Artikel larvasida tembelekan
-
Upload
uzmil-arifa -
Category
Documents
-
view
173 -
download
0
description
Transcript of Artikel larvasida tembelekan
UJI LARVASIDA EKSTRAK ETANOL BUNGA TEMBELEKAN
(Lantana camara Linn.) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti L.
INSTAR III
Nuriah1, Tjut Mariam Zanaria
2, Yusni
3
1)Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
2)Bagian Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, 3)Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala
ABSTRAK
Aedes aegypti L. merupakan vektor penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD),
demam dengue dan chikungunya. Berbagai upaya pemberantasan telah dilakukan yaitu
dengan pengendalian vektor baik secara kimia maupun hayati, salah satu caranya dengan
memanfaatkan tumbuhan Lantana camara Linn sebagai biolarvasida. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol bunga Lantana camara Linn terhadap kematian
larva nyamuk Aedes aegypti L. instar III. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
laboratorium dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari ekstrak etanol bunga
Lantana camara Linn konsentrasi 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 1750 ppm,
kontrol positif (abate) dan kontrol negatif (aquades). Sampel pada penelitian ini berjumlah
280 ekor larva Aedes aegypti L. Instar III yang masing-masing perlakuan berisi 10 ekor larva.
Data dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA)
dan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol bunga
Lantana camara Linn dapat menyebabkan kematian larva nyamuk Aedes aegypti L. dengan
p-value < 0,05 (p=0,000). Hasil analisa probit menunjukkan nilai LC50 dari ekstrak etanol
bunga Lantana camara Linn adalah sebesar 813,896 ppm. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah ekstrak etanol bunga Lantana camara Linn berpengaruh terhadap kematian larva
nyamuk Aedes aegypti L.
Kata kunci: Aedes aegypti L., Lantana camara Linn., Larvasida
ABSTRACT
Aedes aegypti L. is vector of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), dengue fever and
chikungunya. Various efforts have been made to eradicate the vector either by chemical or
biological. One of them is utilize Lantana camara Linn. plant as biolarvasida. The aim of this
study is to determine the effect of ethanol extract Lantana camara Linn. flower against on the
instar III of Aedes aegypti L. mosquito larvae mortality. This research was a laboratory
experiment with 7 treatments and 4 replications. The treatment consists of the ethanol extract
of Lantana camara Linn flowers concentration 250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm,
1750 ppm, positive control (abatte) and a negative control (aquades). The sample which use
in this study were 280 Instar III larvae of Aedes aegypti L. that each treatment contained 10
larvae. The result of this research was analyzed by using Analysis of Variance (ANOVA) and
probit analysis. The results showed that the ethanol extract of Lantana camara Linn. flower
can cause the death of mosquito larvae of Aedes aegypti L. with p-value <0,05 (p=0,000).
The results of probit analysis showed LC50 values of ethanol extract of Lantana camara Linn.
flower was 813.896 ppm. The conclusion of this study is the ethanol extract of Lantana
camara Linn. flower can affect the death larvae mosquito of Aedes aegypti L.
Keywords : Aedes aegypti L., Lantana camara Linn., Larvacidal
PENDAHULUAN
Larvasida sintetik seperti abate
telah digunakan lebih dari 50 tahun
untuk mengontrol nyamuk, namun
penggunaan larvasida sintetik
memiliki efek samping terhadap
lingkungan (Rani and
Rajasekharreddy, 2009). Sutthanont
et al. (2009) berpendapat bahwa
perlu suatu upaya alternatif untuk
menghindari efek buruk dari
larvasida sintetik, salah satunya
dengan cara penggunaan bahan alami
yang bersumber dari tumbuhan. Hal
ini dikarenakan bahan alami dari
tumbuhan relatif lebih aman karena
mudah terurai (biodegradable) di
alam sehingga tidak mencemari
lingkungan. Penelitian terhadap
tanaman-tanaman yang memiliki
efek insektisida telah banyak
dilakukan, salah satunya pada
tumbuhan tembelekan (Lantana
camara L.).
Penelitian Kumar and
Maneemegalai di India tahun 2008
menggunakan daun dan bunga
tumbuhan tembelekan didapatkan
bahwa kedua bagian tumbuhan
tembelekan tersebut efektif
membunuh larva nyamuk Aedes
aegypti L. Daun tembelekan
mengandung senyawa kimia berupa
flavonoid, kardiak glikosid dan
saponin sedangkan bunga
tembelekan mengandung saponin,
triterpenoid dan kardiak glikosid.
Senyawa-senyawa tersebut diduga
bersifat sebagai larvasida (Kumar
and Maneemegalai, 2008). Selain itu
daun tembelekan juga mengandung
minyak atsiri yang berfungsi sebagai
repellent terhadap nyamuk
Anopheles, Culex dan Aedes aegypti
L. (Dua et al., 2010).
Aedes aegypti L. adalah vektor
dari demam dengue, demam
berdarah dan chikungunya (Soedarto,
2008). Demam Berdarah Dengue
(DBD) merupakan penyakit yang
mewabah di daerah tropis dan
subtropis. Virus dengue dilaporkan
menginfeksi lebih dari seratus juta
orang setiap tahun, di lebih dari 110
negara di daerah tropis (Mohan and
Ramaswamy, 2007). Indonesia
merupakan daerah endemis DBD
(Suhendro et al., 2009). DBD di
Indonesia pertama kali dilaporkan di
Surabaya tahun 1968 dan virusnya
baru bisa diidentifikasi tahun 1972.
Sejak saat itu jumlah kasus DBD
cenderung meningkat dan
penyebarannya semakin luas di
Indonesia (Lestari, 2007). Pada tahun
2010 angka kematian menurun dari
41,3% (1968) menjadi 0,87 %, tetapi
angka kesakitan belum dapat
diturunkan. Tercatat 24.362 kasus
dengan 196 kematian di Indonesia
dan Provinsi Aceh sampai bulan
Agustus tahun 2011 yang merupakan
daerah urutan ketiga tertinggi angka
kesakitan demam berdarah di
Indonesia (Kementerian Kesehatan
RI, 2011).
Angka kesakitan yang masih
tinggi kemungkinan dipengaruhi oleh
belum ditemukan vaksin untuk virus
dengue sampai saat ini, sehingga
pengendalian demam berdarah masih
ditujukan pada pemutusan rantai
penularan dengan cara pengendalian
vektor (Sukowati, 2010). Cara yang
efektif dalam pengendalian vektor
adalah memutus siklus kehidupan
nyamuk Aedes aegypti L. Salah satu
upaya pengendalian vektor adalah
dengan pengendalian kimiawi
(WHO, 2005). Hal ini juga belum
efisien untuk mengendalikan
kejadian demam berdarah karena
memiliki efek buruk terhadap
lingkungan. Hal tersebut di atas yang
menjadi dasar peneliti untuk mencari
cara alternatif dengan menggunakan
larvasida yang berasal dari
tumbuhan.
Penelitian di Indonesia
menggunakan daun tumbuhan
tembelekan sudah dilakukan oleh
Wardani et al. (2010) dan Lukitasari
(2007) yang melaporkan bahwa daun
tumbuhan tembelekan mempunyai
sifat sebagai larvasida terhadap larva
Aedes aegypti L. Sampai saat ini
penelitian di Indonesia yang
menggunakan bunga tembelekan
belum pernah dilakukan. Selain itu,
karena ada kemungkinan kandungan
zat kimia yang dimiliki tumbuhan
dipengaruh oleh unsur hara pada
jenis tanah tempat tumbuhan tersebut
tumbuh, maka penulis tertarik
melakukan penelitian efek larvasida
bunga tembelekan (Lantana camara
L.) yang terdapat di Aceh terhadap
larva nyamuk Aedes aegypti L.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen
laboratorium. Rancangan yang
digunakan terdiri dari 7 kelompok
perlakuan, 5 kelompok konsentrasi
ekstrak etanol bunga Tembelekan
dan 2 kelompok kontrol. Jumlah
pengulangan yang dilakukan
sebanyak empat kali berdasarkan
persamaan dalam penentuan jumlah
pengulangan yang dikutip dari
Hanafiah (2010).
Tempat dan Waktu Penelitian
Proses ekstraksi dan uji
fitokimia penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Kimia Hayati Jurusan
Kimia Fakultas MIPA Universitas
Syiah Kuala, untuk identifikasi
sampel dilakukan di Laboratorium
Biologi (Herbarium) Fakultas MIPA
Universitas Syiah Kuala, pemilihan
larva Aedes aegypti L. dan uji hayati
dilakukan di Laboratorium
Parasitologi Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh mulai Mei 2012 hingga
Maret 2013.
Subyek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini
adalah sejumlah larva nyamuk Aedes
aegypti L. Instar III yang didapat dari
akultas kedokteran hewan unsyiah.
Larva yang digunakan dibagi dalam
7 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 10 larva Aedes
aegypti L. instar III
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat yang digunakan
pada penelitian ini adalah rotary
evaporator dan test plate, kertas
saring, timbangan analitik, gelas
plastik, spatula, pipet tetes, ovitrap,
wadah pemeliharaan larva, nampan
plastik, kandang pemeliharaan
nyamuk dan stopwatch.
Bahan yang digunakan adalah
bunga tembelekan (Lantana camara
L.) segar berwarna jingga yang sudah
mekar dengan mahkota bunga
berbentuk terompet, larva nyamuk
Aedes aegypti L., etanol 96%,
aquades, Carboxymethyl cellulose
(CMC), abate, pellet ikan, larutan
gula, vitamin B, pereaksi uji
fitokimia (reagen Meyer,
Dragendorf, Wagner, Liberman
Burchard), amoniak, kloroform,
metanol, dietil eter, N-heksana, asam
sulfat, etanol 80%, HCl 0,5 M,
serbuk Magnesium dan FeCl3.
Proses ekstraksi
Bunga tembelekan diperoleh
dari Kecamatan Peukan Bada, Banda
Aceh. Bunga yang telah diambil
kemudian dikeringkan selama 5 hari
pada suhu kamar, kemudian
dihaluskan dan diperoleh dalam
bentuk serbuk. Serbuk bunga
tembelekan dimaserasi dengan
pelarut etanol 96% dengan maserasi
bertingkat selama 48 jam tiap satu
kali maserasi. Selanjutnya disaring
dengan menggunakan kertas saring.
Filtrat bunga tembelekan hasil dari
penyaringan tadi selanjutnya
dipekatkan / dikeringkan dengan
menggunakan vacum rotary
evaporator dengan suhu 40 ⁰C untuk
menghasilkan ekstrak etanol bunga
tembelekan.
Larva nyamuk Aedes aegypti L.
Larva nyamuk Aedes aegypti
L. instrar III didapatkan dari koleksi
Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas
Syiah Kuala Banda Aceh.
Uji aktivitas larvasida
Uji larvasida ini terdiri dari 3
perlakuan, yaitu berbagai konsentrasi
ekstrak, 1 kontrol positif dan 1
kontrol negatif, masing-masing
dengan 4 kali pengulangan.
Konsentrasi larutan ekstrak bunga
tembelekan yang digunakan adalah
250 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500
ppm dan 1750 ppm. Sebanyak 10
ekor larva nyamuk Aedes aegypti L.
instar III dimasukkan ke dalam
masing-masing wadah yang berisi
100 ml larutan uji (Lampiran 4).
Kemudian diamati jumlah larva yang
mati setelah 2, 4, 6, 12 dan 24 jam
larva dimasukkan kedalam wadah uji
Analisis Data
Data hasil penelitian dilakukan
uji normalitas dan homogenitas, bila
data berdistribusi normal dan
homogen maka data diolah dengan
Analisis of Variance (Anova) untuk
mengetahui pengaruh ekstrak etanol
bunga tembelekan (Lantana camara
L.) terhadap kematian larva nyamuk
Aedes aegypti L. instar III, namun
bila data tidak berdistribusi normal
dan tidak homogen maka dipilih uji
alternatifnya yaitu uji Kruskal-
Wallis. Selanjutnya dilakukan uji
Probit untuk mengetahui konsentrasi
efektif (LC50).
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Hasil uji fitokimia bunga tembelekan (Lantana camara L.)
Uji fitokimia Sampel segar Sampel ekstrak etanol
Alkaloid ̶ ̶
Flavonoid + +
Terpenoid ̶ ̶
Steroid + +
Saponin ̶ ̶
Tanin + +
Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak etanol bunga tembelekan
mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, steroid dan tanin.
Hasil penelitian uji aktivitas larvasida ektrak Etanol bunga tembelekan dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 2 Kematian larva nyamuk Aedes aegypti L. setelah paparan ekstrak etanol
bunga tembelekan dengan berbagai konsentrasi selama 2 jam
Ulangan
Rata-rata dan standar deviasi (SD) kematian larva tiap konsentrasi (ppm)
pada paparan 2 jam
Kontrol
(+) Kontrol (-) 250 500 1000 1500 1750
1 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0
3 1 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0
∑ % 2,50% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Rata-
rata±SD 0,25±0,50 0,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00
Tabel 3 Kematian larva nyamuk Aedes aegypti L. setelah paparan ekstrak etanol
bunga tembelekan dengan berbagai konsentrasi selama 4 jam
Ulangan
Rata-rata dan standar deviasi (SD) kematian larva tiap konsentrasi (ppm)
pada paparan 4 jam
Kontrol
(+) Kontrol (-) 250 500 1000 1500 1750
1 4 0 0 0 0 0 1
2 5 0 0 0 0 0 1
3 5 0 0 0 0 0 1
4 8 0 0 0 0 0 0
∑ % 55% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 7,50%
Rata-
rata±SD 5,50±1,73 0,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 0,75±0,50
Tabel 4 Kematian larva nyamuk Aedes aegypti L. setelah paparan ekstrak etanol
bunga tembelekan dengan berbagai konsentrasi selama 6 jam
Ulangan
Rata-rata dan standar deviasi (SD) kematian larva tiap konsentrasi (ppm)
pada paparan 6 jam
Kontrol
(+) Kontrol (-) 250 500 1000 1500 1750
1 10 0 0 0 0 1 3
2 10 0 0 0 1 0 2
3 10 0 0 0 1 1 2
4 8 0 0 0 0 1 2
∑ % 95,00% 0,00% 0,00% 0,00% 5,00% 7,50% 22,50%
Rata-
rata±SD 9,50±1,00 0,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 0,50±0,58 0,75±0,50 2,25±0,50
Tabel 5 Kematian larva nyamuk Aedes aegypti L. setelah paparan ekstrak etanol
bunga tembelekan dengan berbagai konsentrasi selama 12 jam
Ulangan
Rata-rata dan standar deviasi (SD) kematian larva tiap konsentrasi (ppm)
pada paparan 12 jam Kontrol
(+)
Kontrol
(-) 250 500 1000 1500 1750
1 10 0 0 1 1 5 6
2 10 0 0 1 3 3 10
3 10 0 0 1 5 4 8
4 10 0 0 1 3 2 5
∑ % 100,00% 0,00% 0,00% 10,00% 30,00% 35,00% 72,50%
Rata-
rata±SD 10,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 1,00±0,00 3,00±1,63 3,50±1,29 7,25±2,22
Tabel 6 Kematian larva nyamuk Aedes aegypti L. setelah paparan ekstrak etanol
bunga tembelekan dengan berbagai konsentrasi selama 24 jam
Ulangan
Rata-rata dan standar deviasi (SD) kematian larva tiap konsentrasi (ppm)
pada paparan 24 jam
Kontrol
(+) Kontrol (-) 250 500 1000 1500 1750
1 10 0 0 3 8 9 10
2 10 0 0 4 8 10 10
3 10 0 0 2 7 8 10
4 10 0 0 3 8 9 10
∑ % 100,00% 0,00% 0,00% 30,00% 77,50% 90,00% 100,00%
Rata-
rata±SD 10,00±0,00 0,00±0,00 0,00±0,00 3,00±0,82 7,75±0,50 9,00±0,82 10,00±0,00
Persentase kematian larva Aedes aegypti L. setelah pemberian ekstrak
Etanol bunga tembelekan selama 2,4,6,12 dan 24 jam mulai dari pengulangan
pertama hingga keempat dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
Gambar 1. Persentase kematian larva selama 2,4,6,12 dan 24 jam
Gambar 1 memperlihatkan bahwa
semakin tinggi konsentrasi ekstrak
etanol bunga tembelekan, maka
semakin besar pula jumlah kematian
larva Aedes aegypti L. Konsentrasi
ekstrak bunga tembelekan terendah
yaitu 250 ppm belum dapat
menyebabkan kematian larva selama
24 jam pemaparan ekstrak etanol
bunga tembelekan. Kematian larva
Aedes aegypti L. dimulai pada
konsentrasi 500 ppm pada jam ke-12
dan persentase kematian selama 24
jam adalah 30%. Ekstrak bunga
tembelekan pada konsentrasi 1000
ppm dan 1500 ppm mulai
menyebabkan kematian pada jam ke-
6 dengan persentase kematian larva
Aedes aegypti L. yang disebabkan
oleh konsentrasi 1500 ppm lebih
tinggi dibandingkan konsentrasi
1000 ppm. Persentase rata-rata
kematian larva tertinggi didapatkan
pada konsentrasi ekstrak bunga
tembelekan 1750 ppm dan kontrol
positif 100%, namun kematian larva
Aedes aegypti L. pada konsentrasi
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
Kontrol negatif
250 ppm 500 ppm 1000 ppm
1500 ppm
1750 ppm
kontrol positif
Persentase kematian larva Aedes aegypti L. instar
III
2 jam
4 jam
6 jam
12 jam
24 jam
1750 ppm dimulai pada jam ke-4
sedangkan pada kontrol positif
dimulai pada jam ke-2. Selain itu
kematian 100% pada konsentrasi
1750 ppm pada jam ke-24 sedangkan
pada abate pada jam ke-12.
Tabel 7 Hasil ANOVA kematian larva Aedes aegypti L. akibat pemberian ekstrak
etanol bunga tembelekan selama 24 jam
Kelompok
perlakuan n ẍ SD F P-Value
Kn 40 0,00 0,00 366,474 0,000
Kp 40 0,00 0,00
P1 40 3,00 0,82
P2 40 7,75 0,50
P3 40 9,00 0,82
P4 40 10,00 0,00
P5 40 10,00 0,00
Keterangan : α = 0,05; jika p-value < α terdapat perbedaan rerata yang signifikan
Hasil uji ANOVA seperti yang
terlihat pada tabel 7 menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan dari pemberian ekstrak
etanol bunga tembelekan terhadap
kematian larva nyamuk Aedes
aegypti L dengan p-value<0,05
(p=0,000). Hasil ini berarti bahwa
terdapat pengaruh pemberian ekstrak
etanol bunga tembelekan terhadap
kematian larva nyamuk Aedes
aegypti L. Hasil ANOVA
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) untuk melihat
perbedaan antar perlakuan. Hasil uji
BNT menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi 250 ppm tidak berbeda
nyata dengan Kontrol negatif namun
berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Perlakuan konsentrasi 500
ppm, 1000 ppm dan 1500 ppm
berbeda nyata dengan semua
perlakuan lainnya. Perlakuan
konsentrasi 1750 ppm tidak berbeda
nyata dengan kontrol positif namun
berbeda nyata dengan lainnya.
Hasil penelitian uji larvasida
ekstrak etanol bunga tembelekan
juga diuji dengan analisis probit
untuk memperoleh nilai LC50. Nilai
LC50 yang diperoleh dari hasil
analisis probit ekstrak etanol bunga
tembelekan yaitu sebesar 813,896
ppm.
PEMBAHASAN
Proses ekstraksi dilakukan
selama 13 hari yang dimulai dari
pengeringan sampel, maserasi
sampai proses evaporasi. Hasil
ekstraksi bunga tembelekan yang
didapat sebanyak 17,92 gram ekstrak
etanol bunga tembelekan dengan
rendemen sebesar 4,267%.
Hasil uji fitokimia bunga
tembelekan segar dan ekstrak etanol
bunga tembelekan mengandung
senyawa metabolit sekunder berupa
flavonoid, steroid dan tanin. Hasil ini
berbeda dengan penelitian yang
dilakukan di India oleh Kumar dan
Manemeegalai (2008) yang
mendapatkan bahwa bunga
tembelekan mengandung senyawa
metabolit sekunder berupa saponin,
triterpenoid dan kardiak glikosid. Hal
ini dikarenakan perbedaan lokasi
dimana tumbuhan itu tumbuh, sesuai
dengan yang dinyatakan Wilsie
(1976) bahwa kandungan kimia
tumbuhan dipengaruhi oleh
perbedaan struktur tanah,
kelembaban, suhu dan cahaya.
Berdasarkan rata-rata
persentase kematian larva nyamuk
Aedes aegypti L. terlihat bahwa
persentase kematian yang sama
ditunjukkan pada ekstrak Etanol
bunga tembelekan 1750 ppm dan
kontrol positif (abate), namun waktu
kematian larva akibat pemberian
abate lebih cepat dari pada ekstrak
etanol bunga tembelekan.
Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan ANOVA didapatkan
bahwa terdapat pengaruh dari
pemberian ekstrak etanol bunga
tembelekan terhadap mortalitas larva
nyamuk Aedes aegypti L. Hasil uji
BNT menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan mortalitas larva nyamuk
Aedes aegypti L. antar masing-
masing konsentrasi ekstrak etanol
bunga tembelekan, namum tidak
terdapat perbedaan mortalitas larva
nyamuk Aedes aegypti L. pada
konsentrasi ekstrak etanol bunga
tembelekan 250 ppm dengan kontrol
negatif. Hal ini berarti bahwa ekstrak
etanol bunga tembelekan pada
konsentrasi tersebut memiliki
kemampuan yang sama dengan
kontrol negatif yaitu tidak dapat
membunuh larva nyamuk Aedes
aegypti L. Hasil uji BNT juga
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan mortalitas larva nyamuk
Aedes aegypti L. pada konsentrasi
ekstrak etanol bunga tembelekan
1750 ppm dengan kontrol positif,
yang berarti pada konsentrasi
tersebut memiliki efektivitas yang
sama dengan kontrol positif,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi 1750 ppm dapat
menggantikan senyawa sintetik yang
terdapat pada bubuk abate.
Hasil analisis probit uji
larvasida ekstrak etanol bunga
tembelekan menunjukkan nilai LC50
sebesar 813,896 ppm. Hasil ini masih
jauh dibawah nilai LC50 standar
untuk larvasida nabati (senyawa
murni) yang berkisar antara 0,1 ppm
sampai 49 ppm (Geris et al., 2008
dalam Andriani, 2008). Hal ini
dikarenakan ekstrak yang digunakan
merupakan ekstrak kasar dan perlu
dilakukan pemisahan lebih lanjut
terhadap senyawa metabolit sekunder
yang dapat bersifat larvasida, seperti
halnya yang didapatkan oleh
Andriani (2008) bahwa nilai LC50
dari hasil fraksinasi dengan flash
chromatography lebih baik
dibandingkan nilai LC50 dari ekstrak
kasarnya yaitu 444,48 ppm menjadi
133,43 ppm.
Kematian larva nyamuk Aedes
aegypti L. diduga akibat adanya
kandungan flavonoid, steroid dan
tanin. Flavonoid merupakan senyawa
fenol yang bersifat sangat larut
dalam air (Harborne, 1987) sehingga
dapat termakan oleh larva Aedes
aegypti L. dan masuk ke tubuh larva.
Flavonoid diduga dapat menghambat
sistem pengangkutan elektron
sehingga mengganggu metabolisme
energi di dalam mitokondria.
Hambatan sistem pengangkutan
elektron akan menghalangi produksi
ATP dan menyebabkan penurunan
pemakaian oksigen oleh mitokondria
(Bloomquist, 1999 dalam Agnetha,
2005). Menurut Kreis dan Müller-Uri
(2010), steroid merupakan senyawa
yang dapat bersifat toksik karena
dapat merusak dinding traktus
digestivus larva pada konsentrasi
rendah. Tanin dapat mengganggu
sistem pencernaan larva nyamuk
dengan cara mengikat substrat yang
dicerna dan menghambat enzim
pencernaan dalam saluran cerna
(Harborne, 1987).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka
diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak
etanol bunga tembelekan (Lantana
camara L.) memiliki pengaruh yang
bermakna terhadap nyamuk Aedes
aegypti L. Instar III. Perbedaan
konsentrasi ekstrak etanol bunga
tembelekan (Lantana camara L.)
menunjukkan pengaruh yang berbeda
terhadap mortalitas larva nyamuk
Aedes aegypti L.
SARAN
Sesuai dengan hasil penelitian
ini, peneliti akan memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1) Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang karakteristik dan
cara mengisolasi senyawa aktif
yang bersifat larvasida dari
ekstrak etanol bunga tembelekan
(Lantana camara L.) terhadap
larva nyamuk Aedes aegypti
instar III.
2) Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk melihat toksisitas
dari ekstrak etanol bunga
tembelekan (Lantana camara L.)
terhadap organisme lain.
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama proses penelitian dan
penyusunan artikel ilmiah ini,
penulis banyak mendapat dukungan
dan bantuan dari banyak pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan
terima kasih kepada dra. Tjut
Mariam Zanaria, MS dan Dr. Yusni,
M.Kes,AIF selaku dosen
pembimbing dan Dr. drh. Rinidar,
M.Kes dan dr. Armyn Effendi, MS
selaku dosen penguji. Ucapkan
terima kasih terutama kepada orang
tua, ayahanda H. Junaidi dan ibunda
Hj. Rodiyah, semua sahabat terbaik
penulis dan semua pihak yang telah
membantu hingga penelitian ini
selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, A. 2008. Uji Potensi
Larvasida Fraksi Ekstrak Daun
Clinacanthus nutans L.
terhadap Larva Instar III
Nyamuk Aedes aegypti.
Skripsi. Institut Pertanian
Bogor.
Bloomquist, J.R. 1999. Insecticides:
Chemistries and Characteristics
dalam Agnetha, A. Y. 2005.
Efek Ekstrak Bawang Putih
(Allium sativum L) Sebagai
Larvasida Nyamuk Aedes Sp.
Skripsi. Universitas Brawijaya
Malang.
Dua, V.K; Pandey, A.C; Dash, A.P.
2010. Adulticidal Activity of
Essential Oil of Lantana
camara Leaves Against
Mosquitoes. Indian J Med Res.
131: pp. 434-9.
Geris, R.; Rodriguez, E.; Da Silva
HHG.; Da Silva IG. 2008.
Larvacidal effects of Fungal
Meroterpenoids in the Control
of Aedes aegypti L., in the
Main Vector of Dengue and
Yellow Fever. Chem&Biodiv
(5): 341-345 dalam Andriani,
A. 2008. Uji Potensi Larvasida
Fraksi Ekstrak Daun
Clinacanthus nutans L.
terhadap Larva Instar III
Nyamuk Aedes aegypti.
Skripsi. Institut Pertanian
Bogor.
Hanafiah, K. A. 2010. Rancangan
Percobaan: Teori dan Aplikasi.
Edisi 3. Jakarta. Rajawali
Press.
Harborne, J. B. 1987. Metode
Fitokimia Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan.
Bandung. Penerbit ITB.
Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Informasi Umum Demam
Berdarah Dengue 2011. Ditjen
PP dan PL. Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI.
Kumar, M. S and Maneemegalai, S.
2008. Evaluation of Larvicidal
Effect of Lantana Camara Linn
Against Mosquito Species
Aedes aegypti and Culex
quinquefasciatus. Advances in
Biological Research. Vol. 2:
pp.39-43.
Kreis, W and Müller-Uri F. 2010.
Biochemistry of Sterols,
Cardiac Glycosides,
Brassinosteroids,
Phytoecdysteroids and Steroid
Saponins. In: Wink M. Annual
Plant Reviews: Biochemistry of
Plant Secondary Metabolism.
2nd
edition. Volume 40.
Blackwell Pubishing Ltd. USA.
p. 304-348.
Lestari, K. 2007. Epidemiologi dan
Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia.
Farmaka. Vol. 5 (3): pp.12-29.
Lukitasari. 2007. Uji Toksisitas
Ekstrak Daun Tembelekan
(Lantana camara L.) terhadap
Larva Nyamuk Aedes aegypti
L. Skripsi. Universitas Jember.
Mohan, R. D and Ramaswamy, M.
2007. Evaluation of larvicidal
activity of the leaf extract of a
weed plant, Ageratina
adenophora, against two
important species of
mosquitoes, Aedes aegypti and
Culex quinquefasciatus.
African Journal of
Biotechnology. Vol. 6 (5): pp.
631-8.
Ramadhan, A. E. dan Phaza, H.A.
2010. Pengaruh Konsentrasi
Etanol, Suhu dan Jumlah Stage
Pada Ekstraksi Oleoresin Jahe
(Zingiber officinale Rosc)
Secara Batch. Skripsi.
Universitas Diponegoro
Semarang.
Rani, P. U and Rajasekharreddy, P.
2009. Toxic and antifeedant
activities of Sterculia foetida
(L.) seed crude extract against
Spodoptera litura (F.) and
Achaea Janata (L.). Journal of
Biopesticides. Vol. 2 (2): pp
161-4.
Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik.
Surabaya, Airlangga University
Press.
Suhendro; Nainggolan, L; Chen, K;
Pohan, H.T. 2009. Demam
Berdarah Dengue. Dalam:
Sudoyo et al. (eds) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III.
Edisi IV. Internal Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta.
Sukowati, S. 2010. Masalah Vektor
Demam Berdarah Dengue
(DBD) dan Pengendaliannya di
Indonesia dalam: Kementerian
Kesehatan RI. Buletin Jendela
Epidemiologi. Pusat Data dan
Surveilans Epidemiologi
Kementerian Kesehatan RI.
Sutthanont, N; Choochote, W;
Tuetun, B; Junkum, A;
Jitpakdi, A; Chaithong, U;
Riyong, D and Pitasawat, B.
2009. Chemical composition
and Larvicidal Activity of
Edible Plant-derived Essential
Oils Against the pyrethroid-
susceptible and -resistant
strains of Aedes aegypti
(diptera: culicidae). Journal of
Vector Ecology. Vol. 35 (1): pp
106 - 15.
Tiwari, Prashant; Kumar, Bimlesh;
Kaur, Mandeep; Kaur,
Gurpreet; Kaur, Harleen. 2011.
Phytochemical Screening and
Extraction: A Review.
Internationale Pharmaceutica
Sciencia. 1(1):98-104.
Wardani, R. S; Mifbakhuddin;
Yokorinanti, K. 2010.
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak
Daun Tembelekan (Lantana
camara) Terhadap Kematian
Larva Aedes aegypti. Jurnal
Kesehatan Masyarakat
Indonesia. Vol 6 (2).
Wilsie, Carrol P. 1976. Adaptasi dan
Distribusi Tanaman Pertanian
(Faktor-Faktor Lingkungan).
Bogor. Departemen Agronomi
Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
World Health Organization (WHO).
2005. Pencegahan dan
Pengendalian Dengue dan
Demam Berdarah Dengue.
Panduan Lengkap. Jakarta.
EGC.