Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A Dalam...
Transcript of Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A Dalam...
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 27 Mei 2009
Luthfi Anwar
ABSTRAK
Luthfi Anwar
Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A Dalam Meningkatkan
Pengamalan Beribadah Jamaah Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri
Kegiatan dakwah merupakan suatu aktivitas yang mulia, dimana setiap muslim itu diwajibkan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar sehingga dapat
tercapainya tujuan dakwah yang hakiki, yakni terciptanya khairu ummah. Namun untuk mencapai semua itu butuh proses dan waktu yang cukup lama, dan tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa setiap kegiatan dakwah itu tidak akan terlepas berbagai faktor
penghambat yang selalu datang untuk menghalangi perjalanan dakwah itu. Kurangnya
minat masyarakat untuk duduk di majlis ilmu seperti pengajian-pengajian yang sering
dilakukan di masjid ataupun di majlis taklim. Inilah yang menjadi salah satu alasan
penulis untuk mengadakan penelitian dan menjadikannya sebuah skripsi. Dalam hal
ini adalah aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A di masjid Kubah Emas
Dian Al-Mahri.
Bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A
di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri? Metode apa yang digunakannya? Maetri apa
yang disampaikannya dalam berdakwah? Dan apa yang menjadi factor pendukung
dan penghambat dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A?
Di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif, penulis menggambarkan secara faktual apa yang dilihat dan ditemukan dari objek penelitian dan menuangkannya kedalam tulisan. Metode ini juga didukung dari
hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan penulis dilapangan yakni di ruang lingkup Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri.
Aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A merupakan sebuah proses pentransferan nilai-nilai ajaran Islam dengan cara taushiah ataupun
ceramah yang dilakukan di acara-acara tertentu dan juga dengan mengisi pengajian yang didalam materinya dijelaskan tentang masalah ibadah dan penjelasan tentang
akhlak dan kepribadian Rasulullah SAW agar kita selaku umatnya dapat mencontoh
kepribadian dan akhlak beliau sehingga dapat bermanfaat dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, kepada-Nya kami
memohon pertolongan dan ampunan serta bertaubat dan barang siapa yang diberi
petunjuk oleh-Nya maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang
disesatkannya maka tidak akan ada yang mampu memberinya petunjuk. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurah atas utusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta,
yaitu junjungan kita dan sebagai suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW. Beserta
keluarga, sahabatnya, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Dengan tetesan keringat, basuhan air mata, serta segunung do’a dan harapan
akhirnya penulis dapat menyelesaikan program studi S-1 di, , jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan melewati hari-hari bahagia namun terkadang juga
penuh duka, setidaknya inilah awal untuk menelusuri jalan hidup kearah yang lebih
baik lagi.
Berkenaan dengan terselesaikannya pembuatan skripsi ini, maka
perkenankanlah penulis untuk mengucapakan ribuan terima kasih kepada pelbagai
pihak yang telah banyak membantu dan memberikan support nya sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini. Ucapan terimakasih ini penulis haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, para Pembantu Rektor dan Staf Rektorat yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu akan tetapi dengan tidak mengurangi rasa hormat
penulis.
2. Bapak Dr. H. Murodi, M.A sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. H. Tarmi, MM, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan kontribusi, bimbingan, arahan dan motivasi selama
penulisan skripsi berjalan, yang dengan ikhlas dan ketulusannya untuk dapat
meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing serta mengoreksi
setiap tulisan-tulisan di dalam skripsi ini.
4. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan tidak lupa pula Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiran Islam yang telah banyak
memberikan bantuannya.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih atas
semua ilmu yang diberikan kepada saya, semoga ilmu tersebut dapat
bermanfaat dan berguna didalam menjalani kehidupan selanutnya.
6. Ayahanda H. Hamzah (alm) dan ibunda tercinta Hj. Masenah, atas kesabaran
dan keikhlasan untuk memberikan do’a dan motivasi yang tiada henti kepada
ananda sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang dipilih
untuk dapat memasuki syurga-Nya. Semua kakak-kakak tersayang kusnadi,
Saipuh, Nurhayati, Yati, Khalilah yang selalu ada untuk membantu ananda.
7. Seluruh teman-teman senasib, seperjuangan dan sependeritaan pada Jurusan
KPI-C angkatan 2004-2005, terkhusus kepada Ahmad Awliya, S.Sos.I,
Iskandar, S.Sos.I, Badru Zaman, S.Sos.I, Ray Sangga K, Renal Rinoza, Edwin
Shaleh, Anwar, Jaka, Adnan, Lilis Nurcholisoh, S.Sos.I, Murniati, S.Sos.I,
Hetty Maryaty, S.Sos.I, Agustin Intan Permata, S.Sos.I terima kasih atas
dukungan dan motivasi dari kalian.
8. Teruntuk Fera Septiani, yang selalu ada untuk memberikan support , do’a dan
kasih sayangnya yang begitu besar terhadap penulis.
9. Bapak KH. Amiruddin Said, SQ, M.A yang telah bersedia untuk meluangkan
waktu dan kerjasamanya, sehingga penulis dapat menjalankan penelitian
skripsi ini dengan lancar.
10. Semua pengurus Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri yang bersedia membantu
untuk kelancaran penelitian skripsi ini.
11. Teruntuk Motor Bututku yang selalu setia menemaniku selama perjuangan ini.
Dengan ketulusan dan keikhlasan, penulis mendoakan semoga semua bantuan,
motivasi bimbingan dan perhatian yang telah diberikan semua pihak akan
mendapatkan balasan berupa kebaikan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
bahkan masih jauh untuk dapat dikategorikan penulisan ilmiah yang baik dan benar,
untuk itulah penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
guna perkembangan dan kemajuan penulis selanjutnya
Jakarta, 27 Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...... I
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………………… 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………….. 8
D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………… 9
E. Metodologi Penelitian...…………………………………………….. 11
F. Sistematika Penulisan…………………………………………….… 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS...…………………………………………. 15
A. Aktivitas Dakwah…………………………………………………. 15
1. Pengertian Aktivitas………………………………………. 15
2. Pengertian Dakwah……………………………………….. 16
B. Unsur-Unsur dakwah……………………………………………… 20
1. Tujuan Dakwah…………………………………………… 20
2. Materi Dakwah…………………………………………… 22
3. Subjek dan Objek Dakwah………………………………… 23
4. Metode Dakwah…………………………………………… 27
5. Media Dakwah……………………………………………. 30
C. Masjid…………...………………………………………………… 31
1. Pengertian Masjid………………………………………… 31
BAB III. PROFIL KH. AMIRUDDIN SAID, S.Q, M.A DAN GAMBARAN
UMUM MASJID KUBAH EMAS DIAN AL-MAHRI ………… 32
A. Biografi KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A………………………… 32
1. Riwayat Hidup…………………………………………… 32
2. Pendidikan………………………………………………... 33
3. Aktifitas Dakwah ………………………………………… 33
B. Gambaran Umum Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri…………… 34
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan………………………. 34
2. Visi dan Misi…………………………………………….. 36
BAB IV. ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH KH. AMIRUDDIN SAID
SQ, M.A DI MASJID KUBAH EMAS
DIAN AL MAHRI………………………………………………… 37
A. Dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A………………………… 37
B. Metode Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A…………………. 41
C. Materi Yang disampaikan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A………... 43
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah
KH. Amiruddin Said, SQ, M.A…………………………………… 45
BAB V. PENUTUP…………………………………………………………… 47
A. Kesimpulan……………………………………………………… 47
B. Saran……………………………………………………………… 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang mempunyai dua dimensi, yaitu keyakinan atau
aqidah dan sesuatu yang diamalkan. Amal perbuatan tesebut merupakan implementasi
dari aqidah itu sendiri.1 Islam juga merupakan agama yang berisi dengan petunjuk-
petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan
berkualitas, selalu bebuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang
maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil,
maju, bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar
mencapai yang diinginkan tersebut diperlukan apa yang disebut dengan dakwah.2
Islam juga disebut sebagai agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan para
penganutnya untuk menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat
manusia, agar terwujud rahmat bagi seluruh alam. Islam dapat menjamin terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahtraan umat manusia, bilamana ajaran Islam yang mencakup
segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan
dengan konsisten dan konsekuen. Usaha penyebarluasan Islam dan realisasi terhadap
ajarannya adalah melalui dakwah.3
Dakwah merupakan sesuatu yang begitu penting dalam Islam, kegiatannya
menyatu dengan kehidupan manusia di dunia, yang menjadi bukti adanya hubungan
manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia
1 M. Natsir, Fiqhudh Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1983). Cet.ke-4, h.110.
2 Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. Ke-I h.1
3 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. Ke-
I h. 12
dengan alam. sehingga Islam menjadi agama dakwah dalam teori maupun praktek.
Seperti yang telah dicontohkan Rasulullah SAW ketika menyebarkan ajaran Islam.4
Dakwah islamiyah yang dilakukan Rasulullah SAW telah berhasil membentuk
masyarakat islami. Oleh karena itu, perjalanan dakwah menuju sebuah masyarakat
yang ideal, mutlak memerlukan proses dakwah. Hal ini disebabkan karena dakwah
akan memberikan landasan filosofis serta memberikan kerangka dinamika dan
perubahan sistem dalam proses perwujudan masyarakat adil dan makmur.
Umat Islam kini tengah berada di persimpangan jalan. Dunia Islam pada
umumnya sedang menghadapi benturan keras dari arus ideologi, pemikiran, moralitas,
adat istiadat, kebudayaan dan lain sebagainya. Sudah banyak masyarakat kita yang
karam diterpa gulungan ombak ganas dan peradaban yang kacau ini. mereka
mengatakan nilai Islam harus dibuang jauh-jauh dan dipisahkan dari urusan-urusan
pemerintah jika jika umat ingin maju dalam moderenisasi.5
Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi adalah karena
perkembangan teknologi informasi yang dapat memberikan dampak positif dan
negatifnya. Karena dengan kemajuan teknologi ini pada dasarnya dapat dipakai,
dimanfaatkan oleh siapa saja dan untuk mewujudkan tujuan apa saja.6 Efek media
massa misalnya, secara teoritis media massa itu mempunyai fungsi positif yakni
sebagai saluran informasi, pendidikan dan hiburan, namun kenyataannya media juga
dapat memberikan nilai yang negatif dan dapat memberikan efek lain diluar fungsinya
itu. Efek media tidak saja mempengaruhi sikap seseorang, namun juga dapat
4 Murtadho Mutahari, Persfektif Al Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-I h. 123 5 Abdullah Nashin Ulwan, Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta, Gema Insani Press, 1991)
Cet. Ke-I. h. 132 6 Soni Yuliar, et al, Memotret Telemtika Indonesia: Menyongsong Masyaraka Informasi
Nusantara (Bandung, Pustaka Hidayah, 2001), Cet.Ke-I. h. 19
mempengaruhi prilaku bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media dapat
mempengaruhi sistem sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.7
Kerusakan moral dikalangan masyarakat bawah begitu besar, disinilah
pentingnya dakwah sebagai bentuk kewajiban umat Islam terhadap risalah Rasulullah
SAW yang mengibaratkan masyarakat itu seperti sebuah perahu besar. Kekacauan
seluruh masyarakat, bangsa dan negara itu lebih merupakan akibat langsung dari sikap
yang membiarkan berbagai bentuk kemungkaran. Sikap acuh tak acuh terhadap
kemungkaran dan itu yang memberikan jalan bagi penyebarannya.
Menyadari pentingnya dakwah sebagai upaya pembinaan umat manusia
kearah tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat, maka sudah seharusnya kegiatan
dakwah ini mendapat perhatian dan penanganan yang serius sebagai ikhtiar yang
harus dilakukan dalam mencapai tujuan dakwah. Karena pada dasarnya objek utama
dakwah adalah manusia, semua pernyataan, perintah dan larangan yang ada di
dalamnya berisikan pesan dakwah yang ditujukan pada seluruh manusia.
Berdakwah dengan segala bentuk adalah wajib hukumnya bagi setiap muslim.
Akan tetapi di dalam syariat atau hukum Islam itu tidak mewajibkan bagi umatnya
untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin, akan tetapi usaha untuk
berdakwahnyalah yang diwajibkan semaksimal mungkin sesuai dengan keahlian dan
kemampuannya disertai dengan sikap santun yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Hal ini tersirat di dalam al Qur’an surat an Nahl ayat 125 :
������ ��� ������� ������ ���☺����������
�� !�#$�☺�%���& ���'()������ * +-�%�./�0�& 1234%���� 5��6
7()89&: � ;<� ��=��� �$>6 ?+@8&: 7�☺�� ;�(A 7�
7 H.M. Burhan Bungin,, Sosiologi Komunikasi: teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat.(Jakarta: Kencana, 2006), Cet. Ke-I, h 315.
B�:������� * �$>6�& ?+@8&: �CD�.�E8-☺�%���� FAG��
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Aktifitas dakwah bagi umat Islam bagaikan urat nadi, karena dakwah
merupakan aktualisasi nilai dan konsep teologis yang dimanifestasikan dalam suatu
aktifitas manusia beriman dalam kehidupan bermasyarakat. Dakwah harus dilakukan
secara sadar, terencana untuk mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan bertingkah
laku baik dalam tatanan realitas individu maupun sosiokultural untuk dapat
merealisasikan ajaran Islam ke dalam semua aspek kehidupan dengan cara-cara
tertentu.
Aktifitas dakwah juga sangat berperan penting, mengingat aktifitas dakwah
merupakan bagian yang integral dari seseorang, dimana bila seseorang meyakini dan
menjalankan agamanya dengan sungguh-sungguh akan tercipta ketentraman dan
kebahagiaan. Hal ini dapat dimengerti karena di dalam agama memberikan
ketenangan hati, mengatur dan mengendalikan tingkah laku, sikap dan merasa takut
melanggar aturan-aturan agama.8
Sasaran dakwah ditujukan kepada semua manusia tanpa melihat status sosial
yang ada dalam kehidupan bermasyarakat dengan memperhatikan realitas sosial yang
ada, seperti kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan sebagainya. Dakwah juga
dapat dilakukan dimana saja tanpa memilah dan memilih tempatnya telebih dahulu.
Masjid, selain merupakan tempat beribadah umat Islam, masjid juga bisa
dijadikan sebagai pusat dakwah untuk penyebaran agama Islam. Masjid Kubah Emas
8 Zakiah Dradjat. Peraqnan Agama dalam Kesehatan, (Jakarta : Haji Masagung, 1990), Cet.
Ke-12, h. 72
Dian Al-Mahri misalnya, adalah sebuah masjid yang dibangun ditepi jalan raya
Meruyung-Cinere di kecamatan Limo-Depok ini memiliki arsitekur tersendiri yang
berbeda dengan masjid-masjid pada umumnya.
Masjid Dian Al Mahri memiliki 5 kubah. Satu kubah utama dan 4 kubah kecil.
Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal 2 sampai 3 milimeter dan mozaik
kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal. Secara umum, arsitektur
masjid ini mengikuti tipologi arsitektur masjid di Timur Tengah dengan ciri kubah,
minaret (menara), halaman dalam (plaza), dan penggunaan detail atau hiasan dekoratif
dengan elemen geometris dan obelisk, untuk memperkuat ciri keislaman para
arsitekturnya. Ciri lainnya adalah gerbang masuk berupa portal dan hiasan geometris
serta obelisk sebagai ornamen.
Selain itu masjid yang sangat luas dan bebas diakses untuk umum ini juga
memiliki halaman parkir yang luas dan gedung serba guna serta tempat-tempat yang
mendukung untuk menjadikan masjid ini sebagai tempat wisata religi9.
KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A ialah sosok kyai yang sangat dihormati dan
disegani baik diluar ataupun diruang lingkup masjid ini, beliau juga dijadikan sebagai
imam besar masjid ini. Sosok yang ramah dan penuh senyum ini sehari-harinya
menjadi imam shalat, dan disamping itu juga setiap kegiatan yang diadakan oleh
pengurus masjid ini tidak terlepas dari peran beliau. Salah satu kegiatan yang
mempunyai daya tarik yang cukup besar bagi jama’ah ialah kegiatan Istighasah
Akbar.
Istighasah Akbar ini merupakan kegiatan rutin yang diadakan pengurus masjid
setiap minggu ketiga setiap bulannya. Kegiatan yang diisi dengan pembacaan yaasin,
tahlil, ratib dan pembacaan taushiah ini banyak diminati oleh masyarakat umum baik
9 Bulletin Dian Al-Mahri edisi10, tahun 2008
dari sekitar maupun dari luar kota. Bahkan pada minggu ketiga bulan februari 2008,
kegiatan ini dihadiri 30.000 jama’ah.
Peran seorang dai memang tidak ringan, terlalu kompleks persoalan yang
dihadapi, kerap kali bisa diselesaikan tidak hanya sekedar memberikan ataupun
mengajukan himbauan-himbauan, tetapi perlu melakukan dakwah dan aksi sosial
secara nyata seperti membimbing, mengajarkan dan mengarahkan umat agar tidak
selalu berada dalam kegelapan dan kekhilafan.
Adapun penerapan dakwah yang dilakukan oleh KH. Amiruddin Said, S.Q,
M.A dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh pengurus masjid Kubah Emas Dian
Al-Mahri itu sangat dirasakan oleh jama’ah. Lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an yang
dikumandangkan dengan suara khas beliau yang begitu merdu terkadang dapat
membuat jama’ah mengeluarkan air mata, belum lagi ketika beliau menyampaikan
taushiah-taushiahnya terhadap jama’ah, yang dapat memberikan bimbingan dan
sekaligus bisa dijadikan pelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Beranjak dari keadaan diatas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian
dan menuangkannya dalam sebuah tulisan yang terdapat dalam sebuah skripsi dengan
judul “Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A di Masjid Kubah Emas
Dian Al-Mahri”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Banyak hal yang bisa dibahas pada diri KH. Amiruddin Said antara lain
seperti, aktivitas dakwah beliau diluar Masjid Kubah Emas ataupun juga ilmu seni
baca Al-Qur’an yang dimilikinya dan lain sebagainya, namun sesuai dengan judul
skripsi ini maka dalam penelitian ini penulis membatasi penelitiannya hanya pada
Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said S.Q, M.A di lingkungan Masjid Dian Al-
Mahri.
2. Perumusan Masalah
Dalam melakukan penelitian ini, penulis merumuskan masalah ke dalam
beberapa masalah yakni:
a. Bagaimana aktivitas dakwah yang dilakukan KH. Amiruddin Said, S.Q,
M.A di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri?
b. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A?
c. Metode apa yang digunakan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam
berdakwah?
d. Materi Apa yang disampaikan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam
berdakwah?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A. di
masjid kubah emas Dian Al-Mahri
b. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
c. Untuk mengetahui metode yang digunakan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A
dalam berdakwah
d. Untuk mengetahui materi yang biasa disampaikan KH. Amiruddin Said,
SQ, M.A dalam berdakwah
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu dakwah, dan juga
dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Adapun secara praktis penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi para dai dalam melakukan aktivitas dakwahnya,
D. Tinjauan Pustaka
Kata “aktifitas” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keaktifan,
kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bias juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja
yang dilaksanakan dalam tiap bagian10
.
Dakwah secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab yakni dari kata
da’a-yad’u-da’watan. yang berarti mengajak, menyeru, memanggil dan mengundang.
Dalam pengertian yang lebih khusus dakwah berarti mengajak baik diri sendiri
ataupun orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuanketentuan yang telah
digariskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997) Cet. Ke-9 h. 20
Dalam bukunya, Dr.Moh. Ali Azis disitu dikatakan bahwa dakwah adalah
aktifitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun kolektif dari
situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Sementara itu, dalam bahasa
Islam dakwah adalah tindakan mengomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah adalah
istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang
lain kearah Islam.
Ada beberapa penelitian terdahulu yang penulis temunkan yang berkaitan
dengan tema penulis, diantaranya:
Pertama, “Aktivitas Dakwah KH. Ahmad Damanhuri Melalui Pondok
Pesantren Al-Karimiyah Sawangan Depok ”.
Dengan pembatasan masalah pada dakwah KH. Ahmad Damanhuri di Pondok
Pesantren Al-karimiyah. Dengan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas dakwah KH. Ahmad Damanhuri?
2. Materi apa yang disampaikan KH.Ahmad Damanhuri di Pondok Pesantren
Al-Karimiyah KH.Ahmad Damanhuri dalam menangani masalah di
Pondok Pesantren Al-Karimiyah?
3. Metode apa yang digunakan ?
Dalam penelitian tersebut dijelaskan bagaimana aktivitas dakwahnya
KH.Ahmad Damanhuri di Pondok Pesantren Al-Karimiyah begitu juga dengan
metode yang digunakan dan materi yang disampaikan serta factor pendukung dan
penghambat yang ada.
Dari beberapa penelitian yang penulis temukan, belum adanya penelitian yang
mengemukakan kegiatan aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said di Masjid Kubah
Emas Dian Al-Mahri. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian ini.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang
dilakukan langsung pada objek yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif, yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif.
Adapun yang dimaksud dengan deskriptif adalah penelitian yang tidak mencari atau
menjelaskan suatu hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi, melainkan
metode deskriptif digunakan sebagai cara praktis untuk menjelaskan dan menjabarkan
data-data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau terjadi di lapangan.11
.
Deskriptif juga digunakan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara
berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab terjadinya suatu
gejala tertentu.12
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri, yang terletak
di Kecamatan Limo-Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2009 sampai
dengan selesainya penelitian ini dilakukan.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah KH. Amiruddin Said SQ, M.A
b. Objek penelitian ini adalah Aktivitas Dakwah KH. Amiruddin Said SQ,
M.A
4. Sumber dan Jenis Data
11
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), Cet. Ke-12 h. 24 12
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta:UI-Press, 1993), Cet Ke-I
h. 71
Untuk memperoleh data-data yang lengkap dan akurat, penulis menggunakan
data primer dan skunder.
a. Data primer adalah data yang akan diperoleh langsung berupa hasil penemuan
penelitian survey serta hasil wawancara dengan KH. Amiruddin Said, S.Q,
M.A
b. Data skunder adalah data yang akan diperoleh dari sumber-sumber tertulis
yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literature lain yang
berkaitan dengan penelitian tersebut.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi, merupakan pengumpulan data dengan cara terjun langsung
kelapangan atau tempat dimana penelitian diadakan, yakni di masjid Kubah
Emas Dian Al-Mahri. Dengan metode ini penulis akan mengetahui langsung
tentang pelaksanaan aktifitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
b. Wawancara, yakni pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban yang
dihasilkan akan dicatat atau direkam dengan alat perekam.13
Dalam hal ini
penulis akan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan pelaksanaan
dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
c. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari foto-foto,
bulletin, dan website yang dimiliki oleh Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri
yang berkaitan dengan dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya dalah penulis mengolah dan
menganalisa data-data dengan cara menghimpun, mempelajari, mengedit data-data
13
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : sutu tekhnik penelitian bidang kesejahtraan
social dan ilmu social lainnya, (Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 2000), cet. Ke-4 hal. 67
dan memberikan ulasan dan uraian dan menuangkannya kedalam penulisan skripsi.
Adapun analisa data disini adalah proses pengumpulan data dengan mengurutkan data
ke pola, mengelompokan data tersebut dan kemudian dianalisa agar mendapatkan data
yang kongkrit berdasarkan hasil penelitian. Adapun metode yang digunakan adalah
analisis deskriptif.14
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas lagi tentang hal-hal yang akan
diuraikan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengatur sistematikanya kedalam
lima bab sebagai berikut:
BAB I : Bab ini berisi tentang pendahuluan, latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Dalam Bab ini memuat tentang pengertian aktivitas dakwah, unsur-unsur
dakwah dan pengamalan ibadah.
BAB III : Bab ini berisi tentang biografi KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A, yaitu
riwayat hidup dan pendidikan serta aktifitas dakwah beliau dan
dilengkapi gambaran umum masjid Kubah Emas Dian Al Mahri, yang
berisi tentang sejarah berdiri dan perkembangannya serta visi dan
misinya.
BAB IV : Bab ini meliputi aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A di
Masjid Kubah Emas Dian Al Mahri, faktor pendukung dan penghambat
aktifitas dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A dan juga menjelaskan
14
Lexj Moeloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2005), h.103
tentang metode yang digunakan serta media yang disampaikan KH.
Amiruddin Said, S.Q, M.A
BAB V : Dalam Bab ini menjelaskan kesimpulan dari aktivitas dakwah KH.
Amiruddin Said, S.Q, M.A dan memberikan saran demi kemajuan
dakwah Islam
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Aktivitas Dakwah
1. Pengertian Aktivitas
Kata “aktivitas” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikann sebagai
keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga berarti kerja atau salah satu
kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian15
.
Sedangkan dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas berasal dari
bahasa Inggris: activity; Latin: activus yang berarti aktif, tindakan, yakni bertindak
pada diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu,
dengan aktifitas, dapat memadai hubungan khusus manusia dengan dunia16
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan ataupun
kesibukan yang dilakukan manusia. Karena menurut Samuel Soeltoe sebenarnya
aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan, beliau megatakan bahwa aktifitas dipandang
sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan.17
Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi pintar dan
pandai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar dengan
cara bersekolah, atau mengunjungi majlis atau tempat-tempat ilmu lainya seperti
perpustakaan atau juga berdiskusi dan lain sebagainya. Ternyata untuk memenuhi satu
kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai kegiatan atau aktivitas.
Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin berinteraksi dengan
masyarakat yang islami, tentu ia harus malakukan aktivitas-aktivitas yang membantu
tercapainya keinginan tersebut, seperti membaca buku-buku keagamaan, mengikuti
15
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) Cet. Ke-9 h. 20
16 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga
PengkajianKebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-I h. 25 17
Samuel Soeltoe, Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI, 1982), h. 52
pengajian-pengajian, melakukan diskusi-diskusi yang membahas tentang agama dan
kemasyarakatan. Mengkaji norma-norma ajaran Islam tentang hubungan sesama
manusia dan tidak kalah pentingnya adalah mengaplikasikan atau menerapakan ilmu
yang telah diperoleh ke dalam kehiduoan yang nyata.
Menurut Ilmu Sosiologi, aktivitas diatikan dengan segala bentuk kegiatan
yang ada di masyarakat seperti; gotong royong atau kerja bakti disebut sebagai
aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan tetangga ataupun
kekerabatan18
.
Jadi dapat disimpulkan bahwa aktifitas itu sebagai kegiatan atau tindakan kerja
yang aktif dan dilaksanakan pada tiap bagian.
2. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab د��ا�,
merupakan bentuk ر�� dari kata kerja berarti (��� ��رع) ����ا ,(��� ��) د�
seruan, ajakan atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dilakukan dengan suara, kata-
kata, atau perbuatan19
. Adapun yang dimaksud dengan ajakan atau seruan disini ialah
usaha seorang da’I yang berusaha untuk lebih dekat dan mengenal mad’u nya untuk
dituntun kepada jalan Allah20
Dalam pengertian yang lebih khusus dakwah berarti mengajak, baik diri
sendiri ataupun orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, serta meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat ali imran ayat 104:
18
Sojogyo dan Pujiwati Sojogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1999) Cet. Ke-12 jilid I, h. 28 19
Ilyas Ismail,, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub : Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah. Jakarta, Penamadani, 2006. Cet. Ke-1. hal.144-146 20
Ali Abdul Hakim Mahmud, Dakwah Fardiyah, metode membentuk pribadi muslim (Jakarta:
Gema Insani, 1995) Cet. Ke-I h. 30
7���H�%�& #I��J�KL M�;LN: �<$8.�O
�� �P#Q O���� �<&QLRS�O�&
T�&Q�>�URV���� �<#$�-�'�O�& F7�
WQ �J☺�%�� � ��YZ/ %S&N:�& I>6
[\$ �@�]☺�%�� FA2�
Artinya: “..Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung”.(Q.S Al Imran: 104).
Menurut Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikologi Dakwah dijelaskan
bahwa arti bahasan dakwah itu ialah menyeru, mengajak, memanggil, mengundang,
mendoakan yang terkandung arti di dalamnya arti menyampaikan sesuatu kepada
orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.21
Sedangkan dakwah menurut istilah, mengandung beberapa arti yang beraneka
ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian kepada istilah
tersebut, sehingga antara definisi menurut ahli yang satu dengan yang lainnya
senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan. Untuk lebih jelasnya di bawah ini
disajikan beberapa definisi dakwah menurut para pakar ilmu dakwah, antara lain:
• Toha Yahya Umar mengatakan dalam bukunya “Islam dan Dakwah”, dakwah
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat22
• Dalam bukunya “Ilmu Dakwah”, Dr. Moh. Ali Azis menjelaskan bahwa
dakwah adalah aktifitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun
kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Sementara itu,
dalam bahasa Islam dakwah adalah tindakan mengomunikasikan pesan-pesan Islam.
21
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), Cet. Ke-I h. 29 22
H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al Mawardi Prima, 2004), Cet.
Ke-I h.67
Dakwah adalah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk
menghimbau orang lain kearah Islam23
• Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada keinsafan atau usaha untuk mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik
dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat24.
• Sayyid Muhammad Nuh menjelaskan bahwa dakwah adalah penghancuran
dan pembinaan. Penghancuran terhadap jahiliyah dengan segala macam dan
bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral maupun jahiliyah pandangan dan hukum.
Setelah itu, pembinaan masyarakat Islam dengan landasan pijak keislaman, baik
wujud dan kandungannya, dalam bentukdan isinya, dalam perundang-undangan dan
cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap Islam, manusia dan
kehidupan.25
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berisi
petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik,
beradab dan berkualitas. Selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah
peradaban yang maju. Sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti
kehidupan yang adil, maju bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai
kekhawatiran. Agar mencapai semua itu, maka perlu apa yang dinamakan dengan
dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah umat manusia, agama ini
mencoba meyakinkan umat manusia tentang kebenarannya26
.
Di samping itu, Islam sebagai agama yang disebut agama dakwah, maksudnya
adalah agama yang di dalamnya ada usaha untuk menyebarluaskan kebenaran dan
23
Moh. Ali Azis, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. Ke-I 24
M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan 1994), Cet. Ke-VII h. 194
25 Sayyid Muhammad Nuh, Dakwah Fardiyah, Pendekatan Personal Dalam DAkwah, (Solo:
Intermedia, 2006), h. 15 26
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah¸ Jakarta : Kencana, 2004. Ed.1 Cet.1 hal.1-2
mengajak orang-orang yang belum mempercayainya dan itu dianggap sebagai tugas
suci oleh pendirinya atau oleh para penganutnya27
Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sulit untuk memisahkan antara dakwah dengan Islam, karena Islam
itu berkembang lewat dakwah. Oleh karena itu penulis memberikan kesimpulan
bahwa yang dimaksud dakwah dalam Islam adalah usaha dan ajakan kepada manusia
menuju kepada jalan kebenaran tanpa adanya paksaan sesuai dengan tuntunan al-
Qur’an dan as-Sunnah, melalui proses mengomunikasikan pesan-pesan Islam.
Dakwah juga merupakan istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya
untuk menghimbau orang lain kearah Islam. Bahkan dalam perspektif ini, ajakan dan
seruan itu tidak dinamai dakwah apabila tidak dimaksudkan untuk membawa manusia
ke jalan Allah SWT.
Karena dakwah adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan
ketertarikan, oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya terbatas pada aktifitas lisan
semata, akan tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan ataupun perbuatan yang
ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecendrungan dan ketertarikan terhadap
Islam28
B. Unsur-Unsur Dakwah
1. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka
mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah atau
pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas, seluruh
aktifitas dakwah akan sia-sia. Ini disebabkan karena tujuan merupakan arah atau gerak
27
Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam, (Jakata: PT. Bumi Restu, 1981) Cet. Ke-II h. 1 28
Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Cet. Ke-I h. 13
yang hendak dituju seluruh aktifitas dakwah. Tujuan dakwah juga merupakan salah
satu unsur dakwah, dimana antara unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling
membantu, berhubungan dan mempengaruhi.29
Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat
kelak. dengan merujuk pada Q.S. Ali Imran : 110 disitu dijelaskan tujuan berdakwah
sesungguhmya adalah terbentuknya masyarakat Islam dengan predikat “khair
ummah” ialah masyarakat Islam yang benar secara aqidah dan kuat secara sosial,
politik, ekonomi dan kultural sehingga kepemimpinan dunia dapat dipegang dan
berada ditangan mereka.
Abdul Rasyad Shaleh dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Dakwah
Islam” menjelaskan bahwa tujuan dakwah adalah nilai atau hasil yang ingin dicapai
oleh keseluruhan tindakan yakni terwujudnya kebahagiaan dan kesejahtraan hidup di
dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah swt.30
Tujuan ini tidak dapat dicapai tanpa memperkuat aqidah itu sendiri. Untuk itu
tujuan utama dakwah berpusat pada dua hal pokok, yaitu:
a. Memperkenalkan kepada manusia Tuhan mereka yang sebenarnya, yaitu Allah
SWT dan membimbing mereka agar menyembah hanya kepada-Nya.
b. Dakwah menghendaki agar manusia menjadi Islam, yaitu sikap berserah diri
serta tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan melepaskan diri dari
29
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), Cet. Ke-
I. h. 49 30
Abdul Rasyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1994), Cet.
Ke-2 h. 190
penuhanan terhadap sesama manusia dan hanya meyakini Allah SWT
semata.31
2. Materi Dakwah
Materi dakwah ialah pesan-pesan moral atau segala sesuatu yang harus
disampaikan kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam.32
Pada dasarnya materi dakwah hanyalah al-Qur’an dan as-sunnah. al-Qur’an
merupakan sumber utamanya, yang merupakan materi pokok yang harus disampaikan
melalui dakwah dengan bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat.
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang mutlak kebenarannya dan dijaga
sendiri oleh Allah akan keutuhan, keaslian dan keakuratannya. Dalam Q.S al-Hijr ayat
9 dijelaskan:
�ZU� 7��^_ ��'�%;`�U �Q�a�bcd�� �ZU� �& e9 % �<$g!�]/��9� Fh�
Artinya:”.Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al Quran, dan Sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya” (Q.S al_Hijr: 9)
Sebagai pedoman hidup manusia, dalam al-Qur’an terkandung secara lengkap
tentang petunujuk, pedoman, hukum, sejarah serta prinsip-prinsip baik yang
menyangkut masalah keyakinan, peribadatan, pergaulan, akhlak, politik, ilmu
pengetahuan, teknologi dan sebagainya. Sebagai suatu pedoman yang masih bersifat
umum atau global, maka pengungkapan-pengungkapan dalam al-Qur’an masih sering
31
A. Ilyas Ismail, MA, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah, (Jakarta: Permadani, 2006), Cet. Ke-I h. 140-141 32
Hafi Anshori, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), Cet. Ke-
1 h. 146
belum terinci secara detail. Namun demikian tak ada satu pun persoalan yang tak
disinggung di dalam al-Qur’an, sekecil apapun Allah SWT tidak melupakannya.
Sumber kedua sebagai materi dakwah setelah al-Qur’an adalah as-Sunnah,
yakni segala sesuatu yang menyangkut perbuatan Nabi Muhammad SAW, baik dalam
ucapannya, tingkahlakunya atau sikapnya. Pada al-Qur’an seluruhnya harus dijadikan
pedoman hidup, akan tetapi tidak semua yang ada di dalam as-Sunnahmasih dikenal
adanya sunnah yang shahih dan ada juga yang dhaif. Untuk kedudukan as-sunnah
terhadap al-Qur’an dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Bayan tafsir, yakni menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan
musytarak.
b. Bayan takrir, yakni memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur’an
c. Bayan taukid, yakni sebagai penjelas maksud dan tujuan suatu ayat al-Qur’an
3. Subjek dan objek dakwah
Berbicara mengenai dakwah, maka di dalamnya juga akan membahas subjek
dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu rangkaian yang tidak
dapat dipisahkan dari sudut prosesnya.
Kedua unsur ini harus saling berinteraksi untuk mendukung keberhasilan
proses dakwah. Namun da’I merupakan unsur utama yang fundamental yang akan
menetukan berhasil tidaknya proses dakwah. Subjek dakwah dinamakan da’I, juru
penerang, muballigh, dan sebagainya. Adapun pengertian da’I adalah orang yang
menyeru, memanggil, mengundang atau mengajak.33
Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’I harus mempunyai syarat-
syarat dan kemampuan tertuntu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan bisa
33
M. Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), Cet.
Ke-I, h. 179
sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh seorang
da’I secara umum bisa mencontoh kepada Rasulullah SAW. Karena kehidupan
Rasulullah SAW. Merupakan standar atau ”uswatus hasanah “ bagi umatnya, karena
tentunya hal itu pun berlaku dalam dakwah Islam.
Seorang da’I harus mengenal objek dakwahnya, yang meliputi pemikiran,
persepsi, problem dan kesulitan-kesulitan objek dakwah. Dengan demikian, ia akan
mendapatkan celah-celah jalan untuk proses dakwah dan sekaligus memberikan solusi
dan terapi yang tepat bagi persoalan yang dihadapi oleh objek dakwahnya. Oleh
karenanya, ajaran-ajaran yang mereka sampaikan kepada umat manusia, akan
memiliki pengaruh yang efektif.34
Permasalahan diatas sangat berkaitan sekali dengan teori psikologi
komunikator atau kejiwaan seorang komunikator ketika berinteraksi dengan
komunikan atau mad’u. ada beberapa teori yang berkaotan dengan hal ini yakni:
a. Teorinya Aristoteles yang menyebut karakter komunikator itu sebagai ethos.
Sedangkan ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik dan juga maksud
yang baik seorang komunikator ketika berinteraksi dengan komunikan atau
mad’u bagi seorang da’I.
b. Teori prior ethos yang menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang
mempengaruhi persepsi komunikan atau mad’u tentang seorang komunikator
atau da’I dalam hal ini sebelum ia melakukan komunikasinya atau sebelum ia
berinteraksi.
c. Teori intrinsic ethos yakni teori yang menjelaskan tentang ketertarikan
seorang komunikan terhadap seorang komunikator setelah ia berkomunikasi
34
Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral (Yogyakarta: Amin Press, 1997), Cet. Ke-
1 h. 52
dengan komunikator karena cara berbicaranya dan pemilihan kata-katanya, isi
yang disampaikannya dan juga kedalaman uraian materi yang
disampaikannya.35
Objek dakwah disebut juga mad’u atau sasaran dakwah. Mereka adalah orang-
orang yang diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya ialah orang yang diajak
kedalam Islam.36
Sasaran atau objek dakwah ialah manusia, baik dirinya sendiri maupun orang
lain. Sebab agama Islam diturunkan oleh Allah SWT bukan hanya untuk sekelompok
manusia, akan tetapi untuk seluruh umat manusia termasuk da’I itu sendiri.
Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, jika dilihat
dari aspek kehidupan psikologis. Maka.Sasaran dakwahnya terbagi menjadi :
a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis
berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat
di daerah masyarakat marginal dari kota besar.
b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur
kelembagaan berupa masyarakat pemerinatahan dan keluarga
c. Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial budaya
berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat
dalam masyarakat Jawa.
d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia
berupa golongan anak-anak, remaja, dan orang tua.
35
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), Cet. Ke-
18. hal. 255-259 36
Hasanuddin, Hukum dan Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia,(Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-I, h. 34
e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat
kehidupan sosial okonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan
miskin.
f. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi pekerjaan
berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai, pegawai negeri
dan sebagainya.
g. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis
kelamin, berupa golongan wanita dan pria.
h. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khsusus berupa
golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana dan
sebagainya.37
Jadi, subyek dan objek dakwah sangat berkaitan satu sama lain. Dimana da’i
sebagai unsur utama yang sangat penting dalam menentukan berhaasil atau tidaknya
proses dakwah.
4. Metode Dakwah
Menurut bahasa Yunani metode berasal dari dua kata yaitu: “meta” (melalui)
dan “hodos” (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari “methodica”
artinya adalah ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab yakni “thariq”
yang artinya jalan. Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan memulai proses
untuk mencapai suatu maksud.38
37
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet.
Ke-5, h. 3 38
Hasanuddin, Manajemen Dakwah (Jakarta: UIN Press, 2005), Cet. Ke-1 h. 60
Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara
jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan. Sedangkan dakwah adalah cara
yang digunakan subjek dakwah untuk menyampaikan materi dakwah atau bisa
diartikan metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’I untuk
menyampaikan materi dakwahnya yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Maka dari itu, kejelian dan kebijakan seorang juru dakwah dalam memilih dan
memakai metode itu sangat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah. Pada
umumnya bahasan tentang metode dakwah itu merujuk pada surat an-Nahl ayat 125
yaitu:
������ ��� ������� ������ ���☺����������
�� !�#$�☺�%���& ���'()������ * +-�%�./�0�& 1234%���� 5��6
7()89&: � ;<� ��=��� �$>6 ?+@8&: 7�☺�� ;�(A 7�
B�:������� * �$>6�& ?+@8&: �CD�.�E8-☺�%���� FAG��
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga, yaitu : hikmah,
mau’izatul hasanah dan mujadalah. Semua metode yang ada adalah cabang dari tiga
metode ini.39
Adapun secara umum, metode dakwah menurut al-Qur’an surat an-Nahl ayat
125, terdapat tiga pokok metode dakwah yaitu:
39
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h.122-123
a. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran
dakwah dengan menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam
menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa
terpaksa atau keberatan.
b. Mauizhatil Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat
atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga
nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu menyentuh hati mereka.
c. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah
dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memberikan argumentasi dan bukti
yang kuat dan tidak memberikan tekanan-tekanan kepada mad’u nya sehingga
tidak melahirkan permusuhan nantinya.40
Disamping itu ada beberapa metode dakwah yang sering digunakan oleh
seorang da’I dalam berdakwah:
a. Metode Ceramah
Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh
karakteristik bicara seorang da’I pada suatu aktifitas dakwah.
b. Metode Tanya - Jawab
Metode Tanya-jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara
mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang dirasai
belum dimengerti dan da’I sebagai penjawabnya.
c. Debat
40
Ibid, h. 122-123
Debat sebagai metode dakwah yang pada dasarnya mencari kebenaran bukan
kemenangan, dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatan Islam.
d. Percakapan antar pribadi
Percakapan pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara
seorang da’I dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya.
e. Metode Peragaan
Yakni suatu metode dakwah dimana seorang da’I memperlihatkan sesuatu
contoh yang baik terhadap mad’unya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan,
misalnya memperagakan cara shalat.41
5. Media Dakwah
Media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat atau perantara
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang
telah ditentukan secara efektif. Media dakwah ini dapat berupa barang, orang, tempat,
kondisi tertentu dan sebagainya.42
Di zaman modern sekarang ini, dakwah harus menyesuaikan situasi dan
kondisi yang semakin berubah kearah yang lebih maju. Dituntut efektifitas dan
efesiensi dalam pelaksanaan dakwah. Tidak hanya asal dalam melaksanakan dakwah,
tetapi harus dipikirkan terlebih dahulu apakah dakwah yang dilaksanakan sudah
mengena atau belum, apakah berhasil ataukah tidak.
41
Ibid, h. 61-62 42
Asmuni Syukir, Dasar-DasarStrategi Dakwah Islam, h.163
Untuk itulah disamping keberhasilan suatu dakwah itu ditentukan oleh da’I,
tetapi media atau sarana dakwah juga berperan penting dalam hal ini.
Jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah itu dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu :
a. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara
tradisional dipentaskan di depan umum, terutama sebagai hiburan yang
memiliki sifat komunikasi seperti : drama, pewayangan, dan sebagainya.
b. Media modern/ sekarang, yaitu media yang ada dan dihasilkan di zaman
sekarang seperti: Lembaga-lembaga pendidikan formal, organisasi Islam,
lingkungan keluarga, dan media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan sebagainya.
C. Masjid
1. Pengertian Masjid
Kata “masjid” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikann sebagai
tempat ibadahnya umat Islam43
.
Dalam makna yang lebih luas sekarang ini masjid bukan hanya dijadikan
sebagai tempat ibadah shalat saja akan tetapi masjid sudah menjadi multi fungsi,
seperti masjid dijadikan sebagai tempat syiar Islam seperti berdakwah, dijadikan
tempat pengajian dan bahkan saat ini masjid dijadikan sebagai salah satu tempat akad
pernikahan seseorang.
43
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997) Cet. Ke-9
BAB III
PROFIL KH. AMIRUDDIN SAID, SQ, M.A DAN GAMBARAN UMUM
MASJID KUBAH EMAS DIAN AL-MAHRI
A. Biografi KH. Amiruddin Said, SQ, M.A
1. Riwayat Hidup
KH. Amiruddin Said, SQ, M.A terlahir di Jl. Minangkabau Manggarai Jakarta,
pada tanggal 22 Desember 1974. Ayahnya adalah seorang pensiunan di Departemen
Keuangan, bernama H. M. Said Sanusi, putra Betawi Pasar Minggu. Kakek beliau
adalah seorang tokoh masyarakat di daerah Pasar Minggu, masjid Attaqwa yang
berada dipinggir jalan Pasar Minggu beliaulah yang mendirikannya. Adapun ibu
beliau bernama Hj. Maemunah, wanita Betawi asal Lenteng Agung seorang guru
mengaji yang ayahnya adalah seorang tokoh agama di daerah Kebagusan di Lenteng
Agung. 44
Sejak terlahir beliau sudah diberikan kelebihan oleh Allah SWT berupa suara
yang merdu. Sejak kelas IV SD beliau sudah mengikuti perlombaan MTQ dari tingkat
kelurahan sampai pada akhirnya disaat kelas satu Madrasah Tsanawiyah beliau
meraih juara I MTQ tingkat DKI golongan anak-anak. Disaat kuliah di PTIQ beliau
mencoba kembali untuk mengikuti MTQ tigkat remaja, dan beliau kembali menjadi
juara I. namun disaat melanjutkan ditingkat nasional, karena ada pertukaran peserta
yang pada akhirnya beliau dipilih untuk menjadi peserta 5 juz hafalan dan tilawah.
Setelah dua tahun berikutnya, barulah beliau mendapatkan kesempatan untuk
mengikuti kejuaraan MTQ tingkat nasional dan beliau pun meraih juara I MTQ
nasional di Jambi pada tahun 1997. di tahun 2004 beliau kembali mencoba ikut di
44
Hasil wawancara dengan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A Tanggal 27 Maret 2009
golongan dewasa dan beliau pun berhasil mendapatkan juara I STQ nasional di
Bengkulu setelah itu beliau dipercaya untuk mewakili Indonesia untuk ikut MTQ
Internasional di Teheran Iran, dan beliau pun mendapatkan peringkat ke III disana.45
2. Pendidikan
Sewaktu kecil beliau Sekolah Dasar di SDI Sa’adatuddarain Lenteng Agung,
setelah tamat dari SD beliau melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah
(MTs) dan Aliyah di Pondok Pesantren perguruan Attaqwa Ujung Harapan Bekasi.
Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yakni
kuliah di PTIQ dan setelah itu beliau langsung melanjutkan kembali pendidikannya di
Ma’had Darul Musthofa Tarim Hadramaut Yaman.
3. Aktivitas Dakwah
KH. Amiruddin Said, SQ, M.A mulai terjun ke dunia dakwah dan mengawali
dakwah bil kalaam itu setelah beliau kembali dari Yaman pada tahun 2000. Beliau
mulai mengisi acara-acara taklim, pengajian-pengajian dan lain sebagainya. Adapun
yang memotivasi beliau sehingga terjun kedunia dakwah adalah Rasulullah SAW
yang senantiasa mengajak ummatnya kepada jalan yang di ridhoi Allah SWT. Maka
sebagai seorang yang sejak kecil berkecimpung di dunia agama maka keinginan untuk
mengikuti jejak Rasulullah SAW yakni berdakwah sangatlah tinggi.46
Beliau mengatakan, bahwa Rasulullah SAW pernah mengatakan “ sebaik-baik
manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada manusia “.
Perkembangan dakwah yang dijalaninya sekarang ini, beliau mengatakan “semakin
hari semakin banyak orang yang membutuhkannya”, karena dengan ilmu yang di
titipkan oleh Allah SWT kepadanya. Setelah diresmikannya Masjid Kubah Emas Dian
Al-Mahri, sekarang ini beliau mendapatkan amanat untuk membantu dan mengisi
45
Hasil wawancara dengan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A Tanggal 27 Maret 2009
46
Hasil wawancara dengan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A Tanggal 27 Maret 2009
kegiatan-kegiatan yang diadakan di masjid ini, bahkan mereka memberikan dan
menganugrahkan beliau sebagai Imam Besar masjid ini.
Namun kiprah dakwah yang dilakukan oleh beliau itu tidak hanya pada ruang
lingkup Masjid Dian Al-Mahri, ada beberapa majlis yang rutin beliau hadiri dan diisi,
bahkan tidak menutup kemungkinan untuk beliau mendapatkan panggilan ataupun
undangan untuk berdakwah dari luar, dan tidak sedikit pula orang yang mengharapkan
akan kehadiran beliau.
B. Gambaran Umum Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya
Masjid Dian Al-Mahri atau yang lebih dikenal lagi dengan sebutan Masjid
Kubah Emas ini berada di Jalan Meruyung Raya, Kel. Meruyung, Kecamatan Limo,
Kota Depok. Masjid megah ini berkapasitas 20 ribu jemaah berdiri kokoh di atas
lahan seluas 70 hektare. Masjid ini mulai dibangun pada bulan April 1999 oleh
seorang dermawan, pengusaha asal Banten bernama ibu Hj. Dian Juriah Maimun Al-
Rasyid, istri dari Drs H. Maimun Al Rasyid, yang membeli tanah kawasan ini sejak
tahun 1996. Rencananya, selain masjid, lahan ini akan dijadikan Islamic Centre.
Nantinya akan ada lembaga dakwah, dan rumah tinggal. Semua bangunan tersebut
merupakan bagian dari konsep pengembangan sebuah kawasan terpadu yang diberi
nama Kawasan Islamic Center Dian Al-Mahri.47
Masjid Dian Al Mahri diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 31
Desember 2006, bertepatan dengan Idul Adha 1427 H. Pendiri masjid Kubah Emas
Dian Al-Mahri berharap nantinya masjid Dian Al-Mahri ini akan menjadi wadah
pengembangan syiar Islam. Masjid ini memiliki gaya arsitektur dengan ciri keislaman
47
Bulletin Dian Al-Mahri edisi 10, tahun 2008
yang sangat kuat, yang ditandai dengan terdapatnya kubah, minaret, halaman dalam,
portal atau gapura serta penggunaan detail atau hiasan-hiasan dekoratif dengan
elemen geometris dan obelisk.48
Karena masjid Dian Al-Mahri merupakan bagian dari konsep sebuah Islamic
Center, selain masjid, di kawasan sekitar masjid terdapat gedung serba guna yang
mampu menampung 20.000 jamaah, villa, dapur umum, ruko dan rumah tinggal
pendiri masjid. Di kawasan seluas 70 ha ini nantinya juga akan dibangun fasilitas
pendidikan dan pesantren.
Masjid Dian Al-Mahri sendiri memiliki luas 8000 meter persegi dan mampu
menampung 15.000 jamaah untuk pelaksanaan shalat dan 20.000 jamaah untuk
pelaksanaan majlis taklim. Masjid yang dikenal dengan masjid kubah emas karena
material emas yang terdapat dimasjid ini dapat dijumpai di mahkota pilar interior
berupa serbuk emas, gold plating di tangga mezanin, ornamen kaligrafi di langit-
langit kubah dan ornamen dekoratif diatas mihrab serta gold mozaik 24 karat yang
terdapat di kubah-kubah menara. Lima buah kubah yang terdapat di masjid Dian Al-
Mahri ini melambangkan makna rukun Islam, sedangkan enam menara itu
melambangkan makna rukun iman.
Selain itu masjid yang sangat luas dan bebas diakses untuk umum ini juga
memiliki halaman parkir yang luas dan gedung serba guna serta tempat-tempat yang
mendukung untuk menjadikan masjid ini sebagai tempat wisata religi49.
2. Visi dan Misi
a. Visi dari Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri ini adalah :
48 Bulletin Dian Al-Mahri edisi 10, tahun 2008
49
Bulletin Dian Al-Mahri edisi 8. Bulan Maret tahun 2009
1) Kebangkitan Budaya Islam di Indonesia untuk membangun sebuah peradaban
Islam Indonesia yang akan memperkuat fundamen Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2) Dengan pengembangan Islam yang ada saat ini, diharapkan Indonesia menjadi
pusat perkembangan kebudayaan Islam dunia.
b. Adapun Misi dari Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri ini adalah :
1) Menyebarkan pemahaman “Islam Rahmatan Lil Alamin”, bahwa Islam
diturunkan sebagai rahmat untuk seluruh alam semesta.
2) Membudayakan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sosial,
bermasyarakat, dan bernegara di Indonesia.
BAB IV
ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH KH. AMIRUDDIN SAID, SQ, M.A
DI MASJID KUBAH EMAS DIAN AL MAHRI
A. Dakwah KH. Amiruddin Said, S.Q, M.A
Sejak terlahir kedunia ini beliau telah diberikan kelebihan oleh Allah SWT
dengan suara yang begitu merdu ketika melantunkan ayat-ayat al-Qur’an, dan inilah
salah satu modal yang diberikan Allah kepadanya untuk menjadi seorang yang dapat
mensyiarkan ajaran Islam. Kelebihan yang Allah berikan kepadanya itu digunakan
dengan sebaik-baiknya dan tidak disia-siakan begitu saja. Karena dengan kelebihan
itu pula nama dan derajatnya secara tidak langsung diangkat oleh Allah menjadi orang
yang dihormati dan dihargai.
Adapun awal kegiatan dakwah beliau dimulai setelah beliau menamatkan
pendidikannya di Ma’had Darul Musthofa Tarim Hadramaut Yaman pada tahun 2000
kembali ke Indonesia. Pada awalnya kegiatan dakwah beliau hanya dilakukan di
masjid, mushala dan majlis-majlis pengajian saja, namun karena dengan berdakwah
itu dapat dirasakan begitu besar manfaatnya, maka beliau mengajak masyarakat
setempat untuk mengaji dan belajar bersama dan beliaupun menadapat kepercayaan
masyarakat untuk menjadi orang yang dianggap mampu dalam hal ini.
Perjuangan beliau untuk berdakwah dan mendapatkan kepercayaan
masyarakat itu tidak gampang, pada mulanya jamaah yang hadir ketika diadakan
pengajian hanya sedikit jumlahnya, namun berkat kegigihan dan keistiqomahan beliau
dalam mengemban tugas berdakwah ini, akhirnya beliaupun mendapatkan respon
yang positif dari masyarakat dan jamaah yang hadirpun semakin bertambah dan
beliau pun dapat mengembangkan dakwahnya dengan baik.
Setelah diresmikannya masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri, sekarang ini
beliau mendapatkan amanat untuk membantu dan mengisi kegiatan-kegiatan yang di
adakan di masjid ini, bahkan mereka memberikan dan menganugerahkan beliau
sebagai imam besar masjid ini.
Adapun aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A di Masjid Kubah
Emas Dian Al-Mahri secara garis besar itu meliputi:
1. Dakwah Bil Lisan
Metode dakwah Bil Lisan yang dalam tuturan praktisnya itu menggunakan
perantara perkataan, melalui ceramah, silaturahmi, muzakarah, pidato, nasehat,
diskusi, taushiyah, musyawarah dan mengajar. Seperti:
a. Pengajian Fiqih
Sebuah kegiatan yang di dalamnya itu mengkaji Ilmu Fiqih yang diadakan
setiap hari Selasa setelah shalat Maghrib dan berakhir ketika datang waktu shalat Isya.
Dalam kegiatan ini beliau menjelaskan permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan masalah ibadah seperti shalat, zakat, puasa haji dan ibadah-ibadah lainnya.
Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mad’u tentang permasalahan
Ilmu Fiqih khususnya tentang permasalahan ibadah.
Di dalam kegiatan kajian fiqih ini beliau menggunakan metode Tanya jawab.
Setelah beliau menjelaskan tentang satu permasalahan, kemudian beliau membuka
forum Tanya jawab kepada mad’u dan mempersilahkan mad’u untuk bertanya.
b. Taklim Umum
Sebuah kegiatan yang diadakan rutin setiap hari Selasa sebelum waktu Dzuhur
yang di dalamnya berisi ceramah-ceramah agama yang membahas tentang
permasalahan yang berkaitan dengan agama yang dapat memperkuat akidah Islam dan
keimanan seseorang. Dalam isi ceramah beliau terkadang beliau bercerita tentang
kepribadian Rasulullah SAW dan akhlak Rasul dengan tujuan agar mad’u mencontoh
kepribadian Rasul dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Sebuah kegiatan yang rutin diadakan setiap hari senin setelah shalat Maghrib,
dalam kegiatan ini beliau hanya membacakan Rawi. Kegiatan ini berlangsung sampai
dengan datangnya waktu shalat Isya saja.
d. Istigasah Akbar
Sebuah kegiatan yang rutin dilaksanakan beliau setiap minggu ketiga setiap
bulannya. Kegiatan ini berisi dengan pembacaan surat Yaasin, tahlil, pembacaan ratib,
muihasabah dan penyampaian taushiyah. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT agar di dalam menjalani kehidupan yang sesaat ini selalu ada
dalam lindungannya serta sebagai introspeksi diri terhadap kesalahan-kesalahan yang
pernah kita perbuat.
Kegiatan ini dimulai pukul 09.30 pagi sampai dengan datangnya waktu shalat
dzuhur dan diakhiri dengan shalat dzuhur berjamaah.
e. Peringatan Hari Besar Islam
Sebuah kegiatan yang sudah menjadi tradisi pada masyarakat Islam Indonesia,
kegiatan ini sangat penting dan banyak manfaatnya karena selain mempererat tali
silaturahim antar sesama masyarakat ataupun jamaah, kegiatan ini juga mampu
membangkitkan semangat keislaman. Dalam kegiatan ini beliau mengisi acara dengan
berceramah agama dengan menggunakan metode ceramah.
Adapun perayaan yang sering dilaksanakan itu seperti Peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW, Peringatan Isra’ Mi’raj dan Peringatan Tahun Baru Islam.
f. Khatib jum’at
Sebuah kegiatan yang diadakan oleh pengurus masjid berupa khutbah jum’at.
Dalam hal ini beliau sudah mempunyai jadwal yang telah diatur oleh pengurus
masjid. Dalam berkhutbah beliau menggunakan metode ceramah
2. Dakwah Bil Kitabah (qalam)
Adapun metode dakwah ini dengan mengisi tulisan-tulisan pada bulletin Dian
Al-Mahri yang diterbitkan tiap minggunya, yang isinya mengenai seputar
permaslahan agama dan terkadang beliau memuat tulisannya tentang kepribadian dan
akhlak Rasulullah SAW yang sangat bermanfaat bagi para pembaca untuk dijadikan
contoh dalam kehidupannya.
3. Dakwah Bil Haal
Metode Bil Haal pada hakekatnya adalah metode dakwah yang mengacu
kepada dakwah dalam bentuk tindakan nyata, keteladanan, bersifat pemecahan
masalah tertentu dalam dimensi ruang dan waktu yang tertentu pula. Karena itu
metode dakwah Bil Haal itu lebih diorientasikan kepada kebutuhan nyata masyarakat
terutama yang bersifat fisik.
Dengan demikian metode Bil Haal ini berarti metode yang menaruh perhatian
yang lebih besar terhadap masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dengan bentuk amal nyata terhadap sasaran (masyarakat) tertentu.
Dalam mengembangkan dakwah Bil Haalnya KH. Amiruddin Said, lebih
menekankan kepada sikap dan kepribadian beliau sehari-hari di ruang lingkup masjid
kubah emas dalam bentuk pengamalan ibadah seperti menjadi imam shalat dan terjun
langsung kelapangan bersama masyarakat ataupun jamaah ketika terdapat acara-acara
yang diadakan oleh pengurus masjid.
B. Metode Dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A
Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang berbagai jenis metode ataupun cara
yang digunakan seorang da’I dalam menyampaikan materi dakwah kepada mad’unya.
Adapun secara umum, metode dakwah menurut al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125,
terdapat tiga pokok metode dakwah.
Adapun metode dakwah yang digunakan KH. Amiruddin Said, dalam
berdakwah itu menggunakan metode-metode dakwah yang telah ada dan dijelaskan di
dalam al-Qur’an dan metode yang telah lumrah digunakan oleh para da’i. namun
dalam berdakwah biasanya beliau memadukan metode dakwah yang sudah ada
dengan kelebihan yang dimilikinya, seperti dalam isi ceramah yang beliau sampaikan,
ada beberapa ayat-ayat al-Qur’an, kemudian beliau membacakannya dengan
bertilawah atau dengan lagam-lagam dalam ilmu bacaan al-Qur’an dengan suara yang
merdu, dan inilah yang menjadi ciri khas dari dakwahnya beliau. Selain itu juga
beliau beraudiensi dengan mad’unya ketika dalam pengajian-pengajian yang di isi
beliau.
1. Bil Hikmah
Berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan
menitik beratkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-
ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
Dalam metode ini KH. Amiruddin Said, sangat menitik beratkan permaslahan
dalam segi pemilihan materi, cara penyampaian dan pemilihan kata yang akan
disampaikan terhadap masyarakat ataupun jamaah di masjid Kubah Emas, namun
karena ruang lingkup dakwah beliau hanya pada masjid kubah emas yang pada
umumnya berbagai macam tingkatan orang ada disana dan bercampur menjadi satu
baik itu kaya, sederhana maupun miskin, pintar ataupun bodoh. Sehingga dalam
metode ini beliau memilih untuk mengambil jalan tengah yakni beliau mencampurkan
materi dakwahnya dan juga cara penyampaian dan pemilihan kata-katanya, agar dapat
mengena kepada semuanya dan bukan hanya kepada satu tingkatan atau golongan
saja.
2. Bil Mauizhatil Hasanah
Berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-
ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang
disampaikan itu menyentuh hati mereka.
Sedangkan untuk metode ini KH. Amiruddin Said, menitik beratkan hanya
pada cara beliau berdakwah dan juga pemilihan kata-kata yang dapat membuat mad’u
itu mudah menerima dan mencerna apa yang beliau sampaikan dan dapat bermanfaat
dan diterapkan dalam kehidupan mad’u, seperti isi ceramah yang berisi dan berkaitan
tentang masalah ibadah kepada Allah SWT dan terkadang beliau juga bercerita
tentang kepribadian dan akhlak Rasulullah SAW
3. Bil Mujadalah
Berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang
sebaik-baiknya dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat dan tidak
memberikan tekanan-tekanan kepada mad’u nya sehingga tidak melahirkan
permusuhan nantinya.
Metode dakwah ini beliau gunakan ketika di dalam taklim umum dan juga di
dalam kajian tentang fiqih. Karena di dalam kegiatan tersebut terdapat satu forum,
dimana jamaah ataupun orang yang ikut serta dalam kegiatan tersebut dapat
memberikan pertanyaan dan argumennya tentang suatu masalah yang sedang dibahas.
Setelah mendapatkan beberapa pertanyaan, beliaupun menjawabnya dengan sejelas-
jelasnya sehingga mad’u dapat memahaminya.
C. Materi Yang Disampaikan KH. Amiruddin Said, SQ, M.A
Materi yang disampaikan tidak lain adalah al-Islam yang bersumber dari al-
Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber utama yang kemudian mencakup seluruh
kultur Islam yang murni. Materi yang disampaikan itu adalah berupa ilmu, dimana
ilmu-ilmu itulah yang diperkirakan atau dibutuhkan oleh masyarakat atau jamaah
seperti Akidah, Syari’at dan Akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang
diperoleh, yaitu:
1. Ilmu Al-Qur’an yakni, kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik. Oleh
karenanya dalam caeramah beliau selalu membacakan ayat-ayat al-Qur’an
ataupun hadist dengan fasih.
2. Ilmu Agama, yaitu dengan cara memberikan pengajaran tentang ilmu fiqih,
tauhid atau akhlak.
3. Pengetahuan Umum, yakni dengan cara memberikan wawasan terhadap
masyarakat tentang hal-hal yang sedang terjadi.
Dalam penyampaian materi yang akan disampaikan kepada masyarakat itu
dapat ditempuh dengan cara hikmah, dalam arti beliau mempersiapkan dalil-dalil yang
akan disampaikan begitu juga pemilihan bahasa yang nanti akan beliau uraikan,
dengan itu beliau dapat menyesuaikan apa yang akan disampaikannya dan kepada
siapa beliau menyampaikan materi dakwahnya, seperti ketika beliau berdakwah
terhadap orang-orang yang pendidikannya menengah itu harus dibedakan dengan
beliau berdakwah terhadap orang-orang yang pendidikannya kelas atas ataupun tinggi.
Kekuatan dakwah terletak pada kata-kata yang dapat merangsang respon
psikologi masyarakat atau mad’u. jenis kekuatan tersebut antara lain: keindahan
bahasa, jelasnya informasi yang disampaikan, kekuatan logika dan informasi yang
berwibawa.
B. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah KH. Amiruddin Said,
S.Q, M.A
Keberhasilan dan kegagalan pada setiap manusia dan suatu organisasi dalam
mensyiarkan agama Islam untuk menuju kesuksesan itu tidaklah terlepas dari adanya
faktor pendukung dan penghambat. Begitu juga dengan yang dihadapi oleh KH.
Amiruddin Said dalam melaksanakan syiar Islam.
Adapun faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau antara lain:
1. Kepribadian beliau yang sampai saat ini masih terus berjuang mencari
keridhaan Allah SWT.
2. Adanya respon yang baik dari masyarakat dan jamaah masjid kubah emas
terhadap penyelenggaraan kegiatan-kegiatan dakwah.
3. Kerjasama yang baik dengan masyarakat dan jamaah sehingga sosialisasi dari
kegiatan dakwah dapat dilakukan dengan baik dan lancar.
4. Masyarakat yang semakin antusias dengan kegiatan dakwah, karena manfaat
yang dapat dirasakannya begitu besar dalam meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT.
Keberhasilan dan kesuksesan KH. Amiruddin Said dalam menyebarkan nilai-
nilai Islam ini karena tekad dan usaha yang besar yang dilakukannya. Tidak lupa juga
beliau sangat bersyukur karena beliau mempunyai sebuah media yang diberikan Allah
SWT kepadanya berupa masjid Kubah Emas yang cukup untuk dapat menarik minat
masyarakat dan itu dijadikan sebagai objek dakwah beliau dan beliaupun dapat
memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah ada untuk keberhasilan dakwahnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap perjuangan itu pasti ada halangan dan
rintangan yang harus dihadapi, cobaan itu tidak datang menghadang bagi siapa saja,
mereka tidak mengenal besar ataupun kecil, lemah ataupun kuat dan sebagainya.
Demikian pula dengan aktivitas dakwah yang KH. Amiruddin Said lakukan dalam
menyebarkan nilai-nilai Islam itu tidak luput dari hambatan dan rintangan.
Adapun hambatan dan rintangan yang beliau hadapi merupakan kejadian yang
paling berat yang harus dihadapi dalam menyebarkan dakwah Islam. Adapun
hambatan itu yakni pada masalah kurangnya minat masyarakat untuk duduk di majlis
ilmu seperti pengajian-pengajian yang sering dilakukan di masjid ataupun di majlis
taklim. Mereka lebih memilih untuk duduk santai dan menonton televisi misalnya,
padahal dengan ta’lim yang rutin itulah sesungguhnya yang banyak memberikan
pencerahan untuk kehidupan dan dapat lebih mendekatkan diri kita kepada Allah
SWT.
Inilah hambatan terbesar yang dirasakan oleh para da’I di zaman sekarang ini,
sebagus apapun metode dakwah yang digunakannya, secanggih apapun media yang
digunakannya, dan selengkap apapun isi materinya, namun itu semua tidak akan ada
artinya jika di dalam diri masyarakat itu sendiri tidak ada kesadaran meluangkan
sedikit waktunya untuk sedikit menenangkan jiwanya atau rohaninya dan
memperdalam lagi ilmu keagamaan kita dengan mengikuti pengajian-pengajian
ataupun mendengarkan taushiah-taushiah dari seorang da’I ataupun para kyai.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan menuliskan kesimpulan dari uraian tentang aktifitas
dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dalam meningkatkan pengamalan ibadah
jamaah Masjid Kubah Emas Dian Al-Mahri. Kemudian setelah itu penulis juga akan
memberikan beberapa saran yang kiranya bisa bermanfa'at dalam rangka kemajuan
dakwah Islam dalam mensyiarkan nilai-nilai ajaran Islam agar dapat mencapai
tujuannya dengan baik.
Dari uraian dan penjelasan yang terdapat pada bab empat, maka dapatlah
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas dakwah KH. Amiruddin Said, SQ, M.A di masjid Kubah Emas Dian
Al-Mahri itu adalah dengan cara mengisi kegiatan-kegiatan yang telah
ditentukan oleh pengurus masjid dan kegiatan dakwah beliau, secara garis
besar terbagi kepada tiga bagian yakni Pertama dakwah Bil Lisan seperti:
pengajian fiqih, taklim umum, pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW
(rawi), isatigasah akbar, perayaan hari-hari besar Islam,dan khutbah Jum’at.
Kedua dakwah Bil Kitabah (qalam) seperti beliau rutin mengisi dan
memberikan tullisannya disalah satu rubrik di bulletin Dian Al-Mahri yang
diterbitkan setiap minggunya. Ketiga dakwah Bil Haal dalam hal ini beliau
lebih menekankan kepada sikap dan kepribadian beliau sehari-hari di ruang
lingkup masjid kubah emas.
2. Adapun untuk materi yang disampaikan beliau ketika berdakwah adalah al-
Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah seperti ilmu agama yang
berisi tentang ilmu fiqih, tauhid dan akhlak.
3. Sedangkan untuk metode yang beliau gunakan adalah metode-metode yang
terdapat dalam al-Qur’an dan metode yang biasa digunakan oleh para da’i.
namun beliau memadukan metode dakwah yang ada dengan kelebihan yang
dimilikinya.
4. Beberapa factor yang dapat mendukung dakwah KH. Amiruddin Said
diantaranya adalah metode yang digunakan beliau ketika berdakwah yang
mungkin bisa diterima oleh banyak jamaah yang mengikuti kegiatan
dakwahnya, beliau mempunyai sebuah media yang diberikan Allah SWT
kepadanya berupa Masjid Kubah Emas yang cukup dapat menarik minat
masyarakat dan itu dijadikan sebagai objek dakwah beliau. Adapun factor
penghmbat yang dirasakan beliau adalah kurangnya minat masyarakat untuk
duduk dimajelis ilmu seperti di pengajian-pengajian ataupun di masjid
B. Saran
Saran-saran yang bisa diberikan oleh penulis dalam rangka kemajuan dakwah
Islam saat ini agar lebih maju dan lebih baik lagi antara lain sebagai berikut:
1 Dalam kegiatan Kajian tentang Fiqih itu seharusnya diperpanjang waktunya
sehingga penjelasan yang akan disampaikan oleh Kyai itu akan lebih luas lagi
2 Agar jamaah tidak merasa jenuh dengan kegiatan yang biasa diadakan selama
ini, dan melihat potensi pak kyai alangkah baiknya jika ditambah dengan
kegiatan pembelajaran Qori.
3 Kepada KH. Amiruddin Said, SQ, M.A dan kepada seluruh pengurus Masjid
Kubah Emas Dian Al-Mahri, tetaplah bersemangat dalam mensyiarkan nilai-
nilai Islam
4 Melihat perubahan zaman saat ini, maka seorang da’I itu harus pandai dan
lebih teliti lagi dalam menyesuaikan metode yang digunakan dan memilih
materi yang akan disampaikan
5 Keilmuan kita yang harus diperbanyak lagi baik dalam ilmu agama ataupun
ilmu-ilmu umum lainnya, karena dengan ilmulah sesuatu akan bisa berjalan
dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Ali Azis, Moh. Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2004), Cet. Ke-1
Amin, Mansyur. Dakwah Islam dan Pesan Moral (Yogyakarta: Amin Press, 1997),
Cet. Ke-1
Anshori, Hafi. Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993),
Cet. Ke-1
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998, Edisi revisi), Cet. Ke-12
Arnold, Thomas W. Sejarah Dakwah Islam, (Jakata: PT. Bumi Restu, 1981), Cet. Ke-
2
Bulletin Dian Al-Mahri edisi 10, tahun 2008
Bungin, H. M. Burhan. Sosiologi Komunikasi: teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. (Jakarta: Kencana, 2006), Cet. I
Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian
Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-I
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemah, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997) Cet. Ke-9
Consuelo, G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta:UI-Press, 1993),
Cet Ke-I
Hakim Mahmud, Ali Abdul. Dakwah Fardiyah, metode membentuk pribadi muslim
(Jakarta: Gema Insani, 1995) Cet. Ke-I
Hasanuddin, Hukum dan Tinjauan Aspek dalam Berdakwah di Indonesia,(Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-I
Ismail, Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah
Harakah. Jakarta, Penamadani, 2006. Cet. Ke-1
Kafie,Jamaluddin. Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), Cet. Ke-I]
Mahmud, Ahmad. Dakwah Islam, (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002) Cet.Ke-I
Muhammad Nuh, Sayyid. Dakwah Fardiyah, Pendekatan Personal Dalam DAkwah,
(Solo: Intermedia, 2006), Cet. Ke-1
Mutahari, Murtadho. Persfektif Al Qur’an Tentang Manusia dan Agama, (Bandung:
CV. Pustaka Setia, 2002), Cet. Ke-I
Moeloeng, Lexj. Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosdakarya,2005),
Cet. Ke-1
Nashin Ulwan, Abdullah. Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta, Gema Insani Press,
1991) Cet. Ke-I.
Natsir, M. Fiqhudh Dakwah, (Jakarta: Media Dakwah, 1983). Cet.ke-4
Omar, H.M. Toha Yahya. Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al Mawardi Prima, 2004),
Cet. Ke-I
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-12
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), Cet. Ke-18
Rasyad Shaleh, Abdul. Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: PT. Bulan Bintang,
1994), Cet. Ke-2
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al Qur’an: fungsi dan peran wahyu dalam
kehidupan masyarakat, (Bandung: Mizan 1994), Cet. Ke-VII
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial: suatu tekhnik penelitian bidang
kesejahtraan social dan ilmu sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja osdakarya,
2000), Cet. Ke-4
Soeltoe, Samuel. Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI, 1982),Cet. Ke-1
Sojogyo dan Pujiwati Sojogyo, Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 1999) Cet. Ke-12 jilid I
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
Cet. Ke-I.
Yuliar, Soni. et al, Memotret Telemtika Indonesia: Menyongsong Masyaraka
Informasi Nusantara (Bandung, Pustaka Hidayah, 2001), Cet. Ke-I