Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

23
Akuntan “Baru” vs Akuntan Arthur Andersen (Oleh: Venus Gani, SE, Ak., MSi.) Pengantar Perubahan terus berlangsung di segala bidang dan juga di segala profesi. Profesi akuntansipun mengalami perubahan. Perubahan tersebut ada yang direspons dengan baik oleh para akuntan tetapi ada pula yang tidak mau tahu dan tetap menggunakan kaca mata lama. Lebih buruk lagi ada yang melawan perubahan. Sepak terjang para akuntan dan dunia pendidikan tidak lepas dari pengaruh the Big Four Accounting Public Firms “the-4” (4 kantor akuntan publik terbesar di dunia). The-4 banyak menentukan kebijakan di bidang akuntansi karena kebesarannya, kekayaannya, ke profesionalannya. Di sinilah tempat berkumpulnya para praktisi akuntansi yang diakui kehebatannya. Bukan hanya di bidang akuntansi, the-4 tidak hanya menyediakan jasa akuntansi dan pajak tetapi di segala bidang bisnis, mulai pemasaran, teknologi informasi, pengoranisasian, strategi perusahaan, manufacturing proses, dll. Dengan kata lain mereka menjalankan bisnis multy-disciplinary practice (MDP). The-4 merupakan kumpulan orang-orang pandai yang sebagian besar diisi oleh para akuntan. Maka menarik bagi kita belajar dari apa yang terjadi di the-4. Tabel 1. Pendapatan dan Pertumbuhan the Big Four Tahun 2006 Kantor Akuntan Pendapatan Tingkat Tahun (Juta $) Pertum- Buku buhan (%) PriceWaterhouseCoopers 21,986 9 Juni 2006 Deloite Touche Tohmatsu 20,000 10 Mei 2009 Ernst & Young 18,400 9 Juni 2006 KPMG 16,880 8 Sept 2006 Total 77,266 1

Transcript of Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

Page 1: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

Akuntan “Baru” vs Akuntan Arthur Andersen

(Oleh: Venus Gani, SE, Ak., MSi.)

Pengantar

Perubahan terus berlangsung di segala bidang dan juga di

segala profesi. Profesi akuntansipun mengalami perubahan.

Perubahan tersebut ada yang direspons dengan baik oleh para

akuntan tetapi ada pula yang tidak mau tahu dan tetap

menggunakan kaca mata lama. Lebih buruk lagi ada yang melawan

perubahan.

Sepak terjang para akuntan dan dunia pendidikan tidak lepas

dari pengaruh the Big Four Accounting Public Firms “the-4” (4

kantor akuntan publik terbesar di dunia). The-4 banyak

menentukan kebijakan di bidang akuntansi karena kebesarannya,

kekayaannya, ke profesionalannya. Di sinilah tempat berkumpulnya

para praktisi akuntansi yang diakui kehebatannya.

Bukan hanya di bidang akuntansi, the-4 tidak hanya

menyediakan jasa akuntansi dan pajak tetapi di segala bidang

bisnis, mulai pemasaran, teknologi informasi, pengoranisasian,

strategi perusahaan, manufacturing proses, dll. Dengan kata lain

mereka menjalankan bisnis multy-disciplinary practice (MDP). The-4

merupakan kumpulan orang-orang pandai yang sebagian besar diisi

oleh para akuntan. Maka menarik bagi kita belajar dari apa yang

terjadi di the-4.

Tabel 1. Pendapatan dan Pertumbuhan the Big Four Tahun 2006Kantor Akuntan Pendapatan Tingkat Tahun

(Juta $) Pertum- Bukubuhan (%)

PriceWaterhouseCoopers 21,986 9 Juni 2006Deloite Touche Tohmatsu 20,000 10 Mei 2009Ernst & Young 18,400 9 Juni 2006KPMG 16,880 8 Sept 2006Total 77,266

1

Page 2: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

Total Pendapatan the-4 tahun 2006 sebesar $77.266 Juta

(lihat tabel 1). APBN Indonesia tahun 2009 sebesar Rp 988,1

Trilyun (lihat tabel 1b) kurs yang digunakan tanggal 25 Mei 2009.

Tabel 1b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009 (Sumber Dep.Keu)

Kurs Pajak APBN & NK Asumsi Makro

SK Kurs 517/KM.1/2009 25 Mei 2009

1USD Amerika Serikat 10,334.40

1AUD Australia 8,008.33 1CAD Canada 9,014.18 1DKK Denmark 1,909.68 1HKD Hongkong 1,333.05 1MYR Malaysia 2,926.02

1NZD Selandia Baru 6,260.79

1NOK Norwegia 1,612.89 1GBP Inggris 16,183.46

APBN 2009 (dlm triliun)Pend. Negara 848,6 - Pen. Perpajakan 661,8 - Pen. Bukan Pajak 185,9 - Hibah 0,9Belanja Negara 988,1 - Belanja Pem. Pusat 685,0

- Belanja Daerah 303,1 Pembiayaan 139,5 - Dalam negeri 109,5 - Luar Negeri -14,5 - Tambh. Pmbyn Utang 44,5

Sumber: APBN Th.2009 Penyesuaian

Asumsi Makro 2009

PDB (Triliun Rp) 5.487,6Pertmbhn Ek.(%) 4.5 Inflasi (%) 6.0 Kurs ($/Rp) 11.000 SBI 3 bln (%) 7.50 Mnyk Ind (US$/brl) 45.0

Lift. Mnyk (Jt.brl/hr) 0.960

Prd. Batubara (Jt ton) 250

Lifting Gas (MMSCFD) 7.526,3

Sumber: APBN Th.2009

Apabila pendapatan the-4 dibawa ke tahun 2009 dengan tingkat

pertumbuhan 10%, maka hasilnya sebesar 1.062,8 Trilyun. Berarti

pendapatan the-4 sedikit melebihi pendapatan APBN. The-4 bisa

membuat suatu negara yang setara Indonesia dan bisa membiayai

kehidupan sebanyak penduduk Indonesia.

Tabel 2. Pendapatan dan Pertumbuhan the Big Six Tahun 1997Kantor Akuntan Pendapatan Pertumbuhan

($ milyar)Andersen worldwide 11.3 19%Ernst & Young 9.1 17%KPMG 9 11%Coopers & Lybrand International 7.5 14%Deloitte Touche Tohmatsu Int. 7.4 12%Price Waterhouse 5.6 12%

Dari pendapatan the Big Six tahun 1997 (lihat tabel 2), Arthur

Andersen (Andersen worldwide) menduduki peringkat pertama

sebesar $11,3 Milyar dengan tingkat pertumbuhan paling besar juga 2

Page 3: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

3

sebesar 19%. Saat itu Price Waterhouse belum merger dengan

Coopers. Pada tahun 2002 Andersen Worlwide bangkrut. Maka

menarik bagi kita perusahaan jasa akuntansi terbesar yang memiliki

segalanya dapat bangkrut.

Pasar jasa-jasa akuntansi di Amerika tahun 1997 (Theodorus

M. Tuanakotta, 2007, hal 61) tumbuh 42% per tahun. Di Amerika

pertumbuhan yang fantastis datang dari bisnis konsultasi,

khususnya teknologi informasi (TI). Pendapatan dari jasa konsultasi

tahun 1997 mencapai $7,7 milyar. Jumlah ini hampir separuh dari

pendapatan seluruh jasa the Big Six di Amerika sebesar $17,4

Milyar. Berarti 50% dari pendapatan the Big Six disumbangan oleh

sektor konsultan khususnya TI.

The Big Six merupakan cermin dari kemapanan para akuntan.

Atrthur Andersen (AA) semula adalah yang terbesar sebelum Price

Waterhouse dan Coopers & Lybrand melakukan merger. Namun

nasibnya tragis pada tahun 2002 bangkrut. Banyak pihak secara

umum mengatakan kebangkrutannya karena kasus Enron dan

WorldCom. Kasus kebangkrutan perusahaan yang menyeret

akuntan publiknya adalah hal biasa pada kantor akuntan publik.

Sesungguhnya kebangkrutan AA karena masalah internnya.

Kebangkrutan AA karena keserakahan memburu uang tanpa

diikuti oleh tanggung jawab profesional. Namun yang tidak kalah

pentingnya adalah karena pertempuran para konsultan dan para

auditor yang ada di AA. Pada tahun 1950-an AA mulai merintis

suatu bidang konsultan teknologi informasi. Para konsultan ini

semula adalah auditor yunior di AA. Mereka tidak banyak

mendapatkan proyek/kerjaan dan dialihkan ke bisnis baru di bidang

teknologi informasi. Mereka mau belajar sendiri. Saat itu belum ada

sekolah khusus komputer.

Page 4: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

4

Pelan tetapi pasti kebutuhan jasa konsultan TI berkembang

terus bahkan pada tahun 1990 divisi konsultan TI AA sudah dapat

menandingi IBM. Di AA selalu terjadi konflik antara para auditor

(audit dan pajak) dan konsultan TI. Pendapatan Konsultan TI

semakin besar terus dan mengalahkan pendapatan para auditor.

Konflik berkepanjangan hingga berakhir dengan keinginan untuk

memisahkan diri para konsultan dari para seniornya yang

membesarkannya (auditor). Pertempuran di AA dimenangkan oleh

para konsultan TI hingga pada tahun 2002 mereka berpisah dan

konsultan TI berubah menjadi perusahaan Accenture yang

sekarang ini sangat disegani di dunia konsultan teknologi informasi.

Meskipun demikian para karyawan Accenture tidak sedikit yang

berlatar belakang bisnis termasuk akuntansi. Sebaliknya para

auditor AA tercerai berai, AA bangkrut.

Kasus yang dialami oleh AA akan berulang dan terjadi lagi di

the-4 atau kantor akuntan publik lainnya. Karena mereka semua

menjalankan bisnis MDP. Mungkin di Amerika praktik MDP sudah

mulai di batasi sejak kasus AA, tetapi di negara lain belum tentu. Di

Indonesiapun praktik MDP masih dilakukan oleh para akuntan

publik. Sudah saatnya para akuntan jangan menjadi para akuntan

AA tetapi menjadi akuntan “baru”.

Sesungguhnya ketidakmampuan akuntan publik menjalankan

fungsinya tidak hanya terjadi di AA tetapi terjadi pula di the-4.

Namun kebetulan yang nasib buruk terjadi di AA. Persaingan antara

auditor dan konsultan TI pun terjadi pula di the-4. Tinggal

bagaimana mengelolanya. Di samping itu para auditor mau tidak

mau merubah dirinya dan belajar dari para konsultan TI. Dahulu

para konsultan TI Andersen adalah para auditor juga, mereka mau

belajar menyongsong perubahan dunia.

Page 5: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

5

Melihat kenyataan ini, masalah yang dihadapi oleh akuntan

publik bukan hanya masalah etika. Umumnya masalah kegagalan

audit dikaitkan dengan masalah etika. Namun, tidak kalah

pentingnya kemampuan teknikal dalam mengaudit. Salah satu

bidang yang berkembang pesat adalah penggunaan database.

Penggunaan database mengubah pemrosesan informasi akuntansi,

oleh karenanya mengubah cara kerja auditor, ahli pajak, akuntan

manajemen dan profesi akuntansi lainnya.

Penguasaan Database membuat akuntan dapat meningkatkan

kemampuan teknikal yang dibutuhkan sekarang ini baik sebagai

akuntan eksternal maupun internal. Dengan penguasaan ini juga

dapat bekerjasama dengan para konsultan TI (ada bagian pasar

yang masih dapat diperoleh) ataupun dapat bekerja sebagai

konsultan TI. Saya menyebut akuntan “baru” itu adalah akuntan

database.

Arthur Andersen “The Big Five” Accounting Public Firm

Bangkrut karena kasus Enron dan WorldCom?

Kasus Enron dan WorldCom memberi dampak yang luar biasa

bagi dewan direktur, manajemen dan akuntan publik. Bagi kita,

kebangkrutan perusahaan adalah hal biasa. Ketika Enron yang

memiliki aktiva sebesar 62 milyar dollar dinyatakan bangkrut pada

Desember 2001. Itu adalah kebangkrutan terbesar dalam sejarah

Amerika Serikat (Romney dan Steinbart, 2006). Pada bulan Juni

2002, Arthur Andersen (Kantor Akuntan Publik sebagai auditornya),

satu dari perusahaan akuntan publik terbesar di dunia terkena

dampaknya sebagai pihak yang harus bertanggungjawab.

Kebangkrutan Enron menjadi tidak seberapa bila

dibandingkan dengan kebangkrutan susulan dari WorldCom dengan

kepemilikan aktiva lebih dari 100 milyar dollar pada bulan Juli 2002.

Page 6: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

Arthur Andersen adalah perusahaan yang mengaudit laporan

keuangan perusahaan-perusahaan tersebut tidak termaafkan dan

sekaligus dibangkrutkan karena kasus tersebut.

Berita Kompas, 3 Juni 2009 hal 11 (Tabel 3 Kebangkrutan

Terbesar di Amerika Serikat) ”GM akan muncul kembali”, Worldcom

dan Enron merupakan kebangkrutan perusahaan terbesar di

Amerika Serikat sampai dengan tahun 2002. Pada tahun 2008 dan

2009 perusahaan yang bangkrut yang besarnya melebihi dari

Worldcom adalah Lehman Brothers dan Washington Mutual.

Kemudian di bawah Worldcom ada General Motor (GM). Ketiga

perusahaan ini bangkrut karena krisis finansial tahun 2008.

Tabel 3. Kebangkrutan Terbesar di Amerika Serikat (Sumber: AP,AFP,Reuters)Perusahaan Tgl BangkrutTotal Asset Total Asset Sebelum Bangkrut

Sebelum Bangkrut dlm Nilai Sekarang (dalam US$)Lehman Brothers 15-Sep-08 639,063,000,000 649 MilyarWashington Mutual 26-Sep-09 327,913,000,000 333 MilyarWorldcom 21-Jul-09 103,914,000,000 126 MilyarGeneral Motor 1-Jun-09 82,300,000,000 82,3 MilyarEnron 12-Feb-01 63,392,000,000 78,2 MilyarConseco 18-Dec-02 61,392,000,000 74,5 MilyarChrysler 30-Apr-09 39,300,000,000 39,3 MilyarTexaco 12-Apr-87 35,892,000,000 69 MilyarFinancial Corporation of America 9-Sep-88 33,864,000,000 62,5 MilyarRefco 17-Oct-05 33,333,172,000 37,3 MilyarGlobal Crossing 28-Jan-02 30,185,000,000 36,6 MilyarPacific Gas & Electric Co. 6-Apr-01 29,770,000,000 36,7 MilyarUAL Corporation 9-Dec-09 25,197,000,000 30,6 MilyarDelta Air Lines 14-Sep-05 21,801,000,000 24,4 MilyarDelphi Corporation 8-Oct-05 22,000,000,000 24,4 Milyar

Semua the Big Five Bermasalah

The Big Five adalah sebutan 5 accounting public firms (KAP)

terbesar di dunia termasuk Andersen. Penulis mengutip dari buku

Theodorus M. Tuanakotta, hal 243-244:

Bahwa Andersen bermasalah dan pada akhirnya bubar,

tidaklah berarti bahwa hanya AA yang bermasalah. Bahkan sesudah

hilangnya AA dari industri akuntansi, dan kantor akuntan peringkat

teratas menjadi the-4, terjadi banyak masalah.

6

Page 7: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

Stephen Taub mengutip suatu kajian yang dibuat oleh Weiss

Rating berjudul “The Worsening Crisis of Confidence on Wall Street:

The Role of Auditing Firms”. Ada dua bagian dari kajian itu yang

dikutip Taub.

Tabel 4. KAP dan Klien dalam Weiss RatingKantor Akuntan Perusahaan

DiauditAndersen 11PriceWaterhouseCoopers 7Deloitte & Touche 5KPMG 5Ernst & Young 4Tullis Taylor 1

Pertama, kajian meliputi 33 perusahaan yang

memperdagangkan surat berharga (efek-efek) mereka di pasar

modal. Mereka melaporkan kesalahan akuntansi yang besar,

sehingga laporan keuangannya harus disajikan ulang. Dari 33

perusahaan tersebut, 94% memperoleh pendapat wajar tanpa

pengecualian. Tabel 4 berisi daftar kantor akuntan yang melakukan

audit ke 33 perusahaan tersebut. Kita lihat yang terbesar adalah

Andersen.

Nilai pasar saham-saham mereka anjlok dari jumlah nilai

pasar tertinggi sebesar $1,8 Trilyun menjadi $527 milyar. Ini berarti

kerugian total bagi pemegang saham sebesar hampir $1,3 trilyun.

Berdasarkan tabel 4 tersebut, dari 7 perusahaan yang diaudit

PwC mengeluarkan going concern warning untuk 2 perusahaan.

Going concern warning merupakan peringatan kepada pembaca

laporan keuangan bahwa perusahaan mempunyai masalah yang

mempunyai dampak negatif terhadap kelangsungan hidupnya.

Tabel 5. KAP dan Klien dengan Going ConcernKantor Akuntan Perusahaan PersenErnst & Young 46 65PriceWaterhouseCoopers 38 63Second-tiers accounting firms 34 59Arthur Andersen 48 56Deloitte & Touche 34 56KPMG 28 42

7

Page 8: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

8

Bagian kedua dari kajian Weiss Ratings yang dikutip oleh

Taub berkaitan dengan 228 perusahaan yang setelah laporan audit

diterbitkan, mendaftarkan kebangkrutannya antara tanggal 1

Januari 2001 dan 30 Juni 2002. Diantaranya 42% memperoleh

pendapat wajar tanpa pengecualian. Going concern warning hanya

diberikan kepada 58% perusahaan.

The Big Five mengaudit 194 perusahaan dari 228 perusahaan

yang bangkrut, sedangkan sisanya (34) diaudit oleh kantor akuntan

yang lebih kecil. Lagi-lagi Andersen yang terburuk dengan jumlah

perusahaan terbanyak diaudit (48) dan yang mendapat peringatan

hanya 56%.

Dengan demikian jelaslah bagi kita masalah yang dihadapi

oleh Andersen juga dihadapi oleh the Big Four. Andersen sedang

bernasib buruk karena Worldcom dan Enron perusahaan dengan

asset terbesar sampai dengan tahun 2002 yang bangkrut, yang

pengaruhnya sangat besar sekali.

Dalam merespons masalah ini, Congress (Dewan Perwakilan

Rakyat) Amerika Serikat mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act of 2002

(SOX). SOX diaplikasikan pada perusahaan publik dan auditor-nya

yang dimaksudkan untuk mencegah kecurangan laporan keuangan,

memperkuat pengendalian internal perusahaan dan

menghukum eksekutif perusahaan yang melakukan

kecurangan.

SOX memiliki pengaruh material pada dewan direktur,

manajemen dan akuntan pada perusahaan publik. SOX juga

memiliki pengaruh yang dramatis pada para akuntan publik dan

pengauditan perusahaan publik. Salah satu aspek penting dari SOX

(Romney dan Steinbart 2006): SOX membentuk 5 anggota Public

Company Accounting Oversight Board (PCAOB) untuk

mengawasi profesi auditing. SEC menunjuk anggota PCAOB dan

Page 9: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

9

mengatur aktivitasnya. Akibatnya, non akuntan sekarang

mengatur profesi auditing, tiga anggota PCAOB bukan

akuntan. Fakta ini menunjukkan bahwa orang tidak perlu

bersertifikat akuntan publik namun dapat mengendalikan

praktik akuntan publik. Jika kita tidak dapat mengatur profesi

kita sendiri, maka pihak luar yang akan mengatur kita.

Apa Sesungguhnya Penyebab Kebangkrutan Arthur

Andersen?

Pada tahun awal berdirinya Arthur Andersen (AA) murni di

bidang auditor. Dalam perkembangannya pada tahun 1950-an, AA

memprektekkan jasa konsultasi termasuk teknologi informasi. Pada

tahun 1953, General Electrik minta bantuan AA menjadi konsultan

teknologi informasi. Sejak saat itu eksistensi divisi teknologi

informasi mulai diakui. Dengan demikian AA memiliki 2 divisi: Divisi

Auditor (terdiri dari Auditor Eksternal dan Perpajakan) dan Divisi

Konsultan Teknologi Informasi.

Pada tahun-tahun tersebut computer adalah hal yang baru,

tidak ada sekolah computer. Para konsultan belajar sendiri tentang

computer. Mereka sebelumnya adalah auditor juga. Kemudian

Pimpinan AA mendanai sekolah pelatihan computer untuk auditor

yang muda usianya. Saat itu pertumbuhan bisnis auditor sedang

baik sehingga para auditor yunior yang tidak mendapat proyek

harus belajar computer dan berada di divisi konsultan.

Perlahan tetapi pasti para konsultan AA mulai dapat

menandingi IBM di bidang jasa konsultan teknologi informasi tahun

1990 an. Di sisi lain, Mulai tahun 1970 an gelombang tuntutan pada

praktik auditor mulai melejit hingga sekarang. Perusahaan-

perusahaan banyak yang bangkrut dan para auditornya banyak

yang mendapat tuntutan hukum yang harus menerima denda

Page 10: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

10

sangat besar berakibat mengurangi keuntungannya. Ini berlaku

pada seluruh akuntan public lain termasuk The Big Four sekarang

ini. Biaya asuransi professional meroket.

Sejak tahun 1960-an para auditor AA lebih tertarik sebanyak

mungkin mencari pelanggan dengan bisnis beraneka rupa dibidang

akuntansi dan keuangan tanpa memperhatikan kualitas auditor.

Orang-orang tua sudah harus pensiun saat umur 56 tahun.

Pimpinan banyak dipegang oleh orang muda bahkan pengetahuan

dan pengalaman belum cukup. Perhatian lebih banyak ke sisi

penjualan yang penting dapat klien. Tidaklah mengherankan

tuntutan kebangkrutan perusahaan juga banyak ditujukan pada AA.

Pada tahun 1970 an divisi konsultan sudah menghasilkan laba

per orang yang lebih tinggi dibandingkan divisi auditor. Dan divisi

konsultan wajib mensubsidi divisi auditor. Semula divisi auditor

yang melahirkan dan mensubsidi divisi konsultan. Pada tahun 1988

pertumbuhan bisnis konsultan 33%, sedangkan bisnis auditor hanya

14%.

Konflik antara divisi auditor dan konsultan terus berlangsung.

Hal ini dikarenakan perbedaan hak dan kewajiban antar mereka,

adanya tuntutan hukum bagi para auditor yang berdampak pada

kelangsungan hidup perusahaan, pembatasan otoritas divisi

konsultan, perbedaan pendapatan dan laba yang disumbangkan

oleh kedua divisi yang berbeda.

Sejak tahun 1970 para konsultan selalu mensubsidi para

auditor. Hal ini menyebabkan para konsultan ingin memperoleh

otoritas yang lebih besar dan akhirnya berujung dengan keinginan

untuk memisahkan diri dari para auditor. Perbedaan penghasilan

antara konsultan dan auditor sangat jauh.

Puncaknya terjadi pada tahun 1994 untuk pertama kalinya

pendapatan divisi konsultan sama dengan divisi auditor. Divisi

Page 11: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

11

konsultan dengan jumlah tenaga kerja yang jauh lebih sedikit.

Tingkat laba tertinggi juga dihasilkan oleh divisi konsultan.

Permintaan jasa-jasa teknologi juga terdorong dengan munculnya

SAP (merupakan salah satu software Enterprise Resource Planning,

software terintegrasi yang meliputi seluruh fungsi perusahaan untuk

mencapai strategi perusahaan).

Meskipun mereka menggunakan gedung yang sama namun

begitu masuk ke ruangannya akan tampak beda sekali. Interaksi

dari kedua kubu tersebut adalah di lift. Orang-orang konsultan

berpakaian lebih parlente. Lantai auditor ditutup dengan karpet

hijau hutan. Dalam bukunya, Barbara Toffler menyebut karpet itu

kelihatan kumuh dan sedih, peninggalan zaman “baheula”.

Sebaliknya, di lantai konsultan terbuat dari kayu indah dengan kaca

es yang memberi kesan modern dan pertumbuhan pesat. Komentar

seorang partner di kantor New York pada akhir 1990-an: “Kalau

anda salah masuk ke lantai para konsultan, anda berdecak kagum.

Sampai anda balik ke lantai auditor, anda berasa berada di kandang

kelinci”.

Keinginan divisi konsultan untuk memisahkan diri tidak

terbendung lagi. Pada tahun 1998, hal ini mencapai puncaknya

mereka sepakat menggunakan pengacara sebagai penengah

(perkara arbitrase) kedua kubu. Pada tahun 2002 keputusan

arbitase keluar. Divisi Konsultan (sering disebut juga Andersen

Consulting) diputuskan untuk membayar $1 Milyar kepada divisi

Auditor (sering disebut Arthur Andersen). Dan sejak saat itu Divisi

Konsultan pisah dan menggunakan nama Accenture. Kita kenal

sekarang Accentur salah satu perusahaan terhebat di dunia di

bidang konsultan manajemen berbasis teknologi informasi.

Apa yang diraih divisi konsultan berbeda dengan divisi

auditor. Tuntutan hukum bagi auditor itu adalah hal biasa dan

Page 12: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

12

sering terjadi. Namun bagi Arthur Andersen kasus Enron dan

Worldcom merupakan puncak gunung es dari masalah kompetensi

auditornya. Arthur Andersen akhirnya bubar bukan karena tuntutan

hukum saja, tetapi terlebih dari para klien meninggalkannya. Para

auditornya juga bubar tercerai-berai.

Berikut ini adalah kutipan dari buku Theodorus M. Tuanakotta

dalam bukunya “Setengah Abad Profesi Akuntansi” hal 122-123:

Tidak ada penjelasan yang sederhana mengenai perubahan

karakter dari suatu perusahaan raksasa Arthur Andersen (AA).

Ukuran raksasa ini memberi petunjuk bahwa dinosaurus AA ini

berhadapan dengan perubahan lingkungan hidup yang hebat, dan

sebagai makhluk bisnis ia harus bertahan.

Perubahan pertama bukan dari dirinya sendiri. Kehidupan

petani yang digambarkan oleh David Maister bukanlah di ladang

pertanian dengan satu jenis tanaman. Ada satu tanaman yang

tahan penyakit, memberi hasil panen yang stabil, namun tidak

istimewa. Petaninya adalah para auditor. Di ladang yang lain,

tumbuh tanaman lain. Baru, tetapi sangat menjanjikan. Petaninya

adalah para konsultan, khususnya konsultan TI. Semula hubungan

kedua kelompok tani ini rukun. Kalau yang satu gagal panen, yang

lain akan membantu. Lama-kelamaan “petani” konsultan semakin

makmur, dan secara alamiah ingin memisahkan diri.

Sementara itu, “petani” auditor sudah terlanjur hidup makmur

dengan subsidi dari “petani” konsultan. Gaya hidup tidak bisa

diubah. “Petani” auditor tersentak dari mimpi indahnya. Setelah

“petani” konsultan memisahkan diri, “petani” auditor mulai

menyadari, bahwa teman sejawatnya bukanlah petani, melainkan

pemburu. Tapi ia ingat masa-masa indah bersama “petani”

konsultan. Sekarang, darah yang mengalir dalam tubuhnya adalah

Page 13: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

13

darah pemburu ulung yang sangat agresif, tetapi pemburu yang

tidak melupakan tanaman unggulan yang dikenalnya di masa lalu.

Dunia perburuan yang dimasuki Andersen mempunyai aturan

main yang berbeda dengan kesantunan alam petani. Aturan

mainnya adalah shoot anything that moves. Dalam dunia the Big

Six (enam perusahaan akuntan public yang menguasai dunia

dengan omzet luar biasa yang merupakan pelaku utama dan

menentukan di bidang akuntansi) aturan mainnya adalah

multidisciplinary practice (tidak hanya memberikan jasa akuntansi

dan pajak, tetapi semua bidang bisnis termasuk pemasaran,

teknologi informasi, strategy, dll).

Barbara Toffler melihat perubahan AA sebagai budaya yang

berkembang di mana uang adalah segala-galanya. Petinggi AA

menyalahkan Department of Justice (DOJ) sebagai penyebab

kematian AA. “Leslie Caldwell, (Director of the Enron Task Force

dari DOJ), menyatakan: “The government did not destroy Arthur

Andersen. The management destroyed Arthur Andersen.” Dengan

nada serupa Barbara Toffler menulis:

The fall of Arthur Andersen, I Believe, was no murder. It was

a suicide, set in motion long before there was ever an indictment.

Yet while the guilty verdict sealed Andersen’s fate, by the time it

came it was merely a formality, the last nail in a coffin whose grave

had been primed for burial.

Terjemahannya: Kejatuhan Arthur Andersen, saya percaya,

bukan karena dibunuh. Itu adalah bunuh diri, yang berlangsung

jauh sebelum indictment. Vonis yang menyatakan Andersen

bersalah sekedar memeteraikan nasib akhirnya. Namun, putusan itu

sebenarnya sekedar formalitas, paku terakhir yang dihunjamkan ke

peti mati di mana liang lahatnya sudah dipersiapkan.

Page 14: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

14

Mungkin kalau hanya satu kasus orang tidak akan

menyalahkan AA. Bernie Sanders (House of Representatif,

Independent of Vermont) dalam dengan pendapatnya dengan

Mel Dick (partner audit WorldCom) menyatakan:

It appears very clearly that Arthur Andersen failed in their

audit of WorldCom, you failed in the audit of Enron, you failed in the

audit of Subbeam, you failed in the audit of Waste Management,

you failed in the audit of McKesson, you failed in the audit of Baptist

Foundation of Arizona. What was Arthur Andersen doing? I mean…it

is incomprehensible to me that a major accounting firm could have

such a dismal record in trying to determine what the financial health

of company is. It’s almost beyond comprehension.

Terjemahan: kelihatan jelas sekali, Arthur Andersen gagal

dalam audit mereka di WorldCom, Anda gagal dalam audit Enron,

Anda gagal dalam audit Waste Management, Anda gagal dalam

audit Mc Kesson, Anda gagal dalam audit Baptist Foundation of

Arizona. Apa yang Arthur Andersen lakukan? Maksud saya….

Tidaklah masuk akal kantor akuntan sebesar ini mempunyai rekam

jejak yang mengecewakan dalam upaya menentukan tingkat

kesehatan keuangan suatu perusahaan. Hampir-hampir tidak

masuk akal.

Kita dapat simpulkan bahwa kegagalan audit selalu mendera

KAP termasuk the Big Four. Data-data di atas terkait dengan audit

yang dilakukan the Big Four. Kita tahu bahwa klien the-4 terutama

perusahaan multinasional. Perusahaan multi nasional lebih

kompleks dan sistem informasinya sudah tentu berbasis teknologi

informasi.

Tidak perlu perusahaan multi nasional perusahaan menengah

saja sudah banyak menggunakan sistem informasi berbasis IT.

Akuntan hendaknya mempertimbangkan dampak teknologi

Page 15: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

15

informasi atas audit. Dengan kata lain cara audit perusahaan

berbasis IT lain dengan perusahaan tidak berbasis IT.

Sistem Informasi Berbasis Double Entry

Dalam bisnis kita bicara berapa keuntungan perusahaan?

Berapa pendapatan perusahaan? Berapa biaya-biaya yang terjadi di

perusahaan? Berapa kekayaan perusahaan? Berapa kewajiban

Perusahaan? Berapa modal kerja perusahaan? Dan, pertanyaan-

pertanyaan lainnya. Informasi-informasi ini sangat penting dalam

pengambilan keputusan bisnis.

Bagaimana cara kita untuk mengetahui jumlah tersebut?

Tentu saja ada cara untuk memproses supaya dapat untuk

menghitung angka-angka tersebut. Maka muncullah teknik (tool)

double entry. Terima kasih pada yang menciptakan double entry

karena sudah melayani hingga sekarang ini (sudah berapa puluh

tahun atau bahkan sudah sudah lebih dari seratus tahun sejak

ditemukannya oleh Lucca Pacioli). Namun, keadaan sekarang

membutuhkan teknik yang lebih sesuai dengan tantangan yang

dihadapi. Kita perlu meng-upgrade teknik double entry tersebut.

Double berarti dua/ganda atau berpasangan. Entry berarti

masukan atau catatan. Berarti double entry(DE) memiliki

pemahaman catatan atau masukan berganda/berpasangan. Dalam

keseharian praktik DE diterapkan dibidang akuntansi.

Penggunaannya adalah dengan pembuatan jurnal di mana selalu

menggunakan sisi debit dan kredit. Jumlah total sisi debit dan kredit

harus sama. Pendebitan dan pengkreditan berkaitan dengan aktiva,

kewajiban, ekuitas pendapatan dan biaya.

Pemrosesan data dilakukan melalui jurnal, buku besar dan

buku pembantu, kemudian neraca saldo dan terakhir terbentuklah

laporan keuangan. Di sini terjadi beberapa kali pencatatan dari

Page 16: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

bukti transaksi hingga tersusun laporan keuangan. Pada setiap

tahap selalu ada cara (proses check & recheck) untuk membuktikan

bahwa jumlah debit dan kredit harus sama. Dan terakhir

terbentuklah laporan keuangan (neraca dan laba rugi) yang jumlah

debit dan kreditnya juga harus sama. Demikianlah pemahaman

tentang double entry, lihat gambar 1.

Double entry hanya memproses data keuangan/akuntansi.

Semua transaksi yang dapat diukur secara layak pada aktiva,

kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya. Data lainnya yang tidak

dapat diukur secara layak atau tidak bersifat keuangan, tidak akan

diproses.

Gambar 1. Sistem Informasi Berbasis Double-Entry

Cek = Periksa kesamaan debit dan kredit

BuktiTransaksi

Buat Jurnal

dan Cek

Catat& Cek

Jurnal

Buku Besar

Buku Pembantu

NeracaSaldo

Buat Neraca Saldo & Cek Cek

Penye-suaian & Cek

Laporan Keuangan

Sebagai contoh data yang tidak diproses berkaitan dengan

unit barang dijual/dibeli, nama pelanggan/supplier, nama sales,

nama petugas gudang, waktu pengiriman barang, keterlambatan

pembayaran pelanggan, history pembayaran pelanggan, kontrak-

kontrak yang dilakukan perusahaan & implementasinya, dan lain-

lain. Pemahaman diproses mengandung arti bahwa data tersebut

mudah untuk ditelusuri secara ekonomis. Mungkin data ini

dipelihara oleh perusahaan tetapi pada saat dilakukan audit atau

penelusuran membutuhkan pengorbanan (cost) yang tinggi, maka

data tersebut dianggap tidak diproses. Atau biasanya sangat jarang

data ini digunakan. 16

Page 17: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

17

DE adalah suatu teknologi pengumpulan, pemrosesan data

hingga penyajian informasi pada pihak-pihak yang membutuhkan.

Namun, kenyataannya informasi yang disajikan lebih berfokus pada

transaksi akuntansi. Tanpa sadar, kita telah dituntun oleh

invisible hands untuk hanya memusatkan pada data-data

terkait dengan double entries.

Model Akuntansi Berbasis Database

Kita perlu mengubah bahwa data yang diproses tidak hanya

bisa memasukkan kolom debit dan kredit saja. Kita ingin

memasukkan semua data berkaitan dengan peristiwa atau kejadian

bisnis. Kita juga ingin menyajikan semua informasi untuk

pengambilan keputusan bisnis, tidak hanya terkait DE saja.

Secara singkat kita membutuhkan suatu alat yang

memungkinkan mutiple entries yang memungkinkan integrasi

data, cross functional analysis data dan fleksibilitas laporan.

Semua itu dapat dicapai dengan mengkombinasikan macam-macam

data dalam pools data di mana banyak program aplikasi dapat

mengaksesnya. Sebagai contoh suatu database yang di dalamnya

terdapat data buku besar akuntansi, jurnal transaksi, buku

pembantu, data salesman, data pelanggan, data penjualan, data

karyawan, data gaji karyawan, data keahlian yang dimiliki karyawan

dan lain-lain.

Fleksibilitas laporan memungkinkan laporan dapat direvisi

dengan mudah dan dihasilkan ketika diperlukan. Hal ini juga

mengandung pemahaman bahwa apabila ada kesalahan data, dapat

dengan mudah memeriksa permasalahannya dan memperoleh

informasi lengkap yang dapat dibandingkan dengan ringkasan

datanya atau dikenal dengan istilah auditable.

Page 18: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

Keseluruh fungsi tersebut dapat dipenuhi dengan sistem

informasi berbasis database. Dengan menggunakan database

informasi yang terkumpul tidak hanya berhubungan dengan double

entry (informasi akuntansi moneter yang bisa di debit dan kredit)

saja. Sistem informasi berbasis database dapat di lihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Sistem Informasi Berbasis Database

BuktiTransaksi Proses

BukuBesar

BukuBantu

File-fileLainnya

Laporan Keuangan

Laporan2 Lainnya

Jurnal

Buku Besar

Buku Pembantu

Jurnal

Perbandingan Sistem Informasi Berbasis Double Entry dan

Sistem Informasi Berbasis Database

Pemrosesan data double entry umumnya dilakukan pada

perusahaan yang sistem informasinya diproses secara manual

(hanya untuk menghasilkan laporan keuangan atau berkaitan

dengan data akuntansi). Dengan kata lain, bila perusahaan sudah

memproses data menggunakan program komputer lebih

memungkinkan menggunakan database, namun penggunaan

program komputer tidak berarti menggunakan prinsip database.

Dalam double entry untuk menghasilkan laporan keuangan

tahapannya panjang: Bukti Transaksi – Jurnal – Buku Besar & Buku

Pembantu – Neraca Saldo – Penyesuaian – Laporan Keuangan.

Dengan menggunakan database tahapannya sangat singkat: Bukti

18

Page 19: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

19

Transaksi – Laporan Keuangan. Belum lagi dalam double entry

setiap tahap perlu pengecekan kesesuaian debit dan kreditnya.

Penggunaan program komputer database tidak perlu pengecekan

debit dan kredit (program yang melakukan tanpa pengetahuan

user).

Tahapan yang panjang juga berakibat pada pemrosesan data

yang membutuhkan pengorbanan (cost) yang besar, staf akuntansi

yang lebih banyak dan waktu pemrosesan lama dan bila ada

kesalahan mencarinyapun membutuhkan pengorbanan yang besar.

Hal ini sangat berlawanan apabila perusahaan menggunakan

database.

Sekarang ini perusahaan kecil saja sudah menggunakan

program komputer. Harga komputer yang murah didukung dengan

software komputer yang murah tidaklah membebani bagi

perusahaan. Untuk perusahaan menengah ke atas sudah

menggunakan program komputer semua.

Namun, tidak sedikit praktisi akuntansi lebih senang membuat

laporan keuangan dengan cara manual atau menggunakan aplikasi

spreadsheet. Ternyata, pilihan perusahaan menggunakan software

komputer atau manual tergantung kemampuan staf akuntansinya.

Dengan demikian para praktisi akuntansi hendaknya sudah beralih

menggunakan database.

Pemrosesan data double entry hanya akan menghasilkan

laporan yang dapat didebit dan kredit saja. Pemrosesan Sistem

Informasi Berbasis Database tidak hanya menghasilkan data yang

dapat didebit dan kredit, data-data lain seperti jumlah produk

dihasilkan, jumlah produk rusak, waktu pengiriman barang, jumlah

pengiriman yang terlambat, jam masuk karyawan, lamanya waktu

yang dibutuhkan untuk membuat barang, lamanya waktu yang

dibutuhkan dari penerimaan pesanan sampai saat barang

Page 20: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

20

dikirimkan, alamat pelanggan, alamat pemasok, pengiriman barang

dari pemasok yang terlambah, dan lain-lain sesuai kebutuhan

pemakai.

Teknik-teknik efektivitas operasional perusahaan (Just in

Time, Activity Based Cost System, Total Quality Management,

Balanced Scorecard, dll.) untuk perusahaan menengah ke atas lebih

mungkin menggunakan database. Teknik seperti ini sangat sulit

dilakukan oleh perusahaan yang beroperasi secara double entry,

untuk menghasilkan laporan keuangan rutin saja sudah

membutuhkan pengorbanan yang besar, apa lagi untuk

menerapkan teknik tersebut.

Laporan-laporan keuangan yang bersifat ad-hoc dan What-If

Analysis dapat dihasilkan oleh perusahaan dengan mudah. Laporan

apapun sesuai keinginan pemakai dapat dihasilkan dalam waktu

yang singkat apabila perusahaan menggunakan database. Keahlian

dalam aplikasi database memungkinkan seseorang menjadi ahli

sistem informasi karena informasi apapun dapat dihasilkan dengan

cepat, akurat dan biaya minimal.

Penggunaan database akan mengubah cara auditor eksternal

maupun internal dalam melakukan audit. Tidak hanya audit

berkaitan dengan data debit dan kredit atau transaksi akuntansi

bersifat moneter yang dapat diukur secara layak dapat dilakukan

dengan mudah menggunakan database. Dengan menggunakan

Database Management System Software (DBMS), kita dapat

memunculkan data sesuai keinginan kita.

Audit akan menghabiskan waktu yang banyak dan biaya besar

apabila proses audit untuk perusahaan yang menggunakan

database tetapi auditor tidak bisa mengaudit menggunakan

database (contoh: bahasa SQL). Dan audit menggunakan database

dapat merubah pandangan bahwa kita tidak perlu menggunakan

Page 21: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

21

sample, semua data dapat diaudit dalam waktu relatif singkat.

Tentu saja hal ini merubah cara kita dalam melakukan audit atas

perusahaan yang sudah menggunakan database dan perusahaan

yang belum menggunakan database. Perusahaan menengah ke atas

dapat dikatakan sudah menggunakan database semua. Perusahaan

kecil sebagian sudah menggunakan database.

Tahap audit menggunakan double entry lebih panjang dari

bukti transaksi sampai dengan laporan keuangan: Bukti Transaksi –

Jurnal – Buku Besar & Buku Pembantu – Neraca Saldo –

Penyesuaian – Laporan Keuangan. Dan sebalikanya dari laporan

keuangan sampai dengan bukti transaksi. Tahap audit

menggunakan database lebih pendek: Bukti Transaksi – Laporan

Keuangan dan sebaliknya.

Dalam melakukan audit tidaklah tepat tahap-tahap audit

double entry diterapkan pada sistem informasi berbasis database.

Bukti transaksi dapat juga dihasilkan dari proses program komputer

(tidak ada bukti manual atau dari pihak eksternal, contoh bukti

elektronik transaksi dari program komputer tanpa tanda tangan,

ATM, internet dan sms). Hal ini menambah perbedaan lagi dalam

proses audit.

Pengujian data akuntansi akan dilakukan setelah melihat

pengendalian internal pada perusahaan. Pengendalian internal yang

menggunakan double entry tanpa perlu ada pengendalian intern

program komputer, database dan operator yang

mengoperasikannya. Hal ini berbeda jauh dengan pengendalian

internal berbasis database. Pengendalian internal berbasis

database terkait dengan penggunaan software dan pendukungnya.

Sebagai contoh, program flowchart harus dipahami oleh auditor

yang akan memeriksa sistem informasi berbasis database.

Page 22: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

Kenyataannya, tidak sedikit para auditor yang tidak memiliki

pengetahuan database. Bagaimana mungkin audit dapat dilakukan

dengan efektif dan efisien pada perusahaan menengah besar yang

semuanya sudah menggunakan database.

Tabel 6. Perbedaan Double Entri dan Database

No Keterangan Double Entry Database1 Basis Sistem Informasi Akuntansi Cenderung Manual, Otomatisasi/Kom-

bisa pakai excel, puterisasi basis databasesoftware sederhana (access, sql dan oracle,dll)

2 Akses Fisik Data Tidak Mungkin Harus Bisa3 Semua Data Bisa Diolah Jadi Laporan

sesuai keinginan Tidak Dapat Pasti Dapat4 Biaya Pemrosesan Mahal Murah5 Tahap Menghasilkan Laporan Keuangan Panjang dan Lama Singkat bahkan

Real Time6 Laporan Dihasilkan Debit dan Kredit Semua Laporan

Saja7 Penerapan Efektivitas Operasional Tidak Mungkin Pasti Mungkin8 Laporan Ad Hoc dan What If Analysis Sulit Bisa9 Biaya Audit Bukti Transaksi s/d Laporan

Keuangan Mahal Murah10 Waktu Audit Bukti Transaksi s/d Laporan Panjang Singkat

Keuangan11 Luas Pemeriksaan Bukti Transaksi s/d Sebagian/sampling Dapat Keseluruhan

Laporan Keuangan12 Pemahaman Program Flowchart Tidak Perlu Perlu13 Perusahaan Pemakai Perusahaan Kecil Perusahaan Kecil -

Perusahaan Besar

Lebih dari itu kita juga dapat melihat bagaimana pengendalian

internal perusahaan berjalan dengan baik melalui pengujian data

dan cara pemrosesannya untuk menghasilkan informasi. Dan tidak

kalah pentingnya, kita dapat mengaudit informasi yang dihasilkan

dengan mudah dan dapat dipercaya dengan melakukan audit

database-nya.

Dalam melakukan audit double entry, banyak data tidak

disimpan di satu tempat. Hal ini menyulitkan auditor dalam mencari

informasi yang dibutuhkan dalam audit dan membutuhkan waktu

lama, terkadang data sudah tidak ditemukan. Audit untuk

database dapat menemukan semua data baik yang terkait dengan

double entry dan data lainnya dalam satu tempat (database). Hal

ini memudahkan dalam audit. Kita menyadari bahwa tidak mungkin 22

Page 23: Akuntan Baru vs Akuntan Arthur Andersen

23

bagi auditor dalam melakukan audit hanya membatasi pada data

double entries saja. Data-data lainnya juga perlu di audit.

Kesimpulan

Profesi dibidang akuntansi masih dibutuhkan yang berganti

adalah orang-orangnya. Mungkin nantinya akan semakin banyak

ahli akuntansi diambil dari ilmu lainnya bukan ilmu akuntansi. Bisa

jadi diambil alih oleh disiplin ilmu sistem informasi atau teknologi

informasi atau teknik industri atau ahli keuangan lainnya non

akuntansi.

Bagi para staf akuntansi, kita lihat apakah masih banyak yang

menyukai memproses akuntansi secara double entry (manual)

dibandingkan menggunakan database. Bila demikian, ternyata para

akuntan tidak bisa melihat kenyataan yang dihadapi sekarang ini

dan bahkan cenderung kembali ke masa sebelum adanya komputer.

Bagi para auditor ada salah satu pertanyaan penting, apakah

dalam mengaudit perusahaan yang akuntansinya berbasis database

sudah menggunakan bahasa database (contoh: Bahasa SQL) dan

sudah menguji pengendalian internalnya, salah satunya menguji

kelayakan software aplikasi yang digunakan termasuk flowchart

program komputer-nya? Bila jawabannya belum, tentu saja kualitas

auditnya menjadi tanda tanya.

Daftar Pustaka Tuanakotta, Theodorus M., Setengah Abad Profesi Akuntansi, Seri

Departemen Akuntansi FEUI, Penerbit: Salemba Empat, 2007. Kompas (3 Juni 2009, hal. 11), GM Akan Muncul Kembali. Romney, Marshall B. and Steinbart, Paul John, Accounting

Information Systems, Eleventh Edition, 2009 (Pearson Prentice Hall).

Badan Kebijakan Fiskal Dep-Keu, 25 Mei 2009:fiskal.depkeu.go.id, 2007