AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN SERAI ... · DEPARTEMEN BIOKIMIA ... Sumber informasi...

34
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN SERAI (Cymbopogon citratus) DAN POTENSINYA SEBAGAI PENCEGAH OKSIDASI LIPID RAHMAH DARA AYUNDA DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Transcript of AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN SERAI ... · DEPARTEMEN BIOKIMIA ... Sumber informasi...

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN

SERAI (Cymbopogon citratus) DAN POTENSINYA

SEBAGAI PENCEGAH OKSIDASI LIPID

RAHMAH DARA AYUNDA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Etanol Daun Serai (Cymbopogon citratus) dan Potensinya Sebagai

Pencegah Oksidasi Lipid adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Rahmah Dara Ayunda

NIM G84100101

ABSTRAK

RAHMAH DARA AYUNDA. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Serai

(Cymbopogon citratus) dan Potensinya Sebagai Pencegah Oksidasi Lipid.

Dibimbing oleh HASIM dan SYAMSUL FALAH.

Cymbopogon citratus merupakan tanaman yang biasa digunakan sebagai

rempah oleh masyarakat Indonesia. Pemanfaatan serai terbatas pada bagian

batangnya saja, sedangkan daunnya masih menjadi limbah. Penelitian ini

bertujuan menganalisis komponen fitokimia, menentukan kadar fenolik serta

menguji aktivitas antioksidan ekstrak daun serai (Cymbopogon citratus) dengan

pelarut etanol 30%, etanol 70% dan etanol 96%. Ekstraksi daun serai dilakukan

dengan maserasi. Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun

serai memiliki kandungan alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenol, dan steroid.

Penentuan kadar fenol dilakukan dengan metode Follin-ciocalteu dengan kadar

fenol tertinggi terdapat pada ekstrak etanol 30% sebesar 50.017 GAE (Gallic Acid

Equivalent) mg/g. Ekstrak etanol daun serai berpotensi sebagai antioksidan

melalui penghambatannya terhadap radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-

pikrilhidrazil) dengan nilai IC50 terbaik pada ekstrak etanol 70% sebesar 79.444

mg/L. Pengujian antioksidan dalam sistem lipid menggunakan metode rancimat

dengan aktivitas antioksidan tertinggi pada etanol 70% sebesar 1.19 dan waktu

induksi terlama yaitu 6.15 jam.

Kata kunci: daun serai, antioksidan, total fenolik, rancimat, DPPH

ABSTRACT

RAHMAH DARA AYUNDA. Antioxidant Activity of Ethanolic Extract

Lemongrass (Cymbopogon citratus) Leaf and the Potent to Prevent the Lipid

Oxidation. Supervised by HASIM and SYAMSUL FALAH.

Cymbopogon citrates is usually used as spices by Indonesian people. The

utilization of lemongrass is only limited on it stem, but the leaf remain as waste.

The aim of this research was to analyze phytochemical components and to

determine the phnolic content and antioxidant assay with ethanol solvent each

30%, 70% and 96%. The extraction of lemongrass leaf was performed by

maceration. The result of phytochemical analysis indicated that the ethanolic

extract of lemongrass leaf contains alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, phenol

and steroid. The phenol content determination was performed by Folin-

Ciocalteau method with the highest phenolic content was obtained on ethanolic

extract 30% was 50.017 GAE (Gallic Acid Equivalent) mg/g. The ethanol extract

of lemongrass leaves through its inhibitory potency as an antioxidant against free

radical DPPH (2,2-diphenyl-1-pikrylhydrazyl) with with the highest IC50 on 70%

ethanol was 79.444 mg/L. The antioxidant activity on lipid system with rancimat

method was obtained on 70% ethanol as 1.19 and the longest induction time was

6.15 hours.

Keywords: lemongrass leaf, antioxidant, total phenolic, rancimat, DPPH.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN

SERAI (Cymbopogon citratus) DAN POTENSINYA

SEBAGAI PENCEGAH OKSIDASI LIPID

RAHMAH DARA AYUNDA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Serai (Cymbopogon

citratus) dan Potensinya Sebagai Pencegah Oksidasi Lipid

Nama : Rahmah Dara Ayunda

NIM : G84100101

Disetujui oleh

Dr drh Hasim, DEA

Pembimbing I

Dr Syamsul Falah, SHut MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini

memiliki tema terkait pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun serai

dapur serta aktivitasnya dalam mencegah oksidasi lipid dengan judul “Aktivitas

Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Serai (Cymbopogon citratus) dan Potensinya

Sebagai Pencegah Oksidasi Lipid” yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga

Agustus 2014.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Dr drh

Hasim, DEA dan Dr Syamsul Falah, SHut MSi atas segala arahan dan

bimbingannya kepada penulis. Ucapan terima kasih tak lupa penulis berikan

kepada seluruh keluarga yang senantiasa selalu memberi dukungan, doa, serta

kasih sayangnya kepada penulis. Selain itu, terima kasih juga penulis ucapkan

kepada pihak LPSDM Aceh yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana. Ucapan terima kasih juga kepada

teman-teman Biokimia 47, teman-teman IMTR, teman-teman asrama Pocut Baren

yang telah mendukung dan membantu selama penelitian ini berjalan. Semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi bidang biokimia dan masyarakat.

Bogor, Desember 2014

Rahmah Dara Ayunda

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

BAHAN DAN METODE 2

Bahan dan Alat 2

Metode 2

HASIL 5

Kadar Air dan Rendemen 5

Komponen Fitokimia 6

Kadar Total Fenol 6

Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH 7

Aktivitas Antioksidan dengan Metode Rancimat 8

PEMBAHASAN 8

Kadar Air dan Rendemen 8

Komponen Fitokimia 9

Kadar Total Fenol 9

Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH 10

Aktivitas Antioksidan dengan Metode Rancimat 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

RIWAYAT HIDUP 22

DAFTAR TABEL

1 Kadar air simplisia dan rendemen esktrak daun serai dapur 6 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun serai dapur 6 3 Waktu induksi minyak kedelai 8

DAFTAR GAMBAR

1 Pengukuran kadar total fenol ekstrak daun serai 7

2 Nilai IC50 BHT, asam askorbat dan ekstrak etanol daun serai, 7 3 Aktivitas antioksidan hasil analisis rancimat berbagai ekstrak daun

serai dan BHT 8 4 Reaksi netralisasi radikal bebas DPPH oleh antioksidan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir penelitian 16 2 Hasil perhitungan kadar air dan rendemen 17

3 Hasil pengujian fenolik standar asam galat dan ekstrak daun serai dapur 18 4 Hasil analisis antioksidan metode rancimat 19 5 Hasil inhibisi antioksidan terhadap DPPH 20 6 Hasil uji fitokimia 21

1

PENDAHULUAN

Radikal bebas merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan sel.

Radikal bebas yang tidak memiliki elektron pada lapis luarnya memiliki sifat yang

sangat reaktif, sehingga mencoba memperoleh elektron pasangannya dengan

menyerang molekul stabil terdekat, seperti protein, lipid, karbohidrat, serta DNA

dan mengambil elektron molekul tersebut. Zat yang terambil elektronnya akan

menjadi radikal bebas yang baru (Marks et al. 2000).

Molekul yang paling rentan terserang radikal bebas salah satunya adalah

lipid. Kerusakan pada molekul ini terjadi ketika radikal bebas bereaksi dengan

asam lemak tidak jenuh yang pada akhirnya menyebabkan oksidasi . Selain

terdapat dalam tubuh, lipid juga banyak terdapat dalam bahan pangan, seperti

minyak. Kerusakan lipid dalam bidang pangan menyebabkan ketengikan,

perubahan rasa serta aroma dari bahan pangan tersebut (Winarsi 2007).

Upaya yang biasanya dilakukan untuk meredam kereaktifan radikal bebas

dan melindungi lipid dari kerusakan oksidatif adalah dengan penambahan

antioksidan (Winarsi 2007). Antioksidan yang umum digunakan berupa

antioksidan sintetis, seperti BHA (Butil Hidroksi Anisol), BHT (Butil Hidroksi

Toluen), dan TBHQ (Tert-Butil Hidroksi Quinon). Penggunaan antioksidan

sintetis mulai mendapat respon negatif karena diduga berpotensi menyebabkan

kanker. Sehingga antioksidan alami semakin diminati karena dipercaya lebih

aman untuk kesehatan. Menurut Warsi dan Gunarti (2013) serta Ayu et al. (2006)

antioksidan alami seperti paprika dan daun kemangi berpotensi meredam

kereatifan radikal bebas, juga dapat melindungi lipid dari kerusakan oksidatif.

Serai (Cymbopogon citratus) merupakan salah satu tanaman yang biasa

digunakan sebagai rempah oleh masyarakat Indonesia. Namun, pemanfaatan serai

sebagai rempah masakan hanya terletak pada bagian batangnya saja, sedangkan

daun serai masih menjadi limbah. Padahal daun serai diketahui memiliki

kandungan senyawa aktif fenol yang dapat berperan sebagai antioksidan (Nambiar

dan Matela 2012). Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian, seperti

penelitian Putra et al. (2013) yang melaporkan bahwa kandungan antioksidan

minyak atsiri daun serai lebih tinggi dibandingkan pada batang sehingga memiliki

potensi dalam bidang kesehatan. Penelitian lainnya, yaitu yang dilakukan oleh

Suryanto et al. (2010) juga menujukkan bahwa ekstrak heksan daun serai

memiliki kadar fenol total yang tinggi sehingga dapat meredam pembentukan

radikal bebas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun serai memiliki

potensi sebagai antioksidan, sehingga dapat digunakan baik dalam bidang

kesehatan maupun pangan.

Penelitian ini bertujuan menganalisis komponen fitokimia, menentukan

kadar total fenol serta menguji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun serai

(Cymbopogon citratus) untuk mengetahui potensinya sebagai pencegah oksidasi

lipid. Hipotesis penelitian ini adalah ekstrak etanol daun serai memiliki aktivitas

antioksidan melalui penghambatan senyawa DPPH dan berpotensi mencegah

oksidasi lipid melalui analisis rancimat. Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat terhadap institusi, mahasiswa, dan masyarakat dalam

memberikan tambahan informasi awal terkait potensi ekstrak etanol daun serai

sebagai antioksidan dan pencegah oksidasi lipid.

2

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah daun serai (Cymbopogon citratus)

yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (BALITRO)

Cimanggu berumur ± 6 bulan, kertas saring, etanol 96%, etanol 70%, etanol 30%,

akuades, asam askorbat, BHT (Butil Hidroksi Toluen), DPPH (2,2-difenil-1-

pikrilhidrazil), Na2CO3, Follin ciocalteu, metanol, H2SO4 pekat, H2SO4 2M,

reagen Meyer, reagen Dragendorf, reagen Wagner, FeCl3, kloroform, asam asetat

anhidrat, NaOH, amoniak pekat, tween 80 dan minyak kedelai murni tanpa

penambahan antioksidan yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan

Rempah (BALITRO) Cimanggu.

Alat-alat yang digunakan adalah oven, neraca analitik, pipet volumetrik,

gelas piala, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, shaker, rotavapor, labu takar, sudip,

corong plastik, sentrifus, spektrofotometer, pipet mikro, tip, bulb, stirrer, water

bath, dan alat rancimat.

Metode

Preparasi Sampel

Daun serai dicuci, kemudian dikeringkan dalam oven selama 3 hari pada

suhu 50 oC dan dihaluskan hingga berukuran 100 mesh.

Pengukuran Kadar Air (AOAC 2005)

Cawan porselen kosong dikeringkan dalam oven pada suhu 102-105 oC

selama 30 menit. Cawan lalu diletakkan dalam desikator (±30 menit) hingga

dingin kemudian ditimbang sampai beratnya konstan. Sampel sebesar 2 gram

ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan. Selanjutnya dimasukkan ke dalam

oven dengan suhu 105 oC selama 3 jam dan dimasukkan ke dalam desikator

kemudian ditimbang. Selanjutnya dilakukan pemanasan 30 menit hingga 1 jam

sampai diperoleh bobot yang tetap. Perhitungan kadar air sampel ditentukan

dengan rumus :

Kadar air (%) = B−C

B−A x 100%

Keterangan :

A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat cawan yang diisi sampel awal (gram)

C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram)

Ekstraksi Daun Serai Dapur (Modifikasi Sah et al. 2012)

Ekstraksi daun serai dilakukan dengan memodifikasi metode Sah et al.

(2012), yaitu melalui metode maserasi. Metode maserasi ini adalah

pengesktrakan simplisa dengan menggunakan pelarut dan dilakukan beberapa kali

pengadukan pada suhu ruangan. Prinsip metode maserasi ini adalah pelarut akan

masuk ke dalam sel dengan melewati dinding sel karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan dalam sel dengan di luar sel. Selain itu, persamaan sifat

3

kepolaran dari pelarut akan mempengaruhi senyawa bioaktif yang akan terekstrak

oleh pelarut (Lumbessy et al. 2013).

Maserasi sampel dilakukan dengan merendam masing-masing simplisia di

dalam etanol 30%, etanol 70%, dan etanol 96% dengan perbandingan 1:10

selama 3x24 jam pada suhu ruang (±27 oC) dan diaduk dengan shaker 150 rpm.

Maserat yang dihasilkan kemudian disaring dan dipekatkan dengan rotavapor

pada suhu 50-60 oC. Selanjutnya ekstrak etanol yang diperoleh ditimbang untuk

dihitung rendemennya.

Analisis Fitokimia (Harborne 1987)

Uji Alkaloid. Prinsip uji alkaloid adalah adanya reaksi antara nitrogen

pada alkaloid dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) dalam

pereaksi Meyer membentuk kompleks kalium-alkaloid yang membentuk

endapan putih. Sementara itu, analisis dengan pereaksi Wagner dan Dragendorff,

ion logam K+ dari kalium iodida yang terkandung dalam pereaksi akan

membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid

membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap.

Ekstrak daun serai dari tiga pelarut masing – masing diambil 0.05 gram

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian tiap tabung ditambahkan 5 mL

kloroform dan 5 tetes ammonia pekat. Fraksi kloroform diambil dan ditambahkan

3 tetes H2SO4 2 M. Fraksi asam diambil dengan pipet tetes dan dibagi menjadi

tiga pada spot test untuk ditambahkan dengan pereaksi Dragendorf, Wagner, dan

Meyer. Terbentuknya endapan putih oleh pereaksi Meyer, endapan coklat oleh

pereaksi Wagner, dan endapan merah oleh pereaksi Dragendorf menunjukan

adanya alkaloid.

Uji Flavonoid. Prinsipnya adalah flavonoid memiliki gugus hidroksi

berkedudukan orto jika bereaksi dengan H2SO4 akan membentuk warna merah.

Ekstrak daun serai dari tiga pelarut masing – masing diambil 0.05 gram

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian tiap tabung ditambahkan 5 mL

metanol dan dihomogenisasi. Setelah dihomogenisasi campuran pada tabung

reaksi dipanaskan 50 ºC selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat ditambahkan dengan

H2SO4 pekat. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya warna merah.

Uji Fenolik. Prinsip ujinya adalah reaksi fenol dengan basa akan terbentuk

warna yang disebabkan terjadinya sistem konjugasi dari gugus aromatik.

Ekstrak daun serai dari tiga pelarut masing – masing diambil 0.05 gram

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian tiap tabung ditambahkan 5 mL

metanol dan dihomogenisasi. Setelah dihomogenisasi campuran pada tabung

reaksi dipanaskan 50 ºC selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat ditambahkan dengan

NaOH 10%. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya endapan merah.

Uji Tanin. Prinsip uji tanin adalah pereaksi FeCl3 akan bereaksi dengan

ion fenolat dalam tanin, yang merupakan senyawa polifenol, membentuk ion

kompleks [Fe(Oar)6]3-

dan menghasilkan warna merah tua, coklat, hingga hitam.

Ekstrak daun serai dari tiga pelarut masing – masing diambil 0.05 gram

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian tiap tabung ditambahkan 5 mL

akuades dan dihomogenisasi. Setelah dihomogenisasi campuran pada tabung

reaksi dipanaskan 100 ºC selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat ditambahkan

dengan 5 tetes FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan menghasilkan warna

merah tua, coklat, hingga hitam.

4

Uji Saponin. Prinsipnya adalah pembentukan buih akibat pengocokan

terjadi karena adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih

dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya.

Ekstrak daun serai dari tiga pelarut masing – masing diambil 0.05 gram

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian tiap tabung ditambahkan 5 mL

akuades dan dihomogenisasi. Setelah dihomogenisasi campuran pada tabung

reaksi dipanaskan 70 ºC selama 5 menit dan dikocok selama 5 menit, jika terdapat

buih dan bertahan selama 10 menit menunjukkan adanya saponin.

Uji Steroid dan Terpenoid. Prinsip uji ini adalah cincin hijau atau merah

yang terbentuk pada uji triterpenoid/steroid merupakan hasil reaksi antara asam

asetat anhidrat dan asam sulfat pekat dengan sterol tidak jenuh atau triterpen.

Ekstrak daun serai dari tiga pelarut masing – masing diambil 0.05 gram

dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 5 etanol 30% dan

dipanaskan 50 ºC selama 5 menit lalu disaring. Filtrat yang terbentuk diuapkan

hingga kering. Residu yang terbentuk ditambah 2 mL eter dan dipindahkan ke

tabung reaksi lalu ditambahkan pereaksi Lieberman Burchard (3 tetes asam asetat

anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat). Adanya triterpenoid ditandai dengan

terbentuknya warna merah atau ungu, sedangkan adanya steroid ditandai dengan

warna hijau atau biru.

Penentuan Kadar Total Fenol (Singleton et al. 1999)

Metode yang dipakai yaitu metode Follin Ciocalteu dengan mengacu pada

metode penelitian Singleton et al (1999). Metode Follin Ciocalteu didasarkan

pada kemampuan suatu sampel mereduksi reagen follin yang mengandung

senyawa asam fosfomolibdat-fosfotungstat, membentuk senyawa kompleks yaitu

molibdenum tungstan yang berwarna biru.

Ekstrak daun serai sebanyak 0.5 mL dengan konsentrasi 1000 mg/L

dicampurkan dengan 2.5 mL reagen Follin Ciocalteu 10% (yang telah dilarutkan

dalam akuades) dan 2.5 mL NaHCO3 7.5%. Campuran tersebut selanjutnya

diinkubasi selama 45 menit pada suhu 45 °C. Absorban diukur pada panjang

gelombang 765 nm. Standar yang digunakan untuk membuat kurva kalibrasi

adalah standar asam galat. Konsentrasi asam galat yang digunakan adalah 15, 20,

25, 30 dan 35 mg/L. Selanjutnya masing-masing standar diberi perlakuan yang

sama dengan sampel ekstrak daun. Kadar fenol ekstrak selanjutnya dinyatakan

dalam mg asam galat/g ekstrak.

Uji Antioksidan dengan Metode DPPH (Sah et al. 2012; Warsi dan Gunarti

2013)

Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode ini didasarkan dari

hilangnya warna ungu akibat tereduksinya DPPH oleh senyawa antioksidan dalam

sampel. Senyawa DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan pada satu

atom nitrogen akan direduksi oleh atom hidrogen dari antioksidan. Melalui reaksi

antara DPPH dan senyawa antioksidan, akan menghasilkan senyawa DPP

Hidrazin yang lebih stabil berwarna kuning.

Penyiapan larutan DPPH yaitu ditimbang sebanyak 1.97 mg DPPH,

dilarutkan dalam etanol hingga 25 mL dan diperoleh larutan dengan konsentrasi

0.2 mM. Selanjutnya dibuat larutan sampel daun serai ekstrak etanol dengan

konsentrasi variasi konsentrasi 25, 50, 75, 100, 125 dan 150 mg/L. Masing–

5

masing konsentrasi larutan tersebut dipipet sebanyak 1.5 mL dan ditambahkan

0.75 mL larutan DPPH 0,2 mM. Campuran dihomogenkan dan didiamkan

ditempat gelap selama 30 menit. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis

pada panjang gelombang maksimum DPPH yaitu 517 nm. Pengujian dilakukan

sebanyak tiga kali untuk masing – masing konsentrasi larutan sampel. Larutan

pembanding yang digunakan adalah BHT dan asam askorbat dengan konsentrasi

2, 4, 6, 8 dan 10 mg/L. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dan

dihitung dalam inhibisi dengan rumus:

% inhibisi = (C-S) / C x 100%

C adalah absorban larutan blanko terkoreksi dan S adalah absorban sampel

terkoreksi. Nilai IC50 selanjutnya dihitung berdasarkan konsentrasi dan persentase

inhibisi menggunakan persamaan regresi linier yang diperoleh.

Uji Antioksidan dengan Metode Rancimat (Tensiska et al. 2003)

Prinsip uji ini adalah proses oksidasi dipercepat dengan adanya aliran

udara dan panas pada suhu 110 oC. Pemanasan ini menyebabkan terbentuknya

produk-produk samping berupa senyawa ionik volatil yang merupakan oksidan.

Senyawa ionik kemudian dialirkan pada air bebas ion yang akan mengubah

konduktivitas listrik dari air bebas ion.

Sebanyak 10 mL minyak kedelai ditambahkan 1 mL ekstrak daun serai

dengan konsentrasi 200 mg/L dan tween 80 sebanyak 3 mL. Kontrol negatif

dibuat tanpa penambahan ekstrak, sedangkan kontrol positif dibuat dengan

penambahan BHT 200 mg/L. Campuran kemudian ditimbang sebanyak 2.5 g

dalam tabung reaksi dan ditempatkan dalam heating block. Kecepatan udara diatur

18-20 L/jam dan suhu 110 oC. Pengukuran dilakukan selama waktu induksi

terukur, yaitu waktu saat terjadinya peningkatan konduktivitas listrik secara cepat

(Tensiska et al. 2003). Waktu induksi ini merupakan waktu yang dibutuhkan

untuk mencapai oksidasi lipid, sehingga semakin tinggi waktu induksi makan

semakin baik kualitas antioksidan dalam mempertahankan lipid dari proses

oksidasi.

Aktivitas antioksidan ditentukan dengan rumus:

Aktivitas antioksidan = Waktu induksi minyak kedelai + sampel jam

waktu induksi minyak kedelai jam

HASIL

Kadar Air dan Rendemen

Hasil pengukuran kadar air dan rendemen ekstrak daun serai dapat dilihat

pada Tabel 1. Berdasarkan pengukuran, hasil kadar air rata-rata dari ketiga

ulangan adalah sebesar 3.98%. Rendemen ekstrak etanol 70% memiliki nilai

tertinggi dibandingkan kedua ekstrak lainnya yaitu sebesar 7.66 %. Berdasarkan

analisis statistik, terlihat bahwa rendemen ekstrak etanol 30% dan ekstrak etanol

96% tidak berbeda nyata, namun kedua ekstrak tersebut berbeda nyata dengan

ekstrak etanol 70%.

6

Komponen Fitokimia

Hasil pengujian analisis fitokimia menunjukkan bahwa semua ekstrak

positif mengandung senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenolik, steroid,

kecuali triterpenoid (Tabel 2). Pengujian alkaloid positif untuk ketiga ekstrak

dengan adanya endapan coklat pada pereaksi Wagner, endapan putih pada

pereaksi Mayer dan endapan merah pada pereaksi Dragendorf. Uji saponin juga

memberikan hasil positif pada semua ekstrak dengan adanya buih yang bertahan

selama lebih dari sepuluh menit. Uji tanin positif pada semua ekstrak ditunjukkan

dengan terbentuknya filtrat berwarna hitam. Uji flavonoid dan fenol juga positif

pada semua ekstrak ditandai dengan terbentuknya filtrat berwarna merah ketika

ditambahkan pereaksi NaOH 10% untuk uji fenolik dan peraksi H2SO4 pekat

untuk uji flavonoid. Sedangkan untuk uji triterpenoid dan steroid hasil uji

menunjukkan bahwa ketiga ekstrak mengandung steroid yang ditandai dengan

terbentuknya warna hijau saja. Positif triterpenoid adalah ketika terbentuknya

warna merah dan tidak didapatkan dalam ketiga ekstrak.

Kadar Total Fenol

Penentuan kadar total fenol dari ketiga ekstrak daun serai menggunakan data

dari kurva standar asam galat (Lampiran 3). Berdasarkan data absorbansi asam

galat diperoleh kurva standar dengan persamaan garis y = 0.02x – 0.077 dan nilai

r2 sebesar 99.1%. Data menunjukkan ekstrak etanol 30% memiliki kadar total

fenol paling tinggi yaitu sebesar 50.017 GAE mg/g. Namun, berdasarkan analisis

statistik menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata kadar total fenol

ekstrak etanol 30% dan etanol 70%. Perbedaan nyata terlihat pada ekstrak etanol

96% seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Tabel 1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun serai

Sampel Pelarut Kadar air (%)* Rendemen

terkoreksi(%)

Daun serai

Etanol 30%

3.98 ± 0.50

6.19b

Etanol 70% 7.66a

Etanol 96% 6.66b

a,b menunjukkan korelasi berbeda atau tidak berbeda nyata antar data

*Data disajikan dalam Rata-Rata±SD

Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun serai

Ekstrak Jenis uji

Alkaloid Saponin Tanin Flavonoid Fenolik Triterpen Steroid

Etanol

30% + + + + + - +

Etanol

70% + + + + + - +

Etanol

96% + + + + + - +

Keterangan: + = ada senyawa; - = tidak ada senyawa

7

Gambar 1 Pengukuran kadar total fenol ekstrak daun serai,

a,b menunjukkan

korelasi berbeda atau tidak berbeda nyata antar data

Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Aktivitas antioksidan ekstrak daun serai ditentukan menggunakan metode

DPPH dengan dua antioksidan pembanding, yaitu asam askorbat dan BHT.

Berdasarkan hasil, diperoleh IC50 paling baik yaitu IC50 dari pembanding BHT

dibanding pembanding asam askorbat (Gambar 2). Data juga menunjukkan

aktivitas antioksidan terbaik sampel yaitu pada etanol 70%. IC50 dari kelima

sampel tersebut memiliki nilai konsentrasi yang berbeda, yang memiliki arti

dengan konsentrasi tersebut kelima sampel dapat meredam sebanyak 50% radikal

bebas DPPH (Febrinda et al 2013). Berdasarkan analisis statistik, terlihat bahwa

ada perbedaan nyata IC50 BHT dengan keempat sampel lainnya. Sedangkan

ekstrak etanol 70% memiliki nilai IC50 yang tidak berbeda nyata dengan asam

askorbat dan ekstrak etanol 96% (Gambar 2).

Gambar 2 Nilai IC50 BHT, asam askorbat dan ekstrak etanol daun serai, a,b

menunjukkan korelasi berbeda atau tidak berbeda nyata antar data

50.017a

49.317a

43.433b

40

42

44

46

48

50

52

etanol 30% etanol 70% etanol 96%

Ko

nse

ntr

asi

fen

ol

(GA

E

mg/g

)

7.136a

70.401b

138.945d

79.444b,c 89.640c

020406080

100120140160

BHT Asam

Askorbat

Etanol 30% Etanol 70% Etanol 96%

IC 5

0 (

mg/L

)

8

Aktivitas Antioksidan dengan Metode Rancimat

Parameter hasil pengujian rancimat berupa waktu induksi, seperti yang

terdapat pada Tabel 3. Data menunjukkan bahwa rata-rata waktu induksi terlama

dihasilkan oleh antioksidan sintetik BHT yang merupakan kontrol positif. Kontrol

negatif yang berupa minyak kedelai murni tanpa penambahan antioksidan

memiliki waktu induksi paling kecil. Sedangkan untuk sampel daun serai yang

memiliki waktu induksi paling lama yaitu ekstrak etanol 70%.

Terlihat pada Gambar 3 nilai aktivitas antioksidan tertinggi dimiliki oleh

BHT dan berdasarkan analisis statistik nilai tersebut berbeda nyata dengan ketiga

sampel. Sedangkan sampel ekstrak daun serai yang memiliki aktivitas antioksidan

terbaik terdapat pada ekstrak etanol 70% dan tidak berbeda nyata dengan kedua

ekstrak lainnya.

Tabel 3 Waktu induksi minyak kedelai

Jenis antioksidan Rerata waktu induksi (jam)

Minyak kedelai murni (MK) 5.18

Minyak kedelai + BHT (MK+ BHT) 7.92

Minyak kedelai + Ekstrak etanol 30% (MK+E30) 5.43

Minyak kedelai + Ekstrak etanol 70% (MK+E70) 6.15

Minyak kedelai + Ekstrak etanol 96% (MK+E96) 5.74

Gambar 3 Aktivitas antioksidan hasil analisis rancimat berbagai ekstrak daun

serai dan BHT, a,b

menunjukkan korelasi berbeda atau tidak berbeda

nyata antar data

PEMBAHASAN

Kadar Air dan Rendemen

Standar mutu Materia Medika Indonesia (MMI) menetapkan bahwa nilai

kadar air maksimal dari suatu bahan pangan atau simplisia adalah sebesar 10%

(Syahid dan Kristina 2008). Nilai kadar air suatu bahan yang lebih dari 10%

berpotensi mengalami kerusakan yang lebih cepat dibandingkan nilai kadar air

1.53a

1.05b1.19b

1.11b

0

0,5

1

1,5

2

MK+BHT MK+E30 MK+E70 MK+E96

Akti

vit

as a

nti

oksi

dan

9

yang kurang dari 10% (Isnawati et al. 2006). Berdasarkan standar tersebut, kadar

air dari simplisia daun serai pada penelitian ini memenuhi standar karena memiliki

nilai kadar air yang kurang dari 10%, yaitu sebesar 3.98%. Nilai kadar air pada

setiap bahan atau simplisia berbeda, seperti pada penelitian Isnawati et al. (2006)

memperoleh kadar air simplisia daun sembung yang berasal dari Tawangmangu

sebesar 10.54%. Hal ini dapat disebabkan perbedaan metode pengeringan suatu

bahan (Winangsih et al. 2013). Selain itu, juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi

udara disekitarnya, semakin tinggi nisbi kelembaban udara sekitar maka akan

terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga meningkatkan kadar air bahan

(Suastuti 2009).

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

maserasi. Hasil ekstraksi memperoleh nilai rendemen yang berbeda-beda pada

tiap pelarut. Nilai rendemen tertinggi yaitu pada ekstrak daun serai dengan pelarut

etanol 70% sebesar 7.66% (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa

bioaktif yang terdapat dalam daun serai memiliki sifat semipolar seperti etanol

70% sehingga paling banyak terekstrak pada pelarut tersebut dibanding kedua

pelarut lainnya. Namun nilai tersebut lebih kecil dibanding hasil penelitian (Daud

et al. 2011) yang memperoleh rendemen ekstrak daun jambu biji dengan pelarut

etanol 70% sebesar 18.47%.

Perbedaan nilai rendemen mengindikasikan banyaknya komponen bioaktif

suatu tanaman. Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar rendemen dalam suatu

tanaman adalah varietas tanaman, umur tanaman, proses pemeliharaan tanaman,

faktor lingkungan tempat tumbuh tanaman, juga proses panen serta proses

pengolahan tanaman tersebut. Faktor-faktor tersebut membuat tanaman yang

berasal dari satu spesies namun tumbuh di tempat berbeda memiliki kadar

senyawa aktif yang berbeda pula (Distantina et al. 2009).

Komponen Fitokimia

Berdasarkan hasil pengujian, ekstrak etanol daun serai mengandung

senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenol, dan steroid, namun tidak

mengandung triterpenoid. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna

pada saat proses reaksi. Perubahan warna tersebut menunjukkan hasil positif

untuk semua uji, kecuali pada uji triterpenoid.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nambiar dan Matela (2012)

yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun serai memiliki kandungan alkaloid,

saponin, tanin, flavonoid, fenol, serta steroid. Penelitian tersebut juga

menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun serai dapur tidak mengandung

triterpenoid. Tidak teridentifikasinya triterpenoid dalam penelitian ini diduga

karena triterpenoid yang merupakan penyusun minyak atsiri telah hilang pada saat

proses pengeringan sampel (Winangsih et al. 2013).

Kadar Total Fenol

Penentuan kadar total fenol dalam penelitian ini menggunakan metode

Follin Ciocalteu yang didasarkan perubahan warna. Semakin pekat intensitas

10

warna menunjukkan semakin tingginya kandungan fenol suatu sampel. Standar

fenol yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar asam galat dikarenakan

senyawa ini sangat efektif dalam membentuk senyawa kompleks dengan reagen

follin, sehingga reaksi yang terjadi lebih sensitif dan intensif (Kanopa et al. 2012).

Total senyawa fenol dinyatakan dalam bentuk GAE mg/g (galic acid equivalent),

yaitu menyatakan total fenol dalam miligram total fenol ekuivalen asam galat

setiap gram ekstrak daun serai.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kadar total fenol tertinggi yaitu pada

ekstrak etanol 30% sebesar 50.017 GAE mg/g dibanding kedua pelarut lainnya

(Gambar 1). Berdasarkan analisis statistik kadar fenol 30% dan 70% tidak berbeda

nyata. Hasil penelitian ini lebih kecil dibandingkan hasil penelitian Sah et al.

(2012) pada ekstrak etanol 40% daun serai dengan kadar total fenol sebesar 67.28

GAE mg/g, juga dibandingkan hasil penelitian Suryanto et al. (2010) yang

memperoleh hasil kadar fenol ekstrak heksan daun serai sebesar 72.55 GAE mg/g

dan ekstrak metanol yaitu sebesar 66.94 GAE mg/g. Rahardjo et al. (2006)

mengungkapkan bahwa kadar metabolit sekunder pada setiap tanaman berbeda

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, umur tanaman, serta proses pengolahan

pasca panen.

Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Aktivitas antioksidan dalam metode ini dinyatakaan dalam persen inhibisi,

yaitu persentase penghambatannya terhadap radikal bebas DPPH. Berdasarkan

nilai persen inhibisi ini dapat ditentukan nilai IC50, yaitu konsentrasi zat

antioksidan yang dapat menghasilkan persen penghambatan DPPH sebesar 50%.

Nilai IC50 ditentukan berdasarkan konsentrasi dan persen inhibisi menggunakan

persamaan regresi linier yang diperoleh. Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan

sebagai antioksidan yang sangat kuat bila nilai IC50 < 50 mg/L, kuat bila nilai IC50

bernilai 50-100 mg/L, sedang bila nilai IC50 bernilai 100-150 mg/L, dan lemah

bila nilai IC50 bernilai 150-200 mg/L (Kadji et al. 2013).

Pengujian aktivitas antioksidan dalam penelitian ini membandingkan

ekstrak etanol daun serai dengan antioksidan sintetik seperti BHT dan asam

askorbat. Berdasarkan hasil penelitian, BHT memiliki nilai IC50 paling kecil yaitu

sebesar 7.136 mg/L menunjukkan bahwa kekuatan inhibisi BHT terhadap DPPH

paling tinggi. Sedangkan untuk ekstrak daun serai, diperoleh nilai IC50 paling

kecil pada ekstrak etanol 70% yang berarti kekuatan inhibisi ekstrak tersebut

paling tinggi dibandingkan kedua ekstrak lainnya (Gambar 2). Analisis statistik

menunjukkan tidak terdapatnya perbedaan yang nyata antara etanol 70% dengan

ekstrak etanol 96%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat digolongkan bahwa BHT

merupakan senyawa antioksidan sangat kuat karena memiliki IC50 dibawah 50

mg/L. Sedangkan untuk asam askorbat, ekstrak etanol 70% dan ekstrak etanol

96% digolongkan ke dalam senyawa antioksidan kuat. Sedangkan, ekstrak etanol

30% tergolong antioksidan sedang (Kadji et al. 2013).

Hasil penelitian ini lebih baik dibandingkan penelitian Sah et al. (2012)

yang menunjukkan bahwa ekstrak etanol 40% daun serai memiliki nilai IC50

sebesar 191.97 mg/L dan tergolong antioksidan sedang. Adanya aktivitas

antioksidan dalam kandungan daun serai diduga karena daun serai memiliki

11

senyawa-senyawa bioaktif, seperti golongan fenol, flavonoid tanin, serta senyawa

yang memiliki banyak gugus sulfida dan alkaloid. Kanopa et al. (2012)

menyatakan bahwa adanya senyawa tersebut berpotensi sebagai antioksidan.

Mekanisme penangkal radikal bebas DPPH oleh antioksidan, yaitu berupa

donasi proton kepada radikal. Senyawa-senyawa yang memungkinkan

mendonasikan protonnya memiliki aktivitas penangkal radikal cukup kuat.

Melalui reaksi antara DPPH dan senyawa antioksidan, akan menghasilkan

senyawa DPP Hidrazin yang lebih stabil berwarna kuning seperti yang terlihat

pada Gambar 4 (Irianti et al. 2011). Pemudaran warna mengakibatkan penurunan

nilai absorbansi, sehingga semakin rendah nilai absorbansi maka semakin tinggi

aktivitas antioksidannya

Ditinjau dari hasil yang diperoleh pada penentuan kadar total fenol, hasil

pengujian aktivitas antioksidan pada penelitian ini berbanding terbalik. Total fenol

tertinggi terdapat pada ekstrak etanol 30%, namun pengujian aktivitas antioksidan

tertinggi terdapat pada ekstrak etanol 70%. Hal ini diduga karena metode DPPH

merupakan metode yang memungkinkan radikal DPPH bereaksi dengan semua

jenis senyawa antioksidan yang ada dalam sampel, tidak hanya senyawa fenol

(Prakash et al. 2007). Selain itu, Zuhra et al. (2008) menyatakan senyawa bioaktif

seperti flavonoid juga dapat bertindak sebagai antioksidan.

Gambar 4 Reaksi netralisasi radikal bebas DPPH oleh antioksidan

Aktivitas Antioksidan dengan Metode Rancimat

Terjadinya oksidasi lipid mengawali terjadinya perubahan-perubahan

terkait mutu nutrisi, keamanan, warna, rasa dan tekstur suatu bahan pangan

sehingga menyebabkan kerusakan bahan pangan (Sarastani et al. 2002). Solusi

yang biasanya digunakan untuk mempertahankan lipid dari oksidasi adalah

dengan penambahan antioksidan. Antioksidan yang ditambahkan dalam bahan

pangan adalah antioksidan sintetik berupa BHA, BHT dan TBHQ. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancimat, yaitu pengujian aktivitas

antioksidan menggunakan medium minyak kedelai murni sebagai kontrol negatif

dan minyak kedelai ditambah BHT sebagai kontrol positif. Aktivitas antioksidan

ditentukan dengan membandingkan waktu induksi minyak kedelai yang telah

ditambahkan sampel dengan waktu induksi minyak kedelai murni.

Hasil penelitian menunjukkan minyak kedelai yang ditambahkan

antioksidan BHT memiliki waktu induksi paling lama yaitu 7.92 jam dan aktivitas

antioksidan sebesar 1.53. Sedangkan untuk sampel daun serai yang memiliki

waktu induksi paling lama adalah ekstrak etanol 70% yaitu 6.15 jam dengan

12

aktivitas antioksidan sebesar 1.19. Berdasarkan analisis statistik (Gambar 3) nilai

aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% daun serai berbeda nyata dengan BHT,

namun tidak berbeda nyata dengan kedua ekstrak lainnya. Aktivitas antioksidan

pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Tensiska

et al. (2003) yang memperoleh nilai aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah

andaliman sebesar 1.18, dan lebih rendah dibandingkan penelitian Zahidah et al.

(2013) yang memperoleh nilai aktivitas antioksidan dari ekstrak daun jambu biji

sebesar 1.72.

Adanya aktivitas antioksidan dalam ekstrak etanol daun serai dikarenakan

kandungan senyawa fenol dalam daun serai yang merupakan senyawa pencegah

oksidasi (Kanopa et al. 2012). Senyawa fenol yang terdapat dalam daun serai

dapat mecegah atau menghambat proses autooksidasi lemak dan minyak dengan

cara menangkap radikal bebas yang dihasilkan selama tahap propagasi lemak dan

mendonorkan radikal hidrogennya sehingga radikal lemak tidak aktif

melaksanakan tahap propagasi yang akan merusak lemak (Septiana et al. 2002).

Kurangnya aktivitas ekstrak etanol daun serai dibandingkan BHT dalam sistem

minyak diduga karena kelarutannya yang lebih kecil dalam minyak (Tensiska et

al. 2003).

Ditinjau dari hasil penentuan total fenol, hasil pengujian antioksidan dengan

metode rancimat berbanding terbalik. Kadar total fenol tertinggi terdapat pada

etanol 30% dan hasil pengujian antioksidan metode rancimat paling tinggi pada

ekstrak etanol 70%. Hal ini mungkin disebabkan adanya kandungan senyawa

selain fenol yang dapat bertindak sebagai antioksidan, didukung oleh penelitian

Siswati et al. (2013) menunjukkan bahwa kandungan flavonoid dalam suatu

sampel juga dapat bertindak sebagai antioksidan yang dapat melindungi lipid.

Hasil ini berbanding lurus dengan penentuan aktivitas antioksidan metode DPPH

karena etanol 70% juga memiliki aktivitas penghambatan paling tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Ekstrak etanol 30%, 70% dan 96% dari daun serai memiliki kandungan

alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenol, dan steroid. Kadar total fenol tertinggi

terdapat pada ekstrak etanol 30% sebesar 50.017 GAE mg/g. Ekstrak etanol daun

serai memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 terbaik pada etanol 70%

sebesar 79.444 mg/L, juga memiliki potensi sebagai pencegah oksidasi lipid

dengan aktivitas antioksidan tertinggi pada etanol 70% sebesar 1.19 dan waktu

induksi terlama yaitu 6.15 jam.

Disarankan perlunya penelitian lanjutan terkait mekanisme antioksidan daun

serai secara in vivo. Selain itu perlu dilakukan pengujian konsentrasi Lethal Doses

(LD50) untuk mengetahui toksisitas daun serai sehingga aman jika diaplikasikan

sebagai antioksidan dalam bahan pangan.

13

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemyst. 2005. Official Method of

Analysis of The Assosiation of Official Analytical Chemist. Virginia (US):

Association of Official Analytical Chemist Inc.

Ayu R, Manullang M, Comelia M. 2006. Pengaruh penambahan ekstrak daun

kemangi (Ocimum basillicum L.) terhadap ketengikan minyak kelapa sawit.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 4(2): 13-32.

Daud MF, Sadiyah ER, Rismawati E. 2011. Pengaruh perbedaan metode ekstraksi

terhadapaktivitas antioksidan ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava

L.). Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan

Kesehatan. 2(1): 55-62.

Distantina S, Fadilah, Danarto YC, Wiratni Fahrurrozi M. 2009. Pengaruh kondisi

proses pada pengolahan Eucheuma cottonii terhadap rendemen dan sifat gel

karagenan. Ekuilibrium. 8(1): 35-40.

Harborne. 1987. Metode Fitokimia. Penerjemah: Patmawinata K dan Soediro I.

Bandung (ID): Penerbit ITB.

Irianti T, Puspitasari A, Suryani E. 2011. Aktivitas penangkapan radikal 2,2-

difenil-1-pikrilhidrazil oleh ekstrak etanolik batang brotowali (Tinospora

crispa (L.) Miers) dan fraksi-fraksinya. Majalah Obat Tradisional. 16(3):138-

144.

Isnawati A, Raini M, Alegantina S. 2006. Standarisasi simplisia dan ekstrak

etanol daun sembung (Blumea balsamifera (L)) dari tiga tempat tumbuh.

Media Litbang Kesehatan. 16(2): 1-6.

Kadji MH, Runtuwene MRJ, Citraningtyas G. 2013. Uji fitokimia dan aktivitas

antioksidan dari ekstrak etanol daun soyogik (Saurauia bracteosa DC).

PHARMACON. Tersedia pada: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/

pharmacon/article/viewFile/1415/1122.

Kanopa IU, Momuat LI, Suryanto E. 2012. Aktivitas antioksidan tepung pisang

goroho (Musa spp) yang direndam dengan beberapa rempah-rempah. Jurnal

Mipa Unstrat Online. 1(1): 29-32. Tersedia pada: http://ejournal.unsrat.ac.id/

index.php/jmuo/article/view/428/341.

Lumbessy M, Abidjulu J, Paendong JE. 2013. Uji total flavonoid pada beberapa

tanaman obat tradisional di desa Waitina kecamatan Mangoli Timur kabupaten

Kepulauan Sula provinsi Maluku Utara. Jurnal MIPA USTRAT Online. 2(1):

50-55. Tersedia pada: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo.

Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah

Pendekatan Klinis. Brahm U, Pendit, penerjemah; Suyono J, Sadikin V,

Mandera LI, editor. Jakarta(ID): Penerbit EGC. Terjemahan dari: Basic

Medical Biochemistry: A Clinical Approach.

Nambiar VS, Matela H. 2012. Potential function of lemon grass (Cymbopogon

citratus) in health and disease. IJPBA; 3(5): 1035-1043.

Prakash A, Rigelhof F, Miller E. 2007. Antioxidant activity. [artikel]. Minnesota :

Medallion Labs Analytical Progress.

Putra INK, Antara NS, Wartini NM, Arda G, Sumiarta K. 2013. Bioactive

components of leaf and stalk of lemongrass (Cymbopogon citratus) essential

14

oil and its antioxidant activity [internet]. [diunduh 30 Januari 2014]. Abstrak.

Tersedia pada: http://staff.unud.ac.id/~semadiantara/?p=563.

Rahardjo M, Darwati I, Shusena A. 2006. Produksi dan mutu simplisia purwoceng

berdasarkan lingkungan tumbuh dan umur tanaman. Jurnal Bahan Alam

Indonesia. 5(1): 310-316.

Sah SY, Sia CM, Chang SK, Ang YK, Yim HS. 2012. Antioxidant capacity and

total phenolic content of lemongrass (Cymbopogen citratus) leave. Annals.

Food Science an Technology. 13(2): 150-155.

Sarastani D, Soekarto ST, Muchtadi TR, Fardiaz D, Apriyantono A. 2002.

Antioksidan ekstrak dan fraksi biji atung (Parinarium glaberrimum Hassk.).

Jurnal Teknol. dan Industri Pangan. 13(2): 149-156.

Septiana AT, Muchtadi D, Zakaria FR. 2002. Aktivitas antioksidan ekstrak

dikhlorometana dan air jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada asam linoleat.

Jurnal Teknol. dan Industri Pangan. 13(2): 105-110.

Singleton V.L, Orthofer R, Lamuela-Raventos R.M. 1999. Analysis of Total

Phenols and Other Oxidation Substrates and Antioxidants By Means Of Folin-

Ciocalteu Reagent. Methods Enzymol. 299: 152-178.

Siswati ND, Juni SU, Junaini. 2013. Pemanfaatan antioksidan alami flavonol

untuk mencegah proses ketengikan minyak kelapa. Tersedia pada:

http://id.portalgaruda.org/download/article.php?article=181002&val=6221&titl

e=PEMANFAATAN%20ANTIOKSIDAN%20ALAMI%20FLAVONOL%20

%20%20UNTUK%20MENCEGAH%20PROSES%20KETENGIKAN%20MI

NYAK%20KELAPA.

Suastuti DA. 2009. Kadar air bilangan asam dari minyak kelapa yang dibuat

dengan cara tradisional dan fermentasi. Jurnal Kimia. 3(2): 69-74.

Sumardjo D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID): Penerbit

EGC.

Suryanto E, Katja DG, Wehantouw F. 2010. Singlet oxygen quenching activities

of phenolic extract from lemon grass leaves (Cymbopogon citratus Stapf).

Chem. Prog. 3(1): 6-12.

Syahid SF, Kristina NN. 2008. Multiplikasi tunas, aklimatisasi dan analisis mutu

simplisia daun encok (Plumbago zeylanica L.) asal kultur in vitro periode

panjang. Bul. Litro. 21(2): 117-128.

Tensiska, Wijaya CH, Andarwulan N. 2003. Aktivitas antioksidan ekstrak buah

andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) dalam beberapa sistem pangan

dan kestabilan aktivitasnya terhadap kondisi suhu dan pH. J.Teknol dan

Industri Pangan. 14(1): 29-39.

Warsi, Guntarti A. 2013. Aktivitas antioksidan ekstrak metanol buah paprika hijau

(Capsicum annum L.). Jurnal Ilmiah Kefarmasian. 3(1): 9-19.

Winangsih, Prihastanti E, Parman S. 2013. Pengaruh metode pengeringan

terhadap kualitas simplisia lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.).

Buletin Anatomi dan Fisiologi. 21(1): 19-25.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID):

Penerbit Kanisius.

Zahidah WN, Noriham A, Zainon MN. 2013. Antioxidan and antimicrobial

activities of pink guava leaves and seeds. J. Trop. Agric. And Fd.Sc. 41(1):

53-62.

15

Zuhra CF, Tarigan JB, Sihotang H. 2008. Aktivitas antioksidan senyawa

flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). J. Biologi

Sumatera. 3(1): 7-10.

16

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Uji Fitokimia Uji Total Fenol Uji DPPH

Preparasi sampel (dicuci,

dikeringkan, digiling) Ekstraksi dengan pelarut etanol

30%, 70% dan 96%

Kadar air Pengukuran rendemen

Uji Rancimat

17

Lampiran 2 Hasil perhitungan kadar air dan rendemen

Hasil pengujian kadar air daun serai dapur

Ulangan Kadar air (%)

1 3.48

2 3.98

3 4.48

Rata-rata kadar air 3.98 ± 0.50*

*Data disajikan dalam Rata-Rata±SD

Contoh perhitungan:

Kadar air ulangan 1 = 35.44−35.37

35.44−33.43x 100% = 3.48%

Rata-rata kadar air = ulangan 1+ ulangan 2+ ulangan 3

3=

3.48+3.98+4.48

3= 3.98

Nilai rendemen ekstraksi daun serai dapur

Jenis

esktrak Ulangan

Bobot

awal (g)

Bobot

Esktrak (g)

Rendemen

terkoreksi

(%)

Rata-rata

rendemen

terkoreksi

(%)

Etanol

30%

1 50 3.00 6.25 6.19

2 50 2.94 6.12

Etanol

70%

1 50 3.75 7.81 7.66

2 50 3.60 7.50

Etanol

96%

1 50 3.07 6.40 6.66

2 50 3.32 6.92

Contoh perhitungan:

Etanol 30%

Rendemen = bobot ekstrak (g)

bobot awal (g) x 100% =

3.00 g

50 g x 100% = 6%

Rendemen terkoreksi = Rendemen

100−kadar air x 100% =

6.00

100−3.98 x 100% = 6.25%

18

Lampiran 3 Hasil pengujian fenolik standar asam galat dan ekstrak daun serai

dapur

Konsentrasi asam galat (mg/L) Absorban

15 0.207

20 0.340

25 0.427

30 0.534

35 0.611

Kurva standar asam galat

Hasil pengukuran kadar total fenol ekstrak daun serai dapur

Ekstrak Absorban

Rata-rata Nilai x

(mg/L) 1 2 3

Etanol 30 0.864 0.928 0.978 0.9233 50.017

Etanol 70 0.896 0.855 0.977 0.9093 49.317

Etanol 96 0.816 0.762 0.797 0.7917 43.433

Contoh perhitungan:

Kadar fenol total ekstrak etanol 96%

Persamaan garis kurva standar: y = 0.02x – 0.077

Y = absorbansi terukur

X = konsentrasi fenol terukur

0.7917 = 0.02x – 0.077

0.7917 + 0.077 = 0.02x

X = 43.433

Konsentrasi fenol terukur sebesar 43.433 mg/L

Total fenolik GAE = konsentrasi fenol terukur (mg/L) x volume ekstrak (L)

massa ekstrak (mg )

= 43.433 mg/L x 0.0005 L

0.5 mg = 0.043433 mg/mg GAE

= 43.433 mg/g GAE

y = 0.02x - 0.077

R² = 0.991

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0 10 20 30 40

Ab

sorb

an

Konsentrasi asam galat (mg/L)

19

Lampiran 4 Hasil analisis antioksidan metode rancimat

Waktu induksi analisis rancimat

Sampel Ulangan Waktu

induksi

Aktivitas

antioksidan

Rata-rata aktivitas

antioksidan

Minyak kedelai 1 5.16 1.00

1.00 2 5.20 1.00

BHT 1 8.04 1.56

1.53 2 7.80 1.50

Etanol 30% 1 5.19 1.01

1.05 2 5.66 1.09

Etanol 70% 1 6.73 1.30

1.19 2 5.57 1.07

Etanol 96% 1 5.84 1.13

1.11 2 5.63 1.08

Kromatogram waktu induksi BHT ulangan 1

20

Lampiran 5 Hasil inhibisi antioksidan terhadap DPPH

Sampel Konsentrasi

(mg/L)

Rata-rata

%inhibisi

Persamaan garis Nilai R2 IC50 (mg/L)

BHT

2 26.533

y = 4.18x + 20.17 0.985 7.136

4 38.626

6 46.756

8 53.441

10 60.925

Asam

askorbat

2 2.142

y = 0.694x + 1.142 0.978 70.401

4 4.215

6 5.673

8 6.647

10 7.871

Ekstrak

etanol

30%

25 26.978

y = 0.199x + 22.35 0.925 138.945

50 28.911

75 40.822

100 44.409

125 47.687

150 49.828

Ekstrak

etanol

70%

25 29.694

y = 0.360x + 21.40 0.994 79.444

50 40.009

75 48.818

100 58.529

125 64.097

150 76.318

Esktrak

etanol

96%

25 22.400

y = 0.361x + 17.64 0.937 89.64

50 38.901

75 49.239

100 52.559

125 60.796

150 67.311

Contoh perhitungan (ekstrak etanol 70%):

% inhibisi = Akontrol – Asampel x 100%

Akontrol

= 0.628 – 0.476 x 100%

0.628

= 24.204 %

Perhitungan IC50 y = 0.360x + 21.40

% inhibisi = 0.360 (IC50) + 21.40

50 = 0.360 (IC50) + 21.40

IC50 = 79.444 mg/L

21

Lampiran 6 Hasil uji fitokimia

Analisis Etanol 30% Etanol 70% Etanol 96% Analisis Etanol 30% Etanol 70% Etanol 96%

Alkaloid

Meyer

Flavonoid

Dragendorf

Tanin

Wagner

Fenol

Saponin

Steroid/

triterpenoid

21

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh

pada tanggal 09 September 1992 dari pasangan Irhami Rusli dan Malahayati dan

merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memulai jenjang

pendidikan formal di MIN 1 Banda Aceh (1998-2004). Pendidikan menengah

ditempuh penulis di MTsN Darul Ulum Banda Aceh (2004) dan MTsN 1

Peureulak Aceh Timur (2004-2007). Selanjutnya melanjutkan jenjang pendidikan

menengah atas di SMAN 1 Peureulak Aceh Timur (2007-2010). Tahun 2010

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa

Utusan Daerah dan diterima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biokimia

umum dan Biokimia Klinis pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga pernah

aktif dalam beberapa organisasi seperti Community of Research and Education in

Biochemistry (CREBs) sebagai anggota divisi Biomolekul periode 2011/2012 dan

aktif sebagai anggota Badan Pengawas CREBs periode 2012/2013. Bulan Juli-

Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian dengan

laporan yang berjudul Karakterisasi Isolat Bakteri Rizosfer asal Sukabumi sebagai

Penghasil Indole Acetic Acid (IAA) dan Enzim Kitinase.