Akuntan Dan Pajak-2

55
BAB I PENDAHULUAN Akuntansi adalah proses kegiatan pencatatan, pengelompokkan, peringkasan dan penafsiran yang dilakukan secara sistematis mengenai transaksi yang bersifat keuangan pada suatu organisasi, baik organisasi yang bertujuan mencari laba (profit oriented) maupun organisasi yang bertujuan tidak untuk mencari laba. Salah satu kegiatan akuntansi adalah peringkasan, dimana pada kegiatan ini meliputi penyusunan laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal. Kegiatan akuntansi yang banyak berhubungan dengan pajak adalah kegiatan menyusun laporan laba rugi karena seperti yang kita ketahui laba sebuah perusahaan merupakan obyek dari pajak penghasilan (UU Perpajakan 1991). Menurut Prof. S.I Djayadiningrat pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung dan untuk memelihara kesejahteraan umum. Sedangkan pengertian pajak penghasilan menurut Drs. Slamet Munawir, pajak penghasilan adalah pajak langsung yang dikenakan kepada badan atau orang pribadi pada tingkat penghasilan tertentu.

description

akuntan dan pajak

Transcript of Akuntan Dan Pajak-2

Page 1: Akuntan Dan Pajak-2

BAB I

PENDAHULUAN

Akuntansi adalah proses kegiatan pencatatan, pengelompokkan, peringkasan dan

penafsiran yang dilakukan secara sistematis mengenai transaksi yang bersifat keuangan

pada suatu organisasi, baik organisasi yang bertujuan mencari laba (profit oriented)

maupun organisasi yang bertujuan tidak untuk mencari laba. Salah satu kegiatan

akuntansi adalah peringkasan, dimana pada kegiatan ini meliputi penyusunan laporan

keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal.

Kegiatan akuntansi yang banyak berhubungan dengan pajak adalah kegiatan menyusun

laporan laba rugi karena seperti yang kita ketahui laba sebuah perusahaan merupakan

obyek dari pajak penghasilan (UU Perpajakan 1991).

Menurut Prof. S.I Djayadiningrat pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan

sebagian daripada kekayaan negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan

yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut

peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada

jasa balik dari negara secara langsung dan untuk memelihara kesejahteraan umum.

Sedangkan pengertian pajak penghasilan menurut Drs. Slamet Munawir, pajak

penghasilan adalah pajak langsung yang dikenakan kepada badan atau orang pribadi

pada tingkat penghasilan tertentu.

Dalam SK Menteri Keuangan No 108/1979 memuat mengenai ketentuan

pemberian fasilitas berupa keringanan tariff pajak penghasilan bagi para pengusaha

yang laporan keuangannya sudah diaudit oleh akuntan public dengan pernyataa wajar

tanpa kualifikasi (unqualified opinion). Dengan terbitnya ketentuan tersebut, peran

akuntan dalam perpajakan semakin penting karenan akuntan sebagai seorang ahli

akuntansi dapat menggunakan sepenuhnya konsep/prinsip/metode akuntansi yang

umum digunakan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun seiring berjalannya

waktu dengan mulai diberlakukannya UU Perpajakan pada tahun 1984, maka SK

Menteri Keuangan No. 108/1979 dinyatakan tidak berlaku lagi. Meskipun demikian

peranan akuntan masih sangat penting dalam menentukan objek pajak, karena UU

Perpajakan tahun 1984 mewajibkan kepada orang/badan yang melakukan kegiatan

usaha di Indonesia untuk menyelenggarakan pembukuan. Seperti yang kita ketahui

pembukuan merupakan bagian dari proses akuntansi yang mencatat baik obyek pajak

Page 2: Akuntan Dan Pajak-2

penghasilan maupun elemn-elemen yang bleh dikurangkan pada penghasilan dengan

cara tertentu yang diakui oleh prinsip akuntansi atau cara akuntansi yang bisa diterima

perpajakan (tolong ditata ye bahasa ane). Pada dasarnya semua obyek pajak

memperoleh penghasilan baik dari usaha bebas maupun perusahaan atau badan harus

melakukan pembukuan yang rapi.

Jasa akuntan public melakukan pemeriksaan akuntansi pada wajib pajak sangan

membantu perpajakan dalam meyakinkan kewajaran laba sebagai proyek pajak,

maksudnya jika pihak pajak merasa perlu untuk mengadakan pemeriksaan laporan

keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, mungkin pihak pajak dalam melakukan

pemeriksaan hanya mengadakan penyesuaian dengan UU Pajak saja. Yang menjadi

persoalan adalah ketika laba menurut prinsip akuntansi dengan prinsip laba menurut

pajak terjadi perbedaan. Perbedaan laba ini disebabkan tidak seluruh biaya (beban) yang

diakui menurut prinsip akuntansi diakui juga oleh pajak sehingga perlu dilakukan

beberapa penyesuaian laporan keuangan yang dapat diterima oleh pajak dan tidak

melanggar standar akuntansi (ki bener g rek rodo ngarang kalimat iki, benerno ye).

*liyane proses iki, pendahuluane wes bener urung opo perlu ditambahi rek??monggo lek

ono ide dibeber rek

*asline aku ijek rancu lek ngebahas etika tanggung jawab cs mlayune loh ndek etika, lek

mbahas cara laba akuntasi n laba pajak mlayune ndek cara pembukuane, dadekno sing

nggenah sing endi rek??

Page 3: Akuntan Dan Pajak-2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Pajak

Akuntansi pajak adalah akuntansi untuk keperluan pajak. akuntan Pajak dapat

membuat beberapa uang yang cukup besar tergantung di mana Anda bekerja dan siapa

Anda bekerja. Secara sederhana dapat didifinisikan sebagai “Bidang Akuntansi yang

mengkalkulasi, menangani, mencatat, bahkan menganalisa dan membuat strategi

perpajakan sehubungan dengan kejadian-kejadian ekonomi (transaksi) perusahaan”.

Peranannya didalam perusahaan adalah signifikan, yaitu :

1) Memberikan membuat perencanaan dan strategi perpajakan (dalam artian positif)

2) Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan di masa yang

akan datang.

3) Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan (mulai dari

penialian/penghitungan, pencatatan (pengakuan) atas pajak, dan dapat

menyajikannya di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan.

4) Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan lebih baik,

sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi.

Pada perusahaan berskala menengah dan besar, kesadaran akan pentingnya

akuntansi pajak telah ada dan diterapkan secara serius. Akan tetapi tidak sedikit

perusahaan (apapun sekalanya) belum menyadari pentingnya akuntansi pajak. Ada

kecendrungan untuk mengabaikan atau tidak mau pusing mengurusinya, sehingga

diserahkan kepada konsultan, yang hampir pasti tidak mengetahui operasional

perusahaan yang ditanganinya secara benar dan detail, yang sangat mungkin dapat

menjerumuskan perusahaan.

Mengingat eratnya keterkaitan antara akuntansi dengan perpajakan pajak (dan

sebaliknya), implikasi dan konsekwensi setiap transaksi di perusahaan terhadap pajak,

rasanya tidak berlebihan jika manajemen dan staf akuntansi pajak signifikan diperlukan

di dalam perusahaan. Sampai saat ini masih banyak perusahaan merangkapkan pegawai

accounting (yang menangani laporan komersial) untuk menangani perpajakan juga.

Akibat sedikitnya pegawai accounting yang sungguh-sungguh memahami perpajakan

(bahkan untuk menghitunya pun masih banyak yang belum bisa), tidak punya cukup

Page 4: Akuntan Dan Pajak-2

waktu untuk mengikuti perkembangan (perubahan) undang-undang dan peraturan

perpajakan, banyak kejadian perpajakan tidak ditangani dengan baik.

PSAK 46

Seiring dengan berkembangnya dunia akuntansi dan luasnya area perpajakan

yang akan dikenakan, maka PSAK juga turut mengatur masalah perhitungan pajak.

Tidak hanya hal tersebut namun dalam perkembangannya Direktorat Jendral Pajak

mengeluarkan peraturan tentang perhitungan pajak, dimana dasar pengenaan pajak

khususnya pada unit bisnis mengunakan Laporan Keuangan Fiskal, artinya laporan

keuangan yang dibuat oleh unit bisnis tersebut kemudian dikoreksi berdasarkan aturan-

aturan pajak yang berlaku.

Perkembangan yang terjadi munculnya perlakuan Laporan keuangan komersial dan

fiskal mengalami berbagai permasalah yang timbul akibat perkembangan aturan dari

perpajakan itu sendiri, PSAK No. 46 tentang pajak penghasilan yang memunculkan

beberapa perbedaan dalam pengakuan dan perlakuaannya, yaitu adanya beda tetap dan

beda permanen dalam aturan perpajakan. Keberadaan dua hal tersebut yang

memunculkan timbulnya istilah pajak tangguhan.

Istilah-istilah dalam PSAK 46

Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada

periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan,

akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan,

dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan.

Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak

tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode.

Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban

pajak.

Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi)

selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas

Pajak atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).

Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode

masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan

pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.

Page 5: Akuntan Dan Pajak-2

Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa

setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan

pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena

pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap

jenis penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu.

Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena

pajak (rugi pajak) untuk satu periode.

Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada

posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa:

Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan

jumlah kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan

pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.

Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang

menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi

pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau

diselesaikan.

Perbedaan permanen dan perbedaan tetap dalam pajak

Perbedaan permanen adalah perbedaan pengakuan pajak yang timbul karena terjadi

transaksi-transaksi pendapatan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial dan

tidak diakui menurut fiskal (pajak). Dimana pengakuan seperti hal tersebut biasanya

terdapat pada kategori dibwa ini, yaitu:

Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan sedangkan menurut ketentuan

PPh bukan penghasilan. Misalnya dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas

sebagai wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar 25% atau lebih pada

badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia. (Pasal 4 ayat 3 UU PPh).

Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan

PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final. Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri

(final) sehingga dipisahkan (tidak perlu digabung) dengan penghasilan lainnya dalam

menghitung PPh yang terutang. Misalnya :

a)      Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek

b)      Penghasilan dari hadiah undian

c)      Penghasilan bunga tabungan, deposito, jasa giro dan diskonto BI

Page 6: Akuntan Dan Pajak-2

d)     Penghasilan bunga/diskonto obligasi yang dijual di bursa efek

e)      Penghasilan atas persewaan tanah dan bangunan

f)       Penghasilan dari jasa konstruksi (Pengusaha Konstruksi Kecil)

g)      Penghasilan WP perusahaan pelayaran dalam negeri

Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut ketentuan

PPh tidak dapat dibebankan (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000), misalnya

biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan karena tidak

memenuhi syarat-syarat tertentu. Misalnya; daftar nominatif biaya entertainment, daftar

nominatif atas peghapusan piutang), pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk

apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi

kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi, dll

Beda sementara adalah perbedaan yang terjadi secara fiskal karena perbedaan

pengakuan waktu dan biaya dalam menghitung laba. adapun unsur-unsur yang menjadi

objek dalam beda sementara adalah

a)      Metode Penyusutan dan atau Amortisasi

b)      Metode penilaian persediaan

c)      Penyisihan piutang tak tertagih

d)     Rugi-laba selisih kurs

e)      Kompensasi Kerugian

f)       Penyisihan bonus

Pengertian Pajak Tangguhan

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang akan datang

yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan

perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan di masa datang (tax

loss carry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode

tertentu.

Dampak PPh di masa yang akan datang yang perlu diakui, dihitung, disajikan dan

diungkapkan dalam laporan keuangan, baik neraca maupun laba rugi. Suatu perusahaan

bisa saja membayar pajak lebih kecil saat ini, tapi sebenarnya memiliki potensi hutang

pajak yang lebih besar di masa datang. Atau sebaliknya, bisa saja perusahaan membayar

pajak lebih besar saat ini, tetapi sebenarnya memiliki potensi hutang pajak yang lebih

Page 7: Akuntan Dan Pajak-2

kecil di masa datang. Bila dampak pajak di masa datang tersebut tidak tersaji dalam

neraca dan laba rugi, maka laporan keuangan bisa saja menyesatkan pembacanya.

Dasar Pengenaan Pajak

DPP aktiva adalah jumlah yang dapat dikurangkan, untuk tujuan fiskal, terhadap setiap

manfaat ekonomi(penghasilan) kena pajak yang akan diterima perusahaan pada saat

memulihkan nilai tercatat aktiva tersebut. Apabila manfaat ekonomi (penghasilan)

trsebut tidak akan dikenakan pajak maka DPP aktiva adalah sama dengan nilai tercatat

aktiva.

Contoh :

Mesin nilai perolehan 100. Untuk tujuan fiskal, mesin telah disusutkan sebesar 30 dan

sisa nilai buku dapat dikurangkan pada periode mendatang. Penghasilan mendatang dari

penggunaan aktiva merupakan obyek pajak. DPP aktiva tersebut adalah 70.

Piutang bunga mempunyai nilai tercatat 100. Untuk tujuan fiskal, pendapatan bunga

diakui dengan dasar kas. DPP piutang adalah nihil

Piutang usaha mempunyai nilai tercatat 100. Pendapatan usaha terkait telah diakui untuk

tujuan fiskal. DPP piutang adalah 100. Pinjaman yang diberikan mempunyai nilai

tercatat 100. Penerimaan kembali pinjaman tidak mempunyai konsekuensi pajak. DPP

pinjaman yang diberikan adalah 100

DPP kewajiban adalah nilai tercatat kewajiban dikurangi dengan setiap jumlah yang

dapat dikurangkan pada masa mendatang. Contoh :

Nilai tercatat beban yang masih harus dibayar (accured expenses) 100. Biaya tersebut

dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal dengan dasar kas. DPP-nya adalah nol.

Nilai tercatat pendapatan bunga diterima dimuka 100. Untuk tujuan fiskal, pendapatan

bunga tersebut dikenakan pajak dengan dasar kas. DPP-nya adalah nol.

Nilai tercatat beban masih harus dibayar (accured expense) 100. Untuk tujuan fiskal

biaya tersebut telah dikurangkan. DPP-nya adalah 100.

Nilai tercatat beban denda yang masih harus dibayar 100. Untuk tujuan fiskal, beban

denda tersebut tidak dapat dikurangkan. DPP-nya adalah 100.

Nilai tercatat pinjaman yang diterima 100. Pelunasan pinjaman tersebut tidak

mempunyai konsekuensi pajak. DPP-nya adalah 100.

Apabila DPP aktiva atau kewajiban tidak begitu jelas, maka DPP tersebut dapat

ditentukan menurut prinsip dasar yang digunakan dalam Pernyataan ini. Dengan

Page 8: Akuntan Dan Pajak-2

beberapa pengecualian, perusahaan harus mengakui kewajiban (aktiva) pajak tangguhan

apabila pemulihan nilai tercatat aktiva atau pelunasan nilai tercatat kewajiban tersebut

akan mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang lebih besar atau lebih

kecil dibandingkan dengan pembayaran pajak sebagai akibat pemulihan aktiva atau

pelunasan kewajiban yang tidak memiliki konsekuensi pajak.

Dalam laporan keuangan konsolidasi, perbedaan temporer ditentukan dengan

membandingkan nilai tercatat aktiva dan kewajiban pada laporan keuangan konsolidasi

dengan DPP-nya. Berhubung peraturan perundangan perpajakan di Indonesia tidak

memperkenankan SPT konsolidasi, maka DPP aktiva dan kewajiban ditentukan dengan

merujuk pada SPT masing-masing entitas. (INI NGGAK USAH DIJABARIN MBAK

CUKUP BUAT POIN-POIN AJA)

Metode Penangguhan dalam Pajak penghasilan

a. Deferred Method (Metode Penangguhan)

Metode ini menggunakan pendekatan laba rugi (Income Statement Approach) yang

memandang perbedaan perlakuan antara akuntansi dan perpajakan dari sudut

pandang laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba

rugi baik dari segi komersial maupun fiskal. Pendekatan ini mengenal istilah

perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil hitungan dari pendekatan ini

adalah pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba

rugi. Metode ini lebih menekankan matching principle pada periode terjadinya

perbedaan tersebut.

b. Asset-Liability Method (Metode Asset dan Kewajiban)

Metode ini menggunakan pendekatan neraca (Balance Sheet Approach) yang

menekankan pada kegunaan laporan keuangan dalam mengevaluasi posisi

keuangan dan memprediksikan aliran kas pada masa yang akan datang. Pendekatan

neraca memandang perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut

pandang neraca, yaitu perbedaan antara saldo buku menurut komersial dan dasar

pengenaan pajaknya. Pendekatan ini mengenal istilah perbedaan temporer dan

perbedaan non temporer.

c. Net-of-Tax Method (Metode Bersih dari Pajak)

Metode ini tidak ada pajak tangguhan yang diakui. Konsekuensi pajak atas

perbedaan temporer tidak dilaporkan secara terpisah, sebaliknya diperlakukan

Page 9: Akuntan Dan Pajak-2

sebagai penyesuaian atas nilai asset atau kewajiban tertentu dan penghasilan atau

beban yang terkait. Dalam metode ini, beban pajak yang disajikan dalam laporan

laba rugi sama dengan jumlah pajak penghasilan yang terhutang menurut SPT

tahunan. (INI MINTA TOLONG HAPUS AJA MBAK SEMUANYA, SOALNYA

PAJAK TANGGUHAN NGGAK TERLALU DIBAHAS DI SINI)

Bagaimana cara Menentukan Pajak Tangguhan

a. Pengakuan (Recognition)

Standar yang mengatur bahwa dampak PPh atas perbedaan temporer dan tax loss

carry forward (TLCF) atau kompensasi rugi harus diakui dalam laporan keuangan.

Pengakuan ini menyiratkan bahwa perusahaan pelapor akan memulihkan nilai

tercatat asset pajak tangguhan atau deferred tax asset (DTA) dan akan melunasi

nilai tercatat dalam kewajiban pajak tangguhan atau deferred tax liability (DTL)

tersebut.

b. Pengukuran (Measurement)

Cara menghitung jumlah yang harus dibukukan dalam buku besar perusahaan.

Dalam hal ini pajak tangguhan akan dihitung dengan menggunakan tarif yang

berlaku atau efektif akan berlaku di masa yang akan datang.

c. Penyajian (Presentation)

Standar yang menentukan cara penyajian di dalam laporan keuangan, baik dalam

neraca ataupun laba rugi. Asset pajak tangguhan (DTA) atau kewajiban pajak

tangguhan (DTL) harus disajikan secara terpisah dari asset atau kewajiban pajak

kini dan disajikan dalam unsur non current dalam neraca.

d. Pengungkapan (Disclosure)

Berkaitan dengan standar informasi yang perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan

keuangan.Misalnya unsur-unsur utama perbedaan temporer yang menimbulkan pajak

tangguhan, unsur-unsur yang dibebankan langsung ke laba ditahan, perubahan tarif

pajak dan sebagainya. INI NGGAK USAH DIJABARIN MBAK CUKUP BUAT

POIN-POIN AJA)

Pengakuan pada Pajak Tangguhan

Untuk Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities)

Pengakuan asset atau kewajiban Pajak Tangguhan didasarkan fakta bahwa adanya

kemungkinan pemulihan asset atau pelunasan kewajiban yang mengakibatkan

Page 10: Akuntan Dan Pajak-2

pembayaran pajak periode mendatang menjadi lebih kecil atau lebih besar. Tetapi,

apabila akan terjadi pembayaran pajak yang lebih besar dimasa yang akan datang, maka

berdasarkan standar akuntansi keuangan, harus diakui sebagai suatu kewajiban.

Jurnal Pengakuan Pajak Tangguhannya:

Deferred Tax Expense                         Rp. 120.000,00

Deferred Tax Liabilities                             Rp. 120.000,00

Untuk Asset Pajak Tangguhan  (Deferred Tax Asset)

Dapat diakui apabila ada kemungkinan pembayaran pajak yang lebih kecil pada masa

yang akan datang, maka berdasarkan standar akuntansi keuangan, harus diakui sebagai

suatu asset. Dengan kata lain apabila kemungkinan pembayaran pajak dimasa yang akan

datang lebih kecil akan dicatat sebagai asset pajak tangguhan.

Jurnal Pengakuan Pajak Tangguhannya:

Deferred Tax Asset                               Rp. 120.000,00

Deferred Tax Income                            Rp. 120.000,00

Bagaimana Cara Mengindentifikasi Aktiva atau Kewajiban Pajak Tangguhan dan

Penghasilan atau Beban Pajak Tangguhan menggunakan Pendekatan Laba Rugi

a. Lihat rekonsiliasi fiskal yang sudah dibuat dan identifikasi akun-akun di laba rugi

yang termasuk dalam beda waktu, seperti:

Beban penyisihan persediaan

Beban penyisihan piutang tak tertagih

Beban penyisihan bonus

Beban penyisihan pension

Beban penyusutan atau dan Beban amortisasi

b. Identifikasi koreksi fiskal yang dihasilkan dari akun-akun di atas dan tentukan

apakah koreksi fiskal tersebut termasuk koreksi positif atau negatif.

c. Hitung pajak tangguhan dengan cara menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh dikali

koreksi fiskal yang dihasilkan oleh langkah di atas.

d. Tentukan DTA/DTL dengan cara merujuk pada saldo DTA/DTL tahun

sebelumnya.

(INI NGGAK USAH DIJABARIN MBAK CUKUP BUAT POIN-POIN AJA)

Page 11: Akuntan Dan Pajak-2

B. Tanggung Jawab Akuntan Pajak

IRS mengemukakan bahwa tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem

pajak. Komisi IRS, Roscoe Egger dalam Armstrong (1993 : 85) menyatakan bahwa

suatu sistem pajak yang baik dan kuat tidak hanya terdiri dari entitas administrasi pajak

saja, dalam kasus ini IRS. Hal tersebut juga harus terdiri dari Konggres, Administrasi

dan komunitas praktisi. Bukan sebagai bagian yang terpisah pada masyarakat yang luas,

tetapi lebih bekerja sama ke arah tujuan umum. Direktur praktik IRS, Leslie Shapiro

dalam Armstrong (1993 : 85) lebih menegaskan bahwa ketika secara umum menyetujui

bahwa praktisi pajak mempunyai kewajiban atas kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan

klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak yang baik.

Tanggung jawab terakhir adalah pentingnya pervasive (peresapan).

Dalam hubungan antara praktisi dan klien yang normal, kedua tanggung jawab

dikenali dan dilaksanakan. Namun, situasi ini adalah sulit. Dalam beberapa situasi

praktisi diperlukan untuk memutuskan kewajiban yang berlaku dan dalam

pelaksanaannya dapat disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak yang tertinggi.

IRS bersandar pada praktisi pajak untuk membantu dalam mengatur hukum pajak

dengan jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan kepercayaan klien dalam

integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak.

Menurut William L. Raby dalam Armstrong (1993 : 85) sistem pajak yang

mendukung IRS akan menimbulkan perdebatan pajak. Oleh karena itu,praktisi lebih

baik melayani publik dengan mengadopsi suatu sikap. Argumennya adalah aturan etika

yang fundamental dalam praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi

pajak harus mengijinkan klien untuk membuat keputusan final. Praktisi tidak berhak

mengganti skala nilai kliennya. Disamping itu praktisi harus bertanggung jawab tidak

menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah. Seorang auditor pajak

bertanggung jawab mengaudit pajak penghasilan dari wajib pajak untuk menentukan

apakah mereka telah memenuhi undang-undang perpajakan yang berlaku. Audit yang

dilakukan oleh auditor pajak termasuk jenis audit kepatuhan.

C. Etika Akuntan Pajak

Statements on Standards for Tax Services merupakan pertimbangan etika umum

yang mendasari standar yang dibuat oleh Tax Executive Committee of the AICPA yang

Page 12: Akuntan Dan Pajak-2

interpretasinya menggantikan SRTP dan interpretasinya sejak 1 Oktober 2000. Yang

menarik adalah pada kalimat pembukaannya: “Standar praktek adalah lingkup dari

penyebutan diri sebagai seorang profesional. Anggota harus memenuhi

tanggungjawabnya sebagai profesional dengan mendukung dan mempertahankan

standar yang dengan itu kinerja profesionalnya bisa diukur”. Dalam kasus tersebut,

indikasi terbaik dari standar etika yang bisa dipenuhi oleh akuntan pajak bisa ditemukan

dalam standar tersebut.

Ada 6 (enam) standar yang ditunjukkan dalam SSTS, yaitu:

1. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi kecuali ada

kemungkinan realistik untuk kebaikan yang berkelanjutan.

2. Seorang akuntan pajak tidak boleh membuat atau menandatangani return jika ini

berada dalam posisi yang tidak boleh disarankan menurut poin 1.

3. Seorang akuntan pajak dapat menyarankan sebuah posisi yang menurutnya tidak

ceroboh selama ini bisa diungkapkan.

4. Seorang akuntan pajak berkewajiban untuk menasehati klien tentang potensi

hukuman di beberapa posisi, dan menyarankan disklosur.

5. Seorang akuntan pajak tidak boleh menyarankan sebuah posisi yang

“mengeksploitasi” proses seleksi audit IRS atau;

6. Dilarang bertindak sekadar dalam posisi “membantah”.

Menurut standar ini, dikatakan tidak etis bila mengkapitulasi permintaan klien

untuk mengurangi liabilitas pajak klien sebenarnya, karena ketika menandatangani

return, anda berarti menyatakan bahwa return adalah benar, tepat, dan lengkap. Bila

menandatanganinya berarti anda terlibat kebohongan. Pajak ditentukan oleh self-

assessment dan pelaporan. Dalam konteks tersebut, sikap adil yang bisa dilakukan

setiap orang adalah dengan mengawasi diri sendiri. Masyarakat kita sering

menggunakan sistem kehormatan yang besar dan ini bisa dijalankan ketika sebagian

besar orang diatur oleh sistem kehormatan tersebut. Ada sesuatu yang berlawanan

dengan kejujuran dan kesejahteraan publik saat ada upaya untuk mengelak dari tujuan

hukum spesifik yang memberikan batasan pada klien yang ingin menghindari

pembayaran segmen pajak yang adil. Sistem pajak dapat diselewengkan oleh akuntan

dan perusahaan akuntansi yang menggunakan skema penghindaran-pajak. Bagian

implisit dari semua ini adalah sebuah rekognisi tanggungjawab akuntan dan

Page 13: Akuntan Dan Pajak-2

perusahaannya untuk mempertahankan kejelasan sistem pajak–untuk menghasilkan

keseimbangan antara keuntungan pajak yang diinginkan dan loophole yang bisa

melemahkan sistem.

Akuntan dan perusahaan perlu mengetahui tanggung jawabnya pada masyarakat

besar. Akuntan dan perusahaannya perlu tegas, karena profesionalismenya, untuk

mengikuti jalur etika. Bantuan yang sering digunakan adalah nilai moral personal dan

standar plus sebuah kultur dalam perusahaan yang melarang pelanggaran nilai etika

dalam mencapai tujuan organisasi. Sebuah filosofi manajemen kuat yang mempertegas

tindakan etika dan komunikasi jelas dari perilaku etika. Dalam situasi ini, bahkan ketika

menyebabkan kerugian klien, akuntan tetap akan melakukan apa yang benar. Ancaman

kehilangan lisensi akibat tindakan tidak beretika adalah sebuah faktor, tapi ini bukanlah

faktor primer. Berbagai tantangan etika yang sering terjadi antara lain: kompleksitas dan

perubahan sifat dari hukum pajak, keterbatasan waktu untuk praktek, pengetahuan

tentang hukum pajak yang kompleks, tekanan dari klien untuk mengurangi liabilitas

pajak, dan kurangnya pemahaman klien terkait tanggungjawab profesional dan potensi

hukuman dari akuntan baik bagi praktisi pajak dan pembayar pajak.

Salah satu klien yang terpenting menyarankan untuk merubah perlakuan dari

beberapa pajak penghasilannya. Kita percaya jika perlakuan yang disarankan oleh klien

tersebut dibuat untuk memperkecilkan pajak yang sebenarnya. Walaupun itu tidak ada

alasan yang tepat untuk merubahnya. Kita hanya mempuyai dua pilihan dasar yaitu :

1. Kita dapat menolak untuk perubahan tersebut

2. Kita dapat melakukan untuk perubahan tersebut sesuai yang disarankan oleh klien.

AICPS’s Statement On Responsibilities in Tax Practice meyetujui akuntan

merangkap peran sebagai penasehat hukum untuk klien dan pembawa kebenaran untuk

pemerintahan. Dari perspektif etika, peran rangkap ini sangatlah penting karena peran

rangkap akuntansi perpajakan lebih mempunyai tanggung jawab dua kali lipat daripada

peran auditor yang kita ketahui selama ini. Akuntansi perpajakan mempunyai beberapa

tanggung jawab masyarakat melalui pemerintah. Pertama, akuntansi perpajakan

mempunyai larangan untuk berbohong dalam pajak penghasilan.

Kedua, sebagai seorang attestor tanda tangan di atas pajak penghasilan adalah

sebuah hukuman dari sumpah palsu. Oleh karena itu ada suatu tanggung jawab kepada

klien dan masyarakat untuk jujur dan tidak menjadi kompleks ketika seorang klien

Page 14: Akuntan Dan Pajak-2

mencoba untuk menipu meskipun hal ini bisa merusak hubungan kita dengan klien.

Kenapa kasus ini benar-benar terkuak dalam AICPS’s Statement On Responsibilities in

Tax Practice. Penilaian kami terhadap sistem pajak dapat berfungsi dengan efektif jika

para pembayar pajak melaporkan kebenaran penghasilan mereka secara komplit dan

benar.

Pajak penghasilan adalah sebuah perwakilan dari kenyatan di dapat pembayar

pajak. Dan pembayar pajak memiliki tanggung jawab sebaliknya untuk memberikan

data secara benar. CPA mempunyai tugas terhadap sistem pajak dan juga klien mereka.

Tapi bagaimanapun juga pembayar pajak tidak ada kewajiban untuk membayar

pajaknya lebih dari apa yang sudah ditentukan dan pihak CPA bertugas membantu klien

dalam meraih hal tersebut. Di posisi 06, telah dijelaskan secara gamlang bahwa para

akuntan pajak tidak hanya mempunyai tugas dalam melindungi klien mereka dan juga

sistem pajak. Tugas klien hanya membayar pajak sesuai dengan ketentuan tidak kurang

tidak lebih.

Para pembayar pajak mempunyai tanggung jawab untuk memposisikan kewajiban

mereka dengan benar tapi para akuntan mempunyai tugas untuyk menunjukkan kepada

klien mereka mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai karena klien tidak

diperkenakan mengambil keuntungan dari sistem pajak penghasilan. Kewajiban-

kewajiban ini mengalir secara natural, sistem perpajakan yang bergantung pada

penilaian seseorang berjalan secara efektif jika seseorang memberikan penilaian yang

jujur dan membayar pajak mereka dengan benar.

Di tahun 1993 Goldmansachs & co menemukan sistem keamanan yang di

tawarkan oleh ENRON Corp dan perusahan lainnya dalam bentuk kombinasi yang

menarik. Sistem itu didesain sedemikian rupa untuk benar-benar melindungi asset

perusahaan. untuk seorang pengurus pajak sistem ini menyerupai sebuah pinjaman

sehingga bunga pembayaran dapat diambil dari pendapatan yang sudah dikenakan

pajak. Untuk pemegang saham dan rating agency yang melihat atau yang mencurigai

perusahaan yang overleveraged, sistem tersebut dirangkai secara wajar. Pada tingkat

atas di departmen keuangan perusahaan Clinton atau MIPS terlihat seperti permainan

tebak kata atau jalan bagi perusahaan untuk menutupi ukuran pengeluaran mereka

ketika mereka mengurangi federal tax bill.

Page 15: Akuntan Dan Pajak-2

MIPS menunjukkan bahwa suku bunga dengan kontribusi yang bagus dapat

mengalahkan usaha dari bendahara untuk menyerang accounting internal. Dalam hal ini

kami ingin mengemukaan bahwa pendeketan-pendekatan seperti yang diatas hanya

bertentangan dengan kode etik dari pratik akuntansi dan juga hukum dari sistem pajak

pasar ekonomi. Keterangan diatas mendasari pernyataan dari komite eksdekutif pajak

dari AICPA yang dikutip dari sebuah pamflet yang berjudul peryataan-peryataan dari

standart pelayanan pajak. Salah satu dari pernyataan tersebut adalah kerja praktek dari

stadarisasi diatas panggilan resmi dari seorang akuntansi profesional. Para anggota

harus memenuhi tanggung jawab mereka sebagai seorang profesioanal dengan menjaga

dan mengamalkan standarisasi tersebut sehingga tingkat keprofesionalan mereka dapat

diukur.

Ada lima standar yang mengatakan bahwa ”akuntansi pajak tidak

merekomendasikan posisi yang ’eksploitasi’ pada proses audit IRS.” tetapi lebih

tepatnya perhitungan mengeksploitasi. Sebagai contohnya, apakah etika dari skema

penghindaran pajak, dan apakah ada area lain dimana akuntan dapat membantu klien

mengeksploitasi sistem pajak dan menghindari kewajiban pajak sesungguhnya. Dalam

mengambil keputusan tentang penyisihkan aktivitas, sangat penting untuk diingat STRP

statement, ”penilaian kita terhadap sistem pajak dapat berfungsi efisien jika pembayar

pajak melaporkan pendapatan mereka yang sebenarnya dalam keuntungan pajak,

dengan benar dan secara komplit” posisi ini dikatakan oleh opini Justice Burger’s dalam

landmark kasus Arthur Young. Sistem kita yang komprehensif dan kompleks dari pajak

federal, mengandalkan penilaian dan pelaporan kita, semua pembayar pajak diminta

untuk melakukan keterbukaan dalam pengungkapan dari relevan informasi pada

autoritas pajak. Tanpa pengungkapan tersebut dan kekuatan dari pemerintah untuk

memaksa pengungkapan, beban pajak nasional kita tidak akan merata dengan adil.

Sebuah sistem yang bergantung pada penilaian sendiri dan pelaporan meletakkan

seseorang dalam tipe pikiran dari operasi yang membuat golf seperti honorable game.

Peraturan golf ini ada tergantung jika terjadi sesuatu- sebagai contohnya, jika bola

melewati daerah. Hal ini menjadi kewajiban bagi pemain golf untuk menghukum dia

dalam satu pukulan. Hampir sama dengan pajak. Tergantung dari seberapa besar

penilaian dan pelaporannya. Dalam konteks tersebut hal yang adil untuk semua orang

adalah untuk melindungi diri mereka. Kehidupan sosial kita didasari oleh sistem

Page 16: Akuntan Dan Pajak-2

penghargaan yang besar. Dapat kita tulis kesimpulan, siapa saja yang mengambil

keuntungan dari sistem disebut free riders.

Beberapa Orang beranggapan bahwa suksesnya Opini Justice Burger’s tidak hanya

terletak pada kehormatan dan penghargaan seperti pada kekuasaan pemerintah untuk

memaksa dari pengungkapan. Tapi hal ini tidak berarti karena pemerintah tidak dapat

menangkap orang yang mencoba untuk menyampingkan Keadilan dan beban pajak

seseorang. Oleh karena itu mengapa dalam lima standar berpendapat, "akuntansi Pajak

seharusnya tidak merekomendasikan posisi yang mengeksploitasi' proses audit IRS" dan

standar Yang ke Enam, ”hanya berfungsi sebagai perdebatan posisi. Walaupun

demikian beberapa orang berpendapat dari perspective Justice Burger’s, seperti skema

yang terakhir mungkin dengan jalan surat dari hukum, mereka tidak mengerti dengan

semangat dari hukum, yang sangat membutuhkan beban pajak nasional kita

didistribusikan secara adil dan merata. Apa yang mungkin kita dapat dari sini adalah

hubungan antara ketidak etisan yang jelas dan praktek illegal, praktek yang dapat

menjadi legal atau sah tetapi tidaketis, dan praktek yang secara etika diterima dan

dianggalp legal.

Aktivitas seperti dijuluki “hustling” dengan kritik yang diharapkan dari praktek.

Forbes Magazine melaporkan bahwa Deloitte dan Touche telah terlibat dalam strategi

penjualan yang disebut ”The Hustling of Rated Shelters.” The Hustling consists,

menurut Abraham J.Briloff, ” pajak jalan kehormatan professional dan klien perusahaan

yang terhormat mengeksploitasi keuangan perusahaan modern untuk memuaskan diri

dalam skema penghindaran dalam pemborosan pajak”. Akuntan dan perusahaan

akuntansi perlu menjaga tanggung jawab social mereka, meskipun akan memungkinkan

timbulnya kewajiban pada klien. Namun, hal ini bisa saja menghancurkan persaingan

mereka di mata klien. Jika kita beranggapan bahwa hal ini adalah yang dikerjakan

sukarela, maka sangat naïf. Jika kita menginginkan sangsi dari IRS untuk

menanggulangi kode pajak bukan untuk meningkatkan semangat pajak. Biarpun begitu,

tidak adanya gangguan dari IRS, dapat menimbulkan anggapan bahwa akuntan

memiliki obligasi etika untuk memperangai rancangan pajak yang agresif atas nama

klien untuk klien dari kesejahteraan secara umum.

Secara garis besar, akuntan dan perusahaan mereka membutuhkan ketekunan,

karena harus profesional dalam batasan etika. Pada artikel, The tax Adviser, Yetmar,

Page 17: Akuntan Dan Pajak-2

Cooper, and Frank address terdapat dua pertanyaan: apa yang dapat membantu

penasihat untuk beretika? Tantangan mereka dalam beretika? Pimpinan membantu nilai

moral personal dan nilai standar budaya dalam perusahaan dimana tidak mengajak

melakukan perjanjian nilai etika untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi, hukum pajak

dan permintaan dari klien adalah kesempatan potensi yang besar untuk perilaku yang

beretika dalam akuntansi pajak.

Crenshaw dalam artikelnya menyebutkan empat alasan mengapa dibutuhkan tempat

perlindungan pajak:

1. manajemen perusahaan mencari cara baru untuk memaksimalkan laba dan aliran

arus kas

2. meningkatkan kompleksitas baik dari kode pajak dan keuangan, membuat hal itu

lebih mudah dalam realita ekonomi

3. persepsi tentang investasi bank dan mewujudkan keinginan produk pajak

4. risiko yang kecil

Pernyataan Umum No. 1

Kemungkinan yang realistis umum: "Secara umum, suatu anggota perlu mempunyai

suatu niat baik dalam kepercayaan bahwa posisi keuntungan pajak direkomendasikan

untuk mempunyai suatu kemungkinan yang realistis secara administratif atau secara

hukum didukung atas baik buruknya suatu tantangan.

Pernyataan Umum No. 2

Statemen ini adalah tidak diragukan dalam menentukan yang berikut: "Suatu anggota

perlu membuat suatu usaha yang layak untuk memperoleh informasi yang diperlukan

dari seseorang wajib pajak untuk menyediakan jawaban yang sesuai untuk semua

pertanyaan pada suatu keuntungan pajak sebelum mempersiapkan penandatanganan.

Pernyataan Umum No. 3

Kewajiban untuk menguji atau memverifikasi data pendukung: Suatu persiapan dalam

mempercayai niat baik dari klien untuk menyediakan informasi yang akurat dalam

menyiapkan suatu keuntungan pajak, tetapi "mestinya tidak mengabaikan implikasi dari

informasi yang diperlengkapi dan perlu membuat pemeriksaan yang layak jika

informasi tampak seperti salah, atau tidak sempurna" ( SSTS, p. 21).

Pernyataan Umum No. 4

Page 18: Akuntan Dan Pajak-2

Penggunaan estimasi: Ini adalah standar yang tidak diragukan. Suatu persiapan dapat

menggunakan perkiraan wajib pajak jika tidak praktis untuk memperoleh data yang

tepat dan jika persiapan dalam menentukan perkiraan adalah layak, didasarkan pada

pengetahuan sebelum persiapan.

Pernyataan Umum No. 5

Sesuai dengan pernyataan sebelumnya : ini adalah suatu standar yang teknis. Seperti

dipaparkan dalam bentuk SSTS No. 1, mengenai posisi keuntungan pajak, dimana

anggota boleh merekomendasikan suatu posisi keuntungan pajak atau menyiapkan suatu

tanda keuntungan pajak yang meninggalkan perbaikan dari suatu item seperti

disimpulkan dalam suatu kelanjutan yang administratif atau keputusan pengadilan

berkenaan dengan suatu hasil yang utama dari wajib pajak" ( SSTS, p. 26).

Pernyataan Umum No. 6

Kesalahan Pengetahuan: Apa yang terpaksa dilaksanakan ketika suatu persiapan sadar

akan suatu kesalahan sebelumnya ? Anggota perlu "menginformasikan wajib pajak

dengan segera" dan " merekomendasikan yang mengoreksi tindakan yang diambil"

( SSTS, p. 28).

Pernyataan Umum No. 7

Kesalahan Pengetahuan: kelanjutan yang administratif: Jika selama suatu kelanjutan

yang administratif suatu persiapan mendeteksi suatu kesalahan, maka perlu "meminta

persetujuan wajib pajak untuk menyingkapkan kesalahan untuk dikenakan pajak

otoritas. Kekurangan persetujuan seperti anggota perlu mempertimbangkan dalam hal

apakah perlu menarik dari perwakilan wajib pajak di kelanjutan yang administratif"

( SSTS, pp. 31-2).

Pernyataan Umum No. 8

Format dan isi dari nasihat ke wajib pajak: Statemen ini tidak menentukan isi manapun

atau format yang umum dari nasihat dikarenakan cakupan dari nasihat menjadi sangat

luas dan dikhususkan untuk masing-masing individu yang menjadi wajib pajak secara

terpaksa. Yang menjadi rekomendasi mereka adalah bahwa nasihat mencerminkan

kemampuan/ wewenang profesional dan melayani wajib pajak terpaksa. (INI HAPUS

AJAMBAK)

Page 19: Akuntan Dan Pajak-2

Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on

Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut:

1. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1, Tax Return Positions (Posisi

Pengembalian Pajak)

Statemen ini menetapkan standar masa depan yang bisa diterapkan untuk anggota

ketika merekomendasikan tingkat pengembalian pajak dan menyiapkan atau

menandatangani surat pembayaran pajak (termasuk klaim untuk lebih bayar) yang

disimpan dengan mengenakan pajak otoritas. Karena tujuan standar ini, suatu nilai

pajak terutang, (a) mencerminkan tingkat pengembalian pajak seperti yang mana

wajib pajak telah secara rinci membicarakannya dengan anggota atau (b) suatu

anggota mempunyai pengetahuan semua fakta yang bersifat material dan, atas dasar

fakta itu, telah menyimpulkan apakah posisinya sudah sesuai. Karena tujuan standar

ini, suatu wajib pajak adalah klien, pemberi kerja, atau pihak ketiga lain penerima

jasa pajak.

2. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to Questions on

Returns (Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian)

Statemen Ini menetapkan standar yang bisa diterapkan untuk anggota ketika

menandatangani suatu pajak kembalian jika atau mempertanyakan kelebihan pajak

kembalian. Istilah questionsincludes meminta informasi untuk pajak kembalian di

dalam perusahaan. Instruksi, atau di dalam peraturan, ya atau tidaknya dinyatakan

format suatu pertanyaan.

3. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3, Certain Procedural Aspects

of Preparing Returns (Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan

Pengembalian)

Dalam menyiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu anggota

dengan hati jujur boleh  mempercayakan, tanpa verifikasi, atas informasi yang

diberikan oleh wajib pajak atau dengan pihak ketiga. Bagaimanapun, suatu anggota

mestinya tidak mengabaikan tentang implikasi yang melengkapi informasi tersebut

dan perlu membuat pemeriksaan yang layak jika informasi nampak seperti ada

kesalahan, tidak sempurna, atau plin-plan baik di bagian depannya atau atas dasar

lain fakta tidak diketahui oleh suatu anggota. Jika hukum perpajakan atau peraturan

memaksakan suatu kondisi dengan rasa hormat, seperti  pemeliharaan buku dan

Page 20: Akuntan Dan Pajak-2

arsip atau memperkuat dokumentasi wajib pajak untuk mendukung pengurangan

yang dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu membuat pemeriksaan yang

sesuai untuk menentukan kondisi yang dijumpai untuk memberi kepuasan kepada

wajib pajak. Ketika menyiapkan suatu kembalian pajak, suatu anggota perlu

mempertimbangkan informasi yang benar dari pajak kembalian  wajib pajak lain

jika informasi berkait dengan pajak kembalian dan pertimbangannya pajak

kembalian itu. Di dalam menggunakan informasi seperti itu, suatu anggota perlu

mempertimbangkan batasan-batasan yang dikenakan oleh  hukum atau aturan

manapun yang berkenaan dengan kerahasiaan.

4. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of

Estimates (Penggunaan Estimasi)

Kecuali jika yang dilarang oleh undang-undang atau menurut peraturan, suatu

anggota boleh menggunakan taxpayer’s untuk menaksir persiapan suatu pajak

kembalian jika itu bukanlah praktis untuk memperoleh data tepat dan jika anggota

menentukan bahwa perkiraan yang layak adalah didasarkan pada keadaan dan fakta

saat itu yang diperlihatkan kepada anggota. Jika perkiraan dengan taxpayer’s

digunakan, mereka harus diperlihatkan dengan suatu cara yang tidak menyiratkan

ketelitian lebih besar disbanding yang ada.

5. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure From a Position

Previously Concluded in an Administrative Proceeding or Court Decision

(Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya disampaikan di dalam

suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan

Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item ketika ditentukan di

dalam suatu kelanjutan administratif atau keputusan pengadilan/lingkungan tidak

membatasi suatu anggota merekomendasikan dari suatu pajak yang berbeda,

kemudian memposisikannya kembali, kecuali jika wajib pajak dalam pemeriksaan.

Oleh karena itu, ketika disiapkan dalam bentuk Statement onResponsibilities in Tax

Services No.1, pajak kembalian diposisikan, anggota boleh merekomendasikan

sebuah pajak kembalian untuk memposisikan atau menyiapkan suatu pajak

kembalian yang memerlukan pemeriksaan dari suatu item ketika disimpulkan untuk

suatu kelanjutan administratif atau meramahi keputusan berkenaan dengan suatu

kembali wajib pajak.

Page 21: Akuntan Dan Pajak-2

6. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6, Knowledge of Error: Return

Preparation (Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian)

Suatu anggota perlu menginformasikan kepada wajib pajak dengan segera atas

suatu kesalahan di dalam suatu pajak kembalian yang disimpan atau ketika sadar

akan kegaalan suatu taxpayer’s untuk memfile suatu kembalian yang diperlukan.

Seorang anggota perlu merekomendasikan ukuran yang diambil untuk melakukan

koreksi, seperti rekomendasi yang diberi dengan lisan. Anggota tidaklah diwajibkan

untuk menginformasikannya untuk mengenakan pajak otoritas, dan suatu anggota

tidak boleh melakukannya tanpa ijintaxpayer’s, kecuali ketika yang diperlukan di

depan hukum. Jika suatu anggota diminta untuk kembalian untuk tahun sekarang

dan wajib pajak belum mengambil tindakan yang sesuai untuk mengoreksi suatu

kesalahan utama di dalam suatu tahun kembalian, anggota perlu

mempertimbangkan apakah untuk menarik dari menyiapkan kembalian itu dan

apakah suatu professional melanjutkan hubungan atau hubungan ketenaga-kerjaan

dengan wajib pajak itu. Jika anggota menyiapkan, seperti itu kembalian tahun ini,

anggota perlu mengambil langkah-langkah layak untuk memastikan bahwa

kesalahan itu tidaklah diulangi.

7. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 7, Knowledge of Error:

Administrative Proceedings (Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi)

Jika suatu anggota sedang mewakili suatu wajib pajak di dalam administratifnya

untuk suatu kembalian yang berisi suatu kesalahan, maka anggota perlu

menginformasikannya kepada wajib pajak itu. Anggota perlu merekomendasikan

ukuran yang akan diambil untuk mengoreksinya, yang mungkin diberi dengan lisan.

Suatu anggota bukan diwajibkan untuk menginformasikan hal itu mengenakan

pajak otoritas maupun mengijinkan untuk melakukannya tanpa ijin tax payer’s,

kecuali jika yang diperlukan di depan hukum. Suatu anggota perlu meminta

persetujuan tax payer’s untuk menyingkapkan kesalahan kepada pajak authority.

8. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 8, Form and Content of Advice

to Taxpayers (Format dan isi nasihat pada klien)

Suatu anggota perlu menggunakan pertimbangan untuk memastikan bahwa

petunjuk pajak yang disajikan ke suatu wajib pajak mencerminkan kemampuan/

wewenang profesional dan sewajarnya melayani kebutuhan taxpayer’s. Suatu

Page 22: Akuntan Dan Pajak-2

anggota tidaklah diperlukan untuk mengikuti suatu bentuk standar atau petunjuk

dalam berkomunikasi lisan atau tertulisdalam memberi petunjuk kepada suatu wajib

pajak. Suatu anggota perlu berasumsi bahwa petunjuk pajak yang disajikan ke suatu

wajib pajak akan mempengaruhi cara di mana berbagai hal atau transaksi yang akan

dipertimbangkan. Oleh karena itu, untuk  semua petunjuk pajak diberikan kepada

suatu wajib pajak, suatu anggota perlu mengikuti aturan yang baku dalam

Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1. Suatu anggota tidak punya

kewajiban untuk berkomunikasi dengan suatu wajib pajak ketika pengembangan

yang berikutnya mempengaruhi petunjuk yang sebelumnya menyajikan berbagai

hal penting, kecuali sedang membantu seorang  wajib pajak di dalam menerapkan

prosedur atau rencana yang berhubungan dengan petunjuk menyajikan atau ketika

suatu anggota melakukan kewajiban ini dengan persetujuan spesifik.

Fungsi Pajak

Fungsi Pajak terdiri dari dari dua fungsi yaitu:

a. Fungsi Budgetair

Fungsi Budgetair disebut fungsi utama atau fungsi fiscal yaitu suatu fungsi dalam

mana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas

Negara berdasarkan undang – undang perpajakan yang berlaku.

b. Fungsi Regulerend

Fungsi Regulerend disebut juga fungsi tambahan karena hanya sebagai pelengkap

dari fungsi utama yaitu budgetair. Dalam hal ini, pajak berfungsi sebagai alat yang

digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh : pemerintah ingin

memberantas/mengurangi kebiasaan mabuk-mabukan dikalangan generasi muda maka

pemerintah mengenakan pajak atas minuman keras dengan demikian harga menjadi

mahal dan diharapkan konsumsi minuman keras menjadi berkurang

D. Kompleksitas Aturan Perpajakan vs Tuntutan Klien

Pajak secara klasik memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi bujeter. Kedua, fungsi

reguleren. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2, disebutkan bahwa

“segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.” Dari hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki fungsi yang luas antara lain sebagai sumber

pendapatan negara yang utama, pengatur kegiatan ekonomi,pemerataan pendapatan

Page 23: Akuntan Dan Pajak-2

masyarakat, dan sebagai sarana stabilisasi ekonomi. Kalau kita lihat APBN, pajak selalu

dituntut untuk bertambah dan bertambah. Pemerintah harus memasukkan uang

sebanyak-banyaknya ke kas negara. Dalam struktur anggaran negara, seperti halnya

negara kita bisa mencapai 75% diperoleh dari pajak. Kondisi inilah yang memicu

pemerintah untuk membuat aturan-aturan perpajakan. Aturan perpajakan merupakan

masalah yang sebaiknya menjadi prioritas bagi pemerintah supaya tidak terjadi tax

evasion/tax avoidance.

Berikut ini disajikan kasus yang mencerminkan kompleksitas aturan perpajakan

vs tuntutan klien:

a. Jeratan Pajak Ganda pada Dividen

Secara teori Indonesia menganut klasikal sistem. Artinya, ada pembedaan subyek

pajak. Yaitu subyek pajak badan dan subjek pajak perseorangan. Yang bermasalah

dalam pajak deviden adalah terjadi economic double taxation. Pengertiannya,

sebelum dividen dibagi kepada pengusaha, dia merupakan laba perusahaan yang

dikenakan pajak, atau disebut pajak korporat. Namun, ketika dibagi lagi kepada

pemegang saham di korporat, pemegang saham itu harus dikenakan pajak lagi.

Inilah yang disebut sebagai pajak ganda. Sebagai perbandingan, Malaysia dan

Singapura tidak lagi menggunakan pajak atas dividen. Mereka menggunakan kredit

sistem. Yakni, pajak yang bisa dikreditkan kepada para pemegang saham di

korporat. Sehingga, korporat hanya dimaknai sebagai sarana. Subyek pajak tetap

melekat pada pribadi. Tak ada lagi pajak ganda yang membebani.

b. Sengketa Pajak

Kalau terjadi dispute, yakni hitungan wajib pajak (WP) dengan petugas pajak

berbeda. Pada UU KUP 2000 kewenangan aparat Fiscus terlalu luas. Jika terjadi

sengketa SPT, maka apapun yang akan dipakai adalah hitungan aparat pajak, dan

hitungan itu harus dibayar lebih dahulu oleh WP sebesar 50 persen dari hitungan

petugas pajak sebelum bisa dibawa kepada pengadilan pajak. Kalau hitungan WP

yang dinyatakan pengadilan benar maka WP berhak menerima restitusi.

Malangnya, uang restitusi itu kenyataannya tidak segera dibayarkan oleh Fiscus.

Jika uang restitusi jumlahnya milyaran jelas saja mengganggu cash flow para

pengusaha. Inilah persoalan yang menjadi momok dalam dispute antara WP dengan

aparat pajak. Untungnya, dalam UU KUP 28/2007 perhitungan SPT ditentukan

Page 24: Akuntan Dan Pajak-2

secara bersama-sama. Jika ada perbedaan klaim angka, maka yang lebih dahulu

dipakai adalah klaim WP. Sebelum masuk ke pengadilan pajak, WP hanya cukup

membayar sebesar 50 persen dari klaim hitungan WP sendiri.

c. Tarif Pajak yang tinggi

Ketua Tax Centre UI, Tafsir Nurchamid dan pengusaha Anton J Supit mengatakan

bahwa tarif yang tinggi kalau diturunkan punya dampak pada seretnya penerimaan

negara. Padahal disaat yang sama pendapatan negara itu sebagian besar ditujukan

untuk membayar hutang dan obligasi rekap. Meskipun semestinya menurut Anton J

Supit penerimaan dari pajak itu digunakan untuk membangun infrastruktur.

Banyak kalangan perpajakan seperti Permana Agung, Gunadi, dan Haula Rusdiana

mengatakan sebaiknya ada kebijakan untuk membuat tarif menjadi lebih rendah.

Selain lebih kompetitif bagi dunia usaha, pajak yang rendah dianggap justru akan

meningkatkan penerimaan negara karena semakin banyaknya potensi pajak yang

terjaring. Satu triliun dari seratus orang jauh lebih baik ketimbang satu triliun hanya

dari sepuluh pembayar pajak. Tarif yang tinggi membuat yang bayar menjadi

sedikit. Sehingga membuat banyak orang yang lain lebih sering menghindar dan

kucing-kucingan dengan petugas pajak. Dalam pikiran mereka, sekali Anda punya

NPWP sampai mati Anda akan dikejar oleh aparat pajak. Prinsip ini membuat

mereka kalau bisa selalu baku atur atau main belakang dengan fiscus.

E. Keuntungan Menjadi Akuntan Pajak

Menjadi seorang akuntan pajak dapat menjadi pilihan karir yang cukup

menguntungkan cocok untuk banyak orang. karir ini paling cocok untuk mereka yang

memiliki kemampuan matematika yang kuat dan yang menikmati bekerja dengan

angka, pemecahan masalah, dan menyelesaikan karya analitis. Meskipun Anda mungkin

dapat untuk mengamankan posisi yang lebih rendah tingkat dengan gelar dua tahun, itu

adalah ide yang baik untuk mendapatkan setidaknya bujangan jika Anda berencana

untuk membuat karir sebagai akuntan pajak. Yang sekolah banyak Anda selesai, posisi

yang lebih baik Anda akan di atas tanah pekerjaan terbaik.

Memiliki gelar yang akan membuka banyak pintu yang akan tidak akan tersedia

untuk Anda. Itu tidak berarti bahwa tidak mungkin untuk memiliki karir yang panjang

sukses sebagai akuntan pajak tanpa seperti gelar, tetapi jika mungkin, yang memiliki

Page 25: Akuntan Dan Pajak-2

sedikitnya gelar sarjana adalah yang terbaik. Jelas, karir ini sangat cocok bagi mereka

yang senang bekerja dengan angka, tetapi ada lebih untuk menjadi seorang akuntan

pajak yang hanya angka-angka. Mereka juga harus memahami dan selalu mengikuti

peraturan perpajakan yang berlaku. Bagian dari tugas mereka akan memastikan bahwa

klien mereka, apakah bisnis atau individu, menerima semua kredit pajak dan

pemotongan yang mereka diperbolehkan.

Akuntan Pajak juga dapat membantu merencanakan klien untuk tahun pajak

yang akan datang dengan membuat saran mengenai donasi, karyawan, dan faktor-faktor

lain yang dapat berdampak pada berapa banyak pajak yang mereka akan harus

membayar.

Ini adalah aspek yang menantang dari pekerjaan yang akuntan pajak banyak

menemukan menyenangkan. Sambil mencari cara-cara kreatif untuk menurunkan

tagihan pajak klien, bagaimanapun, adalah penting untuk mengetahui dan mengikuti

semua hukum yang berlaku. Selalu ada tindakan juggling melakukan apa yang terbaik

untuk klien anda, namun melakukannya dengan cara yang etis.

Tantangan ini memiliki potensi untuk membuat karir sebagai akuntan pajak jauh

lebih memuaskan dari beberapa karir lain di akuntansi. Perlu diingat bahwa ada

perbedaan antara preparer pajak dan akuntan pajak. Sebuah preparer pajak mungkin

atau mungkin tidak memiliki gelar. Mereka telah mengikuti kuliah dan mendapat

sertifikasi dalam persiapan pajak, tetapi tidak akan memiliki pengetahuan yang

mendalam bahwa akuntan pajak akan. Seorang preparer pajak mungkin bisa

mendapatkan pekerjaan dengan sebuah perusahaan persiapan pajak, tetapi akuntan pajak

memiliki lebih banyak pilihan yang tersedia. Bisnis besar sering memiliki akuntan pajak

mereka sendiri di staf. Ada juga beberapa perusahaan akuntansi pajak yang usaha kecil

dan menengah akan menyewa untuk memastikan mereka mendapatkan setiap

keringanan pajak yang tersedia bagi mereka.

Pajak akuntan dapat bekerja dengan bisnis di hampir bidang apapun, dan

beberapa menemukan daerah khusus di mana mereka menikmati pekerjaan. Sebagai

contoh, beberapa akuntan pajak fokus pada perawatan kesehatan atau lembaga non-

profit.

Sebuah karir sebagai akuntan pajak mungkin akan cukup stabil. Itu cukup aman untuk

mengatakan bahwa, terlepas dari yang mengambil alih di Gedung Putih, pajak tidak

Page 26: Akuntan Dan Pajak-2

akan dihilangkan. Selama sebagai individu dan bisnis diwajibkan untuk membayar

pajak, akan ada pekerjaan untuk akuntan pajak yang memenuhi syarat.

Memilih karir di akuntansi pajak, daripada akuntansi umum, memungkinkan

Anda untuk berkonsentrasi studi Anda sehingga Anda dapat bekerja untuk menjadi

sebagai pengetahuan mungkin di niche ini. Dengan berfokus pada satu wilayah sempit

di bidang akuntansi, Anda dapat membuat diri Anda lebih berharga dari waktu ke waktu

sebagai Anda membangun baik pengetahuan Anda tentang kode pajak dan pengalaman

Anda.

Menjadi seorang akuntan pajak adalah cara untuk memulai karir yang stabil,

menguntungkan, dan menyenangkan.

F. Kode Etik Konsultan Pajak

a) Kode Etik IKPI

1. Kode Etik IKPI adalah kaidah moral yang menjadi pedoman dalam berfikir,

bersikap dan bertindak bagi setiap anggota IKPI.

2. Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa

berpegang pada Kode Etik IKPI.

3. Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban

atau dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI.

b) Dalam hal kepribadian 

Konsultan Pajak Indonesia wajib:

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945.

2. Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung tinggi

integritas, martabat dan kehormatan profesi Konsultan Pajak.

3. Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan

independen.

4. Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.

Konsultan Pajak Indonesia dilarang:

Page 27: Akuntan Dan Pajak-2

1. Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai

pegawai negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan.

2. Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain.

3. Menugaskan karyawannya atau pihak lain yang tidak menguasai

pengetahuan perpajakan untuk bertindak, memberikan nasehat dan

menangani urusan perpajakan

c) Dalam hal hubungan dengan teman seprofesi

Konsultan Pajak Indonesia dilarang:

1. Menarik pelanggan yang diketahui atau patut dapat diketahui bahwa

pelanggan tersebut merupakan pelanggan Konsultan Pajak lain.

2. Membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain untuk pindah menjadi

karyawannya.

3. Menerima pelanggan pindahan dari Konsultan Pajak lain tanpa

memberitahukan kepada Konsultan Pajak lain tersebut, dan harus secara

jelas dan meyakinkan secara legal bahwa pelanggan tersebut telah mencabut

kuasanya dari Konsultan Pajak lain tersebut.

d) Dalam hal hubungan dengan wajib pajak

Konsultan Pajak Indonesia wajib:

1. Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan dengan memelihara

kepercayaan masyarakat; bersikap jujur dan berterus terang tanpa

mengorbankan rahasia penerima jasa; dapat menerima kesalahan yang tidak

disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak boleh menerima

kecurangan atau mengorbankan prinsip; mampu melihat mana yang benar,

adil dan mengikuti prinsip obyektivitas dan kehatihatian.

2. Bersikap profesional: senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam

pemberian jasa yang dilakukan; senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan dan menghormati kepercayaan masyarakat dan pemerintah;

melaksanakan kewajibannya dengan penuh kehati-hatian, dan mempunyai

kewajiban mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.

Page 28: Akuntan Dan Pajak-2

3. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak: Harus

menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

menjalankan jasanya, dan tidak menggunakan atau mengungkapkan

informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali ada hak atau kewajiban legal

profesional yang legal atau hukum atau atas perintah pengadilan untuk

mengungkapkannya. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan

bahwa staf atau karyawan maupun pihak lain dalam pengawasannya dan

pihak lain yang diminta nasihat dan bantuannya tetap menghormati dan

menjaga prinsip kerahasiaan.

Konsultan Pajak Indonesia dilarang:

1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak

mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan.

2. Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang

berhubungan dengan instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan.

3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk

pindah atau memilih Konsultan Pajak lain.

4. Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan

yang diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-

undangan perpajakan. 

5. Menerima permintaan Wajib Pajak atau pihak lain untuk melakukan

rekayasa atau perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.

e) Dalam hal publikasi

Konsultan Pajak Indonesia wajib mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai

berikut:

1. Nama kantor konsultan pajak yang dicantumkan pada papan nama adalah

sesuai dengan nama yang tercantum dalam ijin praktek dari Menteri

Keuangan/Direktur Jenderal Pajak

2. Pada papan nama harus dicantumkan nomor ijin praktek Konsultan Pajak

3. Apabila Konsultan Pajak berbentuk persekutuan, Nomor ijin praktek yang

harus dicantumkan pada papan nama adalah nomor ijin praktek salah

seorang dari anggota persekutuan

Page 29: Akuntan Dan Pajak-2

4. Ukuran dan warna papan nama disesuaikan dengan kebutuhan.

5. Konsultan Pajak Indonesia dilarang memasang iklan untuk mendapatkan

pelanggan.

f) Sanksi atas pelanggaran kode etik profesi

Pasal 13 Kode Etik Konsultan Pajak menegaskan :

1. Sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik antar lain berupa :

Teguran tertulis

Pemberhentian sementara

Pemberhentian tetap.

2. Sebelum sanksi yang tersebut pada ayat (1) di atas diberikan, anggota IKPI

yang bersangkutan harus diberi kesempatan membela diri dalam rapat

Majelis Kehormatan dan anggota tersebut dapat disertai oleh sebanyak-

banyaknya 3 (tiga) orang anggota IKPI lainnya sebagai pendamping

3. Dalam hal keputusan sanksi pemberhentian tetap, maka keputusan tersebut

baru berlaku setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk

membela diri di depan Kongres

4. Keputusan Kongres merupakan keputusan final dan mengikat.

G. Kewajiban Konsultan Pajak Menurut Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 98/Pmk.03/2005 Tanggal 13 Oktober 2005 Tentang Perubahan Atas

Pmk Nomor 485/Kmk.03/2003 Tentang Konsultan Pajak Indonesia

Kewajiban Konsultan Pajak:

a) Konsultan Pajak wajib mematuhi semua peraturan perundang-undangan

perpajakan.

b) Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar melaksanakan

hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan.

Page 30: Akuntan Dan Pajak-2

c) Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari

Wajib Pajak, setiap Konsultan Pajak wajib:

memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak yang masih berlaku; dan

memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak dan Surat Pernyataan

dengan bentuk sebagaimana ditetapkan dalam peraturan ini.

d) Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja yang berlaku di

lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang melakukan tindakan-

tindakan yang merugikan kepentingan negara.

e) Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) wajib mengikuti

penataran/pendidikan penyegaran perpajakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam

setahun yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Ikatan

Konsultan Pajak Indonesia.

f) Konsultan Pajak wajib mematuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

dan Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.

g) Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi jumlah dan

keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan jasa di bidang

perpajakan dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam

Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan ini dan melampirkan fotokopi

Sertifikat penataran/pendidikan penyegaran perpajakan sebagaimana dimaksud

pada huruf e.

h) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf g disampaikan kepada

Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan April tahun takwim

berikutnya.

i) Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaan penyampaian

Laporan Tahunan, yang disampaikan secara tertulis untuk paling lama 3 (tiga)

bulan."

Page 31: Akuntan Dan Pajak-2

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Pada waktu terakhir ini, perpajakan disoroti berbagai pihak dalam berbagai

sudut pandang. Sebagai organisasi yang dinamis, yang mempunyai tugas pokok dan

fungsi mengamankan penerimaan negara dalam APBN, Ditjen Pajak telah

mendayagunakan sorotan tersebut sebagai sumber kekuatan dalam mengelola pajak.

Ada 6 standarisasi yang dipersembahkan oleh SSTs, yang menjadi tujuan kita ;

1. Seorang akuntansi pajak seharuasanya tiadak merekomendasikan suatu keadaan

atau posisi jika posisi tersebut tidak pantas

2. Seorang akuntan pajak seharusnya tidak mempersiapkan atau menandai

penghasilan jika hal ini merupakan suatu keadaan dimana seorang tidak bisa

merekomendasikan no.1

3. Seorang akuntan pajak bisa merekomendasikan yang mana dia dapat

menyimpulkan suatu keadaan tersebut dengan tidak tergesa-gesa

4. Seorang akuntan pajak mempunyai kewajiban untuk memberikan nasehat kepada

kliennya tentang hukuman yang dapat di berikan karena beberapa keadaan dan

sekaligus pemecahan masalahnya.

5. Seorang akuntan pajak seharusnya tidak merekomendasikan suatu keadaan dimana

dapat bertindak secara tidak adil terhadap audit pemilihan proses oleh IRS

6. Melayani keadaan dimana orang hanya beragumen saja tanpa adanya praktek.

Tetapi ada beberapa area dari akuntansi pajak yang belum jelas dan sangat

problematik. Hal ini adalah area tempat dari exploitation dari sistem pajak.

SARAN

Page 32: Akuntan Dan Pajak-2

Hendaknya akuntan pajak dapat lebih beretika dalam menjalankan profesinya.

Untuk wajib pajak hendaknya melaporkan pendapatannya secara jujur dan menyadari

pentingnya pajak untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://memebali.blogspot.com/2013/06/etika-dalam-praktik-perpajakan.html

http://icharatnasariadu.blogspot.com/2011/11/etika-dalam-perpajakan.html

http://asdarmunandar.blogspot.com/2012/02/kode-etik-ikatan-konsultan-pajak.html

http://ksandi43.wordpress.com/2011/12/06/kode-etik-ikatan-konsultan-pajak-indonesia-

ikpi/

http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/11/akuntansi-pajak-tax-

accounting.html

Page 33: Akuntan Dan Pajak-2

KASUS

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung

malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia

sebesar US$ 75 ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa

profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak

perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini,

kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi

hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-was dengan

polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar, Baker

melaporkan secara suka rela kasus ini dan memecat eksekutifnya. Badan pengawas

pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjeratnya dengan Foreign

Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika di luar

negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.

Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.

KPMG pun terselamatkan.

Analisis :

Seharusnya melakukan pertanggung jawaban sebagai profesional yang senantiatasa

menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam setiap kegiatan yang

dilakukannya. Selain itu seharusnya tidak melanggar prinsip etika profesi yang

kedua,yaitu kepentingan publik, yaitu dengan cara menghormati kepercayaan publik.

Kemudian tetap memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sesuai dengan

prinsip integritas. Seharusnya tidak melanggar juga prinsip obyektivitas yaitu dimana

setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan

dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

Page 34: Akuntan Dan Pajak-2

KASUS PELANGGARAN ETIKA KONSULTAN PAJAK

Konsultan Pajak yang terlibat dalam kasus Dhana Widyatmika ditahan oleh Jaksa

Agung Muda Pidana Khusus selaku penyidik. Hendro Tirtawijaya sebagai salah satu

konsultan pajak PT Ditax Management Resolusindo tersangka dalam kasus korupsi

pajak yang dilakukan oleh Herly Isdiharsono rekan Dhana. Kepala Pusat Penerangan

Hukum (Kapuspenkum) Kejagung M Adi Toegarisman mengatakan bahwa penyidik

resmi melakukan penahanan setelah beberapa kali memeriksa tersangka Hendro.

Menurut Adi, penyidik telah menemukan bukti yang kuat yang menunjukkan

keterlibatan Hendro dalam kasus ini. Hendri merupakan rekan dari pegawai pajak Herly

Isdiharsono yang diduga sebagai penghubung dengan wajib pajak Johnny Basuki selaku

pemilik PT Mutiara Virgo. Selain membagi-bagikan uang, hendro juga diduga turut

menerima uang atas jasanya sebagai perantara.

Berdasarkan hasil kajian, pada tahun 2003 dan 2004 pengajuan restitusi PPN Mutiara

Virgo tidak dilengkapi dokumen yang memadai. Karena itu tim pemeriksa mengusulkan

untuk dilakukan pemeriksaan pajak secara menyeluruh. Berdasarkan hasil pemeriksaan

maka terdapat pajak kurang bayar sebesar Rp.82,591 miliar ditambah denda Rp 46,080

miliar. Data ini diberikan Herly kepada Hendro di KPP Jakarta Palmerah pada Agustus

2005. Atas hasil pemeriksaan itu Johnny meminta Hendro agar melakukan pendekatan

dan negosiasi untuk mengurangi jumlah pajak. Hendro pun melakukan pendekatan

kepada Herly selaku perwakian tim pemeriksa, dan bersepakat untuk mengesampingkan

hasil pemeriksaan asalkan ada kompensasi sejumlah uang untuk tim pemeriksa.