AKUNTANSI KLIRING

6
AKUNTANSI KLIRING Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan hutang piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masng-masing nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hutang piutang bisa saja dilakukan diluar cara ini, namun dengan kliring akan dapat dilakukan secara cepat, aman, efektif, dan efisien. Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya dilakukan secara manual tapi juga secara otomasi maupun elektronik. Oleh karena itu kliring didefinisikan juga sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu. I Sistem Kliring Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan : 1. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta. 1

description

AKUNTANSI BANK

Transcript of AKUNTANSI KLIRING

Page 1: AKUNTANSI KLIRING

AKUNTANSI KLIRING

Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk

memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling memperhitungkan hutang

piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masng-masing nasabahnya.

Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan

surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank. Penyelesaian hutang piutang bisa saja

dilakukan diluar cara ini, namun dengan kliring akan dapat dilakukan secara cepat, aman,

efektif, dan efisien.

Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-

surat berharga atau surat dagang dari suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank

Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya

dilakukan secara manual tapi juga secara otomasi maupun elektronik. Oleh karena itu kliring

didefinisikan juga sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas

nama bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

I Sistem Kliring

Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan :

1. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan

perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, serta pemilahan warkat dilakukan secara

manual oleh setiap peserta.

2. Sistem semi otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam

pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi,

sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta.

3. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan

perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring, dan pemilahan warkat dilakukan oleh

penyelenggara secara otomasi.

4. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik yang

selanjutnya disebut kliring elektronik adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam

pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring didasarkan pada Data

Keuangan Elektronik yang selanjutnya disebut DKE disertai dengan penyampaian

warkat peserta kepada penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.

1

Page 2: AKUNTANSI KLIRING

II Peserta Kliring

Peserta kliring adalah bank atau Bank Indonesia yang terdaftar pada penyelenggara

untuk mengikuti kliring. Peserta kliring dikelompokkan menjadi :

1. Peserta Langsung

Peserta langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring secara

langsung dengan menggunakan identitasnya sendiri. Peserta langsung dapat terdiri dari

kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu yang tidak berada dalam wilayah

kliring yang dengan kantor induknya. Untuk menjadi peserta langsung harus memenuhi

syarat :

a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta langsung adalah :

1)      Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank

Indonesia;

2)      Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan

diluar negeri, yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank

Indonesia;

3)      Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan

didalam negeri yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk

beroperasi diwilayah kliring yang berbeda dari kantor induknya.

b. Kantor bank mempunyai kantor lain yang memiliki rekening giro di salah satu

kantor Bank Indonesia

c. Lokasi kantor bank memungkinkan bank tersebut untuk mengikuti kliring secara

tertib sesuai jadwal kliring lokal yang ditetapkan. Dalam hal ini yang perlu

dipertimbangkan adalah waktu tempuh dari lokasi kantor bank ke lokasi

penyelenggara maksimal 45 (empat puluh lima) menit.

2. Peserta Tidak Langsung

Peserta tidak langsung adalah peserta yang turut serta dalam pelaksanaan kliring

melalui dan menggunakan identitas peserta langsung yang menjadi induknya yang

merupakan bank yang sama. Peserta tidak langsung bisa terdiri dari kantor pusat, kantor

cabang dan kantor cabang pembantu. Untuk menjadi peserta tidak langsung harus memenuhi

persyaratan :

a. Kantor bank yang dapat menjadi peserta tidak langsung adalah :

1)      Kantor cabang yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank

Indonesia;

2

Page 3: AKUNTANSI KLIRING

2)      Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan

diluar negeri yang telah memperoleh izin pembukaan kantor dari Bank

Indonesia;

3)      Kantor cabang pembantu dari bank yang kantor pusatnya berkedudukan di

dalam negeri yang telah dilaporkan kepada Bank Indonesia

b. Kantor bank sebagaimana dimaksud pada huruf a menginduk kepada kantor lain

yang merupakan bank yang sama yang telah menjadi peserta langsung diwilayah

kliring yang sama.

III Warkat dan Dokumen Kliring

Warkat dan dokumen kliring yang digunakan dalam kliring otomasi wajib memenuhi

spesifikasi teknis sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai warkat,

dokumen kliring, dan pencetakannya pada perusahaan percetakan dokumen sekuriti.

1. Warkat

Warkat adalah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk

untung rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhitungkan dalam

kliring otomasi adalah :

a. Cek

Cek adalah cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

(KUHD) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cinderamata, dan jenis cek

lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia.

b. Bilyet Giro

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana

untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada

rekening pemegang yang disebutkan namanya, termasuk Bilyet Giro Bank

Indonesia (BGBI)

c. Wesel Bank Untuk Transfer (WBUT)

Wesel Bank Untuk Transfer adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang

diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana transfer.

d. Surat Bukti Penerimaan Transfer (SBPT)

Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar

kota yang dapat ditagihkan kepada bank peserta penerima dana transfer melalui

kliring lokal.

e. Nota Debet

3

Page 4: AKUNTANSI KLIRING

Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain

untuk untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Nota

debet yang dikliringkan hendaknya teah diperjanjikan dan dikonfirmasikan

terlebih dahulu oleh bank yang menyampaikan nota debet kepada bank yang akan

menerima nota debet tersebut.

4