Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

13
7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 1/13 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu Kini Posted on June 22, 2013 by hafidtamimi • Posted in Uncategorized • Leave a comment Government 100, Society 0 be Equal to Nothing: Ketidakjelasan Fungsi Akuntansi Sektor Publik dalam Transparansi Keuangan Daerah Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Dengan potensi sumber daya yang dimiliki, Indonesia pada saat ini berada pada masa transisi menuju negara maju. Negara ini pun mulai menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat  pesat dibanding banyak negara berkembang lainnya. Kemajuan ini salah satunya dilatarbelakangi oleh perkembangan lembaga sektor publik yang semakin kuat dan mapan. Hal inilah yang kemudian menjadi faktor pendorong tumbuhnya perekonomian yang sehat menuju Indonesia yang sejahtera. Pengertian sektor publik bervariasi dan cukup luas. Lane (1993) memberikan pengertian sektor publik dan sektor privat terkait dengan kepentingan (interest) yang timbul. Sektor publik terkait dengan kepentingan publik atau masyarakat (publik interest), sedangkan sektor privat terkait dengan kepentingan individu atau kelompok individu sendiri (self interest). Kepentingan  publik tersebut terkait dengan politik dan pemerintahan. Hal inilah yang membawa pengertian sektor publik lebih banyak difokuskan pada pemerintah (Jones and Pendlebury, 2000), meskipun lingkup sektor publik termasuk organisasi non pemerintah yang tidak mencari keuntungan (Freeman and Shoulders, 2000). Pada hakikatnya sektor publik ditujukan untuk kepentingan rakyat. Tujuan sektor publik dan pemerintah berbeda dengan tujuan entitas bisnis. Entitas bisnis didirikan dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan secara maksimal (value maximization) dengan meningkatkan laba operasi secara berkelanjutan (sustainable operating incomes). Sementara, sektor publik atau  pemerintah dibentuk dengan tujuan umum memberikan pelayanan publik atau menyejahterakan rakyat.[1] Maka hal inilah yang kemudian diabaikan, sektor publik berjalan terpisah dengan tujuan awalnya. Mereka seolah memisahkan dirinya dari kepentingan masyarakat bahkan cenderung menutupi segala kinerjanya dari masyarakat yang notabene sebagai orientasi mengapa mereka ada. Akuntansi Sektor Publik  Menurut pendapat Mardiasmo (2002:141) bahwa akuntansi sektor publik sangat erat kaitannya dengan fungsi akuntansi sebagai penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternal organisasi. Sedangkan akuntansi sektor publik menurut Bastian (2004:15) yaitu mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang ditetapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga- lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemda, BUMN, BUMD, LSM,

Transcript of Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

Page 1: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 1/13

Akuntansi Sektor Publik Bagaimana

Nasibmu Kini

Posted on June 22, 2013  by hafidtamimi • Posted in Uncategorized • Leave a comment 

Government 100, Society 0 be Equal to Nothing: Ketidakjelasan Fungsi Akuntansi Sektor

Publik dalam Transparansi Keuangan Daerah 

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat melimpah. Dengan potensi

sumber daya yang dimiliki, Indonesia pada saat ini berada pada masa transisi menuju negara

maju. Negara ini pun mulai menunjukkan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat dibanding banyak negara berkembang lainnya. Kemajuan ini salah satunya dilatarbelakangi

oleh perkembangan lembaga sektor publik yang semakin kuat dan mapan. Hal inilah yangkemudian menjadi faktor pendorong tumbuhnya perekonomian yang sehat menuju Indonesiayang sejahtera.

Pengertian sektor publik bervariasi dan cukup luas. Lane (1993) memberikan pengertiansektor publik dan sektor privat terkait dengan kepentingan (interest) yang timbul. Sektor publik

terkait dengan kepentingan publik atau masyarakat (publik interest), sedangkan sektor privat

terkait dengan kepentingan individu atau kelompok individu sendiri (self interest). Kepentingan publik tersebut terkait dengan politik dan pemerintahan. Hal inilah yang membawa pengertian

sektor publik lebih banyak difokuskan pada pemerintah (Jones and Pendlebury, 2000), meskipun

lingkup sektor publik termasuk organisasi non pemerintah yang tidak mencari keuntungan

(Freeman and Shoulders, 2000).

Pada hakikatnya sektor publik ditujukan untuk kepentingan rakyat. Tujuan sektor publikdan pemerintah berbeda dengan tujuan entitas bisnis. Entitas bisnis didirikan dengan tujuan

meningkatkan nilai perusahaan secara maksimal (value maximization) dengan meningkatkan

laba operasi secara berkelanjutan (sustainable operating incomes). Sementara, sektor publik atau

 pemerintah dibentuk dengan tujuan umum memberikan pelayanan publik atau menyejahterakanrakyat.[1] Maka hal inilah yang kemudian diabaikan, sektor publik berjalan terpisah dengan

tujuan awalnya. Mereka seolah memisahkan dirinya dari kepentingan masyarakat bahkan

cenderung menutupi segala kinerjanya dari masyarakat yang notabene sebagai orientasi mengapa

mereka ada.

Akuntansi Sektor Publik  

Menurut pendapat Mardiasmo (2002:141) bahwa akuntansi sektor publik sangat erat

kaitannya dengan fungsi akuntansi sebagai penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternalorganisasi. Sedangkan akuntansi sektor publik menurut Bastian (2004:15) yaitu mekanisme

teknik dan analisis akuntansi yang ditetapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-

lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemda, BUMN, BUMD, LSM,

Page 2: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 2/13

dadan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik swasta. Sedangkan

Tulis (2007:4) mendefinisikan akuntansi sektor publik secara khusus, yaitu bahwa akuntansi

sektor publik adalah proses pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisan serta pelaporan transaksi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk

mengambil keputusan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi sektor publik

merupakan rangkaian proses yang hampir sama dengan akuntansi pada umumnya, hanya saja

tuntutan akuntabilitas dan transparasi kepada publik sangat ditekankan pada pelaporannya.[2] Selain ditujukan kepada manajemen dalam kaitannya untuk mengambil keputusan, akuntansi

sektor publik sangat ditekankan kepada tujuan pelaporannya. Sektor publik bekerja bersama

dengan rakyat, mereka menggunakan uang rakyat dalam menjalankan aktivitasnya. Maka sudah

sewajarnya jika masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui kinerjanya. Laporan keuanganharus disediakan dan mudah diakses oleh masyarakat, agar masyarakat sebagai pemilik dana

tahu aliran dana yang digunakan.

Hal ini kemudian memunculkan beberapa masalah. Dengan adanya perkembanganzaman, maka akuntansi pun berubah menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Akuntansi

sektor publik tidak kalah sigap, mereka semakin meningkatkan kualitas pelaporan dankualitasnya. Tetapi hal ini tidak diimbangi dengan kondisi pengetahuan masyarakat terkait

akuntansi sektor publik. Komunikasi terjadi satu arah sehingga masyarakat tidak bisa menyikapi

hal apapun tentang sektor publik tersebut. Maka sebagai pemilik dana, mereka ditipu dengan

sistem yang berlaku.

Akuntansi Sektor Publik dan Otonomi Daerah 

Era reformasi yang terjadi di Indonesia saat ini memberikan dampak besar terhadap

independensi masing-masing daerah untuk menjalankan proses pemerintahannya. Kata “otonomidaerah” kemudian muncul untuk memenuhi tuntutan sistem yang berlaku saat ini. DalamUndang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah hak,

wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

 pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Sedangkan menurut Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi daerah adalah kewenangan

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

 prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, bahwa pemberian

kewenangan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab.

1. 

Kewenangan otonomi yang Luas

Dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan

 pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan

fiskal, agama, serta kewenangan dibidang lainnya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

Page 3: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 3/13

 

1.  Otonomi nyata

Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah di

 bidang tertentu secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup dan berkembang di daerah.

1.  Otonomi yang Bertanggungjawab

Otonomi yang bertanggungjawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai

konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam menacapai tujuan pemberianotonomi berupa peningkatan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan

kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang sehat antara

 pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Pelaksanaan otonomi daerah sebagai amanat UUD 1945 secara konstitusional maupun legaldiarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.[3] Sesuai dengan yang tertulis pada

Undang-Undang, maka daerah otonom diberikan keleluasaan untuk mengelola sendiri

 pemerintahannya demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Berkaitan dengan hal ini, akuntansi sektor publik sangat erat kaitannya dengan otonomi daerah.Keleluasaan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah berdampak

 pada pengelolaan sektor publik yang dikelola dan dipertanggungjawabkan secara langsung oleh

daerah otonom. Undang-undang (UU) No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

 No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah merupakan payung hukum

Pemerintah daerah yang antara lain adalah mengenai pola-pola aplikasi pertanggung jawabankeuangan daerah, dan tentunya sangat terkait dengan reformasi regulasi keuangan negara, yang

terdiri dari UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara, dan UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan Negara.

Reformasi regulasi keuangan negara menjelaskan bahwa keuangan daerah termasuk keuangan

negara, yaitu : ”Semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah

daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut” yang antara lain, hak daerah memungut

 pajak dan restribusi, mengelola penerimaan dan mengeluarkan belanja daerah.[4] 

Pemerintah pusat wajib mengetahui semua penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah (sektor

 publik) dan juga sebagai pertanggungjawaban yang utama adalah kepada masyarakat sebagai

 pemilik dana, maka sektor publik dituntut dengan akuntabilitas laporan keuangannya kepada

 pihak terkait untuk melaporkan laporan keuangannya kepada masyarakat secara jelas dan mudah.Secara singkat antara otonomi daerah dan akuntansi sektor publik memiliki kesamaan yaitu

sama-sama bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Akuntabilitas Sektor Publik  

Page 4: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 4/13

Akuntabilitas publik mengandung makna bahwa hasil dari suatu entitas kedalam bentuk

fungsinya, program dan kegiatan, maupun kebijakan suatu lembaga publik harus dapat dijelaskan

dan dipertanggung jawabkan kepada masyarakat (public disclosure), dan masyarakat dapatdengan mudah mengakses informasi dimaksud tanpa hambatan.[5] 

Merujuk kepada PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai substansiusaha-usaha untuk meningkatkan akuntabilitas daerah dan transparansi melalui pembangunan

sistem akuntansi keuangan daerah. Selain itu, PP tersebut juga merupakan peraturan pelaksana

dari undang-undang yang komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari paket reformasiregulasi keuangan negara khusunya mengenai penerapannya di pemerintahan daerah yang

mencakup tentang perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan keuangan

daerah, dan pertanggung jawaban keuangan daerah. Oleh karena itu khusus mengenai akuntansi

di pemerintahan daerah merupakan bagian dari pengertian akuntansi pemerintahan, yaitu: subcabang ilmu pengetahuan akuntansi.

Berdasarkan dengan peraturan yang ada maka sektor publik termasuk daerah wajib memberikan

informasi terkait keuangan daerah kepada masyarakat seluas-luasnya. Bahkan masyarakatdiberikan hak untuk ikut campur dalam pelaksanaan keuangan publik dan daerah dan diberikan

hak untuk mengeluarkan pendapat terkait dengan pelaksanaan keuangan sektor publik. Dapatdikatakan bahwa sektor publik belum akuntabel jika masyarakat sulit untuk mengakses laporan

keuangan sektor publik atau masyarakat sulit untuk memverifikasi laporan keuangan yang telah

diterbitkan.

Peran DPR/D Berkaitan dengan Akuntansi Sektor Publik  

 Negara Indonesia menganut sistem demokrasi, dimana wakil rakyat dipilih secara

langsung oleh rakyat. Para wakil rakyat mewakilii daerah masing-masing dan mewakili

kepentingan rakyat dalam pengambilan keputusan di pemerintahan. Berkaitan dengan sektor publik, karena dana yang digunakan adalah milik rakyat, maka sektor publik harus memberikan pertanggungjawabannya kepada rakyat. Maka dengan adanya sistem demokrasi, fungsi rakyat

akan diwakili oleh para wakilnya di pemerintahan.

Idealnya, para wakil rakyat harus mengomunikasikannya kepada rakyat secara langsung.

Meskipun laporan keuangan sektor publik sudah ditampilkan di media massa, tetapi tidak sertamerta tugas wakil rakyat hilang begitu saja, karena wakil rakyat harus memahamkan kepada

masyarakat secara mudah dan gampang ditengah masyarakat yang mayoritas memiliki

 pengetahuan tentang akuntansi yang rendah. Hal ini memang sebuah keharusan, karena mereka

adalah wakil rakyat. Segala laporan dan keputusan harus disampaikan kepada rakyat.

Dengan adanya otonomi daerah sebenarnya ruang lingkup sektor publik menjadi lebih

sempit. Wewenang pengelolaan keuangan negara diberikan sepenuhnya kepada daerah otonom.Maka pertanggungjawaban keuangan daerah hanya diberikan kepada masing-masing daerah

otonom. Dengan adanya hal ini pemerintah daerah akan menyampaikan laporan

 pertanggungjawaban keuangan daerahnya kepada DPRD tingkat II dan akan diputuskankebijakan terkait dengan laporan yang telah disajikan.

Page 5: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 5/13

Bias Fungsi 

Meskipun otonomi daerah telah memberikan kemudahan bagi sektor publik untukmengelola keuangannya, tetapi kemudahan yang diberikan tidak ada artinya ketika dalam

 pelaksanaannya tidak sesuai dengan tujuan. Alih-alih masyarakat dapat ikut campur dalam

membuat keputusan mengenai akuntansi sektor publik, hanya sekedar mencari informasi laporankeuangannya saja sulit. Jika ditelusuri lebih lanjut sebenarnya organisasi sektor publik

 berkewajiban untuk melakukan transparasi informasi keuangan. Salah satu alat untuk

memfasilitasi terciptanya transparansi dan akuntabilitas publik adalah melalui penyajian laporankeuangan pemerintahan daerah adalah melalui penyajian laporan keuangan pererintahan daerah

yang komprehensif. Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah daerah diharapkan

dapat menyajikan laporan keuangan yang terdiri atas laporan surplus/defisit.[6] 

Secara garis besar, tujuan umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah

adalah:

1. 

Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi,sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban (accountability) dan

 pengelolaan (stewardship). 2.  Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial

dan organisasional.

Secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah:

1.  Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo

neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek unit pemerintah.

2.  Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi

suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.3. 

Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan

 peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang

disyaratkan.4.  Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi

 pengaruh pemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan

operasional.5.

 

Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional :

1.  untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga memudahkan

analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan,

membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerjaunit pemerintah lain.

2. 

untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi, program, aktivitas, dan

fungsi tertentu di unit pemerintah.

3.  untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitasterhadap pencapaian tujuan dan target.

4.  untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equity).

Page 6: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 6/13

Jika melihat fungsi yang ada menunjukkan bahwa terdapat dua pihak yang menjadi tujuan dalam

 penyusunan akuntansi keuangan publik/daerah. Pertama adalah masyarakat, yaitu menyajikan

laporan keuangan kepada masyarakat sebagai pertanggungjawaban daerah terhadap danamasyarakat yang digunakan. Kedua adalah manajemen sektor publik, yaitu sebagai alat untuk

 proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Tetapi melihat kenyataan yang ada fungsi

akuntansi sektor publik yang patut disoroti adalah fungsinya kepada masyarakat.

Menjadi sebuah berita lama bahwa organisasi sektor publik rentan dengan penyimpangan

(fraud). Sindonews.com (4/10/2012) Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat kerugiannegara akibat kasus korupsi pada semester pertama tahun 2012 mencapai Rp. 1,22 triliun dari

285 kasus dengan total pelaku 597 orang. Hal ini menandakan bahwa fungsi akuntansi sektor

 publik tidak berjalan dengan semestinya. Bisa jadi akuntansi sektor publik justru digunakan

sebagai alat untuk memperkaya pihak tertentu. Hal ini bukan mustahil, karena sektor publikdipenuhi dengan muatan politik yang sangat kuat.

Pihak yang “dibodohi” dalam hal ini adalah masyarakat. Mereka diwajibkan membayar pajak

atau retribusi lain yang dijanjikan pemerintah akan diganti dengan pelayanan justru menjadi danatabu tanpa adanya realisasi yang jelas. Kemalangan ini ditambah dengan kondisi masyarakat

yang seakan diam melihat kondisi ini. Entah disengaja atau tidak, tetapi yang pasti masyarakatkesulitan untuk ikut campur dalam mengubah kondisi yang ada.

Inilah bias fungsi yang terjadi dimana masyarakat sebagai pemilik dana tidak diberikan informasiyang jelas tentang laporan pertanggungjawaban keuangan sektor publik/daerah. Masyarakat yang

seharusnya menjadi pengawas, beralihfungsi menjadi pihak yang hanya menyetorkan dana. Dana

masyarakat yang seharusnya dikembalikan kepada masyarakat melalui pelayanan berubah

menjadi pemberitaan kehilangan yang gencar diberitakan. Tidak akan ada fungsinya ketika pemerintah selalu up to date mengenai perkembangan akuntansi sektor publik, sebaliknya

masyarakat tidak tahu apa-apa, maka hasilnya adalah “omong kosong”. 

Otonomi Daerah sebagai Solusi? 

Tolak ukur bias fungsi akuntansi sektor publik adalah akuntabilitas dan tingkat

 penyelewangan sektor publik. Masyarakat sebagai pihak utama mempunyai hak untuk melihat

dan menilai dan menjadi pihak yang berwenang untuk menjadi pengendali tingkah laku para pejabat sektor publik. Maka dalam mencari solusi permasalahan yang ada adalah dengan menilai

tolak ukur yang ada.

Berkaitan dengan otonomi daerah, letak fungsinya adalah sebagai penjembatan antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengelola pemerintahannya. Dengan adanya pelimpahan

kekuasaan ini pemerintah daerah hanya berfokus pada daerahnya dan lingkup tata kelolanya

semakin sempit. Maka secara logis dapat dikatakan bahwa pemerintah akan semakin mudahdalam mempertanggungjawabkan laporan keuangannya dan masyarakat pun akan semakin

mudah dalam menilai kinerja sektor publik.

Indopos (20/07/2012) Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia

(APKASI) Isran Noor mengatakan tujuan otonomi daerah itu adalah menciptakan pemerintahan

Page 7: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 7/13

daerah yang baik, transparan, dan bertanggungjawab. Isran mengatakan otonomi daerah

merupakan komitmen reformasi untuk menjawab kelemahan sistem pemerintahan yang

sebelumnya sangat sentralistik .[7] Maka dari pernyataan di atas merupakan sebuah statement bahwa otonomi daerah diadakan sebagai solusi dalam mensejahterakan masyarakat.

Ketika dikaitkan antara akuntansi sektor publik dan otonomi daerah maka otonomidaerah memecah akuntansi sektor publik menjadi pelaporan keuangan di daerah-daerah otonom.

Sehingga sebenarnya tingkat akuntabilitas sektor publik dapat lebih ditingkatkan karena memang

 jangkauan pertanggungjawabannya lebih sempit. Singkatnya otonomi daerah lebih memberikankemudahan kepada aparat sektor publik dalam menyampaikan laporan keuangannya kepada

masyarakat.

Tetapi tidak kemudian adanya otonomi daerah menjadi satu-satunya solusi dalam

transparansi laporan keuangan publik. Banyak hal yang terkait dengan otonomi daerah yang

masih harus diperkuat. Misalnya, pelaksanaan otonomi daerah yang dilandasi perubahan

 paradigma sentralisasi ke paradigma desentralisasi tidak hanya memperkuat otoritas pe merintah

daerah serta menghasilkan kemajuan demokrasi di tingkat lokal, akan tetapi juga pemberdayaan berkelanjutan baik pemerintah daerah provinsi, maupun pemerintah daerah kabupaten/kota.[8] 

Maka komponen yang harus diperkuat dalam hal ini adalah sistem demokrasi yang ada diIndonesia saat ini. Otonomi daerah tidak akan mampu berbuat, tanpa diikuti oleh demokrasi yang

kuat. Pemerintahan yang semula oleh, dari, dan untuk rakyat, berubah menjadi oleh, dari, dan

untuk penguasa. Rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi seolah terbelenggu dalam sistem

yang berlaku. Maka keterbukaan sektor publik kepada masyarakat harus didukung denganseperangkat sistem yang kuat.

Termasuk juga penguatan pemahaman aparat publik dan masyarakat terkait akuntansisangat ditekankan. Pemerintah daerah perlu meningkatkan pendidikan akuntansi bagi para

aparatnya, dalam rangka peningkatan proses akuntabilitas publik yang merupakan suatukeharusan dan diharapkan membawa dampak terhadap transparansi publik, sehingga pengelolaantata pemerintahan yang baik dapat dicapai.[9] Begitupun dengan masyarakat umum, pemerintah

 juga harus memberikan pendidikan akuntansi pemerintahan kepada masyarakat, agar proses

komunikasi yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat terkait laporan keuangan yang telahdisajikan terjadi komunikasi dua arah, dimana masyarakat juga bisa memberikan tanggapan atau

saran atas laporan tersebut.

[1] http://0wi3.wordpress.com/2012/05/20/akuntansi-sektor-publik-dan-akuntansi-pemerintahan 

[2] Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia

[3] Isran Noor. Politik Otonomi Daerah untuk Penguatan NKRI

[4] http://accountability.humanitarianforumindonesia.org (diakses tanggal 5 April 2013)

[5] http://accountability.humanitarianforumindonesia.org (diakses tanggal 5 April 2013)

Page 8: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 8/13

[6] http://abhebayani.blogspot.com (diakses tanggal 5 April 2013)

[7] Isran Noor. Perspektif-Media

[8] Isran Noor. Politik Otonomi Daerah untuk Penguatan NKRI

[9] http://accountability.humanitarianforumindonesia.org (diakses tanggal 5 April 2013)

http://hafidtamimi.wordpress.com/2013/06/22/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu-kini/ 

Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah

(Reformasi Manajemen Keuangan Daerah)

Dengan bergulirnya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan,Daerah dan UU Nomor

25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, dan aturan pelaksanaannya khususnya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Keuangan Daerah maka terhitung tahun anggaran 2001, telah terjadi

 pembaharuan di dalam manajemen keuangan daerah. Dengan adanya otonomi ini, daerah

diberikan kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikitmungkin campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan

yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengankebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah.

 Namun demikian, dengan kewenangan yang luas tersebut, tidaklah berarti bahwa pemerintahdaerah dapat menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sekehendaknya, tanpaarah dan tujuan yang jelas. Hak dan kewenangan yang luas yang diberikan kepada daerah, pada

hakikatnya merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara akuntabel dan

transparan, baik kepada masyarakat di daerah maupun kepada Pemerintah pusat yang telah

membagikan dana perimbangan kepada seluruh daerah di Indonesia,

Pembaharuan manajemen keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan pcrubahanyang sangat mendasar, mulai dari sistem penganggarannya, perbendaharaan sampai kepada

 pertanggungjawaban laporan keuangannya. Sehelum bergulirnya otonomi daerah,

 pertanggungjawaban laporan keuangan daerah yang harus disiapkan oleh Pemerintah Daerah

hanya herupa Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan dan sistem yang digunakanuntukmenghasilkan laporan tersebut adalah MAKUDA (Manual Administrasi Keuangan Daerah)

yang diberlakukan sejak tahun 1981.

Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan

 penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2001, pernerintah daerah memilikikewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk

Page 9: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 9/13

Peraturan Daerah. Sistem tersebut sangat diperlukan dalam memenuhi kewajiban pemerintah

daerah dalarn membuat laporan pertanggungjawaban kuangan daerah yang bersangkutan.

Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan yang harus dibuat

oleh Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan, Laporan

Arus Kas dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan daerah inidiberlakukan sejak 1 Januari 2001, sampai pada akhirnya saat ini pemerintah sudah mempunyai

standar akuntansi pemerintahan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pernerintah daerah di

dalam membangun sistem akuntansi keuangan daerahnya, yang tertuang dalam PeraturanPemerintahan Nomor 24 Tahun 2005.

PEMBAHARUAN DALAM SISTEM AKUNTANSI KEUAN DAERAH 

 Neraca dan laporan arus kas merupakan bentuk laporan yang baru pemerintah daerah dan untuk

dapat menyusunnya diperlukan adanya standar akuntansi. Sistem akuntansi keuangan pemerintahan yang diterapkan sejak bangsa ini merdeka 59 tahun yang lalu didasarkan Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia (ICW) Staatblads 1928, yang memang tidak diarahkan atau

ditujukan untuk menghasilkan laporan neraca dan laporan arus kas.

Dengan adanya reformasi atau pembaharuan di dalam sistem pertangungjawaban keuangan

daerah, sistem lama yang digunakan oleh Pemda baik pernerintah provinsi maupun pemerintah

kabupaten/kota yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) yang diterapkan sejak1981 tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda untuk menghasilkan laporan keuangan

dalam bentuk neraca dan laporan arus kas. Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut

diperlukan suatu sistem akuntansi keuangan daerah yang didasarkan atas standar akuntansi

 pemerintahan.

Sistem yang lama (MAKUDA) dertgan ciri-ciri antara lain Single Entry(pembukuantunggal),Incremental Budgeting(penganggaran secara tradisional) yang:

a. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah. ataudengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.

 b. Tidak mampu memberikan informasi mengenai laporan aliran kas sehingga manajemen atau publik tidak dapat mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan adanya kenaikan atau

 penurunan kas daerah.

c. Sistem yang lama (MAKUDA) ini juga tidak dapat membantu daerah untuk menyusun

laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berbasis kiner „ ja sesuai tuntutan masyarakat

d. Tidak mampu memherikan informasi mengenai kekayaan yang dimiliki oleh daerah, atau

dengan kata lain tidak dapat memberikan laporan neraca.

Page 10: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 10/13

Page 11: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 11/13

3. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan, maupun dalam

 perhitungannya.

Kata kunci dari seluruh pembaharuan di atas adalah Kinerja. Dan ini memang secara khusus

ditegaskan dalam pasal Peraturan Pemerintah yang mengatur bahwa APBD disusun berdasarkan

kinerja yang tolok ukurnya perlu dikembangkan sehingga dapat dievaluasi atau diukur.

Perangkat perundang-undangan otonomi daerah sesungguhnya sudah pula melengkapi

manajemen pemerintahan daerah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentangTata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. Peraturan Pemerintah ini menyebutkan bahwa

Pertanggungjawaban Kepala Daerah dinilai berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis. Setiap

daerah wajib menetapkan Rencana Strategis dalam jangka 1 (satu) bulan setelah Kepala Daerahdilantik. Rencana strategis ini beserta dokumen perencanaan daerah lainnya memerlukan

 pengesahan oleh DPRD.

E. KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH 

Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu akuntabilitas, manajerial, clan

transparansi. Akuntabilitas diartikan sebagai upaya untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada unit organisasi pemerintah dalam rangka pencapaian

tu_juan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan pemerintah secara periodik. Manajerial

 berarti menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan pengelolaan

keuangan pemerintah serta memudahkan pengendalian yang efektif atas seluruh aset, utang, dan

ekuitas dana. Sedangkan transparansi dalam pelaporan keuangan bertujuan untuk menyediakaninformasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan

 pemerintahan yang baik.

Laporan keuangan pemerintah yang selanjutnya disebut sebagai laporan pertanggungjawaban

merupakan hasil proses akuntansi atas transaksi-transaksi keuangan pemerintah. Laporan pertanggungjawaban untuk tujuan umum, terdiri dari laporan perhitungan anggaran, neraca,

laporan arus kas dan nota perhitungan anggaran. Tidak tertutup kemungkinan laporan keuangan

dapat dikembangkan untuk tujuan khusus.

ASAS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH 

1.Dasar Kas

Pendapatan diakui pada saat dibukukan pada Kas Umum Negara/Daerah dan belanja diakui padasaat dikeluarkan dari Kas Umurn Negara/Daerah.

Page 12: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 12/13

2.Asas Universalitas

Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa anggaran belanjamerupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk dapat

membebani APBD.

3. Asas Bruto

Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya Pendapatan Daerah

memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja, maka pelaporannya

harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar nilai pendapatan yang diperoleh, dan belanja dibukukan pada pos belanja yang bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan.

4. Dana Umum

Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang mempertanggungjawabkan

keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara termasuk aset, utang, dan ekuitas dana. DanaUmum yang dimaksud adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dana yangdigunakan untuk membiayai kegiatan tertentu dipertanggungjawabkan secara khusus yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari Dana Umum.

ENTITAS 

Untuk memastikan prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability discharge), perluditetapkan entitas untuk menunjukkan entitas akuntansi yang menjadi pusat-pusat

 pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Entitas pelaporan keuangan mengacu pada konsep bahwa setiap pusat pertanggungjawaban harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnyasesuai dengan peraturan.

Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah didasarkan pada pengertian bahwa pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. Dalam struktur pemerintah

daerah, dinas merupakan suatu unit kerja yang paling mcndekati gambaran suatu fungsi

 pemerintah daerah.

KODE REKENING 

Akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang meliputi pengumpulan data,

 pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan keuangan pemcrintah. Kode perkiraan seragam dan

konsisten mutlak diperlukan sehingga mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan

konsolidasi di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Mengingat bahwa Indonesia merupakannegara kesatuan berarti bahwa daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari negara

kesatuan Republik Indonesia, maka dalam era otononipun tetap diperlukan informasi keuangan

Page 13: Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

7/21/2019 Akuntansi Sektor Publik Bagaimana Nasibmu

http://slidepdf.com/reader/full/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-nasibmu 13/13

 per wilayah ataupun secara nasional untuk analisis fiskal maupun ekonomi makro. Konsekuensi

dari tuntutan kebutuhan tersebut adalah diperlukannya harmonisasi praktek akuntansi antara

 pemerintah pusat dan daerah. Hal ini diatur melalui bagan perkiraan standar yang menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan sistem akuniansinya.

Di samping untuk memfasilitasi pengkonsolidasian kinerja keuangan pemerintah daerah atau pemerintah pusat, klasifikasi perkiraan dan pengkodeannya juga diperlukan untuk menyelaraskan

akuntansi keuangan pemerintah dengan sistem statistik keuangan Internasional, sebagaimana

diusulkan oleh International Monetary Fund dalam konsep Government Finance Statistk (GFS).Satu hal yang mendasar dari klasifikasi menurut GFS adalah bahwa klasifikasi tersebut harus

dapat mengakomodasi pengukuran kinerja pemerintah.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka klasifikasi perkiraan selan berdasarkan sistem

anggaran lama, yaitu per mata anggaran penerimaar (MAP), mata anggaran pengeluaran (MAK),

maka seluruh aktivitas keuangan pemerintah daerah harus dapat dirinci berdasarkan organisasi,

fungsi dan klasifikasi ekonomi.

Sumber:mitoyono.blogspot.com