315261434 263221993 Instrumen FKTP Puskesmas Berprestasi New PDF PDF
al13.pdf
description
Transcript of al13.pdf
1
MANAJEMEN RUANG ENDOSKOPI BERORIENTASIKAN
PADA HOSPITAL SAFETY
A. PENDAHULUAN
Issue dan tends perkembangan ruang endoskopi saat ini sudah berkembang kearah
aspek manajemen dan kelengkapan fasilitas ruang endoskopi yang berorientasikan
hospital safety. Elemen penting yang memerlukan perhatian khusus antara lain SDM,
peraturan, perencanaan ruang, dan infrastruktur fasilitas pendukung kesehatan
(pasokan air, udara, vakum ruangan, dan pembuangan limbah).
Pengalaman telah menghasilkan berbagai rekomendasi khusus untuk desain
pelayanan endoskopi guna meningkatkan kualitas dan efisiensi yang berorientasikan
keselamatan pasien dan stafff endoskopi. Kelengkapan secara administrasif
diperlukan stafff dan fasilitas ruang endoskopi. Selain prasyarat stafff di ruang
endoskopi (seperti lisensi, kompetensi, sertifikasi dan kemampuan individu seperti
bahasa dan kecakapan lainnya), administratif termasuk penjadwalan prosedur dan
staff endoskopi; ketersediaan endoskop, alat terapi, database endoskopik, pengolahan
ulang perlengkapan endoskopi, pengendalian infeksi dan keselamatan pasien dan
stafff endoskopi sangat dipentingkan. System akreditasi/sertifikasi yang diaudit
secara berkala merupakan alat evaluasi untuk efisiensi dan upaya peningkatan
pelayanan yang berkualitas.
Untuk itu penulis tertarik membahas tinjauan manajemen dalam pengelolaan ruang
endoskopi yang berorientasikan Hospital safety.
“Bagaimana manajemen endoskopi yang baik, sehingga tercapai suatu pelayanan
yang berorientasikan Hospital safety”
2
B. HOSPITAL SAFETY
Hospital safety adalah suatu proses dalam pemberian pelayanan RS terhadap pasien,
stafff, dan lingkungan RS yang lebih aman. Hal ini menjadi penting karena
pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang penuh resiko dikarenakan pelanggaran /
kelalaian terhadap “ duty of care “ dapat menimbulkan dampak yang berhubungan
dengan hukum dan citra RS.
Menegakkan Hospital safety salah satu caranya dengan meningkatkan manajemen
resiko di rumah sakit yaitu kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk
mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan RS, pengunjung dan
organisasinya sendiri ( The Joint Commision on Acreditation of Health Care
Organitation / JCAHO ). Menurut ASHRM manajemen resiko juga merupakan
kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien, menciptakan lingkungan yang aman
bagi karyawan, pasien dan pengunjung.
Robert caroll, editor : Risk Manageent Handbook for Health Care Organitatios, 4th
edition, Jossey Bass, 2004 tertera bahwa Hospital safety meliputi : Keamanan dari
segi pasien, Stafff Kesehatan, fasilitas, lingkungan dan bisnis. Hal ini yang akan
di bahas dalam “MANAJEMEN PERENCANAAN RUANGAN DAN
PENGELOLAAN RUANG ENDOSKOPI YANG BERORIENTASIKAN
HOSPITAL SAFETY “.
Adapun Dokumentasi yang harus dipersiapkan di ruang endoskopi antara lain : form
laporan insiden patient safety, hasil laporan patient safety secara berkala, dan alur
pelaporan patient safety.
3
C. TINJAUAN MANAJEMEN DALAM RUANG ENDOSKOPI YANG
BERORIENTASIKAN PADA HOSPITAL SAFETY.
a. MANAJEMEN : PERENCANAAN RUANG ENDOSKOPI
Untuk mewujudkan hospital safety di ruang endoskopi di mulai dari perencanaan
ruang endoskopi itu sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Desain Ruangan
Desain ruangan menjadi penting untuk keeffektifan, efesiensi, kualitas
pelayanan dan juga sebagai salah satu pendukung terciptanya hospital safety
bagi pasien, stafff dan pengunjung. Salah satu alat evaluasinya yaitu dengan
survey kepuasan dan kenyamanan pasien, keluarga dan stafff.
Ruangan menarik yang sesuai dengan standar kesehatan, pelayanan yang
cepat, tepat dan ramah akan membuat kesan yang baik bagi pelanggan
eksternal dalam hal ini pasien dan juga pelanggan internal termasuk stafff di
ruang endoskopi itu sendiri.
Berbagai standar menentukan desain ruangan dan fasilitas untuk pelayanan
endoskopi, akreditasi Organisasi Arsitektur mengeluarkan pedoman yang
berkaitan dengan konstruksi fasilitas kesehatan : termasuk ruang rawat jalan,
bangunan dan tanda pemadaman kebakaran, fasilitas bangunan yang sesuai
dengan kesehatan,, dan juga system akreditasinya (American Institute of
Arsitektur).
Sistem akreditasi mengenai fasilitas lisensi dan sertifikasinya membutuhkan
perhatian yang teliti dan ketat. Adapun persyaratannya diatur oleh lembaga
Negara yang menerbitkan lisensi.
Elemen penting yang memerlukan perhatian berkaitan dengan infrastruktur
adalah orang atau sumber daya manusia, peralatan, perlengkapan, dan jasa.
(gambar 1 )
4
Elemen pada gambar 1 saling terkait satu dengan yang lainnya dan merupakan bagian
penting dalam memberikan pelayanan pasien yang efisien dan berkualitas.
Gambar 1 kategori berbagai elemen yang menjadi perhatian penting
5
1). Perencanaan Ruangan
Bentuk arsitektur memiliki pengaruh besar terhadap fungsi fasilitas. Pertimbangan
diberikan kepada ruang yang dialokasikan untuk kegiatan tertentu, dan adjacency
atau kedekatan, sangat mempengaruhi efisiensi yang dihasilkan, dan bahkan
keamanan dan kenyamanan pelayanan yang diberikan.
Dengan mempertimbangkan pengembangan atau renovasi untuk fasilitas yang baru,
dua dari pertimbangan yang paling penting berkaitan dengan ruang yang tersedia dan
spektrum dan volume pelayanan yang harus disediakan oleh fasilitas tersebut. Ruang
proyeksi harus mencakup kemungkinan bagi pertambahan volume pasien dan
perluasan potensi pelayanan selama 5-8 tahun dan memungkinkan untuk
pembangunan fasilitas yang bisa mengakomodasi pertumbuhan atau memperluas ke
ruang yang terdekat. Pertimbangan ruang adalah yang paling sulit dan membawa
implikasi terbesar untuk biaya konstruksi secara keseluruhan.
Volume prosedur Diduga memberikan ruang yang sangat berguna perkiraan
berdasarkan tingkat pemanfaatan ruang yang direncanakan prosedur dan rasio kamar
prosedur untuk ruang tunggu dan tempat tidur pemulihan. Fasilitas ditujukan untuk
nomor sederhana prosedur dapat memanfaatkan ruang yang lebih fleksibel
dibandingkan dengan persyaratan yang signifikan untuk output pasien dan efisiensi
tenaga ( Gambar 2. ).
Gambar. 2 Generic proximity considerations for small, medium, and large units
6
unit kecil sering berbagi ruang dengan departemen lain yang memerlukan akomodasi
yang sama untuk penerimaan, pra-dan postprocedure perawatan pasien, penunggu, dan
layanan administrasi. Contohnya termasuk bagian gawat darurat, operasi layanan rawat
jalan, kardiologi, paru, atau daerah prosedural urologis sering di gabung atau saling
bergantian. Perhatikan bahwa ASC mengeluarkan pedoman yang ketat dan detail dari
ruang yang dapat dibagi, dengan jenis pelayanan, dan berbeda. Misalnya ruang tunggu,
ruang masuk pasien/ruang persiapan, dan area perawatan pasien harus berbeda dan
terpisah, unit administrasi harus berdekatan dengan ruang tersebut, tetapi beberapa
fasilitas staff / ruang istirahat, dll dapat dibagi. Rumah Sakit endoskopi biasanya kurang
efisien dan mempunyai ruang lebih karena campuran pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan dan intensitas yang besarterhadap pelayanan yang dibutuhkan dibandingkan dengan
unit atau ruang endoskopi yang lebih kecil. Berbagai rasio yang berkaitan dengan
kegiatan pendukung (seperti ruang tunggu, kamar prosedur, ruang pemulihan, kamar
konsultasi dll) telah digunakan untuk membantu memperkirakan kebutuhan ruang di unit
tertentu termasuk unit ruang endoskopi (Gambar 3. )
Gambar. 3 Ratios for estimating space needs of ancillary functions.
7
2). Volume Pasien Harian setiap Ruangan
Prosedur volume harian per kamar sangat bervariasi menurut jenis prosedur, karakteristik
pasien, tingkat tambahan staff, dan isu-isu proses seperti apakah satu endoscopist bekerja
dari satu kamar atau dua. Untuk-volume endoskopi gastrointestinal yang tinggi, volume
harian per kamar dapat bervariasi 6-10 ketika dokter menggunakan kamar ganda dan
sampai dengan 12 atau lebih ketika mereka bekerja keluar dari kamar single. Ini setara
dengan 1500-3000 prosedur per kamar, per tahun. Analisis terperinci jenis prosedur dan
jangka waktu yang berarti mereka sangat membantu untuk memperkirakan kapasitas
yang realistis per kamar prosedur dan, global, per unit. Untuk AEC ini karena mudah
untuk spektrum sempit prosedur dilakukan pada pasien yang relatif baik. Di rumah sakit
pengaturan pertimbangan untuk kedua dan kompleks prosedur dasar dalam dan sakit
pasien lemah membuat estimasi dan lebih menantang. Prosedur kali perputaran ruangan
khusus untuk dokter dan fasilitas campuran harus digunakan jika tersedia.
3). Ukuran Ruang Prosedur
Demikian pula, persyaratan ruang per kamar prosedur bervariasi berdasarkan
kegiatannya, hal ini perlu diantisipasi. Prosedur Umum yang melakukan sedasi berbeda
dengan standar tanpa perlu pemantauan anestesi secara efisien dicapai sekitar 220 kaki
persegi (20 m 2).
Prosedur kompleks membutuhkan peralatan yang lebih dan ruang bagi
personil yang lebih pula, dan sebaiknya direncanakan untuk ruangan 300-350 kaki
persegi (28-33 m 2).
Prosedur berbasis Fluoroskopi dapat ditampung di 400 kaki persegi
(37 m 2)
tetapi sering mendapat manfaat dari kamar bahkan lebih besar karena kebutuhan
untuk peralatan tambahan unit dari unit lainl, penyimpanan untuk perangkat dan
assesoris, dan akomodasi/ tempat untuk anestesi. komentar lebih lanjut mengenai desain
kamar masing-masing yang disediakan di bawah.
4). Ratio Tempat Persiapan dan pemulihan pasien
Tinggi-volume unit dalam menggunakan obat penenang analgesia dan bekerja secara
efisien per endoscopist akan mempengaruhi lama pengguanaan tempat tidur pemulihan ,
idealnya tempat tidur pemulihan 1,5-2 per kamar prosedur. praktek sedasi memanfaatkan
agen sedasi yang cepat dimetabolisme (propofol, dan lain-lain) dapat mengurangi
8
kebutuhan ruang pemulihan tapi mungkin membutuhkan kamar prosedur yang lebih
lama, tergantung pada keterlibatan personil anestesi dan persyaratan peralatan mereka
dalam fasilitas yang diberikan. Besar-volume unit dengan kebutuhan efisiensi yang lebih
memerlukan ruang yang relatif lebih lama untuk mengakomodasi mobilisasi yang
optimal pasien dan staff. Idealnya, ruang observasi preprocedure, postprocedure dan
akses transportasi pasien dalam pembiusan dipisahkan dan di tunggu saat pemulihannya.
Manfaat koridor ganda untuk tujuan ini jarang direalisasikan karena keterbatasan
ruangan.
5). Pemisahan pintu masuk pasien dengan stafff
Pintu masuk terpisah untuk akses staff ke dan dari daerah penunggu pasien membantu
mencapai ruang perawata/tindakan pasien menghindari lalu lintas yang tidak perlu pada
staff, penunggu pasien dan keluarga. Selain itu, ketika terjadi masalah
kegawatdaruratan, terpisahnya jalur staff untuk masuk dan keluar ruangan dapat
dimanfaatkan bagi personel darurat memasuki unit atau untuk mengangkut pasien dari
unit endoskopi.
6). Masalah umum dalam perencanaan ruangan
Space-perencanaan tidak efisiensi yang kadang-kadang disisipkan oleh staff pada
fasilitas prosedur endoskopi yang ada, meliputi:
Ruang prosedur kamar rutin tidak efisien terbukti dengan langkah kaki yang
sempit terbentur dinding dan peralatan sangat berlebihan.
Tidak cukupnya ruang di kamar yang dirancang untuk prosedur kompleks,
terutama dengan fluoroskopi atau perangkat portabel atau trolly ;
Ruang penyimpanan tidak memadai untuk peralatan yang intensitas
penggunaannya tidak terlalu sering ( tandu pengangkat pasien, monitor tambahan,
peralatan rekam portabel, perangkat argon plasma, laser, dll);
tidak cukupnya ruang untuk staff anestesi dan peralatannya di dekat kepala
tempat tidur pasien.
tidak memadai ruang rapat / diskusi, konsultasi, konferensi, dan downtime staff
dan tamu penting di ruangan endoskopi.
9
7). Pendokumentasian
Adapun dokumentasi yang penting untuk disiapkan antara lain : desain ruangan awal
dalam bentuk market atau peta, daftar fasilitas, ceklist perawatan fasilitas dan alat
khusus secara rutin (bulanan, tri wulan, semester atau tahunan ), alur kejadian darurat
termasuk evakuasinya, alur konsultasi pasien.
b. Infrastruktur fisik
Sebagian besar infrastruktur yang dibutuhkan untuk unit endoskopi, seperti listrik,
pipa, dan jasa HVAC, merupakan standar untuk perawatan fasilitas kesehatan.
Infrastruktur untuk sistem komunikasi dan jaringan untuk catatan medis elektronik,
dokumentasi gambar, intranet, dll menjadi standar yang harus dipenuhi.
Perangkat pendukung yang harus tersedia yaitu ventilasi yg cukup di daerah
pengolahan/pencucian alat / asesoris dan vakum hisap di kamar prosedur. Nilai
Ventilasi pertukaran udara harus mempertahanan agen asap, bau, gas yang ditimbulkan
dari pengolahan atau pencucian alat dan asesoris endoskopi. Reprocessors endoskopi
Kebanyakan dilengkapi dengan pori mikron yang relatif mahal yaitu filter untuk
menghilangkan bakteri dari air bilasan. Masa manfaat filter ini bisa diperpanjang
dengan pemasangan dua filter, satu filter lagi di pasang di jalur suplai air untuk
menghilangkan partikel yang lebih besar sebelum air mencapai mikron filter.
1). Ruang persiapan pasien dan daerah pemulihan pasien
Desain fasilitas untuk persiapan pasien dan pemulihan sangat bervariasi, berdasarkan
ruang yang tersedia dan ada tidaknya pasien rawat jalan.. Di banyak unit kedua tempat
ini ( ruang masuk pasien dan ruang pemulihan ) digabungkan dalam satu area untuk
memungkinkan mobilitas pasien diruangan dan staff . Pendekatan ini dapat membuat
fleksibilitas maksimal dalam ruang yang terbatas.
2) Ruang persiapan pasien
Seperti kebanyakan rumah sakit, fasilitas rawat jalan banyak yang melakukan tindakan
endoskopi pada pasien dengan berbaring ditandu dan pakaian rumah dari rumah. Ini
10
dapat membuat pasien kurang nyaman dan asing pada awal kunjungannya. Sebaliknya
untuk kepercayaan pasien, efisiensi dan memberi kehormatan untuk pasien, saat pasien
masuk, setelah siap pasien berganti pakaian rumah sakit dan saat menunggu di
pisahkan antara laki-laki dan perempuan. Mereka kemudian diantar ke ruang prosedur
dan diidentifikasi ulang untuk menghindari kesalahan ( double check ) sebelum
dilakukan tindakan.
3). Pengelolaan pakaian dan barang berharga
Pengelolaan pakaian dan barang berharga sebaiknya di letakkan di loker pasien atau tas
pasien yang disediakan dalam keadaan terkunci. Loker terletak di ruang ganti, sedangkan
jika menggunakan tas pasien di ruang prosedur tas ditempatkan melekat pada masing-
masing tandu (PHS Barat, Hanover, MN) dimana mereka masih dapat melihat di daerah
pemulihan.
4) Ruang Pemulihan ( Recovery Room )
Pasien di Daerah Pemulihan dapat berbaring di kursi, tandu, atau tempat tidur. Selama
bertahun-tahun praktek pemulihan kita terutama di kursi saja dikarenakan kendala ruang,
tetapi dengan meningkatnya kedalaman sedasi, kelemahan dari beberapa pasien, dan luas
ruang diperluas sebaiknya pasien berbaring ditandu untuk pemulihan. Ruang pemulihan
harus mudah pengawasannya oleh stafff, sistem panggilan darurat dan akses elektronik
ke database dan rekam medis elektronik haruslah mudah diakses. Rahasia
konsultasi/percakapan harus dijaga untuk pasien dan keluarga, ruangan di modifiaksi
sehingga pasien lain tidak dapat mendengar hasilnya. Untuk tindakan lama seperti ERCP
dll pasien dapat dilakukan pemantauan Keadaan Umum yang ketat.
5) Dokumentasi
Dokumentasi perlu kita siapkan antara lain : denah ruangan, alur penerimaan pasien,
petunjuk nama ruangan, inform concent pasien, format pengkajian pasien (termasuk
penggunaan perhiasan,gigi palsu dll ), form penggunaan barang ( linen, obat-obatan ),
form observasi pasien, penggunaan Bahan Medis Habis pakai ( BMHP), laporan
kunjungan pasien, medical record pasien.
11
c. Ruang pencucian dan penyimpanan
Desain kamar prosedur individu harus didasarkan pada kehati-hatian, tugas masing-
masing anggota staff yang bekerja di dalam ruangan, kebutuhan kedekatan peralatan dan
staff untuk pasien, kebutuhan pemeliharaan daerah relatif bersih vs kotor, dan
pertimbangan keselamatan pasien dan suasana. persyaratan Space dibahas di atas.
1) Standard kamar prosedur
Tindakan diagnostic endoskopi saluran cerna atas dan bawah relative membutuhkan
ruangan yang lebih sempit. Physician/endoscopist and nurse/assistant berjalan dengan
mudah saat bekerja dengan baik demi keselamatan pasien ( Gambar. 4 ).
Gambar. 4 Room design considerations. (A) Clean and and dirty regions of the
endoscopy room. (B) Functional physician and and nursing areas. Note dual computer
terminals for electronic medical record and endoscopy database.
12
Gambar. 5 Room pictures of nursing and and physician workstations. Note proximity of
the nurse's terminal to the hospital for ongoing documentation of clinical details of
hospital monitoring and and procedural elements
2) ruang pencucian dan penyimpanan
Keputusan tentang alur pasien yang diinginkan dan endoskopi mempengaruhi
persyaratan desain dan ruang. Standar arsitektur saat ini menegaskan bahwa ruang
endoskopi ulang ditempatkan di luar ruangan prosedur. Banyak unit menemukan
endoskopi pembersihan dan pengolahan alat dan asesoris endoskopi hanya untuk
melayani 1-3 kamar prosedur ( Gambar. 6 ),
13
Gambar. 6 Pass through room design with local reprocessing anterooms. (A) Design
options. (B, C) Final design and and photo of our reprocessing corridors, which are
located between every two general procedure rooms. (D, E, F) Other reprocessing
anterooms employed in our units.
14
Jika ruang pencucian alat dan asesoris endoskopi jauh dari ruang prosedur, bak cuci dan
ruang untuk pembilasan awal peralatan dari kotoran (precleaning) harus tersedia di ruang
prosedur.
Penyimpanan alat dan asesoris Endoskopi memerlukan lokasi dimana instrumen dapat
digantung bebas tanpa melingkar atau resiko dari terjepit oleh laci atau pintu. Ini tidak
memerlukan ruang yang signifikan. Lemari penyimpanan harus dikontrol suhu dan
ventilasi yang tersedia ( Gambar 7. ).
Gambar. 7 (A, B) Endoscope storage in-wall option. (C) Detail demonstrating
protective barrier for endoscope tips and and placement of paper towels for daily
assessment of overnight water dripping. Any evidence of water stains prompts repeated
reprocessing in the morning before use.
15
3) Alur pasien
Alur Pasien dalam ruang prosedur sebagian besar ditentukan oleh letak pintu masuk dan
penempatan lokasi peralatan. unit besar mencari untuk memisahkan pra-dan pasien
postprocedure mempekerjakan pintu yang terpisah di masing-masing ujung ruangan
untuk kedatangan pasien rawat jalan waspada dan keberangkatan pasien dibius.
Demikian pula, ruang yang lebih besar untuk atau fluoroscopic prosedur kompleks harus
memiliki sebuah pintu masuk saat kedatangan dan keberangkatan stafff atau peralatan
selama prosedur
4) Ruang prosedur Komplek
prosedur Kompleks yang menggunakan fluoroskopi jumlah perangkat tambahan lebih
banyak. Kemampuan untuk memindahkan sistem tambahan pada dekat atau jauh
memerlukan ruang yang cukup untuk memudahkan dan mempercepat pergerakan staff
pendukung di dalam ruangan untuk menempatkan alat tambahan pada posisi yang sesuai.
( Gambar 8. ).
Gambar 8 Large complex room design.
Keamanan alat yang dimobilisasi harus terjaga dengan baik, perawatan rutin alat harus
dilakukan secara berkala dengan pendokumentasian yang sesuai.
16
5) Penyimpanan persediaan alat dan obat-obatan
Penyimpanan alat ( seperti linen, mouthpiece, dll ) dan obat-obatan ( midazolam,
pethidin, profofol dll ) sekali pakai yang umum digunakan dan perlengkapan lainnya
ditempatkan di ruang linen/lemari dan lemari obat yang dekat dengan ruang prosedur dan
dilakukan restocking setiap harinya.Restocking dilakukan untuk menghindari overstock
atau sebaliknya kelebihan kekurangan stock. Sedangkan stock alat dan obat yang masih
banyak atau juga jarang digunakannya disimpan pada ruang/lemari penyimpanan dengan
menggunakan label agar mudah dalam penataan dan pengambilannya (Gambar 9. ),
Gambar. 9 (A, B) Storage for ERCP devices, employing slotted cabinets with recessed
doors and labeling for daily 'par' stock control using electronic wands.
17
6) Perjalanan trolly untuk keadaan darurat
Trolly emergency di ruang prosedur tersedia untuk mengangkut alat dan obat-obatan
penting ke samping tempat tidur pasien. Hal ini harus dipersiapkan khususnya selama
dan setelah pasien tindakan endoskopi.Akses pasien ke Ruang ICU, ruang emergency
atau pun ruang operasi haruslah mudah dari ruang prosedur endoskopi.
Begitupun sebaliknya jika kejadiannya pasien membutuhkan endoskopi emergency di
ruangan lain perlu disiapkan Sebuah trolly utama yang lebih besar yang mempu
membawa sumber cahaya, endoskopi, peralatan, obat-obatan, dan aksesoris lainnya
dengan aman.
7) Pendokumentasian
Pendokumentasian yang diperlukan antara lain : ceklist bukti pencucian alat endoskopi
setiap pasien, form bukti pembersihan/sterilisasi ruangan secara rutin, from kultur mikro
organisme di ruangan endoskopi : udara, air, alat endoskopi secara berkala, form
penggunaan alat endoskop berupa buku/ceklist berikut nama endoskopist dan yang
terlibat lainnya.
D. MANAJEMEN : PENGELOLAAN RUANG ENDOSKOPI
Perkembangan ruang prosedur endoskopi gastroenterology sudah menjadi layak untuk
berdiri sendiri sebagai unit khusus dengan konsekuensi secara administrative maupun
pengelolaannya pun mendapatkan otomi yang besar. Struktur Administrasi sangat
bervariasi tergantung pada model, kepemilikan usaha, dan pengaturan unit sendiri.
Struktur organisasi dapat berfungsi dengan baik, selama tanggung jawab utama secara
dijalankan sesuai dengan job deskripsinya dan komunikasi yang baik antara fungsi dan
peran masing-masing anggotanya.
a. Tanggung jawab utama
Pelaksanaan Tanggung jawab dari tim administrasi perawat yang biasanya dipegang oleh
seorang nurse administator / Nurse officer/ Head nurse. Tugas dant anggung jawab Nurse
Administrator meliputi membuat dan menjaga Nursing Care Plans, seleksi perawat,
18
membuat laporan, membuat jadual dias perawat dan bertanggung jawab pada
penjadualan pasien, memberikan hak dan kewajiban pegawai, kelengkapan fasilitas dan
alat, training, billing, staffing, dan menjaga kompetensi perawat dan staff yang lain.
Nurse Administrator / Nurse officer/ head nurse bertanggung jawab terhadap pengaturan
keperawatan dan administrasi. Dalam rumah sakit nurse administrator selalu bekerjasama
dengan unit yang lain seperti : SDM, Keuangan, Farmasi, teknik, Gizi, sanitasi
lingkungan, rekam medik dll .
b. Ketenagaan / staff design
Isu-isu utama yang mempengaruhi kepegawaian maupun efisiensi biaya berkaitan
dengan tingkat kinerja yang digunakan untuk berbagai tugas dan tanggung jawab.
Jumlah staff dapat di design disesuaikan dengan tugas per kamar, per dokter, atau per
volume prosedur.
Banyak staff unit kamar prosedur semua dengan waktu-penuh : perawat terdaftar (RN)
untuk mengelola sedasi dan memonitor pasien dan full-time, perawat praktis
berlisensi (LPN) atau teknisi sebagai asisten gastrointestinal (GIA) untuk membantu
intervensi endoskopi. fungsi Perawat harus sejalan dengan 'ruang lingkup praktek'
hukum negara relatif terhadap pemantauan vs penilaian pasien dan administrasi
pengobatan. aturan tersebut.. Staff kami 1,5 LPNs per prosedur umum (EGD dan
kolonoskopi), di mana satu anggota staff monitor kenyamanan pasien, tanda-tanda vital,
respons terhadap obat-obatan, dan intervensi prosedural, satu perawat lagi bergabung
untuk membantu intervensi endoskopi., dan RN stanby dan siap masuk ke kamar
tindakan jika dihubungi langsung atau melalui telepon dari setiap kamar tindakan
Dokter tetap tanggung jawab global untuk penilaian, manajemen obat, dan administrasi
pengobatan awal. Dalam prosedur lanjutan suite kami (ERCP, EUS, prosedur rumit lain-
lain) dan untuk prosedur umum dalam pasien berisiko tinggi, RN melakukan baik dan
penilaian tugas-tugas pemantauan, sebuah LPN berfungsi sebagai GIA teknis, dan dokter
tetap tanggung jawab untuk pengobatan manajemen tetapi tidak administrasi.
Perawatan staff juga diperlukan untuk penilaian preprocedure dan pemulihan serta
program discharge planning. Personil lain yang biasa digunakan dalam unit yang lebih
19
besar termasuk asisten teknis untuk pengolahan ulang endoskopi, teknisi yang terampil
dalam maintainance dan perbaikan alat endoskopi dan alat pendukungnya, tata usaha
untuk penjadualan dan penerimaan pasien, serta 1 orang staff sekretariat.
Secara keseluruhan tingkat staff untuk unit endoskopi dapat dikelola berdasarkan indeks
produktivitas, seperti prosedur satuan volume per karyawan, karyawan jumlah jam rata-
rata per prosedur atau relatif unit nilai prosedur (RVUs) per-dokter non karyawan.
Banyak jadwal staff bervariasi dapat digunakan untuk menutupi tanggung jawab
bergeser. Fleksibilitas staff untuk ekstrem permintaan tinggi dan rendah berguna untuk
manajer unit.
c. Ketenagaan pada kondisi darurat
Rencana harus dibuat untuk prosedur darurat kepegawaian, baik selama bekerja dan
selama jam off malam dan akhir pekan. Jika prosedur terjadwal intensitasnya belum
banyak, hal ini dapat dengan mudah dikerjakan sesuai jadual pada hari kerja seperti
biasa.
Beberapa unit menerapkan paruh waktu ataupun shift malam yang rutin untuk
mengerjakan prosedur yang dijadwalkan terlambat karena banyaknya tindakan dan pada
semua keadaan darurat. Kami menjadwalkan satu LPN / GIA untuk keadaan darurat
setiap hari dan malam hari selama 3-4 kali (dua hari per minggu). Mereka bertanggung
jawab untuk menyiapkan dan mendorong trolly endoskopi bila perlu, , set-up peralatan,
membersihkan, dan pengolahan. Maksimal 12 orang di putar melalui penugasan-di luar
jam kerja dan siang hari sesuai jadual bulanan ( Roster bulanan ).
Mereka bergabung dengan RN suatu dari unit setempat yang dilayani (gawat darurat,
suite bedah, ICU, unit perawatan disetiap lantai) atau dari kolam rumah sakit. Selama
bekerja sesuai jadual bulananGIA ini siap dan mudah di-hubungi atau on call setiap saat.
Selama malam hari dan pada akhir pekan mereka yang terjadual jaga harus siap untuk
memulai prosedur dalam 30-45 menit pada keadaan emergency.
20
d. Penjadwalan Prosedur
Perhatian pada desain dan penyelesaian prosedur kalender harian sangat penting untuk
efisiensi unit dan profitabilitas. Pertimbangan utama untuk pengaturan jadual termasuk
jumlah kamar per endoscopist, waktu yang dijadwalkan sesuai prosedur dari jenis yang
diberikan, dan waktu yang diperlukan untuk omset antara prosedur. Ketika jumlah kamar
prosedur merupakan kendala utama untuk unit diberikan, efisiensi dimaksimalkan
dengan menggunakan satu kamar per endoscopist sementara erat mengelola perputaran
waktu kamar. Sebaliknya, surplus ruang dan permintaan prosedural membutuhkan
memaksimalkan efisiensi dari staff profesional dengan meminimalkan mereka antara-
prosedur downtime-biasanya dengan penyediaan beberapa kamar per endoscopist.
kalender yang efisien lebih mudah dirancang menggunakan penjadwalan blok
endoscopists melakukan prosedur yang sama atau seragam pada dasarnya. Serial kinerja
EGDs singkat, misalnya, memungkinkan perhitungan waktu prosedur rata-rata, rata-rata
pengolahan dan pergantian waktu ruang, dan oleh karena itu, jumlah ideal kamar per
endoscopist-biasanya dua atau tiga tergantung pada efisiensinya dan kegiatan tambahan
lainnya seperti dokter ruangan atau tugas konsultatif.
e. Persyaratan waktu relative tindakan
Kami menetapkan persyaratan waktu relatif 1,0 untuk EGDs risiko rata-rata dalam tugas
non-mengajar, yang kami jadwal setiap 15 menit-tapi bisa juga daftar untuk 10, 12, 18,
atau 20 menit, tergantung pada kecepatan yang diinginkan, dokumentasi persyaratan, dan
tugas perawatan pasien antara prosedur. Dalam sistem yang sama, non-mengajar
colonoscopies adalah tertimbang untuk nilai waktu 2.0 (30 menit masing-masing), dan
dan EUS prosedur ERCP, yang selalu tugas mengajar, ditugaskan nilai ~ 5 (75-80 menit
masing-masing), termasuk perubahan haluan dan pergantian pasien. Prosedur terapeutik
lainnya yang kompleks berbobot sama saja antara dua dan lima.
f. Hambatan untuk efisiensi
Meskipun proses yang sangat baik, efisiensi dapat dipengaruhi oleh prosedur yang tidak
sesuai dari waktu yang diberikan, pasien yang tidak dating sesuai waktu perjanjian,
21
prosedur yang dibatalkan karena persiapan yang tidak memadai atau risiko kesehatan
saat ini atau terlambat datangnya endoscopists dari kegiatan lain.
g. Pembelian dan pergantian perlengkapan endoskopi.
Pembelian dan pergantian alat yang utama antara lain : endoskop, flouroskopi set,
electrosurgical unit, database( mediview). Hal ini menjadi penting di karenakan bila
terjadi kerusakan permanen semua prosedur endoskopi tidak dapat dilakukan. Lama
Umur perlengkapan endoskop dan lainnya tergantung dari jaminan vendor produsen alat
yang kita gunakan.lamanya umur alat dapat dijadikan salah satu point untuk menentukan
tarif per endoskopi.
Dalam menentukan tarif tindakan endoskopi angka yang ditemukan untuk satu
colonoscope, gastroscope dan sigmoidoscope adalah 350 setiap prosedur per tahun. Satu
buah duodenoscope setiap 150 prosedur per tahun. Satu buah light source and processor
per endoscopic procedure room; dan one scope reprocessor setiap 1000 procedure per
year.
h. Databases
Database yang digunakan tergantung pada kemampuan unit atau RS yang
menyelanggarakan endoskopi. Database yang meodern memungkinkan kemudahan
untuk dokumentasi pasien : medis dan keperawatan, pelaporan, administrasi pasien ,
penjadualan pasien, korespondensi antar unit, riset,
i. Perangkat dan assesoris endoskopi
Penentuan tarif juga dipengaruhi oleh perangkat dan asesoris yang digunakan. Apakah
perangkat tersebut sekali pakai ( disposable) atau digunakan kembali. Penetapan tersebut
dipengaruhi oleh :
(1) Penggunaan perangkat yang reprocessable and reusable
22
(2) Jika perangkat tersebut reprocessed and reused diskusikan dengan vendor
kemungkinannya.
j. Endoscope reprocessing
Standar pemrosesan ulang alat dan perlengkapan endoskopi sudah diatur oleh Society of
Gastrointestinal Nurses and Associates (SGNA). Pemrosesan ulang ini menggunakan
sabun, cairan enzymatic, deterjen dan desinfektan, sebagian ada yang menggunakan
alkohol &0 % untuk pengeringan. Beberapa unit dan RS sudah menggunakan mesin
cuci. Mengenai lama dan prosedurnya dapat dipelajari pada standard reprosesing alat di
RS atau unit masing-masing.
k. dokumentasi
Pendokumentasian yang diperlukan antara lain : RBA / RKT tahunan, data ketenagaan
(termasuk sertifikasi dan linensi), jumlah pegawai, perhitungan estimasi kebutuhan
pegawai 5-10 tahun mendatang, jadual dinas bulanan, jadual piket harian dan diluar jam
kerja, absensi bulanan, daftar tarif tindakan, data kebutuhan BMHP( barang medis habis
pakai ), data maintainance alat berkala dan inventarisnya termasuk tahun pembelian.
k. Akreditasi
Akreditasi dilakukan untuk menilai level kualitas dan keamanan fasilitas dan pelayanan
kesehatan yang diberikan. Di Indonesia akreditasi dapat dilakukan oleh Kementrian
kesehatan RI, sedangkan pengakuan internasionalnya dapat dilakukan pilihan
diantaranya : ISO 9001:2008, JCI dan lain-lain.
23
E. PENUTUP
Sebagai akhir dari penulisan laporan ini, maka penulis membuat beberapa
kesimpulan diantaranya sebagai berikut:
1. Hospital safety adalah suatu proses dalam pemberian pelayanan RS terhadap
pasien, stafff, dan lingkungan RS yang lebih aman. Hal ini menjadi penting
karena pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang penuh resiko dikarenakan
pelanggaran / kelalaian terhadap “ duty of care “ dapat menimbulkan dampak
yang berhubungan dengan hukum dan citra RS
2. Perencanaan Bentuk bangunan memiliki pengaruh besar terhadap fungsi
fasilitas di ruang endoskopi. Pertimbangan diberikan kepada ruang yang
dialokasikan untuk fungsi dan kedekatan, sangat mempengaruhi efisiensi
yang dihasilkan, dan bahkan keamanan dan kenyamanan pelayanan yang
diberikan. Perencanaan termasuk failitas pendukung seperti : kondisi udara
yang ada, vacuum, air yang mengalir, kelembabab dll . yang berorientasikan
hospital safety
3. Proses sterilisasi dan desinfeksi skop yang baik dan benar sangat penting.
Apabila proses ini tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan terjadi
penyebaran infeksi yang disebut infeksi nosokomial atau infeksi rumah sakit.
Penyimpanan alat khususnya skop yang baik dan benar juga perlu
diperhatikan, sehingga alat tersebut siap digunakan dan umur pemakaian alat
itu juga menjadi lebih lama.
24
KEPUSTAKAAN
http://www.asge.org/pages/practice/sigs/aec.cfm (2010) endoskopi praktek dan
keselamatan (terjemahan), ASGE
The joint Commission, Accreditation Program (2010) : Ambulatory Health care National
Patient Safety Goals
Society of Gastrointestinal Nurses and Associates. ( 1999) Guidelines for documentation
in the gastrointestinal endoscopy setting. Gastroenterol Nurs; 22 : 69–97. PubMed
http://www.giejournal.org/pages/practice/sigs/aec.cfm (2010) : standards of practice,
p.469-470.
Petersen, BT. Advantages of disposable endoscopic accessories ( 2000) Gastrointest
Endosc Clin N Am 10 : 341–8. PubMed
Simadibrata, Marcellus, dkk,(2008). Endoskopi Gastrointestinal: Diagnostik dan
Tatalaksana Mutakhir. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Smeltzer, Suzanne and Brenda G Bare,(2002), Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddart. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC