Alat Berat
description
Transcript of Alat Berat
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dimana kecanggihan teknologi menjadi alat bantu
bagi manusia untuk memudahkan aktivitasnya di berbagai bidang kehidupan, mulai
dari rumah tangga bahkan hingga dunia konstruksi. Pengunaan alat – alat berat yang
tentunya membantu dalam dunia konstruksi akan mempermudah manusia dalam
proses pengerjaannya, mulai dari penyediaan material hingga proyek konstruksi itu
dikerjakan sampai selesai. Tujuan dari penggunaan alat – alat berat tersebut tentunya
adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil
yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih
singkat. Tentunya pengetahuan mengenai fungsi alat berat sangat diperlukan,
sehingga dapat menunjang kelancaran dari pekerjaan tersebut. Sasaran dari
pengetahuan mengenai alat berat merupakan bagian dari manajemen proyek yang
terdiri dari tiga faktor, yaitu ; faktor waktu, mutu, dan biaya. Dalam hal ini yang
diterapkan dalam manajemen alat berat adalah mengenai pemilihan, pengaturan, dan
pengendalian alat berat yang digunakan dalam suatu proyek konstruksi. Pemilihan
alat berat yang akan dipakai merupakan faktor yang sangat penting dalam
keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipakai haruslah tepat sehingga proyek
dapat berjalan lancar. Kesalahan di dalam pemilihan alat berat dapat mengakibatkan
pelaksanaan proyek menjadi tidak efektif dan efisien. Dengan demikian keterlambatan
penyelesaian proyek dapat terjadi yang menyebabkan biaya akan membengkak.
Produktivitas yang kecil dan tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan alat
lain yang lebih sesuai merupakan hal yang menyebabkan biaya yang lebih besar.
Untuk itu dalam makalah ini akan diperkenalkan suatu alat berat yang berfungsi
dalam pemroses material serta operasional nya untuk menghasilkan material yang
sesuai dengan kebutuhan proyek konstruksi.
1
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
1.2. Maksud dan Tujuan
Dalam pembuatan tugas metode pelaksanaan dan pemeliharaan konstruksi,
adapun maksud dan tujuannya adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari crusher dan conveyor belt.
b. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dari crusher dan conveyor belt .
c. Mahasiswa mampu memahami sistem kerja dari crusher dan conveyor belt.
1.3. Metode Penulisan
Metode yang dipakai adalah metode studi berdasarkan teori – teori yang
diambil dari buku, internet, dan data yang diambil dari survei lapangan .
2
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengenalan Alat Berat
Alat-alat berat yang dikenal dalam ilmu Teknik Sipil adalah alat yang
digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan pembangunan suatu
struktur. Alat berat merupakan faktor penting dalam suatu proyek, terutama proyek
dalam sekala besar. Tujuan penggunaan alat-alat berat tersebut untuk memudahkan
manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih singkat. Alat – alat berat
yang sering kita jumpai pada proyek konstruksi misalnya dozer, excavator, backhoe,
tower crane dan masih banyak lagi alat berat lainnya.
Alat berat dapat dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi. Klasifikasi
tersebut adalah klasifikasi fungsional alat berat dan klasifikasi operasional alat berat.
Klasifikasi fungsional adalah pembagian alat berdasarkan fungsi-fungsi utama alat.
1. Berdasarkan fungsinya alat berat dapat dibagi atas :
a) Alat Pengolah Lahan
Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka dalam
pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk
pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan scaper. Sedangkan
untuk meratakan tanah permukaan digunakan dozer atau motor grader.
b) Alat Penggali
Jenis alat ini dikenal dengan istilah eskavator. Beberapa alat berat
digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori
ini adalah front shovel, bachoe, dragline, dan clamshell.
c) Alat Pengangkut Material
Crane termasuk kedalam alat pengangkut material karena dapat
mengangkut material secara vertikal dan kemudian memindahkannya secara
horizontal pada jarak jangkau yang relatif kecil. Sedangkan untuk jarak jangkau
yang relatif jauh digunakan belt, truck dan wagon.
3
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
d) Alat Pemindah Material
Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya digunakan
tidak sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material
dari satu alat ke alat lainnya. Loader dan dozer merupakan alat pemindah
material.
e) Alat Pemadat
Jika dalam suatu lahan dilakukan penimbunan maka dibutuhkan
pemadatan. Pemadatan juga diperlukan dalam perkerasan jalan, maka digunkan
alat – alat pemadatan yaitu tamping roller, pneumatic- tired roller, compactor
dan lainnya.
f) Alat Pemroses Material
Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi suatu
bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalkan adalah batuan
bergradasi, semen, beton dan aspal. Sehingga alat yang diperlukan adalah
crusher dalam penghasilan batuan bergradasi juga alat – alat pemroses material
seperti concrete batch dan aspalt mixing plant.
g) Alat Penempatan Akhir Material
Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya untuk menempatkan
material pada tempat yang telah ditentukan. Di tempat atau lokasi ini material
disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai spesifikasi yang ditentukan.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah concrete spreader, asphalt paver,
motor grader, dan alat pemadat.
2. Klasifikasi Operasional Alat Berat
a) Alat Dengan Penggerak
Alat penggerak merupakan bagian alat berat yang menterjemahkan hasil
dari mesin menjadi kerja. Bentuk dari alat penggerak adalah crawler atau roda
kelabang dan ban karet. Sedangkan belt merupakan penggerak pada conveyor
belt.
b) Alat Statis
Yang termasuk dalam kategori nin adalah tower crane, batching plant,
baik untuk beton ataupun aspal serta crusher plant.
4
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Berat
Pemilihan alat berat dilakukan pada tahap perencanaan, dimana jenis, jumlah
dan kapasitas alat merupakan faktor – faktor penentu. Tidak setiap alat berat dipakai
untuk setiap proyek konstruksi, oleh karena itu pemilihan alat berat yang tepat sangat
diperlukan. Apabila terjadi kesalahan dalam pemilihan alat berat maka akan terjadi
keterlambatan di dalam pelaksanaan, biaya proyek yang membengkak, dan hasil yang
tidak sesuai rencana. Didalam Pemilihan alat berat, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan sehingga kesalahan dalam pemilihan alat dapat dihindari. Faktor – faktor
tersebut antara lain :
a. Fungsi yang harus dilaksanakan
b. Kapasitas peralatan
c. Cara operasi
d. Pembatasan dari metode yang dipakai
e. Ekonomi
f. Jenis proyek
g. Lokasi proyek
h. Jenis dan daya dukung tanah
i. Kondisi lapangan.
Dari beberapa klasifikasi fungsional alat tersebut, yang akan dibahas adalah
alat untuk pemroses material, yaitu crusher dan ada pula klasifikasi dari operasional
alat berat dimana alat berat dalam pengoperasiannya dapat dipindahkan dari satu
tempat ke tempat lain atau tidak dapat digerakkan atau statis, klasifikasi dari
operasional alat berat yang akan dibahas dalam makalah ini adalah alat dengan
penggerak yaitu conveyor belt.
Tentunya alat pemroses material ini akan menghasil kan agregrat yang
nantinya digunakan dalam material konstruksi. Adapun pengertian agregat adalah
batu pecah, kerikil, pasir atau komposisi material lainnya baik yang merupakan hasil
alam maupun hasil pengolahan (penyaringan/pemecahan) yang merupakan bahan
utama konstruksi lapis perkerasan jalan atau material konstruksi dalam mendukung
kekuatan. Dalam perkerasan, agregat berpengaruh terhadap kemampuan perkerasan
jalan dalam memikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Agregat juga
5
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
berfungsi menahan abrasi dan meneruskan beban roda ke lapisan pondasi. Sifat
agregat yang menentukan kualitas sebagai material perkerasan jalan adalah :
a. ukuran dan susunan butiran (gradasi),
b. kebersihan agregat tehadap material lain yang tidak menguntungkan
c. kekerasan agregat
d. keawetan dan ketahanan agregat
e. bentuk butir, tekstur permukaan dan porositas
f. kelekatan terhadap aspal.
a) Gradasi agregat
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya. Ukuran butir
agregat dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisis saringan. Gradasi agregat
diperoleh dari hasil analisis pemeriksaan dengan menggunakan satu set
saringan yang umumnya terdiri dari saringan berukuran 4”, 3 ½”, 3”, 2 ½”, 2”,
1 ½”, 1”, ¾”, ½”, 3/8”, No.4, No.8, No.16, No.30, No.50, No.100 dan No.200.
Gradasi agregat dinyatakan dalam prosentase lolos atau prosentase tertahan,
yang dihitung berdasarkan berat agregat.
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butiran yang akan
menentukan stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan. Jika agregat
campuran terdiri dari agregat berukuran sama akan berongga atau berpori
banyak karena tidak terdapat agregat berukuran kecil yang dapat mengisi
rongga. Sebaliknya jika campuran agregat terdistribusi dari agregat berukuran
besar sampai kecil secara merata, maka rongga atau pori yang terjadi sedikit.
Hal ini disebabkan karena rongga yang terbentuk oleh susunan agregat
berukuran besar, akan diisi oleh agregat berukuran lebih kecil. Distribusi
butiran – butiran agregat dengan ukuran tertentu yang dimiliki oleh suatu
campuran menentukan jenis gradasi agregat. Gradasi agregat dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Agregat bergradasi baik
Agregat bergradasi baik disebut pula agregat bergradasi rapat.
Campuran agregat bergradasi baik mempunyai pori sedikit, mudah
dipadatkan dan mempunyai stabilitas yang tinggi. Tingkat stablitas
6
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
ditentukan dari ukuran butiran agregat terbesar yang ada. Berdasarkan
ukuran butiran agregat yang dominan menyusun campuran agregat, maka
agregat bergradasi baik dapat dibedakan atas :
a. Agregat bergradasi kasar adalah agregat bergradasi baik yang
mempunyai susunan ukuran menerus dari kasar sampai dengan halus,
tetapi dominan berukuran agregat kasar.
b. Agregat bergradasi halus adalah agregat bergradasi baik yang
mempunyai susunan ukuran menerus dari kasar sampai dengan halus,
tetapi dominan berukuran agregat halus.
Agregat bergradasi baik atau buruk dapat diperiksa dengan menggunakan
Rumus Fuller, P = 100 ( d / D ) 0,45
Dengan :
P = persen lolos saringan dengan bukaan saringan d mm
d = ukuran agregat yang diperiksa, mm
D = ukuran maksimum agregat yang terdapat dalam campuran, mm
2. Agregat bergradasi buruk
Agregat bergradasi buruk tidak memenuhi persyaratan gradasi
baik. Macam – macam gradasi agregat yang dapat dikelompokkan
kedalam agregat bergradasi buruk adalah :
a. Agregat bergradasi seragam, terdiri dari butiran – butiran agregat
yang berukuran sama. Campuran agregat ini mempunyai pori antar
butiran yang cukup besar, sehingga sering dinamakan juga agregat
bergradasi terbuka.
b. Agregat bergradasi terbuka, adalah agregat yang distribusi ukuran
butirnya sedemikian rupa sehingga pori – porinya tidak terisi dengan
baik.
c. Agregat bergradasi senjang adalah agregat yang distribusi ukuran
butirnya tidak menerus, atau ada bagian ukuran yang tidak ada, jika
ada hanya sedikit sekali.
7
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Masing – masing fraksi agregat terlebih dahulu harus diperiksa
gradasinya yang selanjutnya digabungkan menurut perbandingan sehingga
menghasilkan agregat campuran. Agregat campuran adalah agregat hasil
pencampuran secara proporsional fraksi agregat A, fraksi agregat B, dan fraksi
agregat C. Proporsi dari masing – masing fraksi agregat dirancang secara
proporsional sehingga diperoleh gradasi agregat yang diinginkan. Perencanaan
campuran diperlukan untuk mendapatkan gradasi campuran sesuai spesifikasi
campuran. Batasan gradasi agregat disebut juga spesifikasi gradasi agregat
campuran, yaitu nilai rentang gradasi agregat campuran yang diperbolehkan
terjadi di lapangan. Gradasi tengah adalah gradasi agregat yang merupakan
nilai tengah dari rentang gradasi agregat yang diberikan dalam spesifikasi.
Gradasi tengah ini yang seringkali disebut sebagai gradasi ideal dari
spesifikasi campuran. Untuk mendapatkan gradasi agregat campuran dapat
dilakukan dengan beberapa metode antara lain dengan metode trial and error,
metode analitis dan metode grafis. Namun pada praktek di lapangan umumnya
digunakan metode trial and error.
b) Daya Tahan Agregat
Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya
penurunan mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat dapat mengalami
degradasi, yaitu perubahan degradasi akibat pecahnya butiran – butiran
agregat. Kehancuran agregat dapat disebabkan oleh proses mekanis, seperti
gaya – gaya yang terjadi selama proses pelaksanaan misalkan dalam
perkerasan jalan (penimbunan, penghamparan, pemadatan), pelayanan
terhadap beban lalu lintas dan proses kimiawi, seperti pengaruh kelembaban,
kepanasan dan perubahan suhu sepanjang hari. Faktor – faktor yang
mempengaruhi tingkat degradasi yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis
agregat, gradasi campuran, ukuran partikel, bentuk agregat dan besarnya
energi yang dialami oleh agregat tersebut.
8
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
c) Bentuk Butiran dan Tekstur Permukaan
Adapun partikel agregat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk :
Bulat (Rounded)
Agregat yang dijumpai di sungai pada umumnya telah mengalami
pengikisan oleh air sehingga umumnya berbentuk bulat. Parikel agregat
bulat saling bersentuhan dengan luas bidang kontak kecil sehingga
menghasilkan interlocking yang lebih kecil dan lebih mudah tergelincir.
Lojong (Elongated)
Partikel agregat bentuk lonjong dapat ditemui di sungai – sungai atau
bekas endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong jika ukuran
terpanjangnya > 1,8 kali diameter rata – rata. Indeks kelonjongan
(elongated index) adalah perbandingan dalan persen dari berat agregat
lonjong terhadap berat total. Sifat interlockingnya hampir sama dengan
yang berbentuk bulat.
Kubus (Cubical)
Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk agregat hasil dari mesin
pecah batu (crusher) yang mempunyai bidang kontak yang lebih luas,
berbentuk bidang rata sehingga memberikan interlocking / saling
mengunci yang lebih besar. Dengan demikian kestabilan yang diperoleh
lebih besar dan lebih tahan terhadap deformasi yang timbul.
Pipih (Flaky)
Partikel agregat berbentuk pipih dapat merupakan hasil dari mesin
pemecah batu (crusher) ataupun memang merupakan sifat dari agregat
tersebut yang jika dipecahkan cenderung berbentuk pipih.
Tak Beraturan (Irregular)
Partikel agregat yang tidak beraturan, tidak mengikuti salah satu yang
disebutkan diatas.
9
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Crusher
Klasifikasi fungsional alat berat adalah pembagian alat berdasarkan fungsi-
fungsi utama alat. Klasifikasi ini terdiri dari : alat pengolah lahan, alat penggali, alat
pengangkut material, alat pemindahan material, alat pemadat, alat pemroses material,
dan alat penempatan akhir material. Bahasan kali ini hanya terpusat pada alat
pemroses agregat, alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi
suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan
bergradasi, semen, beton, dan aspal. Yang termasuk di dalam alat ini adalah crusher.
Pemanfaatan agregat dalam proyek konstruksi sangatlah luas. Salah satu pemanfaatan
agregat adalah sebagai bahan dasar pembuat beton dan campuran aspal. Selain itu
juga digunakan dalam pembuatan jalan, seperti pada dasar jalan atau pada permukaan
perkerasan jalan. Agregat dapat berupa pasir, kerikil atau batuan. Kadang batuan dari
alam mempunyai ukuran besar sehingga diperlukan pengolahan bahan agar dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Alat pemecah batuan inilah yang biasa disebut
dengan crusher.
Crusher berfungsi untuk memecahkan batuan alam menjadi ukuran yang lebih
kecil sesuai spesifikasi yang dibutuhkan. Selain memecahkan batuan, crusher juga
memisahkan batuan hasil pemecahan dengan menggunakan saringan atau screen.
Dengan adanya screen maka batuan dapat dikelompokkan sesuai dengan ukurannya.
Untuk memasukkan batuan ke dalam crusher, biasanya digunakan alat yang disebut
feeder. Untuk mendistribusikan agregat hasil pemecahan dan mengantarkan kembai
agregat yang belum memenuhi spesifikasi ke dalam crusher maka digunakan conveyor
dalam alur kerja crusher.
Crusher terdiri dari beberapa bagian, yaitu crusher primer (primary crusher),
crusher sekunder (secondary crusher), dan crusher tersier (tertiary crusher). Tahap-
tahap pekerjaan menggunakan crusher yaitu : material dialirkan dengan menggunakan
conveyor dan feeder, kemudian material disaring untuk membuang material yang
tidak dapat dimanfaatkan, selanjutnya penghancuran dengan crusher primer, material
10
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
disaring dengan berbagai ukuran, penghancuran dengan crusher sekunder disaring
kembali, setelah itu material dapat digunakan.
3.1.2 Tipe Stone Crusher
Beberapa macam peralatan pemecah batu (stone crusher) meliputi :
1. Primary Crusher, biasanya menggunakan tipe crusher :
a. Jaw crusher (pemecah tipe rahang)
Jaw crusher digunakan untuk mengurangi besar butiran pada tingkat
pertama, untuk kemudian dipecah lebih lanjut oleh crusher lain. Jenis ini paling
efektif digunakan untuk batuan sedimen sampai batuan yang paling keras seperti
granit atau basalt. Jaw crusher merupakan mesin penekan (compression) dengan
rasio pemecahan 6 : 1. Keuntungan yang diperoleh dari jaw crusher antara lain
karena kesederhanaan konstruksinya, ekonomis dan memerlukan tenaga yang
relatif kecil. Ukuran material yang dapat dipecah oleh crusher ini tergantung pada
feed opening (bukaan) dan kekerasan batu yang akan dipecah. Umumnya untuk
material hasil peledakan, material yang berukuran sampai dengan 90% dari feed
opening (bukaan) dapat diterima. Untuk batuan yang tidak terlalu keras
disarankan berukuran 80% dari feed opening (bukaan).
Gambar 1. Jaw Crusher
b. Gyratory Crusher (pemecah giratori)
Crusher ini beroperasi dengan kisaran. Bagian crusher pemecah berbentuk
Conis, karena itu kadang disebut cone crusher. Gyratory crusher hampir sama
dengan jaw crusher, perbedaannya terletak pada cara pemberian tekanan dimana
untuk gyratory crusher tekanan diberikan dari arah samping. Hasil pemecahan
crusher ini rata – rata berbentuk kubus dan agak uniform hal ini karena bentuk
lengkung dari cone dan bowl yang mempunyai permukaan cekung (concave).
11
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Gambar 2. Gyratory Crusher
c. Impact Crusher (pemecah tipe pukulan)
Impact crusher disarankan terutama untuk batu kapur atau untuk penggunaan
dengan abrasi lebih rendah. Impact crusher ada 2 jenis yaitu impact breaker dan
hammer mill. Kedua jenis ini pada prinsipnya sama, perbedaannya terletak pada
jumlah rotor dan ukurannya. Impact breaker mempunyai satu atau dua buah rotor
dan ukurannya lebih besar daripada hammer mill. Impact breaker menghasilkan
produk yang bentuknya seperti kubus meskipun semula merupakan batu
lempengan serta meningkatkan kualitas agregat dan mempertinggi kapasitas
plant.
Gambar 3. Impact Crusher
2. Secondary Crusher, biasanya menggunakan tipe crusher :
a. Cone Crusher
Selain sebagai crusher sekunder, cone crusher juga dapat digunakan untuk
pasir dan kerikil serta material yang memiliki butir asal (sebelum dipecah) 20 –
25 cm dimana tidak memerlukan lagi crusher primer.
Gambar 4. Cone Crusher
12
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
b. Roll Crusher
Roll Crusher diperlukan untuk menghasilkan produk dengan ukuran
tertentu. Crusher jenis tekanan ini menghasilkan variasi pemecahan yang lebih
besar dibanding jenis crusher lainnya. Kapasitas roll crusher tergantung dari jenis
batuan, ukuran crusher primer, ukuran batuan yang diinginkan, lebar roda dan
kecepatan roda berputar. Ditinjau dari jumlah rollnya ada beberapa macam tipe
roll crusher yaitu : ¾ Single Roll (silinder tunggal), biasanya digunakan untuk
memecahkan batuan yang lembab dan tidak menguntungkan jika digunakan
untuk memecahkan batuan yang abrasif. Crusher tipe ini memiliki rasio
pemecahan maksimum 7 : 1. ¾ Double Roll (silinder ganda), memiliki rasio
pemecahan 2 – 2,5 : 1. ¾ Triple Roll (silinder tiga), memiliki rasio pemecahan 4 –
5 : 1.
Gambar 5. Roll Crusher
c. Hammer Mill (pemecah tipe pukulan)
Hammer Mill digunakan untuk batu kapur berkualitas tinggi, dengan kadar
abrasif kurang dari 5%, menghasilkan jumlah besar material halus. Hammer Mill
dapat menerima feed material berukuran sampai dengan 20 cm dan memiliki rasio
pemecahan 20 : 1.
Gambar 6. Hammer Mill
13
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
3. Tertiary Crusher, biasanya menggunakan tipe crusher :
a. Roll Crusher (pemecah tipe silinder)
Selain sebagai crusher sekunder, roll crusher dapat juga digunakan sebagai
crusher tersier.
b. Rod Mill (pemecah tipe batang), dimaksudkan untuk mendapatkan material yang
lebih halus.
Gambar 7. Rod Mill
c. Ball Mill (pemecah tipe bola), dimaksudkan untuk mendapatkan material yang
lebih halus.
Gambar 8. Ball Mill
Namun dalam prakteknya di lapangan, pekerjaan crushing dilakukan hanya
sampai pada tahap kedua. Tipe crusher yang dipakai umumnya menggunakan tipe jaw
to jaw dimana jaw pertama sebagai primary crusher (crusher primer) untuk
pemecahan tahap pertama, sedangkan jaw kedua sebagai secondary crusher (crusher
sekunder) untuk pemecahan tahap kedua. Hal ini disebabkan antara lain karena :
1. kesederhanaan konstruksinya.
2. ekonomis dan memerlukan tenaga yang relatif kecil.
3. kapasitas produksi yang besar tergantung lebar bukaan pada jaw dan ukuran butir
yang dikehendaki.
14
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
3.2.2 Bagian - Bagian Stone Crusher
Bagian - bagian ini dimaksudkan untuk mengatur dan menyalurkan material
yang masuk atau juga material hasil crusher yang dipisah – pisahkan menurut
gradasinya. Beberapa bagian dari crusher antara lain :
1. Feeder dan Hopper
Fedeer dan hopper adalah komponen dari peralatan pemecah batu yang
berfungsi mengatur aliran dan pemisah bahan – bahan serta penerima bahan baku
(raw material).
Gambar 9. Feeder
Fungsi utama feeder adalah mengatur aliran bahan batuan yang masuk kedalam
pemecah batu. Beberapa tipe dari feeder antara lain :
a. Appron feeder, umumnya dipakai untuk batuan yang akan dimasukkan ke dalam
primary crusher. Feeder ini direncanakan sebagai heavy duty construction untuk
menahan beban kejut dari batuan yang ditumpahkan.
b. Reciprocating plate feeder (plat pengumpan bolak – balik), biasanya dipakai
untuk material yang diambil dari gravel pit, material ini umumnya berukuran
kecil yang kadang – kadang tidak perlu pemecahan sehingga harus dikelurkan
dari material yang besar.
c. Grizzly feeder (saringan pemisah pertama), hampir sama dengan appron feeder,
hanya diberikan penambahan untuk sekedar memilih ukuran batu yang akan
dipecahkan. Pada feeder jenis ini, butiran – butiran yang ukurannya lebih kecil
dari ukuran rongga pada rantai feeder akan berjatuhan keluar.
d. Chain feeder, pada chain feeder batu masuk karena berat sendiri melalui suatu
penyalur.
15
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
2. Scalping Unit (saringan kisi – kisi)
Scalping unit sering dipakai sebagai lanjutan feeder, scalping unit ini berupa
kisi – kisi (grid) yang diam (stationery) atau bergetar (vibratiory motion).
3. Grizzly Bar (batang – batang pemisah)
Grizzly bar juga dipakai pada scalping unit, konstruksinya berupa batang –
batang (bars) besi paralel yang satu sama lainnya diberi jarak antara, dipasang
miring ke arah pit sehingga batu yang ukurannya lebih besar dari jarak antara
batang – batang tadi hanya akan melewatinya, tidak masuk ke dalam crusher. Jarak
antara batang – batang besi tadi dapat diatur sesuai dengan ukuran batu (feed) yang
diinginkan oleh primary crusher.
4. Conveyor atau Bucket Elevator
Adalah komponen dari peralatan pemecah batu yang berfungsi untuk
memindahkan material secara langsung dalam suatu proses dari satu unit ke unit
lain. Fungsi conveyor pada peralatan pemecah batu biasanya terdiri dari unit joint
conveyor (fungsi penyambung atau perantara), discharge conveyor
(mendistribusikan ke stock pile), feed conveyor (fungsi pemasok), return conveyor
(fungsi balik untuk dipecah lagi).
5. Bin dan Hopper Bawah
Adalah komponen pada peralatan pemecah batu yang berfungsi untuk
menampung sementara, atau sebagai container yang besar untuk penyimpanan
material permanen dari material dari stock pile.
3.2 Conveyer Belt
Belt conveyor merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan tanah,
pasir, kerikil batuan pecah beton, dan lain – lain. Kapasitas pemindahan material oleh
belt conveyor cukup tinggi karena material dipindahkan secara terus menerus dalam
kecepatan yang relatif tinggi. Bagian dari belt conveyor adalah belt atau ban berjalan,
idler, unit pengendali, pulley, dan struktur penahan. Jika material yang akan
dipindahkan memiliki jarak perpindahan yang relatif pendek maka portable conveyor
dapat digunakan. Dalam pengoperasian belt conveyor, seringkali material yang
diangkut dan kemuan dilepaskan di ujung akhir conveyor mengalami segresi atau
pemisahan ukuran. Untuk mengurangi hal ini maka disarankan pada ujung conveyor
16
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
material jangan dijatuhkan secara bebas. Jadi dapat digunakan alat tambahan yang
dapat berupa rock ladder untuk menghindari segregasi. Selain itu tinggi jatuh material
sebaiknya jangan terlalu besar.
1. Belt
Belt terdiri dari beberapa lembar (ply) bahan yang disatukan dengan
semacam perekat. Jumlah lapisan dapat 4,6,7,8 dan seterusnya. Sedangkan berat
setiap lapisan adalah 28, 32, 36, 42 oz dan seterusnya. Bagian permukaan belt
ditutupi oleh karet yang berfungsi untuk menghindari terjadinya abrasi akibat
gesekan material.
2. Kapasitas Belt
Berat material yang dapat dipindahkan oleh belt conveyor ditentukan
dengan rumus :
T = 60 ASW
2000
T merupakan berat material yang dihitung dalam ton/jam. A adalah
potongan luas area material (sq ft), S adalah kecepatan ban (ft/menit) dan W
adalah berat jenis material (ib/dt).
Luas area material tergantung dari lebar belt, kedalaman material, sudut
kemiringan material, lebar ban yang dimuati material.
3. Idler
Idler merupakan alat yang menahan ban. Idler merupakan bagian atas
yang menahan beban berbentuk trapesium dimana sepertiga lebar di bagian
tengah rata dengan kedua bagian sisi yang miring, sedangkan idler bagian bawah
berbentuk rata.
Untuk menentukan daya angkut belt conveyor maka tenaga yang
diperlukan idler untuk bergerak perlu ditetapkan. Tenaga tersebut tergantung dari
tipe dan ukuran idler, beratnya bagian yang berputar, berat ban dan berat
material.
Gambar 10. Idler
17
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
4. Tenaga Untuk Menggerakan Belt
Sejumlah tenaga luar dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah conveyor
belt. Tenaga tersebut dibutuhkan untuk menggerakkan belt dalam keadaan
kosong, memindahkan beban secara horizontal serta mengangkat tau menurunkan
beban secara vertikal. Tenaga yang dibutuhkan untuk menggerakkan belt kosong
tergantung dari tipe idler diameter dan jarak antar idler, serta panjang, berat dan
kecepatan belt.
5. Feeder
Feeder yang diletakkan dibagian awal sebuah sistem conveyer berfungsi
untuk mengatur agar material yang diletakkan dalam belt seragam dalam jumlah.
Ada beberapa macam feeder yang umum digunakan antara lain : apron,
reciprocating, rotary vane, dan rotary ploy.
18
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan:
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa adanya alat – alat
berat untuk material kontruksi sangat membantu manusia dalam pengerjaan suatu
proyek konstruksi. Crusher misanya, dapat mempermudah dalam pembuatan agregat
untuk kontruksi bangunan, disamping itu dengan adanya crusher, pihak perencana
konstruksi dapat memperhitungkan mutu dari konstruksi yang akan dibangun karena
agregat yang dihasilkan dari crusher sudah dapat di perhitungkan. Crusher dan
conveyor belt adalah suatu alat berat yang tidak dapat dipisahkan karena bekerja pada
satu sistem kerja untuk mengkasilkan agregat yang nantinya digunakan pada proyek
konstruksi. Disamping itu dengan kombinasi kedua alat berat ini dapat menghasilkan
jumlah produksi yang cukup besar sehingga dapat mendatangkan income yang cukup
besar pula.
4.2. Saran :
Hendaknya sebelum menggunakan alat – alat berat dalam dunia konstruksi
terlebih dahulu kita harus memahami cara kerja suatu alat berat dan juga disisi lain
mengetahui komponen – komponen yang ada didalam alat berat tersebut. Juga
diharapkan kita mengetahui informasi mengenai alat berat yang kita gunakan lebih
banyak lagi dan memperhitungkan kegunaan alat berat tersebut sehingga alat tersebut
tepat guna sesuai dengan keperluan proyek konstruksi.
19
Metode Pemeliharaan dan Pelaksanaan Konstruksi
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Daftar Pustaka
Susy, F.M. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
http://eprints.undip.ac.id/34213/6/1746_chapter_II.pdf
https://www.google.com/search?
q=crusher+adalah&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ei=iORWU6s2g5asB82AgegJ&sqi=2&v
ed=0CAYQ_AUoAQ&biw=1366&bih=667
20