Akuntansi Forensik Dan Pengungkapan Kasus Korupsi Di Indonesia
-
Upload
rizael-jrs -
Category
Documents
-
view
29 -
download
1
description
Transcript of Akuntansi Forensik Dan Pengungkapan Kasus Korupsi Di Indonesia
-
5/21/2018 Akuntansi Forensik Dan Pengungkapan Kasus Korupsi Di Indonesia
1/3
AKUNTANSI FORENSIK DAN PENGUNGKAPAN
KASUS KORUPSI DI INDONESIAOleh Rudy Suryanto, SE. Akt
Pendahuluan
asus korupsi di Indonesia seakan
tidak pernah ada habisnya.
Pemberantasan korupsi yang telah
dilakukan selama ini seperti tebang bambu,
tebang satu tumbuh seribu. Efek jera yang
diharapkan timbul dari terpenjaranya satu
dua pelaku koruptor besar ternyata tidak
terjadi. Hal ini mungkin disebabkan karena
pemerintah pilih-pilih dalam menanganikasus korupsi. Apalagi seperti kita tahu
penegakkan hukum di Indonesia tidak bebas
dari permainan uang dan pengaruh
kekuasaan. Banyak kasus korupsi yang telah
diputus bersalah di tingkat Pengadilan
Negeri atau Pengadilan Tinggi tiba-tiba
bebas di tingkat Kasasi Mahkamah Agung.
Pertanyaan yang bisa kita ajukan adalah
benarkah pemberantasan korupsi di
Indonesia masih jalan di tempat?
Apabila kita melihat data-data yang ada,anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar.
Usaha pemberantasan korupsi di Indonesia
sedikit demi sedikit telah memperbaiki citra
Indonesia. Indeks persepsi korupsi (CPI)
yang dikeluarkan oleh Transparency
International menunjukkan bahwa telah
terjadi perbaikan signifikan selama kurun
waktu 1998 2005 dimana skor CPI
Indonesia meningkat dari 2.0 menjadi 2.21.
Ini berarti Indonesia telah menempuh
setengah jalan untuk menjadi negara yang
kondusif untuk pemberantasan korupsi (skor
CPI 5.0). Persepsi publik terhadap
pemberantasan korupsi di Indonesia juga
telah menunjukkan tren perbaikan. Menurut
survei yang dilakukan Litbang Kompas,
opini negatif tentang kinerja hakim dan
1http://www.transparency.org/policy_research
/surveys_indices/cpi/2005
jaksa dalam pemberantasan KKN telah
menurun sebesar 6% dan 8% dalam kurun
Maret 2003 Mei 2006, sedangkan citra
positif penegak hukum dalam
pemberantasan KKN meningkat rata-rata
sebesar 16% selama kurun waktu yang sama
(Kompas tanggal 21 Mei 2006 hal. 4). Hal
senada juga dikemukan oleh Lembaga
Survei Indonesia (LSI) bahwa persepsi
publik terhadap pemberantasan korupsi
selama bulan Juli s/d Desember 2005 masihcukup tinggi, yaitu diatas 60%, walau
menunjukkan tren menurun2. Kesimpulan
yang bisa kita petik dari data-data diatas
adalah ada titik terang dalam pemberantasan
korupsi di Indonesia. Data-data tersebut
menunjukkan hal yang berbeda dari
anggapan beberapa orang yang selalu
pesimis dengan kemajuan pemberantasan
korupsi di Indonesia.
Apa Peran Akuntan?
Namun patut disayangkan, sinyal-sinyal
positif dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia tersebut tidak membuat citra
akuntan yang terpuruk sejak krisi moneter di
tahun 1997 menjadi pulih. Akuntan yang
seharusnya menjadi penjaga gawang
terhadap terjadinya tindak kecurangan,
selama ini seringkali justru dituduh menjadi
pagar makan tanaman.
Oleh karena itu akuntan harus
meredifinisikan dirinya untuk menjadi garda
terdepan dalam pemberantasan korupsi di
Indonesia, sejajar dengan kejaksaan,
kepolisian maupun KPK, bukan hanya jadi
2Review Akhir Tahun : Kinerja Pemerintahan SBY -
JK , Jakarta 29 Desember 2005, Lembaga Survei
Indonesia (LSI). www. Lsi.or.id
K
-
5/21/2018 Akuntansi Forensik Dan Pengungkapan Kasus Korupsi Di Indonesia
2/3
pemain cadangan ataupun penonton di
pinggir lapangan.
Salah satu pendekatan yang bisa diambil
dalam upaya pemberantasan korupsi adalah
dengan menerapkan Akuntansi Forensik
atau sebagian orang menyebutnya AuditInvestigatif.
Mengapa perlu Akuntansi Forensik?
Mencoba menguak adanya kasus korupsi
dengan audit biasa sama halnya mencoba
menebang pohon dengan pisau dapur.
Akuntan perlu alat yang lebih dalam dan
handal dalam membongkar indikasi adanya
korupsi atau tindak penyelewengan lainnya
di sebuah perusahaan atau instansi negara.
Akuntan forensik bisa menjadi alat yangtepat untuk keperluan tersebut.
Sejarah dan Pengertian
Akuntansi forensik dahulu digunakan untuk
keperluan pembagian warisan atau
mengungkap motive pembunuhan. Bermula
dari penerapan akuntansi dalam persoalan
hukum, maka istilah yang dipakai adalah
akuntansi (dan bukan audit) forensik.
Perkembangan sampai dengan saat ini pun
kadar akuntansi masih kelihatan, misalnya
dalam perhitungan ganti rugi baik dalam
pengertian sengketa maupun kerugian akibat
kasus korupsi.3
Forensik, menurut Merriam Websters
Collegiate Dictionary (edisi ke 10) dapat
diartikan berkenaan dengan pengadialan
atau berkenaan dengan penerapan
pengetahuan ilmiah pada masalah hukum.
Oleh karena itu akuntasi forensik dapat
diartikan penggunaaan ilmu akuntansi untukkepentingan hukum.
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief
dari Journal of Forensic Accounting (JFA),
mengatakan secara sederhana dapat
3Workshop Forensic Accounting dan Fraud Audit,
oleh Th. Tuanakota, Universitas Indonesia, Depok,
14 Desember 2005
dikatakan, akuntansi forensic adalah
akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan
hukum. Artinya, akuntansi yang dapat
bertahan dalam kancah perseteruan selama
proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauanjudicialatau administrative.4
Profesi ini sebenarnya telah disebut dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) pasal 179 ayat (1)
menyatakan:Setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya
wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan. Orang sudah mahfum profesi
dokter yang disebut dalam peraturan diatas
yang dikenal dengan sebutan dokter ahli
forensik, namun ahli lainnya yang dalam
ini termasuk juga akuntan belum banyakdikenal sebutannya sebagai akuntan
forensik.
Disamping tugas akuntan forensik untuk
memberikan pendapat hukum dalam
pengadilan (litigation) ada juga peran
akuntan forensik dalam bidang hukum diluar
pengadilan (non litigation) misalnya dalam
membantu merumuskan alternatif
penyelesaian perkara dalam sengekta,
perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya
menghitung dampak pemutusan/pelanggaran
kontrak.
Penerapan Akuntansi Forensik di
Indonesia
Bulan Oktober 1997 Indonesia telah
menjajagi kemungkinan untuk meminjam
dana dari IMF dan World Bank untuk
menangani krisis keuangan yang semakin
parah. Sebagai prasayarat pemberian
bantuan, IMF dan World Bankmengharuskan adanya proses Agreed Upon
Due Dilligence (ADDP) yang dikerjakan
oleh akuntan asing dibantu beberapa
akuntan Indonesia. Temuan ADDP ini
sangat mengejutkan karena dari sampel 6
4http://www.edwardspub.com/
journals/JFA/students.html
-
5/21/2018 Akuntansi Forensik Dan Pengungkapan Kasus Korupsi Di Indonesia
3/3
Bank Besar di Indonesia menunjukkan
perbankan kita melakuan overstatement
asset sebesar 28%-75% dan understatement
kewajiban sebesar 3%-33%. Temuan ini
segera membuat panik pasar dan pemerintah
yang berujung pada likuidasi 16 bank
swasta. Likuidasi tersebut kemudian diingatmenjadi langkah yang buruk karena
menyebabkan adanya rush dana tabungan
dan deposito di bank-bank swasta karena
hancurnya kepercayaan publik pada
pembukuan perbankan. ADPP tersebut tidak
lain dari penerapan akuntansi forensik atau
audit investigatif.
Istilah akuntansi forensik di Indonesia baru
mencuat setelah keberhasilah
PricewaterhouseCoopers (PwC) dalam
membongkar kasus Bank Bali. PwC dengansoftware khususnya mampu menunjukkan
arus dana yang rumit berbentuk seperi
diagram cahaya yang mencuat dari matahari
(sunburst). Kemudian PwC meringkasnya
menjadi arus dana dari orang-orang tertentu.
Sayangnya keberhasilan ini tidak diikuti
dengan keberhasilan sistem pengadilan.5
Metode yang digunakan dalam audit
tersebut adalah follow the money atau
mengikuti aliran uang hasil korupsi Bank
Bali dan in depth interviewyang kemudian
mengarahkan kepada para pejabat dan
pengusaha yang terlibat dalam kasus ini.
Kasus lain yang tak kalah hebohnya adalah
kasus pembongkaran korupsi Komisi
Pemilihan Umum (KPU) di tahun 2005 oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kasus ini mencuatkan Khairinsyah Salman
sebagai salah seorang contoh whistleblower
(peniup peluit).
Masih pada tahun yang sama, PusatPelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) mampu membuktikan kepada
pengadilan bahwa Adrian Waworuntu
terlibat dalam penggelapan L/C BNI senilai
Rp 1.3 Triliun, dengan menggunakan
5Workshop Forensic Accounting dan Fraud Audit,
oleh Th. Tuanakota, Universitas Indonesia, Depok,
14 Desember 2005
metodefollow the moneyyang mirip dengan
metode PwC dalam kasus Bank Bali.
Metodologi Akuntansi Forensik
Perbedaaan utama akuntansi forensik
dengan akuntansi maupun auditkonvensional lebih terletak pada mindset
(kerangka pikir). Metodologi kedua jenis
akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.
Akuntasi forensik lebih menekankan pada
keanehan (exceptions, oddities,
irregularities) dan pola tindakan (pattern of
conduct) daripada kesalahan (errors) dan
keteledoran (ommisions) seperti pada audit
umum. Prosedur utama dalam akuntansi
forensic menekankan pada analytical review
dan teknik wawancara mendalam (in depth
interview) walaupun seringkali masih jugamenggunakan teknik audit umum seperti
pengecekan fisik, rekonsiliasi, konfirmasi
dan lain sebagainya.
Akuntansi forensik biasanya fokus pada
area-area tertentu (misalnya penjualan, atau
pengeluaran tertentu) yang ditenggarai telah
terjadi tindak kecurangan baik dari laporan
pihak dalam atau orang ketiga (tip off) atau,
petunjuk terjadinya kecurangan (red flags),
petunjuk lainnya. Data menunjukkan bahwa
sebagian besar tindak kecurangan
terbongkar karena tip off dan
ketidaksengajaan (accident)
Agar dapat membongkar terjadinya fraud
(kecurangan) maka seorang akuntan forensik
harus mempunyai pengetahuan dasar
akuntansi dan audit yang kuat, pengenalan
perilaku manusia dan organisasi (human dan
organization behaviour), pengetahuan
tentang aspek yang mendorong terjadinya
kecurangan (incentive, pressure, attitudes,rationalization, opportunities) pengetahuan
tentang hukum dan peraturan (standar bukti
keuangan dan bukti hukum), pengetahuan
tentang kriminologi dan viktimologi
(profiling) pemahaman terhadap
pengendalian internal, dan kemampuan
berpikir seperti pencuri (think as a theft).