Alat pernapasan KATAK

3
Alat Pernapasan Katak Mulai muda hingga dewasa, katak mempunyai alat pernapasan yang berbeda – beda. Saat masih berudu, insang digunakan katak untuk mengambil dan mengeluarkan osigen. Kira – kira umur 12 hari, katak akan menggunakan insang sebagai alat pernapasan. Sesudah dewasa, alat pernapasan insang akan diganti dengan paru – paru. Saat di air, katak tersebut bernapas menggunakan permukaan kulitnya. Selain itu, katak juga menggunakan alat pernapasan rongga mulut yang berupa glotis. Pada tubuh katak, tulang rusuk dan sekar diafragma tidak dapat ditemui perannya dalam pernapasan. Akan tetaoi, peran tersebut digantikan oleh otot rahang bawah, otot sterno hiodeus, otot genio hiodeus, dan otot perut. Saat menggunakan paru – paru, mekanisme pernapasan katak berlangsung dalam dua fase, yaitu fase inspirasi dan fase ekspirasi. Masing- masing fase ini terjadi dalam keadaan mulut tertutup. Terjadinya fase inspirasi diawali dengan tertutupnya celah tekak dan mulut. Selanjutnya, otot rahang bawah mengendur dan otot sterno hiodieus berkontraksi, sehingga rongga mulut membesar. Keadaan tersebut membuat udara dari luar masuk ke dalam rongga mulut dan hulu tenggorokan melalui koane. Kemudian, sekat akan menutup koane. Oleh kontraksi otot rahang bawah dan otot genio hioideus, rongga mulut menjadi kecil. Akibatnya, tekanan di dalam rongga mulut menjadi besar. Adanya perbedaan tekanan udara, membuat udara masuk menuju celah – celah yang terbuka (faring) dan

description

alat pernapasan katak

Transcript of Alat pernapasan KATAK

Page 1: Alat pernapasan KATAK

Alat Pernapasan Katak

Mulai muda hingga dewasa, katak mempunyai alat pernapasan yang berbeda –

beda. Saat masih berudu, insang digunakan katak untuk mengambil dan mengeluarkan

osigen. Kira – kira umur 12 hari, katak akan menggunakan insang sebagai alat pernapasan.

Sesudah dewasa, alat pernapasan insang akan diganti dengan paru – paru. Saat di air, katak

tersebut bernapas menggunakan permukaan kulitnya. Selain itu, katak juga menggunakan

alat pernapasan rongga mulut yang berupa glotis. Pada tubuh katak, tulang rusuk dan sekar

diafragma tidak dapat ditemui perannya dalam pernapasan. Akan tetaoi, peran tersebut

digantikan oleh otot rahang bawah, otot sterno hiodeus, otot genio hiodeus, dan otot perut.

Saat menggunakan paru – paru, mekanisme pernapasan katak berlangsung dalam dua fase,

yaitu fase inspirasi dan fase ekspirasi.

Masing- masing fase ini terjadi dalam keadaan mulut tertutup. Terjadinya fase

inspirasi diawali dengan tertutupnya celah tekak dan mulut. Selanjutnya, otot rahang bawah

mengendur dan otot sterno hiodieus berkontraksi, sehingga rongga mulut membesar.

Keadaan tersebut membuat udara dari luar masuk ke dalam rongga mulut dan hulu

tenggorokan melalui koane. Kemudian, sekat akan menutup koane. Oleh kontraksi otot

rahang bawah dan otot genio hioideus, rongga mulut menjadi kecil. Akibatnya, tekanan di

dalam rongga mulut menjadi besar. Adanya perbedaan tekanan udara, membuat udara

masuk menuju celah – celah yang terbuka (faring) dan dilanjutkan menuju paru – paru. Oleh

karenanya, pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi.

Page 2: Alat pernapasan KATAK

Fase ekspirasi akan terjadi nila otot rahang bawah mengendur, sementara otot

sterno hioideus dan otot perut berkontraksi. Akibatnyam udara dalam paru – paru tertekan

keluar. Udara tersebut akan masuk ke dalam rongga mulut. Berikutnya, celah tekak

menutup dna koane membuka. Otot rahang bawah berkontraksi dan diikuti otot genio

hioideus. Akibatnya, rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut menjadikan karbon

dioksida keluar dari tubuh katak.

Cermati gambar di bawah

Keterangan :

a. Pengambilan udara dengan keadaan otot rahang bawah yang mengendur

b. Otot sterno hioideus berkontraksi sehingga udara masuk ke rongga mulut

c. Udara masuk ke paru – paru dan terjadi pertukaran gas

d. Kontraksi otot hioideus dan otot perut sehingga rongga perut mengecil

e. Udara keluar melalui koane

Referensi :

Rochmah, S.N., Sri Widayati M. Miah. Biologi : SMA dan MA kelas XI. Pusat perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.