Alat Ukur Induksi
description
Transcript of Alat Ukur Induksi
MODUL II – 3
ALAT UKUR INDUKSI (AUI)
I. Tujuan Percobaan
Mengetahui prinsip kerja alat ukur
Mengetahui tipe-tipe alat ukur induksi
Mengetahui prinsip kerja Wattmeter dan KWh meter
Membandingkan hasil pengukuran dari tipe alat ukur induksi
Mengenal pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur induksi
Mengenal metode pengukuran daya dan membandingkan
II. Teori Pendahuluan
a. Pengertian Alat Ukur Induksi
Alat ukur induksi merupakan alat ukur ynag momen geraknya ditimbulkan oleh
suatu fluks magnit dan arus bolak-blik. Alat lazim untuk mengukur energi (KWh
meter) walaupun ada juga untuk arus maupun tegangan.
Arus energi mempunyai dua fluks magnet yang dihasilkan dari suatu arus mengalir
pada kumparan. Kedua magnet fluks tersebut memotong piringan.
Piringan dipotong oleh 2 fluks magnet 1 dan 2 pada titik P1 dan P2. Fluks ke-1
1 menyebabkan arus pusar 1 (I1). Arus pusar ini melalui titik P2. Interaksi yang
terjadi antara I1 dan 1 menyebabkan momen gerak I (Mg1). Demikian juga 2
menyebabkan momen arus pusar 2 (I2) yang melalui P1 dan interaksi arus pusar 2 (I2)
dan fluks 2 (2) menyebabkan momen gerak 2 (Mg2).
Gambar 1. Prinsip Kerja Alat Ukur Induksib. Macam – macam Alat Ukur Induksi
1. Tipe Feraris
Gambar 2. Alat Ukur Induksi Tipe Feraris
Seperti dalam gambar terpasang 2 pasang kumparan. Pasangan kumparan
pertama dihubungkan seri dengan induktor besar . Kedua pasang kumparan tersebut
dihubungkan dengan tegangan yang sama. Arus yang mengalir pada kumparan
pertama (IR) mempunyai beda sudut fasa sebesar terhadap arus kumparan kedua
(IL), harga hampir mendekati 90.
Fluksi yang timbul akan merupakan medan putar, medan putar ini akan
menyebabkan arus pusar pada motor. Dan interaksi medan putar dengan arus pusar
akan mengakibatkan, momen gerak yang memutar rotor-rotor tersebut akan berputar
searah putaran medan putar seperti KWh meter. Tetapi bila rotor tersebut mendapat
momen lawan berupa pegas maka rotor tersebut akan berhenti pada saat terjadi
keseimbangan.
Dimana :
V : Tegangan sumber
I : Arus yang melalui I seri dengan R
IL : Arus yang melalui kumparan 2 seri dihasilkan L
R : Fluksi magnetik yang menghasilkan IR
L : Fluksi magnetik yang menghasilkan IL
ER : Tegangan induksi karena R
EL : Tegangan induksi karena L
IER : Arus pusar karena ER
IEL : Arus pusar karena EL
2. Tipe Shaded Pole
Pada tipe ini memakai piringan dan satu kumparan yang menimbulkan fluks
magnet. Agar sistem ini terdapat 2 fluks yang mempunyai beda fasa tertentu, maka
fluks utama tersebut dibagi dua dengan membagi pada intinya.
Untuk membuat beda fasanya, di salah satu dari bagian inti yang terbagi dua
tersebut ditambah cincin/ring tembaga. Keadaan ini disebut Shaded Pole.
Gambar 3. Alat ukur Induksi Tipe Shaded Pole
Momen gerak yang ditimbulkan :
Mg = K t s Sin Cos
t dan s sebanding dengan I untuk Amperemeter dan juga sebanding dengan V
untuk Voltmeter.
c. Faktor yang mempengaruhi Alat Ukur Induksi
a. Pengaruh Frekuensi
Alat ukur induksi sangat dipengaruhi oleh frekuensi, mengingat alat ukur ini
hanya untuk arus/tegangan bolak-balik saja. Jika frekuensi naik, maka impedansi
juga akan naik dan Cos phi akan turun.
b. Faktor Temperatur
Dengan naiknya temperatur, baik karena temperature luar maupun arus pusar
akan membesar impedansi Z seperti pada (a) dimana Z ini sangat berpengaruh
pada momen gerak dari alat ukur ini. Sebenarnya yang mempengaruhi kenaikkan
harga Z tersebut adalah tahanan R-nya. Kompensasi dapat dilakukan dengan
tahanan shunt yang mempunyai koefisien tahanan yang positif dan benar.
d. Pengukuran Daya
Dalam pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur induksi sumber
arus/tegangan harus bolak-balik.
P = V I Cos
Ada beberapa cara pengukuran daya dengan menggunakan alat ukur
induksinya diantaranya :
1. Pengukuran Daya Satu Fasa
Dengan menggunakan Wattmeter
Suatu Wattmeter satu fasa dapat langsung mengukur daya yang
diserap beban, karena semua besaran arus dan Cos sydah tercakup di
dalamnya. Rangkaian pengkuran dengan Wattmeter satu fasa dapat
dilihat pada gambar dengan daya yang diukur adalah :
P = E I Cos
Gambar 4. Rangkaian pengukuran daya bolak-balik satu fasa dengan watt meter.
Kesalahan pada Wattmeter satu fasa antara lain adalah disebabkan
oleh sifat induktif kumparan tegangan. Hal ini menyebabkan arus yang
mengalir pada kumparan tegangan tidak sefasa dengan tegangan yang
diukur.
Metoda 3 Voltmeter dan 3 Amperemeter
Pengukuran satu fasa dapat dilakukan memakai 3 Voltmeter (lihat
gambar 8) dari diagram vector didapat :
V1 = V2 + V3 + 2V2 + V3 Cos
Karena itu daya pada beban dapat dihitung dengan rumus :
PL =
V 32−V 2
2−V 12
2 R
Gambar 8. Pengukuran daya 1 fasa dengan 3 voltmeter dan diagram vektor
metoda 3 amperemeter.
Pengukuran daya satu fasa dapat juga dilakukan dengan menggunakan 3
Amperemeter.
Gambar 9. Pengukuran daya 1 fasa dengan 3 amperemeter dan diagram vektor.
Dari diagram vector didapat : I1 = I2 +I3 + 2 I2 + I3 Cos
Dan daya yang dapat dihitung dengan rumus :
PL =
R2
( I 32−I 2
2−I 12 )
2. Pengukuran Daya Tiga Fasa
Metoda ini lazim disebut metoda Aron, dimana tegangan diambil kedua
Wattmeter adalah tegangan-tegangan fasa-fasa dengan menggunakan 2
Wattmeter dapat diukur daya tiga fasa pengukuran dari beban balik hubungan
delta () maupun hubungan bintang (Y). Pengukuran daya tiga fasa tersebut
dengan menjumlahkan dua buah pengukuran yang ditunjukkan oleh Wattmeter
P1 dan P2, maka
Gambar 10. pengukuran metoda aron hubung bintang
Gambar 11. pengukuran metoda aron hubung delta.