Akuntansi Pemkbiayaan.pptx
description
Transcript of Akuntansi Pemkbiayaan.pptx
A. DEFENISI PEMBIAYAAN
Pengertian Pembiayaan baik secara basis kas dan akrual adalah sama. Pembiayaan didefinisikan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut: “Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.” Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, mendefinisikan pembiayaan sebagai berikut seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. (PSAP No.2, paragraf 50)
Dari kedua definisi tersebut, jelas terlihat
bahwa pembiayaan merupakan transaksi
keuangan pemerintah yang mempunyai dampak
terhadap penerimaan dan/atau pengeluaran
pemerintah pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya. Sedangkan tujuan dari transaksi ini
adalah untuk menutup deficit anggaran atau
memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan atau pengeluaran dimaksud diatas merupakan penerimaan atau pembayaran baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah daerah, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada entitas lain, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pemberian pinjaman kepada entitas lain, penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. . Pembiayaan hanya dapat dilakukan di Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Dengan demikian akuntansi pembiayaan tidak diperlukan di SKPD.
Transaksi pembiayaan merupakan
transaksi yang terjadi di Pejabat Pengelolaan
Keuangan Daerah (PPKD) sebagai Pemda. Hal ini
dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya
transaksi ini, yaitu untuk memanfaatkan surplus
atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu
dalam transaksi pembiayaan, di dalamnya akan
melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya
terdapat di dalam neraca Pemda. Oleh karena itu
transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA
PPKD sebagai Pemda (kantor pusat), yang
kemudian akan digabungkan dengan LRA SKPD
lainnya, menjadi laporan keuangan Pemerintah
Daerah.
1. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan. (PSAP No.2, paragraf 51).
Sumber pembiayaan yang berupa penerimaan pembiayaan daerah antara lain sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan, serta penjualan investasi permanen lainnya.
2. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan.
Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan-LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya. (PSAP No.2, paragraf 55)
Sumber pembiayaan yang merupakan pengeluaran pembiayaan daerah antara lain pembayaran utang pokok, pengisian dana cadangan, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal (investasi) oleh pemerintah daerah.
3. Pembiayaan Neto
Pembiayaan neto adalah selisih antara
penerimaan pembiayaan setelah dikurangi
pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun
anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang antara
penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama
satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Pembiayaan Neto. Sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode
pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos SiLPA/SiKPA.
4. Pembiayaan Untuk Dana Bergulir
Bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang diniatkan akan dipungut/ditarik kembali oleh pemerintah daerah apabila kegiatannya telah berhasil dan selanjutnya akan digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana bergulir. Rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat di atas dicantumkan di APBD dan dikelompokkan pada Pengeluaran Pembiayaan yaitu pengeluaran investasi jangka panjang. Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga dicatat dan disajikan sebagai Penerimaan Pembiayaan – Investasi Jangka Panjang. Dengan demikian, dana bergulir atau bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai Belanja Bantuan Sosial karena pemerintah daerah mempunyai niat untuk menarik kembali dana tersebut dan menggulirkannya kembali kepada kelompok masyarakat lainnya.
Pengeluaran dana tersebut mengakibatkan
timbulnya investasi jangka panjang yang bersifat
non permanen dan disajikan di neraca sebagai
Investasi Jangka Panjang. Bantuan yang diberikan
kepada kelompok masyarakat dengan maksud agar
kehidupan kelompok masyarakat tersebut lebih baik
tidak dimaksudkan untuk diminta kembali lagi oleh
pemerintah daerah maka rencana pemberian
bantuan untuk kelompok masyarakat tersebut
dianggarkan di APBD sebagai belanja bantuan sosial.
Demikian juga realisasi pembayaran dana tersebut
kepada kelompok masyarakat tersebut dibukukan
dan disajikan sebagai Belanja Bantuan Sosial.
B. PENGAKUAN PEMBIAYAAN
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat
diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. (PSAP No.2, paragraf 52 dan 56).
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima
pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah kecuali
untuk SiLPA. Pengeluaran pembiayaan diakui pada
saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.
C. PENGUKURAN PEMBIAYAAN
Akuntansi penerimaan pembiayaan
dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Akuntansi
pengeluaran pembiayaan dilaksanakan sebesar
kas yang telah dikeluarkan. (PSAP No.2, paragraf
53 dan 57)
D. PENGUNGKAPAN PEMBIAYAAN
Pembiayaan disajikan berdasarkan jenis
pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran
dan rincian lebih lanjut jenis pembiayaan
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Penjelasan sebab-sebab terjadinya perbedaan
yang material antara anggaran dan realisasinya,
sangat dianjurkan untuk diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan pembiayaan antara lain:
1. Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun anggaran.
2. Penjelasan landasan hukum berkenaan dengan penerimaan/pemberian pinjaman, pembentukan/pencairan dana cadangan, penjualan aset daerah yang dipisahkan, penyertaan modal pemerintah daerah.
3. Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi pembiayaan yang didasarkan pada Permendagri No. 13 tahun 2006 dan Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dengan yang didasarkan pada PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
4. Informasi lainnya yang dianggap perlu.
Berikut ini, ilustrasi pengungkapan pembiayaan dalam Catatan atas Laporan Keuangan:
Catatan atas Laporan Keuangan1. Terdapat selisih sebesar Rp.100.000.000,- untuk realisasi Pencairan Dana Cadangan dibandingkan anggarannya. Selisih ini disebabkan kebutuhan untuk tahun 2012 untuk pembangunan terminal adalah sebesar Rp.400.000.000,-.
E. PERLAKUAN AKUNTANSI
1. Saldo Normal Pembiayaan
Saldo normal rekening buku besar
penerimaan pembiayaan adalah saldo kredit.
Artinya rekening ini akan bertambah dengan
adanya transaksi yang mengkreditnya, sebaliknya
akan berkurang dengan adanya transaksi yang
mendebitnya. Sebaliknya, saldo normal rekening
buku besar pengeluaran pembiayaan adalah
saldo debit. Artinya rekening ini akan bertambah
dengan adanya transaksi yang mendebitnya,
sebaliknya akan berkurang dengan adanya
transaksi yang mengkreditnya.
2. Pencatatan Akuntansi
Pencatatan akuntansi untuk pembiayaan
terdiri dari 2 (dua) kali pencatatan, yaitu untuk
keperluan penyusunan Neraca (basis akrual) dan
penyusunan LRA (basis kas). Pencatatan untuk
penerimaan pembiayaan, diawali pada saat
pembiayaan diterima. Pencatatan untuk
keperluan penyusunan LRA adalah kas bertambah
di sebelah debit dan penerimaan pembiayaan
bertambah di sebelah kredit. Pencatatan untuk
keperluan penyusunan neraca adalah kas
bertambah di sebelah debit dan jenis sumber
pembiayaan bertambah di sebelah kredit.
Transaksi penerimaan pembiayaan dicatat
dengan menggunakan asas bruto, yaitu penerimaan
pembiayaan dicatat sebesar nilai brutonya (tidak
dikompensasikan dengan pengeluaran). Pembiayaan
penerimaan diakui pada saat diterima pada
Rekening Kas Daerah. Pengeluaran pembiayaan
diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas
Daerah Dokumen sumber yang digunakan sebagai
dasar untuk mencatat transaksi penerimaan
pembiayaan ini adalah sebagai berikut: