Al Gore (2006) vs
-
Upload
indische-tuinbloemen -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
description
Transcript of Al Gore (2006) vs
Geotrek Indonesia
“MEMANDANG ALAM DENGAN PENGERTIAN, JAUH LEBIH
BERARTI DAN MENYUKAKAN HATI DARIPADA HANYA
MENYAKSIKAN KEELOKANNYA.” (ALBERT HEIM, 1878)
Oleh: Awang Harun Satyana
Akhir tahun lalu, kita mendiskusikan soal penyebab pemanasan global
saat ini (current global warming) apakah disebabkan alam (natural)
atau manusia (man-made). Saya baru saja selesai membaca buku Al
Gore (2006) : An Inconvenient Truth : the Planetary Emergency of
Global Warming and What We Can Do about It – Rodale, New York. Ini
buku yang sangat bagus, ilmiah, sederhana dalam penjelasan, santun
dalam mengelola perbedaan pendapat, dan mudah dipahami. Di
dalamnya banyak sekali foto2 spektakular dan info grafis yang baik
sekali. Tentu Gore punya akses luas selama delapan tahun (1992-
2000) sebagai wakil presiden AS ke lembaga-lembaga ilmiah di Amerika
dalam mengumpulkan data yang ditampilkan dalam buku setebal 327
halaman ini. Buku ini sekaligus juga menjadi semacam otobiografi Al
Gore karena Gore menganalogikan kepeduliannya kepada lingkungan
sebagaimana kepeduliannya kepada keluarganya. Komentar Al Gore :
“In fact, there is strong scientific consensus that human activities
are changing the Earth’s climate. Scientists overwhelmingly agree
that the earth is getting warmer, that this trend is caused by people,
and that if we continue to pumpgreenhouse gases into the
atmosphere, the warming will be increasingly harmful.“2 “Climate
naturally varies over time, so any change we’re seeing now is just
part of a natural cycle.” (hal. 312).
Komentar Al Gore : “Climate does not naturally (extremely) change.
By studying tree rings, lake sediments, ice cores, and other natural
features that provide a record of past climates, scientists know that
changes in climate, including abrupt changes, have occurred
throughout history. But these changes all took place with natural
variations in carbon dioxide levels that were smaller than the ones
we are now causing. Cores taken from deep in the ice of Antarctica
show that carbon dioxide levels are higher now than they have been
at any time in the last 650,000 years, which means we are outside
Al Gore (2006) vs. Sorokhtin et al (2007) onGlobal Warming*
Jun
13
the realm of natural climate variation. More CO2 in the atmosphere
means warming temperatures.”
Buku ini merupakan the 1st New York Times Bestseller. Buku ini juga
merupakan pendamping (companion) film DVD berjudul sama yang
diapresiasi dengan the Academy Award untuk the best documentary
feature. Usaha pembelaan linkungan Al Gore selama ini pun diganjar
dengan Hadiah Nobel untuk perdamaian.
Al Gore sangat memahami perbedaan pendapat soal penyebab gobal
warming. Di bawah kepemimpinan George Bush-Dick Chenney semua
yang diprakarsai soal lingkungan selama masa Clinton-Gore benar2
dibalikkan. Secara ringkas, bisa dikatakan bahwa Clinton-Gore
berpendapat bahwa global warming adalah masalah serius akibat
manusia, sementara Bush-Chenney memandang remeh global warming
dan bukan karena manusia. Di dalam buku ini, diakomodasi perbedaan2
pendapat itu, ditampilkan fakta2nya, dengan pembahasan yang
menurut saya : santun.
Saya kali ini tak akan mengulas buku Al Gore terbaru itu, tetapi ingin
“membenturkannya” dengan buku terbaru dari Sorokhtin et al. (2007)
: Global Warming and Global Cooling : Evolution of Climate on Earth –
Elsevier Amsterdam, yang ulasannya ditulis oleh Lee Gerhard di AAPG
Bulletin edisi Desember 2007. Sorokhtin dkk menulis buku ini dengan
prinsip “starting from first principles when examining a controversial
topic is always a good approach”. Mereka mengakomodasi prinsip ini
dengan ekstrim. Mereka memulai dengan teori komprehensif asal fisik
dan atmosfer Bumi berdasarkan prinsip2 fisika dan geokimia. Mereka
mengkuantifikasi proses2 ini dan memunculkan teori adiabatik evolusi
Bumi. Perubahan iklim skala besar didekati oleh teori adiabatik evolusi
atmosfer dan iklim, sementara perubahan skala kecilnya dikontrol oleh
gerakan benua, daur Milankovitch, dan produk sinar Matahari.
Sorokhtin et al menolak hipotesis bahwa global warming akibat
manusia (anthropogenic). Menurut mereka, berdasarkan teori
adiabatik ini, emisi gas CO2 dan gas rumah kaca lainnya yang luar
biasa besarnya pun tak akan mengubah temperatur atmosfer global.
Mereka juga menolak teori gas rumah kaca sebagai penyebab
perubahan iklim. Menurut perhitungan berdasarkan teori adiabatik,
mereka menyimpulkan bahwa di dalam waktu 600 juta tahun,
kandungan oksigen di dalam atmosfer akan menyebabkan temperatur
global meningkat menjadi 80 C, sehingga Bumi tak akan layak dihuni
seperti sekarang.
Sorokhtin et al (2007) telah menantang teori gas rumah kaca sebagai
penyebab perubahan iklim sebab menurut mereka teori ini masih belum
cukup menjelaskan perubahan itu karena itu mereka menampilkan teori
alternatif berupa teori adiabatik yang didasarkan kepada sistem
Share this:
Like this:
Be the first to like this.
Like
dinamika Bumi.
Manakah yang benar antara Gore (2006) dan Sorokhtin et al. (2007) ?
Kita bisa mengumpulkan informasi dan menganalisisnya sendiri serta
menentukan pendapat pribadi. Saya kutipkan dua miskonsepsi dari
Gore (2006) dari 10 miskonsepsi tentang global warming.
Misconception 1 “Scientists disagree about whether humans are
causing the earth’s climate to change.” (hal. 308).
Misconception
Di luar perdebatan itu, yang terbaik yang kita lakukan adalah
mendukung dan melaksanakan secara pribadi dan keluarga usaha2
untuk menghemat energi. Sekecil apapun usaha ke arah itu akan tetap
lebih baik dibandingkan ketidakpedulian. Hal2 kecil berikut adalah
contoh usaha2 yang bisa kita lakukan : jangan boros menggunakan
listrik di rumah, jangan boros menggunakan BBM, jangan boros
menggunakan kertas. Usaha kecil yang akan berarti besar bila
dilakukan konsisten dan masal.
*Tulisan ini diposting oleh Awang HS pada tanggal 9 Januari 2008 di
iagi-net.
Posted in Buku, Geo-Histori, Ilmu Alam
Tagged Al Gore, An Inconvenient Truth, anthropogenic, Global Warming,
Sorokhtin
Edit
Power UpYour Blog!
Our premium planincludes a domain name,video uploads, customdesign and more for just$99/yr
Press This Twitter 1 Facebook
← Jan Reerink (1871) dan
Tantangan Eksplorasi Jawa
Capetown: Perbenturan dan
Perpisahan Antarbenua →
Leave a Reply
Enter your comment here...
My Tweets
Search Search
REC ENT POSTS
The Molluca Sea Collisional Orogen
Lima Puluh Tahun Eksplorasi Angkasa Luar
Flora Pegunungan Jawa (van Steenis, 1972, 2006)
Cekungan Pembuang Dibuang Sayang: Fenomena Terbaru
Mengeluarkan Meratus dan Bayat dari Jalur Subduksi Kapur Akhir (?)
Geotrek Pacet, 23-24 November 2013
Di Atas Wajah Merapi
Gumuk Pasir Pantai Parangkusumo, Yogyakarta: Pahami, Cintai, Jaga
Indonesia: A Mozaic of Puzzles, A Mozaic of Terranes
Terangkat dari Lautan 16-8 Juta Tahun yang Lalu
Kaitan Tektonik Madura – Sidoarjo (?)
Pulau Madura: Kerumitan Deformasi Geologi
Ekstremitas Van der Tuuk (1824-1894)
Metta: Arkeolog Sangiran Pertama Kelahiran Sangiran
Right Understanding of Regional Geology will Result in Right Steps
of Exploration
Meneliti Geologi, Menggali Artefak dan Fosil (Sangiran, 6-8
September 2013)
Kepulauan Seribu
Sidik Jari Batu
Dibelah-belah Sesar Sumatra
Konglomerat Bancuh FM., Menanga, Lampung: Benturan Kapur Tengah
Terrane Woyla Vs. Mergui (?)
ARC HIVES
Select Month
TOPIC S
Buku
Geo-Histori
Geologi
Blog at WordPress.com. | The Reddle Theme.
Geotrek Indonesia
Gunung Api
Ilmu Alam
Indonesia
Sejarah
Tokoh
REC ENT COMMENTS
wispaten on Relasi Hominid dan “Adam…
wispaten on Kronologi “Manusia Perta…
Oi on Sultan Agung 1628-1629 M: Meng…
agus on Perbukitan Menoreh dan Nanggul…
Herman Moechtar on Relasi S1 – S2 – S3 dan P…
META
Site Admin
Log out
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com