AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN...

8
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..210 MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANALITIK (Kode : B-11) ISBN : 978-979-1533-85-0 AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN POGOSTEMON CABLIN BENTH (NILAM) Yulfi Zetra 1 , Anis Febriati 2, *, R.Y.Perry Burhan, Agus Wahyudi dan Arif Fadlan 1 Unit RisetGeokimiaOrganikdanSenyawaPrekursor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia 2 Unit RisetGeokimiaOrganikdanSenyawaPrekursor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia * Keperluan korespondensi, tel/fax : 085648291211, email: [email protected] Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang aktifitas larvasida minyak atsiri dari proses distilasi uap daun, batang dan campuran batang-daun spesies Pogostemon cablin Benth yang dikeringkan dengan panas matahari. Komponen minyak atsiri dianalisa menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM). Hasil analisa menunjukan bahwa komponen utama dalam minyak atsiri ini adalah patchouli alkohol. Uji larvasida minyak atsiri yang dilakukan terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti menunjukan bahwa minyak atsiri dari daun, batang dan campuran batang-daun aktif sebagai larvasida. Nilai LC 50 untuk minyak atsiri daun sebesar 94,34 ppm dan campuran batang-daun sebesar 97,46 ppm, sedangkan pada minyak atsiri batang semua larva mati untuk setiap konsentrasi yang digunakan. Kata Kunci : Pogostemon cablin Benth, Patchouli alkohol, Larvasida PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia dan minyak ini merupakan komoditi yang menghasilkan devisa negara. Dari berbagai jenis minyak atsiri yang ada di Indonesia, minyak nilam menjadi primadona karena mempunyai nilai ekspor ± US $ 25 juta (60% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia) per tahunnya [1]. Minyak nilam adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman Pogostemon cablin Benth (nilam Aceh). Tanaman ini banyak ditemui di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, jawa Tengah, dan Jawa Timur. Minyak nilam merupakan komponen penting dalam industri parfum, kosmetika, dan sabun karena mempunyai daya fiksasi yang tinggi yang dapat mengikat komponen pewangi lain sehingga bau wangi dari parfum atau sabun tidak mudah hilang dan tahan lama. Minyak atsiri atau disebut juga volatile oil atau essential oil adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap dan diperoleh dalam tanaman dengan cara distilasi. Minyak atsiri b ukanlah senyawa murni, akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang seringkali tersusun lebih dari 25 senyawa atau komponen yang berlainan. Senyawa-senyawa ini secara umum disebut terpenoid. Melalui penelitian yang terus berkembang, minyak atsiri tanaman nilam diketahui memiliki bioaktivitas tertentu. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Anonymous (1976), yang menyatakan

Transcript of AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN...

Page 1: AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN …snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/B-11_AKTIFITAS... · ... batang dan campuran batang-daun ... dan sabun karena ... HASIL

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..210

MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANALITIK

(Kode : B-11) ISBN : 978-979-1533-85-0

AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN

POGOSTEMON CABLIN BENTH (NILAM)

Yulfi Zetra1, Anis Febriati

2,*, R.Y.Perry Burhan, Agus Wahyudi dan Arif Fadlan

1 Unit RisetGeokimiaOrganikdanSenyawaPrekursor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

2 Unit RisetGeokimiaOrganikdanSenyawaPrekursor, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia * Keperluan korespondensi, tel/fax : 085648291211, email: [email protected]

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang aktifitas larvasida minyak atsiri dari proses distilasi uap daun, batang dan campuran batang-daun spesies Pogostemon cablin Benth yang dikeringkan dengan panas matahari. Komponen minyak atsiri dianalisa menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM). Hasil analisa menunjukan bahwa komponen utama dalam minyak atsiri ini adalah patchouli alkohol. Uji larvasida minyak atsiri yang dilakukan terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti menunjukan bahwa minyak atsiri dari daun, batang dan campuran batang-daun aktif sebagai larvasida. Nilai LC50 untuk minyak atsiri daun sebesar 94,34 ppm

dan campuran batang-daun sebesar 97,46 ppm, sedangkan pada minyak atsiri batang semua larva mati untuk setiap konsentrasi yang digunakan.

Kata Kunci : Pogostemon cablin Benth, Patchouli alkohol, Larvasida

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara

penghasil minyak atsiri terbesar di dunia dan

minyak ini merupakan komoditi yang

menghasilkan devisa negara. Dari berbagai jenis

minyak atsiri yang ada di Indonesia, minyak

nilam menjadi primadona karena mempunyai

nilai ekspor ± US $ 25 juta (60% dari total

ekspor minyak atsiri Indonesia) per tahunnya [1].

Minyak nilam adalah minyak atsiri yang

dihasilkan dari tanaman Pogostemon cablin

Benth (nilam Aceh). Tanaman ini banyak ditemui

di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, jawa

Tengah, dan Jawa Timur. Minyak nilam

merupakan komponen penting dalam industri

parfum, kosmetika, dan sabun karena

mempunyai daya fiksasi yang tinggi yang

dapat mengikat komponen pewangi lain

sehingga bau wangi dari parfum atau sabun

tidak mudah hilang dan tahan lama.

Minyak atsiri atau disebut juga volatile oil

atau essential oil adalah istilah yang digunakan

untuk minyak mudah menguap dan diperoleh

dalam tanaman dengan cara distilasi. Minyak

atsiri b ukanlah senyawa murni, akan tetapi

merupakan campuran senyawa organik yang

seringkali tersusun lebih dari 25 senyawa atau

komponen yang berlainan. Senyawa-senyawa ini

secara umum disebut terpenoid. Melalui

penelitian yang terus berkembang, minyak atsiri

tanaman nilam diketahui memiliki bioaktivitas

tertentu. Hal ini dibuktikan oleh penelitian

Anonymous (1976), yang menyatakan

Page 2: AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN …snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/B-11_AKTIFITAS... · ... batang dan campuran batang-daun ... dan sabun karena ... HASIL

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..211

bahwa minyak nilam mempunyai aktivitas

antibakteri terhadap bakteri Escherichia

coli,Bacterium typhosum, Staphylococus aureus,

Staphylococcus pyogenes, dan Mycobacterium

tuberculosis. Selain itu minyak nilam juga aktif

sebagai penolak ngengat dan lintah.

Senyawa patchoulol yang merupakan

komponen terbesar dalam minyak nilam juga

diketahui mempunyai bioaktifitas. Hal ini

dibuktikan oleh Sonwa (2001) [2] yang dalam

penelitiannya melihat bahwa perpaduan antara

senyawa patchoulol dan α-patchoulene dari

minyak nilam di Bangalore ,India potensial

sebagai antifungal. Penelitian lain dilakukan oleh

Henderson (2003) [3] terhadap minyak nilam dari

Lousiana, Amerika Serikat. Hasilnya menunjukan

bahwa senyawa patchoulol dari minyak nilam

tersebut diketahui aktif dalam menghambat

pertumbuhan rayap Coptotermes formosanus

Shiraki.

Komponen kimia dari tanaman nilam

yang tumbuh di daerah yang berbeda bisa

berbeda pula. Komponen kimia minyak nilam dari

Aceh, Indonesia terdiri dari δ –elemen, β-

patchoulene, trans kariofillen, α-guaiene, γ-

patchoulene, α-humulene, αpatchoulene,

seikelen, valencen, germacren D, β-selinen, α-

selinen, viridifloren, α-bulnesen, patchouli alkohol,

dan 7-epi-α-selinen [4]. Sedangkan komponen

kimia minyak nilam yang berasal dari China

tidak berbeda jauh dengan nilam Aceh yaitu β-

patchoulene, kariofilen,α- guaiene, seikelen,

patchouli alkohol, β-guaien dan δ-guaien, namun

ada beberapa senyawa yang tidak ditemukan di

nilam Aceh yaitu spatulenol dan pogoston [5].

Perbedaan ini disebabkan adanya hubungan

kimiawi dari komponen kimia dalam minyak atsiri

dengan proses metabolisme sekunder yang

terjadi di dalam tanaman. Proses ini

dipengaruhi oleh ekosistem, keadaan alam

seperti iklim, cuaca, dan kandungan mineral

tanah. Karena alasan inilah peneliti ingin

mengetahui karakter dan komponen kimia

minyak nilam dari daerah yang berbeda yaitu

Tempursari,Malang serta mengujinya dengan

larva instar III nyamuk Aedes aegypti untuk

mengetahui aktifitas larvasidanya.

PROSEDUR PERCOBAAN

1.Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah

tumbuhan Pogestemon cablin (nilam) yang dari

Tempursari, Malang, Jawa Timur, air laut,

aquades, DMSO, Na2SO4 Anhidrat, n-heksan,

etil asetat.

2. Alat-Alat

Peralatan destilasi uap tipe Clavenger, pipa

kapiler, plat KLT, KG-MS, gelas ukur, kaca

arloji, tabung reaksi, micropipet, alumuniom

voil, pinset, dan kotak uji bioaktivitas.

3. Preparasi dan Distilasi Sampel

Tanaman nilam (Pogostemon cablin

Benth.) segar dipanen dari Tempursari,Malang

Jawa Timur. Tanaman dipisahkan antara batang

dan daunnya, dipotong-potong,dan dikeringkan

di bawah sinar matahari hingga kering (kadar air

tinggal 15 %),

Sampel dibagi menjadi tiga variasi yaitu

daun (A), batang (B), campuran batang:daun

(1:1) (C).75 gram sampel (A) dan (C) didistilasi

selama ±8 jam. Sedangkan 100 gram sampel

(B) didistilasi selama ±10 jam untuk

mendapatkan minyak yang cukup. Na2SO4

anhidrat ditambahkan pada destilat minyak

untuk memisahkan minyak dari airnya lalu

dipisahkan. Minyak nilam yang diperoleh

dihitung jumlah rendemennya.

4. Metode Identifikasi Senyawa

4.1 Kromatografi Lapis Tipis

Masing-masing minyak atsiri ditotolkan

pada plat KLT SiO2 F254 sebagai fasa diam

kemudian dielusi dengan n-heksan:etil asetat

Page 3: AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN …snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/B-11_AKTIFITAS... · ... batang dan campuran batang-daun ... dan sabun karena ... HASIL

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..212

(8:1) sebagai fase gerak. Noda yang

dihasilkan diamati menggunakan lampu

ultraviolet (UV) pada λ 254 nm dan digunakan

iodin untuk penampak noda.

4.2 Kromatografi Gas-Spektrokopi Massa

(KG-MS)

Minyak atsiri yang diperoleh diidentifikasi

komponen-komponennya menggunakan

Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-

SM). Peralatan KG-SM yang digunakan

adalah HP G1800A dengan kolom jenis DB-5

(diameter dalam 30 m x 0.25 mm, ketebalan

0.25 µm). Temperatur kolom diatur pada suhu

40°C selama 1 menit dan meningkat 4°C/menit

hingga suhu 260°C selama 4 menit.

dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi

larva nyamuk sebanyak 10 ekor. Untuk setiap

konsentrasi masing-masing dilakukan 3 kali

pengulangan. Kontrol dilakukan tanpa

penambahan sampel. Larutan didiamkan

selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah

larva yang mati dan yang masih hidup dari tiap

tabung. Angka mati dihitung dengan

menjumlahkan larva yang mati dalam setiap

konsentrasi (3 lubang). Angka hidup dihitung

dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam

setiap konsentrasi (3 lubang). Akumulasi

angka hidup dan mati dari setiap konsentrasi

dihitung. Persentase larva nyamuk yang mati

dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:

Temperatur injektor dan sumber ion (EI pada 70

eV) 250 dan 260°C. Gas pembawa yang

digunakan adalah Helium (He) dengan

kecepatan alir 1ml/menit dengan rasio kecepatan

1:50. Range scan SM adalah m/z 45-425.

5.Uji Insektisida menggunakan Larva Instar

III Nyamuk Aedes aegypti

Metode ini mengacu pada penelitian Meyer

dan Ferrigni dalam jurnal Planta Medica,

volume 45 (1982), hal 31-34,[7] dimana hewan

uji diganti dengan menggunakan larva instar

IIInyamuk Aedes aegypti. Larva yang digunakan

adalah instar III yang didapatkan dari TDC-

UNAIR. Minyak atsiri diambil sebanyak 0,05 mL

dan dilarutkan dengan pelarut dimetil sulfoksida

(DMSO) 0,14 mL.

Larutan diencerkan dengan aquades

hingga 25 ml dan dibuat dalam variasi

konsentrasi. 1000; 500; 250; 125; 62,5 dan

31,25 ppm. Larutan kontrol dibuat dengan

prosedur sama, tetapi tanpa menggunakan

sampel. Masing-masing larutan diambil 2 mL

Grafik dibuat dengan log konsentrasi

sebagai sumbu x terhadap mortalitas sebagai

sumbu y. Toksisitas dan aktivitas dilaporkan

sebagai LC50, yang menunjukkan konsentrasi

dalam ppm yang menyebabkan 50% kematian

larva selama 24 jam. Nilai LC50 diperoleh

dengan menggunakan persamaan regresi

linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan aktif atau

toksik bila nilai LC50< 1000 ppm untuk ektrak

dan < 30 ppm untuk suatu senyawa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Distilasi Minyak Atsiri

Hasil distilasi minyak atsiri sampel A,B,

dan C terangkum dalam tabel 1. Proses

pengeringan sampel yang dilakukan sebelum

sampel didistilasi bertujuan untuk

menghilangkan kadar air dan mempermudah

keluarnya minyak. Hasil minyak atsiri yang

optimal dipengaruhi oleh suhu pengeringan.

Suhu optimal untuk pengeringan adalah 40 0C [6]

Terik matahari yang digunakan dalam

pengeringan terlalu panas sehingga membuat

sebagian minyak yang ada di tanaman

menguap terlebih dahulu sebelum didistilasi.

2. Analisa Kromatografi Lapis Tipis

Page 4: AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN …snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/B-11_AKTIFITAS... · ... batang dan campuran batang-daun ... dan sabun karena ... HASIL

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..213

Minyak atsiri merupakan campuran

senyawa organik yang tersusun atas 25 atau

lebih senyawa yang berlainan. Sebagian

diantara tersusun atas karbon dan hidrogen

atau karbon, hidrogen, dan oksigen.

Perbedaan ini akan menyebabkan campuran

senyawa dalam minyak atsiri mempunyai tingkat

kepolaran yang berbeda. Minyak atsiri

Pogostemon cablin Benth (A,B,danC) yang

berwarna kuning diuji dengan kromatografi lapis

tipis. Pengujian ini bertujuan untuk

mengelompokkan senyawa dalam minyak atsiri

Pogostemon cablin Benth berdasarkan tingkat

kepolarannya. Hasil Kromatografi Lapis Tipis

dapat dilihat pada gambar 1.

Adanya tiga noda yang tampak jelas

dapat disimpulkan bahwa dalam minyak atsiri

sampel A,B,dan C terdapat 3 tiga kelompok

senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran

yang berbeda. Berdasarkan teori “like dissolve

like”, dengan fasa diam yang bersifat polar dan

fasa gerak yang cenderung non polar, maka

noda paling atas adalah kelompok senyawa-

senyawa non polar sedangkan noda paling

bawah adalah kelompok senyawa-senyawa

polar.

3. Analisa Komponen Minyak Atsiri dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM)

Analisa KG-SM dilakukan untuk

mengetahui komponen senyawa penyusun

minyak atsiri Pogostemon cablin Benth

(A,B,dan C).Komponen kimia yang terbaca

berdasarkan hasil KG-SM untuk ketiga sampel

dapat dilihat dari tabel 3.

Berdasarkan data tabel 2 dapat dilihat

bahwa ketiga sampel tidak menunjukan

perbedaan komponen kimia yang signifikan.

Komponen kimia pada tabel A dan B yang berasal

dari minyak atsiri daun dan batang jika

dibandingkan dengan tabel C yang merupakan

minyak atsiri campuran batang-daun,

menunjukan bahwa komponen kimia pada tabel A

dan B merupakan bagian dari komponen kimia

pada tabel C. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa data dari tabel 2 memperlihatkan

persebaran senyawa kimia dalam minyak atsiri

tanaman nilam. Komponen mayor dari ketiga

sampel adalah senyawa patchouli alkohol.

Kandungan patchoulol dalam minyak

atsiri batang lebih banyak jika dibandingkan

dengan minyak atsiri daun dan campuran.

Aktifitas dari minyak atsiri ini kemungkinan

dipengaruhi oleh senyawa patchouli

alkohol. Hal ini sesuai dengan penelitian

Henderson (2003) [3] yang menyebutkan

bahwa senyawa patchouli alkohol adalah

senyawa yang aktif sebagai inhibitor pertumbuhan

serangga dan aktif sebagai pengusir ngengat.

4. Uji Insektisida Menggunakan Larva Instar

III Nyamuk Aedes aegypti

Uji insektisida dilakukan terhadap Larva

Instar III nyamuk Aedes aegypti. Sampel yang

digunakan adalah sampel A,B,dan C yang dibuat

dalam variasi konsentrasi. Variasi

konsentrasi dimulai dari1000, 500, 250, 125,

62,5 dan 31,25 ppm. Pengamatan dimulai

setelah sampel dan larva dibiarkan kontak

selama 24 jam. Hasil pengamatan aktivitas

sampel A,B dan C terhadap larva nyamuk Aedes

aegypti dilihat dari berapa banyak larva yang

hidup dan yang mati setelah pemaparan selama

24 jam. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.

Pada tabel 2, aktifitas minyak atsiri A dan C

menunjukan jumlah larva nyamuk yang mati

semakin banyak saat konsentrasi larutan uji

meningkat. Sedangkan untuk minyak atsiri B

yang berasal batang nilam, semua larva mati

untuk setiap konsentrasi yang digunakan.

Nilai hidup terakumulasi dan mati

terakumulasi dari masing-masing sampel

minyak atsiri dapat dihitung berdasarkan tabel

2. Hidup terakumulasi dari jumlah larva yang

Page 5: AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN …snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/B-11_AKTIFITAS... · ... batang dan campuran batang-daun ... dan sabun karena ... HASIL

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..214

hidup pada konsentrasi yang diamati ditambah

dengan total larva yang hidup pada

konsentrasi sebelumnya. Penjumlahan dimulai

dari konsentrasi tertinggi yaitu 1000 ppm. Hidup

terakumulasi 1000 ppm adalah 0, sedangkan

untuk hidup terakumulasi dari 500 ppm diperoleh

dari jumlah yang larva yang hidup pada

konsentrasi ini ditambah dengan jumlah yang

hidup pada konsentrasi sebelumnya

(1000 ppm),yaitu 0. Perhitungan dilakukan

dengan cara yang sama untuk konsentrasi

selanjutnya. Mati terakumulasi dihitung dengan

cara yang sama namun dimulai dari konsentrasi

terendah. Nilai mortalitas (%) dihitung dari rasio

mati total dikali 100%. Rasio mati total adalah

mati akumulasi dikurangi dengan mati akumulasi

blankodibagi dengan jumlah total). Prosentase

kematian dihitung dengan perhitungan sebagai

berikut:

% kematian = Rasio mati total x 100%

Jumlah larva total

Berdasarkan hasil perhitungan diatas

dapat dibuat grafik hubungan antara log

konsentrasi dengan % kematian larva.

Persamaan regresi linier dari grafik digunakan

untuk menghitung LC50 sampel. Nilai LC50

untuk sampel A dan C masing-masing adalah

94,34 ppm dan 97,46 ppm. Sedangkan untuk

sampel B nilai LC50 tidak dapat dihitung karena

semua larva mati pada setiap konsentrasi

yang digunakan. Suatu senyawa dikatakan

aktif jika mempunyai harga LC 50 ≤ 500 ppm

dan tidak aktif jika LC50> 500 ppm (Meyer dan

Ferigini,1982). Hasil uji terhadap larva instar

III nyamuk Aedes aegypti menunjukan bahwa

minyak atsiri sampel A,B,dan C aktif sebagai

larvasida. Sehingga berpotensi untuk

digunakan sebagai insektisida alami.

KESIMPULAN

Minyak atsiri daun, batang, dan campuran

batang-daun dari Pogostemon cablin Benth

diperoleh dengan metode hidrodistilasi selama

8-10 jam. Minyak yang diperoleh berwarna

kuning dan berbau khas. Minyak atsiri dari

campuran batang-daun mempunyai rendemen

yang terbesar yaitu 2,36%, minyak atsiri daun

sebesar 1,99%, dan yang terkecil adalah minyak

atsiri batang sebesar 0,15%. Kandungan

senyawa terbesar dalam minyak atsiri

ketiga sampel adalah patchouli alkohol. Hasil

pengujian insektisida menggunakan larva instar

III nyamuk Aedes aegypti menunjukan bahwa

minyak atsiri dari daun, batang dan campuran

batang-daun aktif sebagai

insektisida. Aktifitas paling tinggi terdapat

pada batang karena dapat membunuh

semua larva nyamuk sampai konsentrasi

terendah dari larutan uji yang digunakan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Lukman Atmadja, PhD selaku Ketua

Jurusan Kimia FMIPA ITS atas fasilitas yang

telah diberikan

2. Prof. Dr. Hans J. Siwon atas bimbingan dan

arahan dalam pelaksanaan penelitian ini

3. Mardi Wiyono yang telah membantu bahan

baku nilam.

4.Teman-teman atas kontribusinya baik

secara langsung ataupun tidak langsung telah

membantu suksesnya penelitian ini

DAFTAR RUJUKAN

[1] Biro Pusat Statistik, 2005,Statistik Perdagangan Luar Negeri 2004, BPS, Jakarta

[2] Sonwa, 2001, Isolation and structure

elucidation of essential oil constituents: comparative study of the oils of Cyperus alopecuroides, Cyperus papyrus and Cyperus rotundus.Hamburg:2000. Dissertation for the fulfillment of the

Page 6: AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN …snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/B-11_AKTIFITAS... · ... batang dan campuran batang-daun ... dan sabun karena ... HASIL

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..215

requirements for the degree of doctor from Mbamougong Cameroo

[3] Henderson, Gregg, 2003, Toxicity and

Repellency of Patchouli Alcohol Against FormosanSubterranean Termites Coptotermes Shiraki (Isoptera : Rhinotermitidae), Departement of Entomology, Louisiana Agricultural Experiment Station, Louisiana

[4] Harahap,Faizal,2009, Karakterisasi

Simplisia dan Isolasi serta Analisis Komponen dari Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth ) Asal Aceh Tenggara, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan

[5] Hu,L.F,2006, GC-MS Fingerprint of

Pogostemon cablin in China, Institut of Chinese Medical Sciences,University of Macau, Taipa, Macau SAR, China

[6] Salim, Takiyah,2007,Pengaruh Suhu

Pengeringan Daun Nilam Terhadap Rendemen Penyulingan dan Kualitas Minyak yang Dihasilkan,Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna- LIPI, Bandung

[7] Meyer, Laughlin & Ferrigini, 1982, Brine

Shrimp: Convenient General Bioassay for Active Constituent, Planta Medica,45, 31 – 34

Page 7: AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN …snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/B-11_AKTIFITAS... · ... batang dan campuran batang-daun ... dan sabun karena ... HASIL

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..216

Konsentra

si Hidup Mati Rata-rata

hidup Rata-rata

mati 1000 0 0 0 10 10 10 0 10 500 0 0 0 10 10 10 0 10 250 0 2 2 10 8 8 2 8 125 3 4 4 7 6 6 4 6 62.5 5 7 6 5 3 4 6 4

31.25 7 9 8 3 1 2 8 2

LAMPIRAN

Tabel 1. Prosentase rendemen minyak nilam

Sampel Massa

(gram)

Rendemen

(%) A 14,937 1,99

B 0,1541 0,15

C 17,691 2,36

Tabel 2. Jumlah larva Instar III nyamuk Aedes aegypti yang mati akibat larutan uji sampel A,B dan C

Konsentra

si Hidup Mati Rata-rata

hidup Rata-rata

mati

1000 0 0 0 10 10 10 0 10

500 0 0 0 10 10 10 0 10

250 2 1 2 8 8 9 2 8

125 5 5 4 5 5 4 5 5

62.5 6 6 6 4 4 4 6 4

31.25 7 7 7 3 3 3 7 3

(A)

Konsentra

si Hidup Mati Rata-rata

hidup Rata-rata

mati

1000 0 0 0 10 10 10 0 10 500 0 0 0 10 10 10 0 10 250 0 0 0 10 10 10 0 10 125 0 0 0 10 10 10 0 10 62.5 0 0 0 10 10 10 0 10

31.25 1 0 0 9 10 10 0 10

(B) (C)

Gambar 1. KLT sampel A,B,dan C dengan fasa diam silika Merck 60 F254 dan fasa gerak n-

heksana:etil asetat (8:1)

Page 8: AKTIFITAS LARVASIDA MINYAK ATSIRI TANAMAN …snkpk.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/B-11_AKTIFITAS... · ... batang dan campuran batang-daun ... dan sabun karena ... HASIL

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)………………………………………………..217

Puncak RT

(retensi

time)

% area Nama

1 6,575 0,23 α-pinene

2 7,962 0,55 β-pinene

3 15,658 0,23 δ-elemene

4 15,655 2,47 β-patchoulene

5 15,742 1,47 β-elemene

6 16,1 0,41 Seychellene

7 16,217 2,89 Trans

caryophylene

8 16,483 7,84 α-guaine

9 16,633 5,67 Seychellene

10 16,825 7,48 α-patchoulene

11 17 0,43 α -guaiene

12 17,075 0,26 α -Bulnesene

13 17,183 0,6 β-selinene

14 17,3 1,59 α-guaine

15 17,467 11,67 δ-guaine

16 17,625 0,26 -

17 17,783 0,36 -

18 18,008 0,15 -

19 18,242 1,34 -

20 18,533 0,73 spathulenol

21 19,142 2,66 -

22 19,267 0,34 -

23 19,35 0,33 -

24 19,608 17,77 Patchouli alkohol

25 19,775 31,83 Patchouli alkohol

26 19,875 0,16 -

27 20,15 4,37 Pogostone

28 20,367 0,63 elesmol

29 20,975 0,21 Gamma-1-

cadinene-aldehid

30 22,567 0,19 Asam stearat

Tabel 3 Komponen Kimia Minyak Atsiri A,B dan C

(A) (C) Puncak RT

(retensi

time)

% area Nama

1 15,456 1,35 β-

patchoule

ne 2 15,558 0,99 β-elemene

3 15,908 0,31 Seychellen

e 4 16,030 2,40 Trans

caryophyl

ene 5 16,312 9,38 α-guaine 6 16,450 6,17 Seychellen

e 7 16,641 6,47 α-

patchoule

ne 8 16,808 0,28 α-guaine 9 16,992 0,45 1H-

cyclopop-

azulene 10 17,126 2,26 1H-

cyclopop-

azulene 11 17,286 14,52 δ-guaiene 12 17,445 0,15 - 13 18,047 0,39 - 14 18,335 0,77 - 15 18,981 0,39 - 16 19,447 26,92 Patchouli

alkohol 17 19,603 26,57 Patchouli

alkohol 18 20,778 0,22 Gamma-1-

cadinene

aldehid

(B)

Puncak RT

(retensi

time)

% area Nama

1 6,4 1,73 α-pinene 2 7,5 4,77 β-pinene 3 15,442 2,05 Diepi-alpha-

cendren 4 16,002 1,27 Caryophyllene 5 16,226 5,87 α -guaiene 6 16,383 5,68 Seychellene 7 16,458 0,26 - 8 16,575 1,84 α-patchoulene 9 17,19 8,62 δ-guaiene 10 18,025 5,43 Isopatchoulene 11 19,183 1,97 - 12 19,333 58,59 Patchouli alkohol

13 20.008 1,91 Pogostone