al13.pdf

24
1 MANAJEMEN RUANG ENDOSKOPI BERORIENTASIKAN PADA HOSPITAL SAFETY A. PENDAHULUAN Issue dan tends perkembangan ruang endoskopi saat ini sudah berkembang kearah aspek manajemen dan kelengkapan fasilitas ruang endoskopi yang berorientasikan hospital safety. Elemen penting yang memerlukan perhatian khusus antara lain SDM, peraturan, perencanaan ruang, dan infrastruktur fasilitas pendukung kesehatan (pasokan air, udara, vakum ruangan, dan pembuangan limbah). Pengalaman telah menghasilkan berbagai rekomendasi khusus untuk desain pelayanan endoskopi guna meningkatkan kualitas dan efisiensi yang berorientasikan keselamatan pasien dan stafff endoskopi. Kelengkapan secara administrasif diperlukan stafff dan fasilitas ruang endoskopi. Selain prasyarat stafff di ruang endoskopi (seperti lisensi, kompetensi, sertifikasi dan kemampuan individu seperti bahasa dan kecakapan lainnya), administratif termasuk penjadwalan prosedur dan staff endoskopi; ketersediaan endoskop, alat terapi, database endoskopik, pengolahan ulang perlengkapan endoskopi, pengendalian infeksi dan keselamatan pasien dan stafff endoskopi sangat dipentingkan. System akreditasi/sertifikasi yang diaudit secara berkala merupakan alat evaluasi untuk efisiensi dan upaya peningkatan pelayanan yang berkualitas. Untuk itu penulis tertarik membahas tinjauan manajemen dalam pengelolaan ruang endoskopi yang berorientasikan Hospital safety. “Bagaimana manajemen endoskopi yang baik, sehingga tercapai suatu pelayanan yang berorientasikan Hospital safety”

description

Sedasi

Transcript of al13.pdf

Page 1: al13.pdf

1

MANAJEMEN RUANG ENDOSKOPI BERORIENTASIKAN

PADA HOSPITAL SAFETY

A. PENDAHULUAN

Issue dan tends perkembangan ruang endoskopi saat ini sudah berkembang kearah

aspek manajemen dan kelengkapan fasilitas ruang endoskopi yang berorientasikan

hospital safety. Elemen penting yang memerlukan perhatian khusus antara lain SDM,

peraturan, perencanaan ruang, dan infrastruktur fasilitas pendukung kesehatan

(pasokan air, udara, vakum ruangan, dan pembuangan limbah).

Pengalaman telah menghasilkan berbagai rekomendasi khusus untuk desain

pelayanan endoskopi guna meningkatkan kualitas dan efisiensi yang berorientasikan

keselamatan pasien dan stafff endoskopi. Kelengkapan secara administrasif

diperlukan stafff dan fasilitas ruang endoskopi. Selain prasyarat stafff di ruang

endoskopi (seperti lisensi, kompetensi, sertifikasi dan kemampuan individu seperti

bahasa dan kecakapan lainnya), administratif termasuk penjadwalan prosedur dan

staff endoskopi; ketersediaan endoskop, alat terapi, database endoskopik, pengolahan

ulang perlengkapan endoskopi, pengendalian infeksi dan keselamatan pasien dan

stafff endoskopi sangat dipentingkan. System akreditasi/sertifikasi yang diaudit

secara berkala merupakan alat evaluasi untuk efisiensi dan upaya peningkatan

pelayanan yang berkualitas.

Untuk itu penulis tertarik membahas tinjauan manajemen dalam pengelolaan ruang

endoskopi yang berorientasikan Hospital safety.

“Bagaimana manajemen endoskopi yang baik, sehingga tercapai suatu pelayanan

yang berorientasikan Hospital safety”

Page 2: al13.pdf

2

B. HOSPITAL SAFETY

Hospital safety adalah suatu proses dalam pemberian pelayanan RS terhadap pasien,

stafff, dan lingkungan RS yang lebih aman. Hal ini menjadi penting karena

pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang penuh resiko dikarenakan pelanggaran /

kelalaian terhadap “ duty of care “ dapat menimbulkan dampak yang berhubungan

dengan hukum dan citra RS.

Menegakkan Hospital safety salah satu caranya dengan meningkatkan manajemen

resiko di rumah sakit yaitu kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk

mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan RS, pengunjung dan

organisasinya sendiri ( The Joint Commision on Acreditation of Health Care

Organitation / JCAHO ). Menurut ASHRM manajemen resiko juga merupakan

kegiatan meminimalkan bahaya terhadap pasien, menciptakan lingkungan yang aman

bagi karyawan, pasien dan pengunjung.

Robert caroll, editor : Risk Manageent Handbook for Health Care Organitatios, 4th

edition, Jossey Bass, 2004 tertera bahwa Hospital safety meliputi : Keamanan dari

segi pasien, Stafff Kesehatan, fasilitas, lingkungan dan bisnis. Hal ini yang akan

di bahas dalam “MANAJEMEN PERENCANAAN RUANGAN DAN

PENGELOLAAN RUANG ENDOSKOPI YANG BERORIENTASIKAN

HOSPITAL SAFETY “.

Adapun Dokumentasi yang harus dipersiapkan di ruang endoskopi antara lain : form

laporan insiden patient safety, hasil laporan patient safety secara berkala, dan alur

pelaporan patient safety.

Page 3: al13.pdf

3

C. TINJAUAN MANAJEMEN DALAM RUANG ENDOSKOPI YANG

BERORIENTASIKAN PADA HOSPITAL SAFETY.

a. MANAJEMEN : PERENCANAAN RUANG ENDOSKOPI

Untuk mewujudkan hospital safety di ruang endoskopi di mulai dari perencanaan

ruang endoskopi itu sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Desain Ruangan

Desain ruangan menjadi penting untuk keeffektifan, efesiensi, kualitas

pelayanan dan juga sebagai salah satu pendukung terciptanya hospital safety

bagi pasien, stafff dan pengunjung. Salah satu alat evaluasinya yaitu dengan

survey kepuasan dan kenyamanan pasien, keluarga dan stafff.

Ruangan menarik yang sesuai dengan standar kesehatan, pelayanan yang

cepat, tepat dan ramah akan membuat kesan yang baik bagi pelanggan

eksternal dalam hal ini pasien dan juga pelanggan internal termasuk stafff di

ruang endoskopi itu sendiri.

Berbagai standar menentukan desain ruangan dan fasilitas untuk pelayanan

endoskopi, akreditasi Organisasi Arsitektur mengeluarkan pedoman yang

berkaitan dengan konstruksi fasilitas kesehatan : termasuk ruang rawat jalan,

bangunan dan tanda pemadaman kebakaran, fasilitas bangunan yang sesuai

dengan kesehatan,, dan juga system akreditasinya (American Institute of

Arsitektur).

Sistem akreditasi mengenai fasilitas lisensi dan sertifikasinya membutuhkan

perhatian yang teliti dan ketat. Adapun persyaratannya diatur oleh lembaga

Negara yang menerbitkan lisensi.

Elemen penting yang memerlukan perhatian berkaitan dengan infrastruktur

adalah orang atau sumber daya manusia, peralatan, perlengkapan, dan jasa.

(gambar 1 )

Page 4: al13.pdf

4

Elemen pada gambar 1 saling terkait satu dengan yang lainnya dan merupakan bagian

penting dalam memberikan pelayanan pasien yang efisien dan berkualitas.

Gambar 1 kategori berbagai elemen yang menjadi perhatian penting

Page 5: al13.pdf

5

1). Perencanaan Ruangan

Bentuk arsitektur memiliki pengaruh besar terhadap fungsi fasilitas. Pertimbangan

diberikan kepada ruang yang dialokasikan untuk kegiatan tertentu, dan adjacency

atau kedekatan, sangat mempengaruhi efisiensi yang dihasilkan, dan bahkan

keamanan dan kenyamanan pelayanan yang diberikan.

Dengan mempertimbangkan pengembangan atau renovasi untuk fasilitas yang baru,

dua dari pertimbangan yang paling penting berkaitan dengan ruang yang tersedia dan

spektrum dan volume pelayanan yang harus disediakan oleh fasilitas tersebut. Ruang

proyeksi harus mencakup kemungkinan bagi pertambahan volume pasien dan

perluasan potensi pelayanan selama 5-8 tahun dan memungkinkan untuk

pembangunan fasilitas yang bisa mengakomodasi pertumbuhan atau memperluas ke

ruang yang terdekat. Pertimbangan ruang adalah yang paling sulit dan membawa

implikasi terbesar untuk biaya konstruksi secara keseluruhan.

Volume prosedur Diduga memberikan ruang yang sangat berguna perkiraan

berdasarkan tingkat pemanfaatan ruang yang direncanakan prosedur dan rasio kamar

prosedur untuk ruang tunggu dan tempat tidur pemulihan. Fasilitas ditujukan untuk

nomor sederhana prosedur dapat memanfaatkan ruang yang lebih fleksibel

dibandingkan dengan persyaratan yang signifikan untuk output pasien dan efisiensi

tenaga ( Gambar 2. ).

Gambar. 2 Generic proximity considerations for small, medium, and large units

Page 6: al13.pdf

6

unit kecil sering berbagi ruang dengan departemen lain yang memerlukan akomodasi

yang sama untuk penerimaan, pra-dan postprocedure perawatan pasien, penunggu, dan

layanan administrasi. Contohnya termasuk bagian gawat darurat, operasi layanan rawat

jalan, kardiologi, paru, atau daerah prosedural urologis sering di gabung atau saling

bergantian. Perhatikan bahwa ASC mengeluarkan pedoman yang ketat dan detail dari

ruang yang dapat dibagi, dengan jenis pelayanan, dan berbeda. Misalnya ruang tunggu,

ruang masuk pasien/ruang persiapan, dan area perawatan pasien harus berbeda dan

terpisah, unit administrasi harus berdekatan dengan ruang tersebut, tetapi beberapa

fasilitas staff / ruang istirahat, dll dapat dibagi. Rumah Sakit endoskopi biasanya kurang

efisien dan mempunyai ruang lebih karena campuran pasien rawat inap dan pasien rawat

jalan dan intensitas yang besarterhadap pelayanan yang dibutuhkan dibandingkan dengan

unit atau ruang endoskopi yang lebih kecil. Berbagai rasio yang berkaitan dengan

kegiatan pendukung (seperti ruang tunggu, kamar prosedur, ruang pemulihan, kamar

konsultasi dll) telah digunakan untuk membantu memperkirakan kebutuhan ruang di unit

tertentu termasuk unit ruang endoskopi (Gambar 3. )

Gambar. 3 Ratios for estimating space needs of ancillary functions.

Page 7: al13.pdf

7

2). Volume Pasien Harian setiap Ruangan

Prosedur volume harian per kamar sangat bervariasi menurut jenis prosedur, karakteristik

pasien, tingkat tambahan staff, dan isu-isu proses seperti apakah satu endoscopist bekerja

dari satu kamar atau dua. Untuk-volume endoskopi gastrointestinal yang tinggi, volume

harian per kamar dapat bervariasi 6-10 ketika dokter menggunakan kamar ganda dan

sampai dengan 12 atau lebih ketika mereka bekerja keluar dari kamar single. Ini setara

dengan 1500-3000 prosedur per kamar, per tahun. Analisis terperinci jenis prosedur dan

jangka waktu yang berarti mereka sangat membantu untuk memperkirakan kapasitas

yang realistis per kamar prosedur dan, global, per unit. Untuk AEC ini karena mudah

untuk spektrum sempit prosedur dilakukan pada pasien yang relatif baik. Di rumah sakit

pengaturan pertimbangan untuk kedua dan kompleks prosedur dasar dalam dan sakit

pasien lemah membuat estimasi dan lebih menantang. Prosedur kali perputaran ruangan

khusus untuk dokter dan fasilitas campuran harus digunakan jika tersedia.

3). Ukuran Ruang Prosedur

Demikian pula, persyaratan ruang per kamar prosedur bervariasi berdasarkan

kegiatannya, hal ini perlu diantisipasi. Prosedur Umum yang melakukan sedasi berbeda

dengan standar tanpa perlu pemantauan anestesi secara efisien dicapai sekitar 220 kaki

persegi (20 m 2).

Prosedur kompleks membutuhkan peralatan yang lebih dan ruang bagi

personil yang lebih pula, dan sebaiknya direncanakan untuk ruangan 300-350 kaki

persegi (28-33 m 2).

Prosedur berbasis Fluoroskopi dapat ditampung di 400 kaki persegi

(37 m 2)

tetapi sering mendapat manfaat dari kamar bahkan lebih besar karena kebutuhan

untuk peralatan tambahan unit dari unit lainl, penyimpanan untuk perangkat dan

assesoris, dan akomodasi/ tempat untuk anestesi. komentar lebih lanjut mengenai desain

kamar masing-masing yang disediakan di bawah.

4). Ratio Tempat Persiapan dan pemulihan pasien

Tinggi-volume unit dalam menggunakan obat penenang analgesia dan bekerja secara

efisien per endoscopist akan mempengaruhi lama pengguanaan tempat tidur pemulihan ,

idealnya tempat tidur pemulihan 1,5-2 per kamar prosedur. praktek sedasi memanfaatkan

agen sedasi yang cepat dimetabolisme (propofol, dan lain-lain) dapat mengurangi

Page 8: al13.pdf

8

kebutuhan ruang pemulihan tapi mungkin membutuhkan kamar prosedur yang lebih

lama, tergantung pada keterlibatan personil anestesi dan persyaratan peralatan mereka

dalam fasilitas yang diberikan. Besar-volume unit dengan kebutuhan efisiensi yang lebih

memerlukan ruang yang relatif lebih lama untuk mengakomodasi mobilisasi yang

optimal pasien dan staff. Idealnya, ruang observasi preprocedure, postprocedure dan

akses transportasi pasien dalam pembiusan dipisahkan dan di tunggu saat pemulihannya.

Manfaat koridor ganda untuk tujuan ini jarang direalisasikan karena keterbatasan

ruangan.

5). Pemisahan pintu masuk pasien dengan stafff

Pintu masuk terpisah untuk akses staff ke dan dari daerah penunggu pasien membantu

mencapai ruang perawata/tindakan pasien menghindari lalu lintas yang tidak perlu pada

staff, penunggu pasien dan keluarga. Selain itu, ketika terjadi masalah

kegawatdaruratan, terpisahnya jalur staff untuk masuk dan keluar ruangan dapat

dimanfaatkan bagi personel darurat memasuki unit atau untuk mengangkut pasien dari

unit endoskopi.

6). Masalah umum dalam perencanaan ruangan

Space-perencanaan tidak efisiensi yang kadang-kadang disisipkan oleh staff pada

fasilitas prosedur endoskopi yang ada, meliputi:

Ruang prosedur kamar rutin tidak efisien terbukti dengan langkah kaki yang

sempit terbentur dinding dan peralatan sangat berlebihan.

Tidak cukupnya ruang di kamar yang dirancang untuk prosedur kompleks,

terutama dengan fluoroskopi atau perangkat portabel atau trolly ;

Ruang penyimpanan tidak memadai untuk peralatan yang intensitas

penggunaannya tidak terlalu sering ( tandu pengangkat pasien, monitor tambahan,

peralatan rekam portabel, perangkat argon plasma, laser, dll);

tidak cukupnya ruang untuk staff anestesi dan peralatannya di dekat kepala

tempat tidur pasien.

tidak memadai ruang rapat / diskusi, konsultasi, konferensi, dan downtime staff

dan tamu penting di ruangan endoskopi.

Page 9: al13.pdf

9

7). Pendokumentasian

Adapun dokumentasi yang penting untuk disiapkan antara lain : desain ruangan awal

dalam bentuk market atau peta, daftar fasilitas, ceklist perawatan fasilitas dan alat

khusus secara rutin (bulanan, tri wulan, semester atau tahunan ), alur kejadian darurat

termasuk evakuasinya, alur konsultasi pasien.

b. Infrastruktur fisik

Sebagian besar infrastruktur yang dibutuhkan untuk unit endoskopi, seperti listrik,

pipa, dan jasa HVAC, merupakan standar untuk perawatan fasilitas kesehatan.

Infrastruktur untuk sistem komunikasi dan jaringan untuk catatan medis elektronik,

dokumentasi gambar, intranet, dll menjadi standar yang harus dipenuhi.

Perangkat pendukung yang harus tersedia yaitu ventilasi yg cukup di daerah

pengolahan/pencucian alat / asesoris dan vakum hisap di kamar prosedur. Nilai

Ventilasi pertukaran udara harus mempertahanan agen asap, bau, gas yang ditimbulkan

dari pengolahan atau pencucian alat dan asesoris endoskopi. Reprocessors endoskopi

Kebanyakan dilengkapi dengan pori mikron yang relatif mahal yaitu filter untuk

menghilangkan bakteri dari air bilasan. Masa manfaat filter ini bisa diperpanjang

dengan pemasangan dua filter, satu filter lagi di pasang di jalur suplai air untuk

menghilangkan partikel yang lebih besar sebelum air mencapai mikron filter.

1). Ruang persiapan pasien dan daerah pemulihan pasien

Desain fasilitas untuk persiapan pasien dan pemulihan sangat bervariasi, berdasarkan

ruang yang tersedia dan ada tidaknya pasien rawat jalan.. Di banyak unit kedua tempat

ini ( ruang masuk pasien dan ruang pemulihan ) digabungkan dalam satu area untuk

memungkinkan mobilitas pasien diruangan dan staff . Pendekatan ini dapat membuat

fleksibilitas maksimal dalam ruang yang terbatas.

2) Ruang persiapan pasien

Seperti kebanyakan rumah sakit, fasilitas rawat jalan banyak yang melakukan tindakan

endoskopi pada pasien dengan berbaring ditandu dan pakaian rumah dari rumah. Ini

Page 10: al13.pdf

10

dapat membuat pasien kurang nyaman dan asing pada awal kunjungannya. Sebaliknya

untuk kepercayaan pasien, efisiensi dan memberi kehormatan untuk pasien, saat pasien

masuk, setelah siap pasien berganti pakaian rumah sakit dan saat menunggu di

pisahkan antara laki-laki dan perempuan. Mereka kemudian diantar ke ruang prosedur

dan diidentifikasi ulang untuk menghindari kesalahan ( double check ) sebelum

dilakukan tindakan.

3). Pengelolaan pakaian dan barang berharga

Pengelolaan pakaian dan barang berharga sebaiknya di letakkan di loker pasien atau tas

pasien yang disediakan dalam keadaan terkunci. Loker terletak di ruang ganti, sedangkan

jika menggunakan tas pasien di ruang prosedur tas ditempatkan melekat pada masing-

masing tandu (PHS Barat, Hanover, MN) dimana mereka masih dapat melihat di daerah

pemulihan.

4) Ruang Pemulihan ( Recovery Room )

Pasien di Daerah Pemulihan dapat berbaring di kursi, tandu, atau tempat tidur. Selama

bertahun-tahun praktek pemulihan kita terutama di kursi saja dikarenakan kendala ruang,

tetapi dengan meningkatnya kedalaman sedasi, kelemahan dari beberapa pasien, dan luas

ruang diperluas sebaiknya pasien berbaring ditandu untuk pemulihan. Ruang pemulihan

harus mudah pengawasannya oleh stafff, sistem panggilan darurat dan akses elektronik

ke database dan rekam medis elektronik haruslah mudah diakses. Rahasia

konsultasi/percakapan harus dijaga untuk pasien dan keluarga, ruangan di modifiaksi

sehingga pasien lain tidak dapat mendengar hasilnya. Untuk tindakan lama seperti ERCP

dll pasien dapat dilakukan pemantauan Keadaan Umum yang ketat.

5) Dokumentasi

Dokumentasi perlu kita siapkan antara lain : denah ruangan, alur penerimaan pasien,

petunjuk nama ruangan, inform concent pasien, format pengkajian pasien (termasuk

penggunaan perhiasan,gigi palsu dll ), form penggunaan barang ( linen, obat-obatan ),

form observasi pasien, penggunaan Bahan Medis Habis pakai ( BMHP), laporan

kunjungan pasien, medical record pasien.

Page 11: al13.pdf

11

c. Ruang pencucian dan penyimpanan

Desain kamar prosedur individu harus didasarkan pada kehati-hatian, tugas masing-

masing anggota staff yang bekerja di dalam ruangan, kebutuhan kedekatan peralatan dan

staff untuk pasien, kebutuhan pemeliharaan daerah relatif bersih vs kotor, dan

pertimbangan keselamatan pasien dan suasana. persyaratan Space dibahas di atas.

1) Standard kamar prosedur

Tindakan diagnostic endoskopi saluran cerna atas dan bawah relative membutuhkan

ruangan yang lebih sempit. Physician/endoscopist and nurse/assistant berjalan dengan

mudah saat bekerja dengan baik demi keselamatan pasien ( Gambar. 4 ).

Gambar. 4 Room design considerations. (A) Clean and and dirty regions of the

endoscopy room. (B) Functional physician and and nursing areas. Note dual computer

terminals for electronic medical record and endoscopy database.

Page 12: al13.pdf

12

Gambar. 5 Room pictures of nursing and and physician workstations. Note proximity of

the nurse's terminal to the hospital for ongoing documentation of clinical details of

hospital monitoring and and procedural elements

2) ruang pencucian dan penyimpanan

Keputusan tentang alur pasien yang diinginkan dan endoskopi mempengaruhi

persyaratan desain dan ruang. Standar arsitektur saat ini menegaskan bahwa ruang

endoskopi ulang ditempatkan di luar ruangan prosedur. Banyak unit menemukan

endoskopi pembersihan dan pengolahan alat dan asesoris endoskopi hanya untuk

melayani 1-3 kamar prosedur ( Gambar. 6 ),

Page 13: al13.pdf

13

Gambar. 6 Pass through room design with local reprocessing anterooms. (A) Design

options. (B, C) Final design and and photo of our reprocessing corridors, which are

located between every two general procedure rooms. (D, E, F) Other reprocessing

anterooms employed in our units.

Page 14: al13.pdf

14

Jika ruang pencucian alat dan asesoris endoskopi jauh dari ruang prosedur, bak cuci dan

ruang untuk pembilasan awal peralatan dari kotoran (precleaning) harus tersedia di ruang

prosedur.

Penyimpanan alat dan asesoris Endoskopi memerlukan lokasi dimana instrumen dapat

digantung bebas tanpa melingkar atau resiko dari terjepit oleh laci atau pintu. Ini tidak

memerlukan ruang yang signifikan. Lemari penyimpanan harus dikontrol suhu dan

ventilasi yang tersedia ( Gambar 7. ).

Gambar. 7 (A, B) Endoscope storage in-wall option. (C) Detail demonstrating

protective barrier for endoscope tips and and placement of paper towels for daily

assessment of overnight water dripping. Any evidence of water stains prompts repeated

reprocessing in the morning before use.

Page 15: al13.pdf

15

3) Alur pasien

Alur Pasien dalam ruang prosedur sebagian besar ditentukan oleh letak pintu masuk dan

penempatan lokasi peralatan. unit besar mencari untuk memisahkan pra-dan pasien

postprocedure mempekerjakan pintu yang terpisah di masing-masing ujung ruangan

untuk kedatangan pasien rawat jalan waspada dan keberangkatan pasien dibius.

Demikian pula, ruang yang lebih besar untuk atau fluoroscopic prosedur kompleks harus

memiliki sebuah pintu masuk saat kedatangan dan keberangkatan stafff atau peralatan

selama prosedur

4) Ruang prosedur Komplek

prosedur Kompleks yang menggunakan fluoroskopi jumlah perangkat tambahan lebih

banyak. Kemampuan untuk memindahkan sistem tambahan pada dekat atau jauh

memerlukan ruang yang cukup untuk memudahkan dan mempercepat pergerakan staff

pendukung di dalam ruangan untuk menempatkan alat tambahan pada posisi yang sesuai.

( Gambar 8. ).

Gambar 8 Large complex room design.

Keamanan alat yang dimobilisasi harus terjaga dengan baik, perawatan rutin alat harus

dilakukan secara berkala dengan pendokumentasian yang sesuai.

Page 16: al13.pdf

16

5) Penyimpanan persediaan alat dan obat-obatan

Penyimpanan alat ( seperti linen, mouthpiece, dll ) dan obat-obatan ( midazolam,

pethidin, profofol dll ) sekali pakai yang umum digunakan dan perlengkapan lainnya

ditempatkan di ruang linen/lemari dan lemari obat yang dekat dengan ruang prosedur dan

dilakukan restocking setiap harinya.Restocking dilakukan untuk menghindari overstock

atau sebaliknya kelebihan kekurangan stock. Sedangkan stock alat dan obat yang masih

banyak atau juga jarang digunakannya disimpan pada ruang/lemari penyimpanan dengan

menggunakan label agar mudah dalam penataan dan pengambilannya (Gambar 9. ),

Gambar. 9 (A, B) Storage for ERCP devices, employing slotted cabinets with recessed

doors and labeling for daily 'par' stock control using electronic wands.

Page 17: al13.pdf

17

6) Perjalanan trolly untuk keadaan darurat

Trolly emergency di ruang prosedur tersedia untuk mengangkut alat dan obat-obatan

penting ke samping tempat tidur pasien. Hal ini harus dipersiapkan khususnya selama

dan setelah pasien tindakan endoskopi.Akses pasien ke Ruang ICU, ruang emergency

atau pun ruang operasi haruslah mudah dari ruang prosedur endoskopi.

Begitupun sebaliknya jika kejadiannya pasien membutuhkan endoskopi emergency di

ruangan lain perlu disiapkan Sebuah trolly utama yang lebih besar yang mempu

membawa sumber cahaya, endoskopi, peralatan, obat-obatan, dan aksesoris lainnya

dengan aman.

7) Pendokumentasian

Pendokumentasian yang diperlukan antara lain : ceklist bukti pencucian alat endoskopi

setiap pasien, form bukti pembersihan/sterilisasi ruangan secara rutin, from kultur mikro

organisme di ruangan endoskopi : udara, air, alat endoskopi secara berkala, form

penggunaan alat endoskop berupa buku/ceklist berikut nama endoskopist dan yang

terlibat lainnya.

D. MANAJEMEN : PENGELOLAAN RUANG ENDOSKOPI

Perkembangan ruang prosedur endoskopi gastroenterology sudah menjadi layak untuk

berdiri sendiri sebagai unit khusus dengan konsekuensi secara administrative maupun

pengelolaannya pun mendapatkan otomi yang besar. Struktur Administrasi sangat

bervariasi tergantung pada model, kepemilikan usaha, dan pengaturan unit sendiri.

Struktur organisasi dapat berfungsi dengan baik, selama tanggung jawab utama secara

dijalankan sesuai dengan job deskripsinya dan komunikasi yang baik antara fungsi dan

peran masing-masing anggotanya.

a. Tanggung jawab utama

Pelaksanaan Tanggung jawab dari tim administrasi perawat yang biasanya dipegang oleh

seorang nurse administator / Nurse officer/ Head nurse. Tugas dant anggung jawab Nurse

Administrator meliputi membuat dan menjaga Nursing Care Plans, seleksi perawat,

Page 18: al13.pdf

18

membuat laporan, membuat jadual dias perawat dan bertanggung jawab pada

penjadualan pasien, memberikan hak dan kewajiban pegawai, kelengkapan fasilitas dan

alat, training, billing, staffing, dan menjaga kompetensi perawat dan staff yang lain.

Nurse Administrator / Nurse officer/ head nurse bertanggung jawab terhadap pengaturan

keperawatan dan administrasi. Dalam rumah sakit nurse administrator selalu bekerjasama

dengan unit yang lain seperti : SDM, Keuangan, Farmasi, teknik, Gizi, sanitasi

lingkungan, rekam medik dll .

b. Ketenagaan / staff design

Isu-isu utama yang mempengaruhi kepegawaian maupun efisiensi biaya berkaitan

dengan tingkat kinerja yang digunakan untuk berbagai tugas dan tanggung jawab.

Jumlah staff dapat di design disesuaikan dengan tugas per kamar, per dokter, atau per

volume prosedur.

Banyak staff unit kamar prosedur semua dengan waktu-penuh : perawat terdaftar (RN)

untuk mengelola sedasi dan memonitor pasien dan full-time, perawat praktis

berlisensi (LPN) atau teknisi sebagai asisten gastrointestinal (GIA) untuk membantu

intervensi endoskopi. fungsi Perawat harus sejalan dengan 'ruang lingkup praktek'

hukum negara relatif terhadap pemantauan vs penilaian pasien dan administrasi

pengobatan. aturan tersebut.. Staff kami 1,5 LPNs per prosedur umum (EGD dan

kolonoskopi), di mana satu anggota staff monitor kenyamanan pasien, tanda-tanda vital,

respons terhadap obat-obatan, dan intervensi prosedural, satu perawat lagi bergabung

untuk membantu intervensi endoskopi., dan RN stanby dan siap masuk ke kamar

tindakan jika dihubungi langsung atau melalui telepon dari setiap kamar tindakan

Dokter tetap tanggung jawab global untuk penilaian, manajemen obat, dan administrasi

pengobatan awal. Dalam prosedur lanjutan suite kami (ERCP, EUS, prosedur rumit lain-

lain) dan untuk prosedur umum dalam pasien berisiko tinggi, RN melakukan baik dan

penilaian tugas-tugas pemantauan, sebuah LPN berfungsi sebagai GIA teknis, dan dokter

tetap tanggung jawab untuk pengobatan manajemen tetapi tidak administrasi.

Perawatan staff juga diperlukan untuk penilaian preprocedure dan pemulihan serta

program discharge planning. Personil lain yang biasa digunakan dalam unit yang lebih

Page 19: al13.pdf

19

besar termasuk asisten teknis untuk pengolahan ulang endoskopi, teknisi yang terampil

dalam maintainance dan perbaikan alat endoskopi dan alat pendukungnya, tata usaha

untuk penjadualan dan penerimaan pasien, serta 1 orang staff sekretariat.

Secara keseluruhan tingkat staff untuk unit endoskopi dapat dikelola berdasarkan indeks

produktivitas, seperti prosedur satuan volume per karyawan, karyawan jumlah jam rata-

rata per prosedur atau relatif unit nilai prosedur (RVUs) per-dokter non karyawan.

Banyak jadwal staff bervariasi dapat digunakan untuk menutupi tanggung jawab

bergeser. Fleksibilitas staff untuk ekstrem permintaan tinggi dan rendah berguna untuk

manajer unit.

c. Ketenagaan pada kondisi darurat

Rencana harus dibuat untuk prosedur darurat kepegawaian, baik selama bekerja dan

selama jam off malam dan akhir pekan. Jika prosedur terjadwal intensitasnya belum

banyak, hal ini dapat dengan mudah dikerjakan sesuai jadual pada hari kerja seperti

biasa.

Beberapa unit menerapkan paruh waktu ataupun shift malam yang rutin untuk

mengerjakan prosedur yang dijadwalkan terlambat karena banyaknya tindakan dan pada

semua keadaan darurat. Kami menjadwalkan satu LPN / GIA untuk keadaan darurat

setiap hari dan malam hari selama 3-4 kali (dua hari per minggu). Mereka bertanggung

jawab untuk menyiapkan dan mendorong trolly endoskopi bila perlu, , set-up peralatan,

membersihkan, dan pengolahan. Maksimal 12 orang di putar melalui penugasan-di luar

jam kerja dan siang hari sesuai jadual bulanan ( Roster bulanan ).

Mereka bergabung dengan RN suatu dari unit setempat yang dilayani (gawat darurat,

suite bedah, ICU, unit perawatan disetiap lantai) atau dari kolam rumah sakit. Selama

bekerja sesuai jadual bulananGIA ini siap dan mudah di-hubungi atau on call setiap saat.

Selama malam hari dan pada akhir pekan mereka yang terjadual jaga harus siap untuk

memulai prosedur dalam 30-45 menit pada keadaan emergency.

Page 20: al13.pdf

20

d. Penjadwalan Prosedur

Perhatian pada desain dan penyelesaian prosedur kalender harian sangat penting untuk

efisiensi unit dan profitabilitas. Pertimbangan utama untuk pengaturan jadual termasuk

jumlah kamar per endoscopist, waktu yang dijadwalkan sesuai prosedur dari jenis yang

diberikan, dan waktu yang diperlukan untuk omset antara prosedur. Ketika jumlah kamar

prosedur merupakan kendala utama untuk unit diberikan, efisiensi dimaksimalkan

dengan menggunakan satu kamar per endoscopist sementara erat mengelola perputaran

waktu kamar. Sebaliknya, surplus ruang dan permintaan prosedural membutuhkan

memaksimalkan efisiensi dari staff profesional dengan meminimalkan mereka antara-

prosedur downtime-biasanya dengan penyediaan beberapa kamar per endoscopist.

kalender yang efisien lebih mudah dirancang menggunakan penjadwalan blok

endoscopists melakukan prosedur yang sama atau seragam pada dasarnya. Serial kinerja

EGDs singkat, misalnya, memungkinkan perhitungan waktu prosedur rata-rata, rata-rata

pengolahan dan pergantian waktu ruang, dan oleh karena itu, jumlah ideal kamar per

endoscopist-biasanya dua atau tiga tergantung pada efisiensinya dan kegiatan tambahan

lainnya seperti dokter ruangan atau tugas konsultatif.

e. Persyaratan waktu relative tindakan

Kami menetapkan persyaratan waktu relatif 1,0 untuk EGDs risiko rata-rata dalam tugas

non-mengajar, yang kami jadwal setiap 15 menit-tapi bisa juga daftar untuk 10, 12, 18,

atau 20 menit, tergantung pada kecepatan yang diinginkan, dokumentasi persyaratan, dan

tugas perawatan pasien antara prosedur. Dalam sistem yang sama, non-mengajar

colonoscopies adalah tertimbang untuk nilai waktu 2.0 (30 menit masing-masing), dan

dan EUS prosedur ERCP, yang selalu tugas mengajar, ditugaskan nilai ~ 5 (75-80 menit

masing-masing), termasuk perubahan haluan dan pergantian pasien. Prosedur terapeutik

lainnya yang kompleks berbobot sama saja antara dua dan lima.

f. Hambatan untuk efisiensi

Meskipun proses yang sangat baik, efisiensi dapat dipengaruhi oleh prosedur yang tidak

sesuai dari waktu yang diberikan, pasien yang tidak dating sesuai waktu perjanjian,

Page 21: al13.pdf

21

prosedur yang dibatalkan karena persiapan yang tidak memadai atau risiko kesehatan

saat ini atau terlambat datangnya endoscopists dari kegiatan lain.

g. Pembelian dan pergantian perlengkapan endoskopi.

Pembelian dan pergantian alat yang utama antara lain : endoskop, flouroskopi set,

electrosurgical unit, database( mediview). Hal ini menjadi penting di karenakan bila

terjadi kerusakan permanen semua prosedur endoskopi tidak dapat dilakukan. Lama

Umur perlengkapan endoskop dan lainnya tergantung dari jaminan vendor produsen alat

yang kita gunakan.lamanya umur alat dapat dijadikan salah satu point untuk menentukan

tarif per endoskopi.

Dalam menentukan tarif tindakan endoskopi angka yang ditemukan untuk satu

colonoscope, gastroscope dan sigmoidoscope adalah 350 setiap prosedur per tahun. Satu

buah duodenoscope setiap 150 prosedur per tahun. Satu buah light source and processor

per endoscopic procedure room; dan one scope reprocessor setiap 1000 procedure per

year.

h. Databases

Database yang digunakan tergantung pada kemampuan unit atau RS yang

menyelanggarakan endoskopi. Database yang meodern memungkinkan kemudahan

untuk dokumentasi pasien : medis dan keperawatan, pelaporan, administrasi pasien ,

penjadualan pasien, korespondensi antar unit, riset,

i. Perangkat dan assesoris endoskopi

Penentuan tarif juga dipengaruhi oleh perangkat dan asesoris yang digunakan. Apakah

perangkat tersebut sekali pakai ( disposable) atau digunakan kembali. Penetapan tersebut

dipengaruhi oleh :

(1) Penggunaan perangkat yang reprocessable and reusable

Page 22: al13.pdf

22

(2) Jika perangkat tersebut reprocessed and reused diskusikan dengan vendor

kemungkinannya.

j. Endoscope reprocessing

Standar pemrosesan ulang alat dan perlengkapan endoskopi sudah diatur oleh Society of

Gastrointestinal Nurses and Associates (SGNA). Pemrosesan ulang ini menggunakan

sabun, cairan enzymatic, deterjen dan desinfektan, sebagian ada yang menggunakan

alkohol &0 % untuk pengeringan. Beberapa unit dan RS sudah menggunakan mesin

cuci. Mengenai lama dan prosedurnya dapat dipelajari pada standard reprosesing alat di

RS atau unit masing-masing.

k. dokumentasi

Pendokumentasian yang diperlukan antara lain : RBA / RKT tahunan, data ketenagaan

(termasuk sertifikasi dan linensi), jumlah pegawai, perhitungan estimasi kebutuhan

pegawai 5-10 tahun mendatang, jadual dinas bulanan, jadual piket harian dan diluar jam

kerja, absensi bulanan, daftar tarif tindakan, data kebutuhan BMHP( barang medis habis

pakai ), data maintainance alat berkala dan inventarisnya termasuk tahun pembelian.

k. Akreditasi

Akreditasi dilakukan untuk menilai level kualitas dan keamanan fasilitas dan pelayanan

kesehatan yang diberikan. Di Indonesia akreditasi dapat dilakukan oleh Kementrian

kesehatan RI, sedangkan pengakuan internasionalnya dapat dilakukan pilihan

diantaranya : ISO 9001:2008, JCI dan lain-lain.

Page 23: al13.pdf

23

E. PENUTUP

Sebagai akhir dari penulisan laporan ini, maka penulis membuat beberapa

kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Hospital safety adalah suatu proses dalam pemberian pelayanan RS terhadap

pasien, stafff, dan lingkungan RS yang lebih aman. Hal ini menjadi penting

karena pelayanan kesehatan adalah kegiatan yang penuh resiko dikarenakan

pelanggaran / kelalaian terhadap “ duty of care “ dapat menimbulkan dampak

yang berhubungan dengan hukum dan citra RS

2. Perencanaan Bentuk bangunan memiliki pengaruh besar terhadap fungsi

fasilitas di ruang endoskopi. Pertimbangan diberikan kepada ruang yang

dialokasikan untuk fungsi dan kedekatan, sangat mempengaruhi efisiensi

yang dihasilkan, dan bahkan keamanan dan kenyamanan pelayanan yang

diberikan. Perencanaan termasuk failitas pendukung seperti : kondisi udara

yang ada, vacuum, air yang mengalir, kelembabab dll . yang berorientasikan

hospital safety

3. Proses sterilisasi dan desinfeksi skop yang baik dan benar sangat penting.

Apabila proses ini tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan terjadi

penyebaran infeksi yang disebut infeksi nosokomial atau infeksi rumah sakit.

Penyimpanan alat khususnya skop yang baik dan benar juga perlu

diperhatikan, sehingga alat tersebut siap digunakan dan umur pemakaian alat

itu juga menjadi lebih lama.

Page 24: al13.pdf

24

KEPUSTAKAAN

http://www.asge.org/pages/practice/sigs/aec.cfm (2010) endoskopi praktek dan

keselamatan (terjemahan), ASGE

The joint Commission, Accreditation Program (2010) : Ambulatory Health care National

Patient Safety Goals

Society of Gastrointestinal Nurses and Associates. ( 1999) Guidelines for documentation

in the gastrointestinal endoscopy setting. Gastroenterol Nurs; 22 : 69–97. PubMed

http://www.giejournal.org/pages/practice/sigs/aec.cfm (2010) : standards of practice,

p.469-470.

Petersen, BT. Advantages of disposable endoscopic accessories ( 2000) Gastrointest

Endosc Clin N Am 10 : 341–8. PubMed

Simadibrata, Marcellus, dkk,(2008). Endoskopi Gastrointestinal: Diagnostik dan

Tatalaksana Mutakhir. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Smeltzer, Suzanne and Brenda G Bare,(2002), Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and

Suddart. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC