Pengenalan aktivitas air dan pertumbuhan mikroba by ItsDanicaPutrys
Aktivitas Air Dessy
Transcript of Aktivitas Air Dessy
Dessy Maulidya Maharani. 2009
0
TUGAS MATA KULIAH PENGETAHUAN ILMU BAHAN
DAN PENGEMBANGAN PRODUK AGROINDUSTRI
”AKTIVITAS AIR DAN PENGERINGAN”
Oleh
DESSY MAULIDYA MAHARANI
F351080101
Dosen
Prof. Dr. Ir. TUN TEDJA IRAWADI, MS
MAYOR TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Dessy Maulidya Maharani. 2009
1
Pendahuluan
Bahan pangan yang berasal dari hasil-hasil pertanian, peternakan, dan
perikanan biasanya diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, walaupun ada juga
yang dikonsumsi dari bahan mentahnya. Hasil panen baik yang berasal dari pertanian,
peternakan maupun perikanan, apabila dibiarkan begitu saja akan mengalami
perubahan secara kimiawi, fisik, mekanik dan mikrobiologik, dan perubahan ini dapat
mengakibatkan bahan pangan tersebut tidak layak konsumsi.
Secara umum jaringan tanaman dan hewan merupakan suatu sistem terdiri dari
karboidrat, protein, dan lemak, dengan jumlah air yang terbanyak. Di samping kadar
air yang tinggi, bahan pangan ini juga mengadung zat-zat gizi yang mengakibatkan
sebagian besar produk tersebut mudah mengalami kerusakan. Untuk mengatasi
keadaan tersebut berbagai cara seperti pengolahan, pengawetan dan pengemasan perlu
diterapkan, agar kebutuhan gizi manusia dapat terpenuhi.
Sebagaimana diuraikan terdahulu, kerusakan bahan pangan pada umumnya
merupakan kerusakan kimiawi, enzimatik, mikrobiologik atau kombinasi antara
ketiga macam kerusakan tersebut. Semua jenis kerusakan ini dipengaruhi oleh air
selama prosesnya, oleh karena itu banyaknya air dalam bahan pangan akan ikut
menentukan kecepatan terjadinya kerusakan. Karena perannya yang sangat penting
sebagai komponen makanan dan produk diperlukan pemahaman mengenai sifat dan
perilakunya. Adanya air mempengaruhi kemerosotan mutu produk khususnya produk
pangan secara kimia dan mikrobiologi. Begitu pula, penghilangan (pengeringan) atau
pembekuan air penting pada beberapa metode pengawetan makanan. Pada kedua
peristiwa itu perubahan yang mendasar pada produk dapat terjadi.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
2
AIR
A. Struktur molekul air
Penyebab utama perilaku air yang tidak biasa terdapat pada struktuk molekul
air dan pada kemampuan molekul air untuk membentuk ikatan hydrogen. Dalam
molekul air atom-atom disusun dengan sudut 105o dan jarak antara inti hydrogen dan
oksigen 0,0957nm ( Jonh Deman, 1989)
Gambar 1. Molekul Air
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Water molecule
Air terdiri dari satu atom oksigen yang berikatan kovalen dengan dua atom
hydrogen. H2O adalah molekul yang paling polar. Dari gambar terlihat atom oksigen
berwarna merah berada ditengah dengan ikatan tipis kovalen mengikat hidrogen
berwarna biru. Daerah bulat transparan mewakili permukan setiap molekul dan
tercipta dari ikatan van der waals konstituent atom-atom
Pada pemanasan 100oC, molekul air dengan cepat mendapatkan energi dan
lebih berenegi lagi saat perubahan fase dari cair memasuki fase gas. Ini yang mungkin
terjadi diatas panci air mendidih. Ketika uap di hasilkan, akan mendesak tekanan gas
dan ini yang di tangkap untuk mengontrol mesin uap dan turbin uap. Kebanyakan dari
revolusi industri menggunakan tenaga dari system uap untuk pabrik, kereta api dan
kapal uap. Tenaga uap juga digunakan dalam energy nuklir dan sistem pembersih,
Dessy Maulidya Maharani. 2009
3
Jenis Air
Kandungan air pada suatu bahan hasil pertanian terdiri dari 3 jenis yaitu :
(1). Air bebas (free water). Air ini terdapat pada permukaan bahan, sehingga dapat
digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya serta dapat dijadikan sebagai
media reaksi-reaksi kimia. Air bebas dapat dengan mudah diuapkan pada proses
pengeringan. Bila air bebas ini diuapkan seluruhnya, maka kadar air bahan akan
berkisar antara 12 % sampai 25 %. air bebas ditentukan denagn cara ; 1. mengempa
sample makanan di atas kertas saring, 2. dengan cara mengencerkan memakai zat
berwarna atau 3. dengan cara sentifuge.
(2). Air terikat secara fisik. Air jenis ini merupakan bagian air yang terdapat dalam
jaringan matriks bahan (tenunan bahan) akibat adanya ikatan- ikatan fisik. Air jenis
ini terdiri atas :
a. Air terikat menurut sistem kapiler yang ada dalam bahan karena adanya pipa-pipa
kapiler pada bahan.
b. Air absorpsi yang terdapat pada tenunan-tenunan bahan karena adanya tenaga
penyerapan dari dalam bahan.
c. Air yang terkurung di antara tenunan bahan karena adanya hambatan mekanis dan
biasanya terdapat pada bahan yang berserat.
(3). Air terikat secara kimia. Untuk menguapkan air jenis ini pada proses pengeringan
diperlukan energi yang besar. Air yang terikat secara kimia terdiri atas :
a. Air yang terikat sebagai air kristal.
b. Air yang terikat dalam sistem dispersi koloid yang terdiri dari partikel-partikel yang
mempunyai bentuk dan ukuran beragam. Partikel-partikel ini ada yang bermuatan
listrik positif atau negatif sehingga dapat saling tarik menarik. Kekuatan ikatan yang
Dessy Maulidya Maharani. 2009
4
ada dalam ketiga jenis air tersebut berbeda-beda dan untuk memutuskan ikatannya
diperlukan energi penguapan. Besarnya energi penguapan untuk air bebas paling
rendah, kemudian diikuti oleh air terikat.
Air terikat,: air terikat dapat tertarik dengan kuat dan dapat terambat dalam
tahan yang kaku dan longgar. Dalam bentuk ini air tidak dapat bertindak sebagai
pelarut dan tidak membeku. Air terikat dapat dihitung melalui kandungan protein,
pada jaringan hewan air terikat berkisar 8 sampai 10% dari total air dalam jaringan.
Pada putih telur, kuning telur, daging dan ikan terdapat 0,4 gr per gr protein kering.
Pada buah dan sayuran terdapat kurang dari 6% air tak terbekukan.
B. Aktivitas air
Definisi aktivitas air
Scott (1957) pertama kali menggunkan aktivitas air sebagai petunjuk akan adanya
sejumlah air dalam bahan pangan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Aktivitas air ini juga terkait erat dengan adanya air dalam bahan
pangan.
Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen di
samping ikut sebagai pereaksi, sedang bentuk air dapat ditemukan sebagai air bebas
dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila terjadi pengupan dan
pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan dengan cara tersebut.
Pengurangan air bertujuan mengawetkan bahan pangan. Kriteria ikatan air dalam
aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air, konsentrasi larutan,
tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air. Kadar air dan
konsentrasi larutan hanya sedikit berhubungan degan sifat-sifat air yang berada dalam
bahan pangan. Dapat disepakati bahwa aktivitas air (Aw) merupakan parameter yang
Dessy Maulidya Maharani. 2009
5
sangat berguna untuk menunjukkan kebutuhan air atau hubungan air dengan
mikroorganisme dan aktivitas enzim.
Dari aktivitas air ini tentunya akan berpengaruh terhadap aktivitas enzim dan
vitamin yang ada didalam makanan tersebut, berubahnnya enzim pasti akan merubah
aroma, rasa serta kenampakan dari makanan, oleh karena itu hingga saat ini para
peneliti masih berjuang keras untuk mempertahankan vitamin dan aktivitas enzim
yang ada dalam makanan termasuk dalam proses pengeringan.
Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan
lingkungannya, dan hal ni sangat erat hubungan dengan daya awet bahan pangan
tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan
produk.
Banyak pembuatan pangan mencoba mengontrol keamanan pangan mereka
dengan pengukuran kandungan kelembaban (Rh). Standar internasional kelembaban
digunakan untuk parameter beberapa produk, tetapi ketika keselamatan pangan
dipertimbangkan, dengan pengukuran kelembaban bisa didapat nilai kasar bahkan
bisa didapat nilai yang menyesatkan. Kelembaban adalah semua tentang kuantitas
banyaknya air, sedangkan Aktivias air (Aw) adalah tentang kualitasnya.
Aktivitas air adalah hubungan antara kandungan air dan kelembaban nisbi. Pada
umumnya kita cukup mengenal tentang konsep kandungan air dari suatu produk.
Salah satu cara mengukur kadar air adalah dari hilangnya air akibat pengeringan,
infrared, NMR atau titrasi Karl Fisher. Kelembaban nisbi sangat penting dalam
menentukan pelebelan nutrisi produk, spesifikasi metode dan proses monitoring.
Bagaimanapun, kandungan air sendiri bukan prediksi yang nyata dari respon
mikrobiologi dan reaksi kimia dalam bahan.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
6
Aktifitas air didefinisikan sebagai perbandingan antara tekanan uap air dari
larutan dengan tekanan uap air murni pada suhu yang sama
di mana P = Tekanan uap air murni dari larutan pada suhu T Po = Tekanan uap air murni pada suhu T.
Aktifitas air dapat juga dinyatakan sebagai sejumlah molekul dalam larutan, dan
menurut hukum Raoult dapat dinyatakan sebagai berikut :
di mana n1 = jumlah molekul zat yang dilarutkan n2 = jumlah molekul air
Parameter ini juga dapat didefinisikan sebagai : Kelembagaan relatif berimbang
(equalibrum relative humidity) ERH dibagi 100
Aktivitas air dapat juga dikaitkan dengan tekanan osmotic dan diformulasikan
sebagai berikut :
di mana R= jumlah molekul zat yang dilarutkan T= jumlah molekul air V = Molal volume air
Sedang satuan unit yang dipergunakan adalah dnes/cm2
Aw dari bahan pangan adalah untuk mengukur terikatnya air pada bahan
pangan atau komponen bahan pangan terebut, di mana Aw dari bahan pangan
Dessy Maulidya Maharani. 2009
7
cenderung untuk berimbang dengan Aw lingkungan sekitarnya.
Batas dari kandungan air adalah sebagai indikator dari keselamatan dan
kualitas sebagai sifat untuk membedakan, dimana air bergabung dengan komponen
lain dalam produk. Kandungan air bervariasi dari satu produk dengan produk lainnya
dan dari formulasi satu dengan formulasi satunya. Salah satu contoh kadang produk
mengandung 15% air, sementara yang lain mengandung hanya 8% air dapat
ditumbuhi mikrobial. Bagaimanapun produk yang lebih basah mengandung porsi air
yang lebih banyak. Dimana secara kimia airnya bergabung dengan komponen yang
lain memungkinkan tersedianya mikroba.
C. Sorpsi Kadar air isotermis
Hubungan besarnya Aw dan kadar air dalam bahan pangan pada suhu tertentu
digambarkan pada gambar dibawah. Bentuk khas kurva sorpsi kadar air isotermis
tergantung pada cara tercapainya kadar air maupun aktivitas air bahan pangan
tersebut, apakah dicapai dengan desorpsi atau adsorpsi. Isoterm adsorpsi diperlukan
untuk mengamati produk higroskopis, dan isoterm desorpsi berguna untuk meneliti
proses pengeringan.
Gambar 2. Kurva Sorpsi Kadar air isotermis (Sumber : www.vasaila.com)
Kurva menunjukkan bahwa bahan pangan yang mempunyai nilai Aw sama
dapat mempunyai kadar air berbeda. Daerah A mempunyai nilai Aw di bawah 0,20
A
B
C
Dessy Maulidya Maharani. 2009
8
(ERH 20%) disebut monolayer dengan molekul air terikat sangat erat, kadar air
berkisar 5% sampai 10%. Daerah B mempunyai nilai Aw antara 0,20 sampai 0,60, air
terikat kurang erat dan merupakan lapisan-lapisan. Di daerah ini air berperan sebagai
pelarut, oleh karena itu aktivitas enzim dan pencoklatan non enzimatis dapat terjadi.
dan daerah C mempunyai nilai Aw diatas 0,60.
Gambar 3. Nilai Aw dan Kelembaban beberapa produk pangan (Obin, 1991)
Metode Pengukuran Nilai Aw
Pengukuran Aktivitas air (Aw) terhadap bahan pangan dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Ketepatan pengukuran sekitar 0,02 unit Aw, sedangkan pengukuran
Aw bahan pangan selama penyimpanan dibutuhkan ketelitian kurang-lebih 0,005 Aw.
Pengukuran Aw sampai saaat ini masih berdasarkan pengukuran kelembaban
relatif berimbang dari bahan tersebut terhadap lingkungannya. Pada umumnya
pengukuran Aw dengan memakai kurva kalibrasi dengan menggunakan larutan garam
jenuh. Adapun nilai Aw untuk beberapa garam jenuh yang telah disepakati adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.Nilai Aw beberapa Garan Jenuh
Dessy Maulidya Maharani. 2009
9
Garam Aw NaOH 0.07 LiCl 0.11 CH3COOK 0.22 MgCl2 0.32 NaI 0.36 K2CO3 0.43 Mg(NO3)2 0.51 NaBr 0.58 NaNO2 0.64 KI 0.69 SrCl2 0.71 NaNO3 0.74 NaCl 0.76 KBr 0.81 KCl 0.84 K2CrO4 0.86 Na2SO4 0.86 BaCl2 0.9 KNO3 0.93 (NH4)H2PO4 0.93 K2SO4 0.97
Dari : Agus 2004
Berikut ini beberapa metode pengukuran Aw :
1. Pengukuran kurva secara interpolasi
Nilai Aw dan bahan tidak kurang maupun naik kadar airnya pada suhu
terparameter ini diukur menggunakan kelembaban relatf berimbang. Konsep ini dapat
dipakai untuk mengukur nilai Aw bahan yang belum diketahui.
Berat sample yang mengalami kenaikan atau penurunan kadar air pada wadah
yang mempunyai kelembaban berbeda, diukur setelah dibiarkan selama 2 jam. Nilai
Aw didapat pada data tersebut. Garis yang dipereloh akan memotong garis yang
menunjukkan tidak adanya kadar air. Titik perpotongan ini merupakan titik interpolasi
yang merupakan nilai Aw sample.
Secara sistematik dapat dilakukan sebagai berikut :
Dessy Maulidya Maharani. 2009
10
10 gram dari masing-masing bahan yang telah dihaluskan diletakkan dalam cawan
petri yang telah ditimbang, selanjutnya disimpan dalam desikator yang berisi larutan
garam jenuh dengan nilai kelembaban relatif berkisar 0 – 98 % pada suhu kamar.
Kenaikan dan penurunan berat diukur setelah 2, 4 dan 6 jam, kemudian penimbangan
dilanjutkan setelah 24 jam sampai keseimbangan tercapai. Data yang diperoleh
digambarkan dalam kurva serta titik interpolasi menunjukkan nilai Aw dihitung
dengan membagi nilai kelembaban relatif berimbang dengan 100.
Tabel 2 Nilai Aw dari beberapa bahan Pangan Setengan basah dan Bahan pangan kering
Sample Kadar Nilai Aw Waktu air 2 4 6 24 48 Bahan Pangan setengah Basah Mangga 33.0 0.775 0.775 0.775 0.780 0.780 Pisang 35.0 0.800 0.800 0.800 0.790 0.790 Wortel 40.0 0.755 0.755 0.760 0.750 0.750 Bahan Pangan Kering Tepung sup Tomat 3.5 0.240 0.240 0.230 0.240 0.240 Tepung sup Ayam 3.8 0.180 0.180 0.260 0.260 0.260 Campuran Telur 2.1 0.255 0.260 0.260 0.260 0.260 Dari Jayaraman Ramaniuja (1977)
Kelemahan metode ini adalah memerlukan waktu yang cukup lama dan tempat
yang lebar karena dibutuhkan sejumlah desikator selama penyimpanan.
Gambar 4. Kurva isotermis interpolasi dari bahan pangan setengah basah (buah mangga) pada suhu kamar untuk berbagai waktu. Dari Jayaraman Ramaniuja (1977)
Dessy Maulidya Maharani. 2009
11
2. Pengukuran Secara Manometrik
Pengukuran ini memberikan hasil ketelitian cukup tinggi yaitu 0,002 unit Aw.
Adapun cara pengkurannya adalah sebagai berikut:
Sample dihaluskan dan dimasukkan labu gelas yang disambungkan dengan
manometer sederhana. Peralatan manometer kemudian dikosongkan dan selama
proses ini labu sampel suhunya dipertahankan -80oC. Selanjutnya sample dipanaskan
sampai sama dengan suhu kamar, sedang satu bagian dari manometer dipertahankan
pada tekanan nol. Permukaan cairan dalam tungkai akan berubah akibat naiknya
tekanan, dank arena tekanan uap sample itu sendiri. Udara yang terperangkap dalam
sample juga berperan dalam perubahan permukaan tersebut.
Pengukuran kelembaban relatif berimbang secara multiple dapat dilakukan
dengan menggunakan sampel yang sama pada berbagai kadar air, yang membiarkan
kadar air tersebut tersuling ke dalam perangkap beku, kemudian menimbang kembali
sample tersebut.
Adapun kelemahannya dalah cukup sulit dioperasikan dan sangat mudah
pecah. Bahan–bahan yang mudah menguap dalam jumlah yang banyak tidak dapat
diukur nilai Aw nya dengan alat ini.
3. Pengukuran dengan Keseimbangan Bitermal
Prosedur pengukuran nilai Aw dengan metode keseimbangan bitermal
merupakan pengukuran tekanan uap larutan dalam keadaan seimbangan pada suhu
25oC dengan air murni pada suhu yang lebih rendah.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
12
Alat ini terdiri dari tabung berdinding tipis terbuat dari tembaga, yang
menghubungkan dua wadah berbentuk setengah bulatan yang beralas rata, masing-
mansing dicelup dalam penangas air. Wadah berbentuk setengah bulatan yang berisi
sample yang akan diukur Aw nya dicelup dalam penangas air dengan suhu 25oC,
sedang wadah lain yang berisi air murni dicelup dalam penangas ar denga suhu yang
lebih rendah. Suhu masing-masing penangas air diukur secara teliti dengan
termokopel konstanta tembaga. Dengan menggoyang tungkai penggoyang
keseimbangan akan tercapai. Kemudian perbedaan suhu antara kedua wadah tersebut
dihitung. Suhu merupakan suhu sample dan air murni. Perbedaan suhu ini dihitung
secara tepat dari bacaan termokopel emf (E), dengan rumus sebagai berikut :
Kemudian konsentrasi air dalam larutan diukur, dan tekanan uap dari air pada
suhu 25oC – ToC dibaca pada table yang telah tersedia (International Critical Tables).
Nilai Aw dihitung dari rasio kedua tekanan uap tersebut.
Metode ini cukup sulit dilakukan dan membutukan banyak waktu, pada
umumya hanya dugunakan mnegukurb nilai Aw dari berbagai larutan jernih.
4. Metode Higrometer Rambut
Prinsip pengukuran ini didasarkan pada daya higroskopis rambut dan daya
mulur rambut ketika menyerap uap air. Jika udara kering maka rambut akan
mengerut, sebaliknya bila udara basah maka rambut akan mekar.Tiga helai rambut
atau lebih diikatkan pada sebuah tangkai yang berhubungan dengan pena pencatat
atau jarum penunjuk skala kelembaban. Alat ini relatif kurang peka dibandingkan
dengan instrumen lain, tingkat ketelitian hanya lebih kurang 0.03 aw, tetapi cukup
Dessy Maulidya Maharani. 2009
13
baik untuk keperluan praktis di industri atau untuk penelitian pendahuluan, karena
harga dan biaya operasionalnya relatif murah.
5. Pengkuran dengan Keseimbangan Isopeotik
Dengan prosedur ini, kenaikan berat beberapa bahan yang bersifat menyerap
seperti mikrokristalin selulosa atau protein dapat duikur pada nilai Aw tertentu.
Keseimbangan biasanya dilakukan dalam sejumlah desikator vakum, yang masing-
masing berisi larutan garam jenuh dengn nilai Aw yang berbeda-beda. Dai data
tersebut sorpsi isoterm standar dapat dihitung. Selanjutnya sample yang diukur
diletakkan dalam salah satu desikator selama 24-48 jam, selanjutnya perubahan berat
akhir periode dibandingkan dengan isoterm standar.
Keuntungan dari teknik gravitasi ini adalah harga sangat murah, ketepatannya
tinggi dan bebas dari kontaminasi, sedang kelemahannya memerlukan waktu yang
cukup lama dan desikator yang banyak.
6. Pengukuran dengan Higrometer Listrik
Pada Beberapa tahun ini higrometer listrik telah dikembangkan. Dalam
pengukuran nilai Aw bahan pangan ada dua macam tipe. Tipe Pertama, adalah
pengukuran konduktivitas atau tahanan suatu garam higroskopis dalam keadaan
seimbaang dengan atmosfer pda suhu kamar. Oleh karena air dapat diserap atau
dikeluarkan oleh garam, maka kemampuannya membawa arus listrik dapat diukur.
Peralatan ini dikenal dengan higrometer Gregory atau Dunmora yang tergantung pada
rancang bangun elemen pengindera kelembapan. Tipe Kedua, disebut higrometer
elektronik. Penoperasian alat tersebut membutuhkan arus listrik yang berganti-ganti
Dessy Maulidya Maharani. 2009
14
melalui larutan jenuh LiCl, yang kemudian tertahan pada bahan pembawa arus yang
berbeda 25 V, yang memanaskan sel dan dialirkan melalui larutan. Tekanan uap air
larutan akan meningkat; Bila melebihi tekanan uap air sekitar, penguapan akan
terjadi. Sisa LiCl yang kering tidak lagi mengalirkan listrik dan pemanasanpun
terhenti. Pada saat LiCl itu dingin, air akan terserap, dan siklus akan terulang lagi
pada besaran yang berkurang. Suhu akan tercapai dan tekanan uap air dari larutan
akan sama dengan tekanan uap air dari lingkungan sekitar. Apabila keadaan tercapai,
suhu diukur dan dihubungkan dengan tekanan uap air larutam jenuh LiCl serta
lingkungan sekitarnya. Dari data kelembaban lingkungan sekitarnya dapat dihitung.
Pengukuran dengan alat-alat tersebut diatas membutuhkan kalibrasi dengan
larutan yang telah diketahui nilai Aw -nya. Larutan garam jenuh biasanya dipakai
untuk kalibrasi. Banyaknya kalibrasi tergantung dari alat yang dipakai dan sample
yang diukur. Namun demikian seringkali perlu dilakukan kalibrasi lebih dari satu
atau dua kali dalam seminggunya.
Higrometer listrik mempunyai alat pengukur Aw dengan ketepatan cukup baik,
cepat dan mudah. Namun harganya cukup mahal dan membutuhkan penjagaan
terhadap sensor-sensor. Sensor mudah terkontaminasi dengan glikol ammonia, ion-ion
asetat dan bahan organik yang mudah menguap lainnya.
Oleh karena itu bila bahan pangan yang akan diukur nilai Aw -nya diduga
mengandung bahan-baan yang dapat mencemari sensor (misalnya bahan pangan yang
mempunyai odor yang kuat), satu titik kalibrasi sedikitnya harus diteliti kembali
selesai mengukur nilai Aw. Hal itu untuk menyakinkan bahwa data yang diperoleh
dapat dipercaya.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
15
7. Pengukuran dengan Metode Kimia
Beberapa bahan kimia dapat berubah warna jika menyerap air dari atmosfer
dengan kelembaban tinggi. Oleh karena itu bahan-bahan kimia tersebut direkatkan
pada sepotong kertas pengisap. Potongan kertas mengandung kimia tersebut berubah
warna sesuai dengan banyaknya uap air yang terserap bila dibandingkan dengan peta
warna standar. Hal ini serupa dengan yang terjadi pada kertas pengukur pH.
Sistem ini pakai dalam bidang biologi untuk mengukur tingkat respirasi, Juga
telah diusahakan untuk bidang pangan. Kendalanya adalah keseimabngan yang lama
dan kurang tepat, sehingga hanya dipakai untuk pengukuran kasar.
8. Pengukuran dengan Metode Penurunan titik beku.
Metode pengukuran Aw dengan pengukuran titik beku sudah jarang sekali
dipakai, walaupun menurut beberapa pakar, hasil yang diperoleh dengan cara ini
cukup tepat. Dalam teknik ini, penurunan titik beku dapat dipakai untuk mengukur
secara efektif gram molekul larutan yang ada. Nilai pengukuran ini kemudian
digunakan dengan salah satu perhitungan menurut hukum Raoult untuk Nilai Aw.
Metode ini sangat cocok untuk mengukur nilai Aw diatas 0,080; tetapi kurang sesuai
untuk mengukur nilai Aw bahan padat. Rockland (1980)
D. Pengaruh Aktivitas air pada pertumbuhan miroorganisme
Mikroorganisme dapat berkembang dengan baik pada kadar air 80%. Air
dalam makanan digunakan sebagai media tumbuh. Apabila air dihilangkan dari
makanan maka mikroorganisme juga akan ikut hilang dan pertumbuhannya akan
berhenti. Pengeringan parsial kurang efektif untuk total pengeringan. Bahkan untuk
pengeringan parsial mikrooganisme masih dapat tumbuh dan berkembang.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
16
Bakteri dan ragi secara umum memerlukan lebih memerukan kelembaban di
banding jamur, dan jamur sering kali tumbuh di tempat yang agak kering dimana
tempat itu bukan yang disukai bakteri atau ragi. Contohnya bagian kering buah-
buahan.
Pada suhu kamar mikroorganisme tumbuh pada kisaran Aw 0.90 sampai 1.
Bahkan sebagian ragi dan jamur dapat tumbuh perlahan pada Aw sekitar 0.65
Beberapa prinsip yang dialkukan Scott (1957) dan masih berlaku sampai
sekarang:
1. Aw bukan kadar air, tetapi penentu pertumbuhan mikroorganisme.
Kebanyakan bakter tidak dapat tumbuh pada nilai Aw di bawah 0.91, jamur
tidak dapat tumbuh dibawah nilai 0.81. Beberapa jamur xerofilik memiliki
batas tumbuh pada kisaran 0.70-0.75 dan disebut batas terendah bagi jamur
2. Faktor ekstrinsik dan intrinsik memepengaruhi tingkat Aw yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan mikroorganisme ( seperti tersediannya zat-zat gizi, pH,
Oksigen, dan suhu.)
3. Pengurangan air atau perubahan fase air dalam bahan pangan oleh
penambahan bahan yang larut dalam air dapat mengakibatkan terjadinya
penyesuaian terhadap nilai Aw.
4. Penurunan nilai Aw oleh penambahan humektan menunjukkan bahwa zat
yanh ditambahkan mempunyai pengaruh yang cukup kompleks terhadap
pengaruh Aw itu sendiri. Misalnya pertumbuhan mikroba dapat ditekan secara
efektif oleh sodium klorida gliserol.
Masing-masing jenis mikroba mempunyai nilai Aw sendiri dalam
Dessy Maulidya Maharani. 2009
17
pertumbuhannya seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Aktivitas air minimal bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme dan kisaran khusus beberapa makanan
Kisaran Aw bagi beberapa makanan Aw Aw minimum untuk beberapa jenis
mikroorganisme
Sayuran, buah-buahan, daging ayam, ikan susu segar
1.0
Daging yang diredam dalam larutan garam (cured meats)
- C. Botulium - Salmonella
Salami, sirup gula, keju kering 0.9 - Kebanyakan bakteri, ragi - Stapylococus
Beras, kacang polong, tepung, serelia, kue-kue 0.8 - Kebanyakan jamur Makanan setengah basah, makanan yang diawetkan dengan garam
0.7
- Bakteri halofilik
Buah-buahan kering 0.6 - Mikroorganisme yang sangat osmofilik
Makanan kering Dari : Buck et al (1986)
Tabel 4. Perkiraan batas minimum nilai Aw dengan beberapa mikroorganisme yang penting dalam pengolahan bahan pangan
Organisme Aw Organisme Aw
Kelompok Kelompok Bakteri pembusuk 0.90 Bakteri halofilik 0.75 Khamir pembusuk 0.88 Khamir xerofilik 0.61 Kapang pembusuk 0.80 Kapang osmofilik 0.60
Organisme khusus Organisme khusus Clostridium botulini tipe E 0.97 Candida scotii 0.92 Pseudomonas spp 0.97 Trichosporan pullulans 0.91 Acinobacter spp 0.96 Candyda xeilanoides 0.90 Eshchericia coli 0.96 Endomyces vernalis 0.89 Entherobacter aerogenes 0.95 Staphyloccocus aureus 0.86 Bacillus subtilis 0.95 Alternaria citri 0.84 Clostridium botulini Penicillium patulum 0.81 Tipe A dan Tipe B 0.94 Aspergilus glaucus 0.70 Candida utilis 0.94 Aspergilus conicus 0.70 Vibrio parahaemolyticus 0.94 Aspergilus echinulatus 0.64 Botrytis cinerea 0.93 Sacharomiches rouxii 0.62 Rhizopus stolonifer 0.93 Monasus bisporus Mucor Spinosus 0.93 (Xeromiches bisporus) 0.61
Sumber : Jay (1986)
Dessy Maulidya Maharani. 2009
18
Hubungan tertentu dapat terjadi antara nilai Aw, suhu dan zat gizi. Kisaran
nilai Aw diamana mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum
bagi pertumbuhan nya. Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Pertumbuhan costridium botulini Tipe B pada berbagai tingkat Suhu, pH, dan nilai Aw
Suhu (oC)
pH 0.997 0.99 0.98 0.97 0.96 0.95 0.94
20 5 6 7 8 9
4* 2 2
9 2 2
9 4 4
9 14
30 5 6 7 8 9
2 1 1
2 1 1
2 1 1
9 3 4
9 13
14
40 5 6 7 8 9
1 1 1
1 1 1
2 1 1
3 2 2
14 3 9
9 14
17
Dari : Troller dan Cristian (1987) Periode inkubasi (dalam hari) sebelum pertumbuhan diketahui pada suhu 10oC
Dessy Maulidya Maharani. 2009
19
PENGERINGAN
1. Pengertian dan Tujuan Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah
yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari proses
pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar air
keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang
aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi. Pengertian proses
pengeringan berbeda dengan proses penguapan (evaporasi). Proses penguapan atau
evaporasi adalah proses pemisahan uap air dalam bentuk murni dari suatu campuran
berupa larutan (cairan) yang mengandung air dalam jumlah yang relatif banyak.
Pengeringan merupakan salah satu proses pengolahan pangan yang sudah lama
dikenal. Tujuan dari proses pengeringan adalah : menurunkan kadar air bahan
sehingga bahan menjadi lebih awet, mengecilkan volume bahan sehingga
memudahkan dan menghemat biaya pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan.
Di samping itu banyak bahan hasil pertanian yang hanya digunakan setelah
dikeringkan terlebih dahulu seperti tembakau, kopi, teh dan biji-bijian. Meskipun
demikian ada kerugian yang ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya
perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan.
2. Prinsip Dasar Pengeringan
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan
pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama-tama panas harus
ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air,
uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium
sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus ditransfer
Dessy Maulidya Maharani. 2009
20
melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus
disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam
tahanan agar supaya dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama
proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan dan cara pemanasan
yang digunakan.
Dengan sangat terbatasnya kadar air pada bahan yang telah dikeringkan, maka
enzim-enzim yang ada pada bahan menjadi tidak aktif dan mikroorganisme yang ada
pada bahan tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dihambat,
bahkan beberapa jenis dimatikan karena mikroorganisme seperti umumnya jasad
hidup yang lain membutuhkan air untuk proses metabolismenya. Mikroorganisme
hanya dapat hidup dan melangsungkan pertumbuhannya pada bahan dengan kadar air
tertentu. Walaupun setelah proses pengeringan secara fisik masih terdapat (tersisa)
molekul-molekul air yang terikat, tetapi molekul air tersebut tidak dapat dipergunakan
oleh mikrooganisme. Di samping itu enzim tidak mungkin aktif pada bahan yang
sudah dikeringkan, karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya.
Berdasarkan hal tersebut, berarti kalau kita bermaksud mengawetkan bahan melalui
proses pengeringan, maka harus diusahakan kadar air yang tertinggal tidak mungkin
dipakai untuk aktivitas enzim dan mikroorganisme.
Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah
sebagai berikut:
1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap bagian bahan.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
21
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-lapisan
permukaan komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan uap.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan pengeringan tersebut adalah:
a. Luas Permukaan
Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian
tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-
potong atau di iris-iris terlebih dulu.Hal ini terjadi karena: (1) pemotongan atau
pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas
dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar, (2)
potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus
bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak
melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan
kemudian keluar dari bahan tersebut.
b. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan
makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan
air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara
sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin
tinggi suhu pengeringan maka proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi
bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu
Dessy Maulidya Maharani. 2009
22
peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar
bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
c. Kecepatan Aliran Udara
Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan
pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat
penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar tempat pengeringan berjalan dengan
baik, proses pengeringan akan semakin cepat, yaitu semakin mudah dan semakin
cepat uap air terbawa dan teruapkan.
d. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti
kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan
disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka
udara disekitar pengeringan akan lembab, sehingga kemampuan menampung uap air
terbatas dan menghambat proses atau laju pengeringan.
3. Karakteristik Hidratasi
Karena proses utama dalam pengeringan adalah proses penguapan air, maka
perlu terlebih dahulu diketahui karakteristik hidratasi bahan pangan yaitu sifat-sifat
bahan yang meliputi interaksi antara bahan pangan dengan molekul air yang
dikandungnya dan molekul air di udara sekitarnya. Peranan air dalam bahan pangan
dinyatakan dengan kadar air dan aktivitas air (Aw), sedangkan peranan air di udara
Dessy Maulidya Maharani. 2009
23
dinyatakan dengan kelembaban relatif (RH) dan kelembaban mutlak (H).
5. Cara Pengeringan Komoditas Pertanian
Untuk mengeringkan produk pertanian terdapat beberapa tipe pengeringan yang
digunakan. Pada umumnya pemilihan tipe pengeringan berdasarkan jenis komoditi,
bentuk akhir produk yang dikehendaki, faktor ekonomi dan kondisi operasinya
Secara garis besar pengeringan dapat dibedakan atas pengeringan alami (natural
drying atau disebut juga sun drying) dan pengeringan buatan (artificial drying).
Pengeringan secara alami dapat dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar
matahari (penjemuran), sedangkan pengeringan secara buatan dilakukan dengan
menggunakan alat pengering mekanis.
Jenis produk yang dikeringkan dan tipe pengering yang digunakan umumnya
adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Jenis produk yang dikeringkan dan tipe pengering
Pengeringan Produk
Pengeringan drum Susu, sari sayuran, kranberri, pisang Pengeringan rak hampa Produk bahan pangan tertentu yang
terbatas Pengeringan hampa kontinu Buah-buahan dan sayuran Pengeringan ban berjalan (asmoferik) Sayuran Pengeringan bedeng apung Sayuran Pengeringan busa padat Sari buah Pengeringan beku Daging Pengeringan semprot Telur utuh, Kuning telur, albumin darah
dan susu Pengeringan putar Sebagian produk daging biasanya tidak
digunakan untuk bahan pangan Pengeringan kabinet atau kamar Buah-buahan dan sayuran Pengeringan tungku Apel dan sebagian sayuran Pengeringan terowongan Buah-buahan dan sayuran
Dari : Norman (1988)
Dessy Maulidya Maharani. 2009
24
Pengeringan buatan atau dehidrasi berarti mengendalikan kondisi iklim di dalam
suatu ruangan mikro. Sedang pengeringan dengan matahari kondisinya berdasarkan
keadaan alam atau cuaca. Bahan yang dikeringkan secara dehidrasi memiliki kualitas
yang lebih baik dari pada dengan pengeringan alami
Pengeringanan alami – Penjemuran merupakan proses pengeringan yang
sederhana dan murah karena sinar matahari tersedia sepanjang tahun dan tidak
memerlukan peralatan khusus. Sarana utama yang dibutuhkan untuk penjemuran
adalah lantai penjemur atau lamporan berupa lantai semen atau lantai plesteran batu
bata. Lamporan dapat dilengkapi dengan camber (bagian lantai yang berlekuk).
Selain pada lamporan, penjemuran juga dapat dilakukan pada rak- rak penjemur,
tampah bambu, anyaman bambu dan tikar. Penjemuran dilakukan dengan
menyebarkan bahan secara merata pada lamporan, dan secara periodik dilakukan
pembalikan bahan agar pengeringan merata dan bahan tidak mengalami keretakan
(sun cracking). Proses penjemuran yang dilakukan di daerah bersuhu tinggi akan
memerlukan luas bidang penjemuran yang lebih kecil daripada di daerah bersuhu
rendah. Demikian pula pada daerah yang mempunyai RH rendah akan memerlukan
bidang penjemuran yang lebih kecil daripada daerah yang mempunyai RH tinggi.
Ilustrasi pelaksanaan penjemuran disajikan pada gambar berikut.
Gambar 5.Ilustrasi penjemuran alami
Dessy Maulidya Maharani. 2009
25
Pengeringan dengan cara penjemuran mempunyai beberapa kelebihan antara lain : a).
tidak memerlukan bahan bakar sehingga biaya pengeringan rendah, b). dapat
memperluas kesempatan kerja, dan c). sinar infra merah matahari mampu menembus
sel-sel bahan. Sedangkan kekurangannya adalah : a). suhu pengeringan dan RH tidak
dapat dikontrol dengan baik, b). memerlukan tempat yang luas, c). kemungkinan
terjadinya susut bobot tinggi karena mungkin ada gangguan ternak dan burung, d).
hanya dapat berlangsung bila cuaca baik, e). kebersihan bahan tidak terjamin, f).
waktu pengeringan lama, dan g). proses pengeringan tidak dapat berjalan secara
konstan karena intensitas sinar matahari tidak tetap. Kecepatan pengeringan serta
kualitas hasil yang diperoleh dengan cara penjemuran sangat dipengaruhi oleh :
a. Keadaan cuaca (suhu udara dan kelembaban /RH). Suhu udara akan
mempengaruhi kecepatan penjemuran. Pada suhu yang tinggi, kelembaban udara
akan semakin rendah. Akibatnya kemampuan udara tersebut untuk menangkap uap
air semakin tinggi sehingga kecepatan penguapan air dari bahan yang dijemur akan
semakin meningkat.
b. Jenis lamporan.
Setiap jenis bahan yang digunakan sebagai lamporan mempunyai kecepatan
perambatan panas tertentu yang pada gilirannya akan mempengaruhi kecepatan
pengeringan.
c. Sifat bahan yang dikeringkan.
Kadar air awal dari bahan dan ukuran partikel bahan akan mempengaruhi kecepatan
pengeringan. Bahan yang mempunyai kadar air awal tinggi dan ukuran partikel besar
akan lebih lama waktu pengeringannya daripada bahan yang kadar air awalnya rendah
dan ukuran partikelnya kecil.
d. Cara penjemuran.
Dalam hal ini ketebalan tumpukan bahan dan frekuensi pembalikan bahan akan sangat
berpengaruh pada kecepatan pengeringan.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
26
Pengering mekanis dibedakan menjadi 2 tipe yaitu 1. pengering adiabatis
dimana panas di bawa ke dalam pengering oleh gas yang panas. Gas memberika
panas kepada air di dalam bahan pangan dan membawa ke luar uap air yang
dihasilkan. Gas panas dapat merupakan hasil pembakaran atau pemanasan udara. 2.
Pengeringan panas melalui permukaan padat dimana panas dipindahkan melalui suatu
plat ogam yang juga memebaa produk tersebut. Produk biasanya diletakkan dalam
suatu ruangan hampa dan uap air dikeluarkan dengan suatu pompa hampa. Dalam
bebrapa hal produk dikenai udara yang dipakai dan uap air dikeluarkan dengan
mengadakan sirkulasi udara tersebut.
Pengering adiabatis
Pengering kabinet – Pengering ini terdiri dari suatu ruangan dimana rigen-
rigen produk yang dikeringkan dapat diletakkan di dalamnya. Di dalam pengering
yang berukuran besar rigen-rigen pengering disusun di atas kereta untuk memudahkan
penanganannya; didalam unit yang berukuran kecil, rigen-rigen pengering dapat
disusun di atas suatu penyangga yang tetap di dalam pengering tersebut. Udara
dihebuskan dengan menggunakan kipas angin melalui suatu pemanasan (biasanya koil
uap bersirip) dan kemudian menembus rigen-rigen pengering yang berisi bahan yang
dikeringkan.
Gambar 6. Berbagai Tipe pengering kabinet
Pengering kabinet biasanya merupakan pengering yang paling murah
pembuataanya, mudah peneliharaannya, dan sangat luwes penggunaannya. Pada
umumnya pengering ini digunakan untuk penelitian-peneitian dehidrasi sayuran dan
Dessy Maulidya Maharani. 2009
27
buah-buahan di dalam laboratorium, dan di dalam skala kecil dan digunakan secara
komersial yang bersifat musiman.
Pengering Terowongan – Merupakan pengering yang sangat umum digunakan
dalam dehidrasi buah-buahan dan sayuran. Pengering ini dapat mengurangi biaya
buruh dan hasil yang seram namun diperlukan instalasi dan investasi yang sangat
besar Prinsip kerjanya adalah bahan diletakkan dalam kereta yang berisi rigen-rigen
panjang terowongan berkisar 35 sampai 50 kaki. Udara panas dimasukkan mealui
rigen searah dengan gerakan produk. Namun dapat juga udara panas dikhembuskan
berlawanan dengan gerakan produk hal ini akan menimbulkan produk yang sangat
kering. Dalam beberapa terowongan sebagai pengganti kereta dan rigen. Digunakan
konveyor yang bergerak.
Gambar 7. Tipe pengering terowongan
Pengering Tungku – Pada umumnya pengering ini terdiri dari suatu bangunan
bertingkat dua. Lantai atas tersusun oleh kerai yang bercelah sempit, dimana produk
bahan yang akan dikeringkan dihamparkan diatasnya. Gas yang panas dihasilkan oleh
suatu tungku atau perapian yang berada pada lantai pertama kemudian mengalir
melalui produk secara konveksi alami atau dengan bantuan kipas angin. Bahan harus
selalu dibalik dan diaduk, dan untuk mengeringkan diperlukan waktu yang relatif
lama. Pengeringan tungku ini digunakan untuk mengeringkan produk-produk seperti
irisan apel, hop, dan seringkali mengeringkan kentang.
Pengeringan semprot – Pengeringan ini dipakai untuk mengeringkan larutan,
Dessy Maulidya Maharani. 2009
28
pasta, atau bubur. Produk bahan pangan tidak diangkut oleh rigen-rigen pengering
atau rak-rak penering, tetapi di dispersikan sebagai tetes-tetes yang halus
tersuspensikan di dalam udara kering. Keuntungan dari cara ini ialah waktu
pengeringa sangat singkat, dan jika dikerjakan dengan semestinya sebagian besar cita
rasa, warna, dan nilai gizi bahan pangan dapat dipertahankan. Pengerig ini dapat
dibedakan menjadi : Arus Searah Horisontal, Arus searah aliran bawah vertikal, Arus
searah aliran ke atas vertikal, Arus berlawanan aliran atas vertikal, dan Aliran
campuran.
Pengering Udara Naik – Dalam prodksi bahan pangan seperti kentang butiran,
telah digunakan pengering khusus. Partikel-partikel kentang segar yang basah
dicampur dengan udara panas dan dialirkan ke atas melalui suatu kolom yang sempit.
Kecepatan udaranya diatur sedemikian rupa sehingga butiran kentang melayang-
layang didalam aliran udara sementara kentang mengering. Pada bagian atas kolom
pengering, produk dan udara dimasukkan ke dalam suatu bagian dimana kecepatan
udara turun sedemikian rupa, sehingga cukup memberikan kesempatan partikel-
partikel yang kering mengendap di dalam suatu pengumpil. Udara yang lembab
kemudian dikeluarkan melalui bagian atas pengering.
Pengering Busa – Pertama kali pengering ini digunakan untuk mengeringkan
cairan yang sebelumnya telah dijadikan busa terlebih dahulu, dengan jalan dikocok,
dan memberikan zat pengembang atau pembuihan dalam jumlah kecil ke dalam cairan
yang tidak dapat membuih. Pembentukan busa suatu cairan menciptakan permukaan
yang lebih luas, sehingga pengeluaran air menjadi lebih cepat, selain itu juga
memungkinkan penggunaan suhu yang lebih rendah. Busa diendapkan di dalam suatu
lapisan yang seragam diatas rigen pengering yang berlubang-lubang atau ban berjalan
dimana udara panas dihembuskan. Lapisan busa dari berbagai bahan pangan dapat
dikeringkan sampai kadar air mencapai kurang lebih 2-3% hanya dalam waktu kira-
kira 12 menit.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
29
Pemindahan Panas Melalui Suatu Permukaan Zat Padat
Pengeringan Drum – Pegering ini terdiri dari dari satu drum yang berputar,
yang dipanaskan dengan uap, berdiameter 2 sampai 6 kaki, yang igunakan untuk
mnegeringkan produk-produk cair. Produk yang dikeringkan, dituangkan tipis di atas
permukaan drum. Produk yang kering dilepas dari permukaan drum dengan
menggunakan pisau pengeruk. Selanjutnya lapisan yang kering tersebut digiling
menjadi suatu serbuk halus.
Pengering Rak Hampa – Pengering ini teriri dari satu kabinet dengan rak
berongga yang berlubang. Produk diletakkan di dalan nampan yang diletakkan di atas
rak-rak yang berlubang, atau jika produk berbentuk padat dapat langsung diletakkan
di atas rak berlubang. Unit pengering ini ditutup rapat dan kemudian dihampakan.
Uap, air panas, minyak panas, dowtherm atau media panas lain yang cocok dialirkan
melalui rongga rak berlubang tadi sehingga dapat memanasi produ yang dikeringkan.
Unit ini sangat mahal, terutama digunakan untuk mengeringkan poduk-produk eperti
bubur jeruk, bubur tomat, dan produk-produk lain yang menyerupai ”busa kering”
Pengering Hampa Kontinu – Pengering ini terdiri dari suatu ban berjalan yang
terbuat dari bahan tahan karat, di atas ban berjalan diletakkan produk yang akan
dikeringkan. Lapisan di atas ban berjalan diletakkan melalui suatu sumber panas,
yang berupa suatu drum pemanas atau suatu kisi koil, uap dan panas lewat melalui
ban berjalan seterusnya ke lapisan produk. Dalam keadaan tertentu, tambahan panas
dapat dihasilkan dari lampu infra-merah yang berada di atasnya. Seluruh unit dalam
keadaan tertutup dan hampa udara.
5. Faktor-faktor yang Berpengaruh Dalam Proses Pengeringan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan atau disebut faktor
internal (ukuran bahan, kadar air awal dari bahan dan tekanan parsial di dalam bahan)
dan faktor yang berhubungan dengan udara pengering atau disebut sebagai faktor
Dessy Maulidya Maharani. 2009
30
eksternal (suhu, kelembaban dan kecepatan volumetrik aliran udara pengering).
Kecepatan pengeringan lempengan bahan basah yang tipis akan berbanding
terbalik dengan kuadrat ketebalannya. Jadi kecepatan pengeringan potongan bahan
yang mempunyai tebal satu pertiga dari semula adalah 9 kali kecepatan pengeringan
potongan asal. Oleh karena itu lama pengeringan dapat dipersingkat dengan
pengurangan ukuran bahan yang dikeringkan. Sifat bahan yang dikeringkan
(komposisi kimia dan struktur fisik) sangat mempengaruhi kecepatan pengeringan.
Jika potongan wortel dan kentang dengan bentuk dan ukuran yang sama dikeringkan
pada kondisi yang sama, kedua jenis potongan tersebut akan kehilangan air dengan
kecepatan yang sama pada awal pengeringan kemudian selanjutnya akan berbeda.
Jika kadar air dinyatakan dalam berat kering, maka kecepatan pengeringan wortel
sekitar 2 kali kecepatan pengeringan kentang karena kadar padatan wortel sekitar
setengah kali kadar padatan kentang.
Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering makin cepat pula
proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering, makin besar
enersi panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang
diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara
pengering makin tinggi maka makin cepat massa uap air yang dipindahkan dari bahan
ke atmosfir. Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air.
Pada kelembaban udara tinggi, perbedaan tekanan uap air di dalam dan di luar bahan
kecil, sehingga pemindahan uap air dari dalam bahan ke luar terhambat.
6. Pengaruh Pengeringan Terhadap Sifat Bahan
Pada umumnya bahan pangan yang dikeringkan mempunyai nilai gizi yang
lebih rendah dibandingkan dengan bahan segarnya. Selama proses pengeringan
berlangsung dapat terjadi perubahan warna, tekstur, aroma dan lain-lainnya.
Terjadinya perubahan-perubahan tersebut sebenarnya dapat dibatasi seminimal
Dessy Maulidya Maharani. 2009
31
mungkin dengan jalan memberi perlakuan pendahuluan pada bahan yang akan
dikeringkan (misal dengan cara diblansing).
Dengan mengurangi kadar airnya, maka bahan pangan hasil pengeringan akan
mengandung senyawa-senyawa seperti protein, karbohidrat, lemak dan mineral-
mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi, akan tetapi vitamin- vitamin dan zat
warna pada umumnya menjadi rusak atau berkurang. Pada umumnya bahan pangan
yang dikeringkan berubah warnanya menjadi coklat. Perubahan warna tersebut
disebabkan oleh terjadinya reaksi-reaksi pencoklatan (browning) baik secara
enzimatik maupun secara non enzimatik. Reaksi pencoklatan non enzimatik yang
paling sering terjadi adalah reaksi antara asam amino dengan gula pereduksi dan
antara asam-asam organik dengan gula pereduksi. Reaksi antara asam amino dengan
gula pereduksi akan menurunkan nilai gizi protein yang terkandung di dalamnya. Jika
pengeringan dilakukan pada suhu yang tinggi sehingga bahan yang masih basah
langsung kontak dengan suhu yang tinggi, maka dapat terjadi case hardening. Case
hardening adalah suatu keadaan di mana bagian luar bahan (di permukaan) sudah
kering sedangkan di bagian dalamnya masih basah. Hal ini disebabkan suhu yang
tinggi di awal pengeringan akan menguapkan air yang ada di permukaan bahan secara
cepat sehingga permukaan bahan menjadi kering dan keras dan menghambat
penguapan selanjutnya dari air yang terdapat di bagian dalam bahan tersebut. Case
hardening juga dapat disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan kimia tertentu
misalnya terjadinya penggumpalan protein pada permukaan bahan karena adanya
panas, atau terbentuknya dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan terbentuk
bahan yang masif dan keras pada permukaan bahan. Terjadinya Case hardening
mengakibatkan proses pengeringan selanjutnya menjadi lambat atau terhambat sama
sekali, mikroorganisme yang terdapat di bagian dalam bahan yang masih basah dapat
berkembang biak sehingga menimbulkan kebusukan. Penggunaan suhu pengeringan
yang tidak terlalu tinggi atau pelaksanaan proses pengertidak terlalu cepat dapat
mencegah terjadinya Case hardening. Norman (1988)
Dessy Maulidya Maharani. 2009
32
7. Contoh Pengeringan
Pembuatan Kismis
Kismis adalah anggur yang dikeringkan dan dapat dimakan langsung atau
digunakan dalam masakan. Kismis sangat manis karena memiliki konsentrasi gula
yang tinggi, dan jika disimpan lama, gula tersebut akan terkristalisasi di dalamnya.
Proses ini dapat menyebabkan kismis menjadi kasar, walaupun tidak berpengaruh
bagi penggunaannya. Dekristalisasi kismis dapat dilakukan dengan merendam dalam
cairan (alkohol, sari buah, atau air mendidih) sebentar untuk melarutkan gula.
Amerika adalah negara ke tiga pengekspor kismis setelah Turki dan Iran. Negara
pengimpor kismis terbesar adalah Inggris diikuti Jerman, Rusia dan Belanda. Harga
kismis dipasaran adalah $1,310 per ton, sedangkan harga anggur sekitar $225 per ton.
Kismis merupakan salah satu bentuk produk olahan dari buah anggur hitam
yang memanfaatkan prinsip pengeringan. Pengeringan pada kismis merupakan salah
satu proses dimana kelembaban dari buah anggur hitam dikurangi agar rasa, dan
bentuk tetap terjaga dengan meningkatnya kemampuan untuk disimpan lebih lama
dan juga kemudahan pengangkutannya.
Gambar 7. Anggur Hitam sumber:www.psnw.com/geo/raisin_bin.jpg
Dessy Maulidya Maharani. 2009
33
Anggur hitam kecil yang biasa di buat kismis tersebut pada mulanya berasal
dari Yunani, dewasa ini terdapat beberapa varietas anggur yang dapat diolah menjadi
kismis yang berukuran kecil, berwarna biru kehitaman, berasa enak dan tidak berbiji.
Mutu kismis yang baik harus tebal bundar, berisi (berdaging) dan bersih, ukurannya
seragam berwarna biru kehitaman. Kismis tidak boleh mengandung buah yang
mengkerut, sedikit atau tidak berdaging, berwarna merah yang menyebabkan terlalu
asam dan dapat merusak rasa kue.
Kismis (curannt) mengandung sekitar 6,3 persen gula, 0,5 persen lemak dan 2
persen protein. Kandungan kalorinya adalah 850 kalori per pound (454 gram) kismis.
Cita rasanya yang enak, warna dan nilai gizinya merupakan daya tarik utama dari
kismis. Daftar nilai gizi dapat dilihat pada Gambar 8.
Karakteristik Buah Anggur Hitam Kaitannya dengan Proses Pengeringan
Buah angggur hitam Dapat dilihat pada Gambar 7. berdasarkan sifat dinding
buahnya tergolong kepada jenis berry dimana lapisan luar tipis sedangkan lapisan
tengah dan lapisan dalamnya menyatu. Klasifikasi buah anggur ini penting jika
dikaitkan dengan penanganan pascapanen secara umum, karena buah dengan
karakteristik dinding buah yang mirip akan mempunyai respon yang mirip terhadap
perubahan lingkungan.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
34
Gambar 8. Kandungan nutrisi Kismis, sumber:www.psnw.com/geo/raisin_bin.jpg
Dinding buah anggur hitam terdiri dari tiga komponen yaitu lapisan luar
(exocarp atau epicarp), lapisan tengah (mesocarp), dan lapisan dalam (endocarp). Dan
merupakan kumpulan dari jaringan yang dibentuk dari sekumpulan sel-sel sejenis.
Jaringan ini dibedakan berdasarkan fungsi utamanya, yaitu jaringan kulit, jaringan
pembuluh, dan jaringan dasar. Jaringan ini terus melakukan respirasi meskipun buah
atau sayuran sudah dipanen.
Jaringan kulit adalah bagian terluar dari buah anggur hitam yang fungsi
utamanya adalah sebagai pelindung. Sifat alami dari jaringan kulit ini dapat
melakukan regulasi pertukaran gas, pengeluaran air, kepekaan terhadap lingkungan
secara fisik, biologis, dan kimiawi, selain mengalami perubahan pada warna dan
teksturnya. Jaringan kulit sangat penting dalam membentuk lapisan pelindung, terdiri
dari sel-sel yang membentuk dinding tebal (epidermis) ditambah sel-sel lainnya
Dessy Maulidya Maharani. 2009
35
khususnya pada stomata dan bagian-bagian lain. Selain itu ada struktur lain pada
jaringan kulit buah anggur hitam yang mempengaruhi respon buah tersebut setelah
dipanen, yaitu kutikula dan lentisel.
Epidermis pada buah anggur hitam dibentuk oleh sel-sel yang sangat kecil
hingga menyerupai dinding tebal yang kompak tanpa ruang antar sel kecuali pada
bagian stomata dan lentisel. Buah Angur hitam merupakan varietas yang tahan
terhadap retakan sehingga mempunyai sel epidermis berbentuk datar.
Kutikula adalah lapisan bukan sel yang berada di atas lapisan epidermis, dapat
berupa permukaan yang halus, kasar, bergelombang, atau beralur. Empat macam
lapisan dapat ditemukan pada kutikula buah anggur hitam yaitu lilin, cutin, pektin,
dan campuran cutin-selulosa-pektin. Lapisan lilin yang menyelimuti kulit buah anggur
merupakan campuran dari hidrokarbon rantai panjang, alkohol, keton, asam lemak,
dan ester. Dalam kondisi lingkungan, lilin ini membeku, tetapi mudah dilarutkan
dengan pelarut lemak. Lapisan lilin pada permukaan buah anggur hitam menyebabkan
pantulan cahaya sehingga permukaan tampak mengkilap. Lapisan lilin ini
sesungguhnya berfungsi sebagai film pelindung yang membatasi keluar-masuk gas
dan uap air dari dan ke dalam hasil pertanian, sehingga pada proses pengeringan
seringkali dilakukan penghilangan lapisan lilin karena lapisan ini menyebabkan
terhambatnya proses pengeringan
Jaringan pembuluh adalah suatu jaringan yang berfungsi menyalurkan air dan
bahan organik ke seluruh bagian tanaman. Buah yang berdaging seperti buah anggur
hitam mempunyai jaringan pembuluh yang lemah tetapi menyebar ke seluruh bagian.
Jaringan dasar adalah suatu jaringan pada hasil pertanian yang tidak termasuk
jaringan sel yang telah disebutkan di depan. Jaringan dasar ini bertanggungjawab
terhadap pembentukan karakteristik tekstur dari buah dan sayuran, selain sebagai
Dessy Maulidya Maharani. 2009
36
tempat terjadinya proses metabolismesebagai fungsi utamanya. Aktifitas metabolisme
yang terjadi antara fotosintesa, asimilasi, respirasi, penyimpanan zat-zat penyusun
hasil pertanian. Sebagian dari sel-sel pada jaringan dasar ini bentuknya memanjang
dan membentuk serat sehingga hasil pertanian banyak mengandung serat alami.
Air pada buah anggur hitam sebagian besar terdapat pada jaringan pembuluh.
Kandungan air tersebut dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu air bebas, air yang
terikat secara fisik, dan air yang terikat secara kimia. Air bebas terdapat pada
permukaan buah anggur dan dapat digunakan oleh mikroba sebagai media
pertumbuhannya. Pada proses pengeringan air bebas ini dapat dengan mudah
diuapkan dengan energi yang lebih sedikit. Air yang terikat secara fisik merupakan
bagian air bahan yang terdapat pada jaringan pembuluh buah anggur hitam karena
adanya ikatan-ikatan fisik. Termasuk pada air jenis ini yaitu air terikat menurut sistem
kapiler. Jaringan pembuluh pada buah anggur hitam terdiri dari pipa-pipa kapiler.
Pipa-pipa kapiler ini memungkinkan adanya pergerakan air pada bahan. Proses
pengeringan pada buah kismis bertujuan untuk menguapkan atau mengurangi air jenis
ini. Penguapan air yang terikat secara kimia membutuhkan enerji yang besar.
Pengurangan air yang terikat secara kimia pada kismis menyebabkan kadar air kismis
berkisar antara 3% sampai 7 %.
Prinsip Pengeringan pada Kismis
Pengeringan kismis merupakan usaha penurunan kadar air buah anggur hitam
untuk penggunaan lebih lanjut, serta mengurangi resiko kerusakan akibat serangan
mikroorganisme perusak dan aktivitas biologis selama penyimpanan. Kadar air bahan
diturunkan hingga mencapai 14 % dasar basah. Pengeringan kismis terjadinya
penguapan air dari buah anggur hitam ke udara di sekitar buah adalah terjadinya
perbedaan tekanan uap antara air di dalam buah dan uap air di udara. Dengan
Dessy Maulidya Maharani. 2009
37
demikian upaya untuk terjadinya proses pengeringan adalah menciptakan kondisi
tersebut. Pada umumnya tekanan uap air di buat lebih besar dari di udara, hal ini
menyebabkan ada perpindahan massa air dari buah ke udara.
Gambar 9. Pengeringan Kismis dengan penjemuran sumber:www.psnw.com/~geo/raisin_bin.jpg
Proses pengeringan kismis dapat dilihat pada Gambar 9. Pada prinsipnya
menyangkut proses pindah panas dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan
(simultan). Pertama-tama panas harus ditransfer dari medium pemanas ke buah.
Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan
melalui struktur buah ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida
di mana cairan harus ditransfer melalui struktur buah selama proses pengeringan
berlangsung. Jadi panas harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus
mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari buah dan
berbentuk uap air yang bebas hingga tercapai keadaan keseimbangan.
Keadaan keseimbangan merupakan kondisi kesetimbangan antara kadar air
buah dengan suhu dan kelembaban udara disekelilingnya. Keadaan setimbang tercapai
ketika proses penguapan terhenti karena molekul-molekul air yang belum terserap
dari buah sama jumlahnya dengan molekul-molekul air yang diserap oleh permukaan
buah. Dan terjadi pada suhu dan kelembaban nisbi tertentu.
Batas pengeringan kismis ditentukan oleh kadar air keseimbangan yang
diartikan sebagai kadar air minimum yang dapat dikeringkan di bawah kondisi
Dessy Maulidya Maharani. 2009
38
pengeringan yang tetap atau pada suhu dan kelembaban nisbi yang tetap. Kadar air
keseimbangan ini merupakan fungsi dari kelembaban (RH) dan suhu (T)
Kondisi adanya perbedaan tekanan uap air pada pengeringan kismis dibuat
dengan menaikan suhu udara pengering (yaitu 45 oC sampai 75 oC) pada kandungan
uap air di udara tetap, dengan suhu udara dinaikan maka akan terjadi perpindahan
panas dari buah ke udara dan mengakibatkan naiknya suhu buah dan tetakan uap air di
buah. Pada proses pengeringan kismis diusahakan untuk mendapatkan kadar air
keseimbangan yang serendah-rendahnya sehingga digunakan suhu yang setinggi-
tingginya. Proses pengeringan kismis dimana udara panas dialirkan dianggap sebagai
suatu proses adiabatis. Ketika udara kering menembus buah, sebagian panas sensibel
udara pengering diubah menjadi panas laten sambil menghasilkan uap air. Selama
proses pengeringan terjadi penurunan suhu bola kering udara, disertai dengan
kenaikan kelembaban mutlak, kelembaban nisbi, tekanan uap dan suhu pengembunan
udara kering.
Terbatasnya kadar air pada kismis yang telah dikeringkan, menyebabkan
enzim-enzim yang ada pada bahan menjadi tidak aktif dan mikroorganisme yang ada
pada bahan tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dihambat,
bahkan beberapa jenis dimatikan karena mikroorganisme seperti umumnya jasad
hidup yang lain membutuhkan air untuk proses metabolismenya. Mikroorganisme
hanya dapat hidup dan melangsungkan pertumbuhannya pada bahan dengan kadar air
tertentu. Walaupun setelah proses pengeringan secara fisik masih terdapat (tersisa)
molekul-molekul air yang terikat, tetapi molekul air tersebut tidak dapat dipergunakan
oleh mikrooganisme. Di samping itu enzim tidak mungkin aktif pada bahan yang
sudah dikeringkan, karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya.
Berdasarkan hal tersebut, berarti kalau kita bermaksud mengawetkan bahan melalui
proses pengeringan, maka harus diusahakan kadar air yang tertinggal tidak mungkin
Dessy Maulidya Maharani. 2009
39
dipakai untuk aktivitas enzim dan mikroorganisme. Jumlah air yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh mikroba dinamakan Aw (water activity). Pada kismis Aw minimal
mikroba adalah 0,7. Aw tersebut memungkinkan mikroba untuk tidak tumbuh,
sehingga kismis akan lebih bertahan lama.
IV. Metode dan Cara Pengeringan Buah Kismis
Pengeringan kismis dapat dilakukan secara alami (natural drying atau disebut
juga sun drying) dan buatan (artificial drying). Pengeringan secara alami dapat
dilakukan dengan cara menjemur di bawah sinar matahari (penjemuran), sedangkan
pengeringan secara buatan dilakukan dengan menggunakan alat pengering mekanis.
Pengeringan yang umum dilakukan adalah pengeringan secara alami. Tandan anggur
yang akan dibuat kismis dipotong dan ditempatkan diatas rak-rak, dan dijemur.
Selama penjemuran sewaktu-waktu dilakukan pembalikan dengan hati-hati untuk
menyeragamkan uapan air. Proses penjemuran berlangsung 10 - 12 hari. Adanya
siraman air hujan harus dihindari, karena dapat merusak produk. Setelah kering (kadar
air 16 persen atau kurang), dibersihkan dari tangkai buah, batu dan benda asing
lainnya baik secara manual (dengan tangan) maupun mesin, kemudian dilakukan
penyaringan untuk membuang benda-benda asing kecil, dikemas dengan ukuran
tertentu dan siap untuk dipasarkan. Sortasi Kismis dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Sortasi Kismis, sumber:www.psnw.com/~geo/raisin_bin.jpg
Dessy Maulidya Maharani. 2009
40
Kismis merek Vostizzas dan kismis bermutu tinggi lainnya dikeringkan ditempat
taduh (tidak kontak langsung dengan sinar matahari). Proses pengeringannya akan
dua kali lebih lama tetapi akan menghasilkan warna biru kehitaman yang baik, cita
rasa lebih baik dan tekstur yang halus. Pengeringan dilakukan dengan cara
menggantung tangkai anggur secara berderat di dalam gubuk atau pondok kayu yang
terkena sinar matahari secara penuh. Kismis yang dihasilkan dengan pengeringan
semacam ini dikenal dengan warnanya yang biru kehitaman dan teksturnya yang
halus.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
41
KESIMPULAN
Jika kadar air pangan dikurangi, pertumbuhan mikroorganisme akan
diperlambat. Dehidrasi akan menurunkan tingkat aktivitas air (water activity ( aw)
yaitu jumlah air yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakannya, berat dan volume pangan. Prinsip utama dari dehidrasi
adalah penurunan kadar air untuk mencegah aktivitas mikroorganisme. Pada banyak
produk, seperti sayuran, terlebih dahulu dilakukan proses pengecilan ukuran misalnya
diiris) sebelum dikeringkan. Pengecilan ukuran akan meningkatkan luas permukaan
bahan sehingga akan mempercepat proses pengeluaran air. Sebelum dikeringkan,
bahan pangan sebaiknya diblansir untuk menginaktifkan enzim yang dapat
menyebabkan perubahan warna pangan menjadi coklat. Pengeringan dengan cara
penjemuran dibawah sinar matahari merupakan suatu metode pengeringan tertua.
Proses penguapan air berjalan lambat, sehingga pengeringan dengan cara penjemuran
hanya dilakukan didaerah yang iklimnya panas dan kering. Bahan yang dijemur
mudah terkontaminasi melalui polusi dan binatang seperti tikus dan lalat. Metode
pengeringan lainnya telah dikembangkan oleh industri pangan, dan biasanya cocok
untuk digunakan pada produk pangan tertentu. Contohnya adalah pengeringan
semprot dan pengeringan dengan menggunakan pengering model terowongan.
Pengeringan semprot (spray drying) cocok digunakan untuk pengeringan bahan
pangan cair seperti susu dan kopi (dikeringkan dalam bentuk larutan ekstrak kopi).
Cairan yang akan dikeringkan dilewatkan pada suatu nozzle (semacam saringan
bertekanan) sehingga keluar dalam bentuk butiran (droplet) cairan yang sangat halus.
Butiran ini selanjutnya masuk kedalam ruang pengering yang dilewati oleh aliran
udara panas. Evaporasi air akan berlangsung dalam hitungan detik, meninggalkan
Dessy Maulidya Maharani. 2009
42
bagian padatan produk dalam bentuk tepung. Pada pengeringan menggunakan
pengering model terowongan (tunnel drying), udara panas dihembuskan melewati
produk didalam ruang pengering yang berbentuk terowongan. Contoh produk yang
dikeringkan dengan cara ini adalah potongan sayuran kering.
Dessy Maulidya Maharani. 2009
43
DAFTAR PUSTAKA
Agus Spriai. 2004. Optimasi Teknologi Pengolahan Kajian Sorpsi Isotermik Beras Jagung Instan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor
Dennis Pollock / The Fresno Bee 05/14/08 08:51:19. http://www.skamberg.com/raisins.htm
Hari Purnomo. 1995. Aktivitas air dan Peranannya dalam Pengawetan. UI Press. Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Kismis
http:www.vasaila.com/Understanding of Water Activity
http:www.psnw.com/geo/raisin
Jayaraman, K S., Ramanja, M.N dan Nath H.A. 1977Modified Graphical Interpolation method for rapid determination of water activity in foods. J Food Sci. and Technol.14(3) 129-130
Jay. JM. 1986. Modern Food microbiology (New york ; Von Nonstrand Reinhold
Company.) Jonh M. deMan. 1989. Principles of Food Chemistri.
Norman W. Desrosier. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta
Obin Rachmawan, Dr, Ir., MS. 1991. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan. Modul Dasar Bidang Keahlian.
Rockland, L. B. dan R. Nishi. 1980. Water Activity Storage Stability. Food Tech. 23 :
1241 Scott, WJ. 1957. Relation of Food Spoilage microorganism. Adv Food res &: 83-127 Troller , J.A. 1987. The Water Relations of Food Borne Bacterial Pathogens. A
review. J. Milk Food Technol. 36 (5) : 276-288