. Di ruang ini, fosilnya tidak banyak karena hanya sebagai ruang pendahuluan. Hanya ringkasan awal. Tetapi walau sedikit, yang disajikan sangatlah menarik. Ini contohnya:

Selain contoh fosil, di ruang awal ini juga ada diorama. Diorama yang dibuat sangat intens. Nanti teman-teman bisa lihat bahwa seluruh diorama di seluruh museum di Sangiran kualitasnya sangat luar biasa. Tidak kalah dengan yang di Night at The Museum. :)

Terakhir, kita akan ditunjukkan temuan-temuan mutakhir di kawasan Sangiran yang memang penggaliannya sampai detik ini masih terjadi. Menunjukkan bahwa situs Sangiran ini merupakan situs yang aktif.